pengaruh gender diversity, komisaris independen,...
TRANSCRIPT
PENGARUH GENDER DIVERSITY, KOMISARIS
INDEPENDEN, KINERJA KEUANGAN, STRUKTUR
KEPEMILIKAN DAN KEBIJAKAN HUTANG TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN (Studi empiris pada perusahaan sektor Property, Real Estate dan Building
Construction yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2016)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana
Ekonomi
Oleh:
Najah Widadil Yumna
NIM : 11140820000080
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2018 M
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Najah Widadil Yumna
2. Tempat, Tanggal Lahir : Cianjur, 15 September 1996
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Alamat : Jl. H. Amsar RT. 12, RW. 04,
Kel.Cipedak , Kec. Jagakarsa,
Jakarta Selatan, Jakarta
5. Telepon : 081315914008
6. Email : [email protected]
II. Pendidikan
1. TK Taman Siwi Kebumen Tahun 2001-2002
2. SDN 04 Cipedak Tahun 2002-2008
3. SMPN 85 Jakarta Tahun 2008-2011
4. SMAN 34 Jakarta Tahun 2011-2014
5. S1 Ekonomi UIN Syarif Tahun 2014-2018
Hidayatullah Jakarta
III. Latar Belakang Keluarga
1. Ayah : Fathul Maarif
2. Ibu : Sri Rahayu
3. Anak ke- : Pertama dari Dua bersaudara
vii
IV. Pengalaman Organisasi
1. Anggota Pramuka SMPN 85 Jakarta Periode 2008-2011
2. Bendahara Umum Paskibra SMAN 34 Jakarta Periode 2012-2013
3. Anggota Bidang Olahraga Himpunan Mahasiswa Jurusan
Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Periode 2014-2015.
4. Wakil Sekertaris Himpunan Mahasiswa Jurusan Akuntansi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Periode 2015-2016.
5. Sekretaris Koordinator Bidang Ekonomi Kreatif PMII Komfeis
Periode 2015-2016.
6. Sekertaris Umum Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Periode 2017.
viii
THE EFFECT OF GENDER DIVERSITY, INDEPENDENT
COMMISIONERS, FINANCIAL PERFORMANCE, OWNERSHIP
STRUCTURE AND THE POLICY OF DEBT TO FIRM VALUE
ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze the effect of Gender Diversity,
Independent Commissioners, Financial Performance, Ownership Structure And
the Policy of Debt to Firm Value. This research was conducted to a Property,
Real Estate and Building Construction Sector listed on the Indonesia Stock
Exchange during 2014-2016.
The sample of this research are chosen using purposive sampling. This reeseach
obtained data 45 companies data per year, after the data is being processed,
acquired 4 companies data affected by outlier. Total number of sample used in
this research are 123 companies with 41 companies per year. Hypohesis testing
in this research using multiple linear regression analysis with of SPSS software
version 24.
The results of this research indicate that independent commisioners, financial
performance, institutional ownership and the policy of debt have significant
impact on firm value, while gender diversity, managerial ownership have no effect
on firm value.
Keyword: gender diversity, independent commisioners, financial performance,
institutional ownership, managerial ownership, the policy of debt,
firm value.
ix
PENGARUH GENDER DIVERSITY, KOMISARIS INDEPENDEN,
KINERJA KEUANGAN, STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN KEBIJAKAN
HUTANG TERHADAP NILAI PERUSAHAAN
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis pengaruh Gender Diversity,
Komisaris Independen, Kinerja Keuangan, Struktur Kepemilikan dan Kebijakan
Hutang terhadap Nilai Perusahaan. Penelitian ini dilakukan pada Perusahaan
sektor Property, Real Estate, dan Building Construction yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2014-2016.
Sampel penelitian ini dipilih dengan menggunakan purposive sampling. Penelitian
ini diperoleh data 45 perusahaan pertahunnya, setelah dilakukan pengolahan data
terdapat 4 perusahaan terkena outlier, total sampel yang digunakan dalam
penelitian ini sebanyak 123 perusahaan dengan pertahunnya yaitu 41 perusahaan.
Pengujian hipotesis ini menggunakan uji regresi linear berganda dengan software
SPSS versi 24.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komisaris independen, kinerja keuangan,
kepemilikan institusional, dan kebijakan hutang berpengaruh terhadap nilai
perusahaan. Sedangkan gender diversity, kepemilikan manajerial tidak
berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Kata kunci: gender diversity, komisaris independen, kinerja keuangan,
kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, kebijakan
hutang, nilai perusahaan
x
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Gender Diversity,
Komisaris Independen, Kinerja Keuangan, Struktur Kepemilikan dan
Kebijakan Hutang terhadap Nilai Perusahaan”. Shalawat serta salam
senantiasa penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah
membimbing umatnya menuju jalan kebenaran.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat guna
meraih gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang telah membantu
dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, syukur Alhamdulillah
penulis hanturkan atas kekuatan Allah SWT yang telah menganugerahkannya.
Selain itu, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Orang tuaku tercinta, Bapak Fathul dan Ibu Yayuk yang selalu dengan ikhlas
memberikan dukungan dengan penuh perhatian, kasih sayang, semangat dan
doa yang tiada henti kepada penulis.
2. Adik tersayang Bariza Rafi Leressae yang telah memberikan semangat dan
hiburannya kepada penulis.
3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE.,MM.,Ak.,CA selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Atiqah, SE., M.S, Ak selaku dosen Pembimbing Skripsi yang telah
bersedia menyediakan waktunya untuk membimbing, berdiskusi, dan
xi
memberikan motivasi kepada penulis. Terimakasih atas semua saran yang Ibu
berikan selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang
sangat luas kepada penulis selama perkuliahan, semoga menjadi ilmu yang
bermanfaat dan menjadi amal kebaikan bagi kita semua.
8. Seluruh Staf Tata Usaha serta karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu
peneliti dalam mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lain.
9. Sahabat seperjuangan “Anak Keju/Cheese/CIS” dari awal semester hingga
sekarang, Fatin, Fifi, Mahhal, Mutia dan Liana yang saling membantu dan
mendukung dalam menyelesaikan tugas-tugas kuliah. Terimakasih sudah
menjadi sahabat yang baik dan selalu ada buat penulis.
10. Teman-teman di HMJ Akuntansi, terutama Anindhio, Pepi, Riana, Risda,
Shofa, Tika, Nisol, Pratiwi, Handiko bersama-sama belajar dan berproses
dalam berorganisasi di kampus.
11. Teman-teman Kuliah Kerja Nyata (KKN) FAHIM 125 Abas, bang Aufa,
Denny, Diaz, Charry, Angga, bang Fauzi, Yani, Nisa, Poppy, Megi, Isti,
Hanna, Kiki, Afifah yang telah memberikan banyak kenangan dan
pembelajaran serta atas kerjasamanya dalam menyelesaikan laporan buku
KKN.
12. Teman-teman yang telah membantu penulis dalam proses pengolahan data
hingga penyusunan skripsi yaitu seperti Putri, Dinda, Pepi, Fatin, Dwi, Ami,
Ratu, dan Utami.
13. Teman-teman seperbimbingan semasa skripsi yaitu, Mayang, Laras, dan
Elfriedha.
14. Keluarga Besar Akuntansi C 2014, terimakasih atas kenangan dan
semangatnya selama ini.
15. Teman-teman seperjuangan Akuntansi angkatan 2014, terimakasih atas doa
dan insipirasinya selama menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
xii
16. Senior akuntansi angkatan 2013.
17. Junior akuntansi angkatan 2015 dan 2016.
18. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu atas bantuannya
dalam proses penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukkan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Jakarta, 01 Agustus 2018
(Najah Widadil Yumna)
xiii
DAFTAR ISI
COVER .......................................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................................ iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ...................................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................................... vi
ABSTRACT ................................................................................................................ viii
ABSTRAK................................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................................. x
DAFTAR ISI ............................................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xvii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah .......................................................................................... 10
C. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 10
D. Manfaat Penelitian ............................................................................................ 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 13
A. Tinjauan Literatur ............................................................................................. 13
1. Agency Theory ........................................................................................... 13
2. Signalling Theory ...................................................................................... 16
3. Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory) ......................................... 19
4. Nilai Perusahaan ........................................................................................ 20
5. Gender Diversity ....................................................................................... 24
6. Komisaris Independen ............................................................................... 26
7. Kinerja Keuangan ...................................................................................... 27
8. Struktur Kepemilikan ................................................................................ 31
9. Kebijakan Hutang ...................................................................................... 33
B. Hasil Penelitian Terdahulu ............................................................................... 35
C. Pengembangan Hipotesis ................................................................................. 42
1. Pengaruh Gender Diversity terhadap Nilai Perusahaan ............................. 42
xiv
2. Pengaruh Komisaris Independen terhadap Nilai Perusahaan .................... 43
3. Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan ........................... 45
4. Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan ...................... 46
5. Pengaruh Kebijakan Hutang terhadap Nilai Perusahaan ........................... 48
D. Kerangka Pemikiran ......................................................................................... 50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................... 51
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................ 51
B. Metode Penentuan Sampel ............................................................................... 51
C. Operasionalisasi Variabel ................................................................................. 52
1. Variabel Independen .................................................................................. 52
2. Variabel Dependen .................................................................................... 57
D. Metode Analisis Data ....................................................................................... 58
1. Analisis Statistik Deskriptif ...................................................................... 59
2. Uji Asumsi Klasik ..................................................................................... 59
3. Uji Hipotesis .............................................................................................. 62
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 64
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .................................................................. 64
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ......................................................................... 65
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ...................................................................... 65
2. Hasil Uji Asumsi Klasik ............................................................................ 68
3. Hasil Uji Hipotesis ..................................................................................... 75
C. Pembahasan ...................................................................................................... 81
1. Pengaruh Gender Diversity terhadap Nilai Perusahaan ............................. 81
2. Pengaruh Komisaris Independen terhadap Nilai Perusahaan .................... 83
3. Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan ........................... 85
4. Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan ...................... 87
5. Pengaruh Kebijakan Hutang terhadap Nilai Perusahaan ........................... 91
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 94
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 94
B. Implikasi ........................................................................................................... 95
C. Keterbatasan ..................................................................................................... 97
D. Saran ................................................................................................................. 97
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 99
LAMPIRAN-LAMPIRAN ....................................................................................... 103
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Hasil Penelitian sebelumnya ................................................................ 36
Tabel 3. 1 Operasionalisasi Variabel .................................................................... 58
Tabel 4. 1 Kriteria Penentuan Sampel................................................................... 65
Tabel 4. 2 Statistik Deskriptif ............................................................................... 66
Tabel 4. 3 Hasil Uji Normalitas Dengan Kolmogorof-Smirnov (K-S) ................. 71
Tabel 4. 4 Hasil Uji Multikolinearitas................................................................... 72
Tabel 4. 5 Hasil Uji Autokorelasi Dengan Runs Test ........................................... 73
Tabel 4. 6 Hasil Uji Heterokedatisitas Dengan Uji White .................................... 75
Tabel 4. 7 Hasil Uji Koefisien Determinasi .......................................................... 76
Tabel 4. 8 Hasil Uji Signifikansi Simultan ........................................................... 77
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Skema Kerangka Pemikiran ............................................................. 50
Gambar 4. 1 Hasil Uji Normalitas Dengan Histogram ......................................... 69
Gambar 4. 2 Hasil Uji Normalitas Dengan Grafik Normal Plot ........................... 70
Gambar 4. 3 Hasil Uji Heteroskedasitas Dengan Scatterplot ............................... 74
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Data Perusahaan Sampel ......................................................... 104
LAMPIRAN 2 Perhitungan Gender Diversity ................................................. 106
LAMPIRAN 3 Perhitungan Komisaris Independen ......................................... 108
LAMPIRAN 4 Perhitungan Kinerja Keuangan ................................................ 110
LAMPIRAN 5 Perhitungan Kepemilikan Institusional .................................... 112
LAMPIRAN 6 Perhitungan Kepemilikan Manajerial....................................... 114
LAMPIRAN 7 Perhitungan Kebijakan Hutang ................................................ 116
LAMPIRAN 8 Perhitungan Nilai Perusahaan .................................................. 118
LAMPIRAN 9 Hasil Output SPSS ................................................................... 122
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis
usaha yang bersifat tetap dan terus menerus dan yang didirikan, bekerja serta
berkedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia, untuk tujuan
memperoleh keuntungan dan atau laba (UU No 3 Tahun 1982 tentang Wajib
Daftar Perusahaan Pasal 1 huruf b). Setiap perusahaan memiliki dua tujuan,
yaitu tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan jangka panjang
perusahaan adalah untuk memaksimalkan nilai perusahaan (Irvaniawati dan
Utiyati, 2014).
Nilai perusahaan akan terlihat dari harga saham perusahaan. Semakin
tinggi harga saham berarti semakin tinggi nilai perusahaan (Herder dan
Priyadi, 2017). Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para
pemegang saham, sehingga dengan nilai perusahaan yang tinggi dapat
menunjukkan kemakmuran dan kesejahteraan para pemegang saham juga
semakin tinggi (Kaluti dan Purwanto, 2014). Jadi dapat dikatakan tujuan
perusahaan yaitu untuk mensejahterakan para pemegang saham dengan cara
meningkatkan nilai saham pada perusahaannya. Nilai perusahaan diukur dari
nilai pasar wajar dari harga saham. Bagi perusahaan yang sudah go public
maka nilai pasar wajar perusahaan ditentukan mekanisme permintaan dan
penawaran di bursa, yang tercemin dalam listing price (Heder dan Priyadi,
2
2017). Pada kenyataannya harga saham akan selalu berubah, bisa naik bahkan
bisa turun. Naik turunnya harga saham selalu menjadi sebuah fenomena yang
menarik untuk dibicarakan saat ini.
Sektor property dan real estate merupakan salah satu sektor terpenting
di suatu negara. Bank Indonesia (BI) menilai, sektor properti memiliki peran
sangat penting dalam pembangunan perekonomian nasional. Semakin banyak
perusahaan yang bergerak dibidang sektor properti dan real estate
mengindikasikan semakin berkembangnya perekonomian di Indonesia.
Perkembangan sektor properti dan real estate tentu saja akan menarik minat
investor dikarenakan kenaikan harga tanah dan bangunan yang cenderung
naik, supply tanah bersifat tetap sedangkan demand akan selalu bertambah
besar seiring dengan pertambahan jumlah penduduk serta bertambahnya
kebutuhan manusia akan tempat tinggal, perkantoran, pusat perbelanjaan, dan
lain-lain. Di negara-negara maju dan berkembang, pembangunan dan bisnis
properti dan real estate sedang mengalami pertumbuhan yang pesat, hal ini
pun terjadi di Indonesia. Sebut saja pembangunan yang dilakukan oleh Lippo
Grup yang mampu menghadirkan perumahan Meikarta. Selain itu, Lippo
Grup juga membangun berbagai sarana untuk memenuhi kebutuhan
penduduk yang bertempat tinggal di Meikarta seperti pendidikan dari
prasekolah sampai unversitas, rumah sakit, pusat perdagangan kuliner, hotel,
dan tempar rekreasi (sumber : CNN, 22 September 2017).
Kehadiran Meikarta ini turut mendorong pertumbuhan ekonomi
lantaran membuka peluang usaha baru yang dapat menyerap tenaga kerja
3
sehingga mengurangi pengangguran di Indonesia. Selain itu, sektor
konstruksi seperti Adhi Karya, Waskita, dan Wika juga disinyalir sebagai
pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia sepanjang 2016 dikarenakan
pembangunan infrastruktur merupakan kunci bagi pertumbuhan ekonomi,
termasuk pemerataan pembangunan di Indonesia (sumber : Kompas, 10
Februari 2017). Begitu berdampaknya sektor property, real estate dan
construction building sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi di Indoneisa
membuat penulis tertarik untuk menjadikan perusahaan pada sektor tersebut
sebagai objek yang akan diteliti.
Namun, pertumbuhan ekonomi tersebut rupanya tidak dibarengi
dengan harga saham pada sektor properti. Diketahui investasi perusahaan
properti justru menurun pada tiga tahun belakangan ini. Terbukti, indeks
sektor properti terjun bebas pada tahun 2017. Pada Januari, indeks sektor
berada di level 521,547. Artinya, indeks sektor properti melorot sebesar 5,67
persen hingga kini. Banyaknya investor yang melepas sahamnya di
perusahaan sektor properti, terlebih pada investor asing (sumber : CNN
Indonesia, 17 Juli 2017).
Menurunnya investasi dipercaya karena nilai tukar rupiah terhadap
dollar menurun, sehingga berdampak pada penjualan sektor properti. Karena
adanya kurs ini pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk menaikan tingkat
suku bunga. Namun dengan meningkatnya suku bunga justru membuat
masyarakat kesulitan membeli properti terutama dengan kredit. Hal itu yang
membuat daya beli masyarakat terhadap properti menurun. Menurunnya daya
4
beli masyarakat menyebabkan penjualan sektor properti menurun dan
mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan
merupakan suatu gambaran tentang kondisi dan keadaan keuangan suatu
perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu
(Rachmansyah dan Idayati, 2017). Semakin besar kinerja keuangan maka
akan meningkatkan harga saham, dimana harga saham berdampak pada nilai
perusahaan (Heder dan Priyadi, 2017). Begitupula sebaliknya, kinerja
keuangan yang menurun juga akan menurunkan tingkat investor sehingga
harga saham menurun dan nilai perusahaan juga akan menurun.
Kinerja keuangan yang menurun menyebabkan ketertarikan investor
untuk menanamkan sahamnya di perusahaan properti juga menurun. Dan
berdampak pada berkurangnya kepemilikan saham di perusahaan tersebut.
Struktur kepemilikan saham sangat penting dalam menentukan nilai
perusahaan. Terdapat dua struktur kepemilikan, yaitu kepemilikan
institusional dan kepemilikan manajerial.
Kepemilikan institusional merupakan proporsi kepemilikan saham
oleh institusional seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, dan
kepemilikan institusi lain (Tarjo, 2008). Investor institusional diyakini
mampu menjadi alat monitoring yang efektif bagi manajemen sehingga
manajemen dapat meningkatkan kinerjanya dan berusaha untuk
memaksimumkan keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan (Kaluti
dan Purwanto, 2014).
5
Kepemilikan manajerial adalah proporsi kepemilikan saham oleh
pihak manajemen yang secara aktif dalam pengambilan keputusan perusahaan
(Kaluti dan Purwanto, 2014). Pihak manajemen yang dimaksud adalah
dewan komisaris, dewan direksi, dan manajemen yang tercantum dalam
daftar pemegang saham. Menurut Sholikah dan Venusita (2014) dengan
adanya kepemilikan saham oleh manajerial, akan mensejajarkan kepentingan
manajemen dan pemegang saham dimana manajemen cenderung giat untuk
kepentingan pemegang saham yang notabennya adalah dirinya sendiri.
Peningkatan kepemilikan manajerial menyebabkan menurunnya agency cost
sehingga akan meningkatkan laba perusahaan dan akan berdampak pada nilai
perusahaan.
Salah satu faktor untuk meningkatkan nilai perusahaan yaitu dengan
menerapkan praktik tata kelola perusahaan (corporate governance).
Perusahaan yang telah menerapkan tata kelola yang baik (good corporate
governance) dianggap dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
sehingga investor yakin dan akan memberi perhatian lebih pada perusahaan
tersebut (Kristina dan Wiratmaja, 2018). Salah satu isu khusus tentang
corporate governance adalah komposisi dari dewan (Kusumastuti, dkk,
2007). Beberapa keterkaitan komposisi dewan komisaris dan direksi dengan
nilai perusahaan adalah dewan komisaris dan direksi memiliki peran yang
sangat penting dalam pengambilan keputusan, selain itu dewan komisaris dan
direksi memiliki kewajiban untuk mengawasi manajemen dalam menjalankan
perusahaan yang mewakili kepentingan shareholders, melindungi perusahaan
6
dari kemungkinan takeover (Wijaya dan Suprasto, 2015). Menurut Kristina
dan Wiratmaja (2018) adanya komposisi dewan di dalam perusahaan
dianggap menjadi bukti minimal perusahaan telah melakukan good corporate
governance. Komposisi dewan dapat dilihat dari adanya keberagaman gender
dan komposisi dewan komisaris independen.
Pembangunan ekonomi nasional selama ini masih belum mampu
meningkatkan kesejahteraan rakyat secara luas. Indikator utamanya adalah
tingginya ketimpangan dan kemiskinan. Salah satu ketimpagan yang terjadi
adalah terkait ketimpangan dalam hal gender. Ketimpangan gender yang
masih terjadi di Indonesia, di antaranya ada pada pasar kerja, yaitu adanya
akses perempuan terhadap kesempatan yang mendatangkan pendapatan lebih
rendah daripada akses laki-laki. Perempuan lebih kecil kemungkinannya
untuk bekerja, dan sebaliknya lebih besar kemungkinannya untuk tidak
dipekerjakan. Perempuan cenderung mendapatkan upah lebih kecil daripada
laki-laki (Puspitawati, 2010). Hal tersebut yang mendorong adanya
diskriminasi dalam hal gender di perusahaan.
Adanya diskriminasi gender dalam perusahaan merupakan salah satu
bentuk dari tidak diterapkannya melakukan good corporate governance
karena tidak memberikan kesempatan yang sama bagi setiap karyawan di
dalam perusahaan. Selain itu perusahaan telah melanggar undang-undang
nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dimana setiap tenaga kerja
memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh
7
pekerjaan. Dari diskriminasi yang dilakukan perusahaan akan berdampak
buruk pada citra perusahaan di mata masyarakat, termasuk investor.
Menurut Wijaya dan Suprasto (2015), dengan adanya wanita dalam
jajaran dewan perusahaan menandakan bahwa setiap orang memiliki
kesempatan yang sama untuk masuk dalam jajaran dewan perusahaan dengan
mengabaikan karakteristik demografi mereka. Hal ini berarti perusahaan
memberikan sinyal positif ke investor dan berdampak pada reputasi
perusahaan yang meningkat. Jika reputasi perusahaan meningkat maka nilai
perusahaan juga akan meningkat.
