pengaruh kecerdasan spiritual dan otoritas...

137
PENGARUH KECERDASAN SPIRITUAL DAN OTORITAS ATASAN UNTUK MELAKUKAN FRAUD TERHADAP KECURANGAN PELAPORAN KEUANGAN OLEH AKUNTAN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh : Irwansyah NIM: 11140820000047 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H / 2018 M

Upload: lekhanh

Post on 07-Mar-2019

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

PENGARUH KECERDASAN SPIRITUAL DAN OTORITAS

ATASAN UNTUK MELAKUKAN FRAUD TERHADAP

KECURANGAN PELAPORAN KEUANGAN OLEH AKUNTAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :

Irwansyah

NIM: 11140820000047

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1439 H / 2018 M

ii

PENGARUH KECERDASAN SPIRITUAL DAN OTORITAS

ATASAN UNTUK MELAKUKAN FRAUD TERHADAP

KECURANGAN PELAPORAN KEUANGAN OLEH AKUNTAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :

IRWANSYAH

11140820000047

Di Bawah Bimbingan

Fitri Yani Jalil, S.E., M.Sc.

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

TAHUN 2018

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini, Senin 2 April 2018 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas

mahasiswa/i:

Nama : Irwansyah

No. Induk Mahasiswa : 11140820000047

Jurusan : Akuntansi

Judul Skripsi : Pengaruh Kecerdasan Spiritual dan Otoritas

Atasan untuk Melakukan Fraud terhadap

Kecurangan Pelaporan Keuangan oleh Akuntan

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa

mahasiswa tersebut dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan

ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 2 April 2018

1. Abdul Hamid Cebba, CPA., MBA. (............................................)

NIP : 19620502 199303 1 003 Penguji I

2. Wilda Farah, S.E., M.Si.Ak,CPA.,CA (..............................................)

NIP : 19830326 200912 2 005 Penguji II

iv

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini, Rabu 6 Juni 2018 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa/i:

Nama : Irwansyah

No. Induk Mahasiswa : 11140820000047

Jurusan : Akuntansi

Judul Skripsi : Pengaruh Kecerdasan Spiritual dan Otoritas

Atasan untuk Melakukan Fraud terhadap

Kecurangan Pelaporan Keuangan oleh Akuntan

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa

tersebut dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 06 Juni 2018

1. Hepi Prayudiawan, S.E., M.M., Ak., CA. ( )

NIP : 19720516 200901 1 006 Ketua Penguji

2. Atiqah, S.E., M.S.Ak. ( )

NIP : 19820120 200912 2 004 Penguji Ahli

3. Fitri Yani Jalil, S.E., M.Sc. ( )

NIDN : 2004068701 Pembimbing I

v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Irwansyah

No. Induk Mahasiswa : 11140820000047

Jurusan : Akuntansi

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan

mempertanggungjawabkan.

2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli

atau tanpa izin pemilik karya.

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya

ini.

Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah

melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang

ditemukan bukti bahwa saya melanggar pernyataan ini, maka saya bersedia

mempertanggungjawabkan sekaligus menerima sanksi berdasarkan tata tertib di

Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak ada unsur

paksaan.

Jakarta, Juni 2018

(Irwansyah)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Irwansyah

2. Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 4 Juli 1996

3. Jenis Kelamin : Laki-Laki

4. Agama : Islam

5. Anak ke- dari : 3 dari 3

6. Alamat : Jl. Duta, Gang H. Goar

No. 22 RT/RW 05/09

Kel. Sudimara Timur Kec. Ciledug

Tangerang

7. Telpon : 089515228646

8. Email : [email protected]

II. PENDIDIKAN

1. MI (2002-2008) : MI Fatahillah Ciledug

2. MTs (2008-2011) : MTsN 27 Jakarta Barat

3. MA (2011-2014) : MAN 10 Jakarta

4. S1 (2014-2018) : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

III. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Anggota OSIS MAN 10 Jakarta (2012-2013)

2. Staf Pengembangan Minat dan Bakat Koperasi Mahasiswa UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta (2015)

3. Kepala Divisi Pengembangan Usaha Koperasi Mahasiswa UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta (2016)

4. Wakil Ketua KKN Cakrawala UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2017)

vii

IV. LATAR BELAKANG ORANG TUA

1. Ayah : Napis

2. Ibu : Maniah

3. Alamat : Jl. Duta, Gang H. Goar

No. 22 RT/RW 05/09

Kel. Sudimara Timur Kec. Ciledug

Tangerang

4. Telepon : 08812145274

viii

THE INFLUENCE OF SPIRITUAL QUOTIENT AND SUPERIOR

AUTHORITY TO CONDUCT FRAUD OF THE FINANCIAL

REPORTING BY ACCOUNTANT

ABSTRACT

This study aimed to examine the influence of spiritual quotient and superior

authority to conduct fraud of the financial reporting by accountants. This study

used experimental method with 2x2 factorial design between subjects. The data

collection technique of this study was case and sample selection, and used the

purposive sampling method. The data analysis method that was used to test the

hypothesis of this study were chi-square (X2) and post hoc test with the help of

IBM SPSS Statistics 24 software.

The result of this study showed that when the spiritual quotient was low,

respondents tend to cheat in making the financial report. Furthermore, when

there was superior authority to conduct fraud, respondents tend to cheat in

making financial report. This study also showed the interaction result when there

was a condition of superior authority to conduct fraud and the spiritual quotient

was low, it could encourage the respondendents to cheat in making financial

report. Likewise, when the interaction of the spiritual condition of the respondent

was high and there was no superior authority to conduct fraud, it could prevent

the cheat in making financial report.

Keywords: spiritual quotient, superior authority, the fraud of the financial

reporting

ix

PENGARUH KECERDASAN SPIRITUAL DAN OTORITAS ATASAN

UNTUK MELAKUKAN FRAUD TERHADAP KECURANGAN

PELAPORAN KEUANGAN OLEH AKUNTAN

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kecerdasan spritual dan

otoritas atasan untuk melakukan fraud terhadap kecurangan pelaporan oleh

akuntan. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain faktorial

2x2 antar subjek. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini berupa kasus dan

pemilihan sampel dalam penelitian ini mengunakan metode purposive sampling.

Metode analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini

adalah uji chi-square (X2) dan post hoc test dengan bantuan software IBM SPSS

Statistics 24.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ketika kecerdasan spiritual rendah,

responden cenderung untuk berbuat curang dalam membuat laporan keuangan.

Selanjutnya ketika terdapat otoritas atasan untuk melakukan fraud, responden

cenderung untuk berbuat curang dalam membuat laporan keuangan. Penelitian ini

juga menunjukan hasil interaksi bahwa ketika terdapat kondisi otoritas atasan

untuk melakukan fraud dan kecerdasan spiritual responden rendah mampu

mendorong untuk berbuat curang dalam membuat laporan keuangan. Begitupun,

ketika interaksi kondisi kecerdasan spiritual responden tinggi dan tidak ada

otoritas atasan untuk melakukan fraud mampu mecegah untuk berbuat curang

dalam membuat laporan keuangan.

Kata Kunci: Kecerdasan Spiritual, Otoritas Atasan, Kecurangan Pelaporan

Keuangan

x

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim.

Assalammualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-

Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang

berjudul: “Pengaruh Kecerdasan Spiritual dan Otoritas Atasan untuk

Melakukan Fraud terhadap Kecurangan Pelaporan Keuangan oleh

Akuntan” dengan lancar. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah kepada

junjungan kita Nabi Muhammad SAW teladan bagi insan di muka bumi.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat guna mencapai

gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang telah membantu dalam

proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, syukur Alhamdulillah penulis

haturkan atas kekuatan Allah SWT skripsi ini dapat diselesaikan. Selain itu,

penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang

sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

skripsi ini terutama kepada:

1. Ibu dan Bapak yang telah menjadi penyemangat terbesar dan terbaik dalam

hidup dan yang telah memberikan dukungan tiada henti baik berupa doa

maupun kasih sayang berlimpah kepada penulis.

2. Denny Prayudi dan Firmansyah sebagai kaka yang telah memberikan doa,

motivasi, inspirasi dan bantuan yang tiada hentinya kepada penulis.

3. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA. selaku Sekretaris Jurusan

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

xi

6. Ibu Fitri Yani Jalil, SE., M.Sc. selaku dosen Pembimbing Skripsi yang telah

bersedia meluangkan waktu serta dengan sabar memberikan pengarahan dan

bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

7. Bapak Yusar Sagara, SE., M.Si., Ak., CA., CPMA. Selaku dosen Pembimbing

Akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama menempuh

perkuliahan.

8. Ibu Zuwesty Eka Putri, SE., M.Ak. yang telah memberikan izin untuk

melakukan penelitian di kelas yang diampu.

9. Seluruh Dosen, staf pengajar dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis.

10. Seluruh jajaran karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terimakasih atas

bantuan, perhatian dan pelayanan yang diberikan kepada penulis.

11. Witria Diah S. yang telah memberikan semangat dan meluangkan waktu

disela-sela kesibukkannya untuk menemani dan mendengarkan keluh kesah

penulis dalam proses penulisan skripsi dari awal hingga akhir, Terima kasih

banyak.

12. Idaman (Beka, Indah dan Fifi) yang telah memberikan doa, semangat dan

motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini hingga akhir. Dan

juga telah memberikan semangat dan motivasi selama di perkuliahan.

13. Jombloers (Bagus, Bari dan Riski) yang selalu bersama-sama berjuang dari

semester awal hingga saat ini, dan juga telah memberikan bantuan dan

motivasi selama di perkuliahan.

14. Kepada teman-teman satu bimbingan skripsi Ibu Fitri terutama Ami dan Tiara

yang telah memberikan semangat dan motivasi sehingga penulis mampu

menyelesaikan skripsi ini hingga akhir.

15. Kepada seluruh teman-teman Akuntansi UIN Jakarta Angkatan 2014 terutama

kelas B yang telah meberikan semangat dan bantuan kepada penulis dalam

penyusunan skripsi ini hingga akhir.

16. Kepada Tatas yang telah memberikan arahan dan motivasi dalam proses

penyusunan skripsi ini.

xii

17. Kepada Teman-Teman Pengurus KOPMA UIN Jakarta tahun 2016 yang telah

memberikan dukungan, semangat dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini

hingga akhir.

18. Seluruh anggota KKN Cakrawala, terutama kepada Lukita dan Syania selaku

Sekretaris yang telah membuat laporan selesai dan sertifikat kkn keluar

dengan tepat waktu.

19. Semua pihak yang terlibat yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna

dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh

karena itu penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik

yang membangun dari berbagai pihak.

Jakarta, Juni 2018

Irwansyah

xiii

DAFTAR ISI

COVER DALAM .................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ....................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ................................ v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................... vi

ABSTRACT ........................................................................................................... viii

ABSTRAK ............................................................................................................. ix

KATA PENGANTAR ............................................................................................ x

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ..............................................................................................1

B. Identifikasi Masalah ......................................................................................5

C. Pembatasan Masalah .....................................................................................5

D. Rumusan Masalah .........................................................................................6

E. Tujuan Penelitian ..........................................................................................6

F. Manfaat Penelitian ........................................................................................7

BAB II ..................................................................................................................... 8

TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 8

A. Landasan Teori ..............................................................................................8

1. Teori Obedience (Kepatuhan) .................................................................. 8

2. Kecurangan dalam Akuntansi ................................................................ 10

3. Otoritas Atasan ....................................................................................... 18

4. Kecerdasan Spiritual ............................................................................... 19

B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ................................................................21

C. Pengembangan Hipotesis ............................................................................27

xiv

BAB III ................................................................................................................. 32

METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................ 32

A. Ruang Lingkup Penelitian ...........................................................................32

B. Desain Eksperimen .....................................................................................32

C. Metode Penentuan Sampel ..........................................................................35

1. Populasi dan Sampel .............................................................................. 35

2. Penentuan Sampel .................................................................................. 36

D. Metode Pengumpulan Data .........................................................................37

1. Penelitian Lapangan (Field Research) ................................................... 37

E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ..........................................................38

1. Kecerdasan Spiritual (X1) ....................................................................... 38

2. Otoritas Atasan untuk Melakukan Fraud (X2) ...................................... 41

3. Kecurangan pelaporan keuangan (Y) ..................................................... 42

F. Metode Analisis Data ..................................................................................43

1. Statistik Deskriptif .................................................................................. 43

2. Uji Kualitas Data .................................................................................... 43

3. Uji Hipotesis ........................................................................................... 45

BAB IV ................................................................................................................. 47

ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 47

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................47

1. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 47

2. Karakteristik Profil Responden .............................................................. 48

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ....................................................................50

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif .................................................................. 50

2. Hasil Uji Kualitas Data ........................................................................... 53

3. Hasil Uji Hipotesis ................................................................................. 55

C. Pembahasan Hasil Uji Hipotesis .................................................................64

BAB V ................................................................................................................... 71

PENUTUP ............................................................................................................. 71

A. Kesimpulan .................................................................................................71

B. Implikasi......................................................................................................72

xv

C. Keterbatasan ................................................................................................73

D. Saran............................................................................................................74

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 76

LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................... 79

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Sebelumnya ....................................................... 22

Tabel 3.1 Desain Eksperimen dan Pengujian Hipotesis 1..................................... 33

Tabel 3.2 Desain Eksperimen dan Pengujian Hipotesis 2..................................... 34

Tabel 3.3 Desain Eksperimen Faktorial dan Pengujian Hipotesis 3a dan 3b ....... 34

Tabel 3.4 Bobot Nilai Kecerdasan Spiritual Berdasarkan Skala Likert ............... 38

Tabel 3.5 Operasionalisasi Variabel Kecerdasan Spiritual .................................. 39

Tabel 3.6 Pengelompokan Responden Berdasarkan Kecerdasan Spiritual ........... 40

Tabel 3.7 Pengelompokan Variabel Otoritas Atasan untuk melakuakn Fraud ... 41

Tabel 3.8 Pengelompokan Variabel Kecurangan Pelaporan ................................ 42

Tabel 4.1 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Mata Kuliah ................... 48

Tabel 4.2 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Angkatan ....................... 49

Tabel 4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Angkatan ....................... 49

Tabel 4.4 Hasil Uji Statistik Nilai Tengah Kecerdasan Spiritual ......................... 50

Tabel 4.5 Hasil Uji Deskriptif Variabel Kecerdasan Spiritual .............................. 51

Tabel 4.6 Hasil Uji Deskriptif Variabel Otoritas Atasan Untuk Melakukan Fraud

............................................................................................................................... 51

Tabel 4.7 Hasil Uji Deskriptif Interaksi Variabel Kecerdasan Spiritual dan

Otoritas Atasan Untuk Melakukan Fraud ............................................................. 52

Tabel 4.8 Hasil Uji Deskriptif Variabel Kecurangan Pelaporan Oleh Akuntan ... 53

Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Variabel Kecerdasan Spiritual ............................... 54

Tabel 4.10 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kecerdasan Spiritual .......................... 55

Tabel 4.11 Uji Hipotesis Kecerdasan Spiritual ..................................................... 55

Tabel 4.12 Hasil Uji Chi-Square Hipotesis 1 ........................................................ 56

Tabel 4.13 Uji Hipotesis Otoritas Atasan ............................................................. 57

Tabel 4.14 Hasil Uji Chi-Square Hipotesis 2 ........................................................ 58

Tabel 4.15 Pengujian Hipotesis H3a dan H3b ...................................................... 59

Tabel 4.16 Hasil Uji Chi-Square Hipotesis 3a dan 3b .......................................... 60

Tabel 4.17 Hasil Adjusted Standardized Residual ................................................ 62

Tabel 4.18 Hasil Post Hoc Test H3a dan H3b ...................................................... 63

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Fraud Triangel ................................................................................. 16

Gambar 2.1 Fraud Diamond ................................................................................ 17

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 31

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 ............................................................................................................ 80

Lampiran 2 ............................................................................................................ 82

Lampiran 3 ............................................................................................................ 87

Lampiran 4 ............................................................................................................ 98

Lampiran 5 .......................................................................................................... 101

Lampiran 6 .......................................................................................................... 106

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Akuntan adalah orang yang memiliki kemampuan dalam menyusun

sebuah laporan keuangan. Dalam menyusun laporan keuangan tersebut

seorang akuntan dituntut bekerja secara etis dan sesuai dengan etika profesi

akuntan, tanpa adanya etika dalam menyusun sebuah laporan keuangan,

fungsi dari laporan keuangan tersebut seperti hilang. Karena fungsi dari

laporan keuangan adalah memberikan sebuah informasi secara nyata kepada

para pemangku kepentingan yang akan dipakai untuk pengambilan keputusan.

Dalam beberapa tahun terakhir ini banyak permasalahan mengenai ketidak

etisan para akuntan dalam menyusun laporan keuangan menjadi perhatian dan

menjadi isu penelitian. Perilaku tidak etis akuntan yang paling sering ditemui

adalah pada saat pelaporan keuangan, yaitu proses ketika seorang akuntan

membuat laporan keuangan suatu entitas yang nantinya akan dipublikasikan

kepada para pemangku kepentingan (Sofiyani dan Nadia, 2015).

Menurut Association of Certified Fraud Examinations (ACFE) pada

tahun 2018, terdapat 2.690 kasus fraud diseluruh dunia. Indonesia sendiri

berada di urutan keenam (6) se asia-pasifik yakni dengan 29 kasus fraud.

Penelitian ini dilakukan sejak Januari 2016 hingga Oktober 2017. Kasus

fraud tersebut adalah penyalahgunaan aset, korupsi dan kecurangan pelaporan

keuangan. Menurut data ACFE jumlah persentase penyalahgunaan aset yang

2

terjadi pada tahun 2016 adalah 86,7%, sedangkan pada tahun 2018 jumlah

persentase penyalahgunaan aset meningkat menjadi 89%. Jenis fraud lain

yang juga mengalami peningkatan adalah kasus korupsi. Pada tahun 2016

jumlah persentase kasus korupsi yang terjadi adalah 35,4% dan pada tahun

2018 jumlah persentase kasus korupsi meningkat menjadi 38%. Sedangkan

untuk kasus kecurangan laporan keuangan mengalami peningkatan.

Kecurangan laporan keuangan yang terjadi pada tahun 2016 berjumlah 9,6%

dan pada tahun 2018 meningkat menjadi 10%. Dari data tersebut dapat dilihat

bahwa terjadi peningkatan di semua jenis fraud. Jika dibandingkan dengan

tahun 2014, 2016 dan 2018, jenis fraud yang terus mengalami peningkatan

adalah kecurangan pelaporan keuangan (fraudulent financial statement).

Dengan adanya kecurangan dalam melakukan pelaporan keuangan dapat

mengakibatkan kerugian bagi pihak pemegang saham dan para kreditor.

Perilaku kecurangan pelaporan dalam jumlah kecil maupun besar yang

dilakukan perusahaan dapat menimbulkan ketidakpercayaan investor dan

kreditor serta pemegang kepentingan (stakeholders) lainnya terhadap laporan

keuangan perusahaan (Raab 1987 dalam Sofiyani dan Pramitha 2014).

Segitiga kecurangan (fraud triangle) memperlihatkan tiga alasan mengapa

individu melakukan kecurangan. Alasan tersebut adalah tekanan (pressure),

kesempatan (opportunity), dan rasionalisasi (rationalization) (Cressy, 1953

dalam Tuanakotta, 2010). Selain itu dalam melakukan kecurangan pelaporan

yang kerap terjadi bisa terjadi kerena beberapa faktor, yakni faktor internal

seperti kecerdasan spiritual, penalaran moral, empati dan tanggung jawab,

3

serta faktor eksternal (situasi), seperti otoritas dari atasan untuk melakukan

kecurangan, kesempatan dan tekanan dari orang lain.

Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan

memecahkan persoalan makna dan nilai yang menempatkan perilaku dan

hidup manusia dalam konteks yang lebih luas dan kaya yang memungkinkan

seseorang untuk menyatukan hal-hal yang bersifat intrapersonal dan

interpersonal, serta menjembatani kesenjangan antara diri sendiri dan orang

lain (Zohar dan Marshall, 2002). Dalam berbagai kasus korupsi dan

kecurangan pelaporan yang ada di Indonesia, para pelaku korupsi dan

kecurangan dianggap sebagai seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual

dan keimanan yang tinggi karena sebagai seorang panutan yang seolah-olah

akan jauh dari korupsi dan kecurangan (Urumsah et al., 2016). Dengan

banyaknya kasus korupsi dan kecurangan tersebut memunculkan opini bahwa

orang yang memiliki kecerdasan spiritual dan keimanan yang tinggi, belum

tentu untuk tidak melakukan kecurangan. Kecerdasan spiritual dari individu

saat ini hanya menjadi cover untuk mendapatkan simpati publik dan dampak

dari itu, spiritualitas atau keimanan yang dimiliki oleh individu akan luntur

jika dihadapkan dengan penyimpangan yang menyebabkan kerugian

(Urumsah et al., 2016).

Selain itu terdapat faktor eksternal salah satunya yaitu otoritas atasan

untuk melakukan kecurangan (fraud). Murphy dan Mayhew (2012)

menemukan bahwa otoritas atasan untuk melaporkan lebih dari seharusnya

memengaruhi individu untuk berperilaku tidak etis. dengan mengalihkan atau

4

menggeser tanggung jawab atas perilaku kecurangan tersebut kepada pemberi

otoritas (Bawa dan Yasa, 2015). Dengan begitu faktor eksternal di dalam

penelitian Murphy dan Mayhew (2012) yakni pengaruh otoritas atasan untuk

melakukan kecurangan berpengaruh kepada individu untuk melakukan hal

yang tidak etis yakni kecurangan.

Berdasarkan beberapa argumen di atas, maka penelitian ini akan

menguji Pengaruh Kecerdasan Spiritual Dan Otoritas Atasan Untuk

Melakukan Fraud Terhadap Kecurangan Pelaporan Keuangan oleh

Akuntan. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang

dilakukan Urumsah et al. (2016) yang meneliti tentang, Dampak Kecerdasan

Spiritual Terhadap Niat Melakukan Kecurangan, yang menyatakan bahwa

kecerdasan spiritual individu bukan merupakan pencegah kecurangan. Dalam

penelitian ini diharapkan dapat menunjukan dari dugaan bahwa kecerdasan

spiritual individu dapat menggiring seseorang untuk berperilaku etis dan

mencegah dari berbagai faktor untuk berbuat tidak etis.

Penelitian ini menambahkan faktor kontra yang dikembangkan dari

penelitian Murphy dan Mayhew (2012), Sofyani dan Pramita (2014), Bawa

dan Yasa (2015) dan, Sofyani dan Nadia (2015), yakni otoritas atasan untuk

membuat laporan yang curang. Murphy dan Mayhew (2012) menemukan

bahwa otoritas atasan untuk melaporkan lebih dari seharusnya memengaruhi

individu untuk berperilaku tidak etis dengan mengalihkan atau menggeser

tanggung jawab atas perilaku kecurangan tersebut kepada pemberi otoritas.

Sejalan dengan penelitian Sofiyani dan Nadia (2015) dalam penelitiannya

5

menemukan bahwa ketika terdapat otoritas atasan untuk berbuat curang,

maka subjek akan cenderung untuk curang dalam pembuatan laporan

keuangan (berlaku tidak etis).

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka identifikasi masalah yang

hendak diteliti dalam penelitian ini adalah permasalahan-permasalahan tidak

etis akuntan, misalnya :

1. Adanya perilaku tidak etis akuntan yakni kecurangan dalam pelaporan

keuangan.

2. Adanya perilaku tidak etis akuntan yakni kecurangan dalam

penyalahgunaan aset.

3. Adanya perilaku tidak etis akuntan melakukan korupsi keuangan.

4. Adanya perilaku tidak etis akuntan karena faktor dorongan otoritas atasan.

5. Kurangannya tingkat kecerdasan spiritual yang membuat perilaku tidak

etis akuntan.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka pembatasan masalah yang

akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menguji kecerdasan spiritual dan otoritasan atasan untuk melakukan fraud

terhadap perilaku tidak etis akuntan.

Adapun kecerdasan spiritual yang dimaksud adalah kecerdasan

spiritual individu yang dapat menggiring untuk berprilaku etis. Otoritas

6

atasan yang dimaksud adalah otoritas atasan yang mendorong untuk

melakukan fraud. Dalam penelitian ini akuntan di wakili oleh mahasiswa

akuntansi yang diberikan kasus seolah-olah mereka menjadi seorang

akuntan yang bekerja di suatu instansi.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka didapatkan rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Apakah tingkat kecerdasan spiritualitas akuntan berpengaruh signifikan

terhadap perilaku tidak etis akuntan?

2. Apakah otoritas atasan untuk melakukan fraud berpengaruh signifikan

terhadap perilaku tidak etis akuntan?

3. Apakah tingkat kecerdasan spiritualitas akuntan dan otoritas atasan untuk

melakukan fraud berpengaruh signifikan terhadap perilaku tidak etis

akuntan?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka. Penelitian ini bertujuan untuk

menemukan bukti empiris atas hal-hal berikut:

1. Mengetahui pengaruh tingkat kecerdasan spiritualitas akuntan terhadap

perilaku tidak etis akuntan.

2. Mengetahui pengaruh otoritas atasan untuk melakukan fraud terhadap

perilaku tidak etis akuntan.

3. Mengetahui pengaruh tingkat kecerdasan spiritualitas akuntan dan otoritas

atasan untuk melakukan fraud terhadap perilaku tidak etis akuntan.

7

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan kegunaan yang berguna sebagai:

1. Kontribusi Teoritis

a. Bagi Mahasiswa Akuntansi, penelitian ini diharapkan menjadi

sumber referensi dalam menambah ilmu pengetahuan mengenai

kecerdasan spiritual dan otoritas atasan terhadap perilaku tidak etis

akuntan.

b. Peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan mampu menjadi

sumber referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti

pengaruh kecerdasan spiritual dan otoritas atasan terhadap perilaku

tidak etis akuntan.

c. Penulis, penelitian ini diharapkan mampu menambah ilmu

pengetahuan mengenai pengaruh kecerdasan spiritual dan otoritas

atasan terhadap perilaku tidak etis akuntan.

2. Kontribusi Praktis

Manajemen Perusahaan, penelitian ini diharapkan sebagai tinjauan

yang diharapkan dapat dijadikan informasi dan memberikan masukan

kepada para manajemen perusahaan dalam merekrut pegawai keuangan

agar memerhatikan tingkat kecerdasan spiritual dan aspek religiusitas

yang dimiliki individu.

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Teori Obedience (Kepatuhan)

Obedience (Kepatuhan) adalah salah satu konsep utama yang

sering dikemukakan oleh para ahli psikologi yang berkaitan dengan

pengaruh tekanan terhadap perilaku individu. Baron dan Byrne (1994)

mengemukakan bahwa obedience (kepatuhan) merupakan bentuk

kepatuhan karena adanya permintaan untuk melakukan sesuatu yang

dinyatakan dalam bentuk perintah. Begitu pula menurut Sears (1994)

mengemukakan bahwa obedience (kepatuhan) adalah ketika individu

melakukan perilaku atau sikap tertentu karena ada tuntutan meskipun

mereka lebih suka untuk tidak menampilkannya.

Salah satu teori mengenai obedience (kepatuhan) paling terkenal

adalah yang dikemukan oleh Milgram (1963). Milgram (1963) dalam

Bawa dan Yasa (2015) mengemukakan bahwa setiap orang atau

individu cenderung patuh pada individu lain dalam posisi otoritas.

Dengan adanya kepatuhan ini mengakibatkan individu tersebut dapat

melakukan hal-hal yang tidak etis sesuai dengan otoritas atasannya.

Pada tahun 1963 Milgram melakukan sebuah eksperimen untuk

mengetahui dan menguji tingkat ketaatan seseorang kepada otoritas

yang berlaku pada suatu situasi. Eksperimen ini dilakukan Milgram

bertujuan untuk mencari tahu tentang seberapa jauh seseorang akan

9

menuruti perintah dari suatu bentuk otoritas yang berada diatasnya pada

situasi tertentu, jika perintah tersebut adalah perintah yang akan

memberikan dampak menyakitkan kepada orang lain. Eksperimen

Milgram dilakukan di Universitas Yale. Milgram membentuk dua

kelompok yang terdiri dari 40 orang, dimana Milgram menjadi ketua

kelompok. Kelompok pertama diberikan peran oleh Milgram sebagai

Guru dan kelompok kedua sebagai Murid, dimana kelompok ini

diberikan tugas untuk membacakan sekelompok kata berpasangan

kepada kelompok Murid yang kemudian menguji kelompok Murid

tersebut. Kelompok Murid sebenarnya adalah tim dari eksperimen

Milgram itu sendiri, sedangkan kelompok yang bertindak sebagai Guru

adalah subjek sebenarnya dari eksperimen tersebut.

Milgram yang disini sebagai ketua kelompok meminta Guru untuk

membacakan soal-soal yang akan dijawab oleh Murid. Bila Murid

salah, maka harus dihukum oleh Guru dengan sengatan listrik. Setiap

melakukan kesalahan, hukuman sengatan listrik akan dinaikan sampai

pada batas paling tinggi. Sebelumnya Milgram memberikan informasi

kepada Guru bahwa sengatan listrik tersebut tidaklah berbahaya namun

memberikan rasa sakit yang cukup hebat, walaupun pada kenyataannya

kelompok Murid sama sekali tidak menerima kejutan listrik. Hasil

eksperimen yang dilakukan Milgram ini menemukan 26 orang dari 40

orang atau sekitar 65% Guru mematuhi perintah Milgram

10

(Eksperimenter) untuk melakukan hukuman sampai level tertinggi yaitu

450 volt.

Bukan hanya dengan eksperimen itu saja, Milgram juga melakukan

eksperimen tersebut hingga 18 kali variasi. Dari berbagai eksperimen

yang dilakukan Milgram dalam Bawa dan Yasa (2015) menyimpulkan

bahwa setiap manusia atau individu pada dasarnya cenderung

mengikuti perintah dari figur yang memiliki otoritas. Walaupun sampai

melakukan hal di luar nalar pikiran manusia seperti membunuh manusia

yang tidak berdosa. Kepatuhan yang terdapat di dalam diri seseorang

terhadap suatu otoritas yang lebih tinggi itu merupakan sifat yang sudah

dimiliki sejak manusia dilahirkan. Ketika seseorang diberikan suatu

perintah oleh sumber otoritas, maka akan cenderung untuk

mematuhinya, karena terdapat keyakinan bahwa yang bertanggung

jawab adalah yang memberikan perintah yakni otoritas, bukan

seseorang yang melakukannya.

2. Kecurangan dalam Akuntansi

Menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) atau

Asosiasi Pemeriksan Kecurangan Bersertifikat mengklasifikasikan

kecurangan (fraud) menjadi tiga (3) yaitu :

a. Asset Misappropritation

Asset misappropriation (Penyalahgunaan Aset) yaitu merupakan

penyalahgunaan atau pencurian aset atau harta perusahaan atau pihak

11

lain. Perilaku kecurangan jenis ini merupakan yang paling mudah

dideteksi karena sifatnya yang dapat diukur atau dihitung.

b. Corruption

Corruption (Korupsi) merupakan jenis kecurangan yang paling sulit

dideteksi karena jenis kecurangan ini mencakup kerja sama dengan pihak

lain seperti suap dan korupsi. Perilaku kecurangan jenis ini sering kali

tidak dapat terdeteksi dikarenakan para pihak yang melakukan bekerja

sama menikmati keuntungan (simbiosis mutualism). Korupsi merupakan

kecurangan yang paling terjadi di negara yang penegakan hukumnya

lemah dan masih kurang kesadaran akan tata kelola yang baik sehingga

faktor integritasnya masih dipertanyakan. Berbagai bentuk korupsi

adalah sebagai berikut: penyalahgunaan wewenang atau konflik

kepentingan (conflict of interest), penyuapan (bribery), penerimaan yang

tidak sah atau ilegal (illegal gratuities), dan pemerasan secara ekonomi

(economic extortion).

c. Financial Statement Fraud

Financial Statement Fraud (Kecurangan Pelaporan Keuangan)

merupakan jenis kecurangan yang dilakukan oleh eksekutif atau pejabat

dari perusahaan atau instansi pemerintahan untuk menutupi kondisi

keuangan saat ini atau kondisi sebenarnya dengan melakukan rekayasa

keuangan pada laporan keuangan untuk memperoleh keuntungan.

12

Menurut Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) di dalam Standar Audit

(SA) seksi 240 Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) (2013), yang

mengatur Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu

Audit atas Laporan Keuangan menjelaskan kecurangan adalah Kesalahan

penyajian dalam laporan keuangan dapat timbul karena kecurangan atau

kesalahan. Faktor yang membedakan antara kecurangan dan kesalahan adalah

apakah tindakan yang mendasarinya, yang berakibat terjadinya kesalahan

penyajian dalam laporan keuangan, adalah tindakan yang disengaja atau tidak

disengaja. Karakteristik kecurangan menurut SA seksi 240 SPAP (2013)

sebagai berikut:

a. Pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan dapat dilakukan

dengan cara sebagai berikut:

1) Manipulasi, pemalsuan (termasuk peniruan), atau pengubahan

catatan akuntansi atau dokumentasi pendukung yang menjadi dasar

penyusunan laporan keuangan.

2) Pernyataan salah, atau penghilangan secara sengaja atas peristiwa,

transaksi, atau informasi signifikan lainnya dalam laporan keuangan.

3) Penerapan salah yang disengaja atas prinsip akuntansi yang

berkaitan dengan jumlah, klasifikasi, penyajian, atau pengungkapan.

b. Pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan sering kali melibatkan

pengabaian pengendalian oleh manajemen walaupun pengendalian

tersebut tampak beroperasi dengan efektif. Kecurangan dapat dilakukan

13

melalui pengabaian pengendalian oleh manajemen dengan beberapa

teknik sebagai berikut:

1) Mencatat jurnal fiktif, terutama menjelang akhir periode akuntansi,

untuk memanipulasi hasil operasi atau untuk mencapai tujuan lainnya.

2) Menyesuaikan asumsi secara tidak tepat dan mengubah pertimbangan

yang telah digunakan untuk mengestimasi saldo akun.

3) Menghilangkan, mengakui lebih dahulu atau menunda pengakuan di

dalam laporan keuangan atas peristiwa dan transaksi yang telah terjadi

selama periode pelaporan.

4) Menyembunyikan, atau tidak mengungkapkan, fakta yang dapat

memengaruhi suatu jumlah yang tercatat dalam laporan keuangan.

5) Menggunakan transaksi yang kompleks yang disusun untuk

menyajikan posisi atau kinerja keuangan entitas yang salah.

6) Mengubah catatan dan ketentuan yang terkait dengan transaksi

signifikan dan tidak biasa.

c. Penyalahgunaan aset mencakup pencurian aset entitas dan sering kali

dilakukan oleh karyawan dalam jumlah yang relatif kecil dan tidak

material. Namun, hal tersebut juga dapat melibatkan manajemen yang

biasanya lebih dapat menutupi atau menyembunyikan penyalahgunaan

dengan cara yang lebih sulit untuk terdeteksi. Penyalahgunaan aset dapat

dilakukan dengan berbagai cara meliputi:

14

1) Menggelapkan penerimaan (sebagai contoh, menyalahgunakan

penagihan piutang usaha atau mengalihkan penerimaan yang berkaitan

dengan akun yang telah dihapus ke rekening bank pribadi).

2) Mencuri aset fisik atau kekayaan intelektual.

3) Menyebabkan entitas membayar untuk barang dan jasa yang tidak

pernah diterima.

4) Menggunakan aset entitas untuk kepentingan pribadi (sebagai contoh,

menggunakan aset entitas sebagai jaminan bagi pinjaman pribadi atau

pinjaman kepada pihak yang berelasi).

Di dalam buku Tuanakotta (2010), menyebutkan bahwa di indonesia

terkait masalah kecurangan (fraud) di atur dalam Kitab Undang-undang

Hukum Pidana (KUHP) menyebutkan beberapa pasal yang mencakup

pengertian kecurangan (fraud) sebagai berikut :

a. Pasal 362: Pencurian adalah mengambil sesuatu, yang seluruhnya atau

sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara

melawan hukum.

b. Pasal 368: Pemerasan dan Pengancaman adalah menguntungkan diri

sendiri atau orang lain secara melawan hukum, memaksa seseorang

dengan kekerasan atau ancaman kekerasan untuk memberikan barang

sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang itu atau

orang lain, atau supaya membuat utang maupun menghapuskan piutang.

c. Pasal 372: Penggelapan adalah dengan sengaja dan melawan hukum

memiliki barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah

15

kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena

kejahatan.

d. Pasal 378: Perbuatan Curang adalah menguntungkan diri sendiri atau

orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau

martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan,

menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya,

atau supaya memberi utang maupun menghapuskan piutang.

e. Pasal 209, 210, 387, 388, 415, 417, 418, 419, 420, 423, 425, dan 435 yang

secara khusus diatur dalam Undang-Undang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi (Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999).

Cressey dalam Tuanakotta (2010) melakukan penelitian yang berjudul

Other’s People Money: A Studyin the Social Psychology of Embezzelent.

Dalam penelitian itu menemukan alasan mengapa individu melakukan Fraud

(kecurangan) yang dikenal sebagai Fraud Triangel. Ada pun elemen Fraud

Triangel tersebut sebagai berikut:

a. Pressure (Tekanan)

Fraud disebabkan karena terdapat tekanan yang dirasakan individu yang

melakukan fraud yang dipandangnya sebagai kebutuhan keuangan yang

mendesak yang tidak dapat diceritakan kepada orang lain. Adapun

tekanan lainya dikarenakan faktor ekonomi, alasan emosional dan

karena adanya sifat keserakahan.

b. Perceived Opportunity (Peluang)

16

Fraud disebabkan karena terdapatnya peluang untuk melakukan fraud

yaitu tidak diketahui oleh orang lain. Fraud ini bisa terjadi karena

lemahnya pengendalian internal dari perusahaan atau instansi

pemerintah dan penyalahgunaan wewenang.

c. Rationalization (Rasionalisasi)

Fraud disebabkan karena adanya rasionalisasi yang dilakukan individu

yang melakukan fraud, seperti pembenaran sebelum melakukan

kejahatan, bukan sesudah melakukannya. Rasionalisasi ini dilakukan

pelaku fraud agar dapat mencerna perilaku yang melawan hukum untuk

tetap mempertahankan jati dirinya sebagai orang yang dipercaya, setelah

fraud tersebut dilakukan, rasionalisasi tersebut ditinggalkan karena

sudah tidak diperlukan lagi. Fraud triangle ditunjukkan oleh gambar

berikut:

Rationalization Pressure / Incentive

Perceived

Opportunityy

Fraud

Triangel

Sumber : Cressey, 1953 dalam Tuanakotta, 2010

Gambar 2.1

Fraud Triangel

17

Wolfe dan Hermanson (2004) mengemukakan konsep fraud diamond.

fraud diamond ini merupakan konsep penyempurnaan dari triangel diamond

yang dikemukakan oleh Cressey (1953), pada konsep fraud diamond ini

menambahkan suatu element yang diyakini berpengaruh signifikan terhadap

penyebab fraud yakni Capability. Adapun elemen-elemen dari fraud diamond

adalah a. Pressure, b. Opportunity, c. Rationalization, d. Capability. Fraud

diamond ditunjukan oleh gambar berikut:

Berdasarkan gambar 2.2 merupakan fraud diamond pengembangan dari

fraud triangel, yang menambahkan capability. Capability dalam konsep fraud

diamond ini adalah sebuah sifat dan kemampuan seorang individu yang

berperan untuk melakukan suatu tindakan fraud (kecurangan). Dalam

capability tersebut terdapat beberapa sifat komponen untuk melakukan fraud

(Mafiana, 2016) a) Posisi individu dalam perusahaan atau Instansi

pemerintah, b) Kecerdasan individu, c) Tingkat kepercayaan diri, d)

Sumber : Wolfe dan Hermanson, 2004

Pressure / Incentive

Rationalization

Perceived

Opportunityy

Capability

Fraud

Diamond

Gambar 2.2

Fraud Diamond

18

Kemampuan pemaksaan, e) Kebohongan yang efektif, f) Kekebalan terhadap

stres.

