pengaruh nilai tambah industri, ekspor,...
TRANSCRIPT
PENGARUH NILAI TAMBAH INDUSTRI, EKSPOR, IMPOR,
DAN INVESTASI DALAM NEGERI (PMDN) TERHADAP
PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA JAKARTA (PDRB)
PERIODE 1986-2009
SKRIPSI
Oleh :
Siti Mahmudah Nim : 107084000196
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN ILMU EKONOMI STUDY PEMBANGUNAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1433 / 2011 M
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Siti Mahmudah
2. Tempat & Tgl Lahir : Jakarta, 25 Juni 1989
3. Alamat : Jl. Budi mulya GG.VII 009/011
4. Telepon : 085717245969/ 02199642618
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. SD : Madrasah Iftidayah (MI) Jakarta
2. SMP : SMP Negeri 34 Jakarta
3. SMA : SMA Datur Tafsir Bogor
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Endang
2. Tempat & Tgl Lahir : Jakarta 11 Agustus 1962
3. Alamat : Jl. Budi mulya GG.VII 009/011
4. Telepon : 02192766883
5. Ibu : Rosmiyati
6. Tempat & Tgl Lahir : Bogor 11 February 1968
7. Alamat : Jl. Budi mulya GG.VII 009/011
8. Telepon : 02198452042
9. Anak Ke : Dua dari Empat Bersaudara
ii
ABSTRACT
This study aims to analyze the the effect of Value Added of Industry, Export, Import, and Investments (PMDN) against the to economic growth period 1986-2009 in Jakarta in the short and long term. The analysis was using years time series data which published by Central Bureau of Statistics (BPS). The method which is used in this study apply model the dynamic Engle and Granger, Error Correction Model (ECM).
The analysis showed that the variable Value Added of Industry, Import, and
Investments (PMDN) had no effect in the short term to Economic Growth, while in the long term Value Added Industries and Investments (PMDN) has a significant effect on Economic Growth.
Keywords : value added of industry, export, Import, and Domestic Investment to
economic growth
iii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Nilai Tambah Industri, Ekspor, Impor, dan Investasi (PMDN) dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Pertumbuhan Ekonomi di DKI Jakarta periode 1986-2009. Analisis dilakukan dengan menggunakan data runtut waktu tahunan yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah model dinamik Engle dan Granger, Error Correction Model (ECM).
Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel Nilai Tambah Industri, Impor, dan
Investasi (PMDN) tidak mempunyai pengaruh dalam jangka pendek terhadap Pertumbuhan Ekonomi di DKI Jakarta, sedangkan dalam jangka panjang Nilai Tambah Industri dan Investasi (pmdn) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di DKI Jakarta. Kata Kunci: Nilai Tambah Industri, Ekspor, Impor, Investasi (PMDN) dan
Pertumbuhan Ekonomi.
iv
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmanirrahiim,
Segala puji bagi Allah SWT yang menguasai alam semesta dan yang telah
begitu banyak memberikan Rahmat dan Kasih Sayang-Nya. Rangkaian kata syukur
tak kan pernah cukup untuk menggambarkan rasa terima kasih penulis pada Allah
SWT. sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Pengaruh Nilai
Tambah Industri, Ekspor, Impor dan Investasi (PMDN) terhadap Pertumbuhan
Ekonomi kota DKI Jakarta Periode 1986-2009”.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad
SAW sebagai Tauladan terbaik, keluarga, sahabat serta para pengikutnya, yang telah
merubah dari zaman jahiliyah menjadi zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan,
semoga kita mendapat safa’atnya dihari yang pasti dan dinanti.
Pada kesempatan ini, penulis rasanya wajib mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada orang-orang yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung, “semoga
Allah SWT memberikan balasan yang terbaik”, terutama kepada:
1. Ibunda Rosmiyati, yang tak pernah berhenti mengiringi langkahku dengan
do’anya yang penuh keikhlasan,yang tak pernah letih menguatkanku dengan
petuah-petuah bijaknya disaat ku lemah dan membuat ku tegar dalam
menghadapi semua cobaan yang diberikan Allah SWT. Ayahanda Endang,
yang telah menjadi teladan bagi penulis untuk memamahi arti kesabaran dan
kekhilasan, serta telah mendidik penulis untuk menjadi seorang wanita yang
tangguh dan bijaksana.
2. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah bekerja keras mengembangkan FEB.
3. Bapak Prof. Dr.Ahmad Rodoni MM, selaku pembantu dekan bagian akademik
serta sekaligus sebagai penguji ahli ketika ujian skripsi saya. Terima kasih atas
ilmu yang telah diberikan.
v
4. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Pembimbing I, yang telah memberikan
bimbingan, tuntunan, motivasi, pengarahan yang luar biasa kepada penulis
menyempatkan waktunya untuk membaca dan mengkoreksi skripsi ini,
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Mudah-mudahan Allah
SWT. membalas segala kebaikannya dengan sebaik-baiknya balasan.
5. Bpk Fahmi Wibawa, SE. MBA. Pembimbing II yang banyak meluangkan
waktunya untuk berdiskusi dengan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
dan memberikan banyak ilmu-ilmu baru, semoga Allah SWT mencatat segala
amal kebaikannya sebagai ibadah.
6. Bpk Drs. Lukman, M. Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Study
Pembangunan.
7. Ibu Utami Baroroh, M.Si. selaku Wakil Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Study
Pembangunan.
8. Bpk Roikhan Mochamad Aziz, MM, Selaku Penguji Ahli, juga sebagai
Penemu Sinlamim Theory @319913616.
9. Seluruh dosen yang telah ikhlas mengajarkan ilmunya dan berbagi
pengalaman, serta para staff akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah, Jakarta.
10. My big family brothers and sister, Iman Ruslanudin, Zainal Falah, Ikmal
Baihaqi, Kartika Sari, untuk bantuan dan doanya kalian terima kasih, terutama
untuk keponakan aku yang baru lahir (Ziddan) yang bisa membuat aku
tersenyum, sehingga aku bisa menyelesaikan skripsi ini.
11. Agustiarman Basirun SE, yang selalu menemaniku selama hampir tiga tahun
lebih dan banyak membantuku dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih
untuk doa dan motivasi yang diberikan selama ini sehingga aku bersemangat
untuk menyelesaikan skripsi ini.
12. Eneng Euis Sholihat saudara ku, yang selalu memberikan motivasi, semangat
dan doa yang tak terhingga kepada penulis. Dan selalu mendengarkan curhatan
ku dikostn.
vi
13. Teman-teman IESP Mahda, Ely, Niar, Mario, Ganda, Ndang dkk yang
namanya tidak bisa saya sebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa
hormat dan sayang saya.
14. Teman-teman satu kosan Eliyana, Nurul, ka Len, Upi, Eneng, Uci, Puzy, Opie,
yang telah banyak membantu penulis dalam penulisan skripsi ini dan maaf
untuk kamar depan selalu berantakan dengan buku-buku saya yang berserakan.
Thank’s Friends.
15. Teman-teman BEMJ IESP periode 2007, yang telah bersama-sama belajar
untuk memikul sebuah tanggung jawab dan melakukan sesuatu yang berarti
bagi fakultas Ekonomi.
16. Segenap pegawai perpustakaan nasional, Badan Pusat Statistik (BPS), Bank
Indonesia (BI), dan LIPI yang telah melayani dan memantu proses
pengumpulan data dan literature. dan untuk semua pihak yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu, terima kasih yang terdalam untuk bantuan,
dukungan, dan doanya. Semoga keberkahan dan kesuksesan selalu menyertai
kita semua. Amin
Akhirnya, semoga bantuan, doa dan semangat yang diberikan dapat
menjadi amalan bagi semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan penulisan serta penyusunan skripsi ini.
Jakarta, 18 November 2011
Siti Mahmudah
Penulis
vii
DAFTAR ISI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................... i
ABSTRCT .................................................................................................. ii
ABTRAK .................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iv
DAFTAR ISI .............................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ..................................................................... 11
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 13
A. Pertumbuhan Ekonomi dalam Konteks Pembangunan ................... 13
B. Hakekat Pertumbuhan Ekonomi .................................................... 16
C. Teori-teori Pertumbuhan Ekonomi ................................................ 18
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi .......... 29
1. Nilai Tambah Industri (Sedang/Besar) ...................................... 29
2. Teori Perdagangan Internasional ............................................... 33
2.1. Pengertian Ekspor ........................................................... 35
2.2. Pengertian Impor ............................................................ 41
3. Investasi ................................................................................... 44
3.1 Pengertian Investasi ........................................................ 44
3.2 PMDN ............................................................................ 49
E. Penelitian Terdahulu ..................................................................... 51
F. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 57
G. Hipotesis ....................................................................................... 59
viii
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 61
A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................. 61
B. Metode Penentuan Populasi Dan Sampel ..................................... 61
C. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 62
D. Metode Analisis Data.................................................................. 63
1. Uji Normalitas ......................................................................... 64
2. Uji Linieritas ........................................................................... 65
3. Uji Stasioner ............................................................................ 65
a. Uji Akar Unit ....................................................................... 66
b. Uji Derajat Integrasi ............................................................ 67
4. Uji Kointegrasi ........................................................................ 68
5. Uji Asumsi Klasik .................................................................. 69
a. Uji Autokorelasi ................................................................. 69
b. Uji Heteroskedatisitas .......................................................... 71
c. Uji Multikolinieritas ............................................................ 72
6. Uji Error Correction Term (ECT) ........................................... 72
7. Uji Error Correction Model (ECM) ........................................ 73
E. Operasional Variabel Penelitian ................................................... 75
1. Variabel Independen ............................................................ 75
2. Variabel Dependen .............................................................. 75
BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................. 80
A. Deskripsi Obyek Penelitian ......................................................... 80
1. Keadaan Geografis DKI Jakarta ............................................... 80
2. Perkembangan Pertumbuhan ekonomi .................................... 83
3. Perkembangan Nilai Tambah Industri ..................................... 86
4. Perkembangan Ekspor ............................................................ 88
5. Perkembangan Impor ............................................................... 91
6. Perkembangan Investasi (PMDN) ............................................ 94
B. Analisis dan pembahasan ............................................................. 97
ix
1. Uji Normalitas ......................................................................... 98
2. Uji Linieritas ........................................................................... 99
3. Uji Stasioner ........................................................................... 99
a. Uji Akar Unit ....................................................................... 101
b. Uji Derajat Integrasi ............................................................ 101
4. Uji Kointegrasi ........................................................................ 104
5. Uji Asumsi Klasik ................................................................... 104
a. Uji Heteroskedatisitas .......................................................... 104
b. Uji Autokorelasi .................................................................. 105
c. Uji Multikolinieritas ........................................................... 106
6. Pendekatan Error Correction Model (ECM) ............................ 107
C. Interpretasi Data ........................................................................... 111
1. Konstanta ........................................................................... 110
2. Pengaruh NTIND terhadap PDRB ...................................... 110
3. Pengaruh X terhadap PDRB ............................................... 112
4. Pengaruh M terhadap PDRB ............................................... 113
5. Pengaruh INVTS terhadap PDRB ....................................... 115
D. Pembahasan Analisis Ekonomi .................................................... 116
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ............................................... 120
A. Kesimpulan ............................................................................ 120
B. Implikasi ................................................................................ 121
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 124
LAMPIRAN ............................................................................................... 128
x
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Hal 1.1 Data PDRB DKI Jakarta Atas Dasar Harga Konstan 3
2000 tahun 1989-2004 1.2 Data Nilai Tambah Besar dan Sedang menurut 4
Klasifikasi Industri 1997-2007
1.3 Data Nilai Ekspor dan Impor DKI Jakarta 1997-2009 6
1.4 Perkembangan Investasi Penanaman Modal Dalam 7 Negeri 1996-2007 Nilai Persetujuan Pemerintah
2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu 55 3.1 Menentukan Ada Tidaknya Autokorelasi Uji Durbin-Watson 70 3.2 Menentukan Keputusan Dari Nilai Uji Durbin-Watson 71 3.3 Operasional Variabel 76 4.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi 83
Kota Jakarta (PDRB) Tahun 1986-2009 4.2 Perkembangan Nilai Tambah Industri 86
DKI Jakarta 1986-2009 4.3 Perkembangan Ekspor DKI Jakarta Tahun 1986-2009 88 4.4 Perkembangan Impor DKI Jakarta Tahun 1986-2009 91 4.5 Perkembangan Investasi (PMDN) 94
DKI Jakarta Tahun 1986-2009 4.6 Uji Normalitas 97 4.7 Uji Ramsey Reset Test 98 4.8 Uji Akar Unit Phillips-Perron Test Pada Tingkat Level 100 4.9 Uji Akar Unit Phillips-Perron test pada first difference 101 4.10 Nilai Regresi Uji Kointegrasi 102
xi
4.11 Hasil Uji White HeteroskedasticityTest 104 4.12 Hasil Regresi LM-Test 105 4.13 Hasil Uji Correlation Matrix 106 4.14 Hasil Estimasi Model Dinamis ECM 107 4.15 Hasil Perhitungan Koefisien ECM 109
xii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Hal 2.1 Skema Analisis Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif 29
2.2 Kerangka Pemikiran 58
4.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi 84 DKI Jakarta 1986-2009
4.2 Perkembangan Nilai Tambah Industri 1986-2009 87 4.3 Perkembangan Ekspor 1986-2009 89 4.4 Perkembangan Impor 1986-2009 90 4.5 Perkembangan Investasi (PMDN) 1986-2009 95
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Hal
1 Data Variabel Penelitian 128 2. Data Observasi Setelah di LN 129
3. Uji Normalitas 130
4. Uji linieritas 130
5. Uji Stasioner 130
6. Uji Kointegrasi 133
7. Uji Asumsi Klasik 134
8. Hasil Estimasi Model Dinamis ECM 136
9. Hasil Perhitungan Koefisien ECM 137
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan suatu daerah dilaksanakan dengan tujuan menciptakan kondisi
masyarakat yang lebih baik. Selain pembangunan fisik, pembangunan sumber
daya manusia juga diperlukan. Setiap pembangunan harus selalu diawali dengan
suatu perencanaan. Dalam menyusun suatu perencanaan diperlukan informasi
yang tidak saja harus lengkap, tetapi juga akurat dan tepat. Karena tanpa data,
perencanaan yang disusun akan memuat berbagai ketidakpastian atau resiko yang
besar. Peran penting data/ informasi dalam perencanaan suatu pembangunan
daerah mutlak diperlukan agar pembangunan dapat dicapai sesuai dengan yang
diharapkan. Selain hal tersebut di atas data maupun informasi dapat digunakan
juga sebagai evaluasi keberhasilan dari pembangunan suatu daerah baik secara
mikro maupun makro.
Pada umunnya pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara
berkembang mempunyai tujuan antara lain untuk menciptakan pembangunan
ekonomi yang hasilnya secara merata dikecap oleh masyarakat, meningkatkan laju
pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesempatan kerja, pemerataan pendapatan,
mengurangi perbedaan kemampuan antar daerah, struktur perekonomian yang
seimbang. Salah satu indikator untuk menilai keberhasilan dari pembangunan
ekonomi suatu negara adalah dilihat dari kesempatan kerja yang diciptakan dari
pembangunan ekonomi, Suharsono Sugir,( 2000:142).
2
Sumber-sumber ekonomi yang strategis dan dominan tergantung pada faktor
nonfisik dan faktor-faktor manajemen yang mempengaruhi penggunaan sumber-
sumber dominan untuk pertumbuhan yang kualitasnya cukup banyak serta dengan
kualitas cukup tinggi, tetapi bila manajemen penggunaannya tidak menunjang
maka laju pertumbuhan ekonomi akan rendah. Pertumbuhan ekonomi melibatkan
perubahan faktor-faktor permintaan yaitu perubahan permintaan agregatif akan
menyebabkan perubahan alokasi sumber-sumber daya dalam perekonomian.
Mekanisme perubahan alokatif harus terjadi dengan cepat dan bebas agar
kenaikan kapasitas produksi dapat direalisasi.
Dalam proses pertumbuhan ekonomi berupa sektor atau industri mengalami
penciutan atau perluasan secara lambat, pergeseran atau perpindahan sumber daya
dari sektor yang satu ke sektor yang lain harus dijamin mekanismenya, terjadinya
mungkin sebagian besar melalui mekanisme pasar sehingga pemanfaatan atau
penggunaan sumber daya dalam pertumbuhan ekonomi dapat dilaksanakan secara
efisien (Jhingan, 2000:65).
Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari pertumbuhan angka PDRB (Produk
Domestik Regional Bruto). Saat ini umumnya PDRB baru dihitung berdasarkan
dua pendekatan, yaitu dari sisi sektoral/lapangan usaha dan dari sisi penggunaan.
Selanjutnya PDRB juga dihitung berdasarkan harga berlaku dan harga konstan.
Total PDRB menunjukkan jumlah seluruh nilai tambah yang dihasilkan oleh
penduduk dalam periode tertentu. ( Berita Resmi Statistik No.29/Th.V/19 Agustus
2003 )
3
Tabel 1.1 Pertumbuhan Kota Jakarta (PDRB) Tahun 2001-2009
TAHUN PDRB Menurut Harga Konstan
(Juta Rupiah) 2001 61868256 2002 64338830 2003 76314201 2004 61868256 2005 29527054 2006 31282671 2007 33297125 2008 35369405 2009 371399320
Sumber Data : Badan Pusat Statistik, Jakarta Dalam Angka
Salah satu tolak ukur kinerja dari industri khususnya industri kecil dan
menengah (IKM) adalah tingkat nilai tambah. Nilai tambah diciptakan melalui
kegiatan transformasi faktor-faktor produksi menjadi output yang lebih bernilai
secara ekonomi dengan menggunakan teknologi melalui komponen-
komponennya. Berkaitan dengan peran penting teknologi terhadap pencapaian
kinerja industri khususnya pencapaian nilai tambah, maka perlu dilakukan strategi
peningkatan nilai tambah melalui identifikasi pengaruh kandungan teknologi yang
digunakan dalam proses transformasi input menjadi output produksi. ( Oleh Siti
Rohmatul Umah dkk, litbang PPIS 2008 ).
4
Tabel 1.2 Data Nilai Tambah Besar dan Sedang Menurut Klasifikasi Industri di DKI
Jakarta Tahun 2001-2009
TAHUN Nilai Tambah industri (biaya faktor produksi )
(juta/million RP) 2001 26656400 2002 32531589 2003 32678400 2004 35891000 2005 39643800 2006 50716400 2007 98874004 2008 71949300 2009 79876700
Sumber Data : Badan Pusat Statistik, Jakarta dalam Angka
Perdagangan luar negeri atau ekspor dan hampir merupkan sektor ekonomi
yang dapat disajikan sebagai motor penggerak pembangunan ekonomi di
Indonesia termasuk DKI Jakarta. Pembangunan DKI Jakarta yang diarahkan
kepada terbentuknya Jakarta sebagai “service city” menempatkan sektor
perdagangan sebagai salah satu sektor yang memberikan kontribusi terbesar di
wilayah ini. Data tahun 2009 menunjukan bahwa sektor perdagangan merupakan
sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja di DKI Jakarta dengan
kontribusi 36,92 persen, diikuti oleh sektor jasa-jasa dengan 24,60 persen dan
sektor industri pengolahan dengan 36,92 persen, penyerapan tenaga kerja yang
cukup besar ini tentu merupakan indikator yang menunjukan besarnya kontribusi
sektor ini terhadap perekonomian Jakarta, khususnya dalam penyerapan tenaga
kerja. Semakin cepat perdagangan luar negeri berkembang akan semakin cepat
pula kinerja perekonomian meningkat. Sejalan dengan pernyataan di atas,
5
beberapa ahli ekonomi (Gellis et 1987) menyatakan bahwa sektor perdagangan
dapat berfungsi sebagai enginer of development.
Adanya krisis keuangan global yang terjadi pada pertengahan tahun 2008
mempunyai dampak terhadap perekonomian nasional maupun perekonomian DKI
Jakarta. Dampak tersebut masih terasa pada tahun 2009, yang menyebabkan
ekonomi DKI Jakarta pada tahun 2009 mengalami perlambatan dibandingkan
tahun sebelumnya
Salah satu upaya yang dipandang cukup strategis untuk mengatasi krisis
adalah peningkatan kinerja perdagangan luar negeri. Selama ini kinerja
perdagangan luar negeri selalu berfluktuatif. Seiring dengan pertumbuhan
ekonomi dunia yang diperkirakan akan melambat dibandingkan pertumbuhan
tahun 2008, kinerja ekpor luar negeri ekspor diharapkan akan memberikan
kontribusi yang cukup signifikan bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia,
termasuk kota Jakarta.
Untuk memancu peningkatan perdagangan luar negeri dibutuhkan daya tarik
investasi, khususnya persaingan sesama Negara yang berusaha menarik investor
agar berinvestasi dinegaranya. Untuk memenangkan persaingan ini, perlu
didukung oleh sarana dan prasarana yang kondusif bagi masuknya investasi asing
di Indonesia. Ini bisa ditempuh melalui kemudahan dalam melakukan perizinan
investasi, bea masuk khusunya bahan baku dan penolong maupun barang modal,
promosi dagang yang intensif dan berkesinambungan.
Upaya lain yang tidak kalah pentingnya adalah diversifikasi pasar ekpor
khususnya perkembangaan pasar-pasar non tradisional dan memilih jenis
6
komoditi yang dapat dijadikan sebagai andalan ekpor, terutama ekspor non migas.
Untuk itu diperlukan adanya usaha diversifikasi komoditi-komoditi yang
mempunyai keunggulan kompetitif (competitive adventage) di pasar luar negeri
serta komoditi tersebut berbasiskan bahan baku lokal (resaursed based industri)
karena usaha jenis inilah yang tahan terhadap terpaan badai krisis. Pengalaman
menunjukan bahwa sebagaian besar jenis usaha tersebut berasal dari usaha kecil
menengah.
DKI Jakarta sebagai ibu kota Negara, pusat pemerintah dan perekonomian
mempunyai berbagai fasilitas untuk melakukan transaksi internasional sehingga
sebagian besar perdagangan luar negeri Indonesia dilaksanakan melalui pelabuhan
muat DKI Jakarta. Namun dari jumlah tersebut, berapa sebenarnya ekspor/impor
barang-barang (produk) yang benar-benar dari dan ke Jakarta, dan komoditi apa
saja yang menjadi andalan ekspor/impor tersebut, adakah komoditi lain yang lebih
prosfektif untuk dikembangkan.
Tabel 1. 3 Nilai Ekspor dan Nilai Impor Melalui Muat di DKI Jakarta
Tahun 2001-2009 TAHUN Nilai Ekspor
(FOB US $) Perubahan
(%) Nilai Impor (FOB US $)
Perubahan (%)
(1) (2) (3) (4) 2001 19798812260 -7,56 15973651761 -6,31 2002 19959587089 0,81 16189261753 1,355 2003 20454440187 2,48 16169567982 -0,12 2004 24501221918 19,78 23883257384 47,70 2005 26958167238 10,03 26827744132 12,33 2006 29809517655 10,58 27134810269 1,14 2007 32186884841 7,98 34739269326 28,02 2008 36090170062 12,13 63312741522 82,25 2009 32536510048 -9,85 48099308120 -24,03
Sumber Data : Badan Pusat Statistik, Jakarta Dalam Angka
7
Adanya investasi-investasi baru memungkinkan terciptanya barang modal
baru sehingga akan menyerap faktor produksi baru yaitu menciptakan lapangan
pekerjaan baru atau kesempatan kerja yang akan menyerap tenaga kerja yang pada
gilirannya akan mengurangi pengangguran. Dengan demikian akan menambah
output dan pendapatan baru pada faktor produksi akan menambah output nasional
sehingga akan terjadi pertumbuhan ekonomi.
Tabel 1. 4 INVESTASI (PMDN) Provinsi DKI Jakarta Tahun 2001-2009
TAHUN PMDN Proyek Nilai (US $)
2001 45 5752926 2002 44 22259119 2003 44 3343950 2004 35 4173915 2005 23 3792133 2006 18 981710 2007 45 5638339 2008 34 18373 2009 35 9693
Sumber Data : Badan Pusat Statistik, Jakarta dalam Angka
Investasi merupakan kegiatan menunda konsumsi atau penggunaan sejumlah
dana pada masa sekarang dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan dimasa
yang akan datang. Suatu rencana investasi perlu dianalisis secara seksama.
Analisis rencana investasi pada dasarmya merupakan penelitian tentang dapat
tidaknya suatu proyek (baik besar atau kecil) dapat dilaksanakan dengan berhasil,
atau suatu metode penjajakkan dari suatu gagasan usaha/bisnis tentang
kemungkinan layak atau tidaknya gagasan usaha/bisnis tersebut dilaksanakan.
Suatu proyek investasi umumnya memerlukan dana yang besar dan akan
mempengaruhi perusahaan dalam jangka panjang. Oleh karena itu dilakukan
perencanaan investasi yang lebih teliti agar tidak terlanjur menanamkan investasi
8
pada proyek yang tidak menguntungkan. alasan melakukan investasi adalah
sebagai berikut:
a. Produktivitas seseorang yang terus mengalami penurunan.
b. Tidak menentunya lingkungan perekonomian sehingga memungkinkan suatu
saat penghasilan jauh lebih kecil dari pengeluaran.
c. Kebutuhan-kebutuhan yang cenderung mengalami peningkatan
Dapat dijelaskan untuk memahami hakekat dari investasi dapat diawali dari
memahami dari pengertian investasi tersebut. Pengertian investasi yang
berkembang saat ini sangat variatif, antara lain pengertian investasi yang
dikemukakan oleh Diana Eka Putra dalam bukunya “Berburu Uang di Pasar
Modal Panduan Investasi Menuju Kebebasan Financial”.
