pengaruh model pembelajaran problem …digilib.unila.ac.id/21260/11/skripsi tanpa bab...

56
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENGELOLAAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Rebang Tangkas Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015) (Skripsi) OLEH NIA NELIANA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016

Upload: duongminh

Post on 31-Mar-2018

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

(PBL) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA

MATERI PENGELOLAAN LINGKUNGAN

(Studi Eksperimen Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Rebang Tangkas

Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

(Skripsi)

OLEH

NIA NELIANA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2016

ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA

MATERI PENGELOLAAN LINGKUNGAN

(Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1

Rebang Tangkas Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

Oleh

Nia Neliana

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan Problem Based

Learning terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1

Rebang Tangkas semester genap TP. 2014/2015 pada Materi Pengelolaan

Lingkungan.

Penelitian ini merupakan kuasi eksperimen dengan desain pretes postes non-

ekuivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas VII A dan C yang dipilih dari

populasi secara purposive sampling. Data penelitian ini berupa data kualitatif dan

kuantitatif. Data kualitatif berupa data yang diperoleh dari aktivitas belajar siswa

yang dianalisis secara deskriptif, sedangkan data kuantitatif berupa data hasil

belajar yang diperoleh dari rata-rata nilai pretes dan postes yang dianalisis secara

statistik menggunakan Uji t melalui program SPSS 17. Dan

Hasil penelitian menunjukkan hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi dari pada

kelas kontrol (eksperimen = 82,69 dan kontrol 71,15). Rata-rata persentase

Nia Neliana

iii

aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen juga menunjukkan peningkatan

yang lebih tinggi pada kelas eksperimen daripada kontrol (eksperimen = 51 dan

kontrol = 40). Dengan demikian, penggunaan model pembelajaran Problem Based

Learning berpengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi

pengelolaan lingkungan.

Kata kunci : Problem Based Learning, Aktivitas Belajar, Hasil Belajar dan

Pengelolaan Lingkungan

Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning

(PBL) Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa

pada Materi Pokok Pengelolaan Lingkungan

(Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1

Rebang Tangkas Tahun Pelajaran 2014/2015)

Oleh

Nia Neliana

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan MIPA

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2016

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Way Kanan, pada tanggal 08 Juni

1993, merupakan anak pertama dari dua bersaudara

pasangan Bapak Karmawan dengan Ibu Ishandari. Tempat

tinggal penulis beralamatkan di Sumber Wangi Kec Rebang

Tangkas Kab Way Kanan. (CP : 089611738293) Pendidikan

yang ditempuh penulis adalah SD Negeri 1 Gunung Sari (1999-2005), SMP

Negeri 1 Rebang Tangkas (2005-2008). SMA Negeri 1 Rebang Tangkas (2008-

2011). Pada tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi

FKIP Unila melalui jalur PMPAP.

Penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP PGRI 1

Gunung Alip dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kabupaten Tanggamus (Tahun

2014), serta melakukan penelitian di SMP Negeri 1 Rebang Tangkas untuk meraih

gelar sarjana pendidikan/S.Pd.

MOTO

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau

telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain).

Dan hanya kepada Tuhanlah engkau berharap”

(QS. Al-Insyirah, 6-8)

“Kesabaran dan usaha keras akan sanggup menghilangkan kesulitan dan

melenyapkan rintangan”

(Mario Teguh)

“Untuk mendapatkan kesuksesan, keberanianmu harus lebih besar daripada

ketakutanmu”

(Nia Neliana)

PERSEMBAHAN

Teriring doa dan rasa syukur atas kehadirat Allah SWT, kupersembahkan karya ini sebagai tanda cinta dan terimakasihku kepada:

Karmawan Ayahandaku dan Ishandari Ibundaku tercinta yang selalu mendoakanku, mencintaiku tanpa henti, mendukungku, dan mengajariku

untuk selalu berusaha mencapai impian.

Yogista Adikku tersayang yang selalu memberikan doa, dukungan, dan semangat untuk keberhasilanku.

Lia Andesta sepupuku yang selalu memotivasi dan selalu bisa membuatku tersenyum dalam berjuang meraih mimpi.

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas segala

limpahan rahmat nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

sebagai salah satu syarat meraihnya gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi

Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Lampung.

Skripsi ini bejudul “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based

Learning terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa (Studi Eksperimen pada

Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Rebang Tangkas Tahun Pelajaran 2014/2015 pada

Materi Pokok Peran Manusia dalam Pengelolaan Lingkungan untuk Mengatasi

Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan)”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peran

dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;

2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas

Lampung;

3. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd., Selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi

dan Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan motivasi dalam

proses penyelesaian skripsi ini;

4. Rini Rita T Marpaung, S.Pd., M.Pd., selaku Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan motivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini;

5. Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Pembahas yang telah memberikan saran-

saran dan motivasi yang berharga;

6. Herli Efendi, S.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 1 Rebang Tangkas dan Suta

Sanjaya, S.Pd., selaku guru mitra yang telah memberikan izin dan

memberikan bantuan selama penelitian;

7. Seluruh dewan guru, staf, dan siswa-siswi kelas VIIA dan VIIC SMP Negeri

1 Rebang Tangkas atas kerjasama yang baik selama penelitian berlangsung;

8. Sahabat-sahabat seperjuangan (Pendidikan Biologi 2011), kakak serta adik

tingkat pendidikan Biologi FKIP Unila, terimakasih atas bantuan dan

dukungan yang sangat berharga;

9. Sahabat-sahabat seperjuangan KKN-KT 2014, terimakasih atas bantuan dan

motivasi yang tiada henti;

10. Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

Akhir kata,

Bandar Lampung, februari 2016

Penulis

Nia Neliana

NPM 1113024050

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xix

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6

D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Problem Based Learning (PBL) ........................................................... 8

B. Aktivitas Belajar.................................................................................... 11

C. Hasil Belajar .......................................................................................... 14

D. Kerangka Pikir........................................................................................18

E. Hipotesis ................................................................................................20

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 21

B. Populasi dan Sampel ............................................................................ 21

C. Desain Penelitian .................................................................................. 21

D. Prosedur penelitian ................................................................................ 22

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ................................................... 30

F. Teknik Analisis Data

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ..................................................................................... 38

B. Pembahasan .......................................................................................... 39

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan .............................................................................................. 45

B. Saran ................................................................................................... 45

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 46

............................................................................ 32

xv

LAMPIRAN

1. Silabus ................................................................................................... 50

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ...................................................... 56

3. Lembar Kerja Kelompok ....................................................................... 72

4. Soal PretesdanPosttes ............................................................................ 80

5. Kunci Jawaban ...................................................................................... 83

6. Rubrik Penilaian .................................................................................... 87

7. Data Hasil Belajar ................................................................................. 92

8. Data Aktivitas Belajar ........................................................................... 96

9. Skor Perindikator C2 dan C3 ................................................................ 98

10. Foto Foto Penelitian .............................................................................. 102

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tahapan Pembelajaran Problem Based Learning ............................... 10

2. Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa ......................................... 35

3. Interprestasi Aktivitas Siswa ................................................................ 36

4. Persentase Rata-rata Aktivitas Belajar Siswa ...................................... 37

5. Hasil Analisis Data Hasil Belajar ........................................................ 38

6. Hasil Analisis Indikator Kognotif ........................................................ 39

7. Daftar nilai pretes, postes, dan N-gain kelas eksperimen .................... 94

8. Daftar nilai pretes, postes, dan N-gain kelas kontrol ........................... 95

9. Daftar nilai aktivitas belajar siswa ....................................................... 96

10. Skor perindikator kelas eksperimen .................................................... 98

11. Skor perindikator kelas kontrol ........................................................... 100

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat .......................... 19

2. Desain pretest-posttest kelompok tak ekuivalen .................................. 22

3. Foto-Foto Penelitian ............................................................................. 102

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perubahan paradigma pelaksanaan pembelajaran menjadi students centered

menuntut guru untuk inovatif dalam mendesain pembelajaran. Proses

pendidikan yang terencana diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran, dalam arti lain pendidikan tidak boleh

mengesampingkan proses belajar. Pendidikan tidak semata-mata berusaha

untuk mencapai hasil belajar, akan tetapi bagaimana memperoleh hasil atau

proses belajar yang terjadi pada peserta didik (Sanjaya, 2011: 2).

