pengaruh konformitas, selebriti pendukung paparan...
TRANSCRIPT
PENGARUH KONFORMITAS, SELEBRITI PENDUKUNG,
PAPARAN DRAMA KOREA, DAN MEDIA SOSIAL
INSTAGRAM TERHADAP INTENSI MEMBELI
PRODUK KECANTIKAN KOREA
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
OLEH:
Izzati Kamilah Saifa
NIM: 11140700000153
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2018
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 9 juli 2018
Izzati Kamilah Saifa
NIM: 111407000000153
iii
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
B) Julii 2018
C) Izzati Kamilah Saifa
D) Pengaruh Celebrity endorsment, Konformitas, terpaan drama Korea, dan media
sosial instagram terhadap intensi membeli produk kecantikan Korea
E) Xii + 73 halaman + lampiran
F) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel-variabel yang
mempengaruhi intensi membeli produk kecantikan Korea. Dalam penelitian ini
peneliti mengkhususkan variabel Celebrity endorsement ( terdiri dari dimensi
daya tarik fisik, kredibilitas, keahlian, kecocokan), Konformitas ( terdiri dari
dimensi compliance dan acceptance), terpaan drama Korea, dan media sosial
Instagram terhadap intensi membeli produk kecantikan Korea.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Sampel penelitian adalah
wanita yang berumur 18 tahun keatas, yang berjumlah 200 orang. Teknik
sampling yang digunakan yaitu non-probability sampling. Pada penelitian ini
peneliti mengadaptasi alat ukut intensi membeli, celebrity endorser, dan
konformitas. Uji validitas alat ukur dalam penelitian ini menggunakan CFA
(Confirmatory Factor Analysis) dan selanjutnya menggunakan Multyple
Regression Analysis untuk menguji hipotesis penelitian.
Hasil penelitian menunjukan bahwa dimensi dari celebrity endorser,
konformitas, terpaan drama korea, dan media sosial instagram memberikan
pengaruh secara signifikan terhadap intensi membeli produk kecantikan
Korea. Namun dilihat dari table koefisien regresi hanya satu variabel yang
menunjukan pengaruh secara signifikan yaitu acceptance.
Penulias berharap implikasi dari hasil penelitian ini dapat dikaji kembali dan
dapat dikembangkan pada penelitian selanjutnya. Misalanya dapat mengkaji
lebih dalam mengenai pengaruh variabel yang telah diteliti namun tidak
signifikan terhadap intensi membeli produk kecantikan Korea, dan menambah
variabel lain yang terkait dengan intensi membeli produk kecantikan Korea
dan melihat pengaruhnya, seperti self control, brand image, dan sebagainya.
G) Bacaan : 25 jurnal, 8 buku, 2 skripsi
iv
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
B) July 2018
C) Izzati Kamilah Saifa
D) Influence of Celebrity endorsment, Conformity, Korean drama, and
instagram social media about intention to purchase Korean beauty products
E) Xii + 73 page + attachments
F) This study aims to determine the variables that affect the purchase of
Korean beauty products. In this study the researchers spawned Celebrity
Endorsement variables (consisting of dimensions of attractiveness, credibility,
expertise, suitability), conformity (comprising the dimensions of compliance
and acceptance), Korean drama, and social media Instagram of intention to
purchase Korean beauty products.
This study uses a quantitative approach. The sample of the study was women
who performed 18 years and over, against 200 people. The sampling
technique used is non-probability sampling. In this study the researchers
adapted tool intention buy, celebrity endorser, and conformity. Test the
validity of measuring instruments in this study using CFA (Confirmatory
Factor Analysis) and then using Multigle Regression Analysis to test the
research hypothesis.
The results show that the dimensions of celebrity endorser, conformity,
Korean drama, and social media instagram give a significant influence on the
intention of buying Korean beauty products. Can be seen from the table of
regression coefficient is only a variable that indicates the significance of
acceptance.
Penulias hope the results of this study can be reviewed and can be done in
further research. Misalanya can examine more deeply the influence of the
variables that have been researched but not significantly on the intention of
purchasing Korean beauty products, and other variables related to the
intention of buying Korean beauty products and seeing its effects, such as
self-control, brand image, and so on.
G) Readings: 25 journals, 8 books, 2 scripts
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang
berjudul “Pengaruh Selebriti pendukung, Konformitas, terpaan drama Korea,
dan media sosial instagram terhadap intensi membeli produk kecantikan
Korea”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda
Rasulullah SAW kepada keluarga, sahabat, tabiin, tabiut dan umat Islam yang
memegang teguh ajarannya.
Penulis menyadari tidaklah mudah untuk menyusun skripsi tanpa adanya
bimbingan, bantuan, dukungan dan do’a dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
dengan ketulusan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya kepada:
1. Prof, Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M. Si pelaku Dosen Fakultas Psikologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih atas ilmu bermanfaat yang
telah diberikan.
2. Ibu Ilmi Amalia, M.Psi. dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan dan dorongan dalam penyusunan tugas akhir ini
3. Ibu Mulia Sari Dewi, M.Psi. Psi selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah membantu memberikan arahan selama perkuliahan dari awal
semester hingga akhir semester. Penulis mengucapkan terima kasih.
4. Kedua orang tua penulis, mama iip, abi Saifullah , dan adik yang telah
memberikan dukungan dan doa sehingga skripsi ini bisa selesai. Sekali
vi
lagi terimakasih atas perjuangan dan kesabaran yang sudah mau melihat
anaknya berproses.
5. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah memberikan banyak ilmu selama proses pembelajaran maupun diluar
pembelajaran. Semoga ilmu yang diberikan dapat bermanfaat dan Allah
menjadikan pahala yang tidak pernah putus.
6. Institusi yang telah mengizinkan untuk melakukan penelitian. Terima
kasih juga untuk mahasiswa/I yang sudah berkenan untuk mengisi
kuesioner penelitian.
7. Teman-teman seperjuangan kuliah yang sekaligus sahabat tercinta yang
sudah membantu dan memotivasi untuk terus semangat dalam
menyelesaikan skripsi. Terima kasih ya angkatan 2014 atas semua yang
kalian berikan.
8. Miftahur Rizky Aldian, Salma Zahwa, Annastasia Aulia, Zahrotul Afifah,
Dwika, Anindya Putri dan IKPDN petukangan yang selalu mendoakan
dan membantu banyak atas skripsi ini juga memotivasi agar penulis dapat
segera menyelesaikan dan terus semangat menghadapi segala rintangan
untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
berkontribusi dalam penelitian ini. Pencapaian ini tidak akan terwujud
tanpa bantuan dari kalian semua.
vii
Penulis bersyukur memiliki lingkungan yang mendukung dalam hal yang
lebih baik. Penulis mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya. Semoga
Allah SWT membalas kebaikan yang telah diberikan. Tidak ada hal yang
sempurna di dunia ini, begitupun dalam proses penyelesaian skripsi ini
sehingga penulis menerima adanya saran dan kritik atas penelitian yang
dilakukan. Pada akhirnya, penulis mengucapkan semoga karya tulis skripsi
dapat bermanfaat untuk seluruh pihak.
Jakarta, 9 Juli 2018
Peneliti
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. ii
ABSTRAK ............................................................................................................. iii
ABSTRACT .......................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1-10
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah ..................................................... 7
1.2.1 Pembatasan Masalah ............................................................................ 7
1.2.2 Perumusan Masalah ............................................................................. 8
1.3 Tujuan penelitian ................................................................................. 10
1.4 Manfaat penelitian ............................................................................... 10
BAB 2 LANDASAN TEORI .......................................................................... 12-30
2.1 Intensi Membeli .............................................................................................. 12
2.1.1 Pengertian Intensi Membeli ......................................................... 12
2.1.2 Aspek-aspek Intensi Membeli ...................................................... 13
2.1.3 Faktor-faktor penentu Intensi Membeli ....................................... 14
2.1.4 Pengukuran Intensi Membeli ....................................................... 17
2.2 Konformitas ..................................................................................................... 17
2.2.1 Definisi Konformitas.................................................................... 17
2.2.2 Aspek-aspek Konformitas ............................................................ 18
2.2.3 Pengukuran Konformitas ............................................................. 19
2.3 Selebriti Pendukung ......................................................................................... 20
2.3.1 Definisi Selebriti Pendukung ....................................................... 20
2.3.2 Aspek-aspek Selebriti Pendukung ............................................... 21
2.3.3 Pengukuran Selebriti Pendukung ................................................. 23
2.4 Paparan Drama Korea ...................................................................................... 23
2.4.1 Definisi paparan ........................................................................... 23
2.5 Media Sosial Instagram ................................................................................... 24
2.4.1 Definisi Instagram ........................................................................ 24
ix
2.6 Kerangka Berpikir ........................................................................................... 25
2.7 Hipotesis Penelitian ......................................................................................... 30
BAB III METODE PENELITIAN................................................................ 31-48
3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ..................................... 31
3.2 Variabel Penelitian dan definisi operasional ................................................... 32
3.4 Instrumen Pengumpulan Data ......................................................................... 34
3.3.1 Skala Intensi Membeli ................................................................. 34
3.3.2 Variabel Demografi ..................................................................... 35
3.3.3 Skala Konformitas ....................................................................... 35
3.3.3 Skala Selebriti Pendukung ........................................................... 36
3.3.3 Skala Paparan Drama Korea ........................................................ 37
3.3.3 Skala Media Sosial Instagram ..................................................... 37
3.5 Uji Validitas Konstruk ..................................................................................... 38
3.5.1 Uji Validitas Konstruk Intensi Membeli ...................................... 40
3.5.2 Uji Valditas Konformitas ............................................................ 41
3.5.2.1 Uji Validitas Dimensi Complience .................................. 41
3.5.2.1 Uji Validitas Dimensi Acceptance ................................... 42
3.5.2 Uji Valditas Selebriti Pendukung ................................................ 44
3.5.2.1 Uji Validitas Dimensi Daya Tarik Fisik .......................... 44
3.5.2.1 Uji Validitas Dimensi Kredibilitas ................................... 45
3.5.2.1 Uji Validitas Dimensi Keahlian ....................................... 46
3.5.2.1 Uji Validitas Dimensi Kecocokan ................................... 47
3.6 Teknik Analisi Data .................................................................................... 48-51
BAB 4 HASIL PENELITIAN ........................................................................ 52-61
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ...................................................... 52
4.2 Hasil Analisis Deskriptif ........................................................................ 53
4.3 Kategorisasi Skor Variabel .................................................................... 55
4.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian ................................................................ 57
4.5 Analisis Proporsi Varians Masing-Masing Independent Variable ... 61-64
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI dan SARAN .......................................... 65-72
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 65
5.2 Diskusi ................................................................................................... 66
5.3 Saran ....................................................................................................... 72
5.3.1 Saran Teoritis ............................................................................... 72
5.3.2 Saran Praktis ................................................................................ 72
DAFTAR PUSTAKA ............ ..............................................................................73
LAMPIRAN …………………………………………………………………….75
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Skor skala Intensi Membeli ... .................................................................. 34
Tabel 3.2 Blue print skala Konformitas ....................................................................... 35
Tabel 3.3 Blue print skala Selebriti Pendukung .......................................................... 36
Tabel 3.4 Blue print skala Paparan Drama Korea ...................................................... 37
Tabel 3.5 Blue print skala Media Sosial Instagram ..................................................... 37
Tabel 3.6 Muatan faktor Item Intensi Membeli ........................................................... 40
Tabel 3.7 Muatan faktor Item Complience .................................................................. 41
Tabel 3.8 Muatan faktor Item Acceptance ................................................................... 43
Tabel 3.9 Muatan faktor Item Daya tarik fisik ............................................................ 44
Tabel 3.10 Muatan faktor Item kredibilitas ................................................................. 45
Tabel 3.11 Muatan faktor Item keahlian ...................................................................... 46
Tabel 3.12 Muatan faktor Item Kecocokan ................................................................. 48
Tabel 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Data Demografi ............................................... 52
Tabel 4.2 Hasil Analisis Deskripsi .............................................................................. 53
Tabel 4.3 Norma Kategorisasi Skor Varibel ................................................................ 55
Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Variabel .......................................................................... 56
Tabel 4.5 Model Summary Analisis Regresi ............................................................... 57
Tabel 4.6 Anova Pengaruh Keseluruhan IV terhadap DV...................................... ... 58
Tabel 4.7 Koefisien Regresi......................................................................................... 59
Tabel 4.8 Model Summary Proporsi Varians Tiap IV Terhadap DV .......................... 62
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir ........................................................................ 29
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Alat Ukur Penelitian ........................................................................ 77
Lampiran 2 : Syntax CFA dan Path Diagram........................................................ 85
Lampiran 3 : Output Regresi Stepwise ................................................................. 89
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Badan Pusat Statistik dan Lembaga riset pasar Mintel (2017) menyatakan
bahwa pertumbuhan produk kecantikan Korea di dunia sejak tahun 2013
mencapai 5,8 %. Kemudian, nilai impor produk kecantikan Korea di Indonesia
tahun 2014 mencapai 4,3 juta dolar AS, lalu di tahun 2015 mengalami penurunan
nilai sebesar 3,7 juta dolar AS dan nilai tertinggi terbukti pada tahun 2016
mencapai 5,9 juta dolar AS.
Purnamasari (2017), dalam risetnya mengatakan 62,81 % responden di
Indonesia yang menggunakan produk kecantikan Korea adalah perempuan yang
berada di Jabodetabek. Kemudian, 65% responden menyatakan mengetahui jenis
produk kecantikan korea berasal dari selebritas idola dan iklan produk di film atau
drama Korea. Hal ini berarti Korea sukses mengaitkan K-Pop dan K-Drama
sebagai etalase untuk memperluas pasar mereka.
Peach dan Lily (dalam Muharliza, 2017) menyebutkan beberapa alasan
yang membuat negara Korea kini menjadi destinasi produk kecantikan yaitu,
formula dan bahan-bahan yang terkandung di dalam kosmetik dan skincare nya
yang sangat bagus dan disesuaikan untuk tipe kulit wajah wanita Asia Tenggara.
Hal inilah salah satu alasan orang Indonesia banyak membeli produk kecantikan
Korea. Selain itu, ditinjau dari sisi agama masalah yang terjadi adalah Indonesia
sebagai negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia (Endah, 2014),
2
tetapi, masyarakat Indosnesia banyak menggunakan produk kecantikan dari
negara Korea yang belum terbukti label halal nya. Namun di Indonesia yang
memproduksi produk kecantikan Korea peminatnya cukup banyak, maka dari itu
peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi intensi membeli
produk kecantikan Korea.
Di Asia Tenggara, Korea Selatan menaruh minat besar terhadap Indonesia
sebagai pangsa pasar di Asia. Selain negara berpenduduk terbesar di Asia
Tenggara, Indonesia adalah salah satu kantong fanbase Korean Wave terbesar di
dunia (Putri, 2017). K-pop dan K-drama merupakan penyebab masyarakat
Indonesia mengalami Korean wave atau demam Korea, Korean wave pertama
kali terkenal di Indonesia pada tahun 2002 keadaan seperti itu dikenal dengan
istilah "Hallyu". Hallyu mengacu pada penyebaran konten produksi budaya Korea
Selatan ke negara-negara tetangga dan sekitarnya (Farrar, 2010). Sejak akhir
1990-an, budaya populer Korea telah dinikmati oleh banyak orang di seluruh
dunia. Dimulai dari drama TV, seperti, "Winter Sonata", "Dae Janggeum", dan
musik pop Korea (Shim, 2006), karena gelombang Korea telah mendapatkan
penerimaan dan popularitas yang semakin meningkat melalui banyak negara,
selebritis Korea di K-drama dan K-pop mulai terkenal dan memiliki banyak
penggemar dari luar negeri.
