pengaruh efektivitas pengendalian anggaran biaya
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pengaruh
Pengertian Pengaruh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:849)
yaitu:
“pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu
(orang,benda) yang ikut membentuk watak,kepercayaan,atau
perbuatan seseorang”
Dari pengertian yang telah dikemukakan sebelumnya dapat disimpulkan,
bahwa pengaruh merupakan suatu daya yang dapat membentuk atau mengubah
sesuatu yang lain.
Sehubungan dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh penulis,
pengaruh merupakan bentuk hubungan sebab akibat antar variabel. Dalam hal ini
pengaruh efektivitas pengendalian anggaran biaya operasi terhadap laba operasi
perusahaan.
2.2 Pengertian Efektivitas
Menurut Mardiasmo (2002:134) pengertian efektivitas adalah sebagai
berikut :
“ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya. Apabila suatu organisasi berhasil mencapai tujuan,maka organisasi tersebut dikatakan efektif. Hal terpenting yang perlu dicatat adalah bahwa efektuvitas tidak menyatakan berapa besarnya biaya yang telah dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut. Biaya boleh jadi melebihi apa yang telah dianggarakan, boleh jadi dua kali lebih besar, atau bahkan tiga kali lebih besar daripada yang telah dianggarakan.Efektivitas hanya melihat apakah suatu program atau kegiatan telah mencapai tujuan yang ditetapkan.”
Pengertian efektivitas pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian
tujuan atau target kebijakan (hasil guna). Efektivitas merupakan hubungan antara
keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Kegiatan operasional
dikatakan efektif jika proses kegiatan mencapai sasaran akhir kebijakan.
Indikator efektivitas menggambarkan jangkauan akibat dan dampak dari
keluaran program untuk mencapai tujuan program. Semakin besar kontribusi
output yang dihasilkan terhadap pencapaian tujuan atau sasaran yang ditentukan,
maka semakin efektif proses kerja suatu suatu unit organisasi.
Tentu saja pengertian efektivitas tidak semata-mata menitikberatkan pada
segi output melainkan juga memperhatikan pada aspek-aspek lainnya, misalnya
yaitu :
1. Dengan mempertimbangkan cara-cara alternatif yang berupa rancangan-
rancangan program alternatif untuk mencapai tujuan.
2. Dengan mempertimbangkan tujuan-tujuan alternatif yang merupakan
kemungkinan-kemungkinan target atau sasaran yang lain.
Perluasan titik pandang terhadap pengertian efektivitas tersebut diatas berakibat
pada luas lingkup perhatian pemeriksaan hasil program yang mana sampai ke
masalah penilaian terhadap kebijaksanaan manajemen tingkat atas atau strategi
manajemen tingkat atas dalam mencapai tujuan program.
2.3 Pengendalian
Setiap perusahaan pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai. Dengan
demikian, setiap pusat pertanggung jawaban dalam perusahaan akan menjalankan
peranan yang telah ditentukan dalam mencapai tujuan tersebut. Untuk menjamin
pencapaian tujuan tersebut, harus dilakukan pengendalian. Pengendalian dapat
dilakukan oleh manajemen jika manajemen secara kontinyu melakukan evaluasi
terhadap hasil kegiatan perusahaannya.
Pada dasarnya, suatu sistem pengendalian mencakup semua aspek alat,
teknis dan model yang dipergunakan unuk memotivasi sumber daya manusia agar
berperilaku sedemikian rupa sehingga memungkinkan tercapainya tujuan
organisasi ataupun tujuan perusahaan yang diinginkan.
Manajemen yang baik memerlukan pengendalian yang efektif.
Pengendalian diperlukan untuk memastikan bahwa kegiatan berjalan sesuai
dengan yang direncanakan. Pengendalian yang baik memerlukan perencanaan,
perencanaan yang baik memerlukan pengendalian. Seringkali penyimpangan dari
suatu rencana memerlukan penyelidikan khusus untuk melihat sebab-sebab
penyimpangan tersebut.
2.3.1 Pengertian Pengendalian
Pengendalian (control) merupakan salah satu fungsi yang vital dalam
proses manajemen. Namun terkadang fungsi ini sering terabaikan dan disalah
artikan. Dengan munculnya perusahaan besar dan modern yang memerlukan
pelaksanaan operasi yang efisien, fungsi pengendalian telah mendapatkan tempat
yang semestinya, sebagaimana fungsi manajemen yang lain.
Menurut Welsch dan kawan-kawan yang dialihbahasakan oleh
purwatiningsih (2003:3), pengendalian adalah :
“suatu proses untuk menjamin terciptanya kinerja yang efisien yang
memungkinkan tercapainya tujuan perusahaan”
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengendalian manajemen merupakan proses
untuk menjamin bahwa sumber daya yang diperolaeh digunakan secara efektif
dan efisien untuk mencapai tujuan perusahaan.
Pengendalian mencakup hal-hal sebagai berikut :
1. Adanya standar prestasi
2. Adanya usaha perbandingan hasil yang diperoleh dengan rencana
3. Menentukan apakah terjadi penyimpangan atau tidak
4. Melakukan perbaikan
2.3.2 Tujuan Pengendalian
Dalam melaksanakan pengendalian, agar fungsi pengendalian dapat
berjalan dengan baik, lebih dahulu harus diketahui tujuan pengendalian itu sendiri.
Tujuan tersebut merupakan arah yang dituju atau sasaran yang ingin dicapai
dengan melaksanakan beberapa tindakan yang dijalankan menurut ketentuan yang
berlaku.
Menurut Malayu (2003:242), pengendalian memiliki tujuan sebagai
berikut :
“1. Supaya proses pelaksanaan dilakukan sesuai dengan ketentuan- ketentuan dari rencana
2. Melakukan tindakan perbaikan (corrective), jika terdapat penyimpangan-penyimpangan
3. Supaya tujuan yang dihasilkan sesuai dengan rencana-rencananya”
Berdasarkan hal diatas dapat disimpulkan bahwa pengendalian memiliki
tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan menyelidiki apakah pelaksanaan kegiatan yang
sedang maupun yang telah dijalankan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan.
2. Untuk mengetahui apakah pelaksanaan kegiatan tersebut telah berjalan
secara efisien dan selanjutnya untuk mengetahui kemungkinan
peningkatan efisiensi di masa yang akan datang.
3. Dengan adanya pengendalian maka tujuan yang dihasilkan dapat sesuai
dengan rencananya.
2.3.3 Jenis-Jenis Pengendalian
Menurut Welsch dan kawan-kawan yang dialihbahasakan oleh
Purwatiningsih (2000:14) pengendalian terbagi menjadi beberapa jenis yaitu :
“1. Pengendalian awal Dipergunakan sebelum kegiatan atau tindakan dilaksanakan untuk menjamin bahwa sumber daya manusia dan bahan baku telah disiapkan dan perusahaan telah siap untuk melaksanakan kegiatan.
2. Pengendalian berjalan (biasanya dalam bentuk laporan kinerja berkala) pemantauan (dengan menggunakan observasi personal dan laporan-laporan) terhadap aktivitas berjalan untuk menjamin bahwa tujuan dapat dicapai, dan kebijakan serta prosedur telah diterapkan dengan benar selama operasi perusahaan.
3. Pengendalian umpan balik Tindakan pasca operasi (ex-post-action) memfokuskan pada hasil periode sebelumnya untuk mengendalikan aktivitas di masa yang akan datang.
Sedangkan menurut Mardiasmo (2002:43) jenis pengendalian manajemen
dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu :
“1. Pengendalian Preventif (preventive control) Dalam tahap ini pengendalian manajemen terkait dengan perumusan strategi dan perencanaan strategi yang dijabarkan dalam bentuk program-program.
2. Pengendalian Operasional (operational control) Dalam tahap ini pengendalian manajemen berkaitan dengan pengawasan pelaksanaan program yang telah ditetapkan melalui alat berupa anggaran. Anggaran digunakan untuk menghubungkan perencanaan dengan pengendalian.