Salah satu alasan mengapa seseorang melakukan kecurangan menurut

Cerssey (1953) karena adanya tekanan. Tekanan tersebut bisa berasal dari

seorang atasan, sehingga seseorang cenderung patuh untuk mengikuti

perintah dari atasan tersebut. Hal ini sesuai dengan teori obedience yang

dikemukakan oleh Milgram (1953) menyatakan bahwa individu cenderung

patuh apabila mendapatkan suatu perintah oleh otoritas yang lebih tinggi.

3. Otoritas Atasan

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Otoritas memiliki

makna hak melakukan tindakan atau hak membuat peraturan untuk

memerintah orang lain. Adapun pengertian lain adalah kekuasaan yang sah

yang diberikan kepada lembaga dalam masyarakat yang memungkinkan para

pejabatnya menjalankan fungsinya. Herbert Simon dalam Aghion dan Tirole

(1997) menyatakan bahwa otoritas adalah sebagai hak untuk melakukan, dan

memilih tindakan yang memengaruhi sebagian atau keseluruhan organisasi.

Ranoh (1999) menyatakan bahwa otoritas adalah bagian dari relasi

kekuasaan, dan mengandung unsur perintah dan memberi perintah sekaligus

terdapat atur kontrol. Otoritas sangat erat kaitannya dengan kekuasaaan yang

dimiliki individu ataupun kelompok seperti melakukan perintah, mengatur,

memutuskan sesuatu dan bahkan sampai memaksa seseorang untuk patuh

terhadap aturannya walaupun melawan hukum.

19

Individu akan merasakan tekanan untuk patuh terhadap perintah

individu lain yang berada pada posisi otoritas (Brehm dan Kassin, 1990

dalam Bawa dan Yasa, 2015). Penelitian Sofyani dan Pramita (2014)

menemukan bahwa otoritas atasan dapat memengaruhi individu untuk

melakukan perilaku tidak etis atau berbuat curang. Berdasarkan teori

obedience yang dikemukakan oleh Milgram (1953) menyatakan bahwa

individu cenderung patuh apabila mendapatkan suatu perintah oleh otoritas

yang lebih tinggi. Hal ini mengasumsikan apabila seorang akuntan yang

bekerja disuatu instansi atau perusahaan dalam menyusun laporan keuangan

akan cenderung patuh terhadap otoritas atasan yang memberikan perintah

untuk melakukan kecurangan.

4. Kecerdasan Spiritual

Zohar dan Marshall (2002) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai

kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan

untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih

luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup

seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. Kecerdasan

spiritual adalah bagian terdalam dari diri seseorang dan merupakan

kecerdasan yang bersal dari dalam jiwa manusia. Kecerdasan spiritual adalah

kecerdasan yang membuat seseorang menjadi utuh, sehingga dapat

mengintegrasikan berbagai fragmen kehidupan, aktifitas dan keberadaannya

(Ika, 2011).

20

Zohar dan Marshall (2002) mengemukakan beberapa ciri seseorang yang

telah memiliki kecerdasan spiritual dengan baik sebagai berikut:

a. Kemampuan bersikap fleksibel (adaptif secara spontan dan aktif).

b. Tingkat kesadaran diri yang tinggi.

c. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan.

d. Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit.

e. Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai.

f. Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu.

g. Kecenderungan untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal

(berpandangan holistik).

h. Memiliki kecenderungan untuk bertanya “mengapa” atau “bagaimana

jika” dalam rangka mencari jawaban yang benar.

i. Memiliki otonomi (berbuat atau beramal tidak bergantung pada orang

lain).

Seorang yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi cenderung

menjadi menjadi seorang pemimpin yang penuh pengabdian, yaitu seorang

yang bertanggung jawab untuk membawakan visi dan nilai yang lebih tinggi

terhadap orang lain, dan juga dapat memberikan inspirasi terhadap orang lain

(Zohar dan Marshall, 2002). Apabila dikaitkan dengan teori obedience yang

dikemukakan oleh Milgram (1953) menyatakan bahwa seseorang cenderung

patuh apabila mendapatkan suatu perintah oleh otoritas yang lebih tinggi.

Namun, apabila teori tersebut dihadapakan oleh seseorang yang memilki

kecerdasan spiritual yang tinggi, apakah seseorang tersebut akan patuh

21

terhadap otoritas atasan atau sesuai dengan teori kecerdasan spiritual yang

dikemukakan oleh Zohar dan Marshall (2002) yang menyatakan seseorang

yang memeiliki kecerdasan spiritual yang tinggi akan berbuat sesuai dengan

etika dan bertanggung jawab (menolak perintah atasan).

Kecerdasan spiritual seorang akuntan dalam menyusun laporan keuangan

sangat diperlukan. Karena laporan keuangan yang terdapat nilai-nilai spiritual

dalam penyusunannya, akan dapat memberikan sebuah keakuratan informasi

yang berguna bagi para penggunanya. Perusahaan atau instansi yang

menghadirkan nilai-nilai spiritualitas dalam menyusun laporan keuangan

akan memberikan dampak bagi perusahaan tersebut mampu bertahan dan

terus berkembang (Mulia, 2014). Zohar dan Marshall (2005) dalam Prasetyo

(2012) memberikan contoh perusahaan yang tidak menggunakan nilai-nilai

spiritual akan berjalan sukses tetapi kesuksesan tersebut tidak berjalan lama

contohnya perusahaan Enron.

B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai

topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat tabel 2.1 sebagai berikut:

22

Tabel 2.1 : Hasil –Hasil Penelitian Sebelumnya

Bersambung pada halaman berikutnya

No. Peneliti

(Tahun)

Judul penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

1 Urumsah et

al. (2016)

Melihat Jauh ke dalam:

Dampak Kecerdasan

Spiritual Terhadap Niat

Melakukan Kecurangan

Variabel Kecerdasan

Spiritual, Variabel

Niat melakukan

Kecurangan,

Kuantitatif

Kuesioner, Responden Kecerdasan spiritual individu

berpengaruh negatif untuk

pencegah kecurangan,

sementara kecerdasan spritual

mampu untuk mewujudkan

budaya organisasi dan moral

pemimpin yang baik.

2 Permatasari

(2016)

Pengaruh Penerapan

Reward And

Punishment Dan Job

Rotation Terhadap

Fraud: Sebuah Studi

Eksperimen

Variabel Fraud,

Kuantitatif, Lab

Eksperimen

Variabel Reward,

Variabel Job Rotation,

Responden

reward and punishment dan job

rotation berpengaruh terhadap

fraud, karyawan cenderung

rendah dalam hal fraud ketika

perusahaan menerapkan reward

and punishment dan job

rotation.

22

23

Tabel 2.1 : Lanjutan

Bersambung pada halaman berikutnya

No. Peneliti

(Tahun)

Judul penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

3 Sofyani dan

Nadia (2015)

Pengaruh faktor

Pendidikan Karakter

Keagamaan dan

Otoritas Atasa untuk

Berbuat Curang

Terhadap Perilaku

Tidak Etis Akuntan

Variabel Otoritas

atasan, Variabel

Perialaku tidak etis

Akuntan, Kualitatif,

Lab Eksperimen

Varibel Pendidikan

Karakter keagamaan,

Responden

Otoritas atasan untuk berbuat

curang berpengaruh positif

terhadap perilaku tidak etis,

responden yang melalui

pendidikan karakter keagamaan

berpengaruh negatif terhadap

perilaku tidak etis.

4

Bawa dan

Yasa (2015)

Efek Moderasi Locus

Of Control Pada

Hubungan Otoritas

Atasan dan Kecurangan

Akuntansi

Varibel Otoritas

Atasan, Variabel

Kecurangan

Akuntansi, Kuantitaif,

Lab Eksperimen

Variabel Locus Of

Control, Responden

Otoritas Atasan berpengaruh

positif terhdap perilaku

kecurangan, Efek moderasi

locus of control eksternal

berpengaruh positif untuk

melakukan kecurangan.

23

24

Tabel 2.1 : Lanjutan

Bersambung pada halaman berikutnya

No. Peneliti

(Tahun)

Judul penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

5 Sari (2014) Pengaruh Kecerdasan

Emosional dan

Kecerdasan Spiritual

Terhadap Perilaku Etis

Para Profesional

Akuntansi

Variabel Kecerdasan

Spiritual

Variabel Kecerdasan

Emosional, Responden

Kecerdasan Emosional

berpengaruh signifikan positif

terhadap perilaku etis dan

Kecerdasan Spiritual

berpengaruh signifikan positif

terhadap perilaku etis.

6 Sofyani dan

Pramita

(2014)

Otoritas Atasan,

Retaliasi dan Locus of

Control sebagai Faktor-

Faktor yang

Memengaruhi Perilaku

Manipulasi Laporan

Realisasi Anggaran

Variabel Otoritasan

atasan, Kuantitatif,

Lab Eksperimen

Variabel Locus of

Control, Variabel

Retaliasi, Variabel

manipulasi LRA,

Responden

Otoritas atasan berpengaruh

positif untuk melakukan

manipulasi laporan realisasi

anggaran, ketika terdapat locus

of control eksternal dan

retaliasi.

24

25

Tabel 2.1 : Lanjutan

Bersambung pada halaman berikutnya

No. Peneliti

(Tahun)

Judul penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

7 Rafinda

(2013)

Kemampuan Prediksi

Faktor Situasional dan

Faktor Individual pada

Perilaku Kecurangan

Pelaporan

Varibel Situasional

(otoritas atasan),

Variabel Perilaku

kecurangan pelaporan

(tidak etis) Kuantitatif,

Lab Eksperimen

Variabel Individual,

Responden

Faktor Situasional (Otoritas

Atasan) dan Faktor Individual

berpengaruh positif terhadap

perilaku kecurangan pelaporan

keuangan

8. Idris dan

Daljono

(2012)

Pengaruh Tekanan

Ketaatan, Kompleksitas

Tugas, Pengetahuan

dan Persepsi Etis

Terhadap Audit

Judgement

Variabel Tekanan

Ketaatan (Otoritas

Atasan) , Kuantitatif

Variabel

Kompleksitas tugas,

Variabel Pengetahuan

dan Persepsi etis,

Variabel Audit

Judgement.

Otoritas atasan tidak

memengaruhi bawahan untuk

melakukan kecurangan dalam

mengambil pertimbangan audit

dan kebenaran opini hasil audit

yang diberikan

25

26

Tabel 2.1 : Lanjutan

Bersambung pada halaman berikutnya

No. Peneliti

(Tahun)

Judul penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

9 Murphy dan

Mayhew

(2012)

The Impact of Authority

on Reporting Behavior,

Rationalization and

Affect

Variabel Authority

(Otoritas), Variabel

Reporting Behavior

(Perilaku), Kuantitatif,

Lab Eksperimen

Rationalization and

Affect, Responden,

Lokasi

Otoritas atasan berpengaruh

positif untuk memengaruhi

individu untuk berperilaku tidak

etis dengan mengalihkan atau

menggeser tanggung jawab atas

perilaku kecurangan.

10 Ika (2011) Pengaruh Kecerdasan

Emosional dan Spiritual

Terhadap Sikap Etis

Mahasiswa Akuntansi

Dipandang dari Segi

Gender

Variabel Kecerdasan

Spiritual, Variabel

Sikap Etis, Kuantitatif

Variabel Gender,

Kuesioner, Responden

Kecerdasan spritual dan

emosional memiliki pengaruh

positif terhadap etika

mahasiswa, tetapi kecerdasan

spiritual sangat signifikan

terhadap etika Mahasiswa

Akuntansi.

26

27

C. Pengembangan Hipotesis

1. Tingkat kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap perilaku kecurangan

pelaporan.

Zohar Dan Marshall (2007:14) mengemukakan bahwa, seorang yang

memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi cenderung menjadi seorang

pemimpin yang penuh pengabdian, yaitu seorang yang bertanggung jawab

untuk membawakan visi dan nilai yang lebih tinggi terhadap orang lain,

dan juga dapat memberikan inspirasi terhadap orang lain. Penelitian yang

dilakukan oleh Ika (2011) menemukan bahwa kecerdasan emosional dan

kecerdasan spiritual secara simultan berpengaruh signifikan terhadap sikap

etis mahasiswa akuntansi sedangkan secara parsial hanya kecerdasan

spiritual yang berpengaruh signifikan. Penelitian Sofyani dan Nadia

(2015) menunjukkan bahwa pendidikan karakter keagamaan (spiritualitas)

memiliki kemampuan untuk memitigasi adanya dorongan untuk berbuat

tidak etis yang muncul dari faktor otoritas atasan untuk berbuat curang.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Urumsah et al. (2016)

menemukan bahwa kecerdasan spiritual individu bukan merupakan

pencegah kecurangan. Terdapat temuan lain didalam penelitian tersebut

adalah kecerdasan spiritual mampu untuk mewujudkan budaya organisasi

dan moral pemimpin yang baik.

28

Berdasarkan argumen dan uraian diatas, maka Hipotesis alternatif

sebagai berikut:

H1 : Tingkat kecurangan pelaporan ditemukan paling tinggi pada saat

kondisi kecerdasan spiritual rendah dibandingkan dengan

kondisi kecerdasan spiritual tinggi.

2. Otoritas atasan untuk melakukan fraud berpengaruh terhadap perilaku

kecurangan pelaporan

Penelitian yang dilakukan oleh Sofyani dan Nadia (2015) bahwa pada

saat ada otoritas atasan untuk membuat laporan realisasi anggaran yang

tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya, maka akan cenderung

menjadikan individu yang mendapatkan otoritas tersebut berbuat curang

(tidak etis). Begitupun penelitian yang dilakukan oleh Bawa dan Yasa

(2015) penelitian membuktikan bahwa terdapat perbedaan kecurangan

akuntansi dalam kondisi ada otoritas atasan untuk melakukan kecurangan

dan tanpa otoritas atasan untuk melakukan kecurangan.

Namun terdapat perbedaan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Fitriani dan Daljono (2012) yang menemukan bahwa otoritas atasan tidak

memengaruhi bawahan untuk melakukan kecurangan dalam mengambil

pertimbangan audit dan kebenaran opini hasil audit yang diberikan.

Berdasarkan teori obedience dikatakan bahwa individu cenderung

mematuhi otoritas atasan yang memerintahnya, karena seseorang akan

cenderung mematuhi perintah karena adanya tekanan dan karena adanya

suatu keyakinan bahwa yang bertanggung jawab terhadap perilaku

29

kepatuhan adalah sumber otoritas bukan pada individu yang

melakukannya.

Berdasarkan argumen diatas maka, maka Hipotesis alternatif sebagai

berikut:

H2 : Tingkat kecurangan pelaporan ditemukan paling tinggi pada saat

terdapat otoritas atasan dibandingkan dengan tidak terdapat

otoritas atasan.

3. Hubungan interaksi antara kecerdasan spiritual dan otoritas atasan untuk

melakukan Fraud terhadap perilaku kecurangan pelaporan keuangan

Penelitian yang dilakukan oleh Ika (2011) menemukan bahwa

kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi

sedangkan secara parsial hanya kecerdasan spiritual yang berpengaruh

signifikan. Hal etis ini bisa dikatan sebagai perilaku yang tidak akan

melakukan kecurangan.

Penelitian yang dilakukan Murphy dan Mayhew (2012) menemukan

bahwa otoritas atasan untuk melaporkan lebih dari seharusnya

memengaruhi individu untuk berperilaku tidak etis dengan mengalihkan

tanggung jawab atas perilaku kecurangan yang dilakukannya kepada

pemberi otoritas.

Begitu pula penelitian yang dilakukan oleh Bawa dan Yasa (2015)

penelitian membuktikan bahwa terdapat perbedaan kecurangan akuntansi

dalam kondisi ada otoritas atasan untuk melakukan kecurangan dan tanpa

30

otoritas atasan untuk melakukan kecurangan. Selain itu penelitian Bawa

dan Yasa (2015) juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara

otoritas atasan pada kecurangan akuntansi yang semakin tinggi pada

individu dengan locus of control eksternal.

Dengan begitu kecurangan pelaporan keuangan yang dilakukan

akuntan bisa dipengaruhi karena adanya otoritas atasan untuk melakukan

fraud dan tingkat kecerdasan spiritual yang rendah.

H3a : kasus kecurangan pelaporan keuangan di temukan paling tinggi

pada saat kecerdasan spiritual rendah dan terdapat otoritas

atasan dibandingkan dengan kondisi lainnya.

H3b : kasus kecurangan pelaporan keuangan di temukan paling rendah

pada saat kecerdasan spiritual tinggi dan tidak terdapat otoritas

atasan dibandingkan dengan kondisi lainnya.

31

D. Kerangka Pemikiran

Adanya tekanan, seingga

individu beperilaku tidak etis

Kecerdasan spiritual dapat

membantu sesorang dalam

beretika

GAP

Pengaruh Kecerdasan Spiritual Dan Otoritas Atasan Untuk Melakukan

Fraud Terhadap Perilaku Tidak Etis Akuntan Dalam Proses Penyusunan

Laporan Keuangan

Basis Teori : Teori Obedience (kepatuhan)

Kecurangan

Pelaporan Y

Kecerdasan

Spiritual

X1

Otoritas Atasan

untuk melakukan

fraud

X2

Uji Chi-Square (X2) dan Post Hoc Test

Hasil yang diharapkan

H1

H2

H3a H3b

Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan, Saran

Gambar 2.3

Kerangka Pemikiran

32

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan metode

faktorial 2x2 antar subjek. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan

pengaruh sebab-akibat variabel independen, yaitu kecerdasan spiritual dan

otoritas atasan untuk melakukan fraud terhadap variabel dependen, yaitu

kecurangan pelaporan keuangan oleh akuntan. Untuk lebih fokus dalam

penelitian ini, maka ruang lingkup dari penelitian ini fokus terhadap

akuntan yang diwakili oleh Mahasiswa Akuntansi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

B. Desain Eksperimen

Penelitian eksperimen ini menggunakan desain eksperimen faktorial

2x2 antar subjek. Penelitian eksperimen menurut Uma Sekaran (2009:191)

menguji kemungkinan hubungan sebab-akibat di antara variabel, berbeda

dengan studi korelasional, yang menguji hubungan antar variabel tanpa

perlu mencoba menetapkan apakah satu variabel menyebabkan variabel

lain. Menurut Dantes (2017:12) dalam penelitian eksperimen harus

terdapat perlakuan (treatment), yaitu sesuatu yang menjadi penyebab,

sedangkan akibat atau efek dari perlakuan (treatment) disebut sebagai

hasil. Hal penyebab itu disebut variabel independen, sedangkan akibat atau

efeknya disebut variabel dependen.

33

Menurut Kerlinger (2000) dalam Dantes (2017) desain faktorial

adalah suatu struktur penelitian dimana dua variabel independen atau

lebih, saling diperhadapkan untuk mengkaji akibat-akibatnya yang mandiri

dan yang interaktif terhadap satu atau lebih variabel dependen. Sedangkan

desain faktorial 2x2 antar subjek menurut Nahartyo (2012) dalam Sofyani

dan Nadia (2015) adalah desain penelitian yang bermanfaat untuk

penelitian eksperimen yang mempunyai dua atau lebih variabel

independen (disebut faktor) dengan masing-masing faktor memiliki paling

sedikit dua level perlakuan (treatment). Berikut ini tabel-tabel yang

menyajikan desain eksperimen dalam penelitian.

Tabel 3.1 merupakan desain eksperimen untuk menguji sebab-akibat

dari variabel independen yakni kecerdasan spiritual terhadap variabel

dependen kecurangan pelaporan keuangan oleh akuntan. Dimana variabel

independen memiliki perlakuan (treatment) yaitu, kecerdasan spiritual

rendah dan kecerdasan spiritual tinggi. Selanjutnya untuk menjawab

hipotesis 1 tersebut terdukung secara statistik atau tidak, dapat

menggunakan uji chi-square (X2) untuk 2 sampel.

Tabel 3.1

Desain Eksperimen dan Pengujian Hipotesis 1

Faktor Kecerdasan Spiritual Posisi Kelompok

Kecerdasan Spiritual Rendah KEL1

Kecerdasan Spiritual Tinggi KEL2

Sumber: Data Primer yang diolah, 2018

34

Tabel 3.2 merupakan desain eksperimen untuk menguji sebab-akibat

dari variabel independen yakni otoritas atasan untuk melakukan fraud

terhadap variabel dependen kecurangan pelaporan keuangan oleh akuntan.

