pengaruh fraud pentagon terhadap kecurangan laporan …

12
p-ISSN 2526-4440 e-ISSN 2086-3748 Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT) Volume 12 Nomor 2, Edisi Khusus, Agustus 2021 163 PENGARUH FRAUD PENTAGON TERHADAP KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN (Studi Kasus Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2016-2019) Theressa Meita Natalia 1) Luhgiatno 2) Mohklas 3) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pelita Nusantara Semarang 1) [email protected] 2) [email protected] 3) [email protected] Abstract This study aims to determine the effect of pentagon fraud on fraudulent financial reporting. Pentagon fraud is proxied by five variables, namely the pressure factor which is proxied by external pressure, the opportunity factor is proxied by the ineffective monitoring, the rationalization factor is proxied by the audit opinion, the competence factor is proxied by the change of directors and the arrogance factor is proxied by the dualism of positions which are hypothesized to affect the fraudulent financial reporting. Population in this study were property and real estate companies listed on the Indonesia Stock Exchange for the period 2016-2019. There are 36 company data with the number of observations for 4 years (2016-2019) as many as 144 research samples obtained by purposive sampling method. Methods of data analysis using the SPSS 26 program. Results of this study indicate that external pressures have a negative and significant effect on fraudulent financial reporting. Meanwhile, ineffective monitoring, audit opinion, change of directors and dualism of positions did not have a significant effect on fraudulent financial reporting. Keywords: External Pressure, Ineffective Monitoring, Audit Opinion, Change of Directors, Dualism of Position and Fraudulent Financial Reporting PENDAHULUAN Laporan keuangan merupakan indikator penting untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas kinerja suatu perusahaan karena dapat memberikan informasi kepada pengguna laporan keuangan seperti manajemen perusahaan, investor, kreditor, pemerintah, karyawan serta masyarakat tentang kondisi keuangan dan aktivitas operasional perusahaan. Mengingat suatu laporan keuangan sangat penting bagi perusahaan, seringkali manajemen perusahaan melakukan manipulasi dibagian- bagian tertentu karena keinginan untuk selalu dipandang baik. Penelitian yang dilakukan oleh Association Of Certified Fraud Examiners (ACFE, 2018) mengungkapkan bahwa kasus kecurangan terbagi menjadi tiga

Upload: others

Post on 04-Apr-2022

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

p-ISSN 2526-4440

e-ISSN 2086-3748

Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT) Volume 12 Nomor 2, Edisi Khusus, Agustus 2021

163

PENGARUH FRAUD PENTAGON TERHADAP KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN

(Studi Kasus Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2016-2019)

Theressa Meita Natalia1)

Luhgiatno2) Mohklas3)

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pelita Nusantara Semarang

1)[email protected] 2)[email protected]

3)[email protected]

Abstract

This study aims to determine the effect of pentagon fraud on fraudulent financial reporting. Pentagon fraud is proxied by five variables, namely the pressure factor which is proxied by external pressure, the opportunity factor is proxied by the ineffective monitoring, the rationalization factor is proxied by the audit opinion, the competence factor is proxied by the change of directors and the arrogance factor is proxied by the dualism of positions which are hypothesized to affect the fraudulent financial reporting.

Population in this study were property and real estate companies listed on the Indonesia Stock Exchange for the period 2016-2019. There are 36 company data with the number of observations for 4 years (2016-2019) as many as 144 research samples obtained by purposive sampling method. Methods of data analysis using the SPSS 26 program.

Results of this study indicate that external pressures have a negative and significant effect on fraudulent financial reporting. Meanwhile, ineffective monitoring, audit opinion, change of directors and dualism of positions did not have a significant effect on fraudulent financial reporting.

Keywords: External Pressure, Ineffective Monitoring, Audit Opinion, Change of Directors, Dualism of Position and Fraudulent Financial Reporting

PENDAHULUAN

Laporan keuangan merupakan indikator penting untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas kinerja suatu perusahaan karena dapat memberikan informasi kepada pengguna laporan keuangan seperti manajemen perusahaan, investor, kreditor, pemerintah, karyawan serta masyarakat tentang kondisi keuangan dan aktivitas operasional perusahaan. Mengingat suatu laporan keuangan sangat penting bagi perusahaan, seringkali manajemen perusahaan melakukan manipulasi dibagian-bagian tertentu karena keinginan untuk selalu dipandang baik.

