pengaruh pembinaan agama islam terhadap...
TRANSCRIPT
PENGARUH PEMBINAAN AGAMA ISLAM TERHADAP TINGKAT RASA PERCAYA DIRI WARGA BINAAN
WANITA PADA RUMAH TAHANAN NEGARA KELAS II A PONDOK BAMBU JAKARTA TIMUR
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun Oleh:
HOIRUNNISA NIM: 1112052000009
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1438 H/2016 M
ABSTRAK
Hoirunnisa, 1112052000009, Pengaruh Pembinaan Agama Islam Terhadap Tingkat Rasa Percaya Diri Warga Binaan Wanita Pada Rumah Tahanan Negara Kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur, di bawah Bimbingan Dra. Rini Laili Prihatini. M. Si.
Rumah Tahanan Negara atau yang sering disebut Rutan adalah tempat tersangka atau terdakwa ditahan selama proses penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan di Indonesia. Undang-undang nomor 12 tahun 1995 tentang pemasyarakatan pada pasal 14 ayat (1), sangat jelas mengatur hak-hak seorang warga binaan atau narapidana selama menghuni di lembaga pemasyarakatan atau rumah tahanan negara yaitu, salah satunya adalah melakukan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya, dan mendapatkan perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani.
Salah satu kegiatan yang berada di Rutan adalah pembinaan keagamaan yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada sang Pencipta, menyadarkan warga binaan akan kesalahannya agar tidak mengulangi kesalahannya kembali, dan membangun kepercayaan diri warga binaan untuk berubah menjadi manusia yang lebih baik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembinaan agama Islam terhadap tingkat rasa percaya diri, dan untuk mengetahui faktor dominan yang mempengaruhi rasa percaya diri dari pembinaan keagamaan Islam warga binaan pada Rumah Tahanan Negara Kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur.
Metodologi penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan jenis survei, untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, sampel dalam penelitian ini berjumlah 70 warga binaan dengan menggunakan teknik probability sampling. Analisis data menggunakan uji regresi linier sederhana, uji regresi linear berganda, uji koefision korelasi dan determinasi, uji F-test dan uji T-test.
Hasil penelitian ini menemukan: (1) Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel pembinaan agama Islam dan variabel rasa percaya diri warga binaan wanita di Rutan Pondok Bambu ,dengan F-test nilai siginifikansinya sebesar (0,000b) atau kurang dari 0,05. (2) Faktor dominan yang mempengaruhi pembinaan agama Islam terhadap rasa percaya diri adalah dukungan keluarga dan lingkungan dengan nilai Thitung > Ttabel yaitu 3,054>1,994. Aspek afektif dengan nilai Thitung > Ttabel yaitu 2,148>1,994. Aspek psikomotorik dengan nilai Thitung > Ttabel yaitu 2,042>1,994. Kata Kunci: Pembinaan Agama Islam, Rasa Percaya Diri, Warga Binaan
Wanita.
i
KATA PENGANTAR
مــــــــــــــسم هللا الرحمن الرحیــــــــــــــب
Assalamu’alakum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan nikmat
yang Allah berikan kepada kita semua, terlebih-lebih nikmat Iman dan Islam.
Karena dengan nikmat-nikmat itulah kita masih bisa beraktifitas sampai saat ini.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada suri tauladan kita
baginda nabi Muhammad SAW. Yang karena kemuliaannyalah kita berharap
syafaatnya di hari kiamat. Disamping itu shalawat dan salam semoga terlimpah
curahkan pula kepada keluarganya, sahabatnya serta pengikutnya yang setia
sampai akhir zaman.
Tidak ada sesuatu yang paling membahagiakan bagi penulis melainkan telah
terselesaiakannya skripsi dengan judul “Pengaruh Pembinaan Agama Islam
Terhadap Tingkat Rasa Percaya Diri Warga Binaan Wanita Pada Rumah
Tahanan Negara Kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur” ini. Bukan
perjuangan yang mudah untuk menyelesaikan semua ini, akan tetapi buah
kesabaran dan ketekunanlah yang mewujudkannya. Walaupun demikian penulis
sadar, bahwa tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak tidak mungkin
skripsi ini terselesaiakan dengan baik.
Oleh karenanya, tidak ada hal lain yang lebih utama melainkan penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terutama kedua orang tua
penulis Alm. Bapak (Wandi) dan Ibu (Holilah) atas doa, semangat, kasih sayang,
pengorbanan dan ketulusan dalam mendampingi penulis. Serta adik-adikku (Nur
ii
Aisyah Fitriyani dan Nur Aulia Zahro) yang selalu mampu membuat diri ini
tersenyum dan melepas penat yang luar biasa. Selain itu tentu penulis juga sangat
berterimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam penelitian
ini diantaranya kepada:
1. Dr. Arief Subhan, MA. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Suparto, M.Ed, Ph.D. selaku Wakil Dekan
Bidang Akademik, Dr. Raudhonah, MA. selaku Wakil Dekan Bidang
Administrasi Umum,serta Dr. Suhaimi, M.Si. selaku Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerjasama.
2. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si. selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam sekaligus dosen pembimbing yang senantiasa meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan masukan dan arahan dalam
penyusunan skripsi ini.
3. Ir. Noor Bekti Negoro, SE, M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmunya kepada
penulis selama perkuliahan.
5. Seluruh Civitas Kementerian Hukum dan HAM Jakarta Timur yang telah
membantu dan mempermudah penulis dalam melakukan penelitian ini.
6. Seluruh Civitas Rumah Tahanan Negara Kelas II A Jakarta Timur yang selalu
senantiasa membantu dan mempermudah penulis dalam penelitian di
iii
lapangan untuk menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas bantuan dan
kerjasamanya.
7. Teman-teman seperjuangan BPI 2012 yang selalu memberikan semangat,
saran dan masukan kepada penulis. Terimaksih untuk kebersamaannya
selama ini dalam menggapai impian sebagai penyuluh professional. Apa yang
terjadi selama 4 tahun perkuliahan akan selalu menjadi pengalaman yang tak
kan pernah terlupakan.
8. Dan untuk semua pihak yang telah membantu dalam penelitian skripsi ini
yang tidak dapat disebutkan datu per satu tanpa mengurangi rasa hormat,
penulis ucapkan terimakasih.
Penulis berharap semoga Allah SWT senantiasa memberikan kemudahan,
kelancaran dan kesuksesan kepada semua pihak yang telah memberikan segala
bantuan dan dukungannya kepada penulis.
Akhir kata, penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun
harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membaca pada
umumnya, dan bagi segenap keluarga besar jurusan Bimbingan dan Penyuluhan
Islam.
Wassalamu’alakum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, 10 November 2016
Hoirunnisa
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................ v
DAFTAR TABEL .................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ......................................... 10
1. Batasan Masalah ......................................................... 10
2. Rumusan Masalah ...................................................... 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................... 11
1. Tujuan Penelitian ........................................................ 11
2. Manfaat Penelitian ...................................................... 11
D. Tinjauan Pustaka ............................................................... 12
E. Sistematika Penulisan ........................................................ 16
BAB II TINJAUAN TEORITIS ......................................................... 19
A. Pembinaan Agama ............................................................. 19
1. Pengertian Pembinaan ................................................ 19
2. Pengertian Agama ...................................................... 20
v
3. Pengertian Pembinaan Agama .................................... 23
4. Tujuan Pembinaan Agama ......................................... 24
5. Aspek-aspek Pembinaan Agama ................................ 26
6. Metode Pembinaan Agama ........................................ 28
7. Materi Pembinaan Agama .......................................... 35
8. Media Pembinaan Agama .......................................... 44
B. Rasa Percaya Diri .............................................................. 45
1. Pengertian Rasa Percaya Diri ..................................... 45
2. Ciri-ciri Perilaku Rasa Percaya Diri ........................... 46
3. Upaya Meningkatkan Rasa Percaya Diri .................... 48
4. Faktor yang Mempengaruhi Rasa Percaya Diri ......... 49
5. Aspek-aspek Rasa Percaya Diri ................................. 49
C. Narapidana ......................................................................... 52
1. Pengertian Narapidana ............................................... 52
2. Jenis Sanksi Pidana .................................................... 53
3. Tahap Pembinaan Narapidana .................................... 54
4. Hak dan Kewajiban Narapidana ................................. 55
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................... 56
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ........................................ 56
1. Pendekatan Penelitian ................................................. 56
2. Jenis Penelitian ........................................................... 56
B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................... 57
1. Tempat Penelitian ....................................................... 57
2. Waktu Penelitian ........................................................ 57
vi
C. Sumber Data ...................................................................... 58
D. Populasi dan Sampel.......................................................... 60
1. Populasi ...................................................................... 60
2. Sampel ........................................................................ 60
E. Variabel Penelitian ............................................................ 61
F. Definisi Operasional dan Indikator Penelitian .................. 63
G. Teknik Pengumpulan Data ................................................ 70
1. Observasi .................................................................... 70
2. Kuesioner .................................................................... 70
3. Dokumentasi ............................................................... 71
H. Instrumen Pengumpulan Data ........................................... 71
1. Uji Validitas ............................................................... 72
2. Uji Reliabilitas ............................................................ 73
I. Teknik Analisis Data ......................................................... 74
1. Uji Regresi Linear Sederhana ..................................... 75
2. Uji Regresi Linear Berganda ...................................... 76
3. Uji Koefisien Korelasi ................................................ 77
4. Uji Koefisien Determinasi .......................................... 78
5. Uji F-test (Simultan) ................................................... 79
6. Uji T-test (Parsial) ...................................................... 79
J. Hipotesis Penelitian ........................................................... 80
vii
BAB IV GAMBARAN UMUM DAN HASIL ANALISIS DATA .... 81
A. Gambaran Umum Rutan Pondok Bambu Jakarta Timur ... 81
1. Sejarah Rutan Pondok Bambu Jakarta Timur ............ 81
2. Visi dan Misi Rutan Pondok Bambu Jakarta Timur ... 81
3. Struktur Organisasi Rutan Pondok Bambu Jakarta
Timur .......................................................................... 82
4. Sarana dan Prasarana Rutan Pondok Bambu
Jakarta Timur .............................................................. 84
5. Daftar Penghuni Rutan Pondok Bambu Jakarta
Timur .......................................................................... 86
6. Jenis Pembinaan Rutan Pondok Bambu Jakarta
Timur .......................................................................... 87
B. Temuan dan Hasil Analisis Data ....................................... 89
1. Klasifikasi Responden ................................................ 89
2. Deskripsi Hasil Penelitian .......................................... 91
3. Analisis Data .............................................................. 116
a. Uji Regresi Linear Sederhana ............................. 116
1. Koefisien Regresi Linear Sederhana ............ 117
2. Koefisien Determinasi .................................. 118
b. Uji Regresi Linear Berganda ............................... 119
1. Koefisien Regresi Linear Berganda ............. 119
2. Koefisien Korelasi ........................................ 121
3. Koefisien Determinasi .................................. 123
viii
c. Uji Regresi Pengaruh Antar Variabel .................. 124
1. Uji Koefisien Regresi Parsial (Uji T) ........... 124
2. Uji Koefisien Regresi Simultan (Uji F)........ 130
BAB V PENUTUP ................................................................................ 133
A. Kesimpulan ........................................................................ 133
B. Saran .................................................................................. 134
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Definisi Operasional dan Indikator Variabel Penelitian ...... 63
Tabel 2. Skala Likert ........................................................................... 71
Tabel 3. Hasil Output Uji Reliabilitas Variabel X (Pembinaan Agama
Islam) .................................................................................... 73
Tabel 4. Hasil Output Uji Reliabilitas Variabel Y (Rasa Percaya
Diri) ...................................................................................... 74
Tabel 5. Interval Koefisien Korelasi dan Kekuatan Hubungan ......... 77
Tabel 6. Jumlah Pegawai Rutan Pondok Bambu Kelas II A
Jakarta Timur ....................................................................... 83
Tabel 7. Daftar Isi Penghuni Rutan Pondok Bambu Kelas II A
Jakarta Timur ....................................................................... 86
Tabel 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Kasus ...................... 89
Tabel 9. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia......................... 89
Tabel 10. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Terakhir .............................................................................. 90
Tabel 11. Kognitif .............................................................................. 91
Tabel 12. Afektif ................................................................................ 95
Tabel 13. Psikomotorik ...................................................................... 97
Tabel 14. Dukungan keluarga dan lingkungan .................................. 99
Tabel 15. Tekat kuat .......................................................................... 101
x
Tabel 16. Memberanikan diri ............................................................. 102
Tabel 17. Berfikir positif .................................................................... 104
Tabel 18. Inisiatif ............................................................................... 105
Tabel 19. Mandiri ............................................................................... 107
Tabel 20. Belajar dari kegagalan........................................................ 108
Tabel 21. Tidak mudah menyerah...................................................... 110
Tabel 22. Bersikap objektif ................................................................ 111
Tabel 23. Dapat menempatkan diri sesuai situasi .............................. 113
Tabel 24. Hasil Rata-rata dari Setiap Indikator Variabel X ............... 114
Tabel 25. Hasil Rata-rata dari Setiap Indikator Variabel Y ............... 115
Tabel 26. Koefisien Regresi Linear Sederhana .................................. 117
Tabel 27. Koefisien Determinasi ....................................................... 118
Tabel 28. Koefisien Regresi Linear Berganda ................................... 120
Tabel 29. Koefisien Korelasi ............................................................. 122
Tabel 30. Korelasi Variabel X dan Y ................................................. 122
Tabel 31. Koefisien Determinasi ....................................................... 124
Tabel 32. Hasil Persamaan Regresi.................................................... 126
Tabel 33. Hasil Uji Koefisien Parsial (Uji T) .................................... 126
Tabel 34. Analisis Hasil Uji T ........................................................... 129
Tabel 35. Hasil Output Uji Koefisien Simultan ................................. 131
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk individu yang memiliki pribadi atau jiwa
sendiri.1 Asal kata individu berarti “tidak dapat dibagi-bagi”. Makhluk individual
berarti makhluk yang tidak dapat dibagi-bagi (in-dividere). Manusia merupakan
makhluk individual tidak hanya dalam arti makhluk keseluruhan jiwa raga, tetapi
juga dalam arti bahwa setiap orang itu merupakan pribadi yang khas menurut
corak kepribadiannya, termasuk kecakapan-kecakapan sendiri.2 Pada intinya
dikatakan makhluk individu karena untuk membedakan antara individu yang satu
dengan individu lainnya.
Segi utama lainnya yang perlu diperhatikan adalah bahwa manusia secara
hakiki merupakan makhluk sosial. Sejak ia dilahirkan, ia membutuhkan
pergaulan dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan biologisnya,
yaitu makanan, minuman dan lain-lain.3 Selain itu, manusia juga membutuhkan
agama sebagai nutrisi hati, pengarah dan landasan untuk pembentukan dan
pengembangan kepribadian manusia. Nilai-nilai keagamaan memainkan
peranan dalam masyarakat selama nilai- nilai tersebut dikenal dan diyakini oleh
1 Zakiyah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 118
2 W. A. Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama, 2004), h. 24 3 Ibid., h. 26
2
setiap anggota masyarakat.4 Maka dari itu nilai-nilai keagamaan menjadi penting
bagi semua manusia sebagai landasan hidup.
Agama dalam kehidupan manusia mempunyai pengaruh yang sangat besar.
Menurut Zakiyah Daradjat ada tiga fungsi agama terhadap mereka yang
meyakini kebenarannya, yaitu:
a) Memberikan bimbingan dalam hidup.
b) Menolong dalam menghadapi kesukaran.
c) Menentramkan batin.5
Agama memberikan patokan dan tuntunan berupa perintah dan larangan kepada
manusia dalam aktualisasi kehidupan. Suatu hal yang berhubungan dengan
agama menjadi penting, karena agama berperan dalam pembentukan tingkah laku
dan pengarahan penggunaan akal untuk perbaikan hidup manusia dan kaitannya
disini adalah keagamaan Islam. Islam adalah agama samawi terakhir yang
berfungsi sebagai rahmat dan nikmat bagi manusia seluruhnya, maka Allah SWT
mewahyukan agama Islam dalam nilai kesempurnaan tertinggi.6
Realitanya jalan yang ditunjukkan agama tidak seluruhnya diikuti oleh
manusia, bahkan sebagian besar mengingkarinya. Pengingkarannya terhadap
agama ini tidak hanya terjadi pada zaman jahiliyah saja, tetapi terjadi pula pada
zaman modern ini. Proses modernisasi telah membawa perubahan pola hidup
manusia. Terutama dalam cara berfikir, bersikap dan bertingkah laku dalam
4 Nottingham Elizabeth K, Agama dan Masyarakat, Suatu Pengantar Sosiologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), h. 44
5 Zakiyah Daradjat, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), h. 56
6 Ibid., h. 57
3
kehidupan sehari-hari yang pada gilirannya perubahan tersebut akan membawa
dampak positif dan negatif. Iqbal Hasan mengatakan bahwa: “salah satu ciri
kehidupan masyarakat modern dewasa ini adalah kegoyahan norma-norma,
termasuk norma-norma yang kita pergunakan dalam menilai problema manusia
sebagai anggota masyarakat”. Kondisi yang demikian merupakan faktor yang
dapat mengganggu keseimbangan jiwa bagi mereka yang tidak kuat mental
agamanya. Pada tingkat permulaan mungkin berupa ketegangan (stress), frustasi,
dan sampai melakukan tindak kejahatan.7 Sehubungan dengan itu, maka
disinilah seorang pembina keagamaan Islam sangat dibutuhkan, tidak hanya
untuk diri sendiri namun juga untuk umat, sebagai sarana Dakwah Islam.
Dakwah Islam adalah suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan,
tingkah laku, dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana.
Dakwah Islam adalah usaha mempengaruhi orang lain baik secara individual
maupun secara kelompok, supaya timbul dalam dirinya suatu pengertian,
kesadaran, sikap penghayatan, serta pengamalan terhadap ajakan agama sebagai
pesan yang disampaikan kepadanya tanpa adanya unsur-unsur paksaan.8 Ruang
geraknya pun begitu luas, tidak sebatas di kalangan umat yang bebas di dunia
luar saja, namun juga di kalangan umat yang sulit untuk melihat dunia luar.
Salah satu individu atau kelompok yang sangat membutuhkan Dakwah Islam
adalah narapidana atau warga binaan, karena mereka merupakan kelompok yang
rentan akan kehilangan rasa percaya dirinya setelah memasuki Lapas atau Rutan.
7 Iqbal Hasan, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), h. 82
8 M Arifin, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 6
4
Selain mereka kehilangan rasa kepercayaan diri, mereka juga harus menanggung
sanksi hukum yang berat dan harus siap menanggung sanksi moral ketika mereka
keluar nanti. Perasaan bersalah membuatnya selalu berfikir “saya tidak berguna
lagi”.9 Perasaan tersebut mengakibatkan timbulnya rasa pesimis dan kurangnya
percaya diri warga binaan.
Banyaknya orang yang melakukan tindak kejahatan yang menyebabkan
menurunnya kepercayaan diri terlihat dari meningkatnya jumlah kriminalitas di
Indonesia. Data registrasi Polri mengungkapkan bahwa kejadian kejahatan di Indonesia
selama periode tahun 2012-2014 cenderung berfluktuasi. Jumlah kejadian kejahatan atau
crime total dari sekitar 341.000 kasus pada tahun 2012 meningkat menjadi sekitar
342.000 kasus pada tahun 2013. Namun, pada tahun 2014 menurun menjadi sekitar
325.000 kasus. Hal ini sejalan dengan resiko penduduk terkena kejahatan (crime rate)
selama periode Tahun 2012-2014 yang juga berfluktuasi. Jumlah orang yang berisiko
terkena tindak kejahatan (crime rate) setiap 100.000 penduduk diperkirakan sebanyak
134 orang pada tahun 2012, 140 orang pada tahun 2013, dan 131 orang pada tahun
2014.10 Terlihat pula dari jumlah narapidana di Indonesia yang berada di Lapas dan
Rutan selama periode tahun 2012-2014. Jumlah tahanan pada tahun 2012 sekitar
108.807, meningkat menjadi 135.826 pada tahun 2013, dan pada tahun 2014 bulan
9 Kartini Kartono, Patologi Sosial, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 196 10Statistik Kriminal 2015, Sub Direktorat Statistik Politik dan Keamanan,
http://bps.go.id/website/pdf_publikasi/watermark%20_Statistik_Kriminal_2015.pdf, diakses pada tanggal 9 Maret 2016
5
Agustus menjadi sekitar 88.662. Jumlah Tahanan Negara diberbagai wilayah
mengalami peningkatan jumlah narapidana (napi).11
Sedangkan data statistik Narapidana wanita di Indonesia pada tahun 2014
berjumlah 2,768, meningkat pada tahun 2015 yaitu berjumlah 3,241 dan pada tahun
2016 meningkat kembali dengan jumlah 3,602. Dari hasil tersebut membuat Saya
tertarik untuk melakukan penelitian di salah satu Rumah Tahanan Negara khusus wanita
yaitu di Rutan Pondok Bambu Jakarta Timur. Jumlah hunian di Rumah Tahanan
Pondok Bambu melebihi kapasitas yaitu 619 orang menjadi 1011 orang pada
tahun 2014-2015.
Berdasarkan data diatas, terlihat bahwa ada kenaikan kriminalitas yang
terjadi. Keadaan seperti ini sangat dibutuhkan seseorang untuk memberikan
motivasi kepada para warga binaan, agar terbangun optimis dan rasa percaya
pada diri mereka setelah kembali ke masyarakat. Percaya diri merupakan
keyakinan dalam diri seseorang untuk dapat menangani segala sesuatu yang ada
dihadapannya dengan tenang. Percaya diri merupakan keyakinan yang kuat
dalam diri yang berupa perasaan dan anggapan bahwa dirinya dalam keadaan
baik sehingga memungkinkan individu tampil dan berperilaku dengan penuh
keyakinan. Sosok pribadi yang percaya diri cenderung bisa melawan tantangan
hidup yang melintang dalam bentuk apa pun dengan berbuat sesuatu yang bijak
dan profesional. Setiap individu mempunyai hak untuk menikmati kebahagiaan
dan kepuasan atas apa yang telah diperolehnya, akan tetapi hal itu sulit dirasakan
11Problem Lapas, Over Kapasitas atau Sistem, Koran SINDO, http://nasional.sindonews.com/read/1010872/149/problem-lapas-over-kapasitas-atau-sistem-1433899611, diakses pada tanggal 10 Juni 2015
6
dan tidak bisa melawan berbagai halangan-halangan apabila individu tersebut
memiliki mental percaya diri yang rendah. Bukan hanya ketidakmampuan dalam
melakukan suatu usaha memperjuangkan keinginannya, tetapi juga ketidak-
mampuan dalam menikmati hidup.12 Oleh karena itu kepercayaan diri menjadi
penting dimiliki setiap orang karena dengan jiwa yang percaya diri akan
mempermudah kita dalam menjalani aktivitas sehari-hari.
Orang yang melakukan aktivitas apa pun dalam kehidupannya tentu saja
membutuhkan sikap percaya diri agar sesuatu yang diperoleh bisa lebih optimal.
Percaya diri seolah-olah menjadi kunci tersendiri bagi kesuksesan seseorang
dalam melakukan sesuatu. Setiap orang memiliki kapasitas untuk
mengembangkan diri dengan sebaik-baiknya, sehingga mampu melakukan yang
terbaik untuk kehidupan. Ketika orang tampil tidak percaya diri di hadapan orang
lain, maka dia akan merasakan betapa dirinya merasa berat dan terganggu ketika
melakukan aktivitas, hasil yang dicapai akan berbeda, sehingga getar yang
dirasakan orang lain pun akan berbeda. Dijelaskan oleh Alex Sobur, bahwa
ketika perasaan takut dan cemas menjadi dominan dan menguasai diri maka
seseorang tidak mampu tampil dengan yakin dan tidak bisa berbuat apa-apa.13
Perasaan seperti itu pula yang sering dirasakan oleh Narapidana atau Warga
Binaan, sehingga diperlukan usaha-usaha pembinaan agar Warga Binaan lebih
percaya diri dan mampu beraktualisasi diri didalam keluarga dan masyarakat.
12 Syaifullah Ach, Tips Bisa Percaya Diri, (Jogjakarta: Gara Ilmu, 2010), h. 49 13 Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2003), h. 499
7
Salah satu pembinaan yang terdapat di Lapas dan Rutan adalah pembinaan
Agama Islam. Pembinaan Agama Islam merupakan pembinaan yang dibutuhkan
oleh warga binaan, karena dengan mendapatkan pembinaan Agama Islam para
warga binaan dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah, menyadari semua
kesalahannya dan mencoba menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.
Agama bisa membantu mengarahkan Warga Binaan, bagaimana membentuk rasa
percaya diri akan kehidupan selanjutnya. Disinilah pembinaan Agama Islam
begitu diperlukan bagi para Warga Binaan, agar mereka kuat dan tidak lari dari
tantangan hidup. Salah satu yang membuat orang lari dari tantangan adalah
lemahnya kepercayaan, dan ketika seseorang mengalami kepercayaan diri yang
rendah dia cenderung canggung bila berhadapan dengan orang lain dan lebih
sensitif terhadap apapun, hingga menyebabkan kemunduran terhadap dirinya.14
Masalah yang dialami narapidana sangatlah kompleks sehingga diperlukan
pembinaan dari berbagai aspek secara intensif. Warga Binaan diharapkan bisa
lebih baik, mengalami kelahiran kembali secara mental dan spiritual dan akan
melepaskan segala cara berpikir, kebiasaan dan gaya hidup yang lama. Beragam
masalah psikologi dirasakan narapidana, baik mereka yang baru, maupun yang
lama. Mantan Narapidana atau Warga Binaan sering kesulitan kembali ke tengah
masyarakat. Sebagian masyarakat menolak kedatangan para mantan Warga
Binaan di tengah-tengah mereka. Sikap penolakan ini membuat mereka merasa
diperlakukan tidak manusiawi dan menyebabkan rasa kepercayaan diri yang
14 Ubaedy Baca Dirimu Temukan Takdirmu, (Jakarta: Gravindo Khazanah Ilmu, 2007), h. 122
8
menurun.15 Maka diperlukan pembinaan agama agar tumbuh rasa percaya diri
Warga Binaan untuk bersosialisasi kepada keluarga dan masyarakat.
Dengan demikian pembinaan Agama Islam sangat penting untuk diterapkan
sebagai basis penguatan moralitas individu setiap manusia baik dalam pendidikan
formal maupun non-formal, terlebih pada menggaris bawahi esensi dari
diterapkannya hukuman bagi masyarakat yang melanggar peraturan perundang-
undangan untuk mengurangi angka kriminalitas di Indonesia. Sebagai bentuk
pengajaran keagamaan di Lapas dan Rutan, karena walaupun Warga Binaan
adalah pelanggar hukum, mereka tetap mendapatkan haknya seperti yang ada di
UU No.12 Tahun 1995-Pemasyarakatan Pasal (14) pada point (a), (b), dan (c)
yaitu:
Warga Binaan berhak :
a. Melakukan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya,
b. Mendapatkan perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani,
c. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran.16
Salah satu hak Warga Binaan adalah mendapatkan perawatan rohani atau
pembinaan keagamaan. Oleh karena itu dibutuhkan pembinaan agama kepada
Warga Binaan agar dapat berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Salah satu
Rutan yang berada di Jakarta Timur yang mempunyai program pembinaan agama
Islam adalah Rutan Pondok Bambu. Jumlah warga binaan di Rutan Pondok
Bambu pada tahun 2014 adalah 1011 orang. Semua warga binaan di Rutan
15 Puji Astuti, Pembinaan Shalat Terhadap Nara Pidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Yogyakarta, (Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2008), h. 37
16 Undang-Undang Pemasyarakatan, (Bandung: Fokusindo Mandiri, 2014), h. 9
9
Pondok Bambu berjenis kelamin wanita, maka dari itu masalah-masalah batin
yang mereka hadapi kadang lebih berat, dibanding dengan sanksi hukum yang
harus mereka tanggung. Sebutan “Narapidana” sulit terhapus dalam hati mereka.
Mereka itu umumnya secara mental dan psikologis tidak siap menghadapi
realitas di dalam penjara. Dalam batinnya, mereka sangat menyesali perbuatan
dosa dan kesalahannya.17 Untuk itu dibutuhkan pembinaan pada mereka yang
lebih intens, agar mereka bisa lebih terarah, bisa menjadi lebih baik dari
sebelumnya, dan bisa membangun rasa percaya pada diri mereka. Dengan
pembinaan agama tersebut, diharapkan para warga binaan sadar akan
perbuatannya, bertobat sehingga kembali pada jalan yang benar dan percaya diri
dalam menjalani kehidupan pasca penjara.
Penelitian ini menarik untuk diteliti karena untuk mengukur tingkat
pengaruh pembinaan Agama Islam yang telah diberikan oleh pembimbing
Agama yang berada di Rutan terhadap tingkat rasa percaya diri Warga Binaan.
Seringkali pembimbing Agama hanya memberikan pembinaan Agama tanpa
mengetahui apakah dapat menimbulkan hasil yang positif kepada Warga Binaan,
dalam hal ini adalah menimbulkan sikap rasa percaya diri untuk aktualisasi diri
pada keluarga dan masyarakat. Ada beberapa hal yang mendorong mengapa
wanita yang diteliti dalam hal ini, bahwa yang menarik perhatian peneliti adalah
kenyataan yang tak dapat dipungkiri yaitu terdapat perbedaan antara wanita dan
kaum laki-laki yang nyata adalah secara bentuk fisik maupun dalam hal
17 Kartini Kartono, Patologi Sosial, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 196
10
psikisnya. Wanita cenderung lebih lembut perasannya yang mengakibatkan
mudah mengalami penurunan kepercayaan diri.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di
Rumah Tahanan Negara Kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur. Rumah
Tahanan Negara ini memiliki peranan yang sama seperti lembaga–lembaga
pemasyarakatan atau Rumah Tahanan Negara lainnya yang ada di Indonesia,
yang berkaitan dengan pembinaan Agama Islam bagi Narapidana Wanita di
Rumah Tahanan Negara. Adapun judul penelitian ini adalah “Pengaruh
Pembinaan Agama Islam terhadap Tingkat Rasa Percaya Diri Warga
Binaan Wanita pada Rumah Tahanan Negara Kelas II A Pondok Bambu
Jakarta Timur”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Batasan dari penelitian ini adalah:
a. Pembinaan agama yang dimaksud dalam penelitian ini dibatasi pada
aspek-aspek mengikuti pembinaan Agama Islam menurut teori
Mangundharjana dan Harsono yaitu aspek kognitif, afektif,
psikomotorik dan dukungan keluarga dan masyarakat.
b. Rasa percaya diri disini dibatasi pada aspek-aspek kepercayaan diri
menurut teori Thursan Hakim yaitu tekat kuat, memberanikan diri,
berfikir positif, inisiatif, mandiri, belajar dari kegagalan, tidak mudah
menyerah, bersikap objektif, menempatkan diri sesuai situasi.
