pengaruh lingkungan tumbuh yang berbeda terhadap … · perlakuan aksesi memberi pengaruh yang...
TRANSCRIPT
PENGARUH LINGKUNGAN TUMBUH YANG BERBEDA
TERHADAP KUALITAS BUAH STROBERI
(Fragaria x ananassa Duch.)
Oleh :
DOLYNA H. M. D.
A00499045
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
PENGARUH LINGKUNGAN TUMBUH YANG BERBEDA
TERHADAP KUALITAS BUAH STROBERI
(Fragaria x ananassa Duch.)
Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh :
DOLYNA H. M. D.
A00499045
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian : Pengaruh Lingkungan Tumbuh yang Berbeda
Terhadap Kualitas Buah Stroberi (Fragaria
ananassa Duch.)
Nama : Dolyna H. M. D.
Nrp : A01400048
Program Studi : Hortikultura
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I
Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, MSc.
NIP. 131 578 794
Menyetujui,
Dosen Pembimbing II
Juang Gema Kartika, SP.
NIP. 132 311 792
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr
NIP. 131 124 019
Tanggal lulus:
RINGKASAN
DOLYNA H. M. D. Pengaruh Lingkungan Tumbuh yang Berbeda Terhadap
Kualitas Buah Stroberi (Fragaria ananassa Duch.). Dibimbing oleh Slamet
Susanto dan Juang Gema Kartika.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh lingkungan tumbuh
yang berbeda terhadap buah stroberi (Fragaria ananassa Duch.) yang dilakukan
mulai bulan Maret 2003 samapai Oktober 2003 kebun pertani stroberi desa
Ciherang, Kecamatan Pacet, Cianjur dengan ketinggian 900 meter dpl. Analisis
laboratorium dilaksanakan di Laboratorium Research Group of Crop
Improvement (RGCI), IPB.
Penelitian ini disusun secara faktorial dengan menggunakan Rancangan
Petak Terbagi (Split Plot) dengan dua faktor. Faktor lingkungan tumbuh dan
faktor aksesi. Faktor lingkungan tumbuh terdiri dari tiga perlakuan, yaitu:
penanaman di lapang, sungkupan dan rumah plastik. Faktor aksesi terdiri dari
perlakuan, yaitu: Cipanas 1 dan Cipanas 2. Pada percobaan ini terdapat enam
kombinasi perlakuan. Masing-masing kombinasi perlakuan terdiri dari delapan
ulangan, sehingga terdapat 48 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdapat
dua tanaman, sehingga jumlah total tanaman yang digunakan adalah 96 tanaman.
Perlakuan perbedaan lingkungan tumbuh memberi pengaruh yang nyata
terhadap parameter vegetatif, yaitu tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah
stolon. Perlakuan Aksesi memberi pengaruh yang nyata terhadap parameter
vegetatif, yaitu tinggi tanaman dan jumlah stolon. Pertumbuhan vegetatif tertinggi
terdapat pada perlakuan Cipanas 1 dan penanaman di lapang. Interaksi antara
lingkungan tumbuh dan aksesi menunjukkan bahwa Cipanas 1 akan memiliki
tinggi batang yang lebih tinggi apabila ditanam di lapang.
Perlakuan perbedaan lingkungan tumbuh memberi pengaruh yang nyata
terhadap produksi dan kualitas buah. Perlakuan berpengaruh nyata terhadap berat
total buah, jumlah total buah, berat rata-rata buah, penyimpanan pada suhu dingin
(0°C-4°C), penyimpanan pada suhu ruang dan pada uji hedonik untuk parameter
rasa dan penerimaan. Perlakuan Aksesi memberi pengaruh yang nyata terhadap
produksi dan kualitas buah berat total buah, jumlah total buah, berat rata-rata
buah, Padatan Terlarut Total (PTT) dan penyimpanan pada suhu ruang.
Pertumbuhan vegetatif tertinggi terdapat pada perlakuan Cipanas 1 dan
penanaman di lapang. Aksesi Cipanas 1 menunjukkan kemampuan untuk
berproduksi lebih tinggi apabila ditanam di lapang.
Kenaikan pertumbuhan vegetatif tanaman pada lingkungan tumbuh dan
aksesi yang berbeda untuk parameter tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah
stolon mempunyai slope kenaikan yang tinggi pada 1-3 BST, sedangkan pada 4
dan 5 BST peningkatan pertumbuhan mempunyai slope yang lebih landai karena
tanaman memasuki pertumbuhan generatif.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 27 Maret 1980. Penulis
merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari Bapak Nasrullah Dahlawy dan
Ibu Nilam Sari.
Pada tahun 1993 penulis lulus dari SD Negeri 2 Lhokseumawe, kemudian
melanjutkan studi di SMP Negeri 1 Lhokseumawe dan lulus pada tahun 1996.
Selanjutnya penulis lulus dari SMU Negeri 1 Lhokseumawe pada tahun 1999.
Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi
Hortikultura, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor melalui jalur UMPTN.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas limpahan
rahmat kekuatan, kasih sayang serta hidayah-Nya jualah penulis dapat
menyelesaikan penelitian ini. Skripsi ini berjudul pengaruh Lingkungan Tumbuh
yang Berbeda Terhadap Kualitas Buah Stroberi (Fragaria ananassa Duch.) dibuat
sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, MSc dan Juang Gema Kartika, SP selaku dosen
pembimbing penulis yang telah memberikan saran dan bimbingan kepada
penulis sejak awal penelitian hingga skripsi ini selesai.
2. Dewi Sukma, SP. MSi selaku dosen penguji atas kritik dan saran yang
diberikan untuk perbaikan skripsi ini.
3. Dr. Ir. Sobir, MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak
memberi masukan dan dorongan dalam studi penulis.
4. Bapak Dadang dan keluarga yang telah memberikan penulis kesempatan
untuk melakukan penelitian di kebun pertanaman beliau di Desa Ciherang,
Kecamatan Pacet, Cianjur.
5. Bapak dan Ibu Dosen pengasuh mata kuliah, beserta kakak-kakak asisten
penulis ucapkan terima kasih atas ilmu dan pengetahuan yang penulis terima.
6. Kepada Bapak, Ibu, Dara dan Dani yang telah memberikan dorongan moril,
materil dan doa yang tiada putus, penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya.
7. Kepada bunda Ida, bunda Ayi dan kak Dewi terima kasih atas dukungan
selama ini.
8. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada sahabat-
sahabatku di Serena, Hortikultura 36, Agronomi 36, Gita, Adnan, Cut Nyak,
Anggun, Adi, Fitri, Eka, Winar, atas dukungan dan bantuannya.
1
9. Teman-teman Onigiri Japan Club, Gong Songo dan alumni kelas unggul
SMUN 1 Lhokseumawe angkatan 99 atas kebersamaan dan persaudaraan yang
telah diberikan selama ini.
10. Teman-teman di Pondok Koe Onny, Maya, Delia, Rangga, Adit, Irawan, Mas
Yongki, Earl Gray-sama, Mony Chan, Saka-tan yang selalu bersabar,
mendukung dan percaya.
11. Teman-teman di IRC-CARDI atas inspirasi tanpa akhir yang telah diberikan.
Juga kepada pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu,
penulis mengucapkan banyak terima kasih. Penulis menyadari laporan ini masih
jauh dari sempurna. Walaupun demikian, mudah-mudahan laporan ini dapat
memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca sekalian. Amin.
Bogor, April 2008
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................. 1
Tujuan .......................................................................................... 2
Hipotesis ...................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA
Taksonomi dan Morfologi .......................................................... 4
Syarat Tumbuh ............................................................................ 6
Media Tanam............................................................................... 7
Lingkungan Tumbuh................................................................... 7
Aksesi........ ................................................................................. 8
Kualitas Buah.............................................................................. 8
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat ....................................................................... 10
Bahan dan Alat ............................................................................ 10
Metode Penelitian ........................................................................ 10
Pelaksanaan Penelitian ............................................................... 11
Pengamatan ................................................................................. 12
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum ............................................................................. 15
Tinggi Batang dan Jumlah Daun..................................................... 16
Jumlah Stolon ................................................................................. 18
Buah ............................................................................................... 20
Hedonik ......................................................................................... 21
Kekerasan, Padatan Terlarut Total (PTT), Total Asam Tertitrasi
(TAT) dan Penyimpanan ............................................................... 22
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .................................................................................... 24
Saran.............................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 25
LAMPIRAN ............................................................................................. 28
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1. Rata-rata Tinggi Tanaman per Tanaman pada Setiap
Perlakuan Lingkungan Tumbuh dan Aksesi .............................. 17
2. Rata-rata Jumlah Daun per Tanaman Pada Setiap
Perlakuan Lingkungan Tumbuh dan Aksesi............................... 18
3. Rata-rata Jumlah Stolon per Tanaman Pada Setiap
Perlakuan Lingkungan Tumbuh dan Aksesi............................... 20
4. Bobot Total Buah Panen, Jumlah Total Buah Panen dan
Bobot Rata-rata Buah per Tanaman pada Setiap
Perlakuan Lingkungan Tumbuh dan Aksesi............................... 21
5. Rata-rata Respon Panelis Terhadap Rasa, Warna, Aroma,
Tekstur dan Penerimaan Buah Dengan Uji Hedonik Pada
Skala 1-7 Pada Setiap Perlakuan Lingkungan Tumbuh
dan Aksesi................................................................................... 22
6. Rata-rata Kekerasan, Kandungan Padatan Terlarut Total,
Total Asam Tertitrasi, Penyimpanan Dingin (0°C-4°C) dan
Suhu Ruang pada Setiap Perlakuan Lingkungan Tumbuh
dan Aksesi................................................................................... 23
Lampiran
1. Formulasi Larutan Nutrisi............................................................. 29
2. Data Iklim Kecamatan Pacet Periode Maret-Oktober 2003........... 29
3. Perkembangan Ekspor Stroberi di Indonesia,
Tahun 2000-2004.......................................................................... 29
4. Sidik Ragam Tinggi Batang.......................................................... 30
5. Sidik Ragam Jumlah Daun............................................................ 30
6. Sidik Ragam Jumlah Stolon.......................................................... 31
7. Sidik Ragam Berat Buah Total, Jumlah Total Buah dan
Berat Rata-rata Buah.................................................................... 32
8. Sidik Ragam Uji Hedonik............................................................. 32
9. Sidik Ragam Rata-rata Kekerasan, PTT, Total Asam Tertitrasi,
Simpan Ruang dan Dingin............................................................ 33
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
1. Pertumbuhan Stroberi Pada Lingkungan yang
Berbeda (a) Lapang (b) Sungkupan (c) Rumah Plastik.................. 15
Lampiran
1. Tinggi Batang Pada Lingkungan Tumbuh yang Berbeda............. 34
2. Tinggi Batang Pada Aksesi yang Berbeda..................................... 34
3. Jumlah Daun Pada Lingkungan Tumbuh yang Berbeda............... 34
4. Jumlah Daun Pada Aksesi yang Berbeda....................................... 35
5. Jumlah Stolon Pada Lingkungan Tumbuh yang Berbeda............. 35
6. Jumlah Stolon Pada Aksesi yang Berbeda.................. .................. 35
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman stroberi merupakan salah satu tanaman buah-buahan yang
mempunyai nilai ekonomi tinggi karena itu banyak dibudidayakan secara
hidroponik. Penanaman stroberi secara hidroponik meningkatkan kuantitas dan
kualitas buah stroberi. Sehingga petani mendapatkan harga jual yang lebih tinggi
daripada penanaman stroberi secara konvensional. Harga buah stroberi terbaik
(grade A) yang ditanam secara konvensional dihargai Rp 30.000/ kg, sedangkan
stroberi ukuran besar yang ditanam secara hidroponik dihargai Rp. 70.000/ kg
(Budiman dan Saraswati, 2006). Selain itu, keuntungan dari hidroponik adalah
tidak memerlukan lahan yang luas dan lingkungan tumbuh tanaman dapat lebih
dikendalikan. Sehingga hidroponik sangat sesuai untuk daerah perkotaaan dimana
lahan untuk pertanian semakin sempit (Nicholls, 1990). Penanaman hidroponik
tidak menggunakan media tanah. Media hidroponik yang digunakan dapat berupa
pasir, kerikil, vermiculite, rockwool, perlit, zeolit dan sabut kelapa (Jensen, 1997).