Sebagaimana tertuang dalam peraturan pemerintah No.19 Tahun 2005 Pasal

19 tantang Standar Nasional Pendidikan, menyebutkan bahwa proses

pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,

inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

kreativitas, dan kemandirian sesua dengan bakat, minat dan perkembangan

fisik serta psikologis peserta didik (Standar Nasional Pendidikan, 2009: 13).

Belajar merupakan suatu proses untuk mencapai suatu tujuan belajar. Hasil

belajar siswa menjadi tolak ukur dalam suatu pembelajaran. Pengetahuan

2

bukan semata-mata seperangkat fakta, konsep atau prinsip-prinsip yang siap

untuk diingat (Sanjaya, 2009: 170). Sebagaimana pandangan kontruktivisme

guru tidak perlu memberikan informasi kepada siswa sepenuhnya, namun

siswalah yang aktif dalam membangun pengetahuan sendiri. Hal ini senada

dengan pendapat Brunner bahwa individu harus secara aktif dalam

membangun pengetahuan dan keterampilannya (Baharuddin, 2010: 115).

Lebih lanjut Brunner menyatakan bahwa dengan berusaha sendiri mencari

pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya akan mengahsilkan

pengetahuan yang benar-benar bermakna (Trianto, 2010: 7).

Pembelajaran IPA menekankan siswa mencari tahu dan berbuat sehingga

dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih

mendalam tentang dirinya sendiri dan alam sekitar. Pembelajaran IPA

diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri

sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam

menerapkannya didalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran IPA

menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan

proses sains. Keterampilan proses ini di antaranya meliputi mengajukan

hipotesis, mengajukan pertanyaan, menggali dan memilah informasi faktual

yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahkan masalah

dalam kehidupan sehari-hari (BSNP, 2006: 167).

Proses pembelajaran yang berlangsung selama ini masih menggunakan

metode-metode yang terpusat pada guru seperti ceramah. Siswa kurang

dilibatkan dalam pembelajaran untuk mengontruksi sendiri pengetahuannya

3

dan terlihat dalam pemecahan masalah terhadap issue yang ada. Keterampilan

pemecahan masalah penting diberikan kepada siswa, mengingat di era

globalisasi ini banyak permasalahan-permasalahan yang hadir dialam

kehidupan sehari-hari seperti masalah lingkungan dan masih banyak lagi

permasalahan yang perlu untuk diselesaikan. Melatih siswa dengan dilibatkan

untuk memecahkan suatu masalah real dalam pembelajaran akan memberikan

pengalaman yang konkret. Bekal keterampilan pemecahan masalah tersebut

dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah serupa. Hal tersebut

juga terjadi pada SMPN 1 Rebang Tangkas, proses pembelajaran masih

terpusat pada guru dan hasil belajar yang dicapai oleh siswa tergolong rendah.

Hasil wawancara dengan guru IPA kelas VII SMP Negeri 1 Rebang Tangkas

pada Oktober 2014, dalam kegiatan pembelajaran metode yang digunakan

oleh guru adalah ceramah. Metode seperti ini masih bersifat teacher centered,

guru menempatkan dirinya sebagai sumber informasi satu-satunya tanpa

melibatkan siswa dalam mengontruksi pengetahuannya. Metode seperti ini

kurang memfasilitasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Metode ceramah

menyebabkan siswa diam dan terkadang tidak mendengarkan penjelasan

guru. Hasil pengamatan di kelas VII A dan VII C pada saat guru

melaksanakan pembelajaran, guru mengajar dengan metode ceramah disertai

mencatat. Aktivitas siswa dari kedua kelas tersebut tidak jauh berbeda. Siswa

hanya diam mencatat materi bahkan beberapa siswa tidak mendengarkan

penjelasan guru dan mengobrol dengan temannya. Aktivitas belajar seperti

mengemukakan ide, memecahkan masalah, bertannya atau bertukar pendapat

tidak muncul pada pembelajaran, guru kurang memotivasi dan mendampingi

4

siswa selama proses pembelajaran. Proses pembejaran yang demikian

berakibat siswa menjadi pasif karena kegiatan kurang tersaji dengan baik

terutama aktivitas belajar siswa dalam pemecahan masalah ataupun diskusi,

selain itu guru tidak dapat mengamati aktivitas belajar siswa selama proses

pembelajaran secara maksimal. Guru mata pelajaran IPA kelas VII SMP

Negeri 1 Rebang Tangkas mengakui penggunaan model pembelajaran

berbasis pemecahan masalah belum pernah diterapkan disekolah tersebut,

sehingga siswa belum terlatih dalam pemecahan masalah. Kondisi demikian

mempengaruhi hasil belajar yang masih tergolong rendah. Hal ini ditunjukan

dengan hasil pembelajaran IPA pada ujian semester ganjil (58%) siswa

dinyatakan belum lulus dari standar kriteria ketuntasan minimal (KKM)

pembelajaran IPA yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 65. Oleh karena itu

dalam belajar IPA siswa membutuhkan model pembelajaran yang tepat untuk

meningkatkan hasil belajar. Penggunaan model pembelajaran yang tepat akan

mempengaruhi proses pembelajaran di kelas, sehingga dapat meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar. Model pembelajaran yang dapat meningkatkan

hasil belajar adalah model Problem Based Learning (PBL).

Model pembelajaran PBL merupakan model pembelajaran dengan penyajian

masalah untuk menimbulkan motivasi belajar (Rusman, 2012: 237). Melalui

PBL siswa dilatih untuk memecahkan masalah yang ada dan bekerja dalam

tim sehingga siswa lebih aktif dalam mengontruksi pembelajarannya.

Pembelajaran dengan model PBL memiliki beberapa keunggulan, diantaranya

dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan memudahkan siswa untuk

memahami isi pelajaran (Sanjaya, 2011: 220).

5

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Risa (2012: 52) menunjukan bahwa

hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA dengan menggunakan model PBL

mengalami peningkatan dibanding dengan pembelajaran menggunakan

metode diskusi.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian dengan judul

“Perbandingan model pembelajaran PBL dengan metode diskusi terhadap

aktivitas dan hasil belajar siswa SMP Negeri 1 Rebang Tangkas pada materi

Peran Manusia dalam Pengelolaan Lingkungan untuk Mengatasi Pencemaran

dan Kerusakan Lingkungan”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh penggunaan model pembelajaran PBL terhadap

aktivitas siswa SMP Negeri 1 Rebang Tangkas pada materi Peran Manusia

dalam Pengelolaan Lingkungan untuk Mengatasi Pencemaran dan

Kerusakan Lingkungan”

2. Bagaimana pengaruh penggunaan model pembelajaran PBL terhadap hasil

belajar siswa SMP Negeri 1 Rebang Tangkas pada materi Peran Manusia

dalam Pengelolaan Lingkungan untuk Mengatasi Pencemaran dan

Kerusakan Lingkungan”

6

C. Tujuan penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Penggunaan model pembelajaran PBL terhadap aktivitas siswa SMP Negeri

1 Rebang Tangkas pada materi Peran Manusia dalam Pengelolaan

Lingkungan untuk Mengatasi Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan”

2. Pengaruh penggunaan model pembelajaran PBL terhadap hasil belajar siswa

SMP Negeri 1 Rebang Tangkas pada materi Peran Manusia dalam

Pengelolaan Lingkungan untuk Mengatasi Pencemaran dan Kerusakan

Lingkungan”.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari hasil penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagi peneliti

Dapat menambah pengalaman dan pengetahuan dalam menggunakan

model pembelajaran PBL serta menjadi bekal sebagai calon guru

profesional

2. Bagi guru

a. Sebagai acuan yang mendasar untuk mengembangkan metode-metode

pembelajaran yang lebih baik dan membantu siswa dalam

memudahkan mencapai hasil belajar yang diharapkan secara

maksimal.

b. Dapat menggunakan model pembelajaran PBL sebagai alternatif

pembelajaran dalam usaha meningkatkan aktivitas dan hasil belajar

pada materi pencemaran lingkungan.

