pengaruh kualitas audit dan corporate social … · pengaruh kualitas audit dan corporate social...
TRANSCRIPT
-
PENGARUH KUALITAS AUDIT DAN CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY TERHADAP TAX AVOIDANCE
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh:
TRIYUDHO SEPTIANDI SAPUTRO
1111082000063
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
-
ii
-
iii
-
iv
-
v
-
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Triyudho Septiandi Saputro
2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 26 September 1993
3. Alamat : Jl. Haji Alwi RT 003 RW 01 No. 18
Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta
Selatan, 12530
4. Telepon : 0838-7809-0022
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. SDS Bhakti Tugas : Tahun 2000 – 2005
2. SMPN 41 Jakarta : Tahun 2005 – 2008
3. SMAN 34 Jakarta : Tahun 2008 – 2011
4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : Tahun 2011 – 2016
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan
Akuntansi
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota Rohis SMAN 34 Jakarta Divisi Humas dan Media
(Tahun 2009-2010)
2. Anggota BEM FEB UIN Jakarta Divisi Kemahasiswaan
(Tahun 2011-2012)
3. Koordinator Chapter Jakarta Komunitas Jago Akuntansi
Indonesia (Tahun 2015 – Sekarang)
mailto:[email protected]
-
vii
IV. PENGALAMAN KERJA
1. Junior Auditor KAP ARH&J
Februari – April 2014
2. Assistant Project Officer DPS Consultant Agustus – Oktober 2015
V. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Soewandi
2. Tempat, Tanggal Lahir : Madiun, 25 Maret 1956
3. Ibu : Siti Sunarsih
4. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 30 Mei 1956
6. Alamat : Jl. Haji Alwi RT 003 RW 01 No. 18
Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta
Selatan, 12530
-
viii
INFLUENCE OF AUDIT QUALITY AND CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY TO TAX AVOIDANCE
ABSTRACT
The purpose of this study is to examine the relation between Audit Quality
and Corporate Social Responsibility (CSR) to Tax Avoidance, shows that major
problem about decreasing revenue to taxes into governance. Because of high
Audit Quality and high CSR disclosure should prevent indication of Tax
Avoidance. Samples in this study are the companies who listed in Indonesia Stock
Exchange or IDX and report their annual report for 2012-2014. Number of
companies sampled in this study were 24 manufacturing companies for 3 years
and become 72 samples. The sampling method for this study is purposive
sampling, and the research method used for this study is analysis linear
regression.
The results of this study shows that Audit Quality influence significant
negative to tax avoidance, and CSR influence significant positive to Tax
Avoidance.
Keywords: Tax Avoidance, Corporate Social Responsibility, Audit Quality,
-
ix
PENGARUH KUALITAS AUDIT DAN CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY TERHADAP TAX AVOIDANCE
ABSTRAK
Penelitian ini menguji bagaimana hubungan kualitas audit dan Corporate
Social Responsibility (CSR) terhadap Tax Avoidance, yang memperlihatkan
pengurangan pendapatan yang serius terhadap pajak ke pemerintah. Karena
kualitas audit yang tinggi dan tingginya pengungkapan CSR seharusnya dapat
mencegah terjadinya Tax Avoidance. Sampel dalam penelitian ini adalah
perusahaan yang listed di Bursa Efek Indonesia atau BEI dan melaporkan laporan
tahunannya selama 2012-2014. Jumlah perusahaan yang menjadi sampel dalam
penelitian ini sebanyak 24 perusahaan manufaktur selama 3 tahun menjadi 72
sampel. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah purposive sampling,
dan metode penelitian yang digunakan adalah analysis linear regression.
Hasil penelitian ini menunjukkan Kualitas Audit berpengaruh signifikan
negatif terhadap Tax Avoidance, dan CSR berpengaruh signifikan positif terhadap
Tax Avoidance.
Kata kunci: Tax Avoidance, Corporate Social Responsibility, Kualitas Audit
-
x
PENGARUH KUALITAS AUDIT DAN CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY TERHADAP TAX AVOIDANCE
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang,
yang telah memberikan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Kualitas Audit Dan Corporate
Social Responsibility Terhadap Tax Avoidance” dengan baik. Skripsi ini disusun
dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih atas bantuan,
bimbingan, dukungan, semangat dan do’a, baik langsung maupun tidak langsung
dalam penyelesaian skripsi ini, kepada:
1. Orang tua tersayang dan tercinta, yang selalu mencurahkan perhatian, cinta
dan sayang, saran, kritikan, dukungan serta do’a yang tertuju untukku. Terima
kasih atas semua masukan, saran, dorongan dan kritik, perhatian dan doanya
yang tidak pernah putus.
2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini LC., MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Dr. Amilin, M.Si.,Ak.,CA.,QIA.,BKP selaku Dosen Pembimbing
Skripsi I yang telah bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi,
memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terima
kasih atas ilmu yang telah Bapak berikan selama ini.
5. Ibu Reskino, SE., M.Si.,Ak.,CA selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang
tersayang, yang telah meluangkan waktu, mencurahkan perhatian,
membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis. Terima kasih atas
-
xi
semua saran dan pembelajaran yang Ibu berikan selama proses penulisan
skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi.
6. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan karyawan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada
penulis.
7. Seluruh teman-temanku UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2011,
terima kasih atas do’a, semangat dan dukungan yang diberikan kepada penulis
selama ini, semoga kita semua meraih kesuksesan yang diinginkan, amin.
8. Akuntansi B UIN 2011, teman terbaik, terimakasih atas memori empat tahun
kita bersama-sama menghadapi kehidupan kampus yang penuh warna.
Semoga kita semua mencapai kesuksesan di masa depan.
9. Grup dan komunitas KJAI, IELTS Line fams dan KKN untuk kesempatan
berorganisasi, sharing ilmu dan pengalaman bersama yang menyenangkan.
10. Dee, Dewa, Ditta, Dpd, Farah, Hanbali, Nurul, Opal, Mamat, dan Yanu.
Terima kasih supportnya guys, dan kebersamaan lebih dari 5 tahun ini,
terlebih kalian Opal dan Dewa yang rela mengantar dari Bandung ke UIN
untuk mengejar tandatangan dosen saya.
11. Ka Ryanna, Amanah, Niwa, Fakhri, Eva, Fandi dan semua teman yang tak
sempat disebutkan, terimakasih banyaaaak atas semuanya, you guys are
definitely the best!
12. Agias dan kakaknya yang telah memberikan support dan bantuan dalam
pembuatan penulisan ini. Terima kasih atas bantuannya
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 1 Juni 2016
Triyudho Septiandi Saputro
-
xii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................... i
Lembar Pengesahan Skripsi ...............................................................................ii
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ...........................................................iii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ......................................................................iv
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ........................................................v
Daftar Riwayat Hidup ........................................................................................vi
Abstract ........................................................................................................... viii
Abstrak ..............................................................................................................ix
Kata Pengantar ...................................................................................................x
Daftar Isi ............................................................................................................xii
Daftar Tabel .......................................................................................................xv
Daftar Gambar ................................................................................................ xvi
Daftar Lampiran............................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................1
B. Perumusan Masalah ..........................................................................15
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .........................................................15
1. Tujuan Penelitian ........................................................................15
2. Manfaat Penelitian ......................................................................15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................17
A. Tinjauan Literatur .............................................................................17
1. Teori Keagenan ..........................................................................17
2. Teori Legitimasi .........................................................................18
3. Tax Avoidance ............................................................................20
4. Kualitas Audit ...........................................................................29
5. Corporate Social Responsibility (CSR) .......................................31
B. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu.........................................................33
C. Kerangka Pemikiran ...........................................................................36
-
xiii
D. Hipotesis ............................................................................................37
1. Kualitas Audit dan Tax Avoidance................................................37
2. Corporate Social Responsibility (CSR) dan Tax
Avoidance ....................................................................................38
3. Variabel-variabel kontrol penelitian .............................................41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................43
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................43
B. Metode Penentuan Sampel ...............................................................43
C. Metode Pengumpulan Data ..............................................................45
D. Metode Analisis Data ......................................................................45
1. Statistik Deskriptif .....................................................................45
2. Uji Asumsi Klasik .......................................................................46
a. Normalitas Data ...............................................................46
b. Multikolinieritas ...............................................................47
c. Autokorelasi .....................................................................48
d. Heteroskedastisitas ...........................................................50
3. Uji Analisis Regresi Berganda ....................................................51
a. Koefisien Determinasi ......................................................52
b. Uji Statistik F ...................................................................53
c. Uji Statistik t ....................................................................53
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian .................................................54
1. Variabel Independen ...................................................................54
a. Kualitas Audit...................................................................54
b. Corporate Social Responsibility (CSR) .............................55
2. Variabel Dependen .....................................................................57
a. Tax Avoidance ..................................................................57
3. Variabel Kontrol .........................................................................59
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................61
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ......................................61
1. Deskripsi Objek Penelitian ..........................................................61
-
xiv
2. Deskripsi Sampel Penelitian ........................................................61
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian .........................................................62
C. Pembahasan .....................................................................................73
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................81
A. Kesimpulan .....................................................................................81
B. Implikasi Penelitian ..........................................................................82
C. Keterbatasan Penelitian.....................................................................84
D. Saran ...............................................................................................84
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................86
LAMPIRAN .....................................................................................................90
-
xv
DAFTAR TABEL
NO. KETERANGAN HALAMAN
1.1 Daftar kasus Tax Avoidance yang telah terjadi dan terungkap ................2
2.1 Hasil-hasil Penelitian Terdahulu ...........................................................33
3.1 Tabel Keputusan Hipotesis Autokorelasi ..............................................49
4.1 Deskripsi Sampel Penelitian ..................................................................62
4.2 Hasil Uji Deskriptif Statistik .................................................................62
4.3 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov............................................65
4.4 Hasil Uji Multikolonieritas Variabel ......................................................66
4.5 Hasil Uji Multikolonieritas Variabel ......................................................67
4.6 Analisis Uji Durbin-Watson ......................................................................68
4.7 Hasil Uji Autokorelasi Variabel .............................................................68
4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi ............................................................71
4.9 Hasil Uji Statistik F ...............................................................................71
4.10 Hasil Uji Statistik F ...............................................................................72
4.11 Hasil Uji Statistik t ................................................................................73
-
xvi
DAFTAR GAMBAR
NO. KETERANGAN HALAMAN
1.1 Total Penerimaan Pajak dalam Triliun Rupiah ..........................................8
2.1 Kerangka Pemikiran .................................................................................36
4.1 Grafik Histogram ......................................................................................63
4.2 Grafik Normal Plot ....................................................................................64
4.3 Grafik Scatterplot ......................................................................................70
-
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran - Lampiran .........................................................................................90
Perusahaan Sampel Penelitian ............................................................................91
Data Mentah Penelitian ......................................................................................94
Indikator CSR ....................................................................................................99
Data Auditor atau KAP Perusahaan.................................................................. 101
Hasil Output Penelitian .................................................................................... 106
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan data pajak yang di sampaikan oleh dirjen pajak ada 4.000
perusahaan PMA (Penanaman Modal Asing) pada tahun 2012 nihil nilai
pajaknya, perusahaan tersebut diketahui ada yang mengalami kerugian selama
7 tahun berturut-turut (Pranata & Puspa, 2014). Fenomena perpajakan yang
menarik karena terdapat polemik didalamnya membuat berkembangnya
penelitian mengenai perpajakan.
