pengaruh kemungkinan terdeteksinya …repository.fe.unjani.ac.id/pdf/188-199_pengaruh... · ·...
TRANSCRIPT
Proceedings SNEB 2014 hal: 1
PENGARUH KEMUNGKINAN TERDETEKSINYA KECURANGAN,
KEADILAN PAJAK, KETEPATAN PENGALOKASIAN PAJAK, DAN
TEKNOLOGI SISTEM PERPAJAKAN TERHADAP TAX EVASION OLEH
WAJIB PAJAK
(Studi Empiris Pada Wajib Pajak Badan Yang Terdaftar Di KPP Pratama
Wilayah Kota Bandung)
Alifia Syahrina
1), Dudi Pratomo
2) 1)Program Studi Akuntansi, Universitas Telkom
Jl. Telekomunikasi, Terusan Buah Batu, Bandung 40257
email: [email protected] 2)Program Studi Akuntansi, Universitas Telkom
Jl. Telekomunikasi, Terusan Buah Batu, Bandung 40257
email: [email protected]
Abstrak - Saat ini pemerintah berupaya menangani tingginya tingkat tax evasion dengan melakukan pemeriksaan
pajak yang dapat mendeteksi kemungkinan terjadinya kecurangan, meningkatkan keadilan pajak, mengalokasikan pajak dengan tepat, dan mengembangkan teknologi sistem perpajakan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
pengaruh kemungkinan terdeteksinya kecurangan, keadilan pajak, ketepatan pengalokasian pajak, dan teknologi
sistem perpajakan terhadap tax evasion oleh Wajib Pajak Badan di KPP Pratama Wilayah Kota Bandung.
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif verifikatif bersifat kausalitas dengan metode survey.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Wajib Pajak Badan di Wilayah Kota Bandung. Jumlah sampel dalam
penelitian ini sebanyak 400 Wajib Pajak Badan. Metode analisis yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif
dan regresi linear berganda
Berdasarkan hasil penelitian, secara parsial, terdapat pengaruh yang signifikan antara kemungkinan terdeteksinya
kecurangan, keadilan pajak, dan ketepatan pengalokasian pajak terhadap tax evasion. Sedangkan tidak terdapat
pengaruh yang signifikan antara teknologi sistem perpajakan terhadap tax evasion. Sedangkan secara simultan
terdapat pengaruh kemungkinan terdeteksinya kecurangan, keadilan pajak, ketepatan pengalokasian pajak, dan
teknologi sistem perpajakan terhadap tax evasion.
Kata Kunci : Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan, Keadilan Pajak, Ketepatan Pengalokasian Pajak, Teknologi
Sistem Perpajakan, dan Tax Evasion
Proceedings SNEB 2014 hal: 2
I. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Dalam rangka membiayai pelaksanaan
pembangunan nasional, pemerintah terus
meningkatkan penerimaan khususnya dari sektor non
migas dimana yang menjadi andalan adalah
penerimaan dari sektor pajak. Sistem pemungutan
pajak merupakan salah satu elemen penting yang
menunjang keberhasilan pemungutan pajak. Seiring
dengan berjalannya waktu, sejak adanya reformasi di
bidang pajak tahun 1983, Indonesia mulai
menerapkan self assessment system dimana Wajib
Pajak berperan aktif, mulai dari mendaftar diri sebagai Wajib Pajak, mengisi SPT (Surat
Pemberitahuan), menghitung besarnya pajak
terutang, dan menyetorkan kewajibannya.
Dengan menganut self assessment system
pemerintah memberikan kepercayaan penuh kepada
Wajib Pajak. Namun, penerimaan pajak di Indonesia
pada kenyataannya masih rendah dan belum
mencapai apa yang ditargetkan. Fakta di lapangan
menunjukkan dengan fenomena dimana sampai saat
ini pendapatan pemerintah dari sektor pajak
belumlah maksimal, bisa dilihat dari penjelasan
Direktur Jenderal (Ditjen) Pajak, A. Fuad Rachmany, yang memaparkan bahwa realisasi
penerimaan pajak cenderung mengalami penurunan
(www.ANTARAnews.com), berikut target dan
realisasi pada lima tahun terakhir:
Tabel 1
Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Secara
Nasional
Tahun Target
Penerimaan
Pajak
Realisasi
Penerimaan
Pajak
Persentase
Penerimaan
Pajak
2008 609,2
triliun
641 triliun 105,2%
2009 651,9
triliun
641,3
triliun
98,4%
2010 743,3
triliun
723,3
triliun
97,8%
2011 878,6
triliun
873,7
triliun
99,4%
2012 995,2
triliun
916,2
triliun
92,06%
Sumber: (APBN-P 2008, 2009, 2010, 2011 dan
2012)
Salah satu indikasi tidak tercapainya target
penerimaan pajak yaitu adanya praktik penggelapan
pajak (tax evasion) yang dilakukan oleh Wajib
Pajak. Berbagai statement bermunculan, diantaranya
masih ada Wajib Pajak yang tidak melaporkan
semua penghasilannya, serta kasus kerjasama
penggelapan pajak antara petugas pajak dengan
Wajib Pajak (Suminarsasi dan Supriyadi, 2012).
Saat ini pemerintah berupaya untuk menangani
kecurangan dalam perpajakan yaitu degan cara
melakukan pemeriksaan pajak. Melalui pemeriksaan pajak ini kemungkinan terdeteksinya kecurangan
yang dilakukan oleh Wajib Pajak semakin besar.
Selain itu keadilan dalam perpajakan juga
mempengaruhi seseorang untuk melakukan tax
evasion. Wajib Pajak akan menganggap pajak
bersifat adil apabila pajak yang dikenakan sebanding
dengan kemampuan membayar dan manfaat yang
diterima (Waluyo dan Ilyas, 2007:13).
Ketepatan pengalokasian pajak oleh pemerintah
juga mempengaruhi Wajib Pajak dalam melakukan
tax evasion. Dengan banyaknya kasus korupsi pajak dan belum meratanya fasilitas umum membuat
Wajib Pajak cenderung untuk meminimalkan pajak
yang harus dibayarkan. Modernisasi layanan
perpajakan yang dilakukan pemerintah dengan
menggunakan teknologi yang mempermudah
pembayaran dan pelaporan pajak diharapkan
menurunkan tax evasion yang dilakukan oleh Wajib
Pajak.