Korean wave dapat dipahami sebagai kasus globalisasi budaya. Orang-
orang dari seluruh dunia dapat menikmati aliran internasional dari budaya
populer dan membeli barang-barang asing. Budaya populer cukup berpengaruh
bagi orang-orang yang mengikuti tren, dengan kata lain budaya populer dapat
3
dikatakan memiliki kekuatan pada perilaku konsumen, seperti niat membeli.
Ketika popularitas gelombang Korea tumbuh, minat mengikuti gaya hidup Korea
juga meningkat. Minat ini telah meningkatkan niat membeli terhadap produk
Korea, dan kosmetik Korea adalah salah satunya (Han, 2011). Bahkan, CNN
menganalisa bahwa popularitas kosmetik Korea di kalangan Asia tenggara
berasal dari drama Korea dan selebriti Korea (Peter, 2014). Hal ini terbukti dalam
hasil penelitian dari Son dan Kijboonchoo mengenai dampak gelombang Korea
terhadap Niat Beli Kosmetik Korea di Bangkok yang menunjukan bahwa adanya
hubungan positif yang signifikan dari paparan drama Korea terhadap niat
pembelian produk Korea. Maka dari itu, penelitian ini ingin melihat pengaruh
variabel terpaan drama korea terhadap intensi membeli produk kecantikan korea
di Jakarta.
Selain itu, yang menjadi sumber informasi munculnya Korean wave
adalah media sosial. Dimana media sosial sering dipakai oleh para selebriti Korea
untuk mengekspose diri atau berinteraksi dengan para penggemar. Mangold &
Fauld, (2009) mengatakan saat ini penggunaan media sosial telah melampaui
sarana komunikasi dan berbagi informasi. Platform digital telah memainkan peran
penting dalam pemasaran, distribusi, dan layanan pengiriman barang misalnya,
produsen telah menggunakan Facebook, Blog, Instagram dan YouTube untuk
mempromosikan produk mereka dan berkomunikasi langsung dengan konsumen.
Produsen sering mempromosikan produk mereka dan berkomunikasi
dengan banyak konsumen di media sosial terutama Instagram. Instagram adalah
situs jejaring sosial yang paling cepat berkembang secara global dan merupakan
4
layanan foto, sharing video, dan social network service (SNS) yaitu jaringan
sosial online yang memungkinkan penggunanya untuk mengambil gambar dan
video, dan kemudian membagikannya di platform lain (Frommer, 2010).
Penelitian tentang Instagram yang dilakukan Amornpashara, Rompho dan
Phadoongsitthi (2015) juga mengungkapkan bahwa penelitian ini memiliki hasil
penelitian yang menunjukan bahwa semakin banyak pengguna Instagram melihat
gambar dan pesan yang menarik dan menghibur, semakin sedikit niat membeli
yang mereka miliki. Namun, semakin banyak pengguna Instagram yang terlibat
dalam pesan rekreasi, semakin besar niat pembelian. Selain itu, ada faktor lainnya
yang mempengaruhi niat pembelian di Instagram yaitu iklan komersial, grup
aspirasional (misalnya aktris atau selebriti) dan kemudahan untuk mencari produk,
yang membantu dalam membuat keputusan. Sebelum terjadinya proses
pembelian, ada faktor psikologis yang mendahului sebelum perilaku membeli
terwujud, yaitu intensi (Fishben & Ajzen, 1975).
Menurut Ajzen (2005) mengatakan intensi diasumsikan untuk menangkap
faktor-faktor motivasi yang berdampak pada perilaku, sebagai indikasi seberapa
kuat keinginan individu untuk mencoba dan berapa banyak upaya mereka yang
direncanakan dalam rangka untuk menampilkan perilaku membeli tersebut.
Terdapat faktor yang membuat seseorang dapat mencapai tujuan atau
mewujudkan sebuah perilaku intensi membeli yaitu, sikap konsumen terhadap
perilaku membeli, norma subjektif terhadap perilaku membeli, dan kontrol
perilaku terhadap perilaku membeli. Hal ini sama dengan studi penelitian dari
Budiman (2014) yang menunjukan teori intensi menurut Ajzen (2005)
5
berpengaruh terhadap intensi membeli pada produk sabun muka dan memiliki
korelasi tinggi dengan perilaku.
Senada dengan hal itu, keuntungan dan dampak dari produk kecantikan
Korea memiliki aspek yang positif dan juga negatif. Hal ini terbukti dari hasil
wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada wanita yang memiliki usia 18-29
tahun sebanyak sepuluh orang dan menggunakan media sosial instagram dan
sering menonton drama korea, yang dilakukan pada tanggal 12-14 April 2018.
Hasil dari wawancara tersebut menyatakan bahwa delapan dari sepuluh
mengungkapkan bahwa adanya pengaruh dari konformitas teman, dan dua orang
mengatakan dari drama korea, dan media sosial Instargram terhadap niat membeli
produk kecantikan korea. Lalu, aspek negatif mengenai kehalalan produk
kecantikan Korea mereka mengatakan lebih melihat formulanya aman atau tidak
untuk digunakan dan tidak melihat sisi halal atau tidaknya.
Faktor yang mempengaruhi intensi membeli dalam penelitian ini ialah
konformitas kelompok teman sebaya. Konformitas adalah suatu bentuk pengaruh
sosial dimana individu mengubah sikap dan tingkah lakunya agar sesuai dengan
norma sosial di dalam kelompoknya (Baron & Bryne, 2005), menurut Myers
(2005), menyatakan bahwa konformitas merupakan perubahan perilaku atau
kepercayaan sebagai hasil nyata akibat dari tekanan kelompok. Sedangkan peneliti
memakai variabel ini karena menurut Santrock (2003), konformitas adalah
individu meniru sikap atau tingkah laku orang lain dikarenakan tekanan yang
nyata. Semakin individu tersebut mengikuti tingkah laku kelompoknya, maka
semakin kuat konformitas kelompok tersebut. Hal ini dikuatkan oleh penelitian
6
yang dilakukan oleh Chen dan Fen Lu (2014), yang memiliki korelasi positif
antara konformitas kelompok dan niat membeli karena adanya pengaruh sosial.
Konformitas memiliki dua aspek yaitu yang orang lain inginkan atau harapkan
(complience) dan keyakinan individu sesuai dengan tekanan kelompok yang
diterima nya (acceptance) (Myers,2005).
Faktor lain yang mempengaruhi intensi membeli produk kecantikan Korea
dalam penelitian ini adalah selebriti pendukung. Selebriti pendukung menurut
Halonen-Knight dan Hurmerinta (2010), adalah salah satu bentuk komunikasi satu
arah dan proses persuasif dimana faktor yang terdapat pada pendukung yang
merupakan hal yang utama. Sehingga selebriti pendukung merupakan selebriti
yang mengajak konsumen untuk memakai suatu produk. Sedangkan definisi
selebriti pendukung dari McCracken (2016) adalah setiap individu yang
menikmati atau menggunakan penilaian dari publik atas suatu produk dan
menggunakan pandangan tersebut untuk menggunakan produknya lalu muncul
dalam bentuk iklan. Selebriti pendukung menurut McCracken, (2016) mempunyai
empat dimensi yang pertama dimensi dari celebrity endorser yaitu daya tarik
fisik, kredibilitas atau kepercayaan, keahlian, dan kecocokan. Hal ini sama dengan
penelitian dari Khan, Rukhsar, dan Shoain, (2016) yang menunjukkan bahwa
selebriti pendukung memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan
pembelian.
7
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti akan mengkaji secara mendalam
pada penelitian ini mengenai “PENGARUH KONFORMITAS, SELEBRITI
PENDUKUNG, PAPARAN DRAMA KOREA, DAN MEDIA SOSIAL
INSTAGRAM TERHADAP INTENSI MEMBELI PRODUK KECANTIKAN
KOREA.”
1.2 Pembatasan dan Perumusan masalah
1.2.1 Pembatasan masalah
Untuk membatasi ruang lingkup dalam penelitian ini , maka peneliti membatasi
penelitian hanya pada variabel-variabel yang diteliti yang di definisikan sebagai
berikut:
1. Intensi membeli yang dimaksud dalam penelitian ini diasumsikan
untuk menangkap faktor-faktor motivasi yang berdampak pada
perilaku, sebagai indikasi seberapa kuat keinginan individu untuk
mencoba dan berapa banyak upaya yang direncanakan dalam rangka
untuk menampilkan perilaku membeli produk kecantikan dari Korea
(Ajzen, 2005)
2. Konformitas yang dimaksud dalam peneliti merupakan perubahan
perilaku atau kepercayaan sebagai hasil nyata akibat dari tekanan
kelompok (Myers, 2005)
3. Selebriti pendukung adalah selebriti yang melakukan dukungan yang
bertujuan untuk mengajak konsumen untuk membeli produk
kecantikan Korea
8
4. Paparan drama Korea yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
pengaruh pesan atau informasi yang disampaikan kepada konsumen
dalam bentuk drama Korea
5. Media sosial Instagram yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
terpaan pesan dan iklan serta intensitas melihat Instagram tentang
korea yang mempengaruhi niat konsumen untuk membeli
1.2.2 Rumusan masalah
Untuk lebih memudahkan meneliti masalah ini, maka dibuat rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh konformitas (compliance dan acceptance),
selebriti pendukung (daya tarik fisik, kredibilitas, keahlian,
kecocokan), terpaan drama Korea, dan media sosial Instagram
terhadap intensi membeli produk kecantikan dari Korea.
2. Variabel manakah yang memberikan pengaruh paling besar dari
konformitas (compliance dan acceptance), selebriti pendukung (daya
tarik fisik, kredibilitas, keahlian, kecocokan), terpaan drama Korea,
dan media sosial Instagram terhadap intensi membeli produk
kecantikan dari Korea.
3. Apakah ada pengaruh compliance dari konformitas terhadap intensi
membeli produk kecantikan dari Korea?
4. Apakah ada pengaruh acceptance dari konformitas terhadap intensi
membeli produk kecantikan dari Korea?
9
5. Apakah ada pengaruh daya tarik fisik selebriti terhadap intensi
membeli produk kecantikan dari Korea?
6. Apakah ada pengaruh kredibilitas selebriti terhadap intensi membeli
produk kecantikan dari Korea?
7. Apakah ada pengaruh keahlian selebriti terhadap intensi membeli
produk kecantikan dari Korea?
8. Apakah ada pengaruh kecocokan selebriti terhadap intensi membeli
produk kecantikan dari Korea?
9. Apakah ada pengaruh paparan drama korea terhadap intensi membeli
produk kecantikan dari Korea?
10. Apakah ada pengaruh media sosial instagram terhadap intensi
membeli produk kecantikan dari Korea?
1.3 Tujuan Penelitian
Dilihat dari rumusan masalah maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah
untuk menguji:
1. Pengaruh secara signifikan variabel konformitas (compliance dan
acceptance), selebriti pendukung (daya tarik fisik, kredibilitas, keahlian,
kecocokan), paparan drama Korea, media sosial, terhadap intensi
membeli produk kecantikan dari Korea.
2. Besar sumbangan dari dimensi konfotmitas, selebriti pendukung, terpaan
drama Korea, dan media sosial terhadap intensi membeli produk
kecantikan dari Korea.
10
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu:
A. Manfaat teoritis
Manfaat penelitian ini diharapkan agar pembaca bisa menambah dan
mengembangkan pengetahuan di bidang psikologi industri dan organisasi yang
berkaitan dengan perilaku konsumen dan sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya.
B. Manfaat praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi mengenai
pentingnya pengaruh dari konformitas, selebriti pendukung, paparan drama
Korea, dan media sosial terhadap intensi membeli produk kecantikan dari Korea.
12
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Intensi Membeli
2.1.1 Definisi Intensi Membeli
Niat membeli konsumen menurut Ajzen (2005), yaitu intensi diasumsikan untuk
menangkap faktor-faktor motifasi yang berdampak pada perilaku, sebagai indikasi
seberapa kuat keinginan individu untuk mencoba dan berapa banyak upaya
mereka yang direncanakan dalam rangka untuk menampilkan perilaku membeli
tersebut.
Haque, Anwar, Yasmin, Sarwar, Ibrahim, dan Momen, (2015) mengatakan
niat pembelian adalah anteseden yang merangsang dan mendorong pembelian
konsumen atas produk dan layanan. Niat akan timbul setelah orang tersebut
merasakan kebutuhan yang harus dipenuhi. Konsumen biasanya dipengaruhi oleh
stimulus lingkungan dan pasar seperti situasi harga, promosi, budaya dan politik
(Tudor & Zheng, 2014).
Engel (1995) juga menunjukkan dalam penelitian mereka bahwa niat beli
adalah kemungkinan atau probabilitas subjektif bahwa konsumen rela membeli
suatu produk (spesifik produk atau merek), hal ini sama dengan definisi dari
Fishben dan Ajzen (1975) mendefinisikan intensi merupakan posisi seseorang
13
dalam dimensi probabilitas subjektif yang melibatkan hubungan antara dirinya
dengan tingkah laku .
Dalam penelitian ini peneliti mengambil definisi intensi membeli berdasarkan
teori Ajzen (2005), yaitu intensi diasumsikan untuk menangkap faktor-faktor
motifasi yang berdampak pada perilaku, sebagai indikasi seberapa kuat keinginan
individu untuk mencoba dan berapa banyak upaya mereka yang direncanakan
dalam rangka untuk menampilkan perilaku membeli tersebut.
2.1.2 Aspek-aspek Intensi Membeli
Menurut Fishben dan Ajzen (1975) aspek-aspek intensi adalah sebagai
berikut:
1.Perilaku (behavior), yaitu perilaku spesifik yang nantinya akan diwujudkan.
Pada konteks membeli produk kecantikan dari Korea, perilaku spesifik yang
diwijudkan merupakan bentuk-bentuk perilaku membeli produk kecantikan
dari Korea yaitu dengan membeli produk kecantikan dari Korea.
2.Sasaran (target), yaitu objek yang menjadi sasaran perilaku. Objek yang
menjadi sasaran dari perilaku spesifik dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu
orang atau objek tertentu (particular object), sekelompok orang atau objek (a
class of object), dan orang atau objek pada umumnya (any object).
3.Situasi (situation), yaitu situasi yang mendukung untuk dilakukannya suatu
perilaku (bagaimana, dan dimana perilaku itu akan diwujudkan). Situasi dapat
pula diartikan sebagai lokasi tempat perilaku terjadi. Pada konteks membeli
14
produk kecantikan wajah dari Korea, perilaku tersebut dapat muncul jika
individu merasa membutuhkan.
4.Waktu (time), yaitu waktu terjadinya perilaku yang meliputi waktu tertentu,
dalam satu periode atau tidak terbatasnya misalnya waktu yang spesifik,
periode tertentu, dan waktu yang tidak terbatas.
