pengaruh induksi hormon tiroksin pada ...digilib.unila.ac.id/27519/16/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
PENGARUH INDUKSI HORMON TIROKSIN PADA PERTUMBUHAN
DAN PERFORMA PEMBESARAN LOBSTER PASIR (Panulirus homarus)
(SKRIPSI)
Oleh
Dede Nur Abdul Halim
JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
ABSTRAK
PENGARUH INDUKSI HORMON TIROKSIN PADA PERTUMBUHAN
DAN PERFORMA PEMBESARAN LOBSTER PASIR (Panulirus homarus)
OLEH
Dede Nur Abdul Halim1)
, Wardiyanto2)
, dan Yhudha Trinoegraha Adiputra2)
Perikanan tangkap lobster disinyalir telah mengalami kelebihan penangkapan
pada beberapa daerah sehingga jumlahnya semakin berkurang dan ukuran tubuh
relatif lebih kecil. Perlu dikembangkan teknik baru untuk pembesaran lobster pasir
yang dapat dilakukan dengan penggunaan wadah budidaya dan pakan terkontrol
serta aplikasi hormonal untuk memacu pertumbuhan lobster agar lebih cepat
sehingga dapat diperoleh lobster dengan ukuran besar. Penelitian ini bertujuan
untuk mempelajari efektivitas induksi hormon tiroksin pada berbagai dosis pada
pertumbuhan dan performa pembesaran lobster pasir. Penelitian dilaksanakan
pada September- Desember 2016 di Laboratorium Basah Divisi Budidaya, Balai
Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Desa Hanura Kabupaten Pesawaran
Provinsi Lampung. Rancangan penelitian dilakukan dengan menggunakan 4; A
(kontrol Nacl Fisiologis 0,1 ml), B (perlakuan hormon tiroksin 0,1 µg/g), C
(perlakuan hormon tiroksin 0,2 µg/g), D (perlakuan hormon tiroksin 0,5 µg/g)
perlakuan dengan 11 ekor lobster pasir jantan setiap perlakuan. Data yang
diperoleh dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui dosis induksi hormon
tiroksin yang optimum dengan menggunakan hasil pengukuran setiap minggu
pada pertumbuhan panjang karapas mutlak dan pertumbuhan bobot mutlak lobster
pasir. Hasil penelitian pemberian dosis hormon tiroksin sebanyak 0,1 µg/g
memberikan hasil terbaik pada pertumbuhan panjang karapas mutlak,
pertumbuhan bobot mutlak, rasio konversi pakan, frekuensi ganti kulit, dan
sintasan.
Kata Kunci: lobster pasir, tiroksin, dosis, pertumbuhan, sintasan
1) Mahasiswa Jurusan Perikanan dan Kelautan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung
2) Dosen Jurusan Perikanan dan Kelautan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung
Alamat: Jl. Prof.Dr. Sumantri Bojonegoro No.1 Bandar Lampung 35145
ABSTRACT
EFFECT OF THYROXINE HORMONE INDUCTION TO GROWTH AND
PERFORMANCE OF REARING SAND LOBSTER (Panulirus homarus)
BY
Dede Nur Abdul Halim1)
, Wardiyanto2)
, and Yudha Trinoegraha Adiputra2)
Lobster capture was allegedly experiencing overfishing in some regions, thus
makes the population decreases and its body size relatively smaller. It is necessary
to developes a new technique for rearing sand lobster which can be done by the
use of culture containers and controlled feeds as well as hormonal applications to
stimulate faster growth of lobster, so can be obtained lobster with large size. This
research aims to study the effectivity of thyroxine hormone induction in various
doses to growth and performance of rearing sand lobster. The research was
conducted in September - December 2016 at Wet Laboratory of Aquaculture
Division, Center of Mariculture (BBPBL), Hanura Village, Pesawaran Regency,
Lampung Province. The research design was conducted by using 4 treatments; A
(control 0,1 ml physiological NaCl), B (treatment of 0,1 µg/g thyroxine hormone),
C (treatment of 0,2 µg/g thyroxine hormone), D (treatment of 0,5 µg/g thyroxine
hormone), each treatments contains 11 individuals of male sand lobsters. Obtained
data were analyzed descriptively to knows optimum dose of thyroxine hormone,
by using weekly measurement results of absolute carapace length growth and
absolute weight growth of sand lobster. The result of research by giving 0,1 µg/g
dose of thyroxine hormone give the best result in absolute carapace length growth,
absolute weight growth, feed conversion ratio, molting frequency, and survival
rate.