Penelitian yang dilakukan oleh Association Of Certified Fraud Examiners (ACFE, 2018) mengungkapkan bahwa kasus kecurangan terbagi menjadi tiga

p-ISSN 2526-4440

e-ISSN 2086-3748

Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT)

Volume 10 Nomor 2, November 2019 164

kategori yaitu penyalahgunaan aset (Asset Misappropiation), korupsi (Corruption), dan kecurangan laporan keuangan (Financial Statement Fraud). Dari kumpulan kasus kecurangan tersebut ACFE mengungkapkan ada 89% kasus penyalahgunaan aktiva dengan rata-rata kerugian sebesar $114.000, lalu 38% kasus korupsi dengan kerugian rata-rata sebesar $250.000 dan 10% kasus kecurangan laporan keuangan dengan kerugian rata-rata $800.000 ini adalah kerugian terbesar dibandingkan kasus lainnya. Dari data tersebut terlihat bahwa kasus kecurangan laporan keuangan memiliki persentase yang relatif rendah namun kerugian yang ditimbulkan cukup tinggi. ACFE juga menyatakan bahwa kasus kecurangan laporan keuangan meningkat dimana pada tahun 2014 sebesar 9% kemudian pada tahun 2016 menjadi 9,6% dan menjadi 10% pada tahun 2018. Hasil survei ACFE (2018) menyatakan bahwa kecurangan laporan keuangan merupakan kategori yang paling merugikan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Agustina & Pratomo (2019), Lestari (2019), Septriyani dan Handayani (2018), Rachmania (2017), serta Tessa & Harto (2016) membuktikan bahwa faktor tekanan (pressure) yang diproksikan dengan external pressure berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan sedangkan hasil berbeda ditunjukkan oleh Setiawati & Baningrum (2018), Ulfah et al. (2017), Annisya dan Asmaranti (2016) yang membuktikan bahwa external pressure tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Selain itu hasil penelitian yang dilakukan Cahyanti (2020) menunjukkan bahwa ketidakefektifan pengawasan berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Namun, dalam penelitian Alfina & Amrizal (2020) dan Rahmawati (2018) mengungkapkan bahwa ketidakefektifan pengawasan tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ulfah et al., (2017) menyatakan bahwa opini audit berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Tetapi, bertolak belakang dengan penelitian Fitriani (2020) yang menyatakan bahwa opini audit tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Penelitian Fitriani (2020) menunjukan variabel pergantian dewan direksi berpengaruh terhadap fraudulent financial reporting. Namun, penelitian dari Ulfah et al (2017) dan Arisandi & Verawaty (2017) membuktikan bahwa pergantian dewan direksi tidak berpengaruh terhadap fraudulent financial reporting. Dari hasil penelitian Permatasari (2019), Widya (2019) menunjukan bahwa Dualisme jabatan berpengaruh terhadap fraudulent financial reporting, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Siddiq & Suseno (2019) serta Zelin (2018) menyatakan bahwa dualisme jabatan tidak berpengaruh terhadap fraudulent financial reporting. Objek dalam penelitian ini ialah perusahaan property dan real estate. Kemajuan yang signifikan pada perusahaan property dan real estate membuat banyak investor tertarik untuk berinvestasi. Namun ternyata masih ada permasalahan dan kasus fraudulent financial reporting yang terjadi pada sektor property dan real estate. Fenomena yang berkaitan dengan kecurangan laporan keuangan telah terjadi pada perusahaan property dan real estate yaitu PT Hanson International Tbk yang terbukti melakukan manipulasi dalam Laporan Tahunan per 31 Desember 2016 terkait penjualan kavling siap bangun (KASIBA) dengan nilai sebesar Rp732 miliar dan tidak mengungkapkan Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) atas kavling siap bangun (KASIBA) sehingga mengakibatkan pendapatan menjadi overstated dengan nilai yang material mencapai Rp 613 miliar. Hasil penelitian yang telah dilakukan tidak konsisten, bisa disebabkan karena terdapat perbedaan variabel penelitian, objek penelitian yang

p-ISSN 2526-4440

e-ISSN 2086-3748

Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT)

Volume 10 Nomor 2, November 2019 165

digunakan, dan perbedaan periode penelitian. Dari ketidakkonsistenan hasil penelitian tersebut maka perlu dilakukan penelitian kembali tentang pendeteksian kecurangan laporan keuangan yang diproksikan dengan fraud pentagon, karena penelitian sebelumnya banyak membahas tentang fraud triangle dan fraud diamond. TELAAH PUSTAKA

Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan (agency theory) merupakan suatu hubungan kontrak yang melibatkan dua pihak atau lebih (Jensen & Meckling, 1976). kedua pihak tersebut adalah agent dan principal. Agent ialah pihak (manajemen) yang diberi tanggung jawab serta wewenang dalam melakukan tugas dan mengendalikan perusahaan untuk kepentingan principal. Dalam teori ini pihak principal yaitu pemegang saham. Teori ini memberikan gambaran tentang korelasi antara principal dengan agent pada perjanjian kerja sama (nexus of contract) (Siddiq et al, 2017). Konflik kepentingan yang terjadi antara agent dan principal mengakibatkan timbulnya ketidakpercayaan satu sama lain karena agent bertindak untuk kepentingan pribadinya dan mengesampingkan kepentingan principal. Kondisi seperti ini yang menciptakan kesempatan bagi agent untuk melakukan kecurangan. Kecurangan terjadi karena watak alamiah manusia yakni mementingkan diri sendiri (self interest), keterbatasan daya pikir tentang pemahaman masa mendatang, serta senantiasa menghindari resiko (risk averse). Faktor tekanan (pressure), kompetensi (competence), dan arogansi (arrogance) berkaitan dengan self interest. Sedangkan faktor kesempatan (opportunity), dan rasionalisasi (rationalization) berkaitan tengan risk averse (Aprilia, 2017). Kecurangan (Fraud) Association Of Certified Fraud Examiners (ACFE) mendefinisikan fraud sebagai tindakan melawan aturan yang dilakukan secara sengaja menggunakan tujuan tertentu yang dilakukan oleh pihak baik dari internal maupun eksternal untuk medapatkan keuntungan pribadi maupun kelompok tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung yang dapat merugik an pihak lain. Association Of Certified Fraud Examiners (ACFE) juga menggolongkan kecurangan (fraud) menjadi tiga antara lain : (a) Fraud terhadap aktiva (Asset Misappropriation) merupakan penggelapan,

penyalahgunaan ataupun pencurian aset perusahaan yang dilakukan oleh pihak yang ada didalam perusahaan maupun diluar perusahaan.

(b) Fraud terhadap laporan keuangan (Fraudulent Financial Statement) adalah penyimpangan yang berkaitan dengan penyajian laporan keuangan. Fraud ini biasanya dilakukan oleh pihak manajemen ataupun pengelolaoiperusahaan berupa salah sajiyimaterial atas laporanoukeuangan yang dapat merugikan stakeholder terutama investor, kreditor ataukotoritas perpajakan (Sukanto, 2009).

(c) Korupsi (Corruption) merupakan tindak kecurangan yang susah terdeteksi karena melibatkan kerjasama dengan berbagai pihak atau konspirasi melalui kerjasama yang terorganisir agar memperoleh keuntungan bersama. Macam-macam perbuatan korupsi adalah penerimaan yang tidak sah atau gratifikasi,

p-ISSN 2526-4440

e-ISSN 2086-3748

Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT)

Volume 10 Nomor 2, November 2019 166

konflik kepentingan atau penyalahgunaan wewenang, penyuapan, dan pungutan liar.

Laporan Keuangan Laporan keuangan atau financial statements adalah hasil akhir dari serangkaian proses pencatatan dan pengumpulan data transaksi bisnis. Hasil financial statements tersebut menggambarkan posisi keuangan entitas dan para pemangku kepentingan dapat menggunakannya sebagai alat untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan serta dijadikan bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan (Hery, 2016). Kecurangan Laporan Keuangan Association Of Certified Fraud Examiners (ACFE, 2016) mendefinisikan kecurangan laporan keuangan sebagai perbuatan yang menyesatkan pengguna dengan memberikan informasi tentang kondisi laporan keuangan yang dengan sengaja disalah sajikan. Fraud dalam laporan keuangan meliputi manipulasi, pemalsuan, dokumen pendukung dalam laporan keuangan tidak menyajikan kebenaran atau dengan sengaja menghilangkan transaksi, dan informasi penting serta sengaja menerapkan prinsip akuntansi yang salah (Septriyani & Handayani, 2018). Teori Fraud Pentagon Fraud model pertama kali di temukan oleh Donald R. Cressey pada tahun 1953 yang kemudian sering dikenal sebagai fraud triangle. Kemudian mengalami perkembangan menjadi fraud diamond yang ditemukan oleh Wolfe dan Hermanson pada tahun 2004. Dalam teori fraud diamond terdapat satu tambahan yaitu kemampuan (capability) (Cahyanti, 2020). Lalu teori terbaru dikembangkan oleh Crowe Howarth pada tahun 2011 yang disebut dengan fraud pentagon (Crowe’s fraud pentagon theory) dan terdapat satu komponen tambahan yang disebut dengan arogansi (arrogance) (Cahyanti, 2020). Dalam teori fraud pentagon kompetensi (competence) mempunyai penafsiran yang sama dengan kapabilitas/kemampuan (capability) yang dipaparkan dalam teori fraud diamond oleh Wolfe dan Hermanson pada tahun 2004. Dalam fraud pentagon terdapat 5 (lima) faktor yaitu :

