pengaruh mekanisme corporate governance audit tenure dan...

146
PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, AUDIT TENURE, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN (Studi Empiris pada Perusahaan BUMN yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh: Khalil Noverri Setiawan NIM: 1111082000021 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M

Upload: tranlien

Post on 27-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE,

AUDIT TENURE, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP

INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN

(Studi Empiris pada Perusahaan BUMN yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia Tahun 2010-2014)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Khalil Noverri Setiawan

NIM: 1111082000021

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2016 M

ii

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE,

AUDIT TENURE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP

INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN

(Studi Empiris pada Perusahaan BUMN yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia Tahun 2010-2014)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun oleh:

Khalil Noverri Setiawan

NIM. 1111082000021

Dibawah Bimbingan

Pembimbing II

Nur Wachidah, SE., M.S.Ak

NIP.

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2016 M

iii

iv

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini 20 Juni 2016 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:

1. Nama : Khalil Noverri Setiawan

2. NIM : 1111082000021

3. Jurusan : Akuntansi / Audit

4. Judul Skripsi : Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Audit Tenure,

dan Ukuran Perusahaan Terhadap Integritas Laporan

Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan BUMN yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014)

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama ujian skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 20 Juni 2016

1. Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si

NIP. 19760924 200604 2 002

( )

Ketua

2. Nur Wachidah, SE.,M.S.Ak

NIP.-

( )

Sekretaris

3. Dr. Yahya Hamja, MM

NIP. 19490602 1978 03 1 001

( )

Pembimbing 1

4. Nur Wachidah, SE.,M.S.Ak

NIP.-

( )

Pembimbing 2

5. Drs. Abdul Hamid Cebba, MBA.,CPA

NIP. 19620502 199303 1 003

( )

Penguji Ahli

v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Khalil Noverri Setiawan

NIM : 1111082000021

Jurusan : Akuntansi / Audit

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya :

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan

mempertanggungjawabkan.

2. Tidak melakukan plagiat naskah karya orang lain.

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli

atau tanpa izin pemilik karya.

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas

karya ini.

Apabila dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah

melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang

ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap

untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakutas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, Juni 2016

Yang Menyatakan

(Khalil Noverri Setiawan)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Identitas Diri

Nama : Khalil Noverri Setiawan

Tempat, tanggal lahir : Padang, 17 Juni 1993

Alamat : Komp. Jondul IV Blok RR.2 Kelurahan Parupuk

Tabing Kecamatan Koto Tangah Kota Padang

Provinsi Sumatera Barat

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-laki

Kewarganegaraan : Warga Negara Indonesia (WNI)

Email : [email protected]

Handphone : 0857 6081 9181 / 0853 1374 4617

2. Pendidikan Formal

2011 – 2016 S1 Akuntansi, FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2008 – 2011 MAN 2 Padang

2005 – 2008 SMPN 12 Padang

1999 – 2005 SD Baiturrahmah Padang

3. Pelatihan

2015 Pelatihan Bahasa Prancis UIN Jakarta

2014 Sekolah Pasar Modal Reguler dan Syariah level II di Bursa

Efek Indonesia

2013 Sekolah Pasar Modal Reguler dan Syariah level I di Bursa Efek

Indonesia

2012 Basic Training Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Cabang Ciputat

2011 Foreign Language Orientation (FLO) dan Annual Training

(ANTHEM) UKM Bahasa FLAT

4. Pengalaman Organisasi

2016 – 2017 Dewan Pembina Keluarga Mahasiswa Minangkabau

(KMM) Ciputat

2014 – 2015 Pengurus Bidang Kaderisasi Unit Kegiatan Mahasiswa

(UKM) Bahasa-FLAT

2014 – 2014 Anggota KPU UIN Jakarta dan Ketua KPPS Fakultas

Ekonomi dan Bisnis

2013 – 2014 Pengurus Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Ekonomi

dan Bisnis

2013 – 2014 Pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi

dan Bisnis

2012 – 2013 Kepala Bidang Kaderisasi Keluarga Mahasiswa

Minangkabau (KMM) Ciputat

vii

5. Latar Belakang Keluarga

Ayah : Noviar M

Tempat, Tanggal Lahir : Bukittinggi, 5 Februari 1959

Ibu : Revrida Harley

Tempat, Tanggal Lahir : Payakumbuh, 4 September 1959

Alamat : Komp. Jondul IV Blok RR.2 Tabing-

Padang

Anak ke dari : 2 dari 4 bersaudara

viii

ABSTRACT

The purpose of this research is to finding out the effect of corporate

governance mechanisms, audit tenure, and the size of the company on the

integrity of financial statements. Corporate governance mechanism in this study

was measured with institutional ownership, managerial ownership, audit

committee and independent commissioner. Samples were 15 company-owned

enterprises (SOEs) that are listed in the Indonesia Stock Exchange (BEI) in 2010-

2014, bringing the total sample of this study is 75 samples. Methods of data

analysis using multiple linear regression analysis.

Based on the results of statistical tests t and F show the results of

institutional ownership does not affect the integrity of financial statements.

Managerial ownership, the audit committee, independent commissioner

negatively affect the integrity of the financial statements. While the audit firm

tenure and size of the positive effect on the integrity of financial statements.

Simultaneous test conducted to demonstrate the value of Adjusted R Square of

0.165 shows that the value of the dependent variable is the integrity of the

financial statements of 16.5% can be explained by the independent variables are

institutional ownership, managerial ownership, audit committees, independent

directors, audit tenure, and the size of the company.

Keywords: Integrity Financial Report, Corporate Governance, Audit Tenure,

Company Size

ix

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh mekanisme

corporate governance, audit tenure, dan ukuran perusahaan terhadap integritas

laporan keuangan. Mekanisme corporate governance dalam penelitian ini diukur

dengan kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, dan

komisaris independen. Sampel penelitian ini adalah 15 perusahaan badan usaha

milik Negara (BUMN) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun

2010-2014 sehingga total sampel penelitian ini adalah 75 sampel. Metode analisis

data menggunakan analisis regresi linear berganda.

Berdasarkan hasil uji statistik t dan F menunjukan hasil kepemilikan

institusional tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Kepemilikan

manajerial, komite audit, komisaris independen berpengaruh negatif terhadap

integritas laporan keuangan. Sedangkan audit tenure dan ukuran perusahaan

berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan. Uji simultan yang

dilakukan menunjukan nilai Adjusted R Square sebesar 0,165 nilai ini

menunjukan bahwa variabel dependen yaitu integritas laporan keuangan dapat

dijelaskan sebesar 16,5% oleh variabel independen yaitu kepemilikan

institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen, audit

tenure, dan ukuran perusahaan.

Kata kunci: Integritas Laporan Keuangan, Corporate Governance, Audit

Tenure, Ukuran Perusahaan

x

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT yang menguasai seluruh alam, yang telah

memberikan nikmat hidup dan segala karunia-Nya. Shalawat serta salam kami

ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan kabar bahagia

kepada umat manusia.

Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Mekanisme Corporate

Governance, Audit Tenure, dan Ukuran Perusahaan terhadap Integritas Laporan

Keuangan pada Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang Terdaftar

di BEI Tahun 2010-2014”. Penelitian ini merupakan tugas akhir yang wajib

diselesaikan sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana satu pada Jurusan

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah

membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Penulis banyak dapat

bimbingan, arahan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, penulis ingin

menyampaikan terimakasih kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan rezeki kepada penulis,

sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan sebaik-baiknya.

2. Kedua orang tua penulis, Ibunda Revrida Harley dan Ayahanda Noviar M

atas segala motivasi, kasih sayang, perhatian, nasihat, semangat, dukungan,

dan doa yang tiada henti yang telah diberikan kepada penulis. Mereka adalah

motivator utama penulis dalam pengerjaan skripsi ini.

3. Abang penulis, Aulia Noverri Putra dan kedua adik penulis, Nurul Noverri

Putri dan Biiznillah Noverri Achir yang telah memberikan semangat dan doa

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Dr. M. Arif Mufraini, Lc.,M.Si. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

xi

5. Ibu Yessi Fitri, SE.,Ak.,M.Si. Selaku Ketua Jurusan Akuntansi FEB UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Bapak Hepi Prayudiawan, SE.,Ak.,MM.,CA. Selaku Sekretaris Jurusan

Akuntansi FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terimakasih atas segala ilmu

dan arahannya untuk mengambil judul skripsi penulis semoga barokah.

7. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM. Selaku Pembimbing I skripsi penulis semoga

ilmu yang diberikan barokah dan diberikan tempat yang terbaik oleh Allah

SWT.

8. Ibu Nur Wachidah Yulianti, SE., M.S.Ak. Selaku dosen pembimbing skripsi

II yang telah meluangkan waktu, memberikan motivasi, pengarahan, saran,

serta bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas segala

bimbingan dan ilmu yang telah diberikan selama ini.

9. Seluruh Dosen dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

memberikan ilmu dan bimbingan kepada penulis selama menuntut ilmu yang

akan menjadi bekal dan pengalaman yang berharga bagi penulis di masa

depan.

10. Abang Huzaimi Attamimi alias kocung, mentor saya yang senantiasa

memberikan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini.

11. Seluruh mahasiswa dan mahasiswi akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

angkatan 2011 khususnya keluarga besar akuntansi A yang telah memberikan

motivasi, bantuan untuk segera menyelesaikan skripsi, pengalaman yang telah

kita lalui selalu dikenang di hati penulis.

12. Keluarga Besar Keluarga Mahasiswa Minangkabau (KMM) Ciputat terima

kasih telah membantu penulis selama ini. Semoga organisasi ini semakin baik

kedepannya.

13. Keluarga Besar UKM Bahasa-FLAT terima kasih telah memberikan ilmu

kebahasaan yang sangat berguna bagi penulis di masa depan.

14. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Cabang Ciputat.

xii

15. Untuk seluruh teman, sahabat, dan pihak yang telah membantu

merampungkan skripsi ini dengan rendah hati penulis mohon maaf tidak

dapat sebutkan satu demi satu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari sempurna

dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh penulis.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran, masukan, maupun

kritikan yang membangun dari berbagai pihak. Akhiru kalam, Semoga kita

ditunjukan jalan yang lurus dan diridoi oleh Allah SWT.

Jakarta, Juni 2016

Khalil Noverri Setiawan

xiii

DAFTAR ISI

COVER .............................................................................................................. i

COVER DALAM .............................................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .............................. iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...................................... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................ vi

ABSTRACT ....................................................................................................... viii

ABSTRAK ........................................................................................................ ix

KATA PENGANTAR ...................................................................................... x

DAFTAR ISI ..................................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................xvii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. . xviii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Perumusan Masalah ...................................................................... 11

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 15

A. Landasan Teori .............................................................................. 15

1. Teori Agensi ............................................................................. 15

2. Integritas Laporan Keuangan dan Konservatisme Akuntansi .. 17

3. Mekanisme Corporate Governance ......................................... 25

a. Kepemilikan Institusional .................................................... 30

b. Kepemilikan Manajerial ...................................................... 31

c. Komite Audit ....................................................................... 32

d. Komisaris Independen ......................................................... 44

4. Audit Tenure ............................................................................. 48

5. Ukuran Perusahaan ................................................................... 50

B. Penelitian Sebelumnya .................................................................. 52

C. Kerangka Berpikir ......................................................................... 60

D. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis .................. 62

xiv

a. Kepemilikan Institusional terhadap Integritas Laporan

Keuangan .............................................................................. 62

b. Kepemilikan Manajerial terhadap Integritas Laporan

Keuangan ............................................................................ 62

c. Komite Audit terhadap Integritas Laporan Keuangan ........ 63

d. Komisaris Independen terhadap Integritas Laporan

Keuangan ............................................................................ 63

e. Audit Tenure terhadap Integritas Laporan Keuangan .......... 64

f. Ukuran Perusahaan terhadap Integritas Laporan

Keuangan ............................................................................ 65

g. Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial,

Komite Audit, Komisaris Independen, Audit Tenure, dan

Ukuran Perusahaan Secara Simultan terhadap Integritas

Laporan Keuangan ............................................................. 65

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 67

A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................. 67

B. Metode Penentuan Sampel ............................................................ 67

C. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 68

D. Metode Analisis Data .................................................................... 69

1. Statistik Deskriptif ................................................................... 69

2. Uji Asumsi Klasik .................................................................... 69

a. Uji Normalitas ..................................................................... 70

b. Uji Multikolonieritas ........................................................... 70

c. Uji Autokorelasi ................................................................. 71

d. Uji Heteroskedastisitas ......................................................... 72

3. Uji Hipotesis ............................................................................ 72

a. Uji Koefisien Determinasi (Adj R2) ..................................... 73

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) .......................... 74

c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) ........ 74

E. Operasionalisasi Variabel Penelitian.............................................. 75

xv

1. Variabel Dependen ................................................................... 75

2. Variabel Independen ................................................................. 76

a. Kepemilikan Institusional .................................................... 76

b. Kepemilikan Manajerial ...................................................... 77

c. Komite audit ........................................................................ 77

d. Komisaris Independen .......................................................... 77

e. Audit Tenure ........................................................................ 78

f. Ukuran Perusahaan .............................................................. 78

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................................... 80

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................ 80

B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian .................................................... 82

1. Hasil Uji Statisik Deskriptif ....................................................... 82

2. Uji Asumsi Klasik ...................................................................... 86

a. Uji Normalitas ....................................................................... 86

b. Uji Multikolonieritas ............................................................. 88

c. Uji Heteroskedastisitas .......................................................... 88

d. Uji Autokorelasi ..................................................................... 91

C. Pengujian Hipotesis ......................................................................... 92

a. Koefisien Determinasi ........................................................... 92

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ............................ 93

c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) .......... 94

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 103

A. Kesimpulan ...................................................................................... 103

B. Saran ................................................................................................ 104

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 107

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... 111

xvi

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Hasil Penelitian Sebelumnya ............................................................ 52

3.1 Operasional Variabel ......................................................................... 79

4.1 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria ................................... 81

4.2 Daftar Nama Perusahaan .................................................................. 81

4.3 Hasil Uji Statistik Deskriptif ............................................................. 83

4.4 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov ..................................... 87

4.5 Hasil Uji Multikolineritas ................................................................. 88

4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas Uji Glejser ......................................... 90

4.7 Hasil Uji Autokorelasi Run Test ....................................................... 91

4.8 Hasil Uji Koefisisen Determinasi (R2) .............................................. 92

4.9 Hasil Uji Statistik F .......................................................................... 93

4.10 Hasil Uji Statistik t ........................................................................... 94

xvii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Skema Kerangka Berpikir ................................................................ 60

4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Grafik Scatterplot .................. 89

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

1 Populasi Penelitian Perusahaan BUMN ........................................... 112

2 Sampel Penelitian Perusahaan BUMN ............................................ 113

3 Hasil Output SPSS Regresi Linear Berganda ................................. 114

4 Analisis Variabel Independen .......................................................... 117

5 Analisis Variabel Dependen ............................................................. 123

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap perusahaan menyajikan laporan keuangan sebagai bentuk

pertanggungjawaban kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Laporan

keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi kepada pihak di luar

perusahaan (Sari dan Asyik, 2013). Sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan

(2012) tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut

posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas yang

bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan

ekonomi.

Informasi yang dilaporkan seharusnya disajikan secara benar, jujur dan

mengungkapkan fakta yang sebenarnya. Informasi akuntansi merupakan

informasi keuangan yang digunakan oleh pihak eksternal perusahaan seperti

pemegang saham, investor, kreditur, lembaga keuangan, pemerintah, masyarakat

umum dan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap suatu perusahaan.

Standar Akuntansi Keuangan (2012) menetapkan karakteristik kualitatif yang

harus dimiliki informasi akuntansi agar dapat digunakan dalam proses

pengambilan keputusan. Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang

membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pengguna. Terdapat

empat karakteristik kualitatif pokok yaitu dapat dipahami, relevan, keandalan,

2

dan dapat diperbandingkan. Hedrikson dan Van Breda (2000) dalam Jama’an

(2008) mengemukakan beberapa karakteristik kualitatif dalam laporan keuangan

yaitu cost and benefit, relevance, realibility, comparability, dan materiality.

Relevan (relevance) apabila dapat mempengaruhi keputusan dengan menguatkan

dan mengubah pengharapan para pengambil keputusan. Reliabel (realibility)

apabila dapat dipercaya dan menyebabkan pemakai informasi bergantung pada

informasi tersebut. Berkualitas andal jika bebas dari kesalahan material,

menyesatkan dan dapat diandalkan penggunanya sebagai penyajian yang tulus

atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau secara

wajar.

Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang secara wajib

dipublikasikan sebagai sarana pertanggungjawaban pihak manajemen terhadap

pengelolaan sumber daya pemilik. Publikasi laporan keuangan sebagai produk

informasi akuntansi yang dihasilkan perusahaan, tidak terlepas dari proses

penyusunannya.

Dalam proses pembuatan laporan keuangan harus dibuat dengan benar dan

disajikan dengan jujur dengan mengungkapkan fakta yang sebenarnya kepada

pengguna laporan keuangan. Penelitian Mayangsari (2003) mendefinisikan

integritas laporan keuangan sebagai sejauh mana laporan keuangan yang

disajikan menunjukkan informasi yang benar dan jujur. Penelitian Mulyadi

(2004) dalam Jama’an (2008) mendefinisikan integritas laporan keuangan

sebagai prinsip moral yang tidak memihak, jujur, seseorang yang berintegritas

3

tinggi memandang fakta seperti apa adanya dan mengemukakan fakta tersebut

seperti apa adanya. Dengan demikian, laporan keuangan dituntut untuk disajikan

dengan integritas yang tinggi.

Namun, pada kenyataannya banyak terjadi kasus-kasus hukum yang

melibatkan manipulasi data akuntansi khususnya pada laporan keuangan. Banyak

perusahaan menyajikan infomasi dalam laporan keuangan dengan tidak adanya

integritas, dimana informasi yang disampaikan tidak benar dan tidak adil bagi

beberapa pihak pengguna laporan keuangan. Kasus manipulasi akuntansi ini

melibatkan sejumlah perusahaan besar di berbagai belahan dunia seperti:

Olympus, Satyam, Enron, Xyrox, Tyco, Global Crossing Ltd, Worldcom dan

Toshiba. Kasus seperti ini juga terjadi di Indonesia seperti PT. Kimia Farma dan

Bank Lippo yang sebelumnya mempunyai kualitas audit yang tinggi (Susiana

dan Herawaty, 2007).

Salah satu contohnya pada kasus Satyam, perusahaan asal India ini merupakan

perusahaan teknologi informasi outsourcing terbesar keempat di India dengan

spesialisasi pada bisnis peranti lunak dan jasa back-office dengan klien-klien

besar seperti General Electric, Nestle, dan General Motors. Skandal ini diketahui

setelah pendiri sekaligus chairman Satyam, B. Ramalinga Raju mengakui bahwa

pihaknya telah memalsukan neraca keuangan dan asetnya. Perusahaan telah

membesar-besarkan laba perusahaan selama bertahun-tahun dan meningkatkan

neracanya hingga lebih dari US$ 1 miliar. Manipulasi seperti ini disebabkan

keinginan perusahaan agar saham tetap diminati investor (Qomariyah, 2009).

4

Di Indonesia kasus manipulasi laporan keuangan juga dilakukan oleh

perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yaitu PT. Kimia Farma yang

terdeteksi adanya manipulasi. Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen

kimia farma melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 miliar, dan laporan

tersebut telah di audit oleh Hans Tuanakotta dan Mustofa (HTM). Akan tetapi,

Kementerian BUMN dan BAPEPAM menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu

besar dan mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3

Oktober 2002 laporan keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali, karena

telah ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang

baru, keuntungan yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih

rendah sebesar Rp 32,6 miliar atau 24,7 % lebih rendah daripada laba awal yang

dilaporkan. Kesalahan penyajian ini timbul karena nilai yang ada dalam daftar

persediaan digelembungkan (Kencana, 2012).

Kemudian pada tahun 2005, penggelembungan laporan keuangan masih

terjadi pada salah satu Badan Usaha Milik Negara, yakni PT KAI. Dalam laporan

kinerja yang diterbitkan pada tahun 2005, perusahaan mengumumkan

keuntungan sebesar Rp. 6,90 miliar. Namun apabila diteliti lebih rinci perusahaan

seharusnya menderita kerugian sebesar Rp. 63 miliar. Kerugian ini terjadi karena

PT Kereta Api Indonesia telah tiga tahun tidak dapat menagih pajak pihak ketiga.

Tetapi, dalam laporan keuangan itu, pajak pihak ketiga dinyatakan sebagai

pendapatan (Bambang, 2006).

5

Pada tahun 2009, Kementerian BUMN menemukan kelebihan pencatatan laba

bersih pada perusahaan Waskita Karya tahun 2004-2007. Terbongkarnya kasus

ini berawal saat pemeriksaan kembali neraca dalam rangka penerbitan saham

perdana. Dalam pemeriksaan itu ditemukan kelebihan pencatatan sekitar Rp 400

miliar. Sekretaris Kementerian Negara BUMN Said Didu mengungkapkan kasus

ini muncul sebagai akibat kedekatan persero dengan kantor akuntan publik.

Akibatnya penewaran saham Waskita Karya ditunda hingga PT Perusahaan

Pengelola Aset (Persero) menyelesaikan restrukturisasi dan menonaktifkan tiga

direksi perusahaan (Rahadiana, 2009)

Kasus seperti ini melibatkan banyak pihak dan berdampak cukup luas.

Keterlibatan CEO, komisaris, komite audit, auditor internal, sampai pada auditor

eksternal. Hal ini menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kinerja

perusahaan ditandai dengan turunnya harga saham perusahaan. Munculnya kasus

ini menimbulkan pertanyaan apakah tata kelola perusahaan (corporate

governance) tidak diterapkan dengan baik. Di Indonesia sendiri, perbincangan

mengenai corporate governance masih menjadi isu yang hangat. Terutama sejak

terjadi krisis ekonomi yang melanda negara-negara Asia termasuk Indonesia, dan

menjadi perhatian akibat terungkapnya kasus-kasus manipulasi laporan

keuangan.

Fenomena yang terjadi dapat membuktikan bahwa kurang integritasnya

laporan keuangan dalam penyajian informasi bagi pengguna laporan keuangan.

Penyajian laporan tidak melaporkan kondisi perusahaan yang sebenarnya.

