pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, disiplin …digilib.unila.ac.id/55093/3/tesis tanpa bab...
TRANSCRIPT
PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, DISIPLIN KERJA DAN
KONSEP DIRI TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONAL
GURU SD NEGERI
(Tesis)
Oleh
R U S N E L I
MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, DISIPLIN KERJA DAN
KONSEP DIRI TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONAL
GURU SD NEGERI
Oleh
R U S N E L I
TESIS
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN
Pada
Program Studi S2 Magister Manajemen Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmy Pendidikan
MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, DISIPLIN
KERJA DAN KONSEP DIRI TERHADAP KOMPETENSI
PROFESIONAL GURU SD NEGERI
Oleh
R u s n e l i
Tujuan penelitian ini adalah untuk Menganalisis dan mengatahui pengaruh
kepemimpinan Kepala Sekolah, disiplin kerja dan konsep diri terhadap kompetensi
Profesional Guru SD Negeri Di Kecamatan Baradatu Kabupaten Way Kanan. Baik
secara parsial maupun secara simultan. Penelitian termasuk dalam penelitian deskriptif
kuantitatif. Populasi pada penelitian ini berjumlah 103 guru yang terbagi ke dalam 10
Sekolah Dasar. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini seluruh guru SD Negeri
yang berada di Kecamatan Baradatu Kabupaten Way Kanan yang berjumlah 82 guru.
Pengumpulan data dilakukan dengan kuisioner. Analisis yang digunakan adalah
statistic deskriptif dan inferensial dengan menggunakan model regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukan terdapat pengaruh kepemimpinan kepala sekolah
terhadap kompetensi profesional guru , terdapat pengaruh disiplin kerja terhadap
kompetensi profesional terdapat pengaruh konsep diri terhadap kompetensi
profesional dan terdapat pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, disiplin kerja, dan
konsep diri terhadap kompetensi profesional guru Sekolah Dasar Negeri.
Kata kunci: kepemimpinan kepala sekolah , disiplin kerja, konsep diri,
kompetensi profesional guru
ABSTRACT
THE INFLUENCE HEADMWASTER’S LEADERSHIP, WORK DISCIPLINE
AND SELF CONCEPT TO THE COMPETENCE PROFESSIONAL TEACHER
ON PUBLIC BASIC
By
R u s n e l i
the purpose of this research is to know and analyze the influence of headmaster's
leadership, work discipline and self-concept to the competence of teacher professional
elementary school in district Baradatu Way Kanan regency. either partially or
simultaneously. Research is included in quantitative descriptive research. the
population in this study amounted to 103 teachers who were divided into 10
elementary schools. the sample used in this study all teachers of state elementary
school located in district baradatu kabupaten way kanan which amounted to 82
teachers. the data were collected by questionnaire. the analysis used is descriptive and
inferential statistic by using multiple linear regression model.
The result of the research shows that there is influence of headmaster's leadership
toward teacher professional competence, there is influence of work discipline to
professional competence there is influence of self concept to professional competence
and there is influence of headmaster leadership, work discipline, and self concept to
professional competence of elementary school teacher.
Keywords : headmaster ‘s leadership, work discipline, self concept,
professional competence of teachers
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sumber Jaya, pada tanggal 07 Juli 1982,
Penulis merupakan anak pertama dari lima saudara pasangan Bapak Habidillah
dan Asmawarni.
Penulis menyelesaikan pendidikan TK Darma Wanita Sungkai Utara dan tamat
tahun 1993. Pendidikan dasar di SDN 1 Sungkai Utara dan lulus tahun 1994.
Pendidikan Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Sungkai Utara lulus pada tahun
1997. Pendidikan Menengah Kejuruan SATU NUSA 1 Bandar Lampung pada
tahun 2000, dan pendidikan strata 1 Prodi Pendidikan Bahasa Inggris di STKIP
PGRI Bandar Lampung lulus tahun 2006. Penulis melanjutkan jenjang Pendidikan
S2 Prodi Magister Manajemen Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung.
MOTTO
Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, maka apabila engkautelah selesai (dari suatu urusan ) tetaplah bekerja keras dan hanya kepada
Tuhanmu lah engkau berharap.
(QS. Al –Insyiroh 6 – 8)
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur kepada ALLAH SWT kupersembahkan karya tulis ini
sebagai tanda bakti dan dan cintaku kepada:
1 Almamater Universitas Lampung.
2 Bapak dan Ibu tercinta, Habidillah dan Asmawarni yang telah membesarkan
dan mendidikku dengan segenap kasih sayangnya dan tak pernah bosan
memberiku semangat, bimbingan, nasehat serta doa yang senantiasa
mengiringi langkahku untuk kebahagiaan dan keberhasilanku.
3 Suami tercinta, Noviadi,S.Pd. yang telah sangat setia mendampingi saya
sampai saat ini, serta selalu memberikan dukungan moril dan materil yang tak
ternilai harganya. Semoga Allah yang bisa membalas dengan pahala yang
berlipat ganda. Amin.
4 Anak-anakku Viliant Mohardest, Raoul Due Naufal, Zafaro Lanovertree,
serta Keponakannku Faiz Saka Pratama yang selalu tersenyum indah
untukku.
5 Adik – adikku tercinta Saprizal, Eka Candrawati, Hardianto,Syihabudin,
Arinta Windarini, Deni Kurniawan, yang selalu mendukung dan
mendampingiku.
6 Keluarga Besarku yang selalu berdoa dan mendukung keberhasilanku.
SANWACANA
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah SWT atas berkat, rahmat, taufik dan hidayahnya
sehingga penyusunan tesis ini dapat diselesaikan. Sholawat serta salam tercurah kepada
junjungan Nabi Muhammad SAW, serta sahabat-sahabat yang telah memperjuangkan
agamanya.
Tesis yang berjudul “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Disiplin kerja dan Konsep
diri terhadap Kompetensi Profesional guru Sekolah Dasar negeri adalah salah satu syarat
untuk memperoleh gelar magister pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Unviersitas Lampung.
Selama penulisan ini tentunya penulis menghadapi kesulitan dan hambatan, dalam penulis
menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannnya penyusunan tesis ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus ikhlas
kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.Pd., selaku Rektor Universitas Lampung yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan di Pascasarjana
Universitas Lampung.
2. Prof. Drs.Mustofa. M.A Ph.D selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas
Lampung yang telah memberikan arahan dan bantuan kepada penulis dalam
memnyelasaikan penelitian ini
3. Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung beserta staff dan
jajarannya yang telah memfasilitasi dan memberikan bantuan kepada penulis dalam
menyelesaikan penenelitian ini.
4. Dr. Riswanti Rini, M.Si, selaku ketua jurusan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan
arahan dan bantuan kepada penulis dalam menyelasikan penelitian ini
5. Dr.Sowiyah,M.Pd, selaku Ketua Progam Pascasarjana Manajemen Pendidikan FKIP
Universitas Lampung dan selaku penguji tesis yang telah memberikan arahan dan
bimbingan demi kesempurnaan tesis ini
6. Dr. Sumadi,M.S, selaku Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk
konsultasi dan memberikan bimbingan, dan saran selama penyusunan tesis sehingga tesis
ini menjadi lebih baik
7. Dr. Dedy Hermanto Karwan, M.M, selaku Pembimbing II yang telah meluangkan banyak
waktu, mencurahkan pikiran, mengarahkan serta memberikan petunjuk dan motivasi
dalam penyusunan tesis ini dengan penuh keikhlasan
8. Dr. Riswanti Rini, M.Si, Ph.D selaku penguji I yang telah memberikan masukan dan
saran kepada penulis serta kemudahan dalam menyelesaikan tesis ini.
9. Bapak, Ibu dosen serta staf karyawan program studi magister manajemen pendidikan di
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan
kepada penulis.
10. Ayah, Ibu serta suamiku yang selalu berdoa, memdukung dan membantu mewujudkan
cita - cita
11. Adik – adikku dan anak – anakku yang telah memberikan semangat dalam hidupku.
12. Pimpinan dan teman – teman pada dinas pendidikan Way kanan yang telah memberikan
waktu dan semangat untuk menyelesaikan tesisi ini.
13. Seluruh Dosen dan Karyawan jurusan Magister Manajemen yang tidak dapat di sebutkan
satu per satu.
14. Sahabat-sahabat baikku tersayang seluruh teman Manajemen Pendidikan angkatan 2015
MP08 yang selama ini memberiku semangat dan selalu menemani saat suka maupun
duka. Semoga kebersamaan kita selalu terjaga dan semoga menjadi kenangan terindah
dan takkan pernah terlupakan untuk selamanya
Penulis harap setiap kata terangkai dalam tesis ini dapat menjadi sahabat yang mencerahkan.
Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala disisi Allah
SWT dan semoga tesis ini bermanfaat.
Bandar Lampung, Juli 2018
Penulis,
RUSNELI
DAFTAR ISI
COVER DALAM.......................................................................................... iABSTRAK ...................................................................................................... iiLEMBAR PERSETUJUAN.......................................................................... iiiLEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ivLEMBAR PERNYATAAN........................................................................... vRIWAYAT HIDUP........................................................................................ viMOTTO .......................................................................................................... viiSANWACANA ............................................................................................... viiiDAFTAR ISI................................................................................................... ixDAFTAR TABEL .......................................................................................... xDAFTAR GAMBAR...................................................................................... xvDAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. xvi
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................... 11.2 Identifikasi Masalah ......................................................................... 161.3 Pembatasan Masalah......................................................................... 171.4 Rumusan Masalah............................................................................. 171.5 Tujuan dan Kegunaan Penelitian....................................................... 18
1.5.1 Tujuan Penelitian................................................................... 181.5.2 Kegunaan Penelitian............................................................... 29
1.6 Rung Lingkup Penelitian ................................................................... 20
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kompetensi Profesional.................................................................. 222.1.1 Pengertian kompetensi ......................................................... 222.1.2 Kompetensi Guru ................................................................. 232.1.3 Kompetensi Profesional ....................................................... 25
2.2 Kepemimpinan Kepala Sekolah ...................................................... 272.2.1 Pengertian Kepemimpinan ................................................... 272.2.2 Pengertian Kepala Sekolah................................................... 312.2.3 Kepemimpinan Kepala Sekolah ........................................... 34
2.3 Disiplin Kerja Guru ......................................................................... 402.3.1 Pengertian Kedisiplinan ........................................................ 40
2.3.1.1 Tujuan kedisiplinan ................................................. 412.3.1.2 Fungsi Kedisiplinan................................................. 422.3.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan ............. 422.3.1.4 Aspek- aspek Kedisiplinan..................................... 43
2.3.2 Disiplin Kerja Guru ............................................................. 432.4 Konsep Diri..................................................................................... 47
2.4.1 Pengertian Konsep Diri ..................................................... 472.4.2 Pembagian Konsep Diri...................................................... 50
2.4.3 Tipe tipe Konsep Diri ......................................................... 512.5 Penelitian yang Relevan ................................................................. 512.6 Kerangka Pikir ................................................................................ 53
2.6.1 Pengaruh Kepemimpinan terhadap Kompetensi Profesional 532.6.2. Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Kompetensi Profesional 552.6.3. Pengaruh Konsep diri terhadap Kompetensi Profesional ... 552.6.4. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Disiplin Kerja
dan Konsep diri terhadap Kompetensi Profesional Guru . 562.7 Hipotesis ....................................................................................... 58
III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian..................................................... 603.2 Jenis dan Sumber Data ................................................................. 603.3 Variabel Penelitian ....................................................................... 613.4 Definisi Konseptual Variabel Penelitian ..................................... 61
3.4.1 Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1)................................ 613.4.2 Disiplin Kerja (X2)............................................................ 623.4.3 Konsep Diri (X3) ............................................................... 623.4.4 Kompetensi Profesional Guru (Y).................................... 62
3.5 Definisi Operasional ..................................................................... 623.5.1 Kepemimpinan Kepala Sekolah ......................................... 623.5.2 Disiplin Kerja Guru ............................................................ 633.5.3 Konsep Diri......................................................................... 643.5.4 Kompetensi Profesional...................................................... 64
3.6 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ........................................ 673.6.1 Populasi .............................................................................. 673.6.2 Sampel .............................................................................. 683.6.3 Teknik Sampling................................................................ 69
3.7 Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 703.7.1 Kuesioner........................................................................... 703.7.2 Observasi .......................................................................... 71
3.8 Teknik Pengujian Instrumen ......................................................... 713.9 Teknik Analisis Data ..................................................................... 78
3.9.1 Prasyarat Uji Statistik Parametrik...................................... 783.9.2 Uji Hipotesis ...................................................................... 80
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4. 1 Data Hasil Penelitian ....................................................................... 844.1.1 Gambaran Umum Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten Way Kanan....................................................... 844.1.2 Deskripsi Data .................................................................... 874.1.3 Uji Prasyarat Statistik Parametrik ....................................... 94
4.1.3.1 Uji Normalitas ..................................................... 954.1.3.2 Uji Homogenitas .................................................... 96
4.1.4 Analisa Data ........................................................................ 981. Hasil Regresi Linear Bergand ........................................ 982. Uji t.................................................................................. 99
3. Uji F................................................................................. 1034. Determinasi ( R2)............................................................ 104
4.2 Pembahasan ....................................................................................... 105
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ......................................................................................... 1145.2 Implikasi .......................................................................................... 113
5.2.1 Implikasi Penelitian .............................................................. 1145.2.2 Implikasi Teoritis ................................................................. 115
5.3 Saran................................................................................................ 1155.4 Keterbatasan Penelitian ................................................................... 116
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Hasil Uji Kompetensi Guru SD Negeri KecamatanBaradatu Tahun 2016 ............................................................... 8
1.2 Kehadiran Guru SD Negeri di Kecamatan Baradatu BulanJanuari ...................................................................................... 11
3.1 Daftar Pembobotan Penilaian Kepemimpinan Kepala Sekolah 63
3.2 Daftar Pembobotan Penilaian Disilplin Kerja Guru ................ 64
3.3 Daftar Pembobotan Penilaian Konsep Diri .............................. 64
3.4 Daftar Pembobotan Penilaian Komptensi Profesional............. 65
3.5. Operasional Variabel dan Indikator Penelitian ........................ 65
3.6 Jumlah Guru di SD Negeri di Kecamatan Baradatu BerdasarkanDaerah Binaan II (dua) di Kecamatan Baradatu ...................... 68
3.7 Sebaran Sampel....................................................................... 70
3.8. Hasil Uji Validitas Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah . 72
3.9 Hasil Uji Validitas Variabel Disiplin Kerja ........................... 74
3.10 Hasil Uji Validitas Variabel Konsep Diri ............................... 75
3.11 Hasil Uji Validitas Variabel Kompetensi Professional Guru.. 76
3.12 Hasil Uji Reliabilitas .............................................................. 78
4.1 Skor Variabel-Variabel Penelitian .......................................... 87
4.2 Disrtribusi Frekuensi Jawaban Responden Profesional Guru.. 88
4.3 Disrtribusi Frekuensi Jawaban Responden VariabelKepemimpinan Kepala Sekolah .............................................. 90
4.4 Distribusi Frekuensi jawaban variable disiplin kerja .............. 92
4.5 Distribusi Frekuensi jawaban variable konsep diri ………… 93
4.6 Normalitas Data ………………………………………………. 95
4.7 Homogenitas Antara Kompetensi Profesional denganKepemimpinan Kepala Sekolah............................................... 96
4.8 Homogenitas Antara Kompetensi Profesionaldengan Disiplin Kerja .............................................................. 97
4.9 Homogeniitas Antara Kompetensi Profesionaldengan Konsep Diri ................................................................ 97
4.10 Hasil Uji Regresi ...................................................................... 98
4.11 Uji t Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadapKompetensi Profesional .......................................................... 99
4.12 Determininasi Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolahterhadap Kompetensi Profesional ........................................... 100
4.13 Uji t Pengaruh Disiplin Kerja terhadap Profesional ................ 101
4.15 Determininasi Pengaruh Disiplin Kerja terhadapKompetensi Profesional Guru ................................................. 102
4.16 Uji t Pengaruh Konsep Diri terhadap Kompetensi Profesional 102
4.17 Determininasi Pengaruh Konsep Diri terhadap KompetensiProfesional Guru ..................................................................... 103
4.18 Uji F Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekoah, Disiplin Kerjadan Konsep Diri secara bersama-sama terhadap KompetensiProfesional Guru ..................................................................... 103
4.17 Uji Determinasi ( ) ............................................................... 104
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Diagram Kerangka Konseptual .................................................. 57
Gambar 4.1 Histrogram Variabel Kompetensi Profesional Guru ................... 89
Gambar 4.2 Histrogram Histrogram Variabel KepemimpinanKepala Sekolah ........................................................................... 91
Gambar 4.3 Histrogram Variabel Disiplin Kerja............................................ 92
Gambar 4.4 Variabel Konsep Diri .................................................................. 94
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan memegang peranan penting dalam upaya mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan sumberdaya manusia, oleh karena itu, setiap individu
yang terlibat dalam pendidikan dituntut peran sertanya secara maksimal dan rasa
tanggung jawab dalam meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu permasalahan
pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia secara menyeluruh pada saat ini
adalah rendahnya mutu pendidikan. Menurut Mastuhu (2003:109) Mutu
pendidikan menjadi hal penting dalam rangka meningkatkan persaingan global,
maka pengelolaan komponen pendidikan harus perlu mendapatkan perhatian yang
serius. Manusia sebagai salah satu komponen instrumental input yang merupakan
faktor penting sebagai penentu pencapaian suatu tujuan.
Sekolah sebagai tempat menimba ilmu merupakan sebuah sistem yang memiliki
komponen-komponen yang saling berkaitan satu sama lainnya, semua
komponen yang berkaitan tersebut harus memberikan manfaat dan pengaruh
demi tercapainya tujuan suatu organisasi. Komponen-komponen yang harus
berkaitan tersebut diantaranya ialah komite sekolah, kepala sekolah, tenaga
pendidik atau guru, kurikulum, lingkungan sekolah, fasilitas, sarana dan prasarana
yang memadai, tenaga pendidikan lainnya yang sangat mendukung terhadap
tujuan sekolah serta hasil yang diperoleh (output). Jika komponen-komponen
tersebut sejalan dan selaras dengan apa yang di cita-cita kan organisasi atau
sekolah, maka niscaya organisasi atau sekolah tersebut akan terjadi suatu
yang positif didalamnya serta akan berkembang sangat baik.
2
Kondisi organisasi atau sekolah, lingkungan dan suasana yang efektif dan
efisien serta komponen-komponen yang mendukung dalam tujuan organisasi
atau sekolah akan berdampak kepada siswanya, salah satu dampak yang terjadi
yaitu menghasilkan prestasi lulusan dengan capaian nilai UN yang tinggi. Hal
ini terjadi karena siswa merasa nyaman dalam suasana pembelajaran yang
didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai dan dorongan semangat
dari orang–orang yang berada di lingkungan sekolah. Kemudian siswa akan
bersemangat serta antusias dalam menerima rangsangan ilmu pengetahuan
yang diberikan oleh para pendidik atau guru agar kemampuan peserta
didiknya berkembang dengan baik.
Prestasi lulusan siswa dapat dipengaruhi oleh cara belajar siswa dan selain itu
prestasi lulusan siswa juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
faktor internal dan eksternal serta pendekatan belajar kepada peserta didik.
Prestasi lulusan dinilai dari hasil usaha kegiatan belajar siswa oleh tenaga
pendidik atau guru selama pembelajaran, kemudian hasil kegiatan siswa disalin
ke buku laporan dalam bentuk nilai, keterangan dan sebagainya atas pencapaian
peserta didik yang telah dicapai selama pembelajaran. Dengan begitu, maka
tenaga pendidik atau guru akan mudah untuk mengontrol dan mengawasi
bagaimana tingkat keberhasilan prestasi lulusan peserta didiknya dalam mengikuti
proses pembelajaran yang mereka ikuti. Jika terdapat peserta didik yang prestasi
lulusan dengan nilai kurang memenuhi kriteria yang diharapkan, maka tenaga
pendidik atau guru harus mampu menganalisa penyebabnya dan harus bisa
mengevaluasi, mengarahkan serta membimbing peserta didik tersebut agar
3
prestasi lulusan nilainya menjadi tinggi dan memenuhi kriteria yang sudah
ditetapkan.