Keywords: sand lobster, thyroxine, dose, growth, survival rate
1) Student in Department of Fisheries and Marine Science, Faculty of Agriculture,
University ofLampung 2)
Lecturer in Department of Fisheries and Marine Science, Faculty of Agriculture,
University of Lampung
Adress: Jl. Prof.Dr. Sumantri Bojonegoro No.1 Bandar Lampung 35145
PENGARUH INDUKSI HORMON TIROKSIN PADA PERTUMBUHAN
DAN PERFORMA PEMBESARAN LOBSTER PASIR (Panulirus homarus)
Oleh
Dede Nur Abdul Halim
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERIKANAN
Pada
Jurusan Perikanan dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 02 September 1993 di
Baktirasa, Kecamatan Sragi, Lampung Selatan. Penulis
merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, putra
pasangan Bapak Edeng Sulaeman. dan Ibu Neneng
Julaeha, S.P. Pendidikan formal penulis dimulai dengan
menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) Negeri 1
Baktirasa, Kecamatan Sragi Lampung Selatan pada tahun 2000, melanjutkan ke
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Sragi Lampung Selatan pada tahun
2006 dan melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2
Kalianda Lampung Selatan pada tahun 2009. Penulis diterima sebagai mahasiswa
Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui
Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) pada tahun 2012.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi pengurus Himpunan
Mahasiswa Budidaya Perairan Unila (Hidrila) sebagai anggota bidang
kewirausahaan pada tahun 2014-2015. Penulis telah melaksanakan Kuliah Kerja
Nyata (KKN) di Desa Karang Anyar, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten
Lampung Timur pada bulan Januari-Maret 2016 dan pada bulan Juli-Agustus
2015 penulis melaksanakan Praktik Umum di BPPI Sukamandi, dengan judul
Pembenihan Ikan Gurami Di Subang, Jawa Barat. Tahun 2017, penulis
menyelesaikan tugas akhir dengan menulis skripsi yang berjudul Pengaruh
Induksi Hormon Tiroksin pada Pertumbuhan dan Performa Pembesaran Lobster
Pasir (Panulirus homarus).
PERSEMBAHAN
Akhirnya aku sampai ketitik ini,
Sepercik keberhasilan yang engkau hadiahkan padaku ya Rabb
Semoga sebuah karya mungil ini menjadi amal shaleh bagiku dan menjadi
kebanggaan bagi keluarga tercinta
Bapak dan ibu yang telah memberikan segalanya, menyanyangiku dengan
senantiasa memapah langkahku dan berdo’a untuk keberhasilanku
Untuk abang-adikku yang selalu memberikan semangat, motifasi ,doa serta kasih
sayang kepadaku
Untuk Sahabat-sahabatku dan seseorang yang kelak akan menjadi masa depan ku,
terimakasih atas do’a dan dukungan yang telah kalian berikan
Almamater tercinta Universitas Lampung
Terima kasih
“Ilmu itu lebih baik daripada harta, ilmu menjaga
engkau dan engkau menjaga harta. Ilmu itu penghukum
(hakim) dan harta terhukum. Harta itu akan berkurang
jika dibelanjakan tetapi ilmu akan bertambah jika
diamalkan (Ali Bin Abi Thalib)”.
“Banyak sekali kegagalan dalam hidup adalah mereka
yang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan
keberhasilan ketika mereka menyerah (Thomas Alfa
Edison)”.
“Ilmu tanpa agama adalah lumpuh, agama tanpa ilmu
adalah buta (Albert Einstein)”.
"Kita berdoa kalau kesusahan dan membutuhkan
sesuatu, mestinya kita juga berdoa dalam kegembiraan
besar dan saat rezeki melimpah (Kahlil Gibran)”.
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, hidayah,
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh
Induksi Hormon Tiroksin pada Pertumbuhan dan Performa Pembesaran Lobster
Pasir (Panulirus homarus)
Selama proses penyelesaian skripsi, penulis telah memperoleh banyak bantuan
dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ir. Siti Hudaidah, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Perikanan dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
2. Bapak Wardiyanto, S.Pi., M.P., selaku dosen Pembimbing Utama yang telah
membimbing dengan penuh keuletan dan kesabaran dari awal hingga
selesainya skripsi ini dengan baik.
3. Bapak Yudha Trinoegraha Adiputra, S.Pi., M.Si., selaku dosen pembimbing
kedua yang membimbing dengan penuh semangat dan kesabaran sehingga
skripsi ini menjadi semakin baik.
4. Bapak Deny Sapto Chondro Utomo, S.Pi., M.Si., selaku dosen Penguji yang
memberikan saran dan masukan yang amat membangun.
5. Bapak Eko Efendi, S.T., M.Si., selaku dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan nasihat, bimbingan dan motivasi selama menjalani studi di
Jurusan Budidaya Perairan.
6. Bapak dan ibu dosen Jurusan Perikanan dan Kelautan yang telah memberikan
ilmu, motivasi dan saran selama menjalani studi di Jurusan Perikanan dan
Kelautan.
7. Bapak dan Ibu yang selalu memberikan semangat, nasehat, dan doa, beserta
Abang (Hendra) dan Adikku (Ita) tersayang yang selalu memberikan
motivasi, semangat dan doa kepadaku.
