pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe think …digilib.unila.ac.id/57103/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK
PAIR SHARE DENGAN MEDIA GAMBAR TERHADAP HASIL
BELAJAR TEMATIK PESERTA DIDIK KELAS IV
SDN 1 METRO BARAT
(Skripsi)
Oleh
NUR HIDAYATI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRAK
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK
PAIR SHARE DENGAN MEDIA GAMBAR TERHADAP HASIL
BELAJAR TEMATIK PESERTA DIDIK KELAS IV
SDN 1 METRO BARAT
Oleh
NUR HIDAYATI
Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar tematik. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh yang signifikan pada penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dengan media gambar
terhadap hasil belajar tematik peserta didik kelas IV SDN 1 Metro Barat. Jenis
penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Teknik pengumpulan data adalah
teknik Nontes dan tes. Hasil penelitian diketahui bahwa thitung = 2,323 > ttabel =
2,021 dengan selisih sebesar 0,302 berarti Ha diterima. Artinya terdapat pengaruh
yang signifikan pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair
share dengan media gambar terhadap hasil belajar tematik peserta didik kelas IV
SDN 1 Metro Barat.
Kata kunci: hasil belajar, tematik, think pair share.
ABSTRAK
EFFECT OF THINK PAIR SHARE TYPE COOPERATIVE MODEL WIT
PICTURE TO STUDY RESULT THEMATIC STUDENTS CLLAS 1V
SDN 1 METRO BARAT
By
NUR HIDAYATI
The purpose of this study is to determine the significant effect of the application
model think pair share with picture media to the results of thematic learning IV
students SDN 1 Metro Barat. This type of research was experimental research.
Technique of collecting data was done by non test and test technique. Research
results its known that t-count = 3.323> t-table = 2,021 means 0,302 Ha
accepted. This means that there is a significant influence of the application
model think pair share by picture to civics learning thematic of students class
IV SDN 1 Metro Barat
Keywords: picture media, thematic learning, think pair share
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK
PAIR SHARE DENGAN MEDIA GAMBAR TERHADAP HASIL
BELAJAR TEMATIK PESERTA DIDIK KELAS IV
SDN 1 METRO BARAT
Oleh
NUR HIDAYATI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
Peneliti bernama Nur Hidayati, dilahirkan di Wonogiri, Jawa
Tengah pada tanggal 10 November 1996. Peneliti merupakan
anak kedua dari empat bersaudara, putri dari pasangan Bapak
Ngatiman dan Ibu Zainab. Pendidikan formal yang telah
diselesaikan peneliti yaitu:
1. SD Negeri 2 Selogiri lulus pada tahun 2009.
2. Mts NU Kotaagung lulus pada tahun 2012.
3. SMA Negeri 1 Kotaagung lulus pada tahun 2015.
Pada tahun 2015, peneliti terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar (PGSD) Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung.
MOTO
Tidak ada pemberian Ibu dan Bapak yang paling berharga kepada anaknya
daripada Pendidikan Akhlak Mulia
(HR. Bukhari)
PERSEMBAHAN
Bismillaahirrahmaanirrahiim...
Bersama keridhaan Allah Swt. Kupersembahkan karya tulis ini sebagai rasa
syukur untuk:
Orang tuaku, Bapak dan Ibuku tercinta, Bapak Ngatiman dan Ibu Zainab
yang selalu memberikan semangat untuk terus berjuang dalam menggapai cita-
cita serta yang selalu memanjatkan doa untuk anak-anak tercinta dalam setiap
sujudnya.
Kakakku tersayang Nur Zanah adikku tersayang, Muhammad Yusuf dan
Khodijah yang selalu menghiburku dan memberiku motivasi untuk bisa menjadi
panutan bagi keluarga. Keluarga besarku yang tak henti mendoakan dan
mendorongku agar menjadi seorang yang sukses
Almamater tercinta Universitas Lampung
ii
SANWACANA
Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah Swt., yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share
dengan Media Gambar terhadap Hasil Belajar Tematik Peserta Didik Kelas IV
SDN 1 Metro Barat” sebagai syarat meraih gelar sarjana pada Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung.
Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini tentunya
tidak akan mungkin terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, peneliti menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Hasriadi Mat Akin, M. P., Rektor Universitas Lampung.
2. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M. Pd., Dekan FKIP Universitas Lampung.
3. Bapak Dr. Riswandi, M. Pd., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung.
4. Bapak Drs. Maman Surahman, M. Pd., Ketua Program Studi S1 PGSD
Universitas Lampung yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan
surat guna syarat skripsi.
5. Bapak Drs. Muncarno, M. Pd., Koordinator Kampus B Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung dan Penguji Utama yang telah
memberikan banyak ilmu kepada peneliti serta membantu peneliti dalam
menyelesaikan surat guna syarat skripsi.
6. Bapak Drs. Rapani. M, Pd., Dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan arahan dan motivasi selama peneliti melaksanakan studi dan
menyusun skripsi ini.
iii
7. Bapak Drs. A. Sudirman, S. Pd, M. H., Penguji Ketua yang telah memberikan
bimbingan, saran, nasihat, kritik, dan motivasi selama proses penyelesaian
skripsi ini.
8. Ibu Dra. Yulina, H, M. Pd, I., Penguji Sekertaris yang telah memberikan
bimbingan, masukan saran, nasihat, kritik, dan bantuan selama proses
penyelesaian skripsi ini.
9. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Kampus B Fakultas Keguruan dan Ilmu
Universitas Lampung yang telah memberi ilmu pengetahuan dan membantu
peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
10. Ibu Sri Subyakti, S. Pd, M. Pd., Kepala SD Negeri 1 Metro Barat yang telah
memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian di sekolah
tersebut.
11. Ibu Siska Imaya, S. Pd, SD., pendidik kelas IV B yang peneliti jadikan kelas
eksperimen yang telah membantu dan memberikan kesempatan kepada
peneliti untuk melaksanakan penelitian di kelas tersebut.
12. Ibu Hasmita Junita, S. Pd, SD., pendidik kelas IV A yang peneliti jadikan
kelas kontrol yang telah membantu dan memberikan kesempatan kepada
peneliti untuk melaksanakan penelitian di kelas tersebut.
13. Dewan Pendidik dan Staf Tata Usaha SD Negeri 1 Metro Barat yang telah
memberikan dukungan dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian dan
penyusunan skripsi ini.
14. Peserta didik kelas IV SD Negeri 1 Metro Barat Tahun Pelajaran 2018/2019
yang telah berpartisipasi aktif sebagai subjek dalam penelitian ini.
15. Sahabat-sahabatku yang selalu membantu dan memotivasi agar cepat
menyelesaikan studi Sutris, Reti, Elfia, Asna, Selvia, April, Ramadhan,
Setiawati, Apriska, Lulu, dan Safela terimakasih atas kebersamaannya selama
ini.
16. Keluarga besar kosan Sumber Alam: Tiana, Selvi, Atika, Fadila, Riska,
Erlina, Nana, Bela, Rendi, dan Tiwi.
17. Teman-teman seperjuangan PGSD angkatan 2015 khususnya kelas A semoga
kita dapat mewujudkan mimpi-mimpi kita.
iv
18. Teman-teman seperjuangan Bidikmisi angkatan 2015, terima kasih
kebersamaannya selama ini.
19. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Akhir kata, peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan
namun peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Metro, Mei 2019
Peneliti
Nur Hidayati
NPM 151305309
v
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .......................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah ......................................................................... 5
D. Rumusan Masalah ............................................................................. 6
E. Tujuan Penelitian .............................................................................. 6
F. Manfaat Penelitian ............................................................................ 6
G. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 7
II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka ................................................................................... 9
1. Pembelajaran Tematik .................................................................. 9
1.1 Pengertian Pembelajaran Tematik .......................................... 9
1.2 Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Tematik ............... 10
1.3 Karakteristik Pembelajaran Tematik ...................................... 13
1.4 Pendekatan Saintifik ............................................................... 14
2. Model Pembelajaran Kooperatif .................................................. 16
2.1 Pengertian Model Pembelajaran ............................................. 16
2.2 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ........................... 17
2.3 Tipe-tipe Model Pembelajaran Kooperatif ............................. 18
2.4 Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif ....................... 19
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share .............. 21
3.1 Pengertian Pembelajaran Think Pair Share ........................... 21
3.2 Langkah-langkah Pembelajaran Think Pair Share ................. 22
3.3 Kelebihan dan Kekurangan Think Pair Share ........................ 24
4. Belajar dan Pembelajaran ............................................................. 26
vi
Halaman
4.1 Belajar .................................................................................... 26
a. Pengertian Belajar ........................................................... 26
b. Teori Belajar ................................................................... 28
c. Hasil Belajar .................................................................... 31
4.2 Pembelajaran ......................................................................... 32
5. Media Pembelajaran ..................................................................... 33
5.1 Pengertian Media Pembelajaran ............................................ 33
5.2 Jenis-jenis Media Pembelajaran ............................................ 35
5.3 Media Gambar ....................................................................... 36
a. Pengertian Media Gambar............................................... 36
b. Fungsi Media Gambar ..................................................... 37
c. Kelebihan dan Kekurangan Media Gambar .................... 39
6. Penelitian yang Relevan ............................................................... 41
B. Kerangka Pikir ................................................................................... 43
C. Hipotesis Penelitian ........................................................................... 45
III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .................................................................................. 46
B. Prosedur Penelitian............................................................................ 48
C. Setting Penelitian ............................................................................... 49
1. Tempat Penelitian........................................................................ 49
2. Waktu Penelitian ......................................................................... 49
3. Subjek Penelitian ......................................................................... 49
D. Definisi Operasional Variabel ........................................................... 49
1. Variabel Penelitian ...................................................................... 49
2. Definisi Operasional Variabel ..................................................... 50
E. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................ 51
1. Populasi Penelitian ...................................................................... 51
2. Sampel Penelitian ........................................................................ 52
F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ....................................... 53
1. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 53
a. Teknik NonTes ..................................................................... 53
b. Teknik Tes ............................................................................ 54
2. Pengertian Instrumen Tes ........................................................... 55
3. Uji Coba Instrumen Tes .............................................................. 55
4. Uji Persyaratan Instrumen .......................................................... 56
a. Validitas ............................................................................... 56
b. Reliabilitas ........................................................................... 57
G. Teknis Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ................................. 58
1. Uji Persyaratan Analisis Data ..................................................... 58
a. Uji Normalitas ..................................................................... 58
vii
Halaman
b. Uji Homogenitas .................................................................. 60
2. Teknis Analisis Data Hasil Belajar ............................................ 61
a. Nilai Hasil Belajar ............................................................... 61
b. Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Peserta Didik secara
Klasikal ................................................................................ 62
3. Pengujian Hipotesis .................................................................... 63
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian ................................................... 64
B. Pelaksanaan Penelitian ....................................................................... 68
1. Persiapan Penelitian ...................................................................... 68
2. Uji Coba Instrumen Penelitian ...................................................... 68
3. Pelaksanaan Penelitian .................................................................. 70
4. Pengambilan Data Penelitian ........................................................ 70
C. Deskripsi Data Penelitian ................................................................... 70
D. Analisis Data Penelitian ..................................................................... 7
E. Uji Persyaratan Analisis Data ............................................................ 74
F. Pembahasan........................................................................................ 76
G. Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 78
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................................... 79
B. Saran ..................................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 81
LAMPIRAN .................................................................................................... 84
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Nilai mid semester ganjil kelas IV A dan IV B SDN 1 Metro Barat
Tahun Pelajaran 2018/2019........................................................................... 4
2. Data peserta didik kelas IV A dan IV B SDN 1 Metro Barat ....................... 52
3. Interpretasi koefisien korelasi nilai r ............................................................. 56
4. Koefisien reliabilitas ..................................................................................... 58
5. Persentase ketuntasan hasil belajar peserta didik ........................................ 62
6. Daftar nama status kependidikan SDN 1 Metro Barat .................................. 64
7. Sarana dan prasarana SDN 1 Metro Barat .................................................... 65
8. Hasil analisis validitas butir soal tes kognitif ................................................ 69
9. Nilai pretest kelas eksperimen dan kontrol ................................................... 71
10. Nilai posttest peserta didik kelas eksperimen dan kontrol ............................ 72
11. Penggolongan nilai N-Gain kelas eksperimen dan kontrol ............................ 73
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka pikir penelitian .............................................................................. 45
2. Desain penelitian ........................................................................................... 46
3. Perbedaan nilai pretest kelas kontrol dan kelas eksperimen ......................... 72
4. Perbedaan ketutasan nilai posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen ....... 73
5. Perbandingan N-Gain peserta didik kelas kontrol dan kelas eksperimen ..... 74
6. Perbandingan nilai rata-rata N-Gain ............................................................. 74
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
01. Dokumen Surat-surat
1. Surat-surat Penelitian
Surat Pendahuluan ................................................................................. 84
Surat Keterangan .................................................................................... 85
Surat Izin Penelitian ............................................................................... 86
Surat Pemberian Izin Penelitian ............................................................. 87
Surat Pernyataan Teman Sejawat Kelas Eksperimen ............................ 88
Surat Pernyataan Teman Sejawat Kelas Kontrol ................................... 89
Surat Pernyataan Teman Sejawat Mahasiswa ........................................ 90
Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ................................ 92
02. Perangkat Pembelajaran
2. Pemetaan SK dan KD ........................................................................... 93
3. Silabus Pembelajaran ............................................................................ 96
4. RPP Kelas Eksperimen ......................................................................... 99
5. RPP Kelas Kontrol ................................................................................ 112
6. Format Kisi-kisi Instrument Tes ........................................................... 122
03. Perhitungan Uji Coba Instrumen
7. Hasil Analisis Uji Validitas Tes ............................................................ 124
8. Hasil Analisis Uji Reliabilitas Tes ........................................................ 126
9. Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Manual..................................... 127
10. Soal Pretest dan Posttest ....................................................................... 132
11. Kunci Jawaban Soal Pretest dan Posttest ............................................. 136
04. Data Hasil Penelitian 12. Rekapitulasi Nilai Kognitif .................................................................... 137
13. Uji Normalitas ........................................................................................ 139
14. Uji Homogenitas .................................................................................... 146
15. Uji Hipotesis .......................................................................................... 149
xi
Halaman
05. Tabel-tabel statistik
16. Tabel Nilai-nilai r Product Moment ....................................................... 151
17. Tabel Nilai Chi Kuadrat (χ2) .................................................................. 152
18. Tabel Nilai-nilai untuk Distribusi F ....................................................... 153
19. Tabel Z kurva Normal ............................................................................ 154
20. Tabel Nilai-nilai dalam Distribusi t ....................................................... 155
21. Foto Dokumentasi .................................................................................. 156
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan
peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam
lingkungan tertentu, untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut, diperlukan
interaksi antara pendidik dan peserta didik. Interaksi ini disebut interaksi
pendidikan, yaitu saling mempengaruhi antara pendidik dengan peserta didik.
