pengaruh hemodialisa terhadap komposisi elektrolit …

74
PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK A. MUTHIYAH A. AM N121 09 538 PROGRAM KONSENTRASI TEKNOLOGI LABORATORIUM KESEHATAN FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

Upload: others

Post on 05-Oct-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK

A. MUTHIYAH A. AM

N121 09 538

PROGRAM KONSENTRASI TEKNOLOGI LABORATORIUM KESEHATAN

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2013

Page 2: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK

SKRIPSI

Untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi

syarat-syarat Untuk mencapai gelar sarjana

A. MUTHIYAH A. AM

N121 09 538

PROGRAM KONSENTRASI

TEKNOLOGI LABORATORIUM KESEHATAN FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2013

Page 3: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

PERSETUJUAN

PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI

ELEKTROLIT PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK

A. MUTHIYAH A. AM N121 09 538

Disetujui Oleh :

Pembimbing Utama Pembimbing Pertama,

Dr. Agnes Lidjaja. M. Kes, Apt Dr. Agus Alim Abdullah, Sp. PK (K) NIP. 19570326 198512 2 001 NIP. 19630817 197503 1 001

Pada tanggal, 22 Agustus 2013

Page 4: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

PENGESAHAN

PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI

ELEKTROLIT PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK

Oleh

A. MUTHIYAH A. AM N121 08 538

Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin

Pada Tanggal 2013

Panitia Penguji Skripsi :

1. Ketua : Prof.Dr.H. Tadjuddin Naid, M.Sc., Apt. ..............

2. Sekretaris : Usmar, S.Si., M.Si., Apt. ..............

3. Ex.Officio : Dr. Agnes Lidjaja, M.Kes., Apt. ..............

4. Ex.Officio : dr. Agus Alim Abdullah, Sp. PK (K) ..............

5. Anggota : Sumarheni, S.Si., M.MSc., Apt. ..............

Mengetahui :

Dekan Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin

Prof. Dr. Elly Wahyudin, DEA, Apt. NIP. 19560114 198601 2 001

Page 5: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini adalah karya saya sendiri,

tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan

di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat

karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali

yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti bahwa pernyataan saya ini tidak benar, maka

skripsi dan gelar yang diperoleh, batal demi hukum.

Makassar,

Penyusun,

A. Muthiyah A. AM

Page 6: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh hemodialisa terhadap komposisi elektrolit (Na+, K+, dan Cl-) pada penderita gagal ginjal kronik (GGK) di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar dan RSUP Labuang Baji Makassar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh hemodialisa terhadap komposisi elektrolit (Na+,K+, dan Cl-) pada pasien GGK. Penelitian ini merupakan studi observasional dengan pendekatan cross sectional menggunakan sampel serum yang diambil dari pasien yang telah memenuhi kriteria sampel penelitian. Jumlah sampel sebanyak 35 yang terdiri dari 23 (65,7%) laki-laki dan 12 (34,2%) perempuan yang berumur diatas 30 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada hasil pemeriksaan elektrolit Na+ terdapat peningkatan dari 10 (28,5%) hasil pemeriksaan yang sesuai dengan nilai rujukan pada pre HD menjadi 19 (54,28%) hasil pemeriksaan yang sesuai dengan nilai rujukan pada post HD. Pada hasil pemeriksaan elektrolit K+ terdapat peningkatan dari 14 (40%) hasil pemeriksaan yang sesuai dengan nilai rujukan pada pre HD menjadi 24 (68,6%) hasil pemeriksaan yang sesuai dengan nilai rujukan pada post HD. Dan pada hasil pemeriksaan Cl- terdapat peningkatan dari 31 (88,6%) hasil pemeriksaan yang sesuai dengan nilai rujukan dan hasil pemeriksaan post HD menunjukkan semua hasil sesuai dengan nilai rujukan.

Berdasarkan hasil uji T berpasangan, pada ketiga hasil pemeriksaan tersebut menunjukkan nilai P<0,05 yang menyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kadar elektrolit Na+, K+, dan Cl- pre hemodialisa dan post hemodialisa

Page 7: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

ABSTRACT

Research has been done on the effect of hemodialysis on the composition of electrolytes (Na +, K +, and Cl-) in patients with chronic renal

failure (CRF) in RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar and RSUP

Labuang Baji Makassar. The purpose of this study was to determine

whether there is influence of hemodialysis on the composition of electrolytes (Na +, K +, and Cl-) in patients with CRF. This study is an

observational study with cross sectional approach using serum samples

taken from patients who have met the criteria of the study sample. The total

sample of 35 which consisted of 23 (65.7%) males and 12 (34.2%) of women

aged over 30 years. The results showed that the Na + electrolyte test

results are an increase of 10 (28.5%) the results of the examination in

accordance with the reference value at a pre HD to 19 (54.28%) the results of

the examination in accordance with the reference value in the post-HD. On

the results of K + electrolytes are increased from 14 (40%) according to the

results of the examination on pre HD reference value to 24 (68.6%) the

results of the examination in accordance with reference values on post HD.

And the results of Cl-there is an increase of 31 (88.6%) the results of the examination in accordance with the reference values and the results of post-HD shows all the results in accordance with the reference value.

Based on the results of paired T test, the three results of the

investigation indicate a P value <0.05 which states that there is a significant

difference between the levels of electrolytes Na +, K +, Cl- pre and post

hemodialysis.

Page 8: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas segala rahmat

dan karuniaNya sehingga penelitian dan penulisan karya akhir yang

merupakan syarat untuk mencapai gelar sarjana pada program

Konsentrasi Teknologi Laboratorium Kesehatan Fakultas Farmasi

Universitas Hasanuddin dapat terselesaikan .

Sungguh banyak kendala yang penulis hadapi dalam rangka

penyusunan skripsi ini. Namun berkat dukungan dan bantuan berbagai

pihak, akhirnya penulis dapat melewati kendala-kendala tersebut. Oleh

karena itu, penulis dengan tulus menghaturkan banyak terima kasih dan

penghargaan yang setingi-tingginya kepada:

1. Ayahanda H. A. Amrullah. HB dan ibunda Hj. Asria HR. Saudara A.

Ghazali. AM serta seluruh keluarga atas doa restu, dukungan dan

semangat yang ditanamkan dalam menuntut ilmu.

2. Pembimbing Akademik Usmar, M.Si. Apt, pembimbing utama Dr.

Agnes Lidjaja, Mkes, Apt. pembimbing pertama dr. Agus Alim

Abdullah Sp.PK(K) atas bimbingan dan arahannya kepada penulis

selama menempuh pendidikan di perguruan tinggi ini serta Dekan

Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Prof. Dr. Elly Wahyudin dan

Ketua Program Konsentrasi Teknologi Laboratorium Kesehatan

Fakultas Farmasi UNHAS Bapak Subehan, S.Si., M. Pharm. Sc, Ph.D,

Apt,. beserta seluruh dosen dan staf atas segala fasilitas yang

diberikan dalam menyelesaikan penelitian ini.

Page 9: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

3. Kepala Ruang/ Instalasi Hemodialisa RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar dan RSUP Labuang Baji beserta seluruh staf

Ruang Hemodialisa.

5. Kepada Murdi Setiawan yang telah banyak memberikan dukungan dan

semangat kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini

6. Kepada para sahabat (Dezyani Ariza, Carina Heslian, Febri Ditha

Wardani dan Monalisa Putri) teman-teman seperjuangan spir09raph

dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, tak lupa

penulis sampaikan terima kasih.

Semoga karya akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan

kiranya Allah SWT senantiasa memberkati dan melindungi setiap langkah

dan pengabdian kita, amin.

Akhirnya perkenankan penulis memohon maaf atas segala

kekhilafan dan kesalahan selama pendidikan sampai selesainya karya

akhir ini.

Makassar, 22 Agustus 2013

A. Muthiyah. AM

Page 10: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN SAMPUL ........................................ ........................... i

HALAMAN PENUNJUK SKRIPSI ............................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................... iii

PENGESAHAN ........................................................................... iv

PERNYATAAN ............................................................................ v

ABSTRAK ................................................................................... vi

ABSTRACT .................................................................................. vii

UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................ x

DAFTAR TABEL ......................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ..................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................. xvi

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN ..................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................... 5

II.1 Ginjal ....................................................................... 5

II.1.1 Anatomi Fisiologi Ginjal ........................................ 5

II.1.2 Pembuluh Darah pada Ginjal ................................ 6

Page 11: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

II.1.3 Nefron Ginjal ......................................................... 7

II.1.4 Fungsi Ginjal ......................................................... 8

II.2 Gagal Ginjal Kronik .................................................. 10

II.3 Elektrolit .................................................................. 12

II.3.1 Natrium (Na+) ........................................................ 14

II.3.1.1 Nilai Rujukan Na+ ............................................... 16

II.3.1.2 Gangguan Keseimbangan Na+ ......................... 16

II.3.1.2.1 Penyebab Hiponatremia ................................. 16

II.3.1.2.2 Penyebab Hipernatremia ................................ 17

II.3.2 Kalium (K+) ........................................................... 17

II.3.2.1 Nilai Rujukan K+ ................................................ 18

II.3.2.2 Gangguan Keseimbangan K+ ............................. 18

II.3.2.2.1 Penyebab Hipokalemia .................................. 19

II.3.2.2.2 Penyebab Hiperkalemia ................................... 20

II.3.3 Clorida (Cl-) ........................................................... 20

II.3.3.1 Nilai Rujukan Cl- ................................................. 21

II.3.3.2 Gangguan Keseimbangan Cl- ............................. 21

II.3.3.2.1 Penyebab Hipoklorinemia .............................. 21

II.3.3.2.2 Penyebab Hiperklorinemia ............................... 21

II.4 Hemodialisa ............................................................ 22

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN ...................................... 26

III.1 Jenis Penelitian ..................................................... 26

III.2 Tempat dan Waktu Penelitian ................................. 26

Page 12: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

III.2.1 Tempat Penelitian ................................................ 26

III.2.2 Waktu Penelitian .................................................. 26

III.3 Populasi Penelitian ................................................. 26

III.4 Perkiraan Besar Sampel ......................................... 26

III.5 Kriteria Sampel ....................................................... 27

III.5.1 Kriteria Inklusi ...................................................... 27

III.5.1 Kriteria Eksklusi ................................................... 27

III.6 Definisi Operasional ................................................ 28

III.7 Kerangka Konsep ................................................... 30

III.8 Alat dan Bahan Penelitian ...................................... 31

III.8.1 Alat Penelitian ...................................................... 31

III.8.2 Bahan Penelitian .................................................. 31

III.9 Prosedur Kerja ........................................................ 31

III.9.1 Pengambilan Darah ............................................. 31

III.9.2 Prinsip Alat ABX Pentra 400® .............................. 32

III.10 Cara Kerja ............................................................ 32

III.10.1 Persiapan Sampel ............................................. 32

III.10.2 Pemeriksaan Sampel ......................................... 32

III.11 Analisis Data ......................................................... 33

III.12 Etika Penelitian ..................................................... 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................... 34

