pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/4....
TRANSCRIPT
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED
INDIVIDUALIZATION TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA
SISWA KELAS VIII SMP N 8 LUBUKLINGGAU
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
ARTIKEL ILMIAH
Oleh
Nama : Gusti Rangga
NPM : 4010162
Program Studi : Pendidilkan Matematika
Dosen Pembimbing : 1. Sukasno, M.Pd.
2. Drajat Friansah, M.Pd.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU
2015
1Mahasiswa, 2 Dosen Prodi Matematika
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM
ASSISTED INDIVIDUALIZATION TERHADAP HASIL BELAJAR
MATEMATIKASISWA KELAS VIII SMP N 8 LUBUKLINGGAU
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Oleh : Gusti Rangga1, Sukasno2, Drajat Friansah2
Program Studi Pendidikan Matematika STKIP-PGRI Lubuklinggau
E-mail: [email protected]
ABSTRACT
This thesis entitled "The Effect of Cooperative Learning Model Team Assisted
Individualization against Results Math Grade 8 VIIISMP N Lubuklinggau academic year
2014/2015". The formulation of the problem is Is there a significant influence cooperative
learning model Team Assisted Individualization of the learning outcomes of students of class
VIII SMP N 8 Lubuklinggau academic year 2014/2015? This study aims to determine the
effect of cooperative learning model Team Assisted Individualization of the results of
students' mathematics learning in class VIII SMP N 8 Lubuklinggau. This type of research in
the form of pure experimentation. The population around the eighth grade students of SMPN
8 Lubuklinggau the school year 2014/2015 and as the sample is class VIII C (experimental
class) and VIII D (control group) were taken randomly. Data collected by the testing
techniques. Data were analyzed using t-test at the significant level α = 0.05. Based on the
results of data analysis can be concluded that there is significant influence cooperative
learning model Team Assisted Individualization of the learning outcomes of students of class
VIII SMP Negeri 8 Lubuklinggau. The average result of 73.48 studied experimental class and
control class is 66.34
Keyword : Team Assisted Individualization; Cooperative Learning.
PENDAHULUAN
Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang mempunyai peranan yang cukup
besar, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan ilmu dan teknologi.
Matematika menjadi salah satu sarana strategis yang pemanfaatannya bisa dirasakan terhadap
kehidupan secara langsung maupun penerapannya pada cabang ilmu yang lain.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:297), pembelajaran adalah kegiatan guru secara
terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar aktif, yang menekankan
pada penyediaan sumber belajar. Dengan kata lain, tujuan pembelajaran adalah dapat
membuat siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Guru seharusnya lebih menjadi
sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran, bisa berupa dalam hal menyusun suatu
program-program yang terencana sehingga dapat tercapainya tujuan pembelajaran itu sendiri.
Pada penerapannya pada pendidikan, pembelajaran matematika yang telah diterapkan
oleh guru memiliki beberapa hambatan untuk mencapai nilai ketuntasan yang ingin dicapai.
Pelajaran matematika dianggap sebagai salah satu pelajaran yang dianggap sulit oleh beberapa
siswa dikarenakan kurang variatifnya model pembelajaran yang diterapkan oleh guru dan
kecenderungan penggunaan metode konvensional yang pada penerapannya guru lebih
berperan aktif dan siswa menjadi lebih pasif dalam proses belajar mengajar.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMP Negeri 8 Lubuklinggau, diperoleh
hasil rata-rata nilai ulangan harian siswa kelas VIII yang berjumlah 181 siswa adalah 63. Hal
ini masih di bawah ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah sebesar 75. Dari 181
siswa, siswa yang tuntas sebanyak 88 siswa atau sebanyak 48,62% dan yang belum tuntas
sebanyak 93 siswa atau sebanyak 51,38%. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar siswa yang mengikuti pembelajaran matematika belum sepenuhnya menguasai
pelajaran tersebut.
