pengaruh kompetensi dan independensi auditor
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR
TERHADAP KELANGSUNGAN USAHA
KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP)
DI YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi untuk Memenuhi Sebagian
Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
ADITYA WIRAMURTI
05412144004
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2010
ii
iii
PENGARUH KOMPETENSI
DAN INDEPENDENSI AUDITOR
TERHADAP KELANGSUNGAN USAHA
KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP)
DI YOGYAKARTA
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Aditya Wiramurti
NIM : 05412144004
Program Studi : Akuntansi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ekonomi
Judul Tugas Akhir :
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri.
Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau
diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata
penulisan karya ilmiah yang telah lazim.
Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak dipaksakan.
Yogyakarta, 22 November 2010
Penulis,
Aditya Wiramurti
NIM. 05412144004
v
MOTTOMOTTOMOTTOMOTTO
“Barang siapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu maka Allah akan
memudahkan padanya jalan menuju ke surga” (H.R. Muslim).
“Bermimpilah... Karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu.....” (Nidji).
“Nasib saya ada ditangan saya sendiri. Maju atau mundur, tergantung pada
diri sendiri” (Afifah A.).
“Work and pray makes all the things HAPPEN” (Penulis).
vi
PERSEMBAHANPERSEMBAHANPERSEMBAHANPERSEMBAHAN
Dengan mengucap rasa Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT,
kupersembahkan karya kecilku ini dengan segala kerendahan hati
untuk orang-orang yang mencintai dan menyayangiku
dengan penuh ketulusan...
♥ My dad n my mam, thank’s for All... I can’t life without you....
♥ My big family...because you’re my everything.....
♥ Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta yang
kubanggakan…
vii
BINGKISAN
Kubingkiskan karya kecil ini untuk:
Eliana, thank’s for All my friend….
Tiga Driver berpengalaman (Ando, Budi dan Gama), terima kasih untuk
kebersamaan, keceriaan, dan kenangan yang terindah yang tak terlupakan.
Achie and Family, terima kasih atas segala bentuk perhatian dan dukungannya
di masa lalu. Wish me luck…!!
Ivan Dibyo, terima kasih atas kerjasama dan masukannya kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
Nopan, terima kasih atas bantuan dan keceriaan yang gila sewaktu di
Bandung, penulis tidak akan pernah lupa peristiwa tersebut.
Hasta, yang telah memberikan motivasi dan kritik-kritik yang pedas kepada
penulis.
Rey, Ian, Siam, Browni, Andy, Terry, Boiem, Slamet, Lukman dkk Kost B29
tercinta, yang selama ini telah memberikan suka duka menjadi anak kost.
Horas, yang telah menjadi penyemangat di saat aku sendirian.
Teman-temanku semua Akuntansi angkatan 2005, especially NR-B. Terima
kasih atas segala keceriaan dan kegilaan yang telah kita lalui selama ini.
Chayo…!!!
viii
PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR
TERHADAP KELANGSUNGAN USAHA
KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP)
DI YOGYAKARTA
Oleh:
ADITYA WIRAMURTI
05412144004
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian kausal komparatif yang merupakan
tipe penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab akibat antara
dua variabel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara
Kompetensi Auditor terhadap Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik
(KAP) di Yogyakarta, pengaruh antara Independensi Auditor terhadap
Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP) di Yogyakarta, dan pengaruh
antara Kompetensi dan Independensi Auditor terhadap Kelangsungan Usaha
Kantor Akuntan Publik (KAP) di Yogyakarta.
Populasi dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja di Kantor
Akuntan Publik (KAP) di Yogyakarta dengan sampel penelitian sebanyak 38
auditor yang diambil menggunakan teknik Simple Random Sampling. Variabel
independen dalam penelitian ini adalah Kompetensi dan Independensi Auditor,
sedangkan variabel dependennya adalah Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan
Publik (KAP) di Yogyakarta. Metode pengumpulan data dilakukan dengan
metode kuesioner. Data yang terkumpul dianalisis dengan teknik analisis
deskriptif, regresi sederhana dan regresi berganda.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan: (1). Terdapat pengaruh yang
signifikan antara Kompetensi Auditor (X1) dengan Kelangsungan Usaha Kantor
Akuntan Publik (KAP) di Yogyakarta (Y) yang ditunjukkan dengan nilai t hitung
> t tabel untuk taraf signifikansi 5% yaitu sebesar (2,7507 > 2,028094). Dari hasil
analisis juga diperoleh koefisien regresi rx1y sebesar 0,417 dan koefisien
determinasi R2 sebesar 0,174. (2). Terdapat pengaruh yang signifikan antara
Independensi Auditor (X2) dengan Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik
(KAP) di Yogyakarta (Y) yang ditunjukkan dengan nilai t hitung > t tabel untuk
taraf signifikansi 5% yaitu sebesar (2,377 > 2,028094). Dari hasil analisis juga
diperoleh koefisien regresi rx1y sebesar 0,368 dan koefisien determinasi R2 sebesar
0,136. (3). Terdapat pengaruh yang signifikan antara Kompetensi (X1) dan
Independensi Auditor (X2) terhadap Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik
(KAP) di Yogyakarta (Y) yang ditunjukkan dengan nilai F hitung > F tabel untuk
taraf signifikansi 5% yaitu sebesar (7,561 > 5,518). Dari hasil analisis juga
diperoleh koefisien regresi rx1y sebesar 0,490 dan koefisien determinasi R2 sebesar
0,240.
ix
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT atas karunia dan
limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor terhadap Kelangsungan Usaha
Kantor Akuntan Publik (KAP) di Yogyakarta”. Maksud dari penyusunan skripsi
ini adalah untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat dalam
menyelesaikan pendidikan pada Jurusan Akuntansi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan
Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.
Dalam menyusun skripsi ini, penulis memperoleh bantuan, bimbingan dan
pengarahan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan kerendahan hati, penulis
ucapkan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A., Rektor Universitas Negeri
Yogyakarta.
2. Sardiman A.M., M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas
Negeri Yogyakarta.
3. Rr. Indah Mustikawati, M.Si, Ak., Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta sekaligus Dosen
Pembimbing yang penuh perhatian dan kesabaran dalam memberikan
bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik.
x
4. Dhyah Setyorini, M.Si, Ak., Dosen Penguji yang telah meluangkan waktu
dan memberi masukan kepada penulis.
5. Bapak Ibu Dosen, yang telah memberi bekal ilmu yang tidak ternilai
harganya kepada penulis selama belajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi
Universitas Negeri Yogyakarta.
6. Bapak, Ibu, Saudara/i Akuntan Publik di Yogyakarta, yang telah bersedia
menjadi responden dan meluangkan waktu guna mengisi kuesioner yang
disebarkan penulis.
7. Semua pihak-pihak terkait yang telah membantu penulis menyelesaikan
skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Akhir kata semoga Allah SWT memberikan karunia, limpahan rahmat dan
berkat-Nya atas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis
berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan pihak-
pihak yang membutuhkannya.
Yogyakarta, 22 November 2010
Penulis
Aditya Wiramurti
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii
HALAMAN KEASLIAN KARYA ............................................................ iv
MOTTO ...................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ....................................................................................... vi
BINGKISAN .............................................................................................. vii
ABSTRAK .................................................................................................. viii
KATA PENGANTAR ................................................................................ ix
DAFTAR ISI .............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………..........xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xviii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................. 7
C. Pembatasan Masalah ................................................................ 7
D. Rumusan Masalah ................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian ..................................................................... 8
F. Manfaat Penelitian ................................................................... 8
xii
BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS ..................... 10
A. Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP) ................. 10
1. Pengertian Kelangsungan Usaha ......................................... 10
2. Kantor Akuntan Publik (KAP) .............................................. 11
3. Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP) ............. 14
B. Kompetensi Auditor ................................................................... 16
1. Tingkat Pendidikan Auditor ................................................. 17
2. Pelatihan dan Pengalaman Auditor ........................................ 18
C. Independensi Auditor ................................................................. 21
D. Penelitian Relevan ..................................................................... 26
E. Kerangka Berpikir ..................................................................... 29
F. Model Penelitian ........................................................................ 30
G. Hipotesis Penelitian ................................................................... 31
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 32
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 32
B. Jenis Penelitian .......................................................................... 32
C. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................. 33
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian .................................... 33
E. Teknik Pengambilan Sampel ...................................................... 35
F. Instrumen Penelitian .................................................................. 36
G. Uji Coba Instrumen ................................................................... 39
1. Uji Validitas ........................................................................ 39
xiii
2. Uji Reliabilitas ..................................................................... 41
H. Teknik Analisis Data ................................................................. 42
1. Uji Normalitas ..................................................................... 42
2. Uji Linieritas ........................................................................ 44
3. Uji Multikolineritas .............................................................. 45
4. Uji Heteroskedastisitas ......................................................... 46
I. Pengujian Hipotesis ................................................................... 47
1. Regresi Linier Sederhana ..................................................... 47
2. Regresi Linier Berganda ...................................................... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 50
A. Deskripsi Sampel Penelitian ...................................................... 50
B. Deskripsi Responden ................................................................. 52
C. Deskripsi Variabel Penelitian ..................................................... 56
1. Kompetensi Auditor ............................................................. 56
2. Independensi Auditor ........................................................... 58
3. Kelangsungan Usaha KAP di Yogyakarta ............................ 60
D. Hasil Pengujian Hipotesis ........................................................... 62
1. Uji Hipotesis Linear Sederhana ............................................ 62
2. Uji Hipotesis Linear Berganda .............................................. 66
E. Pembahasan ............................................................................... 69
F. Keterbatasan .............................................................................. 74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 75
A. Kesimpulan ............................................................................... 75
xiv
B. Saran ......................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 78
LAMPIRAN ................................................................................................. 81
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Daftar KAP di Yogyakarta ...................................................................... 33
2. Nama KAP dan Jumlah sampel ............................................................... 36
3. Penilaian Skor Pernyataan ....................................................................... 37
4. Instrumen Penelitian ................................................................................ 37
5. Hasil Uji Validitas ................................................................................... 40
6. Hasil Uji Reliabilitas ............................................................................... 41
7. Hasil Uji Normalitas Data ........................................................................ 42
8. Model Summary Regresi ......................................................................... 45
9. ANOVA Regresi ..................................................................................... 45
10. Hasil Uji Multikolineritas ....................................................................... 46
11. Data Responden Berdasarkan Jabatan ..................................................... 52
12. Data Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja .................................... 53
13. Data Responden BerdasarkanJenjang Pendidikan ................................. . 54
14. Tingkat Pengembalian Kuesioner ........................................................... 55
15. Distribusi Kecenderungan Frekuensi Kompetensi Auditor ...................... 57
16. Distribusi Kecenderungan Frekuensi Independensi Auditor .................... 59
17. Distribusi Kecenderungan Frekuensi Kelangsungan Usaha KAP di
Yogyakarta ............................................................................................. 61
18. Model Summary Regresi X1 terhadap Y ................................................. 63
19. Koefisien Regresi X1 terhadap Y ............................................................. 63
xvi
20. Model Summary Regresi X2 terhadap Y .................................................. 65
21. Koefisien Regresi X2 terhadap Y ............................................................. 65
22. Model Summary Regresi X1, X2 terhadap Y ............................................. 67
23. Koefisien Regresi X1, X2 terhadap Y ........................................................ 67
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Hierarki Kantor Akuntan Publik .......................................................... 12
2. Model Penelitian .................................................................................. 30
3. Histogram Hasil Pengujian Asumsi Normalitas .................................... 43
4. Hasil Pengujian Asumsi Normalitas dengan P-Plot .............................. 44
5. Grafik Uji Heteroskedastisitas ............................................................. 47
6. Histogram Distribusi Responden Berdasarkan Jabatan ......................... 53
7. Histogram Distribusi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja ........ 54
8. Histogram Distribusi Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan ..... 55
9. Histogram Distribusi Kecenderungan Frekuensi Kompetensi Auditor . 57
10. Histogram Distribusi Kecenderungan Frekuensi Independensi Auditor 59
11. Histogram Distribusi Kecenderungan Frekuensi Kelangsungan Usaha KAP
di Yogyakarta ...................................................................................... 62
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Kuesioner (Instrumen Penelitian) ......................................................... 83
2. Tabel Data Uji Instrumen .................................................................... 90
3. Uji Validitas dan Reliabilitas .............................................................. 93
4. Data Hasil Penelitian .......................................................................... 97
5. Perhitungan Kecenderungan Frekuensi ................................................ 100
6. Uji Normalitas ..................................................................................... 103
7. Uji Linearitas ...................................................................................... 103
8. Uji Multikolineritas ............................................................................ 104
9. Uji Heteroskedastisitas ....................................................................... 104
10. Hasil Regresi ...................................................................................... 105
11. Daftar KAP di Yogyakarta ................................................................. 109
12. Surat Izin Penelitian ........................................................................... 111
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Laporan keuangan suatu perusahaan merupakan salah satu sumber informasi
yang berkaitan dengan kinerja perusahaan. Ketika seorang investor akan
melakukan investasi pada suatu perusahaan, ia perlu mengetahui kondisi
keuangan perusahaan tersebut terutama menyangkut kelangsungan usaha
perusahaan. Informasi akuntansi merupakan kebutuhan yang paling mendasar
untuk pengambilan keputusan bagi investor di pasar modal. Informasi akuntansi
tersebut dapat dilihat dari laporan keuangan yang telah dibuat oleh pihak
manajemen perusahaan yang bersangkutan. Oleh karena itu, ada kecenderungan
pihak manajemen perusahaan untuk memanipulasi kinerja laporan keuangan
perusahaan dengan cara memperbaiki laporan keuangan sedemikian rupa sehingga
tampak lebih baik dari semestinya dengan tujuan untuk mendapatkan penilaian
yang positif atas tanggung jawabnya sebagai pihak yang mengelola perusahaan.
Untuk memastikan kesesuaian antara laporan keuangan yang disusun oleh
manajemen dengan standar akuntansi yang ada, maka laporan keuangan perlu
diaudit oleh pihak ketiga yang bebas, tidak memihak atau independen. Pihak yang
bisa melakukan audit atas laporan keuangan tersebut adalah auditor independen
atau akuntan publik.
Dalam hal ini, akuntan publik berfungsi sebagai pihak ketiga yang
menghubungkan pihak manajemen perusahaan dengan pihak luar perusahaan dan
berkepentingan untuk memberikan keyakinan bahwa laporan keuangan yang
disajikan pihak manajemen dapat dipercaya sebagai dasar dalam membuat
2
keputusan. Tanpa menggunakan jasa akuntan publik, manajemen perusahaan tidak
akan dapat meyakinkan pihak luar bahwa laporan keuangan yang disajikan
manajemen perusahaan berisi informasi yang dapat dipercaya. Di sisi lain,
pemakai laporan keuangan juga menaruh kepercayaan yang besar terhadap hasil
pekerjaan auditor yang berupa laporan audit.
Laporan auditor penting sekali dalam suatu audit karena laporan tersebut dapat
menginformasikan tentang apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang
diperolehnya. Auditor mempunyai tanggung jawab untuk menilai apakah terdapat
kesangsian besar terhadap kemampuan perusahaan dalam mempertahankan
kelangsungan usahanya selama periode waktu tertentu dan membuktikan
kewajaran atas laporan keuangan yang disajikan oleh klien. Auditor juga harus
memiliki keberanian untuk mengungkapkan permasalahan mengenai
kelangsungan usaha perusahaan klien.
Semakin banyaknya K a n t o r A k u n t a n P u b l i k ( KAP) yang berdiri,
menyebabkan semakin ketatnya persaingan antar KAP tersebut. Persaingan
yang ketat di zaman sekarang ini membuat Kantor Akuntan Publik harus dapat
mempertahankan mutu jasa audit agar dapat mempertahankan eksistensi atau
kelangsungan usahanya. Jika mutu jasa audit dalam suatu KAP tidak diakui lagi,
maka tidak mungkin KAP tersebut tidak akan terpakai lagi dan akhirnya tidak
dapat mempertahankan kelangsungan usahanya. Eksistensi KAP ditentukan oleh
mutu jasa yang diberikan oleh auditor yang dalam hal ini adalah laporan audit.
Untuk menghasilkan jasa audit yang berkualitas, auditor harus berpedoman
pada Standar Auditing dan Aturan Etika Akuntan Publik. Standar auditing
menurut Munawir (1999:30) digunakan sebagai pedoman mutu profesional
3
auditor independen dan pertimbangan yang digunakan dalam pelaksanaan audit,
sedangkan bagi masyarakat umum Standar Auditing merupakan jaminan
keyakinan akan mutu audit yang dilakukan oleh auditor. Sedangkan aturan etika
digunakan sebagai sarana yang menjadi dasar kepercayaan masyarakat terhadap
kualitas atau mutu jasa yang diberikan oleh profesi akuntan tanpa memandang
siapa individu yang melaksanakannya. Dalam hal ini kompetensi dan
independensi merupakan bagian dari Standar Auditing dan juga termasuk dalam
Aturan Etika Akuntan Publik. Kompetensi berkaitan dengan kemampuan,
keahlian dan pengalaman dari auditor (Christiawan:2002). Sedangkan
independensi adalah sikap auditor yang jujur, bebas, tidak memihak dan tidak
mudah dipengaruhi (Christiawan:2002).
Kelangsungan usaha Kantor Akuntan Publik ditentukan oleh mutu jasa yang
diberikan oleh auditor yang dalam hal ini adalah laporan audit. Untuk
menghasilkan mutu jasa audit yang berkualitas, auditor harus berpedoman pada
Standar Auditing dan Kode Etik Profesi. Menurut Munawir (1999: 30), Standar
auditing digunakan sebagai ukuran mutu profesional (professional qualities)
auditor independen dan pertimbangan (judgement) yang digunakan dalam
pelaksanaan audit dan penyusunan laporan auditor, sedangkan bagi masyarakat
umum Standar Auditing merupakan jaminan keyakinan akan kualitas audit yang
dilakukan oleh auditor. Dalam pelaksanaan audit atas laporan keuangan oleh
akuntan publik, hasilnya bukan hanya untuk kepentingan klien tapi juga untuk
pihak ketiga yang meliputi para investor, kreditor, lembaga keuangan, pemerintah,
masyarakat dan pihak-pihak lain yang mempunyai kepentingan terhadap laporan
keuangan klien yang telah diaudit oleh akuntan publik. Adanya harapan yang
4
besar baik dari manajemen maupun pemakai laporan keuangan yang menuntut
akuntan publik untuk meningkatkan dan mengendalikan mutu audit yang
dilakukan. Kepercayaan yang besar dari pemakai laporan keuangan auditan dan
jasa yang diberikan akuntan publik akhirnya mengharuskan akuntan publik
memperhatikan kualitas audit yang dilakukannya. Adapun pertanyaan dari
masyarakat tentang kualitas audit yang dihasilkan oleh akuntan publik semakin
besar setelah terjadi banyak skandal yang melibatkan akuntan publik baik di luar
negeri maupun di dalam negeri, misalnya terdapat kasus keuangan dan manajerial
perusahaan publik yang tidak bisa terdeteksi oleh akuntan publik yang
menyebabkan perusahaan didenda oleh Bapepam (Christiawan: 2002). Dalam
kasus Raden Motor pada tahun 2009, seorang akuntan publik yang membuat
laporan keuangan perusahaan Raden Motor untuk mendapatkan pinjaman modal
senilai Rp 52 miliar dari dari BRI Cabang Jambi pada tahun 2009, diduga terlibat
kasus korupsi dalam kredit macet. Hal ini terungkap setelah pihak Kejati Jambi
mengungkap kasus dugaan korupsi tersebut. Fitri Susanti, kuasa hokum tersangka
Effendi Syam, pegawai BRI yang terlibat kasus itu, Selasa (18/5/2010)
mengatakan, setelah kliennya diperiksa dan dikonfrontir keterangannya dengan
para saksi, terungkap ada dugaan kuat keterlibatan dari Biasa Sitepu sebagai
akuntan publik dalam kasus ini. Hasil pemeriksaan dan konfrontir keterangan
tersangka dengan saksi Biasa Sitepu terungkap dalam laporan keuangan
perusahaan Raden Motor dalam mengajukan pinjaman ke BRI. Sedangkan
skandal di luar negeri, Raju, mantan pemimpin Satyam, awal tahun lalu mengakui
perbuatannya, telah memalsukan keuntungan perusahaan. Dalam surat pengakuan,
ia mengatakan telah membesar-besarkan laba perusahaan selama bertahun-tahun
5
dan meningkatkan neracanya hingga Iebih dari US$ 1 miliar. Satyam merupakan
perusahaan teknologi informasi outsourcing terbesar keempat di India. Kliennya
terdiri atas Nestle, General Electric, dan General Motors. Akibat kasus ini,
perusahaan kemudian diambil alih oleh Tech Mahindra dengan nilai US$ 600 juta
untuk kepemilikan mayoritas. Atas pengakuan itu, ia menghadapi dakwaan
konspirasi, kecurangan, hingga pemalsuan. Ia kemudian menarik kembali
pengakuannya. Namun polisi menetapkan surat itu merupakan pengakuan
penipuan yang sifatnya sukarela. Pengadilan di India mulai mengadili pendiri
perusahaan teknologi informasi Satyam, B. Ramalinga Raju, yang dituduh
melakukan penipuan terbesar dalam sejarah korporasi negara itu. Modus kasus ini
mirip skandal rekayasa laporan keuangan Enron, perusahaan raksasa listrik dan
gas asal Texas, Amerika Serikat.
Dalam konteks skandal keuangan di atas, memunculkan pertanyaan apakah
trik-trik rekayasa tersebut mampu terdeteksi oleh akuntan publik yang mengaudit
laporan keuangan tersebut atau sebenarnya telah terdeteksi namun auditor justru
ikut mengamankan praktik kejahatan tersebut. Tentu saja jika yang terjadi adalah
auditor tidak mampu mendeteksi trik rekayasa laporan keuangan, maka yang
menjadi inti permasalahannya adalah kompetensi atau keahlian auditor tersebut.
