pengaruh orientasi etika dan pengalaman akuntan …
TRANSCRIPT
PENGARUH ORIENTASI ETIKA DAN PENGALAMAN
AKUNTAN TERHADAP PERSEPSI ETIS TENTANG PRAKTIK
MANAJEMEN LABA
(Studi Pada Akuntan Di Jakarta)
Disusun Oleh:
Malia
NIM: 106082002630
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010M
i
PENGARUH ORIENTASI ETIKA DAN PENGALAMAN AKUNTAN
TERHADAP PERSEPSI ETIS TENTANG PRAKTIK
MANAJEMEN LABA
(Studi Pada Akuntan Di Jakarta)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Malia
NIM: 106082002630
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Dr. Amilin, SE., M.Si, Ak
NIP. 19570617 198503 1 002 NIP. 19730615 200501 1 009
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
ii
Hari ini Jumat Tanggal Dua Satu Mei Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan
Ujian Komprehensif atas nama Malia NIM: 106082002630 dengan judul Skripsi
“PENGARUH ORIENTASI ETIKA DAN PENGALAMAN AKUNTAN
TERHADAP PERSEPSI ETIS TENTANG PRAKTIK MANAJEMEN LABA
(Studi Pada Akuntan Di Jakarta)”. Memperhatikan penampilan mahasiswa
tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 21 Mei 2010
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Afif Sulfa, SE., M.Si, Ak Reskino, SE., M.Si, Ak Penguji II Penguji III
Dr. Amilin, SE., M.Si, Ak Penguji I
iii
Hari ini Jumat Tanggal Delapan Belas Juni Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan
Ujian Skripsi atas nama Malia NIM: 106082002630 dengan judul Skripsi
“PENGARUH ORIENTASI ETIKA DAN PENGALAMAN AKUNTAN
TERHADAP PERSEPSI ETIS TENTANG PRAKTIK MANAJEMEN LABA
(Studi Pada Akuntan Di Jakarta)”. Memperhatikan penampilan mahasiswa
tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 18 Juni 2010
Tim Penguji Ujian Skripsi
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Dr. Amilin, SE., M.Si, Ak
Pembimbing I Pembimbing II
Abdul Hamid Cebba, Drs., MBA., Ak., CPA Rini, SE., M.Si, Ak
Penguji Ahli I Penguji Ahli II
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Malia
2. Tempat & Tanggal Lahir : Bogor, 27 Juli 1988
3. Alamat : Jl. H.Mawi Desa Waru Jaya Rt.04/05
No.23 Kecamatan Parung-Bogor
16330
4. Telepon : 085691009440/081398841490
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. SDN Waru 01-Parung
Tahun 1994-2000
2. SMPN 1 Parung
Tahun 2000-2003
3. SMAN 1 Parung
Tahun 2003-2006
4. S1 Ekonomi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2006-2010
III. PENDIDIKAN NON-FORMAL
1. Pelatihan Saham
Online Dengan Ezy Deal
v
2. Kursus Brevet A&B di
STAN-Bintaro Tahun 2010
IV. PENGALAMAN
KERJA
1. Magang di UMKM
Thoyibah Bakery. Tahun 2009
2. Staf Administrasi pada
Yayasan Pengabdian Tahun 2010
Umat Islam (YPUI) Parung-Bogor
V. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Paskibra SMPN 1
PARUNG Tahun 2000-2003
2. Paskibra SMAN I
PARUNG Tahun 2003-2006
3. Rohis SMAN I
PARUNG Tahun 2003-2005
vi
THE INFLUENCE OF ETHICAL ORIENTATION AND ACCOUNTANTS
EXPERIENCE TO THE ETHICS PERCEPTION OF EARNINGS MANAGEMENT PRACTICES
(Study on Accountants in Jakarta)
ABSTRACT
This research aimed to identify the influence ethical orientation and accountant experience to ethics perception of earnings management practices. In this study, use primary data by dissemination of the questionnaire conducted in Jakarta with accountants as respondent consider public accountant, government accountant, educational accountant, and management accountant. Retrieval of sample has been using purposive sampling. Number of questionnaires propagated was 120 copies but only 87 copies question returned and 84 may be used. The data were analysis for hypothesis tester was done with multiples regression. The result of research indicates that ethical orientation and accountants experience have significantly influence to the ethics perception of earnings management practices. Keywords: accounting ethics, earnings management practices, ethical orientation, accountants experience,
vii
PENGARUH ORIENTASI ETIKA DAN PENGALAMAN AKUNTAN TERHADAP PERSEPSI ETIS TENTANG PRAKTIK MANAJEMEN LABA
(Studi Pada Akuntan Di Jakarta)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh orientasi etika dan pengalaman akuntan terhadap persepsi etis tentang praktik manajemen laba. Pada penelitian ini digunakan data primer dalam bentuk penyebaran kuesioner yang dilakukan di Jakarta dengan responden akuntan meliputi akuntan publik, akuntan pemerintah, akuntan pendidik, dan akuntan manajemen. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Kuesioner yang disebarkan berjumlah 120 tetapi hanya kembali 87 dan yang bisa diolah 84. Penganalisisan data untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan regresi berganda. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa orientasi etika dan pengalaman akuntan berpengaruh signifikan terhadap persepsi etis tentang praktik manajemen laba Kata kunci: etika akuntansi, praktik manajemen laba, orientasi etika, pengalaman akuntan.
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“Pengaruh Orientasi Etika Dan Pengalaman Akuntan Terhadap Persepsi Etis
Tentang Praktik Manajemen Laba”.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat
guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Kedua orang tua yang telah memberikan semangat serta doa yang tiada henti-
hentinya kepada penulis.
2. Keluargaku yang telah menyemangati dan memberikan banyak inspirasi dalam
menyelesaikan skripsi ini.
ix
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sekaligus juga merupakan dosen
Pembimbing Skripsi I.
4. Bapak Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Yessi Fitri SE., Ak., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Dr. Amilin SE., Ak., M.Si selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang telah
bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam
penulisan skripsi ini.
7. Seluruh staf pengajar dan karyawan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial yang telah memberikan bantuan
kepada penulis.
8. Sahabat-sahabatku Indah, Intan, Uum, Hanan, dan Fika yang selalu membantuku
baik dalam suka maupun duka.
9. Rekan-rekan Akuntansi Audit, Akuntansi Manajemen dan Akuntansi Perpajakan
angkatan 2006 yang telah memberikan dukungannya selama ini kepada penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak.
Jakarta, Juni 2010
(Malia)
x
DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................................... i
Lembar Pengesahan Skripsi .............................................................................. ii
Lembar Pengesahan Uji Komprehensif ............................................................ iii
Lembar Pengesahan Uji Skripsi ........................................................................ iv
Daftar Riwayat Hidup ........................................................................................v
Abstract................................................................................................................vii
Abstract................................................................................................................viii
Kata Pengantar ................................................................................................... ix
Daftar Isi ..............................................................................................................xi
Daftar Tabel.........................................................................................................xiv
Daftar Gambar....................................................................................................xv
Daftar Lampiran .................................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................1
xi
B. Perumusan Masalah.......................................................................7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian......................................................8
1. Tujuan Penelitian....................................................................8
2. Manfaat Penelitan...................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................10
A................................................................................................ Land
asan Teori ......................................................................................10
1. Persepsi...................................................................................10
2. Etika .......................................................................................15
3. Manajemen Laba ...................................................................18
a. Definisi Manajemen Laba ...............................................18
b. Motivasi Manajemen Laba .............................................22
c. Teknik dan Pola Manajemen Laba..................................26
4. Orientasi Etika........................................................................29
5. Pengalaman ............................................................................32
B. Penelitian Terdahulu Mengenai Persepsi Etis Praktik
Manajemen Laba ...........................................................................36
C. Keterkaitan Antar Variabel............................................................38
1. Keterkaitan Antara Orientasi Etika dengan Persepsi
Tentang Praktik Manajemen Laba .........................................38
2. ......................................................................................... Keter
kaitan Antara Pengalaman Akuntan dengan
Persepsi Tentang Praktik Manajemen Laba ...........................40
D. Model Penelitian............................................................................43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN........................................................44
A. Ruang Lingkup Penelitian .......................44
B................................................................................................ Meto
de Penentuan Sampel.....................................................................44
C................................................................................................ Meto
de Pengumpulan Data ...................................................................45
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)...........................45
xii
2. Penelitian Lapangan (Field Research) ...................................45
D................................................................................................ Meto
de Analisis Data.............................................................................46
1. Statistik Deskriptif..................................................................46
2. Uji Kualitas Data ....................................................................47
a. Uji Reabilitas...................................................................47
b. Uji Validitas ....................................................................47
3. Uji Asumsi Klasik ..................................................................48
a. Uji Normalitas Data ........................................................48
b. Uji Multikolinealitas .......................................................49
c. Uji Heterokedastistas.......................................................49
4. Uji Hipotesis...........................................................................50
a. Uji Koefisien Determinasi...............................................51
b. Uji Statistik t....................................................................51
c. Uji Statistik F ..................................................................52
E. ............................................................................................... Oper
asional Variabel Penelitian ...........................................................52
1. Orientasi Etika (X1) ...............................................................52
2. Pengalaman (X2)....................................................................53
3. Persepsi Etis Praktik Manajemen Laba (Y) ...........................54
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................57
A................................................................................................ Sekil
as Gambaran Umum Objek Penelitan ...........................................57
1. ......................................................................................... Temp
at dan Waktu Penelitian..........................................................57
2. ......................................................................................... Kara
kteristik Responden ................................................................59
B................................................................................................ Hasil
Uji Instrumen Penelitian................................................................65
xiii
1. ......................................................................................... Hasil
Uji Statistik Deskriptif............................................................65
2. ......................................................................................... Uji
Kualitas Data ..........................................................................66
3. ......................................................................................... Uji
Asumsi Klasik ........................................................................69
4. ......................................................................................... Uji
Hipotesis.................................................................................72
C................................................................................................ Pemb
ahasan ............................................................................................75
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI...................................................78
A................................................................................................ Kesi
mpulan ...........................................................................................78
B................................................................................................ Impli
kasi.................................................................................................79
C................................................................................................ Saran
.......................................................................................................80
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................82
LAMPIRAN.........................................................................................................85
xiv
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu Mengenai Persepsi Praktik Manajemen Laba ...........36
3.1 Opersional Variabel Penelitian....................................................................54
4.1 Data Distribusi Sampel Penelitian...............................................................57
4.2 Data Sampel Penelitian ...............................................................................58
4.3 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ......................................59
4.4 Deskripsi Responden Berdasarkan Umur....................................................60
4.5 Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ............................62
4.6 Deskripsi Responden Berdasarkan Posisi Pekerjaan...................................62
4.7 Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Bekerja.......................................64
4.8 Hasil Uji Statistik Deskriptif .......................................................................65
4.9 Hasil Uji Realibilitas Variabel.....................................................................66
4.10 Hasil Uji Validitas Variabel Orientasi Etika ...............................................67
4.11 Hasil Uji Validitas Pengalaman Akuntan....................................................68
4.12 Hasil Uji Validitas Persepsi Etis Tentang Praktik Manajemen Laba ..........68
4.13 Hasil Uji Multikolinealitas ..........................................................................71
4.14 Hasil Uji Koefisien Determinasi..................................................................73
4.15 Hasil Uji Statistik t ......................................................................................74
4.16 Hasil Uji Statistik F .....................................................................................75
xv
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis.......................................................................43
4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot......................................69
4.2 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram...............................70
4.3 Grafik Scatterplot ........................................................................................72
xvi
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1. .............................................................................................................. Surat
Izin Penelitian Skripsi..................................................................................86
2. .............................................................................................................. Kuesi
oner Penelitian .............................................................................................87
3. .............................................................................................................. Dafta
r Alamat Tempat Penelitian .........................................................................96
4. .............................................................................................................. Skor
Jawaban Responden.....................................................................................98
5. .............................................................................................................. Hasil
Uji Kualitas Data .........................................................................................102
6. .............................................................................................................. Hasil
Uji Statistik Deskriptif.................................................................................108
7. .............................................................................................................. Hasil
Uji Asumsi Klasik .......................................................................................108
8. .............................................................................................................. Hasil
Uji Regresi Berganda...................................................................................110
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Arus globalisasi yang semakin meningkat akhir-akhir ini telah memberi
tantangan tersendiri bagi para akuntan. Mereka dituntut untuk lebih
profesional dan beretika dalam profesinya, sebab hal itulah yang kemudian
akan menentukan keberadaan akuntan dalam persaingannya di antara rekan
seprofesi baik dari negara sendiri maupun negara lain.
Profesi akuntan merupakan suatu profesi yang didukung oleh ilmu
pengetahuan dan keterampilan yang relevan dengan bidang kerjanya. Dengan
adanya perubahan berbagai disiplin ilmu serta tuntutan yang lebih tinggi dari
pemakai jasa akuntan maka profesi akuntan perlu mengidentifikasi,
mengembangkan, meningkatkan dan mempertahankan serta menyempurnakan
pengetahuan dan keterampilan yang akan dijadikan modal untuk menjalankan
profesinya dalam tatanan masyarakat yang lebih dinamis.
Berbagai penilaian dan persepsi masyarakat yang seolah-olah
mendiskreditkan profesi akuntan yang terkadang menyimpang dari kode etik
profesinya, terjadi sebagai akibat dari munculnya berbagai skandal akuntansi
dan kegagalan audit. Salah satu diantara yang telah menyeruak perhatian
masyarakat dunia adalah kasus Enron Corporation di Amerika Serikat karena
telah melakukan manipulasi laporan keuangan dengan mencatat keuntungan
600 juta Dollar AS padahal perusahaan mengalami kerugian. Manipulasi
1
keuntungan disebabkan keinginan perusahaan agar saham tetap diminati
investor (Kusmayadi, 2009). Kasus Enron merupakan awal mula timbulnya
kasus yang lainnya seperti kasus Xerox, Worldcom, PT Kimia Farma dan
Lippo Bank yang menimbulkan konflik kepentingan banyak pihak, sehingga
berdampak pada turunnya kepercayaan publik terhadap integritas dan
kredibilitas profesi akuntan. Hal itu menjadi bukti bahwa akuntan harus benar-
benar menggunakan pertimbangan etikanya dalam mengambil keputusan.
Secara umum, munculnya berbagai skandal tersebut diakibatkan oleh
adanya tindakan manajemen laba (earnings management). Manajemen laba
merupakan usaha pihak manajer yang disengaja untuk memanipulasi laporan
keuangan dalam batasan yang dibolehkan oleh prinsip-prinsip akuntansi
dengan tujuan untuk memberikan informasi menyesatkan para pengguna
untuk kepentingan pihak manajer (Meutia, 2004:34). Tujuannya adalah
meningkatkan kesejahteraan pihak tertentu, walaupun dalam jangka panjang
(laba kumulatif) tidak terdapat perbedaan laba yang dapat diidentifikasi
sebagai suatu keuntungan (Syaiful dan Nurul, 2008:1). Meskipun secara
prinsip, praktek manajemen laba tidak menyalahi prinsip-prinsip akuntansi
yang diterima umum, namun adanya praktek ini dapat mengikis kepercayaan
masyarakat terhadap laporan keuangan eksternal dan menghalangi kompetensi
aliran modal di pasar modal (Scott et.,al, 2001 dalam Meutia, 2004:34).
Masalah manajemen laba ternyata menjadi sorotan penting dalam
masalah etika karena banyaknya ambigiuitas moral dan daerah abu-abu dalam
praktiknya. Manajemen laba merupakan salah satu bidang yang kontroversial
2
sebagai suatu prilaku yang dapat diterima (acceptable) atau tidak diterima
(unacceptable). Sebagian besar manager nampak melakukan manajemen laba
dan yakin bahwa praktik tersebut secara eksplisit tidak dilarang. Namun
beberapa praktisi berpendapat manajemen laba tidak bermoral atau tidak etis,
apabila praktik tersebut tidak mempertimbangkan dampak buruk yang
mungkin timbul dari praktik tersebut (Fischer dan Rosenzweig, 1995 dalam
Arlene, 2005:3).
Mahmudi (2001:400) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa jika
dilihat dari perspektif etika, manajemen laba merupakan masalah yang
kontroversial. Disatu sisi, praktik manajemen laba bersifat legal tidak
melanggar prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum dan tindakan
tersebut merupakan kesewenangan manajer. Namun disisi lain tindakan
tersebut merupakan pelanggaran dalam etika bisnis. National Commission on
Fraudelent Financial Reporting dalam Lontoh dan Lindrawati (2004:9),
menyatakan earnings management merupakan tindakan ilegal karena dapat
menyesatkan pengguna informasi dalam laporan keuangan, sehingga jika
ditinjau dari sudut pandang etika, tindakan ini berarti pelangaran terhadap
kepercayaan masyarakat.
Berbagai penelitian tentang persepsi praktik manajemen laba telah
cukup banyak dilakukan. Fischer & Rosenzweigh (1995) dalam Arlene
(2005:27) menyebutkan bahwa banyak manager yang menganggap earnings
management sebagai tindakan yang wajar dan etis serta merupakan alat sah
manajer dalam melaksanakan tanggung jawabnya untuk mendapatkan return
3
perusahaan. Menurut Merchant & Rockness (1994) dalam Lontoh dan
Lindrawati (2004:10) berdasarkan studi yang dilakukannya, manajemen laba
yang banyak dilakukan selama ini dianggap legal, artinya tidak bertentangan
dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berterima umum. Menurutnya, ethical
judgement terhadap earnings management cenderung berbeda antara
kelompok individu. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh karakter individu
seseorang dan karakter lingkungan seseorang.
Arlene (2005:76) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan persepsi secara signifikan antara mahasiswa akuntansi dan non
akuntansi mengenai kasus manajemen laba. Namun berbeda dengan itu,
Lontoh dan Lindrawati (2004:19), menunjukkan tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara persepsi para akuntan (akuntan publik, akuntan
manajemen dan akuntan pendidik) terhadap praktik manajemen laba. Dalam
penelitiannya menunjukkan hanya sekitar 38% menunjukkan perbedaan
sedangkan 68% nya menunjukkan persepsi yang sama tentang praktik
manajemen laba. Adanya signifikansi perbedaan itu menunjukkan bahwa ada
beberapa hal yang tidak dapat diterima secara sama oleh judgment ethic
masing-masing kelompok mempengaruhi persepsi etis mereka.
Perbedaan penilaian tentang praktik manajemen laba semakin
menegaskan bahwa ada faktor-faktor yang secara tidak sengaja dan tidak
diketahui menstimulus perilaku mereka terhadap isu-isu etika. Orientasi etika
merupakan salah satu faktor individu (karakter individu) yang diidentifikasi
dapat mempengaruhi persepsi seseorang dalam penilaian etika. Orientasi etika
4
(ethical orientation atau ethical ideology) adalah suatu konsep diri dan
perilaku pribadi yang berhubungan dengan individu dalam diri seseorang dan
menunjukkan bahwa individu mengadopsi ideologi tentang etika yang sangat
mempengaruhi bagaimana persepsi mereka tentang permasalahan etika
(Sasongko, Basuki, dan Hendrayanto, 2007:13).
Selain orientasi etika, pengalaman juga diduga dapat mempengaruhi
persepsi etis seseorang terhadap suatu masalah etika. Hunt’s & Vitel’s Model
(Jones, 1992) menunjukkan bahwa faktor-faktor lingkungan seperti budaya,
industri, organisasi dan pengalaman seseorang mempengaruhi persepsi
terhadap keberadaan etis problem, alternatif-alternatif tindakan dan
konsekuensi-konsekuensinya. Pengalaman merupakan suatu proses
pembelajaran dan pertambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik
dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa diartikan sebagai suatu
proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih
tinggi. Pengalaman juga mempunyai arti penting dalam upaya perkembangan
tingkah laku dan sikap seorang akuntan. Hal tersebut dibuktikan oleh adanya
penelitian yang dilakukan oleh Larkin (2000) dalam Sasongko et.,al,
(2007:11) bahwa akuntan yang berpengalaman cenderung lebih konservatif
dalam menghadapi situasi dilema etika.
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian tentang praktik manajemen laba. Manajemen laba
bagaimanapun juga adalah isu yang patut dipertimbangkan dan diperhatikan
secara serius serta dieksploitasi lebih banyak dan lebih dalam karena
5
manajemen laba merupakan permasalahan moral yang paling penting bagi
profesi akuntan yang menyangkut kepercayaan publik terhadap integritasnya.
