pengaruh karakteristik desa terhadap ...repository.stieykpn.ac.id/552/1/ringkasan skripsi vania...i...
TRANSCRIPT
i
PENGARUH KARAKTERISTIK DESA TERHADAP
PENDIRIAN BADAN USAHA MILIK DESA
RINGKASAN SKRIPSI
VANIA AULIA SANDRA
311729940
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
YAYASAN KELUARGA PAHLAWAN NEGARA
MARET 2019
1 | S T I E Y K P N Y O G Y A K A R T A
PENGARUH KARAKTERISTIK DESA TERHADAP
PENDIRIAN BADAN USAHA MILIK DESA
VANIA AULIA SANDRA
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI YKPN YOGYAKARTA
Jalan Seturan Yogyakarta 55281
e-mail: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh karateristik desa terhadap
pendirian badan usaha milik desa. Karakteristik yang diteliti dalam penelitian ini
meliputi aspek geografis, aspek penduduk, dan aspek pemerintah desa. Penelitian
ini menggunakan data sekunder pada beberapa kecamatan di Kabupaten Sukoharjo
yang berada di provinsi Jawa Tengah. Data yang digunakan adalah data luas
wilayah, jumlah penduduk, jumlah perangkat pada masing-masing desa yang ada
di kecamatan Baki, Bendosari, Grogol, Mojolaban, dan Polokarto tahun 2018. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik desa yang berpengaruh terhadap
pendirian BUMDes adalah aspek jumlah penduduk desa.
Kata kunci: luas wilayah, jumlah penduduk, jumlah perangkat, BUMDes
PENDAHULUAN
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 pasal 1 menyatakan desa merupakan
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah serta berwenang untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan upaya masyarakat, seperti hak asal usul atau hak tradisional yang
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
2 | S T I E Y K P N Y O G Y A K A R T A
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Desa adalah suatu peristiwa atau kejadian yang bersifat universal, yang
dapat terjadi di manapun di dunia ini, dan desa merupakan sebuah perkumpulan
masyarakat kecil, yang terkait pada lokasi tertentu baik sebagai tempat tinggal
menetap maupun bagi pemenuhan kebutuhannya, dan cenderung memiliki
karakteristik-karakteristik tertentu (Rahadjo, 1999: 28). Karakteristik desa terdiri
dari beberapa aspek antara lain aspek morfologi yaitu pemanfaatan lahan oleh
penduduk, aspek jumlah penduduk yaitu kepadatan penduduk yang tinggal di desa
tersebut, aspek ekonomi ialah mata pencaharian penduduk desa, aspek hukum
adalah aturan yang mengikat masyarakat di suatu wilayah, aspek sosial budaya
ialah hubungan antar penduduk yang bersifat khas (Asy’ari, 1993: 93). Roucek dan
Warrent mengemukakan beberapa hal yang tentang karakteristik desa yaitu,
besarnya kelompok primer, faktor geografis, hubungan yang lebih awet,
masyarakat yang homogen, keluarga sebagai unit ekonomi, dan jumlah anak yang
tinggi (Rahardjo, 1999: 40). Berbagai aspek tersebut mengakibatkan tingkat
perekonomian desa berbeda-beda.
Pada tahun 2014 jumlah desa secara geografis yang tercatat di data Badan Pusat
Statistika sebanyak 82.190 desa. Karena banyaknya desa tersebut, pemerintah
berusaha untuk mengembangkan perekonomian dari potensi tersebut dengan cara
menjadikan desa sebagai pemegang peranan penting dalam pembangunan nasional.
Pemerintah memberikan kewenangan kepada desa untuk melaksanakan
pembangunan, pembinaan dan pemberdayaan masyarakat. Seperti yang tercantum
pada Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, dalam hal mendukung
percepatan pembangunan di desa, pemerintah mengalokasikan dana desa yang akan
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
3 | S T I E Y K P N Y O G Y A K A R T A
dikelola secara mandiri oleh masing-masing desa. Dana desa yang dialokasikan ke
setiap desa selalu mengalami peningkatan mulai tahun 2015 sampai saat ini.
