pengaruh ewom di jejaring sosial terhadap intensi
TRANSCRIPT
Pengaruh eWOM di Jejaring Sosial Terhadap Intensi Pembelian Konsumen. Studi Kasus: Intensi Pembelian Wanita pada Produk Kosmetik
Rosabelle Sibarani, Ira Iriyanty
Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, Depok, 16324
Email: [email protected], [email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana pengaruh eWOM di jejaring sosial terhadap intensi pembelian konsumen. Sampel dalam penelitian ini netizen yang pernah menggunakan informasi dari ulasan eWOM di jejaring sosialuntuk produk kosmetik. Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi kegunaan informasi yaitu kualitas dan sikap terhadap informasi, dimana kegunaan informasi eWOM di jejaring sosial mempengaruhi adopsi informasi yang memiliki hubungan yang positif terhadap intensi pembelian.
The Influence of eWOM in social media on consumers’ purchase intentions. Case study: Women’s purchase intention on cosmetic products.
Abstract
The study aims to analyze the influence of eWOM in social media on consumers’ purchase intention. The samples on this study are netizens that have utilize the information from eWOM in social media for cosmetic products. The study indicates that there are two factors influencing information usefulness which is information quality and attitude towards information, in which information usefulness in social media influenced information adoption that has a positive relation to purchase intention. Key words: eWOM, purchase intention, cosmetic products Latar Belakang
Penelitian ini fokus pada penggunaan eWOM di jejaring sosial mempengaruhi intensi
pembelian konsumen wanita terhadap suatu kategori produk kosmetik. Berdasarkan data yang
diperoleh dari Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia, pertumbuhan industri kosmetik di
Indonesia merupakan pertumbuhan yang paling tinggi dibandingkan industri lain,
pertumbuhan tersebut dipicu oleh meningkatnya pertumbuhan konsumsi kosmetik di
Indonesia (Subakat, Nurhayati. “Industri Kosmetik Bakal Tumbuh Double Digit”
http://mediaindonesia.com/news/read/40538/industri-kosmetik-bakal-tumbuh-double-
digit/2016-04-15).
Pengaruh eWOM ..., Sibarani, Rosabelle, FEB UI, 2017
Seiring dengan berkembangnya teknologi informasi dan semakin meningkatnya penggunaan
internet, kini orang-orang dapat beinteraksi dan saling berbagi informasi secara online. Hal ini
menjadikan komunikasi word of mouth (WOM) berkembang menjadi electronic word of
mouth (eWOM) (Sciffman & Kanuk, 2010). Konsumen baru akan mencari informasi yang
diunggah oleh konsumen sebelumnya agar mereka merasa nyaman sebelum melakukan
pembelian atas produk atau jasa tersebut (Cheung & Thadani, 2012). Saat ini, semua orang
dapat membagi opini serta pengalaman mereka atas suatu produk atau jasa dengan orang lain
yang secara sosial dan geografis terpisah (Cheung & Lee, 2011). Akan tetapi, laman media
sosial, yang belakangan disebut-sebut sebagai platform eWOM, telah menghadirkan aspek
baru terhadap eWOM; dengan cara memungkinkan konsumen baru untuk dapat
berkomunikasi dengan jaringan yang sudah ada. Dewasa ini, masyarakat dapat bertukar opini
dan pengalaman tentang suatu produk atau jasa dengan teman dan kenalan mereka melalui
media sosial (Chu & Kim, 2011; Kozinets, de Valck, Wohnicki, & Wilner, 2010). Hal ini
mengurangi anonimitas sehingga menjadikan informasi eWOM lebih terpercaya dan dapat
diandalkan (Chu & Choi, 2011; Wallace, Walker, Lopez & Jones, 2009).
Studi yang direplikasi pada penulisan ini mengembangkan model teoritis untuk
mengidentifikasi indikator-indikator penentu informasi eWOM di media sosial yang
mempengaruhi intensi pembelian konsumen. Maka dari itu, Information Adoption Model
(IAM) (Sussman & Siegal, 2003 – From main journal) kemudian diperluas dengan
menggunakan komponen Theory of Reasoned Action (TRA) (Fishbein & Ajzen, 1975, dalam
Erkan dan Evans, 2016). Model yang diperkenalkan pada studi ini dinamakan Information
Acceptance Model (IACM). Model tersebut menunjukan bahwa pengaruh eWOM di media
sosial tidak hanya bergantung pada karakteristik informasi, kualitas dan kredibilitas
informasi, tapi juga bergantung pada perilaku konsumen terhadap informasi eWOM tersebut.
Tinjauan Teoritis
Word of mouth. Word of Mouth adalah komunikasi yang dilakukan oleh sejumlah orang
secara mandiri mengenai produk atau jasa dari sebuah perusahaan. Word of mouth dapat
terjadi melalui sebuah interaksi antara satu orang dengan orang lainnya atau melalui
testimonial satu arah. Salah satu hal yang paling penting dalam word of mouth adalah
kenetralan pembawa pesan, dimana tidak ada kepentingan komersial dalam tersampaikannya
pesan tersebut. Dengan demikian, pesan yang dibawa dan disampaikan memiliki tingkat
Pengaruh eWOM ..., Sibarani, Rosabelle, FEB UI, 2017
kepercayaan yang tinggi untuk meyakinkan orang lain untuk menggunakan produk atau jasa
tersebut (Silverman G., 2001). Social Media. Banyaknya jumlah aplikasi social media menimbulkan berbagai definisi atas
apa social media itu sendiri, pada dasarnya kebanyakan definisi yang digunakan mengenai
social media berdasar pada dua hal yang sama yaitu Web 2.0 dan User Generated Content.
