pengaruh ketersediaan bahan organik pada daya …/pengaruh... · dalam penelitian kali ini penulis...

67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA PREDASI Mesocyclops aspericornis TERHADAP LARVA Aedes aegypti SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran AMANDA ARTA M. SIMANJUNTAK G0008196 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2011

Upload: duongnhan

Post on 06-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA

DAYA PREDASI Mesocyclops aspericornis

TERHADAP LARVA Aedes aegypti

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

AMANDA ARTA M. SIMANJUNTAK G0008196

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta 2011

Page 2: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vii

DAFTAR ISI

PRAKATA .................................................................................................................. vi

DAFTAR ISI .............................................................................................................. vii

DAFTAR TABEL ......................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... xii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 4

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ ................ 4

D. Manfaat Penelitian ...................................................................... ............... 5

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka ......................................................................... ............... 6

1. Aedes aegypti ........................................................................................ 6

a. Klasifikasi ........................................................................................ 6

b. Morfologi .......................................................................................... 7

c. Sifat hidup larva ............................................................................... 8

2. Pengendalian Vektor ............................................................................. 9

Page 3: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user viii

3. Mesocyclops aspericornis .................................................................. 12

a. Klasifikasi ........................................................................................ 12

b. Morfologi ......................................................................................... 12

c. Daur Hidup dan Habitat .................................................................. 13

d. Perilaku ........................................................................................... 15

4. Peranan Mesocyclops aspericornis sebagai Pengendali Hayati Larva 16

B. Kerangka Pemikiran ........................................................................ ......... 17

C. Hipotesis ..................................................................................... ............... 17

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ......................................................................................... 18

B. Lokasi Penelitian ...................................................................................... 18

C. Objek Penelitian ........................................................................... ……... 18

D. Teknik Sampling ................................................................. ............ ……. 18

E. Identifikasi Variabel ................................................................. ………… 18

F. Definisi Operasional Variabel ........................................................ .......... 19

G. Alat dan Bahan .................................................... ...................................... 20

H. Rancangan Penelitian ................................................. ............................... 21

I. Cara Kerja......................................................................... .......................... 22

J. Teknik Analisis Data Statistik .................................................................... 24

BAB IV. HASIL PENELITIAN ....................................................... …………… 25

BAB V. PEMBAHASAN ......................................................................... ............... 29

Page 4: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ix

BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ......................................................................................... ......... 32

B. Saran .......................................................................................... ............... 32

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 5: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

ABSTRAK

Amanda Arta M. Simanjuntak, G0008196, 2011. Pengaruh Ketersediaan Bahan Organik pada Daya Predasi Mesocyclops aspericornis terhadap Larva Aedes aegypti. Skripsi Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ketersediaan bahan organik pada daya predasi Mesocyclops aspericornis terhadap Larva Aedes aegypti.

Metode Penelitian: Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan metode post-test only control group design, dilakukan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP), Salatiga, Jawa Tengah pada bulan Agustus 2011. Objek penelitian larva Aedes aegypti instar I dan II. Objek penelitian dibagi menjadi 8 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 23 larva. Teknik sampling yang digunakan adalah random sampling. Mesocyclops aspericornis terlebih dahulu dipuasakan selama satu hari dan dipelihara dalam rendaman bahan organik selama 3 hari, setelah itu baru dimasukkan larva Aedes aegypti. Pelihara selama 2 hari. Pengamatan dilakukan pada jam pertama, kedua, keempat, kedelapan, kedua puluh empat, dan keempat puluh delapan. Pengamatan dilakukan sebanyak 3 kali ulangan.

Hasil Penelitian: Hasil perhitungan uji statistik Anova dengan p = 0,048 (p<0,05) menunjukkan ada perbedaan signifikan pada jumlah larva Aedes aegypti yang tersisa pada kadar bahan organik I, II, II, dan IV. Hasil uji Post-Hoc antara kadar IV dengan kadar yang lain menunjukkan nilai p < 0,05 menunjukkan bahwa kadar IV memiliki perbedaan paling signifikan dibanding kadar lain.

Simpulan Penelitian: Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ketersediaan bahan organik secara statistik berpengaruh pada daya predasi Mesocyclops aspericornis terhadap larva Aedes aegypti. Ketersediaan bahan organik kadar tinggi justru menurunkan daya predasi Mesocylops aspericornis terhadap larva Aedes aegypti.

Kata Kunci: Daya predasi, Mesocyclops aspericornis, larva Aedes aegypti

Page 6: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang

menjadi fokus utama kesehatan internasional. Insidensi virus Dengue telah

berkembang pesat di seluruh dunia akhir- akhir ini. Dua setengah milyar

orang, yaitu dua perlima dari populasi dunia sekarang berisiko terkena virus

Dengue. World Health Organization memperkirakan ada kurang lebih lima

puluh juta infeksi Dengue setiap tahunnya di dunia (WHO, 2009).

Demam Berdarah Dengue juga merupakan penyakit endemis di

Indonesia. Pada tahun 2010 telah dilaporkan sebanyak 2.603 kasus dengan

kematian 35 orang di 12 Provinsi yakni : Bangka Belitung, Lampung, Banten,

Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kalimantan Barat, Kalimantan

Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo,

dan Nusa Tenggara Timur (Ditjen PP & PL, 2010).

Penanggulangan DBD seperti juga penyakit menular lain, dapat

didasarkan atas pemutusan rantai penularan, dalam hal DBD ini komponen

penularan terdiri dari virus Dengue, Aedes aegypti, dan manusia penderitanya.

Manfaat penanggulangan penyakit DBD adalah pengurangan kesakitan,

kematian, serta penderitaan individu dan keluarganya. Namun karena sampai

Page 7: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

sekarang belum ditemukan obat/vaksinnya, maka salah satu penanggulangan

penyakit DBD adalah dengan cara pencegahan penularannya, yaitu dengan

memberantas vektornya. Pemberantasan vektor DBD stadium pradewasa

relatif lebih mudah daripada stadium dewasanya. Pemberantasan stadium

dewasa Aedes aegypti dapat dilakukan secara hayati atau kimiawi. Upaya

secara kimiawi menggunakan insektisida, semakin lama justru menimbulkan

resistensi nyamuk vektor. Jika dosis insektisida terus-menerus ditingkatkan,

pada suatu saat akan membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan.

WHO (1987) melaporkan bahwa di Karibia dan sekitarnya, jentik Aedes

aegypti telah resisten terhadap Malathion, Fenitrothion, Fenthion, dan

Temephos yang digunakan secara luas sejak tahun 1973. Melihat adanya

resistensi pemakaian larvasida kimia yang dimasukkan ke dalam tempat

penampungan air, termasuk air minum perlu mendapatkan perhatian yang

seksama. Alternatif lain yang lebih berwawasan lingkungan perlu

dipertimbangkan untuk mengendalikan vektor penyakit. Salah satu cara yang

banyak diteliti dan dikembangkan adalah penggunaan predator jentik nyamuk

dalam upaya pengendalian vektor secara hayati (Yuniarti & Widyastuti,

2000).

Mesocyclops adalah Cyclopoid Copepoda, dilaporkan sebagai

predator jentik Aedes dan jentik nyamuk dari genus atau spesies lain.

Page 8: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Mesocyclops dapat bertahan hidup selama dalam penampungan air asalkan

ada air dan suplai makanan (Marten, 1989).

Mesocyclops aspericornis merupakan salah satu jasad hayati yang

terbukti efektif sebagai vektor kontrol yang digunakan untuk pengendalian

jentik nyamuk malaria dan demam berdarah. Mesocyclops aspericornis

memiliki tingkat predasi dan reproduksi yang tinggi dan mampu memakan

berbagai macam organisme seperti: Algae, Rotifera, Copepoda yang lain,

Protozoa, Chironomid, Oligochaeta, larva ikan, dan beberapa organisme

akuatik yang lain (Williamson, 1991).

Mesocyclops aspericornis merupakan spesies Copepoda yang hidup

bebas dan tersebar luas di danau air tawar, reservoir, parit, kolam, lubang

pohon, sumur dan liang/lubang kepiting. Menurut Williamson (1991)

Copepoda juga ditemukan berlimpah pada rawa, tanah basah, air payau,

empang, genangan air, dan beberapa spesies Copepoda dapat hidup pada celah

atau di bawah sistem permukaan tanah.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuniarti (1997) mengenai

daya predasi dan reproduksi Mesocyclops aspericornis dilaporkan bahwa

Mesocyclops aspericornis memiliki kemampuan makan terhadap jentik

nyamuk Aedes aegypti pada tempat penampungan air (air ledeng) berkisar

antara 77,77 - 99,34 % dan pada air sumur berkisar antara 97,32 – 100 %

Page 9: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

sedangkan reproduksi Mesocyclops aspericornis tertinggi terdapat pada

rendaman tinja marmut (97,59 ekor).

Oleh karena hal tersebut di atas, penulis berkeinginan untuk

mengendalikan faktor yang mempengaruhi daya predasi Mesocyclops

aspericornis, di antaranya adalah ketersediaan bahan organik seperti kondisi

di alam. Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman

kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai kadar selama beberapa

hari untuk mengetahui efeknya pada daya predasi.

