pengaruh penambahan serbuk gergaji kayu … · ... pasir, dan kerikil diikuti penambahan serbuk...
TRANSCRIPT
PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK GERGAJI KAYU
SENGON PADA BETON TERHADAP KUAT TEKAN DAN
KARAKTERISTIK ABSORPSI BUNYI
QANITAH LUTHFIAH
DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Penambahan
Serbuk Gergaji Kayu Sengon pada Beton Terhadap Kuat Tekan dan Karakteristik
Absorpsi Bunyi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, November 2016
Qanitah Luthfiah
NIM E24120036
ABSTRAK
QANITAH LUTHFIAH. Pengaruh Penambahan Serbuk Gergaji Kayu Sengon
pada Beton Terhadap Kuat Tekan dan Karakteristik Absorpsi Bunyi. Dibimbing
oleh LINA KARLINASARI dan FENGKY SATRIA YORESTA.
Serbuk kayu gergajian merupakan salah satu jenis limbah di industri
penggergajian kayu yang saat ini belum optimal pemanfaatannya. Penambahan
serbuk kayu diharapkan dapat meningkatkan porositas pada beton untuk
memperbaiki kualitas penyerapan bunyi pada beton. Penelitian ini bertujuan
mengetahui kuat tekan dan penyerapan bunyi beton dengan campuran serbuk kayu.
Pengujian bahan dilakukan terlebih dahulu untuk mendapatkan karakteristik
material campuran beton. Selanjutnya, pembuatan beton dilakukan dengan
mencampurkan semen, pasir, dan kerikil diikuti penambahan serbuk gergaji
dengan persentase 0,5%, 1%, 1,5%, dan 2% dan ditambahkan air. Sebelum
dilakukan pengujian beton didiamkan selama ±28 hari. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penambahan serbuk kayu 0,5%, 1%, 1,5%, dan 2%
menurunkan nilai kuat tekan beton. Penambahan 0,5% serbuk kayu sengon pada
beton dihasilkan penyerapan koefisien absorpsi bunyi terbaik terutama pada
frekuensi 1600 Hz – 2000 Hz.
Kata kunci : absorpsi bunyi, beton, kuat tekan
ABSTRACT
QANITAH LUTHFIAH. The Effect of Sengon’s Sawdust Addition in Concrete to
Compressive Strength and Sound Absorption Characteristics. Supervised by
LINA KARLINASARI dan FENGKY SATRIA YORESTA.
Sawdust is kind of waste in sawmill industry that has not been optimalited
utilited. The addition of sawdust was expected to increase the porosity of the
concrete as well as to improve the quality of sound absorption. The aim of this
research was to determine the compressive strength and sound absorption
characteristic of concrete which have been added by sengon’s sawdust.
Preleenary, testing of materials were peformed to obtain the material
characteristics of concrete mix. Furthermore, the manufacture of concrete were
made by mixing cement, sand, and gravel followed by the addition of sawdust
with a percentage of 0.5%, 1%, 1.5% and 2% and added water. Conditioning was
done for ± 28 days. The results showed that the addition of sawdust 0.5%, 1%,
1.5% and 2% decrease the compressive strength of concrete. The addition 0,5% of
sawdust wate of sengon to concrete revealed the best sound absorption maney in
midlle frekunsi rase 1600 Hz – 2000 Hz.
Keywords: sound absorption, concrete, compressive strenght
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Hasil Hutan
PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK GERGAJI KAYU
SENGON PADA BETON TERHADAP KUAT TEKAN DAN
KARAKTERISTIK ABSORPSI BUNYI
QANITAH LUTHFIAH
DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Karya ilmiah
ini berjudul “Pengaruh Penambahan Serbuk Gergaji Kayu pada Beton Terhadap
Kuat Tekan dan Karakteristik Absorpsi Bunyi” yang dilaksanakan sejak bulan
Mei 2016 sampai dengan Juli 2016.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Lina Karlinasari, S.Hut,MSc
F.Trop dan Bapak Fengky Satya Yoresta, ST, MT selaku pembimbing atas
bimbingan dan arahan yang telah diberikan selama ini dan Bapak Dr. Ir. Bahruni
MS selaku dosen penguji. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada
bapak, ibu serta seluruh keluarga, dan sahabat-sahabat tercinta Fahutan 49 dan
THH 49 atas segala doa dan kasih sayang serta bantuannya.
