pengaruh keterlambatan kewajiban membayar...
TRANSCRIPT
PENGARUH KETERLAMBATAN KEWAJIBAN MEMBAYAR PREMI
TERHADAP PENYELESAIAN KLAIM MENINGGAL DI AJB
BUMIPUTERA 1912 KANTOR WILAYAH
SYARIAH JAKARTA 1
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh:
SITI INDAROH
KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008 M/ 1429 H
PENGARUH KETERLAMBATAN KEWAJIBAN MEMBAYAR PREMI
TERHADAP PENYELESAIAN KLAIM MENINGGAL DI AJB
BUMIPUTERA 1912 KANTOR WILAYAH
SYARIAH JAKARTA 1
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh:
SITI INDAROH
NIM. 103046228397
Di Bawah Bimbingan:
Pembimbing I Pembimbing II
H. Sugiyarno, SE, MM, AAAIJ AM. Hasan Ali, MA
NIP. 150 370 226
KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008 M/ 1429 H
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul ”PENGARUH KETERLAMBATAN KEWAJIBAN
MEMBAYAR PREMI TERHADAP PENYELESAIAN KLAIM MENINGGAL
DI AJB BUMIPUTERA 1912 KANTOR WILAYAH SYARIAH JAKARTA 1”
telah diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 22 mei 2008.
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
pada Program Studi Muamalat.
Jakarta, 22 mei 2008
Mengesahkan
Dekan,
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM
NIP. 150 210 422
PANITIA UJIAN
Ketua : Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM (…………....)
NIP. 150 210 422
Sekretaris : Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag (…………….)
NIP. 150 318 308
Pembimbing I : H. Sugiyarno, SE, MM, AAAIJ (…………….)
Pembimbing II: AM. Hasan Ali, MA (…………….)
NIP. 150 370 226
Penguji I : Drs. H. Husni Thoyyar, M.Ag (……………..)
NIP. 150 050 919
Penguji II : Jaenal Aripin, M.Ag (……………)
NIP. 150 289 202
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa hasil karya asli saya atau merupakan hasil
jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku
di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 2 Mei 2008
Siti Indaroh
ABSTRAKS
PENGARUH KETERLAMBATAN KEWAJIBAN MEMBAYAR PREMI
TERHADAP PENYELESAIAN KLAIM MENINGGAL DI AJB
BUMIPUTERA 1912 KANTOR WILAYAH
SYARIAH JAKARTA 1
Oleh
Siti Indaroh
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh
keterlambatan kewajiban membayar premi terhadap penyelesaian klaim meninggal di
AJB BumiPutera 1912 Kantor Wilayah Syariah Jakarta 1. Jenis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kombinasi antara kuantitatif dan kualitatif. Data
kuantitatif berupa jumlah premi dan klaim meninggal, sedangkan kualitatif berupa
mekanisme pembayaran premi dan prosedur pengajuan klaim meninggal. Dan untuk
metode analisa menggunakan Koefisien korelasi r-product moment dan Regresi linear
sederhana.
Hasil dari penghitungan secara manual diperoleh bahwa nilai r = 0,99 artinya
terdapat hubungan positif yang sangat kuat antara variabel x (jumlah premi) dengan
variabel y (jumlah klaim meninggal dunia). Dengan persamaan regresi Y=-
0,733+0,09x, artinya setiap ada satu peningkatan jumlah premi sebesar 1 satuan
miliar, maka akan mempengaruhi peningkatan pada jumlah klaim meninggal sebesar
0,09 satuan miliar
Dengan kesimpulan pengaruh keterlambatan kewajiban membayar premi
terhadap penyelesaian klaim meninggal dunia di AJB BumiPutera 1912 Kantor
Wilayah Syariah Jakarta 1 berdampak positif dengan r= 0,99 yang artinya hubungan
yang sangat kuat. Berarti semakin tinggi jumlah premi yang diterima maka semakin
tinggi juga jumlah klaim meninggal yang dibayarkan. Jadi ketika pemegang
polis/peserta ditakdirkan meninggal dalam masa asuransi dan belum membayar premi
pada saat pengajuan klaim meninggal maka santunan kematian yang akan diterima
oleh ahli waris akan menurun/lebih kecil dari jumlah santunan kematian jika
pemegang polis/peserta tersebut membayar premi pada waktunya
Dan saran untuk Perusahaan asuransi harus lebih meningkatkan kualitas
pelayanannya dalam hal administrasi pembayaran premi dan proses klaim. Selain itu
Perusahaan agar lebih memperhatikan sistem prosedur yang lebih mudah agar dapat
dimengerti. Masyarakat yang berkenan membeli polis Asuransi Jiwa Syariah agar
lebih mengetahui bahwa pentingnya pembayaran premi pada perjanjian asuransi,
karena akan berpengaruh terhadap penyelesaian klaim meninggal.
Kata kunci (Penulusuran Katalog): Premi atau klaim
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirahim
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Rahman dan Rahim, segala puji
dan syukur hanya bagi Allah SWT yang merajai hari akhir. Dan telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Hanya lafaz Alhamdulillah akhirnya skripsi yang berjudul “PENGARUH
KETERLAMBATAN KEWAJIBAN MEMBAYAR PREMI TERHADAP
PENYELESAIAN KLAIM MENINGGAL DI AJB BUMIPUTERA 1912 KANTOR
WILAYAH SYARIAH JAKARTA 1”selesai juga ditulis oleh penulis.
Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW
yang telah membawa cahaya kebenaran kepada keluarga, sahabat dan semoga kepada
kita selaku umatnya.
Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, tuntunan, bantuan
moril dan materil, dan segala bentuk bantuan yang sangat tinggi nilainya selama
menempuh studi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Ucapan terima kasih yang tulus penulis ucapkan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA, MM Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ketua Program Studi Muamalat Ibu Euis Amalia, M.Ag dan Sekretaris Program
Studi Muamalat Bapak Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag
3. Seluruh Dosen yang telah membimbing dan memberikan ilmu yang sangat
bermanfaat kepda penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga penulis dapat mengamalkan
ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan.
4. Bapak H. Sugiyarno, SE, MM, AAAIJ dan Bapak AM. Hasan Ali, MA selaku
Dosen Pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan waktu luang, tenaga
serta pikiran untuk memberikan ilmu, pengarahan dan bimbingan kepada penulis
dalam penyusunan skripsi ini. Mudah-mudahan Allah SWT mencatat amal
kebaikannya.
5. Pimpinan dan segenap karyawan AJB BumiPutera 1912 Kantor Wilayah Syariah
Jakarta 1, khususnya Mba Dini, Mba Fitri, dan Bapak Dudi yang telah banyak
membantu memberikan informasi dan data dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Pimpinan beserta staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan fasilitas
kepada penulis dalam memenuhi studi pustaka.
7. Dua manusia yang paling berjasa kepada penulis, yaitu Ibunda Sukinah dan
Ayahanda Rustam yang tidak terkira kasih sayangnya dan kesabaranya dalam
membesarkan penulis. Rasanya mustahil jasa keduanya dapat terbalas. Hanya
usaha memperbaiki diri dan doa yang tiada henti terputus yang dapat penulis
persembahkan. Semoga Allah SWT senantiasa membentangkan ampunan rahmat
kepada keduanya.
8. Kakak-kakakku dan keluarga barunya Mba Endang, Mba Wit, Akang Jo’ dan
Adeku ‘iis’ tempat berkeluh kesah, ‘Iwan’ sindrom penyemangatku. Terima kasih
selama ini telah memberikan motivasi dan bantuan materil kepada penulis,
semoga kita dapat hidup dengan rahmat-Mu di dunia dan dapat berkumpul
kembali di surga-Mu. Yaa Allah Amin…
9. Sahabatku Erie dan Ella yang telah memberikan support dan persahabatan yang
indah ini. Terima kasih atas kehadiran kalian dalam hidup penulis. Buat
‘Qusayangimu’ kali ini tidak ada cinta dan terima kasih lagi untuk kamu.
10. Teman-temanku Vivi, Iez, Indi, Mba janah, Maul, Omi dkk, MalaNtheganknya,
Q, V3, Edi km, Ozi, Nuni, Nursyamsiah, Rian dan semua teman-teman TKF 2003.
Terima kasih atas semarak lima tahun bersama, Love U guyz…
11. Teman-teman hang out Yayah, Cipto, Neng yun, Neng Din, Bang Iben, Ipul, V3
‘FEIS’, Ayu ‘FEIS’, dan Rini ‘UNAS’. Keep always our friendship…
12. Semua teman-teman kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terima kasih atas
hari-hari yang menyenangkan dan menyebalkan. But you’re the best…
13. Ade sepupuku Yoyo buat komputer dan pengalaman dunia kerjanya.
14. Buat orang-orang yang meragukan penulis dalam menyelesaikan studi ini, terima
kasih karena dengan hal itu membuat penulis lebih bersemangat lagi untuk
menyelesaikan studi ini.
15. Dan semua pihak yang telah memberikan bantuan yang tidak bisa disebutkan satu
persatu.
Semoga seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan
skripsi ini diberikan pahala yang berlimpah serta diliputi keberkahan dalam hidupnya.
Demikian, semoga skripsi ini bisa memberikan manfaat bagi yang
membacanya.
Jakarta, 2 Mei 2008 M
27 Rabiul akhir 1429 H
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………
DAFTAR ISI……………………………………………………………..…
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………………. …
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah …………………………
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………………..
D. Review Studi Terdahulu ……………………………………….
E. Kerangka Teori ………………………………………………..
F. Metode Penelitian dan Tehnik Penulisan ……………………...
G. Sistematika Penulisan …………………………………………
BAB II PREMI DAN KLAIM DALAM ASURANSI JIWA SYARIAH
A. Pengertian Asuransi Jiwa Syariah ……………………………
B. Landasan Hukum Asuransi Syariah …………………………...
C. Pengertian Premi ………………………………………………
D. Pengertian Klaim ………………………………………………
E. Prinsip Dasar Asuransi Jiwa Syariah ………………………….
vi
x
xiii
1
5
5
6
9
10
17
19
22
28
31
32
BAB III GAMBARAN UMUM AJB BUMIPUTERA 1912 SYARIAH
A. Sejarah dan Perkembangannya…………………………………
B. Falsafah, Visi, dan Misi ………………………………………..
C. Produk-produk Syariah ………………………………………..
D. Struktur Organisasi …………………………………………….
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Mekanisme Pembayaran Premi di AJB BumiPutera 1912
Kantor Wilayah Syariah Jakarta 1……………………………...
B. Mekanisme Pengajuan Klaim Meninggal di AJB BumiPutera
1912 Kantor Wilayah Syariah Jakarta ………………………..
C. Pertumbuhan Premi dan Klaim Meninggal AJB BumiPutera
1912 Kantor Wilayah Syariah Jakarta 1 ……………………….
D. Kendala yang Dihadapi Dalam Pengurusan Klaim Meninggal
Terhadap Polis yang Preminya Terjadi Keterlambatan
Membayar……………….... . …………………………………
E. Analisis Pengaruh Keterlambatan Kewajiban Membayar Premi
Terhadap Penyelesaian Klaim Meninggal di AJB BumiPutera
1912 Kantor Wilayah Syariah Jakarta 1………………………..
37
40
41
51
61
65
74
79
84
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………..
B. Saran-saran…………………………………………………......
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….
LAMPIRAN-LAMPIRAN………………………………………………….
87
88
90
93
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Struktur Organisasi……………………………………………… 51
Gambar 4.1 Ilustrasi pembayaran premi pertama tanpa pemeriksaan dokter
(Non medical Insurance)……………………………………… .. 62
Gambar 4.2 Ilustrasi pembayaran premi pertama dengan pemeriksaan dokter
(Medical Insurance)……………………………………............... 64
Gambar 4.3 Flow chart (alur) pengajuan klaim meninggal dunia pada tahun I
dan tahun ke II……………………………………….................... 68
Gambar 4.4 Flow chart (alur) pengajuan klaim meninggal dunia pada tahun
ke III dan seterusnya…………………………………………....... 71
Gambar 4.5 Grafik Jumlah premi AJB BumiPutera1912 Kantor Wilayah
Syariah Jakarta 1 tahun 2005-2007………………………............. 76
Gambar 4.6 Grafik Jumlah klaim meninggal AJB BumiPutera1912Kantor
Wilayah Syariah Jakarta 1 tahun 2005-2007…………………..... 78
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hidup dan mati seperti dua sisi mata uang. Ia tak dapat dipisahkan, karena
setiap yang hidup pasti akan mati. Dan kematian merupakan suatu kepastian yang
tidak pasti, tidak ada seorang pun yang bisa memprediksinya.
Pada umumnya setiap manusia berkeinginan untuk mendapatkan
kepastian dalam hidupnya atau terhindar dari risiko. Akan tetapi banyak risiko
yang menghadang manusia seperti sakit, kebakaran, kecelakaan, kematian dan
risiko-risiko lainnya. Bagi kebanyakan orang, sakit dan meninggal dunia
merupakan kepastian yang tidak pasti. Namun, ketika peristiwa tersebut benar-
benar terjadi, implikasi biaya yang dikeluarkan dapat sedemikian besar dan
membebani kehidupan ekonomi rumah tangga. Salah satu cara mengatasi risiko
dari ketidak pastian tersebut adalah dengan berasuransi.
Sesuai dengan maksud dari asuransi itu sendiri adalah suatu persetujuan
dimana penanggung berjanji kepada tertanggung untuk membayar sejumlah
kerugian yang telah disepakati bila terjadi kerusakan, kerugian, atau kehilangan
keuntungan itu, disebabkan oleh sesuatu peristiwa yang belum terjadi.1
1 C.S.T Kansil dan Christine S.T.Kansil, Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum Dagang
Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2002), cet-1, h.178
Asuransi itu sendiri merupakan lembaga keuangan bukan bank yang
memiliki tujuan untuk menghimpun dana masyarakat melalui pengumpulan uang
yang disebut dengan premi, dalam usaha perasuransian faktor yang paling
dominan adalah kepercayaan dan kepuasan. Masyarakat akan mendapatkan
manfaat atas dana yang telah disetor kepada perusahaan asuransi dengan
perjanjian yang telah disepakati bersama.
Dalam asuransi jiwa selain bersifat membagi risiko juga bersifat
menabung. Hal ini karena apabila kematian lebih lama dari yang ditentukan
dalam penutupan asuransi, berarti penanggung akan memberikan sejumlah uang
sebagaimana sudah ditetapkan sebelumnya.2
Oleh sebab itu, setiap calon peserta asuransi jiwa yang berkeinginan
membeli polis asuransi ada yang dipersyaratkan melalui pemeriksaan dokter
(medical check up), dan jujur dalam memberikan informasi mengenai catatan
medisnya. Agar perusahaan asuransi bisa lebih mudah untuk memproses klaim
yang diajukan, tanpa adanya ketidakjujuran dalam catatan medis yang diberikan.
Karena perusahaan asuransi bisa menolak klaim yang diajukan dengan alasan
ragu atas keabsahan catatan medis tertanggung.3
Kepuasan nasabah dalam berasuransi lebih banyak ditentukan oleh
bagaimana perusahaan asuransi memproses secara baik dan cepat klaim yang
2 Man Suparman Sastrawidjaja dan Endang, Hukum Asuransi Perlindungan Tertanggung
Asuransi Deposito Usaha Perasuransian, (Bandung: PT Alumni, 2004), cet-3, h. 65
3 Hartono Widjaja, “Pusing Ngurus Klaim”, Proteksi XXVIII, No 192 (Januari 2007), h. 30
diajukan pesertanya, maka kemudahan dalam proses penyelesaian klaim
merupakan tindakan yang paling penting didalam perusahaan asuransi untuk
dapat menanamkan kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan asuransi
tersebut.
Perusahaan asuransi tidak dengan mudah mengeluarkan dan atau
membayarkan klaim yang telah diajukan oleh Ahli waris walaupun klaim
merupakan kewajiban yang harus diberikan kepada ahli waris pada saat
mengalami kerugian financial. Meskipun, klaim itu adalah hak peserta asuransi
yang wajib diberikan oleh perusahaan asuransi sesuai dengan kesepakatan dalam
akad.4 Akan tetapi perusahaan asuransi harus dengan teliti memproses,
menghitung apakah klaim tersebut memang layak dibayarkan atau tidak.
Meskipun sebuah perusahaan Asuransi telah memberikan pelayanan klaim
secara maksimal ada satu masalah yang cukup berdampak pada penyelesaian
klaim yaitu keterlambatan kewajiban membayar premi yang harus dibayar oleh
peserta atau pemegang polis kepada perusahaan asuransi. Banyak para peserta
lebih banyak menuntut haknya yaitu pembayaran klaim dengan secepatnya tanpa
terlebih dahulu melaksanakan kewajibanya dengan membayar premi. Artinya,
pembayaran premi sering dilalaikan oleh peserta. Dalam perusahaan asuransi,
premi merupakan kewajiban pemegang polis untuk mendapatkan sejumlah
manfaat. Sedangkan klaim merupakan salah satu manfaat yang disediakan
4 Tim Penulis Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa
Dewan Syariah Nasional, (Jakarta: Intermasa, 2003), Ed-2, h.136
perusahaan asuransi sebagai bentuk pembayaran santunan apabila tertanggung
meninggal dunia.
