pengaruh kepribadian hexaco, pengalaman ......pengaruh kepribadian hexaco, pengalaman training, dan...
TRANSCRIPT
PENGARUH KEPRIBADIAN HEXACO, PENGALAMAN
TRAINING, DAN JENIS KELAMIN TERHADAP
KESADARAN KEAMANAN INFORMASI
DI DUNIA MAYA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh:
Hanina Maulidha
NIM: 11140700000146
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H / 2018 M
PENGARUH KEPRIBADIAN HEXACO, PENGALAMAN
TRAINING, DAN JENIS KELAMIN TERHADAP
KESADARAN KEAMANAN INFORMASI
DI DUNIA MAYA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh:
Hanina Maulidha
NIM: 11140700000146
Pembimbing
Dr. Yunita Faela Nisa, Psi
NIP.19770608 200501 2 003
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H / 2018 M
v
-MOTTO –
“DREAM BELIEVE AND MAKE IT HAPPEN”
(Mimpi, Percaya, dan Buat Menjadi Nyata)
We Are What We Repeatedly Do.
Excellence, then is not an act, but a Habit
-Will Durant-
-PERSEMBAHAN-
Skripsi ini saya persembahkan khusus untuk Enjid H. Abdul Mukim bin H.
Murtaba (Alm), Mbah Hj. Zuhro bin H. Abdullah Muntaha (Almh), Papa,
Mama, dan Jiddah tercinta yang selalu memberikan doa, semangat, dan cinta
yang tak lekang oleh waktu.
vi
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi
B) Mei 2018
C) Hanina Maulidha
D) Pengaruh Kepribadian HEXACO, Pengalaman Training, dan Jenis Kelamin
Terhadap Kesadaran Keamanan Informasi di Dunia Maya
E) xv + 72 halaman +55 lampiran
F) Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui signifikansi pengaruh
kepribadian HEXACO (honesty humility, emotionality, extraversion,
agreeableness, conscientiousness, dan openness to experience),
pengalaman training, dan jenis kelamin terhadap kesadaran keamanan
informasi di dunia maya. Subjek penelitian ini adalah siswa/i SMA
sederajat se Jabodetabek. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik non
probability sampling, yaitu convenience sampling.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
dari variabel kepribadian HEXACO (honesty humility, emotionality,
extraversion, agreeableness, conscientiousness, dan openness to
experience), pengalaman training, dan jenis kelamin terhadap kesadaran
keamanan informasi di dunia maya dengan memberikan kontribusi sebesar
14.8%. Hasil uji hipotesis minor menunjukkan hanya terdapat dua variabel
yang signifikan pengaruhnya terhadap kesadaran keamanan informasi di
dunia maya, yaitu openness to experience dan jenis kelamin. Sedangkan
variabel lainnya tidak berpengaruh signifikan terhadap kesadaran keamanan
informasi di dunia maya.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sarana pembuatan program literasi
digital untuk meningkatkan kesadaran keamanan informasi di dunia maya
bagi remaja. Agar penelitian selanjutnya dapat menghasilkan hasil yang
maksimal disarankan agar menggunakan variabel-variabel lain yang diduga
mempengaruhi kesadaran keamanan informasi di dunia maya, seperti
intensitas dalam berinternet, tingkat pendidikan, jurusan pendidikan, tempat
tinggal, parenting control, dan sebagainya.
G) Bahan bacaan : 50 ; buku: 8 + Jurnal: 31 + Artikel : 11
vii
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology
B) Mei 2018
C) Hanina Maulidha
D) The influence of HEXACO’s Personality, Training Experience, and Gender
on Information Security Awareness in Cyberspace
E) xv + 72 pages + 55 attachments
F) This study was conducted to find out the significance influence of
HEXACO’s personality (honesty to humility, emotionality, extraversion,
agreeableness, conscientiousness, and openness to experience), training
experience and gender of information security awareness in cyberspace.
The subjects of this study are students of equivalent senior high school in
Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, and Bekasi). This study
uses a quantitative approach. Sampling technique used in non probability
sampling technique, that is convenience sampling.
The result of this study indicate that there is significant influence of the
HEXACO’s personality (honesty to humility, emotionality, extraversion,
agreeableness, conscientiousness, and openness to experience), training
experience and gender on information security awareness in cyberspace
14,8% contribution. Nevertheless, minor hypothesis test result show that
there are only two variables which significantly influence the information
security awareness in cyberspace, namely openness to experience and
gender. The remaining have no significant effect on information security
awareness in cyberspace.
From the results of this study can be used means of making digital literacy
program to increase awareness of information security in cyberspace for
teenagers. In order for further research to produce maximum results it is
suggested to use other variables which may also affect the information
security awareness in cyberspace such parenting control, intensity of the
internet, and level of education.
G) Reading materials : 50 ; Books: 8 + Journal: 31 + Articles : 11
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT karena atas segala kuasa dan rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Pengaruh Kepribadian HEXACO, Pengalaman Training,
dan Jenis Kelamin Terhadap Kesadaran Keamanan Informasi di Dunia Maya”.
Shalawat serta salam tercurah kepada Nabi besar Muhammad SAW, serta
pengikutnya sampai akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih belum bisa
dikatakan sempurna, karena keterbatasan penulis dalam hal pengalaman,
pengetahuan, dan kemampuan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak agar memiliki kesadaran dalam menggunakan data
pribadi, khususnya bagi remaja. Skripsi ini tidak lepas juga dari bantuan berbagai
pihak yang memberikan bimbingan, saran, dan motivasi. Oleh karena itu
perkenankanlah penulis untuk menyampaikan ucapan terima kasih tak terhingga
kepada :
1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Abdul
Mujib, M.Ag, M.Si beserta seluruh wakil dekan dan jajaran dekanat lainnya
yang tiada hentinya berusaha menciptakan lulusan-lulusan psikologi yang
semakin berkualitas.
2. Dr. Yunita Faela Nisa, Psi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu, memberikan motivasi, kritik, saran, arahan secara terus
ix
menerus, dan tentunya kesabaran yang luar biasa sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
3. Ibu Mulia Sari Dewi, M.Psi, Psi selaku dosen pembimbing akademik yang
terus memberikan motivasi, bimbingan, dan saran terkait kegiatan akademik
dan non akademik.
4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta
staff dan jajarannya, yang selalu memberikan yang terbaik untuk penulis.
5. Bapak H. Maulana Syarif Hidayatullah (Bapak), Ibu Hj. Lindawati (Ibu), Ibu
Hj. Maspiah (nenek), Maghvira Ramadhania (Adik), Maulana Fathur
Rahman (Adik), dan Nuzhatul Fikria (Adik) yang tak henti-hentinya
memberikan doa dan kasih sayangnya kepada penulis.
6. Bapak Ardi Suteja (Ketua Indonesia Cyber Security Forum) yang telah
memberikan waktu dan pengetahuan mengenai dunia siber kepada penulis.
7. Keluarga besar Divisi Anak dan Remaja Yayasan Kita dan Buah Hati yang
selalu membantu memberikan materi diskusi mengenai psikologi anak dan
remaja.
8. Kak M. Avicenna, Ka Eva Musoffa, Bapak Darmo dan Ibu Umayah yang
telah membantu penulis dalam kehidupan akademik selama di Ciputat.
9. Bapak M Nasruddin, Ibu Imas Nur Aisah, dan Kak Hilman Al Madani yang
selalu memberikan motivasi dalam pembentukkan konsep diri penulis.
10. Mas Doddy Natadiningrat, M.Si dan keluarga yang selalu memberikan
waktu, doa, dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan studi
perkuliahan di Fakultas Psikologi UIN Syarief Hidayatullah Jakarta.
x
11. Firdaus Amri, Adiyo R, Kaffa Merdeka, Hendra Kurniawan, Achmad
Afrizal, dan Bapak M Syahroni yang selalu menyempatkan waktu berdiskusi
dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.
12. Para sahabat penulis Amira Bilqis, Rifqi, Syifa Afiyah, Sukainah, Adani
Hanifati, Kurrata Ayuni, Abdul Hadi, Ryandaru, Kuslandika Kusuma Aji,
Ibnu Athoilah, Salman Azizi, M Taufan, Iko Maidiarko, Maulida Hanifa,
Mazaya Adisti, Nur Syifa Nadia, Tryadara, Arin Husnayain, Aidah Farass
Aliyah, Vega A, Nisa Saadatu F, Faradila Yunan, Atikah F, Dhea Alda, Arfa
Naila, Tina Deviana, Robi Zulkarnain, Indra R, Salma Zahwa, Ghina
Pertiwi, dan Dian Apriliana yang selalu memberikan semangat kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
13. Keluarga besar Psikologi UIN Syarief Hidayatullah 2014 atas
kebersamaannya.
Semoga Allah memberikan pahala yang tak henti-hentinya, sebagai
balasan atas segala kebaikan dan bantuan yang diberikan. Penulis menyadari
bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena
itu, penulis menerima saran dan kritik yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga penelitian ini dapat
memberikan mafaat kepada pembaca.
Jakarta, 7 Mei 2018
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................... v
ABSTRAK ........................................................................................................... vi
ABSTRACK ...................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiii
BAB 1: PENDAHULUAN ............................................................................. 1-12
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah ....................................................... 8-10
1.2.1 Pembatasan Masalah .............................................................................. 8
1.2.2 Perumusan Masalah ............................................................................. 10
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................... 11-12
1.3.1 Tujuan Penelitian ................................................................................. 12
1.3.2 Manfaat Penelitian ............................................................................... 12
BAB 2: KAJIAN TEORI ............................................................................. ..13-30
2.1 Kesadaran Kemanan Informasi di Dunia Maya...................................... 13-21
2.1.1 Definisi Kesadaran Keamanan Informasi di Dunia Maya ................... 13
2.1.2 Dimensi Kesadaran Keamanan Informasi di Dunia Maya .................. 14
2.1.3 Pengukuran Kesadaran Keamanan Informasi di Dunia Maya ............. 16
2.1.4 Faktor Kesadaran Keamanan Informasi .............................................. 18
2.2 Kepribadian HEXACO ........................................................................... 21-23
2.3.1 Definisi Kepribadian HEXACO ......................................................... 21
2.3.2 Dimensi Kepribadian HEXACO ......................................................... 22
2.3.3 Pengukuran Kepribadian HEXACO .................................................... 23
2.3 Pengalaman Training .............................................................................. 24-28
2.4.1 Definisi Pengalaman Training ............................................................. 24
2.4.2 Pengukuran Pengalaman Training ....................................................... 25
2.4 Kerangka Berpikir ........................................................................................ 25
2.5 Hipotesis Penelitian ...................................................................................... 28
BAB 3: METODE PENELITIAN................................................................ 31-52
3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel.................................... 31
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional............................................... 31
3.3 Instrumen Pengumpulan Data....................................................................... 34
3.4 Uji Validitas Konstruk .................................................................................. 37
xii
3.5 Teknik Analisis Data .................................................................................... 50
BAB 4: HASIL PENELITIAN ..................................................................... 53-63
4.1 Gambaran Umum Responden Penelitian ...................................................... 53
4.2 Deskriptif Data.............................................................................................. 54
4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian .......................................................... 56
4.4. Hasil Uji Hipotesis Penelitian ...................................................................... 57
4.4.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian ............................................ 57
4.4.2 Pengujian Proporsi Varian Masing-Masing IV .............................. 62
BAB 5: PENUTUP ........................................................................................ 64-72
5.1 Kesimpulan ................................................................................................... 64
5.2 Diskusi .......................................................................................................... 65
5.3 Saran ............................................................................................................. 71
5.3.1 Saran Teoritis ....................................................................... …….71
5.3.2 Saran Praktis................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 73-76
LAMPIRAN .................................................................................................. 77-128
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Blueprint HAIS-Q ............................................................................ 34-35
Tabel 3.2 Skala likert HAIS-Q ............................................................................... 36
Tabel 3.3 Blueprint HEXACO BHI ....................................................................... 36
Tabel 3.4 Muatan Faktor Knowledge ................................................................... 40
Tabel 3.5 Muatan Faktor Attitude .......................................................................... 41
Tabel 3.6 Muatan Faktor Behaviour ...................................................................... 42
Tabel 3.7 Muatan Faktor 2nd
order ...................................................................... 44
Tabel 3.8 Muatan Faktor Honesty Humility ........................................................... 46
Tabel 3.9 Muatan Faktor Emotionality ................................................................ 46
Tabel 3.10 Muatan Faktor Extraversion ............................................................... 47
Tabel 3.11 Muatan Faktor Agreeableness .............................................................. 48
Tabel 3.12 Muatan Faktor Conscietousness........................................................... 49
Tabel 3.13 Muatan Faktor Opennes to Experience ............................................... 50
Tabel 4.1 Gambaran Responden Penelitian .......................................................... 53
Tabel 4.2 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian ................................................. 55
Tabel 4.3 Norma Kategorisasi Variabel Penelitian ............................................... 56
Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian .................................................. 56
Tabel 4.5 R Square ................................................................................................ 57
Tabel 4.6 Signifikansi Uji Regresi ......................................................................... 58
Tabel 4.7 Koefisien Regresi IV terhadap DV ........................................................ 59
Tabel 4.8 Proporsi Varians .................................................................................... 62
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ............................................................................ 28
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Penelitian ...................................................... 77
Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian .............................................................. 78
Lampiran 3 Informed Concent ............................................................................... 79
Lampiran 4 Kuesioener ........................................................................................ 80
Lampiran 5 Alat Ukur Kesadaran Keamanan Informasi HAIS-Q ......................... 81
Lampiran 6 Alat Ukur Kepribadian HEXACO-BHI ........................................... 87
Lampiran 7 Hasil Uji Validitas CFA Kesadaran Keamanan Informasi ............... 90
Lampiran 8 Hasil Second Order Kesadaran Kemanan Informasi ......................... 93
Lampiran 9 Hasil Uji Validitas Kepribadian HEXACO-BHI .............................. 95
Lampiran 10 Output SPSS ................................................................................. 101
Lampiran 11 Tabel Blueprint Alat Ukur HAIS-Q ............................................... 107
Lampiran 12 Tabel Adaptasi Alat Ukur HAIS-Q ................................................ 114
Lampiran 13 Tabel Adaptasi Alat Ukur HEXACO BHI ..................................... 125
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Topik mengenai kesadaran keamanan informasi sangat penting untuk dikaji.
Hal tersebut sudah menjadi seruan dari Menteri Komunikasi dan Informatika
Republik Indonesia, Rudiantara yang mengajak seluruh lapisan masyarakat
memiliki sikap waspada dan kesadaran akan informasi pribadi dimulai dari diri
sendiri. Hal tersebut bertujuan agar individu dapat terhindar dari kejahatan
siber (Ayuwuragil, 2018). Kesadaran keamanan informasi di dunia maya
merupakan bentuk perilaku individu dalam menyadari peraturan tentang
mengamankan informasi pribadi yang dimiliki dan merupakan bagian integral
dari keseluruhan rencana manajemen kemanan informasi individu (Khan,
Alghathar, Nabi, & Khan, 2011).
Data Central Intelligence Agency (CIA) memperlihatkan Indonesia
telah mengalami kerugian akibat kejahatan siber sebesar 1,20% dari Produk
Domestik Bruto tahun 2014. Indonesia juga telah mendapatkan 177,3 juta
serangan siber dari bulan Januari hingga Juli 2017. Berdasarkan data tersebut,
salah satu penyebab rendahnya indeks keamanan informasi di Indonesia adalah
kurangnya sumber daya manusia yang kompeten di bidang keamanan siber
(Veera, 2017).
Salah satu kelompok usia yang rentan terhadap kejahatan siber
adalah remaja. Menurut peneliti Badan Litbang Sumber Daya Manusia
2
Kemkominfo, Prof. Gati Gayatri diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan
kesadaran, pengetahuan dan keterampilan anak dan remaja Indonesia yang
berkaitan dengan keamanan informasi di dunia maya. Mengingat dunia maya
telah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari
anak dan remaja di Indonesia (Kominfo, 2014).
Hasil penelitian Yahoo dan Taylor Nelson Sofres (TNS) pada
tahun 2009 menunjukkan bahwa remaja merupakan pengakses terbesar internet
di Indonesia, dengan rentang usia 15-19 tahun. Dari 2.000 responden yang
mengikuti survei ini, didapatkan sebanyak 64% adalah remaja. Kemudian 53%
dari remaja usia 15-19 tersebut ternyata menggunakan mengakses internet dari
warung internet, dikarenakan remaja mempunyai waktu luang yang lebih
banyak dibandingkan dengan para pekerja (Kompas.com, 2009).
Selain itu, menurut Pew Research Center Study sebagian besar
remaja gemar berbagi informasi di dunia maya (Tempo.co, 2013). Didukung
dengan hasil penelitian Kominfo dan UNICEF pada tahun 2014 menunjukkan
bahwa masih banyak anak dan remaja yang sering memberikan informasi
pribadi seperti alamat rumah, nomor telepon, dan alamat sekolah di dunia
maya, kemudian hampir sembilan dari sepuluh anak dan remaja berkomunikasi
secara online dengan teman-teman mereka (Kominfo, 2014).
Terdapat beberapa fenomena kasuistik pada remaja yang berhubungan
dengan kesadaran keamanan informasi di dunia maya, seperti kasus berkencan
melalui media sosial hingga berbagi password di media sosial dengan pasangan
(Fitriana, 2015), pembobolan email yang dilakukan oleh remaja pada lembaga
3
pemerintahan (Armandhanu, 2015; Deliusno, 2015), pembobolan situs jual beli
online yang dilakukan oleh remaja (Hacker, 2017), dan tindakan asusila yang
terjadi pada remaja akibat pertukaran nomor telepon di media sosial (Tempo,
2016).
Budaya yang dialami oleh remaja tidak hanya melibatkan nilai-nilai
budaya, status sosial-ekonomi, dan etnisitas saja, tetapi juga pengaruh media
karena remaja tidak dapat lepas begitu saja dari kehidupan media dan dunia
maya. Oleh sebab itu terdapat beberapa karakteristik pada remaja diataranya
adalah memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, emosi tidak stabil, mencari
identitas diri, dan belum matangnya Pre Frontal Cortext (PFC), dimana PFC
tersebut mempunyai fungsi sebagai pusat pengendalian dan pengambilan
keputusan yang membentuk kepribadian dan perilaku sosial (Santrock, 2012).
Berdasarkan fenomena dan karakteristik remaja tersebut dapat
diasumsikan bahwa remaja rentan dalam kejahatan siber. Jika inidividu atau
remaja memiliki tingkat kesadaran keamanan informasi di dunia maya yang
tinggi, maka individu mampu berperilaku aman dan bertanggungjawab
terhadap informasi pribadi yang dimiliki. Oleh sebab itu kesadaran keamanan
informasi di dunia maya penting untuk diteliti lebih lanjut.
Untuk mendapatkan gambaran mengenai kesadaran keamanan
informasi di dunia maya peneliti telah melakukan studi pendahuluan dengan
metode wawancara mengenai term and condition di media sosial pada Jumat
(12/10) terhadap sepuluh responden dengan rentang usia 20-21 tahun. Dimana
kesepuluh responden menyadari bahwa setiap mendaftarkan diri di suatu
4
website atau media sosial itu menggunakan informasi pribadi mereka.
Kemudian, kesepuluh responden mengetahui bahwa setelah mendaftarkan data
diri atau akun di website atau media sosial terdapat laman term and condition.
Dari kesepuluh responden terdapat empat responden yang merasa bahwa term
and condition itu tidak ada pengaruh pada dirinya, kemudian dua orang
berpendapat bahwa laman tersebut hanya formalitas saja, dan empat orang
lainnya mengganggap tidak peduli. Walaupun kesepuluh responden mengaku
tahu mengenai laman tersebut. Berdasarkan studi pendahuluan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa keamanan informasi di dunia maya masih belum dianggap
penting.
Dalam studi literatur ditemukan terdapat beberapa penelitian mengenai
kesadaran keamanan informasi di dunia maya (Stephanou, 2009; Veseli, 2011;
Kim, 2014; Amin, 2014; McCormac, Zwaans, Parsons, & Dragana, 2017;
Shropshire, Warkentin, & Sharma, 2015; Farooq, Isoaho, Virtanen, & Isoaho,
2015; Ahlan, Lubis, & Lubis, 2015). Hasil dari beberapa kajian literatur
tersebut mengungkapkan bahwa ada pengaruh signifikan jenis kelamin
terhadap kesadaran keamanan informasi di dunia maya (Farooq, Isoaho,
Virtanen, & Isoaho, 2015; Sheng, Holbrook, Kumaraguru, Cranor, & Downs,
2010).
Hal ini didukung dengan penelitian McCormac, Zwaans, Parsons, dan
Dragana (2017), Shropshire, Warkentin, dan Sharma, (2015) bahwa
kepribadian conscientiousness dan agreeableness signifikan dipengaruhi oleh
kesadaran keamanan informasi individu di dunia maya. Dimana kepribadian
5
merupakan hal yang melekat terhadap individu dan akan mempengaruhi
perbedaan perilaku dari setiap individu dengan kepribadian yang berbeda.
Dalam penelitian lain menunjukkan bahwa pengalaman training
keamanan informasi pribadi dapat berpengaruh signifikan terhadap
meningkatnya kesadaran keamanan informasi di dunia maya (Farooq, Isoaho,
Virtanen, & Isoaho, 2015; Kim, 2014; Veseli, 2011; Stephanou, 2009) dan ada
pengaruh signifikan pada jenis kelamin terhadap kesadaran keamanan
informasi di dunia maya (Farooq, Isoaho, Virtanen, & Isoaho, 2015; Sheng,
Holbrook, Kumaraguru, Cranor, & Downs, 2010).
Penelitian mengenai pengaruh kepribadian terhadap kesadaran
keamanan informasi di dunia maya pada mahasiswa di salah satu universitas
terbesar di Amerika Serikat bagian tenggara dan karyawan di Australia
mempunyai hasil yang signifikan pada kepribadian conscienstiousness dan
agreeableness terhadap kesadaran keamanan informasi di dunia maya
(Shropshire, Warkentin & , 2015; McCormac, Zwaans, Parsons, & Dragana,
2017).
Farooq, Isoaho, Virtanen, dan Isoaho, (2015) juga menunjukkan bahwa
bahwa jenis kelamin, tempat tinggal dan pengalaman training signifikan dan
berkolerasi positif dengan tingkat kesadaran keamanan informasi di dunia
maya pada mahasiswa/I di Finlandia. Pengalaman training menjadi hal baru
dalam penelitian tersebut bahwa training dapat membantu individu dalam
meningkatkan pengetahuan dan perilaku individu untuk memiliki kesadaran
6
keamanan informasi di dunia maya yang lebih tinggi dibandingkan dengan
individu yang belum pernah mendapatkan training.
Kim (2013) juga mengungkapkan bahwa pengalaman training
signifikan terhadap kesadaran keamanan informasi pada mahasiswa/i di
Universitas New England. Jika individu memiliki pengalaman training,
individu tersebut akan mempunyai pengetahuan yang lebih akan manajemen
informasi pribadi mereka sendiri.
Dalam penelitian lain juga ditemukan bahwa wanita lebih rentan
daripada pria terhadap phishing yang merupakan salah satu tindakan kejahatan
yang terjadi di dunia maya, dengan tujuan untuk mencuri informasi pribadi
(Sheng, Holbrook, Kumaraguru, Cranor, & Downs, 2010). Selain itu
ditemukan juga dalam penelitian Farooq, Isoaho, Virtanen, dan Isoaho (2015)
bahwa perempuan memiliki tingkat kesadaran yang lebih rendah dibandingkan
laki-laki karena perempuan sering kali tidak mengetahui dan tidak menyadari
apa yang mereka lakukan di dunia maya.
Di Indonesia sendiri ditemukan dua penelitian mengenai kesadaran
keamanan informasi di dunia maya. Diantaranya dilakukan oleh Amin (2014)
yang melakukan pengukuran tingkat kesadaran keamanan informasi di dunia
maya Pegawai Negeri Sipil. Hasil menunjukkan bahwa tingkat kesadaran
keamanan informasi di dunia maya PNS Pemkot Makassar secara keseluruhan
berada pada level “sedang”. Selain itu terdapat peneliti asal Malaysia yaitu
Ahlan, Lubis, dan Lubis, (2015) yang melakukan penelitian mengenai
kesadaran keamanan informasi pada mahasiswa, staf, dan dosen di Universitas
7
Harapan dan Universitas Sumatera Utara di Medan, dari hasil penelitian
tersebut mengidentifikasi beberapa faktor penting yang berdampak pada
kesadaran dan hubungannya dengan faktor lain seperti indikator agama dapat
mempengaruhi kinerja teman sebaya tetapi juga tekanan sosial. Dengan
demikian pendidikan tinggi dapat memfokuskan kebijakan untuk mendorong
mereka untuk memiliki respon yang tepat dari siswa dan staf dalam
menghindari insiden keamanan dan meningkatkan kesadaran keamanan
informasi di dunia maya.
Dengan demikian, berdasarkan temuan penelitian sebelumnya, pada
hal ini peneliti memutuskan untuk menggunakan variabel kepribadian,
pengalaman training, dan jenis kelamin yang mungkin berpengaruh pada
kesadaran keamanan informasi di dunia maya. Pada kesempatan ini penulis
ingin meneliti kesadaran keamanan informasi di dunia maya pada siswa/i SMA
sederajat se-Jabodetabek. Dikarenakan fenomena yang terjadi pada remaja
sudah bisa dikatan cukup banyak, Selain itu perbedaan responden juga
merupakan modifikasi dari penelitian-penelitian sebelumnya yang hanya
mengukur tingkat kesadaran keamanan informasi pada kelompok
perkembangan dewasa dan yang berkecimpung dalam organisasi. Kemudian
dalam penelitian sebelumnya kepribadian yang digunakan adalah kepribadian
Big Five, pada kesempatan ini peneliti akan melakuan penelitian menggunakan
kepribadian HEXACO, dimana kepribadian HEXACO merupakan
pengembangan dari kepribadian Big Five dan kepribadian sendiri merupakan
hal yang melekat pada diri individu, sehingga akan menghasilkan bentuk
8
perilaku yang berbeda-beda juga (Asthon & Lee, 2009). Pengalaman training
dan jenis kelamin juga akan dilibatkan dalam penelitian ini dikarenakan
sebagai bentuk saran dari penelitian-penelitian sebelumnya dan juga peneliti
ingin mengetahui apakah akan berpengaruh secara signifikan terhadap siswa/I
SMA sederajat se- Jabodetabek.
Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan, maka penulis tertarik
untuk meneliti masalah yang terjadi mengenai kesadaran keamanan informasi
di dunia maya. Sehingga penelitian ini diberi judul “Pengaruh Kepribadian
HEXACO, Pengalaman Training, dan Jenis Kelamin terhadap Kesadaran
Keamanan Informasi di Dunia Maya”.
1.2.Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan Masalah
Masalah yang menjadi fokus peneliti adalah pengaruh kepribadian
HEXACO, pengalaman training, dan jenis kelamin terhadap kesadaran
keamanan informasi di dunia maya. Untuk menghindari ketidakjelasan dan
melebarnya permasalahan penelitian, maka peneliti perlu memberikan
penjelasan tentang batasan penelitian yaitu sebagai berikut:
1. Kesadaran keamanan informasi yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah teori dari Kruger dan Kearney (2006) yaitu kesadaran
keamanan informasi di dunia maya sebagai tingkat individu dalam
memahami pentingnya keamanan informasi di dunia maya,
memahami tingkat keamanan informasi di dunia maya yang sesuai
dengan organisasi, memahami tanggungjawab keamanan individu,
9
dan bertindak yang sesuai dalam melakukan keamanan informasi
di dunia maya.
2. Trait kepribadian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah teori
kepribadian Hexaco yang dikosntruk oleh Ashton dan Lee (2013)
untuk mengukur trait kepribadian manusia. Kepribadian HEXACO
terdiri dari enam dimensi, yaitu honesty-humility, emotionality,
extraversion, agreeableness, conscientiousness, dan openness to
experience.
3. Pengalaman training yang dimaksud adalah pengetahuan dan
pengalaman training seseorang mengenai kesadaran keamanan
informasi di dunia maya. Mengacu pada teori Beardwell dan
Holden (2001), yaitu training merupakan proses yang
direncanakan yang digunakan untuk mengubah sikap,
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku melalui pengalaman
belajar untuk mencapai kinerja yang efektif dalam kegiatan atau
berbagai kegiatan tertentu. Pengukuran pengalaman training
dengan cara menanyakan kepada responden pernah atau tidaknya
mengikuti training atau mendapatkan pengetahuan informasi
mengenai kesadaran keamanan informasi pribadi saja.
4. Jenis kelamin yaitu penggolongan jenis kelamin yakni pria dan
wanita.
5. Subjek pada penelitian ini adalah siswa/I SMA sederajat se-
Jabodetabek.
10
1.2.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Apakah ada pengaruh signifikan secara bersama-sama kepribadian
HEXACO, pengalaman training, dan jenis kelamin terhadap
kesadaran keamanan informasi di dunia maya pada siswa/i SMA
sederajat se-Jabodetabek?
2. Apakah ada besar sumbangan independent variabel terhadap
dependent variabel?
3. Apakah ada pengaruh signifikan variabel honesty-humility terhadap
kesadaran keamanan informasi di dunia maya pada siswa/i SMA
sederajat se-Jabodetabek?
4. Apakah ada pengaruh signifikan variabel emotionality terhadap
kesadaran keamanan informasi di dunia maya pada siswa/i SMA
sederajat se-Jabodetabek?
5. Apakah ada pengaruh signifikan variabel extraversion terhadap
kesadaran keamanan informasi di dunia maya pada siswa/i SMA
sederajat se-Jabodetabek?
6. Apakah ada pengaruh signifikan variabel agreeableness terhadap
kesadaran keamanan informasi di dunia maya pada siswa/i SMA
sederajat se-Jabodetabek?
11
7. Apakah ada pengaruh signifikan variabel conscientiousness
terhadap kesadaran keamanan informasi di dunia maya pada
siswa/i SMA sederajat se-Jabodetabek?
8. Apakah ada pengaruh signifikan variabel openness to experience
terhadap kesadaran keamanan informasi di dunia maya pada
siswa/i SMA sederajat se-Jabodetabek?
9. Apakah ada pengaruh signifikan variabel pengalaman training
terhadap kesadaran keamanan informasi di dunia maya pada
siswa/i SMA sederajat se-Jabodetabek?
10. Apakah ada pengaruh signifikan variabel jenis kelamin terhadap
kesadaran keamanan informasi di dunia maya pada siswa/i SMA
sederajat se-Jabodetabek?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan
1. Menemukan faktor mempengaruhi kesadaran keamanan
informasi di dunia maya. Sehingga dapat dirancangkan program
dalam meningkatkan kesadaran masyarakat yang sesuai dengan
kebutuhan yang ada.
2. Menemukan variabel manakah yang memiliki pengaruh paling
besar dan signifikan terhadap kesadaran keamanan informasi
di dunia maya.
12
3. Mengetahui jumlah masing-masing proporsi varians dari masing-
masing variabel terhadap kesadaran keamanan informasi di dunia
maya.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang dapat diambil dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis, manfaat penelitian ini diharapkan dapat
mengembangkan teori dari kesadaran keamanan informasi di dunia
maya, psikologi sosial, psikologi perkembangan pada anak dan
remaja, dan psikologi pendidikan yang berkaitan dalam kegiatan
training sehingga dapat diaplikasikan dalam mengkampanyekan
kesadaran keamanan informasi di dunia maya. Selain itu hasil
penelitian ini juga dapat dijadikan referensi bagi penelitian
selanjutnya.
2. Manfaat praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan bagi
pemerintah atau instansi swasta dalam mengadakan pendidikan
atau program literasi digital dalam meningkatkan kesadaran
keamanan informasi di dunia maya khususnya untuk para remaja.
1
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Kesadaraan Keamanan Informasi di Dunia Maya
2.1.1 Definisi Kesadaran Keamanan Informasi di Dunia Maya
Kruger dan Kearney (2006) mendefinisikan kesadaran keamanan informasi di dunia maya
sebagai tingkat individu dalam memahami pentingnya keamanan informasi di dunia maya,
memahami tingkat keamanan informasi di dunia maya yang sesuai dengan organisasi,
memahami tanggungjawab keamanan individu, dan bertindak yang sesuai dalam melakukan
keamanan informasi di dunia maya. Kesadaran keamanan informasi di dunia maya digambarkan
sebagai proses yang dinamis. Setiap program kesadaran perlu terus dilakukan untuk mengukur
keberhasilan dalam mengikuti perubahan dalam mengenali resiko.
Schlienger dan Teufel (dalam Kruger & Kearney, 2006) berpendapat bahwa kesadaran
keamanan informasi di dunia maya membahas hal dimana kesadaran dan program pelatihan
dimulai dari ''become aware'' untuk ''stay aware” dan berakhir di ''be aware'', yang mengubah
budaya keamanan secara definitif untuk mengatasi masalah perubahan dan pengukuran secara
terus menerus dalam kesadaran keamanan informasi di dunia maya. Definisi lain dari kesadaran
keamanan informasi di dunia maya didefinisikan sebagai pengetahuan umum tentang kemanan
informasi (Bulgurcu, Cavusoglu, & Benbasat, 2010).
Dari ketiga definisi kesadaran keamanan informasi di atas, peneliti menggunakan teori
Kruger dan Kearney (2006) yaitu kesadaran keamanan informasi sebagai tingkat individu dalam
memahami pentingnya keamanan informasi, memahami tingkat keamanan informasi yang sesuai
dengan organisasi, memahami tanggungjawab keamanan individu, dan bertindak yang sesuai
dalam melakukan keamanan informasi. Kesadaran keamanan informasi digambarkan sebagai
2
proses yang dinamis. Setiap program kesadaran perlu terus dilakukan untuk mengukur
keberhasilan dalam mengikuti perubahan dalam mengenali resiko.
2.1.2 Dimensi Kesadaran Keamanan Informasi di Dunia Maya
Menurut Kruger dan Kearney (2006) terdapat tiga dimensi kesadaran keamanan
informasi, yaitu knowledge, attitude, dan behaviour. Penjelasan dari masing-masing dimensi
adalah sebagai berikut.
1. Knowledge
Dimensi ini menunjukkan apa saja yang individu ketahui mengenai kesadaran keamanan
informasi.
2. Attitude
Dimensi ini menunjukkan apa saja yang individu pikirkan mengetahui kesadaran
keamanan informasi.
3. Behaviour
Dimensi ini menunjukkan apa saja yang individu lakukan dalam mengetahui kesadaran
keamanan informasi.
Definisi Knowledge-Attitude-Behavior (KAB) itu mendasari Human Aspecs of
Information Security Questionnaire (HAIS-Q). Berdasarkan model KAB, agar sebagai individu
memiliki pengetahuan tentang perilaku keamanan informasi yang aman kemudian meningkatkan
sikap yang baik, dan menghasilkan perilaku keamanan informasi yang lebih baik lagi (Parsons,
McCormac, Butavicius, Pattinson, & Jerram, 2014). Kemudian HAIS-Q dikembangkan dan
memiliki tujuh area yaitu manajemen password, penggunaan email, penggunaan internet,
penggunaan media sosial, perangkat mobile, penanganan Informasi dan pelaporan Insiden.
(Parsons, Calic, Pattinson, Butavicius, McCormac, & Zwaans, 2017).
3
Sipponen (2000) membagi dimensi kesadaran keamanan informasi menjadi lima dimensi,
yaitu dimensi organisasi (mewakili peran yang dalam kesadaran keamanan informasi dalam
tingkat keamanan organisasi secara keseluruhan), dimensi general public (bahwa ruang
lingkupnya adalah untuk meningkatkan kesadaran publik tentang masalah keamanan yang
relevan), dimensi sosio-politik, dimensi etika berkomputer, dan dimensi kelembagaan
pendidikan yang bertujuan untuk membuat individu anggota masyarakat yang tepat.
Selanjutnya, Hansch dan Benenson (2014) membahas tiga dimensi berbeda mengenai
kesadaran keamanan informasi. Ketiga dimensi tersebut adalah kesadaran keamanan sebagai
persepsi, kesadaran keamanan sebagai perlindungan, dan kesadaran keamanan sebagai perilaku.
Kesadaran keamanan sebagai persepsi bahwa pengguna harus mengetahui adanya
ancaman, bahaya dan risiko. Sedangkan kesadaran keamanan sebagai perlindungan pengguna
harus menyadari kerentanan dan ancaman terhadap sistem internet yang mereka gunakan dan apa
yang dapat mereka lakukan untuk membantu melindungi informasi mereka. Dan yang terakhir
kesadaran keamanan informasi sebagai perilaku merupakan bagaimana pengguna bertindak dan
berpikir mengenai keamanan informasi, dan sejauh mana individu dapat mentransfer
pengetahuan tentang berbagai faktor dalam keamanan informasi yang dapat mempengaruhi cara
individu bertindak atau berperilaku (Hänsch & Benenson, 2014).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dimensi kesadaran keamanan informasi dari
Kruger dan Kearney (2006), yaitu knowledge, attitude, dan behaviour. Kemudian menggunakan
HAIS-Q dari Parsons, Calic, Pattinson, Butavicius, McCormac, dan Zwaans (2017) yang
berfokus tujuh area yaitu manajemen password, penggunaan email, penggunaan internet,
penggunaan media sosial, perangkat mobile, penanganan Informasi dan pelaporan Insiden.
2.1.3 Pengukuran Kesadaran Kemananan Informasi
4
Kesadaran keamanan informasi terdapat beberapa instrumen pengukuran, yaitu :
1. Tree Prototype dikembangkan oleh Kruger dan Kearney (2006). Terdapat pernyataan
favorable dan unfavorable yang terdiri dari komponen afektif, behaviour, dan kognitif.
Ketiga komponen tersebut adalah model yang dibangun dengan ketiga dimensi yang
setara oleh Kruger dan Kearney (2006) yaitu Knowledge, Attitude, dan Behaviour
berbentuk kuesioner yang terdiri dari 35 pertanyaan untuk mengukur Knowledge,
Attitude, dan Behaviour tersebut. Setiap komponen memiliki jawaban yang berbeda.
Untuk aspek knowledge, respon jawaban yang disediakan adalah true, false, don’t know,
sedangkan untuk aspek attitude, respon jawaban yang disediakan adalah true, false, don’t
know, dan untuk aspek Behaviour respon jawaban yang disediakan adalah true, false.
2. User’s Information Security Awareness Questionnaire (UISAQ), yang dikembangkan
oleh Galba, Solic, dan Lukic (2015). Alat ukur ini memiliki 33 item dan sub skala yaitu
Potentially Risk Behaviour dan Knowledge and Awareness
3. Security Behaviour Intention Scale (SeBIS), dikembangkan oleh Egelmen dan Peer
(2015). Instrumen ini mengukur tingkat kepatuhan terhadap saran keamanan komputer.
Seperti keamanan perangkat, pembuatan password, kesadaran proaktif, dan pembeharuan
aplikasi. Instrumen ini memiliki nilai reliabilitas sebesar 0.801.
4. Human Aspects Information of Security Questionnaire (HAIS-Q) oleh Parson, Calic,
Pattinson, Butavicius, McCormac dan Zwans (2017). HAIS-Q menggunakan 63 item
dengan mengukur tujuh area fokus, yaitu manajemen password, penggunaan email,
penggunaan internet, penggunaan media sosial, perangkat mobile, penanganan informasi
dan pelaporan insiden. Instrumen ini menggunakan skala likert lima poin, dinilai dari
Sangat Setuju dan Sangat Tidak Setuju yang digunakan untuk semua item. Setiap area
5
fokus dibagi lagi menjadi tiga sub bidang tertentu, sehingga menghasilkan 21 minat
bidang, yang masing-masing diukur melalui item knowledge, attitude, dan behaviour
yang terpisah. Instrumen ini memiliki nilai reliabilitas internal sebesar 0,75 sampai 0,82.
Berdasarkan alat ukur yang telah ditemukan peneliti memutuskan dalam penelitian ini
menggunakan alat ukur yang dikembangkan oleh Parson, Calic, Pattinson, Butavicius,
McCormac, dan Zwaans (2017) yaitu HAIS-Q (Human Aspects Information of Security
Questionnaire) yang terdiri dari 63 pernyataan spesifik dengan menggunakan skala likert, dinilai
dari Sangat Setuju hingga Sangat Tidak Setuju. Alat ukur HAIS-Q merupakan alat ukur holistic
dari alat-alat ukur sebelumnya. HAIS-Q digunakan untuk semua item dengan mengukur tujuh
fokus area, yaitu manajemen password, penggunaan email, penggunaan internet, penggunaan
media sosial, penggunaan gawai, penanganan Informasi pribadi dan pelaporan keamanan
informasi di dunia maya . Setiap area fokus dibagi lagi menjadi tiga sub bidang tertentu,
sehingga menghasilkan 12 bidang minat, yang masing-masing diukur melalui dimensi
knowledge, attitude, dan behaviour yang sesuai dengan teori Kruger dan Kearney (2006).
2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesadaran Kemanan Informasi Dari beberapa
literatur dan hasil penelitian terdahulu, ditemukan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
kesadaran kemanan informasi seseorang, diantaranya adalah
1. Jenis kelamin.
Sheng, Holbrook, Kumaraguru, Cranor, dan Downs, (2010) menemukan bahwa
perempuan lebih rentan menjadi korban phishing email dibanding laki-laki. Hal ini
karena perempuan sering kali tidak mengetahui dan tidak menyadari apa yang mereka
buka di internet. Kemudian dalam penelitian Farooq, Isoaho, Virtanen, dan Isoaho (2015)
ditemukan bahwa pengetahuan, perilaku, Computed Information Security Awareness
6
(CISA) dan Perceived Informasion Security Awareness (PISA) laki-laki lebih baik
dibandingkan dengan perempuan.
2. Trait kepribadian.
Sheng, Holbrook, Kumaraguru, Cranor, dan Downs, (2010) dalam penelitiannya juga
menemukan bahwa terdapat perbedaan antara kepribadian seseorang dengan tingkat
kesadaran informasi. Shorpshire, Warkentin, dan Sharma (2015) dan McCormac,
Zwaans, Parsons, & Dragana (2017) ditemukan bahwa kepribadian conscientiousness
dan agreeableness signifikan atau ada pengaruh positif terhadap kesadaran keamanan
informasi individu.
3. Pengalaman Training, dilihat dari pengalaman individu dalam mengikuti kegiatan
training mengenai kesadaran keamanan informasi. Hal tersebut pernah diteliti oleh
Farooq, Isoaho, Virtanen, dan Isoaho (2015) dan Shropshire, Warkentin, dan Sharma
(2015); McCormac, Zwaans, Parsons, dan Dragma (2016).
4. Tingkat pendidikan pernah diteliti Farooq, Isoaho, Virtanen, dan Isoaho (2015) yang
terdiri dari tingkat sarjana, magister, dan doktoral. Dari tingkat pendidikan ditemukan
bahwa mahasiswa tingkat magister memiliki tingkat kesadaran keamanan informasi lebih
tinggi dibandingkan dengan mahasiswa tingkat sarjana dan doktoral. Tingkat doktoral
menjadi lebih rendah tingkat kesadaran keamanan informasi dibadingkan tingkat
magister karena jumlah sampel yang sedikit.
5. Jurusan pendidikan, pada penelitian Farooq, Isoaho, Virtanen, dan Isoaho (2015) bahwa
siswa jurusan Teknologi Informasi (TI) memiliki nilai mean tertinggi untuk Computed
Information Security Awareness (CISA) dan Perceived Informasion Security Awareness
7
(PISA) sedangkan siswa dari pendidikan dan ilmu sosial dinilai paling rendah
dibandingkan dengan disiplin lainnya.
6. Tempat tinggal, pada penelitian Farooq, Isoaho, Virtanen, dan Isoaho (2015) ditemukan
bahwa mahasiswa dari kota besar(metropolitan) memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi
untuk pengetahuan, perilaku, Computed Information Security Awareness (CISA) dan
Perceived Informasion Security Awareness (PISA) dibandingkan dengan siswa berasal
dari daerah perkotaan atau pedesaan. Nilai untuk pengetahuan, perilaku, CISA dan PISA
meningkat seperti ada yang pindah dari pedesaan ke kota besar. Namun, ini semua adalah
faktor tertentu yang membutuhkan lebih banyak penyelidikan.
7. Pengalaman bekerja pada penelitian Farooq, Isoaho, Virtanen, dan Isoaho (2015)
ditemukan bahwa mahasiswa yang memiliki pengalaman kerja (penuh atau sebagian
waktu) memiliki pengetahuan yang lebih tinggi dibandingkan tidak bekerja. Walaupun
besar kemungkinannya masih dibilang sedikit.
Dari ketujuh faktor tersebut peneliti hanya menggunakan faktor jenis kelamin,
kepribadian, dan pengalaman training yang digunakan pada penelitian ini. Kepribadian
digunakan pada penelitian ini dikarenakan peneliti ingin mengeksplorasi kesadaran
keamanan informasi di dunia maya terhadap individu tersebut. Kemudian untuk
pengalaman training dikarenakan berdasarkan saran yang diberikan dari dari Kominfo
(2014) bahwa salah satu pendidikan literasi atau edukasi sangat penting dalam
menunjang kesadaran individu. Kemudian, didudukung dengan beberapa penelitian di
atas bahwa pengalaman training dapat mempengaruhi kesadaran keamanan individu.
Sedangkan, untuk jenis kelamin peneliti ingin mengetahui perbedaan anatara laki-laki
dan perempuan dalam kesadaran keamanan informasi di dunia maya.
8
2.2. Kepribadian HEXACO
2.2.1 Definisi Trait Kepribadian HEXACO
Dalam buku Feist & Feist (2010), sebagian besar peneliti menyetujui bahwa kepribadian
(personality) adalah pola sifat dan karakteristik tertentu, yang relatif permanen dan memberikan,
baik konsistensi maupun individualitas pada perilaku seseorang.
Menurut Ashton (2013) kepribadian itu mengacu pada perbedaan di antara individu-
individu dalam kecenderungan khas untuk berperilaku, berpikir, atau merasa secara konseptual,
melintasi berbagai situasi yang relevan dan dalam beberapa periode waktu yang cukup lama.
Ashton (2007) juga berpendapat struktur model kepribadian HEXACO menyediakan sebagai
alternatif kerangka Big Five atau Five Factor Model.
Argumen tersebut dibagi menjadi tiga bagian. Pertama, ringkasan studi leksikal tentang
struktur kepribadian yang dilakukan dalam berbagai bahasa dan budaya menunjukkan bahwa
investigasi tersebut konsisten menghasilkan struktur yang tidak hanya berisi lima faktor, tetapi
enam faktor dan faktor-faktor tersebut sesuai dengan dimensi model HEXACO. Kedua,
interpretasi teoritis dari HEXACO dan struktur Big Five atau Five Factor Model mencatat bahwa
model HEXACO memprediksi beberapa fenomena kepribadian yang diterangkan oleh Big Five
atau Five Factor Model tersebut. Ketiga, meninjau bukti yang menunjukkan bahwa model
HEXACO mengakomodasi beberapa konstruk kepribadian di luar ruang Big Five atau Five
Factor Model tersebut. Namun, sebelum kepribadian HEXACO lahir, ada sebuah teori
kepribadian yang terlebih dahulu mengakarinya, yaitu Teori Big Five Factor yang dikonstruk
oleh Robert R. McCrae dan Paul T. Costa.
2.2.2 Dimensi Kepribadian HEXACO
9
Ashton dan Lee (2009) menciptakan kerangka enam dimensi baru untuk struktur kepribadian
model HEXACO yang merupakan alternatif dari teori yang sudah populer, yaitu Big Five atau
Five Factor Model. Keenam dimensi dari struktur kepribadian ini yaitu:
1. Honesty-Humility mendefinisikan kejujuran, keadilan, ketulusan, dan ketidakserakahan
yang dimiliki oleh individu sedangkan individu yang memiliki skor yang rendah cenderung
serakah dan berbohong.
2. Emotionality mendefinisikan mudah cemas, takut, sentimen, ketergantungan, dan bereaksi
secara emosional yang dimiliki oleh individu.
3. Extraversion mendefinisikan keaktifan dalam berbicara, mudah bersosialisasi dan
keceriaan yang dimiliki oleh individu.
4. Agreeableness mendefinisikan toleransi, ramah, dan kebaikan sifat yang dimiliki oleh
individu.
5. Conscientiousness mendefinisikan individu yang teratur, pekerja keras, berhati-hati, dan
bekerja secara menyeluruh yang dimiliki oleh individu.
6. Openness to Experience pengapresiasian karya seni, ingin tahu besar, kreatif, dan kebaruan
pola pikir yang dimiliki oleh individu.
2.2.3 Pengukuran kepribadian HEXACO
HEXACO Personality Inventory (HEXACO-PI) yang dibuat oleh Ashton dan Lee (2009). Alat
ukur ini dikembangkan untuk menilai enam dimensi kepribadian. Terdapat dua jenis HEXACO
Personality Inventory (HEXACO-PI) yaitu HEXACO-60 dan HEXACO-100. HEXACO-60
terdapat 60 item sedangkat HEXACO-100 terdapat 100 item. Aspek-aspek HEXACO yang
diukur di antaranya honesty-humility (h), emotionality (e), extraversion (x), agreeableness (a),
conscientiousness (c), dan openness to experience (o). Dengan menggunakan empat skala untuk
10
mengukur respon subjek, yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
Instrumen ini memiliki nilai reliabilitas sebesar 0.77 sampai 0.80. Berkembangnya penelitian
pengukuran kepribadian skala terdapat Brief HEXACO Inventory (BHI) dengan 24 item yang
diadaptasi dari Vries (2013).
Dari ketiga alat ukur kepribadian HEXACO tersebut, peneliti menggunakan alat ukur
kepribadian skala Brief HEXACO Inventory (BHI) dengan 24 item yang diadaptasi dari Vries
(2013).
2.3. Pengalaman Training
2.3.1. Definisi Pengalaman Training
Beardwell dan Holden (2001) mendefinisikan bawa training adalah proses yang direncanakan
yang digunakan untuk mengubah sikap, pengetahuan, keterampilan dan perilaku melalui
pengalaman belajar untuk mencapai kinerja yang efektif dalam kegiatan atau berbagai kegiatan
tertentu. Tujuannya, dalam konteks kerja, adalah untuk mengembangkan kemampuan individu
dan untuk memenuhi kebutuhan saat ini dan masa depan organisasi.
Menurut Noe, Hollenbeck, Gerhart dan Wright (2003) training merupakan suatu usaha
yang terencana untuk memfasilitasi pembelajaran tentang pekerjaan yang berkaitan dengan
pengetahuan, keahlian dan perilaku seseorang. Sedangkan menurut Bernardin dan Russell
(1998), training didefinisikan sebagai berbagai usaha pengenalan untuk mengembangkan kinerja
seseorang atau sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaannya. Hal ini biasanya melakukan
perubahan perilaku, sikap, keahlian, dan pengetahuan yang khusus atau spesifik.
Dari ketiga definisi training di atas, peneliti menggunakan teori Breadwell dan Holden
(2001) yaitu proses yang direncanakan yang digunakan untuk mengubah sikap, pengetahuan,
11
keterampilan dan perilaku melalui pengalaman belajar untuk mencapai kinerja yang efektif
dalam kegiatan atau berbagai kegiatan tertentu. Tujuannya, dalam konteks kerja, adalah untuk
mengembangkan kemampuan individu dan untuk memenuhi kebutuhan saat ini dan masa depan.
Dalam konteks ini, training yang diberikan adalah yang terkait dengan informasi pribadi di dunia
maya.
2.3.3. Pengukuran Pengalaman Training
Untuk mendapatkan data pengalaman training penulis mengajukan pertanyaan apakah responden
pernah memiliki pengalaman training atau mendapatkan pengetahuan terkait keamanan
informasi dunia maya. Pertanyaan ini diadaptasi dari Farooq, Isoaho, Virtanen, dan Isoaho
(2015).
2.6. Kerangka Berpikir
Kesadaran keamanan informasi merupakan hal penting yang perlu diperhatikan ketika seseorang
melakukan kegiatan di dunia maya. Salah satu kelompok usia yang terkena dampak negatifnya
terjadi pada remaja. Dikarenakan banyaknya remaja yang menyebarkan infromasi pribadi di
media sosial sehingga memicu kejahatan siber. Dalam membangun kesadaran harus diperhatikan
juga beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kesadaran keamanan informasi di dunia maya,
diantaranya adalah kepribadian, pengalaman training, dan jenis kelamin.