11
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah yang telah
diuraikan, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana pengaruh pembinaan Agama Islam terhadap tingkat rasa
percaya diri Warga Binaan pada Rumah Tahanan Negara Kelas II A
Pondok Bambu Jakarta Timur ?
b. Apa faktor dominan yang mempengaruhi rasa percaya diri dari
pembinaan Agama Islam bagi Warga Binaan Rumah Tahanan Negara
Kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Masalah
a. Untuk mengetahui pengaruh pembinaan Agama Islam terhadap tingkat
rasa percaya diri Warga Binaan pada Rumah Tahanan Negara Kelas II A
Pondok Bambu Jakarta Timur.
b. Untuk mengetahui faktor dominan yang mempengaruhi rasa percaya diri
dari pembinaan Agama Islam Warga Binaan pada Rumah Tahanan
Negara Kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini sebagai berikut:
a. Untuk pengembangan kurikulum Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan
Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang berkaitan dengan mata kuliah Psikologi.
12
b. Sebagai referensi tempat untuk pelaksanaan mata kuliah Praktikum
Profesi Mikro Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
c. Untuk lembaga dapat dijadikan bahan evaluasi pembimbing Agama
dalam pelaksanaan bimbingan agama Islam pada warga binaan Rutan
Pondok Bambu.
d. Untuk lembaga dapat mengetahui pengaruh Warga Binaan terhadap
ringkat rasa percaya diri setelah mengikuti pembinaan Agama Islam.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis sebelumnya mengadakan penelitian
lebih lanjut kemudian menyusun menjadi suatu karya ilmiah, maka langkah awal
yang penulis tempuh adalah mencari informasi serta mengumpulkan terlebih
dahulu terhadap objek penelitian untuk dijadikan sebuah karya ilmiah. Maksud
dari mencari dan mengumpulkan informasi ini adalah untuk mengetahui apakah
objek yang penulis teliti ini sebelumnya sudah ada yang melaksanakan penelitian
dalam suatu karya ilmiah.
Tinjauan pustaka yang penulis telusuri yaitu:
1. Novalian Kesumasari dengan judul penelitian “Pengaruh Pembinaan
Kerohanian Islam Terhadap Kesadaran Beragama Narapidana (studi kasus
di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas IIA, Tangerang)”. Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Program Studi Pendidikan Agama Islam UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2014. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan jenis penelitian survey. Hasil dari penelitian yang
13
dilakukan Novalian Kesumasari bahwa pembinaan kerohanian berpengaruh
positif terhadap kesadaran beragama narapidana. Kelebihan penelitian ini
adalah pembahasannya terfokus pada kegiatan kesadaran beragama
narapidana yang memang rutin dilaksanakan oleh Lembaga pemasyarakatan
sebagai upaya untuk mengembalikan dan menumbuh kembangkan aspek
keagamaan dalam diri narapidana agar kelak dapat memiliki kepercayaan
diri dan dapat diterima kembali di dalam masyarakat. Kekurangan penelitian
ini belum dijelaskan tahapan-tahapan secara runtut mengenai proses
pembinaan rohani terhadap narapidana.
2. Handi Supriandi dengan judul penelitian “Pembinaan Agama Islam Sebagai
Upaya Pengurangan Terjadinya Pengulangan Tindak Pidana Bagi
Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur”. Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan
Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014. Jenis penelitian ini
deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian dapat
diketahui bahwa pembinaan agama Islam di Lapas Kelas IIB Cianjur dengan
berbasis pesantren Terpadu At-Taubah, dengan bentuk ceramah, diskusi,
pendekatan pribadi dengan materi Baca Tulis Al-Qur’an, Praktek Ibadah,
Aqidah, Syariah, Akhlak, Qira’at dan Istighosah. Materi yang disampaikan
adalah nilai-nilai ajaran Islam yang materinya disesuaikan dengan kebutuhan
napi. Kegiatan pembinaan agama Islam menunjukkan bahwa pembinaan
agama Islam di Lapas Kelas IIB Cianjur sudah baik. Hal tersebut dapat
dibuktikan dengan antusias para narapidana dalam pembinaan serta perilaku
14
yang ditunjukkan dalam kesehariannya di dalam Lapas. Kelebihan dari
penelitian ini adalah menggunakan metodologi penelitian kualitatif dengan
waktu penelitian selama 4 bulan dengan salah satu subjek penelitiannya
adalah napi, dimana diperlukan pendekatan mendalam untuk dapat menggali
informasi mengenai napi tersebut. Kekurangan penelitian ini adalah jumlah
personel pembina agama Islam yaitu 36 yang kurang sebanding dengan
jumlah tahanan yaitu 747, yang akan mengakibatkan kurang efektifnya
pembinaan agama di Lapas Cianjur.
3. Sudin dengan judul penelitian “Pengaruh Bimbingan Rohani Islam
Terhadap Keberagamaan Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas
IIB Indramayu”. Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Program Studi
Bimbingan dan Penyuluhan Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun
2014. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif
yang menggunakan penghitungan statistic yaitu scoring dan rangking. Hasil
penelitian ini menyimpulkan bahwa bimbingan rohani yang dilakukan di
Lapas Kelas IIB Indramayu berpengaruh terhadap keberagamaan narapidana
dengan tingkat pengaruh yang tinggi. Kelebihan penelitian ini adalah peneliti
menjelaskan secara lengkap tahapan pembinaan agama dari awal sampai
akhir sehingga mempermudah melakukan penelitian. Kekurangan dalam
penelitian ini adalah meneliti mengenai pengaruh bimbingan rohani Islam
terhadap tingkat keberagamaan dengan jadwal pembinaan agama dari hari
Senin hingga Sabtu yang terdiri dari kegiatan ceramah, baca tulis Al-Qur’an,
Khotmil Qur’an dan Praktek Ibadah. Dengan demikian secara tidak langsung
15
dapat disimpulkan bahwa pembinaan agama sangat berpengaruh terhadap
tingkat keberagamaan tanpa harus dilakukan penelitian karena melihat dari
intensitas kegiatan pembinaan agama di Lapas Kelas IIB Indramayu.
4. Amalia Kusuma Putri dengan judul penelitian “Pengaruh Dukungan Sosial
dan Prestasi Belajar Terhadap Kepercayaan Diri Remaja”. Fakultas
Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007. Kelebihan dari
penelitian ini adalah kajian kuantitatifnya yang maksimal serta cukup banyak
menjelaskan teori-teori dari variabel. Kekurangan penelitian ini adalah dari
segi judul belum tergambar jelas keterangan pada subjek penelitiannya,
sehingga tidak diketahui langsung siapa remaja yang dimaksud dalam
penelitian ini. Penelitian dalam skripsi ini berfokus pada dukungan sosial
dan prestasi belajar terhadap kepercayaan diri remaja.
5. Elsa Humaydi Sa’roni dengan judul penelitian “Pengaruh Bimbingan
Agama Terhadap Kepercayaan Diri Anak Yatim Piatu Yayasan Daarul
Fattah Assalafi Sukmajaya Depok”. Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam Tahun 2015. Kekurangan
penelitian ini adalah hanya menggunakan analisis regresi linier sederhana
tanpa menggunakan analisis regresi linear berganda. Kelebihan penelitian ini
adalah yang menjadi respondennya yaitu anak-anak, dimana anak-anak
memiliki tingkat kepercayaan diri yang belum stabil. Hasil penelitian ini
menemukan bahwa bimbingan agama hanya memberikan kontribusi
pengaruh sebesar 2,3% terhadap kepercayaan diri, sedangkan sisanya 97,7%
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
16
Dari semua tinjauan pustaka di atas penelitian yang akan di laksanakan
memiliki perbedaan sebagai berikut:
a. Lokasi penelitian skripsi ini yaitu di Rumah Tahanan Negara Wanita Kelas
IIA Pondok Bambu Jakarta Timur. Lokasi penelitian ini berbeda dengan
tinjauan pustaka di atas.
b. Teknik analisis data penelitian skripsi ini yaitu menggunakan uji regresi
linear berganda, sedangkan tinjauan pustaka di atas menggunakan uji regresi
sederhana.
c. Penelitian ini menggunakan variabel dependen yaitu rasa percaya diri
dengan responden para warga binaan yang berada di Rutan, sedangkan
tinjauan pustaka di atas menggunakan variabel dependen kepercayaan diri
dengan responden anak yatim piatu di Yayasan dan ada yang menggunakan
responden warga binaan di Lapas dengan variabel dependen kesadaran
beragama.
E. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian skripsi ini peneliti mengacu pada pedoman penulisan karya
ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) karya Hamid Nasuhi dkk yang diterbitkan
oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Sistematika penulisan dalam
penelitian ini terbagi dalam lima bab yaitu:
17
BAB I PENDAHULUAN
Isi dari bab ini mebahas hal-hal yang menyangkut latar belakang
masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Bab ini menguraikan tentang pembinaan agama yang mencakup
pengertian pembinaan, pengertian agama, pengertian pembinaan
agama, tujuan pembinaan agama, aspek-aspek pembinaan agama,
metode pembinaan agama, dan materi pembinaan agama. Selanjutnya
tentang rasa percaya diri yang mencangkup pengertian rasa percaya
diri, ciri-ciri prilaku rasa percaya diri, upaya dalam meningkatkan rasa
percaya diri, faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri dan aspek-
aspek percaya diri. Kemudian tentang narapidana yang mencakup
pengertian narapidana, jenis sanksi pidana, tahap pembinaan
narapidana, hak dan kewajiban narapidana.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini membahas mengenai pendekatan dan jenis penelitian, tempat
dan waktu penelitian, sumber data, populasi dan sampel, variabel
penelitian, hipotesis penelitian, definisi operasional dan indikator
variabel, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, instrument
pengumpulan data, uji validitas, uji reliabilitas.
18
BAB IV GAMBARAN UMUM DAN HASIL ANALISIS DATA
a. Gambaran umum Rumah Tahanan Negara Kelas II A Pondok
Bambu Jakarta Timur. Bab ini berisi tentang sejarah Rumah
Tahanan Negara Kelas II A Jakarta Timur, visi misi Rumah
Tahanan Negara Kelas II A Jakarta Timur, struktur organisasi
Rumah Tahanan Negara Kelas II A Jakarta Timur, sarana dan
prasarana Rumah Tahanan Negara Kelas II A Jakarta Timur,
keadaan warga binaan wanita di Rumah Tahanan Negara Kelas II
A Jakarta Timur, dan jenis pembinaan warga binaan wanita di
Rumah Tahanan Negara Kelas II A Jakarta Timur.
b. Temuan dan Analisis Data tentang pembinaan agama Islam
dengan rasa percaya diri warga binaan wanita. Bab ini juga
menguraikan tentang data-data hasil penelitian, hasil angket,
klasifikasi responden, deskripsi hasil penelitian, dan analisis data.
BAB V PENUTUP
Bab ini membahas secara singkat mengenai kesimpulan berdasarkan
hasil pelaksanaan penelitian yang menjawab rumusan masalah di Bab
I dan saran-saran serta rekomendasi yang menjadi penutup dari
pembahasan skripsi ini.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pembinaan Agama
1. Pengertian Pembinaan
Kata pembinaan berasal dari bahasa Arab “bina” artinya bangunan.
Setelah dibakukan kedalam bahasa Indonesia, jika diberi awalan “pe-“ dan
akhiran “an” menjadi pembinaan yang mempunyai arti pembaruan,
penyempurnaan usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya
guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik.1
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pembinaan adalah proses, cara,
perbuatan membina, pembaharuan, penyempurnaan, usaha, tindakan dan
kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil
yang lebih baik.2 Melalui pembinaan manusia dapat berubah menjadi lebih
baik dalam kehidupan sehari-hari.
Pembinaan secara terminologi adalah suatu upaya, usaha kegiatan yang
terus menerus untuk mempelajari, meningkatkan, menyempurnakan,
mengarahkan, mengembangkan kemampuan untuk mencapai tujuan agar
sasaran pembinaan mampu menghayati dan mengamalkan ajaran Islam
1 Proyek Penerangan Bimbingan Khutbah Agama, Pembinaan Rohani pada Dharma Wanita, (Jakarta: Penerbit DEPAG, 1984), h. 8
2 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 152
19
20
sebagai pola kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan pribadi, keluarga,
maupun kehidupan sosial masyarakat.3
Pengertian pembinaan hampir sama dengan bimbingan dan penyuluhan.
Bimbingan secara harfiah dapat diartikan sebagai memajukan, memberi jalan,
atau menuntun orang lain kearah tujuan yang bermanfaat bagi hidupnya di
masa kini dan masa mendatang. Penyuluhan juga dapat disebut sebagai suatu
proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan
mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan
kemanfaatan sosial.4 Jadi menurut penulis pengertian pembinaan adalah suatu
bentuk dan proses seseorang untuk menjadi manusia yang lebih baik dan
dapat mengaktualisasikan dirinya di dalam keluarga dan masyarakat.
Fungsi pokok pembinaan mencakup tiga hal yaitu:
a. Penyampaian informasi dan pengetahuan.
b. Perubahan dan pengembangan sikap.
c. Latihan dan pengembangan kecakapan serta keterampilan.5
Dengan demikian pembinaan merupakan hal penting untuk setiap
manusia agar berubah menjadi manusia yang lebih baik dari segi sikap,
tingkah laku dan sebagainya.
2. Pengertian Agama
Menurut masyarakat Indonesia kata agama dikenal dengan kata “din”
bahasa Arab dan kata “religi” dalam bahasa Latin. Adapun kata “agama”
3 Proyek peneranga Bimbingan Khutbah Dakwah Agama, Pembinaan Rohani pada Dharma Wanita, (Jakarta: DEPAG, 1984), h. 8
4 M. Arifin, Pokok-pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1985), h. 18
5 A. Mangundharjana, Pengembangan : Arti Dan Metodenya, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), h. 14
21
terdiri dari “a” yang berarti tidak dan “gama” yang artinya pergi. Jadi agama
mengandung arti tidak pergi, tetap ditempat atau diwarisi turun-temurun.6
Secara istilah agama adalah mempercayai adanya yang Maha Mengetahui,
Menguasai, Menciptakan dan Mengawasi alam semesta dan yang telah
menganugerahkan kepada manusia suatu watak rohani.7
Pengertian Agama menurut para ahli adalah sebagai berikut:
a. Menurut Al-Syahrastani, agama adalah kekuatan dan kepatuhan
yang terkadang biasa diartikan sebagai pembalasan dan perhitungan
(amal perbuatan di akhirat).
b. Menurut Prof. Dr. Bouquet mendefinisikan agama adalah hubungan
yang tetap antara diri manusia dengan yang bukan manusia bersifat
suci dan supernatural, dan bersifat berada dengan sendirinya dan
mempunyai kekuasaan absolut yang disebut Tuhan.8
c. Menurut Zakiah Darajat, agama adalah kebutuhan jiwa atau psikis
manusia yang akan mengatur dan mengendalikan sikap, pandangan
hidup, kelakuan dan cara menghadapi tiap-tiap masalah.9
Sedangkan Arif Budiman melihat agama dalam dua kategori yakni:
a. Agama sebagai keimanan (doktrin), dimana orang percaya terhadap
kehidupan kekal dikemudian hari, lalu orang mengabdikan dirinya
untuk kepercayaan tersebut.
6 Harun Nasution, ed, Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1994), h. 9 7 M. Razak, Dinul Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1989), h. 60 8 Jalaludin Rakhmat, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998), cet.
Ke-3, h. 13. 9 Zakiah Darajat, Pendidikan Agama Dan Pembinaan Mental, (Jakarta: Bulan Bintang,
1982), Cet. Ke-3, h. 52.
22
b. Agama yang mempengaruhi perilaku manusia. Oleh karena itu
agama identik dengan kebudayaan.10
Sedangkan Agama menurut M. Arifin dibagi menjadi dua aspek, yaitu:
a. Aspek subyektif (pribadi manusia)
Agama mengandung pengertian tentang tingkah laku manusia, yang
dijiwai oleh nilai-nilai keagamaan yang berupa getaran batin, yang
mengatur dan menggerakkan tingkah laku tersebut kepada pola hubungan
dengan masyarakat serta alam sekitarnya.
b. Aspek obyektif (doktriner)
Agama dalam pengertian ini mengandung nilai-nilai ajaran Tuhan
yang bersifat menuntun manusia kearah tujuan yang sesuai dengan
kehendak ajaran tersebut. Berdasarkan aspek ini agama juga dapat
diartikan peraturan yang bersifat Ilahi (dari Tuhan) yang menuntun
orang-orang berakal budi ke arah ikhtiar untuk mencapai kesejahteraan
hidup di dunia dan memperoleh kebahagiaan hidup di akhirat.11
Pada penelitian ini saya memfokuskan kepada pembinaan Agama Islam.
Agama Islam adalah agama yang bersifat universal dan menjadi rahmat bagi
seluruh alam (Rahmatan lil’alamin). Islam tidak hanya mengatur hubungan
manusia dengan Tuhannya, tetapi juga memberikan tuntutan bagaimana
manusia berhubungan dengan sesamanya, dan bagaimana kedudukan manusia
itu ditengah-tengah alam semesta.12
10 Arif Budiman, Agama Demokrasi Dan Keadilan, (Jakarta: PT Gramedia, 1993), h. 20. 11 M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT
Golden Terayon Press, 1994), h. 1 12 Kaelany. HD, Islam Agama Universal, (Jakarta: Midada Rahmah Press, 2006), h. 37
23
Dengan demikian agama merupakan pedoman dan tuntunan hidup bagi
setiap manusia dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat.
3. Pengertian Pembinaan Agama
Menurut Syamsudin Abin Makmun, Pembinaan Agama Islam adalah
suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terarah, demi tercapainya pribadi
yang lebih berkompeten dan berwawasan luas, yang senantiasa berpegang
teguh pada nilai-nilai Islam, demi tercapainya keselamatan dunia dan
akhirat.13
Pembinaan agama menurut M. Arifin adalah bantuan yang diberikan
kepada seseorang yang mengalami kesulitan-kesulitan rohaniah dalam
lingkaran hidupnya agar ia mampu mengatasi sendiri masalahnya karena
timbul kesadaran atau penyerahan diri terhadap kekuasaan Tuhan Yang Maha
Esa sehingga pada dirinya timbul cahaya harapan kebahagiaan hidup.14
Sedangkan pembinaan agama menurut Sidi Gazalba adalah
mengarahkan, memberi pandangan, sikap dan tata cara hidup itu pada Islam
untuk suatu ketika nanti dalam tahap-tahap pembangunan selanjutnya sampai
pada:
a. Sikap dan pandangan hidup taqwa.
b. Tingkah laku dan Akhlak Islam.
c. Perbuatan berdasarkan amal sholeh.15
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, yang dimaksud dengan
Pembinaan Agama Islam yaitu kegiatan rutin keagamaan Islam yang
13 Syamsudin Abin. Makmun, Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), h. 40
14 H.M. Arifin, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang: 1985), h. 97
15 Sidi Gazalba, Masjid Pusat Pembinaan Umat, (Jakarta: Pustaka, 1971), h. 168
24
dilakukan seseorang dengan didampingi pembimbing untuk memperdalam
ilmu agama Islam dalam kurun waktu tertentu.
4. Tujuan Pembinaan Agama
Kegiatan pembinaan pada dasarnya dilaksanakan untuk menghasilkan
perubahan tingkah laku dari orang-orang yang mengikuti pembinaan.
Perubahan tingkah laku yang dimaksud adalah dapat berupa bertambahnya
pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan perubahan sikap dan perilaku. Oleh
karena itu, sasaran pembinaan dapat dikategorikan ke dalam beberapa tipe
tingkah laku yang diinginkan, antara lain:
a. Aspek kognitif, adalah kemampuan intelektual siswa dalam berfikir,
mengetahui dan memecahkan masalah. Sasaran pembinaan pada
aspek ini adalah untuk melatih seseorang memiliki pengetahuan dan
keterampilan berfikir.
b. Aspek afektif, mengenai sikap, minat, emosi, nilai hidup dan
operasiasi siswa. Sasaran pembinaan dalam aspek ini adalah untuk
melatih seseorang memiliki sikap tertentu.
c. Aspek psikomotorik, kemampuan yang menyangkut kegiatan otot
dan fisik. Sasarannya adalah agar orang tersebut memiliki
keterampilan fisik tertentu.16
Sebagaimana dikutip oleh Abdul Mujid, tujuan pembinaan keagamaan
antara lain adalah:
a. Mengembangkan wawasan spiritual yang semakin mendalam.
b. Membekali anak muda dengan berbagai pengetahuan dan kebaikan.
16 Deni Arisandi, Aspek Kecerdasan Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik, Artikel diakses pada tanggal 29 Januari 2012 dari http://arisandi.com/aspek-kecerdesan-kognitif-afektif-dan-psikomotorik.com
25
c. Membantu peserta didik yang sedang tumbuh untuk belajar berpikir
secara logis dan membimbing proses pemikirannya.
d. Mengembangkan wawasan relasional dan lingkungan sebagaimana
yang dicita-citakan dalam Islam dengan melatih kebiasaan dengan
baik.17
Menurut Armai Arief yang mengutip pendapat Mohammad Al Toumy Al
Syaibani tentang pembinaan keagamaan mencakup tiga hal yaitu:
a. Tujuan individual
Tujuan ini berkaitan dengan masing-masing individu dalam
mewujudkan perubahan yang dicapai pada tingkah laku dan aktifitasnya.
b. Tujuan sosial
Tujuan ini berkaitan dengan kehidupan masyarakat sebagai
keseluruhan dan tingkah laku mereka secara umum.
c. Tujuan professional
Tujuan ini berkaitan dengan pembinaan dan pengajaran sebagai
sebuah ilmu.18
Dalam konteks kehidupan beragama, pembinaan keagamaan bertujuan
untuk menumbuhkan kesadaran dan memelihara norma agama secara terus-
menerus agar perilaku hidup manusia senantiasa berada pada tatanan. Namun
secara garis besar, arah atau tujuan dari pembinaan keagamaan adalah
meliputi dua hal, yaitu:
a. Tujuan yang berorientasi pada kehidupan akhirat, yaitu membentuk
seorang hamba yang bertakwa kepada Allah SWT.
17 Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 82 18 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat
Press, 2002), h.25
26
b. Tujuan yang berorientasi pada kehidupan dunia, yaitu membentuk
manusia yang mampu menghadapi segala bentuk kebutuhan dan
tantang kehidupan agar hidupnya lebih layak dan bermanfaat bagi
orang lain.19
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembinaan Agama Islam
mempunyai tujuan yang positif untuk membentuk dan merubah pribadi
seseorang menjadi lebih baik selama menjalani kehidupan sehari-hari.
5. Aspek-Aspek Pembinaan Agama
Dalam membina Narapidana tidak dapat disamakan dengan kebanyakan
orang dan harus menggunakan prinsip-prinsip pembinaan Narapidana. Ada
empat komponen penting dalam membina Narapidana yaitu :
a. Diri sendiri, yaitu Narapidana itu sendiri.
b. Keluarga, adalah anggota keluarga inti, atau keluarga dekat.
c. Masyarakat, adalah orang-orang yang berada di sekeliling
Narapidana pada saat masih di luar lembaga pemasyarakatan, bisa
masyarakat biasa, pemuka agama, atau pejabat setempat.
d. Petugas, dapat berupa petugas kepolisian, pengacara, petugas
Agama, petugas sosial, petugas lembaga pemasyarakatan, hakim dan
lain sebagainya.20
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa diperlukan komponen-
komponen dalam membina Narapidana, seperti keluarga, masyarakat, petugas
dan Warga Binaan itu sendiri, karena dukungan dari luar sangat berpengaruh
19 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 26
20 Harsono.C.I, Sistem Baru Pembinaan Narapidana, (Jakarta: Djambatan, 1995), h. 51
27
bagi Warga Binaan selain dari dirinya sendiri untuk tercapainya suatu
perubahan menjadi manusia yang lebih baik.
Sedangkan menurut Syamsudin Abin Makmun, aspek-aspek mengikuti
pembinaan Agama Islam adalah sebagai berikut:
a. Aspek Frekuensi kegiatan, yaitu seberapa sering kegiatan dilakukan
dalam periode waktu tertentu.
b. Aspek Motivasi, mempunyai peranan penting dalam melakukan
sesuatu, oleh karena itu motivasi juga menjadi aspek dari intensitas
mengikuti. Apabila ada motivasi kuat untuk meraih tujuan tertentu
dan kondisi yang sesuai pun berkembang. Orang akan mencurahkan
kesungguhannya untuk mempelajari metode-metode yang kuat untuk
meraih tujuan tersebut. Motivasi dan nilai- nilai individu akan
mempengaruhi perhatian dan persepsinya. Kenyataan ini pun telah
ditunjukan Al-Qur’an pada banyak tempat, ketika menerangkan
keimanan dapat membuat kaum mukminin siap dan penuh perhatian
untuk menyimak ayat-ayat Al-Qur’an yang akan diturunkan. Mereka
memahaminya dengan penuh kesadaran dan pemahaman yang
akurat. Sebaliknya ayat-ayat yang sama tidak memberikan pengaruh
yang sama kepada orang-orang musyrik. Motivasi adalah suatu
kekuatan (power), tenaga (forces), daya (energy), atau suatu keadaan
yang kompleks (a complex state), dan kesiapsediaan (preparatory
set) dalam diri individu untuk bergerak kearah tujuan tertentu, baik
disadari maupun tidak. Motivasi muncul dari dalam individu itu
sendiri dan juga bisa dipengaruhi oleh lingkungan.
28
c. Aspek Perhatian, adalah keaktifan peningkatan kesadaran seluruh
fungsi jiwa yang dikerahkan dalam pemusatannya kepada sesuatu,
baik yang ada di dalam maupun yang ada di luar diri individu.
Melalui perhatian seseorang lebih mudah menerima sesuatu, dan
sebaliknya tanpa adanya perhatian, tiap asumsi-asumsi yang masuk,
baik dari dalam diri maupun dari luar akan sulit diterima.
d. Aspek spirit of change yaitu semangat untuk berubah. Pribadi yang
memiliki semangat, sangat sadar bahwa tidak akan ada satu makhluk
pun di muka bumi ini yang mampu mengubah dirinya kecuali
dirinya sendiri. Betapapun hebatnya seseorang untuk memberikan
motivasi, hal itu hanyalah kesia-siaan belaka bila pada diri orang
tersebut tidak ada keinginan untuk dimotivasi.
e. Aspek Efek, yaitu suatu perubahan hasil, atau konsekuensi langsung
yang disebabkan oleh suatu tindakan. Efek juga berarti resiko, ada
positif dan negatif. Sesuatu yang diterima setelah melakukan suatu
hal.21
Aspek-aspek tersebut penting untuk dimiliki oleh Warga Binaan agar
pembinaan Agama yang disampaikan Pembina dapat tersampaikan dengan
baik dan benar sesuai dengan tujuan diadakannya pembinaan Agama Islam.
6. Metode Pembinaan Agama
Metode atau metodik berasal dari kata Yunani, yaitu “meta” yang berarti
melalui dan “hodos” berarti jalan atau cara. Metodik berarti cara yang harus
21 Syamsudin Abin. Makmun, Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), h. 45
29
ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu. Metode berarti suatu cara kerja
yang sistematis dan umum, seperti cara kerja ilmu pengetahuan.22
Dalam Bahasa Arab, metode dikenal dengan istilah “thariqah” yang
berarti langkah-langkah strategis dipersiapkan untuk melakukan suatu
pekerjaan.23 Dengan kata lain, metode dapat dipahami sebagai cara yang
ditempuh agar hal yang akan disampaikan dapat diterima atau difahami
dengan baik, mudah dan efisien sehingga dapat mewujudkan tujuan tertentu.
Berbagai cara ditempuh oleh seorang pembina dalam menyampaikan
pembinaan keagamaan. Agar proses pembinaan berjalan dengan lancar, maka
perlu dipilih cara yang tepat dalam menyampaikan materi pembinaan.
Menurut H.M. Arifin, metode yang dapat digunakan dalam pembinaan
berupa kegiatan Bimbingan dan Penyuluhan Agama Islam, antara lain sebagai
berikut:
a. Wawancara
Salah satu cara memperoleh fakta-fakta kejiwaan yang dapat
dijadikan bahan pemetaan tentang bagaimana sebenarnya hidup
beragama pada saat tertentu yang memerlukan bantuan.
b. Metode group guidance (bimbingan secara kelompok)
Bimbingan kelompok adalah cara pengungkapan jiwa/batin
serta pembinaannya melalui kegiatan kelompok, seperti ceramah, diskusi,
seminar, simposium, atau dinamika kelompok (group dinamics).24
22 Zakiah Daradjat, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 10
23 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), h. 23 24 H.M. Arifin, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1985), h. 109
30
Dalam proses pembinaan kelompok ini pembina hendaknya
mengarahkan minat dan perhatian warga binaan kepada hidup
kebersamaan dan saling tolong-menolong dalam memecahkan
permasalahan yang menyangkut kepentingan mereka bersama. Pembinaan
agama juga hendaknya mengendalikan dan mengamati setiap klien atau
warga binaan mengenai keaktifan dalam kegiatan kelompok.
c. Metode non-directif (cara yang tidak mengarah)
Metode ini dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Metode client centered, yaitu pengungkapan tekanan batin yang
dirasakan menjadi penghambat mereka dalam belajar dengan
sistem pancingan yang berupa satu dua pertanyaan terarah.
Selanjutnya mereka diberi kesempatan seluas-luasnya untuk
menceritakan segala uneg-uneg (tekanan batin) yang disadari
sebagai hambatan jiwanya.25 Pembina bersikap memperhatikan,
mendengarkan serta mencatat point-point penting yang dianggap
rawan untuk diberi bantuan.
