pengaruh gaya kepemimpinan islam terhadap...
TRANSCRIPT
PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN ISLAM TERHADAP
PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN KOPERASI
PONDOK PESANTREN
(Studi Kasus Di Pondok Pesantren Az Zahra Semarang)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Strata 1
Jurusan Ekonomi Islam
Disusun oleh :
NAELUN NIK’MAH
NIM. 062411041
FAKULTAS SYA’RIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2010
ii
iii
KEMENTERIAN AGAMAINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS SYARI AHJl.Prof. Dr. Hamka KM 2 Ngaliyan Telp. (024)7601291 Semarang 50185
PENGESAHAN
N a m a : Naelun Nik mah
N I M : 062411041
Fakultas/Jurusan : Syari ah / Ekonomi Islam
Judul Skripsi : PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN ISLAM TERHADAP
PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN KOPERASI
PONDOK PESANTREN ( Studi Kasus Di Pondok Pesantren
AZ Zahra Semarang)
Telah Dimunaqosahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Syari ah Institut Agama Islam
Negeri Walisongo Semarang, pada tanggal: 27 Desember 2010
Dan dapat diterima sebagai kelengkapan ujian akhir dalam rangka menyelesaikan studi
Program Sarjana Strata I (S.1) tahun akademik 2010/2011 guna memperoleh gelar sarjana
dalam Ilmu Syari ah.
Semarang, 30 Desember 2010
Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,
Nur fatoni, M.Ag Dra. Hj. Siti Mujibatun, M.AgNIP. 19730811 200003 1 004 NIP. 19590413 198703 2 001
Penguji I, Penguji II,
Dra. Nur Huda, M.Ag Ratno Agriyanto, MsiNIP.19690830 199403 2 003 NIP. 19800128 200801 1 010
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dra. Hj. Siti Mujibatun, M.Ag Muchammad Fauzi,SE,MM
iv
MOTTO
Setiap kamu adalah seorang pemimpin dan setiap pemimpin bertanggung jawab
atas apa yang dipimpin (kepemimpinannya)
v
PERSEMBAHAN
ALLAH SWT
Yang tak pernah berhenti memberi perlindungan, kenikmatan, anugerah,hidayah. Thanks ya robb....
Nabi muhammad SAW inspirasi dan teladan hidupqu
Skripsi ini ku persembahkan untuk :
Almamaterku tercinta, fakultas syari ah IAIN Walisongo Semarang
babe dan mamiqu sayang, adekqu vian,mbah romlah, mbah ramini, dhe siti,dhe margo, dhe petim, dhe tadi, dhe las,dhe nur,lek rosit, lek kalim, lek wit, lek
narti, mb anis,mas muk, mb lulu ,mas ajid,mb iput, mas tony, mb fitrah,mas arif, mas andik,ovi, rizal, teguh, ira, fitri, nada, awa, hany, nawaf,
bima, rahma, atin dan atun.
Untuk suamiqu tercinta mas sofan mubarok yang telah mengisi hari-hariquselama ini,
Untuk sahabat-sahabatqu olif,ifa,muke,aya , uud,yuliana, umi, jamez,
Untuk teman-teman kos amalia : nila, tanti, atik, mimi, aya , syafa,sa adah, susi, ani, novi, dani, ima, ifa, nita, khofa, erna, aning, mir,
ayomi,liana, bibeh,indi, terimakasih kawan.
THANKS FOR EVERYTHING
vi
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggungjawab, penulis menyatakan bahwa skripsiini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan.Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecualiinformasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan Rujukan
Semarang, November 2010
Deklarator,
Naelun Nik’mahNIM. 062411041
vii
ABSTRAK
PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN ISLAM TERHADAPPRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN KOPERASI PONDOK
PESANTREN (Studi Kasus Di Pondok Pesantren Az-Zahra Semarang)
Salah satu faktor internal koperasi pondok pesantren yang dapatmempengaruhi produktivitas karyawan adalah gaya kepemimpinan yangditerapkan. Gaya kepemimpinan yang dilaksanakan dalam sebuah organisasi,dimana disini disebutkan sebuah organisasi yang tidak asing bagi para mahasiswayaitu koperasi, antara satu dengan yang lainnya berbeda-beda. Ada kalanyakoperasi satu menggunakan gaya kepemimpinan otoriter atau demokrasi ataulaizes faire dan koperasi yang lain menggunakan gaya kepemimpinan Islam untukmemajukan koperasi tersebut.
Penelitian ini menggunakan gaya kepemimpinan Islam, karena sebagaimasyarakat muslim alangkah lebih baiknya apabila kita menerapkan segalasesuatunya dari seorang teladan yang baik yaitu Rasulullah SAW danmenyandarkannya pada Al-Qur'an dan al sunnah sehingga jalan yang ditempuh kedepannya merupakan jalan yang baik dan benar. Penelitian ini bersifat kuantitatifdan mengkaji pengaruh variabel bebas yaitu gaya kepemimpinan Islam danvariabel terikat yaitu produktivitas kerja karyawan koperasi Pondok Pesantren Az-Zahra Semarang. Sampel dalam penelitian ini adalah semua karyawan koperasiPondok Pesantren Az-Zahra Semarang yang kesemuanya adalah seorangperempuan.
Alat analisis yang digunakan adalah regresi linier sederhana denganmenggunakan metode asumsi klasik, koefisien determinasi, uji t parsial dan uji fsecara simultan. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah produktivitas kerjakaryawan yang diukur dengan beberapa indikator yaitu kualitas kerja karyawan,kedisiplinan karyawan dan pencapaian target oleh karyawan. Variabelindependennya adalah gaya kepemimpinan Islam. Hipotesis dalam penelitian iniadalah adanya pengaruh antara gaya kepemimpinan Islam terhadap produktivitaskerja karyawan koperasi Pondok Pesantren Az-Zahra Semarang.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel gaya kepemimpinanIslam (X) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas kerjakaryawan di koperasi Pondok Pesantren Az-Zahra Semarang yang dapat dilihatdari t hitung (2,872) > t tabel (2,0345). Dan hasil uji secara bersama-samamenunjukkan bahwa variabel gaya kepemimpinan Islam (X) mempunyaipengaruh yang signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan koperasi PondokPesantren Az-Zahra Semarang terlihat dari f hitung (5,333) > f tabel (1,464).Sedangkan hasil uji regresi pada variabel gaya kepemimpinan Islam terhadapproduktivitas kerja karyawan di koperasi Pondok Pesantren Az-Zahra Semarangdidapat persamaan regresi Y=1,939 + 0,424 X.
Keywords : Gaya kepemimpinan, produktivitas kerja
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi ALLAH SWT yang telah melimpahkan segala taufiq dan
hidayah-NYA kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul: PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN ISLAM TERHADAP
PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN KOPERASI PONDOK
PESANTREN (Studi Kasus Di Pondok Pesantren Az-Zahra Semarang) dengan
baik tanpa kendala yang berarti. shalawat serta salam semoga selalu tercurah ke
haribaan nabi besar akhir zaman beliau baginda rasulullah muhammad saw,
beserta keluarga dan para sahabatnya yang senantiasa membawa kita dari zaman
kegelapan menuju zaman yang terang benderang, dari zaman jahiliyyah menuju
zaman yang penuh ilmu dan iman di dada.
Skripsi ini diajukan guna memenuhi tugas dan syarat untuk memperoleh
gelar sarjana strata satu (S.1) dalam jurusan ekonomi islam fakultas syari ah IAIN
Walisongo Semarang.
Ucapan terimakasih sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada semua
yang telah memberikan pengarahan, bimbingan, dan bantuan dalam bentuk
apapun yang sangat besar bagi penulis. Ucapan terimakasih terutama penulis
sampaikan kepada:
1. Prof. Dr. H. Muhibbin, M.Ag. selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang,
2. Dr. Imam Yahya, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syari ah IAIN Walisongo
Semarang,
3. Bapak Muh. Saifullah, M.Ag, selaku ketua Prodi Ekonomi Islam atas segala
bimbingannya,
4. Bapak Rahman el Junusi S.E.,M.M, selaku Sekretaris Jurusan Prodi Ekonomi
Islam atas pengarahannya dalam penyusunan skripsi ini,
5. Bapak Ratno Agriyanto, M.Si, yang telah dengan sabar memberikan
pengarahan dalam proses proposal hingga menjadi skripsi,
ix
6. Ibu Dra. Hj. Siti Mujibatun, M.Ag. selaku pembimbing 1 yang telah dengan
sabar memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini
7. Bapak Muchammad Fauzi, S.E. MM. selaku pembimbing II yang telah banyak
memberikan motivasi kepada penulis sehingga penulis dapat termotivasi untuk
sesegera mungkin menyelesaikan skripsi ini,
8. Bapak DR. Ali Murtadlo, M.Ag. selaku dosen wali yang telah banyak
mengarahkan dan membimbing penulis,
9. Segenap bapak dan ibu dosen fakultas syari ah IAIN Walisongo Semarang
yang telah membekali penulis dengan banyak ilmu pengetahuan, sehingga
penulis mampu menyelesaikan skripsi ini,
10. Seluruh santriwan santriwati pondok pesantren Az Zahra semarang yang telah
memberikan semua informasi yang dibutuhkan oleh penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik,
11. Seluruh keluarga besar penulis : babe dan mamiqu sayang, adekqu vian,mbah
romlah, mbah ramini, dhe siti, dhe margo, dhe petim, dhe tadi, dhe las,dhe
nur,lek rosit, lek kalim, lek wit, lek narti, mb anis,mas muk, mb lulu ,mas
ajid,mb iput, mas tony, mb fitrah, mas arif, mas andik,ovi, rizal, teguh, ira,
fitri, nada, awa, hany, nawaf, bima, rahma, atin dan atun penulis
menghaturkan banyak terimakasih yang agung. Kalian semua adalah semangat
hidup bagi penulis yang telah memberikan banyak kasih sayang kepada
penulis,
12. Seluruh keluarga besar bapak Mujiono Abdillah yang telah memberikan do a
dan semangat kepada penulis,
13. Untuk suamiqu tercinta mas ofan yang telah setia mendampingiqu,dalam suka
dan duka, memberikan semangat dan motivasi kepadaqu untuk segera
merampungkan skripsiqu ini, terimakasih mas,
x
14. Untuk seluruh keluarga besar bapak muh chambali yang telah memberi
semangat dan motivasi kepada penulis,
15. Untuk sahabat-sahabatqu olif, ifa, muke, aya , uud, yuliana, umi, jamez,
terimakasih karena kalian telah menjadi sahabat yang baik untukku,
16. Untuk teman-teman kos amalia : nila, tanti, atik, mimi, aya , syafa,
sa adah, susi, ani, novi, dani, ima, ifa, nita, khofa, erna, aning, mir,
ayomi,liana, bibeh,indi, terimakasihqu ucapkan, kalian adalah teman-teman
yang selalu bisa membuat hari-hariku lebih berwarna.
Semoga kebaikan dan ketulusan mereka semua menjadi amal ibadah di sisi
ALLAH SWT. Amien. penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam
penulisan skripsi ini, namun semuanya taki akan lepas dari kekurangan.
kesempurnaan hanya milik ALLAH, maka dari itu, kritik dan saran serta masukan
yang positif selalu penulis harapkan.
Semarang, November 2010
Penulis
Naelun Nik mahNIM.062411041
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. iii
HALAMAN ABSTRAK...................................................................... iv
HALAMAN DEKLARASI.................................................................. iv
HALAMAN MOTTO.......................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................... vii
HALAMAN KATA PENGANTAR..................................................... viii
HALAMAN DAFTAR ISI................................................................... xi
HALAMAN DAFTAR TABEL........................................................... xiii
HALAMAN DAFTAR GAMBAR ...................................................... xiv
HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah ..................................................... 1
1.2 Rumusan masalah............................................................... 7
1.3 Tujuan dan Manfaat penelitian.......................................... 7
1.3.1 Tujuan Penelitian ...................................................... 7
1.3.2 Manfaat Penelitian .................................................... 8
1.4 Sistematika penulisan ......................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teori.................................................................. 10
2.1.1 Gaya kepemimpinan .................................................. 10
2.1.2 Gaya Kepemimpinan Islam ....................................... 17
2.1.3 Produktivitas Kerja .................................................... 38
2.1.4 Koperasi .................................................................... 47
2.1.5 Koperasi Pondok Pesantren........................................ 58
xii
216 Kerangka Pemikiran Teoritik ...................................... 63
2.2 Hipotesis ............................................................................ 63
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Dan Sumber Data ...................................................... 64
3.2 Populasi dan Sampel........................................................... 64
3.3 Teknik Pengumpulan Data.................................................. 65
3.4 Metode Analisis Data ......................................................... 68
3.5 Variabel Penelitian dan Pengukuran ................................... 70
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Responden.................................................... 72
4.2 Deskripsi data Penelitian.................................................... 77
4.2.1 Gaya Kepemimpinan Islam ....................................... 79
4.2.2 Produktivitas Kerja Karyawan Koperasi.................... 81
4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen............................. 84
4.4 Uji Asumsi Klasik ............................................................. 86
4.4.1 Uji Multikolinearitas ................................................ 86
4.4.2 Uji Autokorelasi....................................................... 87
4.4.3 uji Heteroskedastisitas.............................................. 88
4.4.4 Uji Normalitas ......................................................... 89
4.5 Analisis Data ...................................................................... 91
451 Koefisien Determinasi ................................................ 91
4.6 Pembahasan........................................................................ 95
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ........................................................................ 102
5.2 Saran .................................................................................. 103
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden .............................................................. 68
Tabel 4.2 Pekerjaan Responden ..................................................................... 69
Tabel 4.3 Usia Responden ............................................................................. 70
Tabel 4.4 Pendidikan Responden .................................................................. 71
Tabel 4.5 Hasil Skor Kuesioner Regresi ........................................................ 72
Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Instrumen ........................................................ 79
Tabel 4.7 Hasil Uji Reliabilitas ..................................................................... 79
Tabel 4.8 Uji Multikolinearitas ..................................................................... 80
Tabel 4.9 Uji Autokorelasi ............................................................................ 80
Tabel 5.0 Uji Pengaruh Secara Simultan ....................................................... 84
Tabel 5.1 Anova ............................................................................................ 85
Tabel 5.2 Coefficients ................................................................................... 86
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Regenerasi Pemimpin ............................................................... 5
Gambar 4.2 Pekerjaan Responden................................................................. 70
Gambar 4.3 Usia Responden ......................................................................... 71
Gambar 4.4 Pendidikan Responden............................................................... 72
Gambar 4.5 Uji Penyimpangan Heteroskedastisitas....................................... 81
Gambar 4.6 Grafik Histogram....................................................................... 82
Gambar 4.7 Normal Probability Plot ............................................................. 83
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lampiran angket
Lampiran 2 : Daftar seluruh jawaban atas angket
Lampiran 3 : Tanggapan responden terhadap masing-masing item pertanyaan
Lampiran 4 : Uji validitas dan reliabilitas angket.
Lampiran 5 : Statistik deskriptif untuk 35 responden pada koperasi Pondok
Pesantren Az-Zahra Pedurungan Semarang
Lampiran 6 : Output regresi linier sederhana dari 35 responden
Lampiran 7 : Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 1992 tentang
Perkoperasian
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Hakikat kepemimpinan merupakan proses kegiatan mempengaruhi
orang lain melakukan aktivitas, maka terdapat banyak variasi pendapat
tentang kegiatan fungsional yang dilakukan oleh seorang pemimpin untuk
mempengaruhi pengikut atau karyawan
Kepemimpinan selalu melibatkan upaya seseorang (pemimpin) untuk
mempengaruhi perilaku seseorang pengikut atau para pengikut dalam suatu
situasi.1
Kepemimpinan merupakan bidang ilmu yang kompleks dan variatif.
Kepemimpinan mudah diidentifikasi tetapi sulit untuk didefinisikan secara
persis. Beberapa ahli kepemimpinan secara prinsip setuju bahwa
kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai proses mempengaruhi yang terjadi
antara pemimpin dan bawahannya. Kepemimpinan telah dipelajari secara luas
dalam berbagai konteks dan dasar teoritis. Dalam beberapa hal,
kepemimpinan digambarkan sebagai sebuah proses, tetapi sebagian besar
teori dan riset mengenai kepemimpinan focus pada seorang figur untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih baik.2 Fungsi kepemimpinan baru bisa
dijalankan dalam sebuah masyarakat jika telah terpenuhi tiga unsur utama
1 Marlhot Manullang, Manajemen Sumberdaya Manusia, Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta,2001, hlm 141.
2 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Manggala, Aset Jurnal Ilmu Ekonomi, Semarang:CV Yayasan Widya Manggala Indonesia 2009, hlm 50.
2
berikut ini : kumpulan manusia yang dimulai dari tiga orang atau lebih,
terdapat tujuan kolektif yang ingin diwujudkan bersama, dan yang tidak
kalah penting yaitu terdapat seseorang yang dipilih untuk menjadi pemimpin
dan mendapatkan persetujuan dari mayoritas anggota masyarakat yang akan
membantunya merealisasikan tujuan bersama.3
Seorang pemimpin diharapkan memiliki kemampuan untuk
memimpin mengarahkan karyawan supaya maju dalam meraih dan
mewujudkan tujuan-tujuan yang diharapkan dan yang ingin dicapai bersama.
Seorang pemimpin juga merupakan bagian dari anggota karyawan yang tidak
bisa dipisahkan. Apa yang menjadi tanggungjawab pemimpin harus
dijalankan dengan sebaik-baiknya sehingga seorang pemimpin mampu
menjadikan dirinya sebagai suri tauladan dan panutan bagi orang-orang atau
karyawan yang dipimpinnya dalam rangka meraih tujuan bersama.
Kepemimpinan muncul dari aspirasi anggota organisasi (Bottom Up).
Pemimpin dibekali dengan kekuasaan untuk mempengaruhi, mengatur atau
mengarahkan anggota organisasi untuk tunduk terhadap kepemimpinan
mereka, dengan kekuasaan yang dimiliki ia berusaha mempengaruhi perilaku
orang lain dengan sebuah metode yang memungkinkan mereka loyal dan taat
kepadanya. Selain itu, para bawahan juga berkenan untuk mematuhi segala
perintahnya dengan segenap perasaan jiwa. Secara factual, seorang pemimpin
menjalankan peran yang lebih tinggi dari bawahannya, tapi terkadang para
pemimpin harus berbaur dengan bawahannya terlebih jika pemimpin belum
3 Ahmad Ibrahim Abu Sinn, Manajemen Syariah Sebuah Kajian Histories DanKontemporer, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008, hlm 128.
3
mengenal betul sifat dan karakter dari bawahannya. Pada saat apapun jika
seseorang berusaha mempengaruhi perilaku orang lain, dimuka telah
diterangkan bahwa kegiatan semacam itu telah melibatkan seseorang ke
dalam aktivitas kepemimpinan. Jika kepemimpinan tersebut terjadi dalam
sebuah organisasi tertentu, dan orang tadi perlu mengembangkan sifat dan
membangun iklim motivasi yang menghasilkan tingkat produktivitas yang
tinggi, maka orang tersebut perlu memikirkan tentang gaya kepemimpinan
apa yang akan dipakainya saat memimpin.4
Dengan kekuasaan yang dimiliki oleh seorang pemimpin, maka
secara langsung kendali dari semua aktivitas bawahan berada pada
genggaman tangannya, secara otomatis pula seorang bawahan akan
melaksanakan semua dan setiap perintah baik itu lisan atau tertulis yang
dikeluarkan pimpinannya. Seharusnya para pemimpin tidak hanya menilai
perilakunya sendiri agar mereka dapat mengerti bagaimana mereka
mempengaruhi orang lain, akan tetapi juga mereka harus meniti posisi
mereka dan cara menggunakan kekuasaan.5
Pemimpin akan memproduksi hasil atau produk yang baik dan
bermanfaat atau justru menghasilkan produk yang buruk, dalam kaitannya
dengan efisiensi organisasi atau lembaga, juga dihubungkan dengan
kesejahteraan dan kebahagiaan manusia pada umumnya. Masyarakat
sekarang ini sangat berkepentingan dengan kepemimpinan yang baik. Mereka
mengharapkan pemimpin yang mampu mengantarkan mereka pada
4 Miftah Thoha, Kepemimpinan Dalam Manajemen, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2007, hlm 49
5 Ibid, hlm 91
4
kemajuan, kemakmuran, kebahagiaan dan kesejahteraan. Oleh kepemimpinan
yang buruk dan tidak efisien di suatu perusahaan atau di suatu lembaga,
misalnya akan terjadi penurunan produksi, karyawan yang kurang
bersemangat dalam menyelesaikan tugas dari pimpinannya, keresahan-
keresahan akan muncul dan ketika hal itu datang, maka bila diukur secara
financial adalah tidak ekonomis. Menjadi seorang pemimpin harus
mempunyai kreatifitas dan berdedikasi tinggi sehingga keadaan orang-orang
yang terdapat dalam sebuah organisasi yang dipimpinnya akan terus
mendapatkan angin segar untuk terus bekerja demi kemajuan bersama.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa hal ini juga menentukan bagaimana
perusahaan itu memimpin pekerja dan pekerjaannya. Kegiatan dan dinamika
yang terjadi dalam perusahaan sebagian besar ditentukan oleh cara pemimpin
memimpin perusahaan. Efektivitas para bawahan sebagian besar ditentukan
oleh efektivitas kepemimpinan seorang pemimpin. Sifat dan sikap para
pemimpin sebagaimana yang telah diuraikan di atas adalah sifat dan sikap
seorang pemimpin yang dianjurkan dan disarankan sebagai ciri gaya
kepemimpinan Islam yang telah dipergunakan oleh Rasulullah SAW dan juga
para khalifah serta para pemimpin setelah kepemimpinan zaman para
khalifah tersebut.
Dan selayaknya sebagai seorang muslim yang telah dijadikan
pemimpin dimuka bumi ini, sebaiknya dan sewajarnya kita menganut apa
yang telah diajarkan oleh rasul kita yaitu Rasulullah Muhammad SAW,
sehingga kepemimpinan yang dijalankan bisa berjalan dengan sebaik-
5
baiknya. Allah SWT menegaskan tentang hal ini didalam firmanNYA yaitu
surat al ahzab ayat 21 yang berbunyi
ô‰s)©9tb% x.öN ä3 s9’ÎûÉAq ß™u‘«!$#îo uqó™é&×puZ|¡ ymyJ Ïj9tb% x.(#q ã_ö• tƒ©!$#tPöq u‹ ø9$#urt• Åz Fy$#
t• x. sŒur©!$##ZŽ•ÏV x.ÇËÊÈ
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah
Untuk lebih jelasnya terdapat satu hadits yang berbunyi sebagai
berikut :
)(
Artinya : barang siapa yang taat kepadaku ( perintah agama Islam ),
maka ia akan memasuki surga, dan barang siapa membenci aku ( qur an dan
hadits shahih ) maka ia termasuk orang yang menolak ( membangkang ).
Pemimpin harus mengutamakan tugas, tanggungjawab, dan membina
hubungan yang harmonis, baik dengan atasannya maupun dengan para
bawahannya. Jadi, pemimpin harus mengadakan komunikasi ke atas dan ke
6
bawah, baik komunikasi formal maupun komunikasi informal.6 Dari uraian
di atas hubungannya dengan produktivitas kerja karyawan adalah dengan
adanya pemimpin yang sesuai dengan harapan para karyawan akan mampu
mendorong karyawan tersebut untuk mencapai hasil yang lebih baik, kreatif
dan mencoba gagasan-gagasan baru serta bekerja secara maksimal sehingga
organisasi yang menaungi mereka selama ini akan lebih maju dan
berkembang. Produktivitas karyawan akan berbeda ketika harapan-harapan
mereka terpenuhi dengan ketika harapan-harapan mereka belum terpenuhi
dan juga belum terealisasi. Menurut observasi yang peneliti lakukan terjadi
penurunan volume penjualan dan juga kwalitas kerja karyawan ketika terjadi
peralihan pemimpin atau regenerasi pemimpin. Bukti-bukti tersebut dapat
dilihat dalam tabel berikut ini:
Gambar 1.1
Regenerasi Pemimpin 7
No. Nama Pemimpin Tahun Volume Penjualan/ Bulan
1 Linisbatil Khoiriyah 1997 9.000.000,-/Bulan
2 Rochmatun 1998 6.000.000,- /Bulan
3 Siti Rohayati 2001 10.500.000,- /Bulan
4 Akromah 2006 12.000.000,- /Bulan
5 Mustofi ah 2008 7.500.000,- /Bulan
6 Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen: Dasar, Pengertian, Dan Masalah, Jakarta: BumiAksara, 2007, hlm 42.
7 Wawancara dengan pemimpin koperasi pondok pesantren az Zahra Jum at, 7 Mei 2010.
7
Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi dua kali
penurunan dalam volume penjualan dan salah satu penyebabnya adalah gaya
kepemimpinan yang digunakan oleh para pemimpin pada saat itu. Hal
tersebut menunjukkan ada pengaruh gaya kepemimpinan terhadap
produktivitas kerja karyawan dan juga hasil atau volume penjualan yang
dihasilkan. Berdasarkan uraian-uraian di atas, melalui tulisan ini penulis
ingin menganalisa mengenai “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Islam
Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Koperasi Pondok Pesantren
(Studi Kasus di Pondok Pesantren Az-Zahra Semarang )”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka rumusan
masalahnya adalah apakah gaya kepemimpinan Islam berpengaruh terhadap
produktivitas kerja karyawan koperasi pondok pesantren Az-Zahra
Semarang?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan di atas, maka
tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
menemukan bukti empirik pengaruh gaya kepemimpinan Islam
terhadap produktivitas kerja karyawan koperasi pondok pesantren Az-
Zahra Semarang.
8
1.3.2. Manfaat Penelitian
Secara ilmiah penelitian ini diharapkan mampu memberikan
sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu syariah pada
umumnya dan keuangan Islam pada khususnya serta menjadi rujukan
penelitian berikutnya tentang gaya kepemimpinan Islam dalam rangka
peningkatan produktivitas kerja karyawan.
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan
bagi koperasi pondok pesantren Az-Zahra Semarang atau pihak yang
terkait di dalamnya, dalam hal gaya kepemimpinan Islam agar mampu
meningkatkan produktivitas kerja karyawan.
1.4. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab, yaitu :
BAB I. PENDAHULUAN
Pendahuluan, berisi uraian mengenai latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka menerangkan mengenai teori yang digunakan
untuk mendekati permasalahan yang akan diteliti, dan memuat
jawaban sementara atas rumusan masalah, dan pengkajian hasil
dari penelitian-penelitian yang pernah dilakukan pada area yang
sama.
9
BAB III. METODE PENELITIAN
Metode penelitian, berisi tentang metode analisis yang digunakan
dalam penelitian dan data-data yang digunakan beserta sumber
data.
BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Analisis data dan pembahasan, berisi semua temuan yang
dihasilkan dalam penelitian dan analisis statistik.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini disusun suatu kesimpulan terhadap pokok
permasalahan yang telah dibahas sebelumnya. Sedangkan saran
diperuntukkan bagi pembaca dan lembaga yang diteliti, agar saran
yang dipaparkan dapat memberi pengetahuan dan manfaat dalam
kebijakan manajemen sumber daya manusia, serta dapat
dikembangkan menjadi bahan kajian penelitian berikutnya.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teori
2.1.1. Gaya Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan salah satu topik terpenting dalam
mempelajari dan mempraktikkan manajemen. Kepemimpinan secara
tipikal didefinisikan sebagai sifat, kuantitas dan perilaku seorang
pemimpin. Studi tentang kepemimpinan telah meluas lintas budaya,
decade dan dasar teoritis.
Jika dicermati corak kehidupan masyarakat senantiasa ditandai
oleh adanya stratifikasi sosial yang di dalamnya terdapat struktur
organisasi dengan ciri khasnya masing-masing guna menyesuaikan
dengan kultur dan budaya setempat. Adapun setiap struktur organisasi
tersebut biasanya memiliki pemimpin, baik itu yang terpilih secara
alamiah maupun melalui proses dan standar tertentu yang telah
dibakukan oleh institusinya.8
Pemimpin yang berproses alamiah atau tradisional (traditional
leader ) biasanya bersifat informal dan tidak memiliki batas teritorial
maupun tanggungjawab kepemimpinan secara jelas, seperti keberadaan
ulama, tokoh masyarakat maupun tokoh adat. Jenis pemimpin seperti
ini memiliki karakteristik dimana kepemimpinannya tidak bisa dilihat
8 Aunur Rohim Fakih & Iip Wijayanto, Kepemimpinan Islam, Yogyakarta, UII press,2001, hlm 1.
11
dengan jelas tapi pengaruh dan kharismanya secara psikologis terasa
cukup kuat dalam menentukan keberlangsungan kehidupan sosial
masyarakat. Adapun pemimpin formal atau fungsional (functional
leader) pada umumnya memiliki legitimasi yang lebih jelas dengan
batas-batas kewenangan tertentu, walaupun dalam praktiknya batasan-
batasan tersebut sering dilanggar sehingga menjadi samar-samar dan
tidak jelas lagi.
