pengaruh pajak, intangible assets, leverage
TRANSCRIPT
PENGARUH PAJAK, INTANGIBLE ASSETS, LEVERAGE,
PROFITABILITAS, DAN TUNELLING INCENTIVE TERHADAP
KEPUTUSAN TRANSFER PRICING PERUSAHAAN MULTINASIONAL
INDONESIA
Disusun oleh:
Laksmita Rachmah Deanti
NIM: 1113082000019
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
ii
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini, 7 Maret 2017 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa/i:
1. Nama : Laksmita Rachmah Deanti
2. NIM : 1113082000019
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : Pengaruh Pajak, Intangible Assets, Leverage, Profitabilitas,
dan Tunelling Incentive terhadap Keputusan Transfer
Pricing Perusahaan Multinasional Indonesia
Setelah mencermati dan mengamati penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 7 Maret 2017
1. Dr. Rini, M.Si., Ak.,CA.
NIP.19760315 200501 2 002
(____________________________)
Penguji 1
2. Fitri Damayanti, SE., M.Si.
NIP. 19810731 200604 2 003
(_____________________________)
Penguji 2
iv
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Laksmita Rachmah Deanti
No. Induk Mahasiswa : 1113082000019
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber
asli atau tanpa izin pemilik karya
4. Tidak melalukan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas
karya ini
Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan melaui
pembuktian yang saya dapat pertanggung jawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya
siap untuk dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 27 Mei 2017
Laksmita Rachmah Deanti
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap : Laksmita Rachmah Deanti
2. Tempat, Tanggal Lahir : Depok, 29 Januari 1996
3. Alamat : Taman Melati FD/73, Sawangan-Depok
4. No Telpon/HP : 083807966859
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL
1. TK Fathahilah : Tahun 2000-2001
2. SD Negeri Pengasinan 02 : Tahun 2001-2007
3. SMP Negeri 10 Depok : Tahun 2007-2010
4. SMA Negeri 5 Depok : Tahun 2010-2013
5. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : Tahun 2013-2017
III. PENGALAMAN ORGANISASI
Tahun 2010-2012 : Divisi Hubungan Masyarakat Jurnalis SMAN 5 Depok
Tahun 2013-2014 : HMJ Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2013-2014 : Anggota Kesemat Mangrove Volunteer Tangerang
Tahun 2015-2016: Anggota Social Trust Fund (STF) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Tahun 2015-2017: Koordinator Bidang Kewirausahaan Komunitas Penerima
Beasiswa Bank Indonesia (GenBI) Komisariat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Tahun 2015-2017 : Karyawan PKWT PT. Rekso Nasional Food
vii
IV. SEMINAR DAN WORKSHOP
1. 9th
International Conference Journal of Monetary Economics and Banking
(Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan –BEMP) Pusat Riset dan
Edukasi Bank Sentral, Bank Indonesia, 6 Agustus 2015.
2. Dialog Jurusan dan Seminar Konsentrasi HMJ Akuntansi FEB UIN
Jakarta, “One Think, One Step, One Purpose in Accounting”, 23
September 2013.
3. Dialog Jurusan dan Seminar Konsentrasi HMJ Akuntansi FEB UIN
Jakarta, “Right Way, Bright Future with Accounting”, 9 Oktober 2014.
4. Seminar Psikologi DEMA UIN Jakarta, “Spread Your Love and Do Small
Thing with A Great Love”, 18 Oktober 2013
5. Company Visit Goes To Indonesia Stock Exchange (IDX), ”Rahasia
Mahasiswa Ideal”, 12 September 2013
viii
ABSTRACT
This research is aimed to analyze the effect of tax, intangible asset, leverage,
profitability, and tunneling incentive toward the firm decision for transfer pricing.
Dependent variable in this research was transfer pricing proxied by the value of
related party tansaction (RPT) sales. Independent variables in this research were
foreign ownership, firm size and leverage.
This research used secondary data analysis of financial statements or annual
reports of manufacturing companies at Indonesia Stock Exchange in 2012-2015.
By using purposive sampling method, the total amount of samples obtained in this
research were 152 from 38 companies. This research used logistic regression
analysis method.
The results of the analysis in this research showed that tax have a positive and
significant influence toward the firm decision for transfer pricing. Leverage and
profitability have negative and significant influence toward the firm decision for
transfer pricing. While intangible asset and tunneling incentive did not effect on the
firm decision for transfer pricing.
Keywords: tax, intangible asset, leverage, profitability, tunneling incentive, and
transfer pricing.
ix
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh pajak, intangible asset,
leverage, profitabilitas, dan tunneling incentive terhadap keputusan transfer pricing
perusahaan multinasional di Indonesia. Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah transfer pricing yang diproksikan dengan nilai dari related party transaction
(RPT) penjualan. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pajak, intangible
asset, leverage, profitabilitas, dan tunneling incentive.
Penelitian ini menggunakan data sekunder pada laporan keuangan atau laporan
tahunan yang telah dipublikasikan oleh perusahaan di Bursa Efek Indonesia.
populasi dalam penelitian ini merupakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2012-2015. Dengan menggunakan metode
purpossive sampling, di dapat total sampel keseluruhan dalam penelitian ini adalah
152 data dari 38 perusahaan. Metode analisis yang digunakan menggunakan
analisis regresi logistik.
Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pajak berpengaruh
positif terhadap keputusan transfer pricing perusahaan. Leverage dan profitabilitas
berpengaruh negatif terhadap keputusan transfer pricing perusahaan. Sedangkan
intangible asset dan tunneling incentive tidak berpengaruh terhadap keputusan
transfer pricing perusahaan.
Kata Kunci : pajak, intangible asset, leverage, profitabilitas, tunneling incentive,
dan transfer pricing.
x
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan berkat, rahmat, dan
karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Shalawat serta salam penulis hanturkan kepada Nabi Muhammad
SAW, nabi akhir zaman, yang telah membimbing umatnya menuju jalan kebenaran.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memenuhi gelar
Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini banyak
mendapatkan bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, sehingga
segala macam kendala yang dihadapi dapat diatasi dengan baik. Pada kesempatan
ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang setulusnya kepada:
1. Orang tua penulis yang tercinta, Alm. Bapak Suryanto Ichwan dan Ibu Eli
Garnia, yang tak pernah lelah selalu mendoakan, memberi semangat dan
menjadi motivasi terbesar sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini. Adikku tersayang, Marsadilla Dwi Cahyani yang telah memberikan
dukungan, semangat serta doa. Keluarga Besar Ibu dan Bapak, tante, om, dan
budeku tersayang, Esti Wibowo, Eko Wibowo, Fajar Winarto, Tinuk, Sri
Rejeki, Jafrimbad dan Atiek yang telah mendukung saya menyelesaikan skripsi
ini. Semoga penulis dapat membanggakan kalian semua. Aamiin ya Rabbal
Alamin.
2. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, beserta
jajaran dan stafnya.
3. Bapak Dr. Arief Mufrani, Lc., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
xi
4. Ibu Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si dan Hepi Prayudiawan, SE., MM, sebagai Ketua
dan Sekretaris Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM, sebagai Dosen Pembimbing Akademik
yang juga senantiasa mengingatkan penulis selama mengikuti perkuliahan
hingga penulis menyelesaikan skripsi ini.
6. Ibu Ismawati Haribowo, SE., M.Si. sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang
telah meluangkan waktu, pikiran, dan perhatiannya kepada penulis dan
memberikan pengarahan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
7. Segenap Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengajarkan ilmu yang tidak ternilai
dan tidak pernah lelah membimbing penulis hingga menyelesaikan studi di
Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Keluarga Akuntansi 2013, terimakasih selama ini sudah menjadi teman satu
perjuangan yang menjadi tempat berdiskusi dan juga berbagi pengalaman
hidup serta saran-saran terbaiknya untuk saya pribadi yaitu, Sapta, Astriana,
Dinda, Dila, Lia, Agias, Rafny, Meli, Dyah dan semuanya yang tidak dapat
penulis sebutkan satu-persatu.
9. Keluarga Besar McDonald’s Cinere, Bapak Sigit, Bapak Erlinan, Bang Acong,
Ka Mala, Ka Nona, Bang Obi, Bang Robi, Bang Andi, Buyung, Diana, Irawan,
Trianisa, Ka Mey, Mauliani, Alen, Monic, Lili, Windi, Shiwy, Ka Hardina, Ka
Hilmi, Ka Yuli, Bang Nedi, Pak Tulus, Pak Yanto, Pak Mus dan semuanya
yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
10. Kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) Edelweis, Dimas Ketum, Dimas Da,
Sarah, Farah, Cucun, Kevin, Amir, Fathir, Yona dan Lina. Terimakasih pula
untuk warga Kampung Cisoka khususnya Teh Mul dan Ka Ade. Banyak
pengalaman berharga yang penulis alami dan pelajari selama lebih dari 30 hari
menetap di Desa Cisoka, Banten.
11. Keluarga besar Generasi Baru Indonesi (GenBI) Komunitas Penerima
Beasiswa Bank Indonesia Komisariat UIN Jakarta, Bang Abdul, Ka Icha, Ka
xii
Hani, Ka Nilam, Bang Ridho, Ka Fahmi, Kumi, Luluk, Adinda, Angga, Desi,
Ijay, Badrus dan semuanya yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
12. Semua pihak yang telah turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang
tidak dapat disebutkan satu-persatu. Semoga kebaikan yang tulus dari semua
pihak dapat diterima oleh Allah SWT serta mendapatkan pahala yang berlipat
dari-Nya. Aamiin.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam skripsi ini masih terdapat
kelemahan maupun kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. Besar harapan penulis
bahwa dengan adanya tugsa akhir ini dapat bermanfaat guna menambah wawasan
serta pengetahuan penulis pada khususnya dan pihak lain pada umumnya.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Jakarta, 14 Mei 2017
Laksmita Rachmah Deanti
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ..................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ..................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .............................. v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. vi
ABSTRACT ......................................................................................................... viii
ABSTRAK ........................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .......................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 12
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 13
1. Tujuan Penelitian ...................................................................... 13
2. Manfaat Penelitian .................................................................... 14
BAB II KAJIAN LITERATUR .......................................................................... 16
A. Landasan Teori ................................................................................. 16
1. Teori Agensi (Agency Theory) .................................................. 16
2. Transfer Pricing ........................................................................ 19
3. Pajak .......................................................................................... 25
4. Intangible Asset ......................................................................... 29
5. Leverage .................................................................................... 32
6. Profitabilitas .............................................................................. 33
7. Tunneling Incentive ................................................................... 35
B. Penelitian Terdahulu ........................................................................ 37
C. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 43
xiv
D. Dasar Perumusan Hipotesis .............................................................. 45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................ 54
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 54
B. Metode Penentuan Sampel ............................................................... 54
C. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 55
D. Metode Analisis Data ....................................................................... 56
1. Uji Statistik Deskriptif .............................................................. 56
2. Analisis Regresi Logistik .......................................................... 57
E. Operasional Variabel Penelitian ....................................................... 61
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 66
A. Gambaran Umum Penelitian ............................................................ 66
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian .................................................... 67
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ..................................................... 67
2. Hasil Uji Hipotesis Penelitian ................................................... 70
C. Pembahasan ...................................................................................... 75
1. Pengaruh Pajak (TAX) terhadap keputusan transfer pricing
perusahaan multinasional Indonesia ......................................... 75
2. Pengaruh Intangible Assets (RND) terhadap keputusan transfer
pricing perusahaan multinasional Indonesia ............................. 76
3. Pengaruh Leverage (LEV) terhadap keputusan transfer pricing
perusahaan multinasional Indonesia ......................................... 77
4. Pengaruh Profitabilitas (PROFIT) terhadap keputusan transfer
pricing perusahaan multinasional Indonesia ............................. 78
5. Pengaruh Tunneling Incentive (TUN) terhadap keputusan
transfer pricing perusahaan multinasional Indonesia ............... 80
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 82
A. KESIMPULAN ................................................................................ 82
B. SARAN ............................................................................................ 85
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 86
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ........................................................................... 38
Tabel 2.2 Skema Kerangka Pemikiran ................................................................ 43
Tabel 4.1 Tahap Seleksi Sampel dengan Kriteria ............................................... 66
Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif ............................................................... 67
Tabel 4.3 Hasil Uji Frekuensi ............................................................................. 69
Tabel 4.4 Hasil Uji Kesesuaian Keseluruhan Model .......................................... 71
Tabel 4.5 Hasil Uji Koefisien Determinasi ......................................................... 71
Tabel 4.6 Hasil Uji Kelayakan Model Regresi ................................................... 72
Tabel 4.7 Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik .................................................. 73
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran ............................................................ 43
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur di BEI Periode 2012-2015 90
Lampiran 2 Hasil Perhitungan Variabel Pajak Periode 2012-2015 .................... 91
Lampiran 3 Hasil Perhitungan Variabel Intangible Assets 2012-2015 ............... 98
Lampiran 4 Hasil Perhitungan Variabel Leverage Periode 2012-2015 ............ 100
Lampiran 5 Hasil Perhitungan Variabel Profitabilitas Periode 2012-2015 ...... 102
Lampiran 6 Hasil Perhitungan Variabel Tunelling Incentive 2012-2015 ......... 104
Lampiran 7 Hasil Perhitungan Variabel Transfer Pricing 2012-2015.............. 106
Lampiran 8 Output Hasil Penelitian Data ......................................................... 108
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Globalisasi ekonomi, bisnis, dan investasi saat ini berkembang dengan
sangat pesat tanpa mengenal batas negara. Dalam rangka memperkuat basis
globalnya, perusahaan multinasional mendirikan anak-anak perusahaan,
cabang dan perwakilan usahanya di berbagai negara yang tujuannya untuk
memperkuat aliansi strategis dan menumbuhkembangkan pangsa pasar
(market share) ekspor dan impor produk-produk mereka diberbagai negara
(Sumarsan 2013).
Adanya transaksi barang maupun jasa yang terjadi antar wajib pajak
yang memiliki hubungan istimewa menjadi penyebab utama timbulnya
praktek transfer pricing. Transaksi pihak hubungan istimewa adalah
transaksi antara pihak-pihak yang dianggap mempunyai hubungan istimewa
bila satu pihak mempunyai kemampuan untuk mengendalikan pihak lain
atau mempunyai pengaruh signifikan atas pihak lain dalam mengambil
keputusan keuangan dan operasional (Lubis, Bukit dan Sari L 2013).
Menurut Ompusunggu dalam Wijaya & Sadjiarto (2014:1), di berbagai
bentuk transaksi hubungan istimewa terlihat upaya pengalihan sumber daya
dan penghindaran pajak antara pihak-pihak yang memiliki hubungan
istimewa, atau transfer pricing.
2
Transfer pricing memberikan perusahaan multinasional alat untuk
mengalokasikan pendapatan di seluruh entitas berafiliasi dalam yurisdiksi
pajak yang berbeda. Dengan biaya ekspor di bawah harga yang di kirim dari
negara pajak tinggi ke negara pajak yang rendah, perusahaan multinasional
mampu mengurangi tarif pajak global yang efektif (Cristea dan Nguyen
2014).
Pajak merupakan salah satu faktor yang mendasari keputusan atas
kebijakan transfer pricing perusahaan. Klassen et al., (2013) menyatakan
bahwa penggunaan kebijakan transfer pricing saat ini bertransformasi
sebagai isu pajak internasional yang mana kebijakan transfer pricing
digunakan sebagai alat untuk mengurangi beban pajak secara keseluruhan
bagi perusahaan multinasional atau perusahaan berskala global. Marfuah &
Azizah (2014) mengungkapkan bahwa perbedaan beban pajak dalam bisnis
multinasional sudah biasa terjadi. Negara-negara dengan perusahaan yang
kurang maju sering mengenakan tarif pajak yang lebih rendah, sedangkan
negara-negara dengan perusahaannya yang maju justru mengenakan tarif
pajak yang tinggi.
Peraturan mengenai masalah transfer pricing yang berhubungan
dengan perpajakan terdapat dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008
pasal 18 mengenai Pajak Penghasilan (UU PPh). Pasal 18 ayat (3) Undang-
Undang PPh menerangkan bahwa Direktorat Jenderal Pajak (DJP)
berwenang untuk menentukan kembali besarnya Penghasilan Kena Pajak
(PKP) bagi wajib pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan wajib
3
pajak lainnya sesuai dengan kewajaran dan kelaziman usaha yang tidak
dipengaruhi oleh hubungan istimewa (arm’s length principle) dengan
menggunakan metode perbandingan harga antara pihak yang independen,
metode harga penjualan kembali, metode biaya-plus, atau metode lainnya
(Setiawan, 2014).
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 yang diatur dalam Pasal 18
ayat (4) menerangkan bahwa hubungan istimewa antara wajib pajak badan
dapat terjadi karena pemilikan atau penguasaan modal saham suatu badan
oleh badan lainya sebanyak 25% (dua puluh lima persen) atau lebih, atau
antara beberapa badan yang 25% (dua puluh lima persen) atau lebih
sahamnya dimiliki oleh suatu badan. Sedangkan untuk wajib pajak
perseorangan, hubungan istimewa dapat terjadi karena hubungan keluarga
sedarah dalam garis lurus atau kesamping satu derajat. Hubungan istimewa
yang dimaksud dapat mengakibatkan kekurangwajaran harga, biaya, atau
imbalan lain yang direalisasikan dalam suatu transaksi usaha (Sumarsan,
2013).
Tujuan lain perusahan dalam penerapan kebijakan transfer pricing
perusahaan dipengaruhi oleh intangible asset. Aktivitas transfer pricing
perusahaan multinasional berhubungan dengan transfer dari kedua barang
berwujud maupun tak berwujud, hal tersebut harus berdasarkan pada prinsip
ketentuan harga pasar wajar. Semua transaksi yang melibatkan transfer aset
tak berwujud antar divisi dalam suatu perusahaan harus dinilai sesuai
4
dengan harga yang akan digunakan perusahaan multinasional ketika
berhadapan dengan perusahaan independen eksternal (OECD 2010).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Grubert (2008) dalam
Grant, et al,. (2013) menemukan bahwa resiko agresivitas transfer pricing
meningkat karena terdapat perbedaan dalam interpretasi penilaian harga
transfer, dan kesulitan bagi perusahaan adalah untuk mendefinisikan dengan
tepat transaksi mengenai harta tidak berwujud. Selanjutnya, Visconti (2012)
dalam Muhammadi, et al., (2016) menyatakan bahwa penilaian aset tak
berwujud merupakan salah satu isu sentral karena memiliki sifat material
yang bersifat abstrak, dan tidak terdapat pasar aktif untuk jenis properti tak
berwujud. Selain itu, ia berpendapat bahwa kesulitan dalam penilaian
disebabkan oleh adopsi metode berbeda oleh perusahaan multinasional
ketika menilai aset tak berwujud.
Hal lain yang menjadi salah satu faktor dalam penerapan kebijakan
transfer pricing perusahaan adalah leverage. Bernard et al., (2006) dalam
Grant et al., (2013) menunjukkan bahwa perusahaan dengan rasio debt-to-
equity tinggi cenderung memiliki pajak lebih agresif dibandingkan dengan
perusahaan yang memiliki rasio debt-to-equity rendah. Doidge dan Dyck
(2014) menemukan bahwa perusahaan lebih dipengaruhi oleh perubahan
pajak penghasilan badan yang secara komparatif memiliki rasio leverage
lebih tinggi daripada kontrol perusahaan di Kanada.
5
Keputusan perusahaan dalam melakukan transfer pricing juga
dipengaruhi oleh profitabilitas. Rego dalam Grant et al., (2013) menemukan
bahwa perusahaan dengan laba sebelum pajak lebih besar secara
proporsional lebih menghindari pajak perusahaan dibandingkan perusahaan
dengan pendapatan sebelum pajak yang rendah. Dalam hal transfer pricing,
perusahaan yang menghasilkan laba tinggi memungkinkan untuk
melakukan penyesuaian harga transfer untuk mengurangi (peningkatan)
keuntungan pada yurisdiksi pajak tinggi (pajak rendah). Jingna Li et al.,
(2016) menemukan bahwa perusahaan di Jepang lebih memilih untuk
menggunakan indikator keuangan seperti laba dan penjualan sebagai
evaluasi kinerja, dengan penekanan yang kecil pada indikator keuangan
efisiensi modal seperti ROI dan ROE. Selain itu, perusahaan-perusahaan di
Jepang tidak hanya bergantung pada indikator keuangan untuk evaluasi
kinerja, tetapi juga pada metode lain seperti indikator non-keuangan.