IV.1 Hasil Penelitian ...................................................... 34

IV.2 Pembahasan .......................................................... 37

Page 13: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................... 44

V.1 Kesimpulan ............................................................. 43

V.2 Saran ....................................................................... 43

DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 44

LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................. 47

Page 14: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

DAFTAR TABEL

Tabel halaman

1. Kadar Elektrolit dalam Ciran Ekstrasel dan Intrasel ............... 14

2. Data Dasar Penelitian .............................................................. 35

3. Karakteristik Hasil Pemeriksaan Elektrolit Na+, K+, Cl- pre dan post Hemodialisa………………. ....................................... . 36

4. Hasil Analisis Statistik pada Hasil Pemeriksaan Elektrolit Na+, K+, Cl- pre dan post Hemodialisa...................................... 37

Page 15: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

DAFTAR GAMBAR

Gambar halaman

1. Ginjal ............................................................................... 5

2. Pembuluh Darah Ginjal .................................................. 6

3. Nefron .............................................................................. 7

4. Hemodialisa ..................................................................... 22

5. Proses Hemodialisa ........................................................ 52

6. Alat ABX Pentra 400® ....................................................... 52

Page 16: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

DAFTAR GAMBAR

Gambar halaman

1. Ginjal ............................................................................... 5

2. Pembuluh Darah Ginjal .................................................. 6

3. Nefron .............................................................................. 7

4. Hemodialisa ..................................................................... 22

5. Proses Hemodialisa ........................................................ 52

6. Alat ABX Pentra 400® ....................................................... 52

Page 17: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN

Lambang/singkatan Arti

BB Berat Badan

GGK Gagal Ginjal Kronik

LFG Laju Filtrasi Glomerulus

HD Hemodialisa

mmol/L millimol per liter

mEq/L milliekuivalen per liter

kg kilogram

Na+ Natrium

Ka+ Kalium

Cl- Clorida

Page 18: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

BAB I

PENDAHULUAN

Ginjal merupakan organ yang mendapat aliran darah sangat baik.

Setiap hari mengalir kurang lebih 1500 liter (L) darah melalui ginjal dan

difiltrasi menjadi 150 L urin primer. Beberapa bahan yang harus

dilepaskan, diberikan kembali ke dalam urin melalui transpor aktif di dalam

saluran-saluran ginjal. Yang termasuk bahan-bahan ini adalah ion

hidrogen dan kalium, asam urat dan kreatinin, tetapi juga obat-obatan

seperti penisilin (1).

Ginjal juga merupakan salah satu organ yang memiliki fungsi vital

yaitu untuk mengatur keseimbangan air dalam tubuh, konsentrasi elektrolit

dalam darah dan keseimbangan asam basa serta sekresi bahan buangan.

Apabila ginjal gagal melakukan fungsinya, penderita akan memerlukan

perawatan segera. Dengan kata lain ginjal memegang peranan penting

dalam pengeluaran zat-zat toksik atau racun, mempertahankan suasana

keseimbangan cairan, mempertahankan keseimbangan kadar asam dan

basa dari cairan tubuh, mempertahankan keseimbangan garam-garam

dan zat-zat lain dalam tubuh dan mengeluarkan sisa-sisa metabolisme

hasil akhir dari protein ureum, kreatinin, dan amoniak (2,3). Bila fungsi

ginjal mengalami gangguan yang berlangsung lama dan sifatnya

ireversibel maka ginjal akan masuk ke tahap gagal ginjal (3).

Gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan

penurunan fungsi ginjal dengan penurunan Laju Filtrasi Glomelurus (LFG)

Page 19: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

hingga < 15 mL/min/1,73 m2, yang memerlukan Renal

ReplacementTherapy (RRT) berupa dialisis atau transplantasi ginjal (4).

Menurut data dunia WHO (2008) menyebutkan bahwa penderita

penyakit ginjal kronik yang membutuhkan RRT diperkirakan lebih dari 1,4

juta pasien, dengan insidensi sebesar 8% dan terus bertambah setiap

tahunnya (5).

Penyakit gagal ginjal merupakan salah satu penyebab paling

penting dari kematian dan cacat tubuh. Gagal ginjal dibagi menjadi dua

kategori yaitu akut dan kronik. Penyakit gagal ginjal kronik (GGK) sudah

menjadi masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Survei

komunitas yang dilakukan oleh Perhimpunan Nefrologi Indonesia

menunjukkan 12,5 % populasi sudah mengalami penurunan fungsi ginjal

(6).

Hemodialisa (HD) adalah suatu proses penyaringan sisa

metabolisme dengan menggunakan mesin yang dilengkapi dengan

membran penyaring semipermeabel (ginjal buatan) yang bekerja untuk

membuang elektrolit, sisa metabolisme dan kelebihan cairan dari dalam

tubuh yang terakumulasi di dalam darah kedalam mesin dialisis melalui

proses difusi osmosis dan ultrafiltrasi dengan menggunakan cairan

dialisat. Proses HD dilakukan dua hingga tiga kali dalam seminggu, dalam

tiga hingga lima jam setiap kali HD, untuk dapat mempertahankan kadar

urea, kreatinin, asam urat dan fosfat dalam kadar normal.(7)

Page 20: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

Dilaporkan penyakit GGK bervariasi yaitu sekitar 20% di Jepang

dan di Amerika Serikat, 6,4 sampai 9,8% di Taiwan, 2,6 sampai 13,5% di

Cina, 17,7% di Singapura, dan 1,6 sampai 9,1% di Thailand. Survei

komunitas yang dilakukan oleh perhimpunan Nefrologi Indonesia

menunjukkan 12,5% populasi sudah mengalami penurunan fungsi ginjal

(8).

Elektrolit sangat penting secara fisiologis dan dapat kita pantau

terdapat didalam fase air plasma. Kadar intra elelektrolit tentu saja sangat

penting, tetapi hal ini tidak mudah diukur dengan metode-metode yang

ada di laboratorium klinik. Perlu diingat bahwa kadar kalium cenderung

sangat tinggi didalam sel (sekitar 475,5 mg/dl) dan rendah diluar sel

(sekitar15,85 mg/dl), sedangkan natrium dan clorida rendah didalam sel

dan tinggi diluar sel. Perbedaan dalam konsentrasi ion ini menghasilkan

perbedaan voltase listrik di kedua sisi membran pada sel otot dan saraf

menentukan potensial aksi dan inisiasi kontraksi otot (9).

Suatu bukti penting yang harus diingat dalam mempertimbangkan

pengaturan keseluruhan ekskresi natrium atau ekskresi elektrolit apa saja

adalah bahwa pada kondisi normal, ekskresi oleh ginjal ditentukan oleh

asupan. Bila gangguan fungsi ginjal tidak terlalu berat, keseimbangan

natrium dapat dicapai terutama melalui penyesuaian intrarenal dengan

perubahan volume cairan ekstraselular yang minimal atau penyesuaian

sistemik lainnya (10).

Page 21: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

Untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan komposisi elektrolit dalam

hal ini Na+, K+, dan Cl- dalam darah untuk mengetahui adanya pengaruh

komposisi elektrolit sebelum dan setelah hemodialisa pada pasien GGK.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dibuat Rumusan masalah dalam

penelitian ini yaitu bagaimana pengaruh hemodialisa terhadap komposisi

elektrolit (Na+,K+, Cl-) pada penderita GGK.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ada tidaknya pengaruh

hemodialisa terhadap komposisi elektrolit (Na+, K+, Cl-) pada penderita GGK.

Manfaat penelitian ini adalah untuk menambah informasi dan untuk

melihat bagaimana pengaruh hemodialisa terhadap komposisi elektrolit (Na+, K+,

Cl-) pada penderita GGK serta membantu klinisi dalam penegakan diagnosis.

Page 22: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Ginjal

II.1.1 Anatomi Fisiologis Ginjal

Gambar 1. Anatomi Ginjal

(sumber: Ralph E. Cutler, MD. Biologi Kidney of the Urinary Tract. Kidney. 2006)

Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama di daerah

lumbal, disebelah kanan dan kiri tulang belakang, dibungkus lapisan

lemak yang tebal, dibelakang peritoneum. Kedudukan ginjal dapat

diperkirakan dari belakang, mulai dari ketinggian vertebra torakalis terakhir

sampai vertebra lumbalis ketiga, ginjal kanan sedikit lebih rendah dari kiri,

karena hati menduduki ruang disebelah kanan. Setiap ginjal panjangnya

6-7 sentimeter dan tebal 1-2 sentimeter. Pada orang dewasa beratnya

kira-kira 140 gram (11-12).

Page 23: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

Bentuk ginjal seperti biji kacang dan sisi dalamnya atau hilum

menghadap ketulang punggung. Sisi luarnya cembung. Pembuluh-

pembuluh ginjal semuanya masuk dan keluar pada hilum. Di atas setiap

ginjal menjulang sebuah kelenjar suprarenal. Ginjal kanan lebih pendek

dan lebih tebal dari yang kiri (12).

Faal ginjal dapat dibedakan menjadi faal ekskresi, faal regulasi, faal

endokrin dan aspek metabolik. Faal ekskresi dan regulasi dilakukan

dengan tiga proses yaitu filtrasi plasma darah melalui glomeruli,

reabsorbsi selektif oleh tubuli dan sekresi oleh tubuli. Hasil akhir yang

dihasilkan oleh tubuh adalah urin (13).

II.1.2 Pembuluh Darah pada Ginjal

Gambar 2. Pembuluh darah ginjal

(Sumber : Casiday, R., Frey, R. Maintaining the Body's Chemistry:

Dialysis in the Kidneys. Department of Chemistry, Washington University St. Louis. 2006)

Ginjal menerima sekitar 20% dari aliran darah jantung atau sekitar 1 liter

per menit darah dari 40% hematokrit, plasma ginjal mengalir sekitar 600

ml/menit. Normalnya 20% dari plasma disaring di glomerulus dengan GFR 120

ml/menit atau sekitar 170 liter per hari. Penyaringan terjadi di tubular ginjal

Page 24: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

dengan lebih dari 99% yang terserap kembali meninggalkan pengeluaran urine

terakhir 1-1,5 liter per hari. Arteri renalis membawa darah murni dari aorta

abdominalis ke ginjal. Cabang-cabangnya beranting banyak di dalam ginjal dan

menjadi arteriol aferen, dan masing-masing membentuk simpul dari kapiler-

kapiler di dalam salah satu glomerulus. Pembuluh eferen kemudian tampil

sebagai arteriol eferen yang bercabang-cabang membentuk jaringan kapiler

sekeliling tubulus uriniferus. Kapiler-kapiler ini kemudian bergabung lagi

membentuk vena renalis, yang membawa darah dari ginjal ke vena kava inferior.

Maka darah yang beredar dalam ginjal mempunyai dua kelompok kapiler, yang

bertujuan agar darah dapat lebih lama berada di sekitar tubulus uriniferus,

karena fungsi ginjal tergantung pada hal tersebut (9, 14, 15).

II.1.3 Nefron Ginjal

Gambar 3. Nefron

(Sumber : sumber: Ralph E. Cutler, MD. Biologi Kidney of the Urinary Tract. Kidney.