Selama dari dua dasawarsa terakhir, Negara-negara yang sedang berkembang
menghadapi menurunnya daya serap pasar dunia bagi produk-produk primer
mereka, meningkatnya devisit transaksi berjalan pada neraca-neraca pembayaran
dan adanya rasa percaya terhadap mistik industrialisasi, mendorong Negara dunia
ke tiga termasuk Indonesia untuk mengejar yang umum apa yang diketahui
sebagai strategi pembangunan subtitusi impor. Ini menyebabkan timbulnya suatu
usaha untuk mengganti komoditas, biasanya produk manufaktur yang dahulu
diimpor dengan sumber-sumber produksi dan sediaan dalam negeri. Strategi yang
yang tipikal ini, pertama-tama adalah menciptakan rintangan tarif atau kuota
terhadap komoditas tertentu yang diimpor yaitu beberapa barang seperti radio,
sepeda atau alat-alat listrik rumah tangga. Strategi yang tipikal ini melibatkan
kerja sama dengan perusahaan asing yang didorong untuk mendirikan pabrik
9
dibalik dinding proteksi tarif dan pemberian keringanan pajak dan memperoleh
intensif investasi. Walaupun biaya awal produksi akan mendorng harga eceran
lebih tinggi jika dibandingkan dengan harga impor, tapi pemikiran ekonomi yang
mendasari pembangunan operasional manufaktur substitusi impor adalah bahwa
akan mengenyam keuntungan produsksi dalam skala yang besar (ini yang
dinamakan “industri anak “untuk proteksi tarif) atau bahwa neraca pembayaran
akan membaik berhubung impor barang-barang konsumsi dapat dibatasi.
Pertumbuhan ekonomi akan tercapai apabila setiap wilayah atau Negara yang
memiliki potensi ekonomi yang dapat diberdayakan seoptimal mungkin dan
didukung dengan pemberdayaan ekonomi daerah, salah satunya kota Jakarta yang
merupakan Ibukota Republik Indonesia, sebuah negara kepulauan dengan sekitar
13.000 pulau dan penduduk lebih dari 200 juta jiwa. Negara Kesatuan Republik
Indonesia memiliki kebhinekaan dalam suku bangsa, bahasa, budaya, serta adat
dan agama. Kebhinekaan tersebut tercermin pula di ibukota negara, Jakarta.
Jakarta yang dewasa ini berpenduduk hampir sepuluh juta jiwa merupakan salah
satu kota di Asia yang paling sering dibicarakan dengan berbagai alasan yang
wajar. Jakarta telah berkembang secara luar biasa dan akan berada pada
kedudukan terdepan dan bertanggung jawab di Asia pada dasawarsa-dasawarsa
mendatang. Jakarta mempunyai kedudukan khas, baik sebagai ibu kota negara
maupun ibukota daerah swatantra. Jakarta juga merupakan pusat kegiatan sosial
dan budaya dengan berbagai sarana terbaik di Indonesia dalam bidang pendidikan,
budaya, olah raga, dan kesehatan. Jakarta merupakan gerbang utama Indonesia.
10
Letaknya yang strategis di Kepulauan Indonesia, menyediakan layanan angkutan
darat, udara, dan laut terbaik di Indonesia.
Kota Jakarta merupakan kota yang mempunyai laju pertumbuhan sangat tinggi
dimana semua kegiatan perekonomian dan pemerintahan terpusat di kota tersebut.
Terpusatnya segala kegiatan di kota Jakarta menyebabkan pertumbuhan kota
tersebut yang jauh lebih maju dibandingkan kota-kota yang lainnya.
Dalam situasi seperti sekarang, keunggulan bisnis dan perekonomian bukan
lagi berdasarkan pada strategi keunggulan komparatif (Comparative advantage)
melainkan strategi keunggulan kompetitif (Competitive advantage). Globalisasi
mengubah struktur perekonomian dunia secara fundamental. Interdependensi
(saling ketergantungan) perekonomian negara semakin erat, keeratan
interdependensi ini bukan saja berlangsung antara negara maju, tapi juga antara
negara berkembang dan negara maju.
Perubahan dalam perekonomian global bisa membawa pengaruh positif dan
negatif bagi perekonomian Indonesia. Gejolak perekonomian dunia yang
membawa pengaruh negatif ini yang harus dapat diantisipasi dengan tepat oleh
Indonesia agar dapat meredam pengaruh negatif terhadap perekonomian
Indonesia. Gejolak perekonomian luar dapat terasa kedalam perekonomian
Indonesia melalui beberapa variabel makro ekonomi, diantaranya, real exchange
rate/kurs (nilai tukar riil) dan net export (nilai ekspor bersih/net ekspor). Dua
variabel ini merupakan variabel yang langsung berhubungan dengan
perekonomian global dan juga merupakan cerminan perubahan dalam
perekonomian global.
11
Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut diatas,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ Pengaruh Nilai Tambah
Industri, Ekspor, Impor, dan Investasi (PMDN) Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Kota Jakarta periode 1986-2009 ”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut diatas, maka
permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah Nilai Tambah Industri berpengaruh dalam jangka pendek maupun
jangka panjang terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Jakarta periode 1986-
2009?
2. Apakah Ekspor berpengaruh dalam jangka pendek maupun jangka panjang
terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Jakarta periode 1986-2009?
3. Apakah Impor berpengaruh dalam jangka pendek maupun jangka panjang
terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Jakarta periode 1986-2009?
4. Apakah Investasi (PMDN) berpengaruh dalam jangka pendek maupun jangka
panjang terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Jakarta periode 1986-2009?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan diatas, maka ada beberapa tujuan
penelitian skripsi adalah :
1. Menganalisis pengaruh Nilai Tambah Industri dalam jangka pendek
maupun jangka panjang terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Jakarta
1986-2009.
12
2. Menganalisis pengaruh Ekspor dalam jangka pendek maupun jangka
panjang terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Jakarta 1986-2009.
3. Menganalisis pengaruh Impor dalam jangka pendek maupun jangka panjang
terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Jakarta 1986-2009.
4. Menganalisis pengaruh Investasi (PMDN) dalam jangka pendek maupun
jangka panjang terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Jakarta 1986-2009.
2. Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis Penelitian ini memberikan kesempatan bagi penulis untuk
menselaraskan ilmu yang telah diperoleh selama proses perkuliahan,
mengembangkan pengetahuan penulis di bidang ekonomi pembangunan
yang telah menjadi ketertarikan penulis, meningkatkan kompetensi diri,
kecerdasan intelektual, dan emosional.
3. Bagi pihak lain Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan referensi
untuk penelitian selanjutnya dan juga dapat sebagai bacaan yang
bermanfaat bagi yang memerlukan.
4. Bagi Universitas, Hasil studi ini dapat dipergunakan sebagai bahan
referensi untuk pengembangan kualitas pendidikan universitas selanjutnya
di masa depan.
13 13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pertumbuhan Ekonomi dalam Konteks Pembangunan
1. Ekonomi dan Studi Pembangunan
Ekonomi dan studi pembangunan (economics and development studies)
sebagai satu-kesatuan istilah, seperti sudah disinggung sebelumnya, lebih
lanjut bisa disimak dalam paparan Todaro & Smith (2009: 6-13), yang diawali
dengan argumentasi mengapa pembangunan ekonomi dan ekonomi
pembangunan menjadi bidang kajian dan disiplin yang terpisah dari disiplin
lain dalam ilmu ekonomi.
2. Ekonomi Pembangunan
Ekonomi pembangunan (development economics) sebagai bidang studi
yang mengkaji pembangunan ekonomi menjadi salah satu bidang yang paling
baru, paling menarik, dan paling menantang di antara cabang-cabang disiplin
ekonomi dan ekonomi politik. Meskipun sudah lebih dari lima dekade
berkembang, masih banyak pihak yang mengatakan bahwa ekonomi
pembangunan sebetulnya bukan suatu cabang khusus dari ekonomi (baca:
ilmu ekonomi, economics) seperti halnya ekonomi makro, ekonomi
ketenagakerjaan, keuangan publik, atau ekonomi moneter, karena dianggap
sebagai bentuk amalgamasi dan aplikasi ilmu ekonomi tradisional yang
berlaku khusus bagi ekonomi negara-negara berkembang, misalnya: Afrika,
Asia, dan Amerika Latin.
14
Todaro & Smith (2009: 6-7) tidak sependapat dengan argumen tersebut.
Menurut kedua penulis ini, meskipun ekonomi pembangunan seringkali
menggunakan prinsip dan konsep yang relevan dari cabang ilmu ekonomi
yang lain, dalam bentuk standar maupun dimodifikasi, bagi sebagian besar
ekonomi pembangunan hal itu adalah suatu bidang studi dengan identitas
analitis dan metodologisnya sendiri yang khas dan berkembang dengan cepat,
Barret, dan Davis ( 2007: 345-346).
Selain itu, ekonomi pembangunan tidak sama dengan ekonomi
tradisionalnya negara-negara kapitalis maju, atau ekonomi neoklasik.
Ekonomi pembangunan juga tidak sama dengan ekonominya negara-negara
yang semula sosialis terpusat. Ekonomi pembangunan tidak lebih dan tidak
kurang tentang ekonomi negara-negara yang secara kontemporer kurang
berkembang dengan berbagai ragam orientasi ideologis, latar budaya berbeda,
dan berbagai persoalan ekonomi yang kompleks yang biasanya menuntut
adanya gagasan baru dan peran institusi untuk meyakinkannya.
Pendapat Todaro & Smith tersebut juga sejalan dengan yang
dipublikasikan dalam Wikipedia (2009) berikut: Ekonomi pembangunan
adalah cabang dari ilmu ekonomi yang mengkaji aspek-aspek ekonomi proses
pembangunan pada negara-negara yang berpendapatan rendah. Fokus
ekonomi pembangunan bukan hanya pada metode-metode peningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktural tetapi juga pada perbaikan
potensial bagi populasi secara masal, misalnya, melalui kesehatan dan
15
pendidikan dan perbaikan kondisi lingkungan kerja, baik melalui jalur publik
maupun swasta.
Jadi, ekonomi pembangunan melibatkan kreasi teori-teori dan metode-
metode yang membantu didalam menentukan tipe kebijakan dan praktik dan
dapat dilaksanakan pada tingkat domestik (lokal) maupun internasional. Hal
diatas bisa menyangkut restruktur insentif pasar atau menggunakan metode
matematis seperti optimisasi lintas waktu (inter temporal) bagi analisis
projeknya, atau bisa juga melibatkan metode bauran kuantitatif dan kualitatif.
Tidak seperti kebanyakan bidang studi ekonomi yang lain, pendekatan
dalam ekonomi pembangunan bisa melibatkan faktor-faktor sosial dan politik
guna melengkapi perencanaan yang sifatnya khusus.
Pendekatan yang berbeda bisa memperhitungkan faktor-faktor yang
memberi kontribusi pada konvergensi atau non konvergensi ekonomi lintas
rumah tangga, daerah, dan negara.
3. Pembangunan Ekonomi
Pembangunan Ekonomi pada umumnya pembangunan ekonomi yang
diartikan sebagai serangkaian usaha dalam suatu perekonomian untuk
mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak
tersedia, perusahaan semakin banyak dan semakin berkembang, taraf
pendidikan semakin tinggi dan teknologi semakin meningkat, kesempatan
kerja akan bertambah, tingkat pendapatan meningkat, dan kemakmuran
masyarakat menjadi semakin tinggi. Sukirno (2006) .
16
Pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagiai suatu proses
yang menyebabkan kanaikan pendapatan rill per-kapita penduduk suatu
Negara dalam jangka pangajng yang disertai oleh perbaikan system
kelambagaan (Arsyad, 1999). Lebih lanjut Todaro (Arsyad, 1999) mengatakan
bahwa keberhasilan pemangunan ekonomi suatu Negara ditujukkan tiga nilai
pokok yaitu (1) berkembangnya kemampuan msayarakat untuk memenuhi
kebutuha pokoknya (basic needs), (2) meningkatnya rasa harga diri (self
eftem) masyarakat sebagai manusia dan (3) meningkatnya kemampuan
msayarakat untuk memilih (freedom from servitude).
B. Hakekat Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan
perkembangan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu bila
dibandingankan dengan tahun yang sebelum. Pertumbuhan ekonomi juga
menggambarkan sampai dimana barang dan jasa telah bertambah pada suatu tahun
tertentu bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Sedangkan pengertian pertumbuhan ekonomi menurut Profesor Simon
Kuznets adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari Negara yang
bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada panduduknya
yang ditentukan atau dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-
penyesuaian teknologi institusional (kelembagaan) dan ideologis terhadap
berbagai tuntutan keadaan yang ada.
Profesor Kuznet juga mengemukakan enam karekteristik atau ciri proses
pertumbuhan ekonomi yang bisa ditemui di hampir semua Negara maju, yakni:
17
a. Tingkat pertumbuhan output per kapital dan pertumbuhan penduduk yang
tinggi
b. Tingkat kenaikan total produktivitas yang tinggi
c. Tingkat tranformasi struktural ekonomi yang tinggi
d. Tingkat tranformasi sosial dan ideologi yang tinggi
e. Adanya kecenderungan Negara-negara yang mulai atau yang sudah maju
perekonomiannya untuk berusaha merambah bagian-bagian dunia lainya
sebagai daerha pemasaran dan sumber bahan baku yang baru
f. Terbatasnya penyebaran pertumbuhan ekonomi yang hanya mencapai
sekitar sepertiga bagian penduduk dunia.
Adapun tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi dari
setiap bangsa yaitu antara lain:
a. Akumulasi modal (capital accumulation).
Terjadinya apabila sebagian dari pendapatan ditabung dan diinvestasikan
kembali dan tujuan memperbesar output dan pendapatan dikemudian har.
Adanya pengadaan pabrik baru, mesin-mesin, peralatan, dan bahan baku
meningkatkan stok modal (capital stock) secra fisik suatu Negara
sehingga memungkinkan terjadinya peningkatan output dimasa mendatan.
b. Pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja.
Jumlah tenaga kerja yang lebih besar akan menambah jumlah tenaga
produktif, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti
ukuran pasar domestiknya lebih besar.
c. Kemajuan teknologi Ada tiga klasifikasi kemajuna teknologi, yaitu:
18
(1) kemajuan teknologi yang yang bersifat netral (neutral technological
progress); yakni teknologi memungkinkan pencapaian tingkat
produksi yang lebih tinggi dengan menggunakan jumlah dan
kombinasi faktor input yang sama, (2) kemajuan teknologi yang hemat
tenaga kerja (labor saving technological progress); yakni penggunaan
teknologi yang memungkinkan untuk memperoleh output lebih tinggi dari
jumlah input tenaga kerja atau modal yang sama, (3) kemajuan teknologi
yang hemat modal (labor savin technological progress); yakni yang
menghasilkan metode produksi padat karya yang lebih efesien.
Sedangkan sumber-sumber utama bagi pertumbuhan ekonomi adalah adanya
investasi-investasi yang mampu memperbaiki kualitas modal atau sumber daya
manusia dan fisik, yang selanjutnya berhasil meningkatkan kuantitas sumber daya
produktif yang bisa meningkatkan produktifitas seluruh sumber daya melalui
penemuan-penemuan baru, inovasi, dan kemajuan teknologi.
C. Teori-teori Pertumbuhan Ekonomi
Teori pertumbuhan ekonomi bisa didefinisikan sebagai penjelasan mengenai
faktor-faktor apa yang menentukan kenaikan output per kapita dalam jangka
panjang, dan penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut berinteraksi
satu sama lain, sehingga terjadi proses pertumbuhan. Jadi teori pertumbuhan
ekonomi tidak lain adalah suatu ceritera (yang logis) mengenai bagaimana proses
pertumbuhan terjadi (Boediono,1985:2).
19
Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah (regional) yang populer, yaitu:
1. Eksport Base Model, yang dipelopori oleh North pada tahun 1955 dan
kemudian dikembangkan oleh Tiebout (1956). Kelompok ini mendasarkan
pandanganya dari sudut teori lokasi, yang berpendapatan bahwa
pertumbuhan ekonomi suatu wilayah akan lebih banyak di temukan oleh
jenis keuntungan lokasi dan dapat digunakan daerah tersebut sebagai
kekuatan kegiatan ekonomi. Menurut pandangan mereka, pertumbuhan
suatu daerah di tentukan oleh eksploitasi kemanfaatan alamiah dan
pertumbuhan basis ekspor daerah yang bersangkutan yang juga di
pengaruhi oleh tingkat permintaan eksternal dan daerah-daerah lainya. Ini
berarti bahwa pertumbuhan ekonomi suatu wilayah harus disesuaikan
dengan keuntungan lokasi yang dimilikinya dan tidak harus sama dengan
strategi pembangunan pada skala nasional.
2. Model Neo Klasik, model ini dipelopori oleh Stain pada tahun 1964.
Kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Roman dan Siebert. Menurut
model ini pertumbuhan ekonomi suatu daerah akan sangat ditentukan oleh
kemampuan daerah tersebut untuk meningkatkan produksinya, sedangkan
kegiatan produksi suatu daerah tidak hanya ditentukan oleh potensi daerah
yang bersangkutan, tetapi juga oleh mobilitas tenaga kerja dan mobilitas
modal antardaerah. Dalam hal ini penganut model Neo Klasik
beranggapan bahwa mobilitas faktor produksi, baik modal maupun tenaga
kerja, pada pemulaan proses pembangunan kurang lancar. Akibatnya, pada
saat itu modal dan tenaga kerja ahli cenderung terkonstrasi di daerah yang
20
lebih maju sehingga kesenjangan pertumbuhan ekonomi cenderung
melebar.
3. Cumulative Causation Models. Teori ini dipelopori oleh Myrdal pada
tahun 1975 dan kemudian di formulasikan lebih lanjut oleh Kaldor. Teori
ini berpendapat bahwa peningkatan pemerataan pembangunan antardaerah
tidak hanya dapat diserahkan pada kekuatan pasar, tetapi perlu adanya
campur tangan pemerintah dalam bentuk program-program pembangunan
regional terutama untuk daerah yang relatif masih tertinggal.
4. Core Poriphery Models. Teori ini menekankan analisis pada hubungan
yang erat dan saling mempangaruhi antara pembangunan kota (core) dan
desa (periphery). Menurt teori ini, gerak langka pambangunan daerah
perkotaan akan lebih banyak di tentukan oleh keadaan desa di sekitarnya.
Sebaliknya corak pembangunan daerah pedesaan tersebut juga sangat di
tentukan oleh arah pembangunan perkotaaan. Dengan demikian aspek
interaksi antardaerah sangat ditonjolkan.
1. Ada beberapa Teori Klasik tentang Pertumbuhan Ekonomi, yaitu:
a. Pandangan Adam Smith
Adam Smith (1723 – 1790), yang terkenal dengan teori nilainya yaitu
teori yang menyelidiki faktor-faktor yang menentukan nilai atau harga
suatu barang. Tetapi didalam bukunya An Inquiry into the Nature and
Causes of the Wealth of the Nations (1776) secara singkat sering disebut
sebagai Wealth of Nations, bisa dilihat bahwa tema pokoknya adalah
mengenai bagaimana perekonomian (kapitalis) tumbuh. Dalam buku
21
tersebut Smith, mungkin orang yang pertama yang mengungkapkan proses
pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang secara sistematis, dan
menurut Adam Smith juga, pembuat istilah tersebut, "invisible hand"
dibentuk dari pertemuan kekuatan2 kepentingan pribadi, kompetisi,
penawaran, dan permintaan, yang menurut beliau mampu mengalokasikan
(mengatur) sendiri sumber-sumber daya dalam masyarakat.
Oleh sebab itu, teori Adam Smith sering dianggap sebagai awal dari
pengkajian masalah pertumbuhan secara sistematis (Boediono, 1985 : 7).
Menurut Adam Smith, ada dua aspek utama dari pertumbuhan
ekonomi yaitu :
a). Pertumbuhan Output (GDP) total
b). Pertumbuhan Penduduk
Dalam pertumbuhan output Adam Smith melihat sistem produksi suatu
negara terdiri dari tiga unsur pokok yaitu :
a). Sumber-sumber alam yang tersedia (atau faktor produksi
tanah)
b). Sumber-sumber manusiawi (jumlah penduduk)
c). Stok barang kapital yang ada
Menurut Smith, sumber-sumber alam yang tersedia merupakan wadah
yang paling mendasar dari kegiatan produksi suatu masyarakat. Jumlah
sumber-sumber alam yang tersedia merupakan batas maksimum bagi
pertumbuhan perekonomian tersebut. Artinya, selama sumber-sumber ini
belum sepenuhnya dimanfaatkan, yang memegang peranan dalam proses
22
produksi adalah dua unsur produksi yang lain, yaitu jumlah penduduk dan
stok kapital yang ada. Dua unsur lain inilah yang menentukan besarnya
output masyarakat dari tahun-ketahun. Tetapi apabila output terus
meningkat, sumber-sumber alam akhirnya akan sepenuhnya dimanfaatkan
(dieksploitir), dan pada tahap ini sumber-sumber alam akan membatasi
output. Unsur sumber alam ini akan menjadi batas atas dari pertumbuhan
suatu perekonomian.
Dalam buku perbandingan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi
berlandaskan metode Silammin Hand, sebagai pengganti dari teori
impisibel hand. Dalam metode tersebut, pertumbuhan ekonomi dibangun
ada 3 (tiga) kekuatan, yaitu: pemerintah daerah, masyarakat dan usaha.
Ketiga kekuatan tersebut merupakan transformasi dari agregat pencipta,
agregat ciptaan, dan agregat hasil, sehingga pertumbuhan ekonomi tidak
lagi didominasi oleh perspektif modal ( kapitalis ) tetapi, sudah
berintegrasi dengan nilai-nilai agama, antara lain, manusia diciptakan oleh
tuhan untuk ibadah. Selanjutnya perekonomian akan lebih bermanfaat,
berkeadilan, dan beretika. Pertumbuhan ekonomi (dalam arti pertumbuhan
output dan pertumbuhan penduduk) akan berhenti apabila batas atas ini
dicapai (Boediono, 1985 : 8).
b. Pandangan David Ricardo
David Ricardo (1772–1823) mengembangkan teori pertumbuhan
Klasik lebih lanjut. Pengembangan ini berupa penjabaran model
pertumbuhan menjadi suatu model yang lebih tajam, baik dalam konsep-
23
konsep yang dipakai maupun dalam hal mekanisme proses pertumbuhan
itu sendiri. Namun perlu ditekan lagi disini bahwa garis besar dari proses
pertumbuhan dan kesimpulan-kesimpulan umum yang ditarik oleh Ricardo
tidak terlalu berbeda dengan teori Adam Smith. Tema dari proses
pertumbuhan ekonomi masih pada perpacuan antara laju pertumbuhan
penduduk dan laju pertumbuhan output. Kesimpulan umumnya masih
tetap bahwa dalam perpacuan tersebut penduduklah yang akhirnya
menang, dan dalam jangka panjang perekonomian akan mencapai posisi
stationer. Seperti juga dengan Adam Smith, Ricardo menganggap bahwa
jumlah faktor produksi tanah (yaitu, sumber-sumber alam) tidak bisa
bertambah, sehingga akhirnya bertindak sebagai faktor pembatas dalam
proses pertumbuhan suatu masyarakat (Boediono, 1985 : 17).
c. Pandangan Arthur Lewis
Boediono, (1985 : 35) Salah satu perumusan yang terkenal dari teori
Klasik dalam konteks permasalahan pembangunan ekonomi negara-negara
berkembang diungkapkan oleh ekonom zaman modern Arthur Lewis.
Model pertumbuhan dengan suplay tenaga kerja yang tak terbatas
merupakan model pertumbuhan Arthur Lewis. Pokok permasalahan yang
dikaji oleh Lewis adalah bagaimana proses pertumbuhan terjadi dalam
perekonomian dua sektor :
a. Sektor tradisional, dengan produktivitas rendah dan sumber tenaga
kerja yang melimpah.
24
b. Sektor modern, dengan produktivitas tinggi dan sebagai sumber
akumulasi capital.
2. Ada Beberapa Teori-Teori Modern dalam Teori Pertumbuhan Ekonomi,
yaitu :
a. Pandangan Harrod – Domar
Teori Harrod – Domar adalah perkembangan langsung dari teori makro
Keynes jangka pendek menjadi suatu teori makro jangka panjang. Aspek
utama yang dikembangkan dari teori Keynes adalah aspek yang
menyangkut peranan investasi dalam jangka panjang. Dalam teori Keynes,
pengeluaran investasi mempengaruhi permintaan agregat tetapi tidak
mempengaruhi penawaran agregat. Harrod – Domar melihat pengaruh
investasi dalam perspektif waktu yang lebih panjang. Menurut
keduaekonom ini, pengeluaran investasi tidak hanya mempunyai pengaruh
(lewat proses multiplier) terhadap permintaan agregat, tetapi juga terhadap
penawaran agregat melalui pengaruhnya terhadap kapasitas produksi.
Dalam perspektif waktu yang lebih panjang ini, investasi menambah stok
kapital misalnya, pabrik-pabrik, jalan-jalan, dan sebagainya (Boediono,
1985 : 59).
Hubungan antara stok kapital dengan penawaran agregat adalah setiap
penambahan stok kapital masyarakat meningkatkan pula kemampuan
masyarakat untuk menghasilkan output. Output yang dimaksud adalah
output yang potensial bisa dihasilkan dengan stok kapital (kapasitas
pabrik) yang ada (Boediono, 1985 : 60).
25
Laju pertumbuhan natural dalam sistem Harrod yang sederhana adalah
persentase pertumbuhan satuan tenaga kerja efisien per tahun; sebagai
kondisi (syarat) pertumbuhan seimbang maka output dan kapital harus
juga tumbuh dengan laju pertumbuhan natural yang sama (Boediono, 1985
: 68)
Dalam analisis Harrod-Domar yang menjadi pokok persoalan analisis
adalah: apakah syarat yang diperlukan agar pertumbuhan ekonomi akan
terus-menerus teguh pada masa depan?