6

Integritas laporan keuangan adalah laporan keuangan yang menampilkan kondisi

suatu perusahaan yang sebenarnya, tanpa ada yang ditutup-tutupi atau

disembunyikan. Jadi, apabila seorang auditor mengaudit laporan keuangan yang

tidak berintegritas maka, peluang seorang auditor untuk dituntut akan semakin

besar. Apabila laporan keuangan itu overstate akan sangat merugikan bagi

pengguna laporan keuangan tersebut (Hardiningsih, 2010).

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2012), laporan keuangan merupakan

gambaran keuangan dari sebuah perusahaan. Oleh karena itu, informasi yang

disajikan dalam laporan keuangan juga harus andal. Informasi yang memiliki

kualitas andal yaitu apabila tidak menyesatkan, tidak ada kesalahan material, dan

dapat diandalkan pemakainya sebagai informasi yang jujur dan disajikan secara

wajar. Informasi dalam laporan keuangan dikatakan benar dan jujur apabila

sesuai dengan karakteristik faithful representation dari yang seharusnya disajikan

atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.

Untuk menilai integritas informasi laporan keuangan yang disajikan, peranan

dewan komisaris dalam perusahaan publik yaitu melakukan pengawasan dan

menjamin tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) guna

menghasilkan integritas informasi laporan keuangan yang bermutu.

Menurut Widya (2005) dalam Astria (2011) pengukuran integritas laporan

keuangan diukur dengan konservatisme akuntansi yaitu ditentukan dengan

menggunakan asumsi metode perusahaan yang digunakan yaitu antara lain

7

metode penyusutan, metode depresiasi dan amortisasi, dan pengukuran biaya

riset.

Konsep penggunaan konservatisme akuntansi dalam laporan keuangan

bertujuan untuk mengakui, mengukur dan melaporkan nilai aktiva dan

pendapatan yang rendah, dan nilai yang tinggi untuk kewajiban dan beban

(Jamaan, 2008). Secara intuitif prinsip konservatisme bermanfaat karena dapat

digunakan memprediksi kondisi mendatang sesuai dengan tujuan laporan

keuangan. Karakteristik informasi dalam prinsip konservatisme ini dapat menjadi

salah satu faktor untuk mengurangi manipulasi laporan keuangan dan

meningkatkan integritas laporan keuangan.

Integritas laporan keuangan dapat tercapai dengan menerapkan tata kelola

perusahaan yang baik (Good Corporate Governance). Good Corporate

Governance adalah prinsip korporasi yang perlu diterapkan dalam pengelolaan

perusahaan yang dilaksanakan semata-mata demi menjaga kepentingan

perusahaan dalam rangka mencapai maksud dan tujuan perusahaan. Good

Corporate Governance merupakan suatu cara untuk menjamin bahwa

manajemen bertindak yang terbaik untuk kepentingan stakeholder.

Pelaksanaannya menuntut adanya perlindungan yang kuat terhadap hak-hak

pemegang saham minoritas. Good Corporate Governance secara definitif

merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk

menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua stakeholder.

8

Corporate governance merupakan konsep yang diajukan demi peningkatan

kinerja perusahaan melalui pengawasan kinerja manajemen dan menjamin

akuntabilitas menajemen terhadap stakeholder dengan mendasarkan pada

kerangka peraturan (Nasution dan Setiawan, 2007). Semakin baik penerapan

corporate governance yang dilakukan perusahaan maka akan diharapkan dapat

mengurangi perilaku manajemen perusahaan yang bersifat oportunistik sehingga

laporan keuangan dapat disajikan dengan integritas yang tinggi, yaitu laporan

yang disajikan menunjukkan informasi yang benar dan jujur.

Selain perkembangan industri pasar modal, perkembangan korporasi juga

menjadi latarbelakang mengapa Corporate Governance menjadi keharusan.

Perkembangan konsep Corporate Governance bersama dengan

dikembangkannya sistem korporasi di Inggris, Eropa dan Amerika pada tahun

1840. Istilah Corporate Governance pertama diperkenalkan Cadbury Committee

tahun 1992 dalam laporan yang dikenal Cadbury Report. Laporan ini sebagai

titik balik yang menentukan bagi praktik Corporate Governance di seluruh

dunia. Pengertian Corporate Governance dalam Cadbury Report ialah suatu

sistem yang berfungsi untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi.

Pergertian lain Corporate Governance adalah seperangkat aturan yang

merumuskan hubungan antara pemegang saham, manajer, kreditor, pemerintah,

karyawan, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya baik internal maupun

eksternal sehubungan dengan hak-hak dan tanggung jawab mereka.

9

Sistem corporate governance sendiri memerlukan pengawasan pemegang

saham dan tanggung jawab manajemen. Mekanisme pengawasan manajemen

baik internal maupun eksternal diwajibkan (Walsh & Seward, 1990) dalam Arifin

(2005). Dewan direksi atau komisaris, kepemilikan manajerial dan kompensasi

eksekutif merupakan mekanisme pengawasan internal untuk melindungi

kepentingan pemegang saham dan pemilik. Di sisi lain kepemilikan pihak luar,

kreditur, peraturan pemerintah (perlindungan kepemilikan investor) merupakan

mekanisme pengawasan eksternal yang membantu internal untuk pengawasan

efektif perusahaan.

Faktor berikutnya yang berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan

adalah audit tenure. Audit tenure adalah lamanya jangka waktu seorang auditor

bekerja dalam suatu kontrak di perusahaan tertentu. Independensi dari auditor

akan menurun apabila auditor memiliki hubungan yang dekat dengan klien,

karena hal tersebut dapat mempengaruhi sikap dan mental mereka dalam

mengeluarkan opini. Maka, jika suatu perusahaan di audit oleh suatu kantor

akuntan publik selama beberapa periode maka akan mempengaruhi objektivitas

laporan keuangan. Oleh sebab itu, pemerintah telah mengatur dengan jelas

jangka waktu perikatan audit yang tertuang dalam Keputusan Menteri Keuangan

Nomor 17/PMK.01 tahun 2008 tentang Jasa Akuntan Publik pasal 3 yaitu

pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan suatu entitas dapat dilakukan

oleh KAP paling lama 6 (enam) tahun buku berturut-turut dan seorang akuntan

publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut.

10

Namun, ada pandangan lain berhubungan dengan tenur yang lama. Tenur

audit yang lama akan mendorong terciptanya pengetahuan bisnis bagi seorang

auditor. Pengetahuan ini dapat digunakan untuk merancang program audit yang

efektif dan menciptakan laporan keuangan yang berkualitas tinggi (Giri, 2010).

Faktor lain yang mempengaruhi integritas laporan keuangan yaitu ukuran

perusahan. Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menunjukkan besar

kecilnya perusahaan (Taures, 2011). Perusahaan yang berukuran besar memiliki

basis pemegang kepentingan yang lebih luas, sehingga berbagai kebijakan

perusahaan besar akan berdampak lebih besar terhadap kepentingan publik

dibandingkan dengan perusahaan kecil. Bagi investor kebijakan perusahaan akan

berdampak pada arus kas di masa akan datang. Sedangkan bagi pemerintah

(regulator) akan berdampak terhadap besarnya penerimaan pajak yang akan

diterima, dan peran perlindungan terhadap masyarakat umum. Semakin besar

suatu perusahaan makan akan semakin dikenal masyarakat, yang berarti semakin

mudah untuk mendapatkan informasi perusahaan (Jogiyanto, 2003) dalam

(Mutia et al., 2011)

Atas dasar latar belakang di atas, maka penulis ingin menguji variabel

mekanisme corporate governance yang berpengaruh pada terhadap integritas

laporan keuangan serta menambahkan variabel independen yaitu audit tenure dan

ukuran perusahaan. Sehingga pada penelitian ini variabel yang digunakan yaitu

mekanisme corporate governance, audit tenure, dan ukuran perusahaan. Sampel

yang digunakan pada penelitian ini adalah perusahaan Badan Usaha Milik

11

Negara (BUMN) yang berada pada berbagai sektor di Bursa Efek Indonesia

(BEI).

Pemilihan sampel ini dipilih karena masih terbatasnya penelitian dengan

populasi perusahaan BUMN, karena kebanyakan penelitian sebelumnya

terkonsentrasi pada perusahaan yang bergerak pada sektor manufaktur. BUMN

adalah salah satu pilar ekonomi, karena beberapa BUMN berada dalam industri

vital dan strategis sehingga peningkatan kinerja BUMN harus memberikan

implikasi positif terhadap perekonomian Indonesia (Agrianti, 2009). Tahun

pengamatan penelitian ini lima tahun dimulai tahun 2010 hingga 2014.

Berdasarkan pemikiran di atas, maka penelitian ini diberi judul “Pengaruh

Mekanisme Corporate Governance, Audit Tenure dan Ukuran Perusahaan

Terhadap Integritas Laporan Keuangan”. (Studi Empiris pada Perusahaan

BUMN yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2014).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh kepemilikan institusional terhadap integritas

laporan keuangan ?

2. Apakah ada pengaruh kepemilikan manajerial terhadap integritas laporan

keuangan ?

3. Apakah ada pengaruh komite audit terhadap integritas laporan keuangan ?

12

4. Apakah ada pengaruh komisaris independen terhadap integritas laporan

keuangan ?

5. Apakah ada pengaruh audit tenure terhadap integritas laporan keuangan

6. Apakah ada pengaruh ukuran perusahaan terhadap integritas laporan ?

7. Apakah ada pengaruh kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial,

komite audit, komisaris independen, audit tenure dan ukuran perusahaan

secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap integritas laporan

keuangan ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk:

a. Menganalisis adanya pengaruh kepemilikan institusional terhadap

integritas laporan keuangan.

b. Menganalisis adanya pengaruh kepemilikan manajerial terhadap integritas

laporan keuangan.

c. Menganalisis adanya pengaruh komite audit terhadap integritas laporan

keuangan.

d. Menganalisis adanya komisaris independen terhadap integritas laporan

keuangan.

e. Menganalisis adanya pengaruh audit tenure terhadap integritas laporan

keuangan.

13

f. Menganalisis adanya pengaruh ukuran perusahaan terhadap integritas

laporan.

g. Menganalisis adanya pengaruh kepemilikan institusional, kepemilikan

manajerial, komite audit, komisaris independen, audit tenure dan ukuran

perusahaan secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap

integritas laporan keuangan.

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi

kontribusi teoritis dan kontribusi praktis. Adapun penjelasan manfaat dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Kontribusi Teoritis

1) Ilmu Pengetahuan

Menambah literatur, pengembangan ilmu akuntansi dan acuan

penelitian pada bidang akuntansi, terutama untuk peneliti yang

ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai integritas laporan

keuangan.

2) Masyarakat

Sebagai sarana informasi tentang integritas laporan keuangan serta

menambah pengetahuan akuntansi khususnya auditing dan

akuntansi manajemen dengan memberikan bukti empiris tentang

pengaruh mekanisme corporate governance, audit tenure dan

ukuran perusahaan terhadap integritas laporan keuangan.

14

3) Peneliti

Sebagai sarana memperluas wawasan serta menambah referensi

mengenai integritas laporan keuangan agar diperoleh hasil yang

bermanfaat bagi penulis dimasa yang akan datang sebagai salah

satu syarat kelulusan sarjana strata 1.

b. Kontribusi Praktis

1) Bagi perusahaan untuk lebih memperhatikan jalannya mekanisme

corporate governance dalam operasional perusahaan guna

meningkatkan integritas laporan keuangan.

2) Bagi praktisi auditor sebagai suatu tinjauan yang dapat bermanfaat

dalam rangka pengawal aktivitas pemeriksaan akuntansi secara

professional dan menyediakan informasi yang berkualitas bagi

para pengguna laporan keuangan.

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Teori Agensi (Agency Theory)

Teori keagenan (agency theory) menjelaskan hubungan antara dua

pihak yaitu, pemilik (principal) dan manajemen (agent). Principal sebagai

pihak yang memberikan mandat kepada pihak lain yang disebut agent. Agent

(manajer) mempunyai kewenangan untuk mengelola perusahaan dan

mengambil keputusan atas nama investor. Masalah keagenan adalah

munculnya konflik kepentingan antara harapan investor dalam memperoleh

return maksimal dan harapan manajer. Manajer yang seharusnya mengelola

organisasi bisnis dengan baik agar kepentingan investor menjadi optimal,

ternyata dalam faktanya sering kali lebih mengedepankan kepentingan

dirinya sendiri atau disebut tindakan moral hazard (Haryani et al., 2011)

Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam Astria (2011) menyatakan

bahwa terdapat dua macam bentuk hubungan keagenan, yaitu antara manajer

dan pemegang saham (shareholders) dan manajer dan pemberi pinjaman

(bondholders).

Masalah keagenan bisa terjadi karena adanya asimetri informasi antara

agent dan principal. Akibat dari asimetri ini adalah agent mempunyai

potensi untuk bertindak tidak sesuai dengan keinginan principal (Agrianti,

16

2009). Adanya asimetri informasi ini dapat menimbulkan dua masalah

potensial yaitu: adverse selection dan moral hazard. Kedua masalah ini

terjadi karena teori keagenan mengasumsikan bahwa manajer selalu

bertindak oportunis, yaitu manajer akan memilih opsi terbaik untuk

kepentingan manajemen dibandingkan yang terbaik untuk kepentingan

investor. Adverse selection terjadi karena manajemen memiliki informasi

lebih baik atau lebih lengkap tentang perusahaan dibandingkan investor.

Sedangkan moral hazard terjadi karena perilaku manajemen yang tidak

dapat diamati (Rozania et al., 2013).

Munculnya masalah agensi yang disebabkan konflik perbedaan

kepentingan dan asimetri informasi dapat membuat perusahaan menanggung

biaya keagenan (agency cost). Teori agensi menyatakan bahwa konflik

tersebut dapat dikurangi dengan mekanisme pengawasan dengan

menggunakan mekanisme corporate governance. Hal ini diharapkan dapat

berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada shareholders

bahwa mereka akan menerima pengembalian atas dana yang telah mereka

investasikan kepada perusahaan (Nicolin dan Sabeni, 2013).

Selain menggunakan mekanisme corporate governance dalam

meminimalkan konflik, perusahaan juga membutuhkan pihak lain yang

bersifat independen sebagai mediator antara principal dan agent. Pihak

ketiga ini berguna untuk mengawasi perilaku agent apakah telah bertindak

sesuai dengan keinginan principal dan juga memberikan informasi yang

17

andal dan bermanfaat bagi principal yang berkaitan dengan kelangsungan

perusahaan. Auditor dianggap sebagai pihak yang mampu menjembatani

kepentingan principal dengan agent dalam mengelola perusahaan (Setiawan,

2006).

2. Integritas Laporan Keuangan dan Konservatisme Akuntansi

a. Integritas Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat

digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara manajemen dengan

pihak luar perusahaan tentang kondisi keuangan perusahaan atau aktivitas

perusahaan selama periode tertentu. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI, 2012)

dalam PSAK No.1 mengemukakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah

untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus

kas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna dalam

rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukan

pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan

kepadanya.

Integritas laporan keuangan menunjukan informasi yang benar, jujur,

akurat, serta bebas dari tindakan atau kegiatan yang dilakukan yang

disengaja oleh pihak manajemen dalam memanipulasi angka-angka

akuntansi untuk menyesatkan pemakai laporan keuangan dalam menilai

perusahaannya. Penyajian yang wajar mensyaratkan penyajian secara jujur

dari transaksi, peristiwa dan kondisi lain sesuai dengan definisi dan

18

kriteria pengakuan aset, liabilitas, pendapatan, dan beban yang diatur

dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan (IAI,

2012).

Laporan keuangan dikatakan berintegritas apabila laporan keuangan

tersebut memenuhi kualitas reability (Kieso, 2008) dan sesuai dengan

prinsip akuntansi yang berterima umum. Reability memiliki kualitas

sebagai berikut:

1) Daya Uji (Verifiability)

Laporan keuangan suatu entitas yang mempunyai kondisi yang

sama dengan laporan keuangan entitas lain mendapat opini yang

sama jika diaudit oleh auditor yang berbeda.

2) Ketepatan Penyajian (Representational faithfulness)

Angka dan keterangan yang disajikan sesuai dengan apa yang ada

dan benar-benar terjadi.

3) Netralitas (Neutrality)

Informasi dari laporan keuangan harus diarahkan pada kebutuhan

umum pemakai, dan tidak bergantung pada kebutuhan dan

keinginan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan

informasi yang menguntungkan beberapa pihak, sementara hal

tersebut akan merugikan pihak lain yang mempunyai kepentingan

berlawanan.

19

Jama’an (2008) menyatakan laporan keuangan seharusnya

memberikan informasi yang berguna bagi pihak-pihak yang

berkepentingan. Integritas informasi laporan keuangan menyangkut

keandalan informasi akuntansi yang dihasilkan yaitu kejujuran dalam

penyajian, dapat dipercaya, dan netralitas yang antara lain:

1) Kejujuran (Faithfulness) berarti bahwa terdapat kesesuain antara

ukuran keuangan atau penjelasan dan fenomena aktivitas ekonomi

yang diukur atau dijelaskan. Dalam akuntansi, sumber-sumber

ekonomi, kewajiban dan kejadian-kejadian yang membawa

perubahan sumber-sumber dan kewajiban dinyatakan dalam

laporan keuangan.

2) Dapat dipercaya (Reliability) bahwa seorang pengguna dapat

menggantungkan atau memiliki keyakinan pada informasi yang

dilaporkan. Informasi akuntansi dipertimbangkan dapat dipercaya

jika informasi secara menyatakan apa yang dimaksud, apa yang

diungkapkan, dan dapat diuji kebenarannya.

3) Netral (neutrality) berarti bahwa informasi akuntansi harus netral,

atau tidak memihak yang memberikan dampak pada perilaku

pengguna informasi. Oleh karana informasi akuntansi memberi

pengaruh terhadap lingkungannya, maka dipandang penting bahwa

informasi akuntansi harus bersifat netral atau tidak bias.

20

Dalam penelitian Mayangsari (2003) integritas laporan keuangan

adalah sejauh mana laporan keuangan yang disajikan menunjukan

informasi yang benar dan jujur. Sedangkan Mulyadi (2004) dalam Jamaan

(2008) mendefinisikan integritas sebagai prinsip moral yang tidak

memihak, jujur dan seseorang yang berintegritas tinggi memandang fakta

seperti apa adanya dan mengemukakan fakta tersebut seperti apa adanya.

Informasi akuntansi yang memiliki integritas yang tinggi akan dapat

diandalkan karena merupakan suatu penyajian yang jujur sehingga

memungkinkan pengguna informasi akuntansi bergantung pada informasi

tersebut. Oleh karena itu, informasi yang memiliki integritas yang tinggi

memiliki kemampuan untuk mempengaruhi keputusan pembaca laporan

keuangan untuk membantu membuat keputusan (Mayangsari, 2003).

Ukuran integritas laporan keuangan selama ini belum ada walaupun

demikian secara intuitif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu diukur dengan

konservatisme dan manajemen laba. Menurut Mayangsari (2003) laporan

keuangan yang dapat dipercaya atau berintegritas dapat dinilai dengan

cara penggunaan prinsip konservatisme dan penggunaan earning

management. Informasi dalam laporan keuangan akan lebih reliable

apabila laporan keuangan tersebut konservatif dan laporan keuangan

tersebut tidak overstate sehingga tidak ada pihak yang dirugikan akibat

penyajian informasi dalam laporan keuangan tersebut.

21

b. Konservatisme Akuntansi

Konservatisme adalah prinsip dalam pelaporan keuangan yang

dimaksudkan untuk mengakui dan mengukur aktiva dan laba dilakukan

dengan penuh kehati-hatian oleh karena aktivitas ekonomi dan bisnis

yang dilingkupi ketidakpastian (Wibowo, 2002 dalam Pramana, 2010).

Konsep konservatisme menyatakan bahwa dalam keadaan yang tidak

pasti, manajer perusahaan akan menentukan pilihan perlakuan atau

tindakan akuntansi yang didasarkan pada keadaan, harapan kejadian, atau

hasil yang dianggap kurang menguntungkan.

Implikasi dari konsep ini terhadap akuntansi adalah akuntansi

mengakui biaya atau rugi yang kemungkinan akan terjadi, tetapi tidak

segera mengakui pendapatan atau laba yang akan datang walaupun

kemungkinan terjadinya besar (Dewi, 2004 dalam Brilianti, 2013).

Menurut Widya (2005) konservatisme merupakan prinsip yang

penting dalam pelaporan keuangan agar pengakuan dan pengukuran

aktiva serta laba dilakukan dengan penuh kehati-hatian, karena aktivitas

ekonomi dan bisnis dilingkupi ketidakpastian. Ketidakpastian dan resiko

tersebut harus dicerminkan dalam laporan keuangan agar nilai prediksi

dan kenetralan bisa diperbaiki. Pelaporan keuangan yang didasari pada

kehati-hatian akan memberi manfaat yang terbaik untuk semua pemakai

laporan keuangan. Pengguna laporan keuangan dapat mengambil

keputusan investasi atau pemberian kredit dengan tepat atas prediksi yang

22

mereka lakukan yang memuat ketidakpastian dan resiko perusahaan.

Para peneliti biasanya menggunakan tiga bentuk pengukuran untuk

menyatakan konservatisme, yaitu (Watts, 2003 dalam Haniati dan

Fitriany, 2010):

1) Net Asset Measure

Ukuran ini digunakan untuk menilai nilai aset yang

understated dan kewajiban yang overstated. Salah satu model

pengukurannya adalah proksi pengukuran yang digunakan oleh

Beaver dan Ryan (2000) yaitu dengan menggunakan market to book

ratio yang mencerminkan nilai pasar relatif terhadap nilai perusahaan.

rasio yang berlebih dari 1, mengindikasikan penerapan akuntansi yang

konservatif karena perusahaan mencatat nilai perusahaan lebih rendah

dari nilai pasarnya.