3. Pengendalian Kinerja Pada tahap ini pengendalian manajemen berupa analisis evaluasi kinerja berdasarkan tolak ukur kinerja yang telah ditetapkan.” Dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya pengendalian dapat dilakukan
pada awal kegiatan/pengendalian preventif, pengendalian pada saat
pelaksanaan/pengendalian operasional, dan pengendalian umpan
balik/pengendalian kinerja.
2.3.4 Cara-Cara Pengendalian
Menurut Malayu (2003:245) cara-cara pengendalian dapat dilakukan
sebagai berikut :
“1. Pengawasan Langsung Adalah pengawasan yang dilakukan sendiri secara langsung oleh manajer. Manajer memeriksa pekerjaan yang sedang dilakukan untuk mengetahui apakh telah dikerjakan dengan benar, dan hasilnya sesuai dengan yang dikehendakinya.
2. Pengawasan Tidak Langsung Adalah pengawasan jarak jauh, artinya dengan melalui laporan yang diberikan oleh bawahan. Laporan ini dapat berupa lisan atau tulisan tentang pelaksanaan pekerjaan dan hasil-hasil yang telah dicapai.
3. Pengawasan Berdasarkan Kekecualian Adalah pengendalian yang dikhususkan untuk kesalahan-kesalahan yang luar biasa dari hasil atau standar yang diharapkan. Pengendalian semacam ini dilakukan dengan cara kombinasi langsung dan tidak langsung oleh manajer.”
Berdasarkan hal diatas, maka dapat disimpulkan bahwa cara-cara
pengendalian apapun yang digunakan akan sangat membantu dalam pencapaian
sasaran yang ingin dicapai oleh suatu perusahaan. Dengan demikian, maka fungsi
manajemen dapat berjalan dengan baik.
2.3.5 Proses Pengendalian
Organisasi yang menerapkan sistem pengendalian memerlukan suatu
mekanisme yang teratur dan interaksi manusia individual. Pengendalian
merupakan suatu konsep yang telah berevolusi dari waktu ke waktu. Mulai dari
suatu penekanan pada perilaku dan suatu penekanan yang multidimensional.
Pengendalian adalah fungsi yang kelima dan merupakan fungsi yang
terakhir dalam proses manajemen. Seperti juga perencanaan, pengendalian
dilaksanakan terus menerus. Menurut Welsch dan kawan-kawan yang
dialihbahasakan oleh Purwatiningsih (2000:13) pengertian proses pengendalian
adalah sebagai berikut :
“Proses mengukur dan mengevaluasi kinerja actual dari setiap bagian
organisasi suatu perusahaan, kemudian melaksanakan tindakan
perbaikan apabila diperlukan.”
Hal ini dilakukan untuk menjamin bahwa perusahaan dapat mencapai
sasaran, tujuan, kebijakan dan standar yang telah ditetapkan secara efisien.
Pengendalian ditetapkan dengan menggunakkan evaluasi personal, laporan
berkala, kinerja dan laporan khusus.
Selain itu menurut Welsch dan kawan-kawan yang dialihbahasakan oleh
Purwatiningsih (2000:14) proses pengendalian berjalan dirancang untuk
membantu memantau aktivitas yang sedang berjalan dari suatu unit usaha dan
setiap pusat tanggung jawab, biasanya terdiri dari beberapa tahap :
“1. Membandingkan kinerja aktual untuk periode yang bersangkutan dengan tujuan dan standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
2. Menyiapkan laporan kinerja yang berisi hasil aktual, hasil yang direncanakan dan selisih dari kedua angka tersebut.
3. Menganalisis penyimpangan antara hasil aktual dengan hasil yang direncanakan dan mencari sebab-sebab dari penyimpangan tersebut.
4. Mencari dan mengembangkan tindakan alternatif untuk mengatasi masalah dan belajar dari pengalaman pihak lain yang telah sukses di suatu bidang tertentu.
5. Memilih (tindakan koreksi) dari kumpulan alternatif yang ada dan menerapkan tindakan tersebut.
6. Tindak lanjut atas pengendalian, untuk menilai efektifitas dari tindakan koreksi yang diterapkan. Lanjutkan dengan umpan maju untuk membuat perencanaan periode berikutnya.”
Berdasarkan hal diatas, maka dapat disimpulkan bahwa secara garis besar
proses pengendalian melalui langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menentukan standar-standar yang akan digunakan sebagai dasar
pengendalian.
2. Mengukur pelaksanaan atau hasil yang telah dicapai.
3. Membandingkan pelaksanaan atau hasil dengan standard an menentukan
penyimpangan jika ada.
4. Melakukan tindakan perbaikan jika terdapat penyimpangan agar
pelaksanaan dan tujuan sesuai dengan rencana.
2.4 Biaya
Dalam literatur akuntansi dikenal adanya dua istilah yaitu cost dan
expense. Biasanya kedua istilah tersebut diterjemahkan sebagai biaya walaupun
sebenarnya dalam ilmu akuntansi pengertian cost dan expense itu berbeda.
Menurut Eldon S.Hendrikson dan Michael F.Van Breda (2000:390) yang
dialihbahasakan oleh Herman Wibowo, mengemukakan sebagai berikut:
“beban (expense) adalah penggunaan barang atau jasa dalam proses perolehan pendapatan yang berhubungan baik secara langsung atau tidak langsung dengan produksi dan penjualan produ perusahaan.”
Sedangkan biaya didefinisikan sebagai :
“biaya (cost) adalah nilai sekarang dari sumber daya ekonomi yang
diserahkan atau akan diserahkan dalam perolehan barang dan jasa
yang digunakan dalam operasi.”
Sedangkan Mulyadi (2002:8), mengemukakan pengertian biaya sebagai berikut:
“dalam arti luas, biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang
diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan
terjadi untuk tujuan tertentu.”
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Cost atau biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur
dalam satuan uang dalam upaya mencapai tujuan tertentu.
Pengorbanan sumber ekonomis dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu:
a. Pengorbanan yang telah terjadi
Merupakan sumber ekonomis yang telah dikorbankan untuk
mencapai tujuan tertentu.
b. Pengorbanan yang mempunyai kemungkinan yang akan terjadi
Merupakan sumber ekonomis yang akan dikorbankan untuk
mencapai tujuan tertentu yang merupakan sumber yang akan
datang, misalnya biaya opportunity.
2. Expense atau Beban merupakan biaya dari barang atau jasa yang telah
terjadi karena berlalunya waktu, baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam proses untuk menghasilkan pendapatan.
2.4.1 Pengukuran Biaya
Pengukuran biaya dilakukan dengan tujuan untuk menetukanjumlah yang
harus dibebankan dalam periode sekarang dan jumlah yang ditunda sampai ke
periode yang akan datang.Biaya dapat diukur dengan satuan moneter, yaitu
dengan menjumlahkan rupiah yang dipergunakan untuk penilaian aktiva.
Menurut Hendriksen dan Van Breda yang dialih bahasakan oleh Herman
Wibowo (2000:394) terdapat tiga pengukuran biaya, yaitu:
1. Historical Cost (Harga perolehan historis)
2. Current Price (Harga kini/berlaku)
3. Opportunity Cost (Biaya kesempatan dari ekuivalen kas masa kini)
Tiga pengukuran biaya tersebut dijelaskan sebagai berikut :
1. Historical Cost (Harga perolehan historis).
Metode harga perolehan historis adalah pengeluaran kas yang sebenarnya
oleh perusahaan dan dapat menunjukkan nilai tukar barang dan jasa.
Harga perolehan historis merupakan cara untuk megukur biaya secara
konvensional, hal ini disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut :
a. Biaya historis dapat diverifikasi karena menggambarkan pengeluaran
sesuai dengan harga pada saat perolehan.
b. Manajemen menganggap bahwa nilai perolehan tersebut merupakan
nilai wajar yang berlaku.