Tunneling incentive dilakukan oleh pemegang saham pengendali untuk
memperoleh manfaat privat yaitu transfer sumber daya keluar dari
perusahaan untuk kepentingan pemegang saham pengendali. Perusahaan
melakukan tunneling ini dengan tujuan untuk meminimalkan biaya
transaksi. Dengan melakukan tunneling kepada pihak yang memiliki
hubungan istimewa maka biaya dapat ditekan sehingga lebih ekonomis
dibandingkan dengan pihak yang tidak memiliki hubungan istimewa. Selain
itu, perusahaan melakukan tunneling dengan tujuan untuk memanipulasi
laba (Marfuah and Azizah 2014).
6
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hartati et al., (2015)
mengemukakan bahwa tunneling incentive merupakan suatu perilaku dari
pemegang saham mayoritas yang mentransfer aset dan laba perusahaan
demi keuntungan mereka sendiri, namun pemegang saham minoritas ikut
menanggung biaya yang mereka bebankan. F. Noviastika et al. (2016)
menemukan bahwa perusahaan yang memiliki kepemilikan terkosentrasi
pada satu pihak atau satu kepentingan cenderung akan melakukan tunneling
di dalamnya dengan cara melalui transaksi transfer pricing. Transaksi
transfer pricing tersebut dilakukan melalui penjualan antar perusahaan
seafiliasi.
Berhubungan dengan masalah transfer pricing, dalam lingkup
akuntansi komersial tidak terdapat ketentuan yang sifatnya khusus dalam
mengatur transfer pricing, akan tetapi dalam standar akuntansi komersial
yang dikeluarkan oleh IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) dapat ditemukan
pernyataan yang berkaitan dengan hubungan istimewa. Dalam PSAK No.7
yang merupakan suatu pernyataan standar akuntansi keuangan, telah
mengatur tentang pengungkapan pihak-pihak yang mempunyai hubungan
istimewa dan transaksi antara perusahaan pelapor dan pihak yang
mempunyai hubungan istimewa. Sedangkan akuntansi perpajakan lebih
menitikberatkan pada penyusunan surat pemberitahuan dan pertimbangan
konsekuensi perpajakan terhadap transaksi atau kegiatan perusahaan
(Nurhayati 2013).
7
Beberapa ahli telah mengakui bahwa aktivitas harga transfer
perusahaan multinasional dapat memicu penyalahgunaan yang bertujuan
untuk memperoleh keuntungan lebih tinggi dan juga upaya untuk
menghindari pajak melalui transaksi antar perusahaan multinasional dalam
satu grup usaha yang cenderung mengalihkan kewajiban perpajakannya dari
negara-negara yang menerapkan tarif pajak tinggi (high tax countries) ke
negara yang memiliki tarif pajak rendah (low tax countries) maupun negara
yang tidak memiliki kewajiban untuk membayar pajak (tax haven
countries). Dampak harga transfer adalah harga yang terlalu tinggi
(overpricing), atau sebaliknya harga yang terlalu rendah (underpricing).
Selain motivasi bisnis, harga transfer multinasional juga dimaksudkan untuk
mengendalikan, mekanisme arus sumber daya antara anggota grup dan
maksimalisasi laba setelah pajak (Suandy, 2014).
Kasus yang berkaitan dengan transfer pricing beberapa waktu yang lalu
menimpa Google di Inggris, Starbucks Inggris, Amazon Inggris, dan lain-
lain. Starbucks Inggris misalnya, pada tahun 2011 sama sekali tidak
membayar pajak korporasi padahal berhasil mencetak penjualan sebesar
£398 juta. Selain itu mereka juga mengaku rugi sejak tahun 2008, dengan
jumlah kerugiannya mencapai £112 juta atau sekitar Rp1,7 triliun. Padahal
dalam laporan kepada investornya di Amerika Serikat, Starbucks
mengatakan bahwa mereka memperoleh keuntungan yang besar di Inggris,
bahkan penjualannya selama 3 tahun (2008- 2010) mencapai £1,2 miliar
atau sekitar Rp18 triliun. Dengan kerugian ini, Starbucks Inggris tidak
8
pernah membayar pajak korporasi. Bahkan selama 14 tahun beroperasi di
Inggris, Starbucks hanya membayar pajak sebesar £8,6 juta. Kemudian
Google Inggris pada tahun 2011 juga berhasil mencatat pendapatan sebesar
£398 juta tetapi hanya membayar pajak sebesar £6 juta. Hal yang sama
terjadi di Amazon Inggris, di mana mereka berhasil melakukan penjualan di
Inggris sebesar £3,35 miliar selama tahun 2011 tetapi hanya membayar
pajak sebesar £1,5 juta (Setiawan 2014).
Isu mengenai transfer pricing di Indonesia sendiri terjadi pada
perusahaan Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) yang
terendus setelah Direktorat Jenderal Pajak secara simultan memeriksa surat
pemberitahuan pajak tahunan (SPT) Toyota Motor Manufacturing pada
2005. Belakangan, pajak Toyota pada 2007 dan 2008 juga ikut diperiksa.
Pemeriksaan dilakukan karena Toyota mengklaim kelebihan membayar
pajak pada tahun-tahun itu, dan meminta negara mengembalikannya
(restitusi). Dari pemeriksaan SPT Toyota pada tahun 2005, petugas pajak
menemukan sejumlah kejanggalan. Pada 2004 misalnya, laba bruto Toyota
anjlok lebih dari 30 persen, dari Rp 1,5 triliun (2003) menjadi Rp 950 miliar.
Selain itu, rasio gross margin atau perimbangan antara laba kotor dengan
tingkat penjualan juga menyusut. Dari sebelumnya 14,59 persen (2003)
menjadi hanya 6,58 persen setahun kemudian. Pada pertengahan 2003,
Astra menjual sebagian besar sahamnya di Toyota Astra Motor kepada
Toyota Motor Corporation Jepang. Alasannya, Astra punya utang jatuh
tempo yang tak bisa ditangguhkan lagi. Walhasil, Toyota Jepang kini
9
menguasai 95 persen saham Toyota Astra Motor. Nama perusahaan berubah
menjadi Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN). Untuk
menjalankan fungsi distribusi di pasar domestik, Astra dan Toyota Motor
Corporation Jepang kemudian mendirikan perusahaan agen tunggal
pemegang merek dengan nama lama: Toyota Astra Motor (TAM). Pada
perusahaan ini, Astra menjadi pemegang saham mayoritas dengan
menguasai 51 persen saham. Sisanya milik Toyota Motor Corporation
Jepang. Setelah restrukturisasi itulah, laba gabungan kedua perusahaan
Toyota anjlok. Melorotnya keuntungan Toyota membuat setoran pajaknya
pada pemerintah juga berkurang. Yang janggal, meski laba turun, omzet
produksi dan penjualan mereka pada tahun itu justru naik 40 persen.
Pemeriksa pajak menemukan jawabannya ketika memeriksa struktur harga
penjualan dan biaya Toyota dengan lebih seksama. Toyota diduga
‘memainkan’ harga transaksi dengan pihak terafiliasi dan menambah beban
biaya lewat pembayaran royalti secara tidak wajar (Tempo 2014). Setelah
sidang ini ditutup kemarin, keputusan atas sengketa ini kini berada di tangan
majelis hakim pengadilan pajak. Ironisnya, meski sidang telah usai, namun
kasus ini belum ada kejelasan kapan akan diputus. Sekadar informasi,
sengketa pajak antara Ditjen Pajak dengan produsen mobil asal Jepang ini
juga terjadi untuk tahun pajak 2005 dan 2007 hingga kini belum juga
diputus, walaupun sidangnya telah lama berakhir (Kontan 2013).
Penelitian terdahulu yang mengungkapkan adanya motivasi pajak
dalam melakukan transaksi transfer pricing telah dilakukan diantaranya
10
oleh Wafiroh & Hapsari (2015) menemukan pengaruh positif pajak terhadap
terjadinya transaksi transfer pricing, di mana transaksi transfer pricing
dilakukan dengan perusahaan afiliasi yang berada di luar batas negara
dengan tarif pajak rendah guna mengalihkan kekayaan perusahaan yang
berada di Indonesia sehingga nantinya pajak yang akan dibayarkan di
Indonesia akan menjadi lebih kecil dari yang seharusnya dibayarkan. F.
Noviastika et al. (2016) juga menemukan bahwa pajak memiliki pengaruh
terhadap keputusan dalam melakukan transaksi transfer pricing dimana
motivasi pajak menjadi salah satu alasan perusahaan manufaktur melakukan
transfer pricing dengan cara melakukan transaksi kepada perusahaan afiliasi
yang ada di luar batas negara. Perusahaan melakukan transfer pricing dalam
perencanaan pajaknya guna meminimalkan pajak yang dibayar.
Selain pajak, faktor lain yang mempengaruhi keputusan perusahaan
dalam melakukan transfer pricing ialah intangible asset, leverage, dan
profitabilitas. Penelitian yang dilakukan oleh Richardson, Grant et al.,
(2013) terhadap perusahaan di Australia menunjukkan bahwa ukuran
perusahaan, profitabilitas, leverage, aset tidak bewujud, dan
multinationality secara signifikan berhubungan positif terhadap agresivitas
harga transfer setelah mengendalikan sektor industri. Hasil regresi
tambahan menunjukkan bahwa transfer pricing meningkat melalui aset tidak
berwujud dan multinationality.
Hal lain yang mempengaruhi perusahaan untuk mengambil keputusan
dalam melakukan transaksi transfer pricing ialah tunneling incentive.
11
Beberapa penelitian mengenai tunneling incentive telah dilakukan dimana
Marfuah & Azizah (2014) menemukan bahwa menyatakan tunneling
incentive berpengaruh positif terhadap keputusan transfer pricing
perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin meningkatnya praktik
tunneling incentive maka perusahaan akan lebih banyak melakukan transfer
pricing dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Mispiyanti
(2016) menemukan bahwa tunneling incentive berpengaruh signifikan
terhadap perilaku transfer pricing perusahan dimana saham perusahaan
yang telah dimiliki asing akan melakukan penjualan kepada pihak berelasi
dengan penentuan harga yang tidak wajar guna kepentingan pemegang
saham pengendali yang berada di negara yang tarif pajaknya lebih rendah
daripada Indonesia.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti termotivasi untuk melakukan
penelitian mengenai faktor yang berpengaruh terhadap keputusan
perusahaan melakukan harga transfer. Faktor yang digunakan dalam
peneltian ini adalah Pajak, Intangible Asset, Leverage, Profitabilitas, dan
Tunneling Incentive. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Pajak, Intangible Asset, Leverage,
Profitabilitas, dan Tunneling Incentive terhadap Keputusan Transfer
Pricing Perusahaan Multinasional di Indonesia”. Penelitian ini
menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa
Efek Indonesia tahun 2012-2015. Hal tersebut karena praktek harga transfer
ini hanya terjadi pada perusahaan manufaktur multinasional yang memiliki
12
anak perusahaan di luar negeri. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya adalah penelitian terdahulu hanya mengamati satu tahun
pengamatan saja sedangkan penelitian ini empat tahun. Pengukuran praktek
transfer pricing dalam penelitian ini menggunakan proksi rasio nilai
transaksi pihak berelasi (related party transaction/RPT), Proksi tersebut
mengukur transaksi penjualan dan pembelian dimana akan menimbulkan
utang maupun piutang yang dapat mempengaruhi perhitungan laba
akuntansi perusahaan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas bahwa transfer
pricing merupakan salah satu bentuk penghindaran pajak yang terjadi pada
perusahaan multinasional di Indonesia, maka penelitian ini akan mengkaji
mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan perusahaan
multinasional melakukan transfer pricing, dengan perumusan masalah yang
dinyatakan dalam pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah pajak berpengaruh terhadap keputusan perusahaan dalam
melakukan transfer pricing?
2. Apakah intangible asset berpengaruh terhadap keputusan perusahaan
dalam melakukan transfer pricing?
3. Apakah leverage berpengaruh terhadap keputusan perusahaan dalam
melakukan transfer pricing?
4. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap keputusan perusahaan dalam
melakukan transfer pricing?
13
5. Apakah tunneling incentive berpengaruh terhadap keputusan perusahaan
dalam melakukan transfer pricing?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini akan menguji faktor-faktor penentu yang
mempengaruhi transfer pricing. Menguji apakah pajak akan
berpengaruh positif terhadap transfer pricing, menguji apakah
intangible asset akan berpengaruh positif terhadap transfer pricing,
menguji apakah leverage akan berpengaruh positif terhadap transfer
pricing, menguji apakah profitabilitas akan berpengaruh positif
terhadap transfer pricing, dan selanjutnya menguji apakah tunneling
incentive akan berpengaruh positif terhadap transfer pricing.
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Membuktikan adanya pengaruh pajak terhadap transfer pricing
2. Membuktikan adanya pengaruh intangible asset terhadap transfer
pricing
3. Membuktikan adanya pengaruh leverage terhadap transfer pricing
4. Membuktikan adanya pengaruh profitabilitas terhadap transfer
pricing
5. Membuktikan adanya pengaruh tunneling incentive terhadap
transfer pricing
14
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
1) Mahasiswa Jurusan Akuntansi, penelitian ini bermanfaat
sebagai bahan penelitian selajutnya dan menambah ilmu
pengetahuan bagi perkembangan studi akuntansi dan pajak
dengan memberikan gambaran faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan harga transfer perusahaan
multinasional.
2) Masyarakat, sebagai sarana informasi dan menambah
pengetahuan akuntansi, khususnya mengenai pajak, intangible
asset, leverage, profitabilitas, dan tunneling incentive terhadap
keputusan harga transfer perusahaan multinasional di
Indonesia.
3) Peneliti berikutnya, sebagai bahan referensi peneliti yang akan
melaksanakan penelitian selanjutnya berkaitan dengan topik
ini.
4) Penulis, sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta ilmu
pengetahuan terutama mengenai pajak, intangible asset,
leverage, profitabilitas, dan tunneling incentive terhadap
keputusan harga transfer perusahaan multinasional di
Indonesia.
15
b. Manfaat Praktis
1) Regulator, dalam hal ini adalah Direktorat Jendral Pajak (DJP)
dan Badan Pengawasan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
(Bapepam-LK). Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
bukti empiris yang berhubungan dengan pentingnya
pengawasan serta efektifitas peraturan yang telah dikeluarkan
mengenai pajak, intangible asset, leverage, profitabilitas, dan
tunneling incentive terhadap keputusan harga transfer
perusahaan multinasional di Indonesia sehingga dapat
meminimalisir kecurangan maupun penyelewengan terhadap
kebijakan harga transfer di Indonesia.
2) Manajemen, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan mengenai pajak, intangible asset, leverage,
profitabilitas, dan tunneling incentive terhadap keputusan
harga transfer perusahaan multinasional di Indonesia.
Sehingga dapat membantu suatu pengambilan keputusan dan
menambah kesadaran akan pentingnya etika bisnis.
16
BAB II
KAJIAN LITERATUR
A. Landasan Teori
1. Teori Agensi (Agency Theory)
Teori keagenan mengungkapkan hubungan antara dua pihak yaitu,
pihak agent, dimana dalam hal ini adalah manajer perusahaan atau
dewan direksi yang bertindak sebagai pembuat keputusan dalam
menjalankan perusahaan dan pihak principal, yaitu pemilik perusahaan
atau pemegang saham yang mengevaluasi informasi maupun mengelola
jalannya perusahaan. Hubungan agensi ada ketika salah satu pihak
(prinsipal) menyewa pihak lain (agen) untuk melaksanakan suatu jasa,
prinsipal mendelegasikan wewenang untuk membuat keputusan kepada
agen tersebut (Anthony dan Govindarajan 2005).
Ujiyantho dan Pramuka (2007) menyatakan bahwa teori agensi
merupakan sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan investor
(principal). Selanjutnya mereka menjelaskan bahwa konflik
kepentingan antara prinsipal dan agen terjadi karena kemungkinan agen
tidak selalu berbuat sesuai dengan kepentingan prinsipal, sehingga
memicu biaya keagenan (agency cost).
17
Agency Theory mengimplikasikan adanya asimetri informasi
dimana terdapat konflik kepentingan antara manajemen selaku agen
dengan pemilik dan kreditur selaku prinsipal. Asimetri informasi
maupun konflik kepentingan (conflict of interest) dapat mendorong
timbulnya penyajian informasi yang sebenarnya dari agen kepada
prinsipal, terutama apabila informasi tersebut berkaitan dengan
pengukuran kinerja agen. Manajemen wajib memberikan informasi
yang terkait dengan investasi dalam suatu perusahaan dengan
memberikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan
kepada principal.
Menurut Colgan (2001), faktor yang dapat menyebabkan
munculnya masalah keagenan, yaitu:
a. Moral Hazard
Hal ini umumnya terjadi pada perusahaan besar (kompleksitas
yang tinggi), dimana seorang manajer melakukan kegiatan yang
tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi
pinjaman. Manajer dapat melakukan tindakan di luar pengetahuan
pemegang saham yang melanggar kontrak dan secara etika maupun
norma tidak layak dilakukan.
b. Penahanan Laba (Earnings Retention)
Masalah ini berkisar pada kecenderungan untuk melakukan
investasi yang berlebihan oleh pihak manajemen (agen) melalui
18
peningkatan dan pertumbuhan dengan tujuan untuk memperbesar
kekuasaan, prestise, atau penghargaan bagi dirinya, namun dapat
menghancurkan kesejahteraan pemegang saham.
c. Horison Waktu
Masalah ini muncul sebagai akibat dari kondisi arus kas yang
mana prinsipal lebih menekankan pada arus kas untuk masa depan
yang kondisinya belum pasti, sedangkan manajemen cenderung
menekankan kepada hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan
mereka.
d. Penghindaran Risiko Manajerial
Konflik ini muncul ketika ada batasan diversifikasi
portofolio yang berhubungan dengan pendapatan manajerial atas
kinerja yang dicapainya, sehingga manajer akan berusaha
meminimalkan risiko saham perusahaan dari keputusan investasi
yang meningkatkan risikonya.
Dapat disimpulkan bahwa konflik keagenan terjadi karena adanya
ketidaksesuaian informasi berhubungan dengan penyerahan
kewenangan dari prinsipal kepada agen yang menyebabkan manajer
memiliki informasi lebih banyak dibandingkan pemegang saham.
Sementara ketika struktur kepemilikan terkosentrasi, dalam artian satu
pihak memiliki pengendalian atas perusahaan, maka masalah keagenan
yang muncul akan berbeda, yaitu dimana masalah manager dengan
19
pemegang saham berubah menjadi pemegang saham mayoritas dengan
pemegang saham minoritas (Clanssens et al., dalam Brundy 2014:4).
2. Transfer Pricing
a. Definisi
Menurut OECD (Organization For Economic Coorperation
and Development) (2009), transfer pricing adalah: “Price at which
a company undertakes any transactionswith associated enterprise.
When a company transfer goods, intangible property or services to
a related company, the prices charged is defined as a transfer
price.”
Pengertian transfer pricing dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu pengertian bersifat netral dan bersifat peyoratif-negatif.
Pengertian netral mengasumsikan bahwa harga transfer adalah
murni merupakan strategi dan taktik bisnis tanpa pengurangan beban
pajak. Sedangkan pengertian peyoratif mengasumsikan bahwa harga
transfer sebagai upaya untuk menghemat beban pajak dengan taktik,
antara lain menggeser laba ke negara yang tarif pajaknya lebih
rendah (Suandy 2014).
R. Feinschreiber, dalam Darussalam, et al., (2013)
mengemukakan transfer pricing dalam perspektif perpajakan,
adalah suatu kebijakan harga dalam transaksi yang dilakukan pihak-
pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Dalam praktek bisnis,
20
transfer pricing sering dilakukan perusahaan multinasional yang
berada satu grup dengan perusahaan tersebut.
Berdasarkan Pasal 1 ayat (8) Peraturan Direktur Jenderal
Pajak Nomor PER-32/PJ./2011, mendefinisikan penentuan harga
transfer (transfer pricing) yaitu “Penentuan harga dalam transaksi
antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa”.
Sedangkan menurut Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) No. 7 (Penyesuaian 2015), pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa adalah bila satu pihak mempunyai
kemampuan untuk mengendalikan pihak lain, atau mempunyai
pengaruh signifikan atas pihak lain dalam mengambil keputusan.
Transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa
adalah suatu pengalihan sumber daya, atau kewajiban antara pihak-
pihak yang mempunyai hubungan istimewa, tanpa menghiraukan
apakah suatu harga diperhitungkan.
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa transfer pricing merupakan suatu keputusan
mengenai penentuan harga atas transaksi barang dan jasa kepada
perusahaan yang memiliki hubungan istimewa sesuai dengan prinsip
kewajaran.