Setiap aspek akan mempengaruhi perilaku pada tingkat yang spesifik. Intensi
melibatkan empat aspek ini yang berbeda-beda, seseorang akan berperilaku pada
sasaran objek pada yang diarahkan, situasi dimana perilaku itu harus dilakukan,
dan waktu dimana itu harus dilakukan. Masing-masing aspek ini bervariasi di
sepanjang dimensi spesifisitas. Pada tingkat yang spesifik, seseorang bermaksud
untuk melakukan tindakan tertentu sehubungan dengan objek tertentu juga pada
waktu tertentu. Relatif mudah untuk mengidentifikasi tingkat kekhususan pada
aspek terget, situasi, dan waktu, namun secara teoritis proses aspek perilaku
mempunyai kesulitan yang lebih besar.
2.1.3 Faktor- faktor Penentu Intensi Membeli
Ajzen (2005) menjelaskan bahwa terdapat faktor yang membuat seseorang dapat
mencapai tujuan atau mewujudkan sebuah perilaku. Faktor-faktor yang
mempengaruhi intensi terbagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal, berikut faktor internal:
15
1. Sikap konsumen terhadap intensi membeli
Seseorang yakin bahwa tingkah laku menghasilkan hasil yang
positif, maka individu akan memiliki sikap yang positif, begitu juga
sebaliknya. Jika individu tersebut memiliki sikap yang positif terhadap
perilaku membeli berarti individu tersebut yakin bahwa perilaku membeli
yang ia lakukan merupakan hasil yang positif, begitupun sebaliknya.
2. Norma subjektif terhadap intensi membeli
Faktor ini berkaitan dengan harapan-harapan yang berasal dari
rujukan atau orang lain dan kelompok yang berpengaruh bagi individu
(significant others) seperti orang tua, teman dekat, pasangan dan lain
sebagainya, tergantung pada perilaku yang terlibat. Sehingga individu
tersebut yakin bahwa orang atau kelompok akan menyetujui dirinya
dalam menampilkan perilaku membeli suatu produk, dan adanya motivasi
untuk berperilaku membeli. Maka hal ini, menyebabkan individu memiliki
subjek normatif yang menekan dirinya untuk melakukan perilaku membeli
suatu produk.
3. Kontrol perilaku terhadap intensi membeli
Kontrol perilaku merupakan keyakinan individu tentang ada atau
tidaknya faktor-faktor yang memfalitasi dan menghalangi individu dalam
untuk melakukan suatu perilaku. Contoh dalam hal ini yaitu adanya alat
16
transportasi dan waktu yang memungkinkan individu untuk membeli suatu
produk. Sedangkan faktor-faktor yang menghalangi individu yaitu tidak
adanya dana, waktu, dan habisnya suatu produk yang ingin dibeli.
Adapun faktor eksternal penentu intensi membeli dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
4. Selebriti pendukung terhadap intensi membeli
Selebriti pendukung merupakan selebriti yang melakukan
dukungan yang bertujuan untuk mengajak konsumen memakai suatu
produk. Para konsumen umumnya memilih selebriti endorser yang
memiliki daya tarik untuk mendorong konsumen membeli merek tersebut
(Knight dan Hurmerinta,2010).
5. Konformitas terhadap intensi membeli
konformitas merupakan perubahan perilaku atau kepercayaan
sebagai hasil nyata akibat dari tekanan kelompok. Contoh dalam hal ini
yaitu adanya rasa kepercayaan terhadap teman atau tekanan dari suatu
kelompok untuk memungkinkan individu memiliki perilaku intensi
membeli suatu produk yang dipengaruhi oleh kelompoknya (Myers, 2005).
Dari berbagai faktor penentu intensi membeli yang telah
disebutkan, faktor yang peneliti pilih untuk diteliti adalah variabel selebriti
pendukung dan konformitas.
17
1.1.4 Pengukuran Intensi Membeli
Dalam pengukuran intensi membeli, penelitian ini menggunakan item skala
yang di adaptasi dari penelitian Lime, Yap dan Lee (2007), berdasarkan teori
Ajzen (2005). Dalam jurnal Lime, Yap dan Lee (2007), yang berjudul
Intention to shop online, A study of Malaysian baby boomer. Peneliti
menggunakan alat ukur intention to shop online. Setiap item berdasarkan skala
4 poin, yaitu 1= sangat tidak setuju sampai 4 = sangat setuju.
2.2 Konformitas
2.2.1 Pengertian Konformitas
Konformitas adalah tindakan atau mengadopsi sikap sebagai hasil dari
adanya tekanan kelompok yang nyata maupun yang dipersepsikan (Wade &
Tavris, 2007), kemudian Santrock (2003), menambahkan bahwa konformitas
adalah individu meniru sikap atau tingkah laku orang lain dikarenakan tekanan
yang nyata maupun yang dibayangkan oleh mereka.
Sedangkan konformitas menurut Baron & Byrne (2003) diartikan
sebagai suatu jenis pengaruh sosial dimana individu mengubah sikap dan
tingkah laku mereka sesuai dengan norma sosial yang ada. Pendapat lain
mengatakan dari Wiggins (1994) menjelaskan konformitas sebagai perilaku
yang muncul akibat norma dari orang lain, sama hal nya dengan pengertian dari
Sarwono, (2006) dengan pendapatnya bahwa konformitas itu adalah perilaku
sama dengan orang lain yang didorong oleh keinginan sendiri.
18
Myers (2005), menyatakan bahwa konformitas merupakan perubahan
perilaku atau kepercayaan sebagai hasil nyata akibat dari tekanan kelompok
selanjutnya, Definisi konformitas lainnya bahwa konformitas adalah ketika
seseorang melakukan sebuah perilaku yang disebabkan orang lain melakukan
perilaku tersebut.Dalam penelitian ini konformitas menggunakan definisi dari
Myers (2005), yang menyatakan bahwa konformitas merupakan perubahan
perilaku atau kepercayaan sebagai hasil nyata akibat dari tekanan kelompok.
2.2.2 Aspek-aspek Konformitas
Myers (2005) membedakan konformitas ke dalam dua tipe yaitu compliance
dan acceptance.
1. Compliance.
Compliance adalah ketika seseorang bersama-sama dengan yang orang lain
inginkan atau harapkan, tetapi hanya untuk mendapatkan hadiah yang ditawarkan
jika mereka melakukanya, atau menghindari hukuman bila dipaksa
melakukannya. Konformitas ini terjadi dimana individu bertingkah laku
sesuai dengan tekanan yang diberikan oleh kelompok sementara secara pribadi ia
tidak menyetujui perilaku tersebut. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh
sosial normatif yang didasarkan pada keinginan individu untuk diterima atau
disukai oleh orang lain.
19
2. Acceptance
Acceptance adalah suatu bentuk konformitas dimana tingkah laku maupun
keyakinan individu sesuai dengan tekanan kelompok yang diterimanya. Pada
bentuk acceptance konformitas terjadi karena kelompok menyediakan informasi
penting yang dimiliki oleh individu (informational influence). Jadi acceptance
adalah konformitas yang didasari oleh penerimaan seseorang terhadap
bukti realitas yang diberikan orang lain. Dengan kata lain jika individu tidak tahu
harus berbuat apa maka ia akan menjadikan perilaku kelompok sebagai
pedoman perilaku dan meyakini hal tersebut yang benar.
2.2.3 Pengukuran Konformitas
Dalam penelitian ini konformitas menggunakan alat ukur yang dari Myers
(2005) dengan dimensi yakni compliance dan acceptance, tetapi Myers (2005)
tidak mencantumkan item-item dari alat ukur konformitas tersebut. Oleh karena
itu peneliti berusaha mencari alat ukur baku lainnya yang berkaitan dengan
konformitas, lalu sejauh ini peneliti belum menemukan alat ukur baku lainnya
yang sesuai dengan konformitas.
Peneliti menentukan untuk membuat alat ukur sendiri yang sesuai dengan
dimensi-dimensi yang dikemukakan oleh Myers (2005), alat ukur terdiri atas 16
item yang berisi 9 item dari dimensi complience dan 7 dari acceptance Skala ini
menggunakan skala model Likert. Skala dalam penelitian ini menggunakan skala
interval dan disajikan dalam bentuk pernyataan pernyataan favorable dan
unfavorable .
20
2.3 Selebriti Pendukung
2.3.1 Pengertian Selebriti Pendukung
Menurut Halonen-Knight dan Hurmerinta (2010), adalah salah satu bentuk
komunikasi satu arah dan proses persuasif dimana faktor yang terdapat pada
endorser yang merupakan hal yang utama. Sehingga selebriti pendukung
merupakan selebriti yang melakukan dukungan yang bertujuan untuk mengajak
konsumen memakai suatu produk.
Menurut Friedman & Friedman (dalam Khan, Rukhsar A, Shoaib M.,
2016), selebriti pendukung adalah orang-orang yang dikenal oleh publik untuk
bertindak atau pencapaian apa pun yang dilakukan di area tertentu untuk
keuntungan orang lain atau untuk menghibur orang lain. Senada dengan definisi
dari McCracken (1989), seorang selebriti pendukung didefinisikan sebagai siapa
saja yang menikmati atau menggunakan panilaian dari publik atas suatu produk
dan menggunakan pandangan tersebut untuk menggunakan produknya lalu
muncul dalam bentuk iklan.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan definisi celebrity endors dari
McCracken (1989) yang menyatakan bahwa selebriti pendukung didefinisikan
sebagai siapa saja yang menikmati atau menggunakan panilaian dari publik atas
suatu produk dan menggunakan pandangan tersebut untuk menggunakan
produknya lalu muncul dalam bentuk iklan.
21
2.3.2 Aspek-aspek Selebriti Pendukung
Ohanian, (1990) mengemukakan bahwa selebriti pendukung terbagi tiga aspek,
yaitu daya tarik fisik, Kredibilitas atau Kepercayaan, keahlian, dan ditambah
dengan aspek dari McCracken (1989) yaitu kesesuaian. Berikut ini penjelasan
masing-masing:
1. Daya tarik fisik
Menurut Patzer (dalam Khan, Rukhsar A, Shoaib M, 2016), daya tarik
fisik adalah ide informasi yang melibatkan efek yang tidak langsung,
lazim dan pasti menghasilkan pola perbedaan yang valid, dan budaya
terbaik dalam efeknya. Menurut Menurut Ohanian (1991), daya tarik fisik
mengacu pada keindahan yang berarti penilaian yang lebih besar dari pada
rekomendasi apa pun. Daya tarik fisik adalah sumber untuk menarik
perhatian penonton baik di media elektronik dan cetak, Daya tarik fisik
memiliki efek spesifik pada perilaku konsumen terhadap produk dan
layanan dengan orang yang menarik.
2. Kredibilitas atau kepercayaan
Menurut Erdogan (dalam Khan, Rukhsar A, Shoaib M, 2016),
kepercayaan mengacu pada keadilan, kejujuran dan kredibilitas seorang
pendukung. Konsumen umumnya memiliki perhatian bahwa selebriti
adalah sumber informasi beriklan yang terpercaya (Goldsmith et al.,
2000).
22
Hung, Chan, Tse (dalam Khan, Rukhsar A, Shoaib M, 2016)
mengatakan kepercayaan mengacu pada kepercayaan konsumen pada
sumber untuk memberikan informasi dengan cara yang obyektif dan jujur.
Kepercayaan tergantung pada persepsi target penontonya , pengiklan
dapat mengambil dua faktor, yaitu rasa suka dan dapat dipercaya.
3. Keahlian
Pengertian keahlian menurut Ohanian (1990) adalah Pendukung dengan
pengetahuan dan keterampilan yang tinggi memiliki kekuatan penilaian
yang tinggi dibandingkan dengan endorser dengan keahlian rendah.
menurut Amos, Holmes dan Strutton (dalam Khan, Rukhsar A,
Shoaib M., 2016) adalah salah satu alasan untuk mengetahui pengaruhnya
pada penerima informasi. Jika individu menimbulkan suatu perilaku
sesudah menerima informasi suatu produk dari selebriti yang dilihatnya
berarti selebriti tersebut mempunyai kehalian dalam mempengaruhi
konsumen.
Menurut Abednia (dalam Khan, Rukhsar A, Shoaib M. (2016),
didefinisikan kemampuan endorser untuk memberikan informasi yang
akurat berasal dari pengetahuan, pengalaman, pelatihan atau keterampilan
yang dimiliki endorser dalam menyampaikan iklan.
23
4. Kecocokan
Menurut Misra and Beatty (dalam Khan, Rukhsar A, Shoaib M. (2016),
kcocokan selebriti merupakan kecocokan antara produk yang diiklankan
dengan selebriti pendukungnya agar produk mudah diingat dan efek
ditingkatkan oleh kesamaan antara sumber endorser dan merek produk.
Jika secara logis konsumen yang melihat iklan tidak menerima selebriti
sebagai pasangan sempurna dengan apa yang mereka dukung, berarti
selebriti tersebut tidak cocok atau tidak sesuai dengan apa yang di dukung.
Pada penelitian ini aspek-aspek selebriti pendukung yang diteliti
adalah daya tarik fisik, kredibilitas, keahlian, dan kecocokan.
2.3.3 Pengukuran Selebriti Pendukung
Dalam penelitian ini selebriti pendukung menggunakan alat ukur dari Ohanian
(1990), yang terdiri dari tiga aspek daya tarik, kepercayaan, dan keahlian, lalu
peneliti menambahkan satu aspek yaitu kecocokan yang diambil dari penelitian
McCracken, (1989). Alat ukur terdiri atas 16 item yang masing masing aspek
terdiri dari 5 item. Alat ukur ini menggunakan skala model likert ,setiap item
berdasarkan skala 4 poin, yaitu 1= sangat tidak setuju sampai 4 = sangat setuju.
2.4 Paparan Drama Korea
2.4.1 Pengertian Paparan
Paparan media menurut Shore (dalam Hakim, 2010) adalah kegiatan
mendengarkan, melihat, membaca pesan media massa atau memiliki pengalaman
24
dan perhatian terhadap pesan dari media tersebut, yang bisa terjadi pada tingkat
individu kelompok. Pada konteks media komunitas, paparan dapat dikatakan
sebagai keterbukaan atau paparan untuk khalayak dari media massa (Sears dan
Freedman,1967). Namun, Schultz dan Lauterborul (1993) mendefinisikan paparan
media didefinisikan sebagai setiap pembaca, pemirsa, atau pendengar yang
melihat atau mendengar pesan iklan di dalam media tertentu.
McGuire (1976), menjelaskan paparan adalah pencapaian kedekatan
terhadap suatu stimulus sedemikian rupa sehingga muncul peluang diaktifkannya
satu atau lebih dari kelima indera manusia. Sesudah terpaan, konsumen akan
menaruh perhatian atau memproses stimulus tersebut.
Dalam penelitian ini terpaan menggunakan definisi dari McGuire (1976),
menjelaskan paparan adalah pencapaian kedekatan terhadap suatu stimulus
sedemikian rupa sehingga muncul peluang diaktifkannya satu atau lebih dari
kelima indera manusia. Sesudah terpaan, konsumen akan menaruh perhatian atau
memproses stimulus tersebut.
2.5 Media Sosial Instagram
2.5.1 Pengertian Media Sosial Instagram
Instagram adalah situs jejaring sosial yang paling cepat berkembang secara
global dan merupakan layanan foto, sharing video, dan social network service
(SNS) yaitu jaringan sosial online yang memungkinkan penggunanya untuk
mengambil gambar dan video, dan kemudian membagikannya di platform lain
(Frommer, 2010).