Namun jika yang terjadi justru akuntan publik ikut mengamankan praktik
rekayasa tersebut, maka inti permasalahannya adalah independensi auditor
tersebut. Terkait dengan konteks inilah, muncul pertanyaan seberapa tinggi
tingkat kompetensi dan independensi auditor saat ini dan apakah kompetensi dan
independensi auditor tersebut berpengaruh terhadap mutu jasa audit yang
dihasilkan oleh akuntan publik.
6
Mutu jasa audit ditentukan oleh dua hal yaitu kompetensi dan independensi
(Christiawan: 2002), sedangkan kualitas pemeriksaan ditentukan oleh persepsi
masyarakat atas independensi pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan.
Kompetensi dan independensi merupakan bagian dari standar auditing dan
termasuk juga di dalam etika profesional. Kompetensi berkaitan dengan
kemampuan, keahlian dan pengalaman dari auditor (Christiawan: 2002). Dalam
melaksanakan audit, akuntan publik harus bertindak sebagai seorang yang ahli
dalam bidang akuntansi dan auditing. Pencapaian keahlian sebagai auditor,
seseorang harus telah memperoleh pendidikan formal, pelatihan teknis yang
kemudian diperluas melalui pengalaman dalam praktik audit (Munawir, 1999:
32).
Pengalaman merupakan unsur profesi terpenting karena akan mempengaruhi
kemampuan auditor untuk mengetahui kekeliruan dan pelatihan yang dilakukan
akan meningkatkan keahlian dalam melakukan audit. Sedangkan independensi
adalah sikap auditor yang jujur, tidak memihak, dan tidak mudah dipengaruhi
(Christiawan: 2002). Menurut Munawir (1999: 35) independensi akuntan publik
menyangkut dua aspek yaitu independensi dalam fakta (independence in fact) dan
independensi dalam penampilan (independence in appearance). Akuntan publik
tidak dibenarkan memihak kepentingan siapapun. Auditor berkewajiban untuk
jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada
kreditur dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan atas pekerjaan akuntan
publik. Walaupun auditor dapat mempertahankan independensinya, namun
apabila pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan yakin bahwa
auditor memihak kepada auditee maka opini dari hasil audit yang telah dibuat
7
auditor tidak akan dapat dipercaya lagi. Mengingat kompleksitas pekerjaan audit
menuntut tanggung jawab yang besar, maka penting bagi auditor yang bekerja di
suatu Kantor Akuntan Publik untuk memiliki kompetensi dan independensi yang
tinggi.
Menurut Nugrahaningsih (2005) dalam Nizarul, dkk. (2007) kompetensi dan
independensi yang dimiliki auditor dalam penerapannya akan terkait dengan etika.
Seorang auditor berkewajiban untuk menjaga standar perilaku etis tertinggi
mereka kepada organisasi dimana mereka bernaung, profesi mereka, masyarakat
dan diri mereka sendiri. Kompetensi dan independensi yang dimiliki oleh auditor
inilah yang menjadi pertimbangan bagi para pihak yang membutuhkan jasa audit
untuk menggunakan jasa mereka. Penting bagi pemakai laporan keuangan untuk
memandang Kantor Akuntan Publik sebagai pihak yang independen dan
kompeten, karena akan mempengaruhi berharga atau tidaknya jasa yang telah
diberikan oleh Kantor Akuntan Publik kepada pemakai. Jika pemakai merasa
Kantor Akuntan Publik memberikan jasa yang berguna dan berharga, maka nilai
audit atau kualitas audit juga meningkat. Para pembaca laporan audit yang merasa
yakin akan kompetensi dan independensinya, maka secara tidak langsung hal ini
akan membawa pengaruh terhadap eksistensi atau kelangsungan usaha Kantor
Akuntan Publik dimana auditor tersebut bertugas (Canyaning, 2003).
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh
Canyaning (2003) dan Christiawan (2002). Perbedaan penelitian terdahulu dengan
penelitian ini yaitu penelitian terdahulu menggunakan objek penelitian Kantor
Akuntan Publik (KAP) yang berada di Malang (Canyaning) dan Surabaya
8
(Christiawan) sedangkan dalam penelitian ini menggunakan objek penelitian
Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di Yogyakarta.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kompetensi dan Independensi
Auditor terhadap Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP) di
Yogyakarta”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat diidentifikasi
masalah-masalah sebagai berikut:
1. Banyaknya skandal keuangan yang melibatkan profesi akuntan publik,
baik di luar negeri maupun di dalam negeri.
2. Persaingan yang ketat membuat Kantor Akuntan Publik harus dapat
mempertahankan eksistensi atau kelangsungan usahanya.
3. Sulitnya mempertahankan objektifitas yang dapat mempengaruhi auditor
dalam mewujudkan independensinya.
4. Sulitnya auditor dalam mempertahankan kompetensi dan independensi
dalam melaksanakan tugasnya.
C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup penelitian maka diperlukan pembatasan
masalah dalam penelitian ini. Berdasarkan uraian yang terdapat dalam latar
belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, pembatasan masalah dalam
penelitian ini mencakup Kompetensi dan Independensi Auditor yang
mempengaruhi Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP) di
Yogyakarta.
9
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang ada, maka didapatkan rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh antara Kompetensi Auditor terhadap
Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP) di Yogyakarta?
2. Apakah terdapat pengaruh antara Independensi Auditor terhadap
Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP) di Yogyakarta?
3. Apakah terdapat pengaruh antara Kompetensi dan Independensi Auditor
terhadap Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP) di
Yogyakarta?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh antara Kompetensi Auditor terhadap
Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP) di Yogyakarta.
2. Untuk mengetahui pengaruh antara Independensi Auditor terhadap
Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP) di Yogyakarta.
3. Untuk mengetahui pengaruh antara Kompetensi dan Independensi Auditor
terhadap Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP) di
Yogyakarta.
10
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat teoristis
a) Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dalam pengembangan ilmu akuntansi khususnya dalam
bidang audit.
b) Bagi para peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai tambahan referensi dalam penelitian berikutnya.
2. Manfaat Praktis
a) Bagi Kantor Akuntan Publik, hasil dari penelitian ini dapat
digunakan sebagai saran yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan
dalam praktik Akuntan Publik.
b) Bagi penulis, dari penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan wawasan penulis tentang auditing ke dalam kondisi
yang nyata.
10
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP)
1. Pengertian Kelangsungan Usaha
Going concern adalah suatu asumsi akuntansi bahwa perusahaan akan
berjalan terus sampai pada masa yang tak dapat ditetapkan, atau cukup lama
untuk melaksanakan rencananya (Sujana Ismaya, 2006). Dengan adanya going
concern maka suatu entitas dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan
usahanya dalam jangka panjang, tidak akan dilikuidasi dalam jangka waktu
pendek. Laporan audit dengan modifikasi mengenai going concern merupakan
suatu indikasi bahwa dalam penilaian auditor terdapat risiko auditee tidak
dapat bertahan dalam bisnis. Dari sudut pandang auditor, keputusan tersebut
melibatkan beberapa tahap analisis. Auditor harus mempertimbangkan hasil
dari operasi, kondisi ekonomi yang mempengaruhi perusahaan, kemampuan
membayar hutang, dan kebutuhan likuiditas di masa yang akan datang.
Selain melakukan pendekatan secara komprehensif dan menyusun
kebijakan dan prosedur yang sesuai, profesi akuntan melalui Ikatan Akuntan
Indonsesia telah menerbitkan PSAK dan SPAP baru. Hal ini dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan pedoman pelaksanaan pengauditan dalam praktek audit
yang makin kompleks.
11
a. PSAK (Indonesian GAAP)
Mengantisipasi perubahan- perubahan yang terjadi selama krisis, pihak
pembuat regulasi dalam hal ini Ikatan Akuntan Indonesia merespon dengan
mengeluarkan sejumlah PSAK baru diantaranya :
1) PSAK 46 = International Accounting Standard (IAS) 12
Akuntansi untuk pajak pendapatan yang ditangguhkan (deffered
income tax accounting) yang berlaku mulai Januari 1999 untuk
perusahaan yang go public dan Januari 2001 untuk perusahaan yang
belum go public. PSAK ini muncul karena kebutuhan untuk
mempertanggungjawabkan konsekuensi pajak pada periode berjalan
dan periode mendatang untuk pemulihan nilai aktiva yang diakui pada
neraca perusahaan atau pelunasan nilai tercatat kewajiban yang diakui
pada neraca perusahaan.
2) PSAK 48 = IAS 36
Impairment of Assets yang berlaku Januari 2000. PSAK ini mengatur
perlakuan akuntansi aktiva yang turun nilainya dan konsekuensi
penurunan nilai tersebut.
3) PSAK 55 = Statement of Financial Accounting Standarts (SFAS) 133
Akuntansi untuk derivative dan hedging (lindung nilai). Pernyataan ini
memperlakukan akuntansi untuk instrument derivative, termasuk
instrument derivative tertentu yang melekat pada perjanjian lainnya
dan aktivitas lindung nilai
4) PSAK 52 yang dalam hal tertentu sama dengan SFAS 52
PSAK ini mengatur mengenai mata uang yang digunakan oleh
perusahaan-perusahaan yang menggunakan mata uang selain rupiah
sebagai mata uang pelaporan, dimana hal ini dimungkinkan untuk
dilakukan mengingat nilai rupiah sangat fluktuatif.
5) PSAK 54 = SFAS 15
Akuntansi untuk restrukturasi hutang dan piutang bermasalah, bagi
bagi debitur maupun kreditur.
6) PSAK 51
Akuntansi untuk kuasi-reorganisasi. Pernyataan ini mengatur tentang
pelaksanaan prosedur akuntansi yang mengatur perusahaan yang
merekstrukturisasi ekuitasnya dengan menghilangkan defisit dan
menilai kembali seluruh aktiva dan kewajibannya tanpa melalui
reorganisasi secara hukum.
12
b. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) / Indonesian GAAS
Selain PSAK, standar untuk melakukan pengauditan juga makin
dikembangkan melalui perubahan yang terjadi sebagaimana dipaparkan
didepan.
Peraturan-peraturan baru yang muncul diantaranya bertkaitan dngan :
1) Audit untuk Partai Politik (disyaratkan oleh UU No. 3 tahun 1999)
yang harus dilaporkan kepada Komisi Pemilihan Umum
2) Sanksi kepada auditor yang memberikan opini yang tidak sesuai
3) Dampak Keputusan Bapepam No. 49 tentang penangguhan kerugian
nilai tukar terhadap opini audit (IPSA 29.04) Januari 1999.
4) Usulan standar atestasi yang kurang lebih sama dengan yang ada pada
Statement on Auditing Standarts (SAS) Amerika.
5) Pertimbangan auditor terhadap memburuknya kondisi ekonomi (IPSA
30.01), Maret 1998 dibuat.
Bagi perusahaan yang terkena dampak memburuk kondisi ekonomi dan
dampak yang mempengaruhi kelangsungan hidupnya, perusahaan perlu
menyusun rencana-rencana manajemen. Rencana-rencana tersebut
menggambarkan tindakan-tindakan apa yang dilakukan oleh manajemen untuk
mengatasi masalah going concern. Rencana-rencana yang dibuat oleh
manajemen tersebut menjadi dasar bagi auditor untuk melakukan penilaian
selanjutnya. Evaluasi yang mendalam atas rencana manajemen harus
dilakukan untuk memberikan penilaian atas kelayakan rencana-rencana yang
dibuat.
Setelah melakukan evaluasi secara kritis kritis terhadap rencana-rencana
manajemen, jika auditor menyimpulkan bahwa masih terdapat keragu-raguan
yang besar tentang apa yang akan terjadi ke depan auditor harus men
‘disclose’ peristiwa dan situasi yang menurut auditor sangat mendasar dalam
13
catatan atas laporan keuangan. Selain itu auditor juga harus menambahkan
satu paragraf tambahan yang menekankan pada masalah yang menjadi
concern auditor. Perusahaan yang mengalami masalah going concern tetapi
tidak menyusun rencana manajemen dapat diberikan opini going concern
qualification. Jika terdapat keragu-raguan yang besar, auditor dapat
memberikan opini disclaimer.
Going concern dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan
sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal berlawanan
(contrary information). Biasanya informasi yang secara signifikan dianggap
berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup satuan usaha adalah
berhubungan dengan ketidakmampuan satuan usaha dalam memenuhi
kewajiban pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar
aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan
operasi yang dipaksakan dari luar dan kegiatan serupa yang lain.
Going concern adalah salah satu konsep yang paling penting yang
mendasari pelaporan keuangan (Gray & Manson, 2000). Kelayakan dari
persiapan laporan keuangan menggunakan dasar going concern merupakan
tanggung jawab utama director dan tanggung jawab auditor untuk
meyakinkan dirinya bahwa penggunaan dasar going concern oleh perusahaan
adalah layak dan diungkapkan secara memadai dalam laporan keuangan
(Setiawan, 2006). Menurut Altman dan McGough (1974) masalah going
concern terbagi dua, yaitu masalah keuangan yang meliputi kekurangan
(defisiensi) likuiditas, defisiensi ekuitas, penunggakan utang, kesulitan
memperoleh dana, serta masalah operasi yang meliputi kerugian operasi yang
14
terus-menerus, prospek pendapatan yang meragukan, kemampuan operasi
terancam, dan pengendalian yang lemah atas operasi.
2. Kantor Akuntan Publik (KAP)
Untuk menjalani profesi akuntan publik, seseorang harus memiliki register
akuntan yang dikeluarkan oleh Departemen Keuangan RI sebagaimana diatur
pada pasal 3 ayat 4 Undang-undang No. 34 tahun 1954 tentang Pemakaian
Gelar Akuntan. Nomor Register Akuntan hanya dapat diberikan oleh
Departemen Keuangan RI kepada:
a. Lulusan Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Universitas Negeri
yang telah mendapat persetujuan dari Dirjen Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
b. Orang yang lulus mengikuti Ujian Negara Akuntansi (UNA) yang
diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Ujian
ini diperuntukkan bagi lulusan dari jurusan Akuntansi pada Perguruan
Tinggi Swasta (Fakultas Ekonomi dan STIE) dan lulusan Fakultas
Ekonomi Negeri yang belum mendapat persetujuan Dirjen Pendidikan
Tinggi untuk dibebaskan dari UNA (Abdul Halim, 2003: 13).
Untuk melaksanakan tugasnya, seorang akuntan publik bekerja pada
kantor akuntan publik. Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah lembaga yang
memiliki izin dari Menteri Keuangan sebagai wadah bagi Akuntan Publik
dalam menjalankan pekerjaannya. Menurut pasal 6 SK. Menkeu No. 43/ 1997,
izin untuk membuka Kantor Akuntan Publik (KAP) akan diberikan apabila
pemohon memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Badan usaha KAP dapat berbentuk:
1) Perseorangan – hanya dapat didirikan dan dijalankan oleh seorang akuntan
publik yang juga sekaligus bertindak sebagai pimpinan.
2) Persekutuan perdata atau persekutuan firma – hanya dapat didirikan oleh
paling sedikit 2 orang akuntan publik dan/atau 75% dari seluruh sekutu
adalah akuntan publik. Masing-masing sekutu disebut Rekan (Partner)
dan salah seorang sekutu bertindak sebagai Pemimpin Rekan.
15
Izin usaha KAP dikeluarkan oleh Menteri Keuangan. KAP berbentuk
badan usaha perseorangan yang mengajukan permohonan untuk mendapatkan
izin usaha KAP harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Memiliki izin akuntan publik.
2) Menjadi anggota IAPI.
3) Mempunyai paling sedikit 3 orang auditor tetap dengan tingkat pendidikan
formal bidang akuntansi yang paling rendah berijazah setara Diploma III
dan paling sedikit 1 orang diantaranya memiliki register negara untuk
akuntan.
4) Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
5) Memiliki rancangan Sistem Pengendalian Mutu (SPM) KAP yang
memenuhi Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dan paling kurang
mencakup aspek kebijakan atas seluruh unsur pengendalian mutu.
6) Domisili Pemimpin KAP sama dengan domisili KAP.
7) Memiliki bukti kepemilikan atau sewa kantor, dan denah kantor yang
menunjukkan kantor terisolasi dari kegiatan lain.
8) Membuat Surat Permohonan, melengkapi formulir Permohonan Izin
Usaha Kantor Akuntan Publik, dan membuat surat pernyataan bermeterai
cukup yang menyatakan bahwa data persyaratan yang disampaikan adalah
benar.
Untuk KAP berbentuk badan usaha persekutuan, selain persyaratan-
persyaratan di atas, juga harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Memiliki NPWP KAP.
2) Memiliki perjanjian kerja sama yang disahkan oleh notaris.
3) Memiliki surat izin akuntan publik bagi Pemimpin Rekan dan Rekan yang
akuntan publik.
4) Memiliki tanda keanggotaan IAPI yang masih berlaku bagi Pemimpin
Rekan dan Rekan yang akuntan publik.
5) Memiliki surat persetujuan dari seluruh Rekan KAP mengenai penunjukan
salah satu Rekan menjadi Pemimpin Rekan.
6) Memiliki bukti domisili Pemimpin Rekan dan Rekan KAP.
16
KAP berbentuk badan usaha persekutuan dapat membuka Cabang KAP di
seluruh wilayah Indonesia dengan izin dari Menteri Keuangan.
KAP berbentuk badan usaha perseorangan menggunakan nama akuntan
publik yang bersangkutan. Untuk KAP berbentuk badan usaha persekutuan,
menggunakan nama seorang atau lebih Rekan akuntan publik dan ada
penambahan kata “& Rekan” di belakangnya apabila jumlah akuntan publik
pada KAP tersebut lebih banyak dari jumlah akuntan publik yang namanya
tercantum sebagai nama KAP. Nama KAP dilarang menggunakan singkatan
atau penggalan nama.
KAP dapat melakukan kerjasama dengan KAP atau organisasi audit asing.
KAP dapat mencantumkan nama KAP atau organisasi audit asing tersebut
pada dokumennya setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan. Penulisan
huruf nama KAP atau organisasi audit tidak boleh melebihi besarnya huruf
nama KAP.
Gambar 1. Hirarki Kantor Akuntan Publik
Sumber: Abdul Halim (2003: 17)
PARTNER
MANAJER
AKUNTAN SENIOR
AKUNTAN YUNIOR
17
Hirarki staf organisasi KAP pada umumnya seperti yang digambarkan
sebagai berikut :
a. Partner, merupakan top legal client relationship, yang bertugas
mereview (menelaah) pekerjaan audit, menandatangani laporan audit,
menyetujui masalah fee dan penagihannya, dan penanggungjawab atas
segala hal yang berkaitan dengan pekerjaan audit.
b. Manajer, merupakan staf yang banyak berhubungan dengan klien,
mengawasi langsung pelaksanaan tugas-tugas audit, me-review lebih
rinci terhadap pekerjaan audit, dan melakukan penagihan atas fee audit.
c. Akuntan senior, merupakan staf yang bertanggung jawab langsung
terhadap perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan audit, dan me-review
pekerjaan para akuntan yunior di bawahnya.
d. Akuntan yunior, merupakan staf pelaksana langsung dan bertanggung
jawab atas pekerjaan lapangan.
Selain itu akuntan publik juga harus berpedoman pada Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI),
dalam hal ini adalah standar auditing. Standar auditing terdiri dari standar
umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan SPAP (SA Seksi 150.
02):
1) Standar Umum
a) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
b) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi
dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
c) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan
seksama.
2) Standar Pekerjaan Lapangan
a) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya.
b) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menetukan sifat, saat, dan lingkup
pengujian yang akan dilakukan.
c) Bukti audit kompeten yang cukup harus dapat diperoleh melalui
inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai
dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan
keuangan auditan.
18
3) Standar Pelaporan
a) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
b) Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan jika ada
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan
laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan
prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
c) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor
d) Laporan auditor harus memuat pernyataan pendapat mengenai
laporan keuangan secara keseluruhan atas suatu asersi bahwa
pernyataan demikian tidak dapat diberikan.
Sebagai upaya untuk menjaga mutu audit, organisasi profesi mewajibkan
setiap KAP untuk memiliki suatu sistem pengendalian mutu dalam memenuhi
tanggung jawabnya terhadap klien, masyarakat umum dan pemerintah. Dalam
SPAP (SPM Seksi 100. 03) dijelaskan bahwa sistem pengendalian mutu KAP
mencakup struktur organisasi, kebijakan dan prosedur yang ditetapkan KAP
untuk memberikan keyakinan memadai tentang kesesuaian perikatan
professional dengan SPAP. Sistem pengendalian mutu harus komperhensif dan
harus dirancang selaras dengan struktur organisasi, kebijakan, dan sifat praktik
KAP. Kemudian untuk menjaga kredibilitas auditor, Ikatan Akuntan Indonesia
mengeluarkan Standar Profesional Akuntan Publik dan Kode Etik Akuntan.
3. Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP)
Kantor Akuntan Publik (KAP) pada umumnya menawarkan beberapa tipe
jasa tergantung pada kapasitas dan kebutuhan kliennya. Pendapat Arens dan
Loebecke (1991 : 13) menyatakan ada 4 kategori jasa yang disediakan oleh
Kantor Akuntan Publik (KAP) :
19
1) Kegiatan Pembuktian / pengujian (attestation service)
Kegiatan pembuktian / pengujian meliputi semua kegiatan Kantor
Akuntan Publik dimana diterbitkan suatu laporan tertulis yang menyatakan
kesimpulan atas keandalan dari pernyataan tertulis yang merupakan
tanggung jawab pihak. Ada tiga jenis pembuktian :
(a) Audit Laporan Keuangan historis
(b) Review Laporan Keuangan Historis
(c) Jasa Atestasi lainnya
2) Jasa Akuntansi serta administrasi pembukuan
Jasa Kantor Akuntan Publik dalam membantu kliennya untuk
menyiapkan jurnal dan buku besar dalam beberapa kasus laporan
keuangan tersebut diserahkan kepada pihak ke-3. Untuk jasa tersebut
disertai juga dengan review / bahkan audit ( compilation report) dalam
beberapa laporan tersebut Kantor Akuntan Publik tidak menyediakan
assurance.
3) Penyuluhan pajak
Kantor Akuntan Publik menyusun surat pemberitahuan pajak dari
perusahaan dan persorangan baik yang merupakan kliennya maupun yang
bukan.
