pengaruh model pembelajaran problem composing …

14
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM COMPOSING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X MA NEGERI 02 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016 ABSTRAK Skripsi ini berjudul “ Pengaruh Model Pembelajaran Problem Composing terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X MA Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016”. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran problem composing terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X MA Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode penelitian eksperimen yang dilaksanakan dengan membandingkan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol desain penelitian ini pre-test post-test group design. Sebagai populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MA Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016, yang terdiri dari 234 siswa dari 7 kelas. Pengambilan sampel dilakukan secara acak (Simple Random Sampling) dengan cara arisan. Pengumpulan data berupa tes, data tes yang sudah dianalisis dengan uji-t, berdasarkan uji-t pada taraf α = 0,05, diperoleh thitung > ttabel (5,74 > 1,67). Rata-rata akhir hasil belajar fisika kelas eksperimen sebesar 83 sedangkan pada kelas kelas kontrol sebesar 73. Sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh model pembelajaran Problem Composing terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X MA Negeri 2 Lubuklinggau Tahun 2015/2016. Kata kunci: Problem Composing, hasil belajar, fisika. A. Latar Belakang Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam proses peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Kualitas pendidikan dapat dilihat dari keberhasilan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Keberhasilan pembelajaran tersebut dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor intern yang berasal dari dalam diri dan faktor ekstern yang berasal dari lingkungan sehari-

Upload: others

Post on 03-Apr-2022

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM COMPOSING

TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X MA NEGERI 02

LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “ Pengaruh Model Pembelajaran Problem Composing terhadap

Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X MA Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran

2015/2016”. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh model pembelajaran problem composing terhadap hasil belajar fisika

siswa kelas X MA Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016. Jenis

penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode penelitian eksperimen

yang dilaksanakan dengan membandingkan kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol desain penelitian ini pre-test post-test group design. Sebagai populasi pada

penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MA Negeri 2 Lubuklinggau Tahun

Pelajaran 2015/2016, yang terdiri dari 234 siswa dari 7 kelas. Pengambilan sampel

dilakukan secara acak (Simple Random Sampling) dengan cara arisan.

Pengumpulan data berupa tes, data tes yang sudah dianalisis dengan uji-t,

berdasarkan uji-t pada taraf α = 0,05, diperoleh thitung > ttabel (5,74 > 1,67). Rata-rata

akhir hasil belajar fisika kelas eksperimen sebesar 83 sedangkan pada kelas kelas

kontrol sebesar 73. Sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh model pembelajaran

Problem Composing terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X MA Negeri 2

Lubuklinggau Tahun 2015/2016.

Kata kunci: Problem Composing, hasil belajar, fisika.

A. Latar Belakang

Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam proses

peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk

meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Kualitas pendidikan dapat dilihat

dari keberhasilan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Keberhasilan

pembelajaran tersebut dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor intern yang

berasal dari dalam diri dan faktor ekstern yang berasal dari lingkungan sehari-

hari. Dalam peningkatan kualitas pendidikan, fisika sebagai salah satu mata

pelajaran yang diajarkan pada jenjang pendidikan formal sangat memegang

peranan penting. Menyadari pentingnya fisika sebagai salah satu penompang

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka hasil belajar fisika di

setiap jenjang pendidikan perlu mendapat perhatian serius. Upaya peningkatan

hasil belajar tersebut sangat ditentukan oleh kualitas dan aktivitas siswa dalam

proses belajar mengajar di setiap jenjang pendidikan. Menurut Buchori (dalam

Trianto, 2010:1), pendidikan siswa yang baik adalah pendidikan yang tidak

hanya mempersiapkan para siswanya untuk suatu profesi atau jabatan, tetapi

untuk menyelesaikan masalah-masalah kehidupan sehari-hari. Tujuan

pendidikan mengantarkan siswa pada perubahan-perubahan tingkah laku baik

intelektual, moral maupun sosial agar dapat hidup mandiri sebagai individu dan

mahluk sosial.