Interaksi pendidikan dengan peserta didik tidak selalu harus diberi atau
dilatih, peserta didik dapat mencari, menemukan, memecahkan masalah, dan
melatih dirinya sendiri. Pendidikan sebagai penyiapan warga negara diartikan
sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar
menjadi warga negara yang baik. Pendidikan mempunyai peranan yang
sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu,
terutama bagi bangsa dan negara.
Pendidikan menjadi sarana utama yang perlu dikelola secara sistematis dan
konsisten berdasarkan pandangan teori dan praktik sepanjang waktu sesuai
dengan lingkungan hidup manusia itu sendiri. Pendidikan dasar juga
berfungsi mempersiapkan peserta didik memenuhi persyaratan mengikuti
pendidikan menengah. Pendidikan diarahkan kepada terbinanya manusia
Indonesia sesuai dengan tujuan pendidikan yang tercantum dalam
2
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Bab I Pasal 1 Ayat (1) (2013: 2) bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kemampuan sepiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara.
Suatu proses pembelajaran dapat dikatakan berhasil apabila peserta didik
dapat memahami materi pembelajaran yang disampaikan oleh pendidik dan
mendapatkan hasil belajar sesuai yang diharapkan. Keberhasilan dalam proses
pembelajaran juga didukung oleh adanya Kurikulum berdasarkan lampiran
Permendikbud No. 67 Tahun 2013 (2013: 4) lahirnya Kurikulum 2013
diharapkan mampu untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki
kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif,
kreatif, inovatif, dan efektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan
masyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.
Berlangsungnya proses pembelajaran akan mengembangkan potensi
kepribadian, kecerdasan, dan keterampilan peserta didik. Permendikbud
(2013: 4) penerapan pembelajaran tematik terpadu pada SD/MI sederajat
mulai kelas I sampai kelas IV merupakan salah satu perwujudan untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional di Indonesia.
Rusman (2014: 253) pembelajaran tematik akan membantu peserta didik
membangun kebermaknaan konsep-konsep, prinsip-prinsip yang baru dan
lebih kuat. Selain itu pendidik juga dituntut memiliki keterampilan dalam
memilih model atau materi sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
3
Tidak hanya strategi atau cara yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran
namun, media yang digunakan harus relevan dengan materi pembelajaran.
Media gambar adalah media yang sederhana, tidak membutuhkan proyektor
dan layar media ini tidak tembus cahaya, maka tidak dapat dipantulkan pada
layar. Kusnadi (2013: 41) media gambar adalah media yang berfungsi untuk
manyampaikan pesan melalui gambar yang menyangkut indra penglihatan.
Pesan yang disampaikan dituangkan melalui simbol-simbol komunikasi
visual. Media gambar memiliki tujuan untuk menarik perhatian, memperjelas
materi, mengilustrasikan fakta, dan ilustrasi.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada peserta didik kelas
IV SDN 1 Metro Barat pada bulan Oktober 2018. Pembelajaran masih
berpusat pada pendidik (teacher centered), pendidik belum maksimal
menggunakan variasi model dalam pembelajaran, sehingga peserta didik
menjadi lebih cepat bosan selama proses pembelajaran berlangsung. Peserta
didik tidak memperhatikan ketika dijelaskan. Peserta didik cenderung pasif
saat kegiatan pembelajaran sehingga proses pembelajaran belum memenuhi
standar atau tujuan pembelajaran yang diharapkan. Hasil wawancara yang
dilakukan peneliti dengan pendidik diperoleh informasi bahwa pendidik
belum menggunakan media gambar secara optimal dalam proses
pembelajaran. Hasil dokumentasi menunjukan bahwa rendahnya hasil belajar
tematik peserta didik kelas IV SDN 1 Metro Barat ketidaktuntasan hasil
belajar tersebut dapat dilihat dari nilai hasil mid semester ganjil tahun
pelajaran 2018/2019 pada tabel 1 sebagai berikut.
4
Tabel 1. Nilai ketuntasan mid semester ganjil kelas IV A dan IV B SDN 1
Metro Barat tahun pelajaran 2018/2019
Nilai
KKM
Ketercapaian
KKM
Kelas IV A
(kontrol)
Persentase Kelas IV B
(eksperimen)
Persentase
75 ≥75 Tercapai 6 30% 3 15%
75 <75 Tidak tercapai 14 70% 17 85%
Jumlah 20 100% 20 100%
(Dokumentasi pendidik kelas IV SDN 1 Metro Barat)
Berdasarkan tabel 1. terlihat bahwa hasil belajar peserta didik kelas IV B
dengan persentase ketuntasan 15% lebih rendah dibandingkan kelas IV A
dengan persentase ketuntasan 30%, oleh karena itu peneliti memilih kelas
IV B sebagai kelas eksperimen dan kelas IV A sebagai kelas kontrol.
Mulyasa (2013: 131) menyebutkan bahwa suatu pembelajaran dikatakan
berhasil apabila sekurang-kurangnya 75% dari seluruh peserta didik di kelas
telah mencapai KKM.
Model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dengan media gambar
mampu memberikan kesempatan lebih banyak kepada peserta didik untuk
berpikir kritis, kreatif, dalam merespon suatu pertanyaan. Huda (2014: 206)
menyatakan bahwa model ini memperkenalkan gagasan waktu „tunggu atau
berpikir‟ (wait or think time) pada elemen interaksi pembelajaran kooperatif
yang saat ini menjadi salah satu faktor ampuh dalam meningkatkan tanggapan
peserta didik terhadap pertanyaan.
Pembelajaran kooperatif tipe think pair share ini relatif lebih sederhana
karena tidak menyita waktu yang lama untuk mengatur tempat duduk atau
mengelompokkan peserta didik ketika proses pembelajaran berlangsung.
Diharapkan dengan menggunakan model ini, dapat meningkatkan hasil
belajar peserta didik, berdasarkan permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk
5
mengangkat judul dalam skripsi ini, yaitu: “Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Think Pair Share dengan Media Gambar terhadap Hasil
Belajar Tematik Peserta Didik Kelas IV SDN 1 Metro Barat”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasi masalah sebagai
berikut.
1. Pembelajaran masih berpusat pada pendidik (teacher centered).
2. Pendidik belum maksimal dalam menggunakan variasi model
pembelajaran sehingga peserta didik menjadi lebih cepat bosan selama
proses pembelajaran berlangsung.
3. Peserta didik kurang memperhatikan ketika dijelaskan.
4. Peserta didik cenderung pasif saat kegiatan pembelajaran, sehingga proses
pembelajaran belum memenuhi standar atau tujuan pembelajaran yang
diharapkan.
5. Pendidik belum menggunakan media gambar secara optimal dalam proses
pembelajaran.
6. Rendahnya hasil belajar peserta didik kelas IV dilihat dari hasil mid
semester tahun pelajaran 2018/2019 karena belum mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM) sebesar 75.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,
peneliti membatasi masalah penelitian pada pengaruh model pembelajaran
kooperatif tipe think pair share dengan media gambar terhadap hasil belajar
6
tematik pada tema 7 indahnya keragaman di negeriku subtema 3 indahnya
persatuan dan kesatuan negeriku pembelajaran 1 peserta didik kelas IV SDN
1 Metro Barat.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, dapat dirumuskan masalah penelitian
yakni, “Sejauh manakah pengaruh yang signifikan pada penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe think pair share dengan media gambar terhadap
hasil belajar tematik pada tema 7 indahnya keragaman di negeriku subtema 3
indahnya persatuan dan kesatuan negeriku pembelajaran 1 peserta didik kelas
IV SDN 1 Metro Barat?”
E. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitan Agar memperoleh hasil yang lebih jelas dan terarah, perlu
ditetapkan terlebih dahulu tujuan yang hendak dicapai. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh yang signifikan pada penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe think pair share dengan media gambar terhadap
hasil belajar tematik pada tema 7 indahnya keragaman di negeriku subtema 3
indahnya persatuan dan kesatuan negeriku pembelajaran 1 peserta didik kelas
IV SDN 1 Metro Barat.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam kaitannya dengan penelitian ini:
1. Peserta didik
Penerapan pembelajaran tematik dengan model pembelajaran kooperatif
tipe think pair share dengan media gambar merupakan pembelajaran yang
7
menyenangkan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik
dan meningkatkan minat peserta didik dalam mempelajari sehingga
diharapkan dapat menumbuhkan motivasi belajar.
2. Pendidik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi tentang
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share, dan
diharapkan nantinya pendidik dapat mengembangkan pembelajaran
dengan pendekatan yang bervariasi dalam rangka memperbaiki kualitas
pembelajaran bagi peserta didiknya.
3. Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif untuk
meningkatkan mutu pendidikan di SDN 1 Metro Barat.
4. Peneliti
Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebuah ilmu dan
pengalaman yang berharga guna menghadapi permasalahan di masa depan
dan menjadi sarana pengembangan wawasan mengenai pendekatan
pembelajaran.
G. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini meliputi:
1. Jenis penelitian adalah penelitian quasi eksperimen. Objek penelitian ini
adalah model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dengan media
gambar terhadap hasil belajar tematik pada tema 7 indahnya keragaman di
negeriku subtema 3 indahnya persatuan dan kesatuan negeriku
pembelajaran 1 peserta didik kelas IV SDN 1 Metro Barat.
8
2. Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas IV SDN 1 Metro Barat.
3. Penelitian ini telah dilakukan di SDN 1 Metro Barat pada bulan Oktober
sampai Febuari 2018/2019.
9
II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Pembelajaran Tematik
1.1 Pengertian Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik adalah suatu pembelajaran yang
menggabungkan beberapa materi pelajaran dan menyajikannya ke
dalam sebuah tema atau topik. Suryosubroto (2009: 133) menyatakan
bahwa pembelajaran tematik dapat diartikan suatu kegiatan
pembelajaran yang mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran
dalam satu tema/topik pembahasan.
Trianto (2011: 139) pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang
menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran
sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna pada peserta didik.
Melalui pembelajaran tematik, peserta didik dapat memperoleh
pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan menerima,
menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya.
Sani (2014: 272) mendefinisikan bahwa pembelajaran tematik
dimaksudkan untuk memberikan pengalaman belajar secara bermakna
kepada peserta didik. Pembelajaran tematik merupakan suatu
10
pendekatan pembelajaran yang menggunakan sebuah tema untuk
memadukan beberapa konsep atau materi pelajaran yang dipelajari
secara holistik. Kajian holistik artinya mengkaji suatu peristiwa atau
fenomena dari berbagai bidang studi sekaligus untuk memahami
fenomena tersebut dari berbagai sisi.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
pembelajaran tematik adalah suatu kegiatan pembelajaran yang
mengintegrasikan materi pembelajaran yang mencakup keterampilan,
nilai, atau sikap pembelajar, serta pemikiran yang kreatif dengan
menggunakan tema. Pembelajaran tematik dilakukan untuk
mengupayakan suatu perbaikan kualitas pendidikan, pembelajaran
tematik juga menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam proses
pembelajaran.
1.2 Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik yaitu pembelajaran yang memperhatikan
karakteristik peserta didik pembelajaran tematik memiliki beberapa
kelebihan dan kekurangan diantaranya. Suryosubroto (dalam
Khasanah 2014: 2) menyatakan kelebihan yang dimaksud, yaitu:
1) Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan
peserta didik.
2) Pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat
perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
3) Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan
dan bermakna.
4) Menumbuhkan keterampilan sosial, seperti bekerja sama,
toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang
lain.