Suatu prestasi lulusan peserta didik dengan nilai yang tinggi, tidak akan terwujud
tanpa ada guru profesional yang membimbing di sekolah. Guru merupakan sosok
atau figur yang sangat penting dalam hal memberikan ilmu bagi peserta
didiknya. Dengan sosok atau figur guru yang teladan, maka kemampuan peserta
didik niscaya akan bertambah dan dapat mengembangkan wawasan
keilmuannya dengan baik. Guru merupakan bagian dari sumber daya manusia
yang berada di sekolah. Salah satu sumber daya manusianya ialah dengan
melakukan kinerja guru dengan baik dan benar. Kinerja guru di sekolah
mempunyai peranan yang sangat penting dalam tujuan suatu sekolah
diantaranya adalah menjadikan siswanya memiliki prestasi lulusan dengan nilai
yang tinggi.
Kinerja guru akan berdampak langsung oleh siswa dan orang tua serta pihak
terkait. Oleh karena itu, maka kinerja guru harus menjadi perhatian berbagai
pihak demi keberlangsungan peserta didik yang mengarahkan agar peserta didik
di sekolah lebih berkembang dan berprestasi dalam proses kegiatan belajar
mengajar dan lainnya di sekolah. Kinerja guru akan optimal dijalankan oleh
guru jika semua komponen pihak sekolah dari kepala sekolah, guru, siswa dan
orang tua serta pihak terkait saling bersinergi satu sama lainnya. Kemudian
selain dukungan berbagai komponen-komponen terhadap kinerja guru, kinerja
guru akan semakin baik bilamana disertai dengan hati yang tulus, jiwa yang
bersih serta menyadari segala kekurangan yang berada dalam dirinya dan
4
senantiasa berusaha untuk meningkatkan atas kekurangan terhadap diri sendiri
untuk berusaha meningkatkan ke arah yang lebih baik. Kinerja guru akan
semakin efisien dan optimal bila ditunjang dan didukung dengan kompetensi
guru yang baik.
Kompetensi merupakan suatu kemampuan guru dalam melaksanakan profesi
dibidang ahlinya yaitu keguruannya. Dalam melaksanakan tugas di profesi
keguruannya, guru harus memahami bagaimana standar kompetensi dan
kompetensi dasar serta tujuan pembelajaran tersebut agar kompetensi berjalan
sesuai dengan apa yang diharapkan oleh semua pihak yang terkait didalamnya.
Kompetensi guru sebagai pemacu dalam pembelajaran pada jenjang pendidikan
dasar hingga menengah meliputi beberapa kompetensi diantaranya adalah
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan
kompetensi sosial, dengan demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru
harus mampu mengahasilkan potensi-potensi bakat siswa yang luar biasa dalam
proses kegiatan belajar mengajar untuk mendapatkan prestasi lulusan siswa
dengan nilai yang tinggi dan lebih baik lagi. Kompetensi guru di sekolah akan
berjalan dengan baik bila di dukung oleh seorang kepala sekolah yang sangat
peduli terhadap orang-orang yang terkait dalam organisasinya.
Kepala sekolah merupakan salah satu sumber daya manusia yang berperan
sangat penting dalam mengatur dan mengendalikan seluruh sumber daya yang
terkait di bidang satuan pendidikan khususnya di sekolah. Kepala sekolah
merupakan sosok penting dalam sekolah karena kepala sekolah bertanggung
jawab atas kemajuan dan mundurnya serta baik buruknya sebuah sekolah.
5
Kepemimpinan kepala sekolah dalam satuan pendidikan di sekolah merupakan
motor penggerak bagi semua sumber daya sekolah yang diharapkan mampu
untuk menggerakkan guru agar lebih efektif, membangun dan membina
hubungan baik antar lingkungan sekolah supaya tercipta suasana yang kondusif,
menggairahkan, produktif dan bersama-sama agar mampu melaksanakan
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi terhadap berbagai jenis kebijakan dan
perubahan yang telah dilakukan secara efektif dan efisien supaya semua diarahkan
untuk menghasilkan produk atau lulusan yang berkualitas serta memiliki
kompetensi yang unggul.
Program Peningkatan kualitas guru dari pengembangan profesional
Program telah mendapatkan minat yang cukup besar antara peneliti dari berbagai
belahan dunia, termasuk Indonesia, berbagai program sertifikasi guru dan bentuk
pelatihan lainnya yang dilakukan oleh pemerintah daerah atau lembaga pelatihan
yang ditunjuk, telah dilaksanakan selama lebih dari satu dekade, namun belum
dianggap efektif dalam meningkatkan kompetensi guru(Postholm dalam Bujang,
2015).
Menurut laporan pembangunan manusia (Human Development Report - HDR)
United Nations Development Programme (2011: 127-129), Indeks Pengembangan
Manusia (Human Development Index – HDI) Indonesia berada pada peringkat ke-
124 dari 184 negara di dunia dengan indeks sebesar 0,617, jauh di bawah Brunei
Darussalam pada peringkat 33 dengan indeks 0,839, Malaysia pada peringkat 61
dengan indeks 0,761, Thailand pada peringkat 103 dengan indeks 0,682, dan
Philipina pada peringkat 112 dengan indeks 0,644. Indikator lain yang
6
menunjukkan lemahnya pengembangan SDM ini adalah peningkatan jumlah
angka pengangguran kerja yang terus meningkat setiap tahun. Kondisi ini kurang
menguntungkan bagi bangsa Indonesia untuk melakukan persaingan di tingkat
global.
Penyelenggaraan uji kompetensi awal dan uji kompetensi Guru pada tahun 2017
menunjukkan hasil bahwa kompetensi guru di Indonesia masih di bawah rata -
rata. Di lihat dari jenjang sekolah, guru SD menempati posisi terendah dengan
persentase 10 % yang mendapat nilai 50. Hal ini berarti pendidikan belum
menjadi pemicu utama dalam pengembangan SDM, tapi justru menjadi
kontributor utama dalam peningkatan jumlah pengangguran.
Faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan, diantaranya faktor kurikulum,
kebijakan pendidikan, fasilitas pendidikan, aplikasi teknologi informasi dan
komunikasi dalam dunia pendidikan, khususnya dalam kegiatan proses belajar
mengajar, aplikasi metode, strategi dan pendekatan pendidikan yang mutakhir dan
modern, metode evaluasi pendidikan yang tepat, biaya pendidikan yang memadai,
manajemen pendidikan yang dilaksanakan secara profesional, sumberdaya
manusia para pelaku pendidikan yang terlatih, berpengetahuan, berpengalaman
dan profesional (Hadis dan Nurhayati, 2010:3). dapat dijaga dengan baik.
Tentunya hal ini juga berkaitan dengan penghargaan profesionalitas yang didapat
dalam setiap jenjang tersebut.
Guru juga harus bertanggung jawab dalam membangun atmosfer
akademik di dalam kelas.Atmosfer ini sebenarnya bertujuan untuk membentuk kar
akter siswa terutama berkaitan dengan nilai-nilai akademik utama yaitu
7
sikap ilmiah dan kreatif.Guru perlu menekankan nilainilai intiyang berhubungan
dengan pengembangan sikap ilmiah dan kreatif dalam setiap tugas yang diberikan
kepada siswanya, dalam membimbing siswa memecahkan suatu persoalan atau
juga dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dari siswa. Untuk dapat mengajar
secara efektif, maka guru-guru akan ditrainingsecara kontinyu dan terutama akan
dibekali pengetahuan tentang cara mengajar yang baik dan bagaimana cara
menilai yang efektif. Sehinggadiharapkan guru tersebut dapat mengembangkan ca
ra mengajarnya sendiri,dapat meningkatkanpengetahuan mereka sendiri dan juga
dapat berkolaborasi dengan guru yang lain.
Seorang guru dituntut memiliki beberapa kemampuan dan keterampilan tertentu.
Kemampuan dan keterampilan tersebut sebagai bagian dari kompetensi
profesionalisme guru yang mutlak dimiliki oleh guru agar tugasnya sebagai
pendidik dapat terlaksana dengan baik. Guru adalah seorang pemimpin yang
harus mengatur, mengawasi dan mengelola seluruh kegiatan proses pembelajaran
di sekolah yang menjadi lingkup tanggung jawabnya.
Guru memegang peranan yang sangat penting dan strategis dalam upaya
membentuk watak bangsa dan mengembangkan potensi siswa dalam kerangka
pembangunan pendidikan di Indonesia. Tampaknya kehadiran guru hingga saat ini
bahkan sampai akhir hayat nanti tidak akan pernah dapat digantikan oleh yang
lain, terlebih pada masyarakat Indonesia yang multikultural dan multibudaya,
kehadiran teknologi tidak dapat menggantikan tugas-tugas guru yang cukup
kompleks dan unik. Oleh sebab itu, diperlukan guru yang memiliki kemampuan
8
yang maksimal untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dan diharapkan
secara berkesinambungan mereka dapat meningkatkan kompetensinya,
Menurut Satori,dkk (2007)” kompetensi berarti kecakapan, kemampuan, dan
wewenang.” Jadi seorang guru dapat di nyatakan kompeten jika menguasai
kecakapan kerja pada satu bidang tertentu. Mengacu pada Peraturan Pemerintah
Nomor 19 tahun 2005 tentang standar Nasional pendidikan dinyatakan bahwa “
pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Menurut Zakirova (2016) mengemukakan struktur kompetensi guru sebagai
seperangkat komponen yang saling terkait yang merupakan karakteristik umum
untuk manifestasi aktivitas tertentu. Kualifikasi akademik adalah tingkat
pendidikan minimal yang harus di penuhi oleh seorang pendidik yang di buktikan
dengan ijazah yang relevan sesuai dengan ketentuan perundang – undangan yang
berlaku. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi profesional dan kompetensi sosial”. Jadi dapat di ketahui kompetensi
yang harus di kuasai seorang guru adalah kompetensi pedagogik, kepribadian,
profesional, dan kompetensi sosial.
Tabel. 1.1 Hasil Uji Kompetensi Guru SD Negeri Kecamatan BaradatuTahun 2016
Kesimpulan Keterangan Pedagogik Profesional< 50 Tidak Lulus 94 75 50 Lulus 115 134Jumlah 209 209
9
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Way Kanan, 2017
Berdasarkan Tabel 1.1 di atas, diperoleh informasi hasil uji kompetensi guru SD
Negeri di Kecamatan Baradatu sebanyak 94 guru (45%) tidak lulus dalam uji
kompetensi pedagogik dan sebanyak 75 guru (36%) tidak lulus dalam uji
kompetensi profesional. Hal ini mengidikasikan kompetensi guru SD Negeri
yang berada di Kecamatan Baradatu mash tergolong rendah.
Berbagai upaya yang harus dipikirkan dan dijalankan guna peningkatan mutu
pendidikan adalah peningkatan proses belajar mengajar yang sangat tergantung
kepada profesionalisme guru sebagai sumber daya manusia. Guru dituntut untuk
memiliki berbagai ketrampilan dalam menghantarkan siswa untuk mencapai
tujuan yang direncanakan. Beberapa persyaratan yang harus dimiliki oleh guru
yang professional adalah:
1. Penguasaan materi pelajaran.Untuk memperoleh hasil yang baik maka guru bukan hanya perlu menguasaisekedar materi tertentu, tetapi perlu penguasaan yang lebih luas dari materiyang disajikan.
2. Kemampuan menerapkan prinsip-prinsip psikologi.Para ahli pendidikan maupun ahli psikologi mengakui tentang adanyaperbedaan yang dimiliki oleh setiap individu, meliputi perbedaan bakat,minat, sikap, harapan dan aspek-aspek kepribadian lainnya. Prinsip-prinsippsikologi yang bertalian dengan belajar dapat memberikan strategi belajarmengajar yang tepat bagi guru.
3. Kemampuan menyelenggarakan proses belajar mengajar.Bekal teoritis dan praktis adalah merupakan disiplin ilmu yang dapatmenunjang pemahaman tentang konsep belajar mengajar. Guru harusmemahami berbagai model mengajar secara teoritis dan selanjutnya dapatmemilih model-model yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
4. Kemampuan menyesuaikan diri dengan berbagai situasi baru.Secara formal maupun professional tugas guru seringkali menghadapiberbagai permasalahan yang timbul akibat adanya berbagai perubahan yangterjadi di lingkungan tugas profesionalnya. Perubahan itu misalnyaperubahan kurikulum, pembaharuan sistim pengajaran, adanya peraturanperundang-undangan yang baru dan lain sebagainya. Kemampuanmenyesuaikan diri dengan berbagai pembaharuan ini sebenarnya merupakan
10
sikap positif yang berkaitan dengan keberadaan lingkungan profesinya.(Suprayoga, 2006 :111)
Disamping itu guru yang professional mempunyai beberapa karakeristik, yaitu:
a. Komitmen terhadap profesionalitas yang melekat pada dirinya sepertisikapdedikatif, komitmen terhadap mutu proses dan hasil kerja.
b. Menguasai ilmu dan mampu mengembangkan serta menjelaskan fungsinyadalam kehidupan, menjelaskan dimensi teoritis dan praktisnya atausekaligus melakukan transfer ilmu pengetahuan, internalisasi sertaimplementasi.
c. Mendidik dan meyiapkan peserta didik agar mampu berkreasi, serta mampumengatur dan memelihara hasil kreasinya untuk tidak menimbulkanmalapetaka bagi dirinya, masyarakat dan alam sekitarnya.
d. Mampu menjadi model atau sentral identifikasi diri, atau menjadi pusatanutan dan konsultan bagi peserta didiknya.
e. Memiliki kepekaan intelektual dan informasi serta memperbaharuipengetahuan dan keahliannya secara berkelanjutan. Mampubertanggungjawab dalam membangun peradaban yang berkelanjutan.(Kunandar, 2009:109)
Kepala sekolah dalam perannya sebagai pemimpin di sekolah selalu berusaha
untuk menimbulkan kesadaran dalam diri seluruh personil sekolah, bahwa maju
mundurnya sebuah lembaga pendidikan tidak hanya didasarkan kepada peran
kepala sekolah sebagai pimpinan lembaga, akan tetapi perubahan tersebut terjadi
apabila seluruh personil sekolah berperan secara aktif dalam pelaksanaan proses
pendidikan di dalam sekolah, sehingga tujuan didirikannya sekolah tersebut dapat
berkembang secara sempurna sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh lembaga
itu sendiri.
11
Berdasarkan Tabel 1.2 di atas diketahui bahwa jumlah guru Sekolah Dasar Negeri
sebanyak 209 guru terdiri atas 137 guru (65%) berstatus Guru PNS dan 72 Guru
(35%) berstatus Honorer.
Tabel 1.2 Kehadiran Guru SD Negeri di Kecamatan Baradatu BulanJanuari 2017 – Juni 2017
Bulan GuruPersentaseKehadiran (%)
Persentase Ketidakhadiran(%)
Januari 2017 93,5 6,5Febrrari 2017 93.7 6,3Maret 2017 94,5 5,5April 2017 92,8 7,2Mei 2017 90,3 9,7Juni 2017 93,7 6,3Rata-rata 93 7
Sumber: UPT. Dinas Pendidikan Kecamtan Baradatu, 2017
Berdasarkan Tabel 1.3 di atas, diperoleh informasi tingkat kehadiran guru
Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Baradatu rata-rata sebesar 93%, hal ini
mengindikasikan disiplin kerja guru belum optimal artinya profesionalitas guru
Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan belum sepenuhnya berjalan sesuai komitmen
guru. Ketidakhadiran guru mengidikasikan bahwa kepala sekolah belum optimal
memberikan pengawasan terhadap kehadiran guru dalam mengajar. Hal ini
terlihat dari masih seringnya guru yang datang terlambat kesekolah, sering
meninggalkan kelas ketika kegiatan pembelajaran berlangsung, bahkan belum
memiliki rencana pembelajaran yang baik.
Salah satu faktor penentu profesional guru adalah kedisplinan guru dalam
melaksanakan tugas pengajaran. Konsep disiplin berkaitan dengan tata tertib,
aturan, atau norma dalam kehidupan bersama (yang melibatkan orang banyak).
12
Manfaat lain dari disiplin ini mencakup ketrampilan dan ketelitian persepsi,
memperkuat keterampilan berkomunikasi, memecahkan masalah di luar kelas,
berkonsentrasi pada solusi daripada menghukum, membantu guru oleh guru lain,
langkah-langkah pemecahan masalah dan sesi dorongan (Ghorbani,2013).
Menurut Sardiman (2001 : 123) disiplin artinya adalah ketaatan (kepatuhan)
kepada peraturan tata tertib, aturan, atau norma, dan lain sebagainya. Sedangkan
pengertian guru adalah suatu komponen manusia dalam proses belajar mengajar
yang ikut berperan aktif dalam usaha pembentukan sumber daya manusia”
Sedangkan Dimyati (2000: 25) mengatakan bahwa “Guru adalah semua orang
yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid baik secara
individual maupun klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Ini berarti
bahwa seorang guru minimal harus memiliki dasar-dasar kompetensi sehingga
memiliki wewenang dan kemampuan dalam menjalankan tugasnya terutama agar
dapat meningkatkan suasana belajar yang kondusif..
Kedisiplinan guru merupakan suatu ketaatan (kepatuhan) guru terhadap tata tertib
(aturan) yang berkaitan dengan pelaksanaan tugasnya sebagai tenaga pendidik
dalam proses belajar mengajar di sekolah. Berkenaan dengan hal itu, maka teori
dasar yang dikembangkan sebagai dimensi dan indikator kedisiplinan guru dalam
proses belajar mengajar adalah mencakup tiga aspek, yaitu kehadiran, pelaksanaan
tugas (kegiatan) dan program tindak lanjut, dengan alasan untuk mengetahui
sejauhmana tingkat kedisiplinan guru dalam menjalankan tugasnya sebagai
pendidik di sekolah.
13
Perilaku negatif dan penyimpangan di sekolah khususnya di Sekolah Dasar Negeri
(SDN) yang berada di Kecamatan Baradatu Way kanan yang dilakukan peserta
didik akan mengganggu efektivitas pembelajaran. Hal ini sangat erat kaitannya
engan disiplin sekolah. Oleh karena itu, dalam upaya untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran, antara lain dapat dilakukan dengan pembinaan disiplin sekolah.
Dalam hal ini guru bertanggung jawab mengarahkan pada yang baik, harus
menjadi contoh, sabar, dan penuh pengertian. Guru harus mampu menumbuhkan
disiplin dalam diri peserta didik, terutama disipllin diri (self discipline).
Di sekolah guru dapat menanamkan rasa kedisiplinan baik dalam dirinya sendiri
ataupun kepada siswanya dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya
dengan baik. Tanpa adanya sikap disiplin yang yang dimiliki oleh seorang guru
dalam menjalankan tugasnya, maka tidak heran bila hasil akhir pembelajaran tidak
sesuai dengan yang dicita-citakan. Rendahnya disiplin kerja guru akan
mengakibatkan buruknya mutu pendidikan di sekolah. Kedisiplinan harus
ditanamkan kepada setiap individu, baik itu para guru atau pun siswanya. Sebagai
pendidik, segala sikap dan perilaku yang dilakukannya tentu akan dilihat dan
dicontohkan oleh siswanya. Jika seorang guru memiliki sikap kedisiplinan, maka
tidak dapat disalahkan bila siswanya juga mengikuti prilaku sang guru yang
disiplin tersebut.
Disiplin kerja yang baik mencerminkan besarnya tanggung jawab yang harus
dipikul oleh seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya, yang
mendorong semangat kerja dalam mewujudkan tujuan organisasi. Untuk itu
disiplin dalam bentuk pelaksanaan peraturan sangat diperlukan bagi karyawan,
14
guru dan peserta didik sebagai wujud nyata dari pengawasan dalam menciptakan
tata tertib organisasi sekolah. Disiplin kerja yang baik juga mencerminkan
kepribadian seorang guru yang memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, selain
mempunyai intelektual yang tinggi dan wawasan yang luas dan berbagai
kompetensi yang dimilikinya.