Beberapa tahun terakhir ini kasus mengenai Tax Avoidance
(penghindaran pajak) menjadi isu hangat, dimana ditemukan beberapa
perusahaan yang telah terungkap hingga ke media. Hundal (2011) dalam
Annuar, Salihu, Normala, & Obid (2014) berargumentasi bahwa Tax
Avoidance (penghindaran pajak) perusahaan merupakan isu yang paling
menantang dari generasi sekarang yang memperlihatkan pengurangan
pendapatan yang serius terhadap pajak ke pemerintah. Hal tersebut
diperlihatkan oleh banyaknya berita mengenai pajak akhir-akhir ini yang
membuat hampir seluruh negara gempar karena terungkapnya banyak
perusahaan besar yang melakukan penghindaran maupun pelanggaran pajak.
Halaman selanjutnya mengungkapkan fenomena pajak yang terjadi hingga
2015 dalam bentuk tabel.
-
2
No Perusahaan Berita Analisa Sumber
1 Starbucks,
Google, dan
Amazon
(Inggris)
Starbucks tidak
membayar pajak pada
2013. Amazon pada 2011
hanya mencatat beban
pajak sebesar 1.8 juta
euro. Dan Google Inggris
hanya membayar 6 juta
euro pada 2011.
Diungkapkan oleh
bbc.com bahwa
ketiga perusahaan
besar ini telah
melakukan berbagai
usaha untuk
menghindari pajak
di Inggris.
http://www.
bbc.com/ne
ws/uk-
politics-
23019514
2 Perusahaan
Asing
(Indonesia)
Kepatuhan dalam
melaporkan info
perpajakan bagi
perusahaan asing
menurun bila
dibandingkan dengan
tahun lalu yaitu sebesar
89% namun sekarang
hanya 83% begitu yang
dikutip dari Direktur
Penyuluhan, Pelayanan,
dan Hubungan
Masyarakat (Humas)
Ditjen Pajak Mekar
Satria Utama
Pengemplangan
pajak terjadi hanya
pada perusahaan
multinasional asing
yang mungkin
disebabkan
peraturan perpajakan
mengenai pajak luar
negeri.
http://www.
merdeka.co
m/peristiwa/
penghindara
n-pajak-
perusahaan-
global-di-
dunia.html
dan
http://bisnis
keuangan.ko
mpas.com/r
ead/2015/04
/23/1049076
26/Ada.Peru
sahaan.Mult
inasional.As
ing.yang.Di
duga.Menge
mplang.Paja
k
3 Asian Agri
(Indonesia)
Direktorat Jenderal Pajak
Departemen Keuangan
menetapkan lima anggota
direksi Asian Agri Group
sebagai tersangka
penggelapan pajak. Lima
orang itu berinisial LA,
WT, ST, TBK, dan AN.
Tertangkapnya direksi
Asian Agri karena telah
melakukan kecurangan
dalam pelaporan SPT PT.
Asian Agri.
Hal yang dilakukan
direksi PT. Asian
Agri merupakan tax
evasion
(penggelapan pajak)
karena melakukan
penggelembungan
biaya, merubah hasil
penjualan dan
merubah transaksi
ekspor menjadi rugi.
http://www.
merdeka.co
m/uang/dirj
en-pajak-
janji-usut-
kasus-
perpajakan-
wilmar-
grup.html
dan
http://www.
antikorupsi.
org/id/conte
nt/sukanto-
tanoto-
tersangka-
Bersambung pada halaman selanjutnya
Tabel 1.1
Daftar kasus Tax Avoidance yang telah terjadi dan terungkap
http://www.bbc.com/news/uk-politics-23019514http://www.bbc.com/news/uk-politics-23019514http://www.bbc.com/news/uk-politics-23019514http://www.bbc.com/news/uk-politics-23019514http://www.bbc.com/news/uk-politics-23019514http://www.merdeka.com/peristiwa/penghindaran-pajak-perusahaan-global-di-dunia.htmlhttp://www.merdeka.com/peristiwa/penghindaran-pajak-perusahaan-global-di-dunia.htmlhttp://www.merdeka.com/peristiwa/penghindaran-pajak-perusahaan-global-di-dunia.htmlhttp://www.merdeka.com/peristiwa/penghindaran-pajak-perusahaan-global-di-dunia.htmlhttp://www.merdeka.com/peristiwa/penghindaran-pajak-perusahaan-global-di-dunia.htmlhttp://www.merdeka.com/peristiwa/penghindaran-pajak-perusahaan-global-di-dunia.htmlhttp://www.merdeka.com/peristiwa/penghindaran-pajak-perusahaan-global-di-dunia.htmlhttp://www.merdeka.com/peristiwa/penghindaran-pajak-perusahaan-global-di-dunia.htmlhttp://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/04/23/104907626/Ada.Perusahaan.Multinasional.Asing.yang.Diduga.Mengemplang.Pajakhttp://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/04/23/104907626/Ada.Perusahaan.Multinasional.Asing.yang.Diduga.Mengemplang.Pajakhttp://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/04/23/104907626/Ada.Perusahaan.Multinasional.Asing.yang.Diduga.Mengemplang.Pajakhttp://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/04/23/104907626/Ada.Perusahaan.Multinasional.Asing.yang.Diduga.Mengemplang.Pajakhttp://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/04/23/104907626/Ada.Perusahaan.Multinasional.Asing.yang.Diduga.Mengemplang.Pajakhttp://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/04/23/104907626/Ada.Perusahaan.Multinasional.Asing.yang.Diduga.Mengemplang.Pajakhttp://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/04/23/104907626/Ada.Perusahaan.Multinasional.Asing.yang.Diduga.Mengemplang.Pajakhttp://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/04/23/104907626/Ada.Perusahaan.Multinasional.Asing.yang.Diduga.Mengemplang.Pajakhttp://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/04/23/104907626/Ada.Perusahaan.Multinasional.Asing.yang.Diduga.Mengemplang.Pajakhttp://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/04/23/104907626/Ada.Perusahaan.Multinasional.Asing.yang.Diduga.Mengemplang.Pajakhttp://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/04/23/104907626/Ada.Perusahaan.Multinasional.Asing.yang.Diduga.Mengemplang.Pajakhttp://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/04/23/104907626/Ada.Perusahaan.Multinasional.Asing.yang.Diduga.Mengemplang.Pajakhttp://www.merdeka.com/uang/dirjen-pajak-janji-usut-kasus-perpajakan-wilmar-grup.htmlhttp://www.merdeka.com/uang/dirjen-pajak-janji-usut-kasus-perpajakan-wilmar-grup.htmlhttp://www.merdeka.com/uang/dirjen-pajak-janji-usut-kasus-perpajakan-wilmar-grup.htmlhttp://www.merdeka.com/uang/dirjen-pajak-janji-usut-kasus-perpajakan-wilmar-grup.htmlhttp://www.merdeka.com/uang/dirjen-pajak-janji-usut-kasus-perpajakan-wilmar-grup.htmlhttp://www.merdeka.com/uang/dirjen-pajak-janji-usut-kasus-perpajakan-wilmar-grup.htmlhttp://www.merdeka.com/uang/dirjen-pajak-janji-usut-kasus-perpajakan-wilmar-grup.htmlhttp://www.merdeka.com/uang/dirjen-pajak-janji-usut-kasus-perpajakan-wilmar-grup.htmlhttp://www.merdeka.com/uang/dirjen-pajak-janji-usut-kasus-perpajakan-wilmar-grup.htmlhttp://www.antikorupsi.org/id/content/sukanto-tanoto-tersangka-penggelapan-pajakhttp://www.antikorupsi.org/id/content/sukanto-tanoto-tersangka-penggelapan-pajakhttp://www.antikorupsi.org/id/content/sukanto-tanoto-tersangka-penggelapan-pajakhttp://www.antikorupsi.org/id/content/sukanto-tanoto-tersangka-penggelapan-pajakhttp://www.antikorupsi.org/id/content/sukanto-tanoto-tersangka-penggelapan-pajakhttp://www.antikorupsi.org/id/content/sukanto-tanoto-tersangka-penggelapan-pajak
-
3
No Perusahaan Berita Analisa Sumber
penggelapan
-pajak
4 HSBC
Swiss,
Amerika
Serikat,
Prancis,
Belgia dan
Argentina
dan tarif
pajak
Irlandia
(Eropa)
Dalam laporannya,
HSBC Swiss diduga
telah membantu nasabah
kaya menghindari pajak
dengan menawarkan
skema agresif untuk
mengurangi pajak di
negara asal, khususnya
Eropa.
Penghindaran
pembayaran pajak
memang tidak
melanggar hukum,
tetapi secara sengaja
menyembunyikan
dana untuk
menghindari pajak
adalah suatu
pelanggaran
http://dispen
da.jabarprov
.go.id/2015/
06/09/prihat
in-
menghindari
-pajak-di-
tanah-air-2/
,
http://www.
pajak.go.id/
content/artic
le/pemagara
n-pelarian-
pajak-
penghasilan
dan
http://www.
bbc.com/ind
onesia/dunia
/2015/02/15
0209_hsbc_
pajak
5 IKEA
(Eropa)
IKEA dituduh
menghindari pajak
dengan nilai mencapai 1
miliar euro atau setara
dengan 1,1 miliar dollar
AS. Hal tersebut
dilakukan IKEA pada
kurun waktu 2009 hingga
2014.