Kepribadian merupakan faktor internal yang unik dalam diri setiap individu. Implikasi
dari uniknya kepribadian adalah adanya perbedaan tingkat kesadaran keamanan informasi tiap
individu. Pada penelitian ini peneliti menggunakan kepribadian HEXACO, terdapat enam
dimensi yaitu honesty-humility (h), emotionality (e), extraversion (x), agreeableness (a),
conscientiousness (c), dan openness to experience (o) yang dapat mempengaruhi kesadaran
keamanan informasi di dunia maya.
12
Individu dengan kepribadian honesty humilty, mencirikan individu yang jujur, tulus,
sederhana, dan sopan. Sehingga individu yang memiliki kepribadian honesty humility yang tinggi
cendrung akan menggambarkan identitas pribadi seutuhnya di dunia maya, sehingga individu
akan rentan mendapatkan serangan kejahatan siber. Oleh sebab itu peneliti berasumsi, seseorang
yang memiliki kepribadian honesty humility mempunyai tingkat kesadaran keamanan informasi
di dunia maya yang rendah.
Kepribadian emotionality memiliki karakteristik takut, cemas, ketergantungan, dan
sentimentalitas. Individu yang memiliki kepribadian emotionality yang tinggi dapat berhati-hati
dalam menggunakan informasi pribadi di dunia maya. Oleh sebab itu peneliti berasumsi bahwa
individu yang memiliki kepribadian emotionality yang tinggi dapat memiliki kesadaran
keamanan informasi di dunia maya yang tinggi.
Kepribadian extraversion memiliki karakteristik banyak bicara, ramah, senang
bersosialisasi dengan orang lain dan ceria, sehingga individu dengan kepribadian extraversion
lebih mudah untuk mempresentasikan dirinya di dunia maya dan mudah untuk berkenalan atau
bersosialisasi dengan orang lain melalui dunia maya tanpa memikirkan resiko yang terjadi.
Sehingga peneliti berasumsi bahwa seseorang yang memiliki kepribadian extraversion yang
tinggi khususnya pada remaja dengan karakteristik memiliki rasa ingin tahu yang tinggi memiliki
tingkat kesadaran keamanan informasi di dunia maya yang rendah.
Kepribadian agreeableness memiliki karakteristik baik, lembut, sabar, percaya dan dapat
dipercaya. Sehingga individu dengan kepribadian agreeableness cenderung mudah sabar dalam
menggunakan dunia maya dan mengungkapkan informasi pribadi yang tidak secara berlebihan.
Peneliti berasumsi bahwa individu yang memiliki kepribadian agreeableness yang tinggi
mempunyai tingkat kesadaran keamanan informasi di dunia maya yang tinggi juga.
13
Kepribadian conscientiousness memiliki karakteristik pengorganisasian, tekun,
perfeksionis, dan bijaksana. Individu yang memiliki kepribadian conscientiousness yang tinggi
dapat mempunyai pemikiran lebih ke depan dalam menggunakan informasi pribadi di dunia
maya. Sehingga dapat diasumsikan individu yang memiliki kepribadian conscientiousness yang
tinggi memiliki kesadaran keamanan informasi di dunia maya yang tinggi.
Kepribadian openness to experience memiliki karakteristik kreatif, fleksibel, memiliki
rasa ingin tahu yang tinggi dan tidak konvensional. Individu yang memiliki kepribadian
openness to experience akan memiliki pengetahuan yang lebih dibandingkan dengan kepribadian
yang lain, dikarenakan mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi dan pemikiran moderen. Sehingga
individu dengan kepribadian tersebut memiliki kesadaran keamanan informasi di dunia maya
yang tinggi.
Selain kepribadian HEXACO, terdapat faktor pengalaman training yang dapat
mempengaruhi kesadaran keamanan informasi di dunia maya. Ketika individu memperoleh
informasi mengenai keamanan informasi di dunia maya, baik secara sendiri atau melalui institusi
resmi, secara tidak langsung pengetahuan individu akan meningkat. Oleh sebab itu jika individu
memiliki pengalaman training dalam keamanan informasi di dunia maya, peneliti berasumsi
akan mendapatkan nilai kesadaran keamanan informasi di dunia maya yang tinggi juga.
Faktor lain yang mempengaruhi kesadaran keamanan informasi di dunia maya adalah
jenis kelamin. Terdapat perbedaan antara perempuan dan laki-laki, baik dari segi fisik, kognitif,
dan behaviour. Sehingga peneliti berasumsi, terdapat perbedaan dalam tingkat kesadaran
keamanan informasi di dunia maya antara laki-laki dan perempuan. Apalagi responden penelitian
ini merupakan remaja, yang memiliki karakteristik pencarian identitas diri, emosi belum stabil,
mencari perhatian, dan rasa ingin tahu yang tinggi. Sehingga peneliti berasumsi remaja laki-laki
14
akan berbeda tingkat kesadarannya dengan remaja perempuan dikarenakan memiliki
karakteristik yang berbeda juga.
Gambar 2.1 Bagan kerangka berpikir
2.7 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan asumsi penelitian terhadap suatu permasalahan yang masih harus diujikan.
Berdasarkan kerangka berfikir penelitian di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Hipotesis Mayor
Ada pengaruh secara bersama-sama variabel kepribadian (honesty-humility, emotionality,
extraversion, agreeableness, conscientiousness, dan openness to experience), pengalamanan
training, dan jenis kelamin terhadap kesadaran keamanan informasi di dunia maya pada siswa/i
SMA sederjat se-Jabodetabek.
15
Hipotesis Minor
Ha1: Ada pengaruh signifikan honesty humility pada variabel kepribadian HEXACO terhadap
kesadaran keamanan informasi di dunia maya pada siswa/I SMA sederajat se-
Jabodetabek.
Ha2: Ada pengaruh signifikan emotionality pada variabel kepribadian HEXACO terhadap
kesadaran keamanan informasi di dunia maya pada siswa/I SMA sederajat se-
Jabodetabek.
Ha3: Ada pengaruh signifikan extraversion pada variabel kepribadian HEXACO terhadap
kesadaran keamanan informasi di dunia maya pada siswa/I SMA sederajat se-
Jabodetabek.
Ha4: Ada pengaruh signifikan agreeableness pada variabel kepribadian HEXACO terhadap
kesadaran keamanan informasi di dunia maya pada siswa/I SMA sederajat se-
Jabodetabek.
Ha5: Ada pengaruh signifikan conscientiousness pada variabel kepribadian HEXACO
terhadap kesadaran keamanan informasi di dunia maya pada siswa/I SMA sederajat se-
Jabodetabek.
Ha6: Ada pengaruh signifikan openness to experience pada variabel kepribadian HEXACO
terhadap kesadaran keamanan informasi di dunia maya pada siswa/I SMA sederajat se-
Jabodetabek.
Ha7: Ada pengaruh signifikan pengalaman training terhadap kesadaran keamanan informasi
di dunia maya pada siswa/I SMA sederajat se-Jabodetabek.
Ha8: Ada pengaruh signifikan jenis kelamin terhadap kesadaran keamanan informasi di dunia
maya pada siswa/I SMA sederajat se-Jabodetabek.
Semua hipotesis di atas akan dijadikan H0 untuk dianalisis secara statistik.
31
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa/i SMA sederajat se-Jabodetabek.
Jumlah responden yang diperoleh peneliti adalah 290 siswa/i SMA se-derajat se-
Jabodetabek yang berusia 14-19 tahun. Teknik pengambilan populasi yang
digunakan adalah teknik non- probability sampling, yaitu dimana peluang
terpilihnya anggota populasi untuk dijadikan sampel tidak dapat diketahui.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan convenience sampling
technique, yaitu terpilihnya menjadi sampel penelitian berdasarkan pertimbangan
kemudahan dan kesediaan untuk merespon menjadi sampel. Peneliti memilih
metode tersebut karena pada proses pengambilan data penelitian dilakukan dengan
secara langsung bertemu dengan responden. Bentuk lampiran format kuesioner
dapat dilihat pada lampiran 4.
3.2 Variabel Penelitian & Definisi Operasional Variabel
Variabel dalam penelitian ini berjumlah empat, dengan satu variabel dependen
dan tiga variabel independen. Adapun definisi operasional masing-masing
variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Kesadaran keamanan informasi di dunia maya merupakan kesadaran individu
ditujukkan dengan memahami dan berkomitmen untuk menjaga kemanan
informasi pribadi berdasarkan kebijakan kemanan yang berlaku. Diukur dengan
32
HAIS-Q (Human Aspects of Information Security Questionnaire). Terdapat tiga
aspek yaitu :
a. Knowledge
Menunjukkan apa saja yang individu ketahui mengenai kesadaran
keamanan informasi.
b. Attitude
Menunjukkan apa saja yang individu pikirkan ketika mengetahui
kesadaran keamanan informasi.
c. Behaviour
Menunjukkan apa saja yang individu lakukan dalam mengetahui
kesadaran keamanan informasi.
2. Kepribadian HEXACO adalah pengembangan model kepribadian dari Big
Five atau Five Factor. Struktur HEXACO ini dapat digunakan untuk
mengukur seseorang dalam berpikir dan berperilaku Dengan menggunakan
instrumen skala Brief HEXACO Inventory (BHI) yang diadaptasi dari Vries
(2013) yang terdiri dari enam dimensi, yaitu :
a. Honesty-Humility adalah salah satu dimensi kepribadian HEXACO
yang didefinisikan sebagai karakteristik yang jujur, adil, tulus, rendah
hati, dan tidak serakah.
b. Emotionality adalah salah satu dimensi kepribadian HEXACO yang
didefinisikan sebagai karakteristik yang gelisah, takut, sensitif, dan
ketergantungan.
33
c. Extraversion adalah salah satu dimensi kepribadian HEXACO yang
didefinisikan sebagai karakteristik yang ekspresif, banyak bicara, ramah
dan ceria.
d. Agreeableness adalah salah satu dimensi kepribadian HEXACO yang
didefinisikan sebagai karakteristik yang pemaaf, lembut, fleksibel, dan
sabar.
e. Conscientiousness adalah salah satu dimensi kepribadian HEXACO
yang didefinisikan sebagai karakteristik yang teratur, rajin, perfectionis,
dan bijaksana.
f. Openness to Experience adalah salah satu dimensi kepribadian
HEXACO yang didefinisikan sebagai karakteristik yang memiliki rasa
ingin tahu akan pengetahuan yang tinggi, kreatif, mencintai keindahan,
dan tidak konvensional.
3. Pengetahuan dan Pengalaman Training merupakan proses yang direncanakan
yang digunakan untuk mengubah sikap, pengetahuan, keterampilan dan
perilaku melalui pengalaman belajar untuk mencapai kinerja yang efektif
dalam kegiatan atau berbagai kegiatan tertentu. Diukur dengan pertanyaan
”Apakah responden pernah mengikuti training atau mendapatkan pengetahuan
terkait kesadaran keamanan informasi di dunia maya?”.
4. Jenis kelamin
34
3.3 Instrumen Pengumpulan Data
1. Kesadaran keamanan informasi di dunia maya
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini merupakan adaptasi dari alat ukur
yang dikembangkan oleh Parson, Calic, Pattinson, Butavicius, McCormac, dan
Zwaans (2017) yaitu HAIS-Q (Human Aspects Information of Security
Questionnaire) yang terdiri dari 63 pernyataan spesifik dengan lima poin skala
likert, dinilai dari Sangat Tidak Setuju (STS) hingga Sangat Setuju (SS). HAIS-Q
mengukur tujuh area fokus, yaitu manajemen password, penggunaan email,
penggunaan internet, penggunaan media sosial, penggunaan gadget, penanganan
informasi pribadi, dan pelaporan infromasi pribadi. Setiap area fokus dibagi lagi
menjadi tiga sub bidang tertentu, sehingga menghasilkan 21 bidang minat, yang
masing-masing diukur melalui dimensi knowledge, attitude, dan behaviour.
Tabel 3.1 Blueprint HAIS-Q (Human Aspects Information of Security Questionnaire)
Area Sub Area Indikator Item
Manajemen
Password
Penggunaan password yang
sama.
Penggunaan password yang sama
dapat diterima untuk di akun media
sosial.
1*,2,3
Berbagi password. Berbagi password dengan teman
adalah ide buruk.
4*,5,6
*
Menggunakan password yang
kuat.
Menggunakan kombinasi huruf,
angka dan simbol di password.
7,8*,9
Penggunaan
Mengklik link dalam email
dari pengirim yang dikenal.
Diizinkan untuk mengklik link
apapun di email dari pengirim yang
dikenal
10*,11
*,12
Mengklik link dalam email
dari pengirim tidak dikenal.
Merasa tidak ada kekhawatiran
ketika mengklik link di email dari
pengirim yang tidak dikenal.
13,14*
,15*
Pembukaan lampiran di email
dari pengirim tidak dikenal.
Tidak membuka email dan
lampiran jika pengirimnya tidak
diketahui.
16*,
17, 18
Keterangan :(*) merupakan item unfavorable. Untuk tabel Blueprint keseluruhan terdapat di
lampiran 11.
35
Lanjutan tabel Blueprint HAIS-Q (Human Aspects Information of Security
Questionnaire)
Area Sub Area Indikator Item
Penggunaan
Internet Unduh file.
Diizinkan mengunduh file apapun dari
perangkat manapun
19*,
20,21*
Mengakses
situs yang meragukan.
Informasi yang dimasukkan dapat
membantu saya.
22, 23,
24*
Memasuki
informasi
online.
Dapat menilai keamanan situs web
sebelum memasukkan informasi situs
web.
25*,
26,27
Penggunaan
Media Sosial
Pengaturan privasi
media sosial.
Individu dapat meninjau secara
berkala pengaturan privasi di akun
media sosial.
28, 29,
30*
Mengingat
konsekuensi.
Tidak masalah jika memposting hal di
media sosial.
31*,
32*,33
Posting tentang
kegiatan.
Individu memposting apapun di media
sosial.
34*,
35*,36
Penggunaan
Gadget/
gawai
Pengaturan keamanan
perangkat seluler.
Individu dapat menjaga perangkat
seluler atau barang elektronik nya
ketika di tempat umum.
37,
38*,39*
Mengirimkan
informasi pribadi atau
bersifat sensitif melalu
jaringan Wi-FI
Individu dapat memikirkan apakah hal
dalam melakukan pengiriman
informasi pribadi melalui Wi-Fi
umum hal yang beresiko atau tidak.
40,
41*,42*
Shoulder Surfing . Individu dapat memastikan keamanan
lingkungan sekitar akan informasi
pribadi yang dimiliki
43,44, 45
Penanganan
Informasi
Pribadi
Membuang hasil
cetakan dokumen yang
berisi infromasi
pribadi atau sensitif.
Pengetahuan individu dalam
meninggalkan dokumen rahasia atau
sensitf di tempat umum.
46*,
47*,48
Memasukkan media
atau perangkat yang
dapat dipindahkan.
Sikap individu dalam memikirkan
resiko dalam meninggalakn dokumen
rahasia atau sensitif di rumah.
49, 50*,
51
Meninggalkan
dokumen yang berisi
informasi pribadi atau
sensitif.
Sikap individu ketika dalam menjaga
dokumen rahasia atau pribadi ketika di
sekolah.
52*, 53,
54
Pelaporan
Informasi
Pribadi
Melaporkan perilaku
yang mencurigakan.
Pengetahuan individu ketika melihat
orang yang mencurigakan di sekolah.
55, 56*,
57
Mengabaikan perilaku
keamanan yang buruk.
Sikap individu jika melihat perilaku
buruk dari teman sebayanya.
58, 59*,
60*
Melaporkan semua
insiden.
Perilaku individu dalam melaporkan
kejadian terkain keamanan.
61*, 62,
63
Total Item 63
Keterangan :(*) merupakan item unfavorable. Untuk tabel Blueprint keseluruhan terdapat di
lampiran 11.
36
Model skala likert ini terdiri dari pernyataan positif (favorable) dan
pernyataan negatif (unfavorable). Perhitungan skor tiap-tiap pilihan jawaban
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2
Skor untuk Pernyataan Positif dan Negatif Skala Likert HAIS-Q
Kategori Favorable Unfavorable
Sangat Setuju (SS) 5 1
Setuju (S)
Netral (N)
4
3
2
3
Tidak Setuju (TS) 2 4
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5
2. Kepribadian HEXACO diukur dengan menggunakan skala Brief HEXACO
Inventory (BHI) yang diadaptasi dari Vries (2013). Respon jawaban yang
diberikan mulai dari “1” (sangat tidak setuju) sampai “4” (sangat setuju)
dengan menggunakan skala likert. Blueprint skala Brief HEXACO Inventory
(BHI) adalah sebagai berikut :
Tabel 3.3
Blueprint skala kepribadian Brief HEXACO Inventory (BHI)
Keterangan : (*) merupakan item unfavorable.
Dimensi Indikator Nomor Item Contoh Item
Honesty-Humility Ketulusan, Kejujuran, Menghindari
Keserakahan, Kesederhanaan
6,12*,18*,24* Saya sulit berbohong.
Emotionality Ketakutan, kecemasan,
ketergantungan, sentimentalitas
5,11*,17*,23 Saya menangis saat
menonton film sedih
atau romantik.
Extraversion Harga diri sosial, keberanian sosial,
keramahan, dan keaktifan
1,4*,16, 22* Tidak ada yang suka
berbicara dengan saya.
Agreeableness Memaafkan, Lemah lembut,
fleksibilitas, dan sabar
3*, 9*, 15, 21 Saya sering
mengkritik orang lain.
Conscientiousness Pengorganisasian, ketekunan,
perfeksionisme, dan kebijaksanaan
2, 8*, 14, 20* Saya mengerjakan
tugas dengan sangat
tepat.
Openness to
Experience
Menghargai estetika, Rasa ingin
tahu, kreatif, dan modern
1,7*,13,19 Saya adalah orang
yang memiliki banyak
imajinasi.
Total 24
37
3.4 Uji Validitas Konstruk
Sebelum melakukan analisis data, peneliti melakukan pengujian terhadap validitas
instrumen yang dipakai, yaitu 1) skala pengukuran kesadaran keamanan informasi
yang memiliki tiga dimensi yaitu knowledge, attitude, dan behaviour, 2)
Kepribadian Brief HEXACO Invetory (BHI) dengan menggunakan skala Brief
HEXACO Inventory (BHI) yang diadaptasi dari Vries (2013). Untuk menguji
validitas konstruk alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
Confirmatory Faktor Analysis (CFA).
Sebagai prosedur konfirmasi, CFA merupakan metode untuk menilai
validitas konstruk pengukuran, bukan sarana untuk pengurangan data. Validitas
konstruk didukung jika struktur faktor skala konsisten dengan konstruksi
instrumen yang akan diukur. Konfirmasi hipotesis struktur faktor yang paling
memadai adalah dengan teknik analisis faktor konfirmatori. Dalam analisis faktor
konfirmatori, struktur faktor secara eksplisit dihipotesiskan dan diuji untuk cocok
dengan struktur kovarians dari variabel yang diukur. Pendekatan ini juga
memungkinkan untuk menguji model fit faktor. Meskipun pendekatan ini berguna
untuk konfirmasi teori, prosedur CFA memberikan pedoman untuk "model
pemangkasan," atau model modifikasi, yang dapat menunjukkan perubahan dalam
struktur faktor yang diusulkan. Dengan demikian, prosedur konfirmasi dapat
digunakan untuk merevisi dan menyempurnakan instrumen dan struktur faktorial
mereka (Floyd & Widaman,1995).
38
Adapun logika CFA adalah sebagai berikut (Alawiyah, 2015) :
1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang
didefinisikan secara operasional sehingga dapat disusun pertanyaan atau
pernyataan untuk mengukurnya. Kemampuan ini disebut faktor, sedangkan
pengukuran terhadap faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon
atas item-itemnya.
2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga
tiap subtes hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item maupun
subtes bersifat unidimensional.
3. Dengan data yang tersedia, dapat diestimasi matriks korelasi antar item
yang seharusnya diperoleh jika memang unidimensional. Matriks korelasi
ini disebut sigma (∑), kemudian dibandingkan dengan matriks dari data
empiris, yang disebut matriks S. Jika teori tersebut benar (unidimensional)
maka tentunya tidak ada perbedaan antara matriks ∑ dan matriks S, atau
bisa juga dinyatakan dengan ∑ - S = 0.
4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan
chi square. Jika hasil chi square tidak signifikan (p > 0,05), maka hipotesis
nihil tersebut “tidak ditolak”. Artinya teori unidimensionalitas tersebut
dapat diterima bahwa item ataupun sub tes instrumen hanya mengukur satu
faktor saja.
5. Jika model fit, maka langkah selanjutnya menguji apakah item signifikan
atau tidak mengukur apa yang hendak di ukur, dengan menggunakan t-test.
39
Jika hasil t-test tidak signifikan maka item tersebut tidak signifikan dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sebaiknya item yang demikian di drop.
Dalam penelitian kali ini, peneliti menggunakan taraf kepercayaan 95%
sehingga item yang dikatakan signifikan adalah item yang memiliki t-
value lebih dari 1,96 (t > 1,96).
6. Terakhir, apabila dari hasil CFA terdapat item yang koefisien muatan
faktornya negatif, maka item tersebut harus di drop. Sebab hal ini tidak
sesuai dengan sifat item, yang bersifat positif (favorable). Adapun
pengujian analisis CFA seperti ini dilakukan dengan menggunakan
software LISREL 8.70.
3.3.1 Uji Validitas Kesadaran Keamanan Informasi di Dunia Maya
1. Knowledge
Peneliti menguji apakah 21 item yang ada bersifat unidimensional.
Artinya, item-item tersebut benar hanya mengukur knowledge. Setelah
dilakukan analisis CFA pertama dengan model satu faktor, dihasilkan
model tidak fit dengan Chi-Square = 706,34 , df = 189, P-Value =
0,00000, RMSEA =0.97. Namun setelah dilakukan modifikasi sebanyak
36 kali terhadap model dengan membebaskan korelasi kesalahan
pengukuran diantara item-item yang dianalisis, maka kemudian
diperoleh model fit dengan Chi-Square=181,26 , df = 153, P-Value =
0,05903, RMSEA = 0,025. Nilai Chi-Square menghasilkan P-value >
0.05 (tidak signifikan), yang artinya model satu faktor (unidimensional)
dapat diterima, bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja
40
yaitu knowledge. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran
knowledge disajikan dalam tabel 3.4.
Table 3.4
Muatan Faktor Item Knowledge
Keterangan : tanda √ = signifikan (t>1.96), × = tidak signifikan
Pada tabel 3.4 terdapat item yang memiliki t-value < 1.96 yaitu item 7, 22,
dan 61. Hal ini menunjukkan bahwa item 7, 22, dan 26 di-drop, artinya
item-item tersebut tidak diikutkan dalam analisis selanjutnya.
2. Attitude
Peneliti menguji apakah 21 yang ada bersifat unidimensional. Artinya,
item-item tersebut benar hanya mengukur attitude. Setelah dilakukan
analisis CFA pertama dengan model satu faktor, dihasilkan model tidak fit
dengan Chi-Square = 563,70, df = 189, P-Value = 0,00000, RMSEA
=0.083. Namun setelah dilakukan modifikasi sebanyak 35 kali terhadap
Item Koefisien Standard Error T Value Signifikan
1 0.16 0.07 2.42 √
4 0.16 0.07 2.39 √
7 0.09 0.07 1.24 ×
10 0.18 0.07 2.66 √
13 0.27 0.06 4.15 √
16 0.34 0.06 5.24 √
19 0.29 0.07 4.00 √
22 0.06 0.07 0.83 ×
25 0.45 0.07 6.47 √
28 0.20 0.07 3.02 √
31 0.14 0.07 2.07 √
34 0.27 0.07 3.81 √
37 0.43 0.06 6.69 √
40 0.59 0.06 9.17 √
43 0.21 0.07 3.13 √
46 0.44 0.06 3.13 √
49 0.44 0.07 6.65 √
52 0.27 0.06 4.11 √
55 0.45 0.07 6.66 √
58 0.43 0.06 6.76 √
61 -0.10 0.07 -1.53 ×
41
model dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran diantara item-
item yang dianalisis, maka kemudian diperoleh model fit dengan Chi-
Square=181,06, df = 154, P-Value = 0,06717, RMSEA = 0,025. Nilai Chi-
Square menghasilkan P-value > 0.05 (tidak signifikan), yang artinya
model satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh item
hanya mengukur satu faktor saja yaitu attitude. Koefisien muatan faktor
untuk item pengukuran attitude disajikan dalam tabel 3.5.
Table 3.5 Muatan Faktor Item Attitude
Pada tabel 3.5 terdapat item yang memiliki t-value < 1.96 yaitu item
2, 11, dan 50. Hal ini menunjukkan bahwa item 2, 11, dan 50 di-drop,
artinya item- item tersebut tidak diikutkan dalam analisis selanjutnya.
Item Koefisien Standard Error T Value Signifikan
2 0.11 0.07 1.55 ×
5 0.23 0.07 3.44 √
8 0.17 0.07 3.44 √
11 0.01 0.07 0.18 ×
14 0.43 0.07 6.53 √
17 0.29 0.07 4.46 √
20 0.19 0.07 2.92 √
23 0.24 0.07 3.66 √
26 0.21 0.07 3.15 √
29 0.38 0.07 5.61 √
32 0.20 0.07 3.06 √
35 0.46 0.07 6.92 √
38 0.40 0.07 6.14 √
41 0.51 0.06 7.99 √
44 0.67 0.06 11.02 √
47 0.26 0.07 3.73 √
50 0.10 0.07 1.37 ×
53 0.26 0.07 3.82 √
56 0.24 0.07 3.55 √
59 0.24 0.07 3.63 √
62 0.32 007 4.87 √
Keterangan: tanda √ = signifikan (t>1.96), × = tidak signifikan.
42
3. Behaviour
Peneliti menguji apakah 21 item yang ada bersifat unidimensional.
Artinya, item-item tersebut benar hanya mengukur behaviour. Setelah
dilakukan analisis CFA pertama dengan model satu faktor, dihasilkan
model tidak fit dengan Chi-Square 545,73, df = 189, P-Value = 0,00000,
RMSEA =0.081. Namun setelah dilakukan modifikasi sebanyak 24 kali
terhadap model dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran
diantara item-item yang dianalisis, maka kemudian diperoleh model fit
dengan Chi-Square=194,98, df = 165, P-Value = 0,05523, RMSEA =
0.025. Nilai Chi-Square menghasilkan P-value > 0.05 (tidak signifikan),
yang artinya model satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa
seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu behaviour. Koefisien
muatan faktor untuk item behaviour disajikan dalam tabel 3.6.