Agar tercapai tujuan pendidikan diperlukan manajemen pendidikan yang

efektif dan efisien, guru yang memegang peranan penting dalam pelaksanaan

manajemen pendidikan tersebut, karena guru sebagai fasilitator yang harus

mentransfer ilmu yang dimiliki agar sampai kepada siswanya, maka dari itu

guru harus menciptakan kegiatan belajar mengajar yang nyaman kepada peserta

didiknya. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru, sebagai salah satu

unsur pendidik, agar mampu melaksanakan tugas profesionalnya adalah

memahami bagaimana peserta didik belajar dan bagaiman mengorganisasikan

proses pembelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak peserta didik. Dalam pelaksanaannya guru dituntut untuk

mampu menciptakan suasana dan situasi belajar yang efektif, aktif,

menyenangkan, dan kondusif sehingga mampu melahirkan motivasi, kreativitas,

dan mendorong keaktifan siswa dapat mengingat materi pelajaran yang telah di

sampaikan dan tentu saja hal tersebut akan berimplikasi terhadap hasil belajar

yang diperoleh serta siswa mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan

sehari-hari. Upaya peningkatan hasil belajar tersebut sangat ditentukan oleh

kualitas dan motivasi siswa dalam proses belajar mengajar disetiap jenjang

pendidikan.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan guru fisika di MA Negeri 2

Lubuklinggau, beliau mengatakan bahwa hasil belajar siswa di kelas X masih

tergolong rendah. Oleh sebab itu masih banyak siswa yang harus melaksanakan

remidial. Hal ini tercermin pada nilai hasil ulangan harian fisika siswa yang

belum mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM) belajar yang telah

ditetapkan MA Negeri 2 Lubuklinggau yaitu sebesar 75. Dari 234 siswa, siswa

yang tuntas 109 siswa jika dipersentasikan 46,58% dan yang tidak tuntas 125

orang jika dipersentasikan 53,42%. Dari masalah tersebut, peneliti menduga

bahwa untuk meningkatkan hasil belajar siswa diperlukan suatu model

pembelajaran yang efektif agar siswa mempelajari materi dengan sungguh-

sungguh. Salah satu model pembelajaran yang menggabungkan kemampuan

kognitif siswa yaitu model pembelajaran problem composing.

Menurut Suparno (2006:100), dalam model pembelajaran problem

composing siswa dituntut untuk mencari masalah selanjutnya guru

mengklasifikasikan masalah-masalah tersebut dan kemudian siswa diharuskan

mencari pemecahan masalah dan mempresentasikannya di depan, guru hanya

memberikan tambahan saja, model pembelajaran problem composing memang

berfokus pada siswa, karena pada dasarnya ketika siswa mencari masalah siswa

sudah mulai berpikir mengenai materi pelajaran, hal ini menunjukan siswa

sudah belajar secara konstruktivis. Penelitian yang dilakukan oleh Imas Ratna E

dkk (2011:80), “Perbandingan Penerapan Model Pembelajaran Problem

Composing dengan Model Pembelajaran Problem Posing Tipe Pre Solution

Posing terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Di SMA 72 Jakarta” yang

mengatakan bahwa terdapat perbandingan yang signifikan hasil belajar fisika

siswa antara menggunakan model pembelajaran problem composing dengan

model pembelajaran problem posing tipe pre solution posing.

Berdasarkan penjelasan dari uraian dan permasalahan diatas penulis tertarik

melakukan penelitian dengan mengangkat judul “ Pengaruh Model

Pembelajaran Problem Composing terhadap Hasil Belajar Fisika di Kelas X MA

Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016”.

B. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan desain Pretest-Posttest Control Group Design,

yaitu terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberi

pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol (Sugiyono, 2011:76). Populasi dalam

penelitian ini adalah semua siswa kelas X MA Negeri 2 Lubuklinggau.

Pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Dari 7

kelas diambil dua kelas secara acak untuk dijadikan sampel penelitian. Setelah

pengundian didapatkan kelas X Agama sebagai kelas eksperimen dan X Is 1

sebagai kelas kontrol.

Untuk mengumpulan data hasil belajar digunakan metode tes, instrumen tes

yang dugunakan berupa soal essay. Sebelum menggunakan instrumen,

instrumen terlebih dahulu dianalisis menggunakan uji validitas, realibilitas, daya

pembeda dan tingkat kesukaran. Uji validitas menggunakan rumus korelasi

product moment, untuk mendapatkan kesignifikan validitas

instrument,diperlukan uji stattistik uji t, tes valid jika thitung ≥ ttabel, distribusi

untuk 𝛼 = 0,05. Untuk uji reliabilitas digunakan rumus Alpha r11. Pengujian

tingkat kesukaran untuk mengetahui tes yang digunakan tergolong mudah,

sedang, atau sukar. Pada pengujian daya pembeda untuk mengetahui

kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan

siswa yang kurang pandai.

Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan metode analisis data tes,

dicari nilai Rata-rata (X̅) dan Simpangan Baku (S2), Uji Normalitas, Uji

Homogenitas, dan uji kesamaan dua rata-rata. Uji normalitas dengan Chi-

Kuadrat (𝜒2) pada taraf signifikan 5 % dan dk= k-1, kriteria pengujian data

berdistribusi normal jika 𝜒2hitung < 𝜒2

tabel, uji homogenitas varians dengan uji F,

dengan kriteria pengujian jika Fhitung ≤ Ftabel maka varians homogen Jika Fhitung >

Ftabel, maka varians tidak homogen. Uji kesamaan dua rata-rata Kriteria

pengujian adalah terima Ho jika thitung < ttabel dimana ttabel didapat dari daftar

distribusi t dengan dk = (n1 + n2 – 2). Untuk harga-harga lainnya Ho ditolak.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. HASIL

Kemampuan awal siswa pada pembelajaran materi besaran vektor,

dapat dilihat dari hasil pre-test. Pre-test diberikan pada pertemuan pertama

sebelum siswa mendapatkan pembelajaran. Pre-test diselenggararakn pada

tanggal 19 Agustus 2015 diikuti 33 siswa pada kelas kontrol dan pada tanggal

21 Agustus 2015 diikuti 37 siswa pada kelas eksperimen.

Berdasarkan hasil analisis data, nilai rata-rata dan simpangan baku data

pre-test di kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1

Rekapitulasi Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku

Kelas Rata-rata Simpangan Baku

Eksperimen 18,66 9,33

Kontrol 14,93 7,68

Uji normalitas dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah

data hasil pre-test siswa dikedua kelas berdistribusi normal atau tidak. Jika

x2hitung < x2

tabel, maka data berdistribusi normal. Sebaliknya, jika x2hitung >

x2tabel, maka data tidak berdistribusi normal. rekapitulasi hasil uji normalitas

dapat di lihat pada tabel 2.

Tabel 2

Rekapitulasi Uji Normalitas Data Pre-Test

Kelas x2hitung x2

tabel Keterangan

Eksperimen 4,2348 11,070 Berdistribusi Normal

Kontrol 5,5374 9,488 Berdistribusi Normal

Uji homogenitas dilakukan dengan membandingan antara Fhitung dan

Ftabel. Fhitung diperoleh dari hasil bagi antara varians terbesar dengan varians

terkecil, sedangkan Ftabel diperoleh berdasarkan tabel harga distribusi F

dengan menentukan nilai pembilang dan penyebut serta α = 5%. Berdasarkan

perhitungan didapatkan nilai Fhitung = 1,47 dan Ftabel= 1,76. Artinya Fhitung <

Ftabel, maka kedua kelas homogen.