Bogor, November 2016
Qanitah Luthfiah
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 1
Hipotesis penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
METODE 2
Waktu dan Tempat 2
Bahan 2
Alat 2
Prosedur Penelitian 2
HASIL DAN PEMBAHASAN 7
Analisa ukuran bahan 7
Uji Karakteristik Bahan 8
Kuat Tekan Beton 9
Pengujian Absorpsi Bunyi 11
SIMPULAN DAN SARAN 12
Simpulan 12
Saran 12
DAFTAR PUSTAKA 12
LAMPIRAN 14
RIWAYAT HIDUP 19
DAFTAR TABEL
1 Karakteristik Bahan Penyusun Beton 8
2 Kebutuhan Bahan Baku Penyusun Beton 9
DAFTAR GAMBAR
1. Susunan saringan berdasarkan tingkatan ukuran luasan saringan 3
2 Cetakan kubus (a) dan cetakan silinder (b) 5
3 Grafik persentase pasir lolos saringan 7
4 Grafik persentase kerikil lolos saringan 7
5 Grafik kuat tekan beton dengan penambahan serbuk dan tanpa
penambahan serbuk 10
6 Grafik koefisien absorpsi bunyi beton 11
DAFTAR LAMPIRAN
1. Grafik standar analisa ukuran bahan pada pasir 14
2. Grafik standar analisa ukuran bahan pada kerikil 14
3 Tabel campuran bahan penyusun beton 15
4 Gambar kerusakan contoh uji pada kuat tekan beton 16
5 Hasil perhitungan analisis keragaman pada kuat tekan beton 17
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Beton merupakan campuran dari agregat halus dan agregat kasar (pasir,
kerikil, batu pecah, atau jenis agregat lain) dengan semen yang dipersatukan oleh
air dalam perbandingan tertentu (Wuryati dan Candra 2001). Material pembentuk
beton tersebut dicampur merata dengan komposisi tertentu menghasilkan suatu
campuran yang homogen sehingga dapat dituang dalam cetakan untuk dibentuk
sesuai keinginan. Penggunaan beton sebagai bahan bangunan atau material
konstruksi sangat umum digunakan baik untuk struktur rumah tinggal, gedung
bertingkat, dan berbagai macam infrastruktur yang lain. Dalam struktur sebuah
bangunan beton biasanya digunakan untuk perumahan, gedung, jembatan,
pengerasan jalan, bendungan, terowongan dan sebagainya. Selain itu beton juga
banyak digunakan pada bangunan bertingkat sebagai balok, kolom, plat lantai dan
pondasi (Julianto 2013). Beton sebagai bahan konstruksi bangunan paling banyak
digunakan saat ini. Hal tersebut dikarenakan beton memiliki beberapa kelebihan
bila dibandingkan dengan bahan-bahan konstruksi lain, diantaranya karena harga
yang relatif murah, umur yang tahan lama, kemampuan menahan gaya tekan yang
tinggi, serta ketahanan yang baik terhadap cuaca dan lingkungan sekitar. Namun,
beton juga memiliki kekurangan yaitu berat struktur menjadi lebih besar akibat
beban dari berat beton sendiri dan bentuk yang telah dibuat sulit untuk diubah
(Mulyono 2004).
Serbuk kayu (sawdust) adalah limbah yang diperoleh dari hasil
penggergajian kayu yang menggunakan mesin maupun manual. Serbuk kayu
mengandung komponen kimia kayu berupa selulosa dan hemiselulosa. Serbuk
kayu gergajian pada dasarnya merupakan bahan berpori, sehingga air mudah
terserap dan mengisi pori-pori tersebut. Sifat kayu adalah higroskopis sehingga
mudah menyerap air (Wardono 2006).
Sampai saat ini pengolahan sisa serbuk kayu sisa penggergajian masih
belum dimanfaatkan secara optimal. Serbuk kayu gergajian tersebut biasanya
dibuang ataupun dibakar. Ada juga sebagian kecil orang yang menggunakan sisa
serbuk kayu gergajian ini sebagai pupuk kompos atau sebagai bahan bakar.
Serbuk kayu gergajian salah satu jenis bahan limbah yang bersifat organik yang
merupakan limbah yang terdapat pada lingkungan industri penggergajian kayu
atau pengrajin furniture.
Menurut Tsoumis (1991), kayu memiliki kelebihan dibandingkan dengan
yang lain karena struktur berpori. Material yang berpori (porous) dapat
meningkatkan sifat penyerapan bunyi. Oleh karena itu, suatu material yang
dicampur dengan berbagai bahan penyusun yang dianggap dapat meningkatkan
sifat porositas diharapkan meningkatkan sifat penyerapan bunyi, begitu pula
dengan beton.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan kuat tekan dan
penyerapan bunyi beton campuran serbuk gergaji kayu sengon.
2
Hipotesis
Beton merupakan campuran pasir, kerikil, dan semen yang dipersatukan
oleh dengan perbandingan tertentu. Beton dengan penambahan serbuk kayu
sengon memberikan pengaruh terhadap sifat kuat tekan dan absorpsi bunyi beton.
Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi
terkait kualitas mekanis dan penyerapan bunyi beton campuran serbuk kayu.
METODE
Waktu dan Tempat Peneltian
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei sampai Juli 2016 di
Laboratorium Teknik Sipil Universitas Pakuan untuk uji analisis ukuran dan
karakteristik bahan, Laboratorium Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil dan
Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian untuk uji kuat tekan beton,
Laboratorium Rekayasa Desain Bangunan Kayu, Departemen Hasil Hutan,
Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, dan PUSLITBANG Permukiman
dan Perumahan untuk uji absorpsi bunyi beton.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah semen, air, kerikil, pasir,
dan serbuk gergaji kayu sengon (Paraserienthies falcataria) dari limbah
pengergajian kayu masyarakat di daerah Cibanteng, Dramaga Bogor. Peralatan
yang digunakan adalah paralon berukuran diameter 3 cm dan panjang 10 cm,
cetakan kubus ukuran (15x15x15) cm3, gelas ukur 500 ml, piknometer, timbangan,
saringan, camera, dan alat tulis.
Prosedur Penelitian
Analisis Ukuran Bahan Analisa ukuran bahan merupakan prosedur yang dilakukan untuk
mengetahui gradasi ukuran dari pasir dan kerikil untuk bahan penyusun beton.
Gradasi tersebut nantinya digunakan untuk menentukan persentase agregat dan
menentukan kebutuhan masing-masing bahan baku. Pasir yang digunakan
berukuran 0,15 - 5,00 mm, sedangkan kerikil yang digunakan berukuran
maksimum 25,00 mm. Pasir dan kerikil yang akan dianalisa dioven terlebih
dahulu dengan suhu (110±5)ºC selama 24 jam. Pasir dan kerikil yang sudah
dioven kemudian disaring dengan saringan dari diameter terbesar hingga terkecil
(Gambar 1). Ukuran luasan elemen saringan terbesar berdiameter 38,0 mm, dan
yang terkecil 2,40 mm untuk kerikil. Sedangkan ukuran luasan elemen saringan
untuk pasir terbesar berukuran diameter 4,76 mm dan terkecil 0,15 mm.