Stroberi adalah tanaman tahunan (herbaceous perennial). Batang utama
tanaman ini sangat pendek. Daun-daun terbentuk pada buku dan di ketiak setiap
daun terdapat pucuk aksilar (Verheij dan Coronel, 1997). Produktivitas stroberi
sekitar 0.45 kg per tanaman (Rukmana, 1998). Bobot stroberi per buah rata-rata
untuk kelas besar 20g, kelas medium besar 16g, kelas medium kecil 12.5g dan
kelas kecil 4.5g (Budiman dan Saraswati, 2006).
Petani konvensional umumnya menggunakan bibit lokal yang diperbanyak
sendiri dengan stolon. Petani Lembang (Bandung) yang sejak lama menanam
stroberi, menggunakan varietas lokal Benggala dan Nenas yang cocok untuk
dibuat makanan olahan seperti selai. Selain bibit lokal, petani juga menggunakan
beberapa varietas stroberi introduksi dari luar negeri seperti oso grande, pajero,
selva, ostara, tenira, robunda, bogota, elvira, grella, camarosa, earlibrite,
strawberry festival, sweet charlie dan red gantlet (Budiman dan Saraswati, 2006).
Buah stroberi biasa dimakan segar atau diolah menjadi beragam pangan
olahan seperti selai, sirup, yoghurt, es krim dan lain-lain. Kandungan gizi stroberi
2
per 100 g berat buah yang dapat dimakan mengandung energi 140 kJ, Protein
0.8 g, lemak 0.5, karbohidrat 7.6, vitamin C 53 mg, serat 1.7 g dan air 90.6 g
(Verheij dan Coronel, 1997). Selain mempunyai kandungan gizi yang tinggi buah
stroberi juga mengandung ellagic acid, yang merupakan anti toksin, anti radikal
bebas, anti karsinogenik dan anti mutagen (Poincelot, 2004). Bagian yang dapat
dimakan dari buah stroberi mencapai 96% dengan kandungan air mencapai 89.9%
(Rukmana, 1998).
Perkembangan ekspor buah stroberi di Indonesia dari tahun 2000-2004
mencapai rata-rata 3971.4 kg/tahun (BPS, 2004). Hal ini menunjukkan Indonesia
mempunyai potensi untuk mengembangkan tanaman stroberi baik sebagai buah
segar maupun hasil olahannya. Permintaan buah stroberi yang semakin
meninggkatkan menyebabkan diperlukannya upaya intensifikasi budidaya
stroberi. Usaha peningkatan kuantitas dan kualitas produksi stroberi yang
diupayakan oleh petani maupun peneliti diantaranya adalah seleksi kultivar,
penentuan musim tanam, program pemupukan yang sesuai, dan modifikasi
lingkungan tumbuh.
Stroberi merupakan tanaman C3 yang tumbuh baik pada cahaya dengan
intensitas rendah. Modifikasi lingkungan tumbuh dengan sungkupan atau rumah
plastik perlu dipertimbangkan sebagai salah satu upaya untuk memberikan kondisi
lingkungan yang optimum bagi pertumbuhan stroberi.
Seleksi kultivar yang telah dilakukan sampai saat ini telah mendapatkan
beberapa aksesi lokal yang cukup menjanjikan. Penelitian terhadap modifikasi
lingkungan tumbuh pada beberapa aksesi stroberi perlu dilakukan untuk
mendapatkan aksesi terbaik dalam lingkungan tumbuh tertentu.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pertumbuhan dan produksi
aksesi tanaman stroberi pada lingkungan tumbuh yang berbeda.
3
Hipotesis
1. Terdapat perbedaan pertumbuhan dan hasil produksi antara stroberi aksesi
Cipanas 1 dengan stroberi aksesi Cipanas 2.
2. Terdapat perbedaan kualitas buah stroberi yang ditanam dalam lingkungan
yang berbeda.
3. Terdapat interaksi antara lingkungan tumbuh dengan aksesi yang berpengaruh
terhadap produksi dan kualitas buah stroberi.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Taksonomi dan morfologi
Stroberi (Fragaria ananassa Duch.) termasuk divisi Spermatophyta
(tumbuhan berbiji), kelas Angiospermae (berbiji tertutup), subkelas
Dicotyledonae (biji berkeping dua), ordo Rosales, famili Rosaceae, genus Fragaria
(Benson, 1957). Stroberi di luar negeri dikelompokkan ke dalam kategori buah
lunak (soft berry). Tidak hanya stroberi, namun banyak jenis buah lunak lainnya,
seperti blackberry atau brambales (Rubus fruticosus), blueberry (Vaccinium spp.),
currant (Ribes spp.) dan raspberry (Raspberry spp.) (Rukmana, 1998).
Susunan tubuh tanaman stroberi terdiri dari akar, batang, stolon, daun,
bunga, buah dan biji. Sifat morfologis tanaman stroberi adalah sebagai berikut:
1. Akar (Radix)
Stroberi mempunyai perakaran yang dangkal. Akar pada stroberi dewasa
merupakan akar adventif yang menggantikan fungsi dari akar primer (Edmond et.
al., 1979; Staudt, 1999). Akar primer pada stroberi yang merupakan akar
tunggang tidak berkembang dan akan mati. Akar adventif muncul dari ruas-ruas
batang (Edmond et. al., 1979). Tanaman stroberi dewasa pada umumnya
mempunyai 20-35 akar primer, tetapi ada juga jenis yang mempunyai 100 akar
primer (Gunawan, 2003).
2. Batang (Caulis)
Batang tanaman stroberi beruas-ruas pendek dan berbuku-buku. Batang
tanaman banyak mengandung air (herbaceous), tertutupi oleh pelepah daun,
sehingga seolah-olah tampak seperti rumpun tanpa batang (Rukmana, 1998).
Menurut Gunawan (2003) internode pada tanaman stroberi sangat pendek
sehingga jarak daun yang satu dengan yang lainnya sangat kecil dan memberi
penampakan seperti rumpun tanpa batang. Batang utama dan daun yang tersusun
rapat disebut crown. Ukuran crown berbeda-beda menurut umur, tingkat
perkembangan tanaman, kultivar dan kondisi lingkungan pertumbuhan.
5
Tanaman stroberi menghasilkan tiga jenis tunas, yaitu (1) tunas yang
tumbuh menjaditajuk yang disebut crown, (2) tunas yang berkembang menjadi
tunas memanjang yang disebut runner dan (3) tunas yang membentuk tandan
bunga (Edmond et al., 1979).
3. Cabang Merayap (Runner / Stolon)
Stolon adalah cabang kecil yang tumbuh mendatar atau menjalar di atas
permukaan tanah. Penampakan stolon secara visual mirip dengan sulur (Rukmana,
1998). Pada stolon terdapat ruas-ruas. Ruas-ruas dari stolon ini dapat mencapai
belasan sentimeter. Pada ruas terdapat pucuk aksilar yang dilindungi oleh bractae.
Anakan akan membentuk akar pada saat pucuk membentuk daun trifoliate. Akar
dari anakan akan membentuk akar cabang setelah mencapai 2-5 cm (Gunawan,
2003).
Perbanyakan dengan runner paling banyak dilakukan karena runner yang
dihasilkan oleh tanaman stroberi banyak, waktu yang dibutuhkan lebih cepat, sifat
tanaman anakan sama dengan tanaman induk serta lebih murah dan lebih mudah
(Childers, 1973).
4. Daun (Folium)
Daun stroberi tersusun pada tangkai yang berukuran 1.5 -1.7 cm (Verheij
dan Coronel, 1997). Tangkai daun tanaman berbentuk bulat serta seluruh
permukaannya ditumbuhi oleh bulu-bulu halus. Helai daun bersusun tiga
(trifolia), dengan bagian tepi daun bergerigi, permukaan daun berwarna hijau dan
mempunyai berstruktur tipis. Daun dapat bertahan hidup selama 1-3 bulan, dan
kemudian daun akan kering dan mati (Rukmana, 1998). Bentuk, warna dan
ketebalan daun beragam, dipengaruhi oleh kultivar dan faktor lingkungan seperti
panjang hari, intensitas cahaya dan temperatur (Staudt, 1999).
5. Bunga (Flos)
Bunga stroberi tersusun dalam malai (cluster) dan merupakan bunga
hermaprodit. Dalam satu individu bunga terdapat lima atau lebih sepal yang
berwarna hijau, lima atau lebih petal yang berwarna putih, sejumlah stamen dan
6
sejumlah pistil yang menempel pada satu reseptakel yang membesar (Edmond et
al., 1979; Gunawan, 2003).