Dimana variabel independen memiliki dua perlakuan (treatment) yaitu,

ada otoritas untuk melakukan fraud dan tidak ada otoritas untuk

melakukan fraud. Selanjutnya untuk menjawab hipotesis 2 tersebut

terdukung secara statistik atau tidak, dapat menggunakan uji chi-square

(X2) untuk 2 sampel.

Tabel 3.3 merupakan desain eksperimen faktorial 2x2 untuk menguji

sebab-akibat dari dua variabel independen yang saling dihadapkan

(interaksi) yakni kecerdasan spiritual dan otoritas atasan untuk melakukan

fraud terhadap variabel dependen kecurangan pelaporan keuangan oleh

Tabel 3.2

Desain Eksperimen dan Pengujian Hipotesis 2

Faktor Otoritas Atasan Posisi Kelompok

Ada Otoritas untuk Fraud KEL1

Tidak ada Otoritas untuk Fraud KEL2

Tabel 3.3

Desain Eksperimen Faktorial 2X2 dan Pengujian Hipotesis 3a dan 3b

Faktor Otoritas

Atasan

Faktor Kecerdasan Spiritual

Kecerdasan

Spiritual Rendah

Kecerdasan Spiritual Tinggi

Ada Otoritas untuk

Fraud

KEL1 KEL2

Tidak Ada Otoritas

untuk Fraud

KEL3 KEL4

Sumber: Data Primer yang diolah, 2018

Sumber: Data Primer yang diolah, 2018

35

akuntan. Dimana masing-masing interaksi variabel independen memiliki

empat perlakuan (treatment) atau kondisi yaitu, 1. Kecerdasan spiritual

rendah dan ada otoritas untuk melakukan fraud, 2. Kecerdasan spiritual

tinggi dan ada otoritas untuk melakukan fraud, 3. Kecerdasan spiritual

rendah dan tidak ada otoritas untuk melakukan fraud, 4. Kecerdasan

spiritual tinggi dan tidak ada otoritas untuk melakukan fraud. Selanjutnya

untuk menjawab hipotesis 3a dan 3b tersebut terdukung secara statistik

atau tidak, dapat menggunakan uji chi-square (X2) untukk k sampel dan

post hoc test.

C. Metode Penentuan Sampel

1. Populasi dan Sampel

Setelah menentukan ruang lingkup dari penelitian ini selanjutnya

adalah melakukan penentuan populasi dan sampel dari penelitian ini.

Populasi menurut Sujarweni (2012:13) adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah bagian

dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Populasi

dalam penelitian eksperimen ini adalah akuntan, sedangkan sampel

dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Akuntansi UIN Jakarta.

Alasan menggunakan mahasiswa sebagai sampel dalam penelitian

karena dalam penelitian yang dilakukan oleh Emerson et al. (2007)

menemukan bahwa sikap etis akuntan profesional tidak berbeda secara

36

signifikan dari mahasiswa, sejalan dengan penelitian oleh Scofield et

al. (2004) menemukan bahwa tingkat penalaran moral mahasiswa

tidak berbeda secara signifikan dengan posisi akuntan yang bekerja di

suatu perusahaan.

Selain itu alasan kedua menggunakan mahasiswa khususnya

mahasiswa akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai sampel

dalam penelitian ini karena mahasiswa telah dianggap memiliki

pemahaman mengenai teori-teori terkait variabel yang terdapat di

dalam penelitian ini. Ditambah adanya opini dari masyarakat bahwa

mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah mahasiswa yang

memiliki kecerdasan spiritual yang lebih dibandingkan mahasiswa

lainnya.

2. Penentuan Sampel

Metode penentuan sampel dalam penelitian ini adalah

mengunakan metode purposive sampel atau judgement sampel,

menurut Sujarweni (2012:16) purposive sampel adalah teknik

penentuan sampel berdasarkan kriteria-kriteria atau pertimbangan

tertentu, baik pertimbangan ahli maupun pertimbangan ilmiah. Di

dalam purposive sampling ini dalam menentukan sampel yang akan

diambil terdapat persyaratan yang cukup ketat agar sampel yang

dipilih sesuai dengan apa yang di inginkan oleh peneliti. Dalam

penelitian ini sampel yang diambil adalah mahasiswa yang telah

menempuh mata kuliah pengauditan 1 dan pengauditan 2.

37

Karena penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen untuk

menentukan jumlah sampel, Roscoe (1992) dalam Sugiyono (2007)

untuk menentukan jumlah anggota kelompok atau kelas eksperimen

dan kontrol adalah sampel masing-masing 10 sampai dengan 20

anggota tiap kelas.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah sebuah metode yang dilakukan

untuk mendapatkan informasi yang relevan dan dapat dijadikan sebagai

sumber bahan penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

data primer yang di dapatkan langsung dari sumber penelitian.

1. Penelitian Lapangan (Field Research)

Di dalam penelitian ini yang menjadi data utama adalah data yang

diperoleh langsung dari lapangan, peneliti memperoleh data tersebut

langsung dari sumber (data primer). Pada penelitian eksperimen ini,

yang menjadi subyek penelitian ini adalah Mahasiswa Akuntansi yang

seolah-olah menjadi seorang Akuntan disebuah perusahan atau instansi.

Peneliti memperoleh data dengan melakukan eksperimen dengan

memberikan sebuah kasus kepada Mahasiswa secara langsung. Soal dari

kasus tersebut didesain sedemikian rupa agar soal dan jawaban dari

Akuntan tersebut dapat memrepresentasikan hal yang ingin di dapatkan

oleh peneliti.

38

E. Operasionalisasi Variabel Penelitian

Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel

yang digunakan berikut dengan operasional dan cara pengukurannya.

1. Kecerdasan Spiritual (X1)

Zohar dan Marshall (2002) mendefinisikan kecerdasan

spiritual sebagai kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna

atau value, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan

hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya,

kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup

seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. Di

dalam penelitian ini kecerdasan spiritual menjadi variabel

independen. Pengukuran variabel kecerdasan spiritual ini

menggunakan kuesioner yang disusun berdasarkan indikator yang

dikemukakan oleh Zohar dan Marshall (2002). Tabel 3.4 ini

menyajikan bobot nilai kecerdasan spiritual berdasarkan skala

likert.

Tabel 3.4

Bobot Nilai Kecerdasan Spiritual Berdasarkan Skala Likert

Jawaban Skor untuk pernyataan

Pernyataan

Positif

Pernyataan

Negatif

Sangat Setuju (SS) 5 1

Setuju (S) 4 2

Netral (N) 3 3

Tidak Setuju (TS) 2 4

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5

Sumber: Data Primer yang diolah, 2018

39

Berikut ini tabel 3.5 yang menyajikan operasionalisasi

variabel kecerdasan spiritual berdasarkan indikator yang

dikemukakan oleh Zohar dan Marshall (2002):

Tabel 3.5

Operasionalisasi Variabel Kecerdasan Spiritual

No Indikator Kecerdasan

Spiritual

Sub Indikator Pernyataan

1 Kemampuan bersikap

fleksibel (adaptif secara

spontan dan aktif).

Kemampuan bergaul 1

2 Tingkat kesadaran diri yang

tinggi. Kesadaran adanya

Tuhan

2

3 Kemampuan untuk

menghadapi dan

memanfaatkan penderitaan.

Kesabaran

Ikhlas atau Rela

4,5

4 Kemampuan untuk

menghadapi dan melampaui

rasa sakit.

Ketabahan 6

5 Kualitas hidup yang

diilhami oleh visi dan nilai-

nilai.

Tujuan hidup 7

6 Keengganan untuk

menyebabkan kerugian yang

tidak perlu.

Tidak menggunjing

Tidak meninggalkan

ibadah

Berkorban

8

7 Kecenderungan untuk

melihat keterkaitan antara

berbagai hal (berpandangan

holistik).

Keterkaitan antar

makhluk atau

kejadian

Tentang nasib

manusia

10

8 Memiliki kecenderungan

untuk bertanya “mengapa”

atau “bagaimana jika”

dalam rangka mencari

jawaban yang benar.

Mencari jawaban

atas sesuatu

Bertanya pada

agamawan

Mengikuti pengajian

11

9 Memiliki Otonomi. Berbuat atau

beramal tanpa

tergantung orang

lain

3,9,12

Sumber: Data Primer yang diolah, 2018

40

Untuk menentukan tinggi atau rendahnya kecerdasan

spiritual responden, maka digunakan nilai tengah dari total jumlah

skor yang diberikan oleh seluruh responden. Karena bobot nilai

menggunakan data ordinal. Menurut Ghozali (2001) untuk

mencari nilai tengah suatu data jenis ordinal adalah menggunakan

median. Setelah median ditemukan, apabila skor jumlah untuk

tiap responden dibawah nilai median, dapat disimpulkan bahwa

kecerdasan spiritual tersebut rendah. Apabila skor di atas nilai

median, maka responden tersebut dapat disimpulkan memiliki

kecerdasan spiritual tinggi.

Selanjutnya peneliti akan mengelompokan responden

dengan tingkat kecerdasan spiritual rendah dan kecerdasan

spiritual tinggi. Pengelompokan tersebut menggunakan jenis data

nominal. Apabila kecerdasan spiritual rendah diberikan kategori

0, dan apabila kecerdasan spiritual tinggi diberikan kategori 1.

Tabel 3.6 berikut ini menyajikan pengelompokan responden

berdasarkan kecerdasan spiritual.

Tabel 3.6

Pengelompokan Responden Berdasarkan Kecerdasan

Spiritual

Faktor Kecerdasn Spiritual Kategori

Kecerdasan Spiritual Tinggi 1

Kecerdasan Spiritual Rendah 0

Sumber: Data Primer yang diolah, 2018

41

2. Otoritas Atasan untuk Melakukan Fraud (X2)

Otoritas memiliki makna hak melakukan tindakan atau hak

membuat peraturan untuk memerintah orang lain. Dalam

penelitian ini otoritas atasan untuk melakukan fraud menjadi

variabel independen. Pengukuran variabel ini mengunakan kasus

yang dikembangkan oleh Sofyani dan Nadia (2015) yang

disesuaikan sesuai kebutuhan dalam penelitian ini. Terdapat dua

macam kasus yang diberikan kepada responden yaitu kasus A dan

kasus B.

Kasus A yaitu jenis kasus yang terdapat otoritas atasan untuk

melakukan fraud. Sedangkan kasus B yaitu jenis kasus yang tidak

ada otoritas atasan untuk melakukan fraud. Dalam pengukuran

variabel ini menggunkan jenis data nominal, apabila responden

mendapatkan kasus terdapat otoritas atasan untuk melakukan

fraud diberikan kategori 1, dan apabila tidak terdapat otoritas

atasan untuk melakukan fraud diberikan kategori 0. Tabel 3.7

berikut ini menyajikan pengelompokan variabel otoritas atasan

untuk melakukan fraud.

Tabel 3.7

Pengelompokan Variabel Otoritas Atasan untuk melakuakn

Fraud

Faktor Otoritas Atasan untuk melakuakn

Fraud

Kategori

Terdapat otoritas atasan untuk melakukan Fraud 1

Tidak terdapat otoritas atasan untuk melakukan

Fraud

0

Sumber: Data Primer yang diolah, 2018

42

3. Kecurangan pelaporan keuangan (Y)

Varibel Perilaku tidak etis akuntan yaitu melakukan

kecurangan pelaporan keuangan menjadi fokus utama di dalam

penelitian ini, bisa dikatakan merupakan aspek yang penting

dalam berhasil atau tidaknya penelitian ini. Kecurangan

pelaporan keuangan, yang bisa di artikan sebagai tindakan

kecurangan yang dilakukan dalam pengelolaan laporan keuangan

yang dilakukan dengan sengaja dan dapat menimbulkan kerugian

pada pihak yang terkait.

Untuk mengetahui tingkat kecurangan dalam pelaporan

keuangan peneliti memberikan sebuah kasus yang akan dijawab

oleh responden. Terdapat beberapa skema kasus dalam soal

tersebut. Responden hanya akan menjawab satu kasus yang

diberikan secara acak.

Pengukuran variabel perilaku tidak etis dalam instrumen

penelitian ini menggunakan jenis data nominal. Apabila

responden menjawab akan melakukan markup maka

dikategorikan 1, dan apabila responden menjawab tidak akan

melakukan markup maka dikategorikan 0. Tabel 3.8 berikut ini

menyajikan pengelompokan variabel kecurangan pelaporan.

Tabel 3.8

Pengelompokan Variabel Kecurangan Pelaporan

Kecurangan Pelaporan Keuangan Kategori

Melakukan markup 1

Tidak melakukan markup 0

Sumber: Data Primer yang diolah, 2018

43

F. Metode Analisis Data

Metode dalam menganalisis data dalam penelitian ini dilakukan

melalui beberapa tahapan yaitu menggunakan statistik deskriptif, uji

kualitas data dan uji hipotesis.

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif meliputi berbagai teknik yang digunakan untuk

meringkas dan menggambarkan data numerik agar mudah

diinterpretasikan (Kazmier, 2004). Data deskriptif ini bisa bersumber

dari nilai mean, standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum,

range, kurtosis, dan skewness (Ghozali, 2001). Statistik deskriptif di

dalam penelitian ini berguna untuk mengetahui deskriptif data

demografi responden dan deskriptif data variabel.

2. Uji Kualitas Data

Dalam uji kualitas data peneliti melakukan pengujian secara

langsung. Jika terdapat pernyataan yang tidak valid maka peneliti akan

melakukan eliminasi pada pernyataan yang tidak valid tersebut.

a. Uji Validitas

Di dalam penelitian eksperimen ini uji validitas dengan

face validity dan content validity. Peneliti melakukan face

validity terhadap variabel otoritas atasan untuk melakukan

fraud dan kecurangan pelaporan oleh Akuntan. Dalam

penelitian ini melakukan face validity dengan meminta orang

profesional untuk membaca kasus dan meminta pendapat

44

mengenai kasus tersebut. Face validity digunakan karena

kasus yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kasus

yang diadopsi dan dilakukan sedikit modifikasi dari penelitian

sebelumnya.

Selanjutnya content validity (validitas isi) digunakan untuk

variabel kecerdasan spiritual dengan melakukan korelasi skor

item pernyataan dengan jumlah skor total dari pernyataan.

Pengujian validitas variabel menggunakan signifikansi 0,05

dengan kriteria pengujian adalah sebagai berikut:

1) Jika r hitung ≥ r tabel (uji 2 sisi dengan signifikansi

0,05) maka item-item pertanyaan yang terdapat dalam

instrumen atau item-item berkorelasi signifikan

terhadap skor total item pernyataan, maka instrumen

atau item-item pertanyaan dinyatakan valid.

2) Jika r hitung < r tabel (uji 2 sisi dengan signifikansi

0,05) maka item-item pernyataan yang terdapat dalam

instrumen atau item-item tidak berkorelasi signifikan

terhadap skor total item pernyataan, maka instrumen

atau item-item pernyataan dinyatakan tidak valid.

b. Uji Reabilitas

Uji reabilitas adalah sebuah uji yang dilakukan untuk

sejauh mana suatu instrumen dapat diandalkan dan dapat

dipercaya untuk mengukur suatu objek yang akan di ukur. Uji

45

ini bertujuan untuk dapat melihat konsistensi jawaban

responden terhadap pernyataan dari waktu ke waktu (Ghozali

2001). Dalam mengukur reabilitas digunakan metode

cronbach’s alpha. Instrumen atau item-item dapat dikatakan

realibel apabila cronbach’s alpha lebih besar dari 0,7

(Nunnaly, 1994 dalam Ghozali, 2001). Uji reabilitas akan

memberikan gambaran sejauh mana suatu kuesioner dapat

diandalkan.

3. Uji Hipotesis

Dalam penelitian eksperimen ini data variabel terikat (Y) adalah

data nominal, maka pengujian hipotesis yang tepat menurut Sugiyono

(2007) adalah Chi-Square (X2). Peneliti untuk menguji hipotesis 1 dan

2 dengan melakukan Chi-Square (X2) 2 sampel. Sedangkan untuk

hipotesis 3a dan 3b melakukan Chi-Square (X2) K sampel dan Post

Hoc Test. Menurut Sugiyono (2007) Chi-Square (X2) 2 sampel adalah

untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel bila datanya berbentuk

nominal. Chi-Square (X2) K sampel adalah untuk menguji hipotesis

komparatif lebih dari dua sampel bila datanya berbentuk nominal.

Dasar pengambilan keputusan Chi-Square (X2) adalah sebagai

berikut:

a. Berdasarkan perbandingan nilai Chi-Square hitung dengan

Chi-Square tabel.

46

1) Jika Chi-Square hitung < Chi-Square tabel, maka H0

diterima

2) Jika Chi-Square hitung > Chi-Square tabel, maka H0

ditolak

b. Berdasarkan Signifikansi 0,05

1) Jika Signifikansi > 0,05, maka H0 diterima

2) Jika Signifikansi < 0,05, maka H0 ditolak

Post Hoc Test adalah uji lanjutan untuk melihat kelompok sampel

mana yang signifikan (beda). Pada penelitian ini untuk melakukan Post

Hoc Test (uji lanjutan) menggunakan metode yang dikembangkan

Beasley (1995) menggunakan nilai Adjusted Standardized Residual

yang terdapat pada hasil uji Chi-Square (X2). Nilai Adjusted

Standardized Residual tersebut kemudian dilakukan Transfrom

menggunakan bantuan Software SPSS untuk mengetahui nilai P-Value

(Signifikansi). Taraf α (alpha) 0,05 diteori Beasley (1995) harus

dilakukan adjusted (penyesuaian) dengan cara dibagi berdasarkan

jumlah kelompok yang di uji.

Dasar pengambilan keputusan Post Hoc Test Beasley (1995)

adalah sebagai berikut:

a. Jika P-Value > α (alpha) adjusted, maka tidak signifikan.

b. Jika P-Value < α (alpha) adjusted, maka signifikan.

47

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini diawali dengan melakukan pilot test yang dilakukan

pada tanggal 10 Februari 2018 pada mahasiswa akuntansi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta angkatan 2014 yang mengikuti kelas pelatihan

pajak. Pilot test ini bertujuan untuk melakukan face validity untuk kasus

yang diberikan dan content validity untuk pernyataan yang diberikan.

Jumlah pernyataan untuk variabel kecerdasan spiritual yang di ajukan

berjumlah 45, dari hasil pilot test ini pernyataan yang valid hanya

berjumlah 12 pernyataan, yang kemudian pernyataan tersebut

digunakan untuk penelitian yang sesungguhnya. Untuk melihat data

lengkap dari hasil pilot test ini dapat dilihat dilampiran 2.

Penelitian ini dalam mengumpulkan data menggunakan metode

eksperimen dengan responden penelitian mahasiswa akuntansi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini tidak terbatas untuk angkatan

tertentu, tetapi menggunakan prasyarat yakni khusus untuk mahasiswa

yang telah mengikuti mata kuliah pengauditan 1 dan pengauditan 2.

Pengambilan data pada penlitian ini dilakukan pada 19 April 2018.

Peneliti menggunakan satu ruang kelas untuk mengumpulkan

48

responden agar dapat menjalankan prosedur eksperimen dengan

semestinya. Peneliti menggunakan kelas dengan mata kuliah Akuntansi

perbankan dan mengundang mahasiswa akuntansi lainnya untuk

mengikuti penelitan eksperimen tersebut. Peneliti mendapatkan data

berjumlah 57 dan seluruh data tersebut dapat dilakukan olah lanjutan.

2. Karakteristik Profil Responden

Responden penelitian mahasiswa akuntansi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini tidak terbatas untuk angkatan

tertentu, tetapi menggunakan prasyarat yakni khusus untuk mahasiswa

yang telah mengikuti mata kuliah pengauditan 1 dan pengauditan 2.

a. Deskripsi responden berdasarkan mata kuliah yang telah

diambil.

Tabel 4.1 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi responden

berdasarkan mata kuliah yang telah diambil

Tabel 4.1

Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Mata Kuliah

Mata Kuliah

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Pengauditan

1 dan 2

57 100,0 100,0 100,0

Sumber: Data Primer yang diolah, 2018

Tabel 4.1 menunjukan bahwa 57 atau 100% responden dalam

penelitian ini semuanya telah mengambil mata kuliah pengauditan

1 dan 2. Hal ini menunjukan bahwa semua responden telah lulus uji

prasyarat dalam penelitian eksperimen ini.

