pengaruh environmental performance, iso 14001,...
TRANSCRIPT
i
PENGARUH ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, ISO 14001,
DAN ENVIRONMENTAL COST TERHADAP KINERJA
KEUANGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
COVER DALAM
Oleh:
SEPTIANI MAULIDDINA
NIM. 1113082000031
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2018
ii
PENGARUH ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, ISO 14001,
DAN ENVIRONMENTAL COST TERHADAP KINERJA
KEUANGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Oleh:
SEPTIANI MAULIDDINA
NIM. 1113082000031
Di Bawah Bimbingan:
Yessi Fitri, SE., M. Si., Ak., CA
NIP. 19760924 200604 2 002
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2018
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Senin, 10 Oktober 2017 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas
mahasiswa:
1. Nama : Septiani Mauliddina
2. NIM : 1113082000031
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : “PENGARUH ENVIRONMENTAL PERFORMANCE,
ISO 14001, DAN ENVIRONMENTAL COST TERHADAP KINERJA
KEUANGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR”
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswi tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 Januari 2018
1. Yusro Rahma, SE., M.Si
NIP.19800506 200801 2 016
( ____________________ )
Penguji I
2. Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA
NIP. 19720516 200901 1 006
( ____________________ )
Penguji II
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Jumat, 16 Maret 2018 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Septiani Mauliddina
2. NIM : 1113082000031
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : “PENGARUH ENVIRONMENTAL PERFORMANCE,
ISO 14001, DAN ENVIRONMENTAL COST TERHADAP KINERJA
KEUANGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR”
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 16 Maret 2018
1. Hepi Prayudiawan, S.E., MM., Ak., CA ( )
NIP. 19720516 200901 1 006 Ketua
2. Yessi Fitri, SE., M. Si., Ak., CA. ( )
NIP. 19760924 200604 2 002 Pembimbing
3. Zuwesty Eka Putri, SE., M. AK. ( )
NIP. 19800416 200901 2 006 Penguji Ahli
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Septiani Mauliddina
Nomor Induk Mahasiswa : 1113082000031
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Akuntansi/Keuangan
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain
3. Tidak menggunakan karya ilmiah orang lain tanpa menyebutkan
sumber asli atau tanpa menyebut pemilik karya
4. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan telah
melalui pembuktian yang dapat di pertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 05 Januari 2018
Yang menyatakan,
(Septiani Mauliddina)
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS DIRI
1. Nama Lengkap : Septiani Mauliddina
2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 02 September 1994
3. Alamat : Komplek Setneg, Jl. Palem Waregu Blok C
No.37, RT 02/06, Kel. Pondok Aren, Kec. Pondok Kacang Barat,
Tangerang Selatan, 15226
4. Telepon : 083879822094
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. TK BHAKTI ISLAM Tahun 1999-2000
2. SDN CBU 01 PG Tahun 2000-2006
3. SMPN 52 JAKARTA Tahun 2006-2009
4. SMAN 27 JAKARTA Tahun 2009-2012
5. S1 Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013-2018
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Suyarno
2. Ibu : Suyati
3. Anak Ke- dari : 3 dari 3 bersaudara
vii
THE INFLUENCE OF ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, ISO 14001,
AND ENVIRONMENTAL COST TO FINANCIAL PERFORMANCE AT
MANUFACTURING COMPANIES
ABSTRACT
The purpose of this research is to find the influence of environmental
performance, ISO 14001, and environmental costs to financial performance. This
research was using samples as many as 10 annual financial reports of
manufacturing companies during the period 2013-2016. The method of
determining the sample used in this study was purposive sampling. The hypothesis
in this research was tested using multiple regression analysis. The results of this
research indicate that environmental performance has a significant effect on
financial performance (ROA). While the ISO 14001 and environmental costs has
no significant effect on financial performance.
Keywords : environmental performance, ISO 14001, environmental cost, financial
performance
viii
PENGARUH ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, ISO 14001, DAN
ENVIRONMENTAL COST TERHADAP KINERJA KEUANGAN
PERUSAHAAN MANUFAKTUR
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kinerja lingkungan, ISO
14001, dan biaya lingkungan terhadap kinerja keuangan. Penelitian ini
menggunakan sampel sebanyak 10 laporan keuangan tahunan perusahaan
manufaktur selama periode 2013-2016. Metode penentuan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Hipotesis dalam
penelitian ini diuji dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kinerja lingkungan berpengaruh signifikan
terhadap kinerja keuangan (ROA). Sedangkan ISO 14001 dan biaya lingkungan
tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan.
Kata kunci : Kinerja lingkungan, ISO 14001, biaya lingkungan, kinerja keuangan
ix
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrohmaanirrohiim
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”PENGARUH
ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, ISO 14001, DAN
ENVIRONMENTAL COST TERHADAP KINERJA KEUANGAN
PERUSAHAAN MANUFAKTUR”. Shalawat serta salam senantiasa penulis
haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membimbing umatnya
menuju jalan kebenaran.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat
guna meraih gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang
telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, syukur
Alhamdulillah penulis hanturkan atas kekuatan Allah SWT yang telah
menganugerahkannya. Selain itu, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima
kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Suyarno dan Ibu Suyati yang telah
memberikan bimbingan, dukungan, serta doa yang tiada hentinya.
2. Kedua kakak saya yang saya sayangi, Masruroh Febrianti dan Fachrulloh
Fauzi, terimakasih atas segala dukungannya dan juga bantuan materi maupun
non materi yang telah diberikan selama saya mengikuti perkuliahan di UIN
Jakarta.
3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan juga selaku dosen
Pembimbing Skripsi saya, yang telah bersedia menyediakan waktunya yang
x
sangat berharga untuk membimbing penulis selama menyusun skripsi. Terima
kasih atas segala masukan, motivasi dan nasihat yang telah diberikan selama
ini.
5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Fitri Yani Jalil, SE., M.Sc selaku dosen Pembimbing Akademik, terima
kasih telah memberikan banyak nasihat, masukan, dan juga motivasi selama
perkuliahan di UIN Jakarta.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang
sangat luas kepada penulis selama perkuliahan, semoga menjadi ilmu yang
bermanfaat dan menjadi amal kebaikan bagi kita semua.
8. Seluruh Staf Tata Usaha serta karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu
peneliti dalam mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lain.
9. Teman-teman seperjuangan saya, Andre, David, Dimas, Iskandar (Bang Is),
Neneng Zakiyah (Neza), terima kasih atas segala support kalian yang tiada
henti selama saya kuliah di UIN, persahabatan kalian, perjuangan kalian,
waktu kalian, the best lah kalian guys!
10. Rahman, terimakasih atas segala bantuannya dan juga masukannya dalam
penyelesaian skripsi saya dari awal sampai akhir sangat terbantu sekali,
#master of spss, #admin spss indonesia.
11. Dinda (bundo), terima kasih sudah menjadi teman yang baik, tempat berbagi,
dan terima kasih untuk wawasan terbukanya. Mas Adam, Ricky, Wasim,
Harun, terimakasih sudah menyempatkan waktunya untuk sekedar berbincang
dan bertukar pendapat, serta motivasi-motivasi kehidupannya. Yugo,
terimakasih sudah menjadi bagian pendukung selama perkuliahan di UIN,
serta seluruh support yang membangun.
12. Keluarga besar Akuntansi A 2013, terimakasih atas kenangan belajar bersama-
sama dan semangatnya selama ini. Semoga apa yang di cita-citakan kalian
dapat kalian wujudkan.
xi
13. Keluarga besar FORKAS (Forum Angkatan) 2013, terimakasih atas segala
pembelajaran yang telah kalian berikan, persaingan sehat kalian, selalu
menjadi orang baik guys!
14. Teman-teman KKN KOPI, Ihsan (Uda), Makiyah, Tiara, Ika, Jannah,
terimakasih atas perjuangannya untuk menyelesaikan laporan KKN,
terimakasih segala kenangannya selama sebulan KKN.
15. Seluruh pihak yang turut berperan dalam penelitian ini namun tidak dapat
disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna dikarnakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki
penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta
masukkan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 05 Februari 2018
(Septiani Mauliddina)
xii
DAFTAR ISI
COVER DALAM ............................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .............................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ........................................ v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ vi
ABSTRACT ...................................................................................................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ix
DAFTAR ISI.................................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ..................................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 11
A. Landasan Teori .......................................................................................... 11
1. Teori Legitimasi ................................................................................... 11
2. Teori Stakeholder.................................................................................. 13
3. Kinerja Keuangan ................................................................................. 14
4. Environmental Performance (Kinerja Lingkungan) ............................. 20
5. ISO 14001 ............................................................................................. 24
6. Environmental Cost (Biaya Lingkungan) ............................................. 25
B. Penelitian Terdahulu .................................................................................. 28
C. Kerangka Pemikiran .................................................................................. 31
D. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis .............................. 32
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................... 38
A. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................... 38
B. Metode Penentuan Sampel ......................................................................... 38
xiii
C. Metode Analisis Data ................................................................................. 39
1. Uji Analisis Deskriptif .......................................................................... 39
2. Uji Asumsi Klasik................................................................................. 39
3. Uji Hipotesis ......................................................................................... 43
D. Operasional Variabel Penelitian ................................................................ 46
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................................................. 50
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................................... 50
B. Analisis Data Penelitian ............................................................................. 51
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ................................................................ 51
2. Hasil Uji Asumsi Klasik ....................................................................... 53
3. Hasil Uji Hipotesis ................................................................................ 57
C. Pembahasan ............................................................................................... 60
BAB V PENUTUP ........................................................................................................ 65
A. Kesimpulan ................................................................................................ 65
B. Implikasi .................................................................................................... 66
C. Saran .......................................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 68
LAMPIRAN..................................................................................................................... 72
xiv
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Hal
2. 1 Kriteria Peringkat PROPER................................................... 22
3. 1 Peringkat PROPER................................................................ 47
3. 2 Tabel Operasional Variabel................................................... 49
4. 1 Tabel Proses Seleksi Sampel.................................................. 50
4. 2 Daftar Sampel Perusahaan..................................................... 51
4. 3 Hasil Uji Statistik Deskriptif.................................................. 52
4. 4 Hasil Uji Statistik Kolmogorov-Smirnov............................... 55
4. 5 Hasil Uji Multikolonieritas.................................................... 55
4. 6 Hasil Uji Runs Test................................................................ 56
4. 7 Hasil Uji Glejser.................................................................... 57
4. 8 Hasil Uji Koefisien Adjusted R Square................................ 58
4. 9 Hasil Uji Simultan F.............................................................. 59
4. 10 Hasil Uji Statistik t................................................................. 59
xv
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Hal
2. 1 Kerangka Pemikiran............................................................... 31
4. 1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram......... 54
4. 2 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Garfik P-Plot................ 54
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Hal
1. Lampiran 1 : Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur ................... 73
2. Lampiran 2 : Daftar Perusahaan Manufaktur Sebelum Outlier ..... 74
3. Lampiran 3 : Jumlah Perusahaan Sesuai Kategori PROPER. ....... 75
4. Lampiran 4 : Tabulasi Kinerja Keuangan (ROA) ......................... 76
5. Lampiran 5 : Tabulasi PROPER ................................................... 78
6. Lampiran 6 : Tabulasi ISO 14001 ................................................. 79
7. Lampiran 7 : Tabulasi Biaya Lingkungan ..................................... 80
8. Lampiran 8 : Hasil Output SPSS ................................................... 82
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semakin pesat dan berkembangnya perekenomian dunia, membuat
persaingan antar perusahaan atau industri semakin ketat, tuntutan terhadap
perusahaan semakin besar. Oleh karena itu para pelaku bisnis dituntut untuk
bisa mengelola sumber daya yang mereka miliki agar lebih efektif dan
efisien. Hal ini guna menunjang apa yang telah menjadi tujuan utama
perusahaan yaitu untuk meningkatkan laba perusahaan (Rizky, 2017).
Menurut Sueb dan Keraf (2014) tingkat laba yang terus meningkat
mencapai keuntungan maksimum merupakan indikator yang baik untuk
kinerja keuangan sebuah perusahaan, kinerja keuangan diposisikan sebagai
penentu sustainability perusahaan.
Kinerja keuangan perusahaan dapat diukur dari laporan keuangan
yang dikeluarkan secara periodik yang memberikan suatu gambaran tentang
posisi keuangan perusahaan (Sudaryanto, 2011). Pengukuran kinerja
keuangan perusahaan harus didasarkan pada laporan keuangan yang
dipublikasikan dan dibuat sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.
Apabila kinerja keuangan perusahaan baik maka akan menarik investor
untuk menyalurkan modalnya sehingga nilai perusahaan meningkat (Sueb
dan Keraf, 2014)
Namun, prinsip memaksimalkan laba perusahaan guna mendapatkan
keuntungan yang maksimal terkadang mengesampingkan manajemen
2
lingkungan, kinerja lingkungan, atau bahkan konservasi lingkungan suatu
perusahaan. Hal ini disebabkan karena perilaku eksploitatif yang
ditunjukkan dalam pemanfaatan sumber daya alam dan kurangnya
tanggungjawab terhadap lingkungan (fisik dan sosial) yang terkadang
menyebabkan kurang terjalinnya hubungan sosial dengan masyarakat
(Mardikanto, 2014).
Damanik dan Yadnyana (2017) mengemukakan bahwa jika suatu
perusahaan ingin bertahan (going concern) maka harus memperhatikan 3P
yaitu profit sebagai keuntungan, people dimana perusahaan harus
memperhatikan kesejahteraan masyarakat dan planet merupakan kontribusi
perusahaan terhadap lingkungan. Oleh karena itu, diharapkan perusahaan
tidak hanya mementingkan dari segi kinerja keuangan, namun juga
diharapkan memperhatikan kondisi masyarakat serta lingkungan sekitar
perusahaan.
Masalah lingkungan di Indonesia merupakan masalah yang penting
dan harus ditindaklanjuti, mengingat dampak buruk yang ditimbulkan dari
pengelolaan lingkungan yang tidak baik semakin nyata. Dalam hal ini
perusahaan manufaktur memiliki kontribusi yang cukup besar dalam
masalah-masalah seperti polusi, limbah, keamanan produk dan tenaga kerja
(Bahri dan Cahyani, 2016). Dilihat dari produksinya perusahaan manufaktur
mau tidak mau akan menghasilkan limbah produksi dan hal ini berhubungan
erat dengan masalah pencemaran lingkungan (Andayani, 2015).
3
Industri manufaktur merupakan industri yang memiliki kaitan yang
sangat erat dengan lingkungan hidup. Betapa tidak, suara-suara yang
dihasilkan dari mesin-mesin produksi dapat berpotensi menghasilkan
pencemaran suara. Alat-alat transportasi yang digunakannya dapat
berpotensi menghasilkan pencemaran getaran dan debu. Pemakaian air
tanah yang berlebihan, air buangan yang belum memenuhi baku mutu,
rembesan minyak/oli, kebocoran bahan bakar berpotensi menghasilkan
pencemaran air. Lalu gas-gas yang dihasilkan dapat berakibat pada
pencemaran udara bila tidak diperhatikan (Mastilah, 2016).