4) Konsultasi manajemen
Jasa Kantor Akuntan Publik dalam menyediakan rekomendasi kepada
manajemen bagaimana menjalankan perannya secara efektif misalnya
pemberian saran sederhana mengenai pembenahan sistem akuntansi
menyusun strategi pemasaran, memanfaatkan instalasi komputer yang ada
dengan sebaik-baiknya dan konsultasi asuransi.
Kepercayaan publik (public trust) merupakan sesuatu yang membuat
akuntan publik tetap bertahan dalam kelangsungan usahanya, peran sosial
Akuntan Publik dalam masyarakat adalah menyediakan suatu keyakinan memadai
(reasonable assurance) bahwa asersi yang dibuat manajemen telah sesuai dengan
Prinsip Akuntansi Berlaku Umum (PABU) dan bebas dari salah saji materiil baik
yang disebabkan oleh kesalahan ataupun kecurangan. Kantor Akuntan Publik
dapat terus bertahan di dalam bisnis dikarenakan oleh mutu jasa audit yang
dihasilkan dapat memuaskan publik, yang di dalamnya meliputi profesionalisme,
independensi, kredibilitas, dan kualitas audit (Canyaning, 2003).
Sikap profesionalisme Kantor Akuntan Publik merupakan suatu mentalitas
professional yang menemukan kompetensi, tingkah laku dan komitmen sebagai
20
Kantor Akuntan Publik. Apabila gagal mempertahankan sikap profesionalisme
maka Kantor Akuntan Publik tersebut akan kehilangan kepercayaan publik.
Sedangkan Kepercayaan publik merupakan salah satu nilai yang membuat Kantor
Akuntan Publik tersebut bertahan. Kehilangan kepercayaan publik karena mutu
jasa audit yang dihasilkan kurang memuaskan maka akan mempengaruhi
kelangsungan usaha Kantor Akuntan Publik tersebut, maka untuk
mempertahankan mutu jasa audit yang berkualitas, Kantor Akuntan Publik harus
dapat meningkatkan sikap profesionalisme auditor-auditor di dalamnya, dan
kualitas auditnya (Canyaning, 2003).
B. Kompetensi Auditor
Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang
berhubungan dengan pekerjaan, serta kemampuan yang dibutuhkan untuk
pekerjaan-pekerjaan non-rutin. Dalam Kamus Besar Indonesia, kompetensi
diartikan sebagai kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan
sesuatu). Surat Keputusan Mendiknas nomor 045/U/2002. tentang Kurikulum Inti
Perguruan Tinggi mengemukakan “Kompetensi adalah seperangkat tindakan
cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk
dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang
pekerjaan tertentu”. Association K.U. Leuven mendefinisikan bahwa pengertian
kompetensi adalah peingintegrasian dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap
yang memungkinkan untuk melaksanakan satu cara efektif.
Dari definisi di atas kompetensi dapat digambarkan sebagai kemampuan untuk
melaksanakan satu tugas, peran atau tugas, kemampuan mengintegrasikan
pengetahuan, ketrampilan-ketrampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai pribadi, dan
21
kemampuan untuk membangun pengetahuan dan keterampilan yang didasarkan
pada pengalaman dan pembelajaran yang dilakukan. Susanto (2000) dalam
Nizarul, dkk. (2007) menyatakan bahwa definisi tentang kompetensi yang sering
dipakai adalah karakteristik-karakteristik yang mendasari individu untuk
mencapai kinerja superior. Untuk melakukan tugas pengauditan, auditor
memerlukan pengetahuan pengauditan (umum dan khusus) dan pengetahuan
mengenai bidang pengauditan, akuntansi dan industri klien. Lee dan Stone (1995)
dalam Eunike (2007) mendefinisikan kompetensi sebagai keahlian yang cukup
yang secara eksplisit dapat digunakan untuk melakukan audit secara objektif.
Sedangkan menurut Christiawan (2005) kompetensi berkaitan dengan pendidikan
dan pengalaman yang memadai dalam bidang akuntansi dan pemeriksaan atau
audit. Sementara itu, Abdul Halim (2003: 49) mengemukakan bahwa kompetensi
ditentukan oleh tiga faktor, yaitu: Pendidikan formal dalam bidang akuntansi di
suatu perguruan tinggi termasuk ujian profesi auditor, pelatihan yang bersifat
praktis dan pengalaman dalam bidang auditing, dan pendidikan profesional yang
berkelanjutan selama menekuni karir auditor profesional.
1. Tingkat Pendidikan Auditor
Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Anggota
seyogyanya tidak menggambarkan dirinya memilki keahlian atau pengalaman
yang tidak mereka punya. Dalam semua penugasan dan dalam semua tanggung
jawabnya, setiap anggota harus melakukan upaya untuk mencapai tingkatan
kompetensi yang akan meyakinkan bahwa kualitas jasa yang diberikan memenuhi
tingkatan profesionalisme tinggi seperti disyaratkan pada Prinsip Etika.
Kompetensi profesional dapat dibagi menjadi 2 (dua) fase yang terpisah:
22
a) Pencapaian Kompetensi Profesional
Pencapaian kompetensi profesional pada awalnya memerlukan standar
pendidikan umum yang tinggi, diikuti oleh pendidikan khusus, pelatihan
dan ujian professional dalam subyek-subyek yang relevan, dan
pengalaman kerja. Hal ini harus menjadi pola pengembangan yang normal
untuk anggota.
b) Pemeliharaan Kompetensi Profesional
(1) Kompetensi harus dipelihara dan dijaga melalui komitmen untuk
belajar dan melakukan peningkatan profesional secara
berkesinambungan selama kehidupan profesional anggota.
(2) Pemeliharaan kompetensi profesional memerlukankesadaran untuk
terus mengikuti perkembangan profesi akuntansi, termasuk di
antaranya pernyataan-pernyataan akuntansi, auditing dan peraturan
lainnya, baik nasional maupun internasional yang relevan.
(3) Anggota harus menerapkan suatu program yang dirancang untuk
memastikan terdapatnya kendali mutu atas pelaksanaan jasa
profesional yang konsisten dengan standar nasional dan internasional.
(http://www.iaiglobal.or.id/tentang_iai.php.htm)
2. Pelatihan dan Pengalaman Auditor
Audit menuntut keahlian dan profesionalisme yang tinggi. Keahlian tersebut
tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan formal tetapi banyak faktor lain yang
mempengaruhi antara lain adalah pengalaman. Menurut Tubbs (1992) dalam
Mayangsari (2003) auditor yang berpengalaman memiliki keunggulan dalam hal:
mendeteksi kesalahan, memahami kesalahan secara akurat, dan mencari penyebab
kesalahan. Kompetensi seorang auditor dapat diukur melalui banyaknya ijazah
atau sertifikat yang dimiliki serta banyaknya keikutsertaan yang bersangkutan
dalam pelatihan-pelatihan, seminar. Semakin banyak sertifikat yang dimiliki dan
semakin sering mengikuti pelatihan atau seminar diharapkan auditor yang
bersangkutan akan semakin cakap dalam melaksanakan tugasnya. Pemeriksaan
23
atau audit harus dilaksanakan oleh seorang atau beberapa orang akuntan publik
yang memiliki keahlian dalam bidangnya dan telah menjalani latihan teknis yang
cukup. Pencapaian keahlian dimulai dengan pendidikan formal, yang selanjutnya
diperluas melalui pengalaman dalam praktik audit. Selain itu, akuntan publik
harus menjalani pelatihan teknis yang cukup. Pelatihan ini harus secara memadai
mencakup aspek teknis maupun pendidikan umum SPAP (SA Seksi 210. 03).
Seorang auditor juga harus selalu mengikuti perkembangan yang terjadi dalam
dunia bisnis dan lingkungan profesinya. Dengan adanya pendidikan, pelatihan,
dan pengalaman, auditor mempunyai kemampuan untuk menilai secara objektif
dan dapat menggunakan pertimbangannya tanpa memihak.
Seorang auditor harus cukup mampu untuk memahami kriteria-kriteria yang
digunakan dan kompeten untuk mengetahui dengan pasti jenis dan jumlah fakta
yang dibutuhkan, agar pada akhir pemeriksaan dia dapat menarik kesimpulan
yang tepat (Alvin A. Arens dan James K. Loebbecke, 1995: 2). Menurut Libby
(1995) dalam Ramaraya (2005) berbagai penelitian auditing menunjukkan bahwa
semakin berpengalaman seorang auditor semakin mampu dia menghasilkan
kinerja yang lebih baik dalam tugas-tugas yang semakin kompleks. Dengan
demikian maka kompleksitas tugas yang dihadapi oleh seorang auditor akan
menambah pengalaman serta pengetahuannya. Pendapat ini didukung oleh
Abdolmohammadi dan Wright (1987) dalam Herliansyah (2006) yang
menunjukkan bahwa auditor yang tidak berpengalaman mempunyai tingkat
kesalahan yang lebih signifikan dibandingkan dengan auditor yang lebih
berpengalaman. Pemakai laporan keuangan auditan juga akan meragukan
kewajaran laporan keuangan yang diterimanya jika diketahui bahwa akuntan yang
24
melakukan audit ternyata tidak memiliki kompetensi dalam bidangnya. Tidak
adanya kompetensi akan menyebabkan laporan keuangan auditan yang disajikan
salah dan prosedur audit yang diterapkan akuntan publik tidak mampu mendeteksi
adanya salah saji material.
Pengalaman audit adalah pengalaman auditor dalam melakukan audit laporan
keuangan baik dari segi lamanya waktu maupun banyaknya penugasan yang
pernah ditangani. Penelitian yang dilakukan oleh Libby and Frederick (1990)
dalam Ida Suraida (2005) menemukan bahwa semakin banyak pengalaman
auditor semakin dapat menghasilkan berbagai macam dugaan dalam menjelaskan
temuan audit. Mereka juga lebih mampu memberi penjelasan yang masuk akal
atas kesalahan dalam laporan keuangan. Selain itu mereka dapat
mengelompokkan kesalahan berdasarkan tujuan audit dan struktur dari sistem
akuntansi yang mendasari.
Untuk melakukan tugas pengauditan, auditor memerlukan pengetahuan
pengauditan (umum dan khusus) dan pengetahuan mengenai bidang pengauditan,
akuntansi dan industri klien. Secara umum ada lima jenis pengetahuan yang harus
dimiliki auditor yaitu pengetahuan umum, area fungsional, isu akuntansi, industri
khusus, dan pengetahuan bisnis umum serta penyelesaian masalah (Eunike: 2007).
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi
merupakan keahlian profesional yang dimiliki oleh auditor sebagai hasil dari
pendidikan formal, ujian profesional maupun keikutsertaan dalam pelatihan,
seminar, simposium dan lain-lain seperti :
a) USAP (Ujian Sertifikat Akuntan Publik).
b) PPB (Pendidikan Profesi Berkelanjutan).
25
c) Pelatihan-pelatihan intern dan ekstern.
d) Keikutsertaan dalam seminar, simposium dan lain-lain.
Dengan dikuasainya kompetensi tersebut oleh seseorang, maka yang
bersangkutan akan mampu:
a) Mengerjakan suatu tugas atau pekerjaan akuntansi.
b) Mengorganisasikan agar pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan.
c) Menentukan langkah apa yang harus dilakukan pada saat terjadi
sesuatu yang berbeda dengan rencana semula.
d) Menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk memecahkan
masalah atau melaksanakan tugas dengan kondisi yang berbeda.
Menurut Herawaty (2008) gambaran seseorang yang profesional dalam
profesi dicerminkan dalam lima dimensi profesionalisme, yaitu:
a) Pengabdian pada profesi dicerminkan dari dedikasi dengan
menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki serta
keteguhan untuk tetap melaksanakan pekerjaan meskipun imbalan
ekstrinsik kurang. Sikap ini adalah ekspresi dari pencurahan diri
yang total terhadap pekerjaan.
b) Kewajiban sosial adalah suatu pandangan tentang pentingnya
peranan profesi serta manfaat yang diperoleh baik masyarakat
maupun kalangan profesional lainnya karena adanya pekerjaan
tersebut.
c) Kemandirian dimaksudkan sebagai suatu pandangan bahwa
seorang yang profesional harus mampu membuat keputusan sendiri
tanpa tekanan dari pihak lain (pemerintah, klien dan mereka yang
bukan anggota profesi). Setiap ada campur tangan dari luar
dianggap sebagai hambatan kemandirian secara profesional.
d) Keyakinan terhadap profesi adalah suatu keyakinan bahwa yang
paling berwenang menilai apakah suatu pekerjaan yang dilakukan
profesional atau tidak adalah rekan sesame profesi, bukan pihak
luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan
pekerjaan tersebut.
e) Hubungan dengan sesama profesi adalah dengan menggunakan
ikatan profesi sebagai acuan, termasuk di dalamnya organisasi
formal dan kelompok kolega informal sebagai ide utama dalam
melaksanakan pekerjaan.
26
C. Independensi Auditor
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010, 41-42) Independen artinya tidak mudah
dipengaruhi, karena auditor melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan
umum. Auditor tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun. Untuk
memenuhi pertanggungjawaban profesionalnya, akuntan publik harus bersikap
independen karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum.
Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam
mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak
memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan
pendapatnya. Independensi menghindarkan diri dari hubungan yang bisa
merusak objektifitas seorang auditor dalam melakukan jasa atestasi.
Independensi merupakan sikap pikiran seseorang yang dicirikan oleh
pendekatan integritas dan objektivitas tugas profesionalnya terlepas dari
kepentingan pribadi yang melekat pada fakta yang dihadapinya. Begitu banyak
pihak yang menggantungkan kepercayaan para pemakai laporan keuangan
terhadap kelayakan laporan keuangan berdasarkan laporan auditor karena
mereka ingin mendapatkan suatu pandangan yang tidak memihak. Menurut
Haryono Jusup (2001: 101) sikap mental independen auditor harus meliputi
independen dalam fakta (independence in fact) dan independen dalam
penampilan (independence in appearance). Independen dalam fakta adalah
kemampuan auditor untuk bersikap bebas, jujur, dan objektif dalam
melakukan penugasan audit. Independen dalam fakta ini merupakan
independen dalam diri auditor. Sedangkan independen dalam penampilan adalah
independen dipandang dari pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
27
perusahaan yang diaudit yang mengetahui hubungan antara auditor dengan
kliennya. Independensi penampilan berhubungan dengan persepsi masyarakat
terhadap independensi akuntan publik. Independensi sikap mental sulit
diketahui oleh masyarakat karena masyarakat lebih cenderung menilai
independensi penampilan akuntan publik daripada independensi sikap mental.
Sikap auditor yang independen akan sangat mempengaruhi kepercayaan
masyarakat umum dan hal ini sangat penting bagi perkembangan profesi
akuntan publik. Ada enam faktor yang mempengaruhi independensi menurut
persepsi akuntan pemeriksa dan pihak-pihak yang menggunakan jasa-jasanya,
yaitu:
1. Kepentingan keuangan dalam perusahaan klien dan hubungan bisnis
dengan para kliennya.
2. Persaingan dalam menyediakan jasa audit diantara KAP.
3. Jasa non audit yang diberikan oleh kantor akuntan.
4. Hubungan audit yang lama antara suatu kantor akuntan dengan klien
tertentu.
5. Ukuran KAP.
6. Besarnya “fee” audit (Supriyono, 1988).
Lebih lanjut Munawir (1999: 35) menyatakan bahwa berdasarkan ketentuan
Bursa Efek, auditor akan dianggap tidak independen jika:
1. Kantor akuntan yang bersangkutan atau salah satu pegawainya menjadi
pimpinan/ direktur perusahaan klien.
2. Kantor akuntan yang bersangkutan atau salah satu pegawainya melakukan
pekerjaan akuntansi klien, termasuk pembuatan jurnal, pencatatan dalam
buku besar, jurnal penutup dan penyusunan laporan keuangan.
3. Kantor akuntan dengan klien saling melakukan peminjaman pribadi
(kepentingan keuangan) dalam jumlah materiil ditinjau dari jumlah
kekayaan auditor yang bersangkutan.
Independensi merupakan salah satu karakter yang sangat penting bagi
profesi akuntan publik dalam melaksanakan pemeriksaan (auditing) terhadap
kliennya. Akuntan publik harus memenuhi kewajiban profesionalnya untuk
28
bersikap independen meskipun hal ini berarti bertentangan atau mengingkari
kehendak kliennya dan berakibat akuntan publik tersebut tidak digunakan lagi
oleh kliennya. Masyarakat menilai independensi akuntan publik biasanya tidak
hanya secara individu tetapi dari segi profesi akuntan publik secara keseluruhan.
Kepercayaan masyarakat akan menurun, jika terdapat bukti bahwa
independensi sikap auditor ternyata berkurang dalam menilai kewajaran
laporan keuangan yang disajikan manajemen. Kecurigaan tersebut dapat
berakibat hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan publik
khususnya dalam pemberian jasa pemeriksaan akuntansi.
Profesi akuntan publik telah menetapkan dalam Kode Etik Akuntan Indonesia
(KEAI) agar anggota profesi menjaga dirinya dari kehilangan persepsi
independensi dari masyarakat. Sepanjang persepsi independensi ini
dimasukkan ke dalam aturan etika, maka hal ini akan mengikat auditor untuk
menurut pada ketentuan profesi. Independensi merupakan dasar bagi akuntan
publik untuk merumuskan dan menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang
diperiksa. Apabila akuntan publik tetap memelihara independensi selama
melaksanakan pemeriksaan, maka laporan keuangan yang telah diperiksa
tersebut bertambah kredibilitasnya dan dapat diandalkan bagi pihak yang
berkepentingan. Banyak pihak yang menggantungkan kepercayan terhadap
kelayakan laporan keuangan berdasarkan laporan auditor, karena harapan pemakai
laporan untuk mendapatkan suatu pandangan yang tidak memihak.
Agar dipercaya masyarakat atas independensinya bagi kepentingan
perkembangan profesi akuntan publik, auditor harus bebas dari setiap kewajiban
klien, tidak mempunyai suatu kepentingan dengan klien. Auditor independen
29
tidak hanya berkewajiban mempertahankan fakta bahwa ia independen, namun
auditor harus pula menghindari keadaan yang dapat menyebabkan pihak luar
meragukan sikap independensinya. Bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis
auditor jika auditor memihak salah satu kepentingan maka dia tidak bisa
mempertahankan kebebasan pendapatnya, ia kehilangan sikap tidak memihak,
berarti auditor tidak memiliki sikap mental independen.
Independensi secara intrinsik merupakan masalah mutu pribadi, bukan
merupakan suatu aturan yang dirumuskan untuk dapat diuji secara obyektif.
Sepanjang persepsi independensi dimasukkan ke dalam aturan etika, hal ini akan
mengikat auditor independen menurut ketentuan profesi. Untuk menekankan
independensi auditor dari manajemen, penunjukan auditor di banyak perusahaan
dilaksanakan oleh dewan komisaris, rapat umum pemegang saham atau komite
audit.
Kode Etik Akuntan Publik menyebutkan bahwa independensi adalah sikap
yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan
pribadi dalam melaksanakan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip
integritas dan objektivitas. Carey dalam Mautz (1993:205) mendefinisikan
independensi akuntan publik dari segi integritas dan hubungannya dengan
pendapat akuntan atas laporan keuangan. Independensi meliputi:
1. Kepercayaan terhadap diri sendiri yang terdapat pada beberapa orang
profesional. Hal ini merupakan bagian integritas profesional.
2. Merupakan istilah penting yang mempunyai arti khusus dalam
hubungannya dengan pendapat akuntan publik atas laporan keuangan.
Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak
dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain.
Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam
mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif tidak
30
memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan
pendapatnya. Independensi akuntan publik merupakan dasar utama
kepercayaan masyarakat pada profesi akuntan publik dan merupakan salah
satu faktor yang sangat penting untuk menilai mutu jasa audit.
Definisi independensi dalam The CPA Handbook menurut E.B. Wilcox dalam
Mautz dan Sharaf (1993) adalah merupakan suatu standar auditing yang penting
karena opini akuntan independen bertujuan untuk menambah kredibilitas laporan
keuangan yang disajikan oleh manajemen. Jika akuntan tersebut tidak independen
terhadap kliennya, maka opininya tidak akan memberikan tambahan apapun
(Mautz dan Sharaf, 1993:246). Kode Etik Akuntan tahun 1994 menyebutkan
bahwa independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik
untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya, yang
bertentangan dengan prinsip integritas dan obyektivitas. Oleh karena itu
dibutuhkan upaya pemeliharaan independensi. Upaya dapat berupa persyaratan
atau dorongan lain, hal-hal tersebut antara lain :
1. Kewajiban hukum, adanya sanksi hukum bagi auditor yang tidak
independen.
2. Standar auditing yang berlaku umum, sebagai pedoman yang
mengharuskan auditor mempertahankan sikap independen, untuk semua
hal yang berkaitan dengan penugasan.
D. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian dari Canyaning (2003)
Penelitian ini mengambil judul : “Pengaruh Kompetensi dan Independensi
terhadap Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP) di Malang”. Dari
penelitian tersebut dihasilkan bahwa secara umum KAP di Malang cukup
kompeten dan independensi KAP di Malang juga cukup baik. Secara bersama-
sama variabel Kompetensi dan Independensi berpengaruh terhadap Kelangsungan
31
Usaha KAP di Malang. Akan tetapi secara parsial diantara variabel yang diteliti
ternyata variabel Kompetensi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
Kelangsungan Usaha. Hal ini berarti bahwa Kompetensi dijadikan pertimbangan
klien dalam memakai jasa suatu KAP. Sedangkan variabel Independensi tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan dengan Kelangsungan Usaha. Dengan kata
lain dalam menggunakan jasa suatu KAP, klien tidak memperhatikan apakah KAP
tersebut Independen ataupun tidak.
Persamaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu yaitu sama-sama
menggunakan variabel Kompetensi dan Independensi Auditor sebagai variabel
independen dan variabel Kelangsungan Usaha KAP sebagai variabel dependen.
Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terletak pada
objek penelitian. Penelitian ini menggunakan objek KAP yang ada di wilayah
Yogyakarta sedangkan penelitian terdahulu menggunakan obejek penelitian KAP
yang ada di wilayah Malang.
2. Penelitian dari Christiawan (2002)
Penelitian ini mengambil judul : “Pengaruh Kompetensi dan Independensi
terhadap Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya”.
Penelitian ini mengangkat masalah apakah Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan
Publik dipengaruhi oleh independensi dan kompetensi. Dari penelitian ini
diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi kompetensi adalah kualitas
pendidikan formal akuntansi, kurikulum pendidikan akuntansi yang berlaku,
pengalaman dan pelatihan akuntan publik, sedangkan faktor yang mempengaruhi
independensi adalah adanya hubungan bisnis, keuangan dan manajemen atau
karyawan antara auditor dengan klien. Selain itu juga dapat diketahui pula bahwa
32
kompetensi dan independensi sangat berpengaruh terhadap Kelangsungan Usaha
Kantor Akuntan Publik (KAP).
Persamaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu yaitu sama-sama
menggunakan variabel Kompetensi dan Independensi Auditor sebagai variabel
independen dan Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik sebagai variabel
dependen . Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu
terletak pada objek penelitian. Penelitian ini menggunakan objek penelitian KAP
yang ada di Yogyakarta, sedangkan penelitian terdahulu menggunakan objek
penelitian KAP yang ada di Surabaya.
3. Penelitian dari Nizarul Alim, dkk (2007)
Penelitian ini mengambil judul : “Pengaruh Kompetensi dan Independesi
terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi”,
berhasil membuktikan bahwa kompetensi berpengaruh signifikan terhadap
kualitas audit. Hal ini berarti bahwa Kualitas Audit dapat dicapai jika auditor
memiliki Kompetensi yang baik dimana Kompetensi tersebut terdiri dari dua
dimensi yaitu pengalaman dan pengetahuan. Sementara itu, interaksi Kompetensi
dan Etika Auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Audit.
Penelitian ini juga menemukan bukti empiris bahwa Independensi berpengaruh
signifikan terhadap Kualitas Audit. Selanjutnya interaksi Independensi dan Etika
Auditor berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Audit. Hal ini berarti Kualitas
Audit didukung oleh sampai sejauh mana auditor mampu bertahan dari tekanan
klien disertai dengan perilaku etis yang dimiliki. Dalam kerangka yang lebih luas
dapat disimpulkan bahwa Independensi dan Kompetensi Akuntan Publik sangat
mempengaruhi tingkat kepercayaan pemakai laporan keuangan auditan
33
(masyarakat) terhadap jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik khususnya jasa
audit atas laporan keuangan.
Persamaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu yaitu sama-sama
menggunakan variabel Kompetensi dan Independensi Auditor sebagai variabel
independen. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu
terletak pada variabel dependen. Penelitian ini menggunakan variabel
Kelangsungan Usaha KAP di Yogyakarta sedangkan penelitian terdahulu
menggunakan variabel Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel
Moderasi sebagai variabel dependen.
E. Kerangka Berpikir
Laporan keuangan yang dibuat oleh pihak manajemen perusahaan merupakan
informasi yang penting untuk proses pengambilan keputusan bagi para pemakai
laporan keuangan. Dari laporan keuangan tersebut dapat dilihat kinerja suatu
perusahaan pada suatu periode akuntansi. Dalam penyajian laporan keuangan,
pihak manajemen ada kecenderungan untuk memanipulasi laporan keuangan
tersebut agar terlihat kinerja manajemen yang baik agar para investor tertarik
untuk menginvestasikan modalnya. Informasi dari laporan keuangan tersebut akan
bebas resiko dan lebih dipercaya oleh pihak luar jika telah diaudit.
Pihak yang dapat mengaudit laporan keuangan ini adalah akuntan publik atau
auditor. Seorang auditor bertugas untuk membuktikan kewajaran suatu laporan
keuangan yang disajikan oleh klien. Untuk dapat memberikan jasa audit atas
laporan keuangan, akuntan publik harus bergabung dalam suatu Kantor Akuntan
Publik (KAP). Kinerja KAP yang berkualitas sangat ditentukan oleh kinerja
auditor secara ideal di dalam menjalankan profesinya.
34
Kelangsungan hidup Kantor Akuntan Publik sangat bergantung kepada
kepercayaan masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat akan menghargai Kantor
Akuntan yang menetapkan standar kualitas yang tinggi dalam memberikan
jasanya kepada masyarakat, khususnya jasa atestasi. Kepercayaan masyarakat
terhadap Kantor Akuntan Publik (KAP) akan meningkat jika akuntan yang
bekerja di Kantor Akuntan Publik memiliki kompetensi dan independensi.
F. Model Penelitian
Model penelitian ini bisa digambarkan sebagai berikut:
1
3
2
Gambar 2. Model Penelitian
Keterangan :
1. Pengaruh Kompetensi Auditor terhadap Kelangsungan Usaha Kantor
Akuntan Publik (KAP).
2 Pengaruh Independensi Auditor terhadap Kelangsungan Usaha Kantor
Akuntan Publik (KAP)
3 Pengaruh Kompetensi Auditor dan Independensi Auditor secara simultan
terhadap terhadap Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP)
Kompetensi Auditor
(X1)
Kelangsungan Usaha KAP
(Y)
Independensi Auditor
(X2)
35
G. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan ulasan di atas maka hipotesis yang diajukan yaitu:
H1: Terdapat pengaruh antara Kompetensi Auditor terhadap Kelangsungan Usaha
Kantor Akuntan Publik (KAP).
H2: Terdapat pengaruh antara Independensi Auditor terhadap Kelangsungan
Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP).
H3: Terdapat pengaruh antara Kompetensi Auditor dan Independensi Auditor
terhadap Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP).
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Akuntan Publik yang ada di
Yogyakarta. Waktu penelitian yaitu bulan Juni sampai dengan Juli 2010.
B. Jenis Penelitian
Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif yang berupa data primer
yang diperoleh dari objek penelitian. Menurut Indriantoro (1999: 146) data primer
merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber
asli (tidak melalui media perantara). Data primer dalam penelitian ini
menggunakan objek yaitu auditor yang bekerja di KAP-KAP yang berada di
Yogyakarta. Penelitian ini mengambil lokasi pada Kantor Akuntan Publik (KAP)
di Yogyakarta. Dipilih Yogyakarta karena tingkat perekonomian untuk daerah
Yogyakarta setiap tahun meningkat dan tumbuh berkembang. Selain itu, banyak
perusahaan-perusahaan yang berdiri dan bersaing di Yogyakarta yang tentunya
untuk menumbuhkan kepercayaan dari masyarakat perusahaan-perusahaan
tersebut membutuhkan jasa Kantor Akuntan Publik.
Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan angket. Angket
merupakan metode pengumpulan data yang berisi kumpulan-kumpulan dari
pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada responden dan cara menjawab
juga dilakukan secara tertulis. Angket diberikan kepada responden untuk menilai
Kompetensi dan Independensi Auditor. Angket tersebut disebar secara personal
yang disampaikan langsung oleh peneliti.
33
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki
karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti (bahan penelitian)
(Arikunto, 2007: 84). Populasi dalam penelitian ini adalah Auditor yang
bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) di wilayah Daerah Istimewa
Yogyakarta. Sedangkan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik simple
random sampling, karena tiap orang anggota dalam populasi itu derajat dan
kualifikasinya sama atau setara, atau sama dan serupa tiada bedanya, setiap
anggota populasi memiliki kebebasan dan kesempatan yang sama untuk disampel.
Tabel 1. Daftar KAP di Yogyakarta
No. Nama KAP Jumlah auditor
1. KAP Bismar, Muntalib & Yusuf 15 orang
2 KAP Doli, Bambang, Sudarmadji dan
Dadang
10 orang
3 KAP Drs. Hadiono 4 orang
4 KAP. Hadori Sugiarto Adi & Rekan 16 orang
5 KAP Drs. Kumalahadi 10 orang
6 KAP Drs. Soeroso Donosapoetro, MM,
Ak,
8 orang
7 KAP Dra. Suhartati & Rekan 10 orang
8 KAP Drs. Henry & Sugeng 10 orang
9 KAP Drs. Inarejz Kemalawarta 5 orang
Total auditor 88 orang
Sumber : Data yang diolah
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel penelitian dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi dua, yaitu
variabel independen (bebas) dan variabel dependen (terikat). Penelitian ini
mempunyai dua variabel independen (bebas) dan satu variabel dependen (terikat).
Kompetensi Auditor sebagai variabel independen pertama (X1) dan Independensi
34
Auditor sebagai variabel independen kedua (X2), sedangkan Kelangsungan Usaha
Kantor Akuntan Publik di Yogyakarta sebagai variabel dependen (Y). Definisi
operasional masing-masing variabel sebagai berikut:
1. Variabel Dependen
Variabel dependen penelitian ini adalah Kelangsungan Usaha Kantor
Akuntan Publik (KAP) di Yogyakarta. Kepercayaan publik (public trust)
merupakan suatu hal yang membuat akuntan publik tetap bertahan dalam
kelangsungan usahanya, peran sosial Akuntan Publik dalam masyarakat
adalah menyediakan suatu keyakinan memadai (reasonable assurance)
bahwa asersi yang dibuat manajemen telah sesuai dengan Prinsip Akuntansi
Berlaku Umum (PABU) dan bebas dari salah saji materiil baik yang
disebabkan oleh kesalahan ataupun kecurangan. Kantor Akuntan Publik
dapat terus bertahan di dalam bisnis dikarenakan oleh mutu jasa audit yang
dihasilkan dapat memuaskan publik. Eksistensi KAP ditentukan oleh mutu
jasa yang diberikan oleh auditor yang dalam hal ini adalah laporan audit.
Untuk menghasilkan jasa audit yang berkualitas, auditor harus
berpedoman pada Standar Auditing dan Aturan Etika Akuntan Publik.
Indikator yang digunakan untuk mengukur Kelangsungan Usaha dalam
KAP tersebut adalah kepuasan klien, kualitas audit yang diberikan KAP,
dan profesionalisme auditor.
2. Variabel Independen
a) Kompetensi Auditor (X1)
Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, kemampuan, dan
pengalaman yang berhubungan dengan pekerjaan akuntan publik sebagai
35
auditor. Kompetensi ditentukan oleh tiga faktor, yaitu: pendidikan formal
dalam bidang akuntansi di suatu perguruan tinggi termasuk ujian profesi
auditor, pelatihan yang bersifat praktis dan pengalaman dalam bidang
auditing, serta pendidikan profesional yang berkelanjutan selama menekuni
karir auditor profesional.
b). Independensi Auditor (X2)
Independensi Auditor adalah sikap mental auditor untuk tidak mudah
dipengaruhi, jujur, dan objektif dalam setiap melakukan audit. Sikap mental
independensi auditor harus meliputi independen dalam fakta (independence
in fact) dan independen dalam penampilan (independence in appearance).
Independen dalam fakta adalah kemampuan auditor untuk bersikap bebas,
jujur, dan objektif dalam melakukan penugasan audit. Independen dalam
fakta ini merupakan independen dalam diri auditor. Independen dalam
penampilan adalah independen dipandang dari pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap perusahaan yang diaudit yang mengetahui
hubungan antara auditor dengan kliennya.
E. Teknik Pengambilan Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara
tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas, dan lengkap yang
dianggap bisa mewakili populasi (Arikunto, 2007: 84). Sampel yang diambil
dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja dalam KAP. Sedang teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik simple
random sampling yang merupakan bentuk random sampling yang sifatnya
sederhana, tiap sampel yang berukuran sama memiliki probabilitas sama
36
untuk terpilih dari populasi (Iqbal Hasan, 2005: 87). Menurut Arikunto
(2007: 96) semua subjek yang termasuk dalam populasi mempunyai hak
untuk dijadikan anggota sampel.
Dari 9 KAP yang ada di wilayah Yogyakarta, hanya 5 KAP yang bersedia
menerima kuesioner dan itupun hanya bersedia menerima 5-15 kuesioner saja.
Berikut adalah adalah tabel mengenai distribusi kuesioner pada sampel dari tiap-
tiap KAP yang bersedia dijadikan objek penelitian:
Tabel 2. Nama KAP dan Jumlah Sampel
No. Nama KAP Jumlah
auditor
1. KAP Bismar, Muntalib & Yusuf 15 orang
2. KAP Doli, Bambang, Sudarmadji dan Dadang 10 orang
3. KAP Drs. Henry & Sugeng 5 orang
4. KAP Drs. Soeroso Donosapoetro, MM, Ak 5 orang
5. KAP Dra. Suhartati 8 orang
Total auditor 43 orang
Sumber: Data yang diolah
F. Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2007: 119) instrumen penelitian adalah suatu alat yang
digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Semua
fenomena ini disebut variabel penelitian. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah angket. Angket dalam penelitian ini terdiri dari 2 bagian
yaitu:
1. Identitas responden
Pada bagian ini berisi beberapa pertanyaan tentang data diri
responden yang meliputi: umur responden, jenjang pendidikan, lama
pengalaman kerja, jabatan, kursus atau pelatihan lain yang menunjang
bidang keahlian.
37
2. Pernyataan mengenai Kompetensi Auditor dan Independensi Auditor
serta Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP)
Pada bagian ini berisi pernyataan-pernyataan mengenai Kompetensi
Auditor dan Independensi Auditor serta Kelangsungan Usaha Kantor
Akuntan Publik (KAP). Jenis pernyataan adalah tertutup, dimana
responden tinggal memberi tanda silang (X) pada pilihan jawaban
yang telah tersedia. Adapun setiap jawaban dari pernyataan tersebut
telah ditentukan skornya.
Berikut penilaian atau skor alternatif dari setiap jenis pernyataan yang
digunakan dalam penelitian. Penilaian dalam kuesioner yang dibuat
menggunakan skala penelitian 1 sampai 4.
Tabel 3. Penilaian Skor Pernyataan
Jenis Pernyataan Jenis Jawaban skor
Positif SS (Sangat Setuju)
S (Setuju)
TS (Tidak Setuju)
STS (Sangat Tidak Setuju)
4
3
2
1
Sumber: Canyaning (2003)
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.
instrumen penelitiannya adalah sebagai berikut:
38
Tabel 4. Instrumen Penelitian
Variabel Indikator No.
item
Sumber
Kompetensi
Tingkat
pendidikan Tingkat
pendidikan
Formal
1,2 Auditor
Pelatihan dan
pengalaman Pelatihan dan
keahlian khusus
yang dimiliki
3,4,5 Auditor
Dilakukan review
dan monitoring 6,7 Auditor
Pengalaman
Personel 8,9,10 Auditor
Jumlah auditor
Senior 11 Auditor
Pendidikan
profesional
yang
berkelanjutan
12
Auditor
Independensi
Auditor
Independensi
dalam fakta
(in fact)
Kejujuran dalam
melaksanakan
audit
13,14,
15,16
Auditor
Independensi
dalam
penampilan
(in
appearance)
Pemberian jasa
lain,
selain jasa audit
oleh KAP
17 Auditor
Hubungan
auditor
dengan klien
diluar
hubungan audit
18,19 Auditor
Besarnya fee
audit
20,21 Auditor
Waktu (lamanya)
penugasan audit
22,23 Auditor
39
Sumber: Canyaning (2003)
G. Uji Coba Instrumen
Kualitas data penelitian ditentukan oleh kualitas instrumen yang
digunakan untuk mengumpulkan data. Instrumen yang valid adalah alat
ukur yang digunakan untuk mendapatkan data yang valid dan dapat
digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Suatu penelitian akan
menghasilkan kesimpulan yang bias jika datanya kurang reliabel dan
kurang valid. Untuk itu diperlukan uji kualitas data agar data yang akan
digunakan valid dan reliabel. Karena keterbatasan responden maka Uji
kualitas data dalam penelitian ini melalui uji terpakai, yang populasinya
dilakukan pada 30 responden auditor secara acak yang bekerja di KAP-KAP
yang ada di Yogyakarta. Ada dua konsep untuk mengukur kualitas data,
yaitu uji validitas dan uji reliabilitas.
1. Uji validitas
Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen
yang bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur (Arikunto,
2007: 167). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur
apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti
secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh
Variabel Indikator No.
item
Sumber
Kelangsungan
usaha KAP
Mutu Jasa
Audit
Kepuasan klien 27 Auditor
Kualitas audit 28,29,
30,31,
32
Auditor
Staf profesional 33 Auditor
40
mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang
variabel yang dimaksud. Uji Validitas dalam penelitian ini
menggunakan teknik korelasi product moment.
Tabel 5. Hasil Uji Validitas
Variabel No
butir
Koefisien
Korelasi Butir
Total
keterangan
Kompetensi Auditor 1 0.502 Valid
2 0.512 Valid
3 0.421 Valid
4 0.235 Tidak Valid
5 0.453 Valid
6 0.496 Valid
7 0.484 Valid
8 0.255 Tidak Valid
9 0.394 Valid
10 0.455 Valid
11 0.265 Tidak Valid
12 0.498 Valid
Independensi
Auditor
13 0.488 Valid
14 0.446 Valid
15 0.474 Valid
16 0.394 Valid
17 0.412 Valid
18 0.397 Valid
19 0.457 Valid
20 0.369 Valid
21 0.502 Valid
22 0.098 Tidak Valid
23 0.421 Valid
24 0.381 Valid
25 0.502 Valid
26 0.398 Valid
Kelangsungan
Usaha KAP di
Yogyakarta
27 0.192 Tidak Valid
28 0.459 Valid
29 0.582 Valid
30 0.501 Valid
31 0.511 Valid
32 0.597 Valid
33 0.485 Valid
Sumber : Data yang diolah
41
Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan instrumen
penelitian sebanyak 33 pertanyaan diperoleh 28 butir valid dan 5 butir
tidak valid yaitu nomor 4, 8, 11, 22, dan 27 karena pernyataan kuesioner
tersebut memiliki koefisien korelasi butir total di bawah r tabel (0,361).
2. Uji reliabilitas
Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui adanya tingkat
keandalan alat ukur dalam penggunaannya atau dengan kata lain alat
ukur tersebut memiliki hasil yang konsisten apabila digunakan berkali-kali.
Besarnya koefisien alpha yang diperoleh menunjukkan koefisien
reliabilitas instrumen. Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan
koefisien Alpha Cronbach.
Menurut Suharsimi Arikunto (2007: 180) hasil perhitungan
menggunakan rumus di atas diinterpretasikan dengan tingkat keandalan
koefisien korelasi, sebagai berikut :
Antara 0,800 sampai 1,000 adalah sangat tinggi
Antara 0,600 sampai 0,799 adalah tinggi
Antara 0,400 sampai 0,599 adalah cukup
Antara 0,200 sampai 0,399 adalah rendah
Antara 0,000 sampai 0,199 adalah sangat rendah.
Untuk selanjutnya dalam penghitungan reliabilitas data akan
digunakan alat bantu dengan program SPSS 16.0. Berikut ini adalah tabel
hasil uji reliabilitas.
42
Tabel 6. Hasil Uji Reliabilitas
Nilai
Cronbach’s Alpha
X1 X2 Y
0, 755 0, 753 0, 802
Interpretasi
keandalan Tinggi Tinggi Sangat tinggi
Sumber: Data yang diolah
H. Uji Prasyarat Analisis
Sebelum melakukan pengujian regresi, terdapat beberapa asumsi
yang harus dipenuhi agar data yang akan dimasukkan dalam model regresi
telah memenuhi ketentuan dan syarat dalam regresi. Beberapa asumsi
tersebut adalah: a) Pengujian asumsi Normalitas, b) Pengujian asumsi
Linearitas, c) Pengujian asumsi Multikolineritas, dan d) Pengujian asumsi
Heteroskedastisitas. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan program
SPSS 16.0.
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal
(Imam Ghozali 2009: 147). Model regresi yang baik adalah memiliki
distribusi data normal atau mendekati normal. Uji normalitas data
tersebut dapat dilakukan melalui 3 cara yaitu menggunakan Uji
Kolmogorof-Smirnov (Uji K-S), grafik histogram dan kurva
penyebaran P-Plot. Untuk Uji K-S yakni jika nilai signifikasi lebih lebih
tinggi dibandingkan dengan taraf signifikansi 5% (0,05), maka
distribusi data dinyatakan normal, dan bila lebih rendah dinyatakan
tidak normal. Sedangkan melalui pola penyebaran P Plot dan grafik
43
histogram, yakni jika pola penyebaran memiliki garis normal maka
dapat dikatakan data berdistribusi normal.
b. Uji Linearitas
Uji linearitas digunakan untuk mengetahui hubungan antara
variabel bebas dan variabel terikat bersifat linear atau tidak. Pengujian
ini menggunakan uji lagrange multiplier. Kriteria yang digunakan yaitu
regresi dikatakan linear jika c2 hitung < c
2 tabel dan regresi dikatakan
linear jika nilai signifikansi lebih besar dari alpha yang ditentukan yaitu
5% (0,05).
c. Uji Multikolineritas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
penelitian. Multikolineritas berarti antara variabel bebas yang satu
dengan variabel yang lain dalam model regresi saling berkorelasi linear
(Arikunto, 2007: 292). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi diantara variabel bebas. Biasanya korelasinya mendekati
sempurna atau sempurna (koefisien korelasinya tinggi atau bahkan
satu). Pengukuran Multikolineritas dalam suatu regresi dapat
menggunakan korelasi product moment. Jika angka tolerance dari
variabel bebas mempunyai nilai tolerance lebih dari 10 % dan nilai
Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 maka model regresi
tidak terjadi multikolinearitas antar variabel bebas tersebut.
44
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dimaksudkan untuk mengetahui kesamaan
varian masing-masing variabel bebas X1 dan X2 terhadap variabel
terikat (Y). Pengujian homogenitas terhadap variabel penelitian
digunakan uji heterokedastisitas. Uji heteroskedastisitas menggunakan
metode grafik plot Regression Standarized Predicted Value dengan
Regression Stutentised Residual.
I. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
analisis regresi linear sederhana dan regresi linear berganda.