Bunga primer adalah bunga yang pertama kali mekar pada setiap malai,
kemudian disusul oleh bunga-bunga lainnya. Penyerbukan bunga dibantu oleh
serangga (lebah) dan angin (Rukmana, 1998).
6. Buah (Fructus)
Edmond et al. (1979) dan Gunawan (2003) menyatakan bahwa buah
stroberi yang berwarna merah sebenarnya adalah reseptakel yang membesar,
sedangkan buah sejatinya yang berasal dari ovul berkembang menjadi buah kering
dengan biji keras yang disebut achene. Ashari (1995) dan Gunawan (2003)
menyatakan bahwa buah yang muncul dari bunga primer mempunyai ukuran
paling besar, diikuti oleh buah yang muncul dari bunga sekunder, tersier dan
kuartener.
Pada daerah tropik pembungaan stroberi bisa berlangsung sepanjang
tahun. Namun demikian, pada musim hujan panennya kurang bagus karena
pertumbuhan yang lambat, rendahnya penyerbukan dan banyak terjadi kebusukan
buah (Choopong dan Verheij, 1997).
7. Biji (Semen)
Biji stroberi berukuran kecil, pada setiap buah menghasilkan banyak biji.
Biji berukuran kecil terletak di antara daging buah. Pada skala penelitian atau
pemuliaan tanaman biji merupakan alat perbanyakan tanaman secara generatif.
Biji stroberi hasil pemuliaan biasanya merupakan benih bagi tanaman stroberi
varietas baru. Potensi biji pada setiap buah stroberi dapat mencapai 200-300 butir
biji (Rukmana, 1998).
Syarat tumbuh
1. Iklim
Edmond et al. (1979) menyatakan bahwa hal yang paling berpengaruh
terhadap pertumbuhan stroberi adalah temperatur, panjang hari dan kelembaban
udara. Menurut Rukmana (1998) tanaman stroberi membutuhkan lingkungan
7
tumbuh bersuhu dingin (sejuk) dan lembab. Meskipun demikian, tanaman stroberi
mempunyai kemampuan beradaptasi yang cukup luas.
Menurut Edmond et al. (1979) tanaman stroberi tumbuh baik pada suhu
antara 17-20°C, sedangkan menurut Rukmana (1998) suhu udara minimum untuk
pertumbuhan stroberi antara 4-5°C. Edmond (1979) menyatakan kelembaban
udara (RH) yang baik bagi stroberi antara 80-90% dan lama penyinaran matahari
8–10 jam per hari, sedangkan menurut Shoemaker (1982) stroberi tumbuh baik di
daerah dengan curah hujan 900-1284 mm/tahun. Choopong dan Verheij (1997)
menyatakan bahwa di daerah tropik tanaman stroberi dapat berbunga sepanjang
tahun tanpa dipengaruhi oleh panjang hari.
2. Keadaan tanah (medium tanam)
Stroberi dapat tumbuh hampir pada semua jenis tanah, dari tanah berpasir
sampai tanah berliat (Childers, 1973; Ashari, 1995). Beberapa varietas lebih
cocok ditanam pada tanah yang berat dan ada juga varietas yang lebih cocok
ditanam di tanah ringan asalkan tersedia humus dan aerasi yang baik (Childers,
1973). Gardner et. al. (1993) menyatakan bahwa stroberi tumbuh baik pada tanah
dengan pH 5-6.
Media Tanam
Salah satu media tanam hidroponik yang mudah didapat dan harganya
murah adalah arang sekam. Menurut Krisantini et. al (1997), arang sekam
memiliki karakteristik sangat ringan (BJ = 0.2 kg/l), kasar sehingga sirkulasi
udara tinggi karena mengandung banyak pori, kapasitas menahan air tinggi, pH
tinggi (kurang dari 8), serta relatif bersih dari hama, bakteri dan gulma. Kapasitas
menahan air yang tinggi dari arang sekam membuat larutan hara dalam media
hidroponik dapat tahan lama.
Lingkungan tumbuh
Salah satu bentuk modifikasi lingkungan pada penanaman stroberi adalah
dengan menanam stroberi dalam sungkupan dan rumah plastik. Penanaman dalam
8
lingkungan yang lebih terkendali ini, diharapkan dapat meningkatkan produksi
stroberi.
Sungkupan adalah atap yang dibuat dari rangka bambu berbentuk
melengkung (melingkar) yang ditutupi dengan plastik UV (ultra violet) bening
atau transparan. Tinggi atap sekitar 50 cm dari permukaan bedengan. Pemasangan
atap plastik atau sungkupan pada musim hujan dapat menghindarkan busuk buah
saat hujan turun (Budiman dan Saraswati, 2006). Bentuk sungkupan yang tidak
terlalu rumit meminimkan biaya pembuatannya, sehingga biaya pembuatannya
lebih murah dibandingkan rumah plastik.
Penggunaan rumah plastik merupakan salah satu cara untuk memodifikasi
iklim untuk mencipkan kondisi yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman.
Penanaman di rumah plastik mempunyai beberapa keuntungan yaitu produksi
tanaman dapat diatur untuk memenuhi permintaan pasar dan tanaman dapat
terlindungi dari pengaruh lingkungan yang kurang baik (Edmond et al., 1979).
Sedangkan kerugian rumah plastik menurut Harjadi (1990) adalah plastik yang
mudah robek akibat sinar ultraviolet dan kemungkinan rusaknya rumah plastik
karena angin. Sehingga untuk jangka panjang memiliki biaya produksi yang lebih
tinggi dibandingkan penanaman di lapang.
Aksesi
Penelitian menggunakan bibit stroberi dari lahan petani. Tanaman stroberi
yang digunakan petani merupakan hasil skrinning yang telah dilakukan oleh
peneliti sebelumnya. Skrinning dilakukan pada stroberi lokal untuk menemukan
stroberi yang memiliki ketahanan tumbuh di lapang. Hasil dari skrinning tanaman
stroberi lokal didapat tiga aksesi, tapi yang digunakan dalam penelitian hanya dua
aksesi. Kedua aksesi yang digunakan, oleh peneliti sebelumnya diberi kode
Cipanas 1 dan Cipanas 2.
Kualitas buah
Menurut Kader (1992), kualitas diartikan sebagai beberapa hal yang
membuat sesuatu itu bernilai atau unggul. Kualitas komoditi hortikultura
merupakan kombinasi dari ciri-ciri, sifat dan nilai harga yang mencerminkan nilai
komoditi tersebut.
9
Kualitas buah stroberi sangat ditentukan oleh jenis varietas yang ditanam.
Parameter kualitas pada stroberi meliputi penampakan buah (warna, ukuran,
bentuk dan bebas dari penyakit), kekeasan buah, aroma dan kandungan nutrisi
(Ryall and Pentzer, 1982; Shamaila et. al., 1992).
Menurut Gunawan (2003), kriteria pengkelasan buah stroberi dapat dibagi
tiga yaitu kelas ekstra, kelas I dan kelas II. Buah stroberi kelas ekstra mempunyai
kriteria tertentu, yaitu: berdiameter 3 cm lebih, utuh, sehat (bebas dari patogen,
penyakit partikel tanah, pestisida) dan seragam (bentuk, warna dan tingkat
kematangan). Buah kelas I mempunyai kriteria hampir sama seperti buah kualitas
ekstra tapi diameter buah 2.0 cm – 3.0 cm, sedangkan warna dan bentuk buah
tidak begitu ketat dipertahankan. Kelas II adalah buah stroberi dengan diameter
kurang dari 2 cm. Buah stroberi kelas II adalah buah sisa seleksi yang tidak
termasuk dalam kelas ekstra atau kelas I tapi masih layak untuk dikonsumsi segar
ataupun untuk tujuan pengolahan.
10
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksakan pada bulan Maret sampai Oktober 2003 di kebun
pertani stroberi desa Ciherang, kecamatan Pacet, Cianjur dengan ketinggian 900
meter dpl. Analisis laboratorium dilaksanakan di Laboratorium Research Group
of Crop Improvement (RGCI), IPB.
Alat dan Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah bibit stroberi aksesi Cipanas I dan
Cipanas II yang berumur 3 minggu, polybag ukuran 45 cm x 50 cm, media arang
sekam, mulsa plastik, plastik penutup, bambu dan paku. Bahan kimia yang
digunakan untuk analisis mutu buah adalah NaOH 0.1N dan phenolphtalaein.
Bahan kimia larutan hara lengkap (Tabel Lampiran 1) untuk tomat yang telah
dimodifikasi digunakan untuk penyiraman tanaman, sedangkan Benlate® dan
Curacron® 500 EC digunakan untuk mengatasi serangan hama dan penyakit pada
stroberi yang ditanam.
Alat yang digunakan adalah alat gelas (erlenmeyer, buret, labu takar),
penggaris, penetrometer, hand refractometer, mortar, timbangan analitik dan
refrigerator.
Metode Penelitian
Penelitian disusun secara faktorial dengan menggunakan Rancangan Petak
Terpisah (Split Plot Design) dua faktor, yaitu faktor lingkungan tumbuh dan
faktor jenis tanaman. Faktor lingkungan tumbuh terdiri dari 3 perlakuan, yaitu
penanaman di lapang, sungkupan dan rumah plastik. Faktor jenis tanaman terdiri
dari 2 perlakuan, yaitu aksesi Cipanas 1 dan aksesi Cipanas 2.
Pada percobaan ini terdapat enam kombinasi perlakuan. Masing-masing
kombinasi perlakuan terdiri dari delapan ulangan, sehingga terdapat 48 satuan
percobaan. Setiap satuan percobaan terdapat dua tanaman, sehingga jumlah total
tanaman yang digunakan adalah 96 tanaman.
11
Model liniernya adalah sebagai berikut :
Yijk = µ + αi+ δij + βi+ (αβ)ij + εijk
Keterangan :
Yijk = Nilai pengamatan
µ = Nilai rataan umum
αi = Pengaruh lingkungan tumbuh ke-i (i = 1, 2, 3)
δij = Komponen acak dari petak utama
βi = Pengaruh aksesi ke-j (j = 1, 2)
(αβ)ij = Pengaruh interaksi antara lingkungan tumbuh dengan aksesi
εijk = Pengaruh Galat
Data hasil pengamatan diuji dengan uji F, jika perlakuan berbeda nyata,
pengujian dilanjutkan dengan menggunakan metode Duncan Multiply Range Test
(DMRT).
Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian dimulai dengan persiapan bibit tanaman. Bibit
stroberi diperbanyak dari stolon yang ditanam dalam polybag berdiameter 15 cm
dengan media arang sekam. Selama pembibitan tanaman disiram dengan larutan
nutrisi dan dilakukan pemeliharaan seperti biasa.
Pembuatan rumah plastik dilakukan seminggu sebelum perlakuan
diberikan. Pembuatan bedengan dan sungkupan dilakukan tiga hari sebelum
perlakuan diberikan. Kerangka rumah plastik dan sungkupan dibuat dari bambu
dan sebagai penutup digunakan plastik biasa. Penanaman dalam polybag baik di
lapang, sungkupan maupun rumah plastik dilakukan di atas bedengan yang
ditutup dengan mulsa plastik polyetilen berwarna hitam-perak.
Bibit stroberi yang dipilih adalah bibit yang berasal dari stolon berusia tiga
minggu. Bibit yang dipilih adalah bibit yang sehat dan seragam dengan jumlah
daun 4 helai dan tinggi relatif sama. Polybag yang berukuran 45 cm x 50 cm diisi
dengan media arang sekam. Polybag yang telah diisi dengan media arang sekam
kemudian disiram dengan air. Bibit stroberi diwiwil sampai tinggal dua daun dan
ditanam dalam polybag yang telah diisi oleh media. Tiap polybag ditanami
12
dengan dua tanaman stroberi kemudian diberi label dan diletakkan sesuai layout
percobaan. Layout percobaan disusun sesuai dengan rancangan split plot.
Pemberian larutan nutrisi dilakukan dengan penyiraman secara manual
dengan volume siraman 1 liter per polybag tanaman sekali penyiraman.
Komposisi larutan nutrisi dapat dilihat pada Tabel lampiran 1. Penyiraman larutan
nutrisi dilakukan setiap dua hari sekali atau sehari sekali jika cuaca panas.
Bunga pertama yang terbentuk dibuang untuk memberi kesempatan pada
tanaman melakukan pertumbuhan vegetatif sebelum menginduksi pembungaan.
Daun-daun tua, kering dan mati dibuang untuk mencegah kebusukan dan
penularan penyakit.
Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan dengan
menyemprotkan fungisida Benlate® dengan konsentrasi 0.7 g/liter dan
penyemprotan pestisida Curacron® 500 EC dengan konsentrasi 1 cc/liter.
Penyemprotan dilakukan apabila tanaman menunjukkan gejala penyakit atau
serangan hama. Penyemprotan di usahakan tidak dilakukan pada musim panen.
Apabila harus dilakukan maka tanaman stroberi minimal disemprot 2 hari
sebelum buah dipanen. Penyemprotan dilakukan 3 kali selama penelitian.
Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan seminggu sekali adalah pengamatan terhadap
jumlah stolon, jumlah daun dan tinggi tanaman. Pengamatan setelah panen adalah
pengamatan terhadap jumlah buah, berat buah dan uji hedonik. Pengamatan yang
dilakukan di laboratorium adalah penyimpanan dalam suhu ruang dan dingin
(0°C– 4°C), kekerasan, pengukuran padatan terlarut total serta total asam
tertitrasi.
a. Pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah stolon.
Tinggi tanaman dihitung mulai dari permukaan media sampai tempat
terakhir munculnya daun (titik tumbuh). Jumlah stolon dan daun yang akan
diwiwil dihitung terlebih dahulu sebelum dibuang.
13
b. Jumlah dan berat buah.
Setiap buah stroberi per tanaman yang dipanen dihitung jumlahnya dan
ditimbang. Pemanenan buah dilakukan setiap 2 kali seminggu setelah tanaman
mulai berbuah.
c. Uji hedonik.
Uji kesukaan juga disebut uji hedonik. Dalam uji hedonik panelis diminta
tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya ketidaksukaan.
Disamping panelis mengemukakan tanggapan senang, suka atau kebalikannya,
mereka juga mengemukakan tingkat kesukaannya. Tingkat-tingkat kesukaan ini
disebut skala hedonik (Rahayu, 1998).
Uji hedonik dilakukan untuk mengukur tingkat kesukaan panelis terhadap
parameter rasa, warna, aroma, tekstur dan penerimaan pada buah stroberi. Skala
yang digunakan memiliki tujuh skala hedonik dan numerik, yaitu : 1= sangat tidak
suka, 2 = tidak suka, 3 = agak tidak suka, 4 = agak suka, 5 = suka, 6 = sangat
suka, 7 = amat sangat suka (Soekarto, 1985). Jumlah panelis yang diuji sebanyak
15 orang.
d. Kekerasan, Padatan Terlarut Total (PTT), Total Asam Tertitrasi (TAT) dan
Penyimpanan.
Pengukuran kekerasan dilakukan dengan penetrometer. Buah stroberi
diletakkan di bawah jarum penetrometer. Ujung jarum diusahakan menempel pada
komoditi yang diukur. Skala penanda jauh diset pada angka nol. Waktu dipasang
(set) selama 5 detik kemudian tombol tanda mulai ditekan. Nilai kekerasan dapat
dibaca pada jarak skala penanda. Pengukuran kekerasan diulang di tiga tempat
yang berbeda, yaitu ujung, tengah dan pangkal buah. Hasil pengukuran tersebut
kemudian dirata-ratakan.
Padatan terlarut total diukur dengan hand-refractometer. Buah stroberi
dihaluskan dengan mortar, kemudian sari buah diteteskan pada prisma hand-
refractometer. Pengukuran dilakukan pada suhu ruang. Prisma hand-
refractometer dibersihkan dengan air sebelum dan sesudah melakukan pembacaan
skala Derajat Brix (°Brix).
14
Total asam ditentukan melalui titrasi. Buah stroberi dihaluskan dengan
mortar. Stroberi yang berbentuk pasta ditimbang seberat 10 gram kemudian
dimasukkan ke gelas ukur, ditambah aquades, dikocok dan disaring. Hasil
saringan ditampung dalam labu takar 100 ml dan diencerkan dengan aquades
sampai tanda tera. Hasil pengenceran tersebut diambil 10 ml dan ditempatkan
dalam erlenmeyer, kemudian ditetesi dengan indikator phenolphtlein dan dititrasi
dengan NaOH 0.1 N sampai muncul warna pink (merah muda). Jumlah NaOH
yang terpakai dicatat. Nilai total asam dapat dihitung dengan rumus:
TA(mg/100g bahan)= ml NaOH x N NaOH x FP x BE Asam Sitrat x 100
Bobot contoh (gram)
Keterangan : N NaOH = Normalitas NaOH (0.1)
FP = Faktor Pengencer
BE Asam Sitrat = BM/valensi = 64
Penyimpanan yang dilakukan adalah penyimpanan dalam suhu ruang dan
dingin. Penyimpanan dalam suhu ruang dan dingin (0°C – 4°C) dilakukan setelah
sebelumnya buah dikemas dalam wadah plastik polietilen. Buah yang disimpan
dalam suhu ruang dan dingin diamati setiap hari sampai buah tidak layak
konsumsi.
15
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum
Lokasi pertanaman yang digunakan pada percobaan ini merupakan kebun
stroberi milik petani yang telah biasa dipergunakan untuk budidaya stroberi.
Masalah yang biasanya terjadi pada budidaya stroberi di lokasi tersebut adalah
serangan hama dan penyakit. Serangan hama dan penyakit terdapat pada fase
vegetatif maupun generatif. Pada fase vegetatif penyakit yang menyerang adalah
bercak daun Mycosphaerella fragariae. Pada fase generatif terdapat serangan kutu
kumbang (flea beetle) dan cendawan busuk buah kelabu yang disebabkan oleh
Botrytis cinerea. Kutu kumbang menyerang bunga dengan memakan putik dan
benang sari. Serangan hama dan penyakit sekitar 27.6% dari seluruh populasi
tanam.
a b c
Gambar 1. Pertumbuhan Stroberi Pada Lingkungan yang Berbeda (a) Lapang (b)
Sungkupan (c) Rumah Plastik
Secara umum pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman stroberi di
lapang lebih baik dari pada tanaman stroberi di sungkupan dan rumah plastik.
Stroberi yang ditanam di lapang berdaun lebih kecil dan bertangkai lebih pendek.
Sedangkan stroberi yang ditanam di rumah plastik mempunyai daun terlebar dan
tangkai daun tinggi. Hal ini diduga akibat pencahayaan didalam rumah plastik
yang lebih rendah dari pada di lapang dan sungkupan.
Musim penghujan terjadi pada awal dan akhir penanaman. Tanaman
memasuki fase generatif mulai 1.5 bulan setelah tanam dan sebulan kemudian
buah dapat di panen. Pemanenan dilakukan secara bertahap setiap 3 hari sekali.
Berdasarkan data iklim kelembaban (RH) dan curah hujan rata-rata per hari paling
16
rendah terjadi pada bulan Juni-Agustus (Tabel Lampiran 2), yaitu pada saat
tanaman berumur 4 sampai 6 bulan setelah tanam (BST). Curah hujan rata-rata
terrendah terjadi pada bulan Juni yaitu 8.7 mm/hari.
Tinggi Batang dan Jumlah Daun
Aksesi Cipanas 1 dan Cipanas 2 merupakan aksesi lokal hasil screening
yang dilakukan oleh peneliti yang sebelumnya. Aksesi Cipanas 1 dan Cipanas 2
berhasil beradaptasi pada lingkungan tumbuh di lapang. Penanaman stroberi di
sungkupan dan rumah plastik dipertimbangkan karena stroberi adalah tanaman
C3. Pada tanaman C3 aktifitas fotosintesis akan meningkat pada intensitas cahaya
rendah. Suhu optimum fotosintesis tanaman C3 rendah yaitu 15°C-25°C (Gardner
et al., 1993).
Stroberi yang ditanam di lapang pada 8 BST menghasilkan tinggi tanaman
yang nyata lebih tinggi dibandingkan tanaman yang ditanam di sungkupan dan
rumah plastik. Rata-rata jumlah daun per tanaman pada 8 BST nyata lebih tinggi
pada penanaman di lapang dibandingkan penanaman di sungkupan dan rumah
plastik (Tabel 2). Hal ini diduga karena intensitas cahaya yang diterima oleh
tanaman yang ditanam di lapang lebih tinggi daripada rumah plastik. Edmond
(1979) menyatakan bahwa hasil penelitian yang dilakukan pada tanaman tomat
dalam intensitas cahaya dibawah optimal menunjukkan bahwa tomat yang
ditanam dalam intensitas rendah memiliki hasil panen yang rendah. Hal ini
disebabkan karena energi cahaya yang tersedia dalam rumah plastik dibawah
kondisi optimum, sehingga proses fotosintesis rendah. Fotosintesis yang rendah
diduga menyebabkan pertumbuhan vegetatif dan generatif rendah.