Dengan adanya hak dan kewajiban yang timbul dalam sebuah perjanjian
asuransi maka penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian apakah
hubungan antara hak dan kewajiban antara tertanggung dan penanggung, yaitu
dalam pembayaran premi dan penyelesaian klaim.
Oleh sebab itu, penulis bermaksud untuk menjelaskan besarnya pengaruh
keterlambatan kewajiban membayar premi terhadap penyelesaian klaim
meninggal dunia di AJB BumiPutera 1912 Kantor Wilayah Syariah Jakarta 1.
Pembayaran premi merupakan hal pokok yang sangat penting dalam kegiatan
operasional perusahaan asuransi, yang bisa mempengaruhi kinerja keuangan. Dan
kinerja keuangan yang baik berdampak pada proses pembayaran klaim yang
lancar. Sedangkan penyelesaian klaim mempunyai pengaruh yang kuat terhadap
kepuasan nasabah, yang pada akhirnya berdampak pada reputasi sebuah
perusahaan asuransi.
Kedua pokok masalah tersebutlah yang kiranya ingin dijelaskan dalam
penelitian ini untuk menganalisa dan mengkaji dengan permasalahan-
permasalahan yang ada. Maka skripsi ini diberi judul “PENGARUH
KETERLAMBATAN KEWAJIBAN MEMBAYAR PREMI TERHADAP
PENYELESAIAN KLAIM MENINGGAL DI AJB BUMIPUTERA 1912
KANTOR WILAYAH SYARIAH JAKARTA 1”. Semoga penulisan skripsi ini
bisa menambah wawasan dan bermanfaat bagi yang membacanya.
B. Perumusan dan Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih fokus kepada permasalahannya, maka penulis
membatasi penelitian ini hanya berkisar pada polis yang preminya mengalami
keterlambatan membayar dan klaim meninggal dunia pada asuransi perorangan di
AJB BumiPutera 1912 Kantor Wilayah Syariah Jakarta 1.
Untuk memudahkan pembahasan ini, maka akan dirumuskan
permasalahan yang akan dibahas dalam beberapa pertanyaan berikut ini:
1. Bagaimana mekanisme Pembayaran Premi di AJB Bumiputera 1912 Kantor
Wilayah Syariah Jakarta 1?
2. Bagaimana prosedur penyelesaian klaim meninggal dunia di AJB
Bumiputera 1912 Kantor Wilayah Syariah Jakarta 1?
3. Apa pengaruh keterlambatan kewajiban membayar premi terhadap
penyelesaian klaim meninggal dunia di AJB BumiPutera 1912 Kantor
Wilayah Syariah Jakarta 1?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui mekanisme pembayaran premi di AJB Bumiputera 1912
Kantor Wilayah Syariah Jakarta 1.
2. Untuk mengetahui prosedur penyelesaian klaim meninggal dunia di AJB
Bumiputera 1912 Kantor Wilayah Syariah Jakarta 1.
3. Untuk mengetahui pengaruh keterlambatan kewajiban membayar premi
terhadap penyelesaian klaim meninggal dunia di AJB BumiPutera 1912
Kantor Wilayah Syariah Jakarta 1.
Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Penulis, menambah pengetahuan dan wawasan tentang proses klaim
yang preminya mengalami keterlambatan.
2. Bagi Fakultas dan Jurusan, diharapkan memperluas wawasan tentang
sebuah perusahaan asuransi, khususnya dalam penyelesaian klaim.
3. Bagi AJB BumiPutera 1912 Kantor Wilayah Syariah Jakarta 1, agar bisa
menjadi acuan untuk lebih menghimbau para pesertanya untuk membayar
premi pada waktunya.
4. Bagi masyarakat, menambah pengetahuan tentang proses klaim dan
pentingnya membayar premi pada perusahaan asuransi jiwa tepat pada
waktunya.
D. Review Studi Terdahulu
Untuk menghindari adanya duplikasi dan penciplakan dengan penelitian
sebelumnya. Maka penulis mengevaluasi kembali penelitian-penelitian yang
membahas tema yang sama dengan judul penelitian yang akan dilakukan penulis.
Diantaranya adalah:
1. Penelitian terdahulu yang mengkaji tentang klaim yang dilakukan oleh Dian
Fitriani, Mahasiswi S1 Jurusan Muamalat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2003 yang berjudul “Penyelesaian Sengketa Klaim pada PT Asuransi Syariah
Mubarakah Jakarta.” Dengan hasil penelitian banyaknya sengketa klaim yang
terjadi pada sebuah perusahaan asuransi disebabkan oleh perjanjian yang
sifatnya abstrak dan kurangnya pemahaman tertanggung pada isi polis itu
sendiri. Aspek etika dan moral sangat diperlukan diantaranya keterbukaan
dalam mengungkapkan semua fakta, itikad baik serta kejujuran harus dimiliki
oleh kedua belah pihak. Pada PT Asuransi Syariah Mubarakah jika terjadi
sengketa klaim yang terjadi diupayakan penyelesaiannya melalui musyawarah
dan pada saat tidak mendapat titik temu dari permasalahan yang ada maka
sengketa klaim ini diselesaikan melalui lembaga arbitrase.5
2. Adapula penelitian yang berjudul “Hubungan Investigasi Klaim Meninggal
Dunia dengan Realisasi Pembayaran Klaim (studi kasus pada AJB
BumiPutera 1912 Syariah Jakarta)” oleh Ida Nurhidayah, Mahasiswi S1
Jurusan Muamalat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2005. Dalam penelitian
ini disimpulkan bahwa hubungan investigasi klaim dengan pembayaran klaim
sangat erat. Karena perusahaan asuransi tidak hanya menggunakan logika
untuk melakukan pembayaran klaim, akan tetapi menggunakan fakta dan data
yang didapat dari lapangan. Sedangkan besarnya klaim itu sudah ditentukan di
awal, kecuali jika peserta dalam pembayaran ada penunggakkan pembayaran
premi. Cara yang dilakukan untuk mendapatkan fakta adalah dengan cara
5 Dian fitriani,” Penyelesaian Sengketa Klaim pada PT Asuransi Syariah Mubarokah
Jakarta,” (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003), h.58
melayat, kunjungan, silaturahmi serta turut berbela sungkawa atas
meninggalnya peserta asuransi.6
3. Dalam penelitian lain yang berjudul “Analisis Proses Pembayaran Klaim
Terhadap Persepsi Pemegang Polis Asuransi Jiwa PT. AIG Lippo Karawaci”
yang dilakukan oleh Devi Yanti, Mahasiswi S1 Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007. Penelitian
ini membahas tentang pengaruh pembayaran klaim terhadap persepsi
pemegang polis asuransi jiwa, yang berdampak positif dengan r = 0,925 yang
berarti hubungan yang sangat kuat. 7
Sementara itu dari segi teoritis ketiga penelitian ini tidak jauh berbeda.
Dengan demikian dari penelitan tersebut, maka penulis mencoba mengembangkan
dan menuangkan dalam sebuah penelitian yang tidak hanya fokus pada analisis
pengaruh (koefisien korelasi) tetapi pada prediksi (regresi) pengaruh
keterlambatan kewajiban membayar premi terhadap penyelesaian klaim
meninggal dunia. Adapun metode yang digunakan adalah metode korelasi dan
regresi linier sederhana dengan menggunakan penghitungan secara manual
dengan alat bantu hitung.
6 Ida nurhidayah,” Hubungan Investigasi Klaim Meninggal Dunia dengan Realisasi
Pembayaran Klaim,” (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2005), h.56
7 Devi yanti,” Analisis Proses Pembayaran Klaim Terhadap Persepsi Pemegang Polis
Asuransi Jiwa di PT. AIG Lippo Karawaci,” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007), h. 100
E. Kerangka Teori
Premi adalah salah satu unsur penting dalam perusahaan asuransi jiwa
karena merupakan kewajiban pokok yang wajib dipenuhi oleh tertanggung kepada
penanggung. Sebagai perjanjian timbal balik, asuransi bersifat konsensual, artinya
sejak terjadi kesepakatan timbullah kewajiban dan hak kedua belah pihak. Dalam
hubungan hukum asuransi, penanggung menerima pengalihan risiko dan
membayarkan klaim jika terjadi peristiwa yang tidak pasti (meninggal dunia)
yang sudah diperjanjikan dalam polis kepada ahli waris tertanggung, dan
tertanggung membayar sejumlah premi sebagai imbalannya.
Hubungan antara premi dan klaim merupakan salah satu contoh yang
menunjukkan bahwa kadang-kadang terjadi hubungan antara dua variabel yang
berbeda, yaitu variabel x dan variabel y.
Teori yang akan di gunakan dalam penelitian ini adalah teori korelasi.
Korelasi adalah teori yang digunakan untuk menentukan tingkat hubungan
variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi. Hubungan antara dua
variabel tidak saja dalam bentuk sebab akibat, tetapi juga hubungan timbal balik
antara dua variabel.8
Untuk pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan penghitungan
secara manual dengan alat bantu hitung. Skala yang digunakan adalah skala
8 Subana, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), cet ke-2, h. 36
interval yang kemudian dianalisa dengan menggunakan Uji regresi dan Koefisien
korelasi r-product moment.
F. Metode Penelitian dan Tehnik Penulisan
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitan ini adalah statistik inferensial, yaitu jenis penelitian
digunakan untuk mendeskripsikan keadaan gejala sosial yang tampak dan
melihat hubungan-hubungan kausalitas antara gejala-gejala tersebut.9 Dalam
hal ini akan digunakan untuk meneliti keterlambatan kewajiban membayar
premi terhadap penyelesaian klaim meninggal dunia. Selain itu juga penelitian
ini merupakan kombinasi antara penelitian kualitatif dan kuantitatif, dimana
penulis dalam melakukan pengumpulan data tidak hanya dinyatakan dalam
bentuk kata, kalimat atau gambar, tetapi juga dalam bentuk angka-angka
2. Pendekatan Penelitan
Pendekatan Penelitian ini dilakukan dengan cara survei. Tujuan dari
menggunakan pendekatan survei adalah untuk mengukur gejala-gejala yang
ada tanpa menyelidiki kenapa gejala-gejala tersebut ada. Jenis survei yang
digunakan adalah dengan survei sampel yang dilakukan hanya pada
9 Burhan bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana,2005), h. 171
sebagian kecil dari suatu populasi.10
Dalam hal ini hanya menganalisa
besarnya premi dan klaim meninggal dunia saja.
3. Jenis dan Sumber Data
a. Sumber Data Primer, yaitu data yang diperoleh dengan wawancara
langsung kepada bagian yang menangani klaim dan premi pada AJB
BumiPutera 1912 Kantor Wilayah Syariah Jakarta 1.
b. Sumber Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari kajian kepustakaan
sebagai pendukung data primer. Dalam penelitian ini diperoleh melalui:
1) Company Profile
2) Laporan keuangan Tahun 2005 hingga 2007 AJB BumiPutera 1912
Kantor Wilayah Syariah Jakarta 1
3) Majalah proteksi
4) Brosur-brosur
5) Buku-buku asuransi dan sumber tertulis lainnya yang berkaitan dengan
masalah yang dibahas.
4. Tehnik Pengumpulan Data
a. Studi Pustaka (Library Research) yaitu kajian pustaka yang dilakukan
untuk mencapai pemahaman yang komprehensif tentang konsep yang
akan dikaji. Bahan yang digunakan adalah laporan tahunan, majalah,
buku, dan beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dan relevan
dengan kajian ini.
10 Subana,. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, h.32
b. Untuk penelitian lapangan (Field Research) penulis mengumpulkan data
secara langsung dari tempat penelitian ini. Dengan melalui dua cara, yaitu:
1) Observasi terstruktur yaitu penulis melakukan pengamatan langsung
kelapangan dengan mendatangi nara sumber yaitu AJB BumiPutera
1912 Kantor Wilayah Syariah Jakarta 1. Hal ini guna untuk
mengetahui keadaan sebenarnya yang terjadi dilokasi penelitian yang
berkaitan dengan mekanisme pembayaran premi dan mekanisme
pengajuan klaim meninggal dunia.
2) Wawancara yaitu penulis melakukan wawancara terstruktur dengan
memberikan daftar pertanyaan yang telah ditentukan dengan
menggunakan pedoman wawancara. Untuk memperoleh informasi
berkenaan dengan hal-hal dan data-data tentang klaim dan premi.
Objek wawancara terbagi menjadi 2 yaitu:
a) Ibu Dini: Bagian Kesekretariatan
Untuk memperoleh informasi mengenai Company Profile AJB
BumiPutera 1912 Kantor Wilayah Syariah Jakarta 1
b) Ibu Fitri dan Bapak Dudi: Bagian Klaim
Untuk memperoleh informasi hal-hal dan data-data mengenai
premi dan klaim.
5. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah AJB BumiPutera 1912 Kantor
Wilayah Syariah Jakarta 1 yang beralamat di Jl. Wolter Monginsidi No.
84-86 Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12170. Dan yang menjadi objeknya
produk asuransi jiwa syariah (Mitra Iqra, Mitra Mabrur dan Mitra
Sakinah). Sampel yang digunakan adalah jumlah premi dan klaim
meninggal dunia tahun 2005-2007.
Sedangkan tehnik yang digunakan dalam pengambilan sampel
adalah dengan tehnik purposif. Tehnik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu.11
Dalam penelitian ini akan dibahas pengaruh
keterlambatan kewajiban membayar premi terhadap penyelesaian klaim
meninggal, maka sampel yang digunakan hanya data-data tertentu saja
yaitu mengenai premi yang diterima dan klaim meninggal yang
dibayarkan.
6. Variabel Penelitian
a. Jumlah Premi yang diterima oleh AJB Bumiputera 1912 Kantor
Wilayah Syariah Jakarta 1 tahun 2005-2007 (variabel x), adalah
variabel yang mempengaruhi atau variabel bebas.
b. Jumlah klaim meninggal dunia yang dibayarkan oleh AJB Bumiputera
1912 Kantor Wilayah Syariah Jakarta 1 tahun 2005-2007 (variabel y),
adalah variabel yang dipengaruhi atau varibel terikat.
11 Ali mauludi, Statistika 1Penelitian Ekonomi dan Sosial, (Jakarta:Prima Heza Lestari,2006),
Ed 1, h. 34
7. Paradigma Penelitian
Paradigma dari penelitian ini adalah:
x y
Menunjukkan hubungan antara satu variabel independent (x= premi)
dengan satu variabel dependent (y= klaim meninggal dunia)
8. Teknik Analisa dan Interpretasi Data
a. Editing
Adalah kegiatan yang dilaksanakan setelah penulis selesai
menghimpun data di lapangan.12
Yaitu memeriksa kembali data-data
yang sudah diperoleh dari lapangan dan pustaka, agar tidak terjadi
kejanggalan-kejanggalan yang mengganggu pada instrumen dan data
yang diperoleh. Untuk menghindari adanya data yang kurang atau
terlewatkan.
b. Tabulasi
Setelah data diklasifikasi berdasarkan kebutuhan dalam penelitian,
maka tahap selanjutnya yaitu tabulasi. Memasukkan data pada tabel-
tabel tertentu dan mengatur angka-angka serta menghitungnya.13
12 Burhan bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 165
13 Ibid., h. 168
Premi Klaim Meninggal Dunia
c. Analisa dan Interpretasi Data
1) Metode analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a) Metode Kualitatif, digunakan dalam penelitian ini karena
dalam mekanisme pembayaran premi dan prosedur pengajuan
klaim meninggal dunia diperoleh dari data yang dikumpulkan
berupa kata, kalimat atau gambar.
b) Metode Kuantitatif, mendeskripsikan data dalam bentuk
angka-angka. Karena penelitian ini akan menganalisa jumlah
premi dan klaim meninggal dunia.
c) Metode Korelasi, dengan menganalisa hubungan antara dua
variabel yaitu variabel x dan y. Untuk menganalisa hubungan
antara keterlambatan kewajiban membayar premi terhadap
penyelesaian klaim meninggal dunia.
2) Interpretasi Data
a) Regresi linear sederhana
Regresi adalah suatu analisis yang digunakan sebagai alat
ukur untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel
independent x (jumlah premi) terhadap variabel dependent y
(jumlah klaim meninggal) pada AJB BumiPutera 1912 Kantor
Wilayah Syariah Jakarta 1. Metode ini juga dapat dijadikan
sebagai ramalan, sehingga dapat diperkirakan antara baik atau
buruknya suatu variabel terhadap naik turunnya suatu variabel
y. Dengan rumus:
Keterangan:
Y: Nilai yang diukur pada variabel terikat
a: Konstanta
b: Koefisien regresi yang mengukur besarnya peningkatan atau
penurunan variabel y yang didasarkan pada variabel x
x : Nilai variabel bebas
b) Koefisien korelasi r-product moment
Digunakan untuk mengetahui bagaimana hubungan
kekuatan antara variabel x (jumlah premi) dan variabel y
(jumlah klaim meninggal). Dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
r = Koefisien korelasi
x = Jumlah premi yang diterima
y = Jumlah klaim meninggal yang dibayarkan
n = Jumlah sampel
Y= a+bx
r = n. ∑ x.y – (∑x) (∑y)
√ {n. ∑x2 – (∑x)
2 } {n. ∑ y
2- (∑y)
2}
Dan berikut ini adalah interpretasi hasil dari koefisien
korelasi sederhana.