Guna mendapatkan pemahaman yang mendalam mengenai social media, definisi dari Web 2.0
perlu dijabarkan terlebih dahulu, Web 2.0 adalah sebuah revolusi bisnis di dalam industri
komputer yang terjadi akibat pergerakan ke internet sebagai platform, dan suatu usaha untuk
mengerti aturan-aturan agar sukses di platform tersebut (Tim Oreilly dalam Andreas
M.Kaplan dan Michael Haenlein, 2010).
Electronic Word of Mouth (eWOM) Electronic Word of Mouth (eWOM) merupakan
pernyataan positif atau negatif yang dibuat oleh konsumen aktual, potensial atau konsumen
sebelumnya mengenai suatu produk atau perusahaan dimana informasi ini tersedia bagi
orang-orang maupun institusi melalui media internet (Henning-Thurau et al. 2004).
Komunikasi eWOM dapat terjadi melalui berbagai media online seperti forum diskusi,
newsgroup, blog, review, website, retail website dan situs jejaring sosial (Cheung & Lee,
2012).
Technology Acceptance Model (TAM). TAM merupakan teori yang telah diterima secara
umum, diusulkan oleh Davis 1989, yang mengidentifikasi isu perilaku pengguna dalam
rangka penerimaan sebuah teknologi baru (Lee, Kim & Hackney, 2011; Venkatesh & Davis,
2000; Venkatesh, Morris, Davis & Davis, 2003; Yiu, Grant & Edgar, 2007 dalam Erkan &
Evans, 2016). TAM bermula dari Theory of Reasoned Action (TRA)(Fishbein & Ajzen, 2007
dalam Erkan & Evans, 2016); TAM lebih fokus pada sistem informasi secara spesifik,
sedangkan TRA fokus pada teori perilaku (Ozkan, Bindusara, & Hackney, 2010 dalam Erkan
& Evans, 2016).
Information Acceptance Model (IAM). IAM dianjurkan dengan mengintegrasikannya
dengan TAM (Davis, 1989) sertaElaboration Likelihood Model (ELM) (Petty & Cacioppo,
1986; Petty, Cacioppo & Goldman, 1981 pada Erkan & Evans, 2016) yang mengusulkan
bahwa seseorang dapat dipengaruhi oleh pesan dalam dua rute, yaitu central dan
peripheral(Shen, Cheung & Lee, 2013; Sussman & Siegal, 2003 dalam Erkan & Evans,
Pengaruh eWOM ..., Sibarani, Rosabelle, FEB UI, 2017
2016). Rute centralmengacu pada inti dari sebuah pesan, sedangkan rute peripheral mengacu
pada isu yang secara tidak langsung berhubungan dengan inti dari sebuah pesan (Cheung et
al., 2008; Petty & Cacioppo, 1986; Shu & Scott, 2014 dalam Erkan & Evans, 2016). IAM
memiliki empat komponen; kualitas argumen (yang merepresentasikan rute central),
kredibilitas sumber (yang merepresentasikann rute peripheral), kegunaan informasi serta
adopsi informasi.Dengan integrasi ini, IAM dapat menjelaskan bagaimana seseorang dapat
terpengaruhi oleh informasi pada komunikasi yang dimediasi oleh platform komputer.
Theory of Reasoned Action. Theory of Reasoned Action pertama kali dikembangkan oleh
Martin Fishbein dan Icek Ajzen dan merupakan sebuah pengembangan dari teori Information
Integration (Ajzen & Fishbein, 1980; Fishbein & Ajzen, 2975). Terdapat dua pengembangan
signifikan dalam teori ini. Pertama, Reasoned Action menambahkan elemen baru dalam
proses persuasi, intensi perilaku. Reasoned Action secara eksplisit memperhatikan perilaku.
Namun, teori ini juga mengenal bahwa terdapat situasi (atau faktor) yang membatasi
pengaruh sikap terhadap perilaku. Oleh karena itu, Reasoned Action memprediksi intensi
perilaku, kompromi antara prediksi sikap, berhenti pada prediksi sikap dan benar-benar
meprediksi perilaku. Selain itu, Reasoned Action juga mendiskusikan faktor-faktor yang
membatasi pengaruh sikap pada perilaku. Pengembangan kedua yang berlaku dari Integration
Theory adalah Reasoned Action menggunakan dua elemen, sikap dan norma (atau ekspektasi
orang lain), untuk memprediksi maksud dari perilaku. Ketika sikap mengarahkan seseorang
untuk melakukan satu hal tapi semua norma yang relevan menyarankan seseorang untuk
melakukan hal lain, kedua faktor mempengaruhi maksud perilaku seseorang (Fishbein &
Ajzen, 1975).
Kualitas informasi. Kualitas informasi merupakan konsep yang multidimensional, yang telah
dianalisa oleh banyak peneliti guna mengidentifikasi serta mengklasifikasi dimensi-
dimensinya. Dimensi-dimensi tersebut meliputi kepercayaan, menafsirkan, reputasi, nilai
tambah, kelengkapan, objektivitas, keandalan, keamanan, ketepatan waktu, harga,
verifiability, ketepatan, ketersediaan, latency dan waktu merespon (Naumann & Rolker, 2000
pada Marinagi, Trivellas dan Reklitis, 2014).