Untuk itu peneliti melakukan penelitian dengan
judul “Pengaruh Kemungkinan Terdeteksinya
Kecurangan, Keadilan Pajak, Ketepatan
Pengalokasian Pajak, dan Teknologi Sistem
Perpajakan terhadap Tax Evasion oleh Wajib
Pajak (Studi pada Wajib Pajak Badan yang
terdaftar di KPP Pratama Wilayah Kota
Bandung)”.
1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah
diuraikan di atas, maka permasalahan yang dapat
dirumuskan penulis adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kemungkinan terdeteksinya
kecurangan menurut persepsi Wajib Pajak Badan di KPP Pratama Wilayah Kota
Bandung?
2. Bagaimana keadilan pajak menurut persepsi
Wajib Pajak Badan di KPP Pratama Wilayah
Kota Bandung?
3. Bagaimana ketepatan pengalokasian pajak
menurut persepsi Wajib Pajak Badan di KPP
Pratama Wilayah Kota Bandung?
4. Bagaimana teknologi sistem perpajakan
menurut persepsi Wajib Pajak Badan di KPP
Pratama Wilayah Kota Bandung? 5. Bagaimana Tax Evasion menurut persepsi
Wajib Pajak Badan di KPP Pratama Wilayah
Kota Bandung?
Proceedings SNEB 2014 hal: 3
6. Bagaimana kemungkinan terdeteksinya
kecurangan, keadilan pajak, ketepatan
pengalokasian pajak, dan teknologi sistem
perpajakan mempengaruhi tax evasion secara
parsial menurut persepsi Wajib Pajak Badan di
KPP Pratama Wilayah Kota Bandung?
7. Bagaimana kemungkinan terdeteksinya
kecurangan, keadilan pajak, ketepatan
pengalokasian pajak, dan teknologi sistem
perpajakan mempengaruhi tax evasion secara
simultan menurut persepsi Wajib Pajak Badan di KPP Pratama Wilayah Kota Bandung?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah
dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Untuk menganalisis kemungkinan
terdeteksinya kecurangan menurut persepsi
Wajib Pajak Badan di KPP Pratama Wilayah
Kota Bandung.
2. Untuk menganalisis keadilan pajak menurut persepsi Wajib Pajak Badan di KPP Pratama
Wilayah Kota Bandung.
3. Untuk menganalisis ketepatan pengalokasian
pajak menurut persepsi Wajib Pajak Badan di
KPP Pratama Wilayah Kota Bandung.
4. Untuk menganalisis teknologi sistem
perpajakan menurut persepsi Wajib Pajak
Badan di KPP Pratama Wilayah Kota
Bandung.
5. Untuk menganalisis tax evasion menurut
persepsi Wajib Pajak Badan di KPP Pratama Wilayah Kota Bandung.
6. Untuk menganalisis pengaruh kemungkinan
terdeteksinya kecurangan, keadilan pajak,
ketepatan pengalokasian pajak, dan teknologi
sistem perpajakan terhadap tax evasion secara
parsial menurut persepsi Wajib Pajak Badan di
KPP Pratama Wilayah Kota Bandung.
7. Untuk menganalisis pengaruh kemungkinan
terdeteksinya kecurangan, keadilan pajak,
ketepatan pengalokasian pajak, dan teknologi
sistem perpajakan terhadap tax evasion secara
simultan menurut persepsi Wajib Pajak Badan di KPP Pratama Wilayah Kota Bandung.
II. LANDASAN TEORI
2.1. Tinjauan Pustaka
1. Pajak
Rahmat Soemitro, dalam Resmi (2011:1),
mendefinisikan pajak adalah iuran rakyat kepada
kas Negara berdasarkan undang-undang (yang
dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum.
2. Wajib Pajak
Berdasarkan pasal 1 Undang-Undang Nomor 16
Tahun 2000 pengertian wajib pajak adalah orang
pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak,
pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang
mempunyai hak dan kewajiban perpajakan. Badan
adalah sekumpulan orang atau modal yang
merupakan suatu kesatuan baik yang melakukan
usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang
meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer,
perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma,
kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi
sosial politik, dan organisasi lainnya, lembaga dan
bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi
dan bentuk usaha tetap.
3. Tax Evasion
Menurut Rahayu (2010:149) tax evasion adalah
cara illegal untuk tidak membayar pajak dengan
melakukan tindakan menyimpang (irregular act)
dalam berbagai bentuk kecurangan (frauds) yang dilakuakn dengan sengaja dan dalam keadaan sadar.
4. Pemeriksaan Pajak
Menurut Mardiasmo (2011:52) pemeriksaan
adalah serangkaian kegiatan untuk mencari,
mengumpulkan, mengolah data dan atau keterangan
lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam
rangka melaksanakan ketentuan peratruran
perundang-undangan perpajakan.
5. Keadilan Pajak
Menurut Waluyo dan Ilyas (2003:13) yang dimaksud keadilan pajak adalah apabila pajak yang
dikenakan kepada Orang Pribadi ataupun Badan
seharusnya sebanding dengan kemampuannya
membayar pajak (ability to pay) dan sesuai dengan
manfaat yang diterimanya.
6. Ketepatan Pengalokasian Pajak
Menurut Sari dan Dwinuri (2009) yang
dimaksud dengan ketepatan pengalokasian pajak
yaitu pemanfaatan dana pajak yang tercantum
dalam APBN dan mendistribusikannya kembali ke
masyarakat ke dalam bentuk fasilitas umum yang
diberikan pemerintah. 7. Teknologi Sistem Perpajakan
Menurut Pandiangan (2007:34) modernisasi
administrasi perpajakan modern dapat berjalan
dengan baik apabila didukung dengan aspek
teknologi informasi sistem perpajakan. Teknologi
sistem perpajakan yaitu proses pembaharuan
dibidang teknologi informasi yang berkaitan
dengan sistem administrasi perpajakan.