Table 3.6 Muatan Faktor Item Behaviour
Item Koefisien Standard Error T Value Signifikan
3 0.23 0.07 3.34 √
6 0.16 0.07 2.28 √
9 0.25 0.07 3.56 √
12 0.38 0.07 3.56 √
15 0.05 0.07 0.71 ×
18 0.38 0.07 5.63 √
21 -0.10 0.07 -1.38 ×
24 0.12 0.07 1.67 ×
27 0.39 0.07 5.70 √
30 0.24 0.08 3.12 √
33 0.38 0.07 5.55 √
36 -0.03 0.07 -0.46 ×
39 0.24 0.07 3.45 √
42 0.21 0.07 3.00 √
45 0.20 0.07 2.88 √
48 0.57 0.07 8.40 √
51 0.47 0.07 6.92 √
54 0.26 0.07 3.71 √
43
Pada tabel 3.6 terdapat item yang memiliki t-value < 1.96 yaitu
item 15, 21, 24, dan 36. Hal ini menunjukkan bahwa item 15, 21, 24, dan
36 di-drop, artinya item-item tersebut tidak diikutkan dalam analisis
selanjutnya.
4. Kesadaran Keamanan Informasi di Dunia Maya
Setelah melakukan uji validitas dengan Confirmatory Factor Analisist
(CFA) atau first order terhadap masing-masing dimensi kesadaran
keamanan informasi di dunia maya atau Information Security Awareness
(ISA), selanjutnya peneliti melakukan pengukuran menggunakan second
order dengan keseluruhan item dari masing-masing dimensi yaitu
Knowledge, Attitude, dan Behaviour. Total keseluruhan item tersebut
adalah 53 item dan apakah item-item tersebut ada yang bersifat
unidimensional. Artinya, item-item tersebut benar hanya mengukur model
KAB (Knowledge, Attitude, dan Behaviour) . Setelah dilakukan analisis
second order yang pertama dengan model satu faktor, dihasilkan model
tidak fit dengan Chi-Square =5411.90 df = 1332 , P-Value = 0,00000,
RMSEA =0.103. Namun setelah dilakukan modifikasi sebanyak 97 kali
terhadap model dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran
diantara item-item yang dianalisis, maka kemudian diperoleh model fit
dengan Chi-Square=1583,94, df = 1154, P-Value = 0,00000, RMSEA =
Item Koefisien Standard Error T Value Signifikan
57 0.22 0.07 2.94 √
60 0.14 0.07 2.02 √
63 0.48 0.07 7.07 √
Keterangan: tanda √ = signifikan (t>1.96), × = tidak signifikan.
Lanjutan tabel Muatan Faktor Behaviour
44
0.036. Nilai RMSEA < 0,05 yang artinya model satu faktor
(unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh item hanya mengukur satu
faktor saja yaitu kesadaran keamanan informasi di dunia maya. Koefisien
muatan faktor untuk item kesadaran keamanan informasi di dunia maya
disajikan dalam tabel 3.7.
Table 3.7 Muatan Faktor Item Kesadaran Keamanan Informasi di Dunia Maya
Dimensi Koefisien
Dimensi
Nomor
Item
Koefisien
Item
Standard
Error T Value Signifikan
Knowledge 0.15 K1 1.00 √
K2 1.62 0.32 5.06 √
K3 -0.74 0.16 -4.56 ×
K4 1.74 0.30 5.80 √
K5 1.62 0.30 5.43 √
K6 -0.14 0.10 -1.46 ×
K7 0.52 0.15 3.40 √
K8 2.28 0.40 5.67 √ K9 0.41 0.12 3.35 √
K10 0.67 0.14 4.67 √ K11 3.17 0.54 5.84 √ K12 2.86 0.48 5.90 √ K13 2.06 0.36 5.68 √
K14 2.27 0.40 5.67 √ K15 2.61 0.46 5.67 √ K16 1.36 0.23 5.80 √ K17 1.95 0.36 5.36 √ K18 3.63 0.62 5.89 √
Attitude 0.30 A19 1.00 √
A20 0.45 0.07 6.55 √ A21 1.06 0.11 9.74 √ A22 0.83 0.09 8.93 √ A23 0.23 0.06 3.83 √ A24 0.62 0.07 8.33 √
A25 0.63 0.09 6.87 √
A26 1.62 0.16 10.39 √ A27 0.51 0.08 6.36 √ A28 0.96 0.10 9.90 √ A29 1.32 0.14 9.76 √ A30 0.66 0.08 8.13 √ A31 1.75 0.16 11.13 √ A32 0.96 0.10 9.59 √ A33 1.02 0.11 8.97 √ A34 0.95 0.10 9.45 √ A35 0.65 0.07 8.89 √ A36 0.63 0.08 8.01 √
45
Behaviour 0.27 B37 1.00 √ B38 0.89 0.12 7.25 √ B39 0.57 0.10 5.56 √ B40 1.15 0.15 7.69 √ B41 1.35 0.15 8.89 √ B42 1.41 0.16 8.82 √ B43 1.00 0.12 8.10 √ B44 1.64 0.18 8.99 √ B45 1.31 0.16 8.41 √ B46 1.29 0.15 8.75 √ B47 0.39 0.09 4.31 √ B48 2.25 0.26 8.77 √ B49 1.55 0.18 8.68 √ B50 1.28 0.15 8.70 √ B51 0.98 0.12 7.87 √ B52 1.01 0.13 7.87 √ B53 1.52 0.18 8.39 √
Keterangan : tanda √ = signifikan (t>1.96), × = tidak signifikan, K= Knowledge, A=
Attitude, dan B= Behaviour.
Pada tabel 3.7 terdapat item yang memiliki t-value < 1.96 yaitu item K3
dan K6. Hal ini menunjukkan bahwa item K3 dan K6 di-drop, artinya item
tersebut tidak diikutkan dalam analisis selanjutnya.
3.3.2 Uji Validitas Kepribadian HEXACO
1. Honesty Humility
Peneliti menguji apakah empat item yang ada bersifat unidimensional.
Artinya, item-item tersebut benar hanya mengukur honesty-humility.
Setelah dilakukan analisis CFA pertama dengan model satu faktor,
dihasilkan model fit dengan Chi-Square = 1.10, df = 2, P-Value =
0,57600, RMSEA = 0,000. Nilai Chi-Square menghasilkan P-value >
0.05 (tidak signifikan), yang artinya model satu faktor (unidimensional)
dapat diterima, bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu
honesty-humility. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran
honesty-humility disajikan dalam tabel 3.8.
Lanjutan tabel Muatan Faktor Kesadaran Keamanan Informasi
46
Tabel 3.8
Muatan Faktor Item Honesty-Humility No.Item Koefisien Standard Error T Value Signifikan
2 0.16 0.21 0.74 ×
12 0.05 0.08 0.60 ×
18 1.23 1.61 0.76 ×
24 0.12 0.17 0.72 ×
Keterangan : tanda √= signifikan (t>1.96), × = tidak signifikan
Pada tabel 3.8 terdapat seluruh item memiliki t-value <1.96 dan
tidak ada item yang memiliki koefisien muatan faktor negatif. Hal ini
menunjukkan bahwa seluruh item honesty-humility tidak disertakan
dalam analisis berikutnya.
2. Emotionality
Peneliti menguji apakah empat item yang ada bersifat unidimensional.
Artinya, item-item tersebut benar hanya mengukur emotionality. Setelah
dilakukan analisis CFA pertama dengan model satu faktor, dihasilkan model
fit dengan Chi-Square = 3.09 df = 2, P-Value = 0,21350, RMSEA = 0.043.
Nilai Chi-Square menghasilkan P-value > 0.05 (tidak signifikan), yang
artinya model satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh
item hanya mengukur satu faktor saja yaitu emotionality. Koefisien muatan
faktor untuk item pengukuran emotionality disajikan dalam tabel 3.9.
Tabel 3.9
Muatan Faktor Item Emotionality
No.Item Koefisien Standard Error T Value Signifikan
5 0.58 0.11 5.26 √
11 -0.54 0.11 -5.14 ×
17 0.30 0.08 3.62 √
23 0.24 0.08 2.90 √
Keterangan : tanda √ = signifikan (t>1.96), × = tidak signifikan
47
Pada tabel 3.9 terdapat item yang memiliki t-value < 1.96 yaitu
item 11. Hal ini menunjukkan bahwa item 11 di-drop, artinya item tersebut
tidak diikutkan dalam analisis selanjutnya.
3. Extraversion
Peneliti menguji apakah empat item yang ada bersifat unidimensional.
Artinya, item-item tersebut benar hanya mengukur extraversion. Setelah
dilakukan analisis CFA pertama dengan model satu faktor, dihasilkan model
tidak fit dengan Chi-Square = 8,35 df = 2, P-Value = 0,01538, RMSEA =
0,105. Namun setelah dilakukan modifikasi sebanyak satu kali ter hadap
model dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran diantara item-
item yang dianalisis, maka kemudian diperoleh model fit dengan Chi-Square
= 0,92, df = 1, P-Value = 0,33661, RMSEA = 0,000. Nilai Chi-Square
menghasilkan P-value > 0.05 (tidak signifikan), yang artinya model satu
faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh item hanya mengukur
satu faktor saja yaitu extraversion. Koefisien muatan faktor untuk item
pengukuran extraversion disajikan dalam tabel 3.10
Tabel 3.10
Muatan Faktor Item Extraversion
No.Item Koefisien Standard Error T Value Signifikan
4 0.36 0.09 3.94 √
10 0.33 0.09 3.79 √
16 1.10 0.22 4.92 √
22 -0.05 0.05 -0.85 ×
Keterangan : tanda √ = signifikan (t>1.96), × = tidak signifikan
Pada tabel 3.10 terdapat satu item (item 22) yang memiliki t-value
<1.96 dan memiliki koefisien muatan faktor negatif. Hal ini menunjukkan
48
bahwa satu item (item 22) dalam dimensi extraversion dikeluarkan untuk
analisis selanjutnya.
4. Agreeableness
Peneliti menguji apakah empat item yang ada bersifat unidimensional.
Artinya, item-item tersebut benar hanya mengukur agreeableness. Setelah
dilakukan analisis CFA pertama dengan model satu faktor, dihasilkan model
fit dengan Chi-Square = 0.53 , df = 2, P-Value = 0,0.76570, RMSEA = 0,
000. Nilai Chi-Square menghasilkan P-value > 0.05 (tidak signifikan), yang
artinya model satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh
item hanya mengukur satu faktor saja yaitu agreeableness. Koefisien muatan
faktor untuk item pengukuran agreeableness disajikan dalam tabel 3.11.
Tabel 3.11
Muatan Faktor Item Agreeableness No.Item Koefisien Standard Error T Value Signifikan
3 0.37 0.16 2.28 √
9 0.30 0.14 2.16 √
15 0.15 0.12 1.29 ×
21 0.29 0.14 2.14 √
Keterangan : tanda √ = signifikan (t>1.96), × = tidak signifikan
Pada tabel 3.11 terdapat satu item (item 15) yang memiliki t-value
<1.96 dan tidak ada item yang memiliki koefisien muatan faktor negatif.
Hal ini menunjukkan bahwa ada satu item (item 15) agreeableness yang
dikeluarkan untuk pengukuran selanjutnya.
5. Conscientiousness
Peneliti menguji apakah empat item yang ada bersifat unidimensional.
Artinya, item-item tersebut benar hanya mengukur conscientiousness.
Setelah dilakukan analisis CFA pertama dengan model satu faktor,
49
dihasilkan model tidak fit dengan Chi-Square = 11,33, df = 2, P-Value =
0,00347, RMSEA = 0,127 . Namun setelah dilakukan modifikasi sebanyak
satu kali terhadap model dengan membebaskan korelasi kesalahan
pengukuran diantara item-item yang dianalisis, maka kemudian diperoleh
model fit dengan Chi-Square = 1.49, df = 2, P-Value = 0,47510, RMSEA
= 0,000. Nilai Chi-Square menghasilkan P-value > 0.05 (tidak signifikan),
yang artinya model satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa
seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu conscientiousness.
Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran conscientiousness
disajikan dalam tabel 3.12.
Tabel 3.12
Muatan Faktor Item Conscientiousness
No.Item Koefisien Standard Error Nilai t Signifikan
2 0.35 0.06 6.01 8 0.16 0.06 2.76
14 0.97 0.04 22.84 20 0.04 0.06 0.06 ×
2 0.35 0.06 6.01
Keterangan : tanda √= signifikan (t>1.96), × = tidak signifikan
Pada tabel 3.12 terdapat item yang memiliki t-value < 1.96 yaitu
item 20. Hal ini menunjukkan bahwa item 20 di-drop, artinya item tersebut
tidak diikutkan dalam analisis selanjutnya.
6. Openness to Experience
Peneliti menguji apakah lima item yang ada bersifat unidimensional.
Artinya, item-item tersebut benar hanya mengukur openness to experience.
Setelah dilakukan analisis CFA pertama dengan model satu faktor,
dihasilkan model tidak fit dengan Chi-Square = 10.03, df = 2, P-Value =
50
0,00665, RMSEA = 0,118. Namun setelah dilakukan modifikasi sebanyak
satu kali terhadap model dengan membebaskan korelasi kesalahan
pengukuran diantara item-item yang dianalisis, maka kemudian diperoleh
model fit dengan Chi-Square = 0.23, df = 1, P-Value = 0.63083, RMSEA =
0,000. Nilai Chi-Square menghasilkan P-value > 0.05 (tidak signifikan),
yang artinya model satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa
seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu openness to experience.
Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran openness to experience
disajikan dalam tabel 3.19.
Tabel 3.13
Muatan Faktor Item Openness to Experience No.Item Koefisien Standard Error Nilai t Signifikan
1 0.14 0.07 1.93 ×
7 0.33 0.09 3.90 √
13 0.42 0.10 4.32 √
19 0.85 0.17 5.05 √
Keterangan : tanda √ = signifikan (t>1.96), × = tidak signifikan
Pada tabel 3.13 terdapat item yang memiliki t-value < 1.96 yaitu
item 1. Hal ini menunjukkan bahwa item 1 di-drop, artinya item tersebut
tidak diikutkan dalam analisis selanjutnya.
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang akan peneliti gunakan dalam rangka menguji hipotesis
penelitian adalah multiple regression analysis atau yang dikenal dengan metode
analisis regresi berganda yaitu suatu metode yang digunakan untuk menguji
signifikan atau tidaknya pengaruh dari sekumpulan variabel bebas atau
51
independen terhadap variabel dependen. Berikut ini adalah persamaan regresi
yang digunakan dalam penelitian ini (Alawiyah, 2015) :
Y=a+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+b6X6+b7X7 +e
Keterangan:
Y = Kesadaran Keamanan Informasi
A = konstanta/intercept
b = koefisien regresi
X1 = Emotionality
X2 = Extraversion
X3 = Agreeableness
X4 = Conscientiousness
X5 = Openness to Experience
X6 = Pengalaman Training
X7 = Jenis Kelamin
e = Residu
Analisis dilakukan dengan data yang sudah ditransformasi ke dalam true
score. Dalam hal ini, true score adalah faktor yang diukur dengan menggunakan
software SPSS dengan menggunakan item yang valid. Tujuan dari true score
adalah agar koefisien regresi tidak mengalami underestimated (koefisien regresi
yang terhitung lebih rendah dari yang seharusnya sehingga tidak signifikan).
Dalam analisis regresi berganda, besarnya proporsi varians masing-masing DV
yang dipengaruhi oleh bervariasinya seluruh IV yang bisa diukur dengan rumus
R², dimana (Alawiyah, 2015) :
jumlah kuadrat regresi
jumlah kuadrat total
Uji R² diuji untuk membuktikan apakah penambahan varians dari
independent variabel satu per satu signifikan atau tidak penambahannya.
Berikutnya untuk membuktikan apakah regresi Y dan X signifikan atau tidak,
= = SSreg SSy R²
52
maka dapat diuji dengan menggunakan uji F. untuk membuktikan hal tersebut
digunakan rumus berikut (Alawiyah, 2015) :
R²
(1- R²)/ (N-k-1)
Dimana pembilang disini adalah R² dengan df-nya (dilambangkan k), yaitu
banyaknya IV yang dianalisis, sedangkan penyebutnya (1- R²) dibagi dengan df-
nya N-k-1 dimana N adalah ukuran sampel. Dari hasil uji F yang dilakukan
nantinya, dapat dilihat apakah IV yang diujikan memiliki pengaruh terhadap DV.
Untuk menguji apakah pengaruh yang diberikan predictor variabel
signifikan terhadap outcoume variabel, maka penulis melakukan uji t dengan
rumus :
ti=
Dimana adalah koefisien regresi untuk IV (i) dan adalah standar
deviasi sampling dari Hasil uji t ini akan diperoleh dari hasil regresi yang akan
dilakukan oleh peneliti nantinya. Adapun seluruh perhitungan penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan program SPSS 20.
= F
53
Responden Penelitian Jumlah Persentase
Usia
14 3 1,2%
15 90 34,9%
16 92 35,7%
17 45 17,4%
18 26 10,1%
19 2 0,8%
Jenis Kelamin
Pria 88 34,1%
Wanita 170 65,9%
Jenis Lembaga Pendidikan
SMA 147 57%
SMK 62 24%
MA 49 19%
Kelas
10 169 65,5%
11 32 12,4%
12 57 22,1%
Wilayah
Jakarta 82 31,8%
Bogor 50 19,4%
Depok 44 17,1%
Tangerang 46 17,8%
Bekasi 36 14%
Pengalaman Training
Pernah Mengikuti 106 41,1%
Belum Pernah Mengikuti 152 58,9%
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Responden Penelitian
Populasi penelitian ini adalah siswa/i SMA sederajat se-Jabodetabek. Responden
dalam penelitian ini berjumlah 290 siswa/i. Namun, dikarenakan terdapat missing
value dalam beberapa variabel, peneliti memutuskan untuk menggunakan metode
liswise dalam menanggulanginya. Metode liswise adalah metode untuk mengatasi
missing value atau data yang hilang, sehingga jika terdapat satu nilai yang hilang,
maka keseluruhan data responden tersebut akan dihapus dari analisis (Allison,
2001). Oleh sebab itu data yang digunakan dalam analisis selanjutnya pada
penelitian ini hanya berjumlah 258. Berikut adalah gambaran perilaku dan
gambaran demografis responden berjumlah 258 pada tabel 4.1.
Tabel 4.1.
Gambaran responden penelitian (N=258)
54
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa usia responden yang mendominasi
pada penelitian ini adalah usia antara 16 tahun dengan persentase 35,7% atau
sebanyak 92 siswa. Data responden menurut jenis kelamin menunjukkan wanita
mendominasi dengan jumlah responden sebanyak 170 responden dengan
persentase 65,9%. Sedangkan responden pria yang terlibat dalam penelitian ini
berjumlah 88 responden dengan persentase 34,1%. Lembaga pendidikan
responden yang mendominasi adalah tingkat Sekolah Menengah Atas dengan
persentase 57% atau sejumlah 147 responden berasal dari Sekolah Menengah
Atas. Selain itu kelas yang mendominasi adalah kelas sepuluh dengan persentase
65,5% atau sejumlah 169 responden. Wilayah yang mendominasi adalah Jakarta
dengan persentase 31,8% atau sejumlah 82 responden. Jumlah responden yang
sudah mengikuti training adalah 41,1% atau sejumlah 106 responden.
4.2 Deskripsi Data
Skor-skor yang digunakan dalam proses analisis merupakan factor score yang
dihitung dengan metode maximum likelihood. Hal ini untuk menghilangkan
estimasi bias dari kesalahan pengukuran dan memudahkan dalam
membandingkan antara skor hasil pengukuran dari setiap variabel-variabel yang
diteliti.
Setelah dihitung factor score dari masing-masing variabel, maka dicari
nilai T Score dari masing-masing variabel. Secara teknis komputasinya adalah
dengan cara melakukan transformasi dari factor score menjadi T Score. Nilai
mean ditetapkan = 50 dan standard deviasi=10.
55
Selanjutnya untuk menjelaskan gambaran umum tentang statistik
deskriptif dan variabel-variabel dalam penelitian ini, indeks yang menjadi
patokan adalah mean, median, standard deviation (SD), minimum, dan maximum
dari masing-masing variabel. Nilai tersebut disajikan dalam tabel 4.2.
4.2.1 Deskripsi Statistik
Tabel 4.2
Deskripsi statistik variabel penelitian
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Kesadaran
Keamanan Informasi
258 21.45 78.24 50.0342 8.81241
Emotionality 258 33.74 65.56 50.0877 6.60773
Extraversion 258 18.27 63.53 50.1351 9.85635
Agreeableness 258 38.42 68.74 50.0133 4.38535
Conscientiousness 258 25.82 71.28 50.3517 9.77858
Openness to
Experience
258 20.23 61.78 49.9183 7.79337
Valid N (listwise) 258
Pada tabel 4.2 telah disajikan skor nilai dari setiap variabel penelitian.
Data pada tabel tersebut merupakan penjelasan mengenai gambaran umum
deskripsi statistik dari variabel-variabel yang diteliti dengan indeks yang dijadikan
acuan dalam perhitungan ini adalah skor mean, standard deviation (SD),
minimum, dan maximum, dari setiap variabel penelitian.
Dependen variabel yaitu kesadaran keamanan informasi di dunia maya
memiliki skor terendah 21.45, skor tertinggi 78.24 dan standar devisiasi 8.81241.
Variabel emotionality memiliki skor terendah 33.74, skor tertinggi 65.56, dan
standar deviasi 6.60773. Variabel extraversion memiliki skor terendah 18.27, skor
tertinggi 63.53 dan standar deviasi 9.85635. Variabel agreeableness memiliki skor
56
terendah 38,42, skor tertinggi 68.74, dan standar deviasi 4.38535. Variabel
conscientiousness memiliki skor terendah 25.82, skor tertinggi 71.28, dan standar
deviasi 9.77858. Variabel openness to experience memiliki skor terendah 20.23,
skor tertinggi 61.78, dan standar deviasi 7.79337.
4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian
Kategorisasi variabel bertujuan untuk menempatkan individu ke dalam beberapa
kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut satuan kontinum. Kontinum
jenjang contohnya dari rendah ke tinggi yang akan digunakan dalam kategorisasi
penelitian ini.
Tabel 4.3
Norma kategorisasi skor variabel penelitian Kategorisasi Norma
Rendah X < Mean
Tinggi X > Mean
Setelah kategorisasi norma tersebut, selanjutnya akan dijelaskan perolehan
nilai persentase kategorisasi untuk variabel dalam penelitian ini. Variabel-variabel
tersebut adalah kesadaraan keamanan infromasi di dunia maya, emotionality,
extraversion, agreeableness, constiousness, dan openness to experience yang
ditampilkan pada tabel 4.4
Table 4.4.
Kategorisasi skor variabel penelitian
Variabel Frekuensi
Rendah Tinggi
Kesadaran Kemanan Informasi di Dunia Maya 126 (48.8%) 132 (51.2%)
Emotionality 130 (50.4%) 128 (49.6%)
Extraversion 191 (74%) 67 (26%)
Agreeableness 106 (41.1%) 152 (58.9%)
Consciousness 114 (44.2%) 144 (55.8%)
Openness to Experience 166 (64.3%) 92 (35.7%)
57
Berdasarkan table 4.4 variabel kesadaran keamanan informasi para siswa/I
SMA sederajat se-Jabodetabek cederung tinggi, kemudian variabel emotionality
juga cenderung tinggi, extraversion cenderung rendah, agreeableness cenderung
tinggi, consciousness cenderung tinggi, dan openness to experience cenderung
rendah.
4.4 Hasil Uji Hipotesis
4.4.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian
Pada tahap ini penulis menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi
berganda dengan menggunakan software SPSS 20. Seperti yang sudah
disebutkan pada bab tiga, dalam regresi ada tiga hal yang dilihat yaitu melihat
besaran R square untuk mengetahui berapa persen (%) varians dependent
variabel (DV) yang dijelaskan oleh independent variabel (IV), kemudian
terakhir melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari masing-masing
independent variabel (IV).
Table 4.5
R square
Model R R Square Adjusted R Square
1 .384a .148 .124
Pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa diperoleh R square sebesar 0.148
atau 14,8%. Artinya pengaruh proporsi kepribadian HEXACO (Honesty
Humility,Emotionality, Extraversion, Agreeableness, Conscientiousness, dan
Openness to Experience), pengalaman training, dan jenis kelamin terhadap
kesadaran keamanan informasi di dunia maya sebesar 14,8 %, sedangkan
85,2% sisanya diperngaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini.
Predictors: (Constant), Jenis Kelamin, Agreeableness, Pengalaman Training, Extraversion,
Conscientiousness, Emotionality, Openness to experience.
58
Langkah kedua peneliti menganalisis pengaruh dari keseluruhan
variabel terhadap kesadaran keamanan informasi di dunia maya. Berdasarkan
uji F pada tabel 4.6, dapat dilihat bahwa uji F sebesar 6,180 dengan sig .000
(sig < 0,05), maka hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada pengaruh yang
signifikan antara variabel kepribadian HEXACO (Honesty Humility,
Emotionality, Extraversion, Agreeableness, Conscientiousness, dan Openness
to Experience) terhadap kesadaran keamanan informasi di dunia maya
ditolak. Artinya, ada pengaruh yang signifikan secara bersama-sama dari
variabel kepribadian HEXACO (Honesty Humility,Emotionality, Extraversion,
Agreeableness, Conscientiousness, dan Openness to Experience), pengalaman
training, dan jenis kelamin terhadap kesadaran keamanan infromasi di dunia
maya.
Tabel 4.6
Signifikansi Uji Regresi Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Regression 2944.169 7 420.596 6.180 .000b
Residual 17014.099 250 68.056
Total 19958.268 257
a. Dependent Variabel: Kesadaran Keamanan Informasi di Dunia Maya
b. Predictors:(Constant), Jenis Kelamin, Agreeableness, Pengalaman Training, Extraversion,
Conscientiousness, Emotionality, Openness to Experience.