1. Regresi Linear Sederhana
Regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun
kausal satu variabel independen dengan satu variabel dependen
(Sugiyono, 2003: 243). Alat analisis ini digunakan untuk menguji
hipotesis pertama dan kedua. Persamaan regresi sederhana adalah:
y = a + bX
Keterangan:
Y = subjek dalam variabel dependen
a = harga Y bila X = 0 (harga konstan)
b = angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka
peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang
didasarkan pada variabel independen. Bila b ( + ) maka naik, dan
bila ( - ) maka terjadi penurunan.
X= subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu
(Sugiyono, 2003: 244).
Untuk mengetahui apakah hipotesis yang telah ditetapkan diterima
atau ditolak, maka dilakukan pengujian penelitian
Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan uji statistik t.
Uji statistik t dimaksudkan untuk menguji diterima atau ditolaknya suatu
hipotesis. Hasil output regresi dengan SPSS akan terlihat t hitung da
nilai signifikansinya. Terdapat dua cara untuk melihat signifikansi t
hitung yaitu jika nilai t
individual (parsial) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel
Y dan jika nilai
(parsial) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel Y.
2. Regresi Linear B
Digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat. Analisis ini digunakan untuk menjawab
bagaimana pengaruh reputasi dan Independensi Auditor terhadap perpindahan
KAP di Yogyakarta. Model yang digunakan dalam analisis regresi linear
berganda adalah sebagai berikut:
Y = a+ +
Keterangan:
Y = Kelangsungan Usaha KAP
= Kompetensi Auditor
= Independensi Auditor
a = harga Y jika X = 0 (konstanta)
b = angka arah/ koefisien regresi linear berganda (Sugiyono,
Untuk mengetahui apakah hipotesis yang telah ditetapkan diterima
atau ditolak, maka dilakukan pengujian penelitian secara statistik.
Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan uji statistik t.
Uji statistik t dimaksudkan untuk menguji diterima atau ditolaknya suatu
hipotesis. Hasil output regresi dengan SPSS akan terlihat t hitung da
nilai signifikansinya. Terdapat dua cara untuk melihat signifikansi t
hitung yaitu jika nilai t-hitung > t-tabel maka variabel X secara
individual (parsial) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel
t-hitung < t-tabel maka variabel X secara individual
(parsial) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel Y.
Regresi Linear Berganda
Digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh variabel
riabel terikat. Analisis ini digunakan untuk menjawab
bagaimana pengaruh reputasi dan Independensi Auditor terhadap perpindahan
KAP di Yogyakarta. Model yang digunakan dalam analisis regresi linear
berganda adalah sebagai berikut:
= Kelangsungan Usaha KAP
= Kompetensi Auditor
= Independensi Auditor
= harga Y jika X = 0 (konstanta)
= angka arah/ koefisien regresi linear berganda (Sugiyono,
45
Untuk mengetahui apakah hipotesis yang telah ditetapkan diterima
secara statistik.
Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan uji statistik t.
Uji statistik t dimaksudkan untuk menguji diterima atau ditolaknya suatu
hipotesis. Hasil output regresi dengan SPSS akan terlihat t hitung dan
nilai signifikansinya. Terdapat dua cara untuk melihat signifikansi t
tabel maka variabel X secara
individual (parsial) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel
tabel maka variabel X secara individual
(parsial) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel Y.
Digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh variabel
riabel terikat. Analisis ini digunakan untuk menjawab
bagaimana pengaruh reputasi dan Independensi Auditor terhadap perpindahan
KAP di Yogyakarta. Model yang digunakan dalam analisis regresi linear
= angka arah/ koefisien regresi linear berganda (Sugiyono, 2003)
46
Untuk mengetahui apakah hipotesis yang telah ditetapkan diterima atau
ditolak, maka dilakukan pengujian penelitian secara statistik. Pengujian
hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan uji statistik F.
Nilai F-hitung digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel
X terhadap variabel Y secara bersama-sama. Jika nilai F-hitung > F-tabel
maka variabel X secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap variabel Y dan jika nilai F-hitung < F-tabel maka variabel X
secara bersama-sama tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
variabel Y.
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Sampel Penelitian
Obyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kantor
Akuntan Publik (KAP) yang ada di Yogyakarta. KAP yaitu lembaga yang
memiliki izin dari Menteri Keuangan sebagai wadah bagi Akuntan Publik
dalam menjalankan pekerjaannya. Sedangkan Akuntan Publik atau Auditor
Independen adalah akuntan yang telah memperoleh ijin dari Menteri
Keuangan atau pejabat yang berwenang untuk memberikan jasanya. KAP
dapat berbentuk perseroan terbatas dan persekutan dimana beberapa akuntan
publik bergabung untuk menjalankan usahanya bersama-sama sebagai sekutu
atau rekan (partner). Selain itu KAP dapat juga berbentuk Koperasi Jasa
Audit (KJA) yang hanya memberikan jasanya pada koperasi saja.
KAP dalam pekerjaannya memberikan beberapa jasa yang disebut
dengan jasa audit. Penjelasan dari jasa-jasa tersebut yaitu:
1. Jasa Audit Laporan Keuangan
Dalam kapasitasnya sebagai auditor independen, kantor akuntan
publik melakukan audit umum atas laporan keuangan untuk memberikan
pernyataan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan.
2. Jasa Audit Khusus
Audit khusus dapat merupakan audit atas akun atau pos laporan
tertentu yang dilakukan dengan menggunakan prosedur yang disepakati
bersama, audit atas laporan keuangan yang disusun berdasarkan basis yang
komprehensif dan audit atas informasi keuangan untuk tujuan tertentu.
51
3. Jasa Atestasi
Jasa yang berkaitan dengan penerbitan laporan yang memuat suatu
kesimpulan tentang keadaan asersi (pernyataan) tertulis menjadi tanggung
jawab pihak lain, dilaksanakan mulai pemeriksaan, review dan prosedur
yang disepakati bersama.
4. Jasa Review Laporan Keuangan
Jasa yang memberikan keyakinan terbatas bahwa tidak terdapat
modifikasi material yang harus dilaksanakan agar laporan keuangan
tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atas basis
akuntansi komprehensif lainnya.
5. Jasa Kompilasi Laporan Keuangan
Jasa untuk menyusun laporan keuangan berdasarkan catatan data
keuangan serta inforamsi lainnya yang diberikan manajemen suatu entitas
tertentu.
6. Jasa Konsultasi
Jasa ini meliputi berbagai bentuk dan bidang sesuai dengan
kompetensi akuntan publik. Misalnya jasa konsultasi umum kepada pihak
manajemen, perencanaan sistem dan implementasi sistem akuntansi,
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, pelaksanaan seleksi dan
rekruitmen pegawai sampai memberikan jasa konsultasi lainnya.
7. Jasa Perpajakan
Jasa yang diberikan meliputi jasa konsultasi umum perpajakan,
perencanaan pajak, review jenis pajak, pengisian SPT dan penyelesaian
masalah perpajakan.
52
Penelitian ini dilakukan terhadap akuntan publik dengan sampel 42
(empat puluh dua) responden. Data diambil menggunakan instrumen berupa
angket yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya pada populasi di luar
sampel.
B. Deskripsi Responden
Data penelitian ini dikumpulkan dengan menyebarkan 43 kuesioner
secara langsung kepada KAP yang berada di wilayah Yogyakarta. Data
kuesioner yang dapat digunakan sebanyak 42 kuesioner dari 43 kuesioner
yang disebarkan. Berikut tabel mengenai pengiriman dan pengembalian
kuesioner dalam penelitian ini.
Tabel 14. Tingkat Pengembalian Kuesioner
Keterangan Jumlah Persentase
Total kuesioner yang dibagikan 43 100 %
Total kuesioner yang tidak kembali 1 2 %
Total kuesioner yang tidak lengkap 0 0 %
Total kuesioner yang dapat digunakan 38 89 %
Total kuesioner yang tidak dapat digunakan 4 9 %
Sumber: Data yang diolah
Deskripsi profil responden terdiri dari jabatan, pengalaman kerja dan
jenjang pendidikan. Hal tersebut dimaksudkan untuk menjelaskan latar
belakang responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini.
Dalam penelitian ini responden memiliki jabatan yang bervariasi di
antaranya adalah sebagai auditor senior sebanyak 14 responden atau (33,3%),
auditor yunior sebanyak 21 responden atau (50,0 %), staf auditor sebanyak 3
responden atau (7,2 %) dan jabatan lain se
Berikut tabel data responden berdasarkan jabatan:
Tabel 11. Data Responden Berdasarkan Jabatan
No. Jabatan
1. Auditor senior
2. Auditor yunior
3. Staf auditor
Total
Sumber: Data yang diolah
Berdasar tabel di atas dapat digambarkan histogram sebagai berikut:
Gambar 6. Histogram
Responden Berdasarkan Jabatan
penelitian ini responden memiliki jabatan yang bervariasi di
antaranya adalah sebagai auditor senior sebanyak 14 responden atau (33,3%),
auditor yunior sebanyak 21 responden atau (50,0 %), staf auditor sebanyak 3
responden atau (7,2 %) dan jabatan lain sebanyak 4 responden atau (9,5 %).
Berikut tabel data responden berdasarkan jabatan:
. Data Responden Berdasarkan Jabatan
Jabatan Jumlah Persentase
Auditor senior 14 responden 36,84%
Auditor yunior 21 responden 55,26%
Staf auditor 3 responden 7,90%
38 responden 100%
Sumber: Data yang diolah
Berdasar tabel di atas dapat digambarkan histogram sebagai berikut:
. Histogram Distribusi Responden Berdasarkan Jabatan
37%
55%
8%
Responden Berdasarkan Jabatan
auditor senior
auditor yunior
staf auditor
53
penelitian ini responden memiliki jabatan yang bervariasi di
antaranya adalah sebagai auditor senior sebanyak 14 responden atau (33,3%),
auditor yunior sebanyak 21 responden atau (50,0 %), staf auditor sebanyak 3
banyak 4 responden atau (9,5 %).
Berdasar tabel di atas dapat digambarkan histogram sebagai berikut:
Responden Berdasarkan Jabatan
Berdasarkan pengalaman kerja yaitu kurang dari 5 tahun sebanyak
responden atau (50,0
responden atau (18,4
responden atau (31,6
pengalaman kerja:
Tabel 12. Data Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja
No. Pengalaman kerja
1. < 5 tahun
2. 5 – 10 tahun
3. > 10 tahun
Total
Sumber: Data yang diolah
Berdasar tabel di atas dapat digambarkan histogram sebagai berikut:
Gambar 7. Histogram
Berdasarkan jenjang pendidikan yakni D3 sebanyak 2 responden atau
(4,8 %), S1 sebanyak
dan S3 sebanyak 0 responden. Berikut tabel data responden berdasarkan
jenjang pendidikan:
Responden Berdasarkan Pengalaman
Berdasarkan pengalaman kerja yaitu kurang dari 5 tahun sebanyak
50,0 %), berpengalaman 5 sampai 10 tahun sebanyak 7
18,4 %), berpengalaman lebih dari 10 tahun sebanyak 12
31,6 %). Berikut tabel data responden berdasarkan
. Data Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja
Pengalaman kerja Jumlah Persentase
19 responden 50,0%
10 tahun 7 responden 18,4%
12 responden 31,6%
38 responden 100%
Sumber: Data yang diolah
Berdasar tabel di atas dapat digambarkan histogram sebagai berikut:
. Histogram Distribusi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja
Berdasarkan jenjang pendidikan yakni D3 sebanyak 2 responden atau
(4,8 %), S1 sebanyak 40 responden atau (95,2 %), S2 sebanyak 0 responden
dan S3 sebanyak 0 responden. Berikut tabel data responden berdasarkan
jenjang pendidikan:
50%18%
32%
Responden Berdasarkan Pengalaman
Kerja
< 5 tahun
5-10 tahun
> 10 tahun
54
Berdasarkan pengalaman kerja yaitu kurang dari 5 tahun sebanyak 19
%), berpengalaman 5 sampai 10 tahun sebanyak 7
%), berpengalaman lebih dari 10 tahun sebanyak 12
den berdasarkan
Berdasar tabel di atas dapat digambarkan histogram sebagai berikut:
Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja
Berdasarkan jenjang pendidikan yakni D3 sebanyak 2 responden atau
40 responden atau (95,2 %), S2 sebanyak 0 responden
dan S3 sebanyak 0 responden. Berikut tabel data responden berdasarkan
Tabel 13. Data Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan
No. Jenjang Pendidikan
1. D3
2. S1
3. S2
4. S3
Total
Sumber: Data yang diolah
Berdasar tabel di atas dapat digambarkan histogram sebagai berikut:
Gambar 8. Histogram
C. Deskripsi Variabel Penelitian
Untuk mengetahui seberapa besar tingkat Kompetensi, Independensi
dan Kelangsungan Usaha KAP di Yogyakarta, peneliti menggunakan analisis
deskriptif. Adapun hasil perhitungan dari
variabel tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kelangsungan Usaha KAP di Yogyakarta
Untuk mengukur Kelangsungan Usaha KAP di Yogyakarta dalam
penelitian ini menggunakan dimensi mutu jasa audit.
. Data Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan
Jenjang Pendidikan Jumlah Persentase
2 responden 5,3%
36 responden 94,7%
0 responden 0%
0 responden 0%
38 responden 100%
Sumber: Data yang diolah
Berdasar tabel di atas dapat digambarkan histogram sebagai berikut:
. Histogram Distribusi Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan
Deskripsi Variabel Penelitian
Untuk mengetahui seberapa besar tingkat Kompetensi, Independensi
dan Kelangsungan Usaha KAP di Yogyakarta, peneliti menggunakan analisis
deskriptif. Adapun hasil perhitungan dari analisis deskriptif untuk tiap
variabel tersebut adalah sebagai berikut:
Kelangsungan Usaha KAP di Yogyakarta
Untuk mengukur Kelangsungan Usaha KAP di Yogyakarta dalam
penelitian ini menggunakan dimensi mutu jasa audit. Kelangsungan Usaha
5%
95%
0% 0%
Responden Berdasarkan
Jenjang Pendidikan
D3
S1
S2
S3
55
Berdasar tabel di atas dapat digambarkan histogram sebagai berikut:
Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan
Untuk mengetahui seberapa besar tingkat Kompetensi, Independensi
dan Kelangsungan Usaha KAP di Yogyakarta, peneliti menggunakan analisis
analisis deskriptif untuk tiap
Untuk mengukur Kelangsungan Usaha KAP di Yogyakarta dalam
Kelangsungan Usaha
56
KAP diungkap dengan 6 butir pernyataan dengan jumlah responden
sebanyak 38. Berdasarkan data Kelangsungan Usaha KAP di Yogyakarta
yang diolah menggunakan program SPSS versi 16.0 maka diperoleh mean
24,0789, median 24,0000, standar deviasi 2,210310, variance 4,885, nilai
ninimum 21 dan nilai maximum 28.
Penentuan kecenderungan variabel setelah nilai minimum (Xmin) dan
nilai maksimum (Xmax) diketahui, maka selanjutnya mencari nilai rata-rata
ideal (Mi) dengan rumus:
Mi = 2
1 (Xmax + Xmin)
diperoleh Mi = 25. Perhitungan selanjutnya yaitu mencari standar deviasi
ideal (SDi) dengan rumus:
SDi = 6
1 ( Xmax - Xmin)
diperoleh nilai SDi = 2. Adapun pengkategorian variabel adalah sebagai
berikut:
Rendah = X< (Mi – 1 SDi)
Sedang = X > (Mi – 1 SDi) sampai dengan (Mi + 1 SDi)
Tinggi = X > (Mi + 1 SDi)
Berdasarkan perhitungan tersebut dapat dikategorikan dalam 3
kelas yaitu: Rendah X < 24, Sedang apabila X >24 sampai dengan 27, dan
Tinggi apabila X > 27 (perhitungan lebih lengkap dapat dilihat dalam
Lampiran 5). Untuk lebih jelasnya mengenai pengkategorian ini, maka
dapat dilihat pada tabel distribusi kecenderungan sebagai berikut:
Tabel 17. Distribusi Kecenderungan Frekuensi Kelangsungan Usaha KAP
di Yogyakarta
No. Interval
1. 21-23
2. 24-26
3. 27-28
Total
Sumber: Data Primer yang diolah
Berdasarkan distribusi kecenderungan frekuensi data
Kelangsungan Usaha KAP di Yogyakarta pada tabel 13, dapat
digambarkan histogram
Gambar 11
Tabel 16
Usaha KAP di Yogyakarta pada kategori kurang sebanyak auditor
(36,9%), sedang (
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa tingkat Kelangsungan
Usaha KAP di Yogyakarta ditinjau dari
dalam kategori sedang
0
5
10
15
20
Fre
kuen
si
. Distribusi Kecenderungan Frekuensi Kelangsungan Usaha KAP
di Yogyakarta
Interval F Persen Kategori
14 36,9 Rendah
17 44,7 Sedang
7 18,4 Tinggi
38 100
Sumber: Data Primer yang diolah
Berdasarkan distribusi kecenderungan frekuensi data
Kelangsungan Usaha KAP di Yogyakarta pada tabel 13, dapat
digambarkan histogram sebagai berikut:
Gambar 11. Histogram Distribusi Kecenderungan Frekuensi
Kelangsungan Usaha KAP di Yogyakarta
Tabel 16 tersebut menunjukkan bahwa frekuensi Kelangsungan
Usaha KAP di Yogyakarta pada kategori kurang sebanyak auditor
sedang (44,7%), dan kategori tinggi sebanyak (
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa tingkat Kelangsungan
Usaha KAP di Yogyakarta ditinjau dari dimensi mutu jasa audit termasuk
sedang.
21-23 24-26 27-28
Kelas Interval
Distribusi Kecenderungan Frekuensi Kelangsungan Usaha KAP di Yogyakarta
21-23
24-26
27-28
57
. Distribusi Kecenderungan Frekuensi Kelangsungan Usaha KAP
Kategori
Rendah
Sedang
Tinggi
Berdasarkan distribusi kecenderungan frekuensi data
Kelangsungan Usaha KAP di Yogyakarta pada tabel 13, dapat
. Histogram Distribusi Kecenderungan Frekuensi
tersebut menunjukkan bahwa frekuensi Kelangsungan
Usaha KAP di Yogyakarta pada kategori kurang sebanyak auditor
%), dan kategori tinggi sebanyak (18,4%).
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa tingkat Kelangsungan
dimensi mutu jasa audit termasuk
23
26
28
58
2. Kompetensi Auditor
Dalam mengukur tingkat Kompentensi Auditor, maka dalam
penelitian ini menggunakan 3 dimensi yaitu tingkat pendidikan, pelatihan
dan pengalaman, dan pendidikan profesional yang berkelanjutan. Hasil
penelitian diperoleh dari angket dengan 9 butir pernyataan dan dengan
jumlah responden sebanyak 38. Berdasarkan data Kompetensi Auditor
yang diolah menggunakan program SPSS versi 16.0 maka diperoleh mean
33,2632, median 34,0000, standar deviasi 2,64763, variance 7,010, nilai
ninimum 28 dan nilai maximum 40.
Penentuan kecenderungan variabel setelah nilai minimum (Xmin) dan
nilai maksimum (Xmax) diketahui, maka selanjutnya mencari nilai rata-rata
ideal (Mi) dengan rumus:
Mi = 2
1 (Xmax + Xmin)
diperoleh Mi = 34. Perhitungan selanjutnya yaitu mencari standar deviasi
ideal (SDi) dengan rumus:
SDi = 6
1 ( Xmax - Xmin)
diperoleh nilai SDi = 2. Adapun pengkategorian variabel adalah sebagai
berikut:
Rendah = X < (Mi – 1 SDi)
Sedang = X > (Mi – 1 SDi) sampai dengan (Mi + 1 SDi)
Tinggi = X > (Mi + 1 SDi)
Berdasarkan acuan di atas dapat dikategorikan dalam 3 kelas yaitu:
Rendah X < 32, Sedang apabila X > 32 sampai dengan 36, dan Tinggi
apabila X > 36 (perhitungan lebih lengkap dapat dilihat dalam
5). Untuk lebih jelasnya mengenai pengkategorian ini, maka dapat dilihat
pada tabel distribusi kecenderungan sebagai berikut:
Tabel 15. Distribusi Kecenderungan Frekuensi Kompetensi Auditor
No. Interval
1. 28-31
2. 32-35
3. 36-40
Total
Sumber: Data yang diolah
Berdasarkan distribusi kecenderungan frekuensi data
Auditor pada tabel 15
Gambar
Tabel 15
Auditor pada kategori kurang sebanyak auditor (
dan kategori tinggi sebanyak (
diketahui bahwa tingkat Kompetensi Auditor di Yogyakarta ditinjau dari
dimensi tingkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman, serta pendidikan
profesional yang berkelanjutan termasuk dalam kategori sedang.
0
5
10
15
20
25
Fre
kuensi
apabila X > 36 (perhitungan lebih lengkap dapat dilihat dalam
5). Untuk lebih jelasnya mengenai pengkategorian ini, maka dapat dilihat
pada tabel distribusi kecenderungan sebagai berikut:
. Distribusi Kecenderungan Frekuensi Kompetensi Auditor
Interval F Persen Kategori
7 18,4 Rendah
21 55,3 Sedang
10 26,3 Tinggi
38 100
Sumber: Data yang diolah
Berdasarkan distribusi kecenderungan frekuensi data Kompetensi
Auditor pada tabel 15, dapat digambarkan histogram sebagai berikut:
Gambar 9. Histogram Distribusi Kecenderungan Frekuensi
Kompetensi Auditor
Tabel 15 tersebut menunjukkan bahwa frekuensi Kompetensi
Auditor pada kategori kurang sebanyak auditor (18,4 %), sedang (
dan kategori tinggi sebanyak (26,3 %). Berdasarkan tabel tersebut dapat
diketahui bahwa tingkat Kompetensi Auditor di Yogyakarta ditinjau dari
dimensi tingkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman, serta pendidikan
profesional yang berkelanjutan termasuk dalam kategori sedang.