2. Metode educatif, yaitu cara mengungkapkan tekanan perasaan
yang menghambat perkembangan belajar dengan menggali
sampai tuntas perasaan yang menyebabkan hambatan dan
ketegangan, dengan cara client centered, yang diperdalam dengan
permintaan/pertanyaan yang motivatif dan persuasif
(meyakinkan) untuk mengingat serta mendorong agar berani
mengungkapkan perasaan tertekan sampai ke akar-akarnya. Pada
25 H.M. Arifin, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1985), h. 111
31
akhirnya, pembina memberikan petunjuk-petunjuk tentang usaha
apa sajakah yang baik dengan cara yang tidak bernada imperatif
(wajib). Akan tetapi hanya berupa anjuran-anjuran yang tidak
mengikat.26
3. Metode psikoanalitis (penganalisaan jiwa)
Menganalisa gejala-gejala tingkah laku, baik melalui mimpi
(kondisi tidak sadar), ataupun melalui tingkah laku yang serba salah,
dengan menitikberatkan pada perhatian atas hal-hal apa sajakah
perbuatan salah itu terjadi berulang. Dengan demikian, maka akhirnya
akan diketahui bahwa masalah pribadi mereka akan terungkap dan
selanjutnya disadarkan kembali (dicerahkan) agar masalah tersebut
dianggap telah selesai dan tidak perlu dianggap suatu hal yang
memberatkan, dan sebagainya.27
Oleh karena itu nilai-nilai iman dan taqwa harus dibangkitkan
dalam pribadi warga binaan, sehingga terbentuklah dalam pribadinya
sikap tawakkal dan optimisme dalam menempuh kehidupan baru.
4. Metode direktif (metode yang bersifat mengarahkan)
Metode ini lebih bersifat mengarahkan kepada mereka untuk
berusaha mengatasi kesulitan (problem) yang dihadapi. Pengarahan
yang diberikan ialah dengan memberikan secara langsung jawaban-
jawaban terhadap permasalahan yang menjadi sebab kesulitan.28
26 H.M. Arifin, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1985), h. 112
27 Ibid., h. 113 28 Ibid., h. 114
32
Sedangkan Hamdani Bakran Adz-Dzaky menyatakan bahwa tujuan
pembinaan Agama Islam adalah sebagai berikut:
1. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan, dan
kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, dan damai
(muthmainnah), bersikap lapang dada (radhiyah), dan mendapatkan
pencerahan taufik dan hidayah Tuhannya (mardhiyah).
2. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, dan kesopanan tingkah
laku yang dapat memberikan manfaat baik pada diri sendiri, lngkungan
keluarga, lingkungan kerja, maupun lingkungan sosial, dan alam
sekitarnya.
3. Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga
muncul dan berkembang rasa toleransi, kesetiakawanan, tolong
menolong, dan rasa kasih sayang.
4. Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu, sehingga
muncul dan berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat kepada
Tuhannya, ketulusan mematuhi segala perintah-Nya, serta ketabahan
menerima ujian-Nya.
5. Untuk menghasilkan potensi Ilahiyah, sehingga dengan potensi itu
individu dapat melakukan tugasnya sebagai khalifah dengan baik dan
benar, dapat dengan baik menanggulangi berbagai persoalan hidup, dan
dapat memberikan kemanfaatan dan keselamatan bagi lingkungannya
pada berbagai aspek kehidupan.29
29 Hamdani Bakran. Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, (Yogjakarta: Fajar Pustaka Baru, 2006), h. 221
33
Adapun metode yang digunakan dalam pembinaan keagamaan di Lapas
dan Rutan adalah sebagai berikut:
1. Metode pembinaan berdasarkan situasi
Metode ini digunakan untuk merubah cara berfikir Narapidana untuk
tidak bergantung pada situasi yang menyertai, tetapi menguasai situasi
tersebut. Dalam hal ini, digunakan dua macam pendekatan, yaitu pendekatan
dari atas (top down approach) dan pendekatan dari bawah (bottom down
approach).
2. Metode pembinaan perorangan (Individual Treatment)
Metode ini diberikan kepada narapidana secara perorangan oleh petugas
pembina Lembaga Pemasyarakatan.
3. Metode pembinaan kelompok (Classical Treatment)
Dalam pembinaan secara kelompok dapat dilakukan dengan metode
ceramah, peragaan/demonstrasi, tanya jawab, diskusi, dan pemberian tugas.
Adapun metode tersebut adalah sebagai berikut:30
1) Metode Ceramah
Metode Ceramah ialah penerangan dan penuturan secara lisan oleh
petugas pembina keagamaan dari dalam Lembaga Pemasyarakatan
maupun pembina dari luar Lembaga Pemasyaraktan. Pembina
keagamaan menerangkan atau menjelaskan apa yang akan disampaikan
dengan lisan di depan Narapidana wanita.31 Metode ceramah merupakan
metode yang sudah lama dipakai dalam proses pembelajaran. Metode ini
sering dibarengi dengan metode tanya jawab.
30 Harsono.C.I, Sistem Baru Pembinaan Narapidana, (Jakarta: Djambatan, 1995), h. 342 31 Ibid., h. 344
34
2) Metode tanya jawab
Metode tanya jawab adalah cara penyajian pembinaan dalam bentuk
pertanyaan yang harus dijawab. Cara yang ditempuh biasanya pembina
keagamaan mengajukan pertanyaan kepada narapidana tentang materi
yang telah diajarkan. Pembina keagamaan mengharapkan jawaban yang
diberikan narapidana wanita terhadap fakta. Pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan biasanya bukan hanya sebatas dari pembina keagamaan dan
narapidana wanita menjawab, akan tetapi pertanyaan ini biasa muncul
dari narapidana kemudian pembina keagamaan menjawab pertanyaan
yang diajukan oleh narapidana tersebut. Ada kalanya jawaban itu juga
bisa berasal dari narapidana yang lain dalam proses pembelajaran yang
sedang berlangsung tersebut.
3) Metode demonstrasi atau peragaan
Metode demonstrasi yaitu metode mengajar dengan menggunakan
peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan
bagaimana suatu proses pembentukan tertentu kepada narapidana wanita.
Pada metode demonstrasi, titik tekannya adalah memperagakan tentang
jalannya suatu proses tertentu. Biasanya pembina keagamaan
memperagakan terlebih dahulu, kemudian narapidana wanita
mengikutinya.32
4) Metode diskusi
Metode diskusi adalah cara mengajar atau menyajikan materi
melalui pengajuan masalah yang pemecahannya dilakukan secara
32 Harsono.C.I, Sistem Baru Pembinaan Narapidana, (Jakarta: Djambatan, 1995), h. 350
35
terbuka. Dalam sebuah diskusi semua anggota narapidana wanita ikut
terlibat. Di antara prinsip-prinsip diskusi antara lain: adanya ketua dan
anggota, topik yang diangkat jelas dan menarik, narapidana wanita saling
memberi dan menerima serta suasana berjalan tanpa tekanan.
5) Metode pemberian tugas
Metode pemberian tugas diterapkan dalam materi tertentu setelah
disampaikan oleh pembina keagamaan, kemudian narapidana wanita
diminta untuk meringkas kembali di dalam blok sel masing-masing.
Pemberian tugas ini biasanya juga digunakan juga dalam penugasan
untuk shalat sunah. Metode ini diterapkan agar narapidana wanita dapat
bertanggung jawab.33
Dengan demikian dari penjelasan diatas bahwa dalam penelitian ini
menggunakan metode perorangan yang terdiri dari individu tersebut dan
metode kelompok yang terdiri dari wawancara, tanya jawab, demonstrasi atau
perorangan, diskusi, dan pemberian tugas.
7. Materi Pembinaan Agama
Materi yang dipakai dalam pembinaan agama Islam adalah semua yang
terkandung dalam Al-Qur’an yaitu sebagai berikut:
a. Aqidah
Aqidah menurut bahasa berasal dari kata aqada, ya’qidu, aqdan atau
aqidatan yang artinya mengikatkan. Bentuk jama’ dari aqidah adalah
aqaid yang berarti simpulan atau ikatan iman. Dari kata itu muncul pula
kata I’tiqad yang berarti kepercayaan. Sedangkan aqidah secara
33 Harsono.C.I, Sistem Baru Pembinaan Narapidana, (Jakarta: Djambatan, 1995), h. 363
36
etimologis berarti ikatan atau sangkutan. Secara praktis, aqidah berarti
kepercayaan, keyakinan, atau iman.34
Aqidah menurut Zuhairi adalah bersifat I’tikad batin, berfungsi
mengajarkan ke-Esaan Allah, Esa sebagai Tuhan yang mencipta,
mengatur, dan meniadakan ala mini.35 Aqidah dalam Islam adalah
bersifat i’tiqad bathiniyah yang mencakup masalah-masalah yang erat
hubungannya dengan iman kepada:
1. Iman kepada Allah
Kata “iman” berasal dari bahasa Arab yang artinya percaya.
Sedangkan percaya berarti pengakuan terhadap adanya sesuatu yang
bersifat ghaib, atau sesuatu itu benar. Iman kepada Alah berarti
menyakini bahwa Allah adalah satu-satunya tempat mengabdi,
menghambakan diri, serta mengadu (tauhid al-ibadah), dan Allah
sebagai satu-satunya pembuat peraturan yang sempurna (tauhid al-
tasyri).
2. Iman kepada Malaikat-Nya
Iman kepada malaikat adalah meyakini malaikat adalah makhluk
Allah yang diciptakan dari nur (cahaya) dan bahwa malaikat adalah
makhluk yang paling taat dan tidak sekalipun berbuat maksiat.
3. Iman kepada Kitab-KitabNya
Pengertian kepada kitab-kitab Allah adalah meyakini bahwa
kitab Allah itu benar datang dari Allah SWT kepada para nabi atau
34 E. Hassan Saleh, Study Islam Diperguruan Tinggi Pembinaan IMTAQ dan Pengembangan Wawasan, (Jakarta: ISTN, 2000), h. 55
35 Zuhairi, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), h. 50
37
rasul yang berisi wahyu Allah untuk disampaikan kepada seluruh
umat manusia. Salah satu kitab Allah adalah Al-Qur’an, dengan
membaca dan memahami isi Al-Qur’an, maka manusia akan merasa
dekat dengan Allah dan tenang dalam menghadapi segala hal.
4. Iman kepada Rasul-RasulNya
Iman kepada Rasul adalah percaya dengan sepenuh hati bahwa
Rasul adalah orang-orang yang telah dipilih oleh Allah SWT untuk
menerima wahyu dari-Nya untuk disampaikan kepada seluruh umat
manusia agar menjadi pedoman hidup demi memperoleh
kebahagiaan di dunia dan akhirat.
5. Iman kepada Hari Akhir
Hari akhir adalah meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah
telah menetapkan hari akhir sebagai tanda akhir dari kehidupan di
dunia dan awal dari kehidupan di akhirat. Karena itu, manusia
janganlah lengah, lupa diri ataupun terpesona dengan kehidupan di
dunia yang sifatnya hanya sementara.
6. Iman kepada Qadha dan Qadhar
Iman kepada Qadha dan Qadhar artinya percaya dan yakin
dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT telah menentukan segala
sesuatu bagi semua makhluk hidup.36
Dengan demikian dapat simpulkan bahwa aqidah merupakan
keimanan seseorang baik dalam sikap, ucapan maupun tindakannya.
36 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 60
38
b. Syari’ah
Secara bahasa syari’ah adalah jalan (ke sumber mata air) yang harus
ditempuh (oleh setiap umat Islam). Sedangkan menurut istilah makna
syari’ah adalah sistem norma (kaidah) yang mengatur hubungan manusia
dengan Allah Swt, hubungan manusia dengan manusia dalam kehidupan
sosial dan hubungan manusia dengan benda dan alam lingkungan
hidupnya.37 Syari’ah terdiri dari beberapa aspek yaitu:
1. Ibadah
Ibadah (dalam arti sempit) seperti, thaharah, shalat, zakat,
puasa, haji bila mampu. Ibadah tersebut hukumnya wajib. Ibadah
secara umum memiliki arti mengikuti segala hal yang di cintai Allah
dan di ridhoi-Nya, baik perkataan maupun perbuatan lahir dan batin.
2. Muamalah
Kata muamalah berasal dari fiil madhi amala yang berarti
bergaul dengannya, berurusan (dagang). Sedangkan muamalah
adalah ketetapan Ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan
sesamanya, dan dengan lingkungannya (alam sekitar)nya. Muamalah
berarti aturan-aturan (hukum) Allah yang mengatur hubungan
manusia dengan sesama dan lingkungan sekitarnya.Kaitannya
dengan hubungan antar sesama manusia, maka dalam muamalah ini
mengatur hal-hal yang berkaitan dengan masalah ekonomi, politik,
sosial, hukum, dan kebudayaan.38
37 Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), h. 134
38 Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1992), h. 1
39
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa syari’ah
merupakan hukum Allah guna mengatur hubungan antara manusia
dengan Allah dan manusia dengan manusia lainnya.
c. Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu isim mashdar dari kata
akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai dengan timbangan tsulasi majid
af’ala, yuf’ilu if’alan yang berarti al-sajiyah (perangai), ath-thabi’ah
(kelakuan, tabi’at, watak dasar), al-‘adat (kebiasaan, kelaziman), al-
maru’ah (peradaban yang baik), dan al-din (agama).39
Terdapat beberapa pengertian akhlak menurut para ahli, yaitu:
1. Menurut Ibnu Miskawaih, akhlak adalah sifat yang tertanam
dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan
tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
2. Menurut Imam Al-Ghazali yang dikenal sebagai Hujjatul Islam
(Pembela Islam) karena kepiawaianya dalam membela Islam
dari berbagai faham yang dianggap menyesatkan, Ia mengatakan
akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan
mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.40
3. Menurut Zuhairi, akhlak adalah suatu amalan yang bersifat
pelengkap penyempurna bagi kedua amal yaitu akidah dan
39 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 1 40 Ibid., h. 2
40
syari’ah dan mengajarkan tentang cara pergaulan hidup
manusia.41
Dengan demikian, akhlak merupakan sifat jiwa yang berhubungan
dengan niat baik dan buruk yang berada didalam jiwa manusia tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan sehingga melahirkan suatu
perbuatan yang tanpa disengaja dan tanpa dibuat-buat. Maka dari itu
dalam pembinaan agama Islam sangat perlu diadakan pembinaan akhlak,
dimana akan mengarahkan manusia kea rah tujuan hidup yang bahagia
dunia dan akhirat.
Macam-macam akhlak menurut Mohammad Ardani yaitu, sebagai
berikut:
a. Akhlak Al-Karimah
Akhlak Al-karimah atau akhlak yang mulia sangat amat jumlahnya,
namun dilihat dari segi hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia
dengan manusia, akhlak yang mulia itu dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Akhlak terhadap Allah
Akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa
tiada Tuhan selain Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji demikian
Agung sifat itu, yang jangankan manusia, malaikatpun tidak akan
menjangkau hakekatnya.
2. Akhlak terhadap diri sendiri
Akhlak yang baik terhadap diri sendiri dapat diartikan
menghargai, menghormati, menyayangi dan menjaga diri sendiri
41 Zuhairi, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), h. 60
41
dengan sebaik-baiknya, karena sadar bahwa dirinya itu sebgai
ciptaan dan amanah Allah yang harus dipertanggungjawabkan
dengan sebaik-baiknya.
3. Akhlak terhadap sesama manusia
Manusia adalah makhluk sosial yang kelanjutan eksistensinya
secara fungsional dan optimal banyak bergantung pada orang lain,
untuk itu, ia perlu bekerjasama dan saling tolong-menolong dengan
orang lain. Islam menganjurkan berakhlak yang baik kepada saudara,
karena ia berjasa dalam ikut serta mendewasakan kita, dan
merupakan orang yang paling dekat dengan kita. Caranya dapat
dilakukan dengan memuliakannya, memberikan bantuan,
pertolongan dan menghargainya.
b. Akhlak Al-Mazmumah
Akhlak Al-mazmumah (akhlak yang tercela) adalah sebagai lawan
atau kebalikan dari akhlak yang baik seagaimana tersebut di atas. Dalam
ajaran Islam tetap membicarakan secara terperinci dengan tujuan agar
dapat dipahami dengan benar, dan dapat diketahui cara-cara
menjauhinya.42
Berdasarkan petunjuk ajaran Islam dijumpai berbagai macam akhlak
yang tercela, di antaranya:
1. Berbohong ialah memberikan atau menyampaikan informasi
yang tidak sesuai dengan yang sebenarnya.
42 Mohammad Ardani, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Mitra Cahaya Utama, 2005), Cet ke-2, h. 49
42
2. Takabur atau sombong ialah merasa atau mengaku dirinya besar,
tinggi, mulia, melebihi orang lain. Pendek kata merasa dirinya
lebih hebat.
3. Dengki ialah rasa atau sikap tidak senang atas kenikmatan yang
diperoleh orang lain.
4. Bakhil atau kikir ialah sukar baginya mengurangi sebagian dari
apa yang dimilikinya itu untuk orang lain.43
d. Emotional Spiritual Quotient (ESQ) melalui dzikir Asmaul Husna
Dari segi etimologi, emosi berasal dari akar bahasa latin ‘movere’
yang berarti ‘menggerakkan, bergerak’. Kemudian ditambah dengan
awalan ‘e-’ untuk memberi arti ‘bergerak menjauh’. Makna ini
menyiratkan kesan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal
mutlak dalam emosi. Emosi dapat didefinisikan suatu gejala
psikofisiologis yang menimbukan efek pada persepsi, sikap, dan tingkah
laku tertentu.44
Pengertian EQ istilah kecerdasan emosi (EQ) baru dikenal secara
luas pada pertengahan tahun 1990 dengan diterbitnya buku Daniel
Goleman : Emotional Intelligence. Goleman menjelaskan bahwa
kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengenali perasaan kita
sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik. Sedangkan
pengertian SQ (Spiritual Quotient) menurut Danah Zohar adalah
kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri kitayang berhubungan
43 Mohammad Ardani, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Mitra Cahaya Utama, 2005), Cet ke-2, h. 56
44 Irfan Mashuri, Konsep Emotional Spiritual Quetiont (ESQ) dalam Membentuk Karakter Religius Peserta Didik (Studi Pemikiran Ary Ginanjar Agustian), (Sktipsi: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 2014), h. 36
43
dengan kearifan diluar ego atau jiwa sadar. Selama ini, yang namanya
“kecerdasan” senantiasa dikonotasikan dengan “kecerdasan intelektual”
saja atau yang lazim dikenal sebagai IQ. Selain IQ, manusia juga masih
memiliki dimensi kecerdasan lainnya, yaitu: Kecerdasan Emosional (EQ)
dan Kecerdasan Spiritual (SQ), dalam istilah Ary Ginanjar dinamakan
ESQ (Emotional Spiritual Quotient). ESQ menurut Ary Ginanjar ialah
pengsinergian antara rasionalis dunia (EQ dan IQ) dengan akhirat (SQ),
manusia dengan manusia dan manusia dengan Tuhan dapat diibaratkan
seperti sebuah bentuk segitiga saling berhubungan antara tiap-tiap sudut
tersebut.45
Salah satu pendekatan antara manusia dengan Tuhan adalah dengan
berdzikir atau mengingat Allah. Pada penelitian ini, salah satu materi
yang dipakai adalah materi bimbingan spiritual melalui dzikir asmaul
husna. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, dzikir mempunyai arti
puji-pujian kepada Allah yang diucapkan secara berulang-ulang
mengingat Allah (Dzikrullah) merupakan salah satu anjuran yang sangat
ditekankan dalam Islam dan merupakan bentuk karya nyata dari
penghambaan kita kepada Allah SWT. Salah satu dzikir yang dapat
dilakukan adalah dzikir Asmaul Husna, yang artinya mengingat Allah,
menyanjung-Nya dengan menyebut keindahan nama-namaNya (Asmaul
Husna) dengan lisan dan hati.46
45 Irfan Mashuri, Konsep Emotional Spiritual Quetiont (ESQ) dalam Membentuk Karakter Religius Peserta Didik (Studi Pemikiran Ary Ginanjar Agustian), (Sktipsi: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 2014), h. 41
46 Ismatun Khasanan, Pengaruh Melakukan Dzikir Asmaul Husna Terhadap Kecemasan dalam Menghadapi Ujian Nasional Anak Panti Asuhan Darussalam Mranggen Demak, (Skripsi: UIN Walisongo Semarang Fakultas Dakwah dan Komunikasi, 2015), h. 23
44
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa materi yang digunakan untuk
pembinaan agama Islam dalam penelitian ini adalah materi aqidah, syari’ah,
akhlak dan dzikir asmaul husna.
8. Media Pembinaan Agama
Totok Mardikanto menyatakan bahwa media merupakan alat atau saluran
komunikasi yang dapat dimanfaatkan sumber atau pegirim untuk
menyalurkan atau mengumpulkan pesan-pesannya. Dengan kata lain, media,
alat atau saluran komunikasi dapat dimanfaatkan oleh individu dan kelompok
yang berkomunikasi untuk menyampaikan pesan-pesan pembinaan. Totok
Mardikanto mengartikan media dalam beragam pengertian, yaitu:47
a. Saluran atau media sebagai alat pembawa pesan.
b. Saluran yang dilalui oleh alat pembawa pesan.
c. Media atau wahana yang memungkinkan alat pembawa pesan itu melalui
jalan atau saluran yang harus dilaluinya.
d. Media atau wahana yang dapat dijadikan sarana untuk berkomunikasi,
seperti pertemuan, pertunjukkan dan lain-lain.
Pembinaan merupakan proses penyebaran informasi dimana memerlukan
adanya media pendukung untuk melancarkan seluruh kegiatan pembinaan.
Menurut Yenti Wira, berdasarkan fungsinya media pembinaan dibagi menjadi
tiga, antara lain:
a. Media cetak, merupakan media yang biasanya menggunakan pesan-pesan
visual yang terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto, dan
tata warna, seperti leaftlet, selebaran, poster, dan lain-lain.
47 Totok Mardikanto, Komunikasi Pembangunan – Acuan bagi Akademisi, Praktisi, dan Peminat Komunikasi Pembangunan, (Surakarta: UNS Press, 2010), h. 127
45
b. Media elektronik, merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat
dilihat dan didengar yang penyampaiannya melalui alat bantu
elektronika, seperti televisi, radio, film, kaset, DVD dan lain-lain.
c. Media luar ruang, merupakan media yang menyampaikan pesannya di
luar ruangan, bisa melalui media cetak maupun elektronik seperti papan
reklame, spanduk, pameran, televisi layar lebar dan lain-lain.
Dengan demikian, media yang digunakan untuk pembinaan agama Islam
dalam penelitian ini adalah media cetak, elektronik dan media luar ruang.
B. Rasa Percaya Diri
1. Pengertian Rasa Percaya Diri
Rasa percaya diri adalah suatu keyakinan seseorang terhadap segala
aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya
merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan didalam hidupnya.48
Berikut ini beberapa definisi percaya diri dari para ahli, yaitu:
a. Menurut Thantaway percaya diri adalah kondisi mental atau
psikologi diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya
untuk berbuat atau melakukan suatu tindakan.
b. Menurut W.H Miskelll percaya diri adalah kepercayaan akan
kemampuan sendiri yang memadai dan menyadari kemampuan yang
dimiliki serta, serta dapat memanfaatkan secara tepat.49
c. Rasa percaya diri adalah sebuah bentuk keyakinan kuat pada jiwa,
kesepahaman dengan jiwa, dan kemampuan menguasai jiwa.50
48 Thursan Hakim, Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri, (Jakarta: Puspa Swara, 2002), h. 6
49 Pradita. Sarastika, Buku Pintar Tampil Percaya Diri, (Yogyakarta: ARASKA, 2014), h. 40
46
d. Percaya diri adalah keyakinan yang menggerakkan, arah hidup yang
benar, dan prinsip-prinsip yang dipegang teguh.51
e. Menurut Hakim, percaya diri secara sederhana dapat dikatakan
sebagai suatu keyakikan sesorang terhadap segala aspek kelebihan
yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membantunya merasa
mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa rasa percaya diri
adalah sikap seseorang yang menunjukkan bahwa dirinya tahu, mau, dan
mampu dalam melakukan sesuatu. Sehingga dapat melakukan berbagai hal
untuk mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya.
2. Ciri-Ciri Perilaku Rasa Percaya Diri
Setiap pribadi harus memiliki rasa percaya diri, karena setiap manusia
sama derajatnya menurut Allah, sebagaimana firman Allah SWT :
وال تھنوا وال تحزنوا وأنتم األعلون إن كنتم مؤمنین
Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. (QS. Ali Imran: 139)52
Sedangkan menurut Thursan Hakim terdapat beberapa ciri-ciri atau
karakteristik individu yang mempunyai rasa percaya diri yang proporsional
adalah sebagai berikut:
a. Selalu bersikap tenang dalam mengerjakan sesuatu.
b. Mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai.
50 Yusuf Uqshari, Percaya Diri Pasti, (Jakarta: Gema Insani, 2005), h. 14 51 Abdullah Muni, Super Teacher: Sosok Guru yang dihormati, disegani dan dicintai,
(Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani, 2010), h. 188 52 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, (Jakarta: CV Darus Sunnah,
2012), h. 68
47
c. Mampu menetralisasi ketegangan yang muncul dalam berbagai
situasi.
d. Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi di berbagai situasi.
e. Memiliki kondisi mental dan fisik yang menunjang penampilannya.
f. Memiliki kecerdasan yang cukup.
g. Tingkat pendidikan formal yang cukup.
h. Memiliki keahlian atau keterampilan yang dapat menunjang
kehidupannya.
i. Dapat bersosialisasi dengan baik.
j. Memiliki latarbelakang pendidikan keluarga yang baik.
k. Memiliki pengalaman hidup dalam menghadapi berbagai cobaan
hidup.
l. Selalu bereaksi positif dalam menghadapi berbagai masalah.53
Fatimah mengemukakan beberapa ciri-ciri atau karakteristik individu
yang mempunyai rasa percaya diri adalah sebagai berikut:
a. Percaya akan kemampuan atau kompetensi diri, hingga tidak
membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan ataupun hormat dari
orang lain.
b. Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi diterima
oleh orang lain atau kelompok.
c. Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain, berani
menjadi diri sendiri.
d. Punya pengendalian diri yang baik (tidak moody dan emosi stabil).
53 Thursan Hakim, Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri, (Jakarta: Puspa Swara, 2002), h. 7
48
e. Memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau
kegagalan, bergantung pada usaha sendiri dan tidak mudah
menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak bergantung atau
mengharapkan bantuan orang lain).
f. Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang
lain dan situasi di luar dirinya.
g. Memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga
ketika harapan itu terwujud, ia tetap mampu melihat sisi positif
dirinya dan situasi yang terjadi.54
Pada intinya orang yang percaya diri mempunyai keyakinan yang kuat
dan fikiran yang positif dalam menjalani kehidupan dan mampu mengambil
resko-resiko yang harus dihadapinya.
3. Upaya Meningkatkan Rasa Percaya Diri
Meningkatkan kepercayaan diri harus didukung oleh diri sendiri, karena
hanya individu yang bersangkutanlah yang mampu mengatasi rasa kurang
percaya diri yang dialaminya. Menurut Thursan Hakim, cara-cara untuk dapat
meningkatkan rasa percaya diri adalah sebagai berikut:
a. Membangkitkan kemauan yang keras.
b. Membiasakan untuk memberanikan diri.
c. Berpikir positif dan menyingkirkan pikiran negatif.
d. Membiasakan untuk selalu berinisiatif.
e. Selalu bersikap mandiri.
f. Selalu belajar dari kegagalan.
54 Fatimah Enung, Psikologi Perkembangan: Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2006), h. 149
49
g. Tidak mudah menyerah.
h. Bersikap kritis dan objektif.
i. Pandai membaca situasi, dan pandai menempatkan diri.55
Upaya meningkatkan rasa percaya diri bukanlah suatu hal yang mudah,
maka dari itu diperlukan cara-cara untuk meningkatkan rasa percaya diri
sebagaimana yang telah dijelaskan diatas. Pada intinya selalu utamakan
berfikir positif, karena dengan berfikir positif semua hal akan terasa mudah
dan rasa percaya diri akan meningkat.
4. Faktor yang Mempengaruhi Rasa Percaya Diri
Menurut Thursan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi rasa percaya
diri seseorang, antara lain:
a. Rasa percaya diri sangat dipengaruhi oleh pendidikan keluarga,
sebab dari keluarga terbentuk berbagai aspek kepribadian.
b. Lingkungan juga mempengaruhi terbentuknya rasa percaya diri
seseorang sehingga dalam kehidupan sosialnya dapat terlihat antara
individu yang memiliki percaya diri dan yang tidak memiliki rasa
percaya diri.
c. Pemahaman terhadap lingkungan diri sendiri merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri seseorang. Jika individu
mempunyai pemahaman negatif terhadap diri sendiri maka akan
memperkuat rasa tidak percaya dirinya. Namun, jika individu
55 Thursan Hakim, Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri, (Jakarta: Puspa Swara, 2002), h. 170
50
memandang positif terhadap diri sendiri maka akan memperkuat rasa
percaya diri.56
5. Aspek-Aspek Rasa Percaya Diri
Menurut Ghufron dan Risnawati terdapat beberapa aspek-aspek
kepercayaan diri adalah sebagai berikut:
a. Keyakinan pada kemampuan diri
Keyakinan kemampuan diri adalah sikap positif seseorang tentang
dirinya. Ia mampu secara sungguh-sungguh akan apa yang
dilakukakannya. Seseorang yang memiliki kepercayaan diri, senantiasa
berpikir positif terhadap apa yang terjadi dan tidak mudah berputus asa.
b. Optimis
Optimis adalah sikap positif yang dimiliki seseorang yang selalu
berpandangan baik dalam menghadapi segala hal tentang diri dan
kemampuannya. Orang yang optimis akan mencoba untuk menghadapi
setiap tantangan dan mampu memecahkan setiap masalah dengan cara
yang positif.
c. Bertanggung jawab
Bertanggung jawab adalah kesediaan orang untuk menanggung
segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya. Pribadi yang
memiliki rasa percaya diri, maka Ia akan mempunyai tanggung jawab
yang lebih besar terhadap apa yang sedang dijalankannya.
d. Rasional dan realistis
56 Thursan Hakim, Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri, (Jakarta: Puspa Swara, 2002), h. 121
51
Rasional dan relistis adalah analisis terhadap suatu masalah, suatu
hal dan suatu kejadian dengan menggunakan pemikiran yang dapat
diterima oleh akal dan sesuai dengan kenyataan.57
Sedangkan menurut Abu Al-Ghifari, aspek-aspek percaya diri meliputi:
a. Berani mengambil resiko.
b. Mensyukuri dan menikmati rahmat Tuhan.
c. Menetapkan tujuan yang realistis.58
Aspek-aspek kepercayaan diri menurut Guilford adalah sebagai beikut:
a. Individu merasa adekuat (keyakinan terhadap kemampuan diri)
Hal ini didasari oleh adanya keyakinan terhadap kekuatan,
kemampuan dan keterampilan yang dimiliki. Individu merasa optimis,
cukup berambisi dan tidak berlebihan. Manifestasi dari keadaan ini
antara lain individu mempercayai kemampuan sendiri sehingga tidak
perlu bantuan orang lain, sanggup bekerja keras, mampu menghadapi
tugas dengan baik dan bekerja secara efektif, serta bertanggung jawab
atas keputusan dan pekerjaannya.
b. Individu merasa dapat diterima oleh kelompok (kemampuan
bersosialisasi)
Hal ini didasari oleh keyakinan terhadap kemampuannya, khusunya
dalam hubungan sosial, individu merasa bahwa kelompok atau orang lain
menyukainya. Manifestasi dari keadaan ini antara lain individu aktif
menghadapi keadaan lingkungan, berani mengemukakan apa yang
57 Ghufron dan Risnawati, Teori-Teori Psikologi, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), h. 35
58 Abu Al-Ghifari, Percaya Diri Sepanjang Hari, (Bandung: Mujahid, 2004), h. 37
52
menjadi ide-ide secara bertanggung jawab dan tidak mementingkan diri
sendiri.
c. Memiliki ketenangan sikap
Hal ini didasari oleh adanya keyakinan terhadap kekuatan dan
kemampuannya. Individu merasa tenang menghadapi berbagai macam
situasi. Manifestasi dari keadaan ini antara lain individu merasa tenang,
tidak mudah gugup, cukup toleran terhadap berbagai macam situasi dan
tidak membandingka diri dengan orang lain.59
Dengan demikian, aspek rasa percaya diri yang digunakan dalam
penelitian ini adalah aspek internal yang terdiri dari diri sendiri dan aspek
eksternal yang terdiri dari keluarga, masyarakat, dan petugas.