25
Menurut Atmoko (2012), Instagram adalah sebuah aplikasi dari Smartphone
yang khusus untuk media sosial yang merupakan salah satu dari media digital
yang mempunyai fungsi hampir sama dengan twitter, namun perbedaannya
terletak pada pengambilan foto dalam bentuk atau tempat untuk berbagi informasi
terhadap penggunanya. Instagram juga dapat memberikan inspirasi bagi
penggunanya dan juga dapat meningkatkan kreatifitas, karena Instagram
mempunyai fitur yang dapat membuat foto menjadi lebih indah, lebih artistik dan
menjadi lebih bagus.
2.6 Kerangka Berpikir
Intensi merupakan suatu proses awal konsumen sebelum mengambil keputusan
untuk membeli suatu produk. Keinginan seseorang untuk melakaukan sesuatu
disebut dengan intensi. Seperti perilaku konsumen dalam membeli produk
kecantikan wajah dari Korea. Beragam jenis produk kecantikan wajah yang ada di
dunia ini membuat para konsumen bisa megambil keputusan untuk membeli
produk kecantikan yang dipilihnya sesuai dengan keunggulan produk nya. Dalam
memutuskan untuk membeli produk kecantikan Korea, terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhi konsumen dalam memutuskan membeli produk kecantikan wajah
dari Korea.
Dalam intensi membeli produk kecantikan wajah dari Korea konsumen
dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, dalam penelitian ini adapun faktor dari
konformitas, selebriti pendukung, terpaan drama Korea, dan media sosial. Faktor
konformitas merupakan perubahan perilaku atau kepercayaan sebagai hasil nyata
26
akibat dari tekanan kelompok. Dari definisi ini menyatakan bahwa lingkungan
kelompoknya yang mayoritas menggunakan produk kecantikan wajah dari Korea
dapat mempengaruhi seseorang yang belum menggunakannya. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa konformitas atau pengaruh lingkungan sosial dapat
mempengaruhi intensi membeli seseorang. Konformitas mempunyai dua dimensi
yaitu, Konformitas compliance adalah ketika seseorang bersama-sama dengan
yang orang lain inginkan atau harapkan, tetapi hanya untuk mendapatkan hadiah,
pujian, atau pengakuan jika individu tersebut melakukanya. Kedua, Konformitas
Acceptance adalah suatu bentuk konformitas dimana tingkah laku maupun
keyakinan individu sesuai dengan tekanan kelompok yang diterima nya. Dimana
individu tersebut tidak mempunyai keyakinan atau pendirian sendiri, maka
individu tersebut mengikuti keyakinan teman kelompoknya.
Faktor selanjutnya adalah selebriti pendukung, selebriti pendukung dalam
penelitian ini merupakan selebriti yang melakukan dukungan produk yang
bertujuan untuk mengajak konsumen membeli atau memakai suatu produk, jika
konsumen melihat produk yang diiklankan oleh selebriti yang mempunyai
karakteristik bagus di mata konsumen maka akan mempengaruhi niat membeli
konsumen.
Selebriti pendukung mempunyai empat dimensi yaitu daya tarik fisik,
kredibilitas atau kepercayaan, keahlian sekebriti, dan kecocokan selebriti. Faktor
daya tarik fisik adalah sumber untuk menarik perhatian penonton baik di media
elektronik dan cetak, misalnya daya tarik fisik selebriti yang memiliki kulit bagus
27
contohnya selebriri Korea yang mengiklankan produk kecantikan akan
mempengaruhi perilaku konsumen terhadap produk kecantikan dari Korea.
Selanjutnya kredibilitas atau kepercayaan, kepercayaan mengacu pada
keadilan, kejujuran dan kredibilitas seorang pendukung. Konsumen umumnya
memiliki perhatian bahwa selebriti adalah sumber informasi beriklan yang
terpercaya. Seorang konsumen memiliki niat membeli produk kecantikan Korea
jika konsumen tersebut percaya pada selebriti yang mengiklankan produk
tersebut, selebriti mengiklankan produk tersebut harus menyampaikan dengan
cara yang objektif dan jujur.
Selain kredibilitas, selebriti pendukung juga harus mempunyai keahlian.
Keahlian endorser untuk memberikan informasi tentang produk kecantikan dari
Korea yang akurat berasal dari pengetahuan, pengalaman, pelatihan atau
keterampilan yang dimiliki endorser dalam menyampaikan iklan, agar menarik
konsumen untuk membeli produk kecantikan dari Korea. Lalu ada faktor
kecocokan selebriti, keahlian selebriti merupakan kecocokan antara produk yang
diiklankan dengan selebriti pendukungnya agar produk mudah diingat. Contohnya
dalam mengiklankan produk kecantikan korea, selebriti yang mengiklankan harus
sesuai dengan produk tersebut misalnya kulit yang mulus dan penampilanya
menarik agar konsumen ingin memiliki kulit dan penampilan seperti selebriti
Korea.
Faktor selanjutnya yaitu paparan dari drama Korea. Individu yang
menonton tayangan drama Korea akan berpengaruh pada sikap positif individu
28
terhadap Korea, seseorang akan mengunjungi Korea atau akan membeli produk
dari Korea. Maka kemungkinan besar apabila seseorang sering menonton
tayangan drama Korea akan timbul intensi membeli produk kecantikan Korea.
Faktor paparan lainya yaitu media sosial Instagram . Media sosial
Instagram merupakan salah satu faktor terjadinya intensi seseorang dalam
membeli karena media sosial instagram adalah situs jejaring sosial terkemuka
yang telah menjadi yang telah menjadi platform belanja online yang populer
dikalangan anak muda. Pada saat kita menggunakan media sosial Instagram pasti
ada terpaan iklan atau informasi dalam media sosial Instagram tersebut mengenai
produk yang akan mengundang konsumen untuk membelinya dan konsumen
dapat mengetahui produk yang ia butuhkan. Berarti media sosial Instagram bisa
mempengaruhi konsumen dalam membeli produk kecantikan Korea. Semua
variabel diatas akan menjadi pertimbangan dalam diri seseorang dan akan
mempengaruhi intensi orang tersebut untuk menampilkan atau tidak menampilkan
perilaku membeli produk kecantikan dari Korea.
Penelitian ini mengangkat wanita yang berada di jakarta sebagai subjek
penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan mengetahui uji signifikan
dari pengaruh konformitas (complience, acceptance), selebriti pendukung (daya
tarik fisik, kredibilitas, keahlian, kecocokan), paparan drama Korea dan media
sosial Instagram terhadap intensi membeli produk kecantikan dari Korea. Dengan
demikian, dari semua variabel yang telah dibahas diatas, peneliti menyimpulkan
penelitian seperti dibawah ini:
29
Gambar 2.1: Kerangka berpikir
2.7 Hipotesis Penelitian
Hipotesis mayor
Ha : Ada pengaruh yang signifikan dari konformitas (complience, acceptance),
selebriti pendukung (daya tarik fisik, kredibilitas, keahlian, kecocokan), paparan
drama Korea, dan media sosial Instagram terhadap intensi membeli produk
kecantikan dari Korea.
Paparan Drama Korea
Selebriti Pendukung
Konformitas
Intensi membeli
produk
kecantikan Korea
Keahlian
Complience
Acceptance
Daya Tarik Fisik
Kredibilitas
Kecocokan
Media Sosial Instagram
30
Hipotesis Minor
Ha1: Ada pengaruh complience pada konformitas terhadap intensi membeli
produk kecantikan dari Korea
Ha2: Ada pengaruh acceptance pada konformitas terhadap intensi membeli
produk kecantikan dari Korea
Ha3: Ada pengaruh daya tarik fisik pada selebriti pendukung terhadap intensi
membeli produk kecantikan dari Korea
Ha4: Ada pengaruh kredibilitas pada selebriti pendukung terhadap intensi
membeli produk kecantikan dari Korea
Ha5: Ada pengaruh keahlian pada selebriti pendukung terhadap intensi membeli
produk produk kecantikan dari Korea
Ha6: Ada pengaruh kecocokan pada selebriti pendukung terhadap intensi
membeli produk produk kecantikan dari Korea
Ha7: Ada pengaruh paparan drama Korea terhadap intensi membeli produk
kecantikan dari Korea.
Ha8: Ada pengaruh terpaan media sosial Instagram terhadap intensi membeli
produk kecantikan dari Korea
31
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi, Sampel Penelitian, Dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah wanita yang mengetahui dan sudah pernah
membeli produk kecantikan wajah dari korea. Adapun kriteria sebagai berikut:
1. Berjenis kelamin wanita dan berumur 18 tahun keatas
2. Bertempat tinggal di Jakarta
3. Pengguna aktif Instagram
4. Gemar menonton drama Korea
5. Bersedia mengisi kuesioner
Adapun jumlah sampel yang diambil sebanyak 200 orang. Pada penelitian ini
menggunakan teknik sampel Non-probability sampling, dengan tipe purposive
sampling. Teknik ini diambil karena jumlah populasi tidak dapat diketahui dan
juga mengukur siapa saja yang terlihat berada dalam kategori yang sudah
ditentukan.
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel dalam penelitian ini yang akan di teliti meliputi:
1. Variabel terikat (Dependent variabel ) dalam penelitian ini yaitu intensi
membeli produk kecantikan Korea
32
2. Variabel bebas (Independent variable) dalam penelitian ini yaitu
konformitas (compliance dan acceptance), Selebriti pendukung (daya tarik
fisik, kredibilitas, keahlian, dan kecocokan), paparan drama korea, dan media
sosial Instagram.
Adapun definisi operasional yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Intensi membeli adalah terjadinya perilaku yang mendorong untuk membeli
yang meliputi waktu tertentu, dalam satu periode atau tidak terbatasnya
misalnya waktu yang spesifik, periode tertentu, dan waktu yang tidak
terbatas.
2. Complience (konformitas) adalah adanya pengaruh sosial yang didasarkan
pada keinginan individu untuk diterima atau disukai oleh orang lain.
3. Acceptance (konformitas) adalah tingkah laku atau keyakinan individu sesuai
dengan tekanan kelompok yang diterima nya, individu tidak tahu harus
berbuat apa maka ia akan menjadikan perilaku kelompok sebagai
pedoman dan keyaninan dalam perilaku membeli.
4. Daya tarik fisik (selebriti pendukung) adalah sumber untuk menarik
perhatian penonton baik di media elektronik dan cetak, daya tarik fisik
memiliki efek spesifik pada perilaku konsumen terhadap produk dan layanan
dengan orang yang menarik
5. Kredibilitas atau kepercayaan (selebriti pendukung) adalah mengacu pada
keadilan, kejujuran dan kredibilitas seorang pendukung.
33
6. Keahlian (selebriti pendukung) adalah kemampuan endorser untuk
memberikan informasi yang akurat berasal dari pengetahuan, pengalaman,
pelatihan atau keterampilan yang dimiliki endorser dalam menyampaikan
iklan.
7. Kecocokan (selebriti pendukung) adalah merupakan kecocokan antara
produk yang diiklankan dengan selebriti pendukungnya agar produk mudah
diingat dan efek ditingkatkan oleh kesamaan antara sumber endorser dan
merek produk.
8. Paparan drama korea adalah frekuensi melihat drama mengenai berapa kali
sehari seseorang menonton drama dalam satu minggu, berapa kali dalam
seminggu seseorang menonton drama dalam satu bulan, berapa kali sebulan
seseorang menonton drama dalam setahun
9. Media sosial Instagram adalah situs jejaring sosial yang paling cepat
berkembang secara global dan merupakan layanan foto, sharing video, dan
social network service (SNS) yaitu jaringan sosial online yang
memungkinkan penggunanya untuk mengambil gambar dan video, dan
kemudian membagikannya di platform lain
3.4 Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua macam kuesioner untuk
mengumpulkan data di lapangan. Kuesioner pertama yaitu kuesioner data pribadi
responden yang mencakup nama, umur, informasi pernah menonton drama korea
dan pernah menggunakan media sosial Instagram , intensitas menonton drama
korea dan waktu menggunakan media sosial. Kedua yaitu kuesioner intensi
34
membeli, selebriti pendukung (daya tarik fisik, kredibilitas, keahlian selebriti,
kecocokan selebriti) , konformitas (compliance dan acceptance) yang berupa
skala. Skala tersebut merupakan skala likert yang angka netralnya dihilangkan,
yang bertujuan untuk mengurangi pengaruh kecenderungan untuk menjawab
netral dan mendorong untuk memutuskan jawaban positif dan negatif.
3.4.1 Skala Intensi Membeli
Untuk mengukur intensi membeli, peneliti menggunakan skala intensi membeli
yang diadaptasi dari penelitian Lime, Yap, and Lee (2007) berdasarkan teori
Ajzen (2005). Menggunakan skala likert yang terdiri dari 4 pernyataan yang
mengatur probabiltas subjek berintensi untuk membeli. Adapun blue print skala
intensi adalah sebagai berikut:
TABEL 3.1
Aspek Indikator No item
jumlah
Intensi membeli Waktu membeli 1,2,3,4 4
Total 4
3.4.2 Variabel Demografi
Dalam penelitian ini, variabel demografi di dapat dari self report di mana
responden di minta untuk mengisi pertanyaan dari deskripsi penelitian. Variabel
demografi dalam penelitian ini adalah terpaan drama korea dan media sosial
Instagram.
35
3.4.3 Skala Konformitas
Pada skala ini menggunakan skala pengukuran berdasarkan dimensi – dimensi
konformitas yang diadaptasi dari penelitian Budiman (2014) yang dimodifikasi
berdasarkan jenis-jenis konformitas menurut Myers (dalam sarwono, 2009).
Skala ini berisi 16 pernyataan, untuk lebih jelasnya berikut adalah blue print dari
skala konformitas:
TABEL 3.2
Aspek Indikator No item
Fav Unfav
Jumlah
1.compliance Individu mengikuti
apa yang dilakukan
teman karena
menghindari
penolakan
Mengharapkan reward
atau penerimaan
kelompok
1,2,4,5
7, 9
3,6
8
9
2. acceptance Individu menjadikan
perilaku membeli
sebagai pedoman
perilaku dan meyakini
hal tersebut benar
10,11,13,14,15 12,16 7
Total 16
3.4.4 Skala Selebriti Pendukung
Alat ukur selebriti pendukung merupakan sebuah skala yang digunakan untuk
mengukur variabel selebriti pendukung. peneliti menggunakan alat ukur dari
36
Ohanian (1990) peenelitian ini dilakukan oleh Wu dan You Li (2013) Skala ini
memiliki 19 item. Berikut adalah blue print :
TABEL 3.3
Aspek Indikator No item
Jumlah
1. Daya tarik fisik
2. Kredibilitas
3. Keahlian
4. Kecocokan
Ketertarikan penampilan fisik selebriti Kepercayaan konsumen terhadap selebriti pendukung
mempunyai kemampuan mempengaruhi konsumen
Kecocokan dengan produk yang diiklankan
1,2,3,4,5
6,7,8,9,10
11,12,13,14,15
16 ,17,18,19
5
5
5
4
Total 19
3.4.5 Skala Paparan Drama Korea
Pada penelitian ini terpaan drama Korea merupakan variabel demografi. Skala
terpaan drama Korea di dapat dari self report di mana responden di minta untuk
mengisi pertanyaan yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan teori. Skala ini
berisi 3 pertanyaan, peneliti membagi menjadi dua aspek yaitu waktu dan media.