3
Gambar 1. Susunan saringan berdasarkan tingkatan ukuran luasan saringan
Berat setiap bahan yang tertahan pada masing-masing tingkatan ukuran saringan
ditimbang untuk mengetahui berat bahan yang diuji. Analisa berat dan persentase
bahan tertahan dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
Berat tertahan = (berat saringan (kg) + benda uji (kg)) – (berat saringan (kg))
Persentase tertahan (%) =
∑
× 100
dimana i adalah berat setiap bahan pasir dan kerikil yang tertahan pada tiap
saringan.
Analisa ukuran bahan mengacu pada ASTM C-33 (lampiran 1) tentang
bahan yang baik digunakan untuk bahan baku penyusun beton yaitu yang
ukurannya terdapat diantara batas atas dan batas bawah sesuai dengan standar
tersebut.
Pengujian Karakterstik Bahan
Karakteristik bahan pasir dan kerikil yang diuji adalah kadar lumpur, kadar
air, berat jenis, dan modulus kehalusan. Pengujian kadar lumpur pasir diawali
dengan memasukkan pasir kedalam gelas ukur 500 ml setinggi ±250 ml.
Selanjutnya ditambahkan air hingga mencapai ketinggian gelas ukur sebanyak
±450 ml. Kemudian, gelas ukur dikocok hingga pasir dan air tercampur.
Campuran pasir dan air didiamkan selama 24 jam sampai lumpur, kotoran lain dan
pasir terpisah. Tinggi lumpur dan tinggi pasir diukur untuk mendapatkan nilai
kadar lumpur. Adapun perhitungan nilai kadar lumpur dengan persamaan sebagai
berikut :
Kadar lumpur (%) =
× 100
dimana V1 adalah tinggi pasir (ml), dan V2 adalah tinggi lumpur (ml)
ukuran diameter
saringan terbesar
ukuran diameter
saringan terkecil
alas
4
Penentuan kadar air pasir dan kerikil dilakukan dengan menimbang berat
wadah, pasir dan kerikil. Wadah beserta bahan ditimbang, kemudian dimasukkan
kedalam oven selama 24 jam pada suhu (110±5) ºC. Setelah itu, wadah beserta
pasir dan kerikil ditimbang. Kadar air dihitung menggunakan persamaan berikut :
Kadar air (%) =
× 100
dimana berat air adalah berat bahan alami (kg) – berat bahan kering (kg); berat
bahan kering adalah berat wadah (kg) + bahan kering (kg) – berat wadah (kg)
Berat jenis ditentukan dengan menimbang bahan pasir dan kerikil (B),
kemudian piknometer diisi dengan air hingga 90% kapasitas piknometer sampai
batas tera (C). Selanjutnya, bahan dikeringkan dalam oven pada suhu (110±5)ºC
selama 24 jam. Setelah itu piknometer yang telah kosong diisi dengan bahan yang
telah dioven dan air hingga sampai batas tera dan piknometer direndam selama 24
jam dalam air dan ditimbang (D). Berat jenis bahan dihitung dengan persamaan
berikut :
Berat jenis =
dimana B adalah berat bahan awal (kg), D adalah berat piknometer+bahan setelah
dioven+air (kg), dan C adalah berat piknometer+air (kg).
Modulus kehalusan adalah suatu indeks yang dipakai untuk ukuran
kehalusan atau kekasaran butiran agregat. Angka kehalusan dari suatu bahan
dihitung modulus kehalusannya dengan persamaan sebagai berikut :
Modulus kehalusan = ∑
dimana i adalah persentase tertahan pasir dan kerikil pada tiap saringan.
Berat serbuk kayu digunakan sebagai bahan penyusun beton ditentukan
dengan persamaan berikut :
BS= PS × BTB
dimana BS adalah berat serbuk (kg), PS adalah persentase serbuk yang digunakan
(kg), dan BTB adalah berat bahan total penyusun beton (kg). Persentase serbuk
yang digunakan terdiri atas 0% (S0), 0,5% (S1), 1% (S2), 1,5% (S3), dan 2% (S4).
Pembuatan Contoh Uji Beton dan Beton Campuran Serbuk Sengon
Beton pada dasarnya merupakan campuran semen, pasir, dan kerikil.
Serbuk kayu digunakan sebagai zat aditif yang ditambahkan pada campuram
penyusun beton dengan tujuan meningkatkan porositas beton terkait sifat
penyerapan bunyi beton. Kuat tekan beton rencana dalam penelitian ini f’c =
22,065 MPa. Nilai ini berdasarkan dari mutu beton yang akan digunakan yaitu K
225 yang artinya jenis beton adalah beton normal (SNI 2000). Persentase serbuk
5
kayu yang ditambahkan kedalam campuran beton adalah 0,5%, 1%, 1,5%, dan 2%
dengan ukuran serbuk kayu ±40 mesh. Perbandingan semen : pasir : kerikil bahan
penyusun beton yang digunakan adalah 1 : 1,13 : 2,14 yang diperoleh dari hasil
pengujian penelitian pendahuluan untuk mendapatkan beton dengan kuat tekan
rencana.
Pembuatan contoh uji dilakukan dengan mencampurkan semua bahan
yaitu semen, pasir, kerikil menggunakan mesin molen atau alat pencampur, diikuti
penambahan serbuk gergaji. Pengadukan terus dilakukan hingga semua bahan
tercampur merata. Setelah semua bahan tercampur ditambahkan air sesuai dengan
perhitungan volume air berdasarkan besarnya nilai slump rencana. Slump rencana
adalah perbedaan tinggi dari adukan dalam suatu cetakan berbentuk kerucut
terpancung dengan tinggi adukan setelah cetakan diangkat. Slump rencana dalam
penelitian ini adalah 80 mm dimana slump diukur dari perbedaan tinggi adukan
dengan bagian atas cetakan kerucut. Selanjutnya campuran tersebut diaduk
kembali. Adukan yang telah jadi dimasukkan kedalam cetakan kubus (Gambar 2a)
dan paralon (Gambar 2b) sedikit demi sedikit. Pada pengujian kuat tekan dan
pengujian absorpsi bunyi digunakan contoh uji sebanyak 15 buah untuk masing-
masing contoh uji bentuk kubus dan paralon .
