pengaruh kurang energi kronik dan asupan …digilib.unila.ac.id/55328/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
PENGARUH KURANG ENERGI KRONIK DAN ASUPAN PROTEIN TERHADAP KADAR ALBUMIN SERUM IBU HAMIL
DI KOTA BANDAR LAMPUNG
(Skripsi)
OlehSONIA ANGGRAINI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTERFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
ii
PENGARUH KURANG ENERGI KRONIK DAN ASUPAN PROTEIN TERHADAP KADAR ALBUMIN SERUM IBU HAMIL
DI KOTA BANDAR LAMPUNG
Oleh
Sonia Anggraini
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh GelarSARJANA KEDOKTERAN
Pada
Fakultas KedokteranUniversitas Lampung
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTERFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
iii
ABSTRACT
EFFECT OF CHRONIC ENERGY DEFICIENCY AND PROTEIN INTAKE TO ALBUMIN SERUM LEVELS OF PREGNANT WOMAN IN
BANDAR LAMPUNG
BySonia Anggraini
Background: Serum albumin examination can be done to determine the state of malnutrition. Chronic Energy Deficiency (CED) in pregnant women is a state of malnutrition which is lack of energy and protein.Objective: To determine the effect of chronic energy deficiency and protein intake to albumin serum levels of pregnant woman in Bandar Lampung.Method: This study was an observational analytic study with a cross sectional design. The subjects in this study were 70 pregnant woman taken by purposive sampling method. Subject’s mid-upper arm circumference (MUAC) measurements for determine CED status, SQ-FFQ questionnaire for determineprotein consumption and venous blood to check serum albumin levels. Furthermore, the data were analyzed with an independent t test (α = 0.05).Result: As a result there are 47% CED pregnant women and 52,9% were non-CED with serum albumin averages of 3.12 g/dL and 3.45 g/dL. In addition, there are 34.3% of pregnant women with inadequate protein intake and 65.7% adequate protein intake with serum albumin averages of 3.13 g/dL and 3.37 g/dL. Overall serum albumin mean for pregnant women is 3.29±0.38 g/dL. The bivariate test results showed that there were significant differences in serum albumin levels of CED and non-CED pregnant women (p = 0.000), and there were significant differences in serum albumin levels in pregnant women with inadequate protein intake and adequate protein intake (p = 0.009).Conclusion: There was an effect of chronic energy deficiency and protein intake to albumin serum levels of pregnant woman in Bandar Lampung.
Keywords: CED, Pregnancy, Protein intake, Serum albumin.
iv
ABSTRAK
PENGARUH KURANG ENERGI KRONIK DAN ASUPAN PROTEIN TERHADAP KADAR ALBUMIN SERUM IBU HAMIL
DI KOTA BANDAR LAMPUNG
OlehSonia Anggraini
Latar Belakang: Pemeriksaan albumin serum dapat dilakukan untuk menandakan adanya malnutrisi. Kurang Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil merupakan suatu keadaan malnutrisi kekurangan energi dan protein.Tujuan: Mengetahui pengaruh kurang energi kronik dan asupan protein terhadap kadar albumin serum pada ibu hamil di Kota Bandar Lampung. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasi dengan desain cross sectional. Subjek berjumlah 70 orang ibu hamil yang dipilih dengan metode purposive sampling. Pada subjek dilakukan pengukuran LILA sebagai penilaian KEK, kuisioner SQ-FFQ sebagai penilaian konsumsi protein dan pengambilan darah untuk memeriksa kadar albumin serum. Selanjutnya dilakukan uji univariat dan bivariat menggunakan independent t test (α=0,05).Hasil: Didapatkan hasil 47% ibu hamil KEK dan 52,9% tidak KEK dengan rerata albumin serum berturut-turut 3,12 g/dL dan 3,45 g/dL. Selain itu, didapatkan 34,3% ibu hamil dengan asupan protein kurang dan 65,7% asupan protein cukup dengan rerata albumin serum berturut turut 3,13 g/dL dan 3,37 g/dL. Secara keseluruhan rerata albumin serum ibu hamil 3,29 g/dL. Hasil uji bivariat menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna rerata kadar albumin serum ibu hamil KEK dan tidak KEK (p= 0,000), serta terdapat perbedaan yang bermakna rerata kadar albumin serum ibu hamil dengan asupan protein kurang dan asupan protein cukup (p=0,009).Simpulan: Terdapat pengaruh kurang energi kronik dan asupan protein terhadap kadar albumin serum pada ibu hamil di Kota Bandar Lampung.
Kata kunci: Albumin serum, Ibu hamil, Kurang energi kronik, Protein
iv
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Lampung Timur pada tanggal 22 Juli 1997, sebagai
anak pertama dari 2 bersaudara dari Bapak Ali Mukson dan Ibu Lismiyati.
Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) diselesaikan di TK PWP Rejomulyo
Lamppung Timur pada tahun, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Negeri 1
Rejomulyo Lampung Timur pada tahun, Sekolah Menengah Pertama (SMP)
diselesaikan di SMP Al-Kautsar Bandar Lampung pada tahun dan Sekolah
Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMA Al-Kautsar Bandar Lampung pada
tahun.
Pada tahun 2015, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (SNMPTN) Undangan.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten praktikum
Anatomi tahun 2017-2018 dan aktif berorganisai di Forum Studi Islam (FSI) Ibnu
Sina sebagai sekretaris bidang akademik tahun 2016-2017.
v
----sebuah persembahan sederhana dan rasa terimakasih untuk bapak, ibu, adik dan keluarga besar tercinta.
----berusaha menjadi orang yang lebih baik adalah cara terbaik untuk bersyukur dan menghargai kehidupan.jangan berhenti menjadi orang baik.
i
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi dengan judul “Pengaruh Kurang
Energi Kronik dan Asupan Protein terhadap Kadar Albumin Serum Ibu Hamil di
Kota Bandar Lampung” ini dapat diselesaikan.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mendapat masukan,
bantuan, dorongan, kritik, saran dan bimbingan dari berbagai pihak. Maka pada
kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan rasa
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P. selaku Rektor Universitas Lampung.
2. Dr. dr. Muhartono, M.Kes., Sp.PA, selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung.
3. dr. Dian Isti Angraini, M. P. H, sebagai Pembimbing I yang telah meluangkan
waktu dan tenaga untuk membantu, membimbing, memberi kritik dan saran
dalam penyelesaian skripsi ini serta telah menjadi selayaknya orang tua
selama penulis berada di kampus.
4. dr. Diana Mayasari, M.K.K, sebagai Pembimbing II yang telah meluangkan
waktu dan tenaga untuk membantu, membimbing, memberi kritik dan saran
dalam penyelesaian skripsi ini.
ii
5. Penulis juga berterimakasih kepada dr. Chicy Widya Morfi sebagai
Pembimbing 2 pada penyusunan proposal penelitian.
6. dr. Ratna Dewi Puspita Sari, Sp.OG, sebagai Pembahas yang telah
meluangkan waktu untuk membantu, memberi kritik dan saran dalam
penyelesaian skripsi ini.
7. Ibu hamil yang telah berkenan untuk menjadi responden dalam penelitian ini
sehingga penelitian ini dapat terlaksana.
8. Puskesmas Kemiling, Puskesmas Way Kandis, Puskesmas Kedaton,
Puskesmas Sukaraja, Puskesmas Satelit dan Puskesmas Panjang yang telah
memberi izin, menyediakan tempat dan membantu proses pengambilan data
responden sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.
9. dr. TA Larasati, M.Kes, sebagai pembimbing akademik saya yang telah
membantu dan memberikan dukungan selama masa perkuliahan.
10. dr. Catur Ariwibowo, dr. Anggraeni Janar Wulan, M.Sc, dr. Muhammad
Galih Irianto, Sp. F, dr. Arif Yudho Prabowo dan dr. Anisa Nuraisa Djausal
dan Bapak Habudin yang telah memberikan pelajaran dan bimbingan.
11. Bapak dan ibu di rumah yang selalu memberi dorongan, motivasi, dan
dukungan yang tidak dapat ternilai untuk penulis selama awal perkuliahan
sampai skripsi ini dapat diselesaikan. Terimakasih kepada Zelinda Imroatus
Sholeha, adik yang ikhlas jarang dimasakkan selama penyusan skripsi dan
selalu mendengarkan cerita-cerita penulis.
12. Keluarga besar Ngawi, Lampung dan Banyuwangi yang telah memberikan
segala dukungan dan motivasi kepada penulis.
iii
13. Rima, Dhea, Balqis, Arinda, Widy, Luthfi, Betari, Alfia, Divian dan Ulfi
teman selama perantauan menimba ilmu yang selalu ada untuk membagi kelu
dan kesah perkuliahan. Semoga kita tetap terus bersama dan sukses.
14. Farhandika, Geta, Alsam, Dikyud, Iqbal sebagai manusia yang ternyata sering
saya repotkan dalam berbagai hal. Terimakasih banyak.
15. Tutor Bahagia, kelompok tutorial semester 1 yang sampai sekarang masih
bahagia. Terimakasih telah menjadi orang-orang pertama yang membantu
saya beradaptasi.
16. Asisten dosen anatomi 2017-2018 (Balqis, Luthfi, Agnes, Febri, Wulan,
Fitria, Hanifa, Lidya, Rachma, Iton, Nicho, Norman, Edmundo dan Norman)
teman sepemikiran untuk membagikan ilmu untuk membantu teman
angkatan, kakak dan adik tingkat. Kalian luar biasa.
17. Khalis, Fina, Mimi dan Rachma teman seperbimbingan yang telah membantu
menyelesaikan penelitian. Terimakasih juga kepada dr. Zelta dan dr. Sarah
yang telah membantu dalam pengambilan data.
18. Teman-teman angkatan 2015 atas kebersamaan dan kekompakannya selama
ini. Semoga kita menjadi dokter-dokter yang professional dengan jiwa
kemanusiaan yang tinggi.