2) Earning/Stock Return Relation

Pengukuran konservatisme bisa dikaitkan dengan

estimasi/negatif return disaham. Kaitannya dengan konservatisme

adalah acuan untuk memverifikasi apakah gain/loss dapat diakui. Jika

laba diakui maka akan meningkatkan net aset perusahaan, sebaliknya

jika rugi diakui maka akan menurunkan net aset perusahaan. Jadi,

return yang positif menandakan adanya kenaikan net aset sedangkan

return yang negatif menandakan penurunan net aset. Jika rugi itu

menjadi subjek yang menandakan adanya verifikasi lebih sedikit

23

tingkatnya, maka laba akan merespon rugi ini lebih cepat daripada

laba (Seswanto, 2012)

3) Earning/Accrual Measures

(a) Model Givoly dan Hayn (2000)

Dwiputro (2009) menjelaskan bahwa Givoly dan Hayn

memfokuskan konservatisme pada laporan laba rugi selama

beberapa tahun. Mereka berpendapat konservatisme menghasilkan

akrula negatif terus menerus. Akrual disini adalah perbedaan

antara laba bersih sebelum depresiasi/amortisasi dan arus kas

kegiatan operasi. Landasannya bahwa konservatisme menunda

pengakuan pendapatan dan mempercepat penggunaan biaya.

Despresiasi dikeluarkan dari net income dalam perhitungan

konservatisme akuntansi karena depresiasi merupakan alokasi

biaya dari aktiva yang dimiliki perusahaan.

(b) Model Zhang (2007)

Zhang ini menggunakan konservatisme akrual sebagai salah

satu pengukuran konservatisme. Konservatisme akrual didapatkan

dengan membagi akrual non operasi dengan total aset. Akrual non

operasi memperlihatkan pencatatan kejadian buruk dalam

perusahaan contohnya biaya restrukturisasi dan penghapusan aset.

Dalam penelitiannya konservatisme akrual dikalikan dengan -1

dengan tujuan mempermudah analisa. Dimana, semakin tinggi

24

konservatisme akrual maka penerapan konservatisme juga

semakin tinggi.

(c) Discretionary Accrual

Terdapat beberapa model untuk menghitung Discretionary

Accrual. Discretionary Accrual yang paling sering digunakan

adalah Discretionary Accrual Model Kasznik (1999).

Discretionary Accrual adalah suatu ukuran untuk mengetahui

besarnya manipulasi laba yang dilakukan manajemen.

3. Mekanisme Corporate Governance

Menurut Griffin (2002) dalam Susiana dan Herawaty (2007)

pengertian corporate governance adalah peran antara pemegang saham,

direksi, dan manajer lainnya dalam pengambilan keputusan-keputusan dalam

suatu perusahaan.

Menurut Deni, Khomsiyah dan Rika (2004) dalam Hardiningsih

(2010) corporate governance merupakan salah satu elemen kunci dalam

menigkatkan efisiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan antara

manajemen perusahaan, dewan komisaris, pemegang saham, dan

stakeholders lainnya yang juga memberikan suatu struktur yang

memfasilitasi penentuan sasaran dari suatu perusahaan, dan sebagai sarana

untuk menentukan teknik monitoring kinerja.

The World Bank (2005), menjelaskan corporate governance mengacu

pada proses struktur untuk arah dan kontrol perusahaan. Corporate

25

governance menyangkut hubungan antara manajemen, dewan direksi,

pemegang saham mayoritas, pemegang saham minoritas, dan pemegang

saham lainnya.

Bank Sentral Eropa (2004), mendefinisikan corporate governance

sebagai prosedur dan proses menurut organisasi yang diarahkan dan

dikendalikan. Corporate governance menentukan pembagian hak dan

tanggung jawab diantara anggota dalam organisasi seperti direksi, manajer,

pemegang saham, pemangku kepentingan lainnya dan menetapkan aturan-

aturan dan proses pengambilan keputusan.

The Organization for Economic Co-operation and Development

(OECD) mendefinisikan corporate governance sebagai sekumpulan

hubungan antara pihak manajemen perusahaan, board, pemegang saham,

dan pihak yang mempunyai kepentingan dalam perusahaan. Corporate

governance yang baik dapat memberikan rangsangan bagi board dan

manajemen untuk mencapai tujuan yang merupakan kepentingan perusahaan

dan pemegang saham harus memfasilitasi pengawasan yang efektif sehingga

mendorong perusahaan menggunakan sumber daya dengan lebih efisien.

Price Waterhousecoopers menjelaskan corporate governance sebagai

proses pengambilan keputusan yang efektif. Dibangun melalui kultur

organisasi, nilai-nilai, sistem, berbagai proses, kebijakan dan struktur

organisasi, yang bertujuan untuk mencapai bisnis yang menguntungkan,

efisien, dan efektif dalam mengelola resiko dan bertanggung jawab dengan

26

mementingkan kepentingan shareholders.

Dalam sebuah forum corporate governance di Indonesia, corporate

governance didefinisikan sebagai perangkat aturan yang mengatur hubungan

antara pemegang saham, pengurus perusahaan, pihak kreditur, pemerintah,

karyawan, serta pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya, yang

berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka. Dengan kata lain,

corporate governance adalah suatu sistem yang mengatur dan

mengendalikan perusahaan. Corporate governance bertujuan untuk

menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan atas

perusahaan (Hery, 2013)

Tim corporate governance Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan (BPKP) menjelaskan corporate governance sebagai

komitmen, aturan main, serta praktik penyelenggaraan bisnis secara sehat

dan beretika.

Sedangkan menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara

(BUMN) Nomor: Per-01/MBU/2011 tentang penerapan praktik corporate

governance pada BUMN mendefisinisikan corporate governance sebagai

suatu proses dan stuktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk

meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna

mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan

memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya, berlandaskan peraturan

perundangan-undangan dan nilai-nilai etika.

27

Dalam SK Menteri BUMN tersebut, juga memuat mengenai prinsip

dan tujuan dari penerapan corporate governance dalam lingkungan badan

usaha milik Negara. Prinsipnya, yaitu:

a. Transparansi (transparency), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan

proses pegambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan

informasi materal dan relevan mengenai perusahaan.

b. Akuntabilitas (accountability), yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan

pertanggungjawaban organisasi sehingga pengelolaan perusahaan

terlaksana secara efektif.

c. Pertanggungjawaban (responsibility), yaitu kesesuaian di dalam

pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang

berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

d. Kemandirian (independency), yaitu keadaaan dimana perusahaan

dikelola secara professional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh

atau tekanan dari pihak manapun.

e. Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi

hak-hak stakeholders.

Sedangkan tujuannya, yaitu:

a. Memaksimalkan nilai BUMN.

b. Mendorong pengelolaan BUMN.

c. Mendorong agar keputusan yang dibuat dilandasi nilai moral yang

tinggi, kepatuhan terhadap perundang-undangan, kesadaran akan

28

tanggung jawab sosial BUMN terhadap stakeholders dan lingkungan

sekitar.

d. Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional.

e. Meningkatkan iklim investasi nasional.

f. Mensukseskan program privatisasi.

Organization for Economic Corporation and Development atau OECD

(2004) dalam Citra (2013), prinsip dasar Good Corporate Governance

adalah:

a. Kewajaran (fairness) yaitu prinsip kewajaran menekankan pada

adanya perlakuan dan jaminan hak-hak yang sama kepada pemegang

saham mayoritas maupun minoritas, termasuk pemegang saham asing

serta investor lainnya.

b. Akuntabilitas (accountability) yaitu prinsip akuntabilitas berhubungan

dengan adanya sistem yang mengendalikan hubungan antara unit-unit

pengawasan yang ada di perusahaan. Akuntabilitas dilaksanakan oleh

adanya dewan komisaris dan direksi independen, dan komite audit.

c. Transparansi (transparency) yaitu prinsip dasar transparansi

berhubungan dengan kualitas informasi yang disajikan oleh

perusahaan. Oleh karena itu perusahaan dituntut untuk menyediakan

informasi yang jelas, akurat, tepat waktu dan dapat dibandingkan.

d. Responsibilitas (responsibility) yaitu tanggung jawab perusahaan

sebagai anggota masyarakat untuk mamatuhi peraturan dan hukum

29

yang berlaku serta pemenuhan terhadap kebutuhan sosial.

Responsibilitas juga mengatur tanggung jawab perusahaan terhadap

pemegang saham dan pihak-pihak yang berkepentingan.

Menurut Kharisma (2014), ada beberapa prinsip yang mendasari

pentingnya pemahaman good governance, Prinsip-prinsip tersebut yaitu:

a. Partisipasi masyarakat artinya semua warga mempunyai suara dalam

pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun tidak langsung

melalui lembaga-lembaga perwakilan yang sah.

b. Tegaknya supremasi hukum artinya kerangka hukum harus adil dan

diberlakukan tanpa pandang bulu, termasuk hukum hak asasi manusia.

c. Transparansi artinya keterbukaan dibangun atas dasar informasi yang

bebas. Pemerintah, lembaga-lembaga dan informasi dapat diakses oleh

pihak-pihak yang berkepentingan. Selain itu, informasi yang tersedia

harus memadai agar dapat dimengerti dan dipantau.

d. Peduli artinya lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintah harus

berupaya melayani pihak-pihak yang berkepentingan.

e. Berorientasi pada konsensus artinya tata pemerintahan yang baik

menjembatani kepentingan yang berbeda agar terbangunnya suatu

konsensus atau kesepakatan yang menyeluruh

f. Kesetaraan artinya semua warga masyarakat mempunyai kesempatan

memperbaiki atau mempertahankan kesejahteraannya.

g. Efektivitas dan efisiensi artinya proses pemerintahan dan lembaga

30

menghasilkan hasil yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan

menggunakan sumber daya tersebut seoptimal dan sebaik mungkin.

h. Akuntabilitas artinya para pengambil keputusan di pemerintahan, sektor

swasta, dan organisasi masyarakat bertanggung jawab, baik kepada

masyarakat maupun kepada lembaga yang berkepentingan.

i. Visi strategis artinya para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif

yang luas dan jauh ke depan atas tata pemeritahan yang baik dan

pembangunan manusia, serta kepekaan akan apa saja yag dibutuhkan

untuk mewujudkan perkembangan tersebut.

Mekanisme corporate governance dalam penelitian ini meliputi

kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit dan

komisaris independen. Mekanisme tersebut dijelaskan sebagai berikut:

a. Kepemilikan Institusional

Susiana dan Herawaty (2007) menyatakan persentase saham intitusi

adalah penjumlahan atas saham perusahaan yang dimiliki oleh intitusi

atau lembaga (perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, dan

kepemilikan institusional lain) baik yang berada di dalam maupun di luar

negeri.

Keberadaan investor institusional dapat menunjukan corporate

governance yang kuat yang bisa digunakan untuk memonitor perusahaan

pada umumnya dan manajemen pada khususnya. Tindakan monitoring

yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dan pihak pemegang saham

31

institusional lainnya dapat membatasi perilaku manajer dalam

pengendalian dan pengambilan keputusan sehingga dapat mengurangi

tindakan manajemen laba dan menjamin kemakmuran pemegang saham

(Oktadella, 2011).

Investor institusional merupakan investor yang berbentuk badan usaha

atau lembaga yang berpengalaman sehingga dapat melaksanakan fungsi

pengawasan dengan lebih efektif dan tidak mudah diperdaya oleh

tindakan manajer seperti manipulasi penyajian laporan keuangan.

Sehingga, keberadaan investor institusional dapat meningkatkan

integritas laporan keuangan.

Adanya pemegang saham institusional memiliki arti penting dalam

memonitor manajemen, contohnya perusahaan asuransi, bank, dan

perusahaan-perusahaan investasi lainnya. Kepemilikan ini akan

mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Mekanisme

monitoring ini akan menjamin peningkatan kemakmuran pemegang

saham.

b. Kepemilikan Manajerial

Jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari seluruh modal

saham yang dikelola. Penelitian Jensen dan Meckling (1976) dalam

Nicolin dan Sabeni (2013) menyatakan kepemilikan manajerial mampu

menjadi mekanisme dalam mengatasi konflik keagenan dari manajer

dengan menyelaraskan kepentingan manajer dan pemegang saham.

32

Kepemilikan saham yang tinggi akan membuat manajer secara langsung

merasakan manfaat dari keputusan ekonomi yang telah diambil dan

menanggung resiko dari pengambilan keputusan yang salah.

Cornet et al (2006) dalam Jao dan Pagalung (2006) mendefinisikan

kepemilikan manajerial sebagai proporsi saham yang dimiliki manejemen

yang secara aktif turut dalam pengambilan keputusan perusahaan,

meliputi direksi dan komisaris. Sedangkan penelitian Susiana dan

Herawaty (2007) menjelaskan persentase saham yang dimiliki oleh

manajemen termasuk di dalamnya persentase saham yang dimiliki oleh

manajemen secara pribadi maupun dimiliki oleh anak cabang perusahaan

bersangkutan beserta afiliasinya.

Kepemilikan saham oleh pihak manajemen akan membuat manajemen

memiliki tanggung jawab lebih besar dalam mengelola perusahaan dan

menyajikan informasi yang benar dan jujur untuk kepentingan pemegang

saham dan dirinya sendiri. Jumlah kepemilikan manajerial yang tinggi

dapat mengurangi konflik kepentingan dan masalah agensi. Manajer yang

memiliki saham di perusahaan akan merasa bahwa perusahaan tersebut

juga dimiliki olehnya, untuk itu laporan keuangan yang disajikan

tentunya tidak lepas dari integritas laporan keuangan yang tinggi (Saputra

et al., 2014).

c. Komite Audit

Ikatan Komite Audit Indonesia (IKAI) mendefinisikan komite audit

33

sebagai suatu komite yang bekerja secara professional dan independen

yang dibentuk oleh dewan komisaris. Tugasnya adalah membantu dan

memperkuat fungsi dewan komisaris dalam menjalankan fungsi

pengawasan atas proses pelaporan keuangan, manajemen resiko,

pelaksanaan audit dan implementasi corporate governance di perusahaan

(Effendi, 2009).

Keputusan Menteri BUMN Nomor 117/Tahun 2000, dan undang-

undang BUMN Nomor 19/2003, pembentukan komite audit merupakan

suatu keharusan. Komite audit merupakan salah satu komite yang

memiliki peranan penting dalam corporate governance. Komite audit

harus terdiri dari individu-individu yang mandiri dan tidak terlibat

dengan tugas sehari-hari dari manajemen yang mengelola perusahaan,

dan memiliki pengalaman untuk melaksanakan fungsi pengawasan secara

efektif. Salah satu dari beberapa alasan utama kemandirian ini adalah

untuk memelihara integritas serta pandangan objektif dalam laporan serta

penyusunan rekomendasi yang diajukan oleh komite audit, karena

individu yang mandiri cenderung lebih adil dan tidak memihak serta

objektif dalam menyelesaikan suatu permasalahan (Hardiningsih, 2010).

Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER-05/MBU/2006

Tentang Komite Audit bagi BUMN menjelaskan bahwa komite audit

diangkat dan diberhentikan oleh komisaris atau dewan pengawas dan

dilaporkan kepada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Komite

34

Audit terdiri sekurang-kurangnya seorang anggota komisaris atau dewan

pengawas, dan sekurang-kurangnya dua orang anggota lainnya yang

berasal dari luar BUMN.

Anggota komite audit harus memenuhi persyaratan antara lain:

1) Memiliki integritas yang baik dan pengetahuan serta pengalaman

kerja yang cukup di bidang pengawasan atau pemeriksaan.

2) Tidak memiliki kepentingan atau keterkaitan pribadi yang dapat

menimbulkan dampak negatif dan konflik kepentingan terhadap

BUMN.

3) Mampu berkomunikasi secara efektif.

Jika ada anggota komite audit berasal dari sebuah institusi tertentu,

maka institusi dimana anggota komite audit berasal tidak boleh

memberikan jasa pada BUMN yang bersangkutan. Masa jabatan komite

audit yang bukan berasal dari anggota komisaris atau dewan pengawas

BUMN yang bersangkutan paling lama dua tahun dengan tidak

mengurangi hak komisaris atau dewan pengawas untuk

memberhentikannya sewaktu-waktu. Anggota komite audit yang berakhir

masa jabatannya, dapat diangkat kembali hanya untuk sekali masa jabatan

berikutnya.

Tugas dan tanggung jawab komite audit sesuai Peraturan Menteri

Negara BUMN Nomor PER-05/MBU/2006 Tentang Komite Audit bagi

BUMN yaitu antara lain:

35

1) Membantu komisaris atau dewan pengawas untuk memastikan

efektivitas pelaksanaan tugas auditor eksternal dan internal.

2) Menilai pelaksanaan kegiatan serta hasil audit yang dilaksanakan

oleh satuan pengawasan intern ataupun auditor eksternal.

3) Memberikan rekomendasi mengenai penyempurnaan sistem

pengendalian manajemen serta pelaksanaannya.

4) Memastikan telah terdapat prosedur review yang memuaskan

terhadap segala informasi yang dikeluarkan BUMN.

5) Melakukan identifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian

komisaris atau dewan pengawas serta tugas komisaris atau dewan

pengawas dan dapat pula memberikan penugasan lain kepada

komite audit namun terbatas pada:

a) Melakukan penelahaan atas informasi mengenai BUMN,

serta rencana jangka panjang, rencana kerja dan anggaran

BUMN, laporan manajemen, dan informasi lainnya.

b) Melakukan penelahaan atas ketaatan BUMN terhadap

peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan

kegiatan BUMN.

Untuk menerapkan good corporate governance, perusahaan

membentuk komite audit yang independen, komite audit ini merupakan

bagian dari internal perusahaan. Komite audit dimaksudkan agar pihak

manajemen mengungkapkan informasi-informasi yang ada dalam laporan

36

keuangan secara benar agar dapat berguna pada pengguna laporan

keuangan untuk mengambil keputusan yang tepat. Pengungkapan

informasi ini melindungi para investor dan calon investor dalam

mengambil keputusan investasi mereka. Selain itu, komite audit

diharapkan dapat membantu dewan komisaris dalam mengawasi kinerja

manajemen.

Keberadaan komite audit yang efektif merupakan salah satu aspek

penilaian implementasi GCG. Untuk mewujudkan prinsip GCG di suatu

perusahaan publik, maka prinsip independensi, transparansi dan

pengungkapan, akuntabilitas, pertanggungjawaban, serta kewajaran harus

menjadi landasan utama dari aktivitas komite audit. Pelaksanaan prinsip-

prinsip GCG dalam aktivitas komite audit sebagai berikut (Effendi,

2009).

1) Prinsip Independensi

Komite audit diharapkan dapat bersikap independen terhadap

kepentingan pemegang saham mayoritas maupun minoritas.

Selain itu, anggota komite audit seharusnya tidak memiliki

hubungan bisnis apapun dengan perusahaan maupun

hubungan kekeluargaan dengan anggota direksi dan

komisaris perusahaan, sehingga terhindar dari benturan

kepentingan. Oleh karena itu, nama-nama anggota komite

audit haruslah diumumkan ke masyarakat sebagai wujud

37

terhadap sikap independensi mereka.

2) Prinsip Transparansi

Prinsip ini ditunjukan melalui piagam komite audit, program

kerja tahunan, serta rapat komite audit secara periodic yang

didokumentasikan dalam setiap rapat. Komite audit

hendaknya membuat laporan secara berkala kepada komisaris

tentang pencapaian kinerjanya sebagai wujud pengungkapan.

3) Prinsip Akuntabilitas

Prinsip ini ditunjukan dengan frekuensi pertenuan dan tingkat

kehadiran anggota komite audit. Selain itu, komite audit

haruslah memiliki kapasitas, kompetensi, dan pengalaman di

bidang audit serta proses bisnis perusahaan agar dapat

bekerja secara professional.

4) Prinsip Pertanggungjawaban

Prinsip ini ditunjukan dengan aktivitas komite audit yang

dijalankan sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang

berlaku. Selain itu, kinerja komite audit hendaknya dapat

dipertanggungjawabkan kepada publik selain kepada dewan

komisaris.

5) Prinsip Kewajaran

Prinsip ini ditunjukan dengan sikap komite audit dalam

pengambilan keputusan yang didasarkan pada sikap adil dan

38

objektif terhadap semua pihak. Komite audit berkewajiban

menjaga tingkat kepatuhan perusahaan terhadap kebijakan

dan peraturan yang berlaku. Komite audit juga diharapkan

dapat melakukan identifikasi risiko potensial yang dihadapi

oleh perusahaan serta alternative solusi permasalahan.

Di dalam pedoman GCG yang disusun oleh Komite Nasional

Kebijakan Governance (2006) menjelaskan bahwa komite audit sebagai

komite penunjang Dewan Komisaris yang memiliki beberapa poin

penting, yaitu:

1) Komite audit bertugas membantu Dewan komisaris untuk

memastikan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar

sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, struktur

pengendalian internal perusahaan dilaksanakan dengan baik,

pelaksanaan audit internal maupun eksternal dilaksanakan

sesuai dengan standar audit yang berlaku, dan tindak lanjut

temuan hasil audit dilaksanakan oleh manajemen.

2) Komite audit memproses calon auditor eksternal termasuk

imbalan jasanya untuk disampaikan kepada Dewan

Komisaris.

3) Jumlah anggota komite audit harus disesuaikan dengan

kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikan

efektivitas dalam pengambilan keputusan. Bagi perusahaan

39

yang sahamnya tercatat di bursa efek, perusahaan negara,

perusahaan daerah, perusahaan yang menghimpun dan

mengelola dana masyarakat, perusahaan yang produk atau

jasanya digunakan oleh masyarakat luas, serta perusahaan

yang mempunyai dampak luas terhadap kelestarian

lingkungan, Komite Audit diketuai oleh Komisaris

Independen dan anggotanya dapat terdiri dari Komisaris dan

atau pelaku profesi dari luar perusahaan. Salah seorang

anggota memiliki latar belakang dan kemampuan akuntasi

dan atau keuangan.

Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor Kep-643/BL/2012 yang

diterbitkan tanggal 7 Desember 2012 mengenai pembentukan dan

pedoman pelaksanaan kerja komite audit, menyebutkan bahwa:

1) Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh dan

bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris dalam

membantu melaksanakan tugas dan fungsi Dewan Komisaris.

2) Emiten atau Perusahaan Publik wajib memiliki Komite

Audit.

3) Komite Audit bertindak secara independen dalam

melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.

4) Anggota Komite Audit diangkat dan diberhentikan oleh

Dewan Komisaris

40

5) Emiten atau Perusahaan Publik wajib memiliki piagam

Komite Audit (audit committee charter).

