pengaruh etnosentrisme terhadap komunikasi antarbudaya...
TRANSCRIPT
41
BAB VI
PENGARUH ETNOSENTRISME TERHADAP PERNYATAAN DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTAR MAHASISWA UNIVERSITAS
KRISTEN SATYA WACANA YANG SALING BERBEDA LATAR BELAKANG BUDAYANYA
Pada bab sebelumnya penulis sudah membahas data - data yang didapat
dari lapangan serta menganalisannya mengenai pengaruh etnosentrisme terhadap
pertukaran pesan. Sedangkan pada bab ini penulis membahas bagaimana pengaruh
etnosentrisme terhadap pernyataan diri dalam komunikasi antar mahasiswa
UKSW yang saling berbeda latar belakang budayanya, khususnya dari 3 kasus
yang sudah diteliti oleh penulis.
Pernyataan diri penekanannya terdapat dalam pertukaran makna yang
dilakukan oleh komunikator dan komunikan yang berbeda budayanya. Pisau
analisis yang digunakan oleh penulis adalah teori Jim Chew mengenai pernyataan
diri yang meliputi ; pandangan dunia, kepercayaan, nilai - nilai, dan perilaku.
Sehingga pengaruh etnosentrisme dalam pertukaran makna dapat terlihat dengan
jelas. Namun dalam penelitian yang melibatkan 3 kasus, dimana masing - masing
kasus dipilih salah satu hal yang dimaknai sesuai dengan fakta atau data - data
yang didapat oleh penulis, yakni ; 1) kasus Pentas Seni dan Budaya tahun 2012 ,
penulis mencari makna dari arti sebuah minuman keras (akohol) dari masing -
masing etnis yang meminum - minuman berakohol pada saat acara PSBI
berlangsung, 2) kasus komunikasi antarbuadaya di Kost Putri KFC, penulis
mencari makna dari arti sebuah kost - kostan dan media sosial, khususnya
facebook dari masing - masing etnis yang terlibat dalam pertikaian, 3) kasus rapat
pleno dalam Lembaga Kemahasiswaan , khususnya BPMU UKSW periode 2011 -
2012, penulis mencari makna dari arti sebuah organisasi, kepemimpinan dan rapat
yang ideal dari fungsionaris BPMU UKSW periode 2012 yang berbeda etnis.
42
6.1. Pengaruh Etnosentrisme Terhadap Pernyataan Diri dalam
Komunikasi Antarbudaya Mahasiswa UKSW di Kegiatan PSBI 2012
Pandangan Dunia
Kegiatan PSBI tahun 2012 dimana pada kegiatan hari terakhir
terdapat beberapa etnis yang masuk dan mengikuti kegiatan dengan
keadaan yang sudah mabuk, dan tidak jarang beberapa kelompok etnis
dapat masuk dalam lapangan basket membawa minuman berakohol dari
luar tempat kegiatan. Dari kejadian ini penulis mencermati bagaimana
realitas yang dibangun oleh setiap etnis mengenai minuman berakohol.
Salah seorang etnis Poso yang sudah terpengaruh dengan minuman
berakohol mengungkapkan pendapat :
"minum itu buat kita bisa lebih enjoy, asyik, membuat jadi lebih berani."
perkataan ini menggambarkan bahwa ketika meminum minuman yang
berakohol dapat lebih enjoy dan asyik. Tidak jauh beda dengan salah
seorang etnis Papua yang membawa minuman berakohol menyampaikan
pendapat :
"minum itu buat kita jadi hangat dan lebih gampang bergaul dengan yang lainnya serta sudah menjadi kebiasaan".
Hal yang hampir sama juga disampaikan oleh salah seorang etnis
Ambon :
"bagi kami minum itu sudah menjadi rutinitas dan biasa, buktinya kalau ada anak baru untuk perkenalan pasti kami buat acara untuk minum bersama".
Pandangan realitas mengenai minuman berakohol adalah hal yang sudah
biasa, namun berbeda dengan etnis Jawa sendiri yang merasa risih ketika
melihat teman - teman meminum - minuman keras pada saat acara PSBI.
Sedangkan salah satu panitia etnis Jawa menyampaikan, bahwa :
43
"saya benarnya sudah takut sekali ketika melihat teman - teman dari etnis timur yang sedang mabuk, takut terjadi pertikaian atau keributan",
Dan faktanya dilapangan panitia tidak berani mengganggu teman -
teman yang sedang mabuk dan menari - nari dengan meloncat - loncat
dipanggung, sehingga satpam langsung yang turun tangan walaupun
hampir terjadinya perkelahian antara satpam dengan etnis Poso. Bagi etnis
Jawa meminum - minuman yang berakohol merupakan hal yang tabu
untuk dilakukan, dan bagi mereka yang masih meminum minuman
berakohol belum dewasa atau masih ditaraf labil, hal ini disampaikan oleh
seorang etnis Jawa yang hadir dalam acara PSBI.