19. Adik-adik 2016, 2017 dan 2018, terimakasih atas dukungan dan doanya,
semoga menjadi dokter yang professional.
iv
Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan. Oleh
karena itu penulis mengaharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi
perbaikan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Bandar Lampung, Januari 2018
Penulis
Sonia Anggraini
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ........................................................................................................ i
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah................................................................................ 3
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ibu Hamil……..................................................................................... 6
2.1.1.Definisi Kehamilan ..................................................................... 6
2.1.2.Kebutuhan Gizi Ibu Hamil .......................................................... 7
2.2. Kurang Energi Kronis (KEK)............................................................. 11
2.2.1.Definisi KEK......... ................................................................... 11
2.2.2.Patofisiologi KEK .................................................................... 12
2.2.3.Faktor Risiko KEK ................................................................... 12
2.2.4.Penentuan KEK dengan PengukuranLingkar Lengan Atas (LILA) .................................................... 15
2.2.5.Dampak KEK............................................................................ 18
2.3. Protein……….................................................................................... 18
2.3.1.Definisi dan Klasifikasi Protein................................................. 18
2.3.2.Fungsi Protein........ ................................................................... 20
2.3.3.Pencernaan dan Absorbsi Protein .............................................. 21
ii
2.3.4.Kebutuhan Asupan Protein Ibu Hamil....................................... 22
2.3.5.Penilaian Konsumsi Pangan Individu Metode Semi Quantitative Food Frequency Quitionare (SQ-FFQ) ..................................... 22
2.4. Albumin Serum.................................................................................. 27
2.4.1.Definisi Albumin .................................................................... 27
2.4.2.Fungsi Albumin .................................................................... 27
2.4.3.Metabolisme Albumin .............................................................. 28
2.4.4.Pemeriksaan Albumin Serum.................................................... 29
2.5. Hubungan Albumin Serum dengan Status KEK dan Asupan Protein Ibu Hamil………… ................................................................................. 31
2.6. Kerangka Teori .................................................................................. 33
2.7. Kerangka Konsep............................................................................... 34
2.8. Hipotesis……… ................................................................................ 34
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ............................................................................... 35
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 35
3.2.1 Tempat Penelitian .................................................................... 35
3.2.2 Waktu Penelitian .................................................................... 35
3.3 Populasi dan Sampel .......................................................................... 36
3.3.1 Populasi..................................................................................... 36
3.3.2 Sampel..................... ................................................................. 36
3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel..................................................... 37
3.3.4 Kiteria Penelitian .................................................................... 37
3.4 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel ..................... 38
3.4.1 Identifkasi Variabel................................................................... 38
3.4.2 Definisi Operasional Variabel ................................................... 38
3.5 Instrumen Penelitian dan Alur Penelitian ........................................... 39
3.5.1 Instrumen Penelitian ................................................................. 39
3.5.2 Alur Penelitian........ .................................................................. 40
3.6. Pengolahan dan Analisis Data ............................................................ 42
3.6.1.Pengolahan Data.... ................................................................... 42
3.6.2.Analisis Data............................................................................. 42
3.7. Etika Penelitian.................................................................................. 44
iii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil…………................................................................................... 45
4.1.1.Karakteristik Responden berdasarkan Usia................................ 45
4.1.2.Analisis Univariat .................................................................... 46
4.1.3.Analisis Bivariat..... .................................................................. 48
4.2. Pembahasan….. ................................................................................. 50
4.2.1.Karakteristik Responden berdasarkan Usia................................ 50
4.2.2.Analisis Univariat... .................................................................. 52
4.2.3.Analisis Bivariat... .................................................................... 58
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan .......................................................................................... 64
5.2. Saran…….......................................................................................... 65
5.3. Keterbatasan Penelitian...................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 66
LAMPIRAN
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar ...... Halaman
1. Klasifikasi struktur protein.......................................................................... 19
2. Kerangka teori……..................................................................................... 32
3. Kerangka konsep......................................................................................... 33
4. Alur penelitian………................................................................................. 40
v
DAFTAR TABEL
Tabel ............... Halaman
1. Angka kecukupan gizi (AKG) ibu hamil ....................................................... 7
2. Status gizi berdasarkan IMT.......................................................................... 8
3. Klasifikasi KEK menurut IMT (kg/m2)....................................................... 11
4. Klasifikasi KEK menurut LILA (cm) .......................................................... 11
5. Definisi operasional variabel ....................................................................... 37
6. Distribusi frekuensi ibu hamil berdasarkan usia........................................... 44
7. Distribusi frekuensi ibu hamil berdasarkan trimester ................................... 45
8. Distribusi frekuensi status gizi ibu hamil..................................................... 45
9. Distribusi frekuensi asupan protein ibu hamil.............................................. 45
10. Hasil uji normalitas data albumin serum ..................................................... 46
11. Sebaran data kadar albumin serum ibu hamil............................................... 46
12. Tabulasi silang status gizi terhadap kadar albumin serum............................ 47
13. Perbedaan rerata kadar albumin serum berdasarkan status gizi .................... 47
14. Tabulasi silang asupan protein terhadap kadar albumin serum ibu hamil ..... 48
15. Perbedaan rerata kadar albumin serum berdasarkan asupan protein ............. 48
16. Sumber protein responden........................................................................... 55
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1Lampiran 2Lampiran 3Lampiran 4Lampiran 5Lampiran 6Lampiran 7Lampiran 8Lampiran 9Lampiran 10Lampiran 11
Ethical clearenceSurat izin penelitian fakultasSurat izin penelitian dinas kesehatanSurat izin penelitian KesbangpolPenjelasan PenelitianLembar informed consentFormulir penilaian konsumsi pangan SQ-FFQTabulasi data respondenUji statistik SPSSFoto kegiatanLog book penelitian
BAB IPENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kurang Energi Kronik atau KEK masih menjadi salah satu masalah gizi
utama wanita hamil di Indonesia selain anemia zat besi, kekurangan vitamin
A dan gangguan akibat kekurangan Yodium (Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, 2013). Menurut United Nations Children’s Fund
(UNICEF), lebih dari sepertiga wanita usia subur di Indonesia memiliki
asupan energi dan protein yang tidak adekuat sehingga memengaruhi status
gizinya. Status gizi wanita usia subur sebelum maupun selama kehamilan
berakibat langsung pada berat anak saat lahir (UNICEF Indonesia, 2012).
World Health Organization (WHO) memperkirakan prevalensi Berat Bayi
Lahir Rendah (BBLR) sebesar 15% sampai 20% diseluruh dunia dan 96%
kejadian BBLR terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia (WHO,
2014).
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, prevalensi wanita usia subur
(WUS) yang berisiko KEK pada usia 15-19 tahun sebesar 38,5% untuk yang
hamil dan yang sebesar 46,6% untuk yang tidak hamil, pada usia 20-24
tahun sebesar 30,1% yang hamil dan sebesar 30,6% yang tidak hamil, pada
2
usia 25-29 tahun sebesar 20,9% yang hamil dan 19,3% yang tidak hamil,
serta pada usia 30-34 tahun sebesar 21,4% yang hamil dan 13,6% yang tidak
hamil (Kemenkes RI, 2013).
Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013 diatas dapat disimpulkan prevalensi
WUS 15-49 tahun yang mengalami KEK adalah 20,8% dan prevalensi KEK
pada wanita hamil sebesar 24,2% (Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, 2013). Prevalensi KEK wanita hamil di provinsi Lampung
sebesar 21,3% yang masuk kedalam kategori masalah kesehatan masyarakat
karena prevalensinya kebih dari 20% (Dinas Kesehatan Provinsi Lampung,
2016; World Health Organization, 2001).
Bandar Lampung merupakan salah satu kota yang berada di provinsi
Lampung yang memiliki prevalensi KEK wanita Hamil sebesar 24,5%.
Angka ini melebih dari rata-rata provinsi Lampung yaitu 21,3%. KEK pada
wanita hamil di Bandar Lampung masih menjadi masalah gizi utama yang
harus diselesaikan oleh semua pihak yang terkait karena masalah gizi
masyarakat masih menjadi isu pokok dalam pembangunan kesehatan di
Provinsi Lampung (Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2016). Dinas
Kesehatan Kota Bandar Lampung menyebutkan terdapat 1197 ibu hamil di
Bandar Lampung yang mengalami KEK (Dinas Kesehatan Kota Bandar
Lampung, 2017).
Kurang Energi Kronik (KEK) merupakan suatu keadaan dimana terjadi
kekurangan asupan energi dan protein secara terus menerus sehingga dapat
menurunkan kadar protein dalam darah (Almatsier, 2009). Albumin
3
merupakan protein terbesar presentasenya dalam tubuh yaitu sebesar 60%
sehingga penurunan albumin dapat menandakan kekurangan protein yang
berat (Baron, 1990).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Furqi (2016) salah satu faktor yang
berhubungan dengan kejadia KEK pada ibu hamil adalah asupan protein
dengan nilai p= 0,003 (p<0,01). Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh
Kusuma (2014) terdapat hubungan antara asupan protein dengan kadar
albumin dengan nilai p= 0,030 (p<0,05) (Kusuma, 2014). Penelitian lebih
lanjut mengenai hubungan secara langsung KEK dengan serum albumin
maupun asupan protein dengan serum albumin pada ibu hamil belum pernah
dilakukan sebelumnya. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tetarik
untuk melakukan penelitian tentang pengaruh kurang energi kronik dan
asupan protein terhadap kadar albumin serum pada ibu hamil di Kota
Bandar Lampung.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka rumusan masalah
penelitian ini, ”Bagaimana pengaruh kurang energi kronik dan asupan
protein terhadap kadar albumin serum pada ibu hamil di Kota Bandar
Lampung?”
4
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh kurang energi kronik dan asupan protein
terhadap kadar albumin serum pada ibu hamil di Kota Bandar
Lampung.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran rerata kadar albumin serum ibu hamil di
Kota Bandar Lampung.
2. Mengetahui gambaran asupan protein ibu hamil di Kota Bandar
Lampung.
3. Menganalisis perbedaan rerata kadar albumin serum ibu hamil
KEK dan ibu hamil tidak KEK di Kota Bandar Lampung.
4. Menganalisis perbedaan rerata kadar albumin serum ibu hamil
dengan asupan protein rendah dan cukup di Kota Bandar
Lampung.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Pelayanan Kesehatan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan evaluasi
mengenai pencegahan kejadian kekurangan energi kronik pada ibu
hamil sehingga dapat menurunkan angka prevalensinya.
