pengaruh media simulasi phet (physics...
TRANSCRIPT
-
PENGARUH MEDIA SIMULASI PHET (PHYSICS
EDUCATION TECHNOLOGY) TERHADAP HASIL BELAJAR
KIMIA PADA MATERI BENTUK MOLEKUL
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
AULIA NURUL AZIZA
NIM. 11150162000074
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
-
i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
Skripsi berjudul Pengaruh Media Simulasi PhET (Physics Education
Technology) terhadap Hasil Belajar Kimia pada Materi Bentuk Molekul disusun
oleh Aulia Nurul Aziza Nomor Induk Mahasiswa 11150162000074, Program
Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang
berhak untuk diajukan pada sidang munaqasah sesuai ketetentuan yang
ditetapkan fakultas.
Jakarta, 15 Mei 2020
Yang mengesahkan,
Pembimbing I Pembimbing II
Dedi Irwandi, M.Si Evi Sapinatul Bahriah, M.Pd
NIP.19710528 200003 1 002 NIDN. 2007078501
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Kimia
Burhanudin Milama, M.Pd
NIP. 19770201 200801 1 011
-
ii
LEMBAR PENGESAHAN
-
iii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
-
iv
ABSTRAK
Aulia Nurul Aziza, NIM 11150162000074. Pengaruh Media Simulasi Phet
(Physics Education Technology) Terhadap Hasil Belajar Kimia Pada Materi
Bentuk Molekul. Skripsi. Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Siswa mempunyai masalah dalam memahami materi bentuk molekul, hal ini
dapat disebabkan karena kurangnya visualisasi struktur ruang dari molekul. Sehingga
mengharuskan guru untuk menjadi kreatif dan inovatif, misalnya dengan
memanfaatkan media pembelajaran bebasis teknologi. Saat ini dunia telah berada pada
era revolusi industri 4.0, dan salah satu media berbasis teknologi yang dapat digunakan
untuk menyampaikan materi bentuk molekul adalah media simulasi PhET. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh media simulasi PhET terhadap hasil
belajar kimia pada materi bentuk molekul. Metode penelitian yang digunakan adalah
quasi eksperimen. Desain penelitian yang digunakan adalah nonequivalent control
grup design. Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas X IPA 1 berjumlah 39 siswa
dan X IPA 2 berjumlah 40 siswa. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu soal tes
pilihan ganda untuk melihat hasil belajar siswa. Data dianalisis menggunakan SPSS
versi 25. Hasil penelitian dari uji hipotesis Independent Sample T-Tes menunjukan nilai
signifikansi 0,010 < taraf signifikan 0,05 yang menyatakan H1 diterima sehingga dapat
disimpulkan penggunaan media simulasi PhET berpengaruh signifikan terhadap hasil
belajar kimia pada materi bentuk molekul.
Kata kunci: Media Simulasi PhET, Hasil Belajar, Materi Bentuk Molekul
-
v
ABSTRACT
Aulia Nurul Aziza, NIM 11150162000074. Effect of Phet Simulation Media
(Physics Education Technology) on Chemistry Learning Outcomes of Molecule
Shapes Theory. Skripsi. Chemistry Education Studies Program, Department Of
Science Education, Faculty Of Tarbiyah Dan Teacher Training, Syarif Hidayatullah
State Islamic University Jakarta.
Students have problems in understanding the material in the form of molecules,
this can be caused by the lack of visualization of the spatial structure of molecules. So
that requires teachers to be creative and innovative, for example by utilizing
technology-based learning media. Now the world has been in the era of the industrial
revolution 4.0 and than one of the technology-based media that can be used to convey
molecular form material is the PhET simulation media. The purpose of this study is to
look at the effect of PhET simulation media on the results of chemical learning on
molecular shape material. The research method used was quasi-experimental. The
research design used was nonequivalent control group design. The sample in this study
were students of class X IPA 1 totaling 39 students and X IPA 2 totaling 40 students.
The research instrument used was a multiple choice test to see student learning
outcomes. Data were analyzed using SPSS version 25. The results of the Independent
Sample T-Test hypothesis test showed a significance value of 0.010
-
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrohim
Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah memberi limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Media
Simulasi Phet (Physics Education Technology) Terhadap Hasil Belajar Kimia
Pada Materi Bentuk Molekul”. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya, dan semoga kita selaku
umatnya mendapatkan syafa’at-Nya di hari kiamat kelak. Aamiin
Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini, baik berupa moril maupun materil. Pada kesempatan ini,
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dr. Sururin, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Burhanudin Milama, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Dedi Irwandi, M.Si., selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan
arahan dan bimbingan, perhatian, saran dan waktunya kepada penulis selama
penyusunan skripsi. Semoga Bapak selalu diberikan Kesehatan dan keberkahan
oleh Allah SWT.
4. Evi Sapinatul Bahriah, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, perhatian, ilmu, dan waktunya dalam penyusunan
skripsi. Semoga Ibu selalu diberikan Kesehatan dan keberkahan oleh Allah
SWT
-
vii
5. Rizqy Nur Sholihat, M.Pd., selaku validator instrumen yang telah memberikan
kritik dan sarannya kepada penulis. Semoga Allah memberikan keberkahan atas
ilmu yang telah diberikan.
6. Buchori Muslim, M.Pd., selaku validator instrumen yang telah memberikan
kritik dan sarannya kepada penulis. Semoga Allah memberikan keberkahan atas
ilmu yang telah diberikan.
7. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Pendidikan IPA yang telah memberikan
ilmunya selama masa perkuliahan dan penyelesaian skripsi. Semoga Allah
SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan.
8. Drs. Rodani, MM., selaku Kepala Sekolah SMAN 3 Tangerang Selatan yang
telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah
tersebut.
9. Dra. Wara Gawatiningsiah, M.Pd., selaku guru kimia SMAN 3 Tangerang
Selatan yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis selama
melakukan penelitian di sekolah tersebut.
10. Kedua orang tua tercinta, alm. Bapak Mat Kalang yang telah memberikan kasih
sayang, semangat, dan doa. Semoga ayah mendapat tempat terbaik disisi Allah
SWT maafkan aku yang terlambat mewujudkan ini untuk ayah. Ibu Tiyamah
yang selalu mendoakan, memberikan kasih sayang, motivasi, dan dukungan
baik dari segi moril maupun materil semoga Allah selalu memberikan panjang
umur dan kesehatan untuk mamah.
11. Seluruh keluarga tersayang yang selalu memberikan doa, motivasi, dan
dukungannya untuk penulis selama proses penyelesaian skripsi. Semoga Allah
SWT senantiasa memberikan keberkahan, kebahagiaan, dan kesehatan.
12. Sahabat tercinta, Via Fitriani, Dwi Ratna Kusuma , Choirunnisa, Rizqo Fadhila,
Dyah Fadjar, Lathifa Utami, Munirotus Saadah terima kasih atas kesetiaan
menemani dikala suka dan duka semoga Allah SWT membalas semua kebaikan
yang kalian berikan.
-
viii
13. Semua teman – teman seperjuangan pendidikan kimia 2015 terima kasih atas
dukungan dan bantuan yang diberikan semoga mendapat balasan dari Allah
SWT.
14. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan mohon maaf atas segala kekurangan yang ada
dalam skripsi ini. Oleh karena itu, penulis memohon kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Jakarta, 2020
Aulia Nurul Aziza
NIM. 11150162000074
-
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ......................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ...................................................................... iii
ABSTRAK .............................................................................................................................. iv
ABSTRACT ............................................................................................................................. v
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................................ 6
C. Pembatasan Masalah ............................................................................................... 6
D. Rumusan Masalah ................................................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian .................................................................................................. 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................................................. 8
A. Deskrisi Teoritik ...................................................................................................... 8
1. Media Pembelajaran ............................................................................................... 8
2. Media simulasi PhET ............................................................................................ 16
3. Hasil Belajar........................................................................................................... 23
4. Materi Bentuk Molekul ......................................................................................... 32
B. Penelitian Relevan ................................................................................................. 41
C. Kerangka Berpikir ................................................................................................ 43
D. Hipotesis Penelitian ............................................................................................... 46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................... 47
A. Tempat dan Waktu Penelitian.............................................................................. 47
B. Metode dan Desain Penelitian .............................................................................. 47
-
x
C. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................................... 48
D. Alur Penelitian ...................................................................................................... 49
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................... 52
F. Instrumen Penelitian ............................................................................................. 52
6 Teknik Analisis Data ............................................................................................. 55
7 Hipotesis Statistik .................................................................................................. 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................................... 58
A. Hasil Penelitian ...................................................................................................... 58
1. Data Hasil Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ............. 58
2. Data Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Berdasarkan
Taksonomi Bloom .................................................................................................. 59
3. Data Hasil Uji Prasyarat Sampel Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ......... 60
4. Data Hasil Uji Hipotesis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ....................... 62
B. Pembahasan ........................................................................................................... 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................ 76
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 76
B. Saran ....................................................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 78
LAMPIRAN – LAMPIRAN ................................................................................................. 84
-
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Desain Penelitian .................................................................................................. 48