Selain gender, komposisi dewan dapat dilihat dari adanya tingkat
independensi dewan komisaris (Dewi dan Aryista Dewi, 2016). Menurut
Putri dan Dwija (2016) jumlah dewan komisaris independen yang semakin
banyak menandakan bahwa dewan komisaris independen melakukan fungsi
pengawasan dan kordinasi dalam perusahaan yang semakin baik. Perusahaan
yang memiliki komisaris independen dalam jajaran dewan komisaris
membawa sinyal positif kepada investor karena telah menerapkan tata kelola
yang baik karena sifat independen dari komisaris ini menjadi cerminan
transaparasi perusahaan bagi investor. Sinyal positif dari perusahaan akan
berdampak pada reputasi perusahaan yang meningkat. Jika reputasi
perusahaan meningkat maka nilai perusahaan juga akan meningkat.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan yaitu
kebijakan hutang. Kebijakan hutang merupakan kebijakan mengenai
keputusan yang diambil perusahaan untuk menjalankan operasionalnya
8
dengan menggunakan hutang. Kebijakan untuk berhutang bagi perusahaan
diambil mengingat begitu besar modal yang dibutuhkan perusahaan dalam
operasionalnya sehingga tidak cukup apabila mengandalkan dana sendiri.
Terlebih pada perusahaan properti yang membutuhkan modal besar dalam
pembangunan usahanya, sehingga kebijakan hutang sangat diperlukan.
Ali dan Miftahurrohman (2014) menemukan bahwa kebijakan hutang
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Menurut Jensen dan Mecling (1976)
dalam Nasser (2008) peningkatan pendanaan dengan hutang dapat
mengurangi agency cost dikarenakan peningkatan utang akan menurunkan
besarnya konflik antara pemegang saham dengan manajemen, disamping itu
akan menurunkan excess cash flow yang ada dalam perusahaan sehingga
menurunkan kemungkinan pemborosan yang dilakukan oleh manajemen.
Begitu pula dengan Martikasari (2013) dalam Agnova dan Muid (2015)
mengemukakan bahwa kebijakan hutang perlu dikelola dengan baik karena
penggunaan hutang yang tinggi akan meningkatkan nilai perusahaan karena
penggunaan hutang dapat menghemat pajak.
Dari kebijakan hutang ini mewajibkan perusahaan untuk membayar
hutangnya kepada pihak lain pada jangka waktu tertentu. Oleh karena itu
manajer harus melakukan perencanaan yang baik dalam mencari sumber
pendanaan untuk membiayai hutangnya. Seperti yang di lakukan PT Ciputra
Development Tbk yang memiliki tingkat rasio hutang 30 persen, perusahaan
tersebut memiliki hutang pada bank sebesar 480 miliyar. Namun dengan
finansial yang baik dengan mengombinasikan dana development
9
dan penjualan, sehingga hutang bisa ditekan menjadi 200 miliyar ( sumber :
Kompas, 10 Agustus 2018).
Alasan penulis tertarik melakukan penelitian terkait dengan nilai
perusahaan, pertama karena nilai perusahaan merupakan elemen penting
sebuah perusahaan yang akan mempengaruhi investor dan calon investor
untuk menyertakan modalnya. Karena nilai perusahaan yang tinggi
menandakan bahwa perusahaan telah berhasil mencapai tujuan dari
perusahaan.
Kedua, perusahaan property, real estate, dan building construction
merupakan salah satu penunjang dari perutumbuhan ekonomi suatu negara.
Ketiga, penelitian-penelitian terdahulu memberikan hasil yang berbeda-beda
mengenai faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan. Oleh karena itu, perlu
dilakukan pengujian kembali mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
nilai perusahaan.
Penelitian ini mengacu pada penelitian yang di lakukan oleh Laurensia
Chintia Dewi dan Yeterina Widi Nugrahanti (2014) dengan judul “Pengaruh
Struktural Kepemilikan dan Dewan Komisaris Independen terhadap Nilai
Perusahaan”. Penelitian ini merupakan replikasi dan modifikasi dari
penelitian sebelumnya. Pada penelitian kali ini, penulis menambahkan
variabel gender diversity, kinerja keuangan dan kebijakan hutang sebagai
variabel independen.
Tujuan penelitian ini untuk mengukur pengaruh gender diversity
komisaris independen, kinerja keuangan, struktur kepemilikan (institusional
10
dan manajerial) dan kebijakan hutang terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan
latar belakang diatas maka penelitian ini mengambil judul tentang
“Pengaruh Gender Diversity, Komisaris Independen, Kinerja Keuangan,
Struktur Kepemilikan dan Kebijakan Hutang Terhadap Nilai
Perusahaan” (Studi empiris pada perusahaan Sektor Property, Real
Estate dan Building Construction yang terdaftar di BEI tahun 2014-
2016)”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan permasalahan yang
hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah gender diversity berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
2. Apakah komisaris independen berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
3. Apakah kinerja keuangan berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
4. Apakah struktur kepemilikan yang diproksikan pada kepemilikan
institusional dan kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap nilai
perusahaan?
5. Apakah kebijakan hutang berpengaruh terhadap nilai perusahaan
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:
1. Pengaruh gender diversity terhadap nilai perusahaan.
2. Pengaruh komisaris independen terhadap nilai perusahaan.
3. Pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan.
11
4. Pengaruh struktur kepemilikan yang diproksikan pada kepemilikan
institusional dan kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan
5. Pengaruh kebijakan hutang terhadap nilai perusahaan.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini memiliki manfaat
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a) Mahasiswa Jurusan Akuntansi, penilitian ini bermanfaat sebagai
bahan referensi penelitian selanjutkan dan pembanding untuk
menambah ilmu pengetahuan.
b) Penulis berikutnya, sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya
bagi pihak-pihak yang akan melaksanakan penelitian lebih lanjut
mengenai topik ini.
c) Penulis, sebagai sarana memperluas serta menambah wawasan
mengenai gender diversity, komisaris independen, kinerja keuangan,
struktur kepemilikan, kebijakan hutang dan nilai perusahaan
sehingga dapat bermanfaat bagi penulis di masa yang akan dating
2. Manfaat Praktis
a) Bagi Manajer
Bagi manajer, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
dan bahan pertimbangan mengenai gender diversity, komisaris
independen, kinerja keuangan, struktur kepemilikan dan kebijakan
12
hutang terhadap nilai perusahaannya, sebagai salah satu tujuan
utama perusahaan.
b) Bagi investor maupun calon investor
Bagi para investor maupun calon investor, penelitian ini dapat
dipakai sebagai tambahan informasi mengenai faktor-faktor apa saja
yang dapat menjadi pertimbangan dalam melihat nilai perusahaan
untuk melakukan penyertaan modal.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Agency Theory
Agency Theory atau biasa disebut Teori keagenan merupakan teori
yang di perkenalkan oleh Jensen dan Meckling (1976). Jensen dan
Meckling (1976) menyatakan bahwa teori keagenan merupakan konsep
yang menjelaskan hubungan kontraktual antara prisipal dan agen, yaitu
antara dua atau lebih individu, maupun kelompok atau organisasi. Dimana
prinsipal merupakan pihak yang memiliki wewenang dalam pengambilan
keputusan.
Menurut Sholekah dan Venusita (2014) menyatakan bahwa teori
keagenan menganalisa kepentingan dan perilaku dari pihak yang bertindak
sebagai pembuat keputusan bagi pihak lain yang bertindak sebagai
pemberi wewenang (prinsipal) kepada pihak pertama (agen) dengan
maksud agar pihak pertama bertindak dan membuat keputusan sesuai
dengan kepentingannya selaku pemberi wewenang.
Dapat disimpulkan bahwa teori keagenan berkaitan dengan prisipal
dan agen, dimana prinsipal dan agen menjalin suatu hubungan yang
bersifat kontrak, yaitu pihak prinsipal mendelegasikan sebagian wewenang
pengambilan keputusan kepada pihak agen sehingga agen melakukan
beberapa jasa/layanan untuk kepentingan pihak prinsipal.
14
Dalam hal ini pihak prinsipal yang dimaksud merupakan pemilik
perusahaan ataupun pemegang saham sedangkan agen merupakan pihak
manajemen. Pihak prinsipal atau pemilik perusahaan menyerahkan seluruh
tugasnya pada manjemen sebagai pihak agen untuk mengelola perusahaan.
Hal ini menyebabkan manajer memiliki banyak informasi internal
perusahaan dan prospek perusahaan dibandingkan pemilik perusahaan
sebagai pihak prinsipal.
Pihak manajer yang merupakan pihak pengelola perusahaan wajib
menyediakan laporan keuangan mengenai kondisi perusahaan kepada
pemilik perusahaan sebagai wujud dari tanggung jawab atas pengelolaan
perusahaan. Namun informasi yang disampaikan terkadang diterima tidak
sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya (Susanti dan Mildawati,
2014).
Prinsipal tidak memiliki informasi yang cukup tentang kinerja agen,
sedangkan agen mempunyai lebih banyak informasi mengenai kapasitas
diri, lingkungan kerja, dan perusahaan secara keseluruhan. Hal inilah yang
mengakibatkan adanya ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh
prinsipal dan agen (Herder dan Priyadi, 2017). Ketidakseimbangan ini
disebut dengan asimetri informasi. Asimetri informasi (information
asymetric) merupakan suatu kondisi dimana terdapat ketidakseimbangan
perolehan informasi antara pihak manajemen sebagai penyedia informasi
dengan pihak pemegang saham dan stakeholder pada umumnya sebagai
pengguna informasi (user) (Herder dan Priyadi, 2017).
15
Tindakan manajer yang sangat sulit untuk diamati oleh pemilik
perusahaan, sehingga membuka peluang menajer untuk memaksimalkan
kepentingannya sendiri dengan melakukan tindakan yang bersifat
oportunistis yang merugikan pihak prinsipal. Dalam hal ini timbullah
masalah keagenan yang akan menimbulkan kerugian. Karena konflik
kepentingan antara agen dan pemilik ini dapat menimbulkan biaya yang di
sebut dengan biaya keagenan.
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan ada tiga biaya keagenan,
antara lain: pertama, monitoring cost (biaya monitoring), yaitu biaya untuk
membatasi aktivitas yang dilakukan agen. Kedua, bonding cost (biaya
hutang), yaitu biaya karena penggunaan hutang oleh manajemen (agency)
dan pengeluaran karena hilangnya keindependenan atau efisiensi (residual
loss). Ketiga, biaya ini tidak memiliki pengaruh langsung, biaya ini
merupakan akibat berkurangnya kesejahteraan yang seharusnya diterima
perusahaan.
Menurut Susanti dan Mildawati (2014) konflik yang timbul antara
manajer dan pemegang saham atau yang biasa disebut dengan masalah
keagenan dapat meminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan
yang dapat mensejajarkan kepentingan tersebut sehingga timbul biaya
keagenan (agency cost). Yaitu dengan struktural kepemilikan, baik
kepemilikan oleh manajerial ataupun kepemilikan oleh institusional
Adanya kepemilikan manajerial terhadap saham perusahaan dapat
dipandang baik dalam menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan
16
antara manajemen dan pemegang saham, sehingga permasalahan yang
timbul antara agen dan prinsipal diasumsikan akan hilang apabila
seseorang manajer juga sekaligus sebagai pemegang saham (Susanti dan
Mildawati, 2014).
Sedangkan adanya kepemilikan institusional akan mendorong
peningkatan pengawasan pada manejemen. Pengawasan yang tinggi maka
akan meminimalisasi tingkat penyelewengan-penyelewengan yang terjadi
pada pihak manajemen maka akan mengurangi perilaku opportunistic
manajer yang dapat mengurangi agency cost (Susanti dan Mildawati,
2014).
Selain struktur kepemilikan, menurut Jensen dan Meckling (1976)
dalam Nasser (2008) untuk mengurangi agency problem dan agency cost
bisa melalui kebijakan hutang. Dikarenakan hutang dapat menurunkan
excess cash flow yang ada dalam perusahaan sehingga menurunkan
kemungkinan pemborosan yang di lakukan oleh manajemen. Dengan
adanya hutang yang besar manajemen berupaya meningkatkan laba agar
perusahaan dapat membayarkan kewajibannya. Hal tersebut berarti dengan
adanya kebijakan hutang dapat mengawasi tindakan manajemen sehingga
masalah agensi dapat dikurangi (Ali dan Miftahurrohman, 2014).
2. Signalling Theory
Isyarat atau sinyal adalah suatu tindakan yang diambil manajemen
perusahaan yang memberi petunjuk kepada investor tentang bagaimana
manajemen memandang prospek perusahaan. Signalling Theory atau Teori
17
sinyal berkaitan dengan penyampaian sinyal positif dan negatif oleh
manajemen perusahaan. Perusahaan secara sukarela menyampaikan
informasi mengenai perusahaan kepada pasar modal untuk mengurangi
asimetri informasi (Wijaya dan Suprasto, 2015).
Sedangkan menurut Rachmansyah dan Idayati (2017) Signalling
Theory menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk
memberikan informasi pada pihak eksternal. Dorongan perusahaan untuk
memberikan informasi karena terdapat asimetri informasi antara
perusahaan dan pihak luar, karena perusahaan mengetahui lebih banyak
mengenai profil perusahaan dan prospek yang akan datang dibandingkan
pihak luar (investor dan kreditur). Sehingga dengan adanya pemberian
informasi akan mengurangi asimetri informasi yang ada.
Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis
karena informasi pada hakekatnya menyajikan penjelasan, catatan dan
gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa
yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan
bagaimana dampak yang terjadi. Informasi yang lengkap relevan, akurat
dan tepat waktu sangat diperlukan investor dipasar modal sebagai alat
analisis keputusan investasi (Rachmansyah dan Idayati, 2017).
Menurut Jogiyanto (2007) dalam Sholekah dan Venusita (2014)
informasi yang dipublikasikan oleh perusahaan sebagai suatu
pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan
keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif,
18
maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut
diterima oleh pasar. Pada waktu informasi di umumkan dan semua pelaku
pasar sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu
mengintepretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai signal
baik (good news) atau signal buruk (bad news). Jika informasi tersebut
sebagai signal baik bagi investor, maka terjadi perubahan dalam volume
perdagangan saham.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Teori Sinyal merupakan teori
yang berkaitan dengan pemberian informasi yang dilakukan oleh pihak
perusahaan dalam hal ini manajemen kepada pihak luar perusahaan
sebagai bentuk untuk mengurangi asimetri informasi yang ada. Informasi
tersebut dapat berupa data keuangan maupun non keuangan yang dianggap
penting bagi pihak luar yang membutuhkan informasi tersebut, karena dari
informasi tersebut akan menghasilkan suatu reaksi dari pihak luar terkait
informasi yang di berikan oleh perusahaan. Dan dari reaksi itu berupa
sinyal yang akan menimbulkan suatu keputusan nantinya bagi pihak luar.
Menurut Rachmansyah dan Idayati (2017) perusahaan dengan
prospek yang menguntungkan akan berusaha menyakinkan investor
dengan menunjukkan laba perusahaan yang tinggi yang berarti
kemakmuran perusahaan bagus sehingga investor akan tertarik dan
merespon positif dan harga saham perusahaan akan meningkat. Jadi
apabila perusahaan laba perusahaan meningkat maka akan berdampak
terhadap keputusan investor untuk berinvestasi pada perusahaan. Hal ini
19
berarti keuntungan perusahaan akan mempengaruhi nilai perusahaan.
Selain informasi keuangan seperti laba perusahaan, Informasi non
keuangan juga dianggap penting bagi pihak luar dan pada akhirnya akan
menimbulkan reaksi sinyal dari pihak luar kepada perusahaan. Informasi
non keuangan bisa seperti data terkait keberagaman dalam dewan atau
biasa disebut board diversity. Informasi board diversity bisa berupa data
terkait keberadaan wanita dalam dewan, latar belakang pendidikan dewan,
kebangsaan dewan, maupun jajaran dewan independen di perusahaan.
Menurut Wijaya dan Suprasto (2015) board diversity berkaitan dengan
teori sinyal karena dari informasi tersebut akan memberikan sinyal positif
bahwa perusahaan sudah menerapkan good corporate governance.
3. Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory)
Teori ini menjelaskan berdasarkan konsep nature-nurture dan
melihat bahwa perbedaan peran gender merupakan hasil dari tuntutan dan
harapan lingkungan (Sadli, 2010).
a) Nature
Secara etimologi nature diartikan sebagai karakteristik yang
melekat atau keadaan bawaan pada seseorang atau sesuatu, diartikan
juga sebagai kondisi alami atau sifat dasar manusia. Dalam kajian
gender, nature diartikan sebagai teori atau argumen yang menyatakan
bahwa perbedaan sifat antar gender tidak lepas dan bahkan ditentukan
oleh perbedaan biologis (seks). Disebut sebagai teori nature karena
menyatakan bahwa perbedaan lelaki dan wanita adalah natural dan
20
dari perbedaan alami tersebut timbul perbedaan bawaan berupa atribut
maskulin dan feminim yang melekat padanya secara alami. Namun,
dalam menyikapi perbedaan yang ada bukan dengan
menghilangkannya, melainkan dengan menghapus diskriminasi dan
menciptakan hubungan yang serasi.
b) Nurture
Secara etimologi nurture berarti kegiatan perawatan/
pemeliharaan, pelatihan, serta akumulasi dari faktor-faktor lingkungan
yang mempengaruhi kebiasaan dan ciri-ciri yang nampak.
Terminologi kajian gender memaknainya sebagai teori atau argumen
yang menyatakan bahwa perbedaan sifat maskulin dan feminim bukan
ditentukan oleh perbedaan biologis, melainkan konstruk sosial dan
pengaruh faktor budaya. Perbedaan konstruk sosial dalam masyarakat
mengakibatkan relatifitas tolak ukur atribut maskulin dan feminim
antar budaya. Sifat tertentu yang dilekatkan pada suatu gender di
suatu komunitas belum tentu sama dengan yang lainnya.
4. Nilai Perusahaan
Berdirinya sebuah perusahaan tentunya memiliki tujuan tertentu.
Setiap perusahaan memiliki dua tujuan, yaitu tujuan jangka pendek dan
tujuan jangka panjang. Tujuan jangka panjang perusahaan adalah untuk
meningkatkan nilai perusahaan.
Menurut Nurlela dan Ishlahuddin (2008) menyatakan bahwa nilai
perusahaan didefinisikan sebagai nilai pasar. Alasannya karena nilai
21
perusahaan dapat memberikan kemakmuran atau keuntungan bagi
pemegang saham secara maksimum jika harga saham perusahaan
meningkat. Semakin tinggi harga saham, maka makin tinggi keuntungan
pemegang saham sehingga keadaan ini akan diminati oleh investor karena
dengan permintaan saham yang meningkatkan menyebabkan nilai
perusahaan juga akan meningkat.
Dari kesimpulan tersebut didapat bahwa tujuan panjang perusahaan
adalah untuk memakmurkan pemegang saham dengan meningkatkan nilai
perusahaan yang terlihat dari harga sahamnya. Apabila harga saham
meningkat berarti nilai perusahaan akan meningkat dan kesejahteraan
pemegang saham juga akan meningkat sehingga tercapailah tujuan dari
perusahan.
Selain itu, Heder dan Priyadi (2017) menyatakan bahwa nilai
perusahaan juga merupakan konsep yang penting bagi para investor,
karena merupakan indikator bagi pasar untuk dapat menilai suatu
perusahaan secara keseluruhan. Nilai perusahaan merupakan persepsi
investor terhadap keberhasilan perusahaan, nilai perusahaan yang tinggi
akan membuat pasar percaya pada kinerja perusahaan dan kinerja
manajemen dalam mengelola perusahaan serta prospek yang menjanjikan
dari kemampuan perusahaan di masa yang akan datang dalam
meningkatkan kemakmuran para investor.
Pentingnya perusahaan dalam mengelola perusahaan agar nilai
perusahaan dapat selalu meningkat. Maka para pemegang saham akan
22
menyerahkan pengelolaannya kepada para profesional. Yang nantinya para
profesional itu diposisikan sebagai manajer ataupun komisaris. Dengan
perusahaan memiliki manajemen yang profesional diharapkan kerja dari
manejemen akan mempermudah perusahaan untuk mencapai tujuan
perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan.
Nilai perusahaan diukur dari nilai pasar wajar dari harga saham. Bagi
perusahaan yang sudah go public maka nilai pasar wajar perusahaan
ditentukan mekanisme permintaan dan penawaran di bursa, yang tercemin
dalam listing price (Heder dan Priyadi, 2017).
Selain dengan melihat listing price, nilai perusahaan juga bisa
diketahui dengan menggunakan rasio-rasio keuangan. Rasio keuangan
digunakan investor untuk mengetahui nilai perusahaan. Rasio tersebut
dapat memberikan indikasi bagi manajemen untuk penilaian investor
terhadap kinerja perusahaan pada masa lampau ataupun masa yang akan
datang. Beberapa rasio untuk mengukur nilai perusahaan sebagai berikut:
a) Price Book Value (PBV)
Price Book Value (PBV)adalah metode penilaian saham yang
berdasarkan pada book value suatu saham. Price Book Value (PBV)
menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai saham suatu
perusahaan. Semakin tinggi rasio ini maka pasar percaya akan prospek
perusahaan. Rumus yang digunakan untuk mengukur PBV adalah:
Price Book Value = Harga Saham
Nilai Buku Saham
23
b) Price Earning Ratio (PER)
Price Earning Ratio (PER) merupakan rasio harga pasar
persaham terhadap laba perusahaan. Price Earning Ratio (PER)
menunjukkan berapa kali lipat para investor di pasar mau membayar
untuk setiap rupiah laba per saham yang dihasilkan perusahaan,
sehingga PER mencerminkan daya tarik sebuah saham. Semakin
tinggi rasio ini maka akan semakin tinggi pula prospek perusahaan di
masa depan, karena PER dapat mempresentasikan aliran laba
perusahaan di masa depan. Rumus yang digunakan untuk mengukur
PER adalah:
c) Tobins’Q
Rasio Tobins’Q dikembangkan oleh James Tobin, seorang
pemenang hadiah Nobel dari Amerika Serikat. Rasio Tobin’s Q
tersebut dapat memberikan informasi paling baik, karena di dalam
Tobin’s Q memasukkan semua unsur hutang dan modal saham
perusahaan, tidak hanya saham biasa saja dan tidak hanya ekuitas
perusahaan yang dimasukkan namun seluruh aset perusahaan. Dengan
memasukkan seluruh aset perusahaan berarti perusahaan tidak hanya
terfokus pada satu tipe investor saja yaitu investor dalam bentuk
saham namun juga untuk kreditur karena sumber pembiayaan
operasional perusahaan bukan hanya dari ekuitasnya saja tetapi juga
Price Earning Ratio = Harga per lembar Saham
Laba per lembar Saham
24
dari pinjaman yang diberikan oleh kreditur (Sukamulja, 2004).
