pengaruh media simulasi phet (physics...

192
PENGARUH MEDIA SIMULASI PHET (PHYSICS EDUCATION TECHNOLOGY) TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA PADA MATERI BENTUK MOLEKUL Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh: AULIA NURUL AZIZA NIM. 11150162000074 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020

Upload: others

Post on 11-Feb-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PENGARUH MEDIA SIMULASI PHET (PHYSICS

    EDUCATION TECHNOLOGY) TERHADAP HASIL BELAJAR

    KIMIA PADA MATERI BENTUK MOLEKUL

    Skripsi

    Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)

    untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

    Oleh:

    AULIA NURUL AZIZA

    NIM. 11150162000074

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2020

  • i

    LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

    Skripsi berjudul Pengaruh Media Simulasi PhET (Physics Education

    Technology) terhadap Hasil Belajar Kimia pada Materi Bentuk Molekul disusun

    oleh Aulia Nurul Aziza Nomor Induk Mahasiswa 11150162000074, Program

    Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas

    Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

    Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang

    berhak untuk diajukan pada sidang munaqasah sesuai ketetentuan yang

    ditetapkan fakultas.

    Jakarta, 15 Mei 2020

    Yang mengesahkan,

    Pembimbing I Pembimbing II

    Dedi Irwandi, M.Si Evi Sapinatul Bahriah, M.Pd

    NIP.19710528 200003 1 002 NIDN. 2007078501

    Mengetahui,

    Ketua Program Studi Pendidikan Kimia

    Burhanudin Milama, M.Pd

    NIP. 19770201 200801 1 011

  • ii

    LEMBAR PENGESAHAN

  • iii

    SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

  • iv

    ABSTRAK

    Aulia Nurul Aziza, NIM 11150162000074. Pengaruh Media Simulasi Phet

    (Physics Education Technology) Terhadap Hasil Belajar Kimia Pada Materi

    Bentuk Molekul. Skripsi. Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan

    Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas

    Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

    Siswa mempunyai masalah dalam memahami materi bentuk molekul, hal ini

    dapat disebabkan karena kurangnya visualisasi struktur ruang dari molekul. Sehingga

    mengharuskan guru untuk menjadi kreatif dan inovatif, misalnya dengan

    memanfaatkan media pembelajaran bebasis teknologi. Saat ini dunia telah berada pada

    era revolusi industri 4.0, dan salah satu media berbasis teknologi yang dapat digunakan

    untuk menyampaikan materi bentuk molekul adalah media simulasi PhET. Tujuan dari

    penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh media simulasi PhET terhadap hasil

    belajar kimia pada materi bentuk molekul. Metode penelitian yang digunakan adalah

    quasi eksperimen. Desain penelitian yang digunakan adalah nonequivalent control

    grup design. Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas X IPA 1 berjumlah 39 siswa

    dan X IPA 2 berjumlah 40 siswa. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu soal tes

    pilihan ganda untuk melihat hasil belajar siswa. Data dianalisis menggunakan SPSS

    versi 25. Hasil penelitian dari uji hipotesis Independent Sample T-Tes menunjukan nilai

    signifikansi 0,010 < taraf signifikan 0,05 yang menyatakan H1 diterima sehingga dapat

    disimpulkan penggunaan media simulasi PhET berpengaruh signifikan terhadap hasil

    belajar kimia pada materi bentuk molekul.

    Kata kunci: Media Simulasi PhET, Hasil Belajar, Materi Bentuk Molekul

  • v

    ABSTRACT

    Aulia Nurul Aziza, NIM 11150162000074. Effect of Phet Simulation Media

    (Physics Education Technology) on Chemistry Learning Outcomes of Molecule

    Shapes Theory. Skripsi. Chemistry Education Studies Program, Department Of

    Science Education, Faculty Of Tarbiyah Dan Teacher Training, Syarif Hidayatullah

    State Islamic University Jakarta.

    Students have problems in understanding the material in the form of molecules,

    this can be caused by the lack of visualization of the spatial structure of molecules. So

    that requires teachers to be creative and innovative, for example by utilizing

    technology-based learning media. Now the world has been in the era of the industrial

    revolution 4.0 and than one of the technology-based media that can be used to convey

    molecular form material is the PhET simulation media. The purpose of this study is to

    look at the effect of PhET simulation media on the results of chemical learning on

    molecular shape material. The research method used was quasi-experimental. The

    research design used was nonequivalent control group design. The sample in this study

    were students of class X IPA 1 totaling 39 students and X IPA 2 totaling 40 students.

    The research instrument used was a multiple choice test to see student learning

    outcomes. Data were analyzed using SPSS version 25. The results of the Independent

    Sample T-Test hypothesis test showed a significance value of 0.010

  • vi

    KATA PENGANTAR

    Bismillahirrahmaanirrohim

    Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat

    Allah SWT yang telah memberi limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis,

    sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Media

    Simulasi Phet (Physics Education Technology) Terhadap Hasil Belajar Kimia

    Pada Materi Bentuk Molekul”. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah

    kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya, dan semoga kita selaku

    umatnya mendapatkan syafa’at-Nya di hari kiamat kelak. Aamiin

    Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu penulis dalam

    menyelesaikan skripsi ini, baik berupa moril maupun materil. Pada kesempatan ini,

    penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

    1. Dr. Sururin, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Burhanudin Milama, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia,

    Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    3. Dedi Irwandi, M.Si., selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan

    arahan dan bimbingan, perhatian, saran dan waktunya kepada penulis selama

    penyusunan skripsi. Semoga Bapak selalu diberikan Kesehatan dan keberkahan

    oleh Allah SWT.

    4. Evi Sapinatul Bahriah, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing II yang telah

    memberikan bimbingan, perhatian, ilmu, dan waktunya dalam penyusunan

    skripsi. Semoga Ibu selalu diberikan Kesehatan dan keberkahan oleh Allah

    SWT

  • vii

    5. Rizqy Nur Sholihat, M.Pd., selaku validator instrumen yang telah memberikan

    kritik dan sarannya kepada penulis. Semoga Allah memberikan keberkahan atas

    ilmu yang telah diberikan.

    6. Buchori Muslim, M.Pd., selaku validator instrumen yang telah memberikan

    kritik dan sarannya kepada penulis. Semoga Allah memberikan keberkahan atas

    ilmu yang telah diberikan.

    7. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Pendidikan IPA yang telah memberikan

    ilmunya selama masa perkuliahan dan penyelesaian skripsi. Semoga Allah

    SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan.

    8. Drs. Rodani, MM., selaku Kepala Sekolah SMAN 3 Tangerang Selatan yang

    telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah

    tersebut.

    9. Dra. Wara Gawatiningsiah, M.Pd., selaku guru kimia SMAN 3 Tangerang

    Selatan yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis selama

    melakukan penelitian di sekolah tersebut.

    10. Kedua orang tua tercinta, alm. Bapak Mat Kalang yang telah memberikan kasih

    sayang, semangat, dan doa. Semoga ayah mendapat tempat terbaik disisi Allah

    SWT maafkan aku yang terlambat mewujudkan ini untuk ayah. Ibu Tiyamah

    yang selalu mendoakan, memberikan kasih sayang, motivasi, dan dukungan

    baik dari segi moril maupun materil semoga Allah selalu memberikan panjang

    umur dan kesehatan untuk mamah.

    11. Seluruh keluarga tersayang yang selalu memberikan doa, motivasi, dan

    dukungannya untuk penulis selama proses penyelesaian skripsi. Semoga Allah

    SWT senantiasa memberikan keberkahan, kebahagiaan, dan kesehatan.

    12. Sahabat tercinta, Via Fitriani, Dwi Ratna Kusuma , Choirunnisa, Rizqo Fadhila,

    Dyah Fadjar, Lathifa Utami, Munirotus Saadah terima kasih atas kesetiaan

    menemani dikala suka dan duka semoga Allah SWT membalas semua kebaikan

    yang kalian berikan.

  • viii

    13. Semua teman – teman seperjuangan pendidikan kimia 2015 terima kasih atas

    dukungan dan bantuan yang diberikan semoga mendapat balasan dari Allah

    SWT.

    14. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

    dalam penyusunan skripsi ini.

    Akhir kata, penulis mengucapkan mohon maaf atas segala kekurangan yang ada

    dalam skripsi ini. Oleh karena itu, penulis memohon kritik dan saran yang membangun

    demi perbaikan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para

    pembaca.

    Jakarta, 2020

    Aulia Nurul Aziza

    NIM. 11150162000074

  • ix

    DAFTAR ISI

    LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ......................................................................... i

    LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................................... ii

    SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ...................................................................... iii

    ABSTRAK .............................................................................................................................. iv

    ABSTRACT ............................................................................................................................. v

    DAFTAR ISI........................................................................................................................... ix

    DAFTAR TABEL .................................................................................................................. xi

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................. xii

    DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................................ xiii

    BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

    A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1

    B. Identifikasi Masalah ................................................................................................ 6

    C. Pembatasan Masalah ............................................................................................... 6

    D. Rumusan Masalah ................................................................................................... 6

    E. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 7

    F. Manfaat Penelitian .................................................................................................. 7

    BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................................................. 8

    A. Deskrisi Teoritik ...................................................................................................... 8

    1. Media Pembelajaran ............................................................................................... 8

    2. Media simulasi PhET ............................................................................................ 16

    3. Hasil Belajar........................................................................................................... 23

    4. Materi Bentuk Molekul ......................................................................................... 32

    B. Penelitian Relevan ................................................................................................. 41

    C. Kerangka Berpikir ................................................................................................ 43

    D. Hipotesis Penelitian ............................................................................................... 46

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................... 47

    A. Tempat dan Waktu Penelitian.............................................................................. 47

    B. Metode dan Desain Penelitian .............................................................................. 47

  • x

    C. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................................... 48

    D. Alur Penelitian ...................................................................................................... 49

    E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................... 52

    F. Instrumen Penelitian ............................................................................................. 52

    6 Teknik Analisis Data ............................................................................................. 55

    7 Hipotesis Statistik .................................................................................................. 57

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................................... 58

    A. Hasil Penelitian ...................................................................................................... 58

    1. Data Hasil Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ............. 58

    2. Data Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Berdasarkan

    Taksonomi Bloom .................................................................................................. 59

    3. Data Hasil Uji Prasyarat Sampel Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ......... 60

    4. Data Hasil Uji Hipotesis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ....................... 62

    B. Pembahasan ........................................................................................................... 63

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................ 76

    A. Kesimpulan ............................................................................................................ 76

    B. Saran ....................................................................................................................... 76

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 78

    LAMPIRAN – LAMPIRAN ................................................................................................. 84

  • xi

    DAFTAR TABEL

    Tabel 3.1 Desain Penelitian .................................................................................................. 48

    Tabel 3.2 Kisi – Kisi Soal Hasil Belajar Siswa Materi Bentuk Molekul .......................... 52