Tanaman dalam rumah plastik mempunyai tinggi tajuk yang lebih tinggi
dibandingkan tanaman lapang (Novianti, 2004). Secara umum penampakan
stroberi yang ditanam dalam rumah plastik memiliki tangkai dan ukuran daun
yang lebih besar dari pada tanaman yang di tanam di lapang. Schilletter and
Richey (1999) mengungkapkan bahwa intensitas cahaya yang berkurang
mengakibatkan tanaman berdaun jarang, tipis dan melebar. Menurut Novianti
(2004) kenaikan tinggi tajuk sebanding dengan kenaikan tinggi batang, namun
hasil penelitian menunjukkan tanaman yang ditanam dalam rumah plastik
17
memiliki batang yang lebih pendek dan petiol daun yang tinggi. Hal ini
kemungkinan disebabkan tanaman memperpanjang petiolnya untuk mencapai
sumber cahaya yang diperlukan dalam proses fotosintesisnya. Menurut Poincelot
(2004) daun tanaman yang berada dibawah naungan akan mempunyai ciri-ciri
tertentu, yaitu tipis karena kurang nutrisi dan berpermukaan lebar supaya dapat
menyerap cahaya yang paling rendah sekali pun. Pada tanaman yang ditanam
dibawah matahari daun akan mempunyai ciri-ciri tertentu, yaitu daun lebih tebal,
kecil dan memiliki petiol yang pendek.
Tabel 1. Rata-rata Tinggi tanaman per Tanaman pada Setiap Perlakuan
Lingkungan Tumbuh
Umur Tanaman (BST) Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7 8
……….cm……….
Lapang 2.2 2.9 3.5a 3.5 3.6 4.9 6.3
a 6.9
a
Sungkupan 2.2 2.9 3.4ab 3.5 3.6 4.9 5.8ab 6.4b
Rumah Plastik 1.9 2.6 3.2b 3.4 3.5 4.7 5.6
b 6.1
b
……….cm……….
Cipanas 1 2.5a 3.1
a 3.5
a 3.5 3.6 5.1
a 6.2
a 6.8
a
Cipanas 2 1.8b 2.5b 3.3b 3.4 3.50 4.6b 5.6b 6.1b
Interaksi tn tn tn tn tn tn tn *
Keterangan : - Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan aspek yang sama adalah tidak berbeda
nyata pada uji DMRT taraf 5%
- BST = Bulan Setelah Tanam
- ** = sangat nyata taraf 1 %, * = nyata taraf 5 %, tn = tidak nyata taraf 1 %
Tinggi batang tanaman aksesi Cipanas 1 nyata lebih tinggi dibandingkan
aksesi Cipanas 2 pada semua umur tanaman (Tabel 1) diduga karena adanya
perbedaan genetik diantara Cipanas 1 dengan Cipanas 2. Gunawan (2003)
mengungkapkan bahwa ukuran batang berbeda-beda menurut umur, tingkat
perkembangan tanaman, kultivar dan kondisi lingkungan pertumbuhan. Rata-rata
jumlah daun per tanaman aksesi Cipanas 1 dengan Cipanas 2 tidak berbeda nyata.
Tinggi batang Cipanas 1 yang nyata lebih tinggi daripada Cipanas 2, sedangkan
jumlah daun tidak berbeda nyata diduga disebabkan karena pertumbuhan
Cipanas 1 secara vegetatif lebih baik daripada Cipanas 2. Posisi daun Cipanas 1
yang tidak tersusun rapat diduga memberikan kesempatan bagi daun untuk
18
menyerap cahaya matahari secara lebih efektif sehingga meningkatkan
fotosintesis.
Tabel 2. Rata-rata Jumlah Daun per Tanaman pada Setiap Perlakuan Lingkungan
Tumbuh
Umur Tanaman (BST)
Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8
Lapang 5.19 5.31a 8.69a 9.62 7.81 7.06 7.00 7.19a
Sungkupan 4.62 5.19a 8.50
a 9.31 7.44 7.06 6.88 5.81
b
Rumah Plastik 4.12 4.56b 6.56b 8.00 6.81 5.94 6.62 5.44b
Cipanas 1 4.79 5.29a 8.08 9.00 7.75 6.71 7.12 6.17
Cipanas 2 4.50 4.75b 7.75 8.96 6.96 6.67 6.54 6.12
Interaksi tn tn tn tn tn tn tn tn
Keterangan : - Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan aspek yang sama adalah tidak berbeda
nyata pada uji DMRT taraf 5%
- BST = Bulan Setelah Tanam
- ** = sangat nyata taraf 1 %, * = nyata taraf 5 %, tn = tidak nyata taraf 1 %
Interaksi antara perlakuan lingkungan tumbuh dan aksesi pada parameter
tinggi batang terjadi pada 8 BST (Tabel 1). Interaksi menunjukkan tinggi batang
stroberi aksesi Cipanas 1 akan lebih tinggi apabila ditanam di lapang daripada
kombinasi perlakuan lain.
Jumlah Stolon
Jumlah stolon pada perlakuan lingkungan tumbuh berbeda nyata pada
setiap BST (Tabel 3). Penanaman stroberi di lapang dan sungkupan menghasilkan
jumlah stolon yang nyata lebih tinggi dari pada penanaman stroberi di rumah
plastik. Hal ini diduga karena suhu di lapang dan sungkupan lebih optimal untuk
pertumbuhan daripada suhu dalam rumah plastik. Menurut Edmond et al. (1979)
tanaman stroberi tumbuh baik pada suhu antara 17°C-20°C. Suhu rata-rata pada
pertanaman stroberi di lahan per bulan relatif tinggi, yaitu antara 20°C-24°C
(Lampiran 1). Suhu rata-rata per bulan didalam rumah plastik diperkirakan lebih
dari 20°C-24 °C karena adanya green house effect. Ashari (1995) menyatakan
19
bahwa suhu tinggi dengan lama penyinaran yang panjang mendorong
pembentukan stolon. Namun pengamatan menunjukkan bahwa rumah plastik
memiliki jumlah stolon yang paling sedikit dibandingkan penanaman stroberi di
lapang dan sungkupan. Hal ini diduga karena tanaman C3 mempunyai suhu
optimum yang lebih rendah dari C4 untuk melakukan fotosintesis. Menurut
Gardner (1993) suhu optimum fotosintesis tanaman C3 rendah yaitu 15°C-25°C
dibandingkan dengan C4 yaitu 30°C-40°C. Fotosistesis yang rendah diduga
menghambat pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman dalam rumah plastik.
Pembentukan stolon adalah salah satu dari parameter pertumbuhan vegetatif
tanaman stroberi.
Pertumbuhan stolon aksesi Cipanas 1 berbeda nyata lebih tinggi dari pada
aksesi Cipanas 2 pada 6-8 BST (Tabel 3). Perbedaan ini diduga karena adanya
perbedaan genetik antara aksesi Cipanas 1 dengan Cipanas 2. Menurut Gourley
dan Howlett (1941) jumlah stolon yang tinggi bermanfaat bagi produksi
perbanyakan bibit. Tanaman yang menghasilkan jumlah stolon banyak akan
semakin cepat menghasilkan anakan dalam jumlah banyak dengan waktu relatif
pendek. Jumlah stolon yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh kultivar, lama
penyinaran air dan nutrisi (Gourley dan Howlett, 1941; Shoemaker, 1982).
Rata-rata pertambahan jumlah stolon per tanaman pada perlakuan
lingkungan tumbuh dan aksesi dari 1 BST sampai 3 BST lebih tinggi
dibandingkan pada saat 4-8 BST. Hal ini dapat dilihat dari slope grafik jumlah
stolon (Gambar Lampiran 5 dan 6). Menurut Schneider dan Scarborough (1960)
tingkat produksi stolon yang tinggi pada awal pertumbuhan tanaman menandakan
tanaman memiliki tingkat pertumbuhan yang baik. Penurunan pertambahan
jumlah stolon pada 4-8 BST diduga tanaman dalam masa generatif. Stroberi
berada pada masa pembungaan dan awal musim panen pada umur 4 BST.
Tanaman stroberi yang berada pada masa generatif diduga akan memusatkan hasil
fotosintesis pada pembungaan dan pembentukan buah. Menurut Schilletter dan
Richey (1999) karbohidrat akan terakumulasi ketika pertumbuhan vegetatif
tanaman atau bagian dari tanaman terhambat sehingga karbohidrat yang
dihasilkan dari proses fotosintesis tersebut dapat digunakan untuk pertumbuhan
organ-organ generatif.
20
Pertumbuhan stolon yang tinggi di fase generatif tanaman menyebabkan
fotosintat terbagi antara pertumbuhan generatif dan vegetatif sehingga
pertumbuhan generatif tidak optimal. Produksi buah tanaman stroberi
membutuhkan pembuangan stolon secara intensif. Menurut Underwood (1975)
pembuangan setiap stolon yang muncul menyebabkan fotosintesis tertuju pada
produksi buah.
Tabel 3. Rata-rata Jumlah Stolon per Tanaman pada Setiap Perlakuan Lingkungan
Tumbuh
Umur Tanaman (BST)
Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8
Lapang 0.4a 2.4a 5.9a 7.1a 7.3a 7.6a 8.0a 8.1a
Sungkupan 0.1b 2.3
a 5.1
a 6.5
a 7.2
a 7.3
a 7.9
a 7.9
a
Rumah Plastik 0.1b 1.2b 2.6b 4.0b 4.4b 4.6b 4.7b 5.0b
Cipanas 1 0.2 2.1 4.6 6.2 6.9 7.3a 8.0a 8.3a
Cipanas 2 0.1 1.8 4.5 5.5 5.7 5.7b 5.7
b 5.7
b
Interaksi tn tn tn tn tn tn tn tn
Keterangan : - Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan aspek yang sama adalah tidak berbeda
nyata pada uji DMRT taraf 5%
- BST = Bulan Setelah Tanam
- ** = sangat nyata taraf 1 %, * = nyata taraf 5 %, tn = tidak nyata taraf 1 %
Buah
Data pengamatan produksi buah (Tabel 4) menunjukkan bahwa berat dan
jumlah total buah stroberi yang ditanam di lapang dan sungkupan nyata lebih
tinggi dibandingkan perlakuan rumah plastik. Berat total, jumlah total dan berat
buah rata-rata aksesi Cipanas 1 nyata lebih tinggi dari aksesi Cipanas 2. Hal ini
diduga karena pertumbuhan vegetatif yang baik dapat mendukung pertumbuhan
generatif.