Selain itu, karena berbagai hasil penelitian yang menunjukkan adanya
perbedaan persepsi dari setiap individu tentang praktik manajemen laba
mendorong peneliti untuk menguji apakah faktor orientasi etika dan
pengalaman akuntan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi persepsi
etis tentang praktik manajemen laba. Dengan demikian, judul dalam penelitian
ini adalah ”Pengaruh Orientasi Etika Dan Pengalaman Akuntan
Terhadap Persepsi Etis Tentang Praktik Manajemen Laba”
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh
Arlene (2005). Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
yaitu sebagai berikut:
1. Jenis penelitian: penelitian ini merupakan penelitian kausalitas yaitu
penelitian yang menguji pengaruh orientasi etika dan pengalaman akuntan
terhadap persepsi etis tentang praktik manajemen laba. Sedangkan pada
penelitian Arlene (2005) dilakukan comparative study yaitu penelitian
yang menguji perbandingan persepsi tentang manajemen laba pada
mahasiswa.
2. Variabel independen: penelitian ini menambahkan variabel orientasi etika
dan pengalaman akuntan sebagai variabel independen. Orientasi etika
sebelumnya pernah diteliti oleh Sasongko et.,al (2007) yaitu yang menguji
pengaruh orientasi etika terhadap pengambilan keputusan etis internal
auditor dalam situasi dilema etika, sedangkan variabel pengalaman
6
3. Variabel dependen: penelitian yang dilakukan oleh Arlene (2005)
dijadikan sebagai variabel dependen pada penelitian ini.
4. Responden penelitian: pada penelitian sebelumnya, Arlene (2005)
menggunakan mahasiswa akuntansi sebagai responden. Sedangkan pada
penelitian kali ini, responden yang digunakan adalah para akuntan yang
terbagi menjadi empat kelompok, yaitu akuntan publik, akuntan
pemerintah, akuntan pendidik, dan akuntan manajemen.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang yang telah dikemukkan diatas
maka permasalahan yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah orientasi etika mempengaruhi persepsi etis tentang praktik
manajemen laba?
2. Apakah pengalaman akuntan mempengaruhi persepsi etis tentang praktik
manajemen laba?
3. Apakah secara simultan orientasi etika dan pengalaman akuntan
mempengaruhi persepsi etis tentang praktik manajemen laba.
7
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai
berikut:
a. Untuk menganalisis pengaruh orientasi etika terhadap persepsi etis
tentang praktik manajemen laba.
b. Untuk menganalisis pengaruh pengalaman akuntan terhadap persepsi
etis tentang praktik manajemen laba.
c. Untuk menganalisis secara simultan pengaruh orientasi etika dan
pengalaman akuntan terhadap persepsi etis tentang praktik manajemen
laba.
2. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi pihak-pihak berikut ini:
a. Dunia Bisnis
Penelitian ini diharapkan memberikan pemahaman bagaimana
berbagai pihak yang terlibat dalam kegiatan akuntansi bisnis memiliki
nilai-nilai etika. Pemahaman akan hal ini sangat diperlukan dalam
usaha membina dunia bisnis indonesia yang bermoral dan
bertanggung jawab sosial.
b. Akademisi
Bagi akademisi penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
bagi penyempurnaan mata kuliah etika profesi dalam program studi
8
9
akuntansi di perguruan tinggi, serta memberikan stimulus untuk dapat
mengembangkan etika dalam kehidupan akademik kampus.
c. Kelompok responden
Sebagai bahan informasi bagi kelompok responden yang meliputi
akuntan pendidik, akuntan publik, akuntan manajemen dan akuntan
pemerintah mengenai pengaruh orientasi etika dan pengalaman
akuntan terhadap persepsi etis tentang praktik manajemen laba.
Sehingga dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam menilai atau
memandang masalah-masalah etika secara etis terutama yang
berhubungan dengan bisnis.
d. Peneliti Selanjutnya
Diharapkan dapat menambah pengetahuan dibidang akuntansi
keuangan serta dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk
melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan isu
praktik manajemen laba.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Persepsi
Dalam mempersepsikan sesuatu tentunya akan ada sesuatu hal yang
dapat mempengaruhi kita dan dapat kita lihat langsung maupun tidak
langsung melalui panca indera. Akan ada perbedaan disetiap persepsi dari
pendapat yang kita tanyakan kepada orang lain berkaitan dengan objeknya
yang sama kita lihat atau kita rasa bersama orang lain. Oleh karena itu,
persepsi mempunyai sifat yang subjektif baik dari pengalaman atau objek
yang langsung kita lihat.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2003), persepsi adalah
tanggapan (penerimaan) langsung dari suatu serapan atau proses seseorang
mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Augustine S
(2005:200) mendefinisikan persepsi sebagai suatu pengalaman tentang
objek, peristiwa, atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan. Agustine S juga mengemukakan bahwa
persepsi ditentukan juga oleh faktor personal dan faktor situasional. Faktor
fungsional (personal) berasal dari kebutuhan pengalaman masa lalu, dan
hal-hal lain yang termasuk apa yang disebut sebagai faktor personal. Oleh
karenanya yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli,
tetapi karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli tersebut.
10
Sedangkan faktor struktural (situasional) berasal semata-mata dari sifat
fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu.
Kotler dan Amstrong (2001:214), mendefinisikan persepsi adalah
sebagai suatu proses dimana seseorang memilih, mengatur, dan
menginterprestasikan informasi untuk membentuk gambaran berarti
mengenai dunia luar. Proses dimana individual mengelompokkan dan
menginterprestasikan kesan sensori dengan tujuan untuk memahami
lingkungannya. Selanjutnya, hal yang perlu dicermati adalah persepsi
seseorang dapat saja amat berbeda dengan persepsi yang dimiliki orang
lain dan bahkan berbeda dengan kenyataan yang sesungguhnya terjadi.
Persepsi adalah proses yang digunakan individu mengelola dan
menafsirkan kesan indera mereka dalam rangka memberikan makna
kepada lingkungan mereka (Robbins, 2006:169-170). Meski demikian apa
yang dipersepsikan seseorang dapat berbeda dari kenyataan objektif. Tidak
harus selalu berbeda, namun sering terdapat ketidaksepakatan. Misalnya,
dimungkinkan bahwa semua karyawan dalam perusahaan tertentu
memandang perusahaan tersebut sebagai tempat yang hebat untuk bekerja,
kondisi kerja yang menyenangkan, tugas pekerjaan yang menarik, upah
yang baik, manajemen yang bijaksana dan bertanggung jawab. Namun,
seperti sebagian kita ketahui, sangatlah tidak biasa untuk mendapatkan
kesepakatan seperti itu.
Berdasarkan berbagai definisi persepsi diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa persepsi setiap orang atas suatu objek atau peristiwa
11
bisa berbeda-beda. Perbedaan persepsi tersebut antara lain terjadi karena
tiga faktor yaitu orang yang memiliki persepsi atau pelaku persepsi, objek
atau target, dan kontek situasi dimana persepsi itu dibuat (Robbins,
2006:170-171):
a. Orang yang Memiliki Persepsi (Pemersepsi)
Ketika individu memandang ke objek tertentu dan mencoba
menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi
oleh karakteristik pribadi individu pelaku persepsi itu. Diantara
karakteristik pribadi yang mempengaruhi persepsi adalah sikap,
kepribadian, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan
harapan yang dimiliki.
b. Target
Karakteristik-karakteristik target yang akan diamati dapat
mempengaruhi persepsi orang. Beberapa karakteristik target tersebut
antara lain gerak, suara, ukuran, latar belakang dan kedekatan yang
dimiliki target dengan suatu hal. Orang yang banyak bicara
berkemungkinan mendapatkan perhatian lebih dikelompok tertentu
daripada mereka yang pendiam. Demikian pula individu-individu yang
luar biasa menarik atau luar biasa tidak menarik. Karena target tidak
dipandang dalam keadaan tidak terisolasi, hubungan target tertentu
dengan latar belakangnya mempengaruhi persepsi, seperti
kecenderungan kita untuk mengelompokkan benda-benda yang
berdekatan atau mirip.
12
c. Situasi
Persepsi yang dimiliki seseorang berkaitan pula dengan situasi atau
konteks saat kita mengobservasi suatu objek, misalnya faktor waktu,
lingkungan kerja, dan lingkungan sosial.
Persepsi dan penilaian orang terhadap tindakan seseorang akan
cukup banyak dipengaruhi oleh asumsi-asumsi yang diambil mengenai
keadaan internal orang itu. Teori atribusi dikemukakan untuk
mengembangkan penjelasan mengenai cara-cara kita menilai orang secara
berlainan, tergantung pada makna apa yang kita kaitkan pada prilaku
tertentu. Pada dasarnya, teori itu mengemukakan bahwa bila kita
mengamati prilaku individu, kita berusaha menentukan apakah prilaku itu
disebabkan oleh faktor internal atau eksternal. Meski demikian, penentuan
tersebut sebagian besar tergantung pada tiga faktor yaitu keunikan,
konsensus, dan konsistensi. (Robbins, 2006:172)
a. Keunikan
Merujuk apakah individu memperlihatkan prilaku-prilaku yang yang
berlainan dalam situasi yang berlainan.
b. Konsensus
Jika setiap orang yang dihadapkan pada situasi yang sama bereaksi
dengan cara yang sama, dapatlah kita katakan bahwa prilaku itu
menunjukkan konsensus.
c. Konsistensi
Apakah seseorang memberikan reaksi yang sama dari waktu ke waktu.
13
Ada beberapa teknik dalam menilai orang yang memungkinkan kita
membuat persepsi yang lebih akurat dengan cepat dan memberikan data
yang valid (sahih) untuk membuat ramalan. Namun teknik-teknik ini akan
menceburkan kita dalam kesulitan karena tidak ‘foolproof’. Karena itu,
pemahaman akan jalan pintas ini dapat membantu kita mewaspadai bila
teknik-teknik ini menghasilkan distorsi. (Robbins, 2006:174-176)
a. Persepsi Selektif
Orang secara selektif menafsirkan apa yang mereka lihat atas dasar
kepentingan, latarbelakang, pengalaman dan sikap mereka.
b. Efek Halo
Menggambarkan kesan umum tentang individu atas dasar karakteristik
tunggal. Seperti misalnya kecerdasan, kemampuan bergaul, atau
penampilan.
c. Efek Kontras
Evaluasi atas karakteristik-karakteristik seseorang yang terpengaruh
oleh perbandingan-perbandingan dengan orang lain yang baru saja
dijumpai yang berperingkat lebih tinggi atau lebih rendah berdasar
karakteristik-karakteristik yang sama.
d. Proyeksi
Mencirikan karakteristik-karakteristik pribadi seseorang ke orang lain.
Orang-orang yang terlibat dalam proyeksi cenderung mempersepsikan
orang lain menurut seperti apa diri mereka sendiri bukannya menurut
keadaan senyatanya orang tengah diamati tersebut.
14
e. Berstereotipe
Menilai seseorang bedasarkan persepsi seorang terhadap kelompok
dimana orang itu tergabung.
Dalam konteksnya dari topik skripsi ini, Persepsi menjadi masalah
penting yang sebisa mungkin diharapkan dapat dibentuk oleh objek yang
dipersepsikan bila dalam kenyataannya ditemukan suatu persepsi negatif
dan positif terhadap objek yang dipersepsikan, maka jika persepsi tersebut
negatif dapat diambil kesimpulan bahwa objek yang dipersepsikan
memberi stimulus kondisi yang menyimpang dari yang seharusnya
dipenuhi oleh objek persepsi tersebut, begitu juga sebaliknya dengan
persepsi positif dalam konteks profesi akuntan menyatakan persepsi
merupakan bagian penting yang semestinya diperhatikan sejak saat calon
akuntan mengikuti akomodasinya hingga saat pelaksanaan profesinya.
Jadi, apabila profesi akuntan yang merupakan responden dari penelitian ini
memiliki persepsi bahwa tindakan manajemen laba dan manipulasi laporan
keuangan adalah etis, kemungkinan besar keputusan yang mereka ambil
seperti masalah tersebut juga akan lebih mengabaikan aturan dan nilai
etika profesi yang seharusnya dipegang.
2. Etika
Istilah etika dalam bahasa Indonesia sebenarnya berasal dari bahasa
yunani: ethos, yang berarti kebiasaan atau watak. Etika juga berasal dari
bahasa Perancis: etiquette atau dalam bahasa Indonesia dengan kata etiket
yang berarti juga kebiasaan atau cara bergaul, berperilaku yang baik. Etika
15
lebih merupakan pola perilaku atau kebiasaan yang baik dan dapat
diterima oleh lingkungan pergaulan seseorang. Tergantung kepada situasi
dan cara pandangnya, seseorang dapat menilai apakah etika yang
digunakan itu bersifat baik atau buruk (Dedy, 2009:1-2).
Menurut Maryanto, Muhammad dan Dewi (2001:5-6) di Indonesia,
etika menjadi kesusilaan karena sila berarti dasar, kaidah, atau aturan.
Sedangkan isu berarti baik, benar, dan bagus. Etika bisa juga berarti nilai-
nilai atau norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Pada prinsipnya etika
dipandang sebagai koreksi dari prinsip-prinsip atau pandangan moral
tentang tindakan-tindakan yang dapat atau tidak dapat diterima mengenai
suatu aktivitas tentang seseorang atau kelompok. Dengan kata lain, etika
diartikan sebagai seperangkat aturan atau norma atau pedoman yang
mengatur prilaku manusia, baik yang harus dilakukan maupun yang harus
ditinggalkan yang dianut oleh sekelompok atau segolongan manusia atau
masyarakat atau profesi.
Keraf (1997) dalam Lontoh dan Lindrawati (2004:6) menyatakan
bahwa etika dapat dibedakan menjadi dua yaitu etika umum dan etika
khusus.
a. Etika umum
Etika dalam hal ini berkaitan dengan bagaimana manusia mengambil
keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang
menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak, serta tolak ukur
16
dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum
digolongkan dalam ilmu pengetahuan yang membahas mengenai
pengertian umum dan teori-teori.
b. Etika khusus
Etika khusus berkaitan dengan penerapan prinsip-prinsip moral dasar
dalam kehidupan yang khusus. Etika khusus dibedakan menjadi dua
yaitu etika individual dan etika sosial.
1) Etika individual: menyangkut kewajiban dan sikap manusia
terhadap dirinya sendiri.
2) Etika sosial: berkaitan dengan kewajiban, sikap dan pola prilaku
manusia dengan manusia lainnya. Etika sosial mencakup etika
profesi dan etika bisnis.
(a) Prinsip etika profesi adalah meliputi:
(1) Tanggung jawa terhadap pelaksanaan pekerjaan, terhadap
dampak ke masyarakat umum.
(2) Keadilan, tidak melanggar hak orang lain.
(3) Ekonomi berkode etik.
(b) Etika bisnis memiliki prinsip ideal:
(1) Otonomi, bebas mengambil keputusan etis dan bertanggung
jawab.
(2) Kejujuran bisnis (memenuhi kintrak, menawarkan barang
dan jasa, tak berusaha menipu, good ethics drives good
business.
17
(3) Berbuat baik (benefiance), tak berbuat jahat (non-
malefience), tak bermaksud merugikan.
(4) Prinsip keadilan.
(5) Hormat pada diri sendiri.
Kebutuhan akan etika dalam masyarakat cukup penting karena
etika merupakan pedoman untuk selalu mempertimbangkan bagaimana
seharusnya bertingkah laku. Banyak diantara nilai-nilai etika yang
dimasukkan dalam undang-undang. Semua profesi beroperasi di bawah
beberapa jenis kode etik atau kode perilaku. Ke sepuluh GAAS (Generally
Accepted Auditing Standard) dan Kode Perilaku Profesional dari AICPA
(American Institute of Certified Public Accountants) menetapkan tingkah
laku yang dapat diterima dari auditor.
3. Manajemen Laba
a. Definisi Manajemen Laba
Manajemen laba (earnings management) merupakan suatu
kemampuan untuk memanipulasi pilihan-pilihan yang tersedia dan
mengambil pilihan yang tepat untuk mencapai tingkat laba yang
diharapkan. Manipulasi dilakukan agar earnings tampak sebagaimana
yang diharapkan (Mayangsari, 2001:50)
Sugiri (1998) dalam Agus (2007:10-11), mendefinisikan
manajemen laba (earnings management) kedalam dua kategori yaitu
definisi sempit dan definisi luas.
18
1) Definisi Sempit
Manajemen laba (earnings management) dalam hal ini hanya
berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi. Manajemen laba
dalam artian sempit ini didefinisikan sebagai prilaku manajemen
untuk “bermain” dengan komponen discretionary accruals dalam
menentukan besarnya earnings.
2) Definisi Luas
Earnings management merupakan tindakan manajer untuk
meningkatkan (mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas
suatu unit dimana manajer bertanggung jawab, tanpa
mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomi
jangka panjang unit tersebut.
Berbagai definisi telah diberikan dalam menjelaskan manajemen
laba sebagai suatu bentuk khusus creative accounting dan bukannya
akuntansi ”berdasarkan prinsip”. Schipper dikutip Belkaoui (2006:75)
melihat manajemen laba sebagai suatu intervensi yang disengaja pada
proses pelaporan eksternal dengan maksud untuk mendapatkan
keuntungan pribadi. Hal ini diasumsikan dapat dilakukan melalui
pemilihan metode-metode akuntansi dalam generally accepted
accounting principles (GAAP) ataupun dengan cara menerapkan
metode-metode yang telah ditentukan dengan cara-cara tertentu.
19
Sementara itu, definisi yang digunakan oleh Healy dan Wahlen
lebih menjelaskan penyebab dilakukannya manajemen laba oleh pihak
manajemen. Seperti terlihat dalam kutipan berikut (Belkoui, 2006:75):
”Earning Management when managers use judgment in financial reporting and in structuring transactions to after financial reports to either mislead some stakeholder about the under lying economic performance of the company or to influence contractual outcomes”.
Definisi yang dikemukakan oleh Healy dan Wahlen tersebut
berfokus pada penerapan pertimbangan dalam laporan keuangan (a)
untuk menyesatkan para pemangku kepentingan yang tidak ataupun
tidak bisa melakukan manajemen laba dan (b) untuk membuat laporan
keuangan menjadi lebih informatif bagi para penggunanya. Oleh
karena itu terdapat sisi baik maupun buruk dari manajemen laba yaitu
sisi baiknya adalah potensi peningkatan kredibilitas manajemen dalam
mengkomunikasikan informasi pribadi kepada pemangku kepentingan
eksternal dan memperbaiki keputusan alokasi sumber-sumber daya
sedangkan sisi buruknya adalah biaya yang diciptakan oleh kesalahan
alokasi dari sumber-sumber daya.
Scott (1997) dalam Surifah (2001:81) mendefiniskan
manajemen laba sebagai intervensi manajemen dalam proses
penyusunan laporan keuangan eksternal sehingga dapat menaikkan
atau menurunkan laba akuntansi sesuai dengan kepentingannya.
Pendapat Scott tersebut relevan dengan pendapat yang dikemukakan
oleh Schipper yang dikutip Belkoui (2006) bahwa manajemen laba
dapat dilakukan dengan memanfaatkan kelonggaran penggunaan
20
metode dan prosedur akuntansi, membuat kebijakan yang dapat
menunda biaya-biaya dan pendapatan agar laba perusahaan lebih kecil
atau lebih besar dengan yang diharapkan.
Kiswara (1997) dalam Lontoh dan Lindrawati (2004:7),
menyatakan bahwa manajemen laba adalah suatu proses yang
disengaja menurut batasan standar akuntansi keuangan, untuk
mengarahkan pelaporan laba pada tingkat tertentu. Termasuk dalam
tindakan ini adalah rekayasa kebijakan akuntansi akrual (discretionary
accrual), praktek perataan laba (income smoothing), manipulasi
alokasi pendapatan/biaya, perubahan metode akuntansi dan perubahan
struktur modal (seperti posisi utang, swap utang equitas).