Karena kedua kelas telah berdistribusi normal dan homogen, maka uji

kesamaan dua rata-rata dapat menggunakan uji t. Hipotesis statistik yang

diuji dalam perhitungan uji-t untuk pre-test adalah:

H0 = Rata-rata nilai kelas eksperimen kurang dari atau sama dengan rata-

rata nilai kelas kontrol (μ1 ≤ 𝜇2).

Ha = Rata-rata nilai kelas eksperimen lebih daripada nilai rata-rata kelas

kontrol (μ1 > 𝜇2).

Berdasarkan hasil perhitungan dengan α = 5 % maka nilai thitung = 0,19

ttabel = 2,00. Jadi thitung < ttabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak, hal ini berarti

rata-rata nilai kelas eksperimen kurang dari atau sama dengan rata-rata nilai

kelas kontrol.

Setelah data pre-test telah dianalisis selanjutnya kelas eksperimen dan

kelas kontrol mendapatkan perlakuan pembelajaran yang berbeda. Kelas

eksperimen diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran

problem composing sedangkan kelas kontrol diberikan perlakuan dengan

menggunakan metode ceramah, penugasan dan tanya jawab. Setelah

perlakuan telah diberikan sebanayk dua kali pertemuan selanjutnya diberika

post-test untuk mengetahui kemampuan akhir siswa setelah proses

pembeajaran. Analisis data post-test sama seperti pada analisis data pre-test,

yaitu menggunakan perhitungan rata-rata dan simpangan baku, uji

normalitas, uji homogenitas, serta uji kesamaan dua rata-rata.

Tabel 3

Nilai Rata-Rata dan Simpangan Baku Data Post-Test

Kelas Rata-Rata )(x Simpangan Baku )(s

Eksperimen 83,27 8,85

Kontrol 72,63 8,28

Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa data post-test kelas

eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal. Data uji normalitas kelas

eksperimen dan kelas kontrol dapata dilihat pada tabel 4.

Tabel 4

Rekapitulasi Uji Normalitas Data Post-Test

Kelas x2hitung x2

tabel Keterangan

Eksperimen 6,7586 11,070 Berdistribusi Normal

Kontrol 1,5785 11,070 Berdistribusi Normal

Hasil uji homogenitan data post-test, dengan nilai Fhitung = 1,14 dan

Ftabel = 1,79, artinya Fhitung < Ftabel maka kedua varians skor post-test (kelas

eksperimen dan kelas kontrol) adalah homogen.

Hasil perhitungan sebelumnya telah menunjukkan bahwa kedua kelas

berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen, maka pengujian

hipotesis dapat menggunakan uji t. Hipotesis statistiknya adalah sebagai

berikut:

H0 = Rata-rata nilai kelas eksperimen kurang dari atau sama dengan rata-

rata nilai kelas kontrol (μ1 ≤ 𝜇2).

Ha = Rata-rata nilai kelas eksperimen lebih daripada nilai rata-rata kelas

kontrol (μ1 > 𝜇2).

Berdasarkan hasil perhitungan pada (lampiran C), maka nilai thitung =

5,74 sedangkan ttabel = 1,67, jadi thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan Ha

diterima. Artinya rata-rata nilai eksperimen lebih besar daripada rata-rata

nilai kelas kontrol. Dari hasil analisis dengan menggunakan uji-t dapat

disimpulkan bahwa hipotesis pada penelitian ini adalah ada pengaruh yang

signifikan model pembelajaran problem composing terhadap hasil belajar

fisika siswa kelas X MA Negeri 2 Lubuklinggau tahun pelajaran 2015/2016.

2. PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk membahas tentang apakah ada pengaruh

model pembelajaran problem composing terhadap hasil belajar fisika siswa

MA Negeri 2 Lubuklinggau tahun pelajaran 2015/2016. Sebelum penelitian

dilaksanakan terlebih dahulu uji coba instrumen pada tanggal 12 Agustus

2015 yang diikuti 24 siswa di kelas XI IPA 2 yang bertujuan untuk

mengetahui validitas, realibilitas, daya pembeda dan tingkat kesulitan setiap

butir soal dari 8 soal essay terpilih 6 soal. Sampel penelitian pada penelitian

ini dipilih menggunakan simple random sampling dimana setiap kelas

memiliki hak yang sama untuk dipilih menjadi sampel penelitian. Setelah

proses pemilihan sampel didapatkan kelas X Agama menjadi kelas

eksperimen dan kelas X IS.1 sebagai kelas kontrol.

Setelah sampel ditentukan dilakukan tes awal (pre-test) pada kelas

eksperimen pada tanggal 21 Agustus 2015 yang diikuti 37 siswa dan kelas

kontrol pada tanggal 19 Agustus 2015 yang diikuti 33 siswa, hasil pre-test

akan dianalisis untuk mengetahui apakah kedua kelas tersebut normal,

homogen atau tidak. Dari analisis data pre-test, kelas eksperimen dan kontrol

berdistribusi normal, 2

Hitung <2

Tabel . Data pre-test juga menunjukkan Fhitung

< Ftabel, dapat dikatakan bahwa kedua kelas berada pada kondisi yang sama

atau homogen. Kemudian kedua sampel mendapatkan perlakuan yang

berbeda. Kelas eksperimen mendapatkan perlakuan pembelajaran dengan

penggunaan model pembelajaran Problem Composing, sedangkan kelas

kontrol proses belajar berlangsung dengan metode ceramah, penugasan dan

tanya jawab.

Pada pertemuan pertama tanggal 28 Agustus 2015 diikuti 38 siswa,

materi yang diajarkan adalah pengertian vektor, menggambar resultan vektor

dan penjumlahan vektor. Saat proses pembelajaran dikelas eksperimen.

Peneliti membuat kelompok belajar siswa dan menyampaikan materi secara

ringkas, setiap kelompok menggunakan buku pelajaran yang telah disediakan

disekolah, dari 38 siswa dibagi 7 kelompok setiap kelompok terdiri dari 5-6

siswa. Setiap kelompok membuat 2 pertanyaan seputar materi yang

disampaikan, pertanyaan-pertanyaan tersebut diklasifikasikan oleh peneliti

kemudian setiap kelompok membuat kelompok baru sebagai kelompok

pemecah masalah. Setelah masalah selesai dipecahkan peneliti mengacak

nomor kelompok siswa untuk mempresentasikan hasil kelompoknya masing-

masing. Setelah presentasi peneliti memberikan tugas kepada siswa untuk

dikerjakan dirumah.

Pada pertemuan kedua tanggal 03 September 2015 diikuti 35 siswa,

materi yang diajarkan adalah menghitung besar dan arah vektor dan

menganalisis vektor. Sebelum menyampaikan materi peneliti terlebih dahulu

memeriksa tugas yang diberikan minggu sebelumnya. Kelompok yang

digunakan dalam pembelajaran pada pertemuan kedua yaitu kelompok baru

pada pertemuan pertama. Setelah kelompok siap peneliti menyampaikan

materi pelajaran terakhir pada besaran vektor secara ringkas, siswa telah

dibekali buku yang telah disediakan oleh pihak sekolah, setiap kelompok

membuat dua pertanyaan seputar materi pelajaran, setelah siswa membuat

pertanyaan, pertanyaan-pertanyaan tersebut diklasifikasikan untuk dicari

jawabannya, setelah selesai di klasifikasikan siswa kembali membentuk

kelompok untuk dijadikan kelompok pemecahan masalah. Setelah selesai

memecahkan masalah tersebut peneliti membuat undian kelompok mana

yang akan maju mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Instrumen

yang digunakan sebagai instrumen pembelajaran dalam penelitian ini adalah

rencana pelaksanaan pembelajaran Silabus, Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), dan soal tes.

