pengaruh model pembelajarancontextual teaching...
TRANSCRIPT
1Mahasiswa SKTIP-PGRI Lubuklinggau
2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
PENGARUH MODEL PEMBELAJARANCONTEXTUAL TEACHING AND
LEARNING(CTL) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X SMA
NEGERI 1 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Adisti Chairunnisyah Utami1, A. Budi Mulyanto
2, Fitria Dewi Yanti
3
Alumni S1 STKIP-PGRI Lubuklinggau
Email: [email protected]
ABSTRACT
This study was about “The Influence of Learning Model Contextual Teaching and Learning
(CTL) to the Physics’ learning result to the tenth year students of SMA Negeri 1
Lubuklinggau in the Academic Year of 2014/2015”. The objective of this research was to
find out the significantly influence of learning model Contextual Teaching and Learning
(CTL) to the Physics’ learning result in the subject matter of electric dynamic to the tenth
year students of SMA Negeri 1 Lubuklinggau. The research was applied True Experimental
Design, which used design with pretest-posttest control group design. The sample was taken
through cluster random sampling which consisted of 313 students, class of X 4 was chosen as
experiment class and X 7 as control class. The data were collected by means of test
consisting 8 items of essay. The result of matched t-test was 5.8512 and t-table value 1.671
with 95% significant level for one tailed-test. So it can be concluded that matched t-test
which was higher than t-table value. It means that it was significantly influence to use
Learning Model Contextual Teaching and Learning (CTL) to the Physics’ learning result in
the subject matter of electric dynamic to the tenth year students of SMA Negeri 1
Lubuklinggau in the academic year of 2014/2015.
Keywords: Contextual Teaching and Learning (CTL), Learning Result
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul ”Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning
(CTL) terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Lubuklinggau Tahun
Pelajaran 2014/2015”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh yang
signifikan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap hasil
belajar fisika pada materi pokok listrik dinamis siswa kelas X SMA Negeri 1 Lubuklinggau.
Jenis penelitian ini adalah True Experimental Design, dengan desain yang digunakan adalah
pretest-posttest control group design. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan
cluster random sampling dari populasi 313 orang, yaitu kelas X 4 terpilih sebagai kelas
eksperimen dan X 7 sebagai kelas kontrol. Pengumpulan data dilakukan dengan tesyang
berbentuk essay sebanyak 8 soal. Berdasarkan hasil perhitungan uji-t pada tes akhir
diperoleh sebesar 5,8512 dengan dk 77 dan sebesar 1,671 pada taraf
kepercayaan 95%. Jadi, (5,8512 > 1,671) sehingga dapat disimpulkan bahwa
ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
terhadap hasil belajar fisika pada materi listrik dinamis siswa kelas X SMA Negeri 1
Lubuklinggau tahun pelajaran 2014/2015.
Kata Kunci:Contextual Teaching and Learning (CTL), Hasil Belajar
2
A. PENDAHULUAN
Pendidikan menurut Undang-Undang Republik Indonesia 20 Tahun 2003 tentang
sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Bab 1 pasal 1 yaitu:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya
masyarakat, bangsa dan Negara.”
Dalam UU No.20/2003 tentang Sisdiknas pasal 4 ayat 1 yang menyebutkan,
“Pendidikan nasional bertujuan membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak dan berbudi mulia, sehat, berilmu, cakap, serta menjadi
warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab terhadap kesejahteraan masyarakat
dan tanah air.”
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha
sadar untuk menyiapkan siswa agar berperan aktif dan positif dalam upaya pengembangan
potensi dirinya untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Manusia yang
berkualitas yaitu manusia yang memiliki ilmu pengetahuan yang mampu bersaing dengan
bangsa lain.
Pada proses pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru mempunyai peranan utama
dalam membimbing anak agar mencapai tujuan yang diharapkan, dikarenakan semuanya
menentukan keberhasilan anak dalam mencapai tujuan. Metode dan keputusan guru dalam
proses pembelajaran sangat menentukan keberhasilan anak didiknya.
Berdasarkan hasil observasi awal pada tanggal 04 maret 2015 peneliti dengan fisika
di SMA Negeri 1 Lubuklinggau, menunjukkan bahwa masih rendahnya hasil belajar siswa.