Gambar 2. Cetakan berbentuk kubus (a) dan silinder dari paralon (b)
Pengkondisian Beton
Contoh uji beton dilepaskan dari cetakan setelah 1-2 hari. Beton kemudian
didiamkan selama ±28 hari agar proses pengerasannya sempurna. Selama
pengkondisian, kelembaban beton dijaga dengan membasahi permukaan beton
dan menutupi dengan kain yang telah dibasahi agar beton tidak retak selama
proses pengerasan.
Pengujian Kuat Tekan Beton
Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada umur beton minimal ± 28 hari.
Pengujian kuat tekan beton ini menggunakan contoh uji kubus berukuran
(15x15x15) cm3
sebanyak 15 buah dan alat UTM UMH – 30. Pengujian ini
dilakukan dengan cara pembebanan maksimum. Pembebanan maksimum terjadi
ditandai dengan berhentinya jarum penunjuk pada mesin. Kuat tekan beton
dengan persamaan sebagai berikut :
(a) (b)
6
Kuat tekan beton =
(kg/cm
2)
dimana P adalah beban maksimum (kg), dan A adalah luas penampang (cm2)
Pengujian Absorpsi Bunyi Beton
Pengujian absorpsi bunyi dilakukan dengan cara menggunakan metode
tabung impedansi dengan dua mikrofon dan sistem analisis frekuensi digital
sesuai ASTM E1050 – 12. Tabung impedansi adalah suatu tabung yang dirancang
untuk mengukur parameter akustik suatu bahan dengan ukuran material uji yang
kecil sesuai dengan ukuran tabung dan dengan arah datang bunyi pada arah
normal permukaan bahan uji. Pada tabung impedansi koefisien absorbsi bunyi
yang dapat dihitung adalah koefisien absorbsi suara normal. Pengukuran absorpsi
bunyi menggunakan frekuensi tinggi yaitu sebesar 1250 Hz – 5000 Hz. Contoh uji
yang digunakan berbentuk silinder dengan ukuran diameter 3 cm dan panjang 10
cm sebanyak 15 buah. Absorpsi bunyi (α0) dihitung menggunakan persamaan
berikut :
α0
dimana rasio gelombang berdiri (n) diukur dengan mensubtitusikan resistansi
attenuasi. Rasio gelombang berdiri dari perbedaan tekanan suara (L) db dengan
menggunakan persamaan berikut :
n = log
Analisis Data
Rancangan percobaan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan satu faktor α (penambahan serbuk) pada taraf 0%, 0,5%,
1%, 1,5%, dan 2%. Pengulangan dilakukan sebanyak tiga kali pada tiap taraf.
Model umum rancangan pada pengujian kuat tekan beton sebagai berikut :
Yij = μ + αi + εij
dimana Yij adalah variabel respon karena pengaruh bersama taraf ke i faktor α
dan ulangan ke j, μ adalah rataan umum, αi adalah pengaruh utama faktor α taraf
ke i, εij adalah pengaruh acak yang menyebar normal, i adalah taraf 0%, 0,5%, 1%,
1,5%, dan 2%, dan j adalah ulangan 1,2,3.
Apabila hasil analisis keragaman pada taraf 5% menunjukkan hasil yang
berpengaruh nyata, maka dilakukan uji lanjut Duncan. Pengujian dilakukan
dengan tujuan mengetahui taraf perlakuan mana yang berpengaruh terhadap faktor
perlakuan.
7
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis ukuran bahan
Agregat mengisi sekitar 65-80% volume total beton (Surdia dan Saito
1999). Agregat terdiri dari agregat halus (pasir) dan agregat kasar (kerikil).
Agregat halus merupakan pasir alam sebagai hasil desintegrasi secara alami dari
batu atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai
ukuran butir terbesar 5,0 mm (SNI 2000). Hasil analisa ukuran pasir yang lolos
saringan disajikan pada Gambar 3. Ukuran saringan yang menyebabkan bahan
baku pasir lolos 100% adalah ukuran 9,52 mm. Menurut ASTM C-33 bahan baku
pasir yang cocok untuk penyusun beton adalah ukuran luasan saringan 0,60 mm
dengan jumlah yang lolos saringan adalah 46,35 dan 1,20 mm jumlah yang lolos
saringan adalah 64,75% dimana pada ukuran luasan saringan tersebut berada
diantara batas atas dan batas bawah ASTM C-33.
Gambar 3. Grafik persentase pasir lolos saringan
Hasil penelitian analisa ukuran agregat kasar berupa kerikil yang lolos
saringan disajikan pada Gambar 4. Berdasarkan standar ASTM C-33 tentang
spesifikasi kerikil yang baik untuk bahan baku penyusun beton adalah yang
ukurannya berada diantara batas atas dan batas bawah. Ukuran luasan saringan
38,0 mm kerikil yang lolos sebesar 100%, sedangkan untuk kerikil yang berada
diantara batas atas dan batas bawah pada ukuran 19,0 mm dengan jumlah 85,50%.
Gambar 4. Grafik persentase kerikil lolos saringan
0102030405060708090
100
0,00 0.15 0.30 0.60 1.20 2.40 4.76 9.52 19,00 38,00
Per
sen
tase
lolo
s sa
rin
gan
(%
)
Ukuran saringan (mm)
lolos saringan
batas bawahmenurut ASTMbatas atasmenurut ASTM
batas ukuran pasir
menurut (SNI
2000) (= 5,00 mm)
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0.0 2.4 4.8 9.5 19.0 38.0
Per
senta
se l
olo
s sa
ringan
(%
)
Ukuran saringan (mm)
lolos saringan
batas bawahmenurut ASTMbatas atasmenurut ASTM
batas ukuran kerikil
menurut (SNI 2000)
(5,00-40,00 mm)
8
Pada penelitian ini seluruh kerikil tetap digunakan pada penyusun beton
tanpa memperhitungkan nilai analisa ukuran kerikil. Beton yang berkekuatan
tinggi memiliki agregat yang baik, dimana sifat agregat yang baik yaitu keras,
kuat, bersih, tahan lama, butir bulat, berat jenis tinggi, dan distribusi ukuran butir
yang cocok. Selain itu, luas dan kekasaran permukaan pasir dan kerikil juga
dilihat karena dapat memberikan daya rekat antara semen dengan pasir dan kerikil
menjadi kuat. Beton yang mempunyai kekuatan tinggi mempunyai ukuran butiran
pasir dan kerikil yang bervariasi dimana volume yang besar pada beton akan diisi
oleh volume yang kecil.