28-31 32-35 36-40
Kelas Interval
Distribusi Kecenderungan Frekuensi Kompetensi Auditor
28
32
36
59
apabila X > 36 (perhitungan lebih lengkap dapat dilihat dalam Lampiran
5). Untuk lebih jelasnya mengenai pengkategorian ini, maka dapat dilihat
. Distribusi Kecenderungan Frekuensi Kompetensi Auditor
Kategori
Rendah
Sedang
Tinggi
Kompetensi
, dapat digambarkan histogram sebagai berikut:
Distribusi Kecenderungan Frekuensi
tersebut menunjukkan bahwa frekuensi Kompetensi
%), sedang (55,3 %),
%). Berdasarkan tabel tersebut dapat
diketahui bahwa tingkat Kompetensi Auditor di Yogyakarta ditinjau dari
dimensi tingkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman, serta pendidikan
profesional yang berkelanjutan termasuk dalam kategori sedang.
28-31
32-35
36-40
60
3. Independensi Auditor
Untuk mengukur Independensi Auditor di Yogyakarta, dalam
penelitian ini digunakan 2 dimensi yaitu Independensi dalam fakta (in
fact) dan Independensi dalam penampilan (in appearance). Hasil
penelitian diperoleh dari angket dengan 13 butir pernyataan dan dengan
jumlah responden sebanyak 38. Berdasarkan data Independensi Auditor
yang diolah menggunakan program SPSS versi 16.0 maka diperoleh mean
34,4474, median 34,0000, standar deviasi 2,37893, variance 5,659, nilai
ninimum 30 dan nilai maximum 40.
Penentuan kecenderungan variabel setelah nilai minimum (Xmin) dan nilai
maksimum (Xmax) diketahui, maka selanjutnya mencari nilai rata-rata ideal
(Mi) dengan rumus:
Mi = 2
1 (Xmax + Xmin)
diperoleh Mi = 35. Perhitungan selanjutnya yaitu mencari standar deviasi
ideal (SDi) dengan rumus:
SDi = 6
1 ( Xmax - Xmin)
diperoleh nilai SDi = 2. Adapun pengkategorian variabel adalah sebagai
berikut:
Rendah = X < (Mi – 1 SDi)
Sedang = X > (Mi – 1 SDi) sampai dengan (Mi + 1 SDi)
Tinggi = X > (Mi + 1 SDi)
Berdasarkan perhitungan tersebut dapat dikategorikan dalam 3
kelas yaitu: Rendah X < 33, Sedang apabila X > 33 sampai dengan 37, dan
0
5
10
15
20
Fre
kuensi
Tinggi apabila X > 37 (perhitungan lebih lengkap dapat dilihat dalam
Lampiran 5). Untuk lebih jelasnya mengenai pengkategor
dapat dilihat pada tabel distribusi kecenderungan sebagai berikut:
Tabel 16. Distribusi Kecenderungan Frekuensi Independensi Auditor
No. Interval
1. 30-32
2. 33-36
3. 37-40
Total
Sumber: Data yang diolah
Berdasarkan distribusi kecenderungan frekuensi data Independensi
Auditor pada tabel 1
Tabel 15
Auditor pada kategori kurang sebanyak auditor (
dan kategori tinggi sebanyak (
diketahui bahwa tingkat Independensi Audi
dimensi Independensi dalam fakta (
Gambar 10
30-32 33-36 37-40
Kelas Interval
Distribusi Kecenderungan Frekuensi Independensi Auditor
30-32
33-36
37-40
Tinggi apabila X > 37 (perhitungan lebih lengkap dapat dilihat dalam
Lampiran 5). Untuk lebih jelasnya mengenai pengkategorian ini, maka
dapat dilihat pada tabel distribusi kecenderungan sebagai berikut:
. Distribusi Kecenderungan Frekuensi Independensi Auditor
Interval F Persen Kategori
10 26,3 Rendah
19 50,0 Sedang
9 23,7 Tinggi
38 100
Sumber: Data yang diolah
Berdasarkan distribusi kecenderungan frekuensi data Independensi
Auditor pada tabel 15, dapat digambarkan histogram sebagai berikut:
Tabel 15 tersebut menunjukkan bahwa frekuensi Independensi
Auditor pada kategori kurang sebanyak auditor (26,3 %), sedang (
dan kategori tinggi sebanyak (23,7 %). Berdasarkan tabel tersebut dapat
diketahui bahwa tingkat Independensi Auditor di Yogyakarta ditinjau dari
dimensi Independensi dalam fakta (in fact) dan Independensi dalam
Gambar 10. Histogram Distribusi Kecenderungan
Frekuensi Independensi Auditor
61
32
36
40
Tinggi apabila X > 37 (perhitungan lebih lengkap dapat dilihat dalam
ian ini, maka
dapat dilihat pada tabel distribusi kecenderungan sebagai berikut:
. Distribusi Kecenderungan Frekuensi Independensi Auditor
Kategori
Rendah
Sedang
Tinggi
Berdasarkan distribusi kecenderungan frekuensi data Independensi
, dapat digambarkan histogram sebagai berikut:
tersebut menunjukkan bahwa frekuensi Independensi
%), sedang (50,0 %),
%). Berdasarkan tabel tersebut dapat
tor di Yogyakarta ditinjau dari
) dan Independensi dalam
62
penampilan (in appearance) yang berkelanjutan termasuk dalam kategori
sedang.
D. Uji Prasyarat Analisis Data
Sebelum data dianalisis lebih lanjut menggunakan analisis regresi
berganda, terlebih dahulu diuji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji
multikolinearitas dan uji linearitas agar data yang akan dimasukkan dalam
model regresi telah memenuhi ketentuan dan syarat dalam regresi.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel dependen dan independen keduanya mempunyai
distribusi normal atau tidak. Uji normalitas data dalam penelitian ini
menggunakan Uji Kolmologorov-Smirnov (Uji K-S) dengan hasil analisis
sebagaimana disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 7. Hasil Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kelangsungan
UsahaKAP Kompetensi Independensi
N 38 38 38
Normal Parametersa Mean 24.0789 33.2632 34.4474
Std. Deviation 2.21031 2.64763 2.37893
Most Extreme Differences Absolute .142 .136 .123
Positive .142 .127 .123
Negative -.091 -.136 -.111
Kolmogorov-Smirnov Z .877 .838 .760
Asymp. Sig. (2-tailed) .425 .484 .610
a. Test distribution is Normal.
63
Hasil uji normalitas pada Tabel 7 di atas didapatkan nilai
signifikansi dari Uji K-S masing-masing yaitu: Residual regresi X1
terhadap Y sebesar 0,425, residual regresi X2 terhadap Y sebesar 0,484,
dan residual regresi ganda X1 dan X2 terhadap Y sebesar 0,610. Angka
tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan taraf signifikansi 5% (0,05). Hal
tersebut memberikan gambaran bahwa sebaran data telah memenuhi
asumsi normalitas. Untuk lebih memperjelas tentang sebaran data dalam
penelitian ini maka akan disajikan dalam grafik histogram dan grafik
normal P-plot. Dimana dasar pengambilan keputusan menurut Imam
Ghozali (2005: 149) yaitu:
a) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola
distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas.
b) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/ atau tidak
mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak
menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak
memenuhi asumsi normalitas.
Gambar 3. Histogram Hasil Pengujian Asumsi Normalitas
64
Gambar 4. Hasil Pengujian Asumsi Normalitas dengan P-Plot
Dengan melihat tampilan grafik histogram maupun grafik normal
P-Plot diatas dapat disimpulkan bahwa grafik histogram memberikan pola
distribusi yang mendekati normal, sedangkan pada grafik normal P-Plot
terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal, serta arah
penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Kedua grafik tersebut
menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai karena memenuhi asumsi
normalitas.
2. Uji Linearitas
Uji linearitas digunakan untuk mengetahui hubungan antara
variabel bebas dan variabel terikat bersifat linear atau tidak. Pengujian ini
menggunakan uji lagrange multiplier. Kriteria yang digunakan yaitu
regresi dikatakan linear jika c2 hitung < c
2 tabel dan regresi dikatakan
65
linear jika nilai signifikansi lebih besar dari alpha yang ditentukan yaitu
5% (0,05).
Tabel 8. Model Summary Regresi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .490a .240 .196 1.98156
a. Predictors: (Constant), Independensi, Kompetensi
b. Dependent Variable: KelangsunganUsahaKAP
Tabel 9. ANOVA Regresi
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 43.332 2 21.666 5.518 .008a
Residual 137.431 35 3.927
Total 180.763 37
a. Predictors: (Constant), Independensi, Kompetensi
b. Dependent Variable: KelangsunganUsahaKAP
Berdasarkan tampilan output menunjukkan R2 sebesar 0,240
dengan jumlah n 38, maka besarnya c2 hitung = 38 x 0,240 = 9,12 Nilai ini
dibandingkan dengan c2
tabel dengan df=34 dan tingkat signifikansi 0,05
didapat c2
tabel sebesar 48,6. Oleh karena nilai c
2 hitung lebih kecil dari c
2
tabel, maka dapat disimpulkan bahwa kedua garis regresi berbentuk linear.
3. Uji Multikolineritas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas penelitian.
66
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
bebas. Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat tabel berikut:
Tabel 10. Hasil Uji Multikolineritas
Berdasarkan Tabel 10 di atas dapat dilihat bahwa angka tolerance
dari variabel bebas kompetensi dan independensi mempunyai nilai
tolerance lebih dari 10 % (0,914/ 91,4%) dan nilai Variance Inflation
Factor (VIF) tidak lebih dari 10 (1,095). Dengan demikian dapat
disimpulkan dalam model regresi tidak terjadi multikolinearitas antar
variabel bebas tersebut.
4. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas dimaksudkan untuk mengetahui
kesamaan varian masing-masing variabel bebas X1 dan X2 terhadap
variabel terikat (Y). Pengujian homogenitas terhadap variabel penelitian
digunakan uji heterokedastisitas. Deteksi terhadap masalah
heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat grafik sebaran nilai residual.
Uji heteroskedastisitas menggunakan metode grafik plot Regression
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 6.095 5.511 1.106 .276
Kompetensi .282 .129 .338 2.189 .035 .914 1.095
Independensi .250 .143 .269 1.745 .090 .914 1.095
a. Dependent Variable: KelangsunganUsahaKAP
67
Standarized Predicted Value dengan Regression Stutentised Residual.
Hasil pengujian dapat dilihat pada gambar 11 berikut ini:
Gambar 5. Grafik Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan grafik scatterplot di atas tampak bahwa sebaran data
tidak membentuk pola yang jelas, titik-titik data menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian dapat disimpulkan model
regresi ini telah memenuhi asumsi heterokedastisitas, hal ini menunjukkan
bahwa variasi data homogen.
E. Hasil Pengujian Hipotesis
1. Uji Hipotesis Linear Sederhana
Uji regresi linear sederhana digunakan untuk menguji hipotesis
pertama yang dimaksud untuk menganalisis pengaruh antara variabel
dependen (Y) dengan satu variabel independen (X). Pengolahan data
menggunakan SPSS versi 16.0.
68
a. Terdapat pengaruh antara Kompetensi Auditor dengan Kelangsungan
Usaha KAP di Yogyakarta. Berikut adalah tabel hasil pengujian data
menggunakan linear sederhana.
Tabel 18. Model Summary Regresi X1 terhadap Y
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .417a .174 .151 2.03707
a. Predictors: (Constant), Kompetensi
Tabel 19. Koefisien Regresi X1 terhadap Y
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 12.510 4.220 2.964 .005
Kompetensi .348 .126 .417 2.750 .009
a. Dependent Variable: KelangsunganUsahaKAP
1) Persamaan Garis regresi
Dari tabel tersebut diperoleh persamaan regresi sebagai
berikut:
Y = 12,510 + 0,348X1
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa nilai koefisien X1
(Kompetensi Auditor) sebesar 0,348 yang berarti apabila nilai X1
(Kompetensi Auditor) meningkat 1 poin maka Y (Kelangsungan
Usaha KAP di Yogyakarta) akan naik sebesar 0,348 poin.
69
2) Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi menunjukkan tingkat ketepatan garis
regresi. Garis regresi digunakan untuk menjelaskan proporsi dari
Kelangsungan Usaha KAP di Yogyakarta (Y) yang diterangkan
oleh variabel independennya Kompetensi Auditor (X1). Koefisien
determinasi R2 yang diperoleh adalah 0,174 berarti bahwa 17,4 %
variasi atau naik turunnya nilai Kelangsungan Usaha KAP di
Yogyakarta dipengaruhi oleh variabel Kompetensi Auditor.
Sisanya sebesar 82,6 % (100%-17,4%) dipengaruhi oleh variabel-
variabel lain yang tidak dianalisis dalam uji hipotesis ini.
3) Pengujian Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji Statistik t).
Dari Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-
masing variabel bebas terhadap variabel terikat yaitu antara
Kompetensi Auditor terhadap Kelangsungan Usaha KAP di
Yogyakarta. Dari hasil analisis data, didapatkan koefisien regresi
sebesar 0,417, nilai t hitung sebesar 2,750 dengan signifikansi
sebesar 0,009 sehingga hipotesis pertama diterima. Adapun
signifikansinya kurang dari taraf signifikansi 5 % (0,05) yang
berarti hipotesis nol ditolak atau nilai t hitung lebih tinggi
dibandingkan dengan t tabel pada taraf signifikansi 5% yaitu
sebesar (2,019541).
70
b. Terdapat pengaruh antara Independensi Auditor dengan Kelangsungan
Usaha KAP di Yogyakarta. Berikut adalah tabel hasil pengujian data
menggunakan linear sederhana:
Tabel 20. Model Summary Regresi X2 terhadap Y
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .368a .136 .112 2.08327
a. Predictors: (Constant), Independensi
Tabel 21. Koefisien Regresi X2 terhadap Y
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 12.291 4.971 2.473 .018
Independensi .342 .144 .368 2.377 .023
a. Dependent Variable: KelangsunganUsahaKAP
1) Persamaan Garis regresi
Dari tabel tersebut diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
Y = 12,291 + 0,342X2
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa nilai koefisien X2
(Independensi Auditor) sebesar 0,342 yang berarti apabila nilai X2
(Independensi Auditor) meningkat 1 poin maka Y (Kelangsungan
Usaha KAP di Yogyakarta) akan naik sebesar 0,342 poin.
2) Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi menunjukkan tingkat ketepatan garis
regresi. Garis regresi digunakan untuk menjelaskan proporsi dari
71
Kelangsungan Usaha KAP di Yogyakarta (Y) yang diterangkan
oleh variabel independennya Independensi Auditor (X2). Koefisien
determinasi R2 yang diperoleh adalah 0,136 berarti bahwa 13,6 %
variasi atau naik turunnya nilai Kelangsungan Usaha KAP di
Yogyakarta dipengaruhi oleh variabel Independensi Auditor.
Sisanya sebesar 86,4 % (100-13,6) dipengaruhi oleh variabel-
variabel lain yang tidak dianalisis dalam uji hipotesis ini.
3) Pengujian Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji Statistik t)
Dari Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing
variabel bebas terhadap variabel terikat yaitu antara Independensi
Auditor terhadap Kelangsungan Usaha KAP di Yogyakarta. Dari
hasil analisis data, didapatkan koefisien regresi sebesar 0,368, nilai
t hitung sebesar 2,377 dengan signifikansi sebesar 0,023 sehingga
hipotesis kedua diterima. Adapun signifikansinya kurang dari taraf
signifikansi 5% (0,05) yang berarti hipotesis nol ditolak atau nilai t
hitung lebih tinggi dibandingkan dengan t tabel pada taraf
signifikansi 5% yaitu sebesar (2,019541).
2. Uji Hipotesis Linear Berganda
Uji regresi linear berganda digunakan untuk menguji hipotesis
ketiga yang dimaksud untuk menganalisis pengaruh variabel independen
(X1 dan X2) secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Y).
Pengolahan data menggunakan SPSS versi 16.0.
72
Tabel 22. Model Summary Regresi X1, X2 terhadap Y
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .490a .240 .196 1.98156
a. Predictors: (Constant), Independensi, Kompetensi
Tabel 23. Koefisien Regresi X1, X2 terhadap Y
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 6.095 5.511 1.106 .276
Kompetensi .282 .129 .338 2.189 .035
Independensi .250 .143 .269 1.745 .090
a. Dependent Variable: KelangsunganUsahaKAP
Tabel 24. ANOVA Regresi X1, X2 terhadap Y
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 43.332 2 21.666 5.518 .008a
Residual 137.431 35 3.927
Total 180.763 37
a. Predictors: (Constant), Independensi, Kompetensi
b. Dependent Variable: KelangsunganUsahaKAP
a. Persamaan Garis regresi
Dari tabel tersebut diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
Y = 6,095 + 0,282X1 + 0,250X2
73
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa baik konstanta maupun
koefisien variabel-variabel independen memiliki nilai positif. Hal ini
menandakan bahwa persamaan regresi berganda tersebut memiliki
hubungan yang searah, yang berarti Kelangsungan Usaha KAP di
Yogyakarta (Y) akan meningkat seiring dengan meningkatnya
Kompetensi (X1) dan Independensi Auditor (X2).
Nilai koefisien X1 sebesar 0,282 yang berarti apabila nilai X1
(Independensi Auditor) meningkat 1 poin maka Y (Kelangsungan
Usaha KAP di Yogyakarta) akan naik sebesar 0,282 poin dengan
asumsi X2 tetap. Koefisien X2 sebesar 0,250 yang berarti apabila nilai
Kompetensi Auditor (X2) meningkat 1 poin maka Kelangsungan Usaha
KAP di Yogyakarta (Y) akan meningkat sebesar 0,250 poin dengan
asumsi X1 tetap.
Konstanta sebesar 6,095 berarti bahwa KAP tetap dapat memiliki
kelangsungan usaha sebesar 6,095 meskipun variabel independennya
(bebas) nol.
b. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi menunjukkan tingkat ketepatan garis regresi.
Garis regresi digunakan untuk menjelaskan proporsi dari
Kelangsungan Usaha KAP di Yogyakarta (Y) yang diterangkan oleh
variabel independennya kompetensi (X1) dan Independensi Auditor
(X2). Berdasarkan hasil analisis data didapat R2 sebesar 0,240. Nilai
tersebut berarti 24,0 % perubahan pada variabel Kelangsungan Usaha
KAP di Yogyakarta (Y) dapat diterangkan oleh variabel
74
independennya Kompetensi (X1) dan Independensi Auditor (X2),
sedangkan sisanya sebesar 76,0 % dijelaskan oleh variabel yang lain
yang tidak dianalisis dalam uji hipotesis ini.
c. Pengujian Koefisien Regresi Secara Bersama (Uji F)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel
Kompetensi (X1) dan Independensi Auditor (X2) secara bersama-sama
(simultan) dapat berpengaruh terhadap Kelangsungan Usaha KAP di
Yogyakarta (Y). Berdasarkan hasil analisis data koefisien regresi (R)
sebesar 0,490. Uji signifikansi menggunakan uji F, kriteria yang
digunakan jika F hitung > F tabel maka hipotesis diterima dan
sebaliknya jika F hitung < F tabel maka hipotesis ditolak. Berdasarkan
hasil uji diperoleh nilai F hitung sebesar 6,185 jika dibandingkan
dengan nilai F tabel sebesar 5,518 pada taraf signifikansi 5%, maka
nilai F hitung > F tabel sehingga hipotesis ketiga diterima. Selain itu
probabilitas sebesar 0,008 lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05. Hal
ini berarti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Kompetensi
(X1) dan Independensi Auditor (X2) terhadap Kelangsungan Usaha
KAP di Yogyakarta (Y).
F. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh antara Kompetensi
(X1) dan Independensi Auditor (X2) terhadap Kelangsungan Usaha KAP di
Yogyakarta (Y). Berdasarkan hasil analisis, maka pembahasan tentang hasil
penelitian sebagai berikut.
75
Hasil penelitian ini mendukung hipotesis pertama bahwa terdapat
pengaruh antara Kompetensi Auditor (X1) terhadap Kelangsungan Usaha
KAP di Yogyakarta (Y). Hal ini berarti Kelangsungan Usaha KAP di
Yogyakarta dapat dicapai jika auditor memiliki Kompetensi yang baik.
Hasil penelitian secara parsial untuk variabel Kompetensi Auditor (X1)
diproksikan melalui tingkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman, dan
pendidikan profesional yang berkelanjutan seorang auditor. Berdasarkan hasil
penelitian, variabel Kompetensi Auditor (X1) memiliki nilai koefisien
determinasi (R²) sebesar 17,4 % yang berarti bahwa variasi atau naik
turunnya nilai Kelangsungan Usaha KAP (Y) dipengaruhi oleh variabel
Kompetensi Auditor (X1) sebesar 17,4 % dan sisanya sebesar 82,6 %
dipengaruhi oleh variabel-variabel lain.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan
antara Kompetensi Auditor (X1) dengan kelangsungan usaha Kantor Akuntan
Publik (KAP) di Yogyakarta (Y) yang ditunjukkan dengan signifikansi yang
di bawah 0,05 yaitu sebesar 0,009. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Canyaning (2003) yang didasarkan pada komponen tingkat
pendidikan yang memadai, sering dilakukan pelatihan-pelatihan, serta
seringnya auditor mengikuti pendidikan profesional berkelanjutan, sehingga
dapat mengetahui setiap perubahan-perubahan dan perkembangan yang
terjadi dalam bidang akuntansi ataupun bidang-bidang yang lain. Auditor
sebagai ujung tombak pelaksanaan tugas audit memang harus senantiasa
meningkatkan pengetahuan yang telah dimiliki agar penerapan pengetahuan
dapat maksimal dalam praktiknya. Penerapan pengetahuan yang maksimal
76
tentunya akan sejalan dengan semakin bertambahnya pengalaman yang
dimiliki. Sesuai dengan standar umum bahwa auditor disyaratkan memiliki
pengalaman kerja yang cukup dalam profesi yang ditekuninya, serta
dituntut untuk memenuhi kualifikasi teknis dan berpengalaman dalam
bidang industri yang digeluti kliennya (Alvin A. Arens dan James K.