Kredibilitas Informasi. Istilah kredibilitas dapat didefinisikan sebagai tingkat kepercayaan
sebuah sumber, yang sebagian besar terdapat pada persepsi kepercayaan dan keahlian sumber
Pengaruh eWOM ..., Sibarani, Rosabelle, FEB UI, 2017
informasi sebagaimana ditafsirkan oleh penerima informasi (Hovland et al., 1953 dalam
Metzger dan Flanagin, 2013).
Kebutuhan atas Informasi. Kebutuhan atas informasi telah seringkali dipelajari sebagai
motivator untuk keterlibatan word of mouth (WOM) (Sundaram, Kaushik & Webster, 1998
dalam Erkan & Evans, 2016).Penelitian-penelitian berikutnya telah menggunakan gagasan ini
sebagai sarana ‘pencari saran’ (Hennig-Thurau et al., 2004; Wolny &Mueller, 2013 dalam
Erkan & Evans, 2016) dan ‘pencari pendapat’ (Chu &Kim, 2011 dalam Erkan & Evans,
2016) dengan menggunakan pertanyaan penelitian yang berbeda.
Sikap terhadap Informasi. Sikap terhadap informasi merupakan variabel dependent lainnya
yang ditambahkan pada jurnal acuan karena mempertimbangkan Theory of Reasoned Action
(TRA) (Fishbein & Ajzen, 1975 dalam Erkan & Evans, 2016).Sikap konsumen telah dipelajari
oleh beberapa peneliti pada sejumlah penelitian tentang eWOM(Park et al., 2007; Prandergast
et al., 2010 dalam Erkan & Evans, 2016).Selain itu, dua teori lainnya, yaitu Theory of
Planned Behavior (TPB)dan Technology Acceptance Model (TAM) juga mengindikasikan
hubungan antara sikap dan intensi perilaku.
Kegunaan Informasi. Kegunaan informasi mengacu pada persepsi seseorang yang
menggunakan sebuah informasi baru untuk meningkatkan performanya (Bailey & Pearson,
1983; Cheung et al., 2008 dalam Erkan & Evans, 2016).
Adopsi Informasi. Adopsi informasi adalah prosedur informasi yang berguna bagi pelanggan
untuk terlibat dengan komentar dan pendapat yang disarankan untuk mengambil keputusan
(Cheung, Lee & Rabjohn, 2008; Sussman & Siegal, 2003 dalam Hussain, Ahmed, Jafar,
Rabnawaz & Jianzhou, 2016).
Intensi Pembelian. Intensi pembelian merupakan kecendrungan konsumen dalam melakukan
pembelian atas merk tertentu (Belch, 2004). Kecenderungan perilaku pada intensi pembelian
mengindikasikan tingkatan kemungkinan seorang konsumen untuk mengikuti hasil dari
persepsinya atas nilai suatu produk atau jasa (Doods, 1985).
Pengaruh eWOM ..., Sibarani, Rosabelle, FEB UI, 2017
Metode Penelitian
Penelitian ini adalah replikasi dengan model penelitian yang bersumber dari jurnal
Ismail Erkan dan Chris Evans (2016) yang berjudul Pengaruh eWOM di social media terhadap
intensi pembelian konsumen: Studi kasus intensi pembelian terhadap produk kosmetik di
Indonesia. Dalam penelitian ini, peneliti menguji bagaimana pengaruh eWOM di social media
dapat mempengaruhi intensi pembelian konsumen. Secara spesifik peneliti menguji perilaku
dan intensi konsumen dalam proses eWOM produk kosmetik di Indonesia.
Gambar 1 Model Penelitian
Sumber: Ismail Erkan dan Chris Evans (2016)
Berikut adalah hipotesis yang akan dibuktikan dalam penelitian ini:
Adopsi informasi eWOM berhubungan secara positif dengan intensi pembelian
konsumen.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, pengguna media sosial entah secara sengaja maupun
tidak sengaja terpapar oleh informasi eWOM dalam jumlah besar. Namun, tidak semua
informasi eWOM yang diunggah di media sosial memiliki efek yang sama terhadap intensi
pembelian konsumen; tingkatan efek tersebut dapat bervariasi (Yang, 2012 dalam Erkan &
Evans, 2016). Pada studi Erkan & Evans, 2016, dengan menghubungkan IAM dan TRA
diprediksikan bahwa konsumen yang mengadopsi informasi eWOM lebih mungkin memiliki
intensi pembelian. Berdasarkan penjelasan tersebut maka diusulkan hipotesis sebagai berikut:
H01: Adopsi informasi eWOM berhubungan secara positif dengan intensi pembelian
konsumen.
Information Quality
H1 H2
H3
H4
H5
H6
H7
Information Credibility
Needs of Information
Attitude towards Information
Information Usefulness
Information Adoption
Purchase Intention
Pengaruh eWOM ..., Sibarani, Rosabelle, FEB UI, 2017
Kegunaan informasi eWOM berhubungan secara positif dengan adopsi informasi
eWOM.