8. Heidy yang selalu memberikan bantuan, semangat, nasehat, dan doa selama
penelitian.
9. Bapak Ngadiman Bambang R, dan Ibu Trinanda Mega K yang telah
membantu dalam memfasilitasi selama proses penyelesaian skripsi.
10. Sahabat-sahabat Desi Sasri Untari, Suliswati, Puji Lestari, Doni Nurlisa, Septi
Diah, Wijayanti, Sulistiyowati Tri Utami, Weni Fitriani, Anggita Putri,
Syohibahhtul, Triando Kurniawan, Khanif Ardianyah, Jupri, Septa Triasa,
Fajriza Haris, Andika Bayu Saputra, Firmansyah teman-teman angkatan 2012
yang tidak dapat disebutkan satu persatu, kakak-kakak angkatan 2011-2009
dan adik-adik angkatan 2013-2014 serta rekan-rekan.
11. Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
yang membaca, Amin.
Bandar Lampung, Juli 2017
Penulis
Dede Nur Abdul Halim
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ....................................................................................................... i
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iii
I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 3
1.2. Tujuan Penelitian .................................................................................... 3
1.3. Manfaat Penelitian .................................................................................. 3
1.4. Kerangka Pikir Penelitian ....................................................................... 3
II. METODOLOGI PENELITIAN ..................................................................... 5
2.1. Waktu danTempat Penelitia .................................................................... 5
2.2. Alat dan Bahan Penelitian ....................................................................... 5
2.2.1. Alat Penelitian ................................................................................. 5
2.2.2. Bahan Penelitian .............................................................................. 5
2.3. Rancangan Penelitian .............................................................................. 5
2.4. Prosedur Penelitian .................................................................................. 6
2.4.1. Wadah Pemeliharaan ....................................................................... 6
2.4.2. Penyediaan Hormon Tiroksin .......................................................... 7
2.4.3. Pelaksaan Penelitian ........................................................................ 7
2.5. Parameter Penelitian ................................................................................ 8
2.5.1. Pertumbuhan Panjang Karapas Mutlak ........................................... 8
2.5.2. Pertumbuhan Bobot Mutlak ............................................................. 8
2.5.3. Rasio Konversi Pakan ...................................................................... 9
2.5.4. Frekuensi Ganti Kulit ...................................................................... 9
2.5.5. Tingkat Kelangsungan Hidup .......................................................... 9
2.5.6. Pengukuran Kualitas Air ................................................................. 10
2.5.7. Analisis Data .................................................................................... 10
III. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 11
3.1. Pertumbuhan Lobster Pasir ..................................................................... 11
3.1.1. Panjang Mutlak Karapas .................................................................. 11
3.1.2. Bobot Mutlak ................................................................................... 12
3.1.3. Rasio Konversi Pakan ...................................................................... 13
3.2. Performa Pertumbuhan Lobster Pasir ...................................................... 14
3.3. Parameter Kualitas Air ............................................................................ 17
3.3.1. Salinitas............................................................................................ 18
3.3.2. Suhu Air ........................................................................................... 18
ii
3.3.3. Oksigen Terlarut .............................................................................. 19
3.3.3. Derajat Keasaman ............................................................................ 19
IV. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 21
4.1. Kesimpulan .............................................................................................. 21
4.2. Saran ........................................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 22
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pemikiran Penelitian ............................................................... 4
2. Penempatan Wadah Penelitian Lobster Pasir (Panulirus homarus) ....... 6
3. Pertumbuhan Panjang Mutlak Karapas Lobster Pasir (Panulirus
homarus) dengan Induksi Dosis Hormon Tiroksin yang Berbeda
Selamam 63 Hari Pemeliharaan ............................................................. 11
4. Pertumbuhan Bobot Mutlak Lobster Pasir (Panulirus homarus)
dengan Induksi Dosis Hormon Tiroksin yang Berbeda Selama 63 Hari
Pemeliharaan ........................................................................................... 12
5. Rasio Konversi Pakan Lobster Pasir (Panulirus homarus) dengan
Induksi Dosis Hormon Tiroksin yang Berbeda Selama 63 Hari
Pemeliharaan ........................................................................................... 13
6. Frekuensi Ganti Kulit Lobster Pasir (Panulirus homarus) dengan
Induksi Dosis Hormon Tiroksin yang Berbeda Selama 63 Hari
Pemeliharaan ........................................................................................... 14
7. Sindrom Ganti Kulit ................................................................................ 15
8. Tingkat Kelangsungan Hidup Lobster Pasir (Panulirus homarus)
dengan Induksi Dosis Hormon Tiroksin yang Berbeda Selama 63 Hari
Pemeliharaan ........................................................................................... 16
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lobster (Panulirus spp) memiliki keragaman jenis yang tinggi dengan
habitat yang bervariasi (Suastika et al., 2008). Lobster dapat ditangkap pada
perairan laut dengan dominasi karang pada berbagai kedalaman berbeda
(Hargiyanto et al., 2013). Penangkapan lobster telah berlangsung lama dilakukan
di perairan Indonesia terutama di perairan pulau Jawa bagian selatan mulai dari
Gunung Kidul, perairan Cilacap sampai Pelabuhan Ratu. Salah satu jenis lobster
yang banyak ditangkap adalah lobster pasir (Panulirus homarus). Lobster pasir
tersebar di wilayah perairan pulau Sumatera di antaranya di Perairan Krui,
Kabupaten Pesisir Barat, Provinsi Lampung (Girsang et al., 2014). Lobster pasir
banyak ditangkap dan diperjualbelikan dengan nilai jual yang relatif tinggi karena
daging yang tebal dan banyak. Berbeda dengan daging udang Penaeus yang relatif
berukuran kecil sehingga dagingnya tipis dan sedikit. Konsumen lobster
diperkirakan berasal dari kalangan menengah keatas serta kebutuhannya pada saat
perayaan hari besar keagamaan dan perayaan lain yang bersifat khusus seperti
pertemuan bisnis.