Dari permasalahan yang telah dipaparkan, maka dari itu penulis mencoba menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization untuk meningkatkan
hasil belajar pada mata pelajaran matematika. Model pembelajaran kooperatif tipe Team
Assisted Individualization ini menggabungkan antara model pembelajaran kooperatif dan
model pembelajaran individu. Menurut Suyatno (2009:57) Team Assisted Individualization
adalah bantuan individual dalam kelompok dengan karakteristik bahwa tanggung jawab
belajar adalah pada siswa, sehingga keaktifan siswa lebih diutamakan dalam proses belajar
mengajar.
Pada penerapannya, model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization membuat siswa dapat bekerja sama dalam tim-tim pembelajaran kooperatif
dan mengemban tanggung jawab mengelola dan memeriksa secara rutin, saling membantu
satu sama lain dalam menghadapi masalah, dan saling memberikan dorongan untuk maju
(Slavin, 2005:189). Model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization
mengharuskan siswa saling bertukar informasi yang telah diterima sehingga siswa yang
belum mengerti tentang materi yang telah disampaikan bisa menjadi lebih mengerti, dan
siswa yang telah mengerti dapat memperdalam pengetahuannya. Dengan demikian maka
diharapkan tujuan dari pembelajaran itu sendiri dapat dicapai dengan hasil yang maksimal.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted
Individualization Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8
Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2014/2015”.
DESKRIPSI TEORITIK
Hakikat Matematika
Menurut Johnson dan Rising (dalam Ferryansyah, 2011:235), matematika adalah pola
berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika itu adalah bahasa yang
menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya
dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi.
Pada hakikatnya matematika merupakan suatu ilmu yang didasarkan atas akal (rasio)
yang berhubungan benda-benda dalam pikiran yang abstrak (Yuhasriati, 2012:82). Beberapa
karakteristik dari matematika menurut Soedjadi (dalam Yuhasriati, 2012:82) adalah : (1)
memiliki objek kajian yang abstrak; (2) Bertumpu pada kesepakatan; (3) Berpola pikir
deduktif; (4) Konsisten dalam sistem; (5) Memiliki simbol yang kosong dari arti; dan (6)
memperhatikan semesta pembicaraan.
Model Pembelajaran Kooperatif tipe Team Assisted Individualization
Model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization ini dikembangkan
oleh Robert E. Slavin dalam karyanya Cooperative Learning: Theory, Research and Practice.
Terjemahan bebas dari istilah Team Assisted Individualization adalah bantuan individual
dalam kelompok dengan karakteristik bahwa tanggung jawab belajar adalah pada siswa
(Suyatno, 2009:57). Slavin (2005:186) menjelaskan bahwa model pembelajaran kooperatif
tipe Team Assisted Individualization dirancang secara khusus untuk mengakomodasi berbagai
skala kemampuan siswa dalam satu kelas yang secara khusus merupakan tujuan penting
dimana pembelajaran kooperatif diperkenalkan sebagai alternatif untuk menggali kemampuan
kelompok atau digunakan untuk memfasilitasi pelaksanaan mainstreaming bagi siswa dengan
cacat akademik.
Model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization model
pembelajaran yang menggabungkan antara pembelajaran individu dan pembelajaran
kelompok dengan beranggotakan 4-5 orang yang heterogen dengan karakteristik bahwa setiap
tanggung jawab belajar ada pada setiap siswa di kelompoknya masing-masing dan saling
membantu terhadap siswa lain yang membutuhkan bantuan.