Peningkatan pengalokasian dana tersebut seharusnya dapat dirasakan dalam bentuk
pembangunan dan peningkatan perekonomian desa yang merata. Namun ditemukan
adanya perbedaan tingkat perekonomian yang terjadi antara suatu desa dengan desa
lain dan dari penelusuran yang telah dilakukan ternyata perbedaan tingkat
perekonomian salah satunya disebabkan oleh berdirinya BUMDes (Sari, 2017).
Dalam suatu desa yang memiliki BUMDes perekonomianya lebih baik dibanding
dengan desa lainnya yang belum memiliki BUMDes.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 pasal 1 menyatakan BUMDes adalah
lembaga usaha yang modalnya sebagian besar berasal dari penyertaan modal secara
langsung yang bersumber dari kekayaan yang dipisahkan untuk pengelolaan aset
desa, jasa pelayanan masyarakat, dan usaha lainnya untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Dalam arti lain, BUMDes adalah lembaga usaha milik
desa yang didirikan dan dikendalikan oleh pemerintah dan masyarakat desa sebagai
usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat dan dasar pembentukannya dari
potensi masing-masing desa. BUMDes diharapkan mampu meningkatkan
kemampuan ekonomi desa, memaksimalkan aset desa, memajukan usaha
masyarakat dalam mengolah kemampuan ekonomi yang tersedia, memperluas
kerjasama antar desa serta pihak lain, membuat peluang baru yang akan
meningkatan kepentingan umum, membuka peluang kerja baru, mensejahterakan
masyarakat dengan meningkatkan pelayanan umum, pertumbuhan serta pemerataan
ekonomi desa, sehingga mampu menaikkan pendapatan masyarakat desa dan
pendapatan asli desa.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
4 | S T I E Y K P N Y O G Y A K A R T A
Dalam pelaksanaannya ada desa yang mampu membentuk BUMDes, tetapi
juga ada desa yang belum mampu mendirikan BUMDes. Provinsi Jawa Tengah di
Kabupaten Sukoharjo terdiri dari 12 kecamatan dan 167 desa (Badan Pusat
Statistik). Desa yang telah memiliki BUMDes hanya 25 desa dan tersebar di 11
kecamatan (Kementerian Desa, Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi). Padahal
dengan adanya BUMDes akan meningkatkan perekonomian masyarakat desa (Sari,
2017). Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang
mempengaruhi pendirian BUMDes, agar mampu memberikan solusi bagi desa yang
belum mampu mendirikan BUMDes. Besar kemungkinan jika tiap desa memiliki
BUMDes dan berjalan dengan efektif maka dapat meningkatkan perekonomian
desa dan mengurangi tingkat kesenjangan antar desa.
Penelitian ini meneliti beberapa karakteristik desa yaitu faktor geografis, faktor
pemerintah desa, dan faktor penduduk desa untuk variabel independen dan
pendirian BUMDes untuk variabel dependen. Peneliti mengambil beberapa faktor
tersebut karena keterbatasan data yang dapat diperoleh dan faktor tersebut
merupakan bagian dari karakteristik desa yang membedakan antar desa dan
menurut peneliti tiga faktor tersebut berpengaruh terhadap pendirian BUMDes,
seperti BUMDes Air Terjun Sri Gethuk dapat berdiri karena kondisi alam yang baru
diketahui oleh warga sehingga pemerintah dan warga desa mengembangkannya
(Triharono penanggung jawab BUMDes sejahtera). BUMDes Umbul Ponggok
yang menjadi BUMDes terbaik karena partisipasi pemuda desa dalam
pengelolaannya (Kalisa dan Kolopaking, 2018). Berdasarkan uraian tersebut maka
penulis menetapkan judul penelitian “Pengaruh Karakteristik Desa Terhadap
Pendirian Badan Usaha Milik Desa.”