Loebbecke, 1995: 21). Pengalaman juga akan memberikan dampak pada
setiap keputusan yang diambil dalam pelaksanaan audit sehingga diharapkan
setiap keputusan yang diambil adalah merupakan keputusan yang tepat. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa semakin lama masa kerja yang dimiliki
auditor maka auditor akan semakin baik pula kualitas audit yang dihasilkan.
Hasil penelitian ini mendukung hipotesis kedua bahwa terdapat
pengaruh antara Independensi Auditor (X2) terhadap Kelangsungan Usaha
KAP di Yogyakarta (Y). Adapun untuk variabel Independensi Auditor (X2)
yang diproksikan dalam independensi dalam fakta (in fact) dan independensi
dalam penampilan (in appearance) dengan indikator berupa kejujuran dalam
melaksanakan audit, pemberian jasa lain selain jasa audit oleh KAP,
hubungan auditor dengan klien di luar hubungan audit, besarnya fee audit,
waktu (lamanya) penugasan audit, dan pemberian fasilitas dari klien
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Kelangsungan Usaha KAP di
Yogyakarta (Y). Berdasarkan hasil penelitian, variabel Independensi Auditor
(X2) memiliki nilai koefisien determinasi parsial (R²) sebesar 0,136 yang
berarti bahwa 13,6 % variasi atau naik turunnya nilai Kelangsungan Usaha
KAP (Y) dipengaruhi oleh variabel Independensi Auditor (X2) dan sisanya
sebesar 86,4 % dipengaruhi oleh variabel-variabel lain.
77
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan
antara Independensi Auditor (X2) dengan Kelangsungan Usaha Kantor
Akuntan Publik (KAP) di Yogyakarta (Y) yang ditunjukkan dengan nilai
signifikansi di bawah 0,05 yaitu 0,023. Hal ini tidak sejalan dengan hasil
penelitian Canyaning (2003) yang mengemukakan bahwa dalam
menggunakan jasa suatu KAP, klien tidak memperhatikan apakah KAP
tersebut independen ataupun tidak. Auditor harus memiliki kemampuan
dalam mengumpulkan setiap informasi yang dibutuhkan dalam
pengambilan keputusan audit dimana hal tersebut harus didukung dengan
sikap independen. Tidak dapat dipungkiri bahwa sikap independen
merupakan hal yang melekat pada diri auditor, sehingga independen seperti
telah menjadi syarat mutlak yang harus dimiliki. Tidak mudah menjaga
tingkat independensi agar tetap sesuai dengan jalur yang seharusnya.
Kerjasama dengan klien yang terlalu lama bisa menimbulkan kerawanan atas
independensi yang dimiliki auditor. Belum lagi berbagai fasilitas yang
disediakan klien selama penugasan audit untuk auditor. Bukan tidak mungkin
auditor menjadi ”mudah dikendalikan” oleh klien karena auditor berada
dalam posisi yang dilematis.
Hasil penelitian ini mendukung hipotesis ketiga bahwa terdapat
pengaruh antara Kompetensi (X1) dan Independensi Auditor (X2) terhadap
Kelangsungan Usaha KAP di Yogyakarta (Y). Dari hasil analisis secara
simultan, menunjukkan bahwa Kompetensi dan Independensi Auditor
berpengaruh signifikan terhadap Kelangsungan Usaha KAP di Yogyakarta
yang diproksikan pada mutu jasa audit. Dari hasil penelitian secara simultan
78
diketahui koefisien determinasi (R²) sebesar 24,0 % , yang berarti bahwa naik
turunnya nilai Kelangsungan Usaha KAP di Yogyakarta (Y) dipengaruhi oleh
variabel Kompetensi (X1) dan Independensi Auditor (X2) sebesar 24,0 % dan
selebihnya 76 % ditentukan oleh faktor lain di luar penelitian ini.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan
antara Kompetensi (X1) dan Independensi Auditor (X2) terhadap
Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP) di Yogyakarta (Y) yang
ditunjukkan dengan nilai signifikansi di bawah 0,05 yaitu sebesar 0,008. Dari
hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa Kelangsungan Usaha KAP di
Yogyakarta akan meningkat seiring dengan meningkatnya Kompetensi dan
Independensi Auditor.
Hasil tersebut dapat dipahami bahwa untuk meningkatkan mutu jasa
audit, seorang auditor sangat bergantung pada tingkat kompetensinya. Jika
auditor memiliki kompetensi yang baik maka auditor akan dengan mudah
melakukan tugas-tugas auditnya dan sebaliknya jika rendah maka dalam
melaksanakan tugasnya, auditor akan mendapatkan kesulitan-kesulitan
sehingga kualitas audit yang dihasilkan akan rendah pula. Adapun tingkat
independensi merupakan faktor yang menentukan dari mutu jasa audit, hal ini
dapat dipahami karena jika auditor benar-benar independen maka akan tidak
terpengaruh oleh kliennya. Auditor akan dengan leluasa melakukan tugas-
tugas auditnya. Namun jika tidak memiliki independensi terutama jika
mendapat tekanan-tekanan dari pihak klien maka kualitas audit yang
dihasilkannya tidak akan maksimal. Kredibilitas auditor tentu sangat
tergantung dari kepercayaan masyarakat yang menggunakan jasa mereka.
79
Auditor yang dianggap telah melakukan kesalahan maka akan mengakibatkan
mereduksinya kepercayaan klien. Kepercayaan masyarakat akan Kompetensi
dan Independensi Auditor suatu KAP secara tidak langsung akan membawa
pengaruh terhadap eksistensi atau Kelangsungan Usaha KAP dimana auditor
tersebut bertugas.
G. Keterbatasan
Setelah mengadakan penelitian, maka keterbatasan penelitian yang
dapat disampaikan adalah:
1. Penelitian ini terbatas pada objek penelitian profesi auditor yang bekerja
dalam Kantor Akuntan Publik (KAP) di Yogyakarta, sehingga
dimungkinkan adanya perbedaan hasil, pembahasan ataupun kesimpulan
untuk objek penelitian yang berbeda.
2. Sedikitnya data yang diperoleh, karena alasan kesibukan dari responden.
3. Penelitian hanya menggunakan kuesioner dalam pengumpulan data, maka
memungkinkan data yang diperoleh bias, dibandingkan apabila juga
dilakukan observasi dan wawancara langsung.
4. Karena keterbatasan responden, maka untuk uji coba instrumen
menggunakan uji terpakai.
Tidak adanya kontrol responden untuk mengetahui kebenaran hasil
penelitian, sehingga tidak diketahui apakah kuesioner benar-benar diisi oleh
pihak-pihak yang dimaksud ataukah tidak, dan tidak dapat diketahui apakah
maksud semua pertanyaan dalam kuesioner dipahami oleh responden
75
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Kompetensi dan
Independensi Auditor terhadap Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik
(KAP) di Yogyakarta. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara Kompetensi Auditor (X1)
dengan Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP) di
Yogyakarta (Y) yang ditunjukkan dengan nilai t hitung > t tabel untuk
taraf signifikansi 5% yaitu sebesar (2,7507 > 2,019541). Dari hasil analisis
juga diperoleh koefisien regresi rx1y sebesar 0,417 dan koefisien
determinasi R2 sebesar 0,174 yang berarti bahwa variasi atau naik
turunnya nilai Kelangsungan Usaha KAP di Yogyakarta (Y) dipengaruhi
oleh variabel Kompetensi Auditor (X1) sebesar 17,4 % dan sisanya sebesar
82,6 % dipengaruhi oleh variabel-variabel lain.
2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara Independensi Auditor (X2)
dengan Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP) di Yogyakarta
(Y) yang ditunjukkan dengan nilai t hitung > t tabel untuk taraf
signifikansi 5% yaitu sebesar (2,377 > 2,019541). Dari hasil analisis juga
diperoleh koefisien regresi rx1y sebesar 0,368 dan koefisien determinasi R2
sebesar 0,136 yang berarti bahwa 13,6 % variasi atau naik turunnya nilai
Kelangsungan Usaha KAP di Yogyakarta (Y) dipengaruhi oleh variabel
76
Independensi Auditor (X2) dan sisanya sebesar 86,4 % dipengaruhi oleh
variabel-variabel lain.
3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara Kompetensi (X1) dan
Independensi Auditor (X2) terhadap Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan
Publik (KAP) di Yogyakarta (Y) yang ditunjukkan dengan nilai F hitung >
F tabel untuk taraf signifikansi 5% yaitu sebesar 6,185 (> 5,518). Dari
hasil analisis juga diperoleh koefisien regresi rx1y sebesar 0,490 dan
koefisien determinasi R2 sebesar 0,240 yang berarti bahwa 24,0 % variasi
atau naik turunnya nilai Kelangsungan Usaha KAP di Yogyakarta (Y)
dapat ditentukan oleh faktor Kompetensi (X1) dan Independensi Auditor
(X2), sisanya sebesar 76,0 % ditentukan oleh variabel-variabel lain.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka diajukan
saran, antara lain:
1. Untuk meningkatkan Kelangsungan Usaha serta mempertahankan KAP
dari persaingan, hendaknya KAP di Yogyakarta semakin meningkatkan
kompetensi auditornya, yaitu dengan lebih banyak mengadakan pelatihan-
pelatihan serta lebih sering atau bahkan selalu mengikuti pendidikan
profesional berkelanjutan.
2. Untuk para auditor diharapkan meningkatkan independensinya, karena
faktor independensi dapat mempengaruhi kualitas audit. Auditor yang
mendapat tugas dari kliennya diusahakan benar-benar independen, tidak
mendapat tekanan dari klien, tidak memiliki perasaan sungkan sehingga
77
dalam melaksanakan tugas auditnya benar-benar objektif dan dapat
menghasilkan audit yang berkualitas.
78
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim. (2003). Auditing (Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan.
Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Aji Dedi Mulawarman. (2008). Rekonstruksi Independensi Akuntan Publik.
(http://ajidedim.wordpress.com/2008/03/21/rekonstruksiindependensiakun
tanpublik-bagian-1/ , diakses tanggal 22 Januari 2009).
Altman, E dan McGough, T, 1974. Evaluation of a Company as A Going
Concern. Journal of Accountancy. December. 50-57.
Alvin Arens & James K. Loebbecke (1995). Auditing (Suatu Pendekatan
Terpadu). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Arikunto, Suharismi. (2007). Manajemen Penelitian. Jakarta: Penerbit Rineka
Cipta.
Canyaning. (2003). Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap
Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP) di Malang.
(http://www19.indowebster.com/7aJ2c9fe52e32a8346961746451b931a0,
diakses 5 Januari 2009).
Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Kamus Besar Indonesia, edisi ke 3.
Jakarta: Balai Pustaka.
Eunike Christina Elfarini. (2007). Pengaruh Kompetensi dan Independensi
Auditor terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan
Publik di Jawa Tengah). Skripsi Universitas Negeri Semarang.
(http://digilib.unnes.ac.id/gsdlcollect/skripsi/indexassoc/HASH017df1097
d28.dirdoc.pdf , diakses 3 April 2009)
Gray & Manson. (2000). The Audit Process, Principles, Practice and Cases.
Second Edition. Thomson Learning.
Haryono Jusup, Al. (2001). Auditing (Pengauditan). Yogyakarta: Bagian
Penerbitan STIE YKPN.
Herawaty Arleen dan Yulius Kurnia Susanto. (2008). Profesionalisme,
Pengetahuan Akuntan Publik dalam Mendeteksi Kekeliruan, Etika Profesi
dan Pertimbangan Tingkat Materialitas. The 2nd National Conference
UKWMS Surabaya, 6 September 2008.
79
Herliansyah, Yudhi dan Meifida Ilyas. (2006). Pengaruh Pengalaman Auditor
terhadap Penggunaan Bukti tidak Relevan dalam Auditor Judgment.
Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang.
http://www.iaiglobal.or.id/tentang_iai.php.htm ), diakses tanggal 26
Februari 2009.
http://www.iaiglobal.or.id/tentang_iai.php.htm, diakses tanggal 19 April 2009
http://my.opera.com/winsolu/blog/pengertian-kompetensi, diakses tanggal 19
April 2009
Ida Suraida. (2005). Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit dan Risiko
Audit terhadap Skeptisisme Profesional Auditor dan Ketepatan Pemberian
Opini Akuntan Publik. Sosiohumaniora, Vol. 7, No. 3, November 2005:
186 – 202. (http://resources.unpad.ac.id/unpad-content, diakses tanggal 13
April 2009).
Ikatan Akuntan Indonesia. (2001). Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta:
Salemba Empat.
Imam Ghozali. (2005). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Badan penerbit Universitas Diponegoro.
Nur Indriantoro, dan Bambang Supomo. (2002). Metodologi Penelitian Bisnis.
Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
M. Hasan Iqbal. (2005). Pokok-pokok Materi Statistik 2. Jakarta: Bumi Aksara.
Kusharyanti. 2003. Temuan penelitian mengenai kualitas audit dan kemungkinan
topik penelitian di masa datang. Jurnal Akuntansi dan Manajemen
(Desember). Hal.25-60.
Lenard, Mary Jane, Perualz Alam, dan David Booth. (1998). “ An Analysis of
Fuzzy Clustering and a Hybrid Model for Auditor’s Going
Concern”.(www.google.com, diakses tanggal 13 April 2009).
Mayangsari, Sekar. (2003). Analisis Pengaruh Independensi, Kualitas Audit, serta
Mekanisme Corporate Governance terhadap Integritas Laporan
Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi VI Surabaya, Oktober.
Mayangsari, Sekar. (2003). Pengaruh Keahlian dan Independensi terhadap
Pendapat Audit: Sebuah Kuasieksperimen. Jurnal Riset Akuntansi
Indonesia Vol.6 No.1 (Januari).
Mautz, R.K. and Hussen A. Sharaf. 1993. The Philoshopy of Auditing. American
Accounting Association.
80
Mulyadi dan Kanaka Puradiredja. (1998). Auditing Pendekatan Terpadu. Jakarta.
Salemba Empat.
Munawir, H. S. (1999). Auditing Modern. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Nizarul, dkk. (2007). Pengaruh Kompetensi dan Independensi Terhadap Kualitas
Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi. Simposium
Nasional Akuntansi X Makasar.
Ramaraya Tri Koroy. (2005). Pengaruh Preferensi Klien dan Pengalaman Audit
Terhadap Pertimbangan Auditor. Simposium Nasional Akuntansi VIII
Solo.
Santy Setiawan. (2006). “Opini Going Concern dan Prediksi Kebangkrutan
Perusahaan”. Jurnal Ilmiah Akuntansi, Vol V No 1. Mei. Hal 59-67.
Siti Kurnia Rahayu. (2010). Auditing, Konsep Dasar dan Pedoman Pemeriksaan
Akuntan Publik. Edisi pertama. Yogyakarta, Graha Ilmu
Soehardi Sigit. (1999). Pengantar Metodoilogi Penelitian Sosial – Bisnis –
Manajemen. Yogyakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Sarjanawiyata
Tamansiswa.
Sujana Ismaya. (2006). Kamus Akuntansi. Bandung : Pustaka Grafika.
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2003). Statistika untuk Peneliitian. Bandung: Alfabeta.
Supriyono. (1988). Pemeriksaan Akuntan (Auditing). Yogyakarta: BPFE
Yogyakarta.
Yulius Jogi Christiawan. (2002). Pengaruh Kompetensi dan Independensi
terhadap Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP) di
Surabaya. Journal Directory: Kumpulan Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Unika Petra. Vol. 4 / No. 2. (http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting/,
diakses tanggal 22 Januari 2009)
Yulius Jogi Christiawan. (2005). Aktivitas Pengendalian Mutu Jasa Audit
Laporan Keuangan Historis (Studi Kasus Pada Beberapa Kantor Akuntan
Publik Di Surabaya). Jurnal Akuntansi & Keuangan Unika Petra, Vol. 7,
No. 1, Mei 2005: 61- 88. (http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/, diakses
tanggal 22 Januari 2009).
81
82
LAMPIRAN:
1. Kuesioner (Instrumen Penelitian)
2. Tabel Data Uji Instrumen
3. Uji Validitas dan Reliabilitas
4. Data Penelitian
5. Perhitungan Kecenderungan
Frekuensi
6. Uji Normalitas
7. Uji Linearitas
8. Uji Multikolineritas
9. Uji Heteroskedastisitas
10. Hasil Regresi
11. Daftar KAP di Yogyakarta
12. Surat Izin Penelitian
13. Surat Keterangan Penelitian
83
Kepada Yth.
Bpk/ Ibu/ Sdr/i Auditor KAP ...................................
Di Yogyakarta
Dengan hormat,
Saya,
Nama : Aditya Wiramurti
NIM : 05412144004
Prodi/ Fakultas : Akuntansi/ Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi
Universitas : Universitas Negeri Yogyakarta
Sedang melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH KOMPETENSI
AUDITOR DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP
KELANGSUNGAN USAHA KANTOR AKUNTAN PUBLIK”.
Tujuan dari penelitian ini untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana S1
Program Studi Akuntansi Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri
Yogyakarta.
Berkaitan dengan hal tersebut, saya mohon kesediaan Bpk/ Ibu/ Sdr/i untuk
mengisi pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner ini dengan lengkap. Sebagai
peneliti saya memegang teguh etika penelitian dengan tidak membocorkan
informasi yang Bpk/ Ibu/ Sdr/i isikan dalam angket.
Atas perhatian dan berkenannya Bpk/ Ibu/ Sdr/i untuk mengisi kuesioner ini saya
ucapkan terima kasih.
Hormat Saya,
Aditya Wiramurti
84
KUESIONER PENELITIAN
Identitas responden
1. Nama KAP :
2. Nama Responden : (boleh tidak diisi)
3. Umur Responden :
4. Jenis Kelamin : ( ) pria ( ) wanita
5. Jenjang pendidikan : ( ) D3 ( ) S1 ( ) S2 ( ) S3
6. Lama Bpk/ Ibu/ Sdr/i bekerja pada KAP tempat bekerja saat ini ... tahun.
7. Apa kedudukan Anda dlm KAP
( ) Magang ( ) Auditor Yunior ( ) dll.
( ) Supervisor ( ) Auditor Senior
( ) Staf Auditor ( ) Manajer KAP
8. Kursus atau pelatihan di bidang akuntansi, keuangan dan audit yang pernah
Anda peroleh : 1 ………………………
2 ………………………
3 ………………………
85
Cara pengisian kuesioner
Bpk/ Ibu/ Sdr/i responden cukup memberikan tanda silang (X) pada pilihan
jawaban yang tersedia (rentang angka 1 sampai dengan 4) sesuai dengan pendapat
Bpk/ Ibu/ Sdr/i. Setiap pertanyaan mengharapkan hanya satu jawaban. Setiap
angka akan mewakili tingkat kesesuaian dengan fakta yang sesuai dengan situasi
dan kondisi Bpk/ Ibu/ Sdr/i.
STS (Sangat Tidak Setuju)
TS (Tidak Setuju)
S (Setuju)
SS (Sangat Setuju)
A. Kompetensi Auditor
No
.
Pernyataan SS S TS STS
1. Sebagai auditor, saya mampu dan telah
memenuhi kualifikasi personel (indeks
prestasi, asal perguruan tinggi dan lain-lain).
2. Sebagai auditor, saya telah menempuh dan
lulus ujian sertifikasi akuntan publik (USAP)
yang diselenggarakan oleh IAI
Kompartemen Akuntan Publik.
3. Selain pendidikan formal, untuk melakukan
audit yang baik, saya juga membutuhkan
pengetahuan yang diperoleh dari kursus dan
pelatihan-pelatihan khususnya di bidang
audit.
4. Keahlian khusus yang saya miliki dapat
mendukung proses audit yang saya lakukan.
86
No
.
Pernyataan SS S TS STS
5. KAP tempat saya bekerja/ magang selalu
mengadakan trainning teknis yang cukup
yang mencakup aspek teknis maupun
pendidikan umum terhadap auditor baru
sebelum melakukan tugasnya.
6. KAP tempat saya bekerja/ magang selalu
mengadakan review atas pekerjaan auditor
yunior oleh auditor senior/ atasan.
7. Pemilik KAP selalu melakukan monitoring
terhadap kegiatan audit auditornya.
8. Semakin banyak jumlah klien yang saya
audit menjadikan audit yang saya lakukan/
kualitas menjadi semakin lebih baik.
9. Saya telah memiliki banyak pengalaman
dalam bidang audit dengan berbagai macam
klien sehingga audit yang saya lakukan
menjadi lebih baik.
10. Sebagai seorang auditor, saya telah memiliki
pengalaman kerja dalam audit umum lebih
dari atau sama dengan 3000 jam dan pernah
menduduki jabatan ketua/ manajer tim audit
sekurang-kurangnya 1 tahun.
11. Jumlah auditor senior dalam KAP tempat
saya bekerja/ magang lebih banyak dari pada
auditor yunior.
12. Sebagai auditor, saya harus selalu mengikuti
dan berpartisipasi penuh dalam pendidikan
profesi berkelanjutan berupa seminar dan
sebagainya yang diselenggarakan oleh IAI
Kompartemen Akuntan Publik untuk
meningkatkan kompetensi seorang auditor.
87
B. Independensi Auditor
No
.
Pertanyaan SS S TS STS
13. Sebagai auditor, saya harus mampu
mempertahankan independensi, integritas,
dan objektivitas dalam kondisi apapun.
14. Sebagai auditor, saya harus selalu mengacu
pada standar umum dan prinsip akuntansi
dalam setiap pelaksanaan pekerjaan.
15. Saya takut untuk mengungkapkan keadaan
perusahaan klien sebenarnya.
16. Dalam menentukan pendapat atas laporan
keuangan, saya tidak mendapat tekanan dari
siapapun.
17. Sebagai auditor, saya tidak pernah
memberikan jasa lain selain jasa audit
kepada klien pada saat penugasan, misalnya
pembuatan jurnal, buku besar, laporan
keuangan, ataupun jasa konsultasi karena
akan mengganggu independensi auditor.
18. Jika salah satu anggota keluarga seorang
auditor memiliki saham dalam perusahaan
klien yang diaudit, maka opini dari auditor
tersebut diragukan keakuratannya.