Langkah selanjutnya, peneliti melihat koefisien regresi dari masing-
masing independent variabel (IV). Jika sig <0,05 maka koefisien regresi
tersebut signifikan yang berarti variabel independen tersebut memiliki
pengaruh terhadap kesadaran keamanan informasi di dunia maya.
59
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 20.281 8.543 2.374 .018
Emotionality .049 .082 .037 .604 .546
Extraversion .109 .056 .122 1.956 .052
Agreeableness .126 .122 .063 1.028 .305
Conscientiousness -.017 .054 -.019 -.324 .746
Openness to Experience .272 .071 .241 3.823 .000*
Pengalaman Training 1.620 1.059 .091 1.530 .127
Jenis Kelamin 2.839 1.123 .153 2.527 .012*
Dependent Variabel: Kesadaran Keamanan Informasi di Dunia Maya
Keterangan signifikan (*)
Tabel 4.7
Koefisien regresi independent variabel (IV) terhadap dependent variabel (DV)
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dipaparkan persamaan regresi sebagai
berikut: Kesadaran keamanan informasi di dunia maya = 20.281 + 0,049 *
emotionality + 0,109 * extraversion + 0,126 * agreeableness – 0,017 *
conscientiousness + 0,272 * openness to experience + 1,620 * pengalaman
training + 2,839 *jenis kelamin +e.
Untuk melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi yang
dihasilkan dengan melihat nilai sig tabel 4.7, jika sig < 0,05 maka pengaruh
koefisien regresi dihasilkan bernilai signifikan terhadap kesadaran keamanan
informasi di dunia maya dan begitupun sebaliknya. Pada tabel 4.7 terdapat dua
koefisien regresi yang signifikan, yaitu openness to experience 0,000 dan
jenis kelamin 0,012. Sedangkan variabel lainnya menghasilkan koefisien
regresi yang tidak signifikan. Hal ini berarti dari delapan hipotesis minior
hanya dua saja yang signifikan. Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang
diperoleh pada masing-masing independent variabel adalah sebagai berikut :
60
1. Emotionality
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,037 dan signifikansi sebesar
0,546 (sig > 0,05). Hal ini bermakna H02 yang menyatakan “tidak ada
pengaruh yang signifikan dari emotionality terhadap kesadaran keamanan
informasi di dunia maya” diterima. Dapat diartikan bahwa emotionality
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kesadaran keamanan
informasi di dunia maya.
2. Extraversion
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,122 dan signifikansi sebesar
0,052 (sig > 0,05) . Hal ini bermakna H03 yang menyatakan “tidak ada
pengaruh yang signifikan dari extraversion terhadap kesadaran keamanan
informasi di dunia maya” diterima. Dapat diartikan bahwa extraversion
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kesadaran keamanan
informasi di dunia maya.
3. Agreeableness
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,063 dan signifikansi sebesar
0,305 (sig > 0,05) . Hal ini bermakna H04 yang menyatakan “tidak ada
pengaruh yang signifikan dari agreeableness terhadap kesadaran
keamanan informasi di dunia maya” diterima. Dapat diartikan bahwa
agreeableness tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kesadaran
keamanan informasi di dunia maya.
61
4. Conscientiousness
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,019 dan signifikansi sebesar
0,746 (sig > 0,05). Hal ini bermakna H05 yang menyatakan “tidak ada
pengaruh yang signifikan dari conscientiousness terhadap kesadaran
keamanan informasi di dunia maya” diterima. Dapat diartikan bahwa
conscientiousness tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kesadaran
keamanan informasi di dunia maya.
5. Openness to Experience
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,241 dan signifikansi sebesar
0,000 (sig < 0,05). Hal ini bermakna H06 yang menyatakan “tidak ada
pengaruh yang signifikan dari openness to experience terhadap kesadaran
keamanan informasi di dunia maya” ditolak. Artinya terdapat pengaruh
signifikan dari openness to experience terhadap kesadaran keamanan
informasi di dunia maya. Koefisien bertanda positif artinya semakin tinggi
openness to experience maka semakin tinggi kesadaran keamanan
informasi di dunia maya.
6. Pengalaman Training
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,091 dan signifikansi sebesar
0,127 (sig > 0,05) Hal ini bermakna H07 yang menyatakan “tidak ada
pengaruh yang signifikan dari pengalaman training terhadap kesadaran
keamanan informasi di dunia maya” diterima. Dapat diartikan bahwa
pengalaman training tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kesadaran keamanan informasi di dunia maya.
62
7. Jenis Kelamin
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,153 dan signifikansi sebesar
0,012 (sig < 0,05). Hal ini bermakna H08 yang menyatakan “tidak ada
pengaruh yang signifikan dari jenis kelamin terhadap kesadaran keamanan
informasi di dunia maya” ditolak. Artinya terdapat pengaruh signifikan
dari jenis kelamin terhadap kesadaran keamanan informasi di dunia maya.
Koefisien bertanda positif artinya ada perbedaan jenis kelamin perempuan
tinggi maka kesadaran keamanan informasi di dunia maya semakin tinggi.
Ada perbedaan jenis kelamin laki-laki rendah, maka kesadaran keamanan
informasi di dunia maya juga rendah.
4.4.2 Pengujian Proposi Varian DV yang disebabkan masing-masing IV
Selanjutnya dianalisis bagaimana proporsi varians dari masing-masing
independent variabel (IV) terhadap kesadaran keamanan informasi di dunia maya.
Pada tabel 4.8, akan diketahui proporsi varian masing-masing IV dari kolom R-
square change, kemudian kolom F change adalah hasil uji F dari setiap IV,
sementara pada kolom Sig. F change adalah untuk melihat signifikan atau
tidaknya hasil uji F yang telah dilakukan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel 4.8.
Tabel 4.8
Proporsi varian masing-masing Kesadaran Keamanan Informasi di Dunia
Maya yang Dijelaskan masing-masing independent variabel (IV)
Model R R
Square
Adjusted R
Square
Change Statistics Sig. F
Change R Square
Change
F
Change
Emotionality .042a .002 -.002 .002 .459 .499
Extraversion .230b .053 .045 .051 13.720 .000*
Agreeableness .250c .062 .051 .010 2.638 .106
Consciousness .250d .063 .048 .000 .004 .948
Openness to
Experience .346
e .120 .102 .057 16.389 .000*
Pengalaman Training .355f .126 .105 .006 1.718 .191
Jenis Kelamin .384g .148 .124 .022 6.385 .012*
63
Keterangan : Untuk hasil proporsi varian masing-masing Kesadaran Keamanan
Informasi di Dunia Maya yang Dijelaskan masing-masing independent variabel
(IV) secara lengkap ada di lampiran.
Penjelasan proporsi varian masing-masing Kesadaran Keamanan Informasi di
Dunia Maya yang Dijelaskan masing-masing independent variabel (IV) dari tabel 4.8
adalah sebagai berikut :
1. Variabel emotionality memberikan sumbangan sebesar 0,002 atau 0,2%
dengan sig. F change = 0,499, sumbangan tersebut tidak signifikan.
2. Variabel extraversion memberikan sumbangan sebesar 0,051 atau 5,1%
dengan sig. F change = 0,000, sumbangan tersebut signifikan.
3. Variabel agreeableness memberikan sumbangan sebesar 0,010 atau 1%
dengan sig. F change = 0,106, sumbangan tersebut tidak signifikan.
4. Variabel continousness memberikan sumbangan sebesar 0,000 atau 0%
dengan sig. F change = 0,948, sumbangan tersebut tidak signifikan.
5. Variabel openness to experience memberikan sumbangan sebesar 0,057 atau
5,7% dengan sig. F change 0,000, sumbangan tersebut signifikan.
6. Variabel pengalaman training memberikan sumbangan sebesar 0,006 atau
0,6% dengan sig. F change 0,191, sumbangan tersebut tidak signifikan.
7. Variabel jenis kelamin memberikan sumbangan sebesar 0,022 atau 2,2%
dengan sig.F change 0,012, sumbangan tersebut signifikan.
64
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti sampaikan pada bab empat, maka
kesimpulan dalam penelitian ini adalah “terdapat pengaruh yang signifikan secara
bersama-sama variabel kepribadian HEXACO, pengalaman training, dan jenis
kelamin terhadap kesadaran keamanan informasi di dunia maya”.
Berdasarkan hasil uji hipotesis minor dari signifikansi masing-masing
independent variabel (IV) terhadap kesadaran keamanan informasi di dunia maya,
bahwa dihasilkan terdapat dua variabel yang nilai koefisien regresinya signifikan,
yaitu openness to experience dan jenis kelamin. Untuk jenis kelamin yang
memiliki tingkat kesadaran keamanan informasi di dunia maya yang lebih tinggi
adalah wanita dibandingkan dengan laki-laki. Kemudian ditemukan juga dalam
penelitian ini selain dua variabel tersebut, enam variabel lainnya tidak signifikan
terhadap kesadaran keamanan informasi di dunia maya. Enam variabel terebut
adalah honesty humility, emotionality, extraversion, agreeableness,
conscientiousness, dan pengalaman training.
Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah dikemukakan pada bab empat,
bahwa dari dimensi kepribadian HEXACO (honesty humility, emotionality,
extraversion, agreeableness, conscientiousness, dan openness to experience),
pengalaman training, dan jenis kelamin memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kesadaran keamanan informasi di dunia maya yakni dengan besar
65
sumbangan sebesar 14.8% dan sisanya sebesar 82.5% dapat dipengaruhi oleh
faktor lain.
5.2 Diskusi
Kesadaran keamanan informasi di dunia maya pada siswa/I SMA sederajat se-
Jabodetabek dengan jumlah responden sebanyak 290 siswa/I menghasilkan
temuan bahwa tingkat kesadaran keamanan informasi pada siswa/I SMA sederajat
tidak begitu berbeda antara yang tingkat kesadaran keamanan informasi di dunia
mayanya tinggi dan rendah. Masih bisa dikatakan tinggi dikarenakan nilai
persentasenya adalah 46,5% namun tidak ada rentang yang begitu jauh antara nilai
rendah dan tinggi, hanya selisih tujuh poin saja. Hal ini bertolak belakang dengan
hasil penelitian di Turkey (Tekerek & Tekerek, 2013) yang mengukur tingkat
kesadaran keamanan informasi pada siswa/I SD (649 dan 1.506 siswa/i) dan
SMA (249 siswa/i). Hasil dari penelitian tersebut bahwa siswa/i di
Kahramanmars, Turkey memiliki tingkat kesadaran keamanan informasi di dunia
maya yang rendah.
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang signifikan, yaitu openness
to experience dan jenis kelamin. Variabel openness to experience berpengaruh
secara positif dan signifikan terhadap kesadaran keamanan infromasi di dunia
maya. Hal ini sejalan dengan penelitian Mc.Cormac, Zwaans, Parson, Calic,
Butavicius, dan Pattinson (2017) yang menunjukkan bahwa variabel openness to
experience berkorelasi secara positif dan signifikan dengan kesadaran keamanan
informasi di dunia maya. Disisi lain juga terdapat penelitian yang menunjukkan
bahwa openness to experience tidak signifikan (Shropshire, Warkentin & Sharma,
66
2015). Hal tersebut sangat menarik untuk dilakukan diskusi, salah satu menjadi
faktor adalah adanya perbedaan sampel antara para penelitian sebelumnya yang
mempunyai sampel pekerja dan mahasiswa, sedangkan sampel yang dimiliki
peneliti saat ini adalah siswa/ I SMA sederajat.
Oleh sebab itu individu yang memiliki nilai openness to experience yang
tinggi cenderung memiliki nilai menghargai estetika, rasa ingin tahu yang tinggi,
kreatif, dan berpikir ke depan lebih tinggi dibandingkan dengan kepribadian
lainnya. Sehingga individu yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, berpikir ke
depan atau pemikirannya terbuka sehingga membuat individu tersebut merasa
lebih sadar terhadap keamanan informasi di dunia maya. Terlebih salah satu
karakteristik remaja menurut Santrock (2012) adalah memiliki rasa ingin tahu
yang tinggi. Ketika dilihat dalam observasi peneliti terhadap remaja, memang saat
ini banyak sekali remaja yang lebih kreatif mencari berbagai informasi, bukan
hanya dari lembaga sekolah saja melainkan melalu Google atau berbagai website.
Oleh sebab itu remaja yang memiliki kepribadia openness to experience yang
tinggi akan memilki tingkat kesadaran keamanan informasi di dunia maya yang
tinggi juga.
Kemudian variabel kedua yang signifikan adalah jenis kelamin. Pada
penelitian ini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesadaran keamanan
informasi di dunia maya. Pada penelitian ini terdapat 100 laki-laki dan 190
perempuan. Hasil ini berbeda dengan kebanyakan penelitian, seperti yang
diungkapkan oleh Filippidis, Hilas, Filippidis, dan Politis (2018) yang
menyatakan bahwa jenis kelamin tidak memaninkan peran secara signifikan
67
terhadap kesadaran keamanan informasi di dunia maya, kecuali di Malaysia.
Berdasarkan penelitian Aliyu, Abdallah, Lasisi, Diyar, dan Zeki (2010) terdapat
perbedaan tingkat kesadaran keamanan informasi di dunia maya pada laki-laki
dan perempuan mahasiswa di Malaysia. Pada penelitian tersebut ditemukan
bahwa laki-laki memiliki tingkat kesadaran keamanan informasi di dunia maya
yang lebih rentan terhadap perempuan.
Sedangkan, pada penelitian ini ditemukan bahwa perempuan memiliki
tingkat kesadaran keamanan informasi di dunia maya yang lebih tinggi
dibandingkan dengan laki-laki. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Hajli dan
Lin (2016) menemukan bahwa wanita menempatkan signifikansi yang jauh lebih
besar pada kontrol yang dirasakan dan risiko dalam mengatur privasi ketika
berbagi informasi di dunia maya.
Pada variabel emotionality, dimensi lain dari kepribadian HEXACO ini
memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap kesadaran keamanan informasi
di dunia maya. Variabel extraversion dimensi lain kepribadian HEXACO ini juga
memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap kesadaran keamanan informasi
di dunia maya.
Variabel agreeableness dan conscientiousness juga merupakan dimensi
dalam kepribadian HEXACO yang memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap
kesadaran keamanan informasi. Hal tersebut bertolak belakang dengan penelitian
sebelumnya (Mc.Cormac, Zwaans, Parson & Dragana, 2017; Zwaans, Parsons,
Calic, Butavicius, & Pattinson, 2016; Shropshire, Warkentin & Sharma, 2015)
yang menggunakan kepribadian Big Five, bahwa agreeableness dan
68
conscientiousness memiliki pengaruh dan signifikan terhadap kesadaran
keamanan informasi di dunia maya tersebut.
Pada variabel pengalaman training memiliki pengaruh yang tidak
signifikan terhadap kesadaran keamanan informasi. Hal tersebut bertolak belakang
dengan peneliti (Farooq, Isoaho, Virtanen, dan Isoaho,2015 ; Kim 2014; Veseli
2011 ; Stephanou, 2009), bahwa dalam penelitian tersebut pengalaman training
signifikan terhadap kesadaran keamanan informasi yang memang sampel dari
penelitian tersebut adalah mahasiswa dan pekerja. Alasan peneliti memilih
variabel tersebut dikarenakan mengikuti saran dari penelitian-penelitian
sebelumnya yang menganggap dengan adanya training informasi/data pribadi di
dunia aya dapat membantu meningkatan pengetahuan atau knowledge seseorang.
Hasil yang tidak signifikan dapat dilihat juga dengan konteks di Indonesia sendiri
yang belum memiliki undang-undang perlindungan data pribadi, kemudian belum
tersosialisasikan dengan baik edukasi melalui training yang berkala dilakukan ke
sekolah-sekolah.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Bapak Ardi Suteja (Ketua
Indonesia Cyber Security Forum) pada 6 Juni 2018. Beliau menjelaskan bahwa
kegiatan training di Indonesia masih belum efektif dan tidak terarah dikarenakan
trainer bukan orang yang ahli dibidang information security. Sehingga itu dapat
menjadi kemungkinan alasan dibalik ketidakan signifikannya kesadaran keamanan
informasi di dunia maya pada siswa/I SMA sederajat di Jabodetabek. Tetapi
bertolak belakang juga dengan Kominfo (2016), bahwa pemerintah saat ini sedang
mencari generasi muda untuk terlibat dalam program literasi digital. Karena
69
dengan training atau program dalam meningkatkan kesadaran keamanan
informasi bertujuan untuk mengubah perilaku manusia.
Ada empat langkah untuk pelatihan yang efektif: perencanaan,
pengorganisasian, penerapan, dan evaluasi (Vincent dan Ross, 2001). Fase
perencanaan meliputi penilaian kebutuhan, promosi program pelatihan, dan
pemilihan pelatih atau trainer. Dalam mengorganisir pelatihan, isi dari pelatihan
seharusnya ditentukan untuk memasukkan tujuan, strategi instruksional, teori
pembelajaran, rencana pelajaran, dan program pelatihan atau kurikulum secara
keseluruhan yang disesuaikan dengan sasaran pembelajaran. Pembelajaran
sebenarnya terjadi pada fase implementasi dengan presentasi, penjelasan dan
interaksi antara pelatih dan peserta pelatihan. Terakhir, dianjurkan memiliki
evaluasi untuk akuntabilitas dan peningkatan produktivitas.
Dalam forum diskusi yang diikuti oleh peneliti yang diadakan oleh ICT
Watch pada 12 Maret 2018, bahwa kegiatan training atau bentuk sosialisasi
untuk meningkatkan kesadaran keamanan informasi di dunia maya terbatas
dilakukan untuk kalangan para pengusaha e commerce atau dari kalangan dewasa
awal hingga akhir, sedangkan belum dilaksanakannya untuk kalangan remaja.
Tetapi di berbagai instansi swasta seperti sudah diadakan program yang dalam
meningkatkan kesadaran keamanan informasi di dunia maya yang melibatkan
remaja, seperti Duta Internet, Gerakan Literasi Digital, dan program Internet
BAIK yang diadakan Telkomsel.
Sedangkan di negara lain, seperti Inggris memiliki The Devil's In Your
Details, kampanye untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya melindungi
70
informasi pribadi dan VOME (Visualisation and Other Methods of Expression),
merupakan suatu program untuk mengeksplorasi bagaimana komunitas pengguna
terlibat dengan konsep privasi informasi dan persetujuan dalam interaksi online.
Selain itu Australia memiliki program Smart Online, Save Offline (SOSO) untuk
membidik anak-anak dan remaja secara langsung tentang bahaya yang ada secara
online dan bagaimana caranya mereka bisa mengatur keamanan pribadi mereka.
Canada memiliki program Get Cyber Safe, merupakan kampanye kesadaran
publik secara nasional untuk mendidik masyarakat di Canada tentang kemanan
internet dan berisi langkah sederhana untuk melindungi diri mereka. Afrika
memiliki program Parents Corner yaitu upaya yang dilakukan kordinasi oleh
pemerintah, industri, dan masyarakat sipil untuk mendidik anak dan orang tua di
dunia maya (Bada & Sasse, 2014).
Selanjutnya untuk variabel honesty humility pada penelitian ini ketika
dilakukan uji validitas atau Confirmatory Factor Analysis (CFA) keempat item
memiliki nilai t value dibawah 1,96. Yaitu 0.74, 0.60, 0.76, dan 0.72. Sehingga
menyebabkan keempat item tersebut harus di drop atau bisa dikatakan dimensi
honesty humility tidak diikut sertakan pada analisis regresi, karena model item
tersebut tidak fit. Hal tersebut serupa dilakukan pada penelitian Zwaans, Parsons,
Calic, Butavicius, dan Pattinson (2016) bahwa variabel extraversion tidak
dimasukkan ke analisis regresi disebabkan seluruh item tidak ada yang fit. Namun
dalam penelitian tersebut menggunakan kontsruk Big Five.
71
5.3. Saran
Berdasarkan proses penelitian ini, peneliti menyadari masih terdapat banyak
kekurangan atau keterbatasan dalam penelitian ini. Untuk itu, memberikan
beberapa saran untuk bahan pertimbangan sebagai penyempurnaan penelitian
selanjutnya, baik berupa teoritis dan saran praktis.
5.3.1 Saran Teoritis
1. Pada penelitian ini terdapat beberapa saran untuk penelitian selanjutnya
diantaranya adalah dalam penggunaan alat ukur dikarenakan alat ukur
HAISQ mempunyai item yang banyak yaitu 63 item dengan tujuah area.
Sebaiknya dipenelitian selanjutnya peneliti dapat memilih satu atau
beberapa area saja agar penelitian selanjutnya lebih terarah.
2. Alat ukur HEXACO BHI ini juga harus dipertimbangkan dalam
mengadaptasi item, dikarenakan pada penelitian ini terdapat satu dimensi
yang harus di drop atau tidak diikutkan dalam analisis selanjutnya.
3. Dalam pemilihan variabel pengalaman training diharapkan para peneliti
selanjutnya khususnya jika ingin meneliti di Indonesia, harus di break
down lagi pernyataan item agar spesifik, dikarenakan di Indonesia ini
masih belum banyak individu yang mendapatkan training kesadaran
keamanan informasi di dunia maya, khususnya untuk para siswa/i.
5.3.2 Saran Praktis
1. Dari hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh secara signifikan
terhadap variabel openness to experience dimana kepribadian tersebut
memiliki rasa keterbukaan yang tinggi. Namun, disarankan sebaiknya
72
kepribadian lainnya seperti honesty humility, emotionality, extraversion,
agreeableness, dan consciousness untuk diberikan lebih banyak
pengetahuan tentang kesadaran keamanan informasi di dunia maya.
2. Dari hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa adanya pengaruh
secara signifikan terhadap variabel jenis kelamin, dimana jenis kelamin
tersebut dijelaskan bahwa perempuan lebih memiliki kesadaran
keamanan informasi di dunia maya secara lebih baik dibandingkan
dengan laki-laki. Oleh sebab itu peneliti menyarankan agar laki-laki juga
diberikan edukasi untuk kesadaran keamanan informasi di dunia maya.
3. Pemerintah atau komunitas dapat membuat suatu program kesadaran
keamanan informasi di dunia maya melalui program training atau
pendidikan literasi digital yang disesuaikan dari segi materi dan
kebutuhan akan trainer untuk remaja.
73
DAFTAR PUSTAKA
Ahlan, A. R., Lubis, M., & Lubis, A. R. (2015). Information security awareness at
the knowledge-based institution: its antecedents and measures. Procedia
Computer Science, 72, 361-373.doi:10.1016/j.procs.2015.12.151.
Alawiyah, Tuti. (2015). Uji validitas konstrak pada instrument Big Five Inventory
(BFI) dengan metode Confirmatory Factor Analysis (CFA). Jurnal
Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, 4(3), 215-230.
Aliyu, M., Abdallah, N. A., Lasisi, N. A., Diyar, D., & Zeki, A. M. (2010).
Computer security and ethics awareness among IIUM students: An
empirical study. Information and Communication Technology for the
Muslim World, A52-A56. doi:10.1109/ICT4M.2010.5971884.
Allison, P. D. 2001.Missing data (Vol. 136). Callifornia: Sage Publications.
Amin, M. (2014). Information security awareness level measurement using multiple
criteria decision analysis (MCDA). Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Komunikasi dan Informatika, 5 (1). 15-24.
Armandhu, Denny. (2015). Siswa SMA di AS berhasil bobol email direktur CIA.
Diunduh tanggal 15 Juni 2018 dari http://cnnindonesia.com/international
Ashton, M. C. (2013). Individual Differences and Personality. New York: Elsevier.
Ashton, M. C., & Lee, K. (2009). The HEXACO–60: a short measure of the major
dimensions of personality. Journal of Personality Assessment, 91(4), 340-
345.doi: 10.1080/00223890902935878.
Ashton, M.C. (2007). Individual differences and personality. San Diego: Academic
Press.
Ayuwuragil, Kustin (2018). Menkominfo meminta masyarakat waspada lindungi
data pribadi. Diunduh tanggal 9 Maret 2018 dari
https://www.cnnindonesia.com
B. Kim, E. (2014). Recommendations for information security awareness training
for college students. Information Management & Computer Security, 22(1),
115-126.doi:10.1108/IMCS-01-2013-0005
Bada, M., & Sasse, A. (2014). Global cyber security capacity centre: draft working
paper. Global Cyber Security Capacity Centre , 4-35.
Beardwell, I., Holden, L., & Claydon, T. Human resourche management. Essex:
Pearson Education Limited.
Bernardin, H.J. & Russell, J.E.A. (1993). Human Resource Management: An
Experiential Approach. Singapore: McGraw-Hill.
Bulgurcu, B., Cavusoglu, H., & Benbasat, I. (2010). Information security policy
compliance: an empirical study of rationality-based beliefs and information
security awareness. MIS quarterly, 34(3), 523-548.
74
De Vries, R. E. (2013). The 24-item brief HEXACO inventory (BHI). Journal of
Research in Personality, 47(6), 871-880.doi:10.1016/j.jrp.2013.09.003.
Deliusno. (2015). Anak SMA bobol Email orang nomor satu CIA. Diunduh pada 15
Juni 2018 http://tekno.kompas.com.
Egelman, S., & Peer, E. (2015). Scaling the security wall: Developing a security
behavior intentions scale (sebis). Proceedings of the 33rd Annual ACM
Conference on Human Factors in Computing Systems.2873-2882
.doi:10.1145/2702123.2702249.
Farooq, A., Isoaho, J., Virtanen, S., & Isoaho, J. (2015). Information security
awareness in educational institution: An analysis of students' individual
factors. IEEE,Vol. 1, 352-359.doi:10.1145/2702123.2702249.
Feist, J., & Feist, G. J. (2010). Teori Kepribadian: Theories of Personality. Jakarta:
McGraw Hill.
Filippidis, A. P., Hilas, C. S., Filippidis, G., & Politis, A. (2018). Information
security awareness of greek higher education students—Preliminary
findings. Modern Circuits and Systems Technologies (MOCAST),1-4.
doi:10.1109/MOCAST.2018.8376578.
Floyd, F. J., & Widaman, K. F. (1995). Factor analysis in the development and
refinement of clinical assessment instruments. Psychological
assessment, 7(3), 286-299.
Galba, T., Solic, K., & Lukic, I. (2015). An information security and privacy Self-
assessment (ISPSA) tool for internet users. Acta Polytechnica
Hungarica, 12(7), 149-162.