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
5 | S T I E Y K P N Y O G Y A K A R T A
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalahnya yaitu:
Apakah aspek geografi desa, aspek pemerintahan desa, dan aspek penduduk desa
mempengaruhi pendirian BUMDes?. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui kemungkinan dan menganalisis pengaruh aspek geografi desa, aspek
pemerintahan desa, dan aspek penduduk desa, terhadap kemungkinan pendirian
BUMDes dalam suatu wilayah. Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu
memberikan gambaran tentang karakteristik desa yang mempengaruhi berdirinya
BUMDes dalam suatu wilayah, serta dapat memberi manfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan. Bagi pemerintah desa, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi
dan motivasi untuk desa-desa yang belum memiliki BUMDes supaya segera dapat
menemukan inovasi dalam pendirian BUMDes. Bagi akademisi, hasil penelitian ini
dapat menambah pengetahuan dan mendorong para mahasiswa untuk berpartisipasi
aktif dalam terbentuk dan berkembangnya BUMDes di daerah masing-masing.
Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi untuk memecahkan permasalahan
yang dihadapi oleh masing-masing desa yang selama ini kesulitan untuk
mendirikan BUMDes, karena karakteristik suatu desa itu beragam sehingga akan
muncul berbagai aspek yang mempengaruhi pendirian BUMDes di masing-masing
desa tersebut.
TINJAUAN TEORI
Anom Surya Putra dalam buku Badan Usaha Milik Desa Spirit Usaha Kolektif
Desa (2015: 9) memberi beberapa pengertian tentang Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes) antara lain:
“BUMDes adalah bagian dari strategi kebijakan untuk memunculkan institusi negara
(Kementerian Desa PDTT) di kehidupan bermasyarakat dan berkewarganegaraan di
desa yang nantinya disebut tradisi berdesa. BUMDes merupakan suatu strategi yang
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
6 | S T I E Y K P N Y O G Y A K A R T A
diambil pemerintah untuk membangun Indonesia dari pinggiran melalui
pengembangan usaha ekonomi desa yang bersifat kolektif. BUMDes merupakan
salah satu kebijakan pemerintah dalam upaya peningkatan kualitas hidup manusia Indonesia pada masing-masing desa. BUMDes merupakan wujud kemandirian
ekonomi pada suatu desa dengan memanfaatkan unit-unit yang strategis untuk usaha
ekonomi bersama.”
Dalam buku panduan pendirian dan pengelolaan BUMDes terbitan Departemen
Pendidikan Nasional menyebutkan beberapa ciri yang dapat membedakan
BUMDes dengan lembaga ekonomi komersial pada umumnya yaitu: (1) badan
usaha yang pemiliknya suatu desa dan pengelolaan dilakukan secara bersama-sama;
(2) modal usahanya berasal dari desa dan masyarakat dengan penyertaan modal
dapat berupa uang, saham atau ide-ide untuk pengelolaan; (3) berjalannya
mengedepankan filosofi bisnis yang berasal dari budaya setempat; (4) kegiatan
usaha dijalankan harus sesuai dengan potensi desa serta hasil survei pasar yang telah
dilakukan; (5) keuntungan digunakan untuk mensejahterakan anggota yang
memberikan modal serta masyarakat yang pembagiannya sesuai dengan yang
tertera pada kebijakan yang telah disepakati; (6) memperoleh fasilitas dari
pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan pemerintah
desa; (7) pelaksanaan operasionalnya diawasi bersama-sama oleh perangkat desa,
badan pengawas desa, pemilik modal dan anggota. Proses pelembagaan BUMDes
sudah tercantum dalam Peraturan Menteri Desa No 4 tahun 2014, tahapan yang
dilakukan antara lain: Sosialisasi tentang BUMDes yang dilakukan oleh pemerintah
pusat ke pemerintah daerah selanjutnya dilakuan sosialisasi pemerintah daerah ke
masyarakat, oleh masyarakat dilaksanaan musyawarah desa yang membahas
tentang BUMDes apa yang akan dibentuk, dan segala sesuatu yang berhubungan
dengan kelangsungan BUMDes tersebut, setelah tercapai hasil musyawarah
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
7 | S T I E Y K P N Y O G Y A K A R T A
tersebut diberikan ke perangkat desa yang nantinya akan dibuat sebuah aturan oleh
Kepala Desa yaitu Surat Keputusan Kepala Desa.