Interaksi antara lingkungan tumbuh dan aksesi terjadi pada berat total buah
dan jumlah total buah stroberi (Tabel 4). Aksesi Cipanas 1 menunjukkan
kemampuan untuk berproduksi lebih tinggi apabila ditanam di lapang.
21
Tabel 4. Bobot Total Buah Panen, Jumlah Total Buah Panen dan Bobot Rata-rata
Buah per tanaman pada Setiap Perlakuan Lingkungan Tumbuh.
Perlakuan Berat Total Buah Jumlah Total Buah Berat Rata-rata Buah
.......gr....... .......buah....... .......gr/buah.......
Lapang 124.76a 18.08a 6.82a
Sungkupan 91.69a 14.00
ab 6.44
ab
Rumah Plastik 48.47b 8.67b 5.79b
Cipanas 1 114.46a 16.39a 6.86a
Cipanas 2 62.16b 10.78
b 5.84
b
Interaksi ** * tn
Keterangan : - Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan aspek yang sama adalah tidak berbeda
nyata pada uji DMRT taraf 5%.
- ** = sangat nyata taraf 1 %, * = nyata taraf 5 %, tn = tidak nyata taraf 1 %
Hedonik
Buah stroberi hasil penanaman di lapang menunjukkan preferensi panelis
yang nyata lebih tinggi dibandingkan stroberi di sungkupan dan rumah plastik
pada parameter rasa dan penerimaan (Tabel 5). Komponen flavour meliputi aroma
dan rasa (Kader, 1992). Menurut Jacson dan Looney (1999) komponen flavour
buah ditentukan oleh kandungan gula, karbohidrat, asam dan senyawa aromatik
pada buah. Hal ini diduga karena pertumbuhan generatif tanaman yang ditanam
yang ditanam di lapang lebih baik daripada penanaman di sungkupan dan rumah
plastik. Pertumbuhan generatif yang lebih baik ini diduga menghasilkan buah
dengan rasa yang lebih diminati oleh para panelis uji hedonik.
22
Tabel 5. Rata-rata Respon Panelis terhadap Rasa, Warna, Aroma, Tekstur dan
Penerimaan Buah dengan Uji Hedonik pada Skala 1-7 pada Setiap
Perlakuan Lingkungan Tumbuh.
Perlakuan Rasa Warna Aroma Tekstur Penerimaan
Lapang 5.31a 5.19 4.81 4.92 5.31a
Sungkupan 4.73b 4.88 4.81 4.73 4.85b
Rumah Plastik 4.65b 4.88 4.54 4.69 4.81
b
Cipanas 1 5.02 5.08 4.85 4.95 5.10
Cipanas 2 4.77 4.85 4.59 4.62 4.87
Interaksi tn tn tn tn tn
Keterangan : - Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan aspek yang sama adalah tidak berbeda
nyata pada uji DMRT taraf 5%.
- ** = sangat nyata taraf 1 %, * = nyata taraf 5 %, tn = tidak nyata taraf 1 %
Kekerasan, Padatan Terlarut Total (PTT),Total Asam Tertitrasi (TAT) dan
Penyimpanan
Kekerasan buah adalah salah satu faktor penentu kualitas buah, termasuk
pada buah stroberi (Shamaila et al., 1992). Perlakuan lingkungan tumbuh dan
aksesi tidak berpengaruh nyata terhadap kekerasan buah.
Kandungan PTT buah menunjukkan persentase kandungan sukrosa dalam
sari buah. Perlakuan lingkungan tumbuh tidak berpengaruh nyata pada kandungan
PTT. Kandungan PTT aksesi Cipanas 1 nyata lebih tinggi dibandingkan Cipanas 2
(Tabel 6). Hal ini diduga karena adanya perbedaan genetik antara kedua aksesi
tersebut. Menurut Wang and Camp (2000) dan Moing et al. (2001) akumulasi
kandungan PTT pada stroberi sangat dipengaruhi oleh jenis kultivar.
Kandungan TAT buah menentukan rasa pada buah. Kandungan TAT
tinggi menyebabkan buah menjadi asam dan sebaliknya. Menurut Jackson dan
Looney (1999) ada beberapa macam asam dalam buah, 3 yang paling umum yaitu
asam malat, sitrat dan tartarat. Asam sitrat merupakan asam utama yang
ditemukan pada stroberi (Wang and Camp, 2000). Perlakuan lingkungan tumbuh
dan aksesi tidak berpengaruh terhadap kandungan TAT buah.
23
Lunaknya kulit buah stroberi menyebabkan buah cepat rusak dan daya
simpannya rendah. Berdasarkan hasil penelitian, buah stroberi yang ditanam di
lapang dan sungkupan pada penyimpanan suhu 0°C–4°C nyata lebih tinggi
dibandingkan stroberi yang ditanam dalam rumah plastik. Pada penyimpanan
ruang, buah stroberi yang ditanam di lapang memiliki daya simpan yang nyata
lebih tinggi dari pada buah yang ditanam di rumah plastik (Tabel 6). Hal ini
diduga karena kelembaban di lapang dan sungkupan lebih rendah daripada dalam
rumah plastik, sedangkan kelembaban rumah plastik yang tinggi diduga
menyebabkan buah stroberi menjadi lunak dan cepat rusak. Daya simpan buah
stroberi Cipanas 1 dalam suhu ruang, nyata lebih tinggi dibandingkan Cipanas 2,
sedangkan pada penyimpanan dingin tidak berbeda nyata, sehingga dapat
disimpulkan bahwa penyimpanan dingin dapat meningkatkan daya simpan
stroberi.
Tabel 6. Rata-rata Kekerasan, Kandungan Padatan Terlarut Total, Total Asam
Tertitrasi, Penyimpanan Dingin (0-40C) dan Suhu Ruang pada Setiap
Perlakuan Lingkungan Tumbuh
Perlakuan Kekerasan PTT TAT Penyimpanan
(mm/100 gr/5 detik) (oBrix) (%) Dingin Ruang
......hari.....
Lapang 112.71 9.73 1.38 13.50a 2.38a
Sungkupan 101.39 9.31 1.27 13.50a 1.88
ab
Rumah Plastik 91.20 9.03 1.18 11.50b 1.38b
Cipanas 1 106.44 9.72a 1.32 13.00 2.17a
Cipanas 2 97.09 8.99b 1.24 12.67 1.58
b
Interaksi tn tn tn tn tn
Keterangan : - Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan aspek yang sama adalah tidak berbeda
nyata pada uji DMRT taraf 5%.
- ** = sangat nyata taraf 1 %, * = nyata taraf 5 %, tn = tidak nyata taraf 1 %
24
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil percobaan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa aksesi
Cipanas 1 yang ditanam yang di lapang memiliki pertumbuhan vegetatif dan
produksi yang lebih baik dibandingkan kombinasi aksesi dan lingkungan tumbuh
yang lain. Hal ini ditunjukkan oleh parameter tinggi batang, jumlah daun, jumlah
stolon, berat total buah, jumlah total buah, berat buah rata-rata, Padatan Terlarut
Total (PTT), penyimpanan pada suhu dingin (0°C-4°C), penyimpanan pada suhu
ruang dan uji hedonik untuk parameter rasa dan penerimaan.
Saran
Perlu diadakan penelitian lebih lanjut dalam hal screening aksesi-aksesi
stroberi lokal lainnya yang dapat beradaptasi dengan baik pada lingkungan
termodifikasi, misalnya dalam sungkupan atau rumah plastik.
25
DAFTAR PUSTAKA
Ashari, S. 1995. Hortikultura : Aspek Budidaya. UI-Press. Jakarta. 485 hal.
Benson, L. 1957. Plant Classification. D. C. Heath & Co. Boston. 688 p.
Badan Pusat Statistik. 2004. Komoditas Impor Sayuran dan Buah-buah Indonesia.
Jakarta.
Budiman, S. dan Desi S. 2006. Berkebun Stroberi Secara Komersial. Penebar
Swadaya. Jakarta. 107 hal.
Childers, N. F. 1973. Modern Fruit Science. Somerset Press Inc. New Jersey.
960 p.
Choopong, S. Dan E. W. M. Verheij. 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara
2: Buah-buahan yang Dapat Dimakan. In: E. W. M. Verheij dan R. E.
Coronel (eds). PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Edmond, J. B., T. L. Senn, F. S. Andrews, and R. G. Halfacre. 1979.
Fundamentals of Horticulture. McGraw-Hill Publishing Co. Ltd., New
Delhi. 500 p.
Gardner. V. R., F. C. Bradford, H. D. Hooker. 1993. The Fundamentals of Fruit
Production. McGraw Hill Book Co. Inc. New York. 778 p.
Gourley, J. H. And F. S. Howlett. 1941. Modern Fruit Production. MacMillan Co.
New York.
Gunawan, L. W. 2003. Stroberi. Penebar Swadaya. Jakarta. 81 hal.
Harjadi, S. S. 1990. Dasar-dasar Hortikultura. Jurusan Budidaya Pertanian IPB.
Bogor. Tidak dipublikasikan.
Jacson, D. And N. E. Looney. 1999. Temperate and Subtropical Fruit Production
2nd Edition. CABI Publishing. Canada.
Jesen, M. H. 1997. Hydroponics. Hort. Sci. 32 (6) : 1018-1021
Kader, A. A. 1992. Postharvest Biology and Technology : An Overview. P. 15-20.
In A. A. Kader (ed.). Post Technology of Horticultural Crop. Univ.
California. California. 192 p.
Krisantini, Sandra A. Azis, Yudiwanti. 1997. Mempelajari Beberapa Jenis Pupuk
dan Media Untuk Budidaya Hidroponik Sederhana Pada Tanaman
Hortikultura. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.
26
Moing, A. and C. Renaud. 2001. Biochemical Changes During Fruit Development
of Four Strawberry Cultivars. J. Amer. Hort. Sci. 126 (4) : 394-403.
Nicholls, R. E. 1990. Beginning Hydroponics. Soilless Gardening: A Beginner’s
Guide to Growing Vegetables, House Plants, Flowers, and Herbs Without
Soil. Running Press. Philadelphia. 127p.