49

b. Deskripsi responden berdasarkan angkatan tahun masuk

Tabel 4.2 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi responden

berdasarkan angkatan tahun masuk

Tabel 4.2

Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Angkatan

Sumber: Data Primer yang diolah, 2018

Tabel 4.2 menunjukan bahwa penelitian ini didominasi oleh

mahasiswa yang berasal dari angkatan 2015 sebanyak 51 responden

atau 89,5%. Angkatan 2014 berada di urutan ke dua dengan 5

responden atau 8,8% dan sisanya berasal dari angkatan 2013 yakni

1 responden atau 1,8%.

c. Deskripsi responden berdasarkan angkatan tahun masuk

Tabel 4.3 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi responden

berdasarkan jenis kelamin

Tabel 4.3

Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Angkatan

Sumber: Data Primer yang diolah, 2018

Angkatan

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid 2013 1 1,8 1,8 1,8

2014 5 8,8 8,8 10,5

2015 51 89,5 89,5 100,0

Total 57 100,0 100,0

Jenis Kelamin

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Laki-Laki 18 31,6 31,6 31,6

Perempuan 39 68,4 68,4 100,0

Total 57 100,0 100,0

50

Tabel 4.3 menunjukan bahwa responden yang berjenis kelamin

Perempuan berjumlah 39 responden atau 68,4% dan sisanya

berjenis kelamin Laki-Laki berjumlah 18 responden atau 31,6%.

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kecerdasan

spiritual, otoritas atasan untuk melakukan fraud dan kecurangan

pelaporan oleh akuntan. Peneliti dalam menentukan variabel tinggi

atau rendah kecerdasan spiritual responden dengan cara

membandingkan jumlah skor yang didapatkan dengan nilai tengah

skor keseluruhan responden. Apabila jumlah skor tiap responden

diatas nilai tengah dari skor keseluruhan maka dapat disimpulkan

kecerdasan responden itu tinggi, sebaliknya apabila skor responden

dibawah nilai tengah maka kecerdasan spiritual responden rendah.

Variabel-variabel tersebut akan diuji secara statistik deskriptif seperti

yang disajikan dalam tabel-tabel berikut ini. Tabel 4.4 berikut ini

menampilkan nilai tengah variabel kecerdasan spiritual.

Tabel 4.4

Hasil Uji Statistik Nilai Tengah Kecerdasan Spiritual

Sumber : Data Primer yang diolah, 2018

Statistics

Total Skor Kecerdasan Spiritual

N Valid 57

Missing 0

Mean 43,51

Median 44,00

51

Tabel 4.4 menunjukan nilai tengah dari skor variabel kecerdasan

spiritual. Peneliti menggunakan nilai median sebagai nilai tengah

variabel kecerdasan spiritual yaitu sebesar 44 untuk menentukan

tinggi atau rendahnya kecerdasan spiritual responden.

Tabel 4.5

Hasil Uji Deskriptif Variabel Kecerdasan Spiritual

Sumber : Data Primer yang diolah, 2018

Tabel 4.5 menunjukan jumlah responden yang memiliki

kecerdasan spiritual yang tinggi berjumlah 31 responden atau 54,4%

dan kecerdasan spiritual yang rendah berjumlah 26 responden atau

45,6%.

Tabel 4.6

Hasil Uji Deskriptif Variabel Otoritas Atasan Untuk

Melakukan Fraud

Sumber: Data Primer yang diolah, 2018

Kecerdasan Spiritual (X1)

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Rendah 26 45,6 45,6 45,6

Tinggi 31 54,4 54,4 100,0

Total 57 100,0 100,0

Otoritas Atasan (X2)

Frequenc

y

Percen

t

Valid

Percent

Cumulativ

e Percent

Vali

d

Tidak Ada

Otoritas

29 50,9 50,9 50,9

Ada Otoritas 28 49,1 49,1 100,0

Total 57 100,0 100,0

52

Tabel 4.6 menunjukan hasil bahwa responden yang mendapatkan

kasus tidak ada otoritas atasan untuk melakukan fraud berjumlah 29

responden atau 50.9% dan responden yang mendapatkan kasus ada

otoritas atasan untuk melakukan fraud berjumlah 49,1%.

Tabel 4.7

Hasil Uji Deskriptif Interaksi Variabel Kecerdasan Spiritual

dan Otoritas Atasan Untuk Melakukan Fraud

Sumber: Data Primer yang diolah, 2018

Tabel 4.7 menunjukan hasil interaksi antara variabel kecerdasan

spiritual dan otoritas atasan untuk melakukan fraud. Dari tabel 4.7

diperoleh kelompok responden kecerdasan spiritual rendah dengan

ada otoritas atasan berjumlah 13 responden atau 22,8%, kelompok

responden kecerdasan spiritual tinggi dengan ada otoritas atasan

berjumlah 15 responden atau 26,3%, kelompok responden kecerdasan

spiritual tinggi dengan tidak ada otoritas atasan berjumlah 13

responden atau 22,8%, dan kelompok responden kecerdasan spiritual

tinggi dengan tidak ada otoritas atasan berjumlah 16 responden atau

28,1%.

Interaksi X1 dan X2

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Spiritual Rendah

Ada Otoritas

13 22,8 22,8 22,8

Spiritual Tinggi

Ada Otoritas

15 26,3 26,3 49,1

Spiritual Rendah

Tidak Ada Otoritas

13 22,8 22,8 71,9

Spiritual Tinggi

Tidak Ada Otoritas

16 28,1 28,1 100,0

Total 57 100,0 100,0

53

Tabel 4.8

Hasil Uji Deskriptif Variabel Kecurangan Pelaporan Oleh

Akuntan

Sumber : Data Primer yang diolah, 2018

Tabel 4.8 menunjukan hasil variabel kecurangan pelaporan oleh

akuntan, sebanyak 34 responden atau 59,65% memilih untuk tidak

melakukan kecurangan, sedangkan sisanya sebanyak 23 responden

atau 40,4% memilih untuk melakukan kecurangan pelaporan.

2. Hasil Uji Kualitas Data

a. Uji Validitas

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi

kecerdasan spiritual, otoritas atasan untuk melakukan fraud dan

kecurangan pelaporan oleh akuntan. Untuk uji validitas dalam

penelitian terdapat dua macam yaitu face validity dan content

validty. Face validity digunakan untuk instrumen variabel otoritas

atasan untuk melakukan fraud dan kecurangan pelaporan oleh

akuntan dikarenakan peneliti mengadopsi dan sedikit memodifikasi

dari penelitian sebelumnya. Sedangkan untuk instrumen kuesioner

kecerdasan spiritual dilakukan content validity. Berikut ini tabel 4.9

yang menunjukan hasil uji validitas untuk variabel kecerdasan

spiritual.

Kecurangan (Y)

Frequenc

y Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak

Melakukan

34 59,6 59,6 59,6

Melakukan 23 40,4 40,4 100,0

Total 57 100,0 100,0

54

Tabel 4.9

Hasil Uji Validitas Variabel Kecerdasan Spiritual

Sumber: Data Primer yang diolah, 2018

Berdasarkan tabel 4.9 seluruh item pernyataan variabel

kecerdasan spiritual memiliki nilai Sig(2-tailed) di bawah 0,05. Hal

tersebut menunjukan bahwa variabel kecerdasan spiritual dapat

dinyatakan valid.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi dari

suatu item instrumen untuk mengukur sesuatu yang akan diukur.

Suatu item instrumen dapat dikatakan reliabel apabila memiliki

nilai Cronbach's Alpha di atas 0,7. Berikut ini tabel 4.10 yang

menunjukan hasil uji reliabilitas untuk variabel kecerdasan

spiritual.

Pernyataan

Pearson

Corelation Sig.(2-tailed) Keterangan

SQ1 0,365** 0,005 Valid

SQ2 0,622** 0,000 Valid

SQ3 0,293* 0,027 Valid

SQ4 0,471** 0,000 Valid

SQ5 0,579** 0,000 Valid

SQ6 0,530** 0,000 Valid

SQ7 0,645** 0,000 Valid

SQ8 0,468** 0,000 Valid

SQ9 0,423** 0,001 Valid

SQ10 0,469** 0,000 Valid

SQ11 0,542** 0,000 Valid

SQ12 0,452** 0,000 Valid

55

Tabel 4.10

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kecerdasan Spiritual

Sumber: Data Primer yang diolah, 2018

Tabel 4.10 menunjukan hasil bahwa 12 item pernyataan

variabel kecerdasan spiritual memiliki nilai Cronbach's Alpha

sebesar 0,712 di atas 0,7. Hal ini dapat disimpulkan bahwa 12 item

pernyataan variabel kecerdasan spiritual reliabel.

3. Hasil Uji Hipotesis

a. Uji Chi-Square Test 2 sampel (X2) H1

Tabel 4.11

Uji Hipotesis Kecerdasan Spiritual

Kecerdasan Spiritual (X1) * Kecurangan (Y)

Crosstabulation

Faktor Kecerdasan Spiritual Hasil

Rendah N = 26

Kecurangan = 16

Presentase = 61,5%

Tinggi N = 31

Kecurangan = 7

Presentase = 22,6%

Sumber: Data Primer yang diolah, 2018

Untuk dapat melakukan uji hipotesis 1 ini harus memenuhi

syarat, yaitu jumlah kecurangan yang dilakukan oleh kelompok

responden kecerdasan spiritual rendah harus lebih tinggi dari

responden kecerdasan spiritual tinggi. Dari tabel 4.11 diketahui

responden yang memiliki kecerdasan spiritual rendah yang

melakukan kasus kecurangan sebanyak 61,5% atau dengan jumlah

16 (enam belas) kasus, lebih tinggi dibandingkan dengan

Cronbach's Alpha Item Pernyataan Keterangan

0,712 12 Reliabel

56

responden yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi yang

melakukan kasus kecurangan sebanyak 22,6% atau dengan jumlah

7 (tujuh) kasus. Dengan begitu syarat untuk melakukan uji

hipotesis ini terpenuhi. Selanjutnya dapat dilakukan uji statistik

menggunakan Chi-Square Test (X2) 2 sampel. Berikut ini tabel

4.12 hasil uji Chi-Square Test (X2) 2 sampel untuk hipotesis 1.

Tabel 4.12

Hasil Uji Chi-Square Hipotesis 1

Sumber: Data Primer yang diolah, 2018

Tabel 4.12 merupakan hasil Chi-Square Test (X2) 2 sampel

untuk hipotesis 1, yang bertujuan untuk mengetahui apakah

terdapat perbedaaan antara kasus kecurangan yang dilakukan pada

saat kondisi kecerdasan spiritual rendah dan kondisi kecerdasan

spiritual tinggi, yang didukung oleh statistik.

Hipotesis 1: Kasus Kecurangan Pelaporan Keuangan di

temukan paling tinggi pada saat kecerdasan spiritual rendah

dibandingkan kecerdasan spiritual tinggi.

Chi-Square Tests

Value Df

Asymptotic

Significance

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-

Square

8,916a 1 ,003

Continuity

Correctionb

7,371 1 ,007

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 10,49.

b. Computed only for a 2x2 table

57

Dari hasil tabel 4.12 Chi-Square Test (X2) Continuity

Correction diperoleh Value (nilai) chi-square sebesar 7,371 lebih

tinggi dengan chi-square tabel sebesar 3,841. Diperoleh juga nilai

signifikansi sebesar 0,007 lebih kecil dibandikan dengan 0,05. Hal

ini berati menolak H0 dan menerima H1 atau hipotesis 1

terdukung. Dapat disimpulkan bahwa kasus kecurangan pelaporan

keuangan di temukan paling tinggi pada saat kecerdasan spiritual

rendah dibandingkan kecerdasan spiritual tinggi didukung secara

statistik.

b. Uji Chi-Square Test 2 sampel (X2) H2

Tabel 4.13

Uji Hipotesis Otoritas Atasan

Otoritas Atasan (X2) * Kecurangan (Y) Crosstabulation

Faktor Otoritas Atasan Hasil

Tidak Ada Otoritas N = 29

Kecurangan = 6

Presentase = 20,7%

Ada Otoritas N = 28

Kecurangan = 17

Presentase = 60,7%

Sumber: Data Primer yang diolah, 2018

Untuk dapat melakukan uji hipotesis 2 ini harus memenuhi

syarat, yaitu jumlah kecurangan yang dilakukan oleh responden

yang terdapat kondisi otoritas atasan harus lebih tinggi dari

responden yang tidak terdapat kondisi otoritas atasan. Dari tabel

4.13 diketahui pada saat kondisi terdapat otoritas atasan yang

melakukan kasus kecurangan sebanyak 60,7% dengan 17 (tujuh

58

belas) kasus, lebih tinggi dibandingkan dengan pada saat kondisi

tidak terdapat otoritas atasan yang melakukan kasus kecurangan

sebanyak 20,7% dengan 6 (enam) kasus. Dengan begitu syarat

untuk melakukan uji hipotesis ini terpenuhi. Selanjutnya dapat

dilakukan uji statistik menggunakan Chi-Square Test (X2) 2

Sampel. Berikut ini tabel 4.14 hasil uji Chi-Square Test (X2) 2

sampel untuk hipotesis 2.

Tabel 4.14

Hasil Uji Chi-Square Hipotesis 2

Sumber: Data Primer yang diolah, 2018

Tabel 4.14 merupakan hasil Chi-Square Test (X2) 2 sampel

untuk hipotesis 2 untuk mengetahui apakah terdapat perbedaaan

antara kasus kecurangan yang dilakukan pada saat kondisi terdapat

otoritas atasan dan kondisi tidak terdapat otoritas atasan, yang

didukung oleh statistik.

Chi-Square Tests

Value Df

Asymptotic

Significance

(2-sided)

Exact

Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-

Square 9,482

a 1 ,002

Continuity

Correctionb

7,892 1 ,005

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 11,30.

b. Computed only for a 2x2 table

59

Sumber : Data Primer yang diolah, 2018

Hipotesis 2 : Kasus Kecurangan Pelaporan Keuangan di

temukan paling tinggi pada saat terdapat otoritas atasan

dibandingkan tidak terdapat otoritas atasan.

Dari hasil tabel 4.14 Chi-Square Test (X2) Continuity

Correction diperoleh Value (nilai) chi-square sebesar 7,892 lebih

tinggi dengan chi-square table sebesar 3,841. Diperoleh juga nilai

signifikansi sebesar 0,005 lebih kecil dibandikan dengan 0,05. Hal

ini berati menolak H0 dan menerima H1 atau hipotesis 2

terdukung. Hal ini menunjukan bahwa kasus kecurangan

pelaporan keuangan di temukan paling tinggi pada saat terdapat

otoritas atasan dibandingkan tidak terdapat otoritas atasan

terdukung oleh statistik.

c. Uji Chi-Square Test K sampel (X2) H3a dan H3b

Tabel 4.15

Pengujian Hipotesis H3a dan H3b

Untuk dapat melakukan uji hipotesis 3a dan 3b ini harus

memenuhi syarat, yaitu jumlah kecurangan yang dilakukan pada

saat kondisi kecerdasan spiritual rendah dan terdapat otoritas harus

Faktor Kecerdasan Spiritual

Rendah Tinggi

Fak

tor

Oto

rita

s

Ata

san

Ada

Otoritas

N = 13

Kecurangan = 12

Presentase = 92,3%

N = 15

Kecurangan = 5

Presentase = 33,3%

Tidak Ada

Otoritas

N = 13

Kecurangan = 4

Presentase = 30,8%

N = 16

Kecurangan = 2

Presentase = 12,5%

60

lebih tinggi dibandingkan dengan yang lainnya (3a) dan jumlah

kecurangan yang dilakukan pada saat kondisi kecerdasan spiritual

tinggi dan tidak terdapat otoritas harus lebih rendah dibandingkan

dengan yang lainnya (3b). Dari tabel 4.15 diketahui pada saat

kondisi kecerdasan spiritual rendah dan terdapat otoritas atasan

yang melakukan kasus kecurangan sebanyak 92,3% lebih tinggi

dibandingkan dengan yang lainnya (3a), dan pada saat kondisi

kecerdasan spiritual tinggi dan tidak terdapat otoritas atasan yang

melakukan kasus kecurangan sebanyak 12,5% lebih rendah

dibandingkan dengan yang lainnya (3b).

Dengan begitu syarat untuk melakukan uji hipotesis 3a da 3b ini

terpenuhi. Selanjutnya dapat dilakukan uji statistik menggunakan

Chi-Square Test (X2) K Sampel dan Post Hoc Test (uji lanjutan).

Berikut ini tabel 4.16 hasil Chi-Square Test (X2) K Sampel.

Tabel 4.16

Hasil Uji Chi-Square Hipotesis 3a dan 3b

Sumber : Data Primer yang diolah, 2018

Chi-Square Tests

Value df

Asymptotic

Significance

(2-sided)

Pearson Chi-Square 20,540a 3 ,000

Likelihood Ratio 22,631 3 ,000

Linear-by-Linear

Association

16,208 1 ,000

N of Valid Cases 57

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The

minimum expected count is 5,25.

61

Selanjutnya untuk menjawab hipotesis 3a dan 3b tersebut

dilakukan uji statistik menggunakan Chi-Square Test (X2) K

Sampel, untuk mengetahui apakah terdapat perbedaaan antara

kasus kecurangan yang dilakukan pada saat kondisi terdapat

otoritas atasan dan kondisi tidak terdapat otoritas atasan, yang

didukung oleh statistik. Dari hasil tabel 4.16 Chi-Square Test (X2)

Pearson Chi-Square diperoleh Value (nilai) Chi-Square sebesar

20,540 lebih tinggi dengan chi-square tabel sebesar 7,815.

Diperoleh juga nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil

dibandikan dengan 0,05. Hal ini berati menolak H0 dan menerima

H1. Dapat disimpulkan bahwa secara statistik terdapat perbedaan

jumlah kasus kecurangan pada saat empat kondisi yang berbeda.

Untuk menjawab hipotesis 3a dan 3b maka diperlukan Post Hoc

test (uji lanjutan) untuk mengetahui kondisi mana yang paling

signifikan

d. Post Hoc Test untuk Hipotesis 3a dan 3b

Post Hoc test pada Chi-Square dapat dengan menggunakan

teori Beasley (1995) yaitu dengan menggunakan Adjusted

Standardized Residual. Adjusted Standardized ini di konversi

kedalam nilai Chi-Square lalu dilakukan Transfrom untuk mencari

P-value dengan bantuan Software SPSS. Lalu P-Value tersebut

dibandingkan dengan nilai α (alpha) adjusted, yaitu nilai α (alpha

(0,05) yang dibagi jumlah tiap kondisi. Dalam penelitian ini

62

terdapat 4 (empat) kondisi, maka nilai α (alpha) adjusted untuk

Post Hoc Test ini adalah (0,05/4) = 0,0125.

Berikut ini tabel 4.17 hasil Adjusted Standardized Chi-Square

(X2)

Tabel 4.17

Hasil Adjusted Standardized Residual

Sumber : Data Primer yang diolah, 2018

Dari tabel 4.17 diketahui nilai Adjusted Standardized Residual

tiap kondisi kelompok maka dapat dilakukan Post Hoc Test

menggunakan teori Beasley (1995) yang akan dijelaskan pada tabel

4.18.

Faktor Kecerdasan Spiritual

Rendah Tinggi

Fak

tor

Oto

rita

s

Ata

san

Ada

Otoritas

Adjusted

Standardized

Residual = 4,3

Adjusted

Standardized

Residual = -0,6

Tidak Ada

Otoritas

Adjusted

Standardized

Residual = -0,8

Adjusted

Standardized

Residual = -2,7

63

Tabel 4.18

Hasil Post Hoc Test H3a dan H3b

Sumber: Data Primer yang diolah, 2018

Hipotesis 3a : Kasus Kecurangan Pelaporan Keuangan di

temukan paling tinggi pada saat kecerdasan spiritual rendah

dan terdapat otoritas atasan dibandingkan dengan kondisi

lainnya.

Dari tabel 4.18 tersebut untuk hipotesis 3a diperoleh P-value

sebesar 0,00002 lebih rendah dengan α (alpha) adjusted 0,0125,

hal ini menghasilkan Hipotesis 3a terdukung secara statistik.

