pengaruh kecerdasan spiritual dan otoritas...
TRANSCRIPT
1
PENGARUH KECERDASAN SPIRITUAL DAN OTORITAS
ATASAN UNTUK MELAKUKAN FRAUD TERHADAP
KECURANGAN PELAPORAN KEUANGAN OLEH AKUNTAN
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Irwansyah
NIM: 11140820000047
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1439 H / 2018 M
ii
PENGARUH KECERDASAN SPIRITUAL DAN OTORITAS
ATASAN UNTUK MELAKUKAN FRAUD TERHADAP
KECURANGAN PELAPORAN KEUANGAN OLEH AKUNTAN
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
IRWANSYAH
11140820000047
Di Bawah Bimbingan
Fitri Yani Jalil, S.E., M.Sc.
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 2018
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini, Senin 2 April 2018 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas
mahasiswa/i:
Nama : Irwansyah
No. Induk Mahasiswa : 11140820000047
Jurusan : Akuntansi
Judul Skripsi : Pengaruh Kecerdasan Spiritual dan Otoritas
Atasan untuk Melakukan Fraud terhadap
Kecurangan Pelaporan Keuangan oleh Akuntan
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan
ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 2 April 2018
1. Abdul Hamid Cebba, CPA., MBA. (............................................)
NIP : 19620502 199303 1 003 Penguji I
2. Wilda Farah, S.E., M.Si.Ak,CPA.,CA (..............................................)
NIP : 19830326 200912 2 005 Penguji II
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini, Rabu 6 Juni 2018 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa/i:
Nama : Irwansyah
No. Induk Mahasiswa : 11140820000047
Jurusan : Akuntansi
Judul Skripsi : Pengaruh Kecerdasan Spiritual dan Otoritas
Atasan untuk Melakukan Fraud terhadap
Kecurangan Pelaporan Keuangan oleh Akuntan
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 06 Juni 2018
1. Hepi Prayudiawan, S.E., M.M., Ak., CA. ( )
NIP : 19720516 200901 1 006 Ketua Penguji
2. Atiqah, S.E., M.S.Ak. ( )
NIP : 19820120 200912 2 004 Penguji Ahli
3. Fitri Yani Jalil, S.E., M.Sc. ( )
NIDN : 2004068701 Pembimbing I
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Irwansyah
No. Induk Mahasiswa : 11140820000047
Jurusan : Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya
ini.
Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya melanggar pernyataan ini, maka saya bersedia
mempertanggungjawabkan sekaligus menerima sanksi berdasarkan tata tertib di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak ada unsur
paksaan.
Jakarta, Juni 2018
(Irwansyah)
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Irwansyah
2. Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 4 Juli 1996
3. Jenis Kelamin : Laki-Laki
4. Agama : Islam
5. Anak ke- dari : 3 dari 3
6. Alamat : Jl. Duta, Gang H. Goar
No. 22 RT/RW 05/09
Kel. Sudimara Timur Kec. Ciledug
Tangerang
7. Telpon : 089515228646
8. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. MI (2002-2008) : MI Fatahillah Ciledug
2. MTs (2008-2011) : MTsN 27 Jakarta Barat
3. MA (2011-2014) : MAN 10 Jakarta
4. S1 (2014-2018) : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota OSIS MAN 10 Jakarta (2012-2013)
2. Staf Pengembangan Minat dan Bakat Koperasi Mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta (2015)
3. Kepala Divisi Pengembangan Usaha Koperasi Mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta (2016)
4. Wakil Ketua KKN Cakrawala UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2017)
vii
IV. LATAR BELAKANG ORANG TUA
1. Ayah : Napis
2. Ibu : Maniah
3. Alamat : Jl. Duta, Gang H. Goar
No. 22 RT/RW 05/09
Kel. Sudimara Timur Kec. Ciledug
Tangerang
4. Telepon : 08812145274
viii
THE INFLUENCE OF SPIRITUAL QUOTIENT AND SUPERIOR
AUTHORITY TO CONDUCT FRAUD OF THE FINANCIAL
REPORTING BY ACCOUNTANT
ABSTRACT
This study aimed to examine the influence of spiritual quotient and superior
authority to conduct fraud of the financial reporting by accountants. This study
used experimental method with 2x2 factorial design between subjects. The data
collection technique of this study was case and sample selection, and used the
purposive sampling method. The data analysis method that was used to test the
hypothesis of this study were chi-square (X2) and post hoc test with the help of
IBM SPSS Statistics 24 software.
The result of this study showed that when the spiritual quotient was low,
respondents tend to cheat in making the financial report. Furthermore, when
there was superior authority to conduct fraud, respondents tend to cheat in
making financial report. This study also showed the interaction result when there
was a condition of superior authority to conduct fraud and the spiritual quotient
was low, it could encourage the respondendents to cheat in making financial
report. Likewise, when the interaction of the spiritual condition of the respondent
was high and there was no superior authority to conduct fraud, it could prevent
the cheat in making financial report.
Keywords: spiritual quotient, superior authority, the fraud of the financial
reporting
ix
PENGARUH KECERDASAN SPIRITUAL DAN OTORITAS ATASAN
UNTUK MELAKUKAN FRAUD TERHADAP KECURANGAN
PELAPORAN KEUANGAN OLEH AKUNTAN
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kecerdasan spritual dan
otoritas atasan untuk melakukan fraud terhadap kecurangan pelaporan oleh
akuntan. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain faktorial
2x2 antar subjek. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini berupa kasus dan
pemilihan sampel dalam penelitian ini mengunakan metode purposive sampling.
Metode analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini
adalah uji chi-square (X2) dan post hoc test dengan bantuan software IBM SPSS
Statistics 24.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ketika kecerdasan spiritual rendah,
responden cenderung untuk berbuat curang dalam membuat laporan keuangan.
Selanjutnya ketika terdapat otoritas atasan untuk melakukan fraud, responden
cenderung untuk berbuat curang dalam membuat laporan keuangan. Penelitian ini
juga menunjukan hasil interaksi bahwa ketika terdapat kondisi otoritas atasan
untuk melakukan fraud dan kecerdasan spiritual responden rendah mampu
mendorong untuk berbuat curang dalam membuat laporan keuangan. Begitupun,
ketika interaksi kondisi kecerdasan spiritual responden tinggi dan tidak ada
otoritas atasan untuk melakukan fraud mampu mecegah untuk berbuat curang
dalam membuat laporan keuangan.
Kata Kunci: Kecerdasan Spiritual, Otoritas Atasan, Kecurangan Pelaporan
Keuangan
x
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim.
Assalammualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul: “Pengaruh Kecerdasan Spiritual dan Otoritas Atasan untuk
Melakukan Fraud terhadap Kecurangan Pelaporan Keuangan oleh
Akuntan” dengan lancar. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW teladan bagi insan di muka bumi.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat guna mencapai
gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang telah membantu dalam
proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, syukur Alhamdulillah penulis
haturkan atas kekuatan Allah SWT skripsi ini dapat diselesaikan. Selain itu,
penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
skripsi ini terutama kepada:
1. Ibu dan Bapak yang telah menjadi penyemangat terbesar dan terbaik dalam
hidup dan yang telah memberikan dukungan tiada henti baik berupa doa
maupun kasih sayang berlimpah kepada penulis.
2. Denny Prayudi dan Firmansyah sebagai kaka yang telah memberikan doa,
motivasi, inspirasi dan bantuan yang tiada hentinya kepada penulis.
3. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA. selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
xi
6. Ibu Fitri Yani Jalil, SE., M.Sc. selaku dosen Pembimbing Skripsi yang telah
bersedia meluangkan waktu serta dengan sabar memberikan pengarahan dan
bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
7. Bapak Yusar Sagara, SE., M.Si., Ak., CA., CPMA. Selaku dosen Pembimbing
Akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama menempuh
perkuliahan.
8. Ibu Zuwesty Eka Putri, SE., M.Ak. yang telah memberikan izin untuk
melakukan penelitian di kelas yang diampu.
9. Seluruh Dosen, staf pengajar dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis.
10. Seluruh jajaran karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terimakasih atas
bantuan, perhatian dan pelayanan yang diberikan kepada penulis.
11. Witria Diah S. yang telah memberikan semangat dan meluangkan waktu
disela-sela kesibukkannya untuk menemani dan mendengarkan keluh kesah
penulis dalam proses penulisan skripsi dari awal hingga akhir, Terima kasih
banyak.
12. Idaman (Beka, Indah dan Fifi) yang telah memberikan doa, semangat dan
motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini hingga akhir. Dan
juga telah memberikan semangat dan motivasi selama di perkuliahan.
13. Jombloers (Bagus, Bari dan Riski) yang selalu bersama-sama berjuang dari
semester awal hingga saat ini, dan juga telah memberikan bantuan dan
motivasi selama di perkuliahan.
14. Kepada teman-teman satu bimbingan skripsi Ibu Fitri terutama Ami dan Tiara
yang telah memberikan semangat dan motivasi sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini hingga akhir.
15. Kepada seluruh teman-teman Akuntansi UIN Jakarta Angkatan 2014 terutama
kelas B yang telah meberikan semangat dan bantuan kepada penulis dalam
penyusunan skripsi ini hingga akhir.
16. Kepada Tatas yang telah memberikan arahan dan motivasi dalam proses
penyusunan skripsi ini.
xii
17. Kepada Teman-Teman Pengurus KOPMA UIN Jakarta tahun 2016 yang telah
memberikan dukungan, semangat dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini
hingga akhir.
18. Seluruh anggota KKN Cakrawala, terutama kepada Lukita dan Syania selaku
Sekretaris yang telah membuat laporan selesai dan sertifikat kkn keluar
dengan tepat waktu.
19. Semua pihak yang terlibat yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak.
Jakarta, Juni 2018
Irwansyah
xiii
DAFTAR ISI
COVER DALAM .................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ....................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ................................ v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................... vi
ABSTRACT ........................................................................................................... viii
ABSTRAK ............................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ..............................................................................................1
B. Identifikasi Masalah ......................................................................................5
C. Pembatasan Masalah .....................................................................................5
D. Rumusan Masalah .........................................................................................6
E. Tujuan Penelitian ..........................................................................................6
F. Manfaat Penelitian ........................................................................................7
BAB II ..................................................................................................................... 8
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 8
A. Landasan Teori ..............................................................................................8
1. Teori Obedience (Kepatuhan) .................................................................. 8
2. Kecurangan dalam Akuntansi ................................................................ 10
3. Otoritas Atasan ....................................................................................... 18
4. Kecerdasan Spiritual ............................................................................... 19
B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ................................................................21
C. Pengembangan Hipotesis ............................................................................27
xiv
BAB III ................................................................................................................. 32
METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................ 32
A. Ruang Lingkup Penelitian ...........................................................................32
B. Desain Eksperimen .....................................................................................32
C. Metode Penentuan Sampel ..........................................................................35
1. Populasi dan Sampel .............................................................................. 35
2. Penentuan Sampel .................................................................................. 36
D. Metode Pengumpulan Data .........................................................................37
1. Penelitian Lapangan (Field Research) ................................................... 37
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ..........................................................38
1. Kecerdasan Spiritual (X1) ....................................................................... 38
2. Otoritas Atasan untuk Melakukan Fraud (X2) ...................................... 41
3. Kecurangan pelaporan keuangan (Y) ..................................................... 42
F. Metode Analisis Data ..................................................................................43
1. Statistik Deskriptif .................................................................................. 43
2. Uji Kualitas Data .................................................................................... 43
3. Uji Hipotesis ........................................................................................... 45
BAB IV ................................................................................................................. 47
ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 47
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................47
1. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 47
2. Karakteristik Profil Responden .............................................................. 48
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ....................................................................50
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif .................................................................. 50
2. Hasil Uji Kualitas Data ........................................................................... 53
3. Hasil Uji Hipotesis ................................................................................. 55
C. Pembahasan Hasil Uji Hipotesis .................................................................64
BAB V ................................................................................................................... 71
PENUTUP ............................................................................................................. 71
A. Kesimpulan .................................................................................................71
B. Implikasi......................................................................................................72
xv
C. Keterbatasan ................................................................................................73
D. Saran............................................................................................................74
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 76
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................... 79
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Sebelumnya ....................................................... 22
Tabel 3.1 Desain Eksperimen dan Pengujian Hipotesis 1..................................... 33
Tabel 3.2 Desain Eksperimen dan Pengujian Hipotesis 2..................................... 34
Tabel 3.3 Desain Eksperimen Faktorial dan Pengujian Hipotesis 3a dan 3b ....... 34
Tabel 3.4 Bobot Nilai Kecerdasan Spiritual Berdasarkan Skala Likert ............... 38
Tabel 3.5 Operasionalisasi Variabel Kecerdasan Spiritual .................................. 39
Tabel 3.6 Pengelompokan Responden Berdasarkan Kecerdasan Spiritual ........... 40
Tabel 3.7 Pengelompokan Variabel Otoritas Atasan untuk melakuakn Fraud ... 41
Tabel 3.8 Pengelompokan Variabel Kecurangan Pelaporan ................................ 42
Tabel 4.1 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Mata Kuliah ................... 48
Tabel 4.2 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Angkatan ....................... 49
Tabel 4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Angkatan ....................... 49
Tabel 4.4 Hasil Uji Statistik Nilai Tengah Kecerdasan Spiritual ......................... 50
Tabel 4.5 Hasil Uji Deskriptif Variabel Kecerdasan Spiritual .............................. 51
Tabel 4.6 Hasil Uji Deskriptif Variabel Otoritas Atasan Untuk Melakukan Fraud
............................................................................................................................... 51
Tabel 4.7 Hasil Uji Deskriptif Interaksi Variabel Kecerdasan Spiritual dan
Otoritas Atasan Untuk Melakukan Fraud ............................................................. 52
Tabel 4.8 Hasil Uji Deskriptif Variabel Kecurangan Pelaporan Oleh Akuntan ... 53
Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Variabel Kecerdasan Spiritual ............................... 54
Tabel 4.10 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kecerdasan Spiritual .......................... 55
Tabel 4.11 Uji Hipotesis Kecerdasan Spiritual ..................................................... 55
Tabel 4.12 Hasil Uji Chi-Square Hipotesis 1 ........................................................ 56
Tabel 4.13 Uji Hipotesis Otoritas Atasan ............................................................. 57
Tabel 4.14 Hasil Uji Chi-Square Hipotesis 2 ........................................................ 58
Tabel 4.15 Pengujian Hipotesis H3a dan H3b ...................................................... 59
Tabel 4.16 Hasil Uji Chi-Square Hipotesis 3a dan 3b .......................................... 60
Tabel 4.17 Hasil Adjusted Standardized Residual ................................................ 62
Tabel 4.18 Hasil Post Hoc Test H3a dan H3b ...................................................... 63
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Fraud Triangel ................................................................................. 16
Gambar 2.1 Fraud Diamond ................................................................................ 17
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 31
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 ............................................................................................................ 80
Lampiran 2 ............................................................................................................ 82
Lampiran 3 ............................................................................................................ 87
Lampiran 4 ............................................................................................................ 98
Lampiran 5 .......................................................................................................... 101
Lampiran 6 .......................................................................................................... 106
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akuntan adalah orang yang memiliki kemampuan dalam menyusun
sebuah laporan keuangan. Dalam menyusun laporan keuangan tersebut
seorang akuntan dituntut bekerja secara etis dan sesuai dengan etika profesi
akuntan, tanpa adanya etika dalam menyusun sebuah laporan keuangan,
fungsi dari laporan keuangan tersebut seperti hilang. Karena fungsi dari
laporan keuangan adalah memberikan sebuah informasi secara nyata kepada
para pemangku kepentingan yang akan dipakai untuk pengambilan keputusan.
Dalam beberapa tahun terakhir ini banyak permasalahan mengenai ketidak
etisan para akuntan dalam menyusun laporan keuangan menjadi perhatian dan
menjadi isu penelitian. Perilaku tidak etis akuntan yang paling sering ditemui
adalah pada saat pelaporan keuangan, yaitu proses ketika seorang akuntan
membuat laporan keuangan suatu entitas yang nantinya akan dipublikasikan
kepada para pemangku kepentingan (Sofiyani dan Nadia, 2015).
Menurut Association of Certified Fraud Examinations (ACFE) pada
tahun 2018, terdapat 2.690 kasus fraud diseluruh dunia. Indonesia sendiri
berada di urutan keenam (6) se asia-pasifik yakni dengan 29 kasus fraud.
Penelitian ini dilakukan sejak Januari 2016 hingga Oktober 2017. Kasus
fraud tersebut adalah penyalahgunaan aset, korupsi dan kecurangan pelaporan
keuangan. Menurut data ACFE jumlah persentase penyalahgunaan aset yang
2
terjadi pada tahun 2016 adalah 86,7%, sedangkan pada tahun 2018 jumlah
persentase penyalahgunaan aset meningkat menjadi 89%. Jenis fraud lain
yang juga mengalami peningkatan adalah kasus korupsi. Pada tahun 2016
jumlah persentase kasus korupsi yang terjadi adalah 35,4% dan pada tahun
2018 jumlah persentase kasus korupsi meningkat menjadi 38%. Sedangkan
untuk kasus kecurangan laporan keuangan mengalami peningkatan.
Kecurangan laporan keuangan yang terjadi pada tahun 2016 berjumlah 9,6%
dan pada tahun 2018 meningkat menjadi 10%. Dari data tersebut dapat dilihat
bahwa terjadi peningkatan di semua jenis fraud. Jika dibandingkan dengan
tahun 2014, 2016 dan 2018, jenis fraud yang terus mengalami peningkatan
adalah kecurangan pelaporan keuangan (fraudulent financial statement).
Dengan adanya kecurangan dalam melakukan pelaporan keuangan dapat
mengakibatkan kerugian bagi pihak pemegang saham dan para kreditor.
Perilaku kecurangan pelaporan dalam jumlah kecil maupun besar yang
dilakukan perusahaan dapat menimbulkan ketidakpercayaan investor dan
kreditor serta pemegang kepentingan (stakeholders) lainnya terhadap laporan
keuangan perusahaan (Raab 1987 dalam Sofiyani dan Pramitha 2014).
Segitiga kecurangan (fraud triangle) memperlihatkan tiga alasan mengapa
individu melakukan kecurangan. Alasan tersebut adalah tekanan (pressure),
kesempatan (opportunity), dan rasionalisasi (rationalization) (Cressy, 1953
dalam Tuanakotta, 2010). Selain itu dalam melakukan kecurangan pelaporan
yang kerap terjadi bisa terjadi kerena beberapa faktor, yakni faktor internal
seperti kecerdasan spiritual, penalaran moral, empati dan tanggung jawab,
3
serta faktor eksternal (situasi), seperti otoritas dari atasan untuk melakukan
kecurangan, kesempatan dan tekanan dari orang lain.
Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan
memecahkan persoalan makna dan nilai yang menempatkan perilaku dan
hidup manusia dalam konteks yang lebih luas dan kaya yang memungkinkan
seseorang untuk menyatukan hal-hal yang bersifat intrapersonal dan
interpersonal, serta menjembatani kesenjangan antara diri sendiri dan orang
lain (Zohar dan Marshall, 2002). Dalam berbagai kasus korupsi dan
kecurangan pelaporan yang ada di Indonesia, para pelaku korupsi dan
kecurangan dianggap sebagai seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual
dan keimanan yang tinggi karena sebagai seorang panutan yang seolah-olah
akan jauh dari korupsi dan kecurangan (Urumsah et al., 2016). Dengan
banyaknya kasus korupsi dan kecurangan tersebut memunculkan opini bahwa
orang yang memiliki kecerdasan spiritual dan keimanan yang tinggi, belum
tentu untuk tidak melakukan kecurangan. Kecerdasan spiritual dari individu
saat ini hanya menjadi cover untuk mendapatkan simpati publik dan dampak
dari itu, spiritualitas atau keimanan yang dimiliki oleh individu akan luntur
jika dihadapkan dengan penyimpangan yang menyebabkan kerugian
(Urumsah et al., 2016).