21
b. Metode Transfer Pricing dan Penentuan Harga Pasar Wajar
(Arm’s Length Price)
(Horngren, Datar and Fost 2008) menerangkan bahwa secara
umum terdapat 6 (enam) metode transfer pricing, antara lain:
1. Harga Transfer Berdasarkan Harga Pasar (Market-Based
Transfer Prices)
Harga transfer yang berdasarkan biaya kurang memuaskan untuk
perencanaan bisnis unit usaha, motivasi dan evaluasi kerja. Oleh
karena itu, diperkenalkan harga transfer dengan basis harga
pasar. Model dari bentuk ini berada pada harga pasar yang
berlaku (current-market place) dengan harga pasar yang
dikurangi diskon (market-price minus discount). Bentuk ini
dijadikan tolak ukur untuk menilai kemampuan kinerja
manajemen unit usaha karena hal ini menunjukan kemampuan
produk untuk menghasilkan laba serta merangsang unit usaha
untuk bekerja secara bersaing. Bentuk ini digunakan apabila
pasar perantara cukup bersaing dan saling ketergantungan antar
unit usaha. Dengan menggunakan harga pasar dalam pasar yang
secara sempurna kompetitif, suatu perusahaan dapat mencapai
tujuan congruence, dukungan manajemen, evaluasi kinerja unit
usaha, dan otonomi unit usaha.
22
2. Harga Transfer Berdasarkan Biaya (Cost-Method Transfer
Prices)
Harga yang berdasarkan pada biaya produksinya. Biaya yang
digunakan dalam harga transfer berdasarkan biaya dapat
merupakan biaya aktual (actual cost) atau biaya yang
dianggarkan (budget cost). Transfer berdasarkan biaya
merupakan suatu mark-up atau profit margin yang
menggambarkan tingkat pengembalian investasi suatu unit
usaha: a) biaya variabel aktual (actual variable costs), b) biaya
tetap standar (standard variable fixed), c) biaya tetap aktual
(actual fixed costs), d) biaya total standar (standard full costs),
e) biaya rata-rata (average costs), f) biaya total ditambah laba
(full costs plus mark-up). Penentuan harga transfer berdasarkan
biaya dalam konsep ini sederhana dan menghemat sumber daya
karena informasi biaya tersedia pada setiap tingkat aktivitas.
3. Harga Transfer Berdasarkan Negosiasi (Negotiated Transfer
Prices)
Pemberian tingkat otoritas dan pengendalian laba per divisi
secara memadai menghendaki kemungkinan penentuan harga
transfer berdasarkan negosiasi. Pendekatan ini mengasumsikan
bahwa kedua unit usaha mempunyai posisis tawar-menawar
yang sama, namun penentuan harga transfer yang demikian akan
23
memakan waktu, mengulang pemerikasaan serta revisi harga
transfer.
4. Harga Transfer Berdasarkan Biaya Total (Full Cost Based
Transfer Prices)
Dalam praktiknya, beberapa perusahaan menggunakan harga
transfer berdasarkan full cost. Untuk menaksir suatu harga
mendekati harga pasarnya, harga transfer berdasarkan biaya
terkadang dibuat pada full cost ditambah dengan suatu margin.
Harga transfer ini terkadang dapat mengarahkan pada keputusan
unit usaha.
5. Harga Transfer Arbitrase (Arbitrary Transfer Prices)
Dalam pendekatan ini, harga transfer ditentukan berdasarkan
interaksi kedua unit usaha pada tingkat yang dianggap terbaik
bagi kepentingan perusahaan.
6. Harga Transfer Ganda (Double Transfer Prices)
Harga transfer ini digunakan untuk memenuhi disparitas
responsibilitas dari unit perusahaan.
Terdapat beberapa metode yang digunakan dalam menentukan
harga pasar wajar (Arm’s Length Price). Tujuan dari metode-metode
tersebut adalah untuk memastikan bahwa transaksi yang terjadi
antara perusahaan-perusahaan yang memiliki hubungan istimewa
telah memenuhi harga pasar wajar dengan konsisten.
24
Menurut standar harga pasar (Arm’s Length Standard), harga-
harga transfer seharusnya ditetapkan agar dapat mencerminkan
harga yang akan disusun oleh pihak-pihak yang tidak terkait yang
bertindak secara bebas. Standar harga pasar (Arm’s Length
Standard) yang paling banyak diterapkan, antara lain (Suandy,
2014):
1. Metode Harga Pasar Sebanding (Comparable uncontrolled
pricing method)
Metode ini mengevaluasi kewajaran harga transfer
dengan mengacu pada tingkat harga yang terjadi antara unit
yang independen atau antara perusahaan multinasional
dengan unit yang independen. Secara teoritis, metode ini
termasuk yang paling baik, namun dalam pelaksanaannya
terdapat beberapa kendala, misalnya perbedaan kuantitas,
kualitas, kondisi, waktu penjualan, merek dagang, pangsa
pasar, dan geografis pasar.
2. Metode Harga Jual Minus (Resale pricing method)
Metode ini diterapkan untuk produk yang ditransfer ke
anggota grup lainnya untuk dijual kembali. Kewajaran harga
transfer didekati dengan pengurangan harga penjualan
kepada pihak independen dengan suatu mark-up yang wajar
(sebanyak laba dan biaya si penjual). Kesulitan terjadi dalam
menentukan mark-up.
25
3. Metode Harga Pokok Plus (Cost plus pricing method)
Metode ini mendekati kewajaran harga transfer dengan
menambahkan mark-up yang wajar pada harga pokok pihak
yang mentransfer. Pendekatan ini umumnya dipakai dalam
hal penyerahan barang setengah jadi (semifinished product)
atau salah satu anggota grup sebagai subkontraktor dari yang
lainnya.
4. Metode Lain (Other Method)
Dalam keadaan tertentu, kombinasi ketiga metode di
atas perlu diterapkan, atau mungkin metode lain, misalnya
alokasi laba yang diperoleh grup perusahaan dalam transaksi
tertentu, kalkulasi tingkat keuntungan yang pantas pada
investasi wajib pajak.
3. Pajak
a. Definisi
Definisi pajak menurut Undang-Undang KUP No.28 Tahun 2007
menyatakan:
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan
undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat
jasa timbal yang langsung dapat ditunjukkan dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”
26
Menurut Rochmat Soemitro (Mardiasmo, 2008:1), pajak
didefinisikan sebagai berikut:
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan
undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidk mendapat
jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum.”
Menurut S. I. Djajadiningrat (Siti Resmi, 2013), menyatakan
bahwa:
“Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian
daripada kekayaan kepada negara disebabkan oleh suatu
keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan
tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman menurut peraturan-
peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan,
tetapi tidak ada jasa balik dari negara secara langsung, untuk
memelihara kesejahteraan umum.”
Menurut N. J. Feldman, pajak didefinisikan sebagai berikut:
“Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan
terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang
ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan
semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-
pengeluaran umum”
27
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
pajak merupakan kewajiban yang dikenakan kepada orang atau
badan yang telah memenuhi persyaratan kepada suatu negara dengan
tujuan untuk memenuhi kepentingan maupun kesejahteraan
masyarakat luas.
b. Fungsi Pajak
Menurut Siti Resmi (2013), pajak memiliki beberapa fungsi,
yaitu:
1. Fungsi Budgeter (Sumber Keuangan Negara)
Pajak memiliki fungsi budgeter sebagai sumber dana bagi
pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya baik
pengeluaran secara rutin maupun pengeluaran untuk
pembangunan. Dalam pajak sebagai sumber keuangan negara,
maka pemerintah terus berupaya dalam memaksimalkan
penerimaan negara. Jadi, pajak merupakan sektor penerimaan
negara yang penting karena dengan pajak inilah negara
(pemerintah) dapat membiayai pengeluaran-pengeluaran umum
yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat, sehingga
besar kecilnya penerimaan negara ditentukan oleh besar kecilnya
penerimaan dari sektor pajak.
28
2. Fungsi Regularend (Fungsi Pengatur)
Pajak mempunyai fungsi pengatur, artinya pajak sebagai alat
untuk mengatur dan melaksanakan kebijakan pemerintah dalam
bidang sosial dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan tertentu
di luar sektor keuangan.
c. Sistem Pemungutan Pajak
Menurut Siti Resmi (2013), terdapat tiga sistem pemungutan
pajak, yaitu:
a. Official Assessment System
Merupakan suatu sistem pemungutan yang memberikan
kewenangan aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri
jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dalam
sistem ini, wajib pajak bersifat pasif sedagkan fiskus bersifat
aktif. Menurut sistem ini pula utang pajak timbul apabila telah
ada ketetapan fiskus dan pajak.
b. Self Assesment System
Merupakan suatu sistem pemungutan pajak dimana wajib pajak
harus menghitung, memperhitungkan, membayar, dan
melaporkan jumlah pajak yang terutang. Aparat pajak (fiskus)
hanya bertugas melakukan penyuluhan dan pengawasan untuk
mengetahui kepatuhan wajib pajak. Oleh karena itu apabila
dihubungkan dengan ajaran timbulnya utang pajak, maka sistem
29
ini sesuai dengan timbulnya utang pajak menurut ajaran materiil,
artinya utang pajak timbul apabila terdapat penyebab yang
menimbulkan utang pajak.
c. With Holding System
Merupakan sistem pemungutan pajak dimana besarnya pajak
terutang dihitung dan dipotong oleh pihak ketiga. Pihak ketiga
yang dimaksud disini antara lain pemberi kerja dan
bendaharawan pemerintah.
4. Intangible Asset
Financial Reporting Standard 138 mendefinisikan aset tidak
berwujud sebagai aset non-moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak
memiliki wujud fisik. Aset tersebut dimiliki dan dikendalikan oleh
perusahaan sebagai hasil dari peristiwa masa lalu dan diharapkan
menghasilkan keuntungan ekonomis di masa depan (Ng, 1999).
Aset tidak berwujud dapat digolongkan menjadi aset tidak berwujud
yang dapat diidentifikasi (identifiable intangible asset) dan aset tidak
berwujud yang tidak teridentifikasi (unidentifiable intangible asset).
Aset tidak berwujud yang dapat diidentifikasi merupakan aset tidak
berwujud yang dapat diidentifikasi terpisah dan dikaitkan dengan hak
tertentu atau keistimewaan selama periode manfaat yang terbatas.
Sedangkan aset tidak berwujud yang tidak dapat diidentifikasi
merupakan aset yang dapat dikembangkan secara internal atau dibeli
30
namun tidak dapat diidentifikasi dan seringkali memiliki masa manfaat
yang tak terhingga, seperti kegiatan penelitian dan pengembangan,
iklan, goodwill, inovasi produk, dan lain-lain (Wild, Subramanyam dan
Halsey 2004).
Menurut PSAK No. 19 (penyesuaian 2015), pengakuan aset tidak
berwujud dapat dilakukan jika kemungkinan besar perusahaan akan
memperoleh manfaat ekonomi masa depan dari aset tersebut dan biaya
perolehan aset dapat diukur dengan jelas). Aset tidak berwujud dapat
diperoleh dengan cara sebagai berikut:
1. Pembelian tunai biaya perolehan aset tidak berwujud terdiri atas
harga beli, termasuk bea masuk (impor), pajak yang sifatnya tidak
dapat direstitusi (non-refundable) dan semua pengeluaran yang
dapat dikaitkan langsung dalam mempersiapkan aset tersebut
sehingga siap digunakan sesuai dengan tujuan.
2. Pembelian angsuran aset tidak berwujud yang dibeli secara kredit,
biaya perolehannya sebesar nilai tunainya. Selisih antara jumlah
pembayaran dengan nilai tunai dicatat sebagai beban bunga
ditangguhkan.
3. Pertukaran aset tak berwujud yang diperoleh melalui pertukaran aset
sejenis atau pertukaran aset tidak sejenis. Biaya perolehan aset tidak
berwujud diukur sebesar nilai wajar aset yang diterima, yang sama
dengan nilai wajar aset yang diserahkan setelah diperhitungkan
jumlah uang tunai atau kas yang diserahkan.
31
4. Ditukar dengan instrumen ekuitas perusahaan aset tidak berwujud
yang diperoleh dengan menukarnya dengan instrumen perusahaan
pelapor, biaya perolehannya adalah nilai wajar instrumen yang
diterbitkan yaitu sama dengan nilai wajar aset.
5. Aset tidak berwujud yang dihasilkan secara internal digunakan
dalam menentukan apakah suatu aset tidak berwujud yang dihasilkan
secara internal memenuhi syarat untuk diakui, entitas
menggolongkan proses dihasilkannya aset tidak berwujud menjadi
dua tahap yaitu tahap penelitian (riset) dan tahap pengembangan.
Jika entitas tidak dapat membedakan antara 17 tahap riset dan tahap
pengembangan pada suatu proyek internal untuk menghasilkan aset
tidak berwujud, maka entitas memperlakukan pengeluaran untuk
proyek itu seolah-olah sebagai pengeluaran yang terjadinya hanya
pada tahap riset saja.
Aset tidak berwujud merupakan hak, keistimewaan, dan manfaat
kepemilikan atau pengendalian. Dua karakteristik umum aset tidak
berwujud adalah tingginya ketidakpastian masa manfaat dan tidak
adanya wujud fisik. Goodwill, paten, hak cipta, merek, sewa, pemegang
hak sewa, lisensi, franchises, formula khusus, teknologi, penelitian dan
pengembangan merupakan contoh aset tidak berwujud. Aset tidak
berwujud sering kali tidak dapat dipisahkan dari suatu perusahaan atau
segmennya, masa manfaat yang tidak terhingga, dan mengalami
perubahan penilaian yang besar (Subramanyam dan Wild, 2008).
32
5. Leverage
Menurut Kasmir (2012:151), leverage merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur sejauhmana aset perusahaan dibiayai
dengan utang, dengan kata lain sejauhmana kemampuan perusahaan
untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun
jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi).
Pembiayaan dengan utang menimbulkan beban yang bersifat tetap.
Sedangkan Brealey & Marcus (2008) dalam Atika (2013:3)
menyatakan bahwa rasio leverage mengukur seberapa besar leverage
keuangan yang ditanggung perusahaan. Setiap penggunaan hutang oleh
perusahaan akan berpengaruh terhadap risiko dan pengembalian
Jenis rasio hutang (leverage ratio) dalam penelitian ini adalah debt
to equity ratio. Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan
untuk menilai hutang dengan ekuitas. Rasio ini menggambarkan
perbandingan hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan
menunjukan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk
memenuhi seluruh kewajibannya. Rumus yang digunakan untuk
mencari debt to equity ratio ialah perbandingan antara total hutang
dengan total ekuitas sebagai berikut:
Debt to Equity Ratio (DER) = Total Kewajiban
Total Ekuitas
33
6. Profitabilitas
Menurut Sunyoto (2013:113) profitabilitas merupakan kemampuan
perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari usahanya. Sedangkan
menurut Kasmir (2012:196) rasio profitabilitas merupakan rasio untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini
juga memberikan ukuran tingkat efekifitas manajemen suatu
perusahaan. Hal ini ditunjukan oleh laba yang dihasilkan dari penjulan
dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini
menunjukkan efisiensi perusahaan.
Adapun rasio-rasio untuk menghitung profitabilitas menurut
Bringham dan Houston (2010:146), yaitu:
a. Margin Laba atas Penjualan
Margin atas laba penjualan atau bisa disebut juga dengan gross
margin ratio adalah rasio yang menunjukan nilai relatif antara
nilai laba bersih terhadap nilai penjualan. Laba bersih adalah
nilai penjualan dikurangi harga pokok penjualan. Formula untuk
menghitung margin laba atas penjualan, yaitu:
Semakin besar nilai rasio, maka semakin besar laba bersih yang
diperoleh perusahaan. Artinya, apabila profitabilitas perusahaan
semakin tinggi, maka perusahaan memiliki tingkat keuntungan
dalam laba bersih yang tinggi. Hal tersebut menjadi bias apabila
Margin Laba atas Penjualan = Laba Bersih
Penjualan
34
hasil margin laba atas pejualan suatu perusahaan lebih rendah
dibanding dengan rata-rata industri. Hasil dibawah standar ini
terjadi karena biaya yang terlalu tinggi disebabkan oleh operasi
yang tidak efisien.
b. Pengembalian atas Total Aset
Rasio atas pengembalian total asset bisa disebut juga dengan
Return on Asset (ROA) yang merupakan rasio keuntungan bersih
setelah pajak terhadap jumlah aset secara keseluruhan. Rasio ini
merupakan suatu ukuran untuk menilai besarnya presentase
tingkat pengembalian perusahaan dari setiap asset yang dimiliki
maupun digunakan. Formula untuk menghitung rasio ini, yaitu:
Semakin tinggi tingkat pengembalian atas aset suatu perusahaan,
maka semakin tinggi laba bersih yang diperoleh perusahaan.
Namun, tingkat pengembalian atas aset yang rendah, tidak selalu
berarti buruk. Hal tersebut bisa diakibatkan oleh keputusan yang
disengaja, misalnya penggunaan utang dalam jumlah yang besar,
beban bunga yang tinggi sehingga menyebabkan laba bersih
relatif rendah. Jadi, faktor-faktor lain harus dipertimbangkan
terlebih dahulu ketika akan menilai rasio-rasio yang
mencerminkan kinerja perusahaan.
Return on Assets (ROA) = Laba BersihTotal Asset
35
c. Rasio Kemamuan Dasar untuk Menghasilkan Laba
Rasio kemampuan dasar untuk menghasilkan laba atau Basic
Earning Power (BEP) merupakan rasio yang menunjukan
kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari asset
perusahaan, sebelum adanya pengaruh pajak dan leverage. Rasio
ini bermanfaat ketika membandingkan perusahaan dengan
berbagai tingkat leverage keuangan dan situasi pajak. Formula
yang digunakan untuk menghitung rasio ini, adalah:
d. Pengembalian atas Ekuitas Biasa
Hasil pengembalian ekuitas atau Return on Equity (ROE)
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur laba bersih
setelah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan
efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio
pengembalian ekuitas, maka semakin baik. Adapun formula
untuk mengukur rasio ini adalah:
7. Tunneling Incentive
Hartati et al. (2015) menyatakan bahwa tunneling incentive adalah
suatu prilaku dari pemegang saham mayoritas yang mentransfer aset
dan laba perusahaan demi keuntungan mereka sendiri, namun
pemegang saham minoritas ikut menanggung biaya yang mereka
Basic Earning Power (BEP) = EBIT
Total Assets
Return on Equity (ROE) = Laba Bersih
Ekuitas Biasa
36
bebankan. Sedangkan menurut Klassen, et al (2013), tunneling
incentive adalah kegiatan pemegang saham mayoritas yang
mengutamakan kepentingan mereka sendiri dan merugikan pemegang
saham minoritas.
Tunneling dapat muncul dalam dua bentuk. Pertama, pemegang
saham pengendali dapat memindahkan sumber daya dari perusahaan ke
dirinya melalui transaksi antara perusahaan dengan pemilik. Transaksi
tersebut dapat dilakukan melalui penjualan aset, kontrak harga transfer,
kompensasi eksekutif yang berlebihan, pemberian pinjaman, dan
lainnya. Kedua, pemegang saham pengendali dapat meningkatkan
bagiannya atas perusahaan tanpa memindahkan aset melalui penerbitan
saham dilutif atau transaksi keuangan lainnya yang mengakibatkan
kerugian bagi pemegang saham non-pengendali (Brundy, Siswantaya
and Pratama 2014).
Marfuah dan Azizah (2014) menyatakan bahwa sebagai salah satu
upaya untuk mengurangi dan mecegah aktivitas tunneling, perusahaan
seharusnya menerapkan mekanisme pengawasan yang efektif. Melalui
pengawasan yang dilakukan oleh banyak pihak yang dinilai independen
akan membatasi ruang lingkup yang seringkali digunakan pemegang
saham pengendali untuk melakukan tunneling.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa tunneling incentive
merupakan kegiatan pemindahan sumber daya yang berupa asset,
pembagian keuntungan, maupun berupa pemberian hak istimewa yang
37
diberikan kepada pemegang saham mayoritas dan memberikan dampak
merugikan bagi pemegang saham minoritas.
B. Penelitian Terdahulu
Adapun hasil-hasil penelitian sebelumya dari penelitian-penelitian
terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat
dalam tabel 2.1 di halaman selanjutnya:
38
Tabel 2.1
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
No. Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1 Grant Richardson,
Grantley Taylor,
dan Roman Lanis
Journal of
Contemporary
Accounting &
Economics. Vol. 9.
(2013)
Determinants of
transfer pricing
aggressiveness:
Empirical evidence
from Australian
firms.
Variabel
profitabilitas,
leverage, aset tidak
berwujud, dan
agresivitas transfer
pricing.