Tabel 1.1
Interpretasi dari Koefisien korelasi r-product moment14
Nilai Koefisien Keterangan
0.90 - 1.00
0.70 – 0.90
0.50 - 0.70
0.30 – 0.50
0.00 - 0.30
-0.00 – (-) 0.30
-0.30 – (-) 0.50
-0.50 – (-) 0.70
-0.70 – (-) 0.90
-0.90 – (-) 1.00
Hubungan positif yang sangat kuat
Hubungan positif yang kuat
Hubungan positif yang sedang
Hubungan positif yang lemah
Hubungan positif yang sangat lemah
Hubungan negatif yang sangat lemah
Hubungan negatif yang lemah
Hubungan negatif yang sedang
Hubungan negatif yang kuat
Hubungan negatif yang sangat kuat
9. Adapun tehnik penulisan dalam penelitian ini merujuk kepada buku
“Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2007”
G. Sistematika Penulisan
Secara sistematis, penulisan skripsi ini dibagi dalam lima bab masing-
masing bab terdiri dari sub bab yaitu:
Bab I Pendahuluan
Dalam bab ini terdiri dari Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan
Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Review Studi Terdahulu,
14 Boediono dan Wayan koster, Teori dan aplikasi Statistika dan Probabilitas, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2004), cet.ke-3, h.184-185
Kerangka Teori, Metode penelitian dan tehnik penulisan serta sistematika
penulisan.
Bab II Premi dan klaim dalam asuransi jiwa syariah
Dalam bab ini akan dibahas antara lain, Pengertian Asuransi Jiwa Syariah,
Landasan Hukum Asuransi Syariah, Pengertian Premi, Pengertian Klaim, Prinsip
Dasar Asuransi Jiwa Syariah..
Bab III Gambaran umum AJB BumiPutera 1912 Syariah
Dalam bab ini dibahas mengenai Sejarah dan perkembangannya, Falsafah,
visi dan misi, Produk-produk Syariah, dan Struktur organisasi AJB BumiPutera
1912 Kantor Wilayah Syariah Jakarta 1.
Bab IV Analisis dan pembahasan hasil penelitian
Dalam bab ini akan dibahas antara lain Mekanisme pembayaran premi
AJB BumiPutera 1912 Kantor Wilayah Syariah Jakarta1, mekanisme pengajuan
klaim meninggal AJB BumiPutera 1912 Kantor Wilayah Syariah Jakarta1,
pertumbuhan premi dan klaim meninggal AJB BumiPutera 1912 Kantor Wilayah
Syariah Jakarta1 tahun 2005-2007, Kendala yang dihadapi dalam pengurusan
klaim meninggal terhadap polis yang mengalami keterlambatan kewajiban
membayar premi, Analisis pengaruh keterlambatan kewajiban membayar premi
terhadap penyelesaian klaim meninggal AJB BumiPutera 1912 Kantor Wilayah
Syariah Jakarta1
Bab V Penutup
Dalam bab ini akan dipaparkan kesimpulan dan saran dari penelitian ini.
BAB II
PREMI DAN KLAIM DALAM ASURANSI JIWA SYARIAH
A. Pengertian Asuransi Jiwa Syariah
Di Indonesia selain istilah asuransi juga dikenal pertanggungan. Dalam
bahasa Inggris disebut Insurance yang berarti menanggung sesuatu yang mungkin
terjadi.15
Sedangkan dalam bahasa Belanda asuransi berarti Verzekering atau
Assurantie yang berarti pertanggungan16
dimana terdapat dua pihak, yakni suatu
pihak dapat menanggung atau menjamin dan pihak lain yang mendapat pergantian
atau jaminan atas suatu kerugian yang mungkin diderita sebagai suatu akibat dari
suatu peristiwa yang semula belum tentu akan terjadi atau semula belum dapat
ditentukan saat akan terjadi.
Pada Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 21/DSN-MUI/X/2001 Asuransi
Syariah (Ta’min, Takaful atau Tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan
tolong menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui iuran tabarru’ untuk
menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai syariah.17
Sedangkan pada pasal 246 KUHD asuransi atau pertanggungan adalah
suatu perjanjian (timbal balik), dengan mana seorang penanggung mengikatkan
15 Kasmir, Bank dan Lembaga keuangan lainnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998), h. 276
16 Abdul Kadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, (Bandung Citra Aditiya, 1999), cet-2 h.6
17 Tim Penyusun Fatwa Dewan Syariah Nasional, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, (Jakarta:
Intermasa, 2003), Edisi ke-2, h.135
diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk
memberikan penggantian kepadanya, karena suatu kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena
suatu peristiwa yang tidak tentu.18
Berdasarkan definisi tersebut maka dalam asuransi terkandung tiga unsur,
yaitu:
1. Pihak tertanggung (Insured) yang berjanji untuk membayar uang premi
kepada pihak penanggung, secara sekaligus atau angsuran
2. Pihak penanggung (Insurer) yang berjanji akan membayar sejumlah uang
(santunan) kepada tertanggung, apabila terjadi sesuatu risiko yang
mengandung unsur ketidak pastian.
3. Suatu peristiwa (accident) yang tidak diketahui sebelumnya
Dalam Undang-undang No 2 tahun 1992, dirumuskan definisi asuransi yang
lebih lengkap jika dibandingkan dengan rumusan yang terdapat dalam pasal 246
KUHD. Pengertian asuransi dalam UU No.2 Th.1992 ketentuan pasal 1 angka(1).
Asuransi atau pertanggungan adalah: Perjanjian antara dua belah pihak atau
lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung
dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada
tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, atau tanggung jawab hukum pihak ketiga yang mungkin diderita
18 Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 6, (Jakarta: Djambatan, 1996),
cet-4, h. 1
tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti atau untuk
memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya
seseorang yang dipertanggungkan.19
Pengertian asuransi jiwa menurut Abdul Kadir Muhammad adalah
perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung
mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk
memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya
seseorang yang dipertanggungkan.20
Menurut Abbas Salim, yang dimaksud dengan asuransi jiwa adalah
asuransi yang bertujuan menanggung orang terhadap kerugian finansial yang
disebabkan karena meninggalnya terlalu cepat atau hidupnya terlalu lama.21
Jadi secara garis besar asuransi Jiwa syariah adalah perjanjian antara dua
pihak atau lebih yakni pemegang polis dan perusahaan asuransi jiwa, dimana
pemegang polis berkewajiban membayar premi yang telah disepakati sebelum
adanya penutupan asuransi dan perusahaan asuransi jiwa berkewajiban
membayarkan santunan kebajikan jika terjadi sesuatu yang tidak diketahui kapan
terjadinya yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
diasuransikan yang pengoperasiannya berdasarkan prinsip-prinsip syariah Islam.
19 Man Suparman Sastrawidjaja dan Endang, Hukum Asuransi Perlindungan Tertanggung
Asuransi Deposito Usaha Perasuransian, (Bandung: PT Alumni, 2004), cet-3, h.165
20 Abdul Kadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, h. 168
21 Abbas Salim, Asuransi dan Manajemen Risiko, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003),
h.25
Risiko yang dihadapi oleh manusia yang paling besar hanya ada dua, yakni hidup
yang terlalu lama dan kematian yang terlalu cepat. Asuransi sebagai sebuah
mekanisme perlindungan merupakan langkah yang tepat bagi seseorang untuk
membagi atau mengalihkan suatu risiko, karena asuransi dapat memberikan rasa
aman bagi setiap orang yang diasuransikan.
Landasan Hukum Asuransi Syariah
Landasan dasar asuransi adalah sumber dari pengambilan hukum praktik
asuransi syariah. Karena sejak awal asuransi syariah dimaknai sebagai wujud dari
bisnis pertanggungan yang didasarkan pada nilai-nilai yang ada dalam ajaran
Islam, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, maka landasan yang dipakai dalam hal
ini tidak jauh berbeda dengan metodologi yang dipakai oleh sebagian ahli hukum
Islam.22
a. Al-Qur’an Surah al-Maidah ayat 2
������������ ���� ��������� ������������� � ���� ����������
���� ����� �� !"#��$%������� & ���'�(�����
)*�� � ("�� )*�� %,-%⌧) �/���- /ا���ة ( ���� : ٢(
Artinya: “Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran, dan bertaqwalah kamu kepada
22 AM. Hasan Ali, Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam Suatu Tinjauan Analis Historis,
Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Kencana , 2004), h. 104
Allah. Sesungguhnya Allah amat sangat besar siksa-Nya”
(al-Maidah/5:2)
Ayat ini memuat perintah tolong menolong antar sesama manusia.
Dalam bisnis asuransi nilai ini terlihat dalam praktik kerelaan anggota
(Peserta asuransi) untuk menyisihkan dananya agar digunakan sebagai
dana sosial (tabarru’).23
Tabarru berasal dari kata tabarra’a-yatabarra’u-tabarru’an,
artinya sumbangan, hibah, dana kebajikan atau derma.24
Niat tabarru ‘dana kebajikan’ dalam akad asuransi syariah
adalah alternatif uang sah yang dibenarkan oleh syara’ dalam melepas
diri dari praktek gharar. Kata tabarru sendiri tidak ditemukan dalam al-
Qur’an, akan tetapi kata tabarru dalam arti dana kebajikan terdapat
pada kata al-birr ‘kebajikan’ dapat ditemukan dalam surah al-Maidah
ayat 2 di atas.
b. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No 21/DSN-
MUI/X/2001 tentang pedoman umum asuransi syariah. Fatwa tersebut
dikeluarkan karena regulasi yang ada tidak dapat dijadikan pedoman
untuk menjalankan asuransi syariah. 25
23 Ibid., h. 105
24 Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General) Konsep dan Sistem
Operasional, (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), cet. 1, h.35
25 Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia,
(Jakarta:Kencana,2004), h. 128
c. Peraturan perundang-undangan yang telah dikeluarkan pemerintah
berkaitan dengan asuransi syariah yaitu: 26
1) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No
421/KMK.06/2003 tentang penilaian kemampuan dan kepatutan bagi
direksi dan komisaris perusahaan perasuransian.
2) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No
422/KMK.06/2003 tentang penyelenggaraan usaha perusahaan
asuransi dan perusahaan reasuransi.
3) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No
423/KMK.06/2003 tentang pemeriksaan perusahaan perasuransian.
4) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No
424/KMK.06/2003 tentang kesehatan keuangan perusahaan asuransi
dan perusahaan reasuransi.
5) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No
425/KMK.06/2003 tentang perizinan dan penyelenggaraan kegiatan
usaha perusahaan penunjang usaha asuransi.
6) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No
426/KMK.06/2003 tentang perizinan usaha dan kelembagaan
perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi.
26 Ibid
7) Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan No
Kep.4499/LK/2000 tentang jenis, penilaian dan pembatasan
investasi perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi dengan
sistem syariah.
a. Saling Meridhoi
�01,�234�, 567-8)*�� ����9�:��; �� ��<�='>?2�� @;���#���:�A
�'BC9E�F !G-H4�B�����F I��� "�A 5J�;��� KC�L4M0-: N�� OP��L��
Q@;�R-S: & ���� ��<�=�T���� Q@;�UV'W��A & ("�� )*�� �"8⌧X
Q@;��F
�Y☺[-\�] ) ء��� )٢٩ : ٤/ا Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesame kamu dengan jalan yang bathil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka
sama suka diantara kamu…” (an-Nisa/4:29)
Tabarru’ merupakan pemberian sukarela seseorang kepada orang
lain, tanpa ganti rugi yang mengakibatkan berpindahnya kepemilikan
harta itu dari pemberi kepada orang yang diberi.27
Dana kebajikan yang kelak akan diterima oleh pemegang polis jika
ia meninggal dunia sebelum masa asuransinya berakhir adalah dana
yang halal yang dikeluarkan dengan dasar saling meridhoi. Karena
dalam akad sudah dijelaskan bahwa setiap peserta harus mengikhlaskan
27 Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General) Konsep dan Sistem
Operasional, h.35
sebagian dananya untuk membantu sesama peserta apabila diantara
mereka ada yang mengalami musibah.
b. Bebas dari Praktek Maisir
�M^5%�234�, �_7-8)*�� ��<��9�:��; �☺3��� �L$☺�,�`��
��ab�[☺������ H/�UcTd���� �@4���eTd���� fg$h] $N-S:
!G☺�� jN4�H�klm��� ����n-o��$h���? Q@;�p=��
�"���=�W /ا���ة ( �. : ٩( Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (minuman)
khamar (arak), berjudi (berkorban untuk) berhala, mengundi
nasib dengan panah adalah perbuatan keji termasuk
perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu
agar kamu mendapat keberuntungan: (al-Maidah/5:90)
Maisir artinya adanya salah satu pihak yang untung namun di lain
pihak justru mengalami kerugian.28
Dalam Asuransi konvensional jika
seorang peserta dengan alasan tertentu ingin membatalkan kontraknya
sebelum masa asuransi berakhir, maka yang bersangkutan tidak akan
menerima kembali uang yang telah dibayarkan kecuali sebagian kecil
saja.
Dalam asuransi syariah jika seseorang menjadi peserta asuransi
maka akan mendapatkan gambaran tentang berapa besar yang kelak
akan diterima jika peserta mengalami kerugian. Karena dalam asuransi
28 Ibid., h. 175
syariah, akad yang digunakan sangat jelas dan juga penempatan dana
terpisah antara dana peserta dengan dana milik perusahaan.
d. Bebas dari Gharar
س*. و �*," ! ا +*� ! ا ل رس) ن&% : ل #� ��" ! ا � ر ة �� ه� �� ا ��
)م�*. ر ا�45 رو3( ر ا �2 ا �,/ �� و �01ة ا �,/ ��
Artinya : ”Dari Abu Hurairah, dia berkata: ”Rasulullah SAW melarang
jual beli hashat dan jual beli gharar(penipuan).” (HR.
Bukhari Muslim)
Gharar dalam pengertian bahasa adalah al-khida’ (penipuan), yaitu
suatu tindakan yang di dalamnya diperkirakan tidak ada unsur
kerelaan.29
Penipuan ini maksudnya suatu ketidakpastian yang terjadi
pada asuransi konvensional masalah ini muncul karena perjanjian yang
tidak pasti.
Berbeda dengan asuransi syariah yang lebih transparan dalam
operasionalnya, termasuk berapa yang akan dibayarkan, berapa lama
harus membayar dan dari mana pembayaran manfaat diambil.
e. Bebas dari Riba
� (G\�A�� p*�� q�k�n���� �rgL\�� ��&��Fs�L��� )�75ة ٢٧ : ٢/ ا(
Artinya : “… dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba…” (al-Baqarah/2:275)
29 AM. Hasan Ali, Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam Suatu Tinjauan Analis Historis,
Teoritis dan Praktis, h. 134
Riba secara bahasa bermakna ziyadah (tambahan).30
Riba merupakan
pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara batil yaitu seperti
praktek bunga pada Asuransi konvensional. Yang berlaku pada asuransi syariah
adalah sistem mudharabah dimana keuntungan dan kerugian dalam investasi pada
asuransi syariah dibagi merata berdasarkan kesepakan dalam akad.
F. Pengertian Premi
Dalam bahasa Inggris premi berarti premium yaitu uang angsuran kepada
perusahaan asuransi.31
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia premi
adalah uang yang harus dibayarkan pada waktu tertentu oleh yang akan
memperoleh ganti rugi.32
Seperti yang dikemukakan oleh Afzalur Rahman Premi adalah suatu harga
yang ditetapkan perusahaan asuransi untuk mengambil alih risiko dan memikul
beban kemungkinan risiko kerugian sebagaimana disepakati dalam kontrak
asuransi.33
30 Ibid., h. 132
31 Salim’s Ninth Collegiate, English-Indonesian Dictionary, (Jakarta: Modern English Press),
Edisi ke-1, h.1139
32 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka,1989), cet-2, h.700
33 Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Dana Bakti Wakaf, 1996), jilid 4, h.
108
Muhammad Muslehudin berpendapat bahwa premi adalah upah asuransi
atau harga yang dipungut oleh pihak penjamin agar dapat melaksanakan
kewajibannya.34
Sedangkan Abdul Kadir Muhammad berpendapat premi itu
adalah sejumlah uang yang wajib dibayar oleh tertanggung kepada penanggung
setiap jangka waktu tertentu, biasanya setiap bulan selama asuransi berlangsung.35
Premi dalam pasal 246 KUHD, merupakan kewajiban tertanggung sebagai
imbalan dari kewajiban penanggung untuk mengganti kerugian tertanggung.