Selain terancam pencabutan izin operasi, perusahaan juga akan
memperoleh banyak tuntutan dari masyarakat sekitar maupun Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) lingkungan hidup yang akan menyebabkan
biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan menjadi besar. Selain itu, juga akan
menutup peluang perusahaan untuk dapat memasarkan produknya ke
perusahaan-perusahaan yang terkenal ramah lingkungan (Mastilah, 2016).
Pemerintah melalui Kementrian Lingkungan Hidup membentuk
Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan
Lingkungan Hidup (PROPER) yang telah dilaksanakan mulai tahun 2002
dibidang pengendalian dampak lingkungan untuk meningkatkan peran
perusahaan dalam program pelestarian lingkungan hidup. Kinerja
lingkungan merupakan hubungan perusahaan dengan lingkungan mengenai
dampak lingkungan dari sumber daya yang digunakan, efek lingkungan dari
proses organisasi, implikasi lingkungan atas produk dan jasa, pemulihan
4
pemrosesan produk serta mematuhi peraturan lingkungan kerja (Damanik
dan Yadnyana, 2017).
Pengungkapan kinerja lingkungan sebagai tanggungjawab sosial
perusahaan dapat mempengaruhi kinerja keuangan. Sebab perusahaan yang
memiliki kinerja lingkungan baik, secara tidak langsung memiliki suatu
informasi sosial yang baik pula sehingga dapat meningkatkan nilai
perusahaan (Bahri dan Cahyani, 2016). Pandangan bahwa suatu perusahaan
yang melakukan kinerja lingkungan yang baik serta pengungkapan
informasi perusahaan yang baik pula diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan investor untuk memanamkan modal. Para investor tidak
hanya melihat kinerja perusahaan dari segi keuangan saja tetapi kinerja
lingkungan yang dilakukan pun perlu diperhatikan. Hal ini menunjukan
bahwa perusahaan yang menerapkan CSR mengharapkan mendapat respon
positif dari pelaku pasar (Bahri dan Cahyani, 2016)
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Andayani
(2015) yang mengemukakan bahwa environmental performance (PROPER)
memiliki hubungan yang positif signifikan dengan ROA, ketika perusahaan
memperhatikan tanggungjawab terhadap lingkungan baik sosial maupun
fisik dimana perusahaan tersebut berada, maka akan memberikan respon
positif bagi para investor dan calon investor dalam memandang perusahaan
tersebut terlebih lagi jika perusahaan tersebut memiliki peringkat yang baik
dalam program kepedulian lingkungan hidup. Respon tersebut dapat berupa
kepercayaan investor dalam menanamkan modal mereka pada perusahaan
5
tersebut melalui saham maupun investasi lainnya. Meningkatnya
kepercayaan para investor dalam menanamkan modal mereka pada
perusahaan akan mendorong meningkatnya return nilai perusahaan yang
diwakili oleh return on asset (ROA) (Andayani, 2015). Hal yang sama juga
diungkapkan pada penelitian Fitriani (2013), dan Whino (2014) bahwa
kinerja lingkungan berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Permasalahan lingkungan memerlukan instrumen atau alat untuk
mengelola permasalahan tersebut. International Organization for
Standarization (ISO) adalah organisasi yang mengeluarkan ISO 14001
tentang standar internasional mengenai Environmental Management System
(SML) merupakan dasar konsep ISO 14000, yaitu suatu sistem untuk
mencapai pengelolaan lingkungan yang baik dan bersifat sukarela
(Ramadhanti, 2013).
Permasalahan yang ada kini yaitu tidak semua perusahaan mau
dan mampu untuk menerapkan SML ISO 14001. Selain karena bersifat
sukarela, beberapa penelitian mengungkapkan bahwa sertifikasi SML
ISO 14001 membutuhkan biaya yang besar bergantung pada
karakteristik dan fasilitas masing-masing perusahaan yang mencakup
biaya investasi dan biaya audit rutin (Aprilasani, 2017). Lebih lanjut, tujuan
menyeluruh dari penerapan SML ISO 14001 sebagai sebuah standar
internasional adalah untuk mendukung perlindungan lingkungan dan
pencegahan pencemaran yang seimbang dengan kebutuhan sosial ekonomi.
Keuntungan ekonomi yang dapat diperoleh dari SML ISO 14001 antara lain
6
memperbaiki kinerja lingkungan secara keseluruhan, menghasilkan suatu
kerangka kerja dalam upaya untuk pencegahan polusi, meningkatkan
efisiensi dan penghematan biaya potensial, dan meningkatkan citra
perusahaan (Sueb dan Keraf, 2014).
Penelitian sebelumnya Tze San Ong et al (2016) meneliti mengenai
pengaruh penerapan ISO 14001 dengan kinerja keuangan perusahaan, dan
hasilnya perusahaan yang menerapkan ISO 14001 dapat meningkatkan
kinerja keuangan perusahaan (ROA dan ROE). Hal ini dikarenakan banyak
investor percaya bahwa perusahaan yang memberi perhatian khusus
terhadap lingkungan akan lebih berkelanjutan daripada yang tidak. Karena
itu, investor juga akan memilih berinvestasi di green companies dalam
jangka panjang. Salah satu indikasi green companies adalah apakah mereka
telah mengadopsi standar ISO 14001 (Tze San Ong et al, 2016).
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Sueb dan
Keraf (2012) bahwa implementasi sistem manajemen lingkungan
berpengaruh positif terhadap pencapaian kinerja keuangan pada perusahaan
yang sudah memperoleh sertifikat ISO 14001 dan terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Namun, berbeda dengan penelitian Hazudin et al (2015),
Andayani (2015), dan Aprilasani et al (2017) mengemukakan bahwa tidak
adanya pengaruh ISO 14001 dengan kinerja keuangan perusahaan.
Dalam menjalankan tanggung jawab sosial perusahaan di bidang
lingkungan, maka perusahaan akan melakukan beberapa aktifitas yang
berhubungan dengan lingkungan. Dengan melakukan aktifitas tersebut maka
7
perusahaan juga akan membutuhkan biaya. Biaya yang timbul dari
melakukan aktifitas lingkungan ini disebut biaya lingkungan. Biaya
lingkungan tersebut merupakan salah satu bentuk informasi dari akuntansi
manajemen lingkungan. Akuntansi manajemen lingkungan dapat
menghasilkan informasi tentang bagaimana penggunaan sumber daya yang
telah diserap perusahaan dan bagaimana dampaknya bagi lingkungan. Biaya
lingkungan yang terjadi pada perusahaan dalam kegiatan usahanya,
merupakan konsekuensi dari upaya perusahaan dalam memelihara
lingkungan (Bangun dan Sunarni, 2013).
Dengan adanya penyajian khusus terkait lingkungan alam, pembaca
report dapat mengetahui besarnya pengukuran yang telah diambil
management atas pengelolaan lingkungan alam. Biaya yang dialokasikan ke
lingkungan alam merupakan investasi bagi perusahaan, perusahaan akan
mendapat manfaat sosial dan ekonomi dalam jangka panjang. Masyarakat
akan merasa dihargai sebagai makhluk sosial tertinggi (Dewi, 2014).
Alokasi biaya lingkungan diperusahaan secara jangka pendek memang
sepertinya merupakan beban dan mengurangi profit perusahaan tetapi
jangka panjangnya dapat menjadi penghematan energi, kerusakan
lingkungan termonitor dan terkendali, perbaikan lingkungan yang
berkesinambungan, produktivitas perusahaan meningkat, citra positif
perusahaan ramah lingkungan dan akhirnya dapat meningkatkan Laba Per
Saham perusahaan (Dewi, 2014).
8
Menurut penelitian Al Sharairi (2005) dalam Fitriani (2013)
menyatakan bahwa biaya lingkungan berpengaruh positif terhadap
keunggulan kompetitif karena biaya lingkungan yang dikeluarkan
perusahaan mampu meningkatkan reputasi perusahaan yang berpengaruh
positif terhadap keunggulan kompetitif. Tidak demikian dengan yang
dilakukan oleh Fitriani (2013) bahwa biaya lingkungan tidak berpengaruh
terhadap kinerja keuangan, dikarenakan sampel perusahaan yang diteliti
belum bisa menjadikan biaya lingkungan sebagai strategi perusahaan,
seperti dana bina lingkungan yang dikeluarkan masih dianggap sebagai
metode ganti rugi atas dampak negatif gangguan atau ketidaknyamanan,
kerusakan dan pencemaran lingkungan yang ditimbulkan. Hal yang sama
terjadi dengan penelitian yang dilakukan oleh Whino (2014) bahwa biaya
lingkungan tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriani (2013),
peneliti memodifikasi penelitian yang dilakukan sebelumnya dengan
menambahkan variabel ISO 14001 sebagai variabel independen. Hal ini
dikarenakan penelitian yang dilakukan oleh peneliti – peneliti sebelumnya
seperti, Tze San Ong et al (2016), Sueb dan Keraf (2014) menyatakan
bahwa ISO 14001 dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Oleh
karena itu peneliti ingin menguji kembali dengan mengambil judul
“Pengaruh Environmental Performance, ISO 14001, dan Environmental
Cost Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur”
9
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh environmental performance terhadap
kinerja keuangan pada perusahaan manufaktur?
2. Apakah terdapat pengaruh ISO 14001 terhadap kinerja keuangan pada
perusahaan manufaktur?
3. Apakah terdapat pengaruh environmental cost terhadap kinerja
keuangan pada perusahaan manufaktur?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Menganalisis pengaruh environmental performance terhadap
kinerja keuangan pada perusahaan manufaktur
b. Menganalisis pengaruh ISO 14004 terhadap kinerja keuangan
pada perusahaan manufaktur
c. Menganalisis pengaruh environmental cost terhadap kinerja
keuangan pada perusahaan manufaktur
2. Manfaat Penelitian
a. Kontribusi Teoritis
1) Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan di
bidang keuangan dan sosial lingkungan, khususnya
mengenai faktor –faktor yang mempengaruhi kinerja
keuangan dan lingkungan.
10
2) Menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya yang akan
meneliti pengaruh environmental performance, ISO
14001, dan environmental cost terhadap kinerja
keuangan.
3) Sebagai sarana untuk menambah wawasan di bidang
lingkungan, khususnya mengenai pengaruh environmental
performance, ISO 14001, dan environmental cost terhadap
kinerja keuangan, sehingga diharapkan dapat bermanfaat
bagi penulis di masa yang akan datang.
b. Kontribusi Praktis
1) Menjadi referensi bagi para investor sebelum
menanamkan modalnya, dengan melihat kepedulian
perusahaan terhadap lingkungan.
2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
kepedulian bagi pihak perusahaan yang bergerak di semua
jenis industri untuk meningkatkan akan kesadaran
lingkungan.
3) Diharapkan perusahaan dapat menerapkan sertifikasi IS0
14001 dan environmental cost untuk menunjang kinerja
lingkungan dan keberlangsungan perusahaan agar lebih
baik lagi.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Legitimasi
Teori legitimasi adalah organisasi bukan hanya harus terlihat
memperhatikan hak-hak investor namun secara umum juga harus
memperhatikan hak-hak publik (Deegan dan Rankin, 1996). Dalam
usaha memperoleh legitimasi, perusahaan melakukan kegiatan sosial
dan lingkungan yang memiliki implikasi akuntansi pada pelaporan dan
pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan melalui pelaporan
sosial dan lingkungan yang dipublikasikan (Bahri dan Cahyani, 2016).
Teori legitimasi menegaskan bahwa perusahaan terus berupaya
untuk memastikan bahwa mereka beroperasi dalam bingkai dan norma
yang ada dalam masyarakat atau lingkungan dimana perusahaan
berada, dimana mereka berusaha untuk memastikan bahwa aktivitas
perusahaan diterima oleh pihak luar sebagai suatu yang “sah”
(Deegan, 2004). Legitimasi organisasi dapat dilihat sebagai sesuatu
yang diberikan masyarakat kepada perusahaan dan sesuatu yang
diinginkan atau dicari perusahaan dari masyarakat (Bahri dan
Cahyani, 2016).
Dengan demikian, legitimasi dapat dikatakan sebagai manfaat
atau sumber potensial bagi perusahaan untuk bertahan hidup
(O’Donovan, 2002). Oleh karena itu, teori legitimasi ini menekankan
12
pada perusahaan dalam melakukan kegiatannya perlu
mempertimbangkan keselarasan norma dan nilai-nilai sosial agar
dapat diakui dan diterima dalam lingkungannya. Hal ini penting guna
menjaga eksistensi sebuah perusahaan (Bahri dan Cahyani, 2016).
Teori legitimasi kaitannya dengan kinerja ekonomi dan kinerja
keuangan adalah apabila terjadi ketidakselarasan antara sistem-sistem
nilai perusahaan dan sistem nilai masyarakat maka perusahaan dapat
kehilangan legitimasinya, yang selanjutnya akan mengancam
kelangsungan hidup perusahaan (Lindblom dalam Setyaningsih,
2016). Anggraini (2006) menyatakan bahwa dalam usaha memperoleh
legitimasi, perusahaan melakukan kegiatan sosial dan lingkungan
yang memiliki implikasi akuntansi pada pelaporan dan pengungkapan
dalam pelaporan tahunan perusahaan melalui pelaporan sosial dan
lingkungan yang dipublikasikan.
Ghozali dan Chariri (2007) dalam Bahri dan Cahyani (2016)
menyatakan bahwa hal yang mendasari teori legitimacy adalah
“kontrak sosial” antara perusahaan dengan masyarakat dimana
perusahaan beroperasi dan menggunakan sumber ekonomi. Shocker
dan Sethi (1974) dalam Bahri dan Cahyani (2016) memberikan
penjelasan tentang konsep kontrak sosial bahwa:
“Semua institusi sosial tidak terkecuali perusahaan beroperasi di
masyarakat melalui kontrak sosial, baik eksplisit maupun impliit,
dimana kelangsungan hidup dan pertumbuhannya didasarkan pada
hasil akhir yang secara sosial dapat diberikan kepada masyarakat luas
dan distribusi manfaat ekonomi, sosial atau politik kepada kelompok
sesuai dengan power yang dimiliki.”
13
2. Teori Stakeholder
Konsep tanggung jawab sosial perusahaan telah mulai dikenal
sejak awal 1970-an, yang secara umum dikenal dengan teori
stakeholder (stakeholder theory), artinya sebagai kumpulan kebijakan
dan praktik yang berhubungan dengan stakeholder, nilai-nilai,
pemenuhan ketentuan hukum, penghargaan masyarakat dan
lingkungan, serta komitmen dunia usaha untuk kontribusi dalam
pembangunan berkelanjutan (Bahri dan Cahyani, 2016). Teori
stakeholder menyatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang
hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri, tetapi juga harus
memperhatikan kepentingan stakeholder (Ghozali, 2007 dalam Bahri
dan Cahyani 2016).
Hal ini dikarenakan kelangsungan hidup perusahaan tergantung
pada dukungan yang diberikan oleh para stakeholdernya. Timbulnya
stakeholder theory disebabkan suatu keadaan (hukum) yang
memprioritaskan kepentingan pemegang saham dan sebaliknya,
menomorduakan kepentingan pemasok, pelanggan, karyawan, dan
masyarakat sekitarnya. Stakeholder theory sangat mendasari dalam
praktek corporate social responsibility (CSR), hal ini dikarenakan
informasi dalam CSR berisi pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan yang dibutuhkan oleh stakeholder dan masyarakat sekitar.