Hal ini dibuktikan peneliti berdasarkan nilai ulangan harian siswa semester II tahun
pelajaran 2014/2015. Nilai rata-rata siswa adalah 63,72, sedangkan kriteria ketuntasan
minimum (KKM) yang terdapat disekolah tersebut adalah 75. Kemudian persentase jumlah
siswa yang telah tuntas sebesar 41,03% dan yang belum tuntas 58,97% dari 39 jumlah
siswa.
Pada kegiatan belajar mengajar di sekolah proses pembelajaran masih cenderung
berpusat pada guru (the teacher-centered teaching), dan siswa hanya menjadi objek
pembelajaran. Rendahnya hasil belajar siswa dapat diakibatkan karena kurang aktifnya
siswa dalam mengikuti dan menguasai materi pelajaran, siswa cenderung hanya menghafal
konsep tetapi kurang mampu menghubungkan antara materi yang dipelajari dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, dan hal lain yang mempengaruhi yaitu siswa
cenderung takut untuk bertanya langsung pada guru tentang materi yang tidak dimengerti,
sehingga proses belajar yang terjadi pada siswa belum optimal.
Pendidikan yang efektif adalah pendidikan yang berpusat pada siswa atau
pendidikan bagi siswa itu sendiri. Oleh karena itu, peran utama seorang guru perlu
diperbaharui. Pada saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung peran guru adalah
sebagai fasilitator, dan siswa sebagai subyek pembelajaran, sehingga dengan adanya proses
pembelajaran tersebut, tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat terjadi secara optimal.
Dalam proses pembelajaran fisika diharapkan siswa dapat memahami fenomena
yang terjadi di alam sekitar, serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh
karena itu guru dituntut untuk bisa memilih model pembelajaran yang tepat, sesuai dengan
situasi dan kondisi siswa agar mencapai keberhasilan dalam belajar. Keberhasilan yang
dimaksud adalah siswa bukan hanya penguasaan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,
atau prinsip-prinsip tetapi merupakan proses penemuan yang dapat memberikan
pengalaman secara langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa. Untuk mengatasi
hal tersebut diperlukan cara pendekatan pembelajaran agar siswa dapat memahami
3
pembelajaran fisika dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu metode
yang dapat digunakan yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching
and Learning.
Menurut Nurhadi (dalam Rusman, 2013:189) pembelajaran kontekstual (contextual
teaching and learning) merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Atas dasar itulah peneliti tertarik untuk meneliti “Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X
SMA Negeri 1 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2014/2015”.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh yang signifikan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
terhadap hasil belajar fisika pada materi pokok listrik dinamis siswa kelas X SMA Negeri 1
Lubuklinggau.
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model
pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap hasil belajar siswa kelas X
SMA Negeri 1 Lubuklinggau tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini diharapkan
memberikan manfaat: (1) Siswa, membantu siswa dalam meningkatkan kegiatan belajar,
melatih siswa untuk aktif dan kreaktif, tanggung jawab, berkomunikasi dan bekerja sama
serta memberikan model pembelajaran yang menyenangkan guna meningkatkan motivasi
dan hasil belajar fisika. (2) Guru, sebagai bahan masukan dan informasi bagi guru dalam
pengajaran dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). (3)
Sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbang saran bagi sekolah dalam
rangka meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar siswa melalui model
pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). (4) Peneliti, dapat menambah
wawasan bagi peneliti untuk menjadi tenaga pendidik profesional dan memperoleh
pengalaman langsung sebagai bekal calon guru fisika.
B. Kajian Pustaka
1. Hakikat Belajar
Menurut Djamarah (2011:13) belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam
interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.
Cronbach (dalam Djamarah, 2011:13) “Learning is shown by change in behavior as a
result of experience”. Menurut pengertian ini belajar sebagai suatu aktivitas yang
ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli tentang belajar, dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah suatu proses perubahan perilaku seseorang dalam memperoleh
pengalaman baru berupa interaksi antara seseorang dengan lingkungannya.
2. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Hamalik (2007:106) bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya
perubahan tingkah laku pada orang tersebut akibat latihan dan pengalaman, misalnya dari
tidak tahu menjadi tahu, dan tidak mengerti menjadi mengerti. Kemudian Suprijono
(2009:7) Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah
satu aspek potensi kemanusiaan saja. Aspek tersebut meliputi aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik.