Premi ini biasanya dinyatakan dengan presentase dari jumlah pertanggungan,
yang menggambarkan penilaian penanggung terhadap risiko yang
ditanggungnya.36
Premi menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional No 21/DSN-MUI/X/2001
adalah kewajiban peserta asuransi untuk memberikan sejumlah dana kepada
perusahaan asuransi dengan kesepakatan dalam akad37
.
Dengan perincian bahwa :
1. Pembayaran premi didasarkan atas jenis akad tijarah dan jenis akad
tabarru’.
2. Untuk menentukan besarnya premi perusahaan asuransi jiwa dapat
menggunakan rujukan, misalnya tabel mortalita untuk asuransi jiwa dan
34 Muhammad Muslehudin, Menggugat Asuransi Modern: mengajukan Suatu Alternatif baru
dalam perspektif hukum Islam, (Jakarta: Lentera 1999), h. 41
35 Abdul Kadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, h. 172
36 Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 6, h. 51
37 Tim Penyusun Fatwa Dewan Syariah Nasional, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional h. 138
tabel morbidita untuk asuransi kesehatan, dengan syarat tidak memasukkan
riba dalam penghitungannya.
3. Premi yang berasal dari jenis akad mudharabah dapat diinvestasikan dan
hasil investasinya dibagi hasilkan kepada peserta.
4. Premi yang berasal dari jenis akad tabarru’ dapat diinvestasikan
Dengan demikian premi dalam asuransi jiwa adalah merupakan imbalan jasa
atas jaminan perlindungan jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada
tertanggung dengan menyediakan sejumlah uang terhadap risiko hari tua atau
kematian.
Premi ini merupakan suatu hal yang sangat penting baik bagi perusahaan
asuransi maupun pemegang polis, dan bahkan masalah premi pada umumnya
menjadi salah satu pokok utama dalam melakukan penutupan polis. Karena
dengan adanya premi perusahaan asuransi dapat membayar klaim yang diajukan
oleh pemegang polis jika terjadi suatu kejadian yang diderita oleh salah satu atau
beberapa peserta, maka pembayaran klaim diambil dari dana premi yang telah
dikumpulkan.
Apabila uang premi yang harus dibayarkan besar, maka jumlah klaim
yang akan dibayarkan juga besar dan demikian sebaliknya. Tinggi rendahnya
premi inilah yang menjadi pertimbangan pokok bagi masyarakat apakah ia akan
mengasuransikan kepentingannya atau tidak. Pertimbangan lainnya adalah peran
perusahaan asuransi dalam mengelola dananya dan membayarkan klaim.
Dalam pasal 20 peraturan pemerintah No 73 tahun 1992 ditentukan, premi
harus ditetapkan pada tingkat yang mencukupi, tidak berlebihan, dan tidak
diterapkan secara diskriminatif.38
Tingkat premi dinilai tidak mencukupi apabila:
a. Sedemikian rendah sehingga sangat tidak sebanding dengan manfaat yang
diperjanjikan dalam polis asuransi yang bersangkutan.
b. Penetapan tingkat premi secara berkelanjutan akan membahayakan tingkat
solvabilitas perusahaan.
c. Penetapan tingkat premi secara berkelanjutan akan dapat merusak iklim
kompetisi yang sehat.
Jadi premi dalam asuransi jiwa syariah adalah dana yang harus dibayarkan
oleh pemegang polis kepada perusahaan asuransi jiwa atas jaminan perlindungan
yang diberikan oleh perusahaan kepada peserta dengan menyediakan sejumlah
uang terhadap risiko hari tua atau kematian sesuai dengan perjanjian yang
tercantum dalam polis yang didasarkan pada prinsip syariah Islam.
Pengertian Klaim
Klaim dalam bahasa Inggris berasal dari kata claims yang berarti tuntutan,
tagihan atau hak39
. Dalam kamus asuransi, klaim berarti permohonan atau
38 Abdul Kadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, h. 36
39 Salim’s Ninth Collegiate, English-Indonesian Dictionary, h. 1139
tuntutan seorang pemilik polis40
terhadap perusahaan asuransi untuk pembayaran
santunan sesuai dengan pasal-pasal dari sebuah polis.
Menurut Dewan Syariah Nasional No 21/DSN-MUI/X/2001 Klaim adalah
hak peserta asuransi yang wajib diberikan oleh perusahaan asuransi sesuai dengan
kesepakatan dalam akad.41
Dengan perincian bahwa klaim:
1. Klaim dapat dibayarkan berdasarkan akad yang disepakati pada awal
perjanjian
2. Klaim dapat berbeda dalam jumlah, sesuai dengan premi yang dibayarkan
3. Klaim atas akad tijaroh sepenuhnya merupakan hak peserta, dan merupakan
kewajiban perusahaan untuk memenuhinya.
4. Klaim atas akad tabarru’ merupakan hak peserta dan merupakan kewajiban
perusahaan sebatas yang disepakati dalam akad
Jadi Klaim dalam asuransi jiwa syariah adalah suatu tuntutan yang
dilakukan oleh pemegang polis untuk mendapatkan haknya, ketika terjadi
peristiwa yang dinyatakan dalam polis sesuai dengan kesepakatan yang telah
disepakati antara pemegang polis dan perusahaan asuransi.
40 Hasymi Ali, dkk, Kamus Asuransi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), cet ke-2, h. 55
41 Tim Penyusun Fatwa Dewan Syariah Nasional , Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, h. 138
Prinsip Dasar Asuransi Jiwa Syariah
Penutupan asuransi yang dilakukan oleh Perusahaan asuransi berpedoman
pada ketentuan prinsip dasar, yaitu:
4. Prinsip Kepentingan Yang Diasuransikan (insurable Interest)
Prinsip kepentingan menegaskan bahwa orang yang menutup
asuransinya mempunyai kepentingan (interest) dengan ahli waris yang
ditunjuk dalam polis (insurable).
Pasal 250 KUHD “ Apabila seseorang yang telah mengadakan
pertanggungan untuk diri sendiri, atau apabila untuk orang lain, jika pada saat
diadakan suatu pertanggungan itu tidak mempunyai kepentingan terhadap
barang yang dipertanggungkan itu maka penanggung tidaklah diwajibkan
untuk memberikan ganti rugi”.42
Apabila disimpulkan, maka ketentuan diatas mensyaratkan adanya
kepentingan dalam mengadakan perjanjian asuransi. Menurut ketentuan pasal
268 KUHD kriteria kepentingan itu harus:
a. Ada pada setiap asuransi (pasal 250 KUHD)
b. Dapat dinilai dengan uang
c. Dapat diancam oleh bahaya
42 Man Suparman Sastrawidjaja dan Endang, Hukum Asuransi Perlindungan Tertanggung
Asuransi Deposito Usaha Perasuransia, h. 55
d. Tidak dikecualikan oleh Undang-Undang artinya, tidak
dilarang Undang-Undang dan tidak bertentangan dengan
ketertiban umum43
.
Pada pasal 268 KUHD tentang kriteria kepentingan yang dapat
diasuransikan mempunyai pengertian yang sangat sempit karena harus dapat
dinilai dengan uang, sedangkan ada kepentingan yang tidak dapat dinilai
dengan uang. Kepentingan yang tidak dapat dinilai dengan uang misalnya
hubungan keluarga, jiwa, anak, istri, dan lain-lain.44
Kepentingan dalam asuransi jiwa tidak dapat dinilai dengan uang
tetapi sejumlah uang dapat dijadikan ukuran pembayaran santunan jika terjadi
peristiwa yang menjadi sebab kematian.45
2. Prinsip I’tikad Baik (Utmos Good Faith)
Yaitu prinsip percaya mempercayai antara perusahaan asuransi jiwa
dengan nasabah dalam melaksanakan kontrak perjanjian dalam penutupan
asuransi.
Dalam perjanjian asuransi unsur saling percaya antara perusahaan dan
nasabah itu sangat penting. Perusahaan percaya bahwa nasabah akan
memberikan segala keterangannya dengan benar. Sedangkan nasabah juga
43 Abdul Kadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia h. 86
44 Man suparman Sastrawidjaja dan Endang, Hukum Asuransi Perlindungan Tertanggung
Asuransi Deposito Usaha Perasuransian, h.56
45 Abdul Kadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, h. 87
percaya bahwa kalau terjadi peristiwa yang diperjanjikan dalam polis maka
perusahaan akan membayar ganti rugi.
Prinsip ini mempunyai arti dan maksud yang lebih luas dari pada
I’tikad baik saja, yang terpenting disini adalah bahwa pemegang polis harus
memberi segala keterangan yang berhubungan dalam risiko agar perusahaan
asuransi tidak membuat kesalahan dalam penerimaan risiko tersebut, jika
pemegang polis secara sengaja memberi keterangan yang tidak sesuai dengan
faktanya maka hal ini dinilai sebagai pelanggaran.
3. Prinsip Ganti Rugi (Idemnity)
Asuransi adalah suatu kontrak “idemnitas” yaitu perjanjian
penggantian kerugian, dimana ganti rugi yang diberikan tidak boleh melebihi
kerugian yang sebenarnya.
Prinsip idemnity tidak dapat dilaksanakan dalam asuransi kematian.
Karena pihak penanggung tidak dapat mengganti nyawa yang hilang atau
anggota tubuh yang cacat atau hilang, karena idemnity berkaitan dengan ganti
rugi finansial.
Perusahaan menyediakan penggantian kerugian untuk kerugian yang
nyata diderita nasabah, dan tidak lebih besar daripada kerugian ini. Batas
tertinggi kewajiban perusahaan berdasarkan prinsip ini adalah memulihkan
kondisi nasabah pada ekonomi yang sama dengan posisinya sebelum terjadi
kerugian.46
4. Prinsip Subrogasi (Subrogation Principle)
Prinsip ini bertujuan untuk mencegah nasabah memperoleh ganti
kerugian melebihi hak yang sesungguhnya dan mencegah pihak ketiga
membebaskan diri dari kewajibannya membayar ganti rugi.47
Pasal 284 KUHD “Apabila seorang penanggung telah membayar ganti
rugi sepenuhnya kepada tertanggung maka penanggung akan menggantikan
kedudukan tertanggung dalam segala hal untuk menuntut pihak ketiga yang
telah menimbulkan kerugian kepada tertanggung”.
Jadi prinsip subrogasi ini hanya dapat diberlakukan apabila ada dua
faktor, yakni :
a. Apabila tertanggung disamping mempunyai hak-hak terhadap
penanggung, juga mempunyai hak terhadap pihak ketiga.
b. Hak-hak itu muncul karena adanya kerugian.48
Dengan kata lain apabila tertanggung mengalami kerugian akibat
kelalaian atau kesalahan pihak ketiga maka penanggung setelah memberikan
46 AM. Hasan Ali Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam Suatu Tinjauan Analis Historis,
Teoritis dan Praktis, h.80
47 Abdul Kadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, h. 122
48 Man Suparman Sastrawidjaja dan Endang Hukum Asuransi Perlindungan Tertanggung
Asuransi Deposito Usaha Perasuransian, h. 61
ganti rugi kepada tertanggung, akan menggantikan kedudukan tertanggung
dalam mengajukan tuntutan kepada pihak ketiga tersebut. 49
49 AM. Hasan Ali, Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam Suatu Tinjauan Analis Historis,
Teoritis dan Praktis h. 81
BAB III
GAMBARAN UMUM AJB BUMIPUTERA 1912 SYARIAH
A. Sejarah Berdiri dan Perkembangannya
AJB BumiPutera 1912 merupakan perusahaan asuransi jiwa nasional
pertama dan tertua di Indonesia. Dilahirkan empat tahun setelah berdirinya Budi
Oetomo, sebuah gerakan nasional yang merupakan sumber inspirasi para pelopor
BumiPutera. Didirikan dikota Magelang Jawa Tengah, pada tanggal 12 Februari
1912 dengan nama Onderlinge Levensverzeking maatschaapij Persatuan Goeroe
Hindia Belanda atau O.L.Mij.PGHB.50
Mas Ngabehi Dwidjosewojo, seorang guru sederhana yang menjadi
sekretaris pertama pengurus besar Budi Oetomo mempelopori berdirinya
organisasi yang kemudian menjadi AJB BumiPutera 1912 ini. Bersama dengan
rekannya M.K.H. Soebarto dan M. Adimidjojo yang masing-masing menjabat
sebagai Direktur dan Bendahara pada awal berdirinya perusahaan.51
Pada mulanya, perusahaan hanya melayani para guru sekolah Hindia
Belanda. Kemudian perusahaan tersebut mengganti nama menjadi O.L.Mij.
Boemi Poetra, dan yang sekarang dikenal sebagai Asuransi Jiwa Bersama
Bumiputera 1912 atau disingkat AJB Bumiputera 1912. Dari Magelang,
50 AJB BumiPutera 1912 Kantor Wilayah Syariah Jakarta 1, Company profile, (Jakarta:
AJB BumiPutera 1912 Kantor Wilayah Syariah Jakarta 1, 2007) h.1
51 Ibid
37
Bumiputera 1912 pindah ke Yogyakarta pada tahun 1921 dan pada tahun 1958
kantor pusatnya dipindahkan ke Jakarta. Dari Wisma Bumiputera yang belantai
21 di jalan Jend. Sudirman Jakarta, manajemen perusahaan mengatur usaha
perusahaan diseluruh Indonesia dan melakukan hubungan Internasional dengan
mitra usaha di negara lain seperti Jepang, Swiss, dan Fhilipina.52
Sekitar 2900
karyawan dan 22.400 agen tersebar di 605 kantor yang strategis terdapat diseluruh
tanah air yang melayani 9 juta lebih pemegang polis atau peserta AJB Bumiputera
1912 dan masyarakat umum.
Dengan sistem kebersamaan, AJB Bumiputera 1912 senantiasa
mengembangkan usaha atas dasar prinsip gotong-royong melalui pemberdayaan
potensi diri, oleh dan untuk komunitas Bumiputera. Kepentingan bersama para
pemegang polis untuk memiliki, mengendalikan dan mengarahkan nasib
perusahaan, membuat Bumiputera 1912 yang berbentuk usaha bersama (mutual)
unik dan berbeda dengan asuransi jiwa lainnya di Indonesia yang pada umumnya
berbentuk Perseroan Terbatas.
Sebagai perusahaan perjuangan, AJB Bumiputera 1912 tetap
mengedepankan profesionalisme dengan menerapkan tata kelola perusahaan yang
baik, dan senantiasa menyesuaikan terhadap tuntutan lingkungan dengan
menciptakan produk dan layanan yang memberikan manfaat optimal bagi
komunitasnya. AJB Bumiputera 1912 ingin tetap menjadi kebanggaan bangsa
52 Ibid., h.4
Indoensia dengan berupaya mewujudkan perusahaan yang berhasil baik secara
ekonomi maupun sosial.
Unit bisnis syariah AJB BumiPutera 1912 secara resmi terbentuk sejak
dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Keuangan No. Kep. 286/KMK.6/2002
tanggal 7 November 2002 dalam bentuk cabang usaha Asuransi Jiwa Syariah dan
Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 21/SDN-MUI/X/2001, tanggl 17 oktober
2001. Dalam rangka menjaga kemurnian pelaksanaan prinsip-prinsip syariah,
maka berdasarkan keputusan Direksi No. SK.14/DIR/2002, tanggl 11 November
2002 dibentuk Divisi Asuransi Syariah dan kantor Cabang Asuransi Syariah
Jakarta.
Pada awal pembentukannya Divisi atau Cabang Asuransi Syariah
memiliki sarana dan prasarana, SDM, perkantoran dan sistem yang sangat
terbatas. Namun demikian Divisi Asuransi Syariah telah memulai operasinya,
ditandai dengan dilimpahkannya pengelolaan Asuransi Kumpulan Perjalanan Haji
dari Divisi Askum pada bulan Januari 2003, dan selanjutnya diluncurkannya
produk Asuransi Perorangan Syariah Mitra mabrur dan Mitra Iqra pada
pertengahan April 2003 dan Mitra Sakinah pada awal tahun 2004.