Dari berbagai definisi diatas, maka dapat dikatakan bahwa
manajemen laba merupakan usaha memanipulasi laporan keuangan
untuk kepentingan pribadi yang dilakukan dengan tetap mengacu pada
prinsip-prinsip yang dibolehkan misalnya dengan memilih metode
akuntansi. Namun secara etika tindakan tersebut dapat mengurangi
kredibilitas laporan keuangan apabila digunakan untuk pengambilan
keputusan oleh pihak ekstenal. Anggapan bahwa manajemen laba
dapat menurunkan kualitas laba sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Arthur Levitt (1998), ketua Securities and Exchange Commision
(SEC) (Lontoh dan Lindrawati, 2004:2).
21
b. Motivasi Manajemen Laba
Ada berbagai motivasi yang mendorong dilakukannya
menajemen laba. Teori akuntansi positif (positif accounting theory)
mengusulkan tiga hipotesis motivasi manajemen laba yaitu (Watts dan
Zimmerman, 1986 dalam Ujiyantho, 2007:5-6):
1) Hipotesis Program Bonus (Bonus Plan Hypothesis)
Hipotesis program bonus merupakan dorongan manajer perusahaan
dalam melaporkan laba yang diperolehnya untuk memperoleh
bonus yang dihitung atas dasar laba tersebut. Manajer perusahaan
dengan rencana bonus lebih mungkin menggunakan metode-
metode akuntansi yang meningkatkan income yang dilaporkan
pada periode berjalan. Alasannya adalah tindakan seperti itu
mungkin akan meningkatkan persentase nilai bonus jika tidak ada
penyesuaian untuk metode yang dipilih. Penelitian Healy (1985)
menggunakan pendekatan program bonus manajemen, yaitu bahwa
manajer akan memperoleh bonus secara positif ketika laba berada
diantara batas bawah (bogey) dan batas atas (cap). Ketika laba
berada dibawah bogey manajer tidak mendapatkan bonus dan
ketika laba berada diatas cap manajer hanya mendapatkan bonus
tetap.
2) Hipotesis perjanjian hutang (Debt Covenant Hypothesis)
Motivasi hutang muncul karena perjanjian antara manajer dan
pemilik perusahaan berbasis pada kompensasi manajerial dan
22
perjanjian hutang (debt covenant). Semakin tinggi rasio
hutang/ekuitas suatu perusahaan, yang ekuivalen dengan semakin
dekatnya (yaitu semakin ketat) perusahaan terhadap kendala-
kendala dalam perjanjian hutang dan semakin besar probabilitas
pelanggaran perjanjian, semakin mungkin manajer untuk
menggunakan metode-metode akuntansi yang meningkatkan
income. Alasannya adalah, dengan menaikkan laba bersih akan
mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami technical
default.
3) Hipotesis Biaya Politik (Political Cost Hipothesis)
Motivasi regulasi politik merupakan motivasi manajemen dalam
mensiasati berbagai regulasi pemerintah. Perusahaan yang terbukti
menjalankan praktik pelanggaran terhadap regulasi anti trust dan
anti monopoly, manajernya melakukan manipulasi laba dengan
menurunkan laba yang dilaporkan. perusahaan juga melakukan
manajemen laba untuk menurunkan laba dengan tujuan untuk
mempengaruhi keputusan pengadilan terhadap perusahaan yang
mengalami damage award. Selain itu income taxation juga
merupakan motivasi dalam manajemen laba. Pemilihan metode
akuntansi dalam pelaporan laba akan memberikan hasil yang
berbeda terhadap laba yang dipakai sebagai dasar perhitungan
pajak.
23
Selain tiga faktor yang diajukan Watts dan Zimmerman, Scott
(2000:206) dalam Rahmawati, Suparmo dan Qomaryah (2006:5-6)
mengemukakan beberapa faktor lain yang memotivasi terjadinya
manajemen laba yaitu:
1) Taxation Motivation
Perpajakan merupakan salah satu alasan utama mengapa
perusahaan mengurangi laba bersih yang dilaporkan. Sebagai
contoh, untuk persediaan, perusahaan akan memilih metode LIFO
(terakhir masuk, pertama keluar) yang menghasilkan laba bersih
paling rendah dibanding metode lainnya (catatan: peraturan
perpajakan di Indonesia dan beberapa negara lain tidak
memperbolehkan penggunaan metode selain metode FIFO dan
rata-rata untuk tujuan perpajakan). Motivasi penghematan pajak
menjadi motivasi manajemen laba yang paling nyata. Dalam hal ini
manajemen berusaha menurunkan laba untuk mengurangi beban
pajak yang harus dibayar (tax saving).
2) Pergantian CEO
Beragam motivasi timbul di sekitar waktu pergantian CEO.
Sebagai contoh, CEO yang mendekati masa akhir penugasan atau
pensiun akan melakukan strategi memaksimalkan laba untuk
meningkatkan bonusnya. Demikian juga dengan CEO yang kurang
berhasil memperbaiki kinerja perusahaan akan cenderung
memaksimalkan laba untuk mencegah atau membatalkan
24
pemecatannya. Karenanya, CEO kemungkinan akan melakukan
take a bath untuk memperbesar kemungkinan memperoleh laba
yang tinggi pada periode berikutnya. Motivasi ini juga sering
dilakukan oleh CEO baru, di mana write-offs yang tinggi dapat
diartikan sebagai kesalahan dari CEO sebelumnya.
3) Initial Public Offering (IPO)
Pada hakikatnya, perusahaan yang baru pertama sekali
menawarkan sahamnya di pasar modal belum mempunyai harga
pasar sehingga menjadi masalah bagaimana menetapkan nilai
saham yang akan ditawarkan. Oleh sebab itu, untuk tawar
menawar, informasi keuangan yang terdapat dalam prospektus
merupakan sumber informasi yang sangat berguna. Prospectus ini
akan dikelola manajer untuk menggambarkan nilai perusahaan dan
harga saham yang tinggi.
4) Stock Price Effects
Manajer melakukan manajemen laba dalam laporan keuangan
untuk mempengaruhi pasar yaitu perspeksi investor.
5) Pentingnya Memberi Informasi Kepada Investor
Informasi mengenai kinerja perusahaan harus disampaikan kepada
investor sehingga pelaporan laba perlu disajikan agar investor tetap
menilai bahwa perusahaan tersebut dalam kinerja yang baik.
25
c. Teknik dan Pola Manajemen Laba
1) Teknik Manajemen laba
Menurut Bruns dan Merchant (1990) dalam Arlene (2005:25-27),
secara umum terdapat dua teknik melakukan manajemen laba,
yaitu:
a) Manipulasi Akuntansi
Manipulasi akuntansi adalah rekayasa-rekayasa yang dilakukan
didalam pembuatan laporan keuangan yang melibatkan
judgment manajemen dalam penentuan umur piutang, hutang,
depresiasi aktiva tetap dan lain-lain atau atau dengan mengubah
catatan dari transaksi yang ada. Teknik manajemen laba dengan
cara manipulasi akuntansi dibedakan menjadi dua yaitu
(1) Accounting Policy Manipulation
Manipulasi kebijakan akuntansi untuk melakukan
manajemen laba dapat dilakukan dengan cara menunda
pencatatan perlengkapan yang dibeli karena belum
diperlukan dengan segera, membayar dan mencatat lebih
dahulu pengeluaran yang seharusnya akan terjadi tahun
depan untuk mencapai target keuntungan tahun ini dan
bernegosiasi untuk menunda adanya tagihan yang
dikirimkan sampai periode berikutnya.
26
(2) Inventory Manipulation
Manipulasi persediaan untuk melakukan manajemen laba
antara lain dilakukan dengan cara menurunkan atau
menaikkan nilai persediaan guna mencapai target
keuntungan yang telah dibuat pada awal tahun.
b) Manipulasi Keputusan Operasi
Rekayasa-rekayasa yang dilakukan dalam pembuatan laporan
keuangan yang melibatkan kegiatan operasional. Ada dua cara
melakukan manajemne laba dengan teknik manipulasi keputusan
operasi yaitu:
(1) Operating Expenses Manipulation
Manipulasi biaya operasi untuk melakukan manajemen laba
dapat dilakukan dengan cara melakukan perbaikan mesin
lebih dahulu untuk memperbesar biaya yang dicatat atau
menunda melakukan pemeliharaan agar dapat mencapai
target laba periode itu.
(2) Operating Revenue Manipulation
Manipulasi penghasilan operasi untuk melakukan
manajemen laba dilakukan perusahaan dengan cara
menawarkan syarat pembayaran yang dilanggar agar
penjualan yang seharusnya terjadi tahun depan dapat ditarik
ke akhir tahun ini, dengan menggunakan lembur untuk
meningkatkan pengiriman barang diakhir tahun agar jumlah
27
pendapatan yang dicatat meningkat atau dengan cara
menjual aktiva yang lebih untuk meningkatkan laba di
periode yang sulit.
2) Pola Manajemen Laba
Menurut Scott (2000) dalam Rahmawati et.,al (2006:7-8), terdapat
empat pola manajemen laba dapat dilakukan, yaitu:
a) Taking a bath
Disebut juga big baths; bisa terjadi selama periode adanya
tekanan organisasional atau reorganisasi seperti pemilihan CEO
baru. Teknik ini mengakui adanya biaya-biaya pada periode
yang akan datang dan kerugian periode berjalan ketika keadaan
buruk yang tidak menguntungkan tidak bisa dihindari pada
periode berjalan. Konsekuensinya, manajemen “menghapus”
beberapa aktiva, membebankan perkiraan-perkiraan yang
mendatang, dan melakukan “clear the cecks”.
b) Income minimization
Pola ini dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat
profitabilitas yang tinggi sehingga jika laba pada periode
mendatang diperkirakan turun dratis dapat diatasi dengan
mengambil laba pada periode sebelumnya. Kebijakan yang
diambil dapat berupa penghapusan (write offs) atas barang
modal dan aktiva tak berwujud, pembebanan pengeluaran iklan,
riset dan pengembangan yang cepat. Penghapusan tersebut
28
dilakukan bila dengan teknik yang lain masih menunjukkan hasil
operasi yang jelek dengan pertimbangan bahwa ekonomi
berjalan tidak mendukung nilai aktiva yang dilaporkan. Tujuan
penghapusan aktiva operasi ini adalah mencapai suatu tingkat
return on asset atau return on invested capital tertentu.
c) Income maximation
Pola ini dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas
income maximization bertujuan untuk melaporkan net income
yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar.
d) Income Smoothing
Pola ini dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang
dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang
terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai
laba yang relatif stabil.
4. Orientasi Etika
Orientasi etika (ethical orientation atau ethical ideology)
merupakan suatu konsep diri dan perilaku pribadi yang berhubungan
dengan individu dalam diri seseorang. Cohen et. al. (1995 dan 1996) dan
Finegan (1994) dalam Sasongko et.,al (2007:13) menyatakan bahwa setiap
orientasi etika individu, pertama-tama ditentukan oleh kebutuhannya.
Kebutuhan tersebut berinteraksi dengan pengalaman pribadi dan sistem
nilai individu yang akan menentukan harapan atau tujuan dalam setiap
29
perilakunya sehingga pada akhirnya individu tersebut menentukan
tindakan apa yang akan diambilnya.
Business Ethics Concept and Cases (Zarkasyi, 2009:3)
mendefinisikan etika orientasi sebagai berikut:
“Ethical orientation is the development of a person’s ability to deal with moral issues”
yaitu bahwa orientasi etika merupakan pengembangan kemampuan
individu untuk memperhatikan isu-isu tentang moral. Dalam Behavioral
Research in Accounting Journal (Shaub, 2003 dalam Zarkasyi, 2009:5);
mengemukakan bahwa ethical orientation di artikan sebagai cara pandang
seseorang yang kemudian mempengaruhi pertimbangan perilaku etisnya
(ethical judgment), yang selanjutnya mempengaruhi keinginan untuk
berbuat (intention), kemudian diwujudkan dalam perilaku atau perbuatan
(behavior).
Berdasarkan beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan
bahwa orientasi etika merupakan suatu konsep yang dioperasionalisasikan
sebagai kemampuan individu untuk mengevaluasi dan mempertimbangkan
nilai etika dalam suatu kejadian. Orientasi etika menunjukkan pandangan
yang diadopsi oleh masing-masing individu ketika menghadapi situasi
masalah yang membutuhkan pemecahan dan penyelesaian etika atau
dilema etika misalnya dalam praktik manajemen laba yang merupakan
masalah kontroversial, disatu sisi praktik ini tidak melanggar prinsip-
prinsip akuntansi, namun disisi lain praktik ini melanggar etika bisnis
karena banyak pihak yang dirugikan.
30
Forsyth (1992) dalam Sasongko et.,al (2007:13) menyatakan bahwa
manusia terdiri dari dua konsep yaitu idealisme versus pragmatisme dan
relativisme versus non relativisme yang ortogonal dan bersama-sama
menjadi sebuah ukuran dari orientasi etika individu.
a. Konsep idealisme versus pragmatisme
Idealisme menunjukkan keyakinan bahwa konsekuensi sebuah
keputusan yang diinginkan dapat diperoleh tanpa melanggar nilai-nilai
luhur moralitas. Dimensi ini dideskripsikan sebagai sikap individu
terhadap suatu tindakan dan bagaimana tindakan itu berakibat kepada
orang lain. Individu dengan idealisme yang tinggi percaya bahwa
tindakan yang etis seharusnya mempunyai konsekuensi yang positif
dan selalu tidak akan berdampak atau berakibat merugikan kepada
orang lain sekecil apapun. Di lain pihak, pragmatisme mengakui hasil
keputusan adalah yang utama dan jika perlu mengabaikan nilai-nilai
moralitas untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
b. Konsep relativisme versus non relativisme
Konsep relativisme menunjukkan perilaku penolakan terhadap
kemutlakan aturan-aturan moral yang mengatur perilaku individu yang
ada. Orientasi etika ini mengkritik penerapan prinsip-prinsip aturan
moral yang universal. Relativisme menyatakan bahwa tidak ada sudut
pandang suatu etika yang dapat diidentifikasi secara jelas merupakan
‘yang terbaik’, karena setiap individu mempunyai sudut pandang
tentang etika dengan sangat beragam dan luas. Kebalikannya, orientasi
31
etika non-relativisme (atau absolutisme) menunjukkan pengakuan
adanya prinsip-prinsip moral dengan kewajiban-kewajiban yang
mutlak.
Ziegenfuss dan Singhapakdi (1994) dalam Sasongko (2007:15)
melakukan penelitian tentang persepsi etis dan nilai-nilai individu terhadap
anggota Institute of Internal Auditor. Mereka menyatakan bahwa orientasi
etika internal auditor mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
perilaku pengambilan keputusan etis. Internal auditor dengan skor
idealisme yang tinggi akan cenderung membuat keputusan yang secara
absolut lebih bermoral (favor moral absolute) dan sebaliknya. Dalam
konteks dengan penelitian ini bahwa orientasi etika yang digerakkan oleh
konsep idealisme dan relativisme dapat disimpulkan bahwa individu
dengan idealisme tinggi akan menilai praktik manajemen laba lebih keras
daripada individu dengan idealisme rendah, sedangkan individu dengan
relativisme tinggi akan menilai praktik manajemen laba lebih lunak
daripada individu dengan relativisme rendah.
5. Pengalaman
Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan
pertambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan
formal maupun non formal atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang
membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi.
Suatu pembelajaran juga mencakup perubahaan yang relatif tepat dari
perilaku yang diakibatkan pengalaman, pemahaman dan praktek.
32
Dian indri purnamasari (2005) dalam Asih (2006:12) memberikan
kesimpulan bahwa seorang karyawan yang memiliki pengalaman kerja
yang tinggi akan memiliki keunggulan dalam beberapa hal diantaranya; 1).
Mendeteksi kesalahan, 2). Memahami kesalahan dan 3) Mencari penyebab
munculnya kesalahan. Keunggulan tersebut bermanfaat bagi
pengembangan keahlian. Berbagai macam pengalaman yang dimiliki
individu akan mempengaruhi pelaksanakan suatu tugas. Seseorang yang
berpengalaman memiliki cara berpikir yang lebih terperinci, lengkap dan
sophisticated dibandingkan seseorang yang belum berpengalaman.
Pengalaman kerja seseorang menunjukkan jenis-jenis pekerjaan
yang pernah dilakukan seseorang dan memberikan peluang yang besar
bagi seseorang untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik. Semakin luas
pengalaman kerja seseorang, semakin trampil melakukan pekerjaan dan
semakin sempurna pola berpikir dan sikap dalam bertindak untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pengalaman menunjukkan berapa lama seseorang telah berkarya
dalam menerapkan keahlian dimasyarakat. Disamping pendidikan dan
pelatihan, pengalamanlah yang memberikan gambaran nyata performance
seseorang dalam meniti kariernya. Pengalaman membentuk seseorang
menjadi bijaksana karena pengalaman yang diperoleh yang baik maupun
buruk, karena dia merasakan bagaimana fatalnya melakukan kesalahan,
nikmatnya menemukan masalah dan bagaimana memenangkan
33
argumentasi serta kebanggaan telah memperoleh rezeki karena
keahliannya (Noviari, Merdekawati, dan Sudarsono, 2005:167).
Dalam bidang auditing pengalaman merupakan salah satu elemen
penting disamping pengetahuan yang juga harus dimiliki seseorang yang
dianggap ahli oleh masyarakat untuk melakukan pemeriksaan pada suatu
perusahaan ataupun instansi. Pengalaman dipandang sebagai suatu faktor
penting dalam memprediksi kinerja akuntan publik, sehingga pengalaman
dimasukkan sebagai salah satu persyaratan dalam memperoleh ijin
menjadi akuntan publik (SK Menkeu No.43/KMK.017/1997).
Pengalaman dalam praktik audit juga harus mensyaratkan asisten junior
yang baru masuk ke dalam karier auditing harus memperoleh pengalaman
professionalnya dengan mendapat supervisi yang memadai dan review atas
pekerjaannya oleh atasan yang lebih berpengalaman (IAI, 2004). AICPA
AU section 100-110 (Kusumastuti, 2008:14) mengaitkan pengalaman dan
professionalisme dalam kinerja auditor:
“The professional qualification required of the independent auditor are those of person with the education and experience to practice as such. They do not include those of person trained for qualified to engage in another professional or accupation.
Pengetahuan akuntan akan semakin berkembang dengan
bertambahnya pengalaman bekerja. Pengalaman kerja akan meningkat
seiring dengan semakin meningkatnya kompleksitas kerja. Menurut
pendapat Tubbs (1992) dalam Desyanti dan Ratnadi (2007:5) jika seorang
akuntan berpengalaman, maka (1) akuntan menjadi sadar terhadap lebih
banyak kekeliruan, (2) akuntan memiliki salah pengertian yang lebih
34
sedikit tentang kekeliruan, (3) akuntan menjadi sadar mengenai kekeliruan
yang tidak lazim, dan (4) hal-hal yang terkait dengan penyebab kekeliruan
departemen tempat terjadinya kekeliruan dan pelanggaran serta tujuan
pengendalian internal menjadi relatif lebih menonjol.
Pengalaman merupakan salah satu faktor penting yang
diidentifikasi mampu mempengarui seorang dalam mengambil keputusan
atau penilaian etis terhadap suatu masalah. Hunt’s & Vitel’s Model (Jones,
1992), menyatakan bahwa faktor-faktor lingkungan seperti budaya,
industri, organisasi dan pengalaman seseorang dapat mempengaruhi
persepsi terhadap keberadaan etis problem, alternatif-alternatif tindakan
dan konsekuensi-konsekuensinya. Hal tersebut dibuktikan oleh beberapa
penelitian yang dikutip oleh Sasongko (2007:11) yaitu diantaranya: (1)
Kidwell, Steven, dan Bethke (1987) membuktikan bahwa manajer dengan
pengalaman kerja yang lebih lama mempunyai hubungan positif dengan
pengambilan keputusan etis. (2) Larkin (2000) menunjukkan hasil yang
sama bahwa internal auditor yang berpengalaman cenderung lebih
konservatif dalam menghadapi situasi dilema etika. (3) Begitu juga yang
dilakukan oleh Glover et.,al. (2002) yang melakukan penelitian pada
beberapa mahasiswa program bisnis dan hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa mahasiswa yang senior lebih berperilaku etis dibandingkan dengan
yang lebih yunior. Dengan demikian, pengalaman kerja merupakan faktor
penting yang dapat mempengaruhi pandangan seorang tentang suatu
35
masalah etika yang terjadi dalam lingkungannya dan hal tersebut mampu
membantu dalam prilaku etisnya.