IKEA dengan
sengaja
memindahkan dana
dari gerainya di
seluruh Eropa ke
anak perusahaannya
di Belanda. Dengan
demikian, mereka
akan terbebas dari
pajak di Linhtenstein
atau Luxembourg
http://bisnis
keuangan.ko
mpas.com/r
ead/2016/02
/16/1010412
26/Komisi.E
ropa.Selidik
i.Kasus.Pen
ghindaran.P
ajak.oleh.IK
EA
Diungkap dalam majalah BBC yang diakses pada tanggal 21 April
2015, dalam artikel yang diunduh dari http://www.bbc.com/news/uk-politics-
23019514 bahwa perusahaan kopi yang telah global ini menghasilkan
Tabel 1.1
Daftar kasus Tax Avoidance yang telah terjadi dan terungkap
Tabel 1.1 (lanjutan)
Daftar kasus Tax Avoidance yang telah terjadi dan terungkap
Sumber : Diolah dari berbagai sumber
http://dispenda.jabarprov.go.id/2015/06/09/prihatin-menghindari-pajak-di-tanah-air-2/http://dispenda.jabarprov.go.id/2015/06/09/prihatin-menghindari-pajak-di-tanah-air-2/http://dispenda.jabarprov.go.id/2015/06/09/prihatin-menghindari-pajak-di-tanah-air-2/http://dispenda.jabarprov.go.id/2015/06/09/prihatin-menghindari-pajak-di-tanah-air-2/http://dispenda.jabarprov.go.id/2015/06/09/prihatin-menghindari-pajak-di-tanah-air-2/http://dispenda.jabarprov.go.id/2015/06/09/prihatin-menghindari-pajak-di-tanah-air-2/http://dispenda.jabarprov.go.id/2015/06/09/prihatin-menghindari-pajak-di-tanah-air-2/http://dispenda.jabarprov.go.id/2015/06/09/prihatin-menghindari-pajak-di-tanah-air-2/http://www.pajak.go.id/content/article/pemagaran-pelarian-pajak-penghasilanhttp://www.pajak.go.id/content/article/pemagaran-pelarian-pajak-penghasilanhttp://www.pajak.go.id/content/article/pemagaran-pelarian-pajak-penghasilanhttp://www.pajak.go.id/content/article/pemagaran-pelarian-pajak-penghasilanhttp://www.pajak.go.id/content/article/pemagaran-pelarian-pajak-penghasilanhttp://www.pajak.go.id/content/article/pemagaran-pelarian-pajak-penghasilanhttp://www.pajak.go.id/content/article/pemagaran-pelarian-pajak-penghasilanhttp://www.pajak.go.id/content/article/pemagaran-pelarian-pajak-penghasilanhttp://www.bbc.com/indonesia/dunia/2015/02/150209_hsbc_pajakhttp://www.bbc.com/indonesia/dunia/2015/02/150209_hsbc_pajakhttp://www.bbc.com/indonesia/dunia/2015/02/150209_hsbc_pajakhttp://www.bbc.com/indonesia/dunia/2015/02/150209_hsbc_pajakhttp://www.bbc.com/indonesia/dunia/2015/02/150209_hsbc_pajakhttp://www.bbc.com/indonesia/dunia/2015/02/150209_hsbc_pajakhttp://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/02/16/101041226/Komisi.Eropa.Selidiki.Kasus.Penghindaran.Pajak.oleh.IKEAhttp://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/02/16/101041226/Komisi.Eropa.Selidiki.Kasus.Penghindaran.Pajak.oleh.IKEAhttp://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/02/16/101041226/Komisi.Eropa.Selidiki.Kasus.Penghindaran.Pajak.oleh.IKEAhttp://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/02/16/101041226/Komisi.Eropa.Selidiki.Kasus.Penghindaran.Pajak.oleh.IKEAhttp://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/02/16/101041226/Komisi.Eropa.Selidiki.Kasus.Penghindaran.Pajak.oleh.IKEAhttp://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/02/16/101041226/Komisi.Eropa.Selidiki.Kasus.Penghindaran.Pajak.oleh.IKEAhttp://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/02/16/101041226/Komisi.Eropa.Selidiki.Kasus.Penghindaran.Pajak.oleh.IKEAhttp://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/02/16/101041226/Komisi.Eropa.Selidiki.Kasus.Penghindaran.Pajak.oleh.IKEAhttp://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/02/16/101041226/Komisi.Eropa.Selidiki.Kasus.Penghindaran.Pajak.oleh.IKEAhttp://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/02/16/101041226/Komisi.Eropa.Selidiki.Kasus.Penghindaran.Pajak.oleh.IKEAhttp://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/02/16/101041226/Komisi.Eropa.Selidiki.Kasus.Penghindaran.Pajak.oleh.IKEAhttp://www.bbc.com/news/uk-politics-23019514http://www.bbc.com/news/uk-politics-23019514
-
4
penjualan sebesar 400 juta Euro di Inggris pada tahun 2012, namun mereka
tak membayar pajak perusahaan sama sekali. Starbucks yang memiliki
penjualan sebesar 400 juta euro pada 2012 dan tidak membayar pajak pada
2013. Begitu pula yang terjadi pada 2 perusahaan global ini, Amazon dengan
penjualan 3,35 miliar euro pada 2011 hanya mencatat beban pajak sebesar 1.8
juta euro. Dan Google Inggris hanya membayar 6 juta euro untuk treasury
pada 2011 ketika turnover 395 juta euro. Tindakan agresif untuk menghindari
pajak setelah sekian lama dilakukan oleh ketiga perusahaan ini akhirnya
terungkap. Diungkapkan oleh bbc.com bahwa ketiganya telah melakukan
berbagai usaha untuk menghindari pajak di Inggris.
Selain itu ada terdapat juga perbankan yang membantu perusahaan
untuk melakukan Tax Avoidance. HSBC membantu klien dunia menghindari
pembayaran pajak ratusan juta poundsterling, demikian temuan BBC pada
Februari tahun 2015 ini yang dimuat dalam web BBC yaitu
http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2015/02/150209_hsbc_pajak. Dalam
laporannya, HSBC Swiss diduga telah membantu nasabah kaya menghindari
pajak dengan menawarkan skema agresif untuk mengurangi pajak di negara
asal, khususnya Eropa. Perbedaan pembayaran pajak yang menyebabkan
perusahaan beralih ke negara yang lebih rendah tarif pajaknya. Seperti Irlandia
yang tarif pajak rendah menyebabkan perusahaan multinasional pindah ke
Irlandia. Raksasa perbankan HSBC membantu klien dunia menghindar
pembayaran pajak ratusan juta poundsterling, demikian temuan BBC. Data-
data ini berisi rincian hampir 7.000 klien di Inggris. HSBC mengakui
http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2015/02/150209_hsbc_pajak
-
5
sejumlah orang mempergunakan kerahasian bank untuk memiliki rekening
yang tidak diumumkan. Akan tetapi, situasinya menjadi lebih rumit dan berat
manakala terjadi di Indonesia yang kesenjangan ekonominya tak sekecil
negara lainnya. Rekening luar negeri tidak melanggar hukum Inggris, tetapi
banyak orang menggunakannya untuk menyembunyikan uang kontan dari
petugas pajak. Penghindaran pembayaran pajak memang tidak melanggar
hukum, tetapi secara sengaja menyembunyikan dana untuk menghindari pajak
adalah suatu pelanggaran seperti yang dikutip dari web
http://dispenda.jabarprov.go.id/2015/06/09/prihatin-menghindari-pajak-di-
tanah-air-2/)
Selain itu terdapat perusahaan hardware, yaitu IKEA yang terlibat
dalam Tax Avoidance. IKEA dituduh menghindari pajak dengan nilai
mencapai 1 miliar euro atau setara dengan 1,1 miliar dollar AS. Hal tersebut
dilakukan IKEA pada kurun waktu 2009 hingga 2014. Seperti yang terungkap
didalam artikel berita kompas yang diakses Februari 2016 ini pada web
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/02/16/101041226/Komisi.Eropa
.Selidiki.Kasus.Penghindaran.Pajak.oleh.IKEA. Dalam laporan tersebut
ditulis, estimasi pajak yang dihindari IKEA menyebabkan hilangnya
pemasukan pajak di Jerman senilai 35 juta euro atau 39 juta dollar AS, 24 juta
euro atau 26 juta dollar AS di Prancis, dan 11,6 miliar euro atau 13 juta dollar
AS di Inggris. Diduga dengan sengaja memindahkan dana dari gerainya di
seluruh Eropa ke anak perusahaannya di Belanda. Dengan demikian, mereka
akan terbebas dari pajak di Linhtenstein atau Luxembourg.
http://dispenda.jabarprov.go.id/2015/06/09/prihatin-menghindari-pajak-di-tanah-air-2/http://dispenda.jabarprov.go.id/2015/06/09/prihatin-menghindari-pajak-di-tanah-air-2/http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/02/16/101041226/Komisi.Eropa.Selidiki.Kasus.Penghindaran.Pajak.oleh.IKEAhttp://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/02/16/101041226/Komisi.Eropa.Selidiki.Kasus.Penghindaran.Pajak.oleh.IKEA
-
6
Selain diluar negeri ternyata kasus Tax Avoidance ini sampai ke
Indonesia. Tak hanya menjadi tren di luar negeri, namun Indonesia
mengalaminya juga. Artikel yang diakses pada April 2015 dari web
http://www.merdeka.com/uang/dirjen-pajak-janji-usut-kasus-perpajakan-
wilmar-grup.html ini mengungkapkan salah satu kasus yang terungkap yaitu
Asian Agri. Direktur PT Asian Agri melakukan kecurangan terhadap laporan
perpajakannya hingga merugikan negara begitu besar. Diberitakan oleh
Antikorupsi.org dan Pajak.go.id bahwa Direktorat Jenderal Pajak Departemen
Keuangan menetapkan lima anggota direksi Asian Agri Group sebagai
tersangka penggelapan pajak. Lima orang itu berinisial LA, WT, ST, TBK,
dan AN. Tertangkapnya direksi Asian Agri karena telah melakukan
kecurangan dalam pelaporan SPT PT. Asian Agri. Menyembunyikan uang Rp
2,621 triliun dari petugas pajak sehingga tidak perlu membayar 30% atau Rp
786,3 miliar untuk pajaknya. Hal yang dilakukan direksi PT. Asian Agri
merupakan tax evasion (penggelapan pajak) karena melakukan
penggelembungan biaya, merubah hasil penjualan dan merubah transaksi
ekspor menjadi rugi. Penelitian Uppal (2005) dalam tentang kasus Tax
Avoidance di Indonesia mengemukakan bahwa di negara-negara berkembang
banyak terjadi kasus Tax Avoidance (Prakosa, 2014). Caranya dengan tidak
melaporkan atau melaporkan namun tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya
atas pendapatan yang bisa dikenai pajak. Tax Avoidance ini telah membuat
pendapatan pajak negara menjadi sempit dan mengakibatkan kehilangan
potensi pendapatan pajak yang begitu besarnya. Serta masih sedikit pula kasus
http://www.merdeka.com/uang/dirjen-pajak-janji-usut-kasus-perpajakan-wilmar-grup.htmlhttp://www.merdeka.com/uang/dirjen-pajak-janji-usut-kasus-perpajakan-wilmar-grup.html
-
7
yang terungkap di dalam negeri yang dapat dijadikan contoh untuk Tax
Avoidance ini.