Untuk menunjukan hubungan di antara analisi Keynes dengan teori
Harrad-Domar terlebih dahulu akan diperhatikan kembali teori
keseimbangan kegiatan perekonomian yang dikemukakan dalam teori
Keynes. Seperti telah dilihat. Teori Keynes pada hakikatnya menerangkan
bahwa perbelanjaan agregat akan menentukan tingkat kegiatan
perekonomian. Dalam perekonomian dua sektor perbelanjaan agregat
terdiri dari konsumsi rumah tangga dan investasi perusahaan. Analisis
yang dikembangkan oleh Keynes menunjukan kepada kita bagaimana
konsumsi rumah tangga dan investasi perusahaan tersebut akan
menantukan tingkat pendapatan nasional. Analisis Harrad-Domar
mengingatkan kita bahwa sebagai akibat investasi yang dilakukan tersebut
pada masa berikutnya kapasitas barang-barang modal dalam perekonomian
akan bertambah. Seterusnya dalam teori Harrad-Domar dianalisi keadaan
yang perlu wujud agar pada masa berikutnya barang-barang modal yang
tersedia tersebut akan sepenuhnya digunakan (Sukirno 2005: Hal 450)
26
Teori Harrad-Domar menunjukan bahwa jawaban persoalan ini relatif
sederhana, yaitu: agar seluruh barang modal yang tersedia digunakan
sepenuhnya, permintaan agregat haruslah bertambah sebanyak kenaikan
kapasitas barang-barang modal yang terwujud sebagai akibat dari investasi
dimasa lalu.
b. Pandangan Solow – Swan
Robert Solow dan Trevor Swan secara sendiri-sendiri mengembangkan
model pertumbuhan ekonomi yang sekarang sering disebut dengan nama
model pertumbuhan Neo Klasik. Model Solow dan Swan memusatkan
perhatianya pada pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital, kemajuan
teknologi dan output saling berinteraksi dalam proses pertumbuhan
ekonomi (Boediono, 1985 : 81).
c. Pandangan Schumpeter
Joseph Schumpeter hidup di zaman modern (1883-1950). Dari segi
teori Schumpeter bisa digolongkan dalam kelompok teori pertumbuhan
Klasik. Namun dari segi kesimpulannya khususnya mengenai prospek
perbaikan hidup masyarakat banyak dalam perekonomian kapitalis.
Berbeda dengan ekonom-ekonom Klasik sebelumnya, ia optimis bahwa
dalam jangka panjang tingkat hidup orang banyak bisa ditingkatkan terus
sesuai dengan kemajuan teknologi yang bisa dicapai masyarakat tersebut.
Sejalan juga dengan para ekonom modern, Schumpeter tidak terlalu
menekankan pada aspek pertumbuhan penduduk maupun aspek
keterbatasan sumber daya alam dalam pertumbuhan ekonomi. Bagi
27
Scumpeter, masalah penduduk tidak dianggap sebai aspek sentral dari
proses pertumbuhan ekonomi (Boediono, 1985 : 47).
Schumpeter berpendapat bahwa motor penggerak perkembangan
ekonomi adalah suatu proses yang di beri nama inovasi, dan para
pelakunya adalah para wiraswasta atau inovator atau entrepreuner.
Kemajuan ekonomi suatu masyarakat hanya bisa diterangkan dengan
adanya inovasi oleh para entrepreuner (Boediono, 1985 : 47).
Gambaran umum dari proses kemajuan ekonomi menurut Schumpeter
adalah membedakan antara pengertian pertumbuhan ekonomi dan
pengertian perkembangan ekonomi. Keduanya adalah sumber dari
peningkatan output masyarakat, tetapi masing-masing mempunyai sifat
yang berbeda. Pertumbuhan ekonomi di artikan sebagi peningkatan output
masyarakat yang disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah faktor
produksi yang digunakan dalam proses produksi masyarakat tanpa adanya
perubahan cara-cara atau teknologi produksi itu sendiri. Pertumbuhan
ekonomi adalah satu sumber kenaikan output, sedangkan perkembangan
ekonomi adalah kenaikan output yang disebabkan oleh inovasi yang
dilakukan oleh para wiraswasta. Inovasi berarti perbaikan teknologi dalam
arti luas mencakup penemuan produk baru, pembukaan pasar baru dan
sebaginya. Tetapi yang penting adalah bahwa inovasi menyangkut
perbaikan kwalitatif dari sistem ekonomi itu sendiri, yang bersumber dari
kreativitas para wiraswastanya (Boediono, 1985 : 48).
28
Menurut pendapatan Schumpeter, inovasi tidak akan terus-menerus
berlangsung tetapi berlaku secara periodik yaitu adakalanya banyak
dilakukan dan pada masa selanjutnya kurang dilakukan. Pada ketika para
pengusahan kurang melakukan investasi kemerosotan kegiatan ekonomi
akan berlaku. Pertumbuhan ekonomi akan berlaku kembali sekiranya para
pengusaha melakukan inovasi yang baru yang akan menggalakan
investasi, perkembangan kegiatan ekonomi dan peningkatan dalam
produksi nasional (Sukirno 2005: Hal 450).
3. Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif
Kajian diagnosa pertumbuhan ekonomi yang inklusif ini akan lebih
melihat pada kendala yang menghambat masyarakat miskin dan mayoritas
angkatan kerja untuk berkontribusi dan mendapatkan manfaat dari
pertumbuhan ekonomi tersebut. Inklusifitas tersebut lebih mengacu pada
kesejahteraan peluang yang mereka miliki dalam hal akses kepada pasar,
sumber daya, dan lingkungan peraturan yang tidak bias bagi kalangan bisnis
dan individu. Laporan Bank Dunia (2008) menyatakan bahwa analisa
pertumbuhan ekonomi yang inklusif berfokus pada cara-cara untuk
meningkatkan laju pertumbuhan dengan memanfaatkan atau mendayagunakan
bagaian dari angkatan kerja yang masih terperangkap dalam kegiatan
produktifitas rendah atau sama sekali tidak diikutsertakan dalam proses
pertumbuhan ekonomi (Bank dunia,2011 : 9).
29
Gambar 2.1 Skema Analisis Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif
Sumber: Elena lanchovichina dan Susanna Lundstrom pada”inclisive
Growth Analiytics” (2009)
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
1. Nilai Tambah Industri (Sedang/Besar) (X1)
Nilai tambah industri merupakan tambahan nilai yang diperoleh dari setiap
unit industri besar dan sedang yang ada disuatu daerah. Nilai Tambah Industri
ini menggunakan Nilai Tambah Industri berdasarkan biaya faktor produksi.
Secara umum mengenai nilai tambah seperti dikatakan oleh Richard G.
Lipsey, peter O, Steiner dalam bukunya yang berjudul Economics, bahwa :
"Value added is value of its output minus the value of input that it pruchases
from other firms,
Lebih lanjut nilai tambah itu sendiri dapat dibagi nenjadi nilai tambah
bruto dan nilai tambah netto seperti yang dinyatakan oleh Biro Neraca
Pertumbuhan ekonomi
Meningkatnya penghasilan
melalui tenaga kerja yg produktif
upah sendiri
Analisis lingkungan bisnis
Pekerja Upah
Analisis kelayakan kerja
Penanggulangan kemiskinan
30
Nasional pusdikfat Statistik dalam bukunya : "pedoman penghitungan
Pendapatan Regional di Indonesia" sebagai berikut :
"Nilai tambah bruto sektor industri diperoleh dengan mengurangkan nilai
biaya antara outputnya” yang dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
NTB =NPB - BA
Di mana:
- NTB : Nilai Tambah Bruto (value added)
- NPB : Nilai Produksi Bruto (Output)
- BA : Biaya Antara ( Intermediate Consumption)
NiIai produksi bruto dihitung dengan mengalihkan banyaknya barang atau
jasa yang dihasilkan dengan harga barang atau jasa tersebut.
Nilai tambah merupakan nilai suatu produk sebelum diolah, dengan
setelah diolah per satuanya, nilai tambah diketahui dengan melihat selisih
antra nilai output dengan nila input suatu industry. Nilai output atau biaya
produksi terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya
yang dikeluarkan suatu industri secara rutin setiap priode tertentu dan jumlah
yang tetap,
Sedangkan biaya variabel meliputi biaya bahan utama, bahan penolong,
upah tenaga kerja, biaya bahan bakar dan biaya pemasaran. Sedangkan yang
nilai input suatu industri (penerimaan) merupakan hasil kali antara harga
produk barang dengan jumlah barang yang diproduksi. Dalam hal ini nilai
tambah industri yang dimaksud adalah nilai tambah yang dihasilkan oleh
industri sedang dan besar.
31
1.1 Industri menjadi penggerak utama pembangunan
Dengan pemberian arah yang jelas, utamanya pembangunan industri
berorientasi ekspor, kemampuan dunia usaha yang kian meningkat dengan
dukungan iklim usha yang kondusif serta penyediaan sarana dan prasarana
yang memadai, makna ekspor non migas mampu menjadi penggerak utama
pembangunan. Dalam ekspor non migas peranan ekspor hasil industri sangat
strategis. Selai menjadi penghasil devisa yang besar juga telah menggerakan
ekonomi masyarakat. Peranan ekspor hasil industri semakin dominan; dalam
tahun 1991/1992 yang mencapai US$ 16,2 miliar yang merupakan 85% dari
ekspor non migas dan 55% total ekspor Indonesia.
Menurut Sandy (1985:154) industri adalah usaha untuk memproduksi
barang jadi dari bahan baku atau bahan mentah melalui proses penggarapan
dalam jumlah besar sehingga barang tersebut dapat diperoleh dengan harga
satuan yang serendah mungkin tetapi dengan mutu setinggi mungkin.
1.2 Strategi Pembangunan Sektor Industri
Dalam melakukan industrilisasi, ada dua pilihan strategi, yakni strategi
subtitusi impor (SI) atau strategi promosi ekspor (PE). Strategi SI sering
disebut kebijakan inward-looking, yakni strategi yang memfokuskan pada
pengembangan industri nasional yang berorientasi kepada pasar domestik.
Sedangkan strategi PE sering disebut kebijakan outward-looking, yakni
strategi yang memfokuskan pada pengembangan industri nasional lebih
berorientasi kepasar internasional. Strategi SI dilandasi oleh pemikiran bahwa
laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai dengan mengembangkan
32
industri di dalam negeri yang memproduksi barang-barang pengganti M
(subtitusi M). Sedangkan, strategi PE dilandasi oleh pimikiran bahwa laju
pertumbuhan ekonomi yang tinggi hanya bisa direalisasikan jika produk-
produk yang dibuat di dalam negeri dijual di pasar X (Tulus Tambunan 2003;
Hal 298).
1.3 Konsep Nilai Tambah dalam Konteks Makroekonomi
a. Konsep Haller dan Stolowy (1995)
Nilai tambah industri atau Value Added adalah suatu konsep yang
dapat mengukur performance entitas ekonomi, VA merupakan konsep
utama pengukuran pendapatan suatu Negara. Konsep ini secara
trandisional berakar pada ilmu ekonomi makro. Terutama yang
berhubungna dengan perhitungan pendapatan nasional yang diukur dengan
Produk Nasional atau Produk Domestik.
b. Konsep Haller dan Stolowy (1995)
Menurut kelompok ini, konsep Nilai Tambah Industri ini berakar dari
konsep theory of the economic circle yang dikembangkan pertama kali di
Prancis oleh Quesnay (1670). Teori nilai tambah ini dikombinasikan
dengan system akuntansi yang awalnya sering digunakan untuk
menghitung perkembangan ekonomi suatu Negara dibandingkan dengan
Negara lainnya.
1.4. Hubungan Nilai Tambah Industri dengan Pertumbuhan Ekonomi
Pembangunan industri di daerah merupakan bagian dari segi
pembangunan industri secara nasional, dimana keberhasilan dari
33
pembangunan industri di daerah merupakan salah satu kunci pokok suksesnya
pelakasanaan pembangunan industri nasional. Sektor industri , dalam hal ini
adalah industri besar dan sedang harus dikembangkan karena merupakan
sektor yang potensial dalam membantu suksesnya pelaksanaan pembangunan,
dimana sektor ini dapat menyerap tenaga kerja yang banyak, mempunyai
peluang pasar yang lebih baik dibanding sektor lainnya.
2. Teori Perdagangan Internasional
Dewasa ini dapat dikatakan bahwa tidak ada negara di dunia ini yang
mampu memisahkan dirinya dengan negara lain terutama dalam memenuhi
kebutuhannya. Suatu negara dapat saja memenuhi salah satu kebutuhannya,
namun dilain pihak ada kebutuhan lain yang tidak dapat dipenuhi dari dalam
negeri karena alasan-alasan tertentu seperti keterbatasan dalam sumber daya
alam, kekurangan modal, skill yang belum memadai dan lain-lain. Kebutuhan
demikian ini biasanya diperoleh dari negara lain melalui kegiatan
perdagangan. Jadi telah terbentuk saling ketergantungan antara negara-negara
yang ada di dunia ini.
Dengan adanya saling ketergantungan dan semakin terbukanya
perekonomian dunia, maka kegiatan perdagangan internasional menjadi kian
penting peranannya.
Perdagangan luar negeri atau perdagangan internasional sebagai salah satu
bagian dari analisa ekonomi pembangunan, memegang peranan penting dalam
usaha peningkatan pendapatan perkapita. Tidak dapat dipungkiri bahwa semua
negara telah melaksanakan perdagangan internasional.
34
Hampir tanpa terkecuali semua perekonomian terlibat dalam perdagangan
internasional bagi suatu perekonomian dapat diukur dalam hubungannya
dengan produksi nasional bruto atau Gross National Product (GNP), sebagai
contoh orang dapat mengukur keterbukaan suatu perekonomian melalui
peranan impor perekonomian berbeda dengan perekonomian yang lain.
Perdagangan internasional yang bebas, memegang peranan penting dalam
proses perkembangan suatu bangsa seperti yang dikemukakan Todaro (1995)
dalam Purwiyanta (1996) :
“International free trade has often been referred to as the ‘engine of growth’
that propelled the development of today’s economically advanced nation
during nineteenth and early twentieth century. Rapidly expanding export
market provided and additional stimulus to growing local demands that led to
establishment of large-scale manufacturing industries. Together with a
relatively stable political structure and flexible social institutions, these
increased export earnings enabled the developing country in the nineteenth
century to borrow fund in the international capital market at very low interest
rate. This capital accumulation in turn stimulated further production, made
possible increased imports, and led to more diversified industrial structure.”
Bahwa perdagangan merupakan mesin pertumbuhan banyak dibahas
dalam literatur-literatur ekonomi pembangunan. Surplus yang diperoleh oleh
negara yang melakukan perdagangan internasional berpeluang untuk
meningkatkan aktivitas perekonomiannya.
35
Manfaat lain yang diperoleh dari perdagangan, khususnya bagi negara-
negara berkembang mencakup 3 (tiga) hal, yaitu; (1) perdagangan
internasional memperluas pasar, merangsang inovasi dan meningkatkan
produktivitas; (2) perdagangan internasional meningkatkan tabungan dan
akumulasi kapital; (3) perdagangan internasional memiliki efek mendidik
dalam hal dorongan atau keinginan terhadap hal-hal yang baru maupun selera
baru dan transfer teknologi, skill dan enterpreneurship.
Perdagangan internasional juga disebut-sebut sebagai suatu mekanisme
untuk mewujudkan ketidak seragaman internasional (mechanism of
international inequality). Melalui interaksi berbagai kekuatan di pasar
menyebabkan setiap negara berbeda dengan negara-negara lainnya baik dalam
hal tingkat pembangunan ekonomi maupun pendapatan perkapita.
2.1 Pengertian Ekspor
Salah satu komponen dalam perdagangan internasional; yaitu ekspor,
sering disebut juga sebagai komponen pembangunan utama (export-led-
development) artinya ekspor memegang peranan utama dan signifikan
terhadap proses pembangunan suatu bangsa. Salah satu alasannya barangkali
adalah pengalaman beberapa negara yang mempunyai pertumbuhan ekspor
yang tinggi dalam beberapa dekade dan kemudian menjadi negara dengan
kekuatan ekonomi yang besar.
Definisi ekspor adalah pengiriman barang dagangan keluar negeri melalui
pelabuhan di seluruh wilayah Republik Indonesia, baik bersifat komersial
maupun bukan komersial. Sedangkan yang dimaksud impor adalah
36
pengiriman barang dagang dari luar negeri ke pelabuhan di seluruh wilayah
indonesia kecuali wilayah bebas yang dianggap luar negeri, yang bersifat
komersial maupun bukan komersial. Anonim, (2003)
Menurut pandangan Kotler dan Amstrong, 2001 Ekspor merupakan
bentuk paling sederhana dalam sistem perdagangan internasional dan
merupakan suatu strategi dalam memasarkan produksi ke luar negeri. Faktor-
faktor seperti pendapatan negara yang dituju dan populasi penduduk
merupakan dasar pertimbangan dalam pengembangan ekspor.
Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari Daerah Pabean.
Sedangkan yang dimaksud dengan eksportir adalah setiap perusahaan atau
perorangan yang melakukan kegiatan ekspor, untuk mengekspor barang yang
bebas ekspornya dapat dilakukan oleh setiap perusahaan yang telah memiliki
Surat Izin Usaha dari Departemen Teknis/Lembaga Pemerintah Non
Departemen berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (
Hamdani; Seluk-beluk Perdagangan Ekspor-Impor. Jakarta 2007. Hal 12)
Teori keunggulan atau keuntungan absolute dari adam smith yang disebut
dengan teori murni perdagangan internasional. Dasar pemikiran dari teori ini
adalah bahwa suatu Negara akan melakukan spesialisasi terhadap produk dan
ekspor suatu (atau beberapa) jenis barang tertentu, dimana Negara tersebut
memiliku keunggulan absolutedan tidak produksi atau import suatu (atau
beberapa) jenis barang tertentu dimana Negara tersebuut tidak mempunyai
keunggulan tersebut atas Negara lain yang memproduksi atas barang yang
sama, atau suatu Negara akan mengekspor (mengimpor) barang X jika Negara
37
itu dapat (tidak dapat) memproduksinya lebih fesien atau murah dibandingkan
dengan Negara lain,
a. Teori Ekspor
1. Teori Hecksher-Ohlin
Teori modern ini dalam perdagangan internasional dikemukakan
pertama kali oleh Bertil Ohlin pada tahun 1933 dalam bukunya“
Interregional and In ternasional trade” yang didasarkan sebagian atas
tulisan gurunya, yaitu Eli Hecksher, yang ditulisnya pada tahun 1919.
Dengan demikian dikenal teori Hecksher – Ohlin. (Soelistio dan
Nopirin, 1977:54)
Dalam Hecksher –Ohlin yang sederhana ada beberapa anggapan yaitu;
a) Dua faktor produksi, yaitu tenaga kerja dan capital.
b) Dua barang yang mempunyai “kepadatan” faktor produksi yang
tidak sama, yang satu (X) lebih padat karya, yang lain (Y) lebih
padat capital.
c) Dua Negara yang memiliki jumlah kedua faktor produksi yang
berbeda. (Boediono, 2000:59)
Inti dari model Hecksher –Ohlin yang diuraikan diatas adalah
suatu Negara lebih cenderung untuk mengeskpor barang yang
menggunakan lebih banyak faktor produksi relatif melimpah dinegara
tersebut.
38
2. Teori Keunggulan Mutlak (Absolute Advantage) Adam Smith
Teori keunggulan atau keuntungan absolute dari Adam Smith sering
disebut dengan teori murni perdagangan internasional. Dasar pemikiran
dari teori ini adalah bahwa suatu Negara akan melakukan spesialisasi
terhadap produk ekspor (atau beberapa) jenis barang tertentu, dimana
Negara tersebut mempunyai keunggulan absolute dan tidak
memproduksi atau impor suatu (atau beberapa) jenis barang tertentu
dimana negara tersebut tidak mempunyai keunggulan absolute atas
Negara lain yang meemproduksi jenis barang yang sma, atau suatu
negara akan mengekspor (mengimpor) barang X jika negara itu dapat
(tidak dapat) memproduksinya lebih efesien atau murah dibandingkan
Negara lain. Jadi teori ini menekankan bahwa efesien dalam
penggunaan faktor produksi, misalnya tenaga kerja, di dalam proses
produksi sangat menentukan keunggulan atau tingkat daya saing dari
Negara bersangkutan. Tingkat keunggulan diukur berdasarkan nilai
tenaga kerja yang sifatnya homogen (Tulus Tambunan, 2004:47)
3. Teori Keunggulan Komporatif John S. Mill dan David Ricardo
Teori Keunggulan Komporatif dari J.S. Mill dan David Ricardo
yang disebut sebagai teori keunggulan komporatif (atau teori biaya
komporatif ), dimana teori ini lahir sebagai kritik sebagai usaha
penyempurnaan/ perbaikan terhadap teori keunggulan absolut.
Dasar pemikiran teori ini adalah bahwa terjadinya perdagangan
internasional pada prinsipnya tidak berbeda dengan dasar pemikiran
39
dari Adam Smith. Yakni Adam Smith mengawali penjelasannya dengan
kebenaran sederhana bahwa dua Negara akan melakukan perdagangan
secara sukarela jika kedua Negara tersebut mengalami keuntungan.
Menurut Adam Smith, perdagangan dua Negara didasarkan pada
keunggulan absolut ( absolute advantage). Jika sebuah Negara lebih
efisien dari pada Negara lain dalam memproduksi sebuah komoditi,
atau kurang efisien dari Negara lain dalam memproduksi komoditi
lainnya, maka kedua Negara tersebut dapat memperoleh keuntungan
dengan cara masing- masing melakukan spesialisasi dalam
memproduksi suatu komoditi dengan keunggulan absolute dan
menukarkannya dengan komoditi lain dari Negara lain. Dengan cara
demikian, sumber daya kedua Negara dapat dimanfaatkan dengan
efisien. Output kedua komoditi pun akan meningkat Perbedaannya
hanya pada cara pengukuran keunggulan suatu Negara, yakni dilihat
komporatif biayanya, bukan perbedaan absolutnya,
Dalam teori J.S Mill menyatakan bahwa suatu Negara akan
mengkhususkan diri pada ekspor barang tertentu jika negra tersebut
memiliki keunggulan komporatif (comparative advantage) terbesar
yaitu barang yang diproduksi dengan biaya produksi yang lebih rendah
dibanding Negara lain dan akan mengimpor barang tertentu. Jika
Negara tersebut memiliki kerugian komporatif atau keunggulan
komporatif terendah yaitu bila barang yang diproduksi sendiri akan
memakan produksi yang lebih besar (comparative advantage)
40
Sedangkan dasar pemikiran David Ricardo adalah bahwa
perdagangan antra dua Negara akan terjadi bila masing-masing Negara
memiliki biaya relait yang terkecil (atau produktifitas TK relatif yang
terbesar) untuk jenis barang yang berbeda. Jadi penekana Ricardo pada
perbedaan efesiensinya atau produkstifitas relatif antar Negara dalam
memproduksi dua (atau lebih) jenis barang yang menjadi dasar
terjadinya perdaganga internasional (Tulus Tambunan, 2004)
Hubungan Ekspor dengan Pertumbuhan Ekonomi
Ekspor merupakan faktor penting dalam merangsang
pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ekspor akan memperbesar
kapasitas konsumsi suatu negara meningkatkan output dunia, serta
menyajikan akses ke sumber-sumber daya yang langka dan pasar-
pasar internasional yang potensial untuk berbagai produk ekspor yang
mana tanpa produk-produk tersebut, maka negara-negara miskin tidak
akan mampu mengembangkan kegiatan dan kehidupan perekonomian
nasionalnya. Ekspor juga dapat membantu semua negara dalam
menganbil keuntungan dari skala ekonomi yang mereka miliki
(Michael P. Todaro & Stephen C).
Fungsi penting komponen ekspor dari perdagangan luar negeri
adalah negara memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional naik,
yang pada gilirannya menaikkan jumlah output dan laju pertumbuhan
ekonomi. Dengan tingkat output yang lebih tinggi lingkaran setan
41
kemiskinan dapat dipatahkan dan pembangunan ekonomi dapat
ditingkatkan (Jhingan, 2000).
2.2 Pengertian Impor (X3)
Impor adalah pengiriman dagangan dari luar negeri kepelabuhan diseluruh
wilayah Indonesia kecuali wilayah bebas yang dianggap luar negeri, yang
bersifat komersial maupun yang bukan komersial. Barang-barang luar negeri
yang diolah dan diperbaiki didalam negeri dicatat sebagai barang impor
meskipun barang tersebut akan kembali keluar negeri (Hamdani; Seluk-beluk
Perdagangan Ekspor-Impor. Jakarta 2007. Hal 15).
Dalam statistik perdagangan internasional impor sama dengan
perdagangan dengan cara memasukan barang dari luar negeri kedalam wilayah
pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. Impor
mempunyai sifat yang berlawanan dengan ekspor.
Impor suatu Negara berkolerasi dengan output dan pendapatan Negara
tersebut secara positif. Permintaan untuk impor tergantung pada harga yang
relatif atas barang-barang luar negeri dan dalam negeri. Oleh karena itu
volume dan nilai impor akan dipengaruhi output dalam negeri dan harga relatif
antara barang-barang buatan dalam negeri dan buatan luar negeri.
Impor berlawanan dengan ekspor. Ekspor dapat dikatakan injeksi bagi
perekonomiam namun impor merupakan kebocoran dalam pendapatan
nasioanal.
42
m = ∆M / ∆Y
Dimana:
m = Marginal Propensity to consume
∆M = Pertambahan Impor
∆Y = Pertambahan Pendapatan
Impor ditentukan oleh kesanggupan/ kemampuan dalam menghasilkan
barang-barang yang bersaing dengan buatan luar negeri. Yang berarti nilai
impor bergantung dari nilai tingkat pendapatan nasioanal Negara tersebut.
Makin tinggi tingkat pendapatan nasional, serta semakin rendah kemampuan
dalam menghasilkan barang-barang tertentu, maka impor pun akan semakin
tinggi. Sebagai akibatnya banyak kebocoran dalam pendapatan nasional.