1.2. Kerangka Pemikiran
Proceedings SNEB 2014 hal: 4
Gambar 1
Kerangka Pemikiran
2.3. Hipotesis Penelitian 1. Kemungkinan terdeteksinya kecurangan
berpengaruh secara negatif signifikan terhadap
tax evasion menurut persepsi wajib pajak
badan di KPP Pratama Wilayah Kota Bandung.
2. Keadilan pajak berpengaruh secara negatif
signifikan terhadap tax evasion menurut
persepsi wajib pajak badan di KPP Pratama
Wilayah Kota Bandung.
3. Ketepatan pengalokasian pajak berpengaruh secara negatif signifikan terhadap tax evasion
menurut persepsi wajib pajak badan di KPP
Pratama Wilayah Kota Bandung.
4. Teknologi sistem perpajakan berpengaruh
secara negatif signifikan terhadap tax evasion
menurut persepsi wajib pajak badan di KPP
Pratama Wilayah Kota Bandung.
5. Kemungkinan terdeteksinya kecurangan,
keadilan pajak, ketepatan pengalokasian pajak,
dan teknologi sistem perpajakan berpengaruh
secara negatif signifikan terhadap tax evasion
menurut persepsi wajib pajak badan di KPP Pratama Wilayah Kota Bandung.
2.4. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian
deskriptif verifikatif bersifat kausalitas. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
survey. Teknik analisis data yang digunakan adalah
analisis regresi linier berganda. Sumber data dalam
penelitian ini adalah sumber data primer yang
diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner kepada responden yang telah ditentukan, yaitu Wajib Pajak
Badan yang terdaftar di KPP Pratama pada Kota
Bandung.
2.5. Operasionalisasi Variabel
1. Variabel Independen
Variabel independen menurut Sugiyono (2010:4), merupakan variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel
independen dalam penelitian adalah Kemungkinan
Terdeteksinya Kecurangan (X1), Keadilan Pajak
(X2), Ketepatan Pengalokasian Pajak (X3), dan
Teknologi Sistem Perpajakan (X4). Kemungkinan
terdeteksinya kecurangan diukur dengan
menggunakan indikator pemeriksaan terhadap
interpretasi undang-undang yang tidak benar,
pemeriksaan terhadap kesalahan hitung,
pemeriksaan terhadap penggelapan secara khusus
dari penghasilan, pemeriksaan terhadap
pemotongan dan pengurangan beban pajak yang
tidak sesungguhnya. Keadilan pajak diukur dengan menggunakan indikator benefit principle dan ability
principle. Ketepatan pengalokasian pajak diukur
dengan indikator perbaikan jalan yang rusak,
pembangunan jalan tol, penyelenggaraan
pendidikan nasional, pemeliharaan kesehatan
masyarakat, penanggulangan bencana alam, dan
penyelenggaraan pertahanan dan keamanan.
Sedangkan teknologi sistem perpajakan diukur
dengan indikator e-Registration, e-SPT, e-Filling,
dan e-Payment.
2. Variabel Dependen (Y) Variabel dependen adalah variabel yang menjadi
perhatian utama peneliti (Sekaran, 2007:116).
Variabel dependen pada penelitian ini adalah tax
evasion (Y) yang diukur dengan indikator Kondisi
lingkungan, Pelayanan fiskus yang mengecewakan,
Tarif pajak yang terlalu tinggi, Sistem administrasi
perpajakan yang buruk.
2.7. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
Wajib Pajak Badan yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama pada Kota
Bandung yaitu KPP Pratama Bandung Bojonegara,
KPP Pratama Bandung Cibeunying, KPP Pratama
Bandung Cicadas, KPP Pratama Bandung Karees,
dan KPP Pratama Bandung Tegallega sebanyak
49.273 Wajib Pajak Badan.
Jumlah sampel dalam penelitian ini dihitung
dengan menggunakan rumus Slovin sehingga
menghasilkan jumlah sampel sebanyak 400 Wajib
Pajak Badan. Metode pengambilan sampling yang
digunakan di dalam penelitian ini adalah accidental
sampling, yaitu mengambil responden sebagai sampling secara kebetulan, yaitu siapa saja yang
secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat
digunakan sebagai sampel bila orang yang
kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data yaitu
adalah WP Badan dengan kode SPT 1771 dan
1771S.
2.8. Uji Validitas dan Reliabilitas Uji validitas menurut Sekaran (2006:84)
digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya
suatu butir pertanyaan. Uji signifikan dilakukan dengan membandingkan nilai rhitung dengan rtabel
untuk degree of freedom (df) = n – 2 dan alpha =
0,05. Jika rhitung lebih besar dari rtabel dan bernilai
Proceedings SNEB 2014 hal: 5
positif, maka butir atau pertanyaan atau indikator
tersebut dinyatakan valid.
menurut Arikunto (2006:178) Uji reliabilitas
dilakukan untuk mengukur sejauh mana instrumen
alat ukur yang digunakan (kuesioner) dapat
diandalkan atau dapat mengukur jawaban
responden secara konsisten. Skala pengukuran
menurut Ghozali dalam (2008:42) dikatakan
mempunyai reliabilitas jika angka Cronbach’s
Alpha memenuhi nilai minimal Alpha 0, 6.
2.9. Teknik Analisis Data
1. Analisis Statistik Deskriptif
Menurut Sugiyono (2012:94) langkah pertama
yang harus dilakukan adalah menentukan skor ideal
yang digunakan untuk menghitung skor untuk
menentukan rating scale dan jumlah seluruh
jawaban. Untuk menghitung skor ideal digunakan
rumus sebagai berikut:
Skor Kriterium = Nilai skala x Jumlah responden
Selanjutnya, skor yang telah diperoleh kemudian
dihitung menggunakan persentase persetujuan untuk mengetahui jumlah jawaban dari para
responden menggunakan rumus sebagai berikut:
P = 𝑓
𝑛 x 100%
keterangan:
P : Persentase
f : Frekuensi dari setiap jawaban angket
n : jumlah skor ideal
Dari hasil persentase dapat dilihat bagaimana variabel x dan variabel y dalam penelitian ini
menurut persepsi Wajib Pajak Badan.