5
1.4.2. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan memberi pengalaman dan menambah
wawasan peneliti dalam penerapan ilmu yang telah didapatkan
selama perkuliahan.
1.4.3. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini diharapkan menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya
yang ingin meneliti lebih lanjut.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ibu Hamil
2.1.1.Definisi Kehamilan
Federasi Obstetri Ginekologi Internasional mendefinisikan kehamilan
sebagai fertilisasi atau penyatuan ovum dan spermatozoa yang akan
selanjutnya akan terjadi nidasi atau implantasi (Prawirohardjo, 2008).
Sedangkan menurut Saifuddin (2008) kehamilan didefinisikan suatu
masa yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin dihitung dari
hari pertama haid terakhir.
Ibu hamil merupakan salah satu kelompok WUS yaitu wanita usia
subur dengan usia 19-49 tahun. Kehamilan yang baik untuk wanita
usia subur berkisar 20-35 tahun dengan puncak masa kesuburan pada
20-29 tahun dimana memiliki kesempatan 95% untuk hamil dan turun
presentasenya menjadi 90% saat memasuki usia 30 tahun.
Kesempatan hamil akan terus berkurang saat memasuki usia 40 tahun
menjadi 40% dan terus berkurang menjadi 10% setelahnya (WHO,
2009).
7
2.1.2.Kebutuhan Gizi Ibu Hamil
Adapun angka kecukupan gizi ibu hamil berbeda dengan wanita yang
tidak hamil dimana terdapat penambahan angka kecukupan gizi
sebagaimana dalam Tabel 1 mengenai Angka Kecukupan Gizi (AKG)
ibu hamil.
Tabel 1. Angka kecukupan gizi (AKG) ibu hamilZat Gizi Kebutuhan Wanita
Tidak HamilKebutuhan Wanita
HamilEnergi 1900 kal (19-24 tahun)
1800 kal (30-49 tahun)Trimester:I + 180 kalII,III + 300 kal
Protein 50 g + 17 gVitamin A 500 mikrogram RE + 300 mikrogram REVitamin D 5 mikrogram/hr -Vitamin B1 0,5 mg + 0,4 mgNiasin 14 mg + 4 mgVitamin B6 1,3 mg + 0,4 mgVitamin B12 2,4 mikrogram + 0,2 mikrogramAsam Folat 400 mikrogram + 200 mikrogramVitamin C 75 mg/hr + 10 mgYodium/Y 150 mikrogram + 50 mikrogramZat Besi/Fe 26 mg Trimester:
II + 9 mgIII + 13 mg
Seng/Zn 9 mg Trimester:I + 1,7 mgII + 4,2 mgIII + 9,8 mg
Selenium/Se 30 mikrogram + 5 mikrogramKalsum/Ca 800 mg + 150 mgSumber: Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 2004
1. Energi
Umumnya seorang ibu hamil akan bertambah berat badannya
sampai12,5 kg, tergantung dari berat badan sebelum hamil. Rata-
rata ibu hamil memerlukan tambahan 300 kkal/hari atau sekitar
15% lebih dari keadaan normal (tidak hamil) atau membutuhkan
2.800-3.000 kkal makanan sehari. Menurut angka kecukupan gizi
8
tahun 2004, penambahan kebutuhan energi perhari bagi ibu hamil
pada trimester I adalah 180 kkal, trimester II dan III masing-
masing 300 kkal. Total kalori yang dibutuhkan untuk mendapatkan
kenaikan berat badan 12,5 kg kira-kira sekitar 80.000 kkal dari
jumlah tersebut sebanyak 36.000 kkal digunakan untuk
pembakaran dan 44.000 kkal sisanya untuk pembuatan jaringan
baru (Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 2004).
Penambahan berat badan pada ibu hamil trimester II dan III adalah
0,4 Kg/minggu untuk berat badan normal, 0,3 Kg/minggu untuk ibu
hamil dengan berat badan overweight atau gemuk dan 0,5
Kg/minggu untuk ibu hamil yang berada dalam kategori
underweight atau kurus (Barasi, 2007). Adapun kategori status gizi
berdasarkan IMT (Indeks Massa Tubuh) sebagai berikut:
Tabel 2. Status gizi berdasarkan IMTNilai Status Gizi Kesimpulan
<17,0 Gizi kurang Sangat kurus17,0-18,5 Kurang Kurus18,5-25,0 Baik Normal25,0-27,0 Lebih Gemuk>27,0 Lebih Sangat gemukSumber: (Rukiyah, 2009)
2. Protein
Ibu hamil memerlukan konsumsi protein lebih banyak dari
biasanya. Berdasarkan angka kecukupan gizi tahun 2004, selama
hamil ibu memerlukan tambahan protein sebesar 17 gram perhari.
Pemenuhan protein bersumber hewani lebih besar dari pada
kebutuhan protein nabati, sehingga ikan, telur, daging, susu perlu
9
lebih banyak dikonsumsi dbandingkan tahu, tempe dan kacang. Hal
ini disebabkan karena struktur protein hewani lebih muda dicerna
dari pada protein nabati (Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi,
2004).
3. Vitamin
Vitamin A dibutuhkan oleh ibu hamil oleh ibu hamil namun tidak
boleh berlebihan karena dapat menimbulkan cacat bawaan. Vitamin
B12 bersama dengan asam folat berperan dalam sentesis DNA dan
memudahkan pertumbuhan sel. Vitamin ini juga penting untuk
fungsi sel dalam sumsum tulang, sistem persarafan dan saluran
cerna. Kebutuhan B12 sebesar 3 g perhari yang dapat diperoleh
dari hati, telur, ikan, kerang, daging, unggas, susu dan keju.
Kekurangan vitamin D pada ibu hamil akan mengakibatkan
gangguan metabolisme kalsium pada ibu dan janin. Gangguan
dapat berupa hipokalsemi, tetani pada bayi baru lahir dan
osteomalasia pada ibu. Sumber vitamin D yang utama adalah sinar
matahari (Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 2004).
4. Asam Folat
Kebutuhan asam folat selama hamil menjadi dua kali lipat. Asam
folat dibutuhkan untuk perkembangan sel-sel muda, pematangan
sel darah merah, sintesis DNA dan metabolisme energi.
Kekurangan asam folat juga berkaitan dengan Berat Bayi Lahir
Rendah (BBLR). Kebutuhan asam folat untuk trimester I sebanyak
280 kg, trimester II 660 kg dan trimester III 470 kg. Jenis makanan
10
yang mengandung asam folat yaitu ragi, brokoli, sayuran hijau,
asparagus dan kacang-kacangan (Widya Karya Nasional Pangan
dan Gizi, 2004).
5. Zat besi
Kebutuhan akan zat besi pada perempuan hamil meningkat hingga
200-300 %. Pemberian dilakukan selama trimester II dan III dan
dianjurkan untuk menelan 30-60 mg tiap hari mulai minggu ke 12
kehamilan sampai selama 3 bulan (Widya Karya Nasional Pangan
dan Gizi, 2004).
6. Yodium
Yodium dapat diperoleh dari air minum dan sumber bahan
makanan laut. Kekurangan yodium pada ibu hamil akan
mengakibatkan janin mengalami hipotiroid yang berkembang
menjadi kretinisme juga dapat menyebabkan bayi lahir mati.
Asupan yang dianjurkan adalah 200 g . Kebutuhan yodium dapat
dipenuhi dengan mengkonsumsi garam beryodium serta konsumsi
bahan makanan yang bersumber dari laut (Widya Karya Nasional
Pangan dan Gizi, 2004).
7. Serat
Kebutuhan serat bagi ibu hamil juga harus diperhatikan, karena
selain memberikan rasa kenyang lebih lama, juga dibutuhkan untuk
11
memperlancar sistem pencernaan sehingga dapat mencegah
sembelit. Serat dapat diperoleh dari sayuran, buah-buahan, serelia
atau padi-padian, kacang-kacangan, gandum, beras dan olahannya
(Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 2004).
2.2. Kurang Energi Kronis (KEK)
2.2.1.Definisi KEK
Kurang Energi Kronik (KEK) merupakan suatu keadaan dimana
terjadi kekurangan asupan energi dan protein secara terus menerus
dalam hal ini pada ibu hamil yang dapat memengaruhi kesehatan ibu.
Kondisi demikian yang terjadi dalam waktu yang lama menyebabkan
perubahan pada indeks pengukuran (Almatsier, 2009). Indeks
pengukuran yang dimaksud adalah Indeks Massa Tubuh (IMT) dan
Lingkar Lengan Atas (LILA) berada dibawah normal yang dapat
dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.
Tabel 3. Klasifikasi KEK berdasarkan IMT (kg/m2)Klasifikasi IMT (kg/m2)
Normal >18,5Tingkat I 17-18,4Tingkat II 16-16,9Tingkat III <16
Sumber: Arisman, 2010
Tabel 4. Klasifikasi KEK berdasarkan LILA (cm)Klasifikasi LILA (cm)
Normal ≥23,5KEK <23,5
Sumber: Supariasa dkk, 2012
12
2.2.2.Patofisiologi KEK
Patofisiologi penyakit gizi kurang terjadi melalui lima tahapan yaitu:
pertama, ketidakcukupan zat gizi. Apabila ketidakcukupan zat gizi ini
berlangsung lama maka persediaan atau cadangan jaringan akan
digunakan untuk memenuhi ketidakcukupan itu. Kedua, jika keadaan
ini berlangsung dalam waktu yang lama maka akan terjadi
kemerosotan atau kemunduran jaringan, hal ini ditandai dengan
tejadinya penurunan berat badan. Ketiga, terjadi perubahan biokimia
dalam tubuh yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan laboratorium
terkait. Keempat, terjadi perubahan fungsi tubuh yang ditandai dengan
tanda yang khas. Kelima, akan terjadi perubahan anatomi tubuh yang
dapat dilihat dari munculnya tanda klasik dimana tanda ini merupakan
tahap akhir dari kekurangan gizi (Supariasa dkk, 2012).