Pendirian BUMDes memiliki dasar hukum tersendiri dibandingkan dengan
institusi-institusi lainnya. Berikut merupakan dasar hukum BUMDes dalam Sari
(2017: 12):
“Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa pada bagian lima;
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa; Peraturan Pemerintah Nomor
47 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa; Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi nomor
4 tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengelolaan, dan Pembubaran Badan
Usaha Milik Desa; Peraturan daerah pada masing-masing kabupaten; Peraturan desa yang dibuat oleh masing-masing desa yang mendirikan Badan Usaha Milik Desa.”
BUMDes didirikan memiliki beberapa tujuan terutama dalam hal perekonomian.
Tujuan utama BUMDes menurut Departemen Pendidikan Nasional antara lain:
“Untuk meningkatkan perekonomian desa; untuk meningkatkan pendapatan asli
desa; untuk meningkatkan pengolahan dan pengelolaan potensi desa yang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat; sebagai salah satu penunjang pertumbuhan dan
pemerataan ekonomi pedesaan.”
Teori Kelembagaan
Kelembagaan (institution) merupakan organisasi atau aturan baku dan tidak baku
yang dibentuk untuk mengatur perbuatan serta langkah yang diambil masyarakat
pada kegiatan sehari-hari maupun langkah yang digunakan untuk mencapai suatu
tujuan usaha (Mubyarto dalam Sari, 2017). Erani dalam alkadafi (2014)
mengatakan bahwa sebutan untuk kelembagaan merupakan sebuah bagan hukum
atau hak alami yang membatasi langkah setiap individu agar mampu memberikan
nilai tambah dalam bentuk kritikan terhadap ilmu ekonomi klasik yang
berhubungan dengan perilaku ekonomi.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
8 | S T I E Y K P N Y O G Y A K A R T A
BUMDes merupakan institusi baru di tingkat desa yang memiliki peluang dan
tantangan pada masing-masing desa. Tata kelola BUMDes perlu disusun dengan
baik agar mampu mencapai tujuan awal pendirian BUMDes. Institusi dapat
dikatakan baik jika institusi tersebut memiliki prinsip yang mendukung
keberlangsungan institusi dan terdapat pembagian kerja yang mampu mencakup
secara keseluruhan dan digambarkan dalam sebuah struktur organisasi.
Karakteristik Desa
Karakteristik dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti sesuatu yang bersifat
khas dengan perwatakan tertentu, atau hal pembeda antara satu dengan yang
lainnya. Begitu juga dengan karateristik desa, biasanya jika berbicara mengenai
karakteristik desa perbandingannya adalah dengan kota atau desa lain yang sudah
maju. Setiap ilmuwan memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang karateristik
desa. Roucek dan Warrent menyatakan desa memiliki karakteristik antara lain
besarnya kelompok primer, faktor geografik yang menjadi dasar terbentuknya
kelompok, hubungan yang bersifat lebih intim dan awet, masyarakat yang
homogen atau memiliki ras, bahasa, dan kultur yang sama, interaksi sosial yang
rendah, keluarga lebih difokuskan fungsinya sebagai unit ekonomi, jumlah
keseluruhan anak yang tinggi (Rahardjo, 1999: 40). Asy’ari dalam bukunya
sosiologi kota dan desa mengemukakan pembagian karakteristik desa pada
dasarnya sama dengan karakteristik kota, yaitu dilihat dari aspek morfologi atau
pemanfaatan lahan, aspek jumlah penduduk, aspek ekonomi, aspek sosial budaya,
dan aspek hukum. Aspek morfologi adalah pemanfaatan lahan oleh penduduk yang
bersifat agraris dan bangunan rumah tinggal yang terpencar. Aspek jumlah
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
9 | S T I E Y K P N Y O G Y A K A R T A
penduduk adalah jumlah penduduk yang mendiami desa dengan kepadatan yang
rendah. Aspek ekonomi merupakan wilayah yang penduduknya memiliki pekerjaan
pokok di bidang pertanian, bercocok tanam, agraria, atau nelayan. Aspek sosial
budaya terlihat dari interaksi sosial antar penduduk yang bersifat khas, yaitu
hubungan kekeluargaan yang bersifat pribadi serta bergotong royong. Aspek
hukum desa adalah daerah hukum tersendiri seperti halnya hukum adat.