Secara sistematis, hubungan impor dengan pendapatan nasional dapat ditulis
sebagai berikut:
M = Mo + mY
Dimana:
M = Jumlah Impor
Mo = Jumlah Impor yang nilainya tidak ditentukan
m = Marginal Propensity to Impor
Y = Pendapatan nasional
Sedangkan pengertian impor yang kita gunakan dalam buku (perdagangan luar
negri, Arby, 2003/2004) adalah impor yang dimaksudkan sesuai dengan undang-
undang yaitu memasukan barang kedalam daerah pabean (Indonesia) tentu saja
43
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku yang diatur berdasarkan undang-
undang itu sendiri maupun peraturan pemerintah.
Barang impor, sampai tulisan ini diturunkan, di Indonesia oleh pemerintah
ditentukan dalam 3 (tiga) macam yaitu:
1. Barang yang dilarang impor yaitu :
a. Beberapa jenis produk industri percetakan
b. Beberapa produk industri manufaktur, misalnya TV/Radio dalam keadaan
built up.
c. Kendaraan bermotor/ mobil dalam keadaan built up.
2. Barang yang diatur tata niaga impor yaitu:
Pengaturan barang ini ditetapkan oleh Menperindag misalnya:
a. Barang pindahan.
b. Barang yang masuk ke Indonesia dengan hibah.
c. Barang bantuan luar negeri.
d. Barang/bahan baku yang dimasukan di kawasan berikat oleh Perusahaan
Pengolahan di kawasan terikat (PPDKB) dan ke Entreport Produksi
untuk tujuan Ekspor (EPTE) untuk diolah lebih lanjut menjadi barang
ekspor sesuai izin industry PPDKB atau EPTE tersebut.
e. Barang/bahan baku yang dimasukan ke kawasan berikat untuk ditimbun,
disimpan, atau dikemas.
f. Barang impor khusus yang ditetapkan oleh pemerintah yang
pengimpornya dilakukan oleh importir yang ditetapkan/ ditunjukan
pemeritah.
44
3. Barang yang tidak diatur tata niaganya (bebas) yaitu:
Barang yang tidak termasuk barang impor yang dilarang atau yang diatur
tata niaga impornya, digolongkan barang yang dapat diimpor secara bebas.
Pengimporan barang ini berlaku ketentuan umum yang berlaku untuk barang
impor. Perlu ditambahkan bahwa barang impor kapal niaga dan kapal bekas.
Untuk melaksanakan kebijakan di bidang impor pemerintah melakukan
dengan 2 cara yaitu kebijakan Tarif Barier dan kebijakan Nontarif Barier (Arbi
Syarif: 2004:12).
3 Investasi (X4)
3.1 Pengertian Investasi
Menurut Sunariyah (2003:4): “Investasi adalah penanaman modal
untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu
lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan
datang.” Dewasa ini banyak negara-negara yang melakukan
kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan investasi baik
domestik ataupun modal asing. Hal ini dilakukan oleh pemerintah sebab
kegiatan investasi akan mendorong pula kegiatan ekonomi suatu negara,
penyerapan tenaga kerja, peningkatan output yang dihasilkan,
penghematan devisa atau bahkan penambahan devisa.
Sebagian pendapat berkeyakinan akan pemikiran yang
berkesimpulan bahwa hampir semua menganggap pembangunan identik
dengan pertumbuhan ekonomi, seperti tercermin dalam tujuan
pembangunan. Sedangkan pertumbuhan ekonomi merupakan fungsi dari
45
investasi yang berarti tergantung dari jumlah modal dan teknologi yang
ditanam dan dikembangkan dalam masyarakat. Investasi merupakan
salah satu faktor penting dalam menentukan tingkat pendapatan nasional.
Kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus menerus
meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan
pendapatan nasional dan taraf kemakmuran (Sukirno,2000:367).
Adanya investasi-investasi baru memungkinkan terciptanya barang
modal baru sehingga akan menyerap faktor produksi baru yaitu
menciptakan lapangan pekerjaan baru atau kesempatan kerja yang akan
menyerap tenaga kerja yang pada gilirannya akan mengurangi
pengangguran. Dengan demikian akan menambah output dan pendapatan
baru pada faktor produksi akan menambah output nasional sehingga
akan terjadi pertumbuhan ekonomi.
Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana
pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa
yang akan mendatang. Umumnya investasi dibedakan menjadi dua,
yaitu: investasi pada aset-aset finansial (financial assets) dan investasi
pada asset-aset riil (real assets). Investasi pada asset-aset finansial
dilakukan pada pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito,
commersial paper, surat berharga pasar uang, dan lain-lainya, investasi
dapat dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham, obligasi, waran,
opsi, dan lain-lain, sedangkan pada asset-aset riil dapat berbentuk
46
pembelian asset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan,
pembukaan perkebunan dan lainnya. Abdul (2005:15)
Suatu iklim investasi yang baik akan meningkatkan manfaat bagi
masyarakat secara keseluruhan. Hal ini berarti bahwa beberapa jenis
biaya dan resiko sudah selayaknya menjadi beban bagi perusahaan-
perusahaan. Persaingan juga memainkan suatu peranan kunci dalam
memicu inovasi dan produktivitas akan turut dinikmati oleh para pekerja
dan konsumen. (laporan pembangunan dunia 2005: Iklim investasi yang
lebih baik bagi setiap orang - World Bank, 2005)
a. Teori Investasi Harrod Domar
Teori Harrod Domar mengemukakan bahwa model pertumbuhan
ekonomi merupakan pengembangan dari teori Keynes. Teori tersebut manitik
beratkan pada peranan tabungan dan industri sangat menetukan dalam
pertumbuhan ekonomi daerah (Arsyad, 2010:84)
Beberapa asumsi yang digunakan dalam teori ini adalah bahwa:
1. Perekonomian dalam keadaan pekerjaan penuh (full employmen) dan
faktor-faktor produksi yang ada juga di manfaatkan secara penuh
(full utilization).
2. Perekonomian terdiri dari dua sektor: sektor Rumah Tangga dan
Perusahaan.
3. Besarnya tabungan masyarakat proposional dengan besarnya
pendapatan nasional.
47
4. Kecenderungan menabung (Marginal Propensity to save = MPS)
besarnya tetap, demikian rasio antar modal dan output (Capital
Output Ratio = COR) dan rasio penambahan modal-output
(Inceremental Capital Output Ratio).
Teori ini memliki kelemahan yakni (MPS) kecenderungan menabung
dan (COR) rasio pertambahan modal output dalam kenyataannya selalu
bertambah dalam jangka panjang. Demikian pula proporsi penggunaaan
tenaga kerja dan modal tidak tetap, harga selalu berubah dan suku bunga
dapat berubah dan akan mempengaruhi investasi.
Dalam model pertumbuhan endogen dikatakan bahwa hasil investasi
akan semakin tinggi bila produksi agregat di suatu negara semakin besar.
Dengan diasumsikan bahwa investasi swasta dan publik dibidang
sumberdaya atau modal manusia dapat menciptakan ekonomi eksternal
(eksternalitas positif) dan memacu produktivitas yang mampu mengimbangi
kecenderungan ilmiah penurunan skala hasil. Meskipun teknologi tetap
diakui memainkan peranan yang sangat penting, namun model pertumbuhan
endogen menyatakan bahwa teknologi tersebut tidak perlu ditonjolkan untuk
menjelaskan proses terciptanya pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Implikasi yang menarik dari teori ini adalah mampu menjelaskan potensi
keuntungan dari investasi komplementer (complementary investment) dalam
modal atau sumberdaya manusia, sarana prasarana infrastruktur atau
kegiatan penelitian. Mengingat investasi komplementer akan menghasilkan
manfaat personal maupun sosial, maka pemerintah berpeluang untuk
48
memperbaiki efisiensi alokasi sumberdaya domestik dengan cara
menyediakan berbagai macam barang publik (sarana infrastruktur) atau aktif
mendorong investasi swasta dalam industri padat teknologi dimana
sumberdaya manusia diakumulasikannya. Dengan demikian model ini
menganjurkan keikutsertaan pemerintah secara aktif dalam pengelolaan
investasi baik langsung maupun tidak langsung.
(Marsuki.2006:142) Kebijaksanaan pembangunan yang fokus akan
memudahkan investasi masuk, karena investor mempunyai gambaran yang
jelas akan membuka usaha apa didaerah tujuan investasi. Ada hal tiga pokok
yang selalu menjadi pertimbangan pengusaha dalam melakukan investasi
yaitu:
1. Keadaan Politik dan keamanan yang stabil dan memberikan kepastian
untuk berusaha.
2. Birokrasi yang luwes dan proaktif, sehingga bisa melayani keinginan
pengusaha tetapi tetap dalam koridor hukum dan peraturan yang
berlaku.
3. Mampu memberikan iklim yang kondusif untuk berusaha, yang dicari
oleh pengusaha adalah keuntungan, pengusaha adalah bukan badan
sosial.
Tujuan orang melakukan investasi adalah untuk menghasilkan sejumlah
uang. Secara lebih khusus menurut (Tandelilin, 2001 : 5) ada beberapa
alasan mengapa seseorang melakukan investasi, antara lain :
a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa depan.
49
Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan
taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha
bagaimana mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang
agar tidak berkurang di masa yang akan datang.
b. Mengurangi resiko inflasi.
Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau
obyek lain, seseorang dapat menghindarkan diri dari resiko penurunan
nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.
c. Dorongan untuk menghemat pajak.
Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang
bersifat mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui
pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan
investasi pada bidang bidang usaha tertentu.
3.2 Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
a) Modal dalam negeri adalah Modal yang berasal dari kekayaan masyarakat
Indonesia baik yang dimiliki oleh negara, swasta nasional, atau swasta
asing (sepanjang tidak diatur dalam Pasal 2 UU No. 1/1967). Pihak swasta
yang dimaksud dapat berupa perorangan atau badan hukum. (Pasal 1)
b) PMDN Penggunaaan modal dalam negeri baik secara langsung atau
tidak, untuk menjalankan usaha. (Pasal 2) Penanaman modal langsung:
membeli perlengkapan. Penanaman modal tak langsung : beli saham,
obligasi, dll.
50
c) Perusahaan nasional adalah perusahaan yang minimal 51% adalah modal
dalam negeri. (Pasal 2)
Semenjak diberlakukannya Undang-undang No 1 Tahun 1967
tentang PMDN dan revisi No. 12 Tahun 1970 tentang PMDN, investasi
cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Walaupun demikian, pada
tahun-tahun tertentu sempat juga terjadi penurunan. Kecenderungan
peningkatan bukan hanya berlangsung pada investasi oleh kalangan
masyarakat atau sektor usaha, namun juga penanaman modal dalam
pemerintah.
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dapat diartikan sebagai
pengeluaran atau pembelanjaan penanaman modal atau perusahaan untuk
membeli barang-barang produksi, untuk menambah kemampuan
memproduksi barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian yang
berasal dari investasi dalam negeri. Investasi menghimpun akumulasi
modal dengan membangun sejumlah gedung dan peralatan yang berguna
bagi kegiatan produktif, maka output potensial suatu bangsa akan
bertambah dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang juga akan
meningkat. Jelas dengan demikian bahwa investasi khususnya
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) memainkan peranan penting
dalam menentukan jumlah output dan pendapatan. Kekuatan ekonomi
utama yang menentukan investasi adalah hasil biaya investasi yang
ditentukan oleh kebijakan tingkat bunga dan pajak, serta harapan
mengenai masa depan (Samuelson dan Nordhaus, 1993 : 183).
51
Hubungan Investasi dengan Pertumbuhan Ekonomi
Negara berkembang adalah kurangnya modal, tidak adanya
persediaan dan pertumbuhan ekonomi yang rendah serta keterbelakangan
teknologi. Hal ini dapat di lihat dari biaya rata-rata yang produksi yang
tinggi namun produktivitas tenaga kerja rendah karena tenaga kerjanya
tidak terampil dan peralatan modal yang masih sederhana, hal ini jelas
dari rasio output modal yang tinggi, Indonesia merupakan negara yang
sedang berkembang juga tidak lepas dari masalah diatas, oleh karena itu
investasi merupakan salah satu sumber pembiayaan yang sangat
dibutuhkan untuk menunjang pembangunan. Contoh investasinya adalah
Penanaman Modal Dalam Negeri yang dibiayai pemerintah dan
Penanaman Modal Asing.
E. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas karena
penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya. Meskipun ruang
lingkup hampir sama tetapi karena obyek dan periode waktu yang digunakan
berbeda maka terdapat banyak hal yang tidak sama sehingga dapat dijadikan
sebagai referensi untuk saling melengkapi.
Berikut ringkasan beberapa penelitian terdahulu:
Ria Rahayu Lestari (2007) meneliti tentang Dampak pembangunan
ekonomi terhadap pertumbuhan kota Jakarta tahun 1989-2004, variabel yang
digunakan yaitu kepadatan penduduk, nilai tambah industri, Ekspor,
Pertumbuhan kota, PDRB. Metode yang digunakan metode deskriptif dan
kuantitatif, yaitu mendeskripsikan suatu permasalahan dengan menganalisis
52
data dan hal-hal yang berhubungan dengan angka-angka atau rumus-rumus
perhitungan yang digunakan untuk menganalisis masalah yang sedang diteliti.
Adapun metode analisis yang digunakan peneliti yaitu dengan metode OLS.
Hasil analisis dari penelitian ini menyebutkan bahwa PDRB dan ekspor
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan kota. Sedangkan,
kepadatan penduduk berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
pertumbuhan kota. Selain itu, dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa nilai
tambah industri tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan kota.
Almasdi Syahza (2003) meneliti tentang Perkembangan Ekspor Dan
Pertumbuhan Ekonomi di Daerah Riau, variabel yang digunakan yaitu Ekspor,
pertumbuhan ekonomi, Data sekunder yang dipergunakan, dianalisis dengan
model OLS dan TSLS.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa ekspor memegang peranan
penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi di Propinsi Riau. Untuk
mendukung ekspor dari luar migas, maka orientasi ekonomi daerah Riau
diharapkan tertuju pada penambahan faktor-faktor produksi bagi ekonomi
golongan bawah, sehingga trickle down effect bisa berjalan seperi yang
diharapkan.
Yusuf dan Widyastutik (2007) meneliti tentang Analisis Pengaruh
Ekspor-Impor Komoditas Pangan Utama dan Liberalisasi Perdagangan
terhadap Neraca Perdagangann Indonesia. variabel yang digunakan yaitu
komoditas pangan Ekspor-Impor, liberalisasi dan nerca perdagangan. Metode
yang digunakan data sekunder. Metode analisis yang digunakan untuk
53
mengetahui hubungan antar varaibel adalah model koreksi kesalahan atau
ECM.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa Ekspor komoditas pangan dalam
jangka pendek dan jangka panjang berpengaruh negatif terhadap neraca
perdagangan non-migas Indonesia. Namun hal tersebut perlu dilakukan untuk
menghindari penururunan tajam pada neraca perdagangan non-migas dan
memberikan waktu agar pemerintah Indonesia menyiapkan diri dalam
meningkatkan daya saing komoditas pangan Indonesia.
Pinem Juniartha (2009) meneliti tentang Analisis Pengaruh Ekspor,
Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah terhadap Cadangan Devisa Indonesia,
variabel yang digunakan yaitu Cadangan Devisa, Ekspor, Impor, dan Nilai
Tukar. Dalam menganalisa besarnya pengaruh variabel- variabel bebas
terhadap variabel terikat digunakan model ekonomtrik dengan mengregrisikan
variabel yang ada dengan menggunakan metode terkecil biasa OLS. Metode
yang digunakan metode kuantitatif dengan menggunakan analisis statistik
yaitu persamaan regresi linear berganda.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa variabel Ekspor dan Kurs
mempunyai pengaruh yang positif terhadap posisi cadangan devisa di
Indonesia. Sedangkan. Impor memiliki pengaruh yang negatif terhadap posisi
cadangan devisa di Indonesia.
Rustiono, Deddy (2008) Meneliti Tentang Analisis Pengaruh Investasi,
Tenaga Kerja, Dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Di Propinsi Jawa Tengah, variabel yang digunakan yaitu Investasi, Tenaga
54
Kerja, Dan Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi.
Penelitian ini menggunakan data runtut waktu tahun 1985-2006 dan
menggunakan analisa regresi “Ordinary Least Square” (OLS) dengan bantuan
perangkat lunak SPSS 11.5.
Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa angkatan kerja, investasi
swasta (PMA dan PMDN) dan belanja pemerintah daerah memberi dampak
positif terhadap perkembangan PDRB Propinsi Jawa Tengah. Krisis ekonomi
menyebabkan perbedaan yang nyata kondisi antara sebelum dan sesudah krisis
dan memberi arah yang negatif. Sebagai upaya meningkatkan PDRB Propinsi
Jawa Tengah maka diperlukan kebijakan mendorong minat berinvestasi di
daerah. Pengembangan usaha sebaiknya diarahkan pada kegiatan yang bersifat
padat karya agar mampu menyerap tenaga kerja sebanyak mungkin. Pada
akhirnya peran pemerintah daerah melalui pengeluaran pemerintah yang dapat
merangsang peningkatan variabel investasi dan penyerapan angkatan kerja
diharapkan mampu meningkatkan kegiatan ekonomi daerah guna tercapainya
pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan perkapita masyarakat.
Widyananto, Harfi (2010) Meneliti Tentang Pengaruh PMDN dan
Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun 1999-2008.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kausal-komparatif. Sumber
data adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik yang
berupa PDRB Jawa Timur, Penanaman Modal Dalam Negeri dan Tenaga
Kerja.
55
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa hasil analisis dapat diketahui
bahwa PMDN dan Tenaga Kerja berpengaruh signifikan secara positif
terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. Pemerintah Jawa Timur
diharapkan agar lebih memberikan perhatiannya terhadap PMDN dan Tenaga
Kerja, sehingga pada akhirnya dapat tercipta pertumbuhan ekonomi yang
tinggi.
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
NO NAMA JUDUL METODE HASIL
1 Ria Rahayu Lestari (2007)
Dampak pembangunan ekonomi terhadap pertumbuhan kota Jakarta tahun 1989-2004,
Metode deskriptif dan kuantitatif, Adapun metode analisis yang digunakan peneliti yaitu dengan metode OLS.
Hasil analisis dari penelitian ini menyebutkan bahwa PDRB dan ekspor berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan kota. Sedangkan, kepadatan penduduk berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan kota. Selain itu, dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa nilai tambah industri tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan kota.
2 Almasdi Syahza (2003)
Perkembangan Ekspor Dan Pertumbuhan Ekonomi di Daerah Riau
Data sekunder yang dipergunakan, dianalisis dengan model OLS dan TSLS
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa ekspor memegang peranan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi di Propinsi Riau. Untuk mendukung ekspor dari luar migas, maka orientasi ekonomi daerah Riau diharapkan tertuju pada penambahan faktor-faktor produksi bagi ekonomi golongan bawah, sehingga trickle down effect bisa berjalan seperi yang diharapkan.
3 Yusuf dan Widyastutik
Analisis Pengaruh Ekspor-Impor Komoditas Pangan Utama dan
Metode yang digunakan data sekunder. Metode analisis
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa Ekspor komoditas pangan dalam jangka pendek dan jangka
56
(2007) Liberalisasi Perdagangan terhadap Neraca Perdagangann Indonesia.
yang digunakan untuk mengetahui hubungan antar varaibel adalah model koreksi kesalahan atau ECM.
panjang berpengaruh negatif terhadap neraca perdagangan non-migas Indonesia
4 Pinem Juniartha (2009)
Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah terhadap Cadangan Devisa Indonesia
Metode yang digunakan metode kuantitatif dengan menggunakan analisis statistik yaitu persamaan regresi linear berganda
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa variabel Ekspor dan Kurs mempunyai pengaruh yang positif terhadap posisi cadangan devisa di Indonesia. Sedangkan. Impor memiliki pengaruh yang negatif terhadap posisi cadangan devisa di Indonesia.
5 Rustiono, Deddy (2008)
Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, Dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Propinsi Jawa Tengah
Penelitian ini menggunakan data runtut waktu tahun 1985-2006 dan menggunakan analisa regresi “Ordinary Least Square” (OLS) dengan bantuan perangkat lunak SPSS 11.5
Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa angkatan kerja, investasi swasta (PMA dan PMDN) dan belanja pemerintah daerah memberi dampak positif terhadap perkembangan PDRB Propinsi Jawa Tengah
6 Widyananto, Harfi (2010)
Pengaruh PMDN dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun 1999-2008
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kausal-komparatif
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa hasil analisis dapat diketahui bahwa PMDN dan Tenaga Kerja berpengaruh signifikan secara positif terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Timur.
57
F. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan sintesis dari serangkaian teori yang tertuang
dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran sistematis dari
kinerja teori dalam memberika solusi atau alternatif solusi dari serangkaian
masalah yang ditetapkan (Hamid,2009:26)
Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian dalam jangka
panjang dan jangka pendek, dan di pengaruhi oleh berbagai faktor. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh produk Nilai Tambah Indutri, Ekspor,
Impor, Investasi (PMDN) terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Jakarta dilihat
nilai koefesien determinasinya guna untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan variabel-variabel independen dalam menerangkan variasi variabel
independen.
Berdasarkan landasan teori diatas, maka diperlukan sebuah analisa
mengenai bagaimana pengaruh, Nilai Tambah Industri, Ekspor dan Investasi
(PMDN) terhadap Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta maka kerangka pemikiran
dalam penelitian yang menggunakan ECM dapat digambarkan sebagai berikut:
58
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
Variabel Independen (Nilai Tambah Industri, Ekspor, Impor dan Investasi (PMDN))
Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) (Y)
STASIONER Uji Derajat Integrasi
Ya Tidak
Dilihat apakah variabel yang di uji stasioner pada ordo yang sama
Tidak
Keluar dari pengujian Uji Kointegritas
Uji Asumsi Klasik
Uji ECM
Kesimpulan Dan Implikasi
Pengujian berhenti, ambil
keputusan
Tidak
Uji Normalitas
Uji Linieritas
Uji Akar-Akar Unit
59
G. Hipotesis
Hipotesis penelitian merupakan pernyataan peneliti tentang hubungan variabel
– variabel dalam penelitian, serta merupakan pernyataan yang paling spesifik.
(Mudrajad, 2009:59)
Lind menyatakan bahwa hipotesa adalah suatu pernyataan mengenai nilai
suatu parameter populasi yang dimaksudkan untuk pengujian dan berguna untuk
mengambil keputusan. Hipotesis juga merupakan pernyataan belum teruji yang
menjelaskan suatu fakta atau fenomena jawaban masalah penelitian, berdasarkan
telaah konsep teorotis yang perlu diuji secara empiris ( oleh Indriantoro dan
Bambang, dalam wordpress.com 2002).
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Nilai Tambah Industri (X1)
Ho : Diduga Nilai Tambah Industri tidak berpengaruh secara signifikan dalam
jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Pertumbuhan Ekonomi
periode 1986-2009.
Ha : Diduga Nilai Tambah Industri berpengaruh secara signifikan dalam
jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Pertumbuhan Ekonomi
periode 1986-2009.
2. Variabel Ekspor (X2)
Ho : Diduga Ekspor tidak berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek
maupun jangka panjang terhadap Pertumbuhan Ekonomi periode 1986-
2009.
60
Ha : Diduga Ekspor berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek
maupun jangka panjang terhadap Pertumbuhan Ekonomi periode 1986-
2009.
3. Variabel Impor (X3)
Ho : Diduga Impor tidak berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek
maupun jangka panjang terhadap Pertumbuhan Ekonomi periode 1986-
2009.
Ha : Diduga Impor berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek
maupun jangka panjang terhadap Pertumbuhan Ekonomi periode 1986-
2009.
4. Variabel Investasi (PMDN) (X3)
Ho : Diduga Investasi (PMDN) tidak berpengaruh secara signifikan dalam
jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Pertumbuhan Ekonomi
periode 1986-2009.
Ha : Diduga Investasi (PMDN) berpengaruh secara signifikan dalam jangka
pendek maupun jangka panjang terhadap Pertumbuhan Ekonomi periode
1986-2009.
61
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam Penelitian ini penulis memilih badan pusat statistik provinsi DKI
Jakarta sebagai sumber utama memperoleh data dalam melakukan riset. Objek
penelitian di DKI Jakarta dipilih karena dianggap sebagai tempat yang tepat bagi
peneliti untuk memperoleh data yang diperlukan berupa Nilai Tambah Industri,
Ekspor, Impor, Dan Investasi (PMDN) yang dijadikan sampel yang dalam hal ini
adalah Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta pada periode tahun 1986 sampai
dengan tahun 2009. Sementara pengolahan data dengan dilakukan metode ECM
dan alat pengolahan data menggunakan EViews 6.0
B. Metode Penentuan Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang berdiri dari : objek/ subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiono 2004) Populasi
dari penelitian ini mencakup Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta yang
berkaitan dengan Nilai Tambah Industri, Ekspor, Impor, dan Investasi
(PMDN) yang diterbitkan oleh badan pusat statistik ( BPS ) DKI Jakarta dan
badan pusat statistik ( BPS ) Nasional
61
62
2. Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh penulis adalah metode
sampel (judgement sampling) yaitu sampel yang diambil sesuai dengan
karakteristik populasi yang diinginkan dijadikan elemen-elemen sample
penelitian.( Abdul Hamid, 2007 : 22 ).
C. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data guna melengkapi penelitian ini, penulis melakukan
serangkaian kegiatan sebagai berikut :
1. Field research
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh dari badan pusat statistik ( BPS ). Berdasarkan publikasi dari badan
pusat statistik tersebut data yang digunakan adalah Data Nilai Tambah
Industri, Ekspor, Impor, Investasi (PMDN), dan Pertumbuhan Ekonomi DKI
Jakarta.
2. Lybrary research
Penulis juga melakukan penelitian pustaka guna memperoleh data-data, buku,
artikel dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini.