3. Bagi siswa

7

Mendapat pengalaman belajar yang berbeda dalam pembelajaran pada

materi pokok pencemaran lingkungan.

Memberi masukan untuk mengoptimalkan penggunaan model

pembelajaran PBL dalam upaya peningkatan mutu sekolah dan kualitas

pembelajaran.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari berbagai macam perbedaan penafsiran tentang

penelitian ini maka diberikan batasan sebagai berikut:

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah Problem Based Learning

(PBL) dan metode diskusi

2. Aktivitas yang di amati yaitu:

1. bekerjasama dengan teman

2. kemampuan mengajukan pertanyaan

3. mempersentasikan hasil diskusi kelompok

4. menyampaikan kesimpulan

3. Hasil belajar yang diukur yaitu pada aspek koognitif yang diukur

melalui pretes postes.

4. Materi yang digunakan sesuai dengan KD 7.4 “Mengaplikasikan peran

manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran

dan kerusakan lingkungan

5. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII SMP Negeri 1 Rebang Tangkas

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Problem Based Learning

Model Problem Based Learning (PBL) berkaitan dengan penggunaan

inteligensi dari dalam diri individu yang berada dalam sebuah kelompok

orang atau lingkungan untuk memecahkan masalah yang bermakna, relevan

dan kontekstual, (Rusman 2010: 230). Bould dan Feletti dalam Rusman

(2010: 230) mengemukakan bahwa, model PBL adalah inovasi yang paling

signifikan dalam pendidikan. Menurut Tan dalam Rusman (2010: 232),

model PBL merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang

diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata,

kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas

yang ada.

Sementara itu, Torp dan Sage (dalam Sahin dan Yorek) (2009 754)

menggambarkan PBL sebagai berikut:

PBL as focused, experiential learning organized around the investigation

and resolution of messy, real-world problems. They describe students as

engaged problem solvers, seeking to identify the root problem and the

conditions needed for a complete solution and in the process becoming

self-directed.

9

Pernyatan di atas menjelasakan bahwa PBL sebagai fokus, pengalaman

belajar terorganisir dalam penyelidikan dan penyelesaian masalah di dunia

nyata. Mereka menggambarkan siswa sebagai pemecah masalah yang aktif,

berusaha untuk mengidentifikasi akar masalah dan kondisi yang diperlukan

untuk mencari solusi.

Dalam PBL, siswa mengikuti pola eksplorasi tertentu yang dimulai dengan

mempertimbangkan masalah yang terdiri dari kejadian yang membutuhkan

penjelasan. Selama diskusi dengan anggota kelompoknya, siswa mencoba

mengidentifikasi prinsip-prinsip dasar atau proses. Di sini, siswa dirangsang

untuk menemukan suatu akar masalah yang perlu dilakukan penyelesaian

lebih lanjut. Sebagai akibat dari hal ini, siswa meneliti hal-hal yang

diperlukan dan kemudian mendiskusikan temuannya dan kesulitan dalam

kelompok mereka (Selcuk, 2008).

Sementara itu, Rusman (2010: 232-233) mengemukakan sepuluh karakteristik

model PBL, yaitu: (1) permasalahan menjadi awal dalam pembelajaran; (2)

permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata;

(3) permasalahan membutuhkan perspektif ganda; (4) permasalahan

menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa; (5) belajar pengarahan diri

menjadi hal yang utama; 6) pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam

merupakan proses yang penting dalam PBL; (7) belajar melalui kolaboratif,

komunikasi, dan kooperatif; (8) pengembangan keterampilan inquiry dan

pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan

untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan; (9) keterbukaan dalam proses

10

PBL meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar; dan (10) PBL

melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.

Selanjutnya, Nur dalam Rusmono (2012: 81) menyebutkan lima tahap

pembelajaran dengan menerapkan model PBL, yaitu sebagai berikut:

Tabel 1. Tahap pembelajaran PBL

Tahap Pembelajaran Perilaku Guru

Tahap 1 :

Mengorganisasikan siswa

kepada masalah

Guru menginformasikan tujuan-tujuan

pembelajaran, mendeskripsikan

kebutuhan-kebutuhan logistik penting, dan

memotivasi siswa agar terlibat dalam

kegiatan pemecahan masalah yang mereka

pilih sendiri.

Tahap 2 :

Mengorganisasikan siswa

untuk belajar

Guru membantu siswa menentukan dan

mengatur tugas-tugas belajar yang

berhubungan dengan masalah itu.

Tahap 3 :

Membantu penyelidikan

mandiri dan kelompok

Guru mendorong siswa mengumpulkan

informasi yang sesuai, melaksanakan

eksperimen, mencari penjelasan dan

solusi.

Tahap 4:

Mengembangkan dan

mempresentasikan hasil

karya serta pameran

Guru membantu siswa dalam

merencanakan dan menyiapkan hasil karya

yang sesuai seperti laporan, rekaman video

dan model, serta membantu mereka

berbagi karya mereka.

Tahap 5:

Menganalisis dan

mengevaluasi proses

pemecahan masalah

Guru membantu siswa melakukan refleksi

atas penyelidikan dan proses-proses yang

mereka gunakan.

Smith dalam Amir (2010: 27) mengemukakan tentang manfaat model PBL,

yaitu: meningkatkan daya ingat dan pemahaman mengenai materi ajar;

meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan; mendorong untuk

berpikir; membangun kerja tim, kepemimpinan dan keterampilan sosial;

membangun kecakapan belajar; dan memotivasi siswa.

11

C. Aktivitas Belajar

Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting dalam interaksi

pembelajaran sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah

tingkah laku. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Dalam kegiatan

belajar, subyek didik atau siswa harus aktif berbuat. Dengan kata lain, bahwa

dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas (Sardiman, 2003:95). Dalam

proses kemandirian belajar siswa diperlukan aktivitas, siswa bukan hanya jadi

obyek tapi subyek didik dan harus aktif agar proses kemandirian dapat

tercapai.

Adanya kegiatan-kegiatan yang menunjang seperti melakukan ekperimen,

diskusi, tanya jawab dan lain-lain, secara tidak langsung akan menuntut siswa

dalam melakukan berbagai aktivitas belajar. Hamalik (2004: 175) berpendapat

bahwa: Penggunaan asas aktivitas besar nilainya bagi pengajaran para siswa,

oleh karena:

a. Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.

b. berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara

integral;

c. memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan siswa;

d. para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri;

e. memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi

demokratis;

f. mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara

orang tua dengan guru;

12

g. pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkret sehingga

mengembangkan pemahaman dan berfikir kritis serta menghindarkan

verbalistis;

h. pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam

kehidupan di masyarakat.