Disiplin belajar siswa dapat dimulai dari kebiasaaan yang sering dilakukan
diantaranya siswa mampu mempergunakan waktu yang cukup baik, memiliki rasa
tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan oleh guru, mempunyai rasa
memiliki dan tanggung jawab terhadap organisasi kelas dan menyusun jadwal
pelajaran. Dengan adanya rasa kesadaran diri untuk melaksanakan disiplin kerja
maupun disiplin belajar diharapkan semua kegiatan yang dilaksanakan sehari-hari
di sekolah dapat membuahkan hasil yang baik sesuai dengan tujuan pendidikan
yang juga merupakan tujuan dari pendidikan nasional.
Peran guru di kelas sebagai pendidik, pengajar, dan pelatih, kerapkali guru
menghadapi berbagai persoalan dalam mengatasi situasi belajar yang susah
diarahkan dan perilaku para siswa yang sulit dikendalikan. Kondisi ini bisa
diakibatkan dari kurangnya pengetahuan dan pengalaman guru dalam menyikapi
situasi belajar tersebut dan pemahaman psikologis siswa yang kurang. Dalam
menghadapi situasi belajar yang sulit dikendalikan, seorang guru harus memiliki
kesadaran emosional yang baik yang merupakan konsep diri positif seorang guru.
Konsep diri positif ini sangat penting, karena tidak akan mungkin guru dapat
mengendalikan emosional para siswa dan situasi belajar dengan baik apabila ia
tidak bisa mengendalikan emosi dalam dirinya sendiri.
15
Pengendalian emosi dapat dilakukan apabila seorang guru menerapkan konsep diri
yang positif pada dirinya. Konsep diri positif ini merupakan konsep diri yang
selalu berorientasi pada pemikiran positif, mencari peluang di setiap kesulitan,
dan emncari jawaban dari setiap persoalan. Pribadi seorang guru yang memiliki
konsep diri positif selalu tampil di hadapan para siswa dengan tenang, percaya
diri, tangguh, sabar, dan memiliki keyakinan penuh bahwa ia mampu
mengendalikan situasi belajar dengan kondusif tanpa melenceng dari perannya
sebagai pendidik. Adapaun pribadi seorang guru yang memiliki konsep diri
positif untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif, diantaranya: luwes
dalam pembelajaran, empati dan peka terhadap segala kebutuhna siswa, mampu
mengajar sesuai dengan selera siswa, Mau dan mampu memberikan peneguhan
(reinforcement), mau dan mampu memberikan kemudahan, kehangatan, dan tidak
akkau dalam proses pembelajaran, dan mau menyesuaikan emosi, percaya diri,
dan riang dalam proses pembelajaran. Dengan memiliki konsep diri positif, guru
akan mudah meguasai situasi belajar para siswa dan mengarahkan mereka untuk
mengikuti pembelajaran secara tertib dengan penyampaian mendidik dan
pengendalian emosi yang baik.
Tingkah laku atau moral guru pada umumnya, merupakan penampilan lain dari
kepribadiannya. Bagi anak didik yang masih kecil, guru adalah contoh teladan
yang sangat penting dalam pertumbuhannya, guru adalah orang yang pertama
sesudah orang tua, yang mempengaruhi pembinaan kepribadian anak didik.
Kalaulah tingkah laku atau akhlak guru tidak baik, pada umumnya akhlak anak
didik akan rusak olehnya, karena anak mudah terpengaruh oleh orang yanag
dikaguminya. Atau dapat juga menyebabkan anak didik gelisah, cemas atau
16
terganggu jiwa karena ia menemukan contoh yang berbeda atau berlawanan
dengan contoh yang selama ini didapatnya dirumah dari orang tuanya.
Sikap guru dalam menghadapi segala persoalan, baik menghadapi anak didik,
teman-temannya sesama guru, kepala sekolah dan sekolah itu sendiri akan dilihat,
diamati dan dinilai pula oleh anak didik. Sikap pilih kasih dalam memperlakukan
anak didik, adalah yang paling cepat dirasakan oleh anak didik, karena semua
anak mengharapkan perhatian dan kasih sayang gurunya. Kelakuan anak didik
tidak boleh dijadikan alasan untuk membesakan perhatian, karena anak yang nakal
misalnya, seringkali dimarahi dan dibenci oleh guru, karena ia sering mengganggu
suasana sekolah. Akan tetapi guru yang bijaksana tidak akan benci kepada anak
yang nakal, dia akan lebih memperhatikannya dan berusaha mengetahui latar
belakang anak tersebut. Selanjutnya berusaha memperbaikinya secara individual.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan diatas, maka penulis akan
mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1.2.1 Rendahnya kompetensi profesional guru
1.2.2 Kurangnya disipin kerja guru
1.2.3 Tingkat kehadiran guru yang masih rendah
1.2.4 Kompetensi profesional guru masih perlu ditingkatkan
1.2.5 Kepala Sekolah sebagai pemimpin kurang memberikan sikap tauladan
kepada guru
17
1.2.6 Guru kurang memberikan sikap tauladan kepada siswa hal ini dibuktikan
dengan sikap disiplin guru berupa kehadiran guru dalam pembelajaran yang
kurang optimal
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan hasil identifikasi masalah dan latar belakang masalah yang telah
disajikan diatas, maka pembatasan masalah dalam penelitian ini aadalah:
1.3.1 Kepemimpinan Kepala Sekolah SD Negeri di Kecamatan Baradatu
Kabupaten Way Kanan.
1.3.2 Disiplin kerja guru SD Negeri di Kecamatan Baradatu Kabupaten Way
Kanan
1.3.3 Konsep diri guru SD Negeri di Kecamatan Baradatu Kabupaten Way
Kanan
1.3.4 Kompetensi profesional guru SD Negeri di Kecamatan Baradatu
Kabupaten Way Kanan.
1.4 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, serta pembatasan
masalah yang diuraikan diatas, maka penulis merumuskan masalah:
1.4.1 Apakah terdapat pengaruh positif dan signifikan Kepemimpinan
kepala Sekolah secara langsung terhadap kompetensi profesional guru
SD Negeri di Kecamatan Baradatu Kabupaten Way Kanan ?
18
1.4.2 Apakah terdapat pengaruh positif dan signifikan Disiplin Kerja guru
secara langsung terhadap kompetensi Profesional guru SD Negeri di
Kecamatan Baradatu Kabupaten Way Kanan ?
1.4.3 Apakah terdapat pengaruh Konsep diri positif dan signifikan terhadap
terhadap kompetensi Profesionalguru SD Negeri di Kecamatan
Baradatu Kabupaten Way Kanan ?
1.4.4 Apakah terdapat pengaruh positif dan signifikan yang simultan antara
Kepemimpinan Kepala Sekolah, disiplin kerja, dan konsep diri,
terhadap kompetensi Profesional guru SD Negeri di Kecamatan
Baradatu Kabupaten Way Kanan?
1.5 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.5.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis :
1.5.1.1Pengaruh yang Kepemimpinan Kepala Sekolah secara langsung
terhadap kompetensi Profesionalisme guru SD Negeri di Kecamatan
Baradatu Kabupaten Way Kanan.
1.5.1.2Pengaruh Disiplin Kerja Guru secara langsung terhadap kompetensi
Profesional guru SD Negeri di Kecamatan Baradatu Kabupaten Way
Kanan
1.5.1.3Pengaruh Konsep Diri secara langsung terhadap kompetensi
Profesional guru SD Negeri di Kecamatan Baradatu Kabupaten Way
Kanan.
1.5.1.4Pengaruh yang Kepemimpinan Kepala Sekolah, Disiplin Kerja dan
Konsep diri guru secara simultan terhadap kompetensi
19
Profesionalisme guru SD Negeri di Kecamatan Baradatu Kabupaten Way
Kanan.
1.5.2 Kegunaan Penelitian
1.5.2.1 Kegunaan Secara Teoritis
Secara teoritis, peneliti bermaksud menjadikan penelitian ini berguna atau
bermanfaat untuk :
a. Hasil penelitian dapat digunakan untuk menambah konsep Kepemimpinan
Kepala Sekolah, Disiplin kerja, Konsep diri, serta manfaatnya untuk
meningkatkan kompetens Profesional guru disekolah,
b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar pelaksanaan penelitian-
penelitian selanjutnya untuk mendapatkan hasil yang lebih sempurna
c. Hasil penelitian dapat digunakan untuk menambah keilmuan pendidikan.
1.5.2.2 Kegunaan Secara Praktis
Secara praktis, peneliti bermaksud menjadikan penelitian ini berguna atau
bermanfaat untuk:
a. Bagi Dinas Pendidikan, untuk memberikan sumbangan pemikiran dalam
upaya mewujudkan pendidikaan yang lebih baik,
b. Bagi Kepala Sekolah, sebagai masukan dalam usaha memperbaiki mutu
pendidikan disekolah melalui variabel-variabel yang mempengaruhinya,
c. Bagi Guru, sebagai acuan untuk meningkatkan kesadaran diri dalam
meningkatkan kompetensi Profesional guru dalam melaksanakan
kewajibannya sebagai seorang pendidik.
20
1.6 Rung Lingkup Penelitian
1.6.1 Lingkup ilmu
Sebagai proses dan fungsi manajemen, berikut substansi yang menjadi
garapan manajemen pendidikan:
1. Perencanaan
2. Pengorganisasian itu meliputi beberapa kegiatan, yaitu penugasan
tanggung jawab tertentu dan pendelegasian wewenang yang
diperlukan kepada individu-individu untuk melaksanakan tugas-
tugasnya sehingga dibutuhkan disiplin kerja yang tinggi.
3. Pengarahan meliputi motivasi, kepemimpinan, kekuasaan, pe-
ngambilan keputusan, komunikasi, koordinasi, negosiasi serta
pengembangan organisasi. Sementara itu, Terry dan Rue menyatakan
bahwa kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri
pemimpin, mempengaruhi orang lain untuk bekerja sama secara sadar
dalam hubungan tugas yang diinginkan.
4. Pengendalian meliputi pemantauan (monitoring), penilaian, dan
pelaporan.
1.6.2 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini melibatkan seluruh guru SD di Kecamatan Baradatu
Negeri Kabupaten Way Kanan.
1.6.3 Objek Penelitian
Penelitian ini obyeknya adalah kompetensi Profesional guru sebagai
varibel terikat, Kepemimpinan Kepala Sekolah, disiplin kerja, dan konsep
diri sebagai variabel bebas.
21
1.6.4 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat Penelitian : SD Negeri Kecamatan Baradatu Kabupaten Way
Kanan.
Waktu Penelitian : Agustus – Oktober 2017
22
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kompetensi Profesional
2.1.1 Pengertian kompetensi
Kompetensi berasal dari Bahasa Inggris Competence, maknanya sama dengan
being competent, sedangkan competent maknanya sama dengan being ability,
power, authorithy, skill, knowledge dan attitude dan sebagainya. Dengan
demikian kompetensi adalah kemampuan, kecakapan, keahlian dan ketrampilan
seseorang di bidang tertentu.
Menurut Sagala (2009) .Kompetensi adalah perpaduan dari penguasaan,
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan
berpikir dan bertindak dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya.
W. Robert Houtson memberikan definisi, competence ordinaly is defined as
“adequacy for a task or as “possession” or require knowledge, skill and abilities.
(Kompetensi dirumuskan sebagai suatu tugas yang memadai, atau pemilikan
pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan seseorang)
(Janawi, 2012:29). Menurut Kusnandar (2007), “Kompetensi adalah penguasaan
pengetahuan terhadap suatu tugas, ketrampilan, sikap, dan apresiasi yang
diperlukan untuk menunjang keberhasilan.
Beberapa pengertian mengenai kompetensi diatas, dapat diambil kesimpulan
bahwa kompetensi adalah penguasaan terhadap pengetahuan, keterampilan, nilai
dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dalam
menjalankan fungsinya, baik sebagai tenaga pendidik maupun peserta pendidikan,
23
bisa dikatakan juga bahwa kompetensi merupakan komponen utama dari standar
profesi.
2.1.2Kompetensi Guru
Kompetensi guru adalah pengetahuan, kemampuan dan keyakinan yang dimiliki
seorang individu atau guru dan ditampilkan untuk situasi mengajar. Kompetensi
guru merupakan sekumpulan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai sebagai
kinerja yang berpengaruh terhadap peran, peruntukan, prestasi serta pekerjaan
seseorang (Yulaelawati 2004).
Rasto (2010) menjelaskan kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan
menunjukan kualitas guru dalam mengajar, kompetensi itu akan terwujud dalam
bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya
sebagai guru. Diyakini bahwa, kompetensi yang diperlukan oleh seseorang guru
tersebut dapat diperoleh baik melalui pendidikan formal maupun pengalaman
mengajar. Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal,
keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk
kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman
terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan
profesionalisme (Mulyasa 2008).
Menurut Saud (2010) menyatakan karakteristik indikator kompetensi guru
mencakup :
a. Mampu melakukan suatu perkerjaan tertentu secara rasional. Guru harusmemiliki visi dan misi yang jelas dalam melakukan sesuatu berdasarkananalisis kritis dan pertimbangan logis dalam membuat pilihan danmengambil keputusan tentang apa yang dikerjakan.
24
b. Menguasai perangkat pengetahuan (teori dan konsep, prinsip dan kaidah,hipotesis dan generalisasi, data dan informasi, dan sebagainya) tentangseluk beluk apa yang menjadi bidang tugas pekerjaannya.
c. Menguasai perangkat keterampilan (strategi dan teknik, metode danteknik, prosedur dan mekanisme, sarana dan instrument, dan sebagianya)tentang cara dan bagaimana dan dengan apa harus melakukan tugas.
d. Memahamai perangkat persyaratan ambang (basic standard) tentangketentuan kelayakan normatif minimal kondisi dari proses yang dapatditolerensikan dari kreteria keberhasilan yang dapat diterima dari apayang dapat dilakukan.
e. Memiliki daya motivasi dan citra (aspirasi) unggulan dalam melakukantugas pekerjaan. Guru bukan sekedar puas dengan memadai persyaratanminimal, melainkan berusaha mencapai yang sebaik mungkin.
f. Memiliki kewenangan yang memancar atas perangkat kompetensinyayang dalam batas tertentu dapat didemontrasikan dan teruji sehinggamemungkinkan memperoleh pengakuan pihak berwenang.
Dari indikator-indikator kompetensi yang telah dikemukakan oleh Saud, dapat
disimpulkan bahwa seorang guru berkompetensi adalah sesorang yang
mempunyai visi dan misi yang jelas, kritis, logis, menguasai teori dan praktek
mengajar, dan bermotivasi tinggi untuk memberikan yang terbaik. Selain itu, guru
tersebut juga mempunyai kewenangan yang teruji oleh pihak yang memberi
wewenang. Seorang guru selain berkompetensi dalam bidang pengajaran, guru
juga harus mempunyai derajat kualifikasi akademik yang telah ditempuhnya dari
lembaga berwenang.
Berdasarkan literatur dan pendapat beberapa ahli dapat simpulkan bahwa
kompetensi merupakan kemampuan yang terdapat dalam diri individu dalam
pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk melakukan sesuatu dalam menunjang
keberhasilan proses pembelajaran. Guru sebagai seorang individu yang
keseharianya berkerja di dunia pendidikan harus memiliki kompetensi dalam
menjalankan tugasnya.
25
2.1.3 Kompetensi Profesional
Profesi dapat dilihat dari dua konteks, yang pertama merupakan indikator
kemampuan yang menunjukan kepada perbuatan yang dapat diobservasi, dan
yang kedua sebagai konsep yang mencakup aspek-aspek kognitif dan afektif
dengan tahap pelaksaaannya (Sardiman, 2001).
Kompetensi professional guru adalah sejumlah kompetensi yang berhubungan
dengan profesi yang menuntut berbagai keahlian di bidang pendidikan atau
keguruan atau bisa dikatakan sebagai kemampuan dasar guru sesuai standar yang
ditetapkan direktur jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga
Kependidikan (PMPTK) serta Standar Nasional Pendidikan. Pendapat yang sama
juga di ungkapkan di dalam Undang – Undang Nomor 14 tahun 2005 berbunyi
“Kompetensi profesional adalah penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam yang memungkinkan membimbing siswa untuk memenuhi standar
kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan”
Berdasarkan Undang – Undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005
kompetensi Profesional adalah Penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di
sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan
terhadap struktur dan metodologikeilmuannya.
Aspek-aspek yang berkaitan dengan kompetensi profesional
menurutPermendiknas No 16 Tahun 2007 yang meliputi :
(1) Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yangmendukungmata pelajaran yang diampu;
26
(2) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaranyangdiampu;
(3) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif;(4) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
melakukantindakan reflektif dan
(5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untukmengembangkandiri.
Menurut Wahidmurni (2010) kompetensi profesional berkaitan dengan
kemampuan guru akan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam.
Kemampuan ini diperoleh melalui jalur pendidikan sesuai dengan program studi
yang ditempuh. Sedangkan menurut Yanim (2006)Kompetensi profesional
menurut meliputi :
(1) Penguasaan materi pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahan yangharus diajarkan, dan konsep-konsep dasar keilmuan dari bahan yangdiajarkannya;
(2) Penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan kependidikandan keguruan;
(3) Penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan dan pembelajaransiswa. Kompetensi profesional merupakan kemampuan dasar tenagapendidik
Kompetensi profesional menurut Usman (2001) meliputi;
(1) Penguasaan terhadap landasan kependidikan;(2) Menguasai bahan pengajaran;(3) Kemampuan menyusun program pengajaran dan(4) Kemampuan menyusun perangkat penilaian hasil belajar dan proses
pembelajaran.
Dari beberapa teori di atas dapat di simpulkan bahwa kompetensi profesional
adalah salah satu bidang kompetensi yang harus di miliki seorang guru dalam hal
bidang keilmuan yang di milikinya, dengan dikuasainya kompetensi profesional
oleh guru, diharapkan guru dapat menguasai bidang keilmuan yang di milikinya
27
dan melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan peraturan yang berlaku
dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
2.2 Kepemimpinan Kepala Sekolah
2.2.1 Pengertian Kepemimpinan
Menurut Danim (2008: 204) mendefinisikan kepemimpinan adalah segala
tindakan yang dilakukan seseorang baik individu maupun kelompok untuk
melakukan koordinasi dan melakukan pengarahan kepada individu atau kelompok
lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Selanjutnya
menurut Sutrisno (2011: 213) mengatakan kepemimpian adalah kemampuan
seseorang dalam mempengaruhi orang lain, dimana bawahan akan melakukan apa
yang menjadi kehendak pemimpin walaupun secara pribadi bawahan tersebut
tidak menyukainya. Selain itu menurut J. Canon dalam Sagala (2009: 115)
mengatakan kepemimpinan adalah “kemampuan atasan mempengaruhi perilaku
bawahan maupun perilaku kelompok dalam organisasi”. Sedangkan menurut
Purwanto (2005: 26) Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang dalam
mempengaruhi orang lain agar orang yang dipengaruhinya mau dan dapat
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh
semangat, ada kegembiraan batin, serta merasa tidak terpaksa. Sedangkan
Menurut Armstrong dalam A.L Hartani (2011: 28) kepemimpinan adalah “proses
memberi inspirasi kepada semua karyawan agar bekerja sebaik-baiknya untuk
mencapai hasil yang diharapkan”.
Kartono (2005: 57) mengungkapkan kepemimpinan adalah “kegiatan
mempengaruhi orang-orang agar orang yang dipimpinnya mau bekerja sama
28
untuk mencapai tujuan yang diinginkan”. Sedangkan Menurut Wahyudi (2009:
120) kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam
menggerakkan, mengarahkan, sekaligus mempengaruhi pola pikir, cara kerja
setiap anggota agar bersikap mandiri dalam bekerja untuk kepentingan percepatan
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan
kemampuan seseorang dalam mempengaruhi orang lain, baik individu atau
kelompok. Serta kemampuan untuk mengarahkan tingkah laku individu atau
kelompok untuk memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang
diinginkan oleh kelompoknya, sehingga bawahan dengan senang hati mau
melaksanakan tugas yang diberikan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Kepemimpinan merupakan salah satu aspek penting yangmempengaruhi
keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuanorganisasi. Keberhasilan suatu
organisasi baik secara keseluruhan maupun sebagian kelompok organisasi sangat
bergantung pada mutu kepemimpinan yang terdapat dalam organisasi tersebut.