B. Falsafah, Visi dan Misi
1. Falsafah
a. Idealisme
Senantiasa memelihara nilai-nilai kejuangan dalam mengangkat martabat
anak bangsa sesuai sejarah pendirian Bumiputera 1912 sebagai peursahaan
perjuangan.
b. Mutualisme (kebersamaan)
Mengedepankan sistem kebersamaan dalam pengelolaan perusahaan
dengan memberdayakan potensi komunitas Bumiputera dari oleh dan
untuk komunitas Bumiputera sebagai manifestasi perusahaan rakyat.
c. Profesionalisme
Memiliki komitmen dalam pengelolaan perusahaan dengan
mengedepankan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate
governance) dan senantiasa berusaha menyesuaikan diri terhadap tuntutan
perusahaan lingkungan. 53
2. Visi
Visi dari Asuransi Syariah AJB Bumiputera 1912 adalah “Menjadi wahana
untuk menjadikan Bumiputera sebagai Asuransinya bangsa Indonesia di
segmen Asuransi Jiwa Syariah”
53 Ibid., h. 2
3. Misi
Sedangkan Misi dari Asuransi Syariah AJB Bumiputera 1912 adalah
“Menjadikan Bumiputera senantiasa berada dibenak dan dihati Bangsa
Indonesia disegmen Asuransi Jiwa Syariah” dengan :
a. Memelihara keberadaan Bumiputera sebagai perusahaan perjuangan
b. Mengembangkan korporasi dan kooperasi yang menerapkan prinsip dasar
gotong-royong
c. Menciptakan berbagai produk dan layanan yang memberikan manfaat
optimal bagi komunitas Bumiputera
d. Mewujudkan perusahaan yang berhasil secara ekonomi dan sosial
C. Produk-produk AJB Bumiputera 1912 Syariah
AJB Bumiputera 1912 Syariah menawarkan beberapa jenis produk
asuransi berupa Mitra Iqra, Mitra Mabrur dan Mitra Sakinah.54
Setiap produk
memiliki manfaat dan ketentuan yang berbeda satu dengan yang lainnya. Masing-
masing produk dirancang khusus untuk memproteksi musibah dari pemegang
polis/peserta.
Berikut ini akan dipaparkan jenis-jenis produk asuransi syariah AJB
Bumiputera 1912 beserta definisi, manfaat dan ketentuan dari masing-masing
produk tersebut.
54 AJB BumiPutera 1912 Kantor Wilayah Syariah Jakarta 1, Brosur-brosur produk
Asuransi syariah ,(Jakarta: AJB BumiPutera 1912 Kantor Wilayah Syariah Jakarta 1, 2007) h.1
1. Mitra Iqra
a. Definisi
Asuransi jiwa syariah yang benefitnya dirancang untuk membantu
menyediakan dana kelangsungan belajar pada setiap tahapan jenjang
pendidikan anak, dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, baik
peserta masih hidup maupun meninggal dunia.
b. Manfaat
1) Jika pemegang polis atau peserta hidup atau ditakdirkan meninggal
dunia dalam masa asuransi, maka kepada pemegang polis atau ahli
waris yang ditunjuk dibayarkan tahapan dana pendidikan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a) Jika anak yang ditunjuk pada saat masuk asuransi berusia 2 tahun
atau kurang maka pembayaran tahapan dana pendidikan dimulai
pada saat anak berusia 4 tahun (TK)
b) Jika anak yang ditunjuk pada saat masuk asuransi berusia 3 tahun
sampai dengan 4 tahun maka pembayaran tahapan dana pendidikan
dimulai pada saat anak berusia 6 tahun (SD)
c) Jika anak yang ditunjuk pada saat masuk asuransi berusia 5 tahun sampai
dengan 10 tahun maka pembayaran tahapan dana pendidikan dimulai pada
saat anak berusia 12 tahun (SLTP)
d) Jika anak yang ditunjuk pada saat masuk asuransi berusia 11 tahun sampai
dengan 13 tahun maka pembayaran tahapan dana pendidikan dimulai pada
saat anak berusia 15 tahun (SLTA)
e) Jika anak yang ditunjuk pada saat masuk asuransi berusia 14 tahun sampai
dengan 16 tahun maka pembayaran tahapan dana pendidikan dimulai pada
saat anak berusia 18 tahun (saat masuk Perguruan Tinggi)
2) Jika Polis habis kontrak dan peserta masih hidup maka kepada yang ditunjuk
dibayarkan dana pendidikan sekaligus atau berkala.
3) Jika pemegang polis/peserta ditakdirkan meninggal dunia dalam masa
asuransi, maka ahli waris menerima:
a) Santunan Kebajikan
b) Dana Tabungan
c) Bagi Hasil (Mudharabah)
4) Jika pemegang polis/peserta mengundurkan diri sebelum perjanjian berakhir,
maka pemegang polis/peserta akan mendapatkan:
a) Dana tabungan yang telah disetor
b) Bagi Hasil (Mudaharabah)
5) Jika anak yang ditunjuk ditakdirkan meninggal dunia dalam masa asuransi
atau dalam masa pembayaran tahapan dana pendidikan. Pemegang
polis/peserta dapat menunjuk pengganti (anak lain) untuk menerima tahapan
dana pendidikan yang belum diberikan.
2. Mitra Mabrur
a. Definisi
Asuransi Jiwa Syariah yang dirancang untuk membantu pengelola dana
guna membiayai perjalanan ibadah haji. Produk ini merupakan gabungan
antara unsur tabungan dan unsur mudharabah (tolong menolong dalam
menanggulangi musibah) jika peserta ditakdirkan meninggal dunia.
b. Manfaat
1) Jika peserta hidup sampai masa perjanjian asuransi berakhir maka
peserta akan mendapatkan :
a) Dana tabungan yang telah disetor
b) Bagian keuntungan (Mudharabah) atas hasil investasi dana
tabungan
c) Bagian keuntungan atas dana khusus (Tabarru’) yang ditentukan
oleh AJB Bumiputera 1912 Syariah, jika ada.
2) Jika peserta mengundurkan diri sebelum perjanjian asuransi berakhir
maka peserta akan mendapatkan :
a) Dana tabungan yang disetor
b) Bagian keuntungan (Maudharabah) atas hasil investasi dana
tabungan
3) Jika peserta ditakdirkan meninggal dunia dalam masa perjanjian
asuransi maka ahli waris akan mendapatkan :
a) Dana tabungan yang telah disetor
b) Bagian keuntungan (Mudharabah) atas hasil investasi dana
tabungan
c) Santuanan kebajikan
3. Mitra Sakinah
a. Definisi
Asuransi Jiwa Syariah yang merupakan gabungan antara unsur tabungan
dan unsur mudharabah, dimaksudkan untuk menjamin tersedianya dana
masa depan keluarga. Dengan masa pembayaran premi 3 tahun lebih
pendek dari masa pertanggungan, manfaat asuransi secara bertahap dapat
dinikmati sejak masa pembayaran premi berakhir hingga masa asuransi
berakhir.
b. Manfaat
1) Jika peserta hidup sampai masa perjanjian asuransi berakhir, maka
pemegang polis akan mendapatkan:
a) Pada akhir masa pembayaran premi, sebesar 50% manfaat awal,
dibayar pada akhir tahun
b) Akhir tahun 1 setelah masa pembayaran premi, sebesar 30% sisa
nilai tunai
c) Akhir tahun 2 setelah masa pembayarn premi, sebesar 50% sisa
nilai tunai
d) Akhir tahun 3 setelah masa pembayaran premi, sebesar 100% sisa
nilai tunai
2) Jika pemegang polis/peserta mengundurkan diri sebelum perjanjian
asuransi berakhir, maka pemegang polis akan memperoleh nilai tunai.
3) Jika peserta ditakdirkan meninggal dunia dalam masa perjanjian
asuransi, maka yang ditunjuk/penerima manfaat akan mendapatkan:
a) Nilai tunai
b) Santunan kebajikan sebesar selisih dari manfaat awal dengan
premi tabungan yang sudah dibayar, dan asuransinya berakhir.
4) Jika peserta ditakdirkan meninggal dunia dalam masa perjanjian
asuransi setelah MPP (Masa Pembayaran Premi) berkahir, maka yang
ditunjuk/penerima manfaat akan mendapatkan:
a) Sisa nilai tunai
b) Santunan kebajikan sebesar manfaat awal
4. Produk Asuransi Kumpulan
a. Definisi
Asuransi kumpulan adalah asuransi jiwa syariah yang diperuntukkan
bagi karyawan/pekerja suatu perusahaan/ instansi, anggota suatu
organisasi/ lembaga, debitur atau peserta suatu kegiatan/ event tertentu
yang pelaksanaannya diatur secara kumpulan atau grup.
Sebagai Pemegang polis askum adalah pimpinan
instansi/perusahaan, pimpinan organisasi/ lembaga, kreditur/ penanggung
jawab kegiatan/ event tertentu. Dan sebagai Tertanggung (disebut juga
peserta) dalam polis Askum adalah karyawan/ pekerja suatu perusahaan/
instansi, anggota suatu organisasi/ lembaga, debitur atau peserta suatu
kegiatan/ event tertentu. Yang ditunjuk untuk menerima manfaat Askum
adalah pemegang polis Askum untuk diteruskan kepada peserta atau ahli
waris peserta.
b. Jenis-jenis produk Asuransi kumpulan adalah:
1) Produk Mitra Ta’awun Pembiayaan
Jenis produk asuransi ini merupakan tolong menolong dalam
menanggulangi musibah kematian. Produk ini diperuntukkan bagi
nasabah peminjam suatu lembaga keuangan yang memberikan jasa
pembiayaan.
a) Jenis Pertanggungan Produk Mitra Ta’awun Pembiayaan
1) Pertanggungan dengan Manfaat Tetap
Pertanggungan yang diberikan dengan besar manfaat yang
tetap selama masa asuransi.
2) Pertanggungan dengan Manfaat Menurun Proporsional
Pertanggungan yang diberikan dengan manfaat sebesar sisa
pokok pembiayaan yang menurun secara proporsional.
3) Pertanggungan dengan Manfaat Menurun Majemuk
Pertanggungan yang diberikan dengan manfaat sebesar sisa
pokok pembiayaan yang menurun secara majemuk.
2) Produk Mitra Barokah
Jenis produk asuransi ini merupakan gabungan antara unsur tabungan
dan tolong menolong dalam menanggulangi musibah kematian.
Produk ini tidak dapat dijual dengan tambahan Asuransi Kecelakaan
Diri (Rider).
3) Produk Mitra Maslahat
Jenis produk asuransi ini merupakan tolong menolong dalam
menanggulangi musibah kematian. Produk ini dapat dijual dengan
tambahan Asuransi Kecelakaan Diri (Rider).
4) Produk Mitra Eka Warsa
Bersifat non saving, masa asuransi 1 tahun, memberikan benefit
berupa uang pertanggungan kepada pemegang polis apabila peserta
meninggal dunia.
5) Produk Mitra Kecelakaan Diri
Jenis produk asuransi ini merupakan tolong menolong dalam
menanggulangi musibah kematian
Tahapan yang dilakukan AJB Bumiputera 1912 Divisi Syariah
berkenaan dengan proses pengembangan produk asuransi kumpulan
tidak sama dengan pengembangan asuransi perorangan antara lain;
a. Permintaan calon nasabah terhadap produk
Tahapan ini merupakan sebuah proses awal terhadap pembuatan/
pengembangan produk. Dari kriteria kebutuhan dan permintaan
calon tersebut, nantinya ditampung seperti apa kebutuhannya dan
kemudian bagaimana sebuah gagasan tentang produk tersebut
dipandang dari sudut pandang syariahnya.
b. Pembuatan konsep rancangan produk dan perhitungan aktuarianya.
1) Setelah penampungan ide dari kriteria yang dipinta tentang suatu
produk, tahapan selanjutnya adalah menyesuaikan calon produk
tersebut dengan misi dan sasaran yang hendak dituju oleh
perusahaan yang tertuang dalam perumusan konsep. Pada tahap
ini, aktuaria merumuskan spesifikasi desain produk yang akan
dikembangkan atau dibuat ke dalam bentuk profil jenis produk:
yaitu pengelompokan produk yang akan diterbitkan asuransi
sesuai dengan ketentuan peraturan DJLK yang berlaku tentang
asuransi kumpulan.
2) Manfaat dan risiko yang melekat pada produk; yaitu potensi
keuntungan dan kerugian yang akan diperoleh atau manfaat dan
risiko yang melekat pada produk yang akan diperoleh atau
ditanggung oleh nasabah dan perusahaan selama masa
pertanggungan.
3) Biaya-biaya yang melekat pada produk; yaitu beban finansial
yang harus dibayar nasabah sehubungan dengan
pemanfaatannya, antara lain tarif premi, biaya administrasi dan
lain-lain. Ini merupakan tahapan dimana AJB Bumiputera 1912
Divisi Syariah mulai melakukan penilaian produk dari sudut
pandang pendapatan, dan biaya serta risiko.
4) Perhitungan bagi hasil dan margin keuntungan, adalah cara-cara
perhitungan yang digunakan oleh AJB Bumiputera 1912 Divisi
Syariah untuk menetapkan besarnya bagi hasil dan
margin/keuntungan asuransi yang harus dibayar perusahaan dan
atau besarnya bagi hasil yang akan diterima nasabah. Informasi
mengenai perhitungan bagi hasil dan margin/keuntungan
meliputi seluruh premi yang pernah diterima perusahaan
dibandingkan dengan:
a. Total biaya pengelolaan asuransi syariah dan
b. Beban klaim yang terjadi.
D. Struktur Organisasi AJB BumiPutera 1912 Syariah
Gambar 3.1
Struktur Organisasi
Komisaris Dewan Pengawas Syariah
Bagian
Pemasaran
Wakil Kadiv
Bidang operasioanl
Wakil Kadiv Adm, Inv,
Keu & Umum
Direksi
Divisi Asuransi
Syariah
Bagian Akunt
& Umum
Bagian
pelayanan PP
Bagian
Teknik
& Undw
Bagian
Pemberdayaan
SDM
Bagian Keu
& Investasi
Kantor Wilayah
K. Cab Luar
Jakarta
Kantor
cabang
Kantor
cabang
Kantor
cabang
Kantor
Cabang
K. Cab
Jakarta
Deskripsi Jabatan AJB BumiPutera 1912 Syariah
1. Dewan Komisaris
Melakukan pengawasan umum terhadap jalannya perusahaan yang
dikelola oleh Direksi. Dalam melaksanakan fungsinya, Dewan Komisaris dibantu
oleh Sektretaris Dewan Komisaris yang merangkap sebagai Sekretaris BPA
(Badan Perwakilan Rakyat)
2. Dewan Pengawas Syariah
Lembaga Independen dibawah naungan Dewan Syariah Nasional-Majelis
Ulama Indonesia (DSN-MUI) yang tugas utamanya adalah mengawasi lembaga
keuangan syariah agar sesuai dengan ketentuan dan prinsip syariah yang telah
difatwakan oleh Dewan Syariah Nasional. Untuk mengkaji dan menentukan
keabsahan setiap jenis produk yang akan dipasarkan kepada masyarakat.
Sesuai Surat Majelis Ulama Indonesi No. U-218/DSN-MUI/IX/2006
tanggal 15 September 2006 susunan Dewan Pengawas Syariah AJB BumiPutera
1912 adalah sebagai berikut:
1. K.H.M.A. Sahal Mahfudh (Ketua)
2. Prof. Dr. H. Qodri Azizi, MA (Anggota)
3. Drs. H.A Fattah Wibisono, MS (Anggota)
3. Direksi
Bertanggung jawab penuh sebagai pengurus harian dan merupakan
penanggung jawab tertinggi atas pengelolaan perusahaan. Yang dipimpin oleh
Direktur Utama, dan bertugas melaksanakan pokok-pokok kebijakan perusahaan
yang diterapkan oleh sidang BPA.
4. Divisi Asuransi Syariah
Mengelola kegiatan pemasaran Asuransi Jiwa dan Investasi berbasis
syariah serta tanggung jawab kepada Direktur pemasaran atas peningkatan pangsa
pasar asuransi jiwa syariah dan pencapaian surpuls operasional.
Tugas dan Kewajiban Divisi Asuransi Syariah
a. Uraian Tugas
(1) Merumuskan strategi Perusahaan yang meliputi semua aspek pemasaran
syariah
(2) Membangun dan membina organisasi Divisi Asuransi Jiwa Syariah dalam
upaya efektivitas dan efisien implementasi strategi usaha untuk
mempertahankan dan mengembangkan dominasi pangsa pasar pada
seluruh lingkup pasar
(3) Mengelola investasi dipasar uang, pasar modal dan penyertaan syariah
dengan upaya memaksimalkan keuntungan hasil operasional untuk
mencapai profitabilitas usaha dengan mempertimbangkan ketentuan
regulasi dan batas-batas risiko yang dapat dipertanggung jawabkan di
syariah.
(4) Menghitung premi dan mengevaluasi produk asuransi jiwa syariah,
melakukan valuasi cadangan premi, membaut analisa surplus operasional,
dan hal-hal lain yang terkait dengan perhitungan aktuarial.
(5) Mengelola dan mengendalikan sistem administrasi keuangan serta
menyusun laporan keuangan Divisi Asuransi Jiwa Syariah dan Kantor
wilayah syariah
(6) Melaksanakan kegiatan administrasi keuangan, kebendaharaan,
pengendalian sirkulasi dana dan pengendalian anggaran.