B. Rumusan Masalah

Apakah pengaruh ketersediaan bahan organik pada daya predasi

Mesocyclops aspericornis terhadap larva Aedes aegypti?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh ketersediaan bahan organik pada daya

predasi Mesocyclops aspericornis terhadap larva Aedes aegypti.

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritik :

Memperluas pengetahuan tentang pemberantasan vektor, khususnya

secara hayati dengan menggunakan Mesocyclops aspericornis.

Page 10: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

2. Praktis :

Mesocyclops aspericornis diharapkan dapat sebagai salah satu alternatif

pemberantasan vektor nyamuk Aedes aegypti sehingga dapat digunakan

dalam kehidupan sehari-hari di lapangan dan supaya dapat diketahui

media optimal untuk mengembangkan daya predasi Mesocyclops

aspericornis.

Page 11: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Aedes aegypti

a. Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Subfilum : Aceloturata

Kelas : Insecta

Ordo : Diptera

Famili : Culicidae

Genus : Aedes

Subgenus : Stegomyia

Spesies : Aedes aegypti

( Reinert, 2004).

Page 12: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

b. Morfologi

Aedes yang berperan sebagai vektor penyakit semuanya tergolong

Stegomyia dengan ciri-ciri tubuh bercorak belang hitam putih pada dada,

perut, dan tungkai. Corak ini merupakan sisi yang menempel di luar tubuh

nyamuk. Corak putih pada dorsal dada nyamuk berbentuk seperti siku yang

berhadapan (Fitriasih, 2008).

Telur Aedes berukuran kecil (± 50 mikron), berwarna hitam, sepintas

tampak bulat panjang dan berbentuk oval menyerupai torpedo, di bawah

mikroskop, pada dinding luar (exochorion) telur nyamuk ini, tampak ada

garis-garis yang membentuk gambaran menyerupai sarang lebah. Larva Aedes

aegypti berbentuk lonjong, tampak seperti anyaman kasa pada dindingnya.

Larva Aedes aegypti mempunyai sifon panjang dan bulunya satu pasang, sisir

bergigi lateral, pelana tidak menutupi segmen anal (Juni Prianto, 1999).

1) Daur Hidup dan Habitat

Perkembangan Aedes aegypti melalui berbagai perubahan bentuk

(metamorphosis) : telur – jentik (larva) – kepompong (pupa) – nyamuk.

Perkembangan dari telur menjadi jentik memerlukan 2 – 3 hari, dari jentik

menjadi kepompong rata- rata 4 – 9 hari, dan dari kepompong sampai

menetas menjadi nyamuk diperlukan waktu 7 – 14 hari (Hardjanto, 2009).

Nyamuk Aedes aegypti, seperti halnya Culicines lain, meletakan

telur pada permukaan air bersih secara individual. Setiap hari nyamuk

Page 13: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Aedes betina dapat bertelur rata-rata 100 butir. Telur membutuhkan

waktu satu sampai dua hari untuk menjadi larva (Pandujati, 2009).

Larva ini terbagi menjadi 4 stadium sebelum tumbuh menjadi

pupa (Hoedojo, 1993). Stadium larva biasanya berlangsung 6 - 8 hari

(Depkes RI, 1992). Dari stadium larva akan berubah menjadi pupa. Pupa

ini tidak makan tapi masih memerlukan oksigen yang diambil melalui

tabung pernapasan. Pupa ini sangat sensitif terhadap pergerakan air.

Stadium ini berlangsung antara 2 - 3 hari dan akan tumbuh menjadi

nyamuk dewasa (Soedarto, 1992). Pertumbuhan dari sejak telur keluar

sampai menjadi nyamuk dewasa kira-kira mencapai 7 - 14 hari

(Hardjanto, 2009).

c. Sifat Hidup Larva

Setelah telur menetas tumbuh menjadi larva yang disebut larva

stadium I (instar I). Kemudian larva stadium I ini melakukan 3 kali

pengelupasan kulit (ecdysis atau moulting), berturut- turut menjadi larva

stadium II, larva stadium III, dan larva stadium IV (Hoedojo, 1993).

Dalam air di wadah, larva Aedes bergerak sangat lincah dan

aktif, dengan memperlihatkan gerakan-gerakan naik ke permukaan air dan

turun ke dasar wadah secara berulang-ulang. Larva Aedes aegypti dapat

hidup di wadah yang mengandung air ber-pH 5,8 – 8,6. Jentik dalam

kondisi yang sesuai akan berkembang dalam waktu 6 – 8 hari dan akan

Page 14: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

melakukan pengelupasan kulit sebelum berkembang menjadi pupa

(Pandujati, 2009).

2. Pengendalian Vektor

Pemberantasan sebenarnya lebih tepat disebut pengendalian, tujuannya

menekan populasi serangga vektor sampai berada di bawah batas kemampuannya

dalam menularkan penyakit. Pengendalian nyamuk Aedes aegypti dapat

dilakukan pada beberapa stadium, yaitu telur, larva, pupa, dan nyamuk dewasa

(Soedarto, 1992).

Untuk stadium larva ada empat cara pengendalian, yaitu:

a. Cara Kimia

Cara pemberantasan larva Aedes aegypti menggunakan

insektisida pembunuh larva lebih dikenal dengan istilah larvasida.

Larvasida yang biasa digunakan antara lain temephos. Formulasi

temephos yang digunakan adalah butiran. Dosis yang digunakan 1 ppm

atau 10 gram untuk tiap 100 liter air. Larvasida temephos mempunyai

efek residu 3 bulan. Selain itu dapat pula digunakan golongan insect

growth regulator (Depkes RI, 2003).

b. Cara Biologi/Hayati

Menurut Jumar (1997), pengendalian hayati adalah pengendalian

serangga dengan cara biologi, yaitu dengan memanfaatkan musuh-

musuh alaminya (agensia pengendali biologi), seperti predator, parasit,

dan patogen.

Page 15: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Beberapa keunggulan pengendalian hayati dalam Jumar (1997),

antara lain:

1) Aman, tidak menimbulkan pencemaran lingkungan, tidak

menyebabkan keracunan pada manusia dan ternak.

2) Tidak menyebabkan resistensi terhadap sasaran.

3) Musuh alami bekerja secara selektif terhadap inang atau

mangsanya.

4) Bersifat permanen, untuk jangka panjang dinilai lebih murah

apabila keadaan lingkungan telah stabil atau telah terjadi

keseimbangan antara hama dengan musuh alaminya.

Selain itu ada beberapa kelemahan dalam pengendalian hayati, di

antaranya (Jumar, 1997) :

1) Hasil sulit diprediksi dalam waktu singkat.

2) Diperlukan biaya yang cukup besar pada tahap awal baik untuk

penelitian maupun untuk pengadaan sarana dan prasarananya.

3) Pembiakan masa di laboratorium kadang-kadang menghadapi

kendala, karena musuh alami menghendaki kondisi lingkungan

yang khusus.

4) Teknik aplikasi di lapangan belum banyak dikuasai.

c. Cara Fisik

Cara ini dikenal dengan kegiatan 3M, yaitu menguras bak mandi,

bak WC, menutup tempat penampungan air rumah tangga, serta

Page 16: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

mengubur barang-barang bekas seperti kaleng dan ban. Pengurasan

tempat-tempat penampungan air perlu dilakukan secara teratur

sekurang-kurangnya seminggu sekali agar nyamuk tidak dapat

berkembang biak di tempat itu (Depkes RI, 2003).

d. Cara Lingkungan

Cara ini dikenal dengan modifikasi lingkungan dan pengelolaan

lingkungan. Modifikasi lingkungan antara lain dengan (Depkes RI,

2000):

1) Perbaikan saluran air

Apabila aliran dan sumber air tidak memadai dan hanya tersedia

pada jam tertentu maka harus diperhatikan kondisi penyimpanan air

pada berbagai jenis wadah. Suplai air minum yang tersedia dalam

jumlah yang cukup, berkualitas baik, dan terus menerus sangatlah

penting agar penyimpanan air yang dapat digunakan sebagai tempat

perindukan larva dapat dikurangi.

2) Talang air atau tangki air bawah tanah dibuat antinyamuk

Perindukan larva Aedes aegypti di talang air atau tanki air

bawah tanah yang bangunannya terbuat dari batu harus dibuat

antinyamuk. Sedangkan pengelolaan lingkungan dilakukan dengan

mengeringkan instalasi penampungan air. Genangan air akibat

kebocoran di ruang berdinding batu, pipa saluran, katup pintu air,

Page 17: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

kotak keran hidran, meteran air dapat menjadi tempat perindukan

larva Aedes aegypti apabila tidak ditangani dengan baik.