Berikut adalah blue print dari skala terpaan drama Korea:
37
TABEL 3.4
Aspek Indikator No item Jumlah
1. Waktu Menonton drama Korea dalam sehari
2 1
Mengikuti episode drama Korea dalam seminggu
3 1
2. Media Menggunakan
media saat
menonton
1 1
Total 3
3.4.6 Skala Media Sosial Instagram
Pada penelitian ini media sosial Instagram merupakan variabel demografi. Skala
media sosial Instagram di dapat dari self report di mana responden di minta untuk
mengisi pertanyaan yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan teori. Skala ini
berisi 6 pertanyaan, peneliti membagi ke dalam dua aspek yaitu sikap dan waktu.
Berikut adalah blue print dari skala media sosial Instagram:
TABEL 3.5
Aspek Indikator No Item Jumlah 1. sikap Sikap terhadap
iklan media sosial
Instagram dan iklan
produk Korea
5,6 2
2. waktu Waktu
menggunakan
Inatagram terkait
Korea dalam sehari
7 1
Melihat toko online
produk kecantikan
Korea
8 1
Total 4
38
3.5 Validitas Konstruk
Dalam penelitian ini, pengujian validitas konstruk menggunakan Confirmatory
Factor Analysis (CFA) bertujuan mengetahui apakan setiap item pada variable
valid dalam mengukur apa yang hendak diukur.CFA digunakan dalam
pengembangan skala untuk memeriksa strukstur laten dari suatu alat tes , dalam
konteks ini CFA digunakan untuk verifikasi jumlah dimensi instrumen (faktor)
dan pola hubungan item dengan faktor (faktor loading). Langkah- langkah untuk
mendapat hasil CFA yang tepat menurut Umar (2012) adalah sebagai berikut:
1. Terdapat sebuah konsep berupa kemampuan yang didefinisikan secara
operasional sehingga sebuah pernyataan atau pertanyaan dapat di susun untuk
mengukurnya. Pengukuran terhadap faktor dilakukan melalui analisis terhadap
respon (jawaban atas item)
2. Setiap item hanya mengukur satu faktor, bersifat unidimensional
3. Pada Model unidimensional, disusun untuk himpunan persamaan matematis.
Digunakan untuk memprediksi matrix korelasi antar item yang harusnya
diperboleh, jika korelasi antar item tersebut bersifat unidimensional.
Kemudian, matrix akan dibandingkan dengan matrix korelasi yang diperoleh
secara empiris dari data, jika teori itu benar , maka tidak ada perbedaan yang
signifikan antar elemen-elemen matrix.
4. Pernyataan matematis yang dijadikan hipotesis nihil akan dianalisis dengan
CFA, lalu dilakukan uji signifikan dengan chi - square . nilai p > 0,05 berarti
chi-square tidak signifikan, jika chi-square tidak signifikan maka dapat
disimpulkan bahwa hipotesis nihil menyatakan “ tidak ada perbedaan matrix
39
dari data (matrix S) dengan matrix korelasi (sigma ) yaitu di tolak, artinya
ialah teori yang menyatakan seluruth item mengukur hal yang sama dan dapat
diterima kebenarannya. Jika chi-square signifikan maka hipotesis 0 ditolak ,
artinya teori tidak didukung oleh data (ditolak).
5. Jika teori diterima, selanjutnya menguji hipotesis tentang signifikan atau
tidaknya item- item dalam mengukur apa yang hendak diukur. Uji hipotesis
dilakukan t-test, artinya jika nilai t signifikan maka item yang bersangkutan
benar signifikan mengukur apa yang sebenarnya diukur, dengan cara ini bisa
melihat item mana yang valid dan item yang tidak valid di dalam konteks
validitas konstruk.
3.5.1 Uji Validitas Konstruk Intensi Membeli
Penulis menguji apakah 4 item dari skala intensi membeli yang bersifat
unidimensional, yang artinya benar-benar hanya mengukur intensi membeli.
Berdasarkan hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor,
ternyata tidak fit, dengan Chi-Square=18.93, df=2, P-value=0.00008,
RMSEA=0.026. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model,
dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lain.
Setelah dilakukan modifikasi sebanyak 1 kali, maka diperoleh model fit dengan
Chi-Square=0.00, df=1, P-value=0.94371, RMSEA=0.000. Nilai Chi- Square
menghasilkan P-value > 0,05 (signifikan), yang artinya model dengan satu faktor
(unidimensional) dapat diterima di mana seluruh item mengukur satu faktor saja
yaitu intensi membeli.
40
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item manakah yang
perlu di drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nilai tentang
koefisien muatan faktor dari tiap item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut
signifikan dan sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran intensi
membeli disajikan pada tabel 3.4 berikut:
Tabel 3.6
Muatan Faktor Item Skala Intensi Membeli
No. Koefisien Standar Erorr Nilai t Signifikan
Item 1 0.91 0.05 16.70 √
Item 2 0.92 0.05 17.10 √
Item 3 0.97 0.05 18.56 √
Item 4 0.94 0.06 17.74 √
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1.96) ; X = tidak signifikan
Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa t-value bagi koefisien muatan factor
semua item signifikan, karena t-value > 1.96, dengan demikian tidak ada item
yang di drop.
3.5.2 Uji Validitas Konstruk Konformitas
Penulis menguji apakah 16 item yang terdiri 2 aspek konformitas yaitu
compliance dan acceptance yang artinya benar-benar hanya mengukur
konformitas.
3.5.2.1 Uji Validitas Konstruk Dimensi Complience
Penulis menguji apakah 9 item dari dimensi keahlian bersifat
unidimensional, artinya benar-benar hanya mengukur complience. Berdasarkan
hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit
dengan Chi- Square= 130.31, df= 27, P-value= 0.00000, dan RMSEA= 0.139.
41
Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model sebanyak 8 kali,
dimana kesalahan pengukuruan pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu
sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 24.50, df = 19, P-
value = 0.17762, RMSEA = 0.038. Nilai Chi-Square menghasilkan P-value > 0.05
(tidak signifikan) dan RMSEA < 0.05, yamg artinya model dengan satu faktor
(unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja
yaitu complience.
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukkan apakah item tertentu
perlu untuk di-drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nilai tentang
koefisien muatan faktor dari tiap item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut
signifikan dan sebaliknya. Adapun koefisien muatan faktor untuk item
pengukuran complience seperti pada tabel 3.11.
Table 3.11
Muatan Faktor Item Dimensi Complience
No. Koefisien Standar Erorr Nilai t Signifikan
Item 1 0.26 0.08 3.25 √
Item 2 0.56 0.07 8.39 √
Item 3 -0.43 0.07 -5.73 X
Item 4 0.29 0.07 3.89 √
Item 5 0.40 0.08 5.21 √
Item 6 -0.61 0.07 -9.15 X
Item 7 0.83 0.06 13.23 √
Item 8 -0.56 0.07 -8,18 X
Item 9 0.74 0.06 11.81 √
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1,96); X = tidak signifikan
Pada tabel di atas, penulis melihat item-item yang memiliki muatan faktor
negatif. Berdasarkan tabel 3.9, pada kolom koefisien terlihat bahwa item yang
42
memiliki muatan negatif dan item yang memiliki t-value di bawah 1,96 (t < 1,96)
adalah item 3, 6 dan 8 Item-item tersebut harus dieliminasi atau di-drop dan tidak
disertakan dalam pengolahan selanjutnya.
3.5.2.2 Uji Validitas Konstruk Dimensi Acceptance
Penulis menguji apakah 7 item dari dimensi keahlian bersifat
unidimensional, artinya benar-benar hanya mengukur acceptance. Berdasarkan
hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit
dengan Chi- Square= 172.81, df= 14, P-value= 0.00000, dan RMSEA= 0.239.
Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model sebanyak 10 kali,
dimana kesalahan pengukuruan pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu
sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 4.46, df = 4, P-value
= 034735, RMSEA = 0.024. Nilai Chi-Square menghasilkan P-value > 0.05 (tidak
signifikan) dan RMSEA < 0.05, yamg artinya model dengan satu faktor
(unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja
yaitu acceptance.
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukkan apakah item tertentu
perlu untuk di-drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nilai tentang
koefisien muatan faktor dari tiap item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut
signifikan dan sebaliknya. Adapun koefisien muatan faktor untuk item
pengukuran acceptance seperti pada tabel 3.10.
43
Table 3.12
Muatan Faktor Item Dimensi Acceptance
No. Koefisien Standar Erorr Nilai t Signifikan
Item 1 1.35 0.30 4.49 √
Item 2 0.20 0.07 2.86 √
Item 3 -0.41 0.11 -3.64 X
Item 4 0.30 0.10 3.19 √
Item 5 0.13 0.08 5.21 √
Item 6 1.20 0.27 4.37 √
Item 7 -0.13 0.06 -1.96 X
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1,96); X = tidak signifikan
Pada tabel di atas, penulis melihat item-item yang memiliki muatan faktor
negatif. Berdasarkan tabel 3.9, pada kolom koefisien terlihat bahwa item yang
memiliki muatan negatif dan item yang memiliki t-value di bawah 1,96 (t < 1,96)
adalah item 3 dan 7 Item-item tersebut harus dieliminasi atau di-drop dan tidak
disertakan dalam pengolahan selanjutnya.
3.5.3 Uji Validitas Konstruk Selebriti Pendukung
Penulis menguji apakah 16 item yang terdiri 4 aspek selebriti pendukung yaitu
daya tarik fisik, kredibilitas, keahlian, dan kecocokan yang artinya benar-benar
hanya mengukur selebriti pendukung.
3.5.3.1 Uji Validitas Konstruk Dimensi Daya Tarik Fisik
Penulis menguji apakah 5 item dari dimensi kredibilitas bersifat
unidimensional, artinya benar-benar hanya mengukur kredibilitas. Berdasarkan
hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit
dengan Chi- Square= 21.97, df= 5, P-value= 0.00053, dan RMSEA= 0.131. Oleh
karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model sebanyak 2 kali, dimana
kesalahan pengukuruan pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama
lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 0.74, df = 3, P-value =
44
0.86378, RMSEA = 0.000. Nilai Chi-Square menghasilkan P-value > 0.05 (tidak
signifikan) dan RMSEA < 0.05, yamg artinya model dengan satu faktor
(unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja
yaitu kredibilitas.
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukkan apakah item tertentu
perlu untuk di-drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nilai tentang
koefisien muatan faktor dari tiap item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut
signifikan dan sebaliknya. Adapun koefisien muatan faktor untuk item
pengukuran upward comparison seperti pada tabel 3.5.
Table 3.7
Muatan Faktor Item Dimensi Daya Tarik Fisik
No. Koefisien Standar Erorr Nilai t Signifikan
Item 1 0.85 0.06 14.77 √
Item 2 0.84 0.06 14.68 √
Item 3 0.93 0.05 17.22 √
Item 4 0.92 0.05 16.83 √
Item 5 0.94 0.05 17.63 √
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1,96); X = tidak signifikan
Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa t-value bagi koefisien muatan factor
semua item signifikan, karena t-value > 1.96, dengan demikian tidak ada item
yang di drop.
3.5.3.2 Uji Validitas Konstruk Dimensi Kredibilitas
Penulis menguji apakah 5 item dari dimensi kredibilitas bersifat
unidimensional, artinya benar-benar hanya mengukur kredibilitas. Berdasarkan
hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit
45
dengan Chi- Square= 10.59, df= 5, P-value= 0.73194, dan RMSEA= 0.076. Oleh
karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model sebanyak 1 kali, dimana
kesalahan pengukuruan pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama
lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 2.02, df = 4, P-value =
0.37117, RMSEA = 0.000. Nilai Chi-Square menghasilkan P-value > 0.05 (tidak
signifikan) dan RMSEA < 0.05, yamg artinya model dengan satu faktor
(unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja
yaitu kredibilitas.
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukkan apakah item tertentu
perlu untuk di-drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nilai tentang
koefisien muatan faktor dari tiap item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut
signifikan dan sebaliknya. Adapun koefisien muatan faktor untuk item
pengukuran kredibilitas seperti pada tabel 3.6.
Tabel 3.8
Muatan Faktor Item Dimensi Kredibilitas No. Koefisien Standar Erorr Nilai t Signifikan
Item 6 0.54 0.07 8.28 √
Item 7 0.99 0.05 19.25 √
Item 8 0.96 0.05 18.50 √
Item 9 0.88 0.06 15.94 √
Item 10 0.90 0.06 16.24 √
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1,96); X = tidak signifikan
Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa t-value bagi koefisien muatan factor
semua item signifikan, karena t-value > 1.96, dengan demikian tidak ada item
yang di drop.
46
3.5.3.3 Uji Validitas Konstruk Dimensi Keahlian
Penulis menguji apakah 5 item dari dimensi keahlian bersifat
unidimensional, artinya benar-benar hanya mengukur keahlian. Berdasarkan hasil
analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit dengan
Chi- Square= 82.00, df= 5, P-value= 0.00000, dan RMSEA= 0.278. Oleh karena
itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model sebanyak 3 kali, dimana
kesalahan pengukuruan pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama
lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 2.82, df = 2, P-value =
0.24252, RMSEA = 0.046. Nilai Chi-Square menghasilkan P-value > 0.05 (tidak
signifikan) dan RMSEA < 0.05, yamg artinya model dengan satu faktor
(unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja
yaitu keahlian.
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukkan apakah item tertentu
perlu untuk di-drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nilai tentang
koefisien muatan faktor dari tiap item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut
signifikan dan sebaliknya. Adapun koefisien muatan faktor untuk item
pengukuran keahlian seperti pada tabel 3.7.
Tabel 3.9
Muatan Faktor Item Dimensi Keahlian No. Koefisien Standar Erorr Nilai t Signifikan
Item 11 0.89 0.06 15.26 √
Item 12 0.92 0.06 16.41 √
Item 13 0.47 0.06 14.99 √
Item 14 0.84 0.06 14.26 √
Item 15 0.73 0.06 11.47 √
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1,96); X = tidak signifikan
47
Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa t-value bagi koefisien muatan factor
semua item signifikan, karena t-value > 1.96, dengan demikian tidak ada item
yang di drop.
3.5.3.4 Uji Validitas Konstruk Dimensi Kecoocokan
Penulis menguji apakah 4 item dari dimensi keahlian bersifat
unidimensional, artinya benar-benar hanya mengukur kecocokan. Berdasarkan
hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit
dengan Chi- Square= 12.41, df= 2, P-value= 0.00202, dan RMSEA= 0.162. Oleh
karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model sebanyak 2 kali, dimana
kesalahan pengukuruan pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama
lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 0.00, df = 0, P-value =
1.00000, RMSEA = 0.000. Nilai Chi-Square menghasilkan P-value < 0.05
(signifikan) dan RMSEA < 0.05, yamg artinya model dengan satu faktor
(unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja
yaitu kecocokan.
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukkan apakah item tertentu
perlu untuk di-drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nilai tentang
koefisien muatan faktor dari tiap item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut
signifikan dan sebaliknya. Adapun koefisien muatan faktor untuk item
pengukuran kecocokan seperti pada tabel 3.8.
48
Tabel 3.10
Muatan Faktor Item Dimensi Kecocokan No. Koefisien Standar Erorr Nilai t Signifikan
Item 16 0.30 0.13 2.27 √
Item 17 2.29 1.04 2.21 √
Item 18 -0.45 0.20 -2.27 X
Item 19 0.41 0.18 2.31 √
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1,96); X = tidak signifikan
Pada tabel di atas, penulis melihat item-item yang memiliki muatan faktor
negatif. Berdasarkan tabel 3.8, pada kolom koefisien terlihat bahwa item yang
memiliki muatan negatif dan item yang memiliki t-value di bawah 1,96 (t < 1,96)
adalah item 18. Item-item tersebut harus dieliminasi atau di-drop dan tidak
disertakan dalam pengolahan selanjutnya.