Kondisi Adjusted

Standardized

Chi-

Square P-Value

α(alpha)

adjusted Hasil

Kecerdasan

Spiritual Rendah

dan Terdapat

Otoritas (3a)

4,3 18,49 0,00002 0,0125 Signifikan

Kecerdasan

Spiritual Tinggi

dan Terdapat

Otoritas

-0,6 0,36 0,54851 0,0125 Tidak

Signifikan

Kecerdasan

Spiritual Rendah

dan Tidak

Terdapat

Otoritas

-0,8 0,64 0,42371 0,0125 Tidak

Signifikan

Kecerdasan

Spiritual Tinggi

dan Tidak

Terdapat

Otoritas (3b)

-2,7 6,25 0,00693 0,0125 Signifikan

64

Hipotesis 3b : Kasus Kecurangan Pelaporan Keuangan di

temukan paling rendah pada saat kecerdasan spiritual tinggi

dan tidak terdapat otoritas atasan dibandingkan dengan

kondisi lainnya.

Dari tabel 4.18 tersebut untuk hipotesis 3b diperoleh P-Value

sebesar 0,00693 lebih rendah dengan α (alpha) adjusted 0,0125,

hal ini menghasilkan Hipotesis 3b terdukung secara statistik.

C. Pembahasan Hasil Uji Hipotesis

1. Kasus Kecurangan Pelaporan Keuangan di Temukan Paling

Tinggi pada saat Kecerdasan Spiritual Rendah dibandingkan

Kecerdasan Spiritual Tinggi.

Hasil uji hipotesis 1 (H1) dengan Chi-Square Test (X2) diperoleh

Value (nilai) chi-square sebesar 7,371 lebih tinggi dengan chi-square

tabel sebesar 3,841. Diperoleh juga nilai signifikansi sebesar 0,007

lebih kecil dibandikan dengan 0,05. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa hipotesis 1 (H1) terdukung. Membuktikan bahwa

kasus kecurangan pelaporan keuangan ditemukan paling tinggi pada

saat kecerdasan spiritual rendah dibandingkan kecerdasan spiritual

tinggi.

Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Zohar dan

Marshall (2002) bahwa, semakin tinggi tingkat kecerdasan spiritual

seseorang akan mempengaruhi untuk melakukan perbuatan hal yang

etis dan menjadi seseorang yang penuh dengan tanggung jawab.

65

Sebaliknya semakin rendah tingkat kecerdasan spiritual seseorang

akan mempengaruhi untuk melakukan perbuatan hal yang tidak etis

(berbuat curang).

Penelitian ini sesuai dengan teori fraud triangle yang

dikemukakan oleh Cressey (1953), yang menyatakan bahwa penyebab

kecurangan (fraud) disebabkan oleh tiga hal yaitu tekanan, kesempatan

dan rasionalisasi. Rasionalisasi adanya anggapan bahwa perbuatan

kecurangan tersebut boleh dilakukan, hal ini bisa disebabkan karena

rendahnya kecerdasan spiritual seseorang, sehingga sulit untuk

menentukan mana perbuatan yang baik dan yang buruk.

Penelitian ini sejalan dengan Sari (2014) yang menyatakan

bahwa kecerdasan spiritual berpengaruh positif terhadap perilaku etis

profesional akuntan. Perilaku etis disini dapat dikaitan dengan perilaku

akuntan dalam membuat laporan keuangan. Penelitian ini konsisten

dengan yang dilakukan oleh Febriana (2010) dan Ika (2011) yang

menemukan kecerdasan spiritual berpengaruh positif terhadap perilaku

etis seorang akuntan.

Maka dapat disimpulkan kecerdasan spiritual sangat penting

dimiliki oleh akuntan. Karena kecerdasan spiritual akan mampu

mencegah individu untuk berbuat negatif dan akan membawa seorang

menjadi individu yang bertanggung jawab atas segala perbuatan yang

dilakukan. Sehingga individu yang memiliki kecerdasan spiritual yang

tinggi akan menerapkan sikap etis didalam kehidupannya.

66

2. Kasus Kecurangan Pelaporan Keuangan ditemukan paling tinggi

pada saat terdapat otoritas atasan dibandingkan tidak terdapat

otoritas atasan.

Hasil uji hipotesis 2 (H2) Chi-Square Test (X2) Continuity

Correction diperoleh Value (nilai) chi-square sebesar 7,892 lebih

tinggi dengan chi-square tabel sebesar 3,841. Diperoleh juga nilai

signifikansi sebesar 0,005 lebih kecil dibandikan dengan 0,05. Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa hipotesis 2 (H2) terdukung.

Membuktikan bahwa kasus kecurangan pelaporan keuangan ditemukan

paling tinggi pada saat terdapat otoritas atasan dibandingkan tidak

terdapat otoritas atasan.

Penelitian ini sesuai dengan teori obedience yang dikemukakan

oleh Milgram (1953) yang menyatakan bahwa seseorang akan

cenderung patuh terhadap seseorang dengan posisi otoritas yang lebih

tinggi. Dan juga penelitian ini sesuai dengan teori fraud triangle yang

dikemukakan oleh Cressey (1953), yang menyatakan bahwa penyebab

kecurangan (fraud) disebabkan oleh tiga hal yaitu tekanan, kesempatan

dan rasionalisasi. Tekanan tersebut bisa berasal dari fakotor otoritas

atasan sehingga mendorong seseorang untuk melakukan fraud.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Murphy dan Mayhew (2012) menemukan bahwa otoritas atasan untuk

melaporkan lebih dari seharusnya mempengaruhi individu untuk

67

berperilaku tidak etis. Penlitian ini sejalan dengan penelitian Sofyani

dan Pramita (2014), Bawa dan Yasa (2015) dan, Sofiyani dan Nadia

(2015) dalam penelitiannya menemukan bahwa ketika terdapat otoritas

atasan untuk berbuat curang, maka individu akan cenderung untuk

curang dalam pembuatan laporan keuangan (berlaku tidak etis).

Individu akan cenderung mematuhi hal yang diberikan oleh

otoritas yang lebih tinggi, walaupun melakukan hal atau perbuatan

yang tidak etis. Karena individu tersebut berkeyakinan bahwa yang

betanggung jawab atas perilaku kecurangan tersebut adalah pemberi

otoritas.

3. Hubungan interaksi antara kecerdasan spiritual dan otoritas

atasan untuk melakukan Fraud terhadap perilaku kecurangan

pelaporan keuangan.

Setelah dilakukan uji Chi-Square dan Post Hoc Test untuk

hipotesis 3a (H3a) diperoleh P-value sebesar 0,00002 lebih rendah

dengan α (alpha) adjusted 0,0125, hal ini menghasilkan hipotesis 3a (

H3a) terdukung secara statistik. Dengan demikian menunjukan bahwa

kasus kecurangan pelaporan keuangan di temukan paling tinggi pada

saat kecerdasan spiritual rendah dan terdapat otoritas atasan

dibandingkan dengan kondisi lainnya.

Hal ini menandakan bahwa ketika terdapat kondisi individu

memiliki kecerdasan spiritual yang rendah lalu terdapat interaksi atau

pengaruh dari otoritas atasan untuk melakukan fraud maka individu

68

tersebut cenderung mematuhi perintah atasan tersebut dan berbuat

curang (tidak etis). Hal ini sejalan dengan teori obedience yang

dikemukakan oleh Milgram (1953) bahwa ketika terdapat perintah dari

seseorang yang memiliki otoritas lebih tinggi akan patuh. Begitu juga

sejalan dengan penelitian Bawa dan Yasa (2015) yang menemukan

bahwa kecurangan pelaporan keuangan ditemukan paling tinggi ketika

terdapat otoritas atasan dibandingkan dengan tanpa otoritas atasan.

Faktor kecerdasan spiritual yang rendah tidak mampu mencegah

individu untuk berbuat curang. Hal ini sejalan dengan teori yang

dikemukakan oleh Zohar dan Marshall (2002) bahwa tingkat

kecerdasan spiritual seseorang berpengaruh terhadap perilaku etis

individu tersebut.

Penelitian ini sesuai dengan teori fraud triangle yang

dikemukakan oleh Cressey (1953), yang menyatakan bahwa penyebab

kecurangan (fraud) disebabkan oleh tiga hal yaitu, tekanan,

kesempatan dan rasionalisasi. Tekanan tersebut bisa berasal dari

otoritas atasan yang mendorong untuk melakukan fraud. Ditambah

adanya rasionaliasasi yang beranggapan bahwa perbuatan kecurangan

tersebut boleh dilakukan, hal ini bisa disebabkan karena rendahnya

kecerdasan spiritual seseorang, sehingga sulit untuk menentukan mana

perbuatan yang baik dan yang buruk.

Untuk Hipotesis 3b (H3b) setelah dilakukan uji Chi-Square dan

Post Hoc Test diperoleh P-Value sebesar 0,00693 lebih rendah dengan α

69

(alpha) adjusted 0,0125, hal ini menghasilkan Hipotesis 3b

terdukung secara statistik. Dengan demikian menunjukan bahwa

kasus kecurangan pelaporan keuangan di temukan paling rendah pada

saat kecerdasan spiritual tinggi dan tidak terdapat otoritas atasan

dibandingkan dengan kondisi lainnya.

Penelitian ini sejalan dengan Sari (2014) yang menyatakan bahwa

kecerdasan spiritual berpengaruh positif terhadap perilaku etis

profesional akuntan. Perilaku etis disini dapat dikaitan dengan perilaku

akuntan dalam membuat laporan keuangan. Penelitian ini konsisten

dengan yang dilakukan oleh Febrina (2010) dan Ika (2011) yang

menemukan kecerdasan spiritual berpengaruh positif terhadap perilaku

etis seorang akuntan.

Hal ini menandakan bahwa kecerdasan spiritual seseorang yang

tinggi mampu menjadikan individu untuk berbuat etis dan mampu

mencegah faktor lain yang mendorong individu untuk berbuat curang.

Hal ini sesuai dengan teori yang yang dikemukakan oleh Zohar dan

Marshall (2002) semakin tinggi tingkat kecerdasan spiritual seseorang

akan mempengaruhi untuk melakukan perbuatan hal yang etis dan

menjadi seseorang yang penuh dengan tanggung jawab. Penelitian ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sofyani dan Nadia

(2015) yang menyatakan bahwa pendidikan karakter keagaman dapat

memitigasi adanya dorong untuk berbuat tidak etis yang muncul dari

faktor otoritas untuk berbuat curang. Dalam kaitannya dengan

70

penelitian ini, dengan penelitian Sofyani dan Nadia (2015) pendidikan

karakter keagamaan adalah salah satu cara untuk meningkatkan

kecerdasan spiritual individu.

71

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kecerdasan

spritual dan otoritas atasan untuk melakukan fraud terhadap kecurangan

pelaporan oleh akuntan. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen

dengan desain faktorial 2x2 antar subjek. Responden dalam penelitian ini

adalah akuntan yang diwakili oleh mahasiswa akuntansi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Mahasiswa tersebut diberikan sebuah kasus seolah-

olah mereka menjadi akuntan profesional yang bekerja di suatu instansi

atau perusahaan. Berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square (X2) dan Post

Hoc Test maka didapatkan hasil sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan kondisi kecurangan pelaporan keuangan pada saat

kondisi kecerdasan spiritual rendah dengan kondisi kecerdasan

spiritual tinggi. Ketika kecerdasan spiritual rendah, responden

cenderung untuk berbuat curang dalam membuat laporan keuangan.

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Zohar dan

Marshall (2002).

2. Terdapat perbedaan kondisi kecurangan pelaporan keuangan pada saat

kondisi terdapat otoritas atasan untuk melakukan fraud dengan kondisi

tidak terdapat otoritas atasan untuk melakukan fraud. Ketika terdapat

otoritas atasan untuk melakukan fraud, responden cenderung untuk

72

berbuat curang dalam membuat laporan keuangan. Hal ini sesuai

dengan teori obedience yang dikemukakan oleh Milgram (1953).

3. Terdapat perbedaan kondisi kecurangan pelaporan keuangan pada saat

interaksi kondisi kecerdasan spiritual dengan kondisi otoritas atasan

untuk melakukan fraud.

4. Ketika terdapat interaksi kecerdasan spiritual rendah dan terdapat

otoritas atasan untuk melakukan fraud, responden cenderung untuk

berbuat curang dalam membuat laporan keuangan. Hasil penelitian ini

sejalan dengan penelitian Murphy dan Mayhew (2012), Bawa dan

Yasa (2015).

5. Ketika terdapat interaksi kecerdasan spiritual tinggi dan tidak terdapat

otoritas atasan untuk melakukan fraud, responden cenderung untuk

berbuat etis (tidak curang) dalam membuat laporan keuangan. Hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian Sofyani dan Pramita (2014),

Sofyani dan Nadia (2015).

B. Implikasi

Peneliti berharap dengan diadakannya penelitian ini adalah

perusahaan atau instansi dalam menjalankan aktifitas organisasi dengan

mengedepankan nilai-nilai spiritualitas. Selain itu dalam merekrut pegawai

akuntansi, selain memperhatikan kemampuan akademis, juga harus

memperhatikan kecerdasan spiritual. Dengan begitu akan berdampak

kepada proses penyusunan pelaporan keuangan yang berdasarkan nilai-

73

nilai spiritualitas yang akan menghasilkan keakuratan informasi yang

dapat dipercaya oleh pengguna laporan keuangan dan para pemangku

kepentingan.

Peneliti juga berharap dengan adanya penelitian ini dapat memberikan

masukan untuk universitas dalam memberikan pendidikan kepada

mahasiswa tidak hanya berfokus pada nilai akademis mahasiswa. Tetapi

juga harus memperhatikan pendidikan yang mampu meningkatkan

kecerdasan spiritual mahasiswa. Penelitian ini membuktikan bahwa

kecerdasan spiritual individu dapat mempengaruhi perilaku etis. Dengan

begitu pendidikan yang meningkatkan kecerdasan spiritual akan

mempengaruhi perilaku etis pada saat di dunia kerja nantinya.

C. Keterbatasan

Peneliti mengakui dalam melakukan penelitian ini memiliki beberapa

keterbatasan yang dapat menimbulkan bias atau ketidak akuratan sebagai

berikut:

1. Penelitian eksperimen ini menggunakan mahasiswa sebagai responden,

yang memilki pro dan kontra sah atau tidaknya mahasiswa mewakili

responden yang seharusnya adalah individu profesional dibidangnya.

Namun peneliti telah mengantisipasinya dengan membuat kasus

sedemikian rupa agar mahasiswa merasa bekerja di suatu instansi

pemerintahan.

74

2. Walaupun kasus yang diberikan peneliti telah dibuat sedemikian rupa,

namun masih terdapat kekurangan yang mungkin tidak dapat

terkontrol oleh peneliti.

3. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, yang mana terdapat

ahli yang menyatakan bahwa metode eksperimen hanya dapat

dilakukan di tempat dan waktu yang bersamaan. Sehingga peneliti

tidak mungkin mengumpulkan Akuntan profesional di tempat dan

waktu yang bersamaan.

4. Penelitian ini hanya berbentuk menjawab kuesioner dan kasus, bukan

hasil observasi langsung kepada responden yang profesional

dibidangnya. Sehingga kesimpulan dalam penelitian ini hanya berasal

dari data yang didapatkan dalam penelitian ini.

5. Kurangnya sumber refrensi penelitian terdahulu terkait kecerdasan

spiritual yang menggunakan metode penelitian eksperimen faktorial

2x2 antar subjek.

D. Saran

Berdasarkan hasil dan pembasahan penelitian ini, maka peneliti

memberikan saran kepada penelitian berikutnya sebagai berikut:

1. Penelitian berikutnya diharapkan menggunakan responden yang

profesional dibidangnya, untuk menghindari bias dan ketidak akuratan

dalam penelitian.

75

2. Penelitian berikutnya apabila masih menggunakan mahasiswa sebagai

responden diharapkan untuk memperluas sampel penelitiannya. Agar

tidak hanya fokus di satu Universitas saja.

3. Penelitian berikutnya diharapkan menambahkan variabel tambahan

yang mempengaruhi kecurangan pelaporan keuangan oleh akuntan.

4. Penelitian berikutnya diharapkan mendesain penelitian eksperimen

dengan seksama agar semua faktor di luar penelitian eksperimen dapat

terkontrol dengan baik.

5. Penelitian berikutnya diharapkan dalam penelitian eksperimen

menggunakan media lain bukan hanya kasus, namun bisa

menggunakan seperti video agar responden dapat merasakan kondisi

yang sebenarnya.

76

DAFTAR PUSTAKA

Aghion, Philippe. and Jean Tirole. 1997. “Formal And Real Authority In

Organizations”. The Journal of Political Economy. Vol. 105, No. 1,

Februari.

Association of Certified Fraud Examiners. 2016. “Report To The Nations On

Occupatinal Fraud And Abuse”.

Association of Certified Fraud Examiners. 2018. “Report To The Nations On

Occupatinal Fraud And Abuse”.

Bawa, A.A. dan Yasa, G.W., 2015. “Efek Moderasi Locus Of Control Pada

Hubungan Otoritas Atasan Dan Kecurangan Akuntansi”. E-Jurnal

Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. Vol. 5, No.5.

Baron, R. A. and Byrne. 1994. “Social Psychology: Understanding human

interaction”, 7th ed. Boston: Allyn and Bacon.

Beasley, T. Mark and R. E. Schumacker. 1995. “Multiple Regression Approach

to Analyzing Contingency Tables: Post Hoc and Planned Comparison

Procedures”. The Journal of Experimental Education. Vol. 64

Cressey, D. R. 1953. “Other people's money; a study of the social psychology of

embezzlement”. New York, NY, US: Free Press

Dantes, Nyoman., 2017.“Eksperimen dan Analisis Data”. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Emerson, T. L. N., et.al. 2007. “Ethical Attitudes of Accountants: Recent

Evidence from a Practitioners’ Survey”. Journal of Business Ethics 71: 73-

87.

Febrina, Winda. 2010. “Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spritual,

Orientasi Etika Dan Nilai Etika Organisasi Terhadap Perilaku Etis

Akuntan”. Other thesis, Jurnal Fakultas Ekonomi Andalas.

Idris, Seni Fitriani dan Daljono. 2012. “Pengaruh Tekanan Ketaatan,

Kompleksitas Tugas, Pengetahuan dan Persepsi Etis Terhadap Audit

Judgement (Studi Kasus Pada Perwakilan BPKP Provinsi DKI Jakarta)”.

E-Jurnal Universitas Diponegoro.

Ika, Desi. 2011. “Pengaruh kecerdasan emosional dan Spiritual terhadap sikap

etis mahasiswa akuntansi di pandang dari segi gender”. Jurnal keuangan

& bisnis. Vol.3, No.2, Juli.

Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI). 2013. “Standar Auditing (SA) 240:

Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit

77

atas Laporan Keuangan Pertimbangan atas Kecurangan dalam Audit

Laporan Keuangan”. Jakarta: Salemba Empat.

Mafiana. 2016. “Pendeteksian Kecurang Laporan Keuangan Menggunakan

Fraud Diamond”. Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE). Vol. 23, No. 1,

Maret.

Milgram, S. 1963. “Behavioral study of obedience”. Journal of Abnormal and

Social Psychology.

Milgram, S. 1974. “Obedience to Authority An Experimental View”. USA :

Harper & Row Publisher Inc.

Mulia, Anisa Sekar. 2012. “Mengungkap Pemahaman Tentang Akuntansi Dari

Kecerdasan Emosional, Spiritual Dan Sosial Mahasiswa”. Jurnal

Akuntansi multiparadigma, Universitas Brawijaya, Volume 3, No. 3

Murphy, P. R. and B. W. Mayhew. 2012. “The Impact of Authority on

Reporting Behavior”. Working Paper, SSRN.

Permatasari, Meilia. 2016. “Pengaruh Penerapan Reward And Punishment Dan

Job Rotation Terhadap Fraud: Sebuah Studi Eksperimen”. Repository

Univesitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Prasetyo, Whedy. 2012. “Perbedaan Persepsi Nilai-Nilai Spiritualitas Pelaku

Akuntansi (Manajer dan Praktisi) terhadap Akuntansi Kreatif”. Prosiding

Konferensi Nasional Pendidikan Akuntansi Indonesia, Jurusan Akuntansi

FEB Universitas Brawijaya & IAI KAPd

Rafinda, Ascaryan. 2013. “Kemampuan Prediksi Faktor Situasional dan Faktor

Individual pada Perilaku Kecurangan Pelaporan”. Jurnal dan Prosiding

SNA - Simposium Nasional Akuntansi.