Kepercayaan
Setiap etnis yang ikut dalam kegiatan tersebut mempunyai
pandangan dunia atau realitas tersendiri terhadap minuman berakohol,
dalam sub bab ini penulis memaparkan hasil penelitian mengenai apa
kebenaran bagi mereka dan apa yang dianggap benar oleh mereka,
khususnya dalam hal yang sama yakni minuman berakohol. Etnis Poso
yang melakukan tari - tarian dengan meloncat - loncat diatas panggung
merasa benar, karena mereka menganggap tidak mengganggu orang lain
dan hanya melepaskan kegembiraannya diatas panggung. Berbeda dengan
etnis Ambon yang merasa bahwa tindakan melakukan tari - tarian dan
meloncat - loncat diatas panggung merupakan tindakan yang tidak benar,
hal ini ditunjukan dengan salah satu pendapat etnis Ambon yang
menyatakan :
"lah, bagaimana kalau sampe tu panggung so roboh, pasti bubar sudah
acara ni".
Bagi etnis ambon meminum minuman berakohol sudah tradisi
sama halnya dengan etnis Papua, namun berbeda dengan etnis Jawa yang
mengakui bahwa mereka mempunyai keyakinan atau kepercayaan kalau
44
tidak diperkenankan untuk meminum minuman yang berakohol, apalagi
sampai mabuk.
Nilai - Nilai
Dari pemaparan diatas dapat dicermati bahwa setiap etnis
mempunyai pandangan realitas, kepercayaan tersendiri, sehingga
pandangan dunia dan kepercayaan tersebut dievaluatif melalui nilai - nilai
yang dimiliki setiap etnis. Etnis Ambon, Papua, Poso yang menganggap
bahwa minuman berakohol merupakan hal yang wajar dan sudah menjadi
tradisi, sehingga mereka secara tidak langsung mempunyai pemikiran
bahwa minum minuman berakohol itu dapat berdampak baik seperti yang
mereka sudah ucapkan sebelumnya yakni ; dapat menjadi berani, dapat
bergaul, menjadi asyik, dan sebagainya. Berbeda dengan etnis Jawa yang
menganggap bahwa minum minuman berakohol merupakan hal yang tabu
sehingga mereka menganggap hal ini tidaklah baik untuk dilakukan.
Perilaku
Pandangan dunia, kepercayaan serta nilai - nilai memberikan
kontribusi kepada isi sikap yang cenderung kearah perilaku. Hal ini
terbukti melalui penelitian yang dilakukan oleh penulis. Etnis Ambon,
Papua, Poso yang menganggap bahwa minum minuman berakohol
merupakan hal yang wajar, benar dan baik sehingga perilaku mereka sudah
terbiasa dengan meminum minuman berakohol. Terbukti dengan salah satu
ucapan yang sudah disampaikan oleh salah seorang etnis Ambon diatas
bahwa untuk menyambut anak baru atau mahasiswa baru dari wilayah
mereka dengan cara mengajaknya minum bersama. Begitu pula dengan
etnis Poso dan Papua yang terlihat dalam kegiatas PSBI 2012, mereka
merayakannya dengan cara meminum minuman berakohol, dan
menganggapnya hal yang sudah biasa. Berbeda dengan etnis Jawa yang
menganggap hal ini tabu atau tidak baik sehingga mereka tidak
menunjukan sikap dan perilaku yang meminum minuman berakohol.
45
Sampai pada perilaku yang sudah mencapai suatu kebiasaan yang
dilakukan oleh setiap etnis secara tidak langsung dalam kesehariannya
menimbulkan salah paham antara etnis satu dengan yang lainnya, karena
masing - masing etnis merasa apa yang mereka lakukan itulah yang benar
dan baik bagi mereka. Disinilah letak pengaruh etnosentrisme dalam
pernyataan diri yang ditekankan pada pertukaran makna.
6.2. Pengaruh Etnosentrisme Terhadap Pernyataan Diri dalam
Komunikasi Antarbudaya Mahasiswa UKSW di Kalangan Kost Putri
KFC
Pandangan Dunia
Komunikasi antarbudaya dalam kost putri KFC, dimana terdapat
pertikaian antara penghuni kost mengenai keributan yang dilakukan oleh
suatu kelompok dan penyampaian ketidaksukaan kelompok lainnya
melalui media sosial yakni facebook. Sehingga penulis mencermati
bagaimana pandangan realitas dari masing - masing kelompok yang
berbeda etnis tersebut mengenai kost - kostan dan media sosial, khususnya
facebook . Dalam kronologis kejadian yang sudah terlampir dan dijelaskan
dalam bab - bab sebelumnya , penulis mencermati bagaimana realitas yang
dibangun oleh masing - masing kelompok mengenai dua hal tersebut.