Tabel 3.2 Kisi – Kisi Soal Hasil Belajar Siswa Materi Bentuk Molekul .......................... 52
Tabel 3.3 Kisi – Kisi Soal Hasil Belajar Siswa Materi Bentuk Molekul .......................... 54
Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas.............................................................................................. 55
Tabel 4.1 Data Hasil Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ......... 58
Tabel 4.2 Data Persentase Rata-rata Hasil Belajar Kognitif Berdasarkan Taksonomi
Bloom ..................................................................................................................................... 59
Tabel 4.3 Data Hasil Uji Normalitas Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol ................................................................................................................................... 61
Tabel 4.4 Data Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol ................................................................................................................................... 61
Tabel 4.5 Data Hasil Uji-t Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 62
-
xii
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Geometri molekul dengan PEB ...................................................................... 19
Gambar 2.2 Geometri molekul tanpa pasangan elektron bebas (PEB) ........................... 36
Gambar 2.3 Geometri molekul dengan adanya pasangan elektron bebas (PEB) ........... 38
Gambar 2.4 Kerangka Berpikir .......................................................................................... 45
Gambar 3.1 Alur Penelitian ................................................................................................. 51
Gambar 4.1 Diskusi kelas kontrol menggunakan media buku paket ............................. 66
Gambar 4.2 Diskusi kelas eksperimen menggunakan media PhET ................................ 67
Gambar 4.3 Tampilan PhET Molecule Shapes: Basics ...................................................... 67
Gambar 4.4 Tampilan PhET Molecule Shapes................................................................... 68
Gambar 4.5 Contoh soal level kognitif C2 .......................................................................... 71
Gambar 4.6 Tampilan Real Molecules dari PhET molecule shapes ................................ 72
Gambar 4.0.7 Contoh soal level kognitif C3 ....................................................................... 72
Gambar 4.8 Tampilan model dari PhET Molecule Shape ................................................. 73
Gambar 4.9 Contoh soal level kognitif C4 .......................................................................... 74
Gambar 4.10 Contoh soal level kognitif C1 ........................................................................ 74
-
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. RPP kelas eksperimen .................................................................................... 85
Lampiran 2. RPP kelas kontrol ........................................................................................... 93
Lampiran 3. Lembar Validasi Instrumen Tes Hasil Belajar .......................................... 111
Lampiran 4. Uji Empirik Soal Bentuk Molekul ............................................................... 128
Lampiran 5. Analisis Butir Soal Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ................................ 134
Lampiran 6. Soal Instrumen Tes Penelitian ..................................................................... 141
Lampiran 7. Hasil Belajar Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol146
Lampiran 8. Persen Rata-rata Hasil Belajar Kognitif Berdasarkan Taksonomi Bloom
.............................................................................................................................................. 148
Lampiran 9. Data Hasil Uji Nomalitas .............................................................................. 156
Lampiran 10. Data Hasil Uji Homogenitas ...................................................................... 159
Lampiran 11. Data Hasil Uji Hipotesis ............................................................................. 161
Lampiran 12. Lembar Observasi Guru ............................................................................ 163
Lampiran 13. Surat Permohonan Izin Validasi Instrumen oleh Dosen Ahli ................ 164
Lampiran 14. Surat Izin Penelitian ................................................................................... 166
Lampiran 15. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian ........................................ 167
Lampiran 16. Dokumentasi ................................................................................................ 168
Lampiran 17. Hasil Turnitin .............................................................................................. 174
file:///C:/Users/ammar%20azmi/Pictures/Au;ia_%20SKRIPSI%20Revisi.docx%23_Toc46195080file:///C:/Users/ammar%20azmi/Pictures/Au;ia_%20SKRIPSI%20Revisi.docx%23_Toc46195080
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan zaman yang terjadi sampai saat ini diiringi juga oleh perubahan tingkah
laku manusia. Perubahan tingkah laku manusia dapat dibentuk oleh banyak hal, salah
satunya melalui dunia pendidikan. Pada dasarnya tujuan pendidikan adalah
mengantarkan para peserta didik menuju perubahan tingkah laku, baik intelektual,
moral maupun sosial agar dapat hidup hidup mandiri dan menjadi makhluk sosial
(Nana Sudjana & Rivai, 2013, hlm.1). Pendidikan mempunyai peran penting dalam
memastikan kelangsungan hidup bangsa, karena pendidikan digunakan untuk
mengukur kualitas sumber daya manusia, sehingga pendidikan merupakan tanggung
jawab pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia.
Dari masa ke masa dunia pendidikan mengalami perubahan dan kemajuan.
Menurut Daryanto dalam (Ramadhani et al., 2016) kemajuan dalam dunia pendidikan,
terutama dalam ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan pengaruh terhadap proses
pembelajaran di sekolah. Kegiatan pembelajaran yang awalnya berlangsung satu arah
dan terpusat pada guru (teacher centered), seperti konsep behavioristik, dimana
pendidik menyediakan dan menuangkan informasi sebanyak-banyaknya kepada
peserta didik. Namun saat ini dunia pendidikan berada pada era transformasi
pendidikan abad 21 dimana dalam kegiatan pembelajaran berlangsung dua arah.
Pendidikan di Abad-21 perlu mempertimbangkan berbagai hal, baik kompetensi
lulusan, isi/konten pendidikan, maupun proses pembelajarannya, sehingga pendidikan
di Abad-21 harus memperhatikan hal-hal berikut: (1) Pemanfaatan Teknologi
Pendidikan, (2) Peran Strategis Guru/Dosen dan Peserta Didik, (3) Metode Belajar
Mengajar Kreatif, (4) Materi Ajar yang Kontekstual, dan (5) Struktur Kurikulum
Mandiri berbasis Individu (BSNP, 2010, hlm.46-47).
-
2
Tetapi, pada kenyataannya penerapan pendidikan abad 21 belum sepenuhnya
terlaksana. Terdapat masalah yang muncul dalam dunia pendidikan. Dalam proses
belajar mengajar, banyak peserta didik yang menangkap materi pembelajaran secara
pasif karena merasa jenuh dengan pelajaran yang disampaikan dengan metode
ceramah. Kimia merupakan salah satu pelajaran yang termasuk ke dalamnnya. Pada
pembelajaran kimia dibeberapa sekolah selama ini terlihat kurang menarik dan
cenderung monoton. Hal ini menyebabkan siswa merasa jenuh dan kurang memiliki
minat pada pelajaran kimia (Sunyono et al., 2009). Sehingga proses pembelajaran
cenderung pasif, sedikit sekali siswa yang bertanya pada guru meskipun materi yang
diajarkan kurang dipahami.
Kesulitan siswa dalam memahami kimia, mengharuskan guru untuk menjadi
kreatif dan inovatif, misalnya dengan memanfaatkan media pembelajaran. Selain itu,
teknologi yang semakin berkembang mengharuskan guru untuk memanfaatkan
teknologi untuk itu membuat dan mengembangkan media pembelajaran sesuai dengan
kemajuannya. Saat ini dunia telah berada pada era revolusi industri 4.0 , era ini ditandai
dengan semakin berkembangnya bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK),
salah satunya berupa teknologi digital. Hal ini dapat dipengaruhi oleh perkembangan
internet yang menjadi patokan utama konektivitas manusia. Sehingga tidak heran jika
dalam dunia pendidikan muncul istilah “Pendidikan 4.0”. Pendidikan 4.0 (Education
4.0) merupakan istilah umum yang digunakan oleh para ahli pendidikan untuk
menggambarkan berbagai cara mengintegrasikan teknologi baik secara fisik maupun
tidak ke dalam pembelajaran (Priatmoko, 2018)
Media pembelajaran adalah alat bantu yang berguna dalam kegiatan belajar
mengajar (Priyatmoko, Saptorini, & Diniy, 2012, hlm.37). Alat bantu dapat mewakili
sesuatu yang tidak dapat disampaikan guru melalui kata-kata atau kalimat. Media
mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Sebagai alat
bantu, media mempunyai fungsi untuk mempermudah tujuan pengajaran (Djamarah &
Zain, 2010, hlm.122). Hal ini dipengaruhi oleh keyakinan bahwa proses belajar
mengajar dengan bantuan media mempertinggi kegiatan belajar peserta didik dalam
-
3
tenggang waktu yang cukup lama. Dengan demikian berarti kegiatan belajar peserta
didik dengan bantuan media akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih
baik dari pada tanpa bantuan media (Djamarah & Zain, 2010, hlm.122)
Seiring dengan berkembangnya dunia teknologi informasi sekarang ini, para ahli
berupaya untuk mengembangkan berbagai media pembelajaran berbasis komputer.
Ada yang berupa ebook ( buku elektronik ), video animasi, video interaktif, slide
powerpoint, berbagai program flash hingga laboratorium virtual. Semua jenis media
itu sangat membantu guru dalam menyampaikan informasi kepada siswa selama proses
belajar mengajar. Salah satu media pembelajaran yang memanfaatkan teknologi dan
saat ini mulai populer adalah Program berbasis Virtual Laboratory PhET (Physics
Education Technology), yang menyediakan simulasi fenomena fisik berbasis penelitian
secara gratis, menyenangkan, interaktif dan bisa mengajak siswa untuk belajar dengan
cara-cara mengeksplorasi secara langsung. Dengan program ini, siswa bisa lebih nyata
mengamati fenomena yang ada (Wuryaningsih & Suharno, 2014) PhET (Physic
Education Technology) Simulations Interactive merupakan media pembelajaran yang
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi yang dikembangkan oleh
Universitas Colorado (Moore et al., 2014).
Media pembelajaran yang berupa simulasi memungkinkan untuk memberikan
pengalaman-pengalaman bermakna bagi siswa. Menurut Gredler dalam (Stiawan et al.,
2014) media yang menampilkan simulasi mampu membuat siswa ikut terlibat dalam
dunia virtual di dalamnya, sehingga mereka dapat mengaplikasikan pengetahuan,
kemampuan, dan pemikiran yang mereka miliki. Media simulasi PhET dapat
digunakan sebagai media pembelajaran kimia tujuannya untuk dapat menciptakan
pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sehingga siswa lebih tertarik untuk
mempelajari kimia. PhET dapat menampilkan gambaran partikel-partikel kimia yang
abstrak dalam bentuk simulasi interaktif (Rizkiana & Apriani, 2020).
Media simulasi PhET dapat diakses menggunakan komputer jinjing (laptop) dan
juga smartphone. Menurut Shih, et al (2016) dalam (Ismail, 2017) mengaplikasikan
smartphone dalam menunjang pembelajaran dapat lebih menguntungkan dibanding
-
4
melalui pembelajaran konvensional. Secara tidak langsung siswa terlibat aktif dan
membantu siswa dengan cepat memahami konsep baru serta meningkatkan
kepercayaan diri. Dalam pembelajaran hal ini memberi potensi positif yang dapat
mempengaruhi belajar siswa.