Hasil uji karakteristik bahan
Karakteristik bahan pasir dan kerikil ditentukan dengan pengujian kadar
lumpur, kadar air, berat jenis, dan modulus kehalusan. Hasil uji karakteristik
bahan disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik bahan penyusun beton
Parameter bahan Hasil Uji SNI (1989)
Pasir
Kadar air pasir
12,12%
-
Berat jenis pasir
1,21
Minimal 2,30
Modulus kehalusan pasir 2,81%
1,50 - 3,80%
Kadar lumpur pasir 6,00%
Maksimal 5%
Kerikil
Kadar air kerikil
3,17%
-
Berat jenis kerikil
1,47 Minimal 2,30
Modulus kehalusan kerikil 2,79%
6,00 - 7,10%
Nilai kadar lumpur pasir yang dihasilkan sebesar 6 % yang berarti nilai
kadar lumpur pasir melebihi dari standar SK – SNI S-04-1989- F yaitu sebesar
5%. Nilai kadar lumpur yang tinggi menandakan kandungan lempung atau
kotoran pada pasir banyak yang akan menurunkan kualitas pengikatan pasir dan
semen. Kadar lumpur pasir akan mempengaruhi kuat tekan beton karena lumpur
yang menempel pada permukaan pasir dapat menghalangi terjadinya lekatan yang
baik antara pasir dan semen dan menyebabkan kuat beton berkurang.
Kadar air adalah banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang
dinyatakan dalam persen. Kadar air pasir dan kerikil perlu diketahui untuk
menghitung jumlah air yang digunakan dalam campuran beton. Selain itu kadar
air mempengaruhi pengembangan volume pada pasir. Kadar air pada pasir lebih
tinggi yaitu sebesar 12,12% daripada kerikil yaitu sebesar 3,17%.
Berat jenis adalah perbandingan berat suatu benda dengan berat air murni
pada volume yang sama pada suhu tertentu. Berat jenis agregat berupa pasir dan
kerikil tergantung oleh jenis batuan, susunan mineral agregat, struktur butiran dan
porositas batuan. Nilai berat jenis pasir dan kerikil sebesar 1,21 dan 1,47. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai berat jenis dari pasir dan kerikil tidak memenuhi SK –
SNI S-04-1989- F dengan standar berat jenis minimal 2,30 dan termasuk kedalam
berat jenis ringan.
9
Modulus kehalusan pasir (angka kehalusan) adalah jumlah persen
tertinggal komulatif pada tiap-tiap ayakan dari suatu seri ayakan yang ukuran
lubangnya berbanding dua kali lipat, dimulai dari saringan luasan berukuran 0,15
mm dibagi 100. Makin besar nilai modulus kehalusan pasir suatu agregat berarti
semakin besar butiran agregatnya (semakin kasar). Nilai modulus kehalusan pasir
(FM) sebesar 2,81, nilai FM masih termasuk kedalam standar SK – SNI S-04-
1989- F berkisar 1,5 – 3,8 %. Dengan demikian, agregat halus dapat digunakan
untuk pembuatan beton. Sedangkan, hasil modulus kehalusan kerikil (FM) sebesar
2,79% , hal ini dapat dilihat bahwa nilai FM yang didapat tidak sesuai dengan SK
SNI S–04–1989–F yang mempunyai modulus kehalusan antara 6,00 – 7,10%.
Dengan demikian, variasi besar butir (gradasi) kurang baik, sehingga rongga
banyak yang artinya kekuatan beton berkurang.
Berdasarkan analisa karakteristik bahan baku maka kebutuhan penyusun
beton ditambah serbuk kayu gergajian disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Kebutuhan bahan baku penyusun beton
Bahan penyusun beton Berat (kg)
Semen
293,76
Pasir
331,65
Split/Batu pecah/kerikil
629,47
Air 194,86
Persentase serbuk (%) Berat (kg)
0,5
0,13
1
0,25
1,5
0,39
2 0,52
Kebutuhan bahan seperti semen, pasir, dan kerikil pada penyusun beton
ditentukan berdasarkan analisa karakteristik bahan. Sedangkan kebutuhan air yang
akan digunakan untuk penyusun beton ditentukan berdasarkan nilai slump rencana.
Kuat Tekan Beton
Kuat tekan beban beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang
menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu,
yang dihasilkan oleh mesin tekan (SNI 1990). Pengujian kuat tekan beton
dilakukan dengan menggunakan alat Universal Testing Machine dengan type
UMH - 30. Uji kuat tekan beton dilakukan sesuai dengan umur beton yaitu pada
umur ±28 hari. Beban maksimum yang terjadi ditandai dengan pecahnya benda uji
dan jarum penunjuk nilai pada mesin uji kuat tekan berhenti. Hasil pegujian kuat
tekan pada beton tanpa penambahan serbuk kayu memiliki nilai kuat tekan yang
lebih tinggi yang dapat dilihat pada Gambar 5.
10
Keterangan : huruf yang mengikuti angka menunjukan hasil yang berbeda nyata
(α=5%)
Gambar 5. Grafik kuat tekan beton dengan penambahan serbuk dan tanpa
penambahan serbuk
Adanya penambahan serbuk pada beton pada pengujian kuat tekan ini
menyebabkan penurunan kuat tekan dimulai dari penambahan serbuk 0,5%. Nilai
rata-rata kuat tekan beton sebesar 9 MPa setelah adanya penambahan serbuk kayu.