3. Internet
Terkadang buku referensi atau literatur yang kita miliki atau pinjam di
perpustakaan tertinggal selama beberapa waktu atau kadaluarsa, karena ilmu
selalu berkembang. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi hal tersebut penulis
melakukan penelitian dengan teknologi yang juga berkembang yaitu internet
63
sehingga data yang diperoleh merupakan data yang sesuai dengan
perkembangan zaman.
D. Metode Analisis Data
Penulis dalam penelitian ini menggunakan metode data kuantitatif dengan
menggunakan analisis statistik melalui pendekatan regresi berganda, yaitu suatu
analisis yang mengukur pengaruh antarvariabel yang melibatkan lebih dari dua
variabel independen terhadap variabel dependen (Sarwoko, 2005). Dalam
penelitian ini digunakan pendekatan Error Correction Model (ECM) untuk
melihat hubungan jangka pendek dan menggunakan uji Kointegrasi untuk melihat
indikasi adanya hubungan jangka panjang. Analisis data akan dilakukan dengan
bantuan aplikasi komputer, program EViews 6.
Pengujian ECM baru dapat dilakukan bila terdapat indikasi adanya hubungan
jangka panjang dengan menggunakan uji kointegrasi. Variabel-variabel dikatakan
terkointegrasi bila stasioner pada ordo yang sama. Untuk menguji kestasioneran
data, maka pada penelitian ini digunakan Phillips-Perron (PP) test. Dalam
Phillips-Perron test, perlu menentukan jumlah truncation lag untuk koreksi
Newey-West, yaitu dengan menggunakan rumus N1/3 = 321/3 = 3,17 yang
kemudian dibulatkan pada nilai satuan terdekat dibawahnya yaitu 3 (Yahya
Hamja, 2008).
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data natural log (ln) dari
variabel-variabel tersebut, yang berguna untuk memecahkan persamaan yang
tidak diketahuinya merupakan pangkat dari variabel lain. Maka dalam penelitian
ini dilakukan beberapa tahapan sebagai berikut :
64
1. Uji Normalitas
Uji ini bertujuan untuk mengetahui data dalam variabel yang akan
digunakan dalam penelitian, data yang baik dan layak digunakan dalam
penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal. Normalitas data dapat
dilihat dengan beberapa cara diantaranya, dengan iji Jarque-Bera atau
Histogram Test. Suatu variabel dikatakan normal jika korelogram pada gambar
menunjukkan bahwa residual berdistribusi normal (Winarno, Wing Wahyu,
2007). hal ini ditunjukkan oleh:
a. Kurva yang mengikuti bentuk lonceng
b. Nilai statistik Jarque-Bera memiliki probabilitas yang jauh lebih
besar dari pada 0,05 atau 5%.
Asumsi normalitas gangguan Ut adalah penting sekali mengingat uji
validitas pengaruh variabel independen baik secara serempak (uji F) maupun
sendiri-sendiri (uji t) dan estimasi nilai variabel dependen mensyaratkan hal
ini. Apabila asumsi ini tidak terpenuhi, maka kedua uji ini dan estimasi nilai
variabel dependen adalah tidak valid untuk sampel kecil atau tertentu
(Gujarati:2006).
Uji normalitas Ut yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Jarque
Bera. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati
normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal
atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Data yang dinilai
normal maka baik untuk dilanjutkan sebagai bahan penelitian.
Langkah-langkah pengujian normailtas data sebagai berikut:
65
Hipotesis: Ho: Model tidak Normal
Ha: Model Normal
Bila probabilitas Obs*R2 > 0.05 → Signifikan, Ho ditolak
Bila probabilitas Obs*R2 < 0.05 → Tidak signifikan, Ho diterima
2. Uji Linieritas
Uji yang sangat populer untuk menguji masalah linieritas adalah uji yang
dikembangkan oleh J.B Ramsey tahun 1969 untuk lebih dikenal dengan nama
Ramsey RESET Test. Uji ini biasanya didesain untuk menguji apakah suatu
variabel penjelas cocok atau tidak dimasukkan dalam suatu model estimasi.
Akan tetapi menurut Kennedy (1996) dalam Insukindro (2003) uji yang
dikembangkan oleh J.B Ramsey ini digunakan untuk menguji apakah bentuk
fungsi suatu model estimasi linier atau tidak linier.
Langkah-langkah pengujian sebagai berikut:
Hipotesis: Ho: Model tidak Linear
Ha: Model Linear
Bila probabilitas Obs*R2 > 0.05 → Signifikan, Ho ditolak
Bila probabilitas Obs*R2 < 0.05 → Tidak signifikan, Ho diterima.
3. Uji Stasioneritas
Proses yang bersifat random atau stokastik merupakan kumpulan dari
variabel random dalam urutan waktu. Setiap data time series yang kita punyai
merupakan suatu data dari hasil proses stokastik. Suatu data hasil proses
random dikatakan stasioner jika memenuhi kriteria, yaitu: jika rata-rata dan
varian konstan sepanjang waktu dan kovarian antara dua data runtun waktu
66
hanya tergantung dari kelambanan antara dua periode waktu tertentu (Agus
Widarjono, 2005). Salah satu persyaratan penting untuk mengaplikasikan
model seri waktu yaitu dipenuhinya asumsi data yang normal atau stabil
(stasioner) dari variabel-variabel pembentuk persamaan regresi. Karena
penggunaan data dalam penelitian ini dimungkinkan adanya data yang tidak
stasioner, maka dalam penelitian ini perlu digunakan beberapa uji stasioner.
Dalam melakukan uji stasioneritas, penulis akan melakukan proses analisis
yang terdiri dari :
a. Uji Akar Unit
Menurut (Nachrowi, 2006) sebagaimana diketahui bahwa data time
series merupakan data sekumpulan nilai suatu variabel yang diambil pada
waktu yang berbeda. Setiap data ditampilkan secara berkala pada interval
waktu tertentu, misalnya harian, triwulan, tahunan, bulanan dan lainnya.
Uji Phillips-Perron memasukkan adanya autokorelasi di dalam variabel
gangguan dengan memasukkan variabel independen berupa kelambanan
diferensi. Phillips-Perron (PP) membuat uji akar unit dengan
menggunakan metode statistik nonperametrik dalam menjelaskan adanya
autokorelasi antara variabel gangguan tanpa memasukkan variabel
penjelas kelambanan diferensi. (Agus Widarjono, 2007)
Statistik distributif t tidak mengikuti statistik distributif normal tetapi
mengikuti distributif statistik PP sedangkan nilai kritisnya digunakan nilai
kritis. Prosedur untuk menentukan apakah data stasioner atau tidak dengan
cara membandingkan antara nilai statistik PP dengan nilai kritisnya yaitu
67
distribusi statistik Mackinnon. Jika nilai absolut statistik PP lebih besar
dari nilai kritisnya, maka data yang diamati menunjukkan stasioner dan
jika sebaliknya nilai absolut statistik PP lebih kecil dari nilai kritisnya
maka data tidak stasioner.
b. Uji Derajat Integrasi
Data time series pada umumnya adalah data yang tidak stasioner.
Untuk menghindari regresi lancung maka harus ditransformasikan data
nonstasioner menjadi data stasioner. Menurut Nachrowi (2006) dalam
berbagai studi ekonometrika, data time series sangat banyak digunakan.
Namun dibalik pentingnya data tersebut, ternyata data time series
‘menyimpan’ berbagai permasalahan, salah satunya yaitu otokorelasi.
Otokorelasi ini merupakan penyebab yang mengakibatkan data menjadi
tidak stasioner, sehingga bila data dapat distasionerkan maka otokorelasi
akan hilang dengan sendirinya, karena metode transformasi data untuk
membuat data yang tidak stasioner sama dengan transformasi data untuk
menghilangkan otokorelasi. Dalam uji akar unit PP bila menghasilkan
kesimpulan bahwa data tidak stasioner, maka diperlukan proses diferensi
data. Uji stasioner data melalui proses diferensi ini disebut uji derajat
integrasi.
Seperti uji akar unit PP, keputusan sampai pada derajat keberapa suatu
data akan stasioner dapat dilihat dengan membandingkan antara nilai
statistik PP yang diperoleh dari koefisien y dengan nilai kritis distribusi
statistik Mackinnon. Jika nilai absolut dari statistik PP lebih besar dari
68
nilai kritisnya pada diferensi tingkat pertama, maka data dikatakan
stasioner pada derajat satu. Akan tetapi, jika nilainya lebih kecil maka uji
derajat integrasi perlu dilanjutkan pada diferensi yang lebih tinggi
sehingga diperoleh data yang stasioner.
4. Uji Kointegrasi
Uji kointegrasi merupakan kelanjutan dari uji akar unit. Tujuannya adalah
untuk mengkaji stasioneritas residual regresi kointegrasi. Stasioneritas penting
jika ingin mengembangkan suatu model dinamis, terutama ECM yang
mengcakup variabel-variabel kunci pada regresi kointegrasi terikat.
Pada umumnya data time series tidak stasioner pada level atau
mengandung unit root, bila data tersebut sudah stasioner pada ordo yang
sama, misalnya 1 maka dapat dilakukakn uji kointegrasi untuk melihat apakah
terdapat adanya hubungan keseimbangan antara variabel-variabel tersebut
dalam jangka panjang. Langkah-langkah pengujian sebagai berikut:
Hipotesis :
Ho = tidak terdapat hubungan jangka panjang antar variabel independen
dengan variabel dependen.
Ha = terdapat hubungan jangka panjang antar variabel independen dengan
variabel dependen.
Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:
Jika PP test statistik > PP tabel (critical value α = ... %) maka Ho ditolak
Jika PP test statistik < PP tabel(critical value α = ... %) maka Ho diterima
69
Data time series yang tidak stasioner kemungkinan besar akan
menghasilkan regresi lancung (spurious regression). Regresi lancung terjadi
jika koefisien determinasi cukup tinggi tapi hubungan antara variabel
independen trend dan variabel dependen tidak mempunyai makna. Hal ini
terjadi karena hubungan keduanya yang merupakan data time series hanya
menunjukkan saja. Jadi tingginya koefisien determinasi karena trend bukan
karena hubungan antar keduanya.
5. Uji Asumsi Klasik
Pengujian persyaratan analisis digunakan sebagai persyaratan dalam
penggunaan model analisis regresi linier. Suatu model regresi harus memenuhi
syarat-syarat bahwa data berdistribusi normal, tidak terjadi autokorelasi,
multikolinieritas, dan heteroskedastisitas. Jika tidak ditemukan permasalahan,
maka diteruskan dengan pengujian hipotesis dengan analisis regresi. Dalam
regresi linier, untuk memastika bahwa model tersebut BLUE ( Best Linier
Unbiased Estimator) maka dilakukan pengujian sebagai berikut.
a. Uji Autokorelasi
Autokorelasi bisa didefinisikan sebagai “korelasi di antara anggota
observasi yang diurut menurut waktu (seperti deret berkala) atau ruang
(seperti data lintas-sektoral) (Gujarati : 2006)
Untuk melihat ada tidaknya penyakit autokorelasi dapat juga
digunakan uji Langrange Multiplier (LM Test) dengan membandingkan
nilai probabilitas R-Squared dengan α = 0.05 (Gujarati, 2006)
Langkah-langkah pengujian sebagai berikut:
70
Hipotesis: Ho: Model tidak terdapat Autokorelasi
Ha: Terdapat Autokorelasi
Bila probabilitas Obs*R2 > 0.05 → Signifikan, Ho diterima
Bila probabilitas Obs*R2 < 0.05 → Tidak signifikan, Ho ditolak
Apabila probabilitas Obs*R2 lebih besar dari 0.05 maka model tersebut
tidak terdapat autokorelasi. Apabila probabilitas Obs*R2 lebih kecil dari
0.05 maka model tersebut terdapat autokorelasi
Selain itu, ada salah satu cara lagi yang digunakan untuk mendeteksi
autokorelasi adalah uji Durbin Watson (D-W). Deteksi adanya
autokorelasi dapat menggunakan Besaran Durbin-Watson (D-W). Berikut
ini tabel yang digunakan untuk menentukan ada tidaknya autokorelasi
dengan uji Durbin-Watson (Gujarati, 2006) :
Tabel 3.1 Menentukan Ada Tidaknya Autokorelasi Dengan Uji Durbin-Watson
Tolak H0 Bukti
Autokorelasi
positif
Daerah
meragukan
Terima H0 atau
H0* atau
keduanya
Daerah
meragukan
Tolak H0* bukti
Autokorelasi
negatif
0 dL dU 2 4-du 4-dl 4 Keterangan :
H0 : Tidak ada aotokorelasi positif
H0* : Tidak ada autokorelasi negatif
Secara umum peniliaian uji d Durbin Watson dapat diambil patokan
sebagai aturan keputusan. Berikut ini tabel untuk menentukan mengambil
keputusan dari dari nilai uji Durbin-Watson :
71
Tabel 3.2 Menentukan Keputusan Dari Nilai Uji Durbin-Watson
Hipotesis nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif
Tidak ada autokorelasi positif
Tidak ada autokorelasi negatif
Tidak ada autokorelasi negatif
Tidak ada autokorelasi positif atau negatif
Tolak
Tak ada
keputusan
Tolak
Tak ada
keputusan
Jangan tolak
0 < d < dL
dL ≤ d ≤ dU
4 - dL< d < 4
4 - dU ≤ d ≤ 4 -
dL
dU < d < 4 - dU
Sumber : Gujarati, 2006
b. Uji Heteroskedatisitas
Pengujian ini untuk melihat apakah setiap variabel pengganggu
mempunyai variabel yang sama atau tidak. Heterokedastisitas terjadi
apabila variabel Ut tidak konstan atau berubah-ubah seiring dengan
berubahnya variabel. Untuk mengetahui ada tidaknya masalah ini akan
dilakukan uji white heterokedasticity.
Heteroskedastisitas terjadi apabila variasi Ut tidak konstan atau sering
berubah-ubah seiring dengan berubahnya nilaivariabel independen
(Gujarati, 2006). Untuk melacak keberadaan heteroskedastisitas dalam
penelitian ini digunakan uji White.
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika variance
tidak konstan atau berubah-ubah disebut denfan Heteroskedastisitas.
72
Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi
Heteroskedastisitas (Nachrowi, 2006).
Langkah-langkah pegujian sebagai berikut:
Hipotesis: Ho: Model tidak terdapat Heteroskedastisitas
Ha: Terdapat Heteroskedastisitas
Bila probabilitas Obs*R2 > 0.05 → Ho diterima
Bila probabilitas Obs*R2 < 0.05 → Ho ditolak
c. Uji Multikolinieritas
Multikolinearitas artinya kondisi adanya hubungan linier antara
variabel independen. Karena melibatkan beberapa variabel independen,
maka multikoliniearitas tidak akan terjadi pada persamaan regresi
sederhana yang terdiri atas satu variabel dependen dan satu variabel
independen, (Winarno, Wing Wahyu, 2007).
Dalam penelitian ini penulis akan melihat multikolienieritas dengan
menguji koefisien korelasi (r) berpasangan yang tinggi di antara variabel-
variabel penjelas. Sebagai aturan main yang kasar (rule of thumb), jika
koefisien korelasi cukup tinggi katakanlah diatas 0,8 ada kemungkinan
terjadinya kolinearitas yang serius dalam model. Sebaliknya jika koefisien
korelasi relatif rendah maka diduga model tidak mengandung
multikolinieritas. (Gujarati : 2006).
6. Uji Error Correction Term (ECT)
ECT adalah bagian dari pengujian model dinamis ECM. Nilai ECT
diperoleh dari penjumlahan variabel independen tahun sebelumnya dikurangi
73
variabel dependen tahun sebelumnya. Hal ini dimaksudkan untuk melihat
bagaimana pengaruh dari model tersebut baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang.
Kemudian regres model ECM secara berurutan sesuai dengan model yang telah
ditentukan. Hasil probabilitas ECT akan menentukan apakah model dapat
dianalisis baik jangka pendek maupun jangka panjang. Jika variabel ECT
positif dan signifikan pada tingkat signifikansi 5% maka spesifikasi model
sudah shohih (valid) dan dapat menjelaskan variabel dependen.
7. Uji Error Correction Model (ECM)
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Engel Granger
Correction Model (EG-ECM). Model koreksi kesalahan mampu banyak
meliputi variabel dalam menganalisis fenomena ekonomi jangka pendek dan
jangka panjang serta mengkaji konsistensi model empiris dengan teori
ekonomi.
Setelah model ECM terbebas atau lulus dari Uji Stasioner, Uji Drajat
Integrasi, Uji Kointegrasi dan Uji Asumsi Klasik, maka model ECM layak
digunakan sebagai alat analisis dan kemudian dilakukan analisis ECM.
Analisis ini digunakan untuk melihat besarnya pengaruh jangka pendek dan
jangka panjang variabel independen (Nilai Tambah Industri, Ekspor, Impor,
dan Investasi (PMDN)) terhadap variabel dependen Pertumbuhan Ekonomi.
Untuk mengetahui hubungan antara variabel Nilai Tambah Industri,
Ekspor, Impor, dan Investasi (PMDN) terhadap Pertumbuhan Ekonomi,
digunakan regresi Error Correction Model (ECM). Model ini memiliki
74
keunggulan dalam mengatasi masalah stasioneritas dan regresi lancung dalam
time series data, serta mengukur hubungan jangka pendek dan jangka panjang
(Thomas,1997).
Berikut ini merupakan model ECM yang digunakan pada penelitian
ini :
Model Dasar : Pertumbuhan Ekonomi =f(NTINDUSTRI,X,M,INVSTSI(PMDN))
Model Ekonometrika : Pertumbuhan Ekonomi t = β0 + β1 NTINDUSTRIt + β2
Xt+ β3 Mt +β4INV(PMDN)St
+e
Jika diuraikan dalam bentuk log (ln) akan berubah menjadi sebagai berikut :
LNPDRBt = β0 + β1 LNNTINDt + β2 LNXt + β3 LNMt +
β4 LNINVt+ e
Sehingga rumus yang terbentuk dalam penelitian ini adalah:
D(LNPDRB) t = β0 + β1 D(LNNT IND)t + β2 D(LNX) t + β3 D(LNM) t +
β4 D(LNINV)t+β5B(LNNT IND) (t-1) + β6 B(LNX)(t-1)+
β7 B(LNM) (t-1) + β8 B(LNINV) (t-1) + β9 ECT
Dimana:
D = Differenence, Xt – Xt-1
LN = Natural Log
NTIND = Nilai Tambah Industri
X = Ekspor
M = Impor
INV(PMDN) = Investasi (PMDN)
75
β0 = Konstanta (Constant)
β1….βt = Koefisien Regresi Variabel Bebas
e = Error Term
ECT = Error Correction term
t = Periode Waktu
t-1 = Periode Waktu Sebelumnya
Setelah model ECM terbentuk, maka pengujian dilanjutkan ketahap
berikutnya yaitu uji ECT (Error Corrrectioin Term).
E. Operasional Variabel Penelitian
Sesuai dengan judul skripsi yang dipilih yaitu “Pengaruh Nilai Tambah
Industri, Ekspor, Impor, dan Investasi (PMDN) terhadap Pertumbuhan
Ekonomi DKI Jakarta maka terdapat dua variabel dalam penelitian yaitu :
1. Variabel Independen
Yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lainnya, kaitannya dengan
masalah yang diteliti adalah Nilai Tambah Industri, Ekspor, Impor, dan
Investasi (PMDN ).
2. Varibel Dependen
Yaitu variabel yang dipengaruhi variabel lainnya, kaitannya dengan
masalah yang diteliti maka yang menjadi variabel terikat adalah
Pertumbuhan Ekonomi Kota DKI Jakarta.
Untuk mengukur kedua variabel di atas, penulis terlebih dahulu akan
menentukan indikator untuk mengukur kedua variabel sebagai berikut.
76
Table 3.3 Operasional Variabel
No Variabel Definisi Satuan
1 Pertumbuhan
Ekonomi
Kota Jakarta (
PDRB )
Pertumbuhan atau kenaikan output dalam
jangka panjang dalam kurun waktu 1 tahun.
Data yang digunakan adalah PDRB menurut
lapangan usaha atas harga konstan dengan
tahun dasar tahun 2000. Dari tahun 1985-
2010.
Juta
Rupiah
2 Nilai Tambah
Indusri
Menurut Sandy (1985:154) industri adalah
usaha untuk memproduksi barang jadi dari
bahan baku atau bahan mentah melalui proses
penggarapan dalam jumlah besar sehingga
barang tersebut dapat diperoleh dengan harga
satuan yang serendah mungkin tetapi dengan
mutu setinggi mungkin.
Juta
Rupiah
3 Ekspor Proses transportasi barang atau komoditas
dari suatu negara ke negara lain secara legal,
umumnya dalam proses perdagangan. Proses
ekspor pada umumnya adalah tindakan untuk
mengeluarkan barang atau komoditas dari
dalam negeri untuk memasukannya ke negara
lain. Ekspor barang secara besar umumnya
Juta
Rupiah
77
membutuhkan campur tangan dari bea cukai
di negara pengirim maupun penerima. Ekspor
adalah bagian penting dari perdagangan
internasional(Dari Wikipedia bahasa
Indonesia, ensiklopedia bebas).
4 Impor Impor adalah pengiriman dagangan dari luar
negri kepelabuhan diseluruh wilayah
Indonesia kecuali wilayah bebas yang
dianggap luar negri, yang bersifat komersial
maupun yang bukan komersial.
Juta
Rupiah
5 Investasi
(PMDN)
Investasi adalah suatu fungsi pendapatan dan
tingkat bunga, dilihat dengan kaitannya I=
(Y,i). Suatu pertambahan pada pendapatan
akan mendorong investasi yang lebih besar,
dimana tingkat bunga yang lebih tinggi akan
menurunkan minat untuk investasi
sebagaimana hal tersebut akan lebih mahal
dibandingkan dengan meminjam uang.
Walaupun jika suatu perusahaan lain memilih
untuk menggunakan dananya sendiri untuk
investasi, tingkat bunga menunjukkan suatu
biaya kesempatan dari investasi dana tersebut
Juta
Rupiah
78
daripada meminjamkan untuk mendapatkan
bunga. (Dari Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas).
79
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Obyek Penelitian
Penelitian ini menganalisis pengaruh Nilai Tambah Industri, Ekspor, Impor,
dan Investasi (PMDN) terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Jakarta (PDRB).
Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan rentan waktu analisis
mulai tahun 1986 sampai dengan tahun 2009. Alat pengolah data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah perangkat lunak Eviews 6.0 dengan metode analisis
ECM. Maka dari itu perlu dilihat bagaimana gambaran perkembangan secara
umum dari Pertumbuhan Ekonomi Kota Jakarta, Nilai Tambah Industri, Ekspor,
Impor, dan Investasi (PMDN).
1. Keadaan Geografis DKI Jakarta
Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta, Jakarta Raya) adalah ibu
kota negara Republik Indonesia. Jakarta merupakan satu-satunya kota di
Indonesia yang memiliki status setingkat provinsi. Jakarta terletak di bagian
barat laut Pulau Jawa. Dahulu pernah dikenal dengan nama Sunda Kelapa
(sebelum 1527), Jayakarta (1527-1619), Batavia/Batauia, atau Jaccatra (1619-
1942), dan Djakarta (1942-1972). Jakarta memiliki luas sekitar 661,52 km²
(lautan: 6.977,5 km²), dengan penduduk berjumlah 9.588.198 jiwa (2010).
Wilayah metropolitan Jakarta (Jabotabek) yang berpenduduk sekitar 28 juta
jiwa, merupakan metropolitan terbesar di Indonesia atau urutan keenam dunia.
79
80
Perannya sebagai ibu kota Indonesia, Jakarta tidak hanya sekedar menjadi
pusat pemerintah, pada perjalananya, Jakarta berkembang menjadi pusat
segala kegiatan, antara lain kegiatan ekonomi, budaya, pendidikan, dan
hiburan. Sebagai konsekuensiny sekitar 72 persen perekonomian Jakarta yang
digerakan oleh sektor jasa-jasa terutama sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan.
Perkembangan dan hasil pembangunan di DKI Jakarta secara umum dapat
dilihat dari beberapa indikator makro. Yaitu indikator makro ekonomi dan
indikator makro sosial budaya, yang pada akhirnya akan bermuara pada
peningkatan indeks pembangunan manusia (IPM).
Indikator makro sosial yang dijadikan penilaian keberhasilan
pembangunan terdiri atas indikator makro sosial yang berasal dari komponen
kesehatan, pendidikan dan agama. Indikator makro sosial masyarakat DKI
Jakarta sebagai berikut:
1. Sosial
Laju pertumbuhan penduduk : 4 persen
Angka harapan hidup (AHH) : 74,00 tahun
Angka kematian bayi : 13,7 per 100 ribu kelahiran hidup
Tingkat partisipasi angkatan kerja : 4,75 juta orang
Angka melek huruf (AHM) : 98,84 persen
2. Budaya
Suku Betawi berasal dari hasil kawin-mawin antaretnis dan bangsa di
masa lalu. Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi
81
adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa yang
didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Apa yang disebut dengan orang
atau suku Betawi sebenarnya terhitung pendatang baru di Jakarta.
Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok etnis lain
yang sudah lebih dulu hidup di Jakarta, seperti orang Sunda, Jawa, Bali,
Bugis, Makassar, Ambon, dan Melayu serta suku-suku pendatang,
seperti Arab, India, Tionghoa, dan Eropa.
Budaya Jakarta merupakan budaya mestizo, atau sebuah campuran
budaya dari beragam etnis. Sejak zaman Belanda, Jakarta merupakan
ibu kota Indonesia yang menarik pendatang dari dalam dan luar
Nusantara. Suku-suku yang mendiami Jakarta antara lain, Jawa, Sunda,
Minang, Batak, dan Bugis. Selain dari penduduk Nusantara, budaya
Jakarta juga banyak menyerap dari budaya luar, seperti budaya Arab,
Tiongkok, India, dan Portugis.