Penangkapan lobster disinyalir telah mengalami kelebihan penangkapan
pada beberapa daerah sehingga jumlahnya semakin berkurang (Sururi, 2016).
Besarnya permintaan lobster baik untuk pasaran domestik ataupun ekspor, maka
pengusaha udang di daerah tersebut melakukan budidaya dengan cara pembenihan
dan restocking untuk mengimbangi penangkapan lobster dari alam (Setyono,
2006). Belum banyak tindakan konservasi untuk melindungi populasi lobster
sehingga pemerintah melalui Permen KKP No. 1 tahun 2015 mengeluarkan aturan
melarang menangkap lobster betina membawa telur dan lobster dengan panjang
karapas < 8 cm. Pelarangan tersebut kemungkinan dilatarbelakangi oleh
kenyataan bahwa sampai saat ini budidaya lobster belum berkembang dengan baik
karena daur hidup telur-filosoma-puerulus (post larva) (Philips dan Cobs, 1980)
membutuhkan waktu yang relatif panjang antara 3 - 7 bulan (Junaidi et al., 2010).
Faktor lainnya adalah pertumbuhan yang lambat terutama jenis kelamin betina
2
untuk mencapai ukuran pra-dewasa dan dewasa yang membutuhkan waktu sampai
36 - 48 bulan (Setyono, 2006).
Budidaya lobster yang telah berkembang adalah pembesaran pada karamba
jaring apung (KJA) seperti yang dilakukan di perairan NTB (Cokrowati et al.,
2012). Satu siklus pembesaran lobster berlangsung selama 24 bulan dengan
menggunakan puerulus tidak berpigmen hasil tangkapan sampai berukuran 300 -
400 g/ekor. Pembesaran lobster dilakukan dengan pakan berupa ikan rucah dan
pakan hidup lainnya yang merupakan hasil penangkapan dan belum berkembang
menggunakan pakan buatan (Petersen dan Priyambodo, 2013).
Perlu dikembangkan teknik baru untuk pembesaran lobster pasir yang dapat
dilakukan dengan penggunaan wadah budidaya dan pakan terkontrol serta
aplikasi hormonal untuk memacu pertumbuhan lobster agar lebih cepat sehingga
dapat diperoleh lobster dengan ukuran besar. Salah satu teknik manipulasi hormon
yang dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan lobster yaitu dengan cara
penambahan hormon tiroksin pada lobster berukuran 80 - 150 g/ekor. Hormon
tiroksin di dalam tubuh berperan penting dalam proses metabolisme
perkembangan, dan pertumbuhan jaringan (Alwi, 2014). Hormon tiroksin juga
dapat merangsang laju oksidasi bahan makanan, meningkatkan laju konsumsi
oksigen, meningkatkan pertumbuhan, dan mempercepat proses ganti kulit pada
hewan krustasea (Iromo, 2014). Selain itu, hormon tiroksin dapat dicampurkan
atau ditambahkan dalam pakan buatan sehingga mampu meningkatkan nafsu
makan, menambah berat tubuh dan meningkatkan kecepatan absorbsi makanan
(Alwi, 2004). Penambahan hormon tiroksin pada lobster pasir diharapkan dapat
meningkatkan pertumbuhan, frekuensi pergantian kulit dan tingkat kelulusan
hidup. Studi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas hormon tiroksin
diantaranya dosis, cara pemberian hormon, kualitas makanan, dan waktu
pemberian makanan (Tripathi dan Verma, 2003). Oleh karena itu, perlu dilakukan
penelitian tentang pengaruh hormon tiroksin pada pertumbuhan dan performa
pembesaran lobster pasir. Sampai saat ini pembesaran lobster pada wadah
budidaya terkontrol belum berkembang. Teknik pembesaran lobster dengan
manipulasi hormonal untuk mempercepat pertumbuhannya juga belum banyak
3
dilakukan sehingga di masa depan hasil kajian ini dapat diaplikasikan untuk
mengembangkan budidaya lobster dan hasilnya diharapkan dapat mengurangi
tekanan terhadap penangkapan dan perdagangan lobster berukuran kecil yang
selama ini dilarang pemerintah.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah mempelajari efektivitas induksi hormon tiroksin
pada berbagai dosis pada pertumbuhan dan performa pembesaran lobster pasir.