Semakin besarnya nilai pada Tobin’s Q menunjukkan bahwa
perusahaan memiliki prospek pertumbuhan yang baik terhadap nilai
perusahaan. Hal ini dapat terjadi karena semakin besar nilai pasar aset
perusahaan dibandingkan dengan nilai buku aset perusahaan maka
semakin besar kerelaan investor untuk mengeluarkan pengorbanan
yang lebih untuk memiliki perusahaan tersebut (Sukamulja, 2004).
Rumus yang digunakan untuk mengukur Tobins’Q adalah:
Keterangan :
EMV : Equity Market Value (Nilai pasar dari jumlah lembar saham
beredar)
EBV : Equity Book Value (Nilai buku dari total ekuitas
perusahaan)
D : Debt (Nilai buku dari total kewajiban perusahaan)
5. Gender Diversity
Diversitas gender merupakan bagian dari diversitas dewan yang
paling sering diteliti. Diversitas ini berfokus pada keberadaan anggota
dewan komisaris wanita di dalam perusahaan. Keberadaan wanita sebagai
dewan komisaris masih dalam jumlah yang sangat rendah dalam dunia
bisnis (Hassan dan Marimuthu, 2016). Keberadaan wanita yang masih
sedikit dalam jajaran dewan komisaris mungkin disebabkan karena adanya
pandangan yang berbeda mengenai wanita dan pria dalam memimpin
Tobins’Q = EMV + D
EBV + D
25
suatu perusahaan (Kristina dan Wiratmaja, 2018). Berikut ini merupakan
keuntungan terkait adanya gender diversity menurut penelitian
sebelumnya:
a. Adanya wanita dalam jajaran dewan perusahaan, memberikan
kesempatan yang sama bagi setiap orang (tidak diskriminasi),
memiliki pemahaman yang luas mengenai pasar dan konsumen,
sehingga dapat meningkatkan reputasi (legitimasi) perusahaan (Dewi
dan Aryista Dewi, 2016).
b. Adanya wanita dalam jajaran dewan perusahaan akan meningkatkan
kinerja tim, karena semakin tersebar (diverse) anggota tim akan
memberikan perspektif yang lebih beragam sehingga menghasilkan
keputusan yang lebih baik (Luckerath dan Rovers, 2009).
c. Adanya wanita dalam jajaran dewan perusahaan dapat membantu
mengambil keputusan yang lebih tepat dan berisiko lebih rendah
karena wanita memiliki sikap kehati-hatian yang sangat tinggi,
cenderung menghindari risiko, dan lebih teliti dibandingkan pria. Sisi
inilah yang membuat wanita tidak terburu-buru dalam mengambil
keputusan. Sehingga keputusan yang diambil merupakan keputusan
yang lebih tepat dan beresiko lebih rendah (Kusumatuti, dkk, 2007).
d. Adanya wanita dalam jajaran dewan perusahaan dapat menghasilkan
pertimbangan masalah serta alternatif penyelesaian yang lebih
saksama karena wanita pada umumnya lebih memiliki pemikiran yang
mendetail terkait dalam analisis pengambilan keputusan. Mereka
26
cenderung menganalisis masalah-masalah sebelum membuat suatu
keputusan dan mengolah keputusan yang telah dibuat (Robbins dan
Judge, 2008 dalam Astuti, 2017).
6. Komisaris Independen
Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 33 Tahun
2014, Komisaris independen merupakan anggota komisaris yang berasal
dari luar emiten atau perusahaan publik, tidak mempunyai saham baik
langsung maupun tidak langsung, tidak mempunyai hubungan afiliasi dan
tidak mempunyai hubungan usaha langsung maupun tidak langsung
dengan emiten atau perusahaan publik.
Komisaris independen bertugas sebagai pengawas perilaku
manajemen perusahaan yang berasal dari luar perusahaan agar manajemen
tidak melakukan tindakan diluar kepentingan perusahaan (Kristina dan
Wiratmaja, 2018). Sehingga komisaris independen harus memiliki sikap
independensi dalam menjalankan tugasnya sebagai komisaris yaitu
melakukan pengawasan.
POJK Nomor 33 Tahun 2014, mewajibkan perusahaan yang
terdaftar di BEI memiliki komisaris independen minimal 30 persen dari
seluruh anggota dewan komisaris. Menurut Putri dan Dwija (2016) jumlah
dewan komisaris independen yang semakin banyak menandakan bahwa
dewan komisaris independen melakukan fungsi pengawasan dan
koordinasi dalam perusahaan yang semakin baik.
Keberadaan komisaris independen diharapkan dapat meningkatkan
27
efektifitas pengawasan dan mengupayakan meningkatkan kualitas dari
laporan keuangan (Dewi dan Nugrahanti, 2014). Adanya pengawasan yang
baik akan meminimalisir tindakan kecurangan yang dilakukan manajemen
dalam pelaporan keuangan. Dengan begitu maka kualitas laporan
keuangan juga semakin baik dan menyebabkan investor percaya untuk
menanamkan modal di perusahaan tersebut.
Perusahaan yang memiliki komisaris independen dalam jajaran
dewan komisaris membawa sinyal positif kepada investor karena dianggap
telah menerapkan tata kelola yang baik karena sifat independen dari
komisaris ini menjadi cerminan transparansi perusahaan bagi investor
(Kristina dan Wiratmaja, 2018).
7. Kinerja Keuangan
Kinerja adalah suatu gambaran mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu kegiatan perusahaan dalam mewujudkan sasaran, misi,
visi, dan tujuan perusahaan (Rachmansyah dan Idayati, 2017). Sedangkan
kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang menunjukkan
efektivitas dan efisiensi suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuannya
(Pertiwi dan Pratama, 2012). Efektivitas apabila manajemen memiliki
kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau suatu alat yang tepat
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efisiensi diartikan sebagai
ratio (perbandingan) antara masukan dan keluaran yaitu dengan masukan
tertentu memperoleh keluaran yang optimal.
28
Pentingnya kinerja keuangan dalam perusahaan maka diperlukan
adanya penilaian terhadap kinerja keuangan tersebut, mengingat kinerja
keuangan dapat berubah-ubah bisa naik bahkan bisa mengalami penuruan.
Untuk mengatasi hal tersebut, salah satu caranya adalah mengukur kinerja
keuangan setiap periode tertentu dengan menganalisa laporan keuangan
menggunakan rasio-rasio keuangan. Hasil pengukuran kinerja keuangan
tersebut dapat dijadikan dasar bagi manajemen atau pengelola perusahaan
untuk perbaikan kinerja pada periode berikutnya dan dijadikan landasan
pemberian reward dan punishment terhadap manajer dan anggota
organisasi (Pertiwi dan Pratama, 2012).
Selain itu hasil pengukuran kinerja keuangan juga bermanfaat bagi
investor maupun calon investor sebagai dasar keputusan investasi, dimana
mereka akan melihat seberapa besar perusahaan menghasilkan return atas
investasi yang akan ditanamkan (Heder dan Priyadi, 2017). Semakin baik
kinerja keuangan perusahaan maka semakin tinggi pula return yang akan
di dapatkan oleh investor.
Investor akan mencari perusahaan yang memiliki kinerja yang baik
dan menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut dengan membeli
saham-sahamnya. Salah satu yang dilihat investor adalah tingkat
profitabilitas perusahaan, apakah tingkat profitabilitas perusahaan tersebut
stabil atau bahkan mengalami peningkatan secara terus menerus dalam
jangka panjang. Peningkatan profitabilitas yang secara terus menerus
dalam jangka panjang menandakan bahwa perusahaan tersebut mengalami
29
pertumbuhan yang dapat dikatakan cukup pesat tiap periodenya
(Rachmansyah dan Idayati, 2017).
Rasio profitabilitas mengukur efektifivitas manajemen berdasarkan
hasil pengembalian yang diperoleh dari penjualan dan investasi,
profitabilitas juga mempunyai arti penting dalam usaha mempertahankan
kelangsungan hidupnya dalam jangka panjang, karena profitabilitas
menunjukan apakah badan usaha tersebut mempunyai prospek yang baik
di masa yang akan datang. Menurut Rachmansyah dan Idayati (2017).
Rasio profitabilitas dapat diukur dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan
penjualan dan pendekatan investasi.
Rasio profitabilitas yang hubungannya dengan penjualan adalah:
a. Gross Profit Margin (GPM)
Rasio ini merupakan persentase laba kotor dibandingkan dengan
penjualan, digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk
berproduksi secara efisien.
b. Net Profit Margin (NPM)
Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan.
Semakin tinggi net profit margin semakin baik operasi suatu
perusahaan.
Rasio profitabilitas yang hubungannya dengan investasi adalah:
a. Return On Equity (ROE)
Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih dengan ekuitas. Rasio
ini memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal
30
sendiri secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang
telah dilakukan pemilik modal sendiri sebagai pemegang saham
perusahaan.
b. Return On Assets (ROA)
Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih dengan total aktiva.
Rasio ini menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang bisa diperoleh
dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan.
c. Basic Earning Power Ratio (BEPR)
Rasio ini dihitung dengan membagi laba sebelum bunga dan pajak
(earning before interest and taxes – EBIT) dengan total aktiva. Rasio ini
menunjukkan kemampuan menghasilkan laba dari aktiva perusahaan
sebelum pengaruh bunga serta pajak. Rasio ini sangat berguna untuk
membandingkan perusahaan dengan situasi pajak yang berbeda dan
tingkat bunga yang berbeda.
Dalam penelitian ini, kinerja keuangan diukur Return on Assets
(ROA), karena ROA mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba
yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan dalam bentuk penyertaan
modal sendiri yang ditanamkan oleh pemegang saham.
Semakin tinggi ROA yang dimiliki oleh perusahaan makan semakin
efisien penggunaaan aktiva sehingga akan menghasilkan laba yang besar
dan akan menarik investor karena perusahaan memiliki tingkat kembalian
yang semakin tinggi.
31
ROA menggambarkan sejauh mana kemampuan manajemen
perusahaan dalam memperoleh keuntungan (laba) dengan jumlah
keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan.
8. Struktur Kepemilikan
Berdasarkan teori keagenan, perbedaan kepentingan antara manajer
dan pemegang saham ini mengakibatkan timbulnya konflik yang biasa
disebut agency conflict. Konflik antara manajer dan pemegang saham
dapat diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat
mensejajarkan kepentingan-kepentingan tersebut sehingga timbul biaya
keagenan (agency cost) (Wida dan Suartana, 2014). Ada beberapa
alternatif untuk mengurangi agency cost, diantaranya dengan adanya
kepemilikan saham oleh manajemen dan kepemilikan saham oleh
institusional (Tendi, 2008).
Kepemilikan institusional adalah proporsi saham biasa yang dimiliki
oleh pihak institusi, seperti perusahaan asuransi, dana pensiun, pemerintah,
perusahaan investasi, dan kepemilikan institusional lain (Sholekah dan
Venusita, 2014).
Kepemilikan institusional umumnya bertindak sebagai pihak
pengawas perusahaan. Kepemilikan institusional memiliki arti untuk
pengawasan manajemen. Dengan adanya kepemilikan institusional akan
mendorong peningkatan pengawasan pada manejemen. Pengawasan yang
tinggi maka akan meminimalisasi tingkat penyelewengan-penyelewengan
yang terjadi pada pihak manajemen yang memungkinkan dapat
menurunkan nilai perusahaan (Susanti dan Mildawati, 2014).
32
Menurut Wida dan Wayan (2014), Investor institusional dianggap
mampu menggunakan informasi laba periode sekarang unuk memprediksi
laba di masa mendatang dibandingkan investor non institusional.
Kepemilikan institusional dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan
memanfaatkan informasi, serta dapat mengatasi konflik keagenan karena
dengan meningkatnya kepemilikan institusional maka segala aktivitas
perusahaan akan diawasi oleh pihak institusi atau lembaga.
Semakin tinggi kepemilikan institusional maka akan mengurangi
perilaku opportunistic manajer yang dapat mengurangi agency cost yang
diharapkan akan meningkatkan nilai perusahaan (Wahyudi dan Pawestri,
2006).
Kepemilikan saham manajemen adalah proporsi saham biasa yang
dimiliki oleh pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan
keputusan perusahaan (Kaluti dan Purwanto, 2014). Pihak manajemen
yang dimaksud seperti dewan komisaris, dewan direksi, dan manajemen
yang tercantum dalam daftar pemegang saham.
Dengan adanya kepemilikan manajemen terhadap saham perusahaan
dapat dipandang baik dalam menyelaraskan potensi perbedaan
kepentingan antara manajemen dan pemegang saham, sehingga
permasalahan yang timbul antara agen dan prinsipal diasumsikan akan
hilang apabila seseorang manajer juga sekaligus sebagai pemegang saham
(Susanti dan Mildawati, 2014). Kebijakan kepemilikan manajerial
33
dimaksudkan untuk memberikan kesempatan manajer terlibat dalam
kepemilikan saham sehingga dengan keterlibatan kedudukan manajer
sejajar dengan pemilik perusahaan atau pemegang saham.
Kepemilikan manajerial juga berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Dengan kepemilikan saham oleh manajerial, diharapkan manajer akan
bertindak sesuai dengan keinginan para prinsipal karena manajer akan
termotivasi untuk meningkatkan kinerja dan nantinya dapat meningkatkan
nilai perusahaan (Siallagan dan Machfoedz, 2006). Dengan meningkatkan
kepemilikan saham oleh manajemen akan mensejajarkan kedudukan
manajer dengan pemegang saham sehingga manajemen akan termotivasi
untuk meningkatkan nilai perusahaan (Susanti dan Mildawati, 2014).
9. Kebijakan Hutang
Dalam rangka memenuhi kebutuhan pendanaan perusahaan untuk
meningkatkan kinerja operasionalnya, manajer perlu melakukan
pengambilan keputusan keuangan dalam mencari sumber pendanaan
tersebut. Sumber dana tersebut dapat berasal dari sumber internal ataupun
sumber eksternal (Agnova dan Muid, 2015). Keputusan pendanaan
tersebut dapat dilakukan dengan kebijakan hutang. Hutang adalah sumber
pendanaan yang berasal dari pihak eksternal yaitu kreditur, dimana hutang
diperoleh perusahaan untuk menjalankan operasionalnya. Hutang atau
kewajiban perusahaan dapat dibedakan ke dalam hutang lancar dan hutang
jangka panjang. Hutang lancar atau hutang jangka pendek adalah
kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya akan dilakukan dalam
34
jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki oleh
perusahaan. Hutang jangka panjang adalah kewajiban keuangan yang
jangka waktu pembayarannya masih jangka panjang atau lebih dari satu
tahun (Sholichah, 2017).
Kebijakan hutang perusahaan merupakan tindakan manajemen
perusahaan yang akan mendanai perusahaan dengan menggunakan modal
yang berasal dari hutang. Menurut Brigham and Houston (2011) kebijakan
hutang merupakan kebijakan mengenai keputusan yang diambil
perusahaan untuk menjalankan operasionalnya dengan menggunakan
hutang keuangan atau financial leverage. Dari uraian tersebut dapat
disimpulkan bahwa kebijakan hutang merupakan kebijakan yang diambil
untuk mendanai kegiatan operasional perusahaan.
Dari kebijakan hutang ini mewajibkan perusahaan untuk membayar
hutangnya kepada pihak lain pada jangka waktu tertentu. Oleh karena itu
manajer harus melakukan perencanaan yang baik dalam mencari sumber
pendanaan, sehingga dengan melakukan pencarian dana dari luar tersebut
akan mampu memaksimalkan pemegang saham sebagai tujuan akhir
perusahaan.
Menurut Irvaniawati dan Utiyati (2014) sebagian perusahaan
menganggap bahwa penggunaan hutang dirasa lebih aman dari pada
menerbitkan saham baru. Dengan demikian semakin tinggi kebijakan
hutang yang dilakukan, maka semakin tinggi nilai perusahaan. Sejalan
dengan Ali dan Miftahurrohman (2014) menemukan bahwa kebijakan
35
hutang berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Selain itu peningkatan
utang akan menurunkan besarnya konflik antara pemegang saham dengan
manajemen, disamping itu akan menurunkan excess cash flow yang ada
dalam perusahaan sehingga menurunkan kemungkinan pemborosan yang
dilakukan oleh manajemen (Jensen dan Mecling, 1976 dalam Nasser,
2008).
Begitu pula dengan Martikasari (2013) dalam Agnova dan Muid
(2015) mengemukakan bahwa kebijakan hutang perlu dikelola dengan baik
karena penggunaan hutang yang tinggi akan meningkatkan nilai
perusahaan karena penggunaan hutang dapat menghemat pajak. Namun
disisi lain penggunaan hutang yang tinggi juga dapat menurunkan nilai
perusahaan karena adanya kemungkinan timbulnya biaya kepailitan dan
biaya keagenan.
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Adapun hasil sebelumnya dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai
topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 2.1.
Tabel 2. 1
Hasil Penelitian sebelumnya
No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
1. Luh Gde Krisna
Dewi dan Ayu
Aryista Dewi
(2016)
Pengaruh
Diversitas Dewan
Komisaris dan
Direksi pada Nilai
Perusahaan pada
Perusahaan sektor
keuangan yang
terdaftar di BEI
tahun 2009-2013
Variabel Gender
Diversity dan
Komisaris
Independen
Variabel Kinerja
Keuangan, Struktural
Kepemilikan,
Kebijakan Hutang dan
objek penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
keberadaan wanita dalam jajaran dewan
komisaris dan direksi (diversitas gender) dan
variasi latar belakang pendidikan formal
dewan komisaris dan direksi (diversitas
pendidikan formal) berpengaruh positif pada
nilai perusahaan, namun proporsi komisaris
independen tidak berpengaruh pada nilai
perusahaan.
2. I Gusti Agung
Rai Kristina dan I
Dewa Nyoman
Wiratmaja (2018)
Pengaruh Board
Diversity dan
Intellectual
Capital
Pada Nilai
Perusahaan
Variabel Gender
Diversity dan
Komisaris
Independen
Variabel Kinerja
Keuangan, Struktural
Kepemilikan,
Kebijakan Hutang dan
objek penelitian
Hasil penelitian menujukan bahwa
keberadaan dewan komisaris
berkewarganegaraan asing dan intellectual
capital berpengaruh positif signifikan pada
nilai perusahaan. Namun, keberadaan dewan
komisaris wanita, latar belakang pendidikan
dewan komisaris, umur dewan komisaris,
dan proporsi dewan komisaris independen
tidak berpengaruh pada nilai perusahaan.
Bersambung pada halaman berikutnya
36
37
Tabel 2.1 (lanjutan)
No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
3. Syamsudin, Erna
Setiany dan
Sajidah (2017)
Gender Diversity
and Firm Value: a
Study on boards
of public
Mnufacturing
firms in Indonesia
Variabel Gender
Diversity
Variabel Komisaris
Independen, Kinerja
Keuangan, Struktural
Kepemilikan
Kebijakan Hutang dan
objek penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa gender
diversity pada dewan komisaris dan direksi
berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan.
4. Heder dan
Maswar Patuh
Priyadi (2017)
Pengaruh Kinerja
Keuangan
terhadap Nilai
Perusahaan
dengan Good
Corporate
Governence
sebagai variabel
pemoderasi
Variabel Kinerja
Keuangan,
Kepemilikan
Manajerial,
Kepemilikan
Institusional
Variabel Gender
Diversity, Komisaris
Independen, Kebijakan
Hutang dan objek
penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Kinerja keuangan berpengaruh positif
signifikan terhadap nilai peruahaan. Dan
Kepemilikan manajerial merupakan variabel
pemoderasi hubungan kinerja keuanganan
terhadap nilai perusahaan, sedangkan
kepemilikan institusional bukan merupakan
variabel pemoderasi.
5. Alfian
Muhammad
Rachmansyah dan
Farida Idayati
(2017)
Pengaruh Kinerja
Keuangan dan
Keputusan
Investasi terhadap
Nilai Perusahaan
Variabel Kinerja
Keuangan
Variabel Gender
Diversity, Komisaris
Independen, Sturktural
Kepemilikan,
Kebijakan Hutang dan
objek penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja
keuangan berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan. Sedangkan likuiditas dan
keputusan investasi tidak berpengatuh
terhadap nilai perusahaan.
Bersambung pada halaman berikutnya
37
38
Tabel 2.1 (lanjutan)
No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
6. Putri Juwita
Pertiwi,
Parengkuan
Tommy, Johan R.
Tumiwa (2016)
Pengaruh
Kebijakan
Hutang,
Keputusan
Investasi, dan
Profitabilitas
terhadap Nilai
Perusahaan Food
and Beverage
yang terdaftar di
BEI
Variabel Kebijakan
Hutang
Variabel Gender
Diversity, Komisaris
Independen, Sturktural
Kepemilikan,
Kebijakan Hutang dan
objek penelitian
Hasil penelitian menunjukan bahwa secara
stimultan kebijakan hutang, keputusan
investasi, dan profitabilitas berpengaruh
terhadap nilai perusahaan. Dan secara
parsial hanya kebijakan hutang yang tidak
berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan.
7. Irvaniawati dan
Sri Utiyati (2014)
Analisis Pengaruh
Kebijakan
Hutang,
Kebijakan
Investasi, dan
Kebijakan
Dividen terhadap
Nilai Perusahaan
Variabel Kebijakan
Hutang
Variabel Gender
Diversity, Komisaris
Independen, Kinerja
Keuangan, Struktural
Kepemilikan dan objek
penelitian
Hasil penelitian menunjukan bahwa secara
stimultan dan parsial kebijakan hutang,
investasi dan dividen berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan.