3. Agama
a. Komposisi penduduk menurut agama dan sarana peribadatan:
1. Islam : 84,4%
2. Kristen Protestan : 6,2 %
3. Katolik : 5,7 %
4. Hindu : 1,2 %
5. Budha : 3,5 %
6. Konghuncu : 1,7%
82
2. Perkembangan Pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang sangat penting
dalam menilai kinerja suatu perekonomian suatu negara. Terutama untuk
melakukan analisis tentang hasil pembangunan ekonomi disuatu negara
tersebut. Ekonomi dapat dikatakan mengalami pertumbuhan apabila produksi
barang dan jasa meningkat dari tahun sebelumnya. Dengan demikian,
pertumbuhan ekonomi menunjukan sejauh mana aktifitas perekonomian dapat
menghasilkan tambahan pendapatan atau kesejahteraan masyarakat pada
periode tertentu.
Indikator agregat ekonomi makro yang lazim untuk mengukur kondisi
perekonomian suatu wilayah adalah Produk Domestik Bruto (PDB) untuk
tingkat nasional dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk tingkat
propinsi/kabupaten. Dalam penelitian ini PDRB dihitung atas dasar harga
konstan, yaitu apabila semua produksi barang dan jasa yang dihasilkan dinilai
berdasarkan harga konstan pada tahun yang berbeda dan peneliti mengambil
tahun dasar 1983, 1993, 2000. PDRB atas dasar harga konsatn dimaksudkan
untuk melihat perubahan pola struktur perekonomian suatu wilayah dan untuk
menghitung PDRB perkapita. Berikut ini adalah perkembangan PDRB DKI
Jakarta tahun 1986-2009:
83
Tabel 4.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kota Jakarta (PDRB) Tahun
1986-2009
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta
TAHUN PDRB Menurut Harga Kostan
(Juta Rupiah)
Laju Pertumbuhan Ekonomi atas dasar harga
konstan(%) 1986 9444604 4.79 1987 9994604 6.54 1988 10824167 8.23 1989 12586088 9.74 1990 13664719 8.57 1991 14730349 7.80 1992 16001557 8.63 1993 51106459 8.44 1994 55505268 8.61 1995 60648690 9.27 1996 66164802 9.1 1997 69543446 5.11 1998 57380517 -17.49 1999 57215223 -0.29 2000 59694418 4.33 2001 61868256 3.64 2002 64338830 3.99 2003 76314201 4.62 2004 61868256 4.24 2005 29527054 6.01 2006 31282671 5.95 2007 33297125 6.44 2008 35369405 6.22 2009 371399320 5.01
84
Gambar 4.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta Berdasarkan Harga
Konstan Tahun 1986-2009
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)
Perkembangan PDRB per kapita tentunya tidak terlepas dari angka-angka
yang telah diuraikan sebelumnya, kalau PDRB atas dasar harga konstan dari
tahun 1986 hingga tahun 1997 mengalami peningkatan yaitu sebesar Rp
69543446 juta dan laju pertumbuhan sekitar 5.11 persen. Hal ini menunjukan
bahwa pembangunan yang dilaksanakan telah mampu menaikan tingkat
pendapatan penduduk DKI Jakarta. Kondisi perekonomian DKI Jakarta dapat
dikatakan berjalan dengan relatif stabil dengan laju pertumbuhan yang
cenderung menunjukan percepatan disetiap tahunnya. Kondisi tersebut sedikit
banyak turut mendorong kegiatan ekonomi DKI Jakarta, sehingga pada tahun
2001 perekonomian DKI Jakarta yang diukur dengan menggunakan PDRB
atas harga konstan 2000 mecatatkan pertumbuhan sebesar 3,64 persen, dan
0
10000000
20000000
30000000
40000000
50000000
60000000
70000000
80000000
9000000019
8619
8719
8819
8919
9019
9119
9219
9319
9419
9519
9619
9719
9819
9920
0020
0120
0220
0320
0420
0520
0620
0720
0820
09
GPDRB
GPD…
85
pada akhirnya tahun 2005 pertumbuhannya meningkat sempai pada level 6,01
persen.
Perkembangan di tahun 2009 berjalan lebih lambat dati tahun sebelumnya.
Penyebab utamanya adalah pengaruh krisis keuangan global yang melanda
Amerika dan Eropa. Meskipun puncak krisis terjadi pada akhir tahun 2008
hingga awal 2009, namun efeknya dirasakan hingga akhir 2009, perekonomian
Jakarta yang tumbuh 6,22 persen pada tahun 2008. Pada tahun 2009 melambat
menjadi 5,01 persen. Namun demikian pertumbuhan ini masih lebih tinggi
dari pertumbuhan nasional yang sebesar 4,5 persen
3. Perkembangan Nilai Tambah Industri di DKI Jakarta
Sektor industri besar dan sedang menjadi sektor utama dalam
pembentukan PDRB, perkembangan produksi industri ini akan mendorong
meningkatnya nilai tambah industri itu sendiri. Untuk itu penulis tertarik
untuk melihat seberapa besar peranan nilai tambah yang dihasilkan oleh
industri besar/sedang terhadap pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta.
Untuk membangun industri yang memiliki nilai tambah yang besar, maka
diperlukan modal yang besar juga, dalam kondisi ini peranan pemerintah
sangat penting untuk mempermudah proses administrasi dan birokrasi
pemberian kredit kepada perusahaan yang membutuhkan modal.
Selanjutnya perlu juga dilakukan pembinaan dengan mengarahkan
kegiatan ekonomi dengan tepat. Langkah terakhir adalah adanya pengawasan
terhadap kegiatan industri tersebut. Bila kegiatan itu dapat berjalan dengan
baik maka diharapkan adanya penambahan nilai yang antara lain yang
86
meliputi kesesuaian dengan pesanan, ketetapan dalam industri, dan kesesuain
dalam pembebanan biaya produksi. Pengurangan biaya transaksi yang
berdampak pada timbulnya respon terhadap pasar yang lebih berorientasi pada
kepentingan industri tangga dan industri kecil.
Adapun perkembangan nilai tambah industri besar/sedang di masing –
masing dari tahun 1986-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.2 Perkembangan Nilai Tambah industri DKI Jakarta 1986-2009
Tahun
Nilai Tambah Industri (biaya faktor produksi)
(Juta/million RP) 1986 15251029 1987 17153104 1988 20064749 1989 31394800 1990 38731676 1991 48411948 1992 62812844 1993 97404331 1994 105527602 1995 13218112 1996 16538466 1997 16612072 1998 16879052 1999 22935866 2000 30950663 2001 26656400 2002 32531589 2003 32678400 2004 35891000 2005 39643800 2006 50716400 2007 98874004 2008 71949300 2009 79876700
Sumber: Jakarta Dalam Angka. (BPS)
87
Gambar 4.2 Perkembangan Nilai Tambah Industri Periode 1986-2009
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)
Perkembangan nilai tambah industri dari tahun 1986 hingga tahun 2000
semakin meningkat dan ditahun 2001 mengalami penurunan yang akhirnya
mengalami peningkatan kembali hingga sampai tahun 2007. Dalam rangka
membangun pilar-pilar industri masa depan dengan menumbuhkan industri
yang akan menggerakan pertumbuhan, salah satu pendekatan pembanguna
sektor industri yang dapat dilaksanakan melalui peningkatan produktifitas
tenaga kerja dan nilai tambah (output dikurangi input).
4. Perkembangan Ekspor di DKI Jakarta
Ekspor patut diandalkan bagi sarana pertumbuhan ekonomi. Ada
pengkhususan tersendiri bagi produk Negara kita. Dikarenakan untuk
beberapa komoditi seperti karet, kopi lada, rotan dammar, kayu yang hanya
0
20000000
40000000
60000000
80000000
100000000
12000000019
8619
8719
8819
8919
9019
9119
9219
9319
9419
9519
9619
9719
9819
9920
0020
0120
0220
0320
0420
0520
0620
0720
0820
09
NT IND
NT IND
88
diproduksi oleh beberapa Negara,. Sepanjang kurun waktu 1997 saat krisis
moneter dan ekonomi mulai melanda Indonesia khususnya di DKI Jakarta,
ekspor barang-barang manufaktur di Jakarta mengalami penurunan,. Hingga
akhir 2002 pertumbuhan ekspor hanya mencapai 0,81 lebih rendah dari pada
pertumbuhan ekspor ditahun sebelumnya. Hal ini diakibatkan krisis ekonomi
yang cukup parah.
Tabel 4.3
Perkembangan Ekspor DKI Jakarta Tahun 1986-2009
Tahun Nilai Ekspor (FOB US $) Perubahan % 1986 2541318617 1987 2426282898 1988 3394072948 39,96 1989 4614581866 35,96 1990 5793457911 25,55 1991 7609660652 31,35 1992 10638899769 39,81 1993 11947516628 12,30 1994 12870545871 7,73 1995 13939283868 8,30 1996 15574726734 11,73 1997 17450894753 12,05 1998 17729575474 1,60 1999 15278037714 -13,83 2000 21418543499 40,19 2001 19798812260 -7,56 2002 19959587089 0,81 2003 20454440187 2,48 2004 24501221918 19,78 2005 26958167238 10,03 2006 29809517655 10,58 2007 32186884841 7,98 2008 36090170062 12,13 2009 32536510048 -9,85
Sumber: Jakarta Dalam Angka (BPS)
89
Gambar 4.3 Perkembangan Ekspor Periode 1986-2009
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)
Selama kurun waktu 24 (dua puluh empat) tahun terakhir, dari tahun 1986
sampai tahun 1998 mengalami peningkatan, nilai ekspor melalui pelabuhan
muat DKI Jakarta selalu mengalami peningkatan kecuali untuk kondisi tahun
1999 dan tahun 2001 yang mengalami penurunan terhadap masing-masing
nilai ekspor tahun sebelumnya sekitar 13,83 persen dan 7,56 persen. Ekspor
tahun 2002 dan tahun 2003 meningkat masing-masing sebesar 0,81 persen dan
2,48 persen terhadap ekspor tahun-tahun sebelumnya, tahun 2004 meningkat
19,78 persen dibandingkan tahun sebelumnya dan tahun 2005 meningkat
10,03 persen disbanding tahun sebelumnya. Jika dibandingkan antara nilai
ekspor tahun 2008 dengan tahun 1986 maka peningkatan ekspor mencapai 3
kali lipat. Nilai ekspor DKI Jakarta tahun 2009 telah mencapai 32.54 milyar
US $, sementara untuk tahun 1986 nilainya baru mencapai 2,54 milyar US $
05E+091E+10
1.5E+102E+10
2.5E+103E+10
3.5E+104E+10
1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008
EXP
EXP
90
(tabel 4.3) . Peningkatan nilai ekspor ini nampaknya bukan semata-mata
akibat meningkatnya volume ekspor, justru nilainya meningkat. Hal ini
merupakan akibat dari jenis barang yang berbeda, atau akibat dari murahnya
produk Indonesia di luar negeri akibat depresiasi rupiah.
5. Perkembangan Impor di DKI Jakarta
Impor suatu Negara berkorelasi dengan output dan pendapatan nasional
negara tersebut. Permintaan impor tergantung pada harga relatif atas barang-
barang luar negeri dan dalam negeri. Oleh karena itu volume impor dan nilai
impor akan dipengaruhi output dalam negeri, dan harga relatif antara barang
dalam negeri dan buatan luar negeri.
Perkembangan impor di DKI Jakarta berjalan sesuai dengan pemenuhan
kebutuhan dalam negeri oleh karena itu saat ini Jakarta melakukan pola
industrialisasi subtitusi impor. Dimana barang yang biasa didatangkan dari
luar negeri kini diproduksi di Jakarta. Dan Perkembangan sektor industri ini
memiliki dampak terhadap komposisi konsumsi barang impor yang
mengalami fluktuasi di dalam negeri. Hal ini dipengaruhi oleh besarnya
kebutuhan masyarakat terhadap jenis barang konsumsi dan juga dipengaruhi
oleh barang fluktuasi kurs yang menentukan nilai mata uang yang digunakan
untuk transaksi pembayaran dalam perdagangan barang-barang konsumsi
tersebut.
Dalam hal pengaturan dan pengendalian impor ke arah yang
menguntungkan dan melindungi produksi dalam negeri dan mendorong
ekspor, telah diambil berbagai kebijaksanaan. Diantaranya diberlakukannya
91
ketentuan tarif bea masuk yang seragam bagi seluruh di daerah DKI Jakarta,
diberlakukan pada tahun 1986 melalui Paken 1986 yang mengatur tata cara
persyaratan pengambilan bea masuk dan bea masuk tambahan dari barang
impor yang digunakan untuk menghasilkan barang-barang ekspor. Paket
kebijaksanaan 15 Oktober 1986 untuk menyederhanakan tata cara barang serta
memperlancar penyediaan barang keperluan produksi dan memberikan
perlindungan terhadap produksi di dalam negeri dan perubahan tarif bea
masuk.
Tabel 4.4 Perkembangan Impor DkI Jakarta Tahun 1986-2009
Tahun Nilai Impor (FOB US $) Perubahan % 1986 5716482319 1987 6434823345 1988 7086247774 10,12 1989 9106604470 28,51 1990 13291334086 45,95 1991 15783594077 18,75 1992 15497494215 -1,81 1993 16891433533 8,99 1994 20198230599 19,58 1995 25659106959 27,04 1996 26253407595 2,32 1997 22602570430 -13,91 1998 15566294971 -31,13 1999 10306824075 -33,79 2000 17049770256 65,42 2001 15973651761 -6,31 2002 16189261753 1,355 2003 16169567982 -0,12 2004 23883257384 47,70 2005 26827744132 12,33 2006 27134810269 1,14 2007 34739269326 28,02 2008 63312741522 82,25 2009 48099308120 -24,03
Sumber : Jakarta Dalam Angka (BPS)
92
Gambar 4.4 Perkembangan Impor Periode 1986-2009
Sumber : Badan pusat Statistik (BPS)
Perkembangan impor melalui DKI Jakarta berdasarkan pelabuhan bongkar
periode 1986-2009 mengalami fluktuasi baik dari segi bobot dan nilainya.
Peningkatan nilai impor paling tinggi terjadi pada tahun 2000, yaitu sebesar
65,42 persen yang disebabkan oleh dampak dari impor makanan, minuman,
kosmetik, peralatan rumah tangga dan sebagianya dari berbagai Negara
importir, dan tahun 2004 sebesar 47,70 persen. Tahun 2005 mencapai
26.827,74 juta US $, naik sekitar 12,33 persen dari total impor tahun
sebelumnya. Kontribusi nilai impor melalui wilayah DKI Jakarta tahun 2005
terhadap total nilai impor nasional mencapai 46,49 persen. Impor yang masuk
melalui wilayah DKI Jakarta tahun 2005, sekitar 7,98 persen adalah barang
konsumsi: bahan baku dan penolong 68,54 persen dan sisanya 23,48 persen
adalah barang modal. Sedangkan penurunan paling tajam terjadi pada tahun
0
1E+10
2E+10
3E+10
4E+10
5E+10
6E+10
7E+10
198619881990199219941996199820002002200420062008
IMPR
IMPR
93
1999 sebesar 33,79 dan 1998 sebesar 31,13 persen. Informasi ini disajikan
pada tabel 4,4. Pada tahun 2008 terjadi peningkatan nilai impor yang cukup
besar yaitu 82,25 persen dibandingkan tahun 2007, Namun ditahun 2009
mengalami penurunan sebesar 24,03 persen dibandingkan tahun 2008. Puncak
peningkatan tertinggi di tahun 2008, yaitu sebesar 82,25 persen peningkatan
ini disebabkan gagal panen dan kerusakan persediaan barang-barang
konsumsi.
6. Perkembangan Investasi (PMDN) di DKI Jakarta
Penanaman modal atau investasi dalam suatu perekonomian sangat
diperlukan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi maupun perluasan tenaga
kerja. Oleh karena itu, untuk menarik investor menanamkan modalnya di
Indonesia sudah dilakukan oleh pemerintah, agar pelaku ekonomi merasa
aman akan investasinya, diperlukan stabilitas ekonomi yang baik di dalam
Negara. Maka mempertahankan stabilitas ekonomi merupakan salah satu
prasyarat untuk membangun dan menggerakan roda perekonomian.
Pembicaraan tentang perkembangan investasi domestik, tentu kita
mengkajinya pada saat dimulainya investasi domestik itu sendiri. Investasi
domestik dimulai sejak tahun 1968, yaitu sejak di undangkannya undang-
undang No 6 tahun 1968 tentang penanaman modal dalam negeri sampai
dengan saat ini. Dengan adanya undang-undang ini, memberikan kesempatan
kepada investor domestik menanamkan investasinya didalam negeri. Kajian
tentang perkembangan investasi domestik dapat di kaji dari dua era, yaitu era
orde baru dan reformasi.
94
Pelaksanaan investasi domestik pada era orde baru dimulai pada tahun
1986 sampai dengan tahun 2009. Perkembangan jumlah investasi domestik
yang di investasikan oleh investor domestik, disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 4.5 Perkembangan Investasi (PMDN) DKI Jakarta 1986-2009
Menurut bidang usaha
Tahun PMDN Proyek Nilai
(Juta/Million) 1986 54 535684 1987 59 1080263 1988 85 1130197 1989 82 1736324 1990 98 2113451 1991 97 3178556 1992 87 3999313 1993 109 7138282 1994 211 6452692 1995 150 10228674 1996 196 16660416 1997 120 4834675 1998 56 3318338 1999 33 1222589 2000 74 3307013 2001 45 5752926 2002 44 22259119 2003 44 3343950 2004 35 4173915 2005 23 3792133 2006 18 981710 2007 45 5638339 2008 34 18373 2009 35 9693
Jumlah 1834 112906625 Sumber : Jakarta Dalam Angka (BPS)
95
Gambar 4.5 Perkembangan Investasi (PMDN) Periode 1986-2009
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)
Perkembangan investasi pemerintah (PMDN) ditunjukkan Gambar 4.5.
selama periode 1986 -2009 mengalami fluktuasi yang cukup tajam. Namun
kenyataanya bahwa pada tahun 2009, berdasarkan laporan Badan Koordinator
Penanaman Modal (BKPM), realisasi penanaman modal dalam negeri hanya
sekitar Rp 9,693 juta. Realisasi investasi 2009 itu memperlihatkan penurunan
yang sangat tajam dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, karena dari tahun
1986-2009 mengalami fluktuasi, penurunan realisasi investasi membuktikan
bahwa iklim penanaman modal masih jauh dari kondusif. Ekonomi biaya
tinggi yang bersumber sejak proses perizinan usaha sehingga pemasaran
produk, stabilitas keamanan, dan kepastian hukum, menjadi momok
menakutkan bagi kegiatan investasi. Selain itu, arus masuk produk-produk
barang buatan industri nasional sulit untuk bersaing.
0
2000000
4000000
6000000
8000000
10000000
12000000
14000000
16000000
18000000
1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008
INV(pmdn)
INV(pmdn)
96
Krisis berdampak secara nyata terhadap penurunan investasi PMDN
khususnya pada tahun 1997 hal ini memang dikarenakan oleh adanya krisis
ekonomi yang berdampak pula menjadi krisis multidimensi sehingga
membawa dampak pada pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta serta pergerakan
investasi PMDN. Namun pada tahun selanjutnya pemerintah mencanangkan
program investasi untuk dapat membantu dalam pemulihan Negara. Terbukti
dengan adanya hal ini perkembangan DKI Jakarta kembali keadaan baik,
meskipun belum sepenuhnya pulih.
Pasca krisis ekonomi, perkembangan investasi dalam negeri tidak terlalu
mengalami penurunan yang drastis. Karena pemerintah dapat memperbaiki
kondisi perekonomian pada tahun 2007. Sehingga perkembangan investasi
dalam negeri kembali membaik. Meskipun tidak mengalami perkembangan
yang signifikan namun investasi dalam negeri mampu meningkatkan kembali
perkembangan pasca krisis.
B. Analisis dan Pembahasan
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Eviews 6.0 untuk
mempermudah atas hasil yang didapat dari variabel-variabel yang diteliti. Dengan
variabel bebas (Variabel Independen) terdiri Nilai Tambah Industri, Ekspor,
Impor dan Investasi (PMDN), sedangkan variabel terikatnya (Variabel Dependen)
yaitu Pertumbuhan Ekonomi.
Tahap pertama dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Uji
Normalitas Data, Uji Linieritas, Uji Stasioneritas (Uji Akar Unit, Uji Derajat
Integrasi) terhadap seluruh variabel yang akan di uji, untuk melihat variabel
97
0
2
4
6
8
10
-40000 -20000 0 20000 40000 60000
Series: ResidualsSample 1986 2009Observations 24
Mean -9.78e-12Median 4447.474Maximum 55006.36Minimum -34614.55Std. Dev. 23953.17Skewness 0.384092Kurtosis 2.965383
Jarque-Bera 0.591304Probability 0.744046
tersebut stasioner atau tidaknya sebuah data. Uji Kointegrasi, Uji Asumsi Klasik
(Uji Heteroskedastisitas, Uji Autokorelasi, Uji Multikolinearitas).
1. Uji Normalitas
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
uji Jarque Bera dengan melihat nilai probability. Jika nilai probability lebih
besar dari nilai derajat kesalahan α=0.05, maka penelitian ini tidak ada
permasalahan normalitas atau dengan kata lain, data terdistribusi normal.
Sebaliknya, jika nilai probability lebih kecil dari nilai derajat kesalahan
α=0.05, maka dalam penelitian ini ada permasalahan normalitas atau dengan
kata lain, data tidak terdistribusi normal.
Tabel 4.6 Uji Normalitas Jarque-Bera
Sumber: Lampiran 3
Berdasarkan tabel 4.1 menggambarkan bahwa data dalam penelitian ini
sudah berdistribusi normal. Terlihat dari nilai probability sebesar 0.744046
yang lebih besar dari derajat kesalahan 0.05 signifikan yang menyatakan
Ho ditolak, sehingga model ini dikatakan telah normal.
98
2. Uji Linieritas
Uji ini biasanya didesain untuk menguji apakah suatu variabel penjelas
cocok atau tidak dimasukkan dalam suatu model estimasi. Akan tetapi menurut
Kennedy (1996) dalam Insukindro (2003) uji yang dikembangkan oleh J.B
Ramsey ini digunakan untuk menguji apakah bentuk fungsi suatu model
estimasi linier atau tidak linier.
Tabel 4.7 Uji Ramsey RESET Test
Ramsey RESET Test:
F-statistic 2.152158 Prob. F(1,18) 0.1596
Log likelihood ratio 2.710550 Prob. Chi-Square(1) 0.0997 Sumber: Lampiran 4
Dari uji linearitas (Uji Ramsey RESET Test) pada tabel di atas nilai
probabilitasnya adalah 0.0997 ternyata lebih besar dari derajat kesalahan 5%
(0,05). Artinya tidak ada permasalahan linearitas. Dengan kata lain bentuk
fungsi model estimasi dalam penelitian ini adalah linear.
3. Uji Stasioneritas
a. Uji Akar Unit
Pengujian akar-akar unit untuk semua variabel yang digunakan dalam
analisis time series perlu dilakukan untuk memenuhi keabsahan analisis
Error Correction Model (ECM). Dalam hal ini data harus bersifat
stasioner dengan kata lain perilaku data yang stasioner memiliki varians
yang tidak terlalu besar dan mempunyai kecenderungan mendekati nilai
rata-rata. (Suhendra, 2003).
99
Uji akar unit dipandang sebagai uji stasioneritas karena pengujian ini
pada prinsipnya bertujuan untuk mengamati apakah koefisien tertentu dari
model otoregresif yang diperkirakan mempunyai nilai satu atau tidak
(Yahya Hamja, 2008).
Tahap awal dalam proses pengujian yang dilakukan adalah uji
stasioneritas terhadap seluruh variabel yang diuji. Dalam penelitian ini
data yang digunakan adalah data natural log (ln) dari variabel-variabel
tersebut, dimana ln merupakan log dengan bilangan dasar bilangan alam
yang berguna untuk memecahkan persamaan yang tidak diketahuinya
merupakan pangkat dari variabel lain. Dimana log sendiri adalah fungsi
matematika yang dengan bilangan dasar 10 yang kegunaannya untuk
menyederhanakan suatu bilangan (dalam penelitian ini untuk
menyederhanakan data variabel).
Pengujian akar-akar unit dikatakan stasioner apabila nilai Phillips-
Perron test (Pp test) lebih besar dari nilai Critical Value (CV) 5%,
sebaliknya jika nilai Phillips-Perron test (Pp test) lebih kecil dari nilai
Critical Value (CV) 5% maka variabel tersebut tidak stasioner. Hasil dari
pengujian akar-akar unit ini dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini :
100
Tabel 4.8 Uji Akar Unit Phillips-Perron Test Pada Tingkat Level
No. Variabel Level Ho = Tidak Stasioner
Pptest CV 5% Ha = Stasioner
1 LNPDRB -2.482020 -2.998064 Terima Ho
2 LNNTIND -3.521861 -2.998064 Tolak Ho
3 LNX -3.078995 -2.998064 Tolak Ho
4 LNM -1.326145 -2.998064 Terima Ho
5 LNINV -0.820346 -2.998064 Terima Ho
Sumber: Lampiran 5
Tabel di atas menunjukkan hasil uji akar-akar unit dengan
menggunakan Phillips-Perron test. Dari tabel tersebut sesuai dengan data
yang diuji dapat diketahui dengan adanya nilai Phillips-Perron test (Pptest)
dan dari nilai Critical Value (CV) 5% hanya ada dua variabel yang
stasioner yaitu variabel Nilia Tambah Industri (NTIND) dan Ekpor (X).