    Tabel 3.3 Kisi – Kisi Soal Hasil Belajar Siswa Materi Bentuk Molekul .......................... 54

    Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas.............................................................................................. 55

    Tabel 4.1 Data Hasil Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ......... 58

    Tabel 4.2 Data Persentase Rata-rata Hasil Belajar Kognitif Berdasarkan Taksonomi

    Bloom ..................................................................................................................................... 59

    Tabel 4.3 Data Hasil Uji Normalitas Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas

    Kontrol ................................................................................................................................... 61

    Tabel 4.4 Data Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas

    Kontrol ................................................................................................................................... 61

    Tabel 4.5 Data Hasil Uji-t Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 62

  • xii

    DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Geometri molekul dengan PEB ...................................................................... 19

    Gambar 2.2 Geometri molekul tanpa pasangan elektron bebas (PEB) ........................... 36

    Gambar 2.3 Geometri molekul dengan adanya pasangan elektron bebas (PEB) ........... 38

    Gambar 2.4 Kerangka Berpikir .......................................................................................... 45

    Gambar 3.1 Alur Penelitian ................................................................................................. 51

    Gambar 4.1 Diskusi kelas kontrol menggunakan media buku paket ............................. 66

    Gambar 4.2 Diskusi kelas eksperimen menggunakan media PhET ................................ 67

    Gambar 4.3 Tampilan PhET Molecule Shapes: Basics ...................................................... 67

    Gambar 4.4 Tampilan PhET Molecule Shapes................................................................... 68

    Gambar 4.5 Contoh soal level kognitif C2 .......................................................................... 71

    Gambar 4.6 Tampilan Real Molecules dari PhET molecule shapes ................................ 72

    Gambar 4.0.7 Contoh soal level kognitif C3 ....................................................................... 72

    Gambar 4.8 Tampilan model dari PhET Molecule Shape ................................................. 73

    Gambar 4.9 Contoh soal level kognitif C4 .......................................................................... 74

    Gambar 4.10 Contoh soal level kognitif C1 ........................................................................ 74

  • xiii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. RPP kelas eksperimen .................................................................................... 85

    Lampiran 2. RPP kelas kontrol ........................................................................................... 93

    Lampiran 3. Lembar Validasi Instrumen Tes Hasil Belajar .......................................... 111

    Lampiran 4. Uji Empirik Soal Bentuk Molekul ............................................................... 128

    Lampiran 5. Analisis Butir Soal Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ................................ 134

    Lampiran 6. Soal Instrumen Tes Penelitian ..................................................................... 141

    Lampiran 7. Hasil Belajar Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol146

    Lampiran 8. Persen Rata-rata Hasil Belajar Kognitif Berdasarkan Taksonomi Bloom

    .............................................................................................................................................. 148

    Lampiran 9. Data Hasil Uji Nomalitas .............................................................................. 156

    Lampiran 10. Data Hasil Uji Homogenitas ...................................................................... 159

    Lampiran 11. Data Hasil Uji Hipotesis ............................................................................. 161

    Lampiran 12. Lembar Observasi Guru ............................................................................ 163

    Lampiran 13. Surat Permohonan Izin Validasi Instrumen oleh Dosen Ahli ................ 164

    Lampiran 14. Surat Izin Penelitian ................................................................................... 166

    Lampiran 15. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian ........................................ 167

    Lampiran 16. Dokumentasi ................................................................................................ 168

    Lampiran 17. Hasil Turnitin .............................................................................................. 174

    file:///C:/Users/ammar%20azmi/Pictures/Au;ia_%20SKRIPSI%20Revisi.docx%23_Toc46195080file:///C:/Users/ammar%20azmi/Pictures/Au;ia_%20SKRIPSI%20Revisi.docx%23_Toc46195080

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Perubahan zaman yang terjadi sampai saat ini diiringi juga oleh perubahan tingkah

    laku manusia. Perubahan tingkah laku manusia dapat dibentuk oleh banyak hal, salah

    satunya melalui dunia pendidikan. Pada dasarnya tujuan pendidikan adalah

    mengantarkan para peserta didik menuju perubahan tingkah laku, baik intelektual,

    moral maupun sosial agar dapat hidup hidup mandiri dan menjadi makhluk sosial

    (Nana Sudjana & Rivai, 2013, hlm.1). Pendidikan mempunyai peran penting dalam

    memastikan kelangsungan hidup bangsa, karena pendidikan digunakan untuk

    mengukur kualitas sumber daya manusia, sehingga pendidikan merupakan tanggung

    jawab pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia.

    Dari masa ke masa dunia pendidikan mengalami perubahan dan kemajuan.

    Menurut Daryanto dalam (Ramadhani et al., 2016) kemajuan dalam dunia pendidikan,

    terutama dalam ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan pengaruh terhadap proses

    pembelajaran di sekolah. Kegiatan pembelajaran yang awalnya berlangsung satu arah

    dan terpusat pada guru (teacher centered), seperti konsep behavioristik, dimana

    pendidik menyediakan dan menuangkan informasi sebanyak-banyaknya kepada

    peserta didik. Namun saat ini dunia pendidikan berada pada era transformasi

    pendidikan abad 21 dimana dalam kegiatan pembelajaran berlangsung dua arah.

    Pendidikan di Abad-21 perlu mempertimbangkan berbagai hal, baik kompetensi

    lulusan, isi/konten pendidikan, maupun proses pembelajarannya, sehingga pendidikan

    di Abad-21 harus memperhatikan hal-hal berikut: (1) Pemanfaatan Teknologi

    Pendidikan, (2) Peran Strategis Guru/Dosen dan Peserta Didik, (3) Metode Belajar

    Mengajar Kreatif, (4) Materi Ajar yang Kontekstual, dan (5) Struktur Kurikulum

    Mandiri berbasis Individu (BSNP, 2010, hlm.46-47).

  • 2

    Tetapi, pada kenyataannya penerapan pendidikan abad 21 belum sepenuhnya

    terlaksana. Terdapat masalah yang muncul dalam dunia pendidikan. Dalam proses

    belajar mengajar, banyak peserta didik yang menangkap materi pembelajaran secara

    pasif karena merasa jenuh dengan pelajaran yang disampaikan dengan metode

    ceramah. Kimia merupakan salah satu pelajaran yang termasuk ke dalamnnya. Pada

    pembelajaran kimia dibeberapa sekolah selama ini terlihat kurang menarik dan

    cenderung monoton. Hal ini menyebabkan siswa merasa jenuh dan kurang memiliki

    minat pada pelajaran kimia (Sunyono et al., 2009). Sehingga proses pembelajaran

    cenderung pasif, sedikit sekali siswa yang bertanya pada guru meskipun materi yang

    diajarkan kurang dipahami.

    Kesulitan siswa dalam memahami kimia, mengharuskan guru untuk menjadi

    kreatif dan inovatif, misalnya dengan memanfaatkan media pembelajaran. Selain itu,

    teknologi yang semakin berkembang mengharuskan guru untuk memanfaatkan

    teknologi untuk itu membuat dan mengembangkan media pembelajaran sesuai dengan

    kemajuannya. Saat ini dunia telah berada pada era revolusi industri 4.0 , era ini ditandai

    dengan semakin berkembangnya bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK),

    salah satunya berupa teknologi digital. Hal ini dapat dipengaruhi oleh perkembangan

    internet yang menjadi patokan utama konektivitas manusia. Sehingga tidak heran jika

    dalam dunia pendidikan muncul istilah “Pendidikan 4.0”. Pendidikan 4.0 (Education

    4.0) merupakan istilah umum yang digunakan oleh para ahli pendidikan untuk

    menggambarkan berbagai cara mengintegrasikan teknologi baik secara fisik maupun

    tidak ke dalam pembelajaran (Priatmoko, 2018)

    Media pembelajaran adalah alat bantu yang berguna dalam kegiatan belajar

    mengajar (Priyatmoko, Saptorini, & Diniy, 2012, hlm.37). Alat bantu dapat mewakili

    sesuatu yang tidak dapat disampaikan guru melalui kata-kata atau kalimat. Media

    mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Sebagai alat

    bantu, media mempunyai fungsi untuk mempermudah tujuan pengajaran (Djamarah &

    Zain, 2010, hlm.122). Hal ini dipengaruhi oleh keyakinan bahwa proses belajar

    mengajar dengan bantuan media mempertinggi kegiatan belajar peserta didik dalam

  • 3

    tenggang waktu yang cukup lama. Dengan demikian berarti kegiatan belajar peserta

    didik dengan bantuan media akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih

    baik dari pada tanpa bantuan media (Djamarah & Zain, 2010, hlm.122)

    Seiring dengan berkembangnya dunia teknologi informasi sekarang ini, para ahli

    berupaya untuk mengembangkan berbagai media pembelajaran berbasis komputer.

    Ada yang berupa ebook ( buku elektronik ), video animasi, video interaktif, slide

    powerpoint, berbagai program flash hingga laboratorium virtual. Semua jenis media

    itu sangat membantu guru dalam menyampaikan informasi kepada siswa selama proses

    belajar mengajar. Salah satu media pembelajaran yang memanfaatkan teknologi dan

    saat ini mulai populer adalah Program berbasis Virtual Laboratory PhET (Physics

    Education Technology), yang menyediakan simulasi fenomena fisik berbasis penelitian

    secara gratis, menyenangkan, interaktif dan bisa mengajak siswa untuk belajar dengan

    cara-cara mengeksplorasi secara langsung. Dengan program ini, siswa bisa lebih nyata

    mengamati fenomena yang ada (Wuryaningsih & Suharno, 2014) PhET (Physic

    Education Technology) Simulations Interactive merupakan media pembelajaran yang

    memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi yang dikembangkan oleh

    Universitas Colorado (Moore et al., 2014).

    Media pembelajaran yang berupa simulasi memungkinkan untuk memberikan

    pengalaman-pengalaman bermakna bagi siswa. Menurut Gredler dalam (Stiawan et al.,

    2014) media yang menampilkan simulasi mampu membuat siswa ikut terlibat dalam

    dunia virtual di dalamnya, sehingga mereka dapat mengaplikasikan pengetahuan,

    kemampuan, dan pemikiran yang mereka miliki. Media simulasi PhET dapat

    digunakan sebagai media pembelajaran kimia tujuannya untuk dapat menciptakan

    pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sehingga siswa lebih tertarik untuk

    mempelajari kimia. PhET dapat menampilkan gambaran partikel-partikel kimia yang

    abstrak dalam bentuk simulasi interaktif (Rizkiana & Apriani, 2020).

    Media simulasi PhET dapat diakses menggunakan komputer jinjing (laptop) dan

    juga smartphone. Menurut Shih, et al (2016) dalam (Ismail, 2017) mengaplikasikan

    smartphone dalam menunjang pembelajaran dapat lebih menguntungkan dibanding

  • 4

    melalui pembelajaran konvensional. Secara tidak langsung siswa terlibat aktif dan

    membantu siswa dengan cepat memahami konsep baru serta meningkatkan

    kepercayaan diri. Dalam pembelajaran hal ini memberi potensi positif yang dapat

    mempengaruhi belajar siswa.