Kegunaan informasi mengacu pada persepsi seseorang yang menggunakan informasi baru
untuk meningkatkan performanya (Bailey & Pearson, 1983; Cheung et al. dalam Erkan &
Evans, 2016). Kegunaan informasi dianggap sebagai prediktor utama dalam proses adopsi
informasi (Davis, 1989; Sussman & Siegal, 2003 dalam Erkan & Evans, 2016) serta intensi
pembelian (Lee & Koo, 2015 dalam Erkan & Evans, 2016), karena orang cenderung terikat
pada suatu informasi ketika informasi tersebut dianggap berguna. Secara spesifik untuk media
sosial, orang terpapar dengan informasi eWOM dalam jumlah yang banyak (Chu & Kim, 2011
dalam Erkan & Evans, 2016); oleh karena itu kemungkinannya adalah mereka memiliki
intensi yang lebih besar untuk mengadopsi informasi, ketika informasi tersebut dianggap
berguna. Berdasarkan penjelasan tersebut maka diusulkan hipotesis sebagai berikut:
H02: Kegunaan informasi eWOM berhubungan secara positif dengan adopsi informasi
eWOM.
Kualitas informasi eWOM berhubungan positif dengan kegunaan informasi eWOM.
Informasi eWOM dapat dihasilkan oleh semua pengguna internet; oleh karena itu kualitas dan
kredibilitas informasi menjadi lebih critical sekarang (Xu, 2014 dalam Erkan & Evans, 2016).
Pendekatan konsumen terhadap produk atau jasa menjadi lebih intens ketika informasi
tersebut memuaskan permintaan mereka (Olshavsky, 1985 dalam Erkan & Evans, 2016).
Riset sebelumnya menemukan bahwa kualitas ulasan daring (online review) memiliki efek
positif terhadap intensi pembelian konsumen (Lee & Shin, 2014; Park et al.,2007 dalam
Erkan & Evans, 2016). Oleh karena itu studi sebelumnya memprediksi salah satu faktor
penentu intensi pembelian konsumen merupakan kualitas informasi eWOM di media sosial.
H03: Kualitas informasi eWOM berhubungan positif dengan kegunaan informasi
eWOM.
Kredibilitas informasi eWOM berhubungan positif dengan kegunaan informasi eWOM.
Penelitian sebelumnya juga mendemonstrasikan hubungan antara kredibilitas informasi pada
intensi pembelian konsumen (Nabi & Hendriks, 2003; Prendergast et al., 2010 dalam Erkan &
Evans, 2016) dan adopsi informasi. Namun, menurut Wathen dan Burkell (2002), kredibilitas
informasi adalah faktor yang paling penting untuk proses pembujukan atau penarikan
seseorang. Berdasarkan penjelasan tersebut maka diusulkan hipotesis sebagai berikut:
H04: Kredibilitas informasi eWOM berhubungan positif dengan kegunaan informasi
eWOM.
Pengaruh eWOM ..., Sibarani, Rosabelle, FEB UI, 2017
Kebutuhan informasi eWOM berhubungan secara positif dengan kegunaan informasi
eWOM.
Kebutuhan informasi telah seringkali dipelajari sebagai motivator ikatan eWOM (Sundaramm
Kaushik, & Webster, 1998 dalam Erkan & Evans, 2016). Studi-studi selanjutnya
menggunakan gagasan ini sebagai sarana untuk mencari saran (Hennig-Thurau et al., 2004;
Wolny & Mueller, 2013 dalam Erkan & Evans, 2016) dan untuk mencari pendapat (Chu &
Kim, 2011) dengan pertanyaan penelitian yang berbeda. Pada studi Erkan & Evans, faktor
kebutuhan informasi ditambahkan pada model penelitian sebagai variabel dependent guna
mengantisipasi sekiranya seseorang cenderung lebih mencari informasi di media sosial yang
berguna dan kemudian mengadopsinya; dan pada akhirnya kebutuhan informasi akan
mempengaruhi intensi pembelian. Berdasarkan penjelasan tersebut maka diusulkan hipotesis
sebagai berikut:
H05: Kebutuhan informasi eWOM berhubungan secara positif dengan kegunaan
informasi eWOM.
Sikap terhadap informasi eWOM berhubungan secara positif dengan kegunaan
informasi eWOM dan intensi pembelian konsumen.
Sikap terhadap informasi merupakan variabel dependen lainnya yang ditambahkan ketika
menggunakan TRA (Fishbein & Ajzen, 1975). Sikap konsumen telah diuji oleh peneliti pada
berbagai studi eWOM (Park et al., 2007; Prendergast et al., 2010 dalam Erkan & Evans,
2016). Dua teori lainnya, Theory of Planned Behavior( Azjen, 1991) dan Technology
Acceptance Model (Bagozzi, Davis & Warshaw, 1992), juga mengindikasikan hubungan
antara intensi sikap dan perilaku, sebagai tambahan dari TRA. Berdasarkan penjelasan
tersebut maka diusulkan hipotesis sebagai berikut:
H06: Sikap terhadap informasi eWOM berhubungan secara positif dengan kegunaan
informasi eWOM.
H07: Sikap terhadap informasi eWOM berhubungan secara positif dengan intensi
pembelian konsumen.
Peneliti ini menggunakan desain penelitian konklusif deskriptif. Penelitian ini berlangsung
dari Januari 2016 hingga Mei 2016 mulai dari pengumpulan data primer dan sekuder sampai
pengambilan keputusan. Pengumpulan data penelitian dilakukan secara cross-sectional
dimana sampel diambil dari populasi manapun dan dilakukan hanya satu kali (Malhotra,
2010). Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel convenience sampling dimana
peneliti membagikan kuisioner secara online untuk ruang lingkup seluruh Indonesia.