Hal ini dikarenakan hanya variabel Nilia Tambah Industri (NTIND) dan
Ekpor (X) yang nilai Phillips-Perron test (Pptest) lebih besar dibandingkan
dari nilai Critical Value (CV) 5%. Sedangkan ketiga variabel yang lainnya
tidak stasioner disebabkan karena nilai Phillips-Perron test (Pptest) lebih
kecil dibandingkan dari nilai Critical Value (CV) 5%, dengan kata lain
variabel-variabel tersebut pada level mengalami persoalan akar-akar unit,
oleh karena itu perlu dilanjutkan dengan uji derajat integrasi pertama.
b. Uji Derajat Integrasi
Dalam Uji akar unit menghasilkan kesimpulan bahwa data belum
stasioner pada tingkat level. Oleh karena itu, harus dilakukan Uji Derajat
Integrasi. Nilai statistik Phillips-Perron untuk mengetahui pada derajat
101
berapa suatu data akan stasioner dapat dilihat pada nilai Phillips-Perron
test (Pp test) yang lebih besar dari nilai Critical Value (CV) 5%, maka
variabel tersebut dikatakan stasioner pada derajat pertama. Hasil dari
pengujian derajat integrasi pertama dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini:
Tabel 4.9 Uji Akar Unit Phillips-Perron test pada first difference
No. Variabel Level Ho = Tidak Stasioner Pptest CV 5% Ha = Stasioner
1 LNPDRB -4.590424 -3.004861 Tolak Ho 2 LNNTIND -5.662328 -3.004861 Tolak Ho 3 LNX -4.133039 -3.004861 Tolak Ho 4 LNM -4.106091 -3.004861 Tolak Ho 5 LNINV -5.642732 -3.004861 Tolak Ho
Sumber: Lampiran 5
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai Phillips-Perron test
(Pptest) dan dari nilai Critical Value (CV) 5% sudah stasioner pada integrasi
pertama (first different). Hal ini dapat dilihat bahwa nilai Phillips-Perron test
variabel Nilia Tambah Industri (NTIND), Ekspor (X), Impor (M), dan
Investasi (PMDN) lebih besar bila dibandingkan dengan nilai Critical Value
(CV) 5%. Dari hasil uji stasioneritas tersebut dapat disimpulkan bahwa semua
variabel sudah stasioner pada ordo yang sama, yaitu pada derajat integrasi
pertama, sehingga pengujian selanjutnya dapat dilanjutkan ke uji kointegrasi.
4. Uji Kointegrasi
Dari hasil Uji Kointegrasi di dapat bahwa semua variabel stasioner pada
ordo yang sama. Tujuan utama uji kointegrasi ini adalah untuk mengetahui
apakah residual regresi terkointegrasi stasioner atau tidak. Apabila variabel
terkointegrasi maka terdapat hubungan yang stabil dalam jangka panjang.
102
Sebaliknya jika tidak terdapat kointegrasi antar variabel maka implikasi
tidak adanya keterkaitan hubungan dalam jangka panjang. Uji statistik yang
digunakan untuk menguji hipotesis null mengenai tidak adanya kointegrasi
ini adalah dengan menggunakan metode Phillips-Perron, sedangkan
persamaan jangka panjangnya akan diturunkan dari persamaan Error
Correction Model (ECM). Berikut ini hasil uji kointegrasi Phillips-Perron :
Tabel 4.10 Nilai Regresi Uji Kointegrasi
Persamaan Kointegrasi Nilai t-
Statistik PP Nilai Kritis
Statistik PP α = 5%
Kesimpulan
LNPDRB t = f (LNNT t, LNX t, LNM t,LNINV t,) -3.020936 -1.956406 Residual
Stasioner Sumber: Lampiran 6
Dari hasil estimasi di atas dapat dilihat bahwa nilai t-statistik Phillips-
Perron sebesar -3.020936 sedangkan nilai kritis statistik Phillips-Perron pada
tingkat signifikansi 5% yaitu -1.956406. Karena nilai t-statistik lebih besar dari
nilai kritis statistik Phillips-Perron tabel, artinya residual dari persamaan telah
stasioner pada derajat integrasi nol atau I(0). Sehingga variabel-variabel
tersebut dikatakan terkointegrasi atau terdapat indikasi hubungan jangka
panjang.
Adanya indikasi hubungan keseimbangan dalam jangka panjang belum
dapat digunakan sebagai bukti bahwa terdapat hubungan dalam jangka pendek.
Sehingga untuk menentukan variabel mana yang menyebabkan parubahan pada
variabel lain, dan untuk menyediakan shortrun dynamic adjustment guna
103
menuju periode jangka panjang, maka dilakukan perhitungan ECM setelah
melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu.
5. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui apakah hasil estimasi
tersebut mempunyai penyakit atau tidak maka dilakukan pengujian lebih lanjut
yaitu berupa uji asumsi klasik. Pengujian ini dimaksudkan untuk mendeteksi
ada tidaknya multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi didalam
model penelitian. Sehingga dapat diketahui apakah hasil-hasil regresi telah
memenuhi kaidah Best Linier Unbiased Estimator (BLUE) yang berarti bahwa
tidak ada gangguan serius terhadap asumsi klasik dalam metode kuadrat
terkecil tunggal (OLS) yaitu masalah heteroskedastisitas, autokorelasi dan
multikolinieritas.
a. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika
berbeda disebut heteroskedastisitas. Metode yang digunakan untuk
mendeteksi adanya heteroskedastisitas pada penelitian ini adalah uji
White. Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan bantuan program
komputer Eviews 6.0, dan diperoleh hasil regresi seperti pada tabel berikut
ini :
104
Tabel 4.11 Hasil Uji White HeteroskedasticityTest
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 12.36038 Prob. F(14,9) 0.0003
Obs*R-squared 22.81348 Prob. Chi-Square(14) 0.0634 Scaled explained SS 8.166348 Prob. Chi-Square(14) 0.8805
Sumber : Lampiran 7
Dari tabel di atas diketahui bahwa koefisien determinasi (R2) sebesar
0.950562. Nilai probabilitas dari Chi-Square sebesar 0.0634 yang lebih besar
dari nilai α sebesar 0.05. Karena nilai probabilitas Chi-square lebih besar dari α
= 5% maka Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model tidak
ada masalah heteroskedastisitas.
b. Uji Autokorelasi
Autokorelasi merupakan suatu kejadian di mana error term pada satu
periode waktu secara sistematik tergantung pada error term pad periode-
periode waktu yang lain. Untuk mendeteksi masalah autokorelasi
digunakan uji Langrange Multiplier (LM-test). Uji ini sangat berguna
untuk mengindentifikasi masalah autokorelasi tidak hanya pada derajat
pertama (first order) tetapi juga digunakan pada tingkat derajat.
Uji autokorelasi juga bisa dilihat dari nilai probabilitas Chi-Square.
Jika probabilitas Chi-Square lebih besar dari tingkat signifikansi 5% maka
tidak terdapat autokorelasi dan sebaliknya jika probabilitas Chi-Square
lebih kecil dari 5% maka terdapat autokorelasi.
105
Tabel 4.12 Hasil Regresi LM-Test
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 0.196843 Prob. F(2,16) 0.8233
Obs*R-squared 0.552332 Prob. Chi-Square(2) 0.7587
Sumber : Lampiran 7
Dari tabel di atas diketahui bahwa koefisien determinasi (R2) sebesar
0.024014. Nilai probabilitas dari Chi-Square sebesar 0.7587 yang lebih
besar dari nilai α sebesar 0.05. Karena nilai probabilitas Chi-square lebih
besar dari α = 5% maka Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa di
dalam model tidak terdapat masalah autokorelasi.
c. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan (korelasi) yang signifikan di antara dua atau lebih variabel
independen dalam model regresi. Deteksi adanya multikolinearitas
dilakukan dengan menggunakan uji korelasi parsial antar variabel
independen. Dengan melihat nilai koefisien korelasi (r) antar variabel
independen, dapat diputuskan apakah data terkena multikolinearitas atau
tidak, yaitu dengan menguji koefisien korelasi antar variabel independen.
Hasil pengujian multikolinearitas menggunakan uji korelasi (r) dapat
dilihat sebagai berikut:
106
Tabel 4. 13 Hasil Uji Correlation Matrix
LNNT LNX LNM LNINV
LNNT 1.000000 0.978167 0.838211 -0.182762 LNX 0.978167 1.000000 0.866627 -0.094968 LNM 0.838211 0.866627 1.000000 -0.259993
LNINV -0.182762 -0.094968 -0.259993 1.000000 Sumber : Lampiran 6
Analisis uji multikolinearitas dengan correlation matrix di atas terlihat
bahwa koefisien korelasi ada yang di atas 0.7, sehingga dapat disimpulkan
bahwa dalam model terdapat masalah multikolinearitas. Uji multikolinieritas
ini dapat diabaikan karena estimatornya masih dapat bersifat BLUE (Wahyu,
2009). Sifat BLUE tidak terpengaruh oleh data ada tidaknya korelasi
antarvariabel independen. Namun harus diketahui bahwa multikolinieritas
akan menyebabkan SE yang besar.
6. Pendekatan Error Correction Model (ECM)
Dengan ditemukannya fenomena hubungan jangka panjang antara
variabel-variabel yang digunakan dalam pengujian kointegrasi di atas, maka
langkah selanjutnya adalah melakukan pendekatan Error Correction Model
(ECM). Model koreksi kesalahan (ECM) merupakan metode pengujian yang
dapat digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan antar variabel dalam
jangka pendek. ECM merupakan salah satu pendekatan untuk menganalisis
model time series yang digunakan untuk melihat konsistensi antara hubungan
jangka pendek dengan hubungan jangka panjang dari variabel-variabel yang
diuji. Berikut merupakan persamaan ECM yang digunakan pada penelitian ini:
107
D(LNPDRB) t = β0 + β1 D(LNNT IND)t + β2 D(LNX) t + β3 D(LNM) t +
β4 D(LNINV) t + β5 B(LNNT IND) (t-1) + β6 B(LNX) (t-1)
+ β7B(LNM)(t-1)+β8B(LNINV) (t-1) + β9 ECT
Hasil pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan program
komputer EViews 6.0, dengan model regresi linier ECM ditampilkan sebagai
berikut:
Tabel 4.14 Hasil Estimasi Model Dinamis ECM
Dependent Variable: D(LNPDRB) Method: Least Squares Date: 12/17/11 Time: 20:06 Sample (adjusted): 1986 2009 Included observations: 23 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -22.30637 17.71578 -1.259124 0.2301
D(LNNT) -0.431422 0.676018 -0.638181 0.5344 D(LNX) -2.338589 1.037177 -2.254763 0.0420 D(LNM) 1.090507 0.567301 1.922273 0.0768
D(LNINV) 0.022248 0.109769 0.202680 0.8425 LNNT(-1) -1.719738 0.727512 -2.363861 0.0343 LNX(-1) 1.630606 1.454707 1.120917 0.2826 LNM(-1) -0.782542 0.452690 -1.728648 0.1075
LNINV(-1) -0.503664 0.178790 -2.817073 0.0145 ECT 0.489824 0.205194 2.387124 0.0329
R-squared 0.691456 Mean dependent var -0.040581
Adjusted R-squared 0.477848 S.D. dependent var 0.563949 S.E. of regression 0.407510 Akaike info criterion 1.341518 Sum squared resid 2.158838 Schwarz criterion 1.835211 Log likelihood -5.427460 Hannan-Quinn criter. 1.465681 F-statistic 3.237036 Durbin-Watson stat 2.268383 Prob(F-statistic) 0.027182
Sumber : Lampiran 8
ECM merupakan salah satu pendekatan untuk menganalisis model
time series yang digunakan untuk melihat konsistensi antara hubungan
108
jangka pendek dengan hubungan jangka panjang dari variabel-variabel
yang diuji. Dari hasil olah data Uji Error Correction Model, pada tabel di
atas menunjukkan bahwa nilai koefisien ECT sebesar 0.489824 yang
berarti bahwa ketidaksesuaian pertumbuhan LNPDRB aktual dengan
pertumbuhan LNPDRB potensial akan dieliminasi atau dihilangkan dalam
satu periode penelitian sebesar 49%. Dapat dilihat nilai probabilitas
0.0329, hal ini berarti ECT sudah signifikan pada tingkat kepercayaan
α=0.05. Oleh karena itu model dari pengujian ECM ini dapat dikatakan
valid.
Dari hasil estimasi regresi dengan pendekatan ECM, variabel jangka
pendek di tunjukkan oleh DLNNT, DLNX, DLNM dan DLNINV. Namun
dalam jangka panjang perlu dihitung dengan cara menjumlahkan koefisien
tiap variabel jangka panjang LNNT(-1), LNX(-1), LNM(-1) dan LNINV(-
1) dengan koefisien ECT kemudian dibagi dengan koefisien ECT. Rumus
koefisien jangka panjang sebagai berikut:
LNNT (-1) = C5 + C9
C9
LNX (-1) = C6 + C9
C9
LNM (-1) = C7 + C9
C9
LNINV (-1) = C8 + C9
C9
109
Tabel 4.15 Hasil Perhitungan Koefisien ECM
Variabel Notasi Coefficiient
Jangka Pendek Jangka Panjang
Konstanta C -22.30637 -22.30637 Nilai Tambah Industri D(LNNT) -0.431422 -2.510930 Ekspor D(LNX) -2.338589 4.328963 Impor D(LNM) 1.090507 -0.597598 Investasi D(LNINV) 0.022248 0.028255
Sumber: Lampiran 9 (data diolah)
Berdasarkan Tabel di atas maka hasil regresi ECM dalam jangka pendek
dan panjang di dapat hasil.
DLNPDRB = -22.30637 - 0.431422*DLNNT – 2.338589*DLNX +
1.090507*DLNM + 0.022248*DLNINV – 2.510930*LNNT(-1) +
4.328963*LNX(-1) – 0.597598*LNM(-1) + 0.028255*LNINV(-1)
+ 0.489824 *ECT
Keterangan:
DLNPDRB = Perubahan Produk Domestik Regional Bruto
periode t
DLNNT = Perubahan Nilai Tambah Industri periode t
DLNX = Perubahan Ekspor periode t
DLNM = Perubahan Impor periode t
DLNINV = Perubahan Investasi (PMDN)
LNNT (-1) = Suku Bunga SBI t-1
LNX(-1) = Nilai Tukar Rupiah t-1
LNM(-1) = Tingkat Inflasi t-1
110
ECT = Error Correction Term
C. Interpretasi Data
1. Konstanta
Dalam jangka pendek dan jangka panjang nilai konstanta sebesar -
22.30637 menunjukkan apabila nilai variabel independen
(LNNTIND,X,M,INV). Konstan maka besarnya PDRB sebesar -
22.30637 persen.
2. Pengaruh Nilai Tambah Industri terhadap Pertumbuhan Ekonomi
(PDRB)
a. Jangka Pendek
Hasil estimasi jangka pendek variabel Nilai Tambah Industri memiliki
pengaruh yang negatif dan tidak signifikan terhadap variabel
Pertumbuhan Ekonomi pada tingkat signifikansi sebesar 5% dengan
probabilitas sebesar 0.5344 persen.
b. Jangka Panjang
Hasil estimasi jangka panjang variabel Nilai Tambah Industri memiliki
pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap variabel pada tingkat
signifikansi sebesar 5% dengan probabilitas sebesar 0.0343. Koefisien
Nilai Tambah Industri sebesar -1.719735 artinya dengan
mengasumsikan pengaruh faktor-faktor lain konstan, setiap kenaikan
yang terjadi pada Nilai Tambah Industri sebesar 1% akan
menyebabkan perubahan penurunan pada Pertumbuhan Ekonomi
(PDRB) sebesar 1.719735 persen.
111
Sehingga dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa variabel
Nilai Nilai Tambah Industri tidak berpengaruh secara signifikan dalam
jangka pendek, tetapi berpengaruh secara signifikan dalam jangka
panjang terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) Kota DKI Jakarta.
Dalam jangka Pendek Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Ria Rahayu Lestari (2007) meniliti dengan judul
Dampak Pembangunan Ekonomi terhadap Pertumbuhan Kota Jakarta,
yang menyatakan bahwa Nilai Tambah Industri tidak berpengaruh
terhadap Pertumbuhan Kota Jakarta. Pertumbuhan perusahaan
manufaktur dalam sistem ekonomi di dunia ketiga mengkontrasikan
produksi sepenuhnya di kota-kota besar sehingga merangsang
pertumbuhan birokrasi Negara yang mendorong proses industrilisasi
dan mengakibatkan konsentrasi kelompok-kelompok berpendapatan
tinggi di pusat-pusat utama tempat surplus terakumulasi. Sementara itu
berpindah ke kota-kota besar untuk mencari pekerjaan dan
memproduksi surplus di pusat-pusat perkotaan. Akan tetapi, di kota
Jakarta Nilai Tambah Industri tidak berpengaruh karena tidak semua
hasil industri dialokasikan untuk pembangunan kota tersebut. Selain
itu banyaknya industri yang bermunculanpun tidak menimbulkan
lapangan pekerjaan bagi penduduk di kota Jakarta. Hal tersebut
dikarenakan industri-industri yang mucul lebih memilih untuk
menggunakan mesin-mesin pada kegiatan produksinya. Oleh karena
itu, menurunya Nilai Tambah Industri tidak berpangaruh terhadap
112
kenaikan pertumbuhan kota Jakarta. Kegunaan penelitian ini untuk
melihat adakah pengaruh jangka pendek dan jangka panjang Nilai
Tambah Industri terhadap Pertumbuhan Ekonomi.
3. Pengaruh Ekspor terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)
a. Jangka Pendek
Hasil estimasi jangka pendek variabel Ekspor memiliki pengaruh
negatif dan signifikan terhadap variabel Pertumbuhan Ekonomi pada
tingkat signifikansi sebesar 5% dengan probabilitas sebesar 0.0420.
Koefisien tingkat Ekspor sebesar -2.338589 artinya dengan
mengasumsikan pengaruh faktor-faktor lain konstan, setiap kenaikan
yang terjadi pada tingkat Ekspor sebesar 1% akan menyebabkan
perubahan penurunan pada Pertumbuhan Ekonomi sebesar 2.338589
persen.
b. Jangka Panjang
Hasil estimasi jangka pendek variabel Ekspor memiliki pengaruh
positif dan tidak signifikan terhadap variabel Pertumbuhan Ekonomi
pada tingkat signifikansi sebesar 5% dengan probabilitas sebesar
0.2826. Koefisien tingkat Ekspor sebesar 1.630606 artinya dengan
mengasumsikan pengaruh faktor-faktor lain konstan, setiap kenaikan
yang terjadi pada tingkat Ekspor sebesar 1% akan menyebabkan
perubahan kenaikan pada Pertumbuhan Ekonomi sebesar 1.630606
persen.
113
Pada jangka panjang Ekspor berpengaruh positif. Hal ini sesuai
dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Almasdi Syahza
(2003) yang menyatakan bahwa koefisien ekspor terhadap
pertumbuhan ekonomi mempunyai pengaruh positif. Hasil penelitian
memperlihatkan bahwa ekspor memegang peranan penting dalam
mendukung pertumbuhan ekonomi di Propinsi Riau. ( Dipublikasikan
pada: Sosiohumaniora, Vol 5 No 2, Juli 2003, Lembaga Penelitian
Universitas Padjadjaran, Bandung).
Pada jangka pendek Ekspor berpengaruh negatif dan signifikan .
Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Yusuf dan Widyastutik (2007) yang menyatakan bahwa faktor utama
yang membuat ekspor berpengaruh negatif terhadap neraca
perdagangan non migas adalah komoditas ekspor pangan Indonesia
lebih di dominasikan oleh komoditas olahan. Sedangkan bahan baku
lebih banyak diimpor dari luar negeri, sehingga peningkatan ekspor
akan meningkatkan juga peningkatan impor komoditas pangan. Hal
inilah yang membuat ekspor komoditas pangan berpengaruh negatif
terhadap neraca perdagangan non migas Indonesia.
4. Pengaruh Impor terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)
a. Jangka Pendek
Hasil estimasi jangka pendek variabel Impor memiliki pengaruh yang
positif dan tidak signifikan terhadap variabel Pertumbuhan Ekonomi
pada tingkat signifikansi sebesar 5% dengan probabilitas sebesar
114
0.0768. Koefisien tingkat Impor sebesar 1.090507 artinya dengan
mengasumsikan pengaruh faktor-faktor lain konstan, setiap kenaikan
yang terjadi pada Impor sebesar 1% maka akan menyebabkan
perubahan kenaikan pada Perumbuhan Ekonomi (PDRB) sebesar
1.090507 persen.
b. Jangka Panjang
Hasil estimasi jangka panjang variabel Impor memiliki pengaruh yang
negatif dan tidak signifikan terhadap variabel Pertumbuhan Ekonomi
pada tingkat signifikansi sebesar 5% dengan probabilitas sebesar
0.1075. Koefisien tingkat Impor sebesar -0.782542 artinya dengan
mengasumsikan pengaruh faktor-faktor lain konstan, setiap kenaikan
yang terjadi pada tingkat Impor sebesar 1% akan menyebabkan
perubahan penurunan pada Pertumbuhan Ekonomi sebesar 0.782542
persen.
Pada jangka panjang Impor negatif dan tidak signifikan terhadap
variabel Pertumbuhan Ekonomi. Hasil ini mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Juniarta R Pinem (2009) yaitu impor tidak
berpengaruh signifikan secara negatif terhadap posisi cadangan
devisa di Indonesia. Artinya setiap kenaikan 1 persen impor maka
posisi cadangan devisa akan turun, cateris paribus. Dan impor parsial
tidak berpengaruh nyata terhadap cadangan devisa (Y) pada tingkat
kepercayaan 90%. Ini dikarenakan impor akan mengurangi jumlah
cadangan devisa.
115
5. Pengaruh Investasi (PMDN) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)
a. Jangka Pendek
Hasil estimasi jangka pendek variabel Investasi (PMDN) memiliki
pengaruh yang positif dan tidak signifikan terhadap variabel
Pertumbuhan Ekonomi pada tingkat signifikansi sebesar 5% dengan
probabilitas sebesar 0.8425 persen.
b. Jangka Panjang
Hasil estimasi jangka panjang variabel Investasi (PMDN)
memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap variabel
Pertumbuhan Ekonomi pada tingkat signifikansi sebesar 5% dengan
probabilitas sebesar 0.0145. Koefisien tingkat Investasi (PMDN)
sebesar -0.503664 artinya dengan mengasumsikan pengaruh faktor-
faktor lain konstan, setiap kenaikan yang terjadi pada tingkat
Investasi (PMDN) sebesar 1% akan menyebabkan perubahan
penurunan pada Pertumbuhan Ekonomi sebesar 0.503664 persen.
Pada jangka pendek investasi (PMDN) memiliki pengaruh yang
positif terhadap variabel Pertumbuhan Ekonomi. Hasil ini mendukung
penelitian yang dilakukan oleh Rustiono, Deddy (2008) Seperti halnya
investasi swasta (PMA dan PMDN) juga berdampak positif terhadap
perkembangan PDRB Propinsi Jawa Tengah, Sebagai upaya
meningkatkan PDRB Propinsi Jawa Tengah maka diperlukan
kebijakan mendorong minat berinvestasi di daerah. Pengembangan
116
usaha sebaiknya diarahkan pada kegiatan yang bersifat padat karya
agar mampu menyerap tenaga kerja sebanyak mungkin.
Pada jangka panjang investasi (PMDN) memiliki pengaruh yang
negatif terhadap variabel Pertumbuhan Ekonomi. Hasil ini mendukung
penelitian yang dilakukan oleh Widyananto (2010) Berdasarkan hasil
analisis dapat diketahui bahwa PMDN dan Tenaga Kerja berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. Pemerintah
Jawa Timur diharapkan agar lebih memberikan perhatiannya terhadap
PMDN dan Tenaga Kerja, sehingga pada akhirnya dapat tercipta
pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
D. Pembahasan Analisis Ekonomi
Dari hasil regresi model dinamis ECM yang dapat terlihat pada tabel 4.9,
dapat diketahui bahwa nilai R2 sebesar 0.691456 ini menunjukkan bahwa
69.14% variasi variabel dependen (Pertumbuhan Ekonomi) dapat dijelaskan
oleh variasi variabel-variabel independen (Nilai Tambah Industri, Ekspor,
Impor, dan Investasi (PMDN) ) sedangkan sisanya 30.86% dijelaskan oleh
variasi di luar model yang tidak diikut sertakan dalam penelitian ini.
1. Jangka Pendek
Hasil penemuan dan penelitian ini menemukan kenyataan bahwa
dalam jangka pendek variabel Nilai Tambah Industri tidak memberi
pengaruh secara signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Tanda negatif
pada koefisien Nilai Tambah Industri artinya adalah bahwa dengan
menurunnya Nilai Tambah Industri akan menurunkan pertumbuhan
117
ekonomi. Implikasi dari menurunnya industrilisasi adalah tidak
mendorong terjadinya mobilitas barang dan jasa, dan faktor produksi
termasuk tenaga kerja dan berdampak pada industri besar dan kecil,
industri tersebut akan mengalami kemunduran dengan adanya penurunan
Nilai Tambah Industri tersebut, kemudian berimbas pada masyarakat kecil
maupun menengah. Pada variabel Ekspor dalam jangka pendek
memberikan pengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Ekspor
dapat membantu semua Negara dalam mengambil keuntungan dari skala
ekonomi yang mereka miliki. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi
dan pembangunan pada umumnya. Jadi ekspor sangat berperan penting
dalam pertumbuhan ekonomi disuatu Negara, yang artinya jika ekspor
mengalami kenaikan maka pertumbahan akan mengikutinya, dan
sebaliknya jika ekspor mengalami penurunan maka pertumbuhan ekonomi
disuatu Negara akan ikut menurun.
Pada variabel Impor terdapat hubungan tidak signifikan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi, tanda negatif pada koefisien Impor artinya adalah
apabila pertumbuhan ekonomi yang meningkat berarti meningkat pula
kesejahteraan dan daya beli atau konsumsi masyarakat, Pada variabel
Investasi (PMDN) terdapat hubungan tidak signifikan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi, tanda positif pada koefisien Investasi (PMDN)
artinya Hal ini dapat di lihat dari biaya rata-rata yang produksi yang tinggi
namun produktivitas tenaga kerja rendah karena tenaga kerjanya tidak
terampil dan peralatan modal yang masih sederhana, hal ini jelas dari rasio
118
output modal yang tinggi, Indonesia merupakan negara yang sedang
berkembang juga tidak lepas dari masalah diatas, oleh karena itu investasi
merupakan salah satu sumber pembiayaan yang sangat dibutuhkan untuk
menunjang pertumbuhan ekonomi.