Peraturan yang sama juga mengatur mengenai struktur dan

keanggotaan komite audit, yaitu:

1) Komite Audit paling kurang terdiri dari 3 (tiga) orang

anggota yang berasal dari Komisaris Independen dan Pihak

dari luar Emiten atau Perusahaan Publik.

2) Komite Audit diketuai oleh Komisaris Independen.

Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor Kep-643/BL/2012 juga

mengatur mengenai persyaratan keanggotaan komite audit, yaitu:

1) Wajib memiliki integritas yang tinggi, kemampuan,

pengetahuan, pengalaman sesuai dengan bidang

pekerjaannya, serta mampu berkomunikasi dengan baik.

2) Wajib memahami laporan keuangan, bisnis perusahaan

khususnya yang terkait dengan layanan jasa atau kegiatan

usaha Emiten atau Perusahaan Publik, proses audit,

manajemen risiko, dan peraturan perundang-undangan

di bidang Pasar Modal serta peraturan perundang-undangan

terkait lainnya.

3) Wajib mematuhi kode etik Komite Audit yang ditetapkan

oleh Emiten atau Perusahaan Publik.

41

4) Bersedia meningkatkan kompetensi secara terus menerus

melalui pendidikan dan pelatihan.

5) Wajib memiliki paling kurang satu anggota yang berlatar

belakang pendidikan dan keahlian di bidang akuntansi dan

atau keuangan.

6) Bukan merupakan orang dalam Kantor Akuntan Publik,

Kantor Konsultan Hukum, Kantor Jasa Penilai Publik atau

pihak lain yang memberi jasa assurance, jasa non-assurance,

jasa penilai dan/atau jasa konsultasi lain kepada Emiten atau

Perusahaan Publik yang bersangkutan dalam waktu 6 (enam)

bulan terakhir.

7) Bukan merupakan orang yang bekerja atau mempunyai

wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan,

memimpin, mengendalikan, atau mengawasi kegiatan Emiten

atau Perusahaan Publik tersebut dalam waktu 6 (enam) bulan

terakhir kecuali Komisaris Independen.

8) Tidak mempunyai saham langsung maupun tidak langsung

pada Emiten atau Perusahaan Publik.

9) Anggota Komite Audit memperoleh saham Emiten atau

Perusahaan Publik baik langsung maupun tidak langsung

akibat suatu peristiwa hukum, maka saham tersebut wajib

42

dialihkan kepada pihak lain dalam jangka waktu paling lama

6 (enam) bulan setelah diperolehnya saham tersebut.

10) Tidak mempunyai hubungan Afiliasi dengan anggota Dewan

Komisaris, anggota Direksi, atau Pemegang Saham Utama

Emiten atau Perusahaan Publik tersebut.

11) Tidak mempunyai hubungan usaha baik langsung maupun

tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha Emiten

atau Perusahaan Publik tersebut.

Tugas dan tanggung jawab komite audit yang diatur dalam Keputusan

Ketua Bapepam dan LK Nomor Kep-643/BL/2012 adalah:

1) Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan

dikeluarkan Emiten atau Perusahaan Publik kepada publik

dan atau pihak otoritas antara lain laporan keuangan,

proyeksi, dan laporan lainnya terkait dengan informasi

keuangan Emiten atau Perusahaan Publik.

2) Melakukan penelaahan atas ketaatan terhadap peraturan

perundang-undangan yang berhubungan dengan kegiatan

Emiten atau Perusahaan Publik.

3) Memberikan pendapat independen dalam hal terjadi

perbedaan pendapat antara manajemen dan Akuntan atas jasa

yang diberikannya.

43

4) Memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris

mengenai penunjukan Akuntan yang didasarkan pada

independensi, ruang lingkup penugasan, dan fee.

5) melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh

auditor internal dan mengawasi pelaksanaan tindak lanjut

oleh Direksi atas temuan auditor internal.

6) Melakukan penelaahan terhadap aktivitas pelaksanaan

manajemen risiko yang dilakukan oleh Direksi, jika Emiten

atau Perusahaan Publik tidak memiliki fungsi pemantau

risiko di bawah Dewan Komisaris.

7) Menelaah pengaduan yang berkaitan dengan proses akuntansi

dan pelaporan keuangan Emiten atau Perusahaan Publik.

8) Menelaah dan memberikan saran kepada Dewan Komisaris

terkait dengan adanya potensi benturan kepentingan Emiten

atau Perusahaan Publik.

9) Menjaga kerahasiaan dokumen, data dan informasi Emiten

atau Perusahaan Publik.

Berdasarkan beberapa peraturan yang mengatur mengenai komite

audit dapat disimpulkan bahwa, komite audit merupakan suatu komite

yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk membantu kinerja dewan

komisaris dalam mewujudkan suatu praktik usaha yang sesuai dengan

peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang berlaku.

44

d. Komisaris Independen

Komite Nasional Kebijakan Governance (2006), menyebutkan bahwa

kepengurusan Perseroan Terbatas di Indonesia menganut sistem dua

badan (two tier board system) yaitu dewan komisaris dan direksi

mempunyai wewenang dan tanggung jawab jelas sesuai dengan

fungsinya masing-masing sebagaimana diamanahkan dalam anggran

dasar dan peraturan perundang-undangan. Fungsi dewan direksi untuk

menjalankan perusahaan sedangkan fungsi dewan komisaris untuk

melakukan pengawasan.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang

Perseroan Terbatas Pasal 1, menyatakan bahwa kelembagaan dewan

komisaris merupakan salah satu organ perseroan selain RUPS dan

direksi. Dewan komisaris bertugas melakukan pengawasan secara umum

dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat

kepada dewan direksi. Untuk menjamin pelaksanaan Good Corporate

Governance (GCG) maka perlu dibentuk komisaris independen.

Komisaris independen adalah sebuah badan dalam perusahaan yang

biasanya beranggotakan dewan komisaris independen yang berasal dari

luar perusahaan yang berfungsi menilai kerja perusahaan secara luas dan

keseluruhan. Komisaris independen bertujuan untuk menyeimbangkan

dalam pengambilan keputusan khususnya dalam rangka perlindungan

terhadap pemegang saham nimoritas dan pihak lain yang terkait (Astria,

45

2011).

Keberadaan komisaris independen pada suatu perusahaan memiliki

pengaruh terhadap integritas laporan keuangan yang dihasilkan oleh

manajemen. Karena, komisaris independen mempunyai fungsi untuk

mengawasi dan melindungi pihak-pihak diluar manajemen, menjadi

penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara manajer internal dan

mengawasi kebijakan manajemen serta memberikan nasihat kepada

manajemen.

Undang-undang No.40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas pasal

114, tanggung jawab dewan komisaris merupakan tanggung jawab secara

pribadi atas kerugian perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau

lalai menjalankan tugasnya. Oleh karena itu, dewan komisaris harus

melakukan pengawasan yang baik terhadap tata kelola perusahaan. Selain

itu. Dewan komisaris bertanggung jawab dalam membentuk sistem

pengawasan yang baik untuk memastikan kepatuhan direksi terhadap

sistem tersebut seperti membentuk komite audit.

Adapun tugas-tugas utama dewan komisaris dalam FCGI (2002),

yaitu:

1) Menilai dan mengarahkan strategi perusahaan, garis-garis besar

rencana kerja, kebijakan pengendalian resiko, anggaran tahunan dan

rencana usaha; mengawasi pelaksanaan dan kinerja perusahaan; serta

46

memonitor penggunaan modal perusahaan, investasi dan penjualan

asset.

2) Menilai sistem penetapan penggajian pejabat pada posisi kunci dan

penggajian anggota dewan direksi, serta menjamin suatu proses

pencalonan anggota dewan direksi yang transparan dan adil.

3) Memonitor dan mengatasi masalah benturan kepentingan pada tingkat

manajemen, anggota dewan direksi dan anggota dewan komisaris,

termasuk penyalahgunaan aset perusahaan dan manipulasi transaksi

perusahaan.

4) Memonitor pelaksanaan corporate governance, dan mengadakan

perubahan.

5) Memantau proses keterbukaan dan keefektivitasan komunikasi dalam

perusahaan.

Effendi (2009) menjelaskan bahwa dewan komisaris berfungsi untuk

melakukan pengawasan. Selain itu, komisaris independen berfungsi

sebagai kekuatan penyeimbang dalam pengambilan keputusan oleh

dewan komisaris. Peran dewan komisaris penting dan cukup menentukan

bagi keberhasilan dan implementasi GCG. Lemahnya pengawasan dan

terlalu besarnya kekuasaaan eksekutif telah menjadi salah satu penyebab

tumbangnya perusahaan dunia seperti Enron, Satyam, dan lain-lain.

Selain itu, lemahnya pengawasan terhadap manajemen menjadi indikasi

sebagai salah satu penyebab krisis finansial di Asia, termasuk Indonesia.

47

Oleh karena itu, pemberdayaan komisaris independen diharapkan menjadi

penggerak GCG telah menjadi bagian dari reformasi bisnis di Indonesia

pasca krisis.

Komisaris independen di Indonesia terkait dengan berbagai upaya

yaitu:

1) Untuk menghapuskan praktik-praktik yang dianggap kurang fair

terutama terhadap pemegang saham publik maupun minoritas.

2) Untuk dapat menerapkan praktik good corporate governance (GCG)

yang secara sederhana dapat diungkapkan sebagai:

(a) Tell the truth merupakan refleksi dari prinsip disclosure

(b) Keep your promise merupakan hubungan dari akuntabilitas dan

respontabilities yang juga merupakan cerminan ethical behavior

(c) Be fair yakni menjunjung fairness dan independensi

Terkait dengan upaya diatas maka penting bagi komisaris independen

untuk memiliki motivasi yang sejalan dengan peran dan fungsi yang

diembannya. Beberapa contoh motivasi positif yang perlu dikembangkan

oleh komisaris independen yaitu tekad untuk memberikan kontribusi

bermakana bagi nilai tambah perseroan, tekad untuk mengembangkan

karir secara positif demi kemajuan pribadi dan perseroan dan tekad untuk

mengasah kemampuan serta memperluas pengalaman yang ada untuk

kepentingan perseroan (Alijoyo dan Zaini, 2004).

48

4. Audit Tenure

Audit tenure adalah masa jabatan dari Kantor Akuntan Publik (KAP)

dalam memberikan jasa audit terhadap kliennya. Ketentuan mengenai

audit tenure telah dijelaskan dalam Keputusan Menteri Keuangan

Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003 pasal 2 yaitu masa jabatan

untuk KAP paling lama 5 tahun berturut-turut dan oleh seorang akuntan

publik paling lama untuk 3 tahun buku berturut-turut.

Peraturan tersebut kemudian diperbarui dengan dikeluarkannya

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008

tentang jasa akuntan publik pasal 3. Peraturan ini mengatur tentang

pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas

dilakukan oleh KAP paling lama 6 tahun buku berturut-turut, dan oleh

seorang akuntan publik paling lama untuk 3 tahun berturut-turut. Akuntan

publik dan KAP boleh menerima kembali penugasan audit umum untuk

klien setelah satu tahun buku tidak memberikan jasa audit umum atas

laporan keuangan klien tersebut.

Adanya kewajiban rotasi auditor memiliki kewajiban dan kelemahan.

Rotasi auditor dapat meningkatkan kualitas audit dan independensi audit

melalui suatu pengurangan pengaruh klien terhadap auditor. Kurangnya

pengaruh memnungkinkan terjadinya resiko kehilangan klien jika auditor

tidak menyetujui pilihan pelaporan keuangan menajer (Farmer et al., 1987

dalam Adibowo, 2009).

49

Isu yang muncul akibat lamanya audit tenure adalah isu independensi

auditor. Pada bulan Juli 2003, Federasi Akuntan Internasional (IFAC)

mengeluarkan suatu dokumen Rebuilding Public Confidence in Financial

Reporting, dimana IFAC menganggap kekerabatan antara auditor dengan

klien sebagai suatu ancaman bagi independensi auditor. Perhatian IFAC

yang utama adalah kekerabatan yang berlebihan itu dapat mengakibatkan

keragu-raguan. Dengan demikian untuk mengurangi tingkat keragu-raguan

diperlukan suatu audit yang efektif (IFAC, 2003 dalam Adibowo, 2009).

Lamanya hubungan antara auditor dan klien juga dapat mempengaruhi

keputusan auditor dalam memberikan opini auditnya.

Jangka waktu perikatan auditor dengan klien seringkali dikaitkan

dengan independensi auditor. Independensi auditor sangat mempengaruhi

kualitas audit auditor yang diberikan kepada klien. Namun, proses audit

sangat membutuhkan kerjasama dari pihak manajemen perusahaan.

Hubungan kerja yang erat antara auditor dengan manajemen perusahaan

diwuudkan dengan jangka waktu perikatan yang lama. Masa perikatan

yang lama antara auditor dengan kliennya berpotensi untuk menciptakan

kedekatan antara mereka sehingga mengurangi independensi dan kualitas

audit serta objektivitas dalam menilai laporan keuangan, karena akan

menyesuaikan keinginan dari pihak manajemen dan pemegang saham.

Peningkatan jangka waktu perikatan KAP ini yang dapat menyebabkan

penurunan integritas laporan keuangan.

50

Dengan adanya regulasi dari pemerintah dapat meningkatkan dan

mempertahankan independensi, kualitas dan kompetensi yang dimiliki

oleh seorang auditor. Regulasi mengenai pembatasan masa perikatan audit

ini dirasa penting bagi kepentingan semua pihak, baik pihak internal

maupun pihak eksternal perusahaan dalam pengambilan keputusan

terhadap investasi disuatu perusahaan.

5. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan

besar dan kecilnya perusahaan dengan berbagai cara. Pada dasarnya

ukuran perusahaan terbagi dalam tiga kategori yaitu perusahaan besar

(large firm), perusahaan menengah (medium firm), dan perusahaan kecil

(small firm). Perusahaan dengan ukuran besar diasumsikan dengan jumlah

aktiva dan tingkat pendapatan yang besar sehingga menghasilkan laba

yang tinggi. Sebaliknya, jika penjualan lebih kecil daripada biaya variabel

dan biaya tetap maka perusahaan tersebut akan menderita kerugian.

Perusahaan berskala kecil dibandingkan dengan perusahaan berskala besar

cenderung kurang menguntungkan (Saputra, Desmiawati, dan Anisma,

2014).

Terdapat beberapa instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur

besarnya ukuran perusahaan, seperti total penjualan, total aset, jumlah

karyawan, dan nilai kapitalisasi pasar. Semakin besar nilai instrumen

tersebut, semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Ukuran

51

perusahaan dapat menunjukkan seberapa besar informasi yang terdapat

didalamnya, serta mencerminkan kesadaran dari pihak manajemen

mengenai pentingnya informasi. Teori sinyal memprediksikan adanya

hubungan positif antara ukuran perusahaan dengan integritas laporan

keuangan, karena perusahaan besar lebih andal dalam menyajikan laporan

keuangan sehingga memiliki sinyal positif dimata masyarakat (Jam’an,

2008)

Selain itu, perusahaan besar lebih diperhatikan oleh masyarakat

sehingga akan lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan

(Ningsaptiti, 2010).

52

B. Hasil Penelitian Sebelumnya

Adapun hasil perbedaan dan persamaan penelitian sekarang dengan sebelumnya adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Hasil Penelitian Sebelumnya

No Peneliti

(Tahun) Judul

Metodelogi Penelitian Hasil Penelitian

Perbedaan Persamaan

1 Susiana dan

Arleen

Herawaty

(2007)

Analisi Pengaruh

Independensi,

Mekanisme

Corporate

Governance, dan

Kualitas Audit

terhadap Integritas

Laporan Keuangan

Variabel independen

yaitu kualitas audit,

independensi

auditor. Sampel

penelitian adalah

perusahaan publik

dari tahun 2000 –

2003

Variabel

mekanisme

corporate

governance, dan

variabel dependen

yaitu integritas

laporan keuangan

Independensi tahun 2000,

2001, dan 2002 tidak

memiliki pengaruh yang

signifikan, sedangkan tahun

2003 memiliki pengaruh

signifikan terhadap integritas

laporan keuangan.

Mekanisme corporate

governance memiliki

pengaruh terhadap integritas

laporan keuangan dan

kualitas audit tidak memiliki

pengaruh signifikan terhadap

53

integritas laporan keuangan

2 Agrianti

(2009)

Analisis Pengaruh

Karakteristik

Perusahaan, Kualitas

Audit, Pergantian

Auditor, dan

Independensi

Auditor terhadap

Integritas Laporan

Keuangan

Vaiabel independen

yaitu kualitas audit,

pergantian auditor

dan independensi

auditor. Pengukuran

integritas laporan

keuangan

menggunakan

earnings

management

Variabel

independen

karakteristik

perusahaan yaitu

kepemilikan saham

institusi,

manajerial dan

komite audit.

Variabel dependen

yaitu integritas

laporan keuangan.

Hasil penelitian kepemilikan

saham institusional dan

manajemen berpengaruh

negatif terhadap manajemen

laba. Komite audit

berkorelasi positif terhadap

integritas laporan keuangan.

Auditor yang berkualitas

dapat mengurangi earnings

management. Pergantian

auditor dan independensi

auditor tidak mempunyai

pengaruh terhadap integritas

laporan keuagan.

54

3 Pancawati

Hardiningsih

(2010)

Pengaruh

Independensi,

Corporate

Governance, dan

Kualitas Audit

terhadap Integritas

Laporan Keuangan

Variabel independen

yaitu independensi

auditor, kualitas

audit. Sampel

penelitian adalah

perusahaan publik

tahun 2005 -2008

Variabel

independen yaitu

variabel corporate

governance,

dependen yaitu

integritas laporan

keuangan

Hasil penelitian yaitu

independensi auditor, komite

audit, komisaris independen,

ukuran dewan komisaris,

kepemilikan institusional, .

Kualitas audit (auditor

spesialisasi industri) tidak

berpengaruh terhadap

integritas laporan keuangan,

sedangkan kepemilikan

manajerial berpengaruh

negatif terhadap integritas

laporan keuangan.

55

4 Kenneth

Enoch

Okpala

(2012)

Audit Committee and

Integrity of

Financial

Statements: A

Preventive

Mechanisme for

Corporate Failure

Variabel independen

yaitu kepemilikan

institusional,

manajerial,

komisaris

independen, audit

tenure, dan ukuran

perusahaan. Sampel

penelitian pada 183

perusahaan publik di

Nigeria Stock

Exchange

Variabel

independen komite

audit dan variabel

dependen integritas

laporan keuangan

Hasil penelitian ini adalah

aktivitas komite audit

meningkatkan corporate

governance dalam sebuah

perusahaan melalui audit

laporan keuangan. Hubungan

yang signifikan antara komite

audit dengan integritas

laporan keuangan.

5 Octavia

Nicolin dan

Arifin Sabeni

(2013)

Pengaruh Struktur

Corporate

Governance, Audit

Tenure, dan

Spesialisasi Industri

Auditor terhadap

Integritas Laporan

Variabel independen

yaitu spesialisasi

industri auditor dan

ukuran perusahaan.

Sampel penelitian

perusahaan

manufaktur yang

Variabel indepeden

yaitu Corporate

Governance,dan

Audit Tenure.

Variabel dependen

yaitu integritas

laporan keuangan

Hasil penelitian komisaris

independen, komite audit

memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap integritas

laporan keuangan.

Kepemilikan saham

manajerial, institusional,

56

Keuangan terdaftar di BEI

tahun 2008-2011

audit tenure tidak memiliki

pengaruh yang signifikan

terhadap integritas laporan

keuangan dan spesialisasi

industri auditor tidak

memiliki pengaruh positif

yang signifikan terhadap

integritas laporan keuangan

6 Rozania,

Ratna

Anggraini

dan Masellisa

Nindito

(2013)

Pengaruh

Mekanisme

Corporate

Governance,

Pergantian Auditor,

dan Spesialisasi

Industri Auditor

terhadap Integritas

Laporan Keuangan

Variabel independen

yaitu pergantian

auditor dan

spesialisasi industry

auditor. Sampel

penelitian yaitu

perusahaan publik

yang terdaftar pada

tahun 2008-2011.

Pengukuran

integritas laporan

Variabel

independen yaitu

komite audit,

komisaris

independen, dan

variabel dependen

yaitu integritas

laporan keuangan

Hasil penelitian komisaris

independen berpengaruh

negatif terhadap terhadap

integritas laporan keuangan,

sedangkan komite audit dan

spesialisasi industry auditor

berpengaruh terhadap

integritas laporan keuangan.

Pergantian auditor tidak

terbukti berpengaruh

terhadap integritas laporan

57

dengan

konservatisme

menurut Penman

dan Zhang

keuangan.

7 Listya

Yuniastuti

Rahmina dan

Sukrisno

Agoes

(2014)

Influence of Auditor

Independence, Audit

Tenure, and Audit

Fee on Audit Quality

of Member of

Capital Market

Accountant Forum

in Indonesia

Variabel independen

yaitu Corporate

Governance, Ukuran

perusahaan.

Variabel dependen

yaitu Integritas

Laporan Keuangan

Variabel

Independen yaitu

Audit Tenure

Independensi auditor, audit

fee berpengaruh signifikan

terhadap kualitas audit, audit

tenure tidak berpengaruh

terhadap kualitas audit.

Variabel independen

mempengaruhi variabel

dependen sebesar 21,4%

8 N.P. Yani

Wulandari

dan I Ketut

Budiartha

(2014)

Pengaruh Struktur

Kepemilikan,

Komite Audit,

Komisaris

Independen, dan

Dewan Direksi

terhadap Integritas

Variabel independen

yaitu dewan direksi,

audit tenure, dan

ukuran perusahaan.

Sampel penelitian

pada perusahaan

manufaktur pada

Variabel

independen yaitu

kepemilikan

institusional,

manajerial, komite

audi, dan komisaris

independen.

Hasil peneltian yaitu

kepemilikan instituasional

berpengaruh dan dewan

direksi berpengaruh

terahadap inegritas laporan

keuangan sedangkan

kepemilikan manajemen,

58

Laporan Keuangan tahun 2010-2012 komite audit dan komisaris

independen tidak

berpengaruh terhadap

integritas laporan keuangan.

9 Wahyudi

Saputra,

Desmiawati,

dan Yuneita

Anisma

(2014)

Pengaruh

Mekanisme Good

Corporate

Governance, dan

Ukuran Perusahaan

terhadap Integritas

Laporan Keuangan

Variabel independen

yaitu audit tenure,

kualitas audit.