3. Mesocyclops aspericornis

a. Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Kelas : Maxillopoda

Ordo : Cyclopoida

Famili : Cyclopidae

Spesies : Mesocyclops aspericornis

(Myers, 2008)

b. Morfologi

Mesocyclops aspericornis berukuran 0,5 – 2,0 mm dan merupakan

Copepoda yang hidup bebas (Yuniarti dkk., 1995). Tubuhnya bersegmen-

segmen, terdiri atas segmen kepala dan dada yang menjadi satu (sefalotoraks)

dan segmen abdomen (Upiek, 1998). Di bagian abdomen dilengkapi 5 pasang

kaki, pada kepala terdapat mata median (Radiopoetro, 1996). Pada bagian

anterior dilengkapi alat mulut dan antena, bagian posterior dilengkapi ekor

(Upiek , 1998). Alat mulutnya dilengkapi dengan alat pemotong yang bergigi-

gigi disebut gnathobasis (Radiopoetro, 1996). Yang betina membawa telur-

telurnya di dalam dua kantung yang terletak di sebelah lateral dekat ujung

abdomen (Borror et al., 1992).

Page 18: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Gambar 1. Morfologi Mesocyclops aspericornis

(labs1.eol.org)

c. Daur Hidup dan Habitat

Mesocyclops aspericornis mengalami reproduksi secara seksual. Baik

jantan maupun betina dapat melakukan perkawinan satu kali atau lebih

(Upiek, 1998).

Adapun siklus hidup atau metamorfosis Mesocyclops aspericornis,

adalah sebagai berikut (Pennak, 1978) :

1) Telur: bentuk bulat bergerombol yang diletakkan pada oviseas atau kantung

telur

2) Nauphillus I: tiga pasang bagian tubuh yang memendek diwakili oleh antena

pertama, kedua, dan mandibel.

3) Nauphillus II: setelah masa pemberian makanan, mempunyai maksila

tambahan.

4) Nauphillus VI: mempunyai semua bagian tubuh menyambung dengan

pasangan lengan kedua.

Page 19: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

5) Copepodid I: mempunyai empat ruas toraks, semua bagian tubuh

menyambung dengan pasangan lengan keempat.

6) Dewasa: Mesocylcops aspericornis dewasa dapat bertahan hidup sampai 2,5

bulan. Untuk jantan lebih cepat mati karena bersifat kanibal. Mesocyclops

aspericornis dewasa dapat kawin satu kali dan lebih.

Waktu yang dibutuhkan untuk mengalami siklus hidup yang sempurna,

dari telur hingga telur lagi merupakan variabel yang tinggi tergantung dari

spesies dan kondisi lingkungan, untuk Mesocyclops aspericornis berkisar 7

hingga 180 hari (Pennak, 1978).

Penelitian yang dilakukan oleh Yuniarti dkk. (1997) menunjukkan

bahwa reproduksi Mesocyclops aspericornis paling tinggi diperoleh dari

medium rendaman tinja marmut, diikuti oleh medium rendaman eceng

gondok, dan rendaman jerami. Di daerah tropis dan subtropis, distribusi

Mesocyclops tersebar luas terdapat dalam jumlah yang melimpah di danau air

tawar, reservoir (tendon air), parit, kolam, lubang pohon, sumur, dan liang

kepiting (Widyastuti, 1995). Mesocyclops aspericornis dilaporkan sebagai

hewan pemakan Algae, Rotifera, Protozoa, Chorinomid, Ologochaeta, ikan

kecil, dan beberapa organisme akuatik lainnya (Yuniarti, 1997).

Page 20: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

d. Perilaku Mesocyclops aspericornis

Sama seperti predator pada umumnya, Mesocyclops aspericornis

sebagai predator bagi larva nyamuk (Jumar, 1997) juga memiliki ciri sebagai

berikut:

1) Predator dapat memangsa semua tingkat perkembangan mangsa (telur, larva,

nympha, pupa, dan imago). Dalam hal ini Mesocyclops aspericornis

memangsa nyamuk pada masa larva instar I dan II awal.

2) Predator membunuh dengan cara memakan atau menghisap mangsanya

dengan cepat.

3) Seekor predator memerlukan dan memakan banyak mangsa selama hidupnya.

Mesocyclops aspericornis memakan kurang lebih 15 larva per hari.

4) Predator membunuh mangsa untuk dirinya sendiri.

5) Kebanyakan predator bersifat karnivor, baik pada saat pradewasa maupun

sesudah dewasa (imago) dan memakan jenis mangsa yang sama atau beberapa

jenis mangsa.

6) Predator memiliki ukuran tubuh lebih besar dibandingkan tubuh mangsanya.

7) Dari segi perilaku makannya, ada predator yang mengunyah semua bagian

tubuh mangsanya, begitu juga Mesocyclops aspericornis.

8) Metamorfosis predator ada yang sempurna dan ada juga yang tidak sempurna.

4. Peranan Mesocyclops aspericornis sebagai Pengendali Hayati Larva

Mesocyclops aspericornis sebagai pengendali hayati larva Aedes aegypti

sudah dibuktikan dengan hasil penelitisan Yuniarti, dkk bahwa larva Aedes aegypti

Page 21: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

paling disukai oleh Mesocyclops aspericornis sebesar 100 % pada perbandingan

25:20 dibandingkan Culex queneuefasciatus (50,66 %) dan Anopeles aconitus

(27,33 %). Kemampuan makan Mesocyclops aspericornis terhadap jentik nyamuk

Aedes aegypti paling besar dengan asumsi sebagai berikut:

a. Perilaku aktif jentik nyamuk Aedes aegypti yang aktif, karena menurut

monokov dalam Yuniarti, dkk (2000), Cyclopoida cenderung menangkap

mangsa yang lebih aktif, sedangkan mangsa yang kurang aktif dapat dideteksi

hanya setelah kontak.

b. Perilaku makan jentik Aedes aegypti bisa mengambil makanan di dasar,

sedang Mesocyclops aspericornis yang hidup di dasar memungkinakan

terjadinya kontak kedua organisme tersebut relatif tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan

berhubungan dengan keberhasilan Mesocyclops aspericornis dalam

memangsa larva nyamuk Aedes aegypti, berarti bahwa Mesocyclops

aspericornis sebagai predator larva nyamuk sangat berperan dan bermanfaat

guna mengendalikan perkembangan nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor

Dengue yang pada akhirnya akan menekan jumlah prevalensi penyakit Deman

Berdarah Dengue.

Page 22: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

B. Kerangka Pemikiran

C . Hipotesis

Ketersediaan bahan organik menurunkan daya predasi Mesocyclops

aspericornis terhadap larva Aedes aegypti.

Mesocylops aspericornis dipelihara di tempat

penampungan air berisi bahan organik

Larva Aedes aegypti

Faktor yang mempengaruhi:

1. Suhu udara 2. Suhu air 3. Air yang dipakai 4. pH

Kemampuan makan Mesocylops aspericornis

Page 23: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan post

test only group design

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP), Salatiga, Jawa Tengah

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang dipakai yaitu Mesocyclops aspericornis dan larva

Aedes aegypti instar I atau II

D. Teknik Sampling

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara random sampling

E. Identifikasi Variabel :

1. Variabel bebas : Jenis bahan oganik dan kadar bahan organik.

2. Variabel terikat : Jumlah larva Aedes aegypti yang tersisa

3. Variabel luar (pengganggu)

a. Terkendali :

1) Suhu udara dan suhu air

2) Air yang dipakai

3) pH

Page 24: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

b. Tidak terkendali:

Kemampuan makan Mesocyclops aspericornis

F. Definisi Operasional Variabel

1. Variabel bebas

a. Jenis bahan organik

Bahan organik yang digunakan adalah rendaman kangkung dan

rendaman tinja kelinci yang mengandung sumber makanan alternatif bagi

Mesocyclops aspericornis seperti Algae, Protozoa, dan Rotifera

(Setyaningrum dkk., 2008).

Skala : rasio

b. Kadar bahan organik

Konsentrasi rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci yang

digunakan masing-masing adalah 0%; 15%; 30%; dan 45%.

Skala : interval

2. Variabel terikat

Larva Aedes aegypti yang dipakai yaitu larva instar I atau II, berumur

sekitar 1-3 hari, sebanyak 3000 ekor. Diperoleh dari hasil pemeliharaan dan

pengembangan di laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VR) Salatiga, Jawa Tengah.

Skala : rasio

Page 25: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

3. Variabel luar (pengganggu)

a. Terkendali :

1. Suhu udara dan suhu air

Percobaan dilakukan pada suhu ruangan (kurang lebih 250 C).

Skala : interval

2. Air yang dipakai

Pada penelitian ini menggunakan air ledeng

3. Ukuran panjang Mesocyclops aspericornis

Berukuran panjang kurang lebih 1 mm

Skala : interval

4. pH

Percobaan dilakukan pada pH

b. Tidak terkendali:

Kemampuan makan Mesocyclops aspericornis tergantung selera makan

dan kondisi kesehatannya.

G. Alat dan Bahan

1. Wadah tempat pembiakan dari bahan plastik dengan volume 1 L

2. Pipet dengan diameter mulut pipet ± 4 mm untuk mengambil dan menghitung

jentik Aedes aegypti dan Mesocyclops aspericornis.

3. Jentik nyamuk Aedes aegypti instar I atau II ditaruh ke dalam gelas-gelas plastik

dengan pipet.

Page 26: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

4. Dog food yang sudah dihaluskan dengan blender untuk makanan jentik nyamuk

Aedes aegypti.

5. Mesocyclops aspericornis dewasa sebanyak 20 ekor yang dihitung secara manual

dengan pipet, ditaruh dalam nampan plastik berisi air.

6. Rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci

H. Rancangan Penelitian

Eksperimen

Mesocylops aspericornis

Pelihara selama 3 hari

Larva Aedes aegypti

Bandingkan jumlah larva yang tersisa

850 ml air +

150 ml rendaman kangkung

550 ml air +

450 ml rendaman kangkung

700 ml air +

300 ml rendaman kangkung

1 L air

Page 27: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

.

I. Cara Kerja

Penelitian dilakukan menurut metode Endah Setyaningrum (2008) yang

dimodifikasi

1. Pembuatan media

a. Kangkung dan tinja kelinci dikeringkan kemudian ditimbang berat keringnya.

Mesocylops aspericornis

Pelihara selama 3 hari

Larva Aedes aegypti

Bandingkan jumlah larva yang tersisa

850 ml air +

150 ml rendaman

tinja kelinci

550 ml air +

450 ml rendaman

tinja kelinci

700 ml air +

300 ml rendaman

tinja kelinci

1 L air

Page 28: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

b. Bahan tersebut di atas yang sudah dikeringkan dipotong kecil-kecil kemudian

masing-masing sebanyak 5 gram direndam ke dalam ember berisi 1 L akuades

selama 4 hari.

c. Media siap digunakan untuk mengembangbiakkan Mescyclops aspericornis.

Setiap jenis media dijadikan sebagai perlakuan.

2. Rendaman media yang telah disiapkan kemudian disaring dengan saringan biasa

lalu diambil 150 ml, 300 ml, dan 450 ml .

3. Pada setiap wadah dimasukkan satu ekor Mesocyclops aspericornis dewasa

betina tanpa kantung telur yang sudah dipuasakan terlebih dahulu selama satu

hari. Pelihara selama 3 hari.

4. Lalu masukkan 25 ekor larva Aedes aegypti.

5. Wadah diletakkan pada suhu kamar 25o C dan pH 7

6. Dibiarkan selama 2 hari lalu jumlah jentik nyamuk yang tersisa dihitung pada

jam pertama, kedua, keempat, kedelapan, dan kedua puluh empat, dan keempat

puluh delapan.

7. Percobaan dilakukan sebanyak 3 kali ulangan (Munif, 1997).

Penentuan jumlah ulangan berdasarkan rumus

Keterangan:

n : jumlah ulangan

t : jumlah kelompok perlakuan

(n-1)(t-1) > 15

Page 29: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Karena pada kelompok ini menggunakan 8 kelompok perlakuan, maka:

(n-1)(t-1) > 15

(n-1)(8-1) > 15

7n > 22

n > 3,14

jadi untuk setiap kelompok, ulangan harus lebih dari 3,14. Dalam penelitian ini

digunakan 3 kali ulangan dalam setiap kelompok.

J. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara statistik dengan

menggunakan Uji Analisis Varians (Anova) yang dilanjutkan dengan Post-Hoc

test untuk mengetahui kemaknaan antar kadar dan uji t untuk mencari letak

perbedaan antar jenis bahan organik (Subana dan Sudrajat, 2009).

Page 30: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang

menjadi fokus utama kesehatan internasional. Insidensi virus Dengue telah

berkembang pesat di seluruh dunia akhir- akhir ini. Dua setengah milyar

orang, yaitu dua perlima dari populasi dunia sekarang berisiko terkena

virus Dengue. World Health Organization memperkirakan ada kurang

lebih lima puluh juta infeksi Dengue setiap tahunnya di dunia (WHO,

2009).

Demam Berdarah Dengue juga merupakan penyakit endemis di

Indonesia. Pada tahun 2010 telah dilaporkan sebanyak 2.603 kasus dengan

kematian 35 orang di 12 Provinsi yakni : Bangka Belitung, Lampung,

Banten, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kalimantan Barat,

Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi

Utara, Gorontalo, dan Nusa Tenggara Timur (Ditjen PP & PL, 2010).

Penanggulangan DBD seperti juga penyakit menular lain, dapat

didasarkan atas pemutusan rantai penularan, dalam hal DBD ini komponen

penularan terdiri dari virus Dengue, Aedes aegypti, dan manusia

penderitanya. Manfaat penanggulangan penyakit DBD adalah pengurangan

Page 31: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

kesakitan, kematian, serta penderitaan individu dan keluarganya. Namun

karena sampai sekarang belum ditemukan obat/vaksinnya, maka salah satu

penanggulangan penyakit DBD adalah dengan cara pencegahan

penularannya, yaitu dengan memberantas vektornya. Pemberantasan vektor

DBD stadium pradewasa relatif lebih mudah daripada stadium dewasanya.

Pemberantasan stadium dewasa Aedes aegypti dapat dilakukan secara

hayati atau kimiawi. Upaya secara kimiawi menggunakan insektisida,

semakin lama justru menimbulkan resistensi nyamuk vektor. Jika dosis

insektisida terus-menerus ditingkatkan, pada suatu saat akan

membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan. WHO (1987)

melaporkan bahwa di Karibia dan sekitarnya, jentik Aedes aegypti telah

resisten terhadap Malathion, Fenitrothion, Fenthion, dan Temephos yang

digunakan secara luas sejak tahun 1973. Melihat adanya resistensi

pemakaian larvasida kimia yang dimasukkan ke dalam tempat

penampungan air, termasuk air minum perlu mendapatkan perhatian yang

seksama. Alternatif lain yang lebih berwawasan lingkungan perlu

dipertimbangkan untuk mengendalikan vektor penyakit. Salah satu cara

yang banyak diteliti dan dikembangkan adalah penggunaan predator jentik

nyamuk dalam upaya pengendalian vektor secara hayati (Yuniarti &

Widyastuti, 2000).

Page 32: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Mesocyclops adalah Cyclopoid Copepoda, dilaporkan sebagai

predator jentik Aedes dan jentik nyamuk dari genus atau spesies lain.

Mesocyclops dapat bertahan hidup selama dalam penampungan air asalkan

ada air dan suplai makanan (Marten, 1989).

Mesocyclops aspericornis merupakan salah satu jasad hayati yang

terbukti efektif sebagai vektor kontrol yang digunakan untuk pengendalian

jentik nyamuk malaria dan demam berdarah. Mesocyclops aspericornis

memiliki tingkat predasi dan reproduksi yang tinggi dan mampu memakan

berbagai macam organisme seperti: Algae, Rotifera, Copepoda yang lain,

Protozoa, Chironomid, Oligochaeta, larva ikan, dan beberapa organisme

akuatik yang lain (Williamson, 1991).

Mesocyclops aspericornis merupakan spesies Copepoda yang hidup

bebas dan tersebar luas di danau air tawar, reservoir, parit, kolam, lubang

pohon, sumur dan liang/lubang kepiting (Brown dan Hendriksz, 1991).

Menurut Williamson (1991) Copepoda juga ditemukan berlimpah pada

rawa, tanah basah, air payau, empang, genangan air, dan beberapa spesies

Copepoda dapat hidup pada celah atau di bawah sistem permukaan tanah.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuniarti (1997) mengenai

daya predasi dan reproduksi Mesocyclops aspericornis dilaporkan bahwa

Mesocyclops aspericornis memiliki kemampuan makan terhadap jentik

nyamuk Aedes aegypti pada tempat penampungan air (air ledeng) berkisar

Page 33: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

antara 77.77% - 99.34% dan pada air sumur berkisar antara 97.32- 100%

sedangkan reproduksi Mesocyclops aspericornis tertinggi terdapat pada

rendaman tinja marmut (97,59 ekor).

Oleh karena hal tersebut di atas, penulis berkeinginan untuk

mengendalikan faktor yang mempengaruhi daya predasi Mesocyclops

aspericornis, di antaranya adalah ketersediaan bahan organik seperti

kondisi di alam. Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan

media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

kadar selama beberapa hari untuk mengetahui efeknya pada daya predasi.

B. Rumusan Masalah

Adakah pengaruh ketersediaan bahan organik pada daya predasi

Mesocyclops aspericornis terhadap larva Aedes aegypti?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh ketersediaan bahan organik pada daya predasi

Mesocyclops aspericornis terhadap larva Aedes aegypti.

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritik :

Memperluas pengetahuan tentang pemberantasan vektor, khususnya

secara hayati dengan menggunakan Mesocyclops aspericornis.

Page 34: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

2. Praktis :

Mesocyclops aspericornis diharapkan dapat sebagai salah satu alternatif

pemberantasan vektor nyamuk Aedes aegypti sehingga dapat digunakan

dalam kehiduapan sehari-hari di lapangan dan supaya dapat diketahui media

optimal untuk mengembangkan daya predasi Mesocyclops aspericornis.

Page 35: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Aedes aegypti

a. Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Subfilum : Aceloturata

Kelas : Insecta

Ordo : Diptera

Famili : Culicidae

Genus : Aedes

Subgenus : Stegomyia

Spesies : Aedes aegypti

( Reinert, 2004).

Page 36: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

b. Morfologi

Aedes yang berperan sebagai vektor penyakit semuanya tergolong

Stegomyia dengan ciri-ciri tubuh bercorak belang hitam putih pada dada,

perut, dan tungkai. Corak ini merupakan sisi yang menempel di luar tubuh

nyamuk. Corak putih pada dorsal dada nyamuk berbentuk seperti siku yang

berhadapan (Fitriasih, 2008).

Telur Aedes berukuran kecil (± 50 mikron), berwarna hitam, sepintas

tampak bulat panjang dan berbentuk oval menyerupai torpedo, di bawah

mikroskop, pada dinding luar (exochorion) telur nyamuk ini, tampak ada

garis-garis yang membentuk gambaran menyerupai sarang lebah. Larva Aedes

aegypti berbentuk lonjong, tampak seperti anyaman kasa pada dindingnya.

Larva Aedes aegypti mempunyai sifon panjang dan bulunya satu pasang, sisir

bergigi lateral, pelana tidak menutupi segmen anal (Juni Prianto, 1999).

1. Daur Hidup dan Habitat

Perkembangan Aedes aegypti melalui berbagai perubahan bentuk

(metamorphosis) : telur – jentik (larva) – kepompong (pupa) – nyamuk.

Perkembangan dari telur menjadi jentik memerlukan 2 – 3 hari, dari jentik

menjadi kepompong rata- rata 4 – 9 hari, dan dari kepompong sampai

menetas menjadi nyamuk diperlukan waktu 7 – 14 hari (Hardjanto, 2009).

Nyamuk Aedes aegypti, seperti halnya Culicines lain, meletakan

telur pada permukaan air bersih secara individual. Setiap hari nyamuk

Page 37: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Aedes betina dapat bertelur rata-rata 100 butir. Telur membutuhkan

waktu satu sampai dua hari untuk menjadi larva (Pandujati, 2009).

Larva ini terbagi menjadi 4 stadium sebelum tumbuh menjadi

pupa (Hoedojo, 1993). Stadium larva biasanya berlangsung 6-8 hari

(Depkes RI, 1992). Dari stadium larva akan berubah menjadi pupa. Pupa

ini tidak makan tapi masih memerlukan oksigen yang diambil melalui

tabung pernapasan. Pupa ini sangat sensitif terhadap pergerakan air.

Stadium ini berlangsung antara 2-3 hari dan akan tumbuh menjadi

nyamuk dewasa (Soedarto, 1992). Pertumbuhan dari sejak telur keluar

sampai menjadi nyamuk dewasa kira-kira mencapai 7-14 hari (Hardjanto,

1997).

c. Sifat Hidup Larva

Setelah telur menetas tumbuh menjadi larva yang disebut larva

stadium I (instar I). Kemudian larva stadium I ini melakukan 3 kali

pengelupasan kulit (ecdysis atau moulting), berturut- turut menjadi larva

stadium II, larva stadium III, dan larva stadium IV (Hoedojo, 1993).

Dalam air di wadah, larva Aedes bergerak sangat lincah dan

aktif, dengan memperlihatkan gerakan-gerakan naik ke permukaan air dan

turun ke dasar wadah secara berulang-ulang. Larva Aedes aegypti dapat

hidup di wadah yang mengandung air ber-pH 5,8 – 8,6. Jentik dalam

kondisi yang sesuai akan berkembang dalam waktu 6 – 8 hari dan akan

Page 38: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

melakukan pengelupasan kulit sebelum berkembang menjadi pupa

(Pandujati, 2009).

2. Pengendalian Vektor

Pemberantasan sebenarnya lebih tepat disebut pengendalian, tujuannya

menekan populasi serangga vektor sampai berada di bawah batas kemampuannya

dalam menularkan penyakit. Pengendalian nyamuk Aedes aegypti dapat

dilakukan pada beberapa stadium, yaitu telur, larva, pupa, dan nyamuk dewasa

(Soedarto, 1990).

Untuk stadium larva ada empat cara pengendalian, yaitu:

a. Cara Kimia

Cara pemberantasan larva Aedes aegypti menggunakan

insektisida pembunuh larva lebih dikenal dengan istilah larvasida.

Larvasida yang biasa digunakan antara lain temephos. Formulasi

temephos yang digunakan adalah butiran. Dosis yang digunakan 1 ppm

atau 10 gram untuk tiap 100 liter air. Larvasida temephos mempunyai

efek residu 3 bulan. Selain itu dapat pula digunakan golongan insect

growth regulator (Depkes RI, 2003).

b. Cara Biologi/ Hayati

Menurut Jumar (1997), pengendalian hayati adalah pengendalian

serangga dengan cara biologi, yaitu dengan memanfaatkan musuh-

Page 39: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

musuh alaminya (agensia pengendali biologi), seperti predator, parasit,

dan patogen.

Beberapa keunggulan pengendalian hayati dalam Jumar (1997),

antara lain:

1. Aman, tidak menimbulkan pencemaran lingkungan, tidak

menyebabkan keracunan pada manusia dan ternak.

2. Tidak menyebabkan resistensi terhadap sasaran.

3. Musuh alami bekerja secara selektif terhadap inang atau

mangsanya.

4. Bersifat permanen, untuk jangka panjang dinilai lebih murah

apabila keadaan lingkungan telah stabil atau telah terjadi

keseimbangan antara hama dengan musuh alaminya.

Selain itu ada beberapa kelemahan dalam pengendalian hayati, di

antaranya (Jumar, 1997) :

1. Hasil sulit diprediksi dalam waktu singkat.

2. Diperlukan biaya yang cukup besar pada tahap awal baik untuk

penelitian maupun untuk pengadaan sarana dan prasarananya.

3. Pembiakan masa di laboratorium kadang-kadang menghadapi

kendala, karena musuh alami menghendaki kondisi lingkungan

yang khusus.

4. Teknik aplikasi di lapangan belum banyak dikuasai.

Page 40: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

c. Cara Fisik

Cara ini dikenal dengan kegiatan 3M, yaitu menguras bak mandi,

bak WC, menutup tempat penampungan air rumah tangga, serta

mengubur barang-barang bekas seperti kaleng dan ban. Pengurasan

tempat-tempat penampungan air perlu dilakukan secara teratur

sekurang-kurangnya seminggu sekali agar nyamuk tidak dapat

berkembang biak di tempat itu (Depkes RI, 2003).

d. Cara Lingkungan

Cara ini dikenal dengan modifikasi lingkungan dan pengelolaan

lingkungan. Modifikasi lingkungan antara lain dengan (Depkes RI,

2000):

1. Perbaikan saluran air

Apabila aliran dan sumber air tidak memadai dan hanya tersedia

pada jam tertentu maka harus diperhatikan kondisi penyimpanan air

pada berbagai jenis wadah. Suplai air minum yang tersedia dalam

jumlah yang cukup, berkualitas baik, dan terus menerus sangatlah

penting agar penyimpanan air yang dapat digunakan sebagai tempat

perindukan larva dapat dikurangi.

2. Talang air atau tanki air bawah tanah dibuat antinyamuk

Perindukan larva Aedes aegypti di talang air atau tanki air

bawah tanah yang bangunannya terbuat dari batu harus dibuat

antinyamuk. Sedangkan pengelolaan lingkungan dilakukan dengan

Page 41: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

mengeringkan instalasi penampungan air. Genangan air akibat

kebocoran di ruang berdinding batu, pipa saluran, katup pintu air,

kotak keran hidran, meteran air dapat menjadi tempat perindukan

larva Aedes aegypti apabila tidak ditangani dengan baik.

3. Mesocyclops aspericornis

a. Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Kelas : Maxillopoda

Ordo : Cyclopoida

Famili : Cyclopidae

Spesies : Mesocyclops aspericornis

(Myers, 2008)

b. Morfologi

Mesocyclops aspericornis berukuran 0,5 – 2,0 mm dan

merupakan Copepoda yang hidup bebas (Yuniarti dkk., 1995).

Tubuhnya bersegmen-segmen, terdiri atas segmen kepala dan dada

yang menjadi satu (sefalotoraks) dan segmen abdomen (Upiek, 1998).

Di bagian abdomen dilengkapi 5 pasang kaki, pada kepala terdapat

mata median (Radiopoetro, 1996). Pada bagian anterior dilengkapi alat

mulut dan antena, bagian posterior dilengkapi ekor (Upiek , 1998).

Alat mulutnya dilengkapi dengan alat pemotong yang bergigi-gigi

Page 42: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

disebut gnathobasis (Radiopoetro, 1996). Yang betina membawa telur-

telurnya di dalam dua kantung yang terletak di sebelah lateral dekat

ujung abdomen (Borror et al., 1992).

Gambar 1. Morfologi Mesocyclops aspericornis

c. Daur Hidup dan Habitat

Mesocyclops aspericornis mengalami reproduksi secara seksual.

Baik jantan maupun betina dapat melakukan perkawinan satu kali atau

lebih (Upiek, 1998).

Adapun siklus hidup atau metamorfosis Mesocyclops

aspericornis, adalah sebagai berikut (Pennak, 1978) :

1. Telur: bentuk bulat bergerombol yang diletakkan pada oviseas atau

kantung telur

2. Nauphillus I: tiga pasang bagian tubuh yang memendek diwakili

oleh antena pertama, kedua, dan mandibel.

3. Nauphillus II: setelah masa pemberian makanan, mempunyai

maksila tambahan.

Page 43: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

4. Nauphillus VI: mempunyai semua bagian tubuh menyambung

dengan pasangan lengan kedua.

5. Copepodid I: mempunyai empat ruas toraks, semua bagian tubuh

menyambung dengan pasangan lengan keempat.

6. Dewasa: Mesocylcops aspericornis dewasa dapat bertahan hidup

sampai 2,5 bulan. Untuk jantan lebih cepat mati karena bersifat

kanibal. Mesocyclops aspericornis dewasa dapat kawin satu kali

dan lebih.

Waktu yang dibutuhkan untuk mengalami siklus hidup yang

sempurna, dari telur hingga telur lagi merupakan variabel yang tinggi

tergantung dari spesies dan kondisi lingkungan, untuk Mesocyclops

aspericornis berkisar 7 hingga 180 hari (Pennak, 1978).

Penelitian yang dilakukan oleh Yuniarti dkk. (1997)

menunjukkan bahwa reproduksi Mesocyclops aspericornis paling tinggi

diperoleh dari medium rendaman tinja marmut, diikuti oleh medium

rendaman eceng gondok, dan rendaman jerami. Di daerah tropis dan

subtropis, distribusi Mesocyclops tersebar luas terdapat dalam jumlah

yang melimpah di danau air tawar, reservoir (tendon air), parit, kolam,

lubang pohon, sumur, dan liang kepiting (Widyastuti, 1995).

Mesocyclops aspericornis dilaporkan sebagai hewan pemakan Algae,

Rotifera, Protozoa, Chorinomid, Ologochaeta, ikan kecil, dan beberapa

organisme akuatik lainnya (Yuniarti, 1997).

Page 44: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

d. Perilaku Mesocyclops aspericornis

Sama seperti predator pada umumnya, Mesocyclops aspericornis

sebagai predator bagi larva nyamuk (Jumar, 1997) juga memiliki ciri

sebagai berikut:

1. Predator dapat memangsa semua tingkat perkembangan mangsa

(telur, larva, nympha, pupa, dan imago). Dalam hal ini

Mesocyclops aspericornis memangsa nyamuk pada masa larva

instar I dan II awal.

2. Predator membunuh dengan cara memakan atau menghisap

mangsanya dengan cepat.

3. Seekor predator memerlukan dan memakan banyak mangsa

selama hidupnya. Mesocyclops aspericornis memakan kurang

lebih 15 larva per hari.

4. Predator membunuh mangsa untuk dirinya sendiri.

5. Kebanyakan predator bersifat karnivor, baik pada saat pradewasa

maupun sesudah dewasa (imago) dan memakan jenis mangsa yang

sama atau beberapa jenis mangsa.

6. Predator memiliki ukuran tubuh lebih besar dibandingkan tubuh

mangsanya.

7. Dari segi perilaku makannya, ada predator yang mengunyah

semua bagian tubuh mangsanya, begitu juga Mesocyclops

aspericornis.

Page 45: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

8. Metamorfosis predator ada yang sempurna dan ada juga yang

tidak sempurna.

4. Peranan Mesocyclops aspericornis sebagai Pengendali Hayati Larva

Mesocyclops aspericornis sebagai pengendali hayati larva Aedes aegypti

sudah dibuktikan dengan hasil penelitisan Yuniarti, dkk bahwa larva Aedes aegypti

paling disukai oleh Mesocyclops aspericornis sebesar 100% pada perbandingan

25:20 dibandingkan Culex queneuefasciatus (50,66%) dan Anopeles aconitus

(27,33%). Kemampuan makan Mesocyclops aspericornis terhadap jentik nyamuk

Aedes aegypti paling besar dengan asumsi sebagai berikut:

a. Perilaku aktif jentik nyamuk Aedes aegypti yang aktif, karena menurut

monokov dalam Yuniarti, dkk (2000), Cyclopoida cenderung menangkap

mangsa yang lebih aktif, sedangkan mangsa yang kurang aktif dapat dideteksi

hanya setelah kontak.

b. Perilaku makan jentik Aedes aegypti bisa mengambil makanan di dasar,

sedang Mesocyclops aspericornis yang hidup di dasar memungkinakan

terjadinya kontak kedua organisme tersebut relatif tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan

berhubungan dengan keberhasilan Mesocyclops aspericornis dalam

memangsa larva nyamuk Aedes aegypti, berarti bahwa Mesocyclops

aspericornis sebagai predator larva nyamuk sangat berperan dan bermanfaat

guna mengendalikan perkembangan nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor

Page 46: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Dengue yang pada akhirnya akan menekan jumlah prevalensi penyakit Deman

Berdarah Dengue.

B. Kerangka Pemikiran

C . Hipotesis

Ketersediaan bahan organik mempengaruhi daya predasi Mesocyclops

aspericornis terhadap larva Aedes aegypti.

Mesocylops aspericornis dipelihara selama 3 hari di tempat penampungan air

berisi bahan organik dengan kadar bervariasi

Larva Aedes aegypti

Faktor yang mempengaruhi:

- Suhu udara - Suhu air - Air yang dipakai - pH

Daya predasi Mesocylops aspericornis

Jumlah larva yang tersisa

Page 47: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik

dengan post test only group design

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP),

Salatiga, Jawa Tengah

C. Objek Penelitian

Objek penelitian yang dipakai yaitu larva Aedes aegypti instar I

atau II

D. Teknik Sampling

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara random sampling

E. Identifikasi Variabel :

1. Variabel bebas : Jenis bahan oganik dan kadar bahan

organik.

2. Variabel terikat : Jumlah larva Aedes aegypti yang

tersisa

Page 48: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

3. Variabel luar (pengganggu)

Terkendali :

a. Suhu udara dan suhu air

b. Air yang dipakai

c. pH

Tidak terkendali:

Kemampuan makan Mesocyclops aspericornis

F. Definisi Operasional Variabel

1. Variabel bebas

a. Jenis bahan organik

Bahan organik yang digunakan adalah rendaman kangkung

dan rendaman tinja kelinci yang mengandung sumber

makanan alternatif bagi Mesocyclops aspericornis seperti

Algae, Protozoa, dan Rotifera (Setyaningrum dkk., 2008).

Skala: rasio

b. Kadar bahan organik

Konsentrasi rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci

yang digunakan masing-masing adalah 0%; 15%; 30%; dan

45%.

Skala : interval

Page 49: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

2. Variabel terikat

Larva Aedes aegypti yang dipakai yaitu larva instar I

atau II, berumur sekitar 1-3 hari, sebanyak 3000 ekor.

Diperoleh dari hasil pemeliharaan dan pengembangan di

laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor

dan Reservoir Penyakit (B2P2VR) Salatiga, Jawa Tengah.

Skala : rasio

3. Variabel luar (pengganggu)

a. Terkendali :

1. Suhu udara dan suhu air

Percobaan dilakukan pada suhu ruangan (kurang lebih

250 C).

Skala : interval

2. Air yang dipakai

Pada penelitian ini menggunakan air ledeng

3. Ukuran panjang Mesocyclops aspericornis

Berukuran panjang kurang lebih 1 mm

Skala : interval

4. pH

Percobaan dilakukan pada pH 7

Page 50: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

b. Tidak terkendali:

Kemampuan makan Mesocyclops aspericornis tergantung

selera makan dan kondisi kesehatannya.

G. Alat dan Bahan

1. Wadah tempat pembiakan dari bahan plastik dengan volume 1 L

2. Pipet dengan diameter mulut pipet ± 4 mm untuk mengambil dan

menghitung jentik Aedes aegypti dan Mesocyclops aspericornis.

3. Jentik nyamuk Aedes aegypti instar I atau II ditaruh ke dalam

gelas-gelas plastik dengan pipet.

4. Dog food yang sudah dihaluskan dengan blender untuk makanan

jentik nyamuk Aedes aegypti.

5. Mesocyclops aspericornis dewasa sebanyak 20 ekor yang dihitung

secara manual dengan pipet, ditaruh dalam nampan plastik berisi

air.

6. Rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci

Page 51: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

H. Rancangan Penelitian

Eksperimen

Mesocylops aspericornis

Pelihara selama 3 hari

Larva Aedes aegypti

Bandingkan jumlah larva yang tersisa

850 ml air +

150 ml rendaman kangkung

550 ml air +

450 ml rendaman kangkung

700 ml air +

300 ml rendaman kangkung

1 L air

Page 52: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

.

I. Cara Kerja

Penelitian dilakukan menurut metode Endah Setyaningrum (2008) yang

dimodifikasi

1. Pembuatan media

a. Kangkung dan tinja kelinci dikeringkan kemudian

ditimbang berat keringnya.

Mesocylops aspericornis

Pelihara selama 3 hari

Larva Aedes aegypti

Bandingkan jumlah larva yang tersisa

850 ml air +

150 ml rendaman

tinja kelinci

550 ml air +

450 ml rendaman tinja kelinci

700 ml air +

300 ml rendaman tinja kelinci

1 L air

Page 53: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

b. Bahan tersebut di atas yang sudah dikeringkan dipotong

kecil-kecil kemudian masing-masing sebanyak 5 gram

direndam ke dalam ember berisi 1 L akuades selama 4 hari.

c. Media siap digunakan untuk mengembangbiakkan

Mescyclops aspericornis. Setiap jenis media dijadikan

sebagai perlakuan.

2. Rendaman media yang telah disiapkan kemudian disaring dengan

saringan biasa lalu diambil 150 ml, 300 ml, dan 450 ml .

3. Pada setiap wadah dimasukkan satu ekor Mesocyclops aspericornis

dewasa betina tanpa kantung telur yang sudah dipuasakan terlebih

dahulu selama satu hari. Pelihara selama 3 hari.

4. Lalu masukkan 25 ekor larva Aedes aegypti.

5. Wadah diletakkan pada suhu kamar 25o C dan pH 7

6. Dibiarkan selama 2 hari lalu jumlah jentik nyamuk yang tersisa

dihitung pada jam pertama, kedua, keempat, kedelapan, dan kedua

puluh empat, dan keempat puluh dua.

7. Percobaan dilakukan sebanyak 3 kali ulangan (Munif, 1997).

Penentuan jumlah ulangan berdasarkan rumus

Keterangan:

n : jumlah ulangan

t : jumlah kelompok perlakuan

(n-1)(t-1) > 15

Page 54: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Karena pada kelompok ini menggunakan 8 kelompok perlakuan,

maka:

(n-1)(t-1) > 15

(n-1)(8-1) > 15

7n > 22

n > 3,14

jadi untuk setiap kelompok, ulangan harus lebih dari 3,14. Dalam

penelitian ini digunakan 3 kali ulangan dalam setiap kelompok.

J. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisa secara

statistik dengan menggunakan Uji Analisa Varians (Anova) yang

dilanjutkan dengan post-hoc test untuk mengetahui kemaknaan antar

kadar dan uji t untuk mencari letak perbedaan antar jenis bahan organik

(Subana dan Sudrajat, 2009).

Page 55: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Hasil penghitungan jumlah jentik nyamuk Aedes aegypti yang tersisa setelah

dimakan oleh Mesocyclops aspericornis selama 48 jam pada rendaman kangkung dan

rendaman tinja kelinci dengan kadar 0%;15%; 30%; dan 45%, serta ulangan sebanyak

3 kali adalah:

Tabel 1. Rerata Jumlah Jentik Nyamuk Aedes aegypti yang Tersisa setelah 48 Jam Pengamatan

Kadar Bahan

Organik

Jenis Bahan Organik

Rendaman Kangkung Rendaman Tinja

Kelinci

0% (I) 9 11,3

15% (II) 7,7 13

30% (III) 10 10

45% (IV) 17 14

Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data normal

atau tidak. Uji ini dapat dilakukan dengan menggunakan Kolmogorov Smirnov Test.

Page 56: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Suatu data dikatakan mempunyai sebaran normal jika didapatkan nilai p > 0,05 pada

setiap kelompok (Dahlan, 2005).

Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Data

Variabel Kelompok Kolmogorov

Smirnov Z

Nilai p Keterangan

Kadar bahan

organic

Kadar I 0,508 0,958 Distribusi

normal

Kadar II 0,534 0,938 Distribusi

normal

Kadar III 0,482 0,974 Distribusi

normal

Kadar IV 0,577 0,893 Distribusi

normal

Jenis bahan

organik

Rendaman kangkung 0,730 0,661 Distribusi

normal

Rendaman tinja

kelinci

0,554 0,919 Distribusi

normal

Tabel 2 menunjukkan sebaran data hasil analisis Kolmogorov Smirnov

Test dari berbagai variabel penelitian pada kelompok kadar bahan organik dan

Page 57: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

jenis bahan organik itu sendiri. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa semua data

dari berbagai variabel pada tiap kelompok terdistribusi normal (p>0,05).

Untuk mengetahui perbedaan antara rendaman kangkung dan rendaman tinja

kelinci maka dilakukan uji t. Terlebih dahulu dilakukan uji homogenitas dengan

Levene’s test yang menghasilkan data homogen dengan nilai p = 0,333. Data

dianggap homogen, karena nila p > 0,05. Sedangkan hasil uji t didapatkan nilai

signifikansi p = 0,505. Hasil tersebut membuktikan bahwa tidak ada perbedaan

bermakna dari rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci.

Setelah uji t, dilakukan pula uji statistik Analisa Varians (Anova) untuk

membandingkan rerata kadar organik yang dipakai. Terlebih dahulu dilakukan uji

homogenitas Levene’s test dengan nilai p = 0,261 yang berarti data homogen. Hasil

Anova didapatkan nilai signifikansi p = 0,048. Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan rerata yang signifikan pada tiap kelompok kadar organik yang

dipakai. Untuk mengetahui kelompok mana yang mempunyai perbedaan yang

signifikan itu maka dilanjutkan dengan Post Hoc test dengan hasil seperti tertera pada

tabel 3.

Page 58: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Tabel 3. Hasil Uji (Post Hoc) antar Kadar

Variabel Kelompok

Perlakuan

Kelompok

Perlakuan

Nilai p

Kadar Kadar I Kadar II 0,938

Kadar III 0,938

Kadar IV 0,021

Kadar II Kadar I 0,938

Kadar III 0,877

Kadar IV 0,025

Kadar III Kadar I 0,938

Kadar II 0,877

Kadar IV 0,018

Kadar IV Kadar I 0,21

Kadar II 0,25

Kadar III 0,018

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kadar IV yang memiliki

perbedaan paling signifikan dilihat dari jumlah larva yang tersisa dibandingkan

dengan kadar yang lain. Setelah semua kadar dibandingkan, didapatkan bahwa kadar

4 mempunyai nilai yang signifikan p <0,05 jika dibandingkan dengan kadar 1,2 dan3.

Page 59: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

BAB V

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh ketersediaan bahan organik

pada daya predasi Mesocyclops aspericornis terhadap larva nyamuk Aedes aegypti,

dapat dilihat bahwa ada perbedaan jumlah jentik nyamuk yang dimakan (dari jumlah

yang tersisa) pada kadar karena perbedaan pada tiap kelompok kadar organik yaitu

pada kadar 45% dengan kadar 0%; 15%; dan 30%. Tetapi tidak didapatkan perbedaan

berarti antara jenis bahan organiknya yaitu antara rendaman kangkung dan rendaman

tinja kelinci. Untuk membuktikan bahwa hal di atas terjadi bukan karena kebetulan

tapi karena pengaruh perlakuan selama penelitian maka dilakukan pengujian secara

statistik dengan uji Analisa Varians (Anova).

Berdasarkan perhitungan pada taraf kepercayaan 95% didapatkan nilai

signifikansi p = 0,048. Dengan demikian nilai p ≤ 0.05 sehingga pernyataan Ho bahwa

“tidak ada pengaruh ketersediaan bahan organik pada daya predasi Mesocyclops

aspericornis terhadap larva Aedes aegypti”, ditolak.

Dengan mengamati hasil dan perhitungan statistik tersebut diketahui terdapat

perbedaan antara kadar bahan organik 0%, 15%, 30%, dan 45%, di mana jumlah

jentik nyamuk yang dimakan pada keempat kelompok kadar tadi ada perbedaan yang

nyata, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh variasi kadar bahan organik

Page 60: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

terhadap kemampuan Mesocyclops aspericornis untuk memakan jentik nyamuk

Aedes aegypti.

Selain itu dilakukan pula uji t untuk mencari letak perbedaan antar jenis bahan

organik yaitu rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci. Pada perhitungan

didapatkan nilai signifikansi p = 0,505. Dengan demikian nilai p ≥ 0,05, sehingga

pernyataan Ho bahwa “tidak ada pengaruh variasi jenis bahan organik pada

kemampuan predasi Mesocylops aspericornis terhadap larva Aedes aegypti”,

diterima. Hal ini mungkin disebabkan karena kadar kandungan mikroorganisme yang

berfungsi sebagai makanan Mesocyclops aspericornis pada kedua jenis bahan organik

tersebut tidak jauh berbeda.

Pada penelitian ini juga dapat diketahui bahwa sisa larva Aedes aegypti pada

kadar bahan organik yang paling signifikan perbedaannya adalah pada kadar 45%.