2. Current Price ( Harga Kini/berlaku)
Karena pendapatan biasanya diukur dengan harga kini yang diterima
produk, seringkali dikemukakan maka biaya yang dibandingkan terhadap
pendapatan juga harus diukur dalam satuan harga kini barang dan jasa
yang digunakan atau dikonsumsi. Pengukuran menggunakan current price
mempunyai kelebihan antara lain :
a. Membedakan laba yang berasal dari transaksi
b. Membedakan keuntungan atau kerugian yang timbul dari penyimpanan
aktiva sebelum digunakan.
3. Opportunity Cost ( Biaya kesempatan dari ekuivalen kas masa kini )
Harga likuidasi atau ekuivalen nilai pada saat berjalan dianggap relevan
dengan pengukuran biaya berdasarkan alasan berikut :
a. Harga likuidasi atau ekuivalen kas menunjukkan biaya opportunitas
perusahaan dalam menggunakan aktiva tertentu.
b. Harga perolehan tertentu pengganti yang sedang berlaku
menggambarkan harga perolehan pada waktu penggunaan, sehingga
memungkinkan peramalan yang lebih baik terhadap kegiatan
perusahaan pada masa yang akan datang.
2.4.2 Penggolongan Biaya
Akuntansi biaya bertujuan untuk menyajikan informasi biaya yang akan
digunakan untuk berbagai tujuan. Begitu pula penggolongan biaya harus
disesuaikan dengan tujuan dari informasi yang akan disajikan, oleh sebab itu
penggolongan biaya tergantung pada tujuannya. Untuk tujuan yang berbeda
diperlukan cara penggolongan yang berbeda pula, karena tidak ada satu pun
konsepsi biaya yang dapat memenuhi berbagai macam tujuan tersebut. Oleh
karena itu penggolongan biaya harus berdasarkan tujuan biaya yang dikeluarkan.
Menurut Mulyadi (2002 ;10), biaya dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Objek Pengeluaran
2. Fungsi pokok dalam perusahaan
3. Hubungan biaya dengan suatu yang dibiayai
4. Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume
kegiatan
5. Jangka waktu manfaatnya
Penjelasan dari penggolongan biaya diatas adalah sebagai berikut :
1. Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran
Dalam penggolongan ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar
penggolongan biaya. Misalnya nama objek pengeluaran adalah bahan
bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar
disebut “biaya bahan bakar”.
2. Penggolongan biaya menurut Fungsi pokok dalam perusahaan
Dalam perusahaan manufaktur, ada 3 fungsi pokok, yaitu fungsi produksi,
fungsi pemasaran dan fungsi administrasi dan umum. Oleh karena itu
dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokkan menjadi 3
kelompok, yaitu :
a. Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah
bahan baku menjadi produk yang siap dijual. Contohnya : biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik.
b. Biaya Pemasaran
Biaya pemasaran merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk
melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contohnya : biaya promosi,
biaya angkut.
c. Biaya administrasi dan Umum
Biaya administrasi dan umum merupakan biaya-biaya untuk
mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contohnya :
biaya gaji karyawan bagian keuangan, akuntansi, personalia, dan
bagian hubungan hubungan masyarakat, dsb.
3. Pengolongan biaya menurut hubungan biaya dengan suatu yang
dibiayai
Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk produk atau departemen.
Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dapat
dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu:
a. Biaya Langsung
Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya
adalah karena adanya suatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai
tersebut tidak ada, maka biaya langsung ini tidak akan terjadi. Biaya
produksi langsung terdiri dari biaya : biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung.
Biaya langsung departemen adalah semua biaya yang terjadi di dalam
depatemen tertentu. Contohnya adalah : biaya tenaga kerja yang
bekerja dalam departemen pemeliharaan.
b. Biaya tidak Langsung
Biaya tidak langsung yaitu biaya yang terjadinya tidak hanya
disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam
hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi
tidak langsung atau biaya overhead pabrik. Biaya ini tidak mudah
diidentifikasikan dengan produk tertentu. Contohnya biaya gaji
mandor, yang mengawasi pembuatan A,B,dan C dalam hubungannya
dengan departemen.
Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadi disuatu departemen
tetapi manfaatnya dinikmati lebih dari satu departemen. Contohnya :
biaya yang terjadi di departemen pembangkit tenaga listrik. Biaya ini
dinikmati oleh departemen-departemen lain didalam perusahaan.
4. Penggolongan biaya menurut perilakunya
a. Biaya variabel, yaitu biaya yang jumlah totalnya berubah, sebanding
dengan perubahan volume kegiatan. Seperti : biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung.
b. Biaya semi variabel, yaitu biaya yang berubah tidak sebanding dengan
perubahan volume kegiatan. Biaya semi variabel mengandung unsur
biaya tetap dan biaya variabel.
c. Biaya Fixed atau Biaya Tetap, yaitu biaya yang jumlah totalnya tetap
dalam volume kegiatan tertentu. Contohnya : biaya gaji direktur
produksi.
d. Biaya Semi Fixed, yaitu biaya yang tetap untuk tingkat volume
kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada
volume produksi tertentu.
5. Penggolongan biaya menurut jangka waktu manfaatnya
a. Pengeluaran modal/ Capital Expenditure
Pengeluaran modal adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari
satu periode akuntansi. Pengeluaran modal ini saat terjadinya
dibebankan sebagai harga pokok aktiva, dan dibebankan dalam satu
tahun. Yang menikmati manfaatnya dengan cara di depresiasi,
diamortisasi, atau dideplesi. Contohnya pengeluaran untuk pembelian
aktiva tetap.
b. Pengeluaran Pendapatan/ Revenue Expenditure
Pengeluaran pendapatan adalah biaya yang mempunyai manfaat dalam
periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. Contohnya : biaya
iklan, biaya telepon dan biaya tenaga kerja.
2.4.3 Biaya Operasi
Biaya operasi adalah biaya yang dikeluarkan selama proses kegiatan
operasi perusahaan berlangsung dalam arti bahwa biaya ini secara rutin harus
dikeluarkan selama satu periode akuntansi. Yang termasuk biaya operasi misalnya
biaya gaji pegawai bagian penjualan, biaya penyusutan peralatan kantor, biaya
promosi, dsb.
M.Nafarin (2000:76) menyebutkan bahwa :
“Biaya usaha (operating expense) adalah beban usaha pokok
perusahaan selain harga pokok penjualan.”
Menurut Weygant,Kieso dan Kell (2002:181) :
“Operating expenses are expenses incrrued in the process earning sales revenue. Examples of operating expenses are salaries, advertising expense and insurance expenses. The operating expenses of merchanding company include many of the expenses found in a service enterprise.” Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa biaya operasi
diperlukan untuk menutupi kebutuhan-kebutuhan yang sifatnya rutin sesuai
dengan kegiatan perusahaan. Biaya operasi meliputi keseluruhan biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan, baik perusahaan dagang, industri, maupun jasa.
2.5 Efektivitas Pengendalian Biaya Operasi
Efektivitas pengendalian anggaran biaya operasi dapat dilihat dari laporan
realisasi anggaran biaya operasi. Dengan adanya laporan realisasi anggaran biaya
operasi maka akan dapat dievaluasi apakah realisasinya sesuai dengan yang
dianggarkan atau tidak. Laporan realisasi anggaran biaya operasi merupakan suatu
bentuk laporan untuk menunjukkan efektifitas pengendalian yang menyangkut
biaya operasi.
Pengendalian yang memadai terhadap efektifitas anggaran biaya
operasional akan berpengaruh pada pencapaian sasaran atau tujuan yang ingin
dicapai, terutama yang berkaitan dengan operasi perusahaan. Pengendalian yang
memadai dapat dilihat jika tercapainya tujuan dari pengendalian dan proses dari
pengendalian tersebut berjalan dengan baik.
Oleh karena itu untuk pencapaian maksud tersebut manajemen
menetapkan tujuan dan sasaran kemudian membuat rencana kegiatan
pengendalian, dampak keuangan yang diperkirakan akan terjadi sebagai akibat
dari rencana kerja tersebut kemudian disusun dan dievaluasi melalui proses
penyusunan anggaran.