Variabel
multinationality.
Sampel yang
digunakan adalah
183 perusahaan
publik terdaftar di
Australia tahun 2009.
Metode yang
digunakan yaitu
regresi logistik.
Penelitian ini menyimpulkan
bahwa profitabilitas, leverage,
aset tidak berwujud, dan
multinationality berhubungan
positif terhadap agresivitas
transfer pricing. Sedangkan hasil
dari regresi tambahan
menunjukkan transfer pricing
meningkat melalui aset tidak
berwujud dan multinationality.
2. Marfuah & Andri
Puren Noor Azizah
Jurnal Akuntansi
dan Auditing
Indonesia (2014)
Pengaruh Pajak,
Tunneling Incentive
dan Exchange Rate
Terhadap
Keputusan Transfer
Pricing Perusahaan.
Variabel pajak,
tunneling incentive,
dan keputusan
transfer pricing.
Metode penelitian
yang digunakan
yaitu regresi
logistik.
Tidak terdapat
variabel exchange
rate. Populasi sampel
studi ini adalah
semua perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di Bursa
Efek Indonesia pada
tahun 2010 hingga
2012.
Dari hasil penelitian tersebut
dapat pajak berpengaruh negatif
signifikan terhadap keputusan
transfer pricing perusahaan. Hasil
ini menunjukkan bahwa semakin
tinggi tarif pajak yang dikenakan
maka akan menurunkan keputusan
transfer pricing perusahaan atau
sebaliknya. Selanjutnya tunneling
incentive berpengaruh positif pada
Bersambung ke halaman berikutnya
39
keputusan perusahaan untuk
melakukan transfer pricing.
3. Novi Lailiyul
Wafiroh dan Niken
Nindya Hapsari
El-Muhasaba-
Jurnal Akuntansi
Pajak, Tunneling
Incentive dan
Mekanisme Bonus
pada Keputusan
Transfer Pricing
Variabel pajak,
tunneling incentive,
dan transfer
pricing.
Tidak terdapat
variabel mekanisme
bonus. Sampel yang
digunakan dari 17
perusahaan
manufaktur yang
listing di BEI periode
2011–2013.
Hasil analisis menunjukkan bahwa
pajak dan tunneling incentive
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap transaksi transfer
pricing.
4. Kenneth Klassen,
Petro Lisowsky,
dan Devan Mescall
KPMG (2013)
Transfer Pricing:
Strategies,
Practices, and Tax
Minimization.
Variabel pajak
(Effective Tax
Rate) dan praktik
transfer pricing.
Variabel tax budget
dan tax director.
Populasi penelitian
yaitu sektor
manufaktur yang
terdaftar di Bursa
Efek di Amerika
Serikat periode
2009-2012. Metode
yang digunakan
adalah multivariate
regression.
1. Keberhasilan perusahaan
melakukan transfer pricing
memberikan dampak
signifikan terhadap effective
tax rate
2. Anggaran pajak yang besar dan
pengalaman direktur juga
mempengaruhi effective tax
rate yang rendah.
3. Terdapat keterkaitan antara
praktek transfer pricing dan
upaya minimalisasi pajak.
5. Nazer Izadinia,
Dariush Foroghi,
dan Setare Soltan
Geis
The Effect of Size,
Return on Sales,
Leverage, Fixed
Assets, Industry
And Ownership on
Variabel leverage
dan transfer
pricing.
Tidak terdapat
variabel Return on
Sales, Fixed Assets,
Industry And
Ownership. Sampel
Dari hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa Size,
Leverage, Industry And
Ownership structure memiliki
pengaruh terhadap tax rate
Bersambung ke halaman berikutnya
40
Interdisciplinary
Journal of
Contemporary
Resarch in
Bussiness (2013)
Effective Tax Rate
in the Listed
Companies of
Tehran Stock
Exchange
78 perusahaan yang
terdaftar di Tehran
Stock Exchange.
Periode yang
digunakan ialah
tahun 2009-2012.
Metode yang
digunakan adalah
Multiple Regression.
perusahaan yang berdampak pada
utang pajaknya.
6. Dwi Noviastika F,
Yuniadi Mayowan,
Suhartini Karjo
Jurnal Perpajakan
Vol. 8 No.1 (2016)
Pengaruh Pajak,
Tunneling
Incentive, dan Good
Corporate
Governance (GCG)
Terhadap Indikasi
Melakukan
Transfer Pricing
pada perusahaan
Manufaktur yang
terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
Variabel Pajak,
tunneling incentive
dan transfer
pricing
Variabel Good
Corporate
Governance (GCG).
Sampel penelitian
yang digunakan
adalah 40 perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di BEI
periode 2012-2014.
Teknik analisis yang
digunakan pada
penelitian ini adalah
regresi logistik.
Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa pajak dan
tunneling incentive berpengaruh
signifikan terhadap indikasi
melakukan transfer pricing.
7. Karina Maria
Kasztelnik
Corporate Transfer
Pricing in Selected
Multinational
Companies
Headquartered in
the United Stated
Variabel pajak
(effective tax rate)
dan keputusan
transfer pricing
Variabel investor
return and earning
per share. Populasi
penelitian ialah
perusahaan
manufaktur periode
Dari hasil penelitian tersebut
menunjukan bahwa motivasi pajak
berpengaruh terhadap penggunaan
kebijakan transfer pricing.
Penelitian tersebut juga
membuktikan bahwa transfer
Bersambung ke halaman berikutnya
41
Disertasi
Universitas Walden
(2012)
2009-2012 yang
terdaftar di bursa
efek. Metode yang
digunakan adalah
regresi logistik.
pricing dapat menjadi alat dalam
mengurangi biaya transaksi
internasional dan meminimalkan
tarif pajak juga dapat membantu
perusahaan memperoleh laba yang
tinggi dari transaksi antar-negara
secara global.
8. Winda Hartati,
Desmiyawati, dan
Julita
Simposium
Nasional Akuntansi
(2015)
Tax Minimization,
Tunneling Incentive
dan Mekanisme
Bonus terhadap
Keputusan Transfer
Pricing Seluruh
Perusahaan yang
Listing di BEI
Variabel transfer
pricing dan
tunneling incentive
Variabel mekanisme
bonus. Sampel
penelitian data
adalah sebanyak 109
pengamatan dari
seluruh perusahaan
yang listing di Bursa
Efek Indonesia pada
tahun 2012.
Penelitian ini menjelaskan bahwa
terdapat pengaruh signifikan tax
minimization, tunneling incentive
dan mekanisme bonus terhadap
keputusan perusahaan melakukan
transfer pricing.
9 Mispiyanti
Jurnal Akuntansi
dan Investasi. Vol.
16 No. 1 (2015)
Pengaruh Pajak,
Tunneling Incentive
dan Mekanisme
Bonus Terhadap
Keputusan Transfer
Pricing
Variabel pajak,
tunneling incentive,
dan transfer
pricing
Variabel mekanisme
bonus. Populasi
dalam penelitian ini
adalah perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di BEI
tahun 2010-2013.
Menggunakan
metode regresi
logistik dan uji
statistik deskriptif.
Hasil dari penelitian ini
menemukan bahwa pajak dan
mekanisme bonus tidak
berpengaruh signifikan terhadap
keputusan transfer pricing.
Sedangkan, variabel tunneling
incentive berpengaruh signifikan
terhadap keputusan transfer
pricing.
Bersambung ke halaman berikutnya
42
10 Indah Dewi
Nurhayati
Jurnal Manajemen
dan Akuntansi
(2013)
Evaluasi Atas
Perlakuan
Perpajakan
terhadap Transaksi
Transfer Pricing
Pada Perusahaan
Multinasional di
Indonesia
Variabel pajak dan
transfer pricing
Jenis penelitian yang
digunakan adalah
library research,
data yang digunakan
berupa analisis isi
atau content analysis.
Teknik yang
digunakan dalam
pengumpulan data
adalah pengumpulan
data literer atau
melalui bahan-bahan
pustaka yang
berkaitan dangan
objek penelitian yang
dimaksud.
Praktik transfer pricing sering
digunakan oleh banyak
perusahaan sebagai alat untuk
menghindari atau menggelapkan
pajak dengan cara meminimalkan
beban pajak yang harus dibayar
oleh perusahaan. Praktik tersebut
dilakukan dengan cara
mengalihkan penghasilan atau
dasar pengenaan pajak dan/atau
biaya dari satu perusahaan ke
perusahaan lain yang mempunyai
hubungan istimewa, dengan
mempertimbangkan perbedaan
ketentuanketentuan perpajakan
yang terjadi dari suatu negara
dengan negara lainnya.
Sumber : Diolah dari berbagai referensi
43
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam gambar
2.1, sebagai berikut:
Perusahaan yang memiliki
kepentingan untuk
mencapai laba yang
diinginkan berhubungan
dengan transaksi antar
perusahaaan yang memiliki
hubungan istimewa
GAP
Terdapat peraturan yang
mengatur tentang transaksi
antar perusahaan yang
memiliki hubungan
istimewa di Indonesia yaitu
UU PPh No.36 tahun 2008
dan OECD Guidelines
Adanya kemungkinan tindakan penyelewengan dalam
penggunaan kebijakan transfer pricing pada perusahaan-
perusahaan di Indonesia berhubungan dengan transaksi yang
memiliki hubungan istimewa
Pengaruh Pajak, Intangible Asset, Leverage, Profitabilitas, dan
Tunneling Incentive terhadap keputusan transfer pricing
perusahaan
Basis Teori: Teori Keagenan (Agency Theory)
Bersambung ke halaman berikutnya
44
Variabel Independen Variabel Dependen
Profitabilitas (𝑋4)
(Grant, et al., 2013)
Intangible Asset (X2)
(Grant, et al., 2013)
Leverage (𝑋3)
(Grant, et al., 2013)
Transfer Pricing (Y)
(Noviastika F., et al 2016)
Tunneling Incentive (X5)
(Hartati et al., 2014)
Pajak (𝑋1)
(Noviastika F. et al., 2016)
Model Analisis: Regresi Logistik
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1 (Lanjutan)
45
D. Dasar Perumusan Hipotesis
1. Pengaruh pajak terhadap keputusan perusahaan untuk
melakukan transfer pricing
Perencanaan pajak yang sering digunakan oleh perusahaan
multinasional diantaranya, transfer pricing, thin capitalization, capital
repatritaion, foriegn-exchange control, international double taxation
and foreign tax credit, tax treaty protection/facilities, establishment of
representative, branch or subsidiary (Santoso dalam Karisma,
2014:42). Hal tersebut didukung oleh Rahayu (2010) dalam Mispiyanti
(2015) yang menyatakan bahwa karakteristik hubungan antara anak
perusahaan (subsidiary company) di Indonesia dengan induk
perusahaan (parent company) di luar negeri yang menurut kacamata
pajak dianggap sebagai entitas terpisah (separate entity). Dengan
demikian antara anak perusahaan dengan induk perusahaan tersebut
dapat melakukan transaksi (inter company transaction) yang diatur
sedemikian rupa agar anak perusahaan (subsidiary company) di
Indonesia mengalami kerugian, sedangkan secara keseluruhan
bisnisnya selain di Indonesia masih mengalami untung sehingga dapat
mengurangi beban pajak di Indonesia.
Martini et al. (2012) dalam Muhammadi (2016) menemukan bahwa
ketika perusahaan multinasional dilakukan secara terpusat, negara yang
memiliki pajak rendah biasanya menarik investasi yang lebih tinggi.
46
Lintas batas transaksi yang terjadi antara perusahaan induk dan cabang
atau anak perusahaan di Indonesia dapat meningkat secara signifikan
karena pertumbuhan yang luar biasa dalam investasi asing langsung
tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Wafiroh & Hapsari (2015)
menemukan bukti bahwa variabel pajak menunjukkan pengaruh positif
dan signifikan terhadap terjadinya transaksi transfer pricing, di mana
transaksi transfer pricing dilakukan dengan perusahaan afiliasi yang
berada di luar batas negara dengan tarif pajak rendah guna mengalihkan
kekayaan perusahaan yang berada di Indonesia sehingga nantinya pajak
yang akan dibayarkan di Indonesia akan menjadi lebih kecil dari yang
seharusnya dibayarkan.
Selanjutnya, Swenson (2001) dalam Hartati et. al., (2014)
menemukan bahwa tarif dan pajak berpengaruh pada insentif untuk
melakukan transaksi transfer pricing. Noviastika F. et al. (2016) juga
menemukan bahwa pajak berpengaruh signifikan terhadap indikasi
melakukan transfer pricing pada perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi pajak
menjadi salah satu alasan perusahaan manufaktur melakukan transfer
pricing dengan cara melakukan transaksi kepada perusahaan afiliasi
yang ada di luar batas negara. Perusahaan melakukan transfer pricing
dalam perencanaan pajaknya guna meminimalkan pajak yang dibayar.
47
Yuniasih et al., (2012) dalam Mispiyanti (2015) menyatakan bahwa
pajak berpengaruh positif terhadap keputusan perusahaan untuk
melakukan transfer pricing. Alasan perusahaan melakukan transfer
pricing adalah salah satunya untuk menekan beban pajak yang semakin
besar. Karena dalam praktik bisnis, umumnya pengusaha
mengidentikkan pembayaran pajak sebagai beban sehingga akan
senantiasa berusaha untuk meminimalkan beban pajak tersebut.
Marfuah & Azizah (2014) mengungkapkan bahwa perbedaan beban
pajak dalam bisnis multinasional sudah biasa terjadi. Sehingga negara-
negara dengan perusahaannya yang kurang maju sering mengenakan
tarif pajak yang lebih rendah, sedangkan negara-negara dengan
perusahaannya yang maju justru mengenakan tarif pajak yang tinggi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Klasses, et al. (2013),
Marfuah, et al. (2014), Wafiroh & Hapsari (2015), Mispiyanti (2015),
dan F. Dwi, et al. (2016) maka diduga bahwa pajak berpengaruh
terhadap keputusan melakukan transfer pricing. Sehingga dalam
penelitian ini hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut:
H1= Pajak berpengaruh pada keputusan melakukan transfer pricing
2. Pengaruh intangible assets terhadap keputusan perusahaan untuk
melakukan transfer pricing
Intangible assets menjadi bagian penting dalam operasi maupun
keberlangsungan perusahaan multinasional, hal tersebut karena
48
perusahaan multinasional telah menjadi bagian terpenting dari
mayoritas transaksi harta tidak berwujud antar-negara, peraturan
mengenai penetapan harga transfer secara otomatis diterapkan secara
luas untuk transaksi yang melibatkan pemindahan harta tak berwujud
dalam satu cara atau yang lain. Dalam hal ini, penting untuk memahami
kemampuan untuk memisahkan aset tak berwujud dari aset lainnya
untuk tujuan penilaian (Brauner 2008:86). R&D yang merupakan
bagian intangible assets juga dikenal sebagai salah satu faktor strategis
bagi perusahaan dalam memahami hubungan antara intensitas R&D
terhadap kinerja perusahaan karena akan berdampak pada kebijakan
strategis yang diambil oleh perusahaan termasuk keputusan perusahaan
dalam melakukan transfer pricing.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Grubert (2008) dalam
Grant, et al. (2013) menemukan bahwa resiko agresivitas transfer
pricing meningkat karena terdapat perbedaan dalam interpretasi
penilaian harga transfer, dan kesulitan bagi perusahaan adalah untuk
mendefinisikan dengan tepat transaksi mengenai harta tidak berwujud.
Sejak harta tidak berwujud sulit untuk dilakukan penilaian, transfer
pembayaran berupa royalti yang menunjukkan harta tidak berwujud
juga sulit dilakukan penilaian pada arm’s length prices (Gravelle,
2010).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Grant, et al. (2013),
maka diduga bahwa intangible asset berpengaruh terhadap keputusan
49
melakukan transfer pricing. Sehingga dalam penelitian ini hipotesis
yang dirumuskan adalah sebagai berikut:
H2= intangible assets berpengaruh pada keputusan melakukan
transfer pricing
3. Pengaruh leverage terhadap keputusan perusahaan untuk
melakukan transfer pricing
Utang merupakan salah satu tindakan perusahaan dalam memenuhi
sumber pendanaan yang bertujuan untuk menjalankan bisnisnya.
Semakin besar utang, maka laba kena pajak akan menjadi lebih kecil
karena insentif pajak atas bunga utang semakin besar (Prakosa, 2014).
Pada umumnya perusahaan menggunakan utang kepada pihak ketiga
dalam menjalankan aktivitas operasi perusahaan. Penambahan
sejumlah utang suatu perusahaan akan menimbulkan beban bunga yang
menjadi pengurang beban pajak perusahaan (Kurniasih dan Sari, 2013).
Heider dan Ljungqvist (2014) meneliti keadaan perubahan tarif
pajak penghasilan perusahaan dan menemukan bahwa kenaikan rasio
leverage mengikuti peningkatan tarif pajak perusahaan, akan tetapi
rasio leverage tidak ikut berkurang seiring dengan penurunan tarif pajak
penghasilan perusahaan tersebut. Hal tersebut di dukung oleh Agusti
(2014) yang menyatakan bahwa semakin besar utang perusahaan maka
beban pajak akan menjadi lebih kecil karena bertambahnya unsur biaya
usaha dan pengurangan tersebut sangat berarti bagi perusahaan yang
50
terkena pajak tinggi. Oleh karena itu makin tinggi tarif bunga akan
makin besar keuntungan yang diperoleh perusahaan dari penggunaan
utang tersebut. Manfaat yang ditimbulkan dari penghematan pajak
akibat adanya bunga membawa implikasi meningkatnya penggunaan
utang perusahaan.
Penelitian yang dilakukan Grant et al., (2013) menemukan bahwa
leverage dapat menjadi faktor yang mendorong agresivitas transfer
pricing dengan tujuan untuk mengurangi beban pajak perusahaan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Grant, et al. (2013)
maka diduga bahwa leverage berpengaruh terhadap keputusan
melakukan transfer pricing. Sehingga dalam penelitian ini hipotesis
yang dirumuskan adalah sebagai berikut:
H3= leverage berpengaruh pada keputusan melakukan transfer pricing
4. Pengaruh profitabilitas terhadap keputusan perusahaan untuk
melakukan transfer pricing
Penelitian yang dilakukan Bava dan Gromis (2015) menyatakan
bahwa semakin rendah profitabilitas suatu perusahaan, maka semakin
tinggi kemungkinan pergeseran profit yang terjadi, dengan kata lain
semakin besar pula dugaan perusahaan melakukan praktik transfer
pricing.
Dalam transfer pricing, perusahaan yang memiliki keuntungan lebih
dapat menyesuaikan harga pengalihan untuk mengurangi (peningkatan)
51
keuntungan dalam pajak tinggi (pajak rendah). Misalnya, perusahaan
seperti Apple, Google dan Microsoft telah mampu menemukan
keuntungan dari pajak rendah dan peningkatan pajak pengeluaran
(misalnya pembayaran royalti) serta bagaimana perusahaan dengan
pajak tinggi untuk mengurangi laba kena pajak (Mutti dan Grubert,
2009; Womack dan Drucker, 2011; Duhigg dan Kocieniewski, 2012
dalam Richardson, Grant et al., 2013).
Richardson dan Lanis (2007) dalam Pradipta & Supriyadi (2015)
menyatakan bahwa semakin besar penghasilan yang diperoleh
perusahaan maka akan berpengaruh terhadap besarnya pajak
penghasilan yang harus dibayarkan..
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Grant, et al. (2013),
maka diduga bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap keputusan
melakukan transfer pricing. Sehingga dalam penelitian ini hipotesis
yang dirumuskan adalah sebagai berikut:
H4= profitabilitas berpengaruh pada keputusan melakukan transfer
pricing
5. Pengaruh tunneling incentive terhadap keputusan perusahaan
untuk melakukan transfer pricing
Tunneling incentive merupakan suatu perilaku dari pemegang saham
mayoritas yang mentransfer aset dan laba perusahaan demi keuntungan
52
mereka sendiri, tetapi pemegang biaya dibebankan pada pemegang
saham minoritas (Hartati, et al., 2014). Penelitian yang dilakukan oleh
Sari (2012) dalam Marfuah & Azizah (2014) menyatakan bahwa
terdapat dua hal yang dipertimbangkan sebagai dorongan bagi
perusahaan untuk melakukan tunneling. Pertama, struktur kepemilikan.
Kedua, tersedianya sumber daya keuangan pada perusahaan yang akan
di-tunnel. Dengan pengendalian dan pengaruh signifikan yang dimiliki,
pemegang saham pengendali dapat mengambil kebijakan yang
menguntungkan dirinya, termasuk kebijakan kontraktual dengan pihak
yang memiliki hubungan istimewa. Ketersediaan sumber daya juga
akan menjadi dorongan bagi pemegang saham pengendali untuk men-
tunnel sumber daya tersebut keluar dari perusahaan untuk kepentingan
pemegang saham pengendali.