B. Penelitian Terdahulu Tentang Persepsi Praktik Manajemen Laba
Ada banyak pendapat terhadap manajemen laba, National on
Fraudulent Financial Reporting menyimpulkan bahwa praktik manajemen
laba sebagai tindakan yang bisa menjerumuskan pemakai laporan keuangan
dan bahkan kadang merupakan penyebab terjadinya tindakan ilegal, misalnya
pembuatan laporan keuangan yang penuh dengan kecurangan. Penelitian yang
mengangkat tema tentang praktik manajemen laba telah banyak dilakukan.
Namun penelitian tentang bagaimana penilaian atau persepsi tentang praktik
manajemen laba belum banyak dilakukan. Berikut beberapa ringkasan
penelitian terdahulu yang menguji persepsi atau penilaian tentang praktik
manajemen laba.
Tabel.2.1 Penelitian Terdahulu Tentang Persepsi Manajemen Laba
Peneliti Judul Metodologi
Penelitian Hasil Penelitian
Lontoh dan Lindrawati (2004)
Manajemen Laba dalam Persepsi Etis Akuntan Di Jawa Timur
Populasi: akuntan yang berada di Jawa Timur Sampel: Akuntan publik, akuntan pendidik, dan akuntan manajemen Analisis statistik: H1: menggunakan uji kruskal wallis H2: menggunakan uji Mann-Whitney
Hasil pengujian H1: tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara akuntan publik, akuntan pendidik, dan akuntan manajemen H2: tidak menunjukkan adanya bukti empiris yang kuat bahwa persepsi etis akuntan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang diduga mempengaruhinya.
36
Lanjutan tabel 2.1
Peneliti Judul Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian
Arlene (2005)
Persepsi Mahasiswa Akuntansi Terhadap Manajemen Laba
Populasi: mahsiswa fakultas ekonomi di daerah Depok Sampel: Mahasiswa akuntansi dan non akuntansi Analisis statistik: menggunakan uji Mann-Whitney dan independent t-test
Ha1: menunjukkan bahwa terdapat perbedaan secara signifikan antara mahasiswa akuntansi dan non akuntansi mengenai kasus manajemen laba. Ha2: menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan secara signifikan antara mahasiswa akuntansi dan non akuntansi tentang etika pelaporan tetapi etika mahasiswa non akuntansi cenderung lebih baik daripada etika mahasiswa non akuntansi.
William H.Belski et.,al (2008)
Ethical Judgments in Accounting: An Examination on the Ethics of Managed Earning
Populasi: mahasiswa fakultas bisnis Sampel: • mahasiswa
manajemen dan keuangan semester tiga keatas
• mahasiswa bisnis dan non bisnis yang berada pada semester awal
Analisis statistik: uji ANOVA
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prilaku manajer melakukan manajemen laba dengan maksud kepentingan pribadi tidak etis jika dibandingkan melakukan manajemen laba untuk kepentingan perusahaan. Selain itu, hasil penelitian ini menemukan bahwa manajemen laba yang dilakukan dengan manipulasi akuntansi lebih tidak etis jika dibandingkan dengan menggunakan manipulasi operasi.
Ahmed A.Alkhabash (2009)
Earning Management Practices from Perspective
Populasi: kantor akuntan publik yang mengaudit perusahaan-perusahaan di Yordania yang audit internal perusahaan
Hasil penelitian: menunjukkan bahwa perspektif auditor eksternal dan auditor internal berbeda secara signifikan. Auditor eksternal menganggap
37
Lanjutan tabel 2.1
Peneliti Judul Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian
of External and Internal Auditors
Sampel: eksternal auditor dan internal audit. Analisis statistik: menggunakan uji ANOVA dan independent t-test.
bahwa manajer melakukan tindakan manajemen laba dengan menaikkan dan menurunkan laba, sedangkan auditor internal menganggap bahwa manajer melakukan tindakan manajemen laba hanya dengan menurunkan laba.
Sumber: Data diolah
C. Keterkaitan Antar Variabel
1. Keterkaitan Antara Orientasi Etika dengan Persepsi Tentang Praktik
Manajemen Laba
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Baharudin dan
Satyanugraha (2004:18-19), mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi profesi akuntan terhadap praktik earning management, hasilnya
menunjukkan bahwa terdapat peranan positif dari orientasi etika individu
terhadap persepsi tentang perilaku moral praktik earnings management.
Individu yang memiliki orientasi etika dengan idealisme tinggi akan
menilai praktik earning management lebih keras yang berarti menganggap
bahwa praktik earning management adalah tindakan yang tidak etis.
Ziegenfuss dan Singhapakdi (1994) dalam Sasongko (2007:15)
melakukan penelitian tentang persepsi etis dan nilai-nilai individu terhadap
anggota Institute of Internal Auditor. Hasilnya menyatakan bahwa
38
orientasi etika internal auditor mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap perilaku pengambilan keputusan etis. Internal auditor dengan
skor idealisme yang tinggi akan cenderung membuat keputusan yang
secara absolut lebih bermoral (favor moral absolute) dan sebaliknya.
Sasongko (2007:28) dalam penelitiannya mengenai pengaruh
pengalaman audit, komitmen profesional, orientasi etika dan nilai etika
organisasi terhadap pengambilan keputusan etis internal auditor dalam
situasi dilema etika. Hasilnya menunjukkan bahwa baik secara individual
maupun secara simultan komitmen professional, orientasi etika dan nilai
etika organisasi berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan
etis internal auditor dalam situasi dilema etika, tetapi untuk variabel
pengalaman audit tidak berpengaruh. Nilai etika organisasi pada sebuah
organisasi secara positif mempunyai pengaruh terhadap orientasi etika
seorang internal auditor. Sebuah organisasi yang menjunjung tinggi nilai-
nilai etika akan membawa seorang internal auditor kepada orientasi etika
yang menjunjung tinggi pula nilai-nilai idealisme dan selalu memegang
teguh sesuai dengan aturan yang berlaku. Untuk hubungan antara orientasi
etika dengan pengambilan keputusan etis juga menunjukkan hasil yang
positif yaitu bahwa orientasi etika seorang internal auditor akan
berpengaruh secara positif terhadap keputusan yang diambil dalam situasi
dilema etika. Hal ini seiring dengan penelitian Jones (1991) dan Douglas
et.al (2001) dalam Sasongko (2007:27) yang menyatakan orientasi etika
39
seseorang akan berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan
etis.
Menurut Zarkasyi (2009:12) dalam studi statistik deskriptifnya
mengenai pentingnya ethical orientation bagi akuntan publik,
menunjukkan bahwa orientasi etika yang tinggi akan mempengaruhi pada
pengambilan keputusan yang professional. Sehingga seorang akuntan
dituntut untuk memiliki orientasi etika yang tinggi dalam menjalankan
profesinya.
Berdasarkan hal tersebut, maka keterkaitan antara orientasi etika
dengan persepsi etis manajemen laba dapat dirumuskan dalam hipotesis
sebagai berikut:
Ha1: Orientasi etika berpengaruh secara signifikan terhadap persepsi
profesi akuntan tentang praktik manajemen laba.
2. Hubungan Antara Pengalaman Akuntan dengan Persepsi Tentang
Praktik Manajemen Laba
Menurut Hunt’s & Vitel’s Model (Jones, 1992), pengalaman
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi persepsi individu
tentang keberadaan masalah etika. Manajemen laba merupakan salah satu
contoh permasalahan etika yang kontroversial, dimana disatu sisi tindakan
ini tidak melanggar prinsip-prinsip akuntansi tapi disisi lain tindakan ini
melanggar etika bisnis karena dapat mengurangi kredibilitas laporan
keuangan apabila digunakan untuk pengambilan keputusan oleh pihak
ekstenal.
40
Larkin (2000), Kidwell, Steven, dan Bethke (1987) dan Glover
et.,al. (2002) dalam Sasongko (2007:11) dalam penelitiannya masing-
masing menunjukkan hasil yang sama bahwa pengalaman mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap pengambilan keputusan etis. Artinya
bahwa dengan pengalaman seseorang mampu mempertimbangkan secara
lebih konservatif keputusan-keputusan etis yang akan diambilnya.
Sedangkan Sasongko (2007:28) menunjukkan hasil yang berbeda, dalam
penelitiannya tidak ditemukan pengaruh pengalaman audit baik dalam
hubungannya dengan komitmen professional maupun terhadap
pengambilan keputusan etis.
Kusumastuti (2008:75) menunjukkan menunjukkan hasil yang
sama dengan Sasongko (2007) bahwa secara parsial pengalamaan
berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap pengambilan
keputusan etis auditor (Y). Artinya semakin banyak pengalaman tidak
berpengaruh terhadap pengambilan keputusan etis auditor yang dibuat.
Dalam pengambilan keputusan etis auditor, pengambilan keputusan tidak
cukup hanya dengan pengalaman saja tetapi faktor lain yang harus
diperhatikan seperti sikap, kebiasan dan budaya individu. Namun secara
simultan, pengalaman bersama-sama komitmen professional, etika
organisasi dan gender berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pengambilan keputusan etis auditor berdasarkan hasil.
41
Profesi akuntan merupakan profesi yang sering mengalami
masalah-masalah etika bisnis termasuk masalah manajemen laba. Akuntan
yang memiliki pengetahuan yang tinggi serta pengalaman yang matang
mampu menilai setiap masalah etika yang sedang dihadapinya dengan
kritis, begitu juga dengan praktik manajemen laba yang menimbulkan
dampak merugikan bagi pihak lain. Semakin berpengalaman seorang
akuntan maka akan semakin etis keputusan yang diambilnya terhadap
masalah etika.
Berdasarkan hal tersebut, keterkaitan antara pengalaman akuntan
dengan persepsi etis tentang praktik manajemen laba dapat dirumuskan
dengan hipotesis sebagai berikut:
Ha2: Pengalaman akuntan berpengaruh secara signifikan terhadap persepsi
etis tentang praktik manajemen laba.
Orientasi etika merupakan suatu konsep diri dan perilaku pribadi
yang berhubungan dengan individu dalam diri seseorang. Konsep orientasi
etika ini menunjukkan bahwa individu mengadopsi ideologi tentang etika
yang sangat mempengaruhi persepsi mereka tentang permasalahan etika
termasuk masalah praktik manajemen laba yang merupakan masalah
pelanggaran etika bisnis. Adanya penilaian tentang persepsi etis praktik
manajemen laba tidak terlepas dari peran individu yang memberikan
persepsi tersebut. Selain konsep dalam diri setiap individu, persepsi
seseorang terhadap suatu masalah juga dipengaruhi oleh faktor luar salah
satunya adalah pengalaman. Akuntan yang memiliki pengalaman yang
42
matang akan mampu menilai setiap masalah etika termasuk juga
manajemen laba dengan kritis dengan mempertimbangkan dampak
kerugian atau berdasarkan pengalaman sebagai seorang akuntan yang
didapat selama bekerja dalam bidang akuntansi atau bisnis.
Dengan demikian maka hipotesis yang ketiga dalam penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
Ha3: Orientasi etika dan pengalaman akuntan secara simultan berpengaruh
secara signifikan terhadap persepsi etis tentang praktik manajemen
laba.
D. Model Penelitian
Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dapat
digambarkan seperti dibawah ini:
Variabel Independen Variabel Dependen
Orientasi Etika
Persepsi Etis Praktik
Manajemen Laba
Pengalaman
Akuntan
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
43
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada para akuntan yang bekerja di Jakarta.
Jenis penelitian ini menggunakan causalitas study yaitu tipe penelitian dengan
karakteristik masalah berupa hubungan sebab akibat antara dua variabel atau
lebih yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen (Indriantoro dan Supomo, 2004:27). Penelitian ini
akan menguji dan memberikan bukti empiris mengenai pengaruh orientasi
etika dan pengalaman akuntan terhadap persepsi etis tentang praktik
manajemen laba.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi untuk penelitian ini adalah akuntan yang bekerja di Jakarta.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling, yaitu teknik pengumpulan data atas dasar strategi
kecakapan atau pertimbangan pribadi semata. Dengan kata lain sampel yang
diambil sesuai dengan karakteristik populasi yang diinginkan. Siapapun
responden yang bersangkutan dimana dan kapan saja ditemukan dijadikan
elemen-elemen sampel penelitian (Hamid, 2007).
Adapun responden penelitian ini adalah para akuntan yang terbagi
menjadi empat kelompok terdiri dari akuntan pendidik, akuntan publik,
44
akuntan manajemen, dan akuntan pemerintah. Keempat kelompok akuntan
tersebut harus memiliki kriteria telah bekerja sebagai akuntan baik itu akuntan
pendidik, akuntan publik, akuntan manajemen dan akuntan pemerintah
minimal selama satu tahun. Pengkriterian tersebut dilakukan karena peneliti
menganggap akuntan tersebut mampu memahami mengenai praktik
manajemen laba.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti
untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian ini metode yang
digunakan,yaitu:
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian kepustakaan adalah metode pengumpulan data yang
dilakukan untuk memperoleh data sekunder. Data sekunder merupakan
sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara langsung yaitu
melalui media perantara atau pihak lain, umumnya berupa bukti catatan
atau laporan keuangan histories. Metode pengumpulan data dalam
penelitian ini meliputi kegiatan mempelajari buku-buku dan informasi
lainnya yang berkaitan dengan persepsi-persepsi tentang praktik
manajemen laba, jurnal, majalah dan literature lainnya.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian lapangan adalah metode pengumpulan data untuk
memperoleh data primer. Data primer merupakan sumber data penelitian
45
yang diperoleh secara langsung dari sumber asli. Data primer diperoleh
dengan melakukan survey, pengisian kuesioner dan wawancara dengan
pihak-pihak yang kompeten dan terkait dengan topik pembahasan
penelitian.
Dalam penelitian ini data akan dikumpulkan melalui penyebaran
kuesioner kepada para akuntan di Jakarta. Untuk mendapatkan responden
akuntan pendidik akan dilakukan penyebaran kuesioner ke perguruan-
perguruan tinggi. Untuk akuntan publik dilakukan penyebaran ke kantor-
kantor akuntan publik. Untuk penyebaran kuesioner pada akuntan
manajemen akan dilakukan penyebarannya ke perusahaan-perusahaan
swasta dan melakukan penyebaran kuesioner ke instansi pemerintahan
untuk mendapatkan responden akuntan pemerintah.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif, uji kualitas data,
uji asumsi klasik, dan uji hipotesis.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang
dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum, range, kurtosis dan kemencengan distribusi (skewness)
(Ghozali, 2009:19).
46
2. Uji Kualitas Data
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik, maka sebelum dilakukan
uji statistik terlebih dahulu dilakukan uji realibilitas dan uji validitas agar
hasil penelitian menjadi realibel dan valid.
a. Uji Reliabilitas
Realibilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Kuesioner dikatakan
realibel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah
konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. (Ghozali, 2009:45)
Teknik yang digunakan dalam menghitung reliabilitas penelitian
ini adalah dengan mengukur koefisien Cronbach Alfa (a). Suatu
variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach’s Alpha >
0,60. Jika nilai Alpha < 0,60 hal ini mengindikasikan ada beberapa
responden yang menjawab tidak konsisten dan harus kita lihat satu
persatu jawaban responden yang tidak konsisten harus dibuang dari
analisis dan alpha akan meningkat.
b. Uji validitas
Uji validitas adalah alat yang digunakan untuk mengukur valid
atau tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dinyatakan valid jika
pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu
yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. (Ghozali, 2009:49)
Pengujian validitas dilakukan dengan cara menghitung korelasi
antara skor tiap butir pertanyaan dengan jumlah skor seluruh
47
pertanyaan. Angka korelasinya tersebut kemudian dibandingkan
dengan angka kritis atau r kritis untuk seluruh responden dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,05% pada tabel Product Moment yang
digunakan sebagai rumus korelasi. Suatu instrumen dikatakan valid
apabila bila angka korelasional yang diperoleh dari perhitungan yaitu r
hitung lebih besar atau sama dengan dari r tabel (r kritis) atau dengan
melihat nilai probabilitas jika nilai probabilitas lebih kecil dari nilai
signifikansi 0,05 maka dikatakan valid, sebaliknya jika lebih besar dari
nilai signifikansi 0,05 maka tidak valid.
3. Uji Asumsi Klasik
Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data primer ini, maka peneliti
melakukan, uji normalitas, uji multikolinearitas dan uji heteroskedastisitas.
a. Uji Normalitas
Normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel dalam
sebuah model regresi, variabel dependen, variabel independen, atau
keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak (Ghozali,
2009:147). Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau
mendekati normal. Deteksi normalitas dengan melihat penyebaran data
(titik) pada sumbu diagonal data grafik. Dasar pengambilan keputusan:
jika data yang menyebar disekitar diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, maka model regresi mengikuti asumsi normalitas, sedangkan
jika data menyebar jauh dari data diagonal atau tidak mengikuti arah
garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
48
b. Uji Multikolinearitas
Pengujian multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah
pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
independen. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem
multikolinearitas (multiko). Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi antara variabel independen. Untuk mendeteksi adanya
problem multiko, maka dapat dilakukan dengan melihat nilai
Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF) serta besaran korelasi
antar suatu variabel. (Ghozali, 2009:95)
Jika VIF > 10 dan nilai tolerance < 0,10 maka terjadi gejala
Multikolinierita, sebaliknya jika VIF < 10 atau disekitar angka 1 dan
nilai tolerance>0,10 atau mendekati 1 maka bebas multiko. Sedangkan
jika dilihat dengan besaran korelasi antar variabel independen, maka
suatu model regresi dapat dikatakan bebas multiko jika koefisien
korelasi antar variabel independen haruslah lemah (dibawah 0,5). Jika
korelasinya kuat, maka terjadi multiko
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastistas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variansi dari residual satu
pengamataan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik
adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastistas.
(Ghozali, 2009:125)
49
Pada heteroskedastisitas, keahlian yang terjadi tidak random
(acak) tetapi menunjukkan hubungan yang sistematis sesuai dengan
besarnya satu atau lebih variabel bebas. Adanya heteroskedastisitas
dalam regresi dapat diketahui dengan menggunakan beberapa cara.
Cara yang penulis gunakan adalah dengan melihat grafik Scatterplot
antara nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya. Deteksi ada
tidaknya pola tertentu pada grafik Scattelplot dimana sumbu Y adalah
Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y
sesungguhnya) yang sudah di-studentizet.
Dasar analisis: jika pola tertentu, seperti titik yang ada
membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar
kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik
menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak
terjadi heteroskedastisitas.
4. Uji Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan regresi
berganda. Analisis regresi berfungsi untuk mengukur kekuatan hubungan
antara dua variabel atau lebih, juga menunjukkan hubungan antara variabel
dependen dengan variabel independen (Ghozali, 2009:86). Variabel
independen dari penelitian ini terdiri dari orientasi etika dan pengalaman
sedangkan variabel dependennya adalah persepsi etis praktik manajemen
laba.
50
Dalam uji hipotesis ini dilakukan melalui:
a. Uji Koefisien Determinasi
Untuk menentukan seberapa besar variabel independen dapat
menjelaskan variabel dependen, maka perlu diketahui koefisien
determinasi (R-square). Jika R-square adalah sebesar 1 berarti
fluktuasi variabel dependen seluruhnya dapat dijelaskan oleh variabel
independen dan tidak ada faktor lain yang menyebabkan fluktuasi
variabel dependen. Nilai R-square berkisar hampir 1, berarti semakin
kuat kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen.
Sebaliknya, jika nilai R-square semakin mendekati angka 0 berarti
semakin lemah kemampuan variabel independen dapat menjelaskan
fluktuasi variabel dependen (Ghozali Imam, 2009:87).
b. Uji Statistik t
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh
satu variabel penjelas/independen secara individual dalam
menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2009:88). Untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel
independen secara individual terhadap variabel dependen digunakan
tingkat signifikansi 5% (α) = 0,05. Jika probability t lebih besar dari
0,05 maka tidak ada pengaruh dari variabel independen terhadap
variabel dependen (koefisien regresi tidak signifikan), sedangkan jika
nilai probability t lebih kecil dari 0,05 maka terdapat pengaruh
variabel dependen (koefisien signifikan).