Pengaruh eWOM ..., Sibarani, Rosabelle, FEB UI, 2017
Kuesioner dibagikan kepada calon responden wanita yang pernah menggunakan informasi
eWOM di jejaring sosial untuk produk kosmetik. Setiap pertanyaan dijawab dengan
mengunakan lima poin skala likert dengan (1) untuk “sangat tidak setuju” sampai (5) untuk
“sangat setuju”. Data tersebut kemudian diolah dengan menggunakan metode statistik
Structural Equation Modelling (SEM) dengan program LISREL.
Hasil Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti membagikan kuesioner main test secara offline dan online dengan
total responden 134 orang. Metode Structural Equation Modelling (SEM) digunakan untuk
melakukan analisis model pengukuran dan analisis model struktural. Analisis model
pengukuran bertujuan untuk mengonfirmasi apakah variabel-variabel teramati yang ada
merupakan tolak ukur atau refleksi yang tepat dari sebuah variabel laten, sementara analisis
model struktural menjelaskan hubungan-hubungan yang ada antar variabel laten (Wijanto,
2008). Berikut hasil analisis model pengukuran dan model struktural:
Tabel 1. Standar ukur Goodness of Fit Statistics
Ukuran GOF Nilai Keterangan
Absolute Fit
Statistic Chi-Square 465.91 Poor Fit
Non-Centrality Parameter (NCP)
197.13 Poor Fit
Scaled NCP (SNCP) 142,83 Poor Fit
Goodness of Fit Index (GFI) 0,80 Marginal Fit
Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA)
0,078 Good Fit
Root Mean Square Residual (RMR)
0,042 Good Fit
Incremental Fit
Normed Fit Index (NFI) 0,82 Marginal Fit
Non Normed Fit Index 0,88 Marginal Fit
Pengaruh eWOM ..., Sibarani, Rosabelle, FEB UI, 2017
Ukuran GOF Nilai Keterangan
(NNFI)
Comparative Fit Index (CFI) 0,90 Good Fit
Incremental Fit Index (IFI) 0,90 Good Fit
Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI)
0,74 Poor Fit
Relative Fit Index (RFI) 0,79 Poor Fit
Sumber: Hasil Olahan Peneliti
Validitas pengukuran dilihat dari t-value dan nilai SLF dimana t-value harus lebih besar dari
1.96 dan SLF lebih besar dari 0.5. Sementara untuk reliabilitas akan dilihat dari nilai Contruct
Reliability (CR) dengan nilai kritis 0.6 serta nilai Variance Extracted (VE) dengan nilai kritis
0.5. Berikut nilai validitas dan reliabilitasnya:
Tabel 2. Hasil Validitas dan Reabilitas Pretest
Variabel Latent Indikator SLF Error Construct Reliability
Variance Extracted
Information Quality
IQ1 0,82 0,32
0,86 0,68 IQ2 0,88 0,22
IQ3 0,77 0,41
Information Credibility
IC1 0,84 0,30
0,90 0,75 IC2 0,84 0,30
IC3 0,84 0,29
IC4 0,82 0,33
Needs of Information
NOI1 0,76 0,42
0,84 0,65 NOI2 0,87 0,25
NOI3 0,78 0,39
Attitude Towards
ATI1 0,75 0,43 0,83 0,61
ATI2 0,83 0,31
Pengaruh eWOM ..., Sibarani, Rosabelle, FEB UI, 2017
Variabel Latent Indikator SLF Error Construct Reliability
Variance Extracted
Information ATI3 0,77 0,41
Information Usefullness
IU1 0,76 0,51
0,85 0,65 IU2 0,86 0,29
IU3 0,79 0,37
Information Adoption
IA1 0,84 0,30
0,86 0,62 IA2 0,85 0,27
IA3 0,71 0,50
IA4 0,73 0,46
Purchase Intention
PI1 0,78 0,40
0,84 0,57 PI2 0,67 0,55
PI3 0,81 0,35
PI4 0,75 0,43
Sumber: Hasil Olahan Peneliti
Pembahasan Untuk mengetahui hubungan kausal antar variabel laten peneliti mengacu pada t-value model
struktural. Jika t-value berada diatas 1.64 maka terdapat hubungan yang signifikan antar
variabel laten.
Tabel 3. T-value Model Struktural
No. Path T-value Keterangan
1 Information Adoption à Purchase Intention
4,61 Signifikan dan Positif
2 Information Usefulness à Information Adoption
9,70 Signifikan dan Positif
3 Information Quality à Information Usefulness
3,97 Signifikan dan Positif
4 Information Crediblity à -0,83 Tidak Signifikan dan
Pengaruh eWOM ..., Sibarani, Rosabelle, FEB UI, 2017
Sumber: hasil olahan peneliti
Adopsi Informasi eWOM berhubungan secara positif dengan intensi pembelian
konsumen.
Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan oleh penulis, hubungan antara variabel
information adoption ulasan produk kosmetik yang dibagikan oleh teman responden di
jejaring sosialterhadap purchase intention memiliki nilai t-value positif sebesar 4,61 yang
berada di atas batas kritikal t-value yaitu 1,645. Maka, variabel adopsi informasi ulasan
produk kosmetik yang dibagikan oleh teman responden di jejaring sosial memilki hubungan
yang positif dan signifikan terhadap intensi responden untuk membeli suatu produk kosmetik.
Hipotesis penelitian H1 diterima, hal ini sesuai dengan penelitian oleh Ismail Erkan dan Chris
Evans (2016). Temuan ini juga didukung oleh temuan sebelumnya dimana informasi eWOM
dianggap mempengaruhi intensi pembelian konsumen (See-To & Ho, 2014; Wang et al.,
2012). Walaupun tidak semua eWOM yang diunggah di jejaring sosial memiliki efek yang
sama pada intensi pembelian konsumen, tingkatan efek tersebut dapat bervariasi (Yang,
2012).