3.6 Teknik Aanalisis Data
Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis data pada penelitian ini
yaitu analisis regresi berganda (Multiple Regression Analysis). Teknik analisis
regresi berganda ini digunakan untuk menentukan ketepatan prediksi dan
ditujukan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari independent variabel (IV),
yaitu perbandingan sosial dan rasa syukur terhadap dependent variabel (DV) yaitu
intensi membeli .
Teknik regresi berganda ini merupakan metode statistika yang digunakan
untuk membentuk model hubungan antara variabel terikat (dependent; respon; Y)
dengan lebih dari satu variabel bebas (independent; predictor; X). Pada penelitian
ini, independent variabel sebanyak 8 buah, sedangkan dependent variabel
sebanyak 1 buah sehingga susunan persamaan regresi penelitian adalah:
Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5+ b6X6+ b7X7+ b8X8 + e
49
Jika dituliskan variabelnya, maka:
Y = Intensi membeli
a = intersep atau konstanta
b = koefisien regresi untuk masing-masing X
x1= Complience
x2 = Acceptance
x3 = Daya tarik fisik selebriti
x4 = kredibilitas selebriti
x5 = keahlian selebriti
x6 = kecocokan selebriti
x7 = Paparan drama Korea
x8 = Media sosial Instagram
e = residu
Melalui regresi berganda ini akan diperoleh nilai yaitu koefisien korelasi
berganda atau regresi antara intensi membeli (DV) dengan compliance,
acceptance daya tarik fisik selebriti, kredibilitas selebriti, keahlian selebriti, dan
kecocokan selebriti (IV). Kemudian besarnya kemungkinan disebabkan oleh
faktor-faktor yang telah disebutkan tadi yang ditunjukkan oleh koefisien
determinasi berganda atau R2. Fungsi R
2 ini digunakan untuk melihat proporsi
varians atau perubahan dependent variable (Y) disebabkan independent variable
(X) atau digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh independent variable
(X) terhadap dependent variable (Y) atau merupakan perkiraan proporsi varians.
Untuk mendapatkan nilai R2 ini digunakan rumus sebagai berikut:
50
R2
= SSreg
SSy
Uji R2 diuji untuk membuktikan apakah penambahan varians dari
independent variable satu per satu signifikan atau tidak penambahannya.
Berikutnya, untuk membuktikan apakah regresi Y dan X signifikan atau tidak,
maka dapat diuji dengan menggunakan uji F. Untuk membuktikan hal tersebut
digunakanlah rumus sebagai berikut:
F = R2
Keterangan:
R2 = Proporsi varians
k = Banyaknya independent variable
N = Ukuran sampel
Adapun pembilang disini adalah R2 itu sendiri dengan df (dilambangkan
sebagai k), yaitu sejumlah independent variablel yang dianalisis, sedangkan
penyebutnya (1-R2) dibagi dengan df N – k- 1 dimana N adalah jumlah sampel.
Dari hasil uji F yang telah dilakukan nantinya, dapat dilihat apakah predictor
variabel yang diujikan tersebut memiliki pengaruh terhadap outcome variabel.
Selanjutnya dilakukan uji koefisiensi regresi dari tiap-tiap IV yang
dianalisis. Uji tersebut digunakan untuk melihat apakah pengaruh yang diberikan
IV signifikan terhadap DV secara sendiri-sendiri atau parsial. Uji ini digunakan
untuk menguji apakah sebuah IV benar-benar memberikan kontribusi terhadap
DV. Sebelum di dapat nilai t dari tiap IV, harus didapat dahulu nilai standart
error estimate dari b (koefisien regresi) yang didapatkan melalui akar MSres
(1-R2) / (N – k – 1)
51
dibagi dengan SSx. Setelah didapat nilai Sb barulah bisa dilakukan uji t, yaitu hasil
bagi dari b (koefisien regresi) dengan Sb itu sendiri. Dapat dirumuskan:
T = b
Dimana b adalah koefisien regresi dan sb adalah standar deviasi sampling
dari koefisien b. Hasil uji t ini akan diperoleh dari hasil regresi yang akan
dilakukan oleh penulis nantinya. Adapun seluruh perhitungan penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan program SPSS 20.
sb
52
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Umum Subjek Penelitian
Berikut ini akan diuraikan gambaran responden berdasarkan usia, terpaan drama
korea dan media sosial Instagram. Pada penelitian ini peneliti mengambil partisipan
mahasiswi yang berusia 18 tahun keatas. Untuk mempermudah perhitungan, maka
penulis mengkategorikan menjadi 2 kategori, yaitu (18 - 25 tahun) sebagai kategori
pertama dan (26 - 34 tahun) sebagai kategori kedua. Mahasiswi tersebut berada di
wilayah Jakarta. Hasil data partisipan yang berhasil diperoleh dan dimasukan dalam
analisis hasil sebanyak 200 data.
4.1.1. Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan Data Demografi
Tabel 4.1
Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan Data Demografi (N=200)
Data Demografi Jumlah (N) Persentase (%) Usia
18-25 tahun 190 95%
26-34 tahun 10 5%
Uang Saku Perbulan
1000.0000 51 26%
<1000.000 81 40%
>1000.000 68 34%
Jam Menonton Drama Korea
1-2 jam 60 30%
3-4 jam 78 39%
5-6 jam 62 31%
Waktu menggunakan instagram
30 menit 88 44%
1-2 jam 70 35%
2-3 jam 42 21%
53
Berdasarkan table 4.1 ditemukan bahwa responden terbanyak pada penelitian ini
berusia 18-25 tahun dengan persentase sebesar 95% itu terdapat 190 orang.
Selanjutnya, yang memiliki uang saku perbulan terbanyak pada penelitian ini adalah
< 1000.000 terdapat 81 orang dengan persentase 40%. Berikutnya, dijelaskan
responden yang memiliki jam menonton drama Korea terbanyak dalam sehari adalah
3-4 jam terdapat 78 orang dengan persentase 39%. Pada waktu yang digunakan
responden terbanyak untuk mengakses Instagram yang terkait Korea adalah 30 menit
dalam sehari terdapat 88 orang dengan persentase 44%.
4.2 Analisis Deskripsi
Sebelum dilakukan uji hipotesis, penulis melakukan analisis deskriptif. Analisis
deskriptif tersebut bertujuan untuk menganalisis sejumlah data yang dikumpulkan
dalam penelitian guna memperoleh gambaran mengenai suatu variabel. Dalam hasil
analisis deskriptif ini akan disajikan sebuah tabel yang terdiri atas nilai maksimum,
minimum, mean dan standar deviasi. Gambaran hasil analisis deskriptif ini dapat
dilihat pada table 4.2 berikut:
Table 4.2
Deskripsi Statistik
Minimum Maksimum Mean Std.Deviation Intensi Membeli 14.04 62.46 50.0000 9.72857
Daya Tarik 17.45 59.03 50.0000 9.49707
Kredibilitas 23.21 71.18 50.0000 9.57487
Keahlian 9.19 60.75 50.0000 9.38452
Kecocokan 21.62 58.72 50.0000 9.99500
Compliance 33.28 82.41 50.0000 8.63921
Acceptance 27.55 80.15 50.0000 8.03304
54
Berdasarkan tabel 4.2, diketahui Kolom minimum dan maksimum menjelaskan nilai
terendah dan tertinggi pada setiap variabel. Dilihat dari kolom minimum diketahui
skor terendah variabel intensi membeli adalah 14.04 dan skor tertinggi variabel
intensi membeli adalah 62.46. Skor terendah variabel daya tarik adalah 17.45 dan
skor tertinggi variabel daya Tarik adalah 59.03. Skor terendah variabel kredibilitas
adalah 23.21 dan skor tertinggi variabel kredibilitas adalah 71.18. Skor terendah
variabel keahlian adalah 9.19 dan skor tertinggi variabel keahlian adalah 60.75. Skor
terendah variabel kecocokan adalah 33.28 dan skor tertinggi variabel kecocokan
adalah 58.72. Skor terendah variabel compliance adalah 33.28 dan skor tertinggi
variabel compliance adalah 82.41. Skor terendah variabel acceptance adalah 27.55
dan skor tertinggi variabel acceptance adalah 80.15.
4.3 Kategorisasi partisipan penelitian
Setelah melakukan deskripsi statistik dari masing-masing variable penelitian, maka
hal yang perlu dilakukan adalah pengkategorisasian terhadap data penelitian.
Kategorisasi varaiabel bertujuan untuk menempatkan responden penelitian ke dalam
kelompok-kelompok yang terpisah berdasarkan suatu jenjang kontinum. Untuk
mengelompokan responden ke dalam jenjang tersebut, ditetapkan norma dengan
menggunakan standar deviasi dan mean dari t-score seperti pada table 4.3 dibahwah
ini.
55
Tabel 4.3
Norma Score
Norma kategorisasi X < mean – 1 SD Rendah
X > mean + 1 SD Tinggi
Setelah kategori tersebut didapatkan, maka akan diperoleh nilai persentasi kategori
masing-masing variable penelitian. Masing-masing variable akan dikategorikan
sebagai rendah dan tinggi.
4.3.1. kategorisasi tingkat intensi membeli
Pada table 4.4 menunjukkan sebaran variabel intensi membeli yang dibagi menjadi
tiga kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu rendah, sedang dan
tinggi.
4.3.1 Kategorisasi skor variabel penelitian
Pada table 4.4 menunjukan kategorisasi skor dari variabel intensi membeli,
compliance, acceptance, daya tarik selebriti, kredibilitas selebriti, keahlian selebriti,
dan kecocokan selebriti, yang dibagi menjadi tiga kategori, yaitu rendah, sedang dan
tinggi.
56
Table 4.4
Kategorisasi skor variabel penelitian
Variabel Frekuensi
Rendah Tinggi
Intensi membeli 135 (67,5%) 65 (32,5%)
Complience 51 (25,5%) 149(74,5%)
Acceptance 10 (5,0%) 190 (95,0%)
Daya Tarik Selebriti 3 (1,5%) 197 (98,5%)
Kredibilitas Selebriti 184 (92,0%) 16 (8,0%)
Keahlian Selebriti 44 (22,0%) 156 (78,0%)
Kecocokan Selebriti 91 (45,5%) 109 (54,5%)
Berdasarkan table 4.4 dapat dilihat bahwa seluruh kategorisasi skor variabel pada
penelitian ini berada pada kategori tinggi, kecuali pada variabel intensi membeli dan
kredibilitas selebriti berada pada kategori rendah dan variabel daya tarik selebriti
berada pada kategori paling tinggi.
4.4 Uji Hipotesis penelitian
4.4.1 Analisis Regresi Variabel penelitian
Pada tahapan uji hipotesis penelitian, penulis menggunakan teknik analisis regresi
dengan SPSS 16. Dalam regresi ada tiga hal yang dilihat, yaitu pertama melihat R
Square untuk mengetahui berapa persen (%) varians variabel dependen (DV) yang
dijelaskan oleh IV. Kedua apakah keseluruhan independent variabel (IV) berpengaruh
57
secara signifikan terhadap DV. Kemudian terakhir ialah melihat signifikan atau
tidaknya koefisien regresi dari masing-masing IV.
Langkah pertama peneliti melihat besar R Square untuk mengetahui berapa
persen (%) varians variabel dependen (DV) yang dijelaskan oleh variabel
independent (IV). Selanjutnya table R Square dapat dilihat pada table 4.12
Table 4.5
Pada table 4.12 dapat dilihat bahwa di peroleh R Square sebesar 0,100 atau 10%.
Artinya, proporsi varian dari intensi membeli yang dijelaskan oleh konformitas
(compliance dan acceptance), selebriti pendukung (daya tarik, keahlian, kredibilitas,
dan kecocokan) adalah sebesar 10% sedangkan sisanya 90% sisanya dipengaruhi oleh
variabel lain diluar penelitian ini.
Langkah kedua peneliti menganalisa uji F untuk mengetahui signifikansi
dampak dari keseluruhan variabel independent terhadap intensi membeli. Berikut ini
adalah hasil uji F yang terdapat di table 4.13
R Square
Model R R Square
Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .316a .100 .062 9.42222
a. Predictors: (Constant), INSTAG, COMPLI, DAYATARIK, DRAKOR, KREDIBILITAS, ACCCEPT, KEAAHLIAN, KECOCOKAN
58
Table.4.6
Anova pengaruh seluruh IV terhadap DV
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1877.745 8 234.718 2.644 .009a
Residual 16956.627 192 88.778
Total 18834.372 199
a. Predictors: (Constant), INSTAG, COMPLI, DAYATARIK, DRAKOR, KREDIBILITAS, ACCCEPT, KEAAHLIAN, KECOCOKAN
b. Dependent Variable: INTENM
Berdasarkan uji F pada table 4.13 dapat dilihat bahwa nilai p (sig.) pada kolom paling
kanan adalah p = 0.009 dengan nilai p < 0.05. jadi, hipotesis nihil yang berbunyi
“tidak ada pengaruh dari konformitas dan selebriti pendukung terhadap intensi
membeli produk kecantikan Korea” ditolak. Artinya, terdapat pengaruh bersama yang
signifikan dari keseluruhan variabel independen (daya tarik, keahlian, kredibilitas,
kecocokan, compliance, dan acceptance) terhadap variabel dependen yaitu intensi
membeli produk kecantikan korea.
Langkah selanjutnya, peneliti melihat koefisien regresi tiap variabel
independent. Jika sig<0.05 maka koefisien regresi tersebut signifikan, yang berarti
variabel independent tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap intensi
59
membeli. Adapun besarnya koefisien regresi dari masing-masing variabel
independent terhadap intensi membeli dapat dilihat pada taber 4.14 sebagai berikut:
Table 4.7
Koefisien Regresi
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 26.760 8.902 3.006 .003
COMPLIENCE -.122 .094 -.109 -1.301 .195
ACCEPTANCE .319 .100 .264 3.202 .002*
DAYA TARIK .137 .099 .134 1.379 .169
KREDIBILITAS -.118 .083 -.116 -1.427 .155
KEAHLIAN -.087 .094 -.084 -.932 .352
KECOCOKAN .078 .090 .080 .866 .387
DRAMA
KOREA .037 .090 .030 .411 .681
INSTAGRAM .153 .093 .122 1.646 .101
a. Dependent Variable: INTENM
Ket: tanda (*) menunjukan variabel yang signifikan
Berdasarkan koefisien regresi pada table 4.14 maka persamaan regresi intensi
membeli ialah sebagai berikut:
Intensi membeli = -0.122 Complience + 0.319 Acceptance + 26.760+ 0.137 Daya
tarik + -0.118 Kredibilitas + -0.087 Keahlian + 0.78 Kecocokan + 0.037 Drama
Korea + 0.153 Instagram
60
Dari persamaan regresi tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat satu variabel
yang nilai koefisien regresinya signifikan, yaitu acceptance sementara 7 variabel
lainnya tidak signifikan. Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh
masing-masing independent varibel adalah sebagai berikut:
1. Variabel compliance memperoleh nilai koefisien -0.109 dengan taraf
signifikan 0.195 (sig>0.05). Hal ini bermakna H02 yang menyatakan “tidak
ada pengaruh yang signifikan dari compliance terhadap intensi membeli
produk kecantikan Korea” diterima. Dapat diartikan tidak ada pengaruh yang
signifikan dari compliance terhadap intensi membeli produk kecantikan
Korea.