C. Narapidana
1. Pengertian Narapidana
Narapidana secara terminologi berarti orang yang sedang menjalani
pidana hilang kemerdekaan di lembaga pemasyarakatan34. Arti dari
pidana itu sendiri secara terminologi adalah hukuman yang dijatuhkan
terhadap orang yang terbukti bersalah melakukan delik berdasarkan putusan
yang berkekuatan hukum yang tetap35.
Menurut Yusfar Lubis, narapidana adalah seorang terhukum yang
dikenakan pidana dengan menghilangkan kemerdekaannya ditengah-tengah
masyarakat yang telah mendapat keputusan pengadilan (hakim).60 Pidana
59 Teguh Iman Santoso, Pengaruh Kepercayaan Diri dan Adversity Quotient Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas IX Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun Ajaran 2011/2012, (Skripsi S1 Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012), h. 33-34
60 Yusfar Lubis, Metodologi Dakwah Terhadap Narapidana, (Jakarta: Proyek Penerangan Departemen Agama, 1978), h. 13
53
penjara (KUHP, 10) yaitu pidana yang berupa hilang kemerdekaan seumur
hidup atau sementara waktu yang harus dijalani narapidana di lembaga
pemasyarakatan.36
2. Jenis Sanksi Pidana
Jenis sanksi yang digunakan dalam konsep KUHP, terdiri dari jenis
“pidana” dan “tindakan”. Masing-masing jenis sanksi ini terdiri dari:
1. Pidana
a. Pidana Pokok
1) Pidana penjara.
2) Pidana tutupan.
3) Pidana pengawasan.
4) Pidana denda.
5) Pidana kerja sosial.
b. Pidana tambahan
1) Pencabutan hak-hak tertentu.
2) Perampasan barang-barang tertentu dan tagihan.
3) Pengumuman putusan hakim.
4) Pembayaran ganti kerugian.
5) Pemenuhan kewajiban.
2. Tindakan
a. Untuk orang yang tidak atau kurang mampu bertanggung jawab
(“tindakan” dijatuhkan tanpa pidana):
1) Perawatan di rumah sakit jiwa.
2) Penyerahan kepada pemerintah.
54
3) Penyerahan kepada seseorang.
b. Untuk orang pada umumnya yang mampu bertanggung jawab
(dijatuhkan bersama-sama dengan pidana):
1) Pencabutan surat izin mengemudi.
2) Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana.
3) Perbaikan akibat-akibat tindak pidana
4) Latihan kerja.
5) Rehabilitasi
6) Perawatan di dalam suatu lembaga.61
Menurut konsep hanya ada tiga kategori pengelompokan tindak pidana,
yaitu:
1. Hanya diancam pidana denda (untuk delik yang bobotnya
dinilai kurang dari 1 tahun penjara).
2. Hanya diancam pidana penjara atau denda secara alternatif (untuk
delik yang diancam dengan pidana penjara 1 – 7 tahun).
3. Hanya diancam dengan pidana penjara (untuk delik yang
diancam dengan pidana penjara lebih dari 7 tahun).
3. Tahap Pembinaan Narapidana
Tahap pembinaan narapidana dilakukan melaui 3 tahap pembinaan yaitu :
a. Tahap awal (awal masuk s.d 1/3 masa pidana)
Pada tahap ini pembinaannya meliputi pemeriksaan badan maupun
barang bawaan, pendataan data diri narapidana, pemberian barang
invertaris. Setelah ini bagi narapidana tindak pidana ringan mereka bisa
61 Barda Nawawi. Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana (Perkembangan Penyusunan Konsep KUHP Baru), (Jakarta: Kencana, 2011), h. 83
55
langsung mengikuti kegiatan pembinaan, namun bagi narapidana tindak
pidana berat harus melalui proses kurungan sunyi terlebih dahulu.
b. Tahap pembinaan I (1/3 s.d 1/2 masa pidana)
Pada tahap ini narapidana menjalani pembinaan kedisiplinan dan
ketertiban, pembinaan mental (agama dan kerokhanian), pembinaan
intelektual dan wawasan kebangsaan, keterampilan dan pembinaan
fisik.Semua pembinaan ini bertujuan untuk menjadikan narapidana
sebagai manusia yang lebih baik dan mampu bertanggungjawab.
c. Tahap pembinaan II (1/2 sampai akhir masa pidana)
Pada tahap ini pembinaannya diarahkan pada pembauran atau
perlibatan dengan masyarakat luar, kegiatan yang biasanya dilakukan
antara lain : cuti mengunjungi keluarga, pelepasan bersyarat, cuti
menjelang bebas, dan kerja bakti, olahraga, ibadah di luar. Kegiatan ini
bertujuan untuk memberikan kesadaran kepada narapidana untuk
secepatnya bisa menyerap dan menyesuaikan diri dengan norma yang
berlaku dan berkembang di masyarakat.62
4. Hak dan Kewajiban Narapidana
Undang-undang nomor 12 tahun 1995 tentang pemasyarakatan pada
pasal 14 ayat (1), sangat jelas mengatur hak-hak seorang warga binaan atau
narapidana selama menghuni lembaga pemasyarakatan yaitu :
a. Melakukan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
b. Mendapatkan perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani.
c. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran.
62 Barda Nawawi. Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana (Perkembangan Penyusunan Konsep KUHP Baru), (Jakarta: Kencana, 2011), h. 197
56
d. Mendapatkan pengajaran dan makanan yang layak.
e. Menyampaikan keluhan.
f. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa
lainnya yang tidak dilarang.
g. Menerima kunjungan keluarga, penasehat hukum, atau orang tertentu
lainnya.
h. Mendapatkan upah atau premi atas perkerjaan yang telah dilakukan.
i. Mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi).
j. Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi
keluarga.
k. Mendapatkan pembebasan bersyarat.
l. Mendapatkan cuti menjelang bebas.
m. Mendapatkan hak-hak lainnya sesuai perundangan yang berlaku.63
Sedangkan kewajiban warga binaan aalah sebagaimana yang ada di Pasal
15, yaitu:
1) Narapidana wakib mengikuti secara tertib program pembinaan dan
kegiatan tertentu.
2) Ketentuan mengenai program pembinaan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.64
63 Undang-Undang Pemasyarakatan, (Bandung: Fokusindo Mandiri, 2014), h. 9 64 Barda Nawawi. Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana (Perkembangan
Penyusunan Konsep KUHP Baru), (Jakarta: Kencana, 2011), h. 214
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Metodologi penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, karena
pendekatan kuantitatif dapat menghasilkan data yang akurat setelah
perhitungan yang tepat. Penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada
umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan
instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif statistik dengan tujuan
untuk menguji hipotesis yang telah ditetapakan. Penelitian kuantitatif sifatnya
objektif, sehingga kita bisa melihat langsung sebuah keadaan.1
Adapun alasan peneliti menggunakan penelitian kuantitatif adalah
karena penelitian kuantitatif bersifat mutlak sesuai dengan tata cara
perhitungan statistik yang terukur dan peneliti ingin menguji teori tentang
pembinaan agama Islam dan rasa percaya diri, menunjukkan hubungan antar
variabel pengaruh pembinaan agama Islam dengan rasa percaya diri untuk
mendapatkan tingkat objektivitas yang tinggi, memberikan deskripsi statistik.
1 Sugiyono , Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, dan R & D (Bandung : Alfabeta, 2008), h. 14
57
58
2. Jenis Penelitian
Sedangkan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian survei, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi
dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.2
Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti berusaha mengambil sampel
dengan menggunakan kuesioner untuk mengetahui pengaruh pembinaan
agama Islam terhadap tingkat rasa percaya diri warga binaan wanita pada
Rumah Tahanan Negara Kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Adapun lokasi penelitian skripsi ini yaitu di Rumah Tahanan Negara
Kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur, Jl Pondok Bambu Duri 1,
Kelurahan: Pondok Bambu, Kecamatan: Duren Sawit, Kota Jakarta Timur
13430. Tempat ini merupakan salah satu fasilitas penahanan kota atau negara
bagian bagi mereka yang salah.
Adapun yang dijadikan alasan dan pertimbangan pemilihan lokasi
penelitian ini adalah:
1. Rumah Tahanan Negara Pondok Bambu kelas II A memiliki
kegiatan pembinaan agama Islam rutin setiap hari Senin sampai
Jumat.
2. Peneliti belum menemukan hasil penelitian tentang pengaruh
pembinaan agama Islam terhadap tingkat rasa percaya diri warga
2 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 1995), cet. Ke-2, h. 3
59
binaan wanita pada Rumah Tahanan Negara Kelas II A Pondok
Bambu Jakarta Timur.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dimulai sejak bulan Mei sampai September 2016
dengan melakukan survei lokasi, penyerahan surat penelitian dari
Kementerian Hukum dan HAM, persutujuan Kepala RUTAN Pondok Bambu
untuk melakukan penelitian skripsi, serta mentor untuk peneliti. Selanjutnya
peneliti melakukan penelitian lanjutan, yaitu menggali data dan mengenai
program pembinaan agama Islam.
C. Sumber Data
Maksud dari sumber data seperti yang dikutip Sinta Paramita dari
bukunya Kristi Purwandari yaitu unsur utama yang dijadikan sasaran dalam
penelitian untuk memperoleh data-data konkret, dan yang dapat memberikan
informasi untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini.3
Sumber data dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu:
1. Data Primer
Data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama
dilokasi penelitian atau objek penelitian.4 Sumber data pertama dalam
penelitian ini yaitu warga binaan di Rutan Pondok Bambu Jakarta Timur.
2. Data Sekunder
Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber
sekunder dari data yang kita butuhkan.5 Data sekunder yang digunakan dalam
3 Shinta Paramita “Efektifitas Penanganan Masalah Rumah Tangga Melalui Lembaga Pelayanan Konsultasi di Masjid Agung Al Azhar Jakarta,” (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2009), h. 10
4 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2010) h. 122
60
penelitian ini yaitu berupa dokumen-dokumen, catatan-catatan dan buku-
buku.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.6 Sesuai judul
penelitian diatas, maka populasi dalam penelitian ini adalah warga binaan
yang beragama Islam yang mengikuti pembinaan agama Islam di Rutan
Pondok Bambu yang berjumlah 140 orang.
2. Sampel
Sedangkan sampel adalah bagian dari kumpulan objek penelitian
(populasi) yang dipelajari dan diamati.7 Penentuan sampel penelitian ini harus
dilakukan sehingga diperoleh sampel yang benar-benar dapat mewakili dan
dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Berdasarkan
populasi diatas maka penetapan sampel dilakukan dengan teknik purpossive
sampling, teknik pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang
sama kepada setiap anggota yang ada dalam suatu populasi untuk dijadikan
sampel.8 Teknik ini dapat dilakukan dengan kriteria yang kita inginkan.
5 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 123 6 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2009), hal. 80 7 Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
1994), h. 78 8 Syofian Siregar, Statistika Deskriptif Untuk Penelitian, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011),
edisi 1-2, h. 145
61
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah:
a. Beragama Islam
b. Mengikuti pembinaan agama Islam di Rutan
c. Memiliki kasus kriminal dan narkoba
Berdasarkan kriteria yang disebutkan diatas, Maka sampel yang terambil
dari perhitungan ini sebanyak 50% dari 140 populasi yang ada mendapatkan
hasil 70 responden.
E. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel independen
sebagai variabel X dan variabel dependen sebagai variabel Y.
1. Variabel bebas (independent variable) (X)
Variabel independen atau juga disebut variabel bebas adalah merupakan
variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel dependen.9 Dalam penelitian ini sebagai variabel bebas
yaitu pembinaan agama Islam yang terdiri dari:
a. Kognitif, yang meliputi Aqidah, Syariah, Akhlak, Emotional
Spiritual Quotient (ESQ).
b. Afektif, yang meliputi minat, menyukai, menerima, memperhatikan,
semangat untuk berubah.
c. Psikomotorik, yang meliputi berani bertanya, berani berbicara
didepan, mampu membaca Al-Qur’an.
d. Dukungan keluarga dan masyarakat, yang meliputi menjenguk atau
berkunjung, adanya pihak luar yang datang.
9 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 39
62
2. Variabel terikat (dependent variable) (Y)
Variabel dependen atau sering juga disebut variabel terikat adalah
merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya
variabel bebas.10 Dengan demikian dapat diketahui bahwa tingkat rasa
percaya diri merupakan variabel terikat dalam penelitian ini yang meliputi:
a. Tekat kuat
b. Memberanikan diri
c. Berfikir positif
d. Inisiatif
e. Mandiri
f. Belajar dari kegagalan
g. Tidak mudah menyerah
h. Bersikap objektif
i. Menempatkan diri sesuai situasi
10 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 39
63
F. Definisi Operasional dan Indikator Penelitian
Berikut adalah tabel definisi operasional dan indikator dalam penelitian ini :
Tabel 1. Definisi Operasional dan Indikator Variabel Penelitian
Variabel
Definisi
Operasional
Sub Variabel
Indikator
Pembinaan
Agama Islam (X)
Pembinaan agama Islam merupakan suatu proses seseorang dalam memahami lebih dalam agama Islam dengan fungsi pokok pembinaan yang mencakup penyampaian pengetahuan, pengembangan sikap, keterampilan, dukungan keluarga dan lingkungan.
1. Penyampaian informasi dan pengetahuan (Kognitif) a. Aqidah
1. Mengajarkan ke-Esaan Allah
2. Mengajarkan untuk percaya kepada Allah
3. Mengajarkan untuk percaya kepada Malaikat
4. Mengajarkan untuk percaya kepada Rasul
5. Mengajarkan untuk percaya kepada kitab-kitab
6. Mengajarkan untuk percaya kepada hari kiamat
b. Syariah 1. Mengajarkan
tentang ibadah (shalat, puasa, zakat, haji)
c. Akhlak 1. Akhlak kepada
Allah 2. Akhlak diri sendiri 3. Akhlak sesama
manusia d. Emotional Spiritual
Quotient (ESQ) melalui
1. Penyampaian informasi dan pengetahuan (Kognitif) 1) Warga binaan
meyakini bahwa Allah adalah pencipta alam semesta.
2) Warga binaan meyakini bahwa Allah Maha melihat semua perbuatan manusia.
3) Warga binaan meyakini bahwa hanya kepada Allah, manusia akan kembali.
4) Warga binaan meyakini bahwa Allah menciptakan malaikat.
5) Warga binaan merasa bahwa segala ucapan dan tindakan kita, ada yang mencatat.
6) Warga binaan meyakini Rasul sebagai utusan Allah yang memberikan petunjuk bagi
64
Variabel
Definisi
Operasional
Sub Variabel
Indikator
dzikir Asmaul Husna 2. Perubahan dan
pengembangan sikap (Afektif) a. Minat b. Menyukai c. Menerima d. Memperhatikan e. Spirit of change
(semangat untuk berubah)
3. Pengembangan keterampilan (Psikomotorik) a. Berani bertanya b. Berani berbicara didepan c. Mampu membaca Al-
Qur’an 4. Dukungan keluarga dan
lingkungan a. Menjenguk atau
berkunjung b. Adanya pihak luar yang
datang
manusia. 7) Warga binaan
meyakini bahwa Allah mengutus para Rasul sebagai teladan bagi manusia.
8) Warga binaan menjadikan ucapan dan perilaku Rasul sebagai pedoman dalam bertingkahlaku.
9) Warga binaan meyakini Al-Qur’an sebagai petunjuk tentang kebaikan dan keburukan.
10) Warga binaan meyakini Al-Qur’an sebagai penyejuk jiwa.
11) Warga binaan secara suka rela membaca, dan mengamalkan isi Al-Qur’an.
12) Warga binaan meyakini bahwa dengan mengamalkan ajaran Al-Qur’an akan selamat di dunia maupun di akhirat.
13) Warga binaan menyadari bahwa segala perbuatan di dunia akan di
65
Variabel
Definisi
Operasional
Sub Variabel
Indikator
mintai pertanggung jawabannya di akhirat.
14) Warga binaan meyakini bahwa tidak ada sesuatu yang terjadi tanpa izin Allah.
15) Warga binaan melaksanakan ibadah shalat lima waktu.
16) Warga binaan meyakini bahwa shalat dapat menentramkan jiwa.
17) Warga binaan melaksanakan ibadah puasa Ramadhan.
18) Warga binaan memahami manfaat puasa yakni sebagai media utuk melatih kesabaran, menjaga kesehatan dan memperoleh kejernihan hati dalam berfikir.
19) Warga binaan memiliki pengetahuan zakat, infaq dan shodaqoh yang artinya mensucikan diri dari harta yang bukan milik kita.
20) Warga binaan memiliki pengetahuan haji sebagai media untuk berlatih menghadapi
66
Variabel
Definisi
Operasional
Sub Variabel
Indikator
kesulitan dan merendahkan diri.
21) Warga binaan menyadari bahwa tiada Tuhan selain Allah.
22) Warga binaan sadar bahwa dirinya sebagai ciptaan dan amanah Allah yang harus dipertanggungjawabkan.
23) Warga binaan berpakaian sesuai dengan tuntunan agama (menutup aurat).
24) Warga binaan menjauhkan diri dari kebiasaan berkata-kata kasar dan tidak bermanfaat.
25) Warga binaan mampu mengendalikan diri dari perbuatan yang tercela.
26) Warga binaan bersikap menghormati dan sopan santun kepada orang lain.
27) Warga binaan menolong teman didalam kesulitan.
28) Warga binaan bersikap baik dengan keluarga, petugas dan warga binaan lainnya.
29) Warga binaan mendapat ketenangan hati saat
67
Variabel
Definisi
Operasional
Sub Variabel
Indikator
ESQ dengan materi dzikir Asmaul Husna.
30) Warga binaan mencurahkan isi hati saat ESQ berlangsung
31) Warga binaan menghafal Asmaul Husna.
2. Perubahan dan pengembangan sikap (Afektif) 1) Warga binaan
mengikuti pembinaan agama di Rutan setiap seminggu lima kali.
2) Warga binaan mengakui kesalahannya dan ingin berubah menjadi lebih baik.
3) Warga binaan menyukai materi yang disampaikan dalam pembinaan agama.
4) Warga binaan memahami materi yang disampaikan oleh pembimbing agama.
5) Warga binaan memperhatikan saat pembimbing agama memberikan pembinaan agama.
6) Warga binaan merasa ada
68
Variabel
Definisi
Operasional
Sub Variabel
Indikator
perubahan sikap yang membaik setelah mengikuti pembinaan agama.
3. Pengembangan keterampilan (Psikomotorik) 1) Warga binaan
bertanya saat pembinaan agama.
2) Warga binaan mampu berbicara / berpidato / bercerita di depan saat pembinaan agama.
3) Warga binaan mampu membaca Al-Qur’an dengan baik.
4) Warga binaan mampu membaca Al-Qur’an dengan bernada.
4. Dukungan keluarga dan lingkungan 1) Keluarga
menjenguk atau berkunjung ke Rutan setiap sebulan sekali.
2) Pihak Rutan mendatangkan Ustadz dari luar saat acara-acara besar Islam.
3) Adanya hubungan baik antara warga binaan dengan petugas rutan.
69
Variabel
Definisi
Operasional
Sub Variabel
Indikator
4) Keluarga menyempatkan waktu untuk makan bersama warga binaan saat menjenguk.
5) Adanya pihak luar yang memberikan motivasi kepada warga binaan, seperti Ustadz, mahasiswa magang, praktikum dan pihak lainnya.
Rasa Percaya Diri (Y)
Rasa percaya diri merupakan kondisi psikologis seseorang, dimana individu memiliki tekat yang kuat, berani, berfikir positif, inisiatif, mandiri, belajar dari kegagalan, tidka mudah menyerah, bersikap objektif dan dapat menempatkan diri sesuai situasi.
1. Tekat kuat 2. Memberanikan diri 3. Berfikir positif 4. Inisiatif 5. Mandiri 6. Belajar dari kegagalan 7. Tidak mudah menyerah 8. Bersikap objektif 9. Dapat menempatkan diri
sesuai situasi
1. Tekat kuat 1) Warga binaan
memiliki tekat yang kuat dalam menjalani masa penyidikan.
2) Warga binaan memiliki keyakinan kuat dalam menanggapi masalah.
2. Memberanikan diri 1) Warga binaan
berani melakukan perubahan diri menjadi lebih baik.
2) Warga binaan berani mengakui kesalahan.
3) Warga binaan berani mengutarakan isi hati kepada keluarga, petugas ataupun warga binaan lainnya.
3. Berfikir positif
70
Variabel
Definisi
Operasional
Sub Variabel
Indikator
1) Warga binaan berfikir positif setiap kejadian yang ada di Rutan.
2) Warga binaan menanamkan fikiran positif untuk menenangkan hati
3) Warga binaan percaya bahwa bersikap positif akan membawa dirinya pada perubahan yang lebih baik..
4. Inisiatif 1) Warga binaan
berinisiatif membuat kegiatan yang bermanfaat selama di Rutan.
2) Warga binaan inisiatif untuk mengaji dan ibadah tanpa disuruh petugas atau pembimbing agama.
5. Mandiri 1) Warga binaan
membiasakan mandiri tanpa dipaksa petugas saat pembinaan agama.
2) Warga binaan mandiri merapihkan kamar.
6. Belajar dari kegagalan 1) Warga binaan
mengambil pelajaran dari kesalahannya.
2) Warga binaan
71
Variabel
Definisi
Operasional
Sub Variabel
Indikator
belajar dari kegagalan agar tidak terjerumus kembali ke Rutan.
3) Warga binaan merasa dirinya mempunyai kesempatan kedua untuk merubah sikap menjadi lebih baik.
7. Tidak mudah menyerah 1) Warga binaan tidak
mudah menyerah untuk memperbaiki kesalahannya.
2) Warga binaan tidak mudah menyerah dengan keadaan saat ini.
8. Bersikap objektif 1) Warga binaan
meyakinkan diri bahwa akan berubah menjadi manusia yang lebih baik.
2) Warga binaan bersikap objektif atas keputusan penahanan.
3) Warga binaan bersikap kritis jika ada kesalahan dalam hal fonis penahanan.
9. Dapat menempatkan diri sesuai situasi 1) Warga binaan
menempatkan diri sesuai situasi dan
72
Variabel
Definisi
Operasional
Sub Variabel
Indikator
kondisi. 2) Warga binaan
menceritakan keluh kesah dengan keluarganya.
3) Warga binaan menceritakan keluh kesah dengan warga binaan lainnya.
70
G. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga teknik pengumpulan
data, antara lain sebagai berikut:
1. Observasi atau pengamatan
Observasi atau pengamatan merupakan susunan proses pengamatan dan
ingatan baik biologis maupun psikologis.11 Semua bentuk penelitian
psikologis, baik kualitatif maupun kuantitatif mengandung aspek observasi
didalamnya yang diarahkan pada kegiatan memerhatikan secara akurat,
mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar
aspek fenomena tersebut.12
Adapun observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengamati
kegiatan pembinaan agama Islam yang dilakukan pembimbing agama
terhadap warga binaan di Rutan Pondok Bambu.
2. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab
secara langsung dan tertulis. Pengumpulan data menggunakan kuesioner ini
diberikan oleh peneliti kepada 70 responden atau warga binaan wanita yang
beragama Islam dan mengikuti pembinaan agama di Rutan untuk mengetahui
pengaruh pembinaan agama Islam terhadap tingkat rasa percaya diri warga
binaan wanita di Rutan Pondok Bambu.
11 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011), Cet. Ke-14, h. 145
12 E. Kristi Perwandari, Pendekatan Kualitatif untuk Perilaku Manusia, (Depok: LPSP3-UI, 2011), Cet. Ke-4, h. 134
71
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik mencari data mengenai hal-hal atau
wariabel yang beruba catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.13 Peneliti mendokumentasikan
kegiatan pembinaan agama Islam, serta mencari dokumen-dokumen tertulis
lain yang relevan dengan kebutuhan penelitian.
H. Instrumen Pengumpulan Data
Dalam membuat kuesioner, teknik pengukurannya menggunakan skala
likert dengan 5 kategori pilihan jawaban. Penggunaan skala likert dipilih
karena dapat mempermudah subyek penelitian. Adapun 5 kategori jawaban
dalam Skala Likert adalah sebagai berikut14:
Tabel 2. Skala Likert
Pilihan Jawaban Skor Sangat Tidak Setuju (STS) 1 Tidak Setuju (TS) 2 Cukup Setuju (CS) 3 Setuju (S) 4 Sangat Setuju (SS) 5
Selanjutnya untuk mengetahui apakah instrumen tersebut tepat untuk
melakukan pengukuran dan untuk mengukur konsistensi instrumen penelitian,
maka dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas instrumen.
13 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), edisi revisi IV, h. 236
14 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 1995), h. 110
72
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen15. Suatu hasil penelitian dikatakan
valid apabila instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian
tersebut valid. Sehingga uji validitas sangat penting dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana ketepatan/kebenaran suatu instrumen untuk
dijadikan sebagai alat ukur.
Pendekatan yang digunakan untuk uji validitas dalam penelitian ini
adalah construct validity, yaitu untuk mengukur construct tertentu sesuai
dengan yang diharapkan. Rumus yang digunakan untuk mengukur validitas
penelitian ini adalah rumus korelasi Pearson Product Moment dan
menggunakan program SPSS 20 for Windows.
Berdasarkan hasil uji validitas yang telah dilakukan pada 70 responden,
maka diperoleh skor sebesar 0.261 pada taraf signifikansi sebesar 5%.
Selanjutnya setelah dilakukan uji validitas dengan teknik Product Moment
pada skala pembinaan Agama Islam sebanyak 70 responden, dari 54 item
butir pernyataan yang diujikan terdapat 9 butir pernyataan yang tidak valid
dan 45 butir pernyataan yang valid. Sedangkan pada skala rasa percaya diri,
dari 31 butir pernyataan yang diujikan terdapat 1 butir pernyataan yang tidak
valid dan 30 butir pernyataan yang valid.
Pada penelitian inti, peneliti menggunakan sebagian kuesioer Ahmad
Yusuf Afifurrahman yang sudah valid pada aspek kognitif berupa materi
aqidah di variabel pembinaan agama Islam yang terdiri dari 8 butir
15 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 211
73
pernyataan. Maka, pada uji inti terdapat 53 butir pernyataan pada skala
pembinaan agama Islam dan 30 butir pernyataan pada skala rasa percaya diri.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas bertujuan untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil
pengukuran relatif konsisiten, apabila pengukuran diulang dua kali atau lebih.
Jadi, dengan kata lain reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh
mana suatu alat pengukur dapat dipercaya dan diandalkan. Teknik
perhitungan reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah reability
analysiz dengan metode Cronbach Alpha. Rumus untuk menentukan
koefisien reliabilitas alfa cronbach adalah sebagai berikut:
𝑟𝑖 = 𝑘
(𝑘 − 1) �1 − ∑𝑠𝑖2
𝑠𝑖2�
Item instrument dikatakan reliabel atau mempunyai kehandalan yang
tinggi apabila diperoleh nilai alfa cronbach > 0.6.16
Adapun hasil uji reliabilitas variabel pembinaan agama Islam
berdasarkan perhitungan dengan bantuan program SPSS for Window versions
20.0 diperoleh tabel hasil output sebagai berikut:
Tabel 3. Hasil Output Uji Reliabilitas Variabel X (Pembinaan Agama Islam)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.908 53
16 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivarians dengan Program SPSS, (Semarang: UNDIP, 2003), hal.41
74
Dengan demikian apat kita lihat dari hasil output tabel 3. Hasilnya dapat
diketahui nilai Cronbach Alfa untuk variabel pembinaan agama Islam sebesar
0.908.
Adapun hasil uji reliabilitas variabel rasa percaya diri berdasarkan
perhitungan dengan bantuan program SPSS for Window versions 20.0
diperoleh tabel hasil output sebagai berikut:
Tabel 4. Hasil Output Uji Reliabilitas Variabel Y (Rasa Percaya Diri)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.925 30
Dengan demikian dapat kita lihat dari hasil output tabel 4. Hasilnya dapat
diketahui nilai Cronbach Alfa untuk variabel rasa percaya diri sebesar 0.925.
Dari kedua tabel hasil output uji reliabilitas dapat dilihat bahwa uji
reliabilitas variabel rasa percaya diri mendapatkan nilai tertinggi yaitu 0,925
dibandingkan uji reliabilitas variabel pembinaan agama Islam dengan nilai
0.908. Hasilnya dapat diketahui bahwa nilai Cronbach Alfa untuk kedua
variabel dikatakan sempurna (reliabel), karena diperoleh nilai alfa cronbach
> 0.6.