11
Majid (2014: 92) menjelaskan kelebihan dari pembelajaran tematik
sebagai berikut.
1) Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan
anak didik.
2) Memberi pengalaman dan kegiatan belajar-mengajar yang
relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak
didik.
3) Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan
bermakna.
4) Mengembangkan keterampilan berpikir anak didik sesuai
dengan persoalan yang dihadapi.
5) Menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerja sama.
6) Memiliki sikap toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap
gagasan orang lain.
7) Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan
persoalan yang dihadapi dalam lingkungan anak didik.
Kekurangan pembelajaran tematik, yaitu sebagai berikut.
1) Aspek pendidik
Pendidik harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi,
keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri
yang tinggi, dan berani mengemas dan mengembangkan
materi. Secara akademik, pendidik dituntut untuk terus
menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan
materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar
penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang kajian
tertentu saja. Tanpa kondisi ini, pembelajaran terpadu akan
sulit terwujud.
2) Aspek peserta didik
Pembelajaran tematik menuntut kemampuan belajar peserta
didik yang relatif “baik”, baik dalam kemampuan akademik
maupun kreativitasnya, hal ini terjadi karena model
pembelajaran tematik menekankan pada kemampuan analitis
(mengurai), kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan),
kemampuan eksploratif, dan elaboratif (menemukan dan
menggali) jika kondisi ini tidak dimiliki, penerapan model
pembelajaran tematik ini sangat sulit dilaksanakan.
3) Aspek sarana dan sumber pembelajaran
Pembelajaran tematik memerlukan bahan bacaan atau sumber
informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga
fasilitas internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya
dan mempermudah pengembangan wawasan, jika sarana ini
tidak dipenuhi, penerapan pembelajaran tematik juga akan
terhambat.
12
4) Aspek kurikulum
Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian
ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian
target pencapaian materi). Pendidik perlu diberi kewenangan
dalam mengembangkan materi, model, penilaian keberhasilan
pembelajaran peserta didik.
5) Aspek penilaian
Membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh
(komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar
peserta didik dari beberapa bidang kajian terkait yang
dipadukan.
Rusman (2015: 92) kelebihan dan kekurangan pembelajaran tematik,
yaitu:
1) Pengalaman dan kegiatan belajar peserta didik akan selalu
relevan dengan tingkat perkembangan anak.
2) Kegiatan yang dipilih dapat disesuaikan dengan minat dan
kebutuhan peserta didik.
3) Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi peserta didik
sehingga hasil belajar akan dapat bertahan lebih lama.
4) Pembelajaran tematik menumbuh kembangkan keterampilan
berfikir.
5) Pembelajaran tematik menyajikan kegiatan yang bersifat
pragmatis, dengan permasalahan yang sering ditemui dalam
kehidupan lingkungan peserta didik.
6) Jika pembelajaran tematik dirancang bersama dapat
meningkatkan kerjasama dalam konteks yang lebih
bermakna.
Kekurangan pembelajaran tematik, yaitu sebagai berikut.
1) Aspek pendidik, pendidik harus berwawasan luas, memiliki
keterampilan metodologi yang handal, rasa percaya diri yang
tinggi dan berani mengemas dan mengembangkan materi.
2) Aspek peserta didik, pembelajaran tematik menuntut
kemampuan belajar peserta didik yang relatif baik, baik
dalam kemampuan akademik maupun kreatifitasnya, karena
pebelajaran tematik menekankan pada kemampuan.
3) Aspek sarana dan sumber pembelajaran, pembelajaran
tematik memerlukan sumber bacaan atau informasi yang
cukup banyak.
4) Aspek kurikulum, kurikulum harus luwes, berorientasi pada
pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik.
5) Aspek penilaian, pembelajaran tematik membutuhkan cara
penilaian yang menyeluruh.
13
Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan kelebihan
pembelajaran tematik yaitu menyenangkan, pengalaman dan kegiatan
belajar yang relevan, hasil belajar bertahan lama, menumbuhkan dan
mengembangkan keterampilan sosial, menyajikan kegiatan yang
bersifat nyata. Kekurangan pembelajaran tematik, yaitu aspek
pendidik yang dituntut untuk memiliki keterampilan yang tinggi,
peserta didik yang belum terbiasa dengan kurikulum baru, aspek
sarana dan prasarana.
1.3 Karakteristik Pembelajaran Tematik
Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran
tematik memiliki beberapa karakteristik. Majid (2014: 89) sebagai
berikut.
a. Berpusat pada peserta didik.
b. Memberikan pengalaman langsung.
c. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas.
d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran.
e. Bersifat fleksibel.
f. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan
menyenangkan.
Karakteristik pembelajaran tematik Tim Pengembang PGSD (dalam
Dismawan 2014: 19) yaitu sebagai berikut.
a. Holistik, suatu gejala atau peristiwa yang menjadi pusat
perhatian dalam pembelajaran tematik diamati dan dikaji dari
beberapa bidang studi sekaligus, tidak dari sudut pandang
yang terkotak-kotak.
b. Bermakna, pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam
aspek, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar
skemata yang dimiliki oleh peserta didik, yang pada
gilirannya akan memberikan dampak kebermaknaan dari
materi yang dipelajari.
c. Autentik, pembelajaran tematik memungkinkan
peserta didik memahami secara langsung konsep dan prinsip
14
yang ingin dipelajari.
d. Aktif, pembelajaran tematik dikembangkan dengan berdasar
pada pendekatan diskoveri inkuiri, mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, hingga proses evaluasi.
Rusman (2015: 146) karakteristik pembelajaran tematik sebagai
berikut.
a. Berpusat pada peserta didik.
b. Memberikan pengalaman langsung pada peserta didik.
c. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas.
d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran.
e. Bersifat luwes/fleksibel.
f. Hasil pembelajaran berkembang sesuai dengan minat, bakat,
dan kebutuhannya.
g. Menggunakan perinsip bermain sambil belajar.
Berdasarkan pendapat para ahli peneliti menyimpulkan bahwa
karakteristik pembelajaran tematik yaitu:
a. Pembelajaran berpusat pada peserta didik.
b. Memberikan peserta didik pengalaman langsung.
c. Pembelajaran yang terpadu.
d. Bersifat fleksibel.
1.4 Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik adalah pembelajaran dengan pendekatan ilmiah
yang dirancang agar peserta didik menjadi aktif mengonstruksi
konsep, hukum, atau prinsip.
Daryanto (2014: 51) menyatakan pembelajaran dengan
pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengontruksi
konsep, hukum, atau prinsip melalui tahapan-tahapan
mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah),
merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data,
15
menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan, hukum atau
prinsip yang “ditemukan”.
Kemendikbud (2013: 209) menyatakan bahwa Kurikulum 2013
menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam
pembelajaran, yaitu penggunaan pendekatan ilmiah. Pendekatan
ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana
dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah,
menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata
pelajaran.
Kemendikbud (2013: 208) menyatakan bahwa langkah-langkah
penerapan pendekatan scientific dalam pembelajaran adalah
mengamati (observing), menanya (questioning), menalar
(associating), mencoba (experimenting), membentuk jaringan
(networking). Proses pembelajaran menggunakan pendekatan
scientific harus menyentuh tiga ranah yaitu sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
Proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap
menyentuh transformasi substansi atau materi pembelajaran agar
peserta didik tahu tentang “mengapa”. Ranah keterampilan menyentuh
transformasi substansi atau materi pembelajaran agar peserta didik
tahu tentang “bagaimana”. Ranah pengetahuan menyentuh
transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang
“apa”. Hasil akhir adalah peningkatan dan keseimbangan antara
kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills), manusia
yang memiliki kecakapan, dan pengetahuan untuk hidup secara layak
(hard skills) dari peserta didik meliputi aspek kompetensi sikap
(psikomotor), keterampilan (afektif), dan pengetahuan (kognitif).
16
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
pendekatan saintifik merupakan salah satu pendekatan yang
digunakan dalam proses pembelajaran untuk merangsang kemampuan
berpikir peserta didik dalam memperoleh pengetahuan bermakna
melalui pembelajaran berbasis ilmiah. Pendekatan ini mencakup tiga
ranah, yakni kognitif, afektif, dan psikomotor melalui langkah-
langkah sistematis, meliputi kegiatan-kegiatan mengamati
(observing), menanya (questioning), menalar (associating), mencoba
(experimenting), dan membentuk jaringan (networking).
2. Model Pembelajaran
2.1 Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah pola atau rencana yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di dalam kelas. Sutikno
(2014: 58) menyatakan model pembelajaran ialah kerangka
konseptual yang menggambarkan prosedur sistematik dalam
pengorganisasian pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Komalasari (2013: 57) menjelaskan bahwa model pembelajaran pada
dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal
sampai akhir yang disajikan secara khas oleh pendidik.
Suprijono (2013: 46) menyatakan bahwa model pembelajaran ialah
pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas maupun tutorial. Joyce dan Weil (dalam
Rusman 2014: 133) menerangkan model pembelajaran adalah suatu
17
rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum
(rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan
pembelajaran, dan membimbing pelajaran di kelas atau yang lain.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
model pembelajaran adalah suatu konsep atau rancangan
pembelajaran yang dapat diterapkan oleh pendidik secara sistematis
untuk mengorganisasikan pengalaman belajar guna mencapai tujuan
pembelajaran yang diinginkan atau diharapkan. Model pembelajaran
juga merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal
sampai akhir yang disajikan secara khas oleh pendidik.
2.2 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang
mengutamakan kerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif membantu peserta didik untuk berinteraksi
secara aktif dan positif dalam kelompok. Majid (2013: 174)
pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang
mengutamakan kerjasama dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Isjoni (2014: 15) cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara
bersama-sama dengan saling membantu satu sama lain sebagai satu
kelompok atau satu tim. Sanjaya (2014: 242) mengemukakan bahwa
pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan
menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat
18
sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan
akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen).
Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran yang
menggunakan sistem kerja sama kelompok pada proses pembelajaran.
Kelompok tersebut melibatkan partisipasi peserta didik dalam satu
kelompok kecil dengan tingkat kemampuan yang berbeda untuk saling
bekerja sama dalam menyelesaikan tugas atau masalah sehingga
peserta didik di dalam kelas menjadi aktif dalam proses pembelajaran.
2.3 Tipe-tipe Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe-tipe pembelajaran kooperatif pada dasarnya adalah sama yaitu
peserta didik diajarkan bekerja sama dan diajarkan agar mampu
bertanggung jawab atas tugas yang diberikan, namun pada proses
pelaksanaannya saja yang berbeda. Huda (2014: 215) menyatakan
beberapa tipe yaitu Think-Talk-Write, Talking Stick, Snowball
Throwing, Time Token, dan lain-lain.
Suprijono (2013: 89) menyebutkan bahwa model pembelajaran
kooperatif dibagi menjadi beberapa tipe yaitu: (1) Jigsaw, (2)
Think Pair Share, (3) Number Heads Together, (4) Group
Investigation, (5) Two Stay Two Stray, (6) Make a Match, (7)
Listening Team, (8) Inside Outside Circle, (9) Bamboo Dancing,
(10) Point Counter Point, (11) The Power of Two, dan (12)
Listening Team.
Isjoni (2014: 51) dalam Coooperative Learning terdapat beberapa
variasi model yang diterapkan, yaitu diantaranya: a) Student Team
Achivement Division (STAD), b) Jigsaw, c) Group Investigation (GI).
19
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
dari berbagai macam model pembelajaran yang bervariasi dan dapat
diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas, maka model
pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model
pembelajaran kooperatif tipe think pair share yang memungkinkan
peserta didik untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang
lain, serta dapat mengoptimalkan partisipasi peserta didik. Model
pembelajaran ini juga mengajarkan peserta didik untuk dapat aktif dan
bertanggung jawab untuk setiap tugas yang diberikan kepadanya.
2.4 Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif memiliki karakteristik pembelajaran yang
bersifat kelompok yang dapat membantu peserta didik aktif dalam
proses pembelajaran. Rusman (2014: 206) pembelajaran kooperatif
berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut
dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan pada
pada proses kerjasama dalam kelompok. Sanjaya (2013: 244) terdapat
beberapa karakteristik model pembelajaran kooperatif yaitu:
1. Pembelajaran secara tim
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim
merupakan tempat untuk mencapai tujuan, oleh karena itu,
tim harus mampu membuat peserta didik belajar. Semua
anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan
pembelajaran, untuk itulah, kriteria keberhasilan
pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan tim.
2. Didasarkan pada manajemen kooperatif
Mnejemen pada umumnya mempunyai empat fungsi pokok
yaitu fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi
pelaksanaan, dan fungsi kontrol, demikian juga dalam
pembelajaran kooperatif. Fungsi perencanaan menunjukan
20
bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan
yang matang agar proses pembelajaran secara efektif
misalnya tujuan apa yang harus dicapai, bagaimana cara
mencapainya, apa yang harus dilakukan untuk mencapai
tujuan itu dan lain sebagainya.
3. Kemauan untuk bekerja sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh
keberhasilan secara kelompok oleh sebab itu, prinsip bekerja
sama perlu ditekankan dalam proses pembelajaran
kooperatif. Setiap anggota kelompok bukan saja harus diatur
tugas dan tanggung jawab masing-masing, akan tetapi juga
harus ditanamkan perlunya saling membantu. Misalnya,
yang pintar perlu membantu yang kurang pintar.