2. Variabel acceptance memperoleh nilai koefisien 0.264 dengan taraf signifikan
0.002 (sig<0.05). Hal ini bermakna bahwa H03 yang menyatakan “tidak ada
pengaruh yang signifikan dari acceptance terhadap intensi membeli produk
kecantikan Korea” ditolak. Dapat diartrikan ada pengaruh yang signifikan dari
acceptance terhadap intensi membeli produk kecantikan Korea. Koefisien
bertanda positif artinya semakin tinggi acceptance yang dimiliki oleh
seseorang, maka semakin tinggi intensi membeli produk kecantikan Korea.
3. Variabel daya tarik fisik memperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.134
dengan taraf signifikan 0.169 (sig>0.05). Hal ini bermakna H04 yang
menyatakan “tidak ada pengaruh yang signifikan dari daya tarik fisik terhadap
intensi membeli produk kecantikan Korea” diterima. Dapat diartikan tidak ada
61
pengaruh yang signifikan dari daya tarik fisik terhadap intensi membeli
produk kecantikan Korea.
4. Variabel kredibilitas memperoleh nilai koefisien regresi -0.116 dengan taraf
signifikan 0.155 (sig>0.05). Hal ini bermakna H05 yang menyatakan “tidak
ada pengaruh yang signifikan dari kredibilitas terhadap intensi membeli
produk kecantikan Korea” diterima. Dapat diartikan tidak ada pengaruh yang
signifikan dari kredibilitas terhadap intensi membeli produk kecantikan
Korea.
5. Variabel keahlian memperoleh nilai koefisien -0.084 dengan taraf signifikan
0.352 (sig>0.05). Hal ini bermakna H06 yang menyatakan “tidak ada pengaruh
yang signifikan dari keahlian terhadap intensi membeli produk kecantikan
Korea” diterima. Dapat diartikan tidak ada pengaruh yang signifikan dari
keahlian terhadap intensi membeli produk kecantikan Korea.
6. Variabel kecocokan memperoleh nilai koefisien 0.080 dengan taraf signifikan
0.387 (sig>0.05). Hal ini bermakna H07 yang menyatakan “tidak ada pengaruh
yang signifikan dari kecocokan terhadap intensi membeli produk kecantikan
Korea” diterima. Dapat diartikan tidak ada pengaruh yang signifikan dari
kecocokan terhadap intensi membeli produk kecantikan Korea.
7. Variabel drama korea memperoleh nilai koefisien 0.030 dengan taraf
signifikan 0.681 (sig>0.05). Hal ini bermakna H08 yang menyatakan “tidak
ada pengaruh yang signifikan dari drama korea terhadap intensi membeli
produk kecantikan Korea” diterima. Dapat diartikan tidak ada pengaruh yang
62
signifikan dari drama Korea terhadap intensi membeli produk kecantikan
Korea.
8. Variabel instagram memperoleh nilai koefisien 0.112 dengan taraf signifikan
0.101 (sig>0.05). Hal ini bermakna H09 yang menyatakan “tidak ada pengaruh
yang signifikan dari instagram terhadap intensi membeli produk kecantikan
Korea” diterima. Dapat diartikan tidak ada pengaruh yang signifikan dari
instagram terhadap intensi membeli produk kecantikan Korea.
4.5 Pengujian Proporsi Varian Pada Setiap Variabel Independen
Langkah selanjutnya ialah peneliti menguji penambahan proporsi varians dari tiap
variabel independent jika variabel independent tersebut dimasukan satu per sat uke
dalam analisis regresi. Tujuannya adalah melihat penambahan proporsi varian tiap
variabel independent terhadap intensi membeli. Pada table koefisien regresi kolom
pertama (model) adalah independen variabel yang dianalisis satu per satu. Kolom
kedua merupakan nilai murni varians variabel dependen dari tiap variabel
independent yang dimasukan secara satu per satu, kolom ketiga adalah nilai F hitung
bagi variabel independent yang bersangkutan, kolom DF adalah kolom derajat
kebebasan atau taraf nyata bagi variabel independent yang bersangkutan. Kemudian
yang terakhir adalah kolom signifikan (sig.F Change). Besarnya proporsi varians
pada intensi membeli dapat dilihat pada table 4.15 berikut ini:
Table 4.8
Proporsi Varian
63
Model R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
R
Square
Change F Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .035a .001 -.004 9.74706 .001 .246 1 198 .621
2 .238b .057 .047 9.49670 .055 11.577 1 197 .001*
3 .264c .069 .055 9.45615 .013 2.693 1 196 .102
4 .277d .077 .058 9.44300 .007 1.546 1 195 .215
5 .281e .079 .055 9.45553 .002 .484 1 194 .487
6 .291f .085 .056 9.45043 .006 1.209 1 193 .273
7 .295g .087 .054 9.46404 .002 .445 1 192 .505
8 .316h .100 .062 9.42222 .013 2.708 1 191 .101
a. Predictors (constant), Complience, Acceptance, Daya Tarik Fisik, Kredibilitas, Keahlian, Kecocokan, Drama
Korea, Instagram
Berdasarkan table 4.15 didapatkan penjelasan sebagai berikut:
1. Variabel complience memiliki R Square sebesar 0.001 yang berarti bahwa aspek
ini memberikan sumbangan sebesar 0,01% dalam varian intensi membeli dan
sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistic karena nilai sig. F Change=
0.621 (p>0.05)
2. Variabel accepetance memiliki R Square sebesar 0.055 yang berarti bahwa aspek
ini memberikan sumbangan sebesar 5,5% dalam varian intensi membeli dan
sumbangan tersebut signifikan secara statistik karena nilai sig. F Change= 0.001
(p<0.05)
3. Variabel daya tarik memiliki R Square sebesar 0.13 yang berarti bahwa aspek
ini memberikan sumbangan sebesar 1,3% dalam varian intensi membeli dan
sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik karena nilai sig. F Change=
0.102 (p>0.05)
64
4. Variabel kredibilitas memiliki R Square sebesar 0.007 yang berarti bahwa aspek
ini memberikan sumbangan sebesar 0,07% dalam varian intensi membeli dan
sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistic karena nilai sig. F Change=
0.215 (p>0.05)
5. Variabel keahlian memiliki R Square sebesar 0.002 yang berarti bahwa aspek ini
memberikan sumbangan sebesar 0,02% dalam varian intensi membeli dan
sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistic karena nilai sig. F Change=
0.487 (p>0.05)
6. Variabel kecocokan memiliki R Square sebesar 0.006 yang berarti bahwa aspek
ini memberikan sumbangan sebesar 0,06% dalam varian intensi membeli dan
sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistic karena nilai sig. F Change=
0.273 (p>0.05)
7. Variabel drama korea memiliki R Square sebesar 0.002 yang berarti bahwa
aspek ini memberikan sumbangan sebesar 0,02% dalam varian intensi membeli
dan sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistic karena nilai sig. F
Change= 0.505 (p>0.05)
8. Variabel instagram memiliki R Square sebesar 0.013 yang berarti bahwa aspek
ini memberikan sumbangan sebesar 1,3% dalam varian intensi membeli dan
sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistic karena nilai sig. F Change=
0.101 (p>0.05)
65
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat 1 variabel independent yaitu
acceptance yang signifikan sumbangannya terhadap intensi membeli. Jika dilihat
dari besarnya R2
yang dihasilkan setiap kali dilakukan penambahan variabel
independent (sumbangan proporsi varian yang diberikan).
65
BAB 5
KESIMPULAN,DISKUSI, DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang didapat
dari penelitian ini ialah, terdapat pengaruh dari konformitas (compliance dan
acceptance), selebriti pendukung (daya tarik fisik, keahlian, kredibilitas, dan
kecocokan), dan faktor demografi (paparan drama Korea dan instagram) terhadap
intensi membeli produk kecantikan Korea. Berdasarkan hasil uji hipotesis masing-
masing variabel yang telah dilakukan terdapat satu variabel independen yang
signifikan pengaruhnya terhadap intensi membeli produk kecantikan Korea, yakni
acceptance. Variabel yang memberikan sumbangan terbesar pada proporsi varians
dilihat dari R2
change. Pada penelitian ini didapatkan IV yang paling besar proporsi
varians-nya terhadap intensi membeli produk kecantikan Korea adalah variabel
acceptance dengan R2
change = 0.055 atau 5,5%. Berdasarkan proporsi varians
masing-masing variabel terdapat satu variabel yang signifikan, yakni acceptance.
5.2 Diskusi
Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel bebas adalah selebriti pendukung,
konformitas, terpaan drama Korea, dan media sosial Instagram. Penelitian
sebelumnya terkait selebriti pendukung konformitas, terpaan drama Korea, dam
media sosial Instagram terhadap intensi membeli memiliki hasil yang bervariasi.
66
Dalam penelitian ini sendiri, jika dilakukan uji regresi secara simultan atau bersama-
sama, kedua variabel yaitu selebriti pendukung dan konformitas terdapat pengaruh
yang signifikan terhadap intensi membeli produk kecantikan Korea. Akan tetapi,
ketika dilakukan uji signifikansi dari masing-masing dimensi, terdapat 1 varibel yang
nilai koefisien regresinya signifikan berpengaruh terhadap intensi membeli produk
kecantikan Korea, yaitu konformitas.
Hal yang menarik pada penelitian ini adalah dari dua dimensi dari konformitas
hanya satu dimensi yang berpengaruh signifikan terhadap intensi membeli produk
kecantikan Korea yaitu acceptance. Acceptance akan menjadi dimensi untuk
mengungkapkan tingginya intensi membeli produk kecantikan Korea seseorang.
Berikut ini peneliti akan diskusikan hasil pengujian hipotesis lebih lanjut.
Variabel pertama adalah konformitas, dari hasil penelitian didapatkan bahwa
dari kedua dimensi konformitas, terdapat satu dimensi yang memberikan pengaruh
signifikan terhadap intensi membeli produk kecantikan Korea, sedangkan satu
dimensi tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap intensi membeli
produk kecantikan Korea. Secara umum, melihat dari dimensi yang ada, konformitas
secara positif mempengaruhi intensi membeli. Hal tersebut berarti, semakin tinggi
konformitas maka semakin tinggi intensi membeli seseorang. Hal ini sesuai dengan
teori Santrock (2003) yang menyatakan konformitas adalah individu meniru sikap
atau tingkah laku orang lain dikarenakan tekanan yang nyata. Semakin individu
tersebut mengikuti tingkah laku teman kelompoknya, maka semakin kuat konformitas
67
tersebut. Hal ini juga dikuatkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Chen dan Fen Lu
(2014), yang memiliki korelasi positif antara konformitas kelompok dan niat membeli
karena adanya pengaruh sosial.
Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan dari variabel konformitas. Jika
diuraikan perdimensi maka, akan didapatkan hasil yang berbeda-beda dari setiap
dimensinya. Dimensi complience tidak mempengaruhi intensi membeli produk
kecantikan Korea. Artinya compliance bisa memiliki intensi membeli produk
kecantikan Korea yang tinggi dan bisa juga rendah pada wanita. Dilihat dari proporsi
varians, dimensi complience memberikan sumbangan sebesar 0,02% dalam varians
konformitas. Dimensi ini tidak berpengaruh terhadap intensi membeli produk
kecantikan Korea kemungkinan dikarenakan tidak adanya paksaan dan kepatuhan
konsumen terhadap teman kelompoknya dalam niat membeli.
Dimensi kedua adalah acceptance, didapatkan hasil bahwa dimensi tersebut
secara positif dan signifikan mempengharuhi intensi membeli produk kecantikan
Korea. Artinya secara signifikan semakin tinggi accepntance yang dimiliki seseorang
maka intensi membeli produk kecantikan Korea semakin tinggi. Seseorang yang
memiliki acceptance yang tinggi cenderung memiliki niat atau keinginan yang tinggi
untuk membeli suatu produk kecantikan Korea. Karena seseorang merasa yakin
dengan tekanan kelompok dalam pertemanan membuat dirinya yakin dan percaya
untuk membeli produk kecantikan Korea yang bisa membuat dirinya lebih cantik dan
bermanfaat. Dilihat dari proporsi varians, dimensi acceptance memberikan
68
sumbangan 5,3% dalam varians konformitas. Hal ini juga dijelaskan oleh riset Khan,
Ramzan, Shoaib dan Mohyuddin (2015) tentang dampak WOM (Worth Of Mouth)
pada intensi membeli, adanya pengaruh positif pada intensi membeli konsumen.
konsumen percaya dan yakin terhadap WOM
Variabel kedua adalah selebriti pendukung. Dari hasil penelitian didapatkan
bahwa dari keempat dimensi yang ada pada selebriti pendukung tidak terdapat
pengaruh yang signifikan terhadap intensi membeli. Secara umum, melihat dari
dimensi yang ada, selebriti pendukung tidak mempengaruhi intensi membeli produk
kecantikan Korea. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Khan,
Rukhsar, dan Shoain, (2016) yang menunjukkan bahwa selebriti pendukung memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian, dan penelitian dari
Khong Kok Wei Wu dan You Li , (2013) yang menunjukan bahwa adanya pengaruh
yang signifikan dari daya tarik fisik dan kredibilitas terhadap intensi membeli
konsumen.
Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan dari variabel selebriti
pendukung, jika diuraikan perdimensi maka didapatkan hasil yang berbeda-beda dari
setiap dimensinya. Dimensi pertama dari selebriti pendukung adalah daya tarik fisik.
Didapatkan hasil bahwa dimensi ini mempengaruhi intensi membeli produk
kecantikan Korea walaupun tidak signifikan. Artinya daya tarik fisik yang dimiliki
selebriti bisa memiliki intensi membeli produk kecantikan Korea yang tinggi dan bisa
69
juga rendah pada wanita. Dilihat dari proporsi varians, dimensi daya tarik
memberikan sumbangan sebesar 1,4% dalan varians selebriti pendukung.
Dimensi kedua adalah kredibilitas, didapatkan hasil bahwa dimensi ini tidak
signifikan. Kredibilitas yang dimiliki selebriti bisa memiliki intensi membeli produk
kecantikan Korea yang tinggi dan bisa juga rendah pada wanita. Dilihat dari proporsi
varians, dimensi daya tarik memberikan sumbangan sebesar 0,07% dalan varians
selebriti pendukung.
Dimensi ketiga adalah keahlian, didapatkan hasil bahwa dimensi ini tidak
signifikan. Artinya keahlian yang dimiliki selebriti bisa memiliki intensi membeli
yang tinggi dan juga rendah pada wanita. Dilihat dari proporsi varians, dimensi daya
tarik memberikan sumbangan sebesar 0,01% dalam varians selebriti pendukung.
Dimensi yang keempat adalah kecocokan, didapatkan hasil bahwa dimensi ini tidak
signifikan. Artinya kecocokan yang dimiliki selebriti bisa memiliki intensi membeli
produk kecantikan Korea yang tinggi dan bisa juga rendah pada wanita. Dilihat dari
proporsi varians, dimensi kecocokan memberikan sumbangan sebesar 0,08% dalam
varians selebriti pendukung. Kemungkin hal ini tidak berpengaruh terhadap intensi
membeli produk kecantikan Korea disebabkan oleh ketidak percayaan konsumen
terhadap produk yang diiklankan oleh selebriti, karena konsumen tidak percaya
bahwa selebriti benar-benar memakai produk tersebut.