2. Uji Asumsi Klasik
Pada penelitian ini digunakan tiga buah alat uji
asumsi klasik, yaitu uji normalitas, uji
multikolinearitas, dan uji heterokedastisitas
3. Analisis Regresi Linear Berganda
Mengingat penelitian ini menggunakan empat
variabel bebas, maka persamaan regresinya sebagai
berikut :
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + ε
Keterangan: Y = Tax Evasion
β0 = Bilangan Konstanta
β1…β4 = Koefisien arah regresi
X1 = Kemungkinan Terdeteksinya
Kecurangan
X2 = Keadilan
X3 = Ketepatan Pengalokasian
X4 = Teknologi Sistem Perpajakan
4.Pengujian Hipotesis
a. Uji Statistik t Pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara
individu dalam menerangkan variasi variabel
dependen.
b. Uji Statistik F
Pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel
independen atau bebas yang dimasukan dalam
model mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel dependen/terikat.
5. Analisis Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R²) pada intinya
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam
menerangkan variasi variabel dependen.
III. PEMBAHASAN
3.1. Analisis Statistik Deskriptif
Hasil pengujian statistik deskriptif dari
penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Untuk pertanyaan pada variabel kemungkinan
terdeteksinya kecurangan, WP Badan yang
terdaftar pada KPP Pratama Wilayah Kota
Bandung yang diteliti sebanyak 81,29%
menyetujui pernyataan yang dipaparkan. Hal
ini menunjukkan bahwa WP Badan yang
terdaftar pada KPP Pratama Wilayah Kota
Bandung akan membayar pajak sesuai dengan
yang seharusnya karena dilakukan pemeriksaan
atas pajak yaitu pemeriksaan atas interpretasi
Undang-Undang Perpajakan yang salah, pemeriksaan terhadap kesalahan hitung,
pemeriksaan terhadap penggelapan secara
khusus dari penghasilan, dan pemeriksaan
terhadap pemotongan dan pengurangan beban
pajak yang tidak sesungguhnya sehingga
apabila hendak melakukan kecurangan,
kemungkinan hal tersebut terdeteksi akan
semakin tinggi. Sedangkan 18,71% Wajib
Pajak yang tidak menyetujui pertanyaan yang
dipaparkan menyatakan bahwa mereka akan
tetap membayar pajak sesuai dengan yang sesungguhnya walaupun tidak dilakukann
pemeriksaan pajak karena pajak merupakan
kewajiban yang memang harus dipenuhi oleh
setiap Wajib Pajak.
2. Untuk pertanyaan pada variabel keadilan pajak,
WP Badan yang terdaftar pada KPP Pratama
Wilayah Kota Bandung yang diteliti sebanyak
81,45% menyetujui pernyataan yang
dipaparkan. Hal ini menunjukkan bahwa
menurut Wajib Pajak Badan yang terdaftar di
KPP Pratama Wilayah Kota Bandung, pajak
yang dikenakan kepada WP Badan masih belum adil baik dari segi manfaat yang
didapatkannya sekalipun itu manfaat jangka
panjangnya maupun dari segi kemampuan WP
Badan dalam membayar beban pajak yang
ditanggungnya. Sedangkan 18,55% WP Badan
yang tidak menyetujui pertanyaan yang
dipaparkan menunjukkan bahwa menurut
mereka pajak yang telah dikenakan kepadanya
telah adil karena sesuai dengan kemampuannya
dalam membayar dan telah dirasakan
manfaatnya. 3. Untuk pertanyaan pada variabel ketepatan
pengalokasian pajak, WP Badan yang terdaftar
pada KPP Pratama Wilayah Kota Bandung
yang diteliti sebanyak 81,58% menyetujui
Proceedings SNEB 2014 hal: 6
pernyataan yang dipaparkan. Hal ini
menunjukkan bahwa menurut Wajib Pajak
Badan yang terdaftar di KPP Pratama Wilayah
Kota Bandung, pajak yang telah dipungut oleh
pemerintah belum dialokasikan dengan tepat
untuk fasilitas umum dan kesejahteraan
masyarakat luas. Sedangkan sebanyak 18,42%
WP Badan yang tidak menyetujui pertanyaan
yang dipaparkan menunjukkan bahwa menurut
mereka pajak telah dialokasikan dengan tepat
oleh pemerintah. 4. Untuk pertanyaan pada variabel teknologi
sistem perpajakan, WP Badan yang terdaftar
pada KPP Pratama Wilayah Kota Bandung
yang diteliti sebanyak 76,7% menyetujui
pernyataan yang dipaparkan. Hal ini
menunjukkan bahwa Wajib Pajak Badan yang
terdaftar di KPP Pratama Wilayah Kota
Bandung belum menggunakan fasilitas
teknologi yang disediakan oleh Dirjen Pajak
untuk mempermudah sistem administrasi dan
pembayaran pajak karena mereka belum 5. mengetahui dengan jelas fasilitas teknologi
yang disediakan oleh Dirjen Pajak dan
bagaimana cara menggunakannya. Sedangkan
23,3% WP Badan yang tidak menyetujui
pertanyaan yang dipaparkan menunjukkan
bahwa mereka telah menggunakan fasilitas
tersebut untuk memenuhi kewajiban
perpajakannya.
6. Untuk pertanyaan pada variabel tax evasion,
WP Badan yang terdaftar pada KPP Pratama
Wilayah Kota Bandung yang diteliti sebanyak 82,45% menyetujui pernyataan yang
dipaparkan. Hal ini menunjukkan bahwa
menurut Wajib Pajak Badan yang terdaftar di
KPP Pratama Wilayah Kota Bandung saat ini
banyak terjadi penggelapan pajak. Mereka
akan melakukan penggelapan pajak jika
kondisi lingkungan mereka juga melakukan
penggelapan pajak. Selain itu pelayanan fiskus
yang mengecewakan juga dapat mendorong
mereka untuk melakukan penggelapan pajak.