Transaksi pihak berelasi dapat dimanfaatkan sebagai tujuan
oportunis oleh pemegang saham pengendali untuk melakukan
tunneling. Adapun transaksi pihak berelasi tersebut dapat berupa
penjualan atau pembelian yang digunakan untuk mentransfer kas atau
aset lancar lain keluar dari perusahaan melalui penentuan harga yang
tidak wajar untuk kepentingan pemegang saham pengendali. Kemudian
pemegang saham pengendali akan memperoleh kekuasaan dan insentif
dalam suatu perusahaan tersebut (Mispiyati, 2015:67). Hal tersebut
didukung oleh Yuniasih (2012) dalam Hartati et al. (2014) yang
menyebutkan kepemilikan saham pada perusahaan publik di Indonesia
53
cenderung terkonsentrasi, sehingga ada kecenderungan pemegang
saham mayoritas untuk melakukan tunneling.
Penelitian yang dilakukan oleh Wafiroh & Hapsari (2015)
menyatakan bahwa perusahaan dengan kepemilikan yang
terkonsentrasi pada sebagian kecil pihak cenderung terjadi tunneling di
dalamnya. Artinya salah satu tujuan dilakukannya transaksi transfer
pricing adalah untuk melakukan tunneling kepada pemilik saham
minoritas yang mengakibatkan kerugian bagi pihak mereka. Dan yang
perlu diingat adalah bahwa kerugian bagi perusahaan yang ditunnel ini
adalah terjadinya penurunan kinerja keuangan. Hal ini didukung oleh
penelitian F. Noviastika (2016) yang menunjukkan bahwa perusahaan
yang memiliki kepemilikan terkosentrasi pada satu pihak atau satu
kepentingan cenderung akan melakukan tunneling di dalamnya dengan
cara melalui transaksi transfer pricing. Transaksi transfer pricing itu
dilakukan dengan melalui penjualan antar perusahaan seafiliasi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hartati et al., (2014),
Marfuah & Azizah (2014), Wafiroh & Hapsari (2015), Mispiyati
(2015), dan F. Noviastika (2016) maka diduga bahwa tunneling
incentive berpengaruh terhadap keputusan melakukan transfer pricing.
Sehingga dalam penelitian ini hipotesis yang dirumuskan adalah
sebagai berikut:
H5= tunneling incentive berpengaruh pada keputusan melakukan
transfer pricing
54
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis melalui validitas teori
atau pengujian aplikasi kepada teori tertentu. Ruang lingkup penelitian ini
hanya terbatas pada penjelasan terhadap pengujian yang dilakukan
mengenai pengaruh pajak, intangible assets, leverage, profitabilitas, dan
tunneling incentive terhadap variabel dependen, yaitu keputusan perusahaan
melakukan transfer pricing. Populasi penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-
2015. Penelitian kali ini menggunakan data tahun 2012-2015 karena pada
tahun tersebut terdapat perubahan tarif pajak sehingga motivasi pajak lebih
relevan.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah semua perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode tahun 2012-2015.
Sampel dipilih berdasarkan metode purposive sampling, yaitu sampel yang
didasari oleh kesesuaian karakteristik sampel dengan kriteria pemilihan
sampel yang telah ditentukan. Kriteria yang harus dimiliki sampel adalah
sebagai berikut:
1. Penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia selama tahun 2012-2015.
55
2. Perusahaan yang melaporkan laporan keuangan atau data yang
dilaporkan lengkap pada tahun 2012 – 2015.
3. Perusahaan sampel dikendalikan oleh perusahaan asing dengan
presentase kepemilikan 20% atau lebih pada tahun 2012-2015. Hal ini
sesuai dengan PSAK No. 15 yang menyatakan bahwa pemegang saham
pengendali adalah pihak yang memiliki saham atau efek yang bersifat
ekuitas sebesar 20% atau lebih.
4. Perusahaan sampel tidak mengalami kerugian selama periode
pengamatan tahun 2012-2015.
C. Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung
melalui media perantara, baik yang dipublikasikan dan tidak dipublikasikan.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode dokumenter, yaitu teknik pengambilan data dengan cara
mengumpulkan, mencatat dan mengkaji data sekunder yang berupa laporan
keuangan perusahaan manufaktur yang dipublikasikan oleh Bursa Efek
Indonesia. Serta dari berbagai buku pendukung dan sumber lainnya yang
berhubungan dengan transfer pricing. Data sekunder dalam penelitian ini
berupa laporan keuangan dan laporan auditor independen masing-masing
perusahaan publik tahun periode 2012-2015, serta data perusahan yang
diperoleh dari www.idx.co.id.
56
D. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis kuantitatif. Penelitian ini menggunakan alat analisis model regresi
logistik dengan bantuan program IBM Statistical Package for Social
Sciences (SPSS) versi 23. Variabel dependen dalam penelitian ini bersifat
dikotomi dimana variabel transfer pricing tersebut diproksikan dengan
keberadaan suatu transaksi penjualan kepada pihak yang memiliki
hubungan istimewa. Dalam hal ini maka dapat dianalisis dengan
menggunakan regresi logistik (logistic regression) karena tidak
memerlukan asumsi normalitas data dalam variabel bebasnya (Ghozali,
2015). Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diolah dan kemudian
dianalisis dengan berbagai uji statistik sebagai berikut:
1. Uji Statistik Deskriptif
a. Uji Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan pengujian yang digunakan untuk
memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-
rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range,
kurtosis, dan skewness (Ghozali, 2015). Dengan statistik deskriptif
variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian akan dijelaskan. Selain itu,
statistik deskriptif menyajikan ukuran-ukuran numerik yang sangat penting
bagi data sampel, sehingga secara kontekstual dapat lebih mudah dimengerti
oleh pembaca.
57
b. Uji Frekuensi
Frekuensi deskriptif adalah susunan data menurut kelas-kelas tertentu
atau pengelompokan data ke dalam beberapa kategori yang menunjukkan
banyaknya data dalam setiap kategori, dan setiap data tidak dapat
dimasukkan kedalam dua kategori atau lebih.
2. Analisis Regresi Logistik
Uji hipotesis dilakukan dengan analisis regresi logistik. Analisis regresi
logistik merupakan alat analisis yang digunakan untuk mengukur seberapa
jauh pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, dalam hal
ini variabel dependennya dalam bentuk variabel dummy (diantara 0 dan 1).
Dalam analisis regresi logistik tidak memerlukan uji asumsi klasik
karena didalam analisis regresi logistik dihasilkan suatu analisis model fit
yang menggambarkan apakah data dari penelitian ini baik untuk digunakan
dalam penelitian (Ghozali, 2015).
a. Menilai Kesesuaian Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Langkah pertama adalah menilai overall fit model terhadap data.
Beberapa tes uji statistik diberikan untuk melakukan penilaian terhadap
hal ini. Hipotesis yang digunakan untuk menilai model fit adalah:
H0 : Model yang dihipotesiskan fit dengan data
HA : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data
Dari hipotesis ini jelas bahwa hipotesis nol tidak akan di tolak agar
dapat menghasilkan model fit dengan data. Statistic yang digunakan
58
berdasarkan pada fungsi likelihood. Likelihood L dari model
merupakan probabilitas yang menunjukkan bahwa model yang
dihipotesakan menggambarkan data input. Dalam melakukan pengujian
hipotesis nol dan alternatif, L ditransformasikan menjadi -2LogL.
Penurunan likelihood (-2LL) menunjukkan model regresi yang baik
atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data.
b. Uji Koefisien Determinasi
Cox dan Snell’s R Square merupakan suatu ukuran yang mencoba
meniru ukuran R2 pada multiple regression yang berdasarkan pada
teknik estimasi likelihood dengan nilai maksimum kurang dari 1 (satu)
sehingga sulit diinterpretasikan. Nagelkerke’s R square merupakan
modifikasi dari koefisien Cox dan Snell untuk memastikan bahwa
nilainya bervariasi dari 0 (nol) sampai satu (1). Hal ini dilakukan
dengan cara membagi nilai Cox dan Snell R2 dengan nilai
maksimumnya. Nilai nagelkerke’s R2 dapat diintrepretasikan seperti
nilai R2 pada multiple regression. Nilai nagelkerke’s R2 yang kecil
menunjukkan bahwa kemampuan variabel-variabel bebas dalam
menjelaskan variabel-variabel terikat sangat terbatas. Nilai yang
mendekati 1 berarti variabel-variabel bebas memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependen.
59
c. Uji Kelayakan Model Regresi
Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test digunakan untuk
menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan
model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model
dapat dikatakan fit). Jika nilai Hosmer and Lemeshow’s Goodness of
Fit Test statistics sama dengan atau kurang dari 0,05, maka hipotesis
nol ditolak yang berarti ada perbedaan signifikan antara model dengan
nilai observasinya sehingga Goodness fit model tidak baik karena model
tidak dapat memprediksi nilai observasinya. Jika nilai statistik Hosmer
and Lemeshow’s Goodness of Fit Test lebih besar dari 0,05, maka
hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi
nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena
cocok dengan data observasinya.
d. Uji Matriks Klarifikasi
Uji matriks klarifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model
regresi untuk memprediksi kemungkinan perusahaan dalam membuat
keputusan transfer pricing. Kekuatan prediksi dari model regresi
digunakan untuk memprediksi kemungkinan terjadinya variabel terikat
yang dinyatakan dalam persen.
e. Pengujian Hipotesis Penelitian
Estimasi parameter menggunakan Maximum Likelihood Estimation
(MLE).
Ho = b1 = b2 = b3 = … = bi = 0
60
Ho ≠ b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ … ≠ bi ≠ 0
Hipotesis nol menyatakan bahwa variabel independen (X) tidak
memiliki pengaruh terhadap variabel dependen yang diperhatikan
dalam populasi. Pengujian terhadap hipotesis dilakukan menggunakan
α = 5%. Kaidah pengambilan keputusan adalah:
1) Jika nilai probabilitas (sig.) < α = 5% maka hipotesis alternatif di
dukung.
2) Jika nilai probabilitas (sig.) > α = 5% maka hipotesis alternatif tidak
di dukung.
f. Model Regresi Logistik yang Terbentuk
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi logistik
dengan melihat pengaruh pajak, intangible assets, leverage,
profitabilitas, dan tunneling incentive terhadap keputusan perusahaan
melakukan transfer pricing. Adapun model regresi dalam penelitian ini
adalah:
TP = α + β1TAX + β2 RND + β3LEV + β4PROFIT + β5TUN + ε
Keterangan:
TP = Transfer Pricing, 1 untuk perusahaan yang melakukan
transaksi ke pihak yang memiliki hubungan istimewa, 0
untuk perusahaan yang melakukan transaksi ke pihak yang
tidak memiliki hubungan istimewa.
α = Konstanta
61
TAX = Pajak
RND = Intangible Assets
LEV = Leverage
PROFIT = Profitabilitas
TUN = Tunneling Incentive
ε = Koefisien Error
E. Operasional Variabel Penelitian
Untuk menguji hipotesis yang diajukan, variabel yang diteliti dalam
penelitian ini diklasifikasikan menjadi variabel dependen dan variabel
independen.
a. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen (Y) dalam penelitian ini adalah keputusan
perusahaan untuk melakukan transfer pricing. Transfer pricing
dihitung dengan pendekatan dikotomi yaitu dengan melihat posisi
penjualan terhadap pihak yang memiliki hubungan istimewa.
Perusahaan yang melakukan transaksi penjualan kepada pihak yang
memiliki hubungan istimewa diberi nilai 1 (satu) sedangkan perusahaan
yang tidak melakukan transaksi penjualan kepada pihak yang memiliki
hubungan istimewa diberi nilai 0 (nol) (Marfuah and Azizah 2014).
62
b. Variabel Independen (X)
Variabel Independen (X) terdiri dari pajak (X1), intangible assets (X2),
leverage (X3), profitabilitas (X4) dan tunneling incentive (X5).
1) Pajak
Variabel pajak dalam penelitian ini diukur dengan
menggunakan effective tax rate (ETR). Effective tax rate (ETR)
merupakan sebuah persentase besaran tarif pajak yang ditanggung
oleh perusahaan. ETR dinilai dari informasi keuangan yang
dihasilkan oleh perusahaan sehingga ETR merupakan bentuk
perhitungan tarif pajak pada perusahaan (Yuniasih, 2012 dalam
Marfuah & Azizah, 2014).
ETR= Tax Expense-Deffered Tax Expense
Pretax Income
2) Intangible Asset
Aset tidak berwujud dapat digolongkan menjadi aset tidak
berwujud yang dapat diidentifikasi (identifiable intangible asset)
dan aset tidak berwujud yang tidak teridentifikasi (unidentifiable
intangible asset). Aset tidak berwujud yang dapat diidentifikasi
merupakan aset tidak berwujud yang dapat diidentifikasi terpisah
dan dikaitkan dengan hak tertentu atau keistimewaan selama
periode manfaat yang terbatas. Sedangkan aset tidak berwujud yang
tidak dapat diidentifikasi merupakan aset yang dapat dikembangkan
secara internal atau dibeli namun tidak dapat diidentifikasi dan
seringkali memiliki masa manfaat yang tak terhingga, seperti
63
kegiatan penelitian dan pengembangan, iklan, goodwill, inovasi
produk, dan lain-lain (Wild, Subramanyam dan Halsey 2004).
Research and Development (R&D) merupakan bagian dari asset
tidak berwujud yang berupa kegiatan penelitian dan pengembangan
yang memiliki kepentingan komersial dalam kaitannya dengan riset
ilmiah murni dan pengembangan aplikatif di bidang teknologi. (Lu
et al., 2010 dalam Kurniawan & Mertha 2016).
Pengukuran variabel asset tidak berwujud dilakukan dengan
Variabel penelitian dan pengembangan dilambangkan dengan R&D
(research and development) menggunakan pengukuran dengan
variabel dummy, dimana jika perusahaan menyajikan biaya
penelitian dan pengembangan dalam laporan keuangannya, maka
skornya adalah 1. Jika tidak, maka skornya adalah 0 (Trisnajuna dan
Sisdyani 2015).
3) Leverage
Variabel leverage diukur dengan membagi total kewajiban
jangka panjang dengan total asset perusahaan (Grant et al., 2013).
Tingkat leverage yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan lebih
banyak bergantung pada utang dalam membiayai aset perusahaan
yang menimbulkan biaya tetap berupa beban bunga. Oleh karena
itu, Semakin besar utang yang dimiliki perusahaan, maka beban
bunga yang dibayarkan perusahaan juga semakin besar.
Debt to Equity Ratio (DER) =
Total Kewajiban
Total Ekuitas
64
4) Profitabilitas
Ada berbagai macam ukuran profitabilitas, namun yang berkaitan
langsung dengan kepentingan analisis kinerja keuangan perusahaan
salah satunya adalah ROA (Return On Assets). Rasio ini mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari total aktiva
yang digunakan. Semakin tinggi rasio ini maka semakin efektif
penggunaan suatu aset dalam menghasilkan laba. Rasio ini diukur
dengan cara laba bersih sebelum pajak dibagi dengan total aset yang
dilaporkan dalam neraca. Return on assets merupakan variabel
mediasi dandapat diukur dengan perhitungan sebagai berikut
(Wiagustini, 2010 dalam Kurniawan & Mertha 2016).
5) Tunneling Incentive
Tunneling incentive diproksikan dengan presentase kepemilikan
saham di atas 20% yang merupakan pemegang saham pengendali
oleh perusahaan asing. Kriteria struktur kepemilikan yang
terkonsentrasi berdasarkan pada PSAK No. 15 yang mengukur
pengaruh signifikan pemegang saham oleh pihak asing dengan
menggunakan persentase kepemilikan saham 20% atau lebih.
TUN = Jumlah kepemilikan saham terbesar
Jumlah saham beredar
Return on Assets (ROA) = Laba Bersih
Total Asset
65
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian
Sumber: Diolah dari berbagai referensi.
No Variabel Jenis
Variabel
Indikator Skala
Pengukuran
1 Pajak ( X1) Independen ETR=
Tax Expense-Deffered Tax Expense
Pretax Income
Rasio
2 Intangible
Assets (𝑋2)
Independen 1= Adanya pengeluaran riset dan
pengembangan pada laporan
keuangan
0= Tidak terdapat pengeluaran riset
dan pengembangan pada laporan
keuangan
Nominal
3 Leverage
(X3)
Independen DER= Total Kewajiban
Total Ekuitas
Rasio
4 Profitabilitas
(X4)
Independen Return on Assets (ROA)=
Laba Bersih
Total Asset
Rasio
5 Tunneling
Incentive
(X5)
Independen TUN= Jumlah kepemilikan saham terbesar
Jumlah saham beredar
Rasio
6 Keputusan
melakukan
transfer
pricing (Y)
Dependen 1 = adanya transaksi penjualan
dengan pihak yang memiliki
hubungan istimewa
0 = tidak adanya transaksi
penjualan dengan pihak yang
memiliki hubungan istimewa
Nominal
66
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Penelitian
Penelitian ini menggunakan populasi perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012 hingga 2015. Perusahaan tersebut
telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebelum 1 Januari 2012 dan selama
periode penelitian tidak mengalami delisting. Fokus dari penelitian ini adalah
ingin melihat pengaruh antara pajak, intangible assets, leverage, profitabilitas,
dan tunneling incentive terhadap keputusan transfer pricing perusahaan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini untuk menentukan sampel
adalah metode purposive sampling dimana penelitian ini mengindikasikan
bahwa sampel yang digunakan merupakan representasi dari populasi yang ada,
serta sesuai dengan tujuan penelitian. Berdasarkan hasil pengujian yang terlihat
pada tabel 4.1, dapat diketahui bahwa jumlah perusahaan di Indonesia pada
tahun 2012 hingga 2015 yang dapat menjadi populasi penelitian adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.1
Tahap Seleksi Sampel dengan Kriteria9
No Kriteria Jumlah
1. Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun
2012-2015
568
2. Perusahaan sampel yang tidak dikendalikan oleh
perusahaan asing dengan presentase kepemilikan 20% atau
lebih.
(126)
3. Perusahaan yang mengalami kerugian periode 2012-2015 (224)
4. Perusahaan yang melaporkan data tidak lengkap (66)
Jumlah (38 × 4 tahun) 152
67
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi
logistik (logistic regression). Tujuannya adalah untuk memperoleh
gambaran menyeluruh mengenai pengaruh variabel independen yaitu pajak,
intangible assets, leverage, profitabilitas, dan tunneling incentive terhadap
variabel dependen yaitu keputusan perusahaan dalam melakukan transaksi
transfer pricing.
a. Uji Statistik Deskriptif
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
TAX 152 ,000 ,950 ,28007 ,128038
TUN 152 ,214 ,982 ,58047 ,220294
PROFIT 152 ,002 ,669 ,12951 ,120896
LEV 152 ,103 3,962 ,83355 ,692061
RND 152 0 1 ,42 ,495
TF 152 0 1 ,92 ,271
Valid N
(listwise)
152
Tabel 4.2 menggambarkan mengenai statistik deskriptif seluruh
variabel dalam penelitian ini. Nilai minimum menggambarkan nilai
terkecil yang merupakan hasil dari pengolahan data sampel. Nilai
maksimum merupakan nilai terbesar yang berasal dari analisis data.
Mean adalah nilai rata-rata yang menggambarkan jumlah data
dibandingkan dengan banyaknya jumlah masing-masing variabel.
Sumber : Output SPSS
68
Sedangkan standar deviasi adalah hasil pengukuran yang menjelaskan
penyebaran distribusi maupun variabilitas yang terdapat pada data.
Berikut hasil analisis dari penelitian.
Tujuan dari hasil uji statistik deskriptif ini adalah untuk melihat
kualitas data penelitian yang ditunjukkan dengan angka atau nilai yang
terdapat pada mean dan standar deviasi. Dapat dikatakan apabila mean
lebih besar dari standar deviasi atau penyimpangannya maka kualitas
data menjadi lebih baik.
Berdasarkan tabel 4.2 nilai statistik deskriptif untuk variabel pajak
(TAX) menunjukkan bahwa nilai rata-rata sebesar 0,28007 atau 28%.
Hal itu menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang terdaftar di
BEI pada tahun 2012 hingga 2015 yang memiliki tarif dasar efektif pajak
tersebut akan melakukan transfer pricing. Sedangkan untuk nilai
minimum, maksimum, dan standar deviasi pada variabel ini adalah
0,000, 0,950, dan 0,128038.
