pengaruh model pembelajaran berbasis masalah...
TRANSCRIPT
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASISMASALAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PAI PESERTA
DIDIK DI SMA TADIKA PERTIWI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Zianurrahman Arbi
1113011000028
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2020 M / 1441 H
i
ABSTRAK
Zianurrahman Arbi (1113011000028). Pengaruh Model Pembelajaran
Berbasis Masalah terhadap Motivasi Belajar PAI Peserta Didik di SMA
Tadika Pertiwi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model pembelajaran berbasis
masalah, motivasi belajar PAI peserta didik dan pengaruh model pembelajaran
berbasis masalah terhadap motivasi belajar PAI peserta didik di SMA Tadika
Pertiwi. Penelitian ini ditujukan pada peserta didik di SMA Tadika Pertiwi dengan
sampel 27 peserta didik dari populasi sebanyak 95 peserta didik. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Instrumen
penelitian yang digunakan adalah angket dengan menggunakan skala Likert.
Teknik analisa menggunakan korelasi product moment pada taraf signifikan 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis
masalah memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap akhlak siswa. Hal
ini ditunjukkan dari nilai korelasi sebesar 0,5279 atau dalam persentase sebesar
27,87%. Dengan demikian, pada penelitian ini model pembelajaran berbasis
masalah memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap motivasi belajar
peserta didik di SMA Tadika Pertiwi.
Kata Kunci : Model Pembelajaran Berbasis Masalah, Motivasi Belajar PAI
peserta didik
ii
ABSTRACT
Zianurrahman Arbi (1113011000028). The Effect of Problem-Based
Learning Model on PAI Learning Motivation of Students in Tadika Pertiwi
Senior High School.
This study aims to determine the problem-based learning model, students' PAI
learning motivation and the effect of problem-based learning models on the PAI
learning motivation of students in Tadika Pertiwi Senior High School. This study
was aimed at students at Tadika Pertiwi Senior High School with a sample of 27
students from a population of 95 students. This research uses a descriptive method
with a quantitative approach. The research instrument used was a questionnaire
using a Likert scale. The analysis technique uses product moment correlation at a
significant level of 5%.
The results showed that the problem based learning model had a significant
influence on student morals. This is indicated by the correlation value of 0.5279
or a percentage of 27.87%. Thus, in this study the problem based learning model
gives a significant influence on the learning motivation of students in Tadika
Pertiwi Senior High School.
Keywords: Problem Based Learning Model, Motivation to Learn Islamic
Religious Education of Students
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhaanahu wa ta’aala
atas segala kasih sayang dan petunjuk-Nya kepada penulis selaku hamba-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi yang berjudul “Pengaruh
Model Pembelajaran Berbasis terhadap Motivasi Belajar PAI Peserta Didik di
SMA Tadika Pertiwi”.
Penulisan skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu persyaratan untuk
mengikuti kegiatan sidang akhir skripsi jurusan Pendidikan Agama Islam –
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini
tidak dapat penulis selesaikan tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak, terutama kepada dosen pembimbing skripsi. Oleh karena itu, patutlah
kiranya penulis sampaikan rasa syukur dan ucapan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dan berkontribusi, diantaranya :
1. Dr. Sururin, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Drs. Abdul Haris, M.Ag, selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam UIN
Syarif Hidayatullah.
3. Drs. Rusdi Jamil, M.Ag, selaku sekretaris jurusan Pendidikan Agama Islam
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Sapiudin, M.Ag, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah dengan
sabar membimbing dan membantu penulis dalam menyusun dan
menyelesaikan skripsi ini.
5. Muhammad Sholeh Hasan, Lc, M.A, selaku dosen pembimbing akademik
yang selalu menasehati penulis.
6. Bu Farah, selaku admin di jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah
banyak membantu penulis dalam hal administratif dan persyaratan untuk
kuliah dan skripsi.
iv
7. Semua dosen jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan jasa dan ilmunya kepada penulis sejak awal
masuk perkuliahan sampai dengan selesai.
8. Santoso, S.E, M.Pd, selaku kepala sekolah SMA Tadika Pertiwi yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMA Tadika
Pertiwi.
9. Orang tua penulis; Drs. Muhammad Arifin Romli dan Busyroh Ismail, adik-
adik penulis; Lulu Qathrunnada dan Azmi Muhammad Asyraf, serta keluarga
besar yang selalu memberikan motivasi, do’a dan dukungan kepada penulis
hingga selesainya skripsi ini.
10. Teman-teman penulis, rekan PPKT dan rekan-rekan satu jurusan PAI,
terimakasih atas pertemanan, motivasi, diskusi dan semangat berbagi ilmu
pengetahuan sejak awal masuk perkuliahan kampus hingga akhirnya dapat
menyelesaikan studi ini.
11. Seseorang yang telah memberikan warna dalam hidup penulis, dan selalu
memberi kebersamaan, motivasi, semangat serta do’a ; Dian Pratiwi, S.Pd.
semoga Allah mudahkan semua urusan dan cita-citanya, Aamiin.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi yang penulis susun ini dapat
memenuhi salah satu persyaratan yang telah ditentukan serta bermanfaat untuk
penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Aamiin.
Ciputat, Juni 2020
Penulis
v
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI
ABSTRAK .................................................................................................. i
ABSTRACT ............................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iii
DAFTAR ISI .............................................................................................. v
DAFTAR TABEL ...................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………… 1
B. Identifikasi Masalah ………………………………… 5
C. Pembatasan Masalah ………………………………... 5
D. Rumusan Masalah ………………………………...… 6
E. Tujuan Penelitian …………………………………… 6
F. Manfaat Penelitian ………………………………….. 6
BAB II KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teoritik …………………………………... 7
1. Hakikat Pembelajaran …………………………... 7
a. Pengertian dan Tujuan Pembelajaran ………. 7
b. Ciri-ciri Pembelajaran ………………………. 10
c. Prinsip-prinsip Belajar ……………………… 12
2. Bidang Studi Pendidikan Agama Islam ………… 14
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam ……….. 14
b. Tujuan Pendidikan Agama Islam …………… 15
c. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ….. 16
d. Fungsi Pendidikan Agama Islam …………… 17
3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah ………… 18
a. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis
Masalah ……………………………………... 18
b. Karakteristik, Ciri-ciri dan Tujuan PBM …… 23
c. Langkah-langkah PBM ……………………... 27
4. Motivasi Belajar Peserta Didik …………………. 34
a. Pengertian Motivasi ………………………… 34
b. Peran Motivasi dalam Belajar ………………. 36
c. Sifat Motivasi dalam Belajar ……………….. 37
d. Bentuk-bentuk Motivasi dalam Pembelajaran 38
B. Hasil Penelitian Relevan …………………….……… 40
C. Kerangka Berpikir ………………………..…………. 42
D. Hipotesis Penelitian …………………….…………... 42
vi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………. 44
B. Metode Penelitian …………………….…………….. 45
C. Populasi dan Sampel …………………….………….. 45
D. Teknik Pengumpulan Data …………………….……. 47
E. Instrumen Penelitian …………………….………….. 50
F. Teknik Analisis Data ……………………….………. 53
G. Hipotesis Statistik …………………….…………….. 59
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMA Tadika Pertiwi ……………. 60
1. Sejarah singkat …………………….……………. 60
2. Visi dan Misi …………………….……………… 60
3. Tujuan sekolah …………………….……………. 61
4. Keadaan sekolah …………………….………….. 62
5. Sarana dan prasarana …………………….……... 63
6. Jumlah siswa …………………….……………… 64
7. Pendidik dan tenaga kependidikan ……………... 64
B. Deskripsi Data …………………….………………… 65
C. Analisis Data …………………….………………….. 87
D. Interpretasi Data …………………….……………… 91
E. Pembahasan Hasil Penelitian …………………….…. 93
F. Keterbatasan Penelitian …………………….……….. 95
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan …………………….…………………... 97
B. Implikasi …………………….…………………..…. 98
C. Saran …………………….…………………..……... 99
DAFTAR PUSTAKA …………………….…………………….………. 100
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis
Masalah Ibrahim, Nur dan Ismail…......……………...
28
Tabel 2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis
Masalah Richard I Arends…………......……………..
30
Tabel 2.3 Fase-fase dalam Menerapkan Pelajaran untuk
Pembelajaran Berbasis Masalah…….......…...……….
33
Tabel 3.1 Kunjungan Observasi Sekolah...................................... 44
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian……...………... 51
Tabel 3.3 Skor Angket untuk Pernyataan yang Bernilai Positif... 54
Tabel 3.4 Skor Angket untuk Pernyataan yang Bernilai Negatif.. 54
Tabel 3.5 Klasifikasi Kategori Model Pembelajaran Berbasis
Masalah ……………………………………………....
55
Tabel 3.6 Klasifikasi Kategori Motivasi Belajar Peserta Didik… 55
Tabel 3.7 Angka Indeks Korelasi "r" Product Moment …...…… 56
Tabel 4.1 Data Sekolah ………………………………………..…………………….. 62
Tabel 4.2 Gedung Sekolah ……………………...……………… 63
Tabel 4.3 Jumlah Peserta Didik ………………………......……. 64
Tabel 4.4 Pendidik dan Tenaga Kependidikan …………...……. 64
Tabel 4.5 Siswa Responsif dan Antusias dalam Mengikuti
Proses Pembelajaran ………………...……………….
65
Tabel 4.6 Siswa Melakukan Proses Belajar secara Aktif dengan
Arahan dan Konsep Pembelajaran yang telah
disiapkan oleh Guru ……………...………………......
67
Tabel 4.7 Siswa Responsif dan Antusias dalam Mengikuti
Proses Pembelajaran ....................................................
69
Tabel 4.8 Siswa Berpikir secara Kritis berdasarkan Konsep
Pengetahuan dan Pengalaman Belajarnya ………..….
70
viii
Tabel 4.9 Siswa Melakukan Proses Belajar secara Aktif dengan
Arahan dan Konsep Pembelajaran yang telah
disiapkan oleh Guru ……………………………..…...
71
Tabel 4.10 Siswa Berpikir secara Kritis berdasarkan Konsep
Pengetahuan dan Pengalaman Belajarnya ……......….
72
Tabel 4.11 Siswa Melakukan Proses Belajar secara Aktif dengan
Arahan dan Konsep Pembelajaran yang telah
disiapkan oleh Guru ………………...………...……...
74
Tabel 4.12 Siswa Mampu secara Mandiri dalam Membangun
Konsep Pengetahuannya ………….......……...………
74
Tabel 4.13 Siswa Rensponsif dan Antusias dalam Mengikuti
Proses Pembelajaran ………...…………………...…..
76
Tabel 4.14 Siswa Berpikir secara Kritis berdasarkan Konsep
Pengetahuan dan Pengalaman Belajarnya ...……...….
76
Tabel 4.15 Siswa Mampu Memahami Konsep Toleransi yang
merupakan bagian dari ajaran agama ……………...…
77
Tabel 4.16 Siswa Mampu Memahami Konsep Pengamalan
Toleransi dalam Kehidupan Beragama, Berbangsa
dan Bernegara ………………………………….…….
79
Tabel 4.17 Siswa Mampu Memahami Konsep Toleransi yang
merupakan bagian dari ajaran agama …………...……
81
Tabel 4.18 Siswa Mampu Memahami Konsep Pengamalan
Toleransi dalam Kehidupan Beragama, Berbangsa
dan Bernegara ………………………………………..
82
Tabel 4.19 Siswa Mampu Memahami Konsep Toleransi yang
merupakan bagian dari ajaran agama ………...………
83
Tabel 4.20 Siswa Mampu Memahami Konsep Pengamalan
Toleransi dalam Kehidupan Beragama, Berbangsa
dan Bernegara ………………………………………..
84
Tabel 4.21 Siswa Mampu Memahami Konsep Toleransi yang
merupakan bagian dari ajaran agama ………...………
86
ix
Tabel 4.22 Hasil Angket Model Pembelajaran Berbasis Masalah.. 87
Tabel 4.23 Hasil Angket Motivasi Belajar Peserta Didik ……….. 88
Tabel 4.24 Analisis Korelasi Variabel X (Model Pembelajaran
Berbasis Masalah) dengan Variabel Y (Motivasi
Belajar Peserta Didik) ………………………………..
90
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Proses Problem Based Learning …………………….. 31
Gambar 2.2 Perencanaan Pembelajaran untuk Pembelajaran Berbasis
Masalah………………………………………
32
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua
situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses
yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai
pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati, dan
memahami sesuatu. Jadi, belajar merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan
oleh individu atau kelompok tentang mengenal sesuatu, situasi dan
pengalaman dengan berbagai rangkaian proses yang berlangsung di dalamnya
serta dengan memaksimalkan panca indera yang ada untuk memperoleh
pengetahuan tertentu. Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang
pelaku, yaitu guru dan siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku
siswa adalah belajar. Perilaku mengajar dan perilaku belajar tersebut terkait
dengan bahan pembelajaran. Bahan pembelajaran dapat berupa pengetahuan,
nilai-nilai kesusilaan, seni, agama, sikap, dan keterampilan. Hubungan antara
guru, siswa dan bahan ajar bersifat dinamis dan kompleks. Pada
perkembangan dunia pendidikan yang ada saat ini, seorang murid dituntut
untuk lebih aktif dalam proses dan pengalaman belajarnya yakni dengan
mengeksplorasi serta menganalisa segala sesuatu atau kejadian yang terkait
dalam konsep pembelajarannya sehingga peran guru lebih kepada sebagai
seorang fasilitator pembelajaran. Untuk mencapai keberhasilan dalam
kegiatan pembelajaran, terdapat beberapa komponen yang dapat menunjang,
yaitu komponen tujuan, komponen materi, komponen strategi belajar
mengajar, dan komponen evaluasi. Masing-masing komponen tersebut saling
terkait dan saling mempengaruhi satu sama lain. Oleh karena itu, menjadi
suatu hal yang penting ketika komponen-komponen tersebut dilaksanakan
dengan maksimal sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
2
Proses pembelajaran PAI di sekolah pada umumnya dilaksanakan
secara konvensional, yakni terpusat kepada guru (teacher center) sebagai
sumber belajar utama bagi siswa. Hal ini menyebabkan proses pembelajaran
berlangsung secara pasif, yakni satu arah (guru → siswa), dimana guru pada
umumnya sering memberikan penjelasan materi pembelajaran dengan
menggunakan metode ceramah. Penggunaan metode ceramah inilah yang
terkadang membuat kegiatan pembelajaran menjadi monoton dan suasana
belajar siswa terkesan membosankan.
Penerapan metode ceramah merupakan proses pembelajaran yang
bersifat konvensional, yakni menekankan kepada peran guru sebagai sumber
belajar utama bagi siswa di kelas. Hal tersebut menjadikan guru seakan
menganggap seluruh siswa yang ada di kelas pada saat pembelajaran
berlangsung tersebut memiliki kemampuan yang sama dalam memahami
materi pelajaran, mendayagunakan pikiran serta menganalisa suatu proses
pemecahan masalah. Oleh karena itu, penerapan metode pembelajaran seperti
metode ceramah dianggap kurang tepat dan maksimal, meskipun pada
dasarnya penyampaian materi dengan menggunakan metode ceramah oleh
guru sebagai pendidik tidak bisa dihilangkan sepenuhnya saat kegiatan belajar
dan mengajar berlangsung di dalam kelas. Namun demikian, penggunaan
metode ceramah secara menyeluruh menimbulkan dampak yang tidak akan
maksimal dalam mengembangkan situasi belajar siswa yang seharusnya aktif,
dimana siswa dapat menemukan suatu permasalahan, kemudian mereka
menganalisa masalah-masalah tersebut serta mencari penyelesaiannya.
Dengan menyadari bahwa setiap siswa memiliki kemampuan yang
berbeda-beda dalam proses pembelajaran, memahami materi atau bahan ajar,
serta kemampuan dalam memecahkan masalah, maka sudah seharusnya
seorang guru mampu untuk menerapkan model serta metode pembelajaran
yang tepat guna membangun semangat belajar siswa, memaksimalkan potensi
belajar siswa, menumbuhkan sikap antusias siswa untuk berargumentasi dan
mengemukakan ide serta gagasan yang mereka miliki, juga kemampuan
berpikir kritis terhadap suatu permasalahan yang ada. Model-model
3
pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori
sebagai pijakan dalam pengembangannya. Para ahli menyusun model
pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan, teori-teori psikologis,
sosiologis, psikiatri, analisis sistem, atau teori-teori lain. Biasanya
mempelajari model-model pembelajaran didasarkan pada teori belajar yang
dikelompokkan menjadi empat model pembelajaran. Model tersebut
merupakan pola umum perilaku pembelajaran untuk mencapai
kompetensi/tujuan pembelajaran yang diharapkan. Model pembelajaran
adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk
kurikulum dan pembelajaran jangka panjang, merancang bahan-bahan
pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau di luar kelas.
Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh
memilih model pembelajaran yang cocok, efektif, dan efisien untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
Dalam kaitannya dengan pembelajaran PAI, materi-materi yang
dibahas di dalamnya tentu berkaitan dengan bidang-bidang agama seperti Al-
Qur’an, Hadits, Aqidah, Akhlak, Fiqih dan Sejarah Islam. Guru PAI harus
mampu memaksimalkan kemampuan berpikir dan diskusi siswa dalam upaya
mereka untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada.
Permasalahan-permasalahan tersebut bisa diambil dari fenomena-fenomena
sosial yang terjadi serta isu-isu kontemporer terkait bidang keagamaan yang
berkembang di masyarakat. Dengan melaksanakan proses pembelajaran
melalui dialog dan diskusi kelompok, diharapkan siswa dapat mengemukakan
argumentasi, ide dan gagasan mereka dalam menanggapi suatu permasalahan
yang ada untuk bersama-sama mencari solusi dan penyelesaian dari
permasalahan tersebut.
Strategi pembelajaran yang diterapkan dengan menggunakan masalah-
masalah yang terjadi dunia nyata sebagai objek kajiannya akan melahirkan
suatu konsep nyata bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan
keterampilan untuk memecahkan masalah, serta untuk memperoleh konsep
pengetahuan yang esensial (dasar) dari mata pelajaran tersebut. Dalam hal ini,
4
siswa terlibat dalam kegiatan penyelidikan untuk memecahkan masalah
tersebut dengan cara mengintegrasikan keterampilan berpikir kritis dan
konsep pengetahuan dari berbagai sumber dan isi materi pelajaran yang ada.
Strategi ini mencakup tentang pengumpulan informasi yang berkaitan dengan
identifikasi masalah, menganalisa dan mempresentasikan hasil penemuannya
kepada orang lain.
Model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning)
merupakan salah satu model pembelajaran aktif yang berpusat kepada siswa
(student center) sebagai subjek atau pelaku utama pada proses pembelajaran
yang berlangsung, sedangkan guru bertugas sebagai seorang fasilitator yang
merancang dan memandu jalannya kegiatan pembelajaran tersebut. Pada
model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning), guru
berperan sebagai mediator pembelajaran di kelas. Guru memfasilitasi setiap
proses pembelajaran yang berlangsung di kelas, dengan cara terlebih dahulu
guru memberikan bahan bacaan atau materi terkait yang telah disiapkan
sebagai input (masukan) awal pembelajaran, atau dapat juga dilakukan
dengan cara guru menampilkan gambar atau tayangan terkait dengan
permasalahan yang akan dibahas, kemudian siswa menganalisa masalah yang
ada dengan cara mendiskusikannya dengan teman kelompoknya, setelah itu
mereka memberikan tanggapan, menganalisa, mengeksplorasi, serta mencoba
untuk mencari solusi atau penyelesaian yang berupa kesimpulan dari
permasalahan tersebut.
Agak berbeda dengan pembelajaran konvensional yang menjadikan
permasalahan nyata sebagai suatu penerapan konsep, PBM (Pembelajaran
Berbasis Masalah) justru menjadikan permasalahan nyata sebagai pemicu
(stimulus) bagi proses pembelajaran peserta didik sebelum mereka
mengetahui konsep formal. Peserta didik secara kritis mengidentifikasi
informasi dan strategi yang relevan serta melakukan penyelidikan untuk
menyelesaikan masalah tersebut.
Dengan mencoba menerapkan model pembelajaran berbasis masalah
(Problem Based Learning), maka diharapkan sikap antusias dan semangat
5
belajar siswa akan semakin meningkat, sehingga kualitas proses dan hasil
belajar akan menjadi lebih baik karena model pembelajaran ini memberikan
kesempatan yang sama kepada seluruh siswa yang ada di dalam kelas agar
mereka berani untuk mengemukakan argumentasi mengenai suatu
permasalahan yang terjadi, menyampaikan ide atau gagasan, serta
menemukan solusi dari masalah tersebut. Hal ini tentu sangat memungkinkan
saat kegiatan pembelajaran berlangsung dengan maksimal, biasanya siswa
cenderung menunjukkan sikap yang antusias serta responsif jika dihadapkan
dengan fenomena sosial masyarakat yang terjadi, yang bersifat kontekstual
(situasi yang terjadi di masyarakat) dengan yang mereka ketahui, pelajari atau
bahkan mereka alami sendiri.
B. Identifikasi Masalah
1. Pembelajaran masih bersifat teacher centered learning.
2. Metode pembelajaran masih bersifat monoton, seperti metode ceramah
yang membuat antusias belajar peserta didik menjadi rendah.