Ranoh, Ayub. 1999. “Pemimpin Kharismatis”. Jakarta: Gunung mulia

Sekaran, Uma. 2009. “Research Methods for Business (ebook)”. John Willey and

Son Ltd.

Sari, R.N. 2014. “Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Kecerdasan Spritual

Terhadap Perilaku Etis Para Profesional Akuntansi (Studi Empiris pada

BUMN di kota Padang)”. Jurnal Universitas Negri Padang. Vol 3, No. 2.

Sugiyono. 2007. “Statistik Non Parametris”. Bandung: Alfabeta.

Sujarweni, V.W. dan Poly E. 2012. “Statistika untuk Penelitian”. Jakarta: Graha

Ilmu

Scofield, S. B., T. J. Phillips Jr., and C. D. Bailey.. 2004. “An Empirical

Reanalysis of the Selection-Socialization Hypothesis: A Research Note”.

Accounting, Organizations and Society 29: 543-563.

78

Sofyani, H. dan Nadia, Rahma., 2015. “Pengaruh Faktor Pendidikan Karakter

Keagamaan Dan Otoritas Atasan Untuk Berbuat Curang Terhadap

Perilaku Tidak Etis Akuntan”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia.

Vol. 12, No. 2, Desember.

Sofyani, H. dan Y. D. Pramita., 2014. “Otoritas Atasan, Retaliasi dan

Locus of Control sebagai Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perilaku

Manipulasi Laporan Realisasi Anggaran”. Jurnal Reviu Akuntansi dan

Keuangan, Vol. 3, No. 2, Oktober.

Tinwarul, Fathinah., 2012. “Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan

Intelektual, dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Kinerja Auditor.

Skripsi”.Universitas Negeri Yogyakarta.

Tuanakotta, Theodorus., 2010. “Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif”.

Jakarta: Salemba Empat.

Urumsah, Dekar, Aditya Pandu W., dan Adhetra Januar Putra P. 2016. “Dampak

kecerdasan spiritual terhadap niat melakukan kecurangan”. Jurnal

Akuntansi & Auditing Indonesia. Vol. 20, No. 1, Juni.

Wolfe, David T., and Dana R. Hermanson. 2004. “The Fraud Diamond:

Considering the Four Elements of Fraud”. CPA Journal 74.12, 38-42.

Zohar, Zanah dan Ian Marshall., 2007. “Kecerdasan Spiritual”. Terjemahan

oleh Mizan. Jakarta: Mizan.

79

LAMPIRAN-LAMPIRAN

80

LAMPIRAN 1 Surat Keterangan Penelitian

81

SURAT KETERANGAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, Dosen pengampu mata kuliah Akuntansi

Perbankan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, menerangkan bahwa:

Nama: Irwansyah

NIM: 11140820000047

Judul: Pengaruh Kecerdasan Spiritual dan Otoritas Atasan untuk Melakukan

Fraud terhadap Kecurangan Pelaporan Keuangan oleh Akuntan

Bahwa nama tersebut telah benar-benar melakukan penelitian di kelas Akuntansi

Perbankan semester enam (6) pada tanggal 19 April 2018.

Demikianlah surat ini dibuat dengan sebenarnya agar dapat dipergunakan

sebagaimana mestinya.

Jakarta, 19 April 2018

Zuwesty Eka Putri, M.Ak

NIP: 198004162009012006

82

LAMPIRAN 2 Hasil Pilot Test

83

Hasil Uji Validitas Pilot Test Variabel Kecerdasan Spiritual

Valid Pearson

Correlation

Sig. (2-tailed) N Keterangan

SQ1 0,340 0,143 20 Tidak Valid

SQ2 0,374 0,104 20 Tidak Valid

SQ3 0,021 0,931 20 Tidak Valid

SQ4 0,450* 0,047 20 Valid

SQ5 0,138 0,563 20 Tidak Valid

SQ6 0,459* 0,042 20 Valid

SQ7 0,192 0,416 20 Tidak Valid

SQ8 0,274 0,243 20 Tidak Valid

SQ9 0,294 0,208 20 Tidak Valid

SQ10 0,370 0,108 20 Tidak Valid

SQ11 0,008 0,975 20 Tidak Valid

SQ12 0,482* 0,031 20 Valid

SQ13 0,733**

0,000 20 Valid

SQ14 0,586**

0,007 20 Valid

SQ15 0,428 0,060 20 Tidak Valid

SQ16 0,445* 0,050 20 Valid

SQ17 0,372 0,106 20 Tidak Valid

SQ18 0,428 0,060 20 Tidak Valid

SQ19 -0,061 0,797 20 Tidak Valid

SQ20 -0,115 0,629 20 Tidak Valid

SQ21 0,313 0,179 20 Tidak Valid

SQ22 0,334 0,150 20 Tidak Valid

SQ23 0,272 0,246 20 Tidak Valid

SQ24 0,445* 0,049 20 Valid

SQ25 0,121 0,612 20 Tidak Valid

SQ26 -0,270 0,250 20 Tidak Valid

SQ27 0,363 0,116 20 Tidak Valid

SQ28 0,665**

0,001 20 Valid

SQ29 0,399 0,081 20 Tidak Valid

SQ30 0,537* 0,015 20 Valid

SQ31 0,492* 0,028 20 Valid

SQ32 0,421 0,065 20 Tidak Valid

SQ33 0,320 0,169 20 Tidak Valid

SQ34 -0,080 0,736 20 Tidak Valid

Bersambung pada halaman berikutnya

84

Valid Pearson

Correlation

Sig. (2-tailed) N Keterangan

SQ35 -0,341 0,141 20 Tidak Valid

SQ36 -0,412 0,071 20 Tidak Valid

SQ37 0,345 0,136 20 Tidak Valid

SQ38 0,349 0,132 20 Tidak Valid

SQ39 0,539* 0,014 20 Valid

SQ40 0,216 0,361 20 Tidak Valid

SQ41 0,293 0,209 20 Tidak Valid

SQ42 0,554* 0,011 20 Valid

SQ43 0,359 0,120 20 Tidak Valid

SQ44 0,235 0,318 20 Tidak Valid

SQ45 0,206 0,383 20 Tidak Valid

Hasil Uji Reliabilitas Pilot Test Variabel Kecerdasan Spiritual

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 20 100,0

a. Listwise deletion based on all

variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's

Alpha Based on

Standardized

Items N of Items

,712 ,751 45

Bersambung pada halaman berikutnya

85

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Squared Multiple

Correlation

Cronbach's Alpha

if Item Deleted

VAR00001 158,3500 110,345 ,260 . ,703

VAR00002 158,8000 109,221 ,290 . ,701

VAR00003 158,6000 116,779 -,066 . ,721

VAR00004 158,6500 108,134 ,377 . ,697

VAR00005 158,6500 114,661 ,069 . ,713

VAR00006 157,5500 111,524 ,420 . ,701

VAR00007 157,8500 113,082 ,097 . ,713

VAR00008 158,8500 109,818 ,142 . ,714

VAR00009 157,6000 112,463 ,235 . ,706

VAR00010 157,5000 111,842 ,320 . ,703

VAR00011 158,7500 117,776 -,112 . ,731

VAR00012 159,5500 108,997 ,425 . ,697

VAR00013 158,8000 102,168 ,688 . ,678

VAR00014 159,4500 104,155 ,516 . ,687

VAR00015 158,6000 107,411 ,339 . ,698

VAR00016 158,6500 107,818 ,367 . ,697

VAR00017 158,5500 110,366 ,304 . ,702

VAR00018 158,2000 110,379 ,373 . ,700

VAR00019 158,7500 117,776 -,127 . ,721

VAR00020 158,1500 119,503 -,199 . ,728

VAR00021 158,0000 111,579 ,245 . ,705

VAR00022 157,9500 111,418 ,270 . ,704

VAR00023 157,9000 112,621 ,209 . ,707

VAR00024 158,0500 107,734 ,366 . ,697

VAR00025 158,5000 114,684 ,023 . ,718

VAR00026 158,5500 122,261 -,343 . ,734

VAR00027 157,5500 111,945 ,313 . ,703

VAR00028 158,2500 107,566 ,630 . ,691

VAR00029 158,1500 112,345 ,360 . ,703

VAR00030 158,1000 108,516 ,487 . ,695

VAR00031 157,8000 108,168 ,430 . ,695

VAR00032 158,9000 108,095 ,338 . ,698

VAR00033 157,6500 112,134 ,263 . ,705

VAR00034 157,7500 118,513 -,158 . ,724

Bersambung pada halaman berikutnya

86

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Squared Multiple

Correlation

Cronbach's Alpha

if Item Deleted

VAR00035 159,9500 124,155 -,415 . ,739

VAR00036 159,5000 125,000 -,477 . ,740

VAR00037 158,2000 110,800 ,275 . ,703

VAR00038 158,2000 112,063 ,297 . ,704

VAR00039 158,5500 106,787 ,477 . ,692

VAR00040 158,4000 112,674 ,126 . ,711

VAR00041 157,8000 112,800 ,240 . ,706

VAR00042 158,3000 105,063 ,482 . ,689

VAR00043 158,1000 110,832 ,293 . ,703

VAR00044 158,9000 112,516 ,153 . ,709

VAR00045 159,1500 112,450 ,098 . ,714

87

LAMPIRAN 3 Kuesioner dan Kasus Penelitian

88

KUESIONER PENELITIAN

A

Semua data yang anda berikan digunakan untuk kepentingan uji

statistik pengujian hipotesis penelitian. Setiap data yang anda berikan

akan di jaga kerahasiannya

~ Terima kasih ~

89

KUESIONER PENELITIAN

Harap isi biodata saudara/i terlebih dahulu pada formulir di bawah ini:

(Data ini hanya untuk kepentingan penelitian. Setiap data yang anda berikan akan di jaga kerahasiannya).

Umur : .................... Tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki Perempuan

Tahun Masuk : .............................................................................................

Mata kuliah yang sudah diambil : Pengauditan 1

Pengauditan 2

Berilah tanda silang (X) pada pernyataan yang ada di bawah ini sesuai dengan

tingkat kesetujuan Anda pada kolom yang telah disediakan.

SS= Sangat Setuju; S= Setuju; N= Neteral; TS= Tidak Setuju; dan STS= Sangat

Tidak Setuju

No Pernyataan STS TS N S SS

1 Saya mudah akrab dengan teman yang baru saya

kenal

2 Saya dapat merasakan kehadiran Tuhan pada setiap

aktivitas saya

3 Terkadang muncul rasa terpaksa untuk melakukan

perbuatan tertentu

4 Saya selalu sabar dalam menghadapi kesulitan

5 Terkadang saya bertanya mengapa harus saya yang

menerima cobaan

6 Saya merasa iri melihat kondisi orang lain yang

lebih sehat dari saya

7 Beramal atau beribadah bagi saya hanya sekadar

menjalankan perintah agama

8 Saya mengorbankan rasa ego saya untuk membantu

orang lain, meskipun saya tidak mengenalnya

90

No Pernyataan STS TS N S SS

9 Saya selalu bersedekah tanpa diminta

10 Saya berpikir sekecil apapun makluk pasti memiliki

hubungan dengan yang lainnya

11 Saya mengikuti kajian agama untuk memahami

ilmu-ilmu agama

12 Saat berbuat baik, saya ingin orang melihat apa

yang saya lakukan

91

KODE : A

Pada tahap ini, saudara/i diminta untuk membaca cerita dibawah ini,

kemudian memberikan pendapat (bukan jawaban) atas pertanyaan yang

diajukan.

Laporan Realisasi Anggaran dan Kinerja

Doni adalah seorang staf keuangan di dinas ABC Propinsi XYZ.

Berdasarkan peraturan, kinerja dinas ABC diukur berdasarkan penyerapan

anggaran. Jika anggaran dinas terserap seluruhnya, maka kinerja dinas akan

dinilai bagus. Bagusnya kinerja dinas akan berdampak pada penerimaan anggaran

tahun mendatang yang lebih tinggi atau minimal sama dengan anggaran tahun

sekarang. Oleh karena penilaian dinas ABC diukur dengan tingkat penyerapan

anggaran tersebut, maka Kepala Dinas selaku atasan Doni memberikan tugas

kepada Doni untuk mengelola keuangan dinas dan juga melaporkan realisasi

anggaran dinas sebaik-baiknya.

Pada tahun berjalan sekarang, Doni sadar bahwa penyerapan anggaran di

dinasnya masih rendah, hanya berkisar 60% dari dana yang dianggarkan. Padahal

tahun berjalan anggaran akan segera berakhir tiga bulan lagi. Jika dalam kurun

waktu tiga bulan ke depan anggaran tidak terserap, maka besar kemungkinan

anggaran dinas tahun depan akan dikurangi oleh badan anggaran.

Untuk memperlihatkan bahwa anggaran terserap, Doni bisa saja

menyiasatinya dengan membuat laporan anggaran mark-up. Sepengalaman Doni

dalam membuat laporan realisasi anggaran, ia berkesimpulan bahwa jika laporan

dibuat dengan melakukan mark-up maksimal 10% maka anggaran akan

dilaporkan terserap seluruhnya, dan ia yakin hal itu akan ditolerir oleh Badan

Pengawas Keuangan (BPK), sehingga tidak dinilai sebagai kecurangan yang

membawanya ke kasus hukum.

Dalam posisi ini, Doni bingung apakah harus melaporkan realisasi

anggaran dengan wajar tetapi kinerja instansi akan dinilai rendah, atau membuat

laporan realisasi anggaran dengan mark up tetapi kinerja instansi akan dinilai

92

bagus. Jika kinerja dinilai rendah, maka anggaran tahun depan akan rendah pula.

Hal itu akan berimbas pada kesejahteraan pegawai di instansi yang juga menurun.

Sebaliknya, jika anggaran tetap tinggi, maka uang tersebut bisa digunakan

untuk memberikan tunjangan kepada pegawai dan meningkatkan kesejahteraan

pegawai instansi. Dengan demikian Doni akan menolong banyak pegawai dinas

dalam meningkatkan penghasilan mereka yang digunakan untuk keperluan

sekolah anak-anak para pegawai, kebutuhan rumah tangga, dan untuk keperluan

lainnya.

Dalam kasus ini, Doni sendiri tidak mendapatkan insentif atau sangsi

(hukuman) apapun dan dari siapapun atas tindakannya apakah melaporkan

realisasi anggaran dengan nilai sesungguhnya dan kinerja akan tampak rendah,

ataupun melaporkan realisasi anggaran dengan melakukan mark-up tetapi kinerja

tampak tinggi.

Jika anda adalah Doni, apakah yang anda akan lakukan? (beri tanda

silang (X) pada jawaban Anda; a atau b)

a. Membuat laporan realisasi anggaran dengan mark up 10%.

b. Membuat laporan realisasi anggaran sesuai dengan yang sesungguhnya,

tanpa mark up.

93

KUESIONER PENELITIAN

B

Semua data yang anda berikan digunakan untuk kepentingan uji

statistik pengujian hipotesis penelitian. Setiap data yang anda berikan

akan di jaga kerahasiannya

~ Terima kasih ~

94

KUESIONER PENELITIAN

Harap isi biodata saudara/i terlebih dahulu pada formulir di bawah ini:

(Data ini hanya untuk kepentingan penelitian. Setiap data yang anda berikan akan di jaga kerahasiannya).

Umur : .................... Tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki Perempuan

Tahun Masuk : .............................................................................................

Mata kuliah yang sudah diambil : Pengauditan 1

Pengauditan 2

Berilah tanda silang (X) pada pernyataan yang ada di bawah ini sesuai dengan

tingkat kesetujuan Anda pada kolom yang telah disediakan.

SS= Sangat Setuju; S= Setuju; N= Neteral; TS= Tidak Setuju; dan STS= Sangat

Tidak Setuju

No Pernyataan STS TS N S SS

1 Saya mudah akrab dengan teman yang baru saya

kenal

2 Saya dapat merasakan kehadiran Tuhan pada setiap

aktivitas saya

3 Terkadang muncul rasa terpaksa untuk melakukan

perbuatan tertentu

4 Saya selalu sabar dalam menghadapi kesulitan

5 Terkadang saya bertanya mengapa harus saya yang

menerima cobaan

6 Saya merasa iri melihat kondisi orang lain yang

lebih sehat dari saya

7 Beramal atau beribadah bagi saya hanya sekadar

menjalankan perintah agama

8 Saya mengorbankan rasa ego saya untuk membantu

orang lain, meskipun saya tidak mengenalnya

95

No Pernyataan STS TS N S SS

9 Saya selalu bersedekah tanpa diminta

10 Saya berpikir sekecil apapun makluk pasti memiliki

hubungan dengan yang lainnya

11 Saya mengikuti kajian agama untuk memahami

ilmu-ilmu agama

12 Saat berbuat baik, saya ingin orang melihat apa

yang saya lakukan

96

KODE : B

Pada tahap ini, saudara/i diminta untuk membaca cerita dibawah ini,

kemudian memberikan pendapat (bukan jawaban) atas pertanyaan yang

diajukan.

Laporan Realisasi Anggaran dan Kinerja

Doni adalah seorang staf keuangan di dinas ABC propinsi XYZ.

Berdasarkan peraturan, kinerja dinas ABC diukur berdasarkan penyerapan

anggaran. Jika anggaran dinas terserap seluruhnya, maka kinerja dinas akan

dinilai bagus. Bagusnya kinerja dinas akan berdampak pada penerimaan anggaran

tahun mendatang yang lebih tinggi atau minimal sama dengan anggaran tahun

sekarang.

Oleh karena penilaian dinas ABC diukur dengan tingkat penyerapan

anggaran tersebut, maka Kepala Dinas selaku pemberi otoritas keuangan kepada

Doni yang berlaku sebagai staf keuangan dinas, meminta Doni untuk melaporkan

realisasi anggaran yang lebih tinggi dari nilai sesungguhnya. Hal itu dikarenakan

pada tahun berjalan sekarang, penyerapan anggaran di dinasnya masih rendah,

hanya berkisar 60% dari dana yang dianggarkan. Padahal tahun berjalan anggaran

akan segera berakhir tiga bulan lagi. Jika dalam kurun waktu tiga bulan ke depan

anggaran tidak terserap, maka besar kemungkinan anggaran dinas tahun depan

akan dikurangi oleh badan anggaran.

Kepala Dinas menyampaikan, untuk memperlihatkan bahwa anggaran

terserap, maka Doni diberikan otoritas dalam membuat laporan realisasi anggaran

dengan melakukan mark-up maksimal 10%. Mark-up yang tidak lebih dari 10%

ditolerir oleh BPK sehingga tidak dinilai sebagai kecurangan melainkan hanya

dinilai sebagai inefesiensi pengelolaan keuangan instansi.

Kepala Dinas juga meyakinkan kepada Doni, jika pelaporan tidak

melakukan mark-up, maka kinerja instansi akan dinilai rendah, dan anggaran

tahun mendatang akan dikurangi. Hal itu akan berimbas pada kesejahteraan

pegawai di instansi yang juga menurun, karena jika anggaran tetap tinggi, maka

uang tersebut bisa digunakan untuk memberikan tunjangan kepada pegawai dan

meningkatkan kesejahteraan pegawai instansi. Dengan demikian Doni akan

97

menolong banyak pegawai dinas dalam meningkatkan penghasilan mereka yang

digunakan untuk keperluan sekolah anak-anak para pegawai, kebutuhan rumah

tangga, dan untuk keperluan lainnya.

Jika pelaporan yang dibuat Doni tidak sesuai dengan kehendak Kepala

Dinas dan berujung pada kinerja instansi dinilai rendah dan tahun mendatang

anggaran untuk intansi juga rendah, maka Doni terancam dikurangi tunjangan

gajinya dan mendapat hambatan karir dari Kadin. Hal itu tentu berimbas pada

menurunnya kesejahteraan Doni dan keluarganya.

Jika anda adalah Doni, apakah yang anda akan lakukan? (beri tanda

silang (X) pada jawaban Anda; a atau b)

a. Membuat laporan realisasi anggaran sesuai dengan yang sesungguhnya,

tanpa mark up.

b. Membuat laporan realisasi anggaran dengan mark up 10%.

98

LAMPIRAN 4 Daftar Identitas Responden

99

DAFTAR IDENTITAS RESPONDEN

No

Jenis

Kelamin Angkatan Umur Audit 1 dan 2

1 2 3 21 1

2 1 2 21 1

3 1 1 23 1

4 2 3 20 1

5 1 3 20 1

6 1 3 21 1

7 2 3 20 1

8 2 3 21 1

9 2 3 20 1

10 2 3 20 1

11 2 3 20 1

12 2 3 20 1

13 2 3 20 1

14 2 2 21 1

15 2 3 20 1

16 2 2 22 1

17 1 3 21 1

18 1 3 20 1

19 2 3 20 1

20 1 3 20 1

21 2 3 20 1

22 2 3 20 1

23 2 3 20 1

24 2 3 20 1

25 2 3 20 1

26 2 3 20 1

27 2 3 20 1

28 1 3 20 1

29 2 3 20 1

30 2 3 21 1

31 2 3 20 1

32 2 3 20 1

33 2 3 21 1

34 2 3 20 1

35 1 3 21 1

36 1 3 20 1

Bersambung pada halaman berikutnya

100

No

Jenis

Kelamin Angkatan Umur Audit 1 dan 2

37 2 3 20 1

38 2 3 20 1

39 2 3 21 1

40 1 3 21 1

41 2 3 21 1

42 2 3 20 1

43 2 3 20 1

44 2 3 20 1

45 2 3 20 1

46 1 3 20 1

47 2 3 20 1

48 1 2 22 1

49 1 2 21 1

50 1 3 20 1

51 2 3 20 1

52 1 3 21 1

53 2 3 20 1

54 1 3 21 1

55 1 3 20 1

56 2 3 20 1

57 2 3 20 1

Jenis Kelamin : 1 = Laki-laki

2 = Wanita

Angkatan : 1 = 2013

2 = 2014

3 = 2015

DAFTAR IDENTITAS RESPONDEN (Lanjutan)

101

LAMPIRAN 5 Daftar Jawaban Responden

102

JAWABAN RESPONDEN VARIABEL KECERDASAN SPIRITUAL

Responden SQ1 SQ2 SQ3 SQ4 SQ5 SQ6 SQ7 SQ8 SQ9 SQ10 SQ11 SQ12

Kasus

A 1 4 5 2 4 2 3 4 4 4 4 4 4

A 2 3 5 2 3 2 3 4 3 5 5 5 4

A 3 4 3 2 4 4 4 5 5 4 3 3 4

A 4 4 5 3 4 2 4 5 4 4 4 4 4

A 5 2 3 1 3 2 2 2 3 3 3 2 4

A 6 3 4 3 4 3 3 2 3 3 4 4 3

A 7 3 4 2 3 3 2 3 3 3 5 3 4

A 8 4 5 2 4 1 2 4 4 4 5 5 3

A 9 4 3 2 2 2 3 3 3 3 4 3 3

A 10 4 5 1 4 1 2 5 3 4 5 5 4

A 11 4 5 3 3 3 3 4 4 5 4 4 4

A 12 3 5 3 3 2 2 4 3 3 4 3 4

A 13 4 5 3 4 5 3 5 4 4 5 4 5

A 14 4 5 3 4 2 3 5 3 3 4 3 5

A 15 3 5 3 4 2 3 4 4 4 4 5 1

A 16 4 5 2 4 4 4 4 2 4 5 4 5

A 17 4 5 3 4 3 5 4 5 4 4 4 4

A 18 2 2 1 3 1 3 3 3 3 5 4 4

A 19 3 4 3 3 3 3 4 3 4 5 3 2

A 20 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4

102

103

JAWABAN RESPONDEN VARIABEL KECERDASAN SPIRITUAL

Responden SQ1 SQ2 SQ3 SQ4 SQ5 SQ6 SQ7 SQ8 SQ9 SQ10 SQ11 SQ12

Kasus

A 21 3 5 3 3 3 4 4 4 4 5 5 4

A 22 3 4 2 2 2 3 3 3 3 4 3 4

A 23 4 5 2 3 3 3 4 3 5 5 3 4

A 24 5 4 4 5 1 2 4 5 5 4 4 4

A 25 3 4 3 3 2 2 3 4 4 4 4 4

A 26 2 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4

A 27 4 4 2 4 4 4 5 5 4 5 4 5

A 28 4 5 3 4 4 3 5 3 3 5 5 5

A 29 4 5 3 3 4 5 5 3 3 5 5 5

B 30 4 5 2 3 3 3 4 3 5 5 3 4

B 31 4 4 3 4 4 4 5 4 4 4 3 4

B 32 4 5 2 4 4 3 4 5 5 5 5 4

B 33 4 4 3 5 5 3 4 3 4 5 5 4

B 34 2 4 2 3 4 4 4 4 3 4 4 4

B 35 4 4 2 4 1 4 4 3 3 4 5 5

B 36 4 4 3 4 2 4 4 3 4 4 4 2

B 37 3 5 3 4 2 2 5 4 4 4 4 5

B 38 5 5 2 3 2 4 4 5 4 5 3 4

B 39 4 5 1 4 1 4 5 5 4 5 4 5

B 40 2 5 2 4 4 5 5 4 4 5 4 5

B 41 4 5 3 4 3 3 5 4 4 4 4 5

B 42 3 5 3 4 4 4 4 4 4 5 4 4

Bersambung pada halaman berikutnya

103

104

JAWABAN RESPONDEN VARIABEL KECERDASAN SPIRITUAL

Responden SQ1 SQ2 SQ3 SQ4 SQ5 SQ6 SQ7 SQ8 SQ9 SQ10 SQ11 SQ12

Kasus

B 43 4 3 3 3 2 3 3 3 3 4 4 3

B 44 4 3 2 3 3 3 3 3 5 4 3 4

B 45 4 5 3 3 2 2 3 4 4 4 3 3

B 46 4 5 3 4 4 4 4 5 4 5 5 5

B 47 4 5 2 4 2 3 3 5 4 5 5 4

B 48 4 3 2 3 2 3 4 4 4 4 3 4

B 49 3 3 4 5 2 2 3 3 4 3 3 2

B 50 4 4 4 4 4 5 4 4 3 4 4 4

B 51 5 4 2 4 1 4 5 3 3 3 3 4

B 52 4 4 3 4 2 3 2 2 4 4 3 5

B 53 4 5 2 3 2 3 4 4 3 3 2 5

B 54 3 4 3 4 4 5 5 4 5 4 3 5

B 55 4 3 2 4 1 2 5 3 3 4 3 4

B 56 3 4 2 4 2 3 2 5 4 4 3 3

B 57 5 5 1 4 3 2 5 3 4 5 4 3

104

105

DAFTAR JAWABAN KASUS RESPONDEN

Responden Kceurangan

Responden Kecurangan

Responden Kecurangan

1 0

21 0

41 0

2 0

22 0

42 0

3 0

23 0

43 1

4 1

24 0

44 1

5 0

25 1

45 1

6 0

26 0

46 0

7 1

27 0

47 1

8 0

28 0

48 1

9 0

29 1

49 1

10 0

30 0

50 1

11 0

31 1

51 1

12 0

32 0

52 1

13 0

33 0

53 1

14 0

34 1

54 0

15 1

35 1

55 1

16 0

36 0

56 1

17 0

37 1

57 0

18 1

38 0

19 0

39 1

20 0

40 0

105

106

LAMPIRAN 6 Output Hasil pengolahan Data

107

Karakteristik Profil Responden

Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Mata Kuliah yang Telah

diambil

Mata Kuliah

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Pengauditan 1 57 100,0 100,0 100,0

Mata Kuliah

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Pengauditan 2 57 100,0 100,0 100,0

Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Laki-Laki 18 31,6 31,6 31,6

Perempuan 39 68,4 68,4 100,0

Total 57 100,0 100,0

Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia

Umur

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid 20 39 68,4 68,4 68,4

21 15 26,3 26,3 94,7

22 2 3,5 3,5 98,2

23 1 1,8 1,8 100,0

Total 57 100,0 100,0

108

Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Angkatan

Angkatan

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid 2013 1 1,8 1,8 1,8

2014 5 8,8 8,8 10,5

2015 51 89,5 89,5 100,0

Total 57 100,0 100,0

109

Hasil Uji Validitas Kecerdasan Spiritual

Correlations

SQ1 SQ2 SQ3 SQ4 SQ5 SQ6 SQ7 SQ8 SQ9 SQ10 SQ11 SQ12

Total Skor Kecerdasan

Spiritual

SQ1 Pearson Correlation 1 ,243 ,031 ,291* -,108 -,023 ,317* ,166 ,229 ,062 ,046 ,099 ,365**

Sig. (2-tailed) ,069 ,820 ,028 ,424 ,868 ,016 ,218 ,086 ,648 ,733 ,463 ,005

N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57

SQ2 Pearson Correlation ,243 1 ,093 ,152 ,171 ,110 ,397** ,242 ,287* ,431** ,388** ,242 ,622**

Sig. (2-tailed) ,069 ,493 ,260 ,204 ,414 ,002 ,070 ,030 ,001 ,003 ,070 ,000

N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57

SQ3 Pearson Correlation ,031 ,093 1 ,278* ,285* ,146 ,013 ,044 ,064 -,213 ,109 -,126 ,293*

Sig. (2-tailed) ,820 ,493 ,036 ,031 ,277 ,923 ,745 ,635 ,112 ,417 ,352 ,027

N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57

SQ4 Pearson Correlation ,291* ,152 ,278* 1 ,091 ,043 ,302* ,247 ,215 -,002 ,316* ,051 ,471**

Sig. (2-tailed) ,028 ,260 ,036 ,500 ,749 ,022 ,064 ,108 ,986 ,017 ,708 ,000

N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57

SQ5 Pearson Correlation -,108 ,171 ,285* ,091 1 ,464** ,233 ,086 ,163 ,281* ,158 ,252 ,579**

Sig. (2-tailed) ,424 ,204 ,031 ,500 ,000 ,081 ,525 ,225 ,034 ,241 ,059 ,000

N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57

SQ6 Pearson Correlation -,023 ,110 ,146 ,043 ,464** 1 ,326* ,220 -,017 ,082 ,170 ,303* ,530**

Sig. (2-tailed) ,868 ,414 ,277 ,749 ,000 ,013 ,101 ,903 ,545 ,206 ,022 ,000

109

110

N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57

SQ7 Pearson Correlation ,317* ,397** ,013 ,302* ,233 ,326* 1 ,192 ,118 ,204 ,244 ,372** ,645**

Sig. (2-tailed) ,016 ,002 ,923 ,022 ,081 ,013 ,153 ,380 ,128 ,067 ,004 ,000

N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57

SQ8 Pearson Correlation ,166 ,242 ,044 ,247 ,086 ,220 ,192 1 ,317* ,046 ,156 ,092 ,468**

Sig. (2-tailed) ,218 ,070 ,745 ,064 ,525 ,101 ,153 ,016 ,735 ,248 ,498 ,000

N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57

SQ9 Pearson Correlation ,229 ,287* ,064 ,215 ,163 -,017 ,118 ,317* 1 ,265* ,129 -,036 ,423**

Sig. (2-tailed) ,086 ,030 ,635 ,108 ,225 ,903 ,380 ,016 ,047 ,338 ,788 ,001

N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57

SQ10 Pearson Correlation ,062 ,431** -,213 -,002 ,281* ,082 ,204 ,046 ,265* 1 ,546** ,172 ,469**

Sig. (2-tailed) ,648 ,001 ,112 ,986 ,034 ,545 ,128 ,735 ,047 ,000 ,202 ,000

N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57

SQ11 Pearson Correlation ,046 ,388** ,109 ,316* ,158 ,170 ,244 ,156 ,129 ,546** 1 ,045 ,542**

Sig. (2-tailed) ,733 ,003 ,417 ,017 ,241 ,206 ,067 ,248 ,338 ,000 ,742 ,000

N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57

SQ12 Pearson Correlation ,099 ,242 -,126 ,051 ,252 ,303* ,372** ,092 -,036 ,172 ,045 1 ,452**

Sig. (2-tailed) ,463 ,070 ,352 ,708 ,059 ,022 ,004 ,498 ,788 ,202 ,742 ,000

N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57

Total

Skor

Pearson Correlation ,365** ,622** ,293* ,471** ,579** ,530** ,645** ,468** ,423** ,469** ,542** ,452** 1

Sig. (2-tailed) ,005 ,000 ,027 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,001 ,000 ,000 ,000

110

111

Kecer

dasan

Spirit

ual

N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

111

112

Hasil Uji Reliabilitas Kecerdasan Spiritual

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 57 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 57 100,0

a. Listwise deletion based on all

variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,712 12

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

SQ1 3,63 ,747 57

SQ2 4,33 ,787 57

SQ3 2,47 ,734 57

SQ4 3,61 ,648 57

SQ5 2,67 1,107 57

SQ6 3,25 ,892 57

SQ7 3,98 ,876 57

SQ8 3,65 ,813 57

SQ9 3,82 ,658 57

SQ10 4,32 ,631 57

SQ11 3,79 ,818 57

SQ12 3,98 ,876 57

113

Inter-Item Correlation Matrix

SQ1 SQ2 SQ3 SQ4 SQ5 SQ6 SQ7 SQ8 SQ9 SQ10 SQ11 SQ12

SQ1 1,000 ,243 ,031 ,291 -,108 -,023 ,317 ,166 ,229 ,062 ,046 ,099

SQ2 ,243 1,000 ,093 ,152 ,171 ,110 ,397 ,242 ,287 ,431 ,388 ,242

SQ3 ,031 ,093 1,000 ,278 ,285 ,146 ,013 ,044 ,064 -,213 ,109 -,126

SQ4 ,291 ,152 ,278 1,000 ,091 ,043 ,302 ,247 ,215 -,002 ,316 ,051

SQ5 -,108 ,171 ,285 ,091 1,000 ,464 ,233 ,086 ,163 ,281 ,158 ,252

SQ6 -,023 ,110 ,146 ,043 ,464 1,000 ,326 ,220 -,017 ,082 ,170 ,303

SQ7 ,317 ,397 ,013 ,302 ,233 ,326 1,000 ,192 ,118 ,204 ,244 ,372

SQ8 ,166 ,242 ,044 ,247 ,086 ,220 ,192 1,000 ,317 ,046 ,156 ,092

SQ9 ,229 ,287 ,064 ,215 ,163 -,017 ,118 ,317 1,000 ,265 ,129 -,036

SQ10 ,062 ,431 -,213 -,002 ,281 ,082 ,204 ,046 ,265 1,000 ,546 ,172

SQ11 ,046 ,388 ,109 ,316 ,158 ,170 ,244 ,156 ,129 ,546 1,000 ,045

SQ12 ,099 ,242 -,126 ,051 ,252 ,303 ,372 ,092 -,036 ,172 ,045 1,000

Hasil Uji Deskriptif Nilai Tengah Kecerdasan Spiritual

Statistics

Total Skor Kecerdasan

Spiritual

N Valid 57

Missing 0

Mean 43,51

Median 44,00

Mode 40a

Sum 2480

a. Multiple modes exist.

The smallest value is

shown

114

TINGKAT KECERDASAN SPIRITUAL RESPONDEN

Responden

Tingkat

SQ

Responden

Tingkat

SQ

Responden

Tingkat

SQ

1 Tinggi

21 Tinggi

41 Tinggi

2 Tinggi

22 Rendah

42 Tinggi

3 Tinggi

23 Tinggi

43 Rendah

4 Tinggi

24 Tinggi

44 Rendah

5 Rendah

25 Rendah

45 Rendah

6 Rendah

26 Rendah

46 Tinggi

7 Rendah

27 Tinggi

47 Tinggi

8 Rendah

28 Tinggi

48 Rendah

9 Rendah

29 Tinggi

49 Rendah

10 Rendah

30 Tinggi

50 Tinggi

11 Tinggi

31 Tinggi

51 Rendah

12 Rendah

32 Tinggi

52 Rendah

13 Tinggi

33 Tinggi

53 Rendah

14 Tinggi

34 Rendah

54 Tinggi

15 Rendah

35 Rendah

55 Rendah

16 Tinggi

36 Rendah

56 Rendah

17 Tinggi

37 Tinggi

57 Tinggi

18 Rendah

38 Tinggi

19 Rendah

39 Tinggi

20 Tinggi

40 Tinggi

115

HASIL UJI CHI-SQUARE (X2) DAN POST HOC TEST

1. Uji Hipotesis 1

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Kecerdasan Spiritual

(X1) * Kecurangan (Y)

57 100,0% 0 0,0% 57 100,0

%

Kecerdasan Spiritual (X1) * Kecurangan (Y) Crosstabulation

Kecurangan (Y)

Total Tidak Melakukan

Melakuka

n

Kecerdasa

n Spiritual

(X1)

Rendah Count 10 16 26

% within Kecerdasan

Spiritual (X1)

38,5% 61,5% 100,0

%

Tinggi Count 24 7 31

% within Kecerdasan

Spiritual (X1)

77,4% 22,6% 100,0

%

Total Count 34 23 57

% within Kecerdasan

Spiritual (X1)

59,6% 40,4% 100,0

%

Chi-Square Tests

Value df

Asymptotic

Significance (2-

sided)

Exact

Sig. (2-

sided)

Exact

Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 8,916a 1 ,003

Continuity Correctionb 7,371 1 ,007

Likelihood Ratio 9,118 1 ,003

Fisher's Exact Test ,006 ,003

Linear-by-Linear

Association

8,760 1 ,003

N of Valid Cases 57

116

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is

10,49.

b. Computed only for a 2x2 table

2. Uji Hipotesis 2

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Otoritas Atasan

(X2) * Kecurangan

(Y)

57 100,0

%

0 0,0% 57 100,0%

Otoritas Atasan (X2) * Kecurangan (Y) Crosstabulation

Kecurangan (Y)

Total

Tidak

Melakukan Melakukan

Otoritas

Atasan (X2)

Tidak

Ada

Otoritas

Count 23 6 29

% within

Otoritas Atasan

(X2)

79,3% 20,7% 100,0

%

Ada

Otoritas

Count 11 17 28

% within

Otoritas Atasan

(X2)

39,3% 60,7% 100,0

%

Total Count 34 23 57

% within

Otoritas Atasan

(X2)

59,6% 40,4% 100,0

%

117

Chi-Square Tests

Value df

Asymptotic

Significance

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square 9,482a 1 ,002

Continuity Correctionb 7,892 1 ,005

Likelihood Ratio 9,793 1 ,002

Fisher's Exact Test ,003 ,002

Linear-by-Linear

Association

9,315 1 ,002

N of Valid Cases 57

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count

is 11,30.

b. Computed only for a 2x2 table

3. Uji Hipotesis 3a dan 3b

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Kelompok *

Kecurangan (Y)

57 100,0

%

0 0,0% 57 100,0%

Kelompok * Kecurangan (Y) Crosstabulation

Kecurangan (Y)

Total Tidak Melakukan Melakukan

Kelompok Spiritual

Rendah Ada

Otoritas

Count 1 12 13

% within

Kelompok

7,7% 92,3% 100,0%

Spiritual Tinggi

Ada Otoritas

Count 10 5 15

% within

Kelompok

66,7% 33,3% 100,0%

Spiritual

Rendah Tidak

Ada Otoritas

Count 9 4 13

% within

Kelompok

69,2% 30,8% 100,0%

Spiritual Tinggi Count 14 2 16

118

Tidak Ada

Otoritas

% within

Kelompok

87,5% 12,5% 100,0%

Total Count 34 23 57

% within

Kelompok

59,6% 40,4% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymptotic

Significance

(2-sided)

Pearson Chi-Square 20,540a 3 ,000

Likelihood Ratio 22,631 3 ,000

Linear-by-Linear

Association

16,208 1 ,000

N of Valid Cases 57

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The

minimum expected count is 5,25.

4. Uji Post Hoc Test

Kelompok * Kecurangan (Y) Crosstabulation

Adjusted Residual

Kecurangan (Y)

Tidak

Melakukan

Melakuka

n

Kelompok Spiritual Rendah Ada

Otoritas

-4,3 4,3

Spiritual Tinggi Ada

Otoritas

,6 -,6

Spiritual Rendah Tidak

Ada Otoritas

,8 -,8

Spiritual Tinggi Tidak

Ada Otoritas

2,7 -2,7

119

Hasil Data Transform

Adjusted

Standardized

Chi-

Square P-Value Alpha

Kelompok 1 4,3 18,49 0,00002 0,0125

Kelompok 2 -0,6 0,36 0,54851 0,0125

Kelompok 3 -0,8 0,64 0,42371 0,0125

Kelompok 4 -2,7 7,29 0,00693 0,0125