Selain itu terdapat faktor eksternal salah satunya yaitu otoritas atasan
untuk melakukan kecurangan (fraud). Murphy dan Mayhew (2012)
menemukan bahwa otoritas atasan untuk melaporkan lebih dari seharusnya
memengaruhi individu untuk berperilaku tidak etis. dengan mengalihkan atau
4
menggeser tanggung jawab atas perilaku kecurangan tersebut kepada pemberi
otoritas (Bawa dan Yasa, 2015). Dengan begitu faktor eksternal di dalam
penelitian Murphy dan Mayhew (2012) yakni pengaruh otoritas atasan untuk
melakukan kecurangan berpengaruh kepada individu untuk melakukan hal
yang tidak etis yakni kecurangan.
Berdasarkan beberapa argumen di atas, maka penelitian ini akan
menguji Pengaruh Kecerdasan Spiritual Dan Otoritas Atasan Untuk
Melakukan Fraud Terhadap Kecurangan Pelaporan Keuangan oleh
Akuntan. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang
dilakukan Urumsah et al. (2016) yang meneliti tentang, Dampak Kecerdasan
Spiritual Terhadap Niat Melakukan Kecurangan, yang menyatakan bahwa
kecerdasan spiritual individu bukan merupakan pencegah kecurangan. Dalam
penelitian ini diharapkan dapat menunjukan dari dugaan bahwa kecerdasan
spiritual individu dapat menggiring seseorang untuk berperilaku etis dan
mencegah dari berbagai faktor untuk berbuat tidak etis.
Penelitian ini menambahkan faktor kontra yang dikembangkan dari
penelitian Murphy dan Mayhew (2012), Sofyani dan Pramita (2014), Bawa
dan Yasa (2015) dan, Sofyani dan Nadia (2015), yakni otoritas atasan untuk
membuat laporan yang curang. Murphy dan Mayhew (2012) menemukan
bahwa otoritas atasan untuk melaporkan lebih dari seharusnya memengaruhi
individu untuk berperilaku tidak etis dengan mengalihkan atau menggeser
tanggung jawab atas perilaku kecurangan tersebut kepada pemberi otoritas.
Sejalan dengan penelitian Sofiyani dan Nadia (2015) dalam penelitiannya
5
menemukan bahwa ketika terdapat otoritas atasan untuk berbuat curang,
maka subjek akan cenderung untuk curang dalam pembuatan laporan
keuangan (berlaku tidak etis).
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka identifikasi masalah yang
hendak diteliti dalam penelitian ini adalah permasalahan-permasalahan tidak
etis akuntan, misalnya :
1. Adanya perilaku tidak etis akuntan yakni kecurangan dalam pelaporan
keuangan.
2. Adanya perilaku tidak etis akuntan yakni kecurangan dalam
penyalahgunaan aset.
3. Adanya perilaku tidak etis akuntan melakukan korupsi keuangan.
4. Adanya perilaku tidak etis akuntan karena faktor dorongan otoritas atasan.
5. Kurangannya tingkat kecerdasan spiritual yang membuat perilaku tidak
etis akuntan.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka pembatasan masalah yang
akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menguji kecerdasan spiritual dan otoritasan atasan untuk melakukan fraud
terhadap perilaku tidak etis akuntan.
Adapun kecerdasan spiritual yang dimaksud adalah kecerdasan
spiritual individu yang dapat menggiring untuk berprilaku etis. Otoritas
6
atasan yang dimaksud adalah otoritas atasan yang mendorong untuk
melakukan fraud. Dalam penelitian ini akuntan di wakili oleh mahasiswa
akuntansi yang diberikan kasus seolah-olah mereka menjadi seorang
akuntan yang bekerja di suatu instansi.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka didapatkan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apakah tingkat kecerdasan spiritualitas akuntan berpengaruh signifikan
terhadap perilaku tidak etis akuntan?
2. Apakah otoritas atasan untuk melakukan fraud berpengaruh signifikan
terhadap perilaku tidak etis akuntan?
3. Apakah tingkat kecerdasan spiritualitas akuntan dan otoritas atasan untuk
melakukan fraud berpengaruh signifikan terhadap perilaku tidak etis
akuntan?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka. Penelitian ini bertujuan untuk
menemukan bukti empiris atas hal-hal berikut:
1. Mengetahui pengaruh tingkat kecerdasan spiritualitas akuntan terhadap
perilaku tidak etis akuntan.
2. Mengetahui pengaruh otoritas atasan untuk melakukan fraud terhadap
perilaku tidak etis akuntan.
3. Mengetahui pengaruh tingkat kecerdasan spiritualitas akuntan dan otoritas
atasan untuk melakukan fraud terhadap perilaku tidak etis akuntan.
7
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan kegunaan yang berguna sebagai:
1. Kontribusi Teoritis
a. Bagi Mahasiswa Akuntansi, penelitian ini diharapkan menjadi
sumber referensi dalam menambah ilmu pengetahuan mengenai
kecerdasan spiritual dan otoritas atasan terhadap perilaku tidak etis
akuntan.
b. Peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan mampu menjadi
sumber referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti
pengaruh kecerdasan spiritual dan otoritas atasan terhadap perilaku
tidak etis akuntan.
c. Penulis, penelitian ini diharapkan mampu menambah ilmu
pengetahuan mengenai pengaruh kecerdasan spiritual dan otoritas
atasan terhadap perilaku tidak etis akuntan.
2. Kontribusi Praktis
Manajemen Perusahaan, penelitian ini diharapkan sebagai tinjauan
yang diharapkan dapat dijadikan informasi dan memberikan masukan
kepada para manajemen perusahaan dalam merekrut pegawai keuangan
agar memerhatikan tingkat kecerdasan spiritual dan aspek religiusitas
yang dimiliki individu.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Obedience (Kepatuhan)
Obedience (Kepatuhan) adalah salah satu konsep utama yang
sering dikemukakan oleh para ahli psikologi yang berkaitan dengan
pengaruh tekanan terhadap perilaku individu. Baron dan Byrne (1994)
mengemukakan bahwa obedience (kepatuhan) merupakan bentuk
kepatuhan karena adanya permintaan untuk melakukan sesuatu yang
dinyatakan dalam bentuk perintah. Begitu pula menurut Sears (1994)
mengemukakan bahwa obedience (kepatuhan) adalah ketika individu
melakukan perilaku atau sikap tertentu karena ada tuntutan meskipun
mereka lebih suka untuk tidak menampilkannya.
Salah satu teori mengenai obedience (kepatuhan) paling terkenal
adalah yang dikemukan oleh Milgram (1963). Milgram (1963) dalam
Bawa dan Yasa (2015) mengemukakan bahwa setiap orang atau
individu cenderung patuh pada individu lain dalam posisi otoritas.
Dengan adanya kepatuhan ini mengakibatkan individu tersebut dapat
melakukan hal-hal yang tidak etis sesuai dengan otoritas atasannya.
Pada tahun 1963 Milgram melakukan sebuah eksperimen untuk
mengetahui dan menguji tingkat ketaatan seseorang kepada otoritas
yang berlaku pada suatu situasi. Eksperimen ini dilakukan Milgram
bertujuan untuk mencari tahu tentang seberapa jauh seseorang akan
9
menuruti perintah dari suatu bentuk otoritas yang berada diatasnya pada
situasi tertentu, jika perintah tersebut adalah perintah yang akan
memberikan dampak menyakitkan kepada orang lain. Eksperimen
Milgram dilakukan di Universitas Yale. Milgram membentuk dua
kelompok yang terdiri dari 40 orang, dimana Milgram menjadi ketua
kelompok. Kelompok pertama diberikan peran oleh Milgram sebagai
Guru dan kelompok kedua sebagai Murid, dimana kelompok ini
diberikan tugas untuk membacakan sekelompok kata berpasangan
kepada kelompok Murid yang kemudian menguji kelompok Murid
tersebut. Kelompok Murid sebenarnya adalah tim dari eksperimen
Milgram itu sendiri, sedangkan kelompok yang bertindak sebagai Guru
adalah subjek sebenarnya dari eksperimen tersebut.
Milgram yang disini sebagai ketua kelompok meminta Guru untuk
membacakan soal-soal yang akan dijawab oleh Murid. Bila Murid
salah, maka harus dihukum oleh Guru dengan sengatan listrik. Setiap
melakukan kesalahan, hukuman sengatan listrik akan dinaikan sampai
pada batas paling tinggi. Sebelumnya Milgram memberikan informasi
kepada Guru bahwa sengatan listrik tersebut tidaklah berbahaya namun
memberikan rasa sakit yang cukup hebat, walaupun pada kenyataannya
kelompok Murid sama sekali tidak menerima kejutan listrik. Hasil
eksperimen yang dilakukan Milgram ini menemukan 26 orang dari 40
orang atau sekitar 65% Guru mematuhi perintah Milgram
10
(Eksperimenter) untuk melakukan hukuman sampai level tertinggi yaitu
450 volt.
Bukan hanya dengan eksperimen itu saja, Milgram juga melakukan
eksperimen tersebut hingga 18 kali variasi. Dari berbagai eksperimen
yang dilakukan Milgram dalam Bawa dan Yasa (2015) menyimpulkan
bahwa setiap manusia atau individu pada dasarnya cenderung
mengikuti perintah dari figur yang memiliki otoritas. Walaupun sampai
melakukan hal di luar nalar pikiran manusia seperti membunuh manusia
yang tidak berdosa. Kepatuhan yang terdapat di dalam diri seseorang
terhadap suatu otoritas yang lebih tinggi itu merupakan sifat yang sudah
dimiliki sejak manusia dilahirkan. Ketika seseorang diberikan suatu
perintah oleh sumber otoritas, maka akan cenderung untuk
mematuhinya, karena terdapat keyakinan bahwa yang bertanggung
jawab adalah yang memberikan perintah yakni otoritas, bukan
seseorang yang melakukannya.
2. Kecurangan dalam Akuntansi
Menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) atau
Asosiasi Pemeriksan Kecurangan Bersertifikat mengklasifikasikan
kecurangan (fraud) menjadi tiga (3) yaitu :
a. Asset Misappropritation
Asset misappropriation (Penyalahgunaan Aset) yaitu merupakan
penyalahgunaan atau pencurian aset atau harta perusahaan atau pihak
11
lain. Perilaku kecurangan jenis ini merupakan yang paling mudah
dideteksi karena sifatnya yang dapat diukur atau dihitung.
b. Corruption
Corruption (Korupsi) merupakan jenis kecurangan yang paling sulit
dideteksi karena jenis kecurangan ini mencakup kerja sama dengan pihak
lain seperti suap dan korupsi. Perilaku kecurangan jenis ini sering kali
tidak dapat terdeteksi dikarenakan para pihak yang melakukan bekerja
sama menikmati keuntungan (simbiosis mutualism). Korupsi merupakan
kecurangan yang paling terjadi di negara yang penegakan hukumnya
lemah dan masih kurang kesadaran akan tata kelola yang baik sehingga
faktor integritasnya masih dipertanyakan. Berbagai bentuk korupsi
adalah sebagai berikut: penyalahgunaan wewenang atau konflik
kepentingan (conflict of interest), penyuapan (bribery), penerimaan yang
tidak sah atau ilegal (illegal gratuities), dan pemerasan secara ekonomi
(economic extortion).
c. Financial Statement Fraud
Financial Statement Fraud (Kecurangan Pelaporan Keuangan)
merupakan jenis kecurangan yang dilakukan oleh eksekutif atau pejabat
dari perusahaan atau instansi pemerintahan untuk menutupi kondisi
keuangan saat ini atau kondisi sebenarnya dengan melakukan rekayasa
keuangan pada laporan keuangan untuk memperoleh keuntungan.
12
Menurut Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) di dalam Standar Audit
(SA) seksi 240 Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) (2013), yang
mengatur Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu
Audit atas Laporan Keuangan menjelaskan kecurangan adalah Kesalahan
penyajian dalam laporan keuangan dapat timbul karena kecurangan atau
kesalahan. Faktor yang membedakan antara kecurangan dan kesalahan adalah
apakah tindakan yang mendasarinya, yang berakibat terjadinya kesalahan
penyajian dalam laporan keuangan, adalah tindakan yang disengaja atau tidak
disengaja. Karakteristik kecurangan menurut SA seksi 240 SPAP (2013)
sebagai berikut:
a. Pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
1) Manipulasi, pemalsuan (termasuk peniruan), atau pengubahan
catatan akuntansi atau dokumentasi pendukung yang menjadi dasar
penyusunan laporan keuangan.
2) Pernyataan salah, atau penghilangan secara sengaja atas peristiwa,
transaksi, atau informasi signifikan lainnya dalam laporan keuangan.
3) Penerapan salah yang disengaja atas prinsip akuntansi yang
berkaitan dengan jumlah, klasifikasi, penyajian, atau pengungkapan.
b. Pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan sering kali melibatkan
pengabaian pengendalian oleh manajemen walaupun pengendalian
tersebut tampak beroperasi dengan efektif. Kecurangan dapat dilakukan
13
melalui pengabaian pengendalian oleh manajemen dengan beberapa
teknik sebagai berikut:
1) Mencatat jurnal fiktif, terutama menjelang akhir periode akuntansi,
untuk memanipulasi hasil operasi atau untuk mencapai tujuan lainnya.
2) Menyesuaikan asumsi secara tidak tepat dan mengubah pertimbangan
yang telah digunakan untuk mengestimasi saldo akun.
3) Menghilangkan, mengakui lebih dahulu atau menunda pengakuan di
dalam laporan keuangan atas peristiwa dan transaksi yang telah terjadi
selama periode pelaporan.
4) Menyembunyikan, atau tidak mengungkapkan, fakta yang dapat
memengaruhi suatu jumlah yang tercatat dalam laporan keuangan.
5) Menggunakan transaksi yang kompleks yang disusun untuk
menyajikan posisi atau kinerja keuangan entitas yang salah.
6) Mengubah catatan dan ketentuan yang terkait dengan transaksi
signifikan dan tidak biasa.
c. Penyalahgunaan aset mencakup pencurian aset entitas dan sering kali
dilakukan oleh karyawan dalam jumlah yang relatif kecil dan tidak
material. Namun, hal tersebut juga dapat melibatkan manajemen yang
biasanya lebih dapat menutupi atau menyembunyikan penyalahgunaan
dengan cara yang lebih sulit untuk terdeteksi. Penyalahgunaan aset dapat
dilakukan dengan berbagai cara meliputi:
14
1) Menggelapkan penerimaan (sebagai contoh, menyalahgunakan
penagihan piutang usaha atau mengalihkan penerimaan yang berkaitan
dengan akun yang telah dihapus ke rekening bank pribadi).
2) Mencuri aset fisik atau kekayaan intelektual.
3) Menyebabkan entitas membayar untuk barang dan jasa yang tidak
pernah diterima.
4) Menggunakan aset entitas untuk kepentingan pribadi (sebagai contoh,
menggunakan aset entitas sebagai jaminan bagi pinjaman pribadi atau
pinjaman kepada pihak yang berelasi).
Di dalam buku Tuanakotta (2010), menyebutkan bahwa di indonesia
terkait masalah kecurangan (fraud) di atur dalam Kitab Undang-undang
Hukum Pidana (KUHP) menyebutkan beberapa pasal yang mencakup
pengertian kecurangan (fraud) sebagai berikut :
a. Pasal 362: Pencurian adalah mengambil sesuatu, yang seluruhnya atau
sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara
melawan hukum.
b. Pasal 368: Pemerasan dan Pengancaman adalah menguntungkan diri
sendiri atau orang lain secara melawan hukum, memaksa seseorang
dengan kekerasan atau ancaman kekerasan untuk memberikan barang
sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang itu atau
orang lain, atau supaya membuat utang maupun menghapuskan piutang.
c. Pasal 372: Penggelapan adalah dengan sengaja dan melawan hukum
memiliki barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah
15
kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena
kejahatan.
d. Pasal 378: Perbuatan Curang adalah menguntungkan diri sendiri atau
orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau
martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan,
menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya,
atau supaya memberi utang maupun menghapuskan piutang.
e. Pasal 209, 210, 387, 388, 415, 417, 418, 419, 420, 423, 425, dan 435 yang
secara khusus diatur dalam Undang-Undang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi (Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999).
Cressey dalam Tuanakotta (2010) melakukan penelitian yang berjudul
Other’s People Money: A Studyin the Social Psychology of Embezzelent.
Dalam penelitian itu menemukan alasan mengapa individu melakukan Fraud
(kecurangan) yang dikenal sebagai Fraud Triangel. Ada pun elemen Fraud
Triangel tersebut sebagai berikut:
a. Pressure (Tekanan)
Fraud disebabkan karena terdapat tekanan yang dirasakan individu yang
melakukan fraud yang dipandangnya sebagai kebutuhan keuangan yang
mendesak yang tidak dapat diceritakan kepada orang lain. Adapun
tekanan lainya dikarenakan faktor ekonomi, alasan emosional dan
karena adanya sifat keserakahan.
b. Perceived Opportunity (Peluang)
16
Fraud disebabkan karena terdapatnya peluang untuk melakukan fraud
yaitu tidak diketahui oleh orang lain. Fraud ini bisa terjadi karena
lemahnya pengendalian internal dari perusahaan atau instansi
pemerintah dan penyalahgunaan wewenang.
c. Rationalization (Rasionalisasi)
Fraud disebabkan karena adanya rasionalisasi yang dilakukan individu
yang melakukan fraud, seperti pembenaran sebelum melakukan
kejahatan, bukan sesudah melakukannya. Rasionalisasi ini dilakukan
pelaku fraud agar dapat mencerna perilaku yang melawan hukum untuk
tetap mempertahankan jati dirinya sebagai orang yang dipercaya, setelah
fraud tersebut dilakukan, rasionalisasi tersebut ditinggalkan karena
sudah tidak diperlukan lagi. Fraud triangle ditunjukkan oleh gambar
berikut:
Rationalization Pressure / Incentive
Perceived
Opportunityy
Fraud
Triangel
Sumber : Cressey, 1953 dalam Tuanakotta, 2010
Gambar 2.1
Fraud Triangel
17
Wolfe dan Hermanson (2004) mengemukakan konsep fraud diamond.
fraud diamond ini merupakan konsep penyempurnaan dari triangel diamond
yang dikemukakan oleh Cressey (1953), pada konsep fraud diamond ini
menambahkan suatu element yang diyakini berpengaruh signifikan terhadap
penyebab fraud yakni Capability. Adapun elemen-elemen dari fraud diamond
adalah a. Pressure, b. Opportunity, c. Rationalization, d. Capability. Fraud
diamond ditunjukan oleh gambar berikut:
Berdasarkan gambar 2.2 merupakan fraud diamond pengembangan dari
fraud triangel, yang menambahkan capability. Capability dalam konsep fraud
diamond ini adalah sebuah sifat dan kemampuan seorang individu yang
berperan untuk melakukan suatu tindakan fraud (kecurangan). Dalam
capability tersebut terdapat beberapa sifat komponen untuk melakukan fraud
(Mafiana, 2016) a) Posisi individu dalam perusahaan atau Instansi
pemerintah, b) Kecerdasan individu, c) Tingkat kepercayaan diri, d)
Sumber : Wolfe dan Hermanson, 2004
Pressure / Incentive
Rationalization
Perceived
Opportunityy
Capability
Fraud
Diamond
Gambar 2.2
Fraud Diamond
18
Kemampuan pemaksaan, e) Kebohongan yang efektif, f) Kekebalan terhadap
stres.
Salah satu alasan mengapa seseorang melakukan kecurangan menurut
Cerssey (1953) karena adanya tekanan. Tekanan tersebut bisa berasal dari
seorang atasan, sehingga seseorang cenderung patuh untuk mengikuti
perintah dari atasan tersebut. Hal ini sesuai dengan teori obedience yang
dikemukakan oleh Milgram (1953) menyatakan bahwa individu cenderung
patuh apabila mendapatkan suatu perintah oleh otoritas yang lebih tinggi.