Variabel intangible assets (RND) menunjukkan bahwa nilai rata-rata
sebesar 0,42 atau 42%. Hal itu menunjukkan bahwa 42% perusahaan
mencantumkan pengeluaran research & development pada laporan
keuangannya.. Sedangkan untuk nilai minimum, maksimum, dan standar
deviasi pada variabel ini adalah 0, 1, dan 0,495.
Variabel leverage (LEV) menunjukkan bahwa nilai rata-rata sebesar
0,83355 atau 83%. Hal itu menunjukkan bahwa 83% perusahaan yang
menggunakan hutang jangka panjang untuk membiayai perusahaan akan
69
melakukan transfer pricing. Sedangkan untuk nilai minimum,
maksimum, dan standar deviasi pada variabel ini adalah 0,103, 3,962,
dan 0,692061.
Variabel profitabilitas (PROFIT) menunjukkan bahwa nilai rata-rata
sebesar 0,12951 atau 12%. Hal itu menunjukkan bahwa perusahaan-
perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun 2012 hingga 2015 yang
memiliki laba akan melakukan transfer pricing. Sedangkan untuk nilai
minimum, maksimum, dan standar deviasi pada variabel ini adalah
0,002, 0,669, dan 0,120896.
Variabel tunneling incentive (TUN) menunjukkan bahwa nilai rata-
rata sebesar 0,58047 atau 58%. Hal itu menunjukkan bahwa 58%
perusahaan yang memiliki nilai kepemilikan saham besar akan
melakukan transfer pricing. Sedangkan untuk nilai minimum,
maksimum, dan standar deviasi pada variabel ini adalah 0,214, 0,982,
dan 0,220294.
b. Uji Frekuensi
Tabel 4.3
Hasil Uji Frekuensi
Transfer Pricing
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Tidak terdapat
RPT
Penjualan
12 7,9 7,9 7,9
Terdapat RPT
Penjualan
140 92,1 92,1 100,0
Total 152 100,0 100,0
Sumber : Output SPSS
70
Berdasarkan hasil tabel 4.3 menunjukkan distribusi frekuensi
untuk variabel transfer pricing ditunjukkan dengan adanya transaksi
penjualan pihak yang memiliki hubungan istimewa. Dari total 168
sampel perusahaan pada tahun 2012-2015, terdapat 12 sampel yang
tidak melakukan transfer pricing atau sekitar 7,9% dan sisanya sebesar
140 sampel perusahaan atau sekitar 92,1% melakukan transaksi
transfer pricing. Perbandingan tersebut menunjukkan bahwa lebih
banyak perusahaan yang terdaftar di BEI melakukan transfer pricing
dibandingkan dengan perusahaan yang tidak melakukan transfer
pricing.
2. Hasil Uji Hipotesis Penelitian
a. Hasil Uji Kesesuaian Keseluruhan Model
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah model fit
dengan data baik sebelum maupun sesudah variabel bebas dimasukkan
ke dalam model. Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai
antara -2 Log Likelihood (-2LL) pada awal (Block Number =0) dengan
nilai -2 Log Likelihood (-2LL) pada akhir (Block Number =1). Adanya
pengurangan nilai antara -2 Log Likelihood (-2LL) awal dengan -2 Log
Likelihood (-2LL) akhir menunjukkan bahwa model yang
dihipotesiskan fit dengan data. Berikut ini disajikan data hasil pengujian
kesesuaian keseluruhan model:
71
Tabel 4.4
Hasil Uji Kesesuaian Keseluruhan Model
Keterangan -2 Log Likelihood (-2LL)
(Block Number =0) 83,962
(Block Number =1). 36,749
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diperoleh informasi mengenai model
dimana awal (Block Number= 0) yaitu model yang hanya memasukkan
konstanta mempunyai nilai -2LL sebesar 83,962. Sedangkan pada akhir
(Block Number =1) mengalami penurunan setelah masuknya beberapa
variabel independen dalam penelitian, nilai -2LL menjadi 36,749.
Penurunan ini menunjukkan model regresi yang baik atau dengan kata
lain model yang telah dihipotesiskan fit dengan data, hal ini berarti
variabel bebas seperti pajak, profitabilitas, leverage, intangible asset,
dan tunelling incentives akan memperbaiki model fit pada penelitian
ini.
b. Hasil Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar
variabilitas dari variabel-variabel independen dapat memperjelas
variabilitas variabel independen. Koefisien determinasi pada regresi
logistik dapat dilihat pada nilai Nagelkerke R Square. Berikut hasil
pengujian koefisien determinasi:
Tabel 4.5
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Step -2 Log Likelihood Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 36,749 0,267 0,629
72
Tabel 4.5 menunjukkan nilai Nagelkerke R Square sebesar 0,629
yang berarti nilai variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan
oleh variabel independen adalah sebesar 62,9% sisanya sebesar 37,1%
dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar model penelitian. Atau
secara bersama-sama, variasi variabel pajak, profitabilitas, leverage,
intangible asset, dan tunelling incentives dapat menjelaskan keputusan
perusahaan dalam melakukan transaksi transfer pricing.
c. Hasil Uji Kelayakan Model Regresi
Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and
Lameshow’s Goodness of Fit Test. Berikut ini disajikan data hasil
pengujian kelayakan model regresi.
Tabel 4.6
Hasil Uji Kelayakan Model Regresi
Hosmer and Lameshow Test
Step Chi-Square Df Sig.
1 0,555 8 1,000
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa Chi-Square sebesar
0,555 dengan signifikansi (p) sebesar 1,000. Hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa model telah mampu memprediksi nilai
observasinya karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05.
73
d. Hasil Uji Regresi Logistik
Model regresi logistik yang terbentuk disajikan tabel di bawah ini:
Tabel 4.7
Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Ste
p
1a
TAX 10,829 5,336 4,118 1 ,042 50458,898
TUN -,154 1,929 ,006 1 ,936 ,857
PROFIT -12,351 4,114 9,015 1 ,003 ,000
LEV -3,828 1,145 11,176 1 ,001 ,022
RND(1) 24,647 3482,909 ,000 1 ,994 505696,00
Constant 5,139 2,031 6,405 1 ,011 170,615
Hasil pengujian terhadap koefisien regresi logistik menghasilkan
model berikut ini:
Ln(p/1-p) = 5,139 + 10,829TAX + 24,647RND – 3,828LEV – 12,351
PROFIT - ,154TUN + e
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa variabel pajak (TAX)
sebagai variabel independen memiliki koefisien regresi positif sebesar
10,829 dengan tingkat signifikansi 0,042 yang berada dibawah 0,05
(5%) oleh karena itu hipotesis pertama (Ha1) diterima yang artinya
pajak berpengaruh secara positif signifikan tehadap keputusan
perusahaan dalam melakukan transaksi transfer pricing. Adapun nilai
beta yang dihasilkan positif sebesar 10,829 menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh positif antara pajak dengan keputusan perusahaan
untuk melakukan transfer pricing.
74
Variabel intangible asset (RND) sebagai variabel independen
memiliki koefisien regresi negatif dengan tingkat signifikansi diatas
0,05 (5%) yaitu sebesar 0,994. Karena tingkat signifikansi lebih besar
dari α = 5% maka hipotesis kedua (Ha2) tidak diterima yang artinya
intangible asset tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
keputusan perusahaan dalam melakukan transfer pricing.
Variabel leverage (LEV) sebagai variabel independen memiliki
koefisien regresi negatif dengan tingkat signifikansi dibawah 0,05 (5%)
yaitu sebesar 0,01. Karena tingkat signifikansi lebih besar dari α = 5%
maka hipotesis ketiga (Ha3) diterima. Adapun nilai beta yang
dihasilkan negatif -3,828 yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
negatif antara leverage dengan keputusan perusahaan dalam melakukan
transfer pricing. Hal tersebut artinya leverage memiliki pengaruh
negatif signifikan terhadap keputusan perusahaan dalam melakukan
transfer pricing.
Variabel profitabilitas (PROFIT) sebagai variabel independen
memiliki koefisien regresi negatif dengan tingkat signifikansi di bawah
0,05 (5%) yaitu sebesar 0,003. Karena tingkat signifikansi lebih kecil
dari α = 5% maka hipotesis keempat (Ha4) diterima Adapun nilai beta
yang dihasilkan negatif -12,351 yang menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh negatif antara leverage dengan keputusan perusahaan dalam
melakukan transfer pricing. Hal tersebut artinya profitabilitas memiliki
75
pengaruh negatif signifikan terhadap keputusan perusahaan dalam
melakukan transfer pricing
Variabel tunneling incentive (TUN) sebagai variabel independen
memiliki koefisien regresi negatif dengan tingkat signifikansi diatas
0,05 (5%) yaitu sebesar 0,936. Karena tingkat signifikansi lebih besar
dari α = 5% maka hipotesis kedua (Ha5) tidak diterima yang artinya
tunneling incentive tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
keputusan perusahaan dalam melakukan transfer pricing.
C. Pembahasan
1. Pengaruh Pajak (TAX) terhadap keputusan transfer pricing
perusahaan multinasional Indonesia
Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat diketahui besarnya koefisien
regresi positif sebesar 10,829 dengan tingkat signifikansi 0,042 yang berada
dibawah 0,05. Oleh karena itu hipotesis pertama yang menyatakan bahwa
pajak berpengaruh positif terhadap keputusan transfer pricing perusahaan
didukung.
Variabel pajak menunjukkan pengaruh positif dan signifikan terhadap
transaksi transfer pricing, di mana transaksi transfer pricing dilakukan
dengan perusahaan afiliasi yang berada di luar batas negara dengan tarif
pajak rendah guna mengalihkan kekayaan perusahaan yang berada di
Indonesia sehingga nantinya, pajak yang akan dibayarkan di Indonesia lebih
76
kecil dibandingkan pajak yang seharusnya dibayarkan (Wafiroh dan Hapsari
2015).
Hasil ini mengindikasikan bahwa semakin tingginya pajak, maka
keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing dengan pihak yang
memiliki hubungan istimewa akan meningkat.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Klasses, et, al. (2013), Marfuah, et, al. (2014), Wafiroh & Hapsari (2015),
Mispiyanti (2015), dan F. Dwi, et, al. (2016) yang menemukan adanya
pengaruh positif pajak terhadap keputusan transfer pricing perusahaan.
2. Pengaruh Intangible Assets (RND) terhadap keputusan transfer pricing
perusahaan multinasional Indonesia
Dalam melakukan penilaian dan penyajian nilai aset tidak berwujud
pada laporan keuangan perlu dilakukan untuk menggambarkan nilai
perusahaan yang sesungguhnya Foster, et al, (2003) dalam Soraya (2013).
Akan tetapi, nilai aset tidak berwujud yang disajikan dalam laporan
keuangan belum menggambarkan nilai perusahaan yang sesungguhnya
karena masih mengandung unexplained value.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat diketahui besarnya koefisien
regresi variabel intangible asset memiliki koefisien regresi negatif dengan
tingkat signifikansi diatas 0,05 (5%) yaitu sebesar 0,994. Oleh karena itu
hipotesis pertama yang menyatakan bahwa intangible assets berpengaruh
positif terhadap keputusan transfer pricing perusahaan tidak didukung.
77
Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian Grant et, al (2013)
tetapi mendukung penelitian Santoso (2016) serta Kurniawan & Mertha
(2016) dimana dapat disimpulkan bahwa investor memberikan penilaian
terhadap perusahaan dengan murni mempertimbangkan atau melihat
tingginya intensitas R&D dan nilai aset tidak berwujud yang tinggi tanpa
memperhatikan peningkatan kinerja keuangan perusahaan yang diperoleh
dari pemanfaatan aset tidak berwujud yang dimiliki oleh perusahaan
tersebut. Jumlah perusahaan yang melaporkan biaya penelitian dan
pengembangan di Indonesia masih sangat rendah. Hal ini disebabkan karena
ketidakkonsistenan standar akuntansi mengenai perlakuan dan pelaporan
R&D di dalam laporan tahunan perusahaan, sehingga informasi laporan
tahunan dinilai kurang relevan dalam strategi pengambilan keputusan
investasi bagi investor (Santoso 2016).
3. Pengaruh Leverage (LEV) terhadap keputusan transfer pricing
perusahaan multinasional Indonesia
Berdasarkan hasil uji statistik, koefisien regresi negatif dengan tingkat
signifikansi dibawah 0,05 (5%) yaitu sebesar 0,01. Karena tingkat
signifikansi lebih besar dari α = 5% maka hipotesis ketiga (Ha3) diterima.
Adapun nilai beta yang dihasilkan negatif -3,828 yang menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh negatif antara leverage dengan keputusan perusahaan
dalam melakukan transfer pricing.
Hal ini tidak mendukung penelitian Grant et, al (2013) tetapi
mendukung penelitian Swingly dan Sukartha (2014) dan Zuesty (2016)
78
dimana semakin tinggi nilai rasio leverage maka semakin tinggi pula
pendanaan hutang pihak ketiga yang digunakan perusahaan, hal tersebut
menimbulkan biaya bunga yang semakin tinggi. Biaya bunga yang tinggi
berpengaruh terhadap nilai hutang perusahaan sehingga transfer pricing
akan lebih sulit dilakukan. Hal ini berarti ketika perusahaan memiliki tingkat
leverage tinggi maka kecenderungan perusahaan dalam melakukan transfer
pricing akan menurun.
Hadi dan Mangoting (2014) mengatakan bahwa hutang yang tinggi
akan menyebabkan perusahaan menghadapi risiko ketidakmampuan
memenuhi kewajiban membayar hutang. Hal ini dimungkinkan peningkatan
biaya bunga diikuti dengan peningkatan biaya pajak, dimana perusahaan
menggunakan hutang yang diperoleh untuk keperluan investasi sehingga
menghasilkan pendapatan diluar usaha perusahaan dan membuat laba yang
diperoleh perusahaan naik dan mempengaruhi kenaikan beban pajak yang
ditanggung perusahaan.
4. Pengaruh Profitabilitas (PROFIT) terhadap keputusan transfer pricing
perusahaan multinasional Indonesia
Berdasarkan hasil uji statistik, variabel profitabilitas memiliki koefisien
koefisien regresi negatif dengan tingkat signifikansi di bawah 0,05 (5%)
yaitu sebesar 0,003. Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari α = 5% maka
hipotesis keempat (Ha4) diterima Adapun nilai beta yang dihasilkan negatif
-12,351 yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif antara
leverage dengan keputusan perusahaan dalam melakukan transfer pricing.
79
Hal tersebut artinya profitabilitas memiliki pengaruh negatif signifikan
terhadap keputusan perusahaan dalam melakukan transfer pricing.
Hal ini mendukung penelitian Grant et, al (2013) dan Yusrianti (2013)
dimana perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang besar akan
mempunyai sumber pendanaan internal yang lebih besar pula sehingga
memungkinkan perusahaan untuk cenderung memilih menggunakan modal
sendiri yaitu dari dana internalnya terlebih dahulu, seperti dalam bentuk laba
yang ditahan sebagai dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan dari pada
menggunakan dana eksternal atau dana yang berasal dari pihak luar yaitu
hutang sehingga tingkat hutang yang digunakan oleh perusahaan relatif
rendah serta akan memperkecil resiko timbulnya kebangkrutan dan biaya
modal atau hutang yang tinggi.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pecking order theory yang
dikemukakan oleh Myers dan Maljuf (1984) dalam Yusrianti (2013) yang
menyatakan bahwa perusahaan lebih cenderung untuk mengutamakan
menggunakan modal sendiri sebagai sumber pendanaan internal (internal
financing) terlebih dahulu dalam membiayai atau mendanai kegiatan
operasional dan investasi perusahaan dan teori ini mendorong perusahaan
yang mempunyai profit yang besar untuk menggunakan dana internalnya
terlebih dahulu dalam mendanai kegiatan perusahaan. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan
negatif antara profitabilitas dengan transfer pricing menunjukkan bahwa
80
semakin besar tingkat profitabilitas yang diperoleh perusahaan maka
transfer pricing perusahaan akan semakin menurun
5. Pengaruh Tunneling Incentive (TUN) terhadap keputusan transfer
pricing perusahaan multinasional Indonesia
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tunneling incentive (TUN)
sebagai variabel independen memiliki koefisien regresi negatif dengan
tingkat signifikansi diatas 0,05 (5%) yaitu sebesar 0,936. Karena tingkat
signifikansi lebih besar dari α = 5% maka hipotesis kedua (Ha5) tidak
diterima yang artinya tunneling incentive tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap keputusan perusahaan dalam melakukan transfer
pricing. Adapun nilai beta yang dihasilkan negatif -0,154 menunjukkan
bahwa terdapat hubungan negatif antara tunneling incentive dengan
keputusan transfer pricing perusahaan, dimana semakin meningkatnya
tunneling incentive perusahaan maka semakin menurunnya keputusan
perusahaan untuk melakukan transfer pricing.
Tunneling incentive yang di ukur melalui jumlah kepemilikan saham
pengendali, menunjukkan bahwa dengan adanya pemegang saham
pengendali tidak dapat mempengaruhi keputusan perusahaan dalam
melakukan transfer pricing. Menurut Koestaman dan Diyanty (2013),
semakin tinggi ekspropriasi atau pengambil alihan sumber daya yang
dilakukan oleh pemegang saham pengendali dan pemegang saham
minoritas, maka akan menyebabkan dividen kas yang dibayarkan akan
semakin rendah. Hal tersebut akan menimbulkan konflik antara pemegang
81
saham pengendali dan pemegang saham minoritas. Konflik tersebut akan
berdampak bagi kegiatan operasi dan investasi perusahaan.
Hasil penelitian terhadap variabel independen tunneling incentive
menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan terhadap keputusan
perusahaan dalam melakukan transfer pricing. Hal ini berarti hasil
pengujian tidak mendukung penelitian sebelumnya oleh Hartati et, al (2013)
tetapi mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Koestaman
dan Diyanty (2015).
82
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian pada seluruh perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2015 pada perusahaan
manufaktur dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil uji regresi logistik (regression logistic) menunjukkan bahwa
pajak memiliki pengaruh positif terhadap keputusan transfer pricing
perusahaan. Hasil yang sama juga ditemukan dalam penelitian yang
dilakukan oleh Klasses, et al. (2013), Marfuah, et al. (2014), Wafiroh
& Hapsari (2015), Mispiyanti (2015), dan F. Dwi, et al. (2016). F. Dwi,
et al. (2016) menemukan bahwa motivasi pajak menjadi salah satu
alasan perusahaan manufaktur melakukan transfer pricing dengan cara
melakukan transaksi kepada perusahaan afiliasi yang ada di luar batas
negara. Perusahaan melakukan transfer pricing dalam perencanaan
pajaknya guna meminimalkan pajak yang dibayar.
2. Hasil uji regresi logistik (regression logistic) menunjukkan bahwa
intangible assets tidak berpengaruh terhadap keputusan transfer pricing
perusahaan. Hasil tersebut berlawanan dengan penyusunan hipotesis
sebelumnya. Akan tetapi, hasil yang sama ditemukan dalam penelitian
yang dilakukan oleh Santoso (2016) yang menyatakan bahwa
kepemilikan asing tidak mampu memoderasi pengaruh Intensitas R&D
terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian tersebut menemukan bahwa
83
kepemilikan asing memperlemah pengaruh intensitas R&D terhadap
nilai perusahaan.
Sebagian besar perusahaan multinasional di Indonesia memiliki unsur
kepimilikan asing yang biasanya tidak mempertimbangkan intensitas
pengeluaran R&D sebagai salah satu strategi investasi. Resiko
kegagalan dan biaya besar yang harus dikeluarkan untuk R&D
membuat perusahaan tidak ingin mengambil resiko atas kerugian yang
mungkin terjadi. Oleh karena itu, sebagian besar pengeluaran R&D
perusahaan tidak diungkapkan secara individual disebabkan oleh
ketidakkonsistenan standar akuntansi dalam perlakuan dan pelaporan
aset tidak berwujud, hal tersebut tentunya akan mengurangi relevansi
laporan keuangan itu sendiri.
3. Hasil uji regresi logistik (regression logistic) menunjukkan bahwa
leverage memiliki pengaruh negatif terhadap keputusan transfer
pricing perusahaan. Hasil yang sama juga ditemukan dalam penelitian
yang dilakukan Lestari & Hermanto (2015) yang menyatakan bahwa
semakin besar nilai leverage berarti semakin besar biaya yang
ditanggung oleh perusahaan dalam memenuhi kewajibannya, hal
tersebut dapat mengakibatkan profitabilitas perusahaan menurun.