I. Teknik Analisis Data
Pada tahap ini data akan dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga
diperoleh kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab
persoalaan yang diajukan dalam penelitian. Dalam menganalisis data, peneliti
75
menggunakan analisis kuantitatif, yaitu data yang diperoleh dan dikumpulkan
kemudian diolah melalui tiga tahap yaitu editing, coding dan tabulating.17
1. Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah
dikumpulkan karena kemungkinan data yang telah dikumpulkan tidak
logis dan meragukan. Tujuannya untuk menghilangkan kesalahan-
kesalahan yang terdapat pada pencatatan dilapangan dan bersifat koreksi.
2. Coding yaitu pemberian kode-kode pada tiap-tiap data yang termasuk
dalam kategori yang sama.
3. Tabulasi yaitu membuat tabel-tabel yang berisikan data yang telah diberi
kode sesuai dengan analisis yang dibutuhkan.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
metode deskriptif analisis dengan cara mengumpulkan, mengolah,
menyajikan dan menganalisis data yang berwujud angka kemudian
menguraikan naratif.18
1. Uji Regresi Linier Sederhana
Oleh karena dalam penilitian ini terdiri dari dua variabel yaitu satu
variabel independen dan satu variabel dependen maka untuk mengetahui
berapa besar pengaruh pembinaan agama Islam terhadap tingkat rasa percaya
diri wanita untuk di Rutan Pondok Bambu. Uji statistik regresi linier
sederhana digunakan untuk menguji signifikan atau tidaknya hubungan dua
variabel melalui koefesien regresinya.19 Kemudian, dengan uji regresi linier
sederhana pula akan diketahui sejauh mana perubahan nilai variabel dependen
17 Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal. 24
18 Nyoman Kutha Ratna, Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu-Ilmu Sosial Humaniora pada Umumnya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 336
19 Ibid., h. 103
76
terhadap perubahan nilai variabel independen. Adapun persamaan regresi
linier sedarhana adalah:20
Y = a + bX
Keterangan:
Y = Variabel dependen (rasa percaya diri warga binaan wanita
di Rutan Pondok Bambu).
a = Harga Y ketika harga X = 0 (harga konstan).
b = Angka arah atau koefesien regresi, yang menunjukkan angka
peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang
didasarkan pada perubahan variabel independen.
X = Variabel independen yang mempunyai nilai tertentu (pembinaan
agama Islam di Rutan Pondok Bambu)
2. Uji Regresi Linier Berganda
Uji regresi linier berganda untuk mengetahui bagaimana hubungan
fungsional ataupun kausal antara beberapa variabel independen dengan
variabel dependen. Menurut Fred N. Kerlinger persamaan umum regresi linier
berganda adalah sebagai berikut21:
Y= ao+a1X1+a2X2+a3X3+….+anXn
Keterangan:
Y = Variabel dependen (rasa percaya diri)
X = Variabel independen (pembinaan agama Islam)
ao = Nilai konstanta
20 Sugiyono, Statistik untuk penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 261 21 Nyoman Kutha Ratna, Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu-Ilmu Sosial
Humaniora pada Umumnya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 929
77
a1 = Angka arah atau koefisien regresi untuk variabel bebas ke-1
an = Angka arah atau koefisien regresi untuk variabel ke-n
3. Uji Koefisien Korelasi
Analisis korelasi digunakan untuk mencari arah dan kuatnya hubungan
antara dua variabel atau lebih, baik hubungan yang bersifat simetris, kausal,
dan reciprocal.22 Uji koefesien korelasi dilakukan dalam penelitian ini
dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana kekuatan dan arah hubungan
antara variabel independen yaitu pembinaan agama dan variabel dependen
rasa percaya diri. Untuk mengetahui kekuatan hubungan kedua variabel
tersebut yaitu dengan cara menginterpretasikan nilai yang diperoleh dari uji
koefesien korelasi dengan berpedoman pada ketentuan berikut:
Tabel 5. Interval Koefesien Korelasi dan Kekuatan Hubungan23
No Interval Nilai Kekuatan Hubungan
1 2 3 4 5 6 7
KK = 0,00 0,00 < KK < 0,20 0,20 < KK < 0,40 0,40 < KK < 0,70 0,70 < KK < 0,90 0,90 < KK < 1,00 KK = 1,00
Tidak ada Sangat rendah atau lemah sekali Rendah atau lemah tapi pasti Cukup berarti atau sedang Tinggi atau kuat Sangat tinggi atau kuat sekali, dapat diandalkan Sempurna
Untuk menentukan besarnya koefesien korelasi digunakan rumus sebagai
berikut:24
𝑟𝑥𝑦 =∑𝑥𝑦
�∑𝑥2𝑦2
22 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivarians dengan Program SPSS, (Semarang: UNDIP, 2003), h. 260
23 Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 44
24 Sugiyono, Statistik untuk penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 228
78
Keterangan:
𝑟𝑥𝑦 = Korelasi antara variabel X dan Y
x = Selisih nilai X dengan rata-rata variabel X (𝑋𝑖 − 𝑋� )
y = Selisih nilai Y dengan rata-rata variabel Y (𝑌𝑖 − 𝑌� )
4. Uji Koefesien Determinasi
Uji koefesien determinasi yaitu untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan variabel independen dalam menjelaskan varians dari variabel
dependen. Koefesien ini juga disebut koefesien penentu, karena varians yang
terjadi pada variabel dependen dapat dijelaskan melalui varians yang terjadi
pada variabel independen.25
Dalam output SPSS 20.0 for windows, koefesien determinasi dapat
diketahui dari nilai R square pada tabel model summary. Dimana interval
nilai R square yaitu antara nol sampai dengan satu. Nilai koefesien
determinasi atau R square besarnya adalah kuadrad dari koefesien korelasi
(𝑟2). Dengan demikian koefesien determinasi dapat dihitung dengan rumus:26
KD = 𝒓𝟐 x 100%
Dimana: KD = Koefesien Determinasi (angka atau indeks yang
digunakan untuk mengetahui besarnya sumbangan
suatu variabel terhadap variasi variabel yang lain)
25 Sugiyono, Statistik untuk penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2012), hal. 231 26 Jonathan Sarwono, Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS, (Yogyakarta: Andi,
2006), h. 123
79
𝑟2 = Kuadrat Koefesien Korelasi (Nilai R square dalam
output SPSS 20.0 for wondows)
5. Uji F-test (Simultan)
Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara
bersama-sama (simultan) terhadap variabel terikat. Hasil uji F dapat dilihat
dalam tabel ANOVA dalam kolom sig. Menggunakan taraf signifikansi 5%
(0,05), jika nilai probabilitas < 0,05, maka dapat dikatakan terdapat pengaruh
yang signifikan secara bersama-sama antara variabel bebas terhadap variabel
terikat. Namun, jika nilai signifikansi > 0,05 maka tidak terdapat pengaruh
yang signifikan secara bersama-sama antara variabel bebas terhadap variabel
terikat. Uji F bisa dilakukan dengan bantuan software SPSS 20.0.
6. Uji T-test (Parsial)
Uji koefesien korelasi parsial yaitu uji statistik untuk menganalisis bila
peneliti bermaksud mengetahui pengaruh atau mengetahui hubungan antara
variabel independen dan dependen, dimana salah satu variabel independennya
dibuat tetap atau dikendalikan.27Adapun untuk mengetahui signifikan atau
tidak koefesien korelasi parsial yang di peroleh maka dilakukan uji t dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:28
𝑡 = 𝑟√𝑛 −𝑚√1 − 𝑟2
Dimana: t = Koefesien korelasi parsial n = Jumlah sampel
r = Koefesien korelasi m = Banyaknya variabel
27 Sugiyono, Statistik untuk penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 235 28 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2009), h. 184
80
Selanjutnya, harga t hitung yang diperoleh dibandingkan dengan harga t tabel,
dengan ketentuan dk = n – muntuk taraf kesalahan 5% uji dua pihak. Adapun
angka signifikansi dalam output SPSS 20.0 for windows terdapat pada tabel anova
dan tertulis Sig. Dari nilai signifikansi tersebut untuk mengetahui apakah ada
hubungan linier antara variabel pembinaan agama dan rasa percaya diri di Rutan
Pondok Bambu.
J. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara terhadap
suatu masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah sehingga harus di uji
secara empiris.29 Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan maka
hipotesis yang akan di jawab dan di buktikan dalam penelitian ini adalah:
H0 : Tidak ada pengaruh signifikan pembinaan agama terhadap rasa percaya
diri di Rutan Pondok Bambu.
H𝑎 : Ada pengaruh signifikan pembinaan agama terhadap rasa percaya diri di
Rutan Pondok Bambu.
Dengan ketentuan sebagai berikut:
Sig < 0,05 maka H0 ditolak dan H𝑎 diterima
Sig > 0,05 maka H0 diterima dan H𝑎 ditolak
29 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), edisi revisi IV, h. 31
BAB IV
GAMBARAN UMUM DAN HASIL ANALISIS DATA
A. Gambaran Umum Rumah Tahanan Negara Kelas II A Jakarta Timur
1. Sejarah Rumah Tahanan Negara Kelas II A
Rutan Pondok Bambu terletak di Jalan Pahlawan Revolusi No. 38,
Kelurahan Pondok Bambu, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur 13430.
Rutan Pondok Bambu berdiri diatas tanah seluas 14.586 m2. Rumah
Tahanan ini didirikan pada tahun 1974 oleh Pemerintah Daerah
(PEMDA) DKI Jakarta. Pada awal didirikannya Rumah Tahanan ini
ditujukan bagi para pelanggar Peraturan Daerah (PERDA) seperti tuna susila,
tuna wisma, gelandangan, dan pengemis. Berdasarkan Keputusan Menteri
Kehakiman RI Nomor: M.04.PR.07.03 tahun 1985 tanggal 20 September
1985 bangunan tersebut dialih fungsikan sebagai Rumah Tahanan
Negara Klas IIA yang fungsinya adalah rumah tahanan negara yang
diperuntukkan untuk tahanan yang diduga melakukan pelanggaran
hukum.1
2. Visi dan Misi Rumah Tahanan Negara Kelas II A
Sejalan dengan upaya pemerintah untuk melaksanakan supremasi
dibidang hukum dan melakukan perlindungan Hak Asasi Manusia, maka
Rumah Tahanan Negara Kelas II A Jakarta Timur mempunyai Visi yaitu,
“Profesionalisme Pelayanan dan Perawatan Warga Binaan dalam Upaya
Penegakan Hukum Serta Perlindungan Hak Asasi Manusia”.
1 Diolah berdasarkan data Rutan Pondok Bambu Jakarta Timur tahun 2016 berupa dokumen lembaran.
81
82
Guna melaksanakan Visi tersebut Rumah Tahanan Negara Kelas II A
Jakarta Timur mempunyai Misi yaitu, “Melakukan Pelayanan dan Perawatan
Warga Binaan dalam Rangka Pelaksaan Supremasi Hukum dan Melakukan
Perlindungan Hak Asasi Manusia Bagi Warga Binaan Rumah Tahanan
Negara Kelas II A Jakarta Timur”.2
3. Struktur Organisasi Rumah Tahanan Negara Kelas II A
Sesuai dengan surat Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor : 12
Tahun 1995 tentang pemasyarakatan, Rutan Kelas IIA Jakarta Timur
mempunyai tugas pokok memberikan pelayanan dibidang penahanan untuk
kepentingan penyidikan dan pemeriksaan di sidang Pengadilan. Ruang
Lingkup :
a) Penerimaan, Pendaftaran dan Penempatan
b) Perawatan Kesejahteraan
c) Bantuan Hukum dan Penyuluhan
d) Bimbingan Kegiatan
e) Kamtib3
2 Diolah berdasarkan data Rutan Pondok Bambu Jakarta Timur tahun 2016 berupa dokumen lembaran.
3 Ibid.
83
Berikut merupakan struktur organisasi yang berada di Rutan Pondok
Bambu Kelas II A Jakarta Timur:4
Bagan 1 Struktur Organisasi RUTAN Pondok Bambu Kelas II A
Berikut merupakan jumlah pegawai di Rutan Pondok Bambu Kelas
II A Jakarta Timur:5
Tabel 6. Jumlah Pegawai Rutan Pondok Bambu Kelas II A
Pegawai Laki-laki 78 orang
Pegawai Perempuan 118 orang
Jumlah 196 orang
Pejabat Struktural di Rutan Pondok Bambu Jakarta Timur
Kepala Rutan 1 orang
Kepala Subsie Pengelolaan 1 orang
Kepala Subsie Pelayanan Tahanan 1 orang
4 Diolah berdasarkan data Rutan Pondok Bambu Jakarta Timur tahun 2016 berupa dokumen lembaran.
5 Ibid.
Kepala RUTAN
Ika Yusanti, Bc.I.P, SH.M.Si
Petugas Tata Usaha
Ketua Pengamanan
RUTAN
Yuliana, Amd.IP, SH
Sub Sie. Pelayanan Tahanan
Ari
Budiningsih, Amd.IP,SH
Sub Sie. Bimbingan Kegiatan
Yeyen, Amd. IP,SH.M.H
Sub Sie. Pengelolaan
Sugiyati, SH.M.Si
84
Kepala Subsie Bimbingan Kegiatan 1 orang
Kepala Subsie Pengamanan/KPR 1 orang
Petugas Keamanan 29 orang
4. Sarana dan Prasarana Rumah Tahanan Negara Kelas II A
Rumah tahanan negara kelas II A Jakarta Timur memiliki sarana dan
prasarana pendukung dalam melaksanakan tugas-tugas baik tugas perkantoran
maupun tugas pelayanan dan pembinaan baik kepada masyarakat dan warga
binaan pemasyarakatan. Rumah tahanan negara kelas II A Jakarta Timur
memiliki bangunan dengan tingkat pengamanan, diantaranya :
a. Bangunan perkantoran
b. Paviliun hunian
c. Bangunan tempat ibadah
d. Bangunan poliklinik
e. Bangunan dapur
f. Pos menara
g. Halaman parkir6
Rumah tahanan negara kelas II A Jakarta Timur memiliki beberapa
paviliun untuk warga binaan pemasyarakatan antara lain:7
1. Paviliun anggrek
Merupakan paviliun bagi penghuni wanita dengan kasus pidana
kriminal. Dengan luas bangunan 794 m2 (1 lantai) dengan kapasitas 18
kamar dan tiap-tiap kamar memiliki kapasitas 8 orang.
6 Diolah berdasarkan data Rutan Pondok Bambu Jakarta Timur tahun 2016 berupa dokumen lembaran.
7 Ibid.
85
2. Paviliun bogenvile
Merupakan paviliun bagi penghuni warga binaan yang berusia lanjut
dan warga binaan yang dipilih untuk membantu pekerjaan kantor Rutan
(Tamping).
3. Paviliun cendana
Merupakan paviliun bagi penghuni Narkoba/Psikotropika. Kapasitas
paviliun cendana sebanyak 13 kamar.
4. Paviliun dahlia
Merupakan paviliun bagi penghuni kriminal umum dengan luas
bangunan 508 m2 (2 lantai) dengan kapasitas sebanyak 15 kamar. Kamar
1 sampai 12 memiliki kapasitas 10 orang dan kamar 13 sampai 15
memiliki kapasitas 2 orang.
5. Paviliun edelweis
Merupakan paviliun bagi penghuni kasus pidana khusus
narkoba/psikotropika. Luas bangunan 439 m2 (2 lantai) dengan kapasitas
27 kamar, tiap-tiap kamar memiliki kapasitas 10 orang.
6. Paviliun kenanga
Merupakan paviliun bagi penghuni warga binaan yang dipilih untuk
membantu pekerjaan kantor Rutan (Tamping). Luas bangunan 100 m2 (1
lantai) dan memiliki 4 kamar . tiap-tiap kamar memiliki kapasitas 6
orang.
86
7. Paviliun isolasi
Merupakan paviliun yang diperuntukkan bagi penghuni yang
melakukan pelanggaran tata tertib dengan luas 36 m2 (1 lantai) yang
memiliki 5 kamar. Tiap-tiap kamar memiliki kapasitas 3 orang.8
5. Daftar Penghuni Rumah Tahanan Negara Kelas II A
Berikut merupakan daftar penghuni Rutan Kelas II A Jakarta Timur:9
Hari, tanggal : Senin, 05 September 2016
Kapasitas : 619 Orang
Isi : 902 Orang
Tabel 7. Daftar Isi Penghuni Rutan Kelas II A
No Paviliun Jumlah 1 A 180 2 B 41 3 C 204 4 D 173 5 E 276 6 KRT 21 7 RS 1 8 RG. ISOLASI 6 Jumlah 902
8 Diolah berdasarkan data Rutan Pondok Bambu Jakarta Timur tahun 2016 berupa dokumen lembaran.
9 Ibid.
87
6. Jenis Pembinaan Rumah Tahanan Negara Kelas II A
Adapun pembinaan yang dilakukan di Rumah Tahanan Negara Kelas II
A Jakarta Timur adalah:10
1. Pembinaan kerohanian
a. Islam
Pembinaan kerohanian dilakukan bagi warga binaan
pemasyarakatan di Masjid Rutan. Pembinaan ini bekerjasama
dengan Kementerian Agama dan Yayasan seperti, Al-Azhar, Kodi,
Aisyah, Radio Dakta, Umat Muslim, Nurul Iman. Kegiatan
pembinaan agama Islam di Rutan diberikan pada setiap hari Senin-
Jumat yang dimulai dari pukul 9:30-11:30, kemudian shalat Dzuhur
dan dilanjutkan kembali pukul 13:30-15:00.
b. Kristen
Pembinaan kerohanian Kristen dilakukan setiap hari dengan
bekerjasama dengan Yayasan dari gereja, antara lain Menara Iman,
Santa Aura, Apastalas, Samaritan.
c. Budha
Pembinaan kerohanian Budha juga dilakukan setiap hari dengan
bekerjasama dengan Yayasan.
2. Pembinaan pendidikan
Pembinaan pendidikan dilakukan dengan bekerjasama dengan
Sekolah Kejar Paket A, B dan C yang terdiri dari :
10 Diolah berdasarkan data Rutan Pondok Bambu Jakarta Timur tahun 2016 berupa dokumen lembaran.
88
a. Setara SD
b. Setara SMP
c. Setara SMA
d. Bahasa Inggris perpustakaan elektronik dari perpustakaan
nasional
3. Pembinaan keterampilan kerja
a. Salon
b. Menjahit
c. Tata boga
d. Membuat tas dari manik-manik
e. Melukis
4. Kegiatan rekreasi
a. Pramuka
b. Olahraga
c. Rebana/marawis
d. Pencak silat
e. Tari11
B. Temuan dan Hasil Analisis Data
1. Klasifikasi Responden
Hasil analisis mengenai profil responden diperoleh data mengenai
responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini, antara lain: karakteristik
responden berdasarkan kasus, usia, dan pendidikan terakhir. Selanjutnya akan
dijelaskan dalam bentuk tabel beserta uraiannya.
11 Diolah berdasarkan data Rutan Pondok Bambu Jakarta Timur tahun 2016 berupa dokumen lembaran.
89
a. Karakteristik Responden berdasarkan Kasus
Berikut merupakan karakteristik responden berdasarkan kasus:12
Tabel 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Kasus
No Kasus Frekuensi Presentase
1 Narkotika 20 Responden 28,6 %
2 Kriminal 50 Responden 71,4 %
Berdasarkan tabel 8, diketahui bahwa karakteristik responden
berdasarkan kasus adalah sebanyak 20 responden pada kasus narkotika
dan sebanyak 50 responden pada kasus kriminal.
Berdasarkan jumlah tersebut, maka sebagian besar responden dalam
penelitian ini memiliki kasus kriminal.
b. Karakteristik Responden berdasarkan Usia
Berikut merupakan karakteristik responden berdasarkan usia:13
Tabel 9. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
No Usia Frekuensi Presentase
1 20 – 30 tahun 9 Responden 12,9 %
2 31 – 40 tahun 32 Responden 45,7 %
3 41 – 50 tahun 19 Responden 27,1 %
4 51 – 60 tahun 10 Responden 14,3 %
Berdasarkan tabel 9, diketahui bahwa karakteristik responden
berdasarkan usia adalah sebanyak 9 responden berusia 20-30 tahun,
12 Diolah berdasarkan data hasil kuesioner warga binaan di Rutan Pondok Bambu tahun 2016.
13 Ibid.
90
kemudian sebanyak 32 responden berusia 31-40 tahun, selanjutnya
sebanyak 19 responden berusia 41-50 tahun dan terakhir sebanyak 10
responden berusia 51-60 tahun.
Berdasarkan jumlah tersebut, maka sebagian besar responden dalam
penelitian ini berusia 31-40 tahun. Dengan demikian responden dalam
penelitian ini berada dalam usia produktif.
c. Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan terakhir
Berikut merupakan tabel karakteristik responden berdasarkan
pendidikan terakhir:14
Tabel 10. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
No Pendidikan Terakhir Frekuensi Presentase
1 SD 6 Responden 8,6 %
2 SMP 12 Responden 17,1 %
3 SMA/SMK 33 Responden 47,1 %
4 D3 9 Responden 12,9 %
5 S1 8 Responden 11,4 %
6 S2 2 Responden 2,9 %
Berdasarkan tabel 10, diketahui bahwa karakteristik responden
berdasarkan pendidikan terakhir adalah sebanyak 6 responden pendidikan
terakhir SD, 12 responden pendidikan terakhir SMP, kemudian 33
responden berpendidikan terakhir SMA/SMK, 9 responden pendidikan
terakhir D3, kemudian 8 responden berpendidikan S1 dan 2 responden
berpendidikan S2.
14 Diolah berdasarkan data hasil kuesioner warga binaan di Rutan Pondok Bambu tahun 2016.
91
Berdasarkan jumlah tersebut bahwa sebagian besar responden dalam
penelitian ini mengenyam pendidikan SMA.
2. Deskripsi Hasil Penelitian
Deskripsi hasil penelitian ini membahas tentang pengaruh variabel
pembinaan agama Islam dengan rasa percaya diri. Dalam pengambilan data,
peneliti menggunakan angket yang disebar kepada responden warga binaan
pemasyarakatan yang sesuai dengan kriteria responden.
Setelah data-data yang masuk dalam angket diolah melalui editing dan
skoring, maka langkah berikutnya menyajikan data tersebut dalam bentuk
tabel dengan menggunakan rumus presentase. Berikut ini peneliti sajikan
hasil angket berdasarkan presentase jawaban. Dari hasil penelitian diperoleh
data sebagai berikut:
a. Variabel Pembinaan Agama Islam
Berikut merupakan tabel variabel pembinaan agama Islam pada
aspek kognitif:
Tabel 11. Kognitif
No Pernyataan SS S TS STS Skor Rangking Kognitif 1 Alam semesta diciptakan oleh
Allah 62 8 0 0 342 8
2 Saya meyakini bahwa Allah Maha melihat semua perbuatan manusia.
66 4 0 0 346 4
3 Saya meyakini bahwa hanya kepada Allah, manusia akan kembali
65 5 0 0 345 5
4 Saya memohon pertolongan dan perlindungan hanya kepada Allah
64 6 0 0 344 6
5 Saya meyakini bahwa Allah menciptakan malaikat
67 2 0 1 344 6
92
6 Saya meyakini bahwa segala ucapan dan tindakan kita, malaikat yang mengontrol
52 18 0 0 332 12
7 Saya meyakini Al-Qur’an sebagai penerang jiwa. 53 16 1 0 331 13
8 Malaikat mencatat segala ucapan dan tindakan kita 56 14 0 0 336 11
9 Allah mengutus para Rasul sebagai teladan bagi manusia 56 14 0 0 344 6
10 Islam mengajarkan bahwa ucapan dan perilaku Rasul sebagai pedoman dalam bertingkahlaku
64 6 0 0 344 6
11 Al-Qur’an sebagai petunjuk tentang kebaikan dan keburukan
66 4 0 0 346 4
12 Al-Qur’an sebagai penyejuk hati dan jiwa 68 2 0 0 348 2
13 Islam mengajarkan membaca dan mengamalkan isi Al-Qur’an
64 6 0 0 344 6
14 Allah akan meminta pertanggungjawaban manusia atas segala perbuatan didunia
65 5 0 0 345 5
15 Tidak ada sesuatu yang terjadi tanpa izin Allah 65 5 0 0 345 5
16 Ibadah shalat lima waktu hukumnya wajib 68 2 0 0 348 2
17 Shalat merupakan rukun Islam kedua 64 6 0 0 344 6
18 Shalat dapat menentramkan hati dan jiwa 68 2 0 0 348 2
19 Ibadah puasa di bulan Ramadhan hukumnya wajib 69 1 0 0 349 1
20 Puasa merupakan rukun Islam ketiga 58 8 3 1 329 14
21 Manfaat puasa yakni sebagai media untuk melatih kesabaran, menjaga kesehatan dan memperoleh kejernihan hati dalam berfikir
64 6 0 0 344 6
22 Zakat, infaq dan shodaqoh dapat mensucikan diri dari harta yang bukan milik kita
56 12 2 0 332 12
23 Haji merupakan media untuk berlatih menghadapi kesulitan dan merendahkan diri
32 31 5 2 296 15
93
24 Setiap manusia merupakan ciptaan dan amanah Allah yang harus dipertanggungjawabkan
60 10 0 0 340 9
25 Islam mengajarkan menutup aurat bagi laki-laki dan perempuan
66 12 2 0 332 12
26 Islam tidak mengajarkan berkata-kata kasar dan tidak bermanfaat
61 8 0 1 338 10
27 Islam mengajarkan manusia untuk menjauhkan diri dari perbuatan yang tercela
62 8 0 0 342 8
28 Islam mengajarkan menghormati dan sopan santun kepada orang lain
64 6 0 0 344 6
29 Islam mengajarkan menolong sesame 63 7 0 0 343 7
30 Islam mengajarkan bersikap baik dengan orang lain 62 8 0 0 342 8
31 Asmaul Husna ada 99 66 4 0 0 346 4 32 Dengan berdzikir hati menjadi
tenang 66 4 0 0 346 4
33 Asmaul Husna merupakan nama-nama Allah yang indah dan baik
67 3 0 0 347 3
34 Dzikir merupakan salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah
67 2 0 1 344 6
Jumlah 11,590 Mean 340,88
Pada tabel 11 di atas, dapat diketahui bahwa skor tertinggi yaitu 349
pada pernyataan Ibadah puasa di bulan Ramadhan hukumnya wajib,
dalam indikator kognitif di variabel pembinaan agama Islam dengan
menempati rangking 1, dan jumlah skor tersebut diketahui jumlah
jawaban sangat setuju (SS) sebanyak 69, jumlah jawaban setuju (S)
sebanyak 1, dan 0 sisanya tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju
(STS). Sedangkan skor terendahnya adalah 297 yaitu mengenai Haji
merupakan media untuk berlatih menghadapi kesulitan dan merendahkan
94
diri yang menempati rangking 15. Responden yang menjawab sangat
setuju (SS) sebanyak 32, jumlah jawaban setuju (S) sebanyak 31, tidak
setuju (TS) sebanyak 5 dan sangat tidak setuju (STS) sebanyak 2.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa responden lebih mengetahui
bahwa ibadah puasa di bulan Ramadhan hukumnya wajib dibandingkan
dengan ibadah haji yang merupakan media untuk berlatih menghadapi
kesulitan dan merendahkan diri. Hal ini menunjukkan pembimbing
agama tidak memberikan penjelasan mendalam mengenai ibadah haji.
Menurut Asmaran bahwa Ibadah itu (dalam arti sempit) seperti,
thaharah, shalat, zakat, puasa, haji bila mampu. Ibadah tersebut
hukumnya wajib. Ibadah secara umum memiliki arti mengikuti segala hal
yang di cintai Allah dan di ridhoi-Nya, baik perkataan maupun perbuatan
lahir dan batin.15 Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini bahwa
responden mengetahui salah satu ibadah yaitu puasa di bulan Ramadhan
hukumnya wajib.
15 Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1992), h. 1
95
Berikut merupakan tabel variabel pembinaan agama Islam pada
aspek afektif:
Tabel 12. Afektif
No Pernyataan SS S TS STS Skor Rangking Afektif 1 Pembinaan agama di Rutan
dilaksanakan setiap seminggu lima kali
48 17 3 2 316 6
2 Setiap manusia ingin berubah menjadi manusia yang lebih baik
64 6 0 0 344 1
3 Materi yang disampaikan dalam pembinaan agama mudah difahami
39 30 1 0 317 5
4 Materi yang disampaikan oleh pembimbing agama menarik 34 35 1 0 312 7
5 Dengan memperhatikan materi pembinaan agama yang disampaikan maka akan lebih mudah dimengerti
43 26 1 0 321 4
6 Pembinaan agama membuat manusia menyadari kesalahannya
50 20 0 0 330 3
7 Setiap manusia tidak ingin mengulangi kesalahannya kembali
59 11 0 0 339 2
Jumlah 2,279 Mean 325,57
Pada tabel 12 di atas, dapat diketahui bahwa skor tertinggi yaitu 344
pada pernyataan Setiap manusia ingin berubah menjadi manusia yang
lebih baik, dalam indikator afektif di variabel pembinaan agama Islam
dengan menempati rangking 1, dan jumlah skor tersebut diketahui jumlah
jawaban sangat setuju (SS) sebanyak 64, jumlah jawaban setuju (S)
sebanyak 6, dan 0 sisanya tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju
(STS). Sedangkan skor terendahnya adalah 312 yaitu mengenai Materi
yang disampaikan oleh pembimbing agama menarik yang menempati
96
rangking 7. Responden yang menjawab sangat setuju (SS) sebanyak 34,
jumlah jawaban setuju (S) sebanyak 35, tidak setuju (TS) sebanyak 1 dan
sangat tidak setuju (STS) sebanyak 20.
Hal tersebut menunjukkn bahwa responden merasa ingin berubah
menjadi manusia yang lebih baik, karena responden menyadari kesalahan
yang mereka perbuat, tetapi responden merasa materi yang disampaikan
pembimbing agama kurang menarik sehingga responden kurang
mendalami semua materi pembinaan agama yang diberikan oleh
pembimbing agama.
Menurut Prof.Dr.H.Mohammad Ardani bahwa Akhlak yang baik
terhadap diri sendiri dapat diartikan menghargai, menghormati,
menyayangi dan menjaga diri sendiri dengan sebaik-baiknya, karena
sadar bahwa dirinya itu sebagai ciptaan dan amanah Allah yang harus
dipertanggungjawabkan dengan sebaik-baiknya.16 Teori tersebut sesuai
dengan hasil penelitian ini, dimana responden menyadari bahwa dirinya
sebagai amanah Allah yang harus dipertanggung jawabkan, maka
responden akan berusaha menjadi manusia yang lebih baik agar dapat
dipertanggung jawabkan di akhirat.