3. Otoritas Atasan
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Otoritas memiliki
makna hak melakukan tindakan atau hak membuat peraturan untuk
memerintah orang lain. Adapun pengertian lain adalah kekuasaan yang sah
yang diberikan kepada lembaga dalam masyarakat yang memungkinkan para
pejabatnya menjalankan fungsinya. Herbert Simon dalam Aghion dan Tirole
(1997) menyatakan bahwa otoritas adalah sebagai hak untuk melakukan, dan
memilih tindakan yang memengaruhi sebagian atau keseluruhan organisasi.
Ranoh (1999) menyatakan bahwa otoritas adalah bagian dari relasi
kekuasaan, dan mengandung unsur perintah dan memberi perintah sekaligus
terdapat atur kontrol. Otoritas sangat erat kaitannya dengan kekuasaaan yang
dimiliki individu ataupun kelompok seperti melakukan perintah, mengatur,
memutuskan sesuatu dan bahkan sampai memaksa seseorang untuk patuh
terhadap aturannya walaupun melawan hukum.
19
Individu akan merasakan tekanan untuk patuh terhadap perintah
individu lain yang berada pada posisi otoritas (Brehm dan Kassin, 1990
dalam Bawa dan Yasa, 2015). Penelitian Sofyani dan Pramita (2014)
menemukan bahwa otoritas atasan dapat memengaruhi individu untuk
melakukan perilaku tidak etis atau berbuat curang. Berdasarkan teori
obedience yang dikemukakan oleh Milgram (1953) menyatakan bahwa
individu cenderung patuh apabila mendapatkan suatu perintah oleh otoritas
yang lebih tinggi. Hal ini mengasumsikan apabila seorang akuntan yang
bekerja disuatu instansi atau perusahaan dalam menyusun laporan keuangan
akan cenderung patuh terhadap otoritas atasan yang memberikan perintah
untuk melakukan kecurangan.
4. Kecerdasan Spiritual
Zohar dan Marshall (2002) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai
kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan
untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih
luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup
seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. Kecerdasan
spiritual adalah bagian terdalam dari diri seseorang dan merupakan
kecerdasan yang bersal dari dalam jiwa manusia. Kecerdasan spiritual adalah
kecerdasan yang membuat seseorang menjadi utuh, sehingga dapat
mengintegrasikan berbagai fragmen kehidupan, aktifitas dan keberadaannya
(Ika, 2011).
20
Zohar dan Marshall (2002) mengemukakan beberapa ciri seseorang yang
telah memiliki kecerdasan spiritual dengan baik sebagai berikut:
a. Kemampuan bersikap fleksibel (adaptif secara spontan dan aktif).
b. Tingkat kesadaran diri yang tinggi.
c. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan.
d. Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit.
e. Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai.
f. Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu.
g. Kecenderungan untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal
(berpandangan holistik).
h. Memiliki kecenderungan untuk bertanya “mengapa” atau “bagaimana
jika” dalam rangka mencari jawaban yang benar.
i. Memiliki otonomi (berbuat atau beramal tidak bergantung pada orang
lain).
Seorang yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi cenderung
menjadi menjadi seorang pemimpin yang penuh pengabdian, yaitu seorang
yang bertanggung jawab untuk membawakan visi dan nilai yang lebih tinggi
terhadap orang lain, dan juga dapat memberikan inspirasi terhadap orang lain
(Zohar dan Marshall, 2002). Apabila dikaitkan dengan teori obedience yang
dikemukakan oleh Milgram (1953) menyatakan bahwa seseorang cenderung
patuh apabila mendapatkan suatu perintah oleh otoritas yang lebih tinggi.
Namun, apabila teori tersebut dihadapakan oleh seseorang yang memilki
kecerdasan spiritual yang tinggi, apakah seseorang tersebut akan patuh
21
terhadap otoritas atasan atau sesuai dengan teori kecerdasan spiritual yang
dikemukakan oleh Zohar dan Marshall (2002) yang menyatakan seseorang
yang memeiliki kecerdasan spiritual yang tinggi akan berbuat sesuai dengan
etika dan bertanggung jawab (menolak perintah atasan).
Kecerdasan spiritual seorang akuntan dalam menyusun laporan keuangan
sangat diperlukan. Karena laporan keuangan yang terdapat nilai-nilai spiritual
dalam penyusunannya, akan dapat memberikan sebuah keakuratan informasi
yang berguna bagi para penggunanya. Perusahaan atau instansi yang
menghadirkan nilai-nilai spiritualitas dalam menyusun laporan keuangan
akan memberikan dampak bagi perusahaan tersebut mampu bertahan dan
terus berkembang (Mulia, 2014). Zohar dan Marshall (2005) dalam Prasetyo
(2012) memberikan contoh perusahaan yang tidak menggunakan nilai-nilai
spiritual akan berjalan sukses tetapi kesuksesan tersebut tidak berjalan lama
contohnya perusahaan Enron.
B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai
topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat tabel 2.1 sebagai berikut:
22
Tabel 2.1 : Hasil –Hasil Penelitian Sebelumnya
Bersambung pada halaman berikutnya
No. Peneliti
(Tahun)
Judul penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1 Urumsah et
al. (2016)
Melihat Jauh ke dalam:
Dampak Kecerdasan
Spiritual Terhadap Niat
Melakukan Kecurangan
Variabel Kecerdasan
Spiritual, Variabel
Niat melakukan
Kecurangan,
Kuantitatif
Kuesioner, Responden Kecerdasan spiritual individu
berpengaruh negatif untuk
pencegah kecurangan,
sementara kecerdasan spritual
mampu untuk mewujudkan
budaya organisasi dan moral
pemimpin yang baik.
2 Permatasari
(2016)
Pengaruh Penerapan
Reward And
Punishment Dan Job
Rotation Terhadap
Fraud: Sebuah Studi
Eksperimen
Variabel Fraud,
Kuantitatif, Lab
Eksperimen
Variabel Reward,
Variabel Job Rotation,
Responden
reward and punishment dan job
rotation berpengaruh terhadap
fraud, karyawan cenderung
rendah dalam hal fraud ketika
perusahaan menerapkan reward
and punishment dan job
rotation.
22
23
Tabel 2.1 : Lanjutan
Bersambung pada halaman berikutnya
No. Peneliti
(Tahun)
Judul penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
3 Sofyani dan
Nadia (2015)
Pengaruh faktor
Pendidikan Karakter
Keagamaan dan
Otoritas Atasa untuk
Berbuat Curang
Terhadap Perilaku
Tidak Etis Akuntan
Variabel Otoritas
atasan, Variabel
Perialaku tidak etis
Akuntan, Kualitatif,
Lab Eksperimen
Varibel Pendidikan
Karakter keagamaan,
Responden
Otoritas atasan untuk berbuat
curang berpengaruh positif
terhadap perilaku tidak etis,
responden yang melalui
pendidikan karakter keagamaan
berpengaruh negatif terhadap
perilaku tidak etis.
4
Bawa dan
Yasa (2015)
Efek Moderasi Locus
Of Control Pada
Hubungan Otoritas
Atasan dan Kecurangan
Akuntansi
Varibel Otoritas
Atasan, Variabel
Kecurangan
Akuntansi, Kuantitaif,
Lab Eksperimen
Variabel Locus Of
Control, Responden
Otoritas Atasan berpengaruh
positif terhdap perilaku
kecurangan, Efek moderasi
locus of control eksternal
berpengaruh positif untuk
melakukan kecurangan.
23
24
Tabel 2.1 : Lanjutan
Bersambung pada halaman berikutnya
No. Peneliti
(Tahun)
Judul penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
5 Sari (2014) Pengaruh Kecerdasan
Emosional dan
Kecerdasan Spiritual
Terhadap Perilaku Etis
Para Profesional
Akuntansi
Variabel Kecerdasan
Spiritual
Variabel Kecerdasan
Emosional, Responden
Kecerdasan Emosional
berpengaruh signifikan positif
terhadap perilaku etis dan
Kecerdasan Spiritual
berpengaruh signifikan positif
terhadap perilaku etis.
6 Sofyani dan
Pramita
(2014)
Otoritas Atasan,
Retaliasi dan Locus of
Control sebagai Faktor-
Faktor yang
Memengaruhi Perilaku
Manipulasi Laporan
Realisasi Anggaran
Variabel Otoritasan
atasan, Kuantitatif,
Lab Eksperimen
Variabel Locus of
Control, Variabel
Retaliasi, Variabel
manipulasi LRA,
Responden
Otoritas atasan berpengaruh
positif untuk melakukan
manipulasi laporan realisasi
anggaran, ketika terdapat locus
of control eksternal dan
retaliasi.
24
25
Tabel 2.1 : Lanjutan
Bersambung pada halaman berikutnya
No. Peneliti
(Tahun)
Judul penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
7 Rafinda
(2013)
Kemampuan Prediksi
Faktor Situasional dan
Faktor Individual pada
Perilaku Kecurangan
Pelaporan
Varibel Situasional
(otoritas atasan),
Variabel Perilaku
kecurangan pelaporan
(tidak etis) Kuantitatif,
Lab Eksperimen
Variabel Individual,
Responden
Faktor Situasional (Otoritas
Atasan) dan Faktor Individual
berpengaruh positif terhadap
perilaku kecurangan pelaporan
keuangan
8. Idris dan
Daljono
(2012)
Pengaruh Tekanan
Ketaatan, Kompleksitas
Tugas, Pengetahuan
dan Persepsi Etis
Terhadap Audit
Judgement
Variabel Tekanan
Ketaatan (Otoritas
Atasan) , Kuantitatif
Variabel
Kompleksitas tugas,
Variabel Pengetahuan
dan Persepsi etis,
Variabel Audit
Judgement.
Otoritas atasan tidak
memengaruhi bawahan untuk
melakukan kecurangan dalam
mengambil pertimbangan audit
dan kebenaran opini hasil audit
yang diberikan
25
26
Tabel 2.1 : Lanjutan
Bersambung pada halaman berikutnya
No. Peneliti
(Tahun)
Judul penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
9 Murphy dan
Mayhew
(2012)
The Impact of Authority
on Reporting Behavior,
Rationalization and
Affect
Variabel Authority
(Otoritas), Variabel
Reporting Behavior
(Perilaku), Kuantitatif,
Lab Eksperimen
Rationalization and
Affect, Responden,
Lokasi
Otoritas atasan berpengaruh
positif untuk memengaruhi
individu untuk berperilaku tidak
etis dengan mengalihkan atau
menggeser tanggung jawab atas
perilaku kecurangan.
10 Ika (2011) Pengaruh Kecerdasan
Emosional dan Spiritual
Terhadap Sikap Etis
Mahasiswa Akuntansi
Dipandang dari Segi
Gender
Variabel Kecerdasan
Spiritual, Variabel
Sikap Etis, Kuantitatif
Variabel Gender,
Kuesioner, Responden
Kecerdasan spritual dan
emosional memiliki pengaruh
positif terhadap etika
mahasiswa, tetapi kecerdasan
spiritual sangat signifikan
terhadap etika Mahasiswa
Akuntansi.
26
27
C. Pengembangan Hipotesis
1. Tingkat kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap perilaku kecurangan
pelaporan.
Zohar Dan Marshall (2007:14) mengemukakan bahwa, seorang yang
memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi cenderung menjadi seorang
pemimpin yang penuh pengabdian, yaitu seorang yang bertanggung jawab
untuk membawakan visi dan nilai yang lebih tinggi terhadap orang lain,
dan juga dapat memberikan inspirasi terhadap orang lain. Penelitian yang
dilakukan oleh Ika (2011) menemukan bahwa kecerdasan emosional dan
kecerdasan spiritual secara simultan berpengaruh signifikan terhadap sikap
etis mahasiswa akuntansi sedangkan secara parsial hanya kecerdasan
spiritual yang berpengaruh signifikan. Penelitian Sofyani dan Nadia
(2015) menunjukkan bahwa pendidikan karakter keagamaan (spiritualitas)
memiliki kemampuan untuk memitigasi adanya dorongan untuk berbuat
tidak etis yang muncul dari faktor otoritas atasan untuk berbuat curang.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Urumsah et al. (2016)
menemukan bahwa kecerdasan spiritual individu bukan merupakan
pencegah kecurangan. Terdapat temuan lain didalam penelitian tersebut
adalah kecerdasan spiritual mampu untuk mewujudkan budaya organisasi
dan moral pemimpin yang baik.
28
Berdasarkan argumen dan uraian diatas, maka Hipotesis alternatif
sebagai berikut:
H1 : Tingkat kecurangan pelaporan ditemukan paling tinggi pada saat
kondisi kecerdasan spiritual rendah dibandingkan dengan
kondisi kecerdasan spiritual tinggi.
2. Otoritas atasan untuk melakukan fraud berpengaruh terhadap perilaku
kecurangan pelaporan
Penelitian yang dilakukan oleh Sofyani dan Nadia (2015) bahwa pada
saat ada otoritas atasan untuk membuat laporan realisasi anggaran yang
tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya, maka akan cenderung
menjadikan individu yang mendapatkan otoritas tersebut berbuat curang
(tidak etis). Begitupun penelitian yang dilakukan oleh Bawa dan Yasa
(2015) penelitian membuktikan bahwa terdapat perbedaan kecurangan
akuntansi dalam kondisi ada otoritas atasan untuk melakukan kecurangan
dan tanpa otoritas atasan untuk melakukan kecurangan.
Namun terdapat perbedaan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Fitriani dan Daljono (2012) yang menemukan bahwa otoritas atasan tidak
memengaruhi bawahan untuk melakukan kecurangan dalam mengambil
pertimbangan audit dan kebenaran opini hasil audit yang diberikan.
Berdasarkan teori obedience dikatakan bahwa individu cenderung
mematuhi otoritas atasan yang memerintahnya, karena seseorang akan
cenderung mematuhi perintah karena adanya tekanan dan karena adanya
suatu keyakinan bahwa yang bertanggung jawab terhadap perilaku
29
kepatuhan adalah sumber otoritas bukan pada individu yang
melakukannya.
Berdasarkan argumen diatas maka, maka Hipotesis alternatif sebagai
berikut:
H2 : Tingkat kecurangan pelaporan ditemukan paling tinggi pada saat
terdapat otoritas atasan dibandingkan dengan tidak terdapat
otoritas atasan.
3. Hubungan interaksi antara kecerdasan spiritual dan otoritas atasan untuk
melakukan Fraud terhadap perilaku kecurangan pelaporan keuangan
Penelitian yang dilakukan oleh Ika (2011) menemukan bahwa
kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi
sedangkan secara parsial hanya kecerdasan spiritual yang berpengaruh
signifikan. Hal etis ini bisa dikatan sebagai perilaku yang tidak akan
melakukan kecurangan.
Penelitian yang dilakukan Murphy dan Mayhew (2012) menemukan
bahwa otoritas atasan untuk melaporkan lebih dari seharusnya
memengaruhi individu untuk berperilaku tidak etis dengan mengalihkan
tanggung jawab atas perilaku kecurangan yang dilakukannya kepada
pemberi otoritas.
Begitu pula penelitian yang dilakukan oleh Bawa dan Yasa (2015)
penelitian membuktikan bahwa terdapat perbedaan kecurangan akuntansi
dalam kondisi ada otoritas atasan untuk melakukan kecurangan dan tanpa
30
otoritas atasan untuk melakukan kecurangan. Selain itu penelitian Bawa
dan Yasa (2015) juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
otoritas atasan pada kecurangan akuntansi yang semakin tinggi pada
individu dengan locus of control eksternal.
Dengan begitu kecurangan pelaporan keuangan yang dilakukan
akuntan bisa dipengaruhi karena adanya otoritas atasan untuk melakukan
fraud dan tingkat kecerdasan spiritual yang rendah.
H3a : kasus kecurangan pelaporan keuangan di temukan paling tinggi
pada saat kecerdasan spiritual rendah dan terdapat otoritas
atasan dibandingkan dengan kondisi lainnya.
H3b : kasus kecurangan pelaporan keuangan di temukan paling rendah
pada saat kecerdasan spiritual tinggi dan tidak terdapat otoritas
atasan dibandingkan dengan kondisi lainnya.
31
D. Kerangka Pemikiran
Adanya tekanan, seingga
individu beperilaku tidak etis
Kecerdasan spiritual dapat
membantu sesorang dalam
beretika
GAP
Pengaruh Kecerdasan Spiritual Dan Otoritas Atasan Untuk Melakukan
Fraud Terhadap Perilaku Tidak Etis Akuntan Dalam Proses Penyusunan
Laporan Keuangan
Basis Teori : Teori Obedience (kepatuhan)
Kecurangan
Pelaporan Y
Kecerdasan
Spiritual
X1
Otoritas Atasan
untuk melakukan
fraud
X2
Uji Chi-Square (X2) dan Post Hoc Test
Hasil yang diharapkan
H1
H2
H3a H3b
Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan, Saran
Gambar 2.3
Kerangka Pemikiran
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan metode
faktorial 2x2 antar subjek. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan
pengaruh sebab-akibat variabel independen, yaitu kecerdasan spiritual dan
otoritas atasan untuk melakukan fraud terhadap variabel dependen, yaitu
kecurangan pelaporan keuangan oleh akuntan. Untuk lebih fokus dalam
penelitian ini, maka ruang lingkup dari penelitian ini fokus terhadap
akuntan yang diwakili oleh Mahasiswa Akuntansi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
B. Desain Eksperimen
Penelitian eksperimen ini menggunakan desain eksperimen faktorial
2x2 antar subjek. Penelitian eksperimen menurut Uma Sekaran (2009:191)
menguji kemungkinan hubungan sebab-akibat di antara variabel, berbeda
dengan studi korelasional, yang menguji hubungan antar variabel tanpa
perlu mencoba menetapkan apakah satu variabel menyebabkan variabel
lain. Menurut Dantes (2017:12) dalam penelitian eksperimen harus
terdapat perlakuan (treatment), yaitu sesuatu yang menjadi penyebab,
sedangkan akibat atau efek dari perlakuan (treatment) disebut sebagai
hasil. Hal penyebab itu disebut variabel independen, sedangkan akibat atau
efeknya disebut variabel dependen.
33
Menurut Kerlinger (2000) dalam Dantes (2017) desain faktorial
adalah suatu struktur penelitian dimana dua variabel independen atau
lebih, saling diperhadapkan untuk mengkaji akibat-akibatnya yang mandiri
dan yang interaktif terhadap satu atau lebih variabel dependen. Sedangkan
desain faktorial 2x2 antar subjek menurut Nahartyo (2012) dalam Sofyani
dan Nadia (2015) adalah desain penelitian yang bermanfaat untuk
penelitian eksperimen yang mempunyai dua atau lebih variabel
independen (disebut faktor) dengan masing-masing faktor memiliki paling
sedikit dua level perlakuan (treatment). Berikut ini tabel-tabel yang
menyajikan desain eksperimen dalam penelitian.
Tabel 3.1 merupakan desain eksperimen untuk menguji sebab-akibat
dari variabel independen yakni kecerdasan spiritual terhadap variabel
dependen kecurangan pelaporan keuangan oleh akuntan. Dimana variabel
independen memiliki perlakuan (treatment) yaitu, kecerdasan spiritual
rendah dan kecerdasan spiritual tinggi. Selanjutnya untuk menjawab
hipotesis 1 tersebut terdukung secara statistik atau tidak, dapat
menggunakan uji chi-square (X2) untuk 2 sampel.
Tabel 3.1
Desain Eksperimen dan Pengujian Hipotesis 1
Faktor Kecerdasan Spiritual Posisi Kelompok
Kecerdasan Spiritual Rendah KEL1
Kecerdasan Spiritual Tinggi KEL2
Sumber: Data Primer yang diolah, 2018
34
Tabel 3.2 merupakan desain eksperimen untuk menguji sebab-akibat
dari variabel independen yakni otoritas atasan untuk melakukan fraud
terhadap variabel dependen kecurangan pelaporan keuangan oleh akuntan.