2006)

Page 25: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

Nefron merupakan unit dasar struktural dan fungsional ginjal, diperkirakan

ada 1.000.000 nefron dalam setiap ginjal. Setiap nefron mulai sebagai berkas

kapiler yang erat tertanam dalam ujung atas yang lebar pada uriniferus atau

nefron. Nefron merupakan unit utama fungsi ginjal, terdiri atas glomerulus,

tubulus proksimalis, ansa Henle, tubulus distalis dan duktus kolektikus.

Glomerulus menyaring darah dan filtrat mengalir ke tubulus. Hampir semua air

dari filtrat direabsorpsi, dan hanya 1-2 ml/menit saja yang menjadi urin.

Sementara itu terjadi pula sekresi dan reabsorpsi di sepanjang tubuli proksimalis

dan distalis (14, 16).

Nefron berdasarkan letak glomerulusnya :

a. Nefron kortikal yang superfisial

Glomerulus ± 1 mm di bawah kapsula renalis, ansa henle pendek dengan

kelokan diperbatasan antara medulla dalam dan luar.

b. Nefron midkortikal

Glomerulus di bagian tengah korteks, ansa henle ada yang panjang atau

pendek.

c. Nefron jukstamedula

Glomerulus di perbatasan korteks medulla, ansa henle panjang mencapai

medulla bagian dalam sampai ke ujung papilla (14).

II.1.4 Fungsi ginjal

Secara khusus fungsi ginjal dapat disarikan dalam enam poin yaitu,

mengatur keseimbangan pH darah, meregulasi tekanan darah,

memproses vitamin D sehingga dapat distimulasi oleh tulang, membuang

racun dan produk buangan/ limbah dari darah, racun di dalam darah

Page 26: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

diantaranya urea dan uric acid, menjaga kebersihan darah dengan

meregulasi seluruh cairan (air dan garam) di dalam tubuh, dan

memproduksi hormon erythropoiethin yang bertugas memproduksi sel

darah merah di tulang (17).

Pemeriksaan fungsi ginjal dapat dilakukan dengan menghitung

LFG. LFG didefinisikan sebagai volume filtrat yang masuk ke dalam

kapsul Bowman per satuan waktu. LFG relatif konstan dan memberi

indikasi kuat mengenai kesehatan ginjal. Proses filtrasi di glomeruli terjadi

secara pasif. LFG ditentukan oleh tiga faktor yaitu keseimbangan tekanan-

tekanan yang bekerja pada dinding kapiler, kecepatan aliran plasma

melalui glomerulus dan permeabilitas serta luas permukaan kapiler yang

berfungsi. Dengan demikian, penurunan luas permukaan glomerulus akan

menurunkan LFG. Nilai rata-rata untuk LFG pada seorang pria dewasa

adalah 180 liter per hari (125 ml per menit) (13,18).

Pengukuran LFG dapat dilakukan apabila ada zat yang secara

bebas dan mudah difiltrasi di glomerulus dan tidak mengalami reabsorpsi,

sekresi atau perubahan melalui cara apapun, sebelum zat tersebut

muncul diurin. LFG yang diukur dari kreatinin dan volume urin hanyalah

merupakan perkiraan dari LFG sebenarnya, akibat sejumlah kecil kreatinin

yang berpindah dari cairan peritubulus ke dalam sel-sel tubulus dan

disekresikan ke dalam lumen tubulus. Dengan demikian, LFG yang

dihitung berdasarkan kreatinin akan sedikit lebih tinggi, karena lebih

Page 27: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

banyak kreatinin yang diekskresikan dalam urin daripada yang difiltrasi di

glomerulus (19,20).

II.2 Gagal ginjal kronik

GGK adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat persisten dan

irreversibel (12). GGK terjadi akibat penyakit ginjal primer (misalnya

glomerulonefritis kronis, pielonefritis kronis, ginjal polikistik) maupun

penyakit ginjal sekunder (misalnya nefropati hipertensi, nefropati diabetik,

nefropati obstruktif akibat batu saluran kemih) (13).

Stadium dini penyakit GGK dapat dideteksi dengan pemeriksaan

laboratorium. Pengukuran kadar kreatinin serum dilanjutkan dengan

penghitungan nilai laju LFG dapat mengidentifikasi pasien yang

mengalami penurunan fungsi ginjal (8).

GGK adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari 3 bulan,

berdasarkan kelainan patologik atau petanda kerusakan ginjal seperti

proteinuria. Jika tidak ada tanda kerusakan ginjal, diagnosis penyakit

ginjal kronik ditegakkan jika nilai LFG kurang dari 60 ml/menit/1,73 m2 ,

seperti yang terlihat pada dibawah ini (20).

Batasan penyakit GGK:

1. kerusakan ginjal > 3 bulan, yaitu kelainan struktur atau fungsi ginjal,

dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus berdasarkan:

a. Kelainan patologik

b. Petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria atau kelainan pada

pemeriksaan pencitraan

Page 28: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

2. laju filtrasi glomerulus < 60 ml/menit/1,73 m2 selama > 3 bulan dengan

atau tanpa kerusakan ginjal (20).

Pada pasien GGK, klasifikasi stadium ditentukan oleh nilai LFG,

yaitu stadium yang lebih tinggi menunjukkan nilai LFG yang lebih rendah.

Klasifikasi tersebut membagi penyakit GGK dalam lima stadium (21).

a. Stadium I : Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau meningkat

(>90 ml/min/1.73 m2). fungsi ginjal masih normal tapi telah terjadi

abnormalitas patologi dan komposisi dari darah dan urin.

b. Stadium II : Penurunan LFG ringan yaitu 60-89 ml/min/1.73 m2

disertai dengan kerusakan ginjal. Fungsi ginjal menururn ringan dan

ditemukan abnormalitas patologi dan komposisi dari darah dan urin.

c. Stadium III : Penurunan LFG sedang yaitu LFG 30-59 ml/min/1.73 m2.

Tahapan ini terbagi lagi menjadi tahapan IIIA (LFG 45-59) dan tahapan

IIIB (LFG 30-44). Saat pasien berada dalam tahapan ini telah terjadi

penurunan fungsi ginjal sedang.

d. Stadium IV : Penurunan LFG berat yaitu 15-29 ml/menit/1.73 m2,

terjadi penurunan fungsi ginjal yang berat. Pada tahapan ini dilakukan

persiapan untuk terapi pengganti ginjal.

e. Stadium V : Gagal ginjal dengan LFG 15 ml/menit/1.73 m2,

merupakan tahapan kegagalan ginjal tahap akhir. Terjadi penururnan

fungsi ginjal yang sangat berat dan dilakukan terapi pengganti ginjal

secara permanen (22).

Page 29: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

GGK selalu berkaitan dengan penurunan progresif LFG. Stadium

atau tahapan GGK didasarkan pada tingkat LFG yang tersisa dan

mencakup:

1. Penurunan cadangan ginjal, yang terjadi apabila LFG turun 50% dari

normal.

2. Insufisiensi ginjal, yang terjadi apabila LFG turun menjadi 20 – 35 %

dari normal. Nefron – nefron yang tersisa sangat rentan mengalami

kerusakan sendiri karena beratnya beban yang mereka terima.

3. Gagal ginjal yang terjadi apabila LFG kurang dari 20 % normal.

Semakin banyak nefron yang mati.

4. Penyakit ginjal stadium akhir, yang terjadi apabila LFG menjadi kurang

dari 5 % dari normal. Hanya sedikit nefron fungsional yang tersisa.

Diseluruh ginjal ditemukan jaringan parut dan atrofil tubulus (13,23).

II.3. Elektrolit

Keseimbangan cairan dan elektrolit mencakup komposisi dan

perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang

terdiri dari air dan zat terlarut. Elektrolit adalah zat kimia yang

menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika

berada didalam larutan .cairan dan elektrolit masuk kedalam tubuh melalui

makanan, minuman, dan cairan intra vena dan didistribusi keseluh bagian

tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit menandakan cairan dan

elektrollit tubuh total yang normal, demikian juga dengan distribusinya

dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling

Page 30: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

bergantung satu dengan yang lainnya, jika salah satu terganggu maka

demikian juga dengan yang lainnya. Oleh karena itu cairan dan elektrolit

harus dibicarakan secara bersamaan (2).

Berbagai membran (kapiler sel) memisahkan cairan tubuh total

kedalam dua bagian utama. Pada orang dewasa, sekitar 40% berat badan

atau dua per tiga dari total body water (TBW) berada didalam sel atau

disebut sebagai intracellular fluid (ICF). Sepertiga sisa TBW atau 20% dari

berat badan, berada diluar sel atau disebut sebagai cairan evtracellular

fluid (ECF) (2).

Zat terlarut yang terdapat dalam cairan tubuh meliputi elektrolit dan

nonelektrolit. Nonelektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam

larutan dan tidak bermuatan listrik. Nonelektrolit terdiri atas protein, urea,

glukosa, oksigen, karbon dioksida dan asam-asam organik. Garam yang

terurai didalam air menjadi satu atau lebih partikel-partikel bermuatan,

disebut sebagai ion atau elektrolit. Elektrolit tubuh mencakup natrium

(Na+), kalium (K+), kalsium (Ca++), magnesium (Mg++), klorida (Cl-),

bokarbonat (HCO3-), fosfat (HPO4

=), dan sulfat (SO4=). Kation utama pada

ECF adalah Na+, dan anion utamaya adalah Cl- dan HCO3-, konsentrasi

elektrolit-elektrolit ini rendah pada ICF. Pada ICF, K+ adalah kation utama

dan HPO4= adalah anion utamanya, dan sebaliknya, konsentrasi elektrolit-

elektrolit ini rendah pada ECF. Sebagai partikel terbanyak dalam ECF, Na+

berperan penting dalam mengendalikan volume cairan tubuh total,

sedangkan K+ berperan pentig dalam mengendalikan volume sel.

Page 31: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

Perbedaan muatan listrik didalam dan diluar membran sel diperlukan

untuk menghasilkan kerja syaraf dan otot, sedangkan perbedaan

konsentrasi Na+ dan K+ didalam dan diluar membran sel berperan penting

dalam mempertahankan perbedaan muatan listrik itu. Meskipun

konsentrasi ion pada tiap bagian berbeda-beda, hukum netralisali listrik

menyatakan bahwa jumlah muatan-muatan negatif harus sama dengan

jumlah muatan-muatan poitif (dalam satuan mili-ekuivalen) dalam setiap

bagian. Mempertahankan muatan listrik yang nertal memiliki arti penting

dalam menentukan perpindahan ion antara ECF dan ICF dan pada ginjal

(2).

Tabel 1. Kadar Elektrolit dalam Cairan Ekstrasel dan Intrasel

Elektrolit

Plasma

mEq/ L

Cairan

Interstitial

mEq/L

Cairan

Intraseluler

mEq/L

Na+ 140 148 13

K+ 4,5 5,0 140

Ca2+ 5,0 4,0 1 x 10-7

Mg2+ 1,7 1,5 7,0

Cl- 104 115 3,0

HCO3- 24 27 10

SO42+ 1,0 1,2 -

PO42+ 2,0 2,3 107

Protein 15 8 40

Anion Organik 5,0 5,0 -

Sumber : Darwis D, Moenajat Y, Nur BM, Madjid A.S, Siregar P, Aniwidyaningsih W, dkk, “Fisiologi Keseimbangan Air dan Elektrolit ” dalam Gangguan Keseimbangan Air-Elektrolit dan Asam-Basa, Fisiologi, Patofisiologi, Diagnosis dan Tatalaksana, Edisi ke-2, FK-UI, Jakarta 2008

II.3.1. Natrium (Na+)

Na+ merupakan kation terbanyak dalam cairan ekstrasel.

Jumlahnya bisa mencapai 60 mEq per kilogram berat badan dan sebagian

Page 32: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

kecil (10-14 mEq /L) berada dalam cairan intrasel. Lebih dari 90% tekanan

osmotik dicairan ekstrasel ditentukan oleh garam yang mengandung Na+,

khususnya dalam bentuk natrium clorida (NaCl) dan natrium bikarbonat

(NaHCO3) sehingga perubahan tekanan osmotik pada cairan ekstrasel

menggambarkan perubahan konsentrasi Na+ (24).

Perbedaan kadar Na+ intravaskuler dan interstitial disebabkan oleh

keseimbangan Gibss-Donnan, sedangkan perbedaan kadar Na+ dalam

cairan ekstraselular dan intra sel disebabkan oleh adanya transpor aktif

dari Na+ keluar sel yang bertukar dengan masuknya K+ kedalam sel

(pompa Na+ K+) (25-26).

Jumlah Na+ dalam tubuh merupakan gambaran antara Na+ yang

masuk dan Na+ yang dikeluarkan. Pemasukan Na+ yang berasal dari diet

melalui epitel mukosa saluran cerna dengan proses difusi dan

pengeluarannya melalui ginjal atau saluran cerna atau keringat dikulit.

Pemasukan dan pengeluaran Na+ perhari mencapai 48 – 144 mEq (24).

Ekskresi Na+ terutama dilakukan oleh ginjal. Pengaturan ekskresi

ini dilakukan untuk mempertahankan homeostasis Na+ yang sangat

diperlukan untuk mempertahankan volume cairan tubuh. Na+ diviltrasi

bebas di glomeurus, direabsorpsi secara aktif 60-65% ditubulus proksimal

bersama dengan H2O dan klorida yang direabsorpsi secara pasif, sisanya

direabsorpsi dilengkung henle (25-30%), tubulus distal (5%) dan duktus

koligentes (4%) (24).

Page 33: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

II.3.1.1 Nilai Rujukan Na+

Nilai rujukan kadar Na+ pada: (32)

- Serum : 134 – 150 mmol/L

- Serum anak dan dewasa : 135 – 145 mmol/L

- Urine anak dan dewasa : 40 – 220 mmol/L

- Cairan serebrospinal : 136 – 150 mmol/L

- Feses : < 10 mmol/L

II.3.1.2 Gangguan Keseimbangan Na+

Seseorang dikatakan hiponatremia apabila konsentrasi Na+ plasma

dalam tubuhnya turun lebih dari beberapa miliekuivalen dibawah nilai

normal (135-145 mEq/L) dan hipernatremia bila konsentrasi Na+ plasma

meningkat diatas normal. Hiponatremia biasanya berkaitan dengan

hiperosmolaritas (27).

II.3.1.2.1 Penyebab Hiponatremia

Kehilangan natrium klorida pada cairan ekstrasel atau penambahan

air yang berlebihan pada cairan ekstrasel akan menyebabkan penurunan

konsentrasi Na+ plasma. Kehilangan natrium klorida primer biasanya

terjadi pada hipoosmotik seperti pada keadaan berkeringat selama

aktivitas berat yang berkepanjanan, berhubungan dengan penurunan

volume cairan ekstrasel seperti diare, muntah-muntah, dan penggunaan

diuretik secara berlebihan (28).

Hiponatremia juga dapat disebabkan oleh beberapa penyakit ginjal

yang menyebabkan gangguan fungsi glomelurus dan tubulus pada ginjal,

Page 34: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

penyakit addison serta retensi air yang berlebihan akibat hormon

antidiuretik(28). Kepustakaan lain menyebutkan bahwa respon fisiologis

dari hiponatremia adalah tertekannya pengeluaran ADH dari hipotalamus

(24).

II.3.1.2.2 Penyebab Hipernatremia

Peningkatan onsentrasi Na+ plasma karena kehilangan air dan

larutan eksternal atau karena kelebihan Na+ dalam cairan ekstrasel seperti

pada retensi air oleh ginjal dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi

natrium klorida dalam ekstrasel (29).

Kepustakaan lain menyebutkan bahwa hipernatremia dapat terjadi

bila ada defisit cairan tubuh akibat ekskresi air melebihi ekskresi Na+ atau

asupan air yang kurang (24).

II.3.2 Kalium (K+)

Sekitar 98% jumlah K+ dalam tubuh berada didalam cairan intrasel.

Kosentrasi K+ intrasel sekitar 145 mEq/L dan konsentrasi K+ ekstrasel 4-5

mEq/L sekitar (sekitar 2%). Jumlah konsentrasi kalium pada orang

dewasa berkisar 50-60 per kilogram berat badan. Jumlah K+ ini

dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin. Jumlah K+ pada wanita 25%

lebih kecil dibanding pada laki-laki dan jumlah kalium pada orang dewasa

lebih kecil 20% dibandingkan pada anak-anak (29).

Perbedaan kadar K+ diplasma dan cairan interstisial dipengaruhi

oleh keseimbangan Gibbs-Donnan, sedangkan perbedaan K+ intrasel dan

interstisial adalah akibat adanya transpor aktif (pompa Na+ K+ ) (29).

Page 35: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

Jumlah K+ dalam tubuh merupakan cerminan keseimbangan K+

yang masuk dan keluar. Pemasukan K+ melalui saluran cerna tergantung

dari jumlah dan jenis makanan. K+ difiltrasi diglomelurus, sebagian besar

(70-80%) direabsorpsi secara aktif maupun pasif ditubulus proksimal dan

direabsorpsi bersama dengan Na+ dan Cl- dilengkung henle. K+

dikeluarkan dari tubuh melalui traktus gastrointestinal kurang dari 5%, kulit

dan urine mencapai 90% (29)

II.3.2.1 Nilai Rujukan K+

Nilai rujukan K+ pada: (32)

- Serum bayi : 3,6 – 5,8 mmol/L

- Serum anak : 3,5 – 5,5 mmol/L

- Serum dewasa : 3,5 – 5,3 mmol/L

- Urine anak : 17 – 57 mmol/ 24 jam

- Urine dewasa : 40 – 80 mmol/ 24jam

- Cairan lambung : 10 mmol/L

II.3.2.2 Gangguan Keseimbangan K+

Bila kadar K+ kurang dari 3,5 mEq/L disebut sebagai hipokalemia

dan kadar kalium lebih dari 5,3 mEq/L disebut sebagai hiperkalemia.

Kekurangan ion K+ dapat menyebabkan frekuensi denyut jantung

melambat. Peningkatan K+ plasma 3 – 4 mEq/L dapat menyebabkan

aritmia jantung, konsentrasi yang lebih tinggi lagi dapat menimbulkan henti

jantung (24).

Page 36: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

II.3.2.2.1 Penyebab Hipokalemia

Penyebab hipokalemia dapat di bagi sebagai berikut:

a. Asupan kalium kurang

Orang tua yang hanya makan roti panggang dan teh, peminum

alkohol yang berat sehingga jarang makan dan tidak makan dengan baik,

atau pada pasien sakit berat yang tidak dapat makan dan minum dengan

baik melalu mulut atau di sertai oleh masalah lain misalnya pada

pemberian diuretik atau pemberian diet rendah kalori pada program

menurunkan berat badan dapat menyebabkan hipokalemia (24).

b. Pengeluaran kalium berlebihan

pengeluaran K+ yang berlebihan terjadi melalui saluran cerna seperti

muntah muntah, melalui ginjal seperti pemakaian diuretiik, kelebihan

hormon mineralokortikoid primer/ hiperaldosteronisme primer (sindrom

bartter atau sindrom gitelman) atau melalui keringat yang berlebihan (24).

Diare, tumor kolon (adenoma vilosa) dan pemakaian pencahar

menyababkan K+ keluar bersama bikarbonat pada saluran cema bagian

bawah (asidosis metabolik) (24).

c. Kalium masuk kedalam sel

K+ masuk kedalam sel dapat terjadi pada alkalosis ekstrasel,

pemberian insulin, hipokalemik dan hiponatremia (24).

Page 37: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

II.3.2.2.2 Penyebab Hiperkalemia

Hiperkalemia dapat disebabkan oleh:

a. Keluarnya K+ dari intrasel ke ekstrasel

K+ keluar dari sel dapat terjadi pada beberapa keadaan berikut,

asidosis metabolik, defisit insulin, serta katabolisme jaringan meningkat

(28).

b. Berkurangnya ekskresi K+ melalui ginjal (28)

II.3.3 Clorida (Cl-)

Cl- merupakan anion utama dalam cairan ektrasel. Pemeriksaan

konsentrasi Cl- dalam plasma berguna sebagai diagnosis banding pada

gangguan keseimbangan asam basa dan menghitung anion gap (31).

Jumlah Cl- pada orang dewasa normal sekitar 30 mEq per kilogram

berat badan. Sekitar 88% Cl- berada dalam cairan ekstraseluler dan 12%

dalam cairan intrasel. konsentrasi Cl- pada bayi lebih tinggi dibandingkan

pada anak-anak dan dewasa (31).

Jumlah Cl- dalam tubuh ditentukan oleh keseimbangan antara Cl-

yang masuk dan yang keluar. Cl- yang masuk tergantung dari jumlah dan

jenis makanan. Kandungan Cl- dalam makanan sama dengan Na+. Orang

dewasa pada keadaan normal rata rata mengkonsumsi 50-200 mEq Cl-

pehari dan ekskresi Cl- bersama feses sekitar 1-2 mEq perhari. Ekskresi

utama Cl- adalah melalui ginjal. (31)

Page 38: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

II.3.3.1 Nilai Rujukan Cl- (32)

- Serum bayi baru lahir : 94 – 112 mmol/L

- Serum anak : 98 – 105 mmol/L

- Serum dewasa : 95 – 105 mmol/L

- Keringat anak : <50 mmol/L

- Keringat Dewasa : <60 mmol/L

- Urine : 110 – 250 mmol/ 24jam

- Feses : 2 mmol/24 jam

II.3.3.2. Gangguan Keseimbangan Cl-

Gangguan keseimbangan Cl- dapat dibagi kedalam dua bagian

yaitu hipoklorinemia yang ditandai dengan penurunan kadar Cl- dibawah

nilai rujukan dan hiperklorinemia yang ditandai dengan peningkatan kadar

Cl- dari niai rujukan (33)

II.3.3.2.1 Penyebab Hipoklorinemia

Hipoklorinemia terjadi jika pengeluaran Cl- melebihi pemasukan.