Peran kepemimpinan efektif pada suatu organisasi
dalam mencapai tujuan organisasi adalah bagaimana para pemimpin organisasi
mampu menggerakkan, menginspirasi, memotivasi dan mengarahkan anggota
organisasinya dalam mencapai tujuan organisasinya secara efektif dan efisien. (
Fretilino, 2012:7)
Menurut Fretilino (2012 : 10) kepemimpinan adalah faktor manusiawi yang
mengikat suatu kelompok bersama dan memberinya motivasi menuju tujuan-
29
tujuan tertentu, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Ini berarti
antara kepemimpinan dengan motivasi memiliki ikatan yang kuat. Seseorang yang
menjalankan fungsi kepemimpinan setidaknya harus memiliki persyaratan atau
sifat-sifat bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki inteligensia tinggi,
memiliki fisik kuat, berpengetahuan luas, percaya diri, dapat menjadi anggota
kelompok, adil dan bijaksana, tegas dan berinisiatif, berkapasitas membuat
keputusan, memilki kestabilan emosi. bahwa keterampilan yang harus dimiliki
oleh administrator efektif adalah keterampilan teknis (technical skill), ketrampilan
hubungan manusia (human relation skill), dan keterampilan konseptual
(conseptual skill).
Menurut Wibowo (2008) Ciri-ciri seorang personel itu mempunyai sifat
kepemimpinan terlihat dari :
1) Kemampuan mengambil keputusan yang cepat dan tepat.2) Kemampuan menentukan prioritas kerja yang tepat.3) Kemampuan untuk mengemukakan pendapat yang jelaskepada orang
lain.4) Menguasai bidang tugasnya dengan baik dan mampu
memberiketeladanan dengan baik kepada bawahan,5) Berusaha memupuk dan mengembangkan kerjasama dengan baik6) Mampu melatih dan mengembangkan bawahan dengan baik,7) Dapat menggugah semangat dan menggerakkan bawahandalam
melaksanakan pekerjaan,8) Bersedia mempertimbangkan saran-saran bawahan danmemperhatikan
nasib, serta mendukung bawahan untuk maju.
Pemimpin aparatur harus memiliki kompetensi kreatif yang mampumenyelesaikan
berbagai permasalahan dan tantangan akibat dariperubahan yang cepat dan penuh
ketidakpastian. Peran kepemimpinan aparat adalah13 :
1) Coach atau pelatih yang mampu senantiasa melatih, mendidik, membinadan memberdayakan aparat, atau pegawai yang dipimpinnya.
2) Sebagai spokesman, atau juru bicara yang mampu menjelaskanvisi, misi,tujuan, dan program-program kerja kepadastakeholders yang berada
30
diluar organisasi. Kemampuanberkomunikasi dialog, lobby, danmendengar secara aktif,sangat diperlukan.
3) Kedalam organisasi seorang pemimpin aparatur hendaknyamampumembawa perubahan baru, gagasan dan terobosanbaru, serta pemikiranyang membawa nilai tambahproduktivitas dan efisiensi organisasi.
4) Keluar, pemimpin aparat hendaknya mampu berperan sebagaidirectionsetter yakni suatu kemampuan untuk memberikanarah yang tepat dalamrangka mewujudkan visi, misi, tujuan,dan program-program kerjaorganisasi.( Fretilino, 2012)
Ciri-ciri kepemimpinan dari segi kompetensi dapat dikemukakan sebagai berikut :
1) Kesadararan diri, seorang pemimpin harus mempunyai pemahamantentang jati dirinya yang tercermin dari sikap sabar, teguh pendirian,memiliki integritas tinggi. Seseorang yang memiliki keseimbanganantar kecerdasan intelektual dan emosional.
2) Kemampuan mengelola dan/atau menangani perubahan, ketidakpastian,ketidakteraturan, dan keserba bertentangan.
3) Mempunyai visi ke depan. Maka harus mampu menggerakkan seluruhjajaran organisasi agar mempunyai persamaan persepsi terhadap apayang akan dicapai bersama, sehingga mampu menggerakkan organisasisebagai organisasi pembelajaran yang dapat terus berkembang.
4) Keterbukaan terhadap kritik dan saran, sehingga, akan dapat terusmeningkatkan dan memperbaiki diri dan produktivitas organisasi.
5) Kemampuan menggunakan kekuasaan secara arif dan bijaksana,sehingga tidak terjadi penyalahgunaan jabatan dan penyimpangan dariamanah dan kekuasaan yang diembannya.(Fretilino,2012)
Peranan seorang pemimpin sangat dominan untuk dapat menjembatani masalah-
masalah kronis yang dihadapi oleh organisasinya. Peranan pemimpin
digambarkan sebagai berikut :
1. Peranan Bersifat Interpersonal, yaitu sebagai figurhead, leader, danliaison (Penghubung). Peranan bersifat interpersonal sebagai :a. Figurehead, tampil dalam berbagai acarab. Leader (penggerak), mampu memberikan bimbingan, sehingga
bawahan dapat dibina dan dikembangkan dalam pelaksanaantugas;c. Liaison (hubungan), mengembangkan hubungan kerjasama, kepada
bawahan dan lingkungan kerja diluar satuannya, dalam rangkasaling tukar informasi.
2. Peranan Bersifat Informasional, yaitu pemonitor, disseminator (penyebar),dan juru bicara. Peranan bersifat informasional, sebagai :a. Pemonitor, harus selalu mengikuti dan memperoleh segala
macaminformasi seluruh proses kegiatan disatuan kerjanya;
31
b. Dissimenator, harus selalu memberi informasi kepada bawahannyaberkaitan dengan satuan kerjanya. Setiap organisasi apapunmemerlukan kerjasama, bantuan, konsultasi dan dukungan dari luar.
c. Juru bicara suatu organisasi adalah pemimpin itu sendiri.3. Peranan sebagai Pengambil Keputusan, yaitu sebagai entreprenuer
(pengusaha), disturbance handler (mengatasi kesulitan), pengatur sumberdaya dan wakil (mewakili satuan kerja).Peranan pengambil keputusansebagai :a. Entrepreneur yang selalu berusaha memperbaiki dan
mengembangkan satuan kerja yang dipimpinnya, berusahamenciptakan ide dan gagasan baru, sistem hubungan dan tata kerja(innovation) pengembangan organisasinya.
b. Mampu mengatasi segala macam kesulitan (disturbances handler)dalam situasi apapun harus mampu mengatasi hambatan dantantangan yang dihadapi.
c. Pengatur segala macam sumber daya yang ada bertanggungjawabmengatur SDM, dana, waktu dan prasarana, sehingga dapatdimanfaatkan seefektif mungkin dalam mencapai tujuan organisasi.
d. Wakil, dalam setiap hubungan kerja dengan satuan kerja diluar.( Henry Mitzberg,2008)
Dari uraian di atas dapat ditetapkan pengertian kepemimpinan yang tepatadalah
kemampuan individu mempengaruhiaktivitas anggota kelompok, serta pihak
terkait untuk mencapaitujuan bersama yang dirancang untuk memberikan
manfaatinduvidu, pihak terkait dan organisasi.
2.2.2 Pengertian Kepala Sekolah
Secara sederhana kepala sekolah didefinisikan sebagai ”seorang tenaga fungsional
guru diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses
belajar mengajar atau tempat dimana terjadi interaksi antar guru yang memberi
pelajaran dan murid yang menerima pelajaran” (Wahyosumidjo,2002:81).
Kepala sekolah yang berhasil apabila mereka memahami keberadaan sekolah
sebagai organisasi yang kompleks dan unik, serta mampu melaksanakan peranan
kepala sekolah sebagai seorang yang diberi tanggung jawab untuk memimpin
sekolah. keberhasilan kepala sekolah menunjukkan bahwa kepala sekolah adalah
32
seorang yang menentukan titik pusat dan irama suatu sekolah. bahkan lebih jauh
tersebut menyimpulkan bahwa keberhasilan kepala sekolah adalah keberhasilan
kepala sekolah. beberapa diantara kepala sekolah dilukiskan sebagai orang yang
sebagai orang yang memiliki harapan tinggi bagi para staf dan para siswa, kepala
sekolah adalah mereka yang banyak mengetahui tugas-tugas mereka dan mereka
yang menentukan irama bagi sekolah mereka.
Telah kita maklumi bahwa tugas kepala sekolah itu sedemikian banyak dan
tanggung jawabnya sedemikian besar. Maka tidak sembarangan orang patut
menjadi kepala sekolah. Untuk dapat menjadi kepala sekolah harus memenuhi
syarat-syarat tertentu. Disamping syarat yang berupa ijazah (yang merupakan
syarat-syarat formal) juga pengalaman kerja dan kepribadian yang baik perlu
diperhatikan.
Dalam peraturan yang berlaku dilingkungan Depdikbud untuk setiap tingkatan
dan jenis sekolah sudah ditetapkan syarat-syaratnya untuk pengangkatan kepala
sekolah. Seperti telah kita ketahui bahwa untuk menjadi kepala sekolah TK dan
SD serendah-rendahnya berijazah sarjana muda BI. Karena jenis SMP maupun
SMA itu bermacam-macam (SMP, SMA, SMK, DLL), maka ijazah yang
diperlukan bagi seorang kepala sekolah hendaknya sesuai dengan jurusan/ jenis
sekolah yang dipimpinnya.
Pengalaman kerja merupakan syarat penting yang tidak dapat diabaikan.
Bagaimana bisa memimpin apabila ia belum mempunyai pengalaman bekerja /
menjadi guru pada jenis sekolah yang dipimpinnya. Mengenai persyaratan
lamanya pengalaman kerja untuk pengangkatan kepala sekolah belum ada
33
keseragaman diantara berbagai jenis sekolah. Hal tersebut karena adanya banyak
hal yang menyebutkan kesulitan pengangkatan, diantaranya:
a. Pertumbuhan dan perkembangan jumlah sekolah yang sangat pesat dantidak sesuai dengan jumlah guru yang tersedia.
b. Adanya ketidak seimbangan antara banyaknya guru-guru fakumum/sosial yang besar jumlahnya dengan gutu-guru fak kejurusan(teknik dan ekstra ) yang sangat sedikit.
c. Dikota besar kelabihan guru sedang dipesok sangat kekurangan guru.d. Dan lain-lain.(Daryanto, 2005:91)
Disamping ijazah dan pengalaman kerja, ada syarat lain yang tidak kurang
pentingnya, yaitu persyaratan kepribadian dan kecakapan yang dimilikinya.
Seorang kepala sekolah hendaknya memiliki kepribadian yang baik sesuai dengan
kepemimpinan yang akan dipegangnya. Ia hendaknya memiliki sifat-sifat jujur,
adil dan dapat dipercaya, suka menolong dan membantu guru dalam menjalankan
tugas dan mengatasi kesulitan-kesulitan, bersifat supel dan ramah mempunyai
sifat tegas dan konsekuen yang tidak kaku.
Sifat-sifat kepribadian seperti tersebut diatas, seorang kepala sekolah hendaknya
memiliki ilmu pengetahuan dan kecakapan yang sesuai dengan jurusan serta
bidang-bidang pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Tanpa memiliki sifat-
sifat serta pengetahuan dan kecakapan seperti diuraikan diatas, sukarlah baginya
untuk dapat menjalankan peranan kepemimpinan yang baik dan diperlukan bagi
kemajuan sekolahnya.
Seorang kepala sekolah harus berjiwa nasional dan memiliki falsafah hidup yang
sesuai dengan falsafah dan dasar negara kita. Jika kita simpulkan apa yang telah
diuraikan diatas, maka syarat seorang kepala sekolah adalah sebagai berikut:
a. Memiliki ijazah yang sesuai dengan ketentuan / peraturan yang telahditetapkan oleh pemerintah.
34
b. Mempunyai pengalaman kerja yang cukup, terutama disekolah yangsejenis dengan sekolahan yang dipimpinnya.
c. Mempunyai sifat kepribadian yang baik, terutama sikap dan sifat-sifatkepribadian yang diperlukan bagi kepentingan pendidikan.
d. Mempunyai keahlian dan pengetahuan yang luas, terutama mengenaibidang-bidang pengetahuan pekerjaan yang diperlukan bagi sekolah yangdipimpinnya.
e. Mempunyai ide dan inisiatif yang baik untuk kemajuan danpemgembangan sekolahnya.(Purwanto, 2002:91)
2.2.3 Kepemimpinan Kepala Sekolah
Menurut Retno dan Irena (2016:7) ciri-ciri kepemimpinan kepala sekolah adalah
sebagai berikut:
1) KepribadianArtinya bahwa kepala sekolah harus mencerminkan sikap-sikapberikutini: berakhlak mulia, memiliki integritaskepribadian sebagai pemimpin,memiliki keinginan yangkuat dalam pengembangan diri sebagai kepalasekolah,bersifat terbuka dalam melaksanakan tugas pokok danfungsinya,mengendalikan diri dalam menghadapi masalahdalam pekerjaan sebagaikepala sekolah.v .
2) ManajerialArtinya bahwa kepala sekolah harus mampu mencerminkansikap-sikapberikut ini: menyusun perencanaan sekolah,mengembangkan sekolahsesuai dengan kebutuhan, memimpin sekolah dalam rangkapendayagunaan sumberdaya sekolah secara optimal, mengelolaperubahan dan pengembangan sekolah menuju organisasi pembelajaranyang efektif, mengelola guru dan staf dalam rangkapemberdayaansumber daya manusia secara optimal,mengelola hubungan antar sekolahdan masyarakat dalam rangka mencari dukungan ide, mengelola pesertadidik dalam rangka penerimaan peserta didik baru dampenempatanpengembangan kapasitas peserta didik, mengelola sistem informasidalam rangka penyusunan program dan pengambilan keputusan,melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaanprogramkegiatan sekolah dengan prosedur yang tepat.
3) KewirausahaanArtinya bahwa kepala sekolah harus mampu mencerminkan sikap-sikapberikut ini: menciptakan inovasi yang berguna bagi sekolah, bekerjakeras untuk mencapai keberhasilan sekolah sebagai organisasipembelajaran yang efektif, memiliki motivasi yang kuat untuk suksesdalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpinsekolah, pantang menyerah, dan selalu mencari solusi yang terbaik dalammenghadapi kendala yang dihadapi sekolah, memiliki nalurikewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi atau jasa sebagaisumber belajar peserta didik.
35
4) SupervisiArtinya bahwa kepala sekolah harus mencerminkan sikap-sikap berikutini: merencanakan program supervisi akademik dalam rangkapeningkatan profesionalisme guru, melaksanakan supervisi akademikterhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan supervisi yangtepat, menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalamrangka peningkatan profesionalisme guru.
5) SosialArtinya bahwa kepala sekolah harus mampu mencerminkan sikap-sikapberikut ini: bekerjasama dengan pihak lain untuk keentingan sekolah,berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, memiliki kepekaansosial terhadap orang atau kelompok lain.
Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah menunjuk pada gaya dan strategi seorang
kepala sekolah melaksanakan tugas kepemimpinan kepala sekolah. Diantara
perilaku kepemimpinan kepala sekolah yang efektif, dapat dilihat pada gaya
kepemimpinan yang transaksional, transformasional, dan visioner. Implementasi
dari penerapan perilaku kepemimpinan model itu dapat memberi dorongan atas
berkembangnya kinerja profesional guru.
Demikian halnya,Wahab (2008) menyatakan perilaku adalah suatu fungsi dari
interaksi individu dengan lingkungannya. Dengan demikian organisasi sekolah
sebagai sebuah sistem, dipengaruhi oleh faktor luar disamping faktor internal yang
turut mempengaruhi kinerja guru dalam pelaksanaan tugasnya. Otoritas guru
dalam pembelajarannya turut berkembang, sejalan dengan masuknya pengaruh
luar kedalam sistem sekolah.
Organisasi sekolah sebagai suatu sistem sosial pada dasarnya merupakan suatu
kerangka kerja dimana manajemen pendidikan bekerja dengan fungsi-fungsinya.
Implementasi dari fungsi-fungsi tersebut akan menggambarkan bagaimana gaya
(dan atau perilaku) kepemimpinan kepala sekolah didalam mengelola organisasi
sekolah. Kepala sekolah adalah pimpinan yang menjalankan perannya dalam
36
memimpin sekolah sebagai lembaga pendidikan, dan berperan sebagai pimpinan
pendidikan. Secara umum pimpinan pendidikan dapat diartikan sebagai
kepemimpinan yang diterapkan dalam bidang pendidikan. Pengertian dari
kepemimpinan itu sendiri pada dasarnya mempunyai sifat yang umum dan hal itu
juga dapat berlaku dalam bidang pendidikan. Secara lebih khusus bila diterapkan
pada organisasi pendidikan seperti sekolah, maka kepemimpinan pendidikan
dalam tataran organisasi sekolah akan berkaitan dengan ke pemimpinan kepala
sekolah (school leader/principal), hal ini disebabkan kepala sekolah merupakan
orang yang punya otoritas dalam mengelola sekolah guna mencapai tujuan yang
telah ditentukan Kepala sekolah, sebagai pemimpin pendidikan dituntut untuk
mengembangkan sikap/perilaku dan nilai-nilai kepemimpinan yang diperlukan
disekolah, dan mampu menggerakkan bawahannya untuk melakukan perubahan
sesuai tuntutan stakeholders. Pemimpin sekolah yang menekankan pada
kreativitas, kepercayaan serta kontribusi bagi masyarakat sebagai perilaku
kepemimpinan yang situasional dan efektif amat diperlukan dalam suatu
organisasi sekolah. Saat ini perilaku kepemimpinan yang situasional dan efektif
untuk diterapkan adalah tipe kepemimpinan visioner, transformative dan
transaksional.
Menurut Komariah (2006) ketiga tipe kepemimpinan di atas memiliki titik
konsentrasi yang khas sesuai dengan jenis permasalahan dan mekanisme kerja
yang diserahkan pada bawahan. Dengan perilaku (gaya) kepemimpinannya itu,
seorang kepala sekolah akan mampu mengembangkan organisasi ke arah yang
lebih profesional melalui peningkatan kreativitas, kepercayaan dan kerjasamanya
dengan masyarakat.
37
Perilaku pemimpin yang demikian akan membawa perubahan organisasi ke arah
yang lebih adaptif dalam menghadapi berbagai perubahan lingkungan, sehingga
orientasi ke masa depan menjadi dominan pada perilaku kepemimpinannya.
Menurut Komariah (2006), perilaku kepemimpinan transaksional adalah perilaku
kepemimpinan kepala sekolah yang menekankan pada tugas bawahan. Perilaku
kepemimpinan tipe transaksional berpusat pada aspek-aspek procedural
manajerial yang metodologis dan fisik. Pemimpin mendisain pekerjaan beserta
mekanismenya, dan staf melaksanakan tugas sesuai kemampuan dan keahliannya.
Pola hubungan yang dikembangkan pada perilaku kepemimpinan ini didasarkan
pada sistem timbal balik (transaksi) yang saling menguntungkan (mutualisme).
Parapemimpin memahami kebutuhan dasar para pengikutnya dan pemimpin
menemukan penyelesaian atas cara kerja dari para pengikutnya.Para pemimpin
transaksional memandang bawahan sebagai manusia X (teori X-Y McGregor),
yakni suka menghindar dari pekerjaan. Sehingga mereka percaya, bahwa bawahan
lebih cenderung atau senang diarahkan, ditentukan prosedurnya dan pemecahan
masalahnya, daripada harus memikul sendiri tanggung jawab atas segala tindakan
dan keputusan yang diambil. Pada perilaku kepemimpinan inipun dikembangkan
sistem reward dan punishment yang telah disepakati bersama dalam kontrak kerja.