Pengukuran

konservatisme

diukur dengan skala

nominal

Variabel

independen good

corporate

governance dan

ukuran perusahaan

Hasil penelitian ini

kepemilikan institusional dan

manajerial tidak berpengaruh

terhadap integritas laporan

keuangan sedangkan

reputasi KAP dan ukuran

perusahaan berpengaruh

signifikan terhadap integritas

laporan.

10 Atik

Fajaryani

(2015)

Analisis Faktor-

Faktor yang

Mempengaruhi

Integritas Laporan

Keuangan

Variabel dependen

yaitu komite audit,

komisaris

independen, audit

tenure, Leverage,

dan spesialisasi

Variabel

kepemilikan

institusional,

manajerial, dan

ukuran perusahaan

Hasil penelitian kepemilikan

institusional, ukuran

perusahaan, leverage,

spesialisasi industri auditor

berpengaruh signifikan pada

integritas laporan keuangan.

59

industri auditor.

Sampel penelitian

perusahaan

pertambangan yang

terdaftar di BEI

tahun 2008-2013

Sedangkan kepemilikan

manajerial tidak berpengaruh

terhadap integritas laporan

keuangan. Secara simultan

berpengaruh terhadap

integritas laporan keuangan.

60

C. Kerangka Pemikiran

Dari uraian di atas, dituangkan dalam kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gambar 2.1

Skema Kerangka Pemikiran Teoritis

Bersambung pada halaman selanjutnya

Judul

Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Audit Tenure dan Ukuran

Perusahaan Terhadap Integritas Laporan Keuangan

Laporan keuangan dan annual report perusahaan BUMN yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia

Basis teori: Teori Agensi

Variabel Independen

Mekanisme Corporate Governance

Terdiri dari 4 dimensi variabel:

1. Kepemilikan Institusional (XI)

2. Kepemilikan Manajerial (X2)

3. Komite Audit (X3)

4. Komisaris Independen (X4)

Audit Tenure (X5)

Ukuran Perusahaan (Firm Size)

(X6)

Variabel Dependen

Integritas Laporan

Keuangan (Y)

61

(Lanjutan)

Metode Analisis Data:

1. Statistik Deskriptif

2. Uji Asumsi Klasik

3. Uji Koefisien Determinasi

4. Uji Hipotesis

Hasil Pengujian dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

62

D. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesi

1. Kepemilikan Institusional terhadap Integritas Laporan Keuangan

Penelitian Fajaryani (2015) menunjukkan kepemilikan institusional

berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan. Keberadaan

investor institusional dapat mengoptimalkan fungsi pengawasan terhadap

kinerja manajemen sehingga dapat meminimalkan tindakan oportunistik

manajemen yang bertindak untuk kepentingannya sendiri. Hal ini sama

dengan penelitian Wulandari dan Budiartha (2014) bahwa kepemilikan

institusional seperti lembaga, perusahaan, asuransi, bank, dan institusi

keuangan lainnya dapat mendorong peningkatan dan optimalisasi

pengawasan terhadap kinerja dalam perusahaan. Berdasarkan penjelasan

tersebut, maka dibentuklah hipotesis berikut ini:

H1: Proporsi kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap integritas

laporan keuangan.

2. Kepemilikan Manajerial terhadap Integritas Laporan Keuangan

Penelitian Hardiningsih (2010) menunjukkan bahwa kepemilikan

manajerial berpengaruh negatif terhadap integritas laporan keuangan. Sejalan

dengan penelitian Hermalin dan Weisbach (1991) menunjukan bahwa

semakin tinggi persentase kepemilikan manajerial akan menurunkan

integritas laporan keuangan dan berdampak pula pada menurunnya kinerja

perusahaan. Hal ini disebabkan karena manusia pada umumnya memiliki self

interest sehingga seorang manajer ingin menampilkan laporan keuangan yang

63

sebaik-baiknya didepan pemegang saham agar kinerjanya terlihat lebih baik.

Manajer sebagai manusia bersifat opportunistic, yaitu mengutamakan

kepentingan pribadi. Sehingga manajer akan cenderung melakukan

manajemen laba dalam pelaporan keuangan, karena manajer sebagai

pengelola perusahaan mempunyai informasi internal dan prospek perusahaan

di masa datang yang lebih banyak daripada pemilik perusahaan. Berdasarkan

penjelasan tersebut, maka dibentuklah hipotesis berikut ini:

H2: Proporsi kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap integritas

laporan keuangan.

3. Komite Audit terhadap Integritas Laporan Keuangan

Hasil penelitian Rozania, Anggraini, dan Nindito (2013) komite audit

terbukti berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Arah koefisien

yang negatif menunjukkan bahwa keberadaan komite audit hanya sebatas

pemenuhan regulasi, tetapi tidak disertai dengan kinerja yang efektif. Selain

itu, komite audit belum mampu menunjukan kedudukannya yang berdiri

sendiri, ini menunjukan besarnya pengaruh kekuasaan eksekutif daripada

komite auditnya. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dibentuklah

hipotesis berikut ini:

H3: Jumlah komite audit berpengaruh negatif terhadap integritas laporan

keuangan.

4. Komisaris Independen terhadap Integritas Laporan Keuangan

Hasil penelitian Rozania, Anggraini, dan Nindito (2013) komisaris

64

independen berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan.

Arah koefisien yang negatif menunjukkan bahwa ada kecenderungan

keberadaan komisaris independen kurang efektif dalam melakukan

pengawasan dan tata kelola perusahaan, sehingga dapat menyebabkan tingkat

integritas laporan keuangan yang rendah. Ketidakefektifan dapat disebabkan

karena pembentukan komisaris independen hanya sebatas pemenuhan

regulasi saja, tetapi tidak disertai dengan kinerja yang baik. Berdasarkan

penjelasan tersebut, maka dibentuklah hipotesis berikut ini:

H4: Proporsi komisaris independen berpengaruh negatif terhadap integritas

laporan keuangan.

5. Audit Tenure terhadap Integritas Laporan Keuangan

Penelitian Giri (2010) menyatakan bahwa audit tenure yang lama akan

mendorong terciptanya pengetahuan bisnis bagi seorang auditor. Pengetahuan

ini dapat digunakan untuk merancang program audit yang efektif dan

menciptakan laporan keuangan yang berkualitas tinggi. Penelitan yang

dilakukan Giri (2010) menghasilkan temuan yang mendukung suatu argumen

bahwa semakin lama bertugas, Kantor Akuntan Publik (KAP) akan memiliki

pengetahuan dan pengalaman untuk merancang prosedur audit yang baik dan

benar. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dibentuklah hipotesis berikut

ini:

H5: Audit tenure berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan.

65

6. Ukuran Perusahaan terhadap Integritas Laporan Keuangan

Hasil penelitian Fajaryani (2015) menunjukan bahwa ukuran

perusahan berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan. Hal ini

dikarenakan banyaknya sorotan dari publik terhadap perusahaan besar

terbukti mampu mendorong perusahaan untuk mengungkapkan informasi

secara jujur sehingga mencerminkan laporan yang berintegritas. Penelitian ini

sejalan dengan penelitian Saputra, Desmiawati, dan Anisma (2014) yang

menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap

integritas laporan keuangan karena semakin menigkat ukuran perusahaan

maka integritas laporan keuangan juga semakin meningkat dan jika ukuran

perusahaan menurun maka integritas laporan keuangan juga menurun.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dibentuklah hipotesis berikut ini:

H6: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap integritas laporan

keuangan.

7. Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Komite Audit,

Komisaris Independen, Audit Tenure, dan Ukuran Perusahaan Secara

Simultan Berpengaruh terhadap Integritas Laporan Keuangan

Dalam penelitian ini akan diuji apakah semua variabel independen

yaitu kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit,

komisaris independen, audit tenure, dan ukuran perusahaan secara simultan

atau bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu integritas

laporan keuangan. Maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut:

66

H7: Kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit,

komisaris independen, audit tenure, dan ukuran perusahaan secara

simultan berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.

67

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan kausalitas yang

digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel independen yaitu pengaruh dari

mekanisme corporate governance, audit tenure, dan ukuran perusahaan sebagai

variabel independen terhadap integritas laporan keuangan sebagai variabel

dependen. Objek penelitian ini adalah perusahaan badan usaha milik Negara

(BUMN) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014.

B. Metode Penentuan Sampel

Pemilihan sampel berdasarkan metode purposive sampling atau judgement

sampling yang merupakan tipe pemilihan sampel yang didasarkan atas

pertimbangan pribadi. Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang

diteliti. Dengan metode tersebut sampel dipilih atas dasar kesesuaian karakteristik,

maka sampel yang dipilih adalah sampel dengan kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI, dengan listed sebagai perusahan

publik dari periode 31 Desember 2010 sampai 31 Desember 2014.

2. Perusahaan memiliki data yang lengkap terkait dengan variabel yang

digunakan dalam penelitian ini. Yang dimaksud lengkap adalah perusahaan

harus memiliki data sebagai berikut:

a. Laporan keuangan (audited) atau laporan tahunan (apabila laporan

68

keuangan tidak diperoleh) untuk periode yang berakhir pada tanggal 31

Desember 2010 sampai dengan 31 Desember 2014.

b. Data susunan dewan komisaris dan komite audit.

3. Perusahaan yang terdaftar di BEI tidak melakukan transaksi akuisisi dan

merger selama 31 Desember2010 sampai 31 Desember 2014.

4. Laporan keuangan disajikan dalam mata uang rupiah.

Data yang didapat Bursa Efek Indonesia bahwa terdapat populasi sejumlah 21

perusahaan. Namun, peneliti hanya menggunakan sampel 15 perusahaan selama 5

tahun, sehingga total sampel yang digunakan sejumlah 75 perusahaan. Beberapa

perusahaan lainnya tereliminasi karena tidak sesuai dengan kriteria yang

dimaksudkan di atas.

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pengumpulan data sekunder, yaitu data diperoleh dari beberapa literatur yang

berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti. Penelusuran data ini diperoleh

dengan cara:

1. Penelusuran secara manual, untuk data dalam bentuk kertas hasil cetakan. Data

yang disajikan dalam bentuk kertas hasil cetakan yang digunakan dalam

penelitian ini antara lain berupa buku dan jurnal ilmiah.

2. Penelusuran dengan menggunakan komputer untuk data berbentuk data

elektronik. Seperti, jurnal, thesis, bahan dari internet, data yang dipublikasikan

di BEI dari tahun 2010 sampai dengan 2014 dan annual report yang

69

dikeluarkan oleh perusahaan.

D. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

analisis statistik yang perhitungannya dilakukan dengan menggunakan SPSS versi

19. Analisis ini bertujuan untuk menentukan pengaruh antara variabel mekanisme

corporate governance, audit tenure dan ukuran perusahaan.

1. Statistik Deskriptif

Analisa statistik deskriptif memberikan gambaran ringkas dari sekumpulan

data yang didalamnya mencakup nilai tengah (median), nilai rata-rata (mean), nilai

standar deviasi, nilai minimum dan maksimum dari setiap variabel yang digunakan

dalam model penelitian, sehingga pada akhirnya data-data tersebut dapat

disimpulkan secara mudah dan cepat. Hasil analisis tersebut dapat digunakan

untuk mengetahui karakteristik dan kewajaran data observasi yang digunakan

untuk masing-masing variabel tersebut. Oleh karena itu, dengan melakukan analisa

statistik deskriptif ini akan dapat diketahui apabila terdapat outlier dalam data

observasi yang digunakan. Dalam penelitian ini, analisis deksriptif digunakan

untuk mengetahui tingkat integritas laporan keuangan, kepemilikan institusional,

kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen, audit tenure dan

ukuran perusahaan (Ghozali, 2013).

2. Uji Asumsi Klasik

Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data sekunder ini, maka peneliti

melakukan uji normalitas, uji multikolinieritas, uji autokorelasi, dan uji

70

heteroskedastisitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketehui bahwa uji

t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau

asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel

kecil (Ghozali, 2013).

Untuk melakukan uji normalitas dapat dilakukan melalui pengujian

Kolmogorov Smirnov. Pengujian ini lebih sederhana untuk dilakukan

dibandingkan dengan pengujian normalitas dengan menggunakan grafik yang

seringkali menimbulkan perbedaan presepsi. Ghozali (2013) menjelaskan analisa

dari hasil pengujian Kolmogorov Smirnov adalah:

a) Jika signifikansi (Sig) > 0.05 maka data berdistribusi normal.

b) Jika signifikansi (Sig) < 0.05 maka data berdistribusi tidak normal.

b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi

yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika

variabel independen saling berkolerasi, maka variabel-variabel ini tidak

orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel independen yang nilai kolerasi

antar sesama variabel independen sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau

tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi adalah sebagai berikut:

71

a) Nilai R2

yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat

tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel indpenden banyak yang tidak

signifikan mempengaruhi variabel dependen.

b) Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika antar

variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0,90),

maka adanya indikasi multikolinieritas. Tidak adanya korelasi yang tinggi

antar variabel independen tidak berarti bebas dari multikolinieritas.

Multikolinieritas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau

lebih variabel independen.

c) Multikolinieritas dapat juga dilihat dari (1) nilai toleransi dan lawannya (2)

Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap

variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen

lainnya. Sebuah model dinyatakan bebas dari masalah multikolinieritas

apabila nilai VIF kurang dari 10. (Ghozali, 2013)

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linear

ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka ada

dinamakan problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang

berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul

karena residual (kesalahan penggangu) tidak bebas dari satu observasi ke

observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut time (time series)

72

karena gangguan pada seorang individu/kelompok cenderung mempengaruhi

gangguan pada individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya. Uji

autokorelasi pada penelitian ini menggunakan Run Test. Autokorelasi tidak

terjadi apabila probabilitas signifikan lebih besar dari α = 0,05 (Ghozali, 2013).

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap,

maka disebut homoskedastisitas, jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model

regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi

heteroskedastisitas. Ghozali (2013) menyatakan ada beberapa cara untuk

mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas, yaitu:

a) Melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan

residualnya (SRESID). Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat

dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot

antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi,

dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-

studentized.

b) Uji Glejser. Glejser mengusulkan untuk meregres nilai absolut residual

terhadap variabel independen.

3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan model regresi berganda. Metode

73

regresi berganda (multiple regression) dilakukan untuk memprediksi hubungan

antara variabel independen dengan variabel dependen. Adapun rumus regresi

berganda sebagai berikut:

Y = α + βX1 + βX2 + βX3 + βX4 + βX5 + βX6 + e

Dimana:

Y= Integritas Laporan Keuangan

α = Konstanta, harga Y bila X= 0

β= Koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun

penurunan variabel terikat (Y) yang didasarkan pada variabel bebas

(X)

X1= Kepemilikan Institusional

X2= Kepemilikan Manajerial

X3= Komite Audit

X4= Komisaris Independen

X5= Audit Tenure

X6= Ukuran Perusahaan (Firm Size)

e = Error

Pengujian hipotesis ini dilakukan melalui uji koefisien determinan

Adjusted R Square (Adj R2), uji F dan uji t.

a. Uji Adj R2

Koefisien determinasi (Adj R2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai

74

koefisien determinasi adalah nol dan satu. Nilai R2

yang kecil berarti

kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel

dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel

independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2013).

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel

independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara

bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Kriteria pengambilan

keputusan menurut Ghozali (2013) adalah dengan melihat angka

probabilitasnya. Jika nilai signifikansi < 0,05 maka Ha diterima yang

menyatakan semua variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap

variabel dependen. Sebaliknya, jika nilai signifikansi > 0,05 maka Ha ditolak

yang menyatakan semua variabel independen secara simultan tidak

berpengaruh terhadap variabel dependen.

c. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji statistic t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu

variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel

dependen (Ghozali, 2013). Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji adalah

apakah suatu parameter (bi) sama dengan nol, atau:

Ho : bi = 0

Artinya apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas

75

yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (HA)

parameter suatu variabel tidak sama dengan nol, atau:

HA : bi ≠ 0

Artinya variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap

variabel dependen. Cara melakukan uji t adalah sebagai berikut:

a) Quick look : bila jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau

lebih, dan derajat kepercayaan sebesar 5%, maka Ho yang

menyatakan bi= 0 dapat ditolak bila nilai t lebih besar dari 2

(dalam nilai absolut). Dengan kata lain hipotesis alternatif

diterima.

b) Membandingkan nilai statistic t dengan titik kritis menurut tabel.

Apabila nilai statistic t hasil perhitungan lebih tinggi dibandingkan

nilai t tabel, kita menerima hipotesis alternatif.

E. Operasional Variabel Penelitian

Pada bagian ini akan diuraikan defenisi dari masing-masing variabel yang

digunakan berikut dengan operasional dan cara pengukurannya

1. Variabel Dependen

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi

akibat karena adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini

adalah integritas laporan keuangan. Pancawati Hardinigsih (2010)

mendefinisikan Integritas Laporan Keuangan sebagai ukuran sejauh mana

laporan keuangan disajikan dengan jujur tanpa ada yang ditutupi. Integritas

76

laporan keuangan ini diukur dengan menggunakan indeks konservatisme.

Indeks konservatisme digunakan dengan alasan keidentikan konservatisme

yang menyajikan laporan keuangan yang understate yang memiliki resiko lebih

kecil dibanding laporan keuangan yang overstate. Indeks konservatisme sebagai

proksi Integritas laporan keuangan dihitung dengan model Beaver dan Ryan

(2000) yang digunakan juga oleh Fajaryani (2015) menggunakan market to

book ratio, yaitu:

Keterangan:

ILK it = Integritas Laporan Keuangan perusahaan i pada tahun t.

Harga Pasar Saham = Harga saham pada 31 Desember

Nilai Buku Saham = Total ekuitas dibagi dengan jumlah saham beredar

2. Variabel Independen

Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2012).

Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepemilikan

institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen,

audit tenure, dan ukuran perusahaan.

a. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan Institusional merupakan jumlah saham yang

77

dimiliki pihak eksternal. Susiana dan Herawaty (2007) menyatakan

kepemilikan institusional oleh perusahaan lain baik yang berada di

dalam maupun luar negeri serta saham pemerintah dalam maupun luar

negeri. Diukur dengan membagi jumlah saham yang dimiliki oleh

institusi dengan jumlah saham yang beredar.

b. Kepemilikan Manajerial

Penelitian Fajaryani (2015) menyatakan kepemilikan

manajerial merupakan proporsi saham yang dimiliki manajemen yang

secara aktif turut dalam pengambilan keputusan perusahaan, meliputi

dewan direksi dan dewan komisaris. Kepemilikan manajerial diukur

dengan membagi jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen dengan

jumlah saham beredar.

c. Komite Audit

Komite audit adalah sekelompok orang yang dipilih oleh

sekelompok kelompok yang lebih besar untuk mengerjakan pekerjaan

tertentu atau melakukan tugas khusus. Komite audit diukur dengan

menjumlah anggota komite audit pada suatu perusahaan setiap tahunnya

(Saputra, Desmiawati dan Anisma, 2014).

d. Komisaris Independen

Komisaris independen diukur dengan membagi jumlah dewan

komisaris independen dari seluruh jumlah komisaris perusahaan

(Rozania, Anggraini, dan Nindito, 2013)

78

e. Audit Tenure

Audit tenure di ukur dengan variavel dummy yaitu dengan

tenure lama (3 tahun atau lebih) diberi angka 1 dan tenur singkat

(kurang dari 3 tahun) diberi angka 0 (Giri, 2010)

f. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan besar kecilnya suatu

perusahaan yang dapat dilihat dari total aset. Saputra, Desmiawati dan

Anisma (2014) menyatakan ukuran perusahaan dalam penelitian ini

dihitung dengan logaritma natural dari total aset yang dimiliki

perusahaan. Logaritma natural dari total aset perusahaan dapat

menunjukkan bahwa semakin besar ukuran atau aset suatu perusahaan

berarti semakin besar juga angka logaritmanya.

79

Tabel 3.1

Operasional Variabel

Variabel Indikator Skala

Kepemilikan

Institusional (X1)

Rasio

Kepemilikan

Manajerial (X2)

Rasio

Komite Audit (X3) Jumlah anggota komite audit Rasio

Komisaris

Independen (X4)

Rasio

Audit Tenure (X5) Tenur lama (3 tahun atau lebih) diberi angka 1 dan

tenur singkat (kurang dari 3 tahun) diberi angka 0 Nominal

Ukuran Perusahaan

(X6) Logaritma natural dari Total Asset (Ln Assets) Rasio

Integritas laporan

keuangan (Y)

Rasio

80

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan Badan Usaha Milik Negara

(BUMN) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai tahun 2010-2014.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dipilih secara purposive sampling.

Sampel perusahaan yang berhasil diperoleh dalam penelitian ini sebanyak 21

perusahaan. Berdasarkan jumlah tersebut, hanya 15 perusahaan yang memenuhi

kriteria sampel penelitian yang diterapkan. Perolehan data yang digunakan melalui

website www.idx.co.id. Perusahaan telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia

sebelum 31 Desember 2010 dan selama periode penelitian perusahaan tidak keluar

atau delisting dari Bursa Efek Indonesia. Fokus penelitian ini adalah ingin melihat

pengaruh mekanisme corporate governance, audit tenure dan ukuran perusahaan

terhadap integritas laporan keuangan.

Pemilihan perusahaan publik Badan Usaha Milik Negara ini didasarkan pada

pertimbangan karena masih terbatasnya penelitian dengan populasi perusahaan ini.

Perusahaan BUMN tersebar pada berbagai macam jenis usaha dan mayoritas

saham dimiliki oleh pemerintah sehingga laporan yang dikeluarkan harus

mempunyai integritas yang tinggi, selain itu beberapa BUMN berada dalam

industri vital dan strategis sehingga peningkatan kinerja BUMN harus memberikan

implikasi positif terhadap perekonomian Indonesia. Kebanyakan penelitian

81

sebelumnya mengenai integritas laporan keuangan masih terkonsentrasi pada

perusahaan manufaktur.

Proses seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dan

ditampilkan dalam tabel 4.1. Berikut tabel yang ditampilkan:

Tabel 4.1.

Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria

No Kriteria Jumlah

1 Total perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI)

21

2 Perusahaan yang baru listing selama periode penelitian (4)

3 Perusahaan tidak menggunakan mata uang rupiah (2)

Data tersedia 15

Total sampel selama 5 tahun periode penelitian 75

Sumber: Data sekunder yang diolah

Adapun nama perusahaan yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini

selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut:

Tabel 4.2

Daftar Nama Perusahaan

No Kode Perusahaan Nama Perusahaan

1 ADHI Adhi Karya Tbk.

2 ANTM Aneka Tambang Tbk.

3 BBNI Bank Negara Indonesia Tbk.

4 BBRI Bank Rakyat Indonesia Tbk.

5 BBTN Bank Tabungan Negara Tbk.

6 BMRI Bank Mandiri Tbk.

7 INAF Indofarma (Persero) Tbk.

8 JSMR Jasa Marga Tbk.

82

9 KAEF Kimia Farma Tbk.

10 PTBA Perusahaan Tambang Bukit Asam Tbk.

11 PTPP PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk.

12 SMGR Semen Gresik Tbk.

13 TINS Timah (Persero) Tbk.

14 TLKM Telkom Indonesia Tbk.

15 WIKA Wijaya Karya Tbk.

Sumber: www.idx.co.id

B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data

yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,

minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (kemencengan distribusi)

(Ghozali,2013). Mean digunakan untuk mengetahui nilai rata-rata data

yang bersangkutan. Standar deviasi digunakan untuk mengetahui seberapa

besar data yang bersangkutan bervariasi dari rata-rata. Nilai maksimum

digunakan untuk mengetahui nilat terbesar dari data bersangkutan. Nilai

minimum digunakan untuk mengetahui nilai terkecil dari suatu data

bersangkutan.

Variabel pada penelitian ini yaitu variabel dependen dan variabel

independen. Variabel dependen adalah integritas laporan keuangan

sedangkan variabel independen adalah kepemilikan saham institusional,

kepemilikan saham manajerial, jumlah komite audit, proporsi komisaris

83

independen, audit tenure, dan ukuran perusahaan. Hasil pengujian

deskriptif variabel-variabel tersebut dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini.

Tabel 4.3

Hasil Uji Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation

INTS 75 ,51000 ,98976 ,7007864 ,15143713

MANJ 75 ,00000 ,00411 ,0004187 ,00081058

KAUD 75 2,00000 8,00000 4,2666667 1,28750055

KIND 75 ,25000 ,71429 ,4266976 ,10490140

ATEN 75 ,00000 1,00000 ,8000000 ,40269363

SIZE 75 27,32172 34,38217 30,9002828 1,89871935

ILK 75 1,00000 8,00000 2,6533333 1,35060881

Valid N

(listwise)

75

Sumber: Data sekunder yang diolah

Tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa jumlah data (Valid N) yang

digunakan dalam penelitian ini adalah 75 sampel yang berasal dari laporan

keuangan yang dipublikasi oleh perusahaan Badan Usaha Milik Negara

(BUMN) yang telah tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun

2010-2014. Berdasarkan hasil tersebut maka semua data pada sampel

dapat diolah dan tidak terdapat kehilangan data.

Variabel dependen pada penelitian ini adalah integritas laporan

keuangan (ILK). Hasil analisis menggunakan statistik deskriptif terhadap

integritas laporan keuangan (ILK) menunjukkan nilai minimum 1 dan

nilai maksimum sebesar 8 dengan rata-rata 2,653333. Nilai maksimum

84

pada Perusahaan Tambang Bukit Asam (PTBA) pada tahun 2010, ini

mengindikasikan penerapan akuntansi yang konservatif karena perusahaan

mencatat nilai perusahaan lebih rendah dari nilai perusahaan. Nilai

minimum pada Perusahaan ADHI (2011), ANTM (2011-2014), BBTN

(2011-2014), INAF (2010, 2011, 2013), KAEF (2010).

Variabel independen yang pertama pada penelitian ini adalah

kepemilikan saham institusional (INT), perhitungan INT dengan cara

membagi jumlah saham yang dimiliki oleh institusi dengan jumlah saham

yang beredar. Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif

terhadap kepemilikan intstitusional (INT) menunjukkan nilai minimum

sebesar 0,51000 dan nilai maksimum sebesar 0,98976 dan rata-rata

0,7007864. Kepemilikan institusional paling kecil pada PTPP (2010-

2014). Nilai maksimum paling besar pada BMRI (2012).

Variabel independen yang kedua pada penelitian ini adalah

kepemilikan saham manajerial (MAN), perhitungan MAN dengan cara

membagi jumlah saham yang dimiliki oleh manajerial dengan jumlah

saham beredar. Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif

terhadap kepemilikan manajerial (MAN) menunjukkan nilai minimum

sebesar 0 dan nilai maksimum 0,00411 dengan rata-rata 0,0004187. Nilai

minimum pada kepemilikan manajerial pada BBRI (2010-2014), BBTN

(2010), BMRI (2010), INAF (2011-2014), PTPP (2010-2014), SMGR

(2010-2013), sedangkan nilai maksimum pada WIKA (2012).

85

Variabel indepeden yang ketiga pada penelitian ini adalah jumlah

komite audit (KAUD), perhitungan KAUD dengan cara menjumlah

komite audit pada perusahaan. Hasil analisis menggunakan statistik

deskriptif terhadap komite audit (KAUD) menunjukkan nilai minimum

sebesar 2 dan nilai maksimum sebesar 8 sedangkan nilai rata-rata

4,2666667. Nilai minimum pada komite audit pada ADHI (2014),

sedangkan nilai maksimum pada BBRI (2012-2013).

Variabel independen yang keempat pada penelitian ini adalah

komisaris independen (KIND), perhitungan KIND dengan membagi

jumlah komisaris indepeden dengan jumlah komisaris pada suatu

perusahaan. Hasil analisis menggunakan statistik deskriptif terhadap

komisaris independen (KIND) menunjukkan hasil nilai minimum sebesar

0,25000 dan nilai maksimum sebesar 0,71429 sedangkan nilai rata-rata

0,4266976. Nilai minimum pada komisaris independen pada INAF (2010),

PTPP (2011), SMGR (2010), TLKM (2010), sedangkan nilai maksimum

pada BBRI (2014).

Variabel independen yang kelima pada penelitian ini adalah audit

tenure (ATEN), pengukuran ATEN dengan variabel dummy. Pengukuran

dengan memberi angka 1 pada panjang masa perikatan audit sama atau

lebih dari 3 tahun dan angka 0 pada panjang masa perikatan audit singkat

yaitu kurang dari 3 tahun. Hasil analisis menggunakan statistic deskriptif

terhadap audt tenure (ATEN) menunjukkan hasil nilai minimum 0 dan

86

nilai maksimum sebesar 1 dengan nilai rata-rata 0,8000000. Untuk

variabel audit tenure menggunakan variabel dummy, oleh karena itu hasil

penelitian hanya muncul angka 0 dan 1.

Variabel independen yang keenam pada penelitian ini adalah ukuran

perusahaan (SIZE), pengukuran SIZE dengan Log total asset. Hasil

analisis menggunakan statistik deskriptif terhadap ukuran perusahaan

(SIZE) menunjukkan nilai minimum sebesar 27,32172 dan nilai

maksimum sebesar 34,38217 sedangkan nilai rata-rata 30,9002828. Nilai

minimum pada perusahaan INAF (2010) dengan total aset Rp.

733.957.862.392, sedangkan nilai maksimum pada perusahaan BMRI

(2014) dengan total aset Rp. 855.039.673.000.000.

2. Hasil Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik bertujuan untuk memastikan bahwa hasil dapat

digunakan. Uji asumsi klasik yang dilakukan pada peneltian ini adalah uji

normalitas, multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi.

a. Hasil Uji Normalitas

Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan pengujian

Kolmogorv-Smirnov. Pemilihan pengujian ini didasarkan pada

pengujian normalitas menggunakan grafik seringkali menimbulkan

perbedaan presepsi dan pengujian menggunakan Kolmogorv-Smirnov

lebih sederhana karena menggunakan data statistik.

87

Tabel 4.4

Hasil Uji Normalitas : Kolmogorov-Smirnov (K-S)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 75

Normal Parametersa,b

Mean ,0000000

Std. Deviation 1,18330918

Most Extreme Differences Absolute ,132

Positive ,132

Negative -,081

Kolmogorov-Smirnov Z 1,143

Asymp. Sig. (2-tailed) ,146

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Sumber: Data sekunder yang diolah

Tabel 4.4 di atas menunjukan nilai Kolmogorv-Smirnov adalah

1,143 dengan probabilitas signifikansi 0.146 jauh diatas α = 0,05 hal

ini berarti hipotesis nol diterima dengan arti bahwa data residual

terdistribusi normal dan data penelitian telah memenuhi asumsi

normalitas.

b. Hasil Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas penelitian ini dilihat dari nilai tolerance

(T) dan variance inflation factor (VIF). Tabel 4.5 merupakan tabel

hasil uji multikolonieritas, dari nilai tolerance menunjukan tidak ada

variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10.

88

Nilai variance inflation factor (VIF) menunjukan bahwa tidak ada satu

variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10,0. Jadi

dapat disimpulkan bahwa tidak ditemukan adanya korelasi yang

signifikan antar variabel independen.

Tabel 4.5

Hasil Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Model

Collinearity

Statistics

Toleran

ce VIF

1 INT ,776 1,289

MAN ,895 1,118

KAUD ,691 1,447

KIND ,517 1,934

ATEN ,904 1,106

SIZE ,528 1,896

a. Dependent Variable: ILK

Sumber: Data sekunder yang diolah

c. Hasil Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan lainnya. Uji heteroskedastisitas dalam

penelitian ini menggunakan grafik scatterplot dan uji glejser. Hasil

menggunakan grafik scatterplot dengan melihat nilai prediksi variabel

dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID.

89

Gambar 4.1

Hasil Uji Heteroskedastisitas: Grafik Scatterplot

Sumber: Data sekunder yang diolah

Dari gambar 4.1 menunjukan plots atau titik-titik menyebar

secara acak baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y,

sehingga model regresi ini layak dipakai untuk memprediksi integritas

laporan keuangan (ILK) berdasarkan variabel-variabel yang

mempengaruhinya yaitu kepemilikan institusional (INT), kepemilikan

manajerial (MAN), komite audit (KAUD), komisaris independen

(KIND), audit tenure (ATEN), dan ukuran perusahaan (SIZE).

Selain menggunakan uji grafik scatterplot peneliti

menggunakan uji glejser. Berikut ini hasil uji glejser:

90

Tabel 4.6

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Menggunakan Uji Glejser

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 1,669 1,928 ,866 ,390

INT -,699 ,740 -,126 -,945 ,348

MAN -14,967 128,726 -,014 -,116 ,908

KAUD -,067 ,092 -,102 -,725 ,471

KIND -,722 1,308 -,090 -,552 ,583

ATEN ,293 ,258 ,140 1,138 ,259

SIZE ,000 ,072 ,001 ,005 ,996

a. Dependent Variable: ABSUT

Sumber: Data sekunder yang diolah

Berdasarkan tabel 4.6 di atas, semua variabel independen

memiliki angka sigifikansi ditas 0,05. Jadi, dapat disimpulkan data

penelitian tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.

d. Hasil Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah model

regresi ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan

kesalahan penggangu pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk

mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dalam penelitian ini

menggunakan uji Run Test. Hasil uji autokorelasi dapat dilihat dalam

tabel berikut ini:

91

Tabel 4.7

Hasil Uji Autokorelasi: Run Test

Runs Test

Unstandardi

zed Residual

Test Valuea -,15927

Cases < Test Value 37

Cases >= Test Value 38

Total Cases 75

Number of Runs 33

Z -1,278

Asymp. Sig. (2-

tailed)

,201

a. Median

Sumber : Data sekunder yang diolah

Tabel 4.7 di atas menunjukan Nilai Asymp. Sig. (2-tailed) atau Run

Test sebesar 0,201 lebih besar daripada 0,05. Hal ini berarti data yang

dipergunakan random sehingga tidak terdapat masalah autokorelasi.

C. Pengujian Hipotesis

a. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai

koefisien determinasi adalah 0 dan 1, jika nilainya kecil berarti

kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel

dependen sangat terbatas, namun jika nilai mendekati 1 berarti variabel

independen menjelaskan hampir seluruh informasi yang dibutuhkan untuk

92

memprediksi variasi variabel dependen. Berikut adalah tabel hasil uji

koefisien determinasi:

Tabel 4.8

Uji Koefisien Determinasi (R2)

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

1 ,482a ,232 ,165 1,23441058

a. Predictors: (Constant), SIZE, ATEN, INT, MAN,

KAUD, KIND

b. Dependent Variable: ILK

Sumber: Data sekunder yang diolah

Pada tabel 4.8 menunjukan bahwa nilai koefisien Adjusted R Square

sebesar 0,165 hal ini berarti hanya 16,5% variabel integritas laporan

keuangan dapat dijelaskan oleh variabel kepemilikan institusional,

kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen, audit tenure,

dan ukuran perusahaan sedangkan sisanya sebesar 83,5% dijelaskan oleh

faktor-faktor lain yang tidak termasuk dalam analisis regresi ini, seperti

independensi auditor, kualitas audit, leverage, dan spesialisasi indutri

auditor.

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Uji statistic F digunakan untuk menunjukan apakah semua variabel

independen yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara

93

bersama-sama atau simultan terhadap variabel dependen yang diuji pada

tingkat probabilitas signifikansi 0,05. Berikut adalah hasil uji statistic F:

Tabel 4.9

Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statisitik F)

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

1 Regression 31,370 6 5,228 3,431 ,005a

Residual 103,616 68 1,524

Total 134,987 74

a. Predictors: (Constant), SIZE, ATEN, INT, MAN, KAUD, KIND

b. Dependent Variable: ILK

Sumber: Data sekunder yang diolah

Tabel 4.9 di atas menunjukan bahwa nilai F sebesar 3,431 dengan

tingkat probabilitas signifikansi yaitu sebesar 3,431 dengan nilai

signifikansi sebesar 0,005 dan lebih kecil daripada tingkat signifikansi

yang digunakan pada penelitian ini yaitu 0,05 (5%), maka dapat

disimpulkan bahwa kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial,

komite audit, komisaris independen, audit tenure, dan ukuran perusahaan

secara bersama-sama berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.

c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji statitik t dilakukan untuk menunjukan seberapa jauh variabel

independen secara individual mempengaruhi variabel dependen, dengan

tingkat probabilitas signifikan yang digunakan pada penelitian ini adalah

94

0,05. Tabel 4.9 merupakan hasil pengujian uji signifikansi parameter

individual (uji statistik t).

Tabel 4.10

Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -2,604 2,804 -,929 ,356

INT -,742 1,076 -,083 -,690 ,493

MAN -466,594 187,156 -,280 -2,493 ,015

KAUD -,320 ,134 -,305 -2,388 ,020

KIND -3,836 1,902 -,298 -2,016 ,048

ATEN ,760 ,375 ,227 2,027 ,047

SIZE ,271 ,104 ,381 2,602 ,011

a. Dependent Variable: ILK

Sumber: Data sekunder yang diolah

Hasil uji dari tabel 4.10 di atas dideskripsikan sebagai berikut:

1) Pengaruh Kepemilikan Institusional (INT) terhadap Integritas

Laporan Keuangan

Hasil pengujian untuk variabel kepemilikan institusional

memiliki nilai t hitung -0,690 dengan tingkat probabilitas

signifikansi 0,493 lebih besar daripada 0,05. Nilai koefisien beta

yang dihasilkan -0,742. Hal ini menunjukan bahwa hipotesis H1

ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa kepemilikan

95

institusional tidak berpengaruh terhadap integritas laporan

keuangan.

2) Pengaruh Kepemilikan Manajerial (MAN) terhadap Integritas

Laporan Keuangan

Hasil pengujian untuk variabel kepemilikan manajerial nilai t

hitung sebesar -2,493 dengan tingkat probabilitas signifikansi

0,015 lebih kecil daripada 0,05. Nilai koefisien beta yang

dihasilkan -466,594. Hal ini menunjukan bahwa hipotesis H2

diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa kepemilikan

manajerial berpengaruh negatif terhadap integritas laporan

keuangan.

Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian

Hardiningsih (2010) yang menyebutkan bahwa kepemilikan

manajerial berpengaruh negatif terhadap integritas laporan

keuangan. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian

Mayangsari (2003) yang menunjukan bahwa terdapat pengaruh

negatif kepemilikan saham oleh manajemen terhadap integritas

laporan keuangan. Hal ini dapat dijelaskan dari teori agensi yang

menggunakan tiga asumsi sifat manusia (Eisenhardt, 1989 dalam

Hardinigsih, 2010), yaitu manusia pada umumnya lebih

mementingkan dirinya sendiri, manusia memiliki daya pikir

terbatas mengenai persepsi masa akan datang, dan manusia selalu

96

menghindari resiko. Manajer perusahan yang lebih banyak

mengetahui perusahaan sehingga manajer berkewajiban untuk

memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik

berupa pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan

keuangan. Berdasarkan hasil tersebut menunjukan bahwa semakin

besar kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajemen ada

kecenderungan akan semakin rendah integritas laporan

keuangannya.

Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian

Nicolin dan Sabeni (2013) yang menunjukan bahwa kepemilikan

manajerial tidak mempunyai pengaruh terhadap integritas laporan

keuangan. Dengan hasil koefisien regresi yang negatif menunjukan

bahwa manajemen kurang melakukan fungsinya dengan baik. Hal

ini dapat terjadi akibat sifat menajer yang mengutamakan

kepentingan pribadi serta kesempatan yang diberikan kepadanya

dalam mengelola perusahaan. Penelitian Fajaryani (2015)

menunjukan bahwa kepemilikan manajerial juga tidak berpengaruh

terhadap integritas laporan keuangan, hal ini disebabkan karena

kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajemen terlalu kecil

sehingga tidak cukup berpengaruh dalam pengambilan keputusan.

3) Pengaruh Komite Audit (KAUD) terhadap Integritas Laporan

Keuangan

97

Hasil pengujian untuk variabel komite audit memiliki t hitung

sebesar -2,388 dengan tingkat probabilitas signifikansi 0,020 lebih

kecil daripada 0,05. Nilai koefisien beta -0,320. Hal ini

menunjukan bahwa hipotesis H3 diterima sehingga dapat

disimpulkan bahwa komite audit berpengaruh negatif terhadap

integritas laporan keuangan.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya

yaitu penelitian Rozania, Anggraini, dan Nindito (2013) yang

menunjukan bahwa komite audit berpengaruh terhadap integritas

laporan keuangan. Arah koefisien yang negatif menunjukan bahwa

keberadaan komite audit hanya sebatas pemenuhan regulasi, tetapi

tidak disertai dengan kinerja yang efektif. Selain itu, ada

kecenderungan komite audit belum mampu menunjukan

kedudukannya yang berdiri sendiri, ini menandakan masih

besarnya pengaruh kekuasaan eksekutif daripada komite auditnya.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Mayangsari

(2003) yang juga menyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif

signifikan terhadap integritas laporan keuagan. Hal ini menunjukan

masih kurang efektifnya keberadaan komite audit untuk

meningkatkan integritas laporan keuangan.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Nicolin dan

Sabeni (2013) yang menunjukan bahwa komite audit berpengaruh

98

signifikan terhadap integritas laporan keuangan dengan arah

pengaruh positif. Penelitian ini menunjukan bahwa semakin

banyak anggota komite audit akan meningkatkan integritas laporan

keuangan. Sejalan dengan fungsi komite audit yaitu untuk

mengawasi kebijakan manajemen serta menilai informasi yang

disajikan telah berjalan dengan baik. Hasil penelitian menunjukan

komite audit berpengaruh negatif terhadap integritas laporan

keuangan, arah koefisien yang negatif mengindikasikan bahwa

komite audit belum bekerja secara maksimal, adanya pengaruh dari

eksekutif menyebabkan komite audit kurang memaksimalkan

perannya di perusahaan.

4) Pengaruh Komisaris Independen (KIND) terhadap Integritas

Laporan Keuangan

Hasil pengujian untuk variabel komisaris independen memiliki

t hitung sebesar -2,016 dengan tingkat probabilitas signifikansi

0,048 lebih kecil daripada 0,05. Nilai koefisien beta -3,836. Hal ini

menunjukan bahwa H4 diterima sehingga dapat disimpulkan

bahwa komisaris independen berpengaruh negatif terhadap

integritas laporan keuangan.

Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Rozania,

Anggraini, dan Nindito (2013) bahwa komisaris independen

berpengaruh signifikan dengan koefisien negatif. Hasil pengujian

99

ini juga sejalan dengan hasil penelitian dari Mayangsari (2003) dan

Linata dan Sugiarto (2012) yang menyatakan bahwa komisaris

independen berpengaruh negatif signifikan terhadap integritas

laporan keuangan. Hal ini disebabkan masih cukup banyaknya

perusahaan yang belum membentuk komisaris independen atau

jumlah komisaris independen dalam perusahaan kurang dari 25%,

sehingga menyebabkan kurang efektifnya dalam menjalankan

pengawasan terhadap proses penyusunan laporan keuangan. Hasil

penelitian menunjukan bahwa komisaris independen berpengaruh

negatif terhadap integritas laporan keuangan, hal ini

mengindikasikan komisaris independen yang kurang

memaksimalkan perannnya dan juga banyak perusahaan yang

kurang memperhatikan komposisi dewan komisaris, selain itu

pengetahuan dan latar belakang komisaris independen harus sesuai

dengan bisnis perusahaan.

5) Pengaruh Audit Tenure (ATEN) terhadap Integritas Laporan

Keuangan

Hasil pengujian untuk variabel audit tenure memiliki t hitung

sebesar 2,027 dengan tingkat probabilitas signifikansi 0,047 lebih

kecil daripada 0,05. Nilai koefisien beta 0,760. Hal ini menunjukan

bahwa H5 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa audit

tenure berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan.

100

Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Giri

(2010) yang menunjukan bahwa tenur KAP yang lama akan

menaikan kualitas audit. Beberapa alasan yang mendasari hasil ini

adalah tenur KAP yang panjang akan menciptakan pengetahuan

yang cukup bagi auditor/KAP untuk melaksanakan tugas audit

secara profesional, tenur auditor yang panjang justru akan

menghasilkan kos yang lebih rendah dan pengetahuan yang cukup

dimiliki oleh auditor/KAP akan membuat auditor semakin teliti.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Nicolin dan

Sabeni (2013) yang menunjukan bahwa audit tenure tidak

memiliki pengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Masa

perikatan yang singkat maupun lama antara KAP dan perusahaan

tidak mempengaruhi pelaksanaan audit yang dilakukan terhadap

klien dan juga tidak mempengaruhi integritas laporan keuangan.