Penyebab hipoklorinemia umumnya sama dengan hiponatremia, tetapi

pada alkalosis metabolik dengan hipoklorinemia, defisit Cl- tidak disertai

defisit natrium. Hipoklorinemia juga dapat terjadi pada gangguan yang

berkaitan dengan retensi bikarbonat, contohnya pada asidosis

resporatorikdengan kompensasi ginjal (33).

II.3.3.2.2 Penyebab Hiperklorinemia

Hiperklorinemia terjadi jika pemasukan melebihi pengeluaran pada

gangguan mekanisme homeostasis dari Cl-. Umumnya penyebab

Page 39: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

hiperklorinemia sama dengan hipernatremia. Hiperklorinemia dapat

dijumpai pada kasus dehidrasi, asidosis tubular ginjal, gagal ginjal akut,

asidosis metabolik yang disebabkan karena diare yang lama dan

kehilangan natrium bikarbonat, diabetes insipidus, hiperfungsi status

adrenokortikal dan penggunaan larutan salin yang berlebihan, alkalosis

respiratorik. (33)

II.4 Hemodialisa

HD adalah suatu proses pembersihan darah dengan menggunakan

ginjal buatan (dialyzer), dari zat-zat yang konsentrasinya berlebihan di

dalam tubuh, dimana cara kerja hemodialisis adalah dengan melewatkan

darah pada membran semipermeabel sehingga terjadi proses difusi toksin

karena terjadinya perbedaan gradien konsentrasi (22).

Page 40: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

Gambar 4. Hemodialisa

(Sumber : Alam Syamsir., Hadibroto Iwan. Gagal Ginjal. PT Gramedia

Pustaka Utama. 2007)

Darah mengalir melalui lapisan-lapisan membran, dan cairan

dialisis dapat mengalir dalam arah yang sama seperti darah, atau dengan

arah berlawanan(2). Proses ini dilakukan 1 - 3 kali seminggu di rumah

sakit dan setiap kalinya membutuhkan waktu sekitar 2 – 4 jam (9).

Pada proses HD, terjadi 2 mekanisme yaitu, mekanisme difusi dan

mekanisme ultrafiltrasi. Mekanisme difusi bertujuan untuk membuang zat-

zat terlarut dalam darah (blood purification), sedangkan mekanisme

ultrafiltrasi bertujuan untuk mengurangi kelebihan cairan dalam tubuh

(volume control) (23). Kedua mekanisme dapat digabungkan atau dipisah,

sesuai dengan tujuan awal dari HD yang dilakukan (21).

Mekanisme difusi terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi

antara kompartemen darah dan kompartemen dialisat. Zat-zat terlarut

dengan konsentrasi tinggi dalam darah berpindah dari kompartemen

darah ke kompartemen dialisat, sebaliknya zat-zat terlarut dalam cairan

dialisat dengan konsentrasi rendah berpindah dari kompartemen dialisat

ke kompartemen darah. Proses difusi ini akan terus berlangsung hingga

konsentrasi pada kedua kompartemen telah sama. Kemudian, untuk

menghasilkan mekanisme difusi yang baik, maka aliran darah dan aliran

dialisat dibuat saling berlawanan (21).

Mesin HD merupakan perpaduan dari komputer dan pompa,

dimana mesin HD mempunyai fungsi untuk mengatur dan memonitor.

Page 41: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

Pompa yang ada dalam mesin HD berfungsi untuk mengalirkan darah dari

tubuh ke dialiser dan mengembalikan kembali ke dalam tubuh (21).

Mesin HD saat ini sudah dibuat dengan komputerisasi, dilengkapi

dengan monitor dan parameter-parameter kritis, diantaranya memonitor

kecepatan dialisat dan darah, konduktivitas cairan dialisat, temperatur dan

pH, aliran darah, tekanan darah dan memberikan informasi jumlah cairan

yang dikeluarkan serta informasi penting lainnya. Mesin ini juga dilengkapi

dengan alarm yang akan berbunyi jika ada sesuatu yang tidak normal.

Sistem monitoring setiap mesin HD sangat penting untuk menjamin

efektifitas proses dialysis dan keselamatan pasien (22).

Metode HD ini punya kelemahan yaitu proses ini membutuhkan

heparin untuk mencegah pembekuan, namun heparin juga bisa

menyebabkan perdarahan. Metode ini juga memnimbulkan gangguan

haemodinamik dan penambahan beban jantung, karena tekanan darah

sulit untuk dikendalikan. Kelainan HD yang lain adalah seringkali

menimbulkan infeksi pada rongga perut. Selain itu juga meningkatkan

kadar lemak dan mengakibatkan kegemukan (obesitas), serta dapat

menimbulkan hernia, serta sakit pinggang (9).

Sementara itu, di samping kekurangannya juga ada kelebihan dari

metode HD yaitu lebih memudahkan pengendalian kimia darah dan

tekanan darah. Cairan dialisat dapat dijadikan sebagai sumber nutrisi (9)

HD digunakan pada pasien GGK untuk mengurangi nilai BUN,

kreatinin, hiperkalemia dan memperbaiki keadaan asidosis metabolik (22).

Page 42: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

Tujuan hemodialisa adalah untuk mengambil zat-zat nitrogen yang toksik

dari dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan. Ada tiga prinsip yang

mendasari kerja hemodialisa yaitu difusi, osmosis dan ultrafiltrasi.

Toksin dan zat limbah di dalam darah dikeluarkan melalui proses difusi

dengan cara bergerak dari darah, yang memiliki konsentrasi lebih tinggi ke cairan

dialisat yang konsentrasinya rendah. Air yang berlebihan dikeluarkan dari dalam

tubuh melalui proses osmosis. Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan

menciptakan gradien tekanan, dengan kata lain, air bergerak dari daerah

dengan tekanan yang lebih tinggi (tubuh pasien) ke tekanan yang lebih rendah

(cairan dialisat). Gradien ini dapat ditingkatkan melalui penambahan tekanan

negatif yang dikenal dengan ultrafiltrasi pada mesin dialisis. Tekanan negatif

diterapkan pada alat ini sebagai kekuatan pengisap pada membran dan

memfasilitasi pengeluaran air. Karena pasien tidak dapat mengekskresikan air,

kekuatan ini diperlukan untuk mengeluarkan cairan hingga tercapai isovolemia

(keseimbangan cairan ) (22).

Page 43: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

III.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah observasi laboratorium dengan pendekatan

cross sectional tentang gambaran kadar elektrolit (Na+, K+, dan Cl- ) pra

dan post HD pada pasien GGK.

III.2 Tempat dan Waktu Penelitian

III.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar dan RSUP Labuang Baji Makassar.

III.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari – Febuari 2013.

III.3 Populasi Penelitian

Populasi adalah semua pasien GGK yang melakukan

pemeriksaan kadar elektrolit di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar dan RSUP Labuang Baji Makassar.

III.4 Perkiraan Besar Sampel

Besar sampel diperkirakan berdasarkan rumus Simple Random Sampling:(30)

n = z 2 PQ

d2

Page 44: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

Keterangan :

- z = deviat baku normal untuk tingkat kemaknaan, α [ditetapkan].

Nilai α ini dipilih sesuai dengan IK yang diinginkan. Bila IK 95%,

maka berarti α= 0,05, sehingga zα= 1,96.

- P = proporsi penyakit atau keadaan yang akan dicari, P [dari

pustaka] atau Perkiraan proporsi (prevalensi) penyakit/efek pada

populasi dari penelitian sebelumnya. (0,1)

- Q = 1- P (0,9)

- d = tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki, d [ditetapkan].

- n = besar sampel

n = 1,962 x 0,1 x 0,9

0,12

n = 3,8416 x 0,09

0,01

n = 0,345 = 34,57 dibulatkan menjadi 35 sampel

0,01

III.5 Kriteria Sampel

III.5.1 Kriteria Inklusi

1. Pasien GGK dengan kadar kreatinin lebih besar dari 20 mg/dl dan kadar

ureum darah lebih besar dari 60 mg/dl.

2. Pasien GGK dengan usia lebih dari 40 tahun.

3. Pasien tidak sedang menjalani terapi elektrolit.

Page 45: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

III.5.2 Kriteria Eksklusi

Sampel darah hemolisis, sampel beku, Ikterik dan lipemik.

III.6 Definisi Operasional

1. Pasien GGK

Adalah pasien yang telah didiagnosa oleh dokter atau berdasarkan

rekam medik telah menderita GGK. Dimana nilai LFG kurang dari 60

ml/menit/1,73 m2 luas permukaan tubuh.

2. Pre HD

Pengukuran kadar elektrolit (Na+, K+, dan Cl- ) dalam sampel serum

sebelum dilakukan HD pada penderita GGK menggunakan alat ABX Pentra,

dengan prinsip spektrofotometri. Hasil dinyatakan dalam satuan mg/dl

3. HD

Adalah dialisis zat-zat yang dapat larut dan air dari darah dengan cara difusi

melalui membran semipermeabel atau pemisahan unsur-unsur selular dan koloid

dari zat-zat yang dapat larut diperoleh dengan ukuran pori di dalam membran

dan laju difusi.

4. Post HD

Pengukuran kadar elektrolit (Na+, K+, dan Cl- ) dalam sampel serum setelah

dilakukan HD pada penderita GGK menggunakan alat ABX Pentra, dengan

prinsip spektrofotometri. Hasil dinyatakan dalam satuan mg/dl.

5. Lama HD

Adalah lama waktu pasien dalam melaksanakan terapi berupa hemodialisa.

Page 46: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

6. Frekuensi HD

Adalah seberapa sering pasien menjalani terapi berupa hemodialisa dalam

rentan waktu satu bulan.

Page 47: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

III.7 Kerangka Konsep

Penyakit Ginjal

Primer Penyakit Ginjal

Sekunder

Ginjal

Polikistik

Nefropati

Hipertensi

Nefropati

Obstruksif

Nefropati

Diabetik

Glomerulonefritis

Kronis

Pielonefritis

Krinis

Gagal Ginjal Kronik

↑Ureum Gangguan

Elektrolit

↓ LFG ↑Kreatinin

Transplantasi

Ginjal Hemodialisa

Terapi

Pemeriksaan

laboratorium

Page 48: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

Keterangan:

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

LFG : Laju filtrasi glomelurus

III.8 Alat dan Bahan Penelitian

III.8.1 Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam pengambilan darah yaitu: jarum, holder,

tabung darah, tourniquet, alat. Untuk pemeriksaan kadar natrium, kalium,

dan klorida meliputi : pipet mikro, tabung mikro, rak tabung, ak sampel,

alat automatik ABX Pentra 400.

III.8.2 Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan yaitu sampel serum, etanol 70 %, kapas, dan reagen

pemeriksaan, meliputi : Reagen natrium, Reagen kalium, Reagen Clorida

III.9 Prosedur Kerja

III.9.1 Pengambilan Darah

Terlebih dahulu ditentukan pembuluh darah vena yang akan

dilakukan pengambilan darah, biasanya pengambilan darah dilakukan

pada vena mediana cubiti, pada vena mediana cubiti terlebih dahulu

dibersihkan dengan alkohol 70% dan dibiarkan sampai menjadi kering

Hiponatremia

(↓Na+)

Hiperkalemia

(↑Ka+)

Page 49: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

lagi. Ikatan pembendung dipasang pada lengan atas dan diminta agar

mengepal dan membuka tangannya berkali-kali agar vena jelas terlihat.