2.2.3.Faktor Risiko KEK
Kekurangan energi kronik dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
sebagai berikut:
1. Asupan Makan
Asupan makanan adalah sejumlah makanan yang dikonsumsi
seseorang dengan tujuan untuk mendapatkan sejumlah zat gizi yang
dibutuhkan oleh tubuh. Tiap zat gizi yang masuk akan memberikan
fungsi yang penting bagi tubuh, misalnya sebagai sumber tenaga
yang dapat digunakan untuk menjalankan aktivitas (Almatsier,
2009).
13
Status gizi yang baik terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi
yang digunakan secara efisien sehingga memungkinkan
pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan
kesehatan secara umum. Sedangkan gangguan gizi disebabkan oleh
faktor primer, apabila susunan makanan seseorang salah dalam segi
kuantitas maupun kualitas yang disebabkan oleh kurangnya
penyediaan pangan, kemiskinan, ketidaktahuan, kebiasaan makan
yang salah dan faktor sekunder yang menyebabkan zat-zat gizi
tidak sampai di sel-sel tubuh setelah makanan dikonsumsi
(Almatsier, 2009).
Asupan energi ibu hamil dapat memengaruhi kejadian kekurangan
energi kronik (KEK) sesuai dengan penelitian Surasih (2006)
dimana ibu dengan asupan energi yang rendah dapat meningkatkan
resiko mengalamai KEK dengan nilai p=0,0000.
Asupan protein ibu hamil juga dapat memengaruhi kejadian
kekurangan energi kronik (KEK) sesuai dengan penelitian (Furqi &
Saptorini, 2016) dimana asupan protein yang rendah dapat
meningkatkan risiko ibu mengalami KEK dengan nilai p=0,003.
Sedangkan jenis proteinnya sendiri seperti sumber protein hewani
maupun nabati tidak berpengaruh terhadap kejadian KEK pada ibu
hamil dengan nilai p=0,559.
2. Umur Ibu Hamil
14
Ibu yang hamil pada umur yang terlalu muda dan terlalu tua dapat
menyebabkan meningkatnya risiko mengalami KEK dengan
p=0,002 dimana hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh (Furqi & Saptorini, 2016) dimana umur yang beresiko adalah
<20 tahun dan >35 tahun sehingga ibu yang akan hamil disarankan
berada pada kisaran umur 20-35 tahun untuk mengurangi resiko
KEK.
3. Pendidikan Ibu Hamil
Pendidikan yang dimiliki oleh ibu hamil memiliki pengaruh
terhadap kejadian KEK dengan p=0,0001 sebagaimana dalam
penelitian yang dilakukan oleh (Furqi & Saptorini, 2016) dimana
ibu dengan pendidikan lebih tinggi akan menurunkan resiko
terjadinya KEK sehingga disarankan bagi ibu yang tidak lulu
SD/SMP/SMP atau sederajat dapat meningkatkan pengetahuannya
mengenai pemenuhan gizi selama kehamilan.
4. Status Gizi sebelum Hamil
Sama halnya dengan status gizi sebelum hamil, faktor ini memiliki
pengaruh terhadap terjadinya KEK sesuai dengan penelitian (Furqi
& Saptorini, 2016) dengan nilai p=0,002 saat masa kehamilan
sehingga disarankan untuk wanita usia subur yang merencanakan
kehamilan untuk menjaga berat badan dalam kategori normal.
15
5. Penyakit Infeksi
Penyakit infeksi (infectious disease), yang disebut juga
transmissible disease atau communicable disease adalah penyakit
yang gejala gejala penyakitnya terjadi akibat infeksi. Penyakit
infeksi dan keadaan gizi memiliki hubungan yang erat dimana
penyakit infeksi dapat memperburuk keadaan gizi dan sebaliknya
keadaan gizi yang buruk dapat mempermudah seseorang mendapat
penyakit infeksi (Shafique, 2007; Sinarmata, 2008).
Gizi kurang secara langsung disebabkan oleh penyakit dan
makanan. Ibu yang mendapat cukup asupan makanan tetapi
seringkali menderita penyakit, akan memungkinkan menderirita
gizi kurang pada akhirnya. Hal demikian juga berlaku untuk ibu
yang tidak memperoleh cukup asupan makanan, daya tahan
tubuhnya akan lemah dan mudah terserang penyakit seperti
penyakit infeksi (Supariasa dkk, 2012).
2.2.4.Penentuan KEK dengan Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)
Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) adalah pengukuran sederhana
untuk menilai adanya malnutrisi energi protein karena massa otot
merupakan indeks cadangan protein, serta sensitif terhadap perubahan
kecil pada otot yang terjadi, misalnya bila jatuh sakit (Hastuti, 2012).
Pengukuran LILA merupakan pengukuran status gizi yang lebih
mudah dan praktis karena hanya menggunakan satu alat ukur yaitu
pita LILA. Ambang batas LILA untuk risiko KEK adalah 23,5 cm
16
dengan sensitivitas 63% dan spesifisitas 92%. Pada wanita hamil
LILA digunakan untuk menilai atau mengetahui risiko KEK.
Penggunaan ini disebabkan sebagian besar wanita hamil tidak
mengetahui berat badan prahamil sehingga indeks masa tubuh (IMT)
prahamil tidak dapat diukur. Pengukuran IMT tidak dapat dijadikan
sebagai alat ukur untuk mengetahui risiko KEK karena berkaitan
dengan penambahan berat badan saat kehamilan (Ariyani dkk, 2012).
Beberapa tujuan pengukuran LILA adalah dalam hal ini mencakup
masalah ibu hamil. Adapun tujuannya tersebut adalah:
a. Mengetahui risiko KEK ibu hamil untuk menapis ibu hamil yang
mempunyai risiko melahirkan bayi berat badan lahir rendah
(BBLR).
b. Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih
berperan dalam pencegahan dan penanggulangan KEK.
c. Mengembangkan gagasan baru di kalangan masyarakat dengan
tujuan meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak.
d. Meningkatkan peran petugas lintas sektoral dalam upaya
perbaikan gizi ibu hamil yang menderita KEK.
e. Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran ibu
hamil yang menderita KEK (Supariasa dkk, 2012).
Pengukuran LILA dilakukan melalui urutan-urutan yang telah
ditetapkan. Ada 7 (tujuh) urutan pengukuran LILA, yaitu:
17
1) Tetapkan posisi bahu dan siku
2) Letakkan pita antara bahu dan siku
3) Tentukan titik tengah lengan
4) Lingkarkan pita LILA pada tengah lengan
5) Pita jangan terlalu ketat
6) Pita jangan terlalu longgar
7) Cara pembacaan skala yang benar (Supariasa dkk, 2012).
Hal-hal yang penting dalam pengukuran LILA adalah pengukuran
dilakukan dibagian tengah antara bahu dan siku lengan kiri (kecuali
orang kidal diukur di lengan kanan). Lengan harus dalam posisi bebas,
lengan baju dan otot lengan dalam keadaan tidak tegang atau kencang.
Alat pengukur dalam keadaan baik dalam arti tidak kusut atau sudah
dilipat-lipat sehingga permukaannya sudah tidak rata. Adapun
keuntungan indeks LILA/U yaitu (1) indikator yang baik untuk
menilai KEK dan KEP berat, (2) alat ukur murah, sangat ringan, da
dapat dibuat sendiri, (3) alat dapat diberi kode warna untuk
menentukan tingkat keadaan gizi, sehingga dapat digunakan oleh yang
tidak dapat membaca dan menulis. Sedangkan kelemahan indeks
LILA/U yaitu (1) hanya dapat mengidentifikasi wanita dengan KEK
dan anak dengan KEP berat, (2) sulit menentukan ambang batas, (3)
sulit digunaka untuk melihat pertumbuhan anak terutama anak usia
dua sampai lima tahun yang perubahannya tidak nampak nyata
(Supariasa dkk, 2012).
18
2.2.5.Dampak KEK
Kekurangan energi kronis sebelum masa kehamilan dalam waktu yang
lama dan selama kehamilan akan meningkatkan risiko ibu melahirkan
bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), anemia pada bayi baru
lahir, mudah terinfeksi baik ibu maupun janin, abortus, dan
terhambatnya pertumbuhan otak janin (Muliawati, 2012).
Sedangkan menurut Pratiwi (2012) kurang energi kronis pada masa
usia subur khususnya masa persiapan kehamilan maupun saat
kehamilan dapat berakibat persalinan sulit dan lama, persalinan
sebelum waktunya dan pendarahan setelah persalinan. Serta terhadap
janin pengaruhnya dapat menimbulkan abortus, kematian neonatal,
cacat bawaa n, anemia pada bayi, dan bayi berat lahir rendah (BBLR).
2.3. Protein
2.3.1.Definisi dan Klasifikasi Protein
Protein merupakan makromolekul yang tersusun atas rantai asam
amino tunggal yang terhubung oleh ikatan peptida. Ikatan ini terjadi
umumnya melalui ikatan hydrogen antara atom oksigen dan nitrogen,
atau melalui interaksi antar-ratai samping. Asam amino yang
membentuk protein mentukan identitas dan fungsi protein dimana
terdapat 20 jenis asam amino yang tergabung dalam jumlah bervariasi
antara 50 sampai 1000 unit dalam setiap protein (Barasi, 2007).
Protein dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk dan strukturnya.
berdasarkan bentuknya protein dibagi menjadi protein serat dan
19
protein globular. Protein serat atau fibrous merupakan jenis protein
yang tidak larut dalam air dan ikatan polipeptidanya membentuk serat
atau untain panjang yang relatif sama satu dengan yang lainya dan
fungsinya lebih kepada fungsi struktural tubuh. Protein globular
merupakan jenis protein yang lebih larut dalam air dan ikatan
polipeptidanya membentuk bulatan yang fungsinya lebih menonjol
pada fungsi metabolik tubuh (Murray, Granner & Rodwell, 2009;
Totrora & Derrickson, 2012).
Klasifikasi protein berdasarkan strukturnya membagi protein menjadi
empat jenis struktur yaitu struktur primer, struktur sekunder, struktur
tersier, dan struktur kuartener. Protein dengan struktur primer
merupakan protein yang rantai polipeptidanya hanya membentuk
sekuens dari asam amino. Protein struktur sekunder perupakan rantai
polipeptida yang mengalami proses pemutaran yang akan membentuk
rangkaian heliks alfa dan proses pelipatan yang akan membentuk
rangkaian lembar beta. Protein struktur tersier merupan protein yang
rantai polipeptidanya membentuk bentuk tiga dimensi sedangkan
protein struktur sekunder merupakan gabungan dua atau lebih rantai
polipeptida (Murray, Granner & Rodwell, 2009; Totrora &
Derrickson, 2012).