4. Keterampilan bekerja sama
Kemauan untuk bekerja sama itu kemudian dipraktikan
melalui aktivitas dan kegiatan yang tergambarkan dalam
keterampilan bekerja sama, dengan demikian, peserta didik
perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan
berkomunikasi dengan anggota lain. Peserta didik perlu
dibantu mengatasi berbagai hambatan dalam berinteraksi
dan berkomunikasi, sehingga setiap peserta didik dapat
menyampaikan ide, mengemukakan pendapat, dan
memberikan kontribusi pada keberhasilan kelompok.
Majid (2013: 176) pembelajaran kooperatif memiliki ciri atau
karakteristik sebagai berikut.
1. Peserta didik bekerja dalam kelompok untuk menuntaskan
materi belajar.
2. Kelompok dibentuk dari peserta didik yang memiliki
keterampilan tinggi, sedang, dan rendah (heterogen).
3. Apabila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari
ras, budaya, suku, dan jenis kelamin yang berbeda.
4. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada
individu.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
karakteristik dari pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang
dibentuk secara berkelompok dalam memecahkan sebuah masalah
sehingga peserta didik aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran
21
kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain, perbedaan
tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih
menekankan pada proses kerjasama dalam kelompok.
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share
3.1 Pengertian Pembelajaran Think Pair Share
Think Pair Share atau berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi peserta didik, salah satu penyebab rendahnya hasil belajar
peserta didik karena hanya terfokus pada pendidik dan peserta didik
kurang aktif, oleh sebab itu peneliti tertarik memilih menggunakan
model kooperatif tipe think pair share karena model pembelajaran
kooperatif tipe think pair share ini adalah model yang mengajarkan
peserta didik untuk dapat aktif dan bertanggung jawab untuk setiap
tugas yang diberikan kepadanya.
Frang Lyman dan koleganya (dalam Hamdayama 2014: 201)
menyatakan bahwa think pair share merupakan suatu cara yang
efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Model
pembelajaran kooperatif tipe think pair share memungkinkan peserta
didik untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain, serta
dapat mengoptimalkan partisipasi peserta didik. Model kooperatif tipe
think pair share ini bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan
tingkat kelas.
22
Huda (2014: 206) menyatakan bahwa think pair share adalah model
yang memperkenalkan gagasan waktu tunggu atau berpikir (wait or
think time). Elemen interaksi pembelajaran kooperatif yang saat ini
menjadi salah satu faktor ampuh dalam meningkatkan tanggapan
peserta didik terhadap pertanyaan.
Isjoni (2014: 78) menyatakan bahwa teknik ini memberikan peserta
didik kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan
orang lain. Keunggulan teknik ini adalah optimalisasi partisipasi
peserta didik, yaitu memberi kesempatan delapan kali lebih banyak
kepada peserta didik untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi
mereka kepada orang lain.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
model pembelajaran kooperatif tipe think pair share adalah model
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi peserta didik, dimana peserta didik harus mampu berpikir
mandiri dan melaksanakan diskusi untuk menentukan jawaban
bersama. Peserta didik dituntut selalu berfikir tentang suatu persoalan
dan mencari sendiri cara penyelesaiannya, dengan demikian mereka
akan lebih terlihat untuk selalu menggunakan keterampilan
pengetahuannya.
3.2 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share
Cooperative learning tipe think pair share memiliki beberapa
tahapan, Lie (2011: 91) menjabarkan langkah pelaksanaan
23
pembelajaran kooperatif tipe think pair share sebagai berikut.
a. Pendidik membagi kelompok siswa dalam kelompok berempat
dan memberikan tugas kepada semua kelompok.
b. Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut
sendiri.
c. Siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok
dan berdiskusi dengan pasangannya.
d. Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat
kemudian siswa mempunyai kesempatan untuk membagikan
hasil kerjanya.
Huda (2014: 136) menyebutkan prosedur pelaksanaan pembelajaran
kooperatif tipe think pair share sebagai berikut.
a. Peserta didik ditempatkan dalam kelompok-kelompok, setiap
kelompok terdiri dari empat anggota peserta didik.
b. Pendidik memberikan tugas pada setiap kelompok.
c. Masing-masing anggota memikirkan dan mengerjakan tugas
tersebut sendiri-sendiri terlebih dahulu.
d. Kelompok membentuk anggota-anggotanya secara
berpasangan setiap pasangan mendiskusikan hasil pengerjaan
individunya.
e. Kedua pasangan lalu bertemu kembali dalam kelompoknya.
Masing-masing untuk membagikan hasil diskusinya.
Sohimin (2014: 209) langkah-langkah dalam pembelajaran think pair
share adalah:
a. Berfikir
Pendidik mengajukan pertanyan atau suatu masalah yang
dikaitkan dengan pelajaran dan meminta siswa beberapa menit
untuk berfikir sendiri jawaban atas masalah.
b. Berpasangan
Selanjutnya pendidik meminta siswa untuk berpasangan dan
mendiskusikan apa yang mereka peroleh, interaksi selama
waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu
pertanyaan yang diajukan menyatukan gagasan suatu masalah.
c. Berbagi
Tahap ini peserta didik perwakilan dari kelompok atau berdua
maju bersama untuk melaporkan hasil diskusinya di depan
kelas, pada tahap terakhir ini siswa seluruh kelas akan
memperoleh keuntungan dalam bentuk mendengarkan
berbagai ungkapan mengenai konsep yang sama dinyatakan
dengan cara yang berbeda oleh individu yang berbeda.
24
Sesuai dengan salah satu ciri dari yaitu pair (berpasangan) pada
dasarnya tipe ini hanya dapat diterapkan pada peserta didik yang
jumlahnya genap, namun tidak menutup kemungkinan tipe ini juga
dapat diterapkan pada kelas yang jumlah peserta didiknya ganjil
karena banyak peserta didik yang berjumlah ganjil pada setiap
sekolah. Kristin (dalam Marbun 2013: 22) yang menyatakan apabila
jumlah peserta didik pada suatu kelas ganjil, maka pendidik
menggabungkan peserta didik tersebut dalam kelompok yang dirasa
memiliki prestasi belajar rendah, karena akan banyak masukan-
masukan atau pendapat dalam menyelesaikan soal.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
akan menggunakan langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran
kooperatif tipe think pair share menurut Huda
a. Peserta didik ditempatkan dalam kelompok-kelompok, setiap
kelompok terdiri dari empat anggota peserta didik.
b. Pendidik memberikan tugas pada setiap kelompok.
c. Masing-masing anggota memikirkan dan mengerjakan tugas
tersebut sendiri-sendiri terlebih dahulu.
d. Kelompok membentuk anggota-anggotanya secara
berpasangan, setiap pasangan mendiskusikan hasil
pengerjaan individunya.
e. Kedua pasangan lalu bertemu kembali dalam kelompoknya.
Masing-masing untuk membagi hasil diskusinya.
3.3 Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Think Pair
Share
Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan,
kelebihan yang dimiliki suatu model pembelajaran harus disesuaikan
atau harus dimaksimalkan agar tujuan pembelajaran tercapai.
25
Kekurangan yang dimiki suatu model pembelajaran harus dapat
dikurangi dengan mencari solusi terbaik agar tujuan pembelajaran
dapat tercapai. Lie (2011: 46) menyebutkan beberapa kelebihan model
pembelajaran think pair share sebahgai berikut.
a. Meningkatkan partisipasi.
b. Cocok untuk tugas sederhana.
c. Lebih banyak kesempatan untuk konstribusi masing-masing
anggota kelompok.
d. Interaksi lebih mudah.
e. Lebih mudah dan cepat membentuknya.
Kekurangan think pair share sebagai berikut.
a. Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor atau
dibutuhkan cukup banyak sumber daya manusia untuk
memonitor kelompok belajar dalam think pair share.
b. Lebih sedikit ide yang muncul.
c. Jika ada perselisihan, tidak ada penengah.
Huda (2014: 137) menyebutkan beberapa kelebihan dan kekurangan
dalam penerapan tipe think pair share, kelebihan diantaranya:
a. Memungkinkan peserta didik untuk bekerja sendiri dan
bekerja sama dengan orang lain.
b. Mampu mengoptimalkan partisipasi peserta didik.
c. Mampu memberikan kesempatan delapan kali lebih banyak
kepada setiap peserta didik untuk menunjukan
partisipasinya.
d. Bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan
kelas.
Kekurangan think pair share sebagai berikut:
a. Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor atau
dibutuhkan cukup banyak sumber daya manusia untuk
memonitor kelompok belajar dalam think pair share.
b. Lebih sedikit ide yang muncul.
c. Jika ada perselisihan, tidak ada penengah.
Sohimin (2014: 211) menyebutkan beberapa kelebihan dalam
penerapan tipe think pair share, sebagai berikut.
26
a. Think pair share mudah diterapkan di berbagai jenjang
pendidikan dan dalam setiap kesempatan.
b. Menyediakan waktu berpikir untuk meningkatkan kualitas
respon peserta didik.
c. Peserta didik menjadi lebih aktif dalam berpikir mengenai
konsep dalam mata pelajaran.
d. Peserta didik lebih memahami tentang konsep topik pelajaran
selama diskusi.
e. Peserta didik dapat belajar dari peserta didik lain.
f. Setiap peserta didik dalam kelompoknya mempunyai
kesempatan untuk berbagi atau menyampaikan idenya.
Kelemahannya sebagai berikut.
a. Banyak kelompok yang melapor dan perlu di monitori.
b. Lebih sedikit ide yang muncul.
c. Jika ada perselisihan, tidak ada penengah.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
model kooperatif tipe think pair share merupakan salah satu model
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
berfikir sendiri dan aktif dalam pembelajaran. Kekurangan dari think pair
share adalah dalam pengelolaan kelasnya, jadi untuk mengatasi
kekurangan tersebut pendidik harus lebih maksimal dalam memanajemen
kelas dengan baik.
4. Belajar dan Pembelajaran
4.1 Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri peserta didik. Sagala (2011: 14) belajar
ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi.
27
Belajar merupakan proses pembentukan perilaku seseorang ke
arah yang lebih baik lagi. Kosasih (2013: 10) belajar adalah suatu
kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
pengetahuan dan keterampilan melalui proses keterampilan dan
interaksi dengan lingkungannya dalam upaya melakukan
perubahan dalam dirinya secara menyeluruh baik berupa
pengalaman, sikap, dan perilaku.
Belajar merupakan hal yang paling utama dalam pendidikan dan
akan terus menerus dilakuakan selama manusia tersebut masih
hidup. Komalasari (2013: 2) menjelaskan bahwa belajar adalah
suatu proses perubahan tingkah laku dalam pengetahuan, sikap,
dan keterampilan yang diperoleh dalam jangka waktu yang lama
dan dengan syarat perubahan yang terjadi tidak disebabkan oleh
adanya kematangan ataupun perubahan sementara.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan
bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku dalam
diri individu yang ditampakkan dalam bentuk perubahan tingkah
laku seperti pengetahuan, sikap, keterampilan, dan daya pikir
yang diperoleh dari hasil interaksi antara individu dengan
lingkungannya. Aktivitas yang dilakukan ialah membuat suatu
perubahan perilaku yang berbentuk kognitif, afektif, maupun
psikomotor.
28
b. Teori Belajar
Teori merupakan landasan terjadinya proses belajar, maka perlu
adanya teori belajar yang mendukung suatu model, pendekatan,
strategi, atau metode yang digunakan dalam pembelajaran.
Banyak sekali teori yang berkaitan dengan belajar, masing-
masing teori memiliki kekhasan tersendiri dalam mempersoalkan
belajar.
Huda (2014: 24) menyebutkan dasar-dasar teori belajar
kelompok, salah satu landasan teoritis pertama tentang belajar
kelompok ini berasal dari pandangan konstruktivis sosial. Pertama
dari Vygotsky, mental peserta didik pertama kali berkembang
pada level interpersonal di mana peserta didik belajar
menginternalisasikan dan mentransformasikan interaksi
interpersonal dengan orang lain, lalu pada level intrapersonal di
mana peserta didik mulai memperoleh pemahaman dan
keterampilan baru dari hasil interaksi ini.
Landasan teori inilah yang menjadi alasan mengapa peserta didik
perlu diajak untuk belajar berinteraksi bersama orang dewasa atau
temannya yang lebih mampu menyelesaikan tugas-tugas yang
tidak bisa mereka selesaikan sendiri. Landasan teori lainnya ialah
berasal dari Piaget tentang konflik sosiokognitif. Konflik ini
muncul ketika peserta didik mulai merumuskan kembali
pemahamannya akan suatu masalah yang bertentangan dengan
29
pemahaman orang lain yang tengah berinteraksi dengannya.
Pertentangan ini terjadi, peserta didik akan tertuntut untuk
merefleksi pemahamannya sendiri, mencari informasi tambahan
untuk mengklarifikasi pertentangan tersebut, dan berusaha
“mendamaikan” pemahaman dan perspektifnya yang baru untuk
kembali menyelesaikan inkonsistensi-inkonsistensi yang ada.