Manakala para staf menunjukkan produktivitas kinerja, maka mereka memperoleh
contingent positif berupa imbalan. Tetapi jika menunjukkan kegagalan atau
kesalahan, maka akan dikenai dorongan contingent negatif atau aversif, berupa
hukuman sesuai kontrak. Kelemahan perilaku kepemimpinan transaksional, para
bawahan tidak cocok untuk diserahi tanggung jawab merancang pekerjaan yang
38
memerlukan inisiatif dan prakarsa. Kelemahan lain, para pemimpin enggan
membagi pengetahuannya kepada staf karena menganggap pengetahuan itu
sebagai dasar untuk melakukan koreksi dan kritik moral yang kuat bagi perbaikan
iklim kerja yang terlalu berorientasi tugas dan mengabaikan aspekkemanusiaan.
Perilaku Kepemimpinan kepala sekolah yang transformasional (Komariah 2006),
adalah kepala sekolah yang memiliki wawasan jauh kedepan dan berupaya
memperbaiki dan mengembangkan organisasi sekolah saat kini dan saat
mendatang. Pemimpin transformasional disebut juga pemimpin visioner. Perilaku
pemimpin transformasional merupakan agen perubahan dan sebagai katalisator
kearah perbaikan. Pemimpin transformasional memandang nilai-nilai organisasi
sebagai nilai luhur yang perlu dibangun dan ditetapkan oleh seluruh staf, sehingga
mereka merasa memiliki dan berkomitmen dalam pelaksanaannya.
Menurut Komariah (2006) mengemukakan konsep ”4I” sebagai karakteristik
perilaku kepemimpinan transformasional. Keempat ”I” dimaksud antara lain:
1. Idealized influence adalah perilaku yang menghasilkan rasa hormat(respect) dan percaya diri (trust) dari bawahan.
2. Inspirational motivation, tercermin dalam perilaku yang senantiasamenyediakan tantangan bagi pekerjaan yang dilakukan staf dan memberimakna pekerjaan staf.
3. Intellectual stimulation yaitu perilaku kepemimpinan didasarkan atasperkembangan ilmu pengetahuan dan secara intelektualmenerjemahkannya kedalam kinerja produktif.
4. Individualized consideration, perilaku pemimpin yang selalumerefleksikan dirinya sebagai seorang yang penuh perhatian dalammendengarkan dan menindak lanjuti keluhan, ide, harapan-harapan, dansegala masukan yang diberikan staf. (Aan Komariah dan Triatna, 2006).
Indikator kepemimpinan visioner, ditandai oleh kemampuan perilaku membuat
perencanaan yang jelas, dan rumusan visinya menggambarkan sasaran yang
hendak dicapai oleh sekolah yang dipimpinnya. Visi dirumuskan melalui kinerja
39
kepemimpinan, dan dapat mengakomodasi kepentingan hubungan baik diantara
personal dalam melaksanakan tugas dan fungsinya serta dalam meniti karirnya,
disamping menciptakan sistem pendidikan yang bermutu.
Visi pendidikan mempengaruhi kinerja pendidikan. Visi sekolah mempengaruhi
kinerja sekolah. Visi menjadi trigger semangat meraih kemenanganpendidikan.
Visi dapat mengisi kehampaan, membangki tkan semangat, menimbulkan kinerja,
bahkan mewujudkan prestasi sekolah, apalagi ditengah-tengah tuntutan
kemandirian berpikir dan bertindak. Kepemimpinan ke pala sekolah yang visioner
pada akhirnya menunjukkan kepemimpinan efektif dan berkualitas.Karakteristik
pemimpin (kepala sekolah) yang berkualitas antara lain:
a. Memiliki integritas pribadiMemiliki antusiasme terhadap perkembangan lembaga (sekolah) yangdipimpinnya
b. Mengembangkan kehangatan, budaya, dan iklim organisasi (sekolah)Tegas dan adil dalam mengambil tindakan/kebijakan kelembagaan(sekolah)(Komariah & Triatna, 2006)
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kepemimpinan kepala sekolah adalah
kemampuan kepala sekolah dalam mendorong, membimbing, mengarahkan, dan
menggerakkan para guru untuk bekerja, berperan serta guna mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Dimensi kepemimpinan kepala sekolah yang akan dikaji
mengacu pada pendekatan perilaku kepemimpinan yang mengacu pada:
1. Peranan Bersifat Interpersonal, yaitu sebagai figurhead, leader, dan liaison(Penghubung).
2. Peranan Bersifat Informasional, yaitu pemonitor, disseminator(penyebar), dan juru bicara.
3. Peranan sebagai Pengambil Keputusan, yaitu sebagai entreprenuer(pengusaha), disturbance handler (mengatasi kesulitan), pengatursumber daya dan wakil (mewakili satuan kerja).
(Henry Mitzberg,2008)
40
2.3. Disiplin Kerja Guru
2.3.1 Pengertian Kedisiplinan
Kata kedisiplinan berasal dari bahasa Latin yaitu discipulus, yang berarti
mengajari atau mengikuti yang dihormati. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2007), menyatakan bahwa disiplin adalah:
a. Tata tertib (di sekolah, di kantor, kemiliteran, dan sebagainya).
b. Ketaatan (kepatuhan) pada peraturan tata tertib.
c. Bidang studi yang memiliki objek dan sistem tertentu.
Kedisiplinan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari
serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,
keteraturan dan atau ketertiban. Menurut rikunto (2000:155) kedisiplinan
merupakan kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan dan tata tertib karena
didorong oleh adanya kesadaran yang ada pada hatinya.Selanjutnya, menurut
Mulyasa (2003:108) mengemukakan bahwa kedisiplinan ialah suatukeadaan
tertib, dimana orang-orang tergabung dalam satu sistem tunduk pada peraturan-
peraturan yang ada dengan senang hati.
Kedisiplinan merupakan sikap atau perilaku yang menggambarkan kepatuhan
kepada suatu aturan atau ketentuan. Kedisiplinan juga berarti suatu tuntutan bagi
berlangsungnya kehidupan yang sama, teratur dan tertib,yang dijadikan syarat
mutlak bagi berlangsungnya suatu kemajuan dan perubahan- perubahan ke arah
yang lebih baik (Budiono, 2006). Santoso (2004) menyatakan bahwa kedisiplinan
adalah sesuatu yang teratur, misalnya disiplin dalam menyelesaikan pekerjaan
berarti bekerja secara teratur. Kedisiplinan berkenaan dengan kepatuhan dan
ketaatan seseorang atau kelompok orang terhadap norma-norma dan peraturan-
41
peraturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis.
Kedisiplinan dibentuk serta berkembang melalui latihan dan pendidikan sehingga
terbentuk kesadaran dan keyakinan dalam dirinya untuk berbuat tanpa paksaan.
Berdasarkan berbagai pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan
adalah suatu sikap dan perilaku yang mencerminkan ketaatan dan ketepatan
terhadap peraturan, tata tertib,norma-norma yang berlaku,baik tertulis maupun
yang tidak tertulis.
2.3.1.2 Tujuan kedisiplinan
Menurut Fatmawati (2014) mengemukakan bahwa kedisiplinan memiliki 2 (dua)
tujuan, yaitu memberi kenyamanan pada para siswa dan staf (guru) serta
menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar. Kedisiplinan mempunyai
tujuan kedisiplinan adalah perkembangan dari pengembangan diri sendiri dan
pengarahan diri sendiri tanpa pengaruh atau kendali dari luar. Kedisiplinan adalah
suatu latihan batin yang tercermin dalam tingkah laku yang bertujuan agar orang
selalu patuh pada peraturan. Dengan adanya kedisiplinan diharapkan anak didik
mendisiplinkan diri dalam mentaati peraturan sekolah sehingga proses belajar
mengajar berjalan dengan lancar dan memudahkan pencapaian tujuan pendidikan.
Oleh karena itu, anak didik perlu dibimbing atau ditunjukkan mana perbuatan
yang melanggar tata tertib dan mana perbuatan yang menunjang terlaksananya
proses belajar mengajar dengan baik. Dari beberapa pendapat diatas, dapat
disimpulkan bahwa tujuan kedisiplinan adalah memberi kenyamanan pada para
siswa dan staf (guru) serta menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar
42
serta perkembangan dari pengembangan diri sendiri dan pengarahan diri sendiri
tanpa pengaruh atau kendali dari luar.
2.3.1.3 Fungsi Kedisiplinan
Fungsi kedisiplinan menurut Tu’u (2004) adalah:
a. Menata kehidupan bersama, Kedisiplinan sekolah berguna untukmenyadarkan siswa bahwa dirinya perlu menghargai orang laindengan cara menaati dan mematuhi peraturan yang berlaku, sehinggatidak akan merugikan pihak lain dan hubungan dengan sesamamenjadi baik dan lancar.
b. Membangun kepribadian, Pertumbuhan kepribadian seseorangbiasanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Disiplin yangditerapkan di masing-masing lingkungan tersebut memberi dampakbagi pertumbuhan kepribadian yang baik. Oleh karena itu, dengandisiplin seseorang akan terbiasa mengikuti , mematuhi aturan yangberlaku dan kebiasaan itu lama kelamaan masuk ke dalam dirinyaserta berperan dalam membangun kepribadian yang baik.
c. Melatih kepribadian Sikap, Perilaku dan pola kehidupan yang baikdan berdisiplin terbentuk melalui latihan. Demikian juga dengankepribadian yang tertib, teratur dan patuh perlu dibiasakan dan dilatih.
d. Pemaksaan Kedisiplinan dapat terjadi karena adanya pemaksaan dantekanan dari luar, misalnya ketika seorang siswa yang kurang disiplinmasuk ke satu sekolah yang berdisiplin baik, terpaksa harus mematuhitata tertib yang ada di sekolah tersebut.
e. Hukuman Tata tertib biasanya berisi hal-hal positif dan sanksi atauhukuman bagi yang melanggar tata tertib tersebut.
f. Menciptakan lingkungan yang kondusif Kedisiplinan berfungsimendukung terlaksananya proses dan kegiatan pendidikan agarberjalan lancar dan memberi pengaruh bagi terciptanya sekolahsebagai lingkungan pendidikan yang kondusif bagi kegiatanpembelajaran.
2.3.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan
Terdapat beberapa faktor atau sumber yang dapat menyebabkan timbulnya
masalah-masalah yang dapat mengganggu terpeliharanya disiplin. Menurut
Rachman (2000), faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan, antara lain:
a. Dari sekolah, contohnya:1. Tipe kepemimpinan guru atau sekolah yang otoriter yang senantiasa
mendiktekan kehendaknya tanpa memperhatikan kedaulatan siswa.
43
2. Guru yang membiarkan siswa berbuat salah, lebih mementingkanmata pelajaran daripada siswanya.
3. Lingkungan sekolah seperti: hari-hari pertama dan hari-hari akhirsekolah (akan libur atau sesudah libur), pergantian pelajaran,pergantian guru, jadwal yang kaku atau jadwal aktivitas sekolahyang kurang cermat, suasana yang gaduh, dll.
b. Dari keluarga, contohnya:a. Lingkungan rumah atau keluarga, seperti kurang perhatian, ketidak
teraturan, pertengkaran, masa bodoh, tekanan, dan sibuk urusannyamasing-masing.
b. Lingkungan atau situasi tempat tinggal, seperti lingkungankriminal, lingkungan bising, dan lingkungan minuman keras.
2.3.1.5 Aspek- aspek Kedisiplinan
Menurut Fatmwati (2014) disiplin memiliki 3 (tiga) aspek. Ketiga aspek tersebut
adalah :
a. sikap mental (mental attitude) yang merupakan sikap taat dan tertibsebagai hasil atau pengembangan dari latihan, pengendalian pikirandan pengendalian watak.
b. pemahaman yang baik mengenai sistem peraturan perilaku, norma,kriteria, dan standar yang sedemikan rupa, sehingga pemahamantersebut menumbuhkan pengertian yang mendalam atau kesadaran,bahwa ketaatan akan aturan. Norma, dan standar tadi merupakan syaratmutlak untuk mencapai keberhasilan (sukses).
c. sikap kelakuan yang secara wajar menunjukkan kesungguhan hati, untukmentaati segala hal secara cermat dan tertib
2.3.2 Disiplin Kerja Guru
Disiplin kerja merupakan tindakan atau perilaku seseorang terhadap tanggung
jawab kegiatan kerjanya. Menurut Rivai (2004:444) disiplin kerja adalah suatu
alat yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan pegawai agar
mereka bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk
meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan
perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Sedangkan menurut Hasibuan
44
(2000:190) disiplin kerja adalah kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati
semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku”.
Disiplin yang datang dari individu sendiri adalah disiplin yang berdasarkan atas
kesadaran individu sendiri dan bersifat spontan Disiplin ini merupakan disiplin
yang sangat diharapkan oleh suatu organisasi karena disiplin ini tidak memerlukan
perintah atau teguran langsung.Sedangkan yang dimaksud dengan disiplin
berdasarkan perintah yakni dijalankan karena adanya sanksi atau ancaman
hukuman.Dengan demikian orang yang melaksanakan disiplin ini karena takut
terkena sanksi atau hukuman, sehingga disiplin dianggap sebagai alat untuk
menuntut pelaksanaan tanggung jawab.
Pengertian disiplin terkandung dua faktor yang amat menentukan, yaitu faktor
waktu dan perbuatan atau tindakan. Supaya disiplin tercipta dalam perusahaan
diperlukan tata tertib/aturan yang jelas, penjabaran tugas/wewenang yang jelas,
dan tata caranya yang dapat dimengerti oleh semua anggota. (Anoraga, 2006)
Bertitik tolak dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa inti dari pembentukan
disiplin dapat dilaksanakan melalui dua cara, yaitu melalui pengembangan disiplin
pribadi atau pengembangan disiplin yang datangdari individu serta melalui
penerapan tindakan disiplin yang ketat, artinyabagi seorang pegawai yang
indisipliner akan dikenai hukuman atau sanksi sesuai dengan tingkatan kesalahan.
Menurut Subari 92002:163) Disiplin kerja terdiri dari dua kata yaitu disiplin dan
kerja. Ada beberapa pengertian disiplin, antara lain sebagai berikut:
a. Kreasi dan persiapan kondisi pokok untuk bekerja.b. Kontrol diri sendiri.c. Persiapan sebagai warga negara yang dewasa.d. Penurutan yang sadar.e. Melatih dan belajar tingkah laku yang dapat diterima.f. Sejumlah pengontrolan guru terhadap murid.
45
g. Penurutan yang dipaksakan.h. Pengontrolan dan pengarahan energi yang menghasilkan tingkah laku
yang produktif
Dsiplin kerja dapat bermakna suasana batin yangberupa perasaan senang atau
tidak senang, bergairah atau tidak bergairah, danbersemangat atau tidak
bersemangat dalam melakukan suatu pekerjaan.Disiplin kerja merupakan salah
satu faktor yang dapat mempengaruhiproduktifitas kerja, sedangkan produktifitas
merupakan keberhasilan darisuatu organisasi. Dengan demikian terdapat
keterkaitan antara disiplin kerjadengan produktifitas. Sehingga dapat dikatakan
bahwa disiplin adalah salahsatu penentu berhasil atau tidaknya tujuan
organisasi.Dan dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja guru adalah suatu
ketaatanserta kepatuhan seorang pendidik dalam menjalankan segala peraturan
atautata tertib yang telah diberlakukan di sekolah dengan penuh kesadaran
daridalam dirinya. Karena guru merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam
proses pembelajaran di kelas.
Guru memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap proses pembelajarandan
perilaku para siswanya. Jika para guru dapat bersikap disiplin terhadaptata tertib
yang ada di sekolah, maka cenderung para siswa pun akan menirusikap disiplin
para gurunya tersebut. Dengan membiasakan diri untuk bersikapdisiplin, maka
diharapkan akan menumbuhkan rasa tanggung jawab dalammelaksanakan tugas
yang diembannya dan dapat mewujudkan suasanapembelajaran yang baik.
Guru merupakan orang tua kedua di sekolah yang diberi amanat untukmendidik,
melatih, membimbing dan mengarahkan potensi yang dimilikipeserta didik dalam
mewujudkan apa yang telah dicita-citakan. Guru sebagaipendidik harus mampu
46
memberikan pendidikan dengan sebaik-baiknyakepada peserta didik sehingga
tujuan pendidikan dapat tercapai secaraoptimal.
Secara umum guru merupakan orang yang bertanggung jawab dalammendidik,
sedangkan secara khusus guru merupakan orang yang bertanggungjawab terhadap
perkembangan peserta didik dengan mengupayakanperkembangan seluruh potensi
peserta didik, baik potensi afektif, kognitif, danpsikomotorik sesuai dengan nilai-
nilai ajaran agama.
Menurut Hamailik(2005:42)Tanggung jawab guru dapat dijabarkan ke dalam
sejumlah kompetensi yang lebih khusus, yaitu sebagai berikut:
a. Tanggung jawab moral, setiap guru harus mampu menghayati perilakudanetika yang sesuai dengan moral pancasila dan mengamalkannya.
b. Tanggung jawab dalam bidang pendidikan di sekolah, setiap guruharusmenguasai cara-cara belajar mengajar yang efektif, mampumengembangkan kurikulum silabus dan rencana pelaksanaanpembelajaran.
c. Tanggung jawab dalam kemasyarakatan, setiap guru harus turut sertadalam mensukseskan pembangunan. Dan harus mampu membimbing,mengabdi dan melayani masyarakat.
d. Tanggung jawab dalam keilmuan, setiap guru harus turut sertamemajukan keilmuannya khususnya yang menjadi spesifikasinyadengan penelitiandan pengembangan.
Pembinaan terhadap disiplin kerja guru ini dapat juga dilakukan dengan
menerapkan langkah-langkah pengawasan. Langkah-langkah pengawasan yang
dapat diterapkan dalam rangka membina disiplin kerja guru tersebut adalah:
merumuskan standar, mengadakan pengukuran, membandingkan hasil
pengukuran dengan standar, mengadakan perbaikan jika terdapat kekurangan atau
ketidakdisiplinan.
47
2.4 Konsep Diri
2.4.1 Pengertian Konsep diri
Menurut Janawi (2012: 125) kepribadian adalah kesatuan oraganisasi yang
dinamis sifatnya dari sistem psikofisis individu yang menentukan kemampuan
penyesuaian diri yang unik sifatnya terhadap lingkungannya. Kepribadian ini akan
tampak ketika seseorang telah berinteraksi terhadap dunia sosialnya. Kepribadian
yang ditampakkan dalam bentuk perilaku dan ucapan sehingga orang lain dapat
memberikan persepsi terhadap apa yang dilakukan.
Kepribadian sangat terkait dengan konsep diri, Menurut Desmita (2009:163)
konsep diri didefinisikan secara berbeda oleh para ahli. Seifert dan Hoffnung
mendefinisikan konsep diri sebagai “suatu pemahaman mengenai diri atau ide
tentang diri sendiri.” Santrock menggunakan istilah konsep diri mengacu pada
evaluasi bidang tertentu dari diri sendiri. Sedangkan menurut Slameto (2010:183)
konsep diri adalah serangkaian kesimpulan yang diambil seseorang tentang
dirinya berdasarkan pengalaman, baik secara langsung maupun secara tidak
langsung. Selanjutnya menurut Hardjana (2003:96) konsep diri adalah hasil dari
bagaimana seseorang melihat, merasai, dan menginginkan dirinya. Pendapat lain
juga disampaikan oleh Rakhmat (2005:100) konsep diri merupakan pandangan
dan perasaan seseorang tentang dirinya yang mencakup aspek psikologis, fisik,
dan sosial.
Menurut Jalaludin Rakhmat aspek konsep diri terbagi menjadi tiga, yaitu:
a. Aspek Fisik Merupakan aspek yang meliputi penilaian diri seseorangterhadap segala sesuatu yang dimiliki dirinya seperti tubuh, pakaian,dan benda yang dimilikinya.