2.7 Anggaran
Perusahaan sebagai lembaga ekonomi akan berupaya mendapat
keuntungan atau laba disamping beberapa tujuan lain, oleh karena itu untuk
pencapaian maksud tersebut manajemen menetapkan tujuan dan sasaran kemudian
membuat rencana kegiatan pengendalian, dampak keuangan yang diperkirakan
akan terjadi sebagai akibat dari rencana kerja tersebut kemudian disusun dan
dievaluasi melalui proses penyusunan anggaran.
2.7.1 Pengertian Anggaran
Aktivitas kegiatan perusahaan di dalam mengelola usahanya memerlukan
perencanaan dan pengendalian yang baik untuk memberikan arah dalam
pencapaian tujuan.
Istilah anggaran telah lama dikenal dalam dunia usaha baik perusahaan
dagang, industri maupun jasa. Anggaran merupakan suatu alat manajemen yang
lazim digunakan dalam perencanaan dan pengendalian operasi keuangan dalam
suatu organisasi.
Gunawan Adi Saputro dan Marwan Asri (2003:6) mengemukakan bahwa :
“Business budget adalah suatu pendekatan formal dan sistematis
daripada pelaksanaan tanggung jawab manajemen dalam
perencanaan, koordinasi dan pengawasan.”
Menurut M.Nafarin (2000:9) mengungkapkan bahwa :
“Anggaran merupakan rencana tertulis mengenai kegiatan suatu
organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif dan umumnya
dinyatakan dalam satuan uang dalam jangka waktu tertentu.”
Kemudian M.Munandar (2001:1), menyebutkan bahwa :
“Business budget atau budget(anggaran) ialah suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang”
Dari beberapa pengertian diatas, maka anggaran mempunyai beberapa
karakteristik yang dapat dirangkum sebagai berikut :
1. Dinyatakan dalam satuan uang (moneter), walaupun angka-angka moneter
tersebut didukung dengan satuan non moneter (misalnya unit).
2. Umumnya mencakup kurun waktu satu tahun.
3. Mengandung komitmen manajemen, artinya manajemen setuju untuk
menerima tanggung jawab pancapaian anggaran yang dianggarkan.
4. Anggaran merupakan alat bantu manajemen yang efektif dalam
perencanaan dan pengendalian.
5. Anggaran harus mencerminkan secara formal kebijakan, rencana serta
tujuan yang telah digariskan pimpinan secara menyeluruh ataupun untuk
tiap bagian dalam perusahaan.
2.7.2 Klasifikasi Anggaran
Sebagai alat manajemen, anggaran akan mencakup seluruh aspek kegiatan
perusahaan. Oleh karena itu anggaran akan terdiri dari berbagai macam anggaran
yang mempunyai kegunaan tersendiri. Anggaran yang satu dengan yang lain akan
berbeda dari segi isi, bentuk maupun kegunaan. Menurut Tendi Haruman dan Sri
Rahayu (2005:6) klasifikasi anggaran adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan ruang lingkup.
a. Anggaran komprehensif yaitu anggaran perusahaan yang disusun
dengan ruang lingkup yang menyeluruh yang mencakup seluruh
aktivitas perusahaan.
b. Anggaran parsial yaitu anggaran perusahaan yang disusun dengan
ruang lingkup yang terbatas yang hanya mencakup sebagian dari
kegiatan perusahaan.
2. Berdasarkan Fleksibilitasnya
a. Anggaran Fixed (fixed budget) yaitu anggaran yang disusun untuk
satu periode tertentu, dimana volumenya sudah tertentu dan
berdasarkan volume tersebut direncanakan revenue, cost dan expense
serta tidak diadakan revisi secara periodic.
b. Anggaran Kontinyu (continue budget) yaitu anggaran yang disusun
untuk periode waktu tertentu dimana volumenya sudah tertentu dan
berdasarkan volume tersebut direncanakan revenue, cost dan expense
tetapi diadakan revisi secara periodik dan ditambahkan anggaran
untuk satu triwulan pada periode anggaran berikutnya.
3. Menurut Jangka waktunya, anggaran terdiri dari :
a. Anggaran jangka pendek (anggaran taktis), yaitu anggaran yang
dibuat dengan jangka waktu paling lama satu tahun.
b. Anggaran jangka panjang (anggaran strategis), yaitu anggaran yang
dibuat dengan jangka waktu lebih dari satu tahun.
Sedangkan menurut Nafarin (2000;17-20), anggaran dapat dikelompokkan
dari beberapa sudut pandang, yaitu:
1. Menurut Dasar Penyusunan, anggaran terdiri dari :
a. Anggaran Variabel, yaitu anggaran yang disusun berdasarkan
interval (kisar) kapasitas (aktivitas) tertentu dan pada intinya
merupakan suatu seri anggaran yang dapat disesuaikan pada tingkat-
tingkat aktivitas (kegiatan) yang berbeda. Anggaran variabel disebut
juga anggaran flexible.
b. Anggaran Tetap, yaitu anggaran yang disusun berdasarkan suatu
tingkat kapasitas tertentu. Anggaran tetap disebut juga anggaran
statis.
2. Menurut cara penyusunan, Anggaran terdiri dari:
a. Anggaran Periodik, adalah anggaran yang disusun untuk satu periode
tertentu, pada umumnya periodenya satu tahun yang disusun setiap
periode anggarannya.
b. Anggaran Kontinyu, adalah anggaran yang dibuat untuk
mengadakan perbaikan anggaran yang pernah dibuat.
3. Menurut Jangka Waktunya, anggaran terdiri dari:
a. Anggaran Jangka Pendek(anggaran taktis), adalah anggaran yang
dibuat dengan jangka waktu paling lama sampai 1 tahun.
b. Anggaran Jamgka Panjang (anggaran strategis), adalah anggaran
yang dibuat dalam jangka waktu lebih dari 1 tahun.
4. Menurut bidangnya, anggaran terdiri dari anggaran operasional dan
anggaran keuangan. Kedua anggaran ini bila dipadukan disebut
“anggaran indek (master budget)”. Anggarn Indek yang
mengkonsolidasikan rencana keseluruhan perusahaan untuk jangka
pendek, biasanya disusun atas dasar tahunan, anggaran tahunan dibagi
lagi menjadi anggaran bulanan.
a. Anggaran Operasional adalah anggaran untuk menyusun anggaran
Rugi Laba.
Anggaran Operasional terdiri dari :
1. Anggaran Penjualan.
2. Anggaran Biaya Pabrik.
- Anggaran Biaya Bahan Baku.
- Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung.
- Anggaran Biaya Overhead Pabrik.
b. Anggaran Keuangan adalah anggaran untuk menyusun anggaran
neraca.
Anggaran Keuangan terdiri dari:
1. Anggaran Kas.
2. Anggaran Piutang.
3. Anggaran Persediaan.
4. Anggaran Utang.
5. Anggaran Neraca.
5. Menurut Kemampuan Usaha, Anggaran terdiri dari:
a. Anggaran Komorehensif merupakan ringkasan dari berbagai macam
anggaran yang disusun secara lengkap. Anggaran komprehensif
merupakan perpaduan dari anggaran operasional dan anggaran
keuangan yang disusun secara lengkap.
b. Anggaran Partial, adalah anggaran yang disusun tidak secara
lengkap, anggaran yang hanya menyusun bagian anggaran tertentu
saja.
2.7.3 Kegunaan Anggaran
Seiring dengan pertumbuhan perusahaan, anggaran mempunyai peranan
yang sangat penting guna mengantisipasi keadaan dimasa yang akan datang.
Anggaran memiliki potensi untuk membantu organisasi dan para anggotanya
mencapai tujuan. Bagaimana manfaat anggaran tergantumg dalam praktek,
tergantung kepeda bagaimana efektifitasnya anggaran itu dipahami dan
dilaksanakan.