Hal ini dikarenakan pada penambahan serbuk ini bisa menurun kuat tekan beton.
Hasil analisis keragaman pada selang kepercayaan 95% (lampiran 5) menunjukan
bahwa penambahan serbuk berpengaruh nyata terhadap kuat tekan beton, tetapi
pada setiap penambahan serbuk kayu tidak menyebabkan perbedaan nyata
terhadap nilai kuat tekan beton.
Pada beton kontrol (tanpa penambahan serbuk kayu), nilai kuat tekan
beton ternyata tidak mencapai kuat tekan yang direncanakan. Hal ini diduga
karena penggunaan seluruh pasir dan kerikil. Walaupun campuran ukuran agregat
bahan dapat memperbaiki sifat beton karena saling mengisi, tetapi ketidaksesuaian
ukuran dapat menyebabkan penurunan kekuatan beton. Penambahan serbuk kayu
pada beton yang dihasilkan juga tidak mencapai nilai kuat tekan yang diinginkan.
Selain terkait variasi ukuran agregat bahan penyusun beton, juga diduga karena
saat pengkondisian beton kelembaban yang diinginkan tidak sesuai. Sehingga hal
ini menyebabkan beton retak pada saat pengkondisian. Dampak lain terkait ukuran
agregat bahan penyusun adalah, berat jenis tidak sesuai dengan standar yang
menyebabkan berkurangnya kuat tekan beton karena berat jenis termasuk kedalam
berat jenis ringan. Pada beton normal Jumlah pasir dan kerikil (volume padat)
dalam suatu campuran beton, serta kadar air berpengaruh terhadap kuat tekan
beton, begitu pula kandungan lumpur pada pasir yang berlebihan pada pasir yang
digunakan yaitu sebesar 6 % dapat menurunkan kuat tekan beton. Dalam jumlah
yang cukup banyak, lumpur dapat mengurangi kekuatan pada beton, karena akan
menghambat hidrasi semen (persenyawaan semen dengan air) sehingga
menghalangi penggabungan semen dengan agregat. Terlepas dari evaluasi sifat
kuat tekan beton yang dihasilkan, maka pada penelitian ini dapat dikatakan bahwa
kondisi bahan baku pasir dan kerikil di pasaran serta perilaku pemilihan bahan
menjadi hal yang harus diikuti dengan disiplin agar kekuatan beton tersebut baik.
16,29a
9,07b 9,37b 9,29b 9,86b
02468
1012141618202224
0% 0.5% 1% 1.5% 2%
Kuat
tek
an (
Mp
a)
Penambahan serbuk
Batas kuat tekan rencana
22,065 MPa
11
Namun pada penelitian ini beton yang dihasilkan termasuk beton normal tetapi
untuk agregat yang digunakan termasuk agregat ringan.
Absorpsi Bunyi Beton
Penyerapan bunyi (sound absorption) merupakan perubahan energi dari
energi suara menjadi energi panas atau kalor (Jailani et al. 2004). Bunyi atau suara
yang dihasilkan mempunyai nada rendah atau tinggi bergantung pada frekuensi
(Tsoumis 1991). Kemampuan bahan penyerap bunyi ditunjukkan dengan nilai α
(koefisien absorbsi bunyi). Menurut Lee dan Joo (2003), jika α bernilai 0 maka
tidak ada bunyi yang diserap. Jika α bernilai 1 maka 100% bunyi dapat diserap.
Koefisien absorbsi bunyi merupakan perbandingan antara energi bunyi yang
diserap oleh bahan terhadap energi bunyi yang menuju permukaan bahan
(Sarwono 2009). Koefisien absorbsi bunyi menggambarkan suatu fraksi dari
sumber energi bunyi agar material menyerap. Untuk material-material arsitektur
koefisien tersebut memberikan pengaruh acak terhadap bunyi (Callender 1974).
Besarnya energi bunyi yang dipantulkan, diserap, atau diteruskan
bergantung pada jenis dan sifat dari bahan atau material tersebut. Pada umumnya
bahan yang berpori (porous material) akan menyerap energi bunyi yang lebih
besar dibandingkan dengan jenis bahan lainnya. Adanya pori-pori menyebabkan
gelombang bunyi dapat masuk kedalam material tersebut. Energi bunyi yang
diserap oleh bahan akan diubah ke energi kalor (Wirajaya 2007).
Gambar 6. Grafik koefisien absorpsi bunyi beton
(Keterangan : S0 = konrol, S1= penambahan serbuk 0,5%, S2= penambahan serbuk
1%, S3= penambahan serbuk 1,5%, dan S4= penambahan serbuk 2%)
Absorpsi bunyi yang memiliki nilai rata-rata tertinggi terdapat pada
penambahan serbuk gergajian 0,5% untuk setiap frekuensi (Gambar 6). Adapun
nilai absorpsi bunyi tertinggi sebesar 0,113 pada penambahan serbuk 0,5% dengan
frekuensi 2000 Hz. Sedangkan, nilai absorpsi bunyi terendah pada penambahan
serbuk 1%. Penambahan serbuk 0,5% memiliki nilai tertinggi diduga karena
kepadatan yang sedang dan terdapat pori pada contoh uji serta menggunakan
frekuensi yang tinggi. Sementara itu, pada kepadatan yang terlalu rendah dan
0
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0.12
1250 Hz 1600 Hz 2000 Hz 2500 Hz 4000 Hz 5000 Hz
0.050
0.077
0.113
0.043
0.013
0.063
0.02 0.02
0.02 0.01
0.01
0.02
Ko
efis
ien
Ab
sorp
si
Frekuensi
S0 S1 S2 S3 S4
12
kepadatan terlalu tinggi penyerapan bunyi tidak dapat terjadi dan penyerapan
cenderung berubah jadi memantulkan (Medastika 2009).