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian adalah mengembangkan teknik pembesaran lobster
pasir hasil tangkapan untuk dibesarkan dalam wadah terkontrol dengan
manajemen pakan yang baik. Manfaat penelitian lainnya adalah ditemukannya
dosis untuk memperoleh pertumbuhan dan performa pembesaran lobster pasir.
Kedua manfaat tersebut dapat diaplikasikan pada pembesaran lobster oleh para
petani lobster.
1.4 Kerangka Pemikiran Penelitian
Kerangka pemikiran penelitian yang ingin dikembangkan dalam penelitian
ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan pada penangkapan lobster dari Krui
Kabupaten Pesisir Barat yang belum memperhatikan kaidah-kaidah konservasi
yaitu perlindungan terhadap induk dan pelarangan penangkapan pada lobster pasir
ukuran kecil sesuai Permen KKP No. 1 tahun 2015. Salah satu solusi untuk
mengurangi tekanan terhadap penangkapan lobster ukuran kecil maka perlu
dikembangkan budidaya lobster dengan teknik pembesaran lobster pada wadah
dan manajemen pakan yang terkontrol serta aplikasi hormon tiroksin untuk
mempercepat pertumbuhan lobster pasir (Gambar 1).
4
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Lobster pasir
Harga yang mahal Permintaan konsumen tinggi
Indikasi penangkapan berlebih: ukuran kecil dan jumlah sedikit
Lobster pasir di alam perlu dikonservasi dan budidaya
Pembesaran pada wadah terkontrol
Pertumbuhan lobster pasir yang lambat
Induksi hormon tiroksin pada dosis yang berbeda
Pertumbuhan dan performa pembesaran meningkat
5
II. METODOLOGI
2.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada September - Desember 2016 di Laboratorium
Basah Divisi Budidaya, Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Desa
Hanura Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung.
2.2 Alat dan Bahan Penelitian
2.2.1 Alat Penelitian
Peralatan yang digunakan pada penelitian bak fiber sebanyak 4 buah
berukuran 2 x 0,5 x 1 m, selang aerasi, batu aerasi, selang siphon, skopnet, filter
bag, timbangan dengan ketelitian 1 g, peralatan bedah, digital kaliper dengan
ketelitian 1 mm, kamera, alat tulis, keranjang plastik ukuran 60 x 40 x 20 cm, dan
spuit 1 ml.
2.2.2 Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah lobster pasir jantan dengan
berat tubuh 80 - 150 g hasil tangkapan yang diperoleh dari pedagang pengumpul
lobster di Kuala-Krui Kabupaten Pesisir Barat, hormon tiroksin dengan merek
dagang Thyrax® pada berbagai konsentrasi (0,1; 0,2; 0,5 µg/g), pakan hidup
berupa ikan rucah dan cumi-cumi yang diperoleh dari pedagang ikan di Pusat
Pendaratan Ikan Lempasing Bandar Lampung.
2.3 Rancangan Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan 4 perlakuan dengan 11 ekor
lobster pasir jantan setiap perlakuan sebagai hewan uji. Perlakuan tersebut sebagai
berikut:
Perlakuan A : Induksi larutan NaCl fisiologis 0,1 ml.
Perlakuan B : Induksi hormon tiroksin 0,1 μg/g berat tubuh.
Perlakuan C : Induksi hormon tiroksin 0,2 μg/g berat tubuh.
Perlakuan D : Induksi hormon tiroksin 0,5 μg/g berat tubuh
6
Penempatan wadah pemeliharaan sebagai berikut:
3 3
Gambar 2. Penempatan Wadah Pemeliharaan Lobster Pasir (Panulirus homarus)
(1) Saluran Air Masuk; (2) Bak Pembesaran Lobster; (3) Saluran Air
Keluar; (4) Saluran Pembuangan Air.
2.4 Prosedur Penelitian
2.4.1 Wadah Pemeliharaan
Wadah pemeliharaan yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut:
1. Bak fiber berukuran 2 x 0,5 x 1 m sebagai wadah pemeliharaan lobster pasir
yang digunakan dibersihkan dari kotoran yang menempel kemudian diisi air
sampai ketinggian 0,6 m.