Hacker (2017). Hacker remaja sukses bobol situs tiket.com di server citilink
kerugian ditaksi Rp4,1 Miliar.Diunduh tanggal 10 Juni 2018 dari
http://tribunnews.com
Hajli, N., & Lin, X. (2016). Exploring the security of information sharing on social
networking sites: The role of perceived control of information. Journal of
Business Ethics, 133(1), 111-123.doi: 10.1007/s10551-014-2346-x.
Hänsch, N., & Benenson, Z. (2014). Specifying IT security awareness. IEEE. 326
330.doi:10.1109/DEXA.2014.71.
Howitt, D., & Cramer, D. (2011). Introduction to research methods in psychology.
Edinburgh: Pearson Education Limited.
Khan, B., Alghathbar, K. S., Nabi, S. I., & Khan, M. K. (2011). Effectiveness of
information security awareness methods based on psychological
theories. African Journal of Business Management, 5(26), 10862-10868.
Kim, E.B., 2014. Recommendations for information security awareness training
for college students. Information Management & Computer Security, 22(1),
115–126.
Kominfo.go.id (2014). Siaran Pers. Diunduh tanggal 7 Januari 2018, dari
https://kominfo.go.id
75
Kompas.com (2009). Pengguna internet indonesia didominasi remaja. Diunduh
tanggal 15 Juni 2018 dari http://edukasi.kompas.com
Kruger, H.A., & Kearney, W.D. (2006). A prototype for assessing information
security awareness. Computers & Security, 25(4), 289-296.
Doi:10.1016/j.cose.
Marks, A., & Rezgui, Y. (2009). A comparative study of information security
awareness in higher education based on the concept of design theorizing.
IEEE. 1-7.
McCormac, A., Zwaans, T., Parsons, K., Calic, D., Butavicius, M., & Pattinson, M.
(2017). Individual differences and information security
awareness. Computers in Human Behaviour, 69, 151-156.
doi:10.1016/j.chb.2016.11.065.
Noe, H., & Gerhart,W. 2003. Human Resource Management. New York: The
McGraw-hill Companies.
Parsons, K., Calic, D., Pattinson, M., Butavicius, M., McCormac, A., & Zwaans, T.
(2017). The human aspects of Information security questionnaire (HAIS-Q):
two further validation studies. Computers & Security, 66, 40-51.doi:
10.1016/j.cose.2017.01.004.
Parsons, K., McCormac, A., Butavicius, M., Pattinson, M., & Jerram, C. (2014).
Determining employee awareness using the human aspects of information
security questionnaire (HAIS-Q). Computers & security, 42, 165-176.
doi:10.1016/j.cose.2013.12.003.
Santrock, J.W. Life span developmen. Perkembangan masa hidup, edisi ketiga
belas jilid 1. BenedictineWisdyansinta (terj). 2012. Jakarta: Erlangga.
Sheng, S., Holbrook, M., Kumaraguru, P., Cranor, L. F., & Downs, J. (2010). Who
falls for phish?: a demographic analysis of phishing susceptibility and
effectiveness of interventions. Proceedings of the SIGCHI Conference on
Human Factors in Computing Systems. 373-382.
Shropshire, J., Warkentin, M., & Sharma, S. (2015). Personality, attitudes, and
intentions: predicting initial adoption of information security behavior.
Computers & Security, 49, 177-191.doi:10.1016/j.cose.2015.01.002.
Siponen, M. T. (2000). A conceptual foundation for organizational information
security awareness. Information Management & Computer Security, 8(1),
31-41.
Stephanou, A. (2009). The impact of information security awareness training on
information security behaviour. Johannesburg: American State Agency
Tekerek, M., & Tekerek, A. (2013). A research on students’ information security
awareness. Turkish Journal of Education, 2(3).1-11
Tempo.co (2013). 4 alasan remaja gemar media sosial. Diunduh tanggal 15 Juni
2018 di https://tekno.tempo.co
Tempo.co (2016). Kriminal. Diunduh pada tanggal 7 Januari 2018 dari
https://metro.tempo.co
76
Tempo.co (2016). Kriminal. Diunduh tanggal 7 Januari 2018 dari
https://metro.tempo.co
Veera. (2017). Kesadaran keamanan siber harus dimulai dari diri dendiri. Diunduh
tanggal 28 November 2017 dari https://Kominfo.go.id
Veseli, I. (2011). Measuring the effectiveness of information security awareness
program. Computer Science and Media Technolog, 1, 1-87.
Vincent, A., & Ross, D. (2001). Personalize training: determine learning styles,
personality types and multiple intelligences online. The Learning
Organization, 8(1), 36-43.
Yuwanto, E. (2017). Gaya Hidup. Diunduh tanggal 7 Januari 2018, dari
http://nasional.republika.co.id
77
Lampiran 1
78
Lampiran 2
79
Lampiran 3
Informed Consent
Lembar Persetujuan Keikutsertaan Penelitian
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa saya setuju untuk
secara sukarela menjadi partisipan penelitian yang dilakukan oleh Hanina
Maulidha mengenai aktivitas di dunia maya. Data yang saya berikan adalah data
yang sebenar-benarnya dan saya menyetujui bahwa data saya akan digunakan
dalam keperluan penelitian.
Nama :……………………………………………………
Jenis Kelamin : (Laki-laki / Perempuan)*
No. HP : …………………………………………………….
Sekolah : …………………………………………………….
Peneliti Partisipan
Hanina Maulidha ( )
*coret yang tidak perlu
80
Lampiran 4
Kuesioner Penelitian
Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarakatuh
Selamat Pagi/ Siang/ Sore.
Salam sejahtera, semoga Anda selalu berada dalam lindungan Tuha Yang
Maha Esa. Saya Hanina Maulidha, mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarief Hidayatullah Jakarta pada saat ini sedang melakukan
penelitian skripsi mengenai aktivitas di dunia maya.
Bersama dengan hal ini, saya mohon bantuan Anda untuk berpartisipasi
dalam penelitian ini. Penelitian ini berisikan sekumpulan pernyataan yang harus
dijawab sesuai dengan apa yang Anda rasakan atau Anda alami. Tidak ada
jawaban benar maupun salah dalam setiap pernyataan. Data yang Anda berikan
dijamin kerahasiaannya karena kuesioner ini bersifat anonim dan akan
dipergunakan hanya untuk kepentingan penelitian.
Atas bantuan Anda menjadi partisipan penelitian ini, saya ucapkan terima
kasih.
Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarakatuh.
Hormat saya,
Hanina Maulidha
Nomor : _______________
Tanggal Pengisian :_____________
81
Lampiran 5
SKALA 1
Berikut ini terdapat beberapa pernyataan. Anda diminta untuk mengemukakan
apakah pernyataan-pernyataan tersebut sesuai dengan diri Anda dengan memberi
tanda checklist (√) pada kotak yang tersedia. Semakin ke kanan kotak, Anda
merasa semakin setuju atau mengalami keadaan seperti pada pernyataan yang ada.
Sebaliknya, semakin kiri kotak yang Anda isi, Anda semakin merasa tidak sama
sekali setuju atau mengalami keadaan seperti pada pernyataan yang ada.
Perhatikan kembali jawaban Anda, jangan sampai ada yang tidak terisi atau lebih
dari satu jawaban dalam satu kolom. Keterangan pilihan jawaban adalah sebagai
berikut :
STS : Sangat Tidak Setuju
TS : Tidak Setuju
N : Netral
S : Setuju
SS : Sangat Setuju
Contoh
NO PERNYATAAN STS TS N S SS
1. Saya memiliki lebih dari tujuh akun media sosial. √
Dengan pengisian seperti contoh tersebut, artinya Anda setuju bahwa Anda
memiliki lebih dari tujuh akun media sosial.
NO PERNYATAAN STS TS N S SS
1 Buat saya tidak masalah memberikan kata sandi
akun media sosial yang saya miliki pada teman
saya.
2 Bagi saya, merupakan hal yang aman untuk
menggunakan kata sandi yang sama pada media
sosial.
3 Saya menggunakan kata sandi yang berbeda pada
setiap akun media sosial yang saya miliki.
82
NO PERNYATAAN STS TS N S SS
4 Saya mengizinkan teman saya mengetahui kata
sandi saya.
5 Bagi saya memberikan kata sandi kepada teman
adalah hal buruk.
6 Saya memberitahu kata sandi saya kepada teman
saya.
7 Menurut saya, huruf, angka, dan simbol
diperlukan dalam membuat kata sandi.
8 Bagi saya, aman menggunakan kata sandi hanya
dengan huruf.
9 Saya menggunakan kombinasi huruf, angka, dan
simbol dalam kata sandi media sosial.
10 Saya mengklik link apa saja yang dikirimkan ke
email dari orang yang saya kenal.
11 Bagi saya, aman untuk mengklik link di email
dari orang yang saya kenal.
12 Saya tidak selalu mengklik link di email
walaupun mereka adalah orang yang saya kenal.
13 Saya tidak mau mengklik link yang dikirimkan
ke email dari orang yang tidak saya kenal.
14 Bagi saya, tidak ada hal buruk yang bisa terjadi
bila saya mengklik link di email dari pengirim
yang tidak dikenal.
15 Jika tampak menarik, saya mengklik link meski
pengirim email tidak saya kenal.
16 Saya membuka lampiran email dari pengirim
yang tidak dikenal.
83
NO PERNYATAAN STS TS N S SS
17 Menurut saya, membuka lampiran email dari
pengirim yang tidak dikenal adalah hal yang
beresiko.
18 Saya tidak membuka lampiran email jika
pengirimnya tidak dikenal.
19 Saya mengunduh file apapun untuk membantu
menyelesaikan tugas sekolah.
20 Menurut saya, sangat beresiko mengunduh file di
komputer saya.
21 Saya mengunduh file apapun untuk membantu
menyelasikan tugas sekolah.
22 Ketika saya di sekolah, tidak seharusnya
mengakses situs web.
23 Saya bisa mengakses situs web di sekolah, tetapi
belum tentu aman.
24 Saat mengakses internet di sekolah, saya
membuka situs web apapun yang saya inginkan.
25 Saya memasukkan informasi apapun di dunia
maya untuk membantu kegiatan saya.
26 Saya akan mencantukan informasi pribadi di situs
web, karena dapat membantu kegiatan saya.
27 Saya akan menilai keamanan situs web terlebih
dahulu sebelum memasukkan informasi pribadi.
28 Saya harus meninjau secara berkala pengaturan
privasi di akun media sosial saya.
29 Menurut saya, hal yang baik untuk meninjau
secara teratur pengaturan privasi pada media
sosial.
84
NO PERNYATAAN STS TS N S SS
30 Saya tidak teratur dalam meninjau pengaturan
privasi media sosial.
31 Saya tidak bisa dikeluarkan dari sekolah karena
sesuatu yang saya posting di media sosial.
32 Tidak masalah jika saya posting hal-hal di media
sosial meski biasanya tidak saya ceritakan pada
banyak orang.
33 Saya tidak posting apapun di media sosial
sebelum mempertimbangkan akibat negatifnya.
34 Saya dapat posting kegiatan apa saja yang saya
inginkan di media sosial.
35 Mengirimkan informasi mengenai kegiaatan
pribadi di media sosial adalah hal yang beresiko.
36 Saya posting tentang kegiatan saya di media
sosial.
37 Saat saya berada di tempat umum, saya harus
menjaga laptop saya.
38 Saya merasa aman meninggalkan sebentar laptop
saya di kafe.
39 Saat menggunakan laptop di tempat umum, saya
dapat meninggalkannya.
40 Saya diizinkan untuk mengirim file sensitif atau
rahasia sekolah melalui jaringan Wi-Fi publik.
41 Menurut saya, beresiko mengirim file kegiatan
sekolah menggunakan jaringan Wi-Fi publik.
42 Saya mengirim file kegiatan sekolah yang sensitif
dengan Wi-Fi publik.
85
NO PERNYATAAN STS TS N S SS
43 Saya harus memastikan bahwa orang asing tidak
melihat layar laptop saya ketika mengerjakan
tugas.
44 Menurut saya, beresiko untuk mengakses file
kegiatan sekolah yang sensitif atau rahasia di
laptop jika orang asing melihat layar laptop saya.
45 Saya dapat memastikan bahwa orang yang tidak
dikenal dapat melihat layar laptop saya ketika
mengerjakan tugas yang rahasia.
46 Menurut saya, hasil print sesuatu yang rahasia
dapat dibuang dengan sembarang.
47 Menurut saya, membuang hasil print sesuatu
yang rahasia di tempat sampah adalah aman.
48 Menurut saya, hasil print sesuatu yang rahasia
jika ingin dibuang harus dihancurkan.
49 Jika saya menemukan flashdisk di tempat umum,
seharusnya saya tidak menggunakannya.
50 Jika saya menemukan flashdisk di tempat umum,
tidak masalah jika saya menggunakannya.
51 Saya tidak menggunakan flashdisk yang
ditemukan di tempat umum ke komputer sekolah
saya.
52 Saya boleh meninggalkan hasil print-out sesuatu
yang rahasia di meja rumah.
53 Menurut saya, berisiko meninggalkan print-out
yang berisi informasi rahasia di atas meja rumah
saya.
54 Saya meninggalkan hasil print out sesuatu yang
berisi informasi rahasia di sekolah.
86
NO PERNYATAAN STS TS N S SS
55 Jika di sekolah, saya melihat orang yang
mencurigakan, saya harus melaporkannya.
56 Menurut saya, tidak ada hal buruk yang terjadi
jika di sekolah terdapat orang yang
mencurigakan.
57 Saya akan melakukan sesuatu pada orang yang
mencurigakan di sekolah.
58 Saya tidak boleh mengabaikan perilaku tidak
aman dari teman-teman saya.
59 Menurut saya, hal buruk tidak dapat terjadi jika
saya mengabaikan perilaku tidak aman dari
teman saya.
60 Saya tidak akan mengambil tindakan tertentu
apabila teman saya mengabaikan peraturan
keamanan.
61 Menurut saya, melaporkan kejadian terkait
keamanan adalah pilihan
62 Menurut saya, beresiko mengabaikan kejadian
terkait kemanan meski saya anggap tidak
penting.
63 Saya akan melaporkan kejadian terkait keamanan
yang saya ketahui.
87
Lampiran 6
SKALA 2
Berikut ini terdapat beberapa pernyataan. Anda diminta untuk mengemukakan
apakah pernyataan-pernyataan tersebut sesuai dengan diri Anda dengan memberi
tanda checklist (√) pada kotak yang tersedia. Semakin ke kanan kotak, Anda
merasa semakin setuju merasa atau mengalami keadaan seperti pada pernyataan
yang ada. Sebaliknya, semakin ke kiri kotak yang Anda isi, Anda semakin merasa
tidak sama sekali setuju atau mengalami keadaan seperti pada pernyataan yang
ada. Perhatikan kembali jawaban Anda, jangan sampai ada yang tidak terisi atau
lebih dari satu jawaban dalam satu kolom. Keterangan pilihan jawaban adalah
sebagai berikut :
STS : Sangat Tidak Setuju
TS : Tidak Setuju
S : Setuju
SS : Sangat Setuju
CONTOH :
NO PERNYATAAN STS TS S SS
1. Saya adalah orang yang penyayang √
Dengan pengisian seperti contoh tersebut, artinya Anda mendekati bahwa Anda
setuju diri Anda adalah orang yang penyayang.
NO PERNYATAAN STS TS S SS
1 Saya suka menikmati lukisan dalam jangka waktu yang
lama.
2 Saya dapat memastikan segala sesuatu dapat berjalan
sebagaimana mestinya.
3 Saya kurang ramah terhadap seseorang yang berarti bagi
saya.
4 Tidak ada yang suka berbicara dengan saya.
88
NO PERNYATAAN STS TS S SS
5 Saya takut merasa sakit
6 Saya sulit berbohong.
7 Menurut saya, ilmu pengetahuan adalah hal yang
membosankan.
8 Jika memungkinkan saya akan menunda menuntaskan
tugas yang sulit selama mungkin.
9 Saya sering mengkritik orang lain.
10 Saya dapat dengan mudah dekat dengan orang yang baru
dikenal.
11 Saya khawatir kurang dari orang lain.
12 Saya ingin tahu bagaimana menghasilkan uang banyak
dengan cara yang tidak jujur.
13 Saya adalah orang yang memiliki banyak imajinasi.
14 Saya mengerjakan tugas dengan sangat tepat.
15 Saya mudah menyetujui pendapat orang lain.
16 Saya suka berbicara dengan orang lain.
17 Saya mampu dengan mudah mengatasi kesulitan yang
saya hadapi.
18 Saya ingin terkenal.
19 Saya tertarik dengan orang lain yang memiliki ide-ide
yang unik.
20 Saya sering melakukan tindakan tanpa berpikir terlebih
dahulu.
21 Saya tetap tenang, meskipun diperlakukan dengan buruk.
22 Saya jarang ceria
89
Data Singkat :
1. Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan
2. Usia : _________________tahun
3. Apakah Anda memiliki pengalaman training atau mendapatkan
pengetahuan terkait keamanan informasi di dunia maya?
Pernah Belum Pernah
Jika pernah, materi apa yang Anda dapatkan?
a. Manajemen Pasword / Kata Sandi
b. Penggunaan Email
c. Penggunaan Internet
d. Penggunaan Media Sosial
e. Gadget
f. Penanganan Informasi Pribadi
g. Pelaporan Kejadian Keamanan Informasi Pribadi di Dunia Maya
h. ………………………..
4. Berapakah frekuensi waktu Anda dalam menggunakan Internet/ Gadget di
dunia maya?
< 6 jam > 6 jam
5. Media sosial manakah yang paling sering Anda gunakan?
a. Instagram
b. Twitter
c. Facebook
d. Line
e. Whatsapp
f. Path
g. Tinder
NO PERNYATAAN STS TS S SS
23 Saya menangis saat menonton film sedih atau romantis.
24 Saya berhak mendapat perlakuan khusus.
90
Lampiran 7
HASIL UJI VALIDITAS CFA DIMENSI KESADARAN KEAMANAN
INFORMASI DI DUNIA MAYA
(KNOWLEDGE, ATTITUDE, dan BEHAVIOUR)
1. KNOWLEDGE
UJI VALIDITAS KNOWLEDGE DA NI=21 NO=290 MA=PM LA ITEM1 ITEM4 ITEM7 ITEM10 ITEM13 ITEM16 ITEM19 ITEM22 ITEM25 ITEM28 ITEM31 ITEM34 ITEM37 ITEM40 ITEM43 ITEM46 ITEM49 ITEM52 ITEM55 ITEM58 ITEM61 PM SY FI=KNOWLEDGE.COR MO NX=21 NK=1 LX=FR TD=SY LK KNOWLEDGE FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1 LX 10 1 LX 11 1 LX 12 1 LX 13 1 LX 14 1 LX 15 1 LX 16 1 LX 17 1 LX 18 1 LX 19 1 LX 20 1 LX 21 1 FR TD 2 1 TD 12 4 TD 10 7 TD 19 8 TD 19 12 TD 9 7 TD 12 3 TD 20 6 TD 17 14 TD 14 12 TD 20 15 TD 18 8 TD 5 1 TD 7 4 TD 9 4 TD 20 9 TD 11 7 TD 21 4 TD 9 8 TD 19 9 TD 19 7 TD 17 7 TD 13 7 TD 13 10 TD 16 14 TD 8 6 TD 12 8 TD 10 3 TD 21 5 TD 11 2 TD 17 1 TD 12 2 TD 15 8 TD 21 3 TD 19 3 TD 12 9 PD
OU TV SS MI
91
2. ATTITUDE
UJI VALIDITAS ATTITUDE DA NI=21 NO=290 MA=PM LA ITEM2 ITEM5 ITEM8 ITEM11 ITEM14 ITEM17 ITEM20 ITEM23 ITEM26 ITEM29 ITEM32 ITEM35 ITEM38 ITEM41 ITEM44 ITEM47 ITEM50 ITEM53 ITEM56 ITEM59 ITEM62 PM SY FI=ATTITUDE.COR MO NX=21 NK=1 LX=FR TD=SY LK ATTITUDE FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1 LX 10 1 LX 11 1 LX 12 1 LX 13 1 LX 14 1 LX 15 1 LX 16 1 LX 17 1 LX 18 1 LX 19 1 LX 20 1 LX 21 1 FR TD 20 19 TD 19 17 TD 11 4 TD 16 14 TD 11 9 TD 12 5 TD 13 12 TD 21 7 TD 9 1 TD 8 3 TD 19 18 TD 19 14 TD 19 16 TD 17 16 TD 17 5 TD 11 6 TD 4 3 TD 16 1 TD 15 10 TD 19 6 TD 17 12 TD 16 12 TD 18 10 TD 10 2 TD 14 1 TD 20 9 TD 9 7 TD 13 2 TD 8 2 TD 4 2 TD 9 8 TD 5 4 TD 3 2 TD 3 1 TD 7 3 PD
OU TV SS MI
92
3. BEHAVIOUR
UJI VALIDITAS BEHAVIOUR DA NI=21 NO=290 MA=PM LA ITEM3 ITEM6 ITEM9 ITEM12 ITEM15 ITEM18 ITEM21 ITEM24 ITEM27 ITEM30 ITEM33 ITEM36 ITEM39 ITEM42 ITEM45 ITEM48 ITEM51 ITEM54 ITEM57 ITEM60 ITEM63 PM SY FI=BEHAVIOUR.COR MO NX=21 NK=1 LX=FR TD=SY LK BEHAVIOUR FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1 LX 10 1 LX 11 1 LX 12 1 LX 13 1 LX 14 1 LX 15 1 LX 16 1 LX 17 1 LX 18 1 LX 19 1 LX 20 1 LX 21 1 FR TD 8 5 TD 6 5 TD 18 14 TD 14 10 TD 3 1 TD 11 9 TD 21 19 TD 8 7 TD 14 13 TD 13 10 TD 7 5 TD 9 7 TD 19 17 TD 19 1 TD 17 10 TD 5 4 TD 20 18 TD 16 10 TD 18 13 TD 16 8 TD 20 8 TD 14 8 TD 14 5 TD 21 4 PD
OU TV SS MI
93
Lampiran 8
UJI VALIDITAS 2ND
ORDER KESADARAN KEAMANAN INFORMASI
DI DUNIA MAYA
SECOND ORDER KAB DA NI=53 NO=290 MA=PM LA K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 K10 K11 K12 K13 K14 K15 K16 K17 K18 A19 A20 A21 A22 A23 A24 A25 A26 A27 A28 A29 A30 A31 A32 A33 A34 A35 A36 B37 B38 B39 B40 B41 B42 B43 B44 B45 B46 B47 B48 B49 B50 B51 B52 B53 PM SY FI=KAB.COR MO NY=53 NE=3 NK=1 TE=SY PH=ST ME=UL LE KNOWLEDGE ATTITUDE BEHAVIOUR LK KAB VA 1 LY 1 1 LY 19 2 LY 37 3 FR LY 2 1 LY 3 1 LY 4 1 LY 5 1 LY 6 1 LY 7 1 LY 8 1 LY 9 1 LY 10 1 LY 11 1 LY 12 1 LY 13 1 LY 14 1 LY 15 1 LY 16 1 FR LY 17 1 LY 18 1 LY 20 2 LY 21 2 LY 22 2 LY 23 2 LY 24 2 LY 25 2 LY 26 2 LY 27 2 LY 28 2 LY 29 2 LY 30 2 LY 31 2 LY 32 2 FR LY 33 2 LY 34 2 LY 35 2 LY 36 2 LY 38 3 LY 39 3 LY 40 3 LY 41 3 LY 42 3 LY 43 3 LY 44 3 LY 45 3 LY 46 3 LY 47 3 LY 48 3 LY 49 3 LY 50 3 LY 51 3 LY 52 3 LY 53 3 FR TE 38 2 TE 45 29 TE 46 12 TE 26 8 TE 41 22 TE 25 7 TE 27 10 TE 19 1 TE 31 13 TE 27 9 TE 23 6 TE 49 15 TE 35 34 TE 51 17 TE 50 16 TE 6 3 TE 39 37 TE 39 20 TE 34 30 TE 44 42 TE 19 2 FR TE 2 1 TE 38 1 TE 27 3 TE 38 19 TE 10 3 TE 42 26 TE 27 6 TE 25 6 TE 42 8 TE 52 34 TE 7 6 FR TE 7 3 TE 10 7 TE 22 4 TE 25 3 TE 33 16 TE 49 9 TE 8 6 TE 53 51 TE 41 4 TE 41 5 TE 30 28 FR TE 31 30 TE 47 14 TE 53 22 TE 36 23 TE 48 22 TE 27 7 TE 27 25 TE 22 13 TE 52 35 TE 40 4 TE 25 10 FR TE 47 3 TE 49 43 TE 47 10 TE 34 16 TE 20 7 TE 21 18 TE 36 30 TE 39 14 TE 43 27 TE 34 7 TE 39 3 FR TE 34 17 TE 45 12 TE 50 33 TE 53 17 TE 49 20 TE 40 7 TE 37 32 TE 45 11 TE 29 11 TE 9 6 TE 43 28 FR TE 47 31 TE 39 22 TE 24 13 TE 53 25 TE 18 5 TE 51 20 TE 30 24 TE 20 6 TE 30 1 TE 40 3 TE 21 3 TE 50 46 TE 12 3 TE 34 3 TE 5 3 TE 14 12 TE 14 10 TE 10 6 TE 12 7 TE 46 43 TE 46 45 FR TE 43 8 TE 45 14 TE 37 7 TE 12 6 TE 20 17 TE 29 2 TE 24 20 TE 52 24 TE 26 11 TE 14 3 FR TE 50 24 TE 7 5 TE 31 6 TE 46 6 TE 30 13 TE 38 12 TE 34 22 TE 43 9 TE 40 12 TE 25 5 TE 45 28 FR TE 21 7 TE 15 7 TE 7 4 TE 25 12 TE 32 14 TE 19 13 TE 21 6 TE 40 29 TE 51 49 TE 49 32 TE 41 18 FR TE 37 14 TE 37 15 TE 45 43 TE 34 1 TE 14 7 TE 48 10 TE 39 10 TE 48 5 TE 50 34 TE 31 26 TE 29 12 TE 36 15 TE 48 2 TE 47 25 TE 48 17 TE 43 14 TE 35 21 TE 46 14 TE 25 14 TE 32 11 TE 25 23 FR TE 37 23 TE 27 22 TE 49 27 TE 41 20 TE 46 16 TE 34 32 TE 34 14 TE 12 9 TE 4 1 TE 23 5 TE 48 43 TE 47 33
94
PATH DIAGRAM 2ND
ORDER KESADARAN KEAMANAN INFROMASI
DI DUNIA MAYA
95
Lampiran 9
UJI VALIDITAS KEPRIBADIAN HEXACO
1. HONESTY HUMILITY
UJI VALIDITAS KEPRIBADIAN HEXACO DIMENSI HONESTY HUMILITY DA NI=4 NO=290 MA=PM LA ITEM2 ITEM12 ITEM18 ITEM24 PM SY FI=HONESTY_HUMILITY.COR MO NX=4 NK=1 LX=FR LK HONESTY FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1
PD
OU TV SS MI
96
2. EMOTIONALITY
UJI VALIDITAS KEPRIBADIAN HEXACO DIMENSI EMOTIONALITY DA NI=4 NO=290 MA=PM LA ITEM5 ITEM11 ITEM17 ITEM23 PM SY FI=EMOTIONALITY.COR MO NX=4 NK=1 LX=FR LK EMOTIONALITY FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 PD
OU TV SS MI
97
3. EXTRAVERSION
UJI VALIDITAS KEPRIBADIAN HEXACO DIMENSI EXTRAVERSION DA NI=4 NO=290 MA=PM LA ITEM4 ITEM10 ITEM16 ITEM22 PM SY FI=EXTRAVERSION.COR MO NX=4 NK=1 LX=FR TD=SY LK EXTRAVERSION FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 FR TD 4 1 PD OU TV SS MI
98
4. AGREEABLENESS
UJI VALIDITAS KEPRIBADIAN HEXACO DIMENSI AGREEABLENESS DA NI=4 NO=290 MA=PM LA ITEM3 ITEM9 ITEM15 ITEM21 PM SY FI=AGREEABLENESS.COR MO NX=4 NK=1 LX=FR TD=SY LK AGREEABLENESS FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 PD OU TV SS MI
99
5. CONCIENTIOUSNESS
UJI VALIDITAS KEPRIBADIAN HEXACO DIMENSI CONSCIENTIOUSNESS DA NI=4 NO=290 MA=PM LA ITEM2 ITEM8 ITEM14 ITEM20 PM SY FI=CONS.COR MO NX=4 NK=1 TD=SY,FI FR LX 1 - LX 4 FR TD 1 1 TD 2 2 TD 4 4 VA 0.05 TD 3 3 FR TD 4 2 PD OU TV SS MI
100
6. OPENESS TO EXPERIENCE
UJI VALIDITAS KEPRIBADIAN HEXACO DIMENSI OPENESS TO EXPERIENCE DA NI=4 NO=290 MA=PM LA ITEM1 ITEM7 ITEM13 ITEM19 PM SY FI=OPENESS_EXPERIENCE.COR MO NX=4 NK=1 LX=FR TD=SY LK OPENESS FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 FR TD 3 1 PD
OU TV SS MI
101
Lampiran 10
OUTPUT SPSS
TABEL FREKUENSI DESKRIPTIF STATISTIK
Statistics
Usia JENIS
KELAMIN
Sekolah Kelas PENGALAMAN
TRAINING
wilayah
N Valid 258 258 258 258 258 258
Missing 0 0 0 0 0 0
Percentiles 100 19.00 1.00 3.00 3.00 1.00 5.00
Usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
14 3 1.2 1.2 1.2
15 90 34.9 34.9 36.0
16 92 35.7 35.7 71.7
17 45 17.4 17.4 89.1
18 26 10.1 10.1 99.2
19 2 .8 .8 100.0
Total 258 100.0 100.0
JENIS KELAMIN
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
0 88 34.1 34.1 34.1
1 170 65.9 65.9 100.0
Total 258 100.0 100.0
102
Sekolah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
SMA 147 57.0 57.0 57.0
SMK 62 24.0 24.0 81.0
MA 49 19.0 19.0 100.0
Total 258 100.0 100.0
Kelas
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
X 169 65.5 65.5 65.5
XI 32 12.4 12.4 77.9
XII 57 22.1 22.1 100.0
Total 258 100.0 100.0
PENGALAMAN TRAINING
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
BELUM 106 41.1 41.1 41.1
SUDAH 152 58.9 58.9 100.0
Total 258 100.0 100.0
Wilayah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
JAKARTA 82 31.8 31.8 31.8
BOGOR 50 19.4 19.4 51.2
DEPOK 44 17.1 17.1 68.2
TANGERANG 46 17.8 17.8 86.0
BEKASI 36 14.0 14.0 100.0
Total 258 100.0 100.0
103
TABEL DESKRIPTIF
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
T_Kesadaran Keamanan
Informasi 258 21.45 78.24 50.0342 8.81241
T_Emotionallity 258 33.74 65.56 50.0877 6.60773
T_Extraversion 258 18.27 63.53 50.1351 9.85635
T_Agreeableness 258 38.42 68.74 50.0133 4.38535
T_Conscientiousness 258 25.82 71.28 50.3517 9.77858
T_Openness to experience 258 20.23 61.78 49.9183 7.79337
Valid N (listwise) 258
TABEL KATEGORISASI
KATEGORISASI KESADARAN KEAMANAN INFORMASI DI DUNIA MAYA
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Rendah 126 48.8 48.8 48.8
Tinggi 132 51.2 51.2 100.0
Total 258 100.0 100.0
KATEGORISASI EMOTIONALLITY
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Rendah 130 50.4 50.4 50.4
Tinggi 128 49.6 49.6 100.0
Total 258 100.0 100.0
KATEGORISASI EXTRAVERSION
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Rendah 191 74.0 74.0 74.0
Tinggi 67 26.0 26.0 100.0
Total 258 100.0 100.0
104
KATEGORISASI AGREEABLENESS
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Rendah 106 41.1 41.1 41.1
Tinggi 152 58.9 58.9 100.0
Total 258 100.0 100.0
KATEGORISASI CONSCIENTIOUSNESS
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Rendah 114 44.2 44.2 44.2
Tinggi 144 55.8 55.8 100.0
Total 258 100.0 100.0
KATEGORISASI OPENNESS TO EXPERIENCE
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Rendah 166 64.3 64.3 64.3
Tinggi 92 35.7 35.7 100.0
Total 258 100.0 100.0
105
TABEL REGRESI
Variables Entered/Removeda
Model Variables Entered Variables
Removed
Method
1
JENIS KELAMIN,
T_AG,
PENGALAMAN
TRAINING, T_EX,
T_CON, T_EM,
T_OPb
. Enter
a. Dependent Variable: T_ISA
b. All requested variables entered.