Berdasarkan penjelasan tentang hasil belajar, dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalahperubahan tingkah laku individu yang diakibatkan dari suatu pengalaman
bukan hanya terdiri dari satu aspek pontensi kemanusiaan saja melainkan secara
4
keseluruhan, mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar
yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar pada kemampuan kognitif.
3. Hasil Belajar Pada Ranah Kognitif
Menurut Purwanto (2011:50) hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku
yang terjadi dalam kawasan kognisi. Proses belajar yang melibatkan kognisi meliputi
kegiatan sejak dari penerimaan stimulus eksternal oleh sensori, penyimpangan dan
pengolahan dalam otak menjadi informasi hingga pemanggilan kembali informasi ketika
diperlukan sebagai usaha menyelesaikan masalah.Kemudian Good (dalam Sukardi,
2009:75) berpendapat domain kognitif merupakan pengetahuan yang lebih banyak
didasarkan perkembangannya dari persepsi, intropeksi, atau memori siswa.
Hasil belajar pada ranah kognitif merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi
pada siswa berdasarkan kemampuan intelektual yang terdiri dari beberapa aspek yaitu:
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Pada penelitian ini
hasil belajar kognitif hanya pada ranah C1 (pengetahuan), C2 (pemahaman), dan C3
(penerapan).
4. Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Suprijono (2009:46) model pembelajaran ialah pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.
Komalasari (2013:57) model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh
guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari
penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Berdasarkan penjelasan tentang model pembelajaran, disimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah suatu rencana pembelajaran tergambar dari awal hingga akhir, yang
dilakukan oleh guru untuk mempermudah menyampaikan informasi sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
5. Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning
a. Pengertian Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning
Pembelajaran kontekstual bukan merupakan suatu konsep baru. Penerapan
pembelajaran kontekstual di kelas-kelas Amerika pertama-tama diusulkan oleh John
Dewey. Pada tahun 1916, Dewey mengusulkan suatu kurikulum dan metodologi
pengajaran yang dikaitkan dengan minat dan pengalaman siswa.
Nurhadi (dalam Rusman, 2013:189) pembelajaran kontekstual (contextual
teaching and learning) merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Komalasari (2013:7) mengatakan bahwa contextual teaching and learning (CTL)
adalah suatu pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan
kehidupan nyata siswa, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat maupun
warga negara, dengan tujuan untuk menemukan makna materi pelajaran tersebut
dalam kehidupannya sehari-hari.
Berdasarkan penjelasan tentang model pembelajaran CTL, dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) adalah suatu
model pembelajaran yang bukan hanya memberikan informasi pengetahuan dari guru
kepada siswa, melainkan keterlibatan siswa secara penuh dalam mengaitkan konten
mata pelajaran dengan dunia nyata sehingga dapat menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
b. Langkah-langkah Pembelajaran CTL Menurut Rusman (2013:193-197) ada tujuh prinsip pembelajaran kontekstual yang
5
harus dikembangkan oleh guru, yaitu: (1) Konstruktivisme (Constructivism), (2) Menemukan
(Inquiry), (3) Bertanya (Questioning), (4) Masyarakat belajar (Learning Community), (5)
Pemodelan (Modelling), (6) Refleksi (Reflection), (7) Penilaian Sebenarnya (Authentic
Assessment). Rusman (2013:192) pengembangan setiap komponen CTL dalam
pembelajaran dapat dilakukan melalui langkah-langkah berikut:
1) Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih
bermakna, apakah dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan
mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang akan dimilikinya.
2) Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang diajarkan.
3) Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan memunculkan pertanyaan-
pertanyaan.
4) Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok berdiskusi,
tanya jawab, dan lain sebagainya.
5) Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi, model,
bahkan media yang sebenarnya.
6) Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran
yang telah dilakukan.
7) Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya
pada setiap siswa.
Trianto (2007:106) langkah-langkah proses kegiatan model pembelajaran
CTL adalah sebagai berikut:
1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengonstruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilan barunya.
2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok).
5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Adapun kesimpulan dari pendapat para ahli, maka langkah-langkah model
pembelajaran yang akan diterapkan dalam penelitian ini adalah:
1) Guru mengembangkan pemikiran siswa bahwa belajar akan lebih bermakna dengan
cara mengontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya melalui
pengalaman nyata.
2) Guru membimbing siswa melaksanakan kegiatan inquiry.
3) Guru mengembangkan sikap ingin tahu siswa dengan memunculkan pertanyaan-
pertanyaan.