51
c. Uji Statistik F
Uji statistik F dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel-variabel
independen secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel
dependen. Untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen
secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen, maka
menggunakan tingkat signifikansi sebesar 0,05 (Ghozali, 2009:88).
Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria
pengambilan keputusan sebagai berikut: jika Fhitung lebih besar dari
Ftabel dan tingkat signifikansi lebih kecil dari pada alpha 0,05 maka H0
ditolak atau Ha diterima, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel
independen mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel dependen. Sebaliknya jika Fhitung lebih kecil dari Ftabel dan
tingkat signifikansi lebih besar dari pada alpha 0,05 maka variabel
independen tidak mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel dependen.
E. Operasional Variabel Penelitian
Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel
yang digunakan berikut dengan operasional dan cara pengukurannya adalah
sebagai berikut:
1. Orientasi Etika (X1)
Orientasi etika (ethical orientation atau ethical ideology)
merupakan suatu konsep diri dan perilaku pribadi yang berhubungan
52
dengan individu dalam diri seseorang. Konsep orientasi etika ini
menunjukkan bahwa individu mengadopsi ideologi tentang etika yang
sangat mempengaruhi persepsi mereka tentang permasalahan etika.
Orientasi etika digerakkan oleh dua karakteristik yaitu idealisme dan
relativisme.
Untuk mengukur orientasi etika digunakan instrumen yang
dikembangkan oleh Forsyth (1980) yaitu Ethics Position Quesionnaire.
Instrumen tersebut juga diadopsi oleh Baharudin dan Satyanugraha
(2004:9-10), yang juga digunakan oleh Sasongko et,.al (2007:20).
Responden diminta untuk menyatakan pendapat mereka dalam skala likert
5 poin dari sangat setuju (1), setuju (2), netral (3), tidak setuju (4) sampai
sangat tidak setuju (5).
2. Pengalaman (X2)
Pengalaman merupakan akumulasi gabungan dari semua yang
diperoleh melalui berhadapan dan berinteraksi secara berulang-ulang
dengan sesama, benda alam, keadaan, gagasan, dan penginderaan.
Pengalaman dapat dilihat dari rentang waktu yang telah digunakan
terhadap suatu pekerjaan atau tugas (job), kemampuan dalam bekerja, dan
pengetahuan yang didapat dari proses bekerja. Variabel ini diukur dengan
menggunakan instrumen yang dikembangkan dari penelitian Kusumastuti
(2008:81). Responden diminta untuk menyatakan pendapat mereka dalam
skala likert 5 poin dari sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), netral (3),
setuju (4) sampai sangat setuju (5).
53
3. Persepsi Etis Praktik Manajemen Laba (Y)
Manajemen laba merupakan usaha memanipulasi laporan keuangan
untuk kepentingan pribadi yang dilakukan dengan tetap mengacu pada
prinsip-prinsip yang dibolehkan misalnya dengan memilih metode
akuntansi. Namun secara etika tindakan tersebut dapat mengurangi
kredibilitas laporan keuangan apabila digunakan untuk pengambilan
keputusan oleh pihak ekstenal.
Untuk mengukur persepsi etis praktik manajemen laba maka
digunakan instrumen yang dikembangkan oleh Merchant (1989) yang juga
digunakan oleh Arlene (2005:89). Responden akan diminta untuk menilai
skenario tentang praktik manajemen laba dalam skala likert 5 poin dari
sangat etis (nilai=1) sampai sangat tidak etis (nilai=5).
Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian
Variabel Subvariabel Indikator No Skala
pengukuran Orientasi Etika (Sumber: Ethics Position Quesionnaire Forsyth (1980) dalam Baharudin dan Satyanugraha (2004))
1. Idealisme 2. Relativisme
1. Tingkat pertimbangan untuk tidak merugikan orang lain sekecil apapun
2. Tingkat pertimbangan untuk tidak menyakiti orang lain sekecil apapun
3. Tingkat penghargaan individu atas martabat dan kesejahteraan orang lain
1,2,3,4 5 6,7
Skala Interval
54
Lanjutan Tabel 3.1
Variabel Subvariabel Indikator No Skala pengukuran
4. Tindakan bermoral 5. Prinsip etika 6. Keyakinan bahwa
nilai moralitas berbeda
7. Keyakinan bahwa pada dasarnya tidak ada nilai moralitas yang paling benar
8. Tingkat pertimbangan yang menyatakan bahwa penerapan etika bersifat individual
9. Tingkat kepercayaan individu bahwa aturan yang berlaku harus disesuaikan dengan situasi dan lingkungtan sekitar
8,9 10 11
13
12,14,15,16
17,18
Pengalaman akuntan (sumber: Kusumastuti, 2008)
1. Kemampuan dalam bekerja
2. Rentang waktu bekerja.
3. Pengetahuan
1. Kemampuan prediksi dan deteksi
2. Kemampuan mengatasi masalah
3. Pengambilan keputusan etis
4. Menilai masalah 5. Pengetahuan
terhadap etika akuntansi
6. Lama bekerja 7. Pelatihan teknis 8. Menentukan sikap 9. Pertimbangan etika 10. Penyelesaian
pekerjaan dengan baik
19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Skala Interval
Persepsi Etis Praktik Manajemen Laba (sumber: Merchant dan
1. Manipulasi operasional
2. Manipulasi Akuntansi
1. Penundaan pengeluaran – triwulan
2. Penjualan aset berlebih
29 30
Skala Interval
55
56
Lanjutan Tabel 3.1 Variabel Subvariabel Indikator No Skala
pengukuran Rokness (1994) dalam Arlene (2005))
3. Pemeliharan lebih cepat dari jadwal
4. Kerja lembur sebelum akhir tahun.
5. Write off inventory
31
32
33
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada akuntan yang bekerja di kantor
akuntan publik, instansi pemerintahan, perguruan-perguruan tinggi dan
perusahaan-perusahaan swasta yang terletak atau berada di daerah Jakarta.
Akuntan yang dilibatkan meliputi akuntan publik, akuntan pemerintah,
akuntan pendidik dan akuntan manajemen.
Pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner
penelitian secara langsung maupun melalui perantara kepada responden.
Penyebaran kuesioner dimulai pada tanggal 26 April 2010 sampai 10 Mei
2010 dan pengembalian kuesioner dari responden (terkumpul) terakhir
tanggal 29 Mei 2010. Penyebaran kuesioner dilakukan ke 6 kantor akuntan
publik, ke BPK, ke 3 perguruan tinggi, serta ke 9 perusahaan swasta yang
berada di Jakarta. Berikut peta distribusi kuesioner penelitian.
Tabel 4.1 Data Distribusi Sampel Penelitian
B
ersambu
ng pada halaman selanjut
No. Sampel Penelitian Kuesioner dikirim
Kuesioner dikembalikan
Akuntan Publik a. KAP Riza&Wahono
6
4
b. KAP Usman&Rekan 10 10 c. KAP Kosasih,NurdiYaman&Tjahjo 5 5 d. KAP Herman&Rekan 4 4
1.
e. KAP Gatot Permadi Juwono 2 2
57
nya Lanjutan Tabel 4.1 f. KAP Heliantono&Rekan 3 0 Total 30 25 2. Akuntan Pemerintah
BPK-RI
30
21 Akuntan Pendidik a. Universitas Syarif Hidayatullah
13
11
b. Politeknik Negeri Jakarta 10 5 c. PERBANAS 7 3
3.
Total 30 19 Akuntan Manajemen a. PT Enerkon
5
1
b. PT Panjasa Intradin 5 3 c. PT Tata Adhisthana 3 3 d. PT Panjasa Mitra Nusantara 2 2 e. PT Rusco Inti Perdana 2 2 f. PT Manunggal Mitra Sukses 3 1 g. PDAM TKR 3 3 h. PT Warna Media Tech 2 2 i. PT Argentilanta 5 5
4.
Total 30 22 Total 120 87
Sumber: Data primer yang diolah
Data sampel penelitian dari kuesioner yang disebar, kembali, dan
yang dapat diolah adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2 Data Sampel Penelitian
No. Keterangan Akuntan Persentase 1. Jumlah kuesioner yang disebar 120 100% 2. Jumlah kuesioner yang tidak kembali 33 27,5% 3 Jumlah kuesioner yang tidak dapat
diolah 3 2,5%
4 Jumlah kuesioner yang dapat diolah 84 70% Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.2 memperlihatkan bahwa kuesioner yang disebarkan dalam
penelitian ini berjumlah 120 buah dan jumlah yang kembali adalah
sebanyak 87 buah atau 72,5%. Jumlah kuesioner yang tidak kembali
58
adalah 33 buah atau 27,5%. Kuesioner yang dapat diolah berjumlah 84
buah atau 70%, sedangkan yang tidak dapat diolah berjumlah 3 buah atau
2,5% terdiri dari 2 buah tidak diisi dengan lengkap dan 1 buah karena
tidak memenuhi kriteria yang ditetapkan dalam penelitian yaitu
pengalaman kerja responden kurang dari satu tahun.
2. Karakteristik Responden
Dalam deskripsi data ini, peneliti menyajikan identitas responden
yaitu akuntan meliputi akuntan publik, akuntan pemerintah, akuntan
pendidik, dan akuntan manajemen pada beberapa kantor akuntan publik,
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), beberapa perguruan tinggi, dan
beberapa perusahaan-perusahaan swasta di wilayah Jakarta.
a. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin
Karakteristik responden penelitian berdasarkan jenis kelamin dapat
dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini:
Tabel 4.3 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Kelompok Responden Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Pria 15 17,86% Akuntan Publik Wanita 9 10,71% Pria 11 13,10 Akuntan Pemerintah Wanita 9 10,71% Pria 7 8,33% Akuntan Pendidik Wanita 12 14,29% Pria 12 14,29% Akuntan Manajemen Wanita 9 10,71% Pria 45 53,57% Total Keseluruhan Wanita 39 46,43%
Sumber: Data primer yang diolah
59
Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa sekitar 45 orang atau
53,57% responden secara keseluruhan yang berasal dari empat
kelompok akuntan didominasi oleh jenis kelamin pria, dan sisanya
sebesar 39 orang atau 46,43% berjenis kelamin wanita.
b. Deskripsi responden berdasarkan umur
Deskripsi responden berdasarkan umur atau usia dari keempat
kelompok akuntan ditunjukkan pada tabel 4.4 dibawah ini
Tabel 4.4 Deskripsi Responden Berdasarkan Umur
Kelompok Responden Umur Jumlah Persentase
< 25 tahun 15 17,86% 25-30 tahun 7 8,33% 31-40 tahun 0 0%
Akuntan Publik
> 40 tahun 2 2,38% < 25 tahun 2 2,38% 25-30 tahun 13 15,48% 31-40 tahun 5 5,95%
Akuntan Pemerintah
> 40 tahun 0 0% < 25 tahun 0 0% 25-30 tahun 5 5,95% 31-40 tahun 9 10,72%
Akuntan Pendidik
> 40 tahun 5 5,95% < 25 tahun 0 0% 25-30 tahun 10 11,91% 31-40 tahun 6 7,14%
Akuntan Manajemen
> 40 tahun 5 5,95% < 25 tahun 17 20,24% 25-30 tahun 35 41,67% 31-40 tahun 20 23,82% > 40 tahun 12 14,29%
Total Keseluruhan
Total 84 100% Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa responden dalam penelitian
ini, yaitu sekitar 17 orang atau 20,24% merupakan akuntan yang
60
berusia kurang dari 25 tahun dimana 15 orang atau sekitar 17,86%
berasal dari kelompok akuntan publik yang bekerja di beberapa kantor
akuntan publik dan 2 orang atau 2,38% berasal dari kelompok akuntan
pemerintah (auditor pemerintah) yang bekerja di Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK). Akuntan yang berusia 25 sampai 30 tahun berjumlah
35 orang atau sekitar 41,67% dimana 7 orang atau 8,33% berasal dari
kelompok akuntan publik, 13 orang atau 15,48% berasal dari akuntan
pemerintah, 5 orang atau 5,95% dari akuntan pendidik dan sisanya
sebesar 10 orang atau 11,91% berasal dari akuntan manajemen yang
bekerja pada perusahaan-perusahaan swasta. Akuntan dengan usia 31
sampai 40 tahun sebanyak 20 orang atau sebesar 23,81%, responden
dengan range usia tersebut didominasi oleh kelompok akuntan
pendidik yaitu sebanyak 9 orang atau sekitar 10,71% sisanya masing-
masing oleh akuntan pemerintah 5 orang atau 5,95% dan akuntan
manajemen 6 orang atau 7,14%. Sisanya sebanyak 12 orang atau
14,29% adalah 2 orang akuntan publik, 5 orang akuntan pendidik dan
5 orang akuntan manajemen yang berusia diatas 40 tahun.
c. Deskripsi responden berdasarkan pendidikan terakhir
Karakteristik responden penelitian dari empat kelompok akuntan
berdasarkan pendidikan terakhir dapat dilihat pada tabel 4.5 dibawah
ini.
61
Tabel 4.5 Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Akuntan
Publik Akuntan
PemerintahAkuntan Pendidik
Akuntan Manajemen
∑ %
D3 S1 S2 S3 Lainnya
2 20 2 0 0
1 17 2 0 0
0 1 18 0 0
1 19 1 0 0
4 57 23 0 0
4,76% 67,86%27,38%
0 0
Total 24 20 19 21 84 100% Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.5 mengindikasikan bahwa rata-rata akuntan
berpendidikan terakhir Strata Satu (S1) atau yang sederajat, ini
ditunjukkan dengan angka 67,86% atau sebanyak 57 orang yang
berasal dari kelompok akuntan publik 20 orang, akuntan pemerintah 17
orang, akuntan pendidik 1 orang dan akuntan manajemen 19 orang.
Sedangkan Strata Dua (S2) ditunjukkan dengan angka 27,38% atau
sebanyak 23 orang dimana mayoritas berasal dari kelompok akuntan
pendidik dan 4,76% atau 7 orang berpendidikan Diploma III (D3).
d. Deskripsi responden berdasarkan posisi pekerjaan
Karakteristik responden penelitian berdasarkan posisi pekerjaan pada
masing-masing perusahaan atau organisasi tempat responden bekerja
ditunjukkan pada tabel 4.5 dibawah ini
Tabel 4.6 Deskripsi Responden Berdasarkan Posisi Pekerjaan
Kelompok Responden
Posisi Pekerjaan ∑ %
Senior Auditor 5 5,95% Manajer 1 1,19%
Akuntan Publik
Junior Auditor 18 21,43% Bersambung ke halaman berikutnya
62
Lanjutan Tabel 4.6
Akuntan Pemerintah
Auditor BUMN 20 23,81%
Dosen Akuntansi 16 19,05% Akuntan Pendidik Dosen Auditing 3 3,57% Finance&Accounting Manager 2 2,38% Finance&Accounting Staff 16 19,05% Controller 1 1,19%
Akuntan Manajemen
Accounting Supervisor 2 2,38% Total 84 100%
Sumber: Data diolah
Berdasarkan Tabel 4.6 diatas diperoleh informasi bahwa sekitar
5,95% atau 5 orang dari kelompok akuntan publik berada pada posisi
senior auditor, 1,19% atau 1 orang adalah manajer, dan 21,43% atau
20 orang sebagai junior auditor. Untuk kelompok akuntan pemerintah
seluruhnya merupakan auditor BUMN yaitu sebesar 23,81% atau
sebanyak 20 orang. Akuntan pendidik terdiri dari dosen akuntansi 16
orang atau 19,05% dan dosen auditing sebanyak 3 orang atau 3,57%.
Responden penelitian pada kelompok akuntan manajemen sebanyak 2
orang atau 2,38% menduduki posisi sebagai Finance and Accounting
Manager, 16 orang atau 19,05% sebagai Accounting Staff, 12 orang
atau 1,19% sebagai Controller, dan sisanya sebanyak 2 orang atau
2,38% berada pada posisi Supervisor.
e. Deskripsi responden berdasarkan pengalaman kerja
Karakteristik responden penelitian berdasarkan pengalaman kerja
ditunjukkan pada tabel 4.7 berikut ini:
63
Tabel 4.7 Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Akuntan Publik
Akuntan Pemerintah
Akuntan Pendidik
Akuntan Manajemen
∑ %
1-3 Tahun
17 7 2 1 27 32,13%
> 3 Tahun
7 13 17 20 57 65,86%
Total 24 24 19 21 84 100% Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa 32,31% atau sebanyak 27
orang memiliki pengalaman kerja selama 1 sampai 3 tahun, terdiri dari
17 orang akuntan publik, 7 orang akuntan pemerintah, 2 orang akuntan
pendidik dan 1 orang akuntan manajemen. Sedangkan 65,86% atau 57
orang merupakan akuntan yang memiliki pengalaman lebih dari 3
tahun dimana mayoritas berasal dari kelompok akuntan manajemen
yaitu sebanyak 20 orang, sisanya akuntan publik 7 orang, akuntan
pemerintah 13 orang dan akuntan pendidik 17 orang. Dalam penelitian
ini terdapat responden yang memiliki pengalaman kerja kurang dari
satu tahun sebanyak 1 orang tapi karena kriteria yang ditetapkan
sebelumnya dalam bab 3 bahwa akuntan yang menjadi responden
adalah akuntan yang memiliki pengalaman minimal selama satu tahun,
maka responden yang memiliki pengalaman kurang dari satu tidak
dimasukan dalam penelitian.
64
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yang
meliputi orientasi etika, pengalaman akuntan dan persepsi etis tentang
praktik manajemen laba akan diuji secara statistik deskriptif seperti yang
terlihat dalam tabel 4.8.
Tabel 4.8 Hasil Uji Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
OrientasiEtika 84 25 61 45.49 8.408
PengalamanAkuntan 84 24 50 39.48 5.427
PersepsiManajemenLaba 84 10 25 17.70 3.177
Valid N (listwise) 84 Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.8 menjelaskan bahwa pada variabel orientasi etika,
jawaban minimum responden sebesar 25 dan jawaban maksimum
responden sebesar 61, dengan rata-rata total jawaban 45,49 dan standar
deviasi sebesar 8,408. Pada variabel pengalaman akuntan minimum
jawaban responden sebesar 24 dan jawaban maksimum responden sebesar
50, dengan rata-rata total jawaban 39,48 dan standar deviasi sebesar 5,427.
Variabel persepsi etis praktik manajemen laba memiliki jawaban minimum
responden sebesar 10 dan jawaban maksimum responden sebesar 25,
dengan rata-rata total jawaban 13,70 dan standar deviasi sebesar 3,177.
65
2. Hasil Uji Kualitas Data
a. Hasil Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas ini dilakukan untuk menilai konsistensinya dari
instrument penelitian, instrument dikatakan reliabel jika nilai
Cronbach Alpha diatas 0,6. Berikut ini disajikan hasil uji reliabilitas
dari ketiga variabel penelitian meliputi variabel orientasi etika, variabel
pengalaman akuntan dan variabel persepsi etis tentang praktik
manajemen laba.
Tabel 4.9 Hasil Uji Realibilitas
Variabel Cronbach’s Alpha Keterangan
Orientasi Etika 0,805 Reliabel Pengalaman Akuntan 0,849 Reliabel Persepsi Etis Praktik Manajemen Laba
0,617 Reliabel
Sumber: Data primer yang diolah
Dari tabel 4.9 diatas diperoleh informasi bahwa ketiga variabel
penelitian masing-masing menunjukkan nilai cronbach’s alpha diatas
0,6 yaitu variabel orientasi etika sebesar 0,805, variabel pengalaman
akuntan sebesar 0,849, dan variabel persepsi etis praktik manajemen
laba sebesar 0,614. Hasil ini membuktikan bahwa pernyataan-
pernyataan dalam kuesioner dari masing-masing variabel penelitian
reliabel. Sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap item pernyataan
yang digunakan akan mampu memperoleh data yang konsisten yang
berarti bila pernyataan itu diajukan kembali akan diperoleh jawaban
yang relatif sama dengan jawaban sebelumnya.
66
b. Hasil Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya
suatu kuesioner. Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan
Pearson Corelation, pedoman suatu model dikatakan valid jika tingkat
signifikansinya dibawah 0,05 maka butir pertanyaan tersebut dapat
dikatakan valid, tabel berikut menunjukkan hasil uji validitas dari tiga
variabel dengan 84 responden.