Dimana variabel independen memiliki dua perlakuan (treatment) yaitu,
ada otoritas untuk melakukan fraud dan tidak ada otoritas untuk
melakukan fraud. Selanjutnya untuk menjawab hipotesis 2 tersebut
terdukung secara statistik atau tidak, dapat menggunakan uji chi-square
(X2) untuk 2 sampel.
Tabel 3.3 merupakan desain eksperimen faktorial 2x2 untuk menguji
sebab-akibat dari dua variabel independen yang saling dihadapkan
(interaksi) yakni kecerdasan spiritual dan otoritas atasan untuk melakukan
fraud terhadap variabel dependen kecurangan pelaporan keuangan oleh
Tabel 3.2
Desain Eksperimen dan Pengujian Hipotesis 2
Faktor Otoritas Atasan Posisi Kelompok
Ada Otoritas untuk Fraud KEL1
Tidak ada Otoritas untuk Fraud KEL2
Tabel 3.3
Desain Eksperimen Faktorial 2X2 dan Pengujian Hipotesis 3a dan 3b
Faktor Otoritas
Atasan
Faktor Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan
Spiritual Rendah
Kecerdasan Spiritual Tinggi
Ada Otoritas untuk
Fraud
KEL1 KEL2
Tidak Ada Otoritas
untuk Fraud
KEL3 KEL4
Sumber: Data Primer yang diolah, 2018
Sumber: Data Primer yang diolah, 2018
35
akuntan. Dimana masing-masing interaksi variabel independen memiliki
empat perlakuan (treatment) atau kondisi yaitu, 1. Kecerdasan spiritual
rendah dan ada otoritas untuk melakukan fraud, 2. Kecerdasan spiritual
tinggi dan ada otoritas untuk melakukan fraud, 3. Kecerdasan spiritual
rendah dan tidak ada otoritas untuk melakukan fraud, 4. Kecerdasan
spiritual tinggi dan tidak ada otoritas untuk melakukan fraud. Selanjutnya
untuk menjawab hipotesis 3a dan 3b tersebut terdukung secara statistik
atau tidak, dapat menggunakan uji chi-square (X2) untukk k sampel dan
post hoc test.
C. Metode Penentuan Sampel
1. Populasi dan Sampel
Setelah menentukan ruang lingkup dari penelitian ini selanjutnya
adalah melakukan penentuan populasi dan sampel dari penelitian ini.
Populasi menurut Sujarweni (2012:13) adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah bagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Populasi
dalam penelitian eksperimen ini adalah akuntan, sedangkan sampel
dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Akuntansi UIN Jakarta.
Alasan menggunakan mahasiswa sebagai sampel dalam penelitian
karena dalam penelitian yang dilakukan oleh Emerson et al. (2007)
menemukan bahwa sikap etis akuntan profesional tidak berbeda secara
36
signifikan dari mahasiswa, sejalan dengan penelitian oleh Scofield et
al. (2004) menemukan bahwa tingkat penalaran moral mahasiswa
tidak berbeda secara signifikan dengan posisi akuntan yang bekerja di
suatu perusahaan.
Selain itu alasan kedua menggunakan mahasiswa khususnya
mahasiswa akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai sampel
dalam penelitian ini karena mahasiswa telah dianggap memiliki
pemahaman mengenai teori-teori terkait variabel yang terdapat di
dalam penelitian ini. Ditambah adanya opini dari masyarakat bahwa
mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah mahasiswa yang
memiliki kecerdasan spiritual yang lebih dibandingkan mahasiswa
lainnya.
2. Penentuan Sampel
Metode penentuan sampel dalam penelitian ini adalah
mengunakan metode purposive sampel atau judgement sampel,
menurut Sujarweni (2012:16) purposive sampel adalah teknik
penentuan sampel berdasarkan kriteria-kriteria atau pertimbangan
tertentu, baik pertimbangan ahli maupun pertimbangan ilmiah. Di
dalam purposive sampling ini dalam menentukan sampel yang akan
diambil terdapat persyaratan yang cukup ketat agar sampel yang
dipilih sesuai dengan apa yang di inginkan oleh peneliti. Dalam
penelitian ini sampel yang diambil adalah mahasiswa yang telah
menempuh mata kuliah pengauditan 1 dan pengauditan 2.
37
Karena penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen untuk
menentukan jumlah sampel, Roscoe (1992) dalam Sugiyono (2007)
untuk menentukan jumlah anggota kelompok atau kelas eksperimen
dan kontrol adalah sampel masing-masing 10 sampai dengan 20
anggota tiap kelas.
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah sebuah metode yang dilakukan
untuk mendapatkan informasi yang relevan dan dapat dijadikan sebagai
sumber bahan penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data primer yang di dapatkan langsung dari sumber penelitian.
1. Penelitian Lapangan (Field Research)
Di dalam penelitian ini yang menjadi data utama adalah data yang
diperoleh langsung dari lapangan, peneliti memperoleh data tersebut
langsung dari sumber (data primer). Pada penelitian eksperimen ini,
yang menjadi subyek penelitian ini adalah Mahasiswa Akuntansi yang
seolah-olah menjadi seorang Akuntan disebuah perusahan atau instansi.
Peneliti memperoleh data dengan melakukan eksperimen dengan
memberikan sebuah kasus kepada Mahasiswa secara langsung. Soal dari
kasus tersebut didesain sedemikian rupa agar soal dan jawaban dari
Akuntan tersebut dapat memrepresentasikan hal yang ingin di dapatkan
oleh peneliti.
38
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel
yang digunakan berikut dengan operasional dan cara pengukurannya.
1. Kecerdasan Spiritual (X1)
Zohar dan Marshall (2002) mendefinisikan kecerdasan
spiritual sebagai kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna
atau value, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan
hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya,
kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup
seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. Di
dalam penelitian ini kecerdasan spiritual menjadi variabel
independen. Pengukuran variabel kecerdasan spiritual ini
menggunakan kuesioner yang disusun berdasarkan indikator yang
dikemukakan oleh Zohar dan Marshall (2002). Tabel 3.4 ini
menyajikan bobot nilai kecerdasan spiritual berdasarkan skala
likert.
Tabel 3.4
Bobot Nilai Kecerdasan Spiritual Berdasarkan Skala Likert
Jawaban Skor untuk pernyataan
Pernyataan
Positif
Pernyataan
Negatif
Sangat Setuju (SS) 5 1
Setuju (S) 4 2
Netral (N) 3 3
Tidak Setuju (TS) 2 4
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5
Sumber: Data Primer yang diolah, 2018
39
Berikut ini tabel 3.5 yang menyajikan operasionalisasi
variabel kecerdasan spiritual berdasarkan indikator yang
dikemukakan oleh Zohar dan Marshall (2002):
Tabel 3.5
Operasionalisasi Variabel Kecerdasan Spiritual
No Indikator Kecerdasan
Spiritual
Sub Indikator Pernyataan
1 Kemampuan bersikap
fleksibel (adaptif secara
spontan dan aktif).
Kemampuan bergaul 1
2 Tingkat kesadaran diri yang
tinggi. Kesadaran adanya
Tuhan
2
3 Kemampuan untuk
menghadapi dan
memanfaatkan penderitaan.
Kesabaran
Ikhlas atau Rela
4,5
4 Kemampuan untuk
menghadapi dan melampaui
rasa sakit.
Ketabahan 6
5 Kualitas hidup yang
diilhami oleh visi dan nilai-
nilai.
Tujuan hidup 7
6 Keengganan untuk
menyebabkan kerugian yang
tidak perlu.
Tidak menggunjing
Tidak meninggalkan
ibadah
Berkorban
8
7 Kecenderungan untuk
melihat keterkaitan antara
berbagai hal (berpandangan
holistik).
Keterkaitan antar
makhluk atau
kejadian
Tentang nasib
manusia
10
8 Memiliki kecenderungan
untuk bertanya “mengapa”
atau “bagaimana jika”
dalam rangka mencari
jawaban yang benar.
Mencari jawaban
atas sesuatu
Bertanya pada
agamawan
Mengikuti pengajian
11
9 Memiliki Otonomi. Berbuat atau
beramal tanpa
tergantung orang
lain
3,9,12
Sumber: Data Primer yang diolah, 2018
40
Untuk menentukan tinggi atau rendahnya kecerdasan
spiritual responden, maka digunakan nilai tengah dari total jumlah
skor yang diberikan oleh seluruh responden. Karena bobot nilai
menggunakan data ordinal. Menurut Ghozali (2001) untuk
mencari nilai tengah suatu data jenis ordinal adalah menggunakan
median. Setelah median ditemukan, apabila skor jumlah untuk
tiap responden dibawah nilai median, dapat disimpulkan bahwa
kecerdasan spiritual tersebut rendah. Apabila skor di atas nilai
median, maka responden tersebut dapat disimpulkan memiliki
kecerdasan spiritual tinggi.
Selanjutnya peneliti akan mengelompokan responden
dengan tingkat kecerdasan spiritual rendah dan kecerdasan
spiritual tinggi. Pengelompokan tersebut menggunakan jenis data
nominal. Apabila kecerdasan spiritual rendah diberikan kategori
0, dan apabila kecerdasan spiritual tinggi diberikan kategori 1.
Tabel 3.6 berikut ini menyajikan pengelompokan responden
berdasarkan kecerdasan spiritual.
Tabel 3.6
Pengelompokan Responden Berdasarkan Kecerdasan
Spiritual
Faktor Kecerdasn Spiritual Kategori
Kecerdasan Spiritual Tinggi 1
Kecerdasan Spiritual Rendah 0
Sumber: Data Primer yang diolah, 2018
41
2. Otoritas Atasan untuk Melakukan Fraud (X2)
Otoritas memiliki makna hak melakukan tindakan atau hak
membuat peraturan untuk memerintah orang lain. Dalam
penelitian ini otoritas atasan untuk melakukan fraud menjadi
variabel independen. Pengukuran variabel ini mengunakan kasus
yang dikembangkan oleh Sofyani dan Nadia (2015) yang
disesuaikan sesuai kebutuhan dalam penelitian ini. Terdapat dua
macam kasus yang diberikan kepada responden yaitu kasus A dan
kasus B.
Kasus A yaitu jenis kasus yang terdapat otoritas atasan untuk
melakukan fraud. Sedangkan kasus B yaitu jenis kasus yang tidak
ada otoritas atasan untuk melakukan fraud. Dalam pengukuran
variabel ini menggunkan jenis data nominal, apabila responden
mendapatkan kasus terdapat otoritas atasan untuk melakukan
fraud diberikan kategori 1, dan apabila tidak terdapat otoritas
atasan untuk melakukan fraud diberikan kategori 0. Tabel 3.7
berikut ini menyajikan pengelompokan variabel otoritas atasan
untuk melakukan fraud.
Tabel 3.7
Pengelompokan Variabel Otoritas Atasan untuk melakuakn
Fraud
Faktor Otoritas Atasan untuk melakuakn
Fraud
Kategori
Terdapat otoritas atasan untuk melakukan Fraud 1
Tidak terdapat otoritas atasan untuk melakukan
Fraud
0
Sumber: Data Primer yang diolah, 2018
42
3. Kecurangan pelaporan keuangan (Y)
Varibel Perilaku tidak etis akuntan yaitu melakukan
kecurangan pelaporan keuangan menjadi fokus utama di dalam
penelitian ini, bisa dikatakan merupakan aspek yang penting
dalam berhasil atau tidaknya penelitian ini. Kecurangan
pelaporan keuangan, yang bisa di artikan sebagai tindakan
kecurangan yang dilakukan dalam pengelolaan laporan keuangan
yang dilakukan dengan sengaja dan dapat menimbulkan kerugian
pada pihak yang terkait.
Untuk mengetahui tingkat kecurangan dalam pelaporan
keuangan peneliti memberikan sebuah kasus yang akan dijawab
oleh responden. Terdapat beberapa skema kasus dalam soal
tersebut. Responden hanya akan menjawab satu kasus yang
diberikan secara acak.
Pengukuran variabel perilaku tidak etis dalam instrumen
penelitian ini menggunakan jenis data nominal. Apabila
responden menjawab akan melakukan markup maka
dikategorikan 1, dan apabila responden menjawab tidak akan
melakukan markup maka dikategorikan 0. Tabel 3.8 berikut ini
menyajikan pengelompokan variabel kecurangan pelaporan.
Tabel 3.8
Pengelompokan Variabel Kecurangan Pelaporan
Kecurangan Pelaporan Keuangan Kategori
Melakukan markup 1
Tidak melakukan markup 0
Sumber: Data Primer yang diolah, 2018
43
F. Metode Analisis Data
Metode dalam menganalisis data dalam penelitian ini dilakukan
melalui beberapa tahapan yaitu menggunakan statistik deskriptif, uji
kualitas data dan uji hipotesis.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif meliputi berbagai teknik yang digunakan untuk
meringkas dan menggambarkan data numerik agar mudah
diinterpretasikan (Kazmier, 2004). Data deskriptif ini bisa bersumber
dari nilai mean, standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum,
range, kurtosis, dan skewness (Ghozali, 2001). Statistik deskriptif di
dalam penelitian ini berguna untuk mengetahui deskriptif data
demografi responden dan deskriptif data variabel.
2. Uji Kualitas Data
Dalam uji kualitas data peneliti melakukan pengujian secara
langsung. Jika terdapat pernyataan yang tidak valid maka peneliti akan
melakukan eliminasi pada pernyataan yang tidak valid tersebut.
a. Uji Validitas
Di dalam penelitian eksperimen ini uji validitas dengan
face validity dan content validity. Peneliti melakukan face
validity terhadap variabel otoritas atasan untuk melakukan
fraud dan kecurangan pelaporan oleh Akuntan. Dalam
penelitian ini melakukan face validity dengan meminta orang
profesional untuk membaca kasus dan meminta pendapat
44
mengenai kasus tersebut. Face validity digunakan karena
kasus yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kasus
yang diadopsi dan dilakukan sedikit modifikasi dari penelitian
sebelumnya.
Selanjutnya content validity (validitas isi) digunakan untuk
variabel kecerdasan spiritual dengan melakukan korelasi skor
item pernyataan dengan jumlah skor total dari pernyataan.
Pengujian validitas variabel menggunakan signifikansi 0,05
dengan kriteria pengujian adalah sebagai berikut:
1) Jika r hitung ≥ r tabel (uji 2 sisi dengan signifikansi
0,05) maka item-item pertanyaan yang terdapat dalam
instrumen atau item-item berkorelasi signifikan
terhadap skor total item pernyataan, maka instrumen
atau item-item pertanyaan dinyatakan valid.
2) Jika r hitung < r tabel (uji 2 sisi dengan signifikansi
0,05) maka item-item pernyataan yang terdapat dalam
instrumen atau item-item tidak berkorelasi signifikan
terhadap skor total item pernyataan, maka instrumen
atau item-item pernyataan dinyatakan tidak valid.
b. Uji Reabilitas
Uji reabilitas adalah sebuah uji yang dilakukan untuk
sejauh mana suatu instrumen dapat diandalkan dan dapat
dipercaya untuk mengukur suatu objek yang akan di ukur. Uji
45
ini bertujuan untuk dapat melihat konsistensi jawaban
responden terhadap pernyataan dari waktu ke waktu (Ghozali
2001). Dalam mengukur reabilitas digunakan metode
cronbach’s alpha. Instrumen atau item-item dapat dikatakan
realibel apabila cronbach’s alpha lebih besar dari 0,7
(Nunnaly, 1994 dalam Ghozali, 2001). Uji reabilitas akan
memberikan gambaran sejauh mana suatu kuesioner dapat
diandalkan.
3. Uji Hipotesis
Dalam penelitian eksperimen ini data variabel terikat (Y) adalah
data nominal, maka pengujian hipotesis yang tepat menurut Sugiyono
(2007) adalah Chi-Square (X2). Peneliti untuk menguji hipotesis 1 dan
2 dengan melakukan Chi-Square (X2) 2 sampel. Sedangkan untuk
hipotesis 3a dan 3b melakukan Chi-Square (X2) K sampel dan Post
Hoc Test. Menurut Sugiyono (2007) Chi-Square (X2) 2 sampel adalah
untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel bila datanya berbentuk
nominal. Chi-Square (X2) K sampel adalah untuk menguji hipotesis
komparatif lebih dari dua sampel bila datanya berbentuk nominal.
Dasar pengambilan keputusan Chi-Square (X2) adalah sebagai
berikut:
a. Berdasarkan perbandingan nilai Chi-Square hitung dengan
Chi-Square tabel.
46
1) Jika Chi-Square hitung < Chi-Square tabel, maka H0
diterima
2) Jika Chi-Square hitung > Chi-Square tabel, maka H0
ditolak
b. Berdasarkan Signifikansi 0,05
1) Jika Signifikansi > 0,05, maka H0 diterima
2) Jika Signifikansi < 0,05, maka H0 ditolak
Post Hoc Test adalah uji lanjutan untuk melihat kelompok sampel
mana yang signifikan (beda). Pada penelitian ini untuk melakukan Post
Hoc Test (uji lanjutan) menggunakan metode yang dikembangkan
Beasley (1995) menggunakan nilai Adjusted Standardized Residual
yang terdapat pada hasil uji Chi-Square (X2). Nilai Adjusted
Standardized Residual tersebut kemudian dilakukan Transfrom
menggunakan bantuan Software SPSS untuk mengetahui nilai P-Value
(Signifikansi). Taraf α (alpha) 0,05 diteori Beasley (1995) harus
dilakukan adjusted (penyesuaian) dengan cara dibagi berdasarkan
jumlah kelompok yang di uji.
Dasar pengambilan keputusan Post Hoc Test Beasley (1995)
adalah sebagai berikut:
a. Jika P-Value > α (alpha) adjusted, maka tidak signifikan.
b. Jika P-Value < α (alpha) adjusted, maka signifikan.
47
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini diawali dengan melakukan pilot test yang dilakukan
pada tanggal 10 Februari 2018 pada mahasiswa akuntansi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta angkatan 2014 yang mengikuti kelas pelatihan
pajak. Pilot test ini bertujuan untuk melakukan face validity untuk kasus
yang diberikan dan content validity untuk pernyataan yang diberikan.
Jumlah pernyataan untuk variabel kecerdasan spiritual yang di ajukan
berjumlah 45, dari hasil pilot test ini pernyataan yang valid hanya
berjumlah 12 pernyataan, yang kemudian pernyataan tersebut
digunakan untuk penelitian yang sesungguhnya. Untuk melihat data
lengkap dari hasil pilot test ini dapat dilihat dilampiran 2.
Penelitian ini dalam mengumpulkan data menggunakan metode
eksperimen dengan responden penelitian mahasiswa akuntansi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini tidak terbatas untuk angkatan
tertentu, tetapi menggunakan prasyarat yakni khusus untuk mahasiswa
yang telah mengikuti mata kuliah pengauditan 1 dan pengauditan 2.
Pengambilan data pada penlitian ini dilakukan pada 19 April 2018.
Peneliti menggunakan satu ruang kelas untuk mengumpulkan
48
responden agar dapat menjalankan prosedur eksperimen dengan
semestinya. Peneliti menggunakan kelas dengan mata kuliah Akuntansi
perbankan dan mengundang mahasiswa akuntansi lainnya untuk
mengikuti penelitan eksperimen tersebut. Peneliti mendapatkan data
berjumlah 57 dan seluruh data tersebut dapat dilakukan olah lanjutan.
2. Karakteristik Profil Responden
Responden penelitian mahasiswa akuntansi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini tidak terbatas untuk angkatan
tertentu, tetapi menggunakan prasyarat yakni khusus untuk mahasiswa
yang telah mengikuti mata kuliah pengauditan 1 dan pengauditan 2.
a. Deskripsi responden berdasarkan mata kuliah yang telah
diambil.
Tabel 4.1 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi responden
berdasarkan mata kuliah yang telah diambil
Tabel 4.1
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Mata Kuliah
Mata Kuliah
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Pengauditan
1 dan 2
57 100,0 100,0 100,0
Sumber: Data Primer yang diolah, 2018
Tabel 4.1 menunjukan bahwa 57 atau 100% responden dalam
penelitian ini semuanya telah mengambil mata kuliah pengauditan
1 dan 2. Hal ini menunjukan bahwa semua responden telah lulus uji
prasyarat dalam penelitian eksperimen ini.