Pembendungan vena tidak perlu dengan ikatan erat-erat, bahkan

sebaiknya hanya cukup erat untuk memperlihatkan dan agak menonjolkan

vena. Kulit ditusuk dengan jarum yang telah dipasang pada holder,

kemudian tabung darah dimasukkan kedalam holder dengan hati-hati agar

tidak menggerakkan jarum. Ketika darah mulai mengalir kedalam tabung

darah, pembendungan dilepaskan atau diregangkan. Posisi holder dan

tabung ditahan sampai didapatkan volume darah yang dikehendaki. Jika

volume darah telah mencukupi, tabung darah dilepaskan dari holder,

kemudian diletakkan kapas di atas jarum dan jarum ditarik perlahan-lahan.

Setelah selesai, pasien diminta menekan tempat pengambilan darah

selama beberapa menit dengan kapas tadi, kemudian diberi plester.

III.9.2 Prinsip Alat ABX Pentra 400

Alat automatik ABX Pentra 400 menggunakan prinsip spektrofotometri

dengan panjang gelombang tertentu sesuai parameter yang diperiksa. Prosedur

kerja alat meliputi pemeriksaan kondisi alat, menghidupkan (ON/Power) alat,

kontrol dan kalibrasi alat, analisa sampel, serta mematikan (OFF) alat.

III.10 Cara Kerja

III.10.1 Persiapan sampel

Sampel yang digunakan dalam pemeriksaan adalah serum. Setelah

pengambilan darah, tabung darah segera disentrifus atau dapat didiamkan

selama 10-30 menit sebelum disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 10

menit.

Page 50: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

III.10.2 Pemeriksaan sampel

Pemeriksaan dilakukan dengan alat automatis ABX Pentra 400. Sampel

serum sebanyak 500 µL dimasukkan dalam tempat sampel kemudian diletakkan

pada rak sampel sesuai dengan nomor pemeriksaan. Reagen dimasukkan dalam

tempat reagen dan diletakkan pada rak sesuai dengan program pemeriksaan.

Setelah itu alat akan melakukan pemeriksaan secara automatik sesuai program

yang dijalankan. Hasil pemeriksaan yang diperoleh dalam bentuk print out.

III.11. Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dilakukan tabulasi (entry data)

dan diolah dengan program SPSS-PC

III.12 Etika Penelitian

1. Informed Consent

Lembaran persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti yang

memenuhi kriteria dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian, bila

subjek menolak, maka peneliti akan menghormati hak-hak responden.

2. Anonymity (Tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan nama

responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun

masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti.

Page 51: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Hasil Penelitian

Telah dilakukan penelitian terhadap pasien gagal ginjal kronik yang

melakukan hemodialisa di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar dan Rumah Sakit Umum Labuang Baji Makassar dengan jumlah

sampel sebanyak 35 sampel pada periode bulan Januari – Februari 2013.

Populasi penelitian terdiri atas 23 laki-laki dan 12 perempuan dengan

persentase masing masing 65,7% dan 34,2%. Disini terlihat bahwa jumlah laki-

laki dan perempuan jauh berbeda.

Karakteristik populasi berdasarkan kategori umur yaitu, umur terendah

adalah 30 tahun (n=1) dan umur tertinggi 68 tahun (n=1). Dari keempat kategori

umur yang dibuat memiliki nilai yaitu umur 30-39 tahun berjumlah 3 orang (8,5%);

umur 40-49 tahun berjumlah 6 orang (17,1%); umur 50-59 tahun berjumlah 13

orang (37,1%) dan umur >60 th berjumlah 13 orang (37,1%).

Karakteristik populasi berdasarkan lama HD yaitu waktu terendah adalah 1

bulan (n=1) dan waktu tertinggi adalah 63 bulan (n=1). Dari keempat kategori

waktu yang dibuat memiliki nilai, yaitu 1-19 bulan berjumlah 2 orang (5,7%); 20-

39 bulan berjumlah 13 orang (37,1%); 40-59 bulan berjumlah 14 orang (4%) dan

waktu >60 bulan berjumlah 6 orang (17,1%).

Tabel 2. Data Dasar Penelitian

Page 52: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

Parameter

Jenis Kelamin Laki-laki (%)

Perempuan (%)

23 (65,7)

12 (34,2)

Umur (tahun)

30-39 (%)

40-49 (%)

50-59 (%)

>60 (%)

3 (8,5)

6 (17,1)

13 (37,1)

13 (37,1)

Lama HD

(bulan)

1-19 (%)

20-39 (%)

40-59 (%)

>60 (%)

2 (5,7)

13 (37,1)

14 (4)

6 (17,1)

Frekuensi HD

(per-bulan)

1-9 (%)

10-19 (%)

1 (2,8)

34 (97,1)

Kadar Elektrolit

Pre HD

Kadar Elektrolit

Post HD

Na+

Maksimal

Minimal

K+

Maksimal

Minimal

Cl-

Maksimal

Minimal

Na+

Maksimal

Minimal

K+

Maksimal

135 mmol/L

120 mmol/L

7,1 mmol/L

3,5 mmol/L

114 mmol/L

91,5 mmol/L

144 mmol/L

122 mmol/L

6,5 mmol/L

Page 53: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

Karakteristik populasi berdasarkan frekuensi HD yaitu, frekuensi terendah

adalah 1 kali per-bulan (n=1), 11 kali per-bulan (n=14) dan frekuensi tertinggi

adalah 12 kali per-bulan (n=20). Dari kedua kategori frekuensi yang dibuat

Minimal

Cl-

Maksimal

Minimal

3,1 mmol/L

105 mmol/L

95 mmol/L

Page 54: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

memiliki nilai, yaitu: frekuensi 1-9 per-bulan berjumlah 1 orang (2,8%); dan

frekuensi 10-19 per-bulan berjumlah 34 orang (97,1%).

Tabel 3. Karakteristik Hasil Pemeriksaan Elektrolit Na+, K

+ dan Cl

- Pre dan Post

Hemodialisa

Pemeriksaan Elektrolit

Pre HD (mmol/L) Post HD (mmol/L) Selisih Pre dan Post HD (mmol/L)

Min Max Rata-rata

Min Max Rata- rata

Min Max Rata- rata

Na+

(mmol/L) 120 135 130,5 122 144 134,2 -2 -9 -3,69

K+

(mmol/L) 3,5 7,1 5,5 3,1 6,5 4,5 0,4 1 1

Cl-

(mmol/L) 91,5 114 101,1 95 105 99,8

-3,5 9 1,3

Dari tabel diatas diketahui bahwa rata-rata kadar pemeriksaan elektrolit Na+

pre hemodialisa adalah 130,5 mmol/L dengan kadar minimum 120 mmol/L dan

kadar maksimum 135 mmol/L, kadar rata-rata pemeriksaan elektrolit K+ pre

hemodialisa adalah 5,5 mmol/L dengan kadar minimum 3,5 mmol/L dan kadar

maksimum 7,1 mmol/dL, rata-rata kadar pemeriksaan Cl- adalah 101,1 mmol/L,

dengan kadar minimum 91,5 mmol/L dan kadar maksimum 114 mmol/L. Dari

tabel 3 diketahui pula rata-rata kadar pemeriksaan elektrolit Na+ post hemodialisa

adalah 134,2 mmol/L dengan kadar minimum 122 mmol/L dan kadar maksimum

144 mmol/L. Kadar rata-rata pemeriksaan elektrolit K+ post hemodialisa adalah

4,5 dengan kadar minimum 3,1 mmol/L dan kadar maksimum 6,5 mmol/L, kadar

rata-rata pemeriksaan elektrolit Cl- post hemodialisa adalah 99,8 mmol/L, dengan

kadar minimum 95 mmol/L dan kadar maksimum 105 mmol/L. Selisih rata-rata

antara kadar pemeriksaan elektrolit Na+ Pre dan Post HD adalah 3,69 mmol/L,

Page 55: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

pemeriksaan elektrolit K+ adalah 1 mmol/L, dan pada pemeriksaan Cl- adalah 1,3

mmol/L.

Tabel 4. Hasil Analisis Statistik Pada Hasil Pemeriksaan Elektrolit Na+, K

+ dan Cl

- Pre dan

Post Hemodialisa*

Rata-rata P

Na+

Na+

pre HD – post HD 3.67143 0.000

K+

K+

pre HD – post HD 0.97600 0.000

Cl-

Cl- pre HD – post HD

1.21429 0.038

*Uji T berpasangan (Paired T-test)

Berdasarkan hasil analisis pada kadar hasil pemeriksaan elektrolit Na+,

K+, dan Cl- serum dari 35 sampel pada tabel 4 menunjukkan bahwa ada

perbedaan signifikan antara kadar hasil pemeriksaan elektrolit Na+, K+, dan Cl-

pre hemodialisa dan post hemodialisa yang ditandai dengan nilai P=0,000

(P<0,05) pada hasil pemeriksaan Na+ dan K+, serta nilai pada pemeriksaan

elektrolit Cl- menunjukkan hasil nilai P=0,038 (P<0,05).

VI.2. Pembahasan

Elektrolit adalah senyawa didalam larutan yang berdisosiasi menjadi

partikel yang bermuatan (ion) positif atau negatif. Sebagian besar proses

metabolisme memerlukan dan dipengaruhi oleh elektrolit. Pada ginjal terjadi

proses reabsobsi zat-zat kimia yang masih dibutuhkan oleh tubuh dan

membuang hasil metebolisme tubuh, salah satunya adalah kreatinin. Salah satu

Page 56: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

fungsi ginjal adalah menjaga konsentrasi elektrolit dan cairan tubuh. Apabila

fungsi ginjal terganggu maka konsentrasi elektrolit dalam tubuh juga terganggu

(31).

Pemeriksaan kadar elektrolit Na+ dan K+ post hemodialisa di RSUP Dr.

Wahidin Sudirohusodo dan RSUP Labuang Baji pada periode Januari-Februari

2013 telah dilakukan terhadap 35 sampel pasien gagal ginjal kronik. Penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis ada tidaknya pengaruh hemodialisa terhadap

komposisi elektrolit Na+, K+, dan Cl- pada pasien GGK.

Berdasarkan hasil penelitian pada 35 sampel pasien gagal ginjal kronik

dengan pasien berumur diatas 30 tahun atau lebih yang terdiri dari 23 (65,7%)

laki-laki dan 12 (34,2%) perempuan. Penelitian Jaladerany, Cowell, dan Geddes

(2006) pada pasien penyakit gagal ginjal kronis di Inggris yang menunjukkan hal

yang sama peneliti dapatkan bahwa jumlah laki-laki lebih banyak dari pada

perempuan. Prevalensi laki-laki lebih besar daripada perempuan karena aktivitas

laki-laki lebih banyak, sedangkan perempuan lebih sering menunda dialisis

dibanding pria karena kesibukannya dalam pekerjaan mengurus rumah tangga

(32).