Pada dasarnya pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan
bertujuan untuk memperlihatkan kepada masyarakat aktivitas sosial
14
yang dilakukan oleh perusahaan dan pengaruhnya terhadap
masyarakat (Bahri dan Cahyani 2016).
3. Kinerja Keuangan
Stoner dan Sirait (1995) dalam Fitriani (2013) mendefinisikan
kinerja sebagai ukuran seberapa efisien dan efektif seorang manajer
atau sebuah perusahaan, seberapa baik manajer atau perusahaan
mencapai tujuan yang memadai. Sedangkan menurut Parker dalam
Tjahjono (2013), kinerja (performance) merupakan gabungan dari
kemampuan untuk melakukan pekerjaan dan memotivasi untuk
berprestasi. Motivasi berprestasi merupakan gabungan dari
kemungkinan bahwa usaha tersebut akan mendapat penghargaan dan
nilai penghargaan tersebut bagi individu.
Pengertian kinerja keuangan menurut Sucipto (2003) yaitu
penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan
suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Dalam mengukur kinerja
keuangan perlu dikaitkan antara organisasi perusahaan dengan pusat
pertanggungjawaban. Dalam melihat organisasi perusahaan dapat
diketahui besarnya tanggungjawab manajer yang diwujudkan dalam
bentuk prestasi kerja keuangan. Namun demikian mengatur besarnya
tanggungjawab sekaligus mengukur prestasi keuangan tidaklah mudah
sebab ada yang dapat diukur dengan mudah dan ada pula yang sukar
untuk diukur.
15
Kinerja keuangan perusahaan adalah sesuatu yang sulit diukur
secara eksak dan lebih menyerupai suatu seni karena didalamnya
terkandung aspek subjektif dan objektif dari si penilai. Terlepas dari
hal tersebut, terdapat beberapa cara yang harus ditempuh agar analisis
kinerja keuangan yang dilakukan dapat menjadi suatu tolak ukur yang
dapat diandalkan dan dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan
strategic (Amir, 2002 dalam Mastilah, 2016).
Pengukuran kinerja merupakan suatu perhitungan tingkat
efektivitas dan efisiensi suatu perusahaan dalam kurun waktu tertentu
untuk mencapai hasil yang optimal. Dalam memberikan suatu
gambaran tentang posisi keuangan suatu perusahaan, dapat dilihat dari
kinerja keuangan perusahaan yang diukur dari laporan keuangan yang
dikeluarkan secara periodik. Penilaian prestasi atau kinerja suatu
perusahaan diukur karena dapat dipakai sebagai dasar pengambilan
keputusan baik pihak internal maupun pihak eksternal (Pujiasih,
2013). Investor menggunakan informasi yang terkandung dalam
laporan keuangan untuk memperoleh perkiraan laba dan dividen di
masa mendatang (Setyaningsih, 2016).
Pemilihan indikator penilaian sebagai proksi untuk mengukur
kinerja keuangan perusahaan merupakan faktor yang sangat penting
untuk diperhatikan karena menyangkut ketepatan hasil dalam
penelitian tersebut. Menurut Amir (2002) untuk melakukan penilaian
kinerja perusahaan dapat dilihat melalui dua sudut pandang, yaitu:
16
a. Sudut pandang finansial: Adalah pengukuran kinerja dari
aspek-aspek finansial perusahaan seperti likuiditas,
solvabilitas, dan rentabilitas.
b. Sudut pandang non finansial: Adalah pengukuran kinerja
dari aspek-aspek non finansial perusahaan seperti
kepuasan pelanggan, inovasi produk, dan pengembangan
perusahaan.
Dari aspek-aspek pengukuran tersebut yang paling penting
adalah pengukuran dilihat dari aspek keuangan. Pengukuran kinerja
keuangan ini penting karena dengan kinerja ini para manajer
mendapatkan informasi yang akan digunakan dalam menetukan
ukuran keuangan perusahaan guna mengambil keputusan (Mastilah,
2016).
Kinerja keuangan adalah hasil keputusan berdasarkan penilaian
terhadap kemampuan perusahaan, baik dari aspek likuiditas, aktivitas,
solvabilitas dan profitabilitas yang dibuat oleh pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap perusahaan. Aspek-aspek tersebut dipakai
oleh manajemen sebagai salah satu pedoman untuk mengelola sumber
daya yang dipercayakan kepadanya. Kinerja keuangan perusahaan
dapat diukur menggunakan berbagai rasio keuangan (Mastilah, 2016).
Informasi tentang posisi keuangan perusahaan untuk mengukur
kinerja perusahaan dapat diperoleh dari laporan keuangan perusahaan.
Dari sudut pandang investor, analisis laporan keuangan digunakan
17
untuk memprediksi masa depan, sedangkan dari sudut pandang
manajemen, analisis laporan keuangan digunakan untuk
mengantisipasi kondisi di masa depan dan, yang lebih penting, sebagai
titik awal untuk perencanaan tindakan yang akan mempengaruhi
peristiwa di masa depan (Brigham dan Houston, 2001 dalam Mastilah,
2016).
Kinerja keuangan suatu perusahaan dapat diukur menggunakan
rasio keuangan. Rasio keuangan merupakan alat analisis yang paling
sering digunakan. Sucipto (2003) dalam Setyaningsih (2016)
menyatakan rasio keuangan menghubungkan berbagai perkiraan yang
terdapat dalam laporan keuangan sehingga kondisi keuangan dan hasil
operasi suatu perusahaan dapat diinterpretasikan. Rasio keuangan
dirancang untuk menganalisis atau mengevaluasi laporan keuangan
yang berisi data tentang posisi perusahaan dan operasi perusahaan
(Setyaningsih, 2016).
Menurut Jumingan (2006) dalam Camilia (2016), analisis rasio
keuangan merupakan analisis dengan membandingkan satu pos
laporan dengan pos laporan keuangan lainnya, baik secara individu
maupun bersama-sama guna mengetahui hubungan diantara pos
tertentu, baik dalam neraca maupun dalam laporan laba rugi. Rasio
keuangan memiliki banyak jenis sebagai berikut :
a. Rasio Likuiditas, rasio yang menggambarkan kemampuan
suatu perusahaan untuk melunasi semua kewajiban yang
18
harus segera dipenuhi (hutang jangka pendeknya). Rasio
likuiditas yang umum dipergunakan untuk mengukur
tingkat likuiditas suatu perusahaan antara lain: current
ratio, quick ratio dan cash ratio.
b. Rasio Solvabilitas, rasio yang menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi segala kewajibannya baik
jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan
dilikuidasi. Macam-macam rasio keuangan berkaitan
dengan rasio solvabilitas yang biasa digunakan adalah
debt ratio dan debt to equity ratio.
c. Rasio Profitabilitas, rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan suatu perusahaan dalam mendapatkan laba .
Perhatian ditekankan pada rasio ini karena hal ini
berkaitan erat dengan kelangsungan hidup perusahaan.
Ada beberapa yang umum dipergunakan untuk mengukur
rasio ini yakni adalah profit margin, gross profit margin,
net profit margin, return on investment (ROI) dan return
on assets (ROA).
d. Rasio Aktivitas, Rasio ini melihat pada beberapa asset
kemudian menentukan berapa tingkat aktivitas aktiva-
aktiva tersebut pada tingkat kegiatan tertentu. Beberapa
rasio aktivitas yang digunakan adalah perputaran piutang,
19
perputaran persediaan, perputaran aktiva tetap dan
perputaran total aktiva.
Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
return on asset (ROA). Menurut Baridwan (2002) dalam Mastilah
(2016) ROA merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan laba dengan menggunakan total aset (kekayaan) yang
dipunyai perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk
mendanai aset tersebut. Return on asset (ROA) merupakan bagian dari
rasio profitabilitas dalam analisis laporan keuangan atau pengukuran
kinerja keuangan perusahaan.
Rasio ini biasa diinterpretasikan sebagai hasil dari serangkaian
kebijakan perusahaan (strategi) dan pengaruh dari faktor-faktor
lingkungan (environmental factors). Return on asset (ROA)
menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan.
Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva
dapat lebih cepat berputar dan meraih laba (Harahap, 2007).
Return on Assets (ROA) adalah rasio profitabilitas perusahaan
yang diukur dengan membandingkan laba bersih dengan total aset
perusahaan, untuk mengukur efektivitas penggunaan aset perusahaan,
dapat dirumuskan sebagai berikut (Brigham and Houston, 2006 dalam
Prasinta 2012):
20
4. Environmental Performance (Kinerja Lingkungan)
Menurut Suratno (2006) dalam Camilia (2016) menyatakan
bahwa kinerja lingkungan adalah kinerja perusahaan dalam
menciptakan lingkungan yang baik atau green. Menurut Pflieger et al
(2005) dalam Mastilah (2016) menjelaskan bahwa kegiatan
perusahaan dalam bidang pelestarian lingkungan akan mendatangkan
sejumlah keuntungan, diantaranya ketertarikan pemegang saham dan
stakeholder terhadap keuntungan perusahaan akibat pengelolaan
lingkungan yang bertanggungjawab.
Menurut Bawley dan Li (2000) dalam Clarkson et al (2006)
kinerja lingkungan adalah:
”proxied by their industry membership and by whether they
report to the Ministry of Environment under the National Pollution
Release Inventory program”.
Berdasarkan kutipan tersebut dapat dijelaskan bahwa kinerja
lingkungan adalah kinerja yang dapat ditunjukkan oleh para anggota
industri dengan melaporkan kinerjanya kepada Kementerian
Lingkungan Hidup untuk program yang terkait. Jadi dengan
demikan kinerja lingkungan (environmental performance) ialah
seluruh kegiatan dan aktivitas perusahaan yang memperlihatkan
kinerja perusahaan dalam menjaga lingkungan sekitarnya serta
melaporkannya kepada pihak yang berkepentingan (Royanviani,
2012).
21
Di Indonesia, penerapan kinerja lingkungan perusahaan
difasilitasi dengan adanya Program Penilaian Peringkat Kinerja
Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER), yaitu
instrumen informasi yang digunakan untuk mendorong penaatan
perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup oleh Kementrian
Lingkungan Hidup. Dari PROPER ini maka akan mendapatkan
penilaian berupa pemeringkatan perusahaan dalam menjalankan
ketaatannya melakukan kinerja lingkungan (Camilia, 2016).
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 5 tahun 2011
tentang Pedoman Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam
Pengelolaan Lingkungan Hidup mengatur tetang mekanisme dan
Kriteria Penilaian Proper. Kriteria Penilaian PROPER di bedakan
menjadi 2, yaitu :
a. kriteria ketaatan yang digunakan untuk pemeringkatan
biru, merah, dan hitam. Kriteria ketaatan pada dasarnya
adalah penilaian ketaatan perusahaan terhadap peraturan
lingkungan hidup. Peraturan yang digunakan sebagai dasar
penilaian adalah peraturan:
1) Penerapan Dokumen Pengelolaan Lingkungan
2) Pengendalian Pencemaran Air
3) Pengendalian Pencemaran Udara
4) Pengelolaan Limbah B3
5) Pengendalian Pencemaran Air Laut
22
6) Kriteria Kerusakan Lingkungan
b. kriteria penilaian aspek lebih dari yang dipersyaratkan
(beyond compliance) untuk pemeringkatan hijau dan emas.
Aspek yang dinilai adalah :
1) Sistem manajemen lingkungan
2) Efisiensi energi.
3) Penurunan emisi
4) Pemanfaatan dan pengurangan limbah B3.
5) Penerapan 3 R limbah padat non B3.
6) Konservasi air dan penurunan beban pencemaran air
7) Perlindungan keanekaragaman hayati.
8) Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat.
Program penilaian peringkat kinerja perusahaan dalam
pengelolaan lingkungan hidup ini, diperkenalkan screening kinerja
berdasarkan kriteria peringkat PROPER yang dikeluarkan oleh
Kementrian Lingkungan Hidup sebagai berikut :
Tabel 2. 1
Kriteria Peringkat PROPER Indikator
Warna Keterangan Skor
Emas Telah secara konsisten menunjukkan keunggulan
lingkungan dalam proses produksinya. 5
Hijau Telah melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari
yang dipersyaratkan dalam peraturan. 4
Biru Telah melakukan upaya pengelolaan lingkungan yang
dipersyaratkan sesuai dengan ketentuan. 3
Merah Upaya pengelolaan lingkungan hidup yang tidak sesuai
dengan ketentuan yang disyaratkan. 2
Hitam
Diberikan kepada penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan yang sengaja melakukan perbuatan atau
kelalaian yang menyebabkan pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan.
1
Sumber: Laporan PROPER tahun 2011
23
Aspek penilaian dalam PROPER difokuskan pada penilaian
ketaatan perusahaan dalam pengendalian pencemaran air,
pengendalian pencemaran udara, pengelolaan limbah bahan berbahaya
dan beracun (B3), kewajiban lain yang terkait dengan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), penetapan Sistem
Manajemen Lingkungan (SML), konservasi dan pemanfaatan sumber
daya, serta kegiatan sosial perusahaan (Camilia, 2016).
Pemerintah melalui Kementrian Lingkungan Hidup membentuk
Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan
Lingkungan Hidup (PROPER). Program ini telah dilaksanakan mulai
tahun 2002 di bidang pengendalian dampak lingkungan untuk
meningkatkan peran perusahaan dalam program pelestarian
lingkungan hidup dan diumumkan secara rutin kepada masyarakat.
PROPER ini merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengetahui
berpengaruh atau tidaknya kinerja lingkungan terhadap kinerja
keuangan perusahaan. Adanya pengelolaan lingkungan yang baik akan
dapat meningkatkan meningkatkan kualitas produksi, meningkatkan
citra baik perusahaan yang nantinya juga dapat meningkatkan kinerja
keuangan perusahaan (Sarumpaet, 2005 dalam Camilia, 2016).
Penilaian Peringkat Kinerja Penaatan dalam Pengelolaan
Lingkungan mulai dikembangkan oleh Kementerian Negara
Lingkungan Hidup, sebagai salah satu alternatif instrumen penaatan
sejak tahun 1995. PROPER bermaksud agar para stakeholder dapat
24
menyikapi secara aktif informasi tingkat penaatan ini, dan mendorong
perusahaan untuk lebih meningkatkan kinerja pengelolaan
lingkungannya. Sehingga pada akhirnya dampak lingkungan dari
kegiatan perusahaan dapat diminimalisasi. Dengan kata lain, PROPER
merupakan Public Disclosure Program for Environmental
Compliance (Mastilah, 2016).
5. ISO 14001
Sistem Manajemen Lingkungan (SML) adalah bagian dari
pengelolaan lingkungan internal dan eksternal (Hariadi, 2004 dalam
Ramadhanti, 2013). Lingkungan Internal mencakup kedalam
lingkungan pabrik lokasi fasilitas produksi, kondisi lingkungan kerja,
dampak yang diterima oleh karyawan dalam lingkungan kerjanya.
Lingkungan Eksternal merupakan lingkungan di luar lokasi
pabrik/fasilitas produksi yang dapat menimbulkan dampak pada
lingkungan disekitarnya, termasuk masyarakat di sekitar lokasi pabrik.
Permasalahan lingkungan memerlukan instrumen atau alat untuk
mengelola permasalahan tersebut. International Organization for
Standarization (ISO) adalah organisasi yang mengeluarkan ISO 14001
tentang standar internasional mengenai Environmental Management
System (SML) merupakan dasar konsep ISO 14000, yaitu suatu sistem
untuk mencapai pengelolaan lingkungan yang baik dan bersifat
sukarela (Ramadhanti, 2013).
25
ISO 14001 ini diterapkan secara sukarela (voluntary) oleh
perusahaan-perusahaan dengan tujuan untuk:
a. Mendorong upaya dan melakukan pendekatan untuk
pengelolaan lingkungan hidup dan sumber daya alam dan
kualitas pengelolaannya diseragamkan pada lingkup
global
b. Meningkatkan kemampuan organisasi untuk mampu
memperbaiki kualitas dan kinerja lingkungan hidup dan
sumber daya alam
c. Memberikan kemampuan dan fasilitas pada kegiatan
ekonomi dan industri sehingga tidak mengalami rintangan
dalam berusaha (Prayudhi, 2009).
Perusahaan yang ingin memiliki sertifikasi ISO 14001 harus
melalui proses penilaian berupa audit untuk melihat kepatuhan
perusahaan tersebut dengan standar 14001. Bila perusahaan telah
memiliki sertifikasi tersebut, perusahaan harus melakukan review
internal tahunan untuk memastikan kepatuhan terhadap standar ISO
14001 dan audit kembali setiap 3 tahun untuk serifikasi ulang
(Alexander et al, 2008).
6. Environmental Cost (Biaya Lingkungan)
Biaya lingkungan mencakup dari keseluruhan biaya-biaya
paling nyata (seperti limbah buangan), untuk mengukur
ketidakpastian, biaya lingkungan pada dasarnya berhubungan dengan
26
produk, proses, sistem, atau fasilitas penting untuk pengambilan
kepurusan manajemen yang baik (Rohelmy et al, 2015).
Hansen dan Mowen (2007) menyatakan biaya lingkungan
adalah biaya-biaya yang terjadi karena adanya kualitas lingkungan
yang buruk atau karena kualitas lingkungan yang buruk mungkin
terjadi. Maka, biaya lingkungan berhubungan dengan kreasi, deteksi,
perbaikan, dan pencegahan degradasi lingkungan. Dengan definisi ini,
biaya lingkungan dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori: biaya
pencegahan (prevention cost), biaya deteksi (detection cost), biaya
kegagalan internal (internal failure cost), dan biaya kegagalan
eksternal (external failure cost).
a. Biaya pencegahan (prevention costs)
Biaya-biaya aktivitas yang dilakukan untuk
mencegah diproduksinya limbah atau sampah yang dapat
merusak lingkungan. Contoh: perencanaan kualitas,
tinjauan ulang produk baru, pengendalian proses, audit
kualitas, pelatihan.
b. Biaya deteksi (detection costs)
Biaya-biaya aktivitas yang dilakukan untuk
menentukan bahwa produk, proses, dan aktivitas lain di
perusahaan telah memenuhi standar lingkungan yang
berlaku atau tidak. Contoh: inspeksi dan pengujian
kedatangan material, inspeksi dan pengujian produk dalam
27
proses, inspeksi dan pengujian produk akhir, audit kualitas
produk, pemeliharaan akurasi, evaluasi stok.
c. Biaya kegagalan internal (internal failure costs)
Biaya-biaya aktivitas yang dilakukan karena
diproduksinya limbah dan sampah, tetapi tidak dibuang ke
lingkungan luar. Contoh: scrap, pengerjaan ulang, analisis
kegagalan, pengujian ulang, down grading.
d. Biaya kegagalan eksternal (external failure costs)
Biaya-biaya aktivitas yang dilakukan setelah
melepas limbah atau sampah ke lingkungan. Contoh:
jaminan, penyelesaian keluhan, produk dikembalikan
(Rohelmy, 2015)
Menurut Whino (2014), biaya lingkungan dapat dihitung dengan
rumus: :
28
B. Penelitian Terdahulu
No. Peneliti (Tahun)
Judul
Variabel Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1. Aprilasani et al (2017)
Pengaruh Sertifikasi Sistem
Manajemen Lingkungan ISO
14001 Pada Kinerja Perusahaan
Penggunaan variabel
independen yaitu ISO 14001,
dan penggunaan variabel
dependen kinerja keuangan
perusahaan dengan proksi
ROA
Penambahan variabel biaya
lingkungan pada penelitian ini
dan penelitian ini menggunakan
sampel perusahaan manufaktur,
sedangkan penelitian
sebelumnya menggunakan
perusahaan yang terdaftar di
BEI
Sertifikasi ISO 14001 tidak berpengaruh
pada kinerja lingkungan, dan tidak ada
bukti kuat bahwa ISO 14001
berpengaruh pada kinerja keuangan
perusahaan berdasarkan ROA dan Sales.
2. Setyaningsih (2016)
Pengaruh Kinerja Lingkungan
Terhadap Kinerja Keuangan
Dengan Corporate Social
Responsibility Sebagai
Pemoderasi
Variabel independen kinerja
lingkungan
Penambahan variabel
independen ISO 14001 dan
biaya lingkungan pada
penelitian ini
Kinerja Lingkungan tidak berpengaruh
positif terhadap Return On Equity
(ROE).
3. Tze San Ong et al (2016)
Environmental Management
System and Financial
Performance
Variabel independen dan
dependen yaitu ISO 14001
dan kinerja keuangan
Sampel yang digunakan pada
penelitian sebelumnya
perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Malaysia.
Penambahan variabel
independen pada penelitian ini
yaitu Kinerja Lingkungan dan
Biaya Lingkungan
ISO 14001 berpengaruh terhdap Kinerja
Keuangan (ROA dan ROE).
4. Rezin Andayani (2015)
Hubungan Antara ISO 14001,
Environmental performance Dan
Environmental disclosure
Terhadap Economic Performance
Variabel Independen ISO
14001, Environmental
performance
Penelitian sebelumnya
menggunakan variabel
independen Environmental
disclosure, sedangkan pada
penelitian ini menggunakan
variabel independen
environmental cost.
ISO 14001 memiliki hubungan yang
positif tidak signifikan dengan economic
performance. Environmental
performance (PROPER) memiliki
hubungan yang positif signifikan dengan
economic performance. Environmental
disclosure memiliki hubungan yang
29
No. Peneliti (Tahun)
Judul
Variabel Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
Objek penelitian sebelumnya
perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI tahun 2011-
2013, sedangkan penelitian ini
menggunakan objek penelian
perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI tahun 2014-
2016
positif signifikan dengan economic
performance.
5. Siti Fahazarina Hazudin, et al
(2015)
ISO 14001 and financial
performance: is the accreditation
financially worth it for malaysian
firms
Persamaan dalam penelitian
ini menggunakan variabel ISO
14001
Pada penelitian ini
menggunakan variabel lain yaitu
environmental performance dan
environmental cost
ISO 14001 tidak signifikan terhadap
kinerja keuangan yang diukur
menggunakan aset perusahaan,
profitabilitas, leverage, likuiditas, dan
earning per share (EPS)
6.
Whino Sekar Prasetyaning
Tunggal, Fachrurrozie (2014)
Pengaruh Environmental
performance, Environmental cost
Dan Csr Disclosure Terhadap
Financial Performance
Persamaan dalam penelitian
ini menggunakan variabel
independen kinerja
lingkungan, dan biaya
lingkungan
Perbedaan dalam penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya
adanya penambahan variabel
independen yaitu ISO 14001,
sedangkan dalam penelitian
sebelumnya menggunakan
variabel intervening
pengungkapan CSR
Environmental performance memiliki
pengaruh positif yang signifikan
terhadap financial performance dan CSR
Disclosure. CSR Disclosure tidak
memiliki pengaruh terhadap financial
performance, dan environmental cost
tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap CSR Disclosure. Sebagai
variabel intervening CSR Disclosure
dapat memberikan dukungan positif
untuk pengaruh secara tidak langsung
antara environmental cost terhadap
financial performance, akan tetapi tidak
untuk pengaruh environmental
performance terhadap financial
performance.
7. Fitriani (2013)
Pengaruh Kinerja Lingkungan
Persamaan penelitian ini
menggunakan kinerja
Penelitian ini menambahkan
variabel lain yaitu ISO 14001
Kinerja lingkungan berpengaruh positif
terhadap kinerja keuangan.
30
No. Peneliti (Tahun)
Judul
Variabel Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
Dan Biaya Lingkungan Terhadap
Kinerja Keuangan Pada BUMN
lingkungan dan biaya
lingkungan
Biaya lingkungan, ukuran pertusahaan,
dan leverage menunjukkan hasil bahwa
tidak berpengaruh antara ketiga variabel
tersebut terhadap kinerja keuangan.
8. Sueb dan Keraf (2012)
Relasi Sistem Manajemen
Lingkungan ISO 14001 Dan
Kinerja Keuangan
Menggunakan variabel
independen SML ISO 14001
dan variabel dependen kinerja
keuangan
Penambahan variabel
independen yaitu kinerja
lingkungan dan biaya
lingkungan
Sistem manajemen lingkungan yang satu
dengan lainnya mempunyai hubungan
dan saling mempengaruhi. Implementasi
sistem manajemen lingkungan
berpengaruh positif terhadap pencapaian
kinerja keuangan pada perusahaan yang
sudah memperoleh sertifikat ISO 14001
dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sumber: Diolah dari berbagai referensi
31
C. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan uraian sebelumnya, melihat adanya pengaruh kinerja
lingkungan, ISO 14001, dan biaya lingkungan terhadap kinerja keuangan
perusahaan, maka kerangka pemikiran yang menggambarkan hubungan
antar variabel tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar 2. 1
Kerangka Pemikiran
Variabel Independen Variabel Dependen
Kinerja Keuangan
(ROA)
Metode Analisis: Regresi Linear
Kesimpulan
Hasil dan Pembahasan
ISO 14001 (X2)
Environmental
Performance (X1)
Environmental Cost
(X3)
Basis Teori :
Teori Legitimasi dan Teori Stakeholder
Pengaruh Environmental Performance, ISO
14001, dan Environmental Cost Terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan Manufaktur
32
D. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis
1. Pengaruh Environmental Performance terhadap Kinerja Keuangan
Environmental performance adalah kinerja perusahaan dalam
menciptakan lingkungan yang baik (green) (Andayani, 2015).
Perusahaan dipandang sebagai organisasi yang harus conform dengan
aturan masyarakat untuk menjamin social approval dan dapat terus
eksis (Whino, 2014). Environmental performance perusahaan diukur
dari prestasi perusahaan dalam mengikuti PROPER yang merupakan
salah satu upaya yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup
(KLH) untuk mendorong penataan perusahaan dalam pengelolaan
lingkungan hidup melalui instrumen informasi (Andayani, 2015).
Penelitian yang dilakukan Fitriani (2013) membuktikan bahwa
PROPER yang digunakan sebagai alat ukur kinerja lingkungan
perusahaan berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan,
menunjukkan bahwa semakin baik kinerja lingkungan maka akan
direspon positif oleh investor melalui fluktuasi harga saham
perusahaan yang dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.
Hal ini akan berpengaruh terhadap pendapatan dan laba perusahaan
yang merupakan indikator dari kinerja keuangan.
Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan Damanik
dan Yadnyana (2017), menemukan bahwa perusahaan dengan tingkat
pertumbuhan tinggi, kinerja lingkungan berpengaruh positif terhadap
kinerja keuangan sedangkan pada perusahan dengan tingkat
33
pertumbuhan rendah, kinerja lingkungan berpengaruh negatif terhadap
kinerja keuangan. Hal ini karena perusahaan dengan tingkat
pertumbuhan tinggi memiliki gaya manajemen yang lebih organik dan
dapat mengambil keuntungan tambahan dengan berinvestasi melalui
kinerja lingkungan.
Penelitian lain yang mengemukakan hal serupa seperti, Whino
(2014), dan Andayani (2015) menyatakan bahwa kinerja lingkungan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan (ROA).
Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya sebagaimana telah
dipaparkan di atas, maka dapat disusun hipotesis penelitian sebagai
berikut.
H1: Environmental Performance berpengaruh terhadap Kinerja
Keuangan
2. Pengaruh ISO 14001 terhadap Kinerja Keuangan
Permasalahan kerusakan lingkungan salah satunya disebabkan
dari eksternalitas pada kegiatan ekonomi. Eksternalitas merupakan
kondisi dimana kesejahteraan suatu individu/kelompok tidak hanya
bergantung pada aktivitasnya namun dipengaruhi pula oleh aktivitas
individu/kelompok lain. Eksternalitas negatif pada lingkungan alam
dan lingkungan sosial sebagai dampak dari aktivitas industri, dapat
menimbulkan market failure yang kemudian berdampak pada
perekonomian (Tietenberg dan Lewis, 2011 dalam Aprilasani et al,
34
2017). Oleh karena itu, perlu penerapan sistem pengelolaan
lingkungan untuk memastikan keberlanjutan industri.
Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 (SML ISO-14001)
merupakan suatu perangkat pengelolaan lingkungan yang bersifat
sukarela (voluntary) bertujuan untuk secara berkelanjutan mencapai
perbaikan pengelolaan dan pengendalian dampak lingkungan, dengan
prinsip kerja yang mengutamakan pencegahan polusi, taat dengan
peraturan dan perbaikan berkelanjutan. Kepedulian terhadap
lingkungan sebenarnya muncul akibat dari berbagai dorongan dari
pihak luar perusahaan, antara lain: pemerintah, konsumen,
stakeholder, dan persaingan (Andayani, 2015).
Keuntungan ekonomi yang dapat diperoleh dari SML ISO
14001 antara lain memperbaiki kinerja lingkungan secara keseluruhan,
menghasilkan suatu kerangka kerja dalam upaya untuk pencegahan
polusi, meningkatkan efisiensi dan penghematan biaya potensial, dan
meningkatkan citra perusahaan (Sueb dan Keraf, 2012).
Di dukung dengan penelitian Tze San Ong et al (2016) yang
meneliti mengenai pengaruh penerapan ISO 14001 dengan kinerja
keuangan perusahaan, dan hasilnya perusahaan yang menerapkan ISO
14001 dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan (ROA dan
ROE). Hal ini dikarenakan banyak investor percaya bahwa perusahaan
yang memberi perhatian khusus terhadap lingkungan akan lebih
berkelanjutan daripada yang tidak. Karena itu, investor juga akan
35
memilih berinvestasi di green companies dalam jangka panjang. Salah
satu indikasi green companies adalah apakah mereka telah
mengadopsi standar ISO 14001 atau tidak (Tze San Ong et al, 2016).
Hal ini menunjukkan apabila perusahaan dapat menjaga
lingkungannya dan tidak merusak lingkungan maka akan menambah
keuntungan yang dilihat dari banyaknya investor yang menaruh
kepercayaan terhadap perusahaan tersebut.
Hal serupa juga sama dengan penelitian Sueb dan Keraf (2012)
yang menyatakan bahwa elemen yang ada di dalam ISO 14001
mempunyai hubungan yang satu dengan yang lainnya dan saling
mempengaruhi terutama dalam penerapan dan operasi serta
pengkajian manajamen. Hal tersebut yang pengimplementasiannya di
dalam perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap pencapaian
kinerja keuangan pada perusahaan yang sudah memperoleh sertifikat
ISO 14001.
Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian sebelumnya, maka
hipotesis pertama penelitian ini sebagai berikut:
H2: ISO 14001 berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan
3. Pengaruh Environmental Cost terhadap Kinerja Keuangan
Biaya lingkungan merupakan biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan berhubungan dengan program perbaikan lingkungan
akibat dari pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan
secara sengaja ataupun tidak disengaja (Camilia, 2016). Biaya yang
36
dialokasikan ke lingkungan alam merupakan investasi bagi
perusahaan, perusahaan akan mendapat manfaat sosial dan ekonomi
dalam jangka panjang (Dewi, 2014).
Alokasi biaya lingkungan diperusahaan secara jangka pendek
memang sepertinya merupakan beban dan mengurangi profit
perusahaan tetapi jangka panjangnya dapat menjadi penghematan
energi, kerusakan lingkungan termonitor dan terkendali, perbaikan
lingkungan yang berkesinambungan, produktivitas perusahaan
meningkat, citra positif perusahaan ramah lingkungan dan akhirnya
dapat meningkatkan Laba Per Saham perusahaan (Dewi, 2014).
Adanya penerapan anggaran biaya lingkungan akan berdampak
pada produk yang sedang diproduksi dan dipasarkan. Salah satunya
adalah image positif kepada para konsumen yang ingin membeli
produk yang terbaik yaitu berkualitas, ramah lingkungan dan
terjangkau. Hal ini akan berdampak pada peningkatan profitabilitas di
sebuah industri (Rohelmy, 2015).
Penelitian Babalola (2007), menemukan Corporate Social
Responsibility (CSR) berpengaruh negatif terhadap profitabilitas
karena biaya CSR yang tinggi menghasilkan produk yang lebih mahal
dan tidak bisa diterima konsumen sehingga justru menurunkan
pendapatan dan terdapat kesalahan pada penerapan investasi sosial
terhadap obejek penerima manfaat sehingga biaya CSR menurunkan
profitabilitas. Salah satu indikator biaya CSR adalah biaya
37
lingkungan. Penelitian ini didukung oleh penelitian Barnett dan
Solomon (2007), yang menyatakan bahwa dana investasi tanggung
jawab sosial pada lingkungan berdampak negatif pada kinerja
keuangan perusahaan karena perusahaan belum bisa menjadikan
kegiatan sosial yang dilakukan sebagai strategi kompetitif terhadap
pesaing lainnya sehingga biaya lingkungan yang dikeluarkan justru
akan mengurangi keuntungan perusahaan yang berdampak negatif
pada kinerja keuangan.
Penelitian Al Sharairi (2005) dalam Fitriani (2013) yang
menyatakan bahwa biaya lingkungan berpengaruh positif terhadap
keunggulan kompetitif. Semakin luas perusahaan mengungkapkan
biaya lingkungan baik berupa program bina lingkunngan dan lainnya
akan mampu meningkatkan reputasi perusahaan yang berpengaruh
positif terhadap keunggulan kompetitif dalam jangka panjangnya.
Pada penelitian ini mencoba untuk mengkaji kembali pengaruh
biaya lingkungan terhadap kinerja keuangan dengan hipotesis sebagai
berikut:
H3: Environmental Cost berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif, yaitu penelitian dengan
memperoleh data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang
diangkakan (Sugiyono, 2003). Penelitian ini menggunakan sumber data
sekunder, yang diperoleh dari database KLH dan menggunakan laporan
keuangan yang ada di Bursa Efek Indonesia. Populasi dalam peneltian ini
adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2013-2016.
Sampel penelitian ini perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun
2013-2016 yang dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling.
Berdasarkan metode analisisnya penelitian ini menggunakan metode analisis
deskriptif, uji normalitas, dan analisis regresi linier berganda.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2013-2016, adapun teknik dalam
pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling, secara
sederhana pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan persyaratan
yang telah ditentukan oleh peneliti sendiri (Ghozali, 2013), dengan kriteria
sebagai berikut:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2013-2016
2. Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan dan
laporan tahunannya secara berturut-turut pada tahun 2013-2016
39
3. Perusahaan yang tidak menggunakan mata uang asing pada
laporan keuangannya.
4. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan telah
mengikuti PROPER tahun 2013-2016
5. Perusahaan manufaktur yang mencantumkan alokasi dana CSR
tahun 2013-2016
C. Metode Analisis Data
1. Uji Analisis Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi umum
dari variabel penelitian, yaitu gambaran suatu data yang dilihat dari
nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum,
sum, range, kurtoris dan skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali,
2013).
2. Uji Asumsi Klasik
Uji regresi linier berganda dapat dilakukan setelah model
penelitian telah memenuhi syarat, yakni lolos dari uji asumsi klasik.
Uji asumsi klasik diperlukan untuk mendeteksi ada/tidaknya
penyimpangan asumsi klasik atas persamaan regresi berganda yang
digunakan. Pengujian ini terdiri dari uji normalitas, multikolonieritas,
autokorelasi dan heteroskedastisitas.
40
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal (Ghozali, 2013).
Dasar pengambilan keputusan untuk uji normalitas data
adalah sebagai berikut:
1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti
arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan
pola distribusi normal, dan pada tabel Kolmogorov-
smirnov signifikansinya lebih dari 5% (>0,05) maka model
regresi memenuhi asumsi normalitas.
2) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak
mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak
menunjukkan pola distribusi normal, dan pada tabel
Kolmogorov-smirnov signifikansinya kurang dari 5% (<
0,05) maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas (Ghozali, 2013).
b. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi di antara variabel independen (Ghozali, 2013). Untuk
41
mengetahui ada/tidaknya multikolonieritas adalah dengan
menggunakan Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance.
Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen
manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya.
Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang
terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya.
Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi
(karena VIF =1/Tolerance). Kriteria pengambilan keputusan
dengan nilai tolerance dan VIF adalah sebagai berikut:
1) Jika nilai tolerance ≥ 0,10 atau nilai VIF ≤ 10, maka
berarti tidak terjadi multikolonieritas.
2) Jika nilai tolerance ≤ 0,10 atau nilai VIF ≥ 10, maka
berarti terjadi multikolonieritas.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi
linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
(Ghozali, 2013). Apabila terjadi korelasi, maka dinamakan ada
masalah autokorelasi. Autokorelasi muncul dikarenakan
observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama
lainnya. Masalah tersebut timbul karena residual (kesalahan
pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi
42
lainnya. Penelitian ini mendeteksi autokorelasi dengan Uji Runs
Test. Hipotesis yang akan diuji adalah:
H0: Tidak ada autokorelasi
Ha: Ada autokorelasi
Dasar pengambilan keputusan uji autokorelasi dengan Uji Runs
Test adalah apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka di
sebut homoskedastisitas dan jika berbeda di sebut
heteroskedastisitas (Ghozali, 2013). Model regresi yang baik
adalah model regresi yang tidak terjadi heteroskedastisitas.
Pengujian heteroskedastisitas pada penelitian ini mengunakan
uji glejser. Uji glejser merupakan cara untuk mendeteksi ada
tidaknya heteroskedastisitas, hal ini dapat terlihat apabila
probabilitas signifikansinya lebih dari 0,05 maka dapat
disimpulkan model regresi tidak mengandung
heteroskedastisitas (Ghozali, 2013).
43
3. Uji Hipotesis
Penelitian ini akan menggunakan Software SPSS untuk memprediksi
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
a. Pengujian dengan Analisis Regresi Berganda
Sebelum melakukan uji terhadap variabel-variabel yang
diteliti, yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah melakukan
uji hipotesis untuk digunakan dalam pengambilan keputusan.
Penelitian ini menggunakan uji hipotesis dengan menggunakan
metode analisis regresi berganda (Multiple Regression Analysis).
Metode MRA ini digunakan untuk meneliti pengaruh yang
terjadi pada variabel independen terhadap variabel dependen
serta menunjukkan arah hubungan variabel-variabel tersebut.
Hipotesis akan diterima jika variabel bebas mempengaruhi
secara signifikan terhadapan variabel dependen (Ghozali, 2013).
Model regresi dalam penelitian ini digambarkan sebagai
berikut :
Y = α + β 1X1 + β 2 X2 + β 3X3 + e
Keterangan :
Y= Kinerja Keuangan Perusahaan (ROA)
α = Konstanta
β = Koefisien Regresi
X1 = Environmental Performance
X2 = ISO 14001
44
X3 = Environmental Cost
e = Standar Error
b. Uji Koefiseien Determinasi (Uji R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Nilai R² berkisar 0-1, jika koefisien determinasi yang
kecil berarti kemampuan variasi variabel amat terbatas. Regresi
yang semakin baik akan ditunjukkan dari semakin tingginya
nilai R² mendekati 1. Sebaliknya, jika nilai R² mendekati 0
menunjukkan variabel independen tidak mampu menjelaskan
variasi perubahan variabel dependen. Koefisien determinasi
dihitung dengan mengkuadratkan koefisien korelasi (R). Secara
umum koefisien determinasi untuk data silang (crossection)
relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-
masing pengamatan, sedangkan untuk data runtut waktu (time
series) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang
tinggi (Ghozali, 2013).
c. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel independen yang dimaksud dalam penelitian
mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel
dependen Ghozali (2013). Uji F dilakukan dengan
membandingkan nilai F hitung dengan F tabel dan melihat nilai
45
signifikansi F pada output hasil regresi menggunakan SPSS
dengan nilai signifikansi 0,05 dengan cara sebagai berikut:
1) Bila F hitung > F tabel atau probabilitas < nilai signifikan
(Sig ≤ 0,05), maka hipotesis tidak dapat ditolak, ini berarti
bahwa secara simultan variabel independen mempunyai
pengaruh signifikan terhadap variabel dependen; dan
2) Bila F hitung < F tabel atau probabilitas > nilai signifikan
(Sig ≥ 0,05), maka hipotesis tidak dapat diterima, ini
berarti bahwa secara simultan variabel independen tidak
mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel
dependen.
d. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui pengaruh
masingmasing variabel independen secara parsial terhadap
variabel dependen. Dengan tingkat signifikansi sebesar 5%,
maka kriteria pengujian atau dasar pengambilan keputusan
adalah sebagai berikut (Ghozali, 2013):
1) Apabila nilai signifikansi t < 0.05, berarti variabel
independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel
dependen.
2) Apabila nilai signifikansi t > 0.05, berarti variabel
independen secara parsial tidak berpengaruh terhadap
variabel dependen.
46
D. Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen (Y)
a. Kinerja Keuangan
Menurut Ghozali (2013), variabel dependen adalah
variabel yang keadaannya dipengaruhi oleh keadaan-keadaan
yang mempengaruhinya yang biasanya disebut dengan variabel
terikat. Variabel dependen yang menjadi fokus utama pada
penelitian ini yakni kinerja keuangan.
Kinerja keuangan sendiri merupakan suatu gambaran
tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis
dengan alat-alat analisis keuangan. Pada penelitian ini untuk
mengukur kinerja keuangan menggunakan Return On Asset
(ROA) seperti yang dilakukan Brigham and Houston (2006)
dalam Mastilah (2016), dengan menggunakan rumus berikut ini:
2. Variabel Independen (X)
a. Environmental Performance
Kinerja Lingkungan (Environmental performance) adalah
hasil yang dapat diukur dari sistem manajemen lingkungan,
yang terkait dengan kontrol aspek-aspek lingkungannya
(Camilia, 2016). PROPER merupakan program penilaian
lingkungan yang dilaksanakan oleh Kementrian Lingkungan
Hidup (KLH). PROPER ini merupakan alat ukur yang
47
digunakan untuk mengetahui berpengaruh atau tidaknya kinerja
lingkungan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Perusahaan
dengan pengelolaan lingkungan yang baik akan dapat
meningkatkan kualitas produksi dan meningkatkan citra baik
perusahaan yang nantinya juga dapat meningkatkan kinerja
keuangan perusahaan (Camilia, 2016).
Kinerja lingkungan diukur dengan menggunakan skala
ordinal. Skala ordinal adalah skala ranking, di mana kode atau
kategori yang diberikan memberikan urutan tertentu pada data,
tetapi tidak menunjukkan selisih yang sama dan tidak ada nol
mutlak. Skala ordinal tidak hanya menyatakan kategori tetapi
juga menyatakan peringkat kategori tersebut (Sugiarto, 2006).
Keterangan sistem peringkat PROPER dalam peringkat nilai
dapat dilihat dalam tabel kriteria peringkat PROPER sebagai
berikut:
Tabel 3. 1
Peringkat PROPER Indikator
Warna Keterangan Skor
Emas Telah secara konsisten menunjukkan keunggulan
lingkungan dalam proses produksinya. 5
Hijau Telah melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari
yang dipersyaratkan dalam peraturan. 4
Biru Telah melakukan upaya pengelolaan lingkungan
yang dipersyaratkan sesuai dengan ketentuan. 3
Merah Upaya pengelolaan lingkungan hidup yang tidak
sesuai dengan ketentuan yang disyaratkan. 2
Hitam
Diberikan kepada penanggung jawab usaha
dan/atau kegiatan yang sengaja melakukan
perbuatan atau kelalaian yang menyebabkan
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan.
1
Sumber: Laporan PROPER tahun 2011
48
b. ISO 14001
Penelitian ini menggunakan sertifikasi ISO 14001 yang
merupakan pengaplikasian sistem manajemen lingkungan hidup
suatu perusahaan. ISO 14001 adalah standar internasional
mengenai manajemen lingkungan yang dikeluarkan oleh
International Organization for Standardisation (ISO) dan
penerapannya dalam perusahaan bersifat sukarela (voluntary)
(Ramadhanti, 2013). Keuntungan ekonomi yang dapat diperoleh
dari SML ISO 14001 antara lain memperbaiki kinerja
lingkungan secara keseluruhan, menghasilkan suatu kerangka
kerja dalam upaya untuk pencegahan polusi, meningkatkan
efisiensi dan penghematan biaya potensial, dan meningkatkan
citra perusahaan (Sueb dan Keraf, 2014). Penelitian ini
menggunakan dummy dengan bobot 1 untuk perusahaan yang
memiliki sertifikasi ISO 14001 dan untuk perusahaan yang tidak
memilikinya diberikan bobot 0 (Sueb dan Keraf, 2014).
c. Environmental Cost
Biaya lingkungan (Environmental cost) adalah biaya yang
dikeluarkan perusahaan berhubungan dengan kerusakan
lingkungan yang ditimbulkan dan perlindungan yang dilakukan.
Biaya lingkungan mencakup baik biaya internal maupun
eksternal yang dikeluarkan perusahaan (Susenohaji, 2003 dalam
Camilia, 2016)). Pengukuran biaya lingkungan dapat dihitung
49
dengan membandingkan biaya yang dikeluarkan perusahaan
untuk kegiatan CSRnya dengan profit perusahaan Whino
(2014), dapat dirumuskan sebagai berikut :
Tabel 3. 2
Tabel Operasional Variabel No Variabel Indikator Skala
1. Environmental
Performance
(Whino, 2014)
Hasil dari peringkat PROPER dengan
pemberian skor dari emas – hitam diproksikan
5-1
Ordinal
2. ISO 14001
(Andayani,
2015)
diukur dengan memberikan nilai 1 (satu) pada
perusahaan manufaktur yang mendapat
sertifikasi ISO 14001 dan nilai 0 (nol) pada
perusahaan manufaktur yang tidak
mendapatkan sertifikasi ISO 14001.
Nominal
3. Environmental
Cost (Whino,
2014) iaya Lingkungan=
Cost
Laba ersih Setelah Pajak
Rasio
4. Financial
Performance
(Brigham and
Houston, 2006)
ROA=Laba ersih
Total Aset
Rasio
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
50
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Periode penelitian yang
digunakan yaitu dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2016. Alasan periode
tersebut digunakan dalam penelitian ini dikarenakan periode tahun 2013
sampai dengan tahun 2016 dapat memberikan gambaran tentang kondisi
terbaru mengenai perusahaan manufaktur di Indonesia.
Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling
dengan proses seleksi yang tersaji pada:
Tabel 4. 1
Tabel Proses Seleksi Sampel No Kriteria Tidak Masuk
Kriteria
Masuk
Kriteria
1 Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun
2013-2016
0 146
2 Perusahaan Manufaktur yang mempublikasikan LK
dan LT secara lengkap tahun 2013-2016
36 110
3 Perusahaan yang tidak menggunakan mata uang
asing pada laporan keuangannya
25 85
4 Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI dan
telah mengikuti PROPER tahun 2013-2016
51 34
5 Perusahaan Manufaktur yang mencantumkan
biaya CSR/biaya lingkungan
23 11
6 Outlier 1 10
Jumlah Sampel Tiap Periode 10
Periode Penelitian 4
Jumlah Sampel Akhir 40 Sumber: Diolah dari berbagai referensi
Dari total 146 perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun 2013-
2016, jumlah perusahaan yang terdaftar secara berturut – turut untuk periode
tersebut berjumlah 146 perusahaan. Dari 146 perusahaan, terdapat 36
perusahaan yang laporan keuangan atau tahunannya tidak tersedia, terdapat
51
juga 25 perusahaan yang menggunakan mata uang asing dalam laporan
keuangannya, 51 perusahaan yang tidak mengikuti PROPER periode 2013-
2016, dan 23 perusahaan yang tidak mencantumkan alokasi biaya CSRnya
dalam laporan keuangan maupun lapuran tahunan, setelah melakukan outlier
di eliminasi satu perusahaan yang datanya tidak normal. Berdasarkan data
tersebut maka perusahaan yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel
adalah sebanyak 10 perusahaan dengan periode 4 tahun sehingga jumlah
sampel penelitian adalah sebanyak 40. Daftar perusahaan yang telah
memenuhi kriteria dan menjadi sampel penelitian disajikan pada:
Tabel 4. 2
Daftar Sampel Perusahaan
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
B. Analisis Data Penelitian
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu
data yang dilihat dari nilai rata – rata (mean), standar deviasi, varian,
maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness
(kemencengan distribusi) (Ghozali, 2013). Tabel statistik menjelaskan
distribusi variabel – variabel yang diteliti, meliputi variabel dependen
(Y) yaitu kinerja keuangan (ROA) dan distribusi variabel independen
No. Nama Perusahaan Website
1 Semen Baturaja (Persero) www.semenbaturaja.co.id
2 Semen Indonesia (Persero) www.semenindonesia.com
3 Asahimas Flat Glass Tbk www.amfg.co.id
4 Surya Toto Indonesia Tbk www.toto.co.id
5 Gunawan Dianjaya Steel Tbk www.gunawansteel.com
6 Charoen Pokphand Indonesia Tbk www.cp.co.id
7 Japfa Comfeed Indonesia Tbk www.japfacomfeed.co.id
8 Fajar Surya Wisesa Tbk www.fajarpaper.com
9 Gudang Garam Tbk www.gudanggaramtbk.com
10 Kimia Farma (Persero) www.kimiafarma.co.id
52
(X) yaitu Environmental Performance (EP), ISO 14001 (ISO), dan
Environmental Cost (EC). Hasil uji statistik deskriptif untuk variabel
dependen dan variabel independen tersebut disajikan pada:
Tabel 4. 3
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
EP 40 2,00 5,00 3,1000 ,44144
ISO 40 ,00 1,00 ,5000 ,50637
EC 40 -,09 ,10 ,0066 ,02590
ROA 40 -,05 ,17 ,0783 ,05344
Valid N (listwise) 40
Sumber: Data sekunder yang diolah
Tabel 4.3 menunjukkan hasil analisis dengan menggunakan
statistik deskriptif. Hasil analisis terhadap variabel kinerja keuangan
yang diukur dengan menggunakan ROA menunjukkan nilai minimum
sebesar -0,05, nilai maksimum sebesar 0,17 dengan rata – rata 0,0783
dan standar deviasi 0,05344. Hal ini menunjukkan bahwa pada data
sampel yang berjumlah 40, kinerja keuangan memiliki nilai paling
rendah sebesar -0,05 yaitu pada Fajar Surya Wisesa Tbk (pada tahun
2015), dan nilai paling tinggi 0,17 yaitu pada Semen Indonesia
(Persero) pada tahun 2013.
Variabel Environmental Performance (EP) yang diukur
menggunakan PROPER setelah dilakukan pengujian statistik
deskriptif memperoleh nilai minimum sebesar 2,00, sementara nilai
maksimum yang diperoleh sebesar 5,00. Tabel 4.3 menunjukkan
bahwa EP memiliki rata – rata bernilai positif sebesar 3,10 dan standar
deviasi 0,44144, hal tersebut menunjukkan bahwa rata – rata
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2013-2016 telah
53
mendapatkan nilai evaluasi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLKH) dengan cukup baik.
Variabel ISO 14001 (ISO) setelah dilakukan pengujian statistik
deskriptif memperoleh nilai minimum sebesar 0,00 dan nilai
maksimum sebesar 1,00 dengan rata – rata 0,50 dan standar deviasi
0,50637. Tabel 4.3 menunjukkan bahwa ISO memiliki rata – rata
sebesar 0,50, hal tersebut menunjukkan bahwa 50% perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2013-2016 telah mendapatkan
sertifikasi ISO 14001 dari lembaga sertifikasi.
Variabel Environmental Cost (EC) setelah dilakukan pengujian
statistik deskriptif memperoleh nilai minimum sebesar -0,09 dan nilai
maksimum sebesar 0,10 dengan rata – rata 0,0066 dan standar deviasi
0,02590. Hal ini menunjukkan bahwa pada data sampel yang
berjumlah 40, nilai Environmental Cost pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI (2013-2016) memiliki nilai paling rendah -0,09
dan paling tinggi 0,10.
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal (Ghozali, 2013). Pada penelitian ini uji
normalitas menggunakan analisis grafik histogram dan normal
probability plot dan uji statistik melalui uji Kolmogorov-
54
Smirnov. Hasil uji normalitas disajikan pada gambar 4.1, 4.2,
dan tabel 4.4.
Gambar 4. 1
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan grafik histogram pada gambar 4.1 terlihat
bahwa data terdistribusi secara normal dan berbentuk simetris
tidak menceng (skewness) ke kanan atau ke kiri, maka dapat
dikatakan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.
Gambar 4. 2
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan grafik normal P-Plot pada gambar 4.2 terlihat
titik - titik menyebar di sekitar garis diagonal hal ini
menunjukkan pola distribusi normal, sehingga dapat
disimpulkan model regresi memenuhi asumsi normalitas.
55
Tabel 4. 4
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 40
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std.
Deviation ,04544880
Most Extreme Differences Absolute ,113
Positive ,068
Negative -,113
Test Statistic ,113
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data. Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan hasil uji statistik Kolmogorov-Smirnov pada
tabel 4.4 besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 0,113
dengan probabilitas signifikansi 0,200 yang berada di atas 0,05,
hasil tersebut menunjukkan bahwa data residual terdistribusi
secara normal. Hal ini konsisten dengan hasil uji grafik
histogram dan grafik normal P-Plot.
b. Hasil Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen) (Ghazali, 2013). Hasil uji multikolonieritas pada
penelitian ini disajikan pada:
Tabel 4. 5
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 EP ,772 1,295
ISO ,880 1,136
EC ,852 1,173
a. Dependent Variable: ROA Sumber: Data sekunder yang diolah
56
Berdasarkan hasil uji multikolonieritas pada tabel 4.5
kolom Tolerance menunjukkan tidak ada variabel yang memiliki
nilai Tolerance kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi
antar variabel independen yang nilainya lebih besar dari 95%.
Hasil perhitungan Variance Inflation Factor juga menunjukkan
hal yang sama yakni tidak ada satu variabel independen yang
memiliki nilai VIF lebih dari 10. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak ada multikolonieritas antar variabel independen
dalam model regresi pada penelitian ini.
c. Hasil Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model
regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu
periode t dengan kesalahan pengganggu periode t-1 (Ghozali,
2013). Penelitian ini menggunakan uji Runs Test dalam
mendeteksi autokorelasi.
Tabel 4. 6
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Valuea ,01002
Cases < Test Value 20
Cases >= Test Value 20
Total Cases 40
Number of Runs 16
Z -1,442
Asymp. Sig. (2-tailed) ,149
a. Median
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan hasil uji Runs Test pada tabel 4.6, diketahui
bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,149 lebih besar dari
57
0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala
atau masalah autokorelasi pada penelitian ini.
d. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2013). Pada
penelitian ini dalam mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas
diketahui dengan cara melihat melakukan uji statistik dengan uji
glejser, hasil uji glejser dalam penelitian ini disajikan pada:
Tabel 4. 7
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) ,066 ,034 1,932 ,061
EP -,010 ,011 -,160 -,860 ,395
ISO ,003 ,009 ,056 ,325 ,747
EC -,109 ,184 -,104 -,589 ,559
a. Dependent Variable: RES2 Sumber: Data sekunder yang diolah
Dari hasil tabel 4.7 di atas memberikan informasi
koefisien variabel independen tidak ada yang signifikan. Semua
variabel independen mempunyai nilai signifikansi > 0,05. Maka
dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terdapat
heteroskedastisitas.
3. Hasil Uji Hipotesis
a. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Uji R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur
seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel
58
dependennya (Ghozali, 2013). Hasil uji R2 pada penelitian ini
disajikan pada:
Tabel 4. 8
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,526a ,277 ,216 ,04730
a. Predictors: (Constant), EC, ISO, EP
b. Dependent Variable: ROA Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan hasil uji R2 pada tabel 4.8 besarnya adjusted
R square adalah 0,216 hal ini berarti sebesar 21,6% variasi
variabel dependen ROA dapat dijelaskan oleh variasi dari ke
tiga variabel independen Environmental Performance, ISO
14001, Environmental Cost, sedangkan sisanya (100% - 21,6%
= 78,4%) dijelaskan oleh sebab – sebab lain di luar model,
seperti environmental disclosure (Andayani, 2015), kepemilikan
asing (Djuitaningsih dan Ristiawati, 2015), dan ukuran
perusahaan (Fachrudin, 2011).
b. Hasil Uji Simultan (Uji F)
Uji Statistik F digunakan untuk mengetahui apakah semua
variabel independen yang dimasukan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
Hasil uji F dapat dilihat pada:
59
Tabel 4. 9
ANOVAa
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression ,031 3 ,010 4,589 ,008b
Residual ,081 36 ,002
Total ,111 39
a. Dependent Variable: ROA
b. Predictors: (Constant), EC, ISO, EP Sumber: data sekunder yang diolah
Pada tabel 4.9 uji F dapat dilihat bahwa nilai F sebesar
4,589 dengan Sig. 0,008. Karena Sig. < 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa variabel Environmental Performance, ISO
14001, Environmental Cost, secara bersama-sama berpengaruh
terhadap ROA.
c. Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)
Uji statistik t digunakan untuk melihat seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen secara individual dalam
rangka menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2013).
Hasil uji statistik t disajikan pada:
Tabel 4. 10
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -,117 ,058 -2,006 ,052
EP ,065 ,020 ,539 3,342 ,002
ISO -,015 ,016 -,146 -,967 ,340
EC ,094 ,317 ,046 ,297 ,768
a. Dependent Variable: ROA Sumber: data sekunder yang diolah
Berdasarkan hasil uji statistik t pada tabel 4.10, dari ke
tiga variabel independen yang dimasukkan ke dalam model
60
regresi, dua variabel yaitu ISO 14001 dan Environmental Cost
tidak berpengaruh terhadap ROA, hal ini dapat dilihat dari nilai
signifikansi untuk ISO sebesar 0,340 dan EC sebesar 0,768 yang
nilai signifikansinya melebihi 0,05. Sedangkan variabel EP
berpengaruh terhadap ROA karena memiliki nilai signifikansi
yang berada di bawah 0,05 yaitu sebesar 0,002. Jadi dari ke tiga
variabel model regresi pada penelitian ini terdapat satu variabel
independen yaitu EP yang memiliki pengaruh signifikan
terhadap variabel dependen yaitu ROA.
C. Pembahasan
1. Pengaruh Environmental Performance terhadap Kinerja Keuangan
Hipotesis pertama yang diajukan menyatakan bahwa
Environmental Performance berpengaruh terhadap kinerja keuangan
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Hasil analisis
regresi menunjukkan variabel EP memiliki koefisien regresi sebesar
0,539 dengan tingkat signifikansi yang lebih rendah dari 0,05 yaitu
sebesar 0,002. Hasil tersebut menunjukkan bahwa Environmental
Performance mempengaruhi kinerja keuangan pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI (H1 diterima).
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan
oleh Whino (2014) yang menyatakan bahwa Environmental
performance memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap
kinerja keuangan. Sehingga dapat menyatakan bahwa Peringkat
61
Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan (PROPER) yang
dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini Kementrian Lingkungan
Hidup (KLH) dapat mempengaruhi minat stakeholder terutama para
investor dan masyarakat.
Penelitian yang dilakukan Fitriani (2013) membuktikan bahwa
PROPER yang digunakan sebagai alat ukur kinerja lingkungan
perusahaan berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan,
menunjukkan bahwa semakin baik kinerja lingkungan maka akan
direspon positif oleh investor melalui fluktuasi harga saham
perusahaan yang dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.
Hal ini akan berpengaruh terhadap pendapatan dan laba perusahaan
yang merupakan indikator dari kinerja keuangan. Jadi berdasarkan
penjelasan di atas kinerja lingkungan dapat menjadi bahan
pertimbangan untuk melihat kinerja keuangan perusahaan dikarenakan
citra positif perusahaan dapat meningkatkan minat masyarakat untuk
melakukan pembelian produk perusahaan yang akan membuat kinerja
keuangan meningkat (laba perusahaan meningkat), kinerja keuangan
yang meningkat akan meningkatkan pula harga saham dan nilai saham
perusahaan sehingga menarik minat investor untuk berinvestasi pada
perusahaan tersebut.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Fitriani (2013),
Andayani (2015), dan Whino (2014) yang juga menyatakan bahwa
62
kinerja lingkungan berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Namun,
penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Setyaningsih (2016).
2. Pengaruh ISO 14001 terhadap Kinerja Keuangan
Hipotesis kedua menyatakan bahwa ISO 14001 berpengaruh
terhadap kinerja keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar
di BEI. Hasil analisis regresi menunjukkan variabel ISO 14001
memiliki koefisien regresi sebesar -0,146 dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,340. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ISO 14001 tidak
mempengaruhi kinerja keuangan pada perusahaan yang terdaftar dai
BEI (tidak menerima H2).
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Tze San Ong et al (2016) dan Sueb dan Keraf (2012)
yang menyatakan bahwa ISO 14001 mempengaruhi kinerja keuangan.
Hal ini dapat dijelaskan oleh Hazudin et al (2015) yang menyebutkan
bahwa ISO 14001 hanya menggambarkan reputasi baik perusahaan
terhadap masalah lingkungan kepada publik, dan hal tersebut belum
dinilai publik memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan
perusahaan. Aprilasani (2017) juga menyebutkan bahwa dibutuhkan
waktu yang lebih lama, bahkan sampai dekade, untuk mengetahui
pengaruh ISO 14001 terhadap kinerja keuangan dikarenakan
optimalisasi sistem ISO 14001 lebih sulit dibandingkan sistem ISO
lainnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa ISO 14001 belum dapat
mempengaruhi kinerja keuangan suatu perusahaan dikarenakan publik
63
melihat sertifikasi tersebut hanya sebagai bentuk kepedulian
perusahaan terhadap masalah lingkungan dan belum memiliki manfaat
ekonomis bagi mereka.
Akan tetapi, penelitian ini konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Aprilasani (2017), Andayani (2015), dan Siti
Fahazarina Hazudin et al (2015) yang menyatakan bahwa ISO 14001
tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
3. Pengaruh Biaya Lingkungan terhadap Kinerja Keuangan
Hipotesis ketiga menyatakan bahwa biaya lingkungan
berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan yang terdaftar di
BEI. Hasil analisis regresi menunjukkan variabel biaya lingkungan
memiliki koefisien regresi sebesar 0,046 dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,768. Hasil tersebut menunjukkan bahwa biaya lingkungan
tidak mempengaruhi kinerja keuangan pada perusahaan yang terdaftar
di BEI (tidak menerima H3).
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang
dilakukan Rohelmy (2015) dan Al Sharairi (2005) yang menyatakan
bahwa biaya lingkungan berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Hal
ini dapat dijelaskan oleh Fitriani (2013) yang menyatakan bahwa
tanggung jawab sosial perusahaan lewat berbagai dimensi biaya sosial
kurang memiliki konsekuensi ekonomi (economic consequences)
karena bentuk, tipe, dan strategi social cost yang dilakukan
perusahaan lebih bersifat indirect effect, perusahaan melakukan
64
tanggung jawab sosial lewat berbagai pengorbanan sosial (social cost)
lebih dilihat dari perspektif dan motif manajemen, kurang
memperhatikan dan memperhitungkan kebutuhan stakeholder,
terutama stakeholder eksternal (masyarakat). Jadi dapat disimpulkan
bahwa biaya lingkungan belum dapat menjadi bahan pertimbangan
untuk meningkatkan kinerja keuangan suatu perusahaan, dikarenakan
biaya lingkungan, sebagai salah satu indikator pengungkapan CSR,
dinilai pihak stakeholder eksternal (masyarakat) tidak memiliki
manfaat ekonomis langsung terhadap perusahaan ataupun produk
yang dikeluarkan perusahaan tersebut sehingga belum dapat dijadikan
pertimbangan masyarakat dalam membeli produk perusahaan tersebut.
Akan tetapi, penelitian ini konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Fitriani (2013) yang menyatakan bahwa biaya
lingkungan tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh environmental
performance, ISO 14001, dan environmental cost terhadap kinerja keuangan
dihitung menggunakan ROA. Data dalam penelitian ini berjumlah 40 yang
diambil dari perusahaan yang terdaftar dalam BEI periode 2013-2016 yang
telah memenuhi kriteria peneliti. Berdasarkan pada data yang telah
dikumpulkan dan hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap
permasalahan dengan menggunakan model regresi berganda, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Environmental performance berpengaruh signifikan terhadap kinerja
keuangan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Fitriani
(2013), Andayani (2015), dan Whino (2014) yang juga menyatakan
bahwa kinerja lingkungan berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
2. ISO 14001 tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
Aprilasani (2017), Andayani (2015), dan Siti Fahazarina Hazudin et al
(2015) yang menyatakan bahwa ISO 14001 tidak berpengaruh
terhadap kinerja keuangan.
3. Environmental cost tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja
keuangan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang
66
dilakukan Fitriani (2013) yang menyatakan bahwa biaya lingkungan
tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
B. Implikasi
1. Bagi Perusahaan
Berdasarkan hasil penelitian ini, yang menunjukkan bahwa kinerja
lingkungan berpengaruh terhadap kinerja keuangan yang diukur
menggunakan ROA, pihak manajer dapat meningkatkan laba
perusahaan dengan meningkatkan kinerja lingkungan, kinerja
lingkungan yang baik maka akan membuat konsumen memandang
baik citra perusahaan, dengan begitu konsumen akan melakukan
pembelian produk secara berulang dan akan meningkatkan laba
perusahaan, laba perusahaan meningkat maka ROA perusahaan pun
akan meningkat.
2. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian –
penelitian selanjutnya yang terkait dengan kinerja lingkungan, ISO
14001, biaya lingkungan.
C. Saran
Penelitian ini di masa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil
penelitian yang lebih berkualitas lagi dengan adanya beberapa masukan
mengenai beberapa hal, diantaranya:
1. Penelitian lebih lanjut disarankan untuk menambah variabel-variabel
yang memiliki keterkaitan dengan kinerja keuangan, seperti
67
environmental disclosure dan ukuran perusahaan, serta meneliti
variabel kinerja keuangan dengan menggunakan proxy lain, seperti
ROE, Sales, atau MVA.
2. Menggunakan periode waktu yang lebih lama dan terbaru, misalnya 5
atau 7 tahun untuk mengetahui kondisi perusahaan yang
sesungguhnya.
3. Penelitian lebih lanjut diharapkan menambahkan ruang lingkup
perusahaan yang diteliti, seperti perusahaan pertambangan dan
perusahaan pertanian yang terdaftar dalam BEI.
68
DAFTAR PUSTAKA
Alexander, Jourdan, Damienne Donaldson, dan Kate Mackle. 2008. ISO 14001
Environmental Management System Performance: An evaluation of ten
Organisations in Canterbury, New Zealand.
Andayani, Rezin. 2015. Hubungan Antara Iso 14001, Environmental performance
dan Environmental disclosure Terhadap Economic Performance. Jurnal
Akuntansi dan Sistem Teknologi Informasi Vol. 11 No 2 September 2015.
Anggraini, Fr. Reni Retno. 2006. Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam
Laporan Keuangan Tahunan. Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang.
Aprilasani, Zeffa. 2017. Kajian Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO
14001 terhadap Kinerja Perusahaan (Studi pada Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. [Tesis] Jakarta: Program Studi Ilmu
Lingkungan, Sekolah Ilmu Lingkungan, Universitas Indonesia.
Bangun, Rilen Ninda, dan Ch. Wiwik Sunarni. Pelaporan Biaya Lingkungan Dan
Penilaian Kinerja Lingkungan (Studi Kasus Pada PT Tangjungenim Lestari
Pulp And Paper). Jurnal Ilmiah Akuntansi: Universitas Atmajaya
Yogyakarta. 2013.
Bahri, Syaiful dan Febby Anggista Cahyani. 2016. Pengaruh Kinerja Lingkungan
Terhadap Corporate Financial Performance Dengan Corporate Social
Responsibility Disclosure Sebagai Variabel Intervening. E-Jurnal Ekonomi
Universitas Kadiri Vol. 1, No. 2, September 2016.
Brigham, Eugene F.dan Joel F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Jakarta :
Erlangga
Brigham, Eugene F. dan Houston, Joul F. 2006. Fundamentals of Financial
Management, Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Jakarta : Salemba
Empat.
Camilia, Ica. 2016. Pengaruh Kinerja Lingkungan Dan Biaya Lingkungan
Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur. Artikel Ilmiah Stie
Perbanas Surabaya.
Clarkson, Peter M., Yue Li, Gordon D. Richardson, Florin P. 2006.
Revisiting the Relation Between Environmental Performance and
Environmental Disclosure: An Empirical Analysis. Journal of Accounting
and Public Policy.
Damanik, I Gst. Agung Bagus Adhi dan I Ketut Yadnyana. 2017. Pengaruh
Kinerja Lingkungan Pada Kinerja Keuangan Dengan Pengungkapan
69
Corporate Social Responsibility Sebagai Variabel Intervening. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana Vol. 20 Nomor 1 Juli 2017.
Deegan, Craig dan Michaela Rankin. 1996. “The Materiality of Environmental
Information to Users of Annual Report”. Accounting, Auditing and
Accountibility Journal, Vol. 10, No. 4, Hal. 562-58
Deegan, Craig. 2004. Financial Accounting Theory. Australia: McGraw-Hill
Australia Pty Limited.
Dewi, Kartika. 2014. Analisa Environmental Cost Pada Perusahaan Non-
Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011, 2012
Dan 2013. Binus Business Review, Vol. 5 No. 2 November 2014, 615-625.
Djuitaningsih, Tita dan Erista Eka Ristiawati. 2015. Pengaruh Kinerja
Lingkungan Dan Kepemilikan Asing Terhadap Kinerja Finansial
Perusahaan. Jurnal Akuntansi Universitas Jember,Vol. 9, No. 2, mar. 2015.
ISSN 2460-0377.
Fachrudin, Khaira Amalia. 2011. Analisis Pengaruh Struktur Modal, Ukuran
Perusahaan, dan Agency Cost Terhadap Kinerja Perusahaan. Jurnal
Akuntansi Dan Keuangan, Vol. 13, No. 1, Mei 2011: 37-46.
Fitriani, Anis. 2012. Pengaruh Kinerja Lingkungan dan Biaya Lingkungan
Terhadap Kinerja Keuangan Pada BUMN. Jurnal Ilmu Manajemen.
Volume 1 Nomor 1 Januari 2013.
Ghozali, Imam dan Anis Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Semarang. Badan
Penerbit UNDIP
Ghozali, Imam, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program I M SPSS21”
Edisi 7. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2013.
Hansen dan Mowen. 2007. Akuntansi Manajemen, Edisi 7 Buku 2. Jakarta ;
Salemba Empat.
Harahap, Sofyan Syafri. “Analisis Laporan Keuangan”, Edisi kedua, Grafindo,
Jakarta, 2007.
Hariadi. 2004. Analisis Pengelolaan Lingkungan internal dan Eksternal. Jakarta:
PT. Gunung Agung.
Hazudin, Siti Fahazarina, Siti Aishah Mohamad, Ilyani Azet, Roazain Daud, dan
Halil Paino. ISO 14001 and financial performance: is the accreditation
financially worth it for malaysian firms. Procedia Economics and Finance
31, 56 – 61. 2015.
Jumingan. 2006. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
70
Mardikanto, Totok. 2014. CSR Corporate Social Responsibility (Tangung Jawab
Sosial Korporasi). Bandung: Alfabeta.
O’Donovan, Gary. 2002. Environmental Disclosure in the Annual Report:
Extending the Applicability and Predictive Power of Legitimacy
Theory. Accounting, Auditing and Accountability Journal, Vol. 15, No. 2.
pp. 344-371.
Ong, Tze San, Boon Heng Teh, Sin Huei Ng, dan Wei Ni Soh. 2016.
Environmental Management System and Financial Performance.
Institutions and Economies Vol. 8, No. 2, April 2016.
Pflieger, Julia, Matthias Fischer; Thilo Kupfer, dan Peter Eyerer. 2005. The
contribution of life cycle assessment to global sustainability reporting of
Organization. Management of Environmental. Vol. 16, No. 2.
Prasinta, Dian. 2012. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja
Keuangan. Accounting Analysis Journal, Vol. 1 No. 2, November 2012.
Prayudhi, Azwar. 2009. Manfaat Sertifikasi Standar Internasional ISO 14001
pada Perusahaan Perkebunan (Kasus PT. BSP Kisaran, Sumatera
Utara). Fakultas Pertanian Institute Bogor.
Pujiasih. 2013. Pengaruh Kinerja Lingkungan Terhadap Kinerja Keuangan
Dengan Corporate Social Responsibility (CSR) Sebagai Variabel
intervening. Skripsi: Program Studi Akuntansi
Ramadhanti, Fadhlillah. 2013. Kajian Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001:
2004 Pada Pt Coca Cola Bottling Plant Amatil Indonesia Cibitung. E-Jurnal
IPB.
Rahmawati, Ala dan Tarmizi Achmad. 2012. Pengaruh Kinerja Lingkungan
Terhadap Financial Corporate Performance dengan Corporate Social
Responsibility Disclosure sebagai Variabel Intervening. Diponegoro Journal
of Accounting. Volume 1(2).
Rawi dan Munawir Muchlish. 2010. Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan
Institusi, Leverage, dan Corporate Social Responsibility. Simposium
Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto.
Rizky, Ryan. 2017. Pengaruh Environmental Performance, Environmental Cost
Dan Csr Disclosure Terhadap Financial Performance. E-jurnal Universitas
Dinus Semarang.
Rohelmy, Faishal Agung, Zahroh ZA, dan R. Rustam Hidayat. 2015. Efektivitas
Penerapan Biaya Lingkungan Dalam Upaya Meminimalkan Dampak
Lingkungan (Studi Pada Pt. Emdeki Utama). Jurnal Administrasi Bisnis
(JAB)| Vol. 2 No. 2 Februari 2015.
71
Royanviani, Geygi Putri Samya. 2012. Pengaruh Kinerja Lingkungan Terhadap
Environmental Disclosure Serta Implikasinya Pada Kinerja Ekonomi. E-
Jurnal Widyatama
Sarumpaet, Susi. 2005. The Relationship Between Environmental performance
And Financial Performance Of Indonesian Companies. Jurnal Akuntansi &
Keuangan. Vol. 7, No. 2, pp: 89- 98.
Sharairi, Al dan Jamal Adel. 2005. The Impact of Environmental costs on the
Competitive Advantage of Pharmaceutical Companies in Jordan. Middle
Eastern Finance and Economics, ISSN: 1450-2889 Issue 15 (2011).
Stoner, James AF dan Alfonsus Sirait. 1995. Manajemen. Jakarta: Erlangga.
Sucipto. 2003. Penilaian Kinerja Keuangan. USU Digital Library. Medan.
Sudaryanto. 2011. Pengaruh Kinerja Lingkungan Terhadap Kinerja Finansial
Perusahaan dengan Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure
sebagai Variabel Intervening. E-jurnal Universitas Diponegoro.
Sueb, Memed dan Maria Nety Indramayu Keraf. 2012. Relasi Sistem Manajemen
Lingkungan Iso 14001 Dan Kinerja Keuangan. Jurnal Dinamika
Manajemen. Vol. 3, No. 1.
Suratno, Darsono, dan Siti Mutmainah. 2007. Pengaruh Environmental
Performance Terhadap Environmental Disclosure dan Economic
Performance (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di
BEJ Periode 2001-2004). The Indonesian Journal of Accounting Research.
Vol. 10 No. 2.
Susenohaji. 2003. Environmental Management Accounting (EMA): Memposisikan
Kembali Biaya Lingkungan Sebagai Informasi Strategis Bagi Manajemen.