4) Guru membimbing siswa untuk menciptakan kelompok belajar.
5) Guru menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
6) Guru membimbing siswa untuk melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang
telah dilakukan.
7) Guru melakukan penilaian secara objektif.
c. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran CTL
Menurut Permatasari (2014:28) sebagai suatu model pembelajaran Contextual
teaching and learning (CTL) memiliki beberapa kelebihan, diantaranya:
1) Peserta didik akan dapat merasakan bahwa pembelajaran menjadi miliknya sendiri
karena peserta didik diberi kesempatan yang luas untuk berpartisipasi.
6
2) Pesertas didik memiliki motivasi yang kuat untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran.
3) Tumbuhnya suasana demokratis dalam pembelajaran sehingga akan terjadi dialog
dan diskusi untuk saling belajar-membelajarkan di antara peserta didik dan
menambah wawasan pikiran dan pengetahuan bagi pendidik karena sesuatu yang
dialami dan disampaikan peserta didik mungkin belum diketahui sebelumnya oleh
peserta didik.
Disamping memiliki kelebihan, Permatasari (2014:28) model pembelajaran
CTL memiliki kelemahan, diantaranya:
1) Membutuhkan waktu yang relative lebih lama dari waktu pembelajaran yang telah
ditetapkan sebelumnya.
2) Aktifitas dan pembelajaran cenderung akan didominasi oleh peserta didik yang
biasa atau senang berbicara sehingga peserta didik lainnya lebih banyak mengikuti
jalan pikiran peserta didik yang senang berbicara.
3) Pembicaraan dapat menyimpang dari arah pembelajaran yang telah ditetapkan
sebelumnya.
C. METODE PENELITIAN Menurut Sugiyono (2013:3) “metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah True Experimental Design, yaitu jenis-jenis eksperimen yang dianggap sudah
baik karena sudah memenuhi persyaratan, yaitu adanya kelompok lain (kontrol) dan ikut
mendapatkan pengamatan. Dengan adanya kelompok kontrol dapat diketahui secara pasti karena
dibandingkan dengan yang tidak mendapatkan perlakuan (Arikunto, 2010:86). Menurut Sugiyono
(2013:107) metode penelitian eksperimen diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk
mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali. Berdasarkan
tujuan yang ingin dicapai, penelitian ini menggunakan rancangan pretest-posttest control group
design. Menurut Sugiyono (2013:112), desain penelitiannya dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1
Pretest-posttest control group design
Group Pre-test Treatment Post-test
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O3 - O4
Keterangan:
O1 = Tes awal (pre-test )
O3 = Tes awal (pre-test )
O2 = Tes akhir (post-test)
O4 = Tes akhir (post-test)
X = Pembelajaran dengan model pembelajaran CTL
- = Pembelajaran konvensional dengan metode tanya jawab dan informasi
Populasi penelitian ini adalah Siswa kelas X SMA Negeri 1 Lubuklinggau Tahun
Pelajaran 2014/2015. Sampel menurut Sugiyono (2013:118) adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam penelitian ini sampel diambil
secara acak (cluster random sampling), dan sampel pada penelitian ini adalah kelas X 4
sebagai kelas eksperimen dan sebagai kelas kontrol adalah kelas X 7.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes.
Tes dilakukan sebanyak dua kali pada masing-masing kelas, yaitu tes awal (pretest) dan tes
akhir (posttest). Tes awal digunakan untuk mengetahui kemampuan awal hasil belajar siswa
7
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sedangkan tes akhir digunakan untuk mengetahui
kemampuan akhir hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas control.
Untuk mengetahui hasil dari penelitian berupa hipotesis diterima atau ditolak maka
data diuji dengan menggunakan t-test. Sebelum menggunakan t-tes, maka terlebih dahulu
menentukan skor rata-rata, simpangan baku, uji normalitas data dan uji hipotesis.