Tabel 2 memperlihatkan distribusi subyek penelitian berdasarkan umur

dimana pasien gagal ginjal kronik. Kelompok umur 30 – 39 tahun sebanyak 3

(8,5%), pasien kelompok umur 40 – 49 tahun sebanyak 6 (17,1%) pasien,

kelompok umur 50 – 59 tahun sebanyak 13 (37,1%) pasien, dan kelompok umur

lebih dari 60 tahun sebanyak 13 (37,1%) pasien. Dari data tersebut diketahui

bahwa pasien paling banyak pada usia 50 - >60 tahun.

Page 57: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

Suatu studi di Amerika oleh Saydah & Eberhardt (2006) pada tahun 1999-

2004 juga menyimpulkan bahwa GGK lebih banyak dialami pasien yang berusia

diatas 40 tahun. Meningkatnya jumlah populasi pasien dewasa yang mengalami

hemodialisa dihubungkan dengan proses perjalanan penyakit GGK yang bersifat

progresif Australian Institute of Health And Welfare (2009) menyebutkan bahwa

faktor risiko GGK adalah peningkatan umur. Seperti yang dikemukakan oleh

National Kidney Foundation (2009) bahwa semakin tua usia, semakin berisiko

seseorang untuk mengalami GGK (22).

Hemodialisa digunakan pada pasien dengan gagal ginjal untuk

mengurangi nilai urea nitrogen darah, kreatinin, hiponatremia serta hiperkalemia

dan memperbaiki keadaan asidosis metabolik (22). Dari data yang diperoleh

setelah menjalani hemodialisa terjadi peningkatan kadar elektrolit Na+ dan

penurunan kadar elektrolit K+ walaupun belum semua kadar pemeriksaan post

hemodialisa yang sesuai dengan nilai rujukan normalnya, sedangkan pada hasil

pemeriksaan elektrolit Cl- post hemodialisa semua hasil menunjukkan hasil yang

sesuai dengan nilai rujukan normalnya.

Pada Tabel 3 dapat diketahui bahwa rata-rata kadar pemeriksaan elektrolit

Na+ pre hemodialisa adalah 130,5 mmol/L dengan kadar minimum 120 mmol/L

dan kadar maksimum 135 mmol/L, sedangkan kadar rata-rata pemeriksaan

elektrolit K+ pre hemodialisa adalah 5,5 mmol/L dengan kadar minimum 3,5

mmol/L dan kadar maksimum 7,1 mmol/L, dan pada hasil pemeriksaan Cl- pre

hemodialisa menunjukkan kadar rata-rata 101,1 mmol/L, kadar minimum 91,5

mmol/L dan kadar maksimum 114 mmol/L.

Page 58: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

Nilai rujukan Na+ serum adalah 135 – 145 mmol/L. Dari data hasil

pemeriksaan kadar elektrolit Na+ post hemodialisa diketahui rata-rata hasil

pemeriksaan adalah 134,2 mmol/L dengan kadar minimum 122 mmol/L dan

kadar maksimum 144 mmol/L. Dari data hasil pemeriksaan Pre hemodialisa

hanya terdapat 10 (28,5%) hasil pemeriksaan yang sesuai dengan nilai rujukan

dan 25 (71,4%) hasil pemeriksaan lainnya menunjukkan hasil dibawah dari nilai

rujukan sedangkan dari hasil pemeriksaan Post hemodialisa diketahui bahwa

terdapat 19 (54,28%) hasil pemeriksaan yang menunjukkan hasil yang sesuai

dengan nilai rujukan dan 16 (45,7%) hasil pemeriksaan yang dibawah dari nilai

rujukan.

Dari data yang telah diperoleh maka dapat diketahui bahwa terdapat

peningkatan dari 10 (28,5%) hasil pemeriksaan yang sesuai dengan nilai rujukan

menjadi 19 (54,28%) setelah menjalani terapi hemodialisa, dari data yang telah

diperoleh juga menunjukkan bahwa terdapat 9 (25,7%) hasil pemeriksaan

dibawah nilai rujukan pada pre hemodialisa mengalami kenaikan kadar menjadi

hasil pemeriksaan yang sesuai dengan nilai rujukan pada post hemodialisa serta

terdapat pula 15 (42,8%) hasil pemeriksaan yang menunjukkan kenaikan kadar

setelah menjalani hemodialisa namun belum sesuai dengan nilai rujukan, dimana

pada pasien GGK mengalami hiponatremia yang disebabkan oleh gangguan

fungsi glomelurus dan tubulus pada ginjal.

Nilai rujukan K+ serum adalah 3,5 – 5,3 mmol/L. Dari data hasil

pemeriksaan kadar elektrolit K+ post hemodialisa diketahui rata-rata hasil

pemeriksaan adalah 4,5 mmol/L dengan kadar minimum 3,1 mmol/L dan kadar

maksimum 6,5 mmol/L. Dari data hasil pemeriksaan Pre hemodialisa terdapat 14

(40%) hasil pemeriksaan yang sesuai dengan nilai rujuka dan 21 (60%) hasil

Page 59: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

pemeriksaan lainnya menunjukkan hasil yang lebih tinggi dari nilai rujukan, dari

hasil pemeriksaan Post hemodialisa diketahui bahwa terdapat 24 (68,6%) hasil

pemeriksaan yang menunjukkan hasil yang sesuai dengan nilai rujukan dan 11

(31,4%) hasil pemeriksaan yang bervariasi, dimana terdapat 3 (8,5%) hasil

pemeriksaan dibawah dari nilai rujukan dan terdapat 8 (22,8%) hasil

pemeriksaan diatas nilai rujukan.

Dari data yang telah diperoleh maka dapat diketahui bahwa terdapat

peningkatan dari 14 (40%) hasil pemeriksaan yang sesuai dengan nilai rujukan

menjadi 24 (68,6%) setelah menjalani terapi hemodialisa, dari data yang telah

diperoleh juga dapat diketahui bahwa terdapat 3 (8,5%) hasil pemeiksaan yang

sesuai dengan nilai rujukan pada pre hemodialisa menjadi hasil pemeriksaan

yang menunjukkan nilai dibawah dari nilai rujukan pada post hemodialisa, dapat

diketahui pula bahwa terdapat 13 (37,1%) hasil pemeriksaan yang menunjukkan

hasil diatas dari nilai rujukan mengalami penurunan kadar menjadi hasil yang

sesuai dengan nilai rujukan pada post hemodialisa, serta terdapat 8 (22,8%)

hasil pemeriksaan yang menunjukkan penurunan kadar setelah menjalani

hemodialisa namun belum mencapai hasil yang sesuai dengan nilai rujukan,

dimana pada pasien GGK mengalami hiperkalemia yang disebabkan oleh

keluarnya K+ dari intrasel ke ekstrasel yang disebabkan oleh terjadinya keadaan

asidosis metabolik.

Nilai rujukan Cl- serum adalah 95 – 105 mmol/L. Dari data hasil

pemeriksaan kadar elektrolit Cl- post hemodialisa diketahui rata-rata hasil

pemeriksaan adalah 99,8 mmol/L dengan kadar minimum 95 mmol/L dan kadar

maksimum 105 mmol/L. Dari data hasil pemeriksaan Pre hemodialisa hanya

terdapat 31 (88,6%) hasil pemeriksaan yang sesuai dengan nilai rujukan (normal)

Page 60: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

dan 4 (11,4%) hasil pemeriksaan lainnya menunjukkan hasil yang bervariasi

dimana terdapat 2 (5,71%) hasil dibawah dari nilai rujukan (hipoklorinemia) dan 2

(5,71%) hasil diatas dari nilai rujukan (hiperklorinemia), dari hasil pemeriksaan

Post hemodialisa diketahui bahwa semua hasil pemeriksaan 35 (100%)

menunjukkan hasil yang sesuai dengan nilai rujukan (normal).

Berdasarkan hasil uji T berpasangan, nilai P=0,000 ditunjukkan pada

hasil pemeriksaan Na+ dan K+, serta pada pemeriksaan elektrolit Cl-

menunjukkan hasil nilai P=0,038 dimana pada ketiga hasil tersebut menunjukkan

nilai P<0,05 yang menyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara

kadar elektrolit Na+, K+, dan Cl- pre hemodialisa dan post hemodialisa.

Hemodialisa digunakan pada pasien dengan gagal ginjal untuk mengurangi nilai

urea nitrogen darah, kreatinin, hiponatremia,

hiperkalemia dan memperbaiki keadaan asidosis metabolik. Dari data

yang diperoleh setelah menjalani hemodialisa terjadi perbaikan kadar elektrolit

Na+, K+, dan Cl- .

Page 61: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan:

1. Pada hasil pemeriksaan Na+ terdapat peningkatan dari 10 (28,5%) hasil

pemeriksaan yang sesuai dengan nilai rujukan pada pre HD menjadi 19

(54,28%) pada post HD. Pada hasil pemeriksaan K+ terdapat peningkatan

dari 14 (40%) hasil pemeriksaan yang sesuai dengan nilai rujukan pada pre

HD menjadi 24 (68,6%) pada post HD dan pada hasil pemeriksaan Cl-

terdapat peningkatan dari 31 (88,6%) hasil pemeriksaan yang sesuai dengan

nilai rujukan menjadi 35 (100%) pada post HD.

2. Terjadi penigkatan pada seluruh nilai kadar Na+ Post HD, terjadi penurunan

pada seluruh nilai kadar K+ Post HD dan Seluruh nilai kadar Cl- menjadi

normal (sesuai dengan nilai rujukan) pada Post HD.

3. Berdasarkan hasil uji T berpasangan, pada ketiga hasil pemeriksaan

tersebut menunjukkan nilai P<0,05 yang menyatakan bahwa ada perbedaan

yang signifikan antara kadar elektrolit Na+, K+, dan Cl- pre hemodialisa dan

post hemodialisa.

V.2. Saran

Sebaiknya dilakukan juga pemeriksaan elektrolit lainnya dalam melihat

pengeruh HD pasien GGK

Page 62: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

DAFTAR PUSTAKA

1. Koolman, J; Heinrich, K. Atlas Berwarna dan Teks Biokimia. Hipokrates. Jakarta. 2000. Hal 290

2. Price, S.A, & Wilson, M. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed. 6. Terjemahan oleh Brahm U Pendit. et al. Jakarta; EGC; 2005. Hal. 867-992.

3. Syaifuddin. Anatomi Fisiologi untuk mahasiswa keperawatan. Buku Kedokteran EGC: Jakarta. 2006. Hal. 235.

4. Suwitra, K. Penyakit Ginjal Kronik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.

Jilid I, Edisi IV. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. 2006. Hal : 581-584

5. Imam, P. Hubungan Antara Lama Hemodialisa Dengan Terjadinya

Perdarahan Intra Serebral. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 2010. Available Pdf File

6. Syakhriani, F. Tes Faal Ginjal dan Manfaatnya (monograph on the

internet), Bandung; 2008 (accesed 7 Maret 2009). Available From: http://www.kalbe.co.id.