Konflik kognitif, merupakan penggerak perubahan karena
memotivasi peserta didik untuk merenungkan kembali
pemahamannya tentang suatu masalah dan berusaha memiliki
pemahaman baru yang lebih sesuai dengan feedback yang peserta
didik terima. Teori Vygotsky dan Piaget, tetap meneguhkan
pentingnya interaksi sosial dalam memberdayakan perspektif,
kognisi, cara berpikir dan belajar peserta didik.
Susanto (2014: 144) menyebutkan teori-teori belajar berdasarkan
pendekatan konstruktivisme. Teori-teori belajar yang berkaitan
erat dengan pendekatan ini di antaranya teori perubahan konsep,
teori belajar bermakna Ausubel, teori belajar Bruner, dan teori
skemata.
1) Teori belajar perubahan konsep
Teori belajar perubahan konsep merupakan suatu teori
belajar yang menjelaskan adanya proses evolusi
pemahaman konsep peserta didik dari peserta didik yang
sedang belajar.
2) Teori belajar bermakna Ausubel
Teori ini beranggapan bahwa belajar merupakan suatu
proses di mana informasi baru dihubungkan dengan
struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang
sedang belajar.
30
3) Teori belajar Bruner
Teori belajar Bruner berkeyakinan bahwa proses belajar
akan berjalan dengan baik dan kreatif jika pendidik
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman
melalui contoh-contoh yang peserta didik jumpai dalam
kehidupannya.
4) Teori skemata
Belajar menurut teori skema adalah mengubah skema,
artinya orang yang sedang belajar dapat membentuk,
menambah, melengkapi, dan memperluas skema yang
telah dimilikinya, ataupun mengubah sama sekali skema
lama.
Teori belajar terkait dengan asumsi tentang pengetahuan, peserta
didik, dan proses belajar mengajar. Sani (2013: 4) menjelaskan
teori-teori belajar sebagai berikut.
1) Teori belajar Behaviorisme
Belajar menurut kaum behavioris adalah perubahan
dalam tingkah laku yang dapat diamati dari hasil
hubungan timbal balik antara pendidik sebagai pemberi
stimulus dan peserta didik sebagai respon tindakan
stimulus yang diberikan.
2) Teori Kognitivisme
Teori kognitivisme menganggap bahwa proses mental
dalam mengolah informasi dengan menggunakan strategi
kognitif, di mana pengetahuan dan pengalaman tertata
dalam bentuk strategi kognitif.
3) Teori Konstruktivisme
Teori ini membahas kesadaran sosial dalam kegiatan
sosial kemudian terjadi pemaknaan atau kontruksi
pengetahuan baru serta transformasi.
4) Teori Humanisme
Teori ini menyatakan bahwa keberhasilan belajar terjadi
jika peserta didik memahami lingkungan dan dirinya
sendiri.
5) Teori Sibernetik
Proses belajar memang penting dalam teori ini, namun
yang lebih penting adalah sistem informasi yang diproses
dan dipelajari oleh peserta didik.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan
bahwa teori belajar merupakan landasan terjadinya proses belajar
31
peserta didik perlu diajak untuk belajar berinteraksi bersama
orang dewasa atau temannya yang lebih mampu menyelesaikan
tugas-tugas yang tidak bisa diselesaikan sendiri, pentingnya
interaksi sosial dalam mengembangkan perspektif, kognisi, cara
berpikir, dan belajar peserta didik. Proses belajar akan berjalan
dengan baik dan kreatif jika pendidik memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk menemukan suatu konsep, teori,
aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang peserta
didik jumpai dalam kehidupannya.
c. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik
setelah menerima pengalaman belajarnya. Susanto (2013: 5)
mengemukakan bahwa hasil belajar adalah perubahan-perubahan
yang terjadi pada diri peserta didik, baik yang menyangkut aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan
belajar. Suprijono (2013: 5) menyatakan bahwa hasil belajar
adalah pola-pola perubahan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.
Bloom (dalam Suprijono 2013: 6) mendefinisikan hasil
belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Terdapat enam tingkatan ranah kognitif, yaitu
dari pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintetis,
dan penilaian. Pada ranah afektif, terdapat lima tingkatan
yaitu menerima, menanggapi, menilai, mengelola, dan
menghayati, sedangkan pada ranah psikomotor terdapat
empat tingkatan yaitu peniruan, manipulasi, pengalamiahan,
dan artikulasi.
32
Penilaian dilakukan oleh pendidik terhadap hasil pembelajaran
untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik,
serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan
hasil belajar, sekaligus sebagai umpan balik untuk memperbaiki
proses pembelajaran. Penilaian dilakukan secara konsisten,
sistematik, dan terprogram dengan menggunakan tes dan nontes
dalam bentuk tertulis atau lisan, pengamatan kinerja, pengukuran
sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek, portofolio, dan
penilaian diri. Penilaian hasil pembelajaran menggunakan standar
penilaian pendidikan dan panduan penilaian kelompok mata
pelajaran.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan
bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki peserta
didik setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar
mengakibatkan perubahan tingkah laku dalam ranah kognitif,
afektif, dan psikomotor penelitian ini, hasil belajar yang diamati
difokuskan pada ranah kognitif.
4.2 Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi
unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan
prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Sutikno (2014: 12) mengemukakan bahwa
pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan oleh
33
pendidik agar terjadi proses belajar pada diri peserta didik.
Sagala (2011: 61) menyatakan bahwa pembelajaran adalah
komunikasi dua arah untuk membelajarkan peserta didik
menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar. Masitoh
(2009: 8) menyatakan bahwa di dalam pembelajaran terdapat
interaksi peserta didik dan pendidik, melibatkan unsur-unsur yang
saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan atau kompetensi
yang diharapkan.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan
bahwa pembelajaran adalah kegiatan belajar peserta didik
melalui usaha yang terencana dengan melibatkan komponen-
komponen pembelajaran dalam mencapai tujuan tertentu. Suatu
hal yang terpenting ialah terjadinya komunikasi timbal balik di
antara peserta didik dengan pendidik untuk mencapai tujuan atau
kompetensi yang diharapkan.
5. Media Pembelajaran
5.1 Pengertian Media Pembelajaran
Proses pembelajaran dapat diterima dengan mudah apabila pendidik
menggunakan media dalam penyampaian materi pembelajaran, media
merupakan alat bantu dalam proses pembelajaran. Sundayana
(2016: 6) memposisikan media sebagai suatu alat atau sejenisnya
yang dapat dipergunakan sebagai pembawa pesan dalam suatu
pembelajaran. Pesan yang dimaksud adalah materi pelajaran,
34
di mana keberadaan media tersebut dimaksudkan agar pesan dapat
lebih mudah dipahami dan dimengerti oleh peserta didik.
Hamdani (2011: 243) menyatakan bahwa media adalah komponen
sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi
instruksional di lingkungan peserta didik, yang dapat merangsang
peserta didik untuk belajar. Media pembelajaran yang digunakan
meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi
materi pengajaran yang terdiri atas buku, tape recorder, kaset, video
kamera, video recorder, film, slide (gambar), foto, gambar, grafik,
televisi, dan komputer.
Sadiman (2011: 7) menyatakan bahwa media adalah segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim
ke penerima. Media dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian,
dan minat serta perhatian peserta didik sedemikian rupa sehingga
proses belajar terjadi.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
media pembelajaran merupakan alat yang digunakan untuk
menyampaikan pesan atau informasi yang membuat proses
pembelajaran di kelas terbantu bila menggunakan media serta
pembelajaran yang dapat membangun dan merangsang peserta didik
untuk belajar. Keberadaan media diharapkan agar pesan dari pendidik
dapat lebih mudah dipahami dan dimengerti oleh peserta didik.
35
5.2 Jenis-jenis Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan salah satu sumber yang dibutuhkan
peserta didik untuk menerima suatu pembelajaran, setiap media
pembelajaran memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Jenis
media yang akan digunakan harus disesuaikan dengan materi yang
akan diajarkan oleh pendidik. Hamdani (2011: 250) menyatakan
bahwa ada beberapa jenis media pembelajaran yang biasa digunakan,
yaitu media grafis, teks, audio, grafik, animasi, dan video.
Sanjaya (2014: 211) menyebutkan bahwa media pembelajaran dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi yaitu sebagai berikut.
1. Dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi ke dalam:
a. Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja,
atau media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio
dan rekaman suara.
b. Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja,
tidak mengandung unsur suara. Jenis media yang tergolong
ke dalam media visual adalah: film slide, foto, transparansi,
lukisan, gambar, dan berbagai bentuk bahan yang dicetak
seperti media grafis.
c. Media audiovisual, yaitu jenis media yang selain.
d. Mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar
yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, berbagai ukuran
film, slide suara, dan lain sebagainya.
2. Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media dapat dibagi ke
dalam:
a. Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak,
seperti radio dan televisi. Melalui media ini peserta didik
dapat mempelajari hal-hal atau kejadian yang aktual secara
serentak tanpa harus menggunakan ruangan khusus.
b. Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang
dan waktu, seperti film slide, film, video, dan lain
sebagainya.
3. Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, media dapat
dibagi:
a. Media yang diproyeksikan, seperti film, slide, film strip,
tranparansi, dan lain sebagainya.
36
b. Media yang tidak diproyeksikan, seperti gambar, foto,
lukisan, radio, dan lain sebagainya.
Djamarah (2013: 124) dilihat dari jenisnya :
a. Media auditif
Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan
kemampuan suara saja, seperti radio, cassete recorder,
piringan hitam.
b. Media visual
Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra
pengelihatan. Media visual ini ada yang menampilkan
gambar diam seperti film strip (film rangkai), slides (film
bingkai), foto, gambar atau lukisan dan cetakan.
c. Media audiovisual
Media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur
suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai
kemampuan yang lebih baik karena meliputi kedua jenis
media yang pertama dan kedua.
Berdasarkan jenis-jenis media pembelajaran yang telah dijelaskan di
atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat berbagai jenis media
pembelajaran yang dapat digunakan dan setiap media pembelajaran
memiliki berbagai perbedaan satu dengan yang lain. Penelitian ini
menggunakan media gambar yang termasuk klasifikasi dari media
grafis, dengan media gambar, peserta didik akan lebih tertarik untuk
menerima materi yang diberikan.
5.3 Media Gambar
a. Pengertian Media Gambar
Media merupakan bagian dari salah satu komponen dari proses
pembelajaran, untuk itu pendidik harus memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang luas tentang media pembelajaran. Kusnandi
(2013: 41) menyatakan bahwa media gambar adalah media yang
berfungsi untuk menyampaikan pesan melalui gambar yang
37
menyangkut indera penglihatan. Pesan yang disampaikan
dituangkan melalui simbol-simbol komunikasi visual. Media
gambar mempunyai tujuan untuk menarik perhatian,
memperjelas materi, mengilustrasikan fakta dan informasi.
Daryanto (2010: 19) media gambar adalah suatu penyajian secara
visual yang menggunakan titik-titik, garis, gambar-gambar dan
tulisan atau simbol visual untuk mengikhtisarkan,
menggambarkan, dan merangkum ide data atau kejadian.
Sadiman (2011: 29) media gambar adalah media yang
paling umum dipakai, media gambar merupakan bahasa
umum, yang dapat dimengerti dan dinikmati di mana-mana,
gambar yang baik sebagai pembelajaran adalah gambar yang
sesuai tujuan pembelajaran terdapat enam syarat yang perlu
dipenuhi oleh gambar yang dijadikan sebagai media
pembelajaran yaitu autentik, sederhana, ukuran relatif,
sesuai dengan tuauan pembelajaran
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan
bahwa media gambar merupakan media yang berfungsi untuk
menyampaikan pesan melalui gambar yang menyangkut indra
penglihatan. Media gambar merupakan bahasa umum yang
menggunakan gambar-gambar dan tulisan atau simbol visual
untuk menggambarkan, dan merangkum ide data atau kejadian
yang dapat dimengerti.
b. Fungsi Media Gambar
Pemanfaatan media pembelajaran ada dalam komponen metode
mengajar sebagai salah satu upaya untuk mempertinggi proses
interaksi pendidik dan peserta didik dan peserta didik dengan
38
lingkungan belajar. Daryanto (2010: 5) media gambar memiliki
fungsi bagi pendidik sebagai berikut.
1. Memudahkan pemahaman peserta didik terhadap materi
yang disampaikan pendidik.
2. Memudahkan jalan komunikasi antara pendidik dan
peserta didik.
3. Memperjelas mata pelajaran agar tidak terlalu bersifat
hafalan.
4. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan tenaga.
Fungsi media gambar bagi peserta didik:
1. Memudahkan pemahaman peserta didik terhadap materi
yang disampaikan pendidik.
2. Memudahkan jalan komunikasi antara pendidik dan
peserta didik.
3. Memberikan rangsangan yang sama, mempersamakan
pengalaman, dan menimbulkan perepsepsi yang sama.
4. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan
bakat dan kemampuan visual.
Hamalik (2008: 12) secara garis besar, fungsi penggunaan media
gambar adalah sebagai berikut.
1. Fungsi edukatif, yang artinya mendidik dan memberikan
pengaruh positif pada pendidikan.
2. Fungsi sosial, memberikan informasi yang autentik dan
pengalaman berbagai bidang kehidupan dan memberikan
konsep yang sama kepada setiap orang.
3. Fungsi ekonomis, meningkatkan produksi melalui
pembinaan prestasi kerja secara maksimal.
4. Fungsi politis, berpengaruh pada politik pembangunan.
5. Fungsi seni budaya dan telekomunikasi, yang
mendorong dan menimbulkan ciptaan baru, termasuk
pola usaha penciptaan teknologi kemediaan yang
modern.
Arsyad (2011: 16) menyebutkan 4 fungsi media gambar sebagai
berikut.
1. Fungsi atenis, menarik dan mengarahkan peserta didik
untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran.
2. Fungsi afektif, tingkat kebahagian peserta didik ketika
belajar melalui gambar.
39
3. Fungsi kognitif, memperlancar pencapaian tujuan untuk
memahami dan mengkatkan informasi dan pesan yang
terkandung dalam gambar.
4. Fungsi kompensatoris, memberikan konteks untuk
memahami teks.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
penggunaan media pembelajaran berfungsi untuk menumbuhkan
minat peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar. Media juga
sebagai sumber belajar yang menarik perhatian peserta didik
untuk memperoleh informasi tentang perjalanan, dari fungsi
tersebut, media pembelajaran akan terlihat peranannya sebagai
alat bantu dalam proses pembelajaran.
c. Kelebihan dan Kekurangan Media Gambar
Media gambar merupakan media yang relatif murah apabila
dilihat dari segi biaya. Sadiman (2011: 26) berpendapat bahwa
media gambar sebagai salah satu media pembelajaran mempunyai
kelebihan dan kekurangan sebagai berikut.
Kelebihan media gambar:
1. Sifatnya konkret, artinya gambar lebih realistis.
2. Menunjukkan pokok masalah.
3. Media gambar dapat mengatasi batasan ruang dan
waktu.
4. Media gambar dapat mengatasi keterbatasan
pengamatan kita.
5. Media gambar dapat memperjelas suatu masalah, dalam
bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja,
sehingga dapat mencegah dan membetulkan
kesalahpahaman.
6. Media gambar murah harganya dan gampang didapat
serta digunakan, tanpa memerlukan peralatan khusus.
40
Kekurangan media gambar sebagai berikut.
1. Gambar hanya menekankan persepsi indera mata.
2. Gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif
untuk kegiatan belajar.
3. Ukuran sangat terbatas, tidak memadai untuk kelompok
besar.
Arsyad (2011: 89) menyebutkan kelebihan media gambar
sebagai berikut.
1. Lebih kongkret dan lebih realistis dalam memunculkan
pokok masalah, jika dibandingkan dengan bahasa
verbal.
2. Mengatasi ruang dan waktu.
3. Memperjelas dalam bidang apa saja, dan dapat
digunakan untuk semua orang tanpa memandang umur.
Kekurangan sebagai berikut.
1. Kelebihan dan penjelasan pendidik dapat menyebabkan
timbulnya penafsiran yang berbeda sesuai dengan
pengetahuan masing-masing anak terhadap hal yang
dijelaskan.
2. Penghayatan tentang materi kurang sempurna, karena
media gambar hanya menampilkan persepsi indra mata
yang tidak cukup kuat untuk menggerakkan kepribadian
manusia, sehingga materi yang dibahas kurang
sempurna.
3. Tidak meratanya penggunaan gambar tersebut bagi
anak-anak dan kurang efektif dalam penglihatan.
Biasanya anak yang paling depan yang lebih sempurna
mengamati gambar, sedangkan anak yang paling
belakang semakin kabur.
Daryanto (2011: 100) kelebihan media gambar sebagai berikut.
1. Mudah dimanfatkan di dalam kegiatan belajar mengajar
karena praktis tanpa memerlukan perlengkapan apa-apa.
2. Harga relatif murah dari pada jenis media pengajaran
lainya.
3. Gambar dapat dipergunakan dalam banyak hal, untuk
berbagai jenjang pengajaran dan berbagai disiplin ilmu.
4. Gambar dapat menerjemahkan konsep atau gagasan
yang abstrak menjadi lebih realistik.
Kekurangan media gambar sebagai berikut.
1. Beberapa gambar sudah cukup memadai, tetapi tidak
cukup besar ukuranya jika digunakan untuk tujuan
41
pengajaran kelompok besar, kecuali jika diproyeksikan
melalui proyektor.
2. Gambar adalah berdimensi dua sehingga sukar untuk
melukiskan bentuk sebenarnya yang berdimensi tiga.
3. Gambar tetap tidak memperlihatkan gerak seprti halnya
gambar hidup.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan
kelebihan media gambar antara lain mempermudah dan
mempercepat pemahaman peserta didik terhadap pesan yang
disajikan, mampu mengatasi keterbatasan ruang dan waktu,
sederhana, dan ekonomis. Kekurangan media gambar adalah
tidak dapat menjangkau kelompok penerima pesan yang besar,
dan menekankan persepsi indra penglihatan saja.
6. Penelitian yang Relevan
Berikut ini beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian
eksperimen dalam skripsi ini:
1. Putu (2016) dalam penelitiannya yang berjudul “Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share dengan Media
Gambar Berpengaruh terhadap Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar
IPA Siswa Kelas V SDN Ungasan Bali tahun 2015/2016”.
Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh pada penelitian di SDN
Ungasan menunjukkan (1) terdapat perbedaan hasil belajar antara
siswa yang menggunakan model TPS dengan media gambar
dengan pembelajaran secara konvensional (FA= 16,68 dengan p <
0,05), (2) terdapat perbedaan sikap ilmiah pada pelajar IPA antara
siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan
42
tipe TPS dengan media gambar dengan pembelajaran secara
konvensional (FA= 29,56 dengan p < 0,05), (3) tedapat perbedaan
secara simultan dengan model kooperatif tipe TPS dengan
pembelajaran secara konvensional .
Terdapat kesamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan
peneliti lakukan yaitu sama-sama menggunakan penelitian
eksperimen dan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Think Pair Share (TPS) dengan media gambar. Namun,
terdapat perbedaan terhadap penelitian Putu yaitu penelitian Putu
terdapat tiga variabel penelitian yaitu model pembelajaran think
pair share dengan media gambar, sikap ilmiah, dan hasil belajar,
adapun penelitian melakukan penelitian eksperimen terdapat dua
variabel penelitian yaitu model pembelajaran think pair share
dengan media gambar dan hasil belajar pada mata pelajaran
tematik siswa kelas IV SDN 1 Metro Barat.
2. Setiawan (2016) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share dengan
Media Gambar terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Gaya
Magnet di Kelas V SDN Lialang Serang Tahun Pelajaran
2016/2017”. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share
dengan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata pada nilai pretest kelas
43
eksperimen 45,60 dan kelas kontrol 44,40, perbedaan ini tidak
signifikan hanya selisih 1,20. Adapun rata-rata nilai posttest pada
kelas eksperimen 70,80 dan kelas kontrol 59,20. Pada rata-rata
nilai posttest ini perbedaannya sangat signifikan, pada kelas
eksperimen diperoleh rata-rata yang paling besar setelah
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair
share dengan Media Gambar.
Terdapat kesamaan penelitian ini dengan penelitian yang telah
peneliti lakukan yaitu sama-sama menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan
menggunakan media gambar. Namun, terdapat perbedaan
terhadap penelitian Setiawan yaitu penelitian Setiawan bertujuan
untuk mengamati hasil belajar pada konsep gaya magnet di kelas
V SDN Lialang Serang Banten tahun pelajaran 2016/2017,
sedangkan peneliti melakukan penelitian untuk mengamati hasil
belajar tematik siswa kelas IV SDN 1 Metro Barat 2018/2019.
B. Kerangka Pikir
Kerangka pikir merupakan pendapat untuk mengetahui adanya hubungan
antar variabel yang ada dalam penelitian. Sugiyono (2014: 272)
mengemukakan bahwa kerangka pikir merupakan model konseptual tentang
bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah
diidentifikasi sebagai masalah yang penting.
44
Arikunto (2013: 99) kerangka pikir adalah bagian dari teori yang
menjelaskan tentang alasan atau argumen bagi rumusan hipotesis, pada
bagian ini akan dijelaskan pengaruh antara model kooperatif tipe think pair
share dengan media gambar terhadap hasil belajar peserta didik.
Kerangka pikir dalam penelitian ini ada input, proses, dan output. Input dari
penelitian ini adalah masalah-masalah yang ditemui ketika observasi, terlihat
banyak peserta didik yang mengobrol saat pembelajaran berlangsung
sehingga peserta didik kurang memperhatikan ketika dijelaskan. Peserta didik
cenderung pasif saat kegiatan pembelajaran berlangsung, hal ini dikarenakan
pendidik tidak menghubungkan pengetahuan baru dengan pengalaman belajar
yang telah dimiliki peserta didik. Masih melaksanakan model pembelajaran
yang berpusat pada pendidik yaitu pendidik hanya menyiapkan peserta didik
untuk menerima pelajaran. Pendidik belum banyak menggunakan variasi
model dalam pembelajaran, sehingga hasil belajar peserta didik masih
rendah. Pendidik belum menggunakan media secara optimal dalam proses
pembelajaran.
Hal tersebut perlu adanya proses yang akan dilaksanakan untuk memperbaiki
pembelajaran berupa penerapan model kooperatif tipe think pair share
dengan media gambar terhadap hasil belajar peserta didik. Model
pembelajaran ini menuntut peserta didik belajar secara aktif dan bertanggung
jawab untuk setiap tugas yang diberikan.
Berdasarkan pokok pemikiran di atas, bahwa model pembelajaran kooperatif
tipe think pair share dengan media gambar berpengaruh terhadap hasil
45
belajar peserta didik. Sugiono (2010: 66) kerangka pikir penelitian terdiri satu
variabel independen dan dependen, yang dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 1. Kerangka pikir
Keterangan:
X = Model Kooperatif Tipe Think Pair Share dengan Media Gambar
= Pengaruh
Y = Hasil Belajar
Alur kerangka pikir pada gambar 1 dapat dideskripsikan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe think pair share dengan media gambar yang
dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung dapat membuat peserta didik
lebih mudah menguasai dan menghayati materi pembelajaran, dengan
demikian memungkinkan terjadi peningkatan hasil belajar peserta didik.
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pikir maka peneliti menetapkan
hipotesis penelitian sebagai berikut “Terdapat pengaruh yang signifikan pada
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dengan media
gambar terhadap hasil belajar tematik peserta didik kelas IV SDN 1 Metro
Barat”
X Y
46
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen, secara sederhana
penelitian eksperimen adalah penelitian yang mencari pengaruh dari suatu
perlakuan yang diberikan. Campbell dan Stanley (dalam Yusuf 2014: 77)
menyatakan penelitian eksperimental merupakan suatu bentuk penelitian di
mana variabel dimanipulasi sehingga dapat dipastikan pengaruh dan efek
variabel tersebut terhadap variabel lain yang diselidiki atau diobservasi.
Sanjaya (2014: 85) menyatakan bahwa penelitian eksperimen adalah metode
penelitian yang digunakan untuk mengetahui pengaruh dari suatu tindakan
atau perlakuan tertentu yang sengaja dilakukan terhadap suatu kondisi
tertentu. Objek penelitian ini adalah pengaruh model pembelajaran kooperatif
tipe think pair share dengan media gambar (X) terhadap hasil belajar tematik
peserta didik kelas IV (Y).
Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian kuantitatif. Alasan
mengapa peneliti menggunakan jenis penelitian ini karena peneliti ingin
melihat sejauh manakah pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe think pair share dengan media gambar terhadap hasil belajar tematik
peserta didik kelas IV dan tidak memfokuskan pada subjektivitas dalam
47
penelitian ini. Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode quasi
experimental design. Bentuk desain penelitian ini merupakan pengembangan
dari true eksperimental design. Sugiyono (2013: 114) menyatakan bahwa
quasi experimental design digunakan karena pada kenyataannya sulit
mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian. Desain
penelitian ini tidak akan mengambil subjek secara acak dari populasi tetapi
menggunakan seluruh subjek dalam kelompok yang utuh untuk diberi
perlakuan.
Pola yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah the none
equivalent control group design. Desain ini dibedakan dengan adanya pretest
sebelum perlakuan diberikan karena adanya pretest, maka pada desain
penelitian tingkat kesetaraan kelompok turut diperhitungkan. Pretest dalam
desain penelitian ini juga dapat digunakan untuk pengontrolan secara statistik
(statistical control) serta dapat digunakan untuk melihat pengaruh perlakuan
terhadap capaian skor (gain score).
Sugiyono (2013: 116) bahwa non-equivalent control group design
digambarkan sebagai berikut.
O1 X O2
O3 O4
Gambar 2. Desain penelitian.
Keterangan:
O1 = nilai pretest kelompok yang diberi perlakuan (eksperimen).
X = perlakuan model kooperatif tipe think pair share dengan media gambar.
O2 = nilai posttest kelompok yang perlakuan (eksperimen).
O3 = nilai pretest kelompok yang tidak diberi perlakuan (kontrol).
48
O4 = nilai posttest kelompok yang tidak diberi perlakuan (kontrol).