49
b. Deskripsi responden berdasarkan angkatan tahun masuk
Tabel 4.2 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi responden
berdasarkan angkatan tahun masuk
Tabel 4.2
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Angkatan
Sumber: Data Primer yang diolah, 2018
Tabel 4.2 menunjukan bahwa penelitian ini didominasi oleh
mahasiswa yang berasal dari angkatan 2015 sebanyak 51 responden
atau 89,5%. Angkatan 2014 berada di urutan ke dua dengan 5
responden atau 8,8% dan sisanya berasal dari angkatan 2013 yakni
1 responden atau 1,8%.
c. Deskripsi responden berdasarkan angkatan tahun masuk
Tabel 4.3 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi responden
berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.3
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Angkatan
Sumber: Data Primer yang diolah, 2018
Angkatan
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 2013 1 1,8 1,8 1,8
2014 5 8,8 8,8 10,5
2015 51 89,5 89,5 100,0
Total 57 100,0 100,0
Jenis Kelamin
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Laki-Laki 18 31,6 31,6 31,6
Perempuan 39 68,4 68,4 100,0
Total 57 100,0 100,0
50
Tabel 4.3 menunjukan bahwa responden yang berjenis kelamin
Perempuan berjumlah 39 responden atau 68,4% dan sisanya
berjenis kelamin Laki-Laki berjumlah 18 responden atau 31,6%.
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kecerdasan
spiritual, otoritas atasan untuk melakukan fraud dan kecurangan
pelaporan oleh akuntan. Peneliti dalam menentukan variabel tinggi
atau rendah kecerdasan spiritual responden dengan cara
membandingkan jumlah skor yang didapatkan dengan nilai tengah
skor keseluruhan responden. Apabila jumlah skor tiap responden
diatas nilai tengah dari skor keseluruhan maka dapat disimpulkan
kecerdasan responden itu tinggi, sebaliknya apabila skor responden
dibawah nilai tengah maka kecerdasan spiritual responden rendah.
Variabel-variabel tersebut akan diuji secara statistik deskriptif seperti
yang disajikan dalam tabel-tabel berikut ini. Tabel 4.4 berikut ini
menampilkan nilai tengah variabel kecerdasan spiritual.
Tabel 4.4
Hasil Uji Statistik Nilai Tengah Kecerdasan Spiritual
Sumber : Data Primer yang diolah, 2018
Statistics
Total Skor Kecerdasan Spiritual
N Valid 57
Missing 0
Mean 43,51
Median 44,00
51
Tabel 4.4 menunjukan nilai tengah dari skor variabel kecerdasan
spiritual. Peneliti menggunakan nilai median sebagai nilai tengah
variabel kecerdasan spiritual yaitu sebesar 44 untuk menentukan
tinggi atau rendahnya kecerdasan spiritual responden.
Tabel 4.5
Hasil Uji Deskriptif Variabel Kecerdasan Spiritual
Sumber : Data Primer yang diolah, 2018
Tabel 4.5 menunjukan jumlah responden yang memiliki
kecerdasan spiritual yang tinggi berjumlah 31 responden atau 54,4%
dan kecerdasan spiritual yang rendah berjumlah 26 responden atau
45,6%.
Tabel 4.6
Hasil Uji Deskriptif Variabel Otoritas Atasan Untuk
Melakukan Fraud
Sumber: Data Primer yang diolah, 2018
Kecerdasan Spiritual (X1)
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Rendah 26 45,6 45,6 45,6
Tinggi 31 54,4 54,4 100,0
Total 57 100,0 100,0
Otoritas Atasan (X2)
Frequenc
y
Percen
t
Valid
Percent
Cumulativ
e Percent
Vali
d
Tidak Ada
Otoritas
29 50,9 50,9 50,9
Ada Otoritas 28 49,1 49,1 100,0
Total 57 100,0 100,0
52
Tabel 4.6 menunjukan hasil bahwa responden yang mendapatkan
kasus tidak ada otoritas atasan untuk melakukan fraud berjumlah 29
responden atau 50.9% dan responden yang mendapatkan kasus ada
otoritas atasan untuk melakukan fraud berjumlah 49,1%.
Tabel 4.7
Hasil Uji Deskriptif Interaksi Variabel Kecerdasan Spiritual
dan Otoritas Atasan Untuk Melakukan Fraud
Sumber: Data Primer yang diolah, 2018
Tabel 4.7 menunjukan hasil interaksi antara variabel kecerdasan
spiritual dan otoritas atasan untuk melakukan fraud. Dari tabel 4.7
diperoleh kelompok responden kecerdasan spiritual rendah dengan
ada otoritas atasan berjumlah 13 responden atau 22,8%, kelompok
responden kecerdasan spiritual tinggi dengan ada otoritas atasan
berjumlah 15 responden atau 26,3%, kelompok responden kecerdasan
spiritual tinggi dengan tidak ada otoritas atasan berjumlah 13
responden atau 22,8%, dan kelompok responden kecerdasan spiritual
tinggi dengan tidak ada otoritas atasan berjumlah 16 responden atau
28,1%.
Interaksi X1 dan X2
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Spiritual Rendah
Ada Otoritas
13 22,8 22,8 22,8
Spiritual Tinggi
Ada Otoritas
15 26,3 26,3 49,1
Spiritual Rendah
Tidak Ada Otoritas
13 22,8 22,8 71,9
Spiritual Tinggi
Tidak Ada Otoritas
16 28,1 28,1 100,0
Total 57 100,0 100,0
53
Tabel 4.8
Hasil Uji Deskriptif Variabel Kecurangan Pelaporan Oleh
Akuntan
Sumber : Data Primer yang diolah, 2018
Tabel 4.8 menunjukan hasil variabel kecurangan pelaporan oleh
akuntan, sebanyak 34 responden atau 59,65% memilih untuk tidak
melakukan kecurangan, sedangkan sisanya sebanyak 23 responden
atau 40,4% memilih untuk melakukan kecurangan pelaporan.
2. Hasil Uji Kualitas Data
a. Uji Validitas
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
kecerdasan spiritual, otoritas atasan untuk melakukan fraud dan
kecurangan pelaporan oleh akuntan. Untuk uji validitas dalam
penelitian terdapat dua macam yaitu face validity dan content
validty. Face validity digunakan untuk instrumen variabel otoritas
atasan untuk melakukan fraud dan kecurangan pelaporan oleh
akuntan dikarenakan peneliti mengadopsi dan sedikit memodifikasi
dari penelitian sebelumnya. Sedangkan untuk instrumen kuesioner
kecerdasan spiritual dilakukan content validity. Berikut ini tabel 4.9
yang menunjukan hasil uji validitas untuk variabel kecerdasan
spiritual.
Kecurangan (Y)
Frequenc
y Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak
Melakukan
34 59,6 59,6 59,6
Melakukan 23 40,4 40,4 100,0
Total 57 100,0 100,0
54
Tabel 4.9
Hasil Uji Validitas Variabel Kecerdasan Spiritual
Sumber: Data Primer yang diolah, 2018
Berdasarkan tabel 4.9 seluruh item pernyataan variabel
kecerdasan spiritual memiliki nilai Sig(2-tailed) di bawah 0,05. Hal
tersebut menunjukan bahwa variabel kecerdasan spiritual dapat
dinyatakan valid.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi dari
suatu item instrumen untuk mengukur sesuatu yang akan diukur.
Suatu item instrumen dapat dikatakan reliabel apabila memiliki
nilai Cronbach's Alpha di atas 0,7. Berikut ini tabel 4.10 yang
menunjukan hasil uji reliabilitas untuk variabel kecerdasan
spiritual.
Pernyataan
Pearson
Corelation Sig.(2-tailed) Keterangan
SQ1 0,365** 0,005 Valid
SQ2 0,622** 0,000 Valid
SQ3 0,293* 0,027 Valid
SQ4 0,471** 0,000 Valid
SQ5 0,579** 0,000 Valid
SQ6 0,530** 0,000 Valid
SQ7 0,645** 0,000 Valid
SQ8 0,468** 0,000 Valid
SQ9 0,423** 0,001 Valid
SQ10 0,469** 0,000 Valid
SQ11 0,542** 0,000 Valid
SQ12 0,452** 0,000 Valid
55
Tabel 4.10
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kecerdasan Spiritual
Sumber: Data Primer yang diolah, 2018
Tabel 4.10 menunjukan hasil bahwa 12 item pernyataan
variabel kecerdasan spiritual memiliki nilai Cronbach's Alpha
sebesar 0,712 di atas 0,7. Hal ini dapat disimpulkan bahwa 12 item
pernyataan variabel kecerdasan spiritual reliabel.
3. Hasil Uji Hipotesis
a. Uji Chi-Square Test 2 sampel (X2) H1
Tabel 4.11
Uji Hipotesis Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan Spiritual (X1) * Kecurangan (Y)
Crosstabulation
Faktor Kecerdasan Spiritual Hasil
Rendah N = 26
Kecurangan = 16
Presentase = 61,5%
Tinggi N = 31
Kecurangan = 7
Presentase = 22,6%
Sumber: Data Primer yang diolah, 2018
Untuk dapat melakukan uji hipotesis 1 ini harus memenuhi
syarat, yaitu jumlah kecurangan yang dilakukan oleh kelompok
responden kecerdasan spiritual rendah harus lebih tinggi dari
responden kecerdasan spiritual tinggi. Dari tabel 4.11 diketahui
responden yang memiliki kecerdasan spiritual rendah yang
melakukan kasus kecurangan sebanyak 61,5% atau dengan jumlah
16 (enam belas) kasus, lebih tinggi dibandingkan dengan
Cronbach's Alpha Item Pernyataan Keterangan
0,712 12 Reliabel
56
responden yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi yang
melakukan kasus kecurangan sebanyak 22,6% atau dengan jumlah
7 (tujuh) kasus. Dengan begitu syarat untuk melakukan uji
hipotesis ini terpenuhi. Selanjutnya dapat dilakukan uji statistik
menggunakan Chi-Square Test (X2) 2 sampel. Berikut ini tabel
4.12 hasil uji Chi-Square Test (X2) 2 sampel untuk hipotesis 1.
Tabel 4.12
Hasil Uji Chi-Square Hipotesis 1
Sumber: Data Primer yang diolah, 2018
Tabel 4.12 merupakan hasil Chi-Square Test (X2) 2 sampel
untuk hipotesis 1, yang bertujuan untuk mengetahui apakah
terdapat perbedaaan antara kasus kecurangan yang dilakukan pada
saat kondisi kecerdasan spiritual rendah dan kondisi kecerdasan
spiritual tinggi, yang didukung oleh statistik.
Hipotesis 1: Kasus Kecurangan Pelaporan Keuangan di
temukan paling tinggi pada saat kecerdasan spiritual rendah
dibandingkan kecerdasan spiritual tinggi.
Chi-Square Tests
Value Df
Asymptotic
Significance
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-
Square
8,916a 1 ,003
Continuity
Correctionb
7,371 1 ,007
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 10,49.
b. Computed only for a 2x2 table
57
Dari hasil tabel 4.12 Chi-Square Test (X2) Continuity
Correction diperoleh Value (nilai) chi-square sebesar 7,371 lebih
tinggi dengan chi-square tabel sebesar 3,841. Diperoleh juga nilai
signifikansi sebesar 0,007 lebih kecil dibandikan dengan 0,05. Hal
ini berati menolak H0 dan menerima H1 atau hipotesis 1
terdukung. Dapat disimpulkan bahwa kasus kecurangan pelaporan
keuangan di temukan paling tinggi pada saat kecerdasan spiritual
rendah dibandingkan kecerdasan spiritual tinggi didukung secara
statistik.
b. Uji Chi-Square Test 2 sampel (X2) H2
Tabel 4.13
Uji Hipotesis Otoritas Atasan
Otoritas Atasan (X2) * Kecurangan (Y) Crosstabulation
Faktor Otoritas Atasan Hasil
Tidak Ada Otoritas N = 29
Kecurangan = 6
Presentase = 20,7%
Ada Otoritas N = 28
Kecurangan = 17
Presentase = 60,7%
Sumber: Data Primer yang diolah, 2018
Untuk dapat melakukan uji hipotesis 2 ini harus memenuhi
syarat, yaitu jumlah kecurangan yang dilakukan oleh responden
yang terdapat kondisi otoritas atasan harus lebih tinggi dari
responden yang tidak terdapat kondisi otoritas atasan. Dari tabel
4.13 diketahui pada saat kondisi terdapat otoritas atasan yang
melakukan kasus kecurangan sebanyak 60,7% dengan 17 (tujuh
58
belas) kasus, lebih tinggi dibandingkan dengan pada saat kondisi
tidak terdapat otoritas atasan yang melakukan kasus kecurangan
sebanyak 20,7% dengan 6 (enam) kasus. Dengan begitu syarat
untuk melakukan uji hipotesis ini terpenuhi. Selanjutnya dapat
dilakukan uji statistik menggunakan Chi-Square Test (X2) 2
Sampel. Berikut ini tabel 4.14 hasil uji Chi-Square Test (X2) 2
sampel untuk hipotesis 2.
Tabel 4.14
Hasil Uji Chi-Square Hipotesis 2
Sumber: Data Primer yang diolah, 2018
Tabel 4.14 merupakan hasil Chi-Square Test (X2) 2 sampel
untuk hipotesis 2 untuk mengetahui apakah terdapat perbedaaan
antara kasus kecurangan yang dilakukan pada saat kondisi terdapat
otoritas atasan dan kondisi tidak terdapat otoritas atasan, yang
didukung oleh statistik.
Chi-Square Tests
Value Df
Asymptotic
Significance
(2-sided)
Exact
Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-
Square 9,482
a 1 ,002
Continuity
Correctionb
7,892 1 ,005
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 11,30.
b. Computed only for a 2x2 table
59
Sumber : Data Primer yang diolah, 2018
Hipotesis 2 : Kasus Kecurangan Pelaporan Keuangan di
temukan paling tinggi pada saat terdapat otoritas atasan
dibandingkan tidak terdapat otoritas atasan.
Dari hasil tabel 4.14 Chi-Square Test (X2) Continuity
Correction diperoleh Value (nilai) chi-square sebesar 7,892 lebih
tinggi dengan chi-square table sebesar 3,841. Diperoleh juga nilai
signifikansi sebesar 0,005 lebih kecil dibandikan dengan 0,05. Hal
ini berati menolak H0 dan menerima H1 atau hipotesis 2
terdukung. Hal ini menunjukan bahwa kasus kecurangan
pelaporan keuangan di temukan paling tinggi pada saat terdapat
otoritas atasan dibandingkan tidak terdapat otoritas atasan
terdukung oleh statistik.
c. Uji Chi-Square Test K sampel (X2) H3a dan H3b
Tabel 4.15
Pengujian Hipotesis H3a dan H3b
Untuk dapat melakukan uji hipotesis 3a dan 3b ini harus
memenuhi syarat, yaitu jumlah kecurangan yang dilakukan pada
saat kondisi kecerdasan spiritual rendah dan terdapat otoritas harus
Faktor Kecerdasan Spiritual
Rendah Tinggi
Fak
tor
Oto
rita
s
Ata
san
Ada
Otoritas
N = 13
Kecurangan = 12
Presentase = 92,3%
N = 15
Kecurangan = 5
Presentase = 33,3%
Tidak Ada
Otoritas
N = 13
Kecurangan = 4
Presentase = 30,8%
N = 16
Kecurangan = 2
Presentase = 12,5%
60
lebih tinggi dibandingkan dengan yang lainnya (3a) dan jumlah
kecurangan yang dilakukan pada saat kondisi kecerdasan spiritual
tinggi dan tidak terdapat otoritas harus lebih rendah dibandingkan
dengan yang lainnya (3b). Dari tabel 4.15 diketahui pada saat
kondisi kecerdasan spiritual rendah dan terdapat otoritas atasan
yang melakukan kasus kecurangan sebanyak 92,3% lebih tinggi
dibandingkan dengan yang lainnya (3a), dan pada saat kondisi
kecerdasan spiritual tinggi dan tidak terdapat otoritas atasan yang
melakukan kasus kecurangan sebanyak 12,5% lebih rendah
dibandingkan dengan yang lainnya (3b).
Dengan begitu syarat untuk melakukan uji hipotesis 3a da 3b ini
terpenuhi. Selanjutnya dapat dilakukan uji statistik menggunakan
Chi-Square Test (X2) K Sampel dan Post Hoc Test (uji lanjutan).
Berikut ini tabel 4.16 hasil Chi-Square Test (X2) K Sampel.
Tabel 4.16
Hasil Uji Chi-Square Hipotesis 3a dan 3b
Sumber : Data Primer yang diolah, 2018
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic
Significance
(2-sided)
Pearson Chi-Square 20,540a 3 ,000
Likelihood Ratio 22,631 3 ,000
Linear-by-Linear
Association
16,208 1 ,000
N of Valid Cases 57
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 5,25.
61
Selanjutnya untuk menjawab hipotesis 3a dan 3b tersebut
dilakukan uji statistik menggunakan Chi-Square Test (X2) K
Sampel, untuk mengetahui apakah terdapat perbedaaan antara
kasus kecurangan yang dilakukan pada saat kondisi terdapat
otoritas atasan dan kondisi tidak terdapat otoritas atasan, yang
didukung oleh statistik. Dari hasil tabel 4.16 Chi-Square Test (X2)
Pearson Chi-Square diperoleh Value (nilai) Chi-Square sebesar
20,540 lebih tinggi dengan chi-square tabel sebesar 7,815.
Diperoleh juga nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil
dibandikan dengan 0,05. Hal ini berati menolak H0 dan menerima
H1. Dapat disimpulkan bahwa secara statistik terdapat perbedaan
jumlah kasus kecurangan pada saat empat kondisi yang berbeda.
Untuk menjawab hipotesis 3a dan 3b maka diperlukan Post Hoc
test (uji lanjutan) untuk mengetahui kondisi mana yang paling
signifikan
d. Post Hoc Test untuk Hipotesis 3a dan 3b
Post Hoc test pada Chi-Square dapat dengan menggunakan
teori Beasley (1995) yaitu dengan menggunakan Adjusted
Standardized Residual. Adjusted Standardized ini di konversi
kedalam nilai Chi-Square lalu dilakukan Transfrom untuk mencari
P-value dengan bantuan Software SPSS. Lalu P-Value tersebut
dibandingkan dengan nilai α (alpha) adjusted, yaitu nilai α (alpha
(0,05) yang dibagi jumlah tiap kondisi. Dalam penelitian ini
62
terdapat 4 (empat) kondisi, maka nilai α (alpha) adjusted untuk
Post Hoc Test ini adalah (0,05/4) = 0,0125.
Berikut ini tabel 4.17 hasil Adjusted Standardized Chi-Square
(X2)
Tabel 4.17
Hasil Adjusted Standardized Residual
Sumber : Data Primer yang diolah, 2018
Dari tabel 4.17 diketahui nilai Adjusted Standardized Residual
tiap kondisi kelompok maka dapat dilakukan Post Hoc Test
menggunakan teori Beasley (1995) yang akan dijelaskan pada tabel
4.18.
Faktor Kecerdasan Spiritual
Rendah Tinggi
Fak
tor
Oto
rita
s
Ata
san
Ada
Otoritas
Adjusted
Standardized
Residual = 4,3
Adjusted
Standardized
Residual = -0,6
Tidak Ada
Otoritas
Adjusted
Standardized
Residual = -0,8
Adjusted
Standardized
Residual = -2,7
63
Tabel 4.18
Hasil Post Hoc Test H3a dan H3b
Sumber: Data Primer yang diolah, 2018
Hipotesis 3a : Kasus Kecurangan Pelaporan Keuangan di
temukan paling tinggi pada saat kecerdasan spiritual rendah
dan terdapat otoritas atasan dibandingkan dengan kondisi
lainnya.