(7) Membangun dan membina kehumasan dalam menciptakan kepuasan
pelanggan.
b. Kewajiban
(1) Bertanggung jawab atas tersusunnya strategi usaha asuransi jiwa syariah
(2) Bertanggung jawab dalam mempertahankan dan mengembangkan pangsa
pasar
(3) Bertanggung jawab atas tercapainya tingkat pertumbuhan dan kualitas
serta keuntungan hasil usaha Divisi Asuransi Jiwa Syariah
(4) Bertanggung jawab terhadap terlaksananya tertib administrasi dan
keuangan syariah
(5) Bertanggung jawab terhadap penyusunan laporan keuangan Divisi
Asuransi Jiwa Syariah
(6) Bertanggung jawab terhadap terciptanya iklim kerja yang kondusif
(7) Bertanggung jawab atas terpeliharanya citra baik perusahaan.
5. Wakil Kepala Divisi Bidang Operasional
Merancang dan menyusun pengelolaan kegiatan operasional pemasaran,
dan pemberdayaan Sumber Daya Manusia.
Tugas dan Kewajian Wakil Kepala Divisi Bidang Operasional :
a. Uraian Tugas
(1) Merancang dan menyusun strategi pengembangan produk dan
underwriting asuransi jiwa syariah
(2) Melakukan koordinasi dengan seluruh unit kerja AJB BumiPutera
1912 dan grup usaha perusahaan.
(3) Melakukan pembinaan SDM pemasaran dalam upaya meningkatkan
efektivitas dan efisiensi implementasi strategi.
(4) Melakukan koordinasi dengan seluruh unit kerja dan lini bisnis lain
yang ada di AJB BumiPutera 1912
b. Kewajiban
(1) Bertanggung jawab atas tercapainya sasaran, tingkat pertumbuhan,
kualitas dan keuntungan hasil usaha.
(2) Bertanggung jawab mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasar
asuransi jiwa
(3) Bertanggung jawab terhadap produktifitas SDM pemasaran
(4) Bertanggung jawab atas pemenuhan sasaran dan prasarana
6. Wakil Kepala Divisi Administrasi, Investasi, Keuangan dan Umum
Merancang dan menyusun pengelolaan kegiatan pelayanan kepada
peserta, administrasi keuangan dan investasi
Tugas dan kewajiban Wakil Kepala Divisi Administrasi, Investasi
Keuangan dan Umum :
a. Uraian Tugas
1) Menjabarkan strategi bisnis asuransi jiwa syariah, meliputi seluruh aspek
pemasaran, administrasi, keuangan dan investasi.
2) Membangun dan membina kehumasan dalam menciptakan kepuasan
pelanggan.
3) Menjabarkan strategi penempatan dan pengembangan dana investasi.
4) Melaksanakan pembinaan dan pengawasan internal pemasaran,
administrasi, keuangan dan investasi.
b. Kewajiban
(1) Bertanggung jawab terhadap tercapainya optimalisasi keuntungan dari
hasil usaha.
(2) Bertanggung jawab atas tertib administrasi dan keuangan.
(3) Bertanggun jawab terhadap tercapainya kepuasan pelanggan.
(4) Bertanggung jawab terhasap terpeliharanya citra perusahaan.
7. Kepala Bagian pemasaran
Merancang dan menyusun program pemasaran asuransi berbasis syariah,
baik asuransi perorangan maupun asuransi kumpulan, serta melakukan evaluasi
atas implementasinya.
Tugas dan Kewajiban Kepala Bagian Pemasaran :
a. Uraian tugas
(1) Melaksanakan penelitian dan perencanaan pasar.
(2) Merencanakan pengembangan produk dan disain sarana penjualan sesuai
dengan kebutuhan dan keinginan pasar
(3) Evaluasi implementasi program kerja dan hasil kegiatan pemasaran
(4) Melakukan koordinasi antar bagian dan unit kerja lainnya.
(5) Melakukan kegiatan kehumasan.
b. Kewajiban
(1) Bertanggung jawab atas tercapainya market share di pasar asuransi syariah
(2) Bertanggung jawab atas terlaksananya evaluasi program kerja dan hasil
kegiatan pemasaran
(3) Bertanggung jawab terhadap kebenaran data/informasi dan rekomendasi
yang disampaikan kepada Wakil Kepala Divisi.
(4) Bertanggung jawab terhadap tertib pelaksanaan dan mekanisme kerja di
unit kerjanya.
(5) Bertanggung jawab atas tersedianya disain produk baru sesuai dengan
perkembangan tuntutan pasar.
8. Kepala Bagian Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Merancang dan menyusun program pemberdayaan dan pengembangan
SDM, baik dinas dalam maupun dinas luar, serta melakukan evaluasi atas
implementasinya.
Tugas dan Kewajiban Kepala Bagian Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia:
a. Uraian Tugas
(1) Merencanakan dan melaksanakan program pemberdayaan sumber daya
pemasaran dan keagenan.
(2) Merumuskan dan melaksanakan sistem dan prosedur serta mekanisme
operasional SDM pemasaran dan keagenan.
(3) Membangun dan membina sinergi antar lini bisnis dan grup usaha
perusahaan.
(4) Melakukan pembinaan dan supervisi di unit kerjanya.
(5) Melakukan koordinasi antar bagian dan unit kerja lainnya.
b. Kewajiban
(1) Bertanggung jawab terhadap efektivitas dan efisiensi pelaksanaan kerja di
unit kerjanya.
(2) Bertanggung jawab atas terciptanya produktivitas kerja yang tinggi bagi
SDM pemasaran dan keagenan.
(3) Bertanggung jawab terhadap kebenaran data/informasi dan rekomendasi
yang disampaikan kepada Wakil Kepala Divisi
(4) Bertanggung jawab terhadap peningkatan kualitas SDM di unit kerjanya.
(5) Bertanggung jawab terpeliharanya citra baik perusahaan.
9. Kepala Bagian Pelayanan pemegang Polis
Merancang dan menyusun program pelayanan kepada peserta asuransi
perorangan maupun asuransi kumpulan, pengembangan produk dan underwriting,
serta melakukan evaluasi atas implementasinya.
Tugas dan Kewajiban Kepala Bagian Pelayanan pemegang Polis:
a. Uraian Tugas
(1) Merumuskan dan melaksanakan program pembinaan hubungan dengan
pemegang polis/peserta
(2) Merumuskan dan melaksanakan sistem pemeliharaan portofolio,
konservasi dan administrasi klaim.
(3) Melaksanakan pengembangan sinergi operasional dengan lini bisnis lain
dan grup usaha perusahaan.
(4) Merumuskan dan melaksanakan sistem pelayanan dan administrasi klaim.
(5) Merancang, menyusun dan melaksanakan strategi pengembangan produk
dan underwriting.
b. Kewajiban
(1) terciptanya hubungan yang harmonis dengan pemegang polis/peserta.
(2) Terselenggaranya administrasi portofolio yang tertib
(3) Terselenggaranya administrasi premi dan klaim yang tertib
(4) Terlayaninya permintaan pembayaran klaim dengan baik
(5) Terlaksananya perhitungan premi, evaluasi produk asuransi jiwa syariah,
valuasi cadangan premi, analisa suplus operasional, dan hal-hal lain yang
terkait dengan perhitungan aktuarial.
10. Kepala Bagian Administrasi Keuangan
Merancang dan menyusun program adminsitrasi keuangan, melaksanakan
kegiatan akuntansi serta melakukan evaluasi atas implementasinya.
Tugas dan Kewajiban Kepala Bagian Administrasi Keuangan:
a. Uraian Tugas
(1) Menghimpun dan menyusun rencana kerja, anggaran penerimaan dan
pengeluaran Divisi.
(2) Melakukan evaluasi realisasi terhadap anggaran.
(3) Menjabarkan strategi Divisi kedalam implentasi administrasi keuangan
dan akuntansi
(4) Menyusun dan melaksanakan sistem administrasi keuangan dan akuntansi
(5) Melakukan koordinasi dengan unit kerja lain serta melakukan kehumasan.
11. Kepala Wilayah
Membina dan mengendalikan implementasi kegiatan operasional
pemasaran dan pusat pelayanan bagi kantor cabang di wilayah pengawasannya.
12. Kepala Cabang
Membina dan mengendalikan implementasi kegiatan operasional
pemasaran asuransi jiwa syariah pada daerah dan tempat pelayanan didaerah-
daerah tempat kantor cabang berada.
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Mekanisme Pembayaran Premi AJB BumiPutera 1912 Kantor Wilayah
Syariah Jakarta 1
Premi menurut AJB BumiPutera 1912 Syariah dalam syarat-syarat umum
polis Asuransi Jiwa Syariah adalah sejumlah uang yang dibayarkan oleh
pemegang polis yang terdiri dari : Premi Tabungan (khusus untuk produk yang
mempunyai unsur tabungan), Premi Tabarru’ (derma atau dana kebajikan untuk
tujuan kerja sama tolong menolong dan saling menanggung diantara para peserta
bila terjadi klaim), dan Premi Biaya.
Cara pembayaran premi yang berlaku di AJB BumiPutera 1912 Syariah yaitu
dapat dibayarkan secara berkala seperti (tahunan, setengah tahunan dan
triwulan), maupun secara tunggal (sekaligus). Pembayaran premi bisa dengan
tunai atau mendebit dari rekening pemegang polis. Premi yang dibayarkan
pertama kali disebut premi pertama sedangkan premi setelah pembayaran
premi pertama disebut dengan premi lanjutan tahun pertama dan premi
lanjutan.
Tempat pembayaran premi dapat dilakukan melalui penagihan ke rumah,
melalui kantor tempat pemegang polis terdaftar, atau melalui bank yang telah
ditetapkan oleh AJB BumiPutera 1912 Syariah. Cara dan tempat pembayaran
premi ditentukan berdasarkan keinginan dan kesanggupan dari pemegang
polis yang juga disepakati oleh perusahaan asuransi.
Berikut ini adalah ilustrasi pembayaran premi pertama di AJB BumiPutera
1912 Kantor Wilayah Syariah Jakarta 1:
Gambar 4.1
Ilustrasi pembayaran premi pertama tanpa pemeriksaan dokter
(Non medical insurance) sampai terbit polis
____
____
______ Tidak Ya
Keterangan:
Calon peserta
Agen
Underwriting
Pengembalian premi
Kasir
Penerbitan polis
SPAJ
Disetujui
1. Calon peserta mengisi SPAJ (Surat Permintaan Asuransi Jiwa
Syariah), membayar premi pertama dengan melengkapi dokumen-
dokumen yang diminta Perusahan Asuransi.
2. Agen memeriksa dan membawa SPAJ, beserta kelengkapan
dokumen-dokumen dan premi pertama ke kantor cabang untuk
disetorkan ke kasir.
3. Bagian Underwriting memeriksa SPAJ dan dokumen-dokumen
pendukung, kemudian memberikan keputusan:
a. Jika permintaannya dapat disetujui dengan kondisi standar
atau diterima bagian Underwriting akan menerbitkan polis
atas nama calon peserta dan resmi menjadi peserta Asuransi
Jiwa Syariah. Jika diterima dengan syarat/substandart maka
peserta harus membayar ekstra premi (premi tambahan).
b. Jika permintaannya tidak dapat disetujui/ditolak, kasir akan
mengembalikan semua premi yang telah dibayarkan oleh
calon peserta tanpa potongan.
Gambar 4.2
Ilustrasi pembayaran premi pertama dengan pemeriksaan dokter
(Medical insurance) sampai terbit polis
____
________
____
______ Tidak Ya
Keterangan:
1. Calon peserta melakukan medical check up terlebih dahulu untuk
mendapatkan laporan medis mengenai riwayat kesehatan atau
penyakit yang pernah diderita calon peserta. Kemudian mengisi SPAJ
Calon peserta
Agen
Underwriting
Pengembalian premi
Kasir
Penerbitan polis
SPAJ
Disetujui
Medical check up
(Surat Permintaan Asuransi Jiwa Syariah), melengkapi dokumen-
dokumen yamg diperlukan dan membawa hasil medical check up
serta membayar premi pertama melalui agen.
2. Agen memeriksa dan membawa SPAJ, beserta kelengkapan
dokumen-dokumen termasuk hasil medical check up dan premi
pertama ke kantor cabang untuk disetorkan ke kasir.
3. Bagian Underwriting memeriksa SPAJ dan dokumen-dokumen
pendukung, kemudian memberikan keputusan:
b. Jika permintaannya dapat disetujui dengan kondisi standar
atau diterima bagian Underwriting akan menerbitkan polis
atas nama calon peserta dan resmi menjadi peserta Asuransi
Jiwa Syariah. Jika diterima dengan syarat/substandart maka
peserta harus membayar ekstra premi (premi tambahan).
b. Jika permintaannya tidak dapat disetujui/ditolak, kasir akan
mengembalikan semua premi yang telah dibayarkan oleh
calon peserta tanpa potongan
Sedangkan untuk pembayaran premi lanjutan Perusahaan Asuransi akan
mengirimkan nota tagihan premi lanjutan kepada Pemegang polis dengan
mencantumkan tanggal jatuh tempo.
B. Mekanisme Pengajuan Klaim Meninggal Dunia di AJB BumiPutera 1912
Kantor Wilayah Syariah Jakarta 1
Klaim dalam asuransi jiwa ada berbagai macam, tetapi yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah klaim
meninggal dunia, baik meninggal dunia biasa atau karena kecelakaan.
Biasanya orang yang mengajukan klaim adalah Pemegang polis atau ahli waris peserta yang ditunjuk. Orang
ini bisa sebagai pemegang polis atau Ahli waris atau seseorang yang bertindak atas nama Pemegang polis atau yang
dikuasakan. Dalam Asuransi perorangan yang mengajukan klaim bisa Ahli waris bisa juga pemegang polis jika
tertanggung beda dengan pemegang polis.
Ahli waris memberitahu Perusahaan Asuransi bahwa tertanggung telah meninggal, dengan mengisi formulir
pengajuan klaim meninggal dan melampirkan dokumen-dokumen yang disyaratkan Perusahaan Asuransi, yaitu:
1. Surat pengajuan klaim
2. Polis asli/ polis pengganti
3. Kuitansi asli pembayaran premi terakhir yang sah
4. Foto copy bukti identitas diri (KTP/SIM/Pasport) peserta, pemegang
polis, yang ditunjuk, dan kartu keluarga yang masih berlaku dengan
menunjukkan aslinya.
5. Surat keterangan pemakaman setempat/ijin makam
6. Surat keterangan meninggal dari lurah yang dilegalisir oleh camat atau
akte kematian yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang.
Jika tertanggung meninggal dalam perawatan Dokter/Rumah
Sakit/Puskesmas, maka Ahli waris harus menyertakan dokumen tambahan selain
dokumen-dokumen di atas dari instansi terkait yang menangani tertanggung
sebelum meninggal, yaitu:
1. Surat keterangan meninggal dari dokter, dalam hal peserta meninggal
dunia dalam perawatan dokter/rumah sakit/puskesmas
2. Surat kuasa yang bermaterai cukup dari ahli waris yang menyatakan tidak
keberatan jika Badan (Perusahaan Asuransi) meminta riwayat perawatan
dan/atau medical record peserta dari dokter atau rumah sakit/puskesmas
yang merawat peserta sebelum meninggal dunia.
Sedangkan jika tertanggung meninggal akibat kecelakaan maka dokumen
tambahan yang harus disertakan adalah:
1. Surat keterangan proses verbal kecelakaan dari kepolisian setempat.
2. Surat visum et-repertum dari Rumah Sakit.
Biasanya pihak instansi yang merawat peserta sebelum meninggal
menolak memberikan laporan medis ke Perusahaan asuransi karena dianggap
melanggar kode etik kedokteran. Tetapi dengan adanya surat kuasa bermaterai
dari Ahli waris maka Perusahaan asuransi akan sedikit lebih mudah mendapatkan
laporan medis tersebut untuk kepentingan memproses klaim meninggal.
Pada AJB BumiPutera 1912 Syariah Jakarta terdapat perbedaan prosedur
pengajuan klaim meninggal pada tahun pertama sebagai berikut:
Gambar 4.3
Flow chart (alur) pengajuan klaim meninggal dunia
pada tahun I dan tahun ke II
__
______
Tidak disetujui disetujui
Keterangan:
1. Ahli waris memberitahu Perusahaan asuransi bahwa tertanggung telah
meninggal dunia. Dengan mengisi formulir pengajuan klaim serta
melampirkan dokumen-dokumen persyaratan klaim.
2. Kantor cabang menerima, memeriksa kelengkapan berkas klaim dan kondisi
polis dan data diri tertanggung serta mencatat tanggal penerimaan berkas
klaim.
3. Apakah dokumen klaim lengkap?
Kantor Cabang
Kantor Wilayah
Kantor Divisi Syariah
Kantor Pusat
Departemen klaim
Investigasi ke
lapangan
Ahli waris
Mengajukan klaim
a. Jika dokumen klaim lengkap, kantor cabang akan meneruskan ke Kantor
wilayah dan Kantor Divisi Syariah. Dari Kantor Divisi Syariah akan
dilanjutkan ke Kantor pusat melalui Departemen klaim untuk melakukan
investigasi ke lapangan.
b. Jika dokumen klaim tidak lengkap. Kantor cabang membuat dan
mengirimkan surat permintaan kelengkapan dokumen tambahan kepada
Ahli waris. Selanjutnya Ahli waris melengkapi dokumen tambahan, jika
Ahli waris tidak melengkapinya maka klaim ditunda atau berhenti
diproses dan diarsip sampai dokumen lengkap.