Tabel 4.10 Hasil Uji Validitas Variabel Orientasi Etika
Butir Pertanyaan Pearson Corelation Sig (2-Tailed) KeteranganPertanyaan 1 0,409** 0,000 Valid Pertanyaan 2 0,387** 0,000 Valid Pertanyaan 3 0,403** 0,000 Valid Pertanyaan 4 0,343** 0,001 Valid Pertanyaan 5 0,516** 0,000 Valid Pertanyaan 6 0,446** 0,000 Valid Pertanyaan 7 0,455** 0,000 Valid Pertanyaan 8 0,419** 0,000 Valid Pertanyaan 9 0,356** 0,001 Valid Pertanyaan 10 0,228** 0,037 Valid Pertanyaan 11 0,375** 0,000 Valid Pertanyaan 12 0,482** 0,000 Valid Pertanyaan 13 0,533** 0,000 Valid Pertanyaan 14 0,618** 0,000 Valid Pertanyaan 15 0,586** 0,000 Valid Pertanyaan 16 0,655** 0,000 Valid Pertanyaan 17 0,689** 0,000 Valid Pertanyaan 18 0,687** 0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.10 menunjukkan variabel orientasi etika mempunyai
kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi
lebih kecil dari 0,05.
67
Tabel 4.11 Hasil Uji Validitas Pengalaman Akuntan
Butir Pertanyaan Pearson Corelation Sig (2-Tailed) Keterangan Pertanyaan 1 0,639** 0,000 Valid Pertanyaan 2 0,653** 0,000 Valid Pertanyaan 3 0,690** 0,000 Valid Pertanyaan 4 0,735** 0,000 Valid Pertanyaan 5 0,648** 0,000 Valid Pertanyaan 6 0,573** 0,000 Valid Pertanyaan 7 0,580** 0,000 Valid Pertanyaan 8 0,633** 0,000 Valid Pertanyaan 9 0,721** 0,000 Valid Pertanyaan10 0,765** 0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.11 menunjukkan variabel pengalaman akuntan
mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai
signifikansi lebih kecil dari 0,05.
Tabel 4.12 Hasil Uji Validitas Persepsi Etis Tentang Praktik Manajemen
Laba
Butir Pertanyaan Pearson Corelation Sig (2-Tailed) Keterangan Pertanyaan 1 0,534** 0,000 Valid Pertanyaan 2 0,627** 0,000 Valid Pertanyaan 3 0,664** 0,000 Valid Pertanyaan 4 0,686** 0,000 Valid Pertanyaan 5 0,643** 0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.12 menunjukkan variabel persepsi etis tentang praktik
manajemen laba mempunyai kriteria valid untuk semua item
pertanyaan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05,
Berdasarkan hasil uji validitas yang dilakukan pada masing-
masing variabel penelitian maka dapat disimpulkan bahwa penyataan
68
dalam kuesioner dari setiap variabel mampu mengungkapkan sesuatu
yang diukur pada kuesioner tersebut.
3. Hasil Uji Asumsi Klasik.
a. Hasil Uji Normalitas
Pengujian normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi, variabel dependen dan variabel independen atau
keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang
baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal.
Sumber: Data primer yang diolah
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot
Gambar 4.1 memperlihatkan penyebaran data yang berada disekitar
garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, hal ini menunjukkan
bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas. Untuk memperkuat
hasil pengujian normalitas berdasarkan grafik P-Plot diatas, maka
dapat digunakan diagram Histogram dibawah ini.
69
Sumber: Data primer yang diolah
Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram
Gambar 4.2 terlihat bahwa grafik histogramnya menunjukkan pola
distribusi normal. Berdasarkan tampilan tersebut dapat dipastikan
bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas dan dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi layak dipakai.
b. Hasil Uji Multikolonieritas
Pengujian multikolonieritas dilakukan untuk menguji apakah pada
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.
Untuk mendeteksi adanya problem multiko, maka dapat dilakukan
dengan melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF)
serta besaran korelasi antar variabel independen.
70
Tabel 4.13
Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta T Sig. Tolerance VIF
(Constant) .748 2.535 .295 .769
Toe .163 .033 .431 4.863 .000 .999 1.001
1
Tpa .242 .052 .413 4.669 .000 .999 1.001a. Dependent Variable: PersepsiManajemenLaba
Sumber: Data primer yang diolah
Pada tabel 4.13 menunjukkan bahwa masing-masing variabel
mempunyai nilai tolerance mendekati angka 1 dan nilai variance
inflation factor (VIF) disekitar angka 1. Dimana orientasi etika dan
pengalaman akunntan mempunyai nilai tolerance 0,999, 0,999 dan
mempunyai nilai VIF 1,001, 1,001. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa persamaan regresi tidak terdapat problem multiko
c. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari
satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual
dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas.
71
Sumber: Data primer yang diolah
Gambar 4.3 Grafik Scatterplot
Gambar 4.3 menunjukkan titik-titik menyebar secara acak dan tidak
membentuk pola tertentu serta tersebar diatas dan dibawah angka 0
(nol) pada sumbu Y. Ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas
sehingga model regresi layak digunakan untuk memprediksi persepsi
etis tentang praktik manajemen berdasarkan masukan atas variabel
orientasi etika dan penglaman akuntan.
4. Hasil Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dengan menggunakan model
analisis regresi berganda (multiple regression analysis), yaitu:
a. Hasil Uji Koefisien Determinasi
Uji Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel
72
independen. Hasil uji koefisien determinasi ditujukan pada tabel 4.14
dibawah ini:
Tabel 4.14 Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R SquareAdjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 .604a .365 .350 2.56204 a. Predictors: (Constant), PengalamanAkuntan, OrientasiEtika
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.14 menunjukkan nilai R Square sebesar 0,365 atau 36,5%, ini
menunjukkan bahwa variabel persepsi etis tentang praktik manajemen
laba yang dapat dijelaskan oleh variabel orientasi etika dan
pengalaman akuntan adalah sebesar 36,5%. Sedangkan sisanya sebesar
0,635 atau 63,5% (1-0,365) dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang
tidak disertakan dalam model penelitian ini.
b. Hasil Uji Statistik t
Hasil uji statistik t dapat dilihat pada tabel 4.15, jika nilai probability t
lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan menolak H0, sedangkan jika
nilai probability t lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan menolak
Ha.
73
Tabel 4.15 Hasil Uji Statistik t
Coefficientsa Unstandardized
Coefficients Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) .748 2.535 .295 .769
OrientasiEtika .163 .033 .431 4.863 .000
1
PengalamanAkuntan .242 .052 .413 4.669 .000
a. Dependent Variable: PersepsiManajemenLaba
Sumber: Data primer yang diolah
Hasil uji hipotesis 1 berdasarkan tabel 4.15 menunjukkan
bahwa variabel orientasi etika mempunyai tingkat signifikansi sebesar
0,000. Hal ini berarti menerima Ha1 sehingga dapat dikatakan bahwa
orientasi etika berpengaruh secara signifikan terhadap persepsi etis
tentang praktik manajemen laba karena tingkat signifikansi yang
dimiliki variabel orientasi etika lebih kecil dari 0,05.
Hasil uji hipotesis 2 berdasarkan tabel 4.15 menunjukkan
bahwa variabel pengalaman akuntan mempunyai tingkat signifikansi
sebesar 0,000. Hal ini berarti menerima Ha2 sehingga dapat dikatakan
bahwa pengalaman akuntan berpengaruh secara signifikan terhadap
persepsi etis tentang praktik manajemen laba karena tingkat
signifikansi yang dimiliki variabel pengalaman akuntan lebih kecil dari
0,05.
c. Hasil Uji Statistik F
Hasil uji statistik F dapat dilihat pada tabel 4.16, jika nilai probabilitas
lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan menolak H0, sedangkan jika
74
nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan menolak
Ha.
Tabel 4.16 Hasil Uji Statistik F
ANOVAb
Model Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Regression 305.870 2 152.935 23.299 .000a
Residual 531.690 81 6.564 1
Total 837.560 83
a. Predictors: (Constant), PengalamanAkuntan, OrientasiEtika
b. Dependent Variable: PersepsiManajemenLaba Sumber: Data primer yang diolah
Hasil uji hipotesis 3 dapat dilihat pada tabel 4.16 dimana nilai F
diperoleh sebesar 23,299 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena
tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka Ha3 diterima, sehingga
dapat dikatakan bahwa orientasi etika dan pengalaman akuntan
berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap persepsi etis
tentang praktik manajemen laba.
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil uji hipotesis 1 menunjukkan bahwa orientasi etika
berpengaruh secara signifikan terhadap persepsi etis tentang praktik
manajemen laba. Hal itu berarti membuktikan secara empiris bahwa orientasi
etika merupakan faktor yang mempengaruhi persepsi etis atau penilaian moral
seorang akuntan tentang praktik manajemen laba. Akuntan yang memiliki
75
orientasi etika yang tinggi akan menilai praktik manajemen laba lebih keras
yang berarti menganggap bahwa praktik earning management adalah tindakan
yang tidak etis. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ziegenfuss dan Singhapakdi (1994), Baharudin dan
Satyanugraha (2004), dan Sasongko (2007).
Hasil uji hipotesis 2 menunjukkan bahwa pengalaman akuntan
berpengaruh secara signifikan terhadap persepsi etis tentang praktik
manajemen laba. Profesi akuntan merupakan profesi yang sering mengalami
masalah-masalah etika bisnis termasuk masalah manajemen laba. Akuntan
yang memiliki pengetahuan yang tinggi serta pengalaman yang matang akan
mampu menilai setiap masalah etika yang sedang dihadapinya dengan kritis,
begitu juga dengan praktik manajemen laba yang menimbulkan dampak
merugikan bagi pihak lain. Sehingga semakin berpengalaman seorang akuntan
maka akan semakin etis keputusan yang diambilnya terhadap masalah etika.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Larkin
(2000), Kidwell, Steven, dan Bethke (1987) dan Glover et.,al. (2002). Tetapi
tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusumastuti (2008)
dan Sasongko (2007).
Hasil uji hipotesis 3 menunjukkan bahwa orientasi etika dan
pengalaman akuntan berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap
persepsi etis tentang praktik manajemen laba. Hal itu membuktikan bahawa
semakin tinggi orientasi etika dan pengalaman akuntan akan sangat
mempengaruhi penilaian etika atau persepsi etis seorang akuntan terhadap
76
77
suatu masalah praktik manajemen laba. Orientasi etika merupakan konsep diri
yang harus dimiliki oleh setiap akuntan sebagai pihak independen yang
dipercaya oleh masyarakat sedangkan pengalaman merupakan faktor luar yang
mampu mempengaruhi persepsi seorang akuntan mengenai etis tidaknya suatu
praktik atau tindakan manajemen laba. Penelitian ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Kusumastuti (2008) dan Sasongko (2007).
Hasil penelitian ini juga membuktikan pernyataan yang
dikemukakan oleh Merchant dan Rokness (1994) dalam Lontoh dan
Lindrawati (2004:10) yang menyatakan bahwa ethical judgment terhadap
earnings management cenderung berbeda antara kelompok individu, dimana
perbedaan tersebut dipengaruhi oleh karakter individu seseorang dan karakter
lingkungan seseorang. Dalam penelitian ini dibuktikan oleh faktor orientasi
etika sebagai faktor dalam (karakter seseorang) sedangkan pengalaman
akuntan merupakan faktor lingkungan seseorang.
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh orientasi etika dan
pengalaman akuntan terhadap persepsi etis tentang praktik manajemen laba.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Orientasi etika berpengaruh signifikan terhadap persepsi etis tentang
praktik manajemen laba.
Pengaruh orientasi etika terhadap persepsi etis tentang praktik manajemen
laba menunjukkan hasil yang signifikan dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,000. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ziegenfuss dan Singhapakdi (1994), Baharudin dan
Satyanugraha (2004), dan Sasongko (2007)
2. Pengalaman Akuntan berpengaruh signifikan terhadap persepsi etis
tentang praktik manajemen laba.
Pengaruh pengalaman terhadap persepsi etis tentang praktik manajemen
laba menunjukkan hasil yang signifikan dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,000. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Larkin (2000), Kidwell, Steven dan Bethke (1987) dan
Glover et.,al. (2002), tetapi tidak konsisten dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Kusumastuti (2008) dan Sasongko (2007) yang
78
menyatakan bahwa pengalaman auditor internal tidak berpengaruh
terhadap pengambilan keputusan etis.
3. Orientasi etika dan pengalaman akuntan berpengaruh signifikan terhadap
persepsi etis tentang praktik manajemen laba.
Pengaruh orientasi etika dan pengalaman akuntan terhadap persepsi etis
tentang praktik manajemen laba menunjukkan hasil yang signifikan
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Hasil penelitian ini konsisten
dengan penelitian yang dilakukan Kusumastuti (2008) dan Sasongko
(2007).
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan diatas menunjukkan bahwa variabel orientasi
etika dan pengalaman akuntan berpengaruh secara signifikan terhadap
persepsi etis tentang praktik manajemen laba. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa orientasi etika dan pengalaman sebagai seorang akuntan merupakan
dua faktor yang cukup berperan penting dalam menilai suatu masalah etika
yang dalam penelitian ini yaitu masalah praktik manajemen laba. Praktik
manajemen laba merupakan praktik yang secara aturan atau berdasarkan
Prinsip-Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (PABU) dibolehkan, namun
tindakan ini dapat menjerumuskan pemakai laporan keuangan dan bahkan
merupakan penyebab terjadinya tindakan illegal yaitu pembuatan laporan
keuangan yang penuh dengan kecurangan. Secara etika, manajemen laba juga
merupakan pelanggaran kepercayaan masyarakat. Untuk itu begitu pentingnya
79
penilaian etika tentang praktik manajemen laba, seorang akuntan yang
memiliki orientasi etika yang tinggi akan mampu menilai masalah praktik
manajemen laba lebih keras sehingga bisa mengetahui mana yang etis dan
tidak etis. Begitu pula dengan pengalaman, semakin banyak pengalaman
seorang akuntan maka akan semakin kritis akuntan tersebut menilai masalah
manajemen laba.
C. Saran
Setelah menguraikan kesimpulan dan implikasi, penulis mencoba untuk
memberikan saran yang dapat digunakan bagi kelompok responden, bagi
dunia pendidikan juga bagi peneliti berikutnya untuk mengembangkan
penelitian yang jauh lebih baik dan berkualitas yaitu:
1. Untuk kelompok responden meliputi akuntan publik, akuntan pemerintah,
akuntan pendidik, dan akuntan manajemen, dapat selalu menggunakan
orientasi etika yang dimilikinya dalam menilai suatu masalah-masalah
etika bisnis yang sering terjadi dalam praktik bisnis terutama masalah
praktik manajemen laba.
2. Untuk dunia pendidikan, agar memasukkan mata kuliah etika bisnis
kedalam kurikulum agar para mahasiswa menjadi calon-calon akuntan
yang beretika ketika terjun langsung ke dunia kerja.
3. Untuk penelitian mendatang, dapat memperluas wilayah sampel penelitian
dengan memasukan beberapa sampling area disekitar wilayah Jakarta.
80
81
4. Untuk penelitian mendatang, diharapkan menyebarkan dan mengumpulkan
kuesioner pada waktu yang tepat, sehingga jumlah responden dapat lebih
banyak dan hasilnya dapat lebih akurat.
5. Untuk penelitian mendatang, sebaiknya menambah variabel independen
atau variabel moderating guna mengetahui variabel-variabel lain yang
dapat mempengaruhi dan memperkuat atau memperlemah variabel
dependen karena berdasarkan uji determinasi bahwa variabel persepsi etis
tentang praktik manajemen laba sebesar 63,5% dijelaskan oleh faktor-
faktor lain yang tidak diikutsertakan dalam model penelitian. Oleh karena
itu untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk memasukan faktor-faktor
seperti nilai etika organisasi, gender dan komitmen terhadap profesi
kedalam model penelitian ini.
6. Untuk penelitian mendatang, disarankan survei dengan metode lain,
misalnya wawancara secara langsung agar dapat dilakukan pengawasan
atas jawaban responden dalam menjawab pertanyaaan
DAFTAR PUSTAKA
Agus, “Pengaruh Komite Audit, Reputasi Audit, Dan Pengungkapan (Disclosure) Terhadap Earning Management”, Skripsi FEIS UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007.
Al-Khabash, Ahmed, dan Ali A. Al-Thuneibat,”Earnings Management Practices
From The Perspective Of External And Internal Auditors: Evidence From Jordan”, Managerial Auditing Journal Vol.24 No.1 2009, Diakses melalui www.proquest.com.
Arlene, “Persepsi Mahasiswa Akuntansi Terhadap Manajemen Laba”, Skripsi,
FE Universitas Indonesia, Depok, 2005. Asih, Dwi Ananing Tyas,” Pengaruh Pengalaman Terhadap Peningkatan Keahlian
Auditor Dalam Bidang Auditing”, Skripsi S1 FE Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2006.
Augustine S, Yvonne, “Persepsi Akuntan dan Manajer Tentang Etika Bisnis”, Media Riset Akuntansi, Auditing, dan Informasi Vol.5 No.3 hal 197-217, 2005.
Badan Pemeriksa Keuanagn RI. Diakses pada tanggal 27 Februari 2010 pukul
14.17 Baharudin, Ishar dan Heru Satyanugraha, ”Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Persepsi Profesi Akuntan Terhadap Praktik Earnings Management”, Media Riset Akuntansi, Audit, dan Informasi Vol.4 No.1 hal.22, April 2004.
Belkoui, Ahmed Riahi, “Accounting Theory: Teori Akuntansi”, Edisi Lima,
Salemba Empat, Jakarta, 2006. Belski, William H., Joseph D.Breams, dan John A.Brozovsky, ”Ethical Judgments
in Accounting: An Examination on the Ethics of Managed Earning”, Journal Of Global Business Issues, 2008, Diakses melalui www.proquest.com.
Dedy, KPA, ”Program Studi Manajemen Informatika”, 2009, artikel ini diakses
melalui www.blogsdedy.com pada tanggal 21 maret 2010. Departemen Pendidikan Nasional, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, Edisi Ke
Tiga Cet.Ke 3, Balai Pustaka, Jakarta, 2003. Desyanti, Ni Putu Eka, dan Ni Made Dwi Ratnadi, “Pengaruh Independensi,
Keahlian Profesional, Dan Pengalaman Kerja Pengawas Intern Terhadap
82
Efektivitas Penerapan Struktur Pengendalian Intern Pada Bank Perkreditan Rakyat Di Kabupaten Badung”, Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Denpasar, 2007.
Ghozali, Imam, ”Aplikasi SPSS”, Edisi Keempat, Badan Penerbit UNDIP,
Semarang, 2009. Hamid, Abdul, ”Buku Panduan Penulisan Skripsi”, Fakultas Ekonomi Dan Ilmu
Sosial Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007. Hiltebeitel, Kenneth M., dan Jones, S.K, “An Assesment of Ethics Instruction In
Accounting Education”. Journal of Business Ethics 11:37-46, 1992. Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, “Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi dan Manajemen”, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta, 2002. Ikatan akuntan Indonesia (IAI), “Standar Professional Akuntan Publik”, Salemba
Empat, Jakarta, 2004. Iqbal, Syaiful dan Nurul, Fachriyah, “Corporate Governance Sebagai Alat Pereda
Praktik Manajemen Laba (Earnings Management)”, Jurnal Diakses Tanggal 14 Nopember 2009, dari www.jurnalskripsi.com
Khotler, Philip, dan Gary Amstrong,”Prinsip-Prinsip Pemasaran”, Erlangga,
Jakarta, 2001. Kusmayadi, Dedi, “Enron dan KAP Arthur Andersen”, Artikel Diakses Tanggal
14 November 2009, dari www.wordpress.com. Kusumastuti, Rika Dewi, ” Pengaruh Pengalaman, Komitmen Profesional, Etika
Organisasi, Dan Gender Terhadap Pengambilan Keputusan Etis Auditor”, Skripsi FEIS UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008.
Lontoh, Frederich Oscar L dan Lindarawati, “Manajemen Laba Dalam Persepsi
Etis Akuntan”, Jurnal Widya Manajemen dan Akuntansi Vol.4 No.1 : 1-26, April 2004.
Mahmudi, “Manajemen Laba (Earning Management): Tinjauan Etika
Akuntansi”, Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol.3, No.2, Hal 395-402, Agustus 2001.