Dari tabel 4.18 tersebut untuk hipotesis 3a diperoleh P-value
sebesar 0,00002 lebih rendah dengan α (alpha) adjusted 0,0125,
hal ini menghasilkan Hipotesis 3a terdukung secara statistik.
Kondisi Adjusted
Standardized
Chi-
Square P-Value
α(alpha)
adjusted Hasil
Kecerdasan
Spiritual Rendah
dan Terdapat
Otoritas (3a)
4,3 18,49 0,00002 0,0125 Signifikan
Kecerdasan
Spiritual Tinggi
dan Terdapat
Otoritas
-0,6 0,36 0,54851 0,0125 Tidak
Signifikan
Kecerdasan
Spiritual Rendah
dan Tidak
Terdapat
Otoritas
-0,8 0,64 0,42371 0,0125 Tidak
Signifikan
Kecerdasan
Spiritual Tinggi
dan Tidak
Terdapat
Otoritas (3b)
-2,7 6,25 0,00693 0,0125 Signifikan
64
Hipotesis 3b : Kasus Kecurangan Pelaporan Keuangan di
temukan paling rendah pada saat kecerdasan spiritual tinggi
dan tidak terdapat otoritas atasan dibandingkan dengan
kondisi lainnya.
Dari tabel 4.18 tersebut untuk hipotesis 3b diperoleh P-Value
sebesar 0,00693 lebih rendah dengan α (alpha) adjusted 0,0125,
hal ini menghasilkan Hipotesis 3b terdukung secara statistik.
C. Pembahasan Hasil Uji Hipotesis
1. Kasus Kecurangan Pelaporan Keuangan di Temukan Paling
Tinggi pada saat Kecerdasan Spiritual Rendah dibandingkan
Kecerdasan Spiritual Tinggi.
Hasil uji hipotesis 1 (H1) dengan Chi-Square Test (X2) diperoleh
Value (nilai) chi-square sebesar 7,371 lebih tinggi dengan chi-square
tabel sebesar 3,841. Diperoleh juga nilai signifikansi sebesar 0,007
lebih kecil dibandikan dengan 0,05. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa hipotesis 1 (H1) terdukung. Membuktikan bahwa
kasus kecurangan pelaporan keuangan ditemukan paling tinggi pada
saat kecerdasan spiritual rendah dibandingkan kecerdasan spiritual
tinggi.
Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Zohar dan
Marshall (2002) bahwa, semakin tinggi tingkat kecerdasan spiritual
seseorang akan mempengaruhi untuk melakukan perbuatan hal yang
etis dan menjadi seseorang yang penuh dengan tanggung jawab.
65
Sebaliknya semakin rendah tingkat kecerdasan spiritual seseorang
akan mempengaruhi untuk melakukan perbuatan hal yang tidak etis
(berbuat curang).
Penelitian ini sesuai dengan teori fraud triangle yang
dikemukakan oleh Cressey (1953), yang menyatakan bahwa penyebab
kecurangan (fraud) disebabkan oleh tiga hal yaitu tekanan, kesempatan
dan rasionalisasi. Rasionalisasi adanya anggapan bahwa perbuatan
kecurangan tersebut boleh dilakukan, hal ini bisa disebabkan karena
rendahnya kecerdasan spiritual seseorang, sehingga sulit untuk
menentukan mana perbuatan yang baik dan yang buruk.
Penelitian ini sejalan dengan Sari (2014) yang menyatakan
bahwa kecerdasan spiritual berpengaruh positif terhadap perilaku etis
profesional akuntan. Perilaku etis disini dapat dikaitan dengan perilaku
akuntan dalam membuat laporan keuangan. Penelitian ini konsisten
dengan yang dilakukan oleh Febriana (2010) dan Ika (2011) yang
menemukan kecerdasan spiritual berpengaruh positif terhadap perilaku
etis seorang akuntan.
Maka dapat disimpulkan kecerdasan spiritual sangat penting
dimiliki oleh akuntan. Karena kecerdasan spiritual akan mampu
mencegah individu untuk berbuat negatif dan akan membawa seorang
menjadi individu yang bertanggung jawab atas segala perbuatan yang
dilakukan. Sehingga individu yang memiliki kecerdasan spiritual yang
tinggi akan menerapkan sikap etis didalam kehidupannya.
66
2. Kasus Kecurangan Pelaporan Keuangan ditemukan paling tinggi
pada saat terdapat otoritas atasan dibandingkan tidak terdapat
otoritas atasan.
Hasil uji hipotesis 2 (H2) Chi-Square Test (X2) Continuity
Correction diperoleh Value (nilai) chi-square sebesar 7,892 lebih
tinggi dengan chi-square tabel sebesar 3,841. Diperoleh juga nilai
signifikansi sebesar 0,005 lebih kecil dibandikan dengan 0,05. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa hipotesis 2 (H2) terdukung.
Membuktikan bahwa kasus kecurangan pelaporan keuangan ditemukan
paling tinggi pada saat terdapat otoritas atasan dibandingkan tidak
terdapat otoritas atasan.
Penelitian ini sesuai dengan teori obedience yang dikemukakan
oleh Milgram (1953) yang menyatakan bahwa seseorang akan
cenderung patuh terhadap seseorang dengan posisi otoritas yang lebih
tinggi. Dan juga penelitian ini sesuai dengan teori fraud triangle yang
dikemukakan oleh Cressey (1953), yang menyatakan bahwa penyebab
kecurangan (fraud) disebabkan oleh tiga hal yaitu tekanan, kesempatan
dan rasionalisasi. Tekanan tersebut bisa berasal dari fakotor otoritas
atasan sehingga mendorong seseorang untuk melakukan fraud.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Murphy dan Mayhew (2012) menemukan bahwa otoritas atasan untuk
melaporkan lebih dari seharusnya mempengaruhi individu untuk
67
berperilaku tidak etis. Penlitian ini sejalan dengan penelitian Sofyani
dan Pramita (2014), Bawa dan Yasa (2015) dan, Sofiyani dan Nadia
(2015) dalam penelitiannya menemukan bahwa ketika terdapat otoritas
atasan untuk berbuat curang, maka individu akan cenderung untuk
curang dalam pembuatan laporan keuangan (berlaku tidak etis).
Individu akan cenderung mematuhi hal yang diberikan oleh
otoritas yang lebih tinggi, walaupun melakukan hal atau perbuatan
yang tidak etis. Karena individu tersebut berkeyakinan bahwa yang
betanggung jawab atas perilaku kecurangan tersebut adalah pemberi
otoritas.
3. Hubungan interaksi antara kecerdasan spiritual dan otoritas
atasan untuk melakukan Fraud terhadap perilaku kecurangan
pelaporan keuangan.
Setelah dilakukan uji Chi-Square dan Post Hoc Test untuk
hipotesis 3a (H3a) diperoleh P-value sebesar 0,00002 lebih rendah
dengan α (alpha) adjusted 0,0125, hal ini menghasilkan hipotesis 3a (
H3a) terdukung secara statistik. Dengan demikian menunjukan bahwa
kasus kecurangan pelaporan keuangan di temukan paling tinggi pada
saat kecerdasan spiritual rendah dan terdapat otoritas atasan
dibandingkan dengan kondisi lainnya.
Hal ini menandakan bahwa ketika terdapat kondisi individu
memiliki kecerdasan spiritual yang rendah lalu terdapat interaksi atau
pengaruh dari otoritas atasan untuk melakukan fraud maka individu
68
tersebut cenderung mematuhi perintah atasan tersebut dan berbuat
curang (tidak etis). Hal ini sejalan dengan teori obedience yang
dikemukakan oleh Milgram (1953) bahwa ketika terdapat perintah dari
seseorang yang memiliki otoritas lebih tinggi akan patuh. Begitu juga
sejalan dengan penelitian Bawa dan Yasa (2015) yang menemukan
bahwa kecurangan pelaporan keuangan ditemukan paling tinggi ketika
terdapat otoritas atasan dibandingkan dengan tanpa otoritas atasan.
Faktor kecerdasan spiritual yang rendah tidak mampu mencegah
individu untuk berbuat curang. Hal ini sejalan dengan teori yang
dikemukakan oleh Zohar dan Marshall (2002) bahwa tingkat
kecerdasan spiritual seseorang berpengaruh terhadap perilaku etis
individu tersebut.
Penelitian ini sesuai dengan teori fraud triangle yang
dikemukakan oleh Cressey (1953), yang menyatakan bahwa penyebab
kecurangan (fraud) disebabkan oleh tiga hal yaitu, tekanan,
kesempatan dan rasionalisasi. Tekanan tersebut bisa berasal dari
otoritas atasan yang mendorong untuk melakukan fraud. Ditambah
adanya rasionaliasasi yang beranggapan bahwa perbuatan kecurangan
tersebut boleh dilakukan, hal ini bisa disebabkan karena rendahnya
kecerdasan spiritual seseorang, sehingga sulit untuk menentukan mana
perbuatan yang baik dan yang buruk.
Untuk Hipotesis 3b (H3b) setelah dilakukan uji Chi-Square dan
Post Hoc Test diperoleh P-Value sebesar 0,00693 lebih rendah dengan α
69
(alpha) adjusted 0,0125, hal ini menghasilkan Hipotesis 3b
terdukung secara statistik. Dengan demikian menunjukan bahwa
kasus kecurangan pelaporan keuangan di temukan paling rendah pada
saat kecerdasan spiritual tinggi dan tidak terdapat otoritas atasan
dibandingkan dengan kondisi lainnya.
Penelitian ini sejalan dengan Sari (2014) yang menyatakan bahwa
kecerdasan spiritual berpengaruh positif terhadap perilaku etis
profesional akuntan. Perilaku etis disini dapat dikaitan dengan perilaku
akuntan dalam membuat laporan keuangan. Penelitian ini konsisten
dengan yang dilakukan oleh Febrina (2010) dan Ika (2011) yang
menemukan kecerdasan spiritual berpengaruh positif terhadap perilaku
etis seorang akuntan.
Hal ini menandakan bahwa kecerdasan spiritual seseorang yang
tinggi mampu menjadikan individu untuk berbuat etis dan mampu
mencegah faktor lain yang mendorong individu untuk berbuat curang.
Hal ini sesuai dengan teori yang yang dikemukakan oleh Zohar dan
Marshall (2002) semakin tinggi tingkat kecerdasan spiritual seseorang
akan mempengaruhi untuk melakukan perbuatan hal yang etis dan
menjadi seseorang yang penuh dengan tanggung jawab. Penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sofyani dan Nadia
(2015) yang menyatakan bahwa pendidikan karakter keagaman dapat
memitigasi adanya dorong untuk berbuat tidak etis yang muncul dari
faktor otoritas untuk berbuat curang. Dalam kaitannya dengan
70
penelitian ini, dengan penelitian Sofyani dan Nadia (2015) pendidikan
karakter keagamaan adalah salah satu cara untuk meningkatkan
kecerdasan spiritual individu.
71
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kecerdasan
spritual dan otoritas atasan untuk melakukan fraud terhadap kecurangan
pelaporan oleh akuntan. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen
dengan desain faktorial 2x2 antar subjek. Responden dalam penelitian ini
adalah akuntan yang diwakili oleh mahasiswa akuntansi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Mahasiswa tersebut diberikan sebuah kasus seolah-
olah mereka menjadi akuntan profesional yang bekerja di suatu instansi
atau perusahaan. Berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square (X2) dan Post
Hoc Test maka didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan kondisi kecurangan pelaporan keuangan pada saat
kondisi kecerdasan spiritual rendah dengan kondisi kecerdasan
spiritual tinggi. Ketika kecerdasan spiritual rendah, responden
cenderung untuk berbuat curang dalam membuat laporan keuangan.
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Zohar dan
Marshall (2002).
2. Terdapat perbedaan kondisi kecurangan pelaporan keuangan pada saat
kondisi terdapat otoritas atasan untuk melakukan fraud dengan kondisi
tidak terdapat otoritas atasan untuk melakukan fraud. Ketika terdapat
otoritas atasan untuk melakukan fraud, responden cenderung untuk
72
berbuat curang dalam membuat laporan keuangan. Hal ini sesuai
dengan teori obedience yang dikemukakan oleh Milgram (1953).
3. Terdapat perbedaan kondisi kecurangan pelaporan keuangan pada saat
interaksi kondisi kecerdasan spiritual dengan kondisi otoritas atasan
untuk melakukan fraud.
4. Ketika terdapat interaksi kecerdasan spiritual rendah dan terdapat
otoritas atasan untuk melakukan fraud, responden cenderung untuk
berbuat curang dalam membuat laporan keuangan. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian Murphy dan Mayhew (2012), Bawa dan
Yasa (2015).
5. Ketika terdapat interaksi kecerdasan spiritual tinggi dan tidak terdapat
otoritas atasan untuk melakukan fraud, responden cenderung untuk
berbuat etis (tidak curang) dalam membuat laporan keuangan. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian Sofyani dan Pramita (2014),
Sofyani dan Nadia (2015).
B. Implikasi
Peneliti berharap dengan diadakannya penelitian ini adalah
perusahaan atau instansi dalam menjalankan aktifitas organisasi dengan
mengedepankan nilai-nilai spiritualitas. Selain itu dalam merekrut pegawai
akuntansi, selain memperhatikan kemampuan akademis, juga harus
memperhatikan kecerdasan spiritual. Dengan begitu akan berdampak
kepada proses penyusunan pelaporan keuangan yang berdasarkan nilai-
73
nilai spiritualitas yang akan menghasilkan keakuratan informasi yang
dapat dipercaya oleh pengguna laporan keuangan dan para pemangku
kepentingan.
Peneliti juga berharap dengan adanya penelitian ini dapat memberikan
masukan untuk universitas dalam memberikan pendidikan kepada
mahasiswa tidak hanya berfokus pada nilai akademis mahasiswa. Tetapi
juga harus memperhatikan pendidikan yang mampu meningkatkan
kecerdasan spiritual mahasiswa. Penelitian ini membuktikan bahwa
kecerdasan spiritual individu dapat mempengaruhi perilaku etis. Dengan
begitu pendidikan yang meningkatkan kecerdasan spiritual akan
mempengaruhi perilaku etis pada saat di dunia kerja nantinya.
C. Keterbatasan
Peneliti mengakui dalam melakukan penelitian ini memiliki beberapa
keterbatasan yang dapat menimbulkan bias atau ketidak akuratan sebagai
berikut:
1. Penelitian eksperimen ini menggunakan mahasiswa sebagai responden,
yang memilki pro dan kontra sah atau tidaknya mahasiswa mewakili
responden yang seharusnya adalah individu profesional dibidangnya.
Namun peneliti telah mengantisipasinya dengan membuat kasus
sedemikian rupa agar mahasiswa merasa bekerja di suatu instansi
pemerintahan.
74
2. Walaupun kasus yang diberikan peneliti telah dibuat sedemikian rupa,
namun masih terdapat kekurangan yang mungkin tidak dapat
terkontrol oleh peneliti.
3. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, yang mana terdapat
ahli yang menyatakan bahwa metode eksperimen hanya dapat
dilakukan di tempat dan waktu yang bersamaan. Sehingga peneliti
tidak mungkin mengumpulkan Akuntan profesional di tempat dan
waktu yang bersamaan.
4. Penelitian ini hanya berbentuk menjawab kuesioner dan kasus, bukan
hasil observasi langsung kepada responden yang profesional
dibidangnya. Sehingga kesimpulan dalam penelitian ini hanya berasal
dari data yang didapatkan dalam penelitian ini.
5. Kurangnya sumber refrensi penelitian terdahulu terkait kecerdasan
spiritual yang menggunakan metode penelitian eksperimen faktorial
2x2 antar subjek.
D. Saran
Berdasarkan hasil dan pembasahan penelitian ini, maka peneliti
memberikan saran kepada penelitian berikutnya sebagai berikut:
1. Penelitian berikutnya diharapkan menggunakan responden yang
profesional dibidangnya, untuk menghindari bias dan ketidak akuratan
dalam penelitian.
75
2. Penelitian berikutnya apabila masih menggunakan mahasiswa sebagai
responden diharapkan untuk memperluas sampel penelitiannya. Agar
tidak hanya fokus di satu Universitas saja.
3. Penelitian berikutnya diharapkan menambahkan variabel tambahan
yang mempengaruhi kecurangan pelaporan keuangan oleh akuntan.
4. Penelitian berikutnya diharapkan mendesain penelitian eksperimen
dengan seksama agar semua faktor di luar penelitian eksperimen dapat
terkontrol dengan baik.
5. Penelitian berikutnya diharapkan dalam penelitian eksperimen
menggunakan media lain bukan hanya kasus, namun bisa
menggunakan seperti video agar responden dapat merasakan kondisi
yang sebenarnya.
76
DAFTAR PUSTAKA
Aghion, Philippe. and Jean Tirole. 1997. “Formal And Real Authority In
Organizations”. The Journal of Political Economy. Vol. 105, No. 1,
Februari.
Association of Certified Fraud Examiners. 2016. “Report To The Nations On
Occupatinal Fraud And Abuse”.
Association of Certified Fraud Examiners. 2018. “Report To The Nations On
Occupatinal Fraud And Abuse”.
Bawa, A.A. dan Yasa, G.W., 2015. “Efek Moderasi Locus Of Control Pada
Hubungan Otoritas Atasan Dan Kecurangan Akuntansi”. E-Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. Vol. 5, No.5.
Baron, R. A. and Byrne. 1994. “Social Psychology: Understanding human
interaction”, 7th ed. Boston: Allyn and Bacon.
Beasley, T. Mark and R. E. Schumacker. 1995. “Multiple Regression Approach
to Analyzing Contingency Tables: Post Hoc and Planned Comparison
Procedures”. The Journal of Experimental Education. Vol. 64
Cressey, D. R. 1953. “Other people's money; a study of the social psychology of
embezzlement”. New York, NY, US: Free Press
Dantes, Nyoman., 2017.“Eksperimen dan Analisis Data”. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Emerson, T. L. N., et.al. 2007. “Ethical Attitudes of Accountants: Recent
Evidence from a Practitioners’ Survey”. Journal of Business Ethics 71: 73-
87.
Febrina, Winda. 2010. “Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spritual,
Orientasi Etika Dan Nilai Etika Organisasi Terhadap Perilaku Etis
Akuntan”. Other thesis, Jurnal Fakultas Ekonomi Andalas.
Idris, Seni Fitriani dan Daljono. 2012. “Pengaruh Tekanan Ketaatan,
Kompleksitas Tugas, Pengetahuan dan Persepsi Etis Terhadap Audit
Judgement (Studi Kasus Pada Perwakilan BPKP Provinsi DKI Jakarta)”.
E-Jurnal Universitas Diponegoro.
Ika, Desi. 2011. “Pengaruh kecerdasan emosional dan Spiritual terhadap sikap
etis mahasiswa akuntansi di pandang dari segi gender”. Jurnal keuangan
& bisnis. Vol.3, No.2, Juli.
Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI). 2013. “Standar Auditing (SA) 240:
Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit
77
atas Laporan Keuangan Pertimbangan atas Kecurangan dalam Audit
Laporan Keuangan”. Jakarta: Salemba Empat.
Mafiana. 2016. “Pendeteksian Kecurang Laporan Keuangan Menggunakan
Fraud Diamond”. Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE). Vol. 23, No. 1,
Maret.
Milgram, S. 1963. “Behavioral study of obedience”. Journal of Abnormal and
Social Psychology.
Milgram, S. 1974. “Obedience to Authority An Experimental View”. USA :
Harper & Row Publisher Inc.
Mulia, Anisa Sekar. 2012. “Mengungkap Pemahaman Tentang Akuntansi Dari
Kecerdasan Emosional, Spiritual Dan Sosial Mahasiswa”. Jurnal
Akuntansi multiparadigma, Universitas Brawijaya, Volume 3, No. 3
Murphy, P. R. and B. W. Mayhew. 2012. “The Impact of Authority on
Reporting Behavior”. Working Paper, SSRN.