Setelah diketahui tes awal dan tes akhir maka dihitung selisihnya yaitu:
O2 – O1 = Y1
O4 – O3 = Y2
Keterangan:
Y1 = Hasil belajar peserta didik yang mendapat perlakuan model kooperatif
tipe think pair share dengan media gambar.
Y2 = Hasil belajar peserta didik tanpa perlakuan.
Desain ini menggunakan 2 kelompok, yaitu kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Kelas eksperimen yaitu kelas yang diberi perlakuan model
pembelajaran kooperatif tipe think pair share dengan media gambar
sedangkan kelas kontrol adalah kelas pengendali yaitu kelas mengajar dengan
cara konvensonal. Pelaksanaan pretest yang dilakukan sebelum melakukan
perlakuan, baik untuk kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol (O1,
O3) dapat digunakan sebagai dasar dalam menentukan perubahan. Pemberian
posttest pada akhir perlakuan akan menunjukkan seberapa jauh akibat dari
perlakuan, hal ini dilakukan dengan cara melihat perbedaan nilai (O2 - O4).
B. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Memilih dua kelompok subjek dijadikan kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol.
2. Menyusun kisi-kisi dan instrumen pengumpul data yang berupa tes
pilihan jamak 40 soal.
3. Menguji coba instrumen pengumpul data pada subjek uji coba instrumen.
4. Menganalisis data dari hasil uji coba instrumen untuk mengetahui apakah
instrumen yang telah dibuat valid dan reliabel.
49
5. Melaksanakan penelitian dengan melakukan pembelajaran di kelas
kontrol dan eksperimen serta membagikan instrumen.
6. Menghitung kedua data yang diperoleh untuk mengetahui pengaruh yang
signifikan antara variabel X dan variabel Y.
7. Interpretasi hasil perhitungan data.
C. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di SDN 1 Metro Barat Kecamatan
Metro Barat, Kota Metro. SDN 1 Metro Barat merupakan salah satu
instansi SD yang menerapkan kurikulum 2013.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dimulai pada bulan Oktober 2018 sampai Februari
2019. Pelaksanaan penelitian eksperimen ini telah dilaksanakan pada
semester genap tahun pelajaran 2018/2019.
3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas IV SDN 1 Metro Barat
yang berjumlah 40 peserta didik yang terdiri dari kelas IV A dengan
jumlah 20 peserta didik dan kelas IV B berjumlah 20 peserta didik.
D. Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua macam variabel penelitian yaitu variabel
bebas dan variabel terikat.
50
a.) Variabel Independen
Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor, dan
antecedent. Variabel independen dalam bahasa Indonesia sering
disebut juga sebagai variabel bebas. Sugiyono (2014: 39) menyatakan
bahwa variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
dependen. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu model
pembelajaran kooperatif tipe think pair share degan media gambar
(X).
b.) Variabel Dependen
Variabel ini sering disebut juga sebagai variabel output, kriteria,
konsekuen. variabel dependen dalam bahasa Indonesia sering disebut
juga sebagai variabel terikat. Sugiyono (2014: 39) menyatakan bahwa
variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. variabel terikat dalam
penelitian ini yaitu hasil belajar tematik (Y).
2. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional adalah suatu definisi yang didasarkan pada sifat-sifat
yang didefinisikan dan diamati, untuk memberikan penjelasan mengenai
variabel-variabel yang dipilih dalam penelitian, berikut ini akan
diberikan definisi operasional variabel penelitian sebagai berikut.
a.) Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share dengan
Media Gambar
Model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dengan media
51
gambar merupakan model pembelajaran yang mengajarkan peserta
didik untuk belajar berpikir mandiri dan mengajarkan peserta didik
untuk bekerja sama secara berpasangan dengan menggunakan media
berupa gambar.
b.) Hasil Belajar Peserta didik
Hasil belajar adalah perubahan yang dialami oleh peserta didik
setelah mengalami kegiatan pembelajaran. Hasil belajar pada
Kurikulum 2013 mencakup 3 ranah yaitu aspek sikap (afektif),
pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor). Hasil belajar
pada kegiatan ini difokuskan pada aspek kognitif.
E. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti harus menentukan populasi
dan sempel terlebih dahulu, kemudian diberi perlakuan agar tercapai
tujuan dari penelitian yang dilaksanakan. Yusuf (2014: 147) menyatakan
bahwa populasi atau universe ialah jumlah keseluruhan unit analisis.
Kasmadi (2014: 65) mengemukakan populasi adalah seluruh data yang
menjadi perhatian peneliti dalam suatu ruang lingkup, dan waktu yang
sudah ditentukan. Sugiyono (2013: 77) menyatakan populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/subjek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
52
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
populasi adalah jumlah keseluruhan/kelompok yang ditetapkan oleh
peneliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas
IV SDN 1 Metro Barat yang berjumlah 40 peserta didik yang terdiri dari
kelas IV A dengan jumlah 20 peserta didik dan kelas IV B berjumlah 20
peserta didik.
Tabel 2. Data Peserta Didik kelas IV A dan IV B SDN 1 Metro
Barat
No. Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
1. IV A 8 12 20
2. IV B 9 11 20
Jumlah 17 23 40
(Sumber: Dokumentasi Pendidik Kelas IV SDN 1 Metro Barat)
2. Sampel Penelitian
Sampel sering juga disebut "contoh" yaitu himpunan bagian/subset
dari suatu populasi, sampel memberikan gambaran yang benar tentang
populasi. Gulo (2010: 78) teknik sampling yang digunakan dalam
penelitian ini adalah non probability sampling. Sugiyono (2013: 122)
menyatakan bahwa non probability sampling yaitu teknik pengambilan
sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap
unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Jenis
sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sampel jenuh.
Sugiyono (2013: 124) menyatakan bahwa sampel jenuh ialah teknik
penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai hasil.
Sampel dalam penelitian ini adalah dua kelas di SDN 1 Metro Barat.
53
Peserta didik kelas IV B sebagai kelas eksperimen yang berjumlah 20
peserta didik, dan IV A sebagai kelas kontrol berjumlah 20 peserta didik.
F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini perlu memilih teknik dan alat pengumpulan data yang
relevan agar diperoleh data yang objektif. Teknik pengumpulan data yang
digunakan pada penulisan ini berupa teknik nontes yang terdiri dari
observasi, wawancara, dokumentasi dan teknik tes.
a. Teknik NonTes
1) Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan
mengamati atau melihat langsung. Sugiyono (2013: 203)
mengemukakan bahwa teknik pengumpulan data dengan observasi
digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia,
proses kerja, gejala-gejala alam, dan bila responden yang diamati
tidak terlalu besar. Teknik ini digunakan oleh peneliti untuk
mengamati secara langsung proses pembelajaran.
2) Wawancara
Sugiyono (2013: 194) mengemukakan bahwa wawancara
digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan
yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-
hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah responden
54
sedikit/kecil. Teknik wawancara digunakan untuk mengumpulkan
data secara empiris mengenai proses pembelajaran di keas IV.
3) Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu teknik untuk pengumpulan data
dengan menghimpun dan menganalisis dokumen, berupa dokumen
tertulis atau gambar untuk memperkuat data penelitian. Teknik
dokumentasi pada penelitian ini digunakan untuk memperoleh
nilai mid semester peserta didik kelas IV.
b. Teknik Tes
Teknik tes digunakan untuk mengukur data kuantitatif berupa hasil
belajar kognitif peserta didik. Arikunto (2013: 193) tes adalah
serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau
bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok, untuk mengetahui
hasil belajar dalam penilitian ini penulis menggunakan instrumen tes.
Soal tes disusun oleh peneliti dengan jumlah 40 soal dalam bentuk
pilihan jamak dengan 4 pilihan jawaban. Instrumen ini digunakan
untuk soal pretest dan posttest. Instrumen penelitian yang telah
dibuat dilakukan uji coba pada peserta didik untuk menguji validitas
dan reliabilitas instrumen, butir soal yang valid digunakan untuk
melakukan pretest dan posttest, baik pada kelas eksperimen maupun
kelas kontrol.
55
2. Pengertian Instrumen Tes
Instrumen yang digunakan peneliti berupa instrumen tes. Sanjaya (2014:
251) menyatakan bahwa instrumen tes adalah alat untuk mengumpulkan
data tentang kemampuan subjek penelitian dengan cara pengukuran,
misalnya untuk mengukur kemampuan subjek penelitian dalam menguasi
materi pelajaran tertentu, digunakan tes tertulis tentang materi pelajaran
tersebut, untuk mengukur kemampuan subjek penelitian dalam
menggunakan alat tertentu, maka digunakan tes keterampilan
menggunakan alat tersebut, dan lain sebagainya.
Guna mengumpulkan data yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu seperti
kriteria reliabilitas dan validitas. Teknik ini digunakan untuk
mendapatkan data hasil belajar ranah kognitif. Bentuk tes yang diberikan
berupa soal pilihan jamak, setiap jawaban benar memiliki skor 1 dan
jawaban salah memiliki skor 0.
3. Uji Coba Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen tes yang telah tersusun, kemudian diuji cobakan kepada kelas
yang bukan menjadi subjek penelitian. Tes uji coba ini dilakukan untuk
mendapatkan persyaratan tes yang validitas dan reliabilitas jumlah soal
yang akan di uji cobakan sebanyak 40 butir soal. Tes uji ini dilakukan
pada kelas IV SDN 6 Metro Barat. Alasan penulis memilih SDN 6 Metro
Barat karena mayoritas pendidik berpendidikan S1, sama-sama
menerapkan Kurikulum 2013, memiliki nilai KKM sama yaitu 75, dan
memiliki akreditasi yang sama yakni A.
56
4. Uji Persyaratan Instrumen
Setelah diadakan uji coba instrumen, selanjutnya menganalisis hasil uji
coba instrumen. Uji coba tersebut meliputi validitas dan reliabilitas.
a. Validitas
Yusuf (2014: 234), validitas yaitu seberapa jauh instrumen itu benar-
benar mengukur apa (objek) yang hendak diukur. Sanjaya
(2014: 254) validitas adalah tingkat kesahihan dari suatu tes yang
dikembangkan untuk mengungkapkan apa yang hendak diukur.
Pada penelitian ini terdapat satu jenis instumen pengumpul data yaitu
soal tes sehingga diperlukan satu teknik analisis uji validitas, berikut
peneliti jabarkan untuk mengukur tingkat validitas soal, digunakan
rumus korelasi point biserial dengan bantuan program microsoft
office excel 2010, rumus yang digunakan sebagai berikut.
rpbi =
√
Keterangan:
rpbis = koefisien korelasi point biserial.
Mp = mean skor dari subjek-subjek yang menjawab benar item
yang dicari korelasi.
Mt = mean skor total.
St = simpangan total.
p = proporsi subjek yang menjawab benar item tersebut.
q = 1-P
(Kasmadi, 2014: 157)
Tabel 3. Interpretasi koefisien korelasi nilai r
Besar koefisien korelasi Interpretasi
0,80 – 1,00 Sangat kuat
0,60 – 0,79 Kuat
0,40 – 0,59 Sedang
0,20 – 0,39 Rendah
0,00 – 0,19 Sangat rendah
(Sugiyono, 2014: 257)
57
Kriteria pengujian apabila rhitung > rtabel dengan α= 0,05, maka alat
ukur tersebut dinyatakan valid, dan sebaliknya apabila
rhitung < rtabel, maka alat ukur tersebut tidak valid.
b. Reliabilitas
Selain valid sebuah tes harus reliabel (ajeg/dapat dipercaya). Yusuf
(2014: 242) yang dimaksud dengan reliabilitas merupakan konsistensi
atau kestabilan skor suatu instrumen penelitian terhadap individu
yang sama, dan diberikan dalam waktu yang berbeda. Suatu tes
dikatakan reliabel apabila instrumen itu dicobakan kepada subjek
yang sama secara berulang-ulang namun hasilnya tetap sama atau
relatif sama, dalam penelitian ini, digunakan satu teknik untuk
mengukur reliabilitas yaitu teknik Kuder Richarson untuk mengukur
reliabilitas tes pilihan jamak untuk menghitung reliabilitas soal tes
maka digunakan rumus KR. 20 (Kuder Richardson) sebagai berikut.
Keterangan:
r11 = reliabilitas tes.
p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar.
q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah.
Σpq = jumlah hasil perkalian antara p dan q.
n = banyaknya/jumlah item.1
= standar deviasi dari tes.
(Arikunto, 2013: 115)
Perhitungan reliabilitas soal tes pada penelitian ini dibantu dengan
program microsoft office excel 2010.
58
Tabel 4. Koefisien reliabilitas
No Koefisien reliabilitas Tingkat reliabilitas
1 0,80 – 1,00 Sangat kuat
2 0,60 – 0,79 Kuat
3 0,40 – 0,59 Sedang
4 0,20 – 0,39 Rendah
5 0,00 – 0,19 Sangat rendah
(Sumber: Sugiyono, 2012: 276)
G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
Setelah melakukan perlakuan terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol
maka diperoleh data berupa hasil pretest, posttest dan peningkatan
pengetahuan (N-Gain), untuk mengetahui peningkatan pengetahuan,
Meltzer dalam (Khasanah 2014: 39) dapat digunakan rumus sebagai berikut.
G =
Dengan kategori sebagai berikut.