Model pembelajaran Team Assisted Individualization memiliki delapan komponen
(Slavin, 2005:195), yaitu: 1) Teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas
4 sampai 5 siswa; 2) Test penempatan, yaitu pemberian pre-test kepada siswa atau melihat
rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu; 3)
Materi-materi kurikulum; 4) Belajar kelompok, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus
dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa
yang membutuhkannya; 5) Skor tim dan rekognisi tim, yaitu pemberian skor terhadap hasil
kerja kelompok dan pemberian kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara
cemerlang dan memberikan dorongan semangat kepada kelompok yang dipandang kurang
berhasil dalam menyelesaikan tugas; 6) Kelompok pengajaran, yakni pemberian materi
secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok; 7) Test Fakta, yaitu
pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa; 8)Unit seluruh kelas, yaitu
pemberian materi kembali di akhir waktu pembelajaran dan pemberian serangkaian latihan
oleh guru.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif tipe Team Assisted Individualization
Menurut Dewi (2013:249), adapun langkah-langkah dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan model kooperatif tipe Team Assisted Individualization ini sebagai berikut: 1)
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran; 2) Guru memberi motivasi kepada siswa untuk
mengaitkan pembelajaran dengan pengetahuan awal yang dimiliki; 3) Menyiapkan perangkat
pembelajaran berupa LKS; 4) Siswa diminta memahami materi dan mengerjakan soal secara
individu sehingga memiliki pemahaman dasar tentang materi yang diberikan; 5) Pembentukan
kelompok belajar yang beranggotakan 4-5 siswa dengan perbedaan kemampuan akademis dan
jenis kelamin; 6) Pemberian stimulus mengenai materi oleh guru; 7) Siswa saling berbagi
pemikiran dengan teman satu kelompok sehingga siswa mendapat penjelasan dan
penyelesaian masalah yang lebih kompleks; 8) Diskusi kelas yang memungkinkan siswa
mendapat alternatif pemecahan masalah dari berbagai pendapat yang disampaikan oleh
kelompok lain; 9) Tes akhir yang dikerjakan siswa di akhir siklus untuk mengetahui hasil
belajar yang diperoleh; 10)Penghargaan kelompok.
Selain yang telah dijabarkan oleh Dewi, Wayruman (dalam Suarnovitarini,2012:5) dan
Huda (2014:126) juga menjabarkan tentang langkah-langkah pembelajaran dari model Team
Assisted Individualization, dan dari beberapa pendapat ahli tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa langkah-langkah model pembelajaran Team Assisted Individualization sebagai berikut
: 1) Guru menyampaikan materi secara singkat dan memberikan tugas kepada siswa untuk
mempelajari materi pembelajaran yang telah disiapkan oleh guru; 2) Siswa diberikan kuis
yang dikerjakan secara individual yang akan digunakan sebagai bahan dalam diskusi; 3)
Siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim yang beranggotakan 4 sampai 5 orang dengan tingkat
kemampuan yang berbeda-beda; 4) Dalam kelompok, siswa berdiskusi dan saling memeriksa
tugas yang sebelumnya sudah dikerjakan secara individual. Siswa yang telah memahami
dapat membantu siswa yang belum memahami pelajaran tersebut; 5) Ketua kelompok
melaporkan secara lisan hasil diskusi kelompoknya berupa keberhasilan maupun hambatan
selama proses pembelajaran. Jika diperlukan guru dapat memberikan bimbingan secara
individu; 6) Guru memberikan tes yang harus dikerjakan secara individu tanpa harus dibantu
teman sekelompoknya untuk memperoleh skor akhir; 7) Guru memberi penghargaan pada
kelompok berdasarkan perolehan nilai rata-rata kelompok dari tes yang dikerjakan secara
individual.
Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Team Assisted
Individualization
Slvain (2005:190) menjelaskan bahwa Model Pembelajaran Kooperatif tipe Team
Assisted Individualization memiliki kelebihan berupa: 1) Dapat meminimalisir keterlibatan
guru dalam pemeriksaan dan pengelolaan rutin; 2) Guru setidaknya akan menghabiskan
separuh dari waktunya untuk mengajar kelompok-kelompok kecil; 3) Operasional program
tersebut sedemikan sederhananya sehingga para siswa di kelas tiga ke atas dapat
melakukannya; 4) Para siswa akan termotivasi untuk mempelajari materi-materi yang
diberikan dengan cepat dan akurat, dan tidak akan bisa berbuat curang atau menemukan jalan
pintas; 5) Tersedianya banyak cara pengecekan penguasaan supaya para siswa jarang
menghabiskan waktu mempelajari kembali materi yang sudah mereka kuasai atau
menghadapi kesulitan serius yang membutuhkan bantuan guru; 6) Para siswa akan dapat
melakukan pengecekan satu sama lain; 7) Programnya mudah dipelajari baik oleh guru
maupun siswa, tidak mahal, fleksibel, dan tidak membutuhkan guru tambahan ataupun tim; 8)
Dengan membuat para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kooperatif, dengan status
yang sejajar, program ini akan membentuk sikap-sikap positif terhadap pandangan pada
level-level akademik.
Dewi (2013:245) juga menjabarkan tentang kelebihan dan kekurangan model
pembelajaran Kooperatif tipe Team Assisted Individualization. Adapun kelebihannya berupa;
1) Meningkatkan hasil belajar, 2) Meningkatkan motivasi belajar pada diri siswa, 3)
Mengurangi perilaku yang mengganggu dan konflik antar pribadi, 4) Program ini akan sangat
membantu siswa yang lemah. Dengan pengajaran seperti ini, siswa dapat mengeksplorasi
pengetahuan dan pengalamannya sendiri dalam mempelajari suatu bahan ajar, sehingga
pemahaman siswa terhadap materi tersebut semakin terasah, bukan semata-mata hafalan yang
didapatkannya dari guru. Dan kekurangannya berupa: 1) Tidak semua mata pelajaran cocok
diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI);
2) Apabila model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang baru diketahui,
kemungkinan sejumlah peserta didik bingung, sebagian kehilangan rasa percaya diri dan
sebagian mengganggu antar peserta didik lain; 3) Siswa yang kurang pandai secara tidak
langsung akan menggantungkan pada siswa yang pandai.
METODE PENELITIAN
Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti maka jenis penelitian ini adalah True
Experimental Design, yaitu jenis eksperimen yang dianggap sudah baik karena sudah
memenuhi persyaratan (Arikunto, 2010:125). Persyaratan dalam eksperimen adalah adanya
kelompok lain yang tidak dikenai eksperimen dan ikut mendapatkan pengamatan. Dengan
adanya kelompok lain yang disebut kelompok pembanding atau kelompok kontrol ini akibat
yang diperoleh dari perlakuan dapat diketahui secara pasti karena dibandingkan dengan yang
tidak mendapatkan perlakuan.
Desain eksperimen yang digunakan dapat digambarkan (Arikunto, 2010:125)
Pola : E O1 X O2
K O3 - O4
Keterangan :
E = Kelompok eksperimen
K = Kelompok Kontrol
O1 = Tes awal (pre –test) pada kelas eksperimen
O2 = Tes akhir (post-test) pada kelas eksperimen
O3 = Tes awal (pre-test) pada kelas kontrol
O4 = Tes akhir (post-test) pada kelas kontrol
X = Perlakuan pembelajaran Kooperatif tipe Team Assisted Individualization
- = Perlakuan pembelajaran konvensional
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 8
Lubuklinggau tahun pelajaran 2014/2015 yang terdiri dari 6 kelas dan berjumlah 178 siswa
dan yang menjadi sampelnya yaitu kelas VIII C sebagai kelas eksperimen dan diberi
perlakuan pembelajaran dengan model pembelajaran Team Assisted Individualization, dan
kelas VIII D dijadikan sebagai kelas kontrol dengan perlakuan pembelajaran konvensional.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah teknik tes. Adapun instrumen yang
digunakan telah di uji dan dianalisis terlebih dahulu sesuai dengan kriteria penyusunan tes
yang baik dan benar berupa uji validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran.