Kelompok dari etnis Jawa mempunyai pandangan bahwa kost putri KFC
ada ditanah Jawa, seharusnya para penghuninya juga memahami adat
istiadat Jawa. Namun berbeda pandangan dengan kelompok lainnya yang
sebagian besar terdiri dari etnis minahasa, mereka mempunyai pandangan
bahwa mereka berhak untuk melakukan sesuatu selama tidak melanggar
peraturan dari tata tertib kost putri KFC. Awal pertemuan dan pertikaian
antara kedua kubu dimulai dari status yang disampaikan oleh kelompok
etnis Jawa melalui media sosial, yakni ; facebook (FB). Status - status
yang dibuat oleh teman - teman etnis Jawa secara tidak langsung
46
menyinggung perasaan dari kelompok lainnya. Salah satu kelompok dari
etnis Jawa menyampaikan bahwa :
"saya mengungkapkan melalui FB, supaya mereka sadar bahwa mereka sudah ribut dan mengganggu kenyamanan kami".
Ketidaksukaan terhadap cara kelompok etnis Jawa yang berbicara
melalui FB tampak dalam status salah seorang etnis Minahasa yang
merasa tersinggung dengan cara tersebut;
Tanggal 29 Maret 2012
"Ketika ada orang yang berkata-kata dibelakang kita itu berarti
kita berada didepan orang itu, jadi.. buat pemilik FB yang
bernama xxxxxxxxx (ditag langsung keorang yang
bersangkutan). Tolong kalau complain ma kita2 atau mau
mengeluarkan unek2 jangan lewat FB, punya mulut, kaum
intelek, mahasiswa yg katanya pinter tolong ngomong
langsung!! Status FB mau ngajak gelut tapi aku tantang keluar
kamar aja gak berani? Maunya apa to?"
Dari status tersebut dapat penulis cermati bahwa etnis Minahasa
yang tinggal di kost putri KFC merasa bahwa ketika ada suatu
permasalahan tidak baik untuk disampaikan melalui media sosial, atau
berbicara "di belakang", mereka lebih sepakat ketika ada suatu masalah
dapat dibicarakan secara langsung. Mereka menganggap bahwa media
online khususnya FB mempengaruhi pencitraan dari diri mereka, berbeda
dengan kelompok etnis Jawa kost putri KFC, khususnya yang terlibat
pertikaian, mereka menyampaikan bahwa FB merupakan tempat curhat
yang efektif.
47
Kepercayaan
Masing - masing kelompok mempunyai kepercayaan atau
keyakinan bahwa apa yang mereka lakukan adalah hal yang benar. Seperti
kelompok etnis Jawa yang merasa bahwa untuk mengungkapkan
kekesalannya tidak perlu bertemu langsung melainkan cukup cerita dengan
orang lain yang mendukung mereka melalui media online, serta mereka
merasa benar karena kost putri KFC dibangun di tanah Jawa sehingga
segala sesuatunya harus mengikuti adat istiadat Jawa. Berbeda dengan
kelompok lainnya yang sebagian besar dari etnis Minahasa, mereka
merasa bahwa mereka benar selama tidak melampaui tata tertib yang ada
di kost tersebut. Dan mereka mengganggap bahwa ketika tidak suka
dengan orang lain, lebih baik berbicara langsung terhadap orang tersebut,
daripada harus bebicara ke orang lain, apalagi disampaikan dalam media
online.
Nilai - Nilai
Kepercayaan atau keyakinan yang mereka anggap benar
membangun nilai - nilai dari kelompok tersebut , yakni ; kelompok etnis
Jawa di kost putri KFC merasa lebih baik mengikuti adat istiadat Jawa
ketika tinggal di kost putri KFC, karena kost tersebut dibangun diatas
tanah Jawa dan lebih baik berbicara dengan orang lain dibandingkan
berkomunikasi dengan orang yang mereka tidak sukai secara langsung.
Berbeda dengan kelompok lainnya yang dominan dari etnis Minahasa,
mereka merasa benar dan secara tidak langsung apa yang mereka lakukan
baik - baik saja selama tidak melampaui dari aturan kost putri KFC, serta
mereka lebih baik berbicara langsung dibanding dengan berbicara
"dibelakang" mereka.
48
Perilaku
Pandangan realitas, kepercayaan serta nilai - nilai yang
mengevaluasinya membentuk isi sikap dari setiap kelompok dan terwujud
dalam sebuah perilaku kesaharian atau kebiasaan yang dilakukan setiap
kelompok. Kelompok etnis Jawa dalam keseharian di kost putri KFC
cenderung lebih bertindak dengan adat istiadat Jawa, yakni melakukan
segala sesuatunya dengan kesungkanan serta menjaga kondisi kost agar
tetap tenang, dan mereka sudah terbiasa bila ada sesuatu hal yang dialami
cenderung berbicara dengan orang lain, terlebih mengungkapkannya
dalam status di media online facebook. Berbeda dengan kelompok etnis
Minahasa yang tinggal di kost putri KFC terbiasa dalam kesehariannya
berkumpul dengan teman - temannya dan berbicara dengan nada yang
cukup keras dan mereka terbiasa jika ada suatu hal yang tidak disukai
dengan orang lain, maka mereka akan menyampaikan ketidaksukaannya
tersebut secara langsung kepada orang tersebut.