Hal ini juga dapat terjadi jika didukung dengan
tarif pajak yang dikenakan kepada Wajib Pajak terlalu tinggi, di samping itu juga sistem
administrasi pajak yang buruk yaitu terlalu
membingungkan dan tidak transparan dapat
mendorong Wajib Pajak Badan untuk
melakukan penggelapan pajak. Sedangkan
17,55% responden yang tidak menyetujui
pertanyaan yang dipaparkan menunjukkan
bahwa penggelapan pajak disebabkan bukan
oleh kondisi lingkungan, tarif pajak yang
tinggi, pelayanan fiskus yang mengecewakan,
dan sistem administrasi yang buruk tetapi karena faktor lainnya.
3.2. Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Menurut Sunyoto (2012:119) uji normalitas
digunakan untuk melihat apakah nilai residual
terdirtribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini,
uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-
Smirnov. Berdasarkan hasil perhitungan yang
dilakukan dengan SPSS, penulis memperoleh hasil
uji normalitas sebagai berikut:
Tabel 2
Uji Normalitas
Sumber: Output SPSS (2014)
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 8,
dapat diketahui bahwa nilai signifikansi (Asympt.
Sig 2-tailed) sebesar 0,124. Dapat dilihat bahwa
nilai signifikasi lebih besar dari 0,05, sehingga
dapat disimpulkan bahwa data pada penelitian ini telah memenuhi asumsi normalitas.
2. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas digunakan untuk melihat
ada atau tidaknya korelasi yang tinggi antara
variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi
linear berganda. Berdasarkan hasil perhitungan
yang dilakukan dengan SPSS, penulis memperoleh
hasil uji multikolinieritas sebagai berikut:
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 400
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation
.44229433
Most Extreme Differences Absolute .059
Positive .059 Negative -.035
Kolmogorov-Smirnov Z 1.179
Asymp. Sig. (2-tailed) .124
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Proceedings SNEB 2014 hal: 7
Tabel 3
Uji Multikolonieritas
Sumber: Output SPSS (2014)
Berdasarkan tabel 9, dapat dilihat bahwa nilai
Tolerance ketiga variabel lebih dari 0,1 dan nilai
VIF kurang dari 10. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel independen yang digunakan dalam
penelitian ini bebas dari Asumsi multikolinearitas
3. Uji Heterokedastisitas
Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk
melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode
scatter plot dengan memplotkan nilai ZPRED (nilai
prediksi) dengan SRESID (nilai residualnya). Hasil
uji heteroskedastisitas melalui uji korelasi
Spearman’s rho adalah sebagai berikut:
Tabel 4
Uji Heterokedastisitas
Berdasarkan tabel uji heteroskedastisitas di atas
menunjukkan variabel-variabel independen tidak
berkorelasi dengan residual, yaitu tingkat
signifikansi lebih besar dari 0,05. Dengan demikian
tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi
linear berganda dan model regresi layak dipakai
untuk memprediksi nilai variabel dependen.
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) 4.657 .253 18.444 .000 KTK -.100 .042 -.119 -2.389 .017 .807 1.239
KP .161 .053 .167 3.038 .003 .661 1.513
KPP .287 .052 .283 5.466 .000 .747 1.338
TSP .033 .045 .035 .741 .459 .924 1.083
a. Dependent Variable: TE
Correlations
KTK KP KPP TSP Unstandardized Residual
Spearman
's rho
KTK
Correlation Coefficient 1.000 .443** .233** .233** -.059
Sig. (2-tailed) . .000 .000 .000 .239
N 400 400 400 400 400
KP
Correlation Coefficient .443** 1.000 -.432** -.141** .040
Sig. (2-tailed) .000 . .000 .004 .425
N 400 400 400 400 400
KPP
Correlation Coefficient .233** -.432** 1.000 -.234** .040
Sig. (2-tailed) .000 .000 . .000 .422
N 400 400 400 400 400
TSP
Correlation Coefficient .233** -.141** -.234** 1.000 .017
Sig. (2-tailed) .000 .004 .000 . .730
N 400 400 400 400 400
Unstandardized Residual
Correlation Coefficient -.059 .040 .040 .017 1.000
Sig. (2-tailed) .239 .425 .422 .730 .
N 400 400 400 400 400
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber: Output SPSS (2014)
Proceedings SNEB 2014 hal: 8
3.3. Koefisien Determinasi
Tabel 5
Uji Koefisien Determinasi
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2014)
Berdasarkan output pada Tabel 10, diperoleh
angka R square sebesar 20,7%. Ini menunjukkan
bahwa kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen
mencapai 20,7%. Dengan kata lain variasi variabel
bebas yang digunakan dalam model mampu
menjelaskan variasi variabel tax evasion sebesar
20,7%. Sedangkan variabel lain yang
mempengaruhinya sebesar 79,3% yang tidak
dimasukkan dalam model penelitian ini.
3.4. Pengujian Secara Parsial (Uji t)
Tabel 6
Hasil Pengujian Parsial (Uji t)
1. Pengaruh Kemungkinan Terdeteksinya
Kecurangan (X1) terhadap Tax Evasion (Y)
secara Parsial
Berdasarkan tabel 4.23 dari hasil pengolahan
software SPSS, diperoleh tingkat signifikans
variabel kemungkinan terdeteksinya kecurangan
(X1) sebesar 0,017 lebih kecil dari α = 0,05, dengan
t hitung > t tabel yaitu -2,389 > 1,966, sehingga
dapat disimpulkan bahwa H0,1 ditolak dan H1,1
diterima, hal ini berarti kemungkinan terdeteksinya
kecurangan secara parsial memiliki pengaruh
signifikan terhadap tax evasion. Hal ini dapat
dilihat sebanyak 81,29% WP Badan menyetujui pernyataan yang dipaparkan.