1) Tekanan (pressure) adalah motivasi bagi suatu organisasi untuk melakukan manipulasi terhadap laporan keuangan yang muncul pada saat prospek keuangan entitas terjadi ketidakstabilan atau bahkan mengalami penurunan, hal ini merupakan dampak dari operasi entitas maupun kondisi ekonomi dan industri (Hery, 2016). Menurut SAS No. 99, ada tiga keadaan yang mendorong seseorang melakukan kecurangan (fraud) yakni tekanan eksternal, stabilitas keuangan, dan target keuangan. Pada penelitian ini dalam faktor tekanan (pressure) diproksikan dengan tekanan eksternal (external pressure).

2) Peluang dapat timbul karena sistem pengendalian internal yang kurang efektif dalam mendeteksi dan mencegah terjadinya kecurangan, hal ini juga dapat terjadi karena ketidakmampuan dalam menilai kualias dari kinerja serta sanksi (punishment) yang diberikan tidak memberikan efek jera sehingga menimbulkan kecurangan. Pada penelitian ini faktor peluang (opportunity) diproksikan dengan ketidakefektifan pengawasan.

3) Rasionalisasi (Rationalization) yaitu sikap, atau karakter yang membenarkan suatu tindakan fraud yang dilakukan. Para pelaku yakin bahwa apa yang mereka lakukan bukanlah tindakan fraud tetapi itu adalah haknya, dan percaya

p-ISSN 2526-4440

e-ISSN 2086-3748

Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT)

Volume 10 Nomor 2, November 2019 167

bahwa mereka telah berjasa karena melakukan sesuatu untuk organisasi (Priantara, 2013). Pada penelitian ini faktor rasionalisasi (rationalization) diukur dengan opini audit.

4) Kompetensi (Competence) adalah keahlian seseorang untuk mengabaikan pengendalian internal, mengembangkan strategi penyembunyian, dan mengamati kondisi sosial guna memenuhi kepentingan pribadinya (Horwarth, 2011). Dalam penelitian ini faktor kompetensi (competence) diukur dengan pergantian direksi.

5) Arogansi (arrogance) adalah watak superioritas atau sifat arogan yang ada dalam diri seseorang dan percaya bahwa pengendalian internal tidak dapat diberlakukan secara pribadi. Sikap ini timbul karena keyakinan bahwa dirinya sanggup melakukan fraud dan pengendalian internal tak mampu mempengaruhi dirinya sehingga pelaku melakukan fraud tanpa takut dengan hukuman yang ada. Pada penelitian ini faktor arogansi diukur dengan dualisme jabatan.

Pengembangan Hipotesis Tekanan eksternal ialah tekanan berlebihan yang diterima internal perusahaan dari pihak eksternal sehingga mempengaruhi manajemen untuk memenuhi keinginan pihak ketiga (Hanifa & Laksito, 2015). American Institute of Certified Public (AICPA, 2002) menyatakan bahwa manajemen berada dibawah tekanan untuk melakukan fraud dikarenakan terancamnya kondisi perusahaan baik dalam kondisi ekomomi, industri dan keadaan lainnya. Tekanan dari pihak eksternal biasanya untuk mendapatkan penambahan dana ataupun hutang agar perusahaan bisa tetap kompetitif. SAS No. 99 juga menjelaskan bahwa saat terjadinya tekanan yang berlebihan dari pihak eksternal, bisa menimbulkan risiko kecurangan terhadap laporan keuangan. Oleh sebab itu, tekanan eksternal dapat mendorong pihak manajemen untuk melakukan manipulasi pada laporan keuangan. H1 : Diduga tekanan eksternal berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.

Ketidakefektifan pengawasan (ineffective monitoring) ialah sistem pengendalian internal perusahaan yang tidak efektif atau tidak berjalan dengan baik. Tidak efektifnya pengendalian internal dalam perusahaan membuka peluang terjadinya kecurangan laporan keuangan, hal ini membuat manajemen merasa tidak diawasi secara ketat yang membuat semakin terbukanya peluang manajemen untuk mencari cara agar memperoleh keuntungan pribadi (Agustin, 2019). SAS No. 99 menyampaikan bahwa tidak efektifnya pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris, direksi dan komite audit atas pengelolaan laporan keuangan dan pengendalian internal bisa membuka peluang terjadinya fraud. Dengan kurangnya pengawasan dari pihak internal perusahaan dapat menjadi kesempatan tersendiri bagi beberapa pihak untuk melakukan manipulasi data pada laporan keuangan (Tessa & Harto, 2016). Penelitian yang dilakukan oleh Skousen et al., (2009) membuktikan bahwa kecurangan lebih sering terjadi pada perusahaan yang memiliki sedikit anggota dewan komisaris independen. Oleh sebab itu, dengan sedikitnya jumlah dewan komisaris independen membuat kurang efektifnya pengawasan di dalam

p-ISSN 2526-4440

e-ISSN 2086-3748

Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT)

Volume 10 Nomor 2, November 2019 168

perusahaan yang bisa membuka peluang bagi pihak-pihak tertentu untuk melakukan tindak kecurangan. H2 : Diduga ketidakefektifan pengawasan berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.