Hipotesis Penelitian
Pengaruh Kondisi Geografis Desa Terhadap Pendirian BUMDes
Kondisi geografis desa adalah penampakan alam yang ada di desa tersebut,
seperti: ketinggian tanah di atas permukaan laut, luas wilayah dan penggunaan
lahan di wilayah tertentu, dan sumber daya alam yang ada di daerah tersebut.
Sumber daya alam yang dimiliki desa akan menjadikan desa tersebut berbeda
dengan desa yang lain. Perbedaan antara desa tersebut dapat dikatakan sebagai
karakteristik desa termasuk didalamnya perbedaan ketinggian tanah, luas wilayah,
dan sumber daya alam. Sumber daya alam termasuk salah satu pertimbangan dasar
untuk pendirian BUMDes (Putra, 2015). Karakteristik yang beragam tersebut akan
menimbulkan perbedaan potensi yang mendasari pendirian BUMDes. Potensi yang
berbeda seperti halnya perbedaan bidang pengelolaan. Bidang kelola yang berbeda
maka berbeda pula kelembagaan yang akan dibentuk dalam BUMDes. Berdasarkan
argumen tersebut dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1: Kondisi geografis desa berpengaruh terhadap pendirian BUMDes.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
10 | S T I E Y K P N Y O G Y A K A R T A
Pengaruh Aspek Pemerintahan Desa Terhadap Pendirian BUMDes
Aspek pemerintahan desa yang dimaksud seperti jumlah perangkat desa,
jumlah sarana pemerintahan dan tingkat pendidikan perangkat desa. Banyaknya
perangkat desa memungkinkan banyak gagasan baru yang berasal dari masing-
masing perangkat desa. Sarana yang memadahi dan pendidikan yang tinggi akan
lebih memungkinkan seseorang untuk berinovasi terhadap hal-hal baru. Tingkat
pendidikan dan sarana yang tersedia dapat mempengaruhi kebijakan dalam
menentukan berdirinya suatu lembaga desa seperti BUMDes. Nugrahaningsih
(2016) menyatakan kurangnya pengetahuan yang berkaitan dengan pembuatan dan
rencana kerja BUMDes dapat menjadi kendala untuk mendirikan BUMDes.
Berdasarkan argumen di atas penulis merumuskan hipotesis:
H2: Aspek pemerintahan desa berpengaruh terhadap pendirian BUMDes.
Pengaruh Aspek Penduduk Desa Terhadap Pendirian BUMDes
Aspek penduduk desa dapat berupa tingkat kepadatan penduduk, jumlah
penduduk usia produktif dan nonproduktif, jumlah penduduk laki-laki dan
perempuan, dan pekerjaan mayoritas penduduk. Unsur-unsur dalam aspek
penduduk desa merupakan bagian dari sebuah kelembagaan. Dalam sebuah
lembaga terdapat struktur kelembagaan yang akan ditempati oleh penduduk desa
yang memiliki potensi dalam bidangnya masing-masing dan bersedia untuk
menjalankan sebuah lembaga. Pendirian BUMDes dapat dipengaruhi oleh jumlah
penduduk usia produktif, jumlah penduduk laki-laki dan perempuan, pekerjaan
mayoritas penduduk. Nugrahaningsing (2016) menyatakan bahwa kurangnya
partisipasi masyarakat dalam pembuatan dan rencana kerja BUMDes dapat menjadi
kendala untuk mendirikan BUMDes. Kasila dan Kolopaking (2018)
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
11 | S T I E Y K P N Y O G Y A K A R T A
mengungkapkan bahwa partisipasi pemuda dapat mempengaruhi perkembangan
BUMDes. Oleh karena itu penulis merumuskan hipotesis:
H3: Aspek penduduk desa berpengaruh terhadap pendirian BUMDes.