Hal ini menunjukkan bahwa WP Badan yang
terdaftar pada KPP Pratama Wilayah Kota Bandung
akan membayar pajak sesuai dengan yang
seharusnya karena dilakukan pemeriksaan atas
pajak yaitu pemeriksaan atas interpretasi Undang-
Undang Perpajakan yang salah, pemeriksaan
terhadap kesalahan hitung, pemeriksaan terhadap
penggelapan secara khusus dari penghasilan, dan
pemeriksaan terhadap pemotongan dan
pengurangan beban pajak yang tidak sesungguhnya
sehingga apabila hendak melakukan kecurangan, kemungkinan hal tersebut terdeteksi akan semakin
tinggi. Hal itu menyebabkan tingkat penggelapan
pajak yang akan mereka lakukan menjadi rendah
atau tidak dilakukan sama sekali. Hasil pengujian hipotesis ini sejalan dengan penelitian Ayu dan
Hastuti (2009) yang menyatakan bahwa
kemungkinan terdeteksinya kecurangan
berpengaruh negatif signifikan terhadap tax
evasion.
2. Pengaruh Keadilan Pajak (X2) terhadap Tax
Evasion (Y) secara Parsial
Berdasarkan tabel 4.23 dari hasil pengolahan
software SPSS, diperoleh tingkat signifikansi
variabel keadilan pajak (X2) sebesar 0,003 lebih kecil dari α = 0,05, dengan t hitung > t tabel yaitu
3,038 > 1,966, sehingga dapat disimpulkan bahwa
H0,2 ditolak dan H1,2 diterima, hal ini berarti
keadilan pajak secara parsial memiliki pengaruh
signifikan terhadap tax evasion. Hal ini dapat
dilihat sebanyak 81,45% WP Badan menyetujui
pernyataan yang dipaparkan.
Hal ini menunjukkan bahwa menurut Wajib
Pajak Badan yang terdaftar di KPP Pratama
Wilayah Kota Bandung, pajak yang dikenakan
kepada WP Badan masih belum adil baik dari segi
manfaat yang didapatkannya sekalipun itu manfaat jangka panjangnya maupun dari segi kemampuan
WP Badan dalam membayar beban pajak yang
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .455a .207 .199 .445
a. Predictors: (Constant), TSP, KP, KTK, KPP b. Dependent Variable: TE
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 4.657 .253 18.444 .000
KTK -.100 .042 -.119 -2.389 .017
KP .161 .053 .167 3.038 .003
KPP .287 .052 .283 5.466 .000
TSP .033 .045 .035 .741 .459
a. Dependent Variable: TE
Proceedings SNEB 2014 hal: 9
ditanggungnya. Hal tersebut menyebabkan 3.
lakukan semakin tinggi. Hasil pengujian hipotesis
ini sejalan dengan hasil penelitian Permatasari dan
Laksito (2013) yang menyatakan bahwa keadilan
pajak berpengaruh negatif signifikan terhadap
tingkat tax evasion.
3. Pengaruh Ketepatan Pengalokasian Pajak
(X3) terhadap Tax Evasion (Y) secara Parsial
Berdasarkan tabel 4.23 dari hasil pengolahan software SPSS, diperoleh tingkat signifikansi
variabel ketepatan pengalokaisan pajak (X3) sebesar
0,000 lebih kecil dari α = 0,05, dengan t hitung > t
tabel yaitu 5,466 > 1,966, sehingga dapat
disimpulkan bahwa H0,3 ditolak dan H1,3 diterima,
hal ini berarti ketepatan pengalokasian pajak secara
parsial memiliki pengaruh signifikan terhadap tax
evasion. Hal ini dapat dilihat sebanyak 81,58% WP
Badan menyetujui pernyataan yang dipaparkan
Hal ini menunjukkan bahwa menurut Wajib
Pajak Badan yang terdaftar di KPP Pratama Wilayah Kota Bandung, pajak yang telah dipungut
oleh pemerintah belum dialokasikan dengan tepat
untuk fasilitas umum dan kesejahteraan masyarakat
luas. Hal tersebut menyebabkan kemungkinan
penggelapan pajak yang akan mereka lakukan
menjadi tinggi. Hasil pengujian hipotesis ini sejalan
dengan hasil penelitian Ayu dan Hastuti (2009)
bahwa pengaruh ketepatan pengalokasian pajak
oleh pemerintah berpengaruh secara negatif
signifikan terhadap tax evasion.
4. Pengaruh Teknologi Sistem Perpajakan (X4)
terhadap Tax Evasion (Y) secara Parsial
Berdasarkan tabel 4.23 dari hasil pengolahan
software SPSS, diperoleh tingkat signifikansi
variabel teknologi sistem perpajakan (X4) sebesar
0,459 lebih besar dari α = 0,05, dengan t hitung < t
tabel yaitu 0,741 < 1,966, sehingga dapat
disimpulkan bahwa H1,4 ditolak dan H0,4 diterima,
hal ini berarti teknologi sistem perpajakan secara
parsial tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
tax evasion. Hal ini dapat dilihat sebanyak 76,7% WP Badan menyetujui pernyataan yang dipaparkan.
Hal ini menunjukkan bahwa menurut Wajib
Pajak Badan yang terdaftar di KPP Pratama
Wilayah Kota Bandung, pajak yang telah dipungut
oleh pemerintah belum menggunakan fasilitas
teknologi yang disediakan oleh Dirjen Pajak untuk
mempermudah sistem admnisitrasi dan pembayaran
pajak. Sistem teknologi perpajakan yang disediakan
untuk mempermudah Wajib Pajak dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya yang diharapkan oleh
Dirjen Pajak akan meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dan mengurangi tingkat penggelapan pajak
kenyataannya tidak digunakan oleh Wajib Pajak
sehingga keberadaan fasilitas teknologi perpajakan
tidak berpengaruh terhadap penggelapan pajak yang
banyak terjadi saat ini. Hasil pengujian hipotesis
pada penelitian ini sejalan dengan penelitian Ayu
dan Hastuti (2009) yang menyatakan penggunaan
teknologi tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap tingkat tax evasion yang dilakukan oleh
Wajib Pajak.