Novianti, E. 2004. Pengaruh Lingkungan Tumbuh yang Berbeda Terhadap
Pertumbuhan dan Kualitas Stroberi (Fragaria ananassa Duch.) Secara
Hidroponik. Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian. Faperta. IPB.
Bogor. 30 hal
Poincelot, R. P. 2004. Sustainable Horticulture Today and Tomorrow. Prentice
Hall. New Jersey. 870 p.
Rahayu, W. P. 1998. Penuntun Praktikum Penilaian Organoleptik. Jurusan
Teknologi Pangan dan Gizi. Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Bogor.
Tidak dipublikasikan. 89 hal.
Rukmana, R. 1998. Stroberi Budi Daya dan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta.
79 hal.
Ryall, A. L. And W. T. Pentzer. 1982. Handling, Transportation and Storage of
Fruits and Vegetables 2nd Ed Volume 2 : Fruits and tree Nuts. Avi
Publishing Company, Inc. Westport, Connecticut. 610 p.
Schilletter, J. C. and Richey, H. W. 1999. Textbook of General Horticulture.
Biotech Books. 367 p.
Schneider, G. W. and C. C. Scarborough. 1960. Fruit Growing. Prentice-Hall Inc.
New Jersey. 307 p.
Shamaila, M., T. E. Baumann, G. W. Eaton, W. D. Powrie and B. J. Skura. 1992.
Quality Attributes of Strawberry Cultivars Grown in British Columbia. J.
Food Sci., 57(3) : 696-699.
Shoemaker, J.S. 1982. Small Fruits Culture 5 th ed. Avi Publishing Co. Inc.
Connecticut. 187 p.
Soekarto, S. T. 1985. Penilaian Organoleptik. Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan
IPB. Bogor. 144 hal.
Staudt, G. 1999. Systematics and Geographic Distribution of The American
Strawberry Species. Univ. of California Press. USA.
Underwood, J. 1975. The Life-Time Encyclopedia of Gardenning : Vegetable and
Fruits. Life-Time Books. New York. 160 p.
27
Wang, S. Y. and M. J. Camp. 2000. Temperatures After Bloom Affect Plant
Growth and Fruit Quality of Strawberry. Scientica Horticulturae. Vol 85 :
183-199.
Verheij, E. W. M. dan R. E. Coronel. 1997. Buah-Buahan yang Dapat Dimakan.
Gramedia. Jakarta.
28
LAMPIRAN
29
Tabel Lampiran 1. Formulasi Larutan Nutrisi
Jenis Hara Konsentrasi (ppm)
Nitrogen (N) 300
Fosfor (F) 42
Kalium (K) 400
Kalsium (Ca) 366
Magnesium (Mg) 70
Sulfur (S) 9
Besi (Fe) 0.8
Boron (B) 0.5
Mangan (Mn) 0.8
Seng (Zn) 0.05
Tembaga (Cu) 0.05
Molibdenum (Mo) 0.01
Tabel Lampiran 2. Data Iklim Kecamatan Pacet Periode Maret-Oktober 2003
Suhu (
0C) RH(%) Bulan
700 13
00 18
00 Max Min
CH
(mm/hari) 700 13
00 18
00
Maret 19.5 23.9 21.0 21.0 25.0 18.1 280 88 78 91 86
April 19.9 25.3 22.3 21.8 26.3 18.0 302 87 71 89 81
Mei 20.1 25.0 22.0 21.8 25.9 17.7 272 96 86 96 90
Juni 19.0 24.9 31.9 23.7 25.9 16.7 49 80 68 85 79
Juli 17.9 24.4 21.7 20.5 26.1 15.5 8.7 80 65 83 77
Agustus 18.1 24.9 21.9 20.8 26.1 16.2 118 84 64 84 79
September 18.7 25.1 21.9 20.4 25.9 16.7 183 85 64 85 80
Oktober 20.5 24.7 31.5 24.3 25.9 17.7 318 84 68 86 80
Sumber: Badan Meterologi dan Geofisika Dramaga, Bogor
Tabel Lampiran 3. Perkembangan Ekspor Stroberi di Indonesia, Tahun 2000-
2004.
Tahun Volume (kg)
2000 5488
2001 4707
2002 1138
2003 2944
2004 5580
Rata-rata 3971.4
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2004 (diolah)
30
Tabel Lampiran 4. Sidik Ragam Tinggi Batang
Parameter Sumber
Keragaman
Db
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F-
Hitung
Pr > F KK (%)
BST 1 Ulangan 3 0.9036 0.3012 1.86 0.2075 19.05
Lokasi 2 0.5364 0.2682 1.48 0.3006
Aksesi 1 3.1901 3.1901 19.65 0.0016
Ulangan*Lokasi 6 1.0885 0.1814 1.12 0.4226
Lokasi*Aksesi 2 0.6927 0.3464 2.13 0.1744
BST 2 Ulangan 3 0.8958 0.2986 1.91 0.1983 14.16
Lokasi 2 0.6458 0.3229 2.45 0.1670
Aksesi 1 1.7604 1.7604 11.27 0.0084
Ulangan*Lokasi 6 0.7917 0.1319 0.84 0.5665
Lokasi*Aksesi 2 0.0833 0.0417 0.27 0.7718
BST 3 Ulangan 3 0.0703 0.0234 0.57 0.6460 6.00
Lokasi 2 0.4114 0.2057 11.29 0.0093
Aksesi 1 0.2109 0.2109 5.17 0.0491
Ulangan*Lokasi 6 0.1094 0.0182 0.45 0.8305
Lokasi*Aksesi 2 0.5781 0.2891 7.09 0.0142
BST 4 Ulangan 3 0.0625 0.0208 0.57 0.6478 5.52
Lokasi 2 0.0990 0.0495 0.61 0.5725
Aksesi 1 0.0104 0.0104 0.29 0.6059
Ulangan*Lokasi 6 0.4844 0.0807 2.21 0.1366
Lokasi*Aksesi 2 0.0990 0.0495 1.36 0.3054
BST 5 Ulangan 3 0.2161 0.0720 1.24 0.3517 6.79
Lokasi 2 0.0364 0.0182 0.14 0.8713
Aksesi 1 0.0651 0.0651 1.12 0.3176
Ulangan*Lokasi 6 0.7760 0.1293 2.22 0.1353
Lokasi*Aksesi 2 0.2552 0.1276 2.19 0.1674
BST 6 Ulangan 3 0.7656 0.2552 2.51 0.1250 6.62
Lokasi 2 0.2190 0.1095 0.22 0.8109
Aksesi 1 1.3633 1.3633 13.38 0.0053
Ulangan*Lokasi 6 3.0263 0.5044 4.95 0.0166
Lokasi*Aksesi 2 0.3390 0.1695 1.66 0.2427
BST 7 Ulangan 3 0.6536 0.2179 1.05 0.4168 7.71
Lokasi 2 2.1719 1.0859 2.82 0.1367
Aksesi 1 1.6276 1.6276 7.85 0.0207
Ulangan*Lokasi 6 2.3073 0.3845 1.85 0.1945
Lokasi*Aksesi 2 1.3490 0.6745 3.25 0.0866
BST 8 Ulangan 3 0.1771 0.0590 0.58 0.6449 4.94
Lokasi 2 2.5052 1.2526 13.49 0.0060
Aksesi 1 3.0104 3.0104 29.39 0.0004
Ulangan*Lokasi 6 0.5573 0.0929 0.91 0.5303
Lokasi*Aksesi 2 0.9427 0.4714 4.60 0.0420
Tabel Lampiran 5. Sidik Ragam Jumlah Daun
Parameter Sumber
Keragaman
Db
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F-Hitung Pr > F KK (%)
BST 1 Ulangan 3 1.5312 0.5104 0.63 0.6163 19.44
Lokasi 2 4.5208 2.2604 2.82 0.1371
Aksesi 1 0.5104 0.5104 0.63 0.4493
Ulangan*Lokasi 6 4.8125 0.8021 0.98 0.4887
Lokasi*Aksesi 2 1.5208 0.7604 0.93 0.4287
31
Sambungan Tabel Lampiran 5. Sidik Ragam Jumlah Daun
Parameter Sumber
Keragaman
Db
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F-Hitung Pr > F KK (%)
BST 2 Ulangan 3 0.6146 0.2049 1.04 0.4225 8.86
Lokasi 2 2.5833 1.2917 4.04 0.0773
Aksesi 1 1.7604 1.7604 8.89 0.0154
Ulangan*Lokasi 6 1.9167 0.3194 1.61 0.2487
Lokasi*Aksesi 2 0.0833 0.0417 0.21 0.8140
BST 3 Ulangan 3 1.2500 0.4167 0.20 0.8915 18.08
Lokasi 2 22.1458 11.0729 5.57 0.0430
Aksesi 1 0.6667 0.6667 0.33 0.5823
Ulangan*Lokasi 6 11.9375 1.9896 0.97 0.4950
Lokasi*Aksesi 2 1.8958 0.9479 0.46 0.6438
BST 4 Ulangan 3 6.5313 2.1771 0.41 0.7465 25.51
Lokasi 2 11.8958 5.9479 1.91 0.2281
Aksesi 1 0.0104 0.0104 0.00 0.9654
Ulangan*Lokasi 6 18.6875 3.1146 0.59 0.7295
Lokasi*Aksesi 2 10.3958 5.1979 0.99 0.4084
Lokasi*Aksesi 2 3.5833 1.7917 1.28 0.3249
BST 8 Ulangan 3 2.3646 0.7882 1.05 0.4183 14.12
Lokasi 2 13.5833 6.7917 21.26 0.0019
Aksesi 1 0.0104 0.0104 0.01 0.9090
Ulangan*Lokasi 6 1.9167 0.3194 0.42 0.8458
Lokasi*Aksesi 2 0.5833 0.2917 0.39 0.6898
Tabel Lampiran 6. Sidik Ragam Jumlah Stolon.