3. Rendahnya motivasi belajar PAI peserta didik dikarenakan proses KBM
yang belum maksimal.
4. Perlu upaya untuk memaksimalkan penerapan model pembelajaran yang
bersifat konstruktif, salah satunya seperti model pembelajaran berbasis
masalah.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penulis hanya membatasi
masalah tentang “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap
Motivasi Belajar PAI Peserta Didik di SMA Tadika Pertiwi”.
6
D. Rumusan Masalah
Dari pembatasan masalah di atas, penulis membuat perumusan
masalah sebagai berikut:
“Apakah ada pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap
motivasi belajar PAI peserta didik di SMA Tadika Pertiwi?”
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui ada atau tidak adanya pengaruh model pembelajaran
berbasis masalah terhadap motivasi belajar PAI peserta didik di SMA
Tadika Pertiwi.
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh model pembelajaran berbasis
masalah terhadap motivasi belajar PAI peserta didik di SMA Tadika
Pertiwi.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti, untuk mengetahui ada atau tidak adanya pengaruh model
pembelajaran berbasis masalah terhadap motivasi belajar PAI peserta
didik di SMA Tadika Pertiwi.
2. Bagi para guru, bermanfaat sebagai masukan untuk meningkatkan
motivasi belajar peserta didik, bahwa model pembelajaran berbasis
masalah merupakan salah satu model pembelajaran aktif dan konstruktif
yang cocok diterapkan dalam kegiatan pembelajaran.
3. Bagi sekolah, sebagai sumber atau bahan informasi ilmiah yang dapat
terus dikaji dan dikembangkan tentang penggunaan model pembelajaran
aktif seperti model pembelajaran berbasis masalah.
7
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teoretik
1. Hakikat Pembelajaran
a. Pengertian dan Tujuan Pembelajaran
Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu kombinasi
yang memiliki susunan terdiri dari aspek manusiawi, material,
fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi
untuk tercapainya suatu tujuan pembelajaran.1 Selain itu terdapat
pula definisi yang menyatakan, “Pembelajaran adalah proses
interaksi dua arah yang terjadi antara guru dengan siswa, serta teori
dan praktik yang terlibat di dalamnya”.2 Berdasarkan beberapa
pengertian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran
adalah suatu rangkaian kegiatan atau proses interaksi yang terjadi
antara guru dengan siswa yang di dalamnya terdapat unsur-unsur
pembelajaran yang saling mempengaruhi dalam proses belajar untuk
mencapai suatu tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Perkembangan yang semakin cepat menimbulkan dampak
terhadap pembelajaran yang harus lebih baik dalam menghadapi
tantangan yang bersifat universal. Untuk menghadapi berbagai
tantangan tersebut, UNESCO memberikan empat pilar dalam belajar,
yaitu: belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk
bekerja (learning to do), belajar untuk hidup berdampingan dan
berkembang bersama (learning to live together), serta belajar
menjadi manusia seutuhnya (learning to be).3
1Husamah dan Yanur Setyaningrum, Desain Pembelajaran Berbasis Pencapaian
Kompetensi, (Malang: Prestasi Pustakaraya, 2013), hal. 99 2Sitiatava Rizema Putra, Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains, (Jogjakarta:
Diva Press, 2013), cet. 1, hal. 17 3Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Surabaya: PT Remaja Rosdakarya,
2013), cet. 4, hal. 29
8
Pembelajaran bertujuan untuk menciptakan suasana belajar
dan harus dapat menunjang tercapainya tujuan belajar.4 Dalam
klasifikasi tujuan pendidikan, tujuan pembelajaran merupakan tujuan
yang paling khusus. Tujuan pembelajaran dapat diartikan sebagai
kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa ketika mereka telah
mempelajari materi tertentu dalam bidang studi tertentu dalam satu
kali pertemuan.5 Tujuan pembelajaran dapat pula diartikan sebagai
rancangan sasaran atau perolehan hasil belajar yang diharapkan
dicapai para siswa apabila mereka telah menyelesaikan mata
pelajaran.6 Jadi, dalam suatu pembelajaran harus ada hasil yang
diperoleh oleh siswa sebagai efek dari pembelajaran yang telah
dilakukan sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai.
Di bawah ini akan dipaparkan beberapa pendapat mengenai
tujuan pembelajaran:
1) Tujuan pembelajaran berdasarkan Bloom
Benyamin S. Bloom dengan teman-temannya mengajukan
tujuan pembelajaran yang dikelompokkan dalam tiga ranah,
yaitu ranah kognitif, ranah psikomotorik, dan ranah afektif.
a) Ranah kognitif
Aspek-aspek pada ranah kognitif ini ada enam yang
kemudian lebih dikenal dengan Taksonomi Bloom. Keenam
aspek pada Taksonomi Bloom tersebut adalah sebagai
berikut: Pengetahuan, Pemahaman, Penerapan, Analisis,
Sintesis, dan Evaluasi.7
4Putra, op. cit., hal. 30
5Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, ed. 1,
(Jakarta: Kencana Prenada Media, 2011), cet. 8, hal. 68 6Nana Syaodih Sukmadinata dan Erliana Syaodih, Kurikulum & Pembelajaran
Kompetensi, (Bandung: Refika Aditama, 2012), cet. 1, hal. 88 7Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), cet. 1, hal. 64
9
b) Ranah afektif
Tujuan pembelajaran pada ranah afektif ini sangat
terkait dengan sikap atau perasaan, seperti perasaan senang
atau tidak senang, perasaan sedih atau bahagia, perasaan
bangga atau malu, dan lainnya. Menurut Bloom dan kawan-
kawan, yang termasuk ke dalam ranah afektif diantaranya,
yaitu aspek penerimaan, penanggapan, penilaian, organisasi,
dan pemeranan.8
c) Ranah psikomotorik
Tujuan pembelajaran pada ranah psikomotorik
berhubungan dengan keterampilan secara fisik, motorik
maupun tangan. Aspek pada ranah psikomotorik menurut
Bloom dan kawan-kawan diantaranya, yaitu persepsi,
kesiapan, respon, terpimpin, mekanisme, respon kompleks,
penyesuaian, serta mencipta.9
2) Tujuan Pembelajaran menurut Gagne dan Briggs
Gagne bersama Briggs beranggapan bahwa cara terbaik
dalam merancang pembelajaran adalah dengan bekerja terbalik
dari menyusun hasil belajar. Tujuan pembelajaran menurut
Gagne dan Briggs diantaranya, yaitu:
a) Keterampilan intelektual
b) Strategi kognitif
c) Informasi verbal
d) Keterampilan motorik
e) Sikap10
Dari beberapa tujuan pembelajaran yang dipaparkan tersebut,
maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran adalah berupa
kemampuan atau keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki oleh
8Ibid., hal. 67
9Ibid., hal. 68
10Ibid., hal. 72
10
siswa, yang di dalamnya terdiri dari beberapa aspek setelah mereka
melakukan proses pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa setelah
pembelajaran dilakukan, siswa memiliki kemampuan baru pada diri
mereka dan diharapkan kemampuan tersebut semakin bertambah
seiring dengan semakin meningkatnya jenjang pendidikan dan proses
pembelajaran yang dilakukan.
b. Ciri-ciri Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
pelaksanaannya meliputi unsur-unsur tertentu yang dapat
memberikan ciri sebagai suatu kegiatan pembelajaran. Oleh sebab
itu, peneliti menganggap perlu adanya pemaparan mengenai ciri-ciri
pembelajaran.
Adapun ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
1) Motivasi Belajar
Dalam suatu kegiatan belajar, motivasi merupakan
keseluruhan daya penggerak di dalam diri seseorang yang dapat
memunculkan kegiatan belajar sehingga tercapainya suatu
tujuan yang dikehendaki.11
Dalam pembelajaran, dorongan
motivasi terhadap siswa sangat diperlukan dan harus selalu
dilakukan terutama oleh guru dalam menjalani pembelajaran.
Hal ini bertujuan agar kegiatan dan tujuan pembelajaran yang
diharapkan dapat tercapai. Apalagi, adanya perbedaan
kebiasaan, sikap, sifat, dan karakteristik dari tiap-tiap siswa
maka akan menyebabkan motivasi belajar yang berbeda-beda
pula dari setiap siswa tersebut.
2) Bahan Belajar
Bahan pengajaran yang digunakan untuk belajar adalah
segala informasi yang meliputi fakta, prinsip, dan konsep yang
11
Putra, op. cit., hal. 27
11
dibutuhkan dalam mencapai tujuan pembelajaran.12
Bahan
belajar tersebut merupakan alat untuk menjalankan isi dari suatu
pembelajaran. Bahan belajar ini disusun sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai yang dapat merangsang dan
mendorong siswa menemukan atau memecahkan masalah yang
ada dalam pembelajaran.
3) Alat bantu/media belajar
Alat bantu atau media belajar, yaitu alat-alat yang dapat
membantu siswa belajar agar tercapainya tujuan belajar.13
Alat
bantu belajar digunakan untuk mempermudah siswa dalam
menjalani dan memahami isi pembelajaran, sebab biasanya
dengan alat bantu siswa menjadi lebih tertarik dalam belajar.
Sehingga, materi pembelajaran yang dimaksudkan oleh guru
dapat tersampaikan kepada siswa dengan lebih baik.
4) Suasana Belajar
Suasana belajar merupakan aspek yang sangat penting dan
dapat mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran.14
Oleh
sebab itu, suasana belajar sebisa mungkin harus dijaga dengan
baik agar tercipta keadaan yang kondusif saat pembelajaran.
Salah satunya, yaitu dengan adanya komunikasi antara guru dan
siswa yang terjalin dengan baik maka akan dapat menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan pula.
5) Kondisi siswa yang belajar
Antara satu siswa dengan siswa lainnya memiliki sifat dan
karakter yang berbeda. Hal ini pun akan menyebabkan adanya
pengaruh terhadap partisipasinya dalam proses belajar.15
Oleh
sebab itu, dalam proses pembelajaran yang harus menjadi
pemeran utama dalam pembelajaran adalah siswa, guru disini
12
Ibid., hal. 28 13
Ibid., hal. 28 14
Ibid., hal. 29 15
Ibid.
12
hanya berperan sebagai fasilitator. Dengan hal tersebut semua
siswa meskipun memiliki karakteristik yang berbeda dapat
berperan langsung selama pembelajaran untuk membangun
pengetahuan.
Dengan adanya ciri-ciri pembelajaran tersebut, maka kita
dapat membedakan kegiatan pembelajaran dibandingkan dengan
kegiatan lainnya. Sehingga kita memiliki patokan kegiatan yang
seperti apa yang dapat dikatakan sebagai pembelajaran.
c. Prinsip-prinsip Belajar
Di bawah ini akan dipaparkan beberapa prinsip belajar, adapun
penjelasannya adalah sebagai berikut:
1) Perhatian dan Motivasi
Perhatian memiliki peranan penting dalam belajar. Tanpa
perhatian maka tidak mungkin terjadi belajar. Perhatian siswa
terhadap pelajaran akan timbul apabila bahan pelajaran sesuai
dengan kebutuhannya. Motivasi pun memiliki peranan penting
dalam kegiatan belajar. Motivasi dapat bersifat internal, yaitu
datang dari dirinya sendiri, dan dapat juga bersifat ekstenal,
yaitu datang dari selain dirinya sendiri.16
Berdasarkan hal
tersebut, artinya siswa dituntut untuk memberikan perhatian
terhadap semua kegiatan yang mengarah kepada pencapaian
tujuan pembelajaran selama proses belajar berlangsung dan
harus dapat membangkitkan serta mengembangkan motivasi
secara terus-menerus.
2) Keaktifan
Belajar hanya mungkin terjadi jika anak aktif mengalami
sendiri pengetahuan yang diperolehnya. Dalam proses belajar,
siswa selalu menampakkan keaktifan yang beraneka ragam.
16
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Departemen Pendidikan &
Kebudayaan dan Rhineka Cipta, 2006), cet. 3, hal. 42-43
13
Mulai dari kegiatan fisik yang mudah diamati hingga kegiatan
psikis yang sulit diamati.17
Artinya, dalam hal ini keaktifan
siswa merupakan hal yang penting dalam belajar. Siswa dituntut
untuk selalu aktif baik secara fisik, intelektual, maupun
emosional dalam memproses dan mengolah perolehan
belajarnya secara efektif.
3) Keterlibatan Langsung/Berpengalaman
Edgar Dale dalam penggolongan pengaman belajar
mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar
melalui pengalaman langsung. Dengan belajar melalui
pengalaman langsung siswa tidak sekedar mengamati secara
langsung namun harus menghayati, terlibat langsung dalam
kegiatan, dan bertanggung jawab terhadap hasil yang
diperoleh.18
Artinya, hal apapun yang dipelajari oleh siswa maka
mereka harus mempelajari dan mengalaminya sendiri.
4) Tantangan
Dalam situasi belajar siswa biasanya mendapat hambatan
saat mempelajari bahan belajar dalam mencapai tujuan yang
ingin dicapai. Dengan adanya hambatan tersebut maka muncul
motif untuk mengatasinya dengan mempelajari bahan belajar
tersebut. Agar saat belajar pada siswa muncul motif yang kuat
untuk mengatasi hambatan dengan baik maka bahan belajar
haruslah menantang. Dengan bahan belajar yang memiliki
tantangan membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan
belajar baru yang banyak mengandung masalah yang perlu
dipecahkan menjadikan siswa tertantang untuk
mempelajarinya.19
Berdasarkan hal tersebut, artinya dalam
pembelajaran guru harus kreatif dalam menyiapkan bahan ajar
17
Ibid., hal. 44-45 18
Ibid., hal. 45 19
Ibid., hal. 47-48
14
yang menarik dan tidak monoton agar siswa lebih semangat
dalam melakukan kegiatan belajar.
2. Bidang Studi Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati
hingga, mengimani, bertaqwa, dan berakhlak, mulia dalam
mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci
al-Qur’an dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,
latihan serta penggunaan pengalaman. Dibarengi tuntutan untuk
menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan
kerukunan umat beragama dalam masyarakat hingga terwujud
kesatuan dan persatuan bangsa.20
Menurut Zakiah Daradjat Pendidikan Agama Islam adalah suatu
usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa
dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Sedangkan
Ahmad Tafsir mengatakan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah
bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia
berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.21
Sedangkan Khoirun Rosyadi, Pendidikan Agama Islam adalah
“mengarahkan anak didik (manusia) pada optimal kemampuannya
dengan tujuan terbentuknya kepribadian yang utuh sebagai manusia
individual, sosial dan hamba Allah yang mengabdikan diri kepada-
Nya”.22
Pendidikan adalah tanggung jawab bersama. Berkenaan dengan
tanggung jawab ini, maka pendidikan agama di sekolah berarti: suatu
usaha yang secara sadar dilakukan guru untuk mempengaruhi siswa
20
Departemen Pendidikan Nasional, Standar Kompetensi Mata Pelajaran PAI SMA&MA,
(Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas, 2003), hal. 7 21
Abdul Majid, Pendidikan Agama…, hal. 131 22
Khiron Rrosyadi, Pendidikan Profetik, (Bandung: Pustaka Pelajar, 2004), hal. 135
15
dalam rangka pembentukan manusia beragama. Pemberian pengaruh
pendidikan agama disini mempunyai arti ganda, yaitu: pertama
sebagai salah satu sarana agama (dakwah Islamiyah) yang
diperlukan bagi pengembangan kehidupan keagamaan. Kedua,
sebagai satu sarana pendidikan nasional untuk terutama
meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.23
Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa pendidikan agama
Islam tidak hanya bersifat mengajar, dalam arti menyampaikan ilmu
pengetahuan tentang agama Islam kepada peserta didik, melainkan
mengarahkan kepada pembentukan pribadi muslim yang taat,
berilmu dan beramal agar ia Bahagia di dunia dan akhirat.
Pendidikan agama Islam dilakukan dalam rangka
mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami dan
mengamalkan ajaran agama Islam melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
b. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Dalam UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pendidikan
keagamaan merupakan pendidikan dasar, menengah dan tinggi yang
mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang
menuntut penguasaan tentang ajaran agama atau menjadi ahli ilmu
agama.24
Dan pada (pasal 37 ayat 1) UU ini juga disebutkan bahwa
pendidikan agama dimaksudkan untuk membentuk peserta didik
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta
berakhlak mulia.25
Pendidikan agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan
23
Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
1995), cet. 1, hal. 172 24
Departemen Agama RI, Memahami Paradigma…, hal. 72 25
Ibid., hal. 79
16
penumpukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, serta
pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi
manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan,
ketaqwaannya. Berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat
melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi (kurikulum PAI: 2003).26
c. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Pengajaran agama Islam diberikan pada sekolah umum dan
sekolah agama (madrasah), baik negeri maupun swasta. Seluruh
bahan pelajaran yang diberikan di sekolah/madarasah
diorganisasikan dalam bentuk kelompok-kelompok mata pelajaran
yang disebut bidang studi (broadfield) dan dilaksanakan melalui
sistem kelas.
Dalam struktur program sekolah, pengajaran agama merupakan
satu kesatuan atau keseluruhan dan dipandang sebagai sebuah bidang
studi agama Islam.
Dalam struktur program madrasah, pengajaran agama Islam
dibagi menjadi 4 macam bidang studi, yaitu: bidang studi aqidah
akhlak, al-Qur’an hadits, syariah dan sejarah Islam.27
Ruang lingkup bahan pelajaran Pendidikan Agama Islam
meliputi Sekolah Menengah Atas berfokus pada aspek:
1) Al-Qur’an Hadits
2) Keimanan
3) Syariah
4) Akhlak
5) Tarikh28
26
Departemen Pendidikan Nasional, Standar Kompetensi Mata Pelajaran PAI
SMA&MA…, hal. 8 27
Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
1995), ed. 1, cet. 1, hal. 173 28
Departemen Pendidikan Nasional, Standar Kompetensi Mata Pelajaran PAI
SMA&MA…, hal. 9
17
Pendidikan agama Islam menekankan keseimbangan dan
keselarasan antara hubungan manusia dengan Allah swt, hubungan
manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan diri
sendiri dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.29
d. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Kurikulum Pendidikan Agama Islam untuk sekolah/madrasah
berfungsi sebagai berikut:
1) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
peserta didik kepada Allah swt yang telah ditanamkan dalam
lingkup keluarga.
2) Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari
kebahagiaan dunia akhirat.
3) Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial
dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama
Islam.
4) Perbaikan, yaitu kekurangan-kekurangan dan kelemahan-
kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan
pengamalan ajaran dalam kehidupan sehari-hari.
5) Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari
lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan
dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia
Indonesia seutuhnya.
6) Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum
(alam nyata dan nir nyata), sistem dan fungsionalnya.
7) Penyaluran, yaitu menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat
khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat
29
Abdul Majid, Pendidikan Agama…, hal. 131
18
berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk
dirinya sendiri dan bagi orang lain.30
3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
a. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Semakin berkembangnya zaman pada era globalisasi ini
menyebabkan adanya perubahan dan peningkatan dalam berbagai
aspek, bidang pendidikan salah satunya. Perkembangan tersebut
bukan hanya terjadi pada segi teknologi pendidikan saja seperti
infrastruktur dan media pendidikan, namun lebih dari itu
perkembangan juga terjadi pada konsep pembelajaran, yakni adanya
perubahan cara atau sudut pandang terhadap siswa sebagai objek
pembelajaran menjadi subjek atau pelaku utama dalam proses
pembelajaran tersebut. Hal itu menimbulkan semakin banyaknya
kreasi dan inovasi dalam pendekatan pembelajaran.
Paradigma konvensional atau anggapan lama pada sebagian
besar orang yang sering kita pahami dalam kegiatan belajar mengajar
(KBM) adalah bagaimana seorang guru “mengajar” di kelas, namun
terkadang juga sering mengabaikan bagaimana proses siswa tersebut
dalam kegiatan belajar. Hal yang penting dari inti proses
pembelajaran adalah bagaimana siswa itu belajar memahami sebuah
konsep pengetahuan berdasarkan pengalaman belajarnya, bukan
bagaimana guru itu mengajar, artinya guru sebagai seorang pendidik
bukan hanya menyampaikan pengetahuan (transfer of knowledge),
materi atau bahan ajar di kelas, tetapi lebih penting daripada itu guru
dituntut untuk mampu memberikan serta menanamkan nilai-nilai
pendidikan (transfer of value) yang tentunya hal tersebut menjadi
dasar untuk siswa agar mereka mampu berkembang dan matang
30
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi…, hal.
134-135
19
bukan hanya secara pengetahuan, namun juga matang secara moral
dan spiritual.
Guru sebagai seorang pendidik, tentunya harus mampu memilih,
menentukan, menerapkan serta mengembangkan model-model
pembelajaran yang mampu meningkatkan antusiasme siswa agar
mereka bisa turut serta aktif dalam kegiatan pembelajaran dan
merasakan sendiri secara langsung dari pengalaman belajar yang
mereka lakukan.
Problem Based Learning (Problem Based Instruction) adalah
pembelajaran yang menggunakan masalah nyata (autentik) yang
tidak terstruktur (ill-structured) dan bersifat terbuka sebagai konteks
bagi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan
menyelesaikan masalah dan berpikir kritis serta sekaligus
membangun pengetahuan baru.31
Pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah
yang dihadapi dengan menggunakan metoda ilmiah.32
Pembelajaran
berbasis masalah dapat pula diartikan sebagai model pembelajaran
yang menyajikan situasi masalah yang otentik dan bermakna kepada
siswa yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan investigasi
dan inkuiri.33
Selain kedua pengertian tersebut, pembelajaran
berbasis masalah pun dapat didefinisikan sebagai salah satu metode
yang digunakan untuk menunjang pendekatan pembelajaran learner
centered yang memberdayakan pembelajar.34
Pengertian lain
mengemukakan bahwa, pembelajaran berbasis masalah adalah salah
satu model pembelajaran yang dapat menumbuhkan semangat siswa
31
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2011), hal. 232 32
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, ed. 1,
(Jakarta: Kencana Prenada Media, 2011), cet. 8, hal. 214 33
Richard I Arends, Learning to Teach, (New York: McGraw-Hill, 2007), hal. 380 34
M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan melalui Problem Based Learning, ed. 1, (Jakarta:
Kencana Prenada Media, 2009), cet. 2, hal. 12
20
untuk aktif terlibat dalam pengalaman belajarnya yang menyebabkan
berkembangnya keterampilan berpikir siswa (penalaran, komunikasi,
dan koneksi) dalam memecahkan suatu masalah.35
Selain itu,
pembelajaran berbasis masalah pun dapat diartikan sebagai model
pembelajaran yang bertujuan untuk memunculkan pemikiran
penyelesaian masalah, mulai dari awal pembelajaran disintesis dan
diorganisasikan dalam suatu situasi masalah.36
Masalah yang dimaksud dalam konteks pembelajaran di sini
yaitu sebuah fenomena faktual yang terjadi di kehidupan nyata,
dimana hal tersebut berfungsi sebagai input (masukan) dasar
pengetahuan bagi siswa untuk mereka amati dan eksplorasi sebelum
mereka analisa dan simpulkan pemecahan dari masalah tersebut.
Akhir dari rangkaian proses pembelajaran ini akan melahirkan
sebuah pemahaman konsep siswa secara mandiri namun terarah
terhadap materi dan metode pembelajaran yang mereka jalani
berdasarkan pengalaman belajarnya.
Menurut Muslimin I dalam Boud dan Felleti (2000:7),
Pembelajaran berdasarkan masalah (problem based learning) adalah
suatu pendekatan untuk membelajarkan siswa untuk
mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan
memecahkan masalah, belajar peranan orang dewasa yang otentik
serta menjadi pelajar mandiri. Pembelajaran berdasarkan masalah
tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi yang
sebanyak-banyaknya kepada siswa, akan tetapi pembelajaran
berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa
mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan
keterampilan intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa
35
Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, ed. 2,
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012), cet. 5, hal. 229 36
Uus Toharudin, Sri Hendrawati, dan Andrian Rustaman, Membangun Literasi Sains
Peserta Didik, (Bandung: Humaniora, 2011), cet. 1, hal. 99
21
melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata dan menjadi
pembelajaran yang mandiri.37
Memang yang menjadi fokus pada pembelajaran berbasis
masalah (problem based learning) ini adalah bagaimana siswa
mampu secara mandiri mengembangkan kemampuan dan
keterampilan berpikirnya terhadap sebuah masalah faktual menjadi
sebuah konsep pengetahuan yang komprehensif dalam sebuah
pembahasan yang mereka pelajari.
Menurut Jodion Siburian, dkk dalam Utami (2011),
Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) merupakan
salah satu model pembelajaran yang berasosiasi dengan
pembelajaran kontekstual. Pembelajaran artinya dihadapkan pada
suatu masalah, yang kemudian dengan melalui pemecahan masalah,
melalui masalah tersebut siswa belajar keterampilan-keterampilan
yang lebih mendasar.38
Siswa dibiasakan untuk tanggap terhadap hal-hal yang berupa
problematika kontekstual dan mereka juga dilatih untuk berpikir
secara kritis tentang hal-hal mereka cermati. Oleh karenanya, siswa
nanti akan mampu menelaah dan menyikapi secara mandiri
bagaimana jalannya sebuah konsep pengetahuan mereka terhadap
suatu hal yang mereka cermati.
Menurut Duch (1994) Pembelajaran Berbasis Masalah adalah
metode instruksional yang menantang peserta didik agar belajar
untuk belajar, bekerja sama dalam kelompok untuk mencari solusi
bagi masalah yang nyata. Masalah ini digunakan untuk mengaitkan
rasa keingintahuan serta memiliki kemampuan analisis peserta didik
dan inisiatif atas materipelajaran. PBM mempersiapkan peserta didik
37
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT
Reneka Cipta, 2002), cet. ke-2, hal. 1-2 38
Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi, (Bandung: Revika
Aditama, 2013), cet. ke-3, hal. 59
22
untuk berpikir kritis dan analitis, dan untuk mencari serta
menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli, maka dapat disimpulkan
bahwa Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based
Learning) adalah model pembelajaran yang diawali dengan
pemberian masalah kepada peserta didik dimana masalah tersebut
dialami atau merupakan pengalaman sehari-hari peserta didik.
Selanjutnya peserta didik menyeleseikan masalah tersebut untuk
menemukan pengetahuan baru. Secara garis besar PBL terdiri dari
kegiatan menyajikan kepada peserta didik suatu situasi masalah yang
autentik dan bermakna serta memberikan kemudahan kepada mereka
untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri.
Pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang
efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran
ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi
dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang
dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk
mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.39
Selain efektif, model pembelajaran berbasis masalah (problem
based learning) juga sangat cocok diterapkan di sekolah pada siswa
jenjang menengah atas, dikarenakan kemampuan pola pikir mereka
yang sangat dinamis serta kritis terhadap hal-hal yang ada dan terjadi
di sekitarnya.
Pada aspek filosofi, PBL dipusatkan pada siswa yang dihadapkan
pada suatu masalah. Sementara pada subject based learning guru
menyampaikan pengetahuannya kepada siswa sebelum
menggunakan masalah untuk memberi ilustrasi pengetahuan yang
tadi. PBL bertujuan agar siswa mampu memperoleh dan membentuk
pengetahuannya secara efisien, kontekstual, dan terintegrasi. Model
39
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan
Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2012), cet. ke-6, hal. 92
23
pembelajaran pokok dalam PBL berupa belajar dalam kelompok
kecil dengan sistem tutorial.40
Model pembelajaran berdasarkan
masalah dilandasi oleh teori belajar konstruktivis. Guru memandu
siswa menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi tahap-tahap
kegiatan; guru memberi contoh mengenai penggunaan keterampilan
dan strategi yang dibutuhkan supaya tugas-tugas tersebut dapat
diselesaikan. Guru menciptakan suasana kelas yang fleksibel dan
berorientasi pada upaya penyelidikan oleh siswa.41
b. Karakteristik, Ciri-ciri, dan Tujuan PBM
Pembelajaran berbasis masalah memiliki karakter tersendiri
dibandingkan dengan pembelajaran yang lainnya. Berikut ini
merupakan karakteristik dari model pembelajaran berbasis masalah:
1) Permasalahan menjadi permulaan dalam belajar;
2) Permasalahan merupakan masalah yang ada di dunia nyata;
3) Permasalahan membutuhkan perspektif ganda;
4) Permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa,
sikap, dan kompetensi yang kemudian memerlukan identifikasi
kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar;
5) Belajar pengarahan diri merupakan hal yang utama;
6) Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam,
pengaplikasiannya, dan evaluasi sumber informasi adalah proses
yang esensial;
7) Belajar merupakan kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif;
8) Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah
untuk mencari solusi dari sebuah masalah;
9) Keterbukaan proses dalam pembelajaran berbasis masalah
mencakup sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar;
40
Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran Teori dan Apikasi, (Jogjakarta: Ar Ruzz
Media, 2014), cet. ke-2, hal. 215-216 41
Trianto, op. cit., hal. 92
24
10) Menggunakan evaluasi dan pengulangan pengalaman siswa dan
proses belajar.42
Ciri-ciri utama pembelajaran berdasarkan masalah adalah
meliputi suatu pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan
keterkaitan antardisiplin. Penyelidikan autentik, kerja sama, dan
menghasilkan karya dan peragaan. Pembelajaran berbasis masalah
tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi
sebanyak-banyaknya kepada siswa.
Menurut Ibrahim dan Nur, ciri-ciri dari model pembelajaran
berbasis masalah adalah sebagai berikut:
1) Pengajuan pertanyaan atau masalah; pembelajaran berbasis
masalah melibatkan pengajaran dengan masalah yang nyata dan
sesuai dengan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari siswa.
2) Berfokus terhadap keterkaitan antardisiplin ilmu; masalah dan
solusi dalam pemecahan masalah yang disarankan tidak hanya
ditinjau dari satu disiplin ilmu, tetapi ditinjau dari berbagai
disiplin ilmu.
3) Penyelidikan autentik; dengan menggunakan model ini
mengharuskan siswa melakukan penyelidikan terhadap masalah
nyata melalui analisis masalah, observasi, maupun eksperimen.
4) Menghasilkan produk/karya dan mempublikasikannya; artinya
menuntut siswa untuk menghasilkan karya atau produk tertentu
dalam bentuk nyata seperti, poster, puisi, laporan, gambar, dan
lain-lain untuk menjelaskan penyelesaian masalah yang
ditemukan, kemudian mempublikasikan produk tersebut.
5) Kerja sama; siswa bekerja sama untuk saling memberikan
motivasi sekaligus mengembangkan keterampilan berpikir
melalui pertukaran pendapat serta berbagai penemuan.43
42
Rusman, op. cit., hal. 232-233 43
Putra, op. cit., hal. 73-74
25
Berdasarkan karakter tersebut, pembelajaran berdasarkan
masalah memiliki bertujuan: (1) Membantu siswa mengembangkan
keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah; (2)
Belajar peranan orang dewasa yang autentik; dan (3) Menjadi
pembelajar yang mandiri.44
Tujuan utama Problem Based Learning
(Problem Based Instruction) bukanlah penyampaian sejumlah besar
pengetahuan kepada peserta didik, melainkan berorientasi pada
pengembangan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan
pemecahan masalah dan sekaligus mengembangkan kemampuan
peserta didik untuk secara aktif membangun pengetahuan sendiri.
Tujuan pembelajaran dirancang untuk dapat merangsang dan
melibatkan pembelajar dalam pola pemecahan masalah. Kondisi ini
akan dapat mengembangkan keahlian belajar dalam bidangnya
secara langsung dalam mengidentifikasi permasalahan. Dalam
konteks belajar kognitif sejumlah tujuan yang terkait adalah belajar
langsung dan mandiri atas pengetahuan dan pemecahan masalah.
Oleh karena itu, untuk mencapai keberhasilan, para pembelajar harus
mengembangkan keahlian belajar dan mampu mengembangkan
strategi dalam mengidentifikasi dan menemukan permasalahan
belajar, evaluasi, dan juga belajar dari berbagai sumber yang relevan.
Tujuan PBM adalah penguasaan isi belajar dari disiplin heuristic
dan pengembangan keterampilan pemecahan masalah. PBM juga
berhubungan dengan belajar tentang kehidupan yang lebih luas
(lifewide learning), keterampilan memaknai informasi, kolaboratif
dan belajar tim, dan keterampilan berpikir reflektif dan evaluatif.45
Prinsip utama Problem Based Learning (Problem Based
Instruction) adalah penggunaan masalah nyata sebagai sarana bagi
peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan dan sekaligus
44
Trianto, Ibid., hal. 94-95 45
Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2016), Ed. 2, cet. ke-6, hal. 238
26
mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan
pemecahan masalah. Masalah nyata adalah masalah yang terdapat
dalam kehidupan sehari-hari dan bermanfaat langsung apabila
diselesaikan.
Pemilihan atau penentuan masalah nyata ini dapat dilakukan oleh
guru maupun peserta didik yang disesuaikan kompetensi dasar
tertentu. Masalah itu bersifat terbuka (open-ended problem), yaitu
masalah yang memiliki banyak jawaban atau strategi penyelesaian
yang mendorong keingintahuan peserta didik untuk mengidentifikasi
strategi-strategi dan solusi-solusi tersebut. Masalah itu juga bersifat
tidak terstruktur dengan baik (ill-structured) yang tidak dapat
diselesaikan secara langsung dengan cara menerapkan formula atau
strategi tertentu, tetapi perlu informasi lebih lanjut untuk memahami
serta perlu mengombinasikan beberapa strategi atau bahkan
mengkreasi strategi sendiri untuk menyelesaikannya.
Pembelajaran berdasarkan masalah adalah suatu pendekatan
pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada peserta didik
dengan masalah-masalah praktis, berbentuk ill-structured atau open
ended melalui stimulus dalam belajar.
Pembelajaran berdasarkan masalah memiliki karakteristik-
karakteristik sebagai berikut.
1. Belajar dimulai dengan suatu masalah.
2. Memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan
dengan dunia nyata peserta didik atau integrasi konsep dan
masalah di dunia nyata.
3. Mengorganisasikan pelajaran di seputar masalah, bukan di
seputar disiplin ilmu.
4. Memberikan tanggung jawab yang besar kepada pembelajar
dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses
belajar mereka sendiri.
5. Menggunakan kelompok kecil.
27
6. Menuntut pembelajar untuk mendemonstrasikan apa yang telah
mereka pelajari dalam bentuk suatu produk atau kinerja. Inilah
yang akan membentuk skill peserta didik. Jadi, peserta didik
diajari keterampilan.
c. Langkah-langkah PBM
Pada dasarnya, Problem Based Learning (Problem Based
Instruction) diawali dengan aktivitas peserta didik untuk
menyelesaikan masalah nyata yang ditentukan atau disepakati.
Proses penyelesaian masalah tersebut berimplikasi pada
terbentuknya keterampilan peserta didik dalam menyelesaikan
masalah dan berpikir kritis serta sekaligus membentuk pengetahuan
baru. Berikut ini akan dijelaskan beberapa langkah-langkah untuk
menerapkan model pembelajaran berbasis masalah:
1) Menurut Wina Sanjaya, pembelajaran berbasis masalah
memiliki 6 langkah yang harus dilakukan, yaitu:
a) Menyadari masalah, pada tahap ini siswa menentukan
kesenjangan yang terjadi dari berbagai fenomena yang ada
dan guru memberikan bimbingan kepada siswa dalam
menentukan kesenjangan tersebut.
b) Merumuskan masalah, dalam tahap ini siswa menentukan
masalah yang menjadi prioritas serta memanfaatkan
pengetahuannya untuk mendapatkan suatu rumusan masalah
yang jelas, spesifik, dana dapat diselesaikan.
c) Merumuskan hipotesis, pada tahap ini siswa menentukan
sebab akibat dari suatu masalah yang akan dipecahkan dan
menentukan berbagai cara kemungkinan dalam
penyelesaian masalah tersebut.
d) Mengumpulkan data, pada tahapan ini siswa
mengumpulkan data yang selanjutnya dipetakan dan
disajikan dalam berbagai bentuk agar lebih mudah
dipahami.
28
e) Menguji hipotesis, pada tahap ini siswa menentukan
hipotesis mana yang diterima dan ditolak serta menganalisis
data sekaligus membahasnya untuk melihat keterkaitaannya
dengan masalah yang dipelajari dan akhirnya dapat diambil
suatu keputusan dan kesimpulan.
f) Menentukan pilihan penyelesaian, dalam tahap ini siswa
memilih cara penyelesaian yang dapat dilakukan serta
mempertimbangkan kemungkinan yang dapat terjadi
berkaitan dengan cara yang dipilih tersebut dan
mempertimbangkan pula akibat yang terjadi terhadap setiap
pilihan.46
2) Menurut Ibrahim, Nur dan Ismail, langkah-langkah model
pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:47
Tabel 2.1
Langkah-langkah model pembelajaran berbasis masalah
Ibrahim, Nur dan Ismail
Tahap Aktivitas Guru dan Peserta Didik
Tahap 1
Mengorientasikan peserta didik
terhadap masalah
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran dan sarana atau
logistik yang dibutuhkan. Guru
memotivasi peserta didik untuk
terlibat dalam aktivitas pemecahan
masalah nyata yang dipilih atau
ditentukan.
Tahap 2
Mengorganisasi peserta didik
untuk belajar
Guru membantu peserta didik
mendefinisikan dan mengorganisasi
tugas belajar yang berhubungan
46
Sanjaya, op. cit., hal. 218-220 47
Rusman, op. cit., hal. 243
29
dengan masalah yang sudah
diorientasikan pada tahap
sebelumnya.
Tahap 3
Membimbing penyelidikan
individual maupun kelompok
Guru mendorong peserta didik untuk
mengumpulkan informasi yang
sesuai dan melaksanakan
eksperimen untuk mendapatkan
kejelasan yang diperlukan untuk
menyelesaikan masalah.
Tahap 4
Mengembangkan dan menyajikan
hasil karya
Guru membantu peserta didik untuk
berbagi tugas dan merencanakan
atau menyiapkan karya yang sesuai
sebagai hasil pemecahan masalah
dalam bentuk laporan, video, atau
model.
Tahap 5
Menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah
Guru membantu peserta didik untuk
melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap proses pemecahan masalah
yang dilakukan.
Selain dua pendapat tersebut mengenai langkah-langkah
model pembelajaran berbasis masalah, Richard I Arends
mengemukakan langkah model pembelajaran berbasis masalah
sebagai berikut:48
48
Arends, op. cit., hal. 394
30
Tabel 2.2
Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Richard I Arend
No. Fase Perilaku Guru
1 Orientasi siswa pada masalah Membahas tujuan
pembelajaran, mendeskripsi
berbagai kebutuhan logistik
penting yang dibutuhkan, dan
memotivasi siswa untuk
terlibat aktif dalam kegiatan
pemecahan masalah
2 Mengorganisasikan siswa untuk
belajar
Membantu siswa untuk
mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas-tugas
belajar yang terkait
permasalahan yang dihadapi
3 Membimbing investigasi
individual dan kelompok
Mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang
tepat, melaksanakan
eskperimen dan mencari
penjelasan dan solusi dari
permasalahan yang disajikan
4 Mengembangkan dan
mempresentasikan hasil karya
Membantu siswa dalam
merencanakan dan
menyiapkan hasil karya yang
tepat, seperti laporan, rekaman
video, dan model-model, serta
membantu mereka untuk
menyampaikannya kepada
orang lain.
31
5 Menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk
melakukan refleksi terhadap
hasil dari investigasinya dan
proses-proses yang mereka
gunakan
Tahapan-tahapan Problem Based Learning (Problem Based
Instruction) yang dilaksanakan secara sistematis berpotensi dapat
mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan masalah
dan sekaligus dapat menguasai pengetahuan yang sesuai dengan
kompetensi dasar tertentu.
Gambar 2.1. Proses Problem Based Learning
Ideas
Knowledge
Learning Issues
Course of Action
Problem
Problem-Based Learning Process
32
Gambar 2.2 Perencanaan Pelajaran untuk
Pembelajaran Berbasis-Masalah
Merencanakan Pelajaran untuk Pembelajaran Berbasis-Masalah
Mengidentifikasi Topik
Merencanakan pelajaran untuk Pembelajaran Berbasis-Masalah tak
jauh beda dengan merencanakan pelajaran untuk Pembelajaran
Berbasis-Masalah. Akan tetapi, “topik” Anda lebih kompleks dan
abstrak dibandingkan mengajarkan satu konsep. Bisa juga satu
bangunan pengetahuan sistematis, atau bahkan satu prosedur.
Menentukan Tujuan Belajar
Saat merencanakan pelajaran untuk Pembelajaran Berbasis-Masalah,
siswa diharapkan mampu mengembangkan keterampilan pemecahan
masalah dan mempelajari kemandirian (self-direction). Kemampuan
pemecahan masalah dan pembelajaran mandiri adalah tujuan jangka-
panjang dan siswa memerlukan pengalaman terus-menerus untuk
mencapai tujuan tersebut.
Mengidentifikasi Masalah
Masalah-masalah akan paling efektif jika masalah itu jernih, konkret,
dan dekat dengan keseharian pribadi (personalized). Saat memilih
masalah, Anda juga harus berusaha menentukan apakah siswa-siswi
memiliki cukup banyak pengetahuan awal untuk secara efektif
merancang satu strategi demi memecahkan masalah tersebut.
Merencanakan Pelajaran untuk Pembelajaran
Berbasis-Masalah
Mengidentifikasi Topik
Menentukan Tujuan Belajar
Mengidentifikasi Masalah
Mengakses Materi
33
Mengakses Materi
Jika Anda ingin pelajaran pemecahan masalah berlangsung mulus,
siswa Anda harus memahami apa yang mereka usahakan untuk dicapai
(meskipun mereka mungkin tidak mampu mencapai itu pada awalnya)
dan mereka mesti memiliki akses pada materi-materi yang dibutuhkan
untuk memecahkan masalah.
Tabel 2.3
Fase-Fase dalam Menerapkan Pelajaran untuk
Pembelajaran BerbasisMasalah
FASE DESKRIPSI
Fase 1 : Mereview dan Menyajikan
Masalah
Guru mereview pengetahuan yang
dibutuhkan untuk memecahkan
masalah dan memberi siswa masalah
spesifik dan konkret untuk
dipecahkan
Menarik perhatian siswa dan
menarik mereka ke dalam
pelajaran
Secara informal menilai
pengetahuan awal
Memberikan fokus konkret untuk
pelajaran
Fase 2 : Menyusun Strategi
Siswa menyusun strategi untuk
memecahkan masalah dan guru
memberi mereka umpan balik soal
strategi
Memastikan sebisa mungkin
bahwa siswa menggunakan
pendekatan berguna untuk
memecahkan masalah
Fase 3 : Menerapkan Strategi
Siswa menerapkan strategi-strategi
mereka saat guru secara cermat
memonitor upaya mereka dan
memberikan umpan balik
Memberi siswa pengalaman
untuk memecahkan masalah
Fase 4 : Membahas dan Memberi siswa umpan balik
34
Mengevaluasi Hasil
Guru membimbing diskusi tentang
upaya siswa dan hasil yang mereka
dapatkan
tentang upaya mereka
Berdasarkan beberapa pendapat yang dipaparkan di atas, terlihat
langkah model pembelajaran berbasis masalah ada yang enam dan lima
langkah. Untuk langkah model pembelajaran berbasis masalah dengan
lima langkah dikemukakan berdasarkan dua pendapat. Dari dua
pendapat tersebut secara keseluruhan langkahnya sama. Sedangkan,
untuk langkah model pembelajaran berbasis masalah dengan enam
langkah, setelah peneliti memahami lebih dalam, inti dari keenam
langkah tersebut pun memiliki maksud yang sama dengan yang lima
langkah. Namun, peneliti memutuskan menggunakan langkah-langkah
model pembelajaran berbasis masalah dalam penelitian ini dengan lima
langkah pembelajaran karena berasal dari pendapat ahli yang lebih
banyak. Langkah model pembelajaran berbasis masalah yang
digunakan dalam penelitian, yaitu berdasarkan buku Learning to Teach
karangan Richard I Arends.
4. Motivasi Belajar Peserta Didik
a. Pengertian Motivasi
Manusia dalam melakukan aktivitasnya memiliki suatu daya
penggerak atau pendorong. Gerakan atau dorongan itu bisa datang
dari dalam individu atau bisa juga dari luar. Dalam kaitannya dengan
proses belajar mengajar, seorang guru harus memperhatikan segala
sesuatu yang dapat mendorong siswa untuk belajar dengan baik dan
apa yang telah diusahakan guru dapat menimbulkan satu motif untuk
belajar sesuai yang diharapkan.
Secara etimologi, motif atau dalam bahasa Inggrisnya motive,
berasal dari kata motion yang berarti “gerakan” atau “sesuatu yang
35
bergerak”. Jadi istilah motif erat kaitannya dengan gerak, yakni
gerakan yang dilakukan manusia, atau disebut juga perbuatan atau
tingkah laku.49
Motif dalam psikologi berarti rangsangan, dorongan atau
pembangkit tenaga bagi terjadinya suatu tingkah laku.
Selain motif, dalam psikologi dikenal pula istilah motivasi.
Sebenarnya motivasi merupakan istilah umum yang menunjukkan
pada seluruh proses Gerakan termasuk situasi yang mendorong,
dorongan yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang
ditimbulkannya dan tujuan atau akhir dari segala Gerakan atau
perbuatan. Karena itu dapat dikatakan bahwa motivasi berarti
pembangkit motif, membangkitkan daya gerak atau menggerakkan
seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu dalam mencapai
suatu tujuan.50
Menurut Purwanto, motivasi adalah pendorong suatu usaha yang
disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar dapat
tergerak hatinya untuk betindak melakukan sesuatu hingga mencapai
hasil atau tujuan tertentu.
Drs. H. M. Alisuf Sabri dalam bukunya Psikologi Pendidikan,
mengatakan bahwa motivasi diartikan sebagai segala sesuatu yang
menjadi pendorong timbulnya suatu tingkah laku.
Berkaitan dengan masalah belajar, maka secara umum syah
mengungkapkan bahwa belajar merupakan tahapan perubahan
seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil
pengalaman interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses
kognitif. Dalam proses belajar dorongan sangat mutlak dilakukan,
baik dari dalam dirinya sebagai pelaksananya maupun dari luar
dirinya, sehingga dengan adanya dorongan belajar yang diterimanya
dapat membantu pencapaian hasil belajar.
49
Alex Sobur, Psikologi Umum dalam Lintas Sejarah, (Bandung: Pustaka Setia, 2003),
cet. ke-1, hal. 268 50
Ibid., hal. 268
36
b. Peran Motivasi dalam Belajar
Motivasi sangat berperan dalam belajar. Dengan motivasi inilah
siswa menjadi tekun dalam proses belajar dan dengan motivasi ini
pula kualitas hasil belajar siswa juga kemungkinan dapat
diwujudkan. Siswa yang dalam proses belajar mengajar memiliki
motivasi tinggi dan jelas pastilah akan tekun dan berhasil belajarnya.
Kepastian itu mungkin oleh sebab adanya tiga fungsi motivasi
sebagai berikut:
1) Pendorong orang untuk berbuat dalam mencapai tujuan
2) Penentu arah perbuatan yakni ke arah tujuan yang hendak
dicapai
3) Penyeleksian perbuatan sehingga perbuatan orang yang
mempunyai motivasi senantiasa selektif dan tetap terarah pada
tujuan yang ingin dicapai.51
Di samping itu, motivasi juga berfungsi sebagai pendorong usaha
dan pencapaian prestasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar
akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, dengan adanya
usaha yang tekun dan didasari adanya motivasi, maka seseorang
yang belajar dengan baik akan mendapatkan prestasi yang baik.52
Berdasarkan arti dan fungsi motivasi itu bukan tersebut dapat
disimpulkan bahwa motivasi itu bukan hanya berfungsi sebagai
penentu terjadinya suatu perbuatan tetapi juga merupakan penentu
hasil perbuatan.
Sejalan dengan arti dan fungsi motivasi tesebut dalam agama
Islam ada sejenis motivasi yang arti dan fungsinya sama yaitu “niat”,
seperti yang dikemukakan oleh Rasulullah saw dalam sebuah hadits:
“Sesungguhnya setiap amal itu tergantung dalam niatnya, dan
setiap orang akan mendapatkan dengan niatnya”.
51
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007), cet. ke-3, hal.
86 52
M Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar …, hal. 86
37
Dengan demikian niat itu sama dengan motivasi akan mendorong
orang untuk bekerja atau melakukan suatu perbuatan dengan
sungguh-sungguh (tekun) dan selanjutnya niat/motivasi itu pula yang
akan menentukan pahala/balasan sebagai hasil perbuatannya.
c. Sifat Motivasi dalam Belajar
Pada pokoknya motivasi memiliki dua sifat, yakni motivasi
intrinsik dan motivasi ekstrinsik, yang paling berkaitan satu dengan
lainnya.
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tercakup dalam situasi
belajar yang bersumber dari kebutuhan dan tujuan siswa itu sendiri.
Motivasi ini sering disebut “motivasi murni” atau motivasi
sebenarnya yang timbul dari dalam diri peserta didik, misalnya
keinginan untuk mendapat keterampilan tertentu, memperoleh
informasi dan pemahaman, mengembangkan sikap untuk berhasil,
menikmati kehidupan, secara sadar memberikan sumbangan kepada
kelompok, keinginan untuk diterima orang lain dan sebagainya.
Motivasi ini timbul tanpa pengaruh dari luar. Motivasi intrinsik
adalah motivasi yang hidup dari dalam diri peserta didik dan berguna
dalam situasi belajar yang fungsional.53
Motivasi ekstrinsik merupakan kegiatan belajar yang tumbuh
dari dorongan dan kebutuhan seseorang tidak secara mutlak
berhubungan dengan kegiatan belajarnya. Motivasi ini bukan
tumbuh diakibatkan oleh dorongan dari diri seseorang seperti dari
orang lain dan sebagainya.
Beberapa bentuk motivasi belajar ekstrinsik menurut Winkel
diantaranya adalah:
1) Belajar demi memenuhi kewajiban
2) Belajar demi menghindari hukuman
3) Belajar demi memperoleh hadiah
53
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), cet. ke-5,
hal. 112-113
38
4) Belajar demi meningkatkan gengsi
5) Belajar demi memperoleh pujian
6) Belajar demi tuntutan jabatan yang diinginkan.54
Perlu diingat bahwa perbuatan yang kita lakukan sehari-hari
banyak motif-motif intrinsik atau keduanya sekaligus. Meskipun
demikian, yang paling baik dalam hal belajar adalah motif
intrinsik.55
d. Bentuk-bentuk Motivasi dalam Pembelajaran
Dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi sangat
diperlukan. Dengan motivasi pelajar dapat mengembangkan inisiatif
dan aktivitas, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam
melakukan kegiatan belajar.
Guru harus berhati-hati dalam menumbuhkan dan memberi
motivasi bagi kegiatan belajar para siswa.
Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi
dalam kegiatan belajar di sekolah, antara lain:
1) Memberi angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan
belajarnya.
2) Hadiah
Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah
selalu demikian karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin
tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak
berbakat untuk suatu pekerjaan tersebut.
3) Saingan/kompetisi
Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi
untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan
54
Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan…, hal. 179 55
Alex Sobur, Psikologi Umum…, hal. 296
39
individual maupun kelompok dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa.
4) Memberi ulangan
Para siswa akan menjadi giat belajar jika mengetahui akan ada
ulangan. Oleh karena itu ulangan ini juga merupakan sarana
motivasi. Tetapi yang harus diingat oleh guru, adalah jangan
terlalu sering karena dapat membosankan dan bersifat rutinitas.
Dalam hal ini guru juga harus bersikap terbuka, maksudnya jika
akan diadakan ulangan harus diberitahukan kepada siswa.
5) Pujian
Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi jika terjadi
kemajuan akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar.
Semakin mengetahui bahwa hasil belajar meningkat, maka akan
timbul motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan
suatu harapan hasilnya terus meningkat.
6) Hukuman
Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi jika
diberikan secara tepat dan bijak dapat menjadi alat motivasi.
Oleh karena itu guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian
hukuman.
7) Minat
Motivasi erat hubungannya dengan minat. Motivasi muncul
karena adanya kebutuhan, begitu juga dengan minat sehingga
tepatlah jika minat merupakan alat motivasi pokok. Proses
belajar mengajar akan berjalan lancar jika disertai minat.
8) Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar berarti bahwa ada unsur kesengajaan dan
ada maksud untuk belajar. Hal ini baik, bila dibandingkan
dengan sesuatu tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti ada
pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar,
sehingga hasil belajar akan lebih baik.
40
9) Tujuan yang diakui
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan
merupakan alat motivasi yang penting. Sebab dengan
memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat
berguna dan menguntungkan, maka akan timbul semangat untuk
terus belajar.56
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Dalam melakukan penelitian ini diadakan tinjauan pustaka terhadap
beberapa skripsi yang memiliki kemiripan judul untuk menghindari duplikasi,
diantaranya:
1. "Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Peristiwa Alam di Kelas V
MIN Rukoh Darusallam Banda Aceh". (Disusun oleh: Lisa Saumi
Rahmana, NIM 200929571, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Ar-Raniry Darussalam
Banda Aceh)
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian
tindakan kelas. Adapun prosedur penelitian tindakan kelas yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu mengikuti model Kurt Lewin. Penelitian ini
bertujuan untuk: (1) mengetahui aktivitas siswa dan aktivitas guru dengan
diterapkannya model PBL; (2) mengetahui peningkatan hasil belajar siswa
dengan diterapkannya model PBL; (3) mengetahui respon siswa terhadap
penerapan model PBL.
Hasil dari penelitian ini yaitu: (1) aktivitas guru selama dua siklus
mengalami peningkatan; (2) aktivitas siswa selama dua siklus mengalami
peningkatan; (3) hasil belajar siswa mengalami peningkatan; (4) respon
56
M Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar…, hal. 91-95
41
yang ditunjukkan siswa terhadap penerapan pembelajaran model PBL
menunjukkan kriteria sangat positif.57
Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan
dilakukan oleh penulis adalah sama-sama membahas model pembelajaran
berbasis masalah. Perbedaannya adalah pada metodologi penelitian yang
digunakan. Penelitian tersebut menggunakan metodologi penelitian
tindakan kelas, sementara penelitian yang akan dilakukan oleh penulis
adalah penelitian yang menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif.
2. "Pengaruh Layanan Penguasaan Konten Terhadap Motivasi Belajar Siswa
MTsN Tanjung Balai Tahun Ajaran 2016/2017". (Disusun oleh Lia
Aprilia, NIM 33133060, Program Studi Bimbingan Konseling Islam,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Sumatera Utara Medan).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode
teknik analisis regresi sederhana dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh layanan penguasaan konten
terhadap motivasi belajar siswa di MTsN Tanjung Balai. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa pelaksanaan layanan penguasaan konten
mempunyai pengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa.58
Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan
dilakukan oleh penulis adalah sama-sama meneliti motivasi belajar siswa.
Perbedaannya adalah pada variabel independennya. Pada penelitian
tersebut variabel independennya adalah layanan penguasaan konten,
sementara penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah model
pembelajaran berbasis masalah.
57
Lisa Saumi Rahmana, Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Peristiwa Alam di Kelas V MIN Rukoh
Darusallam Banda Aceh, Skripsi UIN Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh, (https://repository.ar-
raniry.ac.id), 2016 58
Lia Aprilia, Pengaruh Layanan Penguasaan Konten Terhadap Motivasi Belajar Siswa
MTsN Tanjung Balai Tahun Ajaran 2016/2017, Skripsi UIN Sumatera Utara Medan,
(http://repository.uinsu.ac.id/4040/, 2017)
42
C. Kerangka Berpikir
Model pembelajaran yang selama ini sering dan banyak digunakan dalam
kegiatan belajar mengajar di kelas masih bersifat konvensional, yakni
berpusat kepada guru (teacher centered), yakni guru sebagai sumber belajar
utama bagi peserta didik. Hal tersebut sering mengakibatkan proses dan
suasana belajar menjadi monoton serta membosankan, yang kemudian pada
akhirnya respon serta motivasi belajar siswa tidak meningkat dan bahkan
cenderung menurun. Oleh karenanya perlu adanya penerapan model
pembelajaran aktif yang mampu merangsang semangat dan antusias belajar
siswa di kelas.
Motivasi meupakan sebuah dorongan atau pemicu seseorang untuk
melakukan sesuatu atau tindakan. Dalam kaitannya dengan pembelajaran
motivasi menjadi salah satu faktor yang penting untuk keberhasilan jalannya
proses dan hasil belajar. Motivasi belajar bisa dating dari internal siswa
maupun eksternal siswa itu sendiri. Jika kita melihat peran guru dalam proses
pembelajaran, maka guru harus mampu membangun motivasi peserta
didiknya, salah satunya yaitu dengan menerapkan model pembelajaran aktif
guna membangun motivasi belajar peserta didiknya.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah yang
masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Adapun
kegunaan hipotesis, yaitu:
1. Hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini dapat
dilihat dari teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang
akan diteliti. Misalnya sebab dan akibat dari konflik dapat dijelaskan
melalui teori mengenai konflik.
2. Hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan benar atau tidak benar
atau difalsifikasi.
43
3. Hipotesis adalah alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan
karena membuat ilmuan dapat keluar dari dirinya sendiri. Artinya,
hipotesis disusun dan diuji untuk menunjukkan benar atau salahnya
dengan cara terbebas dari nilai dan pendapat peneliti yang menyusun dan
mengujinya.
Berdasarkan deskripsi teori di atas dan kerangka berfikir, maka hipotesis
penelitian dirumuskan sebagai berikut:
Ha = Terdapat pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran
berbasis masalah terhadap motivasi belajar PAI peserta didik di SMA
Tadika Pertiwi.
Ho = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara model
pembelajaran berbasis masalah terhadap motivasi belajar PAI peserta didik
di SMA Tadika Pertiwi.
44
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMA Tadika Pertiwi, tepatnya
di kelas XI. Hal ini dikarenakan kelas tersebut merupakan kelas yang
cocok untuk penerapan model pembelajaran berbasis masalah. Kualitas
daya pikir, analisis masalah dan kemampuan mengemukakan
argumentasi serta pendapat dalam mencari solusi penyelesaian masalah
sangat sesuai jika dihadapkan dengan materi pembelajaran yang ada saat
itu lebih cocok dari muatan pembahasan materi dibandingkan dengan
kelas lain.
2. Waktu Penelitian
Adapun untuk waktu penelitiannya yakni berlangsung pada
pertengahan bulan Maret tepatnya setelah pelaksanaan PTS (penilaian
tengah semester) genap yaitu tanggal 24 Februari 2020 sampai dengan
tanggal 15 Mei 2020.
Tabel 3.1 Kunjungan Observasi Sekolah
No. Tanggal Kegiatan
1. 24 Februari 2020 Menyerahkan surat izin penelitian
2. 2 Maret 2020 Observasi kegiatan belajar mengajar
3. 9 Maret 2020 Observasi kegiatan belajar mengajar
4. 30 Maret 2020 Observasi sarana dan prasarana sekolah
5. 13 April 2020 Observasi kurikulum sekolah
6. 20 April 2020 Observasi data guru, karyawan dan siswa
7. 4 Mei 2020 Pemberian angket penelitian kepada siswa
8. 15 Mei 2020 Finalisasi rangkaian kegiatan penelitian
45
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, yang digunakan untuk meneliti
pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan
instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan
menguji hipotesis yang telah ditetapkan.59
Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran berbasis masalah
terhadap motivasi belajar PAI peserta didik, maka penulis menggunakan
rumus korelasi untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Hal tersebut
bertujuan untuk meneliti sejauh mana variabel pada suatu faktor berkaitan
dengan variabel pada faktor lain berdasarkan koefisien korelasinya.
Variabel pada penelitian ini ada 2 macam, yaitu variabel bebas dan
variabel terikat. Variabel bebas menurut Haidari Nawawi adalah sejumlah
faktor yang mempengaruhi ada munculnya faktor lain yang pada gilirannya
timbul faktor yang kedua yang disebut sebagai variabel terikat. Sedangkan
variabel terikat adalah sejumlah faktor yang dipengaruhi oleh adanya variabel
bebas.
Variabel pada penelitian ini dikaji keberpengaruhannya antara
variabel bebas dengan variabel terikat. Variabel bebas yang dimaksud adalah
model pembelajaran berbasis masalah (variabel X), sedangkan variabel terikat
adalah motivasi belajar PAI peserta didik (variabel Y).
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian, sebagai sumber
data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian,
sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi sumber data
59
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2017), cet. Ke-25, hal. 8
46
yang sebenarnya dalam suatu penelitian, artinya secara sederhana sampel
adalah bagian dari populasi.60
Populasi adalah suatu kumpulan menyeluruh dari suatu objek
yang merupakan perhatian peneliti. Jadi, populasi pada prinsipnya adalah
semua anggota kelompok manusia atau makhluk hidup lain, benda-
benda, sistem dan prosedur, fenomena dan lain-lain yang tinggal bersama
dalam satu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan hasil
akhir dari suatu penelitian.
Menurut Suharsimi Arikunto, populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada
dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya disebut sebagai populasi.61
Adapun peserta didik yang dijadikan objek penelitian yaitu
peserta didik di SMA Tadika Pertiwi Cinere yang total populasinya
berjumlah 95 orang.
2. Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto, sampel adalah bagian dari populasi
atau wakil dari populasi yang diteliti. Yang dimaksud dengan penelitian
sampel adalah menggeneralisasikan, yaitu mengangkat kesimpulan
penelitian sebagai suatu yang belaku bagi populasi.62
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakter yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena
keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan
sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel
60
Ibnu Hajar, Dasar-dasar Penelitian Kuantitatif dalam Penelitian, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada), cet. ke-1, hal. 156 61
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rhineka
Cipta, 2010), cet. ke-14, hal. 173 62
Suharsimi Arikunto, Ibid., hal. 174
47
itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu
sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul mewakili.63
Berdasarkan populasi di atas yaitu seluruh peserta didik SMA
Tadika Pertiwi, maka untuk menentukan sampel yang diambil peneliti
menggunakan teknik purposive sampling (sampel bertujuan), yaitu
penulis hanya mengambil sampel siswa kelas XI IPA dan IPS. Sampel
yang penulis ambil berjumlah 27 responden atau peserta didik. Dengan
instrumen penelitian sebanyak 40 pernyataan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka
penulis menggunakan beberapa instrumen penelitian antara lain:
1. Observasi
Observasi sebagai salah satu metode atau alat penelitian, yaitu
dengan mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara
sistematis.64
Observasi ini dilakukan untuk mendapatkan data yang
berkaitan dengan penelitian dan merupakan alat pengumpulan data
dengan cara mendatangi langsung, mengamati dan mencatat. Observasi
ini dilakukan dengan cara mendatangi sekolah yang menjadi tempat
observasi.
Tujuan observasi adalah untuk mengetahui gambaran umum lokasi,
yaitu keadaan gedung, sarana dan prasarana, jumlah peserta didik,
struktur organisasi, kegiatan proses pembelajaran dan kegiatan-kegiatan
lain yang berlangsung di SMA Tadika Pertiwi. Observasi ini dilakukan
guna mencari data yang valid yang dilakukan oleh peneliti di lokasi
penelitian.
63
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2009), cet. ke-8, hal. 81 64
Fadhilah Suralaga, Nety Hartaty, dkk, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam,
(Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), hal. 148
48
2. Wawancara
Wawancara (interview) adalah metode pengumpulan data dengan
jalan tanya jawab dua orang atau lebih secara langsung. Wawancara
merupakan teknik pengumpulan data yang berdasarkan dari laporan
verbal. Pada wawancara ini terdapat dialog yang dilakukan oleh penulis
dengan yang diwawancarai. Untuk mendapatkan data yang objektif,
penulis mengadakan wawancara kepada beberapa peserta didik SMA
Tadika Pertiwi.
Tujuan dari dilakukannya kegiatan wawancara ini yaitu untuk
mendengarkan secara langsung keterangan verbal dari objek yang
diwawancarai, dalam hal ini yakni peserta didik SMA Tadika Pertiwi
terkait model pembelajaran, motivasi belajar dan materi toleransi
beragama.
3. Dokumentasi
Menurut Suharsimi Arikunto, dokumentasi adalah pengumpulan data
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan suatu variabel yang berupa
dokumen tertulis, seperti catatan, transkrip, hasil nilai rapot dan
sebagainya.65
Dalam kegiatan dokumentasi ini, peneliti mencari data tentang profil
sekolah, keadaan guru, keadaan peserta didik, sarana dan prasarana
sebagai data pelengkap dari hasil dokumentasi.
4. Angket
Angket merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang
berbentuk kumpulan pertanyaan.66
atau kuesioner adalah sejumlah
pertanyaan atau pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-
hal yang responden ketahui tentang dirinya. Kuesioner dipakai untuk
menyebut metode atau instrumen.67
65
Suharsimi Arikunto, Op. Cit., hal. 206 66
Hadeli, Metode Penelitian Kependidikan, (Jakarta: Quantum Teaching, 2006), cet. ke-1,
hal. 75 67
Suharsimi Arikunto, Op. Cit., hal. 194
49
Angket yaitu daftar pertanyaan yang diberikan kepada peserta didik
untuk memperoleh informasi mengenai model pembelajaran berbasis
masalah dan motivasi belajar PAI peserta didik. Angket ini dibuat dengan
model rating scale yang mempunyai empat kemungkinan jawaban, ini
dimaksud untuk menghindari kecenderungan responden bersikap ragu-
ragu dan tidak mempunyai jawaban yang jelas.
Adapun keuntungan dan kelemahan dalam menggunakan metode atau
instrumen angket (kuesioner) adalah sebagai berikut:
a. Keuntungan
1) Tidak memerlukan hadirnya peneliti.
2) Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden.
3) Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-
masing.
4) Dapat dibuat anonym sehingga responden bebas, jujur, dan
tidak malu-malu dalam menjawabnya.
5) Dapat dibuat terstandar sehingga bagi semua responden dapat
diberi pertanyaan yang benar-benar sama.
b. Kelemahan
1) Responden sering tidak teliti dalam menjawab, sehingga ada
pertanyaan yang terlewati.
2) Sering sukar dicari validitasnya.
3) Walau dibuat anonim, responden sering menjawabnya dengan
tidak jujur.
4) Angket yang diberikan sering tidak kembali.
5) Waktu pengembaliannya sering tidak bersamaan.68
Untuk mengatasi kelemahan angket atau instrumen tersebut, peneliti
perlu menyilang jawaban responden dengan data yang diperoleh melalui
metode lain, atau nama lainnya adalah cross-check. Ada beberapa
prosedur dalam membuat angket ini, yaitu:
68
Suharsimi Arikunto, Ibid., hal. 195-196
50
a) Merumuskan tujuan yang akan dicapai.
b) Mengidentifikasikan variabel yang akan dijadikan sasaran kuesioner.
c) Menjabarkan setiap variabel mejadi sub-variabel yang menjadi
spesifik.
d) Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan.69
Angket merupakan daftar pernyataan atau pertanyaan yang diberikan
kepada responden untuk diisi. Daftar yang berisikan rangkaian
pertanyaan mengenai suatu masalah atau bidang yang akan diteliti.70
Setelah itu hasilnya akan dianalisa oleh yang melakukan penelitian,
angket ini bertujuan untuk mengetahui tentang pengaruh model
pembelajaran berbasis masalah terhadap motivasi belajar peserta didik.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti
dalam mengumpulkan data pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
baik, dalam arti cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.
Untuk mendapatkan hasil dari penelitian ini, maka digunakan dua jenis
instrumen, yaitu angket dan pedoman wawancara.
Angket/quesioner adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian
pertanyaan mengenai suatu masalah atau bidang yang akan diteliti. Angket ini
diberikan kepada peserta didik kelas XI SMA Tadika Pertiwi untuk
mendapatkan informasi tentang pengaruh model pembelajaran berbasis
masalah terhadap motivasi belajar peserta didik.
Angket ini bersifat tertutup, yaitu jawaban yang diberikan sudah
ditentukan terlebih dahulu dan responden tidak diberikan kesempatan
memberikan jawaban lain. Sedangkan alternative jawaban yang digunakan
adalah sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak
setuju (STS) untuk pernyataan variabel X maupun variabel Y.
69
Suharsimi Arikunto, Ibid., hal. 268 70
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara,
2004), cet. ke-4 hal. 76
51
Adapun angket yang disebarkan dalam bentuk pernyataan berjumlah
12 butir soal untuk variabel X (model pembelajaran berbasis masalah) dan 28
butir soal untuk variabel Y (motivasi belajar peserta didik). Adapun kisi-kisi
instrumen pada angket ini untuk masing-masing variabel adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian
Variabel Dimensi Indikator Butir
Pernyataan
Jumlah
Item
Model
pembelajaran
berbasis
masalah
Konsep
pembelajaran
aktif
siswa melakukan
proses belajar
secara aktif
dengan arahan
dan konsep
pembelajaran
yang telah
disiapkan oleh
guru
5, 6, 7, 8, 9,
13, 16
7
Konsep
pembelajaran
konstruktif
siswa berpikir
secara kritis
berdasarkan
konsep
pengetahuan dan
pengalaman
belajarnya
11, 12, 14,
15, 20
5
Jumlah 12
Variabel Dimensi Indikator Butir
Pernyataan
Jumlah
Item
52
Motivasi
belajar
peserta didik
Konsep
keaktifan
dan
kemandirian
pembelajaran
siswa responsif
dan antusias
dalam mengikuti
proses
pembelajaran
1, 2, 3, 4,
10, 19
6
siswa mampu
secara mandiri
dalam
membangun
konsep
pengetahuannya
17, 18 2
Konsep
toleransi
sebagai alat
pemersatu
bangsa
siswa mampu
memahami
konsep toleransi
yang merupakan
bagian dari ajaran
agama
21, 22, 23,
24, 25, 26,
30, 32, 33,
34, 35, 36,
40
13
siswa mampu
memahami
konsep
pengamalan
toleransi dalam
kehidupan
beragama,
berbangsa dan
bernegara
27, 28, 29,
31, 37, 38,
39
7
Jumlah 28
53
F. Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh model pembelajaran
berbasis masalah terhadap motivasi belajar PAI peserta didik di SMA Tadika
Pertiwi, penulis melakukan langkah-langkah dalam teknik analisis data
sebagai berikut:
1. Analisa Deskripsi
Analisa ini digunakan untuk memperoleh nilai frekuensi atas jawaban
responden terhadap angket mengenai kecerdasan spiritual dengan
menggunakan rumus:
P = F/N x 100%
Keterangan:
P = Angket presentase
F = Frekuensi jawaban
N = Jumlah sampel responden
2. Editing
Dalam pengolahan data, yang dilakukan adalah pengecekan terhadap
kelengkapan dan kebenaran dalam pengisian angket sehingga terhindar
dari kekeliruan atau kesalahan sehingga menghasilkan data yang sah atau
akurat.
3. Skoring
Skoring merupakan pemberian skor terhadap butir-butir pernyataan
dalam angket. Dalam setiap pernyataan pada angket terdapat 4 butir
jawaban yang harus dipilih oleh responden. Dalam penelitian ini, peneliti
memberikan dua jenis angket yang berbeda yang diberikan kepada
responden, dimana 12 butir pernyataan mengenai model pembelajaran
berbasis masalah dan 28 butir pernyataan mengenai motivasi belajar
peserta didik dalam materi pelajaran PAI.
Adapun untuk pemberian skor pada tiap-tiap alternatif jawaban dari
pernyataan sebagai berikut:
54
Tabel 3.3
Skor angket untuk pernyataan yang bernilai positif
No. Pilihan Jawaban Skor
1. Sangat Setuju 4
2. Setuju 3
3. Tidak Setuju 2
4. Sangat Tidak Setuju 1
Tabel 3.4
Skor angket untuk pernyataan yang bernilai negatif
No. Pilihan Jawaban Skor
1. Sangat Setuju 1
2. Setuju 2
3. Tidak Setuju 3
4. Sangat Tidak Setuju 4
4. Tabulating
Tabulating yaitu menyusun data jawaban yang telah diketahui setiap
indikatornya, maka dari itu seluruh data tersebut disusun dalam sebuah
tabel untuk kemudian diketahui perhitungannya.
Kemudian menjumlah skor dari tiap-tiap responden dan menentukan
nilai rata-rata dari jumlah skor seluruhnya dengan menggunakan rumus:
Mx =
Keterangan:
MX = Mean (rata-rata) yang dicari
X = Jumlah skor
N = Jumlah frekuensi/banyaknya individu
My =
55
Keterangan:
My = Mean (rata-rata) yang dicari
Y = Jumlah skor
N = Jumlah frekuensi/banyaknya individu
Selanjutnya dikonsultasikan dengan klasifikasi model pembelajaran
berbasis masalah dan motivasi belajar peserta didik.
Tabel 3.5
Klasifikasi kategori model pembelajaran berbasis masalah
No. Skor Keterangan
1. 50-60 Kurang
2. 60-70 Cukup
3. 70-80 Baik
4. 80-90 Sangat Baik
Tabel 3.6
Klasifikasi kategori motivasi belajar peserta didik
No. Skor Keterangan
1. 50-60 Kurang
2. 60-70 Cukup
3. 70-80 Baik
4. 80-90 Sangat Baik
5. Analisis Korelasi
Untuk langkah berikutnya agar lebih mengetahui ada tidaknya
pengaruh antara model pembelajaran berbasis masalah terhadap motivasi
belajar PAI peserta didik SMA Tadika Pertiwi, maka penulis
menggunakan rumus korelasi karena adanya dua variabel yang saling
56
mempengaruhi, maka dari data tersebut diolah dengan menggunakan
rumus korelasi product moment (r) dari Carl Pearson, yaitu:
( ) ( ) ( )
√[ ( ) ] [ ( )
]
Keterangan:
rxy = Angka indeks korelasi “r” product moment
N = Number of Cases
xy = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y
X = Jumlah seluruh skor X
Y = Jumlah seluruh skor Y
Setelah diketahui hubungan dari dua variabel tersebut, langkah
berikutnya adalah interpretasi data dengan du acara, yakni:
a. Interpretasi sederhana dengan cara mencocokkan hasil perhitungan
dengan angka indeks korelasi “r” Product Moment seperti di
bawah ini:
Tabel 3.7
Angka Indeks Korelasi “r” Product Moment71
Besarnya “r”
Product Moment
(rxy)
Interpretasi
0,00 – 0,20 Antara variabel X dan Y memang
terdapat korelasi. Akan tetapi, sangat
lemah atau sangat rendah. Sehingga
korelasi itu diabaikan (dianggap
tidak ada korelasi antara variabel X
dan variabel Y)
0,20 – 0,40 Antara variabel X dan variabel Y
71
Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hal. 193
57
terdapat korelasi yang lemah atau
rendah
0,40 – 0,70 Antara variabel X dan variabel Y
terdapat korelasi yang sedang atau
cukup
0,70 – 0,90 Antara variabel X dan variabel Y
terdapat korelasi yang kuat dan
tinggi
0,90 – 1,00 Antara variabel X dan variabel Y
terdapat korelasi yang sangat kuat
dan sangat tinggi
Adapun menurut Sugiyono (2007) pedoman untuk
memberikan interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut:
0,00 – 0,199 = sangat rendah
0,20 – 0,399 = rendah
0,40 – 0,599 = sedang
0,60 – 0,799 = kuat
0,80 – 1,000 = sangat kuat72
b. Interpretasi terhadap “r” Product Moment, yaitu dengan terlebih
dahulu merumuskan hipotesis kerja/altenative (Ha) dan hipotesis
nihil (H0). Kemudian mencari derajat bebasnya (db) degress
freedom-nya (df) yang rumusnya:
df = N – nr
Keterangan:
df = degress freedom
N = Number of cases
nr = banyak variabel yang dikorelasikan
72
Dwi Consultant, 2017, hal. 1, (http://duwiconsultant.blogspot.co.id/2011/11/analisis-
korelasi-sederhana.html).
58
Setelah diperoleh hasil dari df, maka dapat dicari besarnya “r” yang
tercantum dalam tabel Nilai “Product Moment”, baik pada taraf
signifikansi 1% jika “r” observasi (ro) sama dengan atau lebih besar (≥)
daripada “r” tabel (rt) maka hipotesis alternative (Hₐ) diterima atau
terbukti kebenarannya. Berarti memang benar antara variabel X terhadap
variabel Y terdapat korelasi yang positif. Sedangkan H0 tidak dapat
diterima atau tidak terbukti kebenarannya. Ini berarti menunjukkan
bahwa tidak adanya korelasi antara variabel X terhadap variabel Y itu
salah. Sebaliknya, jika “r” observasi (ro) sama dengan atau lebih kecil (≤)
daripada “r” tabel (rt) maka Hipotesis alternative (Hₐ) tidak dapat
diterima atau tidak tebukti kebenarannya.73
Untuk data motivasi belajar peserta didik SMA Tadika Pertiwi
penulis mengambil hasil data dari angket yang telah siswa jawab. Angket
tersebut penulis menggunakan indikator yang berkaitan dengan
pembelajaran dan materi terkait sebanyak 28 item dengan 27 responden
untuk selanjutnya penulis kelola agar mendapatkan data dan hasil
perolehan variabel Y yaitu motivasi belajar peserta didik.
6. Hipotesis Determinasi
Untuk mengetahui seberapa besar presentase pengaruh (kontribusi)
variabel X (model pembelajaran berbasis masalah) terhadap variabel Y
(motivasi belajar peserta didik), selanjutnya dilakukan analisis
determinasi dari angka indeks korelasi (r) product moment yang telah
diperoleh, koefisien determinasi dapat dicari dengan rumus:
Kd = r² x 100%
Keterangan:
Kd = koefisien determinasi
r² = angka indeks korelasi product moment
73
Dwi Consultant, Ibid., hal. 194-196
59
G. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik pasti ada dalam penelitian yang menggunakan
sampel, hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah :
H0 : = 0
Ha : 0
60
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMA Tadika Pertiwi
1. Sejarah singkat
SMA Tadika Pertiwi berdiri sejak tahun 1997 dengan status
terakreditasi A berlaku hingga 2023. Memiliki dua jurusan yaitu jurusan
IPA dan IPS. Dalam rangka turut mencerdaskan kehidupan bangsa
Yayasan Tadika Pertiwi membangun sekolah di lahan seluas 2900 meter2
yang terletak di Jl. H. Jaeran No 1 Cinere, Depok.
Ada tiga unit sekolah di bawah Yayasan Tadika Pertiwi yaitu
SMP, SMK, dan SMA. Dalam pengelolaan yayasan Perguruan Tadika
Pertiwi menitik beratkan pada bidang pendidikan dan berupaya
membantu program pemerintah dalam menyukseskan program wajib
belajar dan meningkatkan sumber daya manusia.
2. Visi dan Misi
a) Visi
Berakhlak Mulia, berprestasi, kreatif dan bertanggung jawab
Visi tersebut di atas mencerminkan cita-cita sekolah yang
berorientasi kedepan sesuai dengan harapan masyarakat. Untuk
mewujudkannya, sekolah menentukan langkah-langkah strategis
yang dinyatakan dalam misi.
b) Misi
1) Membentuk peserta didik yang beriman, bertaqwa dan
berakhlak mulia
2) Membentuk peserta didik yang memiliki keterampilan di
berbagai bidang
3) Membentuk peserta didik yang mandiri
4) Meningkatkan prestasi dengan menaikan nilai UN
61
5) Menyiapkan peserta didik untuk melanjutkan ke jenjang
perguruan tinggi
6) Menyiapkan peserta didik untuk siap berkompetisi di
masyarakat
7) Meningkatkan jumlah lulusan yang diterima di Perguruan
Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS)
favorit, baik dalam maupun luar negeri.
3. Tujuan sekolah
Berdasarkan visi dan misi sekolah, tujuan yang hendak dicapai adalah
sebagai berikut :
a) Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa
b) Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni budaya sehingga mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi
c) Terwujudnya peserta didik yang cerdas, terampil yang mampu
mandiri
d) Membekali peserta didik dengan keterampilan dalam penguasaan
teknologi, sehat, berilmu, cakap, kreatif, demokratis, serta
bertanggung jawab
e) Membekali peserta didik dengan keterampilan berbahasa terutama
Bahasa Inggris, Bahasa Mandarin, Bahasa Arab berbasis global.
f) Meningkatkan dan memelihara kinerja tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan lainnya agar mampu memberikan layanan terbaik.
g) Meningkatkan peran serta masyarakat dalam menunjang
penyelenggaraan dan pengendalian mutu sekolah.
62
4. Keadaan sekolah
a) Identitas Sekolah
Nama Sekolah : SMA Tadika Pertiwi
Alamat Sekolah : Jl. H. Jaeran No. 1 Cinere Depok
Kode pos : 16514
Nomor Telepon : (021) 7530057
Fax : -
E-mail : [email protected]
b) Bidang Keahlian dan Program Keahlian
Bidang Studi : IPA dan IPS
Program Studi : Pendidikan IPA dan Pendidikan IPS
c) Identitas Kepala Sekolah
Nama Kepala Sekolah : Santoso, S.E, M.Pd
NIP/NIGB : -
Nomor SK Pengangkatan : 02/YTP/56VII 2018
Terhitung Mulai tanggal : Depok, 16 Juli 2018
Tabel 4.1
Data Sekolah
1 Nama Sekolah SMA Tadika Pertiwi
2 NPSN 20229176
3 ID UN -
4 NSS 302026609001
5 Akreditasi A
6 Alamat Lokasi Jl. H. Jaeran No. 1 Cinere - Depok
7 Kelurahan Cinere
8 Kecamatan Kec. Cinere
9 Kotamadya Kota Depok
10 Provinsi Jawa Barat
11 Kegiatan Belajar Pagi
63
12 Bidang Studi IPA dan IPS
13 Program Studi Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu
Pengetahuan Sosial
14 Akses Masuk
SMA Tadika
Pertiwi
Jl. H. Jaeran No. 1 Cinere - Depok
15 Akses
Multimedia
Tlp/fax : (021)7530057
16 Kepala Sekolah Santoso, S.E, M.Pd
17 Ketua Yayasan Rahma Widiati, S.E
18 Alamat Yayasan Jl. H. Jaeran No. 1 Cinere - Depok
5. Sarana dan Prasarana
a) Tanah dan halaman
SMA Tadika Pertiwi berlokasi di Jl. H. Jaeran No. 1 Cinere - Depok.
Luas tanah seluruhnya 2900 meter2. Luas bangunan 2100 meter
2.
Luas tanah tanpa bangunan 800 meter2.
b) Gedung Sekolah
Tabel 4.2
Gedung Sekolah
No Nama Ruang / Area Kerja Jumlah
1 Ruang kelas 7
2 Ruang perpustakaan 1
3 Ruang praktik computer 1
4 Ruang kepala sekolah dan wakil 1
5 Ruang guru 1
6 Ruang pelayanan administrasi (TU) 1
7 Ruang OSIS 1
8 Ruang UKS 1
64
9 Ruang ibadah/Masjid 1
10 Ruang kantin sekolah 1
11 Ruang toilet 5
12 Ruang gudang 1
Jumlah 22
6. Jumlah Siswa
Tabel 4.3
Jumlah Peserta Didik
No. Kelas Jumlah Keseluruhan
1 X IPA 14
2 X IPS 21
Jumlah 35
1 XI IPA 13
2 XI IPS 17
Jumlah 30
1 XII IPA 15
2 XII IPS 15
Jumlah 30
Jumlah Keseluruhan 95
7. Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Tabel 4.4
Pendidik dan Tenaga Kependidikan
No Jabatan PT Pendidikan PTK Jumlah PTK
1 Kepala Sekolah S2 1
2 Wakil Kepala Sekolah S2 1
3 Guru S1 17
4 Tata Usaha S1 & SMA 2
65
5 Pramu Sekolah SMP & SMA 2
Jumlah 23
B. Deskripsi Data
Seperti yang telah dikemukakan pada bab III, yakni pada metodologi
penelitian, salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan angket (kuesioner) yang diberikan
kepada peserta didik yang menjadi sampel pada penelitian.
Angket diberikan kepada 27 responden atau peserta didik yang dipilih
berdasarkan pertimbangan tertentu, yakni kelas XI dikarenakan muatan
materi yang disesuaikan dengan penerapan model pembelajaran berbasis
masalah. Kemudian, data yang diperoleh melalui angket (kuesioner) tersebut
diolah dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang dilengkapi presentase
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
P = F/N x 100%
Keterangan:
P = angket presentase
F = frekuensi jawaban
N = jumlah sampel responden
Hasil angket (kuesioner) kemudian dimasukkan ke dalam presentase
data-data instrumen pengumpulan data (angket) menjadi tabel angka-angka
dalam presentase yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.5
Siswa responsif dan antusias dalam mengikuti proses
pembelajaran
66
No Pernyataan
1 Saya merasa antusias dengan adanya pembelajaran menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah (problem based learning)
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
5
21
1
0
18,52 %
77,78 %
3,70 %
0
Jumlah 27 100%
2 Model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dapat
menghilangkan rasa jenuh saat proses kegiatan belajar mengajar
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
3
24
0
0
11,11 %
88,89 %
0
0
Jumlah 27 100%
3 Pada model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning)
motivasi belajar saya meningkat
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
3
20
3
1
11,11 %
74,07 %
11,11 %
3,70 %
Jumlah 27 100%
4 Model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning)
membuat saya semangat untuk mempelajari materi toleransi sebagai alat
pemersatu bangsa
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 15 55,55 %
67
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
10
2
0
37,04 %
7,41 %
0
Jumlah 27 100%
Pada tabel indikator siswa responsif dan antusias dalam mengikuti
proses pembelajaran di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar memilih
alternatif pilihan jawaban "setuju", hal ini menujukkan bahwa responden
yaitu peserta didik cukup responsif dan antusias untuk mengikuti materi
pelajaran PAI dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.
Responsivitas dan antusiasme peserta didik dalam mengikuti proses
pembelajaran merupakan suatu sikap positif yang timbul dari diri peserta
didik tanpa adanya paksaan berupa perasaan senang luar biasa yang ditandai
dengan adanya respon, perhatian, konsentrasi, kemauan, dan kesadaran untuk
melibatkan diri dalam proses pembelajaran. Sikap responsif dan antusias
tersebut menjadi salah satu indikator positif yang terwujud dari motivasi
belajar peserta didik.
Tabel 4.6
Siswa melakukan proses belajar secara aktif
No Pernyataan
5 Model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning)
membuat saya lebih aktif dalam proses pembelajaran
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
8
16
3
0
29,63 %
59,26 %
11,11 %
0
Jumlah 27 100%
6 Dengan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning)
68
membuat saya jadi lebih aktif berpartisipasi dengan teman saya saat
pembelajaran berlangsung
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
8
15
2
2
29,63 %
55,55 %
7,41 %
7,41 %
Jumlah 27 100%
7 Saya setuju model pembelajaran berbasis masalah (problem based
learning) diterapkan pada materi pembahasan toleransi sebagai alat
pemersatu bangsa
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
12
15
0
0
44,44 %
55,56 %
0
0
Jumlah 27 100%
8 Dengan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning)
membuat saya bersungguh-sungguh dalam mempelajari materi
pembahasan toleransi sebagai alat pemersatu bangsa
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
7
20
0
0
25,93 %
74,07 %
0
0
Jumlah 27 100%
9 Saya setuju model pembelajaran berbasis masalah (problem based
learning) diterapkan pada materi pelajaran lain
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 5 18,52 %
69
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
19
3
0
70,37 %
11,11 %
0
Jumlah 27 100%
Pada tabel indikator siswa melakukan proses belajar secara aktif di
atas dapat dilihat bahwa sebagian besar memilih alternatif pilihan jawaban
"setuju", hal ini menujukkan bahwa responden yaitu peserta didik cukup aktif
saat mengikuti materi pelajaran PAI dengan menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah.
Pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih
banyak melibatkan aktivitas peserta didik dalam mengakses berbagai
informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses
pembelajaran di kelas, sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman
yang dapat meningkatkan pemahaman dan kompetensinya. Sikap aktif pada
saat proses pembelajaran tersebut menjadi salah satu indikator positif yang
terwujud dari motivasi belajar peserta didik.
Tabel 4.7
Siswa responsif dan antusias dalam mengikuti proses pembelajaran
No Pernyataan
10 Model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning)
membuat keingintahuan saya besar terhadap materi pembahasan toleransi
sebagai alat pemersatu bangsa
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
9
18
0
0
33,33 %
66,67 %
0
0
Jumlah 27 100%
70
Pada tabel indikator siswa responsif dan antusias dalam mengikuti
proses pembelajaran di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar memilih
alternatif pilihan jawaban "setuju", hal ini menujukkan bahwa responden
yaitu peserta didik cukup responsif dan antusias untuk mengikuti materi
pelajaran PAI dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.
Responsivitas dan antusiasme peserta didik dalam mengikuti proses
pembelajaran merupakan suatu sikap positif yang timbul dari diri peserta
didik tanpa adanya paksaan berupa perasaan senang luar biasa yang ditandai
dengan adanya respon, perhatian, konsentrasi, kemauan, dan kesadaran untuk
melibatkan diri dalam proses pembelajaran. Sikap responsif dan antusias
tersebut menjadi salah satu indikator positif yang terwujud dari motivasi
belajar peserta didik.
Tabel 4.8
Siswa berpikir secara kritis berdasarkan konsep pengetahuan dan
pengalaman belajarnya
No Pernyataan
11 Model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning)
membuat saya sulit memahami materi pembahasan toleransi sebagai alat
pemersatu bangsa
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
4
17
5
1
14,81 %
62,96 %
18,52 %
3,70 %
Jumlah 27 100%
12 Saya merasa model pembelajaran berbasis masalah (problem based
learning) kurang mampu mengembangkan keterampilan berpikir kritis
siswa
71
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
4
19
2
2
14,81 %
70,37 %
7,41 %
7,41 %
Jumlah 27 100%
Pada tabel indikator siswa berpikir secara kritis berdasarkan konsep
pengetahuan dan pengalaman belajarnya di atas dapat dilihat bahwa sebagian
besar memilih alternatif pilihan jawaban "setuju", hal ini menujukkan bahwa
responden yaitu peserta didik mampu untuk berpikir secara kritis untuk
mengikuti materi pelajaran PAI berdasarkan konsep pengetahuan dan
pengalaman belajarnya.
Berpikir kritis merupakan perwujudan dari berpikir tingkat tinggi
(higher order thinking). Hal tersebut karena kemampuan berpikir tersebut
merupakan kompetensi kognitif tertinggi yang perlu dikuasai oleh peserta
didik dalam pembelajaran. Berpikir kritis dapat dipandang sebagai
kemampuan berpikir peserta didik untuk membandingkan dua atau lebih
informasi, misalnya informasi yang diterima dari luar dengan informasi yang
dia miliki. Bila terdapat perbedaan atau persamaan, maka peserta didik akan
mengajukan pertanyaan atau komentar dengan tujuan untuk mendapatkan
penjelasan dari hal tersebut. Sikap kritis yang ditunjukkan oleh peserta didik
pada saat proses pembelajaran tersebut menjadi salah satu indikator positif
yang terwujud dari motivasi belajar peserta didik.
Tabel 4.9
Siswa melakukan proses belajar secara aktif
No Pernyataan
13 Saya merasa model pembelajaran berbasis masalah (problem based
learning) kurang mampu memicu siswa untuk senantiasa aktif berdiskusi
72
dan menyampaikan pendapatnya
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
4
14
8
1
14,81 %
51,85 %
29,63 %
3,70 %
Jumlah 27 100%
Pada tabel indikator siswa melakukan proses belajar secara aktif di
atas dapat dilihat bahwa sebagian besar memilih alternatif pilihan jawaban
"setuju", hal ini menujukkan bahwa responden yaitu peserta didik cukup aktif
saat mengikuti materi pelajaran PAI dengan menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah.
Pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih
banyak melibatkan aktivitas peserta didik dalam mengakses berbagai
informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses
pembelajaran di kelas, sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman
yang dapat meningkatkan pemahaman dan kompetensinya. Sikap aktif pada
saat proses pembelajaran tersebut menjadi salah satu indikator positif yang
terwujud dari motivasi belajar peserta didik.
Tabel 4.10
Siswa berpikir secara kritis berdasarkan konsep pengetahuan dan
pengalaman belajarnya
No Pernyataan
14 Model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning)
merupakan salah satu model pembelajaran yang kurang cocok digunakan
pada materi pembahasan keagamaan
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 4 14,81 %
73
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
18
5
0
66,67 %
18,52 %
0
Jumlah 27 100%
15 Model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning)
membuat siswa tidak mampu menyikapi dan menemukan solusi dari
problematika yang ada
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
7
16
3
1
25,93 %
59,26 %
11,11 %
3,70 %
Jumlah 27 100%
Pada tabel indikator siswa berpikir secara kritis berdasarkan konsep
pengetahuan dan pengalaman belajarnya di atas dapat dilihat bahwa sebagian
besar memilih alternatif pilihan jawaban "setuju", hal ini menujukkan bahwa
responden yaitu peserta didik mampu untuk berpikir secara kritis untuk
mengikuti materi pelajaran PAI berdasarkan konsep pengetahuan dan
pengalaman belajarnya.
Berpikir kritis merupakan perwujudan dari berpikir tingkat tinggi
(higher order thinking). Hal tersebut karena kemampuan berpikir tersebut
merupakan kompetensi kognitif tertinggi yang perlu dikuasai oleh peserta
didik dalam pembelajaran. Berpikir kritis dapat dipandang sebagai
kemampuan berpikir peserta didik untuk membandingkan dua atau lebih
informasi, misalnya informasi yang diterima dari luar dengan informasi yang
dia miliki. Bila terdapat perbedaan atau persamaan, maka peserta didik akan
mengajukan pertanyaan atau komentar dengan tujuan untuk mendapatkan
penjelasan dari hal tersebut. Sikap kritis yang ditunjukkan oleh peserta didik
74
pada saat proses pembelajaran tersebut menjadi salah satu indikator positif
yang terwujud dari motivasi belajar peserta didik.
Tabel 4.11
Siswa melakukan proses belajar secara aktif
No Pernyataan
16 Motivasi saya tidak terbangun ketika saya dihadapkan pada sebuah
permasalahan
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
6
14
7
0
22,22 %
51,85 %
25,93 %
0
Jumlah 27 100%
Pada tabel indikator siswa melakukan proses belajar secara aktif di
atas dapat dilihat bahwa sebagian besar memilih alternatif pilihan jawaban
"setuju", hal ini menujukkan bahwa responden yaitu peserta didik cukup aktif
saat mengikuti materi pelajaran PAI dengan menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah.
Pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih
banyak melibatkan aktivitas peserta didik dalam mengakses berbagai
informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses
pembelajaran di kelas, sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman
yang dapat meningkatkan pemahaman dan kompetensinya. Sikap aktif pada
saat proses pembelajaran tersebut menjadi salah satu indikator positif yang
terwujud dari motivasi belajar peserta didik.
Tabel 4.12
Siswa mampu secara mandiri dalam membangun konsep pengetahuannya
No Pernyataan
75
17 Saya cenderung sulit beradaptasi dengan belajar menggunakan model
berbasis masalah
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
3
20
3
1
11,11 %
74,07 %
11,11 %
3,70 %
Jumlah 27 100%
18 Ketika dihadapkan pada sebuah masalah saya sulit untuk mencari
solusinya
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
4
14
7
2
14,81 %
51,85 %
25,93 %
7,41 %
Jumlah 27 100%
Pada tabel indikator siswa mampu secara mandiri dalam membangun
konsep pengetahuannya di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar memilih
alternatif pilihan jawaban "setuju", hal ini menujukkan bahwa responden
yaitu peserta didik mampu membangun konsep pengetahuannya secara
mandiri saat mengikuti materi pelajaran PAI dengan menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah.
Peserta didik dituntut untuk memiliki kemandirian dalam belajar (self
regulated learning), yakni dimana peserta didik merancang sendiri proses dan
konsep belajarnya sesuai dengan tujuan pembelajaran, memilih strategi dan
melaksanakan rancangan belajarnya, memantau kemajuan belajar, dan
mengevaluasi hasil belajarnya dan dibandingkan dengan standar tertentu.
Sikap kemandirian belajar yang ditunjukkan oleh peserta didik pada saat
76
proses pembelajaran tersebut menjadi salah satu indikator positif yang
terwujud dari motivasi belajar peserta didik.
Tabel 4.13
Siswa responsif dan antusias dalam mengikuti proses pembelajaran
No Pernyataan
19 Saya kurang antusias belajar saat dihadapkan dengan sebuah masalah di
awal proses pembelajaran
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
2
16
9
0
7,41 %
59,26%
33,33 %
0
Jumlah 27 100%
Pada tabel indikator siswa responsif dan antusias dalam mengikuti
proses pembelajaran di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar memilih
alternatif pilihan jawaban "setuju", hal ini menujukkan bahwa responden
yaitu peserta didik cukup responsif dan antusias untuk mengikuti materi
pelajaran PAI dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.
Responsivitas dan antusiasme peserta didik dalam mengikuti proses
pembelajaran merupakan suatu sikap positif yang timbul dari diri peserta
didik tanpa adanya paksaan berupa perasaan senang luar biasa yang ditandai
dengan adanya respon, perhatian, konsentrasi, kemauan, dan kesadaran untuk
melibatkan diri dalam proses pembelajaran. Sikap responsif dan antusias
tersebut menjadi salah satu indikator positif yang terwujud dari motivasi
belajar peserta didik.
Tabel 4.14
Siswa berpikir secara kritis berdasarkan konsep pengetahuan dan
pengalaman belajarnya
77
No Pernyataan
20 Saya tidak memahami pembelajaran dengan menggunakan model
berbasis masalah
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
5
20
2
0
18,52 %
74,07 %
7,41 %
0
Jumlah 27 100%
Pada tabel indikator siswa berpikir secara kritis berdasarkan konsep
pengetahuan dan pengalaman belajarnya di atas dapat dilihat bahwa sebagian
besar memilih alternatif pilihan jawaban "setuju", hal ini menujukkan bahwa
responden yaitu peserta didik mampu untuk berpikir secara kritis untuk
mengikuti materi pelajaran PAI berdasarkan konsep pengetahuan dan
pengalaman belajarnya.
Berpikir kritis merupakan perwujudan dari berpikir tingkat tinggi
(higher order thinking). Hal tersebut karena kemampuan berpikir tersebut
merupakan kompetensi kognitif tertinggi yang perlu dikuasai oleh peserta
didik dalam pembelajaran. Berpikir kritis dapat dipandang sebagai
kemampuan berpikir peserta didik untuk membandingkan dua atau lebih
informasi, misalnya informasi yang diterima dari luar dengan informasi yang
dia miliki. Bila terdapat perbedaan atau persamaan, maka peserta didik akan
mengajukan pertanyaan atau komentar dengan tujuan untuk mendapatkan
penjelasan dari hal tersebut. Sikap kritis yang ditunjukkan oleh peserta didik
pada saat proses pembelajaran tersebut menjadi salah satu indikator positif
yang terwujud dari motivasi belajar peserta didik.
Tabel 4.15
Siswa mampu memahami konsep toleransi yang merupakan bagian dari
ajaran agama
78
No Pernyataan
21 Islam adalah agama yang bersifat global dan menyeluruh
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
20
7
0
0
74,07 %
25,93 %
0
0
Jumlah 27 100%
22 Agama Islam bukan hanya mengurus persoalan ibadah kepada Allah
semata
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
18
8
1
0
66,67 %
29,63 %
3,70 %
0
Jumlah 27 100%
23 Semua aspek kehidupan manusia telah diatur ketentuannya di dalam
agama Islam
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
16
8
3
0
59,26 %
29,63 %
11,11 %
0
Jumlah 27 100%
24 Saya yakin agama Islam adalah agama yang paling benar di sisi Allah swt
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
20
7
0
0
74,07 %
25,93 %
0
0
79
Jumlah 27 100%
25 Saya berusaha untuk selalu belajar dan mendalami tentang agama Islam
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
18
9
0
0
66,67 %
33,33 %
0
0
Jumlah 27 100%
26 Saya ingin berusaha menjadi hamba yang baik dalam beragama
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
24
3
0
0
88,89 %
11,11 %
0
0
Jumlah 27 100%
Pada tabel indikator siswa mampu memahami konsep toleransi yang
merupakan bagian dari ajaran agama di atas dapat dilihat bahwa sebagian
besar memilih alternatif pilihan jawaban "setuju", hal ini menunjukkan bahwa
responden yaitu peserta didik mampu untuk memahami konsep toleransi yang
merupakan bagian dari ajaran agama pada materi pelajaran PAI.
Toleransi (tasamuh) merupakan konsep modern untuk
menggambarkan sikap saling menghormati dan saling bekerjasama di antara
kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda baik secara etnis, bahasa,
budaya, politik, maupun agama. Toleransi, karena itu merupakan konsep
yang agung dan mulia yang sepenuhnya menjadi bagian organik dari ajaran
agama-agama, termasuk agama Islam.
Tabel 4.16
Siswa mampu memahami konsep pengamalan toleransi dalam kehidupan
beragama, berbangsa dan bernegara
80
No Pernyataan
27 Saya ingin berusaha menjadi warga negara yang baik dalam berbangsa
dan bernegara
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
18
9
0
0
66,67 %
33,33 %
0
0
Jumlah 27 100%
28 Toleransi menjadi isu yang cukup sensitif untuk dibahas
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
3
18
6
0
11,11 %
66,67 %
22,22 %
0
Jumlah 27 100%
29 Toleransi adalah sebuah sikap bijak dalam menghargai dan menghormati
setiap perbedaan
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
19
8
0
0
70,37 %
29,63 %
0
0
Jumlah 27 100%
Pada tabel indikator siswa mampu memahami konsep pengamalan
toleransi dalam kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara di atas dapat
dilihat bahwa sebagian besar memilih alternatif pilihan jawaban "setuju", hal
ini menunjukkan bahwa responden yaitu peserta didik mampu memahami
konsep pengamalan toleransi dalam kehidupan beragama, berbangsa dan
bernegara pada materi pelajaran PAI.
81
Toleransi harus didasari sikap lapang dada terhadap orang lain dengan
memperhatikan prinsip-prinsip yang dipegang sendiri. Toleransi terjadi dan
berlaku karena terdapat perbedaan prinsip dan menghormati perbedaan atau
prinsip orang lain tanpa mengorbankan prinsip sendiri. Dengan kata lain,
pelaksanaannya hanya pada aspek-aspek yang detail dan teknis bukan dalam
persoalan yang prinsipil. Dalam bertoleransi setiap orang harus menghargai
cara masyarakat atau golongan tertentu melakukan suatu hal dengan cara
menghormati dan menjamin kebebasan atas apa yang menjadi pilihan prinsip
di dalam hidupnya.
Tabel 4.17
Siswa mampu memahami konsep toleransi yang merupakan bagian dari
ajaran agama
No Pernyataan
30 Islam telah mengatur batasan-batasan dalam bertoleransi
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
14
12
1
0
51,85 %
44,44 %
3,70 %
0
Jumlah 27 100%
Pada tabel indikator siswa mampu memahami konsep toleransi yang
merupakan bagian dari ajaran agama di atas dapat dilihat bahwa sebagian
besar memilih alternatif pilihan jawaban "setuju", hal ini menunjukkan bahwa
responden yaitu peserta didik mampu untuk memahami konsep toleransi yang
merupakan bagian dari ajaran agama pada materi pelajaran PAI.
Toleransi (tasamuh) merupakan konsep modern untuk
menggambarkan sikap saling menghormati dan saling bekerjasama di antara
kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda baik secara etnis, bahasa,
budaya, politik, maupun agama. Toleransi, karena itu merupakan konsep
82
yang agung dan mulia yang sepenuhnya menjadi bagian organik dari ajaran
agama-agama, termasuk agama Islam.
Tabel 4.18
Siswa mampu memahami konsep pengamalan toleransi dalam kehidupan
beragama, berbangsa dan bernegara
No Pernyataan
31 Toleransi cukup hanya sebatas dengan pernyataan dan sikap
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
2
10
12
3
7,41 %
37,04 %
44,44 %
11,11 %
Jumlah 27 100%
Pada tabel indikator siswa mampu memahami konsep pengamalan
toleransi dalam kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara di atas dapat
dilihat bahwa sebagian besar memilih alternatif pilihan jawaban "setuju", hal
ini menunjukkan bahwa responden yaitu peserta didik mampu memahami
konsep pengamalan toleransi dalam kehidupan beragama, berbangsa dan
bernegara pada materi pelajaran PAI.
Toleransi harus didasari sikap lapang dada terhadap orang lain dengan
memperhatikan prinsip-prinsip yang dipegang sendiri. Toleransi terjadi dan
berlaku karena terdapat perbedaan prinsip dan menghormati perbedaan atau
prinsip orang lain tanpa mengorbankan prinsip sendiri. Dengan kata lain,
pelaksanaannya hanya pada aspek-aspek yang detail dan teknis bukan dalam
persoalan yang prinsipil. Dalam bertoleransi setiap orang harus menghargai
cara masyarakat atau golongan tertentu melakukan suatu hal dengan cara
menghormati dan menjamin kebebasan atas apa yang menjadi pilihan prinsip
di dalam hidupnya.
83
Tabel 4.19
Siswa mampu memahami konsep toleransi yang merupakan bagian dari
ajaran agama
No Pernyataan
32 Menyatukan keyakinan dan ibadah itu merupakan langkah awal yang
sesuai dengan prinsip-prinsip toleransi
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
4
6
12
5
14,81 %
22,22 %
44,44 %
18,52 %
Jumlah 27 100%
33 Saling bersikap tegas dalam aspek ibadah tidak mencerminkan prinsip-
prinsip dari toleransi
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
4
12
7
4
14,81 %
44,44 %
25,93 %
14,81 %
Jumlah 27 100%
34 Pemahaman agama yang tegas tidak akan mampu menumbuhkan sikap
toleransi
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
6
15
6
0
22,22 %
55,56 %
22,22 %
0
Jumlah 27 100%
35 Mempelajari ajaran agama secara tidak tepat akan menghidupkan sikap
toleransi yang baik
84
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
11
15
1
0
40,74 %
55,56 %
3,70 %
0
Jumlah 27 100%
36 Ajaran Islam kurang menegaskan perihal tentang toleransi
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
10
17
0
0
37,04 %
62,96 %
0
0
Jumlah 27 100%
Pada tabel indikator siswa mampu memahami konsep toleransi yang
merupakan bagian dari ajaran agama di atas dapat dilihat bahwa sebagian
besar memilih alternatif pilihan jawaban "setuju", hal ini menunjukkan bahwa
responden yaitu peserta didik mampu untuk memahami konsep toleransi yang
merupakan bagian dari ajaran agama pada materi pelajaran PAI.
Toleransi (tasamuh) merupakan konsep modern untuk
menggambarkan sikap saling menghormati dan saling bekerjasama di antara
kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda baik secara etnis, bahasa,
budaya, politik, maupun agama. Toleransi, karena itu merupakan konsep
yang agung dan mulia yang sepenuhnya menjadi bagian organik dari ajaran
agama-agama, termasuk agama Islam.
Tabel 4.20
Siswa mampu memahami konsep pengamalan toleransi dalam kehidupan
beragama, berbangsa, dan bernegara
No Pernyataan
85
37 Tindakan hukum yang tegas tidak akan mampu menekan angka
intoleransi dalam kehidupan berbangsa
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
2
15
9
1
7,41 %
55,56 %
33,33 %
3,70 %
Jumlah 27 100%
38 Pemahaman agama yang rendah bukan menjadi penyebab munculnya
tindakan penistaan
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
4
11
9
3
14,81 %
40,74 %
33,33 %
11,11 %
Jumlah 27 100%
39 Banyaknya tindakan intoleransi akan membuat kehidupan berbangsa
antar masyarakat menjadi sangat rawan terjadi perpecahan
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
11
10
5
1
33,33 %
37,04 %
18,52 %
3,70 %
Jumlah 27 100%
Pada tabel indikator siswa mampu memahami konsep pengamalan
toleransi dalam kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara di atas dapat
dilihat bahwa sebagian besar memilih alternatif pilihan jawaban "setuju", hal
ini menunjukkan bahwa responden yaitu peserta didik mampu memahami
konsep pengamalan toleransi dalam kehidupan beragama, berbangsa dan
bernegara pada materi pelajaran PAI.
86
Toleransi harus didasari sikap lapang dada terhadap orang lain dengan
memperhatikan prinsip-prinsip yang dipegang sendiri. Toleransi terjadi dan
berlaku karena terdapat perbedaan prinsip dan menghormati perbedaan atau
prinsip orang lain tanpa mengorbankan prinsip sendiri. Dengan kata lain,
pelaksanaannya hanya pada aspek-aspek yang detail dan teknis bukan dalam
persoalan yang prinsipil. Dalam bertoleransi setiap orang harus menghargai
cara masyarakat atau golongan tertentu melakukan suatu hal dengan cara
menghormati dan menjamin kebebasan atas apa yang menjadi pilihan prinsip
di dalam hidupnya.
Tabel 4.21
Siswa mampu memahami konsep toleransi yang merupakan bagian dari
ajaran agama
No Pernyataan
40 Islam merupakan agama yang sangat mengedepankan sikap bertoleransi
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
19
8
0
0
70,37 %
29,63 %
0
0
Jumlah 27 100%
Pada tabel indikator siswa mampu memahami konsep toleransi yang
merupakan bagian dari ajaran agama di atas dapat dilihat bahwa sebagian
besar memilih alternatif pilihan jawaban "setuju", hal ini menunjukkan bahwa
responden yaitu peserta didik mampu untuk memahami konsep toleransi yang
merupakan bagian dari ajaran agama pada materi pelajaran PAI.
Toleransi (tasamuh) merupakan konsep modern untuk
menggambarkan sikap saling menghormati dan saling bekerjasama di antara
kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda baik secara etnis, bahasa,
budaya, politik, maupun agama. Toleransi, karena itu merupakan konsep
87
yang agung dan mulia yang sepenuhnya menjadi bagian organik dari ajaran
agama-agama, termasuk agama Islam.
C. Analisis Data
Setelah kedua variabel disajikan dalam bentuk tabel, kemudian
dilakukan analisis melalui pengujian hipotesis. Dalam pengujian hipotesis ini,
menggunakan teknik korelasi product moment. Penggunaan rumus ini untuk
mengetahui apakah secara signifikan terdapat pengaruh antara model
pembelajaran berbasis masalah dengan motivasi belajar peserta didik di SMA
Tadika Pertiwi?
Berikut hasil perhitungan antara variabel X dengan variabel Y yang
kemudian didistribusikan pada rumus korelasi product moment.
Tabel 4.22
Hasil Angket Model Pembelajaran Berbasis Masalah
No. Nama Peserta Didik Jenis
Kelamin
Kelas Skor
Jumlah
1. Amelia Fauziah P XI IPA 64
2. Ari Ihsan L XI IPA 69
3. Dhiva Rahadatul Aisy P XI IPA 61
4. Dita Faradilla P XI IPA 74
5. Faradilla Nur Wakhid P XI IPA 67
6. Hamdal Nur Ghani L XI IPA 70
7. Ibrohim Syakur L XI IPA 67
8. Mardiah P XI IPA 64
9. Nakeisha Alya Mahira P XI IPA 74
10. Nurhalimah P XI IPA 59
11. Pramesthi Insan Qur’ani P XI IPA 68
12. Raden Arinal Haq L XI IPA 69
13. Ahmad Muzhoffar L XI IPS 65
88
14. Apri Fajar Riandika L XI IPS 65
15. Andhika Prameswara L XI IPS 61
16. Andika Berlian Syaputra L XI IPS 64
17. Ayu Suryani P XI IPS 61
18. Azriel Givary L XI IPS 65
19. Bayu Hidayat L XI IPS 73
20. Bima Bachrul Alam L XI IPS 63
21. Cindy Arum P XI IPS 58
22. Efendi Adi Nugroho L XI IPS 61
23. Ellya Agustina P XI IPS 66
24. Muhammad Fachri Abdullah L XI IPS 60
25. Rafly Adi Wardhana L XI IPS 66
26. Rifqi Ariefullah L XI IPS 62
27. Tria Fakhrennisa P XI IPS 59
N = 27 1755
Dari data tersebut dapat diketahui rata-rata model pembelajaran
berbasis masalah peserta didik SMA Tadika Pertiwi dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
=
=
= 65
Jadi, nilai rata-rata tabel yang didapat dari hasil data angket
(kuesioner) dengan indikator model pembelajaran berbasis masalah adalah
65. Dan jika dilihat pada tabel model pembelajaran berbasis masalah yang
terdapat pada bab III, skor rata-rata angket (kuesioner) model pembelajaran
berbasis masalah berada pada rentang antara 60-70. Maka rata-rata
pemahaman model pembelajaran berbasis masalah peserta didik SMA Tadika
Pertiwi Cinere dapat dikategorikan cukup.
Tabel 4.23
Hasil Angket Motivasi Belajar Peserta Didik
89
No. Nama Peserta Didik Jenis
Kelamin
Kelas Skor
Jumlah
1. Amelia Fauziah P XI IPA 64
2. Ari Ihsan L XI IPA 66
3. Dhiva Rahadatul Aisy P XI IPA 63
4. Dita Faradilla P XI IPA 68
5. Faradilla Nur Wakhid P XI IPA 71
6. Hamdal Nur Ghani L XI IPA 55
7. Ibrohim Syakur L XI IPA 57
8. Mardiah P XI IPA 60
9. Nakeisha Alya Mahira P XI IPA 79
10. Nurhalimah P XI IPA 54
11. Pramesthi Insan Qur’ani P XI IPA 65
12. Raden Arinal Haq L XI IPA 63
13. Ahmad Muzhoffar L XI IPS 59
14. Apri Fajar Riandika L XI IPS 57
15. Andhika Prameswara L XI IPS 46
16. Andika Berlian Syaputra L XI IPS 64
17. Ayu Suryani P XI IPS 63
18. Azriel Givary L XI IPS 64
19. Bayu Hidayat L XI IPS 74
20. Bima Bachrul Alam L XI IPS 54
21. Cindy Arum P XI IPS 57
22. Efendi Adi Nugroho L XI IPS 63
23. Ellya Agustina P XI IPS 46
24. Muhammad Fachri Abdullah L XI IPS 61
25. Rafly Adi Wardhana L XI IPS 56
26. Rifqi Ariefullah L XI IPS 61
27. Tria Fakhrennisa P XI IPS 60
N = 27 1650
90
Dari data tersebut dapat diketahui rata-rata motivasi belajar peserta
didik SMA Tadika Pertiwi dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
=
=
= 61,11
Jadi, nilai rata-rata tabel yang didapat dari hasil data angket
(kuesioner) dengan indikator motivasi belajar peserta didik adalah 61,11 dan
dilihat pada tabel motivasi belajar peserta didik yang terdapat pada bab III,
skor rata-rata angket motivasi belajar peserta didik berada pada rentang antara
60-70. Maka rata-rata motivasi belajar peserta didik SMA Tadika Pertiwi
dapat dikategorikan cukup.
Tabel 4.24
Analisis Korelasi Variabel X (Model Pembelajaran Berbasis Masalah)
dengan Variabel Y (Motivasi Belajar Peserta Didik)
X Y X.Y ( )
64 64 4096 4096 4096 16777216
69 66 4761 4356 4554 20738916
61 63 3721 3969 3843 14768649
74 68 5476 4624 5032 25321024
67 71 4489 5041 4757 22629049
70 55 4900 3025 3850 14822500
67 57 4489 3249 3819 14584761
64 60 4096 3600 3840 14745600
74 79 5476 6241 5846 34175716
59 54 3481 2916 3186 10150696
68 65 4624 4225 4420 19536400
69 63 4761 3969 4347 18896409
65 59 4225 3481 3835 14707225
65 57 4225 3249 3705 13727025
61 46 3721 2116 2806 7873636
64 64 4096 4096 4096 16777216
61 63 3721 3969 3843 14768649
65 64 4225 4096 4160 17305600
73 74 5329 5476 5402 29181604
63 54 3969 2916 3402 11573604
91
58 57 3364 3249 3306 10929636
61 63 3721 3969 3843 14768649
66 46 4356 2116 3036 9217296
60 61 3600 3721 3660 13395600
66 56 4356 3136 3696 13660416
62 61 3844 3721 3782 14303524
59 60 3481 3600 3540 12531600
1755 1650 114603 102222 107702 441868216
Selanjutnya, hasil perhitungan pada tabel di atas akan diuji
keabsahannya dengan menggunakan rumus product moment untuk
mengetahui tingkat korelasi variabel yakni sebagai berikut:
( ) ( ) ( )
√[ ( ) ] [ ( )
]
( ) ( ) ( )
√[ ( ) ] [ ( ) ]
=
√
=
√
=
√
=
= 0,527864514 atau dibulatkan menjadi 0,5279.
D. Interpretasi Data
Setelah mendapatkan hasil rxy, maka langkah selanjutnya penulis
memberikan interpretasi tehadap rxy. Interpretasi yang dipakai yaitu secara
sederhana dan dengan cara berkonsultasi pada tabel nilai “r” product moment.
1. Interpretasi secara sederhana
Berdasarkan pada perhitungan di atas, angka korelasi variabel X
dan variabel Y terdapat korelasi. Dengan memperhatikan besarnya “r”
92
yang diperoleh yaitu 0,5279 ternyata terletak antara 0,40 – 0,70 yang
berarti korelasi antara variabel X dengan variabel Y terdapat korelasi
yang sedang (cukup).
2. Interpretasi pada tabel “r” product moment
Setelah mendapatkan “r” sebesar 0,5279 maka nilai “r” hitung
tersebut dikonsultasikan dengan tabel “r” product moment. Pada tabel
diketahui untuk nilai df = N – nr, yakni df = 27 – 2 = 25. Dengan “df”
sebesar 25. Kemudian dikonsultasikan dengan tabel nilai “r” dengan
signifikansi 5% yaitu 0,361.
Ternyata “rxy” atau “ro” pada taraf signifikan 5% lebih besar dari
“r” tabel “rt” (0,5279 > 0,3809), maka pada taraf signifikan 5% hipotesa
nol ditolak dan hipotesa alternatif diterima. Ini berarti ada pengaruh atau
korelasi yang signifikan antara model pembelajaran berbasis masalah
terhadap motivasi belajar peserta didik SMA Tadika Pertiwi.
Dengan demikian, dapat disimpulkan terdapat korelasi positif yang
signifikan antara model pembelajaran berbasis masalah terhadap motivasi
belajar peserta didik SMA Tadika Pertiwi.
Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi atau sumbangsih yang
diberikan oleh variabel X tehadap variabel Y, harus diketahui terlebih
dahulu suatu koefisien yang disebut coefisien of determination atau
koefisien penentuan dengan rumus sebagai berikut:
KD = r2 x 100%
= 0,52792 x 100%
= 0,27867841 x 100 %
= 27,867841 (pembulatan)
= 27,87 %
Dari perhitungan coefisien of determination diketahui bahwa
koefisien determinasinya sebesar 27,87 %. Hal ini menunjukkan bahwa
variabel X (model pembelajaran berbasis masalah) mempengaruhi atau
memberikan kontribusi kepada variabel Y (motivasi belajar peserta
didik), yaitu sebesar 27,87 %. Adapun sisanya adalah faktor-faktor lain
yang mungkin saja dapat mempengaruhi motivasi belajar peserta didik.
93
E. Pembahasan Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian tentang pengaruh model pembelajaran berbasis
masalah terhadap motivasi belajar peserta didik di SMA Tadika Pertiwi
terdapat korelasi yang cukup. Hal ini dapat dilihat perolehan perhitungan
korelasional antara model pembelajaran berbasis masalah yaitu sebesar
0,5279 dan setelah dikonsultasikan pada tabel nilai “r” product moment
berada di posisi 0,40 – 0,70 yang berarti antara model pembelajaran berbasis
masalah terhadap motivasi belajar peserta didik terdapat korelasi yang cukup.
Begitu juga terhadap pengujian hipotesis diperoleh hasil sebesar 27,87 %
motivasi belajar peserta didik dipengaruhi oleh model pembelajaran berbasis
masalah. Hal ini menunjukkan model pembelajaran berbasis masalah
merupakan salah satu faktor yang cukup mempengaruhi motivasi belajar
peserta didik.
Dari hasil deskripsi ada pengaruh yang cukup kuat antara model
pembelajaran berbasis masalah terhadap motivasi belajar peserta didik SMA
Tadika Pertiwi. Dilihat dari hasil angket (kuesioner) peserta didik
menggambarkan kepada penulis bagaimana variabel keduanya cukup
mempengaruhi terhadap proses pembelajaran.
Pada indikator siswa responsif dan antusias dalam mengikuti proses
pembelajaran dapat dilihat bahwa sebagian besar memilih alternatif pilihan
jawaban "setuju", hal ini menujukkan bahwa responden yaitu peserta didik
cukup responsif dan antusias untuk mengikuti materi pelajaran PAI dengan
menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.
Responsivitas dan antusiasme peserta didik dalam mengikuti proses
pembelajaran merupakan suatu sikap positif yang timbul dari diri peserta
didik tanpa adanya paksaan berupa perasaan senang luar biasa yang ditandai
dengan adanya respon, perhatian, konsentrasi, kemauan, dan kesadaran untuk
melibatkan diri dalam proses pembelajaran. Sikap responsif dan antusias
tersebut menjadi salah satu indikator positif yang terwujud dari motivasi
belajar peserta didik.
94
Pada indikator siswa melakukan proses belajar secara aktif dapat
dilihat bahwa sebagian besar memilih alternatif pilihan jawaban "setuju", hal
ini menujukkan bahwa responden yaitu peserta didik cukup aktif saat
mengikuti materi pelajaran PAI dengan menggunakan model pembelajaran
berbasis masalah.
Pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih
banyak melibatkan aktivitas peserta didik dalam mengakses berbagai
informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses
pembelajaran di kelas, sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman
yang dapat meningkatkan pemahaman dan kompetensinya. Sikap aktif pada
saat proses pembelajaran tersebut menjadi salah satu indikator positif yang
terwujud dari motivasi belajar peserta didik.
Pada indikator siswa berpikir secara kritis berdasarkan konsep
pengetahuan dan pengalaman belajarnya dapat dilihat bahwa sebagian besar
memilih alternatif pilihan jawaban "setuju", hal ini menujukkan bahwa
responden yaitu peserta didik mampu untuk berpikir secara kritis untuk
mengikuti materi pelajaran PAI berdasarkan konsep pengetahuan dan
pengalaman belajarnya.
Berpikir kritis merupakan perwujudan dari berpikir tingkat tinggi
(higher order thinking). Hal tersebut karena kemampuan berpikir tersebut
merupakan kompetensi kognitif tertinggi yang perlu dikuasai oleh peserta
didik dalam pembelajaran. Berpikir kritis dapat dipandang sebagai
kemampuan berpikir peserta didik untuk membandingkan dua atau lebih
informasi, misalnya informasi yang diterima dari luar dengan informasi yang
dia miliki. Bila terdapat perbedaan atau persamaan, maka peserta didik akan
mengajukan pertanyaan atau komentar dengan tujuan untuk mendapatkan
penjelasan dari hal tersebut. Sikap kritis yang ditunjukkan oleh peserta didik
pada saat proses pembelajaran tersebut menjadi salah satu indikator positif
yang terwujud dari motivasi belajar peserta didik.
95
Pada indikator siswa mampu secara mandiri dalam membangun
konsep pengetahuannya dapat dilihat bahwa sebagian besar memilih alternatif
pilihan jawaban "setuju", hal ini menujukkan bahwa responden yaitu peserta
didik mampu membangun konsep pengetahuannya secara mandiri saat
mengikuti materi pelajaran PAI dengan menggunakan model pembelajaran
berbasis masalah.
Peserta didik dituntut untuk memiliki kemandirian dalam belajar (self
regulated learning), yakni dimana peserta didik merancang sendiri proses dan
konsep belajarnya sesuai dengan tujuan pembelajaran, memilih strategi dan
melaksanakan rancangan belajarnya, memantau kemajuan belajar, dan
mengevaluasi hasil belajarnya dan dibandingkan dengan standar tertentu.
Sikap kemandirian belajar yang ditunjukkan oleh peserta didik pada saat
proses pembelajaran tersebut menjadi salah satu indikator positif yang
terwujud dari motivasi belajar peserta didik.
F. Keterbatasan Penelitian
Kita tidak dapat memungkiri bahwa pada setiap penelitian terdapat
kekurangan dan keterbatasan. Begitu juga terhadap penulis. Penulis
menyadari dan merasakan bahwa dalam menyelesaikan penelitian ini masih
banyak terdapat kekurangan. Dalam keterbatasan yang penulis miliki, penulis
menemukan beberapa hal yang menjadi kendala. Akan tetapi kendala yang
penulis temukan tidak menjadi hambatan penulis untuk menyelesaikan
penelitian ini.
Adapun beberapa kendala yang penulis temukan, yakni:
1. Menentukan populasi dan sampel
Dalam menentukan populasi dan sampel, penulis mengakui bahwa
belum secara maksimal dilakukan. Dikarenakan dalam memberikan
angket (kuesioner), penulis ingin mengambil sampel hanya satu kelas
yaitu kelas XI IPA, namun secara jumlah respondennya belum
mencukupi. Oleh karena itu, penulis mengambil tambahan responden
96
dari kelas lain, dan dalam hal ini yaitu kelas XI IPS untuk
memaksimalkan jumlah responden yang peneliti butuhkan.
2. Pengisian angket (kuesioner)
Kendala yang penulis alami pada proses penelitian ini adalah
mengumpulkan peserta didik untuk mengisi angket dalam situasi
pandemic covid 19. Akhirnya penulis memutuskan untuk memberikan
angket (kuesioner) secara online kepada peserta didik yang menjadi
responden dalam penelitian ini.
Kemudian, dalam pembuatan jumlah item pada angket (kuesioner)
yakni untuk dua variabel yaitu variabel X dan variabel Y. Penulis hanya
menggunakan angket (kuesioner) saja sebagai bahan untuk perolehan
skor pada kedua variabel. Penulis juga mempertimbangkan untuk tidak
terlalu banyak jumlah item yang penulis buat agar responden tidak
membutuhkan waktu yang banyak untuk mengisinya. Akibatnya, dalam
pengisian angket (kuesioner) ada beberapa peserta didik yang masih ragu
dalam menjawab dan kemudian akhirnya bertanya kepada penulis.
Oleh karena itu, jika dalam penelitian ini masih terdapat banyak
kekurangan dan kesalahan, penulis dengan besar hati menerima kritik dan
saran dari pembaca.
97
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa yang penulis dapatkan di
SMA Tadika Pertiwi, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan di
antaranya sebagai berikut:
Hasil penelitian menunjukkan pembelajaran dengan menggunakan
model berbasis masalah di SMA Tadika Pertiwi dapat dikategorikan cukup.