University of Colorado Boulder telah mengembangkan PhET lebih dari 30
interaktif simulasi untuk proses belajar mengajar kimia (Moore et al., 2014). Setiap
simulasi memiliki nama masing – masing sesuai dengan materi yang ada di dalamnya
salah satu termasuk didalamnya adalah PhET Molecule Shapes (MS). PhET MS ini
diperuntukan untuk menyajikan simulasi dari materi bentuk molekul. Karakteristik dari
PhET Molecule Shapes yaitu memiliki sisi interaktif dan dapat menampilkan gambaran
bentuk molekul secara tiga dimensi (3D) beserta tampilan besar sudut-sudut di
dalamnya (Stiawan et al., 2014)
Menurut Effendy (2010) dalam (Stiawan et al., 2014) bentuk molekul merupakan
konsep yang berkaitan dengan struktur zat yang berupa susunan tiga dimensi atom-
atom yang ditentukan oleh jumlah ikatan dan besar sudut-sudut ikatan di sekeliling
atom pusat. Pada silabus kimia SMA kurikulum 2013 mengarahkan siswa agar dapat
meramalkan bentuk molekul melalui teori domain elektron yang didasarkan pada
jumlah pasangan elektro yang berada disekeliling atom pusat. Menurut (Singhal et al.,
2012) menyatakan bahwa siswa di sekolah yang mempunyai masalah dalam
memahami materi struktur molekul, hal ini dapat disebabkan karena kurangnya
visualisasi struktur ruang dari molekul. Di sekolah penyampaian materi bentuk molekul
hanya diajarkan dalam representasi dua dimensi menggunakan papan tulis atau buku.
Kurangnya visualisasi dapat berdampak terhadap pemahaman siswa. Usman
(2002, hlm.35) menyatakan bahwa pemahaman siswa merupakan bagian dari domain
kognitif hasil belajar dimana pemahaman mengacu pada kemampuan siswa dalam
memahami makna materi. Masih rendahnya pemahaman peserta didik mengenai materi
bentuk molekul menyebabkan hasil belajar yang diperoleh juga rendah (Siregar, 2018).
Domain kognitif hasil belajar meliputi 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi (Nana Sudjana, 2014, hlm.22-29). Sehingga
-
5
perlu upaya untuk meningkatkan hasil belajar kognitif siswa dalam materi bentuk
molekul.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan media
pembelajaran yang dapat memberi gambaran bentuk molekul secara visual. Dalam hal
ini, penggunaan media simulasi PhET Molecule Shape dapat menjadi solusi. Jika kita
telah mengetahui jumlah pasangan elektron ikatan dan pasangan elektron bebas dari
suatu molekul, maka dengan menggunakan PhET Molecule Shape kita bisa melihat
gambaran 3D dan juga besar tiap sudut ikatan dari molekul serta dapat mengetahui
bentuk molekulnya. Media simulasi PhET dapat menampilkan gambaran partikel-
partikul kimia yang tidak tampak menjadi bentuk simulasi interaktif. Animasi dan
simulasi telah lama dikenal sebagai bagian penting dalam pengajaran dan pembelajaran
kimia (Moore et al., 2014). Menurut (Sumargo & Yuanita, 2014) menyatakan bahwa
penerapan media yang baik akan dapat meningkatkan keberhasilan belajar siswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Stiawan, Liliasari, & Rohman (2014)
“Pengembangan keterampilan berpikir kritis siswa SMA pada topik teori domain
elektron melalui simulasi interaktif PhET Molecule Shapes” menunjukkan bahwa,
PhET MS dapat meningkatkan penguasaan sebagian indikator keterampilan berpikir
kritis. Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa terjadi pada indikator membuat
induksi dan mempertimbangkan hasil induksi (N-gain: 45,54 %), serta menganalisis
argumen (N-gain: 57,03 %). Penelitian lain juga dilakukan oleh Nkemakolaml, Chinel,
& Jane (2018) dengan judul “ Effect of Computer Simulations on Secondary School
Students’ Academic Achievement in Chemistry in Anambra State” menunjukkan
bahwa, simulasi komputer (PhET) memiliki pengaruh signifikan terhadap pencapaian
rata-rata keseluruhan siswa dalam kimia. Kelompok eksperimen yang diajarkan kimia
dengan simulasi komputer (PhET) memiliki pencapaian rata-rata yang lebih tinggi dari
pada kelompok kontrol yang diajarkan dengan metode ceramah.
Dengan menggunakan media simulasi PhET pada materi bentuk molekul,
diharapkan siswa lebih tertarik dan mudah dalam memahami bentuk molekul. Dengan
demikian diharapkan hasil belajar kognitif siswa akan lebih baik. Berdasarkan
-
6
permasalahan di atas penulis tertarik untuk mengkaji pengaruh media simulasi PhET
(Physic Education Technology) terhadap hasil belajar kimia pada materi bentuk
molekul.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka identifikasi masalah yang termuat yaitu
sebagai berikut:
1. Siswa mempunyai masalah dalam memahami bentuk molekul karena kurangnya
visualisasi atau penggambaran secara 3 dimensi.
2. Dibutuhkan media pembelajaran untuk menggambarkan bentuk molekul karena
materi bentuk molekul bersifat abstrak.
3. Kurangnya pemahaman siswa mengenai materi bentuk molekul menyebabkan
hasil belajar kognitif yang diperoleh siswa juga rendah.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dianalisis, maka masalah yang akan
diteliti dibatasi pada :
1. Penggunaan media pembelajaran simulasi PhET untuk menggambarkan bentuk
molekul.
2. Pengukuran hasil belajar pada penelitian ini adalah ranah kognitif berdasarkan
Taksonomi Bloom edisi 1 revisi tahun 2001.
3. Materi pokok bentuk molekul.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah “Apakah simulasi PhET(Physic Education Technology) sebagai media
pembelajaran berpengaruh terhadap hasil belajar kimia pada materi bentuk molekul?“.
-
7
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditentukan maka tujuan dalam penelitian
ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh media simulasi PhET( Physic
Education Technology) terhadap hasil belajar kimia pada materi bentuk molekul.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa
Siswa dapat lebih semangat dalam belajar dengan adanya inovasi media
pembelajaran yang interaktif dan berbasis teknologi.
2. Bagi guru
Sebagai bahan pertimbangan untuk dapat menerapkan dan memvariasikan
media pembelajaran yang cocok untuk setiap materi dalam pembelajaran kimia.
3. Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan dalam menggunakan media simulasi PhET( Physic
Education Technology) yang berkaitan terhadap hasil belajar kimia serta
menjadi langkah awal peneliti untuk mempersiapkan diri menjadi pendidik
yang berkualitas.
-
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskrisi Teoritik
1. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Kata “media” berasal dari bahasa latin medius yang memiliki arti
‘tengah’,’perantara’ atau ‘pengantar’. Sedangkan dalam bahasa arab media
diartikan sebagai perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada
penerima pesan (Arsyad, 2014, hlm.3). Ada yang mengartikan media sebagai
alat informasi dan komunikasi, sarana dan prasarana, fasilitas, penunjang,
penghubung, penyalur dan lainnya (Munadi, 2013, hlm.5). Sedangkan
menurut Gerlach dan Ely (1980:244) dalam Sanjaya (2006, hlm.163) media
bukan hanya alat dan bahan saja, tetapi termasuk juga hal – hal yang dapat
memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan. Menurut Gerlach secara
umum media meliputi orang, peralatan maupun kegiatan yang memungkinkan
siswa untuk mendapat pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Rossi dan Breidle (1996) dalam (Sanjaya, 2011, hlm.163) menyatakan
bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dipakai untuk
dunia pendidikan, seperti, koran, majalah, radio, televisi, buku dan
sebagainya. Media pembelajaran merupakan sumber-sumber belajar selain
dari guru untuk menyalurkan pesan ajar yang diadakan atau diciptakan secara
terencana oleh guru atau pendidikan (Munadi, 2013, hlm.5). Sehingga dapat
dipahami bahwa media pembelajaran adalah alat bantu yang digunakan
sebagai penyalur pesan antara pendidik dan peserta didik guna mencapai
tujuan pembelajaran.
-
9
b. Fungsi Media Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, media mempunyai arti yang cukup penting
yaitu sebagai perantara bahan ajar yang disampaikan. Media dapat mewakili
apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata – kata maupun kalimat.
Media dapat memperjelas materi yang abstrak untuk menjadi lebih konkret
(Djamarah & Zain, 2010, hlm.120).
Media pengajaran dapat mempermudah proses belajar siswa dalam
kegiatan pembelajaran yang pada tujuannya agar dapat mempertinggi hasil
belajar yang dicapai. Manfaat media pengajaran dalam proses belajar
mengajar antara lain:
a. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar.
b. Bahan pengajaran akan memiliki makna yang lebih jelas sehingga dapat
lebih mudah dipahami dan memungkinkan siswa untuk mencapai tujuan
pengajaran.
c. Metode pengajaran akan lebih bervariasi , bukan hanya melalui tutur kata
yang membuat siswa merasa bosan dan guru dapat lebih menghemat
tenaga.
d. Siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran, sebab bukan hanya
mendengarkan penjelasan guru tetapi juga melalukan aktivitas lain seperti
mengamati, melakukan sesuatu dan lainnya (Nana Sudjana & Rivai,
2013, hlm.2).
Sebagai alat bantu, media mempunyai fungsi untuk mempermudah tujuan
pengajaran. Hal ini dipengaruhi oleh rasa percaya bahwa kegiatan belajar
mengajar melalui media pembelajaran dapat meningkatkan kegiatan belajar
peserta didik dalam waktu yang cukup lama. Sehingga kegiatan belajar peserta
didik melalui adanya media pembelajaran akan mendapatkan proses dan juga
-
10
hasil belajar yang lebih baik dibandingkan tanpa bantuan media (Djamarah &
Zain, 2010, hlm.121).
Menurut (Arsyad, 2014, hlm.29) manfaat praktis penggunaan media
pembelajaran sebagai berikut:
1 Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian informasi maupun
pesan sehingga dapat memperlancar kegiatan belajar dan meningkatkan
hasil belajar.
1. Media pembelajaran dapat mengarahkan perhatian anak sehingga
memunculkan motivasi belajar.
2. Media pembelajaran dapat memberikan solusi terhadap keterbatasan
indera, ruang dan waktu.
3. Media pembelajaran dapat memberikan pengalaman yang sama kepada
siswa.
Dari beberapa fungsi diatas, maka media pembelajaran memilki nilai
praktis sebagai berikut:
1. Media bisa mengatasi keterbatasan pengalaman yang siswa miliki.
2. Dapat mengatasi batas ruang kelas, seperti menyederhanakan objek yang
terlalu kompleks, menampilkan objek yang terlalu besar untuk masuk ke
dalam ruang kelas dan sebagainya.