16 Mohammad Ardani, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Mitra Cahaya Utama, 2005), Cet ke-2, h. 49
97
Berikut merupakan tabel variabel pembinaan agama Islam pada
aspek psikomotorik:
Tabel 13. Psikomotorik
No Pernyataan SS S TS STS Skor Rangking Psikomotorik 1 Bertanya saat pembinaan
agama akan membuat kita lebih faham materi yang disampaikan
46 23 0 1 323 3
2 Pembinaan agama mengajarkan cara berpidato dan berbicara didepan umum
25 36 9 0 290 4
3 Islam mengajarkan membaca Al-Qur’an dengan tajwid 56 13 1 0 334 2
4 Membaca Al-Qur’an merupakan salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah
63 6 0 1 340 1
Jumlah 1,287 Mean 321,75
Pada tabel 13 di atas, dapat diketahui bahwa skor tertinggi yaitu 340
pada pernyataan Membaca Al-Qur’an merupakan salah satu cara
mendekatkan diri kepada Allah ,dalam indikator psikomotorik di variabel
pembinaan agama Islam dengan menempati rangking 1, dan jumlah skor
tersebut diketahui jumlah jawaban sangat setuju (SS) sebanyak 63,
jumlah jawaban setuju (S) sebanyak 6, tidak setuju (TS) sebanyak 0 dan
sangat tidak setuju (STS) sebanyak 1. Sedangkan skor terendahnya
adalah 290 yaitu mengenai Pembinaan agama mengajarkan cara
berpidato dan berbicara didepan umum yang menempati rangking 4.
Responden yang menjawab sangat setuju (SS) sebanyak 25, jumlah
jawaban setuju (S) sebanyak 36, tidak setuju (TS) sebanyak 9 dan sangat
tidak setuju (STS) sebanyak 0.
98
Hal tersebut menunjukkan bahwa responden lebih memahami bahwa
membaca Al-Qur’an merupakan salah satu cara mendekatkan diri kepada
Allah, tetapi responden belum diajarkan mengenai keberanian tampil
didepan salah satunya yaitu dengan pidato atau ceramah saat pembinaan
agama berlangsung. Hal ini karena waktu pembinaan agama yang dibagi-
bagi karena pembimbing yang cukup banyak, sehingga setiap
pembimbing agama tidak memiliki banyak waktu untuk mengajarkan
banyak hal.
Menurut Asmuni Syukir bahwa pengertian iman kepada kitab-kitab
Allah adalah meyakini bahwa kitab Allah itu benar datang dari Allah
SWT kepada para nabi atau rasul yang berisi wahyu Allah untuk
disampaikan kepada seluruh umat manusia. Salah satu kitab Allah adalah
Al-Qur’an, dengan membaca dan memahami isi Al-Qur’an, maka
manusia akan merasa dekat dengan Allah dan tenang dalam menghadapi
segala hal.17 Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini yaitu
responden merasa bahwa dengan membaca Al-Qur’an dapat
mendekatkan diri kepada Allah.
17 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 60
99
Berikut merupakan tabel aspek dukungan keluarga dan lingkungan:
Tabel 14. Dukungan keluarga dan lingkungan
No Pernyataan SS S TS STS Skor Rangking Dukungan keluarga dan
lingkungan 1 Keluarga merupakan tempat
mencurahkan isi hati 41 27 2 0 317 7
2 Keluarga selalu menemani dan menyemangati 46 20 4 0 318 6
3 Pihak Rutan mendatangkan Ustadz dari luar saat acara-acara besar Islam
52 16 1 1 327 3
4 Islam mengajarkan bersikap baik kepada keluarga, teman, dan lingkungan
42 25 3 0 316 8
5 Keluarga menyempatkan waktu untuk makan bersama warga binaan saat menjenguk
62 8 0 0 342 1
6 Motivasi merupakan cara menguatkan diri 47 19 4 0 319 5
7 Adanya pihak luar yang memberikan motivasi kepada warga binaan, seperti Ustadz, mahasiswa magang, praktikum dan pihak lainnya
53 17 0 0 333 2
8 Keluarga memberikan dukungan kepada saya dengan menjenguk ke Rutan
43 27 0 0 323 4
Jumlah 2,595 Mean 324,37
Pada tabel 14 di atas, dapat diketahui bahwa skor tertinggi yaitu 342
pada pernyataan Keluarga menyempatkan waktu untuk makan bersama
warga binaan saat menjenguk, dalam indikator dukungan keluarga dan
lingkungan di variabel pembinaan agama Islam dengan menempati
rangking 1, dan jumlah skor tersebut diketahui jumlah jawaban sangat
setuju (SS) sebanyak 62, jumlah jawaban setuju (S) sebanyak 8, dan
sisanya 0 pada tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS).
100
Sedangkan skor terendahnya adalah 316 yaitu mengenai Islam
mengajarkan bersikap baik kepada keluarga, teman, dan lingkungan,
yang menempati rangking 8. Responden yang menjawab sangat setuju
(SS) sebanyak 42, jumlah jawaban setuju (S) sebanyak 25, tidak setuju
(TS) sebanyak 3 dan sangat tidak setuju (STS) sebanyak 0.
Hal tersebut menunjukkan bahwa responden merasakan bahwa
Keluarga menyempatkan waktu untuk makan bersama responden saat
jam kunjungan, tetapi responden tidak terlalu memahami bahwa Islam
mengajarkan bersikap baik kepada keluarga, teman, dan lingkungan. Hal
tersebut diduga karena tidak semua responden merasa diperhatikan oleh
keluarga dan lingkungan sekitar.
Menurut Syamsudin Abin Makmun bahwa aspek perhatian adalah
keaktifan peningkatan kesadaran seluruh fungsi jiwa yang dikerahkan
dalam pemusatannya kepada sesuatu, baik yang ada di dalam maupun
yang ada di luar diri individu. Melalui perhatian seseorang lebih mudah
menerima sesuatu, dan sebaliknya tanpa adanya perhatian, tiap asumsi-
asumsi yang masuk, baik dari dalam diri maupun dari luar akan sulit
diterima.18
Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini yang menyatakan
bahwa perhatian dari keluarga responden merupakan salah satu dukungan
yang diperlukan oleh responden.
18 Syamsudin Abin. Makmun, Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), h. 45
101
b. Variabel Rasa Percaya Diri
Berikut merupakan tabel variabel rasa percaya diri pada aspek tekat
kuat:
Tabel 15. Tekat kuat
No Pernyataan SS S TS STS Skor Rangking Tekat kuat 1 Tekat kuat merupakan cara
memotivasi diri 53 17 0 0 332 1
2 Menghadapi masalah dengan tekat yang kuat 51 19 0 0 330 2
3 Tekat kuat membuat manusia menjadi berani menghadapi masalah
52 17 0 1 329 3
Jumlah 991 Mean 330,33
Pada tabel 15 di atas, dapat diketahui bahwa skor tertinggi yaitu 332
pada pernyataan Tekat kuat merupakan cara memotivasi diri, dalam
indikator tekat kuat di variabel rasa percaya diri dengan menempati
rangking 1, dan jumlah skor tersebut diketahui jumlah jawaban sangat
setuju (SS) sebanyak 53, jumlah jawaban setuju (S) sebanyak 17, dan
sisanya 0 pada tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS).
Sedangkan skor terendahnya adalah 329 yaitu mengenai Tekat kuat
membuat manusia menjadi berani menghadapi masalah, yang menempati
rangking 3. Responden yang menjawab sangat setuju (SS) sebanyak 52,
jumlah jawaban setuju (S) sebanyak 17, tidak setuju (TS) sebanyak 0 dan
sangat tidak setuju (STS) sebanyak 1.
Hal tersebut menunjukkan bahwa responden memiliki tekat kuat
dengan cara memotivasi diri sendiri dalam menghadapi masalah, tetapi
tidak semua responden memiliki tekad kuat untuk berani menghadapi
102
masalah yang mereka miliki. Hal tersebut dikarenakan responden
memiliki masalah besar yang membuat responden harus memotivasi diri
mereka untuk kuat menghadapi semua masalah.
Menurut Thantaway percaya diri adalah kondisi mental atau
psikologi diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya
untuk berbuat atau melakukan suatu tindakan.19 Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian yaitu responden memerlukan tekat kuat untuk
memotivasi dirinya melakukan suatu tindakan.
Berikut merupakan tabel variabel rasa percaya diri pada aspek
memberanikan diri:
Tabel 16. Memberanikan diri
No Pernyataan SS S TS STS Skor Rangking Memberanikan diri 1 Manusia berani melakukan
perubahan diri menjadi lebih baik
55 15 0 0 335 1
2 Manusia berani mengakui kesalahan 47 21 0 2 321 3
3 Berani mengutarakan isi hati kepada keluarga, petugas ataupun warga binaan lainnya
30 33 5 2 293 4
4 Manusia berani menerima segala konsekuensi yang telah diperbuat
46 23 1 0 324 2
Jumlah 1,273 Mean 318,25
Pada tabel 16 di atas, dapat diketahui bahwa skor tertinggi yaitu 335
pada pernyataan Manusia berani melakukan perubahan diri menjadi lebih
baik, dalam indikator memberanikan diri di variabel rasa percaya diri
19 Pradita. Sarastika, Buku Pintar Tampil Percaya Diri, (Yogyakarta: ARASKA, 2014), h. 40
103
dengan menempati rangking 1, dan jumlah skor tersebut diketahui jumlah
jawaban sangat setuju (SS) sebanyak 55, jumlah jawaban setuju (S)
sebanyak 15, dan sisanya 0 pada tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju
(STS). Sedangkan skor terendahnya adalah 293 yaitu mengenai Berani
mengutarakan isi hati kepada keluarga, petugas ataupun warga binaan
lainnya, yang menempati rangking 4. Responden yang menjawab sangat
setuju (SS) sebanyak 30, jumlah jawaban setuju (S) sebanyak 33, tidak
setuju (TS) sebanyak 5 dan sangat tidak setuju (STS) sebanyak 2.
Hal tersebut menunjukkan bahwa responden berani melakukan
perubahan menjadi manusiayang lebih baik, tetapi responden belum
berani mengutarakan isi hati kepada keluarga, petugas Rutan maupun
warga binaan lain. Hal tersebut karena responden menyadari atas
kesalahan yang mereka perbuat sehingga responden berani untuk berubah
menjadi manusia yang lebih baik.
Menurut Abu Al-Ghifari salah satu aspek-aspek percaya diri yaitu
berani mengambil resiko.20 Hal tersebut sesuai dengan penelitian ini
yang menyatakan bahwa responden berani melakukan perubahan menjadi
lebih baik dengan resiko dan konsekuensi yang ada.
20 Abu Al-Ghifari, Percaya Diri Sepanjang Hari, (Bandung: Mujahid, 2004), h. 37
104
Berikut merupakan tabel variabel rasa percaya diri pada aspek
berfikir positif:
Tabel 17. Berfikir positif
No Pernyataan SS S TS STS Skor Rangking Berfikir positif 1 Berfikir positif merupakan
salah satu kunci ketenangan hati
58 12 0 0 338 1
2 Berfikir positif setiap kejadian yang ada 50 20 0 0 330 3
3 Manusia yang berfikir positif tentang orang lain akan memiliki banyak teman
44 26 0 0 324 4
4 Bersikap positif akan membawa diri pada perubahan yang lebih baik
52 18 0 0 331 2
Jumlah 1,323 Mean 330,75
Pada tabel 17 di atas, dapat diketahui bahwa skor tertinggi yaitu 338
pada pernyataan Berfikir positif merupakan salah satu kunci ketenangan
hati, dalam indikator berfikir positif di variabel rasa percaya diri dengan
menempati rangking 1, dan jumlah skor tersebut diketahui jumlah
jawaban sangat setuju (SS) sebanyak 58, jumlah jawaban setuju (S)
sebanyak 12, dan sisanya 0 pada tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju
(STS). Sedangkan skor terendahnya adalah 324 yaitu mengenai Manusia
yang berfikir positif tentang orang lain akan memiliki banyak teman,
yang menempati rangking 4. Responden yang menjawab sangat setuju
(SS) sebanyak 44, jumlah jawaban setuju (S) sebanyak 26, tidak setuju
(TS) sebanyak 0 dan sangat tidak setuju (STS) sebanyak 0.
Hal tersebut menunjukkan bahwa responden menyadari bahwa
berfikir positif merupakan salah satu kunci ketenangan hati, tetapi
105
responden memahami bahwa tidak semua manusia yang berfikiran positif
tentang orang lain akan memiliki banyak teman. Hal tersebut karena
responden merasakan fase dimana menganggap bahwa teman itu baik
tetapi pada kenyataan nya teman tersebut mengecewakan responden,
sehingga tidak semua responden berfikir positif dengan temannya.
Menurut Fatimah, salah satu ciri-ciri individu yang mempunyai rasa
percaya diri yaitu mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri
sendiri, orang lain, dan situasi diluar dirinya.21 Hal tersebut sesuai
dengan hasil penelitian ini yaitu responden berfikir positif yang akan
menimbulkan ketenangan hati.
Berikut merupakan tabel variabel rasa percaya diri pada aspek
inisiatif:
Tabel 18. Inisiatif
No Pernyataan SS S TS STS Skor Rangking Inisiatif 1 Inisiatif merupakan cara
manusia mengembangkan kemampuan
37 33 0 0 317 2
2 Manusia meyelesaikan masalah dengan berinisiatif 32 38 0 0 312 3
3 Inisiatif untuk mengaji dan ibadah tanpa disuruh 48 22 0 0 328 1
Jumlah 957 Mean 319
Pada tabel 18 di atas, dapat diketahui bahwa skor tertinggi yaitu 328
pada pernyataan Inisiatif untuk mengaji dan ibadah tanpa disuruh, dalam
indikator inisiatif di variabel rasa percaya diri dengan menempati
21 Fatimah Enung, Psikologi Perkembangan: Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2006), h. 149
106
rangking 1, dan jumlah skor tersebut diketahui jumlah jawaban sangat
setuju (SS) sebanyak 48, jumlah jawaban setuju (S) sebanyak 22, dan
sisanya 0 pada tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS).
Sedangkan skor terendahnya adalah 312 yaitu mengenai Manusia
meyelesaikan masalah dengan berinisiatif, yang menempati rangking 3.
Responden yang menjawab sangat setuju (SS) sebanyak 32, jumlah
jawaban setuju (S) sebanyak 38, tidak setuju (TS) sebanyak 0 dan sangat
tidak setuju (STS) sebanyak 0.
Hal tersebut menunjukkan bahwa responden memiliki inisiatif untuk
mengaji dan melakukan ibadah tanpa disuruh pembimbing agama, tetapi
tidak semua responden menyelesaikan masalah yang mereka alami
dengan berinisiatif untuk menyelesaikannya. Hal tersebut karena
responden memahami bahwa keinginan mengaji dan beribadah harus
didasari pada kemauan sendiri bukan karena paksaan oleh siapa pun, dan
responden menyadari bahwa hanya dirinyalah yang mengetahui apakah
sudah mampu untuk membaca Al-Qur’an atau belum, sehingga timbul
rasa keinginan untuk mengaji tanpa ada paksaan dan suruhan dari
pembimbing agama.
Menurut Thursan Hakim, salah satu cara untuk meningkatkan rasa
percaya diri adalah membiasakan untuk selalu berinisiatif.22 Hal tersebut
sesuai dengan hasil penelitian ini yaitu responden memiliki inisiatif untuk
mengaji dan beribadah tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
22 Thursan Hakim, Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri, (Jakarta: Puspa Swara, 2002), h. 170
107
Berikut merupakan tabel variabel rasa percaya diri pada aspek
mandiri:
Tabel 19. Mandiri
No Pernyataan SS S TS STS Skor Rangking Mandiri 1 Mandiri merupakan salah satu
cara manusia mempertahankan hidup
52 17 1 0 329 1
2 Manusia yang mandiri tidak akan ketergantungan dengan orang lain
47 21 2 0 323 2
3 Mandiri menghadapi semua masalah 41 28 1 0 319 3
Jumlah 971 Mean 323,66
Pada tabel 19 di atas, dapat diketahui bahwa skor tertinggi yaitu 329
pada pernyataan Mandiri merupakan salah satu cara manusia
mempertahankan hidup, dalam indikator mandiri di variabel rasa percaya
diri dengan menempati rangking 1, dan jumlah skor tersebut diketahui
jumlah jawaban sangat setuju (SS) sebanyak 52, jumlah jawaban setuju
(S) sebanyak 17, tidak setuju (TS) sebanyak 1, dan sangat tidak setuju
(STS) sebanyak 0. Sedangkan skor terendahnya adalah 319 yaitu
mengenai Mandiri menghadapi semua masalah, yang menempati
rangking 3. Responden yang menjawab sangat setuju (SS) sebanyak 41,
jumlah jawaban setuju (S) sebanyak 28, tidak setuju (TS) sebanyak 1 dan
sangat tidak setuju (STS) sebanyak 0.
Hal tersebut menunjukkan bahwa responden memiliki kemandirian
untuk mempertahankan hidupnya, tetapi tidak semua masalah yang
mereka hadapi dapat dilakukan dengan mandiri, karena tidak semua
108
responden mampu menjalani semua masalahnya tanpa bantuan orang lain
atau dengan mandiri.
Menurut Fatimah, salah satu ciri-ciri individu yang mempunyai rasa
percaya diri yaitu percaya akan kemampuan atau kompetensi diri, hingga
tidak membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan ataupun hormat dari
orang lain.23 Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini yaitu
responden memiliki kemandirian dan menyadari kemampuan dirinya.
Berikut merupakan tabel variabel rasa percaya diri pada aspek
belajar dari kegagalan:
Tabel 20. Belajar dari kegagalan
No Pernyataan SS S TS STS Skor Rangking Belajar dari kegagalan 1 Manusia tidak luput dari
kesalahan 59 11 0 0 339 1
2 Mengambil pelajaran dari setiap kesalahan yang diperbuat 54 16 0 0 334 4
3 Belajar dari kegagalan agar tidak terjerumus kembali 58 12 0 0 337 3
4 Manusia mempunyai kesempatan untuk merubah sikap menjadi lebih baik
57 13 0 0 338 2
Jumlah 1,348 Mean 337
Pada tabel 20 di atas, dapat diketahui bahwa skor tertinggi yaitu 339
pada pernyataan Manusia tidak luput dari kesalahan, dalam indikator
belajar dari kegagalan di variabel rasa percaya diri dengan menempati
rangking 1, dan jumlah skor tersebut diketahui jumlah jawaban sangat
setuju (SS) sebanyak 59, jumlah jawaban setuju (S) sebanyak 11, tidak
23 Fatimah Enung, Psikologi Perkembangan: Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2006), h. 149
109
setuju (TS) sebanyak 0, dan sangat tidak setuju (STS) sebanyak 0.
Sedangkan skor terendahnya adalah 334 yaitu mengenai Mengambil
pelajaran dari setiap kesalahan yang diperbuat, yang menempati rangking
4. Responden yang menjawab sangat setuju (SS) sebanyak 54, jumlah
jawaban setuju (S) sebanyak 16, tidak setuju (TS) sebanyak 0 dan sangat
tidak setuju (STS) sebanyak 0.
Hal tersebut menunjukkan bahwa responden menyadari bahwa
dirinya tidak luput dari kesalahan karena manusia pada hakikatnya penuh
dengan dosa dan kesalahan, tetapi tidak semua responden dapat
mengambil pelajaran dari setiap kesalahan yang telah diperbuat. Hal
tersebut karena responden memiliki masalah yang berbeda-beda, tetapi
intinya responden menyadari akan kesalahan yang mereka perbuat.
Menurut Thursan Hakim, salah satu cara untuk meningkatkan rasa
percaya diri adalah belajar dari kegagalan.24 Hal tersebut sesuai dengan
hasil penelitian ini yaitu responden belajar dari kegagalan yang mereka
alami dengan menyadari kesalahan yang telah diperbuat.
24 Thursan Hakim, Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri, (Jakarta: Puspa Swara, 2002), h. 170
110
Berikut merupakan tabel variabel rasa percaya diri pada aspek tidak
mudah menyerah:
Tabel 21. Tidak mudah menyerah
No Pernyataan SS S TS STS Skor Rangking Tidak mudah menyerah 1 Islam mengajarkan pantang
menyerah dalam menghadapi masalah
53 17 0 0 333 1
2 Tidak mudah menyerah untuk memperbaiki kesalahan 52 18 0 0 332 2
3 Tidak mudah menyerah dengan keadaan saat ini 50 20 0 0 330 3
4 Manusia yang tidak mudah menyerah akan mendapatkan hasil yang maksimal
45 25 0 0 324 4
Jumlah 1,319 Mean 329,75
Pada tabel 21 di atas, dapat diketahui bahwa skor tertinggi yaitu 333
pada pernyataan Islam mengajarkan pantang menyerah dalam
menghadapi masalah, dalam indikator tidak mudah menyerah di variabel
rasa percaya diri dengan menempati rangking 1, dan jumlah skor tersebut
diketahui jumlah jawaban sangat setuju (SS) sebanyak 53, jumlah
jawaban setuju (S) sebanyak 17, tidak setuju (TS) sebanyak 0, dan
sangat tidak setuju (STS) sebanyak 0. Sedangkan skor terendahnya
adalah 324 yaitu mengenai Manusia yang tidak mudah menyerah akan
mendapatkan hasil yang maksimal, yang menempati rangking 4.
Responden yang menjawab sangat setuju (SS) sebanyak 45, jumlah
jawaban setuju (S) sebanyak 25, tidak setuju (TS) sebanyak 0 dan sangat
tidak setuju (STS) sebanyak 0.
111
Hal tersebut menunjukkan bahwa responden tidak mudah menyerah
dalam menghadapi masalah yang mereka miliki, tetapi tidak semua
responden memahami bahwa manusia yang tidak mudah menyerah akan
mendapatkan hasil yang maksimal. Hal tersebut dikarenakan responden
selalu diberikan motivasi oleh pembimbing agama agar tidak pantang
menyerah dan selalu berdoa kepada Allah untuk diberikan penyelesaian
dalam menghadapi semua masalah.
Menurut Fatimah, salah satu ciri-ciri individu yang mempunyai rasa
percaya diri yaitu memiliki internal locus of control (memandang
keberhasilan atau kegagalan, bergantung pada usaha sendiri dan tidak
mudah menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak bergantung atau
mengharapkan bantuan orang lain).25 Hal tersebut sesuai dengan hasil
penelitian ini yaitu responden tidak mudah menyerah pada keadaan
dalam menghadapi masalah.
Berikut merupakan tabel variabel rasa percaya diri pada aspek
bersikap objektif:
Tabel 22. Bersikap objektif
No Pernyataan SS S TS STS Skor Rangking Bersikap objektif 1 Menjadi manusia yang lebih
baik merupakan keinginan setiap manusia
59 11 0 0 339 1
2 Menyadari semua kesalahan yang telah diperbuat 28 40 2 0 301 2
Jumlah 640 Mean 320
25 Fatimah Enung, Psikologi Perkembangan: Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2006), h. 149
112
Pada tabel 22, dapat diketahui bahwa skor tertinggi yaitu 339 pada
pernyataan Menjadi manusia yang lebih baik merupakan keinginan setiap
manusia, dalam indikator bersikap objektif di variabel rasa percaya diri
dengan menempati rangking 1, dan jumlah skor tersebut diketahui jumlah
jawaban sangat setuju (SS) sebanyak 59, jumlah jawaban setuju (S)
sebanyak 11, tidak setuju (TS) sebanyak 0, dan sangat tidak setuju (STS)
sebanyak 0. Sedangkan skor terendahnya adalah 301 yaitu mengenai
Menyadari semua kesalahan yang telah diperbuat, yang menempati
rangking 2. Responden yang menjawab sangat setuju (SS) sebanyak 28,
jumlah jawaban setuju (S) sebanyak 40, tidak setuju (TS) sebanyak 2 dan
sangat tidak setuju (STS) sebanyak 0.
Hal tersebut menunjukkan bahwa responden memiliki keinginan
untuk menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya, tetapi tidak
semua responden menyadari akan kesalahan yang telah diperbuat. Hal
tersebut dikarenakan tidak semua responden mendekam di Rutan karena
kesalahan yang telah responden lakukan tanpa adanya dorongan orang
lain, sehingga membuat responden tidak menyadari bahwa dirinya telah
melakukan kesalahan.
Menurut Thursan Hakim, salah satu cara untuk meningkatkan rasa
percaya diri adalah bersikap kritis dan objektif.26 Hal tersebut sesuai
dengan hasil penelitian ini yaitu responden bersikap objektif dengan
berusaha menjadi manusia yang lebih baik dan menyadari kesalahannya.
26 Thursan Hakim, Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri, (Jakarta: Puspa Swara, 2002), h. 170
113
Berikut merupakan tabel variabel rasa percaya diri pada aspek dapat
menempatkan diri sesuai situasi:
Tabel 23. Dapat menempatkan diri sesuai situasi
No Pernyataan SS S TS STS Skor Rangking Dapat menempatkan diri
sesuai situasi 1 Manusia dapat menempatkan
diri sesuai situasi dan kondisi 35 35 0 0 315 1
2 Menceritakan keluh kesah dengan keluarga membuat hati tenang
34 26 7 3 291 2
3 Menceritakan keluh kesah dengan warga binaan lain membuat hati tenang
11 27 26 6 221 3
Jumlah 827 Mean 275,66
Pada tabel 23 di atas, dapat diketahui bahwa skor tertinggi yaitu 315
pada pernyataan Manusia dapat menempatkan diri sesuai situasi dan
kondisi, dalam indikator dapat menempatkan diri sesuai situasi di
variabel rasa percaya diri dengan menempati rangking 1, dan jumlah skor
tersebut diketahui jumlah jawaban sangat setuju (SS) sebanyak 35,
jumlah jawaban setuju (S) sebanyak 35, tidak setuju (TS) sebanyak 0,
dan sangat tidak setuju (STS) sebanyak 0. Sedangkan skor terendahnya
adalah 221 yaitu mengenai Menceritakan keluh kesah dengan warga
binaan lain membuat hati tenang, yang menempati rangking 3.
Responden yang menjawab sangat setuju (SS) sebanyak 11, jumlah
jawaban setuju (S) sebanyak 27, tidak setuju (TS) sebanyak 26 dan
sangat tidak setuju (STS) sebanyak 6.
Hal tersebut menunjukkan bahwa responden dapat menempatkan diri
sesuai situasi dan kondisi yang ada, tetapi tidak semua responden
114
merasakan bahwa dengan bercerita tentang masalah yang mereka hadapi
kepada warga binaan lain membuat hati tenang. Hal tersebut dikarenakan
semua warga binaan yang berada di Rutan memiliki masalah masing-
masing, sehingga dengan bercerita dengan warga binaan lain tidak
membuat responden merasa tenang hatinya.
Mnurut Thursan Hakim bahwa terdapat beberapa ciri-ciri atau
karakteristik individu yang mempunyai rasa percaya diri yaitu mampu
menyesuaikan diri dan berkomunikasi di berbagai situasi.27 Hal tersebut
sesuai dengan hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa responden
mampu menyesuaikan diri sesuai situasi dan kondisi di Rutan.
1. Hasil rata-rata setiap indikator variabel X dan Y
Hasil rata-rata dari setiap indikator variabel X adalah sebagai
berikut:
Tabel 24. Hasil Rata-rata dari Setiap Indikator Variabel X
Variabel No Indikator Mean Rangking
X 1 Kognitif 340,88 1 2 Afektif 325,57 2 3 Psikomotorik 321,75 4 4 Dukungan keluarga
dan lingkungan 324,37 3
Pada tabel 24 di atas menunjukkan hasil perolehan nilai rata-rata
tertinggi yaitu pada variabel X adalah aspek kognitif sebesar 340,88, dan
nilai terendah adalah psikomotorik sebesar 321,75.
27 Thursan Hakim, Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri, (Jakarta: Puspa Swara, 2002), h. 170
115
Sedangkan hasil rata-rata dari setiap indikator variabel Y adalah
sebagai berikut:
Tabel 25. Hasil Rata-rata dari Setiap Indikator Variabel Y
Variabel No Indikator Mean Rangking
Y
1 Tekat kuat 330,33 3 2 Memberanikan diri 318,25 8 3 Berfikir positif 330,75 2 4 Inisiatif 319 7 5 Mandiri 323,66 5 6 Belajar dari kegagalan 337 1 7 Tidak mudah
menyerah 329,75 4
8 Bersikap objektif 320 6 9 Dapat menempatkan
diri sesuai situasi 275,66 9
Pada tabel 25 di atas yang memperoleh nilai tertinggi adalah belajar
dari kegagalan dengan hasil rata-rata sebesar 337 dan nilai terendah pada
variabel Y adalah dapat menempatkan diri sesuai situasi dengan hasil
rata-rata dari indikator identifikasi rata-rata sebesar 275,66.
Hal ini menunjukkan bahwa responden lebih memahami materi
pembinaan agama Islam yang diberikan pada pembimbing agama berupa
akhlak, ibadah, aqidah dan ESQ dengan cara melaksanakan ibadah shalat
lima waktu berjamaah di Masjid Rutan bersama para pembimbing
agama, karena dengan melaksanakan shalat dapat menentramkan hati dan
jiwa responden, dengan begitu pembinaan agama yang disampaikan oleh
pembimbing agama akan lebih mudah diterima oleh responden.
Hal yang sangat mempengaruhi responden dalam mengaplikasikan
pembinaan agama adalah dengan cara mendekatkan diri kepada Allah,
maka kemudian akan terjalin hubungan yang baik antara responden dan
116
lingkungan yang berdampak pada tumbuhnya rasa percaya diri
responden.
Sebagaimana Muhammad Daud Ali menjelaskan bahwa makna
syari’ah adalah sistem norma (kaidah) yang mengatur hubungan manusia
dengan Allah Swt, hubungan manusia dengan manusia dalam kehidupan
sosial dan hubungan manusia dengan benda dan alam lingkungan
hidupnya.28
Thursan Hakim menjelaskan bahwa terdapat beberapa ciri-ciri atau
karakteristik individu yang mempunyai rasa percaya diri yaitu mampu
menyesuaikan diri dan berkomunikasi di berbagai situasi.29 Hal tersebut
tidak berlaku bagi responden pada penelitian ini dimana lokasi responden
berada di Rumah Tahanan yang membuat responden tidak dapat
menempatkan diri sesuai situasi dan menyebabkan responden tidak
percaya diri atau minder, karena merasa lingkungannya berbeda dengan
lingkungan yang biasa mereka tempati.