Bersambung pada halaman berikutnya
38
39
Tabel 2.1 (lanjutan)
No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
8. Vido Agnova dan
Dul Muid (2015)
Variabel Kebijakan
Hutang dan
Kepemilikan
Manajerial.
Variabel Gender
Diversity, Komisaris
Independen, Kinerja
Keuangan,
Kepemilikan
Institusional, dan objek
penelitian
Hasil penelitian menunjukan bahwa
kepemilikan manajerial berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap nilai perusahaan,
profitabilitas berpengaruh positif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan,
kesempatan investasi tidak berpengaruh
signifikan terhadap nilai perusahaan dan
kebijakan hutang berpengaruh positif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan.
9. Herni Ali HT dan
Miftahurrohman
(2014)
Pengaruh
Struktural
Kepemilikan,
Kebijakan
Dividen, dan
Kebijakan Hutang
terhadap Nilai
Perusahaan
Variabel Kebijakan
Hutang dan Stuktural
Kepemilikan
Variabel Gender
Diversity, Komisaris
Independen, Kinerja
Keuangan dan objek
penelitian
Hasil penelitian menunjukan bahwa
struktural kepemilikan berpengaruh positif
terhadap kebijakan dividen namun
berbengaruh negatif terhadap kebijakan
hutang dan nilai perusahaan. Kebijakan
dividen tidak berpengaruh terhadap
kebijakan hutang dan nilai perusahaan.
Kebijakan hutang berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan.
Bersambung pada halaman berikutnya
39
40
Tabel 2.1 (lanjutan)
No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
10. Rina Susanti dan
Titik Mildawati
(2014)
Variabel
Kepemilikan
Manajerial,
Kepemilikan
Institusional
Variabel Gender
Diversity, Komisaris
Independen, Kinerja
Keuangan, Kebijakan
Hutang dan objek
penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Kepemilikan Manajerial, dan CSR
berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Sedangkan Kepemilikan Institusional tidak
berpengaruh terhadap nilai perusahaan
11. Ni Putu Wida P.
D dan I Wayan
Suartana
(2014)
Pengaruh
Kepemilikan
Manajerial,
Kepemilikan
terhadap Nilai
Perusahaan
Variabel
Kepemilikan
Manajerial,
Kepemilikan
Institusional
Variabel Gender
Diversity, Komisaris
Independen, Kinerja
Keuangan, Kebijakan
Hutang dan objek
penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Kepemilikan institusional berpengaruh
positif terhadap nilai perusahaan.
Sedangkan Kepemilikan manajerial tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
nilai
perusahaan.
12. Laurensia Chintia
Dewi dan
Yeterina Widi
Nugrahanti
(2014)
Pengaruh
Struktural
Kepemilikan dan
Dewan Komisaris
Independen
terhadap Nilai
Perusahaan
Variabel Struktural
Kepemilikan dan
Komisaris
Independen
Variabel Gender
Diversity, Kinerja
Keuangan, Kebijakan
Hutang dan objek
penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Komisaris Independen berpengaruh terhadap
nilai perusahaan. Sedangkan Struktural
Kepemilikan tidak berpengaruh terhadap
Nilai Perusahaan.
Bersambung pada halaman berikutnya
40
41
Tabel 2.1 (lanjutan)
No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
13. Stephani Novita
Christianingsih
Kaluti dan Agus
Purwanto (2014)
Pengaruh Struktur
Kepemilikan dan
Kebijakan
Keuangan
terhadap Nilai
Perusahaan
Variabel
Kepemilikan
Manajerial,
Kepemilikan
Institusional
Variabel Gender
Diversity, Komisaris
Independen, Kinerja
Keuangan, Kebijakan
Hutang dan objek
penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Kepemilikan institusional dan Kebijakan
dividen berpengaruh positif dan signifikan
terhadap nilai perusahaan. Sedangkan
Kebijakan investasi berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan.
Sementara Kepemilikan manajerial dan
Kebijakan utang tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap nilai perusahaan.
14. Febrina Wibawati
Sholekah dan
Lintang Venusita
(2014)
Pengaruh
Kepemilikan
Manajerial,
Kepemilikan
Institusional,
Leverage, Firm
size dan CSR
terhadap Nilai
Perusahaan High
Profile yang
terdaftar di BEI
tahun 2008-2012”
Variabel
Kepemilikan
Manajerial dan
Kepemilikan
Institusional
Variabel Gender
Diversity, Komisaris
Independen, Kinerja
Keuangan, Kebijakan
Hutang dan objek
penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Kepemilikan Manajerial, Leverage dan CSR
berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Sedangkan Kepemilikan Institusional dan
Firm Size tidak berpengaruh terhadap nilai
perusahaan
41
42
C. Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh Gender Diversity terhadap Nilai Perusahaan
Dapat meningkatkan nilai perusahaan merupakan tujuan jangka
panjang perusahaan. Salah satu cara untuk meningkatkan nilai perusahaan
adalah dengan menerapkan tata kelola yang baik. Keberadaan anggota
wanita (gender diversity) dalam jajaran dewan akan memberikan sinyal
bahwa perusahaan telah menerapkan tata kelola perusahaan yang baik
(Wijaya dan Suprasto, 2015). Namun keberadaan wanita sebagai dewan
komisaris masih dalam jumlah yang sangat rendah dalam dunia bisnis
(Hassan dan Marimuthu, 2016).
Penelitian terkait gender diversity pernah dilakukan oleh Dewi dan
Aryista Dewi (2016) yang menemukan bahwa gender diversity memiliki
pengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini karena dengan keberadaan
atau keterwakilan wanita dalam perusahaan menandakan bahwa
perusahaan memberikan kesempatan yang sama bagi setiap orang (tidak
diskriminasi) memiliki pemahaman yang luas mengenai pasar dan
konsumen sehingga meningkatkan reputasi perushaan. Begitu pula Wijaya
dan Suprasto (2015) menemukan adanya keterwakilan wanita dalam
jajaran dewan perusahaan akan meningkatkan nilai perusahaan. Hal ini
menunjukan bahwa investor memberikan reaksi positif terhadap
perusahaan yang memiliki keterwakilan wanita dalam jajaran dewan
perusahaannya.
Hal ini berarti dengan adanya gender diversity dalam perusahaan
43
akan memberikan sinyal positif ke investor dan berdampak pada reputasi
perusahaan yang meningkat. Reputasi perusahaan meningkat maka nilai
perusahaan pun akan menungkat.
Namun hasil berbeda ditemukan oleh Kristina dan Wiratmaja (2018)
yang menemukan bahwa gender diversity tidak memiliki pengaruh
terhadap nilai perusahaan. Hal ini karena tidak adanya perbedaan dalam
kinerja perusahaan dari perspektif keberagaman gender. Selain itu, jumlah
wanita dalam perusahaan sedikit dikarenakan wanita kurang menyukai
resiko yang akan dihadapi di lingkungan perusahaan (Charness dan
Gneezy, 2004) dalam Kusumastuti, dkk (2007).
H1 : Gender Diversity berpengaruh terhadap nilai perusahaan
2. Pengaruh Komisaris Independen terhadap Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan dapat meningkat apabila terdapat pengawas dalam
perusahaan. Pengawas tersebut sebagai pemantau perilaku manajemen
perusahaan yang berasal dari luar perusahaan agar manajemen tidak
melakukan tindakan diluar kepentingan perusahaan (Kristina dan
Wiratmaja, 2018). Pengawas tersebut salah satunya adalah komisaris
independen.
Komisaris independen merupakan anggota komisaris yang berasal
dari luar emiten atau perusahaan publik, tidak mempunyai saham baik
langsung maupun tidak langsung, tidak mempunyai hubungan afiliasi dan
tidak mempunyai hubungan usaha langsung maupun tidak langsung
dengan emiten atau perusahaan publik (POJK Nomor 33 Tahun 2014).
44
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 33 Tahun 2014,
mewajibkan perusahaan yang terdaftar di BEI memiliki komisaris
independen minimal 30 persen dari seluruh anggota dewan komisaris.
Menurut Putri dan Dwija (2016) perusahaan yang memiliki komisaris
independen dalam jajaran dewan komisaris membawa sinyal positif
kepada investor karena dianggap telah menerapkan tata kelola yang baik
karena sifat independen dari komisaris ini menjadi cerminan transparansi
perusahaan bagi investor.
Selain itu, keberadaan komisaris independen diharapkan dapat
meningkatkan efektifitas pengawasan dan mengupayakan meningkatkan
kualitas dari laporan keuangan (Dewi dan Nugrahanti, 2014). Adanya
pengawasan yang baik akan meminimalisir tindakan kecurangan yang
dilakukan manajemen dalam pelaporan keuangan. Dengan begitu maka
kualitas laporan keuangan juga semakin baik dan menyebabkan investor
percaya untuk menanamkan modal di perusahaan tersebut. Hal ini
mengakibatkan harga saham tinggi dan nilai perusahaan juga ikut
meningkat.
Namun penelitian yang dilakukan oleh Kristina dan Wiratmaja
(2018) menemukan bahwa komisaris independen tidak berpengaruh
terhadap nilai perusahaan. Hal ini karena sebagian besar perusahaan telah
memenuhi peraturan atau regulasi yang telah ditetapkan karena
keterpaksaan disebabkan peraturan tersebut bersifat wajib (mandatory).
H2 : Komisaris independen berpengaruh terhadap nilai perusahaan
45
3. Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan
Suatu perusahaan dikatakan mempunyai nilai yang baik jika
kinerja perusahaannya juga baik. Nilai perusahaan dapat tercermin dari
harga sahamnya. Semakin tinggi harga saham maka akan memberikan
dampak positif bagi nilai perusahaan yang akan memakmurkan pemegang
saham. Harga saham perusahaan dipengaruhi oleh kinerja perusahaan.
Semakin baik kinerja perusahaan, maka akan meningkatkan harga saham.
Kinerja suatu perusahaan dapat dilihat di laporan keuangan yang menjadi
dasar penilaian.
Laporan keuangan memberikan informasi tentang prestasi dan
kinerja perusahaan selama satu periode yang dapat dijadikan sebagai alat
pengambilan keputusan terutama bagi investor. Dengan melihat kinerja
keuangan, investor dapat mengambil keputusan apakah akan berinvestasi
atau tidak dan juga dapat melihat seberapa besar perusahaan menghasilkan
return atas investasi yang akan mereka ditanamkan (Heder dan Priyadi,
2017). Semakin baik kinerja keuangan perusahaan maka semakin tinggi
pula return yang akan di dapatkan oleh investor. Dengan tingginya return
yang akan didapatkan maka akan memotivasi investor untuk menanamkan
modalnya pada perusahaan sehingga harga saham akan meningkat
menyebabkan nilai perusahaan meningkat.
Pertiwi dan Pratama (2012) menyatakan bahwa Pengukuran kinerja
yang dilakukan setiap periode waktu tertentu sangat bermanfaat untuk
menilai kemajuan yang telah dicapai perusahaan dan menghasilkan
46
informasi yang sangat bermanfaat untuk pengambilan keputusan
manajemen serta mampu menciptakan nilai perusahaan itu sendiri kepada
para stakeholder.
Begitupula dengan Rachmansyah dan Idayati (2017) yang
menyatakan bahwa kinerja keuangan merupakan hasil dari banyak
keputusan yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen dimana
keputusan-keputusan tersebut dapat berdampak langsung terhadap nilai
perusahaan, apabila tujuan-tujuan manajemen dapat dicapai secara efektif
dan efisien maka tingkat kepercayaan investor akan meningkat pula yang
kemudian dapat meningkatkan nilai perusahaan tersebut.
Penelitian terkait kinerja keuangan juga dilakukan oleh Putri dan
Suwitho (2015), Heder dan Priyadi (2017) menemukan bahwa kinerja
keuangan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan, atau dengan kata lain semakin besar kinerja keuangan maka
semakin meningkatkan nilai perusahaan.
H3 : Kinerja Keuangan berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan
4. Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan dapat dipengaruhi oleh struktur kepemilikan.
Dimana struktur kepemilikan tersebut adalah kepemilikan institusional dan
kepemilikan manajerial. Kepemilikan institusional merupakan proporsi
kepemilikan saham oleh institusional seperti perusahaan asuransi, bank,
perusahaan investasi, dan kepemilikan institusi lain (Tarjo, 2008).
Kepemilikan institusional tersebut umumnya bertindak sebagai pihak
47
pengawas perusahaan. Pengawasan yang tinggi maka akan meminimalisasi
tingkat penyelewengan-penyelewengan yang terjadi pada pihak
manajemen yang memungkinkan dapat menurunkan nilai perusahaan
(Susanti dan Mildawati, 2014). Semakin tinggi kepemilikan institusional
maka akan mengurangi perilaku opportunistic manajer yang dapat
mengurangi agency cost yang diharapkan akan meningkatkan nilai
perusahaan (Wahyudi dan Pawestri, 2006).
Struktur kepemilikan lain yang juga mempengaruhi nilai perusahaan
adalah kepemilikan manajerial. Kepemilikan manajerial adalah proporsi
kepemilikan saham oleh pihak manajemen yang secara aktif dalam
pengambilan keputusan perusahaan (Kaluti dan Purwanto, 2014). Dengan
kepemilikan saham oleh manajerial, diharapkan manajer akan bertindak
sesuai dengan keinginan para prinsipal karena manajer akan termotivasi
untuk meningkatkan kinerja dan nantinya dapat meningkatkan nilai
perusahaan (Siallagan dan Machfoedz, 2006).
Kepemilikan manajemen tidak hanya terhadap nilai perusahaan,
tetapi juga berhubungan dengan saham. Maka dengan adanya kepemilikan
manajemen terhadap saham perusahaan dapat dipandang baik dalam
menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara manajemen dan
pemegang saham, sehingga permasalahan yang timbul antara agen dan
prinsipal diasumsikan akan hilang apabila seseorang manajer juga
sekaligus sebagai pemegang saham (Susanti dan Mildawati, 2014).
48
Penelitian terkait struktur kepemilikan yang dilakukan oleh Sholekah
dan Venusita (2014) dan Susanti dan Mildawati (2014) menemukan bahwa
Kepemilikan Manajerial berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan dan
penelitian terkait struktur kepemilikan yang dilakukan oleh Kaluti dan
Purwanto (2014) dan Wida dan Suartana (2014) menemukan bahwa
Kepemilikan Institusional berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
H4a : Struktur Kepemilikan yang di proksikan Kepemilikan Institusional
berpengaruh terhadap nilai perusahaan
H4b : Struktur Kepemilikan yang di proksikan Kepemilikan Manajerial
berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
5. Pengaruh Kebijakan Hutang terhadap Nilai Perusahaan
Kebijakan hutang merupakan kebijakan yang diambil oleh
manajemen untuk mendanai kegiatan operasional perusahaan yang berasal
dari pihak eksternal yaitu kreditur. Dari kebijakan hutang ini mewajibkan
perusahaan untuk membayar hutangnya kepada pihak lain pada jangka
waktu tertentu. Oleh karena itu manajer harus melakukan perencanaan
yang baik dalam mencari sumber pendanaan, sehingga dengan melakukan
pencarian dana dari luar tersebut akan mampu memaksimalkan pemegang
saham sebagai tujuan akhir perusahaan.
Menurut Irvaniawati dan Utiyati (2014) sebagian perusahaan
menganggap bahwa penggunaan hutang dirasa lebih aman dari pada
menerbitkan saham baru. Dengan demikian semakin tinggi kebijakan
hutang yang dilakukan, maka semakin tinggi nilai perusahaan. Sejalan
49
dengan Ali dan Miftahurrohman (2014) menemukan bahwa kebijakan
hutang berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Selain itu, peningkatan
utang akan menurunkan besarnya konflik antara pemegang saham dengan
manajemen, disamping itu akan menurunkan excess cash flow yang ada
dalam perusahaan sehingga menurunkan kemungkinan pemborosan yang
dilakukan oleh manajemen (Jensen dan Mecling, 1976 dalam Nasser
2008).
Begitu pula dengan Martikasari (2013) dalam Agnova dan Muid
(2015) mengemukakan bahwa kebijakan hutang perlu dikelola dengan baik
karena penggunaan hutang yang tinggi akan meningkatkan nilai
perusahaan karena penggunaan hutang dapat menghemat pajak. Namun
penggunaan hutang yang tinggi juga dapat menurunkan nilai perusahaan
karena adanya kemungkinan timbulnya biaya kepailitan dan biaya
keagenan.
H5 : Kebijakan hutang berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan
50
D. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam
gambar 2.1 sebagai berikut:
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran
“PENGARUH GENDER DIVERSITY, KOMISARIS INDEPENDEN
KINERJA KEUANGAN, STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN
KEBIJAKAN HUTANG TERHADAP NILAI PERUSAHAAN”
Perusahaan sektor Property, Real Estate dan Constructions Building
yang terdaftar di BEI
Basis Teori: Teori Agensi dan Teori Sinyal
Metode Analisis : Regresi Berganda
Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan dan Saran
Struktur Kepemilikan:
1. Kepemilikan Manajerial
2. Kepemiilikan
Institusional
Gender Diversity
Komisaris Independen
Kinerja Keuangan
Kebijakan Hutang
Nilai Perusahaan
Banyak faktor untuk meningkatkan Nilai Perusahaan
51
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, yaitu penelitian yang
mengungkap besar atau kecilnya suatu pengaruh atau hubungan antar variabel
yang dinyatakan dalam angka-angka, dengan cara mengumpulkan data yang
merupakan faktor pendukung terhadap pengaruh variabel-variabel yang
bersangkutan kemudian menganalisis dengan menggunakan alat analisis yang
sesuai dengan variabel-variabel dalam penelitian.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh gender diversity,
komisaris independen, kinerja keuangan, struktur kepemilikan dan kebijakan
hutang terhadap nilai perusahaan sebagai variabel dependen. Populasi untuk
penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data yang bersumber dari laporan
keuangan dan laporan tahunan 2014 dan 2016 melalui situs resmi Bursa Efek
Indonesia pada alamat website www.idx.co.id dan www.sahamok.co.id.
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah perusahaan Sektor
Property, Real Estate, dan Building Construction yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2014-2016. Metode pemilihan sampel yang digunakan
adalah metode purposive sampling yaitu pemilihan sampel dengan tujuan
52
tertentu sesuai dengan kriteria-kriteria yang diinginkan peneliti. Adapun
kriteria-kriteria tersebut yaitu:
a. Sampel merupakan perusahaan Sektor Property, Real Estate, dan Building
Construction yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
b. Menyediakan laporan tahunan lengkap selama periode 2014-2016.
c. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan per 31 Desember.
d. Mempunyai laporan keuangan lengkap sesuai dengan data yang diperlukan
dalam variabel peneliti.
C. Operasionalisasi Variabel
1. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah board diversity,
kinerja keuangan, struktural kepemilikan dan kebijakan hutang
a. Gender Diversity (WOMEN)
Keberagaman gender merupakan keberagaman jenis kelamin di
dalam perusahaan, dimana gender yang dimaksud adalah gender
laki-laki dan wannita. Namun yang dimaksudkan dalam penelitian
ini keberagaman gender, dengan melihat dengan adanya gender
wanita dalam jajaran direksi ataupun komisaris. Keberadaan wanita
dalam perusahaan dipercaya dapat memberikan reaksi positif
kepada investor terhadap perusahaan karena memiliki keterwakilan
wanita dalam jajaran dewan perusahaanya. Keberagaman gender
dihitung dengan variabel dummy, nilai 1 jika perusahaan tersebut
53
terdapat direksi ataupun komisaris wanita maka akan diberikan
skor dummy=1 dan nilai 0 untuk perusahaan yang tidak memiliki
direksi ataupun komisaris wanita dalam perusahaan maka akan
diberikan skor dummy=0. Perhitungan gender diversity seperti
penelitian yang dilakukan oleh Kristina dan Wiratmaja (2018).
b. Komisaris Independen (OUT)
Komisaris independen merupakan anggota komisaris yang berasal
dari luar emiten atau perusahaan publik, tidak mempunyai saham
baik langsung maupun tidak langsung, tidak mempunyai hubungan
afiliasi dan tidak mempunyai hubungan usaha langsung maupun
tidak langsung dengan emiten atau perusahaan publik. Dengan
adanya komisaris independen diharapkan mampu menjalankan
fungsi monitoring untuk mengawasi kebijakan serta kegiatan yang
dilakukan oleh manajemen agar tidak melakukan tindakan diluar
kepentingan perusahaan. Komisaris independen diukur
menggunakan persentase komisaris independen dengan seluruh
anggota dewan komisaris (Dewi dan Nugrahanti, 2014).
OUT = Jumlah komisaris independen x 100%
Jumlah komisaris
54
c. Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan merupakan hal penting yang harus dicapai oleh
setiap perusahaan dimanapun, karena kinerja keuangan merupakan
cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan
mengalokasikan sumber dayanya. Kinerja keuangan dalam
penelitian ini diukur dengan return on assets (ROA). ROA
digunakan untuk mengetahui efektifitas dan efisiensi suatu
perusahaan dalam mengelola seluruh kekayaannya dalam
menghasilkan laba. Untuk memperoleh nilai ROA, dihitung
dengan rumus yang dilakukan oleh Herder dan Prayudi (2014)
.
d. Struktur Kepemilikan
Berikut ini merupakan berbagai variabel yang digunakan untuk
menjelaskan masing-masing variabel struktur kepemilikan
yang digunakan dalam penelitian ini:
1) Kepemilikan Institusional(KI)
Kepemilikan institusional merupakan proporsi kepemilikan
saham oleh investor institusi. Kepemilikan saham yang
dimiliki oleh investor institusional seperti perusahaan asuransi,
bank, perusahaan investasi, dan kepemilikan institusi lain.