Pertanggungjawaban penelitian, instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah soal tes hasil belajar fisika. Tes tersebut digunakan untuk mengetahui pemahaman
siswa mengenai materi pokok listrik dinamis. Sebelum digunakan untuk mengambil data
penelitian, instrumen tes diuji cobakan terlebih dahulu. Untuk mendapatkan perangkat tes
yang valid, reliabel dan mempunyai taraf kesukaran, serta daya pembeda soal yang baik.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Deskriptif Data Hasil Tes
Dalam proses penelitian yang dilaksanakan di kelas X SMA Negeri 1
Lubuklinggau ini peneliti menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL) dan dilaksanakan pada materi listrik dinamis. Jumlah pertemuan yang
dilakukan peneliti dalam kelas eksperimen di penelitian ini adalah sebanyak empat kali
pertemuan, dengan rincian satu pertemuan sebagai pre-test di awal penelitian, tiga
pertemuan proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching
and Learning (CTL), dan pada pertemuan ketiga langsung di ikuti dengan pelaksanaan
post-test di akhir pertemuan pembelajaran.
Pre-test
Pre-test ini diberikan pada pertemuan pertama kepada siswa dengan tujuan untuk
mengetahui kemampuan awal siswa sebelum dilaksanakan pembelajaran dengan materi
listrik dinamis. Rekapitulasi data hasil pre-test dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1
Rekapitulasi Hasil Pre-test
Uraian Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Nilai rata-rata 51,29 53,20
Nilai terbesar 83 76
Nilai terkecil 25 24
Rentang nilai 58 52
Simpangan baku 13,10 12,26
Jumlah Siswa 39 40
Post-test
Pelaksanaan tes akhir (post-test) dilakukan pada tanggal 30 Mei 2015 dan diikuti
oleh 39 siswa pada kelas eksperimen dan 40 siswa pada kelas kontrol. Tes ini dilakukan
untuk melihat kemampuan siswa setelah diberikan perlakuan. Kemampuan akhir siswa
diperoleh melalui tes akhir dari 8 soal esai. Skor hasil tes akhir pada kelompok
eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2
Rekapitulasi Hasil Post-test
Uraian Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Nilai rata-rata 82,65 67,08
Nilai terbesar 95 86
Nilai terkecil 62 45
Rentang nilai 33 41
Simpangan baku 8,62 10,39
Jumlah Siswa 39 40
8
Menentukan Rata-rata dan Simpangan Baku Menurut penjelasan tentang menentukan rata-rata dan simpangan baku, maka
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas
kontrol. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata tes akhir (post-test) kelas eksperimen
lebih besar dari nilai rata-rata tes akhir (post-test) kelas kontrol. Jika data tes akhir
dibandingkan dengan data tes awal, terdapat peningkatan rata-rata nilai yang diperoleh
siswa. Peningkatan hasil belajar tersebut dapat dilihat pada gambar 4.3, yaitu sebagai
berikut:
Gambar 4.3. Peningkatan Hasil Belajar
Pada gambar 4.3 menunjukkan bahwa rata-rata nilai hasil belajar siswa ada
peningkatan baik itu kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Pada pre-test kelas
eksperimen rata-rata nilai siswa sebesar 51,29, sedangkan pada post-test rata-rata nilai
siswa sebesar 82,65. Jadi terdapat peningkatan sebesar 31,36. Pada pre-test kelas kontrol
rata-rata nilai siswa sebesar 53,20, sedangkan pada post-test rata-rata nilai siswa sebesar
67,08. Jadi terdapat peningkatan sebesar 13,88.
Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang didapat berdistribusi
normal atau tidak. Rekapitulasi hasil uji normalitas data pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas Data
Tes
Dk
Kesimpulan
Kelas Eksperimen
1. Tes Awal 2,9385 5% 11,070 Normal
2. Tes Akhir 10,4359 5% 11,070 Normal
Kelas Kontrol
1. Tes Awal 3,2408 5% 11,070 Normal
2. Tes Akhir 8,7658 5% 11,070 Normal
Berdasarkan tabel 4.4 hasil uji instrumen menunjukkan bahwa data tes awal dan
tes akhir berdistribusi normal.
0
20
40
60
80
100
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Rata-rata Nilai Siswa
Pre-test
Post-test
9
Uji Homogenitas
Setelah diketahui bahwa data berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan
pengujian homoenitas sampel yang bertujuan untuk mengetahui keadaan varians kedua
kelompok seragam atau tidak. Varians sampel yang diambil dari kelas eksperimen dan
kontrol. Berdasarkan hasil uji normalitas dan uji homogenitas, maka kedua kelompok
data tes awal dan tes akhir adalah normal dan homogen. Dengan demikian uji kesamaan
rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk data tes awal dan tes akhir
menggunakan rumus uji-t. Rekapitulasi hasil uji kesamaan dua rata-rata skor tes awal
dan tes akhir dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4
Hasil Uji Homogenitas Skor Tes Awal dan Tes Akhir
Tes Dk Kesimpulan
Tes Awal 1,09 39;38 1,71 Homogen
Tes Akhir 1,45 39;38 1,71 Homogen
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, dapat dikatakan bahwa kedua data tes awal dan tes
akhir mempunyai varians yang sama atau homogen karena .