METODE PENELITIAN
Sampel dalam penelitian ini mengambil desa yang telah memiliki BUMDes
sebanyak 17 desa dan desa yang belum memiliki BUMDes sebanyak 54 desa yang
terdapat di Kecamatan Baki, Grogol, Mojolaban, Polokarto, Bendosari yang
merupakan kecamatan di Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah. Peneliti
menggunakan sampel tersebut karena daerah yang cukup terjangkau dan data
karakteristik desa yang dapat diperoleh dari desa yang telah memiliki BUMDes dan
belum memiliki BUMDes.
Penelusuran data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelusuran data
sekunder eksternal. Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data
statistik yang dipublikasikan melalui buku-buku yang diterbitkan Badan Pusat
Statistik (BPS) yang dapat diunduh di website www.bps.go.id, data desa yang sudah
memiliki BUMDes dan belum memiliki BUMDes didapat dari website
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik
Indonesia di www.kemendesa.go.id dan data tentang penduduk desa diperoleh dari
website Kabupaten Sukoharjo yang memuat informasi tentang desa di
www.pidekso.sukoharjokab.go.id.
Variabel independen (X) adalah variabel yang dapat menjelaskan atau
mempengaruhi variabel lain. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian
ini adalah luas wilayah dari aspek geografis, jumlah perangkat desa dari aspek
pemerintahan, dan jumlah penduduk desa dari aspek penduduk desa.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
12 | S T I E Y K P N Y O G Y A K A R T A
Variabel dependen merupakan variabel yang dapat dipengaruhi atau dijelaskan
oleh variabel lain. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pendirian badan
usaha milik desa. Variabel dependen dalam penelitian ini merupakan variabel
dummy untuk membedakan desa yang telah memiliki BUMDes dan desa yang
belum memiliki BUMDes.
Penelitian ini menggunakan data karakteristik desa yang diambil dari beberapa
kecamatan yang ada di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2018 sehingga
menggunakan data cross sectional. Untuk menganalisis data tersebut dilakukan
dengan analisis regresi logistik variabel dummy. Model persamaan yang digunakan
yaitu:
Log [(P/(1-P)] = 𝛽₀ + 𝛽₁KG + 𝛽₂PD + 𝛽₃PMD + e
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Analisi Data
Regresi logistik tidak menguji normalitas data (Ghozali, 2011: 225). Pengujian
data yang dapat dilakukan dalam regresi logistik adalah uji goodnes of fit. Uji ini
digunakan untuk menentukan apakah data layak digunakan untuk tahap analisis
selanjutnya. Hasil uji goodness of fit ditunjukkan oleh nilai sig pada tabel Hosmer
and Lemeshow Test. Pada penelitian ini nilai probabilitas 0.441 > dari 0.05 sehingga
model yang digunakan dalam penelitian layak untuk analisis.
Tabel 4.1 Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square Df Sig.
1 7.922 8 .441
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
13 | S T I E Y K P N Y O G Y A K A R T A
Untuk mengetahui apakah hipotesis yang akan diajukan diterima atau ditolak.
Penelitian ini uji yang dilakukan adalah uji signifikansi parameter spasial dan uji
koefisien determinasi yang datanya didapat dari data menggunakan regresi logistik.
Tabel 4.2 Hasil Uji Signifikansi Parsial
Analisis hasil dari pengujian luas wilayah menunjukkan angka signifikansi 0,988
dengan tingkat error 5%, maka nilai signifikansi tersebut lebih besar dari tingkat
error jadi H0 diterima dan Ha ditolak. Kesimpulannya adalah luas wilayah tidak
berpengaruh dalam pendirian BUMDes.
Nilai signifikansi yang didapat dalam pengujian jumlah perangkat desa yaitu
0,395 dengan tingkat kesalahan 0,05 maka nilai signifikan tersebut lebih besar
dibanding tingkat kesalahan jadi yang diterima adalah H0 dan menolak Ha.
Kesimpulanya adalah jumlah perangkat desa tidak berpengaruh dalam pendirian
BUMDes.
Hasil dari pengujian jumlah penduduk desa menunjukkan angka signifikansi
0,026 dengan tingkat error 5%, maka nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari
tingkat error, jadi Ha diterima dan menolak H0. Kesimpulannya adalah jumlah
penduduk desa berpengaruh dalam pendirian BUMDes.