Tes yang digunakan berbentuk uraian sebanyak 7 soal dengan materi kubus dan balok.
Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah menentukan rata–rata dan simpangan
baku, uji normalitas data, uji homogenitas varians, uji kesamaan dua rata-rata. Jika kedua data
berdistribus normal dan homogen maka uji statistik yang digunakan adalah uji-t dengan
rumus :
𝑡 =�̅�1−�̅�2
𝑠√1
𝑛1+
1
𝑛2
dengan 𝑠2 =(𝑛1−1)𝑠1
2+(𝑛2−1)𝑠22
𝑛1+𝑛2−2 (Sudjana, 2005:239):
Dan jika kedua data berdistribusi normal dan heterogen maka uji statistik yang
digunakan adalah uji-t semu dengan rumus :
𝑡′ =�̅�1−�̅�2
√(𝑠1
2
𝑛1+
𝑠22
𝑛2)
(Sudjana, 2005:241)
Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 jika 𝑡′ <𝑤1𝑡1+𝑤2𝑡2
𝑤1+𝑤2, sebaliknya jika 𝑡′ ≥
𝑤1𝑡1+𝑤2𝑡2
𝑤1+𝑤2, maka H0 ditolak, dengan : 𝑤1 =
𝑠12
𝑛1; 𝑤2 =
𝑠22
𝑛2; 𝑡1 = 𝑡(1−𝛼)(𝑛1−1) ; 𝑑𝑎𝑛 𝑡2 =
𝑡(1−𝛼)(𝑛2−1)
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 12 Maret sampai dengan 11April 2015 di SMP
Negeri 8 Lubuklinggau dan dilakukan langsung oleh peneliti dan dilaksanakan sesuai dengan
jadwal yang berlaku di sekolah. Jumlah pertemuan tatap muka yang dilaksanakan adalah lima
kali pertemuan dengan rincian satu kali pre-test di kelas eksperimen, tiga kali perlakuan di
kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization, dan dilanjutkan satu kali post-test di kelas eksperimen. Pada kelas kontrol
tatap muka dilaksanakan juga sebanyak lima kali, yaitu satu kali pre-test di kelas kontrol, tiga
kali perlakuan di kelas kontrol dengan menggunakan model pembelajaran konvensional, dan
dilanjutkan post-test di kelas kontrol
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan hipotesis penelitian yang berbunyi:
“Terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Lubuklinggau”. Hasil
penelitian dapat dilihat dari perbandingan hasil Pre-test dan Post-test yang diberikan sebelum
dan sesudah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Kemampuan Awal
Pre-test dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa terhadap materi kubus dan
balok. Pelaksanaan pre-test dilakukan pada pertemuan pertama yaitu tanggal 19 Maret 2015,
diikuti oleh 29 siswa kelas eksperimen dan 29 siswa kelas kontrol. Rekapitulasi rata-rata nilai
pre-test dan simpangan baku dari hasil pre-test dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Rekapitulasi Data Hasil Pre-test
Kategori Kelas Eksperimen Kelas Kontol
Rata-rata Nilai 26,38 26,93
Simpangan Baku 8,06 10,05
Nilai Tertinggi 42 48
Nilai Terendah 8 8
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata pre-test kelas eksperimen
adalah 26,38 dan pada kelas kontrol adalah 29,93. Data di atas menunjukkan bahwa secara
deskriptif hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak terdapat
perbedaan yang begitu besar karena materi kubus dan balok belum dipelajari oleh siswa.