Beberapa fenomena diatas menyangkut Tax Avoidance merupakan
contoh dari kasus yang diambil dari perusahaan besar. Itu terlihat dari
banyaknya temuan Tax Avoidance pada tahun 2012 hingga sekarang dan
hampir terjadi diseluruh belahan negara. Contohnya kasus Tax Avoidance
yang terjadi di luar negeri seperti contohnya Starbucks, Google dan Amazon
di Inggris, Asian Agri dan perusahaan asing di Indonesia, IKEA di Eropa dan
HSBC di beberapa negara seperti Swiss, Amerika Serikat, Prancis, Belgia dan
Argentina.
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang berperan
besar (Maharani & Suardana, 2014). Maka dari itu setiap warga negara yang
memiliki kewajiban untuk membayar pajak atau wajib pajak diharuskan
membayar pajak sesuai dengan perhitungan dan perundang-undangan yang
berlaku. Seperti yang diungkapkan dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 16 Tahun 2009 tentang perubahan keempat atas UU nomor
6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal
1 ayat 1 yang berbunyi pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang
terhutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Padahal potensi perpajakan di Indonesia sangatlah besar, namun sayang belum
tergarap optimal. Dari 254,8 juta penduduk Indonesia, hingga Januari 2015,
-
8
baru tercatat 26,8 juta WP orang pribadi. Padahal pemilik pekerjaan potensial
mencapai 44,8 juta orang.
Dengan potensi yang begitu besar, negara Indonesia dapat
mengembangkan penerimaannya melalui sektor pajak. Para ahli
memproyeksikan bahwa peningkatan pajak akan terus berkembang hingga
masa akhir kepemimpinan Presiden saat ini (Poesoro, 2015). Gambar dibawah
ini memproyeksikan total penerimaan pajak dari tahun 2000-2019.
Grafik diatas menggambarkan proyeksi peningkatan pajak dari 2015-
2019 yang didasarkan APBN 2002-2014. Grafik dimulai dari tahun 2000 yang
memiliki realisasi penerimaan pajak 200 triliun (Poesoro, 2015) hingga tahun
2015 mencapai 877 triliun dalam realisasi penerimaaan pajaknya. Dalam
melakukan proyeksi penerimaan pajak, Poesoro (2015) menggunakan dua
Gambar 1.1
Total Penerimaan Pajak dalam Triliun Rupiah
Sumber : Proyeksi Poesoro (2015) berdasarkan APBN 2002-2014
-
9
asumsi yaitu target penerimaan pajak sesuai dengan asumsi yang tertera dalam
APBN-P 2014 dan juga reaslisasinya. Tampak dalam tahun 2015-2019
peningkatan akan berlanjut hingga akhir masa kepemimpinan Presiden Jokowi
dengan total Rp. 1.989 triliun. Grafik tersebut menunjukkan kemungkinan
peningkatan pendapatan negara dalam bidang perpajakan yang dapat
mendukung pembangunan negara Indonesia.
Namun disisi lain, sebagai wajib pajak, pajak merupakan sebuah beban
atau pengurang pendapatan. Maka dari itu wajib pajak mencoba memutar otak
agar dapat menghindari pajak secara legal. Walaupun terdengar seperti sebuah
kesalahan atau kecurangan namun penghindaran pajak ini sama sekali tidak
melanggar ketentuan yang berlaku, peraturan perpajakan dan peraturan
akuntansinya. Hal ini diungkapkan Maharani & Suardana (2014) yang
berpendapat bahwa persoalan mengenai penghindaran pajak merupakan
masalah yang rumit, diperbolehkan namun tidak diinginkan.
Manusia bersifat oportunistik, yaitu kecenderungan untuk
memanfaatkan kesempatan dengan tujuan memperoleh keuntungan dari suatu
posisi atau keadaan tertentu, namun dengan merugikan pihak lainnya (Pranata
& Puspa, 2014). Manipulasi data-data keuangan untuk kepentingan apapun
dan siapapun adalah salah. Hal ini memberikan pandangan bahwa hal yang
berkaitan dengan etika bisnis merupakan suatu hal yang benar. Maka dari itu
terkadang terdapat pembenaran yang dilakukan oleh suatu perusahaan
berkaitan dengan kegiatan bisnis perusahaan tersebut.
-
10
Meminimalisasi beban pajak dapat dilakukan dengan berbagai cara,
mulai dari yang masih berada dalam bingkai peraturan perpajakan sampai
dengan yang melanggar peraturan perpajakan (Annisa & Kurniasih, 2012).
Dari perbedaan cara itu menimbulkan beberapa istilah dalam dunia perpajakan
mengenai menghindari, memotong, menggelapkan, mengatur dari pajak
perusahaan.
Beberapa peneliti sebelumnya menggunakan istilah yang berbeda-beda
antara lain: agresivitas pajak (tax aggressiveness) diangkat oleh (Balakrishnan
and Guay, 2012; Frank, Lynch, & Rego, 2009; Richardson & Lanis, 2012),
manajemen pajak (tax management) diangkat oleh (Minnick dan Noga, 2010),
dan perencanaan pajak (tax planning) diangkat oleh (Armstrong & Blouin,
2011; Sabli dan Noor, 2012; Wahab dan Holland, 2012) juga penghindaran
pajak (Tax Avoidance) (Annisa & Kurniasih, 2012; Annuar et al., 2014;
Kanagaretnam, 2014). Hanlon et al. (2010) menyimpulkan bahwa semua
definisi dan istilah tersebut memiliki arti yang sama.
Peningkatan transparansi terhadap pemegang saham dalam hal pajak
semakin dituntut oleh otoritas publik (Annisa & Kurniasih, 2012). Asumsinya
bahwa dampak dari perilaku pajak yang agresif dari suatu perusahaan
membuat pemegang saham sadar agar tidak ingin perusahaan mereka turut
agresif dalam hal pajak dan segera mencegah tindakan tersebut jika mereka
tahu sebelumnya karena pengawasan dari otoritas publik.
-
11
Oleh karena tuntutan oleh otoritas publik akan transparansi dalam
pelaporan, membuat pemegang saham berpikir bahwa kualitas audit dalam
suatu perusahaan merupakan hal yang vital. Telah terbukti dari penelitian
sebelumnya, bahwa kualitas audit penting. Kanagaretnam (2014)
menyimpulkan dari penelitian Becker et al. (1998), Francis et al. (1999),
Krishnan (2003), Khurana and Raman (2004), Choi et al. (2008), Francis and
Wang (2008), dan Kanagaretnam et al. (2010), yang menjelaskan bahwa
Kantor Akuntan Publik (KAP) dari Big 4 (PriceWaterhouseCooper - PWC,
Deloitte Touche Tohmatsu, KPMG, Ernst & Young-E&Y) meningkatkan
kualitas pengungkapan dan meninggikan kepercayaan dari laporan keuangan
di Amerika dan global. Dan juga memiliki tingkat kecurangan lebih rendah
dibandingkan dengan perusahaan yang diaudit oleh KAP non Big 4 (Annisa
& Kurniasih, 2012).
Dari hasil penelitian Kanagaretnam (2014) mengenai hubungan
kualitas audit dan Tax Avoidance menemukan bukti kuat bahwa KAP Big 4
berhubungan dengan semakin rendahnya Tax Avoidance. Sementara penelitian
Kanagaretnam (2014) mengambil sampel dari berbagai negara, kemudian
peneliti ingin melihat dari sudut pandang lokal, yaitu Indonesia.
Selain dari kualitas audit, terdapat hal lain yang dapat dihubungkan
dengan Tax Avoidance, yaitu corporate social responsibility. Hoi, Wu, &
Zhang (2014) memaparkan bahwa perusahaan dengan kegiatan Corporate
Social Responsibility (CSR) yang lebih tidak bertanggung jawab, terlebih
perusahaan dengan kegiatan CSR yang tidak bertanggung jawab dan
-
12
berlebihan pada tahun tertentu, memiliki probabilitas yang lebih tinggi dari
keterlibatan dengan penampungan pajak (tax sheltering), perbedaan buku
pajak yang lebih besar (book-tax gap) dan cash effective tax rate yang lebih
rendah. Itu menunjukkan semakin tinggi kinerja CSR perusahaan, semakin
sedikit kemungkinan untuk melakukan Tax Avoidance.
Kegiatan Tax Avoidance selain akan merugikan masyarakat dan
pemerintah, seiring dengan berjalannya waktu akan merugikan perusahaan
multinasional juga. Itu karena bila terdapat investigasi dari pemerintah yang
diliput oleh media yang akan menimbulkan perspektif negatif dari konsumen
(Huda, 2014). Lalu dampaknya akan terlihat pada kepercayaan konsumen
terhadap suatu perusahaan. Sehingga perspektif konsumen yang akan
menurunkan reputasi perusahaan berdampak terhadap nilai saham suatu
perusahaan.
Selain efek eksternal yang ditimbulkan perspektif konsumen dari
pandangan negatif terhadap perusahaan yang melakukan Tax Avoidance,
terdapat efek internal dalam perusahaan karenanya. Manajemen yang
melakukan Tax Avoidance menimbulkan kerugian dimata pemegang saham,
karena dikhawatirkan akan melakukan kegiatan lain yang berlawanan dengan
tujuan pemegang saham seperti penyimpangan manajerial yang apabila
terdeteksi akan menimbulkan pasar saham akan bereaksi negatif (Huda, 2014).
Dan reaksi negatif dari pasar saham akan menimbulkan penurunan harga
saham. Dan sebagai cerminan dari harga saham, nilai perusahaan akan ikut
menurun. (Huda, 2014).