48
b. Aspek Psikologis Aspek psikologis mencakup pikiran, perasaan, dansikap yang dimiliki seseorang terhadap dirinya sendiri.
c. Aspek Sosial Aspek sosial mencakup bagaimana peran seseorangdalam lingkup peran sosialnya dan penilaian seseorang terhadap perantersebut.
Berzonsky mengemukakan bahwa aspek-aspek konsep diri meliputi:
a. Aspek fisik ( physical self) yaitu penilaian individu terhadap segalasesuatu yang dimiliki individu seperti tubuh, pakaian, benda miliknya,dan sebagainya.
b. Aspek sosial ( sosial self) meliputi bagaimana peranan sosial yangdimainkan oleh individu dan sejauh mana penilaian individu terhadapperfomanya.
c. Aspek moral (moral self) meliputi nilai-nilai dan prinsipprinsip yangmemberi arti dan arah bagi kehidupan individu.
d. Aspek psikis (psychological self) meliputi pikiran, perasaan, dansikap-sikap individu terhadap dirinya sendiri.
Menurut William aspek-aspek konsep diri individu terbagi menjadi dua dimensi
besar, yaitu:
a. Dimensi internal (persepsi mengenai dunia dalam dirinya), yangmeliputi:1) Identity self (persepsi individu mengenai siapa dirinya, yang
meliputi simbol atau label yang diberikan pada dirinya untukmenggambarkan dirinya dan membangun identitasnya).
2) Judging self (persepsi individu sebagai hasil pengamatan darievaluasi terhadap diri, yang akan menentukan kepuasan danpenerimaan terhadapdirinya).
3) Behavioral self (persepsi individu mengenai diri yang meliputipertanyaan mengenai apa yang ia lakukan dan bagaimana iabertingkah laku).
b. Dimensi eksternal (persepsi individu mengenai dirinya dalamberhubungan dengan dunia di luar dirinya), yang meliputi:1) Diri fisik (physical self).2) Diri moral & etik (morality & ethical self).3) Diri sosial (social self).4) Diri pribadi (personal self).5) Diri keluarga (family self).6) Diri akademik (akademic self).
Brooks menyebutkan empat faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep
diri seseorang, diantaranya:
49
a. Self Appraisal-Viewing Self as an Object Istilah ini menunjukkansuatu pandangan yang menjadikan diri sendiri sebagai objek dalamkomunikasi, atau pandangan seseorang tentang dirinya sendiri. Jikaseseorang merasakan sesuatu yang tidak disukai tentang dirinya, makaia akan berusaha untuk mengubahnya. Namun, jika tidak ada kemauanuntuk mengubahnya, maka hal ini dapat membentuk konsep diri yangnegatif pada diri sendiri. Jadi, semakin besar pengalaman positif yangdimiliki seseorang , semakin positif pula konsep dirinya. Sebaliknya,semakin besar pengalaman negatif
b. Reactions and Respons of Others Yaitu konsep diri yang berkembangmelalui interaksi seseorang dengan masyarakat. Dalam hal ini, konsepdiri dipengaruhi oleh reaksi serta respons orang lain terhadap diri kita.
c. Roles You Play-Role Taking Dalam hal ini, sesuatu yangmempengaruhi konsep diri adalah „peran‟. Peran merupakanseperangkat patokan, yang membatasi perilaku yang mesti dilakukanoleh seseorang, yang menduduki suatu posisi.
d. Referens Group Referens Group atau kelompok rujukan merupakankomunikasi dalam penilaian kelompok terhadap perilaku seseorangdalam kelompok tersebut, yang selanjutnya akan dapatmengembangkan konsep diri seseorang. Semakin banyak kelompokrujukan yang menganggap diri seseorang positif, semakin positif pulakonsep dirinya.
Ada dua jenis konsep diri yang dimiliki seseorang, yaitu konsep diri positif dan
konsep diri negatif. Konsep diri positif merupakan penerimaan diri. Seseorang
dengan konsep diri positif akan mengetahui siapa dirinya, dapat memahami dan
menerima fakta positif maupun negatif tentang dirinya. Evaluasi terhadap dirinya
menjadi positif dan dapat menerima keberadaan orang lain.Berikut karakteristik
seseorang dengan konsep diri positif maupun konsep diri negatif yang
diidentifikasikan oleh Brooks dan Emmert
a. Konsep Diri Positif Beberapa ciri seseorang dengan konsep diri
positif, yaitu:
1) Yakin akan kemampuannya dalam mengatasi masalah.2) Merasa setara dengan orang lain.3) Menerima pujian dengan tanpa rasa malu.4) Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan,
keinginan, dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujuimasyarakat.
50
5) Mampu memperbaiki dirinya karena setiap orang sanggupmenggunakan aspek kepribadian yang tidak disenangi danberusaha mengubahnya.
b. Konsep Diri Negatif Beberapa ciri seseorang dengan konsep diri
negatif, yaitu:
1) Peka terhadap kritik.2) Responsif terhadap pujian.3) Bersikap hiperkritis terhadap orang lain.4) Cenderung tidak disukai orang.5) Bersikap pesimis terhadap kompetisi.
Keterkaitan antara konsep diri dan Kompetensi profesional guru adalah
kompetensi yang berkaitan dengan prilaku pribadi guru itu sendiri, yang kelak
harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga terpancar dalam prilaku sehari-hari .
Kompetensi ini menggambarkan prinsip bahwa guru itu digugu dan ditiru (Ing
Ngarso Sung Tuladha).
2.4.2 Pembagian Konsep Diri
Pudjijogyanti dalam Sobur (2003:508-510) mengemukakan “ konsep diri terdiri
atas tiga peringkat yaitu,
1. Konsep diri global merupakan pemahaman yang di miliki olehindividu mengenai dirinya sendiri yang bersifat keseluruhan
2. Konsep diri mayor, adalah cara individu memahami dirinya yangmeliputi aspek sosial , fisik dan akademis
3. Konsep diri spesifik, merupakan ciri individu memahami dirinyaterhadap setiap jenis kegiatan dalam aspek akademis, sosial dan fisik.
Setiap individu memiliki konsep diri,baik positif maupun negatif. Hanya kadar
dan derajatnya saja yang berbeda pada masing – masing individu. Faktanya tidak
ada individu yang sepenuhnya memiliki satu sisi konsep diri, semua memiliki
konsep positif dan konsep diri negatif. Namun sebisa mungkin sesorang harus
51
mempunyai konsep diri yang positif aau baik, karena konsep diri seseorang
berperan menentukan dan mengrahkan seluruh perilaku individu.
2.4.3 Tipe tipe Konsep Diri
Rakmat(2001:103) tipe – tipe konsep diri adalah positip dan negatif. Ciri konsep
diri positif yaitu:
- Yakin akan kemampuannya dalam mengtasai masalah- Merasa setara dengan orang lain- Menerima pujian tanpa rasa malu- Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan,
keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya di setujui masyarakat- Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggub mengungkapkan aspek
aspek kepribadian yang tdak di senanginyadan berusaha mengubahnya.Ciri konsep diri negatif menurt Rahmat (2001:105)
- Peka pada kritik, orang ini sangat tidak tahan kritik yang di terimanyadan mudah marah
- Respon sekali terhadap pujian- Sikap hiperkritis yaitu tidak pandai dan tidak sanggub mengungkapkan
penghargaan atau pengakuan pada kelebihan orang lain- Cenderung merasa tidak di senangi orang lain, ia merasa tidak
diperhatikan karena itu bereaksi kepada orang lain sebagai musuh,sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan keakrabanpersahabatan.
- Bersikap pesimis terhadap kompetensi seperti terungkap dalamkeengganannya untuk bersaing dengan orang lain dalam membuatprestasi.
-Berdasarkan teori – teori di tas dapat di simpulkan bahwa konsep diri adalah
pandangan internal yang dimiliki setiap orang tentang dirinya termasuk penilaian
yang bersifat pribadi mengenai berbagai karakteristiknya di peroleh setelah
dirinya berinteraksi dengan orang lain
2.5 Penelitian yang relevan
Beberapa penelitian sejenis sebelumnya yang memberi inspurasi penelitian
ditemukan beberapa hal-hal sebagai berikut :
1. Hairuddin Mohd Ali, Salisu Abba Yangaiya, (2015)
52
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signiilkan secara
statistik antara kepemimpinan didistribusikan dan efektivitas sekolah dengan
koeflsien standar 0,68.Kaitannya penlitian ini dan penelitian di atas adalah
membahas tentang kepala sekolah perbedaannya terletak pada jumlah
variable dan terletak pada pengujian hipotesisnya.
2. Semiha Sahin (2011)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah
memiliki pengaruh ang signifikan terhadap semua faktor budaya sekolah,
kepemimpinan kepala sekolah yang paling mempengaruhi adalah
kepemimpinan instruksional.
3. Glover, Veronica, (2015)
Penelitian di lakukan di distrik sekolah Southern California 835 guru, 68
peserta menyelesaikan survei.Survei pertama difokuskan pada persepsi
kompetensi guru, kepemimpinan kepala sekolah, yang diidentifikasi dalam
literatur. Survei lain dari Dr Christopher Wagner (2006) difokuskan pada
kesehatan budaya sekolah. Survei termasuk variabel 4 guru demografis:
tahun pengalaman, jenis kelamin, tahun di sekolah saat ini, dan usia. Studi
ini menemukan hubungan yang signifikan antara persepsi kepemimpinan
kepala sekolah dan budaya menggunakan uji korelasi Pearson.
Perbedaan dan persamaan dalam penelitian ini denganpenelitiandi atas
adalah sama- sama membahas tentang kepemimpinan kepala sekolah ,
perbedaannya pada menganalisis data dan pengujian hipotesis.
53
4. Maria Liakopoulou (2011)
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar guru tampaknya
menghubungkan efektivitas di tempat kerja dengan keterampilan didaktik
dan pedagogis serta pengetahuan pedagogis. Fakta bahwa guru tidak
melihat pentingnya pelatihan berkaitan dengan manajemen sekolah.
Mayoritas guru tidak menganggap pengetahuan tentang pendidikan tdak
memberikan kontribusi terhadap efektivitas guru dalam mengajar.
5. Akinola Oluwatoyin Bolanle, (2013)
Desain penelitian menggunakan survei deskriptif. 154 kepala sekolah dan
770 guru, yang dipilih secara sengaja, berpartisipasi dalam studi. Temuan
mengungkapkan bahwa kepala sekolah menengah di Selatan Barat Nigeria
memiliki keterampilan teknis, interpersonal, konseptual, dan administrasi.
Menemukan bahwa ada hubungan yang signifikan yang ditemukan antara
ketrerampilan kepemimpinan kepala sekolah dan efektivitas sekolah.
Kaitanya penelitian di atas dengan penelitian ini adalah kesamaan variable
kepemimpinan kepala sekolah. Perbedaannya terletak pada sampel, teknik
pengambilan sampel yang digunakan secara multi-stage dan penelitian saya
menggunakan teknik simple random sampling kemudian penelitan ini
menggunakan sampel kepala sekolah dan guru, sedangkan penelitian saya
hanya menggunakan sampel guru.
2.6 Kerangka Pikir
2.6.1 Pengaruh Kepemimpinan terhadap Kompetensi Profesional
Kepemimpinan adalah norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pemimpin
pada saat dia mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat.
54
Norma perilaku tersebut diaplikasikan dalam bentuk tindakan-tindakan dalam
aktifitas kepemimpinannya untuk mencapai tujuan suatu organisasi melalui orang
lain. Kepemimpinan Kepala Sekolah sangat mewarnai kondisi kerja.
Kepala sekolah merupakan personel sekolah yang bertanggungjawab terhadap
kegiatan-kegiatan sekolah. Inisiatif dan kreatif yang mengarah kepada
perkembangan dan kemajuan sekolah adalah merupakan tugas dan tanggung
jawab kepala sekolah. Komplesknya tugas-tugas sekolah membuat lembaga
pendidikan tersebut tidak mungkin berjalan dengan baik tanpa kepala sekolah
yang profesional dan inovatif. Kepala sekolah juga harus mampu membangkitkan
semangat kerja yang tinggi, mampu menciptakan suasana kerja yang
menyenangkan aman dan penuh semangat, mampu mengembangkan stafnya
untuk tumbuh dalam kepemimpinannya, perkembaangan mutu profesionalisme
guru, dan meningkatnya mutu lulusan. Oleh karena itu seorang kepala sekolah di
dalam dalam melaksanakan tugasnya harus memahami karakteristik bawahannya,
sehingga termotivasi untuk melaksankan tugasnya dengan optimal.Di samping
berorientasi pada tugas, kepala sekolah juga harus menjalin keharmonisan dengan
para stafnya, agar setiap tenaga kependidikan dapat melaksanakan tugas dengan
baik, sehingga mereka tetap merasa senang dalam melaksankan tugasnya.
Jika guru memiliki anggapan bahwa kepemimpinan kepala sekolahnya baik, maka
diharapkan guru akan melaksankan tugasnya dengan senang hati tanpa merasa ada
tekanan dari atasan. Kondisi seperti inilah yang diharapkan akan mampu
mengelola proses pembelajaran di sekolah dengan baik berarti guru telah dapat
melaksankan kompetensi profesionalnya dengan baik. Dengan demikian, diduga
55
terdapat pengaruh yang signifikan kepemimpinan kepala sekolah terhadap
kompetensi profesional guru.
2.6.2. Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Kompetensi Profesional
Disiplin diri adalah sikap menghormati, menghargai patuh dan taat terhadap
peraturan-peraturan yang berlaku baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis
serta sanggup menjalankannya. Guru merupakan bagian dari organisasi sekolah,
disiplin diri yang di miliki seorang guru akan sangat berpengaruh terhadap kinerja
yang dimilikinya.
Guru yang memiliki disiplin diri yang tinggi di harapkan mampu melaksanakan
tugasnya sesuai tupoksinya dan dapat menyelesaikan tugas dan tanggung
jawabnya tepat waktu. Kompetensi Profesional merupakan salah satu kompetensi
yang wajib di miliki oleh seorang guru. Namun pada pelaksaannya masih banyak
guru yang belum menerapkannya di sekolah. Hal ini bukan berarti guru tidak
menguasai kompetensi Profesional namun karena masih adanya rasa malas untuk
menerapkannya dengan berbagai alasan. Rasa malas itu merupakan salah satu
faktor yang menunjukkan tingkat disiplin guru masih rendah, sehingga dapat
disimpulkan disiplin diri seorang guru akan berpengaruh terhadap kompetensi
yang di milikinya, salah satunya yaitu kompetensi profesional.
2.6.3. Pengaruh Konsep diri terhadap Kompetensi Profesional
Konsep diri adalah pandangan internal yang dimiliki setiap orang tentang dirinya
termasuk penilaian yang bersifat pribadi mengenai berbagai karakteristiknya.
Konsep diri seseorang di peroleh setelah dirinya berinteraksi dengan orang lain,
sehingga memperoleh pengalaman yang baik dan menyenangkan, sehingga
56
individu tersebut akan memiliki konsep diri yang positip. Namun, sebaliknya jika
seseorang yang memiliki pengalaman yang buruk dan tidak menyenangkan, maka
individu tersebut akan memiliki konsep diri yang negatif.
Seorang guru yang memiliki konsep diri positif, akan selalu optimis dalm
menjalani pekerjaannya, tidak mudah mengeluh, terutama ketika menghadapi
peserta didik yang memiliki berbagai karakter baik itu positif maupun negatif.
Guru yang memiliki Konsep diri positif, akan memiliki rasa percaya diri yang
tinggi dan bersikap positif terhadap segala sesuatu yang terjadi pada dirinya.
Begitu pula sebaliknya seorang guru yang memiliki konsep diri yang negatif
maka, tidak akan dapat melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien.
2.6.4. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Disiplin Kerja dan Konsep
diri terhadap Kompetensi Profesional Guru
Adanya keharmonisan disiplin diri, konsep diri dan Kepemimpinan Kepala
sekolah berdampak pada meningkatnya kompetensi guru. karena disiplin diri
yang tinggi yang di miliki oleh seorang guru, di harapakan guru tidak lagi
bermalas – malasan dalam melaksanakan tuganya dan meningkatkan kemampuan
dirinya agar dapat lebih maksimal dalam menyampaikan pembelajaran kepada
siswanya .dengan inovasi dan variasi yang memicu siswa lebih bersemangat untuk
mendapatkan pelajaran yang disampaikan. Sedangkan dengan memiliki Konsep
diri yang positif, diharapkan guru memiliki tingkat percaya diri dan semangat
kerja yang tinggi dalam menerapkan dan meningkatkan kompetensi profesional
yang di milikinya.
57
Kepemimpina kepala sekolah merupakan situasi atau suasana yang muncul
karena adanya hubungan antara kepala sekolah dengan guru, guru dengan guru,
guru dengan peserta didik atau hubungan antara peserta didik yang mencari ciri
khas sekolah yang ikut mempengaruhi proses belajar mengajar. Di harapkan di
sekolah tercipta kondisi yang nyaman di mana proses pembelajaran dapat di
laksanakan dengan baik dan kondusif.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kompetensi profesional
seorang guru dalam pembelajaran perlu didukung oleh beberapa faktor
diantaranya disiplin diri, konsep diri dan kepemimpinan kepala sekolah,. Semakin
tinggi disiplin diri, konsep diri dan semakin baiknya kepemimpinan kepala
sekolah, maka semakin baik kompetensi profesional yang di miliki oleh
guru..Pengaruh antar variabel bebas dan terikat dalam penelitian ini secara lebih
jelas dapat dilihat pada gambar 2.1 dibawah ini:
Diagram Kerangka Konseptual
X1.Y
X2.Y
X3.Y
X1
X2
X3
Y
X1.X2.X3
.Y
58
Keterangan :
X1 : Kepemimpinan Kepala Sekolah
X2 : Disiplin Kerja Guru
X3 : Konsep Diri
Y : Kompetensi Profesional Guru
X1.Y : Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah secara sendiri-
sendiri terhadap kompetensi Proesional guru SD Negeri
se Kecamatan Baradatu Way Kanan
X2.Y :Pengaruh Disiplin Kerja Guru secara sendiri-sendiri
terhadap kompetensi Profesional guru SD Negeri se
Kecamatan Baradatu Way Kanan
X3.Y :Pengaruh Konsep Diri secara sendiri-sendiri terhadap
kompetensi profesional guru SD Negeri se Kecamatan
Baradatu Way Kanan
X1.X2.X3.Y : Pengaruh Kepemimpinan kepala sekolah, Disiplin Kerja
dan konsep diri secara bersama-sama terhadap
kompetensi Profesional Guru SD Negeri se Kecamatan
Baradatu Way Kanan
2.7 Hipotesis
Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka pikir, hipotesis dalam penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berukut.
2.7.1 terdapat pengaruh yang signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah
secara sendiri-sendiri terhadap kompetensi proesional guru SD Negeri se
Kecamatan Baradatu Way Kanan
2.7.2 terdapat pengaruh yang signifikan antara disiplin kerja Guru secara sendiri-
sendiri terhadap kompetensi Profesional guru SD Negeri se Kecamatan
Baradatu Way Kanan
59
2.7.3 terdapat pengaruh yang signifikan antara konsep diri secara sendiri-sendiri
terhadap kompetensi profesional guru SD Negeri se Kecamatan Baradatu
Way Kanan
2.7.4 terdapat pengaruh yang signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah,
disiplin kerja dan konsep diri secara bersama-sama terhadap kompetensi
Profesional Guru SD Negeri se Kecamatan Baradatu Way Kanan
60
III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Pendekatan pada penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yaitu menurut
Musfiqon, (2012:59) penelitian yang difokuskan pada kajian fenomena objektif
untuk dikaji secara kuantitatif. Penelitian pengumpulan data dilakukan secara
kuantitatif.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian expost facto, menurut Sugiyono, (2007:7)
yaitu penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki peristiwa yang telah terjadi dan
kemudian merunut kebelakang untuk mengetahui faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya peristiwa tersebut. Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif korelasional. Metode ini mendeskripsikan hubungan antarvariabel
penelitian.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, adalah :
3.2.1 Data Primer
Data primer yang semuanya bersumber dari guru SD Negeri se Kecamatan
Baradatu , data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari
responden melalui penyebaran kuesioner kepada para responden.