Parameter Sumber
Keragaman
Db
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F-
Hitung
Pr > F KK
(%)
1 BST Ulangan 6 1.1190 0.1865 2.41 0.0691 155.77
Lokasi 2 0.6786 0.3393 2.74 0.1050
Aksesi 1 0.0536 0.0536 0.69 0.4163
Ulangan*Lokasi 12 1.4881 0.1240 1.60 0.1774
Lokasi*Aksesi 2 0.6786 0.3393 4.38 0.0281
2 BST Ulangan 6 4.3690 0.7282 1.99 0.1198 34.29
Lokasi 2 18.6548 9.3274 9.45 0.0034
Aksesi 1 0.5952 0.5952 1.63 0.2179
Ulangan*Lokasi 12 11.8452 0.9871 2.70 0.0277
Lokasi*Aksesi 2 2.5833 1.2917 3.54 0.0506
3 BST Ulangan 6 9.0595 1.5099 1.37 0.2778 40.21
Lokasi 1 0.4821 0.4821 0.44 0.5162
Aksesi 12 18.2262 1.5188 1.38 0.2598
Ulangan*Lokasi 2 6.1071 3.0536 2.78 0.0888
Lokasi*Aksesi 2 36.1071 18.0536 11.89 0.0014
4 BST Ulangan 6 1.5833 0.2639 0.33 0.9123 67.06
Lokasi 2 0.5119 0.2560 0.27 0.7655
Aksesi 1 7.7143 7.7143 9.65 0.0061
Ulangan*Lokasi 12 11.2381 0.9365 1.17 0.3701
Lokasi*Aksesi 2 2.3929 1.1964 1.50 0.2505
5 BST Ulangan 6 0.8214 0.1369 0.27 0.9436 153.20
Lokasi 2 2.6071 1.3036 3.37 0.0690
Aksesi 1 3.1488 3.1488 6.22 0.0226
Ulangan*Lokasi 12 4.6429 0.3869 0.76 0.6772
Lokasi*Aksesi 2 0.8690 0.4345 0.86 0.4403
32
Sambungan Tabel Lampiran 6. Sidik Ragam Jumlah Stolon
Parameter Sumber
Keragaman
Db
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F-
Hitung
Pr > F KK
(%)
6 BST Ulangan 6 0.9881 0.1647 0.91 0.5085 198.30
Lokasi 2 0.3214 0.1607 0.85 0.4506
Aksesi 1 1.9286 1.9286 10.68 0.0043
Ulangan*Lokasi 12 2.2619 0.1885 1.04 0.4539
Lokasi*Aksesi 2 0.3214 0.1607 0.89 0.4279
7 BST Ulangan 6 2.1190 0.3532 1.01 0.4486 171.17
Lokasi 2 1.5833 0.7917 2.28 0.1448
Aksesi 1 5.0060 5.0060 14.34 0.0014
Ulangan*Lokasi 12 4.1667 0.3472 0.99 0.4901
Lokasi*Aksesi 2 1.5833 0.7917 2.27 0.1324
8 BST Ulangan 6 0.7262 0.1210 0.80 0.5807 271.82
Lokasi 2 0.6786 0.3393 2.05 0.1717
Aksesi 1 0.8571 0.8571 5.68 0.0283
Ulangan*Lokasi 12 1.9881 0.1657 1.10 0.4162
Lokasi*Aksesi 2 0.6786 0.3393 2.25 0.1342
Tabel Lampiran 7. Sidik Ragam Berat Buah Total, Jumlah Total Buah dan Berat
Rata-rata Buah.
Parameter Sumber
Keragaman
Db
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F-
Hitung
Pr > F KK
(%)
Ulangan 5 1606,9407 321,3881 0,72 0,6216 48.00 Berat Total
Buah Lokasi 2 8781,6729 4390,8364 16,57 0,0007
Aksesi 1 6154,664 6154,664 13,70 0,0021
Ulangan*Lokasi 10 2650,1927 265,0193 0,59 0,7987
Lokasi*Aksesi 2 5110,9893 2555,4946 5,69 0,0145
Ulangan 5 34,8958 6,9792 0,55 0,7365 52.47 Jumlah
Total Buah Lokasi 2 133,7917 66,8958 13,15 0,0016
Aksesi 1 70,8403 70,8403 5,58 0,0321
Ulangan*Lokasi 10 50,875 5,0875 0,40 0,9260
Lokasi*Aksesi 2 98,7639 49,3819 3,89 0,0436
Ulangan 5 6,5908 1,3182 1,87 0,1590 13.21 Berat Rata-
rata Buah Lokasi 2 6,5747 3,2874 2,51 0,1312
Aksesi 1 9,4659 9,4659 13,45 0,0023
Ulangan*Lokasi 10 13,1223 1,3122 1,86 0,1335
Lokasi*Aksesi 2 0,5682 0,2841 0,40 0,6749
Tabel Lampiran 8. Sidik Ragam Uji Hedonik
Parameter Sumber
Keragaman
Db
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F-
Hitung
Pr > F KK (%)
Rasa Ulangan 12 13.1795 1.0983 1.73 0.1007 16.27
Lokasi 2 6.6410 3.3205 4.12 0.0290
Aksesi 1 1.2820 1.2820 2.02 0.1638
Ulangan*Lokasi 24 19.3590 0.8066 1.27 0.2522
Lokasi*Aksesi 2 1.8718 0.9359 1.47 0.2423
Warna Ulangan 12 11.0513 0.9209 1.30 0.2618 16.98
Lokasi 2 2.1538 1.0769 0.99 0.3872
Aksesi 1 1.0385 1.0385 1.46 0.2342
Ulangan*Lokasi 24 26.1795 1.0908 1.54 0.1186
Lokasi*Aksesi 2 0.9231 0.4615 0.65 0.5278
33
Sambungan Tabel Lampiran 8. Sidik Ragam Uji Hedonik
Parameter Sumber
Keragaman
Db
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F-
Hitung
Pr > F KK (%)
Aroma Ulangan 12 9.7949 0.8162 1.49 0.1747 15.71
Lokasi 2 1.2564 0.6282 0.73 0.4938
Aksesi 1 1.2820 1.2820 2.33 0.1353
Ulangan*Lokasi 24 20.7436 0.8643 1.57 0.1066
Lokasi*Aksesi 2 0.9487 0.4744 0.86 0.4301
Tekstur Ulangan 12 3.4615 0.2885 0.40 0.9555 17.82
Lokasi 2 0.7949 0.3974 0.58 0.5693
Aksesi 1 2.1667 2.1667 2.98 0.0927
Ulangan*Lokasi 24 16.5385 0.6891 0.95 0.5459
Lokasi*Aksesi 2 0.1795 0.0897 0.12 0.8842
Penerimaan Ulangan 12 17.8205 1.4850 2.83 0.0079 14.54
Lokasi 2 4.0256 2.0128 2.59 0.0957
Aksesi 1 1.0385 1.0385 1.98 0.1684
Ulangan*Lokasi 24 18.6410 0.7767 1.48 0.1414
Lokasi*Aksesi 2 0.5385 0.2692 0.51 0.6035
Tabel Lampiran 9. Sidik Ragam Rata-rata Kekerasan, PTT, Total Asam Tertitrasi,
Simpan Ruang dan Dingin
Parameter Sumber
Keragaman
Db
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F-
Hitung
Pr > F KK
(%)
Penetrometer Ulangan 3 858.4370 286.1457 0.65 0.6052 20.69
Lokasi 2 1852.4894 926.2447 1.58 0.2804
Aksesi 1 525.0082 525.0082 1.18 0.3048
Ulangan*Lokasi 6 3509.7188 584.9531 1.32 0.3400
Lokasi*Aksesi 2 405.6283 202.8141 0.46 0.6469
PTT Ulangan 3 3.1196 1.0399 2.69 0.1094 6.65
Lokasi 2 1.9869 0.9934 3.90 0.0822
Aksesi 1 3.2010 3.2010 8.27 0.0183
Ulangan*Lokasi 6 1.5288 0.2548 0.66 0.6853
Lokasi*Aksesi 2 0.2232 0.1116 0.29 0.7561
Asam Ulangan 1 0.0016 0.0016 0.16 0.7169 7.76
Lokasi 2 0.0831 0.0416 9.15 0.0985
Aksesi 1 0.0183 0.0183 1.86 0.2659
Ulangan*Lokasi 2 0.0091 0.0045 0.46 0.6689
Lokasi*Aksesi 2 0.2285 0.1142 11.60 0.0388
Dingin Ulangan 3 7.0000 2.3333 1.91 0.1986 8.61
Lokasi 1 0.6667 0.6667 0.55 0.4790
Aksesi 6 20.0000 3.3333 2.73 0.0855
Ulangan*Lokasi 2 5.3333 2.6667 2.18 0.1688
Lokasi*Aksesi 2 21.3333 10.6667 3.20 0.1133
Ruang Ulangan 3 0.4583 0.1528 0.65 0.6042 25.92
Lokasi 2 4.0000 2.0000 7.20 0.0254
Aksesi 1 2.0417 2.0417 8.65 0.0165
Ulangan*Lokasi 6 1.6667 0.2778 1.18 0.3965
Lokasi*Aksesi 2 0.3333 0.1667 0.71 0.5191
34
0
2
4
6
8
1
BST
2
BST
3
BST
4
BST
5
BST
6
BST
7
BST
8
BST
Umur Tanaman (BST)
Tinggi Batang (cm)
Lapang
Sungkupan
Rumah Plastik
Gambar Lampiran 1. Tinggi Batang Pada Lingkungan Tumbuh yang Berbeda
0
1
2
3
4
5
6
7
8
1
BST
2
BST
3
BST
4
BST
5
BST
6
BST
7
BST
8
BST
Umur Tanaman (BST)
Tinggi Batang (cm)
Cipanas 1
Cipanas 2
Gambar Lampiran 2. Tinggi Batang Pada Aksesi yang Berbeda
0
2
4
6
8
10
12
1
BST
2
BST
3
BST
4
BST
5
BST
6
BST
7
BST
8
BST
Umur Tanaman (BST)
Jumlah Daun
Lapang
Sungkupan
Rumah Plastik
Gambar Lampiran 3. Jumlah Daun Pada Lingkungan Tumbuh yang Berbeda
35
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
BST
2
BST
3
BST
4
BST
5
BST
6
BST
7
BST
8
BST
Umur Tanaman (BST)
Jumlah Daun
Cipanas 1
Cipanas 2
Gambar Lampiran 4. Jumlah Daun Pada Aksesi yang Berbeda
0123456789
1
BST
2
BST
3
BST
4
BST
5
BST
6
BST
7
BST
8
BST
Umur Tanaman (BST)
Jumlah Stolon
Lapang
Sungkupan
Rumah Plastik
Gambar Lampiran 5. Jumlah Stolon Pada Lingkungan Tumbuh yang Berbeda
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
BST
2
BST
3
BST
4
BST
5
BST
6
BST
7
BST
8
BST
Umur Tanaman (BST)
Jumlah Stolon
Cipanas 1
Cipanas 2
Gambar Lampiran 6. Jumlah Stolon Pada Aksesi yang Berbeda