3. Analisis Data
a. Uji Regresi Linear Sederhana
Pada tahap awal penelitian ini dilakukan uji regresi linear sederhana
untuk mengetahui pengaruh antara variabel pembinaan agama Islam (X)
dan variabel rasa percaya diri (Y).
28 Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), h. 134
29 Thursan Hakim, Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri, (Jakarta: Puspa Swara, 2002), h. 170
117
1. Koefisien Regresi Linear Sederhana
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diolah dengan
menggunakan bantuan software SPSS 20.0, maka didapatkan hasil
sebagai berikut:
Tabel 26. Koefisien Regresi Linear Sederhana
Model Unstandardized Coefficients
Sig B Std. Error
(Constant) -27.336 20.485 0.187 X_Pembinaan Agama Islam
0.651 0.081 0.000
Berdasarkan tabel 26 dapat dilihat bahwa pembinaan agama
Islam berpengaruh terhadap rasa percaya diri warga binaan wanita,
dapat dilihat dengan nilai Sig <0,05 (Sig = 0,000) maka dengan kata
lain Ho ditolak. Uji tersebut dapat dijelaskan bahwa pembinaan
agama Islam berpengaruh positif terhadap rasa percaya diri warga
binaan wanita secara signifikan. Sebagaimana Thursan menjelaskan
bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri adalah
dengan mendapatkan pemahaman mengenai lingkungan sekitar,30
dalam hal ini yaitu pemahaman mengenai kegiatan pembinaan
agama Islam yang berada di Rutan.
Hal ini menunjukkan bahwa responden lebih memahami materi
pembinaan agama Islam yang diberikan pada pembimbing agama
berupa akhlak, ibadah, aqidah dan ESQ (aspek kognitif) dengan cara
melaksanakan ibadah shalat lima waktu berjamaah di Masjid Rutan
30 Thursan Hakim, Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri, (Jakarta: Puspa Swara, 2002), h. 170
118
bersama para pembimbing agama, karena dengan melaksanakan
shalat dapat menentramkan hati dan jiwa responden, dengan begitu
pembinaan agama yang disampaikan oleh pembimbing agama akan
lebih mudah diterima oleh responden dan akan menimbulkan rasa
percaya diri warga binaan terhadap lingkungan sekitar.
Berdasarkan model persamaan regresi dapat diperoleh sebagai
berikut:
Y = -27,336+0,651X
Dengan demikian dapat diketahui bahwa dari setiap pembinaan
agama Islam yang diberikan pembimbing agama maka akan diikuti
kenaikan nilai rasa percaya diri sebesar 0,651. Oleh karena itu,
semakin baik pembinaan agama Islam maka rasa percaya diri warga
binaan wanita di Rutan Pondok Bambu Kelas II A Jakarta Timur
juga akan semakin meningkat.
2. Koefisien Determinasi
Berikut merupakan hasil tabel koefisien determinasi dalam
penelitian ini:
Tabel 27. Koefisien Determinasi
Model R R Square
1 0.699a 0.489
Berdasarkan tabel 27, terlihat bahwa nilai R yang merupakan
simbol nilai dari koefisien korelasi. Nilai korelasi diatas adalah
0,699. Nilai ini dapat di interpretasikan bahwa hubungan penelitian
ada di kategori.
119
Melalui tabel ini pula diperoleh R Square atau koefisien
determinasi yang menunjukkan seberapa bagus model regresi yang
dibentuk oleh interaksi variabel bebas dan terikat. Nilai koefisien
determinasi yang diperoleh adalah 0,489, yang artinya bahwa
variabel X memiliki pengaruh 48,9% terhadap variabel Y dan 51,1%
dipengaruhi oleh faktor lain.
b. Uji Regresi Linear Berganda
Uji regresi linear berganda dilakukan untuk mengetahui pengaruh
pembinaan agama Islam terhadap rasa percaya diri secara siginifikan atau
terperinci.
1. Koefisien Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linear berganda adalah hubungan secara linear
antara dua atau lebih variabel independen (X1, X2, X3, X4) dengan
variabel dependen (Y). Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen, apakah
masing-masing variabel independen berhubungan positif atau
negatif. Uji regresi linear berganda dilakukan dengan menggunakan
bantuan software SPSS 20.0.
120
Setelah dilakukan pengolahan data maka didapat hasil sebagai
berikut:
Tabel 28. Koefisien Regresi Linear Berganda
Model Unstandardized
Coefficients B
(Constant) 25.723 X1_Kognitif 0.040 X2_Afektif 0.743 X3_Psikomotorik 1.336 X4_Dukungan Keluarga dan Lingkungan
1.524
Berdasarkan tabel 28, maka diperoleh persamaan regresi linear
berganda yaitu: Y = 25,723 pengaruh positif 0,040 X1_Kog,
pengaruh positif 0,743 X2_Afek, pengaruh positif 1,336 X3_Psik,
pengaruh positif 1,524 X4_DKL.
Besarnya nilai pembinaan agama Islam adalah 25,723. Nilai
0,040 merupakan nilai koefisien regresi yang menunjukkan bahwa
akan terjadi peningkatan variabel rasa percaya diri sebesar 0,040
yang didasarkan pada perubahan variabel pembinaan agama Islam
aspek kognitif. Nilai 0,743 merupakan nilai koefisien regresi yang
menunjukkan bahwa akan terjadi peningkatan variabel rasa percaya
diri sebesar 0,743 yang didasarkan pada perubahan variabel
pembinaan agama Islam aspek afektif. Nilai 1,336 merupakan nilai
koefisien regresi yang menunjukkan bahwa akan terjadi peningkatan
variabel rasa percaya diri sebesar 1,336 yang didasarkan pada
perubahan variabel pembinaan agama Islam aspek psikomotorik.
121
Nilai 1,524 merupakan nilai koefisien regresi yang menunjukkan
bahwa akan terjadi peningkatan variabel rasa percaya diri sebesar
1,524 yang didasarkan pada perubahan variabel pembinaan agama
Islam aspek dukungan keluarga dan lingkungan.
Hal tersebut diketahui bahwa terdapat hubungan yang positif
antara pembinaan agama Islam terhadap rasa percaya diri warga
binaan wanita di Rutan Pondok Bambu. Hal tersebut diduga karena
responden membutuhkan pembinaan agama Islam berupa
pengetahuan keagamaan (aspek kognitif), pengembangan sikap
(aspek afektif), pengembangan keterampilan (psikomotorik), dan
adanya dukungan keluarga dan lingkungan untuk membangun
kepercayaan diri responden. Pada intinya pembinaan agama Islam
memiliki hubungan positif untuk perkembangan kepercayaan diri
responden. Salah satu pembinaan agama Islam yang sangat
dibutuhkan responden adalah adanya dukungan keluarga, contohnya
adalah dengan menjenguk responden dan menyempatkan waktu
untuk makan bersama dan berbicang-bincang.
2. Koefisien Korelasi
Uji koefisien korelasi dilakukan dalam penelitian ini
dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana kekuatan dan arah
hubungan antar variabel independen yaitu pembinaan agama Islam
dan variabel dependen yaitu rasa percaya diri warga binaan wanita di
Rutan Pondok Bambu. Uji tersebut untuk mengetahui kekuatan
hubungan yaitu dengan cara menginterpretasikan nilai yang
122
diperoleh dari uji koefisien korelasi dengan berpedoman pada tabel
interval koefisien atau kekuatan hubungan.
Hasil koefisien korelasi dalam pengolahan data menggunakan
SPSS 20.0 for Window adalah sebagai berikut:
Tabel 29. Koefisien Korelasi
Y_Rasa Percaya Diri
X1_Kog X2_Afek X3_Psik X4_DKL
Pearson Correlation
Y_Rasa Percaya Diri
1.000 0.423 0.554 0.636 0.713
X1_Kog 0.423 1.000 0.297 0.496 0.537 X2_Afek 0.554 0.297 1.000 0.428 0.569 X3_Psik 0.636 0.496 0.428 1.000 0.717 X4_DKL 0.713 0.537 0.569 0.717 1.000
Berikut merupakan hasil korelasi Variabel Pembinaan Agama
Islam (X) dan Rasa Percaya Diri (Y):
Tabel 30. Korelasi Variabel X dan Y
Korelasi Nilai Kekuatan Hubungan
X1_Kog dengan Y 0,423 Cukup berarti atau sedang
X2_Afek dengan Y 0,554 Cukup berarti atau sedang
X3_Psik dengan Y 0,636 Cukup berarti atau sedang
X4_DKL dengan Y 0,713 Tinggi atau kuat
X1_Kog dengan X2_Afek 0,297 Rendah atau lemah
X1_Kog dengan X3_Psik 0,496 Cukup berarti atau sedang
X1_Kog dengan X4_DKL 0,537 Cukup berarti atau sedang
X2_Afek dengan X3_Psik 0,428 Cukup berarti atau sedang
X2_Afek dengan X4_DKL 0,569 Cukup berarti atau sedang
X3_Psik dengan X4_DKL 0,717 Tinggi atau kuat
123
Pada tabel 30 diketahui bahwa terdapat hubungan cukup berarti
atau sedang antara variabel X1, X2 dan X3 dengan Y dengan nilai
korelasi 0.423, 0.554, dan 0.636. Sedangkan hubungan X4 dengan
Y memiliki hubungan yang tinggi atau kuat dengan nilai korelasi
0.713. Kemudian terdapat hubungan rendah atau lemah antara
variabel X1 dengan X2 dengan nilai korelasi 0.297. Sementara
terdapat hubungan yang cukup berarti pula pada X1 dengan X3, X1
dengan X4, X2 dengan X3, dan X2 dengan X4 yang masing-masing
nilai korelasinya adalah 0.496, 0.537, 0.428, dan 0.569. Terakhir
hubungan yang tinggi atau kuat pada X3 dengan X4 dengan nilai
korelasi 0.717.
Hasil korelasi tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara
variabel pembinaan agama Islam dengan rasa percaya diri cukup
berarti atau sedang. Nilai korelasi tertinggi antara variabel X1,X2,X3
dan X4 adalah X4 dengan nilai r sebesar 0.717. Hal tersebut diduga
karena responden menyadari bahwa dukungan keluarga dan
lingkungan memiliki hubungan yang kuat dalam membangun rasa
percaya diri responden.
3. Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi berfungsi untuk mengetahui seberapa
besar kemampuan variabel independen dalam menjelaskan varians
dari variabel dependen dapat diketahui dari nilai R square koefisien
determinasi pada tabel Model Summary.
124
Pada hasil pengolahan data menggunakan SPSS 20.0 for
Window maka didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 31. Koefisien Determinasi
Model R R Square Adjusted R Square
1 0.756a 0.571 0.545
Berdasarkan tabel 31, dapat diketahui bahwa nilai koefesien
determinasi 𝑟2 (R Square) yaitu sebesar 0.571, dimana nilai
koefesien determinasi yang telah disesuaikan (Adjusted R Square)
sebesar 0.545. Selanjutnya koefesien determinasi dapat diketahui
dengan rumus:
KD = 𝒓𝟐 x 100 %
= 0,545 x 100 %
= 54,5 %
Menurut hasil tersebut menunjukkan bahwa bimbingan agama
mempunyai pengaruh sebesar 54,5% terhadap rasa percaya diri
warga binaan di Rutan Pondok Bambu. Selebihnya, dipengaruhi oleh
variabel-variabel lain diluar pembinaan agama misalnya lingkungan,
dan lain-lain.
c. Uji Regresi Pengaruh Antar Variabel
1. Uji Koefisien Regresi Parsial (Uji T)
Adapun hipotesis yang diuji adalah hipotesis nol (H0) dan
hipotesis alternatif (Ha). Hipotesis nol (H0) menyatakan tidak ada
pengaruh yang signifikan pembinaan agama Islam dengan rasa
percaya diri warga binaan wanita di Rutan Pondok Bambu.
125
Sedangkan hipotesis alternatif (Ha) menyatakan Ada pengaruh yang
signifikan pembinaan agama Islam dengan rasa percaya diri warga
binaan wanita di Rutan Pondok Bambu. Uji T dilakukan dengan
menggunakan program SPSS, maka uji hipotesis dilakukan dengan
membandingkan signifikansi yang diperoleh dengan taraf
probabilitas 0,05 dengan cara pengambilan keputusan sebagai
berikut:
1. Jika signifikansi > 0,05 maka H0 diterima
2. Jika signifikansi < 0,05 maka Ha diterima
Pengujian koefisien regresi parsial (Uji t) digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh pembinaan agama Islam dengan
rasa percaya warga binaan wanita di Rutan Pondok Bambu Jakarta
Timur. Uji t dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh masing-
masing aspek yang terdapat didalam variabel bebas (pembinaan
agama Islam) terhadap variabel terikat (rasa percaya diri), signifikan
atau tidak, disini terdapat empat aspek didalam Pembinaan agama
Islam yaitu:
X1: Kognitif,
X2: Afektif,
X3: Psikomotorik,
X4: Dukungan keluarga dan lingkungan
Penelitian ini menggunakan perbandingan t hitung dan t tabel
dengan taraf signifikan 5% dan N 70, sedangkan tabel distribusi t
dicapai pada α = 5% : 2 = 2,5% (Uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan
126
(df) n-k = 70 – 1 = 69 (n jumlah responden dan k adalah jumlah
variabel independen).
Hasil diperoleh dari t tabel adalah 1,994. Pada pengujian ini
menggunakan bantuan program SPSS 20.0 for Window untuk lebih
jelasnya dapat dilihat tabel sebagai berikut:
Tabel 32. Hasil Persamaan Regresi
Model Unstandardized Coefficients
Sig B Std. Error
(Constant) -27.336 20.485 0.187 X_Pembinaan Agama Islam
0.651 0.081 0.000
Berdasarkan model persamaan regresi dapat diperoleh sebagai
berikut:
Y = -27,336+0,651X
Hasil persamaan diatas menunjukkan bahwa dari setiap
pembinaan agama Islam yang diberikan pembimbing agama maka
akan diikuti kenaikan nilai rasa percaya diri sebesar 0.651.
1) Hasil Uji T
Berikut merupakan hasil uji koesfisien parsial (Uji T):
Tabel 33. Hasil Uji Koefisien Parsial (Uji T)
Model t Sig
(Constant) 0.975 0.333 X1_Kognitif 0.216 0.829 X2_Afektif 2.148 0.035 X3_Psikomotorik 2.042 0.045 X4_Dukungan Keluarga dan Lingkungan 3.054 0.003
127
Terlihat pada tabel 33 mengenai Hasil Uji Koefisien Parsial:
a. Variabel pembinaan Agama Islam dalam aspek kognitif
(X1_Kog) terhadap rasa percaya diri (Y)
Terlihat pada tabel 33 Model X1_Kog terdapat nilai sig 0,829.
Nilai sig lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 atau nilai
0,829>0,05, maka H1 ditolak dan Ho diterima. X1_Kog mempunyai
thitung yakni 0,216 dengan ttabel 1,994 atau nilai 0,216<1,994. Jadi
thitung < ttabel dapat disimpulkan bahwa X1_Kog memiliki kontribusi
terhadap Y, nilai t positif menunjukkan bahwa X1_Kog memiliki
pengaruh yang searah dengan Y. Data tersebut menunjukkan bahwa
aspek kognitif tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
rasa percaya diri.
b. Variabel pembinaan agama Islam dalam aspek afektif
(X2_Afek) terhadap rasa percaya diri (Y)
Terlihat pada tabel 33 Model X2_Afek terdapat nilai sig 0,035.
Nilai sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau nilai 0,035<0,05,
maka H2 diterima dan Ho ditolak. X2_Afek mempunyai thitung yakni
2,148 dengan ttabel 1,994 atau nilai 2,148>1,994. Jadi thitung > ttabel
dapat disimpulkan bahwa X2_Afek memiliki kontribusi terhadap Y.
nilai t positif menunjukkan bahwa X2_Afek memiliki pengaruh yang
searah dengan Y. Data tersebut menunjukkan bahwa aspek afektif
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap rasa percaya diri.
128
c. Variabel pembinaan agama Islam dalam aspek psikomotorik
(X3_Psik) terhadap rasa percaya diri (Y)
Terlihat pada tabel 33 Model X3_Psik terdapat nilai sig 0,045.
Nilai sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau nilai 0,045<0,05,
maka H3 diterima dan Ho ditolak. X3_Psik mempunyai thitung yakni
2,042 dengan ttabel 1,994 atau nilai 2,042>1,994. Jadi thitung > ttabel
dapat disimpulkan bahwa X3_Psik memiliki kontribusi terhadap Y.
nilai t positif menunjukkan bahwa X3_Psik memiliki pengaruh yang
searah dengan Y. Data tersebut menunjukkan bahwa aspek
psikomotorik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap rasa
percaya diri.
d. Variabel pembinaan agama Islam dalam aspek dukungan
keluarga dan lingkungan (X4_DKL) terhadap rasa percaya diri
(Y)
Terlihat pada tabel 33 Model X4_DKL terdapat nilai sig 0,003.
Nilai sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau nilai 0,003<0,05,
maka H4 diterima dan Ho ditolak. X4_DKL mempunyai thitung yakni
3,054 dengan ttabel 1,994 atau nilai 3,054>1,994. Jadi thitung > ttabel
dapat disimpulkan bahwa X4_DKL memiliki kontribusi terhadap Y.
nilai t positif menunjukkan bahwa X4_DKL memiliki pengaruh yang
searah dengan Y. Data tersebut menunjukkan bahwa aspek dukungan
keluarga dan lingkungan memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap rasa percaya diri.
129
Berdasarkan pemaparan diatas menunjukkan bahwa aspek
afektif, psikomotorik, dan dukungan keluarga dan lingkungan
memiliki pengaruh signifikan terhadap rasa percaya diri warga
binaan. Aspek pembinaan agama Islam yang paling berpengaruh
terhadap rasa percaya diri warga binaan adalah aspek dukungan
keluarga dan lingkungan. Salah satu contoh dukungan keluarga dan
lingkungan adalah dengan menjenguk responden dan menyempatkan
waktu untuk makan bersama dan berbicang-bincang.
2) Hasil Analisis Uji T
Berikut merupakan analisis hasil Uji T:
Tabel 34. Analisis Hasil Uji T
Variabel Independen Thitung Ttabel Kesimpulan
X1 Kognitif 0,216 1,994 Ho diterima, tidak
terdapat pengaruh
signifikan X1 terhadap
Y
X2 Afektif 2,148 1,994 Ho ditolak, terdapat
pengaruh yang
signifikan X2 terhadap
Y
X3 Psikomotorik 2,042 1,994 Ho ditolak, terdapat
pengaruh yang
signifikan X3 terhadap
Y
X4 Dukungan Keluarga
dan Lingkungan
3,054 1,994 Ho ditolak, terdapat
pengaruh yang
signifikan X4 terhadap
Y
130
Berdasarkan tabel 34 menunjukkan bahwa aspek afektif,
psikomotorik, dan dukungan keluarga dan lingkungan memiliki
pengaruh signifikan terhadap Y. Nilai yang paling besar berpengaruh
signifikan adalah aspek dukungan keluarga dan lingkungan.
Menurut Harsono mengatakan bahwa terdapat empat komponen
penting dalam membina narapidana yaitu :
a. Diri sendiri, yaitu narapidana itu sendiri.
b. Keluarga, adalah anggota keluarga inti, atau keluarga dekat.
c. Masyarakat, adalah orang-orang yang berada di sekeliling
narapidana pada saatmasih di luar lembaga pemasyarakatan,
bisa masyarakat biasa, pemuka agama, atau pejabat setempat.
d. Petugas, dapat berupa petugas kepolisian, pengacara, petugas
keagamaan, petugas sosial, petugas lembaga pemasyarakatan,
hakim dan lain sebagainya.31
Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini yaitu aspek
pembinaan agama yang berpengaruh terhadap rasa percaya diri
warga binaan adalah pada aspek dukungan keluarga dan lingkungan.
2. Uji Koefisien Regresi secara Simultan (Uji F)
Pengujian hipotesis ini digunakan untuk mengetahui ada
tidaknya pengaruh antara pembinaan agama Islam dan rasa percaya
diri warga binaan wanita di Rutan Pondok Bambu Jakarta Timur,
secara simultan dengan menggunakan uji F. Pada pengujian ini
menggunakan bantuan program SPSS 20.0 for Windows.
31 Harsono.C.I, Sistem Baru Pembinaan Narapidana, (Jakarta: Djambatan, 1995), h. 51
131
Uji F yaitu pengujian yang dilakukan secara bersama-sama
(simultan) antara pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
Pada hal ini adalah pengaruh yang signifikan antara pembinaan
agama Islam dan rasa percaya diri warga binaan wanita di Rutan
Pondok Bambu Jakarta Timur, dengan menggunakan perbandingan
F hitung dan F tabel dengan taraf dengan menggunakan tingkat
keyakinan 95%, α = 5%, df2 (jumlah variabel - atau 2-1 = 1, dan df 2
(n-k) atau 70-1 = 69 (n jumlah responden dan k adalah jumlah
variabel independen). Hasil diperoleh dari F tabel adalah 2,50.
Berdasarkan perhitungan dengan bantuan program SPSS for
Windows versions 20.0 diperoleh hasil tabel ANOVA sebagai
berikut:
Tabel 35. Hasil Output Uji Koefisien Simultan
Model F Sig
Reqression 21.670 0.000b
Pada tabel 35 dengan hasil analisis data menggunakan
perhitungan SPSS diperoleh F hitung sebesar 21,670. Hal ini
menunjukkan F hitung (21,670) > Ftabel (2,50) dan tingkat
signifikansi 0,000<0,05. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai
signifikansi uji serempak (uji F) diperoleh nilai 0,000, dengan
demikian nilai signifikansi yang diperoleh lebih kecil daripada
probabilitas α yang ditetapkan (0,000<0,05). Jadi Ho di tolak dan Ha
diterima.
132
Data tersebut menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan
antara pembinaan agama Islam dan rasa percaya diri warga binaan
wanita di Rutan Pondok Bambu Jakarta Timur dengan nilai
signifikansi 0,000. Bila dilihat dari perbandingan antara nilai F
hitung dengan F tabel, maka hasil pengujian menunjukkan pengaruh
yang bersifat positif. Oleh karena itu, dari hasil pengujian tersebut
menunjukkan bahwa pembinaan agama Islam berpengaruh terhadap
rasa percaya diri warga binaan wanita. Hal yang mempengaruhi
pembinaan agama Islam terhadap rasa percaya diri adalah,
pemahaman mengenai ibadah berupa shalat dan membaca Al-Qur’an
untuk mendekatkan diri kepada Allah agar dapat menjadi manusia
yang lebih baik dan membangun kepercayaa diri yang tinggi.
Hal tersebut dikarenakan responden memahami materi
pembinaan agama Islam berupa materi aqidah, ibadah, akhlak dan
ESQ yang diberikan oleh pembimbing agama. Maka, semakin baik
pembinaan agama Islam maka rasa percaya diri warga binaan wanita
di Rutan Pondok Bambu Kelas II A juga akan semakin baik.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Rumah Tahanan Negara
Kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur mengenai “Pengaruh Pembinaan Agama
Islam Terhadap Tingkat Rasa Percaya Diri Warga Binaan Wanita Pada Rumah
Tahanan Negara Kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur” maka kesimpulan
yang didapat adalah:
1. Pengaruh pembinaan Agama Islam terhadap rasa percaya diri Warga Binaan
Rutan Pondok Bambu adalah berpengaruh positif dan signifikan, dengan nilai
siginifikansinya sebesar (0,000b) atau kurang dari 0,05. Hal tersebut
dikarenakan responden memahami materi pembinaan Agama Islam berupa
materi aqidah, ibadah, akhlak dan ESQ yang diberikan oleh pembimbing
Agama. Hal ini berarti semakin besar materi pembinaan Agama Islam, maka
semakin besar pula rasa percaya diri Warga Binaan wanita tersebut.
2. Faktor dominan yang mempengaruhi pembinaan Agama Islam terhadap rasa
percaya diri Warga Binaan Rutan Pondok Bambu adalah pada aspek
dukungan keluarga dan lingkungan. Terdapat 4 aspek pembinaan Agama
Islam yaitu aspek kognitif, afektif, psikomotorik, dukungan keluarga dan
lingkungan. Hal ini berarti semakin besar nilai masing-masing aspek dari
pembinaan Agama Islam, maka semakin besar pula tingkat rasa percaya diri
pada Warga Binaan Rutan Pondok Bambu. Apabila dilihat dari masing-
masing aspek, terlihat bahwa aspek dukungan keluarga dan lingkungan
133
134
mempunyai nilai t hitung (3,054) lebih besar dari t tabel (1,994). Aspek
kognitif mempunyai nilai t hitung (0,261) lebih kecil dari t tabel (1,994).
Aspek afektif mempunyai nilai t hitung (2,148) lebih besar dari t tabel
(1,994). Aspek psikomotorik mempunyai nilai t hitung (2,148) lebih besar
dari t tabel (1,994).
Berdasarkan pemaparan diatas menunjukkan bahwa aspek afektif,
psikomotorik, dan dukungan keluarga dan lingkungan memiliki pengaruh
signifikan terhadap rasa percaya diri Warga Binaan. Aspek pembinaan
Agama Islam yang paling berpengaruh terhadap rasa percaya diri Warga
Binaan adalah aspek dukungan keluarga dan lingkungan. Salah satu contoh
dukungan keluarga dan lingkungan adalah dengan menjenguk Warga Binaan
dan menyempatkan waktu untuk makan bersama dan berbicang-bincang.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan yang telah
dilakukan, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1. Untuk Lembaga Rumah Tahanan Negara Kelas II A Pondok Bambu Jakarta
Timur diharapkan untuk terus meningkatkan pelaksanaan kegiatan pembinaan
Agama Islam dan menjadikannya sebagai wadah bagi para Warga Binaan
dalam meningkatkan pengetahuan (kognitif) mereka agar timbul rasa percaya
diri, karena dari hasil penelitian ini peneliti hanya mendapatkan tiga aspek
dari keempat aspek pembinaan Agama Islam yang memiliki kontribusi
terhadap kepercayaan diri Warga Binaan yaitu aspek pengembangan sikap
(afektif), keterampilan (psikomotorik), dan dukungan keluarga dan
lingkungan.
135
2. Untuk Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta diharapkan dapat dijadikan tempat Mahasiswa untuk melakukan
Praktikum Mikro di Rutan Pondok Bambu karena sangat dibutuhkan kegiatan
pembinaan Agama yang lebih menarik dan mudah difahami oleh Warga
Binaan.
3. Untuk peneliti selanjutnya yang berminat melakukan penelitian dilokasi yang
sama, disarankan lebih memperdalam mengenai evaluasi program pembinaan
Agama Islam agar dapat menyadarkan warga binaan akan kesalahan yang
mereka perbuat dan tidak mengulanginya kembali.
DAFTAR PUSTAKA
A, Gerungan, W. Psikologi Sosial. Bandung: PT Refika Aditama. 2004. Abin, Makmun, Syamsudin. Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem
Pengajaran Modul. Bandung: Remaja Rosda Karya. 2000. Ach, Syaifullah. Tips Bisa Percaya Diri. Jogjakarta: Gara Ilmu. 2010. Al-Ghifari, Abu. Percaya Diri Sepanjang Hari. Bandung: Mujahid. 2004. Ardani, Mohammad. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT. Mitra Cahaya Utama. 2005. Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat
Press. 2002. Arifin, M. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama. Jakarta: PT
Golden Terayon Press. 1994. Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama.
Jakarta: Bulan Bintang. 1985. Psikologi Dakwah. Jakarta: Bumi Aksara. 2000. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penellitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta. 2010.
As, Asmaran. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 1992. Bakran, Adz-Dzaky. Hamdani, Konseling dan Psikoterapi Islam. Yogjakarta:
Fajar Pustaka Baru. 2006. Barda, Nawawi, Arief. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana (Perkembangan
Penyusunan Konsep KUHP Baru). Jakarta: Kencana. 2011. Budiman, Arif. Agama Demokrasi Dan Keadilan. Jakarta: PT Gramedia. 1993. Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana. 2010. C, I, Harsono. Sistem Baru Pembinaan Narapidana. Jakarta: Djambatan. 1995. Daradjat, Zakiah. Metode Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi
Aksara. 1995.
Daradjat, Zakiyah. Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental. Jakarta: Bulan Bintang. 1982.
Daud, Ali, Muhammad. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada. 2000. Elizabeth, K, Nottingham. Agama dan Masyarakat, Suatu Pengantar Sosiologi
Agama. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1997. Enung, Fatimah. Psikologi Perkembangan: Perkembangan Peserta Didik.
Bandung: CV Pustaka Setia. 2006. Gazalba, Sidi. Masjid Pusat Pembinaan Umat. Jakarta: Pustaka. 1971. Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivarians dengan Program SPSS. Semarang:
UNDIP. 2003. Ghufron dan Risnawati. Teori-Teori Psikologi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. 2010. H, D, Kaelany. Islam Agama Universal. Jakarta: Midada Rahmah Press. 2006. Hakim, Thursan. Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta: Puspa Swara.
2002. Hasan, Iqbal. Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.
2002. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara.
2004. Hassan, Saleh, E. Study Islam Diperguruan Tinggi Pembinaan IMTAQ dan
Pengembangan Wawasan. Jakarta: ISTN. 2000. Kartono, Kartini. Patologi Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2007. Kristi, Perwandari, E. Pendekatan Kualitatif untuk Perilaku Manusia. Depok:
LPSP3-UI. 2011. Lubis, Yusfar. Metodologi Dakwah Terhadap Narapidana. Jakarta: Proyek
Penerangan Departemen Agama. 1978. Mangundharjana, A. Pengembangan: Arti dan Metodenya. Yogyakarta: Kanisius.
1995. Mardikanto, Totok. Komunikasi Pembangunan – Acuan bagi Akademisi, Praktisi,
dan Peminat Komunikasi Pembangunan. Surakarta: UNS Press. 2010. Mujib, Abdul. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana. 2006.