Bahan absorpsi bunyi dapat dikatakan baik dalam menyerap bunyi jika
nilai koefisien absorpsinya lebih dari 0,2 (Sarwono 2009). Semakin besar α maka
semakin baik bahan tersebut digunakan sebagai penyerap suara. Koefisien serap
yang baik pada beton dengan frekuensi 250 Hz sebesar 0,02, 500 Hz sebesar 0,02,
dan 1000 Hz sebesar 0,05 (Medastika 2009). Pada penelitian ini menggunakan
frekuensi 1250 Hz – 5000 Hz, dimana nilai koefisien serap pada penambahan
serbuk 0,5% memiliki nilai diatas 0,05 berarti beton yang digunakan baik dalam
menyerap bunyi.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan data hasil pengujian kuat tekan dan absorpsi bunyi beton, maka
dapat disimpulkan bahwa :
1. Penambahan serbuk gergajian kayu sengon sebanyak 0,5%, 1%, 1,5%, dan
2% sebagai bahan aditif pada campuran beton menyebabkan penurunan
kuat tekan beton.
2. Penambahan 0,5% serbuk kayu pada campuran beton menghasilkan
perbaikan sifat absorpsi bunyi beton pada frekuensi bunyi tinggi antara
1250 Hz – 5000 Hz, dengan kondisi penyerapan bunyi terbaik pada
frekuensi 2000 Hz.
Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah :
1. Beton sebagai bahan penyerap bunyi baik digunakan untuk aplikasi
lingkungan dengan frekuensi tinggi.
2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut pada beton dengan penambahan
serbuk dan jenis serbuk yang berbeda dengan menggunakan frekuensi
yang lebih rendah.
DAFTAR PUSTAKA
[ASTM] American Society for Testing and Materials. 2012. Standard Test
Method for Impedance and Absorption of Acoustical Materials Using a
Tube, Two Microphones and a Digital Frequency Analysis System. ASTM
E 1050-12.
[ASTM] American Society for Testing and Materials. 1999. Standard
Specification for Concrete Aggregates.ASTM C 33 – 99.
Callender. 1974. Time Server Standars for Arcitectural Design Data. Fifth Edition.
New York (US): McGraw-Hill Book Company Kingsports Press.
13
Julianto. 2013. Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Biasa dan Balok Beton
Bertulang Kayu dan Bambu pada Simpel Beam. [skripsi]. Surakarta (ID):
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Jailani M, Nor M, Jamaludin N, Tamiri FM. 2004. A Preliminary Study of Sound
Absorption Using Multi-Layer Coconut Coir Fibers. Electronic Journal
"Technical Acoustics" [internet]. [diunduh 2016 Sept 15]
http://ta.org.ru/archive/articles2004/tamiri1.zip
Lee Y dan Joo C. 2003. Sound Absorption Properties of Recycled Polyester
Fibrous Assembly Absorbers AUTEX Research Journal, Vol. 3, No2, June
2003. www.autexrj.org. [15 Maret 2011].
Mulyono T. 2004. Teknologi Beton. Yogyakarta (ID): Penerbit ANDI.
Medastika CE. 2009. Material Akustik Pengendali Kualitas Bunyi pada
Bangunan. Yogyakarta (ID): Penerbit ANDI.
Sarwono J. 2009. 5 Prinsip dasar insulasi suara [Internet]. [diunduh 2016 Sept 15].
Tersedia pada http://peredampanas.com/ 1/artikel/16-insulasi/22-5-prinsip-
dasar-insulasi-suara-soundproofing.
Surdia T dan Saito S. 1999. Pengetahuan Bahan Teknik. Jakarta (ID): Pradnya
Paramita.
[SNI]. Standar Nasional Indonesia. 1989. SK SNI S – 04 - 1989 – F Spesifikasi
Agregat sebagai Bahan Bangunan. Bandung (ID): Yayasan LPMB.
[SNI] Standar Nasional Indonesia. 1990. Metode pengujian kuat tekan beton.
Jakarta (ID): BSN.
[SNI] Standar Nasional Indonesia. 2000. Tata cara pembuatan rencana campuran
beton normal Jakarta (ID): BSN.
Tsoumis G. 1991. Science and Technologi of Wood (Structure,
Properties,Utilization). New York (US): Van Nostrand Reinhold.
Wardono A. 2006. Pemanfaatan serbuk gergaji kayu jati (Tectona grandis)
sebagai campuran bahan pengisi pada pembuatan bata beton pejal. [skripsi].
Semarang (ID) : Universitas Negeri Semarang
Wirajaya A. 2007. Karakteristik komposit sandwich serat alami sebagai Absorber
suara. [tesis]. Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung.
Wuryati S dan Candra R. 2001. Teknologi Beton. Yogyakarta (ID): Kanisius.