2. Potongan pipa paralon dengan panjang 0,15 m (diameter 1,5 inch) sebanyak
11/bak dimasukkan ke dalam bak sebagai tempat perlindungan lobster pasir.
Induksi 0,1 µg/g
2
Induksi NaCl 0,1 ml
Induksi 0,2 µg/g
Induksi 0,5 µg/g
1
4
7
3. Instalasi aerasi disiapkan untuk mempertahankan oksigen terlarut dalam
selama masa pembesaran lobster pasir.
2.4.2 Penyediaan Hormon Tiroksin
Penyediaan hormon tiroksin sebagai berikut:
1. Larutan NaCl 0,99 ml dicampurkan dalam 10 ml aquades sebagai kontrol.
2. Hormon titoksin dalam satu tablet mengandung 100 μg Thyrax, ditumbuk
halus tablet dengan 1 ml NaCl fisiologis, ditambahkan 50 ml aquades sebagai
larutan stok.
3. Hormon tiroksin 0,1 μg/g dibuat dengan menggambil 100 ml larutan stok dan
dilarutkan dalam 50 ml NaCl fisiologis, contoh di induksi pada lobster yang
bobotnya 100 g maka dikalikan 0,1 volume yang didapat adalah 10 μg.
4. Hormon tiroksin 0,2 μg/g dibuat dengan menggambil 200 ml larutan stok dan
dilarutkan dalam 50 ml NaCl fisiologis contoh di induksi pada lobster yang
bobotnya 100 g maka dikalikan 0,2 volume yang didapat adalah 20 μg.
5. Hormon tiroksin 0,5 μg/g dibuat dengan menggambil 250 ml larutan stok dan
dilarutkan dalam 25 ml NaCl fisiologis contoh di induksi pada lobster yang
bobotnya 100 g maka dikalikan 0,5 volume yang didapat 50 μg.
2.4.3 Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian yang dilaksanakan sebagai berikut:
1. Lobster pasir jantan pada ukuran pra-dewasa dengan berat 80 - 150 g
berjumlah 50 ekor diperoleh dari pedagang pengumpul lobster di Kuala-Krui
Kabupaten Pesisir Barat.
2. Lobster pasir jantan dimasukkan ke dalam wadah karantina dan dipelihara
selama 7 hari sebagai masa adaptasi terhadap wadah dan pakan ikan rucah
dan cumi-cumi yang diberikan. Selama masa aklimatisasi terdapat 6 ekor
lobster pasir jantan mengalami kematian.
3. Selanjutnya lobster pasir jantan yang bertahan hidup sebanyak 44 ekor
dipindahkan kedalam wadah pemeliharaan.
8
4. Setiap wadah pemeliharaan menggunakan 11 ekor lobster pasir jantan setiap
perlakua untuk dibesarkan selama 63 hari.
5. Selama pembesaran lobster pasir diberi pakan berupa cumi-cumi dan ikan
rucah sebanyak 2 kali sehari dengan feeding rate 1,5 - 2%/hari.
6. Induksi hormon tiroksin sesuai dengan dosis perlakuan dilakukan setiap
seminggu sekali, kecuali pada lobster pasir yang mengalami ganti kulit,
penyuntikan dilakukan setelah kulit mengeras (setelah ± 3 hari).
7. Pengambilan contoh sampel untuk berat dan panjang lobster pasir dilakukan
seminggu sekali sebelum induksi hormon tiroksin berikutnya dilakukan.
8. Pengawasan terhadap lobster pasir yang ganti kulit dilakukan setiap pagi hari
(bersamaan dengan proses pembuangan sisa pakan dan kotoran) dan sore hari
setelah waktu pemberian pakan kedua.
2.5 Parameter Penelitian
2.5.1 Pertumbuhan Mutlak Panjang Karapas
Pertumbuhan panjang mutlak panjang karapas adalah selisih panjang total
tubuh lobster pada akhir pemeliharan dan awal pemeliharaan dihitung dengan
rumus (Effendi, 1997):
Keterangan :
L = Pertumbuhan panjang karapas mutlak (mm)
Lt = Pertumbuhan panjang karapas pada akhir penelitian (mm)
Lo = Pertumbuhan panjang karapas pada awal penelitian (mm)
2.5.2 Pertumbuhan Bobot Mutlak
Pertumbuhan Bobot Mutlak dihitung dengan menggunakan rumus (Solanki
et al., 2012):
9
Keterangan:
Wm = Pertumbuhan berat mutlak (g)
Wt = Bobot rata-rata akhir lobster penelitian (g)
Wo = Bobot rata-rata lobster pada awal penelitian (g)
2.5.3 Rasio Konversi Pakan
Rasio konversi pakan atau feed convertion ratio (FCR) adalah perbandingan
antara jumlah pakan yang diberikan dengan daging lobster yang dihasilkan. Rasio
konversi pakan dihitung dengan menggunakan rumus (Zonneveld et al., 1991):
Keterangan:
FCR = Rasio konversi pakan
F = Jumlah total pakan yang diberikan (g)
Wt = Berat lobster uji (biomassa) ikan pada akhir penelitian (g)
Wo = Berat lobster uji (biomassa) ikan pada awal penelitian (g)
2.5.4 Frekuensi Ganti Kulit
Frekuensi ganti kulit merupakan jumlah frekuensi munculnya lobster yang
melakukan pergantian kulit selama perlakuan. Frekuensi ini dilakukan dengan
cangkang bekas ganti kulit. Data diperoleh dari pengamatan berdasarkan
cangkang yang terlepas dari tubuh lobster dan diakumulasikan hingga pada akhir
penelitian (Pratiwi, 2016).