Aktivitas kerjasama siswa merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan

siswa secara bersama-sama untuk mencapai perubahan tingkah laku dan

untuk mencapai tujuan. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan siswa,

maka proses pembelajaran yang terjadi akan semakin baik. Seperti yang

diungkapkan oleh Sardiman (2004: 21):

Pada prinsipnya belajar adalah berubah. Dalam hal ini yang dimaksudkan

belajar berarti usaha merubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu

perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya

berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga terbentuk

percakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak,

penyesuaian diri.

Tingkat keberhasilan dalam proses pembelajaran bergantung pada diri siswa.

Berawal dari minat dengan segala aktivitas-aktivitas selama mengikuti

pembelajaran menjadi salah satu penunjang keberhasilan pembelajaran. Oleh

karena itu, aktivitas kerjasama siswa perlu diperhatikan sebab hal ini berperan

penting dalam menentukan prestasi belajar siswa. Aktivitas siswa dalam

bekerjasama meliputi aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Kegiatan

belajar dua aktivitas tersebut saling terkait, sehingga dalam pembelajaran

peserta didik diharapkan mempunyai keserasian antara aktivitas fisik dengan

13

aktivitas mental yang dilakukan sehingga akan menghasilkan pembelajaran

berkelompok yang optimal.

Menurut Landsberger (dalam Wardany, 2013: 19) kerjasama atau belajar

bersama adalah proses beregu (berkelompok) yang anggota-anggotanya

mendukung dan saling mengandalkan untuk mencapai suatu hasil mufakat.

Ruang kelas merupakan suatu tempat yang sangat baik untuk membangun

kemampuan kelompok (tim), yang dibutuhkan kemudian dalam kehidupan.

Kerjasama/belajar bersama adalah saling mempengaruhi sebagai anggota tim,

Anda:

a. Membangun dan membagi suatu tujuan yang lumrah

b. Sumbangkan pemahamanmu tentang permasalahan: pertanyaan,

wawasan, dan pemecahan

c. Tanggap terhadap, dan belajar memahami, pertanyaan lain, wawasan dan

penyelesaian

d. Setiap anggota memperkuat yang lain untuk berbicara dan berpartisipasi,

dan menentukan kontribusi (sumbangan) mereka

e. Bertanggung jawab terhadap yang lain, dan mereka bertanggung jawab

pada Anda

f. Bergantung pada yang lain, dan mereka bergantung pada Anda.

Aktivitas kerjasama siswa dapat diukur dengan berpedoman pada besar nilai

yang diperoleh siswa yang kemudian dinamakan tingkat keaktifan siswa.

Seseorang dikatakan aktif jika dalam belajarnya mengerjakan sesuatu yang

sesuai dengan tujuan belajarnya, memberi tanggapan positif terhadap suatu

14

peristiwa dan mengalami atau turut merasakan sesuatu dalam proses

belajarnya.

Senada dengan hal di atas, Gie (1985: 6) menyatakan bahwa:

"Keberhasilan siswa dalam belajar tergantung pada aktivitas yang

dilakukannya selama proses pembelajaran. Aktivitas belajar adalah

segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas secara sadar yang dilakukan

seseorang yang mengakibatkan perubahan dalam dirinya, berupa

perubahan pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya tergantung pada

sedikit banyaknya perubahan".

Aktivitas kerjasama dalam proses belajar mengajar merupakan salah satu

faktor penting yang dapat mendukung ketercapaian kompetensi pembelajaran

siswa. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan

kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri (Hamalik,

2002:172). Aktivitas kerjasama haruslah difasilitasi oleh guru, seperti yang

dijelaskan oleh Holubee (dalam Wardany, 2013: 18), menyatakan bahwa

sama seperti seorang guru harus mengajarkan keterampilan akademis,

keterampilan kerjasama juga harus diberikan kepada siswa, karena tindakan

ini akan bermanfaat bagi mereka untuk meningkatkan kerja kelompok, dan

menentukan bagi keberhasilan hubungan sosial dimasyarakat.

Dengan adanya aktivitas kerjasama dalam kegiatan berkelompok memberikan

kesempatan bagi siswa untuk melatih materi baru dan mendapatkan umpan

balik dari anggota kelompok yang lain serta mendorong perkembangan

keterampilan sosial siswa (Eggen dan Don, 2012: 149).

C. Hasil Belajar Siswa

Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui

interaksi dengan lingkungannya. Bukti seorang telah belajar adalah terjadinya

perubahan tingkah laku pada orang tersebut, perubahan tingkah laku tersebut

15

merupakan hasil belajar (Hamalik 2001: 12). Menurut Bloom (dalam Thoha

1994: 27) hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah

yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil belajar siswa merupakan salah

satu indikator menunjukkan tercapai tidaknya suatu tujuan pembelajaran. Suatu

proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila hasil pembelajaran yang

didapatkan meningkat atau mengalami perubahan yang lebih baik.

Hamalik (2001: 103) mengungkapkan bahwa guru perlu mengenal hasil belajar

dan kemajuan belajar siswa. Hal-hal yang perlu diketahui antara lain:

penguasaan pelajaran serta keterampilan belajar dan bekerja. Pengenalan hal-

hal tersebut penting bagi guru karena dapat membantu atau mendiagnosis

kesulitan belajar siswa, dapat memperkirakan hasil dan kemajuan belajar

selanjutnya (pada kelas berikutnya), walaupun hasil-hasil tersebut dapat

berbeda dan bervariasi sehubungan dengan keadaan motivasi, kematangan, dan

penyesuaian sosial. Hasil belajar dapat di bedakan menjadi tiga jenis ranah

penting diantaranya adalah ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor.

Purwanto (2008: 91-93) secara umum menjelaskan jenis hasil belajar atau

taksonomi tujuan pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu (1)

ranah kognitif, (2) ranah psikomotor, dan (3) ranah afektif. Secara rinci, uraian

masing-masing ranah tersebut ialah:

1) Ranah kognitif, yakni tujuan pendidikan yang sifatnya menambah

pengetahuan atau hasil belajar yang berupa pengetahuan.

2) Ranah psikomotor, yakni hasil belajar atau tujuan yang berhubungan

dengan keterampilan atau keaktifan fisik (motor skills).

16

3) Ranah afektif, yakni hasil belajar atau kemampuan yang berhubungan

dengan sikap atau afektif.

Berikut ini struktur dari Dimensi Proses Kognitif menurut taksonomi yang

telah direvisi oleh Anderson, (2001: 67-68) antara lain:

1. Remember (mengingat), yaitu mendapatkan kembali pengetahuan yang

relevan dari memori jangka panjang. Terdiri dari mengenali dan mengingat

kembali.

2. Understand (memahami), yaitu menentukan makna dari pesan dalam

pelajaran-pelajaran meliputi oral, tertulis, ataupun grafik. Terdiri atas

menginterpretasi, mencontohkan, mengklasifikasi, merangkum,

menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan.

3. Apply (menerapkan), yaitu mengambil atau menggunakan suatu prosedur

tertentu bergantung situasi yang dihadapi. Terdiri dari mengeksekusi dan

mengimplementasi.

4. Analyze (menganalisis), yaitu memecah-mecah materi hingga ke bagian

yang lebih kecil dan mendeteksi bagian apa yang berhubungan satu sama

lain menuju satu struktur atau maksud tertentu. Mencakup membedakan,

mengelola, dan menghubungkan.

5. Evaluate (mengevaluasi), yaitu membuat pertimbangan berdasarkan kriteria

dan standar. Mencakup memeriksa dan mengkritisi.