3. Memungkinkan terjadinya interaksi antara peserta didik dengan
lingkungan.
4. Menghasilkan pengamatan yang seragam.
5. Menanamkan konsep dasar yang benar, nyata dan tepat.
6. Memunculkan motivasi dan mendukung peserta didik untuk belajar lebih
baik.
7. Memunculkan keinginan dan minat yang baru.
8. Mengendalikan kecepatan belajar siswa.
9. Media dapat memberikan pengalaman menyeluruh dari hal konkret
sampai abstrak (Sanjaya, 2011, hlm.171-172).
-
11
c. Jenis Media Pembelajaran
Dewasa ini media pembelajaran semakin bervariatif dan terdiri dari
beragam jenis. Mulai dari yang sederhana atau bersifat konvensional maupun
yang canggih sesuai dengan perkembangan zaman saat ini. Jika dilihat dari
sifatnya media pembelajaran dapat dibagi ke dalam 3 jenis sebagai berikut :
1. Media auditif yaitu media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio
dan rekaman suara.
2. Media visual merupakan media yang terlihat tetapi tidak memiliki suara,
seperti gambar, foto, lukisan, dan berbagai bahan hasil cetakn media
grafis.
3. Media audiovisual merupakan media yang di dalamnya memuat unsur
gambar dan unsur suara misalnya film, slide suara, rekaman video dan
lainnya (Sanjaya, 2011, hlm.172).
Jika diperhatikan dari intensitasnya, maka indera yang paling sering
digunakan manusia untuk mendapat pengetahuan serta pengalaman adalah
indera pendengaran dan penglihatan. Kedua indera ini ada masanya berkerja
sendiri dan juga berkerja bersama. Media yang hanya melibatkan indera
pendenggaran saja disebut media audio. Media yang hanya melibatkan indera
penglihatan saja yaitu media visual. Dan media yang melibatkan keduanya
adalah media audiovisiual sedangkan jika dalam pemakaiannya melibatkan
banyak indera selain pendengaran dan penglihatan maka disebut sebagai
multimedia (Munadi, 2013, hlm.54) .
Seels & Glasgow mengelompokan berbagai jenis media yang dilihat dari
sisi perkembangan teknologi. Dibagi ke dalam 2 katerogi luas yaitu pilihan
media teknologi tradisional dan pilihan media teknologi mutakhir (Arsyad,
2014, hlm.35-36).
1. Pilihan media tradisional
-
12
a. Visual diam yang diproyeksikan
• Proyeksi opaque
• Proyeksi overhead
• Slides
• Filmstrips
b. Visual yang tak diproyeksikan
• Gambar, poster
• Foto
• Charts, grafik, diagram
• Pameran, papan info
c. Audio
• Rekaman piringan
• Pita kaset, reel, cartridge
d. Penyajian multimedia
• Tape
• Multi-image
e. Visual dinamis yang diproyeksikan
• Film
• Televisi
• Video
f. Cetak
• Buku teks
• Modul
• Workbook
• Majalah ilmiah
• Hand-out
g. Permainan
• Teka – teki
-
13
• Simulasi
• Permainan papan
h. Realia
• Model
• Specimen
• Manipulatif( peta,boneka)
2. Pilihan media teknologi mutakhir
a. Media berbasis telekomunikasi
• Telekonferen
• Kuliah jarak jauh
b. Media berbasis mikroprosesor
• Computer-assisted instruction
• Permainan komputer
• Sistem tutor inteljen
• Interaktif
Ada berbagai jenis media pengajaran yang dapat digunakan dalam proses
pembelajaran. Pertama, media grafis atau bias disebut media dua dimensi
seperti bagan, poster, komik, gambar, foto, grafik, kartun dan lainnya, kedua
media tiga dimensi dalam bentuk pemodelan seperti model padat , model
penampang, model susun, mock up, diorama, dan lainnya. Ketiga media
proyeksi seperti slide, film strips, OHP dan lainnya. Keempat memanfaatkan
lingkungan sebagai media pengajaran (Nana Sudjana & Rivai, 2013, hlm.3-
4).
Penggunaan media jika dilihat dari daya liputnya juga terbagi menjadi
beberapa jenis sebagai berikut:
a. Media dengan Daya Liput Luas dan Serentak
-
14
Pemakaiannya tidak dipengaruhi oleh batasan ruang dan tempat sehingga
dapat digunakan oleh peserta didik yang jumlahnya banyak dalam waktu
yang sama. Contoh: televisi dan radio.
b. Media dengan Daya Liput yang Terbatas oleh Ruang dan Tempat
Media jenis ini dalam pemakaiannya membutuhkan ruang dan tempat yang
khusus seperti film, sound slides, film rangkai, yang mengharuskan
berada pada tempat yang tertutup dan gelap.
c. Media untuk Pengajaran Individual
Media ini penggunaannya hanya untuk perseorangan, yang termasuk media
ini adalah modul berprogram dan pengajaran melalui komputer (Djamarah
& Zain, 2010, hlm.120).
d. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan bagian dari pembelajaran yang berperan
penting dalam proses pendidikan. Proses memanfaatkan suatu media
merupakan salah satu hal yang harus dilakukan oleh pengajar khususnya guru
sebagai fasilitator dalam belajar. Sehingga pengajar harus memahami cara
untuk menentukan suatu media yang cocok dan efektif digunakan dalam
proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai. Salah
satunya dengan memperhatikan kriteria dalam memilih media pembelajaran.
(Nana Sudjana & Rivai, 2013, hlm.4-5) mengemukakan rumusannya
yaitu dalam memilih media untuk pengajaran sebaiknya memperhatikan
kriteria-kriteria sebagai berikut:
1. Ketepatannya dengan tujuan pengajaran, diartikan bahwa media
pengajaran dipilih didasarkan pada tujuan-tujuan instruksional yang
ditetapkan. Tujuan instruksional berisikan unsur-unsur pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis, lebih memungkinkan untuk menggunakan
media pengajaran.
-
15
2. Pendukung terhadap bahan pelajaran, artinya bahan pelajaran yang
sifatnya fakta, prinsip, konsep dan generalisasi membutuhkan bantuan
media agar dapat lebih mudah dipahami peserta didik.
3. Media yang diperlukan mudah diperoleh atau paling tidak mudah dibuat
oleh guru.
4. Keterampilan guru dalam menggunakan media. Guru yang pandai
menggunakan media pada saat terjadinya interaksi belajar peserta didik
dengan lingkungannya dalam pengajaran diharap dapat mempertinggi
kualitas pengajaran.
5. Diberikan waktu yang cukup dalam pemakaian suatu media sehingga
dapat bermanfaat untuk perserta didik.
6. Memilih media untuk pendidikan dan pengajaran harus sesuai dengan
taraf berpikir peserta didik, sehingga dapat dipahami oleh peserta didik.
Menurut Drs. Sudirman N. (1991) dalam (Djamarah & Zain, 2010,
hlm.126-127) mengemukakan beberapa prinsip pemilihan media pengajaran
yang dibagi ke dalam tiga kategori, sebagai berikut:
a. Tujuan Pemilihan
Tujuan pemilihan media pembelajaran harus jelas. Apakah memilih
media untuk pembelajaran ataukah hanya sekedar untuk hiburan mengisi
waktu kosong. Lebih khususnya lagi apakah untuk pembelajaran
kelompok atau individu.
b. Karakteristik media pengajaran
Setiap media pembelajaran mempunyai karakteristik tertentu, bisa terlihat
dari keunggulannya, cara pembuatan maupun cara penggunaannya.
Memahami karakteristik media pembelajaran merupakan kemampuan
dasar yang harus dimiliki dalam kaitannya dengan pemilihan media
pembelajaran. Dengan demikian memungkinkan pendidik menggunakan
media yang bervariasi.
c. Alternatif Pilihan
-
16
Terdapat beberapa media yang bisa diperbandingkan sehingga kita bisa
memilih dan menentukan media mana yang cocok untuk pembelajaran.
Hal penting yang perlu dipahami dalam menggunakan media dalam
proses pembelajaran adalah suatu media diperuntukan untuk memudahkan
siswa saat mempelajari materi pelajaran. Sehingga pada penggunaannya harus
melihat dari sudut pandang kebutuhan siswa, maka ada beberapa hal yang
harus diperhatikan di antaranya yaitu :
a. Media yang digunakan harus sesuai dan searah dengan tujuan
pembelajaran. Media bukan hanya digunakan sebagai hiburan, tetap
benar-benar digunakan untuk membantu siswa dalam belajar.
b. Media yang digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran. Setiap
materi memiliki kekhasan dan kompleksannya tersendiri.
c. Media harus sesuai dengan minat, kebutuhan dan kondisi siswa. Siswa
yang memilki kemampuan mendengar kurang baik, akan sulit
menggunakan media jenis auditif. Begitu pula bagi siswa yang kurang
minat pada media visual. Sehingga guru perlu memperhatikan
kemampuan dan gaya belajar siswanya.
d. Media harus memperhatikan efektivitas dan efisien saat digunakan. Guru
harus memilki kemampuan dalam mengoperasikan media pembelajaran
yang digunakan (Sanjaya, 2011, hlm.173-174).
2. Media simulasi PhET
a. Pengertian Simulasi PhET
PhET (Physic Education Technology) Simulations Interactive merupakan
media pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
dikembangkan oleh Universitas Colorado. PhET dapat menampilkan
gambaran partikel-partikel kimia yang abstrak dalam bentuk simulasi
interaktif. University of Colorado Boulder telah mengembangkan PhET lebih
dari 30 interaktif simulasi untuk proses belajar mengajar kimia. Simulasi
-
17
PhET menyediakan akses dinamis ke beberapa representasi dan dapat diakses
secara online. Simulasi ini dirancang secara fleksibel untuk menyesuaikan
dengan lingkungan pengajaran (Moore et al., 2014).