Hal - hal yang sudah menjadi kebiasaan dilakukan oleh masing -
masing etnis tersebut, secara tidak langsung mereka membenarkan dan
menganggapnya hal yang baik dan wajar. Sampai pada pertikaian antara
dua kelompok ini yang sudah dijelaskan sebelumnya terlihat tidak ada
yang mau saling mengalah antara satu dengan lainnya. Pengaruh
etnosentrisme terhadap pernyataan diri dari masing - masing kelompok ini
membuat mereka tidak mempunyai toleransi terhadap kelompok lainnya
dan menilai segala sesuatunya dengan apa yang mereka anggap benar dan
baik menurut kelompok mereka masing - masing.
49
6.3. Pengaruh Etnosentrisme Terhadap Pernyataan Diri dalam
Komunikasi Antarbudaya Mahasiswa UKSW di Kalangan
Fungsionaris BPMU UKSW
Pandangan Dunia
Rapat pleno dalam Lembaga Kemahasiswaan (LK), khususnya BPMU
UKSW, dimana penulis mencermati mengenai pandangan realitas dari
beberapa fungsionaris BPMU UKSW dari setiap etnis mengenai organisasi
dan kepemimpinan. Secara keseluruhan pandangan realitas yang dibangun
oleh fungsionaris BPMU mengenai organisai dan kepemimpinan sesuai
atau tergambar dengan satu makna yang sama. Setelah ditelusuri hal ini
dikarenakan oleh seluruh fungsionaris BPMU periode 2011 - 2012 adalah
orang - orang yang sudah mengikuti pelatihan - pelatihan kepemimpinan
yang diselenggarakan oleh UKSW. Sehingga secara keseluruhan
fungsionaris mempunyai makna yang sama mengenai organisasi dan
kepemimpinan itu sendiri. Namun ketika penulis mencermati pandangan
realitas mengenai rapat yang ideal, terdapat beberapa hal yang berbeda
antara etnis satu dengan yang lainnya. Walaupun dalam rapat BPMU,
khususnya rapat pleno mempunyai tata tertib yang sudah diatur dalam
Ketentuan Umum Keluarga Mahasiswa UKSW tahun 2011, tetapi
beberapa etnis dalam fungsionaris BPMU mempunyai pandangan sendiri
mengenai rapat yang ideal. Salah seorang etnis Jawa yang tergabung
dalam fungsionaris BPMU menyatakan pendapatnya :
"rapat yang ideal itu ya berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku, namun lebih ideal ketika memecahkan suatu masalah dalam rapat dapat melakukan musyawarah mufakat yang baik".
Standar musyawarah mufakat yang baik bagi mereka adalah ketika
penyampaian pesan antara fungsionaris terdapat sopan santun, misalnya ;
tidak berbicara dengan intonasi yang tinggi, tidak merasa sok - sokan
dalam menyampaikan pendapat dan sebagainya. Berbeda dengan etnis
Ambon dan Batak yang tergabung dalam fungsionaris BPMU periode
50
2011 - 2012 ini menyatakan bahwa ketika rapat pleno itu sudah sesuai
dengan aturan - aturan yang berlaku dan keputusan yang diambil sudah
melalui mekanisme yang benar, maka rapat tersebut dianggap ideal.
Kepercayaan
Fungsionari BPMU UKSW periode 2011 - 2012 yang terdiri dari
beberpa etnis ini mempunyai kepercayaan atau keyakinan yang sama
terhadap organisasi dan kepemimpinan. Mereka semua merasa benar
bahwa organisasi di UKSW merupakan wadah untuk menjadi aspirasi
mahasiswa dan kepemimpinan yang ada di UKSW adalah bentuk suatu
pelayanan terlebih mereka mempunyai satu keyakinan bahwa segala
rintangan yang mereka sudah lalui dalam masa mereka merupakan
pertolongan dari Yang Maha Kuasa. Namun kepercayaan atau keyakinan
yang mereka pegang mempunyai perbedaan mengenai rapat pleno yang
ideal. Etnis Ambon dan Batak yang tergabung dalam fungsionaris BPMU
UKSW periode 2011 - 2012 ini merasa benar ketika rapat pleno itu sudah
sesuai dengan tata tertib yang berlaku, berbeda dengan fungsionaris dari
etnis Jawa yang merasa canggung dengan cara penyampaian pendapat
dengan cara mengeluarkan suara yang tinggi atau mengeluarkan bentak -
bentakan. Hal ini dirasa tidak benar, bagi etnis Jawa yang benar adalah
tetap melakukan diskusi dengan tenang dan kepala dingin agar rapat pleno
dapat berjalan dengan tenang dan kondusif.