Muni, Abdullah. Super Teacher: Sosok Guru yang dihormati, disegani dan
dicintai. Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani. 2010. Nasution, ed, Harun. Ensiklopedi Islam Indonesia. Jakarta: Djambatan. 1994. Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2006. Proyek Penerangan Bimbingan Khutbah Agama. Pembinaan Rohani pada
Dharma Wanita. Jakarta: Penerbit DEPAG. 1984. Rakhmat, Jalaludin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. 1994. Psikologi Agama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
1998. Ramayulis. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia. 2005. Ratna, Nyoman, Kutha. Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu-Ilmu
Sosial Humaniora pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010. Razak, M. Dinul Islam. Bandung: Al-Ma’arif 1989. Sarastika, Pradita. Buku Pintar Tampil Percaya Diri. Yogyakarta: ARASKA.
2014. Sarwono, Jonathan. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Yogyakarta:
Andi. 2006. Singarimbun, Masri dan Sofian, Effendi. Metode Penelitian Survei. Jakarta:
LP3ES. 1995. Siregar, Syofian. Statistika Deskriptif Untuk Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers.
2011. Sobur, Alex Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia. 2003. Sugiyono. Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, dan R & D.
Bandung : Alfabeta. 2008. Statistik untuk penelitian. Bandung: Alfabeta. 2012. Syukir, Asmuni. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: Al-Ikhlas. 1983. Ubaedy. Baca Dirimu Temukan Takdirmu. Jakarta: Gravindo Khazanah Ilmu.
2007.
Undang-Undang Pemasyarakatan. Bandung: Fokusindo Mandiri. 2014. Uqshari, Yusuf. Percaya Diri Pasti. Jakarta: Gema Insani. 2005.
DAFTAR PUSTAKA SKRIPSI Astuti, Puji. Pembinaan Shalat Terhadap Nara Pidana di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas II A Yogyakarta. Skripsi S1 pada Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. 2008.
Khasanan, Ismatun. Pengaruh Melakukan Dzikir Asmaul Husna Terhadap
Kecemasan dalam Menghadapi Ujian Nasional Anak Panti Asuhan Darussalam Mranggen Demak. Skripsi S1 UIN Walisongo Semarang Fakultas Dakwah dan Komunikasi. 2015.
Mashuri, Irfan. Konsep Emotional Spiritual Quetiont (ESQ) dalam Membentuk
Karakter Religius Peserta Didik (Studi Pemikiran Ary Ginanjar Agustian). Skripsi S1 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. 2014.
Paramita, Shinta. Efektifitas Penanganan Masalah Rumah Tangga Melalui
Lembaga Pelayanan Konsultasi di Masjid Agung Al Azhar Jakarta. Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta. 2009.
Santoso, Teguh, Iman. Pengaruh Kepercayaan Diri dan Adversity Quotient Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas IX Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi S1 Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2012.
DAFTAR PUSTAKA INTERNET
Arisandi, Deni. Aspek Kecerdasan Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik. http://arisandi.com/aspek-kecerdesan-kognitif-afektif-dan-psikomotorik.com. Artikel diakses pada tanggal 29 Januari 2012.
Problem Lapas, Over Kapasitas atau Sistem. Koran SINDO.
http://nasional.sindonews.com/read/1010872/149/problem-lapas-over-kapasitas-atau-sistem-1433899611. Artikel ini diakses pada tanggal 10 Juni 2015.
Statistik Kriminal 2015. Sub Direktorat Statistik Politik dan Keamanan.
http://bps.go.id/website/pdf_publikasi/watermark%20_Statistik_Kriminal_2015.pdf. Artikel ini diakses pada tanggal 9 Maret 2016.
LAMPIRAN
Hasil Observasi dengan Petugas
Hasil observasi yang Saya lakukan kepada petugas mengenai sikap dan perilaku
Warga Binaan ketika pertama kali masuk ke dalam Rutan selama seminggu atau dua
minggu yaitu :
Menurut salah satu petugas Rutan bidang Pembinaan Agama Islam
mengatakan bahwa sikap dan perilaku Warga Binaan yang beragama Islam saat baru
masuk ke Rutan adalah rata-rata tidak berbeda jauh yaitu pendiam, kurang terbuka,
mengurung diri di kamar dan susah untuk mengikuti pembinaan Agama Islam
ataupun kegiatan lainnya. Tetapi adapula yang dari awal dengan sendirinya mengikuti
pembinaan Agama Islam tanpa di suruh oleh Pembimbing Agama Islam. Maka dari
itu diperlukan pendekatan untuk mengajak Warga Binaan mengikuti pembinaan
Agama Islam.
Ada beberapa sampel responden yang Saya tanyakan lebih dalam dan jelas
mengenai sikap dan perilaku mereka sebelum mendapatkan pembinaan Agama Islam
di Rutan Pondok Bambu. Saya mengambil responden sebanyak 3 orang dari Sampel
yang ada sebanyak 70 orang. Ketiga orang tersebut adalah orang-orang yang
membantu pekerjaan petugas Pembina Agama Islam seperti absensi pembinaan
Agama Islam, masak untuk Pembina dan Pembimbing Agama dan lain-lain yang
biasa disebut sebagai Tamping.
Nama-nama Responden tersebut adalah :
NO NAMA SIKAP DAN PERILAKU 1 Ana Sikap Ana saat pertama masuk ke dalam Rutan yaitu tidak
menerima keberadaannya disini dan mengurung diri di kamar. Apalagi ketika Ana teringat dengan anak tercintanya di Rumah.
2 Riznaya Riznaya menyadari kesalahan yang Ia perbuat karena pergaulan dengan teman-temannya. Meskipun demikian Ia tetap mengawali semunya dengan ketidakpercayaannya karena masuk ke dalam Rutan.
3 Ambon Ambon mencoba mengambil hikmah dari setiap perbuatan yang Ia lakukan, akan tetapi awalnya Ia merasa sedih karena harus jauh dengan keluarganya.
Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Uji Validitas
No R hitung R tabel Validitas 1 0,261 0,120 Tidak Valid 2 0,261 0,034 Tidak Valid 3 0,261 0,120 Tidak Valid 4 0,261 0,023 Tidak Valid 5 0,261 0,016 Tidak Valid 6 0,261 0,300 Valid 7 0,261 0,240 Tidak Valid 8 0,261 0,326 Valid 9 0,261 0,342 Valid 10 0,261 0,462 Valid 11 0,261 0,437 Valid 12 0,261 0,464 Valid 13 0,261 0,137 Tidak Valid 14 0,261 0,433 Valid 15 0,261 0,483 Valid 16 0,261 0,437 Valid 17 0,261 0,643 Valid 18 0,261 0,437 Valid
19 0,261 0,349 Valid 20 0,261 0,339 Valid 21 0,261 0,372 Valid 22 0,261 0,508 Valid 23 0,261 0,519 Valid 24 0,261 0,120 Tidak Valid 25 0,261 0,518 Valid 26 0,261 0,353 Valid 27 0,261 0,408 Valid 28 0,261 0,687 Valid 29 0,261 0,689 Valid 30 0,261 0,557 Valid 31 0,261 0,575 Valid 32 0,261 0,548 Valid 33 0,261 0,554 Valid 34 0,261 0,473 Valid 35 0,261 0,274 Valid 36 0,261 0,398 Valid 37 0,261 0,505 Valid 38 0,261 0,609 Valid 39 0,261 0,538 Valid 40 0,261 0,466 Valid 41 0,261 0,632 Valid 42 0,261 0,408 Valid 43 0,261 0,440 Valid 44 0,261 0,560 Valid 45 0,261 0,717 Valid 46 0,261 0,371 Valid 47 0,261 0,108 Tidak Valid 48 0,261 0,399 Valid 49 0,261 0,471 Valid 50 0,261 0,634 Valid 51 0,261 0,606 Valid 52 0,261 0,528 Valid 53 0,261 0,496 Valid 54 0,261 0,581 Valid 55 0,261 0,641 Valid
56 0,261 0,564 Valid 57 0,261 0,379 Valid 58 0,261 0,669 Valid 59 0,261 0,299 Valid 60 0,261 0,492 Valid 61 0,261 0,576 Valid 62 0,261 0,696 Valid 63 0,261 0,625 Valid 64 0,261 0,627 Valid 65 0,261 0,742 Valid 66 0,261 0,652 Valid 67 0,261 0,587 Valid 68 0,261 0,600 Valid 69 0,261 0,562 Valid 70 0,261 0,467 Valid 71 0,261 0,642 Valid 72 0,261 0,522 Valid 73 0,261 0,698 Valid 74 0,261 0,671 Valid 75 0,261 0,671 Valid 76 0,261 0,615 Valid 77 0,261 0,615 Valid 78 0,261 0,622 Valid 79 0,261 0,653 Valid 80 0,261 0,606 Valid 81 0,261 0,492 Valid 82 0,261 0,257 Tidak Valid 83 0,261 0,618 Valid 84 0,261 0,419 Valid 85 0,261 0,339 Valid
Uji Reliabilitas
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 70 100.0
Excludeda 0 .0
Total 70 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.948 83
Hasil Pengolahan Regresi Sederhana
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
Y_Rasa_Percaya_Diri 137.8429 10.03564 70
X_Pembinaan_Agama_Islam 253.5857 10.77637 70
Correlations
Y_Rasa_Percaya
_Diri
X_Pembinaan_A
gama_Islam
Pearson Correlation Y_Rasa_Percaya_Diri 1.000 .699
X_Pembinaan_Agama_Islam .699 1.000
Sig. (1-tailed) Y_Rasa_Percaya_Diri . .000
X_Pembinaan_Agama_Islam .000 .
N Y_Rasa_Percaya_Diri 70 70
X_Pembinaan_Agama_Islam 70 70
Variables Entered/Removeda
Model Variables
Entered
Variables Removed Method
1 X_Pembinaan_
Agama_Islamb . Enter
a. Dependent Variable: Y_Rasa_Percaya_Diri
b. All requested variables entered.
Model Summaryb
Model R R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the
Estimate
Change Statistics Durbin-
Watson R Square Change F Change df1 df2 Sig. F
Change
1 .699a .489 .482 7.22482 .489 65.133 1 68 .000 1.705
a. Predictors: (Constant), X_Pembinaan_Agama_Islam
b. Dependent Variable: Y_Rasa_Percaya_Diri
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 3399.804 1 3399.804 65.133 .000b
Residual 3549.467 68 52.198
Total 6949.271 69
a. Dependent Variable: Y_Rasa_Percaya_Diri
b. Predictors: (Constant), X_Pembinaan_Agama_Islam
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 114.0119 145.2778 137.8429 7.01944 70
Residual -24.02095 12.35514 .00000 7.17228 70
Std. Predicted Value -3.395 1.059 .000 1.000 70
Std. Residual -3.325 1.710 .000 .993 70
a. Dependent Variable: Y_Rasa_Percaya_Diri
Hasil Pengolahan Regresi Berganda
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
Y_Rasa_Percaya_Diri 137.8429 10.03564 70
X1_Kog 165.9714 5.29142 70
X2_Afek 32.5571 2.86729 70
X3_Psik 18.3857 1.82012 70
X4_DKL 37.2000 2.68436 70
Correlations
Y_Rasa_
Percaya_
Diri
X1_Kog X2_Afek X3_Psik X4_DKL
Pearson
Correlation
Y_Rasa_Percaya_Diri 1.000 .423 .554 .636 .713
X1_Kog .423 1.000 .297 .496 .537
X2_Afek .554 .297 1.000 .428 .569
X3_Psik .636 .496 .428 1.000 .717
X4_DKL .713 .537 .569 .717 1.000
Sig. (1-tailed)
Y_Rasa_Percaya_Diri . .000 .000 .000 .000
X1_Kog .000 . .006 .000 .000
X2_Afek .000 .006 . .000 .000
X3_Psik .000 .000 .000 . .000
X4_DKL .000 .000 .000 .000 .
N
Y_Rasa_Percaya_Diri 70 70 70 70 70
X1_Kog 70 70 70 70 70
X2_Afek 70 70 70 70 70
X3_Psik 70 70 70 70 70
X4_DKL 70 70 70 70 70
Variables Entered/Removeda
Model Variables
Entered
Variables
Removed
Method
1
X4_DKL,
X1_Kog,
X2_Afek,
X3_Psikb
. Enter
a. Dependent Variable: Y_Rasa_Percaya_Diri
b. All requested variables entered.
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the
Estimate
Change Statistics Durbin-
Watson R Square
Change
F Change df1 df2 Sig. F
Change
1 .756a .571 .545 6.76869 .571 21.670 4 65 .000 1.646
a. Predictors: (Constant), X4_DKL, X1_Kog, X2_Afek, X3_Psik
b. Dependent Variable: Y_Rasa_Percaya_Diri
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 3971.290 4 992.822 21.670 .000b
Residual 2977.981 65 45.815
Total 6949.271 69
a. Dependent Variable: Y_Rasa_Percaya_Diri
b. Predictors: (Constant), X4_DKL, X1_Kog, X2_Afek, X3_Psik
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized t Sig. Correlations
B Std. Error Beta Zero-order Partial Part
1
(Constant) 25.723 26.370 .975 .333
X1_Kog .040 .186 .021 .216 .829 .423 .027 .018
X2_Afek .743 .346 .212 2.148 .035 .554 .257 .174
X3_Psik 1.336 .654 .242 2.042 .045 .636 .246 .166
X4_DKL 1.524 .499 .408 3.054 .003 .713 .354 .248
a. Dependent Variable: Y_Rasa_Percaya_Diri
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 111.3427 146.2436 137.8429 7.58650 70
Residual -23.07639 14.38728 .00000 6.56956 70
Std. Predicted Value -3.493 1.107 .000 1.000 70
Std. Residual -3.409 2.126 .000 .971 70
a. Dependent Variable: Y_Rasa_Percaya_Diri
DAFTAR KUESIONER
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Dengan ini saya “Hoirunnisa” mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bermaksud untuk melaksanakan penelitian dalam rangka tugas akhir karya ilmiah (skripsi) yang berjudul “Pengaruh Pembinaan Agama Islam Terhadap Tingkat Rasa Percaya Diri Warga Binaan Wanita Pada Rumah Tahanan Negara Kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur”, berkenaan dengan hal ini saya berharap kesediaan Ibu untuk mengisi kuesioner ini dengan sebenar-benarnya sebagai data yang akan digunakan dalam penelitian. Jawaban pertanyaan ini tidak dilhat salah atau benar. Atas perhatian dan perkenaan Ibu, saya ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
A. Identitas Responden
1. Nama : …………………………..
2. Kasus : …………………………..
3. Usia : …………………………….
4. Pendidikan terakhir : …………….
B. Petunjuk Pengisian
1. Bacalah setiap pernyataan dengan baik dan teliti.
2. Isilah dengan jujur dan benar.
3. Pilihlah salah satu jawaban yang tersedia dengan memberi ceklis ( √ ) dari
setiap pernyataan yang dianggap paling tepat dengan menggunakan skala
berikut:
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
C. Daftar Pernyataan Pembinaan Agama Islam
No Pernyataan SS S TS STS
Kognitif
1 Allah itu ada
2 Allah adalah pencipta alam semesta
3 Allah Maha melihat semua perbuatan manusia
4 Hanya kepada Allah, manusia akan kembali
5 Allah menciptakan malaikat
6 Malaikat mencatat segala ucapan dan tindakan kita
7 Rasul sebagai utusan Allah yang memberikan petunjuk bagi
manusia
8 Allah mengutus para Rasul sebagai teladan bagi manusia
9 Islam mengajarkan bahwa ucapan dan perilaku Rasul sebagai
pedoman dalam bertingkahlaku
10 Al-Qur’an sebagai petunjuk tentang kebaikan dan keburukan
11 Al-Qur’an sebagai penyejuk hati dan jiwa
12 Islam mengajarkan membaca dan mengamalkan isi Al-Qur’an
13 Islam mengajarkan bahwa dengan mengamalkan ajaran Al-Qur’an
akan selamat di dunia maupun di akhirat
14 Allah akan meminta pertanggungjawaban manusia atas segala
perbuatan didunia
15 Tidak ada sesuatu yang terjadi tanpa izin Allah
16 Ibadah shalat lima waktu hukumnya wajib
18 Shalat dapat menentramkan hati dan jiwa
19 Ibadah puasa di bulan Ramadhan hukumnya wajib
20 Puasa merupakan rukun Islam ketiga
21 Manfaat puasa yakni sebagai media untuk melatih kesabaran,
menjaga kesehatan dan memperoleh kejernihan hati dalam berfikir
22 Zakat, infaq dan shodaqoh dapat mensucikan diri dari harta yang
bukan milik kita
23 Haji merupakan media untuk berlatih menghadapi kesulitan dan
merendahkan diri
24 Tiada Tuhan selain Allah
25 Setiap manusia merupakan ciptaan dan amanah Allah yang harus
dipertanggungjawabkan
26 Islam mengajarkan menutup aurat bagi laki-laki dan perempuan
27 Islam tidak mengajarkan berkata-kata kasar dan tidak bermanfaat
28 Islam mengajarkan manusia untuk menjauhkan diri dari perbuatan
yang tercela
29 Islam mengajarkan menghormati dan sopan santun kepada orang
lain
30 Islam mengajarkan menolong sesama
31 Islam mengajarkan bersikap baik dengan orang lain
32 Asmaul Husna ada 99
33 Dengan berdzikir hati menjadi tenang
34 Asmaul Husna merupakan nama-nama Allah yang indah dan baik
35 Dzikir merupakan salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah
Afektif
36 Pembinaan agama di Rutan dilaksanakan setiap seminggu lima kali
37 Setiap manusia ingin berubah menjadi manusia yang lebih baik
38 Materi yang disampaikan dalam pembinaan agama mudah difahami
39 Materi yang disampaikan oleh pembimbing agama menarik
40 Dengan memperhatikan materi pembinaan agama yang
disampaikan maka akan lebih mudah dimengerti
41 Pembinaan agama membuat manusia menyadari kesalahannya
42 Setiap manusia tidak ingin mengulangi kesalahannya kembali
Psikomotorik
43 Bertanya saat pembinaan agama akan membuat kita lebih faham
materi yang disampaikan
44 Pembinaan agama mengajarkan cara berpidato dan berbicara
didepan umum
45 Islam mengajarkan membaca Al-Qur’an dengan tajwid
46 Membaca Al-Qur’an merupakan salah satu cara mendekatkan diri
kepada Allah
Dukungan keluarga dan lingkungan
48 Keluarga merupakan tempat mencurahkan isi hati
49 Keluarga selalu menemani dan menyemangati
50 Pihak Rutan mendatangkan Ustadz dari luar saat acara-acara besar
Islam
51 Islam mengajarkan bersikap baik kepada keluarga, teman, dan
lingkungan
53 Motivasi merupakan cara menguatkan diri
54 Adanya pihak luar yang memberikan motivasi kepada warga
binaan, seperti Ustadz, mahasiswa magang, praktikum dan pihak
lainnya
D. Daftar Pernyataan Rasa Percaya Diri
No Pernyataan SS S TS STS
Tekat kuat
1 Tekat kuat merupakan cara memotivasi diri
2 Menghadapi masalah dengan tekat yang kuat
3 Tekat kuat membuat manusia menjadi berani menghadapi masalah
Memberanikan diri
4 Manusia berani melakukan perubahan diri menjadi lebih baik
5 Manusia berani mengakui kesalahan
6 Berani mengutarakan isi hati kepada keluarga, petugas ataupun
warga binaan lainnya
7 Manusia berani menerima segala konsekuensi yang telah diperbuat
Berfikir positif
8 Berfikir positif merupakan salah satu kunci ketenangan hati
9 Berfikir positif setiap kejadian yang ada
10 Manusia yang berfikir positif tentang orang lain akan memiliki
banyak teman
11 Bersikap positif akan membawa diri pada perubahan yang lebih
baik
Inisiatif
12 Inisiatif merupakan cara manusia mengembangkan kemampuan
13 Manusia meyelesaikan masalah dengan berinisiatif
14 Inisiatif untuk mengaji dan ibadah tanpa disuruh
Mandiri
15 Mandiri merupakan salah satu cara manusia mempertahankan
hidup
16 Manusia yang mandiri tidak akan ketergantungan dengan orang lain
17 Mandiri menghadapi semua masalah
Belajar dari kegagalan
18 Manusia tidak luput dari kesalahan
19 Mengambil pelajaran dari setiap kesalahan yang diperbuat
20 Belajar dari kegagalan agar tidak terjerumus kembali
21 Manusia mempunyai kesempatan untuk merubah sikap menjadi
lebih baik
Tidak mudah menyerah
22 Islam mengajarkan pantang menyerah dalam menghadapi masalah
23 Tidak mudah menyerah untuk memperbaiki kesalahan
24 Tidak mudah menyerah dengan keadaan saat ini
25 Manusia yang tidak mudah menyerah akan mendapatkan hasil yang
maksimal
Bersikap objektif
26 Menjadi manusia yang lebih baik merupakan keinginan setiap
manusia
27 Bersikap objektif atas keputusan penahanan
28 Bersikap kritis jika ada kesalahan dalam hal fonis penahanan
Dapat menempatkan diri sesuai situasi
29 Manusia dapat menempatkan diri sesuai situasi dan kondisi
30 Menceritakan keluh kesah dengan keluarga membuat hati tenang
31 Menceritakan keluh kesah dengan warga binaan lain membuat hati
tenang
Demikian jawaban ini dibuat dengan sebenar-benarnya, tanpa paksaan dari pihak manapun.
Jakarta, 26 Agustus 2016
DAFTAR KUESIONER
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Dengan ini saya “Hoirunnisa” mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bermaksud untuk melaksanakan penelitian dalam rangka tugas akhir karya ilmiah (skripsi) yang berjudul “Pengaruh Pembinaan Agama Islam Terhadap Tingkat Rasa Percaya Diri Warga Binaan Wanita Pada Rumah Tahanan Negara Kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur”, berkenaan dengan hal ini saya berharap kesediaan Ibu untuk mengisi kuesioner ini dengan sebenar-benarnya sebagai data yang akan digunakan dalam penelitian. Jawaban pertanyaan ini tidak dilhat salah atau benar. Atas perhatian dan perkenaan Ibu, saya ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
A. Identitas Responden
5. Nama : …………………………..
6. Kasus : …………………………..
7. Usia : …………………………….
8. Pendidikan terakhir : …………….
B. Petunjuk Pengisian
4. Bacalah setiap pernyataan dengan baik dan teliti.
5. Isilah dengan jujur dan benar.
6. Pilihlah salah satu jawaban yang tersedia dengan memberi ceklis ( √ ) dari
setiap pernyataan yang dianggap paling tepat dengan menggunakan skala
berikut:
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
C. Daftar Pernyataan Pembinaan Agama Islam
No Pernyataan SS S TS STS
1 Alam semesta diciptakan oleh Allah*
2 Saya meyakini bahwa Allah Maha melihat semua perbuatan
manusia*
3 Saya meyakini bahwa hanya kepada Allah, manusia akan kembali*
4 Saya memohon pertolongan dan perlindungan hanya kepada Allah*
5 Saya meyakini bahwa Allah menciptakan malaikat*
6 Saya meyakini bahwa segala ucapan dan tindakan kita, malaikat
yang mengontrol*
7 Saya meyakini Al-Qur’an sebagai penerang jiwa*
8 Malaikat mencatat segala ucapan dan tindakan kita*
9 Allah mengutus para Rasul sebagai teladan bagi manusia*
10 Islam mengajarkan bahwa ucapan dan perilaku Rasul sebagai
pedoman dalam bertingkahlaku*
11 Al-Qur’an sebagai petunjuk tentang kebaikan dan keburukan*
12 Al-Qur’an sebagai penyejuk hati dan jiwa*
13 Islam mengajarkan membaca dan mengamalkan isi Al-Qur’an*
14 Allah akan meminta pertanggungjawaban manusia atas segala
perbuatan didunia*
15 Tidak ada sesuatu yang terjadi tanpa izin Allah*
16 Ibadah shalat lima waktu hukumnya wajib*
17 Shalat merupakan rukun Islam kedua*
18 Shalat dapat menentramkan hati dan jiwa*
19 Ibadah puasa di bulan Ramadhan hukumnya wajib*
20 Puasa merupakan rukun Islam ketiga*
21 Manfaat puasa yakni sebagai media untuk melatih kesabaran,
menjaga kesehatan dan memperoleh kejernihan hati dalam berfikir*
22 Zakat, infaq dan shodaqoh dapat mensucikan diri dari harta yang
bukan milik kita*
23 Haji merupakan media untuk berlatih menghadapi kesulitan dan
merendahkan diri*
24 Setiap manusia merupakan ciptaan dan amanah Allah yang harus
dipertanggungjawabkan*
25 Islam mengajarkan menutup aurat bagi laki-laki dan perempuan*
26 Islam tidak mengajarkan berkata-kata kasar dan tidak bermanfaat*
27 Islam mengajarkan manusia untuk menjauhkan diri dari perbuatan
yang tercela*
28 Islam mengajarkan menghormati dan sopan santun kepada orang
lain*
29 Islam mengajarkan menolong sesama
30 Islam mengajarkan bersikap baik dengan orang lain
31 Asmaul Husna ada 99
32 Dengan berdzikir hati menjadi tenang
33 Asmaul Husna merupakan nama-nama Allah yang indah dan baik
34 Dzikir merupakan salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah
Afektif
35 Pembinaan agama di Rutan dilaksanakan setiap seminggu lima kali
36 Setiap manusia ingin berubah menjadi manusia yang lebih baik
37 Materi yang disampaikan dalam pembinaan agama mudah difahami
38 Materi yang disampaikan oleh pembimbing agama menarik
39 Dengan memperhatikan materi pembinaan agama yang
disampaikan maka akan lebih mudah dimengerti
40 Pembinaan agama membuat manusia menyadari kesalahannya
41 Setiap manusia tidak ingin mengulangi kesalahannya kembali
Psikomotorik
42 Bertanya saat pembinaan agama akan membuat kita lebih faham
materi yang disampaikan
43 Pembinaan agama mengajarkan cara berpidato dan berbicara
didepan umum
44 Islam mengajarkan membaca Al-Qur’an dengan tajwid
45 Membaca Al-Qur’an merupakan salah satu cara mendekatkan diri
kepada Allah
Dukungan keluarga dan lingkungan
46 Keluarga merupakan tempat mencurahkan isi hati
47 Keluarga selalu menemani dan menyemangati
48 Pihak Rutan mendatangkan Ustadz dari luar saat acara-acara besar
Islam
49 Islam mengajarkan bersikap baik kepada keluarga, teman, dan
lingkungan
50 Keluarga menyempatkan waktu untuk makan bersama warga
binaan saat menjenguk
51 Motivasi merupakan cara menguatkan diri
52 Adanya pihak luar yang memberikan motivasi kepada warga
binaan, seperti Ustadz, mahasiswa magang, praktikum dan pihak
lainnya
53 Keluarga memberikan dukungan kepada saya dengan menjenguk
ke Rutan
D. Daftar Pernyataan Rasa Percaya Diri
No Pernyataan SS S TS STS
Tekat kuat
1 Tekat kuat merupakan cara memotivasi diri
2 Menghadapi masalah dengan tekat yang kuat
3 Tekat kuat membuat manusia menjadi berani menghadapi masalah
Memberanikan diri
4 Manusia berani melakukan perubahan diri menjadi lebih baik
5 Manusia berani mengakui kesalahan
6 Berani mengutarakan isi hati kepada keluarga, petugas ataupun
warga binaan lainnya
7 Manusia berani menerima segala konsekuensi yang telah diperbuat
Berfikir positif
8 Berfikir positif merupakan salah satu kunci ketenangan hati
9 Berfikir positif setiap kejadian yang ada
10 Manusia yang berfikir positif tentang orang lain akan memiliki
banyak teman
11 Bersikap positif akan membawa diri pada perubahan yang lebih
baik
Inisiatif
12 Inisiatif merupakan cara manusia mengembangkan kemampuan
13 Manusia meyelesaikan masalah dengan berinisiatif
14 Inisiatif untuk mengaji dan ibadah tanpa disuruh
Mandiri
15 Mandiri merupakan salah satu cara manusia mempertahankan
hidup
16 Manusia yang mandiri tidak akan ketergantungan dengan orang lain
17 Mandiri menghadapi semua masalah
Belajar dari kegagalan
18 Manusia tidak luput dari kesalahan
19 Mengambil pelajaran dari setiap kesalahan yang diperbuat
20 Belajar dari kegagalan agar tidak terjerumus kembali
21 Manusia mempunyai kesempatan untuk merubah sikap menjadi
lebih baik
Tidak mudah menyerah
22 Islam mengajarkan pantang menyerah dalam menghadapi masalah
23 Tidak mudah menyerah untuk memperbaiki kesalahan
24 Tidak mudah menyerah dengan keadaan saat ini
25 Manusia yang tidak mudah menyerah akan mendapatkan hasil yang
maksimal
Bersikap objektif
26 Menjadi manusia yang lebih baik merupakan keinginan setiap
manusia
27 Menyadari semua kesalahan yang telah diperbuat
Dapat menempatkan diri sesuai situasi
28 Manusia dapat menempatkan diri sesuai situasi dan kondisi
29 Menceritakan keluh kesah dengan keluarga membuat hati tenang
30 Menceritakan keluh kesah dengan warga binaan lain membuat hati
tenang
Demikian jawaban ini dibuat dengan sebenar-benarnya, tanpa paksaan dari pihak manapun.
Jakarta, 08 September 2016
Ket:
Tanda *: kuesioner Skripsi Ahmad Yusuf Afifurrahman Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam tahun 2015.
DOKUMENTASI KEGIATAN PEMBINAAN AGAMA ISLAM
RUTAN KELAS II A PONDOK BAMBU JAKARTA TIMUR
Kegiatan Pembinaan Agama Islam oleh Pembimbing Agama Islam
di Masjid Rutan Pondok Bambu
Warga Binaan mengisi kuesioner setelah mendapatkan
pembinaan Agama Islam
Kegiatan Pembinaan Agama Islam oleh Pembimbing Agama Islam
di Masjid Rutan Pondok Bambu
Kegiatan Pembinaan Agama Islam oleh Pembimbing Agama Islam
di Masjid Rutan Pondok Bambu
Kegiatan Pembinaan Agama Islam oleh Pembimbing Agama Islam
di Masjid Rutan Pondok Bambu
Kegiatan Pembinaan Agama Islam oleh Pembimbing Agama Islam
di Masjid Rutan Pondok Bambu
Foto bersama Petugas Rutan dan salah satu Pembimbing Agama Islam
Daftar isi penghuni Rutan Pondok Bambu Kelas II A Jakarta Timur
FOTO SIDANG SKRIPSI KAMIS, 01 DESEMBER 2016 PUKUL 12:00-13:00 LT. 7A FIDKOM