3.5. Pengujian Secara Simultan (Uji F) Tabel 7
Hasil Pengujian Simultan (Uji F)
Sumber:
Hasil Pengolahan Data (2014
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 20.427 4 5.107 25.843 .000b
Residual 78.054 395 .198
Total 98.481 399
a. Dependent Variable: TE
b. Predictors: (Constant), TSP, KP, KTK, KPP
Proceedings SNEB 2014 hal: 10
Berdasarkan output pada Tabel 12, diperoleh nilai
F hitung sebesar 25.843. Dengan menggunakan
tingkat keyakinan 95%, α = 5%, df 1 (jumlah
variabel-1) atau 5-1 yaitu sebesar 4, dan df 2 (n-k-
1) atau 400-4-1 yaitu sebesar 395, maka diperoleh
F tabel sebesar 2,39. Karena F hitung > F tabel, maka H0,5 ditolak dan H1,5 diterima. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa kemungkinan terdeteksinya
kecurangan, keadilan pajak, ketepatan
pengalokasian pajak, dan teknologi sistem
perpajakan secara simultan berpengaruh terhadap
tax evasion.
IV. KESIMPULAN
4.1. Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan,
Keadilan Pajak, Ketepatan Pengalokasian
Pajak, Teknologi Sistem Perpajakan, dan Tax
Evasion Menurut Persepsi Wajib Pajak Badan
yang Terdaftar di KPP Pratama Wilayah Kota
Bandung
Berikut ini adalah bagaimana kemungkinan
terdeteksinya Kecurangan, keadilan pajak,
ketepatan pengalokasian pajak, teknologi sistem
perpajakan, dan tax evasion menurut persepsi wajib
pajak badan yang terdaftar di KPP Pratama wilayah
Kota Bandung:
a. Kemungkinan terdeteksinya kecurangan
menurut persepsi WP Badan yang terdaftar di
KPP Pratama Wilayah Kota Bandung tinggi dengan persentase sebesar 81,29%.
b. Keadilan Pajak menurut persepsi WP Badan
yang terdaftar di KPP Pratama Wilayah Kota
Bandung dirasa masih belum adil sebagian
yaitu dengan persentase sebesar 81,45%.
c. Ketepatan pengalokasian pajak oleh
pemerintah menurut persepsi WP Badan yang
terdaftar di KPP Pratama Wilayah Kota
Bandung dirasa masih belum tepat yaitu
dengan persentase sebesar 81,58%.
d. Teknologi sistem perpajakan menurut persepsi
WP Badan yang terdaftar di KPP Pratama Wilayah Kota Bandung masih belum
dimanfaatkan dengan baik yaitu dengan
persentase sebesar 76,7%.
e. Tax evasion menurut persepsi WP Badan yang
terdaftar di KPP Pratama Wilayah Kota
Bandung masih dalam tingkat yang tinggi
yaitu dengan persentase sebesar 82,45%.
4.2. Pengaruh Kemungkinan Terdeteksinya
Kecurangan (X1), Keadilan Pajak (X2),
Ketepatan Pengalokasian Pajak (X3), dan
Teknologi Sistem Perpajakan (X4) terhadap Tax
Evasion (Y) secara Parsial
Berikut ini adalah pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen secara parsial:
a. Variabel kemungkinan terdeteksinya
kecurangan (X1) secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap tax evasion dan
menunjukkan arah hubungan yang negatif.
b. Variabel keadilan pajak (X2) secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap tax evasion
dan menunjukkan arah hubungan yang positif.
c. Variabel ketepatan pengalokasian pajak (X3)
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
tax evasion dan menunjukkan arah hubungan yang positif.
d. Variabel teknologi sistem perpajakan (X4)
secara parsial tidak berpengaruh signifikan
terhadap tax evasion karena teknologi sistem
perpajakan belum digunakan oleh WP Badan
di Wilayah Kota Bandung.
4.3. Pengaruh Kemungkinan Terdeteksinya
Kecurangan (X1), Keadilan Pajak (X2),
Ketepatan Pengalokasian Pajak (X3), dan
Teknologi Sistem Perpajakan (X4) terhadap Tax
Evasion (Y) secara Simultan Secara simultan, variabel kemungkinan
terdeteksinya kecurangan, keadilan pajak,
ketepatan pengalokasian pajak, dan teknologi
sistem perpajakan mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap tax evasion. Kemampuan
variabel-variabel independen ini dalam
menjelaskan variasi variabel dependen mencapai
20,7%. Sedangkan variabel lain yang
mempengaruhinya sebesar 79,3% tidak
dimasukkan dalam model penelitian ini.
4.4. Saran
1. Saran Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Menambahkan variabel lain untuk mengukur
tax evasion yang dilakukan oleh Wajib Pajak
Badan yang terdaftar pada KPP Pratama
Wilayah Kota Bandung, seperti tarif pajak dan
diskriminasi pajak.
b. Apabila ingin lebih fokus untuk meneliti
pengaruh teknologi sistem perpajakan terhadap
tax evasion, sebaiknya peneliti lebih fokus
kepada WP Badan yang telah menggunakan
fasilitas teknologi sistem perpajakan.
2. Saran Kepada KPP Pratama Wilayah Kota
Bandung dan Pemerintah
a WP Badan di Kota Bandung akan membayar
pajak karena adanya pemeriksaan pajak. Hal
ini mengindikasikan kesadaran akan membayar
pajak yang rendah. Oleh karena itu baik pihak
KPP dan pemerintah diharapkan meningkatkan
sosialisasi pentingnya pajak kepada
masyarakat.
b. Pemerintah seharusnya lebih adil dalam menetapkan tarif pajak sesuai dengan
kemampuan WP dalam membayar.
c. Pemerintah selain mengalokasikan pajak untuk
subsidi BBM dan gaji aparatur Negara tetapi
seharusnya juga untuk membangun fasilitas
umum dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat luas.
Proceedings SNEB 2014 hal: 11
d. Pihak KPP Pratama Kota Bandung harus lebih
meningkatkan sosialisasi mengenai teknologi
sistem perpajakan kepada Wajib Pajak.
REFERENSI Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Ayu, Stephana Dyah dan Rini Hastuti. (2009).
Persepsi Wajib Pajak: Dampak
Pertentangan Diametral pada Tax Evasion
Wajib Pajak dalam Aspek Kemungkinan
Terdeteksinya Kecurangan, Keadilan, Ketepatan Pengalokasian, Teknologi Sistem
Perpajakan, dan Kecenderungan Personal
(Studi Wajib Pajak Orang Pribadi). Jurnal
Kajian Akuntansi Vol. 1 No.1, Unika
Soegijapranata, Semarang.