4. Setelah investigasi (penyelidikan klaim) selesai dilakukan, maka Kantor pusat
melalui Departemen klaim akan memberikan keputusan:
a. Jika klaim disetujui
Maka Ahli waris menandatangani kuitansi pembayaran klaim dan
mendapatkan sejumlah uang, bisa dalam bentuk uang tunai maupun
selembar cek melalui kasir kantor cabang syariah.
b. Jika klaim ditolak
Kantor pusat melalui Departemen klaim mengirimkan surat penolakan
klaim dengan memberikan alasan penolakan klaim. Surat penolakan
klaim ditanda tangani oleh Direksi yang sebelumnya dikoordinasikan ke
Departemen hukum.
Jika tertanggung meninggal pada tahun pertama kantor wilayah akan
melanjutkan ke kantor pusat, dengan terlebih dahulu dilakukan investigasi ke
lapangan untuk menyelidiki penyebab klaim. Untuk klaim tahun pertama karena
kecelakaan, dengan nilai klaim setinggi-tingginya Rp 100.000.000,00 (Seratus
juta rupiah) kepala wilayah berwenang memutuskan klaim dan berkewajiban
membuat laporan ke kantor pusat.
Dan Kepala Departemen klaim juga berwenang memutuskan klaim
meninggal pada tahun pertama atau tahun kedua bukan karena kecelakaan dengan
nilai diatas Rp 100.000.000- Rp 250.000.000
Sedangkan untuk seluruh klaim dengan nilai di atas Rp 250.000.000,00
(Dua ratus lima puluh juta rupiah) menjadi kewenangan Direksi melalui
Departemen klaim untuk memberikan keputusan klaim.
Gambat 4.4
Flow chart (alur) pengajuan klaim meninggal dunia
pada tahun III dan seterusnya
__
______
tidak disetujui disetujui
Ahli waris
Mengajukan klaim
Kantor cabang
Kantor wilayah
Investigasi ke
lapangan
Keterangan:
1. Ahli waris memberitahu Perusahaan asuransi bahwa tertanggung telah
meninggal dunia. Dengan mengisi formulir pengajuan klaim serta
melampirkan dokumen-dokumen persyaratan klaim.
2. Kantor cabang menerima, memeriksa kelengkapan berkas klaim dan kondisi
polis dan data diri tertanggung serta mencatat tanggal penerimaan berkas
klaim.
3. Apakah dokumen klaim lengkap?
a. Jika dokumen klaim lengkap. Kantor cabang akan melanjutkan ke Kantor
wilayah untuk melakukan investigasi ke lapangan.
b. Jika dokumen klaim tidak lengkap. Kantor cabang membuat dan
mengirimkan surat permintaan kelengkapan dokumen tambahan kepada
Ahli waris. Selanjutnya Ahli waris melengkapi dokumen tambahan, jika
Ahli waris tidak melengkapinya maka klaim ditunda atau berhenti
diproses dan diarsip sampai dokumen lengkap.
4. Setelah investigasi (penyelidikan klaim) selesai dilakukan, maka Kantor
wilayah akan memberikan keputusan:
a. Jika klaim disetujui
Maka Ahli waris menandatangani kuitansi pembayaran klaim dan
mendapatkan sejumlah uang, bisa dalam bentuk uang tunai maupun
selembar cek melalui kasir kantor cabang syariah.
b. Jika klaim ditolak
Kantor wilayah membuat dan mengirimkan surat penolakan klaim dengan
memberikan alasan penolakan klaim. Surat penolakan klaim ditandatangani
oleh pimpinan kepala wilayah yang sebelumnya dikoordinasikan ke
Departemen Hukum.
Jika tertanggung meninggal pada tahun ketiga dan seterusnya maka hanya
sampai di kantor wilayah saja. Untuk polis yang berumur lebih dari dua tahun
dengan nilai klaim setinggi-tingginya Rp 100.000.000,00 (Seratus juta rupiah)
kepala wilayah berwenang memberikan keputusan.
Apabila selama dalam proses klaim dilakukan Perusahaan Asuransi
menemukan informasi yang menyimpang atau tidak sesuai dengan data-data yang
ada didalam SPAJ (Surat Permintaan Asuransi Jiwa Syariah) pada saat
pengisiannya, misalnya calon peserta tidak menjawab secara benar pertanyaan-
pertanyaan tentang keterangan pribadi terutama riwayat penyakit selama 5 tahun
terakhir, maka dengan alasan tersebut Perusahaan Asuransi mempunyai
kewenangan untuk menolak klaimnya, karena klaim tersebut tidak layak untuk
dibayarkan.
Pada bab sebelumnya (BAB II) telah dijelaskan bahwa dalam perjanjian
asuransi syariah terdapat prinsip dasar asuransi jiwa syariah yang salah satunya
adalah prinsip I’tikad baik. Calon peserta harus memberi segala keterangan yang
berhubungan dalam risiko agar perusahaan asuransi tidak membuat kesalahan
dalam penerimaan risiko tersebut, jika pemegang polis secara sengaja memberi
keterangan yang tidak sesuai dengan faktanya maka hal ini dinilai sebagai
pelanggaran.
Pada prakteknya prosedur pengajuan klaim meninggal pada AJB
BumiPutera 1912 Kantor Wilayah Syariah Jakarta 1 sudah terlaksana dengan baik
dan benar, tetapi kadang-kadang Ahli waris kurang memahami prosedur klaim
tersebut sehingga Perusahaan asuransi berupaya memberikan petunjuk berupa
surat-surat atau dokumen-dokumen yang diperlukan secara lengkap. Semua
berkas klaim beserta formulir pengajuan klaim yang telah dilengkapi dikirimkan
ke Perusahaan Asuransi. Bila klaim memenuhi syarat akan langsung dihitung dan
dibayarkan kepada Pemegang polis. Bila klaim tidak memenuhi syarat, maka
Pemegang polis diminta untuk melengkapi persyaratan tersebut. Tetapi jika klaim
ditolak maka Perusahaan Asuransi akan mengirimkan surat penolakan dengan
mencantumkan alasan penolakannya.
C. Pertumbuhan Premi dan Klaim Meninggal AJB BumiPutera 1912 Kantor
Wilayah Syariah Jakarta 1
Premi sangat berpengaruh dalam pendapatan suatu perusahaan
asuransi. Karena semakin besar premi yang diterima maka semakin bertambah
pendapatan perusahaan asuransi. Dan dari pendapatan premi pula perusahaan
asuransi membayarkan klaim yang diajukan oleh Ahli waris. Dalam asuransi
syariah Premi yang disetorkan oleh pemegang polis/peserta dibagi menjadi
tiga yaitu premi tabungan, tabarru’ dan premi biaya. Premi biaya merupakan
salah satu sumber pendapatan Perusahaan Asuransi selain dari hasil-hasil
investasi dan bagi hasil.
Sedangkan klaim merupakan salah satu kewajiban suatu perusahaan asuransi. Ketika klaim diajukan, disinilah
janji-janji Perusahaan Asuransi dipertanyakan. Dan pada saat inilah AJB BumiPutera 1912 Kantor Wilayah Syariah
Jakarta 1 berusaha memenuhi janjinya dengan bukti, dan terus meningkatkan pelayanan terutama dengan penertiban
administrasi. Karena cara pelayanan dalam memproses klaim dan pembayarannya merupakan faktor penting yang bisa
mempengaruhi citra Perusahaan Asuransi.
Berikut ini akan dianalisa pertumbuhan jumlah premi dan klaim meninggal AJB BumiPutera 1912 Kantor
Wilayah Syariah Jakarta 1 tahun 2005-2007:
Tabel 4.1
Pertumbuhan Jumlah premi dan jumlah tertanggung
tahun 2005-2007
Tahun Premi
(rupiah)
Tertanggung
(orang)
2005 18.322.623.007 215.743
2006 36.072.092.033 424.795
2007 46.885.594.062 552.234
Sumber: AJB BumiPutera 1912 Kantor Wilayah Syariah Jakarta 1
Tabel 4.1 menunjukan bahwa pertumbuhan jumlah premi dan jumlah tertanggung selama periode 2005-2007
bergerak secara stabil dari tahun ke tahun. Untuk memberikan pemahaman terhadap pertumbuhan jumlah premi maka akan
dipaparkan dalam bentuk grafik berikut ini:
Gambar 4.5
Grafik Jumlah premi tahun 2005-2007
(dalam miliar rupiah)
0
15000000000
30000000000
45000000000
2005 2006 2007
Premi
Sumber: AJB BumiPutera 1912 Kantor Wilayah Syariah Jakarta 1
Dari tabel 4.1 dan gambar 4.5 menunjukan bahwa pertumbuhan jumlah premi yang diterima AJB BumiPutera
1912 Kantor Wilayah Syariah Jakarta 1 tahun 2005-2007 mengalami peningkatan secara signifikan.
Pada tahun 2005 jumlah premi yang diterima AJB BumiPutera 1912 Kantor Wilayah Syariah Jakarta 1 sebesar
Rp 18.322.623.007 dengan jumlah tertanggung 215.743 orang dan kemudian tahun 2006 meningkat mencapai Rp
36.072.092.033 dengan jumlah tertanggung 424.795 yang mengalami peningkatan sebesar 96,9%. Peningkatan juga terjadi
pada tahun 2007 hingga 30% mencapai Rp 46.885.594.062 dengan jumlah tertanggung 552.234 orang.
Tabel 4.2
Pertumbuhan Jumlah klaim meninggal dan jumlah tertanggung
yang meninggal tahun 2005-2007
Tahun Klaim meninggal
(rupiah)
Tertanggung
(orang)
2005 1.085.381.468 2.147
2006 2.303.751.993 4.555
2007 3.672.806.734 7.261
Sumber: AJB BumiPutera 1912 Kantor Wilayah Syariah Jakarta 1
Tabel 4.2 menunjukan bahwa pertumbuhan jumlah klaim meninggal dan jumlah tertanggung yang mengajukan
klaim meninggal selama periode 2005-2007 bergerak secara stabil dari tahun ke tahun. Untuk memberikan pemahaman
terhadap pertumbuhan jumlah klaim meninggal maka akan dipaparkan dalam bentuk grafik berikut ini:
Gambar 4.6
Grafik Jumlah klaim meninggal tahun 2005-2007
(dalam miliar rupiah)
0
1000000000
2000000000
3000000000
4000000000
2005 2006 2007
Klaim Meninggal Dunia
Sumber: AJB BumiPutera 1912 Kantor Wilayah Syariah Jakarta
Sedangkan dari tabel 4.2 dan gambar 4.6 untuk klaim meninggal yang dibayarkan AJB BumiPutera 1912
Kantor Wilayah Syariah Jakarta 1 pada tahun 2005 mencapai Rp 1.085.381.468 dengan jumlah tertanggung 2.147 yang
meningkat 112,2% pada tahun 2006 menjadi Rp 2.303.751.993 dengan jumlah tertanggung 4.555 orang. Kemudian di
tahun 2007 juga mengalami peningkatan mencapai 59,4% yakni sebesar Rp 3.672.806.734 dengan jumlah tertanggung
7.261 orang.
Maka dapat diketahui bahwa jumlah premi yang diterima AJB BumiPutera 1912 Kantor Wilayah Syariah Jakarta
1 mengalami peningkatan yang stabil demikian juga yang terjadi pada pembayaran klaim meninggal dari tahun 2005-2007.
D. Kendala yang Dihadapi Dalam Pengurusan Klaim Meninggal Terhadap
Polis Yang Preminya Terjadi Keterlambatan Membayar.
Untuk pembayaran premi lanjutan AJB BumiPutera 1912 Kantor Wilayah Syariah Jakarta 1 memberikan masa
leluasa (grace periode) bagi pemegang polis atau tertanggung yang mengikuti produk unsur tabungan untuk membayar
premi lanjutan yaitu selama 30 (tiga puluh) hari setelah jatuh tempo pembayaran premi.
Jika sampai akhir masa leluasa premi belum dibayar sesuai dengan syarat-
syarat umum polis asuransi jiwa syariah pasal 6 maka pemegang polis dapat
menentukan salah satu pilihan sebagai berikut:
1. Memperoleh nilai tunai, yaitu jumlah premi tabungan ditambah dengan
bagian keuntungan atas hasil investasi (Mudharabah). Dengan
menyerahkan polis dan kuitansi pembayaran premi terakhir kepada
perusahaan asuransi dan dengan demikian perjanjian asuransi berakhir.
2. Membayar tunggakan premi.
3. Apabila premi tidak dibayar sampai akhir masa leluasa dan peserta tidak
secara aktif menyatakan pilihan atas ketentuan pasal 6 ayat 1 dan 2, maka
Perusahaan asuransi secara otomatis akan memberlakukan pasal 6 ayat 2.
4. Apabila jumlah premi tabungan telah habis untuk membayar premi
tabarru’ maka secara otomatis perjanjian asuransi berakhir dan polis
sudah tidak berlaku.
Apabila dalam masa leluasa peserta ditakdirkan meninggal dunia maka
sesuai dengan pasal 5 ayat 2 syarat-syarat umum polis Asuransi Jiwa syariah
kepada yang ditunjuk (Ahli waris) akan dibayarkan manfaat santunan kebajikan
ditambah nilai tunai dengan ketentuan yang berlaku.
Dan agar lebih memperjelas ilustrasi tersebut akan dipaparkan dalam
bentuk tabel pengembangan dana pada produk Mitra Iqra. Berikut adalah
ilustrasinya:
Jenis Asuransi : Program pendidikan Mitra Iqra
Nama Peserta : Tuan Bumi
Usia Peserta : 33 tahun
Usia Anak : 4 tahun
Tabarru’ : 6,30%
Mulai Asuransi : Januari 2008
Premi disetahunkan : Rp 1.200.000
Masa Asuransi : 14 tahun
Manfaat Awal : Rp 16.800.000
Asumsi Hasil Investasi : 11%
Bagian Hasil Investasi : 70% Peserta
30% Perusahaan asuransi
Dengan rumus penghitungan sebagai berikut:
__
Manfaat Asuransi:
1. Bila Peserta dikarunia panjang umur sampai perjanjian asuransi berakhir, maka
kepada anak yang dibeasiswakan menerima Tahapan Dana Pendidikan sesuai
Tabel Pengembangan Dana (tabel 4.3), sejak umur 4 tahun sampai di perguruan
tinggi.
2. Bila anak sebagai penerima hibah ditakdirkan meninggal dunia sebelum seluruh
dana pendidikannya diterima, maka Tahapan Dana Pendidikan yang belum
diterimanya akan dibayarkan kepada Ahli Waris Bapak/Ibu/Sdr yang lain.
• Klaim meninggal : Santunan kebajikan + Nilai tunai
• Santunan kebajikan : Manfaat awal – Premi tahunan yang sudah
dibayar
• Nilai tunai : Tabungan + Mudharabah (bagi hasil)
3. Bila Peserta ditakdirkan meninggal dunia dalam Masa asuransi, misal dalam
tahun ke 5 maka Ahli waris yang ditunjuk akan menerima dana:
4. Bila Peserta ditakdirkan meninggal dunia dalam Masa Asuransi, maka tahapan
yang berlaku untuk tahun ke 2 di Perguruan tinggi dan seterusnya adalah:
5. Bila Peserta ditakdirkan meninggal dunia dalam masa asuransi, misal dalam
tahun ke-5 premi belum dibayarkan dan pada tahun yang sama peserta
ditakdirkan meninggal, maka Ahli waris yang ditunjuk akan menerima santunan
sebagai berikut:
Diketahui : Nilai tunai tahun ke 4 = Rp 2.499.638
Premi biaya tahun ke 5 = Rp 936.000
Tahapan dana yang telah dibayarkan : Rp 1.680.000
(2) PT (15% MA) 2.520.000
(3) PT (20% MA) 3.360.000
(4) PT (20% MA) 3.360.000
(5) PT (25% MA) 4.200.000
13.440.000
• Dana tabungan yang terkumpul 3.006.000
• Bagian keuntungan Hasil Investasi 832.469
• Santunan kebajikan 10.800.000
14.638469
Ditanya : Jumlah santunan yang diterima Ahli waris, jika Peserta belum
membayar premi pada tahun peserta meninggal (tahun ke-5)?