Maryanto, Muhammad, dan Dewi Synthia, ”Tinjauan Etika Atas Pengambilan
Keputusan Auditor Berdasarkan Pendekatan Moral”, Media Riset Auditing dan Informasi, 2001.
83
84
Mayangsari, Sekar, “Manajemen Laba dan Motivasi Manajemen”, Media Riset Akuntansi, Auditing, dan Informasi Vol.1 No.2 Hal: 21-48, 2001.
Meutia, Inten, “Pengaruh Independensi Auditor Terhadap Manajemen Laba
Untuk KAP Big5 dan Non Big5”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol.7 No.3, September 2004.
Noviari, Suryani, Tri Eka Merdekawati, dan Darma T.E. Sudarsono, “Hubungan
Etika, Pengalaman, Ketaatan Pada Standar Profesi, dan Akuntanbilitas Profesional”, Prosseding Seminar Nasional PESAT, Jakarta, Agustus 2005.
Rahmawati, Yacob Suparmo, dan Nurul Qomaryah, ”Pengaruh Asimetri
Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba Pada Perbankan Yang Terdaftar Di BEJ”, Simposium Nasional Akuntansi 9, Padang, 2006.
Robbins, Stephen P., ”Perilaku Organisasi”, Edisi Kesepuluh, PT Indeks
Kelompok Gramedia, Jakarta, 2006. Sasongko, Budi, Basuki, dan Hendrayanto, “Internal Audit dan Dilema Etika”,
STIE Perbanas, Surabaya, 2007. Surifah, “Studi Tentang Indikasi Unsur Manajemen Laba Pada Laporan
Keuangan Perusahaan Publik Di Indonesia”, Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia Vol.5 No.1 Hal: 81-99, Juni 2001
Ujiyantho, Muh Arif, “Asimetri Informasi dan Manajemen Laba: Suatu Tinjauan
Dalam Hubungan Keagenan”, Jurnal akuntansi dan Ekonomi, 2007. Zarkasyi, Srihadi W., “Pentingnya Ethical Orientation Bagi Akuntan Publik:
Suatu Studi Deskriptif”, Department of Accounting, Padjadjaran University, Oktober 2009.
LAMPIRAN
85
KUESIONER
PENGARUH ORIENTASI ETIKA DAN PENGALAMAN AKUNTAN TERHADAP
PERSEPSI ETIS TENTANG PRAKTIK MANAJEMEN LABA
(Studi Pada Akuntan Di Jakarta)
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
Hal: Permohonan Pengisian Kuesioner Jakarta, April 2010 2
3
Kepada Yth. Bapak/Ibu Responden Di tempat
Dengan hormat,
Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir sebagai mahasiswi Program Strata Satu
(S1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, saya:
Nama : Malia NIM : 106082002630 Fak/Jur/Smtr : Ekonomi dan Bisnis/Akuntansi/VIII
bermaksud melakukan penelitian ilmiah untuk penyusunan skripsi dengan judul “Pengaruh
Orientasi Etika dan Pengelaman Akuntan Terhadap Persepsi Etis Tentang Praktik
Manajamen Laba”.
Untuk itu, saya sangat mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi responden
dengan mengisi lembar kuesioner ini secara lengkap dan sebelumnya saya mohon maaf telah
menggangu waktu bekerjanya. Data yang diperoleh hanya akan digunakan untuk kepentingan
penelitian dan tidak digunakan sebagai penilaian kinerja di tempat Bapak/Ibu bekerja,
sehingga kerahasiaannya akan saya jaga sesuai dengan etika penelitian.
Informasi yang diperoleh atas partisipasi Bapak/Ibu merupakan faktor kunci untuk
mengetahui pengaruh orientasi etika dan pengalaman akuntan terhadap persepsi etis tentang
praktik manajemen laba .
Dimohon untuk membaca setiap pertanyaan secara hati-hati dan menjawab dengan
lengkap semua pertanyaan, karena apabila terdapat salah satu nomor yang tidak di isi
maka kuesioner dianggap tidak berlaku.
Tidak ada jawaban yang salah atau benar dalam pilihan anda, yang penting memilih
jawaban yang sesuai dengan pendapat anda.
Atas kesediaan Bapak/Ibu meluangkan waktu untuk mengisi dan menjawab semua
pertanyaan dalam eksperimen ini, saya sampaikan terima kasih.
Mengetahui, Hormat saya,
Prof.Dr.Abdul Hamid,MS Dr.Amilin,SE.,Ak.,MSi Malia
Pembimbing I Pembimbing II Peneliti
KUESIONER
Pengaruh Orientasi Etika dan Pengalaman Akuntan Terhadap Persepsi Etis
Tentang Praktik Manajemen Laba
Data Responden:
Beri tanda (x) atau (√ ) pada identitas pengenal Bapak/Ibu/Saudara.
1. Nama :
2. Jenis Kelamin : Pria Wanita
3. Umur Responden :
4. Pendidikan Terakhir : D3 S1 S2 S3 Lainnya
5. Nama Tempat Kerja :
6. Posisi Pekerjaan :
7. Pengalaman Kerja : < 1 tahun 1-3 tahun >3 tahun
8. Tanda tangan :
A. Orientasi Etika
Mohon bapak/ibu beri tanda silang (X) pada kolom (antara 1-5), sesuai skala yang
menurut bapak/ibu paling mendekati, dimana:
STS = Sangat Tidak Setuju N = Netral SS = Sangat Setuju
TS = Tidak Setuju S = Setuju
Jawaban
No
Pernyataan STS TS N S SS
1. Setiap orang harus meyakinkan diri bahwa tindakannya
tidak pernah secara sengaja merugikan orang lain bahkan
sedikit pun.
2. Adanya potensi merugikan orang lain selalu merupakan hal
yang salah, walaupun ada keuntungan yang akan diperoleh.
3. Bila suatu tindakan yang dilakukan dapat merugikan orang
lain yang tidak bersalah, maka tindakan tersebut seharusnya
tidak dilakukan.
4. Resiko bagi orang lain harus tidak dapat diterima, seberapa
kecil pun resiko tersebut.
4
5
5. Setiap orang seharusnya tidak menyakiti orang lain baik
secara psikologis maupun fisik.
6. Setiap orang seharusnya tidak melakukan suatu tindakan
yang dapat mengancam kesejahteraan dan kehormatan
orang lain.
7. Kehormatan dan kesejahteraan setiap orang seharusnya
merupakan perhatian yang paling penting dalam suatu
masyarakat.
8. Memutuskan apakah akan melakukan suatu tindakan atau
tidak dengan menimbang konsekuensi positif dari tindakan
tersebut terhadap konsekuensi negatifnya adalah sesuatu
yang tidak bermoral.
9. Tindakan yang bermoral adalah tindakan yang mendekati
tindakan yang ideal sempurna.
10. Begitu pentingnya prinsip etika sehingga prinsip-prinsip
tersebut harus selalu menjadi bagian dari tiap kode etik.
11. Sesuatu yang bermoral berbeda dari satu situasi ke situasi
lainnya dan dari satu masyarakat ke masyarakat lainnya.
12. Standar moral seharusnya dilihat sebagai suatu yang
bersifat pribadi, seseorang berpendapat hal tertentu
bermoral tapi mungkin orang lain menilai tidak bermoral.
13. Moralitas tidak dapat dikatakan sebagai suatu kebenaran.
14. Sesuatu yang bermoral dan yang tidak bermoral tergantung
pada penilaian tiap individu.
15. Standar moral adalah aturan-aturan pribadi yang
mengindikasikan bagaimana seseorang seharusnya
bertingkah laku, bukan untuk digunakan dalam menilai
orang lain.
16. Pertimbangan etika dalam hubungan antar manusia begitu
kompleksnya, sehingga individu seharusnya diperbolehkan
untuk memformulasikan kode etik-kode etik mereka
sendiri.
6
17. Tidak ada aturan tentang “kebohongan” yang dapat
diformulasikan, karena kebohongan dapat diijinkan atau
tidak seluruhnya tergantung pada situasi yang dihadapi.
18. Suatu kebohongan dinilai sebagai bermoral atau tidak
bermoral tergantung pada keadaan yang terjadi dari
tindakan tersebut.
B. Pengalaman Akuntan
Mohon bapak/ibu beri tanda silang (X) pada kolom (antara 1-5), sesuai skala yang
menurut bapak/ibu paling mendekati, dimana:
STS = Sangat Tidak Setuju N = Netral SS = Sangat Setuju
TS = Tidak Setuju S = Setuju
Jawaban
No.
Pernyataan STS TS N S SS
19. Pengalaman merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kemampuan prediksi dan deteksi mengenai
masalah-masalah etika bisnis termasuk juga masalah
manajemen laba.
20. Semakin banyak pengalaman yang dimiliki semakin besar
kemampuan seorang akuntan dalam mengatasi setiap
permasalahan yang ada.
21. Pengalaman kerja yang dimiliki oleh seorang akuntan akan
sangat membantu dalam proses pengambilan keputusan
etisnya.
22. Pengalaman saya sebagai seorang akuntan akan sangat
mempengaruhi penilaian atau persepsi saya terhadap suatu
masalah-masalah etika termasuk juga masalah manajemen
laba.
23. Dengan bertambahnya pengalaman kerja, pengetahuan
saya mengenai masalah-masalah etika akuntansi akan
semakin berkembang.
7
24. Akuntan berpengalaman adalah akuntan yang telah
bekerja selama 3 tahun
25. Akuntan berpengalaman adalah akuntan yang setidaknya
pernah mendapatkan pelatihan teknis dari tempat ia
bekerja.
26. Akuntan yang kurang berpengalaman cenderung sulit
menentukan sikapnya dalam menilai suatu masalah etika
bisnis.
27. Akuntan berpengalaman akan selalu menggunakan
pertimbangan etikanya dalam setiap keputusan yang
diambilnya.
28. Akuntan berpengalaman adalah akuntan yang telah
menyelesaikan pekerjaanya dengan baik dan mampu
memberikan kontribusi bagi tempat kerja dan lingkungan
sekitarnya.
C. Persepsi Etis Tentang Praktik Manajemen Laba
Berilah tanda silang (X) pada pernyataan dibawah ini sesuai dengan penilaian anda,
dimana:
SE = Sangat Etis N = Netral STE = Sangat Tidak Etis
E = Etis TE = Tidak Etis
Ilustrasi 1
Sebuah perusahaan manufaktur go publik, setiap akhir tahun ditutup selama dua minggu
untuk pemeliharaan (maintenance) secara efektif atas peralatan perusahaan. Biaya
maintenance ini sangat besar dan perusahaan selalu mencatatnya sebagai normal
operating expense dengan alasan biaya tersebut terjadi setiap tahun.
Karena krisis ekonomi, keuntungan perusahaan tahun ini lebih rendah dibandingkan
target keuntungan yang yang telah diumumkan sebelumnya. CEO khawatir bahwa
kegagalan dalam mencapai target keuntungan ini akan menyebabkan turunnya harga
pasar dan peringkat obligasi perusahaan.
8
Tindakan
Tahun ini untuk mencapai target keuntungan, CEO memutuskan menunda seluruh biaya
pemeliharaan (maintenance) dibulan Desember hingga bulan Maret tahun depan. Biaya
pemeliharaan akan tetap sama, tetapi laba tahun ini akan meningkat karena tidak ada
biaya yang terjadi selama bulan Desember.
No. SE E N TE STE
Menurut saya, tindakan tersebut
Ilustrasi 2
Perusahaan A tahun ini sedang melaksanakan proyek pengembangan perusahaan namun
karena keterbatasan anggaran proyek ini terpaksa ditunda. Manajer menyadari bahwa
kelanjutan proyek pengembangan ini amat tergantung pada investasi dari para pemodal
atau investor-investor luar.
Manajer perusahaan berada dibawah tekanan karena harus meningkatkan laba jangka
pendek untuk memenuhi target perkuartalan. Padahal diketahui bahwa laba perkuartalan
tidak mencapai target laba yang dianggarkan. Manajer khawatir kegagalan dalam
mencapai target keuntungan ini akan menyebabkan investor –investor luar tidak tertarik
untuk menanamkan modalnya diperusahaan dan secara tidak langsung menyebabkan
kegagalan pada proyek pengembangan perusahaan.
Tindakan
Manajer memutuskan untuk menjual asset berlebih yang dimiliki perusahaan untuk
meningkatkan laba.
No. SE E N TE STE
Menurut saya, tindakan tersebut
Ilustrasi 3
Diawal bulan Desember 2009, manajer perusahaan Z menyatakan bahwa laba perusahan
telah melebihi target laba yang dianggarkan untuk tahun ini. Manajer perusahaan
mendapatkan informasi bahwa investor lebih menyukai laba yang relative stabil dan
tidak berisiko tinggi.
9
Tindakan
Manajer perusahaan memutuskan untuk memperbesar biaya-biaya tahun ini yaitu dengan
cara meminta kepada kontroler untuk melakukan perbaikan mesin terlebih dahulu dan
mencatatnya sebagai beban tahun sekarang. Padahal mesin tersebut berdasarkan skedul,
perbaikannya akan dilaksanakan tahun depan.
No. SE E N TE STE
Menurut saya, tindakan tersebut
Ilustrasi 4
Pada pertengahan tahun, Manajer cabang sebuah perusahaan telah menyadari bahwa
angka penjualan untuk tahun ini diproyeksikan tidak akan mencapai target penjualan
yang dianggarkan dan berarti dia kehilangan bonus yang akan diberikan perusahaan pada
tahun ini. Namun menurut analisisnya, jika karyawan dituntut untuk bekerja lembur
diakhir kuartal pada tahun ini maka angka penjualan dapat dipenuhi dan bonus tahun ini
dapat diterimanya.
Tindakan
Manajer cabang memerintahkan kepada para pegawainya kerja lembur untuk
meningkatkan pengiriman produk atau barang diakhir tahun agar jumlah pendapatan
meningkat. Sehingga manajer cabang bisa memperoleh bonus.
No. SE E N TE STE
Menurut saya, tindakan tersebut
Ilustrasi 5
Manajer suatu perusahaan manufaktur menyatakan bahwa pada tahun ini laba yang
didapat telah melebihi target laba yang dianggarkan. Untuk kepentingan tertentu yang
tidak diketahui, manajer memutuskan untuk menghapuskan inventori yang sebetulnya
dapat dijual dimasa mendatang dengan harga yang wajar.
Pada tahun depan, inventori yang sudah dihapus tersebut ada yang membeli. Manajer
mengabaikan penghapusan terdahulu agar dapat melaksanakan proyek pengembangan
yang mungkin telah ditunda karena keterbatasan anggaran.
10
Tindakan
Manajer menjual inventori yang sudah dihapus dan mengabaikan penghapusan terdahulu.
No. SE E N TE STE
Menurut saya, tindakan tersebut
Lampiran 3: Daftar Alamat-alamat Tempat Penelitian
Daftar Alamat Tempat Penelitian
Nama Tempat Penelitian Alamat KAP Riza & Wahono Jl. Anggrek Garuda Raya Bl G-2/14,
Palmerah, Jakarta Barat INDONESIA 11480
KAP Usman & Rekan Jl. Cipulir V 5 Kebayoran Lama, Jakarta Selatan INDONESIA 12230
KAP Kosasih, Nurdiyaman, Tjahjo & Rekan
Menara Kadin Lt. 17, unit A, B & C Jl. HR. Rasuna Said X-5 Kav. 2-3 Jakarta 12950 Telp.021-25535699, Fax 021-25535698
KAP Herman Dody Tanimihardja & Rekan
Kebayoran Center Unit 3-A Jl. Kebayoran, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan INDONESIA 12240
KAP Gatot Permadi Juwono Kebayoran Lama Plaza Blok B-2, Jl. Kebayoran Lama No.19A Jakarta,12220, INDONESIA Telp. (021) 723-1012, 726-0039/461 fax(021)726-0461
KAP Heliantono & Rekan Jl. TB Simatupang Kav 10 Aminta Plaza Lt 7, Jakarta 12310 Telp. (021)766-1348, (021) 766-1349, (021) 766-1350
BPK-RI Jl. Gatot Subroto No 31, Jakarta 10210 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jl. Ir.H. Juanda No.95, Ciputat 15412 INDONESIA Telp. (62-21) 7493318, 74715705 Fax (62-21) 7496006, 74715705
Politeknik Negeri Jakarta Kampus Universitas Indonesia, Depok 16424-INDONESIA
PERBANAS Jl. Perbanas Karet Kuningan Setia Budi, Jakarta Selatan 12940. Telp / Fax/Hp, : 021-5252533
PT Enerkon Jl. TB Simatupang Kav.18 Cilandak Barat, Jakarta Selatan 12430, INDONESIA
PT Panjasa Intradin Komp. Rukan Taman Meruya Ilir Blok N No. 29/30 Lt. 3, Jakarta 11620
PT Tata Adhisthana Jl. Gandaria VI No.15, Kebayoran Baru- Jakarta Selatan 12120, INDONESIA
PT Panjasa Mitra Nusantara Jl. Angkasa Raya Kav.2-3 Blok B-15,
96
97
Gunung Sahari Selatan, Jakarta Pusat. PT Rusco Inti Perdana Komp. Rukan Taman Meruya Ilir Blok M No.