3.2.2 Data Sekunder
61
Data sekunder merupakan data yang diperlukan dalam rangka melengkapi
informasi yang diperoleh dari data primer, data sekunder dapat diperoleh
melalui studi pustaka dari buku-buku, internet dan sebagainya yang
berkaitan dengan variabel penelitian yaitu kepemimpinan kepala sekolah,
disiplin kerja , konsep diri dan kompetensi Profesional Guru.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel yaitu
variabel terikat atau variabel penyebab yaitu kepemimpinan kepala sekolah (X1),
Disiplin kerja (X2) dan variabel Konsep diri (X3), sedangkan variabel terikat
yaitu variabel Kompetensi Profesional Guru(Y).
3.4 Definisi Konseptual Variabel Penelitian
Menurut Singarimbun dan Effendy, (2003:98) definisi konsep adalah pemaknaan
dari konsep yang digunakan, sehingga memudahkan peneliti untuk
mengoperasikan konsep tersebut di lapangan. Berdasarkan pengertian tersebut
maka definisi konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
3.4.1 Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1)
Kepemimpinan Kepala Sekolah adalah kemampuan kepala sekolah dalam
mendorong, membimbing, mengarahkan, dan menggerakkan para guru
untuk bekerja, berperan serta guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
62
3.4.2 Disiplin Kerja (X2)
Disiplin kerja adalah Suatu sikap dan perilaku yang mencerminkan
ketaatan dan ketepatan terhadap peraturan, tata tertib,norma-norma yang
berlaku,baik tertulis maupun yang tidak tertulis.
3.4.3 Konsep Diri (X3)
Konsep Diri adalah pandangan dan perasaan seseorang tentang dirinya
yang mencakup aspek psikologis, fisik, dan sosial.
3.4.4 Kompetensi Profesional Guru (Y)
Kompetensi Profesional Guru adalah Penguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum
mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi
materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan
metodologikeilmuannya.
3.5 Definisi Operasional
Dimaksud definisi operasional pada penelitian ini adalah penjelasan secara
aplikatif perihal hubungan langsung antarvariabel yang digunakan dalam
penelitian, secara detail perihal definisi operasional dapat dijelaskan seperti
berikut.
3.5.1 Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepemimpinan kepala sekolah adalah skor keseluruhan dari berbagai macam
aspek yang berkaitan dengan pelaksanaan kepemimpinan kepala sekolah, yang
meliputi dimensi peranan bersifat interpersoal, informasional, dan peranan sebagai
63
pengambil keputusan. Terdiri dari 20 butir pernyataan. Variabel kepemimpinan
kepala sekolah pada penelitian ini akan diukur dengan menggunakan instrumen
berupa angket berisi pernyataan dengan menggunakan skala Likert, dilengkapi
alternatif jawaban S (Selalu), SS (sangat sering), S (Sering ), KK (Kadang-
kadang), dan TP (Tidak Pernah). Pernyataan dilakukan dalam bentuk pertanyaan
atau pernyataan yang bersifat positif dan negatif. Setiap pilihan jawaban
menggunakan bobot penilaian sebagai berikut.
Tabel 3.1 Daftar Pembobotan Penilaian Kepemimpinan Kepala Sekolah
No Alternatif Jawaban Bobot nilai
1 (S) Selalu 52 (SS) Sangat Sering 43 (S) Sering 34 (KK) Kadang- Kadang 25 (TP) Tidak Pernah 1
3.5.2 Disiplin Kerja Guru
Disiplin kerja guru adalah skor keseluruhan dari berbagai macam aspek yang
berkaitan dengan kedisplinan guru, yang meliputi dimensi sikap mental (mental
attitude) , pemahaman yang baik mengenai sistem peraturan perilaku dan norma,
kriteria, dan standar yang sedemikan rupa. Terdiri dari 20 butir pernyataan.
Variabel dsiplin kerja guru pada penelitian ini akan diukur dengan menggunakan
instrumen berupa angket berisi pernyataan dengan menggunakan skala Likert,
dilengkapi alternatif jawaban S (Selalu), SS (sangat sering), S (Sering ), KK
(Kadang-kadang), dan TP (Tidak Pernah). Pernyataan dilakukan dalam bentuk
pertanyaan atau pernyataan yang bersifat positif dan negatif. Setiap pilihan
jawaban menggunakan bobot penilaian sebagai berikut.
64
Tabel 3.2 Daftar Pembobotan Penilaian Disilplin Kerja Guru
No Alternatif Jawaban Bobot nilai
1 (S) Selalu 52 (SS) Sangat Sering 43 (S) Sering 34 (KK) Kadang- Kadang 25 (TP) Tidak Pernah 1
3.5.3 Konsep Diri
Konsep diri adalah skor keseluruhan dari berbagai macam aspek yang berkaitan
dengan konsep diri guru, yang meliputi dimensi internal dan dimensi eksternal.
Terdiri dari 20 butir pernyataan. Variabel konsep diri guru pada penelitian ini
akan diukur dengan menggunakan instrumen berupa angket berisi pernyataan
dengan menggunakan skala Likert, dilengkapi alternatif jawaban S (Selalu), SS
(sangat sering), S (Sering ), KK (Kadang-kadang), dan TP (Tidak Pernah).
Pernyataan dilakukan dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan yang bersifat
positif dan negatif. Setiap pilihan jawaban menggunakan bobot penilaian sebagai
berikut.
Tabel 3.3 Daftar Pembobotan Penilaian Konsep Diri
No Alternatif Jawaban Bobot nilai
1 (S) Selalu 52 (SS) Sangat Sering 43 (S) Sering 34 (KK) Kadang- Kadang 25 (TP) Tidak Pernah 1
3.5.4Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional adalah skor keseluruhan dari berbagai macam aspek yang
berkaitan dengan kompetensi profesional guru, yang meliputi Penguasaan materi
65
pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahan yang harus diajarkan, dan konsep-
konsep dasar keilmuan dari bahan yang diajarkannya, penguasaan dan
penghayatan atas landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan dan
penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan dan pembelajaran siswa.
Variabel kompetensi profesional dalam dalam penelitian ini akan diukur dengan
menggunakan instrumen berupa angket berisi pernyataan dengan menggunakan
skala Likert, dilengkapi alternatif jawaban S (Selalu), SS (sangat sering), S
(Sering ), KK (Kadang-kadang), dan TP (Tidak Pernah). Pernyataan dilakukan
dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan yang bersifat positif dan negatif. Setiap
pilihan jawaban menggunakan bobot penilaian sebagai berikut.
Tabel 3.4 Daftar Pembobotan Penilaian Komptensi Profesional
No Alternatif Jawaban Bobot nilai
1 (S) Selalu 52 (SS) Sangat Sering 43 (S) Sering 34 (KK) Kadang- Kadang 25 (TP) Tidak Pernah 1
Tabel 3.5. Operasional Variabel dan Indikator Penelitian
No Variabel Dimensi Indikator Butirsoal
Jumlah
1 2 3 41 Kepemimpinan
Kepala Sekolah(X1)
Peranan BersifatInterpersonal
1. figurhead2.leader, dan
liaison(Penghubung).
1,23,4
22
Peranan BersifatInformasional
1. Pemonitor,2. disseminator
(penyebar), 3.juru bicara.
5,67,8, 910,11
232
Peranan sebagaiPengambilKeputusan
1. entreprenuer(pengusaha),
2. disturbance
12,13
14,15
2
2
66
No Variabel Dimensi Indikator Butirsoal
Jumlah
1 2 3 4handler(mengatasikesulitan),
3. pengatur sumberdaya
4. wakil (mewakilisatuan kerja).
16,17,18
19,20
3
2
2 Disiplin Kerja(X2)
sikap mental (mentalattitude).
kesungguhan hati,untuk mentaatisegala hal secaracermat dan tertib
1,2 2
Pemahaman yangbaik mengenaisistem peraturanperilaku, norma,kriteria
1. Peraturan2. Perilaku3. Norma4. Kriteria5. Standar
3,4,56,7,89,1011,1213,14
33222
sikap kelakuan yangsecara wajarmenunjukkankesungguhan hati,untuk mentaatisegala hal secaracermat dan tertib
1. KesunguhanHati2. Cermat3. Tertib
15,1617,1819,20
222
3 Konsep Diri(X3)
Dimensi internal(persepsi mengenaidunia dalamdirinya),
persepsi individumengenai siapadirinya
1,2 2
persepsi individusebagai hasilpengamatan darievaluasi terhadapdiri
3,4 2
persepsi individumengenai diri
5,6 2
Dimensi eksternal(persepsi individumengenai dirinyadalam berhubungandengan dunia di luardirinya)
1) Diri fisik2) Diri moral &etik3) Diri sosial4) Diri pribadi5) Diri keluarga6) Diri akademik
7,8,910,11,1213,1415,617,1819,20
332222
67
No Variabel Dimensi Indikator Butirsoal
Jumlah
1 2 3 44 Kompetensi
Profesional (Y)
Penguasaan materipelajaran yangterdiri ataspenguasaan bahanyang harusdiajarkan, dankonsep-konsep dasarkeilmuan dari bahanyang diajarkannya;
Bahan Ajar
RPP
Silabus
1,2,3
4,5,6
7,8,9,10
3
3
4
Penguasaan danpenghayatan ataslandasan danwawasankependidikandan keguruan;
Metode
Pembelajaran
11,12,13 3
Penguasaan proses-proses kependidikan,
Perencanaan
Pelaksanaan
Evaluasi
14,15,16
17,18
19,20
3
2
2
3.6 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
3.6.1 Populasi
Populasi adalah sejumlah individu yang akan dikenai generalisasi basil penelitian,
minimal mempunyai satu karakteristik yang sama. Menurut Arikunto (2002:108)
populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. populasi dibatasi penduduk atau
individu yang paling sedikit memiliki sifat yang sama. Pengertian tersebut
dikandung maksud populasi dalam penelitian ini adalah seluruh individu yang
akan dijadikan obyek penelitian dan keseluruhan dari individu itu harus dimiliki
paling tidak satyu sifat yang sama.
68
Tabel 3.6 Jumlah Guru di SD Negeri di Kecamatan Baradatu BerdasarkanDaerah Binaan II (dua) di Kecamatan Baradatu
No Nama Sekolah Jumlah Guru
1. SDN 01 Mekar Asri 132. SDN 01 Banjar Agung 103. SDN Campur Asri 104. SDN 1 Bakti Negara 115. SDN 2 Bhakti Negara 96. SDN 1 Setia Negara 107. SDN 2 Setia Negara 78. SDN 3 Setia Negara 89. SDN Taman Asri 1010. SDN Tiuh Balak 15
Total 103
Sumber: dapodik 2016
Berdasarkan tabel di atas . maka populasi penelitian ini adalah seluruh guru di
Daerah Binaan II (dua) Kecamatan Baradatu sebanyak 103 guru
3.6.2 Sampel
Sugiyono (2008: 118) menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti
tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena
keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel
yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu,
kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang
diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili). Dalam penelitian
ini jumlah sampel yang digunakan sebanyak 103 guru di Daerah Binaan II ( dua)
Kecamatan Baradatu yang tersebar dalam 10 sekolah.
69
3.6.3 Teknik Sampling
Populasi guru SD Negeri di Kecamatan Baradatu waykanan yang berjumlah
sebanyak 103 guru di Daerah Binaan II ( dua) Kecamatan Baradatu yang tersebar
dalam 10 sekolah.
2)(1 eN
Nn
=2)5,0(1031
103
n
2)05,0(1031
103
n
)0025.0(1031
103
n
2575,1
103n
9,81n
82n
n = 82
Keterangan :
n = Jumlah Sampel
e = taraf penyimpangan / signifikan
N = Jumlah populasi
70
Tabel 3.7 Sebaran Sampel
Berdasarkan Tabel 3.2 di atas, penulis dalam pengambilan sampel menggunakan
metode purposive sampling dimana penetapan sampel berdasarkan prosentase
populasi. Tabel di atas menggambarkan jumlah perhitungan sampel yang akan
digunakan sebagai responden yaitu sebanyak 82 guru di Daerah Binaan II ( dua)
Kecamatan Baradatu yang tersebar dalam 10 sekolah.
3.7 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
3.7.1 Kuesioner
Pada penelitian ini teknik pengumpulan datanya dilakukan dengan kuesioner,
dimana peneliti menyusun daftar pertanyaan secara tertulis kemudian dibagikan
kepada responden untuk memperoleh data yang berhubungan dengan kegiatan
penelitian sebagai sumber data primer dengan memberikan daftar pertanyaan/
angket berstruktur yaitu pertanyaan mengenai tanggapan responden terhadap
variabel kepemimpinan kepala sekolah, budaya sekolah, disiplin kerja dan konsep
No Nama Sekolah JumlahGuru
% Jumlah Sampel Pembulatan
1. SDN 01 Mekar Asri 13 12,62 12,62 x 82/100 10
2. SDN 01 Banjar Agung 10 9,71 9,71 x 82/100 8
3. SDN Campur Asri 10 9,71 9,71 x 82/100 84. SDN 1 Bakti Negara 11 10,68 10,68 x 82/100 95. SDN 2 Bhakti Negara 9 8,74 8,74 x 82/100 76. SDN 1 Setia Negara 10 9,71 9,71 x 82/100 87. SDN 2 Setia Negara 7 6,80 6,80 x 82/100 58. SDN 3 Setia Negara 8 7,77 7,77 x 82/100 69. SDN Taman Asri 10 9,71 9,71 x 82/100 810. SDN Tiuh Balak 15 14,56 14,56 x 82/100 12
Total 103 100,00 82
71
diri serta kompetensi profesional guru, yang disertai dengan sejumlah alternatif
pilihan jawaban bagi para responden, untuk mendapatkan hasil jawabannya.
3.7.2 Observasi
Pengumpulan data dengan metode observasi adalah Pengumpulan data dengan
cara melakukan pengamatan secara langsung pada obyek yang diteliti guna
melengkapi informasi yang dibutuhkan.
3.8 Teknik Pengujian Instrumen
Teknik pengujian instrumen dilakukan untuk mengetahui data tersebut valid dan
reliabel atau tidak, untuk mengukur harus diuji validitas dan reliabilitasnya
terlebih dahulu.
a. Validitas
Pengujian validitas instrumen penelitian, peneliti menguji validitas dengan
menggunakan data yang terkumpul sebanyak 10 responden dengan r kritis
(taraf signifikansi) 0,632. Nilai 0,632 didapat dari tabel penolong nilai r
Pearson Moment. Dalam menentukan nilai r bila harga korelasi ≤ 0,632 maka
dapat disimpulkan bahwa item pernyataan tersebut tidak valid.
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrumen (Riduwan dan Sunarto, 2013:348). Suatu
instrumen dianggap valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan.
Validitas dapat diketahui dengan menggunakan rumus Pearson Product
Moment Cooficient Of Correlation. Adapun rumus Pearson Product Moment
Cooficient Of Correlation sebagai berikut:
72
2222 )()()()(
))(()(
YYnXXn
YXXYnrxy
Sumber:Sugiyono,2012:356
= koefisien korelasi pearson
Xi = jumlah skordari masing-masingvariabelyaitumutu layanan,
Prosedur layanan dan kepuaan masyarakat.
Yi = jumlah skordari seluruh variabel
N = banyaknyasampelyangdi analisa.
Kriteria putusan :
Jika rhitung ≥ rtabel, maka instrument valid
Jika rhitung ≤ rtabel, maka instrument tidak valid
Pengujian validitas instrumen penelitian, peneliti menguji validitas dengan
menggunakan data yang terkumpul sebanyak 10 responden dengan r kritis
(taraf signifikansi) 0,632. Nilai 0,632 didapat dari tabel penolong nilai r
Pearson Moment. Penentuan nilai r bila harga korelasi ≤ 0,632 maka dapat
disimpulkan bahwa item pernyataan tersebut tidak valid. Berdasarkan hasil
perhitungan dengan bantuan SPSS 17, diketahui bahwa korelasi 23 kuisioner
mengenai kepemimpinan Kepala Sekolah dengan skor total dapat dilihat
sebagai berikut:
Tabel 3.8. Hasil Uji Validitas Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah
Nomor rhitung r kritis Keputusan
1 0,847 0,632 Valid2 0,708 0,632 Valid3 0,807 0,632 Valid4 0,860 0,632 Valid5 0,813 0,632 Valid6 0,860 0,632 Valid7 0,682 0,632 Valid
73
Nomor rhitung r kritis Keputusan
8 0,738 0,632 Valid9 0,644 0,632 Valid10 0,662 0,632 Valid11 0,626 0,632 Tidak Valid12 0,647 0,632 Valid13 0,847 0,632 Valid14 0,510 0,632 Tidak Valid15 0,538 0,632 Tidak Valid16 0,942 0,632 Valid17 0,813 0,632 Valid18 0,691 0,632 Valid19 0,713 0,632 Valid20 0,772 0,632 Valid21 0,738 0,632 Valid22 0,785 0,632 Valid23 0,926 0,632 ValidSumber : Data Penelitian, 2017
Berdasarkan hasil uji validitas menggunakan 23 kuisioner Variebel
Kepemimimpinan Kepala Sekolah diperoleh hasil bahwa dari 23 kuisioner
diperoleh hasil 20 kuisioner valid dan 3 kuisioner tidak valid.Item pernyataan
tersebut dinyatakan valid karena nilai r hitung ≥ dari r kritis, sehingga
pernyataan ini dapat digunakan untuk bahan kuesioner selanjutnya guna
dianalisis sebagai data penelitian.
74
Tabel 3.9 Hasil Uji Validitas Variabel Disiplin Kerja
Nomor rhitung r kritis Keputusan
1 0,822 0,632 Valid2 0,657 0,632 Valid3 0,710 0,632 Valid4 0,575 0,632 Tidak Valid5 0,665 0,632 Valid6 0,602 0,632 Tidak Valid7 0,681 0,632 Valid8 0,934 0,632 Valid9 0,830 0,632 Valid10 0,889 0,632 Valid11 0,533 0,632 Tidak Valid12 0,680 0,632 Valid13 0,889 0,632 Valid14 0,840 0,632 Valid15 0,840 0,632 Valid16 0,822 0,632 Valid17 0,710 0,632 Valid18 0,830 0,632 Valid19 0,830 0,632 Valid20 0,690 0,632 Valid21 0,710 0,632 Valid22 0,884 0,632 Valid23 0,934 0,632 ValidSumber : Data Penelitian, 2017
Hasil uji validitas menggunakan 23 kuisioner variebel disiplin kerja diperoleh
hasil bahwa dari 23 kuisioner diperoleh hasil 20 kuisioner valid dan 3
kuisioner tidak valid. Ketiga kuisioner yang tidak valid berupa kuisoner ke 4,
6 dan 11. Item pernyataan tersebut dinyatakan valid karena nilai r hitung ≥
dari r kritis, sehingga pernyataan ini dapat digunakan untuk bahan kuesioner
selanjutnya guna dianalisis sebagai data penelitian.
75
Tabel 3.10 Hasil Uji Validitas Variabel Konsep Diri
Nomor rhitung r kritis Keputusan
1 0,779 0,632 Valid2 0,678 0,632 Valid3 0,656 0,632 Valid4 0,906 0,632 Valid5 0,820 0,632 Valid6 0,740 0,632 Valid7 0,483 0,632 Valid8 0,900 0,632 Valid9 0,940 0,632 Valid10 0,778 0,632 Valid11 0,900 0,632 Valid12 0,721 0,632 Valid13 0,862 0,632 Valid14 0,786 0,632 Valid15 0,797 0,632 Valid16 0,644 0,632 Valid17 0,862 0,632 Valid18 0,171 0,632 Tidak Valid19 0,557 0,632 Tidak Valid20 0,670 0,632 Valid21 0,891 0,632 Valid22 0,831 0,632 Valid23 0,218 0,632 Tidak Valid
Sumber : Data Penelitian, 2017
Hasil uji validitas menggunakan 23 kuisioner terhaadp variebel konsep diri
gru diperoleh hasil bahwa dari 23 kuisioner diperoleh hasil 20 kuisioner valid
dan 3 kuisioner tidak valid. Ketiga kuisioner yang tidak valid berupa kuisoner
ke 18, 19 dan 23. Item pernyataan tersebut dinyatakan valid karena nilai r
hitung ≥ dari r kritis, sehingga pernyataan ini dapat digunakan untuk bahan
kuesioner selanjutnya guna dianalisis sebagai data penelitian.