Variabel B Wald df Sig. Keputusan
Luas Wilayah 0 0 1 0.988Tidak
Signifikan
Jumlah
Pemerintah Desa-0.287 0.724 1 0.395
Tidak
Signifikan
Jumlah Penduduk
Desa0 4.948 1 0.026 Signifikan
Constant 0.626 0.038 1 0.845
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
14 | S T I E Y K P N Y O G Y A K A R T A
Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar variabel
independen dapat menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel dependen. Semakin
mendekati 1 maka model yang digunakan semakin layak, namun semakin
mendekati angka 0 model yang digunakan kurang atau tidak layak.
Tabel 4.3 hasil uji nagelkerke R square
Berdasarkan hasil uji Nagelkerke R Square dapat dilihat dari nilai Nagelkerke R
Square yaitu sebesar 0,149 atau 14,9% yang berarti, variabel independen (aspek
geografis yang dilihat dari luas wilayah, aspek penduduk yang dilihat dari jumlah
penduduk, dan aspek pemerintahan yang dilihat dari jumlah perangkat) mampu
menjelaskan 14.9% tentang variabel dependen (pendirian BUMDes) dan sisanya
85.1% dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian ini.
Pembahasan
a. Pengaruh aspek geografis terhadap pendirian BUMDes
Aspek geografis yang digunakan adalah luas wilayah. Hasil analisis penelitian
pada luas wilayah dengan koefisien regresi luas wilayah desa adalah 0,000
dengan tingkat signifikansi 0,988 > dari 0,05 maka tidak signifikan. Hasil
tersebut menjelaskan bahwa aspek geografi yang diukur berdasarkan luas
wilayah tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemungkinan
pendirian BUMDes.
Step-2 Log
likelihood
Cox &
Snell R
Square
Nagelker
ke R
Square
1 72.822(a) 0.101 0.149
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
15 | S T I E Y K P N Y O G Y A K A R T A
b. Pengaruh aspek penduduk desa terhadap pendirian BUMDes
Aspek penduduk desa yang digunakan dalam penelitian ini adalah penduduk
desa yang dilihat dari sisi jumlah. Koefisien regresi penduduk berdasarkan
jumlah penduduk 0,000 dengan tingkat signifikan 0,026 < 0,05 yang berarti
jumlah penduduk berpengaruh signifikan terhadap kemungkinan pendirian
BUMDes. Hasil dari pengujian aspek penduduk berdasarkan jumlah penduduk
desa berpengaruh positif terhadap kemungkinan pendirian BUMDes dalam suatu
desa.
c. Pengaruh aspek pemerintahan desa terhadap pendirian BUMDes
Aspek pemerintahan desa yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah
perangkat desa. Regresi pemerintah desa berdasarkan jumlah perangkat desa -
0,287 dengan tingkat signifikan 0,395. Tingkat signifikan tersebut lebih tinggi
dari tingkat kesalahan maka bisa dikatakan bahwa jumlah perangkat desa tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap kemungkinan pendirian BUMDes.
Kesimpulan
Berdasar hasil pengujian hipotesis yang dianalisis menggunakan regresi logistik
dapat disimpulkan bahwa aspek geografis dengan ukuran luas wilayah tidak
berpengaruh dalam pendirian BUMDes dalam suatu wilayah. Aspek penduduk desa
yang diukur dengan jumlah penduduknya berpengaruh dalam pendirian BUMDes
dalam suatu wilayah. Aspek pemerintahan desa yang dilihat dari jumlah
perangkatnya tidak berpengaruh dalam pendirian BUMDes dalam suatu wilayah.