Nilai - Nilai
Pandangan dunia serta kepercayaan yang dimiliki dievaluasi
dengan nilai - nilai yang dimiliki masing - masing fungsionaris, yakni
mereka merasa bahwa organisasi, khususnya BPMU UKSW dapat
berjalan dengan baik ketika melakukan fungsinya dengan benar, dan
kepemimpinan yang baik didalam BPMU UKSW harus dapat melayani
dengan hati yang tulus. Sedangkan hal ini berbeda ketika membahas
51
mengenai rapat pleno yang ideal, fungsionaris dari etnis Ambon dan Batak
merasa bahwa rapat pleno yang baik harus berjalan sesuai dengan aturan
berbeda dengan pandangan fungsionaris dari etnis Jawa yang merasa rapat
pleno yang selama ini berjalan kurang baik. Hal ini dikarenakan
banyaknya komentar - komentar saat diskusi menggunakan intonasi yang
keras membuat keadaan rapat kurang nyaman. Salah seorang fungsionaris
etnis Jawa menyatakan pendapatnya :
"rapat pleno yang baik adalah ketika sesuai dengan aturan tetapi dalam proses diskusinya juga harus dengan kepala dingin, tidak merasa sok jago satu dengan lainnya yang mengajukan pendapat dengan intonasi yang keras".
Perilaku
Pandangan dunia, kepercayaan serta nilai - nilai yang
mengevaluasinya membangun isi sikap yang sampai pada tindakan nyata
atau perilaku kebiasaan. Hal ini ditunjukan oleh teman - teman
fungsionaris BPMU UKSW periode 2011 - 2012 dalam menjalankan
fungsi dan tanggungjawab mereka. Namun berbeda dalam rapat pleno
yang dilakukan oleh BPMU UKSW periode 2011 - 2012, ketika
fungsionaris etnis Ambon dan Batak merasa bahwa rapat pleno cukup
benar dan baik ketika sesuai aturan yang ada, mereka menganggap cara
diskusi yang dilakukan dengan cara berbicara menggunakan intonasi yang
tinggi sudah biasa dan wajar - wajar saja dalam suatu rapat. Tetapi
fungsionaris etnis Jawa yang cenderung menganggap tidak baik bila dalam
proses diskusi menggunakan intonasi yang tinggi karena rapat menjadi
kurang kondusif. Dan dalam perilaku atau kebiasaan didalam rapat
beberapa fungsionaris dari etnis Jawa cenderung lebih diam dan tidak ikut
dalam perdebatan - perdebatan yang muncul pada saat rapat pleno.
52
Pemaknaan yang dilakukan oleh setiap fungsionaris BPMU UKSW
periode 2011 - 2012 mengenai organisasi, kepemimpinan mempunyai
pemaknaan yang sama sehingga perilaku atau tindakan nyata yang
dilakukan dalam keseharian bersatu padu antar etnis satu dengan lainnya
dalam mengerjakan fungsi dan tanggungjawab sebagai fungsionaris
BPMU UKSW periode 2011 - 2012. Namun berbeda ketika rapat pleno
yang berlangsung, jarang fungsionaris etnis Jawa menanggapi perdebatan -
perdebatan yang muncul dalam rapat pleno tersebut. Hal ini dapat
dicermati bahwa etnosentrisme mempengaruhi pernyataan diri yang
ditunjukan dalam tindakan nyata fungsionaris etnis Jawa yang cenderung
lebih banyak diam karena menganggap berdiskusi dengan intonasi yang
tinggi tidak baik bagi mereka.
6.4. Hubungan Pengaruh Etnosentrisme Terhadap Pertukaran Pesan dan
Pernyataan Diri Mahasiswa UKSW yang Berbeda Budayanya
Setelah mencermati bagaimana etnosentrisme berpengaruh dalam
pertukaran pesan dan pernyataan diri yang sudah diteliti dan dibahas oleh
penulis, pada sub bab ini penulis membahas secara analitis hubungan dari
pengaruh etnosentrisme terhadap kedua hal tersebut. Komunikasi
antarbudaya, khususnya pertukaran pesan yang terwujud melalui simbol -
simbol berupa gerak tubuh, lisan, gambar, tertulis, lebih mudah untuk
dcermati. Berbeda dengan pernyataan diri yang memerlukan cermatan
secara lebih mendalam dalam menelitinya.