Selanjutnya, variabel ketiga adalah paparan drama Korea. Dari hasil penelitian
didapatkan bahwa variabel ini tidak mempengaruhi intensi membeli produk
70
kecantikan Korea karena tidak signifikan. Artinya terpaan drama Korea bisa memiliki
intensi membeli produk kecantikan Korea yang tinggi dan bisa juga rendah pada
wanita. Dilihat dari proporsi varians, variabel ini memberikan sumbangan sebesar
0,02%.
Selanjutnya, variabel yang terakhir adalah media sosial Instagram. Dari hasil
penelitian didapatkan bahwa variabel ini tidak mempengaruhi intensi membeli produk
kecantikan Korea karena tidak signifikan. Artinya media sosial Instagram bisa
memiliki intensi membeli produk kecantikan Korea yang tinggi dan bisa juga rendah
pada wanita. Dilihat dari proporsi varians, variabel ini memberikan sumbangan
sebesar 1,3%. Artinya terbukti jika semakin jarang seseorang melihat Instagram yang
terkait Korea maka semakin kecil intensi membeli produk kecantikan Korea.
Hal ini sejalan dengan penelitian dari Amornpashara, Rompho dan
Phadoongsitthi (2015), yang mengungkapkan bahwa pengguna yang melihat gambar
dan pesan di Instagram yang menciptakan perasaan menyenangkan tidak berniat
untuk membeli produk. Ini mungkin, karena pesan atau gambar yang ditampilkan itu
mungkin sangat menarik sehingga konsumen mengabaikan produk itu sendiri. Dan
yang menyebabkan daya tarik konsumen dalam intensi membeli dalam penelitian
Amornpashara, Rompho dan Phadoongsitthi (2015), adalah komentar dari konsumen
dan iklan komersial dari penjual.
Dari hasil diskusi yang telah penulis jelaskan, penulis menemukan adanya
perbedaan hasil penelitian dengan penelitian terdahulu. Hal ini terjadi dikarenakan
71
adanya beberapa keterbatasan dalam penelitian, antara lain responden yang kurang
teliti dan serius saat mengisi kuesioner atau kondisi dan situasi pada saat responden
mengisi kuesioner yang tidak mendukung, dan juga karena kuesioner ini
menggunakkan google.doc sehingga mungkin responden yang kurang serius dalam
proses pengisian skala, item yang tersedia. Adanya keterbatasan penelitian ini
diharapkan untuk penelitian selanjutnya akan lebih baik.
5.3 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyadari bahwa masih
terdapat banyak kekurangan di dalamnya, untuk itu peneliti memberikan beberapa
saran, baik memberikan saran teoritis maupun saran praktis, untuk
mempertimbangkan sebagai penyempurnaan penelitian selanjutnya.
5.3.1 Saran Teoritis
Bagi peneliti yang berminat pada persoalan yang sama dengan penelitian ini,
disarankan untuk:
1. Pada penelitian ini IV secara Bersama-sama memberikan sumbangan
sebesar 10% terhadap DV. Sianya yaitu 90% dipengaruhi oleh variabel
diluar penelitian. Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan dapat lebih
mengeksplorasi faktor-faktor yang mempengaruhi niat membeli produk
kecantikan Korea serta menggunakan variabel lainnya seperti variabel
72
religiusitas, agar memiliki gagasan yang lebih baik tentang kognitif
konsumen dalam perspektif islam.
2. Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan untuk memilih variabel
konformitas yang lebih khusus ke arah pengaruh sosial agar hasil yang
didapatkan lebih maksimal.
5.3.2 Saran Praktis
Adapun saran yang dapat digunakan oleh produsen dalam meningkatkan
intensi membeli produk kecantikan Korea, adalah sebagai berikut:
1. Bagi Penjual hendaknya bisa meningkatkan acceptance konsumen, karena
acceptance didasari oleh penerimaan seseorang terhadap bukti realitas
yang diberikan orang lain. Jika seseorang ingin diterima di dalam
lingkunganya maka orang tersebut mengikuti keyakinan atau pendapatnya.
74
DAFTAR PUSTAKA
Ajzen, I (2005) Attitude, Personality and Behavior (2 Edition) . England
:McGraw- Hill.
Ajzen, I. (1975). The theory of planned behaviour: Reactions and reflections.
Psychology and Health, 26(9), 288–333.
Amornpashara, Rompho, & Phadoongsitthi. (2015). A study of the relationship
between using Instagram and purchase intention. J. Global Business
Advancement. 8,(3), 2015
Baron, R.A & Bryne, D .(2005). Sosial Psychology, psikologi sosial jilid 2.
Jakarta: Erlangga
Elina Halonen-Knight Leila Hurmerinta, (2010),"Who endorses whom? Meanings
transfer in celebrity endorsement", Journal of Product & Brand
Management.19 (6).452– 460. Doi:org/10.1108/10610421011085767
Engel, JF, Blackwell RD, & Miniard PW. 2012. Perilaku Konsumen 2 edisi 6.
Ciputat: Binarupa Aksara.
Haque, Anwar, Yasmin, Sarwar, Ibrahim, & Momen, (2015). Purchase Intention
of Foreign Products: A Study on Bangladeshi Consumer Perspective, 1-
12. DOI: 10.1177/2158244015592680
Khan, Ramzan, Shoain, and Mohyuddin. (2015). Impact of word of mouth on
consumer purchase intention. Sci.Int.(Lahore), 27(1),479-482.
Khan, Rukhsar A, &Shoaib M. (2016). Influence of Celebrity Endorsement on
Consumer Purchase Intention. IOSR International Journal of Business and
Management, 18(1): 1-12. DOI: 10.9790/487X-18110609
Khong Kok Wei Wu, You Li , (2013),Measuring the impact of celebrity
endorsement on consumer behavioural intentions: a study of Malaysian
consumers, International Journal of Sports Marketing and Sponsorship.
14 (3). 2 – 22
Lim, Y. M., Yap, C. S., & Lee, T. H. (2011). Intention to shop online: A study of
Malaysian baby boomers . African Journal of Business Management, 5(5),
1711–1717. Doi:org/10.5897/AJBM10.640
Mangold, W.G., Faulds, D.J. (2009). Social Media: The New Hybrid Element of
the Promotion Mix. Business Horizons, 52(1) 357-365.
75
McCracken, G. (1989) Who is the Celebrity Endorser? Cultural Foundations of
the Endorsement Process. Journal of Consumer Research, 16, 310-321
Myers, D.G (2005) Sosial Psychology. (5th
edition). New York: McGrawHill
Ohanian, R. (1991) The impact of celebrity spokespersons perceived image on
consumers intention to purchase. Journal of Advertising Research, 31,
46-54
Purnamasari, D (2017). Header riset mandiri. Diunduh tanggal 20 Maret dari
https://tirto.id/drama-korea-memikat-penggemar-membeli-produk-k-
beauty-cyRk
Putri, D.R (2017). Ilustrasi Korean beauty. Diunduh tangga; 20 Maret dari
https://tirto.id/indonesia-target-pasar-seksi-k-beauty-di-asia-cyRj
Qader, A., & Zainuddin. (2011). The Impact of Media Exposure on Intention to
Purchase Green Electronic Products amongst Lecturers. International
Journal of Business and Management. 6(3). 240-248.
www.ccsenet.org/ijbm
Sarwono, S.W, (2009). Psikologi sosial. Jakarta: Salemba Humanika
Son Sunmi and Kijboonchoo Thongdee .(2016). The impact of Korean wave on
the purchase intention of Korean cosmetics of Thai Peoplein Bangkok
and Chonburi, Thailand. Psakuijir,5(2).
Yi-Fen Chen & Hui-Fen Lu, (2014) . Exploring factors influencing online group-
buying intention in Taiwan from a conformity perspective, Asian
Journal of Social Psychology. DOI: 10.1111/ajsp.12083
Yoo,Jae-Wong, Samsup Jo & Jaemin Jung. (2014). The Effects of Television
Viewing, Cultural Proximity and Ernocentrism on Country Image.
Social Behavior and PersonalityJournal, 42(1), 89-96.
Doi.org/10.2224/sbp.2014.42.1.89
75
LAMPIRAN
76
LAMPIRAN 1. ALAT UKUR PENELITIAN
DATA DIRI RESPONDEN
Nama :
Usia :
Pendidikan Terakhir :
Jurusan Perkuliahan :
1. Dimanakah anda biasanya menonton drama Korea?
a. Televisi
b. Aplikasi drama Korea (Viu dll)
c. Youtube
d. Lainnya….
2. Dalam sehari anda bisa menghabiskan berapa jam dalam menonton drama Korea?
a. 1 - 2 jam sehari
b. 3 – 4 jam sehari
c. 5 – 6 jam sehari
d. Lainnya ….
3. Dalam seminggu anda bisa menghabiskan berapa episode yang anda tonton?
a. 1 - 2 episode
b. 3 -4 episode
c. 5 -6 episode
d. Lainnya….
4. Apakah anda pengguna media sosial Instagram?
a. Ya b. Tidak
5. Secara keseluruhan apakah anda menganggap iklan produk Korea di media sosial
Instagram baik atau buruk?
a. Baik b. Buruk
77
6. Secara keseluruhan apakah anda suka atau tidak suka terhadap iklan produk Korea di
media sosial Instagram?
a. Suka b. Tidak Suka
7. Berapa lama waktu yang anda gunakan untuk mengakses media sosial Instagram yang
terkait dengan Korea dalam sehari?
a. 30 menit
b. 1 – 2 jam
c. 2 – 3 jam
d. Lainnya….
8. Apakaha anda sering melihat took online produk kecantikan Korea di Instargram?
a. Ya b. Tidak
9. Uang saku perbulan :
a. 1.000.000 per bukan
b. < 1000.000 per bulan
c. > 1000.000 per bulan
UNTUK MENGISI SKALA 1
Baca dan pahami baik-baik setiap pernyataan. Setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda
dalam membangun karir. Silahkan menilai diri Anda dari setiap pernyataan yang sesuai dengan
diri Anda saat ini dalam niat membeli produk kecantikan Korea. Jawablah dengan cara
memberi tanda ( ) pada salah satu dari empat pilihan yang tersedia pada kolom bagian kanan.
Jika jawaban Anda :
Sangat Tidak Setuju, beri tanda pada kolom STS
Tidak Setuju, beri tanda pada kolom TS
Setuju, beri tanda pada kolom S
Sangat Setuju, beri tanda pada kolom SS
78
Contoh :
No. Pernyataan STS TS N S SS
1. Saya suka membeli produk kecantikan Korea
SKALA 1
No. Pernyataan STS TS S SS
1. Saya berniat untuk membeli produk kecantikan Korea di masa
depan
2. Saya akan mencoba membeli produk kecantikan Korea
3. Saya berencana akan membeli produk kecantikan Korea di masa
depan
4. Saya berkemungkinan besar akan membeli produk kecantikan
Korea di masa depan
UNTUK MENGISI SKALA 2
Lihat baik-baik foto celebrity endorser dibawah ini lalu pilihan pernytaan yang sesuai dengan
foto selebriti tersebut. Anda diminta untuk mengemukakan apakah pernyataan-pernyataan
tersebut sesuai dengan pendapat anda mengenai selebriri pendukung produk kecantikan Korea
tersebut. Jawablah dengan cara memberi tanda ( ) pada salah satu dari empat pilihan yang
tersedia pada kolom bagian kanan. Tidak ada jawaban benar atau salah. Pastikan anda
mengerjakan sesuai dengan pernyataan.
Jika jawaban Anda :
STS: Sangat Tidak Sesuai
TS : Tidak Sesuai
S : Sesuai
SS : Sangat Sesuai
79
Contoh:
No. Pernyataan STS TS N S SS
1. Selebriti ini sangat cantik
No. Pernyataan STS TS S SS
1. Selebriti ini adalah orang yang menarik
2. Selebriti ini bermutu tinggi
3. Selebriti ini sedap dipandang
80
4. Selebriti ini berpenampilan stylish
5. Selebriti ini menarik
6. Selebriti ini dapat diandalkan
7. Selebriti ini selalu jujur
8. Selebriti ini dapat dipercaya
9. Selebriti ini sangat tulus
10. Selebriti ini terpercaya
11. Selebriti ini mempunyai keahlian
12. Selebriti ini berpengalaman
13. Selebriti ini berpengetahuan
14. Selebriti ini berkualitas
15. Selebriti ini mempunyai keterampilan
16. Selebriti ini cocok mengiklankan produk tersebut
17. Selebriti ini cocok memakai produk tersebut
18. Selebriti ini tidak sesuai dengan produk yang diiklankan
19. Produk yang diiklankan tidaik cocok dengan tampilan selebriti
tersebut
UNTUK MENGISI SKALA 3
Baca dan pahami baik-baik setiap pernyataan. Anda diminta untuk mengemukakan apakah
pernyataan-pernyataan tersebut sesuai dengan diri anda. Jawablah dengan cara memberi tanda
( ) pada salah satu dari empat pilihan yang tersedia pada kolom bagian kanan.
Jika jawaban Anda :
Sangat Tidak Setuju, beri tanda pada kolom STS
81
Tidak Setuju, beri tanda pada kolom TS
Setuju, beri tanda pada kolom S
Sangat Setuju, beri tanda pada kolom SS
Contoh:
No. Pernyataan STS TS N S SS
1. Saya suka mengikuti teman saya dalam membeli produk
kecantikan Korea
No. Pernyataan STS TS S SS
1. Saat teman saya mencoba produk kecantikan Korea, saya akan
mencobanya
2. Saya terpaksa membeli produk kecantikan Korea karena teman-
teman saya memakainya
3. Saya tidak akan memakai produk kecantikan Korea, meskipun
teman-teman saya memakainya
4. Produk kecantikan Korea itu bagus menurut teman saya, walaupun
bertentangan dengan diri saya
5. Saya membeli produk kecantikan Korea ketika membeli bersama
dengan teman-teman
6. Saya tidak peduli dijauhi teman-teman saya, karena saya tidak
memakai produk kecantikan Korea
7. Saya memakai produk kecantikan Korea karena takut di bilang
tidak merawat diri oleh teman saya
8. Apapun yang dikatakan teman tentang dampak produk kecantikan
Korea, itu bukan alasan saya memakai produk kecantikan Korea
9. Saya mengikuti apapun yang dilakukan oleh teman-teman saya
sebagai wujud solidaritas
10. Saya membeli produk kecantikan Korea karena teman-teman saya
membelinya
82
11. Saya percaya oleh informasi teman, bahwa produk kecantikan
Korea itu bagus
12. Saya berusaha mengikuti kata hati saya ketika bertindak, agar
tidak terbawa pengaruh negatif teman-teman
13. Saya membeli produk kecantikan korea karena ditawari oleh
teman-teman
14. Saya dan teman saya percaya produk kecantikan Korea dapat
membuat wajah menjadi cantik
15. Saya membeli produk kecantikan Korea, karena menurut teman
saya wajah saya terlihat buruk
16. Walaupun teman-teman saya memakai produk kecantikan Korea,
saya tidak akan membelinya
83
LAMPIRAN 2. PATH DIAGRAM MASING-MASING VARIABEL
ANALISIS FAKTOR SKALA INTENSI MEMBELI
ANALISIS FAKTOR SKALA DAYA TARIK FISIK
84
ANALISIS FAKTOR SKALA KREDEIBILITAS
ANALISIS FAKTOR SKALA KEAHLIAN
85
ANALISIS FAKTOR SKALA KECOCOKAN
ANALISIS FAKTOR COMPLIENCE
86
ANALISIS FAKTOR ACCEPTANCE