Media PhET Simulations termasuk dalam media berbasis komputer yang
menyediakan animasi baik fisika, biologi, maupun sains yang termuat dalam
sebuah web. Simuasi Phet terdiri dari banyak pilihan file yang bias kita pilih
untuk menyajikan animasi yang diinginkan. Media menampilkan suatu materi
yang bersifat abstrak menjadi lebih jelas sehingga peserta didik dengan mudah
memahami materi tersebut. Pada media ini disajikan simulasi dalam bentuk
teori ataupun percobaan sehingga pengguna bisa terlibat lebih aktif. Pengguna
dapat mengoperasikan kegiatan yang berkaitan dengan eksperimen. Sehingga
selain dapat membangun konsep, PhET juga dapat digunakan untuk
memunculkan keterampilan proses sains (Ekawati, Haris, & Amin, 2015,
hlm.75).
Simulasi PhET dibuat menyerupai permainan dimana siswa dapat belajar
dengan melakukan eksplorasi. Simulasi ini menekankan hubungan antara
fenomena nyata dengan simulasi komputer kemudian menyajikannya berupa
konseptual fisis agar mudah dipahami siswa. Simulasi juga menyediakan
instrumen pengukuran seperti penggaris, stopwatch, voltmeter dan
termometer untuk menyajikan bentuk kuantitatif (Wuryaningsih & Suharno,
2014).
University of Colorado Boulder mengembangkan simulasi PhET dengan
prinsip-prinsip berikut:
1. Mengarahkan untuk penyelidikan ilmiah.
2. Menyediakan interaktivitas.
3. Memberikan tampilan yang tidak terlihat menjadi bisa terlihat.
4. Menampilkan model secara visual.
5. Menggunakan koneksi dunia nyata.
6. Menampilkan beberapa representasi (seperti gerak objek, grafik, angka).
-
18
7. Memberikan pengarahan baik secara implisit maupun eksplisit dalam
eksplorasi.
8. Membuat simulasi yang fleksibel sehingga mudah digunakan dalam
bidang pendidikan ( https://phet.colorado.edu/en/about).
Beberapa tampilan interaktif dalam simulasi yang dapat kita lakukan di
antaranya pertama dengan mengklik dan menarik untuk berinteraksi fitur
simulasi yang tersedia kedua terdapat slider untuk menaikan atau dan
menurunkan parameter dan ketiga dapat membuat pengukuran dalam
percobaan dengan instrument yang ada. Dalam penggunaan simulasi PhET
pengguna akan mendapat umpan balik yang dapat memberikan
kemungkinkan untuk mereka menyelidiki hubungan sebab-akibat dan
menjawab pertanyaan ilmiah melalui eksplorasi simulasi (Khoiriyah et al.,
2015).
b. PhET Molecule Shape (MS)
PhET merupakan simulasi interaktif fenomena-fenomena fisis,berbasis
riset yang yang dikembangkan oleh Universitas Colorado. PhET menyediakan
simulasi ilmu fisika, ilmu kimia, ilmu biologi, ilmu kebumian dan matematika.
Sedangkan PhET Molecul Shape (MS) merupakan simulasi yang dirancang
untuk memahami materi kimia khususnya materi bentuk molekul. PhET MS
merupakan simulasi kimia interaktif yang memiliki topik model molekul
berdasarkan teori tolakan pasangan elektron valensi (VSEPR) di sekeliling
atom pusat.PhET MS menapilkan simulasi modelmodel molekul dengan
tampilan grafis secara tiga dimensi (Ismaun, 2019).
Siswa yang ikut terlibat aktif dalam proses belajar melalui penggunaan
PhET interaktif Molecule Shape (MS) akan memperoleh pengalaman
bermakna selama proses belajar mengajar. melalui pengalaman bermakna
yang didapat dari penggunaan PhET MS, siswa dapat mengembangkan
keterampilan berpikirnya. Karakteristik dari PhET Molecule Shape yaitu
https://phet.colorado.edu/en/about
-
19
memiliki sisi interaktif dan terdapat penggambaran bentuk suatu molekul
secara tiga dimensi (3D) disertai dengan tampilan besar sudut – sudut yang
ada didalam merupakan beberapa karakteristik PhET (MS) (Stiawan et al.,
2014).
PhET dirancang untuk memudahkan siswa dalam mempelajari konsep-
konsep visual. Simulasi PhET menyajikan hal yang tidak dapat dilihat
langsung dengan mata melalui pemanfaatan grafis dan kontrol intuitif seperti
klik dan tarik manipulasi, slider dan tombol radio. Simulasi PhET didapatkan
digunakan melalui website http://phet.colorado.edu/en/get-phet/fullinstall.
PhET mudah digunakan dan diaplikasikan di dalam kelas. PhET
membutuhkan komputer yang sudah terinstal program java maupun flash.
Selain itu PhET juga bisa digunakan secara online di situs
https://phet.colorado.edu (Sumargo & Yuanita, 2014). Berikut tampilan PhET
Molecule Shapes. Berikut tampilan PhET Molecule Shapes
Gambar 2.0.1 Geometri molekul dengan PEB
Menurut Noah dalam (Idami et al., 2018) menyatakan bahwa media
PhET merupakan simulasi yang desain untuk mencapai tujuan pembelajaran
http://phet.colorado.edu/en/get-phet/fullinstallhttps://phet.colorado.edu/
-
20
baik digunakan secara individu maupun berkelompok. Media ini memiliki
kelebihan dibandingkan dengan media pembelajaran yang berbentuk simulasi
lainnya, yaitu menghubungan antara kejadian yang ada dalam kehidupan
nyata dan mengaitkannya dengan bidang ilmu serta dapat mendukung strategi
pembelajaran dua arah dan konstruktivisme. Terdapat juga yang menyajikan
penghargaan terhadap apa yang dikerjakan.
Dengan menggunakan software tersebut, diharapkan dapat
mengkaitkannya dengan pembelajaran kimia sehingga dapat menciptakan
suasana belajar yang efektif, aktif, kreatif, dan menyenangkan. PhET
memungkinkan pengguna untuk melakukan simulasi dan mengeksplorasi
bentuk-bentuk molekul serta memungkinkan menganalisis dan memprediksi
bagaimana gambaran secara fisik dari bentuk molekul tersebut (Mardiyah,
2018).
Penemuan dari PhET akan berguna bagi para pelajar kimia karena
simulasi computer termasuk efektif dalam mengajar kimia. Hal ini dapat
membantu peserta didik untuk mempelajari konsep dasar kimia secara
individu dengan akses ke perangkat lunak simulasi komputer. Penggunaan
PhET ini perangkat lunak simulasi diadaptasi dari Pendidikan Fisika dan
Teknologi (PhET) menunjukan hasil penelitian yang menggambarkan
peningkatan minat siswa pada kimia terutama pada konsep berupa gas yang
hampir tidak mungkin untuk diuji coba pada laboratorium sekolah melalui
eksperimental. Pelajar tertarik untuk terlibat dalam program yang tidak
relevan seperti video game karena ketika mereka belajar dengan membaca
buku mereka mungkin dapat disalurkan ke yang lebih produktif dengan
pengajaran edukatif dengan menggunakan perangkat lunak simulasi yang
menarik (Nkemakolam et al., 2018).
Peneliti memulai proses pembalajaran dengan penyajian materi oleh
peneliti secara umum tentang bentuk molekul meliputi pengertian bentuk
molekul berdasarkan teori VSEPR(valence shell electron pair repulsion
-
21
theory) dan mengajarkan cara menggambarkan struktur lewis. Selanjutnya
disajikan lembar kerja secara berkelompok. Siswa kelas eksperimen
menjawab lembar kerja dengan menggunakan PhET sedangkan kelas kontrol
menggunakan buku. Peneliti menggunakan PhET molecule shapes:basics
yaitu simulasi bentuk molekul dasar tanpa adanya pasangan elektron bebas
dan PhET molecule Shapes yaitu simulasi PhET yang sudah menunjukan
pasangan elektron ikatan dan pasangan elektron bebas. Pada awal pengenalan
PhET siswa terlihat tertarik karena penyajian bentuk molekul yang unik dan
didukung warna yang menarik. Sementara pada penggunaan media buku
siswa terlihat kurang semangat.
c. Kelebihan dan Kekurangan Simulasi PhET
Menurut Madlazim dalam (Sunni et al., 2014) simulasi PhET mempunyai
kelebihan yaitu bisa digunakan untuk melakukan percobaan secara ideal,
yang tidak dapat dilakukan dengan menggunakan alat yang sesungguhnya.
PhET dipilih karena simulasi ini menggunakan program java sehingga
memiliki kelebihan yaitu easy java simulations (ejs) yang dirancang khusus
untuk memudahkan guru dalam membuat simulasi dengan memanfaatkan
komputer sesuai dengan bidang ilmu yang dibutuhkan.
Menurut Siswono dalam (Khoiriyah et al., 2015) kekurangan PhET
Simulation sebagai media pembelajaran yang berbasis laboratorium virtual, di
antaranya sebagai berikut:
1. Kemandirian siswa dalam proses belajar dapat menentukan keberhasilan
pembelajaran berbantuan laboratorium virtual.
2. Akses untuk melakukan kegiatan dengan laboratorium virtual bergantung
pada jumlah fasilitas komputer yang disediakan sekolah.
3. Saat siswa kurang paham tentang penggunaan komputer sehingga maka
akan menimbulkan rasa jenuh dan respon yang pasif untuk melakukan
percobaan virtual.
-
22
Dalam situs http://mazguru.wordpress.com menyebutkan beberapa
Kelebihan dan kekurangan dari laboratorium virtual yang termasuk
didalamnya adalah media simulasi PhET yaitu sebagai berikut :
a. Kelebihan
1. Mengatasi masalah kurangnya waktu, apabila waktunya terbatas untuk
mengajari semua siswa di dalam laboratorium hingga mereka mengerti
atau paham.
2. Meminimalisir masalah geografis, apabila terdapat siswa yang
lokasinya jauh dari tempat kegiatan pembelajaran.
3. Lebih ekonomis sebab tidak membutuhkan bangunan lab serta alat –
alat lab seperti percobaan konvensional.
4. Dapat menambah kualitas dari eksperimen, karena bisa dilakukan
berulang untuk meminimalisir pengukuran yang ragu.
5. Membuat pelajaran lebih efektif, karena siswa atau mahasiswa bisa
melakukan percobaan berulang.