Dalam kasus PSBI tahun 2012, penulis meneliti dan menganalisa
pernyataan diri dari etnis Ambon, Papua, Poso, dan Jawa mengenai
minuman berakohol.Etnis Ambon, Papua, Poso merasa bahwa minuman
berakohol adalah hal yang wajar dan baik adanya, berbeda dengan etnis
Jawa yang mengganggap hal tersebut tidak baik. Hal ini sampai kepada
tahap perilaku, sehingga dapat dicermati dalam kegiatan penutupan etnis
Ambon, Papua dan Poso meminum minuman berakohol. Namun cara
53
mereka menyampaikan pesan melalui simbol - simbol ketika sedang
mabuk berbeda - beda dan mempunyai perilaku sendiri - sendiri.
Sedangkan yang menjadi sorotan dari etnis lainnya adalah etnis Poso yang
sedang mabuk menari - nari diatas panggung dengan meloncat - loncat
sambil membuka baju yang dianggap arogan oleh etnis lainnya.
Kasus kedua, dimana penulis mencermati mahasiswi UKSW yang
tinggal di kost putri KFC. Dimana dalam kost tersebut terbagi menjadi dua
kelompok yakni ; kelompok etnis Jawa dan kelompok etnis dominan
Minahasa. Dimana mereka mempunyai pandangan berbeda tentang kost -
kostan yang mereka tinggali dan dunia maya, khususnya facebook.
Kelompok etnis Jawa merasa bahwa kost putri KFC dibangun di tanah
Jawa, jadi seluruh penghuni kost tersebut harus mengikuti adat istiadat
Jawa. Berbeda dengan kelompok dari etnis Minahasa yang merasa bahwa
tindakan mereka dalam berkomunikasi dengan teman kelompoknya
menggunakan nada yang keras merupakan hal yang wajar, tetapi hal ini
dianggap membuat suasana kost jadi ribut oleh kelompok etnis Jawa yang
tinggal dikost tersebut. Kelompok etnis Jawa mempunyai pandangan
dunia, kepercayaan dan nilai - nilai bahwa wajar dan baik - baik saja
ketika mengungkapkan kekesalan mereka melalui media online,
khususnya facebook. Sedangkan berbeda dengan kelompok yang
didominasi oleh etnis Minahasa, mereka merasa bahwa kelompok etnis
Jawa sudah membicarakan mereka di belakang. Kelompok Minahasa
mengganggap lebih baik berkompromi secara langsung dan itulah yang
dilakukan oleh kelompok Minahasa setelah melihat status - status yang
dibuat oleh kelompok etnis Jawa. Walaupun faktanya kompromi atau
pertukaran pesan tersebut tidak berjalan baik, melainkan menimbulkan
pertikaian antara dua kelompok tersebut.
Sedangkan pada kasus terakhir, yakni rapat pleno BPMU UKSW
periode 2011 - 2012. Fungsionaris BPMU periode 2011 - 2012 yang
didalamnya terdiri dari beberapa etnis yang berbeda mempunyai
54
pandangan, kepercayaan, nilai - nilai yang berbeda pula mengenai rapat
pleno yang ideal. Fungsionaris dari etnis Ambon dan Batak mempunyai
pandangan bahwa rapat pleno yang ideal adalah proses dan hasil dari rapat
sudah sesuai dengan mekanisme rapat yang tertera dalam KUKM tahun
2011, namun berbeda dengan etnis Jawa yang merasa bahwa rapat pleno
yang ideal ketika keadaan rapat itu kondusif. Sehingga dalam perilaku,
kecenderungan yang terjadi etnis Jawa lebih banyak diam ketika terjadi
perdebatan, dan etnis Ambon, Batak merasa bahwa perdebatan dengan
menggunakan nada yang keras merupakan hal yang wajar serta perilaku
perdebatan itu dominan terlihat dalam rapat.
Setelah penulis mencermati secara keseluruhan, etnosentrisme
sudah tertanam didalam setiap pribadi komunikator maupun komunikan
yang berbeda budaya. Hal ini dibuktikan dengan analisa yang sudah
dilakukan oleh penulis terhadap 3 kasus diatas. Dimana kecenderungan
setiap pribadi dalam memandang dunia serta mengavaluasi nilai,
kepercayaan dan perilaku dalam kultur sendiri lebih baik, lebih logis
dibanding dengan pribadi lainnya yang berbeda budayanya. Sehingga
ketika melakukan pertukaran pesan melalui simbol - simbol antara dua
pribadi yang berbeda budayanya seringkali terjadi salah paham, karena
mereka memaknai pesan yang berupa simbol - simbol tersebut sesuai
dengan budaya mereka masing - masing. Serta setiap etnis yang ada
merasa superior daripada kelompok lainnya dan membangkitkan sikap
"kami" dan "mereka".