19. Seorang auditor akan lebih mudah dalam
melakukan audit laporan keuangan bila ada
hubungan dengan klien.
20. Sebagai auditor, saya selalu menjaga dan
menghormati kerahasiaan klien dan tidak
pernah menerima fee yang dapat merusak
citra profesi dan mengganggu independensi.
21. Dengan audit fee yang besar akan
mempengaruhi pendapat audit yang saya
berikan.
88
No
.
Pernyataan SS S TS STS
22. Auditor dalam melakukan penugasan audit
pada klien tertentu (sudah lebih dari 3 tahun)
dapat merusak independensi auditor.
23. Tidak semua kesalahan klien yang saya
temukan akan saya laporkan, karena lamanya
hubungan dengan klien tersebut.
24. Saya selalu menolak pemberian fasilitas yang
menunjang dari klien karena mengganggu
independensi saya sebagai auditor.
25. Sebagai auditor, saya tidak akan melaporkan
semua kesalahan klien jika auditor diberikan
fasilitas yang memadai.
26. Fasilitas yang saya terima dari klien
menjadikan saya sungkan terhadap klien
sehingga kurang bebas dalam melakukan
audit.
C. Kelangsungan Usaha KAP
No
.
Pertanyaan SS S TS STS
27. Klien yang saya audit selalu puas dengan
hasil audit dari KAP tempat saya bekerja.
28. Banyaknya perusahaan yang telah diaudit
akan mempengaruhi kualitas audit.
29. Hasil dari audit telah sesuai dengan SPAP
dan dinyatakan berkualitas.
30. KAP tempat saya bekerja/ magang
mempunyai komitmen yang kuat untuk
menyelesaikan audit dalam waktu yang tepat.
89
No
.
Pernyataan SS S TS STS
31 KAP tempat saya bekerja/ magang selalu
berhasil melakukan audit walaupun dengan
risiko yang besar.
32 Terdapat prosedur untuk perencanaan
perikatan, prosedur untuk mempertahankan
standar mutu KAP untuk pekerjaan yang
dilaksanakan.
33 KAP tempat saya bekerja/ magang
mempunyai staf yang profesional, sehingga
kualitas audit yang dihasilkan baik.
90
2. TABEL DATA UJI INSTRUMEN
Data Kompetensi Auditor
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total
1 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 32
2 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 34
3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3 35
4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 34
5 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 36
6 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 31
7 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 36
8 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 36
9 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 37
10 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 36
11 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 34
12 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 36
13 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 32
14 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 29
15 3 3 4 3 4 4 4 3 2 4 3 3 34
16 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 28
17 4 4 3 3 3 3 4 3 2 3 4 4 32
18 3 4 3 3 4 4 4 3 2 4 3 4 34
19 3 2 3 3 4 3 3 3 1 3 3 2 28
20 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 30
21 3 4 3 3 4 4 3 3 1 3 3 4 31
22 3 3 3 4 3 3 3 3 2 4 3 3 31
23 3 3 4 4 3 3 4 4 2 4 3 3 34
24 4 4 4 4 4 3 3 3 2 3 4 4 34
25 4 4 3 3 3 4 3 3 2 3 4 4 32
26 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
27 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 36
28 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 34
29 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
30 3 3 3 4 4 3 3 4 3 4 3 3 34
91
Data Independensi Auditor
No. 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 Total
1 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 34
2 3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 34
3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 34
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
5 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 32
6 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 32
7 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 36
8 3 3 4 4 4 3 4 3 3 4 3 3 4 4 35
9 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 37
10 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 37
11 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 33
12 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 4 34
13 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 33
14 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
15 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 39
16 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 33
17 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 36
18 4 4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 4 3 4 35
19 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 38
20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
21 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 37
22 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 35
23 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 37
24 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3 35
25 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 33
26 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 36
27 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 33
28 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 36
29 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 32
30 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 33
92
Kelangsungan Usaha KAP di Yogyakarta
No. 27 28 29 30 31 32 33 Total
1 3 3 3 3 3 3 4 22
2 4 4 3 3 3 3 4 24
3 3 3 3 4 4 4 3 24
4 4 4 4 4 4 4 4 28
5 4 4 4 4 4 4 4 28
6 3 3 3 3 3 3 3 21
7 3 4 4 4 3 3 4 25
8 4 3 3 3 4 4 4 25
9 3 3 3 3 4 4 4 24
10 4 3 4 3 4 3 4 25
11 3 3 3 4 3 3 3 22
12 3 3 3 3 3 3 3 21
13 3 3 3 4 4 3 3 23
14 3 3 3 3 3 3 4 22
15 3 3 4 3 3 3 3 22
16 3 3 3 3 3 3 3 21
17 4 3 3 3 3 3 3 22
18 4 4 4 3 3 3 4 25
19 3 4 3 4 3 3 4 24
20 3 4 4 3 3 4 4 25
21 3 3 3 4 4 4 3 24
22 4 4 4 3 3 3 3 24
23 3 4 4 4 4 4 4 27
24 3 3 3 3 4 3 3 22
25 3 3 4 3 3 3 4 23
26 4 4 4 4 4 4 4 28
27 4 4 4 4 4 4 4 28
28 4 3 4 4 3 4 4 26
29 3 3 4 4 3 3 4 24
30 4 3 4 4 3 4 4 26
93
3. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
Reliability: Kompetensi Auditor
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.756 .789 12
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Squared Multiple Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
butir1 36.90 9.748 .502 .579 .746
butir2 36.93 9.789 .512 .599 .747
butir3 36.93 9.995 .421 .425 .754
butir4 36.77 10.668 .235 .306 .773
butir5 36.87 9.982 .453 .624 .753
butir6 36.93 9.995 .496 .607 .754
butir7 37.00 9.655 .484 .591 .742
butir8 36.90 10.093 .255 .620 .758
butir9 38.33 9.540 .394 .457 .790
butir10 36.93 9.857 .455 .530 .750
butir11 37.27 10.478 .265 .369 .758
butir12 37.00 9.931 .498 .434 .752
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
40.43 11.633 3.411 12
94
Reliability: Independensi Auditor
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha
Based on
Standardized
Items N of Items
.755 .766 14
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Squared Multiple Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
butir13 42.73 12.340 .498 .702 .744
butir14 42.63 12.723 .446 .549 .751
butir15 42.87 12.120 .474 .656 .745
butir16 43.03 13.344 .394 .633 .768
butir17 43.37 12.240 .412 .515 .756
butir18 43.20 12.717 .397 .461 .757
butir19 43.40 12.041 .457 .623 .748
butir20 43.00 13.724 .369 .743 .778
butir21 43.07 11.926 .502 .724 .742
butir22 43.30 14.148 .098 .324 .784
butir23 42.93 12.547 .421 .776 .750
butir24 43.43 13.357 .381 .548 .778
butir25 42.83 11.937 .502 .623 .740
butir26 42.97 12.309 .398 .798 .750
Scale Statistics
95
Reliability: Kelangsungan Usaha KAP
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha
Based on
Standardized
Items N of Items
.806 .829 7
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Squared Multiple
Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
butir27 18.90 2.921 .192 .386 .798
butir28 18.67 2.368 .459 .338 .806
butir29 18.70 2.493 .582 .588 .749
butir30 18.73 2.547 .501 .337 .780
butir31 18.83 3.109 .511 .451 .796
butir32 18.70 2.562 .597 .438 .761
butir33 18.67 2.575 .485 .488 .774
Mean Variance Std. Deviation N of Items
46.37 14.447 3.801 14
96
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
21.87 3.499 1.871 7
4. DATA HASIL PENELITIAN
Pernyataan Mengenai Kompetensi Auditor
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total
1 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 32
2 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 34
3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 35
4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 34
5 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 36
6 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 31
7 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 36
8 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 36
9 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 37
10 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 36
11 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 34
12 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 36
13 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 32
14 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 29
15 3 3 4 3 4 4 4 3 2 4 34
16 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 28
17 4 4 3 3 3 3 4 3 2 3 32
18 3 4 3 3 4 4 4 3 2 4 34
19 3 2 3 3 4 3 3 3 1 3 28
20 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 30
21 3 4 3 3 4 4 3 3 1 3 31
22 3 3 3 4 3 3 3 3 2 4 31
23 3 3 4 4 3 3 4 4 2 4 34
24 4 4 4 4 4 3 3 3 2 3 34
25 4 4 3 3 3 4 3 3 2 3 32
26 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
27 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 36
28 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 34
29 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
30 3 3 3 4 4 3 3 4 3 4 34
31 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 31
32 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
33 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 33
34 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 33
35 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 34
36 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 33
37 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 33
38 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 37
97
Pernyataan Mengenai Independensi Auditor
No. 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Total
1 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 34
2 3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 34
3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 34
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
5 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 32
6 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 32
7 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 36
8 3 3 4 4 4 3 4 3 3 4 35
9 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 37
10 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 37
11 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 33
12 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 34
13 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 33
14 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
15 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 39
16 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 33
17 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 36
18 4 4 3 4 3 3 4 3 4 3 35
19 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 38
20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
21 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 37
22 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 35
23 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 37
24 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 35
25 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 33
26 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 36
27 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 33
28 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 36
29 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 32
30 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 33
31 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 32
32 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 31
33 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 35
34 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 36
35 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 36
36 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 36
37 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 32
38 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 32
98
Pernyataan Mengenai Kelangsungan Usaha KAP di Yogyakarta
No. 21 22 23 24 25 26 27 Total
1 3 3 3 3 3 3 4 22
2 4 4 3 3 3 3 4 24
3 3 3 3 4 4 4 3 24
4 4 4 4 4 4 4 4 28
5 4 4 4 4 4 4 4 28
6 3 3 3 3 3 3 3 21
7 3 4 4 4 3 3 4 25
8 4 3 3 3 4 4 4 25
9 3 3 3 3 4 4 4 24
10 4 3 4 3 4 3 4 25
11 3 3 3 4 3 3 3 22
12 3 3 3 3 3 3 3 21
13 3 3 3 4 4 3 3 23
14 3 3 3 3 3 3 4 22
15 3 3 4 3 3 3 3 22
16 3 3 3 3 3 3 3 21
17 4 3 3 3 3 3 3 22
18 4 4 4 3 3 3 4 25
19 3 4 3 4 3 3 4 24
20 3 4 4 3 3 4 4 25
21 3 3 3 4 4 4 3 24
22 4 4 4 3 3 3 3 24
23 3 4 4 4 4 4 4 27
24 3 3 3 3 4 3 3 22
25 3 3 4 3 3 3 4 23
26 4 4 4 4 4 4 4 28
27 4 4 4 4 4 4 4 28
28 4 3 4 4 3 4 4 26
29 3 3 4 4 3 3 4 24
30 4 3 4 4 3 4 4 26
31 3 3 4 3 3 3 3 22
32 3 3 3 3 3 3 3 21
33 3 4 3 4 4 3 4 25
34 4 4 4 4 3 4 4 27
35 4 4 3 3 3 3 4 24
36 4 4 4 3 4 4 4 27
37 3 3 4 3 3 3 4 23
38 3 3 3 3 3 3 3 21
99
5. PERHITUNGAN KECENDERUNGAN FREKUENSI
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation Variance
Kompetensi 38 28.00 40.00 1399.00 33.2632 2.64763 7.010
Independensi 38 30.00 40.00 1436.00 34.4474 2.37893 5.659
KelangsunganUsaha
KAP 38 21.00 28.00 1007.00 24.0789 2.21031 4.885
Valid N (listwise) 38
1. Perhitungan untuk menentukan Distribusi Kecenderungan Frekuensi Variabel
Kompetensi Auditor
a. Menghitung Mean ideal
Mi = 2
1 (Xmax + Xmin)
= 2
1 (40 + 28)
= 34. Jadi Mean idealnya adalah 34.
b. Menghitung Standar Deviasi ideal
SDi = 6
1 ( Xmax - Xmin)
= 6
1 (40 – 28)
= 2. Jadi Standar Deviasi idealnya adalah 2.
c. Menghitung Pengkategorian Variabel
Rendah = X < (Mi – 1 SDi)
= X < (34 – 1 (2))
= X < 32
100
Sedang = X < (Mi – 1 SDi) sampai dengan (Mi + 1 SDi)
= X < (34 – 1 (2)) sampai dengan (34 + 1(2))
= X < 32 sampai dengan X > 36
Tinggi = X > (Mi + 1 SDi)
= X > (34 + 1(2))
= X > 36
2. Perhitungan untuk menentukan Distribusi Kecenderungan Frekuensi Variabel
Kompetensi Auditor
a. Menghitung Mean ideal
Mi = 2
1 (Xmax + Xmin)
= 2
1 (40+30)
= 35. Jadi Mean idealnya adalah 35.
b. Menghitung Standar Deviasi ideal
SDi = 6
1 ( Xmax - Xmin)
= 6
1 (40 – 30)
= 1,67 dibulatkan menjadi 2. Jadi Standar Deviasi idealnya adalah 2.
c. Menghitung Pengkategorian Variabel
Rendah = X < (Mi – 1 SDi)
= X < (35 – 1 (2))
= X < 33
101
Sedang = X < (Mi – 1 SDi) sampai dengan (Mi + 1 SDi)
= X < (35 – 1 (2)) sampai dengan (35 + 1(2))
= X < 33 sampai dengan X > 37
Tinggi = X > (Mi + 1 SDi)
= X > (35 + 1(2))
= X > 37
3. Perhitungan untuk menentukan Distribusi Kecenderungan Frekuensi Variabel
Kelangsungan Usaha KAP di Yogyakarta
a. Menghitung Mean ideal
Mi = 2
1 (Xmax + Xmin)
= 2
1 (28 + 21)
= 25. Jadi Mean idealnya adalah 25.
b. Menghitung Standar Deviasi ideal
SDi = 6
1 ( Xmax - Xmin)
= 6
1 (28-21)
= 1,167 dibulatkan menjadi 1. Jadi Standar Deviasi idealnya adalah 1.
c. Menghitung Pengkategorian Variabel
Rendah = X < (Mi – 1 SDi)
= X < (25 – 1 (1))
= X < 24
Sedang = X < (Mi – 1 SDi) sampai dengan (Mi + 1 SDi)
= X < (25 – 1 (1)) sampai dengan (25 + 1(1))
102
= X < 24 sampai dengan X > 27
Tinggi = X > (Mi + 1 SDi)
= X > (25 + 1(1))
= X > 27
6. UJI NORMALITAS
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
KelangsunganUs
ahaKAP Kompetensi Independensi
N 38 38 38
Normal Parametersa Mean 24.0789 33.2632 34.4474
Std. Deviation 2.21031 2.64763 2.37893
Most Extreme Differences Absolute .142 .136 .123
Positive .142 .127 .123
Negative -.091 -.136 -.111
Kolmogorov-Smirnov Z .877 .838 .760
Asymp. Sig. (2-tailed) .425 .484 .610
a. Test distribution is Normal.
7. UJI LINEARITAS
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .490a .240 .196 1.98156
a. Predictors: (Constant), Independensi, Kompetensi
103
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 43.332 2 21.666 5.518 .008a
Residual 137.431 35 3.927
Total 180.763 37
a. Predictors: (Constant), Independensi, Kompetensi
b. Dependent Variable: KelangsunganUsahaKAP
8. UJI MULTIKOLINERITAS
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 6.095 5.511 1.106 .276
Kompetensi .282 .129 .338 2.189 .035 .914 1.095
Independensi .250 .143 .269 1.745 .090 .914 1.095
a. Dependent Variable: KelangsunganUsahaKAP
104
9. UJI HETEROSKEDASTISITAS
Correlations
Kompetensi Independensi
KelangsunganUsahaKAP
Spearman's rho
Kompetensi Correlation Coefficient 1.000 .292 .362*
Sig. (2-tailed) . .060 .018
N 38 38 38
Independensi Correlation Coefficient .292 1.000 .403**
Sig. (2-tailed) .060 . .008
N 38 38 38
KelangsunganUsahaKAP Correlation Coefficient .362* .403
** 1.000
Sig. (2-tailed) .018 .008 .
N 38 38 38
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
10. HASIL REGRESI
Regression: X1, Y.
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance
Kompetensi 38 28.00 40.00 33.2632 2.64763 7.010
KelangsunganUsahaKAP 38 21.00 28.00 24.0789 2.21031 4.885
Valid N (listwise) 38
Variables Entered/Removedb
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 Kompetensia . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: KelangsunganUsahaKAP
105
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .417a .174 .151 2.03707
a. Predictors: (Constant), Kompetensi
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 31.376 1 31.376 7.561 .009a
Residual 149.387 36 4.150
Total 180.763 37
a. Predictors: (Constant), Kompetensi
b. Dependent Variable: KelangsunganUsahaKAP
Regression: X2, Y.
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance
Independensi 38 30.00 40.00 34.4474 2.37893 5.659
KelangsunganUsahaKAP 38 21.00 28.00 24.0789 2.21031 4.885
Valid N (listwise) 38
Variables Entered/Removedb
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 Independensia . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: KelangsunganUsahaKAP
106
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .368a .136 .112 2.08327
a. Predictors: (Constant), Independensi
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 24.522 1 24.522 5.650 .023a
Residual 156.241 36 4.340
Total 180.763 37
a. Predictors: (Constant), Independensi
b. Dependent Variable: KelangsunganUsahaKAP
Regression: X1, X2, Y.
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance
Kompetensi 38 28.00 40.00 33.2632 2.64763 7.010
Independensi 38 30.00 40.00 34.4474 2.37893 5.659
KelangsunganUsahaKAP 38 21.00 28.00 24.0789 2.21031 4.885
Valid N (listwise) 38
Variables Entered/Removedb
Model Variables Entered
Variables
Removed Method
1 Independensi,
Kompetensia
. Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: KelangsunganUsahaKAP
107
Variables Entered/Removedb
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 Independensi,
Kompetensia
. Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: KelangsunganUsahaKAP
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .490a .240 .196 1.98156
a. Predictors: (Constant), Independensi, Kompetensi
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 43.332 2 21.666 5.518 .008a
Residual 137.431 35 3.927
Total 180.763 37
a. Predictors: (Constant), Independensi, Kompetensi
b. Dependent Variable: KelangsunganUsahaKAP
108
11. Daftar KAP di Yogyakarta: � KAP. Bismar, Muntalib & Yunus (CAB)
Izin Usaha No.: KEP-628/ KM.17/ 1998 (25 Agustus 1998)
Alamat: Jl. Soka No. 24 Banciro Yogyakarta 55225
Telp. (0274) 551813
Fax. (0274) 589079
E-mail: [email protected]
Anggota:
Abdul Muntalib No. Izin 98.1.0084 (Pemimpin, BI, FAPM)
� KAP Doli, Bambang, Sudarmadji dan Dadang
Izin Usaha No.: KEP-014/ KM.5/ 2006 (19 Januari 2006)
Alamat: Jl. Ring Road Utara Jombor Sleman Yogyakarta 55285
Telp. (0274) 623310
Fax. (0274) 623306
Anggota:
Bambang Hartadi No. Izin 98.1.0316 (Rekan, BI, FAPM)
� KAP Drs. Hadiono
Izin Usaha No.: KEP-1125/ KM.17/ 1998 (5 Desember 1998)
Alamat: Gedung HDN Jl. Kubi No. 27 Yogyakarta
Telp. (0274) 5551000
Fax. (0274) 555101
E-mail: [email protected]
Anggota:
Hadiono No. Izin 98.1.0505 (Pemimpin)
� KAP Hadori dan Rekan (cabang)
Izin Usaha No.: KEP-996/ KM.17/ 1998 (26 Oktober 1998)
Alamat: Jl. Dr. Sardjito No.9 Yogyakarta 55233
Telp. (0274) 7100135, 7100137
Fax. (0274) 513912
E-mail: [email protected]
Anggota:
Sugiarto No. Izin 99.1.0701 (Rekan, BI)
� KAP. Drs. Henry & Sugeng (PUSAT)
Izin Usaha No.: KEP-085/ KM.17/ 1999(2 Februari 1999)
Alamat: Jl Gajah mada No.22 Yogyakarta 51112
Telp. (0274) 514883
Fax. (0274) 514883
Anggota:
Henry Susanto No. Izin 99.1.0573 (Pemimpin, BI)
� KAP Inarejz Kemalawarta
Izin Usaha No.: KEP-478/ KM.1/ 2006 (15 September 2006)
109
Alamat: Jl. Ringin Putih no.7 Prenggan Kotagede Yogyakarta 55172
Telp. (0274) 383205
Fax. (0274) 383205
Anggota:
Inarejz Kemalawarta No. Izin 98.1.0400 (Pemimpin, BI)
� KAP Drs. Kumalahadi
Izin Usaha No.: KEP-1039/ KM.17/ 1998 (29 Oktober 1998)
Alamat: Jl. Kranji No. 90, Serang Baru, Mudal, Sariharjo, Ngaglik,
Sleman Yogyakarta 55143
Telp/Fax. (0274) 4463648
e-mail: [email protected]
Anggota:
Kumalahadi No. Izin 98.1.0319 (Pemimpin, BI)
� KAP Drs. Pamudji
Izin Usaha No.: KEP-071/ KM.6/ 2002 (28 Maret 2002)
Alamat: Jl. Veteran No.5 Yogyakarta 55165
Telp. (0274) 375085
Fax. (0274) 375085
Anggota:
Pamudji No. Izin 01.1.07.89 (Pemimpin, BI)
� KAP Drs. Soeroso Donosapoetro, MM
Izin Usaha No.: KEP-254/ KM.6/ 2004 (25 Juni 2004)
Jl. Beo no.49 Yogyakarta 55281
Telp. (0274) 55281/ 388787
Anggota:
Soeroso Donosapoetro, MM No. Izin 03.1.0908 (Pemimpin)
� KAP Drs. Suhartati dan Rekan (Cabang)
Izin Usaha No.: KEP-182/ KM.6/ 2003 (21 Mei 2002)
Alamat : Jl. Perum Nogotirto I/ 11 Nogotirto Gamping Sleman
Yogyakarta 55292
Telp. (0274) 581253
Fax. (0274) 581253
Anggota:
Paidi Priogusodo No. Izin 02.1.0822 (Rekan)