Salah satu opini auditor yang diberikan adalah opini wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penejelas. Opini audit yang menggunakan tambahan bahasa penjelas merupakan bentuk tolerir dari auditor atas earning management (Firmanaya & Syafruddin, 2014). Oleh karena itu, hal tersebut dapat memicu pihak manajemen merasionalisasi atau mengasumsikan bahwa kesalahan yang dilakukannya tidak salah, karena ditolerir oleh auditor melalui opini wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas. H3 : Diduga opini audit berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.

Pergantian direksi adalah penyerahan wewenang dari direksi yang lama kepada direksi yang baru. Hal ini merupakan upaya bagi perseroan untuk meningkatkan kinerja direksi yang sebelumnya dengan mengubah komposisi direksi atau dengan merekrut direksi baru yang dianggap berkompeten (Setiawati & Baningrum, 2018). Selain itu, tujuan pergantian direksi juga untuk kepentingan politik dari pihak tertentu yang dapat menimbulkan perbedaan atau benturan kepentingan atau conflict of interest. Pergantian direksi mengakibatkan kinerja awal yang tidak maksimal karena membutuhkan waktu untuk melakukan adaptasi (Sihombing & Rahardjo, 2014). Dengan demikian, adanya pergantian direksi juga dapat menyebabkan stress period sehingga mengakibatkan terbukanya peluang untuk melakukan kecurangan. H4 : Diduga pergantian direksi berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.

Dualisme jabatan (dualism position) adalah kondisi dimana seorang direksi mempunyai jabatan lain baik di dalam perusahaan maupun di luar perusahaan. Salah satu hal yang menilai kinerja perusahaan itu baik adalah tidak adanya dualisme jabatan, karena jabatan ganda ini bisa menimbulkan efek negatif. Dengan adanya jabatan ganda mengakibatkan seseorang merasa dirinya berkuasa yang mendorong timbulnya peluang untuk melakukan tindakan kecurangan. Selain itu anggota dewan direksi yang memiliki jabatan ganda dapat terganggu kinerjanya karena terlalu sibuk dan tidak bisa fokus. Oleh sebab itu, dualisme jabatan yang dimiliki direksi dapat berdampak pada terjadinya kecurangan di dalam perusahaan. H5 : Diduga dualisme jabatan berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.

p-ISSN 2526-4440

e-ISSN 2086-3748

Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT)

Volume 10 Nomor 2, November 2019 169

Kerangka Pemikiran Dari hipotesis di atas dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut:

METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa annual report (laporan tahunan) perusahaan property dan real estate di BEI selama tahun 2016-2019. Data diperoleh dari penelitian ini berasal dari IDX statistik dan www.idx.co.id. Populasinya adalah seluruh perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2016-2019. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling dengan kriteria: 1) Perusahaan sektor property dan real estate yang terdaftar di BEI selama tahun 2016-

2019. 2) Perusahaan sektor property dan real estate yang secara konsisten mempublikasikan

laporan tahunan (annual report) selama tahun 2016-2019. 3) Perusahaan menyampaikan data sesuai dengan variabel yang dipakai selama

periode penelitian.

PEMBAHASAN Berdasarkan Uji analisis regresi berganda maka persamaan regresi dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

Y= a+ ß1X1+ ß2X2+ ß3X3+ ß4X4+ ß5X5+ e Keterangan: Y = Kecurangan Laporan Kuangan a = Konstanta ß1--ß5 = Koefisien Regresi X1 = Tekanan Eksternal X2 = Ketidakefektifan Pengawasan X3 = Opini Auditor X4 = Pergantian Direksi X5 = Dualisme Jabatan e = Error

p-ISSN 2526-4440

e-ISSN 2086-3748

Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT)

Volume 10 Nomor 2, November 2019 170

Tabel 1. Hasil Uji Hipotesis

Constant Tekanan Eksternal

(X1)

Ketidak efektifan Penga wasan

(X2)

Opini Audit (X3)

Pergantian

Direksi (X4)

Dualisme Jabatan

(X5)