Investor institusional diyakini mampu menjadi alat monitoring
ROA = Laba bersih setelah pajak x 100%
Total Aset
55
yang efektif bagi manajemen sehingga manajemen dapat
meningkatkan kinerjanya dan berusaha untuk
memaksimumkan keuntungan guna meningkatkan nilai
perusahaan. Dalam penelitian ini kepemilikan institusional
diberi simbol KI dan diukur dengan membagi jumlah
kepemilikan saham yang dimiliki oleh pemilik institusi dengan
jumlah saham beredar (Wida dan Suartana, 2014). Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kaluti dan
Purwanto (2014).
2) Kepemilikan Manajerial (KM)
Kepemilikan manajerial adalah proporsi kepemilikan saham
oleh pihak manajemen yang secara aktif dalam pengambilan
keputusan perusahaan. Kepemilikan manajerial yang dimiliki
oleh pihak manajemen seperti dewan komisaris, dewan direksi,
dan manajemen yang tercantum dalam daftar pemegang
saham. Dengan adanya kepemilikan saham oleh manajerial,
diharapkan manajer akan bertindak sesuai dengan keinginan
para principal karena manajer akan termotivasi untuk
meningkatkan kinerja dan nantinya dapat meningkatkan nilai
perusahaan. Dalam penelitian ini kepemilikan manajerial
KI = Jumlah saham institusional x 100%
Jumlah saham beredar
56
disimbolkan dengan KM dan diukur dengan membagi jumlah
saham yang dimiliki manajer dengan jumlah saham yang
beredar (Wida dan Suartana, 2014). Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Kaluti dan Purwanto ( 2014).
e. Kebijakan Hutang
Kebijakan hutang merupakan kebijakan yang dilakukan perusahaan
untuk mendanai operasinya dengan menggunakan hutang
keuangan. Kebijakan hutang termasuk kebijakan pendanaan
perusahaan yang bersumber dari pihak eksternal. Dengan adanya
kebijakan hutang diyakini lebih aman dibanding menerbitkan
saham baru, hal tersebut karena dengan dipilihnya hutang tidak
merubah jumlah kepemilikan perusahaan seperti yang dilakukan
apabila perusahaan lebih memilih membuat saham baru. Kebijakan
hutang dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan debt to
equity ratio (DER). Dimana total hutang dibagi dengan total
ekuitasnya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Irvaniawati dan Utiyati (2014).
KM = Jumlah saham manajerial x 100%
Jumlah saham beredar
DER = Total Hutang
Total Ekuitas
57
2. Variabel Dependen
Variabel dependen pada penelitian ini adalah nilai perusahaan. Nilai
perusahaan diukur dengan menggunakan rasio Tobin’s Q, karena rasio
tersebut mencakup perhitungan keseluruhan laporan keuangan, seperti
aset, hutang, modal perusahaan. Perusahaan yang menunjukkan Tobin’s
Q lebih besar berarti perusahaan memiliki prospek baik dan
memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya dengan sangat baik. Rasio
Tobin’s Q yang digunakan dalam penelitian ini sejalan dengan penelitian
Sholekah dan Venusita (2014), Susanti dan Mildawati (2014), Putri dan
Suwitho (2015), Heder dan Priyadi (2017), yang dihitung dengan rumus :
EMV = P x Qshares
Dimana :
EMV : Equity Market Value (Nilai pasar dari jumlah lembar saham
beredar)
EBV :Equity Book Value (Nilai buku dari total ekuitas perusahaan)
D : Debt (Nilai buku dari total kewajiban perusahaan)
P : Price (Harga saham penutupan akhir tahun)
Qshares : Jumlah saham beredar akhir tahun
TOBIN’S Q = EMV + D
EBV + D
58
Tabel 3. 1
Operasionalisasi Variabel
No. Variabel Pengukuran Skala
1. Gender Diversity
Kristina dan
Wiratmaja (2018)
Gender Diversity dihitung dengan variabel
dummy, nilai 1 jika perusahaan tersebut terdapat
direksi ataupun komisaris wanita maka akan
diberikan skor dummy=1 dan nilai 0 untuk
perusahaan yang tidak memiliki direksi ataupun
komisaris wanita dalam perusahaan maka akan
diberikan skor dummy=0
Dummy
2. Dewan Komisaris
Independen
Dewi dan
Nugrahanti
(2018)
OUT = Jumlah komisaris independen x 100%
Jumlah komisaris
Rasio
3. Kinerja Keuangan
Heder dan Priyadi
(2017)
ROA = Laba bersih setelah pajak x 100%
Total Aset
Rasio
4. Kepemilikan
Institusional
(Wida dan
Suartana, 2014).
KI = Jumlah saham institusional x 100%
Jumlah saham beredar
Rasio
5. Kepemilikan
Manajerial
(Wida dan
Suartana, 2014).
KM = Jumlah saham manajerial x 100%
Jumlah saham beredar
Rasio
6. Kebijakan Hutang
Irvaniawati dan
Utiyati (2014).
DER = Total Hutang
Total Ekuitas
Rasio
7. Nilai Perusahaan
Heder dan Priyadi
(2017)
TOBIN’S Q = EMV + D
EBV + D
Rasio
D. Metode Analisis Data
Penelitian ini mengasumsikan hubungan langsung antara adalah
gender diversity, komisaris independen, kinerja keuangan, struktur
kepemilikan dan kebijakan hutang sebagai variable independen dan nilai
perusahaaan sebagai variabel dependen. Metode analisis yang digunakan
penelitian ini dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif. Analisis
59
kuantitatif dilakukan dengan cara mengkuantifikasi data-data penelitian
sehingga menghasilkan informasi yang dibutuhkan dalam analisis. Penelitian
ini menggunakan dua teknik analisis data, yaitu analisis statistik deskriptif
dan analisis regresi. Teknik analisis yang dilakukan dengan bantuan software
IBM SPSS versi 24.
1. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi
suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (kemencengan
distribusi) (Ghozali, 2016).
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan untuk menguji apakah dalam
model regresi variabel pengganggu atau residual berdistribusi normal
atau tidak (Ghozali, 2016). Data penelitian yang baik adalah data yang
memiliki distribusi nilai residual normal atau mendekati normal.
Data dikatakan terdistribusi normal atau tidak dapat dilihat
dengan menganalisis grafik normal plot, jika data menyebar disekitar
garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka data
terdistribusi normal, sebaliknya jika data menyebar jauh dari diagonal
dan tidak mengikuti arah garis diagonal mana model regresi tidak
memenuhi asumsi uji normalitas. Uji normalitas juga dapat dilihat
melalui analisis pola lonceng atas grafik histogram. Selain
60
menganalisis grafik normal plot dan grafik histogram, uji normalitas
juga dapat dilihat melalui tabel hasil uji statistik non-parametrik
Kolmogorov Smirnov, pengujian ini dilakukan dengan melihat
perbandingan probabilitas (p-value) yang diperoleh dengan tingkat
signifikasi sebesar 5%. Jika nilai sig dari probabilitas yang diperoleh
lebih besar dari 5% atau 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa residual
data menyebar normal, dan jika nilai sig lebih kecil dari 5% atau 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa residual data tidak menyebar normal.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk melihat apakah model
regresi ditemukan adanya hubungan antar variabel independen. Model
regresi yang baik adalah model yang tidak terdapat hubungan atau
terdapat hubungan rendah antar variabel independennya (Ghozali,
2016). Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dalam model
regresi dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor
(VIF). Seperti yang dijelaskan oleh Ghozali (2016) sebagai berikut:
1) Jika nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10, maka dapat
disimpulkan tidak ada multikolinearitas antar variable independen
dalam model regresi.
2) Jika nilai tolerance < 0,1 dan nilai VIF >10, maka dapat
disimpulkan ada multikolinearitas antar variabel independen
dalam model regresi.
61
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam
suatu model regresi linier terdapat korelasi antara pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (Ghozali,
2016). Pengujian dilakukan dengan uji statistik non-parametrik Runs
Test, yang bertujuan untuk menguji apakah antar residual terdapat
korelasi yang tinggi. Jika antar residual tidak terdapat hubungan
korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau random.
Ketentuan dari pengujian ini adalah jika p value ≤ 0,05 (signifikan
pada 0,05) berarti residual tidak random atau terdapat hubungan
korelasi antar residual. Jika p value ≥ 0,05 berarti residual random
atau tidak terdapat hubungan korelasi antar residual.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas atau tidak
terjadi heteroskedastisitas. Jika varians berbeda maka disebut
heteroskedastisitas (Ghozali, 2016). Model regresi yang baik adalah
yang homoskedastisitas dan tidak heteroskedastisitas. Untuk
mendeteksi heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada
atau tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. Jika ada pola
62
tertentu, seperti titik-titik membentuk pola tertentu yang teratur maka
terjadi heteroskedastisitas.
3. Uji Hipotesis
a. Uji Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi adalah pengujian untuk melihat
seberapa besar kemampuan semua variabel independen dalam
menjelaskan varians dari variabel dependennya. Untuk model regresi
dengan dua atau lebih variabel dependen, koefisien determinasi
ditunjukan oleh nilai adjusted R square (adj R2), seperti yang
digunakan dalam penelitian ini.
b. Uji Signifikansi Parameter Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F digunakan untuk menunjukkan apakah semua
variable independen atau bebas yang dimasukkan dalam model
memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
Pada pengujian ini kriteria yang digunakan adalah dengan melihat
probability value (sig), apabila nilai signifikansi > 0,05 maka Ha di
tolak, sedangkan apabila nilai signifikansi < 0,05 maka Ha diterima
(Ghozali, 2016).
c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji nilai-t bertujuan untuk menguji pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen di dalam penelitian. Selain itu
untuk menguji pengaruh tersebut, uji nilai-t juga digunakan untuk
menunjukan arah pengaruh masing-masing variabel yang dilihat dari
63
tanda koefisien regresi masing-masing variabel independen. Kriteria
untuk uji statistik t dengan melihat probability value (sig)-t, maka:
a) Jika p value < 0,05 maka Ha diterima, artinya bahwa variable
independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen.
b) Jika p value > 0,05 Ha ditolak, artinya variabel independen
secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap variable
dependen.
Model penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y = α0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4a + β5X4b + β6X5+ ε
Keterangan:
Y : Nilai Perusahaan
α : konstanta
β : koefisien regresi
ε : error
X1 : Gender Diversity
X2 : Komisaris Independen
X3 : Kinerja Keuangan
X4a : Struktur Kepemilikan di proksikan Kepemilikan Institusional
X4b : Struktur Kepemilikan di proksikan Kepemilikan Manajerial
X5 : Kebijakan Hutang
64
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahan-
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sedangkan
sampelnya berupa perusahaan yang bergerak di sektor property, real estate dan
building construction selama tahun 2014-2016. Sampel perusahaan yang
berhasil diperoleh dalam penelitian ini sebanyak 41 perusahaan sektor
property, real estate dan building construction dengan total data 123 laporan
keuangan perusahaan. Sampel yang digunakan dalam penelitian dipilih
menggunakan metode purposive sampling, yaitu penentuan sampel
berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Berdasarkan kriteria sampel yang telah
ditetapkan didapatkan total 45 perusahaan yang memenuhi kriteria sampel,
namun hanya 41 perusahaan saja yang dapat diolah. Data yang digunakan
adalah data sekunder yang berasal dari laporan keuangan dan laporan tahunan
2014 dan 2016 melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia pada alamat website
www.idx.co.id dan www.sahamok.co.id.
Berikut ini adalah perincian perolehan sampel kriteria-kriteria yang
telah ditetapkan dan ditampilkan dalam tabel 4.1.
65
Tabel 4. 1
Kriteria Penentuan Sampel
Sumber: data sekunder yang diolah (2018)
Berdasarkan data dalam tabel 4.1 terlihat bahwa jumlah perusahaan
property, real estate dan building contruction yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) selama periode 2014 – 2016 berjumlah 64 perusahaan.
Diketahui bahwa terdapat 19 perusahaan yang termasuk dari sampel adalah
perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan dan laporan tahunan
berturut-turut dalam periode 2014 – 2016. Setelah dilakukan pengolahan data
terdapat 4 perusahaan yang teridentifikasi sebagai outlier. Sehingga perusahaan
yang digunakan sebagai sampel penelitian hanya sebanyak 41 perusahaan
pertahunnya. Total data yang digunakan dalam sampel penelitian ini adalah
sebanyak 123 perusahaan.
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,
No. Kriteria Jumlah
Perusahaan
1 Perusahaan property, real estate dan building
construction yang terdaftar di BEI pada tahun 2014-
2016
64
2 Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan
dan laporan tahunan per 31 Desember selama periode
pengamatan 2014-2016
(19)
3 Perusahaan yang teridentifikasi sebagai outlier (4)
4 Total perusahaan yang akan dianalisis 41
5 Total keseluruhan sampel selama 3 tahun 123
66
minimum, sum, range, kurtosis dan skewness. Penelitian ini menggunakan
analisis statistik deskriptif yang meliputi nilai rata-rata (mean), maksimum,
minimum dan standar deviasi dari masing-masing variabel penelitian.
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi gender
diversity, komisaris independen, kinerja keuangan, struktur kepemilikan,
kebijakan hutang sebagai variabel independen dan nilai perusahaan
sebagai variabel dependen. Variabel-variabel tersebut akan diuji secara
statistik deskriptif dengan menggunakan program SPSS versi 24. Hasil
statistik deskriptif dari masing- masing variabel penelitian ini akan
dijelaskan sebagai berikut.
Tabel 4. 2
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
WOMEN 123 0 1 ,72 ,449
OUT 123 25,00 83,33 40,1972 9,24934
ROA 123 -24,88 19,59 4,9397 5,36556
KI 123 17,74 99,77 69,0251 21,92807
KM 123 ,0000 50,5300 1,844977 7,9020509
DER 123 ,0347 5,1131 ,973147 ,8423497
NP 123 ,1228 2,7261 1,156346 ,5196994
Valid N
(listwise)
123
Sumber: Output SPSS 24 yang diolah
Berdasarkan tabel hasil statistik deskriptif diperoleh data sebanyak
123 data observasi yang berasal dari perkalian periode 3 tahun penelitian
dari 2014 – 2016 dengan jumlah sampel sebanyak 41 perusahaan dengan
total data sebanyak 123 data. Tabel 4.2 menggambarkan statistik deskriptif
untuk variabel dependen (gender diversity, komisaris independen, kinerja
67
keuangan,struktur kepemilikan, kebijakan hutang) dan variabel independen
(nilai perusahaan) yang dapat dijelaskan bahwa:
a. Variabel gender diversity (WOMEN) memiliki nilai minimum 0 dan
nilai maksimum sebesar 1. Meannya adalah 0,72 dan standard
deviasinya 0,449.
b. Variabel komisaris independen (OUT) memiliki nilai terendah sebesar
25.00 dimiliki oleh ACST tahun 2015 dan nilai tertinggi sebesar 83,33
dimiliki oleh LPKR tahun 2016. Nilai rata-ratanya adalah 40,1972 dan
standard deviasinya 9,24934.
c. Variabel kinerja keuangan (ROA) memiliki nilai terendah sebesar -
24,88 dimiliki oleh DGIK tahun 2016 dan nilai tertinggi sebesar 19,59
dimiliki oleh LPCK tahun 2014. Nilai rata-ratanya adalah 4,9397
dan standard deviasinya 5,36556.
d. Variabel struktur kepemilikan dengan proksi kepemilikan institusional
(KI) memiliki nilai terendah sebesar 17,74 dimiliki oleh RBMS tahun
2016 dan nilai tertinggi sebesar 99,77 dimiliki oleh DUTI tahun 2016.
Nilai rata-ratanya adalah 69,0251 dan standard deviasinya 21,92807.
e. Variabel struktur kepemilikan dengan proksi kepemilikan manajerial
(KM) memiliki nilai terendah sebesar 0 dimiliki oleh ASRI, BIPP,
BKSL, BSDE, COWL, DART, DUTI, GAMA, GMTD, JRPT, LPCK,
LPKR, MDLN, MTSM, NIRO, OMRE, PTPP, RODA, SCBD,
SMDM, SSIA dan nilai tertinggi sebesar 50,5300 dimiliki oleh RBMS
TAHUN 2015 DAN 2016. Nilai rata-ratanya adalah 1,844977 dan
68
standard deviasinya 7,9020509.
f. Variabel kebijakan hutang (DER) memiliki nilai terendah sebesar -
0,0347 dimiliki oleh RBMS tahun 2016 dan nilai tertinggi sebesar
5,1131 dimiliki oleh PTPP tahun 2014. Nilai rata-ratanya adalah
0,973147 dan standard deviasinya 0,8423497.
g. Variabel nilai perusahaan (NP) memiliki nilai terendah sebesar -
0,1228 dimiliki oleh OMRE tahun 2016 dan nilai tertinggi sebesar
2,7261 dimiliki oleh RODA 2015. Nilai rata-ratanya adalah 1,156346
dan standard deviasinya 0,5196994.
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data
terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan analisis grafik dan uji statistik.
Analisis grafik yang digunakan yaitu grafik histogram dan normal
probability plot. Sedangkan uji statistik yang digunakan yaitu uji
statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Berikut hasil dari
masing-masing pengujian dan penjelasannya.
69
Gambar 4. 1
Hasil Uji Normalitas Dengan Histogram
Sumber: Output SPSS 24 yang diolah
Tampilan histogram pada Gambar 4.1 di atas menunjukkan pola
lonceng yang berarti bahwa grafik tersebut memberikan pola lonceng
yang terdistribusi normal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data
yang digunakan dalam penelitian ini memiliki data yang terdistribusi
normal dan dapat digunakan untuk pengujian selanjutnya. Untuk
mendukung hasil analisis grafik histogram di atas, maka dilakukan
analisis terhadap grafik normal probability plot seperti pada gambar
4.2 berikut:
70
Gambar 4. 2
Hasil Uji Normalitas Dengan Grafik Normal Plot
Sumber: Output SPSS 24 yang diolah
Tampilan grafik normal probability pada Gambar 4.2 di atas
menunjukkan bahwa titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal dan
memiliki arah garis diagonal. Pola penyebaran tersebut menunjukkan
bahwa data terdistribusi dengan normal, sehingga dapat disimpulkan
bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas dan layak
digunakan untuk pengujian selanjutnya. Selain analisis grafik, untuk
menguji normalitas pada penelitian ini digunakan uji statistik
nonparametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan hasil seperti pada
Tabel 4.3 berikut:
71
Tabel 4. 3
Hasil Uji Normalitas Dengan Kolmogorof-Smirnov (K-S)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 123
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std. Deviation ,38600047
Most Extreme Differences Absolute ,066
Positive ,066
Negative -,044
Test Statistic ,066
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Sumber: Output SPSS 24 yang diolah
Tabel Kolmogorov-Smirnov di atas menunjukkan nilai Asymp.
Sig (2-Tailed) sebesar 0,200. Nilai tersebut lebih besar dari tingkat
signifikansi 5% atau 0,05. Dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi
normal dan sesuai dengan hasil analisis grafik.
b. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis nilai tolerance dan variance factor (VIF). Nilai yang
digunakan untuk menunjukkan adanya multikolinearitas dalam
penelitian ini adalah Tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF 10.
Hasil analisis nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF)
disajikan dalam Tabel 4.4 berikut ini:
72
Tabel 4. 4
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
WOMEN ,954 1,048
OUT ,942 1,061
ROA ,960 1,041
KI ,818 1,222
KM ,827 1,209
DER ,921 1,086
a. Dependent Variable: NP
Sumber: Output SPSS 24 yang diolah
Hasil perhitungan nilai tolerance pada tabel 4.4 di atas
menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai
tolerance kurang dari 0,10. Sehingga tidak ada korelasi antar variabel
independen. Hasil perhitungan nilai variance inflation factor (VIF)
juga menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai
VIF lebih dari 10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel
independen. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas
antar variabel independen dalam model regresi.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah dalam model
regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1. Pada
penelitian ini uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan Runs
Test. Hasil uji autokorelasi dengan Runs Test disajikan dalam Tabel
4.5 berikut ini:
73
Tabel 4. 5
Hasil Uji Autokorelasi Dengan Runs Test
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea -,02321
Cases < Test Value 61
Cases >= Test Value 62
Total Cases 123
Number of Runs 54
Z -1,539
Asymp. Sig. (2-tailed) ,124
a. Median
Sumber: Output SPSS 24 yang diolah
Hasil Runs Test seperti pada Tabel 4.5 menunjukkan nilai test
sebesar -0,02321 dan Asymp.Sig (2-Tailed) sebesar 0,124. Nilai
Asymp.Sig (2-Tailed) sebesar 0,124 di atas nilai signifikansi yaitu 0,05
berarti bahwa residual random (acak) atau tidak terjadi autokorelasi
antar nilai residual.
d. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas digunakan untuk menguji apakah nilai
dalam model regresi terdapat ketidaksamaan variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Pada penelitian ini uji
heteroskedastisitas dilakukan dengan cara melihat Grafik Plot. Hasil
uji heterokedastisitas dengan Scatterplot disajikan dalam Gambar 4.3
berikut ini:
74
Gambar 4. 3
Hasil Uji Heteroskedasitas Dengan Scatterplot
Sumber: Output SPSS 24 yang diolah
Dari grafik scatterplot pada Gambar 4.3 di atas terlihat bahwa
titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di
bawah angka 0 pada sumbu Y. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga
model regresi layak untuk memprediksi variabel dependen
berdasarkan variabel-variabel independen yang digunakan. Selain
scatterplot, uji Heterokedastisitas juga dapat dilakukan dengan Uji
White, dengan melihat membandingkan C2 hitung dengan C2 tabel.
75
Tabel 4. 6
Hasil Uji Heterokedatisitas Dengan Uji White
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjusted
R Square Std. Error of the Estimate
1 ,414a ,171 ,081 ,22456
a. Predictors: (Constant), X123456, KM_2, OUT, ROA_2, DER_2,
WOMEN_2, ROA, KI_2, DER, OUT_2, KI, KM
b. Dependent Variable: RES_2
Sumber: Output SPSS 24 yang diolah
Berdasarkan tabel model summary tersebut diatas menunjukkan
niai R2 sebesar 0,171 dengan jumlah N = 123, maka diperoleh nilai C
2
= 123 x 0,171 = 21,033 dan nilai C2 tabel dengan df = 100 dan tingkat
signifikan (α=0,05) diperoleh nilai C2 adalah 124,342. Karena nilai C
2
hitung yaitu 21,033 < C2 tabel yaitu 124,342, maka hal ini berarti tidak
terjadi heterokedastisitas.