7. Dirckx, H. J. Kamus Ringkas Kedokteran Stedman untuk profesi

kesehatan. Edisi 4. EGC. Jakarta. 2001. Hal 513. 8. Endang, S. Diagnosis dini penyakit ginjal kronik, RSUPN. Dr. Cipto

Mangunkusumo. Jakarta. 2009. 9. Sacher, RA; McPherson, RA. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan

Laboratorium. Ed.11. Terjemahan oleh Pendit BU & Wulandari D. EGC. Jakarta. 2004. Hal: 292, 293, 327.

10. Guyton AC; Hall, JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed.9.

Terjemahan Setiawan I. EGC.Jakarta.1997. Hal: 459,469. 11. Herawati, S. Organ Saluran Kemih, Urinalisis, Bagian Patologi Klinik.

Edisi 4. EGC. Jakarta. 1995. Hal.232-256.

Page 63: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

12. Parsudi, I. Ginjal dan Hipertensi pada Usia Lanjut dalam R.Boedhi D dan H. Hadi M, Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Balai Penerbit FK-UI. Jakarta. 1999. Hal 359-369.

13. Hardjoeno, H. Interpretasi Hasil Tes Laboratorium Diagnostik. Lephas; Makassar; 2003. Hal. 137,141.

14. Pearce, C; Evelyn. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Kompas

Gramedia. Jakarta. 2010. Hal 209-302.

15. Kuntarti. Fisiologi Ginjal dan Sistem Kemih. Jurnal Penelitian. Jakarta. 2006.

16. Suryawati, S. Pengukuran Klirens Ginjal Obat. Cermin Dunia Kedokteran. Jakarta. 1985. Hal 22.

17. Jack, C. Tips Cerdas Mengenali dan Mencegah Gagal Ginjal. Penerbit DAFA Publishing. Yogyakarta. 2010. Hal 59-60.

18. Creatinine, Manual Cobas Mira Plus Roche Diagnostic.

19. Sennang, N; Sulina; Badji, A; Hardjoeno. Laju Filtrasi Glomerulus pada Orang Dewasa Berdasarkan Tes Klirens Kreatinin Menggunakan Persamaan Cockroft-Gault vol 24. Jakarta. 2005. Hal 80-84.

20. Yuyun, R. Deteksi Dini dan Pencegahan penyakit Gagal Ginjal Kronik. [serial on the internet]. 2008 [dikutip 16 Maret 2011].Available as in PDF file.

21. Rahardjo, P; Suhardjono; Endang, S. Hemodialisis. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I, Edisi IV, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2006. Hal : 590-591.

22. Erwinsyah. Hubungan antara Quick of Blood (Qb) dengan Penurunan Kadar Ureum dan Kreatinin Plasma pada Pasien CKD Yang Menjalani Hemodialisis Di RSUD Raden Mattaher Jambi. Universitas Indonesia. 2009. Available as in PDF file

23. Gandasoebrata, R. Penuntun Laboratorium Klinik. Cetakan 11. Dian Rakyat. Jakarta. 2004. Hal 7- 8, 128-131.

24. Darwis D, Moenajat Y, Nur B.M, Madjid A.S, Siregar P, Aniwidyaningsih W. Fisiologi Keseimbangan Air dan Elektrolit” dalam Gangguan Keseimbangan Air-Elektrolit dan Asam-Basa, Fisiologi, Patofisiologi, Diagnosis dan Tatalaksana, Edisi ke-2, FK-UI, Jakarta, 2008. Hal 22-114

Page 64: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

25. Sacher R.A dan Mcpherson R.A, Pengaturan Asam-Basa dan Elektrolit pada: Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Edisi ke-2. Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2002. Hal 320-340

26. Matfin G and Porth C.M. Disorder of Fluid and Electrolyte Balance in Pathophysiology Concepts of Altered Healt State 8th Edition. McGraw Hill Companies USA. 2009. Hal 761-803

27. O’Callaghan C. Sains Dasar Ginjal dan Gangguan Fungsi Metabolik Ginjal Edisi ke-2. Penerbit Erlangga. Jakarta. 2009. Hal 22-68

28. Fishbach F, Dunning M.B, Talaska F, Barnet M, Schweitzer T.A, Strandell C. Chlorida, Potasium, Sodium in A manual of Laboratory and Diagnostic Test , 8th Edition. Lippincot Williams and Wilkins, USA. 2009. Hal 997-1009.

29. Pries G, Smith B and Heitz. 9180 Electrolyte Analyzer Operator’s Manual 1st Edition . AVL Scientifi Corporation, USA. 1996. Hal 1-120

30. Alimul, HZ. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Penerbit Salemba Medika. Jakarta. 2008. hal 63.

31. Yaswir. R, Ferawati. I. Fisiologi dan Gangguan Keseimbangan Natrium, Kalium dan Klorida serta Pemeriksaan Laboratorium. Universitas Andalas. 2012. Available as in PDF file

32. Reilly R.F and Perazella M.A. Lange Acid-Based Fluid and Electrolytes. McGraw Hill Companies Inc. USA. 2007. Hal 21-170

33. Klutts, J.S and Scott M.G. Physiology and Disorder of Water, Electrolyte and Acid Base Metabolism in Tietz Text Book of Clinical Chemistry and Molecular Diagnostic 4th Edition Vo. 1. Elsevier Saunders Inc, Philadelphia. 2006. Hal 1747-1775

Page 65: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

LAMPIRAN I

Data Hasil

No

Nama

Umur

(tahun)

Jenis

Kelamin

Lama

HD

(bulan)

Frekuensi

HD

Elektrolit

Pre (mmol/L) Post (mmol/L)

Na+ K

+ Cl

- Na

+ K

+ Cl

-

1 P 57 L 60 12 130 3,5 97 142 ↓3,17 96

2 A.S 46 L 2 12 ↓128 ↑6,1 102 ↓131 ↑5,70 104

3 H.Z.H 66 L 36 11 135 ↑5,5 100 143 4,2 102

4 M.Dg 62 L 36 11 ↓126 ↑6,7 ↓93 ↓130 4,67 95

5 Y.I 30 P 60 11 ↓122 ↑5,7 101 ↓125 3,5 100

6 E.S 52 L 48 12 ↓129 ↑6,3 98 ↓131 ↑5,6 101

7 A.S 39 L 24 12 ↓125 ↑5,6 100 ↓127,5 4,8 103

8 M.A 36 L 1 - 135 5,3 104 144 4,9 104

9 H.S.G 63 P 48 12 ↓131 5,1 ↑106 ↓134 3,7 104

10 A.M 55 L 48 12 ↓133 3,9 98 ↓133 3,9 95

11 K.K 46 L 41 11 ↓123 ↑5,5 105 ↓125 5,3 103

12 Y.S.T 63 L 37 11 135 ↑6,2 98 138 ↑5,6 99

13 M 56 L 48 12 ↓129 5,3 ↑114 ↓131 4,4 98

Page 66: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

14 M.P 63 L 56 12 135 ↑5,5 99 139 4,3 97

15 H 56 P 38 11 ↓127 5,4 103 ↓130 4,1 101

16 S 50 L 36 11 ↓132 ↑5,5 105 135 4,5 104

17 M 60 L 36 12 137 ↑5,8 97 140 3,8 96

18 A.S 45 L 26 11 ↓127 4,5 98 ↓130 ↓3,3 98

29 M.B 52 L 41 11 ↓120 3,5 105 ↓122 ↓3,1 102

20 P 56 L 40 12 ↓133 ↑5,5 99 135 4,1 97

21 M 64 P 60 12 ↓134 5,3 99 136 5,2 95

22 J.P 66 L 62 12 ↓124 5,2 103 ↓127 4,2 104

23 B.H 49 L 41 12 ↓134 ↑5,6 104 138 4,7 102

No

Nama

Umur

(tahun)

Jenis

Kelamin

Lama

HD

(bulan)

Frekuensi

HD

Elektrolit

Pre (mmol/L) Post (mmol/L)

Na+ K

+ Cl

- Na

+ K

+ Cl

-

24 D.S 58 P 36 11 134 ↑5,4 98 143 3,9 97

25 H 68 P 63 12 ↓124 ↑5,5 99 ↓126 4,2 97

26 I.H.T 57 P 35 12 ↓134 ↑6,9 104 136 ↑6,4 100

27 M.R 64 P 49 12 ↓133 ↑7,1 103 136 ↑6,5 101

28 K 59 P 41 11 135 ↑6,1 95 141 ↑5,6 98

Page 67: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

29 L.A.S 47 P 25 11 ↓134 5,2 105 141 4,6 104

30 B.S 45 L 36 11 ↓127 5,2 103 ↓129 3,7 100

31 T 65 P 61 12 135 ↑5,9 105 139 4 105

32 M.T 59 L 40 12 ↓133 5,2 100 135 3,6 97

33 Y 63 P 49 12 ↓128 5,3 105 ↓131 4,5 103

34 YST 58 L 28 11 135 ↑6,1 102 138 ↑5,5 99

35 M.G.N 60 L 48 12 ↓133 ↑6,8 ↓91,5 136 ↑5,8 95

Page 68: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

LAMPIRAN II

Hasil Uji Statistik

Paired Samples Statistics

rata-rata N Std. Deviasi Std. kesalahan

rata-rata

Na+

NapreHD 130.5429 35 4.55904 .77062

NapostHD 134.2143 35 5.80730 .98161

K+

KpreHD 5.5200 35 .81197 .13725

KpostHD 4.5440 35 .89311 .15096

Cl-

ClpreHD 101.1000 35 4.27338 .72233

ClpostHD 99.8857 35 3.22464 .54506

Paired Samples Test

Perbedaan Berpasangan t df Sig. (2-

tailed)

rata-rata Std.

Deviasi

Std.

Kesalahan

rata-rata

95% Selisih Interval

Kepercayaan

Rendah Tinggi

Na+

NapreHD -

NapostHD 3.67143 2.48804 .42056 4.52610 2.81676 -8.730 34 .000

K+

KpreHD -

KpostHD .97600 .57214 .09671 .77946 1.17254 10.092 34 .000

Cl-

ClpreHD -

ClpostHD 1.21429 3.32832 .56259 .07097 2.35760 2.158 34 .038

Page 69: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

LAMPIRAN III

Skema Penelitian

Populasi Penelitian (Pasien rawat jalan atau rawat

inap )

Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Sampel Penelitian

Pengambian Darah Vena

Persiapan Sampel

Pemeriksaan Sampel

Hasil

Analisis Data

Page 70: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

Pembahasan

Kesimpulan

Page 71: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

LAMPIRAN IV

Skema Kerja

Pasien Gagal Ginjal

Kronik

Hemodialisa

Darah Vena 3 ml

Analisis Data

Pembahasan

Serum

Elektrolit

(Na+, K+, Cl-)

Hasil

Sentrifus

Page 72: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

Kesimpulan

Page 73: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

LAMPIRAN V

Dokumentasi Penelitian

Gambar 6. Proses Hemodialisa

Page 74: PENGARUH HEMODIALISA TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT …

Gambar 7. Alat Spektrofotometer ABX Pentra 400®