    University of Colorado Boulder telah mengembangkan PhET lebih dari 30

    interaktif simulasi untuk proses belajar mengajar kimia (Moore et al., 2014). Setiap

    simulasi memiliki nama masing – masing sesuai dengan materi yang ada di dalamnya

    salah satu termasuk didalamnya adalah PhET Molecule Shapes (MS). PhET MS ini

    diperuntukan untuk menyajikan simulasi dari materi bentuk molekul. Karakteristik dari

    PhET Molecule Shapes yaitu memiliki sisi interaktif dan dapat menampilkan gambaran

    bentuk molekul secara tiga dimensi (3D) beserta tampilan besar sudut-sudut di

    dalamnya (Stiawan et al., 2014)

    Menurut Effendy (2010) dalam (Stiawan et al., 2014) bentuk molekul merupakan

    konsep yang berkaitan dengan struktur zat yang berupa susunan tiga dimensi atom-

    atom yang ditentukan oleh jumlah ikatan dan besar sudut-sudut ikatan di sekeliling

    atom pusat. Pada silabus kimia SMA kurikulum 2013 mengarahkan siswa agar dapat

    meramalkan bentuk molekul melalui teori domain elektron yang didasarkan pada

    jumlah pasangan elektro yang berada disekeliling atom pusat. Menurut (Singhal et al.,

    2012) menyatakan bahwa siswa di sekolah yang mempunyai masalah dalam

    memahami materi struktur molekul, hal ini dapat disebabkan karena kurangnya

    visualisasi struktur ruang dari molekul. Di sekolah penyampaian materi bentuk molekul

    hanya diajarkan dalam representasi dua dimensi menggunakan papan tulis atau buku.

    Kurangnya visualisasi dapat berdampak terhadap pemahaman siswa. Usman

    (2002, hlm.35) menyatakan bahwa pemahaman siswa merupakan bagian dari domain

    kognitif hasil belajar dimana pemahaman mengacu pada kemampuan siswa dalam

    memahami makna materi. Masih rendahnya pemahaman peserta didik mengenai materi

    bentuk molekul menyebabkan hasil belajar yang diperoleh juga rendah (Siregar, 2018).

    Domain kognitif hasil belajar meliputi 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman,

    aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi (Nana Sudjana, 2014, hlm.22-29). Sehingga

  • 5

    perlu upaya untuk meningkatkan hasil belajar kognitif siswa dalam materi bentuk

    molekul.

    Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan media

    pembelajaran yang dapat memberi gambaran bentuk molekul secara visual. Dalam hal

    ini, penggunaan media simulasi PhET Molecule Shape dapat menjadi solusi. Jika kita

    telah mengetahui jumlah pasangan elektron ikatan dan pasangan elektron bebas dari

    suatu molekul, maka dengan menggunakan PhET Molecule Shape kita bisa melihat

    gambaran 3D dan juga besar tiap sudut ikatan dari molekul serta dapat mengetahui

    bentuk molekulnya. Media simulasi PhET dapat menampilkan gambaran partikel-

    partikul kimia yang tidak tampak menjadi bentuk simulasi interaktif. Animasi dan

    simulasi telah lama dikenal sebagai bagian penting dalam pengajaran dan pembelajaran

    kimia (Moore et al., 2014). Menurut (Sumargo & Yuanita, 2014) menyatakan bahwa

    penerapan media yang baik akan dapat meningkatkan keberhasilan belajar siswa.

    Penelitian yang dilakukan oleh Stiawan, Liliasari, & Rohman (2014)

    “Pengembangan keterampilan berpikir kritis siswa SMA pada topik teori domain

    elektron melalui simulasi interaktif PhET Molecule Shapes” menunjukkan bahwa,

    PhET MS dapat meningkatkan penguasaan sebagian indikator keterampilan berpikir

    kritis. Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa terjadi pada indikator membuat

    induksi dan mempertimbangkan hasil induksi (N-gain: 45,54 %), serta menganalisis

    argumen (N-gain: 57,03 %). Penelitian lain juga dilakukan oleh Nkemakolaml, Chinel,

    & Jane (2018) dengan judul “ Effect of Computer Simulations on Secondary School

    Students’ Academic Achievement in Chemistry in Anambra State” menunjukkan

    bahwa, simulasi komputer (PhET) memiliki pengaruh signifikan terhadap pencapaian

    rata-rata keseluruhan siswa dalam kimia. Kelompok eksperimen yang diajarkan kimia

    dengan simulasi komputer (PhET) memiliki pencapaian rata-rata yang lebih tinggi dari

    pada kelompok kontrol yang diajarkan dengan metode ceramah.

    Dengan menggunakan media simulasi PhET pada materi bentuk molekul,

    diharapkan siswa lebih tertarik dan mudah dalam memahami bentuk molekul. Dengan

    demikian diharapkan hasil belajar kognitif siswa akan lebih baik. Berdasarkan

  • 6

    permasalahan di atas penulis tertarik untuk mengkaji pengaruh media simulasi PhET

    (Physic Education Technology) terhadap hasil belajar kimia pada materi bentuk

    molekul.

    B. Identifikasi Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas maka identifikasi masalah yang termuat yaitu

    sebagai berikut:

    1. Siswa mempunyai masalah dalam memahami bentuk molekul karena kurangnya

    visualisasi atau penggambaran secara 3 dimensi.

    2. Dibutuhkan media pembelajaran untuk menggambarkan bentuk molekul karena

    materi bentuk molekul bersifat abstrak.

    3. Kurangnya pemahaman siswa mengenai materi bentuk molekul menyebabkan

    hasil belajar kognitif yang diperoleh siswa juga rendah.

    C. Pembatasan Masalah

    Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dianalisis, maka masalah yang akan

    diteliti dibatasi pada :

    1. Penggunaan media pembelajaran simulasi PhET untuk menggambarkan bentuk

    molekul.

    2. Pengukuran hasil belajar pada penelitian ini adalah ranah kognitif berdasarkan

    Taksonomi Bloom edisi 1 revisi tahun 2001.

    3. Materi pokok bentuk molekul.

    D. Rumusan Masalah

    Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian

    ini adalah “Apakah simulasi PhET(Physic Education Technology) sebagai media

    pembelajaran berpengaruh terhadap hasil belajar kimia pada materi bentuk molekul?“.

  • 7

    E. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditentukan maka tujuan dalam penelitian

    ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh media simulasi PhET( Physic

    Education Technology) terhadap hasil belajar kimia pada materi bentuk molekul.

    F. Manfaat Penelitian

    1. Bagi siswa

    Siswa dapat lebih semangat dalam belajar dengan adanya inovasi media

    pembelajaran yang interaktif dan berbasis teknologi.

    2. Bagi guru

    Sebagai bahan pertimbangan untuk dapat menerapkan dan memvariasikan

    media pembelajaran yang cocok untuk setiap materi dalam pembelajaran kimia.

    3. Bagi Peneliti

    Dapat menambah wawasan dalam menggunakan media simulasi PhET( Physic

    Education Technology) yang berkaitan terhadap hasil belajar kimia serta

    menjadi langkah awal peneliti untuk mempersiapkan diri menjadi pendidik

    yang berkualitas.

  • 8

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Deskrisi Teoritik

    1. Media Pembelajaran

    a. Pengertian Media Pembelajaran

    Kata “media” berasal dari bahasa latin medius yang memiliki arti

    ‘tengah’,’perantara’ atau ‘pengantar’. Sedangkan dalam bahasa arab media

    diartikan sebagai perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada

    penerima pesan (Arsyad, 2014, hlm.3). Ada yang mengartikan media sebagai

    alat informasi dan komunikasi, sarana dan prasarana, fasilitas, penunjang,

    penghubung, penyalur dan lainnya (Munadi, 2013, hlm.5). Sedangkan

    menurut Gerlach dan Ely (1980:244) dalam Sanjaya (2006, hlm.163) media

    bukan hanya alat dan bahan saja, tetapi termasuk juga hal – hal yang dapat

    memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan. Menurut Gerlach secara

    umum media meliputi orang, peralatan maupun kegiatan yang memungkinkan

    siswa untuk mendapat pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

    Rossi dan Breidle (1996) dalam (Sanjaya, 2011, hlm.163) menyatakan

    bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dipakai untuk

    dunia pendidikan, seperti, koran, majalah, radio, televisi, buku dan

    sebagainya. Media pembelajaran merupakan sumber-sumber belajar selain

    dari guru untuk menyalurkan pesan ajar yang diadakan atau diciptakan secara

    terencana oleh guru atau pendidikan (Munadi, 2013, hlm.5). Sehingga dapat

    dipahami bahwa media pembelajaran adalah alat bantu yang digunakan

    sebagai penyalur pesan antara pendidik dan peserta didik guna mencapai

    tujuan pembelajaran.

  • 9

    b. Fungsi Media Pembelajaran

    Dalam proses pembelajaran, media mempunyai arti yang cukup penting

    yaitu sebagai perantara bahan ajar yang disampaikan. Media dapat mewakili

    apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata – kata maupun kalimat.

    Media dapat memperjelas materi yang abstrak untuk menjadi lebih konkret

    (Djamarah & Zain, 2010, hlm.120).

    Media pengajaran dapat mempermudah proses belajar siswa dalam

    kegiatan pembelajaran yang pada tujuannya agar dapat mempertinggi hasil

    belajar yang dicapai. Manfaat media pengajaran dalam proses belajar

    mengajar antara lain:

    a. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat

    menumbuhkan motivasi belajar.

    b. Bahan pengajaran akan memiliki makna yang lebih jelas sehingga dapat

    lebih mudah dipahami dan memungkinkan siswa untuk mencapai tujuan

    pengajaran.

    c. Metode pengajaran akan lebih bervariasi , bukan hanya melalui tutur kata

    yang membuat siswa merasa bosan dan guru dapat lebih menghemat

    tenaga.

    d. Siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran, sebab bukan hanya

    mendengarkan penjelasan guru tetapi juga melalukan aktivitas lain seperti

    mengamati, melakukan sesuatu dan lainnya (Nana Sudjana & Rivai,

    2013, hlm.2).

    Sebagai alat bantu, media mempunyai fungsi untuk mempermudah tujuan

    pengajaran. Hal ini dipengaruhi oleh rasa percaya bahwa kegiatan belajar

    mengajar melalui media pembelajaran dapat meningkatkan kegiatan belajar

    peserta didik dalam waktu yang cukup lama. Sehingga kegiatan belajar peserta

    didik melalui adanya media pembelajaran akan mendapatkan proses dan juga

  • 10

    hasil belajar yang lebih baik dibandingkan tanpa bantuan media (Djamarah &

    Zain, 2010, hlm.121).