26, Jakarta 11620 PT Manunggal Mitra Sukses Jl. Malabar A/9 Jaka Sampurna, Jakarta-
Timur. PDAM TKR Jl. Cisamaun No. 204, Tangerang-15118 PT Warna Media Tech Jl. Cileduk Raya No.01 Larangan Utara,
Tangerang, Jakarta Raya PT Argentilanta Tidak diizinkan untuk dipublikasikan
Lampiran 4: Skor Kuesioner
Orientasi Etika Pengalaman Akuntan Persepsi ManajemenLaba Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
1 2 2 2 4 2 2 2 3 3 1 3 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 2 3 2 4
2 2 2 2 2 2 2 2 5 2 2 2 2 5 3 2 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 3 5
3 2 4 2 2 1 2 2 2 3 2 3 3 2 2 3 3 4 3 3 4 4 3 3 2 3 4 4 3 4 2 4 2 4
4 2 4 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 2 2 3 4 3 3 3 3 4 3
5 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 2 4
6 2 1 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 2 3 2 3 3
7 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 2 2 4 3
8 2 4 2 3 2 2 3 3 4 2 4 2 4 2 2 4 4 4 5 4 4 4 4 2 2 4 1 4 3 2 4 3 4
9 2 1 1 2 1 1 2 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 5 5 5 5 1 5 4 4 5 2 2 2 2 2
10 2 2 2 2 2 1 2 3 2 2 2 3 4 3 3 2 3 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 4 2 3 4 4 4
11 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 4 2 4 2
12 3 2 2 4 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5
13 3 2 2 2 2 2 2 4 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4
14 1 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 4 5 4 4 4 4 2 4 4 4 4 3 4 2 4
15 1 2 1 2 1 1 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 3 4 4 2 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 5 4
16 4 4 2 4 2 2 2 2 4 2 3 3 2 2 3 4 4 4 5 2 2 4 4 4 4 4 4 5 3 4 4 5 5
17 4 2 1 4 4 2 2 4 4 2 2 4 3 4 3 4 5 2 4 3 4 3 3 2 3 2 4 4 2 4 3 3 3
18 2 2 1 2 2 2 2 4 4 2 2 4 2 4 3 4 5 2 4 2 4 4 4 2 4 3 4 4 3 4 4 5 4
19 1 2 2 2 2 2 2 2 4 2 3 3 2 2 3 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 4 5 3 4 4 5 5
20 2 2 1 5 2 2 2 5 2 3 4 4 3 5 2 4 5 5 5 4 4 5 3 2 2 4 4 5 4 4 4 3 4
21 2 2 3 4 3 2 2 2 1 1 2 4 3 2 2 2 3 3 4 4 5 4 4 3 4 3 4 4 4 3 5 4 3
22 2 2 2 3 2 2 5 5 3 3 5 2 2 2 3 3 5 5 5 5 2 3 5 2 3 4 4 3 4 4 5 5 5
23 2 3 1 2 1 2 4 2 3 4 4 3 2 3 4 5 3 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 5 4 2 4 4 5
Lampiran 4: Skor Kuesioner
24 3 1 1 2 2 2 3 4 4 3 4 2 3 1 3 5 3 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 5 2 4 4 4 5
25 1 2 2 3 1 1 1 4 2 2 2 4 2 2 2 2 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 2 4 4 4 4
26 2 4 2 4 1 1 1 5 2 2 3 4 4 4 4 2 5 3 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 3 5
27 2 3 2 4 2 2 3 4 3 3 3 2 4 4 2 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 2 2 4 2 3
28 1 4 2 4 1 1 1 4 4 1 3 3 3 3 3 3 2 4 4 3 3 3 4 3 2 3 3 3 4 2 5 3 5
29 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 5 3 3 1 1 2 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 2 5 2 4
30 2 4 2 3 2 1 2 3 2 1 4 4 4 4 2 4 2 2 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 2 4 3 4
31 2 2 2 3 2 2 3 4 3 2 2 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4
32 3 2 1 2 2 2 2 3 4 4 2 2 1 4 5 4 1 1 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 4 4 5 5
33 2 4 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3
34 2 3 4 4 2 2 2 4 2 2 4 5 4 5 2 4 5 4 5 5 5 5 5 3 3 4 4 3 5 1 2 2 4
35 1 3 3 4 2 2 2 4 4 3 2 3 2 4 2 2 4 3 4 4 4 4 4 2 4 2 2 4 4 4 4 4 4
36 1 1 1 3 1 1 3 2 3 3 2 2 2 2 2 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 5 4
37 2 1 1 2 2 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 4 2 3 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 4 3 2 2 4
38 2 2 2 2 1 1 2 4 2 2 2 2 3 2 2 2 2 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 2 2 3 2 4
39 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 4 4 4 4 5 2 4 4 4 4 4 5 1 4 2 2 2 2 2 4 4 5
40 4 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 5 5 5 3 4 4 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 4 3 4 4 4
41 2 2 2 4 2 2 4 4 2 2 4 4 2 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 2 2 2 4 4 4 4 4
42 2 2 2 4 2 2 2 3 4 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 2 4 4 2 5
43 2 1 1 3 1 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 3 4 4 3 3 2 4 4 4 3 3 2 3 2 3
44 1 3 1 4 2 1 1 5 2 2 2 1 3 4 2 1 3 2 3 4 5 4 4 2 2 4 5 5 3 2 4 4 2
45 3 2 2 3 2 2 4 5 3 2 4 3 3 2 3 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 3 5 5 5
46 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 3 3 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3
47 1 2 3 3 1 1 2 5 4 1 2 5 4 4 5 2 2 4 5 5 5 5 5 2 1 3 2 5 2 4 4 2 4
48 4 2 2 2 2 2 1 2 3 2 4 4 2 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 2 4
Lampiran 4: Skor Kuesioner
49 2 2 2 3 1 1 2 5 5 2 3 3 4 3 2 4 3 4 4 5 4 4 4 3 3 4 4 4 5 5 2 3 5
50 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 3 4 3 3 4 4 4 4
51 1 1 1 1 1 1 1 5 1 1 1 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 1 5 5 5 1 5 3 5
52 1 1 1 3 1 1 1 3 1 1 3 2 3 2 1 2 3 3 2 5 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 2 2 4
53 2 3 3 3 3 2 2 2 2 1 2 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 3 5 5 5 5 3 5 3 4 5
54 4 2 1 4 1 1 3 5 2 2 4 2 4 2 2 5 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 2 3 4 2 5 5
55 4 2 2 4 2 2 3 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 4 3 4 2 4 3 4 2 4 4 3 2 4 4 5
56 2 2 2 4 2 2 2 2 2 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5
57 2 2 1 3 2 2 2 4 2 1 4 4 3 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 4 3 3 1 2 3 3
58 2 3 2 3 2 2 2 4 3 2 2 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 2 4 2 4
59 1 1 1 4 2 1 1 2 2 1 4 2 3 1 1 2 2 1 4 5 5 5 5 3 4 4 5 5 4 3 2 2 4
60 1 1 1 4 1 1 1 2 2 1 4 2 1 1 1 1 1 1 4 5 5 5 5 3 4 4 5 5 4 4 2 2 4
61 2 2 2 3 1 2 2 2 1 3 2 1 1 1 1 2 2 1 4 5 5 4 4 4 5 4 5 5 4 4 2 2 4
62 2 2 2 4 1 2 1 2 2 1 3 2 1 1 1 1 1 1 4 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 2 2 3
63 2 2 2 4 1 2 2 2 2 1 4 2 2 2 1 1 2 1 4 4 4 5 5 3 4 4 5 5 4 4 3 3 4
64 1 1 1 2 1 1 1 5 2 3 2 2 4 4 2 4 5 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 4
65 4 2 1 4 2 2 2 4 2 2 2 1 2 4 4 4 2 2 5 5 5 4 4 2 2 4 4 4 2 4 2 3 4
66 2 2 1 3 2 2 2 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 3 4 4 4 2 4 2 4
67 1 2 1 2 2 2 2 4 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 2 4 2 3
68 2 1 1 2 1 1 3 4 2 2 3 2 2 3 2 3 4 2 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4
69 5 2 2 3 2 2 2 5 2 3 2 5 3 3 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 4 5 5 5 5 70 1 1 1 1 1 1 1 5 1 1 5 5 5 5 1 1 5 5 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 71 1 2 1 2 1 1 1 2 2 3 3 3 2 1 1 3 1 1 5 5 5 5 5 2 2 5 5 5 4 4 4 2 5
72 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 4 2 2 4 2 4 4 4 4 4 2 2 4 4 2 2 4 2 2 2 2 4
73 2 2 1 2 1 2 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 4 4 5 4 4 4 3 4 5 4 4 2 2 4 3 2
Lampiran 4: Skor Kuesioner
74 2 2 1 3 1 1 2 3 4 1 2 3 3 4 1 3 3 5 4 5 5 4 4 3 4 4 3 4 2 2 5 3 5
75 2 2 2 3 2 2 2 5 2 1 3 4 4 4 2 3 3 5 5 5 5 3 5 5 5 3 5 5 4 3 5 5 5
76 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 2 4 2 4 2 2 3 4 5 5 5 3 5 4 5 4 4 5 5 2 4 4 2
77 2 2 2 3 2 2 2 4 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 4 4 4 4 4 2 3 4 4 4 2 2 4 3 4
78 2 2 1 3 1 2 3 3 2 2 2 2 3 2 4 4 2 4 3 5 5 3 4 2 3 2 4 4 1 4 2 2 5
79 4 2 2 3 3 3 3 4 2 2 2 3 3 3 2 4 4 4 5 5 5 5 4 5 4 3 5 5 4 4 4 5 4
80 1 2 1 3 1 1 2 1 2 2 2 2 3 2 2 4 3 4 4 4 4 3 4 2 4 4 4 4 2 4 4 4 4
81 2 2 2 4 2 1 2 2 2 2 4 2 4 4 2 4 2 4 4 4 4 5 4 2 4 4 4 4 3 5 5 3 5
82 2 2 2 5 2 2 2 5 2 2 5 3 5 5 3 5 3 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 4 5 5 5 5
83 1 1 1 4 1 1 1 5 2 2 4 2 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 4 2 4 4 4 4
84 5 1 1 5 1 1 1 5 1 1 3 3 3 3 3 3 1 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2 4 3 4 4
Lampiran 5: Hasil Uji Kualitas Data
Hasil Uji Validitas Orientasi Etika oe1 oe2 oe3 oe4 oe5 oe6 oe7 oe8 oe9 oe10 oe11 oe12 oe13 oe14 oe15 oe16 oe17 oe18 toe
Pearson Correlation 1 .068 .104 .251* .399** .422** .307** .123 .080 .155 .021 .012 -.007 .024 .405** .265* .091 .130 .409**
Sig. (2-tailed)
.536 .348 .021 .000 .000 .005 .267 .467 .160 .847 .917 .950 .831 .000 .015 .409 .239 .000
oe1
N 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84
Pearson Correlation .068 1 .514*
* .220* .228* .282** .123 -.079 .327** .097 .071 .082 .104 .144 .259* .148 .133 .105 .387**
Sig. (2-tailed) .536 .000 .044 .037 .009 .264 .476 .002 .380 .521 .458 .345 .190 .017 .180 .228 .344 .000
oe2
N 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84
Pearson Correlation .104 .514*
* 1 .263* .388** .399** .170 -.010 .125 -.081 .006 .257* .200 .119 .184 .032 .170 .216* .403**
Sig. (2-tailed) .348 .000 .016 .000 .000 .123 .925 .259 .464 .954 .018 .068 .282 .094 .772 .121 .049 .000
oe3
N 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84
Pearson Correlation .251* .220* .263* 1 .239* .175 .080 .128 .040 -.095 .357** -.041 .115 .118 .055 .100 .049 .087 .343**
Sig. (2-tailed) .021 .044 .016 .029 .111 .468 .245 .721 .389 .001 .712 .298 .285 .617 .367 .660 .433 .001
oe4
N 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84
Pearson Correlation
.399*
* .228* .388*
* .239* 1 .606** .279* .039 .199 .086 .007 .182 .175 .247* .306** .274* .296** .131 .516**
Sig. (2-tailed) .000 .037 .000 .029 .000 .010 .727 .070 .436 .951 .097 .111 .024 .005 .012 .006 .234 .000
oe5
N 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84
Pearson Correlation
.422*
* .282*
* .399*
* .175 .606** 1 .503** -.049 .246* .256* .075 .000 -.119 .026 .280** .210 .257* .165 .446**oe6
Sig. (2-tailed) .000 .009 .000 .111 .000 .000 .656 .024 .019 .495 1.000 .283 .817 .010 .056 .018 .135 .000
N 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84
Pearson Correlation
.307*
* .123 .170 .080 .279* .503** 1 .083 .302** .396** .229* -.143 -.082 -.077 .224* .371** .252* .329** .445**
Sig. (2-tailed) .005 .264 .123 .468 .010 .000 .451 .005 .000 .036 .193 .461 .488 .040 .001 .021 .002 .000
oe7
N 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84
Pearson Correlation .123 -.079 -.010 .128 .039 -.049 .083 1 -.011 .058 .100 .176 .331** .347** .068 .148 .360** .283** .419**
Sig. (2-tailed) .267 .476 .925 .245 .727 .656 .451 .919 .598 .367 .109 .002 .001 .536 .180 .001 .009 .000
oe8
N 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84
Pearson Correlation .080 .327*
* .125 .040 .199 .246* .302** -.011 1 .307** .059 -.005 -.136 .046 .290** .269* .123 .167 .356**
Sig. (2-tailed) .467 .002 .259 .721 .070 .024 .005 .919 .005 .595 .962 .219 .679 .007 .013 .265 .128 .001
oe9
N 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84
Pearson Correlation .155 .097 -.081 -.095 .086 .256* .396** .058 .307** 1 .010 -.254* -.204 -.048 .254* .322** .146 .002 .228*
Sig. (2-tailed) .160 .380 .464 .389 .436 .019 .000 .598 .005 .927 .020 .063 .667 .020 .003 .185 .985 .037
oe10
N 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84
Pearson Correlation .021 .071 .006 .357*
* .007 .075 .229* .100 .059 .010 1 .115 .161 .134 .080 .228* .211 .236* .375**
Sig. (2-tailed) .847 .521 .954 .001 .951 .495 .036 .367 .595 .927 .298 .143 .224 .467 .037 .054 .031 .000
oe11
N 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84
Pearson Correlation .012 .082 .257* -.041 .182 .000 -.143 .176 -.005 -.254* .115 1 .380** .565** .312** .171 .452** .406** .482**
Sig. (2-tailed) .917 .458 .018 .712 .097 1.000 .193 .109 .962 .020 .298 .000 .000 .004 .121 .000 .000 .000
oe12
N 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84
oe13 Pearson Correlation -.007 .104 .200 .115 .175 -.119 -.082 .331** -.136 -.204 .161 .380** 1 .573** .161 .387** .425** .526** .533**
Sig. (2-tailed) .950 .345 .068 .298 .111 .283 .461 .002 .219 .063 .143 .000 .000 .143 .000 .000 .000 .000
N 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84
Pearson Correlation .024 .144 .119 .118 .247* .026 -.077 .347** .046 -.048 .134 .565** .573** 1 .348** .353** .473** .396** .618**
Sig. (2-tailed) .831 .190 .282 .285 .024 .817 .488 .001 .679 .667 .224 .000 .000 .001 .001 .000 .000 .000
oe14
N 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84
Pearson Correlation
.405*
* .259* .184 .055 .306** .280** .224* .068 .290** .254* .080 .312** .161 .348** 1 .349** .234* .299** .586**
Sig. (2-tailed) .000 .017 .094 .617 .005 .010 .040 .536 .007 .020 .467 .004 .143 .001 .001 .032 .006 .000
oe15
N 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84
Pearson Correlation .265* .148 .032 .100 .274* .210 .371** .148 .269* .322** .228* .171 .387** .353** .349** 1 .396** .463** .655**
Sig. (2-tailed) .015 .180 .772 .367 .012 .056 .001 .180 .013 .003 .037 .121 .000 .001 .001 .000 .000 .000
oe16
N 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84
Pearson Correlation .091 .133 .170 .049 .296** .257* .252* .360** .123 .146 .211 .452** .425** .473** .234* .396** 1 .552** .689**
Sig. (2-tailed) .409 .228 .121 .660 .006 .018 .021 .001 .265 .185 .054 .000 .000 .000 .032 .000 .000 .000
oe17
N 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84
Pearson Correlation .130 .105 .216* .087 .131 .165 .329** .283** .167 .002 .236* .406** .526** .396** .299** .463** .552** 1 .687**
Sig. (2-tailed) .239 .344 .049 .433 .234 .135 .002 .009 .128 .985 .031 .000 .000 .000 .006 .000 .000 .000
oe18
N 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84
Pearson Correlation
.409*
* .387*
* .403*
* .343*
* .516** .446** .445** .419** .356** .228* .375** .482** .533** .618** .586** .655** .689** .687** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .001 .000 .000 .000 .000 .001 .037 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
toe
N 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84
Hasil Uji Validitas Pengalaman Akuntan Correlations
pa1 pa2 pa3 pa4 pa5 pa6 pa7 pa8 pa9 pa10 tpa
Pearson
Correlation 1 .382** .407** .561** .500** .279* .246* .359** .259* .480** .639**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .010 .024 .001 .018 .000 .000
pa1
N 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84
Pearson
Correlation .382** 1 .687** .451** .471** .200 .178 .384** .363** .368** .653**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .068 .105 .000 .001 .001 .000
pa2
N 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84
Pearson
Correlation .407** .687** 1 .522** .407** .198 .306** .282** .425** .491** .690**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .071 .005 .009 .000 .000 .000
pa3
N 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84
Pearson
Correlation .561** .451** .522** 1 .582** .198 .241* .504** .435** .548** .735**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .071 .028 .000 .000 .000 .000
pa4
N 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84
Pearson
Correlation .500** .471** .407** .582** 1 .150 .270* .316** .407** .409** .648**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .172 .013 .003 .000 .000 .000
pa5
N 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84
Pearson
Correlation .279* .200 .198 .198 .150 1 .450** .181 .385** .455** .573**
Sig. (2-tailed) .010 .068 .071 .071 .172 .000 .100 .000 .000 .000
pa6
N 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84
Pearson
Correlation .246* .178 .306** .241* .270* .450** 1 .246* .358** .322** .580**
Sig. (2-tailed) .024 .105 .005 .028 .013 .000 .024 .001 .003 .000
pa7
N 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84
pa8 Pearson
Correlation .359** .384** .282** .504** .316** .181 .246* 1 .488** .419** .633**
105
Sig. (2-tailed) .001 .000 .009 .000 .003 .100 .024 .000 .000 .000
N 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84
Pearson
Correlation .259* .363** .425** .435** .407** .385** .358** .488** 1 .582** .721**
Sig. (2-tailed) .018 .001 .000 .000 .000 .000 .001 .000 .000 .000
pa9
N 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84
Pearson
Correlation .480** .368** .491** .548** .409** .455** .322** .419** .582** 1 .765**
Sig. (2-tailed) .000 .001 .000 .000 .000 .000 .003 .000 .000 .000
pa10
N 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84
Pearson
Correlation .639** .653** .690** .735** .648** .573** .580** .633** .721** .765** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
Tpa
N 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84
**. Correlation is significant at the 0.01
level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05
level (2-tailed).
Hasil Uji Validitas Persepsi Manajemen Laba
Correlations
pml1 pml2 pml3 pml4 pml5 tpml
Pearson Correlation 1 .098 .284** .120 .201 .534**
Sig. (2-tailed) .373 .009 .276 .067 .000
pml1
N 84 84 84 84 84 84
Pearson Correlation .098 1 .088 .380** .350** .627**
Sig. (2-tailed) .373 .426 .000 .001 .000
pml2
N 84 84 84 84 84 84
Pearson Correlation .284** .088 1 .372** .383** .664**
Sig. (2-tailed) .009 .426 .000 .000 .000
pml3
N 84 84 84 84 84 84
pml4 Pearson Correlation .120 .380** .372** 1 .213 .686**
106
Sig. (2-tailed) .276 .000 .000 .051 .000
N 84 84 84 84 84 84
Pearson Correlation .201 .350** .383** .213 1 .643**
Sig. (2-tailed) .067 .001 .000 .051 .000
pml5
N 84 84 84 84 84 84
Pearson Correlation .534** .627** .664** .686** .643** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 tpml
N 84 84 84 84 84 84
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Hasil Uji Reliabilitas Orientasi Etika Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Valid 84 100.0
Excludeda 0 .0
Cases
Total 84 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.805 18
Hasil Uji Reliabilitas Pengalaman Akuntan
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Valid 84 100.0
Excludeda 0 .0
Cases
Total 84 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.849 10
107
Hasil Uji Reliabilitas Persepsi Etis Tentang Praktik Manajemen Laba
Scale: ALL VARIABLES
Lampiran 6: Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
OrientasiEtika 84 25 61 45.49 8.408
PengalamanAkuntan 84 24 50 39.48 5.427
PersepsiManajemenLaba 84 10 25 17.70 3.177
Valid N (listwise) 84
Lampiran 7: Hasil Uji Asumsi Klasik
Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Collinearity
Statistics
Model B Std. Error Beta T Sig. Tolerance VIF
(Constant) .748 2.535 .295 .769
OrientasiEtika .163 .033 .431 4.863 .000 .999 1.001
1
PengalamanAkunta
n .242 .052 .413 4.669 .000 .999 1.001
a. Dependent Variable:
PersepsiManajemenLaba
Case Processing Summary
N %
Valid 84 100.0
Excludeda 0 .0
Cases
Total 84 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.617 5
108
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Collinearity
Statistics
Model T Sig. B Std. Error Beta Tolerance VIF
(Constant) .748 2.535 .295 .769
OrientasiEtika .163 .033 .431 4.863 .000 .999 1.001
1
PengalamanAkunta
n .242 .052 .413 4.669 .000 .999 1.001
Coefficient Correlationsa
Model PengalamanAkuntan OrientasiEtika
PengalamanAkuntan 1.000 -.025Correlations
OrientasiEtika -.025 1.000
PengalamanAkuntan .003 -4.280E-5
1
Covariances
OrientasiEtika -4.280E-5 .001a. Dependent Variable: PersepsiManajemenLaba
Hasil Uji Normalitas
109
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Lampiran 8: Hasil Uji Regresi Berganda
Variables Entered/Removedb
110
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 PengalamanAku
ntan,
OrientasiEtikaa
. Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: PersepsiManajemenLaba
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 305.870 2 152.935 23.299 .000a
Residual 531.690 81 6.564 1
Total 837.560 83
a. Predictors: (Constant), PengalamanAkuntan, OrientasiEtika
b. Dependent Variable: PersepsiManajemenLaba
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .604a .365 .350 2.56204
a. Predictors: (Constant), PengalamanAkuntan, OrientasiEtika
b. Dependent Variable: PersepsiManajemenLaba
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
(Constant) .748 2.535 .295 .769
OrientasiEtika .163 .033 .431 4.863 .000 .999 1.001
1
PengalamanAkuntan .242 .052 .413 4.669 .000 .999 1.001
a. Dependent Variable: PersepsiManajemenLaba
111
112
Coefficient Correlationsa
Model PengalamanAkuntan OrientasiEtika
PengalamanAkuntan 1.000 -.025Correlations
OrientasiEtika -.025 1.000
PengalamanAkuntan .003 -4.280E-5
1
Covariances
OrientasiEtika -4.280E-5 .001
a. Dependent Variable: PersepsiManajemenLaba