Kemampuan Akhir
Post-test dilakukan untuk mengetahui kemampuan akhir siswa terhadap materi kubus
dan balok setelah mendapatkan perlakuan pembelajaran yang berbeda. Tes ini dilakukan
untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa setelah mendapat perlakuan pembelajaran
matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization pada kelas eksperimen dan dengan menggunakan model pembelajaran
konvensional pada kelas kontrol. Rekapitulasi hasil post-test dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Rekapitulasi Data Hasil Post-test
Kategori Kelas Eksperimen Kelas Kontol
Rata-rata Nilai 73,48 66,34
Simpangan Baku 11,04 13,97
Nilai Tertinggi 90 94
Nilai Terendah 44 35
Berdasarkan tabel 2 di atas dapat dilihat rata-rata nilai post-test pada kelas eksperimen
adalah 73,48 dan rata-rata nilai post-test kelas kontrol adalah 66,34. Data di atas menunjukkan
bahwa secara deskriptif hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas
kontrol.
Perbandingan peningkatan rata-rata nilai kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat
dilihat pada grafik 1.
Grafik 1 Perbandingan Rata-rata Nilai Pre-test dan Post-test
Setelah diberikan perlakuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol terlihat adanya
peningkatan hasil belajar siswa. Rata-rata nilai pre-test siswa kelas eksperimen adalah 26,38
sedangkan rata-rata nilai post- test siswa kelas eksperimen adalah 73,48, hal ini berarti terjadi
peningkatan rata- rata nilai sebesar 47,10. Rata-rata nilai pre-test siswa kelas kontrol adalah
26,93 sedangkan rata-rata nilai post-test siswa kelas kontrol adalah 66,34, hal ini berarti
terjadi peningkatan rata-rata nilai sebesar 39,41. Hal ini berarti peningkatan hasil belajar kelas
eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol.
Pada pertemuan pertama peneliti telah menyiapkan daftar nama-nama kelompok yang
disusun secara heterogen dengan cara melihat hasil nilai ulangan harian yang telah dilakukan
oleh guru mata pelajaran. Siswa kemudian disusun kedalam kelompok yang telah disiapkan.
Pada awalnya siswa masih belum terlalu mengerti tentang proses pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization karena model pembelajaran
tersebut masih baru sehingga memerlukan penyesuaian terlebih dahulu. Hal ini sama dengan
yang diungkapkan oleh Dewi (2013:245) yang menjelaskan jika model pembelajaran ini baru
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Pre-test Post-test
26,38
73,48
26,93
66,34
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
diketahui oleh siswa maka sejumlah peserta didik akan mengalami kebingungan dan dapat
menurunkan rasa percaya diri siswa.
Setelah melakukan evaluasi pada pertemuan pertama, peneliti melihat terdapat kendala
pada 2 kelompok yang terlihat tidak memiliki progres yang baik. Hal ini terlihat dari hasil
evaluasi belajar pada pertemuan pertama pada 2 kelompok tersebut. Hasil evaluasi pada
anggota kelompok tersebut sangat jauh berbeda dan memiliki rata-rata yang lebih kecil
dibandingkan dengan kelompok lainnya yang hasil evaluasi setiap anggota dalam
kelompoknya tidak terlalu jauh berbeda. Pada pertemuan kedua peneliti melanjutkan
pembelajaran pada kelas kontrol tanpa mengubah susunan kelompok yang telah dibentuk
pada pertemuan pertama. Peneliti mencoba menelaah permasalahan pada 2 kelompok
tersebut, dan peneliti menyimpulkan hal tersebut dikarenakan kurang kompak dan
kepeduliannya anggota kelompok tersebut dengan anggota sekelompoknya. Hal tersebut
terlihat pada saat proses diskusi anggota yang lebih memahami materi lebih fokus
mempelajari materi tersebut dan kurang peduli dengan anggota yang belum mengerti
pelajaran tersebut dan lebih memilih memberi jawaban yang sudah ia kerjakan dari pada
membantu mengajari anggota yang belum memahami, dan ada pula anggota yang belum
mengerti materi tersebut tetapi tidak berusaha untuk mempelajari bersama anggota kelompok
yang lebih mengerti.