    Menurut (Arsyad, 2014, hlm.29) manfaat praktis penggunaan media

    pembelajaran sebagai berikut:

    1 Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian informasi maupun

    pesan sehingga dapat memperlancar kegiatan belajar dan meningkatkan

    hasil belajar.

    1. Media pembelajaran dapat mengarahkan perhatian anak sehingga

    memunculkan motivasi belajar.

    2. Media pembelajaran dapat memberikan solusi terhadap keterbatasan

    indera, ruang dan waktu.

    3. Media pembelajaran dapat memberikan pengalaman yang sama kepada

    siswa.

    Dari beberapa fungsi diatas, maka media pembelajaran memilki nilai

    praktis sebagai berikut:

    1. Media bisa mengatasi keterbatasan pengalaman yang siswa miliki.

    2. Dapat mengatasi batas ruang kelas, seperti menyederhanakan objek yang

    terlalu kompleks, menampilkan objek yang terlalu besar untuk masuk ke

    dalam ruang kelas dan sebagainya.

    3. Memungkinkan terjadinya interaksi antara peserta didik dengan

    lingkungan.

    4. Menghasilkan pengamatan yang seragam.

    5. Menanamkan konsep dasar yang benar, nyata dan tepat.

    6. Memunculkan motivasi dan mendukung peserta didik untuk belajar lebih

    baik.

    7. Memunculkan keinginan dan minat yang baru.

    8. Mengendalikan kecepatan belajar siswa.

    9. Media dapat memberikan pengalaman menyeluruh dari hal konkret

    sampai abstrak (Sanjaya, 2011, hlm.171-172).

  • 11

    c. Jenis Media Pembelajaran

    Dewasa ini media pembelajaran semakin bervariatif dan terdiri dari

    beragam jenis. Mulai dari yang sederhana atau bersifat konvensional maupun

    yang canggih sesuai dengan perkembangan zaman saat ini. Jika dilihat dari

    sifatnya media pembelajaran dapat dibagi ke dalam 3 jenis sebagai berikut :

    1. Media auditif yaitu media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio

    dan rekaman suara.

    2. Media visual merupakan media yang terlihat tetapi tidak memiliki suara,

    seperti gambar, foto, lukisan, dan berbagai bahan hasil cetakn media

    grafis.

    3. Media audiovisual merupakan media yang di dalamnya memuat unsur

    gambar dan unsur suara misalnya film, slide suara, rekaman video dan

    lainnya (Sanjaya, 2011, hlm.172).

    Jika diperhatikan dari intensitasnya, maka indera yang paling sering

    digunakan manusia untuk mendapat pengetahuan serta pengalaman adalah

    indera pendengaran dan penglihatan. Kedua indera ini ada masanya berkerja

    sendiri dan juga berkerja bersama. Media yang hanya melibatkan indera

    pendenggaran saja disebut media audio. Media yang hanya melibatkan indera

    penglihatan saja yaitu media visual. Dan media yang melibatkan keduanya

    adalah media audiovisiual sedangkan jika dalam pemakaiannya melibatkan

    banyak indera selain pendengaran dan penglihatan maka disebut sebagai

    multimedia (Munadi, 2013, hlm.54) .

    Seels & Glasgow mengelompokan berbagai jenis media yang dilihat dari

    sisi perkembangan teknologi. Dibagi ke dalam 2 katerogi luas yaitu pilihan

    media teknologi tradisional dan pilihan media teknologi mutakhir (Arsyad,

    2014, hlm.35-36).

    1. Pilihan media tradisional

  • 12

    a. Visual diam yang diproyeksikan

    • Proyeksi opaque

    • Proyeksi overhead

    • Slides

    • Filmstrips

    b. Visual yang tak diproyeksikan

    • Gambar, poster

    • Foto

    • Charts, grafik, diagram

    • Pameran, papan info

    c. Audio

    • Rekaman piringan

    • Pita kaset, reel, cartridge

    d. Penyajian multimedia

    • Tape

    • Multi-image

    e. Visual dinamis yang diproyeksikan

    • Film

    • Televisi

    • Video

    f. Cetak

    • Buku teks

    • Modul

    • Workbook

    • Majalah ilmiah

    • Hand-out

    g. Permainan

    • Teka – teki

  • 13

    • Simulasi

    • Permainan papan

    h. Realia

    • Model

    • Specimen

    • Manipulatif( peta,boneka)

    2. Pilihan media teknologi mutakhir

    a. Media berbasis telekomunikasi

    • Telekonferen

    • Kuliah jarak jauh

    b. Media berbasis mikroprosesor

    • Computer-assisted instruction

    • Permainan komputer

    • Sistem tutor inteljen

    • Interaktif

    Ada berbagai jenis media pengajaran yang dapat digunakan dalam proses

    pembelajaran. Pertama, media grafis atau bias disebut media dua dimensi

    seperti bagan, poster, komik, gambar, foto, grafik, kartun dan lainnya, kedua

    media tiga dimensi dalam bentuk pemodelan seperti model padat , model

    penampang, model susun, mock up, diorama, dan lainnya. Ketiga media

    proyeksi seperti slide, film strips, OHP dan lainnya. Keempat memanfaatkan

    lingkungan sebagai media pengajaran (Nana Sudjana & Rivai, 2013, hlm.3-

    4).

    Penggunaan media jika dilihat dari daya liputnya juga terbagi menjadi

    beberapa jenis sebagai berikut:

    a. Media dengan Daya Liput Luas dan Serentak

  • 14

    Pemakaiannya tidak dipengaruhi oleh batasan ruang dan tempat sehingga

    dapat digunakan oleh peserta didik yang jumlahnya banyak dalam waktu

    yang sama. Contoh: televisi dan radio.

    b. Media dengan Daya Liput yang Terbatas oleh Ruang dan Tempat

    Media jenis ini dalam pemakaiannya membutuhkan ruang dan tempat yang

    khusus seperti film, sound slides, film rangkai, yang mengharuskan

    berada pada tempat yang tertutup dan gelap.

    c. Media untuk Pengajaran Individual

    Media ini penggunaannya hanya untuk perseorangan, yang termasuk media

    ini adalah modul berprogram dan pengajaran melalui komputer (Djamarah

    & Zain, 2010, hlm.120).

    d. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran

    Media pembelajaran merupakan bagian dari pembelajaran yang berperan

    penting dalam proses pendidikan. Proses memanfaatkan suatu media

    merupakan salah satu hal yang harus dilakukan oleh pengajar khususnya guru

    sebagai fasilitator dalam belajar. Sehingga pengajar harus memahami cara

    untuk menentukan suatu media yang cocok dan efektif digunakan dalam

    proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai. Salah

    satunya dengan memperhatikan kriteria dalam memilih media pembelajaran.

    (Nana Sudjana & Rivai, 2013, hlm.4-5) mengemukakan rumusannya

    yaitu dalam memilih media untuk pengajaran sebaiknya memperhatikan

    kriteria-kriteria sebagai berikut:

    1. Ketepatannya dengan tujuan pengajaran, diartikan bahwa media

    pengajaran dipilih didasarkan pada tujuan-tujuan instruksional yang

    ditetapkan. Tujuan instruksional berisikan unsur-unsur pemahaman,

    aplikasi, analisis, sintesis, lebih memungkinkan untuk menggunakan

    media pengajaran.

  • 15

    2. Pendukung terhadap bahan pelajaran, artinya bahan pelajaran yang

    sifatnya fakta, prinsip, konsep dan generalisasi membutuhkan bantuan

    media agar dapat lebih mudah dipahami peserta didik.

    3. Media yang diperlukan mudah diperoleh atau paling tidak mudah dibuat

    oleh guru.

    4. Keterampilan guru dalam menggunakan media. Guru yang pandai

    menggunakan media pada saat terjadinya interaksi belajar peserta didik

    dengan lingkungannya dalam pengajaran diharap dapat mempertinggi

    kualitas pengajaran.

    5. Diberikan waktu yang cukup dalam pemakaian suatu media sehingga

    dapat bermanfaat untuk perserta didik.

    6. Memilih media untuk pendidikan dan pengajaran harus sesuai dengan

    taraf berpikir peserta didik, sehingga dapat dipahami oleh peserta didik.

    Menurut Drs. Sudirman N. (1991) dalam (Djamarah & Zain, 2010,

    hlm.126-127) mengemukakan beberapa prinsip pemilihan media pengajaran

    yang dibagi ke dalam tiga kategori, sebagai berikut:

    a. Tujuan Pemilihan

    Tujuan pemilihan media pembelajaran harus jelas. Apakah memilih

    media untuk pembelajaran ataukah hanya sekedar untuk hiburan mengisi

    waktu kosong. Lebih khususnya lagi apakah untuk pembelajaran

    kelompok atau individu.

    b. Karakteristik media pengajaran

    Setiap media pembelajaran mempunyai karakteristik tertentu, bisa terlihat

    dari keunggulannya, cara pembuatan maupun cara penggunaannya.

    Memahami karakteristik media pembelajaran merupakan kemampuan

    dasar yang harus dimiliki dalam kaitannya dengan pemilihan media

    pembelajaran. Dengan demikian memungkinkan pendidik menggunakan

    media yang bervariasi.

    c. Alternatif Pilihan

  • 16

    Terdapat beberapa media yang bisa diperbandingkan sehingga kita bisa

    memilih dan menentukan media mana yang cocok untuk pembelajaran.

    Hal penting yang perlu dipahami dalam menggunakan media dalam

    proses pembelajaran adalah suatu media diperuntukan untuk memudahkan

    siswa saat mempelajari materi pelajaran. Sehingga pada penggunaannya harus

    melihat dari sudut pandang kebutuhan siswa, maka ada beberapa hal yang

    harus diperhatikan di antaranya yaitu :

    a. Media yang digunakan harus sesuai dan searah dengan tujuan

    pembelajaran. Media bukan hanya digunakan sebagai hiburan, tetap

    benar-benar digunakan untuk membantu siswa dalam belajar.

    b. Media yang digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran. Setiap

    materi memiliki kekhasan dan kompleksannya tersendiri.

    c. Media harus sesuai dengan minat, kebutuhan dan kondisi siswa. Siswa

    yang memilki kemampuan mendengar kurang baik, akan sulit

    menggunakan media jenis auditif. Begitu pula bagi siswa yang kurang

    minat pada media visual. Sehingga guru perlu memperhatikan

    kemampuan dan gaya belajar siswanya.

    d. Media harus memperhatikan efektivitas dan efisien saat digunakan. Guru

    harus memilki kemampuan dalam mengoperasikan media pembelajaran

    yang digunakan (Sanjaya, 2011, hlm.173-174).