Unstd. Coefficients

B 1,007 -,968 -,661 ,198 -,001 -,089

Std. Error ,439 ,427 ,839 ,156 ,158 ,200

t 2,294 -2,266 -,787 1,265 -,009 -,444

Sig. ,023 ,025 ,433 ,208 ,993 ,658

Fhitung 5,032

Sig. F 0,000 Adjusted R Square

,124

Sumber: Data Diolah (2021)

Berdasarkan tabel 1 maka persamaan regresi dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:

Y = 1,007 – 0,968 X1 - 0,661 X2 + 0,198 X3 - 0,001 X4 - 0,089 X5 + ε Sedang untuk uji t (hipotesis), H1 menunjukkan nilai t hitung sebesar -2,266 dengan nilai sig. 0,025, maka dapat disimpulkan bahwa H1 diterima. Uji t untuk H2 menunjukkan nilai t hitung -0,787 dan nilai signifikansi 0,433, maka dapat disimpulkan bahwa H2 ditolak. Uji t untuk H3 menunjukkan nilai t hitung sebesar 1,265 dengan nilai signifikansi 0,208, maka dapat disimpulkan bahwa H3 ditolak. Uji t untuk H4 menunjukkan nilai t hitung sebesar -0,009 dan nilai signifikansi 0,993, maka H4 ditolak. Uji t untuk H5 menunjukkan nilai t hitung sebesar -0,444 dengan nilai signifikansi 0,658, maka dapat disimpulkan bahwa H5 ditolak. Pengaruh Tekanan Eksternal Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan Berdasarkan hasil perhitungan dengan uji parsial (uji t) yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tekanan eksternal dengan indikator rasio leverage berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Hal ini disebabkan adanya pengawasan yang cermat dari pihak dewan komisaris independen dan kreditor yang sanggup mengawasi jalannya siklus hutang perusahaan, sehingga dapat meminimalisir kemungkinan terjadinya kecurangan laporan keuangan (Harahap et al., 2017). Para kreditor akan mempertimbangkan dalam memberikan pinjaman kepada perusahaan, dengan melihat profit yang diperoleh (Kasmir, 2014). Selain itu, apabila perusahaan memiliki kredibilitas, citra yang baik serta tidak mendapat sanksi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) maka kreditor tidak akan khawatir untuk mendanai perusahaan tersebut (Agustina & Pratomo, 2019). Dengan adanya hal-hal tersebut dapat membuat perusahaan tidak melakukan manipulasi dalam laporan keuangan meskipun memiliki rasio Ieverage yang cukup tinggi. Hasil penelitian ini konsisten dengan yang dilakukan oleh Maharani (2018), Agustina dan

p-ISSN 2526-4440

e-ISSN 2086-3748

Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT) Volume 12 Nomor 2, Edisi Khusus, Agustus 2021

171

Pratomo (2019) yang membuktikan bahwa tekanan eksternal berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Namun, bertentangan dengan hasil penelitian dari Setiawati dan Baningrum (2018), Ulfah et al (2017), Annisya dan Asmaranti (2016) yang menunjukan bahwa tekanan eksternal tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Pengaruh Ketidakefektifan Pengawasan Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ketidakefektifan pengawasan dengan rasio dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Hal ini dikarenakan keberadaan dari dewan komisaris independen pada perusahaan property dan real estate memiliki rata-rata sebesar 40% dari total dewan komisaris dimana dalam POJK Nomor 57 Tahun 2017 pasal 19 menyatakan bahwa dewan komisaris terdiri lebih dari dua orang, persentase jumlah dewan komisaris independen wajib paling sedikit 30% dari jumlah seluruh anggota dewan komisaris. Sehingga, dapat dikatakan bahwa dewan komisaris melaksanakan fungsi pengawasan dengan baik serta melakukan tugas dan tanggung jawabnya secara independen (Ulfah et al., 2017).