55
Tabel 1. Rangkuman Hasil Penelitian
Pengaruh Etnosentrisme Terhadap Komunikasi Antarbudaya Mahasiswa UKSW
Pentas Seni & Budaya
tahun 2012
Mahasiswi UKSW di
Kost Putri KFC
BPMU UKSW periode
2011/2012
P.E. Terhadap Pertukaran Pesan (Penekanan dalam pertukaran simbol - simbol)
Gerak - gerik tubuh dari beberapa etnis Poso dalam acara penutupan PSBI tanggal 28 April 2012, yaitu : menari - nari sambil meloncat - loncat diatas panggung dalam kondisi mabuk, sambil membuka baju, hal ini dianggap hal yang wajar oleh mereka,
Muncul beberapa tanggapan dari pertukaran simbol tersebut dari beberapa etnis lainnya yang menonton kejadian tersebut dan berkomentar bahwa itu sikap yang arogan,
Pandangan setiap etnis menggunakan kacamata dari etnis mereka sendiri, sikap "kami" dan "mereka" terlihat dalam tanggapan - tanggapan dari setiap etnis ketika melihat simbol tersebut
Pertukaran simbol dalam komunikasi antarbudaya mahasiswi UKSW di Kost Putri KFC antar dua kelompok besar, yakni ; kelompok etnis Jawa dan etnis Minahasa,
Pertuakran simbol secara tertulis di media online facebook, dan lisan serta gerak - gerik tubuh,
Kelompok etnis Jawa mengkritik kost yang selalu ribut disebabkan oleh kelompok yang sebagian besar dari etnis Minahasa, sedangkan kritikan yang dilakukan di media online membuat kelompok etnis Minahasa tersinggung,
Setelah kejadian tersebut kedua kelompok melakukan pertemuan untuk mencari jalan damai, namun yang terjadi adalah pertikaian,
Proses komunikasi dalam Rapat Pleno BPMU,
Etnis Ambon dan Batak merasa sudah terbiasa dalam menyampaikan pendapat dengan menggunakan nada yang tinggi,
Etnis Jawa merasa kurang nyaman ketika perdebatan terjadi dengan mendengarkan suara - suara yang bernada tinggi tersebut.
Namun etnis Jawa cenderung tidak memprotes cara berkomunikasi dari etnis Ambon dan Batak, tetapi lebih mengambil sikap untuk diam.
P. E.
KASUS
56
Pertikaian sampai tahap penamparan dan pemukulan terjadi dikarenakan pertukaran simbol secara lisan saat bertemu, dimana perdebatan yang berlangsung tidak mempunyai toleransi dalam melakukan komunikasi antarbudaya, melainkan kedua kelompok merasa sama - sama benar dan saling mempertahankan pendapat mereka masing - masing.
P.E. Terhadap
Pernyataan Diri
(Penekanan dalam
pertukaran makna)
dengan pisau analisi
teori Jim Chew,
bahwa pernyataan
diri dapat dicermati
melalui, pandangan
dunia, kepercayaan,
nilai - nilai, perilaku
Pandangan Dunia
Etnis Ambon, Papua, Poso cenderung mempunyai pandangan dunia yang sama mengenai minuman berakohol, yakni merupakan hal yang wajar meminum minuman yang berakohol,
Berbeda dengan etnis Jawa yang menganggap bahwa orang yang masih mengkonsumsi minuman berakohol dianggap belum dewasa atau masih dalam taraf labil, seperti misalnya
Pandangan Dunia
Realitas yang dicermati penulis pada kasus ini adalah pandangan dari kedua kelompok mengenai media online dan kost - kostan,
Bagi kelompok etnis Jawa, kost - kostan yang dibangun ditanah Jawa, seharusnya seluruh penghuninya mengikuti adat istiadat ditanah Jawa, berbeda dengan kelompok dari etnis Minahasa, dimana selama mereka menaati aturan kost
Pandangan Dunia
Pandangan realitas terhadap organisasi dan kepemimpinan dalam anggota BPMU mempunyai kesamaan yang sama, setelah ditelusuri lebih lanjut, hal ini dikarenakan mereka sudah dibekali hal yang sama dalam pelatihan kepemimpinan yang ada di UKSW,
Namun mengenai rapat yang ideal mempunyai dua pandangan yang berbeda, yakni ; dari
57
tindakan etnis Poso yang mabuk dan menaiki panggung untuk menari - nari sambil meloncat - loncat dengan membuka baju mereka,
tersebut itu sudah cukup,
Media online, khususnya facebook merupakan tempat curahan hati yang tepat bagi kelompok etnis Jawa, sedangkan bagi kelompok etnis Minahasa memandang bahwa media online merupakan tempat publik dan tidak layak digunakan untuk mengkritik orang melalui facebook.
etnis Ambon dan Batak menganggap bahwa rapat yang ideal itu sesuai dengan mekanisme rapat yang sudah ada ketentuan dan aturannya yang berlaku, sedangkan etnis Jawa lebih cenderung memandang rapat yang ideal ketika diskusi atau rapat berjalan dengan keadaan kondusif, karena perdebatan yang menggunakan nada tinggi, dianggap tidak kondusif.