    2. Media simulasi PhET

    a. Pengertian Simulasi PhET

    PhET (Physic Education Technology) Simulations Interactive merupakan

    media pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi

    dikembangkan oleh Universitas Colorado. PhET dapat menampilkan

    gambaran partikel-partikel kimia yang abstrak dalam bentuk simulasi

    interaktif. University of Colorado Boulder telah mengembangkan PhET lebih

    dari 30 interaktif simulasi untuk proses belajar mengajar kimia. Simulasi

  • 17

    PhET menyediakan akses dinamis ke beberapa representasi dan dapat diakses

    secara online. Simulasi ini dirancang secara fleksibel untuk menyesuaikan

    dengan lingkungan pengajaran (Moore et al., 2014).

    Media PhET Simulations termasuk dalam media berbasis komputer yang

    menyediakan animasi baik fisika, biologi, maupun sains yang termuat dalam

    sebuah web. Simuasi Phet terdiri dari banyak pilihan file yang bias kita pilih

    untuk menyajikan animasi yang diinginkan. Media menampilkan suatu materi

    yang bersifat abstrak menjadi lebih jelas sehingga peserta didik dengan mudah

    memahami materi tersebut. Pada media ini disajikan simulasi dalam bentuk

    teori ataupun percobaan sehingga pengguna bisa terlibat lebih aktif. Pengguna

    dapat mengoperasikan kegiatan yang berkaitan dengan eksperimen. Sehingga

    selain dapat membangun konsep, PhET juga dapat digunakan untuk

    memunculkan keterampilan proses sains (Ekawati, Haris, & Amin, 2015,

    hlm.75).

    Simulasi PhET dibuat menyerupai permainan dimana siswa dapat belajar

    dengan melakukan eksplorasi. Simulasi ini menekankan hubungan antara

    fenomena nyata dengan simulasi komputer kemudian menyajikannya berupa

    konseptual fisis agar mudah dipahami siswa. Simulasi juga menyediakan

    instrumen pengukuran seperti penggaris, stopwatch, voltmeter dan

    termometer untuk menyajikan bentuk kuantitatif (Wuryaningsih & Suharno,

    2014).

    University of Colorado Boulder mengembangkan simulasi PhET dengan

    prinsip-prinsip berikut:

    1. Mengarahkan untuk penyelidikan ilmiah.

    2. Menyediakan interaktivitas.

    3. Memberikan tampilan yang tidak terlihat menjadi bisa terlihat.

    4. Menampilkan model secara visual.

    5. Menggunakan koneksi dunia nyata.

    6. Menampilkan beberapa representasi (seperti gerak objek, grafik, angka).

  • 18

    7. Memberikan pengarahan baik secara implisit maupun eksplisit dalam

    eksplorasi.

    8. Membuat simulasi yang fleksibel sehingga mudah digunakan dalam

    bidang pendidikan ( https://phet.colorado.edu/en/about).

    Beberapa tampilan interaktif dalam simulasi yang dapat kita lakukan di

    antaranya pertama dengan mengklik dan menarik untuk berinteraksi fitur

    simulasi yang tersedia kedua terdapat slider untuk menaikan atau dan

    menurunkan parameter dan ketiga dapat membuat pengukuran dalam

    percobaan dengan instrument yang ada. Dalam penggunaan simulasi PhET

    pengguna akan mendapat umpan balik yang dapat memberikan

    kemungkinkan untuk mereka menyelidiki hubungan sebab-akibat dan

    menjawab pertanyaan ilmiah melalui eksplorasi simulasi (Khoiriyah et al.,

    2015).

    b. PhET Molecule Shape (MS)

    PhET merupakan simulasi interaktif fenomena-fenomena fisis,berbasis

    riset yang yang dikembangkan oleh Universitas Colorado. PhET menyediakan

    simulasi ilmu fisika, ilmu kimia, ilmu biologi, ilmu kebumian dan matematika.

    Sedangkan PhET Molecul Shape (MS) merupakan simulasi yang dirancang

    untuk memahami materi kimia khususnya materi bentuk molekul. PhET MS

    merupakan simulasi kimia interaktif yang memiliki topik model molekul

    berdasarkan teori tolakan pasangan elektron valensi (VSEPR) di sekeliling

    atom pusat.PhET MS menapilkan simulasi modelmodel molekul dengan

    tampilan grafis secara tiga dimensi (Ismaun, 2019).

    Siswa yang ikut terlibat aktif dalam proses belajar melalui penggunaan

    PhET interaktif Molecule Shape (MS) akan memperoleh pengalaman

    bermakna selama proses belajar mengajar. melalui pengalaman bermakna

    yang didapat dari penggunaan PhET MS, siswa dapat mengembangkan

    keterampilan berpikirnya. Karakteristik dari PhET Molecule Shape yaitu

    https://phet.colorado.edu/en/about

  • 19

    memiliki sisi interaktif dan terdapat penggambaran bentuk suatu molekul

    secara tiga dimensi (3D) disertai dengan tampilan besar sudut – sudut yang

    ada didalam merupakan beberapa karakteristik PhET (MS) (Stiawan et al.,

    2014).

    PhET dirancang untuk memudahkan siswa dalam mempelajari konsep-

    konsep visual. Simulasi PhET menyajikan hal yang tidak dapat dilihat

    langsung dengan mata melalui pemanfaatan grafis dan kontrol intuitif seperti

    klik dan tarik manipulasi, slider dan tombol radio. Simulasi PhET didapatkan

    digunakan melalui website http://phet.colorado.edu/en/get-phet/fullinstall.

    PhET mudah digunakan dan diaplikasikan di dalam kelas. PhET

    membutuhkan komputer yang sudah terinstal program java maupun flash.

    Selain itu PhET juga bisa digunakan secara online di situs

    https://phet.colorado.edu (Sumargo & Yuanita, 2014). Berikut tampilan PhET

    Molecule Shapes. Berikut tampilan PhET Molecule Shapes

    Gambar 2.0.1 Geometri molekul dengan PEB

    Menurut Noah dalam (Idami et al., 2018) menyatakan bahwa media

    PhET merupakan simulasi yang desain untuk mencapai tujuan pembelajaran

    http://phet.colorado.edu/en/get-phet/fullinstallhttps://phet.colorado.edu/

  • 20

    baik digunakan secara individu maupun berkelompok. Media ini memiliki

    kelebihan dibandingkan dengan media pembelajaran yang berbentuk simulasi

    lainnya, yaitu menghubungan antara kejadian yang ada dalam kehidupan

    nyata dan mengaitkannya dengan bidang ilmu serta dapat mendukung strategi

    pembelajaran dua arah dan konstruktivisme. Terdapat juga yang menyajikan

    penghargaan terhadap apa yang dikerjakan.

    Dengan menggunakan software tersebut, diharapkan dapat

    mengkaitkannya dengan pembelajaran kimia sehingga dapat menciptakan

    suasana belajar yang efektif, aktif, kreatif, dan menyenangkan. PhET

    memungkinkan pengguna untuk melakukan simulasi dan mengeksplorasi

    bentuk-bentuk molekul serta memungkinkan menganalisis dan memprediksi

    bagaimana gambaran secara fisik dari bentuk molekul tersebut (Mardiyah,

    2018).

    Penemuan dari PhET akan berguna bagi para pelajar kimia karena

    simulasi computer termasuk efektif dalam mengajar kimia. Hal ini dapat

    membantu peserta didik untuk mempelajari konsep dasar kimia secara

    individu dengan akses ke perangkat lunak simulasi komputer. Penggunaan

    PhET ini perangkat lunak simulasi diadaptasi dari Pendidikan Fisika dan

    Teknologi (PhET) menunjukan hasil penelitian yang menggambarkan

    peningkatan minat siswa pada kimia terutama pada konsep berupa gas yang

    hampir tidak mungkin untuk diuji coba pada laboratorium sekolah melalui

    eksperimental. Pelajar tertarik untuk terlibat dalam program yang tidak

    relevan seperti video game karena ketika mereka belajar dengan membaca

    buku mereka mungkin dapat disalurkan ke yang lebih produktif dengan

    pengajaran edukatif dengan menggunakan perangkat lunak simulasi yang

    menarik (Nkemakolam et al., 2018).

    Peneliti memulai proses pembalajaran dengan penyajian materi oleh

    peneliti secara umum tentang bentuk molekul meliputi pengertian bentuk

    molekul berdasarkan teori VSEPR(valence shell electron pair repulsion

  • 21

    theory) dan mengajarkan cara menggambarkan struktur lewis. Selanjutnya

    disajikan lembar kerja secara berkelompok. Siswa kelas eksperimen

    menjawab lembar kerja dengan menggunakan PhET sedangkan kelas kontrol

    menggunakan buku. Peneliti menggunakan PhET molecule shapes:basics

    yaitu simulasi bentuk molekul dasar tanpa adanya pasangan elektron bebas

    dan PhET molecule Shapes yaitu simulasi PhET yang sudah menunjukan

    pasangan elektron ikatan dan pasangan elektron bebas. Pada awal pengenalan

    PhET siswa terlihat tertarik karena penyajian bentuk molekul yang unik dan

    didukung warna yang menarik. Sementara pada penggunaan media buku

    siswa terlihat kurang semangat.

    c. Kelebihan dan Kekurangan Simulasi PhET

    Menurut Madlazim dalam (Sunni et al., 2014) simulasi PhET mempunyai

    kelebihan yaitu bisa digunakan untuk melakukan percobaan secara ideal,

    yang tidak dapat dilakukan dengan menggunakan alat yang sesungguhnya.

    PhET dipilih karena simulasi ini menggunakan program java sehingga

    memiliki kelebihan yaitu easy java simulations (ejs) yang dirancang khusus

    untuk memudahkan guru dalam membuat simulasi dengan memanfaatkan

    komputer sesuai dengan bidang ilmu yang dibutuhkan.

    Menurut Siswono dalam (Khoiriyah et al., 2015) kekurangan PhET

    Simulation sebagai media pembelajaran yang berbasis laboratorium virtual, di

    antaranya sebagai berikut:

    1. Kemandirian siswa dalam proses belajar dapat menentukan keberhasilan

    pembelajaran berbantuan laboratorium virtual.

    2. Akses untuk melakukan kegiatan dengan laboratorium virtual bergantung

    pada jumlah fasilitas komputer yang disediakan sekolah.

    3. Saat siswa kurang paham tentang penggunaan komputer sehingga maka

    akan menimbulkan rasa jenuh dan respon yang pasif untuk melakukan

    percobaan virtual.

  • 22

    Dalam situs http://mazguru.wordpress.com menyebutkan beberapa

    Kelebihan dan kekurangan dari laboratorium virtual yang termasuk

    didalamnya adalah media simulasi PhET yaitu sebagai berikut :

    a. Kelebihan

    1. Mengatasi masalah kurangnya waktu, apabila waktunya terbatas untuk

    mengajari semua siswa di dalam laboratorium hingga mereka mengerti

    atau paham.

    2. Meminimalisir masalah geografis, apabila terdapat siswa yang

    lokasinya jauh dari tempat kegiatan pembelajaran.