Kegunaan informasi eWOM berhubungan secara positif dengan adopsi informasi
eWOM.
Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan oleh penulis, hubungan antara variabel
information usefulness ulasan produk kosmetik yang dibagikan oleh teman responden di
jejaring sosialterhadap information adoption ulasan produk kosmetik yang dibagikan oleh
teman responden di jejaring sosialmemiliki nilai t-value positif sebesar 9,70 yang berada di
atas batas kritikal t-value yaitu 1,645. Maka, variabel kegunaan informasi ulasan produk
Information Usefulness Negatif
5 Needs of Information à Information Usefulness -0,32
Tidak Signifikan dan Negatif
6 Attitude Towards Information à Information Usefulness
2,55 Signifikan dan Positif
7 Attitude Towards Information à Purchase Intention
0,81 Tidak signifikan dan Positif
Pengaruh eWOM ..., Sibarani, Rosabelle, FEB UI, 2017
kosmetik yang dibagikan oleh teman responden di jejaring sosial memilki hubungan yang
positif dan signifikan terhadap adopsi informasi ulasan produk kosmetik yang dibagikan oleh
teman responden di jejaring sosial. Hipotesis penelitian H2 diterima, hal ini sesuai dengan
penelitian oleh Ismail Erkan dan Chris Evans (2016) serta sesuai dengan teori Information
Acceptance Model oleh Sussman dan Siegal (2003).
Kualitas informasi eWOM berhubungan positif dengan kegunaan informasi eWOM.
Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan oleh penulis, hubungan antara variabel
information quality ulasan produk kosmetik yang dibagikan oleh teman responden di jejaring
sosial terhadap information usefulness ulasan produk kosmetik yang dibagikan oleh teman
responden di jejaring sosial memiliki nilai t-value positif sebesar 3,97 yang berada di atas
batas kritikal t-value yaitu 1,645. Maka, variabel kualitas informasi ulasan produk kosmetik
yang dibagikan oleh teman responden di jejaring sosial memilki hubungan yang positif dan
signifikan terhadap kegunaan informasi ulasan produk kosmetik yang dibagikan oleh teman
responden di jejaring sosial. Hipotesis penelitian H3 diterima, hal ini sesuai dengan penelitian
oleh Ismail Erkan dan Chris Evans (2016).Hipotesis ini juga didukung oleh penelitian
sebelumnya yang menemukan bahwa kualitas ulasan online memiliki efek yang positif
terhadap intensi pembelian konsumen (Lee dan Shin, 2014; Park et al,. 2007) Oleh karena itu,
dapat diprediksikan bahwa kualitas informasi eWOM di jejaring sosial dapat menjadi salah
satu faktor penentu kegunaan informasi eWOM.
Kredibilitas informasi eWOM berhubungan positif dengan kegunaan informasi eWOM.
Berdasarkan pengolahan datayang telah dilakukan oleh penulis, hubungan antara variabel
information credibility ulasan produk kosmetik yang dibagikan oleh teman responden di
jejaring sosial terhadap information usefulness ulasan produk kosmetik yang dibagikan oleh
teman responden di jejaring sosial memiliki nilai t-valuenegatif sebesar -0,83 yang berada di
bawah batas kritikal t-value yaitu 1,645. Maka, variabel kredibilitas informasi ulasan produk
kosmetik yang dibagikan oleh teman responden di jejaring sosial memilki hubungan yang
negatif dan tidak signifikan terhadap kegunaan informasi ulasan produk kosmetik yang
dibagikan oleh teman responden di jejaring sosial. Hipotesis penelitian H4 ditolak, dimana
hasil ini tidak sesuai dengan penelitian Ismail Erkan dan Chris Evans (2016).Namun, kondisi
H4 ditolak ini dapat disesuaikan dengan pernyataan Moran dan Muzellec (2014) dimana
kredibilitas eWOM merupakan suatu konsep yang rentan. Selain itu, menurut Moran dan
Muzzelec kredibilitas eWOM baru dapat dipertahankan integratisnya ketika dilengkapi
Pengaruh eWOM ..., Sibarani, Rosabelle, FEB UI, 2017
dengan kerangka kredibilitas 4C dimana kredibilitas ditentukan oleh hubungan antara
pengirim dan penerima informasi (community), yang disandingkan dengan tingkatan
pengalaman yang diakui (competence), dimana krebilitas pesan dibuktikan dengan substansi
komunikasi itu sendiri (content) dan bagaimana komunikasi tersebut bergaung dengan
penerima informasi (consensus). Dengan kerangka tersebut, yang tidak ditelaah lebih lanjut
dalam penelitian ini, kredibilitas eWOM akan dapat dipertahankan integritasnya dan
kemudian dapat digunakan.
Kebutuhan informasi eWOM berhubungan secara positif dengan kegunaan informasi
eWOM.
Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan oleh penulis, hubungan antara variabel
needs of information ulasan produk kosmetik yang dibagikan oleh teman responden di
jejaring sosial terhadap information usefulness ulasan produk kosmetik yang dibagikan oleh
teman responden di jejaring sosial memiliki nilai t-value negatif sebesar -0,32yang berada di
bawah batas kritikal t-value yaitu 1,645. Maka, variabel kebutuhan informasi ulasan produk
kosmetik yang dibagikan oleh teman responden di jejaring sosial memilki hubungan yang
negatif dan tidak signifikan terhadap kegunaan informasi ulasan produk kosmetik yang
dibagikan oleh teman responden di jejaring sosial. Hipotesis penelitian H5 ditolak, hal ini
tidak sesuai dengan penelitian oleh Ismail Erkan dan Chris Evans (2016).
Sikap terhadap informasi eWOM berhubungan secara positif dengan kegunaan
informasi eWOM.
Berdasarkan pengolahan datayang telah dilakukan oleh penulis, hubungan antara variabel
attitude towards information ulasan produk kosmetik yang dibagikan oleh teman responden di
jejaring sosial terhadap information usefulness ulasan produk kosmetik yang dibagikan oleh
teman responden di jejaring sosial memiliki nilai t-value positif sebesar 2,55 yang berada di
atas batas kritikal t-value yaitu 1,645. Maka, variabel sikap terhadap informasi ulasan produk
kosmetik yang dibagikan oleh teman responden di jejaring sosial memilki hubungan yang
positif dan signifikan terhadap kegunaan informasi ulasan produk kosmetik yang dibagikan
oleh teman responden di jejaring sosial. Hipotesis penelitian H6 diterima, hal ini tidak sesuai
dengan penelitian oleh Ismail Erkan dan Chris Evans (2016), namun sesuai dengan hasil dari
penelitian sebelumnya (Ajzen, 1991; Bagozzi et al., 1992; Fishbein & Ajzen, 1975).
Pengaruh eWOM ..., Sibarani, Rosabelle, FEB UI, 2017
Sikap terhadap informasi eWOM berhubungan secara positif dengan intensi pembelian
konsumen.
Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan oleh penulis, hubungan antara variabel
attitude towards information ulasan produk kosmetik yang dibagikan oleh teman responden di
jejaring sosial terhadap purchase intention responden terhadap suatu produk kosmetik
memiliki nilai t-value positif sebesar 0,81 yang berada di atas bawah kritikal t-value yaitu
1,645. Maka, variabel sikap terhadap informasi ulasan produk kosmetik yang dibagikan oleh
teman responden di jejaring sosial memilki hubungan yang positif namun tidak signifikan
terhadap intensi responden untuk membeli suatu produk kosmetik. Hipotesis penelitian H7
ditolak, hal initidak sesuai dengan penelitian oleh Ismail Erkan dan Chris Evans (2016).
Kesimpulan
Temuan yang terdapat pada penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya
yang dijadikan sebagai acuan untuk penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Ismail
Erkan dan Chris Evans (2016) yang berjudul The influence of eWOM in social media on
consumers’ purchase intentions: An extended approach to information adoption.
Adapun temuan yang dihasilkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kualitas informasi ulasan mengenai produk kosmetik yang dibagikan melalui jejaring
sosial memiliki hubungan yang positif terhadap kegunaan informasi ulasan mengenai
produk kosmetik yang dibagikan melalui jejaring sosial.
2. Kredibilitas informasi ulasan mengenai produk kosmetik yang dibagikan melalui
jejaring sosial tidak memiliki hubungan yang positif terhadap kegunaan informasi
ulasan mengenai produk kosmetik yang dibagikan melalui jejaring sosial.
3. Kebutuhan informasi ulasan mengenai produk kosmetik yang dibagikan melalui jejaring
sosial tidak memiliki hubungan yang positif terhadap kegunaan informasi ulasan
mengenai produk kosmetik yang dibagikan melalui jejaring sosial.
4. Sikap terhadap informasi ulasan mengenai produk kosmetik yang dibagikan melalui
jejaring sosial memiliki hubungan yang positif terhadap kegunaan informasi ulasan
mengenai produk kosmetik yang dibagikan melalui jejaring sosial.
5. Kegunaan informasi ulasan mengenai produk kosmetik yang dibagikan melalui jejaring
sosial memiliki hubungan yang positif terhadap adopsi informasi ulasan mengenai
produk kosmetik yang dibagikan melalui jejaring sosial.
Pengaruh eWOM ..., Sibarani, Rosabelle, FEB UI, 2017
6. Adopsi informasi ulasan mengenai produk kosmetik yang dibagikan melalui jejaring
sosial memiliki hubungan yang positif terhadap intensi konsumen untuk membeli suatu
produk kosmetik.
7. Sikap terhadap informasi ulasan mengenai produk kosmetik yang dibagikan melalui
jejaring sosial memiliki hubungan yang positif namun tidak signifikan terhadap intensi
konsumen untuk membeli suatu produk kosmetik.
Saran
Melalui penelitian ini beserta segala keterbatasan yang ditemukan oleh peneliti
dalam perumusannya, dihasilkan beberapa saran yang dapat digunakan untuk peneliti
selanjutnya sebagai berikut:
1. Pada penelitian selanjutnya penelitian dapat dilakukan terhadap produk lain selain
produk kosmetik, seperti produk jasa pariwisata atau produk makanan dan minuman.
2. Penelitian selanjutnya dapat menyajikan lebih banyak alternatif platform jejaring sosial
sehingga jenis platform jejaring sosial yang umumnya digunakan untuk mencari
informasi eWOM dapat diketahui lebih banyak ragamnya.
Daftar Referensi Aikat, Debhasis., (2014). “Journalism and mass communication” Vol.1 The University of
North Carolina at Chapel Hill, USA.
Armelini, G., Villanueva, J., (2006). “Electronic word-of-mouth: What do we know about this
powerful marketing tool?” e-business Center PricewaterhouseCoopers & IESE
Chevalier, J.A., Mayzlin, D., (2006). “The effect of word-of-mouth on sales” Journal of
Marketing Research: August 2006, Vol. 43, No. 3, pp. 345-354.
Chung, Namho., Koo, Chulmo., (2014). “The use of social media in travel information
search” Journal of Telematics and Informatics Volume 32, Issue 2, pp. 215-
229
Ismail, Erkan., Chris Evans. (2016). “The influence of eWOM in social media on consumers’
purchase intentions: An extended approach to information adoption” Journal
of Computers in Human Behavior 61 (2016) 47-55.
Pengaruh eWOM ..., Sibarani, Rosabelle, FEB UI, 2017
Kaplan, Andreas M., Haenlein, Michael., (2009). “Users of the world, unite! The challenges
and opportunities of social media” Business Horizons 53, (59-68)
King, Robert Allen., Racherla, Pradeep., Bush, Victoria D., (2014). “What we know and don’t
know about online word-of-mouth: A review and synthesis of the literature”
Journal of Interactive Marketing Volume 28, Issue 3, pp. 167-183
Koji Ishida (2011). “The effects of traditional and electronic word-of-mouth on destination
image of vacation tourists: a case of Branson, Missouri” Kanazawa Institute of
Technology.
Lin, Carolyn A., Kim, Tonghoon., (2016). “Predicting user response to sponsored
advertising on social media via the technology acceptance model” Computers
in Human Behavior, Volume 64, (710-718).
Marinagi, C., Trivellas, P., Reklitis, P., (2015). “Information Quality and Supply Chain
Performance: The Meditating Role of Information Sharing” Journal of Social
and Behavioral Sciences 175 473-479
Maya, Nawangwulan., (2016). “Tahun ini ada 132,7 Juta Pengguna Internet di Indonesia”
(online), (https://tekno.tempo.co/read/news/2016/11/24/061822959/tahun-‐ini-‐
ada-‐132-‐7-‐juta-‐pengguna-‐internet-‐di-‐indonesia) diakses pada 27 Oktober 2016.
McCormick, Karla (2016). “Celebrity endorsements: Influence of a product-endorser match
on Millenials attitudes and purchase intentions”. Journal of Retailing and
Customer Services Volume 32, (39–45).
Metzger, Miriam J., Flanagin, Andrew J., (2013). “Credibility and trust of information in
online environments: The use of cognitive heuristics” Journal of Pragmatics
Volume 59, Part B, (210-220).
Mishra, Deepti., Akman, Ibrahim., Mishra, Alok., (2014). “Theory of Reasoned Action
application for Green Information Technology acceptance” Computers in
Human Behavior, Volume 36, (29-40).
Moran, Gillian., Muzellec, Laurent (2014). “eWOM credibility on social networking sites: A
framework” Journal of Marketing Communications, (1-13).
Nielsen. 2014. “Konsumen Indonesia mulai menyukai belanja online” (online),
Pengaruh eWOM ..., Sibarani, Rosabelle, FEB UI, 2017
(http://www.nielsen.com/id/en/press-room/2014/konsumen-indonesia-mulai-
menyukai-belanja-online.html) diakses pada 27 Oktober 2016.
Nielsen. 2014. “Beneath the makeup online cosmetic shoppers in China are young and
affluent” (online), (http://www.nielsen.com/us/en/insights/news/2014/beneath-‐
the-‐makeup-‐online-‐cosmetic-‐shoppers-‐in-‐china-‐are-‐young-‐and-‐affluent.html)
diakses pada 27 Oktober 2016.
Pratiwi, Winda., (2016). “Brand Kemarin Sore Mulai Curi Market Share Produk Kosmetik di
Indonesia”. http://www.marsindonesia.com/newsletter/brand-‐
%E2%80%9Ckemarin-‐sore%E2%80%9D-‐mulai-‐%E2%80%9Ccuri%E2%80%9D-‐market-‐
share-‐produk-‐kosmetik-‐di-‐indonesia diakses pada 14 Januari 2017.
Safdar Hussain., Wasim Ahmed., Rana Muhammad Sohail Fajar., Ambar Rabnawaz., Yang
Jianzhou (2016). “eWOM source credibility, perceived risk and food product
customers’ information product”. Journal of Computers in Human Behavior,
Volume 66, (96-102).
Shu-Chuan Chu (2011). “Determinants of consumer engagement in electronic word-of-mouth
(eWOM) in social networking sites” International Journal of Advertising,
Volume 30.
Subakat, Nurhayati., (2016). “Industri Kosmetik Bakal Tumbuh Double Digit” (online),
http://mediaindonesia.com/news/read/40538/industri-‐kosmetik-‐bakal-‐tumbuh-‐
double-‐digit/2016-‐04-‐15 diakses pada 14 Januari 2017.
Jackson, Tifanny (2011). “The influence of traditional word-of-mouth, electronic word-of-
mouth, and tie strength on purchase decisions” Thesis of University of
Missouri, Columbia.
Yan, Qjang., Wu, Shuang., Wang, Lingli., Wu, Pengfei., Chen, Hejie., Wei, Guohong.,
(2016). “eWOM from e-commerce websites and social media: Which will
consumer adopt?” Electronic Commerce Research and Applications, Volume
17, (62-73).
Pengaruh eWOM ..., Sibarani, Rosabelle, FEB UI, 2017