Model Summary
Model R R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change
df1 df2 Sig. F
Change
1 .384a .148 .124 8.24963 .148 6.180 7 250 .000
a. Predictors: (Constant), JENIS KELAMIN, T_AG, PENGALAMAN TRAINING, T_EX, T_CON,
T_EM, T_OP
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 2944.169 7 420.596 6.180 .000b
Residual 17014.099 250 68.056
Total 19958.268 257
a. Dependent Variable: T_ISA
b. Predictors: (Constant), JENIS KELAMIN, T_AG, PENGALAMAN TRAINING, T_EX, T_CON, T_EM, T_OP
106
TABEL PROPORSI VARIANS
Model Summary
Model R R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change
df1 df2 Sig. F
Change
1 .042a .002 -.002 8.82170 .002 .459 1 256 .499
2 .230b .053 .045 8.61038 .051 13.720 1 255 .000
3 .250c .062 .051 8.58285 .010 2.638 1 254 .106
4 .250d .063 .048 8.59972 .000 .004 1 253 .948
5 .346e .120 .102 8.34954 .057 16.389 1 252 .000
6 .355f .126 .105 8.33766 .006 1.718 1 251 .191
7 .384g .148 .124 8.24963 .022 6.385 1 250 .012
a. Predictors: (Constant), T_Emotionallity b. Predictors: (Constant), T_Emotionallity, T_Extraversion c. Predictors: (Constant), T_Emotionallity, T_Extraversion, T_Agreeableness d. Predictors: (Constant), T_Emotionallity, T_Extraversion, T_Agreeableness, T_Conscientiousness e. Predictors: (Constant), T_Emotionallity, T_Extraversion, T_Agreeableness, T_Conscientiousness, T_Openness to Experience f. Predictors: (Constant), T_Emotionallity, T_Extraversion, T_Agreeableness, T_Conscientiousness, T_Openness to Experience, Pengalaman Training g. Predictors: (Constant), T_Emotionallity, T_Extraversion, T_Agreeableness, T_Conscientiousness, T_Openness to Experience, Pengalaman Training, Jenis Kelamin
107
Lampiran 11
Tabel Blueprint Human Aspects Information of Security Questionnaire
(HAIS-Q)
Dimensi Sub Area Indikator Item
Man
ajem
en P
ass
word
Knowledge
Penggunaan Password
yang sama.
Penggunaan
password yang sama
dapat diterima untuk
di akun media sosial.
1*
Berbagi Password.
Diizinkan untuk
berbagi
password
pada teman-teman.
4*
Menggunakan Password
yang kuat.
Campuran huruf,
angka dan
simbolnya adalah
diperlukan pada
password.
7
Attitude
Penggunaan Password
yang sama
Aman menggunakan
password yang sama
di media sosial.
2*
Berbagi Password
Berbagi password
dengan teman adalah
ide buruk.
5
Menggunakan Pasword
yang kuat
Aman untuk
memiliki password
kerja hanya dengan
huruf.
8*
Behaviour
Penggunaan Password
yang sama
Menggunakan
password yang
berbeda untuk media
sosial.
3
Berbagi Password
Berbagi password
dengan teman. 6*
Menggunakan Password
yang kuat
Menggunakan
kombinasi huruf,
angka dan simbol di
password.
9
Keterangan : (*) merupakan item unfavorable.
108
Lanjutan tabel Blueprint Human Aspects Information of Security Questionnaire (HAIS-Q)
Dimensi Sub Area Indikator Item
Pen
gg
un
aan
Em
ail
Knowledge Mengklik link dalam email
dari pengirim yang dikenal. Diizinkan untuk
mengklik link apapun
di email dari pengirim
yang dikenal.
10*
Mengklik link dalam email
dari pengirim tidak dikenal.
Tidak diizinkan untuk
mengklik pada link di
email dari pengirim
yang tidak dikenal.
13
Pembukaan lampiran di
email dari pengirim tidak
dikenal.
Diizinkan untuk
membuka email
lampiran dari
pengirim.yang tidak
diketahui.
16*
Attitude Mengklik link dalam email
dari pengirim yang dikenal. Merasa aman
mengklik link di email
dari pengirim yang
dikenal.
11*
Mengklik link dalam email
dari pengirim tidak dikenal. Merasa tidak ada
kekhawatiran ketika
mengklik link di email
dari pengirim yang
tidak dikenal.
14*
Pembukaan lampiran di
email dari pengirim tidak
dikenal.
Merasa jika membuka
email dari yang tidak
dikenal adalah resiko. 17
Behaviour Mengklik link dalam email
dari pengirim yang
dikenal.
Tidak mengklik email
dari yang di kenal. 12
Mengklik link dalam email
dari pengirim tidak
dikenal.
Membuka email dari
yang tidak diketahui
pengirim karena
terlihat menarik.
15*
Pembukaan lampiran di
email dari pengirim tidak
dikenal.
Tidak membuka email
dan lampiran jika
pengirimnya tidak
diketahui. 18
Keterangan : (*) merupakan item unfavorable
109
Lanjutan tabel Blueprint Human Aspects Information of Security Questionnaire (HAIS-Q)
Dimensi Sub Area Indikator Item
Pen
gg
un
aan
In
tern
et
Knowledge
Unduh file. Diizinkan mengunduh
file apapun dari
perangkat manapun.
19*
Mengakses
situs yang meragukan. Di sekolah tidak boleh
mengakses situs web. 22
Memasuki
informasi
online.
Memasukkan informasi
apapun di situs web untuk
kegiatan.
25*
Attitude
Unduh file. Mengunduh file di
sekolah dapat beresiko.
20
Mengakses
situs yang meragukan.
Dapat mengakses internet
di sekolah sehingga tidak
aman.
23
Memasuki informasi
online.
Informasi yang
dimasukkan dapat
membantu saya.
26*
Behaviour
Unduh file.
Mengunduh file apapun
di komputer sekolah
dapat membantu
kegiatan.
.
21*
Mengakses
situs yang meragukan.
Di sekolah, dapat
mengunjungi situs web
manapun yang
diinginkan.
24*
Memasuki informasi
online.
Dapat menilai keamanan
situs web sebelum
memasukkan informasi
situs web.
27
Keterangan : (*) merupakan item unfavorable
110
Lanjutan tabel Blueprint Human Aspects Information of Security Questionnaire (HAIS-Q)
Dimensi Sub Area Indikator Item
Pen
gg
un
aan
Med
ia S
osi
al
Knowledge Pengaturan privasi
media sosial.
Individu dapat meninjau
secara berkala pengaturan
privasi di akun media sosial. 28
Mengingat
konsekuensi.
Tidak bisa dikeluarkan dari
sekolah karena sesuatu yang
posting di media sosial. 31*
Posting tentang
kegiatan.
Bisa posting apa yang
diinginkan tentang kegiatan
di media sosial. 34*
Attitude Pengaturan privasi
media sosial.
Dapat meninjau pengaturan
privasi media sosial. 29
Mengingat
konsekuensi. Tidak masalah jika
memposting hal di media
sosial.
32*
Posting tentang
kegiatan.
Resiko dalam posting
informasi kegiatan di media
sosial.
35*
Behaviour Pengaturan privasi
media sosial.
Individu meninjau ulang
pengaturan privasi media
sosial.
30*
Mengingat
konsekuensi.
Individu tidak memposting
apapun di media sosial. 33
Posting tentang
kegiatan.
Individu memposting apapun
di media sosial. 36*
Keterangan : (*) merupakan item unfavorable
111
Lanjutan tabel Blueprint Human Aspects Information of Security Questionnaire (HAIS-Q)
Dimensi Sub Area Indikator Item
Pen
gg
un
aan
Ga
dg
et /
gaw
ai
Knowledge Pengaturan keamanan
perangkat seluler. Individu dapat menjaga perangkat
seluler atau barang elektronik nya
ketika di tempat umum. 37
Mengirimkan
informasi pribadi atau
bersifat sensitif
melalu jaringan Wi-FI
Pengetahuan individu dalam
menentukan pengiriminan
infromasi pribadi atau sensitif
melalui jaringan Wi-Fi umum. 40*
Shoulder Surfing .
Pengetahuan Individu dapat
memastikan keamanan dari
lingkungan sekitar. 43
Attitude Pengaturan keamanan
perangkat seluler. Perasaan individu dalam
meninggalkan perangkat seluler
atau barang elektronik di tempat
umum.
38*
Mengirimkan
informasi pribadi atau
bersifat sensitid
melalu jaringan Wi-
FI.
Individu dapat memikirkan
apakah hal dalam melakukan
pengiriman informasi pribadi
melalui Wi-Fi umum hal yang
beresiko atau tidak.
41
Shoulder Surfing. Sikap individu dalam mengakses
file di tempat umum ketika
bersama banyak orang. 44
Behaviour Pengaturan keamanan
perangkat seluler. Individu dapat menentukan sikap
dalam meninggalkan atau
menjaga perangkat seluler atau
elektroniknya.
39*
Mengirimkan
informasi pribadi atau
bersifat sensitif
melalu jaringan Wi-
FI.
Perilaku individu dalam
mengirimkan informasi pribadi
berupa dokumen ketika
menggunakan WiFI umum. 42*
Shoulder Surfing.
Individu dapat memastikan
keamanan lingkungan sekitar
akan informasi pribadi yang
dimiliki.
45
Keterangan : (*) merupakan item unfavorable
112
Lanjutan tabel Blueprint Human Aspects Information of Security Questionnaire (HAIS-Q)
Dimensi Sub Area Indikator Item
Pen
ang
anan
In
form
asi
Pri
bad
i
Knowledge
Membuang hasil
cetakan dokumen
yang berisi infromasi
pribadi atau sensitive.
Pengetahuan individu dalam
meninggalkan dokumen rahasia
atau sensitf di tempat umum.
46*
Memasukkan media
atau perangkat yang
dapat dipindahkan.
Pengetahuan individu dalam
menentukan sikap ketika
melihat perangkat orang lain
yang tertinggal.
49
Meninggalkan
dokumen yang berisi
informasi pribadi
atau sensitif.
Pengetahuan individu dalam
meninggalkan hasil print
dokumen rahasia ketika di
rumah.
52*
Attitude
Membuang hasil
cetakan dokumen
yang berisi infromasi
pribadi atau sensitif.
Sikap individu ketika
membuang hasil dokumen
rahasia atau sensitif di tempat
sampah.
47*
Memasukkan media
atau perangkat yang
dapat dipindahkan.
Sikap individu ketika
menemukan perangkat orang
lain di tempat umum.
50*
Meninggalkan
dokumen yang berisi
informasi pribadi
atau sensitif.
Sikap individu dalam
memikirkan resiko dalam
meninggalakn dokumen rahasia
atau sensitif di rumah.
53
Behaviour
Membuang hasil
cetakan dokumen
yang berisi infromasi
pribadi atau sensitif.
Perilaku individu dalam
membuan hasil cetakan
dokumen rahasia atau sensitif.
48
Memasukkan media
atau perangkat yang
dapat dipindahkan.
Perilaku individu ketika
menemukan perangkat orang
lain di tempat umum.
51
Meninggalkan
dokumen yang berisi
informasi pribadi
atau sensitif.
Sikap individu ketika dalam
menjaga dokumen rahasia atau
pribadi ketika di sekolah.
54*
Keterangan : (*) merupakan item unfavorable
113
Lanjutan tabel Blueprint Human Aspects Information of Security Questionnaire (HAIS-Q)
Dimensi Sub Area Indikator Item
Pel
apo
ran
In
form
asi
Pri
bad
i
Knowledge
Melaporkan perilaku
yang mencurigakan.
Pengetahuan individu ketika
melihat orang yang
mencurigakan di sekolah.
55
Mengabaikan
perilaku keamanan
yang buruk.
Pengetahuan individu
terhadap menghadapi
perilaku yang tidak aman.
58
Melaporkan semua
insiden.
Pengetahuan individu dalam
melaporkan perilaku yang
tidak aman.
61*
Attitude
Melaporkan perilaku
yang mencurigakan.
Sikap individu dalam
menghadapi orang yang
mencurigakan.
56*
Mengabaikan
perilaku keamanan
yang buruk.
Sikap individu jika melihat
perilaku buruk dari teman
sebayanya.
59*
Melaporkan semua
insiden.
Sikap individu dalam
mengabaikan kejadian
keamanan yang tidak
dianggap penting.
62
Behaviour
Melaporkan perilaku
yang mencurigakan
Perilaku individu ketika
melihat orang yang
mencurigakan.
57
Mengabaikan
perilaku keamanan
yang buruk.
Perilaku individu dalam
mengambil tindakan terkait
kemanan.
60*
Melaporkan semua
insiden
Perilaku individu dalam
melaporkan kejadian terkain
keamanan.
63
Total 63
Keterangan : (*) merupakan item unfavorable
114
Lampiran 12
ADAPTASI ALAT UKUR HAIS-Q
NO ITEM TERJEMAHAN 1 TERJEMAHAN 2 ITEM FINAL T12 BACK
TRANSLATION
1 It’s acceptable to
use my social media
passwords on
my work accounts.
Ini dapat diterima untuk
menggunakan kata sandi
media sosial saya di akun
pekerjaan saya.
Setuju kalau akun media
sosial menggunakan kata
sandi. ^
Buat saya tidak masalah
memberikan kata sandi
akun media sosial yang
saya miliki pada teman
saya.
I agree to provide the
password on my
social media account.
2 It’s safe to use the
same password for
social media and
work accounts.
Aman menggunakan kata
sandi yang sama untuk media
sosial dan akun kerja.
Aman menggunakan kata
sandi yang sama untuk
media sosial.^
Bagi saya, merupakan
hal yang aman untuk
menggunakan kata sandi
yang sama pada media
sosial.
For me it is safe to
use the same
password on social
media.
3 I use a different
password for my
social media and
work accounts.
Saya menggunakan kata kunci
yang berbeda untuk media
sosial dan akun kerja saya.
Saya menggunakan kata
sandi yang berbeda untuk
media sosial.
Saya menggunakan kata
sandi yang berbeda pada
setiap akun media sosial
yang saya miliki.
I use a different
password on every
social media account
I have.
4 I am allowed to
share my work
passwords with
colleagues.
Saya diizinkan untuk
membagikan kata sandi kerja
saya dengan rekan kerja.
Saya diizinkan untuk
membagikan kata sandi
saya dengan teman saya.
Saya mengizinkan
teman saya mengetahui
kata sandi saya.
I allow my friends to
know my password.
5 It’s a bad idea to
share my work
passwords, even if a
colleague asks for it.
Ini adalah ide buruk untuk
membagikan kata sandi
pekerjaan saya, bahkan jika
Ini adalah ide buruk untuk
membagikan kata sandi
saya, bahkan jika seorang
Bagi saya memberikan
kata sandi kepada teman
adalah hal buruk.
For me, giving a
password to a friend
is a bad thing.
115
seorang rekan meminta untuk
itu.
teman meminta untuk
mengetahui kata sandi saya
6 I share my work
passwords with
colleagues.
Saya berbagi kata sandi kerja
saya dengan rekan kerja.
Saya berbagi kata sandi
akun media sosial saya
dengan teman saya.
Saya memberitahu kata
sandi saya kepada teman
saya.
I told my password to
my friend.
7 A mixture of letters,
numbers and
symbols is necessary
for work passwords.
Campuran huruf, angka dan
simbol diperlukan untuk kata
sandi kerja.
Campuran huruf, angka dan
simbol diperlukan untuk
kata sandi.^
Menurut saya, huruf,
angka, dan simbol
diperlukan dalam
membuat kata sandi.
I think letters,
numbers, and
symbols are required
to create a password.
8 It’s safe to have a
work password with
just letters.
Aman untuk memiliki kata
sandi kerja hanya dengan
huruf.
Aman untuk memiliki kata
sandi hanya dengan huruf.^
Bagi saya, aman
menggunakan kata sandi
hanya dengan huruf.
For me it's safe to use
passwords only with
letters.
9 I use a combination
of letters, numbers
and symbols in my
work passwords.
Saya menggunakan kombinasi
huruf, angka dan simbol
dalam kata sandi pekerjaan
saya.
Saya menggunakan
kombinasi huruf, angka dan
simbol dalam kata sandi
saya.
Saya menggunakan
kombinasi huruf, angka,
dan simbol dalam kata
sandi media sosial.
I use a combination
of letters, numbers
and symbols in social
media passwords.
10 I am allowed to
click on any links in
emails from
people I know.
Saya diizinkan untuk
mengeklik tautan apa pun di
email orang yang saya kenal
.
Saya diizinkan untuk
mengeklik tautan apa pun di
email orang yang saya
kenal. ^
Saya mengklik link apa
saja yang dikirimkan ke
email dari orang yang
saya kenal.
I click on any links
sent to email from
people I know.
11 It’s always safe to
click on links in
emails from people I
know.
Selalu aman untuk mengeklik
tautan di email dari orang
yang saya kenal.
Selalu aman untuk
mengeklik tautan di email
dari orang yang saya kenal.^
Bagi saya, aman untuk
mengklik link di email
dari orang yang saya
kenal.
For me it's safe to
click links in emails
from people I know.
12 I don’t always click
on links in emails
just because they
come from someone
I know.
Saya tidak selalu mengklik
link di email hanya karena
mereka berasal dari seseorang
yang saya kenal.
Saya tidak selalu mengklik
link di email hanya karena
mereka berasal dari
seseorang yang saya kenal.
Saya tidak selalu
mengklik link di email
walaupun mereka adalah
orang yang saya kenal.
I do not always click
on links in emails
even though they are
people I know.
116
13 I am not permitted
to click on a link in
an email from
an unknown sender.
Saya tidak diizinkan untuk
mengeklik tautan di email
pengirim yang tidak dikenal
Saya tidak diizinkan untuk
mengeklik tautan di email
pengirim yang tidak dikenal
Saya tidak mau
mengklik link yang
dikirimkan ke email dari
orang yang tidak saya
kenal.
I do not click on any
links sent to email
from people I do not
know.
14 Nothing bad can
happen if I click on
a link in an email
from an unknown
sender
Tidak ada hal buruk yang bisa
terjadi jika saya mengeklik
tautan di email dari pengirim
yang tidak dikenal
Tidak ada hal buruk yang
bisa terjadi jika saya
mengeklik tautan di email
dari pengirim yang tidak
dikenal. ^
Bagi saya, tidak ada hal
buruk yang bisa terjadi
bila saya mengklik link
di email dari pengirim
yang tidak dikenal.
For me nothing bad
can happen when I
click on a link in an
email from an
unknown sender.
15 If an email from an
unknown sender
looks interesting, I
click on a link
within it.
Jika email dari pengirim yang
tidak dikenal terlihat menarik,
saya mengeklik tautan di
dalamnya.
Jika email dari pengirim
yang tidak dikenal terlihat
menarik, saya mengeklik
tautan di dalamnya. ^
Jika tampak menarik,
saya mengklik link
meski pengirim email
tidak saya kenal.
I clicked on an
interesting link from
an unknown email
sender.
16 I am allowed to
open email
attachments from
unknown senders.
Saya diizinkan membuka
lampiran email dari pengirim
yang tidak dikenal
Saya diizinkan membuka
lampiran email dari
pengirim yang tidak
dikenal. ^
Saya membuka lampiran
email dari pengirim
yang tidak dikenal.
I opened an email
attachment from an
unknown sender.
17 It’s risky to open an
email attachment
from an
unknown sender.
Ini berisiko membuka
lampiran email dari pengirim
yang tidak dikenal.
Ini berisiko membuka
lampiran email dari
pengirim yang tidak
dikenal.
Menurut saya, membuka
lampiran email dari
pengirim yang tidak
dikenal adalah hal yang
beresiko.
According to I
opened an email
attachment from an
unknown sender is a
risky thing.
18 I don’t open email
attachments if the
sender is
unknown to me.
Saya tidak membuka lampiran
email jika pengirimnya tidak
saya kenal.
Saya tidak membuka
lampiran email jika
pengirimnya tidak saya
kenal.