6. Create (menciptakan), yaitu menyusun elemen-elemen untuk membentuk

sesuatu yang berbeda atau mempuat produk original. Terbagi atas

menghasilkan, merencanakan, dan memproduksi.

17

Hamalik (2001: 32-33) mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar antara lain:

1. Faktor kegiatan, penggunaan, dan ulangan.

2. Belajar memerlukan latihan, dengan jalan relearning, recalling, reviewing

agar pelajaran yang terlupakan dapat dikuasai kembali.

3. Belajar hendaknya dilakukan dalam suasana yang menyenangkan.

4. Faktor asosiasi karena semua pengalaman belajar antara yang lama dan

baru, secara berurutan diasosiasikan agar menjadi kesatuan pengalaman.

5. Faktor kesiapan belajar. Siswa yang telah siap belajar akan dapat

melakukan kegiatan belajar lebih mudah dan lebih berhasil.

6. Faktor minat dan usaha.

7. Faktor-faktor fisiologis. Kondisi badan siswa yang belajar sangat

berpengaruh dalam proses belajar. Badan yang lemah dan lelah akan

menyebabkan perhatian tak mungkin akan melakukan kegiatan belajar

yang sempurna. Oleh karena itu faktor fisiologis sangat menentukan

berhasil atau tidaknya siswa yang belajar.

Evaluasi belajar dilaksanakan untuk meneliti hasil dan proses belajar siswa

serta mengetahui kesulitan-kesulitan pada proses belajar itu. Evaluasi tidak

mungkin dipisahkan dari belajar karena bagian mutlak dari pengajaran dan

sebagai unsur integral di dalam organisasi belajar. Evaluasi sebagai suatu alat

untuk mendapatkan cara-cara melaporkan hasil pelajaran yang dicapai serta

memberikan laporan tentang siswa kepada siswa itu sendiri dan orang tuanya.

Selain itu dapat dipakai untuk menilai metode mengajar yang digunakan dan

18

mendapatkan gambaran komprehensif tentang siswa, juga dapat membawa

siswa pada taraf belajar yang lebih baik (Slameto, 1995: 51-52).

D. Kerangka Pikir

Pembelajaran IPA bukanlah suatu proses pemindahan pengetahuan langsung

dari guru ke siswa. Biologi juga bukan hanya merupakan mata pelajaran

hafalan, namun juga membutuhkan konsep-konsep IPA.

Konsep-konsep IPA mudah untuk dapat dikuasai oleh siswa, oleh sebab itu

untuk mempermudah belajar memahami konsep siswa dapat menggunakan

model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada model

pembelajaran siswa diberikan permasalahan yang ada disekitar mereka untuk

didiskusikan sehingga dalam pembelajaran siswa dituntut lebih aktif (student

center). Dengan memecahkan permasalahan yang ada disekitar mereka,

menjadikan siswa lebih mudah memahami materi pembelajaran IPA sehingga

hasil belajarnya dapat meningkat.

Salah satu model pembelajaran diduga dapat merangsang aktivitas belajar

siswa dalam mengembangkan pengetahuan tersebut sehingga meningkatkan

hasil belajar adalah model pembelajaran Problem Based Learning. Dalam

PBL, siswa mengikuti pola tertentu yang dimulai dengan mempertimbangkan

masalah yang terdiri dari kejadian yang membutuhkan penjelasan. Selama

diskusi dengan anggota kelompoknya, siswa mencoba mengidentifikasi

prinsip-prinsip dasar atau proses. Di sini, siswa dirangsang untuk menemukan

suatu akar masalah yang dilakukam penyelesaian lebih lanjut dan mencari

solusi. Dalam proses pembelajaran, aktivitas merupakan salah satu faktor

19

penting, karena aktivitas merupakan proses pergerakan secara berkala. Proses

pembelajaran yang efektif tidak akan tercapai apabila tidak ada aktivitas.

Setiap individu harus melakukan sendiri aktivitas belajar, karena belajar tidak

dapat diwakilkan oleh orang lain. Aktivitas kerjasama siswa merupakan

rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa secara bersama-sama untuk mencapai

perubahan tingkah laku dan untuk mencapai tujuan. Semakin banyak aktivitas

yang dilakukan siswa, maka proses pembelajaran yang terjadi akan semakin

baik.

Penelitian ini mengunakan dua bentuk variabel yaitu variabel bebas dan

variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model

pembelajaran PBL (X), sedangkan variabel terikatnya adalah aktivitas (Y1)

dan hasil belajar (Y2).

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang pengaruh variabel bebas

terhadap variabel terikat, maka dapat dijelaskan dengan gambar paradigma

pemikiran yang ditunjukan pada Gambar 1

Diagram Pemikiran Variabel Bebas model PBL (X) terhadap Variabel Terikat

aktivitas (Y1) dan hasil belajar (Y2)

Keterangan:

X = Model pembelajaran PBL

Y1 = Aktivitas

Y2 = Hasil belajar

Y1

X

Y2

20

E. Hipotesis

“Dengan menggunakan model PBL dapat mempengaruhi aktivitas dan hasil

belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Rebang Tangkas dalam pembelajaran

materi pokok Peran Manusia dalam Pengelolaan Lingkungan”.

21

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015,

bertempat di SMP Negeri 1 Rebang Tangkas, Way Kanan

B. Populasi dan Sampel

Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas V11

SMP Negeri 1 Rebang Tangkas yang terdiri dari enam kelas (V11 A - V11 F)

dengan jumlah siswa sebanyak 211 siswa. Sampel penelitian siswa kelas

V11 A dan V11 C SMP 1 Rebang Tangkas pada semester genap Tahun

Ajaran 2014/2015. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini

menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel

berdasarkan pertimbangan tertentu. Pertimbangannya adalah karena ada enam

kelas V11 di SMP N 1 Rebang Tangkas maka untuk sampel penelitian

melihat hasil belajar sebelumnya dan memilih siswa kelas V11 A sebagai

kelas eksperimen dan V11 C kelas kontrol.

C. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kelompok kontrol

non-ekivalen. Desain ini merupakan desain penelitian dengan kelas kontrol

22

dan kelas eksperimen menggunakan kelas dengan memiliki kondisi yang

serupa dalam hal jenjang pendidikan yaitu kelas VII dan diajar oleh guru

yang sama. Kedua kelas diberi pretest sebelum pembelajaran pada

pertemuan pertama dimulai. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan

menggunakan model pembelajaran PBL, sedangkan kelas kontrol belajar

menggunakan metode diskusi. Posttest diberikan pada pertemuan terakhir

setelah pembelajaran dengan soal yang sama pada saat pretest . Sehingga

struktur desain dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Keterangan:

I = Kelas Eksperimen (VII)

II = Kelas Kontrol (VII)

O1 = Pretest

O2 = Postest,

X = Pembelajaran dengan model problem based learning

C = kontrol (pembelajaran dengan model diskusi)

Gambar 2. Desain penelitian pretes-postes kelompok tak ekuivalen

(dimodifikasi dari Riyanto, 2001: 43).

D. Prosedur penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan

penelitian.

Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut adalah sebagai berikut :

1. Prapenelitian

a. Membuat izin penelitian pendahuluan ke FKIP untuk sekolah

Kelas Pretes Perlakuan Postes

I O1 X O2

I O1 C O2

23

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian,

untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti.

c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas

kontrol.

d. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Kelompok (LKK)

untuk setiap pertemuan.

e. Membuat instrumen pengukuran yaitu soal pretest-posttes untuk

pertemuan pertama dan terakhir, lembar observasi aktivitas siswa.

2. Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan menerapkan model PBL untuk

kelas eksperimen dan metode diskusi untuk kelas kontrol. Penelitian ini

dirancang sebanyak dua kali pertemuan. Pretest diberikan sebelum

pembelajaran dan posttest diberikan setelah pembelajaran (di akhir

pertemuan). Langkah-langkah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1) Kelas Eksperimen ( Model Pembelajaran PBL)

a. Kegiatan awal

Kegiatan Guru Kegiatan siswa Sintak PBL

1. Guru memberikan tes

awal / pretes tentang

materi peran manusia

dalam pengelolaan

lingkungan untuk

mengatasi pencemaran

dan kerusakan

lingkungan

1. Siswa

menjawab

pertanyaan tes

awal (pretes)

2. Guru membacakan

Standar Kompetensi

(SK), Kompetensi

Dasar (KD), indikator,

2. Siswa

mendengarkan

serta

memperhatikan

24

dan tujuan

pembelajaran

penjelasan guru

3. Guru memberikan

apersepsi berupa

mengajukan

pernyataan:

Pertemuan I: “Guru

memberikan

pertanyaan kepada

siswa, jika kita sedang

berjalan ke suatu

tempat kita melihat

ada sampah yang

berserakan dijalan,

apa yang akan kalian

lakukan?”

Pertemuan II:

“Salah satu Provinsi

yang terkenal dengan

hutannya adalah

Kalimantan. Namun

sering terjadi

eksploitasi hutan

besar-besaran di

Kalimantan. Jika

pepohonan yang ada

di Kalimantan banyak

yang ditebang, apa

dampaknya bagi

manusia dan

lingkungan?

Bagaimana peran

pemerintah untuk

mengatasi ekploitasi

ini?”

3. Siswa menjawab

pernyataan guru

4. Guru memberi

motivasi:

Pertemuan I:

“sampah sebenarnya

memeiliki nilai positif

jika kita bisa

mengelolanya,

contohnya kita bisa

membuat suatu karya

dari sampah organik

4. Siswa

mendengarkan

penjelasan guru

25

maupun anorganik.”

Pertemuan II:

“Pohon sangat banyak

manfaatnya bagi

manusia dan

lingkungan, karena

pohon termasuk paru-

paru bagi lingkungan

kita.”

b. kegiatan Inti

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Sintak PBL

1. Guru membagi siswa

menjadi 7 kelompok,

masing-masing

kelompok terdiri dari

4-5 siswa

1. Siswa

berkumpul

dengan

kelompoknya

masing- masing

Orientasi siswa

2. Guru membagikan

LKS kepada masing-

masing siswa yang

berisi kajian tentang

peran manusia dalam

pengelolaan

lingkungan untuk

mengatasi pencemaran

lingkungan

2. Siswa

menerima

LKS

Mengorganisasi

siswa untuk belajar

3. Guru membimbing

siswa dalam menggali

informasi dari

berbagai sumber

3. Siswa

memperhatikan

penjelasan guru,

dan melakukan

kegiatan sesuai

dengan

petunjuk LKS

Membantu

penyelidikan mandiri

dan kelompok

4. Guru meminta siswa

mencari informasi

untuk menjawab LKS

tersebut berdasarkan

data yang mereka

kumpulkan dari buku

– buku IPA yang telah

dianjurkan

5. Siswa menjawab

LKS

berdasarkan

data yang

mereka

kumpulkan dari

buku – buku

IPA yang

dianjurkan

Membimbing

penyelidikan

individual maupun

kelompok

5. Guru memimbing

siswa untuk

5. Siswa

memperhatikan

Mengebangkan,

menyajika, dan

26

melakukan diskusi,

menggali informasi

menyiapkan bahan

untuk persentasi

sesuai dengan

petunjuk yang terdapat

pada LKS

penjelasan guru,

dan melakukan

kegiatan sesuai

dengan

petunjuk pada

LKS

mamerkan hasil

karya

6. Guru meminta siswa

untuk

mempersentasikan

hasil diskusi

kelompok mengenai

peran manusia dalam

pengelolaan

lingkungan untuk

mengatasi pencemaran

lingkungan didepan

kelas dan bersama

moderator

memfasilitasi diskusi

kelas

6. Siswa

mempersentasik

an hasil diskusi

kelompok dan

melakukan

diskusi kelas

Menganalisis proes

pemecahan masalah

7. Guru memberikan

penjelasan dan

penegasan lebih lanjut

tentang peran manusia

dalam pengelolaan

lingkungan untuk

mengatasi pencemaran

lingkungan serta

memberikan

kesempatan pada

siswa untuk

menanyakan hal – hal

yang belum dipahami,

kemudian bersama

dengan siswa

membuat kesimpulan

7. Siswa

memperhatikan

penjelasan

tentang peran

manusia dalam

pengelolaan

lingkungan untuk

mengatasi

pencemaran

lingkungan dari

guru dan

menanyakan

pertanyaan yang

belum jelas

kemudian

membuat

kesimpulan

Mengevaluasi proses

pemecahan masalah

8. Guru meminta siswa

untuk melakukan

refleksi terhadap

pembelajaran yang

berlangsung

8. Siswa membuat

refleksi

terhadap

pembelajaran

yang

berlangsung dan

memperhatikan

27

penjelasan guru

c. kegiatan penutup

Kegiatan guru Kegiatan siswa

1. Guru meminta siswa

mengumpulkan LKS yang

telah dikerjakan

1. Siswa mengumpulkan LKS

yang telah dikerjakan

2. Guru memberikan

kesimpulan

2. Siswa memperhatikan

kesimpulan yang diberikan

guru

3. Guru memberi soal postes

pada pertemuan ke II

3. Siswa memperhatikan tugas

yang diberikan guru

2. Kelas Kontrol (metode diskusi)

a. Kegiatan Awal

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

1. Guru memberi tes awal /

pretes tentang materi peran

manusia dalam pengelolaan

lingkungan untuk mengatasi

pencemaran lingkungan

1. Siswa menjawab

pertanyaan tes awal

(pretes)

2. Guru membacakan Standar

Kompetensi (SK),

Kompetensi Dasar (KD),

indikator, dan tujuan

pembelajaran

2. Siswa mendengarkan

serta memperhatikan

penjelasan guru

3. Guru memberikan apersepsi

berupa mengajukan

pernyataan: pertemuan I:

“Guru memberikan

pertanyaan kepada siswa,

jika kita sedang berjalan ke

suatu tempat kita melihat ada

sampah yang berserakan

dijalan, apa yang akan kalian

lakukan?”

Pertemuan II: “Salah satu

Provinsi yang terkenal

dengan hutannya adalah

3. Siswa menjawab

pernyataan guru

28

Kalimantan. Namun sering

terjadi ekploitasi hutan besar

– besaran di Kalimantan.

Jika pepohonan yang ada di

Kalimantan banyak yang

ditebang, apa dampaknya

bagi manusia dan

lingkungan? Bagaimana

peran pemerintahan untuk

mengatasi ekploitasi ini?”

4. Guru memberi motivasi:

Pertemuan I: “sampah

sebenarnya memeiliki nilai

positif jika kita bisa

mengelolanya, contohnya

kita bisa membuat suatu

karya dari sampah organik

maupun anorganik.”

Pertemuan II: “Pohon sangat

banyak mantfaatnya bagi

manusia dan lingkungan,

karena pohon termasuk paru-

paru bagi lingkungan.”

4. Siswa mendengar

penjelasan guru

b. Kegiatan Inti

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

1. Guru membagi siswa menjadi

7 kelompok, masing-masing

kelompok terdiri dari 4-5

siswa.