Hal ini dapat diketahui dari hasil rata-rata skor angket, yaitu 65 yang terdapat
pada tabel rentang klasifikasi skor antara 60-70.
Hasil penelitian menunjukkan motivasi belajar peserta didik di SMA
Tadika Pertiwi dikategorikan cukup. Hal ini dapat diketahui dari hasil rata-
rata skor angket, yaitu 61,11 yang terdapat pada tabel rentang klasifikasi skor
antara 60-70.
Berdasarkan hasil perhitungan korelasi antara variabel X
(pembelajaran berbasis masalah) terhadap variabel Y (motivasi belajar
peserta didik), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara
variabel X dan Variabel Y. Hal ini dapat diketahui dalam menentukan hasil
"r" product moment, didapat nilai rxy yaitu sebesar 0,5279 yang dinyatakan
lebih besar nilai "r" yang terdapat pada tabel koefisien korelasi "r" product
moment yaitu pada taraf signifikan 5% (0,3809). Menurut tabel interpretasi
nilai "r", diketahui korelasi antara kedua variabel berada pada rentang 0,40-
0,70 yang berarti tergolong sedang atau cukup. Dengan demikian, H0 ditolak
dan Ha diterima. Yang artinya terdapat pengaruh yang positif antara
pembelajaran berbasis masalah dengan motivasi belajar peserta didik.
Sedangkan kontribusi pembelajaran berbasis masalah terhadap motivasi
belajar peserta didik sebesar 27,87 % dan sisanya dipengaruhi oleh faktor-
faktor lain di luar penelitian ini. Hal ini berarti pembelajaran berbasis masalah
mempengaruhi motivasi belajar peserta didik.
98
Pada indikator siswa responsif dan antusias dalam mengikuti proses
pembelajaran dapat disimpullkan bahwa sebagian besar responden yaitu
peserta didik cukup responsif dan antusias untuk mengikuti materi pelajaran
PAI dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.
Pada indikator siswa melakukan proses belajar secara aktif dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar responden yaitu peserta didik cukup aktif
saat mengikuti materi pelajaran PAI dengan menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah.
Pada indikator siswa berpikir secara kritis berdasarkan konsep
pengetahuan dan pengalaman belajarnya dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar responden yaitu peserta didik mampu untuk berpikir secara kritis untuk
mengikuti materi pelajaran PAI berdasarkan konsep pengetahuan dan
pengalaman belajarnya.
Pada indikator siswa mampu secara mandiri dalam membangun
konsep pengetahuannya dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden
yaitu peserta didik mampu membangun konsep pengetahuannya secara
mandiri saat mengikuti materi pelajaran PAI dengan menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah.
B. Implikasi
1. Model pembelajaran aktif yang dapat menumbuhkan motivasi belajar
peserta didik seperti model pembelajaran berbasis masalah harus mulai
dilaksanakan pada proses kegiatan pembelajaran.
2. Memberikan masukan kepada semua perangkat pendidikan, terutama
guru yang peran utamanya sebagai seorang pendidik untuk senantiasa
menerapkan dan membiasakan model pembelajaran aktif seperti model
pembelajaran berbasis masalah pada saat kegiatan pembelajaran, guna
meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
99
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis laksanakan, maka penulis
bermaksud untuk mengemukakan saran sebagai berikut:
1. Guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang pengajar dan
pendidik hendaknya menerapkan penggunaan model pembelajaran aktif
seperti model pembelajaran berbasis masalah. Hal tersebut dilakukan
untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik, khususnya di SMA
Tadika Pertiwi.
2. Seluruh perangkat pendidikan, terutama guru dan siswa untuk senantiasa
membiasakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran aktif seperti model pembelajaran berbasis masalah untuk
meningkatkan motivasi belajar peserta didik, khususnya di SMA Tadika
Pertiwi.
100
DAFTAR PUSTAKA
Amir, M. Taufiq. Inovasi Pendidikan melalui Problem Based Learning, ed. 1,
Jakarta: Kencana Prenada Media, cet. 2, 2009.
Aprilia, Lia. Pengaruh Layanan Penguasaan Konten Terhadap Motivasi Belajar
Siswa MTsN Tanjung Balai Tahun Ajaran 2016/2017, Skripsi UIN
Sumatera Utara Medan, http://repository.uinsu.ac.id/4040/, 2017.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:
Rhineka Cipta, cet. ke-14, 2010.
Daradjat, Zakiah. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi
Aksara, 1995.
Departemen Agama RI. Memahami Paradigma…,
Departemen Pendidikan Nasional. Standar Kompetensi Mata Pelajaran PAI
SMA&MA, Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas, 2003.
Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Departemen
Pendidikan & Kebudayaan dan Rhineka Cipta, cet. 3, 2006.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT
Reneka Cipta, cet. ke-2, 2002.
Dwi Consultant, http://duwiconsultant.blogspot.co.id/2011/11/analisis-korelasi-
sederhana.html, 2017.
Hadeli. Metode Penelitian Kependidikan, Jakarta: Quantum Teaching, cet. ke-1,
2006.
Hajar, Ibnu. Dasar-dasar Penelitian Kuantitatif dalam Penelitian, Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, cet. ke-1,
Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, cet. ke-5,
2005.
Husamah dan Yanur Setyaningrum. Desain Pembelajaran Berbasis Pencapaian
Kompetensi, Malang: Prestasi Pustakaraya, 2013.
I Arends, Richard. Learning to Teach, New York: McGraw-Hill, 2007.
Komalasari, Kokom. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi, Bandung:
Revika Aditama, cet. ke-3, 2013.
101
Majid, Abdul dan Dian Andayani. Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi…,
Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi
Aksara, cet. ke-4, 2004.
Putra, Sitiatava Rizema. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains,
Jogjakarta: Diva Press, cet. 1, 2013.
Rahmana, Lisa Saumi. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Peristiwa Alam
di Kelas V MIN Rukoh Darusallam Banda Aceh, Skripsi UIN Ar-Raniry
Darussalam Banda Aceh, https://repository.ar-raniry.ac.id, 2016.
Rrosyadi, Khiron. Pendidikan Profetik, Bandung: Pustaka Pelajar, 2004.
Rusman. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011.
Rusman. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, ed.
2, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, cet. 5, 2012.
Rusman. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru,
Jakarta: Rajawali Pers, ed. 2, cet. ke-6, 2016.
Sabri, Alisuf. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, cet. ke-3, 2007.
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
ed. 1, Jakarta: Kencana Prenada Media, cet. 8, 2011.
Sardiman, M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar …,
Sobur, Alex. Psikologi Umum dalam Lintas Sejarah, Bandung: Pustaka Setia, cet.
ke-1, 2003.
Sudjono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 2010.
Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D, Bandung:
Alfabeta, cet. ke-25, 2017.
Sukmadinata, Nana Syaodih dan Erliana Syaodih. Kurikulum & Pembelajaran
Kompetensi, Bandung: Refika Aditama, cet. 1, 2012.
Suprihatiningrum, Jamil. Strategi Pembelajaran Teori dan Apikasi, Jogjakarta: Ar
Ruzz Media, cet. ke-2, 2014.
102
Suralaga, Fadhilah, Nety Hartaty, dkk. Psikologi Pendidikan dalam Perspektif
Islam, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005.
Suyono dan Hariyanto. Belajar dan Pembelajaran, Surabaya: PT Remaja
Rosdakarya, cet. 4, 2013.
Toharudin, Uus, Sri Hendrawati, dan Andrian Rustaman. Membangun Literasi
Sains Peserta Didik, Bandung: Humaniora, cet. 1, 2011.
Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan,
dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP), Jakarta: Kencana Prenada Media Group, cet. ke-6, 2012.
Yamin, Martinis. Sertifikasi Profesi Keguruan…,
Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini. Strategi Pembelajaran Sains,
Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, cet. 1, 2009.
LAMPIRAN
HASIL WAWANCARA ORANGTUA/WALI PESERTA DIDIK TENTANGKEADAAN PESERTA DIDIK DI RUMAH
Peneliti : Bagaimana keseharian atau kegiatan anak jika di rumah?
Orangtua/wali 1 : Banyak : makan, istirahat, bermain handphone dll
Orangtua/wali 2 : Mengerjakan tugas-tugas rumah dll
Orangtua/wali 3 : Istirahat, makan, belajar, bermain dll
Peneliti : Bagaimana aktivitas keagamaan atau ibadah mereka?
Orangtua/wali 1 : Mereka sholat, mengaji dll
Orangtua/wali 2 : Mereka rutin sholat berjamaah dan mengikuti kegiatanmengaji
Orangtua/wali 3 : Ya seperti biasa, sholat, mengaji dll.
Peneliti : Dimana mereka mengaji?
Orangtua/wali 1 : Di rumah
Orangtua/wali 2 : Di musholla bersama teman-temannya
Orangtua/wali 3 : Hanya di rumah
Peneliti : Apakah bapak/ibu sering berbicara dengan mereka?Terutama ha-hal tentang agama
Orangtua/wali 1 : Kalo berbicara sih sering, tapi tentang agama jarang sekali
Orangtua/wali 2 : Ya, bahkan mereka seringkali bertanya tentangkeagamaan
Orangtua/wali 3 : Hhmmm, kami cukup sering berkomunkasi, tapi tentangagama agak jarang
HASIL WAWANCARA ORANGTUA/WALI PESERTA DIDIK TENTANGMOTIVASI BELAJAR PAI
Peneliti : Bagaimana nilai atau hasil belajar mata pelajaran PAImereka?
Orangtua/wali 1 : Nilai anak saya lumayan lah, rata-rata
Orangtua/wali 2 : Alhamdulillah cukup baik
Orangtua/wali 3 : Ya tidak mengecewakan, lumayan
Peneliti : Apakah mereka kesulitan dalam pembelajaran PAI?
Orangtua/wali 1 : Saya rasa tidak juga ya
Orangtua/wali 2 : Sepertinya tidak, mereka cukup menyukai pelajarantersebut
Orangtua/wali 3 : Secara umum tidak ya, mungin sedikit saja karena faktorkemalasan
Peneliti : Menurut bapak/ibu, apa yang mereka ketahui tentangpelajaran PAI?
Orangtua/wali 1 : Pelajaran tentang keislaman dan segala sesuatu yangdibahas di dalamnya
Orangtua/wali 2 : Pelajaran tentang bidang keislaman seperti aqidah akhlak,al-qur'an hadits, fiqih dan sejarah Islam
Orangtua/wali 3 : Pelajaran pendidikan agama Islam
Peneliti : Apakah mereka antusias saat belajar PAI?
Orangtua/wali 1 : Ya, PAI merupakan salah satu pelajaran yang cukupmereka sukai
Orangtua/wali 2 : Ketika pelajaran PAI, mereka selalu serius dan sungguh-sungguh dalam mengikutinya dengan baik
Orangtua/wali 3 : Lumayan, karena banyak hal yang belum mereka ketahuitentang Islam
HASIL WAWANCARA PESERTA DIDIK TENTANG MODELPEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Peneliti : Model pembelajaran apa saja yang telah kamu ikuti dalam prosespembelajaran di kelas?
Siswa 1 : Ceramah, diskusi, latihan soal dll
Siswa 2 : Membuat pertanyaan, kuis, presentasi dll
Siswa 3 : Praktek, makalah, literasi dll
Peneliti : Model pembelajaran apa yang paling cocok atau mudah kamupahami?
Siswa 1 : Menurut saya pembelajaran dengan melakukan latihan soal
Siswa 2 : Menurut saya pembelajaran dengan model kuis
Siswa 3 : Menurut saya pembelajaran dengan melakukan praktek
Peneliti : Menurut kamu, apa yang kamu ketahui tentang modelpembelajaran berbasis masalah?
Siswa 1 : Saya belum mengetahui tentang model pembelajaran berbasismasalah
Siswa 2 : Menurut saya model pembelajaran berbasis masalah adalahpembelajaran yang membahas masalah-masalah yang telahditentukan oleh guru
Siswa 3 : Yang saya ketahui tentang model pembelajaran berbasis masalahyaitu kegiatan belajar yang mendiskusikan masalah tertentu untukdiselesaikan
Peneliti : Apakah kamu tertarik untuk melakukan pembelajaran berbasismasalah?
Siswa 1 : Boleh untuk dicoba
Siswa 2 : Ya, saya cukup tertarik
Siswa 3 : Saya ingin mengikuti pembelajaran tersebut
HASIL WAWANCARA PESERTA DIDIK TENTANG MOTIVASIBELAJAR PAI
Peneliti : Apa yang kamu ketahui tentang motivasi belajar?
Siswa 1 : Motivasi belajar yaitu keinginan untuk belajar dengan sungguh-sungguh
Siswa 2 : Motivasi belajar adalah kesungguhan diri pribadi untuk senantiasabelajar dengan baik
Siswa 3 : Suatu dorongan dari dalam diri untuk menjalankan kegiatanbelajar dengan serius
Peneliti : Hal apa yang menjadi motivasi kamu untuk belajar?
Siswa 1 : Amanah dari orangtua untuk belajar dengan sungguh-sungguh
Siswa 2 : Cita-cita saya untuk berprestasi dan sukses di sekolah
Siswa 3 : Semua hal positif di sekitar saya yang saya jalani dalam belajardan saya nyaman dengan hal itu
Peneliti : Apa yang kamu ketahui tentang pelajaran PAI?
Siswa 1 : Pelajaran pendidikan agama Islam
Siswa 2 : Pelajaran tentang keislaman dan segala sesuatu yang dibahas didalamnya
Siswa 3 : Pelajaran tentang bidang keislaman seperti aqidah akhlak, al-qur'an hadits, fiqih dan sejarah Islam
Peneliti : Apakah kamu antusias saat pembelajaran PAI?
Siswa 1 : Lumayan, karena banyak hal yang belum saya ketahui tentangIslam
Siswa 2 : Ya, PAI merupakan salah satu pelajaran yang saya sukai
Siswa 3 : Ketika pelajaran PAI, saya selalu serius dan sungguh-sungguhdalam mengikutinya dengan baik
HASIL WAWANCARA PESERTA DIDIK TENTANG TOLERANSISEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA
Peneliti : Apa pendapatmu tentang toleransi?
Siswa 1 : Toleransi adalah saling menghargai perbedaan
Siswa 2 : Toleransi yaitu sikap menghormati antar sesama
Siswa 3 : Toleransi merupakan tindakan menghormati dan menghargaisetiap perbedaan, bijaksana dan berlapang dada dalammenyikapinya
Peneliti : Bagaimana menurutmu dengan tindakan-tindakan intoleransiberagama yang terjadi?
Siswa 1 : Menurut saya hal itu karena sikap keras kepala dan terlalu fanatikterhadap sesuatu
Siswa 2 : Menurut saya tindakan intoleransi terjadi karena kurangnyapemahaman agama yang benar
Siswa 3 : Menurut saya banyak faktor, bisa karena pemahaman agama yangsalah, pergaulan yang salah, banyak termakan oleh berita hoax dll
Peneliti : Bagaimana menurutmu cara mengantisipasi tindakan intoleransiberagama?
Siswa 1 : Belajar dan sekolah yang benar
Siswa 2 : Mempelajari ilmu agama dengan baik dan benar
Siswa 3 : Memilih pergaulan yang baik, mempelajari ilmu agama yangbenar, jangan mudah terprovokasi dengan berita hoax dll
Peneliti : Menurutmu apa saja batasan dalam toleransi beragama?
Siswa 1 : Menghormati ibadah dan hari raya umat beragama lain
Siswa 2 : Tetap bersosialisasi dengan mereka umat beragama lain dalamkehidupan sehari-hari
Siswa 3 : Saling menghormati kepercayaan dan ibadah agama masing--masing
RESPONDEN SOAL 1 SOAL 2 SOAL 3 SOAL 4 SOAL 5 SOAL 6 SOAL 7 SOAL 8 SOAL 9 SOAL 10
Amelia Fauziah 4 3 2 3 4 4 4 3 4 3
Ari Ihsan 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4
Dhiva Rahadatul Aisy 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3
Dita Faradilla 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4
Faradilla Nur Wakhid 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4
Hamdal Nur Ghani 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4
Ibrohim Syakur 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3
Mardiah 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4
Nakeisha Alya Mahira 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4
Nurhalimah 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Pramesthi Insan Qur'ani 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4
Raden Arinal Haq 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3
Ahmad Muzhoffar 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3
Apri Fajar Riandika 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4
Andhika Prameswara 4 2 3 3 4 4 4 3 4 2
Andika Berlian Syaputra 4 3 3 4 4 4 4 2 4 3
Ayu Suryani 4 3 3 3 3 4 4 3 4 4
Azriel Givary 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4
Bayu Hidayat 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Bima Bachrul Alam 4 3 4 4 3 4 3 3 4 3
Cindy Arum 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3
Efendi Adi Nugroho 3 4 4 4 3 4 3 2 4 3
Ellya Agustina 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4
Muhammad Fachri Abdullah 4 3 2 3 4 4 4 2 3 3
Rafly Adi Wardhana 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4
Rifqi Ariefullah 4 4 2 4 4 4 4 3 4 4
Tria Fakhrennisa 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3
TABULASI MODEL PEMBELARAJAN BERBASIS MASALAH
SOAL 11 SOAL 12 SOAL 13 SOAL 14 SOAL 15 SOAL 16 SOAL 17 SOAL 18 SOAL 19 SOAL 20 JUMLAH X2
3 2 3 4 3 3 2 2 4 4 64 4096
2 1 4 4 4 4 2 3 4 4 69 4761
3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 61 3721
4 2 3 4 4 4 3 4 4 4 74 5476
3 3 1 3 3 4 3 2 3 4 67 4489
3 3 3 3 4 3 3 2 4 4 70 4900
2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 67 4489
2 2 2 2 3 3 2 3 3 4 64 4096
1 3 4 3 4 4 4 4 4 4 74 5476
2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 59 3481
2 3 4 4 4 4 3 1 1 4 68 4624
2 4 4 2 4 4 2 2 4 4 69 4761
2 4 2 3 3 3 3 3 3 3 65 4225
2 2 3 3 3 3 3 3 3 4 65 4225
4 2 3 2 4 3 2 1 4 3 61 3721
3 1 3 3 3 3 3 4 2 4 64 4096
2 2 2 2 3 3 3 3 2 4 61 3721
2 4 2 2 3 4 3 4 2 3 65 4225
3 4 1 4 4 4 3 2 4 4 73 5329
3 2 2 3 2 4 4 2 2 4 63 3969
2 2 1 3 4 3 1 2 3 4 58 3364
3 1 2 3 4 3 2 1 4 4 61 3721
2 2 3 3 3 3 3 2 3 4 66 4356
3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 60 3600
1 1 3 4 4 4 2 3 2 4 66 4356
1 1 1 3 3 3 2 3 4 4 62 3844
3 2 2 2 3 3 2 2 3 3 59 3481
1755 3080025JUMLAH
RESPONDEN SOAL 1 SOAL 2 SOAL 3 SOAL 4 SOAL 5 SOAL 6 SOAL 7 SOAL 8 SOAL 9 SOAL 10
Amelia Fauziah 3 4 3 3 3 4 3 3 2 4
Ari Ihsan 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3
Dhiva Rahadatul Aisy 3 3 3 4 4 3 4 4 3 4
Dita Faradilla 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4
Faradilla Nur Wakhid 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4
Hamdal Nur Ghani 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3
Ibrohim Syakur 4 3 2 3 2 4 4 3 3 3
Mardiah 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Nakeisha Alya Mahira 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Nurhalimah 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3
Pramesthi Insan Qur'ani 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3
Raden Arinal Haq 3 3 3 4 2 3 4 3 3 3
Ahmad Muzhoffar 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4
Apri Fajar Riandika 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Andhika Prameswara 3 3 1 4 3 1 3 3 3 3
Andika Berlian Syaputra 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4
Ayu Suryani 3 3 3 4 4 3 4 3 4 3
Azriel Givary 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3
Bayu Hidayat 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4
Bima Bachrul Alam 4 3 3 2 4 1 4 3 3 3
Cindy Arum 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3
Efendi Adi Nugroho 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3
Ellya Agustina 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3
Muhammad Fachri Abdullah 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3
Rafly Adi Wardhana 2 3 4 3 4 4 3 4 3 4
Rifqi Ariefullah 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3
Tria Fakhrennisa 3 3 3 4 4 2 4 3 3 3
TABULASI MOTIVASI BELAJAR SISWA
SOAL 11 SOAL 12 SOAL 13 SOAL 14 SOAL 15 SOAL 16 SOAL 17 SOAL 18 SOAL 19 SOAL 20 JUMLAH Y2
4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 64 4096
3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 66 4356
3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 63 3969
3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 68 4624
4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 71 5041
4 3 2 3 3 2 3 3 2 3 55 3025
3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 57 3249
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60 3600
3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 79 6241
3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 54 2916
3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 65 4225
3 3 3 3 4 4 3 4 2 3 63 3969
3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 59 3481
2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 57 3249
2 1 3 2 1 3 1 1 2 3 46 2116
3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 64 4096
3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 63 3969
3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 64 4096
4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 74 5476
2 3 2 3 2 2 3 2 2 3 54 2916
3 3 3 2 4 2 2 1 2 3 57 3249
3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 63 3969
2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 46 2116
2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 61 3721
1 2 2 2 3 3 3 2 2 2 56 3136
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 61 3721
3 2 2 3 3 2 3 3 3 4 60 3600
1650 2722500JUMLAH