20
Gambar 1. Klasifikasi struktur protein(sumber: Totrora & Derrickson, 2012)
2.3.2.Fungsi Protein
Protein memiliki fungsi yang beragam bagi tubuh. Setelah melalui
proses pencernaan, persediaan asam amino dari protein terutama
digunakan untuk sintesis dan pergantian atau turn over endogen.
Fungsi lain protein dalam tubuh yaitu berperan dalam homeostasis
hormon, reseptor, keseimbangan asam dan basa, fungi imunitas,
integritas usus, neurotransmitter, dan keseimbangan cairan. Selain
berperan dalam homeostasis, protein berperan dalam pembentukan
faktor pembekuan darah, sebagai molekul pembawa, sebagai senyawa
pembentuk enzim yang berfungsi untuk pencernaan, sintesis, produksi
energi dan proteksi serta berperan dalam proses pertumbuhan dan
pemeliharaan berbagai struktur tubuh (Barasi, 2007).
21
2.3.3.Pencernaan dan Absorbsi Protein
Sebagian besar protein akan dicerna menjadi asam amino, selebihnya
menjadi tripeptida dan dipeptide. Pencernaan protein dimulai dari
lambung. Asam klorida atau HCl membuat protein mengalami proses
denaturasi dimana gulungan protein akan membuka sehingga dapat
dipecah ikatan polipeptidanya oleh enzim proteolitik. Selain itu HCl
juga mengubah enzim pepsinogen yang produksi oleh mukosa
lambung menjadi pepsin. Setelah melalui pencernaan di lambung,
protein kemudian dicerna dalam usus halus oleh enzim-enzim
proteolitik yang dihasilkan oleh mukosa usus halus maupun dari
pankreas. Pankreas menghasilkan beberapa enzim seperti tripsinogen
yang akan diatifkan menjadi tripsin oleh enterokinase yang diproduksi
mukosa usus halus setelah terdapat rangsangan kimus. Fungsi dari
tripsin adalah untuk memutus rantai polipeptida yang memiliki asam
amino terminal basa dan mengatifkan enzim lain yang berasal dari
pankreas seperti kimotripsinogen. Kimotripsinogen berfungsi
memutus rantai polipeptida yang memiliki asam amino terminal
netral. Endopeptidase merupakan salah salah satu enzim yang
dihasilkan oleh pankreas yang akan diaktifkan oleh enterokinase yang
berfungsi menyerang ikatan didalam rantai peptide. Usus halus
memproduksi aminopeptidase yang memecah rantai tripeptida dan
dipeptide secara sempurna menjadi asam amino bebas dan
memproduksi enterokinase yang mengaktifkan tripsin dan
endopeptidase.
22
Hasil akhir dari pencernaan protein terutama asam amino akan segera
diabsorbsi dalam waktu 15 menit setelah makan kedalam kapiler
darah usus halus. Proses absorbsi berlangsung melalui difusi pasif
maupun transport aktif yang tergantung natrium. asam amino yang
diabsorbsi memasuki kapiler darah melalui vena porta dibawa ke hati.
Sebagian asam amino digunakan oleh hati, dan sebagian lagi dibawa
oleh sirkulasi tubuh ke sel-sel jaringan (Barasi, 2007).
2.3.4.Kebutuhan Asupan Protein Ibu Hamil
Asupan protein merupakan jenis dan jumlah protein yang dikonsumsi
seseorang pada waktu tertentu. Ibu hamil memerlukan konsumsi
protein lebih banyak dari biasanya. Berdasarkan angka kecukupan gizi
tahun 2004, selama hamil ibu memerlukan tambahan protein sebesar
17 gram perhari sehingga menjadi 67 gram perhari dan tetap
memenuhi syarat 10-15% dari seluruh kebutuhan kalori tubuh.
Pemenuhan protein bersumber hewani lebih besar dari pada kebutuhan
protein nabati dengan perbandingan 2:1, sehingga ikan, telur, daging,
susu perlu lebih banyak dikonsumsi dbandingkan tahu, tempe dan
kacang. Hal ini disebabkan karena struktur protein hewani lebih muda
dicerna dari pada protein nabati (Widya Karya Nasional Pangan dan
Gizi, 2004; Supariasa dkk, 2012).
2.3.5.Penilaian Konsumsi Pangan Individu Metode Semi Quantitative Food
Frequency Quitionare (SQ-FFQ)
Konsumsi pangan individual dinilai dengan beberapa metode yaitu
secara garis besar terdiri dari metode konsumsi harian kuantitatif dan
23
kualitatif atau gabungan keduanya. Metode-metode tersebut yaitu food
recall, food record, food weighing, metode diet history, dan metode
food frequency (Supariasa dkk, 2012).
Metode semi-quantitative food frequency quitionare (SQ-FFQ) adalah
metode untuk mengetahui kebiasaan asupan makanan individu dalam
waktu tertentu. Pada dasarnya metode ini sama dengan metode
frekuensi yaitu digunakan untuk memperoleh data frekuensi konsumsi
sejumlah makanan atau bahan makanan selama periode tertentu, yang
membedakan adalah responden juga ditanyakan mengenai Ukuran
Rumah Tangga (URT) atau berat dalam gram pada setiap makanan
yang dikonsumsi selama periode waktu tertentu sehingga dapat
diketahui asupan gizinya dengan bantuan Daftar Komposisi Bahan
Makanan (DKBM). Sebelum dilakukan wawancara dengan responden,
sama seperti metode frekuensi pangan, peneliti melakuakn survey
terlebih dahulu untuk menentukan daftar makanan yang akan
dicantumkan ke dalam kuisioner. Langkah-langkah metode ini adalah
sebagai berikut:
1) Wawancara responden dengan menanyakan frekuensi jenis
makanan sumber zat gizi dalam harian, mingguan, bulanan,
atau tahunan.
2) Menanyakan URT dan porsinya pada setiap makanan.
3) Mengonversi URT kedalam ukuran berat atau gram.
4) Mengonversi semua frequensi daftar makanan untuk perhari.
24
5) Mengalikan frekuensi perhari dengan ukuran berat sehingga
didapatkan konsumsi dalam gram/hari.
6) Cek kembali untuk memastikan tidak terjadi kesalahan.
7) Bandingkan dengan AKG (Fahmida & Dilon, 2007).
Kelebihan dari metode ini adalah dapat mengetahui asupan
mikronutrien secara retrospektif, data yang dihasilkan berupa data
kualitatif dan kuantitatif, dan dapat menjelaskan hubungan antara
penyakit dan kebiasan makan. Kekurangan dari metode ini adalah
prosenya yang panjang sejak survey bahan makanan setempat,
menjemukan bagi pewawancara dan memerlukan kejujuran responden
(Fahmida & Dilon, 2007).
Metode lain yang dapat gunakan dalam penilaian konsumsi pangan
individu menurut Supariasa, dkk (2012), yaitu:
1. Metode food recall 2x24
Penilaian konsumsi pangan individu menggunakan metode
food recall 2x24 jam dilakukan dengan mencatat jenis dan
jumlah makanan yang dikonsumsi pada periode 2x24 jam yang
lalu dengan meminta responden menceritakan semua yang
dimakan dan diminum selama 2x24 jam yang lalu.
Metode food recaal 2x24 jam memiliki beberapa kelebihan
dan kekurangan. Kelebihan metode ini adalah Mudah
Melaksanakannya dan tidak membebani responden, biaya
relatif murah, tidak memerlukan peralatan khusus, prosesnya
25
cepat sehingga dapat mencakup banyak responden dan dapat
memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi
individu sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari.
Kekurangan dari metode ini adalah bila hanya dilakukan sekali
tidak dapat menggambarkan asupan makanan sehari-hari,
ketepatan hanya bergantung pada daya ingat responden. Oleh
karenanya responden harus mempunyai daya ingat yang baik
sehingga metode ini tidak cocok untuk responden usia di
bawah 7 tahun, di atas 70 tahun dan responden yang hilang
ingatan atau orang yang pelupa (Rahmawati 2011).
2. Metode estimated food record
Metode ini disebut juga dengan metode food record atau
dietary record. Metode ini digunakan untuk mencatat jumlah
yang dikonsumsi dimana responden diminta untuk mencatat
semua makanan dan minuman serta cara pengolahannya
sebelum makan dalam skala Ukuran Rumah Tangga (URT)
atau dengan menimbang dalam satuan gram.
Kelebihan dari metode ini adalah murah dan cepat, dapat
menjangkau sampel dengan jumlah besar, dapat mengetahui
konsumsi zat gizi sehari dan hasilnya lebih akurat. Kekurangan
metode ini adalah terlalu membebani responden, tidak bisa
digunakan untuk responden yang buta huruf dan sangat
tergantung pada kejujuran responden.
26
3. Metode penimbangan (food weighing)
Metode penimbangan dilakukan dengan menimbang makanan
yang berlangsung beberapa hari tergantung dari tujuan.
Kelebihan dari metode ini adalah data yang diperoleh lebih
akurat dan teliti sedangkan kekurangan metode ini
memerlukan waktu yang lama dan cukup mahal. Penimbangan
yang dilakukan dalam waktu yang lama dapat mengubah
kebiasaan makan responden serta memerlukan tenaga
pengumpul data harus terlatih dan terampil.
4. Metode diet history
Metode ini merupakan jenis kualitatif dimana memberikan
gambaran pola konsumsi berdasarkan pengamatan dalam
waktu yang cukup lama. Kelebihan dari metode ini adalah
dapat memberikan gambaran konsumsi pada periode yang
panjang dan biaya relatif murah. Kekurangan metode ini
adalah membebani baik responden maupum peneliti, tidak
cocok untuk survey besar dan data yang dihasilkan hanya
kualitatif.
5. Metode frekuensi makanan (food frequency)
Metode frekuensi pangan digunkaan untuk memperoleh data
frekuensi konsumsi sejumlah makanan atau bahan makanan
selama periode tertentu dimana bahan makanan yang
tercantum dalam kuisioner adalah yang sering dikonsumsi di
27
daerah tempat respponden tinggal. Data yang diperoleh dari
metode ini merupakan data kualitatif.