    3. Lebih ekonomis sebab tidak membutuhkan bangunan lab serta alat –

    alat lab seperti percobaan konvensional.

    4. Dapat menambah kualitas dari eksperimen, karena bisa dilakukan

    berulang untuk meminimalisir pengukuran yang ragu.

    5. Membuat pelajaran lebih efektif, karena siswa atau mahasiswa bisa

    melakukan percobaan berulang.

    6. Menjaga keselamatan dan keamanan,sebab tidak berinteraksi langsung

    dengan alat dan bahan berbahaya.

    b. Kekurangan

    1. Terbatasnya pengetahuan penggunaan berbasis simulasi karena

    terkadang penyajian menggunakan bahasa inggris untuk pengantar.

    2. Pengalaman di laboratorium yang nyata akan berkurang

    3. Tidak mengetahui alat dan bahan yang secara nyata digunakan dalam

    praktikum.

    4. Keterbatasan Laptop/Gadget pada sekolah tersebut.

    http://mazguru.wordpress.com/

  • 23

    3. Hasil Belajar

    a. Pengertian Hasil Belajar

    Hasil belajar dapat berupa capaian autentik kompetensi peserta didik yang

    didaparkan saat pembelajaran di kelas baik sikap, pengetahuan maupun

    keterampilan peserta didik (Latip, 2018, hlm.26). Hasil belajar secara

    sederhana dapat diartikan sebagai kemampuan yang didapat anak setelah

    melakukan kegiatan pembelajaran (Susanto, 2013, hlm.5).

    Menurut (Nana Sudjana, 2014, hlm.3) hasil belajar adalah perubahan

    tingkah laku. Dalam pengertian luas perubahan tingkah laku mencakup bidang

    kognitif, afektif dan psikomotor. Menurut Ahmadi dan Supriyono (1991)

    dalam (Khodijah, 2016, hlm.51) menyatakan bahwa suatu proses perubahan

    baru dapat dikatakan sebagai hasil belajar jika memiliki ciri-ciri sebagai

    berikut :

    1. Terjadi secara sadar

    Perubahan sebagai hasil belajar itu disadari oleh individu, artinya

    individu menyadari perubahan yang terjadi pada dirinya.

    2. Bersifat fungsional

    Artinya perubahan tersebut memberikan manfaat yang luas. Setidaknya

    bermanfaat saat siswa ingin menempuh ujian ataupun bermanfaat bagi

    siswa dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya untuk menjaga

    kelangsungan hidupnya.

    3. Bersifat aktif dan positif

    Perubahan sebagai hasil belajar tidak terjadi karena sendirinya tetapi

    memerlukan usaha dan aktivitas dari individu sendiri untuk mencapai

    perubahan. Sedangkan positif artinya baik, bermanfaat, dan sesuai dengan

    harapan.

    4. Bukan bersifat sementara

    Perubahan sebagai hasil belajar bersifat relatif permanen.

    5. Bertujuan dan terarah

  • 24

    Perubahan sebagai hasil belajar tidak terjadi tanpa unsur kesengajaan dari

    individu yang bersangkutan. Sehingga tidak mungkin orang yang tidak

    belajar akan menghasilkan hasil belajar yang maksimal.

    6. Mencakup seluruh aspek perilaku

    Perubahan yang timbul melalui proses belajar umumnya mencakup

    seluruh aspek perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor.

    (Djamarah, 1966, hlm.23) mengungkapkan hasil belajar adalah hasil yang

    diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri

    individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Dari beberapa definisi

    diatas peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku

    dan kemampuan secara keseluruhan yang dimiliki oleh siswa setelah melalui

    proses pembelajaran.

    b. Klasifikasi Hasil Belajar

    Sistem pendidikan nasional memuat di dalamnya tentang tujuan

    pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun instruktusional, memakai

    klasifikasi hasil belajar dari benyamin bloom yang membagi ke dalam tiga

    ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor (Nana

    Sudjana, 2014, hlm.22). Fokus dari penelitian ini adalah taksonomi bloom

    ranah kognitif. Ranah kognitif merupakan cara – cara yang dipakai siswa

    secara aktif dalam proses mengkonstruk makna. Ranah kognitif terbagi

    menjadi 6 level sebagai berikut:

    1. Level kognitif C1 (Mengingat)

    Mengingat diartikan sebagai kemampuan untuk menyimpan materi

    pelajaran agar sama seperti materi yang diajarkan. Proses mengingat

    meliputi proses mengenali (mengidentifikasi) dan mengingat kembali

    (mengambil).

  • 25

    a. Mengenali adalah menempatkan pengetahuan dalam memori jangka

    panjang yang sesuai dengan pengetahuan tersebut. Misalnya

    mengenali tanggal peristiwa penting dalam sejarah Indonesia.

    b. Mengingat kembal yaitu mengambil pengetahuan relevan dari

    memori jangka panjang. Misalnya mengingat kembali tanggal

    peristiwa penting dalam sejarah Indonesia (Anderson & Krathwohl,

    2001, hlm.99-104).

    2. Level kognitif C2 (Memahami)

    ketika siswa dapat membangun makna dari pesan – pesan pembelajaran

    baik yang bersifat lisan tulisan, ataupun grafis, yang disampaikan melalui

    pengajaran, buku, atau layer komputer. Proses memahami di antaranya

    meliputi tahap menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasi,

    merangkum, dan menyimpulkan.

    a. Menafsirkan merupakan proses mengubah informasi dari satu bentuk

    ke bentuk lain. Misal dari gambar menjadi kata-kata dan sebaliknya,

    angka menjadi kata-kata dan sebaliknya.

    b. Mencontohkan yaitu proses yang melibatkan identifikasi ciri-ciri

    pokok dari suatu konsep atau prinsip umum.

    c. Mengklasifikasikan yaitu proses mendeteksi ciri-ciri atau pola yang

    sesuai dengan contoh dan konsep atau prinsip tersebut.

    d. Merangkum yaitu melibatkan proses membuat ringkasan suatu

    informasi.

    e. Menyimpulkan yaitu mengabstraksi sebuah konsep atau prinsip yang

    menerangkan contoh dengan mencermati ciri–ciri setiap contoh

    f. Membandingkan yaitu mencari korespondensi satu–satu antara

    elemen-elemen dan pola-pola pada suatu objek.

    g. Menjelaskan yaitu membuat model sebab-akibat dalam sebuah

    sistem (Anderson & Krathwohl, 2001, hlm.105-115).

  • 26

    3. Level Kognitif C3 (Mengaplikasikan)

    Proses kognitif mengaplikasikan yaitu mengikutsertakan tahapan–

    tahapan proses tertentu untuk mengerjakan soal latihan atau

    menyelesaikan masalah.

    a. Mengeksekusi merupakan proses menerapkan suatu prosedur pada

    tugas yang familier. Tugas berupa soal latihan akan memberikan

    petunjuk yang cukup untuk memilih prosedur yang tepat dan

    menggunakannya.

    b. Mengimplementasikan yaitu proses ketika siswa menggunakan

    prosedur untuk tugas yang tidak familier sehingga siswa dituntut

    untuk memilih dan memahami jenis masalahnya dan alternatif

    prosedur yang tersedia (Anderson & Krathwohl, 2001, hlm.116-119).

    4. Level Kognitif C4 (Menganalisis)

    Menganalisis diartikan sebagai proses memecah–mecah materi menjadi

    bagian kecil dan menentukan hubungan antara bagian tersebut dengan

    struktur keseluruhannya.

    a. Membedakan yaitu proses memilah bagian yang relevan atau penting

    dari suatu struktur.

    b. Mengorganisasi yaitu proses mengidentifikasi elemen- elemen

    komunikasi dan proses mengenali bagaimana suatu elemen

    membentuk sebuah struktur yang koheren.

    c. Mengatribusikan yaitu proses menentukan sudut pandang, pendapat,

    nilai atau tujuan dibalik komunikasi (Anderson & Krathwohl,

    2001,hlm.120-124).

    5. Level Kognitif C5 (Mengevaluasi)

    Membuat suatu keputusan berdasarkan kriteria dan standar. Kriteria yang

    paling sering digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi dan

    konsistensi.

  • 27

    a. Memeriksa yaitu melibatkan proses menguji kesalahan internal

    dalam suatu operasi atau produk.

    b. Mengkritik yaitu melibatkan proses penilaian suatu produk atau

    proses berdasarkan kriteria dan standar eksternal (Anderson &

    Krathwohl, 2001, hlm.125-127).

    6. Level Kognitif C6 (Mencipta)

    a. Melibatkan proses menyusun elemen-elemen menjadi sebuah

    keseluruhan yang koheren atau fungsional.

    b. Merumuskan yaitu proses menggambarkan masalah dan membuat

    pilihan atau hipotesis yang memenuhi kriteria tertentu .

    c. Merencanakan yaitu mempraktikan langkah – langkah untuk

    menciptakan solusi yang nyata bagi suatu masalah.

    d. Memproduksi yaitu melaksanakan rencana untuk menyelesaikan

    masalah yang memenuhi spesifikasi tententu (Anderson &

    Krathwohl, 2001, hlm.128-133).

    c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

    Hasil belajar bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri melainkan banyak

    faktor yang melatarbelakanginya berikut adalah faktor-faktor yang

    mempengaruhinya :

    1. Faktor eksternal

    Faktor ini terbagi menjadi 2 hal yaitu faktor sosial dan non sosial.

    Faktor sosial menyangkut hubungan antarmanusia dengan berbagai

    situasi seperti berada pada lingkungan keluarga, sekolah, teman, dan

    masyarakat. Sedangkan faktor non sosial berupa lingkungan alam dan

    fisik seperti, situasi, suasana sekolah, keadaan fisik dan juga hubungan

    antara guru serta teman- teman. Faktor eksternal dari keluarga baik

    langsung ataupun tidak sangat berpengaruh terhadap hasil belajar. Selain

    itu dilingkungan sekolah yang menjadi faktor utama adalah guru proses

  • 28

    belajar utamanya di kelas sebagian bersar ditentukan oleh guru. Peranan

    guru yang paling dominan sebagai berikut:

    a. Guru sebagai demonstrator. Guru hendaknya menguasai materi

    pembelajaran dan mengembangkan kemampuan dalam bidang ilmu

    yang dimilikinya. Karena ini dapat berpengaruh terhadap hasil belajar.

    b. Guru sebagai pengelola kelas. Guru bertanggung jawab dalam

    mengelola fisik kelas agar suasananya menyenangkan untuk belajar

    serta membimbing proses intelektual, sosial, emosional, moral, dan

    spiritual.

    c. Guru sebagai fasilitator. Peran in berkaitan dengan pengelolaan kelas

    dimana guru harus mampu memerikan kemudahan belajar bagi peserta

    didik sehingga mendapatkan hasil yang optimal.

    d. Guru sebagai mediator. Guru tidak hanya sebagai penyampai

    informasi. Tetapi sebagai perantara hubungan antar peserta didik.

    e. Guru sebagai evaluator. Guru harus dapat menilai proses dan hasil

    belajar peserta didik dan memberi balasan dari efektivitas

    pembelajaran yang dilakukan (Mulyasa et al., 2016, hlm.181-182).