Hasil penelitian ini audit tenure berpengaruh positif terhadap

integritas laporan keuangan, koefisien yang positif menunjukan

bahwa semakin panjang masa perikatan audit maka akan

menambah integritas laporan keuangan, hal ini karena auditor telah

paham mengenai perusahaannya sehingga auditor dapat bekerja

lebih efektif dan efisien.

6) Pengaruh Ukuran Perusahaan (SIZE) terhadap Integritas Laporan

Keuangan

101

Hasil pengujian untuk variabel ukuran perusahaan memiliki t

hitung sebesar 2,602 dengan tingkat probabilitas signifikansi 0,011

lebih kecil daripada 0,05. Nilai koefisien beta 0,624. Hal ini

menunjukan bahwa H6 diterima sehingga dapat disimpulkan

bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap integritas

laporan keuangan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Fajaryani (2015)

yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif

signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Ukuran

perusahaan dianggap memiliki peranan penting dalam penyajian

laporan keuangan. Perusahaan besar akan menghadapi tuntutan

yang lebih besar dari para pemegang saham untuk menyajikan

laporan keuangan yang berintegritas tinggi. Banyaknya sorotan

baik leh pasar maupun publik terhadap perusahaan besar akan

mendorong perusahaan besar untuk mengungkapkan informasi

secara jujur dan apa adanya. Penelitian Saputra, Desmiawati, dan

Anisma (2014) menunjukan hasil yang sama bahwa ukuran

perusahaan berpengaruh positif secara signifikan terhadap

integritas laporan keuangan. Hal ini menunjukan bahwa semakin

meningkat ukuran perusahaan maka akan semakin meningkat

integritas laporan keuangannya, sebaliknya apabila ukuran

perusahaan menurun maka integritas laporan keuangan perusahaan

102

tersebut juga akan mengalami penurunan. Hasil penelitian

menunjukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif

terhadap integritas laporan keuangan, hal ini sesuai

mengindikasikan bahwa semakin besar perusahaan maka akan

semakin memperhatikan laporan keuangannya, karena perusahaan

besar mempunyai banyak pemangku kepentingan. Oleh karena itu,

laporan keuangan yang dihasilkan harus mempunyai integritas

yang tinggi.

118

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian ini meneliti tentang mekanisme corporate governance, audit tenure

dan ukuran perusahaan yang mempengaruhi integritas laporan keuangan. Analisis

dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berganda dengan program

Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 19. Data sampel perusahaan

sebanyak 75 pengamatan perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI selama periode

2010-2014. Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang telah dilakukan

terhadap permasalahan dengan melakukan analisa regresi berganda, diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. Kepemilikan Institusional tidak berpengaruh terhadap integritas laporan

keuangan. Konsisten dengan hasil penelitian Susiana dan Herawaty (2007) dan

Nicolin dan Sabeni (2013). Hasil penelitian tidak konsisten dengan hasil

penelitian Fajaryani (2015).

2. Kepemilikan Manajerial berpengaruh negatif terhadap integritas laporan

keuangan. Konsisten dengan hasil penelitian Hardinigsih (2010) dan

Mayangsari (2003). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Nicolin

dan Sabeni (2013) dan Fajaryani (2015)

3. Komite Audit berpengaruh negatif terhadap integritas laporan keuangan.

Konsisten dengan hasil penelitian Rozania, Anggraini, dan Nindito (2013) dan

104

Mayangsari (2003). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian

Nicolin dan Sabeni (2013)

4. Komisaris Independen berpengaruh negatif terhadap integritas laporan

keuangan. Konsisten dengan hasil penelitian Rozania, Anggraini, dan Nindito

(2013), Mayangsari (2003) dan Linata dan Sugiarto (2012).

5. Audit Tenure berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan.

Konsisten dengan hasil penelitian Giri (2010). Hasil penelitian tidak sejalan

dengan hasil penelitian Nicolin dan Sabeni (2013)

6. Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan.

Konsisten dengan hasil penelitian Fajaryani (2015) dan Penelitian Saputra,

Desmiawati, dan Anisma (2014)

7. Kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris

independen, audit tenure, ukuran perusahaan secara bersama-sama (simultan)

berpengaruh terhahdap integrtas laporan keuangan.

B. Saran

Peneliti dimasa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil penelitian yang

lebih baik dengan adanya beberapa masukan diantaranya:

1. Menambah tahun pengamatan penelitian atau dapat menggunakan seluruh

perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai objek

penelitian sehingga mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik lagi.

2. Untuk peneliti selanjutnya, indicator penelitian dapat diganti dengan proxy

lain ataupun ditambah dengan variabel lain seperti ukuran dewan direksi,

105

ukuran dewan komisaris, spesialisasi auditor, kualitas audit, independensi

auditor dan lain sebagainya.

3. Untuk peneliti selanjutnya agar mempertimbangkan model berbeda dalam

pengukuran integritas laporan keuangan sehingga dapat dilihat hasil yang

berbeda. Seperti pengukuran menggunakan Discretionary Accrual, model

Zhang (2007), model Givoly dan Hayn (2000), dan Earning/Stock Return

Relation.

118

DAFTAR PUSTAKA

Adibowo, S. “Pengaruh Audit Firm Tenure, Audit Firm Size dan Industry

Spesialization terhadap Earning Quality”, Skripsi, Jurusan Akuntansi

Universitas Dipenogoro, Semarang, 2009.

Agrianti. “Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan, Kualitas Auditor,

Pergantian Auditor, dan Independensi Auditor terhadap Integritas Laporan

Keuangan”, Vol.12 No.2, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Lampung, 2009.

Alijoyo, Antonius dan Subarto Zaini. “Komisaris Independen; Penggerak Praktik

GCG di Perusahaan”, PT Indeks kelompok Gramedia, Jakarta, 2004.

Antaranews. “Komisaris Bongkar Dugaan Manipulasi Laporan Keuangan PT Kereta

Api”,http://www.antaranews.com/berita/38743/komisaris-bongkar-dugaan-

manipulasi-laporan-keuangan-pt-kereta-api. Diakses pada 20 Desember 2015

pukul 16.00 WIB.

Arifin. “Peran Akuntan dalam Menegakkan Prinsip Good Corporate Governance

pada Perusahaan di Indonesia”, Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas

Dipenogoro, Semarang, 2005.

Astria, Tia. “Analisis Pengaruh Audit Tenure, Struktur Corporate Governance, dan

Ukuran KAP terhadap Integritas Laporan Keuangan”, Skripsi, Universitas

Diponegoro, Semarang, 2011.

Brilianti, Dinny Prastiwi. “Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan

Institusional, Leverage, dan Komite Audit terhadap Konservatisme

Akuntansi”, Skripsi, Universitas Negeri Semarang, 2013.

Citra, Nesia Elva. “Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance dan Kualitas

Audit terhadap Integritas Laporan Keuangan”, Jurnal Fakultas Ekonomi,

Padang, 2013.

Detik, “Bursa India Diguncang Skandal Keuangan Satyam”,

http://finance.detik.com/read/2009/01/07/150554/1064537/6/bursa-india-

diguncang-skandal-keuangan-satyam. Diakses pada 20 Desember 2015

pukul 16.00 WIB.

Effendi, Muhammad Arief, “The Power Of Good Corporate Governance; Teori dan

Implementasi”, Salemba Empat, Jakarta, 2009.

Fajaryani, Atik. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Integritas Laporan

Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di

107

BEI Periode 2008-2013)”, Vol. IV No. 1, Jurnal Nominal, Yogyakarta, 2015.

Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21”,

Cetakan VII, Badan Penerbit Universitas Dipenogoro, Semarang, 2013.

Giri, Efraim Ferdinan. “Pengaruh Tenur Kantor Akuntan Publik (KAP) dan Reputasi

KAP terhadap Kualitas Audit: Kasus Rotasi Wajib Auditor di Indonesia”,

Simposium Nasional Akuntansi XIII, Purwokerto, 2010.

Hamid, Abdul, “Pedoman Penulisan Skripsi”, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN

Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2012.

Haniati, Sri dan Fitriany, “Pengaruh Konservatisme terhadap Asimetri Informasi

dengan Menggunakan Beberapa Model Pengukuran Konservatisme”,

Simposium Nasional Akuntansi XIII, Purwokerto, 2010.

Hardiningsih, Pancawati. “Pengaruh Independensi, Corporate Governance, dan

Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan”, Kajian

Akuntansi, Februari 2010.

Haryani, et al. “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kinerja:

Transparansi sebagai Variabel Intervening”, Simposium Nasional Akuntansi

XIV, Aceh, 2011.

Hery, “Setiap Auditor Harus Baca Buku Ini”, PT Gramedia Widiasarana Indonesia,

Jakarta, 2013

IAI, “Standar Akuntansi Keuangan”, IAI, Jakarta, 2012.

Jama’an, “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, dan Kualitas Kantor

Akuntan Publik Terhadap Integritas Informasi Laporan Keuangan (Studi

Kasus Perusahaan Publik di BEJ) ”, Tesis Universitas Diponegoro,

Semarang, 2008.

Jao, Robert dan Gagaring Pagalung, “Corporate Governance, Ukuran Perusahaan,

dan Leverage terhadap Manajemen Laba Perusahaan Manufaktur

Indonesia”, Vol. 8, No.1, Jurnal Akuntansi dan Auditing, Universitas

Hasanuddin, Makassar, 2011.

Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor:

KEP-643/BL/2012 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Komite

Audit.

108

Keputusan Menteri Keuangan Nomor. 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan

Publik.

Keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor. PER–01/MBU/2011

tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik pada Badan Usaha

Milik Negara.

_______, Nomor. PER-05/MBU/2006 tentang Komite Audit bagi BUMN.

Kharisma, Bayu, “Good Governance sebagai Suatu Konsep dan Mengapa Penting

dalam Sektor Publik dan Swasta: Suatu Pendekatan Ekonomi Kelembagaan”,

Vol. 19 No.1, Jurnal Buletin Studi Ekonomi, 2014.

Kieso, E, Weygandt J Jerry dan Warfield Terry D, “Akuntansi Intermediate”,

Erlangga, 2008.

Komite Nasional Good Corporate Governance (KNKG), “Pedoman Umum Good

Corporate Governance Indonesia”, 2006.

Kompasiana, “Kasus Kimia Farma (Etika Bisnis)”,

http://www.kompasiana.com/www.bobotoh_pas20.com/kasus-kimia-farma-

etika-bisnis_5535b4d46ea8349b26da42eb. Diakses pada 20 Desember 2015

pukul 16.00 WIB.

Mayangsari, Sekar, “Analisis Pengaruh Independensi, Kualitas Audit, serta

Mekanisme Corporate Governance terhadap Integritas Laporan Keuangan”,

Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya, 2003.

Mutia, Evi, Zuraida, Devi Andriani, “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas,

dan Ukuran Dewan Komisaris terhadap Pengungkapan CSR pada

perusahaan Manufaktur di BEI”, Vol.4 No.2, Jurnal Telaah dan Riset

Akuntansi, Aceh, 2011

Nasution, M dan Doddy Setiawan, “Pengaruh Corporate Governance terhadap

Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia”, Simposium Nasional

Akuntansi X, Makassar, 2007.

Nicolin, Octavia dan Arifin Sabeni, “Pengaruh Struktur Corporate Governance,

Audit Tenure, dan Spesialisasi Industri Auditor Terhadap Integritas Laporan

Keuangan”, Vol.2 No.3, Dipenogoro Journal of Accounting, Semarang, 2013.

Ningsaptiti, Restie, “Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Mekanisme

Corporate Governance terhadap Manajemen Laba”, Skripsi, Fakultas

Ekonomi Universitas Dipenogoro, 2010.

109

Oktadella, Dewanti, “Analisis Corporate Governance terhadap Integritas Laporan

Keuangan”, Skripsi, Universitas Dipenogoro, Semarang, 2011.

Okpala, Kenneth Enoch, “Audit Committee and Integrity of Financial Statements: A

Preventive Mechanism for Corporate Failure”, Vol. II, Australian Journal of

Business and Management Research, Australia, 2012.

Pramana, Arif Duta, “Pengaruh Tingkat Keuangan dan Tingkat Hutang terhadap

Konservatisme dan Leverage terhadap Konservatisme Akuntansi”, Skripsi,

Universitas Sebelas Maret, 2010.

Rahmina, Listya Y dan Sukrisno Agoes, “Influence of Auditor Independence, Audit

Tenure, and Audit Fee on Audit Quality of Members of Capital Market

Accountant Forum in Indonesia”, Procedia Social and Behavioral Sciences,

Malaysia, 2014.

Rozania, Ratna Anggraini, Marsellisa Nindito, “Pengaruh Mekanisme Corporate

Governance, Pergantian Auditor, dan Spesialisasi Industri Auditor terhadap

Integritas Laporan Keuangan”, Simposium Nasional Akuntansi XVI,

Manado, 2013.

Sari, Septiana Sari dan Nur Fadjrih Asyik, “Pengaruh Leverage dan Mekanisme

Good Corporate Governance terhadap Manajemen Laba”, Vol. 2 No.6,

Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi, Surabaya, 2013.

Saputra, Wahyudi, Desmiawati, Yunaeita Anisma, “Pengaruh Mekanisme Good

Corporate Governance, dan Ukuran Perusahaan terhadap Integritas Laporan

Keuangan”, Vol. 1 No.2, JOM FEKON, Pekanbaru, 2014.

Seswanto, Herbowo, “Pengaruh Konservatisme terhadap Kualitas Laba dengan

Pendekatan Accounting Based dan Market Based”, Skripsi Jurusan Akuntansi

Universitas Indonesia, Depok, 2012.

Susiana, Arleen Herawaty, “Analisis Pengaruh Independensi, Mekanisme Corporate

Governance, dan Kualitas Audit terhadap Integritas Laporan Keuangan”,

Simposium Nasional Akuntansi X, Makassar, 2007.

Taures, S, “Analisis Hubungan antara Karakteristik Perusahaan dengan

Pengungkapan Risiko”, Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Dipenogoro,

2011.

110

Tempo, “Tiga Direksi Waskita Dinonaktifkan”,

https://bisnis.tempo.co/read/news/2009/08/28/090194968/tiga-direksi-

waskita-dinonaktifkan. Diakses pada 20 Desember 2015 pukul 16.00 WIB.

Undang-Undang Republik Indonesia No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Widya, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pilihan Perusahaan terhadap

Akuntansi Konservatif”, Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo, 2005.

Wulandari, Yani dan I Ketut Budiartha, “Pengaruh Struktur Kepemilikan, Komite

Audit, Komisaris Independen, dan Dewan Direksi terhadap Integritas

Laporan Keuangan”, Jurnal Akuntansi Udayana, Bali, 2014.

www.idx.co.id

118

LAMPIRAN

112

Lampiran 1: Populasi Penelitian Perusahaan Badan Usaha Milik Negara

(BUMN)

No Kode Emiten

1 ADHI Adhi Karya Tbk.

2 ANTM Aneka Tambang Tbk.

3 BBNI Bank Negara Indonesia Tbk.

4 BBRI Bank Rakyat Indonesia Tbk.

5 BBTN Bank Tabungan Negara Tbk.

6 BMRI Bank Mandiri Tbk.

7

GIAA Garuda Indonesia (Persero) Tbk.

8

INAF Indofarma (Persero) Tbk.

9 JMSR Jasa Marga Tbk.

10 KAEF Kimia Farma Tbk.

11 KRAS Krakatau Steel Tbk.

12 PGAS Perusahaan Gas Negara Tbk.

13 PTBA Perusahaan Tambang Bukit Asam Tbk.

14 PTPP PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk.

15 SMBR Semen Baturaja Tbk.

16 SMGR Semen Gresik Tbk.

17 TINS Timah (Persero) Tbk.

18 TLKM Telkom Indonesia Tbk.

19 WIKA Wijaya Karya Tbk.

20

WSKT Waskita Karya Tbk.

113

21 WTON Wijaya Karya Beton Tbk.

Lampiran 2: Sampel Penelitian Perusahaan Badan Usaha Milik Negara

(BUMN)

No Kode Emiten

1 ADHI Adhi Karya Tbk.

2 ANTM Aneka Tambang Tbk.

3 BBNI Bank Negara Indonesia Tbk.

4 BBRI Bank Rakyat Indonesia Tbk.

5 BBTN Bank Tabungan Negara Tbk.

6 BMRI Bank Mandiri Tbk.

7

INAF Indofarma (Persero) Tbk.

8 JMSR Jasa Marga Tbk.

9 KAEF Kimia Farma Tbk.

10 PTBA Perusahaan Tambang Bukit Asam Tbk.

11 PTPP PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk.

12 SMGR Semen Gresik Tbk.

13 TINS Timah (Persero) Tbk.

14 TLKM Telkom Indonesia Tbk.

15 WIKA Wijaya Karya Tbk.

114

Lampiran 3: Hasil Output SPSS Regresi Linear Berganda

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

INTS 75 ,51000 ,98976 ,7007864 ,15143713

MANJ 75 ,00000 ,00411 ,0004187 ,00081058

KAUD 75 2,00000 8,00000 4,2666667 1,28750055

KIND 75 ,25000 ,71429 ,4266976 ,10490140

ATEN 75 ,00000 1,00000 ,8000000 ,40269363

SIZE 75 27,32172 34,38217 30,9002828 1,89871935

ILK 75 1,00000 8,00000 2,6533333 1,35060881

Valid N

(listwise)

75

Variables Entered/Removedb

Model

Variables

Entered

Variables

Removed Method

1 SIZE, ATEN,

INTS, MANJ,

KAUD, KIND

. Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: ILK

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

1 ,482a ,232 ,165 1,23441058

a. Predictors: (Constant), SIZE, ATEN, INT, MAN, KAUD,

KIND

b. Dependent Variable: ILK

115

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 31,370 6 5,228 3,431 ,005a

Residual 103,616 68 1,524

Total 134,987 74

a. Predictors: (Constant), SIZE, ATEN, INTS, MANJ, KAUD, KIND

b. Dependent Variable: ILK

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity

Statistics

B Std. Error Beta

Toleranc

e VIF

1 (Constant) -2,604 2,804 -,929 ,356

INTS -,742 1,076 -,083 -,690 ,493 ,776 1,289

MANJ -466,594 187,156 -,280 -2,493 ,015 ,895 1,118

KAUD -,320 ,134 -,305 -2,388 ,020 ,691 1,447

KIND -3,836 1,902 -,298 -2,016 ,048 ,517 1,934

ATEN ,760 ,375 ,227 2,027 ,047 ,904 1,106

SIZE ,271 ,104 ,381 2,602 ,011 ,528 1,896

a. Dependent Variable: ILK

116

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 1,669 1,928 ,866 ,390

INTS -,699 ,740 -,126 -,945 ,348

MANJ -14,967 128,726 -,014 -,116 ,908

KAUD -,067 ,092 -,102 -,725 ,471

KIND -,722 1,308 -,090 -,552 ,583

ATEN ,293 ,258 ,140 1,138 ,259

SIZE ,000 ,072 ,001 ,005 ,996

a. Dependent Variable: ABSUT

117

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardize

d Residual

N 75

Normal Parametersa,b

Mean ,0000000

Std. Deviation 1,18330918

Most Extreme

Differences

Absolute ,132

Positive ,132

Negative -,081

Kolmogorov-Smirnov Z 1,143

Asymp. Sig. (2-tailed) ,146

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Runs Test

Unstandardized

Residual

Test Valuea -,15927

Cases < Test Value 37

Cases >= Test Value 38

Total Cases 75

Number of Runs 33

Z -1,278

Asymp. Sig. (2-

tailed)

,201

a. Median

118

Lampiran 4: Analisis Variabel Independen (Kepemilikan Institusional, Manajerial, Komite Audit, Komisaris Independen)