Tinggi = 0,7 ≤ N-Gain ≤ 1
Sedang = 0,3 ≤ N-Gain ≤ 0,7
Rendah = N-Gain < 0,3
1. Uji Persyaratan Analisis Data
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa data
sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal, ada beberapa
cara yang digunakan untuk menguji normalitas data, antara lain
dengan kertas peluang normal, uji chi kuadrat, uji liliefors, dengan
teknik kolmogorov-smirnov, dan dengan program microsoft office
excel 2010, untuk melakukan uji normalitas data.
Langkah-langkah uji normalitas adalah sebagai berikut.
59
1) Rumusan hipotesis:
Ha = Populasi yang berdistribusi normal.
Ho = Populasi yang berdistribusi tidak normal.
2) Rumus statistik yang digunakan yaitu rumus chi-kuadrat:
∑
Keterangan:
χ2 = chi kuadrat hitung.
fh = frekuensi yang diharapkan.
fo = frekuensi yang diperoleh.
k = banyak kelas interval.
(Sugiono, 2014: 107)
Mencari fo (frekuensi yang diperoleh) dan fh (frekuensi yang
diharapkan) membuat langkah-langkah sebagai berikut.
a. Membuat daftar distribusi frekuensi
1. Menentukan rentang (R), yaitu data terbesar-data
terkecil.
2. Menentukan banyak kelas interval (K) = 1 + 3,3 log n.
3. Menentukan panjang kelas interval (P) =
4. Menentukan rata-rata simpangan baku.
b. Membuat daftar distribusi frekuensi harapan (fh) dan
frekuensi pengamatan (fo).
Kriteria uji yaitu:
Tolak Ho jika: 𝑋2 ≥ 𝑋2
(1−∝),(𝑘−3)
60
Dimana:
α = taraf signifikansi 5% .
k = banyaknya kelas interval.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan menyelidiki apakah kedua
sampel berasal dari populasi dengan variansi yang sama atau tidak.
Analisis ini dilakukan untuk memastikan apakah asumsi
homogenitas pada masing-masing kategori data sudah terpenuhi atau
belum, apabila asumsi homogenitasnya terbukti maka peneliti dapat
melakukan pada tahap analisis data lanjutan. Teknik pengujian
homogenitas dua variabel sebagai berikut.
Rumusan hipotesis:
Ha = Populasi mempunyai varians yang homogen.
Ho = Populasi mempunyai varians yang tidak homogen.
Uji homogenitas digunakan uji F dengan rumus sebagai berikut.
(Muncarno, 2017: 69)
Harga Fhitung tersebut kemudian dikonsultasikan dengan Ftabel untuk
diuji signifikansinya dengan taraf signifikansi yaitu 0,05.
Keperluan penelitian hanya untuk keluaran test of homogenity of
varience yang digunakan, sementara keluaran data yang lain tidak
digunakan. Selanjutnya data keluaran tersebut ditafsirkan dengan
61
memilih salah satu statistik, yaitu statistik yang didasarkan pada rata-
rata (based of mean). Hipotesis yang diuji adalah:
Ha = variansi pada tiap kelompok sama (homogen).
Ho = variansi pada tiap kelompok tidak sama (tidak homogen).
Untuk menetapkan homogenitas digunakan pedoman sebagai
berikut.
a. Tetapkan taraf signifikansi uji, α = 0,05.
b. Bandingkan p dengan taraf signifikansi yang diperoleh.
c. Jika signifikansi yang diperoleh > α, maka variansi setiap
sampel sama (homogen).
d. Jika variansi yang diproleh < α, maka variansi setiap sampel
tidak sama (tidak homogen).
2. Teknik Analisis Data Hasil Belajar
a. Nilai Hasil Belajar
Nilai hasil belajar peserta didik pada ranah kognitif secara individu
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.
NP =
Keterangan:
NP = nilai pengetahuan.
R = skor yang diperoleh/item yang dijawab benar.
SM = skor maksimum.
100 = bilangan tetap.
(Purwanto, 2008: 102)
Nilai rata-rata hasil belajar seluruh peserta didik dapat dihitung
dengan rumus berikut.
=
Keterangan:
= nilai rata-rata seluruh peserta didik.
X = total nilai yang diperoleh peserta didik.
= jumlah peserta didik.
(Aqib, 2010: 40)
62
b. Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Peserta didik Secara
Klasikal
Menghitung persentase ketuntasan hasil belajar peserta didik secara
klasikal dapat digunakan rumus berikut.
P =
x 100 %
Tabel 5. Persentase ketuntasan hasil belajar peserta didik
No Persentase Kriteria
1 >85% Sangat tinggi
2 65-84% Tinggi
3 45-64% Sedang
4 25-44% Rendah
5 < 24% Sangat rendah
(Modifikasi dari Aqib, 2010: 41)
3. Pengujian Hipotesis
Jika sampel atau data dari populasi yang berdistribusi normal maka
pengujian hipotesis untuk mengetahui apakah ada pengaruh X (model
pembelajaran kooperatif tipe think pair share dengan media gambar)
terhadap Y (hasil belajar tematik) maka diadakan uji kesamaan rata-
rata. Pengujian hipotesis ini menggunakan independent sampel t-test
dengan rumus sebagai berikut.
�� ��
√
Keterangan :
X1 = rata-rata data pada sampel 1
X2 = rata-rata data pada sampel 2
n1 = jumlah anggota sampel 1
n2 = jumlah anggota sampel 2
= variansi sampel 1
63
= variansi sampel 2
(Muncarno, 2017: 67)
Kriteria Uji:
thitung > ttabel maka Ha diterima
thitung < ttabel maka Ha ditolak
Berdasarkan rumus di atas, ditetapkan taraf signifikan 5% atau
α = 0,05 dengan kaidah keputusan:
a) Jika thitung > ttabel, artinya ada pengaruh yang signifikan atau
hipotesis penelitian diterima.
b) Jika thitung < ttabel, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan atau
hipotesis penelitian ditolak.
4. Rumusan Hipotesis
Ha = Terdapat pengaruh signifikan pada penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe think pair share dengan
media gambar terhadap hasil belajar tematik peserta
didik kelas IV SDN 1 Metro Barat.
H0 = Tidak terdapat pengaruh signifikan pada penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe think pair share
denga media gambar terhadap hasil belajar tematik
peserta didik kelas IV SDN 1 Metro Barat.
79
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penelitian, dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe think pair share
dengan media gambar terhadap hasil belajar tematik pserta didik kelas IV.
Pengaruh dapat dilihat dari perbedaan hasil belajar antara kelas kontrol dan
eksperimen. Nilai rata-rata pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak
jauh berbeda nilai rata-rata pretest kelas eksperimen adalah 59,75 sedangkan
kelas kontrol adalah 61,25. Nilai posttest kelas eksperimen adalah 81,00
sedangkan kelas kontrol adalah 74,50. Begitu pula dapat dilihat dari
perbandingan rata-rata N-Gain kelas eksperimen adalah 0,60 sedangkan rata-
rata N-Gain kelas kontrol adalah 0,49 keduanya berkategori sedang. Selisih
N-Gain kedua kelas tersebut adalah 0,11.
Hasil pengujian hipotesis menggunakan rumus t-test diperoleh data thitung =
2,323 > ttabel = 2,021 berarti Ha diterima. Dari hasil perhitungan tersebut dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe think pair share dengan media gambar terhadap
hasil belajar tematik peserta didik kelas IV SDN 1 Metro Barat.
80
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan model kooperatif tipe
think pair share dengan media gambar, terdapat beberapa saran yang ingin
dikemukakan oleh peneliti kepada pihak-pihak yang terkait, antara lain:
1. Peserta didik, terkait dengan pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan model kooperatif tipe think pair share dengan media
gambar, hendaknya peserta didik bekerja secara mandiri dan berpartisipasi
aktif dalam proses menginvestigasi masalah.
2. Pendidik, model kooperatif tipe think pair share dengan media gambar
dapat dipakai sebagai alternatif dalam memberikan variasi pada proses
pembelajaran, untuk menerapkan model pembelajaran tersebut guru
sebaiknya memiliki pengetahuan yang baik tentang langkah-langkah
penerapan model kooperatif tipe think pair share dengan media gambar
dan menyiapkan instrumen yang sesuai dengan indikator yang akan
diukur.
3. Sekolah yang ingin menerapkan model kooperatif tipe think pair share
dengan media gambar hendaknya memberikan dukungan kepada guru
yang berupa perlengkapan fasilitas sekolah yang mendukung tercapainya
pembelajaran ini secara maksimal.
4. Peneliti lanjutan yang ingin menerapkan model kooperatif tipe think pair
share dengan media gambar, sebaiknya dicermati dan dipahami kembali
cara penerapannya dan instrumen penelitian yang digunakan. Selain itu,
materi harus disiapkan dengan sebaik mungkin agar memperoleh hasil
yang baik dan keterbatasan dalam penelitian ini dapat diminimalisasi
untuk penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
81
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal, dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas untuk SD, SLB, dan TK.
Yrama Widya, Bandung.
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik Edisi
(Revisi VD). Rineka Cipta, Jakarta.
Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. PT Raja Garafindo Persada, Jakarta.
Daryanto.2010. Media Pembelajaran. PT Sarana Tutorial Nurani Sejahtera,
Bandung.
2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Penerbit
Gava Media. Yogyakarta.
Djamarah & Zain. 2013. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta, Jakarta.
Gulo, W. 2010. Metodologi Penelitian. Grasindo, Jakarta.
Hamalik, Oemar. 2008. Media Pendidikan. PT. Bumi Aaksara, Jakarta.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Pustaka Setia, Bandung.
Hamdayama, Jumata. 2014. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan
Berkarakter. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Huda, Miftahul. 2014. Cooperative Learning. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Isjoni. 2014. Pembelajaran Kooperatif. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Kasmadi&Sunariah, Nia Siti. 2014. Panduan Modern Penelitian Kuantitatif.
Alfabeta, Bandung.
Kemendikbud. 2013. Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013.
Kemendikbud, Jakarta.
Khasanah, Faridhatul. 2014. Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif
Tipe Teka-Teki Silang terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri 4
Metro Timur. Jurnal Publikasi Pendidikan. 4 : 1-23
82
Komalasari, Kokom. 2013. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi.
Refika Aditama, Bandung.
Kosasih Nandang & Dede Sumarna. 2013. Pembelajaran Quantum dan
Optimalisasi Kecerdasan. Alvabeta, Bandung.
Kusandi & Bambang Sujtipto. 2013. Media Pembelajaran Manual dan Digital.
Ghalian Indonesia, Bogor.
Lie, Anita. 2011. Cooperative Learning: Memperaktikan Cooperative Learning di
Ruang-ruang Kelas. Gramedia, Jakarta.
Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Masitoh. 2009. Strategi pembelajaran. Depatermen Agama Republik Indonesia,
Jakarta.
Marbun, Rosita. 2013. Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Think Pair
Shere Untuk Meningkatkan Aktividas dan Hasil Belajar Pada Pembelajaran
Matematika Kela IV A SD Negri 1 Panjang Selatan Bandar Lampung
Tahun 2012/2013. (Skripsi) Universitas Lampung.
Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. PT Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Muncarno. 2017. Statistika Pendidikan Edisi Pertama, Media Akademi.
Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Remaja Rosdakarya, Bandung.
Putu, Diah. 2016. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share dengan
Media Gambar Berpengaruh terhadap Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar IPA
Siswa Kelas V SDN Ungasan Bali. (Skripsi) Universitas Pendidikan Ganesa
Denpasar Bali.
Rusman. 2014. Model-model Pembelajaran. PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta.
2015. Pembelajaran Tematik Terpadu. PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta.
Sadiman, Arief dkk. 2011. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatannya. Rajawali Pers, Jakarta.
Sagala, Syaiful. 2011. Konsep & Makna Pembelajaran. Alfabeta, Bandung.
Sani, Ridwan Abdullah. 2013. Inovasi Pembelajaran. Bumi Aksara, Jakarta.
2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum,2013. Bumi
83
Aksara, Jakarta.
Sanjaya, Wina. 2014. Media Komunikasi Pembelajaran. Kencana Prenadamedia
Grup, Jakarta.
Setiawan, Nanang. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think
Pair Shere dengan Media Gambar Terhadap Hasil Belajar Siswa pada
Konsep Gaya Magnet di Kelas V Sekolah Dasar. (Skripsi) Universitas
Pendidikan Indonesia.
Sohimin, Aris. 2014. Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Ar-
Ruzz Media, Yogyakarta.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta, Bandung.
2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta,
Bandung.
Sundayana, Rostina. 2016. Media dan Alat Peraga dalam Pembelajaran
Matematika. Alfabeta, Bandung.
Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Suryosubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Rineka Cipta, Jakarta.
2014. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Rineka Cipta, Jakarta
Sutikno, Sobri. 2014 . Metode dan Model Pembelajaran. Holistika, Lombok
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Prenadamedia Group, Jakarta.
2014. Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Prenada media
Group, Jakarta.
Tim Penyusun. 2013. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Depdiknas, Jakarta.
Trianto. 2011. Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik bagi Anak Usia
Dini Awal SD/MI. Kencana Prenada Media Group, Jakarta
Yusuf, A, Muri. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian
Gabungan. Kencana, Jakarta.