Pada pertemuan ketiga, peneliti menyusun ulang kelompok-kelompok belajar dengan
mempertimbangkan hasil evaluasi para pertemuan pertama dan kedua. Hal ini berdampak
baik kepada siswa-siswa yang sebelumnya memiliki nilai evaluasi yang belum begitu baik
menjadi lebih baik saat berada pada anggota kelompok yang berbeda.
Dari pertemuan pertama, kedua, dan ketiga, terdapat peningkatan aktivitas siswa dalam
mengikuti pembelajaran. Siswa menjadi memiliki kepedulian terhadap sesama untuk saling
membantu dalam proses belajar mengajar walaupun masih ada sebagian siswa yang belum
sepenuhnya memiliki kepedulian yang sama. Pada setiap awal pembelajaran peneliti selalu
menekankan bahwa keberhasilan suatu kelompok tergantung pada kerja sama dan kepedulian
terhadap sesama anggota kelompok tersebut.
Beberapa kendala pada waktu proses pembelajaran dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Team Assisted Individualization berupa penggunaan waktu yang harus benar-
benar efektif dan efisien, karena pada prosesnya terdapat empat tahapan inti yang dilakukan,
yaitu pemberian materi secara singkat, siswa mengerjakan kuis secara individual, siswa
belajar kelompok, dan siswa kembali mengerjakan kuis secara individual. Hal lainnya yang
menjadi kendala adalah terdapat beberapa siswa yang kurang ingin untuk bekerja sama dalam
kelompoknya dan lebih memilih fokus pada pekerjaan masing-masing. Pada hal ini peneliti
selalu memberi motivasi dan penekanan bahwa keberhasilan kelompok bergantung rasa
kepedulian dan kerja sama terhadap sesama anggota kelompok.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa “Terdapat
pengaruh yang signifikan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization
terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Lubuklinggau”. Rata-rata nilai akhir
kelas eksperimen setelah diberi perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team
Assisted Individualization sebesar 73,48 dan kelas kontrol diberi perlakuan pembelajaran
konvensional sebesar 66,34.
SARAN
Sehubungan dengan hasil penelitian yang dicapai, dapat diberikan saran sebagai
berikut :
1. Bagi siswa, perlunya penekanan dan motivasi kepada siswa untuk dapat berkerja sama
dan rasa kepedulian terhadap sesama dalam proses pembelajaran agar dapat mencapai
tujuan dari pembelajaran itu sendiri.
2. Bagi guru, model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization ini dapat
dijadikan salah satu rujukan sebagai variasi dalam proses belajar mengajar agar dapat
tercapainya suasana pembelajaran yang menyenangkan dan akhirnya mampu
meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat menjadi salah satu referensi dan keterbatasan
dalam penelitian ini dapat dimanfaatkan dan mencari solusi untuk mengatasinya sehingga
pelaksanaannya nanti dapat tercapai dengan hasil yang lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Dewi, Zemmy Indra Kumala. 2013.Upaya meningkatkan berfikir kreatif Melalui
pembelajaran kooperatif tipe TAI Berdasarkan teori beban kognitif. Cakrawala
Pendidikan,Volume 15,No 2. hal 243-250.
Dimyati, & Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Ferryansyah. 2011. Perbandingan prestasi belajar matematika siswa antara Pembelajaran yang
disertai penciptaankondisi alfa Dan tanpa disertai penciptaan kondisi alfa. Jurnal Ilmu-
ilmu Sosial, Volume 3, No 2. hal 235-242.
Huda, Miftahul. 2014. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.
Suarnovitarini, Ni Made Wiwit. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Team Assisted
Individualization Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Teknologi Informasi dan
Komunikasi Siswa Kelas XI IS 2 Di SMA Negeri 1 SukasadaTahun Ajaran 2011/2012.
Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (Karmapati), Volume 1,
No 4. hal 1-12.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka.
Yuhasriati, 2012. Pendekatan Realistik dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Peluang,
Volume 1, No 1. hal 81-87.