Hal ini menunjukkan adanya kesadaran manajemen dalam merekrut komisaris independen yang dipercayai memiliki integritas, kompetensi serta keahlian yang diharapkan mampu meningkatkan efektivitas kinerja perusahaan. Oleh sebab itu, semakin banyak jumlah dewan komisaris independen, maka tidak akan mempengaruhi potensi terjadinya kecurangan laporan keuangan. Hasil dari penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Sihombing dan Rahardjo (2014), Tessa dan Harto (2016), Ulfah et al. (2017), serta Rahmawati (2018) yang menyatakan bahwa ketidakefektifan pengawasan tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Namun, bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Putriasih et al. (2016) dan Cahyanti (2020) yang menyimpulkan bahwa ketidaefektifan pengawasan berpengaruh terhadap kecurangan laporang keuangan. Pengaruh Opini Audit Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan menunjukkan bahwa opini audit wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Hal ini mengindikasikan bahwa penekanan atau bahasa penjelas dalam laporan auditor independen merupakan penjelasan dari hal-hal tertentu yang diperlukan penjabarannya. Penambahan bahasa penjelas ini tidak mempengaruhi materialitas dan tidak mengubah kewajaran dari laporan keuangan itu sendiri sehingga penambahan bahasa penjelas ini tidak mempengaruhi kemungkinan terjadinya kecurangan yang dilakukan oleh manajemen (Firmanaya & Syafruddin, 2014). Hasil ini selaras dengan penelitian Aprilia (2017), Arisandi dan Verawaty (2017), Muziansyah (2018) serta Fitriani (2020) yang menyatakan bahwa opini audit tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Namun, tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ulfah et al. (2017) dan Siddiq et al. (2017) yang menyatakan bahwa opini audit berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.

p-ISSN 2526-4440

e-ISSN 2086-3748

Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT) Volume 12 Nomor 2, Edisi Khusus, Agustus 2021

172

Pengaruh Pergantian Direksi Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan menunjukkan bahwa variabel pergantian direksi tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Hal ini mengindikasikan bahwa apabila terdapat pergantian direksi bukan karena terindikasi adanya kecurangan namun ingin memperbaiki kinerja perusahaan dan mengikuti POJK Nomor 33/POJK. 04/2014. Selain itu, dikarenakan setiap kinerja direksi akan selalu diawasi oleh dewan komisaris, sehingga apabila didapati direksi yang kinerjanya tidak maksimal akan digantikan oleh direksi yang lebih berkompeten (Rahmawati, 2018).

Pergantian direksi dapat disebabkan karena dewan direksi lama yang mengundurkan diri sehingga perusahaan menggantinya dengan direksi yang baru, namun bisa juga karena berakhirnya masa jabatan direksi sebelumnya. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tessa dan Harto (2016), Sihombing dan Raharjo (2014), Muziansyah (2018), Dampi (2020) serta Rahmawati (2018) yang menyatakan bahwa pergantian direksi tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Namun, berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Siddiq et al. (2017), Saputra (2016) dan Fitriani (2020) yang menyatakan bahwa pergantian direksi berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Pengaruh Dualisme Jabatan Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan menunjukkan bahwa variabel dualisme jabatan tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa ada atau tidaknya direksi yang memiliki rangkap jabatan tidak akan mempengaruhi potensi kecurangan laporan keuangan. Selain itu, perusahaan yang anggotanya memiliki jabatan ganda mereka menggunakan posisinya untuk meningkatkan kinerja perusahaan serta menjaga performanya agar tetap bertahan dalam perusahaan dan dengan adanya peran dewan komisaris bersama komite audit yang mampu mengawasi kinerja direksi sehingga tidak melakukan kecurangan melalui rangkap jabatan yang dimilikinya.

Sedangkan, untuk perusahaan yang anggotanya tidak memiliki rangkap jabatan, mereka lebih fokus dalam menjalankan pekerjaannya sehingga kinerja perusahaan tetap terlihat baik. Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Zelin (2018) dan Septianto (2020) yang menyatakan bahwa dualisme jabatan tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Namun, bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati (2014), Oktavia (2017) dan Permatasari (2019) yang menyatakan bahwa dualisme jabatan berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang merupakan jawaban dari hipotesis, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tekanan eksternal berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Ketidakefektifan pengawasan, opini audit, pergantian direksi dan dualisme jabatan tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.

p-ISSN 2526-4440

e-ISSN 2086-3748

Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT) Volume 12 Nomor 2, Edisi Khusus, Agustus 2021

173

DAFTAR PUSTAKA

ACFE. (2016). Report To the Nations On Occupational Fraud and Abuse 2016. ACFE Report, 1–92.

ACFE. (2018). Global Study On Occupational Fraud And Abuse. Association Of Certified Fraud Examiners, 10, 80.

Agustin, S. (2019). Pengaruh Fraud Pentagon Terhadap Kecurangan Pelaporan Keuangan Di Indonesia Pada Tahun 2018.

Agustina, R. D., & Pratomo, D. (2019). Pengaruh Fraud Pentagon Dalam Mendeteksi Kecurangan Pelaporan Keuangan. Jurnal Ilmiah Manajemen, Ekonomi, & Akuntansi (MEA), 3(1), 44–62. https://doi.org/10.31955/mea.vol3.iss1.pp44-62

AICPA, S. N. 99. (2002). Consideration of Fraud in a Financial Statement Audit.