Jawab :
a. Menghitung premi tabarru’ tahun ke-5
Premi tabarru’ : Nilai tunai x Tabarru’ (6,30%)
: Rp 2.499.477 x 6,30%
: Rp 157.477
b. Menghitung Nilai tunai tahun ke-5
Nilai tunai : Nilai tunai tahun ke-4 – premi tabarru’ – premi biaya –
Tahapan dana yang telah dibayarkan
: (Rp2.499.638) – (Rp157.477) – (Rp936.000) – (Rp1.680.000)
: - 273.839
c. Santunan kebajikan tahun ke-5 sama dengan tahun ke-4, karena premi tahun
ke-5 tidak dibayarkan sehingga jumlah santunan kebajikan untuk tahun ke-5
sama besarnya dengan tahun ke-4.
d. Yang akan diterima oleh Ahli waris adalah:
• Nilai tunai tahun ke-5 : Rp -273.839
• Santunan kebajikan : Rp 12.000.000
Rp 10.526.161
Jadi pada dasarnya tidak ada kendala yang dihadapi oleh perusahaan
asuransi dalam penyelesaian klaim meninggal dunia terhadap polis yang
preminya terjadi keterlambatan membayar. Selama jumlah nilai tunai masih ada
tetapi jika nilai tunai sudah habis maka tidak ada klaim yang dibayarkan.
Karena ketika Pemegang polis tidak membayarkan premi maka secara
otomatis nilai tunai yang ada akan dipotong untuk membayar premi tabarru (dana
kebajikan/tolong menolong).
E. Analisis Pengaruh Keterlambatan Kewajiban Membayar Premi terhadap
Penyelesaian Klaim Meninggal di AJB BumiPutera 1912 Kantor Wilayah
Syariah Jakarta 1
Pembayaran premi merupakan hal pokok yang sangat penting dalam
kegiatan operasional Perusahaan Asuransi, yang bisa mempengaruhi kinerja
keuangan. Dan kinerja keuangan yang baik berdampak pada proses pembayaran
klaim yang lancar.
Jika Pemegang polis terlambat membayar premi, apakah keterlambatan itu
akan mempengaruhi proses penyelesaian klaim meninggal. Karena ketika
Pemegang polis tidak membayarkan premi yang juga melewati masa leluasa yang
diberikan Perusahaan asuransi dan pada saat yang sama Ahli waris mengajukan
klaim meninggal.
Berikut ini akan di analisa dengan menggunakan penghitungan secara
manual dengan alat bantu hitung (Lihat di lampiran):
1. Regresi Linear Sederhana
Persamaan regresi digunakan untuk melakukan forecasting (ramalan)
atau prediksi apabila nilai dari variabel x di ketahui. Dari hasil penghitungan
secara manual diperoleh a= -0,733 dan b= 0,09.
Y= a+bx
Y=-0,733+0,09x
Interpretasi dari hasil uji regresi adalah sebagai berikut :
a = -0,733 menunjukan bahwa apabila x=0 pada persamaan regresi Y=-
0,733+0,09(0), maka berarti jika tidak ada peningkatan pada jumlah premi
yang diterima maka jumlah klaim meninggal bernilai –0,733 satuan miliar.
b = 0,09 menunjukkan bahwa setiap ada satu peningkatan jumlah premi sebesar 1
satuan miliar, maka akan mempengaruhi peningkatan pada jumlah klaim
meninggal sebesar 0,09 satuan miliar. Y=-0,733+0,09(1)
Adapun tanda (+) positif pada persamaan regresi 0,09 tersebut
menyatakan adanya hubungan yang kuat dan searah, antara jumlah premi
yang diterima dan klaim meninggal yang dibayarkan di AJB BumiPutera 1912
Kantor Wilayah Syariah Jakarta 1.
2. Koefisien Korelasi r-product moment
Korelasi r-product moment adalah nilai koefisien yang digunakan
untuk mengetahui seberapa besar hubungan keterlambatan kewajiban
membayar premi tehadap penyelesaian klaim meninggal di AJB BumiPutera
1912 Kantor Wilayah Syariah Jakarta 1. Dari hasil penghitungan secara
manual diperoleh r = 0,99.
Interpretasi dari hasil uji korelasi r-product moment diperoleh nilai r
sebesar 0,99. Karena r = 0,99 ada di antara nilai 0,90 – 1,00 (lihat tabel 1.1
pada BAB 1), maka artinya terdapat hubungan positif yang sangat kuat antara
jumlah premi yang diterima terhadap jumlah klaim meninggal yang
dibayarkan.
Dengan demikian maka keseluruhan variabel x yaitu jumlah premi
yang diterima ternyata berpengaruh terhadap variabel y yaitu jumlah klaim
meninggal yang dibayarkan. Berarti semakin tinggi jumlah premi yang
diterima maka semakin tinggi juga jumlah klaim meninggal yang dibayarkan.
Jadi ketika pemegang polis/peserta ditakdirkan meninggal dalam
masa asuransi dan belum membayar premi pada saat pengajuan klaim
meninggal maka santunan kematian yang akan diterima oleh ahli waris akan
menurun dari jumlah santunan kematian jika pemegang polis/peserta tersebut
membayar premi pada waktunya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan, maka penulis memberikan kesimpulan
dari hasil penelitian yang merupakan jawaban dari permasalahan ini adalah
sebagai berikut:
1. Mekanisme pembayaran premi yang berlaku di AJB BumiPutera 1912 Kantor
Wilayah Syariah Jakarta 1 dapat dibayarkan secara berkala seperti (tahunan,
setengah tahunan, dan triwulan) maupun secara tunggal (sekaligus).
Sedangkan tempat pembayaran dapat dilakukan melalui penagihan ke rumah,
melalui kantor tempat pemegang polis terdaftar, atau melalui bank yang telah
ditetapkan oleh AJB BumiPutera 1912 Kantor Wilayah Syariah Jakarta 1.
2. Prosedur pengajuan klaim meninggal di AJB BumiPutera 1912 Kantor
Wilayah Syariah Jakarta 1 jika tertanggung meninggal pada tahun ke III dan
seterusnya maka hanya sampai di Kantor wilayah saja pemrosesannya. Tetapi
jika tertanggung meninggal pada tahun ke I dan II maka kantor wilayah akan
melanjutkan pemrosesannya ke Kantor pusat c.q Departemen klaim.
3. Pengaruh keterlambatan kewajiban membayar premi terhadap penyelesaian
klaim meninggal yang berdampak positif dengan r = 0,99 yang berarti
hubungan yang sangat kuat antara keterlambatan kewajiban membayar premi
terhadap penyelesaian klaim meninggal. Jadi ketika pemegang polis/peserta
ditakdirkan meninggal dalam masa asuransi dan belum membayar premi pada
saat pengajuan klaim meninggal maka santunan kematian yang akan diterima
oleh ahli waris akan menurun/lebih kecil dari jumlah santunan kematian jika
pemegang polis/peserta tersebut membayar premi pada waktunya.
4. Tidak ada kendala yang dihadapi AJB BumiPutera 1912 Kantor Wilayah
Syariah Jakarta 1 dalam pengurusan klaim meninggal terhadap polis yang
preminya terjadi keterlambatan membayar, selama jumlah nilai tunai masih
ada untuk membayar premi tabarru’ (dana kebajikan).
5. Pertumbuhan jumlah premi yang diterima dan klaim meninggal yang
dibayarkan AJB BumiPutera 1912 Kantor Wilayah Syariah Jakarta 1 tahun
2005-2007 mengalami peningkatan secara signifikan.
B. Saran-saran
Untuk saran dari penulis mengenai permasalahan ini adalah:
1. Perusahaan asuransi harus lebih meningkatkan kualitas pelayanannya dalam
hal administrasi pembayaran premi dan proses klaim. Selain itu Perusahaan
agar lebih memperhatikan sistem prosedur yang lebih mudah agar dapat
dimengerti.
2. Perusahaan asuransi agar lebih menghimbau pesertanya agar membayar premi
pada waktu yang telah disepakati di awal kontrak.
3. Masyarakat yang berkenan membeli polis Asuransi Jiwa Syariah agar lebih
mengetahui bahwa pentingnya pembayaran premi pada perjanjian asuransi,
karena akan berpengaruh terhadap penyelesaian klaim meninggal.
4. Perusahaan asuransi agar lebih selektif dalam menerima calon peserta baru,
terutama untuk agen yang berhubungan langsung dengan calon peserta.
5. AJB BumiPutera 1912 Kantor Wilayah Syariah Jakarta 1 agar lebih
meningkatkan kemampuan SDM yang sudah ada mengingat banyaknya
perusahaan asuransi yang berbasis syariah terus bermunculan.
Demikian kesimpulan dan saran-saran yang dapat penulis kemukakan,
dengan harapan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang membacanya
sekecil apapun manfaat itu.
DAFTAR PUSTAKA
AL-Qur’an Karim dan Terjemahnya
Ali, A.M Hasan. Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam Suatu Tinjauan
Analisis Historis, Teoritis dan Praktis. Jakarta:Kencana,2004
Ali, Hasymi.dkk. Kamus Asuransi. Jakarta: Bumi Aksara, 2002, cet.ke-2
Boediono dan Koster, Wayan. Teori dan Aplikasi Statistika Probabilitas.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004, cet. Ke-3
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana,2005.
Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Dewi, Gemala. Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian di
Indonesia. Jakarta:Kencana, 2004
Fitriani, Dian “Penyelesaian Sengketa Klaim pada PT. Asuransi Syariah
Mubarakah.” Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2003
Huggins, Kenneth dan D. Land, Robert. Operasi Perusahaan Asuransi Jiwa
dan Kesehatan. Penerjemah Yayasan Dharma BumiPutera. Jakarta:
Yayasan Dharma BumiPutera, 1996
Kansil dan Kansil, Christine. Pokok-pokok Pengetahuan Hukum Dagang
Indonesia. Jakarta:Sinar Grafika, 2002, cet. Ke-1
Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan lainnya. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 1998
Laporan Tahunan Asuransi Jiwa Bersama BumiPutera 1912 Kantor Wilayah
Syariah Jakarta 1
Mauludi, Ali. Statistika 1 Penelitian Ekonomi Islam dan Sosial. Jakarta:
Prima Heza Lestari, 2006, cet. Ke-1
Muhammad, Abdul Kadir. Hukum Asuransi Indonesia. Bandung: Citra
Aditya, 1999
Muslehudin, Muhammad. Menggugat Asuransi Modern: Mengajukan Suatu
Alternatif baru dalam perspektif hukum islam. Jakarta: Lentera, 1999
Ninth Collegiate, Salim’s. English-Indonesian Dictionary. Jakarta: Modern
English Press, t.th., Edisi. ke-1
Nurhidayah, Ida.”Hubungan Investigasi Klaim Meninggal Dunia dengan
Realisasi Pembayaran Klaim pada AJB BumiPutera 1912 Syariah
Jakarta.” Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2005
Purwosutjipto. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 6. Jakarta:
Djambatan, 1996, cet. ke-4
Rahman, Afzalur. Doktrin Ekonomi Islam. Yogyakarta: Dana Bakti Wakaf,
1996, jilid 4
Salim, Abbas. Asuransi dan Manajemen Resiko. Jakrata: PT. Raja Grafindo
Persada,2003, cet. Ke-7
Sastrawidjaja, Man Suparman dan Endang. Hukum Asuransi Perlindungan
Tertanggung Asuransi Deposito Usaha Perasuransian. Bandung: PT.
Almni, 2004
Subana. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: Pustaka Setia, 2005
Tim Penulis Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia.
Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional. Jakarta: Intermasa, 2003,
Edisi. ke-2
Sukandarrumidi. Metodologi Penelitian: Petunjuk praktis untuk peneliti
pemula. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2004
Syakir Sula, Muhammad. Asuransi Syariah (Life and General) Konsep dan
Sistem Operasional. Jakarta: Gema Insani Press, 2004. cet. ke-1
Wawancara Pribadi dengan Ibu Fitri, Jakarta. 27 Juli 2007
Widjaja, Hartono. “Pusing Ngurus Klaim.” Proteksi XXVIII. No. 192 (Januari
2007): h. 30
Yanti, Devi.”Analisis Pengaruh Proses Pembayaran Klaim Terhadap
Persepsi Pemegang Polis Asuransi Jiwa di PT. AIG Lippo Karawaci.”
Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2007
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Pedoman wawancara
Nara sumber : Ibu Fitri
Jabatan : Bagian Klaim
Tempat : AJB BumiPutera 1912 Kantor Wilayah Syariah Jakarta 1
Pertanyaan-pertanyaan:
1. Company profile AJB BumiPutera 1912 Kantor Wilayah Syariah Jakarta 1?
2. Berapa jumlah premi dan klaim meninggal dunia tahun 2005-2007?
3. Berapa masa leluasa yang diberikan Perusahaan asuransi jika
peserta/pemegang polis belum bisa membayar premi tepat tanggal jatuh
tempo?
4. Dokumen-dokumen apa saja yang harus dilengkapi dalam pengajuan klaim
meninggal dunia?
5. Adakah kendala yang dihadapi oleh Perusahaan asuransi dalam proses klaim
meninggal untuk polis yang terlambat membayar premi?
6. Struktur Dewan Pengawas Syariah AJB BumiPutera 1912 Kantor Wilayah
Syariah Jakarta 1 tahun 2007?
Hasil wawancara
Nara sumber : Ibu Fitri
Jabatan : Bagian Klaim
Tanggal : Jumat, 27 Juli 2007
Waktu : 11.00 (WIB) - selesai
Tempat : AJB BumiPutera 1912 Kantor Wilayah Syariah Jakarta 1
1. Tanya : Berapa jumlah premi dan klaim meninggal tahun 2005-2007?
Jawab :
Tahun Premi Klaim Meninggal
2005 18,322,623,007 1,085,381,468
2006 36,072,092,033 2,303,751,993
2007 46,885,594,062 3,672,806,734
2. Tanya: Berapa masa leluasa yang diberikan Perusahaan asuransi jika
peserta/pemegang polis belum bisa membayar premi tepat tanggal
jatuh tempo?
Jawab : Masa yang diberikan 30 hari setelah jatuh tempo. Ehm… karena
kita berbasis syariah maka tidak ada denda yang diberikan.
3. Tanya: Dokumen-dokumen apa saja yang harus dilengkapi dalam pengajuan
klaim meninggal dunia?
Jawab:
a. Polis asli
b. Kuitansi premi terakhir
c. Surat pengajuan klaim dari ahli waris
d. Penjelasan riwayat perawatan
e. Surat keterangan kematian dari instansi terkait
f. Surat keterangan pemeriksaan mayat
g. Surat keterangan pemakaman
h. Foto copy identitas diri (Kartu Keluarga/KTP/SIM) Peserta,
Pemegang polis, atau yang ditunjuk dalam polis(Ahli waris).
4. Tanya: Adakah kendala yang dihadapi oleh Perusahaan asuransi dalam
proses klaim meninggal untuk polis yang terlambat membayar
premi?
Jawab: Ga ada kendala. Selama jumlah nilai tunai masih ada untuk
membayar premi tabarru’
5. Tanya: Struktur Dewan Pengawas Syariah AJB BumiPutera 1912 Kantor
Wilayah Syariah Jakarta 1 tahun 2007?
Jawab:
Sesuai Surat Majelis Ulama Indonesi No. U-218/DSN-MUI/IX/2006
tanggal 15 September 2006 susunan Dewan Pengawas Syariah AJB
BumiPutera 1912 adalah sebagai berikut:
4. K.H.M.A. Sahal Mahfudh (Ketua)
5. Prof. Dr. H. Qodri Azizi, MA (Anggota)
6. Drs. H.A Fattah Wibisono, MS (Anggota)
Tabel
Hasil penghitungan jumlah premi dan klaim meninggal
secara manual (dalam miliar rupiah)
Tahun
(n)
Premi
(x)
Klaim
Meninggal
(y)
x2
y2
x.y
2005
2006
2007
18,3
36,0
46,8
1,0
2,3
3,6
334,89
1,296
2,190,24
1
5,29
12,96
18,3
82,8
168,48
∑n= 3 ∑x= 101,1 ∑y =6,9 ∑x2= 3.821,13 ∑y
2= 19,25 ∑x.y= 269,58
Sumber: Data diolah
Dari tabel di peroleh:
∑n= 3 ∑x2= 3.821,13
∑x= 101,1 ∑y2= 19,25
∑y = 6,9 ∑x.y= 269,58
3. Regresi Linear Sederhana
y = a+bx
b = n. (∑x.y)-( ∑x)( ∑y)
n. ∑x2 – (∑x)
2
= 3. (269,58) – (101,1) (6,9)
3. (3.821,13) – (101,1)2
= 808,74 – 697,59
11.463.39 – 10.221,21
= 111,15
1.242,18
= 0,089 (dibulatkan menjadi 0,09)
a = ∑ y – b ∑x
n n
= 6,9 – (0,09) 101,1
3 3
= 2,3 – (0,09) (33,7)
= 2,3 – 3,033
= - 0,733
4. Koefisien Korelasi r-product moment
r = n. ∑ x.y – (∑x) (∑y)
√ {n. ∑x2 – (∑x)
2 } {n. ∑ y
2- (∑y)
2}
= 3 (269,58) – (101,1). (6,9)
√ {3 (3.821,13)- (101,1)2} {3 (19,25) – (6,9)
2}
= 800,74 – 697,59
√ {(11.463,39) – (10.221,21)} {(57,75) – (47,61)}
= 111,15
√(1.242,18).(10,14)
= 111,15 = 111,15 = 0,99
√12.595,7052 112,2