Berbeda dengan kelas kontrol, pada pertemuan pertama tanggal 21

Agustus 2015 diikuti 34 siswa dan pertemuan kedua tanggal 02 September

2015 diikuti 31 siswa proses pembelajaran dikelas ini lebih banyak

dikendalikan oleh peneliti. Instrumen yang digunakan sebagai instrumen

pembelajaran dalam penelitian ini adalah rencana pelaksanaan pembelajaran

Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan soal tes.

Setelah diberikan perlakuan sebanyak dua kali pertemuan, maka

langkah selanjutnya adalah pemberian post-test kepada kedua kelas.

Pemberian post-test dikelas eksperimen berlangsung pada tanggal 03

Sepember 2015 yang diikuti 35 siswa dan dikelas kontrol pada tanggal 02

September 2015 diikuti 31 siswa. Ternyata hasil penelitian menunjukkan

bahwa peningkatan hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi daripada

peningkatan belajar kelas kontrol. Hasil perhitungan kesamaan dua rata-rata

juga menunjukkan bahwa thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima, rata-

rata skor eksperimen lebih besar daripada rata-rata skor kelas kontrol.

Hipotesis diterima, artinya ada pengaruh model pembelajaran Problem

Composing terhadap hasil belajar fisika siswa pada materi Besaran Vektor.

D. KESIMPULAN DAN SARAN

1. KESIMPULAN

Rata-rata skor pre-test kelas eksperimen sebesar 18,66 dan kelas

kontrol sebesar 14,93. Rata-rata skor post-test kelas eksperimen sebesar

83,27 dan kelas kontrol sebesar 72,83. Sedangkan untuk data post-test

dengan taraf signifikan α = 0,05 diperoleh thitung (5,74) > ttabel (1,67) yang

berarti H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya rata-rata nilai kelas eksperimen

lebih besar dibandingkan dengan rata-rata kelas kontrol. Berdasarkan hasil uji

hipotesis dapat disimpulkan bahwa Ada pengaruh yang signifikan model

pembelajaran Problem Composing terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X

MA Negeri 2 Lubuklinggau tahun pelajaran 2015/2016.

2. SARAN

Sehubungan dengan hasil penelitian ini, maka peneliti memberikan

saran-saran sebagai berikut:

1. Agar siswa dapat meningkatkan hasil belajar hendaknya siswa lebih aktif

dan kreatif dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas.

2. Untuk guru agar memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi

pembelajaran agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu

model yang dapat diterapkan yaitu model pembelajaran problem

composing.

3. Untuk sekolah diharapkan dapat menyiapkan sarana dan prasarana dalam

mengembangkan potensi dan membantu guru dalam menjalankan proses

pembelajaran agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Aksara.

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

E. Ratna, Imas, et al. 2011. Perbandingan Penerapan Model Pembelajaran

Problem Composing dengan Model Pembelajaran Problem Posing

Tipe Pre Solution Posing Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa di

SMAN 72 Jakarta. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 5 (2011) 80-84.

Hernawan. 2008. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:

Universitas Terbuka

Purwanto, 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Edisi Kedua. Jakarta: PT Rajagrafindo

Persada

Sanjaya, Wina. 2006. Pembelajaran dalam Implementasi Kurukulum Berbasis

Kompetensi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sudjana. 2005. Metoda Statistik. Bandung: Tarsito.

Sardiman.1990. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: Rajawali.

Sugiyono. 2013. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka

Suherman, Erman. & Sukjaya, Yaya. 1990. Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan

Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah 157.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suparno, Paul. 2006. Metodologi Pembelajaran Fisika. Yogyakarta: Universitas

Sanata Dharma

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,

Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta: Diperbanyak oleh PT. Maju

Bersama.

Winataputra, Udin. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas

Terbuka