76
Tabel 3.11 Hasil Uji Validitas Variabel Kompetensi Professional Guru
Nomor R hitung R kritis Keputusan
1 0,829 0,632 Valid2 0,412 0,632 Tidak Valid3 0,726 0,632 Valid4 0,884 0,632 Valid5 0,940 0,632 Valid6 0,722 0,632 Valid7 0,726 0,632 Valid8 0,625 0,632 Tidak Valid9 0,660 0,632 Valid10 0,780 0,632 Valid11 0,815 0,632 Valid12 0,780 0,632 Valid13 0,776 0,632 Valid14 0,731 0,632 Valid15 0,853 0,632 Valid16 0,843 0,632 Valid17 0,694 0,632 Valid18 0,780 0,632 Valid19 0,770 0,632 Valid20 0,782 0,632 Valid21 0,823 0,632 Valid22 0,264 0,632 Tidak Valid23 0,764 0,632 ValidSumber : Data Penelitian, 2017
Hasil uji validitas variabel kompetensi profesional guru menggunakan 23
kuisioner variebel kompetensi profesional guru diperoleh hasil bahwa dari 23
kuisioner diperoleh hasil 20 kuisioner valid dan 3 kuisioner tidak valid.
Ketiga kuisioner yang tidak valid berupa kuisoner ke 2, 8 dan 22. Item
pernyataan tersebut dinyatakan valid karena nilai r hitung ≥ dari r kritis.
77
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu alat ukur cukup
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, karena alat tersebut
sudah baik,Dalam penelitian ini digunakan teknik reliabilitas internal dengan
rumus koefisien alpha, Menurut Arikunto (2006: 196), rumus Alpha
Cronbach yang digunakan untuk menguji reliabilitas adalah :
2
2
11 11 t
b
Vk
kr
Keterangan :
r11= reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan
2b = jumlah varian butir/item
2tV = varian total (Arikunto, 2002: 193)
Kriteria suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel dengan menggunakan
teknik ini, bila koefisien reliabilitas (r11) > 0,6,,Rumus untuk varian total dan
varian item:
2
22
)(2
n
xt
n
xSt t
22
n
jks
n
JKiSt
Keterangan:
Jki = jumlah kuadrat seluruh skor item
JKs = jumlah kuadrat subyek
78
Reliabilitas diukur berdasarkan data dari 10 responden dari kuesioner tahap
pertama yaitu variabel kepempinnan kepala sekolah 23 pertanyaan, disiplin kerja
23 pertanyaan, konsep diri 23 pertanyaan dan kompetensi profesional guru 23
pertanyaan , Instrumen penelitian dikatakan reliabel apabila r hitung ≥ dari r tabel
dengan taraf signifikansi 5%, Keseluruhan hasil uji reliabilitas yang diperoleh
dengan bantuan SPSS 17 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.11 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kepemimpian Kepala SekolahDisiplin Kerja , Konsep Diri dan Kompetensi Profesional Guru
Variabel CronchbachAlpha
Keterangan
Kepemimpinan KepalaSekolah
0,968 Reliabel
Disiplin Kerja 0,970 ReliabelKonsep Diri 0,960 ReliabelKompetensi ProfesionalGuru
0,962 Reliabel
3.9 Teknik Analisis Data
3.9.1 Prasyarat Uji Statistik Parametrik
Model regresi yang baik harus terbebas dari penyimpangan data yang terdiri dari
nomalitas, heterosdedastisitas, multikoliniearitas, autokorelasi (Ghozali, 2001:78),
Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui apakah model estimasi telah
memenuhi kriteria ekometrik dalam arti tidak ada penyimpangan yang cukup
serius dari asumsi-asumsi yang diperlukan, Pengujian tersebut meliputi:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas berguna untuk mengetahui apakah variabel dependen,
independen dan keduanya berdistribusi normal, mendekati normal atau
tidak, Jika data berdistibusi normal, maka analisis parametrik termasuk
79
model-model regresi dapat digunakan, (Umar, 2008:77) Untuk
mengujinya akan digunakan alat uji normalitas, yaitu dengan melihat
normal P-P Plot of Regretion Standardized Residual adalah:
1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas;
2. Jika data menyebar jauh dan garis diagonal dan atau tidak mengikuti
arah garis diagonal, maka regresi tidak memenuhi asumsi normalitas
(Umar, 2008:77)
Untuk melakukan pengujian hipotesis digunakan rumus statistik yang hanya
berlaku jika data berasal dari populasi yang berdistribusi normal dengan hipotesis
sebagai berikut :
Rumus yang digunakan uji normalitas (Sudjana, 2005:273) adalah :
Keterangan:
Oi : frekuensi pengamatan
Ei : frekuensi yang diharapkan
Untuk mencari Oi (frekuensi pengamatan) dan Ei (frekuensi yang diharapkan)
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menentukan rentang kelas interval
2. Menentukan panjang kelas interval
3. Menghitung frekuensi pengamatan (frekuensi yang diharapkan)
Kriteria uji :
Terima Ho jika 2hit ≤ 2
daf , tolak Ho jika 2hit ≥ 2
daf
80
b, Uji Homogenitas Varians
Rumus hipotesisnya adalah :
Ho : σ21 = σ2
2 (kedua sampel mempunyai varians yang sama),
Ha : σ21 ≠ σ2
2 (kedua sampel mempunyai varians yang berbeda),
Statistik uji yang dilakukan (Sudjana,2005:239)adalah :
Kriteria uji : Tolak Ho jika Fhit>F(½α)(dk : n1 – 1, n2 - 1)
3.9.2 Uji Hipotesis
Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah pengaruh variabel bebas
kepemimpinan kepala sekolah (X1), disiplin kerja guru (X2), dan konsep diri
guru (Y) terhadap variabel terikat kompetensi profesional guru baik secara
sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama.
a. Uji Regresi Linier Sederhana
Uji regresi linier sederhana adalah hubungan secara linear antara satu
variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y), Analisis ini
untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen apakah positif atau negatif dan untuk memprediksi
nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami
kenaikan atau penurunan,, Data yang digunakan biasanya berskala
interval atau rasio, Rumus regresi linear sederhana sebagi berikut:
Y’ = a + bX
Keterangan:
Y’ = Variabel dependen (nilai yang diprediksikan)
81
X = Variabel independen
a = Konstanta (nilai Y’ apabila X = 0)
b = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)
b. Uji Regresi Linear Berganda
penelitian ini menggunakan variabel bebas, terdiri varibael kepemimpinan
kepala sekolah, disiplin kerja guru, dan konsep diri guru . maka digunakan
regresi linear berganda, yaitu analisis peramalan nilai pengaruh dua variable
bebas atau lebih terhadap variabel terikat untuk membuktikan ada atau
tidaknya hubungan fungsi atau hubungan kausal antar dua variabel atau lebih
(Riduwan dan Sunarto, 2013:108). Manfaat dari hasil analisis regresi adalah
untuk membuat keputusan apakah naik dan menurunnya variabel dependen
dapat dilakukan melalui peningkatan variabel independen atau tidak
(Sugiyono, 2012: 260), Secara konsepsional analisis regresi linear berganda
mempunyai hubungan kausal dengan rumus sebagai berikut:
Y’ = a1 bX1+ a2 bX2+ a3 bX3.
Keterangan:
Y = variabel dependen (kompetensi profesional guru )
a = harga konstan (harga Y ketika harga X=0)
b = nilai-nilai variabel independen
X1 = variabel independen (Kepemimpinan Kepala Sekolah)
X2 = variabel independen (Disiplin Kerja)
X3 = variabel independen (Konsep Diri)
Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat dinilai
dengan Uji Hipotesis/Goodness of Fit-nya (Imam Ghozali, 2001), Secara
82
statistik, Goodness of Fit dapat diukur dari nilai uji F, nilai uji t, dan koefisien
determinasi
c. Uji Linier Multiple (Uji F )
Uji F bertujuan untuk menguji atau mengetahui pengaruh semua variabel
independen terhadap variabel dependen, Untuk mengetahui apakah variabel
bebas secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap variabel terikat
digunakan Uji F dengan rumus sebagai berikut :
)1(/)1(
/2
2
knR
kRF h
Keterangan :R : Koefisien korelasi ganda
k : Jumlah variabel independen
n : Jumlah anggota sampel ( Sugiyono, 2008 : 219)Langkah – Langkah Pengujian sebagai berikut :
1.Menentukan hipotesis
Ho : semua variabel independen (X) secara simultan tidak
mempengaruhi variabel dependen (Y)
Ha : semua variabel independen (X) secara simultan mempengaruhi
variabel dependen (Y),
2. Menentukan derajat kepercayaan 95% (α = 0,05),
3. Menentukan signifikansi
Nilai signifikansi ≤ 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima
Nilai signifikansi > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak
4.Membuat Kesimpulan
a. Bila F hitung memiliki nilai signifikansi ≤ 0,05, maka Ho ditolak dan
Ha diterima, Artinya seluruh variabel independen secara simultan
mempengaruhi variabel dependen,
83
b. Bila F hitung memiliki nilai signifikansi > 0,05, maka Ho diterima
dan Ha ditolak, Artinya seluruh variabel independen secara
simultan tidak mempengaruhi variabel dependen
d. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) pada intinya digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model regresi dalam menerangkan variasi variabel dependen (Imam
Ghozali, 2001), Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas, Nilai yang
mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen.
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasakan hasil analisis data, simpulan dari penelitian ini sebagai berikut :
1. Terdapat pengaruh kepemimpinan kepala sekolah secara langsung terhadap kompetensi
profesional guru di SDN Daerah Binaan I Kecamatan Baradatu
2. Terdapat pengaruh disiplin kerja secara langsung terhadap kompetensi profesional
guru di SDN Daerah Binaan I Kecamatan Baradatu
3. Terdapat pengaruh konsep diri secara langsung terhadap kompetensi profesional guru
di SDN Daerah Binaan I Kecamatan Baradatu
4. Terdapat pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, disiplin kerja, dan konsep diri
secara bersama-sama terhadap kompetensi profesional guru guru di SDN Daerah
Binaan I Kecamatan Baradatu
5.2 Implikasi
Berdasarkn kesimpulan yang telah diambil dari hasil penelitian ini baik secara parsial
maupun seara simultan mempunyai pengaruh yang meyakinkan terhadap kompetensi
profesional guru, hal ini menunjukkan bahwa untuk meningkatkan kompetensi profesional
guru dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas kepemimpinan kepala sekolah, disiplin
kerja guru dan konsep diri guru
115
5.2.1 Implikasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk memperkuat pengetahuan dan teori bahwa variabel
kompetensi profesional guru dipengaruhi oleh berbagai variabel bebas dan variabel terikat.
Dengan merujuk pada model penelitian, maka dalam memaksimalkan kompetensi profesional
guru perlu dipertimbangkan memperhatikan ketiga variabel penelitian yaitu : kepemimpinan
kepala sekolah, disiplin kerja guru dan konsep diri guru.
5.2.2 Implikasi Teoritis
Upaya meningkatkan kompetensi profesional guru dapat dilakukan dengan cara
mengembangkan kompetensi profesional guru dan memberikan kontribusi yang positif dan
signifikan terhadap kompetensi profesional guru, karena kompetensi profesional guru tak
lepas dari sikap disiplin guru dalam menjalankan tugasnya.
5.3 Saran
Beberapa saran yang diajuan=kan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Guru
Hemdakmya guru dalam proses belajar mengajar perlu meningkatkan lagi kemampuan
dan disiplin kerja agar bertambah kemampuan dan profesional guru
2. Bagi Kepala Sekolah
Disiplin kerja guru dan konsep diri guru akan mampu meningkatkan kompetensi
profesional guru, oleh sebab itu perlu upaya dalam meningkatkan kompetensi
profesional guru.
116
3. Bagi Dinas Pendiidikan
a. Dinas Pendidikan hendaknya mendorong dan memfasilitasi sekolah dalam hal
pendidikan dan pelatihan dalam upaya meningkatkan kompetensi profesional
guru
b. Dinas Pendidikan hendaknya menilai guru berdasarkan kemampuan dan
kompetensi yang dimiliki guru
5.4 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan yang mungkin dapat melemahkan hasilnya.
Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pengisian kuisioner yang dilakukan oleh responden belum bersifat mendalam mash
terbatas hanya menconteng sehingga jawaban responden masih terbatas tingkat
keseriusannya.
2. Variabel yang mempengaruhi kompetensi professional guru pada penelitian ini terbatas
pada faktor disiplin, kepemimpinan kepala sekolaj dan konsep diri. Dimana mash banyak
faktor lain yang mempengaruhi kompetensi professional guru misalnya kinerja, budaya
kerja guru, pendidikan dan latihan dan lain-lain.
3. Ruang lingkup penelitian ini hanya dilakukan di di Kecamatan Baradatu sehingga hasil
penelitian ini terbatas generalisasinya.
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, Panji, 2006. Psikologi Kerja , Rhneka Cipta Jakarta.
Arikunto, Suharsimi. 2000. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek Edisi.Ke 3. Jakarta: Rineke Cipta.
Bass, B.M., and Avolio, B.J. 1994. Improving organizational effectivenessthrough transformational leadership. CA: Sage Thousand Oaks.
Bolanle, Akinola Oluwatoyin. 2013. Principals' Leadership Skills and SchoolEffectiveness: The Case of South Western Nigeria. World Journal ofEducation, v3 n5 p26-33 2013. Dakses dari https://eric.ed.gov/?id=EJ1158710 tanggal 22/05/208
Desmita.2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung : PT Remaja.Rosdakarya.
Ekosiswoyo, R & Rachman, M. 2000 . Manajemen Kelas. Semarang: IKIPSemarang Press.
Fretilino 2012, Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi Dan Lingkungan Kerja TerhadapKinerja Karyawan Di Grand Manh Attan Club . Program Pascasarjana (S2)Universitas Esa Unggul Jakarta.
Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Glover, Veronica. 2015. A Study of the influence of leadership competencies on aschool culture organization (Disertasi). Diunduh dari https://journal.unnes .ac.id/nju/index.php/JPP/article/view/9612 tanggal. 22/05/2018
Hairuddin Mohd Ali, Salisu Abba Yangaiya, 2015. Distributed Leadership andEmpowerment Influence on Teachers Organizational Commitment HairuddinAcademic Journal of Interdisciplinary Studies. Diakses darihttp://www.mcser.org/journal/index.php/ajis/article/view/6110 tanggal. 22/05/2018
Hamalik,Oemar.2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hartani. 2011. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: LaksBang.
Hasibuan, Malayu. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi.Revisi.Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hardjana (2003). Komunikasi intrapersonal & Komunikasi. Interpersonal.Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Harso, Muhdi 2012, Judul penelitian : Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolahdan Kinerja Guru Terhadap Keefektifan Sekolah Di SMK KabupatenPemalang
Houston, Robert 2005, Handbook of Research on Teacher Education, MacMillanPublising Company
Imron, Ali Burhanuddin dan Maisyaroh. 2003. Manajemen Pendidikan. Malang:Universitas Negeri Malang
Janawi. 2012. Kompetensi Guru Citra Guru Profesional.
Kartini, Kartono. 2005. Pemimpin dan Kepemimpinan Apakah KepemimpinanAbnormal itu?. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Kunandar. 2009. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan (KTSP)dan Sukses dalan Prestasi Guru. Jakarta. RajawawaliPress
Maria Liakopoulou, 2011 The Professional Competence Of Teachers: WhichQualities, Attitudes, Skills And Knowledge Contribute To A Teacher’sEffectiveness. International Journal of Humanities and Social ScienceVol. 1 No. 21 [Special Issue - December 2011. di akses dariwww.ijhssnet.com/journals/Vol_1_No_21...2011/8.pdf. 22/05/2018
Mintzberg, Henry, 2007, Tracking Strategies : Toward a General Theory, OxfordUnivercity Press Inc., New York
Mujiono, Dimyati. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosda.Karya.
Rahman, Bujang 2015. Teacher-Based Scaffolding as a Teacher ProfessionalDevelopment Program in Indonesia. Australian Journal of TeacherEducation. Volume. 40. Issue.11. Diakses dariwww.ro.ecu.edu.au/cgi/viewcontent.cgi?article=2596&context. Tanggal.22/05/2018
Zakirova, 2016. The Structure of Primary School Teachers’ ProfessionalCompetence. International Journal of Environmental & ScienceEducation, 2016, 11(6), 1167-1173. diakses di https://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ1114359.pdf. 22/05/2018
Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : CV. Alfabeta
Satori, Djam’an, dkk., 2008, Profesi Keguruan, Universitas Terbuka, Jakarta.
Semiha Sahin .2011. The Relationship between Instructional Leadership Styleand School Culture (Izmir Case). Educational Sciences: Theory andPractice, v11 n4 p1920-1927 Aut 2011. Diakses darihttps://eric.ed.gov/?id=EJ962681 tanggal. 22/05/2018
Santoso, Gempur 2004, Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja,. CetakanPertama, Prestasi Pustaka, Jakarta.
Somayeh, Ghorbani et all 2013. Investigating the Effect of Positive Disciplineon the Learning Process and its Achieving Strategies with Focusing onthe Students' Abilities . International Journal of Academic Research inBusiness and Social Sciences , Vol. 3, No. 5 ISSN: 2222-6990. Diaksesdari www.hrmars.com/admin/pics/1894.pdf tanggal 22/05/2018
Sardirman, AM. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PTGrafindo Persada.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:Rineka Cipta.
Sobur , Alex. 2003. Psikologi umum Bandung; Pustaka setia
Subari, Mulyadi,. 2002. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Raja.
Sudarman, Danim, 2004. Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok.Penerbit Rineka Cipta.
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Edisi 1, Bandung: Alfabeta.
________2009. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.
________ 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.
________2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif,dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suprayogo, Imam & Tobroni. 2003. Metodologi Penulisan Sosial-AgamaBandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.
Sutrisno, Edy. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana.
Triatna, Cepi dan Komariah. 2006. Visionary Leadership Menuju Sekolah. Efektif,Jakarta: Bumi Aksara.
Usman, Moh. Uzer .2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT RemajaRosda
Veithzal Rivai, 2004, “Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk.Perusahaan,Cetakan Pertama, Jakarta, PT. Raja GrafindoPersada.
Wahab, Abdul 2008. Metode dan Model-Model Mengajar. Bandung : AlfaBeta.
Wahidmurni, dkk. 2010. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Nuha Litera.
Yamin , Martinus. 2006. Profesionalisasi Guru dan Implementasi Kurikulum.Berbasis Kompetensi. Jakarta:
Yulaelawati, Ella. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran Filosofi Teori danAplikasi. Bandung: Pakar Raya.
Thoha, Miftah 1983, Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya,. CV.Rajawali, Jakarta.
Tu'u, Tulus. 2004. Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta:Gramedia Widiasarana Indonesia.
Usman, Moh Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: RemajaRosdakarya.
Wahjosumidjo. 2005. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Rajawali GrafindoPersada.
Wahyudi. 2009. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajar(Learning Organizaion). Jakarta: Alfabeta.
Wibowo, 2008. Manajemen Kinerja, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Yulk, Gary. 2005. Kepemimpinan Dalam Organisasi Edisi Kelima Jakarta: PT.Indeks Prestasi Gramedia.
Zhidong Li , 2016. Combinative aspects of leadership style and motionalintelligence. Leadership & Organization Development Journal Vol. 37No. 1, 2016pp. 107-125 ©Emerald Group Publishing Limited. Diaksesdari https://www.emeraldinsight.com/doi/full/10.1108/LODJ-04-2014-0082 tanggal 22/05/2018