Akibat beragamnya tipe dan karakteristik organisasi dan
masyarakat, maka terbentuk pula tipe-tipe kepemimpinan seperti tipe
pemimpin institusional (kelembagaan) yang diangkat karena
pengaruhnya di tengah masyarakat, tipe pemimpin dominan yang
diangkat karena keunggulan dan keistimewaannya serta pemimpin
persuasive yang diangkat karena kemampuannya dalam membujuk dan
meyakinkan orang lain. Memiliki salah satu dari ketiga tipe ini tidak
akan membuat seseorang menjadi pemimpin yang cukup baik, namun
kombinasi dari ketiganya akan membentuk model kepemimpinan yang
sangat ideal (ideal leadership type).
Kegagalan dan keberhasilan suatu organisasi maupun suatu
komunitas masyarakat dalam mencapai target dan tujuannya, sangat
tergantung kepada kemampuan pemimpinnya dalam mengatur dan
mengendalikan roda kepemimpinannya. Untuk itu Schein (1992) dan
Kouzer & Posner (1987:1983), menyatakan bahwa pemimpin
mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan
12
organisasi dalam menghadapi tantangan yang muncul. Hal ini
menjadikan pemimpin memegang peran kunci dalam
memformulasikan strategi organisasi, sehingga perannya akan
mempengaruhi keberhasilan organisasi (Szilagyi & Wallace, 1980;
Nahavandi & Malekzadeh, 1993; dan Sims & Lorenzi, 1992).9
Untuk itu, masalah kepemimpinan menjadi sangat penting
artinya untuk dipelajari, terlebih tentang peran dan fungsinya dari
berbagai aspek, sehingga tidak terjadi kesalahan dalam mempersiapkan
tampilnya sosok pemimpin masa depan yang akan mengarahkan
pembangunan menuju masyarakat seutuhnya, siap menghadapi
persaingan dan kompetisi di era global yang semakin berat. Oleh
karenanya dibutuhkan pemimpin-pemimpin yang tangguh,
berwawasan luas, jujur, idealis dan yang penting adalah agamis
sehingga akan memunculkan kesungguhan dalam menunaikan amanah
yang diembannya.
Ada beberapa pendapat mengenai definisi kepemimpinan. 10
Menurut Yukl (1987) beberapa definisi yang dianggap cukup mewakili
selama seperempat abad adalah sebagai berikut :
1. Kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang
memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang
ingin dicapai bersama ( shared goal )
9 Ibid, hlm 2.10 Husaini Usman, Manajemen: Teori, Praktik, Dan Riset Pendidikan, Jakarta: Bumi
Aksara, 2008, hlm 273.
13
2. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi yang dijalankan
dalam suatu situasi tertentu, serta diarahkan melalui proses
komunikasi ke arah pencapaian satu atau beberapa tujuan tertentu
3. Kepemimpinan adalah pembentukan awal serta pemeliharaan
struktur dalam harapan dan interaksi
4. Kepemimpinan adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit.
Pada dan berada diatas kepatuhan mekanis terhadap pengarahan-
pengarahan rutin organisasi
5. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas
sebuah kelompok yang diorganisasikan kea rah pencapaian tujuan
6. Kepemimpinan adalah proses memberikan arti (pengarahan yang
berarti) terhadap usaha kolektif, dan yang mengakibatkan
kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai
sasaran
7. Para pemimpin adalah mereka yang secara konsisten memberikan
kontribusi yang efektif terhadap orde sosial, serta yang diharapkan
dan dipersepsikan melakukannya.
Sedangkan menurut (Manning dan Curtis, 2003) ada tiga gaya
kepemimpinan.11
1. Otoriter
- pemimpin menentukan semua keputusan mengenai
kebijaksanaannya.
11 Op.cit, hlm 300.
14
- Setiap langkah kegiatan dengan cara pelaksanaannya untuk
setiap saat ditentukan oleh pemimpin sehingga langkah
berikutnya tidak pasti.
- Pemimpin biasanya memberikan penugasan tertentu pada
setiap anggota kelompok.
- Pemimpin cenderung lebih pribadi dalam pemberian
penghargaan dan kritik terhadap setiap anggota kelompok.
- Pemimpin memutuskan apa yang harus dilakukan dan
bagaimana melakukan.
- Pemimpin menyajikan dan memerintahkan keputusan tersebut
tanpa ada yang boleh bertanya apalagi membantah.
- pemimpin mencoba meyakinkan pengikut tentang ketepatannya
dalam mengambil keputusan.
2. Demokratis
- Semua kebijakan dirumuskan melalui musyawarah dan
diputuskan oleh kelompok, sedangkan pemimpin mendorong.
- Ditetapkan kegiatan secara bersama-sama untuk mencapai
tujuan kelompok. Apabila diperlukan saran teknis, pemimpin
mengajukan beberapa alternative untuk dipilih.
- Setiap anggota bebas bekerjasama dengan siapapun dan
pembagian tugas diserahkan kepada kelompok.
- Pemimpin bersikap objektif dan senantiasa berdasarkan fakta
dalam memberikan penghargaan dan kritik.
15
- Pemimpin mengumumkan prinsip dan metode pengambilan
keputusan dan mengizinkan pengikut memberikan ide-ide dan
pertanyaan-pertanyaan, serta berdiskusi.
- Pemimpin menyajikan masalah dan meminta pengikut untuk
memecahkan masalah tersebut sebagai input untuk mengambil
keputusan final.
3. Laissez Faire
- Kelompok mempunyai kebebasan sepenuhnya untuk
mengambil keputusan dengan partisipasi minimal pemimpin.
- Kegiatan diberikan pemimpin dengan keterangan bahwa ia
akan memberikan penjelasan jika diminta.
- Pemimpin tidak pernah berpartisipasi secara penuh.
- Dalam pembicaraan jarang timbul komentar yang spontan.
- Pemimpin menyajikan masalah dan memberikan batasan-
batasan memecahkannya, kemudian menyerahkan kepada
pengikut untuk membuat keputusan final.
- Pemimpin meminta pengikut menemukan masalah dan
mengambil keputusan sebebas-bebasnya seperti halnya seorang
pemimpin.
Para ahli teori pengaruh sukarela (compliance induction
theorist) cenderung memandang kepemimpinan sebagai
pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung
dan sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan
16
keinginan pemimpin.12 Hal tersebut mencerminkan kurangnya
pengakuan terhadap hak, keinginan dan kebutuhan kelompok
atau tradisi serta norma kelompok.
a. Munso (1921) mendefinisikan kepemimpinan sebagai
kemampuan meng-handle orang lain untuk memperoleh hasil
maksimal dengan friksi sesedikit mungkin dan kerjasama yang
besar.
b. Allport (1924) mengemukakan bahwa kepemimpinan berarti
kontak langsung secara bertatap muka antara pemimpin dan
pengikut ; hal ini merupakan sosial kontrol yang personal.
c. Stuart (1927) mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan
yang memberi kesan tentang keinginan pemimpin, sehingga dapat
menimbulkan kepatuhan, rasa hormat, loyalitas dan kerjasama.
d. Bundel (1930) mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu seni
untuk mempengaruhi orang lain mengerjakan apa yang diharapkan
supaya orang lain mengerjakannya.
e. Menurut Philips (1939) mendefinisikan kepemimpinan sebagai
pembebanan, pemeliharaan dan pengerahan dari suatu kesatuan
moral untuk mencapai tujuan akhir.
f. Bennis (1959) mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses
dimana seseorang mempengaruhi bawahannya untuk bertingkah
laku sesuai dengan apa yang diharapkannya.13
12 Imam Moedjiono, Kepemimpinan & Keorganisasian, Jakarta: UII press , 2002, hlm 3.
17
2.1.2. Gaya Kepemimpinan Islam
Sebagian besar definisi mengenai kepemimpinan
mencerminkan asumsi bahwa kepemimpinan menyangkut sebuah
proses pengaruh sosial yang dalam hal ini pengaruh yang sengaja
dijalankan oleh seseorang terhadap orang lain untuk menstruktur
aktivitas-aktivitas serta hubungan-hubungan di dalam sebuah
kelompok atau organisasi. Dalam kenyataannya para pemimpin dapat
mempengaruhi moral dan kepuasan kerja, keamanan, kualitas
kehidupan kerja dan terutama tingkat prestasi suatu organisasi. Para
pemimpin juga memainkan peranan kritis dalam membantu kelompok,
organisasi, atau masyarakat untuk mencapai tujuan. 14 Tugas pokok
seorang manajer atau pemimpin adalah mengintegrasikan variabel-
variabel organisasi dan sumberdaya manusia ke dalam bentuk system
sosio-teknik secara efektif. Cara khas yang seringkali dilakukan adalah
dengan menciptakan sebuah situasi supaya tujuan-tujuan dan teknologi
bisa disusun.15
Bagi umat muslim pemimpin yang utama dan terutama adalah
Allah, dan semuanya terikat oleh keimanan untuk mematuhi hukum
Allah. Jadi, semua pemimpin dalam segala organisasi baik bisnis,
politik maupun agama juga pengikut Allah. Ini memberikan batas bagi
para pemimpin islam dan menentukan tugas mereka dalam melayani
13 Ibid, hlm 414 T. Hani Handoko, Manajemen, Yogyakarta : BPFE, 1995, hlm 34815 Ambar T. Sulistiyani dan Rosidah, Manajemen Sumberdaya Manusia: Konsep, Teori
dan Pengembangan Dalam Konteks Organisasi Public, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2003, hlm 54
18
orang-orang yang mereka pimpin. Dalam pemikiran islam, pemimpin
teladan haruslah luhur sekaligus bersahaja, memiliki visi dan inspirasi,
dan melayani rakyatnya.16
Seorang pemimpin harus menjadi teladan atau mewujudkan
sifat-sifat yang diharapkan, dan dikagumi kelompok yang diurusi.
Misalnya, pemimpin tentara perlu menunjukkan keberanian dan sifat-
sifat perwira.17
Hal tersebut di atas merupakan salah satu contoh dari aspek
keteladanan pemimpin yang harus diikuti oleh kaumnya dan menjadi
salah satu contoh perbuatan yang baik dan terpuji untuk para
anggotanya ( karyawannya ).
Seorang pemimpin harus mempunyai keberanian seperti salah
satu sifat Muhammad. Keberanianlah yang membuat orang bisa
menghadapi bahaya tanpa takut, bertindak dengan berani di bawah
tekanan, dan bertahan melalui kesulitan.
Semua anggota kelompok, organisasi, atau masyarakat
sepanjang zaman adalah sama, mereka semua manusia dengan hakikat
kemanusiaan yang umum dan tetap.
Maka seorang pemimpin sejati adalah orang yang menjadi
teladan dalam sifat-sifat manusia tertentu, seperti kelembutan,
kebajikan, kelembutan, sifat manusiawi, dan welas asih.
16 John Adair, Kepemimpinan Muhammad, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010,hlm 2.
17 Ibid, hlm 18.
19
Sifat-sifat pemimpin sejati lain adalah rendah hati. Kata rendah
hati dalam bahasa inggris (humility), berasal dari kata latin (humus)
atau tanah, yang terkait dengan homo atau manusia. 18 ketika
Muhammad menghamparkan jubahnya, lalu duduk di lantai sama
rendah dengan orang-orang lain, itu contoh kerendahan hati.
Kepemimpinan dilaksanakan di depan. Dalam konteks
manusia, pemimpin manusia tidak selalu secara fisik berada di depan
dalam perjalanan sebagaimana penggembala yang sekali-kali ada di
belakang kawanan yang bergerak. Namun, secara spiritual pemimpin
adalah orang yang memimpin di depan.
Dalam kepemimpinan, teladan adalah segalanya. Bila
pemimpin layak dihormati, maka rakyat akan bersedia bekerja
untuknya. Bila kebajikan pemimpin layak dikagumi, wewenang
pemimpin dapat ditegakkan.
Dalam perjalanan, pemimpin suatu kaum adalah pelayan kaum
itu. Menuntaskan tugas dengan sukses, memelihara kesatuan atau
keutuhan kelompok., dan memperhatikan individu-individu. Mengabdi
untuk memimpin, Muhammad mempelajari pelajaran berharga itu.
Contoh pengabdian sederhana yang diberikannya kepada kaum yang
dipimpinnya.
18 Ibid, hlm 19.
20
Terdapat salah satu hadits yang menjelaskan bahwa pemimpin
itu melayani kaumnya bukan meminta untuk dilayani oleh kaumnya,
hadits tersebut berbunyi sebagai berikut :
)(
Mereka yang memegang peran pemimpin, harus mempunyai
integritas untuk menjadi penerang bagi kaumnya, mempunyai
kepercayaan dan tanggungjawab bahwa pemimpin tersebut benar-
benar dapat mengayomi masyarakatnya.
Dengan sama-sama merasakan susah payah, bahaya, dan
kesukaran yang dialami pengikutnya, Muhammad memberi contoh
satu kaidah universal kepemimpinan yang baik. Itulah yang dari lubuk
hati terdalam diharapkan masyarakat terhadap pemimpinnya, dan kalau
tidak terjadi, selalu muncul komentar yang tidak baik.
Pemimpin harus memperhatikan nasihat atau pendapat
seseorang, walaupun itu berasal dari bawahannya.
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang akan diikuti
bawahannya, baik dalam keadaan sulit maupun mudah, dalam keadaan
baik maupun buruk, karena mereka punya kepercayaan kepada sosok
pemimpin, kemampuan pemimpin, pengetahuan pemimpin akan tugas
yang dilakukan, dan karena mereka tahu mereka penting bagi sang
pemimpin.
Dalam islam istilah kepemimpinan dikenal dengan istilah
khilafah, imamah dan ulil amri. Juga ada istilah ra in. Kata khalifah
21
mengandung makna ganda, di satu fihak khalifah diartikan sebagai
kepala negara dalam pemerintahan dan kerajaan islam di masa lalu,
yang dalam konteks kerajaan pengertiannya sama dengan kata sulthan.
Di pihak lain, cukup dikenal pengertian khalifah sebagai wakil Tuhan
di muka bumi. Yang dimaksud wakil Tuhan itu ada dua macam.
Pertama, yang diwujudkan dalam jabatan sulthan atau kepala negara.
Kedua, fungsi manusia itu sendiri di muka bumi, sebagai ciptaan
Tuhan yang paling sempurna. 19
Imam atau imamah sering diartikan secara lebih spesifik untuk
menyebut pemuka agama, pemimpin keagamaan, atau pemimpin
spiritual yang diikuti dan diteladani fatwa atau nasihat-nasihatnya
secara patuh oleh pengikut-pengikutnya.
Pemimpin yang benar adalah pemimpin yang berorientasi pada
kepentingan masyarakat, dan bukan semata-mata pada kekuasaan.
Dari berbagai literatur yang membahas kepemimpinan dalam
islam dapat dikemukakan beberapa dasar- dasar kepemimpinan islam
sebagai berikut :20
a. Tidak mengambil orang kafir atau orang yang tidak beriman
sebagai pemimpin bagi orang-orang muslim karena bagaimanapun
akan mempengaruhi lebih lanjut terhadap kualitas keberagamaan
rakyat yang dipimpinnya. Dalam hal ini Rasulullah pernah
bersabda, keberagamaan rakyat bergantung keberagamaan
19 Imam Moedjono, Loc.Cit, hlm 1020 Ibid, hlm 53
22
pemimpinnya . Allah telah memberikan patokan , bagaimana kaum
muslim dalam mengangkat pemimpinnya. Dalam hal ini Allah
berfirman :
$pkš‰ r' ¯» tƒtûï Ï% ©!$#(#q ãZtB#uäŸw(#rä‹Ï‚G s?tûï Í• Ïÿ» s3 ø9$#uä !$uŠÏ9÷rr&ÏBÈbrߊtûü ÏZÏB÷s ßJ ø9$#4
tbr߉ƒ Ì• è? r&b r&(#q è=yèøgrB¬!öN à6 ø‹ n=tæ$YZ» sÜù=ß™$·Y• Î6 •BÇÊÍÍÈ
wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil
orang-orang kafir menjadi wali(pelindung, pemimpin) dengan
meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah kamu ingin
menjadikan hal itu sebagai alasan bagi Allah untuk menimpakan
siksaan yang nyata? ( Q.S. 4 :144)
b. Setiap kelompok orang bahkan dalam kelompok lebih dari tiga
orang diperlukan adanya pemimpin. Guna mencapai tujuan
organisasi, disamping memiliki anggota, juga harus mengangkat
pemimpin sebagai penanggungjawab organisasi tersebut.
Nabi Muhammad SAW bersabda : jika tiga orang berjalan dalam
perjalanan, angkatlah salah satu di antara mereka sebagai
pemimpin ( H.R. Abu Dawud )
Ibnu Taymiyah memberi komentar hadits di atas, bahwa
Rasulullah mewajibkan mengangkat seorang pemimpin dalam
suatu jamaah yang begitu kecil, misalnya yang bersifat sementara
23
dalam suatu perjalanan. Menurut Ibnu Taymiyah, Allah telah
mewajibkan menegakkan amar ma ruf dan nahi munkar, hal itu
tidak akan dapat terlaksana melainkan dengan kekuatan dan
pimpinan.
c. Pemimpin harus orang yang memiliki keahlian dibidangnya dan
kehancuran jika menyerahkan urusan umat kepada seseorang yang
bukan ahlinya atau yang tidak memiliki kemampuan untuk
memimpin. Sabda Nabi Muhammad SAW : Siapa yang
menyerahkan urusan bukan kepada ahlinya, tunggulah
kehancurannya. ( H.R. Bukhari dan muslim )
d. Pemimpin harus bisa diterima : mencintai dan dicintai umatnya,
mendoakan umat dan didoakan. Bukan sebaliknya dibenci dan
membenci, melaknat dan dilaknat umat. Nabi Muhammad bersabda
: sebaik-baik pemimpin adalah mereka yang kamu cintai dan
mencintai kamu, kamu berdoa untuk mereka dan mereka berdoa
untuk kamu. Seburuk-buruk pemimpinmu adalah mereka yang
kamu benci dan mereka yang membenci kamu, kamu melaknati
mereka dan mereka melaknati kamu. ( H.R. Muslim )
e. Mengutamakan, membela, dan mendahulukan kepentingan umat,
menegakkan keadilan, melaksanakan syariat, berjuang
menghilangkan segala bentuk kemungkaran, kekufuran, kekacauan
dan fitnah.
24
öN èdq è=ÏG» s%ur4Ó®LymŸwšcq ä3 s?×p uZ÷G Ïùtbq à6 tƒ urß`ƒ Ïe$!$#¼ã& —#à2¬!4
ÂcÎ*sù(#öq ygtGR$# cÎ*sù©!$#$yJ Î/šcq è=yJ ÷è tƒ×Ž•ÅÁ t/ÇÌÒÈ
dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya
agama itu semata-mata untuk Allah[612]. jika mereka berhenti
(dari kekafiran), Maka Sesungguhnya Allah Maha melihat apa
yang mereka kerjakan. (Q.S. 8:39)
Dan Nabi Muhammad juga bersabda dalam haditsnya yang berbunyi
sebagai berikut : siapa yang memimpin, sedangkan ia tidak
memperhatikan urusan kaum muslimin, tidaklah ia termasuk ke
dalam golongan mereka. ( H.R. Bukhari Muslim ).
Tidak bertindak otoriter, arogan dan sewenang-wenang, serta fanatik
terhadap golongan.
y# n=tG ÷z $$sùÜ>#t“ ômF{ $#. ÏBöN Îh ÏZ÷• t/(×@÷ƒ uq sùtûï Ï% ©#Ïj9(#rã• xÿx.ÏBωpkô¶ ¨BBQ öq tƒ
?LìÏà tãÇÌÐÈ
Maka berselisihlah golongan-golongan (yang ada) di antara mereka. Makakecelakaanlah bagi orang-orang kafir pada waktu menyaksikan hari yang besar .
orang-orang Yahudi dan Nasrani atau antara sesama Yahudi atau sesamaNasrani .
25
¨b Î)tûï Ï% ©!$#ŸwtbqãZÏB÷s ãƒÍo t• ÅzFy$$Î/$Zƒ y—öN çlm;öN ßgn=» yJ ôã r&ôM ßgsùtbqßgyJ ÷ètƒÇÍÈ
4. Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat, Kami
jadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka, Maka mereka
bergelimang (dalam kesesatan).
¨b Î)šcöq tã ö• ÏùŸx tã’ÎûÇÚö‘F{ $#Ÿ@yèy_ur$ygn=÷d r&$Yèu‹ Ï©ß# ÏèôÒ tG ó¡ o„Zpxÿͬ!$sÛ
öN åk÷]ÏiBßxÎn/ x‹ãƒöN èd uä !$oY ö/ r&¾ÄÓ÷ÕtG ó¡ o„uröN èd uä !$|¡ ÏR4¼çm ¯RÎ)šc% x.z ÏBtûï ωš øÿßJ ø9$#
4. Sesungguhnya Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan
menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari
mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak
perempuan mereka.. Sesungguhnya Fir'aun Termasuk orang-orang yang berbuat
kerusakan.
Golongan yang ditindas itu ialah Bani Israil, yang anak- anak laki-laki mereka
dibunuh dan anak-anak perempuan mereka dibiarkan hidup .
Hadits yang diriwayatkan Abu Ya la, pemimpin yang perkataannya tidak boleh
disangkal, mereka akan berdesakan masuk neraka seperti berkerubutannya kera-
kera.
f. Di samping pemimpin harus sehat dan kuat, seorang pemimpin
mempunyai sifat-sifat utama rasul, yaitu: benar (shiddiq),
terpercaya (amanah), yakni bersedia memikul tanggungjawab
26
dengan aman dan tanpa keraguan, menyampaikan, melaksanakan
tugas (tabligh), dan cerdas (fathanah), serta mencintai persatuan
dan benci perpecahan.
g. Islam mengajarkan bahwa setiap orang mempunyai kedudukan
kepemimpinan (leadership), bertanggungjawab terhadap orang-
orang yang dipimpinnya. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh
Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar, Rasulullah bersabda :
Tiap-tiap kamu menjadi pemimpin dan bertanggungjawab
terhadap orang-orang yang kamu pimpin. Seorang imam ( kepala
negara, pemuka ) menjadi pemimpin dan bertanggungjawab
kepada rakyatnya. Seorang suami menjadi pemimpin di lingkungan
keluarganya, dia bertanggungjawab terhadap keseluruhannya.
Seorang istri menjadi seorang pemimpin dalam rumah tangga
suaminya, dia bertanggungjawab mengendalikannya. Seorang
pesuruh (khadim) menjadi pemimpin dari harta benda majikannya,
dia bertanggungjawab mengamankannya. Seorang anak menjadi
pemimpin harta benda ayahnya, dia bertanggungjawab
memeliharanya. Setiap kamu menjadi pemimpin dan
27
bertanggungjawab terhadap orang-orang yang kamu pimpin. (
H.R. Bukhari dan Muslim ).21
h. Tugas kepemimpinan adalah melaksanakan ketaatan kepada Allah.
Islam menetapkan tujuan dan tugas utama pimpinan adalah untuk
melaksanakan ketaatan kepada Allah dan Rasul-NYA, serta
melaksanakan perintah-perintah-NYA dan meninggalkan semua
larangan-NYA. Ibnu Taymiyah mengatakan bahwa kewajiban
seorang pemimpin yang telah ditunjuk dipandang dari segi agama
dan dari segi ibadah adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Pendekatan diri kepada Allah adalah dengan mentaati peraturan-
peraturan-NYA dan Rasul-NYA, dan ini merupakan tugas yang
paling utama. Tugas yang sedemikian itu sering disalahgunakan
oleh orang-orang yang ingin mencapai kedudukan dan harta.
i. Tujuan kepemimpinan dalam islam adalah agar urusan masyarakat
dapat berjalan dengan lancar.
Hal ini tidak mungkin terlaksana melainkan adanya seorang
pemimpin di dalam masyarakat atu kelompok itu, sehingga segala
perbedaan pendapat dan perpecahan dapat diatasi. Di dalam sebuah
hadits yang diriwayatkan oleh Ubadah bin Tsamit, diriwayatkan,
kami telah membai at Rasulullah SAW untuk selalu mendengarkan
dan mentaati apa yang beliau katakan, baik kami berada dalam
keadaan yang sulit atau dalam keadaan yang lapang, apakah
21 Husseinbahresi, al jami us sahih hadits sahih bukhari muslim , Surabaya : cv karya utama,hlm 117
28
menyangkut sesuatu yang kami senangi atau tidak kami senangi.
Kami berkewajiban melaksanakan perintah orang yang ahlinya,
kami harus berkata benar, dimana saja kami berada, tidak pernah
takut melainkan kepada Allah karena merasa berdosa.
j. Dalam mengambil keputusan, seorang pemimpin hendaklah
mengutamakan musyawarah. Dalam surat Ali Imran ayat 159 Allah
berfirman :
$yJ Î6 sù7pyJ ômu‘z ÏiB«!$#|MZÏ9öN ßgs9(öq s9ur|MY ä.$à sùxá‹ Î=xîÉ=ù=s)ø9$#(#q ‘Ò xÿR]w
ô ÏBy7Ï9öq ym(ß# ôã $$sùöN åk÷]tãö• ÏÿøótG ó™$#uröNçlm;öN èd ö‘Ír$x©ur’ÎûÍ•öDF{ $#(#sŒÎ*sù
|MøBz• tãö@©. uq tG sù’n? tã«!$#4¨b Î)©!$#•=Ïtä†tû,Î#Ïj. uq tG ßJ ø9$#ÇÊÎÒÈ
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemahlembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagiberhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka,dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudianapabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallahkepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yangbertawakkal kepada-Nya . Maksudnya: urusan peperangan dan hal-hal duniawiyah lainnya,
seperti urusan politik, ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lainnya .
Sebagaimana dalam buku yang ditulis oleh Ali Muhammad
Taufiq yang berjudul praktik manajemen berbasis al-qur an
mengatakan bahwa seorang pemimpin agar mampu melaksanakan
29
tugasnya dengan baik dan sukses, harus memiliki beberapa sifat
diantaranya adalah:22
1. Memiliki pengetahuan dan kemampuan yang cukup untuk
mengendalikan perusahaannya. Semakin besar kemampuan dan
pengetahuannya terhadap urusan perusahaan, pengaruhnya akan
semakin kuat.
2. Mempunyai keistimewaan yang lebih dibanding dengan orang lain.
3. Memahami kebiasaan dan bahasa orang yang menjadi
tanggungjawabnya.
4. Mempunyai kharisma dan wibawa di hadapan manusia.
5. Konsekuen dengan kebenaran dan tidak mengikuti hawa nafsu.
6. Bermuamalah dengan lembut dan kasih sayang terhadap yang
dipimpinnya, agar orang lain simpatik kepadanya.
)(
Artinya : sesungguhnya Allah itu menyukai lemah lembut dalamsemua perkara ( HR. Bukhari ).
Hadits tersebut menjadi acuan pada umumnya untuk sesama
manusia dan pada khususnya terhadap seorang pemimpin dengan
karyawannya harus saling berbuat baik, artinya aspek persahabatan
harus ada diantara keduanya agar dapat tercipta keselarasan dalam
bekerja dan suasana nyaman juga akan terwujud dalam sebuah
organisasi.
22 Ali Muhammad Taufiq, Praktik Manajemen Berbasis Al-Qur an , Jakarta: Gema InsaniPress, 2004, hlm 37.
30
7. Menyukai suasana saling memaafkan antara pemimpin dan
pengikutnya, serta membantu mereka agar segera terlepas dari
kesalahan.
8. Bermusyawarah dengan para pengikutnya serta mintalah pendapat
dan pengalaman mereka.
9. Menertibkan semua urusan dan membulatkan tekad untuk
kemudian bertawakkal (menyerahkan urusan) kepada Allah.
10. Membangun kesadaran akan adanya (pengawasan dari Allah)
hingga terbina sikap ikhlas di manapun, walaupun tidak ada yang
mengawasinya kecuali Allah.
11. Memberikan santunan sosial kepada para anggota, sehingga tidak
terjadi kesenjangan sosial yang menimbulkan rasa dengki dan
perbedaan strata sosial yang merusak.
12. Mempunyai power pengaruh yang dapat memerintah dan
mencegah karena seorang pemimpin harus melakukan pengawasan
atas pekerjaan anggota, meluruskan kekeliruan, serta mengajak
mereka untuk berbuat kebaikan dan mencegah kemungkaran.
13. Tidak membuat kerusakan di muka bumi, serta tidak merusak
ladang, keturunan dan lingkungan.
14. Mau mendengar nasihat dan tidak sombong karena nasihat dari
orang yang ikhlas jarang sekali kita peroleh.
31
Dari semua uraian diatas ada kesamaan antara pendapat yang
dikemukakan oleh Ali Muhammad Taufiq dan Imam Moedjiono
tentang kriteria pemimpin yang benar menurut Islam.
Sebenarnya sejak awal, Islam telah mendorong umatnya
untuk mengorganisasikan setiap pekerjaan dengan baik.23oleh karena
itu, untuk menjadikan setiap pekerjaan itu terorganisir dengan baik,
maka diperlukan seorang pemimpin yang mampu memberikan
pengarahan, semangat dan nasehat yang mampu membangun jiwa para
karyawan atau bawahannya untuk meningkatkan produktivitas kerja
mereka. Allah berfirman dalam surat An-Nisa 59 yang berbunyi :
$pkš‰ r' ¯» tƒtûï Ï% ©!$#(#þq ãY tB#uä(#q ãè‹ ÏÛr&©!$#(#q ãè‹ ÏÛr&urtAq ß™§•9$#’Í<'ré&urÍ•öDF{ $#óOä3ZÏB(b Î*sù
÷Läêôã t“» uZs?’Îû&ä óÓx«çnr–Šã• sù’n<Î)«!$#ÉAq ß™§•9$# urb Î)÷LäêY ä.tbq ãZÏB÷s è?«!$$Î/ÏQ öq u‹ø9$#ur
Ì• Åz Fy$#4y7Ï9º sŒ×Žö•yzß |¡ ômr&ur¸xƒÍrù' s?ÇÎÒÈ
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul(Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainanPendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (AlQuran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepadaAllah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) danlebih baik akibatnya .
23 Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah Dalam Praktik, Jakarta:Gema Insani Press, 2003, hlm 25,
32
Maksud dari ayat tersebut di atas adalah pemimpin yang
menjadi orang paling depan dalam tata kehidupan kita adalah seorang
pemimpin yang berpegang teguh pada al-Qur an dan hadist.
Dan Allah juga berfirman dalam surat At-Taubah ayat 71 yang
berbunyi :
tbq ãZÏB÷s ßJ ø9$#uràM» oY ÏB÷s ßJ ø9$#uröN ßgàÒ ÷èt/âä !$uŠÏ9÷rr&<Ù ÷èt/4šcrâ•ßDù' tƒÅ$rã• ÷èyJ ø9$$Î/
tb öq yg÷Ztƒ urÇ tãÌ• s3ZßJ ø9$#šcq ßJŠÉ)ムurno 4q n=¢Á9$#šcq è?÷s ムurno 4q x. ¨“9$#šcq ãèŠÏÜムur
©!$#ÿ¼ã& s!q ß™u‘ur4y7Í´ ¯» s9'ré&ãN ßgçHxq÷Žz•y™ª!$#3¨b Î)©!$# Í• tãÒOŠÅ3 ymÇÐÊÈ
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagianmereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. merekamenyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar,mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah danRasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; SesungguhnyaAllah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana .
Maksud dari ayat tersebut di atas adalah pemimpin yang
memerintahkan kita untuk berbuat baik dan menghindari perbuatan
yang tidak baik atau kurang terpuji. Arti dari ayat tersebut yang
menunjukkan bahwa surat atau ayat ditujukan bagi seorang pemimpin
adalah sebahagian mereka .
33
Ada satu ayat lagi yang menjelaskan tentang kepemimpinan
dalam islam yaitu dalam surat Ali-Imron ayat 28 yang berbunyi :24
žwÉ‹Ï‚G tƒtbq ãZÏB÷s ßJ ø9$#tûï Í• Ïÿ» s3 ø9$#uä!$uŠÏ9÷rr&ÏBÈbrߊtûü ÏZÏB÷s ßJ ø9$#(tBurö@yèøÿtƒ
š• Ï9ºsŒ}§øŠn=sùšÆÏB«!$#’Îû>ä óÓx«HwÎ)b r&(#q à)G s?óOßg÷ZÏBZp9 s)è?3ãN à2â‘Éj‹yÛムur
ª!$#¼çm |¡ øÿtR3’n<Î) ur«!$#玕ÅÁ yJ ø9$#ÇËÑÈ
Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafirmenjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. barang siapaberbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecualikarena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka.dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. dan hanyakepada Allah kembali (mu) .
Maksud dari ayat tersebut di atas adalah pemimpin diantara kita
adalah seorang pemimpin yang seiman dan bukan dari golongan orang
kafir.
Hal tersebut diatas telah ada zaman Rasulullah SAW, bahkan
sejak masa nabi-nabi terdahulu. Rasulullah SAW selalu melakukan
hal-hal yang hebat dan beliau selalu melakukan pembinaan-pembinaan
terhadap kerabat, sahabat, maupun rakyatnya. Adapun cara Rasulullah
SAW dalam membina mereka adalah sebagai berikut:25
24 Al-Qur'an dan Terjemah, Mubarokatan Toyyibah, Kudus, hlm. 5325 Op.Cit, hlm 48
34
1. Sesuai dengan surah Ar-Ra d: 11,
¼ çms9×M» t7 Ée)yèãB. ÏiBÈû÷ü t/Ïm ÷ƒ y‰tƒô ÏBur¾Ïm Ïÿù=yz¼çm tRq Ýà xÿøts†ô ÏBÌ• øBr&«!$#3
žcÎ)©!$#ŸwçŽÉi•tóãƒ$tBBQöq s)Î/4Ó®Lym(#rçŽÉi•tóãƒ$tBöN ÍkŦàÿRr' Î/3!#sŒÎ) uryŠ#u‘r&ª!$#
5Q öq s)Î/#[ä þq ß™Ÿx sù¨Št• tB¼ çm s94$tBurO ßgs9ÏiB¾Ïm ÏRrߊÏB@A#urÇÊÊÈ
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinyabergiliran, di muka dan dibelakangnya, mereka menjaganya atasperintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaansesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada padadiri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukanterhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dansekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia .
Maksud dari ayat tersebut di atas adalah pemimpin harus
mempunyai inisiatif yang cemerlang, inovatif dan kreatif menuju
ke arah yang lebih baik.
Allah tidak akan pernah mengubah suatu kaum sebelum
kaum itu sendiri mengubahnya. Rasulullah SAW selalu
menekankan bahwa perubahan harus berawal dari dalam diri
sendiri tidak boleh berawal dari luar. Jika suatu perubahan berawal
dari luar, maka kita akan sulit mengikuti perubahan. Akan tetapi,
jika perubahan datangnya dari diri sendiri, apapun yang terjadi,
35
insyaAllah akan dapat dihadapi. Hal itu yang ditekankan oleh
Rasulullah SAW.
2. Rasulullah SAW dalam setiap kesempatan, baik yang diadakan
secara berkala maupun pertemuan-pertemuan rutin, selalu
menekankan tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Para manajer
hendaknya juga selalu menekankan tujuan yang hendak dicapai
terhadap para pegawainya. Penekanan itu dapat dilakukan secara
berkala, misalnya mingguan atau bulanan, tergantung kebutuhan
dan kemampuan perusahaan. Perlu diketahui bahwa pekerjaan
yang baik tidak dilihat berdasarkan mekanistisnya, melainkan
berdasarkan kualitas yang terus meningkat. Maksud dari kata-kata
tersebut di atas adalah pemimpin harus mempunyai visi ke
depannya, sehingga ada tujuan sebenarnya yang ingin dicapai
bersama.
3. Rasulullah SAW telah memberikan contoh bagaimana beliau selalu
berusaha meningkatkan keteladanan. Rasulullah secara rutin
melakukan pembinaan namun yang lebih penting adalah
penciptaan suasana kerja yang dibangun oleh Rasulullah SAW.
Ketika itu Rasulullah telah membangun corporate culture dengan
serius. Rasulullah SAW memberi contoh mengenai budaya kerja,
budaya penghargaan, budaya pengetahuan, dan yang lainnya,
sehingga selalu ada peningkatan. Maksud dari kata-kata tersebut di
36
atas adalah pemimpin harus menjadi teladan yang baik bagi
karyawan atau bawahannya.
Pemimpin dalam Islam mempunyai dua pengertian : 26
1. Pemimpin disebut dengan umara atau ulil amri.
Ulil amri adalah orang yang mendapat amanah untuk
mengurus urusan orang lain. Dengan kata lain, pemimpin itu
adalah orang yang mendapat amanah untuk mengurus urusan
rakyat. Jika ada pemimpin yang tidak mengurus urusan rakyat,
maka ia bukanlah pemimpin.
2. Pemimpin disebut dengan khadimul ummah (pelayan rakyat)
Menurut istilah itu, seorang pemimpin harus menempatkan
diri pada posisi sebagai pelayan masyarakat. Seorang pemimpin
harus memikirkan cara-cara supaya organisasi atau perusahaan
yang dipimpinnya maju, karyawan sejahtera, serta masyarakatnya
atau lingkungannya menikmati kehadiran organisasi atau
perusahaan tersebut. Bagi pemimpin yang bersikap melayani, maka
kekuasaan yang dipimpinnya bukan sekedar kekuasaan yang
bersifat formalistik karena jabatannya, melainkan sebuah
kekuasaan yang melahirkan sebuah power (kekuatan) yang lahir
dari kesadaran.
Ada beberapa kriteria pemimpin menurut Rasulullah SAW
yang sukses dalam sebuah organisasi. 27
26 Op.Cit, hlm 119
37
1. Ketika seorang pemimpin dicintai oleh bawahan. Organisasi yang
dipimpinnya akan berjalan dengan baik jika kepemimpinannya
dinahkodai oleh pemimpin yang dicintai oleh bawahan. Seorang
pemimpin disamping harus memiliki kemampuan untuk melakukan
tugas-tugas kepemimpinan, juga harus memiliki kemampuan untuk
mengolah hati. Persoalan hati merupakan persoalan yang sangat
penting karena disadari benar bahwa pekerjaan yang baik adalah
pekerjaan yang disertai dengan hati. Jika sebuah pekerjaan hanya
didefinisikan secara mekanis tanpa ada katalisator hati, maka
pekerjaan itu tidak akan mampu dilakukan dengan baik. Oleh
karena itu, jelas bahwa hati menjadi persoalan yang sangat penting
dan harus diperhatikan oleh seorang pemimpin.
2. Pemimpin yang mampu menampung aspirasi bawahannya. Selain
dicintai, pemimpin yang baik juga dapat menerima kritik dari
bawahannya.
3. Pemimpin yang selalu bermusyawarah. Seorang pemimpin selain
harus siap menerima dan mendapatkan tausiyah atau kritikan,
pemimpin yang sukses juga selalu bermusyawarah. Musyawarah
dilakukan dengan orang-orang tertentu untuk membahas persoalan-
persoalan yang berkaitan dengan kebijakan-kebijakan public, atau
yang bersangkutan dengan kepentingan umum dari perusahaan.
27 Op.Cit, hlm 120
38
Musyawarah ini ditujukan untuk saling bertukar pendapat dan
pemikiran. Jika musyawarah berjalan dengan baik, maka para
karyawan akan merasa termotivasi karena mereka merasa dilibatkan
dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan perusahaan dan
kehidupan mereka. Dengan musyawarah, ada unsur penghargaan yang
tersirat dari seorang pemimpin untuk menerima masukan-masukan dari
para karyawan. Hal ini akan berdampak positif, mengingat bahwa
karyawan adalah manusia yang harus dimanusiakan bukan sekedar
robot yang dengan seenaknya dapat diperintahkan apa saja.
Islam menganjurkan untuk membudayakan musyawarah antara
sesama orang beriman. Apapun yang dilakukan, apalagi yang berkaitan
dengan umat, harus bermusyawarah, tidak boleh jalan sendiri-sendiri
2.1.3. Produktivitas Kerja
Kondisi politik dan ekonomi dewasa ini telah mendorong para
pegawai untuk memberikan perhatiannya terhadap pengembangan
kemampuan kerjanya. Dengan adanya inflasi ekonomi, gelombang
resesi dan pengurangan pegawai, nilai efisiensi administrasi telah
memberikan pengaruh yang sangat kuat. Pengaruh nilai efisiensi jika
dibandingkan dengan nilai-nilai lainnya seperti keadilan sosial,
responsivitas, politik maka efektivitas pegawai telah memiliki andil
yang besar dalam mempengaruhi pembangunan. Upaya-upaya
perbaikan produktivitas telah mendorong pemahaman yang sangat
kompleks, dan bahkan pada motivasi kerja pegawai juga.
39
Indonesia telah mengenal konsep produktivitas sejak tahun
1958. sebagai sebuah konsep, produktivitas mengandung sebuah
pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta
tenaga kerja per satuan waktu. Pengertian tersebut menunjukkan
bahwa ada kaitan antara hasil kerja dan waktu yang dibutuhkan untuk
menghasilkan produksi dari seorang tenaga kerja. Dalam hal ini tidak
terlepas oleh efisiensi dan efektivitas. Efisiensi diukur dengan rasio
output dan input. 28 atau dengan kata lain, mengukur efisiensi
memerlukan identifikasi dari hasil kinerja.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya
produktivitas suatu instansi antara lain:29
1. Knowledge
Pengetahuan adalah merupakan akumulasi hasil proses pendidikan
baik yang diperoleh secara formal maupun non formal yang
memberikan kontribusi pada seseorang di dalam pemecahan
masalah, daya cipta, termasuk dalam melakukan atau
menyelesaikan pekerjaan. Dengan pengetahuan yang luas dan
pendidikan tinggi, seorang pegawai diharapkan mampu melakukan
pekerjaan dengan baik dan produktif.
2. Skills
Ketrampilan adalah kemampuan dan penguasaan teknis
operasional mengenai bidang tertentu, yang bersifat kekaryaan.
28 Ambar T Sulistiyani & Rosyidah , loc.cit, hlm 19929 Ibid, hlm 200
40
Ketrampilan diperoleh melalui proses belajar dan berlatih.
Ketrampilan berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
melakukan atau menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang bersifat
teknis, seperti ketrampilan computer, ketrampilan bengkel, dan
lain-lain. Dengan ketrampilan yang dimiliki seorang pegawai
diharapkan mampu menyelesaikan pekerjaan secara produktif.
3. Abilities
Abilities atau kemampuan terbentuk dari sejumlah
kompetensi yang dimiliki oleh seorang pegawai. Pengetahuan dan
ketrampilan termasuk factor pembentuk kemampuan. Dengan
demikian apabila seseorang mempunyai pengetahuan dan
ketrampilan yang tinggi, diharapkan memiliki ability yang tinggi
pula.
4. Attitude
Attitude merupakan suatu kebiasaan yang terpolakan. Jika
kebiasaan yang terpolakan tersebut memiliki implikasi positif
dalam hubungannya dengan perilaku kerja seseorang maka akan
menguntungkan.
5. Behaviors
Ketika karyawan telah mempunyai knowledge, skills,
abilities, dan attitude maka secara langsung perilaku mereka akan
mencerminkan kepribadian mereka. Dengan demikian perilaku
manusia akan ditentukan oleh keempat factor tersebut di atas
41
sehingga dapat mendukung kerja yang efektif atau sebaliknya.
Dengan kondisi pegawai tersebut, maka produktivitas dapat
dipastikan akan terwujud.
Sedangkan menurut Justine T. Sirait dalam bukunya yang
berjudul manajemen: memahami aspek-aspek pengelolaan sumberdaya
manusia dalam organisasi menyebutkan bahwa factor-faktor yang
mempengaruhi produktivitas adalah sebagai berikut:30
1. Pendidikan dan latihan
Pendidikan membentuk dan menambah pengetahuan
seseorang untuk mengerjakan sesuatu dengan lebih cepat dan tepat,
sedangkan latihan membentuk dan meningkatkan ketrampilan
kerja. Semakin tinggi tingkat pendidikan dan latihan seseorang,
semakin tinggi pula tingkat produktivitasnya. Rendahnya tingkat
pendidikan di Indonesia dewasa ini merupakan suatu indikasi
rendahnya produktivitas angkatan kerja di Indonesia. Dengan
demikian, peningkatan kualitas pendidikan dan program-program
latihan kerja merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendesak.
Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi
memungkinkan dia untuk bekerja lebih produktif daripada orang
lain yang tingkat pendidikannya rendah. Hal ini dikarenakan orang
yang berpendidikan tinggi memiliki cakrawala atau pandangan
30 Justine T. Sirait, Manajemen: Memahami Aspek-Aspek Pengelolaan SumberdayaManusia Dalam Organisasi, Jakarta: Grasindo, 2006, hlm 249
42
yang lebih luas sehingga mampu untuk bekerja atau mendapatkan
lapangan kerja.
2. Gizi dan kesehatan
Makanan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi
dalam rangka kelangsungan hidup. Untuk menjaga kesehatan,
diperlukan makanan yang mengandung gizi yang cukup. Seseorang
yang dalam keadaan sehat atau kuat jasmani/badan dan rohani/
jiwa akan dapat berkonsentrasi dengan baik dalam pekerjaannya.
Dengan makanan yang mengandung gizi cukup akan membuat
seseorang tidak cepat lelah dalam bekerja. Sebaliknya jika
makanan yang dimakan oleh seorang pekerja kurang memenuhi
persyaratan gizi, akan menyebabkan pekerja cepat lelah, sehingga
produktivitas menjadi menurun atau rendah.
3. Motivasi/ kemauan
Motivasi merupakan proses untuk mempengaruhi seseorang
agar mau melakukan sesuatu.
Produktivitas atau prestasi seseorang tergantung pada
motivasi orang tersebut terhadap pekerjaan yang dilakukan.
Semakin tinggi motivasi seseorang untuk melakukan pekerjaan,
semakin tinggi pula tingkat produktivitasnya.
Menurut expectancy theory : P= M* A
Dimana :
43
P = Performance
M = Motivation
A = Ability
Semakin tinggi motivasi seseorang untuk melakukan
sesuatu pekerjaan, semakin tinggi pula tingkat produktivitasnya
dengan anggapan bahwa kemampuan orang tersebut tidak berubah.
4. Kesempatan kerja
Kesempatan kerja dapat mempengaruhi produktivitas kerja.
Dalam pengertian mikro, kesempatan kerja berarti
a. Adanya kesempatan untuk bekerja;
b. Pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan dan ketrampilan
pekerja (the right man on the right place)
c. Adanya kesempatan untuk mengembangkan diri, yang akan
dapat menjadikan pekerja menjadi lebih kreatif.
Ketrampilan dan produktivitas seseorang berkembang
melalui dan di dalam pekerjaan. Ketrampilan tertentu yang tidak
diterapkan dalam jangka waktu cukup lama dapat menurun atau
menghilang sama sekali. Sebaliknya ketrampilan yang diterapkan
secara terus-menerus dapat berkembang. Peningkatan produktivitas
dalam masyarakat erat kaitannya dengan upaya-upaya perluasan
kesempatan kerja yang menjamin bahwa setiap orang yang ingin
bekerja memperoleh pekerjaan sesuai dengan kemampuannya.
44
Rendahnya produktivitas kerja seseorang sering
diakibatkan oleh kesalahan penempatan, dalam arti bahwa
seseorang tidak ditempatkan dalam pekerjaan yang sesuai dengan
pendidikan dan ketrampilannya. Bentuk kesalahan dalam
penempatan itu ada dua jenis dan keduanya merupakan
pengangguran terselubung dipandang dari segi produktivitas adalah
sebagai berikut:
a. Menempatkan seseorang dalam pekerjaan di luar
kemampuannya, baik karena pendidikannya yang terlalu rendah
atau karena bidang pendidikan dan pengalaman yang berlainan.
b. Menempatkan seseorang yang pendidikannya cukup tinggi dan
pengalamannya cukup banyak dalam pekerjaan yang tidak
menuntut persyaratan pendidikan dan pengalaman sebanyak
itu.
Penempatan yang salah ini disebabkan oleh dua hal adalah
sebagai berikut:
1. Kelemahan manajemen atau pimpinan yang kurang mengetahui
gambaran tugas yang sebenarnya dan kemampuan bawahannya
di lingkungan kerja. Aspek ini bersifat mikro dan menyangkut
tugas manajemen.
2. Ketidakseimbangan pasar tenaga kerja.
45
Aspek ini bersifat makro dan menuntut perlu adanya
perencanaan tenaga kerja yang terpadu dengan perencanaan
pembangunan, pendidikan, dan latihan.
5. Kemampuan manajerial pemimpin
Prinsip manajemen adalah peningkatan efisiensi. Sumber-
sumber digunakan secara maksimal, termasuk tenaga kerja sendiri.
Penggunaan sumber-sumber tersebut dikendalikan secara efisien
dan efektif.
Manajemen personalia menyangkut soal-soal penggunaan
yang optimal dari sumber tenaga kerja manusia dalam perusahaan.
6. Kebijaksanaan pemerintah
Usaha peningkatan produktivitas sangat sensitive terhadap
kebijaksanaan pemerintah di bidang produksi, investasi, perizinan
usaha, teknologi, moneter, fiscal, distribusi, dan lain-lain
Produktivitas karyawan juga akan meningkat jika
keinginan-keinginan dan kebutuhan karyawan dapat terpenuhi
antara lain :31
a. Gaji atau upah yang baik
b. Pekerjaan yang aman secara ekonomis
c. Rekan kerja yang kompak
d. Penghargaan terhadap pekerjaan yang dijalankan
e. Pekerjaan yang berarti
31 Susilo Martoyo, Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta,2000, hlm 162.
46
f. Kesempatan untuk maju
g. Kondisi kerja yang aman, nyaman dan menarik
h. Pimpinan yang adil dan bijaksana
i. Pengarahan dan perintah yang wajar
j. Organisasi atau tempat kerja yang dihargai masyarakat.
Dengan demikian sangat penting apabila seluruh keinginan tersebut
dapat sinkron dengan kepentingan organisasi atau perusahaan. Semakin
produktif suatu organisasi, semakin baik keuntungan kompetitifnya karena
biaya untuk memproduksi suatu unit output menjadi lebih rendah.
Produktivitas yang lebih baik bukan selalu berarti lebih banyak yang
dihasilkan, bisa saja lebih sedikit orang ( atau lebih sedikit uang atau waktu )
yang digunakan untuk memproduksi jumlah yang sama. Cara yang berguna
untuk mengukur produktivitas tenaga kerja adalah total biaya sumber daya
per unit output. Pada pemikiran yang paling mendasar, produktivitas adalah
ukuran dari kuantitas dan kualitas dari pekerjaan, dengan mempertimbangkan
biaya sumber daya yang digunakan untuk mengerjakan pekerjaan tersebut.32
Perbandingan ini mengukur nilai tambah oleh suatu organisasi atau dalam
ekonomi.
Persaingan global dan produktivitas pada tingkat nasional,
produktivitas menyangkut perhatian untuk beberapa alasan. Pertama,
produktivitas yang tinggi mengarahkan ke standar hidup yang lebih tinggi
seperti yang ditunjukkan oleh kemampuan yang lebih besar dari suatu negara
32 Robert L. Mathis & John H. Jackson, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta :Salemba Empat, 2001, hlm 82
47
yang membayar apa yang diinginkan warga negaranya. Berikutnya,
peningkatan dalam tingkat gaji secara nasional (biaya untuk membayar
tenaga kerja) tanpa peningkatan dalam produktivitas akan membawa pada
inflasi yang berakibat pada peningkatan biaya dan penurunan daya beli.
Terakhir, tingkat produktivitas yang lebih rendah menjadikan lebih tingginya
biaya tenaga kerja dan posisi yang kurang bersaing untuk produk suatu
negara pada pasar dunia.
2.1.4. Koperasi
Dilihat dari segi bahasa, secara umum koperasi berasal dari kata latin
yaitu cum yang berarti dengan, dan aperari yang artinya bekerja. Dari dua
kata ini, dalam bahasa inggris dikenal istilah co dan operation, yang dalam
bahasa belanda disebut cooperative vereneging yang berarti bekerja bersama
dengan orang lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu. 33kata Cooperation
kemudian diangkat menjadi istilah ekonomi sebagai Kooperasi yang
dibakukan menjadi KOPERASI, yang berarti organisasi ekonomi dengan
keanggotaan yang sifatnya sukarela. Oleh karena itu koperasi dapat
didefinisikan sebagai berikut: koperasi adalah suatu perkumpulan atau
organisasi ekonomi yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan, yang
memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota menurut peraturan
yang ada, dengan bekerjasama secara kekeluargaan menjalankan suatu usaha,
dengan tujuan mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya.
33 R.T.Ssunantya Rahardja Hadhikusuma, Hukum Koperasi Indoneia, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2005, hlm1
48
Dari definisi tersebut, maka dapatlah dilihat adanya unsur-unsur
koperasi seperti berikut:
1. Koperasi bukan suatu organisasi perkumpulan modal(akumulasi modal),
tetapi perkumpulan orang-orang yang berasaskan sosial, kebersamaan
bekerja dan tanggungjawab.
2. Keanggotaan koperasi tidak mengenal adanya paksaan apapun dan oleh
siapapun, bersifat sukarela, netral terhadap aliranisme dan agama.
3. Koperasi bertujuan meningkatkan kesejahteraan anggota dengan cara
bekerjasama secara kekeluargaan.
Koperasi sebagai lembaga atau sistem sosial dalam setiap
kegiatannya berupaya untuk memberdayakan atau mengelola sumber daya
yang tersedia untuk mencapai tingkat operasi yang efektif. koperasi
dikatakan efektif bilamana usaha koperasi dapat memberikan manfaat bagi
anggotanya, oleh karena itu perlu dukungan internal dari dalam agar tujuan
koperasi dapat tercapai. Kenyataan menunjukkan bahwa baik koperasi yang
berhasil maupun yang mengalami kegagalan cenderung disebabkan oleh
kerapuhan internal organisasi, oleh karena itu koperasi harus meningkatkan
kualitas, kemampuan, ketangguhan, dan kemandirian agar tetap berdiri tegak
di tengah gejolak ekonomi yang dihadapi negara kita pada saat ini.
Koperasi sebagai usaha bersama, harus mencerminkan ketentuan-
ketentuan sebagaimana lazimnya di dalam kehidupan suatu keluarga.
Nampak di dalam suatu keluarga bahwa segala sesuatu yang dikerjakan
49
secara bersama-sama adalah ditujukan untuk kepentingan bersama seluruh
anggota keluarga.
Jadi dengan demikian suatu usaha bersama untuk bisa disebut
sebagai koperasi haruslah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :34
1. Bukan merupakan kumpulan modal (akumulasi modal). Konsekuensi
dari hal ini adalah, koperasi harus benar-benar mengabdi pada
kemanusiaan, bukan kepada sesuatu kebendaan.
2. Merupakan kerjasama, yaitu suatu bentuk gotong royong berdasarkan
asas kesamaan derajat, hak dan kewajiban. Sehingga koperasi benar-
benar sebagai wahana demokrasi ekonomi dan sosial. Koperasi adalah
milik anggota, sehingga kekuasaan tertinggi ada pada Rapat Anggota.
3. Semua kegiatan harus didasarkan atas kesadaran para anggotanya, tidak
boleh ada paksaan, tidak boleh ada intimidasi maupun campur tangan
luar yang tidak ada sangkut pautnya dengan soal ke dalam koperasi.
4. Tujuan koperasi harus merupakan kepentingan bersama para anggotanya
dan tujuan tersebut hanya dapat dicapai dengan karya dan jasa yang
disumbangkan para anggotanya, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi
harus dapat mencerminkan perimbangan secara adil dari besar kecilnya
karya dan jasa dari para anggotanya.
Gerakan koperasi timbul karena adanya inspirasi dari para pembaharu
sosial pada abad ke-14 di daratan Eropa. Perkembangan Koperasi
mengalami beberapa kali periode:
34 Ibid, hlm 3
50
a. Periode penjajahan belanda
1. Masa tahun 1896-1908
Masa ini merupakan titik awal dikenalnya koperasi di
bumi indonesia ini. Pada awal 1896 ada seorang Patih Pamong
praja bernama R. Aria Wiria Atmadja di Purwokerto yang
merintis mendirikan suatu bank simpanan untuk menolong para
pegawai negeri yang terjerat tindakan dalam soal riba dari
kaum lintah darat. Usahanya ini mendapat bantuan dari seorang
Residen Asisten Belanda yang bertugas di Purwokerto bernama
E. Sieburgh. Tindakan politik pemerintah penjajah yang
merintangi usaha R. Aria Wiria Atmadja pada waktu itu, dapat
dibuktikan disini dengan didirikannya Algemene Nallescrediet
Bank, Rumah Gadai, Bank Desa (sekarang menjadi BRI), dan
sebagainya.
2. Masa tahun 1908-1927
Bersamaan dengan lahirnya kebangkitan nasional,
tepatnya pada antara tahun 1908-1913, Boedi Utomo berusaha
memajukan koperasi-koperasi rumah tangga, koperasi toko
yang kemudian menjadi koperasi konsumsi yang di dalam
perkembangannya kemudian menjadi koperasi batik.
Gerakan Boedi Utomo pada tahun 1908 dengan dibantu
oleh Serikat Islam inilah yang melahirkan koperasi pertama
51
kali di Indonesia, bersamaan dengan lahirnya gerakan
kebangkitan nasional.
Pada tahun 1920 belanda membentuk suatu komisi atau
panitia koperasi, atas desakan keras dari para pemuka rakyat.
Hasil dari komisi melaporkan bahwa koperasi di indonesia
memang perlu dikembangkan. Akhirnya pada tahun 1927 RUU
Koperasi yang disesuaikan dengan kondisi indonesia selesai
dibuat dan diundangkan pada tahun itu juga. Maka keluarlah
undang-undang koperasi pada tahun 1927 yang di sebut
Regeling Inlandsche Cooperatieve Verenegingen.
3. Masa tahun 1927-1942
Dengan keluarnya UU koperasi tahun 1927 yaitu
Regeling Inlandsche Cooperatieve Verenegingen, koperasi di
indonesia mulai bangkit dan berkembang lagi.
Pada tahun 1935 jawatan koperasi dipindahkan dari
Departemen Dalam Negeri ke Departemen Ekonomi, karena
banyaknya kegiatan dibidang ekonomi pada waktu itu dan
dirasakannya bahwa koperasi lebih sesuai berada di bawah
Departemen Ekonomi.
Kemudian pada tahun 1937 dibentuklah koperasi-
koperasi simpan pinjam yang diberi bantuan modal oleh
pemerintah, dengan tugas sebagai koperasi pemberantas hutang
52
rakyat, terutama kaum tani yang tidak dapat lepas dari
cengkeraman kaum pengijon dan lintah darat.
Selanjutnya pada tahun 1939 jawatan koperasi yang
berada di bawah Departemen Ekonomi diperluas ruang
lingkupnya menjadi jawatan koperasi dan perdagangan Dalam
Negeri. Hal ini disebabkan karena koperasi pada saat itu belum
mampu untuk mandiri, sehingga pemerintah penjajah menaruh
perhatian dengan perlu memberikan bimbingan, penyuluhan,
pengarahan dan sebagainya tentang bagaimana cara koperasi
dapat memperoleh barang dan memasarkan hasilnya. Perhatian
yang diberikan oleh pemerintah penjajah tersebut dimaksudkan
agar koperasi dapat bangkit dan berkembang serta mampu
mengatasi dirinya sendiri.
b. Periode Pendudukan Jepang
1. Masa tahun 1942-1945
Sejak bala tentara Jepang mendarat di Indonesia pada
tahun 1942, peranan koperasi menjadi berubah lagi. Koperasi
yang bercirikan demokrasi sudah tidak ada lagi, karena oleh
bala tentara jepang sebagai penguasa pada waktu itu, koperasi
dijadikan alat pendistribusian barang-barang keperluan tentara
jepang. Koperasi-koperasi yang ada kemudian diubah menjadi
KUMIAI, yang berfungsi sebagai pengumpul barang untuk
keperluan perang.
53
Pada masa ini, koperasi tidak mengalami perkembangan
bahkan semakin hancur. Hal ini disebabkan karena adanya
ketentuan dari penguasa jepang bahwa untuk mendirikan
koperasi harus mendapatkan izin dari pemerintah setempat, dan
biasanya izin tersebut sangat dipersulit.
c. Periode kemerdekaan
1. Masa tahun 1945-1958
Sejak diproklamirkannya kemerdekaan republik
indonesia pada tanggal 17 agustus 1945 dan sehari kemudian
Undang-Undang Dasar 1945 disahkan, maka timbul semangat
baru untuk menggerakkan koperasi. Hal ini dikarenakan
koperasi sudah mendapat landasan hukum yang kuat di dalam
UUD 1945, yaitu pada pasal 33 ayat (1)UUD 1945 beserta
penjelasannya. Pada tanggal 12 juli 1947 gerakan koperasi
mengadakan kongres yang pertama di Tasikmalaya, Jawa
Barat. Dari beberapa keputusan penting yang diambil dalam
kongres tersebut, salah satunya adalah menetapkan bahwa
tanggal 12 juli dijadikan sebagai Hari Koperasi, yang bermakna
sebagai hari bertekad dari seluruh bangsa indonesia untuk
melaksanakan kegiatan perekonomian melalui koperasi.
2. Masa tahun 1958-1965
54
Pada periode ini jawatan koperasi langsung
bertanggungjawab atas perkembangan koperasi indonesia.
Segala aktivitas pemerintah dalam perekonomian dan
perkoperasian, disalurkan melalui jawatan koperasi baik dari
pusat sampai ke daerah-daerah.
Pada periode ini juga banyak berdiri KUD, yang
tersebar di hampir seluruh wilayah di Indonesia. Maka
pemerintah mulai membina secara khusus KUD-KUD tertentu,
yang ditunjuk sebagai KUD percontohan.
Badan usaha koperasi dimiliki oleh anggota, yang
merupakan pemakai jasa. Fakta ini membedakan koperasi dari
badan usaha atau perusahaan bentuk lain yang pemiliknya,
pada dasarnya adalah para penanam modalnya (investor).35
Bagi koperasi, baik inspirasinya maupun gerakannya
yang mula-mula timbul adalah merupakan suatu gerakan
otomatis untuk membela diri dari suatu kelompok masyarakat
terhadap tekanan-tekanan hidup yang dilakukan oleh
kelompok-kelompok lain dalam masyarakat, baik yang berupa
dominasi sosial maupun yang berupa eksploitasi ekonomi,
sehingga menimbulkan rasa tidak aman bagi kehidupan
mereka.
35 Jochen Ropke, Ekonomi Koperasi Teori dan Manajemen, Jakarta: Salemba Empat,2003, hlm 13.
55
Jika koperasi yang mula-mula tumbuh merupakan suatu
gerakan spontan, maka kemudian orang mulai bertanya, apakah
koperasi itu? Dan mulailah orang memberikan isi dan definisi kepada
koperasi. Bermacam-macam definisi telah diberikan kepada koperasi
dan jika kita teliti lebih lanjut, maka tampak bahwa definisi itu
berkembang, sejalan dengan perkembangan zaman. Definisi dini
umumnya menekankan bahwa koperasi itu merupakan wadah bagi
golongan ekonomi lemah, seperti definisi yang diberikan oleh Dr. Fay
(1908 ), 36 yang menyatakan bahwa koperasi adalah suatu perserikatan
dengan tujuan berusaha bersama yang terdiri atas mereka yang lemah
dan diusahakan selalu dengan semangat tidak memikirkan diri sendiri
sedemikian rupa, sehingga masing-masing sanggup menjalankan
kewajibannya sebagai anggota dan mendapat imbalan sebanding
dengan pemanfaatan mereka terhadap organisasi.
Perkembangan definisi tentang koperasi dapat ditunjukkan
dengan adanya definisi yang mengatakan bahwa koperasi adalah suatu
perkumpulan dari orang-orang yang atas dasar persamaan derajat
sebagai manusia, dengan tidak memandang haluan agama dan politik
secara sukarela masuk, untuk sekadar memenuhi kebutuhan bersama
yang bersifat kebendaan atas tanggungan bersama.
36 Hendrojogi, Koperasi Asas-Asas, Teori, dan Praktik, Jakarta: PT. Raja Grafindopersada, 2004, hlm 20.
56
Kalau kita pelajari definisi tersebut lebih lanjut, maka tampak
bahwa definisi tersebut mengandung :37
b. Unsur demokrasi
c. Unsur sosial
d. Unsur tidak semata-mata mencari keuntungan.
Kata-kata yang terdapat dalam definisi tersebut selanjutnya
dapat diterangkan sebagai berikut :
1. Kumpulan orang-orang
Menjelaskan bahwa dalam koperasi yang diutamakan
bukanlah modal atau uang, tetapi orang-orang sebagai anggota dan
masing-masing anggota mempunyai hak suara yang sama. Berbeda
dengan perseroan terbatas, dimana besar kecilnya modal/saham
yang dimiliki seseoranglah yang menentukan besar kecilnya hak
suara.
2. Persamaan derajat
Menjelaskan bahwa dalam keanggotaan, koperasi tidak
membedakan pria dan wanita, pesuruh atau kepala bagian atau
direktur. Mereka masing-masing mempunyai hak suara yang sama,
yaitu setiap anggota 1 suara.
3. Tidak memandang haluan agama dan politik
Dimaksudkan agar janganlah koperasi itu dibawa ke salah
satu aliran agama atau politik.
37 Ibid, hlm 22
57
4. Sukarela
Menerangkan bahwa keanggotaan koperasi tidak boleh
dipaksakan dan bahwa seseorang itu bebas keluar masuk menjadi
anggota.
5. Sekadar memenuhi kebutuhan
Kalimat itu mengandung 2 pengertian :
a. Bahwa koperasi itu tidak mencari keuntungan
b. Menunjukkan bahwa koperasi itu hendaknya berusaha di
bidang kebutuhan pokok dari anggota-anggotanya yang dapat
diartikan mendidik anggota-anggota untuk hidup sederhana.
6. Tanggungan bersama
Dimaksudkan untuk menanam rasa tanggungjawab anggota
terhadap :
a. Kewajiban mereka sehari-hari
b. Kewajiban mereka dikemudian hari, bila misalnya koperasi
dibubarkan dan mengalami kerugian.
Koperasi menurut Menteri Negara Koperasi Usaha Kecil dan
Menengah RI no: 129/KEP/M.KUKM/XI/2002 adalah badan usaha
yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum. Koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar asas
kekeluargaan
Prinsip-prinsip koperasi antara lain adalah sebagai berikut :
58
1. Prinsip keanggotaan sukarela dan terbuka
2. Prinsip pengendalian oleh anggota secara demokratis
3. Prinsip partisipasi ekonomi anggota, artinya anggota menyumbang
secara adil terhadap modal koperasi
4. Prinsip otonomi dan kemandirian artinya koperasi secara mandiri
membangun dan dikendalikan oleh anggota
5. Prinsip pendidikan dan pelatihan mengandung makna koperasi
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi anggota,
pengurus, manajer, dan karyawan
6. Prinsip kerjasama
7. Prinsip kepedulian terhadap komunitas artinya koperasi bekerja
untuk pembangunan.
2.1.5 Koperasi Pondok Pesantren
Koperasi Pondok Pesantren (kopontren) adalah koperasi yang
didirikan di lingkungan pondok pesantren guna menunjang seluruh
kebutuhan warga yang berada di dalamnya. Sementara pondok pesantren
adalah suatu lembaga pendidikan khusus, yaitu tempat guru, pembina, serta
Kiai sebagai penyelenggara pendidikan dan santri sebagai objek pendidikan
hidup bersama-sama dalam suatu lingkungan yang sengaja diciptakan untuk
menunjang dan memperlancar penyelenggaraan pendidikan. Sebagai sebuah
komunitas, pondok pesantren memerlukan dukungan sarana yang dapat
59
membantu dan memperlancar tujuan pendidikan. Oleh karena itu, kehadiran
kopontren sangat diperlukan.38
Koperasi pondok pesantren Az Zahra telah berdiri sejak tahun 1996,
dan didirikan oleh kyai Abdul Rahman dan berkantor di Jl. K.H Thohir 76A,
Penggaron kidul Pedurungan Semarang. Koperasi Pondok Pesantren
(Koppontren) ini merupakan lembaga yang bergerak dalam bidang ekonomi
dan profit yang mana hasilnya diharapkan akan dapat dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya untuk pengembangan Pondok Pesantren Az Zahra . Berikut
ini profil dan unit usaha yang dikembangkan oleh Koperasi Pondok
Pesantren (Koppontren Az Zahra)
Tujuan Lembaga :
1. Menjadikan Koppontren sebagai sumber dana bagi aktifitas pendidikan
Yayasan Ma had Az Zahra.
2. Memberdayakan potensi ekonomi seluruh santri serta masyarakat sekitar
yang notabene berlatar belakang ekonomi lemah.
3. Sebagai tempat/wadah bagi para santri untuk melatih diri dalam berbagai
kegiatan ekonomi bisnis.
4. Mencetak kader-kader santri yang mempunyai jiwa dan pribadi
wirausahawan muslim yang sejati, yang lebih mengedepankan nilai-nilai
kejujuran dan profesionalisme dalam bekerja.
38 http://www.mahad darularqamgaru.sch.id/index.php?option=com_content&view=article&id=80;kopontren&catid=44:prasarana.
60
5. Menjadikan Kopontren Az Zahra sebagai sebuah badan usaha yang
mampu bersaing secara sehat dengan pelaku-pelaku ekonomi di kancah
perekonomian nasional.
Unit Usaha39
Unit 1 (Waserda)
Jenis Usaha : Menjual sembako dan barang rumah tangga
Sasaran : Masyarakat Umum
Sistem Penjualan : Eceran
Unit 2 (Wartel)
Jenis Usaha : Pelayanan Telepon Lokal, SLJJ, SLI (2 KBU) menjual
kaset dll.
Sasaran : Santri Putra dan Putri, Masyarakat Umum.
Unit 3 (Agro Bisnis )
Jenis Usaha : Menjual pupuk dan alat- alat pertanian
Sasaran : Masyarakat Umum
Unit 4 (Toko Alat Tulis)
Jenis Usaha : Peralatan tulis, buku-buku dan elektronik
Sasaran : Santri Putra Putri dan Masyarakat Umum
Unit 5 (Kantin Kesehatan )
Jenis Usaha : menjual obat- obat herbal dan obat-obat yang lain
Sasaran : Santri Putra Putri dan Masyarakat umum
39 Wawancara dengan karyawan Koperasi Pondok Pesantren az Zahra PedurunganSemarang Nurus Sa adah hari Sabtu, tgl 18 September 2010.
61
Unit 6 (Toko Santri)
Jenis Usaha : Pertokoan Pondok menjual buku tulis, alat-alat tulis dan
belajar, Pakaian, Sarung Kitab dll.
Sasaran : Santri Putra Putri dan Masyarakat umum
Di samping sebagai badan usaha yang dapat membantu pondok
pesantren dalam memenuhi kebutuhan hidup hariannya, koperasi juga
dapat membantu kepentingan penyelenggaraan pendidikan. Menteri
koperasi Surya Darma Ali meminta, agar koperasi pondok pesantren
yang saat ini sedang berkembang pesat, jangan sampai menjadi
kuburan bagi koperasi yang sudah ada terutama yang sudah ada di
sekitar pondok pesantren. Pemberdayaan koperasi pondok pesantren
cukup pesat perkembangannya, namun jangan sampai membunuh dan
menjadi kuburan bagi koperasi yang sudah ada sebelumnya, katanya di
sela-sela halal bihalal di pesantren mahasiswa (Pesma) Al-Hikam di
Malang, Sabtu 18 November 2006.
Ia mengakui sekarang banyak koperasi yang hancur bahkan
mati sama sekali karena oknum pimpinannya hanya mencari fasilitas
pribadi. begitu mendapatkan fasilitas dan kemudahan dari pemerintah,
pimpinan itu lari dan melupakan koperasi yang telah dirintis. Karena
kondisi itu koperasi pondok pesantren harus bisa memberikan contoh
dan wadah sekaligus mitra kerja bagi koperasi-koperasi yang ada di
sekitarnya.40
40 http://www.kapanlagi.com/h/0000144318.html
62
Koperasi Pondok Pesantren (KOPONTREN) juga dapat
dijadikan wadah bagi para santri untuk mewujudkan keinginan-
keinginan berbisnis, sebagai pelaku ekonomi yang mana hal tersebut di
atas dapat melatih kecerdasan dan kemandirian para santri dalam
berwirausaha.. Sebagai sebuah komunitas, pondok pesantren
memerlukan dukungan sarana yang dapat membantu dan
memperlancar tujuan pendidikan. Oleh karena itu, kehadiran
KOPONTREN sangat diperlukan. Di samping sebagai badan usaha
yang dapat membantu pondok pesantren dalam memenuhi kebutuhan
hidup hariannya, koperasi juga dapat membantu kepentingan
penyelenggaraan pendidikan.41
Kelebihan Kopontren yang tidak dimiliki oleh usaha koperasi
lainnya adalah tidak bergantung pada bantuan uang negara karena itu
harapan kepada Kopontren bukan saja harus menjadi perhatian
pemerintah tapi dapat dibantu oleh komunitas usaha menengah dan
besar muslim," kata Suryadharma.
Menteri yang juga Ketua Umum DPP Partai Persatuan
Pembangunan ini menuturkan ketersediaan anggaran pemerintah untuk
mengucurkan dana bagi Kopontren sangat terbatas.42
41 http://www.mahaddarularqamgarut.sch.id/index.php?option=com_content&view=article&id=80:kopontren&catid=44:prasarana
http://www.kapanlagi.com/h/old/0000246418.html42 http://www.kapanlagi.com/h/old/0000246418.html
63
2.1.5. Kerangka Pemikiran Teoritik
Gaya Kepemimpinan Islam
(X)
Produktivitas Kerja Karyawan
(Y)
1. Aspek persahabatan
pemimpin dengan karyawan
2. Aspek intelektual pemimpin
3. Aspek ketegasan pemimpin
4. Aspek keteladanan
1. Kualitas kerja
2. Kedisiplinan kerja
3. Pencapaian target.
2.2. Hipotesis
Berdasarkan permasalahan yang ada, dapat dirumuskan hipotesis
penelitian sebagai berikut:
Gaya Kepemimpinan Islam Berpengaruh Positif Terhadap
Produktivitas Kerja Karyawan di koperasi Pondok Pesantren Az-Zahra
Semarang
64
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Sumber Data
Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah :
1. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari informasi melalui
wawancara dan hasil-hasil yang diperoleh dari pengisian kuesioner oleh
karyawan koperasi pondok pesantren Az-Zahra Semarang.
2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung, melalui
dokumentasi dan buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang
dihadapi.
3.2. Populasi dan Sample
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. 43 Dalam
penelitian ini yang dijadikan populasi adalah seluruh karyawan koperasi
pondok pesantren Az-Zahra sekaligus menjadi sample dalam penelitian ini.
Teknik pengambilan sample dalam penelitian ini adalah dengan
teknik sampling jenuh atau lebih di kenal dengan metode sensus.
43Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R &D, Bandung: Alfabeta, 2008,hlm.80
65
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Berbagai data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dilakukan
dengan berbagai metode, yaitu:44
1. Metode Interview (wawancara)
Metode pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab
secara lisan kepada pihak yang akan diteliti, yaitu orang-orang yang terkait
dalam koperasi pondok pesantren Az-Zahra Semarang.
2. Metode Kuesioner (angket)
Yaitu dengan memberikan suatu daftar pertanyaan yang telah
dibuat dan ditentukan urutan serta formatnya oleh peneliti kepada
responden, yaitu seluruh karyawan koperasi pondok pesantren Az-Zahra
Semarang.
3. Metode Observasi
Merupakan metode pengumpulan data dengan cara mengadakan
pengamatan langsung pada koperasi pondok pesantren yang dijadikan
obyek atau bahan penelitian dan mencatat secara sistematis mengenai
masalah-masalah yang akan diteliti.
Pengujian terhadap hasil kuesioner digunakan analisis-analisis
sebagai berikut :
44 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: RinekaCipta, 2006, hlm 151
66
a. Validitas45
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-
tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Mengutip dari buku
Muchammad Fauzi yang berjudul Analisis Factor-Faktor Yang
Mempengaruhi Keinginan Migrasi Nasabah Bank Umum Syariah di
Kota Semarang bahwa uji validitas di lakukan dengan metode person
correlation, dengan memperhatikan batas nilai MSA 0,5 yang
signifikan dan batas factor loading 0.4. Sedangkan dalam buku
Muchammad Fauzi yang berjudul Pengaruh Ketaatan Beragama,
Atribut Produk Islami, Performance Quality, Reputation, Terhadap
Kepuasan Dan Loyalitas Dan Nasabah Baitul Mal Wat Tamwil (BMT)
Kab. Pemalang juga menyebutkan bahwa uji validitas dilakukan
dengan menggunakan analisis factor (factor analysis) yaitu factor
loading untuk memastikan masing-masing pertanyaan terklasifikasi
pada setiap variable yang di tentukan. Hair, et al (1998) memberikan
criteria terhadap signifikansi dari factor loading sebagai berikut; > 0,3
tergolong signifikan, > 0,4 tergolong lebih signifikan, dan > 0,5
tergolong sangat signifikan. 46 Uji lebih lanjut juga dilakukan untuk
mengetahui terpenuhinya asumsi klasik atas persamaan regresi yang di
buat. Uji asumsi klasik meliputi: uji multikoliniearitas,
45 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Semarang:Badan Penerbit Universitas Diponegoro, hlm 45
46 Muchammad Fauzi, Pengaruh Ketaatan Beragama, Atribut Produk Islami,Performance Quality, Reputation, Terhadap Kepuasan Dan Loyalitas Dan Nasabah Baitul MalWat Tamwil(BMT) Kab. Pemalang, semarang: IAIN Walisongo, 2009, hal. 63
67
heteroskedasitas, autokorelasi, dan normalitas 47 . Suatu instrumen
yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya,
instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah, dengan
ukuran seperti tersebut di atas. 48 Uji validitas instrumen dilakukan
untuk mengetahui seberapa jauh instrument penelitian mampu
mencerminkan isi sesuai dengan hal dan sifat yang diukur.
b. Uji Asumsi Klasik
1 Uji Multikoliniearitas
Uji multikolinieriatas dilakukan dengan tujuan untuk
melakukan apakah model regresi ditemukan terjadi korelasi yang
kuat antar variable independennya. Uji ini dilakukan dengan cara
melihat koefisien korelasi antar variable independen. Apabila lebih
dari 0,8 maka dapat disimpulkan bahwa terjadi multikoliniearitas
yang sangat serius. Deteksi lain yang dapat dilakukan dengan
menentukan nilai tolerance dan variance inflation factor, apabila
nilai tolerance lebih dari 10 atau nilai VIF lebih 0,90 maka terjadi
multikoliniearitas.
2 Uji Heteroskedasitas
Uji heteroskedasitas, dilakukan dengan tujuan untuk
menentukan apakah model regresi terjadi ketidaksamaan variansi
dari residual satu observasi ke observasi lainnya. Uji ini dapat
dilakukan secara sederhana dengan melihat grafik plot antara nilai
47 Muchammad Fauzi, Analisis Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Keinginan MigrasiNasabah Bank Umum Syariah di Kota Semarang, Semarang: IAIN Walisongo, 2008, hal. 34
48 Ibid, hal.125.
68
prediksi variable dependen (zpred), dengan nilai residualnya
(zresid). Apabila grafik plot menunjukkan pola tertentu
(bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka
diindikasikan terjadi heteroskedasitas.
3 Autokorelasi
Maksud dari tujuan tersebut di atas apakah garis regresi
antara X dan Y membentuk garis linear atau tidak. Kalau tidak
linear maka analisis regresi tidak dapat di lanjutkan.49
4 Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya
mempunyai distribusi normal atau tidak.
3.4. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Metode Analisis Kualitatif
Analisis ini merupakan analisis secara deskriptif, dengan
menemukan fakta dari data yang diperoleh selama penelitian.
2. Metode Analisis Kuantitatif
Merupakan metode untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis
dan data yang diperoleh melalui uji statistik. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan contoh pengambilan kuesioner dari Muchammad Fauzi
pengaruh ketaatan agama, atribut produk islami, performance quality,
49 Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta, 2007, hlm. 265
69
reputation, terhadap kepuasan dan loyalitas nasabah Baitul Mal wat
Tamwil (BMT) Kab. Pemalang. Untuk keperluan analisis, penulis
mengumpulkan dan mengolah data yang diperoleh dari kuesioner dengan
cara memberikan bobot penilaian dari setiap pertanyaan berdasarkan
skala Linkert. Skor yang digunakan adalah 5-4-3-2-1 berupa pernyataan
positif (Sangat setuju/ Setuju/ Kurang setuju/ Tidak setuju/ Sangat tidak
setuju)
a. Analisis regresi linear sederhana
Analisis regresi linear sederhana digunakan untuk mengetahui
gaya kepemimpinan Islam (X), terhadap produktivitas kerja
Karyawan koperasi pondok pesantren Az-Zahra (Y). Persamaan
regresi linear sederhana dicari dengan rumus:
Y = a + bX
Dimana :
Y = Produktivitas kerja Karyawan koperasi pondok pesantren az-
Zahra.
a = Nilai Konstanta
b = Koefisien Regresi
X = Variabel Bebas yaitu gaya kepemimpinan islam
b. Menguji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan uji F, jika harga hitung F
yang diperoleh lebih besar dibandingkan tabel F maka hitung F
signifikan, artinya hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif
70
diterima. Dan sebaliknya apabila hitung F yang diperoleh lebih kecil
dibandingkan dengan tabel F berarti hitung F tidak signifikan.
Artinya hipotesis nol diterima dan hipotesis alternatif ditolak.
3.5. Variabel Penelitian dan Pengukuran
Peneliti dalam melakukan penelitian ini menggunakan indikator yang
dilandaskan pada buku yang ditulis oleh Imam Moedjiono yang berjudul
kepemimpinan & keorganisasian.50
50 Imam moedjiono, kepemimpinan & keorganisasian, Jakarta, UII press, 2002,hlm 55-63
71
Variabel Konsep
Variabel
Sub variabel Indikator Skala
Gaya
kepemim
pinan
islam (X)
Gaya
kepemimpin
an Islam
merupakan
proses
kegiatan
mempengaru
hi orang lain
melakukan
aktifitas.
Sikap dan sifat
pemimpin
terhadap
karyawan.
- Aspek
persahabatan
pemimpin dengan
karyawan
- Aspek intelektual
pemimpin
- Aspek ketegasan
pemimpin
Aspek keteladanan
Diukur
melalui
angket dengan
menggunakan
skala Linkert
Produktif
itas kerja
karyawan
(Y)
Produktifitas
kerja adalah
kegiatan
kerja para
karyawan
yang di ukur
melalui
efektifitas
pada tiap
harinya.
Tingkat
efisiensi dalam
melakukan
pekerjaan.
- Kualitas kerja
- Kedisiplinan kerja
- Pencapaian target.
Diukur
melalui
angket dengan
menggunakan
skala Linkert
72
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Responden
Sebelum dilakukan analisis, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan
mengenai data-data responden yang digunakan sebagai sampel yang diambil
dari karyawan koperasi pondok pesantren Az-Zahra Pedurungan Semarang
sebagai berikut:
a. Jenis kelamin responden
Adapun data mengenai jenis kelamin responden karyawan koperasi
pondok pesantren Az-Zahra Semarang adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1
Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid wanita 35 100.0 100.0 100.0
Sumber: Data primer yang diolah, 2010
Berdasarkan keterangan pada tabel 4.1 di atas, dapat diketahui
tentang jenis kelamin responden karyawan koperasi pondok pesantren Az-
Zahra Semarang yang diambil sebagai responden, yang menunjukkan
bahwa 35 orang responden tersebut adalah perempuan.
Yang mana dijelaskan dalam gambar 4.1 sebagai berikut :
73
Gambar 4.1
Sumber: Data primer yang diolah, 2010
b. Pekerjaan Responden
Adapun data mengenai pekerjaan responden karyawan koperasi
pondok pesantren Az-Zahra Pedurungan Semarang adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2
Pekerjaan Responden
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid pelajar/mahasiswa 35 100.0 100.0 100.0
Sumber: Data Primer yang diolah, 2010
Berdasarkan keterangan pada tabel 4.2 dapat dijelaskan bahwa
sebagian besar dari pekerjaan karyawan koperasi pondok pesantren Az-
Zahra Semarang yang diambil sebagai responden adalah
pelajar/mahasiswa yaitu sebanyak 35 orang.
74
Untuk lebih jelasnya, berikut gambar pekerjaan responden yang
dapat peneliti peroleh:
Gambar 4.2
\
Sumber: Data Primer yang diolah, 2010
c. Usia Responden
Adapun data mengenai usia responden karyawan koperasi pondok
pesantren Az-Zahra Semarang adalah sebagai berikut:
75
Tabel 4.3
Usia Responden
Usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
< 20 tahun 24 68.6 68.6 68.6
20 - 30 tahun 11 31.4 31.4 100.0
Valid
Total 35 100.0 100.0
Sumber: Data primer yang diolah, 2010
Berdasarkan keterangan pada tabel 4.3. ini memperlihatkan bahwa
karyawan koperasi pondok pesantren Az-Zahra Pedurungan Semarang
yang diambil sebagai responden sebagian besar berusia kurang dari 20
tahun. Berdasarkan tabel tersebut, memberikan informasi bahwa mayoritas
responden berusia 20 tahun ke bawah sebanyak 24 orang, sedangkan yang
berusia 20-30 tahun sebanyak 11 orang.
Untuk lebih jelasnya, berikut gambar usia responden yang dapat
peneliti peroleh:
76
Gambar 4.3
Sumber: Data primer yang diolah, 2010
d. Pendidikan Terakhir Responden
Adapun data mengenai pendidikan karyawan koperasi pondok
pesantren Az-Zahra Pedurungan Semarang adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4
Pendidikan Responden
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
SMP 25 71.4 71.4 71.4
SMA 10 28.6 28.6 100.0
Valid
Total 35 100.0 100.0
Sumber: Data primer yang diolah, 2010
Berdasarkan keterangan pada tabel 4.4 memperlihatkan bahwa
karyawan koperasi pondok pesantren Az-Zahra Semarang yang
77
diambil sebagai responden sebagian besar berpendidikan SMP.
Berdasarkan tabel tersebut, memberikan informasi bahwa mayoritas
responden berpendidikan SMP sebanyak 25 orang, sedangkan yang
berpendidikan SMA sebanyak 10 orang.