2. Jangka Panjang
Hasil penelitian menunjukkan kenyataan bahwa dalam jangka panjang
variabel Nilai Tambah Industri berhubungan negatif dan signifikan
terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Hasil yang signifikan ini menunjukan
bahwa peranan Nilai Tambah Industri dalam mendukung pertumbuhan
ekonomi di suatu daerah adalah penting. Pembangunan industri didaerah
merupakan bagian dari segi pembangunan industri secara nasional, dimana
keberhasilan dari pembangunan industri di daerah merupakan salah satu
kunci pokok suksesnya pelaksanaan pembangunan industri nasional Sektor
industri, dalam hal ini adalah industri besar dan sedang harus
dikembangkan karena merupakan sektor yang potensial dalam membantu
suksesnya pelaksanaan pembangunan, dimana sektor ini dapat menyerap
tenaga kerja yang banyak, mempunyai peluang pasar yang lebih baik
dibanding sektor lainnya. Sektor industri yang maju tentunya akan
menghasilkan nilai tambah industri yang semakin meningkat pula.
Peningkatan nilai tambah industri ini pada akhirnya akan meningkatkan
pendapatan daerah dan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Oleh karena itu pengembangan industri ini diarahkan kepada usaha yang
119
berorientasi ekspor sekaligus dapat memenuhi kebutuhna dalam negeri dan
menyerap tenaga kerja yang ada.
Dalam jangka panjang tingkat Ekspor berhubungan positif dan tidak
signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi hal ini Ekspor memberikan
rangsangan guna menimbulkan permintaan dalam negeri yang
menyebabkan timbulnya industri-industri pabrik besar, bersamaan dengan
struktur positif yang stabil dan lembaga sosial yang lebih efesien. Dalam
jangka panjang tingkat Impor berhubungan negatif dan tidak signifikan
terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Makin tinggi tingkat pendapatan
nasional, serta semakin rendah kemampuan dalam menghasilkan barang-
barang tertentu, maka impor pun akan semakin tinggi. Sebagai akibatnya
banyak kebocoran dalam pendapatan nasional.
Pada variabel Investasi (PMDN) berhubungan negatif dan signifikan
terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Hal ini dikarenakan penanaman modal
mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi, mencerminkan
marak atau lesunya perekonomian. Dalam upaya menumbuhkan
perekonomian setiap negara senantiasa menciptakan iklim yang dapat
menggairahkan investasi. Sasaran yang dituju bukan hanya masyarakat
atau kalangan swasta dalam negeri, tetapi juga investor asing.
120 120
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil regresi model ECM (Error Correction Model) mengenai
pengaruh Pengaruh Nilai Tambah Industri, Ekspor, Impor dan Investasi
terhadap Pertumbuhan Ekonomi kota DKI Jakarta Periode 1986-2009, maka
dapat disimpulkan adalah sebagai berikut :
1. Dalam jangka pendek Impor terdapat pengaruh terhadap Pertumbuhan
Ekonomi (PDRB), apabila dengan mengasumsikan pengaruh faktor-
faktor lain konstan, jika Impor naik 1% maka akan menaikkan nilai
Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) sebesar 1.090507 persen. Begitu juga
dengan Investasi (PMDN) terdapat pengaruh terhadap Pertumbuhan
Ekonomi (PDRB), apabila dengan mengasumsikan pengaruh faktor-
faktor lain konstan, jika Investasi (PMDN) naik 1% maka akan
menaikkan nilai Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) sebesar 0.022248
persen. Hal ini membawa implikasi bahwa variabel Impor dan Investasi
(PMDN) dapat digunakan untuk melihat pergerakan Pertumbuhan
Ekonomi (PDRB) dalam jangka pendek. Sedangkan variabel tingkat Nilai
Tambah Industri dan Ekspor terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)
tidak dapat digunakan untuk melihat pergerakan variabel Dependet
tersebut dalam jangka pendek.
121
2. Dalam jangka panjang variabel tingkat Nilai Tambah Industri terdapat
pengaruh dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PDRB),
apabila dengan mengasumsikan pengaruh faktor-faktor lain konstan, jika
tingkat Nilai Tambah Industri naik sebesar 1%, maka akan menurunkan
Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) sebesar 2.510930 persen. Untuk variabel
Ekspor terdapat pengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PDRB),
apabila dengan mengasumsikan pengaruh faktor-faktor lain konstan, jika
tingkat Ekspor naik sebesar 1%, maka akan menaikkan nilai Pertumbuhan
Ekonomi (PDRB) sebesar 4.328963 persen. Dan dalam jangka panjang
variabel Impor terhadap pengaruh Pertumbuhan Ekonomi (PDRB),
apabila dengan mengasumsikan pengaruh faktor-faktor lain konstan, jika
naik 1% maka akan menurunkan nilai Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)
sebesar 0.597598 persen. Sedangkan hanya variabel Investasi (PMDN)
yang terdapat pengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PDRB). Hal ini
membawa implikasi bahwa variabel tingkat Investasi (PMDN) terhadap
dapat digunakan untuk melihat pergerakan Pertumbuhan Ekonomi
(PDRB) dalam jangka panjang. Sedangkan variabel Nilai Tambah
Industri, Ekspor dan Impor tidak dapat digunakan untuk melihat
pergerakan Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) dalam jangka panjang.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian serta kesimpulan yang telah dirumuskan
diatas maka diberikan beberapa saran sebagai berikut :
122
1. Diharapkan setiap kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam usaha
mendorong pertumbuhan ekonomi tetap dengan memperhatikan faktor
keseimbangan dan pemerataan pembangunan diberbagai sektor
perekonomian.
2. Industri berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi maka pemerintah
propinsi DKI disarankan mengembangkan sektor industri dengan
menciptakan peluang yang ada untuk industri dengan meningkatkan
kualitas infrastruktur seperti jalan tol, listrik, dan mempermudah akses
terhadap lembaga keuangan bagi kalangan industri, memberantas segala
pungutan dalam pengiriman komoditas industri dan mempermudah ekspor
hasil produksi.
3. Peningkatan Nilai Tambah Industri (besar/sedang) diharapkan dapat
mendukung pertumbuhan ekonomi di daerah khususnya di DKI Jakarta.
Untuk itu diperlukan peran serta pihak swasta, masyarakat, dan dukungan
pemerintah daerah dengan cara mempermudah prosedur perizinan industri
yang baru beroperasi.
4. Sebagai warga Negara Indonesia sebaiknya kita mampu mengerti kondisi
perekonomian Negara kita, sehingga setiap perilaku ekonomi yang kita
lakukan dapat menguntungkan Negara kita. Mengurangi pemakaian
produk luar negeri mampu menjadi angka pengganda dalam kegiatan
perekonomian Negara kita. Sebab aliran perputaran uang kita akan lebih
dirasakan oleh kita dan masyarakat Indonesia lainya.
123
5. Pemerintah hendaknya mampu mendorong investor dalam negeri untuk
melaksanakan investasi bagi penanaman modal dalam negeri karena
besarnya investasi tahun sekarang sangat berpengaruh untuk masa-masa
yang akan datang.
124
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, lincolin. “Ekonomi Pembangunan”. Edisi ke 5, STIM YKPN,
Yogyakarta, 2010.
Asih, Sriwinarti. “Beberapa Karakteristik Umum Pertumbuhan Enam Kota Besar di Indonesia tahun 1980 – 2000”. Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Yogyakarta. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 10 No. 1, April 2005 Hal: 67 – 79
Berita Resmi Statistik provinsi DKI Jakarta: ”pertumbuhan ekonomi DKI
Jakarta” No.29/Th.V/19 Agustus 2003
Badan Pusat Statistik provinsi DKI Jakarta, “Indeks harga konsumen dan inflasi DKI Jakarta”. Tahun 2010.
Badan Pusat Statistik. Jakarta Dalam Angka. BPS, DKI Jakarta, 1989.
Badan Pusat Statistik. Jakarta Dalam Angka. BPS, DKI Jakarta, 2000.
Badan Pusat Statistik. Jakarta Dalam Angka. BPS, DKI Jakarta, 2002.
Badan Pusat Statistik. Jakarta Dalam Angka. BPS, DKI Jakarta, 2008.
Boediono. “Ekonomi Internasional “, pengantar ilmu internasional No.3, Edisi 1, Yogyakarta 2000.
Deddy Rustiono, “Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, dan Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Propinsi Jawa Tengah, Magister Ilmu Ekonomi & Studi Pembangunan. Universitas diPonegoro Semarang, 2008.
Ghozali, Imam, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS, Edisi 3”,
Badan Penerbit Universitas Dpenogoro, Semarang, 2005.
Hamid, Abdul MS,”Buku Panduan Penulisan Skripsi” Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatulah, Jakarta. 2010.
Elena lanchovichina dan Susanna Lundstrom: pada”inclisive Growth Analiytics”(2009)
Hamdani; “Seluk-beluk Perdagangan Ekspor-Impor”. Jakarta 2007. Hal 12
Halim Abdul. “ Analisis Investas”. Penerbit Salemba Empat, edisi 2. Jakarta 2005.
125
Harfi. Widyananto.” Pengaruh PMDN dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun 1999-2008. Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Malang. 2010.
Jhiang. “Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan”. Rajawali Press, Jakarta, 2000.
Kuncoro, Mudrajad,”Ekonomika Indonesia”. UPP STIM YKPN Yogyakarta 2009.
,“Menanti Reformasi Iklim Investasi/Bisnis di Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, 24 Januari 2005
Laporan pembangunan dunia. “Iklim investasi yang lebih baik bagi setiap orang”. Salemba Empat. 2005.
Marsuki,” Analisis Perekonomian Indonesia Kontemporer”. Mitra Wacana Media. Jakarta 2006.
Michel P. Todaro dan Stephen C. Smith: “Pembangunan ekonomi”. edisi Sembilan. Jilid 2 penerbit Erlangga. Tahun 2006.
Mit Witjaksono.” Pembangunan Ekonomi dan Ekonomi Pembangunan: Telaah Istilah dan Orientasi dalam Konteks Studi Pembangunan”. IESP Vol. 1, No. 1, 2009.
Mochamad Aziz, Roikhan. Perbandingan Sistem Ekonomi. Modul, UIN, Jakarta.
2011. , Perekonomian Indonesia. Modul, UIN, Jakarta,
2009. Muhammad Arif Yusuf.”Analisis pengaruh investasi, Inflasi, Pengeluaran
Pemerintah, Penawaran Uang dan Ekspor terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 1981-2006”. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2008.
Michel P. Todaro dan Stephen C. Smith.: “Pembangunan ekonomi”, penerbit
Erlangga. Tahun 2009.
Nachrowi dan Hardius usman. Jakarta: “Ekonometrika”. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2006.
Pinem, Juniartha,” Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia”. Fakultas Ekonomi Universitas Sumatra Utara. 2009
126
Raharaja, Pratama. “Pengantar Ekonomi” (mikroekonomidan makroekonomi)”. Edisi ke tiga. Jakarta : LPFEUI. 2008.
Ria Rahayu Lestari. “Dampak pembangunan Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Jakarta 1989-2004” Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta: 2007.
Salim h. s dan Budi Sutrisno. ” Hukum Investasi di Indonesia” . Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2008.
Santoso, Singgih. ”SPSS Mengolah Data Statistik Secara Profesional” , Edisi ke 2. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. 2010.
. ”Statistik Parametrik Konsep dan Aplikasi dengan SPSS” , Jakarta: PT Elex Media Komputindo. 2010.
Septiawan : “Pengaruh nilai tambah industri dan tingkat sumberdaya manusia terhadap pertumbuhan ekonomi kota jambi tahun 1980-2008” Fakultas Ekonomi Universitas Jambi 2010.
Siegel and Roubent.” the impact of investment in IT on Economic Performance
Implications for developing countries” Rensselaer Polytechnic Institute, Troy, NY, USA and UNCAD, Geneva, Switserland. 2005.
Soelistyo MBA dan Nopirin MA, “ Teori Perdagangan Internasional “ Jakarta,
1977.
Sukirno, Sodono. “Makroekonomi Modern”. Ed 1., Cet. 3. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005.
. .“Ekonomi pembangunan”. edisi ke 2, penerbit prenada media group. Jakarta 2006.
Smith, Adam.” An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of the Nations, 1776.
Syarif Arbi,: “Perdagangan Luar Negeri Seri Impor”. Yogyakarta edisi 2003/2004.
Syahza Almasdi: “Perkembangan Ekspor dan Pertumbuhan Ekonomi di Daerah Riau”. Pusat Pengkajian Koperasi dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat. Universitas Riau. Dipublikasikan pada: Sosiohumaniora, Vol 5 No 2, Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran, Bandung. Juli 2003. Tambunan Tulus, “Perekonomian Indonesia.” Jakarta, penerbit Ghalia Indonesia,
2003.
127
Widarjono, Agus. “Ekonometrik : Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis”. Yogyakarta : Ekonosia FE UII.2007.
Winarno, Wing, Wahyu. Analisis ekonometrika dan statistika dengan Eviews”, sekolah tinggi ilmu menejemen YKPN : Yogyakarta, 2007.
Word Bank (Bank Dunia): “Mengindentifikasi Hmabatan-hanbatan Utama Pertumbuhan yang Inklusif di Provinsi Terbesar Kedua di Indonesaia”. Dicetak bulan februari 2011.
Yusuf dan Widyastutik,” Analisis Pengaruh Ekspor-Impor Komoditas Pangan Utama dan Liberalitas Perdagangan terhadap Neraca Perdagangan Indonesia.” Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. 2007.
Yahoo! Answers. 2006. What is economic development (http://www.yahoo.com, //answers.yahoo.com, diakses 31/12/2006).
128
Lampiran 1
DATA OBSERVASI
OBS PDRB
(Juta Rupiah) NTIND
(Juta Rupia)
X ( Juta
Rupiah )
M ( Juta
Rupiah )
INV(PMDN) ( Juta Rupiah
) 1986 94446 15251 2541318617 5716482319 535684 1987 99946 17153 2426282898 6434823345 1080263 1988 10824 20064 3394072948 7086247774 1130197 1989 12586 31394 4614581866 9106604470 1736324 1990 13664 38731 5793457911 13291334086 2113451 1991 14730 48411 7609660652 15783594077 3178556 1992 16001 62812 10638899769 15497494215 3999313 1993 51106 97404 11947516628 16891433533 7138282 1994 55505 105527 12870545871 20198230599 6452692 1995 60648 132181 13939283868 25659106959 10228674 1996 66164 165384 15574726734 26253407595 16660416 1997 69543 166120 17450894753 22602570430 4834675 1998 57380 168790 17729575474 15566294971 3318338 1999 57215 229358 15278037714 10306824075 1222589 2000 59694 309506 21418543499 17049770256 3307013 2001 61868 266564 19798812260 15973651761 5752926 2002 64338 325315 19959587089 16189261753 2225941 2003 76314 326784 20454440187 16169567982 3343950 2004 61868 358910 24501221918 23883257384 4173915 2005 29527 396438 26958167238 26827744132 3792133 2006 31282 507164 29809517655 27134810269 981710 2007 33297 988740 32186884841 34739269326 5638339 2008 35369 719493 36090170062 63312741522 18373 2009 37139 798767 32536510048 48099308120 9693
129
Lampiran 2 DATA OBSERVASI SETELAH DI LON
OBS
LNPDRB (Juta
Rupiah)
LNNTIND (Juta
Rupia)
LNX (Juta
Rupiah)
LNM ( Juta
Rupiah )
LNINV (PMDN)
( Juta Rupiah ) 1986 94446 9,632400 21,65595 22,46662 13,19130 1987 99946 9,749928 21,60963 22,58499 13,89272 1988 10824 9,906682 21,94530 22,68142 1393790 1989 12586 10,35437 22,25249 22,93227 14,36728 1990 13664 10,56440 22,48000 23,31038 14,56383 1991 14730 10,78748 22,75268 23,48224 14,97194 1992 16001 11,04790 23,08778 23,46394 15,20163 1993 51106 11,48662 23,20379 23,55007 15,78098 1994 55505 11,56672 23,27821 23,72886 15,68001 1995 60648 11,79193 23,35798 23,96816 16,14071 1996 66164 12,01603 23,46892 23,99106 16,62855 1997 69543 12,02047 23,58266 23,84133 15,39132 1998 57380 12,03641 23,59850 23,46837 15,01497 1999 57215 12,34304 23,44968 23,05607 14,01648 2000 59694 12,64273 23,78752 23,55940 15,01156 2001 61868 12,49337 23,70889 23,49421 15,56522 2002 64338 12,69255 23,71698 23,50761 14,61569 2003 76314 12,69705 23,74147 23,50640 15,02266 2004 61868 12,79083 23,92199 23,89644 15,24437 2005 29527 12,89027 24,01755 24,01270 15,14844 2006 31282 13,13659 24,11809 24,02408 13,79705 2007 33297 13,80419 24,19482 24,27114 15,54510 2008 35369 13,48630 24,30929 24,87135 9,818637 2009 37139 13,59082 24,20563 24,59653 9,179159
130
Lampiran 3: Uji Normalitas
Lampiran 4: Uji linieritas Ramsey RESET Test:
F-statistic 2.152158 Prob. F(1,18) 0.1596
Log likelihood ratio 2.710550 Prob. Chi-Square(1) 0.0997
Lampiran 5: Uji Stasioner
1. Uji akar unit Null Hypothesis: LNPDRB has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 2 (Newey-West using Bartlett kernel)
Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -2.482020 0.1325
Test critical values: 1% level -3.752946 5% level -2.998064 10% level -2.638752
Null Hypothesis: LNNT has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 19 (Newey-West using Bartlett kernel)
Adj. t-Stat Prob.*
0
2
4
6
8
10
-40000 -20000 0 20000 40000 60000
Series: ResidualsSample 1986 2009Observations 24
Mean -9.78e-12Median 4447.474Maximum 55006.36Minimum -34614.55Std. Dev. 23953.17Skewness 0.384092Kurtosis 2.965383
Jarque-Bera 0.591304Probability 0.744046
131
Phillips-Perron test statistic -3.521861 0.0166 Test critical values: 1% level -3.752946
5% level -2.998064 10% level -2.638752
Null Hypothesis: LNX has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 3 (Newey-West using Bartlett kernel)
Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -3.078995 0.0424
Test critical values: 1% level -3.752946 5% level -2.998064 10% level -2.638752
Null Hypothesis: LNM has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 1 (Newey-West using Bartlett kernel)
Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -1.326145 0.5995
Test critical values: 1% level -3.752946 5% level -2.998064 10% level -2.638752
Null Hypothesis: LNINV has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 1 (Newey-West using Bartlett kernel)
Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -0.820346 0.7943
Test critical values: 1% level -3.752946 5% level -2.998064 10% level -2.638752
132
2. Uji Derajat Integrasi Null Hypothesis: D(LNPDRB) has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 0 (Newey-West using Bartlett kernel)
Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -4.590424 0.0016
Test critical values: 1% level -3.769597 5% level -3.004861 10% level -2.642242
Null Hypothesis: D(LNNT) has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 4 (Newey-West using Bartlett kernel)
Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -5.662328 0.0001
Test critical values: 1% level -3.769597 5% level -3.004861 10% level -2.642242
Null Hypothesis: D(LNX) has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 2 (Newey-West using Bartlett kernel)
Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -4.133039 0.0045
Test critical values: 1% level -3.769597 5% level -3.004861 10% level -2.642242
Null Hypothesis: D(LNM) has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 2 (Newey-West using Bartlett kernel)
Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -4.106091 0.0047
133
Test critical values: 1% level -3.769597 5% level -3.004861 10% level -2.642242
Null Hypothesis: D(LNINV) has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 1 (Newey-West using Bartlett kernel)
Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -5.642732 0.0001
Test critical values: 1% level -3.769597 5% level -3.004861 10% level -2.642242
Lampiran 6: Uji Kointegrasi Null Hypothesis: RESID01 has a unit root Exogenous: None Bandwidth: 1 (Newey-West using Bartlett kernel)
Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -3.020936 0.0042
Test critical values: 1% level -2.669359 5% level -1.956406 10% level -1.608495
Persamaan Kointegrasi Nilai t-Statistik PP
Nilai Kritis Statistik PP α =
5%
Kesimpulan
LNPDRB t = f (LNNT t, LNX t, LNM t,LNINV t,) -3.020936 -1.956406 Residual
Stasioner
134
Lampiran 7: Uji Asumsi Klasik
1. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: White F-statistic 12.36038 Prob. F(14,9) 0.0003
Obs*R-squared 22.81348 Prob. Chi-Square(14) 0.0634 Scaled explained SS 8.166348 Prob. Chi-Square(14) 0.8805
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 09/13/07 Time: 00:33 Sample: 1986 2009 Included observations: 24
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -558.5378 426.3555 -1.310029 0.2226
LNNT -39.77348 39.00469 -1.019710 0.3345 LNNT^2 -0.354688 0.636690 -0.557081 0.5911
LNNT*LNX 0.284099 2.051003 0.138517 0.8929 LNNT*LNM 1.704480 1.261715 1.350922 0.2097
LNNT*LNINV 0.121741 0.678398 0.179453 0.8616 LNX 46.58296 61.06416 0.762853 0.4651
LNX^2 -0.597704 1.613702 -0.370393 0.7197 LNX*LNM -0.811515 2.789779 -0.290889 0.7777
LNX*LNINV -0.282475 1.124546 -0.251190 0.8073 LNM 20.66435 22.77698 0.907247 0.3879
LNM^2 -0.508588 1.177535 -0.431909 0.6760 LNM*LNINV 0.153333 0.237370 0.645967 0.5344
LNINV 2.442331 11.24388 0.217214 0.8329 LNINV^2 -0.034701 0.079642 -0.435715 0.6733
R-squared 0.950562 Mean dependent var 0.347891
Adjusted R-squared 0.873658 S.D. dependent var 0.379818 S.E. of regression 0.135005 Akaike info criterion -0.897838 Sum squared resid 0.164037 Schwarz criterion -0.161554 Log likelihood 25.77405 Hannan-Quinn criter. -0.702502 F-statistic 12.36038 Durbin-Watson stat 2.212179 Prob(F-statistic) 0.000328
135
Hasil Uji White HeteroskedasticityTest
Heteroskedasticity Test: White F-statistic 12.36038 Prob. F(14,9) 0.0003
Obs*R-squared 22.81348 Prob. Chi-Square(14) 0.0634 Scaled explained SS 8.166348 Prob. Chi-Square(14) 0.8805
2. Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.196843 Prob. F(2,16) 0.8233
Obs*R-squared 0.552332 Prob. Chi-Square(2) 0.7587
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 09/13/07 Time: 00:36 Sample: 1987 2009 Included observations: 23 Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.045296 0.217985 -0.207796 0.8380
D(LNNT) 0.142219 0.838735 0.169564 0.8675 D(LNX) 0.111890 1.149661 0.097324 0.9237 D(LNM) 0.043746 0.623904 0.070117 0.9450
D(LNINV) -0.022820 0.120704 -0.189060 0.8524 RESID(-1) 0.164595 0.277394 0.593362 0.5612 RESID(-2) 0.033746 0.252908 0.133433 0.8955
R-squared 0.024014 Mean dependent var 1.81E-18
Adjusted R-squared -0.341980 S.D. dependent var 0.504255 S.E. of regression 0.584149 Akaike info criterion 2.008467 Sum squared resid 5.459673 Schwarz criterion 2.354053 Log likelihood -16.09738 Hannan-Quinn criter. 2.095381 F-statistic 0.065614 Durbin-Watson stat 2.054971 Prob(F-statistic) 0.998536
136
Hasil Regresi LM-Test
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.196843 Prob. F(2,16) 0.8233
Obs*R-squared 0.552332 Prob. Chi-Square(2) 0.7587
3. Uji Multikolinearitas
Hasil Uji Correlation Matrix
LNNT LNX LNM LNINV LNNT 1.000000 0.978167 0.838211 -0.182762 LNX 0.978167 1.000000 0.866627 -0.094968 LNM 0.838211 0.866627 1.000000 -0.259993
LNINV -0.182762 -0.094968 -0.259993 1.000000
Lampiran 8: Hasil Estimasi Model Dinamis ECM
Dependent Variable: D(LNPDRB) Method: Least Squares Date: 12/17/11 Time: 20:06 Sample (adjusted): 1987 2009 Included observations: 23 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -22.30637 17.71578 -1.259124 0.2301
D(LNNT) -0.431422 0.676018 -0.638181 0.5344 D(LNX) -2.338589 1.037177 -2.254763 0.0420 D(LNM) 1.090507 0.567301 1.922273 0.0768
D(LNINV) 0.022248 0.109769 0.202680 0.8425 LNNT(-1) -1.719738 0.727512 -2.363861 0.0343 LNX(-1) 1.630606 1.454707 1.120917 0.2826 LNM(-1) -0.782542 0.452690 -1.728648 0.1075
LNINV(-1) -0.503664 0.178790 -2.817073 0.0145 ECT 0.489824 0.205194 2.387124 0.0329
R-squared 0.691456 Mean dependent var -0.040581
Adjusted R-squared 0.477848 S.D. dependent var 0.563949 S.E. of regression 0.407510 Akaike info criterion 1.341518 Sum squared resid 2.158838 Schwarz criterion 1.835211 Log likelihood -5.427460 Hannan-Quinn criter. 1.465681 F-statistic 3.237036 Durbin-Watson stat 2.268383
137
Prob(F-statistic) 0.027182
Lampiran 9: Hasil Perhitungan Koefisien ECM
Variabel Notasi Coefficiient Jangka Pendek Jangka Panjang
Konstanta C -22.30637 -22.30637 Nilai Tambah Industri D(LNNT) -0.431422 -2.510930 Ekspor D(LNX) -2.338589 4.328963 Impor D(LNM) 1.090507 -0.597598 Investasi D(LNINV) 0.022248 0.028255