Balance. Vol. 1, No. 1.
Tjahjono, Mazda Eko Sri. Pengaruh Kinerja Lingkungan Terhadap Nilai
Perusahaan Dan Kinerja Keuangan. Jurnal Ekonomi, Volume 4 Nomor 1,
Mei 2013
Whino, Sekar Prasetyaning Tunggal dan Fachrurrozie. 2014. Pengaruh
Environmental performance, Environmental cost dan CSR Disclosure
Terhadap Financial Performance. Accounting Analysis Journal. Vol. 3, No.
1.
72
LAMPIRAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN
73
Lampiran 1
Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur
Tahun 2013-2016
No. KODE NAMA PERUSAHAAN Website
1. SMBR Semen Baturaja (Persero) www.semenbaturaja.co.id
2. SMGR Semen Indonesia (Persero) www.semenindonesia.com
3. AMFG Asahimas Flat Glass Tbk www.amfg.co.id
4. TOTO Surya Toto Indonesia Tbk www.toto.co.id
5. GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk www.gunawansteel.com
6. CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk www.cp.co.id
7. JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk www.japfacomfeed.co.id
8. FASW Fajar Surya Wisesa Tbk www.fajarpaper.com
9. GGRM Gudang Garam Tbk www.gudanggaramtbk.com
10. KAEF Kimia Farma (Persero) www.kimiafarma.co.id
74
Lampiran 2
Daftar Perusahaan Manufaktur Sebelum Outlier
Tahun 2013-2016
No. KODE NAMA PERUSAHAAN Website
1. SMBR Semen Baturaja (Persero) www.semenbaturaja.co.id
2. SMGR Semen Indonesia (Persero) www.semenindonesia.com
3. AMFG Asahimas Flat Glass Tbk www.amfg.co.id
4. TOTO Surya Toto Indonesia Tbk www.toto.co.id
5. GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk www.gunawansteel.com
6. CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk www.cp.co.id
7. JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk www.japfacomfeed.co.id
8. FASW Fajar Surya Wisesa Tbk www.fajarpaper.com
9. GGRM Gudang Garam Tbk www.gudanggaramtbk.com
10. HMSP Handjaya Mandala Sampoerna Tbk www.sampoerna.com
11. KAEF Kimia Farma (Persero) www.kimiafarma.co.id
75
Lampiran 3
Jumlah Perusahaan Sesuai Kategori PROPER
Tahun 2013-2016
Tahun Kategori
Emas
Kategori
Hijau
Kategori
Biru
Kategori
Merah
Kategori
Hitam
2013 1 - 8 1 -
2014 - 1 9 - -
2015 - 1 9 - -
2016 - 1 9 - -
TOTAL 1
Perusahaan
3
Perusahaan
35
Perusahaan
1
Perusahaan
0
Perusahaan
76
Lampiran 4
Kinerja Keuangan (ROA)
(dalam ribuan rupiah)
No. Tahun Nama Perusahaan Laba Bersih Total Aset ROA
1
2013
Semen Baturaja (Persero) Rp 312.183.836 Rp 2.711.416.335 0,115
2 Semen Indonesia (Persero) Rp 5.354.298.521 Rp 30.792.884.092 0,174
3 Asahimas Flat Glass Tbk Rp 338.358.000 Rp 3.539.393.000 0,096
4 Surya Toto Indonesia Tbk Rp 236.557.513 Rp 1.746.177.682 0,135
5 Gunawan Dianjaya Steel Tbk Rp 91.885.687 Rp 1.191.496.619 0,077
6 Charoen Pokphand Indonesia Tbk Rp 2.528.690.000 Rp 15.722.197.000 0,161
7 Japfa Comfeed Indonesia Tbk Rp 640.637.000 Rp 14.917.590.000 0,043
8 Fajar Surya Wisesa Tbk -Rp 249.057.875 Rp 5.692.060.407 -0,044
9 Gudang Garam Tbk Rp 4.383.932.000 Rp 50.770.251.000 0,086
10 Kimia Farma (Persero) Rp 215.642.329 Rp 2.471.939.548 0,087
1
2014
Semen Baturaja (Persero) Rp 328.336.316 Rp 2.926.360.857 0,112
2 Semen Indonesia (Persero) Rp 5.573.577.279 Rp 34.314.666.027 0,162
3 Asahimas Flat Glass Tbk Rp 458.635.000 Rp 3.918.391.000 0,117
4 Surya Toto Indonesia Tbk Rp 293.803.908 Rp 2.027.288.693 0,145
5 Gunawan Dianjaya Steel Tbk -Rp 13.938.294 Rp 1.354.622.569 -0,010
6 Charoen Pokphand Indonesia Tbk Rp 1.746.644.000 Rp 20.862.439.000 0,084
7 Japfa Comfeed Indonesia Tbk Rp 384.846.000 Rp 15.730.435.000 0,024
8 Fajar Surya Wisesa Tbk Rp 86.745.854 Rp 5.581.000.723 0,016
9 Gudang Garam Tbk Rp 5.395.293.000 Rp 58.220.600.000 0,093
77
10 Kimia Farma (Persero) Rp 236.531.070 Rp 2.968.184.626 0,080
1
2015
Semen Baturaja (Persero) Rp 354.180.062 Rp 3.268.667.933 0,108
2 Semen Indonesia (Persero) Rp 4.525.441.038 Rp 38.153.118.932 0,119
3 Asahimas Flat Glass Tbk Rp 341.346.000 Rp 4.270.275.000 0,080
4 Surya Toto Indonesia Tbk Rp 285.236.780 Rp 2.439.540.859 0,117
5 Gunawan Dianjaya Steel Tbk -Rp 55.212.703 Rp 1.183.934.183 - 0,047
6 Charoen Pokphand Indonesia Tbk Rp 1.832.598.000 Rp 24.684.915.000 0,074
7 Japfa Comfeed Indonesia Tbk Rp 524.484.000 Rp 17.159.466.000 0,031
8 Fajar Surya Wisesa Tbk -Rp 308.896.601 Rp 6.993.634.266 - 0,044
9 Gudang Garam Tbk Rp 6.452.834.000 Rp 63.505.413.000 0,102
10 Kimia Farma (Persero) Rp 252.972.506 Rp 3.236.224.076 0,078
1
2016
Semen Baturaja (Persero) Rp 259.090.525 Rp 4.368.876.996 0,059
2 Semen Indonesia (Persero) Rp 4.535.036.823 Rp 44.226.895.982 0,103
3 Asahimas Flat Glass Tbk Rp 260.444.000 Rp 5.504.890.000 0,047
4 Surya Toto Indonesia Tbk Rp 168.564.583 Rp 2.581.440.938 0,065
5 Gunawan Dianjaya Steel Tbk Rp 31.704.557 Rp 1.257.609.869 0,025
6 Charoen Pokphand Indonesia Tbk Rp 2.225.402.000 Rp 24.204.994.000 0,092
7 Japfa Comfeed Indonesia Tbk Rp 2.171.608.000 Rp 19.251.026.000 0,113
8 Fajar Surya Wisesa Tbk Rp 778.012.761 Rp 8.583.223.835 0,091
9 Gudang Garam Tbk Rp 6.672.682.000 Rp 62.951.634.000 0,106
10 Kimia Farma (Persero) Rp 271.597.947 Rp 4.612.562.541 0,059
78
Lampiran 5
PROPER
Tahun 2013-2016
No NAMA PERUSAHAAN PROPER SKOR
2013 2014 2015 2016 2013 2014 2015 2016
1 Semen Baturaja (Persero) Biru Biru Biru Biru 3 3 3 3
2 Semen Indonesia (Persero) Emas Hijau Hijau Hijau 5 4 4 4
3 Asahimas Flat Glass Tbk Biru Biru Biru Biru 3 3 3 3
4 Surya Toto Indonesia Tbk Biru Biru Biru Biru 3 3 3 3
5 Gunawan Dianjaya Steel Tbk Biru Biru Biru Biru 3 3 3 3
6 Charoen Pokphand Indonesia Tbk Merah Biru Biru Biru 2 3 3 3
7 Japfa Comfeed Indonesia Tbk Biru Biru Biru Biru 3 3 3 3
8 Fajar Surya Wisesa Tbk Biru Biru Biru Biru 3 3 3 3
9 Gudang Garam Tbk Biru Biru Biru Biru 3 3 3 3
10 Kimia Farma (Persero) Biru Biru Biru Biru 3 3 3 3
79
Lampiran 6
ISO 14001
No NAMA PERUSAHAAN ISO 14001
2013 2014 2015 2016
1 Semen Baturaja (Persero) 1 1 1 1
2 Semen Indonesia (Persero) 1 1 1 1
3 Asahimas Flat Glass Tbk 1 1 1 1
4 Surya Toto Indonesia Tbk 0 0 0 0
5 Gunawan Dianjaya Steel Tbk 0 0 0 0
6 Charoen Pokphand Indonesia Tbk 0 0 0 0
7 Japfa Comfeed Indonesia Tbk 0 0 0 0
8 Fajar Surya Wisesa Tbk 1 1 1 1
9 Gudang Garam Tbk 0 0 0 0
10 Kimia Farma (Persero) 1 1 1 1
80
Lampiran 7
Biaya Lingkungan
(dalam ribuan rupiah) No. Tahun Nama Perusahaan Cost Laba Bersih BL
1
2013
Semen Baturaja (Persero) Rp 403.501 Rp 312.183.836 0,001
2 Semen Indonesia (Persero) Rp 153.821.083 Rp 5.354.298.521 0,029
3 Asahimas Flat Glass Tbk Rp 1.000.000 Rp 338.358.000 0,003
4 Surya Toto Indonesia Tbk Rp 1.214.009 Rp 236.557.513 0,005
5 Gunawan Dianjaya Steel Tbk Rp 15.000 Rp 91.885.687 0,000
6 Charoen Pokphand Indonesia Tbk Rp 1.000.000 Rp 2.528.690.000 0,000
7 Japfa Comfeed Indonesia Tbk Rp 1.300.000 Rp 640.637.000 0,002
8 Fajar Surya Wisesa Tbk Rp 3.400.000 -Rp 249.057.875 - 0,000
9 Gudang Garam Tbk Rp 8.000.000 Rp 4.383.932.000 0,002
10 Kimia Farma (Persero) Rp 2.646.800 Rp 215.642.329 0,012
1
2014
Semen Baturaja (Persero) Rp 204.536 Rp 328.336.316 0,001
2 Semen Indonesia (Persero) Rp 185.323.781 Rp 5.573.577.279 0,033
3 Asahimas Flat Glass Tbk Rp 1.000.000 Rp 458.635.000 0,002
4 Surya Toto Indonesia Tbk Rp 2.050 Rp 293.803.908 0,000
5 Gunawan Dianjaya Steel Tbk Rp 1.300.000 -Rp 13.938.294 - 0,093
6 Charoen Pokphand Indonesia Tbk Rp 1.000.000 Rp 1.746.644.000 0,001
7 Japfa Comfeed Indonesia Tbk Rp 4.100.000 Rp 384.846.000 0,011
8 Fajar Surya Wisesa Tbk Rp 3.500.000 Rp 86.745.854 0,040
9 Gudang Garam Tbk Rp 11.000.000 Rp 5.395.293.000 0,002
81
10 Kimia Farma (Persero) Rp 1.722.264 Rp 236.531.070 0,007
1
2015
Semen Baturaja (Persero) Rp 428.600 Rp 354.180.062 0,001
2 Semen Indonesia (Persero) Rp 146.728.551 Rp 4.525.441.038 0,032
3 Asahimas Flat Glass Tbk Rp 1.000.000 Rp 341.346.000 0,003
4 Surya Toto Indonesia Tbk Rp 567.242 Rp 285.236.780 0,002
5 Gunawan Dianjaya Steel Tbk Rp 1.800.000 -Rp 55.212.703 - 0,033
6 Charoen Pokphand Indonesia Tbk Rp 1.000.000 Rp 1.832.598.000 0,001
7 Japfa Comfeed Indonesia Tbk Rp 16.920.000 Rp 524.484.000 0,032
8 Fajar Surya Wisesa Tbk Rp 3.700.000 -Rp 308.896.601 - 0,012
9 Gudang Garam Tbk Rp 18.800.000 Rp 6.452.834.000 0,003
10 Kimia Farma (Persero) Rp 696.552 Rp 252.972.506 0,003
1
2016
Semen Baturaja (Persero) Rp 478.875 Rp 259.090.525 0,002
2 Semen Indonesia (Persero) Rp 186.987.528 Rp 4.535.036.823 0,041
3 Asahimas Flat Glass Tbk Rp 1.000.000 Rp 260.444.000 0,004
4 Surya Toto Indonesia Tbk Rp 808.680 Rp 168.564.583 0,005
5 Gunawan Dianjaya Steel Tbk Rp 3.200.000 Rp 31.704.557 0,101
6 Charoen Pokphand Indonesia Tbk Rp 3.000.000 Rp 2.225.402.000 0,001
7 Japfa Comfeed Indonesia Tbk Rp 4.500.000 Rp 2.171.608.000 0,002
8 Fajar Surya Wisesa Tbk Rp 4.200.000 Rp 778.012.761 0,005
9 Gudang Garam Tbk Rp 30.000.000 Rp 6.672.682.000 0,004
10 Kimia Farma (Persero) Rp 2.074.673 Rp 271.597.947 0,008
82
Lampiran 8
Hasil Output SPSS
Hasil Uji Statistik
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
EP 40 2,00 5,00 3,1000 ,44144
ISO 40 ,00 1,00 ,5000 ,50637
EC 40 -,09 ,10 ,0066 ,02590
ROA 40 -,05 ,17 ,0783 ,05344
Valid N (listwise) 40
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram
83
Hasil Uji Grafik P-Plot
Hasil Uji Statisik Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 40
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std. Deviation ,04544880
Most Extreme Differences Absolute ,113
Positive ,068
Negative -,113
Test Statistic ,113
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
84
Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 EP ,772 1,295
ISO ,880 1,136
EC ,852 1,173
a. Dependent Variable: ROA
Hasil Uji Autokorelasi Runs-Test
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Valuea
,01002
Cases < Test Value 20
Cases >= Test Value 20
Total Cases 40
Number of Runs 16
Z -1,442
Asymp. Sig. (2-tailed) ,149
a. Median
85
Hasil Uji Heteroskedastisitas, Uji Glejser
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) ,066 ,034 1,932 ,061
EP -,010 ,011 -,160 -,860 ,395
ISO ,003 ,009 ,056 ,325 ,747
EC -,109 ,184 -,104 -,589 ,559
a. Dependent Variable: RES2
Hasil Uji Koefisien Adjusted R Square
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,526a ,277 ,216 ,04730
a. Predictors: (Constant), EC, ISO, EP
b. Dependent Variable: ROA
Hasil Uji Simultan F
ANOVAa
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression ,031 3 ,010 4,589 ,008b
Residual ,081 36 ,002
Total ,111 39
a. Dependent Variable: ROA
b. Predictors: (Constant), EC, ISO, EP
Hasil Uji Statistik t
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -,117 ,058 -2,006 ,052
EP ,065 ,020 ,539 3,342 ,002
ISO -,015 ,016 -,146 -,967 ,340
EC ,094 ,317 ,046 ,297 ,768
a. Dependent Variable: ROA