Uji Kesamaan Dua Rata-rata
Berdasarkan hasil uji normalitas dan uji homogenitas, maka kedua kelompok data
tes awal dan tes akhir adalah normal dan homogen. Dengan demikian uji kesamaan rata-
rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk data tes awal dan tes akhir
menggunakan rumus uji-t. Rekapitulasi hasil uji kesamaan dua rata-rata skor tes awal
dan tes akhir dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5.
Uji Kesamaan Dua Rata-rata Skor Tes Awal dan Tes Akhir
Tes Dk Kesimpulan
Tes Awal -0,6698 77 2,000 Ho diterima
Tes Akhir 5,8512 77 1,671 Ho ditolak
Pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa hasil analisis uji-t mengenai kemampuan
awal siswa menunjukkan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki
kemampuan awal yang sama dengan taraf kepercayaan α = 0,05, karena
maka Ho diterima. Hasil perbandingan uji-t mengenai
kemampuan akhir siswa diperoleh dengan derajat kebebasan dk =
dan α = 0,05, nilai . Maka
, hal ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima kebenarannya, sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap hasil belajar fisika pada materi listrik
dinamis siswa kelas X SMA Negeri 1 Lubuklinggau.
2. Pembahasan
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu apakah ada pengaruh yang
signifikan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap hasil
belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri 1 Lubuklinggau tahun pelajaran 2014/2015
pada materi pelajaran listrik dinamis. Untuk mengetahui hal tersebut peneliti melakukan
10
penelitian kurang lebih selama satu bulan, peneliti ini memilih model pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan tujuan untuk melihat pengaruh model
tersebut terhadap hasil belajar fisika siswa SMA Negeri 1 Lubuklinggau.
Dari data hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, pada saat pre-test skor
rata-rata kemampuan awal siswa pada kelas kontrol lebih baik dibandingkan kelas
eksperimen (lampiran C). Setelah dilakukan pre-test, pada kelas eksperimen diberikan
perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and
Learning. Sedangkan kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional dengan
metode tanya jawab dan informasi. Dalam pelaksanaan penelitian, pokok bahasan yang
disampaikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sama yaitu listrik dinamis.
Pertemuan pertama menggunakan model pembelajaran contextual teaching and
learning di kelas eksperimen. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti, terlihat
bahwa pada pertemuan pertama proses pembelajaran dikelas eksperimen belum sesuai
dengan yang diharapkan, karena siswa kurang terbiasa berkerja sama di dalam
kelompok, dan keaktifan siswa di dalam kelas belum optimal. Sedangkan pada kelas
kontrol diterapkan pembelajaran konvensional dengan metode tanya jawab dan
informasi. Dimana pembelajaran ini merupakan pembelajaran yang kurang melibatkan
siswa sehingga siswa terlihat pasif dan guru lebih aktif dalam memberikan informasi,
dalam hal ini mengenai tentang listrik dinamis.
Pertemuan kedua, pada kelas eksperimen siswa telah terkondisikan dan mulai
beradaptasi dengan anggota kelompoknya masing-masing. Selain itu, siswa mulai
tertarik dan antusias untuk melakukan percobaan. Terbukti ketika siswa diminta
memberikan pendapat mengenai konsep hukum Ohm tersebut, siswa juga cukup aktif
dan tertarik memberikan pendapatnya meskipun belum begitu tepat dan fokus pada
materi. Sedangkan kelas kontrol menggunakan perlakuan yang sama seperti pada
pertemuan sebelumnya, saat guru menjelaskan materi pelajaran terlihat hanya beberapa
siswa yang memperhatikan dan saat guru mengajukan tanya jawab, hanya siswa yang
pintar dan memperhatikan dapat menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan. Selain
itu, siswa cenderung diam pada saat guru meminta siswa untuk bertanya mengenai
materi yang belum dimengerti. Kegiatan ini cenderung lebih berpusat pada guru,
sehingga siswa menjadi pasif dalam belajar.