1. Siswa berkumpul sesuai

dengan kelompoknya

masing-masing

2. Guru membagikan LKS

kepada masing-masing siswa

yang berisi kajian tentang

peran manusia dalam

mengelola lingkungan untuk

mengatasi pencemaran dan

kerusakan lingkungan

2. Siswa memperhatikan

penjelasan guru, dan

melakukan kegiatan sesuai

dengan petunjuk LKS

3. Guru memberikan

pengarahan kepada siswa

untuk melakukan diskusi,

menggali informasi dari

buku-buku yang relevan dan

dari sumber lain,

3. Siswa memperhatikan

penjelasan guru, dan

melakukan kegiatan

sesuai dengan petunjuk

LKS

29

menyiapkan bahan untuk

persentasi sesuai dengan

petunjuk yang terdapat pada

LKS

4. Guru meminta siswa

mempersentasikan hasil

diskusi kelompok tentang

peran manusia dalam

pengelolaan lingkungan

untuk mengatasi

pencemaran dan kerusakan

lingkungandidepan kelas

4. siswa mempersentasikan

hasil diskusi kelompok

5. Guru memberikan penjelasan

dan pengetahuan lebih lanjut

mengenai peran manusia

dalam pengelolaan

lingkungan untuk mengatasi

pencemaran dan kerusakan

lingkungan serta

memberikan kesempatan

pada siswa untuk

menanyakan hal-hal yang

belum dipahami, kemudian

bersama dengan siswa

membuat kesimpulan

5. Siswa memperhatikan

penjelasan guru mengenai

peran manusia dalam

pengelolaan lingkungan

untuk mengatasi

pencemaran lingkungan

serta mennyakan yang

kurang jelas kepada guru

kemudian membuat

kesimpulan

6. Guru meminta siswa untuk

melakukan refleksi

pembelajaran yang

berlangsung

6. Siswa membuat refleksi

terhadap pembelajaran

yang berlangsung dan

memperhatikan

penjelasan guru

c. Kegiatan Penutup

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

1. Guru meminta siswa

mengumpulkan LKS yang

telah dikerjakan

1. Siswa mengumpulkan

LKS yang telah

dikerjakan

2. Guru memberikan kesimpulan 2. Siswa memperhatikan

kesimpulan yang

diberikan guru

30

3. Guru memberikan sol tes akhir

(postes) pada

pertemuan ke II

3. Siswa mengerjakan soal

tes akhir (postes)

E. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis dan teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah:

1. Jenis Data

a. Data Kuantitatif

Data kuantitatif yaitu berupa hasil belajar siswa pada materi pokok

peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi

pencemaran dan kerusakan lingkungan yang diperoleh dari nilai pretes

dan postes. Kemudian dihitung selisih antara nilai pretes dengan postes,

lalu dianalisis secara statistik. Untuk mendapatkan skor N-gain

menggunakan rumus Meltzer, dalam Coletta dan Phillips (2005: 1172)

yaitu:

Skor N-gain = 100YZ

YX

Keterangan : X = nilai postes; Y = nilai pretes; Z = skor

maksimal.

b. Data Kualitatif

Data kualitatif berupa data aktivitas siswa selama proses pembelajaran

berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data

tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dengan

menghitung persentase aktivitas belajar siswa

31

2. TeknikPengambilan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut:

a. Pretes dan Postes

Data kemampuan hasil belajar berupa nilai pretes dan postes. Nilai

pretes diambil pada pertemuan pertama setiap kelas, baik eksperimen

maupun kontrol, sedangkan nilai postes diambil di akhir pembelajaran

pada pertemuan kedua setiap kelas, baik eksperimen maupun kontrol.

Bentuk soal yang diberikan adalah berupa soal uraian.

Teknik penskoran nilai pretes dan postes yaitu

S = 100N

R

Keterangan : S = Nilai yang diharapkan (dicari); R = jumlah skor dari

item atau soal yang dijawab benar; N = jumlah skor

maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008 : 112).

b. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Lembar observasi aktivitas siswa berisi semua aspek kegiatan yang

diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati poin

kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda (√ ) pada lembar

observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan. Aspek yang

diamati yaitu: (1) aktivitas siswa bekerjasama dalam kelompok, (2)

mempresentasikan hasil diskusi kelompok (3) mengajukan pertanyaan,

(4) membuat kesimpulan.

32

F. Teknik Analisis Data

Data penelitian berupa nilai pretes, postes, dan skor N-gain. Untuk

mendapatkan skor N-gain menggunakan rumus Meltzer (dalam Coletta dan

Phillips, 2005: 1)

Nilai pretest, posttest, dan skor N-gain pada kelompok kontrol dan

eksperimen dianalisis menggunakan uji t dengan program SPSS versi 17,

yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa:

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan program

SPSS versi 17.

a. Hipotesis

Ho : Sampel berdistribusi normal

H1 : Sampel tidak berdistribusi normal

b. Kriteria Pengujian

Terima Ho jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak Ho untuk harga

yang lainnya (Pratisto, 2004: 5).

2. Kesamaan Dua Varian (Uji Homogenitas)

Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan

dengan uji kesamaan dua varian dengan dengan menggunakan program

SPSS versi 17.

a. Hipotesis

Ho : Kedua sampel mempunyai varian sama

H1 : Kedua sampel mempunyai varian berbeda

33

b. Kriteria Uji

- Jika Fhitung< Ftabel atau probabilitasnya > 0,05 maka Ho diterima

- Jika Fhitung> Ftabel atau probabilitasnya < 0,05 maka Ho ditolak

(Pratisto, 2004: 71).

3. Pengujian Hipotesis

Setelah prasyarat terpenuhi maka dilakukan uji lanjutan, yakni pengujian

hipotesis. Untuk menguji hipotesis digunakan uji t yang meliputi uji

kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata atau menggunakan

uji U. Uji t digunakan apabila sampel berdistribusi normal, sedangkan uji

U digunakan apabila sampel tidak berdistribusi normal. Uji hipotesis

dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 17.

1. Uji Hipotesis Dengan Uji t

a). Uji Kesamaan Dua Rata-rata

1. Hipotesis

H0 : μ1 = μ2 : rata-rata N-gain pada kelas eksperimen dengan

kelas kontrol sama.

H1 : μ1 ≠ μ2 : rata- rata N-gain pada kelas eksperimen dengan

kelas kontrol tidak sama.

2. Kriteria Uji

- Jika –t tabel< t hitung< t tabel atau probabilitasnya > 0,05 maka H0

diterima.

- Jika t hitung< –t tabel atau t hitung> t tabel atau probabilitasnya <

0,05 maka H0 ditolak (Pratisto, 2004: 12).

34

b). Uji Perbedaan Dua Rata-Rata

Apabila H0 ditolak maka dilanjutkan dengan uji perbedaan dua

rata-rata.

1. Hipotesis

H0 : μ1 = μ2 : rata-rata N-gain pada kelas eksperimen sama

dengan kelas kontrol.

H1 : μ1> μ2 : rata-rata N-gain pada kelas eksperimen lebih

tinggi dari kelas kontrol.

2. Kriteria Uji :

- Jika –t tabel < t hitung< t tabel, maka H0 diterima.

- Jika t hitung< –t tabel atau t hitung> t tabel, maka H0 ditolak

(Pratisto, 2004: 12).

2. Uji Hipotesis Dengan Uji U

Uji U digunakan apabila data tidak berdistribusi normal

a. Hipotesis

H0 = μ1 = μ2 : rata-rata N-gain pada kelas eksperimen sama

dengan rata-rata N-gain pada kelas kontrol.

H1 = μ1 ≠ μ2 : rata-rata N-gain pada kelas eksperimen tidak sama

dengan rata-rata N-gain pada kelas kontrol.

b. Kriteria Uji

Jika p-value < 0,05 maka H0 ditolak dan jika p-value ≥ 0,05 maka

H0 tidak dapat ditolak (Uyanto, 2006: 288).

