pengaruh firm size, financial risk, value of firm, dan …digilib.unila.ac.id/54568/3/skripsi tanpa...
TRANSCRIPT
PENGARUH FIRM SIZE, FINANCIAL RISK, VALUE OF FIRM, DAN
NET PROFIT MARGIN TERHADAP INCOME SMOOTHING
PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
YANG TELAH GO PUBLIC DI
BURSA EFEK INDONESIA
(2012-2014)
(Skripsi)
Oleh
DINDA AYU PERMATA SARI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRACT
THE EFFECT OF FIRM SIZE, FINANCIAL RISK, VALUE OF FIRM, AND
NET PROFIT MARGIN ON INCOME SMOOTHING TO
MANUFACTURING FIRMS WHICH WAS GONE PUBLIC IN
INDONESIAN STOCK EXCHANGE (2012-2014)
By
Dinda Ayu Permata Sari
The purpose of this study was to determine the influence of firm size, financial
risk, value of firm, and net profit margin on income smoothing to manufacturing
firms which was gone public in Indonesian Stock Exchange 2012-2014 period.
The population used was the manufacturing firms which was gone public in
Indonesian Stock Exchange 2012-2014 period which have 146 firms and the
sample research have 22 firms through purposive sampling. The research used
panel data analysis technique by using a program analysis tool E-views 9.0.
Based on the t-test (partial) showed that financial risk variable has positive
influence and significant on income smoothing, on the other side the firm size
variable (size of company) partially have positive influence and not significant on
income smoothing. On value of firm variable and net profit margin have negative
influence and not significant on income smoothing. Based on F-test
(simultaneous) showed that firm size variable, financial risk, value of firm, and
net profit margin simultaneously significant on income smoothing.
Keywords: Financial Risk, Firm Size, Income Smoothing, Net Profit Margin,
Value of Firm.
ABSTRAK
PENGARUH FIRM SIZE, FINANCIAL RISK, VALUE OF FIRM, DAN NET
PROFIT MARGIN TERHADAP INCOME SMOOTHING PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TELAH GO PUBLIC DI BURSA
EFEK INDONESIA (2012-2014)
Oleh
Dinda Ayu Permata Sari
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh firm size, financial
risk, value of firm, dan net profit margin terhadap income smoothing pada
perusahaan manufaktur yang telah go public di Bursa Efek Indonesia periode
2012-2014. Populasi yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang telah go
public di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014, populasi sebanyak 146
perusahaan dan sampel dalam penelitian ini adalah 22 perusahaan yang ditentukan
melalui purposive sampling. Penelitian ini menggunakan teknik analisis model
panel data dengan menggunakan alat analisis program E-views 9.0. Hasil uji t
(parsial) menunjukan bahwa variabel financial risk berpengaruh positif dan
signifikan terhadap income smoothing, sedangkan variabel firm size (ukuran
perusahaan) secara parsial memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
income smoothing. Pada variabel value of firm dan net profit margin berpengaruh
negatif dan tidak signifikan terhadap income smoothing. Hasil uji F (simultan)
menunjukan bahwa variabel firm size, financial risk, value of firm, dan net profit
margin secara simultan berpengaruh terhadap income smoothing.
Kata Kunci : Financial Risk, Firm Size, Income Smoothing, Net Profit
Margin, Value of Firm.
PENGARUH FIRM SIZE, FINANCIAL RISK, VALUE OF FIRM, DAN
NET PROFIT MARGIN TERHADAP INCOME SMOOTHING PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TELAH GO PUBLIC
DI BURSA EFEK INDONESIA (2012-2014)
Oleh
Dinda Ayu Permata Sari
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA ADMINISTRASI BISNIS
pada
Jurusan Ilmu Adminitrasi Bisnis
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tanjung Karang, Kota Bandarlampung, pada
tanggal 13 Juli 1995, anak ketiga dari empat bersaudara yang
merupakan putri dari Ferry Marwan dan Sri Ida Ningsih.
Pendidikan formal diperoleh penulis pada tahun 2002, di SD N 2
Rawa Laut yang diselesaikan pada tahun 2008. Penulis
melanjutkan pendidikan di SMP N 4 Bandarlampung yang
diselesaikan pada tahun 2011. Pada jenjang menengah atas, penulis
melanjutkan pendidikan tersebut di SMA N 9 Bandarlampung yang diselesaikan pada tahun
2014.
Pada tahun 2014, penulis terdaftar sebagai mahasiswi Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis FISIP
Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SNMPTN) tahun 2014. Pada tahun 2017 penulis mengikuti program Kuliah Kerja Nyata
(KKN) di Desa Sidomulyo Kecamatan Bangunrejo, Kabupaten Lampung Tengah.
MOTTO
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu; sesungguhnya Allah bersama orang-
orang yang sabar ”
(Q.S Al-Baqarah ayat 153)
“Make du’a, Allah hears you. Have patience, he will answer at the right time”
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, Dengan Mengucapkan Puji Dan Syukur Kehadirat Allah SWT.
Atas Berkah, Nikmat, Rezeki, dan Karunia-Nya,
Karya Ini Kupersembahkan Kepada :
Kedua Orang Tuaku Tercinta, Bapak Ferry Marwan dan Ibu Sri Ida Ningsih yang Telah
Membesarkanku,
Mendidik dan Membimbingku, Selalu Memberikan Cinta dan
Kasih Sayang yang Tiada Habisnya yang Selalu Menjadi Motivasi
Terbesarku Selama Ini.
Keluarga Besar dan Sahabat-Sahabatku Tercinta
Dosen Pembimbing dan Penguji yang Sangat Berjasa
Untuk Almamater Tercinta
SANWACANA
Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh
Firm Size, Financial risk, Value of Firm, dan Net Profit Margin terhadap Income
Smoothing pada Perusahaan Manufaktur yang telah Go Public di Bursa Efek Indonesia
(2012-2014)”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Administrasi Bisnis di Universitas Lampung. Penulis menyadari
bahwa selama proses penulisan dan penyusunan skripsi ini mendapatkan bantuan dan
bimbingan dari banyak pihak. Dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan
terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Syarief Makhya, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung.
2. Bapak Drs. Susetyo, M.Si, selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Keuangan dan
Umum Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
4. Bapak Drs. Dadang Karya Bhakti, M.M. selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan
dan Alumni Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
5. Bapak Ahmad Rifa’i, S.Sos., M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Terimakasih atas
bimbingan dan arahan yang diberi semasa perkuliahan dan proses bimbingan skripsi.
6. Bapak Suprihatin Ali, S.Sos., M.Sc, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi
Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Terimakasih atas
ajaran, bimbingan, motivasi yang diberi semasa perkuliahan dan diluar perkuliahan.
7. Ibu Mertayana, selaku staff jurusan Ilmu Administrasi Bisnis yang telah membantu
kelancaran hingga selesai.
8. Ibu Mediya Destalia, S.A.B., M.A.B. selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah
banyak meluangkan waktu, bimbingan, motivasi, dukungan, arahan, masukan,
nasihat, saran dan kritik serta memberikan banyak pengetahuan sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
9. Bapak Supriyanto, S.A.B., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Pembantu yang telah
banyak meluangkan waktu, bimbingan, motivasi, dukungan, arahan, masukan,
nasihat, saran dan kritik serta memberikan banyak pengetahuan sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
10. Bapak Ahmad Rifa’I, S.Sos, M.Si. selaku Dosen Pembahas yang telah banyak
meluangkan waktu, motivasi, dukungan, arahan, masukan, nasihat, saran dan kritik
serta memberikan banyak pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
11. Bapak Nur Effendi, S.Sos., M.Si. selaku Pembimbing Akademik yang selalu
memberikan dukungan.
12. Terimakasih untuk seluruh dosen dan karyawan Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis
yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
13. Teristimewa untuk Papa dan Mama, terimakasih selama ini atas kasih sayang dan
cintanya yang tiada akhir, terimakasih untuk doanya setiap saat agar anakmu ini bisa
menyelesaikan segalanya, terimakasih motivasi, tenaga, waktu yang selalu diberikan
untukku, dan khusus untuk mama my support system, terima kasih karena telah
bertahan, telah menjadi wanita yang super kuat super sabar super tabah serta telah
menjadi pondasi yang kokoh untuk uni.
14. Terima Kasih untuk my forever and a day, kakakku tersabar Febbryan Andica
Marwan, kakakku tergalak Aprian Dwi Rangga, serta adikku termandiri Andini Putri
Ferryska, adik adik sepupuku tercinta tersayang tersegalanya Fanny Oktaviando,
Farhan Arif Hidayat, Fairuz Khansa Yolanda, dan Falika Elvara terima kasih karena
selalu ada, terima kasih telah menjadi penghibur uni, terima kasih atas segalanya.
15. Terima kasih untuk keluarga besar dari pihak papa dan mama yang selalu mendukung
dan menyayangi uni, yang selalu siap sedia seperti TNI yang akan bertempur di
medan perang.
16. Terima kasih untuk seluruh teman teman terdekatku yang sudah memberi warna di
kehidupan medusa yang flat ini.
17. Terimakasih untuk semua pihak yang sudah membantu dan mendoakan atas
kelancaran dalam proses pembuatan skripsi ini, yang tidak bisa disebutkan satu per
satu. Terimakasih banyak atas semua bantuannya selama ini.
Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata kesempurnaan, akan
tetapi penulis berharap, semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat
bagi kita semua. AMIN,
Bandar Lampung, 23 Oktober 2018
Penulis
Dinda Ayu Permata Sari
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................ i
DAFTAR TABEL ................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... v
DAFTAR RUMUS .................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 9
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 10
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori............................................................................ 12
2.1.1 Teori Keagenan ................................................................ 12
2.1.2 Teori Akuntansi Psitif ...................................................... 14
2.2 Laporan Keuangan ...................................................................... 16
2.3 Laba ............................................................................................. 17
2.4 Manajemen Laba ......................................................................... 21
2.5 Income Smoothing (Perataan Laba) ............................................ 27
2.5.1 Faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba ...................... 35
2.5.1.1 Firm Size ............................................................... 35
2.5.1.2 Financial Risk ....................................................... 38
2.5.1.3 Value of Firm ........................................................ 39
2.5.1.4 Net Profit Margin ................................................. 41
2.6 Penelitian Terdahulu ................................................................... 42
2.7 Kerangka Konsep ........................................................................ 44
2.8 Hipotesis .................................................................................... 47
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian............................................................................ 49
3.2 Populasi dan Sampel ................................................................... 49
3.2.1 Populasi ............................................................................. 49
3.2.2 Sampel................................................................................ 50
ii
3.3 Jenis dan Sumber Data ................................................................ 51
3.4 Metode Pengumpulan Data ......................................................... 51
3.5 Definisi Konseptual Variabel ...................................................... 51
3.6 Definisi Operasional Variabel ..................................................... 53
3.6.1 Variabel Dependen............................................................. 53
3.6.2. Variabel Independen ......................................................... 54
3.6.2.1 Firm Size ................................................................ 54
3.6.2.2 Financial Risk ....................................................... 55
3.6.2.3 Value of Firm ........................................................ 55
3.6.2.4 Net Profit Margin .................................................. 55
3.7 Teknik Analisis Data................................................................... 56
3.7.1 Statistik Deskriptif ............................................................. 56
3.7.2 Analisis Regresi Berganda Model Panel Data .................. 57
3.7.3 Uji Hipotesis ...................................................................... 63
3.7.3.1 Uji Signifikan Parsial (Uji t).................................. 63
3.7.3.2 Uji Signifikan Simultan (Uji F) ............................. 64
3.7.3.3 Uji Koefisien Determinasi (R2) ............................. 66
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum ........................................................................ 67
4.1.1 PT. Alakasa Industrindo Tbk (ALKA) .............................. 67
4.1.2 PT. Alumindo Light Metal Industry Tbk (ALMI) ............. 68
4.1.3 PT. Asiaplast Industries Tbk (APLI) ................................. 69
4.1.4 PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk (CEKA) ..................... 70
4.1.5 PT. Citra Tubindo Tbk (CTBN)......................................... 71
4.1.6 PT. Delta Djakarta Tbk (DLTA) ........................................ 72
4.1.7 PT. Duta pertiwi Nusantara ( DPNS) ................................. 73
4.1.8 PT. Darya-Varia Laboratoria Tbk (DVLA) ....................... 74
4.1.9 PT. Gajah Tunggal Tbk (GJTL)......................................... 75
4.1.10 PT. Indo-Rama Syntheties (INDR) .................................. 76
4.1.11 PT. Indopoly Swakarsa Industry (IPOL) ......................... 77
4.1.12 PT. Jembo Cable Company Tbk (JECC) ......................... 78
4.1.13 PT. Martina Berto Tbk (MBTO) ...................................... 79
4.1.14 PT. Prima Alloy Steel Universal Tbk (PRAS)................. 80
4.1.15 PT. Pyridam Farma Tbk (PYFA) ..................................... 81
4.1.16 PT. Sierad Produce Tbk (SIPD) ....................................... 82
4.1.17 PT. Holcim Indonesia Tbk (SMCB) ................................ 82
4.1.18 PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk (SQBI).......... 83
4.1.19 PT. Indo Acidatama Tbk (SRSN) .................................... 84
4.1.20 PT. Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) .......................................... 85
4.1.21 PT.Mandom Indonesia Tbk (TCID) ................................ 86
4.1.22 PT. Nusantara Inti Corpora Tbk (UNIT) ......................... 87
4.2 Hasil Analisis Data ...................................................................... 88
4.2.1 Analisis Deskriptif ............................................................. 88
4.2.2 Analisis Regresi Model Data Panel ................................... 90
4.2.2.1 Uji Chow ............................................................... 91
4.2.2.2 Uji Hausman .......................................................... 92
4.2.3 Interpretasi Model .............................................................. 94
iii
4.2.4 Hasil Pengujian Hipotesis .................................................. 95
4.2.4.1 Uji Signifikan Parsial (Uji t).................................. 95
4.2.4.2 Uji Signifikan Simultan (Uji F) ............................. 97
4.2.4.3 Uji Koefisien Determinasi (Uji R2) ....................... 98
4.3 Pembahasan .................................................................................. 99
4.3.1 Pengaruh Firm Size terhadap Income Smoothing .............. 99
4.3.2 Pengaruh Financial Risk terhadap Income Smoothing ...... 100
4.3.3 Pengaruh Value of Firm terhadap Income Smoothing ....... 102
4.3.4 Pengaruh Net Profit Margin terhadap Income Smoothing . 104
4.3.1 Pengaruh Firm Size, Financial Risk, Value of Firm, dan Net
Profit Margin terhadap Income Smoothing ....................... 105
4.4 Keterbatasan Penelitian ................................................................ 106
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .................................................................................. 108
5.2 Saran ............................................................................................ 110
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Data Laba (dalam jutaan rupih) Pada Perusahaan Manufaktur
Periode 2012-2014 ........................................................................... 4
1.2 Hasil Perhitungan Income Smoothing Pada Sampel Perusahaan
Manufaktur Periode 2012-2014 ....................................................... 5
2.1 Penelitian Terdahulu ........................................................................ 42
3.1 Sampel Penelitian ............................................................................ 50
3.2 Definisi Operasional ........................................................................ 56
3.2 Pedoman Memberikan Interpretasi terhadap Koefisien Korelasi .... 66
4.1 Hasil Analisis Data Deskriptif ......................................................... 89
4.2 Hasil Uji Chow ................................................................................ 91
4.3 Hasil Uji Hausman ........................................................................... 93
4.4 Hasil Statistik Fixed Effect Model ................................................... 93
4.5 Hasil Perhitungan Uji t .................................................................... 96
4.6 Hasil Perhitungan Uji F ................................................................... 97
4.7 Hasil Perhitungan R-Squared (R2) ................................................... 98
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Konsep............................................................................. 46
vi
DAFTAR RUMUS
Rumus Halaman
2.1 Indeks Eckel..................................................................................... 35
3.1 Indeks Eckel..................................................................................... 53
3.2 CV ΔI atau CV ΔS ............................................................................ 54
3.3 SIZE ................................................................................................. 54
3.4 LEV .................................................................................................. 55
3.5 PBV .................................................................................................. 55
3.6 NPM ................................................................................................. 55
3.7 Regresi linier berganda .................................................................... 57
3.8 Uji CHOW ....................................................................................... 61
3.9 Uji t .................................................................................................. 63
3.10 Uji F ................................................................................................. 65
3.11 Uji ............................................................................................... 66
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1 Perhitungan Income Smoothing ............................................. 112
Lampiran 2 Firm Size ................................................................................ 114
Lampiran 3 Leverage ................................................................................ 116
Lampiran 4 Value of Firm ......................................................................... 118
Lampiran 5 Net Profit Margin .................................................................. 121
Lampiran 6 Analisis Deskriptif ................................................................. 123
Lampiran 7 Common Effect Model .............................................................. 124
Lampiran 8 Uji Chow ................................................................................. 125
Lampiran 9 Uji Hausman .......................................................................... 126
Lampiran 10 Fixed Effect Model ................................................................. 127
Lampiran 11 Tabel t .................................................................................. 128
Lampiran 12 Tabel F ................................................................................. 131
Lampiran 13 Tabel Chi-square ................................................................. 133
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketatnya persaingan dalam dunia bisnis menjadi pemicu yang kuat bagi
manajemen perusahaan untuk menampilkan kinerja terbaik dari perusahaan yang
dipimpinnya, karena baik buruknya kinerja perusahaan akan berdampak terhadap
nilai pasar perusahaan dan minat investor untuk menanamkan atau menarik
investasinya dari sebuah perusahaan. Selain bertangung jawab untuk
menampilkan kinerja terbaik perusahaan, manajemen juga bertangung jawab
untuk menyediakan laporan keuangan bagi semua pihak yang berkepentingan
dengan informasi akuntansi perusahaan.