Perusahaan yang mengalami penurunan laba tentunya akan mendapat
tekanan finansial yang tinggi dan mengarah pada kebangkrutan di masa
mendatang dikarenakan besarnya biaya bunga pinjaman (beban tetap)
yang ditanggung. Jadi, Perusahaan dengan tingkat penggunaan hutang
84
yang tinggi akan mengutamakan fokusnya pada pembayaran hutang
yang berdampak pada keputusan dalam pengambilan keputusan
perusahaan termasuk dalam melakukan transfer pricing.
4. Hasil uji regresi logistik (regression logistic) menunjukkan bahwa
profitabilitas memiliki pengaruh negatif terhadap keputusan transfer
pricing perusahaan. Hasil yang sama juga ditemukan dalam penelitian
yang dilakukan Yusrianti (2013), Bhawa, S. Dewi (2012), Kurniasih
dan Sari (2013), dan Maiyarni (2014). Menurut Chen et al (2010) dalam
Kurniasih dan Sari (2013) secara logika, perusahaan yang memiliki
nilai profitabilitas tinggi memiliki kesempatan untuk memposisikan diri
dalam melakukan tax planning yang mengurangi jumlah beban
kewajiban perpajakan sehingga akan berpengaruh terhadap keputusan
perusahaan untuk melakukan transfer pricing.
5. Hasil uji regresi logistik (regression logistic) menunjukkan bahwa
tunneling incentive tidak berpengaruh terhadap keputusan transfer
pricing perusahaan. Hasil yang sama juga ditemukan dalam penelitian
yang dilakukan oleh Koestaman dan Diyanty (2013) yang menemukan
bahwa semakin tinggi ekspropriasi (pengambil alihan sumber daya)
yang dilakukan oleh pemegang saham pengendali dan pemegang saham
minoritas maka akan menimbulkan konflik yang berdampak bagi
kegiatan operasi dan investasi perusahaan.
85
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi pada bidang pengembangan ilmu perpajakan
internasional dan manajemen mengenai keputusan perusahaan untuk
melakukan transfer pricing. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi tambahan mengenai faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing.
Penelitian di masa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil
penelitian yang lebih berkualitas lagi dengan adanya masukan mengenai
beberapa hal, diantaranya:
1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah faktor lain dalam
melakukan transfer pricing seperti tax budget dan tax director (Klassen
et al. 2014), serta mekanisme bonus (Hartati et al. 2014).
2. Penelitian selanjutnya disarankan untuk memperpanjang atau
memperluas periode penelitian sehingga dapat menghasilkan hasil
penelitian dan kesimpulan yang lebih akurat.
3. Proksi yang digunakan untuk pengukuran transfer pricing dalam
penelitian ini hanya menggunakan nilai penjualan dengan pihak yang
memiliki hubungan istimewa. Penelitian selanjutnya sebaiknya dapat
menggunakan proksi transfer pricing yang lain apabila data tersedia.
86
DAFTAR PUSTAKA
Affes, Habib, and Zied Bouaziz. "The Impact of the Strategy in Determining
Transfer Prices: Case of Tunisian Companies", Global Journal of
Management and Business Research, 2012.
Agnes, W. Y. Lo, M. K. Wong Raymond, and Michael Fi. "Tax, Financial
Reporting, and Tunneling", Journal of the American Taxation Association,
2010.
Aisyah, Cut Nur. "Pengaruh Struktur Kepemilikan dan R&D Terhadap Luas
Pengungkapan Modal Intelektual", artikel di akses tanggal 29 Juni 2016,
dari http://eprints.undip.ac.id/43581/1/20_AISYAH.pdf.
Akbar, RI. "Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Transfer
Pricing pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia", 2015.
Anthony, and Govindarajan. "Management Control System", Salemba Empat,
2005.
Atika, Darminto, and Siti Ragil Handayani. "Pengaruh Beberapa Rasio Keuangan
terhadap Prediksi Kondisi Financial Distress", Jurnal Administrasi dan
Bisnis, 2013.
Bakti, Astera Primanto. "Transfer Pricing Suatu Kajian Perpajakan", Jurnal
Perpajakan Indonesia, 2002: 30.
Brauner, Yarif. "Value In The Eye of The Beholder: The Valuation on Intangibles
for Transfer Pricing Purposes", University of Florida Legal Studies
Research Paper, 2008:86: 86.
Bringham, Eugene F., and Joel F. Houston. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan.
Jakarta: Salemba Empat, 2010.
Brundy, I Gede Siswantaya, and Edwin Pratama. "Pengaruh Mekanisme
Pengawasan terhadap Aktivitas Tunneling", Simposium Nasional
Akuntansi 17 Universitas Mataram. Lombok, 2014.
Cristea, Anca D., and Daniel X. Nguyen, 2014, "Transfer Pricing by Multinational
Firms: New Evidence from Foreign Firm Ownerships", artikel diakses
tanggal 1 Febuari 2017, dari
https://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=2517509
Desai, Mihir A., C. Fritz Foley, and James R. Hines Jr. "The Demand for Tax
Haven Operation." 2005.
87
F, Dwi Noviastika, Yuniadi Mayowan Mayowan, and Suhartini Karjo. "Pengaruh
Pajak, Tunneling Incentive, dan Good Corporate Governance (GCG)
Terhadap Indikasi Melakukan Transfer Pricing pada perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia", Jurnal Perpajakan,
2016.
Gamayuni, Rindu Rika. "Pengaruh Intangible Assets, Kebijakan Keuangan, dan
Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan", Jurnal Akuntansi UNILA,
2010.
Hartati, Winda, Desmiyawati, and Nur Azlina. "Analisis Pengaruh Pajak dan
Mekanisme Bonus terhadap Keputusan Transfer Pricing (Studi Empiris
pada Seluruh Perusahaan yang Listing di BEI)", (Simposium Nasional
Akuntansi 17 Universitas Mataram, Lombok.) 2014.
Horngren, Charles T., Srikant M. Datar, and George Fost. Akuntansi biaya:
penekanan manajerial. Jakarta: Erlangga, 2008.
Husnan, Suad, and Enny Pudjiastuti. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan.
Yogyakarta: UPP AMP YKPN., 2002.
Kasmir. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers, 2009.
Klassen, Kenneth, Petro Lisowsky, and Devan Mescall. "Transfer Pricing
Strategies, Practices, and Tax Minimization", (Journal of Tax Excecutive
Institute (TEI)) 2013.
Kontan. News. Maret 26, 2013. artikel diakses pada tanggal 10 Januari 2017, dari
http://nasional.kontan.co.id/news/sengketa-pajak-toyota-motor-menanti-
palu-hakim
Kurniawan, A Prawira, and I Made Mertha. "Kinerja Keuangan Sebagai
Pemediasi Pengaruh Intensitas Research and Development dan Aset Tidak
Berwujud pada Nilai Perusahaan", E-Journal Akuntansi Universitas
Udayana, 2016.
Lee, Hadnum. The World's Best Tax Haven. United Kingdom: Taxcafe UK
Limited, 2012.
Lestari, Anis Puji, and Suwardi Bambang Hermanto. "Pengaruh Leverage, Size,
Growth, dan Modal Kerja Terhadap Profitabilitas", Jurnal Ilmu dan Riset
Akuntansi, 2015.
Lubis, Arnida Wahyuni, Rina Bukit, and Tapi Anda Sari L. "Pengaruh
Pengeluaran Modal, Penelitian dan Pengembangan, Transaksi Pihak
Hubungan Istimewa, dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan",
Jurnal Telaah & Riset Akuntansi, 2013: 2.
88
Mangoting, Yenni. "Aspek Perpajakan Dalam Praktek Transfer Pricing", Jurnal
Akuntansi & Keuangan, 2000.
Mardiasmo. Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta: CV Andi Offset, 2008.
Marfuah, and Andri Puren Noor Azizah. "Pengaruh Pajak, Tunneling Incentive
dan Exchange Rate Terhadap Keputusan Transfer Pricing Perusahaan",
Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, 2014: 156-165.
Mispiyati. "Pengaruh Pajak, Tunneling Incentive dan Mekanisme Bonus
Terhadap Keputusan Transfer Pricing", Jurnal Akuntansi dan Investasi,
2015.
Muhammadi, Abdul Haris, Zahir Ahmed, and Ahsan Habib. "Multinational
Transfer Pricing of Intangible Assets: Indonesian Tax Auditors’
Perspectives." Asian Review of Accounting, 2016: Vol. 24.
Nurhayati, Indah Dewi. "Evaluasi Atas Perlakuan Perpajakan Terhadap Transaksi
Transfer Pricing Pada Perusahaan Multinasional Di Indonesia", Jurnal
Manajemen dan Akuntansi, 2013.
OECD. "Transfer Pricing Guidelines for Multinational Enterprises and Tax."
OECD, 2010: Paris, France.
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2011 tentang Penerapan
Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha dalam Transaksi Antara Wajib
Pajak Dengan Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 7 Tahun (Revisi 2013)
tentang Pengungkapan Pihak-Pihak yang Mempunyai Hubungan
Istimewa.
Prakosa, Kesit Bambang, "Pengaruh Profitabilitas, Kepemilikan Keluarga, dan
Corporate Governance terhadap Penghindaran Pajak di Indonesia", Jurnal
SNA 17 Mataram, Lombok, 2014.
Resmi, Siti. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat, 2009.
Richardson, Grant, Grantley Taylor, and Roman Lanis. "Determinants of transfer
pricing aggressiveness: Empirical evidence from Australian firms."
Journal of Contemporary Accounting & Economics, 2013: 136–150.
Santoso, Adi. "Analisis Investasi Corporate Social Responsibility dan Intensitas
Research and Development pada Perusahaan Go-Public." Publikasi
Ilmiah. 2016. https://publikasiilmiah.ums.ac.id/handle/11617/7334.
Sartono, Agus. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002.
89
Setiawan, Hadi, artikel diakses pada tanggal 10 Januari 2017, dari
http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/2014_kajian_pprf_Transfe
r%20Pricing%20dan%20Risikonya%20Terhadap%20Penerimaan%20Ne
gara.pdf
Suandy, Erly. Perencanaan Pajak. Jakarta: Salemba Empat, 2014.
Sumarsan, Thomas. Tax Review dan Strategi Perencanaan Pajak. Jakarta: Indeks
Penerbit, 2013.
Swenson, D. L. "Tax Reforms and Evidence of Transfer Pricing", National Tax
Journal, 2001.
Tempo. Tempo.co Investigasi, artikel diakses pada tanggal 10 Januari 2017, dari
https://investigasi.tempo.co/toyota/
Trisnajuna, Made, and Eka Ardhani Sisdyani. "Pengaruh Aset Tidak Berwujud
dan Biaya Penelitian dan Pengembangan Terhadap Nilai Pasar dan Kinerja
Keuangan Perusahaan", E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 2015.
Ujiyantho, Muh. Arif dan Pramuka, and Bambang Agus. "Mekanisme Corporate
Governance, Manajemen Laba, dan Kinerja Keuangan", Simposium
Nasional Akuntansi. Makassar, 2007.
Ukago, Kristianus. "Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Ketepatan Waktu
Pelaporan Keuangan Bukti Empiris Emiten di BEJ", Jurnal Maksi Vol.5,
2005.
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
Wafiroh, Novi Lailiyul, and Niken Nindya Hapsari. "Pajak, Tunneling Incentive
dan Mekanisme Bonus pada Keputusan Transfer Pricing", El- Muhasaba,
2015: Vol 6 No 2.
Waluyo. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat, 2011.
Yuniasih, Ni Wayan, Ni Ketut Rasmini, and Made Gede Wirakusuma. "Pengaruh
Pajak dan Tunneling Incentive pada Keputusan Transfer Pricing
Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia."
Simposium Nasional Akuntansi 15, 2012.
90
Lampiran 1
Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur di BEI Periode 2012-2015
No. Kode Nama Perusahaan
1 ADES Akasha Wira International Tbk.
2 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk.
3 ASII Astra International Tbk.
4 AUTO Astra Autoparts Tbk.
5 BATA Sepatu Bata Tbk.
6 BRAM Indo Kordsa Tbk
7 BTON Betonjaya Manunggal Tbk.
8 CEKA PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk.
9 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk.
10 DLTA Delta Djakarta Tbk
11 DVLA Darya-Varia Laboratoria Tbk.
12 HMSP HM Sampoerna Tbk.
13 ICBP Indofood CBP sukses Makmur Tbk.
14 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk.
15 INTP Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
16 JECC Jembo Cable Company Tbk
17 JPFA JPFA Comfeed Indonesia Tbk
18 KBLI Kabelindo Murni Tbk
19 LION Lion Metal Works Tbk
20 LMSH Lionmesh Prima Tbk
21 MERK Merck Tbk.
22 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk.
23 MYOR Mayora Indah Tbk.
24 NIPS Nipress Tbk.
25 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk
26 PYFA Pyridam farma Tbk
27 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk
28 SKLT Sekar Laut Tbk.
29 SMCB Holcim Indonesia Tbk.
30 SQBB Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk.
31 SRSN Indo Acidatama Tbk.
32 STTP Siantar Top Tbk.
33 TCID Mandom Indonesia Tbk.
34 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk.
35 TRST Trias Sentosa Tbk.
36 TSPC Tempo Scan Pacific Tbk.
37 ULTJ Ultra Jaya Milk Industry Tbk.
38 UNVR Unilever Indonesia Tbk.
91
Lampiran 2
Variabel Pajak Periode 2012-2015
2012
No
Nama
Perusahaan Beban Pajak
Beban Pajak
Tangguhan Laba Kena Pajak ETR
1 ADES 6.745.000.000 6.793.000.000 109.585.000.000 0,000
2 AMFG 117.203.000.000 -7.782.000.000 499.940.000.000 0,250
3 ASII 1.092.000.000.000 -1.172.000.000.000 5.879.000.000.000 0,385
4 AUTO 127.454.000.000 -62.003.000.000 369.208.000.000 0,513
5 BATA 29.803.987.000 2.444.000.000 103.335.973.000 0,265
6 BRAM 26.683.284.900 4.302.653.788 123.943.774.028 0,181
7 BTON 7.629.165.556 145.698.806 29.933.867.095 0,250
8 CEKA 25.370.088.328 -173.176.884 86.272.735.299 0,296
9 CPIN 695.627.000.000 20.859.000.000 2.978.877.000.000 0,227
10 DLTA 74.083.993.000 5.362.139.000 251.448.207.000 0,273
11 DVLA 55.567.957.000 43.809.279.000 167.509.579.000 0,070
12 HMSP 3.437.961.000.000 14.162.000.000 13.741.117.000.000 0,249
13 ICBP 745.463.000.000 69.645.000.000 2.864.147.000.000 0,236
14 INDF 1.530.954.000.000 343.258.000.000 11.176.660.000.000 0,106
15 INTP 1.476.162.000.000 49.470.000.000 5.904.042.000.000 0,242
16 JECC 17.158.154.000 -1.183.923.000 73.368.306.000 0,250
17 JPFA 290.314.000.000 39.300.000.000 862.933.000.000 0,291
18 KBLI 47.373.645.009 -3.115.854.241 201.957.997.206 0,250
19 LION 18.278.323.727 -924.499.523 76.811.293.232 0,250
20 LMSH 3.788.102.398 75.019.898 14.852.330.751 0,250
21 MERK 38.106.722.000 -1.065.182.000 156.687.615.000 0,250
22 MLBI 153.856.000.000 16.159.000.000 560.532.000.000 0,246
Bersambung ke halaman berikutnya
92
23 MYOR 215.386.662.605 927.670.095 513.690.061.415 0,417
24 NIPS 7.752.690.000 600.971.000 35.758.594.000 0,200
25 PICO 4.015.321.986 1.994.723.992 8.082.391.977 0,250
26 PYFA 2.663.733.367 -41.039.133 10.819.090.452 0,250
27 ROTI 50.643.432.736 -5.352.779.986 181.162.611.000 0,309
28 SKLT 3.701.189.570 760.664.930 8.258.895.022 0,356
29 SMCB 521.921.000.000 35.109.000.000 2.060.356.000.000 0,236
30 SQBB 45.649.188.000 38.609.000 178.745.789.000 0,255
31 SRSN 8.804.575.000 136.546.000 34.557.114.000 0,251
32 STTP 18.490.616.532 -127.891.668 93.092.541.515 0,200
33 TCID 52.889.300.559 -9.415.621.441 249.219.688.956 0,250
34 TOTO 100.336.317.731 8.448.973.006 389.768.612.027 0,236
35 TRST 19.295.905.316 -6.575.968.184 98.946.903.435 0,261
36 TSPC 177.203.624.605 4.693.995.452 370.982.845.907 0,465
37 ULTJ 104.538.495.699 7.064.734.551 446.412.921.016 0,218
38 UNVR 1.627.620.000.000 56.061.000.000 6.256.467.000.000 0,251
2013
No
Nama
Perusahaan Beban Pajak
Beban Pajak
Tangguhan Laba Kena Pajak ETR
1 ADES 3.538.000.000 -1.404.000.000 72.719.000.000 0,068
2 AMFG 112.395.000.000 -4.923.000.000 469.272.000.000 0,250
3 ASII 1.021.000.000.000 -621.000.000.000 5.405.000.000.000 0,304
4 AUTO 210.859.000.000 62.003.000.000 516.203.000.000 0,288
5 BATA 19.384.816.000 4.118.675.000 56.141.321.000 0,272
6 BRAM 34.760.736.468 17.403.246.987 179.928.848.000 0,096
7 BTON 7.389.150.663 69.412.163 29.278.954.775 0,250
Bersambung ke halaman berikutnya
Lampiran 2 (Lanjutan)
93
8 21.484.183.371 1.606.645.376 78.284.200.941 0,254
9 CPIN 922.643.000.000 20.349.000.000 2.885.984.000.000 0,313
10 DLTA 87.897.926.000 4.331.245.000 294.485.366.000 0,284
11 DVLA 49.960.304.000 -3.070.796.000 161.571.490.000 0,328
12 HMSP 3.691.224.000.000 -13.684.000.000 14.536.365.000.000 0,255