    2. Faktor internal

    Selain faktor eksternal diatas banyak juga faktor internal yang berasal

    dari diri siswa dan berpengaruh terhadap hasil belajar. Faktor internal

    meliputi

    a. Faktor fisiologis yang berhubungan dengan keadaan fisik individu

    meliputi keadaan jasmani dan pancaindera.

    b. Faktor psikologis yang berasal dari dalam diri seperti :

    • Inteligensi merupakan dasar potensi pencapaian hasil belajar.

    Semakin tinggi intelegensi peserta didik maka hasil belajar yang

    dicapai akan semakin tinggi dan juga sebaliknya.

  • 29

    • Minat (interest) merupakan keinginan besar terhadap sesuatu. Sebab

    itu minat dapat mempengaruhi pencapain hasil belajar. Jika siswa

    minat terhadap mata pelajaran tertentu maka akan memusatkan

    perhatian pada pelajaran tersebut dan belajarnya akan lebih giat

    serta hasilnya akan lebih baik.

    • Sikap merupakan kecenderungan untuk merespon terhadap suatu

    hal baik secara positif maupun negative.

    • Waktu dan kesempatan. Peserta didik yang memiliki banyak waktu

    dan kesempatan untuk belajar akan cenderung memiliki prestasi

    yang lebih tinggi (Mulyasa et al., 2016, hlm.183-184).

    Sedangkan menurut (Susanto, 2013, hlm.15-18) dalam bukunya

    menyebutkan faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar sebagai berikut:.

    1. Kecerdasan anak

    Kecerdasan berpengaruh terhadap cepat dan lambatnya seseorang

    penerima informasi. Kecerdasan siswa membantu pengajar untuk

    menentukan apakah siswa mampu mengikuti pelajaran. Alfred Binnet

    membagi inteligensi ke dalam 3 aspek yaitu direction, adaptation, dan

    criticism. Direction artinya kemampuan memusatkan kepada suatu

    masalah yang dipecahkan. Adaptation artinya kemampuan beradaptasi

    terhadap masalah yang dihadapi dan criticism artinya mampu

    mengadakan kritik.

    2. Kesiapan atau kematangan

    Kesiapan dan kematangan sangat menentukan keberhasilan dalam

    belajar. Karena kematangan ini erat hubungannya dengan masalah minta

    dan kebutuhan anak.

    3. Bakat anak

  • 30

    Menurut Chaplin, bakat merupakan kemampuan potensial yang dimiliki

    seseorang untuk mencapai keberhasilan pada waktu mendatang. Sehingga

    bakat dapat mempengaruhi tinggi redahnya prestasi belajar.

    4. Kemauan belajar

    Salah satu tugas guru adalah membuat siswa mau untuk belajar. Kemauan

    belajar yang tinggi diiringi dengan tanggung jawab yang besar dapat

    berpengaruh positif terhadap hasil belajar yang dicapai siswa.

    5. Minat

    Minat merupakan kecenderungan atau keinginan besar terhadap sesuatu.

    Siswa yang mempunyai minat besar pada pelajaran akan fokus saat

    belajar. Sehingga siswa belajar lebih giat dan prestasinya baik.

    6. Model penyajian materi pelajaran.

    Model penyajian materi yang menyenangkan, menarik dan mudah

    dimengerti oleh siswa tentu akan membawa keberhasilan dalam belajar.

    7. Pribadi dan sikap guru

    Belajar tidak hanya melalui bacaan tetapi bias juga melalui contoh yang

    baik dari sikap, tingkah laku, dan perbuatan. Kepribadian guru yang

    kreatif dan inovatif akan membuat siswa meniru gurunya.

    8. Suasana pengajaran

    Suasana pengajaran yang tenang, dan terjadi pertanyaan yang kritis dari

    siswa kepada guru yang membuat suasana pengajaran menjadi lebih aktif

    sehingga akan memberikan nilai lebih pada proses pengajaran.

    9. Kompetensi guru

    Guru yang propesional akan memiliki kemampuan tertentu yang

    diperlukan untuk membantu siswa dalam belajar. Guru profesional akan

    menguasai dengan baik materi yang akan diajar dan memilih metode

    belajar mengajar yang tepat sehingga proses belajar dapat berjalan dengan

    baik.

    10. Masyarakat

  • 31

    Dalam masyarakat terdapat berbagai macam tingkah laku dan berbagai

    latarbelakang pendidikan. Sehingga lingkungan masyarakat akan ikut

    mempengaruhi kepribadian siswa.

    d. Tujuan Penilaian Hasil Belajar

    Hasil belajar dapat terbagi menjadi 3 kelompok tujuan penilaian hasil

    belajar jika dilihat dari pelaku penilaian yaitu penilaian oleh pendidik, satuan

    pendidikan dan pemerintah. Tujuan penilainnya sebagai berikut:

    1. Penilaian hasil belajar oleh pendidik bertujuan untuk memantau dan

    mengevaluasi proses, kemajuan belajar dan perbaikan hasil belajar

    peserta didik secara berkesinambungan.

    2. Penilaian hasil belajar satuan pendidikan bertujuan untuk menilai

    pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran.

    3. Penilaian hasil belajar oleh pemerintah bertujuan untuk menilai

    pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran

    tertentu (Latip, 2018, hlm.27).

    Sedangkan menurut (Supardi, 2015, hlm.13) tujuan dilakukannya tes,

    pengukuran, penilaian dan evaluasi hasil belajar adalah untuk :

    1. Menelusuri kesesuaian antara proses pembelajaran dengan rencana yang

    telah disusun.

    2. Pengecekan kelemahan dalam proses pembelajaran.

    3. Mencari penyebab kelemahan dan kesalahan dalam proses pembelajaran.

    4. Mengetahui keberhasilan belajar yang dicapai.

    5. Mengetahui hasil belajar yang diperoleh oleh peserta didik.

    6. Mendiagnosis dan melakukan usaha perbaikan kesulitan belajar yang

    dirasakan peserta didik.

    7. Menempatkan peserta didik dalam kelas dan kelompok yang tepat.

    8. Menyeleksi kenaikan dan kelulusan.

    9. Memberikan bimbingan dan penyuluhan

  • 32

    10. Mengetahui pencapaian kurikulum

    11. Memberi penilaian keberhasilan untuk pencapaian pendidikan secara

    kelembagaan.

    4. Materi Bentuk Molekul

    a. Pengertian Bentuk Molekul

    Bentuk molekul merupakan gambaran geometris yang dihasilkan apabila

    inti atom-atom terikat dan dihubungkan oleh garis lurus. Molekul beratom dua

    atau diatomik memiliki bentuk linier sebab dua titik akan membentuk satu

    garis lurus. Molekul triatomik berbentuk datar (planar). Sedangkan molekul

    lebih dari 3 atom atau poliatomik ada yang berbentuk planar dan linier.

    Bentuk molekul tidak dapat diramalkan melalui rumus empiris melainkan

    harus melalui percobaan (Petrucci, 1985, hlm.285). Sedangkan menurut

    (Sudarmo, 2013, hlm.107) bentuk molekul menggambarkan kedudukan atom-

    atom dalam suatu molekul, kedudukan atom dalam ruang 3 dimensi, dan

    besarnya sudut ikatan yang dibentuk dalam suatu molekul. Ikatan tersebut

    terbentuk karena adanya pasangan-pasangan elektron

    Menurut (Chang, 2003, hlm.290) bentuk molekul atau geometri molekul

    merupakan susunan tiga-dimensi dari atom-atom dalam suatu molekul.

    Geometri molekul akan mempengaruhi sifat-sifat kimia dan fisiknya meliputi

    titik leleh, titik didih, kerapatan, dan jenis reaksi. Panjang ikatan serta sudut

    ikatan dari suatu molekul umumnya harus ditentukan lewat percobaan.

    Pendapat (Oxtoby et al., 2001, hlm.61) bentuk – bentuk molekul berasal dari

    susunan tiga-dimensi atom- atom dalam suatu ruang. Hal ini diketahui dengan

    cara menambah model lewis dengan teori VSEPR.

    Untuk memahami penjelasan bentuk molekul harus mengetahui dua

    kuantitas yaitu :

    1. Panjang ikatan (Bond Lenght) yaitu jarak antar inti atom yang berikatan.

  • 33

    2. Sudut ikatan (Bond angle) yaitu sudut antara garis bersebelahan yang

    mewakili ikatan (Petrucci et al., 2011, hlm.24).

    Molekul diatomik mempunyai 1 ikatan dan tanpa sudut ikatan bentuk

    geometric yang dibentuk oleh 2 titik berupa garis lurus atau linier. Molekul

    triatomik mempunyai 1 ikatan dan 1 sudut ikatan. Jika besar sudut 180 maka

    molekulnya linier dan ketiga atom berada pada garis lurus. Sedangkan untuk

    bentuk molekul triatomik lainnya dikatakan anguler, bengkok, atau berbentuk

    V. Beberapa molekul poliatomik mempunyai bentuk planar atau linier. Tetapi

    yang lebih umum pusat – pusat atom dalam molekul menentukan gambaran

    geometrik 3 dimensi (Petrucci et al., 2011, hlm.24).

    b. Teori VSEPR (velence-shell electron-pair repulsion)

    Tetapi ada cara yang sederhana untuk menggambarkan geometri molekul

    jika kita mengetahui jumlah elektron disekitar atom pusat dalam struktur

    lewisnya. Pendekatan ini berpendapat bahwa pasangan electron dikulit valensi

    suatu atom. Kulit valensi merupakan kulit terluar yang ditempati oleh elektron

    pada suatu atom yang terlibat dalam ikatan. Tolak menolak antara elektron

    pada ikatan yang berbeda membuat pasangan ikatan berada sejauh mungkin.

    Bentuk yang dipilih molekul merupakan tolakan yang minimal.pendekatan ini

    disebut dengan model tolakan pasangan elektron kulit valensi (TPEKV) atau

    (velence-shell electron-pair repulsion (VSEPR). Pendekatan VSEPR

    menjelaskan bahwa susunan geometrik pasangan elektron disekitar atom

    pusat disebabkan oleh tolakan pasangan elektron (Chang, 2003, hlm.290).

    Teori VSEPR menyatakan bahwa baik pasangan elektron ikatan maupun

    pasangan elektron mandiri saling tolak menolak. Pasangan elektron cenderung

    untuk berjauhan satu sama lain. Atau menurut asas eksklusi Pauli pasangan

    elektron yang beada pada satu orbital, elektron lain, seperti apapun rotasinya

    maka tidak akan dapat berdekatan dengan pasangan tersebut. Teori VSEPR

  • 34

    menggambarkan arah pasangan elekton terhadap inti dari suatu atom

    (Petrucci, 1985, hlm. 285).