Ayu, Stephana Dyah. (2011). Persepsi Efektifitas
Pemeriksaan Pajak Terhadap Kecenderungan Melakukan Perlawanan
Pajak. Jurnal Seri Kajian Ilmiah Vol. 14
No. 1, Unika Soegijapranata, Semarang.
Basri, Surya, Fitriasari, Novriyan, dan Tania.
(2012). Studi Ketidakpatuhan Pajak : Faktor
Yang Mempengaruhinya (Studi pada Wajib
Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP
Pratama Tampan Pekanbaru). Jurnal Seminar Nasional Akuntansi 088-PPJK-19,
Universitas Riau, Pekanbaru.
Bungin, Burhan. (2010). Metodologi Penelitian
Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan
Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial
Lainnya. Jakarta: Prenada Media Group.
Candra, Wibisono, dan Mujilan. (2013).
Modernisasi Sistem Administrasi
Perpajakan Dan Kepatuhan Wajib Pajak.
Jurnal Riset Manajemen dan Akuntansi Vol.
1 No. 1, Universitas Katolik Widya
Mandala, Madiun.
Ghozali, Imam (2011). Aplikasi Analisis
Multivariate Dengan Program SPSS.
Semarang: BP Universitas Diponegoro
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. (2002).
Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta:
BPFE
Mardiasmo. (2011). Perpajakan Edisi Revisi 2011.
Yogyakarta: Andi.
McGee, Simon, dan Annie. (2008). A comparative
Study on Perceived Ethics of Tax Evasion:
Hong Kong Vs The United States. Journal of
Bussiness Ethics, Hong Kong Baptist
University dan Barry University, Hong Kong
dan United States.
Menteri Keuangan Republik Indonesia, Peraturan
Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 199/PMK.03/2007 Pasal 3 ayat (3)
tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak.
Nasehudin, Toto Syatroni dan Nanang Gozali.
(2012). Metode Pendekatan Kuantitatif.
Jakarta: Pustaka Setia.
Nickerson, Pleshko, dan McGee. (2009).
Presenting The Dimensionality Of An Ethics
Scale Pertaining To Tax Evasion. Journal of
Legal, Ethical, and Regulatory Issues Vol.
12 No. 1, Florida National University.
Pandiangan, Liberti. (2007). Modernisasi &
Reformasi Pelayanan Perpajakan. Jakarta:
Elex Media Komputindo.
Pardiat. (2008). Pemeriksaan Pajak. Jakarta: Mitra
Wacana Media.
Permatasari, Inggrid dan Herry Laksito. (2013).
Minimalisasi Tax Evasion Melalui Tarif
Pajak, Teknologi dan Informasi Perpajakan,
Keadilan Sistem Perpajakan, Dan Ketepatan
Pengalokasian Pengeluaran Pemerintah
(Studi Empiris pada Wajib Pajak Orang
Pribadi di Wilayah KPP Pratama
Pekanbaru Senapelan). Diponegoro Journal
Of Accounting Vol. 2 No. 2, Universitas Diponegoro, Semarang.
Presiden Republik Indonesia, Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2000
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.
Priyatno, Duwi. (2012). Cara Kilat Belajar
Analisis Data dengan SPSS 20. Yogyakarta:
Andi.
Rahayu, Siti Kurnia. (2010). Perpajakan
Indonesia: Konsep dan Aspek Formal.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rahman, Arif. (2013). Panduan Akuntansi dan
Perpajakan. Jakarta: TransMedia Pustaka.
Rahman, Irma Suryani. (2013). Pengaruh Keadilan,
Sistem Perpajakan, Diskriminasi, dan Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan
Terhadap Persepsi Wajib Pajak Mengenai
Etika Penggelapan Pajak (Tax Evasion).
Skripsi Program Studi Ekonomi Akuntansi,
Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta.
Proceedings SNEB 2014 hal: 12
Resmi, Siti. (2011). Perpajakan: Teori dan Kasus.
Jakarta: Salemba Empat.
Riduwan. (2007). Metode & Teknik Menyusun
Proposal Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sadhani, Djazoeli. (2005). Perpajakan Indonesia
Buku Satu Edisi Sembilan. Jakarta: Salemba
Empat.
Sanusi, Anwar. (2011). Metodologi Penelitian
Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
Sari, Diana dan Retno Dwinuri. (2009). Studi
Deskriptif Mengenai Pengetahuan
Mahasiswa Program Studi Akuntansi Di
Widyatama Tentang Manfaat Pajak. Jurnal
Bisnis, Manajemen & Ekonomi Vol. 9 No. 7, Universitas Widyatama, Bandung.
Sekaran, Uma. (2006). Research Method for
Business. 4Th edition. New York: John
Willey.
Siahaan, Marihot Pahala. (2010). Hukum Pajak
Elementer: Konsep Dasar Perpajakan
Individu. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sugiyono. (2004). Metode Penelitian Administrasi.
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2009). Statistika Untuk Penelitian.
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Bisnis
(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D). Cetakan ke-15. Anggota Ikatan
Penerbit Indonesia (IKAPI). Bandung:
Alfabeta.
Suminarsasi, Wahyu dan Supriyadi. (2012).
Pengaruh Keadilan, Sistem Perpajakan,
Dan Diskriminasi Terhadap Persepsi Wajib
Pajak Mengenai Etika Penggelapan Pajak
(Tax Evasion). Jurnal Simposium Nasional
Akuntansi XV No.672PAN-SNA15VII2012,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Sunyoto, Danang. (2012). Analisis Validitas &
Asumsi Klasik. Yogyakarta: Gava Media.
Waluyo. (2009). Perpajakan Indonesia. Jakarta:
Salemba Empat.
Waluyo dan Wirawan B. Ilyas. (2007). Perpajakan
Indonesia Edisi ke 7. Jakarta: Salemba
Empat
www.antaranews.com (08 Desember 2013)
www.pajak.go.id (02 Desember 2013)
www.stabilitas.co.id (14 Februari 2014)
Zain, Mohammad. (2007). Manajemen Perpajakan.
Jakarta: Salemba Empat