Permatasari, Meilia. 2016. “Pengaruh Penerapan Reward And Punishment Dan
Job Rotation Terhadap Fraud: Sebuah Studi Eksperimen”. Repository
Univesitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Prasetyo, Whedy. 2012. “Perbedaan Persepsi Nilai-Nilai Spiritualitas Pelaku
Akuntansi (Manajer dan Praktisi) terhadap Akuntansi Kreatif”. Prosiding
Konferensi Nasional Pendidikan Akuntansi Indonesia, Jurusan Akuntansi
FEB Universitas Brawijaya & IAI KAPd
Rafinda, Ascaryan. 2013. “Kemampuan Prediksi Faktor Situasional dan Faktor
Individual pada Perilaku Kecurangan Pelaporan”. Jurnal dan Prosiding
SNA - Simposium Nasional Akuntansi.
Ranoh, Ayub. 1999. “Pemimpin Kharismatis”. Jakarta: Gunung mulia
Sekaran, Uma. 2009. “Research Methods for Business (ebook)”. John Willey and
Son Ltd.
Sari, R.N. 2014. “Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Kecerdasan Spritual
Terhadap Perilaku Etis Para Profesional Akuntansi (Studi Empiris pada
BUMN di kota Padang)”. Jurnal Universitas Negri Padang. Vol 3, No. 2.
Sugiyono. 2007. “Statistik Non Parametris”. Bandung: Alfabeta.
Sujarweni, V.W. dan Poly E. 2012. “Statistika untuk Penelitian”. Jakarta: Graha
Ilmu
Scofield, S. B., T. J. Phillips Jr., and C. D. Bailey.. 2004. “An Empirical
Reanalysis of the Selection-Socialization Hypothesis: A Research Note”.
Accounting, Organizations and Society 29: 543-563.
78
Sofyani, H. dan Nadia, Rahma., 2015. “Pengaruh Faktor Pendidikan Karakter
Keagamaan Dan Otoritas Atasan Untuk Berbuat Curang Terhadap
Perilaku Tidak Etis Akuntan”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia.
Vol. 12, No. 2, Desember.
Sofyani, H. dan Y. D. Pramita., 2014. “Otoritas Atasan, Retaliasi dan
Locus of Control sebagai Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perilaku
Manipulasi Laporan Realisasi Anggaran”. Jurnal Reviu Akuntansi dan
Keuangan, Vol. 3, No. 2, Oktober.
Tinwarul, Fathinah., 2012. “Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan
Intelektual, dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Kinerja Auditor.
Skripsi”.Universitas Negeri Yogyakarta.
Tuanakotta, Theodorus., 2010. “Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif”.
Jakarta: Salemba Empat.
Urumsah, Dekar, Aditya Pandu W., dan Adhetra Januar Putra P. 2016. “Dampak
kecerdasan spiritual terhadap niat melakukan kecurangan”. Jurnal
Akuntansi & Auditing Indonesia. Vol. 20, No. 1, Juni.
Wolfe, David T., and Dana R. Hermanson. 2004. “The Fraud Diamond:
Considering the Four Elements of Fraud”. CPA Journal 74.12, 38-42.
Zohar, Zanah dan Ian Marshall., 2007. “Kecerdasan Spiritual”. Terjemahan
oleh Mizan. Jakarta: Mizan.
81
SURAT KETERANGAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, Dosen pengampu mata kuliah Akuntansi
Perbankan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, menerangkan bahwa:
Nama: Irwansyah
NIM: 11140820000047
Judul: Pengaruh Kecerdasan Spiritual dan Otoritas Atasan untuk Melakukan
Fraud terhadap Kecurangan Pelaporan Keuangan oleh Akuntan
Bahwa nama tersebut telah benar-benar melakukan penelitian di kelas Akuntansi
Perbankan semester enam (6) pada tanggal 19 April 2018.
Demikianlah surat ini dibuat dengan sebenarnya agar dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Jakarta, 19 April 2018
Zuwesty Eka Putri, M.Ak
NIP: 198004162009012006
83
Hasil Uji Validitas Pilot Test Variabel Kecerdasan Spiritual
Valid Pearson
Correlation
Sig. (2-tailed) N Keterangan
SQ1 0,340 0,143 20 Tidak Valid
SQ2 0,374 0,104 20 Tidak Valid
SQ3 0,021 0,931 20 Tidak Valid
SQ4 0,450* 0,047 20 Valid
SQ5 0,138 0,563 20 Tidak Valid
SQ6 0,459* 0,042 20 Valid
SQ7 0,192 0,416 20 Tidak Valid
SQ8 0,274 0,243 20 Tidak Valid
SQ9 0,294 0,208 20 Tidak Valid
SQ10 0,370 0,108 20 Tidak Valid
SQ11 0,008 0,975 20 Tidak Valid
SQ12 0,482* 0,031 20 Valid
SQ13 0,733**
0,000 20 Valid
SQ14 0,586**
0,007 20 Valid
SQ15 0,428 0,060 20 Tidak Valid
SQ16 0,445* 0,050 20 Valid
SQ17 0,372 0,106 20 Tidak Valid
SQ18 0,428 0,060 20 Tidak Valid
SQ19 -0,061 0,797 20 Tidak Valid
SQ20 -0,115 0,629 20 Tidak Valid
SQ21 0,313 0,179 20 Tidak Valid
SQ22 0,334 0,150 20 Tidak Valid
SQ23 0,272 0,246 20 Tidak Valid
SQ24 0,445* 0,049 20 Valid
SQ25 0,121 0,612 20 Tidak Valid
SQ26 -0,270 0,250 20 Tidak Valid
SQ27 0,363 0,116 20 Tidak Valid
SQ28 0,665**
0,001 20 Valid
SQ29 0,399 0,081 20 Tidak Valid
SQ30 0,537* 0,015 20 Valid
SQ31 0,492* 0,028 20 Valid
SQ32 0,421 0,065 20 Tidak Valid
SQ33 0,320 0,169 20 Tidak Valid
SQ34 -0,080 0,736 20 Tidak Valid
Bersambung pada halaman berikutnya
84
Valid Pearson
Correlation
Sig. (2-tailed) N Keterangan
SQ35 -0,341 0,141 20 Tidak Valid
SQ36 -0,412 0,071 20 Tidak Valid
SQ37 0,345 0,136 20 Tidak Valid
SQ38 0,349 0,132 20 Tidak Valid
SQ39 0,539* 0,014 20 Valid
SQ40 0,216 0,361 20 Tidak Valid
SQ41 0,293 0,209 20 Tidak Valid
SQ42 0,554* 0,011 20 Valid
SQ43 0,359 0,120 20 Tidak Valid
SQ44 0,235 0,318 20 Tidak Valid
SQ45 0,206 0,383 20 Tidak Valid
Hasil Uji Reliabilitas Pilot Test Variabel Kecerdasan Spiritual
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 20 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 20 100,0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
,712 ,751 45
Bersambung pada halaman berikutnya
85
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Squared Multiple
Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
VAR00001 158,3500 110,345 ,260 . ,703
VAR00002 158,8000 109,221 ,290 . ,701
VAR00003 158,6000 116,779 -,066 . ,721
VAR00004 158,6500 108,134 ,377 . ,697
VAR00005 158,6500 114,661 ,069 . ,713
VAR00006 157,5500 111,524 ,420 . ,701
VAR00007 157,8500 113,082 ,097 . ,713
VAR00008 158,8500 109,818 ,142 . ,714
VAR00009 157,6000 112,463 ,235 . ,706
VAR00010 157,5000 111,842 ,320 . ,703
VAR00011 158,7500 117,776 -,112 . ,731
VAR00012 159,5500 108,997 ,425 . ,697
VAR00013 158,8000 102,168 ,688 . ,678
VAR00014 159,4500 104,155 ,516 . ,687
VAR00015 158,6000 107,411 ,339 . ,698
VAR00016 158,6500 107,818 ,367 . ,697
VAR00017 158,5500 110,366 ,304 . ,702
VAR00018 158,2000 110,379 ,373 . ,700
VAR00019 158,7500 117,776 -,127 . ,721
VAR00020 158,1500 119,503 -,199 . ,728
VAR00021 158,0000 111,579 ,245 . ,705
VAR00022 157,9500 111,418 ,270 . ,704
VAR00023 157,9000 112,621 ,209 . ,707
VAR00024 158,0500 107,734 ,366 . ,697
VAR00025 158,5000 114,684 ,023 . ,718
VAR00026 158,5500 122,261 -,343 . ,734
VAR00027 157,5500 111,945 ,313 . ,703
VAR00028 158,2500 107,566 ,630 . ,691
VAR00029 158,1500 112,345 ,360 . ,703
VAR00030 158,1000 108,516 ,487 . ,695
VAR00031 157,8000 108,168 ,430 . ,695
VAR00032 158,9000 108,095 ,338 . ,698
VAR00033 157,6500 112,134 ,263 . ,705
VAR00034 157,7500 118,513 -,158 . ,724
Bersambung pada halaman berikutnya
86
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Squared Multiple
Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
VAR00035 159,9500 124,155 -,415 . ,739
VAR00036 159,5000 125,000 -,477 . ,740
VAR00037 158,2000 110,800 ,275 . ,703
VAR00038 158,2000 112,063 ,297 . ,704
VAR00039 158,5500 106,787 ,477 . ,692
VAR00040 158,4000 112,674 ,126 . ,711
VAR00041 157,8000 112,800 ,240 . ,706
VAR00042 158,3000 105,063 ,482 . ,689
VAR00043 158,1000 110,832 ,293 . ,703
VAR00044 158,9000 112,516 ,153 . ,709
VAR00045 159,1500 112,450 ,098 . ,714
88
KUESIONER PENELITIAN
A
Semua data yang anda berikan digunakan untuk kepentingan uji
statistik pengujian hipotesis penelitian. Setiap data yang anda berikan
akan di jaga kerahasiannya
~ Terima kasih ~
89
KUESIONER PENELITIAN
Harap isi biodata saudara/i terlebih dahulu pada formulir di bawah ini:
(Data ini hanya untuk kepentingan penelitian. Setiap data yang anda berikan akan di jaga kerahasiannya).
Umur : .................... Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki Perempuan
Tahun Masuk : .............................................................................................
Mata kuliah yang sudah diambil : Pengauditan 1
Pengauditan 2
Berilah tanda silang (X) pada pernyataan yang ada di bawah ini sesuai dengan
tingkat kesetujuan Anda pada kolom yang telah disediakan.
SS= Sangat Setuju; S= Setuju; N= Neteral; TS= Tidak Setuju; dan STS= Sangat
Tidak Setuju
No Pernyataan STS TS N S SS
1 Saya mudah akrab dengan teman yang baru saya
kenal
2 Saya dapat merasakan kehadiran Tuhan pada setiap
aktivitas saya
3 Terkadang muncul rasa terpaksa untuk melakukan
perbuatan tertentu
4 Saya selalu sabar dalam menghadapi kesulitan
5 Terkadang saya bertanya mengapa harus saya yang
menerima cobaan
6 Saya merasa iri melihat kondisi orang lain yang
lebih sehat dari saya
7 Beramal atau beribadah bagi saya hanya sekadar
menjalankan perintah agama
8 Saya mengorbankan rasa ego saya untuk membantu
orang lain, meskipun saya tidak mengenalnya
90
No Pernyataan STS TS N S SS
9 Saya selalu bersedekah tanpa diminta
10 Saya berpikir sekecil apapun makluk pasti memiliki
hubungan dengan yang lainnya
11 Saya mengikuti kajian agama untuk memahami
ilmu-ilmu agama
12 Saat berbuat baik, saya ingin orang melihat apa
yang saya lakukan
91
KODE : A
Pada tahap ini, saudara/i diminta untuk membaca cerita dibawah ini,
kemudian memberikan pendapat (bukan jawaban) atas pertanyaan yang
diajukan.
Laporan Realisasi Anggaran dan Kinerja
Doni adalah seorang staf keuangan di dinas ABC Propinsi XYZ.
Berdasarkan peraturan, kinerja dinas ABC diukur berdasarkan penyerapan
anggaran. Jika anggaran dinas terserap seluruhnya, maka kinerja dinas akan
dinilai bagus. Bagusnya kinerja dinas akan berdampak pada penerimaan anggaran
tahun mendatang yang lebih tinggi atau minimal sama dengan anggaran tahun
sekarang. Oleh karena penilaian dinas ABC diukur dengan tingkat penyerapan
anggaran tersebut, maka Kepala Dinas selaku atasan Doni memberikan tugas
kepada Doni untuk mengelola keuangan dinas dan juga melaporkan realisasi
anggaran dinas sebaik-baiknya.
Pada tahun berjalan sekarang, Doni sadar bahwa penyerapan anggaran di
dinasnya masih rendah, hanya berkisar 60% dari dana yang dianggarkan. Padahal
tahun berjalan anggaran akan segera berakhir tiga bulan lagi. Jika dalam kurun
waktu tiga bulan ke depan anggaran tidak terserap, maka besar kemungkinan
anggaran dinas tahun depan akan dikurangi oleh badan anggaran.
Untuk memperlihatkan bahwa anggaran terserap, Doni bisa saja
menyiasatinya dengan membuat laporan anggaran mark-up. Sepengalaman Doni
dalam membuat laporan realisasi anggaran, ia berkesimpulan bahwa jika laporan
dibuat dengan melakukan mark-up maksimal 10% maka anggaran akan
dilaporkan terserap seluruhnya, dan ia yakin hal itu akan ditolerir oleh Badan
Pengawas Keuangan (BPK), sehingga tidak dinilai sebagai kecurangan yang
membawanya ke kasus hukum.
Dalam posisi ini, Doni bingung apakah harus melaporkan realisasi
anggaran dengan wajar tetapi kinerja instansi akan dinilai rendah, atau membuat
laporan realisasi anggaran dengan mark up tetapi kinerja instansi akan dinilai
92
bagus. Jika kinerja dinilai rendah, maka anggaran tahun depan akan rendah pula.
Hal itu akan berimbas pada kesejahteraan pegawai di instansi yang juga menurun.
Sebaliknya, jika anggaran tetap tinggi, maka uang tersebut bisa digunakan
untuk memberikan tunjangan kepada pegawai dan meningkatkan kesejahteraan
pegawai instansi. Dengan demikian Doni akan menolong banyak pegawai dinas
dalam meningkatkan penghasilan mereka yang digunakan untuk keperluan
sekolah anak-anak para pegawai, kebutuhan rumah tangga, dan untuk keperluan
lainnya.
Dalam kasus ini, Doni sendiri tidak mendapatkan insentif atau sangsi
(hukuman) apapun dan dari siapapun atas tindakannya apakah melaporkan
realisasi anggaran dengan nilai sesungguhnya dan kinerja akan tampak rendah,
ataupun melaporkan realisasi anggaran dengan melakukan mark-up tetapi kinerja
tampak tinggi.
Jika anda adalah Doni, apakah yang anda akan lakukan? (beri tanda
silang (X) pada jawaban Anda; a atau b)
a. Membuat laporan realisasi anggaran dengan mark up 10%.
b. Membuat laporan realisasi anggaran sesuai dengan yang sesungguhnya,
tanpa mark up.
93
KUESIONER PENELITIAN
B
Semua data yang anda berikan digunakan untuk kepentingan uji
statistik pengujian hipotesis penelitian. Setiap data yang anda berikan
akan di jaga kerahasiannya
~ Terima kasih ~
94
KUESIONER PENELITIAN
Harap isi biodata saudara/i terlebih dahulu pada formulir di bawah ini:
(Data ini hanya untuk kepentingan penelitian. Setiap data yang anda berikan akan di jaga kerahasiannya).
Umur : .................... Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki Perempuan
Tahun Masuk : .............................................................................................
Mata kuliah yang sudah diambil : Pengauditan 1
Pengauditan 2
Berilah tanda silang (X) pada pernyataan yang ada di bawah ini sesuai dengan
tingkat kesetujuan Anda pada kolom yang telah disediakan.
SS= Sangat Setuju; S= Setuju; N= Neteral; TS= Tidak Setuju; dan STS= Sangat
Tidak Setuju
No Pernyataan STS TS N S SS
1 Saya mudah akrab dengan teman yang baru saya
kenal
2 Saya dapat merasakan kehadiran Tuhan pada setiap
aktivitas saya
3 Terkadang muncul rasa terpaksa untuk melakukan
perbuatan tertentu
4 Saya selalu sabar dalam menghadapi kesulitan
5 Terkadang saya bertanya mengapa harus saya yang
menerima cobaan
6 Saya merasa iri melihat kondisi orang lain yang
lebih sehat dari saya
7 Beramal atau beribadah bagi saya hanya sekadar
menjalankan perintah agama
8 Saya mengorbankan rasa ego saya untuk membantu
orang lain, meskipun saya tidak mengenalnya
95
No Pernyataan STS TS N S SS
9 Saya selalu bersedekah tanpa diminta
10 Saya berpikir sekecil apapun makluk pasti memiliki
hubungan dengan yang lainnya
11 Saya mengikuti kajian agama untuk memahami
ilmu-ilmu agama
12 Saat berbuat baik, saya ingin orang melihat apa
yang saya lakukan
96
KODE : B
Pada tahap ini, saudara/i diminta untuk membaca cerita dibawah ini,
kemudian memberikan pendapat (bukan jawaban) atas pertanyaan yang
diajukan.
Laporan Realisasi Anggaran dan Kinerja
Doni adalah seorang staf keuangan di dinas ABC propinsi XYZ.
Berdasarkan peraturan, kinerja dinas ABC diukur berdasarkan penyerapan
anggaran. Jika anggaran dinas terserap seluruhnya, maka kinerja dinas akan
dinilai bagus. Bagusnya kinerja dinas akan berdampak pada penerimaan anggaran
tahun mendatang yang lebih tinggi atau minimal sama dengan anggaran tahun
sekarang.
Oleh karena penilaian dinas ABC diukur dengan tingkat penyerapan
anggaran tersebut, maka Kepala Dinas selaku pemberi otoritas keuangan kepada
Doni yang berlaku sebagai staf keuangan dinas, meminta Doni untuk melaporkan
realisasi anggaran yang lebih tinggi dari nilai sesungguhnya. Hal itu dikarenakan
pada tahun berjalan sekarang, penyerapan anggaran di dinasnya masih rendah,
hanya berkisar 60% dari dana yang dianggarkan. Padahal tahun berjalan anggaran
akan segera berakhir tiga bulan lagi. Jika dalam kurun waktu tiga bulan ke depan
anggaran tidak terserap, maka besar kemungkinan anggaran dinas tahun depan
akan dikurangi oleh badan anggaran.
Kepala Dinas menyampaikan, untuk memperlihatkan bahwa anggaran
terserap, maka Doni diberikan otoritas dalam membuat laporan realisasi anggaran
dengan melakukan mark-up maksimal 10%. Mark-up yang tidak lebih dari 10%
ditolerir oleh BPK sehingga tidak dinilai sebagai kecurangan melainkan hanya
dinilai sebagai inefesiensi pengelolaan keuangan instansi.
Kepala Dinas juga meyakinkan kepada Doni, jika pelaporan tidak
melakukan mark-up, maka kinerja instansi akan dinilai rendah, dan anggaran
tahun mendatang akan dikurangi. Hal itu akan berimbas pada kesejahteraan
pegawai di instansi yang juga menurun, karena jika anggaran tetap tinggi, maka
uang tersebut bisa digunakan untuk memberikan tunjangan kepada pegawai dan
meningkatkan kesejahteraan pegawai instansi. Dengan demikian Doni akan
97
menolong banyak pegawai dinas dalam meningkatkan penghasilan mereka yang
digunakan untuk keperluan sekolah anak-anak para pegawai, kebutuhan rumah
tangga, dan untuk keperluan lainnya.
Jika pelaporan yang dibuat Doni tidak sesuai dengan kehendak Kepala
Dinas dan berujung pada kinerja instansi dinilai rendah dan tahun mendatang
anggaran untuk intansi juga rendah, maka Doni terancam dikurangi tunjangan
gajinya dan mendapat hambatan karir dari Kadin. Hal itu tentu berimbas pada
menurunnya kesejahteraan Doni dan keluarganya.