13 ICBP 733.699.000.000 99.309.000.000 3.141.253.000.000 0,202
14 INDF 1.176.600.000.000 412.789.000.000 1.792.480.000.000 0,426
15 INTP 1.582.860.000.000 71.445.000.000 6.467.486.000.000 0,234
16 JECC 8.757.728.000 -4.800.582.000 54.233.239.000 0,250
17 JPFA 255.310.000.000 2.033.000.000 740.069.000.000 0,342
18 KBLI 31.649.193.450 -3.853.227.050 142.009.682.980 0,250
19 LION 20.265.714.260 -1.035.260.103 79.379.719.168 0,268
20 LMSH 5.054.792.013 74.776.013 19.920.064.364 0,250
21 MERK 59.262.982.000 -3.683.048.000 251.784.122.000 0,250
22 MLBI 405.716.000.000 -34.462.000.000 1.119.312.000.000 0,393
23 MYOR 297.654.557.305 -415.684.455 904.918.080.686 0,329
24 NIPS 11.712.057.000 2.497.060.000 56.836.469.000 0,162
25 PICO 5.600.622.543 2.797.478.667 11.011.726.296 0,255
26 PYFA 2.304.128.607 597.109.643 11.604.953.459 0,147
27 ROTI 52.789.633.241 1.744.950.384 218.138.334.500 0,234
28 SKLT 5.157.771.350 -1.067.130.900 10.999.399.101 0,566
29 SMCB 384.243.000.000 -22.650.000.000 1.427.609.000.000 0,285
30 SQBB 49.961.305.000 -84.099.000 196.821.545.000 0,254
31 SRSN 16.672.659.000 9.077.420.000 30.380.956.000 0,250
32 STTP 28.362.006.717 -1.505.870.683 149.339.387.864 0,200
Lampiran 2 (Lanjutan)
Bersambung ke halaman berikutnya
94
33 TCID 58.149.236.079 3.823.236.671 247.889.891.417 0,219
34 TOTO 86.647.351.813 8.267.163.449 370.518.594.202 0,212
35 TRST 39.588.224.814 33.208.231.800 33.688.075.295 0,189
36 TSPC 191.400.294.291 3.418.130.042 369.097.721.313 0,509
37 ULTJ 111.592.767.209 11.072.317.291 490.660.338.685 0,205
38 UNVR 1.806.183.000.000 54.376.000.000 6.996.239.000.000 0,250
2014
No
Nama
Perusahaan Beban Pajak
Beban Pajak
Tangguhan Laba Kena Pajak ETR
1 ADES 10.507.000.000 1.615.000.000 48.490.000.000 0,183
2 AMFG 139.172.000.000 -2.066.000.000 564.952.000.000 0,250
3 ASII 9.854.000.000.000 958.000.000.000 15.105.000.000.000 0,589
4 AUTO 136.954.000.000 29.538.000.000 286.257.000.000 0,375
5 BATA 9.892.590.600 -1.487.820.000 106.556.916.000 0,107
6 BRAM 75.774.565.320 4.464.006.920 164.369.095.000 0,434
7 BTON 1.944.806.795 9.813.795 7.739.972.411 0,250
8 CEKA 15.865.132.224 1.107.580.133 54.685.259.363 0,270
9 CPIN 360.248.000.000 -303.738.000.000 3.219.369.000.000 0,206
10 DLTA 91.445.380.000 1.820.051.000 295.480.862.000 0,303
11 DVLA 24.936.967.000 -9.444.510.000 114.843.081.000 0,299
12 HMSP 3.537.216.000.000 14.300.000.000 13.580.652.000.000 0,259
13 ICBP 871.208.000.000 120.172.000.000 3.769.745.000.000 0,199
14 INDF 185.593.900.000 -453.829.000.000 1.544.163.000.000 0,414
15 INTP 1.521.220.000.000 28.241.000.000 5.956.970.000.000 0,251
16 JECC 9.300.196.000 2.187.667.000 45.951.453.000 0,155
Lampiran 2 (Lanjutan)
Bersambung ke halaman berikutnya
95
17 JPFA 159.543.000.000 6.796.000.000 439.332.000.000 0,348
18 KBLI 24.388.746.419 -2.080.914.381 132.348.304.443 0,200
19 LION 13.863.444.789 -907.258.711 59.082.814.646 0,250
20 LMSH 3.671.006.094 -23.977.172 10.629.286.710 0,348
21 MERK 54.907.935.000 4.242.762.000 189.116.538.000 0,268
22 MLBI 283.495.000.000 -11.567.000.000 823.761.000.000 0,358
23 MYOR 119.649.017.130 3.444.510.935 350.853.031.768 0,331
24 NIPS 17.280.779.000 1.763.591.000 76.177.480.000 0,204
25 PICO 4.311.636.994 930.100.188 13.526.147.225 0,250
26 PYFA 1.550.165.979 335.187.771 1.885.353.750 0,644
27 ROTI 64.208.995.279 15.857.938.501 193.404.227.184 0,250
28 SKLT 7.188.408.517 1.824.147.983 22.327.446.451 0,240
29 SMCB 338.528.000.000 -22.600.000.000 1.299.736.000.000 0,278
30 SQBB 55.298.569.000 2.098.987.000 223.917.028.000 0,238
31 SRSN 15.449.746.000 2.940.679.000 35.296.441.000 0,354
32 STTP 44.342.168.784 -2.944.219.466 189.145.553.408 0,250
33 TCID 65.619.186.288 -2.887.992.212 274.028.714.638 0,250
34 TOTO 88.764.527.617 27.833.225.558 437.578.411.646 0,139
35 TRST 33.074.450.519 11.769.659.203 108.403.364.996 0,197
36 TSPC 152.515.117.693 744.977.287 280.866.341.296 0,540
37 ULTJ 91.896.185.643 20.994.903.271 451.340.236.545 0,157
38 UNVR 2.000.932.000.000 127.459.000.000 7.488.349.000.000 0,250
Lampiran 2 (Lanjutan)
Bersambung ke halaman berikutnya
96
2015
No
Nama
Perusahaan Beban Pajak
Beban Pajak
Tangguhan Laba Kena Pajak ETR
1 ADES 11.336.000.000 -2.096.000.000 36.958.000.000 0,363
2 AMFG 122.917.000.000 10.524.000.000 409.686.000.000 0,274
3 ASII 4.017.000.000.000 -1.296.000.000.000 11.263.000.000.000 0,472
4 AUTO 110.895.000.000 16.483.000.000 212.233.000.000 0,445
5 BATA 6.359.375.000 15.372.000 39.317.030.000 0,161
6 BRAM 78.780.237.690 15.396.102.880 99.132.576.000 0,639
7 BTON 1.480.484.072 182.309.178 6.651.173.500 0,195
8 CEKA 35.721.906.910 -725.133.209 145.484.622.835 0,251
9 CPIN 449.030.000.000 108.284.000.000 2.601.483.000.000 0,131
10 DLTA 58.152.543.000 4.868.444.000 242.444.996.000 0,220
11 DVLA 36.543.278.000 -1.061.901.000 150.420.716.000 0,250
12 HMSP 3.569.336.000.000 15.662.000.000 13.796.779.000.000 0,258
13 ICBP 1.086.486.000.000 162.854.000.000 4.335.377.000.000 0,213
14 INDF 1.730.371.000.000 405.423.000.000 6.847.890.000.000 0,193
15 INTP 1.287.915.000.000 -35.342.000.000 4.773.715.000.000 0,277
16 JECC 6.031.664.000 151.440.000 24.732.416.000 0,238
17 JPFA 173.193.000.000 -4.353.000.000 667.600.000.000 0,266
18 KBLI 34.677.927.328 -1.040.196.022 177.551.050.353 0,201
19 LION 12.433.164.026 -1.419.730.224 55.411.577.927 0,250
20 LMSH 1.862.729.485 517.174.985 5.382.218.961 0,250
21 MERK 51.395.379.000 -4.351.316.000 222.986.781.000 0,250
22 MLBI 178.663.000.000 -24.614.000.000 303.992.000.000 0,669
23 MYOR 390.261.637.241 -3.825.834.291 635.134.886.070 0,620
Lampiran 2 (Lanjutan)
Bersambung ke halaman berikutnya
97
24 NIPS 11.502.586.000 2.996.030.000 57.994.465.000 0,147
25 PICO 2.475.910.983 -274.396.578 11.001.230.243 0,250
26 PYFA 1.467.826.630 633.025.120 2.100.851.750 0,397
27 ROTI 107.712.914.648 12.056.336.498 321.786.867.677 0,297
28 SKLT 7.309.946.375 -1.310.568.375 29.909.642.752 0,288
29 SMCB 150.930.000.000 -6.383.000.000 516.027.000.000 0,305
30 SQBB 515.547.000 -1.044.443.000 1.968.215.450 0,793
31 SRSN 5.209.875.000 -1.161.133.000 25.484.033.000 0,250
32 STTP 46.300.197.602 -3.100.691.198 247.004.444.568 0,200
33 TCID 38.647.669.480 260.261.730 153.549.631.685 0,250
34 TOTO 96.337.115.958 -3.826.918.124 440.375.335.272 0,227
35 TRST 25.783.708.943 8.379.068.196 74.069.384.695 0,235
36 TSPC 177.892.281.060 3.378.812.535 263.895.675.173 0,661
37 ULTJ 177.575.035.200 17.013.196.050 730.419.346.954 0,220
38 UNVR 1.977.685.000.000 72.510.000.000 7.612.175.000.000 0,250
Lampiran 2 (Lanjutan)
Bersambung ke halaman berikutnya
98
Lampiran 3
Variabel Intangible Assets Periode 2012-2015
No Perusahaan RND (dummy)
2012 2013 2014 2015
1 ADES 0 0 0 0
2 AMFG 0 0 0 0
3 ASII 0 0 0 0
4 AUTO 1 1 1 1
5 BATA 0 0 0 0
6 BRAM 0 0 0 0
7 BTON 0 0 0 0
8 CEKA 0 0 0 0
9 CPIN 1 1 1 1
10 DLTA 0 0 0 0
11 DVLA 0 0 0 0
12 HMSP 0 0 0 0
13 ICBP 1 1 1 1
14 INDF 1 1 1 1
15 INTP 1 1 1 1
16 JECC 1 1 1 1
17 JPFA 0 0 0 0
18 KBLI 0 0 0 0
19 LION 1 1 1 1
20 LMSH 0 0 0 0
21 MERK 0 0 0 0
22 MLBI 0 0 0 0
23 MYOR 1 1 1 1
24 NIPS 0 0 0 0
25 PICO 0 0 0 0
26 PYFA 1 1 1 1
27 ROTI 0 0 0 0
28 SKLT 0 0 0 0
29 SMCB 0 0 0 0
30 SQBB 0 0 0 0
31 SRSN 1 1 1 1
32 STTP 1 1 1 1
33 TCID 1 1 1 1
34 TOTO 0 0 0 0
Bersambung ke halaman berikutnya
99
Lampiran 3 (Lanjutan)
35 TRST 0 0 0 0
36 TSPC 1 1 1 1
37 ULTJ 1 1 1 1
38 UNVR 1 1 1 1
100
Lampiran 4
Variabel Leverage Periode 2012-2015
No Perusahaan DER
2012 2013 2014 2015
1 ADES 0,861 0,670 0,722 0,989
2 AMFG 0,270 0,282 0,230 0,260
3 ASII 0,103 1,020 0,962 0,940
4 AUTO 0,620 0,320 0,419 0,414
5 BATA 0,482 0,715 0,821 0,453
6 BRAM 0,358 0,468 0,735 0,613
7 BTON 0,280 0,270 0,190 0,510
8 CEKA 1,218 1,025 1,389 1,322
9 CPIN 0,510 0,580 0,909 0,965
10 DLTA 0,246 0,282 0,298 0,222
11 DVLA 0,280 0,301 0,285 0,414
12 HMSP 0,250 0,940 1,103 0,187
13 ICBP 0,487 0,603 0,716 0,621
14 INDF 0,740 1,035 1,137 1,130
15 INTP 0,172 0,158 0,175 0,158
16 JECC 3,962 3,962 0,540 2,694
17 JPFA 1,301 1,844 2,043 1,809
18 KBLI 0,370 0,510 0,420 0,510
19 LION 0,166 0,200 0,421 0,406
20 LMSH 0,318 0,283 0,253 0,190
21 MERK 0,366 0,361 0,307 0,355
22 MLBI 2,493 0,805 3,029 1,741
23 MYOR 1,706 1,465 1,526 1,184
24 NIPS 1,450 2,384 1,100 1,541
25 PICO 1,986 1,890 1,718 1,452
26 PYFA 0,549 0,865 0,777 0,580
27 ROTI 0,808 1,315 1,085 0,974
28 SKLT 0,929 1,162 1,454 1,480
29 SMCB 0,450 0,698 0,963 1,050
30 SQBB 0,221 0,214 0,245 0,311
31 SRSN 0,494 0,338 0,435 0,688
32 STTP 1,156 1,118 1,085 0,903
33 TCID 0,150 0,239 0,488 0,214
34 TOTO 0,695 0,686 0,832 0,636
Bersambung ke halaman berikutnya
101
Lampiran 4 (Lanjutan)
35 TRST 0,620 0,910 0,850 0,720
36 TSPC 0,382 0,400 0,374 0,449
37 ULTJ 0,444 0,395 0,284 0,265
38 UNVR 2,020 2,137 2,009 2,258
102
Lampiran 5
Variabel Profitabilitas Periode 2012-2015
No Perusahaan ROA
2012 2013 2014 2015
1 ADES 0,214 0,126 0,352 0,417
2 AMFG 0,113 0,096 0,117 0,076
3 ASII 0,125 0,104 0,094 0,067
4 AUTO 0,128 0,084 0,080 0,080
5 BATA 0,121 0,065 0,092 0,163
6 BRAM 0,098 0,023 0,053 0,043
7 BTON 0,107 0,147 0,044 0,034
8 CEKA 0,057 0,084 0,030 0,072
9 CPIN 0,217 0,161 0,084 0,075
10 DLTA 0,286 0,312 0,290 0,184
11 DVLA 0,139 0,106 0,669 0,076
12 HMSP 0,286 0,039 0,353 0,272
13 ICBP 0,128 0,105 0,103 0,110
14 INDF 0,080 0,044 0,061 0,040
15 INTP 0,209 0,188 0,179 0,154
16 JECC 0,002 0,002 0,022 0,002
17 JPFA 0,098 0,043 0,025 0,031
18 KBLI 0,108 0,052 0,052 0,078
19 LION 0,197 0,130 0,080 0,072
20 LMSH 0,321 0,102 0,051 0,006
21 MERK 0,189 0,252 0,212 0,222
22 MLBI 0,394 0,657 0,353 0,240
23 MYOR 0,090 0,109 0,040 0,112
24 NIPS 0,041 0,042 0,041 0,020
25 PICO 0,019 0,025 0,026 0,027
26 PYFA 0,039 0,035 0,015 0,019
27 ROTI 0,165 0,087 0,073 0,100
28 SKLT 0,032 0,038 0,050 0,053
29 SMCB 0,111 0,064 0,039 0,010
30 SQBB 0,416 0,355 0,359 0,324
31 SRSN 0,042 0,107 0,023 0,028
32 STTP 0,060 0,078 0,073 0,097
33 TCID 0,119 0,109 0,094 0,262
34 TOTO 0,155 0,134 0,143 0,117
Bersambung ke halaman berikutnya
103
Lampiran 5 (Lanjutan)
35 TRST 0,028 0,017 0,009 0,008
36 TSPC 0,137 0,125 0,103 0,093
37 ULTJ 0,146 0,116 0,097 0,148
38 UNVR 0,404 0,401 0,415 0,372
104
Lampiran 6
Variabel Tunelling Incentive Periode 2012-2015
No Perusahaan Tunneling Incentive
2012 2013 2014 2015
1 ADES 0,919 0,919 0,919 0,919
2 AMFG 0,439 0,439 0,439 0,439
3 ASII 0,501 0,501 0,501 0,501
4 AUTO 0,800 0,800 0,800 0,800
5 BATA 0,818 0,819 0,819 0,820
6 BRAM 0,602 0,602 0,602 0,602
7 BTON 0,455 0,455 0,455 0,455
8 CEKA 0,870 0,870 0,870 0,870
9 CPIN 0,555 0,555 0,555 0,555
10 DLTA 0,583 0,850 0,583 0,583
11 DVLA 0,927 0,927 0,927 0,927
12 HMSP 0,583 0,806 0,982 0,925
13 ICBP 0,805 0,805 0,805 0,805
14 INDF 0,501 0,501 0,501 0,501
15 INTP 0,510 0,510 0,510 0,510
16 JECC 0,526 0,526 0,526 0,526
17 JPFA 0,306 0,306 0,306 0,306
18 KBLI 0,488 0,488 0,488 0,488
19 LION 0,288 0,288 0,577 0,577
20 LMSH 0,255 0,255 0,255 0,255
21 MERK 0,740 0,740 0,740 0,740
22 MLBI 0,751 0,751 0,818 0,818
23 MYOR 0,329 0,329 0,329 0,329
24 NIPS 0,371 0,371 0,264 0,264
25 PICO 0,762 0,762 0,762 0,762
26 PYFA 0,538 0,538 0,538 0,538
27 ROTI 0,315 0,315 0,568 0,315
28 SKLT 0,268 0,268 0,268 0,268
29 SMCB 0,806 0,806 0,806 0,806
30 SQBB 0,905 0,905 0,905 0,905
31 SRSN 0,352 0,352 0,352 0,352
32 STTP 0,568 0,568 0,568 0,568
33 TCID 0,608 0,608 0,608 0,608
34 TOTO 0,395 0,395 0,395 0,379
Bersambung ke halaman berikutnya
105
Lampiran 6 (Lanjutan)
35 TRST 0,285 0,285 0,285 0,285
36 TSPC 0,773 0,773 0,782 0,782
37 ULTJ 0,214 0,214 0,214 0,214
38 UNVR 0,850 0,850 0,850 0,850
106
Lampiran 7
Variabel Transfer Pricing Periode 2012-2015
No Perusahaan RPT Penjualan (dummy)
2012 2013 2014 2015
1 ADES 0 0 0 0
2 AMFG 1 1 1 1
3 ASII 1 1 1 1
4 AUTO 1 1 1 1
5 BATA 1 1 1 1
6 BRAM 1 1 1 1
7 BTON 1 1 1 1
8 CEKA 1 1 1 1
9 CPIN 1 1 1 1
10 DLTA 1 1 1 1
11 DVLA 1 1 1 1
12 HMSP 1 1 1 1
13 ICBP 1 1 1 1
14 INDF 1 1 1 1
15 INTP 1 1 1 1
16 JECC 1 1 1 1
17 JPFA 1 1 1 1
18 KBLI 1 1 1 1
19 LION 1 1 1 1
20 LMSH 1 1 1 1
21 MERK 1 1 1 1
22 MLBI 0 0 0 0
23 MYOR 1 1 1 1
24 NIPS 0 0 0 0
25 PICO 1 1 1 1
26 PYFA 1 1 1 1
27 ROTI 1 1 1 1
28 SKLT 1 1 1 1
29 SMCB 1 1 1 1
30 SQBB 1 1 1 1
31 SRSN 1 1 1 1
32 STTP 1 1 1 1
33 TCID 1 1 1 1
34 TOTO 1 1 1 1
Bersambung ke halaman berikutnya
107
Lampiran 7 (Lanjutan)
35 TRST 1 1 1 1
36 TSPC 1 1 1 1
37 ULTJ 1 1 1 1
38 UNVR 1 1 1 1
108
Lampiran 8
Output Hasil Penelitian Data
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
TAX 152 ,000 ,950 ,28007 ,128038
TUN 152 ,214 ,982 ,58047 ,220294
PROFIT 152 ,002 ,669 ,12951 ,120896
LEV 152 ,103 3,962 ,83355 ,692061
RND 152 0 1 ,42 ,495
TF 152 0 1 ,92 ,271
Valid N
(listwise)
152
2. Hasil Uji Frekuensi
TP
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Tidak terdapat
RPT Penjualan
12 7,9 7,9 7,9
Terdapat RPT
Penjualan
140 92,1 92,1 100,0
Total 152 100,0 100,0
3. Hasil Uji Kesesuaian Keseluruhan Model
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
Constant
Step 1 1 92,174 1,684
2 84,360 2,272
3 83,964 2,443
4 83,962 2,457
5 83,962 2,457
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 83,962
c. Estimation terminated at iteration number 6 because
parameter estimates changed by less than ,001.
Bersambung ke halaman berikutnya
109
Lampiran 8 (Lanjutan)
4. Hasil Uji Koefisien Determinasi
Iteration Historya,b,c,d
Iteration
-2 Log
likelihood
Coefficients
Constant TAX TUN
PROFI
T LEV RND(1)
Step
1
1 77,929 2,028 ,611 ,005 -2,580 -,483 ,519
2 57,377 2,765 1,896 ,012 -4,465 -,939 1,399
3 47,203 3,045 4,285 ,023 -6,176 -1,482 2,910
4 40,736 3,568 7,092 -,038 -8,394 -2,262 5,258
5 37,703 4,472 9,259 -,155 -10,761 -3,160 8,125
6 36,970 5,005 10,499 -,161 -12,058 -3,691 10,300
7 36,776 5,139 10,829 -,154 -12,351 -3,828 12,639
8 36,751 5,139 10,829 -,154 -12,351 -3,828 15,646
9 36,750 5,139 10,829 -,154 -12,351 -3,828 17,647
10 36,749 5,139 10,829 -,154 -12,351 -3,828 21,647
11 36,749 5,139 10,829 -,154 -12,351 -3,828 24,647
a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 83,962
d. Estimation terminated at iteration number 11 because parameter estimates
changed by less than ,001.
5. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)
Model Summary
Step
-2 Log
likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke
R Square
1 36,749a ,267 ,629
a. Estimation terminated at iteration number 11
because parameter estimates changed by less than ,001
Bersambung ke halaman berikutnya
110
6. Hasil Uji Kelayakan Model Regresi
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 0,555 8 1,000
7. Hasil Uji Matriks Klasifikasi
Classification Tablea
Observed
Predicted
TF
Percentage Correct NO RPT RPT
Step 1 TF NO RPT 0 12 ,0
RPT 0 140 100,0
Overall Percentage 92,1
a. The cut value is ,500
8. Hasil Uji Regresi Logistik
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step
1a
TAX 10,829 5,336 4,118 1 ,042 50458,898
TUN -,154 1,929 ,006 1 ,936 ,857
PROFIT -12,351 4,114 9,015 1 ,003 ,000
LEV -3,828 1,145 11,176 1 ,001 ,022
RND 24,647 3482,909 ,000 1 ,994 505696,00
Constant 5,139 2,031 6,405 1 ,011 170,615
a. Variable(s) entered on step 1: TAX, TUN, PROFIT, LEV, RND.
b.
Correlation Matrix
Constant TAX TUN PROFIT LEV RND
Step 1 Constant 1,000 -,264 -,588 -,215 -,563 ,000
TAX -,264 1,000 ,193 -,517 -,491 ,000
TUN -,588 ,193 1,000 -,391 -,004 ,000
PROFIT -,215 -,517 -,391 1,000 ,694 ,000
LEV -,563 -,491 -,004 ,694 1,000 -,001
RND ,000 ,000 ,000 ,000 -,001 1,00