    Tujuan dari teori ikatan kimia yaitu untuk memperkirakan struktur suatu

    molekul. Teori yang tepat untuk menggambarkan bentuk geometri molekul

    disebut teori perputaran pasangan elektron kulit valensi atau VSEPR (valence

    shell electron pair repulsion theory). Teori VSEPR menunjukan bahwa

    pengaturan geometri ligan yang berada dikeliling atom pusat hanya ditentukan

    oleh perputaran pasangan electron pada kulit valensi atom pusat (Brady, 1999,

    hlm.371). Menurut (Petrucci et al., 2011, hlm.24) dalam teori VSEPR fokus

    pembahasan berada pada pasangan elektron dalam kulit elektron valensi atom

    pusat pada suatu struktur. Pasangan elektron akan saling menolak ketika

    elektron berada dalam ikatan kimia atau pasangan bebas. Pasangan elektron

    mengambil orientasi diseputar atom untuk meminimumkan tolakan.

    Pembahasan lain dari VSEPR pada gugus elektron satu gugus dapat berupa

    pasangan baik berupa pasangan bebas maupun pasangan ikatan atau bisa juga

    sebagai elektron tunggal yang tak berpasangan pada oktet taklengkap.

    Terdapat dua aturan yang ada dalam model VSEPR (valence shell

    electron pair repulsion theory) yaitu sebagai berikut :

    1. Ikatan rangkap dua dan rangkap tiga memiliki perlakuan yang berbeda.

    Hal ini dikarenakan ikatan rangkap lebih besar dibanding ikatan tunggal

    karena kerapatanya lebih tinggi sehingga membutuhkan ruang yang lebih

    besar.

    2. Apabila suatu molekul mempunyai dua atau lebih struktur resonansi maka

    kita dapat menerapkan moder VSEPR pada tiap strukturnya (Chang,

    2003, hlm.290).

    c. Meramalkan Bentuk Molekul

    Meramalkan bentuk molekul dengan mengaplikasikan teori VSEPR.

    Langkah – langkah yang digunakan untul meramalkan bentuk molekul yaitu:

  • 35

    1. Gambarkan struktur lewis yang masuk akal untuk molekul ataupun ion

    poliatomik.

    2. Tentukan banyaknya gugus elektron disekitar atom pusat dan tentukan

    termasuk pasangan elektron ikatan atau pasangan elektron bebas.

    3. Tentukan geometri gugus elektron diseputar atom pusat-linier, planar-

    trigonal, tetrahedral, bipiramida-trigonal, atau octahedral.

    4. Tentetukan geometri molekul dari posisi sekitar atom pusat yang

    ditempati inti atom lain (Petrucci et al., 2011, hlm.29).

    Dalam meramalkan bentuk molekul dapat dibagi ke dalam dua golongan

    yaitu berdasarkan ada tidaknya pasangan elektron bebas pada atom pusatnya

    (Chang, 2003, hlm.290).

    1. Molekul yang tidak memiliki pasangan elektron bebas (PEB) pada atom

    pusat.

    Molekul mengandung dua unsur yaitu A dan B, dimana A merupakan

    atom pusatnya. Rumus umum molekul yaitu ABx dengan x berupa

    bilangan bulat (2,3,…..). Dalam beberapa kasus x adalah bilangan bulat

    antara 2 dan 6.

  • 36

    Gambar 2.0.2 Geometri molekul tanpa pasangan elektron bebas (PEB)

  • 37

    2. Molekul yang atom pusatnya memilki satu atau lebih pasangan elektron bebas

    ( PEB) (Chang, 2003, hlm.294-297).

    Gaya tolak menolak di antara dua pasang elektron akan semakin kuat

    dengan semakin kecilnya jarak antara kedua pasangan elektron tersebut. Gaya

    tolakan semakin kuat jika sudut di antara 2 pasangan elektron besarnya 90°.

    Tolakan elektron yang melibatkan pasangan elektron mandiri atau bebas

    (PEB) akan lebih kuat dari yang melibatkan pasangan elektron ikatan ( PEI ).

    Pada umumnya besar gaya tolakan sebagai berikut:

    Pasangan mandiri (PEB) - Pasangan mandiri (PEB) > Pasangan mandiri

    (PEB) – Pasangan Ikatan ( PEI ) > Pasangan Ikatan (PEI) – Pasangan Ikatan (

    PEI) (Petrucci, 1985, hlm.286).

    Jika ingin mengetahui jumlah pasangan elektron bebas dan pasangan

    elekton ikatan kita merumuskan dengan ABxEy, dengan A sebagai atom pusat,

    B adalah atom sekitar dan E adalah pasangan elektron bebas pada A.

    Sedangkan untuk x dan y merupakan bilangan bulat ( x= 2,3,….. dan y

    =1,2,…..) yang menunjukan jumlah atom sekitar (PEI) dan jumlah pasangan

    elektron bebas ( PEB).

  • 38

    Gambar 2.0.3 Geometri molekul dengan adanya pasangan elektron bebas (PEB)

    https://4.bp.blogspot.com/-pzdu4HB1Gkc/XFA3e36aKJI/AAAAAAAAFSw/4zk4jyccrgAO-_xEQX3NFgjQRPt0YH5OwCLcBGAs/s1600/10.1.jpg

  • 39

    d. Keterbatasan Teori VSEPR

    Terdapat beberapa senyawa yang kurang tepat diramalkan bentuk molekulnya

    berdasarkan teori VSEPR yang dikelompokan menjadi 4 bagian :

    1. Senyawa logam transisi

    Banyak senyawa logam transisi yang geometrinya tidak dapat dijelaskan

    menggunakan teori VSEPR. Struktur beberapa senyawa ini, meliputi logam

    hidrida dan kompleks alkil

    2. Senyawa halida golongan 2

    Logam golongan 2 yang membentuk struktur senyawa halida triatomik tidak

    berbentuk linier melainkan bentuk tekuk. Hal ini disebabkan karena interaksi ligan

    dengan elektron pada inti atom logam yang menyebabkan polarisasi atom,

    sehingga kelopak dalam atom tidaklah simetris berbentuk bola dan memengaruhi

    geometri molekul. Contoh (sudut X-M-X: CaF2 (145°) ; SrF2 (120°) ; BaF2 (108°)

    ; SrCl2 (130°) ; BaCl2 (115°) ; BaBr2 (115°) ; BaI2 (105°). Gillespie mengajukan

    bahwa ini disebabkan oleh interaksi ligan dengan elektron pada inti atom logam

    yang menyebabkan polarisasi atom, sehingga kelopak dalam atom tidaklah

    simetris berbentuk bola dan memengaruhi geometri molekul.

    3. Beberapa molekul AX2E2

    Salah satu contohnya adalah molekul litium oksida Li2O yang berbentuk linear

    dari pada berbentuk bengkok (bent) . Hal ini dikarenakan ikatan yang bersifat

    sangat ionik, menyebabkan gaya tolakan yang sangat kuat antara atom litium.

    4. Beberapa molekul AX6E1

    Beberapa molekul AX6E1, seperti anion Te(IV) dan Bi(III), TeCl62−, TeBr6

    2−,

    BiCl63−, BiBr6

    3− dan BiI63−, berbentuk oktahedral sempurna dan pasangan

    menyendirinya tidak memengaruhi geometri molekul. Hal ini disebabkan karena

    sesakan sterik ligan tidak menyediakan ruang untuk pasangan menyendiri yang

    tidak berikatan (https://www.scribd.com/doc/118190071/Keterbatasan-teori-

    VSEPR).

    https://id.wikipedia.org/wiki/Kalsium_fluoridahttps://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Stronsium_fluorida&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Barium_fluorida&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/wiki/Stronsium_kloridahttps://id.wikipedia.org/wiki/Barium_kloridahttps://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Barium_bromida&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Barium_iodida&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ronald_Gillespie&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/wiki/Litium_oksidahttps://www.scribd.com/doc/118190071/Keterbatasan-teori-VSEPRhttps://www.scribd.com/doc/118190071/Keterbatasan-teori-VSEPR

  • 40

    e. Kepolaran Senyawa

    Kepolaran senyawa merupakan keadaan suatu zat yang menyerupai medan

    magnet, dimana terdapat kutub sementara yang disebut dipol. Dipol dapat

    menyebabkan gaya tolak menolak dan gaya tari menarik dalam senyawa. Dipol suatu

    senyawa terdiri atas:

    - Dipol positif (δ+), atom yang berdipol positif yaitu atom yang memiliki

    keelektronegatifan lebih kecil dari atom lain.

    - Dipol positif (δ-), atom yang berdipol negatif yaitu atom yang memiliki

    keelektronegatifan lebih besar dari atom lain.

    Contoh :keelektronegatifan H lebih jecil dari Cl, sehingga pada HCl, atom H bertindak

    sebagai δ+, dan Cl bertindak sebagai δ-.

    Tingkat kepolaran senyawa dinyatakan dalam momen dipol dalam satuan Coulumb

    meter. Senyawa non-polar memiliki momen dipol nol. Kepolaran dalam bentuk

    molekul dipengaruhi oleh :

    1. Sudut ikatan

    Atom yang berikatan akan selalu berada pada jarak jauh maksimum dengan atom

    lainnya membentuk sudut ikatan yang merata, dan saling meniadakan kepolaran

    senyawa. Namun jika sudut ikatan tidak merata, maka kepolaran akan muncul.

    2. Simetris bentuk molekul

    Bentuk molekul simetris bersifat non-polar sedangkan asimetris bersifat polar.

    3. Pasangan elektron bebas

    Jika terdapat pasangan elektron bebas yang tidak saling meniadakan posisinya

    (asimetris), maka kepolaran akan muncul (website: materi78.co.nr)

  • 41

    B. Penelitian Relevan

    Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah

    sebagai berikut :

    1. Penelitian yang dilakukan oleh Elva Stiawan, Liliasari, dan Ijang Rohman (2014)

    dengan judul “Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA pada

    topik Teori Domain Elektron melalui Simulasi Interaktif Phet Molecule Shapes”

    menunjukan hasil penelitian bahwa memanfaatkan PhET MS bisa menambah

    keterampilan berpikir kritis siswa ialah dalam indikator membuat induksi dan

    mempertimbangkan hasil induksi (N-gain 45,54%) serta menganalisis argumen

    (N-gain 57,03%). Indikator yang paling rendah dikembangkan yaitu

    memfokuskan pada pernyataan (N-gain 18,11%). Sedangkan Indikator yang

    paling dominan dikembangkan adalah menganalisis argumen.

    2. Penelitian yang dilakukan oleh Ismaun (2019) dengan judul