Jika anda adalah Doni, apakah yang anda akan lakukan? (beri tanda
silang (X) pada jawaban Anda; a atau b)
a. Membuat laporan realisasi anggaran sesuai dengan yang sesungguhnya,
tanpa mark up.
b. Membuat laporan realisasi anggaran dengan mark up 10%.
99
DAFTAR IDENTITAS RESPONDEN
No
Jenis
Kelamin Angkatan Umur Audit 1 dan 2
1 2 3 21 1
2 1 2 21 1
3 1 1 23 1
4 2 3 20 1
5 1 3 20 1
6 1 3 21 1
7 2 3 20 1
8 2 3 21 1
9 2 3 20 1
10 2 3 20 1
11 2 3 20 1
12 2 3 20 1
13 2 3 20 1
14 2 2 21 1
15 2 3 20 1
16 2 2 22 1
17 1 3 21 1
18 1 3 20 1
19 2 3 20 1
20 1 3 20 1
21 2 3 20 1
22 2 3 20 1
23 2 3 20 1
24 2 3 20 1
25 2 3 20 1
26 2 3 20 1
27 2 3 20 1
28 1 3 20 1
29 2 3 20 1
30 2 3 21 1
31 2 3 20 1
32 2 3 20 1
33 2 3 21 1
34 2 3 20 1
35 1 3 21 1
36 1 3 20 1
Bersambung pada halaman berikutnya
100
No
Jenis
Kelamin Angkatan Umur Audit 1 dan 2
37 2 3 20 1
38 2 3 20 1
39 2 3 21 1
40 1 3 21 1
41 2 3 21 1
42 2 3 20 1
43 2 3 20 1
44 2 3 20 1
45 2 3 20 1
46 1 3 20 1
47 2 3 20 1
48 1 2 22 1
49 1 2 21 1
50 1 3 20 1
51 2 3 20 1
52 1 3 21 1
53 2 3 20 1
54 1 3 21 1
55 1 3 20 1
56 2 3 20 1
57 2 3 20 1
Jenis Kelamin : 1 = Laki-laki
2 = Wanita
Angkatan : 1 = 2013
2 = 2014
3 = 2015
DAFTAR IDENTITAS RESPONDEN (Lanjutan)
102
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL KECERDASAN SPIRITUAL
Responden SQ1 SQ2 SQ3 SQ4 SQ5 SQ6 SQ7 SQ8 SQ9 SQ10 SQ11 SQ12
Kasus
A 1 4 5 2 4 2 3 4 4 4 4 4 4
A 2 3 5 2 3 2 3 4 3 5 5 5 4
A 3 4 3 2 4 4 4 5 5 4 3 3 4
A 4 4 5 3 4 2 4 5 4 4 4 4 4
A 5 2 3 1 3 2 2 2 3 3 3 2 4
A 6 3 4 3 4 3 3 2 3 3 4 4 3
A 7 3 4 2 3 3 2 3 3 3 5 3 4
A 8 4 5 2 4 1 2 4 4 4 5 5 3
A 9 4 3 2 2 2 3 3 3 3 4 3 3
A 10 4 5 1 4 1 2 5 3 4 5 5 4
A 11 4 5 3 3 3 3 4 4 5 4 4 4
A 12 3 5 3 3 2 2 4 3 3 4 3 4
A 13 4 5 3 4 5 3 5 4 4 5 4 5
A 14 4 5 3 4 2 3 5 3 3 4 3 5
A 15 3 5 3 4 2 3 4 4 4 4 5 1
A 16 4 5 2 4 4 4 4 2 4 5 4 5
A 17 4 5 3 4 3 5 4 5 4 4 4 4
A 18 2 2 1 3 1 3 3 3 3 5 4 4
A 19 3 4 3 3 3 3 4 3 4 5 3 2
A 20 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4
102
103
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL KECERDASAN SPIRITUAL
Responden SQ1 SQ2 SQ3 SQ4 SQ5 SQ6 SQ7 SQ8 SQ9 SQ10 SQ11 SQ12
Kasus
A 21 3 5 3 3 3 4 4 4 4 5 5 4
A 22 3 4 2 2 2 3 3 3 3 4 3 4
A 23 4 5 2 3 3 3 4 3 5 5 3 4
A 24 5 4 4 5 1 2 4 5 5 4 4 4
A 25 3 4 3 3 2 2 3 4 4 4 4 4
A 26 2 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4
A 27 4 4 2 4 4 4 5 5 4 5 4 5
A 28 4 5 3 4 4 3 5 3 3 5 5 5
A 29 4 5 3 3 4 5 5 3 3 5 5 5
B 30 4 5 2 3 3 3 4 3 5 5 3 4
B 31 4 4 3 4 4 4 5 4 4 4 3 4
B 32 4 5 2 4 4 3 4 5 5 5 5 4
B 33 4 4 3 5 5 3 4 3 4 5 5 4
B 34 2 4 2 3 4 4 4 4 3 4 4 4
B 35 4 4 2 4 1 4 4 3 3 4 5 5
B 36 4 4 3 4 2 4 4 3 4 4 4 2
B 37 3 5 3 4 2 2 5 4 4 4 4 5
B 38 5 5 2 3 2 4 4 5 4 5 3 4
B 39 4 5 1 4 1 4 5 5 4 5 4 5
B 40 2 5 2 4 4 5 5 4 4 5 4 5
B 41 4 5 3 4 3 3 5 4 4 4 4 5
B 42 3 5 3 4 4 4 4 4 4 5 4 4
Bersambung pada halaman berikutnya
103
104
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL KECERDASAN SPIRITUAL
Responden SQ1 SQ2 SQ3 SQ4 SQ5 SQ6 SQ7 SQ8 SQ9 SQ10 SQ11 SQ12
Kasus
B 43 4 3 3 3 2 3 3 3 3 4 4 3
B 44 4 3 2 3 3 3 3 3 5 4 3 4
B 45 4 5 3 3 2 2 3 4 4 4 3 3
B 46 4 5 3 4 4 4 4 5 4 5 5 5
B 47 4 5 2 4 2 3 3 5 4 5 5 4
B 48 4 3 2 3 2 3 4 4 4 4 3 4
B 49 3 3 4 5 2 2 3 3 4 3 3 2
B 50 4 4 4 4 4 5 4 4 3 4 4 4
B 51 5 4 2 4 1 4 5 3 3 3 3 4
B 52 4 4 3 4 2 3 2 2 4 4 3 5
B 53 4 5 2 3 2 3 4 4 3 3 2 5
B 54 3 4 3 4 4 5 5 4 5 4 3 5
B 55 4 3 2 4 1 2 5 3 3 4 3 4
B 56 3 4 2 4 2 3 2 5 4 4 3 3
B 57 5 5 1 4 3 2 5 3 4 5 4 3
104
105
DAFTAR JAWABAN KASUS RESPONDEN
Responden Kceurangan
Responden Kecurangan
Responden Kecurangan
1 0
21 0
41 0
2 0
22 0
42 0
3 0
23 0
43 1
4 1
24 0
44 1
5 0
25 1
45 1
6 0
26 0
46 0
7 1
27 0
47 1
8 0
28 0
48 1
9 0
29 1
49 1
10 0
30 0
50 1
11 0
31 1
51 1
12 0
32 0
52 1
13 0
33 0
53 1
14 0
34 1
54 0
15 1
35 1
55 1
16 0
36 0
56 1
17 0
37 1
57 0
18 1
38 0
19 0
39 1
20 0
40 0
105
107
Karakteristik Profil Responden
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Mata Kuliah yang Telah
diambil
Mata Kuliah
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Pengauditan 1 57 100,0 100,0 100,0
Mata Kuliah
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Pengauditan 2 57 100,0 100,0 100,0
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Laki-Laki 18 31,6 31,6 31,6
Perempuan 39 68,4 68,4 100,0
Total 57 100,0 100,0
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia
Umur
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 20 39 68,4 68,4 68,4
21 15 26,3 26,3 94,7
22 2 3,5 3,5 98,2
23 1 1,8 1,8 100,0
Total 57 100,0 100,0
108
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Angkatan
Angkatan
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 2013 1 1,8 1,8 1,8
2014 5 8,8 8,8 10,5
2015 51 89,5 89,5 100,0
Total 57 100,0 100,0
109
Hasil Uji Validitas Kecerdasan Spiritual
Correlations
SQ1 SQ2 SQ3 SQ4 SQ5 SQ6 SQ7 SQ8 SQ9 SQ10 SQ11 SQ12
Total Skor Kecerdasan
Spiritual
SQ1 Pearson Correlation 1 ,243 ,031 ,291* -,108 -,023 ,317* ,166 ,229 ,062 ,046 ,099 ,365**
Sig. (2-tailed) ,069 ,820 ,028 ,424 ,868 ,016 ,218 ,086 ,648 ,733 ,463 ,005
N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57
SQ2 Pearson Correlation ,243 1 ,093 ,152 ,171 ,110 ,397** ,242 ,287* ,431** ,388** ,242 ,622**
Sig. (2-tailed) ,069 ,493 ,260 ,204 ,414 ,002 ,070 ,030 ,001 ,003 ,070 ,000
N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57
SQ3 Pearson Correlation ,031 ,093 1 ,278* ,285* ,146 ,013 ,044 ,064 -,213 ,109 -,126 ,293*
Sig. (2-tailed) ,820 ,493 ,036 ,031 ,277 ,923 ,745 ,635 ,112 ,417 ,352 ,027
N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57
SQ4 Pearson Correlation ,291* ,152 ,278* 1 ,091 ,043 ,302* ,247 ,215 -,002 ,316* ,051 ,471**
Sig. (2-tailed) ,028 ,260 ,036 ,500 ,749 ,022 ,064 ,108 ,986 ,017 ,708 ,000
N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57
SQ5 Pearson Correlation -,108 ,171 ,285* ,091 1 ,464** ,233 ,086 ,163 ,281* ,158 ,252 ,579**
Sig. (2-tailed) ,424 ,204 ,031 ,500 ,000 ,081 ,525 ,225 ,034 ,241 ,059 ,000
N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57
SQ6 Pearson Correlation -,023 ,110 ,146 ,043 ,464** 1 ,326* ,220 -,017 ,082 ,170 ,303* ,530**
Sig. (2-tailed) ,868 ,414 ,277 ,749 ,000 ,013 ,101 ,903 ,545 ,206 ,022 ,000
109
110
N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57
SQ7 Pearson Correlation ,317* ,397** ,013 ,302* ,233 ,326* 1 ,192 ,118 ,204 ,244 ,372** ,645**
Sig. (2-tailed) ,016 ,002 ,923 ,022 ,081 ,013 ,153 ,380 ,128 ,067 ,004 ,000
N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57
SQ8 Pearson Correlation ,166 ,242 ,044 ,247 ,086 ,220 ,192 1 ,317* ,046 ,156 ,092 ,468**
Sig. (2-tailed) ,218 ,070 ,745 ,064 ,525 ,101 ,153 ,016 ,735 ,248 ,498 ,000
N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57
SQ9 Pearson Correlation ,229 ,287* ,064 ,215 ,163 -,017 ,118 ,317* 1 ,265* ,129 -,036 ,423**
Sig. (2-tailed) ,086 ,030 ,635 ,108 ,225 ,903 ,380 ,016 ,047 ,338 ,788 ,001
N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57
SQ10 Pearson Correlation ,062 ,431** -,213 -,002 ,281* ,082 ,204 ,046 ,265* 1 ,546** ,172 ,469**
Sig. (2-tailed) ,648 ,001 ,112 ,986 ,034 ,545 ,128 ,735 ,047 ,000 ,202 ,000
N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57
SQ11 Pearson Correlation ,046 ,388** ,109 ,316* ,158 ,170 ,244 ,156 ,129 ,546** 1 ,045 ,542**
Sig. (2-tailed) ,733 ,003 ,417 ,017 ,241 ,206 ,067 ,248 ,338 ,000 ,742 ,000
N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57
SQ12 Pearson Correlation ,099 ,242 -,126 ,051 ,252 ,303* ,372** ,092 -,036 ,172 ,045 1 ,452**
Sig. (2-tailed) ,463 ,070 ,352 ,708 ,059 ,022 ,004 ,498 ,788 ,202 ,742 ,000
N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57
Total
Skor
Pearson Correlation ,365** ,622** ,293* ,471** ,579** ,530** ,645** ,468** ,423** ,469** ,542** ,452** 1
Sig. (2-tailed) ,005 ,000 ,027 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,001 ,000 ,000 ,000
110
111
Kecer
dasan
Spirit
ual
N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
111
112
Hasil Uji Reliabilitas Kecerdasan Spiritual
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 57 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 57 100,0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,712 12
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
SQ1 3,63 ,747 57
SQ2 4,33 ,787 57
SQ3 2,47 ,734 57
SQ4 3,61 ,648 57
SQ5 2,67 1,107 57
SQ6 3,25 ,892 57
SQ7 3,98 ,876 57
SQ8 3,65 ,813 57
SQ9 3,82 ,658 57
SQ10 4,32 ,631 57
SQ11 3,79 ,818 57
SQ12 3,98 ,876 57
113
Inter-Item Correlation Matrix
SQ1 SQ2 SQ3 SQ4 SQ5 SQ6 SQ7 SQ8 SQ9 SQ10 SQ11 SQ12
SQ1 1,000 ,243 ,031 ,291 -,108 -,023 ,317 ,166 ,229 ,062 ,046 ,099
SQ2 ,243 1,000 ,093 ,152 ,171 ,110 ,397 ,242 ,287 ,431 ,388 ,242
SQ3 ,031 ,093 1,000 ,278 ,285 ,146 ,013 ,044 ,064 -,213 ,109 -,126
SQ4 ,291 ,152 ,278 1,000 ,091 ,043 ,302 ,247 ,215 -,002 ,316 ,051
SQ5 -,108 ,171 ,285 ,091 1,000 ,464 ,233 ,086 ,163 ,281 ,158 ,252
SQ6 -,023 ,110 ,146 ,043 ,464 1,000 ,326 ,220 -,017 ,082 ,170 ,303
SQ7 ,317 ,397 ,013 ,302 ,233 ,326 1,000 ,192 ,118 ,204 ,244 ,372
SQ8 ,166 ,242 ,044 ,247 ,086 ,220 ,192 1,000 ,317 ,046 ,156 ,092
SQ9 ,229 ,287 ,064 ,215 ,163 -,017 ,118 ,317 1,000 ,265 ,129 -,036
SQ10 ,062 ,431 -,213 -,002 ,281 ,082 ,204 ,046 ,265 1,000 ,546 ,172
SQ11 ,046 ,388 ,109 ,316 ,158 ,170 ,244 ,156 ,129 ,546 1,000 ,045
SQ12 ,099 ,242 -,126 ,051 ,252 ,303 ,372 ,092 -,036 ,172 ,045 1,000
Hasil Uji Deskriptif Nilai Tengah Kecerdasan Spiritual
Statistics
Total Skor Kecerdasan
Spiritual
N Valid 57
Missing 0
Mean 43,51
Median 44,00
Mode 40a
Sum 2480
a. Multiple modes exist.
The smallest value is
shown
114
TINGKAT KECERDASAN SPIRITUAL RESPONDEN
Responden
Tingkat
SQ
Responden
Tingkat
SQ
Responden
Tingkat
SQ
1 Tinggi
21 Tinggi
41 Tinggi
2 Tinggi
22 Rendah
42 Tinggi
3 Tinggi
23 Tinggi
43 Rendah
4 Tinggi
24 Tinggi
44 Rendah
5 Rendah
25 Rendah
45 Rendah
6 Rendah
26 Rendah
46 Tinggi
7 Rendah
27 Tinggi
47 Tinggi
8 Rendah
28 Tinggi
48 Rendah
9 Rendah
29 Tinggi
49 Rendah
10 Rendah
30 Tinggi
50 Tinggi
11 Tinggi
31 Tinggi
51 Rendah
12 Rendah
32 Tinggi
52 Rendah
13 Tinggi
33 Tinggi
53 Rendah
14 Tinggi
34 Rendah
54 Tinggi
15 Rendah
35 Rendah
55 Rendah
16 Tinggi
36 Rendah
56 Rendah
17 Tinggi
37 Tinggi
57 Tinggi
18 Rendah
38 Tinggi
19 Rendah
39 Tinggi
20 Tinggi
40 Tinggi
115
HASIL UJI CHI-SQUARE (X2) DAN POST HOC TEST
1. Uji Hipotesis 1
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kecerdasan Spiritual
(X1) * Kecurangan (Y)
57 100,0% 0 0,0% 57 100,0
%
Kecerdasan Spiritual (X1) * Kecurangan (Y) Crosstabulation
Kecurangan (Y)
Total Tidak Melakukan
Melakuka
n
Kecerdasa
n Spiritual
(X1)
Rendah Count 10 16 26
% within Kecerdasan
Spiritual (X1)
38,5% 61,5% 100,0
%
Tinggi Count 24 7 31
% within Kecerdasan
Spiritual (X1)
77,4% 22,6% 100,0
%
Total Count 34 23 57
% within Kecerdasan
Spiritual (X1)
59,6% 40,4% 100,0
%
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic
Significance (2-
sided)
Exact
Sig. (2-
sided)
Exact
Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 8,916a 1 ,003
Continuity Correctionb 7,371 1 ,007
Likelihood Ratio 9,118 1 ,003
Fisher's Exact Test ,006 ,003
Linear-by-Linear
Association
8,760 1 ,003
N of Valid Cases 57
116
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
10,49.
b. Computed only for a 2x2 table
2. Uji Hipotesis 2
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Otoritas Atasan
(X2) * Kecurangan
(Y)
57 100,0
%
0 0,0% 57 100,0%
Otoritas Atasan (X2) * Kecurangan (Y) Crosstabulation
Kecurangan (Y)
Total
Tidak
Melakukan Melakukan
Otoritas
Atasan (X2)
Tidak
Ada
Otoritas
Count 23 6 29
% within
Otoritas Atasan
(X2)
79,3% 20,7% 100,0
%
Ada
Otoritas
Count 11 17 28
% within
Otoritas Atasan
(X2)
39,3% 60,7% 100,0
%
Total Count 34 23 57
% within
Otoritas Atasan
(X2)
59,6% 40,4% 100,0
%
117
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic
Significance
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 9,482a 1 ,002
Continuity Correctionb 7,892 1 ,005
Likelihood Ratio 9,793 1 ,002
Fisher's Exact Test ,003 ,002
Linear-by-Linear
Association
9,315 1 ,002
N of Valid Cases 57
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 11,30.
b. Computed only for a 2x2 table
3. Uji Hipotesis 3a dan 3b
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kelompok *
Kecurangan (Y)
57 100,0
%
0 0,0% 57 100,0%
Kelompok * Kecurangan (Y) Crosstabulation
Kecurangan (Y)
Total Tidak Melakukan Melakukan
Kelompok Spiritual
Rendah Ada
Otoritas
Count 1 12 13
% within
Kelompok
7,7% 92,3% 100,0%
Spiritual Tinggi
Ada Otoritas
Count 10 5 15
% within
Kelompok
66,7% 33,3% 100,0%
Spiritual
Rendah Tidak
Ada Otoritas
Count 9 4 13
% within
Kelompok
69,2% 30,8% 100,0%
Spiritual Tinggi Count 14 2 16
118
Tidak Ada
Otoritas
% within
Kelompok
87,5% 12,5% 100,0%
Total Count 34 23 57
% within
Kelompok
59,6% 40,4% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic
Significance
(2-sided)
Pearson Chi-Square 20,540a 3 ,000
Likelihood Ratio 22,631 3 ,000
Linear-by-Linear
Association
16,208 1 ,000
N of Valid Cases 57
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 5,25.
4. Uji Post Hoc Test
Kelompok * Kecurangan (Y) Crosstabulation
Adjusted Residual
Kecurangan (Y)
Tidak
Melakukan
Melakuka
n
Kelompok Spiritual Rendah Ada
Otoritas
-4,3 4,3
Spiritual Tinggi Ada
Otoritas
,6 -,6
Spiritual Rendah Tidak
Ada Otoritas
,8 -,8
Spiritual Tinggi Tidak
Ada Otoritas
2,7 -2,7