Kelebihan dari metode ini adalah relatif murah dan sederhana,
dapat dilakukan sendiri oleh responden, tidak membutuhkan
latihan khusus. Kekurangan dari metode ini adalah tidak dapat
mengitung intake zat gizi selama satu hari, menjemukan bagi
pewawancara, perlu dilakukan percobaan terlebih dahulu untuk
membuat daftar makanan dalam kuisioner dan memerlukan
kejujuran responden.
2.4. Albumin Serum
2.4.1. Definisi Albumin
Albumin merupakan protein utama dan yang paling banyak dalam
plasma manusia dimana menyusun sekitar 60% dari total protein
plasma. Albumin yang merupakan salah satu bentuk protein globular
ini terdiri atas satu rantai polipeptida yang tersusun dari 585 asam
amino dan memiliki sifat mudah larut dalam air. Albumin memiliki
bentuk elips dimana bentuk ini tidak banyak meningkatkan
viskositas plasma disbanding dengan molekul yang memanjang
seperti fibrinogen (Murray, Granner, & Rodwell, 2009).
2.4.2. Fungsi Albumin
Albumin merupakan sebuah molekul dengan massa yang rendah dan
mempunyai konsentrasi yang cukup tinggi sehingga albumin 75-80%
bertanggungjawab dari keseluruhan tekanan osmotik plasma
28
manusia. Fungsi penting albumin yang lain adalah sebagai protein
pengikat terhadap kalsium, beberapa hormone steroid, asam lemak
bebas (free fatty acid) dan bilirubin (Murray, Granner & Rodwell,
2009; Harvey & Ferrier, 2011).
2.4.3. Metabolisme Albumin
Albumin dalam tubuh manusia 100-200 mikrogram per hari
dimetabolisme atau disintesa oleh jaringan hati yang kemudian akan
didistrbusikan keseluruh tubuh secara ekstravaskuler ke otot, kulit,
dan jaringan lain serta didistribusikan kedalam plasma secara
intravaskuler. Untuk keperluan ekstravaskuler albumin disintesa di
poliribosom yang berikatan dengan retikulum endoplasma
sedangankan untuk keperluan intravaskuler albumin disintesa di
polisom bebas (Murray, Granner & Rodwell, 2009; Harvey &
Ferrier, 2011).
Sintesa albumin ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu asupan
nutrisi asam amino, kerja hormon dan adanya suatu penyakit yang
dialami oleh seseorang. Asupan nutrisi yang dimaksud adalah
makanan yang banyak mengandung asam amino sebgai bentuk
sederhana dari protein dimana asam amino yang dapat merangsang
pembentukan albumin adalah triptofan, lisin, ortinin, arginine,
prolin, treonin dan fenilanin. Hormon yang berpengaruh dalam
merangsng pembentukan albumin adalah insulin, growth hormone,
korteks adrenal dan testosteron. Sedangkan penyakit yang
menyebabkan terganggunya sintesa albumin adalah penyakit hati
29
kronis, ginjal, dan orang yang kekurangan gizi atau malnutrisi
(Murray, Granner & Rodwell, 2009).
2.4.4. Pemeriksaan Albumin Serum
Pemeriksaan protein dibagi dalam dua bagian pokok, yaitu protein
somatik yang terdapat di otot skeletal dan protein viseral yang
terdapat di hati, ginjal, pankreas, jantung, eritrosit, granulosit, dan
limfosit dimana perbandingan keduanya dalam tubuh sebesar 75%
dan 25%. Rujukan penilaian protein menggunkan serum dimana
tidak melibatkan fibrinogen yang termasuk protein plasma. Hal ini
dikarenakan protein plasma dianggap mudah dipengaruhi kadarnya
seperti pada saat kontriksi vena yang berlangsung lama karena
pengumpulan darah sehingga terjadi peningkatan 10-15%.
Sedangkan berbaring lama dapat merendahkan protein plasma
sekitar 10% (Baron, 1990).
Albumin merupakan komponen utama dari protein serum total dalam
individu yang sehat. Serum albumin diuji dalam sebagian besar
laboratorium klinik dengan analisa kolorimetri dengan metode
penguat warna (dye-binding method) yang menggunakan bromocesol
green. Serum albumin berikatan secara spesifik dengan bromocesol
green untuk membentuk senyawa BCG albumin biru yang menyerap
secara maksimal pada 600 nm. Albumin serum sesorang dikatakan
normal jika berada pada kisaran nilai rujukan yaitu 3,5-5 g/dL.
Dikatakan hipoalbuminemia jika kurang dari nilai rujukan, dan
hiperalbuminemia jika lebih dari nilai rujukan. Adapun langkah
30
pemeriksaan serum albumin menggunakan metode penguat warna
(dye-binding method) yang menggunakan bromocesol green adalah
sebagai berikut:
1. Berilah label setiap tabung uji , yaitu kosong, standar, referensi,
pool, dan setiap objek uji.
2. Tambahkan 5,0 ml reagen celup penyangga pada masing-masing
tabung.
3. Pada tabung kosong tambahkan 20 uL air distilasi terionisasi.
Pada tabung standar tambahkan 20 uL larutan standar. Pada
tabung referensi 20 uL larutan referensi. Pada tabung pool
tambahkan 20 uL serum pool. Untuk masing-masing subjek uji
tambahkan 20 uL serum uji.
4. Campurkan masing-masing isi tabung secara merata, dan
biarkan pada posisi berdiri selama 2 menit.
5. Pindahkan masing-masing isi tabung pada cuvet.
6. Tempatkan spektofotometer pada panjang gelombang 600 nm.
7. Aturlah pada titik nol dengan menggunakan reagen blank.
8. Baca dan catat penyerapan (Supariasa dkk., 2012).
Pemeriksaan serum albumin juga dapat dilakukan dengan metode
presipitasi, eletroforesa, ultrasentrifugasi, dan metode imunologik.
Metode presipitasi kurang efektif digunakan karena terkadang
digunakan sebagai tes fungsi hati. pemeriksaan serum albumin
menggunakan metode elektroforesa membutuhkan waktu yang lama
dan alat yang mahal. Metode lain yaitu ultrasentrifugasi lebih
31
dikhususkan untuk memeriksa kemurnian jenis fraksi protein dalam
menentukan berat molekul serta menganalisa paraprotein dan
lipoprotein. Sedangkan metode imunologik digunakan untuk
memeriksa protein yang lebih spesifik seperti kelompok
immunoglobulin (Baron, 1990; Supariasa dkk., 2012).
2.5. Hubungan Albumin Serum dengan Status KEK dan Asupan Protein
Ibu Hamil
Belum terdapat penelitian secara langsung yang menghubungkan antara
kadar albumin serum dengan status KEK ibu hamil. Melainkan penelitian
yang dilakukan secara terpisah yaitu penelitian yang menghubungkan
asupan protein dengan kadar albumin serum dan penelitian yang
menghubungkan asupan protein dengan status KEK pada Ibu hamil.
Penelitian yang dilakukan Kusuma (2014) menunjukan bahwa terdapat
hubungan antara asupan protein dengan kadar albumin pasien kanker
dimana semakin tinggi asupan protein subjek penelitian maka semakin
tinggi kadar albumin serum subjek dengan p value sebesar 0,03 (<0,05). Hal
ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh MacLennan (1977) yang
menyebutkan bahwa terdapat korelasi antara intake protein dengan kadar
albumin serum baik pada pria maupun wanita dewasa tua.
Sedangkan hubungan antara asupan protein dengan status KEK telah banyak
dijelaskan seperti penelitian yang dilakukan oleh Agustian (2010) tentang
hubungan asupan protein dan kejadia KEK di Kecamatan Jebres, Surakarta
yang menunjukan hasil terdapat hubungan yang signifikan diantara
32
keduanya dengan nilai p=0,017. Selain itu hasil yang sama juga ditunjukan
oleh penelitian yang dilakukan Furqi dan Saptorini (2016) mengenai faktor-
faktor yang memengaruhi kejadian KEK pada ibu hamil di Puskesmas
Halmahera, Semarang dimana asupan protein menjadi salah satu variabel
yang diteliti dan menunjukan hasil p=0,003 yang berarti asupan protein
berhubungan dengan kejadian KEK.
33
2.6. Kerangka Teori
Gambar 2. Dikembangkan dari UNICEF (2013), Furqi & Saptorini (2016), Muliawati (2012) dan Pratiwi (2012) dengan modifikasi.
Keterangan:
variabel yang diteliti
variabel yang tidak diteliti
Penyebab langsungdan tidak langsung
Komplikasi
Penyakit Infeksi
Bayi
Anemia
Perdarahan antepartum
Infeksi
Prematur
Partus lama
Perdrahan postpartum
Abortus
BBLR
Anemia
Cacat kongenital
Kematian neonatal
Ibu
Persalinan
Asupanmakan
1. Protein2. Energi
Umur ibu<20 tahun, >35 tahun
Pendidikan ibu
Status gizi sebelum
hamil
Albumin
KEK ibu hamilLILA <23,5 cm
Preeklamsia
34
2.7. Kerangka Konsep
Gambar 3. Kerangka konsep
2.8. Hipotesis
H0:
1. Tidak terdapat perbedaan rerata kadar albumin serum ibu hamil
dengan KEK dan ibu hamil tidak KEK di Kota Bandar Lampung.
2. Tidak terdapat perbedaan rerata kadar albumin serum ibu hamil
dengan asupan protein kurang dan ibu hamil dengan asupan protein
cukup di Kota Bandar Lampung.
Ha:
1. Terdapat perbedaan rerata kadar albumin serum ibu hamil dengan
KEK dan ibu hamil tidak KEK di Kota Bandar Lampung.
2. Terdapat perbedaan rerata kadar albumin serum ibu hamil dengan
asupan protein kurang dan ibu hamil dengan asupan protein cukup di
Kota Bandar Lampung.