Saya tidak membuka
lampiran email jika
pengirimnya tidak
dikenal.
I did not open an
email attachment if
the sender was not
unknown.
19 I am allowed to
download any files
Saya diizinkan untuk
mendownload file apapun ke
Saya diizinkan untuk
mendownload file apapun
Saya mengunduh file
apapun untuk membantu
I downloaded any file
to help complete the
117
onto my work
computer if they
help me to do my
job.
dalam pekerjaan saya
komputer jika mereka
membantu saya untuk
melakukan pekerjaan saya.
ke dalam komputer jika
membantu saya untuk tugas
saya. ^
menyelesaikan tugas
sekolah.
schoolwork.
20 It can be risky to
download files on
my work computer.
Sangat berisiko mendownload
file di komputer kerja saya.
Sangat berisiko
mendownload file di
komputer saya.
Menurut saya, sangat
beresiko mengunduh file
di komputer saya.
I'm very at risk of
downloading files on
my computer.
21 I download any files
onto my work
computer that will
help me get the job
done.
Saya mendownload file
apapun ke komputer
pekerjaan saya yang akan
membantu saya
menyelesaikan pekerjaan
Saya mendownload file
apapun ke komputer saya
yang akan membantu saya
menyelesaikan tugas.
Saya mengunduh file
apapun untuk membantu
menyelasikan tugas
sekolah.
I downloaded any file
to help with school
tasks.
22 While I am at work,
I shouldn’t access
certain websites.
Sementara saya sedang
bekerja, saya seharusnya tidak
mengakses situs web tertentu.
Sementara saya sedang
sekolah, saya seharusnya
tidak mengakses situs web
tertentu.
Ketika saya di sekolah,
tidak seharusnya
mengakses situs web.
When I am at school,
I should not access
the website.
23 Just because I can
access a website at
work, doesn't mean
that it’s safe.
Hanya karena saya bisa
mengakses situs web di
tempat kerja, tidak berarti itu
aman.
Hanya karena saya bisa
mengakses situs web di
sekolah, tidak berarti itu
aman.
Saya bisa mengakses
situs web di sekolah,
tetapi belum tentu aman.
I can access the
website at school, but
not necessarily safe.
24 When accessing the
Internet at work, I
visit any website
that I want to.
Saat mengakses Internet di
tempat kerja, saya
mengunjungi situs web
manapun yang saya inginkan.
Saat mengakses Internet di
sekolah, saya mengunjungi
situs web manapun yang
saya inginkan. ^
Saat mengakses internet
di sekolah, saya
membuka situs web
apapun yang saya
inginkan.
When accessing the
internet at school, I
open any website I
want.
25 I am allowed to
enter any
information on any
website if it helps
me do my job.
Saya diizinkan untuk
memasukkan informasi
apapun di situs web jika itu
membantu saya melakukan
pekerjaan saya.
Saya diizinkan untuk
memasukkan informasi
apapun
pada situs web jika itu
membantu saya melakukan
Saya memasukkan
informasi apapun di
dunia maya untuk
membantu kegiatan
saya.
I include any
information in
cyberspace to help
my activities.
118
kegiatan saya. ^
26 If it helps me to do
my job, it doesn’t
matter what
information I put on
a website.
Jika itu membantu saya untuk
melakukan pekerjaan saya,
tidak masalah informasi apa
yang saya cantumkan di situs
web.
Jika itu membantu saya
untuk melakukan kegiatan
saya, tidak masalah
informasi yang saya
cantumkan di situs web. ^
Saya akan mencantukan
informasi pribadi di
situs web, karena dapat
membantu kegiatan
saya.
I will post personal
information on the
website, as it can help
with my activities.
27 I assess the safety of
websites before
entering
information.
Saya menilai keamanan situs
web sebelum memasukkan
informasi.
Saya menilai keamanan
situs web sebelum
memasukkan informasi.
Saya akan menilai
keamanan situs web
terlebih dahulu sebelum
memasukkan informasi
pribadi.
I would rate website
security first before
entering personal
information.
28 I must periodically
review the privacy
settings on my
social media
accounts.
Saya harus meninjau secara
berkala pengaturan privasi di
akun media sosial saya
Saya harus meninjau secara
berkala pengaturan privasi
di akun media sosial saya
Saya harus meninjau
secara berkala
pengaturan privasi di
akun media sosial saya.
I must periodically
review the privacy
settings in my social
media account.
29 It’s a good idea to
regularly review my
social media privacy
settings.
Saya menilai keamanan situs
web sebelum memasukkan
informasi.
Sebaiknya tinjau secara
teratur pengaturan privasi
media sosial saya.
Menurut saya, hal yang
baik untuk meninjau
secara teratur
pengaturan privasi pada
media sosial.
I think it's a good
idea to regularly
review the privacy
settings on social
media.
30 I don’t regularly
review my social
media privacy
settings.
Saya tidak secara teratur
meninjau pengaturan privasi
media sosial saya.
Saya tidak secara teratur
meninjau pengaturan privasi
media sosial saya.
Saya tidak teratur dalam
meninjau pengaturan
privasi media sosial.
I'm not regular in
reviewing social
media privacy
settings.
31 I can't be fired for
something I post on
social media. ^
Saya tidak bisa dipecat untuk
sesuatu yang saya posting di
media sosial. ^
Saya tidak bisa dikeluarkan
dari sekolah karena sesuatu
yang saya posting di media
sosial. ^
Saya tidak bisa
dikeluarkan dari sekolah
karena sesuatu yang
saya posting di media
sosial.
I can not be expelled
from school because
of something I post
on social media. ^
119
32 It doesn’t matter if I
post things on social
media that I
wouldn't normally
say in
public. ^
Tidak masalah jika saya
memposting hal-hal di media
sosial yang biasanya tidak
saya katakan
publik. ^
Tidak masalah jika saya
memposting hal-hal di
media sosial yang biasanya
tidak saya katakan publik. ^
Tidak masalah jika saya
posting hal-hal di media
sosial meski biasanya
tidak saya ceritakan
pada banyak orang.
It does not matter if I
post things on social
media that I usually
do not say publicly.
33 I don’t post anything
on social media
before considering
any negative
consequences.
Saya tidak bisa dipecat untuk
sesuatu yang saya posting di
media sosial. ^
Saya tidak memposting
apapun di media sosial
sebelum
mempertimbangkan
konsekuensi negatifnya.
Saya tidak posting
apapun di media sosial
sebelum
mempertimbangkan
akibat negatifnya.
I do not post anything
on social media
before considering
the negative
consequences.
34 I can post what I
want about work on
social media. ^
Tidak masalah jika saya
memposting hal-hal di media
sosial yang biasanya tidak
saya katakan publik. ^
Saya dapat memposting apa
saja yang saya inginkan
tentang kegiatan saya di
media sosial. ^
Saya dapat posting
kegiatan apa saja yang
saya inginkan di media
sosial.
I can post any activity
I want on social
media. ^
35 It’s risky to post
certain information
about my work on
social media.
Ini beresiko untuk mengirim
informasi tertentu tentang
pekerjaan saya di media
sosial.
Berisiko untuk mengirim
informasi tertentu tentang
kegiatan saya di media
sosial.
Mengirimkan informasi
mengenai kegiaatan
pribadi di media sosial
adalah hal yang
beresiko.
Submitting
information about
personal privacy in
social media is risky.
36 I post whatever I
want about my work
on social media. ^
Saya tidak memposting
apapun di media sosial
sebelum mempertimbangkan
konsekuensi negative.
Saya memposting apapun
yang saya inginkan tentang
kegiatan saya di media
sosial. ^
Saya posting tentang
kegiatan saya di media
sosial.
I post about my
activities on social
media. ^
37 When working in a
public place, I have
to keep my laptop
with me at all times.
Saat bekerja di depan umum
tempat, saya harus menjaga
saya
laptop dengan saya setiap
saat.
Saat saya berkegiatan di
tempat umum saya harus
menjaga laptop saya setiap
saat.
Saat saya berada di
tempat umum, saya
harus menjaga laptop
saya.
When I am in a
public place, I have
to take care of my
laptop.
120
38 When working in a
café, it’s safe to
leave my laptop
unattended for a
minute. ^
Saat bekerja di kafe,
aman untuk meninggalkan
laptop saya tanpa dijaga
sebentar. ^
Saat berkegiatan di kafe,,
aman untuk meninggalkan
laptop saya sebentar disana
tanpa dijaga.
Saya merasa aman
meninggalkan sebentar
laptop saya di kafe.
I feel safe in leaving
my laptop at the cafe
while I'm in business.
39 When working in a
public place, I leave
my laptop
unattended
Saat bekerja di depan umum
tempat, saya meninggalkan
laptop saya tanpa dijaga.
Saat berkegitan di tempat
umum, Saya meninggalkan
laptop saya tanpa dijaga.
Saat menggunakan
laptop di tempat umum,
saya dapat
meninggalkannya.
When I am in a
public place, I have
to take care of my
laptop.
40 I am allowed to send
sensitive work files
via a public Wi-Fi
network. ^
Saya diizinkan untuk
mengirim file kerja sensitif
melalui jaringan Wi-Fi publik.
^
Saya diizinkan untuk
mengirim file sensitive
sekolah melalui jaringan
Wi-Fi public ^
Saya diizinkan untuk
mengirim file sensitif
atau rahasia sekolah
melalui jaringan Wi-Fi
publik.
I am allowed to send
sensitive or school
secret files over a
public Wi-Fi network
^
41 It’s risky to send
sensitive work files
using a public Wi-Fi
network.
Ini berisiko mengirim file
kerja sensitif menggunakan
jaringan Wi-Fi publik.
Ini beresiko mengirim file
kegitan sekolah
menggunakan jaringan Wi-
Fi public.
Menurut saya, beresiko
mengirim file kegiatan
sekolah menggunakan
jaringan Wi-Fi publik.
I think it's risky to
send school agitations
files using public Wi-
Fi networks.
42 I send sensitive
work files using a
public Wi-Fi
network. ^
Saya mengirim file kerja
sensitif menggunakan
jaringan Wi-Fi publik. ^
Saya mengirim file kegitan
sekolah yang sensitive saya
dengan Wi-Fi publik.
Saya mengirim file
kegiatan sekolah yang
sensitif dengan Wi-Fi
publik.
I am sending
sensitive school-
sensitive files with
public Wi-Fi.
43 When working on a
sensitive document,
I must ensure that
strangers can’t see
my laptop screen.
Saat mengerjakan dokumen
sensitif, saya harus
memastikan bahwa orang
asing tidak dapat melihat
layar laptop saya.
Saat mengerjakan tugas
yang sensitive saya harus
memastikan bawa orang
asing tidak melihat layar
laptop saya.
Saya harus memastikan
bahwa orang asing tidak
melihat layar laptop
saya ketika mengerjakan
tugas.
I have to make sure
the stranger does not
see my laptop screen
while doing the task.
44 It’s risky to access
sensitive work files
on a laptop if
strangers can see my
Ini berisiko untuk mengakses
file kerja yang sensitif di
laptop jika orang asing dapat
melihat layar saya.
Ini beresiko untuk
mengakses file sensitive
kegitan sekolah di laptop
jika orang asing melihat
Menurut saya, beresiko
untuk mengakses file
kegiatan sekolah yang
sensitif atau rahasia di
I think it's risky to
access sensitive or
confidential school-
sensitive files on my
121
screen. layar laptop saya. laptop jika orang asing
melihat layar laptop
saya.
laptop if strangers see
my laptop screen.
45 I check that
strangers can’t see
my laptop screen if
I’m working on a
sensitive document.
Saya memeriksa bahwa orang
asing tidak dapat melihat
layar laptop saya jika sedang
mengerjakan dokumen
sensitif.
Saya memeriksa bahwa
orang asing tidak dapat
melihat layar laptop saya
jika sedang mengerjakan
dokumen atau tugas yang
sensitif.
Saya dapat memastikan
bahwa orang yang tidak
dikenal dapat melihat
layar laptop saya ketika
mengerjakan tugas yang
rahasia.
I can confirm that
unknown people can
see my laptop screen
while doing a secret
job.
46 Sensitive print-outs
can be disposed of
in the same way as
non-sensitive ones.^
Hasil cetak dokumen sensitif
dapat dibuang dengan cara
yang sama seperti yang tidak
sensitif
Hasil print an dokumen
rahasia dapat dibuang
dengan sembarang.
Menurut saya, hasil
print sesuatu yang
rahasia dapat dibuang
dengan sembarang.
In my opinion the
prints of confidential
documents can be
disposed of
randomly.
47 Disposing of
sensitive printouts
by putting them in
the rubbish bin is
safe. ^
Membuang hasil cetakan yang
sensitif dengan
memasukkannya ke tempat
sampah.^
Membuang hasil print an
dokumen rahasia di tempat
sampah.
Menurut saya,
membuang hasil print
sesuatu yang rahasia di
tempat sampah adalah
aman.
I think throwing out
the prints of secret
documents in the
trash.
48 When sensitive
print-outs need to be
disposed of, I ensure
that they are
shredded or
destroyed.
Bila print-out yang sensitif
harus dibuang, saya
memastikan bahwa
dihancurkan.
Hasil print an dokumen
sensitif jika ingin dibuang
harus di hancurkan.
Menurut saya, hasil
print sesuatu yang
rahasia jika ingin
dibuang harus
dihancurkan.
I think the print
sensitive documents
if you want to be
thrown must be
destroyed.
49 If I find a USB stick
in a public place, I
shouldn’t plug it
into my work
computer.
Jika saya menemukan stik
USB di tempat umum,
sebaiknya saya tidak
memasukkannya ke komputer
kerja saya.
Jika saya menemukan stik
USB di tempat umum,
seharusnya saya tidak
memasukkannya ke
komputer sekolah saya.
Jika saya menemukan
flashdisk di tempat
umum, seharusnya saya
tidak menggunakannya.
If I find a flashdisk in
a public place, I
should not use it.
122
50 If I find a USB stick
in a public place,
nothing bad can
happen if I plug it
into my work
computer. ^
Jika saya menemukan stik
USB di tempat umum, tidak
ada hal buruk yang bisa
terjadi jika saya
memasukkannya ke komputer
kerja saya. ^
Jika saya menemukan stik
USB di tempat umum, tidak
ada hal buruk yang bisa
terjadi jika saya
memasukkannya ke
komputer sekolah saya. ^
Jika saya menemukan
flashdisk di tempat
umum, tidak masalah
jika saya
menggunakannya.
If I find a flashdisk
in a public place,
nothing bad can
happen if I use it.
51 I wouldn’t plug a
USB stick found in a
public place into my
work computer.
Saya tidak akan memasang
stik USB yang ditemukan di
tempat umum ke komputer
kantor saya.
Saya tidak akan memasang
stik USB yang ditemukan di
tempat umum ke komputer
sekolah saya.
Saya tidak
menggunakan flashdisk
yang ditemukan di
tempat umum ke
komputer sekolah saya.
I do not use a flash
found in a public
place to my school
computer.
52 I am allowed to
leave print-outs
containing sensitive
information on my
desk overnight. ^
Saya diizinkan untuk
meninggalkan print-out yang
berisi informasi sensitif di
meja semalaman. ^
Saya diizinkan untuk
meninggalkan print-out
yang berisi informasi
sensitif di meja semalaman.
^
Saya boleh
meninggalkan hasil
print-out sesuatu yang
rahasia di meja rumah.
I was allowed to
leave print-outs
containing sensitive
information on the
night table
53 It’s risky to leave
print-outs that
contain sensitive
information on my
desk overnight.
Ini berisiko meninggalkan
print-out yang berisi informasi
sensitif di meja semalaman
Berisiko meninggalkan
print-out yang berisi
informasi sensitif di meja
semalaman.
Menurut saya, berisiko
meninggalkan print-out
yang berisi informasi
rahasia di atas meja
rumah saya.
I think risk leaving
print-outs containing
sensitive information
on overnight tables.
54 I leave print-outs
that contain
sensitive
information on my
desk when I’m not
there. ^
Saya meninggalkan print-out
yang berisi informasi sensitif
di meja saat saya tidak di
sana. ^
Saya meninggalkan hasil
print out dokumen yang
berisi informasi sensitive di
meja sekolah. ^
Saya meninggalkan
hasil print out sesuatu
yang berisi informasi
rahasia di sekolah.
I left the printout of a
document containing
sensitive information
at school.
55 If I see someone
acting suspiciously
Jika saya melihat seseorang
yang bersikap curiga di
Jika di sekolah, saya
melihat orang yang
Jika di sekolah, saya
melihat orang yang
If at school, I see a
suspicious person, I
123
in my workplace, I
should report it.
tempat kerja saya, saya harus
melaporkannya.
mencurigakan, saya harus
melaporkannya.
mencurigakan, saya
harus melaporkannya.
have to report it.
56 If I ignore someone
acting suspiciously
in my workplace,
nothing bad can
happen. ^
Jika saya mengabaikan
seseorang yang bersikap
curiga di tempat kerja saya,
tidak ada yang buruk
terjadi. ^
Tidak ada hal buruk yang
terjadi jika di sekolah
terdapat orang yang
mencurigakan.
Menurut saya, tidak ada
hal buruk yang terjadi
jika di sekolah terdapat
orang yang
mencurigakan.
I think nothing bad
happens if there are
suspicious people in
the school
57 If I saw someone
acting suspiciously
in my workplace, I
would do something
about it.
Jika saya melihat seseorang
beraksi dengan curiga di
tempat kerja saya, saya akan
melakukan sesuatu untuk hal
itu.
Saya akan melakukan
sesuatu pada orang yang
mencurigakan di sekolah.
Saya akan melakukan
sesuatu pada orang yang
mencurigakan di
sekolah.
I will do something to
suspicious people in
school.
58 I must not ignore
poor security
behaviour by my
colleagues.
Saya tidak boleh mengabaikan
perilaku keamanan yang
buruk dari rekan-rekan saya.
Saya tidak boleh
mengabaikan perilaku
keamanan yang buruk dari
teman-teman saya.
Saya tidak boleh
mengabaikan perilaku
tidak aman dari teman-
teman saya.
I should not ignore
the bad security
behavior of my
friends.
59 Nothing bad can
happen if I ignore
poor security
behaviour by a
colleague. ^
Tidak ada hal buruk yang bisa
terjadi jika saya mengabaikan
perilaku keamanan yang
buruk oleh seorang rekan. ^
Tidak ada hal buruk yang
bisa terjadi jika saya
mengabaikan perilaku
keamanan yang buruk dari
teman.
Menurut saya, hal buruk
tidak dapat terjadi jika
saya mengabaikan
perilaku tidak aman dari
teman saya.
I think bad things can
not happen if I ignore
the bad security
behavior of my
friends.
60 If I noticed my
colleague ignoring
security rules, I
wouldn’t take any
action. ^
Jika saya melihat rekan kerja
saya mengabaikan peraturan
keamanan, saya tidak akan
mengambil tindakan apapun.
^
Jika saya melihat teman
saya mengabaikan peraturan
keamanan, saya tidak akan
mengambil tindakan
apapun.
Saya tidak akan
mengambil tindakan
tertentu apabila teman
saya mengabaikan
peraturan keamanan.
I will not take certain
actions if my friend
ignores the security
rules.
61 It’s optional to
report security
incidents. ^
Ini opsional untuk melaporkan
insiden keamanan. ^
Opsional untuk melaporkan
insiden keamanan. ^
Menurut saya,
melaporkan kejadian
terkait keamanan adalah
pilihan.
I think reporting
security incidents is
an option.
124
62 It’s risky to ignore
security incidents,
even if I think
they’re not
significant.
Ini berisiko mengabaikan
insiden keamanan, bahkan
jika menurut saya itu tidak
signifikan.
Berisiko mengabaikan
insiden keamanan, bahkan
jika menurut saya itu tidak
signifikan
Menurut saya, beresiko
mengabaikan kejadian
terkait kemanan meski
saya anggap tidak
penting.
I think it is risky to
ignore even less
significant incidents
of security.
63 If I noticed a
security incident, I
would report it.
Jika saya melihat insiden
keamanan, saya akan
melaporkannya.
Jika saya melihat insiden
keamanan, saya akan
melaporkannya.
Saya akan melaporkan
kejadian terkait
keamanan yang saya
ketahui.
I will report a
security incident that
I know it.
125
NO ITEM TERJEMAHAN 1 TERJEMAHAN 2 ITEM FINAL T12 BACK TRANSLATION
1 I can look at a painting for
a long time.
Saya bisa melihat
lukisan untuk waktu
yang lama.
Saya bisa melihat
lukisan dalam waktu
lama.
Saya suka menikmati
lukisan dalam jangka
waktu yang lama.
I like to observe paintings for a
long time.
2 I make sure that things are
in the right spot.
Saya memastikan hal
itu berada di tempat
yang tepat.
Saya dapat
memastikan segala
sesuatu dapat berjalan
sebagaimana
mestinya.
Saya dapat memastikan
segala sesuatu dapat
berjalan sebagaimana
mestinya.
I ca n make sure everything
works as it should.
3 I remain unfriendly to
someone who was mean to
me.
Saya tetap tidak
bersahabat dengan
seseorang yang berarti
bagi saya.
Saya kurang ramah
terhadap seseorang
yang berarti bagi
saya.
Saya kurang ramah
terhadap seseorang
yang berarti bagi saya.
I am unfriendly to someone
who means to me.
4 Nobody likes talking with
me.
Tidak ada yang suka
berbicara dengan
saya.
Tidak ada yang suka
berbicara dengan
saya.
Tidak ada yang suka
berbicara dengan saya.
No one likes to talk to me.
5 I am afraid of feeling pain. Saya takut merasakan
sakit
Saya takut merasakan
sakit.
Saya takut merasa
sakit.
I am afraid to feel pain.
6 I find it difficult to lie. Saya merasa sulit
berbohong.
Saya sulit berbohong Saya sulit berbohong. I find it hard to lie
7 I think science is boring. Saya pikir sains itu
membosankan
Saya memandang
ilmu pengetahuan
adalah hal yang
membosankan
Menurut saya, ilmu
pengetahuan adalah hal
yang membosankan.
I think science is a boring
thing.
ADAPTASI ALAT UKUR KEPRIBADIAN HEXACO BHI Lampiran 13
126
8 I postpone complicated
tasks as long as possible.
Saya menunda tugas
rumit selama
mungkin.
Saya suka menunda
untuk menuntaskan
tugas yang bersifat
kompleks.
Jika memungkinkan
saya akan menunda
menuntaskan tugas
yang sulit selama
mungkin.
I like to postpone to complete
complex tasks.
9 I often express criticism. Saya sering
mengekspresikan
kritik.
Saya sering
mengkritik orang
lain.
Saya sering
mengkritik
orang lain.
I often criticize others.
10 I easily approach
strangers.
Saya dengan mudah
mendekati orang
asing.
Saya dengan mudah
dekat dengan orang
yang baru dikenal.
Saya dapat dengan
mudah dekat dengan
orang yang baru
dikenal.
I can easily be close to new
people.
11 I worry less than others. Saya khawatir kurang
dari yang lain.
Saya khawatir kurang
dari orang lain.
Saya khawatir kurang
dari orang lain.
I worry less than others.
12 I would like to know how
to make lots of money in a
dishonest manner.
Saya ingin tahu
bagaimana
menghasilkan banyak
uang dengan cara
yang tidak jujur.
Saya ingin tahu
bagaimana
menghasilkan uang
banyak dengan cara
yang tidak jujur.
Saya ingin tahu
bagaimana
menghasilkan uang
banyak dengan cara
yang tidak jujur.
I want to know how to make a
lot of money in a dishonest
way.
13 I have a lot of imagination. Saya memiliki banyak
imajinasi.
Saya adalah orang
yang memiliki
banyak imajinasi.
Saya adalah orang yang
memiliki banyak
imajinasi.
I am a person who has a lot of
imagination.
14 I work very precisely. Saya bekerja dengan
sangat tepat.
Saya melakukan
aktivitas dengan
sangat tepat
Saya mengerjakan
tugas dengan sangat
tepat.
I do the activity very precisely
15 I tend to quickly agree Saya cenderung cepat Saya mudah Saya mudah I easily agree with others'
127
with others. setuju dengan orang
lain.
menyetujui pendapat
orang lain.
menyetujui pendapat
orang lain.
opinions.
16 I like to talk with others. Saya suka berbicara
dengan orang lain.
Saya suka berbicara
dengan orang lain.
Saya suka berbicara
dengan orang lain.
I like to talk to other people.
17 I can easily overcome
difficulties on my own.
Saya dapat dengan
mudah mengatasi
kesulitan saya sendiri.
Saya mampu dengan
mudah mengatasi
kesulitan yang saya
hadapi.
Saya mampu dengan
mudah mengatasi
kesulitan yang saya
hadapi.
I was able to easily overcome
the difficulties I faced.
18 I want to be famous. Aku ingin terkenal Saya ingin terkenal Saya ingin terkenal. I want to be famous.
19 I like people with strange
ideas.
Saya suka orang
dengan ide-ide aneh.
Saya tertarik dengan
orang lain yang
memiliki ide-ide yang
unik.
Saya tertarik dengan
orang lain yang
memiliki ide-ide yang
unik.
I am interested in other people
who have unique ideas.
20 I often do things without
really thinking.
Saya sering
melakukan sesuatu
tanpa benar-benar
berpikir.
Saya sering
melakukan tindakan
tanpa berpikir
terlebih dahulu.
Saya sering melakukan
tindakan tanpa berpikir
terlebih dahulu.
I often do action without
thinking first.
21 Even when I’m treated
badly, I remain calm.
Bahkan saat saya
diperlakukan buruk,
saya tetap tenang.
Saya tetap tenang,
meskipun
diperlakukan dengan
buruk.
Saya tetap tenang,
meskipun diperlakukan
dengan buruk.
I remain calm, despite being
treated badly.
22 I am seldom cheerful. Saya jarang ceria.
Saya jarang ceria. Saya jarang ceria. I'm rarely cheerful.
128
23 I have to cry during sad or
romantic movies.
Saya harus menangis
saat film sedih atau
romantis.
Saya suka menangis
saat menonton film
sedih atau romantis.
Saya menangis saat
menonton film sedih
atau romantis.
I cried while watching a sad or
romantic movie.
24 I am entitled to special
treatment.
Saya berhak mendapat
perlakuan khusus.
Saya berhak
mendapat perlakuan
khusus.
Saya berhak mendapat
perlakuan khusus.
I deserve special treatment.