2.5.5 Tingkat Kelangsungan Hidup
Tingkat kelangsungan hidup (TKH) dihitung dengan menggunakan rumus
(Zonneveld et al., 1991):
10
Keterangan:
TKH = Tingkat kelangsungan hidup (%)
Nt = Jumlah lobster hidup pada akhir penelitian (ekor)
No = Jumlah lobster hidup pada awal penelitian (ekor)
2.5.6 Pengamatan Kualitas Air
Parameter kualitas air yang diamati meliputi fluktuasi dari suhu air, pH,
salinitas, oksigen terlarut dan amonia. Sumber data berasal dari pengukuran
mingguan pada penampungan air laut yang dilakukan oleh Laboratorium
Kesehatan Ikan dan Lingkungan BBPBL Lampung.
2.5.7 Analisis Data
Semua parameter penelitian dianalisa secara deskriptif untuk mengetahui
dosis induksi hormon tiroksin yang optimum pada pertumbuhan dan performa
pembesaran lobster.
21
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Induksi hormon tiroksin 0,1 µg/g lebih efektif dari perlakuan yang lain
dalam meningkatkan pertumbuhan, frekuensi ganti kulit, dan tingkat
kelangsungan hidup pada pembesaran lobster pasir dalam media terkonrol.
4.2 Saran
Pembesaran lobster pasir disarankan menggunakan induksi hormon tiroksin
dengan dosis 0,1 µg/g pada masa pemeliharaan.
22
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, Z. dan. M.U. Tang. 2002. Fisiologi Hewan Air. Unri Press, Pekanbaru.
Alwi, A.O., Z. Nasution, E.L. Remija, dan Khadijah. 2004. Pengaruh Pemberian
Hormon Tiroksin Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan
Black Ghost (Apteronotus albifrons). Program Studi Manajemen Sumberdaya
Perairan, Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara, Sumatra Utara.
Astutik, Y. 2002. Pengaruh Perendaman Larva Gurami dalam Larutan Tiroksin
dengan Dosis Berbeda terhadap Perkembangan, Pertumbuhan dan
Kelangsungan Hidup. Skripsi. Program Studi Budidaya Perairan. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Booth, J. dan J. Kittaka. 1994. Growout of Juvenile Spiny Lobster. Oxford,
Blackwell Science. Di dalam Santoso, B.D. 2013. Pertumbuhan dan
Kelangsungan Hidup Juvenil Lobster Pasir (Panulirus homarus) di dalam
Wadah yang Berbeda Warna. Skripsi. Departemen Budidaya Perairan.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Chang, E.S. dan D.L. Mykles. 2011. Regulation of Crustacean Molting: a Review
and our Perspectives. General and Comparative Endocrinology 172: 323-
330.
Cokrowati, N., P. Utami, dan S. Sarifin. 2012. Pemberdayaan Padat Tebar
Terhadap Tingkat Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Post Peurulus
lobster (Panulirus homarus) Pada Bak. Jurnal Kelautan: Indonesian Journal
of Marine Science and Technology 5: 156-166.
Djojosoebagio, S. 1996. Fisiologis Kelenjar Endokrin. Penerbit Universitas
Indonesia. Jakarta. Di dalam Iromo, H. 2014. Efektivitas Suplementasi
Hormon Tiroksin pada Induk Betina dan Larva Kepiting Bakau (Scylla sp.).
Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Effendi, I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama, Yogyakarta.
Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Indonesia, Jakarta.
Grag, S. 2007. Effect of Oral Administration of l-thyroxine (T4) on Growth
Ferformance, Digestibility, and Nutrient Retention in Channa punctatus
(Bloch) and Heteropneustes fossilis (Bloch). Fish Physiology and
Biochemistry 33: 347-358.
23
Girsang, E., A.H. Kristanto, W. Hadi, dan S. Mardlijah. 2014. Karakterisasi
Biometrik Lobster (Panuliru homarus) dari Beberapa Lokasi. Dalam:
Manfaat Ekonomi untuk Mewujudkan Ketahanan Nasional. Lokakarya
Nasional Pengelolaan dan Perlindungan Sumber Daya Genetik di Indonesia.
hal 298-306.