4. Pengolahan Data Aktivitas Siswa

35

Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan

data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis

menggunakan indeks aktivitas siswa. Langkah-langkah yang dilakukan

yaitu:

a. Menghitung Skor rata-rata aktivitas belajar siswa

Tabel 2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

No Nama Skor Aspek Aktivitas Belajar Siswa

A B C D

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

1

2

3

dst

Jumlah skor

Skor maksimum

Persentase

Kriteria

Keterangan kriteria penilaian aktivitas siswa pada materi pengelolaan

lingkungan

A. Bekerjasama dalam kelompok

Skor Indikator

1 Tidak bekerjasama dalam kelompok

2 Bekerjasama dalam kelompok hanya 1-2 anggota saja

3 Bekerjasama dalam kelompok dengan semua anggota

B. Mempersentasikan hasil diskusi

Skor Indikator

1 Siswa mempersentasikan hasil diskusi kelompok dengan cara yang

kurang sistematis, dan tidak dapat menjawab pertanyaan

2 Siswa mempersentasika hasil diskusi kelompok dengan cara yang

kurang sistematis tetapi dapat menjawab pertanyaan dengan benar

3 Siswa dapat mempersentasikan hasil diskusi kelompok dengan

sistematis dan dapat menjawab pertanyaan dengan benar

36

C. Mengajukan pertanyaan

Skor Indikator

1 Tidak mengajukan pertanyaan

2 Mengajukan pertanyaan tetapi tidak mengarah pada permasalahan

3 Mengajukan pertanyaan yang mengarah dan sesuai dengan permasalahan

D. Membuat kesimpulan

Skor Indikator

1 Tidak membuat kesimpulan

2 Membuat kesimpulan tetapi tidak lengkap dan tidak sesuai dengan hasil

diskusi

3 Membuat kesimpulan lengkap dan sesuai dengan hasil diskusi

b. Menafsirkan atau menentukan katagori Indeks Aktivitas Siswa sesuai pada

Tabel 3.

Tabel 3. Interprestasi Indeks Aktivitas Siswa

Sumber: Hidayati (2011: 17).

Kategori indeks aktivitas siswa Interprestasi

0,00 – 29,99 Sangat Rendah

30,00 – 54,99 Rendah

55,00 – 74,99 Sedang

75,00 – 89,99 Tinggi

90,00 – 100,00 Sangat Tinggi

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh simpulan

sebagai berikut:

1. Penggunaan model PBL dapat berpengaruh terhadap aktivitas belajar

siswa pada materi pengelolaan lingkungan

2. Penggunaan model PBL berpengaruh signifikan dalam meningkatkan

hasil belajar siswa pada materi pengelolaan lingkungan

B. Saran

Saran yang dapat disampaikan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Peneliti diharapkan lebih memahami sintak model pembelajaran PBL

supaya dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model PBL

lebih efektif dan efisien.

2. Guru dan peneliti lain yang akan menerapkan model pembelajaran

PBL agar memperhatikan waktu yang tepat dalam proses

pembelajaran, supaya pembelajaran dengan model PBL dapat

diterapkan dengan baik.

46

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman dan Mulyono. 2009, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar,

Rineka Cipta. Jakarta. 252 hlm.

Amir, 2010. Inovasi Pendidikan melalui Problem Based Learning: Bagaimana

Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group. 282 hlm.

Arends, R. I. 2008. Learning To Teach Belajar Untuk Mengajar. Edisi Ketujuh.

Buku Dua. Terj. Helly Prajitno Soetjipto & Sri Mulyantini Soetjipto.

Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Arends. 1997. Classroom Instruction and Management. USA: the

Mc.Graw-Hill Companies.

Badri. 2012. Metode Statistik untuk Penelitian Kuantitatif. Penerbit Ombak.

Yogyakarta. 170 hlm.

Baharuddin. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Ar-Ruzz Media. Yogyakarta.

200 hlm.

BNSP. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMP/MTS. Jakart

Colleta, V. P. dan J. A. Phillips. 2005. Interpreting FCI scores: Normalized gain,

preinstruction scores, and scientific reasoning ability. California:

Department of Physics, Loyola Marymount University.

Depdiknas. 2006. BSNP. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik

Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses untuk Satuan

Pendidikan Dasar dan Menengah. Depdiknas: Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar Dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

298 hlm

Eggen, P. dan D. Kauchak. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran:

Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir. Indeks. Jakarta. 436 hlm.

Gie. 1985. Pengertian Aktivitas Belajar (online)

http://www.definisionline.com/2011/06/pengertian-

aktivitasbelajarhtml(diakses23november2014).

47

Gunawan. 2013. Statistik Kependidikan Sekolah Dasar. Penerbit Ombak.

Yogyakarta. 311 hlm.

Hamalik, O. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta.

117 hlm.

2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. 196 hlm.

Hidayati, A.N. 2011. Training of Trainer Brorientasi Higer Order Learning Skills

dan Pengaruhnya pada Prestasi serta Performance Guru. (Prosiding

Seminar Nasional Pendidikan 2011). Kerjasama FKIP Unila HEPI.

Bandar Lampung.

Hoffiman, B., dan D, Ritchie. 1997. Using multimedia to overcome the problems

with problem-based learning. Intructional Sciences, 25 (2), 97-115.

Larkin, M. 2002. Using Scaffolding Instruction to Optimize Learning (ERIC

Digest) Arlington, VA : ERIC Clearinghouse on Disabilities and Gifted

Education. (ERIC Document Reproduction Service No.ED474301)

Lange, V.L. 2002. Instructional scaffolding. Retrieved on September 25, 2007.

(http://condor.admin,ccny,cuny,edu/-group4/Cano/Cano%20Paper.doc

diakses 20 november 2014)

Mulyana. 2012. Aktivitas Belajar.

http://ainamulyana.blogspot.com/2012/02/aktivitas-belajar.html (diakses

21/11/2014).

Peraturan Menteri Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kurikulum SMP-MTs. Jakarta

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan

Percobaan dengan SPSS 12. Gramedia. Jakarta. 281 hlm.

Purwanto, N. 2008. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Penerbit

Remaja Rosdakarya. Bandung. 165 hlm.

Relista, R. 2011 Pengaruh Penggunaan Media Komik Melalui Model Problem

Based Learning (PBL) Terhadap Kemampuan Berpikir Siswa Pada Materi

Pokok Struktur Dan Pungsi Tumbuh Tumbuhan. Universitas Lampung.

Bandar Lampung.

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 418 hlm.

Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran Problem Based Learning Itu Perlu:

Untuk Meningkatkan Profesionalitas Guru. Bogor: Ghalia Indonesia. 128

hlm

48

Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Raja Grafindo

Persada. Jakarta. 246 hlm.

Selcuk, S, G., Caliskan, S, M, Erol. 2008. Pedagogi pemecahan masalah.

(http: //sondangrina.blogspot.com/20013/03/pedagogi pemecahan-

masalah.html. diakses 7 desember 2014.

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta.

Jakarta. 54 hlm.

Standar Nasional Pendidikan. 2009. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005.

Fokusmedia. Bandung

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Tarsito. Bandung. 508 hlm.

Sudijono, A. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Raja Grafindo Persada.

Jakarta. 488 hlm.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,

Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP). Kencana. Jakarta. 271 hlm.

Thoha, M. 1994. Teknik Evaluasi Pendidikan. Grafindo Persada. Jakarta. 57 hlm.

Yorek, N. 2009. “A comparision of problem based learning and traditional

lecture students” expectations and course grades in an introductory

physics classroom” Scientific Research and Essay. 4, (8), 754