6. Menjaga keselamatan dan keamanan,sebab tidak berinteraksi langsung
dengan alat dan bahan berbahaya.
b. Kekurangan
1. Terbatasnya pengetahuan penggunaan berbasis simulasi karena
terkadang penyajian menggunakan bahasa inggris untuk pengantar.
2. Pengalaman di laboratorium yang nyata akan berkurang
3. Tidak mengetahui alat dan bahan yang secara nyata digunakan dalam
praktikum.
4. Keterbatasan Laptop/Gadget pada sekolah tersebut.
http://mazguru.wordpress.com/
-
23
3. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar dapat berupa capaian autentik kompetensi peserta didik yang
didaparkan saat pembelajaran di kelas baik sikap, pengetahuan maupun
keterampilan peserta didik (Latip, 2018, hlm.26). Hasil belajar secara
sederhana dapat diartikan sebagai kemampuan yang didapat anak setelah
melakukan kegiatan pembelajaran (Susanto, 2013, hlm.5).
Menurut (Nana Sudjana, 2014, hlm.3) hasil belajar adalah perubahan
tingkah laku. Dalam pengertian luas perubahan tingkah laku mencakup bidang
kognitif, afektif dan psikomotor. Menurut Ahmadi dan Supriyono (1991)
dalam (Khodijah, 2016, hlm.51) menyatakan bahwa suatu proses perubahan
baru dapat dikatakan sebagai hasil belajar jika memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
1. Terjadi secara sadar
Perubahan sebagai hasil belajar itu disadari oleh individu, artinya
individu menyadari perubahan yang terjadi pada dirinya.
2. Bersifat fungsional
Artinya perubahan tersebut memberikan manfaat yang luas. Setidaknya
bermanfaat saat siswa ingin menempuh ujian ataupun bermanfaat bagi
siswa dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya untuk menjaga
kelangsungan hidupnya.
3. Bersifat aktif dan positif
Perubahan sebagai hasil belajar tidak terjadi karena sendirinya tetapi
memerlukan usaha dan aktivitas dari individu sendiri untuk mencapai
perubahan. Sedangkan positif artinya baik, bermanfaat, dan sesuai dengan
harapan.
4. Bukan bersifat sementara
Perubahan sebagai hasil belajar bersifat relatif permanen.
5. Bertujuan dan terarah
-
24
Perubahan sebagai hasil belajar tidak terjadi tanpa unsur kesengajaan dari
individu yang bersangkutan. Sehingga tidak mungkin orang yang tidak
belajar akan menghasilkan hasil belajar yang maksimal.
6. Mencakup seluruh aspek perilaku
Perubahan yang timbul melalui proses belajar umumnya mencakup
seluruh aspek perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor.
(Djamarah, 1966, hlm.23) mengungkapkan hasil belajar adalah hasil yang
diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri
individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Dari beberapa definisi
diatas peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku
dan kemampuan secara keseluruhan yang dimiliki oleh siswa setelah melalui
proses pembelajaran.
b. Klasifikasi Hasil Belajar
Sistem pendidikan nasional memuat di dalamnya tentang tujuan
pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun instruktusional, memakai
klasifikasi hasil belajar dari benyamin bloom yang membagi ke dalam tiga
ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor (Nana
Sudjana, 2014, hlm.22). Fokus dari penelitian ini adalah taksonomi bloom
ranah kognitif. Ranah kognitif merupakan cara – cara yang dipakai siswa
secara aktif dalam proses mengkonstruk makna. Ranah kognitif terbagi
menjadi 6 level sebagai berikut:
1. Level kognitif C1 (Mengingat)
Mengingat diartikan sebagai kemampuan untuk menyimpan materi
pelajaran agar sama seperti materi yang diajarkan. Proses mengingat
meliputi proses mengenali (mengidentifikasi) dan mengingat kembali
(mengambil).
-
25
a. Mengenali adalah menempatkan pengetahuan dalam memori jangka
panjang yang sesuai dengan pengetahuan tersebut. Misalnya
mengenali tanggal peristiwa penting dalam sejarah Indonesia.
b. Mengingat kembal yaitu mengambil pengetahuan relevan dari
memori jangka panjang. Misalnya mengingat kembali tanggal
peristiwa penting dalam sejarah Indonesia (Anderson & Krathwohl,
2001, hlm.99-104).
2. Level kognitif C2 (Memahami)
ketika siswa dapat membangun makna dari pesan – pesan pembelajaran
baik yang bersifat lisan tulisan, ataupun grafis, yang disampaikan melalui
pengajaran, buku, atau layer komputer. Proses memahami di antaranya
meliputi tahap menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasi,
merangkum, dan menyimpulkan.
a. Menafsirkan merupakan proses mengubah informasi dari satu bentuk
ke bentuk lain. Misal dari gambar menjadi kata-kata dan sebaliknya,
angka menjadi kata-kata dan sebaliknya.
b. Mencontohkan yaitu proses yang melibatkan identifikasi ciri-ciri
pokok dari suatu konsep atau prinsip umum.
c. Mengklasifikasikan yaitu proses mendeteksi ciri-ciri atau pola yang
sesuai dengan contoh dan konsep atau prinsip tersebut.
d. Merangkum yaitu melibatkan proses membuat ringkasan suatu
informasi.
e. Menyimpulkan yaitu mengabstraksi sebuah konsep atau prinsip yang
menerangkan contoh dengan mencermati ciri–ciri setiap contoh
f. Membandingkan yaitu mencari korespondensi satu–satu antara
elemen-elemen dan pola-pola pada suatu objek.
g. Menjelaskan yaitu membuat model sebab-akibat dalam sebuah
sistem (Anderson & Krathwohl, 2001, hlm.105-115).
-
26
3. Level Kognitif C3 (Mengaplikasikan)
Proses kognitif mengaplikasikan yaitu mengikutsertakan tahapan–
tahapan proses tertentu untuk mengerjakan soal latihan atau
menyelesaikan masalah.
a. Mengeksekusi merupakan proses menerapkan suatu prosedur pada
tugas yang familier. Tugas berupa soal latihan akan memberikan
petunjuk yang cukup untuk memilih prosedur yang tepat dan
menggunakannya.
b. Mengimplementasikan yaitu proses ketika siswa menggunakan
prosedur untuk tugas yang tidak familier sehingga siswa dituntut
untuk memilih dan memahami jenis masalahnya dan alternatif
prosedur yang tersedia (Anderson & Krathwohl, 2001, hlm.116-119).
4. Level Kognitif C4 (Menganalisis)
Menganalisis diartikan sebagai proses memecah–mecah materi menjadi
bagian kecil dan menentukan hubungan antara bagian tersebut dengan
struktur keseluruhannya.
a. Membedakan yaitu proses memilah bagian yang relevan atau penting
dari suatu struktur.
b. Mengorganisasi yaitu proses mengidentifikasi elemen- elemen
komunikasi dan proses mengenali bagaimana suatu elemen
membentuk sebuah struktur yang koheren.
c. Mengatribusikan yaitu proses menentukan sudut pandang, pendapat,
nilai atau tujuan dibalik komunikasi (Anderson & Krathwohl,
2001,hlm.120-124).
5. Level Kognitif C5 (Mengevaluasi)
Membuat suatu keputusan berdasarkan kriteria dan standar. Kriteria yang
paling sering digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi dan
konsistensi.
-
27
a. Memeriksa yaitu melibatkan proses menguji kesalahan internal
dalam suatu operasi atau produk.
b. Mengkritik yaitu melibatkan proses penilaian suatu produk atau
proses berdasarkan kriteria dan standar eksternal (Anderson &
Krathwohl, 2001, hlm.125-127).
6. Level Kognitif C6 (Mencipta)
a. Melibatkan proses menyusun elemen-elemen menjadi sebuah
keseluruhan yang koheren atau fungsional.
b. Merumuskan yaitu proses menggambarkan masalah dan membuat
pilihan atau hipotesis yang memenuhi kriteria tertentu .
c. Merencanakan yaitu mempraktikan langkah – langkah untuk
menciptakan solusi yang nyata bagi suatu masalah.
d. Memproduksi yaitu melaksanakan rencana untuk menyelesaikan
masalah yang memenuhi spesifikasi tententu (Anderson &
Krathwohl, 2001, hlm.128-133).
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri melainkan banyak
faktor yang melatarbelakanginya berikut adalah faktor-faktor yang
mempengaruhinya :
1. Faktor eksternal
Faktor ini terbagi menjadi 2 hal yaitu faktor sosial dan non sosial.
Faktor sosial menyangkut hubungan antarmanusia dengan berbagai
situasi seperti berada pada lingkungan keluarga, sekolah, teman, dan
masyarakat. Sedangkan faktor non sosial berupa lingkungan alam dan
fisik seperti, situasi, suasana sekolah, keadaan fisik dan juga hubungan
antara guru serta teman- teman. Faktor eksternal dari keluarga baik
langsung ataupun tidak sangat berpengaruh terhadap hasil belajar. Selain
itu dilingkungan sekolah yang menjadi faktor utama adalah guru proses
-
28
belajar utamanya di kelas sebagian bersar ditentukan oleh guru. Peranan
guru yang paling dominan sebagai berikut:
a. Guru sebagai demonstrator. Guru hendaknya menguasai materi
pembelajaran dan mengembangkan kemampuan dalam bidang ilmu
yang dimilikinya. Karena ini dapat berpengaruh terhadap hasil belajar.
b. Guru sebagai pengelola kelas. Guru bertanggung jawab dalam
mengelola fisik kelas agar suasananya menyenangkan untuk belajar
serta membimbing proses intelektual, sosial, emosional, moral, dan
spiritual.
c. Guru sebagai fasilitator. Peran in berkaitan dengan pengelolaan kelas
dimana guru harus mampu memerikan kemudahan belajar bagi peserta
didik sehingga mendapatkan hasil yang optimal.
d. Guru sebagai mediator. Guru tidak hanya sebagai penyampai
informasi. Tetapi sebagai perantara hubungan antar peserta didik.
e. Guru sebagai evaluator. Guru harus dapat menilai proses dan hasil
belajar peserta didik dan memberi balasan dari efektivitas
pembelajaran yang dilakukan (Mulyasa et al., 2016, hlm.181-182).