Hargiyanto, I.T., F. Satria, A.P. Prasetyo, dan M. Fauzi. 2013. Hubungan Panjang
dan Faktor Kondisi Lobster Pasir (Panulirus homarus) Di Perairan
Yogyakarta dan Pacitan. BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap 5: 41-48.
Iromo, H. 2015. Efektivitas Suplementasi Hormon Tiroksin pada Induk Betina dan
Larva Kepiting Bakau (Scylla sp.). Tesis. Sekolah Pasca Sarjana Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Junaidi, M., N. Cokrowati, dan Z. Abidin, 2010. Aspek Reproduksi Lobster
(Panulirus sp.) di Perairan Teluk Ekas Pulau Lombok. Jurnal Kelautan:
Indonesian Journal of Marine Science and Technology 3: 29-35.
Junaidi, M. dan M.S. Hamzah. 2014. Kualitas Perairan dan Dampaknya terhadap
Pertumbuhan dan Sintasan Udang Karang yang Dipelihara dalam Keramba
Jaring Apung di Teluk Ekas Provinsi Nusa Tenggara Barat. Jurnal Ilmu dan
Teknologi Kelautan Tropis 6: 345-354.
Kemp, J.O.G. dan P.J. Britz. 2008. The Effect of Temperature on The Growth,
Survival, and Food Consumption of The East Coast Rock Lobster Panulirus
homarus rubellus. Aquaculture 280: 227-231.
Matty, A. J. 1985. Fish Endocrinology. Croom Helm, London.
Nacario, J. 1983. The Effect of Thyroxine on The Larvae and Fry of Sarotherodon
niloticus L. (Tilapia niloticus). Aquaculture 34: 73-83
Petersen, E.H., C. Jones, dan B. Priyambodo. 2013. Bioeconomics of Spiny
Lobster Farming in Indonesia. Asian Journal of Agriculture and Development
10(1): 25-39.
Philips dan Cobbs. 1980. The Biology and Management of Lobster. Vol. I.
Physiology and Behaviour. Chapter 7. Spiny Lobster. Academic Press Inc,
London.
Pratiwi, R. 2016. Budidaya dengan Sistem Kompartemen Individu Terhadap
Respons Fisiologis Dan Kinerja Produksi Lobster Pasir (Panulirus
homarus). Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Romimohtarto, K. dan S. Juwana. 2007 Biologi Laut Ilmu Pengetahuan tentang
Biota laut. Djambatan, Jakarta.
24
Santoso, B.D. 2013. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Juvenil Lobster Pasir
(Panulirus homarus) di dalam Wadah yang Berbeda Warna. Skripsi.
Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Setyono, D.E.D. 2006. Budidaya Pembesaran Udang Karang (Panulirus spp.).
Jurnal Oseana 31: 39-48.
Solanki, Y., K.L. Jetani, S.I. Khan, A.S. Kotiya, N.P. Makawana, dan M.A.
Rather. 2012. Effect of Stocking Density on Growth and Survival Rate of
Spiny Lobster Panulirus Polyphagus in Cage Culture System. International
Journal of Aquatic Science 3: 3-14.
Steel, G.D. dan J.H. Torrie. 2001. Principles and Procedure of Statistics. A
Biometriacal Approach Mc Graw-Hill Inc, New York.
Suastika, M., F. Sukadi, dan A. Surahman. 2008. Studi kelayakan: Meningkatkan
Pembesaran dan Nutrisi Lobster di Nusa Tenggara Barat. Australian
Government, Australia.
Sururi, M., S. Simau, S. Sudirman, E. Gunaisah, S. Sepri, M. Suryono, dan A.
Ghofir. 2016. Kajian Sumberdaya Lobster yang Didaratkan Di Kota Sorong,
Papua Barat. Jurnal Airaha 5(1): 69-77.
Tripathi, G. d a n P. Verma. 2003. Differential Effects of Thyroxine on
Metabolic Enzyme and Other Macromolecules in a Freshwater Teleost.
Journal of Experimental Zoology 296a: 117–124.
Vijayakumaran, M, M. Anbarasu, dan T.S. Kumar. 2010. Moulting and Growth in
Communal and Individual Rearing of The Spiny Lobster Panulirus homarus.
J. Mar. Biol. Ass. India 52: 274-281.
WWF. 2015. Perikanan Lobster Laut.Panduan Penangkapan dan Penanganan
Edisi 1. WWF - Indonesia, Jakarta.
Zairin J.M., M. Raswin, dan R.G. Pahlawan. 2005. Pengaruh Pemberian Hormon
Tiroksin Secara Oral Terhadap Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Ikan
Plati Koral. Jurnal Akuakultur 4(1): 31-35.
Zonneveld, N., E.A. Huisman, dan J.H. Boon. 1991. Prinsip-prinsip Budidaya
Ikan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.