14
Lampiran
Lampiran 1. Grafik standar persentase pasir lolos saringan menurut ASTM C-33
Lampiran 2. Grafik standar persentase kerikil yang lolos saringan menurut ASTM
C-33
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0,00 0.15 0.30 0.60 1.20 2.40 4.76 9.52 19,00 38,00
Per
senta
se l
olo
s sa
ringan
(%
)
ukuran saringan (mm)
batas bawah menurutASTM
batas atas menurut ASTM
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0.00 2.400 4.760 9.520 19.000 38.000
Per
senta
se l
olo
s sa
ringan
(%
)
ukuran saringan (mm)
batas bawah menurut ASTM
batas atas menurut ASTM
15
Lampiran 3. Tabel campuran penyusun beton
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH DAN BETON
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR
MIX DESIGN
PROYEK Penelitian Skripsi
LOKASI Jl.Dramaga, Bogor
CONTRAKTOR QANITAH LUTHFIAH
DIGUNAKAN UNTUK Pembuatan Mutu Beton K-225 ( f'c = 22,065
Mpa )
Spesifikasirencana
1. Slump 75-100 mm
Material
1 Ukuran Maxsimum agregat kasar 25,00 mm
2 Kondisi Jenuh permukaan agregat kasar 1,47
3 Modulus kehalusan Agregat kasar 2,79
4 Kondisi Jenuh permukaan agregat halus 1,21
5 Modulus Kehalusan Agregat Halus 2,81
6 kadar air agregat halus
12,12 %
7 Kadar air agregat kasar
3,17 %
8 Kadarsemen
293,76 KG/M3
9 Kadar agregat halus
331,65 KG/M3
10 Kadar agregat kasar 629,47 KG/M3
Jumlah material dalam berat permeter kubik beton
1. Air 194,86 KG
2.Semen
293,76 KG
3. Pasir
331,65 KG
4. Split/Batu pecah/kerikil (*) 629,47 KG
Jumlah semen dalam satu kubik beton adalah
(satuzak semen = 50 Kg)
Perbandingan dalam berat terhadap jumlah semen
Air Semen Pasir Split/Batu pecah/Kerikil
0,66 1,00 1,13 satuan
2,14 satuan
KETERANGAN :
1. Untuk perbandingan volume, wadah takarannya disesuaikan di lapangan
2. Untuk kadar lumpur pada agregat kasar dan agregate halus tidak memenuhi standart
beton dengan persyaratan yang di ijinkan seperti yang tertera pada PBI 1971 pasal 3,
dimana untuk kadar lumpur agregat kasar tidak boleh melebihi 1% dan agregate halus
tidak boleh melebihi 5%. Dan untuk pelaksanaanya dilapangan, harus dicuci
terlebih dahulu untuk mendapatkan mutu beton yang lebih tinggi.
16
Lampiran 4. Gambar kerusakan contoh uji pada kuat tekan beton
Gambar a. Kerusakan beton kontrol Gambar b. Kerusakan penambahan serbuk
0,5%
Gambar c. Kerusakan penambahan Gambar d. Kerusakan penambahan serbuk
1,5 %
serbuk 1%
Gambar e. Kerusakan penambahan serbuk 2%
17
Lampiran 5. Hasil analisis keragaman pada kuat tekan beton
Tabel a. Faktor subjek
Between-Subjects Factors
Nilai subjek N
Penambahan serbuk 1 0% 3
2 0.5% 3
3 1% 3
4 1.5% 3
5 2% 3
Tabel b. Deskripsi statistik
Deskripsi Statistik
Variabel bergantung: Kuat Tekan
Penambahan serbuk Rata-rata Std.Deviasi N
0% 16.2900 5.21230 3
0.5% 9.0733 .54049 3
1% 9.3733 .18475 3
1.5% 9.2833 .91664 3
2% 9.8600 2.64051 3
Total 10.7760 3.64130 15
Tabel c. ANNOVA
Uji antara pengaruh subjek
Variabel bergantung: Kuat Tekan
Source Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 115.014a 4 28.753 4.072 .033
Intercept 1741.83
3 1 1741.833 246.670 .000
Perlakuan 115.014 4 28.753 4.072 .033
Error 70.614 10 7.061
Total 1927.46
0 15
Corrected Total 185.627 14
a. R Squared (koefisien determinasi) = .620 (Adjusted R Squared = .467)
18
Hipotesis rata-rata marginal
Tabel d. Rata-rata marginal penambahan serbuk
Variabel bergantung: Kuat Tekan
Penambahan serbuk Mean Std. Error
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
0% 16.290 1.534 12.872 19.708
0.5% 9.073 1.534 5.655 12.492
1% 9.373 1.534 5.955 12.792
1.5% 9.283 1.534 5.865 12.702
2% 9.860 1.534 6.442 13.278
Tabel e. Hasil post Hoc Test penambahan serbuk
(Homogeneous Subsets)
Duncana,b
Penambahan serbuk N
Subset
1 2
0.5% 3 9.0733
1.5% 3 9.2833
1% 3 9.3733
2% 3 9.8600
0% 3
16.
2900
Sig. .742 1.000
Rata-rata sama dikelompokan menjadi satu.
Rata-rata pengamatan awal
The error term is Mean Square (Error) = 7.061.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
b. Alpha = .05.
19
RIWAYAT HIDUP
Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara yang lahir di Sarolangun
pada tanggal 15 September 1994 dari pasangan Bapak Alm. Syahrizal Syam dan
Ibu Asiah. Pada tahun 2012 penulis menyelesaikan studi di SMAN 1 Sarolangun
Jambi dan diterima di Departemen Hasil Hutan Institut Pertanian Bogor (IPB)
melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) jalur
undangan IPB.
Selama menempuh pendidikan di Fakultas Kehutanan IPB, penulis telah
mengikuti Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Pangandaran dan
Gunung Syawal pada tahun 2014, Praktek Pengolahan Hutan (P2H) di Hutan
Pendidikan Gunung Walat pada tahun 2015, serta Praktek Kerja Lapang (PKL) di
PT Inhutani II pada tahun 2016.
Penulis aktif mengikuti kegiatan organisasi di kampus, antara lain panitia
Bina Corps Rimbawan tahun 2014 dan 2015, anggota divisi TPMK Himpunan
Mahasiswa Hasil Hutan tahun 2013-2014, anggota divisi Jaringan dan Kerjasama
Himpunan Mahasiswa Hasil Hutan tahun 2014-2015, dan Pengurus Badan
Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kehutanan IPB 2014-2015. Penulis juga pernah
mengikuti kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) tahun 2014. Dalam
menyelesaikan studi di IPB, penulis melakukan penelitian yang berjudul
“Pengaruh Penambahan Serbuk Gergaji Kayu Sengon Terhadap Kuat Tekan dan
Karakterisrik Absorpsi beton” di bawah bimbingan Dr Lina Karlinasari, Shut,
MscFtrop dan Fengky Satria Yoresta, ST, MT.