Aprilia. (2017). Analisis Pengaruh Fraud Pentagon Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan Menggunakan Beneish Model Pada Perusahaan Yang Menerapkan Asean Corporate Governance Scorecard. Jurnal ASET (Akuntansi Riset), 10(1), 63–74.

Arisandi, D., & Verawaty. (2017). Fraud Pentagon Dalam Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Keuangan dan Perbankan di Indonesia. Seminar Nasional Global Competitive Advantage, 3(3).

Cahyanti, D. (2020). Analisis Fraud pentagon terhadap Kecurangan Laporan Keuangan. Analisis Fraud Pentagon Sebagai Pendeteksi Kecurangan Terhadap Laporan Keuangan, 53(9), 1689–1699.

Dechow, P. M., Hutton, A. P., Kim, J. H., & Sloan, R. G. (2012). Detecting Earning

Management : A New Approach. Journal of Accounting Research.

Firmanaya, F., & Syafruddin, M. (2014). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecurangan Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011). Journal, Diponegoro Accounting, 3(3), 397–407.

Fitriani, R. N. (2020). Pengaruh Fraud Pentagon Terhadap Deteksi Kecurangan Laporan Keuangan (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2018).

Hanifa, S. I., & Laksito, H. (2015). (2015). Pengaruh Fraud Indicators Terhadap Fraudulent Financial Statement. Doctoral Dissertation, Fakultas Ekonomika Dan Bisnis, 13(3), 1576–1580.

Harahap, D., Majidah, & Triyanto, D. (2017). Pengujian Fraud Diamond Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan. EProceedings of Management.

Hery. (2016). Analisis Laporan Keuangan. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Horwarth, C. (2011). The Mind Behind the Fraudsters Crime: Key Behavioral and

p-ISSN 2526-4440

e-ISSN 2086-3748

Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT) Volume 12 Nomor 2, Edisi Khusus, Agustus 2021

174

Environmental Element. Crowe Horwarth International.

Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory Of The Firm: Managerial Behavior, Agency Costs And Ownership Structure. Journal Of Financial Economics, 72(10), 1671–1696. https://doi.org/10.1177/0018726718812602

Kasmir. (2014). Analisis Laporan Keuangan (Edisi Satu). PT. Raja Grafindo Persada.

Priantara, D. (2013). Fraud Auditing & Investigation. Mitra Wacana Media.

Rahmawati, F. (2018). Analisis Pendeteksian Indikasi Kecurangan Pada Laporan Keuangan Dengan Perspektif Fraud Pentagon.

Septriyani, Y., & Handayani, D. (2018). Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan dengan Analisis Fraud Pentagon. Jurnal Akuntansi, Keuangan Dan Bisnis, 11(1), 11–23.

Setiawati, E., & Baningrum, R. M. (2018). Deteksi Fraudulent Financial Reporting

Menggunakan Analisis Fraud Pentagon : Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Yang Listed Di Bei Tahun 2014-2016. Riset Akuntansi Dan Keuangan Indonesia, 3(2), 91–106. https://doi.org/10.23917/reaksi.v3i2.6645

Sihombing, K. S., & Rahardjo, S. N. (2014). Analisis Fraud Diamond Dalam Mendeteksi Financial Statement Fraud: Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Tahun 2010 – 2012. Doctoral Dissertation, Fakultas Ekonomika Dan Bisnis, 2. https://doi.org/10.25105/semnas.v0i0.5780

Skousen, C. J., Smith, K. R., & Wright, C. J. (2009). Detecting and Predicting Financial Statement Fraud: The Effectiveness of The Fraud Triangle and SAS No. 99. In International Journal of Quality & Reliability Management (Vol. 32, Issue 3).

Sukanto, E. (2009). Perbandingan Persepsi Auditor Internal, Akuntan Publik, Dan Auditor Pemerintah Terhadap Penugasan Fraud Audit Dan Profil Fraud Auditor (The Comparation of Perception Between Internal Auditor, Public Accountans, and Government Auditors to Fraud Audit Assig. Fokus Ekonomi, 13–26.

Tessa, C. G., & Harto, P. (2016). Fraudulent Financial Reporting : Pengujian Teori Fraud Pentagon Pada Indonesia.

Ulfah, M., Nuraina, E., & Wijaya, A. L. (2017). Pengaruh Fraud Pentagon dalam Mendeteksi Fraudulent Financial Reporting (Studi Empiris pada Perbankan di Indonesia yang Terdaftar di BEI). Paper Dipresentasikan Di Forum Ilmiah Pendidikan Akuntansi, 5(ISSN:233-9723), 399–417.

Zelin, C. (2018). Analisis Fraud Pentagon Dalam Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan Dengan Menggunakan Fraud Score Model.