3. Hasil Uji Hipotesis
a. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Koefisien determinasi (Adjusted R Square) dapat dilihat
pada tabel 4.7 berikut ini:
76
Tabel 4. 7
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,670a ,448 ,420 ,3958574
a. Predictors: (Constant), DER, ROA, OUT, WOMEN, KM, KI
b. Dependent Variable: NP
Sumber: Output SPSS 24 yang diolah
Hasil regresi memiliki nilai Adjusted R Square sebesar 0,420
atau 42%. Jadi dapat dikatakan bahwa 42% besarnya pengungkapan
nilai perusahaan di sektor property, real estate dan building
construction Bursa Efek Indonesia periode 2014-2016 dipengaruhi
oleh gender diversity (WOMEN), komisaris independen (OUT),
kinerja keuangan (ROA), struktur kepemilikan yang di proksikan pada
kepemilikan intistusional (KI) dan kepemilikan manajerial (KM) dan
juga kebijakan hutang (DER).
Sedangkan siasanya yaitu 58% besarnya pengungkapan nilai
perusahaan disebabkan oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti
dalam penelitian ini, seperti Corporate Social Responsibility (Susanti
dan Mildawati, 2014), firm size (Sholekah dan Venusita, 2014),
Intelectual Capital (Kristina dan Wiratmaja, 2018), kebijakan
investasi (Irvaniawati dan Utiyati, 2014), kebijakan dividen
(Nainggolan dan Listiadi, 2014).
b. Uji Signifikansi Parameter Simultan (Uji Statistik F)
Uji F bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh secara
bersama-sama antar variabel independen (gender diversity, komisaris
77
independen, kinerja keuangan struktur kepemilikan yang di proksikan
pada kepemilikan intistusional dan kepemilikan manajerial dan juga
kebijakan hutang) terhadap variabel dependen (nilai perusahaan).
Apabila nilai signifikansi < 0,05 maka Ha diterima. Nilai F dapat
dilihat dari tabel ANOVA berikut ini:
Tabel 4. 8
Hasil Uji Signifikansi Simultan
ANOVAa
Model Sum of Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 14,773 6 2,462 15,712 ,000b
Residual 18,178 116 ,157
Total 32,951 122
a. Dependent Variable: NP
b. Predictors: (Constant), DER, ROA, OUT, WOMEN, KM, KI
Sumber: Output SPSS 24 yang diolah
Pada Tabel 4.8 menunjukkan hasil uji signifikansi simultan (Uji
F) terhadap variabel independen dan variabel dependen. Tabel
tersebut menunjukkan bahwa gender diversity, komisaris independen,
kinerja keuangan struktur kepemilikan dan juga kebijakan hutang
secara simultan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini
dibuktikan dengan tingkat signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05.
c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen secara individual untuk
menjelaskan variabel dependen dengan tingkat signifikansi 5% atau
0,05. Apabila nilai probabilitas < 0,05 maka koefisien regresi
signifikan dan Ha diterima. Apabila nilai probabilitas > 0,05 maka
78
koefisien regresi tidak signifikan dan Ha ditolak. Berikut Tabel 4.9
atas hasil uji signifikansi statistik individual:
Tabel 4.9
Hasil Uji Signifikansi Individual Coefficients
a
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -,222 ,240 -,925 ,357
WOMEN ,080 ,082 ,069 ,981 ,329
OUT ,014 ,004 ,242 3,406 ,001
ROA ,043 ,007 ,442 6,277 ,000
KI ,005 ,002 ,214 2,803 ,006
KM -,005 ,005 -,080 -1,049 ,296
DER ,229 ,044 ,371 5,164 ,000
a. Dependent Variable: NP
Sumber: Output SPSS 24 yang diolah
Pada Tabel 4.9 terlihat bahwa ada 6 variabel independen yaitu
gender diversity, komisaris independen, kinerja keuangan, struktur
kepemilikan yang di proksikan pada kepemilikan intistusional dan
kepemilikan manajerial dan juga kebijakan hutang. Dari keenam
variabel independen terdapat empat variabel independen yang
berpengaruh terhadap nilai perusahaan yaitu komisaris independen,
kinerja keuangan, struktur kepemilikan yang di proksikan pada
kepemilikan intistusional dan juga kebijakan hutang. Komisaris
independen dengan nilai signifikansi 0,001, kinerja keuangan dengan
nilai signifikansi 0,000, struktur kepemilikan yang di proksikan pada
kepemilikan intistusional dengan nilai signifikansi 0,006, dan
kebijakan hutang dengan nilai signifikansi 0,000. Sedangkan variabel
gender diversity dan struktur kepemilikan yang di proksikan pada
kepemilikan menejerial tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan
79
karena nilai signifikansi yaitu 0,329 dan 0,296 yang berarti lebih besar
dari 0,05.
Berdasarkan hasil pada tabel 4.9 maka dapat disimpulkan
persamaan regresi berganda sebagai berikut:
Y = -0,222+ 0,080 X1 + 0,014X2 + 0,043X3 + 0,005X4a - 0,005X4b +
0,229X5 + e
Keterangan:
Y : Nilai Perusahaan
α : konstanta
β : koefisien regresi
ε : error
X1 : Gender Diversity
X2 : Komisaris Independen
X3 : Kinerja Keuangan
X4a : Struktur Kepemilikan di proksikan Kepemilikan Institusional
X4b : Struktur Kepemilikan di proksikan Kepemilikan Manajerial
X5 : Kebijakan Hutang
Persamaan regresi diatas memiliki makna sebagai berikut:
1) Nilai konstanta sebesar -0,222 menyatakan bahwa tanpa adanya
penambahan gender diversity, tanpa adanya komisaris
independen, tanpa adanya kinerja keuangan, tanpa adanya
struktur kepemilikan institusional dan manajerial, serta tanpa
80
adanya kebijakan hutang, maka nilai perusahaan akan turun
sebesar -0,222 pada tahun 2014-2016.
2) Nilai koefisien X1 adalah sebesar 0,080 menunjukan hasil
positif, yang berarti setiap kenaikan atau penambahan gender
diversity sebesar 1 poin maka akan meningkatkan nilai
perusahaan sebesar 0,080 kali pada periode 2014-2016 dengan
asumsi variabel lain dalam persamaan regresi tetap.
3) Nilai koefisien X2 adalah sebesar 0,014 menunjukan hasil
positif, yang berarti setiap kenaikan atau penambahan komisaris
independen sebesar 1 poin maka akan meningkatkan nilai
perusahaan sebesar 0,014 kali pada periode 2014-2016 dengan
asumsi variabel lain dalam persamaan regresi tetap.
4) Nilai koefisien X3 adalah sebesar 0,043 menunjukan hasil
positif, yang berarti setiap kenaikan atau penambahan kinerja
keuangan sebesar 1 poin maka akan meningkatkan nilai
perusahaan sebesar 0,043 kali pada periode 2014-2016 dengan
asumsi variabel lain dalam persamaan regresi tetap.
5) Nilai koefisien X4a adalah sebesar 0,005 menunjukan hasil
positif, yang berarti setiap kenaikan atau penambahan struktur
kepemilikan institusional sebesar 1 poin maka akan
meningkatkan nilai perusahaan sebesar 0,005 kali pada periode
2014-2016 dengan asumsi variabel lain dalam persamaan regresi
tetap.
81
6) Nilai koefisien X4b adalah sebesar -0,005 menunjukan hasil
negatif, yang berarti setiap kenaikan atau penambahan struktur
kepemilikan manajerial sebesar 1 poin maka akan menurunkan
nilai perusahaan sebesar -0,005 kali pada periode 2014-2016
dengan asumsi variabel lain dalam persamaan regresi tetap.
7) Nilai koefisien X5 adalah sebesar 0,229 menunjukan hasil
positif, yang berarti setiap kenaikan atau penambahan kebijakan
hutang sebesar 1 poin maka akan menaikan nilai perusahaan
sebesar 0,229 kali pada periode 2014-2016 dengan asumsi
variabel lain dalam persamaan regresi tetap.
C. Pembahasan
1. Pengaruh Gender Diversity terhadap Nilai Perusahaan
Berdasarkan tabel 4.9 hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja
keuangan memiliki nilai t 0,981 dengan tingkat signifikasi sebesar 0,329.
Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat signifikansinya di atas 0,05.
Penelitian ini juga menunjukan arah positif, nilai unstandardized
coefficient beta sebesar 0,080. Berdasarkan hasil tersebut H1 ditolak, yang
berarti Gender Diversity tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Ini berarti menunjukkan bahwa keberagaman gender tidak
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Tidak adanya pengaruh keberadaan
gender pada nilai perusahaan kemungkinan disebabkan tidak adanya
perbedaan dalam kinerja dari perspektif keberagaman gender (Kristina dan
82
Wiratmaja, 2018). Selain itu, tidak adanya pengaruh keberagaman wanita
dalam komisaris maupun direksi pada nilai perusahaan kemungkinan karena
wanita kurang menyukai risiko daripada pria, hal ini terlihat dari jumlah
keberadaan wanita dalam jajaran komisaris dan direksi yang jauh lebih
sedikit jika dibandingkan dengan dewan komisaris dan dewan direksi laki-
laki. Dari hasil sampel pada perusahaan property, real estate, dan building
construction rata-rata keberadaan wanita hanya 0,72 yang artinya hanya 30
dari 41 perusahaan yang terdapat dewan komisaris dan dewan direksi
wanita. Hal ini di perkuat oleh pernyataan Kusumastuti, dkk (2007) yang
menyatakan bahwa Indonesia menganut sistem kekerabatan patrilineal
(garis keturunan ayah) dimana bapak memegang kontrol (kendali) atas
seluruh anggota keluarga, kepemilikan barang, sumber pendapatan dan
pemegang keputusan utama. Kurangnya keberadaan wanita dalam dewan
juga dapat disebabkan karena pengaruh faktor keluarga dalam menetapkan
wanita sebagai anggota dewan, peran wanita yang memiliki peran ganda
yaitu sebagai ibu rumah tangga dan wanita karir sehingga dari peran
tersebut yang dapat menyebabkan kompetensinya dianggap tidak mampu
dalam meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Hal ini sejalan dengan
pernyataan Astuti (2017).
Selain itu menurut Gallego-Álvarez, et al. (2010) dalam Kristina dan
Wiratmaja (2018) menyatakan bahwa keragaman gender tidak serta merta
mempengaruhi peningkatan nilai perusahaan. Perusahaan dengan tingkat
keragaman gender yang lebih tinggi tidak selalu memperoleh nilai
83
perusahaan yang lebih tinggi karena keragaman gender yang muncul dalam
jajaran dewan komisaris mungkin lebih mudah dijelaskan dari perspektif
sosiologis dibandingkan perspektif ekonomi. Namun penelitian ini
bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wijaya dan Suprasto
(2015) yang menyatakan bahwa keberagaman gender berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan dikarenakan dengan adanya keberagaman gender
dapat memberikan reaksi positif kepada investor terhadap perusahaan yang
memiliki keterwakilan wanita dalam jajaran dewan perusahaanya. Semakin
bertambah keberadaan wanita dalam jajaran maka semakin tinggi nilai
perusahaan yang dinilai investor (Dewi dan Aryista Dewi, 2016).
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan signalling theory yaitu dengan
adanya gender diversity di dalam perusahaan memberikan sinyal positif atau
good news kepada investor karena perusahaan dianggap telah menerapkan
tata kelola yang baik dengan tidak diskriminasi kepada siapapun untuk
dapat masuk ke dalam jajaran dewan pada perusahaan
.
2. Pengaruh Komisaris Independen terhadap Nilai Perusahaan
Berdasarkan tabel 4.9 hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja
keuangan memiliki nilai t 3,406 dengan tingkat signifikasi sebesar 0,001.
Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat signifikansinya di bawah 0,05.
Penelitian ini juga menunjukan arah positif, nilai unstandardized coefficient
beta sebesar 0,014. Berdasarkan hasil tersebut H2 diterima, yang berarti
Komisaris Independen berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
84
Ini membuktikan bahwa dewan komisaris independen mampu
menjalankan fungsi monitoring untuk mengawasi kebijakan serta kegiatan
yang dilakukan oleh manajemen agar tidak melakukan tindakan diluar
kepentingan perusahaan. Selain itu, dengan adanya dewan komisaris
independen menandakan bahwa perusahaan telah memenuhi Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No. 33 Tahun 2014, emiten 84 yang
mewajibkan perusahaan memiliki minimal 30% komisaris independen dari
total komisaris yang ada dalam perusahaan. Hal itu juga dapat dibuktikan
pada hasil penelitian pada perusahaan property, real estate, dan building
contruction yang membuktikan bahwa hampir semua perusahaan pada
sektor tersebut sudah memenuhi peraturan dari OJK, hanya PT ACST saja
yang tidak memenuhi peraturan tersebut pada tahun 2015, namun PT ACST
telah memenuhi peraturan tersebut kembali di tahun 2016. Penelitian ini
sejalan dengan hasil yang dilakukan oleh Dewi dan Nugrahanti (2014) yang
meneliti pengaruh komisaris independen pada nilai perusahaan di
perusahaan perbankan tahun 2011-2013.
Namun, penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Kristina dan Wiratmaja (2018) yang menyatakan bahwa dewan
komisaris independen tidak berpengaruh pada nilai perusahaan walaupun
sebagian besar perusahaan telah sesuai dengan peraturan dari POJK. Hal ini
karena sebagian besar perusahaan telah memenuhi peraturan yang telah di
tetapkan karena keterpaksaan disebabkan peraturan tersebut bersifat wajib
(mandatory).
85
Hasil penelitian ini sesuai dengan signalling theory dimana dengan
perusahaan telah mengikuti peraturan dari OJK akan memberikan sinyal
positif kepada investor bahwa perusahaan tersebut telah menerapkan tata
kelola yang baik sehingga diharapkan akan memberikan kinerja yang baik
pula pada perusahaan yang secara langsung dapat meningkatkan nilai
perusahaan.
3. Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan
Berdasarkan tabel 4.9 hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja
keuangan memiliki nilai t 6,277 dengan tingkat signifikasi sebesar 0,000.
Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat signifikansinya di bawah 0,05.
Penelitian ini juga menunjukan arah positif, nilai unstandardized coefficient
beta sebesar 0,043. Berdasarkan hasil tersebut H3 diterima, yang berarti
kinerja keuangan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi kinerja keuangan
dengan return on assets maka akan semakin tinggi pula nilai perusahaan.
ROA merupakan salah satu dari profitability ratio (rasio laba). ROA
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva
yang digunakan atau diinvestasikan dalam suatu periode. Semakin tinggi
rasio ini maka semakin baik produktivitas aset dalam memperoleh
keuntungan bersih. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik
perusahaan kepada investor. Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan
perusahaan tersebut makin diminati investor, karena tingkat keuntungan
86
akan semakin besar. Kinerja perusahaan yang meningkat akan turut
meningkatkan nilai perusahaan. Sebaliknya, apabila kinerja keuangan
menurun maka nilai perusahaan juga akan ikut menurun (Putri dan Suwitho,
2015).
Begitupula dengan Rachmansyah dan Idayati (2017) yang
menyatakan bahwa kinerja keuangan merupakan hasil dari banyak
keputusan yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen dimana
keputusan-keputusan tersebut dapat berdampak langsung terhadap nilai
perusahaan, apabila tujuan-tujuan manajemen dapat dicapai secara efektif
dan efisien maka tingkat kepercayaan investor akan meningkat pula yang
kemudian dapat meningkatkan nilai perusahaan tersebut. Hal ini juga
selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Heder dan Priyadi (2017),
dan Pertiwi dan Pratama (2012).
Hasil penelitian ini sesuai dengan signalling theory yang
menyatakan bahwa informasi dalam laporan keuangan yang mencerminkan
nilai perusahaan merupakan sinyal positif yang dapat mempengaruhi opini
investor dan kreditor serta pihak-pihak lain yang berkepentingan. Jika
informasi tersebut memiliki sinyal positif bagi investor, seperti tingkat laba
(ROA) meningkat, maka perdagangan saham akan meningkat. Jika
perdagangan saham meningkat maka nilai perusahaan juga akan meningkat.
87
4. Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan
a) Pengaruh Struktur Kepemilikan yang di proksikan pada
Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan
Berdasarkan tabel 4.9 hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
struktur kepemilikan dengan proksi kepemilikan institusional (KI)
memiliki nilai t 2,803 dengan tingkat signifikasi sebesar 0,006. Hal
tersebut menunjukkan bahwa tingkat signifikansinya di bawah 0,05.
Penelitian ini juga menunjukan arah positif, nilai unstandardized
coefficient beta sebesar 0,005. Berdasarkan hasil tersebut H4a
diterima, yang berarti struktur kepemilikan dengan proksi
kepemilikan institusional (KI) berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.
Ini berarti semakin besar proporsi kepemilikan saham oleh
institusional maka akan semakin tinggi pula nilai perusahaan. Hal ini
menunjukkan bahwa investor institusional mampu menjadi alat
monitoring yang efektif bagi manajemen sehingga manajemen dapat
meningkatkan kinerjanya dan berusaha untuk memaksimumkan
keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan.
Selain itu, semakin besar kepemilikan institusional maka
semakin efisien pemanfaatan aktiva perusahaan dan diharapkan juga
dapat mengurangi perilaku opportunistic manajemen seperti
pemborosan dan manipulasi laba yang dilakukan oleh manajemen
sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan. Hal ini sejalan
88
dengan Wida dan Suartana (2014) bahwa peningkatan kepemilikan
institusional membawa dampak pada semakin kuatnya tingkat
pengendalian yang dilakukan pihak pemegang saham atas perilaku
manajer akhirnya mengarah pada berbagai upaya untuk mengurangi
tingkat kecurangan serta penyelewengan yang dilakukan oleh pihak
manajemen sebagai bentuk tindakan opportunistic nya. Hal ini juga
selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Kaluti dan Purwanto
(2014), Sukirni (2012), Wahyudi dan Pawestri (2006).
Namun penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Susanti dan Mildawati (2014) yang menyatakan
bahwa kepemilikan institusional yang tinggi belum mampu menjadi
mekanisme untuk meningkatkan nilai perusahaan, dikarenakan
kepemilikan institusional memiliki kecenderungan berpihak pada
manajemen dan mengarah pada kepentingan pribadi sehingga
mengabaikan pemegang saham minoritas. Selain itu dengan
presentase kepemilikan institusional yang kecil, menyebabkan
pengawasan pada pihak manajemen kurang optimal sehingga tidak
berpengaruh terhadap tingkat pengambilan keputusan oleh
manajemen (Sholekah dan Venusita, 2014).
Hasil penelitian ini sesuai dengan agency theory yang
menyatakan bahwa agency conflict dapat diminimalkan dengan
adanya suatu mekanisme pengawasan terhadap manajemen sehingga
89
akan mengurangi perilaku opportunistic manajemen dan diharapkan
dapat meningkatkan nilai perusahaan.
b) Pengaruh Struktur Kepemilikan yang di proksikan pada
Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai Perusahaan
Berdasarkan tabel 4.9 hasil penelitian ini juga menunjukkan
bahwa struktur kepemilikan dengan proksi kepemilikan manajerial
(KM) memiliki nilai t -1,049 dengan tingkat signifikasi sebesar
0,296. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat signifikansinya di
atas 0,05. Dengan demikian H4b ditolak, yang berarti struktur
kepemilikan dengan proksi kepemilikan manajerial tidak
berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Ini berarti jumlah kepemilikan manajerial yang besar tidak
mampu mensejajarkan kepentingan manajemen dan pemegang
saham, sehingga tujuan perusahaan dalam mencapai nilai perusahaan
yang tinggi tidak dapat tercapai. Menurut Kusumaningrum dan
Raharjo (2013) kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan dapat disebabkan oleh rendahnya proporsi
kepemilikan saham oleh pihak manajemen, sehingga kendali
manajemen dalam pengambilan keputusan perusahaan menjadi
rendah. Rendahnya kendali manajemen menyebabkan kinerja
perusahaan menurun. Kekhawatiraan tersebut dapat menyebabkan
90
menurunkan jumlah investor, sehingga nilai perusahaan juga
menurun.
Selain itu dengan banyaknya perusahaan property, real estate,
dan building construction yang memiliki kepemilikan manajerial
0,000, menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial relatif rendah
sehingga menyebabkan pihak manjemen belum merasa ikut
memiliki perusahaan seperti yang dirasakan prinsipal pada
umumnya. Sehingga para manajer lebih memilih untuk
mengedepankan kepentingan pribadi dibandingkan dengan
pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan (Wida dan
Suartana, 2014). Penelitian ini sejalan dengan Kaluti dan Purwanto
(2014), Agnova dan Muid (2015) dan Dewi dan Nugrahanti (2014).
Namun penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang
dilakukan Sholekah dan Venusita (2014) yang menyatakan bahwa
dengan adanya kepemilikan manajerial akan mensejajarkan
kepentingan manajamen dan pemegang saham, dimana akan
manajemen cenderung lebih giat untuk kepentingan pemegang
saham yang notabennya adalah dirinya sendiri. Dengan kepemilikan
manajemen yang tinggi juga mengakibatkan kinerja para manajemen
yang maksimal, sehingga kepemilikan saham yang dimiliki oleh
dewan direksi, manajemen, manajer dapat meningkatkan mekanisme
nilai perusahaan (Susanti dan Mildawati, 2014).
91
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan agency theory yang
menyatakan bahwa agency conflict dapat diminimalkan dengan
menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara manajemen
dan pemegang saham, sehingga permasalahan yang timbul antara
agen dan prinsipal diasumsikan akan hilang apabila seseorang
manajer juga sekaligus sebagai pemegang saham (meningkatkan
kepemilikan manajemen).
5. Pengaruh Kebijakan Hutang terhadap Nilai Perusahaan
Berdasarkan tabel 4.9 hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
kebijakan hutang memiliki nilai t 5,164 dengan tingkat signifikasi sebesar
0,000. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat signifikansinya di bawah
0,05. Penelitian ini juga menunjukan arah positif, nilai unstandardized
coefficient beta sebesar 0,229. Berdasarkan hasil tersebut H5 diterima,
yang berarti kebijakan hutang berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Ini berarti semakin besar hutang, maka akan semakin meningkatkan
nilai Perusahaan. Keputusan perusahaan untuk mendanai kegiatan
operasionalnya dengan hutang menandakan bahwa perusahaan telah
memiliki program yang jelas terkait kegiatannya mendatang, dari situ
akan membuat investor cukup yakin bahwa perusahaan akan
menghasilkan laba. Selain itu, dengan memiliki hutang yang tinggi juga
menandakan bahwa perusahaan telah dipercaya oleh kreditor mampu
92
menjalankan usahanya dengan baik sehingga mampu membayar
kewajibannya dimasa yang akan datang.
Menurut Irvanawati dan Utiyati (2014) perusahaan dengan tingkat
hutang yang tinggi akan dapat meningkatkan laba per lembar sahamnya
yang akhirnya akan meningkatkan harga saham perusahaan yang berarti
akan meningkatkan nilai perusahaan. Begitupula dengan Ali dan
Miftahurrohman (2014) menemukan bahwa kebijakan hutang
berpengaruh terhadap nilai perusahaan dikarenakan peningkatan utang
akan menurunkan besarnya konflik antara pemegang saham dengan
manajemen. Selain itu, Martikasari (2013) dalam Agnova dan Muid
(2015) juga mengemukakan bahwa kebijakan hutang perlu dikelola
dengan baik karena penggunaan hutang yang tinggi akan meningkatkan
nilai perusahaan karena penggunaan hutang dapat menghemat pajak.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Solichah
(2017).
Namun penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Pertiwi, dkk (2016) yang justru menemukan dengan
tingkat hutang yang rendah akan meningkatkan nilai perusahaan
dikarenakan kewajiban perusahaandalam membayar hutang kepada
kreditur berkurang sehingga profit yang dihasilkan meningkat dan nilai
perusahaan juga akan meningkat pula.
Hasil penelitian ini sesuai dengan agency theory yang menyatakan
bahwa salah satu alternatif untuk mengurangi agency cost adalah dengan
93
meningkatkan pendanaan dengan hutang. Karena dengan meningkatnya
hutang akan mengurangi pemborosan yang dilakukan manajemen,
manajemen akan lebih fokus untuk meningkatkan laba agar dapat
melunasi hutangnya. Selain itu, dengan adanya hutang juga menciptakan
pengawas baru untuk mengawasi manajemen yaitu pihak kreditur
sehingga diharapkan akan mengurangi agency cost dan nilai perusahaan
akan meningkat.
94
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gender diversity,
komisaris independen, kinerja keuangan, struktur kepemilikan dan kebijakan
hutang terhadap nilai perusahaan. Populasi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
dengan sampelnya berupa perusahaan yang bergerak di sektor property, real
estate dan building construction selama tahun 2014-2016. Sampel penelitian
dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling sehingga diperoleh 41
perusahaan yang memenuhi kriteria, dengan total sampel sebesar 123 data.
Teknik analisis yang digunakan adalah regresi berganda. Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan
yaitu:
1. Variabel gender diversity (WOMEN) tidak berpengaruh terhadap nilai
perusahaan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Kristina dan Wiratmaja (2018) dan Astuti (2017).
2. Variabel komisaris independen (OUT) berpengaruh terhadap nilai
perusahaan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Dewi dan Nugrahanti (2014)
3. Variabel kinerja keuangan (ROA) berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Heder
95
dan Priyadi (2017), Putri dan Suwitho (2015) dan Pertiwi dan Pratama
(2012).
4. Variabel struktur kepemilikan dengan proksi kepemilikan institusional
(KI) berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Kaluti dan Purwanto (2014),
Sukirni (2012), Wahyudi dan Pawestri (2006) dan Wida dan Suartana
(2014).
5. Variabel struktur kepemilikan dengan proksi kepemilikan manajerial (KM)
tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Wardani dan Hermuningsih (2011),
Kaluti dan Purwanto (2014), Agnova dan Muid (2015), Kusumaningrum
dan Raharjo (2013) dan Dewi dan Nugrahanti (2014).
6. Variabel kebijakan hutang (DER) berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Irvaniawati dan Utiyati (2014), Ali dan Miftahurrohman (2014), Agnova
dan Muid (2015), dan Solichah (2017).
B. Implikasi
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
dalam pengembangan ilmu akuntansi mengenai gender diversity, komisaris
independen, kinerja keuangan, struktur kepemilikan dan kebijakan hutang
terhadap nilai perusahaan. Penulis mengharapkan dapat memberikan tambahan
informasi mengenai dampak gender diversity, komisaris independen, kinerja
96
keuangan, struktur kepemilikan dan kebijakan hutang terhadap nilai
perusahaan.
Implikasi penelitian ini diharapkan dapat membantu perusahaan dalam
memberikan informasi sebagai dasar bahan pertimbangan membuat keputusan
dalam upaya memaksimalkan nilai perusahaan mengingat hal tersebut adalah
tujuan utama perusahaan pada perusahaan yang sudah go public. Selain itu,
perusahaan harus berupaya untuk meningkatkan usahanya agar dapat
menghasilkan laba bagi perusahaan. Karena laba yang meningkat akan menjadi
daya tarik bagi investor untuk menanamkan modalnya dalam bentuk saham
kepada perusahaan. Perusahaan juga harus berhati-hati dalam keputusan dalam
kebijakan hutang. Walaupun meningkatnya hutang dapat meningkatkan nilai
perusahaan namun tingkat hutang yang tinggi juga dapat meningkatkan resiko
kepailitan maka dari itu perusahaan harus mempertimbangkan manfaat dan
resiko dari keputusan yang akan diambilnya. Penulis juga mengharapkan
perusahaan dapat meningkatkan kepemilikan saham manajerialnya. Walaupun
kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, ada
kemungkinan karena terlalu rendahnya nilai kepemilikan manajerial pada
perusahaan sehingga tidak dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Kepemilikan
saham manajerial perlu diperhatikan karena dengan adanya kepemilikan
manajerial akan memotivasi manajemen untuk meningkatkan laba yang
diperoleh perusahaan sehingga akan menguntungkan pemegang saham.
97
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada
pengembangan penelitian baru, khususnya yang berkaitan dengan faktor-faktor
yang mempengaruhi nilai perusahaan.
C. Keterbatasan
Penulis memiliki beberapa keterbatasan yang mungkin dapat
menimbulkan bias atau ketidakakuratan pada hasil penelitian ini, diantaranya:
1. Penelitian ini hanya memaksukan enam dari faktor faktor yang
mempengaruhi nilai perusahaan yaitu gender diversity, komisaris
independen, kinerja keuangan, struktur kepemilikan dan kebijakan
hutang.
2. Penelitian ini melakukan pengamatan hanya tiga tahun dari tahun 2014
sampai tahun 2016.
3. Penelitian ini hanya menggunakan sampel perusahaan di sektor property,
real estate dan building construction yang berjumlah 41 perusahaan.
4. Dalam pengukuran nilai perusahaan, peneliti menggunakan proksi
Tobin’s Q. Untuk menggambarkan nilai perusahaan terdapat proksi lain
yang dapat digunakan sehingga memungkinkan adanya hasil yang
berbeda jika menggunakan alternatif proksi lain.
D. Saran
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang
pengaruh gender diversity, komisaris independen, kinerja keuangan, struktur
98
kepemilikan dan kebijakan hutang terhadap nilai perusahaan. Berikut adalah
saran yang dapat dipertimbangkan bagi peneliti yang akan datang yaitu:
1. Untuk penelitian selanjutnya dengan menambah variabel lain yaitu
Corporate Social Responsibility (Susanti dan Mildawati, 2014), firm size
(Sholekah dan Venusita, 2014), Intelectual Capital (Kristina dan
Wiratmaja, 2018), kebijakan investasi (Irvaniawati dan Utiyati, 2014),
kebijakan dividen (Nainggolan dan Listiadi, 2014).
2. Periode waktu pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah 3
tahun dari tahun 2014, 2015 dan 2016. Untuk penelitian selanjutnya dapat
menambahkan periode tersebut agar lebih terlihat konsistensi dari variabel-
variabel penelitian yang digunakan.
3. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat memperluas lingkup penelitian tidak
hanya menggunakan sampel perusahaan di sektor property, real estate dan
building construction namun dapat menggunakan sampel jenis perusahaan
lain agar dapat mengeneralisasi hasil penelitian.
4. Bagi peneliti selanjutnya dapat menggunakan alternatif proksi lain untuk
mengukur variabel nilai perusahaan, seperti Price Book Value (PBV)
maupun Price Earning Ratio (PER).
99
DAFTAR PUSTAKA
Adv. Meikarta dalam Sorotan Media Internasional. Diakses pada 01 September
2018, dari https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20170922131728-92-
243327/meikarta-dalam-sorotan-media-internasional
Agnova, Vido dan Dul Muid. 2015. Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial.
Profitabilitas, Kesempatan Investasi dan Kebijakan Hutang terhadap
Nilai Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013). Dipenegoro
Journal Of Accounting. Volume 4, Nomor 4.
Alexander, Hilda B. Pengembang Masih Andalkan Fulus Internal Bangun
Properti. Diakses pada 01 September 2018, dari
https://properti.kompas.com/read/2018/08/10/210742921/pengembang-
masih-andalkan-fulus-internal-bangun-properti.
Ali, Herni dan Miftahurrohman. 2014. Pengaruh Struktural Kepemilikan Saham,
Kebijakan Dividen dan Kebijakan Hutang terhadap Nilai Perusahaan
(Studi pada Perusahaan yang terdaftar di BEI. Jurnal Etikonomi Volume
13, Nomor 2.
Anonim. Sektor Konstruksi Penyumbang Ketiga Pertumbuhan Ekonomi Nasional.
Diakses pada 01 September 2018, dari
https://properti.kompas.com/read/2017/02/10/220000321/sektor.konstruk
si.penyumbang.ketiga.pertumbuhan.ekonomi.nasional.
Astuti, Eni Puji. 2017. Pengaruh Diversitas Dewan Direksi terhadap Nilai
Perusahan pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode
2008-201. Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang.
Volume 4. Nomor 2.
Dewi, Laurensia Chintia dan Yeterina Widi Nugrahanti. 2014. Pengaruh Stuktur
Kepemilikan dan Dewan Komisaris Independen terhadap Nilai
Perushaaan. Jurnal Kinerja Universitas Kristen Satya Wacana. Volume
18, Nomor 1.
Dewi, Luh Gde Krisna dan Ayu Aryista Dewi. 2016. Pengaruh Diversitas Dewan
Komisaris dan Direksi pada Nilai Perusahaan pada Perusahaan Sektor
Keuangan yang terdaftar di BEI tahun 2009-2013. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana. Volume 16, Nomor 1.
Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program IBM SPSS
23. Semarang: Universitas Diponogoro.
100
Haruman, Tendi. 2008. Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Keputusan
Keuangan dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi XI,
Pontianak
Hassan, R., dan Marimuthu, M. 2016. Corporate Governance, Board Diversity,
and Firm Value : Examining Large Companies Using Panel Data
Approach. Economics Bulletin, 36(3), 1737–1750.
Heder dan Maswar Patuh Priyadi. 2017. Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap
Nilai Perusahaan dengan Good Corporate Governence sebagai variabel
pemoderasi. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi. Volume 6, Nomor 7.
Irvaniawati dan Sri Utiyati. 2014. Analisis Pengaruh Kebijakan Hutang,
Kebijakan Investasi dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan.
Jurnal Imu dan Riset Manajemen. Volume 3, Nomor 2.
Jensen, M.C dan W.H Meckling.1976. Theory of The Firm, Managerial
Behaviour Agency Cost and Ownership Structure, Journal of Financial
Economics 3, pp 305-360
Kaluti, Stephani Novita Christianingsih dan Agus Purwanto. 2014. Pengaruh
Struktur Kepemilikan dan Kebijakan Keuangan terhadap Nilai
Perusahaan. Diponegoro Journal of Accounting. Volume 3, Nomor 2.
Khuza, Moh. 2013. Problem Definisi Gender: Kajian atas Konsep Nature dan
Nurture. Jurnal Kalimah. Volume 11, Nomer 1.
Kristina, I Gusti Agung Rai dan I Dewa Nyoman Wiratmaja. 2018. Pengaruh
Board Diversity dan Intellectual Capital Pada Nilai Perusahaan. E-
Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Volume 22, Nomer 3.
Kusumaningrum, R. A. D. dan Rahardjo, N. S. 2013. Pengaruh Keputusan
Investasi, Keputusan Pendanaan, Kebijakan Dividen, Kepemilikan
Manajerial, dan Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan
(Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2011-2012). Dipenegoro Journal Of Accounting. Volume 2,
Nomor 4.
Kusumastuti, Sari dan Perdana Sastra. 2007. Pengaruh Board Diversity Terhadap
Nilai Perusahaan dalam Perspektif Corporate Governance. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan. Volume 9, No. 2
Luckerath-Rovers, M. 2009. Female Directors on Corporate Boards Provide
Legitimacy to A Company. Management online review.
Http://ssrn.com/abstract=1411693.
Mutmainah, Dinda Audriene. Daya Beli Lemah, Indeks Sektor Properti
Melempem. Diakses pada 04 April 2018, dari
101
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20170717112025-92-
228306/daya-beli-lemah-indeks-sektor-properti-melempem.
Nasser, Etty M. 2008. Pengaruh Struktural Kepemilikan dan Dewan Komisaris
Independen terhadap Nilai Perusahaan dengan Manajemen Laba dan
Kebijakan Hutang sebagai Variabel Intervening. Media Riset Akuntansi,
Auditing dan Informasi. Volume 8, Nomer 1.
Nurlela, Rika dan Ishlahuddin. 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility
Terhadap Nilai Perusahaan dengan Prosentase Kepemilikan Manajemen
sebagai Variabel Moderating. Simposium Nasioanal Akuntansi XI.
Pontianak.
Pertiwi, dkk. 2016. Pengaruh Kebijakan Hutang, Keputusan Investasi dan
Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan Food and Beverage yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal EMBA. Volume 4, Nomor 1.
Pertiwi, Tri Kartika dan Ferry Madi Ika Pratama. 2012. Pengaruh Kinerja
Keuangan, Good Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan
Food and. Beverage. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Volume 14.
Nomer 2.
POJK Nomor 33 tahun 2014 tentang Direksi dan Dewan Komisaris Emiten atau
Perusahaan Publik
Prabowo, Dani. Pengembang: Properti Bisa Jadi Acuan Pertumbuhan Ekonomi.
Diakses pada 01 September 2018, dari https://properti.kompas.com/read/2018/04/02/153000621/pengembang--
properti-bisa-jadi-acuan-pertumbuhan-ekonomi.
Putri, Ayu Oktyas dan Suwitho. 2015. Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai
Perusahaan dengan Pengungkapan CSR sebagai variabel pemoderasi.
Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen. Volume 4, Nomor 4.
Putri, Putu Shinta Udiyani dan Gst. Ayu Made Asri Dwija. 2016. Opini Auditor
sebagai pemoderasi Pengaruh Good Corporate Governance pada Nilai
Perusahaan perbankan tahun 2012-2014. E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana. Volume 17, Nomer 1.
Rachamansyah, Alfian Muhammad dan Farida Idayati. 2017. Pengaruh Kinerja
Keuangan dan Keputusan Investasi terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal
Ilmu dan Riset Akuntansi. Volume 6, Nomor 11.
Sadli, Saparinah. 2010. Berbeda tetapi setara. Jakarta : Kompas Media Nusantara.
Sholekah, Febrina Wibawati dan Lintang Venusita. 2014. Pengaruh Kepemilikan
Manajerial, Kepemilikan Institusional, Leverage, Firm size dan CSR
102
terhadap Nilai Perusahaan High Profile yang terdaftar di BEI tahun
2008-2012. Jurnal Ilmu Manajemen. Volume 2, Nomor 3.
Sholicah, Fatmawati. 2017. Pengaruh Kebijakan Hutang dan Dividen terhadap
Nilai Perusahaan property and real esatate. Jurnal Akademika.Volume
15, Nomor 2.
Siallagan, Hamonangan dan M. Machfoedz. 2006. Mekanisme Corporate
Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional
Akuntansi (SNA) IX Padang.
Sukamulja, Sukmawati. 2004. Good Corporate Governance di Sektor Keuangan:
Dampak GCG Terhadap Kinerja Keuangan. Volume 8, Nomer 1.
Sukirni, Dwi. 2012. Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional,
Kebijakan Dividen dan Kebijakan Hutang Analisis terhadap Nilai
Perusahaan. Accounting Analysis Journal. Volume 1, Nomor 2.
Sumbulah, Umi. 2008. Spektrum Gender Kilasan Inklusi Gender di Perguruan
Tinggi. Malang : UIN Malang Press.
Susanti, Rina dan Titik Mildawati. 2014. Pengaruh Kepemilikan Manajerial,
Kepemilikan Institusional, dan CSR terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal
Ilmu dan Riset Akuntansi. Volume 3, Nomor 1.
Syamsudin, dkk. 2017. Gender diversity and firm value: a study on boards of
public manufacturing firms in Indonesia. Problems and Perspectives in
Management. Volume 15, Nomor 3.
UU No 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
UU No 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan
Wahyudi, Untung dan Hartini P. Pawestri. 2006. Implikasi Struktur Kepemilikan
Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Keputusan Keuangan Sebagai
Variabel Intervening. Simposium Nasional Akuntansi IX Padang.
Wida, Ni Putu dan I Wayan Suartana. 2014. Pengaruh Kepemilikan Manajerial,
Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan. E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana. Volume 9, Nomor 3.
Wijaya, P. C., dan Suprasto, B. 2015. Pengaruh Persebaran Dewan Two Tier
(Dewan Gabungan) Pada Nilai Perusahaan Sektor Keuangan. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana. Volume 12, Nomer 3.