Menurut Gunawan Adi Saputro dan Marwan Asri (2003:50-52)
mengemukakan kegunaan anggaran sebagai berikut :
1. Dalam bidang Perencanaan.
a. Mendasarkan kegiatan-kegiatan pada penyelidikan-penyelidikan
studi dan penelitian-penelitian.
b. Menugaskan seluruh tenaga dalam perusahaan dalam
menentukan arah yang saling menguntungkan.
c. Untuk membantu atau menunjang kebijakan-kebijakan
perusahaan.
d. Menentukan tujuan-tujuan perusahaan
e. Untuk menstabilkan kesempatan kerja yang tersedia.
f. Mengakibatkan pemakaian alat-alat fisik secara lebih efektif
2. Dalam Bidang Koordinasi.
a. Mengkoordinasikan faktor manusia dengan perusahaan.
b. Menghubungkan aktivitas perusahaan dengan trend dalam dunia
usaha.
c. Menempatkan penggunaan modal pada saluran-saluran yang
menguntungkan melalui program-program yang seimbang dan
terpadu.
3. Dalam Bidang Pengawasan.
a. Untuk mengawasi kegiatan-kegiatan dan pengeluaran.
b. Untuk mencegah pemborosan-pemborosan.
2.6.4 Keterbatasan Anggaran
Meskipun begitu banyak manfaat yang diperoleh dengan menyusun
anggaran, tetapi masih terdapat beberapa kelemahan yang membatasi anggaran.
Menurut Ellen,dkk(2002:19) mengemukakan keterbatasan anggaran, yaitu:
1. Dalam penyusunan anggaran, penaksiran yang dipakai belum tentu sama
dengan keadaan yang sebenarnya.
2. Seringkali keadaan yang digunakan sebagai dasar penyusunan anggaran
mengalami perkembangan yang jauh berbeda daripada yang direncanakan.
3. Karena penyusunan anggaran melibatkan banyak pihak, maka secara
potensial dapat menimbulkan persoalan-persoalan hubungan kerja (human
relation) yang dapat menghambat proses pelaksanaan anggaran.
4. Penganggaran tidak dapat terlepas dari penilaian subjektif pembuatan
kebijakan (decision maker) terutama pada saat data dan informasi tidak
lengkap dan tidak cukup.
Sedangkan menurut Gunawan Adi Saputro dan Marwan Asri (2003:53),
menyatakan keterbatasan anggaran adalah :
1. Karena anggaran disusun berdasarkan estimasi (potensi
penjualan,kapasitas produksi) maka terlaksananya dengan baik.
2. Anggaran hanya merupakan rencana, dan rencana tersebut hanya berhasil
bila dilaksanakan sungguh-sungguh.
3. Anggaran hanya merupakan alat yang dipergunakan untuk membantu
manajer dalam melaksanakan tugasnya bukan menggantikannya.
4. kondisi yang terjadi tidak seratus persen sama dengan yang diramalkan
sebelumnya, karena itu anggaran memiliki sifat yang luwes.
2.6.5 Syarat Penyusunan Anggaran
Menurut Supriyono (2001:48) anggaran akn berhasil jika memenuhi
syarat sebagai berikut :
“1. Adanya Organisasi yang Sehat
Organisasi yang sehat adalah organisasi yang membagi tugas
fungsional dengan jelas dan menentukan garis wewenang dan tanggung
jawab yang tegas.
2. Adanya Sistem Akuntansi yang Baik
Meliputi :
1) Penggolongan rekening yang sama antara anggaran dan
realisasinya sehingga dapat dibandingkan dan dihitung
penyimpangannya.
2) Pencatatan akuntansi memberikan informasi tentang realisasi
anggaran.
3) Laporan didasarkan kepada akuntansi pertanggung jawaban.
3. Adanya Penelitian dan analisa
Penelitian dan analisa diperlukan untuk menetapkan alat pengukuran
prestasi sehingga dapat dipakai untuk menganalisis prestasi.
4. Adanya Dukungan Para Pelaksana
Anggaran dapat dipakai sebagai alat yang baik bagi manajemen jika
ada dukungan aktif pelaksana dari tingkat atas dan bawah.”
Anggaran yang baik menurut Welsch dan kawan-kawan, yang dialih
bahasakan oeh Purwatiningsih (2000:28) bahwa anggaran harus memiliki syarat-
syarat :
“1. Harus ada komitmen dari manajemen puncak terhadap konsep yang luas dari perencanaan dan pengendalian serta perlunya pengertian yang baik dari pelaksanaan perencanaan dan pengendalian.
2. Karakteristik atau ciri khas perusahaan dan lingkungan perusahaan tempat beroperasi termasuk variabel yang dapat
dikendalikan dan tidak dapat dikendalikan harus diidentifikasi dan dievaluasi sehingga keputusan yang relevan, dan berkaitan dengan karakteristik program perencanaan dan pengendalian yang efektif, praktis dan dapat dibuat.
3. Harus ada evaluasi terhadap stuktur organisasi dan pembagian tanggung jawab manajemen serta penerapan perubahan, perlu bagi manajemen untuk terlaksananya perencanaan dan pengandalian yang efektif.
4. Harus ada evaluasi terhadap struktur organisasi dan pembagian akuntansi untuk manajemen bahwa sistem tersebut harus sesuai dengan tanggung jawab di perusahaan sehingga sistem ini menjadi data yang berguna untuk perencanaan dan pengendalian.
5. Kebijakan tentang dimensi waktu atau periode yang digunakan dalam perencanaan dan pengendalian.
6. Program pelatihan anggaran harus dikembangkan untuk memberikan informasi kepada manajemen di semua tingkatan.”
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam penyusunan anggaran
perlu diperhatikan syarat sebagai berikut :
1. Dalam penyusunan anggaran harus mempunyani organisasi yang sehat,
yang meliputi pembagian tanggung jawab dan wewenang yang jelas.
2. Harus ada evaluasi dan reorganisasi sistem akuntansi, dimana sistem
tersebut sesuai dengan tanggung jawab di perusahaan.
3. Anggaran harus mendapatkan dukungan dari para pelaksana sehingga
dapat berguna dalam perencanaan dan pengendalian manajemen.
2.6.6 Penyusunan Anggaran
Prosedur penyusunan anggaran pada lazimnya dipengaruhi oleh
karakteristik perusahaannya. Secara umum terdapat dua macam pendekatan
penyusunan anggaran, yaitu:
1. Top down approach.
Anggaran disusun berdasarkan program yang ditetapkan oleh atasan,
sedangkan bawahan hanya diminta pendapat seperlunya saja. Jumlah
anggaran yang ditetapkan kemudian dirinci oleh bawahan untuk
dialokasikan kepada kas-kas yang membutuhkannya.
2. Bottom up approach.
Anggaran disusun berdasarkan kebijakan-kebijakan yang telah digariskan
sebelumnya, bawahan memberikan usulan-usulannya. Dari keduanya
diambil suatu kesepakatan mengenai jumlah anggaran yang ditetapkan.
Sedangkan Munandar (2001:17) mengemukakan sebagai berikut :
“pada dasarnya yang berwenang dan bertanggung jawab atau penyusunan budget serta pelaksanaan budget lainnya, ada ditangan pimpinan tertinggi perusahaan. Hal ini disebabkan karena pimpinan tertinggi perusahaan yang paling berwenang dan bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan perusahaan secara keseluruhan. Namun demikian tugas menyiapkan dan menyusun budget serta kegiatan budgeting lainnya tidak harus ditangani sendiri oleh pimpinan tertinggi parusahaan melainkan dapat didelegasikan kepada bagian lain dalam perusahaan.”
Adapun menurut RA Supriyono (2001:348) proses penyusunan anggaran
adalah sebagai berikut :
1) Menganalisis Informasi Masa Lalu dan Lingkungan Luar yang
Diantisipasikan dan SWOT
Manajemen puncak menganalisis informasi masa lalu dan perubahan
lingkungan luar yang akan terjadi di masa yang akan datang dapat diketahui
melalui kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman yang dimiliki
organisasi dari lingkungan luar.
Lingkungan luar yang diselidiki dan dianalisis meliputi : kondisi
perekonomian, persaingan, selera konsumen, perkembangan teknologi, sosial,
politik, kebijakan pemerintah.
2) Menentukan Perencanaan strategi
Manajemen puncak menyusun perencanaan strategi yaitu dengan penentuan
tujuan organisasi dan strategi pokok yang akan digunakan untuk mencapai
tujuan tersebut.
3) Mengkomunikasikan Tujuan Organisasi, Strategi Pokok dan Program
Manajemen puncak mengkoordinasikan tujuan organisasi kepada manajer di
bawahnya serta komite anggaran agar mereka mengetahui tujuan yang akan
dicapai dan cara-cara pokok untuk mencapai tujuan tersebut.
4) Memilih Taktik, Mengkoordinasi Kegiatan dan Mengawasi Kegiatan
Manajer divisi menyusun pemilih taktik yaitu untuk memilih cara-cara yang
akan digunakan untuk mencapai tujuan, manajer departemen membuat
keputusan pengoperasian yang berhubungan dengan pengkoordinasian semua
kegiatan di bawah departemennya, dan manajer seksi bertanggung jawab
untuk merencanakan pengawasan terhadap kegiatan seksinya.
5) Menyusun Usulan Anggaran
Setiap usulan manajer divisi menyusun dan mengkoordinasikan penyusunan
anggaran untuk bagian organisasi di bawahnya yaitu departemen. Usulan
anggaran semua divisi selanjutnya diserahkan kepada komite anggaran.
6) Menyarankan Revisi Usulan Anggaran
Komite anggaran menyarankan revisi terhadap usulan anggaran setiap divisi
agar terdapat paduan dengan anggaran divisi yang lain dan agar sesuai dengan
rencana jangka panjang dan tujuan organisasi yang telah ditentukan oleh
manajemen puncak.
7) Menyetujui Revisi Usulan Anggaran dan Merakit Menjadi Anggaran
Perusahaan
Setelah usulan anggaran direvisi untuk setiap divisi yang bersangkutan dengan
revisinya telah disetujui oleh komite anggaran, maka komite anggaran merakit
usulan tersebut menjadi anggaran perusahaan.
8) Revisi dan Pengesahan Anggaran Perusahaan
Anggaran perusahaan masih memerlukan revisi sebelum disahkan oleh
manajemen puncak menjadi anggaran perusahaan yang resmi setelah
dilakukan revisi, anggaran tersebut disahkan dan didistribusikan ke setiap
divisi dan bagian organisasi di bawahnya sebagai pedoman pelaksanaan
kegiatan dan sekaligus sebagai alat pengendalian.
2.6.7 Karakteristik Anggaran
Menurut Indra Bastian (2001:81) anggaran mempunyai karakteristik
sebagai berikut :
“1. Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan selain keuangan
2. Anggaran umumnya mencakup jangka waktu satu tahun 3. Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen yang
berarti bahwa para manajer setuju untuk menerima tanggung jawab untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam anggaran
4. Usulan anggaran telah ditelaah dan disetujui oleh pihak yang berwenang lebih tinggi dari penyusunan anggaran
5. Sekali disetujui, anggaran hanya dapat diubah di bawah kondisi tertentu
6. Secara berkala, kinerja keuangan sesungguhnya dibandingkan dengan anggaran dan selisihnya dianalisis dan dijelaskan.”
Menurut Mulyadi (2001:511) selain karakteristik sacara umum diatas,
terdapat juga karakteristik-karakteristik anggaran yang baik, yaitu :
“1. Anggaran disusun berdasarkan program 2. Anggaran disusun berdasarkan karakteristik pusat pertanggung
jawaban yang dibentuk dalam organisasi perusahaan 3. Anggaran brefungsi sebagai alat pengendalian.” Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik
anggaran mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan, walaupun satuan
keuangan tersebut dibantu dengan data non keuangan (misal: jumlah
unit yang dijual atau diproduksi).
2. Anggaran umumnya meliputi periode satu tahun.
3. Anggaran merupakan komitmen manajemen yang berarti bahwa
manajer mau memberikan tanggung jawab untuk mencapai target yang
dianggarkan.
4. Usulan anggaran ditelaah dan disetujui oleh pejabat yang lebih tinggi
dari penyusunan anggaran.
5. Anggaran yang telah disetujui diubah jika terjadi kondisi khusus.
6. Secara periodik kinerja keuangan sesungguhnya dibandingkan dengan
anggaran kemudian selisihnya dianalsis dan dijelaskan.
2.6.8 Pelaksanaan Anggaran
Sofyan Syafri Harahap (2001:99) mengemukakan bahwa :
“Dalam pelaksanaan anggaran disusun laporan yang berkaitan dengan anggaran. Laporan anggaran tersebut berisi data kuantitatif perkembangan dan prestasi perusahaan atau disebut juga dengan performance report.Performance report menampilkan angka anggaran yang ditetapkan dan membandingkannya dengan hasil yang ditetapkan dan membandingkannya dengan hasil yang dicapai (realisasi/aktual). Laporan ini merupakan dasar dari setiap manajemen dalam menjalankan perusahaan termasuk dalam memberikan penghargaan (reward) atau hukuman (penalties) maupun promosi pegawai atau divisi/departemen.”
2.6.9 Evaluasi Anggaran
Berdasarkan laporan anggaran, manajer mengevaluasi tindakan yang
diambil. Tindakan-tindakan itu bisa berupa revisi atau koreksi terhadap anggaran
yang telah ditetapkan bila telah terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan
anggaran. Secara umum evaluasi anggaran bertujuan untuk :
1. Memberikan informasi yang relevan dan objektif mengenai kinerja kepada
para pengambil keputusan.
2. Menyajikan analisis atau kondisi dan permasalahan yang ada dan
kemungkinan yang ditimbulkan kepada para pengambil keputusan.
3. Menjadi dasar dalam menyusun anggaran di masa depan.
4. Membantu manajemen dalam mengambil tindakan-tindakan yang
diperlukan dalam rangka penyempurnaan struktur pengendalian intern dan
operasi perusahaan.
2.6.10 Faktor-Faktor yang Perlu Dipertimbangkan dalam Menyusun
Anggaran
Nafarin (2000:9) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam menyusun anggaran adalah sebagai berikut :
1. Pengetahuan tentang tujuan dan kebijaksanaan umum perusahaan.
Adalah para penyusun atau perencanaan anggaran harus mengetahui
tentang tujuan-tujuan apa yang dilakukan oleh perusahaan dan
kebijaksanaan-kebijaksanaan apa yang ada dalam perusahaan.
2. Data waktu yang lalu.
Adalah dalam menyusun anggaran perusahaan harus mengetahui terlebih
dahulu data-data yang akan disusun pada masa yang lalu dan masa yang
akan datang.
3. Kemungkinan perkembangan kondisi ekonomi.
Adalah dalam menyusun anggaran produksi harus disesuaikan pada
kondisi-kondisi yang terjadi sekarang atau waktu yang akan datang.
4. Pengetahuan tentang taktik, strategi pesaing dan gerak-gerik pesaing.
Adalah dalam menyusun anggaran produksi harus mengetahui dengan
jelas apakah taktik, strategi dan gerak-gerik telah tersusun dengan baik
agar terlaksana suatu anggaran yang baik dan benar.
5. Kemungkinan adanya perubahan kebijaksanaan pemerintah.
Adalah setiap anggaran produksi harus didasarkan pada kebijakan
pemerintah.
6. Penelitian untuk mengembangkan usaha.
Adalah bagaimana perusahaan dalam usaha untuk mengembangkan
usahanya dengan melakukan penelitian dan analisis terlebih dahulu.
Selain itu, menurut Nafarin (2000:9), dalam menyusun anggaran pun perlu
diperhatikan perilaku para pelaksana anggaran dengan cara mempertimbangkan
hal-hal berikut :
1. Anggaran harus dibuat serealistis mungkin, secermat mungkin
sehingga tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah.
2. Untuk memotivasi manajer pelaksana diperlukan partisipasi top
manajemen (direksi).
3. Anggaran yang dibuat harus mencerminkan keadilan, sehingga
pelaksana tidak merasa tertekan tetapi termotivasi.
4. Untuk membuat laporan realisasi anggaran diperlukan laporan yang
akurat dan tepat waktu, sehingga apabila terjadi penyimpangan yang
merugikan dapat segera diantisipasi lebih dini.
2.6.11 Laporan Realisasi Anggaran
Menurut Munandar (2000:329) pengertian Laporan Budget adalah :
“Laporan yang sistematis dan terperinci tentang realisasi
pelaksanaan budget, beserta analisis dan evaluasinya, dari waktu ke
waktu selama periode yang akan datang.”
Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa laporan budget
menunjukkan seberapa jauh apa yan digariskan dalam budget telah dapat
direalisasikan dalam pelaksanaannya. Dengan perkataan lain, laporan budget
menunjukkan analisa pelaksanaannya yang tercantum dalam catatan akuntansi.
Analisa perbandingan ini juga menunjukkan apakah telah terjadi penyimpangan-
penyimpangan antara budget dengan pelaksanaannya (realisasinya), apakah
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi itu bersifat positif (menguntungkan)
atau bersifat negatif (merugikan), dan sekaligus menunjukkan pula faktor-faktor
apa yang menyebabkan terjadinya penyimpangan-penyimpangan itu.
Dengan diketahuinya penyimpangan-penyimpangan beserta sebab-
sebabnya tersebut, dapat dinilai (revaluasi) apakah kegiatan pelaksanaan budget
dapat dikatakan “berhasil” ataukah “tidak berhasil”, apakah “efisien” ataukah
“tidak efisien”. Dari hasil analisa dan evaluasi tersebut, pimpinan perusahaan
membuat kebijaksanaan sebagai tindak lanjutnya diarahkan supaya yang negatif
itu tidak terulang kembali pada periode berikutnya.
Oleh karena analisis dan evaluasi itu begitu penting bagi penyusunan
kebijaksanaan tindak lanjut untuk menghadapi periode-periode berikutnya, maka
laporan budget perlu disusun secara teratur dan berkala dengan selang waktu yang
tidak terlalu lama. Hal ini dimaksudkan agar bilamana telah terjadi
penyimpangan-penyimpangan, segera dapat diketahui, dianalisa dan dievaluasi,
sehingga tidak terlanjur berlarut-larut dalam waktu yang lama. Dengan demikian
laporan budget tidak disusun ssekaligus pada akhir tahun, menunggu sesudah
seluruh budget selesai direalisasikan, tetapi hendaknya laporan budget disusun
beberapa kali dalam setahun.
Laporan budget berisi tentang analisi dan evaluasi pelaksanaan budget itu,
berguna bagi manajemen untuk menyusun kebijaksanaan tindak lanjut agar pada
periode-periode berikutnya perusahaan dapat berjalan lebih baik. Faktor-faktor
yang harus diperhatikan dalam penyusunan laporan budget adalah semua budget
yang telah disusun oleh perusahaan, khususnya budget tentang kegiatan
perusahaan selama periode tertentu, dan semua catatan akuntansi tentang realisasi
pelaksanaan budget yang bersangkutan.
2.8 Anggaran Biaya Operasi
Untuk menekan dan menghindari pemborosan biaya operasi serta
mendorong dipatuhinya kebijakan perusahaan terutama dalam hubungannya
dengan biaya operasi, maka diperlukan anggran biaya operasi.
Anggaran biaya operasi disusun untuk menetapkan jumlah biaya yang
berhubungan langsung dengan aktivitas utama perusahaan yang akan diharapkan
untuk periode yang akan datang dan untuk membandingkan antara penetapan
dengan realisasi anggaran tersebut. Maka, dengan mudah dapat diketahui bila ada
penyimpangan yang terjadi. Manajer harus menyelidiki penyimpangan tersebut
agar dapat diperoleh kesimpulan yang dijadikan dasar untuk melakukan koreksi.
Menurut M.Nafarin (2000:18) :
“Anggaran operasional adalah anggaran untuk menyusun laba rugi”
Sedangkan menurut Mulyadi (2001:504) :
“Anggaran biaya operasional adalah anggaran operasi bersangkutan dengan aktivitas untuk menghasilkan laba perusahaan. Hasil akhir proses penyusunan anggaran biaya operasi adalah rugi laba yang diproyeksikan ( project income statement ).”
2.7.1 Unsur-Unsur Biaya Operasional
Unsur-Unsur biaya operasi adalah sebagai berikut :
1. Biaya Barang dan Jasa
Biaya barang dan jasa adalah biaya yang secara langsung dipergunakan untuk
produk atau jasa tertentu.
2. Biaya SDM
Biaya SDM merupakan imbalan yang diberikan oleh perusahaan kepada
karyawan sehubungan telah terjadinya penyerahan jasa kepada perusahaan.
Imbalan antara lain berupa beban gaji, beban kesehatan, beban
kesejahteraan,dll.
3. Biaya Overhead, meliputi :
a) Biaya Utility
Biaya utility meliputi beban listrik, air, telepon, telex, faksimili, gas, dll.
b) Biaya Administrasi dan Umum
Baik perusahaan yang mencari laba maupun yang berorientasi tidak
mencari laba, umumnya juga memerlukan biaya administrasi dan umum.
Biaya administrasi dan umum merupakan biaya yang dipergunakan untuk
mengkoordinasi kegiatan perusahaan.
c) Biaya Pemeliharaan
Untuk menunjang kegiatan usahanya diperlukan adanya pemeliharaan
tehadap alat-alat dan aktiva tetap yang dipergunakannya ini dapat meliputi
terhadap gedung, pemeliharaan alat dan pemeliharaan sarana lainnya.
d) Biaya Penyusutan
Penyusutan sangat berhubungan dengan aktiva tetap yang ditanam oleh
perusahaan, diperhitungkannya biaya penyusutan atau depresiasi ini
menyangkut harapan terhadap hasil penjualan atau pendapatan yang akan
diterima di waktu yang akan datang, dengan dana yang diinvestasikan
dalam aktiva tetap diharapkan akan dapat diterima kembali secara
keseluruhan oleh perusahaan dalam beberapa tahun dan kembali secara
berangsur melalui depresiasi atau penyusutan.
2.8 Pengendalian Anggaran Biaya Operasi
Pengendalian dalam arti umum, berarti meliputi langkah-langkah yang
harus disiapkan dan ditempuh, supaya yang direncanakan dapat tercapai,
direalisasikan atau agar hasil yang diinginkan sesuai dengan hasil yang dapat
dicapai.
Pengendalian anggaran biaya operasi tidak dapat dipisahkan dengan
manajemen yang efektif. Pengendalian anggaran biaya mencakup satu pekerjaan
bimbingan dan pengarahan atas unsure anggaran biaya. Pengendalian anggaran
biaya pada satu tahap dalam prosesnya, akhirnya akan membandingkan antara
anggaran biaya operasional dengan realisasinya.
Pengendalian anggaran biaya operasi adalah serangkaian langkah-langkah
mulai dari penyusunan suatu rencana anggaran biaya operasi sampai kepada
tindakan yang perlu dilakukan jika terdapat perbedaan yang sudah ditetapkan
(rencana) dengan yang sesumgguhnya (realisasi).
2.10 Laba
2.9.1 Pengertian Laba
Earl.K.Stice, James.D.Stice, K.Fred Skousen (2004:226), mengemukakan
pengertian Laba sebagai berikut :
“Laba adalah jumlah yang dapat diberikan kepada investor ( sebagai
hasil investasi) dan kondisi perusahaan diakhir periode masih sama
baiknya atau kayaknya ( well-off ) dengan diawal periode.”
Sedangkan Sofyan Syafri (2002:229), menyatakan sebagai berikut :
“Laba adalah perbedaan antara revenue yang timbul dari transaksi
pada periode tertentu yang dihadapkan dengan biaya-biaya yang
dikeluarkan pada periode tersebut.”
Jelas bahwa menurut pendapat diatas, laba merupakan indikasi kesuksesan
suatu badan usaha dengan mengukur efektivitas dan efisiensi. Walaupun tidak
semua perusahaan menjadikan profit sebagai tujuan utamanya, tetapi dalam
mempertahankan usahanya memerlukan laba. Oleh karena itu, laba merupakan
alat yang tepat untuk mengukur prestasi dari pimpinan dan manajemen
perusahaan, atau dengan kata lain efektivitas dan efisiensi dari suatu perusahaan
secara garis besar dapat dilihat dari laba (profit) yang diperoleh.
2.9.2 Pengertian Laba Operasi
Earl.K.Stice, James D.Stice, dan K.Fred Skousen (2004:243)
mengemukakan pengertian laba operasi sebagai berikut :
“Laba operasi mengukur kinerja bisnis fundamental yang dilakukan oleh subuah perusahaan. Laba operasi menunjukkan seberapa baik perusahaan melakukan aktivitas khusus dari bisnis tersebut, terlepas dari kebijakan pendanaan dan manajemen pajak penghasilan yang ditangani oleh level pusat.”
Laba operasi ini menunjukkan hubungan antara pendapatan yang diperoleh
denagan biaya yang timbul dalam menghasilkan pendapatan tersebut. Penyajian
laba operasi ini berguna bagi pihak internal, karena dapat membantu manajemen
dalam mengukur efisiensi dari perusahaan.
2.9.3 Pengukuran Laba
Laba pada umumnya dipandang sebagai suatu dasar bagi perpajakan,
penentuan kebijakan, pembayaran deviden, pedoman investasi, pengambilan
keputisan dan unsur prediksi keuangan. Laba dapat diartikan sebagai kelebihan
pendapatan atau keuntungan yang diterima perusahaan, karena perusahaan telah
melakukan pengorbanan untuk kepentingan pihak lain. Pengukuran pendapatan
dapat dilakukan dengan cara menghitung pertumbuhan net asset pada dua periode
akuntansi yang berbeda kemudian dinilai perubahannya, cara lainnya adalah
dengan membandingkan antara pendapatan yang diperoleh dengan biaya yang
dipakai untuk menghasilkan pendapatan tersebut dalam periode akuntansi.
Menurut Hendriksen dan Van Breda yang dialihbahasakan oleh Herman Wibowo
(2000:329) konsep laba terbagi kedalam 3 tingkatan, yaitu :
“1. Tingkatan Struktural atau Sintaksis
2. Tingkat Semantik atau Interpretatif
3. Tingkat Pragmatik”
Konsep laba diatas dijelaskan sebagai berikut :
1. Tingkatan Stuktural atau Sintaksis
Pengertian laba akuntansi yaitu selisih antara pendapatan yang diakui dengan
biaya yang telah dikeluarkan. Ada 2 pendekatan dalam pengukurannya, yaitu :
a. Pendekatan transaksi
Dalam pendekatan ini, laba dianggap timbul karena adanya suatu transaksi
atau hasil dari suatu transaksi yang menyebabkan perubahan nilai aktiva
atau hutang perusahaan, dalam arti transaksi ekstern sesuai dengan konsep
realisasi saat penjualan dan konsep biaya.
b. Pendekatan aktivitas
Menurut pendekatan ini, laba timbul karena adanya aktivitas atau
peristiwa-peristiwa tertentu yang telah terjadi dan bukan atas suatu
transaksi dengan berorientasi konsep pada dunia nyata.
2. Tingkat Semantik atau Interpretatif
Konsep laba akuntansi pada tingkat ini menunjukkan dua hal, yaitu :
a. Menyangkut perubahan dalam meningkatkan kemakmuran yang harus
ditunjukkan langsung pada keberhasilan perusahaan dalam menggunakan
dananya dari suatu aktivitas perusahaan untuk mencapai kas minimum
yang melebihi kas yang telah dikeluarkan.
b. Memaksimalkan laba berdasarkan kondisi khusus dari struktur pasar,
permintaan produk dan biaya masukkan di dalam pengukuran efisiensi
laba komprehensif.
3. Tingkat Pragmatik
Tingkat pengukuran ini bertitik tolak dari adanya kaitan antara informasi yang
disajikan kepada para pemakai informasi dengan perilakunya, yaitu dengan
menilai akibat-akibat dari segi ekonomi maupun psikologis terhadap berbagai
alternative. Prosedur-prosedur akuntansi dan media laporan dalam
pengambilan keputusan dihubungkan dengan laba sebagai alat prediksi.
2.10 Pengaruh Efektivitas Pengendalian Anggaran Biaya Operasi Terhadap
Laba Operasi
Anggaran biaya operasi merupakan pedoman kerja bagi manajemen untuk
mengelola kegiatan perusahaan demi mencapai tujuan perusahaan yaitu mencapai
laba yang optimal untuk kelangsungan hidup perusahaan.
Pada dasarnya perolehan laba perusahaan akan dipengaruhi oleh faktor
pendapatan dan biaya yang dikeluarkan. Namun seringkali perusahaan mengalami
kesulitan dalam mengantisipasi dan mengendalikan biaya yang dikeluarkan,
karena pada kenyataannya kadang-kadang terjadi biaya yang tidak terduga yang
dapat menyebabkan realisasi biaya yang lebih besar dari biaya yang dianggarkan.
Untuk mencegah agar perusahaan tidak merugi, maka untuk mengantisipasinya
sangat dibutuhkan penganggaran biaya operasi yang dilaksanakan secara efektif
yang dapat mempengaruhi perolehan laba operasi perusahaan.
Suatu pengendalian biaya melalui anggaran merupakan salah satu faktor
selain perencanaan pendapatan perusahaan yang dapat mempengaruhi pencapaian
laba perusahaan yang diperlukan agar perusahaan dapat tetap bertahan dan
berkembang. Untuk itu anggaran biaya operasi harus disusun dengan seksama dan
akurat dengan memperhatikan berbagai faktor yang ada dan dilaksanakan oleh
semua tingkat yang ada secara lebih terpadu dan bertanggung jawab.
Anggaran biaya operasi berguna sebagai alat bantu manajemen dalam
perencanaan dan pengendalian. Anggaran biaya operasi merupakan salah satu
perencanaan untuk mencapai tujuan atau sasaran yang ingun dicapai oleh
perusahaan. Anggaran sebagai pengendalian berguna untuk menghindari
pemborosan biaya atau dengan kata lain efisiensi biaya.
Pengendalian biaya operasi dapat dikatakan efektif, salah satu alat untuk
mengukur efektif tidaknya pengendalian biaya operasi dengan menggunakan
anggaran biaya operasi. Selain itu perlu didukung oleh peran serta manajer setiap
pusat pertanggungjawaban biaya.
Anggaran biaya operasi berguna sebagai pedoman agar biaya yang
sesunguhnya terjadi atau dengan kata lain realisasinya tidak melebihi jumlah yang
telah dianggarkan. Selain itu dengan adanya anggaran biaya operasi ini, maka
diharapkan salah satunya dapat membantu dalam memperjelas rencana strategi
perusahaan, dan dapat dijadikan sebagai salah satu dasar dalam penilaian kinerja
manajer.
Anggaran biaya operasi merupakan salah satu alat dalam pengendalian
manajemen. Dengan adanya pengendalian terhadap anggaran biaya operasi, maka
dapat diukur seberapa efektif biaya operasional yang terjadi antara realisasi
dengan anggarannya dan juga dapat dilihat apakah sasaran perusahaan telah
tercapai atau tidak.
Dengan adanya pengendalian biaya operasi maka akan sangat membantu
dalam mempermudah pencapaian tujuan atau sasaran yang ingin dicapai oleh
perusahaan, karena pengendalian yang dilakukan terhadap biaya operasi, yang
diutangkan dalam anggaran biaya operasi akan membantu dalam efisiensi biaya
yang berkaitan dengan operasi perusahaan yang nantinya akan berkaitan dengan
laba.