-
13
Berdasarkan uraian diatas, mengenai seberapa pentingnya kualitas
audit dan juga corporate social responsibility, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian yang berkaitan dengan Tax Avoidance. Hal yang
membedakan penelitian ini dengan penelitian Annisa & Kurniasih (2012),
Kanagaretnam (2014), Maharani & Suardana (2014), Richardson & Lanis
(2012) dan Wahyudi (2015) adalah :
1. Peneliti menambah variabel lain yaitu CSR sebagai variabel baru yang
jarang dihubungkan dengan Tax Avoidance. Sementara di negara lain telah
menghubungkan kedua variabel ini, seperti yang telah diteliti oleh
(Richardson & Lanis, 2012). Selain itu, kemungkinan terjadinya Tax
Avoidance dapat terjadi dari manajer perusahaan, yang peneliti yakin ini
dapat terlihat dari laporan tahunan perusahaan, dan salah satunya laporan
pengungkapan CSR
2. Peneliti menggunakan proksi BTG atau Book Tax GAP yang masih jarang
dipakai sebagai perhitungan BTG, seperti Wahyudi (2015), Prakosa
(2014), Pranata & Puspa (2014) menggunakan ETR sebagai proksi dari tax
avoidance. Peneliti mengikuti jejak Annisa & Kurniasih (2012) dengan
menggunakan BTG, namun (Annisa & Kurniasih, 2012) menggunakan
seluruh perusahaan yang listed di bursa saham. Dan peneliti membedakan
dan lebih spesifik ke perusahaan manufaktur yang listed di bursa saham.
Penelitian ini penting untuk diteliti karena fenomena yang terjadi saat
ini mendorong kita sebagai warga yang taat kepada negara untuk terhindar
atau menghindar dari tindakan Tax Avoidance yang merugikan negara ini,
-
14
selain itu Tax Avoidance juga merupakan isu yang sedang hangat di abad 21
dan masih sedikit pembahasan lebih lanjut mengenai fenomena ini. Begitu
besarnya dan berkembangnya fenomena ini hingga beberapa tahun terakhir
banyak terungkap perusahaan yang melakukan Tax Avoidance dimulai dari
internasional hingga perusahaan nasional. Seperti Google, Starbuck,
Amazon.com, IKEA hingga HSBC menjadi fasilitator atau pemberi jasa
bagaimana cara menghindari pajak disuatu negara. Perusahaan dalam negeri
pun terungkap ada yang tertangkap tangan melakukan penggelapan pajak.
Namun belum banyak kasus dari Indonesia yang terungkap hingga diharapkan
dengan penelitian ini dapat mengungkap kemungkinan atau potensi Tax
Avoidance ini dengan variabel yang diteliti.
Hundal (2011) dalam Annuar et al. (2014) berargumen bahwa Tax
Avoidance merupakan isu paling menantang untuk generasi sekarang karena
dapat mengurangi pendapatan pajak pemerintah. Selain itu uniknya penelitian
ini yaitu dihubungkan dengan kualitas audit yang diproksikan oleh besarnya
KAP dalam perusahaan listing di BEI yang menjadi indikator dari penilaian
atau pendeteksian terjadinya Tax Avoidance. Menurut Richardson & Lanis
(2012) CSR dapat berpotensi mempengaruhi keagresifan pajak yang dapat
berakhir dengan Tax Avoidance. Maka peneliti juga ingin melihat seberapa
besar pengaruh dari pengungkapan CSR dalam suatu laporan keuangan dapat
mempengaruhi terdapatnya Tax Avoidance dalam suatu perusahaan di
Indonesia.
-
15
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti melakukan penelitian
ini dengan judul “Pengaruh Kualitas Audit dan Corporate Social
Responsibility terhadap Tax Avoidance”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang
hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah kualitas audit berpengaruh signifikan negatif terhadap Tax
Avoidance di Indonesia?
2. Apakah CSR berpengaruh signifikan negatif terhadap Tax Avoidance di
Indonesia?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah menemukan bukti empiris dari :
a. Kualitas audit terhadap Tax Avoidance di Indonesia dengan melihat
dari perusahaan listing BEI
b. CSR terhadap Tax Avoidance di Indonesia dengan melihat dari
perusahaan listing BEI
2. Manfaat Penelitian
Adapun penelitian ini dilakukan untuk memberikan manfaat
dibidang akademik maupun praktik, sebagai berikut:
a. Bagi Akademisi:
-
16
1) Memberikan pengetahuan tentang Tax Avoidance pada perusahaan.
2) Memberikan informasi sebagai sumber referensi penelitian dengan
variabel Tax Avoidance.
3) Memberikan informasi sebagai bahan pertimbangan dalam
penulisan penelitian selanjutnya.
b. Bagi Perusahaan
1) Memberikan wawasan mengenai Tax Avoidance dan pengelolaan
CSR dalam perusahaan.
c. Bagi Investor
1) Memberikan indikator untuk menilai suatu perusahaan dan
memberikan keyakinan dalam memilih perusahaan.
d. Bagi Pemerintah
1) Memberikan masukan bagi pemerintah dalam pembuatan
kebijakan di bidang perpajakan yang dapat mencegah praktik
penghindaran pajak perusahaan.
-
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Teori Keagenan
Pengelolaan perusahaan harus diawasi dan dikendalikan untuk
memastikan bahwa pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan kepada
berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku (Prakosa, 2014). Oleh sebab
itu diperlukan adanya pemisahan antara pemilik dengan pengelola perusahaan
yang dapat menimbulkan masalah, antara lain yaitu adanya kemungkinan
pengelola atau manajer melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan
keinginan atau kepentingan pemilik atau pemegang saham.
Teori agensi berisi mengenai hubungan secara kontrak antara anggota-
anggota di perusahaan. Hubungan agensi terjadi saat satu orang atau lebih
(principal/pemegang saham) mempekerjakan orang lain (agen/manajer) untuk
memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang
pengambilan keputusan (Jao & Pagalung, 2011). Inti dari hubungan keagenan
adalah adanya pemisahan fungsi antara kepemilikan di investor dan
pengendalian di pihak manajemen.
Definisi lain menurut Lukviarman (2006) dalam Pranata & Puspa
(2014), Agency Theory merupakan perspektif yang secara jelas
menggambarkan masalah yang timbul dengan adanya pemisahan antara
kepemilikan dan pengendalian terhadap perusahaan, yaitu terdapatnya konflik
-
18
kepentingan dalam perusahaan. Konflik ini disebut agency problem atau
masalah agensi (Jao & Pagalung, 2011).
Permasalahan yang timbul antara pemegang saham dan manajer
menimbulkan kekhawatiran bagi pemegang saham. Dan salah satu
kekhawatiran bagi pemegang saham adalah tindakan untuk menghindar dari
pajak (Tax Avoidance). Seperti yang dijelaskan sebelumnya, Fisher (2014)
mengatakan apabila terdapat manajer atau manajemen yang melakukan Tax
Avoidance akan menimbulkan pandangan yang tidak baik pula terhadap
pemegang saham yang disebabkan kekhawatiran terhadap manajer akan
melakukan tindakan yang berlawanan dengan pemegang saham.
Permasalahan yang timbul atas dasar kepercayaan tidak hanya
ditunjukkan kekhawatiran pemegang saham kepada manajer perusahaan.
Begitu pula juga oleh masyarakat terhadap perusahaan yang terus mencoba
untuk meyakinkan bahwa mereka melakukan kegiatan sesuai dengan batasan
dan norma-norma masyarakat agar dapat diterima di dalam masyarakat.
2. Teori Legitimasi
Terdapat 2 teori yang berhubungan dengan pengungkapan sosial
perusahaan, yakni teori legitimasi dan agensi (Nasir, Kurnia, & Hakri, 2013).
Legitimacy theory secara esensial adalah teori yang berorientasi pada sistem,
dalam hal ini organisasi atau perusahaan dipandang sebagai salah satu
komponen dalam lingkungan sosial yang lebih besar. Karena merupakan suatu
komponen yang besar dalam suatu lingkungan sosial, maka perusahaan turut
-
19
andil dalam melakukan aktivitas sosial di lingkungan tersebut. Seperti yang
diungkapkan oleh Nasir et al. (2013) bahwa teori ini secara jelas mengakui
suatu entitas bisnis dibatasi oleh kontrak sosial yang menyebutkan bahwa
perusahaan sepakat untuk menunjukkan berbagai aktivitas sosial perusahaan
agar diterima masyarakat akan tujuan perusahaan yang pada akhirnya akan
menjamin kelangsungan hidup perusahaan.
Chariri (2008) mengatakan teori legitimasi sangat bermanfaat dalam
menganalisis perilaku organisasi (Nasir et al., 2013). Legitimasi merupakan
hal yang penting bagi organisasi/perusahaan sehingga batasan-batasan yang
ditekankan oleh norma dan nilai sosial dalam suatu lingkungan, dan reaksi
terhadap batasan norma dan nilai sosial tersebut mendorong pentingnya
analisis perilaku organisasi dengan memperhatikan lingkungan sosial. Oleh
karena itu, kegagalan perusahaan dalam menyesuaikan diri dengan norma
ataupun adat yang diterima oleh masyarakat, akan mengancam legitimasi
perusahaan serta sumber daya perusahaan, lalu akan mengancam legitimasi
perusahaan serta sumber daya perusahaan, dan pada akhirnya akan
mengancam kelangsungan hidup perusahaan. (Nasir et al., 2013).
Dalam teori legitimasi menyatakan bahwa perusahaan terus mencoba
untuk meyakinkan bahwa mereka melakukan kegiatan sesuai dengan batasan
dan norma-norma masyarakat agar dapat diterima di dalam masyarakat. Hal
itu mendukung bahwa perusahaan juga memiliki andil dalam pembangunan
bangsa dengan melalui kepatuhannya akan membayar pajak. Sebagai suatu
kewajiban bermasyarakat maka dari itu perusahaan mengungkapkan kegiatan
-
20
CSR. Oleh karenanya teori ini menggambarkan pandangan terhadap
pentingnya pengungkapan CSR di suatu perusahaan. Penelitian ini melihat
bagaimana norma serta tanggung jawab terhadap lingkungan dan masyarakat
merupakan hal penting yang akan mempengaruhi perusahaan. Selain memiliki
kualitas audit yang baik, perusahaan juga perlu mengungkapkan kegiatan CSR
kepada masyarakat.
3. Tax Avoidance
Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya oleh Maharani &
Suardana (2014) bahwa persoalan mengenai penghindaran pajak merupakan
masalah yang rumit, diperbolehkan namun tidak diinginkan. Namun
sebenarnya tindakan penghematan pajak yang dilakukan oleh sejumlah
perusahaan di Indonesia tidak dimaksudkan untuk menggelapkan pajak, tapi
lebih pada tujuan penghematan besarnya beban pajak yang dibayar oleh
perusahaan dengan cara memanfaatkan celah pada peraturan perpajakan yang
ada di Indonesia (Annisa & Kurniasih, 2012). Khurana dan Moser (2009)
menyatakan bahwa aktivitas Tax Avoidance yang dilakukan oleh manajemen
perusahaan dalam upaya semata-mata untuk meminimalisasi kewajiban pajak
perusahaan atau yang sekarang bisa kita sebut Tax Avoidance (Annisa &
Kurniasih, 2012).
“Corporate Tax Avoidance broadly as the reduction in explicit taxes
paid, and we measure Tax Avoidance as the difference between the firm’s
“unmanaged tax amount” and its “managed tax amount””
-
21
Kalimat diatas mengutip dari Kanagaretnam (2014) yang berisi definisi
dari Tax Avoidance secara luas yaitu sebagai pengurangan pajak eksplisit
dibayar, dan mengukur penghindaran pajaknya sebagai perbedaan antara
"unmanaged amount tax" perusahaan dan "managed amount tax". Perbedaan
ini menunjukkan seberapa agresif manajer mengatur strategi untuk
mengurangi pajak yang harus dibayar. Secara rinci Kanagaretnam (2014)
menjelaskan bahwa Tax Avoidance merupakan upaya yang dilakukan oleh
wajib pajak melalui pemanfaatan kompleksitas pajak, dan hal-hal yang tidak
diatur (loopholes) dalam peraturan perpajakan.
Sama hal dengan Pohan (2009) yang mendefinisikan Tax Avoidance
sebagai proses pengendalian tindakan agar terhindar dari konsekuensi
pengenaan pajak yang tidak dikehendaki. Bila dilihat dari definisi tersebut
maka hal itu telah diatur atau sengaja dilakukan oleh pengelola perusahaan
atau manajer untuk menghindar dari pajak. Sedangkan Jaya, Arafat, & Kartika
(2014) menyebutkan bahwa Tax Avoidance merupakan rekayasa “tax affairs”
yang masih tetap berada dalam bingkai ketentuan perpajakan (lawful). Yang
menekankan pada ketiadaannya suatu pelanggaran perundang-undangan
perpajakan.
Secara singkat Annisa & Kurniasih (2012) serta Maharani & Suardana
(2014) memaparkan Tax Avoidance adalah salah satu cara untuk menghindari
pajak secara legal atau dengan menuruti peraturan yang ada dan tidak
melanggar peraturan perpajakan. Dari semua definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa Tax Avoidance merupakan upaya mengefisiensikan beban
-
22
pajak dengan cara menghindari pengenaan pajak dengan mengarahkannya
pada transaksi yang bukan objek pajak. (Pohan, 2013)
Selain dikenal dengan nama Tax Avoidance, banyak peneliti
menyebutnya dengan manajemen pajak (tax planning). Tax planning
merupakan sarana untuk menyelesaikan kewajiban perpajakan dengan benar
namun jumlah pajak yang dibayarkan dapat ditekan serendah mungkin untuk
memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan (Jaya et al., 2014).
Zain (2005) dalam Pohan (2009) menyatakan perencanaan pajak atau
perbuatan untuk menghindari pajak (Tax Avoidance) yang berhasil dan harus
secara jelas dibedakan dengan perbuatan penyelundupan pajak (Tax Evasion)
karena menurut Zain (2005), Tax Avoidance termasuk dalam pengertian
perencanaan pajak (Tax Planning).
Selain tax planning ada juga istilah lain, yaitu agresivitas pajak (Tax
Aggressiveness). Tax aggressiveness adalah strategi perusahaan yang tidak
sesuai dengan harapan masyarakat (Richardson & Lanis, 2012). Frank et al.
(2009) mendefinisikan pelaporan pajak yang agresif (Aggressive Tax) sebagai
manipulasi turunan penghasilan kena pajak (taxable income) melalui
perencanaan pajak (Tax Planning) yang mungkin atau tidak mungkin
dianggap penggelapan pajak (Tax Evasion). Kesimpulannya agresivitas pajak
merupakan kegiatan mengatur pajak untuk menghindarinya (Tax Avoidance)
tanpa menggelapkan (Tax Evasion) pajak itu sendiri. Namun Balakrishnan and
Guay (2012) berpendapat bahwa agresivitas pajak adalah seperangkat lebih
-
23
luas dari transaksi yang tujuan utamanya adalah hanya untuk menurunkan
kewajiban pajak perusahaan.
Banyak istilah dalam perpajakan seperti penggunaan istilah agresivitas
pajak (tax aggressiveness) dalam penelitian (Balakrishnan and Guay, 2012;
Frank et al., 2009; Richardson & Lanis, 2012). Penggunaan istilah manajemen
pajak (tax management) dalam penelitian Minnick dan Noga (2010). Dan
istilah perencanaan pajak (tax planning) dalam penelitian (Armstrong &
Blouin, 2011; Sabli & Noor, 2012; Wahab dan Holland, 2012). Dan istilah
dalam penelitian ini sendiri yaitu penghindaran pajak (Tax Avoidance) dalam
penelitian (Annisa & Kurniasih, 2012; Annuar et al., 2014; Kanagaretnam,
2014).
Semua istilah selain Tax Avoidance pada intinya sama, hanya
menggunakan istilah yang berbeda beda namun artinya serupa, dari tax
aggressiveness (agresifitas pajak), tax management (manajemen pajak), tax
planning (perencanaan pajak) dan Tax Avoidance (penghindaran pajak) seperti
yang disimpulkan oleh Hanlon et al. (2010). Namun beda halnya dengan tax
evasion (penggelapan pajak) yang telah melanggar peraturan yang berlaku.
Menurut Annisa & Kurniasih (2012) Indonesia memiliki celah
(loopholes) legalitas dalam tindakan penghematan pajak yang masih ambigu,
sehingga Wajib Pajak tidak disarankan untuk menarik kesimpulan sendiri
terkait dengan undang-undang perpajakan. Lebih baik bila Wajib Pajak
-
24
melakukan cross check terkait pemahaman undang-undang dengan otoritas
perpajakan.
Dalam melakukan pengaturan pajak (tax planning) terdapat 2
perbedaan mendasar yaitu menghindari (Tax Avoidance) atau menggelapkan
(tax evasion). Tax evasion (penggelapan pajak) merupakan suatu usaha
penghindaran pajak dengan melanggar ketentuan peraturan perpajakan
(Annisa & Kurniasih, 2012). Sehingga dapat dibedakan dengan jelas antara
Tax Avoidance dan tax evasion, yaitu Tax Avoidance (penghindaran pajak)
sebagai usaha untuk mengurangi hutang pajak yang bersifat legal (lawful),
sedangkan tax evasion (penggelapan pajak) adalah usaha untuk mengurangi
hutang pajak yang bersifat tidak legal (unlawful). (Xynas, 2011)
Upaya Tax Avoidance dilakukan menggunakan strategi dengan
mematuhi ketentuan yang berlaku, seperti memanfaatkan pengecualian dan
potongan yang diperkenankan dalam ketentuan, maupun memanfaatkan hal-
hal yang belum diatur (loopholes) dalam peraturan perpajakan yang berlaku
(Mangunsong, 2002).
Terdapat tiga langkah akan dilakukan perusahaan dalam
meminimalkan pajak yang dikenakan (Prakosa, 2014). Pertama, perusahaan
berusaha untuk menghindari pajak baik secara legal maupun ilegal. Kedua,
caranya mengurangi beban pajak seminimal mungkin baik secara legal
maupun ilegal. Ketiga atau terakhir, apabila kedua langkah sebelumnya tidak
dapat dilakukan maka wajib pajak akan membayar pajak tersebut. Prakosa
-
25
(2014) menjelaskan tidak sedikit perusahaan yang melakukan perencanaan
pajak (tax planning) dengan tujuan untuk meminimalisasi pajak yang harus
dibayar oleh perusahaan.
Menurut buku Chairil Anwar Pohan (2013) dan Suandy (2008) dalam
Annisa & Kurniasih (2012) terdapat beberapa hal yang memengaruhi perilaku
wajib pajak untuk menimimalkan kewajiban pembayaran pajak mereka atau
memotivasi mereka untuk menghindari pajak, baik secara legal maupun
illegal, yang bisa disebut dengan Propensity of Dishonesty yaitu :
a) Tinggi kerumitan suatu peraturan (complexity of rule). Maka semakin
rumitnya suatu peraturan mengenai perpajakan, membuat wajib pajak
cenderung menghindarinya karena biaya untuk mengetahuinya
menjadi tinggi.
b) Besarnya pajak yang dibayar (Tax required to pay). Semakin besar
jumlah pajak yang harus dibayarkan maka semakin besar pula
kemungkinan wajib pajak untuk melakukan kecurangan untuk
menghindar, memperkecil atau menggelapkaan pajak.
c) Biaya untuk negosiasi (Cost of bribe). Terkadang secara disengaja atau
tidak disengaja wajib pajak melakukan negosiasi dengan fiskus dalam
melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. Oleh karenanya,
apabila uang untuk negosiasi semakin tinggi, maka semakin kecil pula
/kecenderungan wajib pajak untuk melakukan pelanggaran.
d) Risiko deteksi (Probability of detection). Menjelaskan mengenai
kemungkinan besarnya pelanggaran dari ketentuan perpajakan itu
-
26
terdeteksi. Bila rendah risiko terdeteksinya, maka wajib pajak
cenderung melakukan pelanggaran. Dan semakin tinggi risikonya,
wajib pajak akan lebih konservatif untuk tidak melanggar peraturan.
e) Besarnya denda (Size of penalty). Semakin ringan denda atau sanksi
dari pelanggaran suatu ketentuan pajak, maka wajib pajak cenderung
melakukan pelanggaran. Sebaliknya bila semakin berat sanksi
perpajakan yang dapat dikenakan, maka wajib pajak cenderung untuk
tidak melanggar ketentuan perpajakan.
f) Moral masyarakat. Tergantung pribadi orang yang menentukan apakah
akan patuh atau tidak.
Dari motivasi yang mendorong untuk melakukan penghindaran pajak
tersebut maka muncullah modus-modus untuk melakukannya. Dalam
bukunya, manajemen perpajakan, Chairil Anwar Pohan memaparkan cara-cara
pengelakan pajak. Ada 6 cara pengelakan pajak yang biasa dipraktikan, yaitu :
1. Penggeseran pajak (Tax Shifting) yaitu pemindahan atau pentransferan
beban pajak dari subjek pajak kepada pihak lain, dengan demikian
orang atau beban yang dikenakan pajak mungkin sekali tidak
menanggungnya.
2. Kapitalisasi pajak (Capitalization) yaitu pengurangan harga objek
pajak yang besarnya sama dengan jumlah pajak yang akan dibayarkan
kemudian oleh pembeli.
-
27
3. Transformasi (Transformation) yaitu cara pengelakan pajak yang
dilakukan oleh pabrikan dengan cara menanggung beban pajak yang
dikenakan terhadapnya
4. Penyelundupan pajak (Tax Evasion) menunjuk pada rekayasa tax
affairs yang berada diluar bingkai peraturan perpajakan
5. Penghindaran pajak (Tax Avoidance) menunjuk pada rekayasa tax
affairs yang masih dalam bingkai ketentuan perpajakan
6. Pengecualian pajak (Tax Exemption) adalah pengecualian pengenaan
pajak yang diberikan kepada perorangan atau badan berdasarkan
undang-undang pajak.
Selain Tax Avoidance, bentuk lain dari manajemen pajak adalah tax
evasion, dimana yang dimaksud dengan tax evasion (penggelapan pajak)
merupakan suatu usaha penghindaran pajak dengan melanggar ketentuan
peraturan perpajakan (Annisa & Kurniasih, 2012). Sehingga dapat dibedakan
dengan jelas antara Tax Avoidance dan tax evasion, yaitu penghindaran pajak
(Tax Avoidance) sebagai usaha untuk mengurangi hutang pajak yang bersifat
legal (lawful), sedangkan penggelapan pajak (tax evasion) adalah usaha untuk
mengurangi hutang pajak yang bersifat tidak legal (unlawful). (Xynas, 2011)
Dari semua cara-cara mengelak pajak, peneliti ingin mengangkat
seputar Tax Avoidance karena istilah ini umum di Indonesia. Selain itu Tax
Avoidance juga merupakan suatu hal yang masih tabu antara diperbolehkan
namun merugikan negara dan masyarakat. Maka dari itu topik ini peneliti
angkat. Didukung pernyataan Hundal (2011) dalam Annuar et al. (2014) yang
-
28
mengatakan bahwa penghindaran pajak (Tax Avoidance) perusahaan
merupakan isu yang paling menantang dari generasi sekarang yang
memperlihatkan pengurangan pendapatan yang serius terhadap pajak ke
pemerintah.
Dalam memahami bagaimana Tax Avoidance terjadi, Komite urusan
fiskal dari Organization for Economic Co – operation and Development
(OECD) dikutip Suandy (2008) dalam Jaya et al. (2014) menyebutkan
karakteristik dari Tax Avoidance mencakup tiga hal, yaitu:
a. Adanya unsur artifisial dimana berbagai pengaturan seolah–olah
terdapat di dalamnya padahal tidak, dan ini dilakukan karena ketiadaan
faktor pajak.
b. Skema semacam ini sering memanfaatkan loopholes dari undang–
undang atau menerapkan ketentuan–ketentuan legal untuk berbagai tujuan,
padahal bukan itu yang sebetulnya dimaksudkan oleh pembuat undang–
undang.
c. Kerahasiaan juga sebagai bentuk dari skema ini dimana umumnya para
konsultan menunjukkan alat atau cara untuk melakukan penghindaran
pajak dengan syarat wajib pajak menjaga serahasia mungkin (Council of
Executive Secretaries of Tax Organizations, 1991).
Dalam perhitungan Tax Avoidance, peneliti menggunakan book tax
gap atau book tax difference (BTD). Book tax gap adalah metode
penghitungan melihat kesenjangan atau perbedaan antara laba komersial yang
dilaporkan dalam laporan laba rugi menurut peraturan akuntansi dengan laba
-
29
fiscal atau laba yang dilaporkan dalam laporan laba rugi untuk kepentingan
perpajakan yang disusun berdasarkan peraturan perpajakan negara yang
bersangkutan (Annisa & Kurniasih, 2012).
Menurut Annisa & Kurniasih (2012), mengukur penghindaran pajak
atau Tax Avoidance sulit dilakukan karena data untuk pembayaran pajak
dalam Surat Pemberitahuan Pajak (SPT) sulit didapat untuk itu perlu
pendekatan untuk menaksir berapa pajak yang sebenarnya dibayar perusahaan
kepada pemerintah oleh karena itu dalam penelitian mereka mengadopsi
pendekatan tidak langsung untuk mengukur variabel dependen penghindaran
pajak yaitu dengan memulai menghitung perbedaan laba akuntansi dengan
penghasilan / laba kena pajak (gap between financial and taxable income),
perbedaan yang dilaporkan ke pemegang saham atau investor menggunakan
GAAP/SAK, sedangkan ke Kantor Pelayanan Pajak dengan Peraturan
Perpajakan, perbedaan ini terkenal dengan sebutan book tax gap (Desai &
Dharmapala, 2007).
4. Kualitas Audit
Kualitas audit dengan transparansi menjadi salah satu elemen yang
berhubungan. Transparansi terhadap investor dapat dicapai dengan
melaporkan hal-hal terkait perpajakan pada pasar modal dan rapat umum
pemegang saham. Peningkatan transparansi terhadap pemegang saham dalam
hal pajak semakin dituntut oleh otoritas publik (Annisa & Kurniasih, 2012).
-
30
Maka dari itu transparansi laporan sangat penting untuk mengungkapkan
segala kegiatan perusahaan.
Hal tersebut mendorong pemegang saham atau perusahaan
mempekerjakan atau menggunakan jasa auditor yang lebih terpercaya atau
berkualitas. Perusahaan menggunakan jasa auditor yang berkualitas dapat
menjamin informasi laporan keuangan yang dilaporkan, sehingga pengguna
laporan keuangan atau investor akan lebih percaya atas informasi tersebut
(Pranata & Puspa, 2014).
Purwanti & Rahardjo (2012) mengungkapkan bahwa salah satu cara
pemilik atau investor untuk meminimalisir asimetris informasi dan
ketidakseimbangan yang terjadi di perusahaan yaitu dengan menggunakan
auditor yang berkualitas, harapan terhadap auditor yang berkualitas adalah
dapat menemukan indikasi keganjilan atau kecurangan seperti manajemen
laba yang dilakukan di perusahaan.
Berdasarkan penelitian Teoh dan Wong (1993) dalam Sari, Anugerah,
& Dwiningsih (2010) ditunjukkan pasar merespon secara berbeda terhadap
kualitas auditor, yang diproksikan dengan auditor big 5 dan non big 5. Artinya
semakin berkualitas auditor maka semakin tinggi kredibilitas angka akuntansi
yang dilaporkan, dengan demikian semakin besar tingkat pengungkapan
laporan keuangan. Pengaruh tingginya kredibilitas angka akuntansi yang
dilaporkan oleh KAP yang dikategorikan KAP `besar` mempunyai pengaruh
-
31
yang lebih untuk mempengaruhi perusahaan untuk lebih transparan dalam
mengungkapkan informasi.
Pengukuran kualitas audit dapat dilakukan dengan menggunakan
proksi spesialisasi industri dan ukuran KAP. Tax Avoidance diukur dengan
book tax gap yaitu menyimpulkan perbedaan terkait laba yang dilaporkan ke
pasar modal atau laba komersial dengan laba yang dilaporkan dalam otoritas
perpajakan atau laba fiskal (Annisa & Kurniasih, 2012).
5. Corporate Social Responsibility (CSR)
Pertanggungjawaban sosial perusahaan atau Corporate Sosial
Responsibility (CSR) adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara
sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial kedalam
operasinya dan interaksinya dengan stakeholders, yang melebihi tanggung
jawab organisasi dibidang hukum (Nasir et al., 2013).
Hoi et al. (2014) menemukan bahwa perusahaan dengan kegiatan CSR
yang lebih tidak bertanggung jawab, terutama mereka dengan kegiatan CSR
yang tidak bertanggung jawab dan berlebihan pada tahun tertentu, memiliki
probabilitas yang lebih tinggi dari terlibat dalam penampungan pajak (tax
sheltering), perbedaan buku pajak yang lebih besar antara
diskresioner/permanen, dan tingkat beban kas pajak yang lebih rendah.
CSR merupakan sebuah gagasan, perusahaan tidak lagi dihadapkan
pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai
perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya
(financial) saja (Nasir et al., 2013). Tapi tanggung jawab perusahaan harus
-
32
berpijak pada triple bottom lines. Di sini bottom lines lainnya selain finansial
juga ada sosial dan lingkungan. Karena kondisi keuangan saja tidak cukup
menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable).
Menurut Richardson & Lanis (2012) berdasarkan kesimpulannya dari
jurnal Desai and Dharmapala (2006b), Williams (2007) dan Avi Yonah
(2008), CSR berpotensi mempengaruhi agresivitas pajak dalam hal bagaimana
rekening perusahaan dan mengarahkan sistem dan proses dalam hal
kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan faktor penting
keberlangsungan hidup dari suatu perusahaan (Richardson & Lanis, 2012).
Sementara CSR adalah tindakan sosial sebagai bentuk tanggung jawab sebuah
perusahaan terhadap semua pemegang kepentingan. Oleh karena itu suatu
perusahaan membutuhkan dukungan para pemegang kepentingan untuk
menjalankan operasional perusahaan.
-
33
B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 berikut merupakan penelitian-penelitian yang menjadi sumber referensi dalam penelitian ini:
No. Nama Peneliti Judul
Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1 Kiridaran
Kanagaretnam,
Jimmy Lee,
Chee Yeow
Lim, Gerald J.
Lobo (2014)
Auditor Quality
and Corporate
Tax Avoidance
Kualitas audit dan Tax
Avoidance
Proksi kualitas audit
menggunakan
besarnya KAP
Sampel peneliti di 1 negara,
dengan laporan
keuangan
perusahaan
listing
Menggunakan book tax-gap dari
laporan
keuangan
Hasil penelitian dari 34 negara, kualitas audit
berhubungan dengan rendahnya penghindaran
pajak.
Auditor Big N berpengaruh besar kepada
kualitas audit.
Dan efek dari kualitas audit terhadap Tax
Avoidance kurang menonjol saat formal
institusi sudah kuat
2 Grant
Richardson,
Roman Lanis
(2011)
Corporate
Social
Responsibility
And Tax
Aggressiveness
Variabel CSR
Variabel Tax Aggressiveness
= Tax Avoidance
Sampel peneliti adalah
perusahaan
listing di BEI
Pengukuran penghindaran
pajak: book tax-
gap
Berdasarkan 408 perusahaan yang listing di
Australia, semakin tinggi level CSR maka
semakin rendah agresivitas pajak.
Tabel 2.1
Penelitian- Penelitian Terdahulu
Bersambung pada halaman selanjutnya
-
34
No. Nama Peneliti Judul
Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
3 Annisa dan
Kurniasih
(2012)
Pengaruh
Corporate
Governance
Terhadap Tax
Avoidance
Variabel Tax Avoidance
Proksi Tax Avoidance
menggunakan
book tax-gap
Proksi kualitas audit
menggunakan
besarnya KAP
Variabel Corporate
Governance
Variabel CSR
Dari hasil penelitian terhadap 200 perusahaan
listing BEI
Tidak terdapat pengaruh signifikan pada kepemilikan institusional terhadap Tax
Avoidance.
Tidak terdapat pengaruh signifikan pada dewan komisaris terhadap Tax Avoidance
Tidak terdapat pengaruh signifikan pada komposisi dewan komisaris terhadap Tax
Avoidance
Terdapat pengaruh signifikan pada komite audit terhadap Tax Avoidance
Terdapat pengaruh signifikan pada kualitas audit terhadap Tax Avoidance
4 Maharani &
Suardana
(2014)
Pengaruh
Corporate
Governance,
Profitabilitas
Dan
Karakteristik
Eksekutif Pada
Tax Avoidance
Perusahaan
Manufaktur
Variabel Independen yaitu
Tax Avoidance
Variabel Dependen
corporate
governance,
profitabilitas
dan karakteristik
eksekutif
Proporsi dewan komisaris, kualitas audit, komite audit yang merupakan proksi dari
corporate governance dan ROA yang
merupakan proksi dari profitabilitas
berpengaruh negatif
Risiko perusahaan yang merupakan proksi dari karakteristik eksekutif berpengaruh
positif
Kepemilikan insitusional yang merupakan proksi dari corporate governance tidak
berpengaruh terhadap tindakan Tax
Tabel 2.1 (lanjutan)
Penelitian- Penelitian Terdahulu
Bersambung pada halaman selanjutnya
-
35
No. Nama Peneliti Judul
Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
Avoidance
5 Dudi Wahyudi
(2015)
Analisis
Empiris
Pengaruh
Aktivitas
Corporate
Social
Responsibility
(CSR) terhadap
Penghindaran
Pajak di
Indonesia
Variabel
Independen yaitu
Tax Avoidance
Variabel Dependen
Corporate Social
Responsibility
Proksi Tax Avoidance
dengan Cash
ETR
Tingkat aktivitas CSR tidak berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak
Tabel 2.1 (lanjutan)
Penelitian- Penelitian Terdahulu
Sumber : Diolah dari berbagai sumber
-
36
C. Kerangka Pemikiran
Berikut merupakan kerangka pemikiran dalam penelitian ini:
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Kualitas Audit
Corporate
Social
Responsibility
Tax
Avoidance
Indonesia
Hasil
penelitian
Fenomena tax avoidance yang marak terjadi akhir-akhir ini
Basis teori : teori legitimasi dan teori agensi
Kesimpulan dan saran
Populasi : perusahaan manufaktur yang listing di BEI
Metode regresi berganda
-
37
D. Hipotesis
a. Kualitas Audit dan Tax Avoidance
Begitu banyak istilah perpajakan tersebut, namun peneliti ingin
mengungkap mengenai istilah Tax Avoidance. Kanagaretnam (2014)
meneliti hubungan kualitas auditor dengan Tax Avoidance. Dengan
menghubungkan kualitas audit dengan Tax Avoidance perusahaan yang
terjadi dalam skala global oleh beberapa negara. Dalam jurnal yang sekaligus
menjadi acuan dalam pembuatan skripsi ini, jurnal ini membuat hipotesa
bahwa kualitas audit yang di proksi kan dengan besarnya KAP berhubungan
negatif dengan penghindaran pajak perusahaan yang dihitung dengan metode
book tax gap.
Annisa & Kurniasih (2012) meyakinkan bahwa terdapat pengaruh
signifikan dari kualitas audit terhadap Tax Avoidance. Keyakinan itu
didapatkan apabila sebuah perusahaan yang diaudit oleh KAP yang besar
atau memiliki nama seperti Big 4, akan memiliki kualitas informasi
keuangan yang dapat dipercaya dan baik pula. Oleh karena KAP Big 4 yang
menjaga kualitas dari auditnya, maka membuat perusahaan yang diaudit
terjaga kualitas laporan keuangannya dan dapat terdeteksi bila terdapat
kejanggalan sehingga terhindar dari kemungkinan terjadinya Earning
Management atau bahkan Tax Avoidance.
Maharani & Suardana (2014) juga mendapatkan hasil yang serupa.
Kualitas audit berpengaruh negatif terhadap Tax Avoidance sehingga bila
dijabarkan semakin baik kualitas audit yang di proksikan oleh besarnya KAP
-
38
maka semakin rendahnya Tax Avoidance. Ini dikarenakan oleh kesulitan
suatu perusahaan untuk melakukan Tax Avoidance apabila diaudit oleh KAP
besar atau Big 4.
Namun hasil berbeda didapatkan oleh Jaya et al. (2014) dan Pranata
& Puspa (2014). Kedua penelitian menemukan bahwa kualitas audit tidak
berpengaruh terhadap Tax Avoidance. Jaya et al. (2014) menggunakan
perhitungan Tax Shelter yang diadaptasi dari penelitian Wilson (2009)
dalam penelitian Khurana dan Moser (2012). Dan Pranata & Puspa (2014)
menggunakan perhitungan ETR.
Perbedaan ini membuat peneliti ingin menguji hubungan kualitas
audit dengan Tax Avoidance. Berdasarkan penelitian sebelumnya pun
mengatakan terdapat hubungan negatif antara keduanya. Maka dari
penelitian sebelumnya, peneliti mengajukan hipotesis dalam penelitian ini
sebagai berikut:
H1: Kualitas Audit berpengaruh signifikan negatif terhadap Tax Avoidance
b. Corporate Social Responsibility (CSR) dan Tax Avoidance
Kewajiban Perusahaan sebagai Wajib Pajak dalam menjadi bagian
suatu kenegaraan adalah membayar pajak. Dalam teori legitimasi
menyatakan bahwa perusahaan terus mencoba untuk meyakinkan bahwa
mereka melakukan kegiatan sesuai dengan batasan dan norma-norma
masyarakat agar dapat diterima di dalam masyarakat. Hal itu mendukung
bahwa perusahaan juga memiliki andil dalam pembangunan bangsa dengan
melalui kepatuhannya akan membayar pajak. Apabila dengan penuh
-
39
kesadaran perusahaan membayar pajak sesuai nominal yang ditetapkan,
berarti perusahaan telah membina hubungan baik dengan pemerintah
(Maesarah, Atikah, & Husnaini, 2015).
CSR merupakan kegiatan sosial yang diungkapkan oleh perusahaan
dalam rangka mematuhi peraturan yang berlaku. Peraturan BAPEPAM dan
Lembaga Keuangan mengenai keluasan pengungkapan item-item CSR yaitu
pada peraturan nomor X.K.6 revisi tahun 2012 mengenai Penyampaian
Laporan Tahunan Emiten Atau Perusahaan Publik. Berlakunya peraturan
tersebut membuat pengungkapan item dari CSR menjadi disclosure yang
bersifat wajib.
Semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR yang dilakukan oleh
perusahaan, diharapkan dapat menekan terjadinya Tax Avoidance. Hal itu
karena apabila suatu perusahaan yang mengungkapkan CSR namun
melakukan Tax Avoidance, maka akan mempengaruhi reputasi perusahaan
tersebut sehingga penilaian masyarakat atau stakeholder menurun. Maka dari
itu perusahaan yang telah mengungkapkan CSR nya diharapkan terhindar
dari praktik Tax Avoidance
Dalam penelitian Richardson & Lanis (2012) mereka meyakinkan
bahwa pemegang kepentingan diluar direksi juga dapat mempengaruhi
keberlangsungan perusahaan. Serta semakin perusahaan memiliki tanggung
jawab sosial kemungkinan besar dapat menghalangi terjadinya kegiatan
-
40
penghindaran pajak secara agresif Richardson & Lanis (2012). Dengan
demikian kegiatan CSR berpengaruh negatif dengan Tax Avoidance.
Penelitian Hoi et al. (2014) mendapatkan hasil yang sama dengan
Richardson & Lanis (2012). Hoi juga menyimpulkan bahwa perusahaan
dengan banyaknya kegiatan CSR yang tidak dipertanggung jawabkan
memiliki kemungkinan lebih besar untuk melakukan Tax Sheltering.
Gribnau (2015) menilai secara moral, bahwa perusahaan yang
mengungkapkan dan melakukan kegiatan CSR maka akan lebih mengikuti
peraturan dengan melakukan Tax Planning yang mengikuti peraturan yang
berlaku.
Namun dibandingkan dengan dalam negeri, tidak selamanya terdapat
hubungan antara pengungkapan CSR dengan Tax Avoidance. Melalui
penelitiannya Wahyudi (2015) menyimpulkan bahwa CSR tidak
berhubungan dengan Tax Avoidance. Maesarah et al. (2015) telah meneliti
hal yang sama dengan Wahyudi (2015) dan mendapatkan hasil yang serupa,
yaitu CSR tidak berhubungan dengan Tax Avoidance di Indonesia.
Perbedaan ini membuat peneliti ingin menguji hubungan CSR
dengan Tax Avoidance. Berdasarkan penelitian sebelumnya pun mengatakan
terdapat hubungan negatif antara keduanya. Maka dari penelitian
sebelumnya, peneliti mengajukan hipotesis dalam penelitian ini sebagai
berikut:
H2: CSR berpengaruh signifikan negatif terhadap Tax Avoidance
-
41
c. Variabel-variabel kontrol penelitian
Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, dalam
penelitian ini juga memasukkan beberapa variabel kontrol. Variabel kontrol
adalah variabel bebas yang dalam pelaksanaan penelitian tidak dimasukkan
sebagai variabel bebas tetapi keberadaannya dikendalikan (dikontrol) dengan
tujuan untuk meminimalisir pengaruh dari faktor-faktor di luar variabel yang
diuji. (Maesarah et al., 2015)
CompSize merupakan variabel kontrol untuk melihat besarnya suatu
perusahaan yang dihitung melaui log natural dari total asset. Besarnya
perusahaan akan sejalan dengan semakin agresifnya Tax Avoidance
dibanding perusahaan kecil karena mempengaruhi ekonomi secara global.
(Richardson & Lanis, 2012)
Menurut Richardson dan Lanis (2007) dalam Maesarah et al. (2015)
perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi akan dikenai
pajak yang tinggi. Sesuai dengan pernyataan yang terdapat pada Undang-
Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 1 menjelaskan bahwa penghasilan yang
diterima oleh subjek pajak (perusahaan) akan dikenai pajak penghasilan,
sehingga semakin besar penghasilan yang diterima oleh perusahaan akan
menyebabkan semakin besar pajak penghasilan yang dikenakan kep