2. Faktor internal
Selain faktor eksternal diatas banyak juga faktor internal yang berasal
dari diri siswa dan berpengaruh terhadap hasil belajar. Faktor internal
meliputi
a. Faktor fisiologis yang berhubungan dengan keadaan fisik individu
meliputi keadaan jasmani dan pancaindera.
b. Faktor psikologis yang berasal dari dalam diri seperti :
• Inteligensi merupakan dasar potensi pencapaian hasil belajar.
Semakin tinggi intelegensi peserta didik maka hasil belajar yang
dicapai akan semakin tinggi dan juga sebaliknya.
-
29
• Minat (interest) merupakan keinginan besar terhadap sesuatu. Sebab
itu minat dapat mempengaruhi pencapain hasil belajar. Jika siswa
minat terhadap mata pelajaran tertentu maka akan memusatkan
perhatian pada pelajaran tersebut dan belajarnya akan lebih giat
serta hasilnya akan lebih baik.
• Sikap merupakan kecenderungan untuk merespon terhadap suatu
hal baik secara positif maupun negative.
• Waktu dan kesempatan. Peserta didik yang memiliki banyak waktu
dan kesempatan untuk belajar akan cenderung memiliki prestasi
yang lebih tinggi (Mulyasa et al., 2016, hlm.183-184).
Sedangkan menurut (Susanto, 2013, hlm.15-18) dalam bukunya
menyebutkan faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar sebagai berikut:.
1. Kecerdasan anak
Kecerdasan berpengaruh terhadap cepat dan lambatnya seseorang
penerima informasi. Kecerdasan siswa membantu pengajar untuk
menentukan apakah siswa mampu mengikuti pelajaran. Alfred Binnet
membagi inteligensi ke dalam 3 aspek yaitu direction, adaptation, dan
criticism. Direction artinya kemampuan memusatkan kepada suatu
masalah yang dipecahkan. Adaptation artinya kemampuan beradaptasi
terhadap masalah yang dihadapi dan criticism artinya mampu
mengadakan kritik.
2. Kesiapan atau kematangan
Kesiapan dan kematangan sangat menentukan keberhasilan dalam
belajar. Karena kematangan ini erat hubungannya dengan masalah minta
dan kebutuhan anak.
3. Bakat anak
-
30
Menurut Chaplin, bakat merupakan kemampuan potensial yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada waktu mendatang. Sehingga
bakat dapat mempengaruhi tinggi redahnya prestasi belajar.
4. Kemauan belajar
Salah satu tugas guru adalah membuat siswa mau untuk belajar. Kemauan
belajar yang tinggi diiringi dengan tanggung jawab yang besar dapat
berpengaruh positif terhadap hasil belajar yang dicapai siswa.
5. Minat
Minat merupakan kecenderungan atau keinginan besar terhadap sesuatu.
Siswa yang mempunyai minat besar pada pelajaran akan fokus saat
belajar. Sehingga siswa belajar lebih giat dan prestasinya baik.
6. Model penyajian materi pelajaran.
Model penyajian materi yang menyenangkan, menarik dan mudah
dimengerti oleh siswa tentu akan membawa keberhasilan dalam belajar.
7. Pribadi dan sikap guru
Belajar tidak hanya melalui bacaan tetapi bias juga melalui contoh yang
baik dari sikap, tingkah laku, dan perbuatan. Kepribadian guru yang
kreatif dan inovatif akan membuat siswa meniru gurunya.
8. Suasana pengajaran
Suasana pengajaran yang tenang, dan terjadi pertanyaan yang kritis dari
siswa kepada guru yang membuat suasana pengajaran menjadi lebih aktif
sehingga akan memberikan nilai lebih pada proses pengajaran.
9. Kompetensi guru
Guru yang propesional akan memiliki kemampuan tertentu yang
diperlukan untuk membantu siswa dalam belajar. Guru profesional akan
menguasai dengan baik materi yang akan diajar dan memilih metode
belajar mengajar yang tepat sehingga proses belajar dapat berjalan dengan
baik.
10. Masyarakat
-
31
Dalam masyarakat terdapat berbagai macam tingkah laku dan berbagai
latarbelakang pendidikan. Sehingga lingkungan masyarakat akan ikut
mempengaruhi kepribadian siswa.
d. Tujuan Penilaian Hasil Belajar
Hasil belajar dapat terbagi menjadi 3 kelompok tujuan penilaian hasil
belajar jika dilihat dari pelaku penilaian yaitu penilaian oleh pendidik, satuan
pendidikan dan pemerintah. Tujuan penilainnya sebagai berikut:
1. Penilaian hasil belajar oleh pendidik bertujuan untuk memantau dan
mengevaluasi proses, kemajuan belajar dan perbaikan hasil belajar
peserta didik secara berkesinambungan.
2. Penilaian hasil belajar satuan pendidikan bertujuan untuk menilai
pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran.
3. Penilaian hasil belajar oleh pemerintah bertujuan untuk menilai
pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran
tertentu (Latip, 2018, hlm.27).
Sedangkan menurut (Supardi, 2015, hlm.13) tujuan dilakukannya tes,
pengukuran, penilaian dan evaluasi hasil belajar adalah untuk :
1. Menelusuri kesesuaian antara proses pembelajaran dengan rencana yang
telah disusun.
2. Pengecekan kelemahan dalam proses pembelajaran.
3. Mencari penyebab kelemahan dan kesalahan dalam proses pembelajaran.
4. Mengetahui keberhasilan belajar yang dicapai.
5. Mengetahui hasil belajar yang diperoleh oleh peserta didik.
6. Mendiagnosis dan melakukan usaha perbaikan kesulitan belajar yang
dirasakan peserta didik.
7. Menempatkan peserta didik dalam kelas dan kelompok yang tepat.
8. Menyeleksi kenaikan dan kelulusan.
9. Memberikan bimbingan dan penyuluhan
-
32
10. Mengetahui pencapaian kurikulum
11. Memberi penilaian keberhasilan untuk pencapaian pendidikan secara
kelembagaan.
4. Materi Bentuk Molekul
a. Pengertian Bentuk Molekul
Bentuk molekul merupakan gambaran geometris yang dihasilkan apabila
inti atom-atom terikat dan dihubungkan oleh garis lurus. Molekul beratom dua
atau diatomik memiliki bentuk linier sebab dua titik akan membentuk satu
garis lurus. Molekul triatomik berbentuk datar (planar). Sedangkan molekul
lebih dari 3 atom atau poliatomik ada yang berbentuk planar dan linier.
Bentuk molekul tidak dapat diramalkan melalui rumus empiris melainkan
harus melalui percobaan (Petrucci, 1985, hlm.285). Sedangkan menurut
(Sudarmo, 2013, hlm.107) bentuk molekul menggambarkan kedudukan atom-
atom dalam suatu molekul, kedudukan atom dalam ruang 3 dimensi, dan
besarnya sudut ikatan yang dibentuk dalam suatu molekul. Ikatan tersebut
terbentuk karena adanya pasangan-pasangan elektron
Menurut (Chang, 2003, hlm.290) bentuk molekul atau geometri molekul
merupakan susunan tiga-dimensi dari atom-atom dalam suatu molekul.
Geometri molekul akan mempengaruhi sifat-sifat kimia dan fisiknya meliputi
titik leleh, titik didih, kerapatan, dan jenis reaksi. Panjang ikatan serta sudut
ikatan dari suatu molekul umumnya harus ditentukan lewat percobaan.
Pendapat (Oxtoby et al., 2001, hlm.61) bentuk – bentuk molekul berasal dari
susunan tiga-dimensi atom- atom dalam suatu ruang. Hal ini diketahui dengan
cara menambah model lewis dengan teori VSEPR.
Untuk memahami penjelasan bentuk molekul harus mengetahui dua
kuantitas yaitu :
1. Panjang ikatan (Bond Lenght) yaitu jarak antar inti atom yang berikatan.
-
33
2. Sudut ikatan (Bond angle) yaitu sudut antara garis bersebelahan yang
mewakili ikatan (Petrucci et al., 2011, hlm.24).
Molekul diatomik mempunyai 1 ikatan dan tanpa sudut ikatan bentuk
geometric yang dibentuk oleh 2 titik berupa garis lurus atau linier. Molekul
triatomik mempunyai 1 ikatan dan 1 sudut ikatan. Jika besar sudut 180 maka
molekulnya linier dan ketiga atom berada pada garis lurus. Sedangkan untuk
bentuk molekul triatomik lainnya dikatakan anguler, bengkok, atau berbentuk
V. Beberapa molekul poliatomik mempunyai bentuk planar atau linier. Tetapi
yang lebih umum pusat – pusat atom dalam molekul menentukan gambaran
geometrik 3 dimensi (Petrucci et al., 2011, hlm.24).
b. Teori VSEPR (velence-shell electron-pair repulsion)
Tetapi ada cara yang sederhana untuk menggambarkan geometri molekul
jika kita mengetahui jumlah elektron disekitar atom pusat dalam struktur
lewisnya. Pendekatan ini berpendapat bahwa pasangan electron dikulit valensi
suatu atom. Kulit valensi merupakan kulit terluar yang ditempati oleh elektron
pada suatu atom yang terlibat dalam ikatan. Tolak menolak antara elektron
pada ikatan yang berbeda membuat pasangan ikatan berada sejauh mungkin.
Bentuk yang dipilih molekul merupakan tolakan yang minimal.pendekatan ini
disebut dengan model tolakan pasangan elektron kulit valensi (TPEKV) atau
(velence-shell electron-pair repulsion (VSEPR). Pendekatan VSEPR
menjelaskan bahwa susunan geometrik pasangan elektron disekitar atom
pusat disebabkan oleh tolakan pasangan elektron (Chang, 2003, hlm.290).
Teori VSEPR menyatakan bahwa baik pasangan elektron ikatan maupun
pasangan elektron mandiri saling tolak menolak. Pasangan elektron cenderung
untuk berjauhan satu sama lain. Atau menurut asas eksklusi Pauli pasangan
elektron yang beada pada satu orbital, elektron lain, seperti apapun rotasinya
maka tidak akan dapat berdekatan dengan pasangan tersebut. Teori VSEPR
-
34
menggambarkan arah pasangan elekton terhadap inti dari suatu atom
(Petrucci, 1985, hlm. 285).