Pertemuan ketiga, pada kelas eksperimen siswa sudah paham dengan model
pembelajaran Contextual Teaching and Learning, siswa sudah mulai fokus dalam
mengikuti proses pembelajaran. Terlihat dengan semakin sedikitnya jumlah siswa yang
mengikuti pelajaran sambil melakukan aktivitas lain yang tidak berkaitan dengan proses
pembelajaran. Dengan demikian proses belajar mengajar terlihat lebih hidup, terlihat
pada keaktifan siswa dalam bertanya maupun mengungkapkan pendapat saat berdiskusi.
Sedangkan pada kelas kontrol keadaan siswa masih sama seperti keadaan sebelumnya,
guru menjadi pusat pembelajaran, memberikan informasi dan siswa hanya menangkap
informasi yang disampaikan guru.
Setelah selesai pelaksanaan pembelajaran, maka langkah selanjutnya adalah post-
test. Post- test diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan tujuan untuk
mengetahui skor rata-rata kemampuan akhir siswa setelah proses pembelajaran sebagai
tolak ukur untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Contextual Teaching
and Learning terhadap hasil belajar fisika siswa. Setelah melakukan post-test dan
memeriksa hasilnya, peneliti menemukan bahwa jawaban siswa kelas eksperimen lebih
baik dari pada siswa kelas kontrol. Hal ini dapat dilihat berdasarkan analisis data post-
test pada lampiran C. Pada kelas eksperimen dan kelas kontrol kemampuan akhirnya
meningkat, tetapi peningkatan pada kelas kontrol tersebut tidak signifikan, bahkan
cenderung kecil.
11
Berdasarkan hasil penelitian kesamaan dua rata-rata tes akhir didapat harga
= 5,8512 dan = 1,671. Hal ini berarti hasil belajar fisika siswa yang
menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) lebih baik
dari pada hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran konvensional dengan
metode tanya jawab dan informasi. Dengan demikian, terdapat pengaruh yang signifikan
model pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) terhadap hasil belajar fisika
pada materi listrik dinamis siwa kelas X SMA Negeri 1 Lubuklinggau.
Temuan dalam penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya. Seperti penelitian yang dikemukakan oleh Jamaludin dan Asto (2015:77)
bahwa hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran CTL (Contextual Teaching
and Learning) lebih baik dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran
langsung (MPL), hal ini dibuktikan dengan > dimana sebesar 4,659
dan sebesar 1,672.
Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) diharapkan
menjadi salah satu model pembelajaran yang bukan hanya memberikan informasi
pengetahuan dari guru kepada siswa, melainkan keterlibatan siswa secara penuh dalam
mengaitkan konten mata pelajaran dengan dunia nyata sehingga dapat menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Sanjaya
(2014:255) bahwa Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat menekankan kepada
proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata.
Dalam menggunakan model pembelajaran contextual teaching and learning
(CTL), siswa dapat mengintruksi sendiri pengetahuan dan keterampilannya dalam proses
pembelajaran, mengembangkan keaktifan dalam mengajukan pertanyaan, siswa
ditempatkan sebagai subjek yang belajar, peranan guru adalah sebagai pembimbing dan
fasilitator belajar. Jadi, model pembelajaran contextual teaching and learning (CTL)
adalah salah satu cara tertentu untuk menumbuhkan keaktifan siswa dalam proses
pengajaran. Model tersebut merupakan salah satu metode pengajaran yang bertujuan
untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Clifford
dan Wilson (dalam Mauke et. al ,2013:32) bahwa pembelajaran kontekstual memiliki
karakteristik antara lain: (1) menekankan pada problem solving, (2) membantu siswa
belajar bagaimana memonitor belajarnya sehingga menjadi individu yang mandiri (self-
regulated learners), dan (3) mendorong siswa untuk belajar dari sesamanya.
Adapun kelebihan dari model pembelajaran contextual teaching and learning
(CTL) antara lain: peserta didik akan dapat merasakan bahwa pembelajaran menjadi
miliknya sendiri karena peserta didik diberi kesempatan yang luas untuk berpartisipasi,
pesertas didik memiliki motivasi yang kuat untuk mengikuti kegiatan pembelajaran, dan
tumbuhnya suasana demokratis dalam proses pembelajaran sehingga akan terjadi dialog
dan diskusi untuk saling belajar-membelajarkan di antara peserta didik dan menambah
wawasan pikiran dan pengetahuan bagi pendidik karena sesuatu yang dialami dan
disampaikan peserta didik mungkin belum diketahui sebelumnya oleh peserta didik.