www.idx.co.id
www.sahamok.com
103
LAMPIRAN-LAMPIRAN
104
LAMPIRAN 1
DAFTAR PERUSAHAAN SAMPEL
No. Kode Perusahaan Keterangan
1 ACST Acset Indonusa Tbk
2 ADHI Adhi Karya Tbk
3 APLN Agung Podomoro Land Tbk
4 ASRI Alam Sutera Reality Tbk
5 BAPA Bekasi Asri Pemula Tbk
6 BEST Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk
7 BIPP Bhuawanatala Indah Permai Tbk
8 BKSL Sentul City Tbk
9 BSDE Bumi Serpong Damai Tbk
10 COWL Cowell Development Tbk
11 CTRA Ciputra Development Tbk
12 DART Duta Anggada Reality Tbk
13 DGIK Duta Graha Indah Tbk
14 DILD Intiland Development Tbk
15 DUTI Duta Pertiwi Tbk
16 EMDE Megapolitan Development Tbk
17 GAMA Gading Development Tbk
18 GMTD Goa Makassar Tourism Development Tbk
19 GPRA Perdana Gapura Prima Tbk
20 JRPT Jaya Real Property Tbk
21 KIJA Kawasan Industri Jababeka Tbk
22 LPCK Lippo Cikarang Tbk
23 LPKR Lippo Karawaci Tbk
24 MDLN Modernland Reality Tbk
25 MTLA Metropolitan Land Tbk
26 MTSM Metro Reality Tbk
27 NIRO Nirvana Development Tbk
28 NRCA Nusa Raya Cipta Tbk
29 OMRE Indonesia Prima Property Tbk
30 PTPP Pembangunan Perumahan Tbk
31 PUDP Pudjiati Prestige Tbk
32 PWON Pakuwon Jati Tbk
33 RBMS Rista Bintang Mahkota Sejati Tbk
34 RDTX Roda Vivatex Tbk
Bersambung ke halaman berikutnya
105
No. Kode Perusahaan Keterangan
35 RODA Pikko Land Development Tbk
36 SCBD Dadanayasa Arthatama Tbk
37 SMDM Suryamas Dutamakmur Tbk
38 SMRA Summarecon Agung Tbk
39 SSIA Surya Semesta Internusa Tbk
40 TOTL Total Bangun Persada Tbk
41 WKST Waskita Karya Tbk
106
LAMPIRAN 2
PERHITUNGAN GENDER DIVERSITY
No. Kode Perusahaan 2014 2015 2016
1 ACST 0 0 1
2 ADHI 0 0 0
3 APLN 1 1 1
4 ASRI 1 1 1
5 BAPA 1 1 1
6 BEST 0 0 0
7 BIPP 1 1 1
8 BKSL 0 0 0
9 BSDE 1 1 1
10 COWL 1 1 1
11 CTRA 1 1 1
12 DART 1 1 1
13 DGIK 0 0 0
14 DILD 1 1 1
15 DUTI 1 1 1
16 EMDE 1 1 1
17 GAMA 1 1 1
18 GMTD 1 0 0
19 GPRA 0 0 0
20 JRPT 1 1 1
21 KIJA 0 0 0
22 LPCK 1 1 1
23 LPKR 1 1 1
24 MDLN 1 1 1
25 MTLA 0 0 1
26 MTSM 1 1 1
27 NIRO 1 1 1
28 NRCA 0 0 0
29 OMRE 1 1 1
30 PTPP 0 0 0
31 PUDP 0 0 0
32 PWON 1 1 1
33 RBMS 1 1 1
34 RDTX 0 1 1
35 RODA 1 1 1
Bersambung ke halaman berikutnya
107
No. Kode Perusahaan 2014 2015 2016
36 SCBD 1 1 1
37 SMDM 1 1 1
38 SMRA 1 1 1
39 SSIA 1 1 1
40 TOTL 1 1 1
41 WKST 1 1 1
108
LAMPIRAN 3
PERHITUNGAN KOMISARIS INDEPENDEN
No. Kode
Perusahaan
2014 2015 2016
KI JK KI JK KI JK
1 ACST 1 2 50,00 1 4 25,00 1 3 33,33
2 ADHI 2 6 33,33 2 6 33,33 2 6 33,33
3 APLN 1 3 33,33 1 3 33,33 1 2 50,00
4 ASRI 2 6 33,33 2 5 40,00 2 5 40,00
5 BAPA 1 3 33,33 1 3 33,33 1 3 33,33
6 BEST 2 5 40,00 2 5 40,00 2 5 40,00
7 BIPP 1 3 33,33 1 3 33,33 1 3 33,33
8 BKSL 2 5 40,00 3 6 50,00 2 4 50,00
9 BSDE 3 8 37,50 2 5 40,00 2 5 40,00
10 COWL 1 3 33,33 2 4 50,00 2 4 50,00
11 CTRA 2 4 50,00 1 3 33,33 1 3 33,33
12 DART 1 3 33,33 1 3 33,33 1 3 33,33
13 DGIK 2 5 40,00 2 4 50,00 2 5 40,00
14 DILD 2 6 33,33 2 6 33,33 2 6 33,33
15 DUTI 2 6 33,33 2 4 50,00 2 4 50,00
16 EMDE 1 3 33,33 2 4 50,00 2 5 40,00
17 GAMA 1 2 50,00 1 2 50,00 1 2 50,00
18 GMTD 3 8 37,50 4 10 40,00 3 9 33,33
19 GPRA 1 3 33,33 1 3 33,33 1 3 33,33
20 JRPT 2 5 40,00 2 5 40,00 2 5 40,00
21 KIJA 2 4 50,00 2 5 40,00 2 5 40,00
22 LPCK 4 9 44,44 3 8 37,50 3 7 42,86
23 LPKR 6 9 66,67 5 8 62,50 5 6 83,33
24 MDLN 2 5 40,00 2 5 40,00 2 5 40,00
25 MTLA 2 6 33,33 2 5 40,00 2 6 33,33
26 MTSM 2 4 50,00 2 4 50,00 2 4 50,00
27 NIRO 1 3 33,33 1 3 33,33 1 2 50,00
28 NRCA 2 4 50,00 2 4 50,00 2 4 50,00
29 OMRE 2 6 33,33 2 6 33,33 2 6 33,33
30 PTPP 2 5 40,00 2 6 33,33 3 6 50,00
31 PUDP 1 3 33,33 1 3 33,33 1 3 33,33
32 PWON 2 3 66,67 2 3 66,67 1 3 33,33
33 RBMS 1 3 33,33 1 3 33,33 2 4 50,00
Bersambung ke halaman berikutnya
109
No. Kode
Perusahaan
2014 2015 2016
KI JK KI JK KI JK
34 RDTX 1 3 33,33 1 3 33,33 1 3 33,33
35 RODA 1 3 33,33 2 4 50,00 2 4 50,00
36 SCBD 2 5 40,00 2 5 40,00 2 5 40,00
37 SMDM 1 3 33,33 1 3 33,33 1 3 33,33
38 SMRA 2 4 50,00 2 4 50,00 2 4 50,00
39 SSIA 2 6 33,33 2 7 28,57 2 6 33,33
40 TOTL 2 6 33,33 2 6 33,33 2 6 33,33
41 WKST 2 6 33,33 2 6 33,33 2 7 28,57
110
LAMPIRAN 4
PERHITUNGAN KINERJA KEUANGAN
No. Kode Perusahaan 2014 2015 2016
1 ACST 7,04 2,19 2,70
2 ADHI 3,12 2,77 1,57
3 APLN 4,15 4,55 3,65
4 ASRI 6,95 3,66 2,53
5 BAPA 4,00 0,69 1,01
6 BEST 10,71 4,58 6,46
7 BIPP 3,18 9,42 1,65
8 BKSL 0,42 0,55 4,95
9 BSDE 14,20 6,53 5,32
10 COWL 4,49 -5,05 -0,67
11 CTRA 7,71 6,63 4,03
12 DART 7,98 3,10 3,16
13 DGIK 2,99 0,22 -24,88
14 DILD 4,80 4,07 2,51
15 DUTI 8,74 7,44 8,67
16 EMDE 3,82 5,12 4,80
17 GAMA 3,40 0,37 0,09
18 GMTD 7,87 9,30 7,07
19 GPRA 6,04 4,63 2,99
20 JRPT 10,69 11,48 12,00
21 KIJA 4,63 3,40 3,97
22 LPCK 19,59 16,71 9,55
23 LPKR 8,30 2,48 2,69
24 MDLN 6,81 6,80 3,45
25 MTLA 9,51 6,63 8,05
26 MTSM -1,19 -5,31 -2,79
27 NIRO -3,57 -0,89 -0,83
28 NRCA 15,06 9,94 4,74
29 OMRE 13,13 -2,82 7,47
30 PTPP 3,64 4,42 3,69
31 PUDP 3,75 6,19 4,32
32 PWON 15,50 7,46 8,61
33 RBMS 1,92 -1,69 -4,01
34 RDTX 14,16 13,82 12,37
35 RODA 16,87 14,84 1,78
Bersambung ke halaman berikutnya
111
No. Kode Perusahaan 2014 2015 2016
36 SCBD 2,36 2,86 5,88
37 SMDM 1,40 2,39 0,66
38 SMRA 9,02 5,67 2,91
39 SSIA 8,57 5,93 1,40
40 TOTL 6,59 6,72 7,50
41 WKST 4,00 3,46 2,95
112
LAMPIRAN 5
PERHITUNGAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL
No. Kode Perusahaan 2014 2015 2016
1 ACST 68,2 68,2 68,2
2 ADHI 84 86,3 82,13
3 APLN 67,04 82,669 91,303
4 ASRI 51,48 51,48 43,89
5 BAPA 76,89 76,89 76,89
6 BEST 57,96 58,13 58,13
7 BIPP 66,35 76,99 86,72
8 BKSL 47,63 54,57 48,8
9 BSDE 76,34 75,77 98,26
10 COWL 93,32 92,4 95,43
11 CTRA 76,72 43,92 46,44
12 DART 89,66 89,66 91,13
13 DGIK 63,98 63,98 63,49
14 DILD 86,12 91,184 88,6
15 DUTI 88,56 92,19 99,77
16 EMDE 74,22 74,22 72,82
17 GAMA 59,98 59,98 59,18
18 GMTD 65 65 65
19 GPRA 83,5856 72,23 89,5214
20 JRPT 79,61 79,1 80,34
21 KIJA 19,97 25,85 24,86
22 LPCK 42,2 42,2 42,2
23 LPKR 21,18 23,13 23,46
24 MDLN 35,96 34,04 34,04
25 MTLA 74,21 88,9 84,26
26 MTSM 80,95 80,95 80,95
27 NIRO 66,53 54,26 54,29
28 NRCA 71,708 69,32 69,759
29 OMRE 90,43 80,67 73,52
30 PTPP 97,06 97,77 95,93
31 PUDP 59,64 59,64 59,64
32 PWON 57,61 52,19 56,13
33 RBMS 19,18 19,18 17,74
34 RDTX 84,19 82,67 74,99
Bersambung ke halaman berikutnya
113
No. Kode Perusahaan 2014 2015 2016
35 RODA 96,3 98,46 98,1
36 SCBD 82,41 82,53 82,41
37 SMDM 95,18 95,18 95,18
38 SMRA 97,37 97,37 97,37
39 SSIA 26,44 33,77 29,91
40 TOTL 83,24 82,23 81,73
41 WKST 79,92 66,04 66,037
114
LAMPIRAN 6
PERHITUNGAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL
No. Kode Perusahaan 2014 2015 2016
1 ACST 0,8 0,8 0,8
2 ADHI 0 0 0
3 APLN 3,098 0,056 0,050
4 ASRI 0 0 0
5 BAPA 0,13 0,13 0,13
6 BEST 0,07 0,07 0,07
7 BIPP 0 0 0
8 BKSL 0 0 0
9 BSDE 0 0 0
10 COWL 0 0 0
11 CTRA 0,01 0,01 0
12 DART 0 0 0
13 DGIK 0,1 0,1 0,3
14 DILD 0,001 0,0001 0
15 DUTI 0 0 0
16 EMDE 7,86 7,86 7,86
17 GAMA 0 0 0
18 GMTD 0 0 0
19 GPRA 0 0 0,04
20 JRPT 0 0 0
21 KIJA 0 0,03 0,02
22 LPCK 0 0 0
23 LPKR 0 0 0
24 MDLN 0 0 0
25 MTLA 0,39 0,52 0,3963
26 MTSM 0 0 0
27 NIRO 0 0 0
28 NRCA 6,803 6,759 6,759
29 OMRE 0 0 0
30 PTPP 0 0 0
31 PUDP 3,98 3,71 3,71
32 PWON 0,03 0,02 0,02
33 RBMS 50,31 50,53 50,53
34 RDTX 1,27 1,03 2,67
35 RODA 0 0 0
Bersambung ke halaman berikutnya
115
No. Kode Perusahaan 2014 2015 2016
36 SCBD 0 0 0
37 SMDM 0 0 0
38 SMRA 0,28 0,28 0,14
39 SSIA 0 0 0
40 TOTL 1,83 1,83 1,83
41 WKST 0,1181 0,464 0,3252
116
LAMPIRAN 7
PERHITUNGAN KEBIJAKAN HUTANG
No. Kode Perusahaan 2014 2015 2016
1 ACST 1,2765 1,9021 0,9237
2 ADHI 4,9712 2,2469 2,6921
3 APLN 1,7988 1,7069 1,5787
4 ASRI 1,6564 1,8338 1,8084
5 BAPA 0,7698 0,7412 0,6719
6 BEST 0,2820 0,5224 0,5351
7 BIPP 0,3640 0,2321 0,3690
8 BKSL 0,5773 0,7017 0,5865
9 BSDE 0,5230 0,6302 0,5724
10 COWL 1,7318 2,0155 1,9106
11 CTRA 1,0386 1,0121 1,0333
12 DART 0,5752 0,6742 0,6742
13 DGIK 0,8510 0,9322 1,0496
14 DILD 1,0144 1,1566 1,3411
15 DUTI 0,2842 0,3197 0,2437
16 EMDE 0,9554 0,8124 0,9820
17 GAMA 0,2734 0,2189 0,2252
18 GMTD 1,2876 1,2986 0,9243
19 GPRA 0,7052 0,6619 0,5535
20 JRPT 1,0876 0,8300 0,7293
21 KIJA 0,8244 0,9568 0,9036
22 LPCK 0,6133 0,5074 0,3324
23 LPKR 1,1399 1,1847 1,0658
24 MDLN 0,9596 1,1202 1,2046
25 MTLA 0,5957 0,6360 0,5715
26 MTSM 0,1332 0,1438 0,1322
27 NIRO 0,7453 0,1389 0,2752
28 NRCA 0,8560 0,8360 0,8694
29 OMRE 0,2635 0,2612 0,0357
30 PTPP 5,1131 2,7368 1,8930
31 PUDP 0,3937 0,4377 0,6119
32 PWON 1,0247 0,9860 0,8761
33 RBMS 0,1799 0,0835 0,0347
34 RDTX 0,2158 0,1778 0,1495
35 RODA 0,4578 0,2888 0,2395
Bersambung ke halaman berikutnya
117
No. Kode Perusahaan 2014 2015 2016
36 SCBD 0,4106 0,4729 0,3863
37 SMDM 0,4297 0,2865 0,2517
38 SMRA 1,5664 1,4912 1,5485
39 SSIA 0,9721 0,9365 1,1461
40 TOTL 2,1077 2,2854 2,1302
41 WKST 3,4025 2,1233 2,6621
118
LAMPIRAN 8
PERHITUNGAN NILAI PERUSAHAAN
(dalam jutaan rupiah)
No. Kode
Perusahaan Tahun EMV EBV D
Tobin's
Q
1 ACST 2014 1677500 647336 826313 1,699057
2 ADHI 2014 6267480 1751543 8707338 1,43178
3 APLN 2014 6818255 8462884 15223274 0,930566
4 ASRI 2014 11003440 6371194 10553173 1,273703
5 BAPA 2014 34424 99546 76626 0,63035
6 BEST 2014 7040850 2849501 803492 2,147374
7 BIPP 2014 288040 452781 164803 0,733249
8 BKSL 2014 3265288 6210828 3585238 0,699314
9 BSDE 2014 33161460 18473430 9661295 1,522061
10 COWL 2014 3044375 1347987 2334407 1,460675
11 CTRA 2014 20549930 11421371 11862107 1,392062
12 DART 2014 2135880 3246828 1867445 0,782775
13 DGIK 2014 991839 1104940 940355 0,944702
14 DILD 2014 6737900 4470167 4534717 1,251834
15 DUTI 2014 9028000 6248418 1775893 1,346395
16 EMDE 2014 458950 602965 576054 0,877852
17 GAMA 2014 390850 1091623 298469 0,49588
18 GMTD 2014 622200 666347 857970 0,971038
19 GPRA 2014 1278823 889966 627611 1,256235
20 JRPT 2014 14300000 3201931 3482332 2,660328
21 KIJA 2014 5969325 4661836 3843434 1,153727
22 LPCK 2014 7238400 2671460 1638365 2,059658
23 LPKR 2014 23539560 17646449 20114772 1,156063
24 MDLN 2014 6517160 5331106 5115802 1,113532
25 MTLA 2014 3713710 2037136 1213581 1,515755
26 MTSM 2014 160770 81477 10850 1,858828
27 NIRO 2014 3353580 1740261 1296939 1,531186
28 NRCA 2014 2876800 993933 850775 2,020686
29 OMRE 2014 593300 645280 170059 0,936247
30 PTPP 2014 17310150 2390270 12221595 2,02108
31 PUDP 2014 145530 288294 113501 0,644684
32 PWON 2014 24802400 8283071 8487672 1,985009
33 RBMS 2014 28776 132168 23772 0,336976
Bersambung ke halaman berikutnya
119
No. Kode
Perusahaan Tahun EMV EBV D
Tobin's
Q
34 RDTX 2014 1412250 1351775 291667 1,036798
35 RODA 2014 6374648 2104261 963427 2,392054
36 SCBD 2014 6644000 3947960 1621223 1,4841
37 SMDM 2014 591728 2207635 948656 0,488036
38 SMRA 2014 21929040 5992636 9386843 2,036212
39 SSIA 2014 5034350 3038873 2954205 1,332964
40 TOTL 2014 3819200 799235 1684512 2,215891
41 WKST 2014 14300160 2848830 9693211 1,913036
42 ACST 2015 1510000 664859 1264639 1,438011
43 ADHI 2015 7620540 5162132 11598932 1,146674
44 APLN 2015 6467910 9072669 15487 0,71339
45 ASRI 2015 6739607 6602410 12107460 1,007333
46 BAPA 2015 33100 100931 74812 0,614033
47 BEST 2015 2836218 3042155 1589160 0,955534
48 BIPP 2015 410960 1078781 250419 0,497577
49 BKSL 2015 2003146 6549719 4596177 0,592085
50 BSDE 2015 34644600 22096690 13925458 1,348339
51 COWL 2015 2922600 1174139 2366447 1,493834
52 CTRA 2015 22383260 13050221 13208497 1,355426
53 DART 2015 1319220 3428404 2311459 0,632538
54 DGIK 2015 470985 1083998 1010468 0,707318
55 DILD 2015 5068974 4770829 5517743 1,028978
56 DUTI 2015 11840000 6831058 2183853 1,555629
57 EMDE 2015 482400 659934 536107 0,851565
58 GAMA 2015 550605 1096560 240002 0,591523
59 GMTD 2015 765000 554257 719733 1,16542
60 GPRA 2015 851123 947231 626944 0,938947
61 JRPT 2015 10243750 4140931 3437170 1,805323
62 KIJA 2015 5103514 4977754 4762940 1,012911
63 LPCK 2015 5046000 3633296 1843462 1,257945
64 LPKR 2015 23885730 18916765 22409794 1,120237
65 MDLN 2015 5852911 6057457 6785594 0,984073
66 MTLA 2015 1645825 2213217 1407526 0,843294
67 MTSM 2015 53124 77085 11087 0,728247
68 NIRO 2015 2419691 2758477 383189 0,892164
69 NRCA 2015 1560000 1086633 908458 1,237266
70 OMRE 2015 523500 649976 169747 0,845709
Bersambung ke halaman berikutnya
120
No. Kode
Perusahaan Tahun EMV EBV D
Tobin's
Q
71 PTPP 2015 18762750 5119072 14009740 1,713253
72 PUDP 2015 138600 310155 135765 0,615279
73 PWON 2015 23887360 9455056 9323066 1,76857
74 RBMS 2015 20601 168218 14046 0,190092
75 RDTX 2015 1614000 1589565 282594 1,013052
76 RODA 2015 8087240 2507975 724268 2,726128
77 SCBD 2015 5622315 3779255 1787170 1,331103
78 SMDM 2015 453340 2452132 702449 0,366384
79 SMRA 2015 23804550 7529750 11228512 1,867607
80 SSIA 2015 3364075 3337999 3125924 1,004034
81 TOTL 2015 2097150 866315 1979838 1,432456
82 WKST 2015 22665240 9704207 20604904 1,427628
83 ACST 2016 1974000 1301225 1201946 1,268769
84 ADHI 2016 7406880 5442780 14652656 1,097739
85 APLN 2016 4305210 9970763 15741191 0,779653
86 ASRI 2016 6916448 7187845 12998285 0,986555
87 BAPA 2016 33762 107220 72041 0,590218
88 BEST 2016 2450338 3390836 1814537 0,819322
89 BIPP 2016 420300 1203820 444202 0,524569
90 BKSL 2016 3177404 7160249 4199257 0,649382
91 BSDE 2016 33778485 24352907 13939299 1,246149
92 COWL 2016 5285035 1200131 2292925 2,169436
93 CTRA 2016 20592375 14297927 14774323 1,216511
94 DART 2016 1130760 3623349 2442909 0,589106
95 DGIK 2016 304755 758704 796318 0,708076
96 DILD 2016 5183000 5057478 6782582 1,010601
97 DUTI 2016 11100000 7792913 1899305 1,341211
98 EMDE 2016 469000 687992 675596 0,8394
99 GAMA 2016 500550 1097671 247197 0,556
100 GMTD 2016 708900 638759 590414 1,057064
101 GPRA 2016 731367 1010180 559139 0,822335
102 JRPT 2016 12031250 4906399 3578038 1,839755
103 KIJA 2016 6033304 5638491 5095108 1,036783
104 LPCK 2016 3514800 4242692 1410462 0,871241
105 LPKR 2016 16616160 22075139 23528544 0,880295
106 MDLN 2016 4286286 6595334 7944774 0,841195
107 MTLA 2016 2709870 2502403 1430127 1,052757
Bersambung ke halaman berikutnya
121
No. Kode
Perusahaan Tahun EMV EBV D
Tobin's
Q
108 MTSM 2016 85278 74756 9886 1,124312
109 NIRO 2016 2086706 2973682 818301 0,766092
110 NRCA 2016 823680 1141660 992554 0,851008
111 OMRE 2016 376920 4118022 146961 0,122833
112 PTPP 2016 23507700 10796158 20436609 1,406994
113 PUDP 2016 125400 329530 201639 0,615697
114 PWON 2016 27210400 11019694 9654448 1,783138
115 RBMS 2016 27795 161874 5616 0,199481
116 RDTX 2016 2690000 1828463 273291 1,409913
117 RODA 2016 5300880 2766287 662457 1,739219
118 SCBD 2016 5481300 4121902 1592380 1,237895
119 SMDM 2016 362672 2475867 623123 0,318102
120 SMRA 2016 19115775 8165555 12644764 1,526192
121 SSIA 2016 2041970 3352827 3842621 0,817821
122 TOTL 2016 2915550 942610 2007950 1,668666
123 WKST 2016 34613700 16773219 44651963 1,290442
122
LAMPIRAN 9
HASIL OUTPUT SPSS
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
WOMEN 123 0 1 ,72 ,449
OUT 123 25,00 83,33 40,1972 9,24934
ROA 123 -24,88 19,59 4,9397 5,36556
KI 123 17,74 99,77 69,0251 21,92807
KM 123 ,0000 50,5300 1,844977 7,9020509
DER 123 ,0347 5,1131 ,973147 ,8423497
NP 123 ,1228 2,7261 1,156346 ,5196994
Valid N (listwise) 123
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 123
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std. Deviation ,38600047
Most Extreme Differences Absolute ,066
Positive ,066
Negative -,044
Test Statistic ,066
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea -,02321
Cases < Test Value 61
Cases >= Test Value 62
Total Cases 123
Number of Runs 54
Z -1,539
Asymp. Sig. (2-tailed) ,124
a. Median
123
Model Summary
b
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,670a ,448 ,420 ,3958574
a. Predictors: (Constant), DER, ROA, OUT, WOMEN, KM, KI
b. Dependent Variable: NP
Model Summary
b
Model R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
1 ,414a ,171 ,081 ,22456
a. Predictors: (Constant), X123456, KM_2, OUT, ROA_2, DER_2, WOMEN_2, ROA, KI_2, DER,
OUT_2, KI, KM
b. Dependent Variable: RES_2
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 14,773 6 2,462 15,712 ,000b
Residual 18,178 116 ,157
Total 32,951 122
a. Dependent Variable: NP
b. Predictors: (Constant), DER, ROA, OUT, WOMEN, KM, KI
Coefficients
a
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Correlations
Collinearity
Statistics
B
Std.
Error Beta
Zero
-
order Partial Part Tolerance VIF
1 (Constant) -,222 ,240 -,925 ,357
WOMEN ,080 ,082 ,069 ,981 ,329 ,046 ,091 ,068 ,954 1,048
OUT ,014 ,004 ,242 3,406 ,001 ,165 ,302 ,235 ,942 1,061
ROA ,043 ,007 ,442 6,277 ,000 ,440 ,504 ,433 ,960 1,041
KI ,005 ,002 ,214 2,803 ,006 ,280 ,252 ,193 ,818 1,222
KM -,005 ,005 -,080 -1,049 ,296 -,286 -,097 -,072 ,827 1,209
DER ,229 ,044 ,371 5,164 ,000 ,346 ,432 ,356 ,921 1,086
a. Dependent Variable: NP
124