Tujuan dari teori ikatan kimia yaitu untuk memperkirakan struktur suatu
molekul. Teori yang tepat untuk menggambarkan bentuk geometri molekul
disebut teori perputaran pasangan elektron kulit valensi atau VSEPR (valence
shell electron pair repulsion theory). Teori VSEPR menunjukan bahwa
pengaturan geometri ligan yang berada dikeliling atom pusat hanya ditentukan
oleh perputaran pasangan electron pada kulit valensi atom pusat (Brady, 1999,
hlm.371). Menurut (Petrucci et al., 2011, hlm.24) dalam teori VSEPR fokus
pembahasan berada pada pasangan elektron dalam kulit elektron valensi atom
pusat pada suatu struktur. Pasangan elektron akan saling menolak ketika
elektron berada dalam ikatan kimia atau pasangan bebas. Pasangan elektron
mengambil orientasi diseputar atom untuk meminimumkan tolakan.
Pembahasan lain dari VSEPR pada gugus elektron satu gugus dapat berupa
pasangan baik berupa pasangan bebas maupun pasangan ikatan atau bisa juga
sebagai elektron tunggal yang tak berpasangan pada oktet taklengkap.
Terdapat dua aturan yang ada dalam model VSEPR (valence shell
electron pair repulsion theory) yaitu sebagai berikut :
1. Ikatan rangkap dua dan rangkap tiga memiliki perlakuan yang berbeda.
Hal ini dikarenakan ikatan rangkap lebih besar dibanding ikatan tunggal
karena kerapatanya lebih tinggi sehingga membutuhkan ruang yang lebih
besar.
2. Apabila suatu molekul mempunyai dua atau lebih struktur resonansi maka
kita dapat menerapkan moder VSEPR pada tiap strukturnya (Chang,
2003, hlm.290).
c. Meramalkan Bentuk Molekul
Meramalkan bentuk molekul dengan mengaplikasikan teori VSEPR.
Langkah – langkah yang digunakan untul meramalkan bentuk molekul yaitu:
-
35
1. Gambarkan struktur lewis yang masuk akal untuk molekul ataupun ion
poliatomik.
2. Tentukan banyaknya gugus elektron disekitar atom pusat dan tentukan
termasuk pasangan elektron ikatan atau pasangan elektron bebas.
3. Tentukan geometri gugus elektron diseputar atom pusat-linier, planar-
trigonal, tetrahedral, bipiramida-trigonal, atau octahedral.
4. Tentetukan geometri molekul dari posisi sekitar atom pusat yang
ditempati inti atom lain (Petrucci et al., 2011, hlm.29).
Dalam meramalkan bentuk molekul dapat dibagi ke dalam dua golongan
yaitu berdasarkan ada tidaknya pasangan elektron bebas pada atom pusatnya
(Chang, 2003, hlm.290).
1. Molekul yang tidak memiliki pasangan elektron bebas (PEB) pada atom
pusat.
Molekul mengandung dua unsur yaitu A dan B, dimana A merupakan
atom pusatnya. Rumus umum molekul yaitu ABx dengan x berupa
bilangan bulat (2,3,…..). Dalam beberapa kasus x adalah bilangan bulat
antara 2 dan 6.
-
36
Gambar 2.0.2 Geometri molekul tanpa pasangan elektron bebas (PEB)
-
37
2. Molekul yang atom pusatnya memilki satu atau lebih pasangan elektron bebas
( PEB) (Chang, 2003, hlm.294-297).
Gaya tolak menolak di antara dua pasang elektron akan semakin kuat
dengan semakin kecilnya jarak antara kedua pasangan elektron tersebut. Gaya
tolakan semakin kuat jika sudut di antara 2 pasangan elektron besarnya 90°.
Tolakan elektron yang melibatkan pasangan elektron mandiri atau bebas
(PEB) akan lebih kuat dari yang melibatkan pasangan elektron ikatan ( PEI ).
Pada umumnya besar gaya tolakan sebagai berikut:
Pasangan mandiri (PEB) - Pasangan mandiri (PEB) > Pasangan mandiri
(PEB) – Pasangan Ikatan ( PEI ) > Pasangan Ikatan (PEI) – Pasangan Ikatan (
PEI) (Petrucci, 1985, hlm.286).
Jika ingin mengetahui jumlah pasangan elektron bebas dan pasangan
elekton ikatan kita merumuskan dengan ABxEy, dengan A sebagai atom pusat,
B adalah atom sekitar dan E adalah pasangan elektron bebas pada A.
Sedangkan untuk x dan y merupakan bilangan bulat ( x= 2,3,….. dan y
=1,2,…..) yang menunjukan jumlah atom sekitar (PEI) dan jumlah pasangan
elektron bebas ( PEB).
-
38
Gambar 2.0.3 Geometri molekul dengan adanya pasangan elektron bebas (PEB)
https://4.bp.blogspot.com/-pzdu4HB1Gkc/XFA3e36aKJI/AAAAAAAAFSw/4zk4jyccrgAO-_xEQX3NFgjQRPt0YH5OwCLcBGAs/s1600/10.1.jpg
-
39
d. Keterbatasan Teori VSEPR
Terdapat beberapa senyawa yang kurang tepat diramalkan bentuk molekulnya
berdasarkan teori VSEPR yang dikelompokan menjadi 4 bagian :
1. Senyawa logam transisi
Banyak senyawa logam transisi yang geometrinya tidak dapat dijelaskan
menggunakan teori VSEPR. Struktur beberapa senyawa ini, meliputi logam
hidrida dan kompleks alkil
2. Senyawa halida golongan 2
Logam golongan 2 yang membentuk struktur senyawa halida triatomik tidak
berbentuk linier melainkan bentuk tekuk. Hal ini disebabkan karena interaksi ligan
dengan elektron pada inti atom logam yang menyebabkan polarisasi atom,
sehingga kelopak dalam atom tidaklah simetris berbentuk bola dan memengaruhi
geometri molekul. Contoh (sudut X-M-X: CaF2 (145°) ; SrF2 (120°) ; BaF2 (108°)
; SrCl2 (130°) ; BaCl2 (115°) ; BaBr2 (115°) ; BaI2 (105°). Gillespie mengajukan
bahwa ini disebabkan oleh interaksi ligan dengan elektron pada inti atom logam
yang menyebabkan polarisasi atom, sehingga kelopak dalam atom tidaklah
simetris berbentuk bola dan memengaruhi geometri molekul.
3. Beberapa molekul AX2E2
Salah satu contohnya adalah molekul litium oksida Li2O yang berbentuk linear
dari pada berbentuk bengkok (bent) . Hal ini dikarenakan ikatan yang bersifat
sangat ionik, menyebabkan gaya tolakan yang sangat kuat antara atom litium.
4. Beberapa molekul AX6E1
Beberapa molekul AX6E1, seperti anion Te(IV) dan Bi(III), TeCl62−, TeBr6
2−,
BiCl63−, BiBr6
3− dan BiI63−, berbentuk oktahedral sempurna dan pasangan
menyendirinya tidak memengaruhi geometri molekul. Hal ini disebabkan karena
sesakan sterik ligan tidak menyediakan ruang untuk pasangan menyendiri yang
tidak berikatan (https://www.scribd.com/doc/118190071/Keterbatasan-teori-
VSEPR).
https://id.wikipedia.org/wiki/Kalsium_fluoridahttps://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Stronsium_fluorida&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Barium_fluorida&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/wiki/Stronsium_kloridahttps://id.wikipedia.org/wiki/Barium_kloridahttps://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Barium_bromida&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Barium_iodida&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ronald_Gillespie&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/wiki/Litium_oksidahttps://www.scribd.com/doc/118190071/Keterbatasan-teori-VSEPRhttps://www.scribd.com/doc/118190071/Keterbatasan-teori-VSEPR
-
40
e. Kepolaran Senyawa
Kepolaran senyawa merupakan keadaan suatu zat yang menyerupai medan
magnet, dimana terdapat kutub sementara yang disebut dipol. Dipol dapat
menyebabkan gaya tolak menolak dan gaya tari menarik dalam senyawa. Dipol suatu
senyawa terdiri atas:
- Dipol positif (δ+), atom yang berdipol positif yaitu atom yang memiliki
keelektronegatifan lebih kecil dari atom lain.
- Dipol positif (δ-), atom yang berdipol negatif yaitu atom yang memiliki
keelektronegatifan lebih besar dari atom lain.
Contoh :keelektronegatifan H lebih jecil dari Cl, sehingga pada HCl, atom H bertindak
sebagai δ+, dan Cl bertindak sebagai δ-.
Tingkat kepolaran senyawa dinyatakan dalam momen dipol dalam satuan Coulumb
meter. Senyawa non-polar memiliki momen dipol nol. Kepolaran dalam bentuk
molekul dipengaruhi oleh :
1. Sudut ikatan
Atom yang berikatan akan selalu berada pada jarak jauh maksimum dengan atom
lainnya membentuk sudut ikatan yang merata, dan saling meniadakan kepolaran
senyawa. Namun jika sudut ikatan tidak merata, maka kepolaran akan muncul.
2. Simetris bentuk molekul
Bentuk molekul simetris bersifat non-polar sedangkan asimetris bersifat polar.
3. Pasangan elektron bebas
Jika terdapat pasangan elektron bebas yang tidak saling meniadakan posisinya
(asimetris), maka kepolaran akan muncul (website: materi78.co.nr)
-
41
B. Penelitian Relevan
Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah
sebagai berikut :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Elva Stiawan, Liliasari, dan Ijang Rohman (2014)
dengan judul “Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA pada
topik Teori Domain Elektron melalui Simulasi Interaktif Phet Molecule Shapes”
menunjukan hasil penelitian bahwa memanfaatkan PhET MS bisa menambah
keterampilan berpikir kritis siswa ialah dalam indikator membuat induksi dan
mempertimbangkan hasil induksi (N-gain 45,54%) serta menganalisis argumen
(N-gain 57,03%). Indikator yang paling rendah dikembangkan yaitu
memfokuskan pada pernyataan (N-gain 18,11%). Sedangkan Indikator yang
paling dominan dikembangkan adalah menganalisis argumen.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Ismaun (2019) dengan judul