Penelitian yang dilakukan oleh Endah Setyaningtum dkk. (2008) menyatakan bahwa

makanan yang tersedia bagi Mesocyclops aspericornis yang berupa mikroorganisme

lebih banyak pada rendaman kangkung dibandingkan pada media lainnya sehingga

kebutuhan makanan Mesocyclops aspericornis sudah tercukupi dan tidak perlu

memangsa larva Aedes aegypti lagi. Menurut Suriawiria (1976) mikroorganisme

sangat menyukai sayuran karena kandungan airnya 68 – 96,1 %, karbohidrat 2,7 –

27,9 %, protein 6,5 – 6,7 % dan lemak 0,1 – 1,2 %. Sedangkan menurut Abu Syafwan

(2001) satu ekor kelinci yang berusia dua bulan atau lebih, atau yang beratnya sudah

mencapai 1 kg akan menghasilkan 28,0 kotoran lunak per hari dan mengandung 3 g

Page 61: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

protein serta 0,35 nitrogen dan bakteri atau setara 1,3 g protein. Dari penelitian-

penelitian tersebut dapat memperkuat fakta bahwa dalam penelitian ini Mesocyclops

aspericornis yang dipelihara pada kadar organik tinggi daya predasi terhadap larva

Aedes aegypti menurun dikarenakan bahan makanan yang disukai Mesocyclops

aspericornis sudah tersedia cukup banyak.

Dalam penelitian Sri Muwarni dkk. (2009) menyebutkan bahwa reproduksi

M. aspericornis pada media rendaman kangkung dan air sawah yang paling tinggi

adalah media rendaman kangkung dengan pembentukan kantung telur yang dapat

mencapai 5-7 kali pembentukan kantung telur, sedangkan pada media air sawah M.

aspericornis hanya dapat membentuk 1-2 kali pembentukan kantung telur. Hal ini

diduga disebabkan media rendaman kangkung terdapat pakan alami M. aspericornis

yang berupa mikroorganisme seperti alga, protozoa dan rotifera seperti hasil

penelitian Setyaningrum dkk (2008) bahwa media rendaman kangkung memiliki

populasi mikroorganisme yang tinggi sebanyak 2078 ekor/10ml yang terdiri dari

protozoa, alga dan rotifera yang merupakan pakan alami M. aspericornis. Jadi dapat

disimpulkan bahwa media organik hanya efektif pada daya reproduksi Mescocyclops

aspericornis namun setelah dilakukan penelitian ketersediaan bahan organik justru

menurunkan daya predasinya terhadap larva Aedes aegypti.

Page 62: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut:

1. Ketersediaan bahan organik secara statistik mempengaruhi jumlah jentik nyamuk

Aedes aegypti yang dimakan oleh Mesocyclops aspericornis.

2. Ketersediaan bahan organik dalam kadar yang tinggi justru menurunkan daya

predasi Mesocyclops aspericornis terhadap larva Aedes aegypti.

Saran

1. Penulis mengharapkan supaya penelitian ini bermanfaat bagi pemberantasan

penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).

2. Mesocylops aspericornis lebih baik diaplikasikan pada daerah dengan kondisi air

yang bersih dengan ketersediaan bahan organik pada kadar rendah.

3. Air dengan ketersediaan bahan organik kadar tinggi hanya baik untuk

pemeliharaan dan perkembangbiakan Mesocyclops aspericornis

4. Penulis mengharapkan supaya penelitian ini dapat menjadi bahan untuk

penelitian-penelitian selanjutnya

Page 63: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Page 64: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

BAB V

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh ketersediaan bahan organik

pada daya predasi Mesocyclops aspericornis terhadap larva nyamuk Aedes aegypti,

dapat dilihat bahwa ada perbedaan jumlah jentik nyamuk yang dimakan (dari jumlah

yang tersisa) pada kadar karena perbedaan pada tiap kelompok kadar organik yaitu

pada kadar 45 % dengan kadar 0 %; 15 %; dan 30 %. Tetapi tidak didapatkan

perbedaan berarti antara jenis bahan organiknya yaitu antara rendaman kangkung dan

rendaman tinja kelinci. Untuk membuktikan bahwa hal di atas terjadi bukan karena

kebetulan tapi karena pengaruh perlakuan selama penelitian maka dilakukan

pengujian secara statistik dengan uji Analisis Varians (Anova).

Berdasarkan perhitungan pada taraf kepercayaan 95 % didapatkan nilai

signifikansi p = 0,048. Dengan demikian nilai p ≤ 0.05 sehingga pernyataan Ho bahwa

“tidak ada pengaruh ketersediaan bahan organik pada daya predasi Mesocyclops

aspericornis terhadap larva Aedes aegypti”, ditolak.

Dengan mengamati hasil dan perhitungan statistik tersebut diketahui terdapat

perbedaan antara kadar bahan organik 0 %, 15 %, 30 %, dan 45 %, di mana jumlah

jentik nyamuk yang dimakan pada keempat kelompok kadar tadi ada perbedaan yang

nyata, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh variasi kadar bahan organik

Page 65: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

terhadap kemampuan Mesocyclops aspericornis untuk memakan jentik nyamuk

Aedes aegypti.

Selain itu dilakukan pula uji t untuk mencari letak perbedaan antar jenis bahan

organik yaitu rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci. Pada perhitungan

didapatkan nilai signifikansi p = 0,505. Dengan demikian nilai p ≥ 0,05, sehingga

pernyataan Ho bahwa “tidak ada pengaruh variasi jenis bahan organik pada

kemampuan predasi Mesocylops aspericornis terhadap larva Aedes aegypti”,

diterima. Hal ini mungkin disebabkan karena kadar kandungan mikroorganisme yang

berfungsi sebagai makanan Mesocyclops aspericornis pada kedua jenis bahan organik

tersebut tidak jauh berbeda.

Pada penelitian ini juga dapat diketahui bahwa sisa larva Aedes aegypti pada

kadar bahan organik yang paling signifikan perbedaannya adalah pada kadar 45%.

Penelitian yang dilakukan oleh Endah Setyaningtum dkk. (2008) menyatakan bahwa

makanan yang tersedia bagi Mesocyclops aspericornis yang berupa mikroorganisme

lebih banyak pada rendaman kangkung dibandingkan pada media lainnya sehingga

kebutuhan makanan Mesocyclops aspericornis sudah tercukupi dan tidak perlu

memangsa larva Aedes aegypti lagi. Menurut Suriawiria (1976) mikroorganisme

sangat menyukai sayuran karena kandungan airnya 68 – 96,1 %, karbohidrat 2,7 –

27,9 %, protein 6,5 – 6,7 % dan lemak 0,1 – 1,2 %. Sedangkan menurut Abu Syafwan

(2001) satu ekor kelinci yang berusia dua bulan atau lebih, atau yang beratnya sudah

mencapai 1 kg akan menghasilkan 28,0 gr kotoran lunak per hari dan mengandung 3

Page 66: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

gr protein serta 0,35 gr nitrogen dan bakteri atau setara 1,3 gr protein. Dari penelitian-

penelitian tersebut dapat memperkuat fakta bahwa dalam penelitian ini Mesocyclops

aspericornis yang dipelihara pada kadar organik tinggi daya predasi terhadap larva

Aedes aegypti menurun dikarenakan bahan makanan yang disukai Mesocyclops

aspericornis sudah tersedia cukup banyak.

Dalam penelitian Sri Muwarni dkk. (2009) menyebutkan bahwa reproduksi

Mesocyclops. aspericornis pada media rendaman kangkung dan air sawah yang

paling tinggi adalah media rendaman kangkung dengan pembentukan kantung telur

yang dapat mencapai 5 - 7 kali pembentukan kantung telur, sedangkan pada media air

sawah Mesocyclops aspericornis hanya dapat membentuk 1 - 2 kali pembentukan

kantung telur. Hal ini diduga disebabkan media rendaman kangkung terdapat pakan

alami M. aspericornis yang berupa mikroorganisme seperti alga, protozoa dan

rotifera seperti hasil penelitian Setyaningrum dkk (2008) bahwa media rendaman

kangkung memiliki populasi mikroorganisme yang tinggi sebanyak 2078 ekor/10ml

yang terdiri dari protozoa, alga dan rotifera yang merupakan pakan alami

Mesocyclops aspericornis. Jadi dapat disimpulkan bahwa media organik hanya

efektif pada daya reproduksi Mescocyclops aspericornis namun setelah dilakukan

penelitian ketersediaan bahan organik justru menurunkan daya predasinya terhadap

larva Aedes aegypti.

Page 67: PENGARUH KETERSEDIAAN BAHAN ORGANIK PADA DAYA …/Pengaruh... · Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan media rendaman kangkung dan rendaman tinja kelinci dalam berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai

berikut:

Ketersediaan bahan organik dalam kadar yang tinggi menurunkan daya predasi

Mesocyclops aspericornis terhadap larva Aedes aegypti.

Saran

1. Penulis mengharapkan supaya penelitian ini bermanfaat bagi pemberantasan

penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).

2. Mesocylops aspericornis lebih baik diaplikasikan pada daerah dengan kondisi air

yang bersih dengan ketersediaan bahan organik pada kadar rendah.

3. Air dengan ketersediaan bahan organik kadar tinggi hanya baik untuk

pemeliharaan dan perkembangbiakan Mesocyclops aspericornis

4. Penulis mengharapkan supaya penelitian ini dapat menjadi bahan untuk

penelitian-penelitian selanjutnya