Kepercayaan
Etnis Poso merasa yakin benar ketika meluapkan kegembiraannya dengan menari - nari diatas panggung sambil meloncat - loncat selama tidak mengganggu orang lain,
Etnis Ambon dan etnis papua yang membenarkan meminum minuman berakohol tidak setuju dengan tindakan etnis Poso yang sedang mabuk,
Kepercayaan
Kelompok etnis Jawa merasa yakin dan benar bahwa kost - kostan yang dibangun ditanah Jawa, merupakan hal yang benar ketika penghuninya mengikuti adat istiadat dari tanah Jawa, dan mereka merasa benar dengan melakukan curahan hati melalui media online merupakan jalan terbaik, karena dengan begitu mereka merasa mendapatkan dukungan dari teman - teman facebook-nya
Kepercayaan
Seluruh etnis yang tergabung dalam BPMU UKSW merasa yakin dan benar bahwa organisasi dan kepemimpinan yang ada di UKSW adalah bentuk suatu pelayanan,
Namun terdapat perbedaan keyakinan mengenai rapat yang ideal, dimana etnis Ambon dan Batak merasa benar bahwa ketika melakukan perdebatan itu
58
Sedangkan etnis Jawa yang mengakui bahwa mereka mempunyai keyakinan atau kepercayaan kalau tidak diperkenankan untuk meminum minuman berakohol. menganggang kedua hal tersebut tidak benar untuk dilakukan,
Berbeda terbalik dengan etnis Minahasa yang lebih benar itu ketika kelompok lain tidak suka dengan mereka, maka berbicara secara langsung,
adalah hal yang benar adanya, berbeda dengan etnis Jawa yang merasa cara melakukan perdebatan membuat kondisi rapat menjadi tidak kondusif,
Nilai - Nilai
Setiap etnis diatas mempunyai pandangan realitas serta kebenaran masing - masing mengenai minuman berakohol, hal ini dievaluatif melalui nilai - nilai yang dimiliki setiap etnis,
Etnis Ambon, Papua, Poso merasa mempunyai pandangan realitas dan kepercayaan yang sama terhadap minuman berakohol, sehingga mereka mengganggap hal ini baik adanya, berbeda dengan etnis Jawa yang mengakui hal ini adalah tabu, sehingga bagi etnis Jawa yang meminum minuman keras merupakan hal yang tidak baik
Nilai - Nilai
Segala sesuatu yang merupakan pandangan realitas dari masing - masing kelompok dan apa yang mereka anggap itu benar maka mereka menganggap hal itulah yang terbaik untuk dilakukan.
Kelompok etnis Jawa merasa benar ketika bercerita masalahnya dengan orang lain, daripada berbicara langsung kepada orang yang bersangkutan,
Sebaliknya, kelompok etnis Minahasa merasa benar ketika dapat menegur secara langsung
Nilai - Nilai
Seluruh fungsionaris BPMU UKSW memahami bahwa sebaiknya dalam menjalankan organisasi dan kepemimpinan ketika melakukan fungsi dan tanggungjawab pelayanan dengan kasih yang tulus,
Selama ini etnis Ambon dan Batak merasa bahwa rapat pleno yang dijalankan sudahlah baik, namun berbeda dengan fungsionaris dari etnis Jawa yang merasa lebih baik ketika rapat terdapat perdebatan, tetapi diskusinya tetap menghargai orang lain, yakni dengan tidak menggunakan nada yang tinggi,
59
Perilaku
Pandangan dunia, kepercayaan dan nilai - nilai merupakan kontribusi kepada isi sikap dan perilaku dari individu tersebut,
Etnis Ambon, Papua, Poso sudah terbiasa dengan meminum minuman berakohol, berbeda dengan etnis Jawa yang mengakui hal ini tabu, sehingga kecenderungannya mereka tidak menunjukan sikap dan perilaku yang suka meminum minuman berakohol.
Perilaku
Kecenderungan perilaku setiap kedua kelompok tampak sesuai dengan pandangan dunia, kepercayaan dan nilai - nilai yang mereka miliki masing - masing,
Kelompok etnis Jawa cenderung menceritakan masalah - masalahnya yang terjadi kepada teman - temannya melalui media online, serta sikap dan perilaku keseharian mereka di kost putri KFC cenderung mengikuti adat istiadatnya yakni ; kalem, tenang dsbnya,
Berbeda terbalik dengan kelompok etnis Minahasa yang secara langsung berbicara kepada kelompok etnis Jawa, serta mengungkapkan kekesalan mereka secara langsung.
Perilaku
Kecenderungan perilaku yang terjadi menurut keterangan dari ketua BPMU kerja pelayanan mereka dalam organisasi dan kepemimpinan sudah berjalan dengan maksimal,
Namun berbeda ketika adanya rapat pleno dan melibatkan perdebatan yang menggunakan nada tinggi, maka etnis Jawa lebih cenderung diam.
NB : P.E adalah Pengaruh Etnosentrisme