Variabel bebas Variabel terikat
Serum albumin
Kurang energi kronik
Asupan protein
35
BAB IIIMETODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik observasi dengan desain
penelitian cross sectional yaitu peneliti akan mempelajari pengaruh KEK
dan asupan protein terhadap rerata kadar albumin serum ibu hamil di Kota
Bandar Lampung.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di enam puskesmas di Bandar Lampung, yaitu
Puskesmas Satelit dengan prevalensi KEK sebesar 12%, Puskesmas
Panjang dengan prevalensi 11%, Puskesmas Sukaraja dengan
prevalensi KEK sebesar 6,4%, Puskesmas Kedaton dengan
prevalensi KEK sebesar 3,4%, Puskesmas Kemiling dengan
prevalensi KEK 3,5% dan Puskesmas Way Kandis 1,6% (Dinas
Kesehatan Kota Bandar Lampung, 2017).
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai Desember 2018.
36
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi target pada penelitian ini adalah semua ibu hamil..
Sedangkan populasi terjangkau dari penelitian ini ada ibu hamil di
Kota Bandar Lampung yang berada di wilayah kerja Puskesmas
Satelit, Puskesmas Panjang, Puskesmas Kedaton, Puskesmas
Kemiling dan Puskesmas Way Kandis.
3.3.2 Sampel
Sampel penelitian dihitung dengan rumus penentuan besar sampel
analitik komparatif numerik tidak berpasangan satu kali pengukuran
sebagai berikut:
? = 2(Zα+ Zβ)?(?? − ? ? )?
Keterangan:
? : besar sampel minimal
Zα : derivat baku kesalahan tipe I (α), α yang digunakan adalah
0,05 sehingga Zα=1,96
Zβ : derivat baku kesalahan tipe II (β) dengan kekuatan uji
penelitian 95% sehingga Zβ=1,64
S : simpangan baku kadar albumin pada penelitian Mardalena
(2017) yaitu 0,33
?? − ? ? : perkiraan selisih minimal rerata yang dianggap bermakna
? = 2(1,96 + 0,84) 0,370,26?
? = 2(1,036)0,26?
37
? = 7,96 ?n = 63,3 (63 sampel)
Dari hasil perhitungan menggunakan rumus, maka sampel minimal
untuk penelitian ini sebanyak 63 orang . Untuk menghindari drop out
sampel ditambah sebanyak 10% sehingga menjadi 70 sampel.
3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel diambil dengan metode purposive sampling yaitu
pengambilan sampel dimana anggota populasi yang ditemui dan
memenuhi kriteria penelitian dan sesuai dengan tujuan atau
karakteristik yang ditentukan oleh peneliti menjadi sampel dalam
penelitian. Sampel diambil dari 5 puskesmas di Bandar Lampung
yaitu Puskesmas Satelit, Puskesmas Panjang, dan Puskesmas Way
Kandis, Puskesmas Kedaton dan Puskesmas Kemiling
(Sastroasmoro, 1995).
3.3.4 Kiteria Penelitian
3.4.4.1 Kriteria Inklusi
a. Ibu hamil trimester I dan II.
b. Responden bersedia menjadi subjek penelitian dengan
mengisi lembar informed consent.
c. Berdomisili tetap.
38
3.4.4.2 Kriteria Eksklusi
a. Responden yang merupakan vegetarian.
b. Responden yang menderita diabetes melitus, penyakit
hati, penyakit ginjal dan preeklamsia.
c. Responden yang data kuisionernya tidak lengkap.
3.4 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel
3.4.1 Identifkasi Variabel
Variabel independen pada penelitian ini adalah status KEK yang
ditentukan dari pengukuran LILA dan asupan protein ibu hamil yang
menjadi subjek penelitian sedangkan variabel dependen pada
penelitian adalah nilai albumin serum.
3.4.2 Definisi Operasional Variabel
Tabel 5. Definisi operasional variabel
No. VariabelDefinisi Operasional
Cara Ukur InstrumenHasil Ukur
Skala
1. KEK Suatu keadaan kekurangan asupan energidan protein secara terus menerus dalam hal ini pada ibu hamil yang dapat memengaruhi kesehatan ibu(Almatsier, 2009).
Mengukur lingkar lengan atas ibu hamil
Pita LILA 1. Ya, jika ukuran LILA <23,5 cm
2. Tidak, jika ukuran LILA ≥23,5 cm(Supariasa dkk, 2012)
Ordinal
2. Asupan protein
Asupan protein merupakan jenis dan jumlah protein yang dikonsumsi
Wawancara Formulir kuisioner SQ-FFQ
1. Kurang, jika <67g/hari
Ordinal
39
seseorang pada waktu tertentu(Supariasa dkk., 2012).
2. Cukup, jika >67g/hari(Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 2004)
3. Albumin serum
Albumin yang terdapat dalam serum total (Supariasa dkk., 2012).
Mengambil darah vena ibu hamil untuk diperiksakan nilai albumin serumnya
Set pemeriksaan albumin serum metode bromcresolgreen
(n) gr/dL Rasio
3.5 Instrumen Penelitian dan Alur Penelitian
3.5.1 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah:
a. Alat tulis.
b. Pita LILA
c. Kuisioner
d. Tourniquet
e. Spuit
f. Tabung darah dengan antikoagulan
g. Set pemeriksaan albumin serum metode bromcresol (tabung
reaksi, reagen celup penyangga, air distilasi terionisasi,
larutan standar, serum referensi, serum pool, reagen blank,
spektofotometer).
40
3.5.2 Alur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan terlebih dahulu memilih populasi
terjangkau yaitu ibu hamil yang berada di wiliayah kerja Puskesmas
Panjang, Puskesmas Satelit, Puskesmas Kedaton, Puskesmas
Kemiling dan Puskesmas Way Kandis. Selanjutnya melakukan
pendataan ke puskesmas tersebut untuk mengelompokkan sampel
yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Tahap selanjutnya adalah pertemuan dengan subyek penelitian di
masing-masing puskesmas untuk melakukan informed consent. Pada
tahap ini peneliti menyampaikan maksud dan tujuan penelitian serta
menjelaskan risiko-risiko yang mungkin dapat merugikan subyek
penelitian.
Setelah dilakuakan informed consent, penelitian dilanjutkan dengan
melakukan pengkuruan LILA dan pengisian kuisioner SQ-FFQ yang
didampingi oleh peneliti. Setelah menyelesaikan tahap pengisian
kuisioner SQ-FFQ dilanjutkan dengan pengambilan darah vena
sebanyak 3 cc yang dilakukan oleh dokter sebagai tenaga kesehatan
ahli. Darah yang sudah diambil kemudian dimasukkan kedalam
tabung yang telah diberi antikoagulan dan diberikan label subyek
penelitian. Tahap selanjutnya adalah mengirimkan darah vena
tersebut ke laboratorium untuk diperiksakan kadar serum
albuminnya. Hasil dari pengisian kuisioner SQ-FFQ dan
pemeriksaan serum albumin selanjutnya akan dianalisis
menggunakan program statistik SPSS.
41
Adapun alur penelitian ini adalah sebagaimana dalam Gambar 4.
Gambar 4. Alur penelitian
Populasi
Informed Consent
Pengambilan darah vena
Kriteria inklusi dan eksklusi
Jumlah sampel
Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)
Pemeriksaan albumin serum di laboratorium
Analisis data
Wawancara SQ FFQ
Pembuatan Laporan
Publikasi
42
3.6. Pengolahan dan Analisis Data
3.6.1. Pengolahan Data
Data yang didapatkan dalam bentuk tabel akan diolah menggunakan
software komputer. Proses pengolahan data sebagai berikut:
1. Editing, pengecekan data pada kuesioner.
2. Koding, menerjemahkan data yang terkumpul selama penelitian
ke dalam kode yang sesuai.
3. Entry data, memasukkan data ke dalam software.
4. Cleaning, pengecekan ulang data.
3.6.2. Analisis Data
3.6.2.1. Analisis univariat
Melihat penyebaran data variabel independen dan variabel
dependen termasuk normal atau tidak normal dalam
bentuk tabel menggunakan uji Kolmogorov smirnov. Jika
data tidak terdistribusi normal maka dilakukan metode
logaritma. Selain melakukan uji normalitas analisis
univariat juga menentukan menentukan data deskriptif
pada setiap variabel yang diuji.
3.6.2.2. Analisis bivariat
Analisis bivariat yang digunakan untuk melihat apakah
ada perbedaan rerata kadar albumin serum antara
kelompok ibu hamil KEK dan ibu hamil yang tidak KEK
dan perbedaan rerata kadar albumin serum antara asupan
43
protein yang kurang dan cukup menggunakan uji analisis
statistik independent T test dengan derajat kepercayaan
95% (α=5%).
Sebelum dilakukan uji t test sebelumnya dilakukan uji
kesamaan atau homogenitas dengan F test. Jika varian
sama atau homogen maka uji t menggunakan Equal
Variance Assumed dan jika varian berbeda atau tidak
homogen menggunakan Equal Variance Not Assumed.
Kesimpulan uji analisis statistik ini meggunakan kriteria
probabilitas dan perbandingan nilai t hitung dengan t tabel.
Jika dalam uji statistik didapatkan p <0,05 dan t hitung > t
tabel maka Ho ditolak dengan kesimpulan terdapat
perbedaan rerata kadar albumin antara dua kelompok dan
jika didapatkan p >0,05 dan t hitung < t tabel maka Ho
diterima dengan kesimpulan tidak terdapat perbedaan
rerata kadar albumin antara dua kelompok.
Jika dalam uji normalitas sebelumya data tidak
terdistribusi normal bahkan setelah dilakukan metode
logaritma maka alternatif uji bivariat yang digunakan
adalah uji mann-whitney (Notoadmojo, 2010).
44
3.7. Etika Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel darah vena responden
yang dilakukan oleh petugas dan pengukuran LILA menggunakan pita
LILA serta wawancara SQ FFQ dengan terlebih dahulu menyetujui lembar
informed consent. Penelitian ini telah disetujui oleh Komisi Etik Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung dengan nomor surat:
5019/UN26.18/PP.05.02.00/2018. Surat Keterangan Etika penelitian ini
terlampir pada bagian lampiran skripsi.
64
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Simpulan yang didapat setelah dilakukan penelitian ini adalah:
1. Rerata kadar albumin serum ibu hamil di Kota Bandar Lampung sebesar
3,29 g/dL.