Untuk lebih jelasnya, berikut gambar pendidikan responden
yang dapat peneliti peroleh:
Gambar 4.4
Sumber: Data primer yang diolah, 2010
4.2 Deskripsi Data Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah gaya kepemimpinan islam sebagai
variabel bebas (Independen) dan produktivitas kerja karyawan sebagai variabel
terikat (Dependen). Data variabel-variabel tersebut di peroleh dari hasil angket
yang telah di sebar, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini:
78
Tabel 4.5
Hasil Skor Kuesioner Regresi
VariabelItem
pertanyaan
Total
SS%
Total
S%
Total
KS%
Total
TS%
Total
TST%
Q1 7 20 24 68,6 4 11,4 0 0 0 0
Q2 8 22,9 11 31,4 9 25,7 5 14,3 2 5,7
Q3 10 28,6 11 31,4 12 34,3 2 5,7 0 0
Q4 5 14,3 18 51,4 11 31,4 1 2,9 0 0
Q5 2 5,7 12 34,3 13 37,1 7 20 1 2,9
Q6 3 8,6 18 51,4 9 25,7 4 11,4 1 2,9
Q7 5 14,3 14 40 10 28,6 4 11,4 2 5,7
Q8 5 14,3 14 40 10 28,6 6 17,1 0 0
Q9 4 11,4 15 42,9 8 22,9 7 20 1 2,9
Q10 7 20 19 54,3 9 25,7 0 0 0 0
Q11 5 14,3 20 57,1 6 17,1 4 14,4 0 0
Gay
a Ke
pem
impi
nan
Isla
m
(X)
Q12 5 14,3 20 57,1 10 28,6 0 0 0 0
Q13 1 2,9 15 42,9 16 45,7 3 8,6 0 0
Q14 6 17,1 16 45,7 11 31,4 2 5,7 0 0
Q15 9 25,7 18 51,4 6 17,1 2 5,7 0 0
Q16 6 17,1 14 40 10 28,6 3 8,6 2 5,7
Q17 1 2,9 13 37,1 16 45,7 5 14,3 0 0
Q18 2 5,7 9 25,7 20 57,1 4 11,4 0 0
Q19 2 5,7 7 20 14 40 11 31,4 1 2,9
Q20 11 31,4 14 40 7 20 3 8,6 0 0
Prod
uktiv
itas
Kerja
Kar
yaw
an K
oper
asi
(Y)
Q21 1 2,9 15 42,9 14 40 4 11,4 1 2,9
Sumber: Data Primer yang diolah 2010
79
4.2.1 Gaya Kepemimpinan Islam
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa untuk variabel gaya
kepemimpinan Islam item pertanyaan 1 sebanyak 20% responden
menyatakan sangat setuju atas pemimpin koperasi pondok pesantren Az-
Zahra selalu bersikap baik terhadap karyawannya , sedangkan sebanyak
68,6% menyatakan setuju dan sebanyak 11,4% menyatakan kurang setuju.
Pada item pertanyaan 2 sebanyak 22,9% responden menyatakan sangat
setuju atas pemimpin koperasi pondok pesantren Az-Zahra memiliki
persahabatan yang erat terhadap semua karyawan baik di dalam lokasi
koperasi atau di luar koperasi, sedangkan sisanya sebanyak 31,4%
menyatakan setuju dan sebanyak 25,7% menyatakan kurang setuju. Pada
item pertanyaan 3 sebanyak 28,6 % responden setuju dan sangat setuju
menyatakan bahwa pemimpin koperasi pondok pesantren Az-Zahra selalu
mengajak karyawan untuk bermusyawarah, sedangkan sisanya sebanyak
31,4% menyatakan setuju dan sebanyak 34,3% menyatakan kurang setuju.
Pada item pertanyaan 4 sebanyak 14,3% responden menyatakan sangat
setuju bahwa pemimpin koperasi pondok pesantren Az-Zahra termasuk
orang yang cerdas dalam kesehariannya, sedangkan sisanya sebanyak
51,4% menyatakan setuju dan sebanyak 31,4% menyatakan kurang setuju.
Pada item pertanyaan 5 sebanyak 5,7% responden menyatakan sangat
setuju bahwa pemimpin koperasi pondok pesantren Az-Zahra memiliki
pendidikan yang cukup tinggi, sedangkan sisanya sebanyak 34,3%
menyatakan setuju dan sebanyak 37,1% menyatakan kurang setuju. Pada
80
item pertanyaan 6 sebanyak 8,6% responden menyatakan sangat setuju
bahwa kecerdasan pemimpin terlihat saat pengambilan kebijakan-
kebijakan koperasi pondok pesantren Az-Zahra, sedangkan sisanya
sebanyak 51,4% menyatakan setuju dan sebanyak 25,7% menyatakan
kurang setuju. Pada item pertanyaan 7 sebanyak 14,3% responden
menyatakan sangat setuju bahwa pemimpin koperasi pondok pesantren Az-
Zahra selalu bersikap tegas terhadap para karyawan, sedangkan sisanya
sebanyak 40% menyatakan setuju dan sebanyak 28,6% menyatakan kurang
setuju. Pada item pertanyaan 8 sebanyak 14,3% responden menyatakan
sangat setuju bahwa setiap keputusan yang diambil selalu disampaikan
dengan jelas terhadap para karyawan, sedangkan sisanya sebanyak 40%
menyatakan setuju dan sebanyak 28,6% menyatakan kurang setuju. Pada
item pertanyaan 9 sebanyak 11,4% responden menyatakan sangat setuju
bahwa pemimpin koperasi pondok pesantren Az-Zahra selalu
menyampaikan hal-hal mengenai koperasi dengan kalimat yang tegas,
sedangkan sisanya sebanyak 42,9% menyatakan setuju dan sebanyak
22,9% menyatakan kurang setuju. Pada item pertanyaan 10 sebanyak 20%
responden menyatakan sangat setuju bahwa pemimpin koperasi pondok
pesantren Az-Zahra selalu bersikap baik terhadap karyawan, sedangkan
sisanya sebanyak 54,3% menyatakan setuju dan sebanyak 25,7%
menyatakan kurang setuju. Pada item pertanyaan 11 sebanyak 14,3%
responden menyatakan sangat setuju bahwa pemimpin koperasi pondok
pesantren Az-Zahra selalu mengedepankan kejujuran terhadap para
81
karyawan, sedangkan sisanya sebanyak 57,1% menyatakan setuju dan
sebanyak 17,1% menyatakan kurang setuju. Pada item pertanyaan 12
sebanyak 14,3% responden menyatakan sangat setuju bahwa pemimpin
koperasi pondok pesantren Az-Zahra selalu bersikap sopan terhadap semua
karyawan, sedangkan sisanya sebanyak 57,1% menyatakan setuju dan
sebanyak 28,6% menyatakan kurang setuju.
4.2.2 Produktivitas Kerja Karyawan Koperasi
Pada item pertanyaan 13 sebanyak 2,9% responden menyatakan
sangat setuju kecepatan karyawan dalam bekerja selalu ditunjukkan,
sedangkan sisanya sebanyak 42,9% menyatakan setuju dan sebanyak
45,7% menyatakan kurang setuju. Maksud dari pernyataan di atas adalah
karyawan yang baik adalah karyawan yang cekatan, cepat dalam
mengerjakan setiap tugas yang menjadi tanggungjawabnya.
Pada item pertanyaan 14 sebanyak 17,1% responden menyatakan
sangat setuju atas karyawan koperasi pondok Az-Zahra selalu bekerja
dengan baik, sedangkan sisanya sebanyak 45,7% menyatakan setuju dan
sebanyak 31,4% menyatakan kurang setuju. Maksud dari pernyataan di
atas adalah karyawan yang diharapkan menjadikan koperasi pondok
pesantren tersebut maju adalah karyawan yang selalu bekerja dengan baik
dan benar.
Pada item pertanyaan 15 sebanyak 25,7% responden menyatakan
sangat setuju bahwa karyawan koperasi pondok pesantren Az-Zahra selalu
mengedepankan kebutuhan konsumen, sedangkan sisanya sebanyak 51,4%
82
menyatakan setuju dan sebanyak 17,1% menyatakan kurang setuju.
Maksud dari pernyataan di atas adalah karyawan diharapkan selalu
mengedepankan kebutuhan konsumen dan mengakhirkan kebutuhan
pribadi mereka sendiri, karena konsumen dalam ilmu perdagangan adalah
seorang raja yang harus dilayani dengan baik.
Pada item pertanyaan 16 sebanyak 17,1% responden menyatakan
sangat setuju bahwa karyawan koperasi pondok pesantren Az-Zahra selalu
datang tepat waktu, sedangkan sisanya sebanyak 40% menyatakan setuju
dan sebanyak 28,6% menyatakan kurang setuju. Maksud dari pernyataan
di atas adalah karyawan diharapkan selalu meningkatkan disiplin seperti
halnya kedatangan atau absensi yang harus mereka penuhi dengan
kesadaran, datang tepat pada waktu yang telah disepakati bersama.
Pada item pertanyaan 17 sebanyak 2,9% responden menyatakan
sangat setuju atas karyawan koperasi pondok pesantren Az-Zahra selalu
mengerjakan tugas dari pimpinan dengan tepat, sedangkan sisanya
sebanyak 37,1% menyatakan setuju dan sebanyak 45,7% menyatakan
kurang setuju. Maksud dari pernyataan di atas adalah karyawan diharapkan
selalu mengerjakan tugas-tugas yang diembannya dengan tepat dan
tentunya dengan hasil yang baik pula.
Pada item pertanyaan 18 sebanyak 5,7% responden menyatakan
sangat setuju atas karyawan koperasi pondok pesantren Az-Zahra tidak
pernah menunda tugas yang harus diselesaikan, sedangkan sisanya
sebanyak 25,7% menyatakan setuju dan sebanyak 57,1% menyatakan
83
kurang setuju. Maksud dari pernyataan di atas adalah karyawan diharapkan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan dengan sesegera mungkin
tanpa berpikir akan dan ingin menunda pekerjaan tersebut.
Pada item pertanyaan 19 sebanyak 5,7% responden menyatakan
sangat setuju atas Adanya peningkatan penjualan setiap harinya
,sedangkan sisanya sebanyak 20% menyatakan setuju dan 40% lainnya
menyatakan kurang setuju. Maksud dari pernyataan tersebut di atas adalah
jika karyawan selalu meningkatkan kinerjanya tak ayal lagi penjualan juga
akan meningkat setiap harinya.
Pada item pertanyaan 20 sebanyak 31,4% responden menyatakan
sangat setuju atas karyawan koperasi pondok pesantren Az-Zahra selalu
memberikan hasil maksimal dari setiap pekerjaan yang dilaksanakan,
sedangkan sisanya sebanyak 40% menyatakan setuju dan sebanyak 20%
menyatakan kurang setuju. Maksud dari pernyataan tersebut di atas adalah
produktivitas karyawan dapat tercermin dengan usaha maksimal yang
ditunjukkan oleh para karyawan dalam kesehariannya.
Pada item pertanyaan 21 sebanyak 2,9% responden menyatakan
sangat setuju atas pernyataan Karyawan koperasi pondok pesantren selalu
menyelesaikan tugas dengan tepat sesuai kebutuhan, sedangkan sisanya
sebanyak 42,9% menyatakan setuju dan sebanyak 40% menyatakan kurang
setuju. Maksud dari pernyataan tersebut di atas adalah karyawan akan
memotivasi dirinya sendiri agar dapat menyelesaikan tugas yang
diperolehnya dengan tepat waktu sesuai kebutuhan akan tugas tersebut.
84
4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen, penulis menggunakan
analisis dengan SPSS 17.0. Berikut hasil pengujian validitas.
Untuk tingkat validitas dilakukan uji signifikansi dengan
membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel. Untuk degree of freedom (df)
= n-k dalam hal ini n adalah jumlah sampel dan k adalah jumlah konstruk. Pada
kasus ini besarnya df dapat dihitung 35-2 atau df = 33 dengan alpha 0,05 didapat
r tabel 0,282, jika r hitung (untuk tiap-tiap butir pertanyaan dapat dilihat pada
kolom corrected item pertanyaan total correlation) lebih besar dari r tabel dan
nilai r positif, maka butir pertanyaan tersebut dikatakan valid.
85
Tabel 4.6
Hasil Uji Validitas Instrumen
VariabelItem
pertanyaan
Corrected Item
pertanyaan Total
Correlation
r table Ket.
Q1 0,356 0,282 Valid
Q2 0,446 0,282 Valid
Q3 0,540 0,282 Valid
Q4 0,435 0,282 Valid
Q5 0,437 0,282 Valid
Q6 0,583 0,282 Valid
Q7 0,518 0,282 Valid
Q8 0,531 0,282 Valid
Q9 0,389 0,282 Valid
Q10 0,645 0,282 Valid
Q11 0,299 0,282 Valid
Gay
a Ke
pem
impi
nan
Isla
m
(X)
Q12 0,286 0,282 Valid
Q13 0,502 0,282 Valid
Q14 0,393 0,282 Valid
Q15 0,372 0,282 Valid
Q16 0,624 0,282 Valid
Q17 0,509 0,282 Valid
Q18 0,626 0,282 Valid
Q19 0,652 0,282 Valid
Q20 0,536 0,282 Valid
Prod
uktiv
itas
Kerja
Kar
yaw
an K
oper
asi
(Y)
Q21 0,577 0,282 Valid
Sumber: Data Primer yang diolah, 2010
86
Dari tabel-tabel di atas dapat diketahui bahwa masing-masing item
pertanyaan memiliki r hitung > dari r tabel (0,282) dan bernilai positif. Dengan
demikian butir pertanyaan tersebut dinyatakan valid.
Tabel 4.7
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
VariabelReliabilitas
CoefficientAlpha Keterangan
X 12 Item pertanyaan 0.636 Reliabel
Y 9 Item pertanyaan 0.684 Reliabel
Sumber: Data Primer yang diolah, 2010
Dari keterangan tabel di atas dapat diketahui bahwa masing-masing
variabel memiliki Cronbach Alpha > 0,60. dengan demikian variabel (gaya
kepemimpinan Islam dan Produktivitas kerja karyawan) dapat dikatakan reliabel.
4.4 Uji Asumsi Klasik
Berdasarkan hasil pengujian segala penyimpangan klasik terhadap data
penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut :
4.4.1 Uji Multikolinearitas
Uji Multikolieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independent
87
Tabel 4.8
Uji Multikolinieritas
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
Gaya kepemimpinan
Islam (X)1,000 1,000
a. Dependent Variable: Citra (Y)
Sumber: Data Primer yang diolah, 2010
Dari hasil pengujian multikolineoritas yang dilakukan diketahui
bahwa nilai variance inflation factor (VIF) kedua variabel adalah 1,000
lebih kecil dari 10, sehingga bisa diduga bahwa antar variabel independen
tidak terjadi persoalan multikoliniearitas.
4.4.2 Uji Autokorelasi
Pengujian ini dilakukan untuk menguji suatu model apakah antara
variabel pengganggu masing-masing variabel bebas saling mempengaruhi.
Adapun hasil pengujian autokorelasi adalah sebagai berikut:
88
Tabel 4.9
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .373a .139 .113 .42733 1.287
a. Predictors: (Constant), Gaya kepemimpinan Islam
b. Dependent Variable: Produktivitas kerja karyawan
Sumber: Data Primer yang diolah, 2010
Dari hasil pengujian dengan menggunakan uji Durbin Watson atas
residual persamaan regresi diperoleh angka d-hitung sebesar 1,287.
Sebagai pedoman umum (S. Uyanto, 2006) Durbin Watson berkisar 0
dan 4. jika nilai uji statistik Durbin Watson lebih kecil dari satu atau lebih
besar dari tiga, maka residuals atau error dari model regresi berganda tidak
bersifat independen atau terjadi autocorrelation.51
Jadi berdasarkan nilai uji statistik Durbin Watson dalam penelitian
ini berada di atas satu dan dibawah tiga (1,287) sehingga tidak terjadi
autocorrelation.
4.4.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji Heterokedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varians. Adapun hasil uji statistik
Heterokedasitas yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai
51 S. Uyanto, Pedoman Analisis Data dengan SPSS, Yogyakarta: Graham Ilmu, 2006, 248
89
berikut:
Gambar 4.5
Uji Penyimpangan Heteroskedastisitas
Sumber: Data Primer yang diolah, 2010
Berdasarkan grafik scatter plot menunjukkan bahwa terdapat pola
yang jelas serta titik yang menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada
sumbu Y. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas
pada model regresi.
4.4.4 Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi
normal atau tidak. Adapun Uji Normalitas dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
90
Gambar 4.6
Grafik Histogram
Sumber Data Primer yang diolah, 2010
91
Gambar 4.7
Normal Probability Plot
Sumber: Data Primer yang diolah, 2010
Berdasarkan normal probability plot menunjukkan bahwa data
menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal,
demikian juga grafik histogramnya pada gambar 4.6 menunjukkan pola
distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
4.5 Analisis Data
4.5.1 Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi yang memiliki fungsi untuk menjelaskan
sejauh mana kemampuan variabel independen (gaya kepemimpinan
Islam) terhadap variabel dependen (Produktivitas kerja karyawan
koperasi). Hasil olahan statistik yang dibantu program SPSS 17.0 for
92
windows menunjukkan bahwa variabel independen hanya mampu
menjelaskan variabel dependen sebesar 13,9%, sedang yang 86,1%
sisanya dijelaskan variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model ini
(tidak diteliti).
Table 5.0
Uji Pengaruh Secara Simultan
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .373a .139 .113 .42733 1.287
a. Predictors: (Constant), Gaya kepemimpinan Islam
b. Dependent Variable: Produktivitas kerja karyawan
Sumber: Data Primer yang diolah, 2010
Hasil uji koefisien determinasi tersebut memberikan makna,
bahwa masih terdapat variabel independen lain yang mempengaruhi
produktivitas kerja karyawan koperasi. Untuk itu perlu pengembangan
penelitian lebih lanjut, terkait dengan topik ini.
1. Uji Simultan
Sebelum membahas secara partial pengaruh antara variabel
independen terhadap variabel dependen, terlebih dahulu dilakukan
pengujian secara simultan. Uji simultan ini, bertujuan untuk menguji
atau mengkonfirmasi hipotesis yang menjelaskan terdapat pengaruh
antara gaya kepemimpinan Islam terhadap produktivitas kerja
karyawan .
93
Uji simultan, ditunjukkan dengan hasil perhitungan F test yang
menunjukkan nilai 5,333 dengan tingkat probabilitas 0,027 yang jauh
di bawah alpha 5%.
Tabel 5.1
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Regression .974 1 .974 5.333 .027a
Residual 6.026 33 .183
1
Total 7.000 34
a. Predictors: (Constant), Gaya kepemimpinan Islam
b. Dependent Variable: Produktivitas kerja karyawan
Sumber: Data Primer yang diolah, 2010
Hal itu berarti bahwa secara bersama-sama variabel
independen gaya kepemimpinan Islam berpengaruh terhadap
produktivitas kerja karyawan koperasi. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa hipotesis nol yang menyatakan tidak ada
pengaruh secara simultan antara variabel gaya kepemimpinan Islam
terhadap produktivitas kerja karyawan koperasi tidak sanggup
diterima yang berarti menerima hipotesis alternatif yang berbunyi
Secara simultan ada pengaruh yang signifikan antara variabel gaya
kepemimpinan Islam terhadap produktivitas kerja karyawan
koperasi .
94
2. Uji Partial
Uji partial ini memiliki tujuan untuk menguji atau
mengkonfirmasi hipotesis secara individual. Uji partial ini, dalam
hasil perhitungan statistik Ordinary Least Square (OLS) ditunjukkan
dengan t hitung. Secara terperinci hasil t hitung dijelaskan dalam tabel
berikut:
Tabel 5.2
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 1.939 .675 2.872 .0071
Gaya kepemimpinan
Islam
.424 .184 .373 2.309 .027
a. Dependent Variable: Produktivitas kerja karyawan
Sumber: Data Primer yang diolah, 2010
Dari tabel 5.2 di atas, dapat diketahui hasil analisis regresi
diperoleh koefisien untuk variabel gaya kepemimpinan Islam sebesar
0,482 dengan konstanta sebesar 1,939 sehingga model persamaan
regresi yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Y = 1,939 + 0,424 X
95
Hasil analisis dengan menggunakan bantuan program SPSS
versi 17.0 diperoleh hasil sebagai berikut.
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Islam Terhadap Produktivitas
Kerja Karyawan Koperasi
Hasil uji empiris pengaruh antara gaya kepemimpinan Islam
terhadap produktivitas kerja karyawan koperasi, menunjukkan nilai t
hitung 2,872 dan p value (Sig) sebesar 0.007 yang di bawah alpha 5%.
Artinya bahwa gaya kepemimpinan Islam terhadap produktivitas kerja
karyawan koperasi pondok pesantren Az Zahra Semarang. Hasil
penelitian tidak dapat menolak hipotesis yang menyatakan Variabel
gaya kepemimpinan Islam terhadap produktivitas kerja karyawan
koperasi pondok pesantren Az-Zahra Semarang .
Nilai beta dalam Unstandardized Coefficients variable gaya
kepemimpinan Islam menunjukkan angka sebesar 0,424, yang artinya
adalah besaran pengaruh gaya kepemimpinan Islam terhadap
produktivitas kerja karyawan koperasi pondok pesantren Az-Zahra
Semarang adalah sebesar 42,4%.
4.6 Pembahasan
Pengaruh masing-masing variabel independen (gaya kepemimpinan
Islam) dan variabel dependen (produktivitas kerja karyawan koperasi) dapat
dijelaskan sebagai berikut :
Dari hasil pengujian yang dilakukan terbukti bahwa gaya kepemimpinan
Islam memiliki pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan
96
koperasi pondok pesantren Az-Zahra Pedurungan Semarang (P value < 0.05).
Gaya Kepemimpinan Islam merupakan faktor yang perlu diperhitungkan dalam
meningkatkan produktivitas kerja karyawan koperasi. Semakin sering gaya
kepemimpinan Islam diaplikasikan, produktivitas kerja karyawan koperasi akan
semakin baik. Dari hasil pengujian yang dilakukan terbukti gaya kepemimpinan
Islam mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas kerja
karyawan koperasi pondok pesantren Az-Zahra Semarang. Ini ditunjukkan
dengan hasil jawaban responden pada masing-masing item pertanyaan.
Pada item pertanyaan 1 sebanyak 20% responden menyatakan sangat
setuju atas pemimpin koperasi pondok pesantren Az-Zahra selalu bersikap baik
terhadap karyawannya , sedangkan sebanyak 68,6% menyatakan setuju dan
sebanyak 11,4% menyatakan kurang setuju. Data tersebut di atas menunjukkan
bahwa pada item pertanyaan apakah Pemimpin koperasi pondok pesantren Az
Zahra selalu bersikap baik terhadap karyawannya karyawan menyatakan
hubungan mereka dengan atasannya adalah hubungan yang sehat yaitu hubungan
baik yang dibina antara keduanya.
Pada item pertanyaan 2 sebanyak 22,9% responden menyatakan sangat
setuju atas pemimpin koperasi pondok pesantren Az-Zahra memiliki
persahabatan yang erat terhadap semua karyawan baik di dalam lokasi koperasi
atau di luar koperasi, sedangkan sisanya sebanyak 31,4% menyatakan setuju
dan sebanyak 25,7% menyatakan kurang setuju. Data tersebut di atas
menunjukkan bahwa pemimpin yang selama ini mengayomi mereka adalah
pemimpin yang bersahabat bukan seorang pemimpin yang arogan terhadap
97
karyawannya.
Pada item pertanyaan 3 sebanyak 28,6 % responden setuju dan sangat
setuju menyatakan bahwa pemimpin koperasi pondok pesantren Az-Zahra selalu
mengajak karyawan untuk bermusyawarah, sedangkan sisanya sebanyak 31,4%
menyatakan setuju dan sebanyak 34,3% menyatakan kurang setuju. Data
tersebut di atas menunjukkan bahwa pemimpin mereka adalah pemimpin yang
selalu menghargai bawahannya, tidak sewenang-wenang dalam mengambil
setiap keputusan yang menyangkut masa depan koperasi.
Pada item pertanyaan 4 sebanyak 14,3% responden menyatakan sangat
setuju bahwa pemimpin koperasi pondok pesantren Az-Zahra termasuk orang
yang cerdas dalam kesehariannya, sedangkan sisanya sebanyak 51,4%
menyatakan setuju dan sebanyak 31,4% menyatakan kurang setuju. Maksud dari
pernyataan di atas adalah bahwa pemimpin mereka adalah seorang pemimpin
yang cerdas, pandai, dan selalu berorientasi ke depan.
Pada item pertanyaan 5 sebanyak 5,7% responden menyatakan sangat
setuju bahwa pemimpin koperasi pondok pesantren Az-Zahra memiliki
pendidikan yang cukup tinggi, sedangkan sisanya sebanyak 34,3% menyatakan
setuju dan sebanyak 37,1% menyatakan kurang setuju pernyataan tersebut di
atas mengandung arti bahwa pemimpin mereka adalah pemimpin yang
berpendidikan tinggi, yang telah banyak mengenyam pendidikan dari bangku-
bangku pendidikan yang digelutinya selama ini.
Pada item pertanyaan 6 sebanyak 8,6% responden menyatakan sangat
setuju bahwa kecerdasan pemimpin terlihat saat pengambilan kebijakan-
98
kebijakan koperasi pondok pesantren Az-Zahra, sedangkan sisanya sebanyak
51,4% menyatakan setuju dan sebanyak 25,7% menyatakan kurang setuju.
Maksud dari pernyataan di atas adalah bila pemimpin mereka adalah seorang
yang sangat pandai dan cerdas maka dalam setiap pengambilan keputusan akan
dipikirkan secara matang sehingga kecerdasannya terlihat dimata karyawan yang
berada di bawahnya.
Pada item pertanyaan 7 sebanyak 14,3% responden menyatakan sangat
setuju bahwa pemimpin koperasi pondok pesantren Az-Zahra selalu bersikap
tegas terhadap para karyawan, sedangkan sisanya sebanyak 40% menyatakan
setuju dan sebanyak 28,6% menyatakan kurang setuju. Maksud dari pernyataan
tersebut di atas adalah pemimpin yang memimpin mereka adalah seorang
pemimpin yang tegas, bukan seorang pemimpin yang lemah dan gontai dalam
menghadapi setiap permasalahan yang ada di lingkungan koperasi mereka.
Pada item pertanyaan 8 sebanyak 14,3% responden menyatakan sangat
setuju bahwa setiap keputusan yang diambil selalu disampaikan dengan jelas
terhadap para karyawan, sedangkan sisanya sebanyak 40% menyatakan setuju
dan sebanyak 28,6% menyatakan kurang setuju. Maksud dari pernyataan
tersebut di atas adalah jika seorang pemimpin mengambil sebuah keputusan atau
sebuah kebijakan maka pemimpin tersebut akan mensosialisasikannya terhadap
para karyawan dengan jelas dan dengan bahasa-bahasa yang mudah dipahami
oleh karyawan.
Pada item pertanyaan 9 sebanyak 11,4% responden menyatakan sangat
setuju bahwa pemimpin koperasi pondok pesantren Az-Zahra selalu
99
menyampaikan hal-hal mengenai koperasi dengan kalimat yang tegas,
sedangkan sisanya sebanyak 42,9% menyatakan setuju dan sebanyak 22,9%
menyatakan kurang setuju. Maksud dari pernyataan tersebut di atas adalah setiap
kata yang keluar dari seorang pemimpin adalah kata-kata yang tegas dan lugas.
Pada item pertanyaan 10 sebanyak 20% responden menyatakan sangat
setuju bahwa pemimpin koperasi pondok pesantren Az-Zahra selalu bersikap
baik terhadap karyawan, sedangkan sisanya sebanyak 54,3% menyatakan setuju
dan sebanyak 25,7% menyatakan kurang setuju. Maksud dari pernyataan
tersebut di atas adalah pemimpin yang mereka anut selama ini adalah seorang
pemimpin yang selalu bersikap baik terhadap bawahannya tanpa membeda-
bedakan status sosial yang melekat pada diri mereka.
Pada item pertanyaan 11 sebanyak 14,3% responden menyatakan sangat
setuju bahwa pemimpin koperasi pondok pesantren Az-Zahra selalu
mengedepankan kejujuran terhadap para karyawan, sedangkan sisanya sebanyak
57,1% menyatakan setuju dan sebanyak 17,1% menyatakan kurang setuju.
Maksud dari pernyataan tersebut di atas adalah pemimpin koperasi tersebut
haruslah seseorang yang jujur, bukan seorang pembohong yang bisa membodohi
bawahannya dengan setiap keputusan yang diambilnya atas nama kesejahteraan
anggotanya.
Pada item pertanyaan 12 sebanyak 14,3% responden menyatakan sangat
setuju bahwa pemimpin koperasi pondok pesantren Az-Zahra selalu bersikap
sopan terhadap semua karyawan, sedangkan sisanya sebanyak 57,1%
menyatakan setuju dan sebanyak 28,6% menyatakan kurang setuju. Maksud dari
100
pernyataan tersebut di atas adalah pemimpin yang mereka harapkan adalah
seorang pemimpin yang sopan, yang santun terhadap semua orang, baik itu
karyawan atau masyarakat umum lainnya.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pada variabel gaya
kepemimpinan Islam masing-masing item pertanyaan sebagian besar dijawab
setuju dan kurang setuju. Meskipun demikian, hal ini sejalan dengan pengujian
hipotesa satu yang menyatakan bahwa ada pengaruh signifikan antara gaya
kepemimpinan Islam dengan Produktivitas kerja karyawan koperasi pondok
pesantren Az-Zahra Semarang dengan ditunjukkan P value 0.027 yang lebih
kecil dari signifikansi 5%, sehingga pada akhirnya gaya kepemimpinan Islam
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Produktivitas kerja karyawan
koperasi pondok pesantren Az-Zahra Semarang
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa berdasarkan pengujian
terhadap 35 responden yang tercatat di produktivitas kerja karyawan pondok
pesantren Az-Zahra Semarang tidak adanya bukti untuk menolak H0 bahwa gaya
kepemimpinan Islam mempunyai pengaruh terhadap produktivitas kerja
karyawan koperasi pondok pesantren Az-Zahra Semarang. Dan menerima H1
bahwa ada pengaruh yang signifikan variabel gaya kepemimpinan Islam
mempunyai pengaruh terhadap produktivitas kerja karyawan koperasi pondok
pesantren Az Zahra Semarang.
Dengan demikian pula didapat hasil pengujian pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama dapat dijelaskan
oleh nilai P Value sebesar 0.027 dimana lebih kecil dari taraf signifikasi 0.05. ini
101
artinya variabel gaya kepemimpinan Islam bersama-sama berpengaruh terhadap
produktivitas kerja karyawan koperasi pondok pesantren Az Zahra Semarang.
Dan ini sekaligus menjawab bahwa hipotesa yang berbunyi secara simultan
terdapat ada pengaruh yang signifikan variabel gaya kepemimpinan Islam
terhadap variabel produktivitas kerja karyawan pondok pesantren Az Zahra
Semarang.
102
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan
beberapa hal, sebagai berikut :
Dengan melihat hasil penelitian yang telah dibahas, maka dapat kita tarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Variable gaya kepemimpinan islam (X) mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan di koperasi pondok
pesantren Az Zahra Pedurungan Semarang. Terlihat t hitung (2,872) > t
tabel (2,0345) yang berarti gaya kepemimpinan islam mempengaruhi
produktivitas kerja karyawan di koperasi pondok pesantren Az Zahra
Pedurungan Semarang..
2. Variable gaya kepemimpinan islam (X) secara bersama-sama mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan di
koperasi pondok pesantren Az Zahra Pedurungan Semarang. Terlihat F
hitung (5,333) > F tabel (14,64) yang berarti gaya kepemimpinan islam
mempengaruhi produktivitas kerja karyawan di koperasi pondok pesantren
Az Zahra Pedurungan Semarang.
3. Hasil uji regresi pada variable gaya kepemimpinan Islam terhadap
produktivitas kerja karyawan di koperasi pondok pesantren Az Zahra
Pedurungan Semarang di dapat persamaan regresi Y = 1,939 + 0,424 X.
103
arti dari persamaan regresi tersebut adalah bahwa setiap perubahan satu
angka saja pada variabel X maka Y akan berubah sebesar 0,424
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan diatas, maka
diajukan saran yang bertujuan untuk kebaikan dan kemajuan koperasi pondok
pesantren Az Zahra Pedurungan semarang, sebagai berikut :
1. Bagi koperasi pondok pesantren az Zahra Pedurungan semarang,
diharapkan pada waktu yang akan datang terus meningkatkan hubungan
baik antara pemimpin dan karyawannya sehingga dapat tercipta
keselarasan yang baik diantara keduanya.
2. Bagi karyawan koperasi pondok pesantren az Zahra Pedurungan semarang
diharapkan agar selalu meningkatkan kecepatan mereka dalam bekerja,
mengedepankan kebutuhan konsumen, selalu bekerja dengan baik, dan
selalu meningkatkan kedisiplinan yang mereka miliki saat ini.
3. Bagi koperasi pondok pesantren az Zahra Pedurungan semarang
diharapkan agar setiap kinerjanya selalu menunjukkan kemajuan bukan
justru menunjukkan hal yang tidak baik, atau hal-hal negatif yang tidak
diinginkan baik itu oleh pemimpin maupun karyawannya.
104
DAFTAR PUSTAKA
Abu Sinn Ahmad Ibrahim, Manajemen Syariah Sebuah Kajian Histories Dan
Kontemporer, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008
Al-Qur'an dan Terjemah, Mubarokatan Toyyibah, Kudus.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:
Rineka cipta, 2006
Bahresi Hussein, al jami us sahih hadits sahih bukhari muslim , Surabaya : cv
karya utama, 2007
Fakih, Aunur Rohim & Wijayanto, Iip, Kepemimpinan Islam, Yogyakarta, UII
press, 2001.
Fauzi, Muchammad, Analisis Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Keinginan
Migrasi Nasabah Bank Umum Syariah di Kota Semarang, Semarang:
IAIN Walisongo, 2008.
Fauzi, Muchammad, Pengaruh Ketaatan Beragama, Atribut Produk Islami,
Performance Quality, Reputation, Terhadap Kepuasan Dan Loyalitas Dan
Nasabah Baitul Mal Wat Tamwil(BMT) Kab. Pemalang, Semarang: IAIN
Walisongo, 2009.
Ghozali, Imam, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
105
Hadhikusuma, R.T. Sunantya Rahardja, Hukum Koperasi Indonesia, jakarta: PT
Raja Grafindo Persada,2005.
Hafidhuddin, Didin dan Tanjung, Hendri, Manajemen Syariah Dalam Praktik,
Jakarta: Gema Insani Press, 2003
Handoko, T. Hani, Manajemen, Yogyakarta : BPFE, 1995.
Hasibuan, Malayu S.P., Manajemen: Dasar, Pengertian, Dan Masalah, Jakarta :
Bumi Aksara, 2007
Hendrojogi, Koperasi Asas-Asas, Teori, dan Praktik, Jakarta: PT. Raja Grafindo
persada, 2004.
Manullang, Marlhot, Manajemen Sumberdaya Manusia, Yogyakarta: BPFE-
Yogyakarta, 2001.
Martoyo, Susilo, Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: BPFE-
Yogyakarta, 2000.
Moedjiono, Imam, Kepemimpinan & Keorganisasian, Jakarta: UII press , 2002.
Robert L. Mathis & John H. Jackson, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta:
Salemba Empat, 2001.
Ropke, Jochen, Ekonomi Koperasi Teori dan Manajemen, Jakarta: Salemba
Empat, 2003.
106
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Manggala, Aset Jurnal Ilmu Ekonomi,
Semarang:
Sirait Justine T., Manajemen: Memahami Aspek-Aspek Pengelolaan Sumberdaya
Manusia Dalam Organisasi, Jakarta: Grasindo, 2006
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif R &D, Bandung:
Alfabeta, 2008
Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta, 2007.
Sulistiyani, Rosidah dan Ambar T., Manajemen Sumberdaya Manusia: Konsep,
Teori dan Pengembangan Dalam Konteks Organisasi Public, Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2003
Taufiq, Ali Muhammad, Praktik Manajemen Berbasis Al-Qur an , Jakarta: Gema
Insani Press, 2004.
Thoha Miftah, Kepemimpinan Dalam Manajemen, Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2007
Usman, Husaini, Manajemen: Teori, Praktik, Dan Riset Pendidikan, Jakarta:
Bumi Aksara, 2008
http://www.kapanlagi.com/h/0000144318.html
http://www.mahaddarularqamgaru.sch.id/index.php?option=com_content&view=
article&id=80;kopontren&catid=44:prasarana
107
108
BIODATA MAHASISWA
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Lengkap : Naelun Nik mah
NIM : 062411041
Fakultas : Syari ah
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Rembang, 03 Maret 1987
Agama : Islam
Alamat : Desa Sumbergayam Rt. 003 Rw. 001 Kecamatan
Kragan Kabupaten Rembang 59273
Nama Orang Tua
Ayah : Na im
Ibu : Rusmiyati
Alamat : Desa Sumbergayam Rt. 003 Rw. 001 Kecamatan
Kragan Kabupaten Rembang 59273
Demikian biodata ini Saya buat dengan sebenar-benarnya, untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Semarang, 20 oktober 2010
Naelun Nik mah
109
Lampiran 1
KUESIONER
Kepada yth.
Karyawan
Koperasi Pondok Pesantren Az ZAHRA
Semarang
Dengan hormat,
Saya adalah mahasiswa Fakultas Syariah jurusan Ekonomi Islam Institute
Agama Islam Negeri Walisongo Semarang yang sedang melakukan
penelitian sebagai bahan untuk penyusunan skripsi. Dalam penyusunan
skripsi ini, saya menggunakan kuesioner untuk memperoleh data-data yang
diperlukan. Adapun judul skripsi saya adalah “ Pengaruh Gaya
Kepemimpinan Islam Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan” ( Studi Kasus
Di Pondok Pesantren Az Zahra Pedurungan Semarang).
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, saya memohon kesediaan anda
selaku karyawan, untuk meluangkan waktu mengisi kuesioner ini dengan
menjawab semua pertanyaan dengan cermat dan teliti.
Atas segala perhatian dan bantuannya saya ucapkan terimakasih.
Hormat saya
Naelun nik mah
110
No. kode responden:
Kuesioner penelitian
Petunjuk pengisian:
Berikan tanda silang (x) pada salah satu kotak pilihan yang paling sesuai
dengan jawaban anda.
1. nama
.
2. alamat
.
3. agama
.
4. jenis kelamin pria wanita
5. pekerjaan pelajar/mahasiswa
pegawai negeri
wiraswasta
pegawai swasta
lainnya .
6. usia kurang dari 20 tahun
20-30 tahun
30-40 tahun
40-50 tahun
lainnya .
7. pendidikan SMP
SMU
Diploma
Sarjana (S.1)
lainnya..........
111
petunjuk pengisian kuesioner:
Berilah tanda silang (x) pada salah satu kolom pada setiap pernyataan
dibawah ini yang paling sesuai dengan persepsi anda.
Keterangan:
a. SS = sangat setuju
b. S = setuju
c. KS = kurang setuju
d. TS = tidak setuju
e. STS = sangat tidak setuju
pendapat responden mengenai gaya kepemimpinan
No Pernyataan SS S KS TS STS
Aspek persahabatan pemimpin dengan
karyawan
1 Pemimpin koperasi pondok pesantren az Zahra
selalu bersikap baik terhadap karyawannya
2 Pemimpin koperasi pondok pesantren az Zahra
memiliki persahabatan yang erat terhadap
semua karyawan baik di dalam lokasi koperasi
atau diluar koperasi
3 Pemimpin koperasi pondok pesantren az Zahra
selalu mengajak karyawan untuk
bermusyawarah
Aspek intelektual pemimpin
4 Pemimpin koperasi pondok pesantren az Zahra
termasuk orang yang cerdas dalam
kesehariannya
5 Pemimpin koperasi pondok pesantren az Zahra
memiliki pendidikan yang cukup tinggi
6 Kecerdasan pemimpin terlihat saat pengambilan
112
kebijakan-kebijakan koperasi pondok pesantren
az Zahra
Aspek ketegasan pemimpin
7 Pemimpin koperasi pondok pesantren az Zahra
selalu bersikap tegas terhadap para karyawan
8 Setiap keputusan yang di ambil selalu
disampaikan dengan jelas dan pasti terhadap
para karyawan
9 Pemimpin koperasi pondok pesantren az Zahra
selalu menyampaikan hal-hal mengenai
koperasi dengan kalimat- kalimat yang tegas
Aspek keteladanan
10 Pemimpin koperasi pondok pesantren selalu
bersikap baik terhadap karyawan
11 Pemimpin koperasi pondok pesantren az Zahra
selalu mengedepankan kejujuran terhadap para
karyawan
12 Pemimpin koperasi pondok pesantren az Zahra
selalu bersikap sopan terhadap semua karyawan
Pendapat responden mengenai produktivitas kerja karyawan koperasi pondok
pesantren az Zahra
No Pernyataan SS S KS TS STS
Kualitas kerja karyawan
13 Kecepatan karyawan dalam bekerja selalu
ditunjukkan
14 Karyawan koperasi pondok pesantren az Zahra
selalu bekerja dengan baik
15 Karyawan koperasi pondok pesantren az Zahra
113
selalu mengedepankan kebutuhan konsumen
Kedisiplinan kerja karyawan
16 Karyawan koperasi pondok pesantren az Zahra
selalu dating tepat waktu
17 Karyawan koperasi pondok pesantren selalu
mengerjakan tugas dari pimpinan dengan tepat
18 Karyawan koperasi pondok pesantren az Zahra
tidak pernah menunda tugas yang harus
diselesaikan
Pencapaian target oleh karyawan
19 Adanya peningkatan penjualan setiap harinya
20 Karyawan koperasi pondok pesantren az Zahra
selalu memberikan hasil yang maksimal dari
setiap pekerjaan yang dilaksanakan
21 Karyawan koperasi pondok pesantren selalu
menyelesaikan tugas dengan tepat sesuai
kebutuhan
Kritik Dan Saran Untuk Koperasi Pondok PpesantrenAz-Zahra Semarang
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Terimakasih Atas Kesediaan Dalam Mengisi Kuesioner Ini, Semoga Allah SwtMembalas Kebaikan Anda. Amin.
114
Lampiran 2
Daftar Seluruh Jawaban Angket
Tanggapan Responden Mengenai Variabel Gaya Kepemimpinan Islam Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Koperasi
115
LAMPIRAN 3
Tanggapan Responden terhadap masing-masing item pertanyaan
Q1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
kurang setuju 4 11.4 11.4 11.4
setuju 24 68.6 68.6 80.0
sangat setuju 7 20.0 20.0 100.0
Valid
Total 35 100.0 100.0
Q2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
sangat tidak setuju 2 5.7 5.7 5.7
tidak setuju 5 14.3 14.3 20.0
kurang setuju 9 25.7 25.7 45.7
setuju 11 31.4 31.4 77.1
sangat setuju 8 22.9 22.9 100.0
Valid
Total 35 100.0 100.0
Q3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
tidak setuju 2 5.7 5.7 5.7
kurang setuju 12 34.3 34.3 40.0
setuju 11 31.4 31.4 71.4
Valid
sangat setuju 10 28.6 28.6 100.0
116
Q3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
tidak setuju 2 5.7 5.7 5.7
kurang setuju 12 34.3 34.3 40.0
setuju 11 31.4 31.4 71.4
sangat setuju 10 28.6 28.6 100.0
Total 35 100.0 100.0
Q4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
tidak setuju 1 2.9 2.9 2.9
kurang setuju 11 31.4 31.4 34.3
setuju 18 51.4 51.4 85.7
sangat setuju 5 14.3 14.3 100.0
Valid
Total 35 100.0 100.0
Q5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
sangat tidak setuju 1 2.9 2.9 2.9
tidak setuju 7 20.0 20.0 22.9
kurang setuju 13 37.1 37.1 60.0
setuju 12 34.3 34.3 94.3
sangat setuju 2 5.7 5.7 100.0
Valid
Total 35 100.0 100.0
Q6
117
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
sangat tidak setuju 1 2.9 2.9 2.9
tidak setuju 4 11.4 11.4 14.3
kurang setuju 9 25.7 25.7 40.0
setuju 18 51.4 51.4 91.4
sangat setuju 3 8.6 8.6 100.0
Valid
Total 35 100.0 100.0
Q7
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
sangat tidak setuju 2 5.7 5.7 5.7
tidak setuju 4 11.4 11.4 17.1
kurang setuju 10 28.6 28.6 45.7
setuju 14 40.0 40.0 85.7
sangat setuju 5 14.3 14.3 100.0
Valid
Total 35 100.0 100.0
Q8
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
tidak setuju 6 17.1 17.1 17.1
kurang setuju 10 28.6 28.6 45.7
setuju 14 40.0 40.0 85.7
sangat setuju 5 14.3 14.3 100.0
Valid
Total 35 100.0 100.0
Q9
118
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
sangat tidak setuju 1 2.9 2.9 2.9
tidak setuju 7 20.0 20.0 22.9
kurang setuju 8 22.9 22.9 45.7
setuju 15 42.9 42.9 88.6
sangat setuju 4 11.4 11.4 100.0
Valid
Total 35 100.0 100.0
Q10
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
kurang setuju 9 25.7 25.7 25.7
setuju 19 54.3 54.3 80.0
sangat setuju 7 20.0 20.0 100.0
Valid
Total 35 100.0 100.0
Q11
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
tidak setuju 4 11.4 11.4 11.4
kurang setuju 6 17.1 17.1 28.6
setuju 20 57.1 57.1 85.7
sangat setuju 5 14.3 14.3 100.0
Valid
Total 35 100.0 100.0
119
Q12
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
kurang setuju 10 28.6 28.6 28.6
setuju 20 57.1 57.1 85.7
sangat setuju 5 14.3 14.3 100.0
Valid
Total 35 100.0 100.0
Q13
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
tidak setuju 3 8.6 8.6 8.6
kurang setuju 16 45.7 45.7 54.3
setuju 15 42.9 42.9 97.1
sangat setuju 1 2.9 2.9 100.0
Valid
Total 35 100.0 100.0
Q14
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
tidak setuju 2 5.7 5.7 5.7
kurang setuju 11 31.4 31.4 37.1
setuju 16 45.7 45.7 82.9
sangat setuju 6 17.1 17.1 100.0
Valid
Total 35 100.0 100.0
120
Q15
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
tidak setuju 2 5.7 5.7 5.7
kurang setuju 6 17.1 17.1 22.9
setuju 18 51.4 51.4 74.3
sangat setuju 9 25.7 25.7 100.0
Valid
Total 35 100.0 100.0
Q16
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
sangat tidak setuju 2 5.7 5.7 5.7
tidak setuju 3 8.6 8.6 14.3
kurang setuju 10 28.6 28.6 42.9
setuju 14 40.0 40.0 82.9
sangat setuju 6 17.1 17.1 100.0
Valid
Total 35 100.0 100.0
Q17
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
tidak setuju 5 14.3 14.3 14.3
kurang setuju 16 45.7 45.7 60.0
setuju 13 37.1 37.1 97.1
sangat setuju 1 2.9 2.9 100.0
Valid
Total 35 100.0 100.0
121
Q18
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
tidak setuju 4 11.4 11.4 11.4
kurang setuju 20 57.1 57.1 68.6
setuju 9 25.7 25.7 94.3
sangat setuju 2 5.7 5.7 100.0
Valid
Total 35 100.0 100.0
Q19
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
sangat tidak setuju 1 2.9 2.9 2.9
tidak setuju 11 31.4 31.4 34.3
kurang setuju 14 40.0 40.0 74.3
setuju 7 20.0 20.0 94.3
sangat setuju 2 5.7 5.7 100.0
Valid
Total 35 100.0 100.0
Q20
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
tidak setuju 3 8.6 8.6 8.6
kurang setuju 7 20.0 20.0 28.6
setuju 14 40.0 40.0 68.6
sangat setuju 11 31.4 31.4 100.0
Valid
Total 35 100.0 100.0
122
Q21
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
sangat tidak setuju 1 2.9 2.9 2.9
tidak setuju 4 11.4 11.4 14.3
kurang setuju 14 40.0 40.0 54.3
setuju 15 42.9 42.9 97.1
sangat setuju 1 2.9 2.9 100.0
Valid
Total 35 100.0 100.0
123
LAMPIRAN 4
Uji Validitas dan Reliabilitas Angket
Uji validitas Gaya Kepemimpinan IslamCorrelations
Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10 Q11 Q12 J_X
Pearson Correlation 1 -.069 .199 .264 -.090 .140 .227 -.030 .496** .243 -.321 .277 .356*
Sig. (2-tailed) .694 .251 .126 .608 .423 .190 .865 .002 .160 .060 .108 .036
Q1
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Pearson Correlation -.069 1 -.106 -.065 .548** .293 -.241 .310 -.368* .331 .548** .022 .446**
Sig. (2-tailed) .694 .543 .712 .001 .088 .164 .070 .029 .052 .001 .900 .007
Q2
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Pearson Correlation .199 -.106 1 .158 -.061 .142 .530** .271 .289 .543** -.020 .007 .540**
Sig. (2-tailed) .251 .543 .364 .726 .417 .001 .115 .092 .001 .908 .968 .001
Q3
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Pearson Correlation .264 -.065 .158 1 .241 .093 .176 -.080 .280 .267 .045 .301 .435**
Sig. (2-tailed) .126 .712 .364 .162 .597 .313 .649 .103 .120 .800 .078 .009
Q4
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Pearson Correlation -.090 .548** -.061 .241 1 .185 -.124 .146 -.359* .249 .511** .049 .437**
Sig. (2-tailed) .608 .001 .726 .162 .287 .477 .403 .034 .149 .002 .781 .009
Q5
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Pearson Correlation .140 .293 .142 .093 .185 1 .263 .361* .396* .189 -.051 -.070 .583**
Sig. (2-tailed) .423 .088 .417 .597 .287 .127 .033 .019 .278 .769 .687 .000
Q6
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Pearson Correlation .227 -.241 .530** .176 -.124 .263 1 .254 .656** .118 -.190 -.030 .518**
Sig. (2-tailed) .190 .164 .001 .313 .477 .127 .140 .000 .501 .273 .862 .001
Q7
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Pearson Correlation -.030 .310 .271 -.080 .146 .361* .254 1 .114 .273 .059 -.068 .531**
Sig. (2-tailed) .865 .070 .115 .649 .403 .033 .140 .516 .113 .736 .697 .001
Q8
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Pearson Correlation .496** -.368* .289 .280 -.359* .396* .656** .114 1 .033 -.514** .132 .389*Q9
Sig. (2-tailed) .002 .029 .092 .103 .034 .019 .000 .516 .850 .002 .451 .021
124
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Pearson Correlation .243 .331 .543** .267 .249 .189 .118 .273 .033 1 .126 .379* .645**
Sig. (2-tailed) .160 .052 .001 .120 .149 .278 .501 .113 .850 .472 .025 .000
Q10
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Pearson Correlation -.321 .548** -.020 .045 .511** -.051 -.190 .059 -.514** .126 1 .038 .299
Sig. (2-tailed) .060 .001 .908 .800 .002 .769 .273 .736 .002 .472 .828 .046
Q11
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Pearson Correlation .277 .022 .007 .301 .049 -.070 -.030 -.068 .132 .379* .038 1 .286
Sig. (2-tailed) .108 .900 .968 .078 .781 .687 .862 .697 .451 .025 .828 .096
Q12
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Pearson Correlation .356* .446** .540** .435** .437** .583** .518** .531** .389* .645** .249 .286 1
Sig. (2-tailed) .036 .007 .001 .009 .009 .000 .001 .001 .021 .000 .150 .096
J_X
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Uji Realiabelitas Gaya Kepemimpinan Islam
Case Processing Summary
N %
Valid 35 100.0
Excludeda 0 .0
Cases
Total 35 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.636 12
125
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Q1 39.74 21.255 .247 .624
Q2 40.31 19.222 .219 .634
Q3 40.00 18.941 .381 .597
Q4 40.06 20.350 .298 .614
Q5 40.63 19.829 .259 .620
Q6 40.31 18.575 .433 .586
Q7 40.37 18.711 .325 .607
Q8 40.31 18.928 .365 .599
Q9 40.43 20.076 .184 .637
Q10 39.89 19.104 .549 .579
Q11 40.09 21.551 .073 .651
Q12 39.97 21.499 .155 .634
Uji Validitas Produktivitas Karyawan Koperasi Pondok Pesantren Az-ZahraCorrelations
Q13 Q14 Q15 Q16 Q17 Q18 Q19 Q20 Q21 J_Y
Pearson Correlation 1 .290 .021 .095 .564** .366* .036 .126 .183 .502**
Sig. (2-tailed) .091 .906 .586 .000 .031 .837 .469 .292 .002
Q13
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Pearson Correlation .290 1 .164 -.139 .075 .161 .019 .249 .209 .393*
Sig. (2-tailed) .091 .347 .426 .667 .356 .915 .149 .228 .019
Q14
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Pearson Correlation .021 .164 1 .085 -.034 .157 -.040 .341* .100 .372*
Sig. (2-tailed) .906 .347 .626 .846 .367 .818 .045 .570 .028
Q15
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Pearson Correlation .095 -.139 .085 1 .205 .376* .620** .238 .266 .624**Q16
Sig. (2-tailed) .586 .426 .626 .238 .026 .000 .169 .122 .000
126
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Pearson Correlation .564** .075 -.034 .205 1 .234 .233 .108 .229 .509**
Sig. (2-tailed) .000 .667 .846 .238 .176 .178 .539 .186 .002
Q17
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Pearson Correlation .366* .161 .157 .376* .234 1 .572** .106 .104 .626**
Sig. (2-tailed) .031 .356 .367 .026 .176 .000 .543 .554 .000
Q18
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Pearson Correlation .036 .019 -.040 .620** .233 .572** 1 .097 .438** .652**
Sig. (2-tailed) .837 .915 .818 .000 .178 .000 .581 .008 .000
Q19
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Pearson Correlation .126 .249 .341* .238 .108 .106 .097 1 .212 .536**
Sig. (2-tailed) .469 .149 .045 .169 .539 .543 .581 .221 .001
Q20
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Pearson Correlation .183 .209 .100 .266 .229 .104 .438** .212 1 .577**
Sig. (2-tailed) .292 .228 .570 .122 .186 .554 .008 .221 .000
Q21
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Pearson Correlation .502** .393* .372* .624** .509** .626** .652** .536** .577** 1
Sig. (2-tailed) .002 .019 .028 .000 .002 .000 .000 .001 .000
J_Y
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Uji Reabilitas Produktivitas Karyawan Koperasi
Case Processing Summary
N %
Valid 35 100.0
Excludeda 0 .0
Cases
Total 35 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.
127
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.684 9
128
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Q13 28.00 14.294 .358 .660
Q14 27.66 14.703 .206 .687
Q15 27.43 14.840 .180 .692
Q16 27.86 12.361 .421 .645
Q17 28.11 14.104 .353 .660
Q18 28.14 13.420 .495 .634
Q19 28.46 12.550 .486 .629
Q20 27.46 13.432 .342 .662
Q21 28.09 13.434 .415 .647
129
LAMPIRAN 5
Statistik deskriptif untuk 35 Responden Pada Koperasi Pondok Pesantren
Az-Zahra Semarang
Klasifikasi responden berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid wanita 35 100.0 100.0 100.0
Klasifikasi responden berdasarkan pekerjaan respondenPekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid pelajar/mahasiswa 35 100.0 100.0 100.0
130
Klasifikasi responden berdasarkan usia respondenUsia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
< 20 tahun 24 68.6 68.6 68.6
20 - 30 tahun 11 31.4 31.4 100.0
Valid
Total 35 100.0 100.0
131
Klasifikasi responden berdasarkan pendidikan terakhirPendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
SMP 25 71.4 71.4 71.4
SMA 10 28.6 28.6 100.0
Valid
Total 35 100.0 100.0
132
LAMPIRAN 6Output Regresi Linier berganda dari 35 responden
Uji Pengaruh Variabel Gaya Kepemimpinan Islam (X) Terhadap ProduktivitasKerja Karyawan Koperasi (Y)
Regression
Variables Entered/Removedb
Model Variables Entered
Variables
Removed Method
1 R_Xa . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: R_Y
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .373a .139 .113 .42733 1.287
a. Predictors: (Constant), R_X
b. Dependent Variable: R_Y
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression .974 1 .974 5.333 .027a
Residual 6.026 33 .183
1
Total 7.000 34
a. Predictors: (Constant), R_X
b. Dependent Variable: R_Y
133
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
(Constant) 1.939 .675 2.872 .0071
R_X .424 .184 .373 2.309 .027
a. Dependent Variable: R_Y
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 3.1401 3.8489 3.4889 .16924 35
Std. Predicted Value -2.061 2.127 .000 1.000 35
Standard Error of Predicted
Value
.072 .172 .097 .031 35
Adjusted Predicted Value 3.0241 3.9490 3.4831 .17738 35
Residual -.82662 .93111 .00000 .42100 35
Std. Residual -1.934 2.179 .000 .985 35
Stud. Residual -1.963 2.380 .006 1.027 35
Deleted Residual -.85098 1.11068 .00572 .45804 35
Stud. Deleted Residual -2.056 2.575 .011 1.056 35
Mahal. Distance .002 4.525 .971 1.357 35
Cook's Distance .000 .546 .046 .102 35
Centered Leverage Value .000 .133 .029 .040 35
a. Dependent Variable: R_Y
134
Uji Asumsi Klasik1. Multikolinearitas
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
Gaya kepemimpinan
Islam (X)1,000 1,000
2. Autokolerasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .373a .139 .113 .42733 1.287
a. Predictors: (Constant), Gaya kepemimpinan Islam
b. Dependent Variable: Produktivitas kerja karyawan3. Heterokedastisitas
4. Normalitas
135
136
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992
TENTANG
PERKOPERASIAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang :
a. bahwa Koperasi, baik sebagai gerakan ekonomi rakyat maupun sebagai badan
usaha berperan serta untuk mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan
makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam tata
perekonomian nasional yang disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan dan demokrasi ekonomi;
b. bahwa Koperasi perlu lebih bangun dirinya dan dibangun menjadi kuat dan
mandiri berdasarkan prinsip Koperasi sehingga mampu berperan sebagai
sokoguru perekonomian nasional;
c. bahwa pembangunan Koperasi merupakan tugas dan tanggung jawab
Pemerintah dan seluruh rakyat;
d. bahwa untuk mewujudkan halhal tersebut dan menyelaraskan dengan
perkembangan keadaan, perlu mengatur kembali ketentuan tentang
perkoperasian dalam suatu Undang-undang Sebagai pengganti Undang-
undang Nomor 12 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perkoperasian;
Mengingat :
Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945:
Dengan persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK
INDONESIA
MEMUTUSKAN:
137
Menetapkan :
UNDANG -UNDANG TENTANG PERKOPERASIAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal I
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:
1. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan
hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip
Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas
kekeluargaan.
2. Perkoperasian adalah segala sesuatu yang menyangkut kehidupan Koperasi.
3. Koperasi Primer adalah Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan
orang-seorang.
4. Koperasi Sekunder adalah Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan
Koperasi.
5. Gerakan Koperasi adalah keseluruhan organisasi Koperasi dan kegiatan
perkoperasian yang bersifat terpadu menuju tercapainya cita-cita bersama
Koperasi.
BAB II
LANDASAN, ASAS, DAN TUJUAN
Bagian Pertama Landasan dan Asas
Pasal 2
Koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta berdasar
atas asas kekeluargaan.
Bagian Kedua Tujuan
Pasal 3
Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional
dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur
berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
138
BAB III
FUNGSI, PERAN, DAN PRINSIP KOPERASI
Bagian Pertama Fungsi dan Peran
Pasal 4
Fungsi dan peran Koperasi adalah:
a. membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi dan sosialnya;
b. berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan
manusia dan masyarakat;
c. memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan
perekonomian nasional dengan Koperasi sebagai sokogurunya;
d. berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional
yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan
demokrasi ekonomi.
Bagian Kedua Prinsip Koperasi
Pasal 5
(1) Koperasi melaksanakan prinsip Koperasi sebagai berikut:
a. keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka:
b. pengelolaan dilakukan secara demokratis;
c. pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan
besarnya jasa usaha masing-masing anggota;
d. pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal;
e. kemandirian.
(2) Dalam mengembangkan Koperasi, maka Koperasi melaksanakan pula prinsip
Koperasi sebagai berikut:
a. pendidikan perkoperasian;
b. kerja sama antar koperasi.
139
BAB IV
PEMBENTUKAN
Bagian Pertama Syarat Pembentukan
Pasal 6
(1) Koperasi Primer dibentuk oleh sekurang-kurangnya 20 (duapuluh) orang.
(2) Koperasi Sekunder dibentuk oleh sekurang-kurangnya 3 (tiga) Koperasi.
Pasal 7
(1) Pembentukan Koperasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dilakukan
dengan akta pendirian yang memuat Anggaran Dasar.
(2) Koperasi mempunyai tempat kedudukan dalam wilayah negara Republik
Indonesia.
Pasal 8
Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (1) memuat sekurang-kurangnya:
a. daftar nama pendiri;
b. nama dan tempat kedudukan;
c. maksud dan tujuan serta bidang usaha;
d. ketentuan mengenai keanggotaan;
e. ketentuan mengenai Rapat Anggota;
f. ketentuan mengenai pengelolaan;
g. ketentuan mengenai permodalan;
h. ketentuan mengenai jangka waktu berdirinya;
i. ketentuan mengenai pembagian sisa hasil usaha;
j. ketentuan mengenai sanksi.
Bagian Kedua
Status Badan Hukum
Pasal 9
Koperasi memperoleh status badan hukum setelah akta pendiriannya disahkan
oleh Pemerintah.
140
Pasal 10
1) Untuk mendapatkan pengesahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, para
pendiri mengajukan permintaan tertulis disertai akta pendirian Koperasi.
2) Pengesahan akta pendirian diberikan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga)
bulan setelah diterimanya permintaan pengesahan.
3) Pengesahan akta pendirian diumumkan dalam Berita Negara Republik
Indonesia.
Pasal 11
(1) Dalam hal permintaan pengesahan akta pendirian ditolak, alasan penolakan
diberitahukan kepada para pendiri secara tertulis dalam waktu paling lambat
3 (tiga) bulan setelah diterimanya permintaan.
(2) Terhadap penolakan pengesahan akta pendirian para pendiri dapat
mengajukan permintaan ulang dalam waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak
diterimanya penolakan.
(3) Keputusan terhadap pengajuan permintaan ulang diberikan dalam jangka
waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak diterimanya pengajuan permintaan
ulang.
Pasal 12
(1) Perubahan Anggaran Dasar dilakukan oleh Rapat Anggota.
(2) Terhadap perubahan Anggaran Dasar yang menyangkut penggabungan,
pembagian, dan perubahan bidang usaha Koperasi dimintakan pengesahan
kepada Pemerintah.
Pasal 13
Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara pengesahan atau penolakan
pengesahan akta pendirian, dan perubahan Anggaran Dasar sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, dan Pasal 12 diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 14
(1) Untuk keperluan pengembangan dan/atau efisiensi usaha, satu Koperasi atau
lebih dapat:
a. menggabungkan din menjadi satu dengan Koperasi lain, atau
141
b. bersama Koperasi lain meleburkan diri dengan membentuk Koperasi baru.
(2) Penggabungan atas peleburan dilakukan dengan persetujuan Rapat Anggota
masing-masing Koperasi
Bagian Ketiga Bentuk dan Jenis
Pasal 15
Koperasi dapat berbentuk Koperasi Primer atau Koperasi Sekunder.
Pasal 16
Jenis Koperasi didasarkan pada kesamaan kegiatan dan kepentingan ekonomi
anggotanya.
BAB V
KEANGGOTAAN
Pasal 17
(1) Anggota Koperasi adalah pemilik dan sekaligus pengguna jasa Koperasi.
(2) Keanggotaan Koperasi dicatat dalam buku daftar anggota.
Pasal 18
(1) Yang dapat menjadi anggota Koperasi ialah setiap warga negara Indonesia
yang mampu melakukan tindakan hukum atau Koperasi yang memenuhi
persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam Anggaran Dasar.
(2) Koperasi dapat memiliki anggota luar biasa yang persyaratan, hak, dan
kewajiban keanggotaannya ditetapkan dalam Anggaran Dasar.
Pasal 19
(1) Keanggotaan Koperasi didasarkan pada kesamaan kepentingan ekonomi
dalam lingkup usaha Koperasi.
(2) Keanggotaan Koperasi dapat diperoleh atau diakhiri setelah syarat
sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar dipenuhi.
(3) Keanggotaan Koperasi tidak dapat dipindahtangankan.
(4) Setiap anggota mempunyai kewajiban dan hak yang sama terhadap Koperasi
sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar.
Pasal 20
(1) Setiap anggota mempunyai kewajiban:
142
a. mematuhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta keputusan
yang telah disepakati dalam Rapat Anggota;
b. berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang di- selenggarakan oleh Koperasi;
c. mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasarkan atas asas
kekeluargaan.
(2) Setiap anggota mempunyai hak:
a. menghadiri, menyatakan pendapat, dan memberikan suara dalam Rapat
Anggota;
b. memilih dan/atau dipilih menjadi anggota Pengurus atau Pengawas;
c. meminta diadakan Rapat Anggota menurut ketentuan dalam Anggaran
Dasar;
d. d. mengemukakan pendapat atau saran kepada Pengurus di luar Rapat
Anggota baik diminta maupun tidak diminta;
e. memanfaatkan Koperasi dan mendapat pelayanan yang sama antara
sesama anggota;
f. mendapatkan keterangan mengenai perkembangan Koperasi menurut
ketentuan dalam Anggaran Dasar.
BAB VI
PERANGKAT ORGANISASI
Bagian Pertama
Umum
Pasal 21
Perangkat organisasi Koperasi terdiri dari
a. Rapat Anggota;
b. Pengurus;
c. Pengawas.
Bagian Kedua
Rapat Anggota
Pasal 22
(1) Rapat Anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam Koperasi.
143
(2) Rapat Anggota dihadiri oleh anggota yang pelaksanaannya diatur dalam
Anggaran Dasar.
Pasal 23
Rapat Anggota menetapkan:
a. Anggaran Dasar;
b. kebijaksanaan umum dibidang organisasi, manajemen, dan usaha Koperasi;
c. pemilihan, pengangkatan, pemberhentian Pengurus dan Pengawas;
d. rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja Koperasi, serta
pengesahan laporan keuangan;
e. pengesahan pertanggungjawaban Pengurus dalam pelaksanaan tugasnya;
f. pembagian sisa hasil usaha;
g. Penggabungan, peleburan, pembagian, dan pembubaran Koperasi.
Pasal 24
(1) Keputusan Rapat Anggota diambil berdasarkan musyawarah untuk mencapai
mufakat.
(2) Apabila tidak diperoleh keputusan dengan cara musyawarah, maka
pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan suara terbanyak.
(3) Dalam hal dilakukan pemungutan suara, setiap anggota mempunyai hak satu
suara.
(4) Hak suara dalam Koperasi Sekunder dapat diatur dalam Anggaran Dasar
dengan mempertimbangkan jumlah anggota dan jasa usaha Koperasi-anggota
secara berimbang.
Pasal 25
Rapat Anggota berhak meminta keterangan dan pertanggungjawaban Pengurus
dan Pengawas mengenai pengelolaan Koperasi.
Pasal 26
(1) Rapat Anggota dilakukan paling sedikit sekali dalam I (satu) tahun.
(2) Rapat Anggota untuk mengesahkan pertanggungjawaban Pengurus
diselenggarakan paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun buku lampau.
Pasal 27
144
(1) Selain Rapat Anggota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26, Koperasi dapat
melakukan Rapat Anggota Luar Biasa apabila keadaan mengharuskan adanya
keputusan segera yang wewenangnya ada pada Rapat Anggota.
(2) Rapat Anggota Luar Biasa dapat diadakan atas permintaan sejumlah anggota
Koperasi atau atas keputusan Pengurus yang pelaksanaannya diatur dalam
Anggaran Dasar.
(3) Rapat Anggota Luar Biasa mempunyai wewenang yang sama dengan
wewenang Rapat Anggota Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23.
Pasal 28
Persyaratan, tata cara, dan tempat penyelenggaraan Rapat Anggota dan Rapat
Anggota Luar Biasa diatur dalam Anggaran Dasar.
Bagian Ketiga Pengurus
Pasal 29
(1) Pengurus dipilih dan dari oleh anggota Koperasi dalam Rapat Anggota.
(2) Pengurus merupakan pemegang kuasa Rapat Anggota.
(3) Untuk pertama kali, susunan dan nama anggota Pengurus dicantumkan dalam
akta pendirian.
(4) Masa jabatan Pengurus paling lama 5 (lima) tahun.
(5) Persyaratan untuk dapat dipilih dan diangkat menjadi anggota Pengurus
ditetapkan dalam Anggaran Dasar.
Pasal 30
(1) Pengurus bertugas:
a. mengelola Koperasi dan usahanya;
b. mengajukan rancangan rencana kerja serta rancang dan rencana anggaran
pendapatan dan belanja Koperasi;
c. menyelenggarakan Rapat Anggota;
d. mengajukan laporan keuangan dan pertanggung jawaban pelaksanaan
tugas;
e. menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris secara tertib;
f. memelihara daftar buku anggota dan pengurus.
145
(2) Pengurus berwenang:
a. mewakili Koperasi di dalam dan diluar pengadilan;
b. memutuskan penerimaan dan penolakan anggota baru serta pemberhentian
anggota sesuai dengan ketentuan dalam Anggaran Dasar;
c. melakukan tindakan dan upaya bagi kepentingan dan kemanfaatan
Koperasi sesuai dengan tanggungjawabnya dan keputusan Rapat Anggota.
Pasal 31
Pengurus bertanggung jawab mengenai segala kegiatan pengelolaan Koperasi dan
usahanya kepada Rapat atau Rapat Anggota Luar Biasa.
Pasal 32
(1) Pengurus Koperasi dapat mengangkat Pengelola yang diberi wewenang dan
kuasa untuk mengelola (2) Dalam m hal Pengurus Koperasi bermaksud untuk
mengangkat Pengelola, maka rencana pengangkatan tersebut diajukan kepada
Rapat Anggota untuk mendapat persetujuan.
(2) Pengelola bertanggung jawab kepada Pengurus.
(3) Pengelolaan usaha oleh Pengelola tidak mengurangi tanggung jawab Pengurus
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 31.
Pasal 33
Hubungan antara Pengelola usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 dengan
Pengurus Koperasi merupakan hubungan kerja atas dasar perikatan.
Pasal 34
(1) Pengurus, baik bersama-sama, maupun sendiri sendiri-sendiri, menanggung
kerugian yang diderita Koperasi, karena tindakan yang dilakukan dengan
kesengajaan atau kelalaiannya.
(2) Di samping penggantian kerugian tersebut, apabila la tindakan itu dilakukan
dengan kesengajaan, tidak menutup kemungkinan bagi penuntut umum
untuk melakukan penuntutan.
Pasal 35
Setelah tahun buku Koperasi ditutup, paling lambat 1 (satu) bulan sebelum
diselenggarakan rapat anggota tahunan, Pengurus menyusun laporan tahunan yang
memuat sekurang-kurangnya:
146
a. perhitungan tahunan yang terdiri dan neraca akhir tahun buku yang baru
lampau dan perhitungan hasil usaha dan tahun yang bersangkutan serta
penjelasan atas dokumen tersebut;
b. keadaan dan usaha Koperasi serta hasil usaha yang dapat dicapai.
Pasal 36
(1) Laporan tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ditandatangani oleh
semua anggota Pengurus.
(2) Apabila salah seorang anggota Pengurus tidak menandatangani laporan
tahunan tersebut, anggota yang bersangkutan menjelaskan alasannya secara
tertulis.
Pasal 37
Persetujuan terhadap laporan tahunan, termasuk pengesahan perhitungan tahunan,
merupakan penerimaan pertanggungjawaban Pengurus oleh Rapat Anggota.
Bagian Keempat
Pengawas
Pasal 38
(1) Pengawas dipilih dari dan oleh anggota Koperasi dalam Rapat Anggota.
(2) Pengawas bertanggung jawab kepada Rapat Anggota.
(3) Persyaratan untuk dapat dipilih dan diangkat sebagai anggota Pengawas
ditetapkan dalam Anggaran Dasar.
Pasal 39
(1) Pengawas bertugas:
a. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan dan
pengelolaan Koperasi;
b. membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasannya.
(2) Pengawas berwenang:
a. meneliti catatan yang ada pada Koperasi; b. mendapatkan segala
keterangan yang diperlukan.
(3) Pengawas harus merahasiakan hasil pengawasannya terhadap pihak ketiga.
Pasal 40
Koperasi dapat meminta jasa audit kepada akuntan publik.
147
BAB VII
MODAL
Pasal 41
(1) Modal Koperasi terdiri dan modal sendiri dan modal pinjaman.
(2) Modal sendiri dapat berasal dan:
a. simpanan pokok;
b. simpanan wajib;
c. dana cadangan;
d. hibah.
(3) Modal pinjaman dapat berasal dan:
a. anggota;
b. Koperasi lainnya dan/atau anggotanya;
c. bank dan lembaga keuangan lainnya;
d. penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya;
e. sumber lain yang sah.
Pasal 42
(1) Selain modal sebagai dimaksud dalam Pasal 41, dapat pula melakukan
pemupukan modal yang berasal dan modal penyertaan.
(2) Ketentuan mengenai pemupukan modal yang berasal dan modal penyertaan
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
BAB VIII
LAPANGAN USAHA
Pasal 43
(1) Usaha Koperasi adalah usaha yang berkaitan langsung dengan kepentingan
anggota untuk meningkatkan usaha dan kesejahteraan anggota.
(2) Kelebihan kemampuan pelayanan Koperasi dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat yang bukan anggota Koperasi.
(3) Koperasi menjalankan kegiatan usaha dan berperan utama di segala bidang
kehidupan ekonomi rakyat.
148
Pasal 44
(1) Koperasi dapat menghimpun dana dan menyalurkannya melalui kegiatan
usaha simpan pinjam dari dan untuk:
a. anggota Koperasi yang bersangkutan;
b. Koperasi lain dan/atau anggotanya.
(2) Kegiatan usaha simpan pinjam dapat dilaksanakan sebagai salah satu atau
satu-satunya kegiatan usaha Koperasi.
(3) Pelaksanaan kegiatan usaha simpan pinjam oleh Koperasi diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Pemerintah.
BAB IX
SISA HASIL USAHA
Pasal 45
(1) Sisa Hasil Usaha Koperasi merupakan pendapatan Koperasi yang diperoleh
dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban
lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan.
(2) Sisa Hasil Usaha setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada anggota
sebanding dengan jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota
dengan Koperasi, serta digunakan untuk keperluan pendidikan perkoperasian
dan keperluan lain dan Koperasi, sesuai dengan keputusan Rapat Anggota.
(3) Besarnya pemupukan dana cadangan ditetapkan dalam Rapat Anggota.
BAB X
PEMBUBARAN KOPERASI
Bagian Pertama
Cara Pembubaran Koperasi
Pasal 46
Pembubaran Koperasi dapat dilakukan berdasarkan:
a. keputusan Rapat Anggota, atau
b. keputusan Pemerintah.
Pasal 47
(1) Keputusan pembubaran oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
46 huruf b dilakukan apabila:
149
• terdapat bukti bahwa Koperasi yang bersangkutan tidak memenuhi
ketentuan Undang-undang ini;
• kegiatannya bertentangan dengan ketertiban umum dan/atau kesusilaan;
• kelangsungan hidupnya tidak dapat lagi diharapkan.
(2) Keputusan pembubaran Koperasi oleh Pemerintah dikeluarkan dalam waktu
paling lambat 4 (empat) bulan terhitung sejak tanggal diterimanya surat
pemberitahuan rencana pembubaran tersebut oleh Koperasi yang
bersangkutan.
(3) Dalam jangka waktu paling lambat 2 (dua) bulan sejak tanggal penerimaan
pemberitahuan, Koperasi yang bersangkutan berhak mengajukan keberatan.
(4) Keputusan Pemerintah mengenai diterima atau ditolaknya keberatan atas
rencana pembubaran di- berikan paling lambat 1 (satu) bulan sejak tanggal
diterimanya pernyataan keberatan tersebut.
Pasal 48
Ketentuan mengenai pembubaran Koperasi oleh Pemerintah dan tata cara
pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47, diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 49
(1) Keputusan pembubaran Koperasi oleh Rapat Anggota diberitahukan secara
tertulis oleh Kuasa Rapat Anggota kepada:
a. semua kreditor;
b. Pemerintah.
(2) Pemberitahuan kepada semua kreditor dilakukan oleh Pemerintah, dalam hal
pembubaran tersebut berlangsung berdasarkan keputusan Pemerintah.
(3) Selama pemberitahuan pembubaran Koperasi be- lum diterima oleh kreditor,
maka pembubaran Koperasi belum berlaku baginya.
Pasal 50
Dalam pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 disebutkan:
a. nama dan alamat, dan
150
b. ketentuan bahwa semua kreditor dapat mengajukan tagihan dalam jangka
waktu 3 (tiga) bulan sesudah tanggal diterimanya surat pemberitahuan
pembubaran.
Bagian Kedua Penyelesaian
Pasal 51
Untuk kepentingan kreditor dan para anggota Koperasi, terhadap pembubaran
Koperasi dilakukan penyelesaian pembubaran yang selanjutnya disebut
penyelesaian.
Pasal 52
(1) Penyu1esaian dilakukan oleh penyelesai pembubaran yang selanjutnya
disebut Penyelesaian.
(2) Untuk penyelesaian berdasarkan keputusan Rapat Anggota, Penyelesaian
ditunjuk oleh Rapat Anggota.
(3) Untuk penyelesaian berdasarkan keputusan Pemerintah, Penyelesai ditunjuk
oleh Pemerintah.
(4) Selama dalam proses penyelesaian, Koperasi tersebut tetap ada dengan
sebutan Koperasi dalam penyelesaian .
Pasal 53
(1) Penyelesaian segera dilaksanakan setelah dikeluarkan keputusan pembubaran
Koperasi.
(2) Penyelesai bertanggung jawab kepada Kuasa Rapat Anggota dalam hal
Penyelesai ditunjuk oleh Rapat Anggota dan kepada Pemerintah dalam h1
Penyelesai ditunjuk oleh Pemerintah.
Pasal 54
Penyelesai mempunyai hak, wewenang, dan kewajiban sebagai berikut:
a. Melakukan segala perbuatan hukum untuk dan atas nama Koperasi dalam
penyelesaian ;
b. mengumpulkan segala keterangan yang diperlukan;
c. memanggil Pengurus, anggota dan bekas anggota tertentu yang diperlukan,
baik sendirisendiri maupun bersama-sama;
151
d. memperoleh, memeriksa, dan menggunakan segala catatan dan arsip
Koperasi;
e. menetapkan dan melaksanakan segala kewajiban pembayaran yang
didahulukan dan pembayaran hutang lainnya;
f. menggunakan sisa kekayaan Koperasi untuk sisa kewajiban Koperasi;
g. membagikan sisa hasil penyelesaian kepada anggota;
h. membuat berita acara penyelesaian.
Pasal 55
Dalam hal terjadi pembubaran Koperasi, anggota hanya menanggung kerugian
sebatas simpanan pokok, simpanan wajib dan modal, penyertaan yang
dimilikinya.
Bagian Ketiga
Status Badan Hukum
Pasal 56
(1) Pemerintah mengumumkan pembubaran Koperasi dalam Berita Negara
Republik Indonesia.
(2) Status badan hukum Koperasi hapus sejak tanggal pengumuman pembubaran
Koperasi tersebut dalam Berita Negara Republik Indonesia.
BAB Xl
LEMBAGA GERAKAN KOPERASI
Pasal 57
(1) Koperasi secara bersama-sama mendirikan satu organisasi tunggal yang
berfungsi sebagai wadah untuk memperjuangkan kepentingan dan bertindak
sebagai pembawa aspirasi Koperasi.
(2) Organisasi ini berasaskan Pancasila
(3) Nama, tujuan, susunan, dan tata kerja organisasi diatur dalam Anggaran
Dasar organisasi yang ber sangkutan.
152
Pasal 58
(1) Organisasi tersebut melakukan kegiatan:
a. memperjuangkan dan menyalurkan aspirasi Koperasi;
b. meningkatkan kesadaran berkoperasi di kalangan masyarakat;
c. melakukan pendidikan perkoperasian bagi anggota dan masyarakat:
d. mengembangkan kerja sama antar koperasi dan antara Koperasi dengan
badan usaha lain, baik pada tingkat nasional maupun internasional.
(2) Untuk melaksanakan kegiatan tersebut, Koperasi secara bersama-sama
menghimpun dana Koperasi.
Pasal 59
Organisasi yang dibentuk sebagaimana dimaksud Pasal 57 ayat (1) disahkan oleh
Pemerintah.
XII
PEMBINAAN
Pasal 60
(1) Pemerintah menciptakan dan mengembangkan dan kondisi yang mendorong
pertumbuhan pemasyarakatan Koperasi.
(2) Pemerintah memberikan bimbingan, kemudahan, dan perlindungan kepada
Koperasi.
Pasal 61
upaya menciptakan dan mengembangkan iklim kondisi yang mendorong
pertumbuhan dan Koperasi, Pemerintah:
a. memberikan kesempatan usaha an seluas luasnya kepada Koperasi;
b. meningkatkan dan memantapkan kemampuan Koperasi agar menjadi Koperasi
yang sehat, tangguh, dan mandiri;
c. mengupayakan tata hubungan usaha yang saling menguntungkan antara
Koperasi dengan badan usaha lainnya;
d. membudayakan Koperasi dalam masyarakat.
153
Pasal 62
Dalam rangka memberikan bimbingan dan kemudahan dalam an kepada Koperasi,
Pemerintah:
a. Membimbing usaha Koperasi yang sesuai dengan kepentingan ekonomi
anggotanya;
b. mendorong, mengembangkan, dan membantu pelaksanaan pendidikan,
pelatihan, penyuluhan, dan penelitian perkoperasian;
c. memberikan kemudahan untuk memperkokoh permodalan Koperasi serta
mengembang kan lembaga keuangan Koperasi;
d. membantu pengembangan jaringan usaha Koperasi dan kerja sama yang saling
menguntungkan antar koperasi;
e. memberikan bantuan konsultasi guna memecahkan permasalahan yang
dihadapi oleh Koperasi dengan tetap memperhatikan Anggar an Dasar dan
prinsip Koperasi.
Pasal 63
(1) Dalam rangka pemberian perlindungan kepada Koperasi, Pemerintah dapat:
a. menetapkan bidang kegiatan ekonomi yang hanya boleh diusahakan oleh
Koperasi;
b. menetapkan bidang kegiatan ekonomi di suatu wilayah yang telah berhasil
diusahakan oleh Koperasi untuk tidak diusahakan oleh badan usaha
lainnya.
(2) Persyaratan dan tata cara pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 64
Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60, Pasal 61, Pasal 62, dan Pasal
63 dilakukan dengan memperhatikan keadaan dan kepentingan ekonomi nasional,
serta pemerataan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja.
154
BAB XIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 65
Koperasi yang telah memiliki status badan hukum pada saat Undang-undang ini
berlaku, dinyatakan telah memperoleh status badan hukum berdasarkan Undang-
undang ini.
BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 66
(1) Dengan berlakunya Undang-undang ini, maka Undang-undang Nomor 12
Tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perkoperasian (Lembaran Negara Tahun
l967Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 2832)
dinyatakan tidak berlaku lagi.
(2) Peraturan pelaksanaan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1967 tentang
Pokok-pokok Perkoperasian (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 23, Tam-
bahan Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 2832) dinyatakan masih tetap
berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan atau belum diganti berdasarkan
Undang-undang ini.
Pasal 67
Undang-undang ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang
ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Diundangkan di Jakarta
155
PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 25 TAHUN 1992
TENTANG
PERKOPERASIAN
I. UMUM
Undang-Undang Dasar 1945 khususnya Pasal 33 ayat (1) menyatakan
bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan. Selanjutnya penjelasan Pasal 33 antara lain menyatakan bahwa
kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan bukan kemakmuran orang-seorang
dan bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah koperasi. Penjelasan Pasal 33
menempatkan Koperasi baik dalam kedudukan sebagai sokoguru perekonomian
nasional maupun sebagai bagian integral tata perekonomian nasional.
Dengan memperhatikan kedudukan Koperasi seperti tersebut di atas maka
peran Koperasi sangatlah penting dalam menumbuhkan dan mengembangkan
potensi ekonomi rakyat serta dalam mewujudkan kehidupan demokrasi ekonomi
yang mempunyai ciri-ciri demokratis, kebersamaan, kekeluargaan, dan
keterbukaan. Dalam kehidupan ekonomi seperti itu Koperasi seharusnya memiliki
ruang gerak dan kesempatan usaha yang luas yang menyangkut kepentingan
kehidupan ekonomi rakyat. Tetapi dalam perkembangan ekonomi yang berjalan
demikian cepat, pertumbuhan Koperasi selama ini belum sepenuhnya
menampakkan wujud dan perannya sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar 1945. Demikian pula per- aturan perundang-undangan yang ada
masih belum sepenuhnya menampung hal yang diperlukan untuk menunjang
terlaksananya Koperasi baik sebagai badan usaha maupun sebagai gerakan
ekonomi rakyat. Oleh karena itu, untuk menyelaraskan dengan perkembangan
lingkungan yang dinamis perlu adanya landasan hukum baru yang mampu
mendorong Koperasi agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi lebih kuat dan
mandiri.
156
Pembangunan Koperasi perlu diarahkan sehingga semakin berperan dalam
perekonomian nasional. Pengembangannya diarahkan agar Koperasi benar-benar
menerapkan prinsip Koperasi dan kaidah usaha ekonomi. Dengan demikian
Koperasi akan merupakan organisasi ekonomi yang mantap, demokratis, otonom,
partisipatif, dan berwatak sosial. Pembinaan Koperasi pada dasarnya dimaksudkan
untuk mendorong agar Koperasi menjalankan kegiatan usaha dan berperan utama
dalam kehidupan ekonomi rakyat.
Undang-undang ini menegaskan bahwa pemberian status badan hukum
Koperasi, pengesahan perubahan Anggaran Dasar, dan pembinaan Koperasi
merupakan wewenang dan tanggung jawab Pemerintah. Dalam pelaksanaannya,
Pemerintah dapat melimpahkan wewenang tersebut kepada Menteri yang
membidangi Koperasi. Namun demikian hal ini tidak berarti bahwa Pemerintah
mencampuri urusan internal organisasi Koperasi dan tetap memperhatikan prinsip
kemandirian Koperasi.
Pemerintah, baik di pusat maupun di daerah, menciptakan dan
mengembangkan iklim serta kondisi yang mendorong pertumbuhan dan
pemasyarakatan Koperasi. Demikian juga Pemerintah memberikan bimbingan,
kemudahan, dan perlindungan kepada Koperasi. Selanjutnya Pemerintah dapat
menetapkan bidang kegiatan ekonomi yang hanya dapat diusahakan oleh
Koperasi. Selain itu Pemerintah juga dapat menetapkan bidang kegiatan ekonomi
di suatu wilayah tertentu yang telah berhasil diusahakan oleh Koperasi untuk tidak
diusahakan oleh badan usaha lainnya. Hal tersebut dilakukan dengan
memperhatikan kepentingan ekonomi nasional dan perwujudan pemerataan
kesempatan berusaha.
Undang-undang ini juga memberikan kesempatan bagi Koperasi untuk
memperkuat permodalan me- lalui pengerahan modal penyertaan baik dan
anggota maupun dan bukan anggota. Dengan kemungkinan ini, Koperasi dapat
Lebih menghimpun dana untuk pengembangan usahanya. Sejalan dengan itu
dalam Un- dang-undang ini ditanamkan pemikiran ke arah pengembangan
pengelolaan Koperasi secara profesional.
157
Berdasarkan hal tersebut di atas, Undang-undang ini disusun dengan maksud
untuk memperjelas dan mempertegas jati din, tujuan, kedudukan, peran,
manajemen, keusahaan, dan permodalan Koperasi serta pembinaan Koperasi,
sehingga dapat lebih menjamin terwujudnya kehidupan Koperasi sebagaimana
diamanatkan oleh Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Angka 1
Cukup Jelas
Angkat 2
Yang dimaksud dengan kehidupan Koperasi 1 ada aspek yang erat berkaitan
dengan pembangunan koperasi, seperti misalnya falsafah, ideologi, organisasi,
manajemet 1 usaha, pendidikan, pembinaan, dan sebagainya.
Angka3
Cukup jelas
Angka 4
Pasal 2
Cukup jelas
Cukup jelas
Pasal 3
Cukup jelas
Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5
Prinsip Koperasi merupakan satu kesatuan dan Il(11k dapat dipisahkan dalam
kehidupan berkoperasi. Dengan melaksanakan keseluruhan prinsip tersebut
koperasi mewujudkan dirinya sebagai badan usaha sekaligus sebagai gerakan
ekonomi rakyat yang berwatak sosial.
158
Ayat (1)
Prinsip Koperasi ini merupakan esensi dan dasar kerja Koperasi sebagai badan
usaha dan merupakan ciri khas dan jati din Koperasi yang membedakannya dan
badan usaha lain.
Huruf a
Sifat kesukarelaan dalam keanggotaan Koperasi, mengandung makna bahwa
menjadi anggota Koperasi tidak boleh dipaksakan oleh siapapun. Sifat
kesukarelaan juga mengandung makna bahwa seorang anggota dapat
mengundurkan din dan Koperasinya sesuai dengan syarat yang ditentukan dalam
Anggaran Dasar Koperasi. Sedangkan sifat terbuka memiliki arti bahwa dalam
keanggotaan tidak dilakukan pembatasan atau diskriminasi dalam bentuk apapun.
Huruf b
Prinsip demokrasi menunjukkan bahwa penge1ola Koperasi dilakukan atas
kehendak dan keputusan para anggota. Para anggota itulah yang memegang dan
melaksanakan kekuasaan tertinggi dalam Koperasi.
Huruf C
Pembagian sisa hasil usaha kepada anggota dilakukan tidak semata-mata
berdasarkan modal yang dimiliki seseorang dalam Koperasi tetapi juga
berdasarkan perimbangan jasa usaha anggota terhadap Koperasi. Ketentuan yang
demikian ini merupakan perwujudan nilai kekeluargaan dan keadilan.
Huruf d
Modal dalam Koperasi pada dasarnya dipergunakan untuk kemanfaatan anggota
dan bukan untuk sekedar mencari keuntungan. Oleh karena itu balas jasa terhadap
modal yang diberikan kepada pana anggota juga terbatas, dan tidak didasarkan
semata-mata atas besarnya modal yang diberikan. Yang dimaksud dengan terbatas
adalah wajan dalam arti tidak melebihi suku bunga yang berlaku di pasar.
Huruf e
Kemandirian mengandung pengertian dapat berdiri sendiri, tanpa bergantung pada
pihak lain yang dilandasi oleh kepercayaan kepada pertimbangan, keputusan,
kemampuan, dan usaha sendiri. Dalam kemandirian terkandung pula pengertian
kebebasan yang bertanggung jawab, otonomi, swadaya, berani
159
mempertanggungjawabkan perbuatan sendiri dan kehendak untuk mengelola diri
sendiri.
Ayat (2)
Di samping kelima prinsip sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), untuk
pengembangan dirinya koperasi juga melaksanakan dua prinsip Koperasi yang
lain yaitu pendidikan perkoperasian dan kerja sama antar koperasi.
Penyelenggaraan pendidikan perkoperasian dan kerja sama antar koperasi
merupakan prinsip Koperasi yang penting dalam meningkatkan kemampuan,
memperluas wawasan anggota, dan memperkuat solidaritas dalam mewujudkan
tujuan Koperasi. Kerja sama dimaksud dapat dilakukan antar koperasi di tingkat
lokal, regional, nasional, dan internasional.
Pasal 6
Ayat (1)
Persyaratan ini dimaksudkan untuk men- jaga kelayakan usaha dan kehidupan
Koperasi. Orang- seorang pembentuk Koperasi adalah mereka yang memenuhi
persyaratan keanggotaan dan mempunyai kepentingan ekonomi yang sama.
Ayat (2)
Pasal 7
Cukup jelas
Ayat (1)
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan tempat kedudukan adalah alamat tetap alamat tetap
kantor Koperasi.
Pasal 8
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
160
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas
Huruf g
Cukup jelas
Huruf h
Jangka waktu berdirinya Koperasi dapat ditetapkan terbatas dalam jangka waktu
tertentu atau tidak terbatas sesuai dengan tujuannya.
Huruf i
Cukup jelas
Huruf j
Sanksi dalam ketentuan ini adalah sanksi yang diatur secara intern oleh masing-
masing Koperasi, yang dikenakan terhadap Pengurus, Pengawas, dan anggota
yang melanggar ketentuan Anggaran Dasar.
Pasal 9
Cukup jelas
Dengan ketentuan ini dimaksudkan hanya
Pasal 10 Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 11
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
161
Cukup jelas
Pasal 12
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Dengan ketentuan ini dimaksudkan hanya P(r11I)1I1an yang mendasar yang perlu
pengesahan Pemerintah, yaitu yang menyangkut penggabungan, pembagian, dan
perubahan bidang usaha. Pengesahan yang dimaksud dalam hal penggabungan
dan perubahan bidang usaha merupakan pengesahan perubahan Anggaran Dasar,
dan dalam hal pembagian merupakan pengesahan perubahan Anggaran Dasar dan
atau pengesahan badan hukum baru. Pengesahan perubahan bidang usaha
Koperasi yang dimaksud dalam ketentuan ini tidak mengurangi kesempatan
Koperasi untuk berusaha di segala bidang ekonomi.
Pasal 13
Cukup jelas
Pasal 14
Ayat (1)
Penggabungan atau yang dikenal dengan istilah amalgamasi, dan peleburan hanya
dapat dilakukan apabila didasarkan atas pertimbangan pengembangan dan/atau
efisiensi usaha pengelolaan Koperasi sesuai dengan kepentingan anggota. Dalam
hal penggabungan dan peleburan yang memerlukan pengesahan Anggaran Dasar
atau badan hukum baru dilakukan sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
Undangundang ini.
Ayat (2)
Pasal 15
Cukup jelas
Pengertian Koperasi Sekunder meliputi semua Koperasi yang didirikan oleh dan
beranggotakan Koperasi Primer dan/atau Koperasi Sekunder. Berdasarkan
kesamaan kepentingan dan tujuan efisiensi, Koperasi Sekunder dapat didirikan
oleh Koperasi sejenis maupun berbagai jenis atau tingkatan. Dalam hal Koperasi
mendirikan Koperasi Sekunder dalam berbagai tingkatan, seperti yang selama ini
162
dikenal sebagai Pusat, Gabungan, dan Induk, maka jumlah tingkatan maupun
penamaannya diatur sendiri oleh Koperasi yang bersangkutan.
Pasal 16
Dasar untuk menentukan jenis Koperasi ada- lah kesamaan aktivitas, kepentingan
dan kebutuhan ekonomi anggotanya, seperti antara lain Koperasi Simpan Pinjam,
Koperasi Konsumen, Koperasi Produsen, Koperasi Pemasaran, dan Koperasi Jasa.
Khusus Koperasi yang dibentuk oleh golongan fungsional seperti pegawai negeri,
anggota ABRI, karyawan dan sebagainya, bukan merupakan jenis Koperasi
tersendiri.
Pasal 17
Ayat (1)
Sebagai pemilik dan pengguna jasa Koperasi, anggota berpartisipasi aktif dalam
kegiatan Koperasi. Sekalipun demikian, sepanjang tidak merugikan
kepentingannya, koperasi dapat pula memberikan pelayanan kepada bukan
anggota sesuai dengan sifat kegiatan usahanya, dengan maksud untuk menarik
yang bukan anggota menjadi koperasi.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 18
Ayat (1)
Ying dapat menjadi anggota Koperasi Primer adalah orang-seorang yang telah
mampu melakukan tindakan hukum dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan
oleh Koperasi yang bersangkutan. Hal ini dimaksudkan sebagai konsekuensi
Koperasi Sebagai badan hukum. Namun demikian khusus bagi pelajar, siswa
dan/atau yang dipersamakan dan dianggap belum mampu melakukan tindakan
hukum dapat membentuk Koperasi, tetapi Koperasi tersebut tidak disahkan
sebagai badan hukum dan status- nya hanya Koperasi tercatat.
Ayat (2)
Dalam hal terdapat orang yang ingin mendapat pelayanan dan menjadi anggota
Koperasi, namun tidak sepenuhnya dapat memenuhi persyaratan sebagaimana
163
ditetapkan dalam Anggaran Dasar, mereka dapat diterima sebagai anggota luar
biasa.
Ketentuan ini memberi peluang bagi penduduk Indonesia bukan warga negara
dapat menjadi anggota luar biasa dan suatu Koperasi sepanjang memenuhi
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 19
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Keanggotaan Koperasi pada dasarnya tidak dapat dipindah-tangankan karena
persyaratan untuk menjadi anggota Koperasi ada- lah kepentingan ekonomi yang
melekat pa- da anggota yang bersangkutan. Dalam hal anggota Koperasi
meninggal dunia, keanggotaannya dapat diteruskan oleh ahli waris yang
memenuhi syarat dalam Anggaran Dasar. Hal ini dimaksudkan untuk memelihara
kepentingan ahli waris dan mempermudah proses mereka untuk menjadi anggota.
Ayat (4)
Pasal 20
Cukup jelas
Ayat (1)
Sebagai konsekuensi seseorang menjadi anggota Koperasi, maka anggota
mempunyai kewajiban yang harus dipenuhi, yaitu mematuhi ketentuan yang ada
dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta keputusan yang telah
disepakati dalam Rapat Anggota. Mengingat anggota adalah pemilik dan
pengguna jasa sangat berkepentingan dalam usaha yang dijalankan oleh Koperasi,
maka partisipasi anggota berarti pula untuk mengembangkan usaha Koperasi. Hal
itu sejalan pula dengan hak anggota untuk memanfaatkan dan mendapat
pelayanan dan Koperasinya. Anggota merupakan faktor penentu dalam kehidupan
Koperasi, oleh karena itu penting bagi anggota untuk mengembangkan dan me-
memelihara kebersamaan.
164
Ayat (2)
Pasal 21
Cukup jelas
Cukup jelas
Pasal 22
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 23
Cukup jelas
Pasal 24
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Pemungutan suara yang dimaksud ayat ini dilakukan hanya oleh anggota yang
hadir.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan mempertimbangkan jumlah anggota dan jasa usaha
Koperasi-anggota secara berimbang adalah penentuan hak suara dilakukan
sebanding dengan jumlah anggota setiap Koperasi anggota dan besar kecilnya jasa
usaha Koperasi-anggota terhadap Koperasi Sekundernya.
Pasal 25
Cukup jelas
Pasal 26
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
165
Ayat (2)
Batas waktu penyelenggaraan Rapat Anggota dalam ayat ini yaitu paling lambat 6
(enam) bulan setelah tahun buku lampau, namun demikian dalam pelaksanaannya
diusahakan secepatnya.
Pasal 27
Ayat (1)
Rapat Anggota Luar Biasa diadakan apabila diperlukan dan tidak bisa menunggu
diselenggarakannya Rapat Anggota.
Ayat (2)
Permintaan Rapat Anggota Luar Biasa oleh Anggota dapat dilakukan karena
berbagai alasan, terutama apabila anggota menilai bahwa Pengurus telah
melakukan kegiatan yang bertentangan dengan kepentingan Koperasi dan
menimbulkan kerugian terhadap Koperasi. Jika permintaan tersebut telah
dilakukan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar, maka Pengurus harus
memenuhinya. Rapat Anggota Luar Biasa atas keputusan Pengurus dilaksanakan
untuk kepentingan pengembangan Koperasi.
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 28
Cukup jelas
Pasal 29
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Anggota Pengurus yang telah habis masa jabatannya dapat dipilih kembali.
Ayat (5)
Pasal 30
166
Cukup jelas
Ayat (1)
Dalam mengelola Koperasi, Pengurus selaku kuasa Rapat Anggota melakukan
kegiatan semata-mata untuk kepentingan dan kemanfaatan Koperasi beserta
anggotanya sesuai dengan keputusan Rapat Anggota.
Ayat (2)
Pasal3l
Cukup jelas
Cukup jelas
Pasal 32
Ayat (1)
Ketentuan ini dimaksudkan untuk mewujudkan profesionalisme dalam
pengelolaan usaha Koperasi. Karenanya, Pengurus dapat mengangkat tenaga
Pengelola yang ahli untuk mengelola usaha Koperasi yang bersangkutan.
Penggunaan istilah Pengelola dimaksudkan untuk dapat mencakup pengertian
yang lebih luas dan memberi alternatif bagi koperasi. Dengan demikian sesuai
kepentingan Koperasi dapat mengangkat pengelola sebagai manajer atau direksi.
Maksud dari kata diberi wewenang dan kuasa adalah pelimpahan wewenang dan
kuasa yang dimiliki oleh pengurus. Dengan demikian Pengurus tidak lagi
melaksanakan sendiri wewenang dan kuasa yang telah dilimpahkan kepada
Pengelola dan tugas Pengurus beralih menjadi mengawasi pelaksanaan wewenang
dan kuasa yang dilakukan Pengelola. Adapun besarnya wewenang dan kuasa yang
dilimpahkan ditentukan sesuai dengan kepentingan Koperasi.
Ayat (2)
Yang dimintakan persetujuan adalah rencana pengangkatan pengelola usaha.
Pemilihan dan Pengangkatan pengelola usaha dilaksanakan oleh Pengurus.
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Pasal 33
Cukup jelas
167
Hubungan kerja antara Pengelola dengan Pengurus Koperasi tunduk pada
ketentuan hukum perikatan pada umumnya. Dengan demikian Pengelola
bertanggung jawab sepenuhnya kepada Pengurus. Selanjutnya hubungan kerja
tersebut sesuai dengan yang diperjanjikan dilakukan secara kontraktual.
Pasal 34
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Pasal 35
Cukup jelas
Cukup jelas
Pasal 36
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 37
Penerimaan pertanggungjawaban Pengurus oleh Rapat Anggota berarti
membebaskan Pengurus dan tanggung jawabnya pada tahun buku yang
bersangkutan.
Pasal 38
Dalam hal Koperasi mengangkat Pengelola, Pengawas dapat diadakan secara tetap
atau di- adakan pada waktu diperlukan sesuai dengan keputusan Rapat Anggota.
Hal ini tidak mengurangi arti Pengawas sebagai perangkat organisasi dan
memberi kesempatan kepada Koperasi untuk memilih Pengawas secara tetap atau
pada waktu diperlukan sesuai dengan keperluannya. Pengawas yang diadakan
pada waktu diperlukan tersebut melakukan pengawasan sesuai dengan penugasan
yang diberikan oleh Rapat Anggota.
Pasal 39
Ayat (1)
Cukup jelas
168
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 40
Dalam rangka peningkatan efisiensi, pengelolaan yang bersifat terbuka, dan
melindungi pihak yang berkepentingan, Koperasi dapat meminta jasa audit kepada
akuntan publik. Dengan ketentuan ini Pengurus dapat meminta jasa audit kepada
akuntan publik, dan tidak menutup kemungkinan permintaan tersebut dilakukan
oleh Pengawas. Untuk terlaksananya audit sebagaimana mestinya, Rapat Anggota
dapat menetapkan untuk itu. Yang dimaksud dengan jasa audit adalah audit
terhadap laporan keuangan dan audit lainnya sesuai keperluan Koperasi.
Disamping itu Koperasi dapat meminta jasa lainnya dan akuntan publik antara lain
konsultasi dan pelatihan.
Pasal 41
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan modal sendiri ada- lah modal yang menanggung resiko
atau disebut modal ekuiti.
Huruf a
Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang sama banyaknya yang wajib di-
bayarkan oleh anggota kepada Koperasi pada saat masuk menjadi anggota.
Simpanan pokok tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih
menjadi anggota.
Huruf b
Simpanan wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama yang
wajib dibayar oleh anggota kepada Koperasi dalam waktu dan kesempatan
tertentu. Simpanan wajib tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan
masih menjadi anggota.
169
Huruf c
Dana cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dan penyisihan sisa hasil
usaha, yang dimaksudkan untuk memupuk modal sendiri dan untuk menutup
kerugian Koperasi bila diperlukan.
Huruf d
Cukup jelas
Ayat (3)
Untuk pengembangan usahanya Koperasi dapat menggunakan modal pinjaman
dengan memperhatikan kelayakan dan kelangsungan usahanya.
Huruf a
Pinjaman yang diperoleh dan anggota, termasuk calon anggota yang memenuhi
syarat.
Huruf b
Pinjaman dari Koperasi lainnya dan atau anggotanya didasari dengan perjanjian
kerja sama antar koperasi.
Huruf c
Pinjaman dan bank dan lembaga keuangan lainnya dilakukan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Huruf d
Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya dilakukan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Huruf e
Sumber lain yang sah adalah pinjaman dan bukan anggota yang dilakukan 6- dak
melalui penawaran secara umum.
Pasal 42
Ayat (1)
Pemupukan modal dan modal penyertaan, baik yang bersumber dan Pemerintah
maupun dan masyarakat dilaksanakan dalam rangka memperkuat kegiatan usaha
Koperasi terutama yang berbentuk investasi. Modal penyertaan ikut menanggung
resiko. Pemilik modal penyertaan tidak mempunyai hak suara dalam Rapat
Anggota dan dalam menentukan kebijaksanaan Koperasi secara keseluruhan.
170
Namun demikian, pemilik modal penyertaan dapat diikutsertakan dalam
pengelolaan dan pengawasan usaha investasi yang didukung oleh modal
penyertaannya sesuai dengan perjanjian.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 43
Ayat (1)
Usaha Koperasi terutama diarahkan pada bidang usaha yang berkaitan langsung
dengan kepentingan anggota baik untuk menunjang usaha maupun
kesejahteraannya. Dalam hubungan ini maka pengelolaan usaha Koperasi harus
dilakukan secara produktif, efektif, dan efisien dalam arti Koperasi harus
mempunyai kemampuan mewujudkan pelayanan usaha yang dapat meningkatkan
nilai tambah dan manfaat yang sebesar-besarnya pada anggota dengan tetap
mempertimbangkan untuk memperoleh sisa usaha yang wajar Untuk mencapai
kemampuan usaha seperti tersebut di atas, maka Koperasi dapat berusaha secara
luwes baik ke hulu maupun ke hilir berbagai jenis usaha lainnya yang terkait
Adapun mengenai pelaksanaan usaha Koperasi, dapat dilakukan dimana saja, baik
di dalam maupun di luar negeri, dengan pertimbangkan kelayakan usahanya.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan kelebihan kemampuan usaha Koperasi adalah kelebihan
kapasitas dana dan daya yang dimiliki oleh Koperasi untuk melayani anggotanya.
Kelebihan kapasitas tersebut oleh Koperasi dapat dimanfaatkan untuk berusaha
dengan bukan anggota dengan tujuan untuk mengoptimalkan skala ekonomi
dalam arti memperbesar volume usaha dan menekan bisa per unit yang
memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada anggotanya serta untuk
memasyarakatkan Koperasi.
Ayat (3)
Agar Koperasi dapat mewujudkan fungsi dan peran seperti yang dimaksud dalam
Pasal 4, maka Koperasi melaksanakan usaha di segala bidang kehidupan ekonomi
dan berperan utama dalam kehidupan ekonomi rakyat. Yang dimaksud dengan
171
kehidupan ekonomi rakyat adalah semua kegiatan ekonomi yang dilaksanakan dan
menyangkut kepentingan orang banyak.
Pasal 44
Ayat (1)
Sesuai dengan ketentuan dalam Undangundang yang mengatur tentang perbankan,
usaha simpan pinjam tersebut diatur secara khusus dalam Undang-undang ini.
Pengertian anggota Koperasi sebagaimana dimaksud dalam huruf a ayat ini
termasuk calon anggota yang memenuhi syarat. Sedangkan ketentuan dalam huruf
b berlaku sepanjang dilandasi dengan perjanjian kerja sama antar koperasi yang
bersangkutan.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Pasal 45
Cukup jelas
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Penetapan besarnya pembagian kepada para anggota dan jenis serta besarnya
keperluan lain, ditetapkan oleh Rapat Anggota. Yang dimaksud dengan jasa usaha
adalah transaksi usaha dan partisipasi modal
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 46
Cukup jelas
Pasal 47
Ayat (1)
Keputusan pembubaran karena alasan kegiatan Koperasi bertentangan dengan
ketertiban umum dan atau kesusilaan dalam ketentuan ini dilakukan apabila telah
dibuktikan dengan keputusan pengadilan. Keputusan pembubaran karena alasan
172
kelangsungan hidupnya tidak dapat lagi diharapkan, antara lain karena dinyatakan
pailit.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Pasal 48
Cukup jelas
Pasal 49
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan Kuasa Rapat Anggota ayat ini adalah mereka yang
ditunjuk dan diberi kuasa serta tanggung jawab oleh Rapat Anggota untuk
melaksanakan tugas yang berkaitan dengan pembubaran Koperasi.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Ketentuan ini dimaksudkan untuk memberikan perlindungan kepada pihak
kreditor yang belum mengetahui pembubaran Koperasi tersebut.
Cukup jelas
Ayat (1)
Cukup jelas Ayat (2)
Cukup jelas Ayat (3)
Cukup jelas Ayat (4)
Ketentuan ini menegaskan bahwa Koperasi dalam penyelesaian hak dan
kewajibannya masih tetap ada untuk menyelesaikan seluruh urusannya.
Pasal 53
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan keputusan pembubaran koperasi adalah baik untuk
keputusan Rapat Anggota maupun oleh keputusan Pemerintah.
173
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 54
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Yang dimaksud dengan bekas anggota tertentu misalnya mereka yang keluar dan
keanggotaan Koperasi yang masih mempunyai kewajiban menanggung sesuai
dengan ketentuan Anggaran Dasarnya.
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas
Huruf g
Cukup jelas
Huruf h
Cukup jelas
Pasal 55
ini merupakan penegasan bahwa anggota hanya menanggung kerugian terbatas
pada simpanan pokok dan simpanan wajib serta modal penyertaannya. Sedangkan
yang merupakan modal pinjaman Koperasi dan anggota tidak termasuk dalam
ketentuan tersebut.
Pasal 56
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
174
Pasal 57
(1) .
Organisasi tersebut bukan merupakan badan usaha dan karenanya tidak
melakukan kegiatan usaha ekonomi secara langsung. Pada saat diundangkannya
Undang-undang ini, organisasi ini yang bernama. Dewan Koperasi Indonesia
(DEKOPIN) Se-lanjutnya harus menyesuaikan dengan ketentuan Undang-undang
ini. Tujuan dan kegiatan organisasi tersebut harus sesuai dan selaras dengan jiwa
dan semangat yang terkandung dalam Undang-undang ini.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Anggaran Dasar organisasi yang bersangkutan, sekurang-kurangnya memuat:
a. Nama organisasi
b. tujuan organisasi;
c. susunan organisasi;
d. ketentuan mengenai kepengurusan dan masa jabatannya;
e. ketentuan mengenai tata kerja organisasi;
f. ketentuan mengenai Rapat Anggota dan rapat lainnya;
g. ketentuan mengenai hak dan kewajiban anggota;
h. ketentuan mengenai sumber dan pengelolaan keuangan;
i. ketentuan mengenai perubahan Anggaran Dasar dan pembubaran;
j. ketentuan mengenai sanksi organisasi.
Pasal 58
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Upaya untuk meningkatkan kesadaran berkoperasi di kalangan masyarakat,
dilakukan antara lain melalui kegiatan penerangan, penyampaian informasi
penerbitan, dan pembinaan kelompok usaha dalam masyarakat untuk diarahkan
menjadi Koperasi.
175
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Ayat (2)
Pasal 59
Untuk mengembangkan kerja sama antar koperasi dan antara Koperasi dengan
badan usaha lainnya, organisasi ini mendorong pertumbuhan dan perkembangan
jaringan kelembagaan dan usaha Koperasi baik di tingkat regional, nasional,
maupun internasional.
Cukup jelas
Cukup jelas
Pasal 60
Dengan ketentuan ini, Pemerintah memiliki landasan yang jelas dan kuat untuk
melaksanakan peranannya dalam menetapkan kebijaksanaan pembinaan yang
diperlukan guna mendorong pertumbuhan, perkembangan, dan pemasyarakatan
Koperasi. Sesuai dengan prinsip kemandirian, pembinaan tersebut dilaksanakan
tanpa mencampuri urusan internal organisasi koperasi.
Penumbuhan, pengembangan dan pemasyarakatan Koperasi merupakan upaya
yang dilakukan Pemerintah agar masyarakat luas memahami gagasan Koperasi
sehingga dengan penuh kesadaran mendirikan dan memanfaatkan Koperasi guna
memenuhi kepentingan ekonomi dan sosialnya. Pemberian bimbingan,
kemudahan dan perlindungan oleh pemerintah merupakan upaya pengembangan
koperasi yang dilaksanakan melalui penetapan kebijakan, penyediaan fasilitas,
dan konsultasi yang diperlukan agar Koperasi mampu melaksanakan fungsi dan
perannya serta dapat mencapai tujuannya. Dengan demikian menjadi kewajiban
dan seluruh aparatur Pemerintah, baik di pusat maupun di daerah untuk
melakukan upaya dalam mendorong pertumbuhan, per- kembangan, dan
pemasyarakatan Koperasi.
Pasal 61
Huruf a
Cukup jelas
176
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Tata hubungan usaha yang serasi dan saling menguntungkan antara Koperasi
dengan badan usaha lainnya merupakan faktor yang penting dalam rangka
mewujudkan sistem perekonomian nasional yang berdasarkan demokrasi ekonomi
Dalam hubungan ini kerja sama tersebut haruslah merupakan hubungan yang
saling membutuhkan dan menguntungkan.
Huruf d
Membudayakan Koperasi adalah memasyarakatkan jiwa dan semangat Koperasi.
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Ketentuan ini mempertegas komitmen Pemerintah, dalam upaya memperkokoh
permodalan Koperasi serta mengembangkan lembaga keuangan Koperasi,
mengingat bahwa permodalan merupakan salah satu sumber kekuatan bagi
pengembangan usaha Koperasi. Dalam pelaksanaannya antara lain dilakukan
dengan mengembangkan penyertaan modal, baik dan Pemerintah maupun
masyarakat, serta memberikan kemudahan persyaratan dan prosedur untuk
mendapatkan kredit. Pemerintah juga memberikan bimbingan dan kemudahan
untuk mengembangkan lembaga keuangan yang berbadan hukum koperasi.
Huruf d
Pengembangan jaringan usaha koperasi yang kuat dan kerjasama antar koperasi
yang erat dan saling menguntungkan merupakan faktor penting dalam
menumbuhkan potensi masing-masing koperasi dan keseluruhan koperasi.
Huruf e
Cukup jelas
Pasal 63
Ayat (1)
Huruf a
177
Ketentuan ini dengan tegas mencerminkan komitmen Pemerintah dalam upaya
memperkuat pertumbuhan dan perkembangan Koperasi sebagai suatu bangun
perusahaan yang diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945. Dalam rangka
komitmen ini Pemerintah dapat menetapkan bidang ekonomi tertentu, terutama
yang sangat erat hubungannya dengan kegiatan ekonomi rakyat, yang hanya boleh
diusahakan oleh Koperasi. Pelaksanaan ketentuan ini bersifat dinamis dengan
memperhatikan aspek keseimbangan terhadap keadaan dan kepentingan ekonomi
nasional serta aspek pemerataan berusaha
Huruf b
Ketentuan ini dimaksudkan untuk melindungi kelangsungan hidup usaha
Koperasi.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 64
Cukup jelas
Pasal 65
Cukup jelas
Pasal 66
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 67
Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR
3502
178