No Nama Tahun Jumlah

Saham

Institusional

Jumlah

Saham

Manajerial

Jumlah Saham

Beredar

Kepemilikan

Institusional

Kepemilikan

Manajerial

Jumlah

Komite

Audit

Jumlah

Komisaris

Independen Komisaris

Independen

1 ADHI 2010 1.008.680.000 4.905.000 1.801.320.000 0,55997 0,00272 3 5 2 0,40000

2 ADHI 2011 1.008.680.000 850.000 1.801.320.000 0,55997 0,00047 3 5 2 0,40000

3 ADHI 2012 1.008.680.000 850.000 1.801.320.000 0,55997 0,00047 3 6 2 0,33333

4 ADHI 2013 1.008.680.000 100.000 1.801.320.000 0,55997 0,00006 3 6 2 0,33333

5 ADHI 2014 918.680.000 5.400 1.801.320.000 0,51000 0,00000 2 6 2 0,33333

6 ANTM 2010 6.200.000.000 511.250 9.538.459.750 0,65000 0,00005 6 4 2 0,50000

7 ANTM 2011 6.200.000.000 594.750 9.538.459.750 0,65000 0,00006 7 6 2 0,33333

8 ANTM 2012 6.200.000.000 1.110.500 9.538.459.750 0,65000 0,00012 6 6 2 0,33333

9 ANTM 2013 6.200.000.000 1.147.250 9.538.459.750 0,65000 0,00012 6 6 2 0,33333

10 ANTM 2014 6.200.000.000 1.200.750 9.538.459.750 0,65000 0,00013 4 6 2 0,33333

11 BBNI 2010 18.190.195.450 691.423 18.648.656.458 0,97542 0,00004 4 7 4 0,57143

12 BBNI 2011 18.190.195.450 685.926 18.648.656.458 0,97542 0,00004 4 7 4 0,57143

13 BBNI 2012 18.190.195.450 39.834.068 18.648.656.458 0,97542 0,00214 4 7 4 0,57143

14 BBNI 2013 18.190.195.450 40.931.446 18.648.656.458 0,97542 0,00219 3 7 4 0,57143

15 BBNI 2014 18.129.767.700 37.541.246 18.648.656.458 0,97218 0,00201 3 8 4 0,50000

16 BBRI 2010 7.000.000.000 0 12.334.581.000 0,56751 0,00000 6 7 4 0,57143

17 BBRI 2011 14.000.000.000 0 24.669.162.000 0,56751 0,00000 6 6 3 0,50000

18 BBRI 2012 14.000.000.000 0 24.669.162.000 0,56751 0,00000 8 8 5 0,62500

119

19 BBRI 2013 14.000.000.000 0 24.669.162.000 0,56751 0,00000 8 8 5 0,62500

20 BBRI 2014 14.000.000.000 0 24.669.162.000 0,56751 0,00000 6 7 5 0,71429

21 BBTN 2010 6.354.000.000 0 8.714.057.000 0,72917 0,00000 4 5 3 0,60000

22 BBTN 2011 6.354.000.000 14.727.500 8.835.970.500 0,71911 0,00167 4 6 3 0,50000

23 BBTN 2012 7.027.294.079 9.945.650 10.356.440.500 0,67854 0,00096 3 6 3 0,50000

24 BBTN 2013 6.895.719.968 14.124.650 10.564.853.500 0,65270 0,00134 5 6 3 0,50000

25 BBTN 2014 6.449.597.181 5.396.150 10.567.696.000 0,61031 0,00051 4 6 3 0,50000

26 BMRI 2010 20.716.184.651 0 20.996.494.742 0,98665 0,00000 5 7 4 0,57143

27 BMRI 2011 22.914.330.556 24.034.591 23.333.333.333 0,98204 0,00103 5 7 4 0,57143

28 BMRI 2012 23.094.488.419 22.132.760 23.333.333.333 0,98976 0,00095 6 7 4 0,57143

29 BMRI 2013 23.041.402.931 15.598.741 23.333.333.333 0,98749 0,00067 6 7 4 0,57143

30 BMRI 2014 16.827.792.265 13.892.900 23.333.333.333 0,72119 0,00060 6 7 4 0,57143

31 INAF 2010 2.500.000.001 364.000 3.099.267.500 0,80664 0,00012 5 4 1 0,25000

32 INAF 2011 2.500.000.001 0 3.099.267.500 0,80664 0,00000 5 5 2 0,40000

33 INAF 2012 2.500.000.001 0 3.099.267.500 0,80664 0,00000 4 5 2 0,40000

34 INAF 2013 2.500.000.001 0 3.099.267.500 0,80664 0,00000 3 4 2 0,50000

35 INAF 2014 2.500.000.001 0 3.099.267.500 0,80664 0,00000 3 3 1 0,33333

36 JSMR 2010 4.930.191.500 1.945.500 6.800.000.099 0,72503 0,00029 4 6 2 0,33333

37 JSMR 2011 4.894.289.500 1.459.000 6.800.000.000 0,71975 0,00021 3 7 3 0,42857

38 JSMR 2012 4.875.689.500 961.500 6.800.000.000 0,71701 0,00014 3 5 2 0,40000

39 JSMR 2013 4.908.751.000 961.500 6.800.000.000 0,72188 0,00014 3 6 2 0,33333

40 JSMR 2014 4.760.000.000 801.500 6.800.000.000 0,70000 0,00012 3 6 2 0,33333

41 KAEF 2010 5.000.000.000 272.500 5.554.000.000 0,90025 0,00005 3 4 2 0,50000

120

42 KAEF 2011 5.000.000.000 272.500 5.554.000.000 0,90025 0,00005 4 5 2 0,40000

43 KAEF 2012 5.000.000.000 125.000 5.554.000.000 0,90025 0,00002 3 5 2 0,40000

44 KAEF 2013 5.000.000.000 125.000 5.554.000.000 0,90025 0,00002 3 5 2 0,40000

45 KAEF 2014 5.000.000.000 125.000 5.554.000.000 0,90025 0,00002 3 5 2 0,40000

46 PTBA 2010 2.077.272.148 373.000 2.304.131.850 0,90154 0,00016 3 5 2 0,40000

47 PTBA 2011 2.000.112.401 60.000 2.304.131.850 0,86805 0,00003 3 6 2 0,33333

48 PTBA 2012 1.930.209.673 60.000 2.304.131.850 0,83772 0,00003 3 6 2 0,33333

49 PTBA 2013 1.498.087.500 60.000 2.304.131.850 0,65017 0,00003 4 6 2 0,33333

50 PTBA 2014 1.498.087.500 60.000 2.304.131.850 0,65017 0,00003 4 6 2 0,33333

51 PTPP 2010 2.469.642.760 0 4.842.436.500 0,51000 0,00000 4 3 1 0,33333

52 PTPP 2011 2.469.642.760 0 4.842.436.500 0,51000 0,00000 4 4 1 0,25000

53 PTPP 2012 2.469.642.760 0 4.842.436.500 0,51000 0,00000 4 6 2 0,33333

54 PTPP 2013 2.469.642.760 0 4.842.436.500 0,51000 0,00000 4 5 2 0,40000

55 PTPP 2014 2.469.642.760 0 4.842.436.500 0,51000 0,00000 4 5 2 0,40000

56 SMGR 2010 3.025.406.000 0 5.931.520.000 0,51006 0,00000 3 4 1 0,25000

57 SMGR 2011 3.025.406.000 0 5.931.520.000 0,51006 0,00000 3 6 2 0,33333

58 SMGR 2012 3.025.406.000 0 5.931.520.000 0,51006 0,00000 4 6 3 0,50000

59 SMGR 2013 3.025.406.000 0 5.931.520.000 0,51006 0,00000 4 6 2 0,33333

60 SMGR 2014 3.025.406.000 58.400 5.931.520.000 0,51006 0,00001 4 6 2 0,33333

61 TINS 2010 3.271.470.000 20.000 5.033.020.000 0,65000 0,00000 5 6 3 0,50000

62 TINS 2011 3.271.470.000 20.000 5.033.020.000 0,65000 0,00000 4 6 3 0,50000

63 TINS 2012 3.271.470.000 120.000 5.033.020.000 0,65000 0,00002 4 6 3 0,50000

64 TINS 2013 3.271.470.000 340.000 5.033.020.000 0,65000 0,00007 4 6 3 0,50000

121

65 TINS 2014 4.841.053.952 560.338 7.447.753.454 0,65000 0,00008 4 5 2 0,40000

66 TLKM 2010 12.715.441.368 23.112 20.159.999.280 0,63073 0,00000 5 4 1 0,25000

67 TLKM 2011 13.273.436.248 23.112 20.159.999.280 0,65840 0,00000 6 5 2 0,40000

68 TLKM 2012 12.518.158.928 5.724 20.159.999.280 0,62094 0,00000 6 5 2 0,40000

69 TLKM 2013 61.633.483.340 29.160 100.799.996.400 0,61144 0,00000 5 6 2 0,33333

70 TLKM 2014 61.075.273.740 88.620 100.799.996.400 0,60591 0,00000 5 7 3 0,42857

71 WIKA 2010 4.000.000.000 13.036.500 6.001.540.500 0,66650 0,00217 3 5 2 0,40000

72 WIKA 2011 4.000.000.000 13.036.500 6.027.267.500 0,66365 0,00216 3 5 2 0,40000

73 WIKA 2012 4.000.000.000 25.121.500 6.105.627.500 0,65513 0,00411 5 6 2 0,33333

74 WIKA 2013 4.000.000.000 13.474.500 6.139.968.000 0,65147 0,00219 5 6 2 0,33333

75 WIKA 2014 4.000.000.000 4.769.000 6.149.225.000 0,65049 0,00078 6 5 2 0,40000

Lampiran 5: Analisis Variabel Independen (Audit Tenure, dan Ukuran Perusahaan)

No Nama Tahun Audit Tenure Ukuran Perusahaan

Nama Kantor Akuntan Publik Nilai Total Asset LN Asset

1 ADHI 2010 Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto 1 4.927.696.202.275 29,22589269

2 ADHI 2011 Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto 1 6.112.953.591.126 29,44143118

3 ADHI 2012 Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto 1 7.872.073.635.468 29,69434263

4 ADHI 2013 Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto 1 9.720.961.764.422 29,90530568

5 ADHI 2014 Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto 1 10.458.881.684.274 29,97847266

6 ANTM 2010 Purwanto, Suherman & Surja (Ernst&Young) 1 10.573.147.722.000 29,98933867

122

7 ANTM 2011 Purwanto, Suherman & Surja (Ernst&Young) 1 15.201.235.077.000 30,3523978

8 ANTM 2012 Purwanto, Suherman & Surja (Ernst&Young) 1 19.708.540.946.000 30,61207321

9 ANTM 2013 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 0 21.865.117.391.000 30,71591367

10 ANTM 2014 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 0 22.044.202.220.000 30,72407075

11 BBNI 2010 Purwanto, Suherman & Surja (Ernst&Young) 0 248.580.529.000.000 33,14678797

12 BBNI 2011 Purwanto, Suherman & Surja (Ernst&Young) 0 299.058.161.000.000 33,33165919

13 BBNI 2012 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 1 333.303.506.000.000 33,44007462

14 BBNI 2013 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 1 386.654.815.000.000 33,58855346

15 BBNI 2014 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 1 416.573.708.000.000 33,66308453

16 BBRI 2010 Purwanto, Suherman & Surja (Ernst&Young) 1 404.285.602.000.000 33,63314268

17 BBRI 2011 Purwanto, Suherman & Surja (Ernst&Young) 1 469.899.284.000.000 33,7835395

18 BBRI 2012 Purwanto, Suherman & Surja (Ernst&Young) 1 551.336.790.000.000 33,94336697

19 BBRI 2013 Purwanto, Suherman & Surja (Ernst&Young) 1 626.182.926.000.000 34,07066366

20 BBRI 2014 Purwanto, Suherman & Surja (Ernst&Young) 1 801.955.021.000.000 34,31807364

21 BBTN 2010 Purwanto, Suherman & Surja (Ernst&Young) 1 68.385.539.000.000 31,8561825

22 BBTN 2011 Purwanto, Suherman & Surja (Ernst&Young) 1 89.121.459.000.000 32,12102126

23 BBTN 2012 Purwanto, Suherman & Surja (Ernst&Young) 1 111.748.593.000.000 32,34727276

24 BBTN 2013 Purwanto, Suherman & Surja (Ernst&Young) 1 131.169.730.000.000 32,50751325

25 BBTN 2014 Purwanto, Suherman & Surja (Ernst&Young) 1 144.575.961.000.000 32,60482617

26 BMRI 2010 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 1 449.774.551.000.000 33,73976758

27 BMRI 2011 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 1 551.891.704.000.000 33,94437295

28 BMRI 2012 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 1 635.618.708.000.000 34,08561998

29 BMRI 2013 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 1 733.099.762.000.000 34,22830291

123

30 BMRI 2014 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 1 855.039.673.000.000 34,38216898

31 INAF 2010 Husni, Mucharam &Rasidi 0 733.957.862.392 27,32171746

32 INAF 2011 Husni, Mucharam &Rasidi 0 1.114.901.669.774 27,73978733

33 INAF 2012 Hendrawinata Eddy & Siddharta (Kreston Internasional) 1 1.188.618.790.410 27,80381307

34 INAF 2013 Hendrawinata Eddy & Siddharta (Kreston Internasional) 1 1.294.510.669.195 27,88915388

35 INAF 2014 Hendrawinata Eddy & Siddharta (Kreston Internasional) 1 1.248.343.275.406 27,85283841

36 JSMR 2010 Hadori Sugiarto Adi & Rekan 0 18.952.129.334.000 30,57293741

37 JSMR 2011 Hadori Sugiarto Adi & Rekan 0 21.432.133.718.000 30,69591249

38 JSMR 2012 Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto 1 24.753.551.441.000 30,83999009

39 JSMR 2013 Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto 1 28.366.345.328.000 30,97622453

40 JSMR 2014 Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto 1 31.857.947.989.000 31,09230801

41 KAEF 2010 Hendrawinata Gani & Hidayat 0 1.657.291.834.312 28,13620596

42 KAEF 2011 Hendrawinata Eddy & Siddharta (Kreston Internasional) 1 1.794.399.675.018 28,21569164

43 KAEF 2012 Hendrawinata Eddy & Siddharta (Kreston Internasional) 1 2.076.347.580.785 28,3616315

44 KAEF 2013 Hendrawinata Eddy & Siddharta (Kreston Internasional) 1 2.471.939.548.890 28,5360242

45 KAEF 2014 Hendrawinata Eddy & Siddharta (Kreston Internasional) 1 2.968.184.626.297 28,71897164

46 PTBA 2010 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 1 8.772.699.000.000 29,80266563

47 PTBA 2011 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 1 11.507.104.000.000 30,0739857

48 PTBA 2012 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 1 12.728.981.000.000 30,17490248

49 PTBA 2013 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 1 11.677.155.000.000 30,08865548

50 PTBA 2014 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 1 14.812.023.000.000 30,32646033

51 PTPP 2010 Soejatna, Mulyana & Rekan 1 5.444.073.899.824 29,32554878

52 PTPP 2011 Soejatna, Mulyana & Rekan 1 6.933.353.587.843 29,56736474

124

53 PTPP 2012 Soejatna, Mulyana & Rekan 1 8.550.850.524.674 29,77705187

54 PTPP 2013 Soejatna, Mulyana & Rekan 1 12.415.669.401.062 30,14998045

55 PTPP 2014 Soejatna, Mulyana & Rekan 1 14.611.864.850.970 30,31285498

56 SMGR 2010 Purwanto, Suherman & Surja (Ernst&Young) 1 15.562.998.946.000 30,37591735

57 SMGR 2011 Purwanto, Suherman & Surja (Ernst&Young) 1 19.661.602.767.000 30,60968875

58 SMGR 2012 Purwanto, Suherman & Surja (Ernst&Young) 1 26.579.083.786.000 30,9111457

59 SMGR 2013 Osman Bing Satrio &Eny (Deloitte) 0 30.792.884.092.000 31,05830474

60 SMGR 2014 Osman Bing Satrio &Eny (Deloitte) 0 34.314.666.027.000 31,16659396

61 TINS 2010 Osman Bing Satrio &Eny (Deloitte) 1 5.881.108.000.000 29,4027663

62 TINS 2011 Osman Bing Satrio &Eny (Deloitte) 1 6.569.807.000.000 29,51350557

63 TINS 2012 Osman Bing Satrio &Eny (Deloitte) 1 6.101.007.000.000 29,43947496

64 TINS 2013 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 0 7.883.294.000.000 29,69576695

65 TINS 2014 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 0 9.752.477.000.000 29,90854242

66 TLKM 2010 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 0 99.758.447.000.000 32,23377285

67 TLKM 2011 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 0 103.054.000.000.000 32,26627424

68 TLKM 2012 Purwanto, Suherman & Surja (Ernst&Young) 1 111.369.000.000.000 32,34387013

69 TLKM 2013 Purwanto, Suherman & Surja (Ernst&Young) 1 127.951.000.000.000 32,48266849

70 TLKM 2014 Purwanto, Suherman & Surja (Ernst&Young) 1 140.895.000.000.000 32,57903605

71 WIKA 2010 Hadori Sugiarto Adi & Rekan 1 6.286.304.902.000 29,46939456

72 WIKA 2011 Hadori Sugiarto Adi & Rekan 1 8.322.979.571.000 29,75004143

73 WIKA 2012 Hadori Sugiarto Adi & Rekan 1 10.945.209.418.000 30,02392298

74 WIKA 2013 Hadori Sugiarto Adi & Rekan 1 12.594.962.700.000 30,16431806

75 WIKA 2014 Hadori Sugiarto Adi & Rekan 1 15.915.161.682.000 30,39829334

125

Lampiran 6 : Analisis Variabel Dependen (Integritas Laporan Keuangan)

No Nama Tahun Integritas Laporan Keuangan

Harga Pasar Saham per

31 Desember

Total Ekuitas Jumlah Saham

Beredar

Nilai Buku

Saham per 31

Desember

Integritas

Laporan

Keuangan

1 ADHI 2010 910 861.113.484.045 1.801.320.000 478 2

2 ADHI 2011 580 990.367.790.588 1.801.320.000 550 1

3 ADHI 2012 1.760 1.180.918.969.692 1.801.320.000 656 3

4 ADHI 2013 1.510 1.548.462.792.571 1.801.320.000 860 2

5 ADHI 2014 3.480 1.751.543.349.644 1.801.320.000 972 4

6 ANTM 2010 2.450 8.835.268.321.000 9.538.459.749 926 3

7 ANTM 2011 1.620 10.772.043.550.000 9.538.459.749 1.129 1

8 ANTM 2012 1.280 12.832.316.056.000 9.538.459.749 1.345 1

9 ANTM 2013 1.090 12.793.487.532.000 9.538.459.750 1.341 1

10 ANTM 2014 1.065 11.929.561.267.000 9.538.459.750 1.251 1

11 BBNI 2010 3.875 33.119.626.000.000 18.648.656.458 1.776 2

12 BBNI 2011 3.800 37.843.024.000.000 18.648.656.458 2.029 2

13 BBNI 2012 3.700 43.525.291.000.000 18.648.656.458 2.334 2

14 BBNI 2013 3.950 47.683.505.000.000 18.648.656.458 2.557 2

15 BBNI 2014 6.100 61.021.308.000.000 18.648.656.458 3.272 2

16 BBRI 2010 10.500 36.673.110.000.000 12.334.581.000 2.973 4

17 BBRI 2011 6.750 49.820.329.000.000 24.669.162.000 2.020 3

18 BBRI 2012 6.950 64.881.779.000.000 24.669.162.000 2.630 3

126

19 BBRI 2013 7.250 79.326.422.000.000 24.669.162.000 3.216 2

20 BBRI 2014 11.650 97.737.429.000.000 24.669.162.000 3.962 3

21 BBTN 2010 1.640 6.447.278.000.000 8.623.000.000 748 2

22 BBTN 2011 1.210 7.321.643.000.000 8.835.970.500 829 1

23 BBTN 2012 1.450 10.278.871.000.000 10.356.440.500 993 1

24 BBTN 2013 870 11.556.753.000.000 10.564.853.500 1.094 1

25 BBTN 2014 1.205 12.206.406.000.000 10.567.696.000 1.155 1

26 BMRI 2010 6.500 41.542.808.000.000 20.996.494.742 1.979 3

27 BMRI 2011 6.750 62.654.408.000.000 23.333.333.333 2.685 3

28 BMRI 2012 8.100 76.532.865.000.000 23.333.333.333 3.280 2

29 BMRI 2013 7.850 88.790.596.000.000 23.333.333.333 3.805 2

30 BMRI 2014 10.775 104.844.562.000.000 23.333.333.333 4.493 2

31 INAF 2010 80 311.268.183.245 3.099.267.500 100 1

32 INAF 2011 163 609.193.834.668 3.099.267.500 197 1

33 INAF 2012 330 650.102.176.989 3.099.267.500 210 2

34 INAF 2013 153 590.793.367.889 3.099.267.500 191 1

35 INAF 2014 355 591.963.192.465 3.099.267.500 191 2

36 JSMR 2010 3.425 7.740.013.867.000 6.800.000.000 1.138 3

37 JSMR 2011 4.200 9.420.280.261.000 6.800.000.000 1.385 3

38 JSMR 2012 5.450 9.787.785.568.000 6.800.000.000 1.439 4

39 JSMR 2013 4.725 10.866.980.040.000 6.800.000.000 1.598 3

40 JSMR 2014 7.050 11.424.995.629.000 6.800.000.000 1.680 4

41 KAEF 2010 159 1.114.028.943.712 5.554.000.000 201 1

127

42 KAEF 2011 340 1.252.505.683.826 5.554.000.000 226 2

43 KAEF 2012 740 1.441.533.689.666 5.554.000.000 260 3

44 KAEF 2013 590 1.624.354.688.981 5.554.000.000 292 2

45 KAEF 2014 1.465 1.811.143.949.913 5.554.000.000 326 4

46 PTBA 2010 22.950 6.366.736.000.000 2.304.131.850 2.763 8

47 PTBA 2011 17.350 8.165.002.000.000 2.304.131.850 3.544 5

48 PTBA 2012 15.100 8.505.169.000.000 2.304.131.850 3.691 4

49 PTBA 2013 10.200 7.551.569.000.000 2.304.131.850 3.277 3

50 PTBA 2014 12.500 8.670.842.000.000 2.304.131.850 3.763 3

51 PTPP 2010 800 1.261.842.880.698 4.842.436.500 261 3

52 PTPP 2011 485 1.425.439.849.740 4.842.436.500 294 2

53 PTPP 2012 830 1.655.849.031.797 4.842.436.500 342 2

54 PTPP 2013 1.160 1.984.747.306.312 4.842.436.500 410 3

55 PTPP 2014 3.575 2.390.270.175.491 4.842.436.500 494 7

56 SMGR 2010 9.450 12.006.438.613.000 5.931.520.000 2.024 5

57 SMGR 2011 11.450 14.615.096.979.000 5.931.520.000 2.464 5

58 SMGR 2012 15.850 18.164.854.648.000 5.931.520.000 3.062 5

59 SMGR 2013 14.150 21.803.975.875.000 5.931.520.000 3.676 4

60 SMGR 2014 16.200 25.002.451.936.000 5.931.520.000 4.215 4

61 TINS 2010 2.750 4.202.765.000.000 5.033.020.000 835 3

62 TINS 2011 1.670 4.597.795.000.000 5.033.020.000 914 2

63 TINS 2012 1.540 4.558.200.000.000 5.033.020.000 906 2

64 TINS 2013 1.600 4.892.110.000.000 5.033.020.000 972 2

128

65 TINS 2014 1.230 5.608.242.000.000 7.447.753.454 753 2

66 TLKM 2010 7.950 44.418.742.000.000 20.159.999.280 2.203 4

67 TLKM 2011 7.050 60.981.000.000.000 20.159.999.280 3.025 2

68 TLKM 2012 9.050 66.978.000.000.000 20.159.999.280 3.322 3

69 TLKM 2013 2.150 77.424.000.000.000 100.799.996.400 768 3

70 TLKM 2014 2.865 86.125.000.000.000 100.799.996.400 854 3

71 WIKA 2010 680 1.801.623.781.000 6.001.540.500 300 2

72 WIKA 2011 610 2.071.561.000.000 6.027.267.500 344 2

73 WIKA 2012 1.480 2.814.005.594.000 6.105.627.500 461 3

74 WIKA 2013 1.580 3.226.958.875.000 6.139.968.000 526 3

75 WIKA 2014 1.300 4.978.758.224.000 6.149.225.000 810 2