2. Jumlah ibu hamil di Kota Bandar Lampung dengan asupan protein
kurang sebesar 34,3% sedangkan ibu hamil dengan asupan protein cukup
sebesar 65,7%.
3. Terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik rerata kadar albumin
serum ibu hamil KEK dan ibu hamil tidak KEK di Kota Bandar
Lampung dengan rerata kadar albumin serum pada ibu hamil KEK
sebesar 3,12 dan ibu hamil tidak KEK sebesar 3,45 dengan p value 0,000
(<0,05).
4. Terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik rerata kadar albumin
serum ibu hamil dengan asupan protein kurang dan ibu hamil dengan
asupan protein cukup di Kota Bandar Lampung dengan rerata kadar
albumin serum ibu hamil asupan protein kurang sebesar 3,17 g/dL dan
ibu hamil 3,37 g/dL dengan p value 0,009 (<0,05).
65
5.2. Saran
1. Bagi peneliti selanjutnya perlu dilakukan penelitian kualitatif lebih lanjut
mengenai kebiasan makan ibu hamil yang mempengaruhi status gizi ibu
hamil.
2. Bagi ibu hamil:
a. Ibu hamil sebaiknya rutin melakukan pemeriksaan Ante Natal Care
(ANC) dan konseling gizi di puskesmas agar dapat diketahui faktor-
faktor penyulit kehamilan dan diberikan penanganan.
b. Ibu hamil sebaiknya meningkatkan kesadaran dalam memenuhi
kebutuhan energi dan protein agar memiliki status gizi yang baik dan
kadar albumin yang normal.
3. Bagi puskesmas dan tenaga kesehatan perlu memberikan edukasi dan
pendampingan yang berkelanjutan mengenai KEK pada ibu hamil serta
pemenuhan nutrisi selama kehamilan untuk mengurangi prevalensi KEK
di Kota Bandar Lampung.
5.3. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan yang perlu disampaikan
sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian berikutnya yaitu:
1. Memerlukan kemampuan mengingat responden dalam pengisian
kuisioner SQ-FFQ sehingga dikhawatirkan terjadi bias recall.
2. Pengisian kuisioner SQ-FFQ bergantung kepada kejujuran responden
sehingga dikhawatirkan terjadi bias informasi.
66
DAFTAR PUSTAKA
Agustian EN. 2010. Hubungan Antara Asupan Protein dengan Kekurangan Energi
Kronik (KEK) Pada Ibu Hamil di Kecamatan Jebres Surakarta [Skripsi].
Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Akirov A, Masri-Iraqi H, Atamna A, Shimon I. 2017. Low Albumin Levels are
Associated with Mortality Risk in Hospital Patients. AJM.
130(12):1465.e11-1465.e19.
Allison SP, Lobo DN. 2000. Debate: Albumin Administration Should Not be
Avoided. Critcal Care. 4(3):147-150.
Almatsier S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Arisman. 2010. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Ariyani DE, Achadi EL, Irawati A. 2012. Validitas Lingkar Lengan Atas
Mendeteksi Risiko Kekurangan Energi Kronis pada Wanita Indonesia.
Kesmas. 7(2):83-90
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2014. Studi Diet Total: Survei
Konsumsi Makan Individu Indonesia 2014. Jakarta: Balitbangkes.
Barasi M. 2007. Nutrition at A Glance. Oxford: Blackwell Publishing.
Baron DN. 1990. Kapita Selekta Patologi Klinik. Edisi ke-4. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung. 2017. Profil Kesehatan Kota Bandar
Lampung Tahun 2016. Bandar Lampung: Dinkes Kota Bandar Lampung.
67
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. 2016. Profil Kesehatan Provinsi Lampung
Tahun 2016. Lampung: Dinkes Provinsi Lampung.
Ellizabeth A. 2007. The Effects of Dietary Protein and Age on Albumin and The
Skeletal Muscle Transcript Profile [Dissertation]. Indiana: Purdue
University.
Fahmida D, Dillon DHS. 2007. Handbook Nutritional Assessment. Jakarta:
SEAMEO-TROPMED RCCN Universitas Indonesia.
Fenuku RIA. 1982. Serum Total Protein, Albumin and Globulin of Pregnant and
Lactating Ghananian Women. Journal of Tropical Pediatrics. 28(4):193-195.
Furqi AN. 2016. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Kekurangan
Energi Kronik (KEK) Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Halmahera [Skripsi].
Semarang: Univesitas Dian Nuswantoro.
Ghazali BA, Al-Taei AA, Hameed RJ. 2014. Study of clinical significance of
serum albumin levels in preeclamsia and in the detection of its severity.
AJBM. 2(8):964-974.
Harvey R, Ferrier D. 2011. Lippincott Systematic Review: Biochemistry. 5th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Hastuti I. 2012. Alokasi Pengeluaran Pangan dan Asupan Makan Sebagai Faktor
Resiko Kejadian Kurang Energi Kronis (KEK) pada Calon Pengantin Wanita
Di Kabupaten Bantul [Skripsi]. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Jessica L, Esther S, Rebecca W, Thomas E. 2015. Serum Albumin and
Prealbumin in Calorically Restricted, Nondiseased Individuals: A Systematic
Review. AJM. 128(9):1023.e1-1023.e-22.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2013. Jakarta: Kemenkes RI.
Knudsen VK, Orozova B, Mikkelsen TB, Wolff S, Ossen SF. 2008. Major Dietary
Pattern in Pregnancy and Fetal Growth. EJCN. 62(4):463-470.
Kusuma HS, Maghfiroh, Bintanah S. 2014. Hubungan Asupan Protein dan Kadar
68
Albumin Pada Pasien Kanker Di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah
Semarang. Jurnal Gizi Universitas Muhammadiyah Semarang. 3(2):43–52.
Kuyuza M, Izawa S, Enoki H, Okada K, Iguchi A. 2007. Is Serum Albumin A
Good Marker for Malnutrition in Physically Impaired Elderly?. Clinical
Nutrition. 26(1):84-90.
MacLennan WJ, Martin P, Mason BJ. 1977. Protein Intake and Serum Albumin
Levels in The Elderly. Gerontology. 23(5):360–67. Tersedia di
(http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/852664).
Mardalena I, Istianah U, Sucipto H, Ratnaningsih E. 2017. Booklet Nutrisi
Meningkatkan Asupan Makan dan Kadar Albumin pada Pasien Bedah yang
Berisiko Malnutrisi. JNKI. 5(1):76-81.
Muliawati S. 2012. Faktor Penyebab Ibu Hamil Kurang Energi Kronis Di
Puskesmas Sambi Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali Tahun 2012.
INFOKES. 3(3):40-50.
Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. 2009. Biokima Harper. 27th ed. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Nadesul H. 2008. Cara Menjadi Perempuan. Jakarta: PT Kompas Media
Nusantara.
Notoadmojo S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Pratiwi AT. 2012. Hubungan Antara Pengetahuan Gizi dengan Kejadian KEK
pada Ibu Hamil Trimester I Di Puskesmas Pamotan Kabupaten Rembang
Tahun 2011 [Skripsi]. Semarang: Universitas Muhammadiyah.
Prawirohardjo S. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Rukiyah AY. 2009. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). 1st ed. Jakarta: Trans Info
Media.
Saifuddin. 2008. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
69
Sastroasmoro S. 1995. Pemilihan Subyek Penelitian. in Dasar-Dasar Metodologi
Penelitian Klinis. Jakarta: Binarupa Aksara.
Seong WJ, Chong GO, Hong DG, Lee TH, Lee YS, Cho YI, et al. 2010. Clinical
significance of serum albumin level in pregnancy-related hypertension.
JOGR. 36(6):1165-1173.
Shafique S, Akhter N, Stalkamp G, Pee SD, Panagides D, Bloem MW. 2007.
Trends of Under- and Overweight Among Rural and Urban Poor Women
Indicate Dhe double Burden of Malnutrition in Bangladesh. IJE. 36(2):449-
57
Simarmata M. 2008. Hubungan Pola Konsumsi, Ketesediaan Pangan,
Pengetahuan Gizi dan Status Kesehatan dengan Kejadian KEK pada Ibu
Hamil di Kabupaten Simalungun Medan [Skripsi]. Medan: Universitas
Sumatera Utara
Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I. 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Surasih H. 2006. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Keadaan Kurang
Energi Kronis (KEK) pada Ibu Hamil di Kabupaten Banjarnegara Tahun
2005 [Skripsi]. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Syari M, Serudji J, Mariati U. 2015. Peran Asupan Zat Gizi Makronutrien Ibu
Hamil terhadap Berat Badan Bayi Lahir di Kota Padang. JKA. 4(3):729-736
Tortora GJ, Derrickson B. 2012. Principles of Anatomy & Physiology. 13th ed.
United States of America: John Wiley & Sons, Inc.
UNICEF Indonesia. 2012. Ringkasan Kajian: Gizi Ibu Dan Anak. Jakarta:
UNICEF Indonesia.
UNICEF. 2013. Improving Child Nutrition: The Achievable Imperative for
Global Progress. New York: UNICEF.
Watanabe M, higasyiyama A, Kobuko Y, Onno Y, Okayama A, Okamura T.
2010. Protein Intakes and Serum Albumin Levels in Japanese General
70
Population: NIPPON DATA90. Journal of Epidemiology. 20(3):S531-S536.
WHO. 2001. Iron deficiemcy Anemia Assessment Prevention and Control: A
Guide for Programe Manager. Geneva: World Health Organization.
WHO. 2009. Women and Health: Today’s Evidence, Tomorrow Agenda Chapter
4. Geneva: World Health Organization.
WHO. 2014. WHO Global Nutrition Targets 2025: Low Birth Weight Policy
Brief. WHO Publication 1–7. Tersedia di
(http://www.who.int/nutrition/topics/globaltargets_stunting_policybrief.pdf).
Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi. 2004. Ketahanan Pangan dan Gizi Di Era
Otonomi Daerah dan Globalisasi: Program dan Abstrak. Jakarta: LIPI.
Wu G, Fuller W, Bazer, Timothy A, Cudd. 2004. Maternal Nutrition and Fetal
Development. JN. 134(9):2169-2172.