Laporan keuangan merupakan informasi keuangan mengenai posisi keuangan dan
kinerja keuangan. Fungsi laporan keuangan pada perusahaan yang telah go public
adalah sebagai salah satu tolak ukur untuk menilai keberhasilan kinerja
perusahaan yang diharapkan akan meningkatkan return pemegang saham atas
dana yang telah diinvestasikan pada perusahan yang telah go public tersebut.
Laporan keuangan yang disusun harus memberikan gambaran mengenai kondisi
perusahaan, sehingga informasi yang didapat oleh pihak-pihak yang
berkepentingan dapat digunakan untuk mengambil sebuah keputusan kedepannya.
2
Ikatan Akuntansi Indonesia (2009) menyatakan tujuan laporan keuangan adalah
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta
perubahan posisi keuangan perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar
pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Salah satu informasi yang
sangat penting dalam pengambilan keputusan adalah laba. Laba merupakan salah
satu ukuran penting yang sering kali dijadikan patokan oleh pihak yang
berkepentingan dalam menilai kinerja perusahaan.
Laba perusahaan yang selalu meningkat menunjukan bahwa kinerja manajemen
adalah baik dan pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan (stabilitas
kerja). Investor lebih tertarik pada laba perusahaan yang cenderung stabil, karena
sesuai dengan tipe investor yang cenderung sebagai risk averse, yaitu tipe investor
yang memilih menghindari risiko tinggi dan lebih menyukai risiko yang rendah
walaupun hal ini dapat menyebabkan keuntungan yang kecil.
Informasi laba merupakan komponen laporan keuangan perusahaan yang
bertujuan untuk menilai kinerja manajemen, membantu mengestimasi kemampuan
laba yang representatif dalam jangka panjang, meramalkan laba, dan menaksir
risiko dalam berinvestasi (Sugiarto, 2003). Manajer yang memiliki informasi atas
laba bersih perusahaan akan bertindak secara oportunistik untuk melakukan
manajemen laba dengan memaksimalkan laba saat ini (Healy, 1985 dalam
Rahmawati dkk, 2006).
3
Manajemen sebagai agen yang mengetahui lebih banyak informasi akan
memanfaaatkan informasi yang tidak diketahui oleh principal (pemilik) untuk
memaksimalkan kepentingannya, oleh karena itu manajer dapat menggunakan
informasi yang diketahui untuk memanipulasi laporan keuangan dalam usaha
memaksimalkan kemakmuran. Manajemen memilih untuk menjaga nilai laba
yang cenderung bergejolak (volatile), sehingga manajemen akan menaikan laba
yang dilaporkan jika jumlah laba yang sebenarnya menurun dari laba tahun
sebelumnya.
Adanya kecenderungan perhatian dari stakeholders yang hanya tertuju pada
informasi laba, memaksa manajer meningkatkan citra perusahaan dengan
melakukan dysfunctional behavior (perilaku menyimpang) melalui tindakan
income smoothing (perataan laba) untuk mengatasi berbagai konflik yang timbul
antara manajemen dengan berbagai pihak yang berkepentigan dengan perusahaan.
Konflik keagenan akan muncul apabila masing-masing pihak memiliki keinginan
yang berbeda dan tetap ingin memperjuangkan kepentingannya masing-masing.
Dalam hubungan keagenan, pihak manajemen perusahaan mempunyai asimetri
informasi terhadap pihak eksternal seperti investor dan kreditor. Hal itu terjadi
karena manajer memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan pihak
eksternal. Dengan menggunakan informasi tersebut, manajer melakukan
manipulasi laporan keuangan untuk memaksimalkan kermakmurannya, dengan
cara melakukan praktik income smoothing (perataan laba).
4
Income smoothing (perataan laba) merupakan suatu bentuk rekayasa atas laba
yang dilakukan oleh pihak manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba
perusahaan agar jumlah laba suatu periode tidak terlalu berbeda dengan laba
periode sebelumnya. Meskipun demikian, adanya tindakan perataan laba ini
mengakibatkan informasi mengenai laba menjadi menyesatkan yang
mengakibatkan pengambilan keputusan yang salah oleh pihak berkepentingan
khususnya kepada perusahaan tersebut (Cahyati, 2010).
Tabel 1.1 Data Laba Pada Sampel Perusahaan Manufaktur Periode 2012-2014
(dalam jutaan rupiah)
No Kode
Perusahaan
Laba
2012 2013 2014
1 ALKA 6.266 4.720 3.577
2 ALMI 13.949 26.119 1.949
3 APLI 4.204 1.882 10.031
4 CEKA 58.344 64.872 39.026
5 CTBN 333.888 468.158 315.795
6 DLTA 213.421 270.498 288.073
7 DPNS 24.449 68.002 15.277
8 DVLA 148.909 125.796 80.929
9 GJTL 1086.114 340.488 293.797
10 INDR 46.047 50.160 84.090
11 IPOL 72.959 133.674 49.813
12 JECC 32.011 22.929 23.695
13 MBTO 46.349 16.756 2.977
14 PRAS 41.449 87.154 111.249
15 PYFA 5.308 5.196 2.658
16 SIPD 15.061 8.378 2.064
17 SMCB 1381.404 1006.363 652.412
18 SQBI 135.249 149.521 164.808
19 SRSN 16.964 25.171 14.461
20 TKIM 344.755 335.989 274.438
21 TCID 150.803 160.504 174.908
22 UNIT 358 832 10.248
Rata-rata 189921 153325.5 118921.6
Sumber: Indonesian Capital Market Directory
5
Dari tabel 1.1 dapat dilihat bahwa laba masing-masing perusahaan mengalami
fluktuasi setiap tahunnya. PT. Astra International Tbk meraih laba tertinggi
selama periode 2012-2014 dan laba terendah berada pada PT. Ekadharma
International Tbk. Fluktuasi laba ini merupakan indikator dalam menentukan
praktik income smoothing dengan proxy perataan laba.
Tabel 1.2
Hasil Perhitungan Income Smoothing Pada Sampel Perusahaan Manufaktur
Periode 2012-2014
No Kode Perusahaan Income Smoothing
2012 2013 2014
1 ALKA -0.5893 -0.2419 -4. 878
2 ALMI 0.3763 0.6132 0.0885
3 APLI 0.5678 0.1749 0.7866
4 CEKA -1.3828 -1.877 -0.8328
5 CTBN -2.5949 -1.1609 -0.6196
6 DLTA 0.8935 0.6391 0.6931
7 DPNS -6.0026 -8.1483 -7.1374
8 DVLA -1.7631 -0.9294 -2.4429
9 GJTL -2.354 -1.7103 -1.0261
10 INDR -16.392 -1.0126 -7.9904
11 IPOL -5.5268 -6.2773 -6.5485
12 JECC -2.0255 -1.8189 -1.5107
13 MBTO -0.1589 -0.1128 -0.0142
14 PRAS 0.0126 0.3746 0.1289
15 PYFA -14.512 -2.5994 -8.0119
16 SIPD 0.1078 0.05367 0.2411
17 SMCB -7.0808 -5.5075 -10.308
18 SQBI 0.0752 0.1725 0.0672
19 SRSN -1.0892 -5.0255 -1.2994
20 TKIM -2.2078 -0.5088 -0.4225
21 TCID 0.9101 0.8162 0.8483
22 UNIT -5.7659 -0.5011 -1.3262
Rata-rata -2.89221 -1.57216 -2.2208
Sumber: Data sekunder diolah
Apabila nilai income smoothing <1 artinya perusahaan tersebut melakukan praktik
income smoothing, dan sebaliknya apabila nilai income smoothing >1 artinya
perusahaan tersebut tidak melakukan praktik income smoothing. Dengan melihat
6
tabel 1.2 yang menghasilkan nilai income smoothing <1 disetiap perhitungannya,
menunjukan bahwa dari tahun 2012-2014 telah terjadi praktik income smoothing
(perataan laba) pada perusahaan tersebut. Praktik income smoothing didorong oleh
berbagai faktor, diantaranya adalah Firm Size, Financial Risk, Value of Firm, dan
Net Profit Margin.
Firm Size (ukuran perusahaan) mempunyai pengaruh terhadap praktik income
smoothing. Utomo dan Siregar (2008) mengatakan bahwa perusahaan yang
memiliki size besar memiliki kecenderungan untuk melakukan perataan laba bila
dibandingkan terhadap perusahaan kecil karena perusahaan yang besar yang lebih
diperhatikan oleh publik serta pemerintah. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang
dilakukan oleh Ashari et al.(1994) dalam Juniarti dan Carolina (2005) yang
menemukan bahwa perusahaan besar lebih memungkinkan untuk meratakan
penghasilan dibandingkan dengan perusahaan kecil. Perusahaan besar
kemungkinan melakukan praktik income smoothing untuk mengurangi fluktuasi
laba yang besar.
Financial risk (risiko keuangan) juga merupakan faktor yang mempengaruhi
praktik perataan laba. Risiko keuangan dapat dijadikan sebagai tolak ukur dari
investor untuk mengetahui bagaimana perusahaan tersebut membayar beban-
beban yang ditanggung oleh perusahaan tersebut. Ketika perusahaan memerlukan
pendanaan dari investor, pendanaan ini merupakan utang bagi perusahaan
terhadap investor. Penggunaan utang sebagai pembiayaan memiliki risiko bagi
investor, dimana semakin tinggi utang maka semakin tinggi risiko yang harus
ditanggung investor. Dengan risiko tinggi ini membuat perusahaan harus
memperbesar keuntungan bagi investor. Hal inilah yang memacu manajemen
7
untuk meratakan laba dengan tujuan untuk memperbaiki pandangan eksternal
bahwa perusahaan tersebut berisiko rendah (Suwito dan Herawaty, 2005).
Value of Firm (nilai perusahaan) mempengaruhi praktik income smoothing, dalam
hal ini praktik income smoothing dilakukan untuk menjaga konsistensi atau
kestabilan laba pada setiap periode berjalan agar nilai perusahaan tetap terjaga.
Nilai perusahaan mempengaruhi minat investor untuk menanamkan modalnya
pada sebuah perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para
pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi maka akan menunjukkan
kemakmuran pemegang saham yang tinggi pula.
Faktor lain yang juga mempengaruhi praktik income smoothing adalah net profit
margin (Widana dan Yasa, 2013). Net profit margin menunjukan kemampuan
perusahaan memperoleh laba dari setiap penjualan yang diciptakan oleh
perusahaan, sedangkan perputaran aktiva menujukkan seberapa jauh perusahaan
mampu menciptakan penjualan dari aktiva dimiliki. Net profit margin yang stabil
setiap tahunnya diperlukan untuk melihat peluang investasi pada sebuah
perusahaan. Dengan melihat net profit margin yang besar, maka investor akan
lebih percaya dengan kinerja perusahaan tersebut yang dinilai baik. Begitupun
sebaliknya, hasil net profit margin yang kecil mengartikan bahwa kinerja
perusahaan tersebut tidak begitu baik.
Perusahaan manufaktur dipilih sebagai sampel pada penelitian ini karena
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) terdiri dari
berbagai sub sektor industri sehingga dapat mencerminkan sektor perusahaan
secara keseluruhan. Perusahaan manufaktur juga memiliki jumlah perusahaan
8
terbanyak di Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu sebesar 146 perusahaan dari tahun
2012-2014, disamping itu pemilihan perusahaan manufaktur sebagai objek
penelitian dikarenakan sesuai dengan kasus yang melibatkan perusahaan
manufaktur lebih banyak atau mendominasi jika dibandingkan dengan perusahaan
lainnya.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian-penelitian sebelumnya,
yang hasilnya menunjukan ketidakkonsistenan antara penelitian-penelitian
tersebut. Pada penelitian yang dilakukan oleh Butar Butar dan Sudarsi (2012)
tentang pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, dan kepemilikan
konstitusional terhadap perataan laba menjelaskan bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba. Hal ini bertentangan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewantara dan Badera (2015) tentang
good corporate governance, ukuran perusahaan, dan financial leverage sebagai
prediktor perataan laba yang menjelaskan bahwa variabel ukuran perusahaan tidak
berpengaruh pada probabilitas perataan laba.
Lalu pada penelitian yang dilakukan oleh Aji dan Mitha (2010) tentang pengaruh
profitabilitas, risiko keuangan, nilai perusahaan, dan struktur kepemilikan
terhadap praktik perataan laba menyebutkan bahwa risiko keuangan dan nilai
perusahaan berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba. Hasilnya
bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Noviana dan Yuyetta (2011)
tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba yang
menyebutkan bahwa risiko keuangan dan nilai perusahaan tidak memiliki
pengaruh positif yang signifikan terhadap perataan laba. Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini menambahkan variabel net
9
profit margin karena variabel ini masih jarang dipakai pada penelitian sebelumnya
dan periode yang digunakan pada penelitian ini adalah 2012-2014.
Berdasarkan latar belakang dan belum konsistennya hasil penelitian sebelumnya,
maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Firm Size, Financial Risk, Value of Firm, dan Net Profit Margin Terhadap
Income Smoothing Pada Perusahaan Manufaktur Yang Telah Go Public Di
Bursa Efek Indonesia (2012-2014)”
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas,maka
perumusan masalah penelitian ini yaitu :
1. Apakah firm size secara parsial berpengaruh signifikan terhadap income
smoothing pada perusahaan manufaktur yang telah go public di BEI periode
2012-2014?
2. Apakah financial risk secara parsial berpengaruh signifikan terhadap income
smoothing pada perusahaan manufaktur yang telah go public di BEI periode
2012-2014?
3. Apakah value of firm secara parsial berpengaruh signifikan terhadap income
smoothing pada perusahaan manufaktur yang telah go public di BEI periode
2012-2014?
4. Apakah net profit margin secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
income smoothing pada perusahaan manufaktur yang telah go public di BEI
periode 2012-2014?
10
5. Apakah firm size, financial risk, value of firm, dan net profit margin secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap income smoothing pada perusahaan
manufaktur yang telah go public di BEI periode 2012-2014?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisis secara parsial pengaruh firm size terhadap income
smoothing pada perusahaan manufaktur yang telah go public di BEI periode
2012-2014.
2. Untuk menganalisis secara parsial pengaruh financial risk terhadap income
smoothing pada perusahaan manufaktur yang telah go public di BEI periode
2012-2014.
3. Untuk menganalisis secara parsial pengaruh value of firm terhadap income
smoothing pada perusahaan manufaktur yang telah go public di BEI periode
2012-2014.
4. Untuk menganalisis secara parsial pengaruh net profit margin terhadap
income smoothing pada perusahaan manufaktur yang telah go public di BEI
periode 2012-2014.
5. Untuk menganalisis secara parsial pengaruh firm size, financial risk, value of
firm, dan net profit margin secara simultan terhadap income smoothing pada
perusahaan manufaktur yang telah go public di BEI periode 2012-2014.
11
1.4 Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini, maka diharapkan dapat memberikan manfaat
dan kontribusi :
1. Manfaat Praktis
a. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam
memutuskan apakah perusahaan perlu melakukan praktik income
smoothing.
b. Bagi investor, penelitan ini dapat dijadikan wawasan mengenai income
smoothing sehingga dapat membantu investor dalam membuat keputusan
yang tepat.
2. Manfaat Akademis.
Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur
pada penelitian-penelitian serupa dimasa yang akan datang, menambah
pengetahuan dalam memahami pengaruh firm size, financial risk, value of
firm, dan net profit margin terhadap income smoothing.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Keagenan ( Agency Theory)
Teori keagenan menjelaskan tentang konflik atau hubungan yang saling
bertentangan antara pemegang saham sebagai principal dan manajemen sebagai
agen. Teori ini merupakan pendekatan yang digunakan dalam pembahasan konsep
perataan laba. Eksplorasi teoritis secara mendetail dari teori keagnenan pertama
kali dinyatakan oleh Jensen dan Meckling (1976) yang mendefinisikan hubungan
keagenan sebagai sebuah kontrak antara satu orang atau lebih pemilik (principal)
yang menyewa orang lain (agent) untuk melakukan beberapa jasa atas nama
pemilik yang meliputi pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada
agen.
Salah satu elemen kunci dari teori keagenan yaitu bahwa principal dan agent
memiliki tujuan yang berbeda (Anthony dan Govindarajan, 2011). Teori ini
menyatakan bahwa praktik manajemen laba dipengaruhi konflik kepentingan
antara manajemen (agent) dan pemegang saham (principal) yang timbul ketika
setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran
yang dikehendakinya.
13
Pihak principals adalah pemilik modal atau pihak yang memberikan mandat
kepada pihak lain, yaitu agent untuk melakukan semua kegiatan atas nama
principals dalam kapasitasnya sebagai pengambil keputusan (Jensen dan Smith,
1984). Menurut Vindyatic dan Handayani (dalam Imanta 2011), teori keagenan
memiliki asumsi bahwa setiap individu dalam perusahaan hanya bertindak atas
dasar kepentingan mereka masing-masing. Pemegang saham sebagai principal
diasumsikan hanya tertarik pada pengembalian yang sebesar-besarnya atas
investasi mereka, yang salah satunya tercermin dengan kenaikan porsi dividen
dari tiap saham yang dimiliki. Sedangkan agent diasumsikan termotivasi untuk
meningkatkan insentif atau kompensasi yang diperoleh dari setiap kemampuan
yang telah dikeluarkan. Ketika manajer mempunyai informasi yang lebih banyak
dibandingkan pihak eksternal, maka akan ada asimetri informasi antara agent dan
principal.
Agen atau manajer sebagai pihak internal lebih mengetahui keadaan perusahaan
daripada pemilik. Manajer kemudian lebih memiliki kesempatan untuk melakukan
tindakan yang tidak semestinya dengan menyajikan informasi yang tidak
sebenarnya kepada pemilik, yakni dengan melakukan perataan laba, menggunakan
informasi yang diketahuinya untuk memanipulasi laporan keuangan dalam usaha
memaksimalkan kemakmurannya. Adanya asimetri informasi ini memungkinkan
adanya konflik kepentingan antara manajemen dengan pemilik dana dimana setiap
pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang
menjadi harapannya. Konflik tersebut yang menyebabkan adanya perataan laba.
14
2.1.2 Teori Akuntansi Positif
Teori ini merupakan teori yang memprediksi tindakan pemilihan kebijakan
akuntansi oleh manajer dan bagaimana manajer akan merespon kebijakan
akuntansi baru yang diusulkan (Scott, 2006). Teori ini menjelaskan faktor-faktor
yang mempengaruhi manajemen dalam memilih prosedur akuntansi yang optimal
dan mempunyai tujuan tertentu. Tujuan teori akuntansi adalah untuk menjelaskan
dan memprediksi praktek akuntansi (Watts & Zimmerman, 1986 dalam Aji dan
Mitha, 2010).
Menurut Watts dan Zimmerman, 1986 (dalam Aji dan Mitha, 2010), terdapat tiga
hipotesis yang diaplikasikan untuk melakukan prediksi dalam teori akuntansi
positif mengenai motivasi manajemen melakukan pengelolaan laba. Ketiga
hipotesis tersebut adalah:
1. Hipotesis Rencana Bonus (Bonus Plan Hypothesis).
Hipotesis ini menyatakan bahwa perusahaan yang menggunakan bonus plan
akan cenderung untuk menggunakan metode-metode akuntansi yang dapat
meningkatkan laba yang dilaporkan pada periode berjalan. Hal ini dilakukan
untuk memaksimumkan bonus yang akan mereka peroleh karena seberapa
besar tingkat laba yang dihasilkan seringkali dijadikan dasar dalam mengukur
keberhasilan kinerja. Jika besarnya bonus tergantung pada besarnya laba,
maka perusahaan tersebut dapat meningkatkan laba setinggi mungkin. Inti
dari hipotesis ini adalah bahwa dengan meningkatkan pelaporan laba bersih
yang diperoleh oleh perusahaan maka bonus yang diperoleh oleh perusahaan
akan meningkat secara signifikan. Dengan demikian, diperkirakan bahwa
15
perusahaan yang mempunyai kebijakan pemberian bonus yang berdasarkan
pada laba akuntansi, akan cenderung memilih prosedur akuntansi yang
meningkatkan laba tahun berjalan.
2. Hipotesis Perjanjian Utang (Debt Covenant Hypothesis).
Hipotesis ini berkaitan dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi perusahaan
didalam perjanjian utang (debt covenant). Dalam melakukan perjanjian utang,
perusahaan diharuskan untuk memenuhi beberapa persyaratan yang diajukan
oleh debitur agar dapat mengajukan pinjaman. Beberapa persyaratan tersebut
adalah persyaratan atas kondisi tertentu mengenai keuangan perusahaan.
Kondisi keuangan perusahaan dapat tercermin dari rasio-rasio keuangannya.
Kreditor memiliki presepsi bahwa perusahaan yang memiliki nilai laba yang
relatif tinggi dan stabil merupakan salah satu kriteria perusahaan yang sehat.
3. Hipotesis Biaya Politik (Political Cost Hypothesis).
Inti dari hipotesis ini adalah bahwa semakin besar biaya politis yang dihadapi
oleh perusahaan maka semakin besar pula kecenderungan perusahaan
menggunakan pilihan akuntansi yang dapat mengurangi laba, karena
perusahaan yang memiliki tingkat laba yang tinggi dinilai akan mendapat
perhatian yang luas dari kalangan konsumen dan media yang nantinya juga
akan menarik perhatian pemerintah dan regulator sehingga menyebabkan
terjadinya biaya politis, diantaranya muncul intervensi pemerintah, pengenaan
pajak yang lebih tinggi, dan berbagai macam tuntutan lain yang dapat
meningkatkan biaya politis.
16
2.2 Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah susunan yang menyajikan posisi keuangan dan kinerja
keuangan dalam sebuah perusahaan. Laporan keuangan sangat penting untuk
menentukan kemajuan perusahaan kedepannya. Baik dan buruknya perusahaan
dapat dilihat dari laporan keuangannya. Menurut Kasmir (2013) laporan keuangan
adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau
dalam suatu periode tertentu. Laporan keuangan memiliki tujuan untuk
menyediakan informasi yang berhubungan dengan keuangan, kinerja dan
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi pemakai untuk
mengambil keputusan ekonomi (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2009). Untuk
mencapai tujuan ini, dalam laporan keuangan harus berisi elemen yang terdiri dari
aset, kewajiban, beban, networth, pendapatan dan perubahan ekuitas serta arus
kas. Laporan keuangan merupakan kinerja keuangan terdahulu dan posisi
keuangan saat ini. Laporan keuangan disusun oleh manajemen dengan tujuan
untuk mempertangungjawabkan tugas yang dibebankan kepadanya oleh para
pemilik perusahaan.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) pada Standar Akuntansi Keuangan
(2009), jenis-jenis laporan keuangan meliputi:
1. Neraca
Laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang, dan modal. Aktiva yaitu harta
yang dimiliki oleh perusahaan, hutang yaitu kewajiban kepada perusahaan
lain yang belum dipenuhi, serta modal yaitu hak atau bagian yang dimiliki
oleh pemilik perusahaan yang dapat menunjukkan keadaan keuangan
perusahaan pada tanggal tertentu.
17
2. Laporan Laba Rugi
Suatu laporan yang menunjukkan pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya
dari suatu unit usaha beserta laba/rugi yang diperoleh oleh suatu perusahaan
pada periode tertentu.
3. Laporan Perubahan Posisi Keuangan
Suatu laporan yang berguna untuk meringkas kegiatan-kegiatan pembelanjaan
dan investasi yang dilakukan oleh perusahaan, termasuk jumlah dana yang
dihasilkan dari kegiatan usaha perusahaan dalam tahun buku bersangkutan
serta melengkapi penjelasan tentang perubahan-perubahan dalam posisi
keuangan selama tahun buku yang bersangkutan.
4. Laporan Arus Kas
Laporan yang bertujuan untuk menyajikan informasi relevan tentang
penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan selama periode tertentu.
5. Catatan atas Laporan Keuangan
Meliputi penjelasan atas rincian jumlah yang tertera dalam neraca, laporan
laba-rugi, laporan arus kas dan laporan perubahan ekuitas
2.3 Laba
Laba merupakan elemen yang paling menjadi perhatian pemakai laporan
keuangan karena angka laba diharapkan cukup kaya untuk menjelaskan kinerja
perusahaan secara keseluruhan. Laba menunjukan keuntungan yang diperoleh
perusahaan dan tercantum dalam laporan laba rugi. Laporan laba rugi merupakan
laporan yang menunjukan pendapatan dan biaya dari suatu unit usaha untuk
periode tertentu.
18
Laba sering digunakan sebagai suatu dasar untuk pengenaan pajak, kebijakan
dividen, pedoman investasi serta pengambilan keputusan dan unsur prediksi
(Harnanto, 2003). Laba adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari
transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha, dan
dari semua transaksi atau kejadian lain yang mempunyau badan usaha selama satu
periode, kecuali yang timbul dari pendapatan atau investasi pemilik (Baridwan,
1992).
Dalam ilmu ekonomi juga dikenal istilah laba, akan tetapi pengertian laba didalam
ilmu ekonomi berbeda dengan pengertian laba menurut akuntansi. Laba dalam
ilmu ekonomi dapat diartikan sebagai keuntungan yang didapat oleh seorang
investor dalam suatu kegiatan bisnisnya. Sedangkan dalam akuntansi, laba adalah
perbedaan pendapatan yang direalisasi dari transaksi yang terjadi pada waktu
dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tertentu
(Harahap, 1997).
Laba dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi perusahaan atau sebagai
dasar ukuran penilaian yang lain, seperti laba per lembar saham. Unsur-unsur
yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan biaya. Dengan
mengelompokan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil
pengukuran laba yang berbeda antara lain: laba kotor, laba operasional, laba
sebelum pajak, dan laba bersih.
Dalam Konsep Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (IAI, 1994)
mendefinisikan laba atau pengahasilan sebagai kenaikan manfaat ekonomi selama
suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau
19
penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal
dari kontribusi penanam modal. Bila dilihat dari sudut pandang manajemen, laba
dimaksudkan agar kegiatan operasional perusahaan dapat terus berjalan. Dengan
kestabilan atau bahkan meningkatnya laba setiap tahun, diharapkan akan
membawa perusahaan ke arah yang lebih maju sehingga kepentingan-kepentingan
dari manajemen dan pemilik modal dapat selalu terpenuhi.
Apabila dilihat dari sudut pandang pemilik modal, pelaporan laba harus selalu
dilakukan secara teratur agar pemilik modal dapat melihat sejauh mana uang yang
mereka investasikan dapat dipertangung-jawabkan oleh manajemen perusahaan
sehingga pengembalian atau pembagian laba dapat berjalan secara transparan.
Pembagian laba yang dilakukan secara periodik berperan penting dalam
meningkatkan kepercayaan investor. Tanpa memperhatikan masalah yang muncul,
informasi laba sebenarnya dapat digunakan untuk memenuhi berbagai tujuan
(Ghozali dan Chariri, 2007). Menurut Harahap (2004) , tujuan pelaporan laba
antara lain yaitu:
1. Tujuan umum, yaitu laba harus merupakan hasil penerapan aturan dan
prosedur yang logis serta konsisten secara internal.
2. Tujuan utama, yaitu memberikan informasi yang berguna bagi mereka yang
saling berkepentingan dengan laporan keuangan. Laba harus dievaluasi
berdasarkan dimensi perilaku, salah satunya adalah kemampuan meramal.
3. Tujuan khusus, yaitu penggunaan laba sebagai pengukur efisiensi
manajemen, penggunaan angka laba historis untuk meramal keadaan saham
dan distribusi dividen di masa yang akan datang dan penggunaan laba sebagai
20
pengukur keberhasilan serta sebagai pedoman pengambilan keputusan
manajerial di masa yang akan datang.
Informasi tentang laba perusahaan dapat digunakan untuk berbagai hal,
diantaranya (Suwardjono, 2005):
1. Sebagai indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan
yang diwujudkan dalam tingkat kembalian (rate of return on invested
capital).
2. Sebagai pengukur prestasi manajemen.
Umumnya prestasi manajemen dinilai berdasarkan tingkat laba yang
dihasilkan perusahaan. Sebagai salah satu indikator dalam menilai prestasi
manajemen, informasi laba sangat dibutuhkan oleh banyak pihak.
3. Sebagai dasar penentuan besarnya pengenaan pajak.
Besarnya pajak dapat dihitung berdasarkan laporan laba perusahaan. Semakin
besar laba perusahaan maka paja yang dikenakan juga akan semakin besar.
4. Sebagai alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomi suatu negara.
Sumber daya ekonomi merupakan barang yang tidak dapat diperbarui, agar
keberadaannya terus ada maka diperlukan alokasi yang baik dan benar.
5. Sebagai dasar kompensasi dan pembagian bonus.
Laba perusahaan menentukan berapa banyak jumlah bonus yang akan
dibagikan kepada karyawan perusahaan. Semakin banyak jumlah laba maka
bonus yang akan didapat oleh karyawan juga akan meningkat secara
signifikan.
21
6. Sebagai alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan.
Laba yang berfluktuasi akan menimbulkan kekhawatiran manajemen. Agar
stabilitas perusahaan tidak terganggu maka diperlukan pengendalian yang
baik dari perusahaan. Berfluktuasinya laba ini dapat dijadikan sebagai alat
motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan.
7. Sebagai dasar untuk kenaikan kemakmuran.
Kemakmuran karyawan perusahaan dapat dipengaruhi dari tingkat laba yang
diperoleh perusahaan. Semakin tinggi laba, maka bonus yang diberikan
kepada karyawan akan semakin tinggi dan mengakibatkan meningkatnya
kemakmuran karyawan yang bersangkutan.
Di dalam laba akuntansi terdapat berbagai komponen yaitu kombinasi beberapa
komponen pokok seperti laba kotor, laba usaha, laba sebelum pajak, dan laba
sesudah pajak (Muqodim, 2005). Sehingga dalam menentukan besarnya laba
akuntansi, investor dapat melihat dari perhitungan laba setelah pajak. SFAC No.1
(dalam Belkaoui 2000) mengasumsikan bahwa laba akuntansi merupakan ukuran
yang baik dari kinerja suatu perusahaan dan bahwa laba akuntansi dapat
digunakan untuk meramalkan arus kas masa depan.
2.4 Manajemen Laba
Manajemen laba merupakan suatu proses intervensi manajemen dalam pelaporan
keuangan eksternal dengan memanipulasi pilihan yang tersedia sehingga tercapai
tingkat laba yang diharapkan (Belkaoui dan Riahi, 2007). Dengan demikian,
manajer dapat menaikan atau menurunkan laba sesuai dengan kepentingannya
(Budiasih, 2009). Manajemen laba atau earning management menurut Sucipto
22
dan Purwaningsih (2007) merupakan suatu proses yang disengaja, menurut
batasan standar akuntansi keuangan, untuk mengarahkan pelaporan laba pada
tingkat tertentu. Dengan melakukan manajemen laba, manajer mengharapkan laba
yang dilaporkan sesuai dengan harapan investor, tetapi terkadang tidak sesuai
fakta yang ada.
Manajemen laba merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas
laporan keuangan karena manajer yang memiliki informasi yang asimetri terhadap
pihak eksternal (Sari dan Widyatmini, 2012). Menurut Scott (2003) dalam
Ratnasari (2012) pola manajemen laba yang sering dilakukan oleh suatu
perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Taking Bath
Taking Bath merupakan tindakan manajemen dengan cara melaporkan biaya-
biaya pada masa yang akan datang di masa kini dan menghapus beberapa
aktiva. Hal ini juga memberikan kesempatan bagi para manajer yang
memiliki net income (laba bersih) dibawah bogey (tingkat laba minimum
untuk memperoleh bonus) untuk menaikan bonus di masa yang akan datang.
Tindakan ini biasanya dilakukan pada saat perusahaan melakukan
restrukturisasi atau reorganisasi.
2. Income Minimization
Income Minimization merupakan tindakan yang dilakukan untuk menghapus
modal aset, beban iklan, pengeluaran R&D, dan sebagainya dengan tujuan
untuk mencapai suatu tingkat return on asset atau return on investment
tertentu. Tindakan ini biasa dilakukan pada periode yang tingkat
profitabilitasnya tinggi.
23
3. Income Maximization
Maksud dari income maximization adalah manajer berusaha melaporkan net
income yang tinggi dengan motivasi mendapat bonus yang lebih besar. Cara
ini dilakukan dengan maksud untuk menghindari pelanggaran atas kontrak
hutang jangka panjang.
4. Income Smoothing
Manajer mempunyai kecenderungan untuk meratakan laba bersih sehingga
berada tetap di antara bogey (laba minimum untuk mendapat bonus) dan cap
(laba maksimum untuk mendapat bonus). Lebih jauh lagi apabila manajer
mempunyai sikap menghindari risiko (risk-averse), mereka akan memilih
untuk mengurangi aliran bonus yang tidak berubah-ubah sehingga income
smoothing (perataan laba) dipilih sebagai jalan keluar.
Menurut Sulistyanto (2008) terdapat dua perspektif penting yang dapat digunakan
untuk menjelaskan mengapa manajemen laba dilakukan oleh manajer, yaitu
perspektif informasi dan oportunis. Perspektif informasi merupakan pandangan
yang menyarankan bahwa manajemen laba merupakan kebijakan manajerial
untuk mengungkapkan harapan pribadi manajer tentang arus kas perusahaan
dimasa depan.
Upaya mempengaruhi informasi itu dilakukan dengan memanfaatkan kebebasan
memilih, menggunakan, dan mengubah metode dan prosedur akuntansi.
Perspektif oportunis merupakan pandangan yang menyatakan bahwa manajemen
laba merupakan perilaku manajer untuk mengelabui investor dan memaksimalkan
kesejahteraannya karena memiliki informasi lebih banyak dibandingkan pihak
24
lain. Scott (2000) dalam Rahmawati dkk. (2006) menjelaskan beberapa alasan
yang menjadikannya motivasi dalam melakukan manajemen laba, adalah sebagai
berikut:
1. Bonus Purposes
Menurut Healy (1985) dalam Rahmawati dkk. (2006) manajer yang memiliki
informasi atas laba bersih perusahaan akan bertindak secara oportunistik
untuk melakukan manajemen laba dengan memaksimalkan laba saat ini.
2. Political Motivation
Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan pada
perusahaan publik karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan
pemerintah menetapkan peraturan yang lebih ketat.
3. Taxation Motivation
Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuan untuk penghematan
pajak pendapatan.
4. Pergantian CEO
CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikan pendapatan
untuk meningkatkan bonus mereka dan jika kinerja perusahaan buruk, mereka
akan memaksimalkan pendapatan agar tidak diberhentikan.
5. Initial Public Offering
Perusahaan yang akan go public namun belum memiliki nilai pasar,
menyebabkan manajer perusahaan melakukan manajemen laba dengan
harapan dapat menaikan harga saham perusahaan.
25
6. Pentingnya Memberi Informasi Kepada Investor
Informasi mengenai kinerja dalam laporan laba perusahaan wajib
disampaikan kepada investor sehingga investor dapat menilai bahwa
perusahaan tersebut dalam kinerja yang baik.
Skousen dan Stice (2004) mengungkapkan bahwa alasan yang mendorong
manajer perusahaan melakukan manajemen laba, yaitu sebagai berikut ;
1. Memenuhi Target Internal
Target laba internal merupakan alat penting dalam memotivasi para manajer
untuk meningkatkan usaha penjualan, pengendalian biaya, dan penggunaan
sumber daya yang lebih efisien. Tetapi seperti alat pengukuran kinerja yang
lain, adalah suatu fakta kehidupan bahwa pihak yang dievaluasi kinerjanya
akan cenderung melupakan faktor ekonomi yang mendasari pengukuran ini
dan mengalihkan perhatiannya kepada angka yang teratur. Penelitian
akademis yang membenarkan bahwa perhitungan bonus internal berdasarkan
laba turut mendorong munculnya manajemen laba, misalnya, seorang manajer
yang menjadi subjek rencana bonus atas dasar laba cenderung untuk
menaikkan laba jika mereka sudah berada dalam posisi mendekati batasan
bonus dan akan menurunkan laba jika laba yang akan dilaporkan berada
diatas batas bonus maksimal. Kecenderungan ini pada dasarnya berarti bahwa
para manajer memiliki tendensi untuk menunda pengakuan laba diperiode
yang baik untuk berjaga-jaga apabila hasil operasi periode berikutnya tidak
begitu memuaskan.
26
2. Memenuhi Harapan Eksternal
Berbagai stakeholders eksternal memiliki kepentingan terhadap kinerja
keuangan perusahaan. Para pegawai dan pelanggan menginginkan perusahaan
tetap berjalan dengan baik sehingga dapat bertahan dalam jangka panjang dan
melaksanakan kewajiban pensiun dan garansinya. Para pemasok
menginginkan jaminan atas pembayaran dan perusahaan akan tetap menjadi
pembeli yang dapat diandalkan selama bertahun-tahun ke depan. Bagi pihak
yang berkepentingan, adanya tanda dari kelemahan keuangan, seperti
pelaporan rugi, benar-benar merupakan suatu berita buruk terutama bagi
analis keuangan. Pihak analis akan merekomendasikan untuk menjual atau
membeli saham perusahaan berdasarkan estimasi atas laba perusahaan. Riset
yang mendalam telah menunjukkan bahwa pelaporan laba yang lebih kecil
dibandingkan laba yang diestimasi oleh analis akan menyebabkan turunnya
harga saham. Oleh karena itu, perusahaan memiliki intensif untuk melakukan
manajemen laba guna menjamin agar angka yang dilaporkan paling sedikit
sama dengan laba yang diperkirakan oleh para analis. Kemampuan
perusahaan yang luar biasa untuk secara konsisten memenuhi target laba
seperti yang diperkirakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan tidak
mungkin terjadi jika perusahaan tidak melakukan paling tidak satu jenis
manajemen laba.
3. Meratakan atau Memuluskan Laba
Beberapa alasan yang dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa manajer
melakukan perataan laba. Hepworth (1953) menyatakan bahwa motivasi yang
mendorong dilakukannya perataan laba adalah untuk memperbaiki hubungan
27
perusahaan dengan kreditor, investor dan karyawan serta meratakan siklus
bisnis melalui proses psikologis. Beidelman (1973) menyatakan bahwa ada
dua alasan yang digunakan manajemen untuk melakukan income smoothing.
Alasan pertama didasarkan pada asumsi bahwa pola laba periodik yang stabil
dapat mendukung tingkat dividen yang lebih tinggi dibandingkan pola yang
berfluktuasi. Dengan anggapan tersebut perataan laba diharapkan
memberikan pengaruh yang menguntungkan bagi nilai saham perusahaan
karena risiko perusahaan dapat dikurangi. Alasan kedua berkaitan dengan
upaya meratakan kemampuan untuk mengantisipasi pola fluktuasi laba
periodik dan kemungkinan mengurangi korelasi return yang diharapkan dari
perusahaan (firm’s expected return) dengan return portofolio pasar (return on
market portofolio).
2.5 Income Smoothing (Perataan Laba)
Income Smoothing (perataan laba) merupakan salah satu pola dari manajemen
laba dimana pihak manajemen berusaha menstabilkan (meratakan) laba
perusahaan selama beberapa periode dengan tujuan tertentu. Dalam konsep
income smoothing (perataan laba), pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
perusahaan cenderung bersifat risk averse, mereka akan memilih untuk
mengurangi aliran bonus yang tidak berubah-ubah sehingga income smoothing
dipilih sebagai jalan keluar (Ratnasari, 2012).
28
Laba yang stabil mencerminkan keadaan yang lebih pasti dan tidak berisiko tinggi
untuk masa depan. Koch (1981) menyebutkan bahwa income smoothing (perataan
laba) adalah cara yang digunakan manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba
yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan baik melalui metode
akuntansi atau transaksi. Definisi income smoothing (perataan laba) menurut
Biedleman (1978) dalam Budiasih (2009) adalah upaya yang sengaja dilakukan
untuk memperkecil atau fluktuasi pada tingkat laba yang dianggap normal bagi
suatu perusahaan.
Income smoothing (perataan laba) menurut Ball dan Brown (1968) dalam Dewi
(2011) adalah usaha untuk mengurangi variabilitas laba, terutama menyangkut
dengan perilaku yang ditujukan untuk mengurangi adanya pertambahan abnormal
dalam laba yang dilaporkan perusahaan. Menurut Salno dan Baridwan (2000)
income smoothing (perataan laba) adalah cara yang digunakan oleh manajemen
perusahaan untuk mengurangi variabilitas jumlah laba yang dilaporkan agar
sesuai dengan target yang diinginkan dengan cara memanipulasi laba baik melalui
metode akuntansi maupun melalui transaksi.
Pendapat serupa juga diperkuat oleh Gordon (1964) bahwa income smoothing
(perataan laba) mempunyai peranan yang sangat penting untuk mengurangi bias
dari pemegang saham dalam memperhitungkan laba di masa lalu, yang digunakan
untuk memprediksi laba di masa depan. Dari beberapa pernyataan diatas, dapat
diketahui bahwa income smoothing (perataan laba) ialah tindakan yang secara
sengaja dilakukan manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan
dengan berbagai macam tujuan agar kinerja perusahaan terlihat stabil dan sehat.
29
Juniarti dan Corollina (2005) dalam Butar-Butar dan Sudarsih (2012)
mengungkapkan bahwa ada berbagai macam tujuan yang ingin dicapai oleh
manajemen dalam perataan laba yaitu:
1. Mencapai keuntungan pajak.
2. Memberikan kesan baik dari pemilik dan kreditor terhadap kinerja
manajemen.
3. Mengurangi fluktuasi pada pelaporan laba dan mengurangi risiko sehingga
harga sekuritas yang tinggi menarik perhatian pasar.
4. Menghasilkan pertumbuhan profit yang stabil.
5. Menjaga posisi atau kedudukan manajemen dalam perusahaan.
Menurut Brynshaw dan Eldin (1989) dalam Subekti (2005) menyatakan bahwa
terdapat dua hal yang memotivasi manajer dalam mengambil keputusan untuk
melakukan income smoothing (perataan laba) yaitu:
1. Rencana kompensasi manajemen yang biasanya dihubungkan dengan kinerja
perusahaan yang ditunjukan dalam laba yang dilaporkan, sehingga setiap
fluktuasi dalam laba akan mempengaruhi langsung terhadap kompensasinya.
2. Fluktuasi dalam kinerja manajemen mungkin mengakibatkan intervensi
pemilik untuk mengganti manajemen dengan cara pengambilalihan atau
penggantian manajemen secara langsung, dan ancaman penggantian
manajemen ini mendorong manajemen untuk membuat laporan kinerja yang
sesuai dengan keinginan pemilik.
30
Menurut Syahriana (2006) dalam Rahmawati (2012) alasan seorang manajer
melakukan praktik perataan laba adalah sebagai berikut:
1. Aliran laba yang merata dapat meningkatkan keyakinan para investor karena
laba yang stabil akan mendukung kebijaksanaan dividen yang stabil pula
sebagaimana yang diinginkan para investor.
2. Penyusunan pos pendapatan dan biaya secara bijaksana yang melalui periode
beberapa metode tertentu, manajemen dapat mengurangi kewajiban
perusahaan secara keseluruhan.
3. Perataan laba dapat meningkatkan hubungan antara manajer dan pekerja
karena kenaikan yang tajam dalam laba yang dilaporkan dapat menimbulkan
permintaan upah yang lebih tinggi bagi para karyawan.
4. Aliran laba yang merata dapat memiliki pengaruh psikologis pada ekonomi
dalam hal kenaikan atau penurunan dapat dihindarkan serta rasa pesimis dan
optimis dapat dikurangi.
Menurut Dascher dan Malcolm (1970) seperti yang dikutip Ghozali dan Chariri
(2003) income smoothing (perataan laba) dibedakan menjadi dua yaitu real
smoothing (perataan laba riil) dan artificial smoothing (perataan laba artifisial).
1. Real smoothing (perataan laba riil) berkaitan dengan transaksi aktual yang
dilakukan atau tidak dilakukan berdasarkan pada pengaruh perataan terhadap
laba. Sementara artificial smoothing berkaitan dengan prosedur akuntansi
yang diterapkan untuk mengubah cost atau pendapatan dari satu periode ke
periode yang lain.
31
2. Artificial smoothing juga pernah disinggung oleh Copeland (1968) yang
menyatakan bahwa income smoothing melibatkan pemilihan selektif terhadap
aturan-aturan pengukuran atau pelaporan akuntansi dengan cara atau pola
tertentu, pengaruh pemilihan tersebut adalah untuk melaporkan pola laba
dengan variasi yang lebih kecil dari trend yang seharusnya terjadi.
Lebih lanjut Utomo dan Siregar (2008) dalam Butar-Butar dan Sudarsih (2012),
menyebutkan ada dua tipe aliran income smoothing yaitu naturally income
smoothing (perataan laba alamiah) dan intentionally income smoothing (perataan
laba yang disengaja).
1. Naturally income smoothing merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh
manajemen secara langsung tanpa adanya rekayasa. Misalnya seseorang
mengharapkan laba dari sebuah transaksi penjualan barang dagangan dan
biaya operasi. Dalam mencatat transaksi penjualan dan biaya tersebut
berlangsung tanpa adanya rekayasa dalam pencatatan. Hal ini merupakan
sebuah kejadian yang alami terjadi di perusahaan sehingga aliran laba yang
diperoleh juga terjadi secara alami.
2. Intentionally income smoothing terjadi karena adanya campur tangan dari
pihak manajemen. Ada dua jenis income smoothing (perataan laba) yang
disengaja, yaitu:
a. Perataan laba riil
Perataan laba riil merupakan tindakan manajemen dalam mengendalikan
peristiwa ekonomi yang secara langsung mempengaruhi laba perusahaan
di masa yang akan datang. Horwitz (1977) menyatakan bahwa perataan
laba riil mempengaruhi aliran kas. Misalnya waktu terjadinya transaksi
32
aktual dapat ditentukan oleh manajemen sehingga pengaruh transaksi
tersebut terhadap laba yang dilaporkan cenderung rata sepanjang tahun.
b. Perataan laba artifisial
Perataan laba artifisial merupakan usaha yang dilakukan manajemen untuk
meratakan laba dengan cara manipulasi. Misalnya manajer melakukan
manipulasi dengan cara menggeser biaya atau pendapatan dari suatu
periode ke periode yang lainnya. Adanya pergeseran biaya dan pendapatan
tersebut dapat melanggar konsep matching. Konsep tersebut menyatakan
bahwa pendapatan harus ditandingkan dengan biaya pada periode yang
bersangkutan. Jadi, dengan adanya pergeseran pendapatan dan biaya
tersebut menyebabkan adanya perataan laba yang artifisial. Selain itu,
akuntan juga dapat mengubah metode depresiasi dari metode garis lurus
menjadi metode saldo menurun ganda
Wolk et. al. (2001) dalam Dewi (2011) menyatakan bahwa income smoothing
merupakan suatu cara yang mampu mengurangi risiko yang tidak sistematis dalam
portofolio, sehingga dengan demikian perlu diperhatikan tiga cara menyangkut
perilaku income smoothing (perataan laba) yang dapat diterima antara lain :
1. Manajemen dapat menentukan waktu terjadinya kejadian tertentu melalui
kebijakan yang dimiliki (misalnya biaya riset dan pengembangan) untuk
mengurangi variasi laba yang dilaporkan. Sebagai alternatif manajer juga
dapat menentukan waktu pengakuan kejadian tersebut, jadi perataan laba
dapat dilakukan dengan pengendalian saat terjadinya atau saat pengakuan
suatu kejadian.
33
2. Mengubah metode akuntansi, dalam hal ini manajer dapat mengalokasikan
pendapatan atau biaya tertentu untuk beberapa periode akuntansi.
3. Manajer memiliki kebijakan sendiri dalam mengklasifikasikan pos-pos laba
rugi tertentu kedalam kategori berbeda. Contohnya pendapatan dan biaya
yang tidak berulang-ulang dapat diklasifikasikan sebagai ordinary/
extraordinary item untuk menimbulkan kesan yang lebih merata pada
ordinary income yang dilaporkan.
Perataan laba dilakukan oleh manajer dengan teknik-teknik tertentu. Berikut
adalah berbagai teknik yang digunakan manajer dalam melakukan praktik
perataan laba (Sugiarto, 2003 dalam Djaddang, 2005) :
1. Perataan melalui waktu terjadinya transaksi atau pengakuan transaksi. Pihak
manajemen dapat menentukan atau mengendalikan waktu transaksi melalui
kebijakan manajemen sendiri (accruals) misalnya: pengeluaran biaya riset
dan pengembangan. Banyak juga perusahaan yang menggunakan kebijakan
diskon dan kredit, sehingga hal ini dapat menyebabkan meningkatnya jumlah
piutang dan penjualan pada bulan terakhir tiap kuarter dan laba kelihatan
stabil pada periode tertentu.
2. Perataan melalui alokasi untuk beberapa periode tertentu. Manajer
mempunyai wewenang untuk mengalokasikan pendapatan atau beban untuk
periode tertentu. Misalnya jika penjualan meningkat, maka manajemen dapat
membebankan biaya riset dan pengembangan serta amortisasi goodwill pada
periode itu untuk menstabilkan laba.
34
3. Perataan melalui klasifikasi. Manajemen memiliki kewenangan untuk
mengklasifikasikan pos-pos rugi laba dalam kategori yang berbeda. Misalnya
jika pendapatan non-operasi sulit untuk didefinisikan, maka manajer dapat
mengklasifikasikan pos itu pada pendapatan operasi atau pendapatan non-
operasi.
Foster (1986) dalam Octavania dan Asyik (2014) mengklasifikasikan unsur-unsur
laporan keuangan yang seringkali dijadikan sasaran untuk melakukan perataan
laba adalah:
1. Unsur Penjualan
a. Saat pembuatan faktur. Sebagai contoh, penjualan yang sebenarnya untuk
periode yang akan datang pembuatan fakturnya dilakukan pada periode ini
dan dilaporkan sebagai penjualan periode ini.
b. Pembuatan pesanan atau penjualan fiktif.
c. Downgrading (penurunan) produk, sebagai contoh, dengan cara
mengklasifikasikan produk yang belum rusak ke dalam kelompok produk
rusak dan selanjutnya dilaporkan telah terjual dengan harga yang lebih
rendah dari harga yang sebenarnya.
2. Unsur Biaya
a. Memecah-mecah faktur, misalnya faktur untuk sebuah pembelian atau
pesanan dipecah menjadi beberapa pembelian atau pesanan dan
selanjutnya dibuatkan beberapa faktur dengan tanggal yang berbeda
kemudian dilaporkan dalam beberapa periode akuntansi.
35
b. Mencatat prepayment (biaya dibayar dimuka) sebagai biaya. Misalnya
melaporkan biaya advertensi dibayar dimuka untuk tahun depan sebagai
biaya advertensi tahun ini.
Perataan laba (income smoothing) akan diukur melalui beberapa indeks yang akan
membedakan perusahaan yang melakukan praktik perataan laba dengan
perusahaan yang tidak melakukan praktik perataan laba. Dalam penelitian ini,
akan digunakan Indeks Eckel (Eckel, 1981). Rumus perhitungan Indeks Eckel
adalah sebagai berikut:
Indeks Eckel :
…………………………………...(2.1)
Dimana:
ΔI : Perubahan Laba dalam suatu periode.
ΔS : Perubahan penjualan dalam suatu periode.
CV : Koefisien variasi dari variabel, yaitu standar deviasi dibagi dengan nilai
yang diharapkan.
2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba
2.6.1 Firm Size (Ukuran Perusahaan)
Firm Size (ukuran perusahaan) merupakan salah satu variabel yang
mempengaruhi income smoothing (perataan laba). Di Indonesia sendiri banyak
berdiri perusahaan-perusahaan, baik yang berukuran besar maupun kecil. Besar
kecilnya suatu perusahaan dapat dinilai dari total aset yang dimiliki. Firm Size
(ukuran perusahaan) merupakan salah satu skala untuk mengklasifikasikan
perusahaan.
36
Menurut ukurannya perusahaan dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis yaitu:
besar, menengah, atau kecil. Besar atau kecilnya perusahaan dapat dilihat dari
total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata penjualan, nilai pasar atas saham
perusahaan tersebut, dan lain-lain. Juniarti dan Corolina (2005) dalam Butar-Butar
dan Sudarsi (2012) menyebutkan bahwa firm size (ukuran perusahaan) merupakan
besaran perusahaan yang ditentukan dari jumlah total aktiva yang dimiliki
perusahaan. Ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan logaritma natural
dari total asset suatu perusahaan.
Income Smoothing (perataan laba) cenderung dilakukan oleh perusahaan besar,
hal ini dikarenakan perusahaan besar lebih mendapat tekanan yang lebih besar
dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil. Hal ini diperkuat oleh
pernyataan yang dikemukakan oleh Barton dan Simko (2002) yang menyatakan
bahwa perusahaan berukuran sedang dan besar lebih memiliki tekanan yang kuat
dari para stakeholdernya, agar kinerja perusahaan sesuai dengan harapan para
investornya dibandingkan dengan perusahaan kecil. Hal ini mendorong
manajemen untuk memenuhi harapan tersebut.
Ukuran perusahaan yang besar memudahkan perusahaan dalam masalah
pendanaan. Perusahaan umumnya memiliki fleksibilitas dan aksebilitas yang
tinggi dalam masalah pendanaan melalui pasar modal. Kemudahan ini bisa
ditangkap sebagai informasi yang baik. Ukuran yang besar dan tumbuh bisa
merefleksikan tingkat profit mendatang (Dewi, 2012). Perusahaan yang memiliki
total aktiva besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap
kedewasaan dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan
dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama,
37
selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih
mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total asset yang kecil
(Ismu Basuki, 2006 dalam Dewi, 2012).
Juniarti dan Corolina (2005) menyebutkan bahwa perusahaan yang berukuran
kecil akan cenderung melakukan praktik income smoothing (perataan laba)
dibandingkan perusahaan yang berukuran besar, karena perusahaan besar
cenderung mendapatkan perhatian yang lebih besar dari analis dan investor
dibandingkan perusahaan kecil. Berbeda halnya dengan Budiasih (2009) yang
mengatakan bahwa perusahaan yang berukuran besar biasanya menerima lebih
banyak perhatian dari analisis dan investor dibandingkan dengan perusahaan yang
kecil.
Menurut Watts and Zimmerman (1986) berdasarkan political cost hypotesis dalam
teori akuntansi positif dikemukakan bahwa perusahaan besar cenderung untuk
melakukan pengelolaan atas laba untuk menghindari munculnya peraturan baru
dari pemerintah. Pemerintah cenderung membebankan berbagai biaya yang
dianggap sesuai dengan kemampuan perusahaan dimana perusahaan yang besar
akan dibebani biaya yang besar pula, contohnya pajak. Maka manajemen
termotivasi untuk melakukan praktik income smoothing agar kinerja perusahaan
tetap dinilai baik.
Moses (1987) dalam Budiasih (2009) menemukan bukti yang empiris bahwa
perusahaan dengan ukuran yang besar mempunyai insentif yang besar pula untuk
melakukan income smoothing dibandingkan dengan perusahaan kecil, karena
perusahaan yang memiliki aktiva dalam jumlah besar akan lebih diperhatikan oleh
38
publik dan pemerintah. Ini menyatakan bahwa nilai total aktiva digunakan dengan
dasar bahwa besarnya nilai total aktiva mencerminkan harta atau kekayaan yang
dimiliki perusahaan.
Jadi, dapat diasumsikan bahwa semakin besar nilai total aktiva maka semakin
besar ukuran perusahaan. Perusahaan besar diperkirakan akan menghindari
fluktuasi laba yang terlalu drastis sebab kenaikan laba yang terlalu drastis akan
menyebabkan bertambahnya pajak. Sebaliknya, penurunan laba yang drastis akan
merusak citra perusahaan.
2.6.2 Financial Risk (Risiko Keuangan)
Financial Risk (risiko keuangan) adalah suatu tambahan risiko bagi pemegang
saham biasa yang diakibatkan oleh penggunaan leverage keuangan. Leverage
keuangan mengacu pada penggunaan sekuritas yang memberikan pengahsilan
tetap (hutang dan saham preferen) (Brigham dan Houston, 2011).
Dalam penelitian ini, tingkat leverage (LEV) digunakan sebagai proksi atas risiko
keuangan terhadap praktik perataan laba yang dilakukan perusahaan. Leverage
adalah perbandingan antara hutang dan aktiva yang menunjukan beberapa bagian
aktiva yang digunakan untuk menjamin hutang. Ukuran ini berhubungan dengan
keberadaan dan ketat tidaknya suatu persetujuan hutang.
Rasio leverage menggambarkan sumber dana operasi yang digunakan oleh
perusahaan dan menunjukkan risiko yang dihadapi perusahaan. Semakin besar
risiko yang dihadapi oleh perusahaan maka ketidakpastian untuk menghasilkan
laba di masa depan juga akan makin meningkat. Selain itu, rasio leverage
39
menunjukkan semakin tinggi tingkat utang perusahaan maka manajer akan
semakin banyak melakukan manajemen laba untuk menghindari pelanggaran
kontrak utang (Halim et al, 2005).
Santoso (2010) mengungkapkan bahwa semakin besar hutang suatu perusahaan
maka risiko yang akan ditanggung pemilik modal juga akan semakin besar. Maka
investor dan kreditur akan takut untuk berinvestasi atau meminjamkan dananya
kepada perusahaan. Oleh karena kondisi tersebut menimbulkan keinginan
manajemen untuk melakukan praktik income smoothing (perataan laba). Akibat
kondisi tersebut perusahaan cenderung untuk melakukan praktik income
smoothing (perataan laba).
Berdasarkan debt covenant hypotesis dalam teori akuntansi positif, bahwa
semakin besar rasio leverage perusahaan maka manajemen cenderung melakukan
praktik income smoothing (perataan laba) dengan tujuan agar terhindar dari
perjanjian hutang, sehingga perusahaan yang memiliki risiko keuangan yang
tinggi akan cenderung melakukan praktik income smoothing (perataan laba) agar
terhindar dari pelanggaran kontrak atas perjanjian utang.
2.6.3 Value of Firm (Nilai Perusahaan)
Value of Firm (nilai perusahaan) merupakan pandangan investor terhadap
perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham. Semakin tinggi harga
saham maka semakin tinggi pula nilai perusahaan. Memaksimalkan nilai
perusahaan berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang
merupakan tujuan utama perusahaan. Tindakan income smoothing (perataan laba)
40
akan mempunyai hubungan timbal balik (kausalitas) terhadap nilai perusahaan,
karena perataan laba menghasilkan berkurangnya fluktuasi laba, sehingga dapat
mencerminkan stabilitas kinerja perusahaan atau nilai perusahaan (Purwanto,
2009).
Perusahaan yang memiliki nilai pasar yang tinggi akan cenderung melakukan
income smoothing (perataan laba). Hal ini dikarenakan perusahaan akan
cenderung menjaga konsistensi labanya agar nilai pasar perusahaan tetap tinggi
sehingga dapat lebih menarik arus sumber daya ke dalam perusahaannya (Suranta
dan Merdiastuti, 2004). Dalam penelitian ini, PBV (price per book value ratio)
digunakan sebagai proksi atas value of firm (nilai perusahaan) terhadap praktik
income smoothing (perataan laba) yang dilakukan oleh perusahaan.
Menurut Suranta dan Merdiastuti (2004), perusahaan yang memiliki nilai pasar
yang tinggi akan cenderung untuk melakukan praktik income smoothing
(perataan laba). Hal ini disebabkan karena perusahaan akan cenderung menjaga
konsistensi labanya agar nilai pasar perusahaan tetap tinggi sehingga dapat lebih
menarik arus sumber daya kedalam perusahaannya.
Aji dan Mitha (2010) juga menyimpulkaan bahwa, semakin tinggi nilai
perusahaan maka perusahaan akan cenderung melakukan praktik perataan laba.
Akibat adanya income smoothing (perataan laba), variabilitas laba yang minim
itulah yang berusaha dipertahankan oleh perusahaan agar disukai oleh investor,
karena nilai perusahaan yang stabil merupakan salah satu hal yang
dipertimbangkan investor untuk membuat keputusan investasi.
41
2.6.4 Net Profit margin
Menurut Robert Ang (1997), Net Profit Margin merupakan rasio profitabilitas
yang menunjukkan perbandingan antara laba bersih setelah pajak atau net income
terhadap total penjualan. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan pendapatan bersih terhadap total penjualan yang dicapai. Net Profit
Margin (NPM) digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan bersih setelah dipotong pajak.
Hubungan antara laba bersih setelah pajak dan penjualan bersih menunjukkan
kemampuan manajemen dalam mengendalikan perusahaan secara cukup berhasil
untuk menyisakan margin tertentu sebagai kompensasi yang wajar bagi pemilik
yang telah menyediakan modalnya untuk suatu risiko. Hasil dari perhitungan
mencerminkan keuntungan netto per rupiah penjualan. Para investor pasar modal
perlu mengetahui kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Dengan
mengetahui hal tersebut investor dapat menilai apakah perusahaan itu profitable
atau tidak.
Teori keagenan menyatakan bahwa hubungan keagenan merupakan sebuah
persetujuan diantara dua pihak, yaitu principal (pemilik) dan agent (manajemen)
(Jansen dan Meckling, 1976). Dimana investor pasar modal perlu mengetahui
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Dengan mengetahui hal
tersebut investor dapat menilai apakah perusahaan itu profitable atau tidak.
Santoso (2010) menyatakan pengaruhnya net profit margin terhadap praktik
income smoothing diduga karena rata-rata perusahaan belum memiliki kinerja
yang cukup baik, sehingga manajemen melakukan praktik perataan laba untuk
42
memperbaiki kinerja perusahaan agar terlihat efektif dimata investor. Net profit
margin yang diukur dengan rasio antara laba bersih setelah pajak sering
digunakan oleh investor sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi yang
berhubungan dengan perusahaan sebagai tujuan perataan laba oleh manajemen
untuk mengurangi fluktuasi laba dan menunjukan kepada pihak luar bahwa
kinerja manajemen perusahaan tersebut telah efektif.
2.7 Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian mengenai praktik income smoothing pada penelitian terdahulu
yang telah peneliti ringkas yaitu:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
NO PENELITI
(TAHUN) JUDUL VARIABEL
HASIL
PENELITIAN
1 Suwito dan
Herawaty
(2006)
Analisis Pengaruh
Karakteristik
Perusahaan terhadap
Tindakan Perataan
Laba yang Dilakukan
oleh Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa
Efek Jakarta
Dependen :
Perataan Laba
Independen :
Jenis Usaha, Ukuran
Perusahaan, Rasio
Profitabilitas
Perusahaan, Rasio
Leverage Operasi
Perusahaan, Net Profit
Margin Perusahaan
Tidak ada yang
berpengaruh
signifikan terhadap
perataan laba.
2 Budiasih
(2009)
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi
Perataan Laba
Dependen :
Perataan Laba
Independen :
Ukuran perusahaan
Profitabilitas,
Leverage, DPR
Ukuran perusahaan,
Profitabilitas,
Leverage, DPR
berpengaruh
signifikan.
43
3 Aji dan Mita
(2010)
Pengaruh
Profitabilitas, Risiko
Keuangan, Nilai
Perusahaan, dan
Struktur Kepemilikan
terhadap Praktik
Perataan Laba
Dependen :
Perataan Laba
Independen :
Profitabilitas, Risiko
Keuangan, Nilai
Perusahaan, dan
Struktur Kepemilikan.
Risiko Keuangan
dan Nilai
Perusahaan
berpengaruh
signifikan.
Kepemilikan
Manajerial,
Profitabilitas , dan
Kepemilikan Publik
tidak berpengaruh.
4 Noviyana dan
Yuyetta
(2011)
Analisis Faktor-
faktor yang
Mempengaruhi
Praktik Perataan Laba
Dependen :
Perataan Laba
Independen :
Profitabilitas, Risiko
keuangan, Nilai
Perusahaan, Struktur
Kepemilikan, dan
Dividend
Payout Ratio
Dividend Payout
Ratio berpengaruh
signifikan.
Profitabilitas,
Risiko Keuangan,
Nilai Perusahaan,
dan Struktur
Kepemilikan tidak
berpengaruh.
5 Butar butar
dan Sudarsi
(2012)
Pengaruh Ukuran
Perusahaan,
Profitabilitas,
Leverage, dan
Kepemilikan
Institusional terhadap
perataan Laba
Dependen :
Perataan Laba
Independen :
Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas,
Leverage, dan
Kepemilikan
Institusional
Ukuran Perusahaan
berpengaruh
signifikan.
Profitabilitas,
Leverage, dan
Kepemilikan
Institusional tidak
berpengaruh.
6 Widana dan
Yasa (2013)
Perataan Laba serta
Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya di
Bursa Efek Indonesia
Dependen :
Perataan Laba
Independen :
Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, Dividend
Payout Ratio, Net
Profit
Margin, Financial
Leverage
Profitabilitas dan
Net Profit Margin
berpengaruh
signifikan.
Ukuran
Perusahaan,
Dividend Payout
Ratio, Financial
Leverage tidak
berpengaruh.
44
7 Widhyawan
dan
Dharmadiaksa
(2015)
Pengaruh Financial
Leverage, Dividend
Payout Ratio, dan
Penerapan Corporate
Governance terhadap
Praktik Perataan Laba
Dependen :
Perataan Laba
Independen :
Financial Leverage,
Dividend Payout Ratio,
dan Corporate
Governance
Financial Leverage
dan Corporate
Governance
berpengaruh
signifikan.
Dividend Payout
Ratio tidak
berpengaruh
signifikan.
8 Dewantara
dan Badera
(2015)
Good Corporate
Governance, Ukuran
Perusahaan, dan
Financial Leverage
Sebagai Prediktor
Perataan Laba
Dependen :
Perataan Laba
Independen :
Good Corporate
Governance, Ukuran
Perusahaan, dan
Financial Leverage
Financial Leverage
berpengaruh
signifikan
Good Corporate
Governance
dan Ukuran
Perusahaan
tidak berpengaruh
signifikan.
Sumber : Penelitian terdahulu
2.8 Kerangka Konsep
Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan emiten terbesar di Indonesia,
terbukti dengan jumlahnya dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 adalah 146
perusahaan atau 26,17% dari seluruh perusahaan yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia. Perusahaan memiliki peluang yang besar dalam memberikan
kesempatan bagi para pelaku pasar ataupun investor dalam berinvestasi. Terdapat
faktor yang dapat menarik perhatian investor untuk menamankan modalnya pada
perusahaan tersebut, yaitu laba yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Investor
menyukai perusahaan yang memiliki laba yang stabil tiap tahunnya, oleh karena
itu fluktuasi laba yang tidak stabil ini menyebabkan pihak manajemen melakukan
praktik income smoothing untuk menstabilkan laba setiap periodenya.
45
Ukuran perusahaan (firm size), risiko keuangan (financial risk), nilai perusahaan
(value of firm), dan net profit margin merupakan parameter yang dapat
mempengaruhi praktik income smoothing. Laporan keuangan memberikan
informasi penting tentang laba perusahaan. Dari informasi laba yang ada investor
akan memutuskan keputusan investasi yang diambil, namun investor cenderung
lebih menyukai laba yang stabil, karena apabila laba perusahaan tinggi maka
otomatis risiko yang diambil juga akan tinggi. Untuk menstabilkan laba, maka
pihak manajemen melakukan praktik income smoothing (perataan laba). Ukuran
perusahaan diduga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
praktik perataan laba perusahaan.
Ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan
memperoleh dana dari pasar modal. Perusahaan besar cenderung bertindak hati-
hati dalam melakukan pengelolaan keuangan dan cenderung melakukan
pengelolaan laba secara efisien, hal ini dikarenakan perusahaaan yang lebih besar
akan lebih menjadi pusat perhatian para investor dan masyarakat sehingga
semakin besar ukuran perusahaan diduga akan semakin mempengaruhi
perusahaan untuk melakukan tindakan perataan laba agar laba yang dihasilkan
terlihat stabil dan dapat menarik minat investor.
Financial risk atau risiko keuangan menunjukan proporsi penggunaan utang
untuk membiayai investasinya. Semakin besar utang perusahaan semakin besar
pula risiko yang ditanggung investor, sehingga investor akan meminta tingkat
keuntungan yang semakin tinggi. Akibat kondisi tersebut perusahaan cenderung
untuk melakukan praktik perataan laba, untuk menghindari pelanggaran kontrak
perjanjian hutang. Nilai perusahaan juga diduga berpengaruh terhadap perataan
46
laba dikarenakan perusahaan yang memiliki nilai pasar yang tinggi akan
cenderung menjaga konsistensi labanya agar nilai pasar perusahaan tetap tinggi
sehingga dapat lebih menarik arus kas kedalam perusahaannya.
Terakhir faktor yang diduga mempengaruhi perataan laba adalah net profit
margin. Semakin besar NPM, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif,
sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya
pada perusahaan tersebut. Semakin besar rasio ini, maka dianggap semakin baik
kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang tinggi.
Gambar 2.1
Kerangka Konsep
Firm Size
(Size)
Financial Risk
(LEV)
Net Profit Margin
(NPM)
Value of Firm
(PBV)
Income Smoothing
(IS)
47
2.9 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran yang dijelaskan pada bagian diatas, maka
hipotesis yang dapat diangkat dalam penelitian ini adalah :
1. Ha1 = Firm size secara parsial berpengaruh signifikan terhadap praktik
income smoothing pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014.
Ho1 = Firm size secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik
income smoothing pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014.
2. Ha2 = Financial risk secara parsial berpengaruh signifikan terhadap praktik
income smoothing pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014.
Ho2 = Financial risk secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap
praktik income smoothing pada perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014.
3. Ha3 = Value of firm secara parsial berpengaruh signifikan terhadap praktik
income smoothing pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014.
Ho3 = Value of firm secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap
praktik income smoothing pada perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014.
4. Ha4 = Net profit margin secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
praktik income smoothing pada perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014.
48
Ho4 = Net profit margin secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap
praktik income smoothing pada perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014.
5. Ha5 = Firm size, financial risk, value of firm, dan net profit margin secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap praktik income smoothing
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2012-2014.
Ho5 = Firm size, financial risk, value of firm, dan net profit margin secara
simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik income
smoothing pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2012-2014.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah explanatory research. Singarimbun dan Effendi (2006)
menjelaskan expalanatory research yaitu penelitian yang digunakan untuk
menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa
yang dirumuskan atau seringkali disebut sebagai penelitian penjelas. Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah income smoothing dan variabel
independennya adalah firm size, financial risk, value of firm, dividend payout
ratio, dan net profit margin.
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek atau objek yang
memiliki karakter dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh seorang peneliti
untuk dipelajari yang kemudian ditarik sebuah kesimpulan (Sugiyono, 2011).
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini ialah seluruh perusahaan
manufaktur yang telah go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama
periode penelitian yakni dari tahun 2012-2014.
50
3.2.2 Sampel
Sampel didefinisikan sebagai bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh sebuah populasi (Sugiyono, 2014). Penelitian ini dipilih berdasarkan teknik
purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu
(Sugiyono, 2014). Pertimbangan yang digunakan dalam penentuan sampel
penelitian ini meliputi:
1. Perusahaan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sampai dengan 31
Desember 2014, serta mempunyai laporan keuangan lengkap sesuai dengan
data yang diperlukan dalam variabel penelitian.
2. Perusahaan manufaktur yang tidak melakukan merger dan akuisisi pada
kurun waktu penelitian atau tidak delisting.
3. Perusahaan manufaktur yang tidak mengalami rugi selama kurun waktu
2012-2014.
Tabel 3.1
Sampel Penelitian
No Nama Perusahaan Kode
1 PT. Alakasa Industrindo Tbk ALKA
2 PT. Alumindo Light Metal Industry Tbk ALMI
3 PT. Asiaplast Industries Tbk (Akasa) APLI
4 PT. Citra Tubindo Tbk CTBN
5 PT. Darya-Varia Laboratoria Tbk DVLA
6 PT. Delta Djakarta Tbk DLTA
7 PT. Duta Pertiwi Nusantara Tbk DPNS
8 PT. Gajah Tunggal Tbk GJTL
9 PT. Holcim Indonesia Tbk SMCB
10 PT. Indo Acidatama Tbk SRSN
11 PT. Indo-Rama Synthetics Tbk INDR
12 PT. Indopoly Swakarsa Industry Tbk IPOL
13 PT. Jembo Cable Company Tbk JECC
14 PT. Martina Berto Tbk MBTO
15 PT. Mandom Indonesia Tbk TCID
16 PT. Nusantara Inti Corpora Tbk UNIT
17 PT. Prima Alloy Steel Universal Tbk PRAS
51
18 PT. Pyridam Farma Tbk PYFA
19 PT. Sierad Produce Tbk SIPD
20 PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk SQBI
21 PT. Tjiwi Kimia Tbk TKIM
22 PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk CEKA
Sumber: Indonesian Capital Market Directory (data diolah)
3.3 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan jenis data
yang digunakan adalah pooling data. Data sekunder adalah data yang telah
tersedia sehingga peneliti hanya mencari dan mengumpulkan. Sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah laporan laba perusahaan yang diperoleh
dari Indonesian Capital Market Directory, dan IDX Statistics melalui PIPM Bursa
Efek Indonesia cabang Lampung.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menggunakan data
sekunder, yakni dengan melihat data yang diterbitkan BEI melalui Indonesia
Capital Market Directory (ICMD), IDX statistic, dan sumber yang lainnya seperti
jurnal, penelitian terdahulu, serta buku-buku yang mendukung penelitian ini.
3.5 Definisi Konseptual Variabel
Definisi variabel-variabel secara konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
52
1. Income Smoothing
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah income smoothing (perataan
laba). Income smoothing merupakan teknik manajemen laba dalam hal
perataan atas fluktuasi laba yang dilaporkan agar terlihat normal. Income
smooting adalah suatu sarana yang dapat digunakan manajemen untuk
mengurangi fluktuasi pelaporan penghasilan dan memanipulasi variabel-
variabel (akuntansi) semu atau dengan melakukan transaksi-transaksi riil
(Brayshaw dan Eldin, 1989).
2. Firm Size
Firm Size (ukuran perusahaan) adalah skala untuk menentukan besar kecilnya
suatu perusahaan. Ukuran perusahaan hanya terbagi menjadi 3 kategori yaitu
besar, menengah, dan kecil. Sedangkan Zulkarnaini (2007) menyatakan
bahwa ukuran suatu perusahaan tercermin dari total aset yang dimiliki,
semakin besar aset perusahaan maka semakin besar ukuran perusahaan,
begitupun sebaliknya.
3. Financial Risk
Financial risk (risiko keuangan) merupakan perbandingan antara hutang dan
aktiva yang memperlihatkan berapa bagian aktiva yang digunakan untuk
menjamin hutang. Leverage keuangan menunjukkan proporsi penggunaan
utang untuk membiayai investasinya.
4. Value of Firm
Value of firm (nilai perusahaan ) adalah presepsi investor terhadap perusahaan
yang selalu dikaitkan dengan harga saham. Menurut Martin, et al (2000) nilai
53
perusahaan merupakan nilai atau harga pasar yang berlaku atas saham umum
perusahaan.
5. Net Profit Margin
Net profit margin merupakan rasio yang digunakan untuk menunjukan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih. Semakin besar rasio
ini, maka dianggap semakin baik kemampuan perusahaan untuk mendapatkan
laba yang tinggi.
3.6 Definisi Operasional
3.6.1 Variabel Dependen (terikat)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tindakan perataan laba (income
smoothing). Peratan laba diukur menggunakan Indeks Eckel. Indeks Eckel
digunakan untuk mengindikasikan apakah perusahaan melakukan praktik perataan
laba atau tidak. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut (Eckel,1981)
dalam Dewi dan Prasetiono (2012):
Indeks Eckel =
………………………………......(3.1)
Keterangan :
CV = Koefisien variasi dari variabel, yaitu standar deviasi dari perubahan laba
(I) dan perubahan penjualan (S) dibagi dengan nilai yang diharapkan
ΔS = Perubahan penjualan dalam satu periode
ΔI = Perubahan laba bersih dalam satu periode
54
Nilai dari CV ΔI dan CV ΔS dapat dihitung dengan rumus :
CV ΔI atau CV ΔS = √
……………….(3.2)
Keterangan :
Δ = perubahan laba (I) atau penjualan (S)
Δ = rata-rata perubahan laba (I) atau penjualan (S)
n = banyaknya tahun yang diamati
Kriteria perusahaan yang melakukan tindakan perataan laba adalah :
1. Perusahaan dianggap melakukan praktik perataan laba apabila indeks
perataan laba lebih kecil dari 1 (CV ΔS < CV ΔI)
2. Perusahaan dianggap tidak melakukan praktik perataan laba apabila indeks
perataan laba lebih besar dari 1 (CV ΔS > CV ΔI)
3.6.2 Variabel Independen (bebas)
3.6.2.1 Firm Size (Ukuran Perusahaan)
Ukuran perusahaan dapat diukur dengan beberapa cara, antara lain total aktiva,
total penjualan, dan jumlah karyawan yang bekerja di perusahaan (Purwanto,
2004). Ukuran perusahaan dihitung dengan menggunakan logaritma natural dari
total aktiva, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut (Budiasih, 2009) :
Size = LnTA …………………………………………..(3.3)
55
3.6.2.2 Financial Risk (Risiko Keuangan)
Penelitian ini menggunakan tingkat leverage (LEV) sebagai proksi atas risiko
keuangan perusahaan. Tingkat leverage diukur dengan skala rasio dimana
dihasilkan dari hasil bagi total utang jangka panjang terhadap nilai buku total aset
perusahaan. Dimana total liabilitas sebuah perusahaan dibagi dengan total asset
yang didapat dari laporan posisi keuangan perusahaan dan dikalikan 100% untuk
mendapatkan persentase risiko keuangan sebuah perusahaan, sehingga tingkat
leverage dapat dirumuskan sebagai berikut :
LEV =
…………………………..(3.4)
3.6.2.3 Value of Firm (Nilai Perusahaan)
Nilai perusahaan dapat dihitung melalui Price per Book Value Ratio (PBV) yang
dihasilkan dari rasio antara nilai pasar ekuitas perusahaan terhadap nilai buku
ekuitas perusahaan.
PBV =
…………………………...(3.5)
3.6.2.4 Net Profit Margin
Net profit margin diukur dengan rasio perbandingan antara laba bersih setelah
pajak dengan total penjualan (Suwito dan Herawaty, 2005). Net profit margin
(NPM) diukur dengan menggunakan rumus:
NPM =
…………….(3.6)
56
Tabel 3.2
Definisi Operasional
NO Variabel Definisi Simbol Cara Pengukuran
1 Income
Smoothing
Usaha yang
sengaja
dilakukan
manajemen
untuk
meratakan atau
memfluktuasi laba.
Indeks
Eckel
(IS)
2 Firm Size Ukuran
perusahaan
ditentukan dari
total aktiva
yang dimiliki
perusahaan
Size
LnTA
3 Financial
Risk
Rasio perbandingan
antara total utang
dan total aset
LEV
4 Value of
Firm
Rasio
perbandiangan
antara nilai pasar
dengan nilai buku
PBV
5 Net Profit
Margin
Rasio perbandingan
antara laba bersih
setelah pajak
dengan total
penjualan
NPM
Sumber: Kumpulan jurnal-jurnal
3.7 Teknik Analisis Data
3.7.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskriptifkan variabel-variabel dalam
penelitian ini dan memberikan gambaran umum atau sebuah informasi yang lebih
jelas dan mudah untuk dipahami dari setiap variabel penelitian. Statistik deskriptif
57
memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata
(mean), median, modus, standar deviasi, maksimum dan minimum.
3.7.2 Uji Regresi Linier Berganda Model Panel Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data
kuantitatif dengan menggunakan program Eviews sebagai alat untuk menguji
data., untuk memperkirakan secara kuantitatif pengaruh dari beberapa variabel
independen secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri terhadap variabel-
dependen. Eviews dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang
berbentuk time series, cross section, maupun panel data. Regresi linier berganda
dilakukan untuk mengetahui hubungan fungsional antara satu variabel dependen
dengan variabel independennya, serta menggunakan panel data yang bersifat time
series dan cross section, sehingga terdiri atas beberapa objek dan meliputi
beberapa periode. Data panel adalah kombinasi antara data silang tempat (cross
section) dengan data runtut waktu (time series) (Kuncoro, 2011). Adapun
persamaan regresi linier berganda tersebut adalah sebagai berikut :
IS = a + Size + LEV + PBV + NPM + e…….....(3.7)
Keterangan :
IS = income smoothing
a = konstanta
- = koefisien regresi variabel independen
Size = firm size
58
LEV = financial risk
PBV = firm value
NPM = net profit margin
e = error term
Menurut Widarjono (2009) metode regresi data panel mempunyai beberapa
keuntungan jika dibandingkan dengan data time series atau cross section.
Pertama, data panel yang merupakan gabungan dua data time series dan cross
section mampu menyediakan data yang lebih banyak sehingga akan menghasilkan
degree of freedom (derajat kebebasan) yang lebih besar. Kedua, data panel yang
menggabungkan informasi dari data time series dan cross section dapat mengatasi
masalah yang timbul ketika ada masalah penghilangan variabel (ommited-
variabel). Keuntungan lain dari penggunaan data panel menurut Gujarati (2003),
yaitu :
1. Bila panel data berhubungan individu, perusahaan, negara, daerah, dan lain-
lain pada waktu tertentu, maka data tersebut adalah heterogen. Teknik
penaksiran panel data yang heterogen secara eksplisit dapat dipertimbangkan
dalam perhitungan.
2. Kombinasi data time series dan cross section akan memberikan informasi
yang lebih lengkap, lebih beragam, kurang berkorelasi antar variabel, derajat
kebebasan lebih besar dan efisien.
3. Studi panel data lebih memuaskan untuk menentukan perubahan dinamis
dibandingkan dengan studi berulang dari cross section.
4. Panel data memungkinkan mempelajari model perilaku yang lebih kompleks.
59
Ajija (2011) mengemukakan bahwa keunggulan-keunggulan tersebut memiliki
implikasi pada tidak harus dilakukan pengujian asumsi klasik dalam model data
panel, karena penelitian yang menggunakan data panel memperbolehkan
identifikasi parameter tertentu tanpa perlu membuat asumsi yang ketat atau tidak
mengharuskan terpenuhinya semua asumsi klasik regresi linier seperti pada
ordinary least square (OLS). Widarjono (2009) menyatakan terdapat beberapa
metode yang biasa digunakan dalam mengestimasi model regresi dengan data
panel, yaitu pendekatan kuadrat terkecil atau pooled least square (Common
Effect), pendekatan efek tetap (Fixed Effect), pendekatan efek random (Random
Effect).
1. Pendekatan Kuadrat Terkecil (Common Effect)
Pendekatan ini merupakan model data panel yang paling sederhana karena
hanya dengan mengkombinasikan data time series dan cross section dalam
bentuk pool. Pada model ini tidak diperhatikan dimensi waktu maupun
individu, sehingga diasumsikan bahwa perilaku individu tidak berbeda dalam
berbagai kurun waktu. Metode ini menggunakan pendekatan Ordinary Least
Square (OLS) atau teknik kuadrat terkecil untuk mengestimasi koefisiennya.
Pada beberapa penelitian data panel, model ini seringkali tidak pernah
digunakan sebagai estimasi utama karena sifat dari model ini yang tidak
membedakan perilaku data sehingga memungkinkan terjadinya bias, namun
model ini digunakan sebagai pembanding dari kedua pemilihan model
lainnya. Kesulitan terbesar dalam pendekatan metode ini adalah asumsi
60
intersep dan slope dari persamaan regresi yang dianggap konstan baik antar
daerah maupun antar waktu.
2. Pendekatan Efek Tetap (Fixed Effect)
Model fixed effect adalah model dengan intercept berbeda-beda untuk setiap
subjek (cross section), tetapi slope setiap subjek tidak berubah seiring waktu
(Gujarati, 2012). Model ini mengasumsikan bahwa intercept adalah berbeda
setiap subjek sedangkan slope tetap sama antar subjek. Dalam membedakan
satu subjek dengan subjek lainnya digunakan variabel dummy (Kuncoro,
2012). Model ini sering disebut dengan model Least Square Dummy
Variables (LSDV). Keputusan untuk memasukan variabel dummy dalam
model efek tetap tak dapat dipungkiri akan dapat menimbulkan konsekuensi
(trade off).
3. Pendekatan Efek Acak (Random effect)
Model ini akan mengestimasi data panel dimana variabel gangguan mungkin
saling berhubungan antar waktu dan antar individu. Pendekatan ini digunakan
untuk mengetahui kelemahan metode efek tetap yang menggunakan variabel
semu, sehingga model mengalami ketidakpastian. Keuntungan menggunkan
model random effect yakni menghilangkan heteroskedastisitas. Model ini
juga disebut dengan Error Component Model (ECM) atau teknik Generalized
Least Square (GLS). Dengan menggunakan model efek acak ini, maka kita
dapat menghemat pemakaian derajat kebebasan dan tidak mengurangi
jumlahnya seperti yang dilakukan pada model efek tetap.
61
4. Pengujian Model
Ada beberapa uji yang perlu dilakukan untuk memilih model yang tepat.
Pertama, menggunakan uji signifikansi fixed effect uji F atau Chow test dan
yang kedua yaitu dengan menggunakan Hausman-test. Chow test atau
likelihood ratio test adalah pengujian F Statistic untuk memilih apakah model
yang digunakan Pooled Least Square atau fixed affect. Sedangkan Hausman-
test adalah uji untuk memilih model fixed effect atau random effect.
1. Chow test
Uji ini digunakan untuk pemilihan antara model fixed effect dan
common effect. Adapun uji F statistiknya adalah sebagai berikut
(Harahap, 2008) :
CHOW =
………………………..(3.8)
Keterangan :
RRSS = Restricted Residual Sum Square (merupakan Sum of
Square Residual yang diperoleh dari estimasi data panel
dengan metode pooled least square)
URSS = Unrestricted Residual Sum Square (merupakan Sum of
Square Residual yang diperoleh dari estimasi data panel
dengan metode fixed effect)
N = Jumlah data cross section
T = Jumlah data time series
K = Jumlah variabel penjelas
62
Menurut Prasanti dkk (2015) untuk menentukan nilai tabel dapat
menggunakan degree of freedom (df). df = (n-1, nt-n-k), dimana n
merupakan jumlah perusahaan, t jumlah periode penelitian dan k
merupakan variabel independen penelitian. Dasar pengambilan
keputusan menggunakan chow-test atau likelihood ratio test, yaitu :
a. Jika nilai F-statistik < F-tabel dengan probabilitas cross section
dan Chi Square > 0,05 = diterima, maka model common (pool)
effect yang digunakan
b. Jika nilai F-statistik > F-tabel dengan probabilitas cross section
dan Chi Square < 0,05 = ditolak, maka model fixed effect yang
digunakan
Apabila hasil uji menyatakan bahwa model pool (common effect) yang
digunakan, maka pengujian berhenti sampai disini. Namun apabila
hasil uji menyatakan bahwa model fixed effect yang digunakan, maka
selanjutnya dilakukan uji hausman.
2. Hausman-test
Hausman test adalah pengujian statistik untuk memilih apakah model
fixed effect atau random effect yang paling tepat digunakan. Setelah
selesai melakukan uji Chow dan didapatkan model yang tepat adalah
fixed effect, maka selanjutnya kita akan menguji model manakah
antara model fixed effect atau random effect yang paling tepat,
pengujian ini disebut sebagai uji Hausman. Statistik Uji Hausman ini
mengikuti distribusi statistic Chi Square dengan degree of freedom
63
sebanyak k (df=k), dimana k adalah jumlah variabel independen. Jika
nilai statistik Hausman lebih besar dari nilai kritisnya maka model
yang tepat adalah model fixed effect, sedangkan sebaliknya bila nilai
statistik Hausman lebih kecil dari nilai kritisnya maka model yang
tepat adalah model random effect. Dasar pengambilan keputusan
menggunakan uji Hausman, yaitu :
a. Jika nilai statistik Hausman < Chi Square tabel dan probabilitas
Cross Section Random dan Chi Square > 0,05 artinya diterima,
maka model random effect yang digunakan
b. Jika nilai statistik Hausman > Chi Square tabel dan probabilitas
Cross Section Random dan Chi Square < 0,05 artinya ditolak,
maka model fixed effect yang digunakan
3.7.3 Uji Hipotesis
3.7.3.1 Uji t (Uji Parsial)
Menurut Ghozali (2005), uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel
dependen. Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah masing-masing
variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara sisgnifikan.
Pengujian ini dilakukan dengan tingkat kepercayaan 95% dan derajat kebebasan
5% dengan dƒ=(n-k-l). Menurut Santoso (2004) nilai t dapat dirumuskan :
t =
……………………………………………..(3.9)
64
Keterangan :
X : rata-rata hitung sampel
: rata-rata hitung populasi
Sx : standar error rata-rata sampel, S/ n
n : jumlah sampel
k : jumlah variabel
Uji ini dilakukan dengan syarat :
1. Jika t hitung < t tabel, maka diterima. Artinya adalah bahwa variabel
independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
2. Jika t hitung > t tabel, maka ditolak. Artinya adalah bahwa variabel
independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Pengujian juga dapat dilakukan melalui pengamatan signifikansi t pada tingkat α
sebesar 5%. Analisis didasarkan pada perbandingan antara nilai signifikan t
dengan nilai signifikansi 0,05, dengan syarat-syaratnya sebagai berikut :
1. Jika probabilitas t < 0,05, maka ditolak. Artinya adalah bahwa variabel
independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
2. Jika probabilitas t > 0,05, maka diterima. Artinya adalah bahwa variabel
independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
3.7.3.2 Uji F (Uji Simultan)
Uji F digunakan untuk melihat pengaruh variabel-variabel bebas secara
keseluruhan terhadap variabel terikat. Tujuan pengujian ini adalah untuk
65
mengetahui apakah variabel independen secara simultan mempengaruhi variabel
dependen secara signifikan. Pengujian ini dilakukan dengan uji F pada tingkat
keyakinan 95% dan tingkat kesalahan analisis (α) = 5% derajat bebas pembilang
= (k-1) dan derajat bebas penyebut = (n-k), k merupakan banyaknya
parameter (koefisien) model regresi linier dan n merupakan jumlah pengamatan.
Nilai F dapat dirumuskan sebagai berikut (Santoso, 2004) :
F =
………………………………….(3.10)
Keterangan :
: Koefisien determinasi
k : Banyaknya koefisien regresi
n : Banyaknya observasi
1. Bila F hitung < F tabel, maka , artinya bahwa variabel bebas
(independen) secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen.
2. Bila F hitung > F tabel, maka , artinya bahwa variabel bebas
(independen) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen.
Pengujian juga dapat dilakukan melalui pengamatan signifikansi F pada tingkat α
sebesar 5% yang digunakan pada penelitian ini. Analisis ini didasarkan pada
perbandingan antara nilai signifikan F dengan nilai signifikansi 0,05, dengan
syarat-syaratnya sebagai berikut :
66
1. Jika probabilitas F < 0,05, maka ditolak. Artinya adalah bahwa variabel
independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
2. Jika probabilitas F > 0,05, maka diterima. Artinya adalah bahwa variabel
independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
3.7.3.3 Uji (uji koefisien determinasi)
Uji merupakan koefisien yang menjelaskan seberapa besar variabel dependen
dapat dijelaskan oleh variabel independen secara bersama-sama. Nilai terletak
antara 0 dan 1, sehingga semakin besar nilai menunjukkan bahwa semakin
baik model dapat menjelaskan variabel dependen. Koefisien determinasi ( )
mengukur seberapa jauh kemampuan model yang dibentuk dalam menerangkan
variasi variabel independen. Koefisien determinasi dapat dicari dengan rumus
(Nurgiyantoro, 2000):
……..................(3.11)
Keterangan :
- = Koefisen regresi variabel independen
- = Variabel independen
= Income smoothing
Tabel 3.3
Pedoman Memberikan Interpretasi terhadap Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0.001 - 0.200 Sangat Lemah
0.201 - 0.400 Lemah
0.401 - 0.600 Cukup Kuat
0.601 - 0.800 Kuat
0.801 - 1.000 Sangat Kuat
Sumber: Triton (2006)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh firm size,
financial risk, value of firm, dan net profit margin terhadap praktik income
smoothing pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2012-2014. Berdasarkan hasil dan analisis data maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Variabel firm size (ukuran perusahaan) secara parsial memiliki pengaruh
positif dan tidak signifikan terhadap income smoothing. Firm size
berpengaruh positif artinya semakin besar nilai firm size maka perusahaan
cenderung akan melakukan praktik income smoothing. Kemudian firm size
berpengaruh tidak signifikan, hal ini berarti besar kecilnya ukuran perusahaan
tidak memengaruhi probabilitas praktik income smoothing. Tidak
berpengaruhnya ukuran perusahaan pada probabilitas perataan laba
kemungkinan disebabkan karena investor mengabaikan asumsi bahwa
perusahaan besar selalu memiliki total aset yang besar.
2. Variabel financial risk secara parsial memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap income smoothing. semakin besar rasio leverage perusahaan maka
manajemen cenderung melakukan praktik income smoothing dengan tujuan
agar terhindar dari perjanjian hutang, sehingga perusahaan yang memiliki
109
financial risk (risiko keuangan) yang tinggi akan cenderung melakukan
praktik income smoothing (perataan laba) agar terhindar dari pelanggaran
kontrak atas perjanjian hutang.
3. Variabel value of firm secara parsial memiliki pengaruh kearah negatif dan
tidak signifikan terhadap income smoothing. Value of firm memiliki pengaruh
kearah negatif artinya menunjukan bahwa semakin tinggi nilai PBV, maka
semakin rendah praktik income smoothing yang dilakukan. Kemudian value
of firm berpengaruh tidak signifikan, dikarenkan perusahaan melakukan
tindakan income smoothing tidak selamanya disebabkan karena meningkat
atau menurunnya harga saham, namun lebih dipengaruhi oleh kebijakan lain
dari perusahaan seperti rencana perusahaan akan membayar bonus kepada
manajer dengan menggunakan saham perusahaan. Disamping itu, pihak
investor merupakan pihak yang menaruh perhatian pada besarnya laba yang
diperoleh perusahaan, sehingga perusahaan akan cenderung menjaga
kestabilan laba yang diperoleh dalam arti bahwa perusahaan dengan laba
yang stabil cenderung akan lebih menarik perhatian investor pada perusahaan
yang bersangkutan.
4. Variabel net profit margin secara parsial memiliki pengaruh kearah negatif
dan tidak signifikan terhadap income smoothing. Net profit margin
berpengaruh negatif menunjukan bahwa semakin tinggi nilai net profit
margin, maka semakin rendah praktik income smoothing yang dilakukan, dan
begitupun sebaliknya. Kemudian net profit margin berpengaruh tidak
signifikan, hal ini menunjukan bahwa net profit margin sebagai ukuran
kinerja manajemen tidak digunakan manajer dalam pengambilan keputusan
110
untuk melakukan praktik income smoothing, karena net profit margin bukan
satu-satunya pengukur kinerja manajemen yang akan mempengaruhi
keputusan pihak eksternal terhadap manajemen.
5. Secara simultan firm size, financial risk, value of firm, dan net profit margin
berpengaruh signifikan terhadap income smoothing. Artinya firm size,
financial risk, value of firm, dan net profit margin secara bersamaan menjadi
dasar perusahaan untuk melakukan praktik income smoothing.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis menyampaikan saran sebagai berikut:
1. Saran Praktis
a. Bagi perusahaan, dalam melakukan praktik income smoothing perusahaan
lebih baik mempertimbangkan terlebih dahulu risiko internal maupun
eksternal, jika salah dalam mengambil keputusan maka akan dapat
merugikan salah satu pihak yang tidak diinginkan.
b. Bagi investor, diharapkan penelitian dapat menjadikan pemahaman tentang
faktor-faktor yang menjadi dasar perusahaan untuk melakukan praktik
income smoothing, kemudian bahan pertimbangan investor dalam
mempertahankan atau menambah jumlah saham yang akan diinvestasikan
kepada perusahaan.
2. Saran Akademis
Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan dapat menambah jumlah variabel dan
sampel penelitian, tidak terbatas hanya pada sektor perusahaan manufaktur
saja sehingga diharapkan dapat meningkatkan generalisasi hasil penelitian.
111
Kemudian metode yang digunakan adalah regresi berganda, namun terdapat
metode lain yang dapat digunakan yaitu dengan menggunakan metode regresi
logistik. Sebaiknya dalam penelitian selanjutnya dilakukan olah data dengan
kedua metode (akrual deskresioner).
DAFTAR PUSTAKA
Aji, Dhamar Yudho dan Aria Farah Mita. 2010. Pengaruh Profitabilitas, Risiko
Keuangan, Nilai Perusahaan, dan Struktur Kepemilikan terhadap Praktik
Perataan Laba. Simposium Nasional Akuntansi XIII.
Ajija, Shochrul R. 2011. Cara Cerdas Menguasai E-Views. Salemba Empat.
Jakarta.
Ang, Robert. 1997. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Media Staff
Indonesia.
Anthony, N. Robert dan Govindarajan, Vijay. 2011. Sistem Pengendalian
Manajemen. Jilid 2. Tanggerang: Karisma Publishing Group.
Baridwan, Zaki. 1992. Intermediate Accounting. Edisi Tujuh. Yogyakarta.
Yogyakarta.
Barton, J. dan P. Simko. 2002. The Balance Sheet As AN Earnings Management
Constrait. The Accounting Review. 77. 1-27.
Beidleman, C.R, 1973. “Income Smoothing: The Role of Management”.The
Accounting Review. Vol 48(4).
Belkaoui, Ahmed Riahi, 2007. Teori Akuntansi. Edisi Kelima. Salemba Empat.
Jakarta.
Brayshaw, R.E and Ahmed, E.K Eldin. 1989. The Smoothing Hypothesis and The
Role of Exchange Differences. Journal of Business, Finance, & Accounting,
16 (5), Winter.
Brigham, Eugene F. dan Houston, Joel F. 2011. Dasar-dasar Manajemen
Keuangan Terjemahan. Edisi 10. Salemba Empat. Jakarta.
Budiasih, Igan. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba.
Media AUDIT. Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol. 4. Januari.
Butar, Linda Kurniasih Butar dan Sudarsi, Sri. 2012. Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan Kepemilikan Konstitusional
terhadap Perataan Laba. Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan,
Vol. 1. No. 2.
Cahyati, A. D. 2010. Implikasi Tindakan Perataan Laba Terhadap Pengambilan
Keputusan Bagi Investor. JRAK. Vol.2.
Copeland, R.M.1968. “Income Smoothing, Journal Of Accounting Research”.
Empericial Research in Accounting. Selected Studies 6 (Supplement).
Dewantara, Ni Putu Santi dan Badera, I Dewa Nyoman. 2015. Good Corporate
Governance, Ukuran Perusahaan, dan Financial Leverage Sebagai
Prediktor Perataan Laba. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. 10.2.
Dewi, Ratih Kartika Zulaikha. 2011. Analisis faktor-faktor yang Mempengaruhi
Praktik Perataan Laba (Income Smoothing) pada Perusahaan Manufaktur
dan Keuangan yang terdaftar di BEI. Jurnal Dinamika Akuntansi Keuangan
dan Perbankan, Vol. 1. No. 2.
Djaddang, S. 2005. “Analisis Hubungan Perataan Laba (Income Smoothing)
dengan Ekspektasi Laba Masa Depan Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Akuntasi atau Marcubuana.
Earl K. Stice, James D. Stice dan K. Fred Skousen. 2004. Akuntansi Intermediate,
Edisi Lima Belas. Buku 1, Alih Bahasa oleh Salemba Empat. Salemba
Empat. Jakarta.
Eckel. N. 1981. The Income Smoothing Hypothesis Revisited. Abacus. Juni: 28-
40.
Foster, G. Financial statement analysis, second edition, Englewood clifts New
Jersey: Prentice Hall International.
Fudenberg, D., & Tirole, J. 1995. A Theory of Income and Dividend Smoothing
Based on Incumbency Rents. Journal of Political Economy, 103 (1).
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS.
Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Ghozali, Imam dan Anis Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Badan Universitas
Diponegoro. Semarang.
Gordon, M. J. 1964. Postulates, Principles, and Research in Accounting. The
Accounting Review.
Gujarati, Domadar N. 2003. Basic Econometrics Fourth edition. Mc.Graw Hill.
Singapore.
Halim, et al. 2005. ”Pengaruh Manajemen Laba pada Tingkat Pengungkapan
Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Termasuk Dalam
Indek LQ 45”. SNA VIII. Solo.
Harahap, Sofyan Syafri. 1997. Teori Akuntansi. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Harnanto. 2003. Akuntansi Keuangan Menengah. BPFE. Yogyakarta.
Heyworth, Samuel R. 1953. ”Smoothing Periodic Income”. The Accounting
Review. IAI, 1994. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat. Jakarta.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. PSAK No. 1 :
Penyajian Laporan keuangan. Salemba Empat. Jakarta.
Imanta, Dea. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepemilikan Manajerial.
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.13, No.1, April 2011.
Irawati, Zulfa dan Maya, Anugerah. 2004. Analisis Perataan Laba (Income
Smoothing): Faktor yang Mempengaruhinya dan Pengaruhnya Terhadap
Return dan Risiko Perusahaan Go Public di Bursa Efek Jakata. Benefit,
Jurnal Manajemen dan Bisnis ISSN 1410-1571.
Jensen, Michael C. and Clifford H. Smith Jr., eds. 1984. The Modern Theory of
Corporate Finance. McGraw-Hill.
Jensen, Michael C. dan William H.Meckling. 1976. “Theory of The Firm :
Managerial Behaviour, Agency Costs and Ownership Structure”. Journal of
Financial Economics.
Juniarti dan Carolina. 2005. “Analisa Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap
Perataan Laba (Income Smoothing) Pada Perusahaan-Perusahaan Go
Public”. Jurnal Akuntansi & Keuangan. Vol. 7 No. 2.
Kasmir. 2013. Analisis Laporan Keuangan. Rajawali Pers. Jakarta.
Koch, Bruce, S. 1981. Income Smoothing An Experiment. The Accounting
Review, Vol. LVI, No. 3.
Kuncoro, M. 2011. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Erlangga: Jakarta.
Muqodim. 2005. Teori Akuntansi, Edisi ke-1. Ekonisia. Yogyakarta.
Noviana, Sindi Retno dan Yuyetta, Etna Nur Afri. 2011. Analisis Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba. Jurnal Akuntansi dan
Auditing, Vol. 8. No. 1.
Nurgiyantoro, Gunawan Marzuki. 2000. Statistik Terapan untuk penelitian Ilmu-
Ilmu Sosial. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Purwanto, Agus. 2009. “Karakteristik Perusahaan, Praktik Cororate
Governance, Keputusan Keuangan, Perataan laba dan Nilai Perusahaan”.
Jurnal MAKSI, vol. 9.
Rahmawati, dkk. 2006. Pengaruh Asimetri Informasi terhadap Praktik
Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan Publik yang terdaftar di
Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi IX.
Ratnasari, Dhiar. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perataan
Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia
Periode Tahun 2007-2010. Skripsi. FE UNDIP.
Salno, H. M. & Z. Baridwan. 2000. “Analisis Perataan Penghasilan (Income
Smoothing): Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dan Kaitannya dengan
Kinerja Saham Perusahaan Publik di Indonesia”. Tesis Program Sarjana
Master of Science Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta.
Santoso, Yosika Tri. 2010. Analisis Pengaruh NPM, ROA, Company Size,
Financial Leverage, Dan DER Terhadap Praktik Perataan Laba Pada
Perusahaan Property Dan Real Estate Yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma.
Sari, Winahyu Febrika dan Widyatmini. 2012. Analisis Pengaruh Ukuran
Perusahaan, ROA, Net profit margin, dan Financial Leverage terhadap
Tindakan Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri
Dasar dan kimia yang terdaftar di BEI. Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Gunadarma.
Sartono, Agus. 2010. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi 4.
Yogyakarta: BPFE
Scott, William R. 2006. Financial Accounting Theory. ed. Pearson Education
Canada. Inc. Toronto.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 2006. Metode Penelitian Survei ( Editor
). LP3ES, Jakarta
Sri Sulistyanto. 2008. Manajemen Laba Teori dan Model Empiris. Grasindo.
Jakarta.
Subekti, Iman. 2005. “Asosiasi antara Praktik Perataan Laba dan Reaksi Pasar
Modal di Indonesia”. Simposium Nasional Akuntansi VII. Solo.
Sucipto, Wulandari dan Ana Purwaningsih. 2007. Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, dan Leverage Operasi terhadap Praktik Perataan Laba.
Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol.19, No.1.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Suranta, Eddy dan Pratana Puspita Merdiastuti. 2004. “Income Smoothing,
Tobin’s Q, Agency Problems dan Kinerja Perusahaan”. Simposium
Nasional Akuntansi VII. Denpasar.
Suwito, Adi dan Arleen Herawaty. 2005. Analisis Pengaruh Karakteristik
Perusahaan terhadap Tindakan Perataan Laba yang Dilakukan Oleh
Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. SNA VIII. Watts, R.L.
dan Zimmerman. 1986. Positive Accounting Theory. Prentice Hall. NJ.
Triton, P.B. 2006. SPSS 13.0 Terapan Riset Statistik Parametrik. Yogyakarta:
ANDI
Utomo, S.Budiman., dan Baldric Siregar. 2008. Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, dan Kontrol Kepemilikan Terhadap Perataan Laba Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Jurnal Akuntansi dan Manajemen. Vol. 19. No. 2.
Watts, Ross L.dan Jerold L. Zimmerman. 1986. Positive Accounting Theory.
Prentice-Hall. USA.
Widana, I Nyoman Ari dan Yasa, Gerianta Wirawan. 2013. Perataan Laba Serta
Faktor-faktor yang Mempengaruhinya di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana. 3.2.
Widarjono, A. 2009. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Ekonisia.
Yogyakarta.
Widhyawan, I Made Indra dan Ida Bagus Dharmadiaksa. 2015. Pengaruh
Financial Leverage, Dividend Payout Ratio, dan Penerapan Corporate
Governance terhadap Praktik Perataan Laba. E-Jurnal akuntansi
Universitas Udayana 13.1.
Witjaksono, Armanto dan Tediyanto. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Praktik Perataan Laba pada Emiten Dalam Industri Manufaktur dan Indeks
LQ45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2008. Binus
Business Review. Vol. 2, No. 2.
www.idx.co.id