Sampel dan variabel yang digunakan dalam penelitian ini hanya tiga, berdasarkan
nilai Nagelkerke R Square sekitar 14,9% menandakan adanya variabel lain diluar
penelitian ini yang lebih dominan dalam pendirian BUMDes.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
16 | S T I E Y K P N Y O G Y A K A R T A
Saran
Bagi penelitian selanjutnya diharapkan menambah jumlah sampel yang digunakan
agar hasil penelitian lebih akurat. Peneliti selanjutnya disarankan menggunakan
variabel yang berbeda, jika menggunakan variabel yang sama sebaiknya mengulas
lebih banyak lagi tentang variabel tersebut agar hasil penelitian yang diperoleh lebih
kuat dan dapat menjelaskan secara lebih detail. Selain itu, peneliti dapat menambah
variabel lain seperti kondisi sosial masyarakat desa agar hasil yang diperoleh lebih
lengkap.
Bagi pemerintah setempat sebaiknya mengadakan pelatihan bagi masyarakat agar
masyarakat mampu menciptakan ide-ide kreatif yang akan mendorong
kemungkinan berdirinya BUMDes di desa-desa tersebut.
Daftar Pustaka
Albana, Majid. 2013. Aplikasi Regresi Logistik Ordinal Untuk Menganalisa
Tingkat Kepuasan Pengguna Jasa Terhadap Pelayanan: Studi Kasus di
Stasiun Jakarta Kota. Skripsi. Program Sarjana Universitas Pakuan. Bogor.
Alkadafi, Muammar. 2014. Penguatan Ekonomi Masyarakat Melalui Pengelolaan
Kelembagaan Badan Usaha Milik desa Menuju Asean Economic
Community 2015. Jurnal El-Risayah Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial.
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Asy’ari, Imam S. 1993. Sosiologi Kota dan Desa. Surabaya: Usaha Nasional
Surabaya.
Badan Pusat Statistik [BPS]. 2019. Kecamatan Dalam Angka Baki Tahun 2018.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo.
_________________. 2019. Kecamatan Dalam Angka Bendosari Tahun 2018.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo.
_________________. 2019. Kecamatan Dalam Angka Grogol Tahun 2018. Badan
Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo.
_________________. 2019. Kecamatan Dalam Angka Mojolaban Tahun 2018.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
17 | S T I E Y K P N Y O G Y A K A R T A
_________________. 2019. Kecamatan dalam angka Polokarto Tahun 2018.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo.
Gujarati, Damodar N. 2003. Essentials of Econometrics. Singapura: McGraw-Hill
Companies.
Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis.
Yogyakarta: Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM.
Kalisa, Morni dan Kolopaking, L., M. 2018. “Partisipasi Pemuda Desa dalam
Perkembangan Usaha BUMDES “TIRTA MANDIRI.” Jurnal Sians
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat.
Murdiyanto, Eko. 2008. Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta: UPN Veteran
Yogyakarta Press.
Nugrahaningsih, Putri. 2016. Optimalisasi Dana Desa dengan Pengembangan
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Menuju Desa Mandiri: Studi Kasus pada
Desa Bulusulur. Skripsi. Program Sarjana S-1 Universitas Sebelas Maret.
Surakarta.
Putra, Anom S. 2015. Badan Usaha Milik Desa Spirit Usaha Kolektif Desa. Jakarta
Pusat: Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
Republik Indonesia.
Raharjo. 1999. Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada Press.
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
Sari, Andriyani. 2017. Pengaruh BUMDes Terhadap Pengembangan Ekonomi
Desa: Studi Kasus di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.
Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Sumarjono. 2018. Efektivitas Badan Usaha Milik Desa “SEJAHTERA” dalam
Pengembangan Desa Wisata Bleberan di Kecamatan Playen Kabupaten
Gunung Kidul. Jurnal Politik dan Pemerintahan. Sekolah Tinggi
Pembangunan Masyarakat Yogyakarta,2(2).
Wiyono, Gendro. 2011. Merancang Penelitian Bisnis. Yogyakarta: UPP STIM
YKPN.
http://datin.kemendesa.go.id/simpora/rep_bumdessmry.php?cmd=search&sv_nama_provinsi=JAWA+TENGAH&sv_nama_kabupaten=KABUPATEN+SUKOHARJO&sv_nam
a_kecamatan= Diakses 11 April 2019
https://pidekso.sukoharjokab.go.id/front/info/kependudukan Diakses pada 19 Juli 2019
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id