Hambatan yang dialami peneliti dalam melaksanakan penelitian, yaitu: (1)
Keterbatasan sarana dan prasarana untuk mendukung pelaksanaan eksperimen, sehingga
siswa kesulitan dalam melakukan percobaan seputar materi listrik dinamis dengan
memperagakannya menggunakan alat yang tersedia; (2) Terbatasnya dana selama
penelitian berlangsung; (3) Kemampuan peneliti dalam membimbing dan mengamati
siswa yang melakukan percobaan kurang optimal serta peneliti kurang mampu
menguasai kelas secara keseluruhan.
12
E. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dilihat dari nilai rata-rata tes akhir
pada kelas eksperimen sebesar 82,65 dan kelas kontrol sebesar 67,08. Hal ini juga
dibuktikan dari hasil perhitungan uji-t pada tes akhir diperoleh sebesar 5,8512
dengan dk 77 dan sebesar 1,671 pada taraf kepercayaan 95%. Jadi,
(5,8512> 1,671) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan model
pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) terhadap hasil belajar fisika pada
materi listrik dinamis siswa kelas X SMA Negeri 1 Lubuklinggau.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian di atas maka peneliti menyarankan:
1. Kepada siswa, untuk melatih siswa berperan lebih aktif dalam proses pembelajaran,
membiasakan diri untuk berani mengungkapkan pendapat tentang materi yang
diajarkan, dan tidak menjadikan guru sebagai satu-satunya pusat informasi, siswa dapat
memperoleh informasi dari berbagai media dan sumber belajar.
2. Kepada guru hendaknya menyajikan materi pelajaran dengan memilih metode yang
sesuai untuk digunakan pada jenis materi tertentu dan karakter siswanya serta media
pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan motivasi siswa untuk aktif dan
prestasi belajar fisika siswa secara optimal. Salah satunya guru dapat menggunakan
model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam materi pelajaran
Listrik Dinamis.
3. Sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbang saran dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar siswa melalui model pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL).
4. Kepada peneliti lain yang ingin menggunakan model pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL), sebelum pembelajaran berlangsung sebaiknya alat dan
bahan serta sumber belajar disiapkan sesuai dengan kebutuhan agar tidak menjadi
penghambat pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. ProsedurPenelitianSuatuPendekatanPraktik. Jakarta:
RinekaCipta.
_____. 2013. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Djamarah, S. Syaiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Elvinawati. 2012. Optimalisasi Pembelajaran Kimia Sekolah II Melalui Penerapan
Contextual Teaching and Learning (CTL). Jurnal Exacta.10 (1), 17-23
Gulo, W. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo.
Hamalik, Oemar. 2010. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
Jamaludin dan Asto. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and
Learning) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Kompetensi Dasar Menerapkan
Macam-macam Gerbang Dasar Rangkaian Logika Di SMK Neeri 7 Surabaya.
Jurnal Pendidikan Teknik Elektro. 04 (01), 73-79.
13
Jati dan Priyambodo. 2009. Fisika Dasar untuk Mahasiswa Ilmu Komputer. Yogyakarta:
CV Andi.
Jihad, Asep dan Haris, Abdul. 2008. Evaluasi Pembelajaran.Yogyakarta: Multi Pressindo.
Komalasari, Kokom. 2013. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT
Refika Aditama.
Mauke et. al. 2013. Pengaruh Model Contextual Teaching and Learning terhadap
Pemahaman Konsep dan Kemapuan Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran IPA-
Fisika di MTs Negeri Negara.e-Journal Program Pascasarjana Universitas
Pendidikan Ganesha.3 (1), 1-12.
Permatasari, Sandireni. 2014. Implementasi Model Pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL) Pada Standar Kompetensi Dasar Memasang Instalasi Penerangan
Listrik di SMKN 7 Surabaya.Jurnal Pendidikan Teknik Elektro. 3 (2), 47-53
Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
______. 2013. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Sanjaya, Wina. 2014. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana. 2005. MetodeStatistika. Bandung: Tarsito.
Sukardi. 2009. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikaan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
______. 2014. StatistikaUntukPenelitian. Bandung: Alfabeta.
Sutrisno dan Tan. 1983. Fisika Dasar. Bandung: ITB
Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstrucktivistik. Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher.