pengaruh penanaman modal asing (pma...
TRANSCRIPT
PENGARUH PENANAMAN MODAL ASING (PMA), PENANAMAN
MODAL DALAM NEGERI (PMDN) DAN TENAGA KERJA TERHADAP
PDRB SEKTOR INDUSTRI DI PULAU JAWA TAHUN 2010-2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Oleh :
KHAIRUL UMAM
NIM: 1113084000008
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H / 2019 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
PENGARUH PENANAMAN MODAL ASING (PMA), PENANAMAN
MODAL DALAM NEGERI (PMDN) DAN TENAGA KERJA TERHADAP
PDRB SEKTOR INDUSTRI DI PULAU JAWA TAHUN 2010-2017
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh:
Khairul Umam
NIM. 111308400008
Dibawah Bimbingan:
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H / 2019 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Kamis, 21 Februari 2019 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas
nama mahasiswa :
1. Nama : Khairul Umam
2. NIM : 111308400008
3. Jurusan : Ekonomi Pembangunan
4. Judul Skripsi : Pengaruh PMA, PMDN, dan Tenaga
KerjaTerhadap PDRB Sektor Industri di Pulau Jawa 2010-2017.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitan Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 30 Agustus 2019
iv
LEMBAR PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Khairul Umam
No. Induk Mahasiswa : 1113084000008
Fakultas : Ekonomi Bisnis
Jurusan : Ekonomi Pembangunan
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan ini, saya :
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber
aseli atau tanpa ijin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini
Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 10 November 2019
Yang menyatakan,
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitas Pribadi
Nama Lengkap : Khairul Umam
Tempat dan Tanggal Lahir : Pemalang, 22 Agustus 1995
Alamat : Dusun Kubang rt 31/08 Mereng,
Warungpring
No. Hp : 082113727705
E-mail : [email protected]
Latar Belakang Keluarga
Nama Ayah : Suharjo
Tempat dan Tanggal Lahir : Pemalang, 12 Desember 1969
Nama Ibu : Wasripah
Tempat dan Tanggal Lahir : Pemalang, 12 Februari 1974
Alamat : Dusun Kubang rt 31/08 Mereng,
Warungpring
Anak Ke- Dari- : 1 dari 2 Bersaudara
Pendidikan Formal
1. SDN 04 Mereng : 2002-2008
2. MTs Nurul Huda Mereng : 2008-2010
3. SMAN 1 Randudongkal : 2010-2013
4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : 2013-2019
vi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik dan
karunia-Nya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN), dan Tenaga Kerja Terhadap PDRB Sektor Industri di
Pulau Jawa Tahun 2010-2017”. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan
kepada Nabi Muhammad Saw, kepada keluarganya, para sahabatnya dan kita
semua selaku umatnya hingga akhir zaman. Aamiin ya Robbal’alamiin.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat
guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam
penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna baik dalam proses maupun
isinya, penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa do’a, dukungan, serta
bimbingan dari orang-orang yang berada di sekeliling penulis. Oleh karena itu,
izinkanlah penulis menyampaikan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Amilin, SE., Ak., CA., M.Si., BKP., QIA., CRMP, selaku
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Dr. Muhammad Hartana I Putra, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi
Pembangunan dan Bapak Deni Pandu Nugraha M.Sc selaku Sekretaris
Jurusan Ekonomi Pembangunan yang selalu memberikan ilmu yang
bermanfaat.
3. Arief Fitrijanto M.Si selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu,
memberikan arahan, serta ilmu yang bermanfaat selama perkuliahan
sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Semoga bapak selalu
diberikan rahmat dan karunia oleh Allah SWT.
4. Seluruh dosen, staf , dan karyawan FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
khususnya jurusan Ekonomi Pembangunan yang telah memberikan ilmu
pengetahuan, pemahaman, dan pelayanan selama proses perkuliahan
berlangsung.
5. Keluarga tercinta, Bapak Suharjo, Ibu Wasripah, dan Adik Afiv Sultan
yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang, motivasi dan dukungan
yang luar biasa kepada penulis.
vii
6. Sahabat-sahabat Ikatan Mahasiswa Pelajar Pemalang Jakarta (IMPP-J)
yang senantiasa memberikan pengalaman, motivasi dan dukungan kepada
penulis untuk dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi.
7. Saudara Zaenun Nu’man dan Saudara M. Khoiruroziqin yang telah
memberikan ilmu dan pengalaman yang luar biasa dalam berorganisasi
kepada penulis.
8. Kepada calom istri saya saudari Ayu Mulyawati yang senantiasa
mengiringi langkah perjuangan saya dalam mengentaskan tugas akhir
kuliah dengan berupa doa dan juga semangat yang tak terhingga.
Seluruh kawan-kawan diluar kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
juga memberikan dukungan dan do’a kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan segala bentuk saran dan kritik yang membangun demi
pencapaian yang lebih baik.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Jakarta, 10 November 2019
Khairul Umam
viii
DAFTAR ISI
Hal
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ..................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................. iv
KEASLIAN KARYA ILMIAH ........................................................................ iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
ABSTRACT..........................................................................................................xii
ABSTRAK...........................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 12
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 14
A. Landasan Teori ................................................................................. 14
1. Penanaman Modal Asing ........................................................... 14
2. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)............................... 18
3. Tenaga Kerja ............................................................................. 20
4. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ............................... 24
5. Industri....................................................................................... 28
B. Hubungan Antara Variabel .............................................................. 32
1. Hubungan antara PMA dan PMDN dengan PDRB Sub Sektor
Industri....................................................................................... 32
2. Hubungan antara Tenaga Kerja dengan PDRB Sub Sektor
Industri....................................................................................... 33
C. Penelitian Terdahulu ......................................................................... 33
D. Kerangka Berfikir ............................................................................. 38
E. Hipotesis ............................................................................................ 39
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 41
ix
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 41
B. Metode Penentuan Sample ................................................................ 41
C. Metode Pengumpulan Data............................................................... 41
D. Metode Analisis Data ........................................................................ 42
1. Analisis Regresi Data Panel ....................................................... 42
2. Pemilihan Model Terbaik .......................................................... 45
3. Uji Kesesuaian Model ................................................................ 47
4. Uji Hipotesis ............................................................................... 48
E. Definisi Operasional Variabel ........................................................... 50
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .................................................... 52
A. Analisis Deskriptif ............................................................................. 52
1. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
sektor Industri di Pulau Jawa ................................................... 52
2. Perkembangan Penanaman Modal di Pulau Jawa ................... 54
3. Perkembangan Tenaga Kerja Sektor Industri di Pulau Jawa . 57
B. Pemilihan Model Terbaik ................................................................. 59
1. Uji Chow (Chow Test) ............................................................... 59
2. Uji Hausman (Hausman Test) ................................................... 60
3. Uji Lagrange Multiplier ............................................................ 61
C. Uji Kesesuaian Model ....................................................................... 62
D. Uji Hipotesis ...................................................................................... 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 72
A. Kesimpulan........................................................................................ 72
B. Saran.................................................................................................. 74
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 75
LAMPIRAN..........................................................................................................75
x
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1 PMA DAN PMDN Indonesia 2013-2017 ................................................ 4
Tabel 2 Penduduk Usia 15 tahun ke atas menurut jenis kegiatan 2013-2015 ....... 6
Tabel 3 Penggunaan Listrik...................................................................................10
Tabel 4 Hasil Uji Chow ..................................................................................... 57
Tabel 5 Hasil Uji Hausman................................................................................ 58
Tabel 6 Hasil Uji Lagrange Multiplier ............................................................... 58
Tabel 7 Koefisien Determinasi Model Random Effect ....................................... 59
Tabel 8 Signifikansi Simultan Model Random Effect ........................................ 60
Tabel 9 Random Effect Model ........................................................................... 60
Tabel 10 Hasil Uji Random Effect Model Unstack ............................................ 66
Tabel 11 Rangkuman Analisis Regresi .............................................................. 68
xi
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia TW I 2014 – TW III 2017 .............. 2
Gambar 2 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 36
Gambar 3 Laju Pertumbuhan Ekonomi di Jawa 2015-2017 ............................... 50
Gambar 4 PMA sektor industri Pulau Jawa 2015-2017 ..................................... 52
Gambar 5 PMDN sektor industri di Pulau Jawa ................................................ 53
Gambar 6 Tenaga kerja sektor industri di Pulau Jawa 2015-2017...................... 55
xii
ABSTRACT
Today the role of the industrial sector as a Leading Sector in contributing to
the economy in many regions is increasingly being felt. The Industrial Sector is
very instrumental in creating a job because it can absorb a large number of
workers, and development in the Industrial Sector itself can encourage
development in other sectors.
This study aims to determine how much influence the Foreign Investment
(PMA), Domestic Investment (PMDN), and Labor on the PDRB of the
Industrial Sector in Java 2010-2017. This research is a quantitative research.
The data used are secondary data from 6 provinces in Java. The analysis used
is panel data analysis using the Random Effect Model which is processed using
the Eviews 9 program.
The results showed that : (1) PMA has a positive and significant effect on
the PDRB of the industrial sub-sector Java in 2010-2017 ; (2) PMDN has a
positive and significant effect on the PDRB of the industrial sub-sector Java in
2010-2017 ; (3) The Workface has a positif and significant effect on the PDRB
of the Industrial sub-sector Java in 2010-2017.
Keywords : PDRB, Sector Industry, PMA, PMDN, and Workface
xiii
ABSTRAK
Dewasa ini peran sektor Industri sebagai Leading Sector dalam
menyumbang perekonomian pada banyak daerah semakin dapat dirasakan.
Sektor Industri sangat berperan dalam menciptakan sebuah lapangan pekerjaan
dikarenakan mampu menyerap banyaknya tenaga kerja, dan pembangunan
pada Sektor Industri sendiri dapat mendorong pembangunan di sektor-sektor
lain.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari
Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN),
dan Tenaga Kerja terhadap PDRB sub Sektor Industri di Pulau Jawa tahun
2010-2017. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Data yang
digunakan adalah data sekunder 6 provinsi yang terdapat di Pulau Jawa.
Analisis yang digunakan yaitu analisis data panel dengan menggunakan model
Random Effect yang diolah dengan menggunakan program Eviews 9.
Hasil penelitian menunjukan bahwa : (1) PMA berpengaruh positif dan
signifikan terhadap PDRB sub sektor Industri di Pulau Jawa pada tahun 2010-
2017 ; (2) PMDN berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB sub
sektor Industri di Pulau Jawa pada tahin 2010-2017 ; (3) Tenaga Kerja
berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB sub sektor Industri pada
tahun 2010-2017.
Kata Kunci : PDRB, sektor Industri, PMA, PMDN, dan Tenaga Kerja
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator untuk mengetahui seberapa besar
keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dan sebagai penentu adanya
kebijakan pembangunan selanjutnya. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat
dipandang sebagai masalah makro ekonomi jangka panjang dari satu periode ke
periode berikutnya yang dalam menghasilkan barang dan jasa yang akan
meningkat menurut Mankiw dalam (Maharani & Isnowati, 2014).
Pada saat ini pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan salah satu
indikator untuk menilai suatu negara akan keberhasilannya dalam
pembangunan, serta menjadi sasaran utama pembangunan bagi banyak negara
berkembang. Pelaksanaan pembangunan ini merupakan upaya untuk
mempercepat pencapaian tingkat kesejahteraan hidup yang tinggi bagi
masyarakat. Di dalam upayanya untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang
tinggi, pasti ditemukan berbagai hambatan khususnya pada negara yang
sedang berkembang. Hambatan yang sering dihadapi oleh negara-negara
berkembang adalah dalam hal pendanaan untuk melakukan pembangunan.
Hambatan yang seperti ini juga dialami oleh Indonesia dalam usaha mecapai
pertumbuhan ekonomo yang tinggi.
Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia nampak selalu memberikan
prediksi optimistik yang meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan laporan
Badan Pusat Statistik secara kumulatif PDB tumbuh 5,1% per tahun 2017,
lebih tinggi dari triwulan sebelumnya maupun triwulan yang sama tahun
sebelumnya. Pertumbuhan tersebut didukung oleh berangsur membaiknya
2
perekonomian negara maju dan harga komoditas global. Dari sisi domestik,
kinerja tersebut didukung oleh meningkatnya investasi dan membaiknya
ekspor, meskipun konsumsi masyarakat masih melambat.
Gambar 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
(Triwulan l Tahun 2014 – Triwulan lll Tahun 2017)
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)
Investasi merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi. Dengan adanya investasi-
investasi baru maka memungkinkan terciptanya barang modal baru sehingga
akan menyerap faktor produksi baru yaitu menciptakan lapangan kerja baru
atau kesempatan kerja yang akan menyerap tenaga yang pada gilirannya akan
mengurangi pengangguran. Dengan adanya investasi-investasi baru maka
akan terjadi penambahan output dan pendapatan baru pada faktor produksi
tersebut, sehingga akan merangsang terjadinya pertumbuhan ekonomi. Untuk
mendukung upaya pembangunan ekonomi, pemerintah perlu membuat
kebijakan yang mendukung penanaman modal yang saling menguntungkan
baik bagi pemerintah, pihak swasta maupun terhadap masyarakat.
Tumbuhnya iklim investasi yang sehat dan kompetitif diharapkan akan
memacu perkembangan investasi yang saling menguntungkan dalam
pembangunan.
3
Investasi atau Penanaman Modal sangat diperlukan untuk mempercepat
laju pertumbuhan ekonomi. Sebagaimana telah ditegaskan dalam UU No.
25/2007 tentang penanaman modal, tujuan penyelenggaraan penanaman
modal meliputi : (a) meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional; (b)
menciptakan lapangan pekerjaan; (c) meningkatkan pembangunan ekonomi
berkelanjutan; (d) meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional;
(e) meningkatkan kapasitas kemampuan teknologi nasional; (f) mendorong
pengembangan ekonomi kerakyatan; (g) mengolah ekonomi potensial menjadi
kekuatan ekonomi rill dengan menggunakan dana yang berasal baik dalam
negeri maupun luar negeri; dan (h) meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Selanjutnya, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman
Modal Asing (PMA) menjadi salah satu sumber pembiayaan yang penting
bagi wilayah yang sedang berkembang dan mampu memberikan konstribusi
yang cukup besar bagi pembangunan. Sebagai salah satu komponen aliran
modal, PMA dianggap sebagai aliran modal yang relatif stabil dibandingkan
dengan aliran modal lainya, misalnya investasi portofolio maupun utang luar
negeri. PMA terkait juga dengan kondisi dalam negeri suatu negara yang
meliputi: ekonomi, sosial, keamanan, politik dan lainya (Wahyuningsih,
2010). Selain dianggap sebagai aliran modal, Investasi adalah mobilisasi
sumber daya untuk menciptakan atau menambah kapasitas
produksi/pendapatan di masa yang akan datang. Dalam investasi terdapat 2
(dua) tujuan utama yang ingin dicapai mengganti bagian dari penyediaan
modal yang rusak dan tambahan penyediaan modal yang ada. Gambaran
perkembangan pembangunan daerah tidak lepas dari perkembangan alokasi
4
dan distribusi antar daerah. Dalam kaitan itu perlu dipisahkan jenis investasi
yang dilakukan oleh sektor swasta dan pemerintah, mengingat faktor yang
menentukan lokasi kedua jenis investasi tersebut tidak selalu sama.
Umumnya pemerintah harus memperhatikan beberapa faktor, seperti
pengembangan daerah tertentu karena alasan politik dan strategis, misalnya
daerah perbatasan dan daerah yang memiliki sejarah serta ciri khusus,
sehingga memerlukan perhatian yang khusus termasuk dalam kebijakan
investasi. Namun demikian, kedua jenis investasi yang dilakukan oleh
pemerintah maupun swasta pada akhirnya akan dapat menambah kesempatan
kerja dan memberi sumbangan dalam mengatasi masalah-masalah ekonomi
dan sosial seperti kemiskinan, pengangguran dan sebagainya.
Untuk melihat perkembangan realisasi investasi Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) yang ada di Indonesia
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1.1
Keadaan PMA dan PMDN di Indonesia
Tahun 2013-2017
Tahun PMDN PMA
2013 128151 28617.5
2014 156126 28529.7
2015 179466 29275.9
2016 216231 28964.1
2017 262351 32239.8
Jumlah 942324,1 1476279.0
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)
Berdasarkan tabel 1.1 dapat diketahui bahwa selama tahun 2013 -
2017 investasi PMDN di Indonesia bernilai sebesar Rp. 942324,1 Milyar.
5
Sedangkan jumlah investasi PMA sampai dengan tahun 2017 senilai
1476279,0. Selama lima tahun terakhir investasi PMDN di Indonesia
cenderung meningkat, sedangkan PMA cenderung fluktuatif dan mengalami
kenaikan di tahun 2017 yaitu mencapai Rp. 3275,7 juta. Proporsi investasi
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing
(PMA) serta menurunya pertumbuhan investasi di Indonesia tidak berarti
pembangunan ekonomi berjalan lambat dan begitu pula sebaliknya, karena
yang penting tidak terletak pada besaran angka investasi dalam nilai uang
atau jumlah proyek, tetapi bagaimana efisiensi atau produktivitas dari
investasi tersebut.
Selanjutnya modal dalam pembangunan ekonomi yang tidak kalah penting
dari investasi adalah sember daya manusia. Dengan jumlah penduduk yang
cukup besar dan diikuti dengan tingkat pendidikan yang tinggi serta memiliki
skill yang bagus akan mampu mendorong laju pertumbuhan ekonomi, karena
dari jumlah penduduk usia produktif yang besar maka akan mampu
meningkatkan jumlah angkatan kerja yang tersedia dan pada akhirnya akan
mampu meningkatkan produksi output di suatu daerah.
Tenaga kerja merupakan salah satu input atau faktor produksi yang
penting dalam mengahasilkan barang dan jasa. Keberadaan tenaga kerja di
suatu daerah pada satu sisi adalah sebagai penyedia input yang dibutuhkan
badan usaha dan pada sisi lain merupakan pasar output untuk barang dan jasa.
Sehubungan dengan hal tersbut tenaga kerja terutama yang memiliki
keterampilan dan keahlian berperan penting terhadap kegiatan perekonomian
di suatu daerah dan pertumbuhan ekonomi.
6
Ketenagakerjaan di Indonesia sangat besar dan kompleks, bukan saja
karena menyangkut jutaan jiwa akan tetapi karena faktor demografisnyan yang
mempengaruhi jumlah dan komposisi angkatan kerja. Penawaran tenaga kerja
tergantung pada pertumbuhan penduduk. Jumlah dan pertumbuhan penduduk
di setiap propinsi di Indonesia memperlihatkan keragaman. Untuk mengetahui
perkembangan angkatan kerja di Indonesia dengan lebih jelas, maka dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1.2
Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan
Tahun 2013-2015
Jenis Kegiatan
2013 2014 2015
Agustus Februari Agustus Februari Agustus 1 2 3 4 5 6
1. Angkatan Kerja Bekerja Pengangguran
120,17 125,32 121,87 128,30 122,38 112,76 118,17 114,63 120,85 114,82
7,41 7,15 7,24 7,45 7,56 2. Tingkat Partisipasi
Angkata Kerja % 66,77 69,17 66,60 69,50 65,76
3. Tingkat Pengangguran Terbuka %
6,17 5,70 5,94 5,81 6,18
4. Pekerja Tidak Penuh Setengah Penganggur Pekerja Paruh Waktu
37,74 36,97 36,77 35,68 34,31 11,00 10,57 9,68 10,04 9,74 26,74 26,40 26,09 25,64 24,57
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)
Berdasarkan tabel 1.2 di atas dapat kita ketahui bahwa jumlah pengangguran
di Indonesia pada Agustus 2015 sebanyak 7,56 juta orang, bertambah 320 ribu
orang dibandingkan dengan periode yang sama ditahun sebelumnya 7,24 juta
jiwa. Pada Agustus 2015, tingkat pengangguran terbuka menurut pendidikan
didominasi oleh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 12,65%, disusul Sekolah
Menengah Atas (SMA) sebesar 10,32%, Diploma 7,54%, Sarjana 6.40%,
Sekolah Menengah Pertama 6,22%, Sekolah Dasar 2,74%. Selama Agustus
2014-Agustus 2015 kenaikan penyerapan tenaga kerja terjadi terutama di
7
Sektor Konstruksi sebanyak 930 ribu orang (12,77%), Sektor Perdagangan
sebanyak 850 ribu orang (3,42%), dan Sektor Keuangan sebanyak 240 ribu
orang (7,92%).
B. Rumusan Masalah
Konsepsi pembangunan ekonomi suatu negara erat kaitannya dengan
pertumbuhan ekonomi yang menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan dalam
pembangunan. Oleh karena itu, setiap daerah menetapkan kebijakan
pembangunan dalam upaya mencapai tingkat pertumbuhan yang tinggi
melalui identifikasi setiap potensi dari sektor-sektor potensial yang dimiliki.
Selanjutnya yaitu menjadikan sektor-sektor potensial tersebut agar memiliki
nilai tambah dalam pembangunan. Tujuan utamanya adalah meningkatkan
kesejahteraan penduduk melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi (Ernita
dkk., 2013 dan Pramusinta, 2012).
Komposisi nilai pertumbuhan ekonomi bervariasi mengikuti besarnya
kontribusi tiap sektor perekonomian suatu negara atau wilayah tersebut.
Sehingga adanya dominasi salah satu sektor akan menentukan struktur
perekonomian wilayah tersebut. Struktur perekonomian suatu wilayah atau
negara akan berkembang dan mengalami pergeseran seiring dengan
meningkatnya kapasitas pembangunan ekonomi yang dilaksakan. Pambudi
(2011) menyebutkan bahwa indikasi pergeseran struktur perekonomian
tengah terjadi pada hampir setiap negara di dunia tidak terkecuali di
Indonesia.
Hal ini terlihat dari penurunan kontribusi sektor pertanian yang selama ini
menjadi sektor primer sementara sektor sekunder dan tersier cenderung
8
mengalami peningkatan. Sektor pertanian yang selama ini menjadi sektor
primer dalam perekonomian Indonesia, nampaknya mulai tergeser oleh sektor
industri pengolahan.
Pergeseran struktur ekonomi seperti yang diuraikan diatas juga terjadi di
tingkat provinsi seperti halnya provinsi-provinsi yang terdapat di Pulau Jawa.
Pembangunan Industri di Pulau Jawa sendiri memang tidak dapat dipisahkan
dari arah pembangunan Industri wilayah yang harus mampu mengikuti
sekaligus memenuhi tuntutan pembangunan regional dan nasional tanpa
mengabaikan kebutuhan spesifik wilayah. Keragaman fisik wilayah dalam
beberapa kondisi tentunya akan menjadi suatu kendala, namun disisi lain juga
merupakan potensi sebagai pendorong laju pembangunan Industri wilayah.
Dimana kejelian dan kecermatan kelompok perencana dan pelaksana
pembangunan Industri dalam memanfaatkan potensi dan mengatasi kendala
tersebut merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan
perindustrian.
Peranan sektor Industri dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi
berupa output sektor Industri atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
sektor Industri tidak terlepas dari adanya peranan Investasi dan Tenaga Kerja.
Investasi yang dilakukan adalah Investasi Langsung berupa Investasu
Domestik (Penanaman Modal Dalam Negeri) dam Investasi Asing
(Penanaman Modal Asing). Investasi Langsung dapat menyerap banyaknya
tenaga kerja yang berada di pasar tenaga kerja dan Investasi Langsung juga
diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hal ini terjadi karena
9
output yang dihasilkan akan semakin meningkat seiring dengan
meningkatnya investasi di daerah.
Pembangunan kawasan industri di Pulau Jawa sangat strategis untuk bisa
digali potensinya. Sejauh ini para pelaku investor masih lebih senang
menanamkan modal di Pulau Jawa dikarenakan keadaan infrastruktur yang
memadai dibandingkan dengan pulau lain yang ada di Indonesia.
Mankiew (2006) mengatakan bahwa dalam mendorong pertumbuhan
ekonomi, pemerintah melakukan investasi dalam berbagai bentuk modal
masyarakat yang disebut infrastruktur seperti jalan raya, jembatan dan sistem
pembuangan air. Setiyawan (2014) menyampaikan bahwa realisasi proyek
infrastruktur program MP3EI dalam kurun waktu 2011 hingga sekarang
masih terkonsentrasi di Pulau Jawa ketimbang di luar Jawa.
Pembangunan infrastruktur ini diyakini dapat menggerakan sektor riil,
menyerap tenaga kerja meningkatkan konsumsi masyarakat, pemerintah, dan
memicu kegiatan produksi. Pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja sering
dikaitkan dengan investasi sebagai pendorong utamanya untuk menciptakan
masyarakat yang sejahtera. Kesejahteraan masyarakat dan kesempatan kerja
memiliki keterkaitan, kesempatan kerja menggambarkan peran masyarakat
dalam mencapai tujuan pembangunan, yaitu kesejahteraan masyarakat.
Pembangunan infrastruktur juga dianggap sebagai faktor penting dalam
pertumbuhan ekonomi. Fasilitas infrastruktur yang baik akan mengurangi
biaya operasi dan meningkatkan produktivitas yang pada akhirnya akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Beberapa studi empiris yang
mengaitkan infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi telah dilakukan,
10
namun hasilnya masih menjadi perdebatan. Anwar, Mirdad dan Pujianto
(2013) menemukan bahwa listrik berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di Pulau Jawa.
Tabel 1.3
Penggunaan Listrik PLN
Berdasarkan Kelompok Usaha (Comercial)
Di Pulau Jawa Tahun 2006-2015 (GWh)
Tahun DKI
Jakarta
Jawa
Barat
Jawa
Tengah
DIY Jawa
Timur
Banten
2006 6996 1818 1056 236 2028 117
2007 7450 2230 1013 262 2016 133
2008 8917 2465 1342 333 2536 168
2009 9396 2463 1509 364 2734 208
2010 9607 3797 1603 381 2966 203
2011 10571 3398 1714 395 2929 251
2012 11455 3398 1834 441 3269 429
2013 12087 3398 2006 484 3796 784
2014 12624 4351 2160 522 4014 976
2015 13017 4605 2339 570 3831 356
Sumber : Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementrian ESDM
Persentase persebaran penggunaan layanan listrik di Pulau Jawa memang
paling tinggi dibandingkan dengan pulau-pulau lainnya di di Indonesia. Hal
ini disebabkan kegiatan ekonomi berpusat di Pulau Jawa, baik itu produksi
yang menggunakan bantuan listrik dan lainnya. Variabel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah penggunaan listrik PLN berdasar sektor usaha
atau bisnis (commercial) dengan satuan Gigawatt hour(GWh).Rata-rata
persebaran penggunaan listrik untuk sektor usaha di Pulau Jawa selama
periode 2006-2015 adalah 3139 GWh. Wilayah DKI Jakarta adalah wilayah
dengan penggunaan listrik PLN terbesar dibandingkan dengan wilayah
lainnya. Hal ini dikarenakan Provinsi DKI Jakarta merupakan pusat
perekonomian yang sangat membutuhkan fasilitas aliran listrik PLN untuk
mendukung proses perekonomian yang melibatkan teknologi modern yang
11
besar untuk mendorong kegiatan produksi yang akan menghasilkan output
untuk kesejahteraan masyarakat.
Rata-rata penggunan listrik PLN untuk sektor usaha di DKI Jakarta dari
tahun 2006-2015 yaitu sebesar 10212 Gwh. Provinsi yang paling
menunjukkan rendahnya penggunaan listrik PLN sektor usaha adalah Banten.
Rata-rata pengguanaan listrik PLN sektor usaha dari tahun 2006-2015 sebesar
362 GWh. Dibandingkan dengan provinsi lainnya di Pulau Jawa, Banten
mempunyai perkembangan yang fluktuatif dengan kecenderungan dibawah
rata-rata. Salah satu penyebabnya diduga karena Banten sedang dalam proses
pembangunan sejak dipisahkan dari Provinsi Jawa Barat pada tahun 2000.
Selain menekan biaya produksi, infrastruktur yang baik (listrik) dan
mendukung akan menciptakan iklim investasi yang baik. Jika iklim
investasinya baik maka investor akan tertarik untuk berinvestasi. Kemudian
investasi yang semakin baik itu akan mendorong terciptanya kesempatan
kerja yang lebih banyak yang akhirnya akan berdampak pada membaiknya
pendapatan perkapita seseorang dan pertumbuhan ekonomi suatu negara/
daera
Berdasarkan pemaparan tersebut, maka pengaruh Investasi dan Tenaga
Kerja terhadap pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sub
Sektor Industri tentunya menarik untuk diteliti. Oleh karena itu penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh Penanaman
Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), dan
Tenaga Kerja terhadap PDRB Sub Sektor Industri di Pulau Jawa Tahun
2010-2017”.
12
Adapun pokok-pokok masalah yang dapat diambil untuk penulisan skripsi
ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh PMDN terhadap PDRB Sub Sektor Industri di
Pulau Jawa?
2. Bagaimana pengaruh PMA terhadap PDRB Sub Sektor Industri di
Pulau Jawa?
3. Bagaimana pengaruh Tenaga Kerja terhadap PDRB Sub Sektor
Industri di Pulau Jawa?
4. Bagaimana prngaruh PMDN, PMA, dan TK terhadap PDRB Sub
Sektor Industri di Pulau Jawa?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh PMA terhadap PDRB Sub Sektor Industri
di Pulau Jawa.
2. Untuk mengetahui pengaruh PMDN terhadap PDRB Sub Sektor
Industri di Pulau Jawa.
3. Untuk mengetahui pengaruh Tenaga Kerja terhadap PDRB Sub Sektor
Industri di Pulau Jawa.
4. Untuk mengetahui pengaruh PMA, PMDN, dan TK terhadap PDRB
Sub Sektor Industri di Pulau Jawa.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini adalah :
1. Sebagai bahan pembuat kebijakan atau keputusan bagi Pemerintah
dalam mengembangkan perekonomian di daerah.
13
2. Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, khususnya bagi mahasiswa jurusan Ekonomi
Pembangunan.
3. Untuk memperkaya wawasan ilmiah penulis dalam disiplin ilmu yang
penulis tekuni serta dapat mengaplikasikannya secara kontekstual.
4. Sebagai bahan referensi bagi kalangan akademisi dan peneliti yang
tertarik untuk menelliti masalah PMA, PMDN, tenaga kerja, PDRB
sub sektor industri.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Penanaman Modal Asing
Penanaman modal asing adalah modal yang dimiliki oleh negara asing,
perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, badan hukum asing,
dan/atau badan hukum Indonesia yang sebagian atau seluruh modalnya
dimiliki oleh pihak asing. Penanaman modal asing merupakan kegiatan
menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik
Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang
menggunakan modal asing sepenuhnya maupun berpatungan dengan
penanam modal dalam negeri.
Penggairahan iklim investasi di Indonesia sendiri telah dijamin
keberadaannya sejak dikeluarkannya Undang-Undang No.1 Tahun 1967
tentang Penanaman Modal Asing (PMA) dan Undang-Undang No.6 Tahun
1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Kedua undang-
undang ini kemudian dilengkapi dan disempurnakan, dimana UU No. 1
Tahun 1967 tentang PMA disempurnakan dengan UU No. 11 Tahun 1970
dan UU No. 6 Tahun 1968 tentang PMDN disempurnakan dengan UU No. 12
Tahun 1970.
Menurut UU no. 1 Th. 1967 dan UU no 11 Th. 1970 tentang PMA, yang
dimaksud dengan Penanaman Modal Asing (PMA) adalah penanaman modal
asing secara langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-
ketentuan Undang-undang ini dan yang digunakan untuk menjalankan
Perusahaan di Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung
15
menanggung resiko dari penanaman modal tersebut. Sedangkan pengertian
Modal Asing antara lain :
1. Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian kekayaan
devisa Indonesia, yang dengan persetujuan pemerintah digunakan untuk
pembiayaan perusahaan di Indonesia.
2. Alat untuk perusahaan, termasuk penemuan baru milik orang asing dan
bahan-bahan yang dimasukan dari luar negeri ke dalam wilayah Indonesia
selama alat-alat tersebut tidak dibiayai dari kekayaan Indonesia.
3. Bagian dari hasil perusahaan yang berdasarkan undang-undang ini
diperkenankan ditransfer, tetapi dipergunakan untuk membiayai
perusahaan di Indonesia.
Penanaman Modal Asing (PMA) lebih banyak mempunyai kelebihan
diantaranya sifatnya jangka panjang, banyak memberikan adil (andil) dalam
alih teknologi, alih keterampilan manajemen, membuka lapangan kerja baru.
Lapangan kerja ini, sangat penting bagi negara sedang berkembang
mengingat terbatasnya kemampuan pemerintah untuk penyediaan lapangan
kerja.
Keuntungan- keuntungan yang bisa diharapkan dari keberadaan PMA bagi
Industri nasional adalah :
1. Penambahan Modal Fisik
Salah satu penyebab lemahnya perkembangan Industri di banyak negara
berkembang (NSB) adalah kekurangan peralatan dan mesin produksi. Jadi
penambahan jumlah modal fisik pada Industri nasional dapat didefinisikan
sebagai jumlah modal fisik domestik ditambah jumblah modal fisik dari
16
MNCs. Atau hipotesisnya semakin banyak Penanaman Modal Asing semakin
anyak Modal Fisik pada Industri nasional.
2. Perkembangan Ekspor Manufaktur
Peran Penanaman Modal Asing (PMA) sangat penting dalam
perkembangan ekspor manufaktur Indonesia, seperti tekstil, pakaian jadi,
sepatu, dan alat-alat elektronik. Peran PMA sendiri tidak sekadar dalam
pengembangan produk baru untuk ekspor, akan tetapi juga pemasaran,
khususnya MNCs sudah punya jaringan distribusi regional atau dunia, yang
sulit dikembangkan sendiri oleh kebanyakan perusahaan lokal. Hipotesisnya
semakin banyak PMA pada Industri Nasional, semakin pesat perkembangan
ekspor manufaktur Indonesia.
3. Perkembangan Industri Pendukung
Kehadiran Penanaman Modal Asing (PMA) akan memicu perkembangan
Industri Nasional yang membuat mesin, peralatan produksi, bahan baku siap
pakai, komponen, onderdil, atau produk setengah jadi bagi kebutuhan
produksi PMA. Tentu hal ini akan terjadi jika PMA menggunakan sebanyak
mungkin komponen dan bahan baku. Hipotesisnya semakin banyak PMA,
semakin maju perkembangan Industri pendukung atau semakin tinggi tingkat
“pendalaman” struktur Industri di Indonesia.
4. Pertumbuhan Industri Baru
Selain perkembangan industri pendukung, keberadaan PMA juga bisa
memicu tumbuhnya industri-industri baru yang membuat produk jadi serupa
yang dibuat oleh PMA. Hal ini bisa terjadi apabila ada diseminasi dan alih
pengetahuan dan teknologi dari PMA ke perusahaan lokal lewat berbagai
17
jalur. Dua di antaranya yang sangat penting adalah mobilisasi tenaga kerja
dan kemitraan/keterkaitan produksi. Dalam hal mobilisasi tenaga kerja,
mantan pekerja MNCs membuka usaha sendiri dalam bidang yang sama.
Dalam kemitraan, perusahaan lokal bekas pemasok komponen untuk sebuah
produk akhir tersebut. Hipotesisnya adalah; semakin banyak PMA semakin
banyak teknologi dan pengetahuan baru yang masuk ke industri nasional,
semakin banyak perusahaan baru tumbuh, semakin tinggi tingkat diversifikasi
industri nasional.
5. Peningkatan Daya Saing
Kehadiran PMA membuat persaingan pada industri nasional menjadi ketat,
yang memaksa perusahaan-perusahaan lokal untuk meningkatkan efisiensi
dan kualitas produknya, agar tidak tergusur dari pasar oleh PMA (terutama
PMA yang berorientasi pasar domestik). Jikalau semua perusahaan lokal
melakukan hal yang sama, niscaya tingkat daya saing dari industri nasional
akan meningkat. Peningkatan daya saing juga akan tercapai lewat alih
teknologi dan pengetahuan dari PMA. Hipotesisnya; semakin banyak PMA,
semakin ketat persaingan, semakin banyak perusahaan lokal meningkatkan
efisiensi dan kualitas produknya, semakin baik daya saing Industri Nasional.
Dalam hubungan ini Industri Nasional juga dapat mengalami berbagai
kerugian akibat dominasi dari Penanaman Modal Asing. Kerugian tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Banyaknya perusahaan dalam negeri yang kolaps karena kurang mampu
dalam bersaing.
18
b. Adanya ketergantungan dari Industri lokal pada teknologi sederhana yang
sudah standar dari PMA, karena PMA sendiri tidak berkeinginan
mentransfer teknologi dasar bersama perusahaan lokal di Indonesia.
c. Munculnya enclave karena PMA sama sekali tidak punya hubungan bisnis
dengan Industri Loka; atau sektor lain di Indonesia. Hal ini tidak memberi
manfaat pada Industri Nasional baik dalam alih teknologi dan pengetahuan
maupun dalam hal produksi dan pemasaran. Bahkan enclave ini dapat
menciptakan atau menambah kesenhangan dan kemiskinan di suatu
daerah.
d. Pola perkembangan Industri Lokal yang tidak sesuai dengan keadaan
ekonomi di Indonesia melainkan mengikuti keinginan dari PMA.
2. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
Menurut UU no. 25 Tahun 2007 dalam (Prasetyo, 2011) tentang
penanaman modal, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) adalah
perseorangan warga negara Indonesia, Badan Usaha Indonesia, Negara RI
atau daerah yang melakukan penanaman modal di wilayah Republik
Indonesia.
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) menurut Undang-undang
No.15 Tahun 2007 adalah kegiatan untuk menanam modal untuk melakukan
usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam
modal dalam negeri dan menggunakan modal dalam negeri.
Dalam UU no 6 tahun 1968 dan UU no 12 tahun 1970 tentang Penanaman
Modal Dalam Negeri (PMDN), disebutkan terlebih dulu definisi modal dalam
negeri pada pasal 1, yaitu sebagai berikut:
19
1. Undang-undang ini dengan “modal dalam negeri” adalah : bagian dari
kekayaan masyarakat Indonesia termasuk hak-hak dan benda-benda, baik
yang dimiliki Negara maupun swasta asing yang berdomosili di Indonesia
yang disisihkan atau disediakan guna menjalankan suatu usaha sepanjang
modal tersebut tidak diatur oleh ketentuan-ketentuan pasal 2 UU No. 12
tahun 1970 tentang penanaman modal asing.
2. Pihak swasta yang memiliki modal dalam negeri tersebut dalam ayat 1
pasal ini dapat terdiri atas perorangan dan/ atau badan hukum yang
didirikan berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia. Kemudian dalam
Pasal 2 disebutkan bahwa, Yang dimaksud dalam Undang-Undang ini
dengan "Penanaman Modal Dalam Negeri" ialah penggunaan daripada
kekayaan seperti tersebut dalam pasal 1, baik secara langsung atau tidak
langsung untuk menjalankan usaha menurut atau berdasarkan ketentuan-
ketentuan Undang-Undang ini.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penanaman modal
dalam negeri yaitu suatu kegiatan penanaman modal yang dilakukan penanam
modal menggunakan modal dalam negeri di wilayah negara Indonesia.
Sementara keberadaan Penanaman Modal Dalam Negeri memberikan
beberapa manfaat seperti menghemat devisa dalam negeri, mengurangi
ketergantungan terhadap produk asing sebagai pendorong kemajuan Industri
Nasional melalui keterkaitan ke depan dan keterkaitan ke belakang, serta
memberikan kontribusi dalam upaya penyerapan tenaga kerja.
20
3. Tenaga Kerja
a. Pengertian Tenaga Kerja
Pembangunan ketenagakerjaan bertujuan untuk meningkatkan dan
menciptakan lapangan kerja dan mengurangi pengangguran, serta
pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) diarahkan pada pembentukan
tenaga profesional yang mandiri dan beretos kerja produktif. Pembangunan
ketenagakerjaan merupakan upaya menyeluruh yang ditujukan pada
peningkatan, pembentukan dan pengembangan tenaga kerja yang berkualitas,
produktif, efesiensi, efektif, dan berjiwa wirausaha sehinggan mampu
mengisi, menciptakan dan memperluas lapangan kerja serta kesempatan
berusaha.
Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja
memberikan pengertian tentang tenaga kerja yang terdapat dalam Pasal 1 ayat
2 bahwa tenaga kerja yaitu setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan
sendiri maupun untuk masyarakat.
Mulyadi.S (2014), juga memberikan definisi tenaga kerja sebagai
penduduk dalam usia kerja (berusia 15-64 tahun) atau jumlah seluruh
penduduk dalam suatu Negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika
ada permintaan terhadap tenaga mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi
dalam aktifitas tersebut.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Tenaga Kerja adalah setiap orang
yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa
baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Batas
21
usia kerja yang dianut oleh Indonesia adalah minimum 10 tahun, tanpa batas
umur maksimum, Jadi setiap setiap orang atau penduduk yang sudah berusia
10 tahun keatas, tergolong sebagai tenaga kerja. BPS membagi tenaga kerja
(employed) atas 3 macam, yaitu tenaga kerja penuh (full employed), adalah
tenaga kerja yang mempunyai junlah jam kerja > 35 jam dalam seminggu
dengan hasil kerja tertentu sesuai dengan uraian tugas. Sementara Tenaga
kerja tidak penuh atau setengah pengangguran (under employed), adalah
tenaga kerja dengan jam kerja < 35 jam seminggu. Sedangkan Tenaga kerja
yang belum bekerja atau sementara tidak bekerja (unemployed), adalah tenaga
kerja dengan jam kerja 0 > 1 jam per minggu.
Jumlah angkatan kerja yang bekerja merupakan gambaran kondisi dari
lapangan kerja yang tersedia. Semakin bertambah besar lapangan kerja yang
tersedia maka akan menyebabkan semakin meningkatnya total produksi di
suatu negara, dimana salah satu indikator untuk melihat perkembangan
ketenagakerjaan di Indonesia adalah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK). Tingkat partisipasi angkatan kerja (labour force participation rate)
adalah menggambarkan jumlah angkatan kerja dalam suatu kelompok umur
sebagai persentase penduduk dalam kelompok umur tersebut, yaitu
membandingkan jumlah angkatan kerja dengan jumlah tenaga kerja.
Selain itu tenaga kerja dianggap sebagai suatu faktor produksi yang
mampu meningkatkan daya guna faktor produksi lainya (mengolah tanah,
memanfaatkan modal, dan lain sebagainya) sehingga perusahaan memandang
tenaga kerja sebagai suatu investasi dan banyak perusahaan yang memberikan
pendidikan kepada karyawanya sebagai wujud kapitalisasi tenaga kerja.
22
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan tenaga kerja adalah setiap penduduk yang mampu menghasilkan
barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dengan batas usia
minimal angkatan kerja yaitu 15 tahun.
b. Klasifikasi Tenaga Kerja
Untuk menemukan angkatan kerja dan bukan angkatan kerja diperlukan
informasi, yaitu:
Jumlah penduduk yang berusia diantara 15 tahun dan 64 tahun yang data
disebut dengan penduduk usia kerja.
Jumlah penduduk yang berusia 15-64 tahun yang tidak ingin bekerja
(seperti mahasiswa, pelajar,ibu rumah tangga dan pengangguran sukarela),
peduduk ini dinamai dengan penduduk bukan angkatan kerja. Dengan
demikian angkatan kerja pada suatu periode dapat dihitung dengan
mengurangi jumah penduduk usia kerja dengan bukan angkatan kerja.
Perbandingan diantara angkatan kerja dan penduduk usia kerja yang
dinyatakan dalam persen disebut dengan tingkat partisipasi angkatan kerja.
Pada dasarnya, tenaga kerja dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu :
1. Angkatan Kerja
Angkatan kerja yaitu tenaga kerja berusia 15 tahun yang selama seminggu
yang lalu mempunyai pekerjaan, baik yang bekerja maupun yang sementara
tidak bekerja karena suatu alasan. Angkatan kerja terdiri dari pengangguran
dan penduduk bekerja. Pengangguran adalah mereka yang sedang mencari
pekerjaan atau mereka yang mempersiapkan usaha atau mereka yang tidak
mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan dan
23
mereka yang sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja dan pada
waktu bersamaan mereka tidak bekerja. Penganggur dengan konsep ini
disebut dengan pengangguran terbuka.
2. Bukan Angkatan Kerja
Bukan angkatan kerja yaitu tenaga kerja yang berusia 15 tahun ke atas
yang selama seminggu yang lalu hanya bersekolah, mengurus rumah tangga,
dan sebagainya dan tidak melakukan kegiatan yang dapat dikategorikan
bekerja, sementara tidak bekerja atau mencari kerja. Ketiga golongan dalam
kelompok bukan angkatan kerja sewaktu-waktu dapat menawarkan jasanya
untuk bekerja. Oleh sebab itu kelompok ini sering dinamakan potential labor
force.
Menurut Hendra Poerwanto (2013), dari segi keahlian dan pendidikannya
tenaga kerja dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu :
a. Tenaga kerja kasar yaitu tenaga kerja yang berpendidikan rendah dan
tidak mempunyai keahlian dalam suatu bidang pekerjaan.
b. Tenaga kerja terampil yaitu tenaga kerja yang mempunyai keahlian dan
pendidikan atau pengalaman kerja seperti montir mobil, tukang kayu, dan
tukang memperbaiki televisi dan radio.
c. Tenaga kerja terdidik yaitu tenaga kerja yang mempunyai pendidikan
yang tinggi dan ahli dalam bidang-bidang tertentu seperti dokter, akuntan
ahli ekonomi, dan insinyur.
a. Permintaan Tenaga Kerja
Sudarsono (2011), menyatakan bahwa permintaan tenaga kerja berkaitan
dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan atau instansi
24
tertentu. Biasanya permintaan tenaga kerja ini dipengaruhi oleh perubahan
tingkat upah dan perubahan faktor-faktor lain yang mempengaruhi
permintaan hasil produksi, antara lain naik turunnya permintaan pasar akan
hasil produksi dari perusahaan yang bersangkutan, tercermin melalui
besarnya volume produksi dan harga barang-barang modal yaitu nilai mesin
atau alat yang digunakan dalam proses produksi. Permintaan pengusaha atas
tenaga kerja berlainan dengan permintaan konsumen terhadap barang dan
jasa. Konsumen membeli barang karena barang itu memberikan kepuasan
(utility) kepada konsumen tersebut. Akan tetapi pengusaha mempekerjakan
seseorang itu membantu memproduksikan barang atau jasa untuk dijual
kepada masyarakat.
Dengan kata lain, permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja tergantung
dari pertambahan permintaan masyarakat terhadap barang yang
diproduksinya. Permintaan tenaga kerja yang seperti ini disebut derived
demand. Dalam proses produksi, tenaga kerja memperoleh pendapatan
sebagai balas jasa dari apa yang telah dilakukannya, yaitu berwujud upah,
sehingga pengertian permintaan tenaga kerja dapat diartikan sebagai jumlah
tenaga kerja yang diminta oleh pengusaha pada berbagai tingkat upah.
4. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh
seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai
barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada suatu
daerah. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang
dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan, sedang
25
PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa
tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun
tertentu sebagai tahun dasar. PDRB menurut harga berlaku digunakan untuk
mengetahui kemampuan sumber daya ekonomi, pergeseran, dan struktur
ekonomi suatu daerah. Sementara itu, PDRB konstan digunakan untuk
mengetahui pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun atau
pertumbuhan ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh faktor harga (Bank
Indonesia, 2016).
Salah satu indikator untuk mengukur tingkat pertumbuhan ekonomi
daerah adalah menggunakan produk domestik regional bruto, dalam hal ini
bertambahnya produk barang dan jasa tersebut mencerminkan taraf hidup dan
tingkat perkembangan ekonomi masyarakat. Dengan adanya otonomi daerah
memberikan kewenangan atas suatu daerah dalam merencanakan, mengawasi,
mengendalikan dan mengevaluasi kebijakan-kebijakan daerah, dalam
penelitian Mardiasmo dalam (Hartati, 2013).
Produk Domestik Regional Bruto adalah produksi total atau output
barang dan jasa dalam jangka waktu tertentu (satu tahun), yang dihasilkan
oleh suatu daerah. Dalam penyusunannya terbagi atas dasar harga berlaku
maupun harga konstan. Penyusunan atas dasar harga berlaku, yaitu PDRB
dinilai atas dasar harga berlaku pada masing-masing tahun, sedangkan
penyajian atas dasar harga konstan, PDRB dinilai dari seluruhnya dengan
harga tahun dasar yaitu tahun 2010, sehingga dikarenakan setiap tahun dinilai
dengan harga yang sama (harga tahun dasar), maka perkembangan PDRB dari
26
tahun ke tahun semata-mata adalah karena perkembangan produksi riil, bukan
disebabkan oleh kenaikan harga (Statistik, 2015).
Pertumbuhan ekonomi merupakan upaya peningatan kapasitas produksi
untuk mencapai penambahan output, yang diukur menggunakan Produk
Domestik Regional Bruto dalam suatu wilayah (Rahardjo Adisasmita 2013).
Pengertian PDRB juga dapat dilihat dari tiga sudut pandang yang berbeda
namun mempunyai pengertian yang sama, yaitu:
a. Menurut cara produksi, PDRB merupakan jumlah nilai produksi netto
dari barang dan jasa yang dihasilkan daerah dalam jangka waktu tertentu
(satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dikelompokkan menjadi
sembilan kelompok lapangan usaha, yaitu: pertanian, pertambangan dan
penggalian, industri pengolahan, listrik gas dan air bersih, bangunan,
perdagangan, hotel dan restaurant, pengangkutan dan komunikasi,
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan jasa-jasa.
b. Menurut cara pendapatan, PDRB merupakan jumlah balas jasa yang
diterima oleh berbagai faktor produksi dalam suatu daerah dalam jangka
waktu tertentu. Balas jasa faktor produksi adalah upah, sewa tanah,
bunga modal, dan keuntungan sebelum dipotong pajak langsung lainnya.
Dalam pengertian PDRB, kecuali balas jasa faktor produksi diatas
termasuk pula komponen penyusutan dan pajak tak langsung netto.
Seluruh komponen pendapatan ini secara sektoral disebut Nilai Tambah
Netto.
c. Menurut cara pengeluaran, PDRB adalah komponen permintaan aktif
seperti : pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang
27
tidak mencari utang, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap
domestic bruto, perubahan stok, ekspor netto.
Dari ketiga pendekatan tersebut, secara konsep jumlah pengeluaran harus
sama dengan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan dan harus sama
pula dengan jumlah komponen nilai tambah bruto termasuk didalamnya balas
jasa faktor produksi.
Banyak ahli ekonomi yang memberikan perhatian terhadap pertumbuhan
ekonomi yang menjelaskan bahwa maksud pertumbuhan ekonomi bukan
hanya sebatas aktivitas produksi saja. Lebih dari itu pertumbuhan ekonomi
merupakan aktivitas menyeluruh dalam bidang produksi yang berkaitan erat
dengan kaitan distribusi. Pertumbuhan bukan hanya persoalan ekonomi,
malainkan aktivitas manusia yang ditujukan untuk pertumbuhan dan
kemajuan sisi material dan spiritual manusia.
Beberapa pemahaman pokok mengenai pertumbuhan ekonomi yang dilihat
dari perspektif islam diantaranya mengenai batasan tentang persoalan
ekonomi, perspektif islam tidaklah sama dengan yang dianut oleh kapitalis,
dimana yang dimaksud dengan persoalan ekonomi yaitu persoalan kekayaan
dan minimnya sumber-sumber kekayaan. Perspektif islam menyatakan bahwa
hal itu telah sesuai dengan kapitalis yang telah disediakan oleh Allah untuk
memenuhi kebutuhan manusia yang ditujukan untuk mengatasi persoalan
kehidupan manusia.
Menurut Abdurrahaman Yusro, pertumbuhan ekonomi telah digambarkan
dalam Q.S Nuh 10-12. Kemudian dijelaskan pula pada firman Allah Q.S Al-
Araf ayat 96 yang artinya “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri
28
beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka
berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami)
itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”
Dari uraian tersebut dapat dipahami, kesejahteraan dan kebahagiaan hidup
akan kita raih selama kita rajin melakukan istighfar (minta ampun). Allah
menjanjikan rizki yang berlimpah kepada suatu kaum, jika kaum tersebut
mau bebas dari kemaksiatan dan senantiasa berjalan pada nilai-nilai
ketakwaan dan keiimanan. Akan tetapi, apabila kemaksiatan telah merajalela
dan masyarakat tidak taat kepada Tuhannya, maka tidak akan diperoleh
ketenangan dan kestabilan kehidupan.
5. Industri
a. Pengertian Industri
Dalam istilah ekonomi, industri mempunyai dua pengertian yaitu
pengertian secara luas dan pengertian secara sempit. Dalam pengertian secara
luas, industri mencakup semua usaha dan kegiatan di bidang ekonomi yang
bersifat produktif. Sedangkan secara sempit, industri adalah kegiatan yang
mengubah barang secara mekanis, kimia atau dengan tangan sehingga
menjadi barang setengah jadi atau barang jadi dengan tujuan untuk dijual.
Industri adalah suatu usaha, proses atau kegiatan pengolahan bahan baku
baik bahan mentah ataupun bahan setengah jadi agar menjadi barang yang
bernilai ekonomis lebih tinggi dan bermanfaat bagi masyarakat. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) industri di definisikan sebagai
perusahaan untuk membuat, memproduksi atau menghasilkan barang-barang.
29
UU No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian menyebutkan bahwa industri
adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku dan atau
memanfaatkan sumber daya lain sehingga menghasilkan barang yang
mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi. Industri adalah kelompok
kelompok perusahaan-perusahaan yang menghasilkan produksi (barang atau
jasa) yang sejenis.
Sementara itu, Badan Pusat Statistik menyatakan bahwa industri adalah
suatu unit (kesatuan) usaha yang melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan
menghasilkan barang atau jasa, dan terletak pada suatu bangunan atau suatu
lokasi tertentu serta mempunyai catatan administrasi tersendiri mengenai
produksi dan struktur biayanya.
Industri mempunyai dua pengaruh yang penting dalam setiap program
pembangunan. Pertama, dalam model dua sekornya Lewis, produktivitas
yang lebih besar dalam industri merupakan kunci untuk meningkatkan
pendapatan perkapita. Kedua, industri pengolahan (manufacturing)
memberikan kemungkinan-kemungkinan yang lebih besar bagi industri
substitusi impor (ISI) untuk lebih efisien dan meningkatkan ekspor daripada
hanya berkutat pada pasar “primer” (Arsyad, 2010).
b. Klasifikasi Industri
1. Jenis Industri berdasarkan pengelompokan Tenaga Kerja
Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), penggolongan industri dibagi
atas empat golongan dengan didasarkan atas banyaknya jumlah tenaga kerja.
Empat golongan yaitu:
30
a. Industri Besar, yaitu industri yang menggunakan mesin dengan jumlah
tenaga kerja 100 orang atau lebih.
b. Industri Sedang, yaitu industri yang menggunakan mesin dengan jumlah
tenaga kerja 20-99 orang.
c. Industri Kecil, yaitu industri yang menggunakan mesin dengan jumlah
tenaga kerja 5-19 orang.
d. Industri Rumah Tangga, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja 1-4
orang.
Penggolongan perusahaan industri pengolahan ini semata-mata hanya
didasarkan kepada banyaknya tenaga kerja yang bekerja, tanpa
memperhatikan apakah perusahaan itu menggunakan mesin tenaga atau tidak,
serta tanpa memperhatikan besarnya modal perusahaan itu.
2. Jenis Industri berdasarkan pengelompokan Besar Kecilnya Modal
a. Industri padat modal ( Capital Intensive), adalah industri yang dibangun
dengan modal yang jumlahnya besar untuk kegiatan oprasional maupun
pembangunannya.
b. Industri padat karya ( Labor Intensive) industri yang lebih dititikberatkan
pada sejumlah besar tenaga kerja dalam pembangunan dan
pengoprasiannya.
3. Jenis Industri berdasarkan produktivitas perorangan
a. Industri primer adalah industri yang barang-barang produksinya bukan
hasil olahan langsung ataupun tanpa diolah terlebih dahulu.
b. Industri sekunder adalah industri bahan mentah diolah sehingga
menghasilkan barang-barang untuk diolah kembali.
31
c. Industri tersier adalah industri yang produk atau barangnya berupa layanan
jasa.
4. Jenis Industri berdasarkan SK Menteri Perindustrian
Selain pengklasifikasian industri tersebut di atas, ada juga
pengklasifikasian industri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian
Nomor 19/M/ I/1986 yang dikeluarkan oleh Departemen Perindustrian dan
Perdagangan. Adapun pengklasifikasiannya adalah sebagai berikut :
a. Industri Kimia Dasar merupakan industri yang memerlukan: modal yang
besar, keahlian yang tinggi, dan menerapkan teknologi maju.
b. Industri Mesin Logam Dasar dan Elektronika merupakan industri yang
mengolah bahan mentah logam menjadi mesin-mesin berat atau rekayasa
mesin dan perakitan.
c. Aneka Industri, ini merupakan industri yang tujuannya menghasilkan
bermacam-macam barang kebutuhan hidup sehari-hari.
d. Industri kecil , industri ini merupakan industri yang bergerak dengan
jumlah pekerja sedikit, dan teknologi sederhana. Biasanya dinamakan
industri rumah tangga, misalnya: industri kerajinan, industri alat-alat
rumah tangga, dan perabotan dari tanah (gerabah).
e. Industri Pariwisata, industri ini merupakan industri yang menghasilkan
nilai ekonomis dari kegiatan wisata. Bentuknya bisa berupa: wisata seni
dan budaya (misalnya: pertunjukan seni dan budaya), wisata pendidikan
(misalnya: peninggalan, arsitektur, alat-alat observasi alam, dan museum
geologi), wisata alam (misalnya: pemandangan alam di pantai,
pegunungan, perkebunan, dan kehutanan), dan wisata kota (misalnya:
32
melihat pusat pemerintahan, pusat perbelanjaan, wilayah pertokoan,
restoran, hotel, dan tempat hiburan).
B. Hubungan Antara Variabel
1. Hubungan antara PMA dan PMDN dengan PDRB Sub Sektor
Industri
Investasi baik Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun
Penanaman Modal Asing (PMA) memainkan peranan penting dalam
menentukan jumlah output dan pendapatan. Dengan semakin besarnya
investasi baik PMDN maupun PMA maka diharapkan akan mendorong
pertumbuhan sektor swasta dan rumah tangga dalam mengalokasikan sumber
daya yang ada di suatu daerah. Hal ini pada akhirnya akan menyebabkan
makin meningkatnya PDRB dan diharapkan pertumbuhan ekonomi daerah
dapat meningkat. Dengan demikian investasi PMDN dan PMA memiliki
hubungan positif terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah.
Hampir semua ahli ekonomi menekankan arti pentingnya pembentukan
investasi sebagai penentu utama pertumbuhan ekonomi dan pembangunan
ekonomi. Arti pentingnya pembentukan investasi disini adalah bahwa
masyarkat tidak menggunakan semua pendapatanya untuk dikonsumsi,
melainkan ada sebagian yang ditabung dan tabungan ini diperlukan untuk
pembentukan investasi. Selanjutnya pembentukan investasi ini telah
dipandang sebagai salah satu faktor bahkan faktor utama di dalam
pembangunan ekonomi. Misalkan, investasi dalam peralatan modal atau
pembentukan modal adalah tidak hanya meningkatkan produksi atau
pertumbuhan ekonomi, tetapi juga dapat memberikan kesempatan kerja bagi
33
masyarakat. Dengan demikian terdapat hubungan yang positif antara
pembentukan penanaman modal atau investasi dengan pertumbuhan ekonomi
pada suatu Negara.
2. Hubungan antara Tenaga Kerja dengan PDRB Sub Sektor Industri
Selain penanaman modal atau investasi terdapat komponen lain yang
berperan dalam meningkat atau menurunnya pendapatan nasional yaitu faktor
tenaga kerja. Penggunaan tambahan tenaga kerja pada tingkat tertentu akan
menghasilkan tambahan output produksi yang kemudian akan menaikkan
output nasional. Tanpa adanya peran tenaga kerja maka kegiatan produksi
tidak berjalan, namun penggunaan tenaga kerja yang tidak memadai juga
akan mengganggu jalannya proses produksi sehingga output produksi
menurun, hal ini akan menurunkan tingkat konsumsi dan berakibat
menurunkan tingkat investasi, bila tingkat investasi rendah pada akhirnya
akan membuat kegiatan perekonomian lesu.
Penggunaan tambahan tenaga kerja pada tingkat tertentu akan
menghasilkan tambahan output produksi yang kemudian akan meningkatkan
output nasional. Datrini (2009) menyatakan bahwa faktor tenaga kerja
merupakan faktor penting dalam hubungannya dengan peningkatan PDRB
suatu daerah. Menurutnya laju pertumbuhan investasi akan menentukan laju
pertumbuhan tenaga kerja, selanjutnya pertumbuhan tenaga kerja menentukan
besarnya pertumbuhan output.
C. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu ini memuat berbagai penelitian yang telah dilakukan
oleh peneliti lain baik dalam bentuk penelitian biasa, skripsi, tesis dan jurnal
34
yang ada kaitanya terhadap penelitian yang akan dilakukan ini. Hasil-hasil
dari penelitian terdahulu ini telah mendasari pemikiran penulis dalam
menyusun penelitian ini.
Penelitian yang dilakukan oleh Bambang Muqsyithu Wihda, Dwisetia
Poerwono (2014), dengan Judul “Analisis Pengaruh Penanaman Modal
Dalam Negeri (PMDN), Penanaman Modal Asing (PMA), Pengeluaran
Pemerintah, dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di D.I.
Yogyakarta”. Penelitian ini menggunakan model regresi kuadrat terkecil
dengan metode OLS (Ordinary Least Square). Hasil Regresi menunjukkan
variabel Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), Penanaman Modal Asing
(PMA), Pengeluaran Pemerintah dan Tenaga Kerja secara bersama-sama
berpangeruh secara nyata terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi D.I.
Yogyakarta. Sedangkan pengujian secara parsial menunjukan bahwa hanya
terdapat satu variabel yang menunjukan tanda positif adalah PMA yang
artinya berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Sementara
variabel independen lainya PMDN, Pengeluaran Pemerintah, dan Tenaga
Kerja, masing-masing menunjukan tanda negatif yang berarti memiliki
hubungan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Enik Kusminarti, T.Hadi dan E.Santoso (2015) tentang “Analisis
Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja terhadap Industri Pengolahan di Jawa
Timur”. Penelitian ini menggunakan variabel dependen yaitu PDRB sektor
industri pengolahan di Jawa Timur dan variabel independen yaitu investasi
penanaman modal dalam negeri (PMDN), penanaman modal asing (PMA)
dan tenaga kerja yang bekerja di sektor industri pengolahan di Jawa Timur
35
dengan rentang waktu dari tahun 1983-2012. Pada penelitian ini
menggunakan data sekunder dan metode analisis yang digunakan adalah
metode OLS, uji asumsi klasik dan uji seleksi diagnostic. Hasil dari penelitian
yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tingkat investasi yang berupa
penanaman modal dalam negeri berpengaruh positif dan signifikan terhadap
industri pengolahan di Jawa Timur selama periode 1983-2012. Sehingga jika
ada kenaikan tingkat penanaman modal dalam negeri maka akan
meningkatkan pula PDRB industri pengolahan. Sedangkan untuk penanaman
modal asing, juga berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap
industri pengolahan di Jawa Timur selama periode 1983-2012. Sehingga
apabila ada perubahan penanaman modal asing maka kurang berpengaruh
terhadap PDRB industri pengolahan di Jawa Timur. Dan jumlah Tenaga
Kerja mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap industri
pengolahan di Jawa Timur. Sehingga jika ada peningkatan jumlah tenaga
kerja yang bekerja di industri pengolahan maka akan meningkatkan output.
Peningkatan output berarti pula peningkatan PDRB industri pengolahan.
Batari Saraswati Karlita dan Edy Yusuf (2013), meneliti tentang
“Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, dan Ekspor terhadap PDRB sektor
Industri di kota Semarang tahun 1993-2010”. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh pada PDRB sektor industri di
kota Semarang yaitu investasi, tenaga kerja dan ekspor. Penelitian ini
menggunakan variabel dependen yaitu Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) sektor industri kota Semarang dan variabel independen yaitu
investasi yang digunakan dalam penelitian ini diproksikan dari posisi
36
pinjaman rupiah dan valuta asing yang di berikan Bank Umum dan BPR
berdasarkan lokasi proyek di Propinsi Jawa Tengah dan Kota Semarang.
Tenaga kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah banyaknya jumlah
tenaga kerja yang bekerja pada sektor industri di kota Semarang, ekspor yang
digunakan dalam penelitian ini adalah ekspor berdasarkan nilai per sektor,
dan dummy krisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah krisis yang
terjadi pada tahun 1997-1998 dan krisis tahun 2007-2008, krisis ini
dimasukkan kedalam variabel karena penelitian ini dilakukan pada rentang
1993-2010. Metode analisis penelitian ini menggunakan analisis regresi linier
berganda. Kemudian uji asumsi klasik yang meliputi uji multikolineritas, uji
autokorelasi, uji heterokedastisitas dan uji normalitas. Hasil penelitian ini
menunjukkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) di kota Semarang. Dari 4 (empat) faktor yang
diangkat untuk dijadikan penelitian ini terbukti hanya variabel investasilah
yang memiliki pengaruh secara signifikan terhadap PDRB sektor Industri di
Kota Semarang. Sementara itu variabel tenaga kerja tidak berpengaruh
signifikan terhadap PDRB sektor industri di kota Semarang, hal ini
dikarenakan masih rendahnya produktivitas yang dimiliki para pekerja di
sektor industri tersebut sehingga meskipun jumlahnya banyak namun tidak
signifikan mempengaruhi PDRB dari sektor industri sendiri. Selain itu sektor
industri di kota Semarang lebih berpola pada Industri Sendiri dan Industri
Padat Modal. Sementara itu untuk variabel ekspor juga tidak memiliki
pengaruh yang signifikan karena sektor industri di kota Semarang masih
sedikit yang usahanya berorientasi untuk kegiatan ekspor. Begitu juga dengan
37
variabel krisis yang tidak signifikan, ini berarti adanya krisis tahun 1997-
1998 dan tahun 2007- 2008 tidak mempengaruhi PDRB sektor industri di
kota Semarang.
Mursalam Salim (2014), meneliti tentang “Pengaruh Investasi dan Tenaga
Kerja terhadap PDRB provinsi Papua pada tahun 2006-2013”. Penelitian ini
menggunakan variabel dependen yaitu PDRB provinsi Papua dan variabel
independen yaitu investasi penanaman modal dalam negeri, investasi
penanaman modal asing, dan tenaga kerja. Pada penelitian ini menggunakan
data sekunder dan metode analisis yang digunakan adalah metode regresi
linear berganda. Hasil dari penelitian tersebut adalah investasi Penanaman
Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), dan jumlah
Tenaga Kerja berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Domestik
Regional Bruto (PDRB) pada pemerintah Provinsi Papua.
Deddy Rustiono (2008) dalam tesisnya dengan judul “Analisis Pengaruh
Investasi, Tenaga Kerja dan Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah”. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis pengaruh angkatan kerja, investasi : realisasi PMA, realisasi
PMDN dan belanja pemerintah daerah terhadap PDRB Propinsi Jawa Tengah
selama periode 1985-2006. Penelitian ini menggunakan data time series dan
menggunakan metode analisis Ordinary Least Square (OLS). Berdasarkan
hasil estimasi diketahui bahwa angkatan kerja, investasi swasta (PMA dan
PMDN) dan belanja pemerintah daerah memberi dampak positif terhadap
perkembangan PDRB di Jawa Tengah.
38
Dalam penelitian ini penulis akan meneliti kembali pengaruh Penanaman
Modal Asing (PMA) terhadap pertumbuhan ekonomi, namun dalam skripsi
ini penulis akan menambahkan variabel independenya yaitu Penanaman
Modal Dalam Negeri (PMDN), tenaga kerja dan diteliti pengaruhnya
terhadap Pertumbuhan Ekonomi sub Sektor Industri di Pulau Jawa.
D. Kerangka Berfikir
Kerangka Berpikir menggambarkan pengaruh antara variabel bebas
terhadap variabel terikat yaitu pengaruh Penanaman Modal Asing (PMA),
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), dan Tenaga Kerja, terhadap
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sub Sektor Industri di Pulau Jawa.
Dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi diperlukan investasi-
investasi baru sebagai stok modal. Investasi dapat dilakukan oleh swasta,
pemerintah atau kerjasama antara pemerintah dan swasta. Tenaga kerja
merupakan sumber daya potensial sebagai pengerak, penggagas dan
pelaksana daripada pembangunan di suatu daerah, sehingga dapat memajukan
daerah tersebut. Dengan demikian tingkat investasi baik PMDN atau PMA,
dan tenaga kerja, diharapkan menjadi pendorong dalam peningkatan PDRB
Sub Sektor Industri yang ada di Pulau Jawa.
Berdasarkan pernyataan tersebut secara garis besar kita dapat menjelaskan
faktor-faktor yang mempengaruhi PDRB sub Sektor Industri yang ada di
Pulau Jawa. Dalam Penelitian ini hubungan antara PDRB Sub Sektor Industri
dengan variabel-variabel yang mempengaruhinya dapat dibuat bagan
kerangka pemikiran adalah sebagai berikut :
39
Gambar 1.1
Kerangka Pemikiran
E. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang
menjadi objek penelitian, yang kebenarannya masih perlu dibuktikan atau
diuji secara empiris. Berdasarkan perumusan masalah, maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Diduga terdapat pengaruh PMA secara parsial terhadap Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) sektor Industri Pulau Jawa pada tahun 2010-
2017.
2. Diduga terdapat pengaruh PMDN secara parsial terhadap Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor Industri Pulau Jawa pada tahun
2010-2017.
Penanaman
Modal Asing
(X1)
Penanaman
Modal Dalam
Negeri (X2)
Tenaga Kerja
(X3)
PDRB
SEKTOR
INDUSTRI (Y)
40
3. Diduga terdapat pengaruh Tenaga Kerja secara parsial terhadap Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor Industri pulau Jawa pada tahun
2010-2017.
4. Diduga terdapat pengaruh PMA, PMDN, dan Tenaga Kerja secara
simultan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor
Industri pulau Jawa pada tahun 2010-2017.
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif karena data yang
digunakan dalam penelitian merupakan data yang berbentuk angka (Arikunto,
2010). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel
dependen atau terikat, yaitu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sub
sektor Industri dan variabel independen atau bebas, Penanaman Modal Asing
(PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), dan Tenaga Kerja secara
simultan terhadap PDRB sub sektor Industri.
Ruang lingkup dalam penelitian ini berfokus pada Pulau Jawa yang terdiri
atas enam Provinsi, yaitu Provinsi Banten, D.I. Yogyakarta, DKI Jakarta, Jawa
Barat, Jawa Tengah,dan Jawa Timur. Data yang digunakan dalam penelitian
ini merupakan data sekunder dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2017.
B. Metode Penentuan Sample
Dalam penelitian ini, sample yang digunakan adalah PDRB sub Sektor
Industri, Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN), dan jumlah Tenaga Kerja yang terserap dalam sektor Industri
dengan data tahunan selama periode 2010 sampai dengan tahun 2017.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui hasil pengolahan
pihak kedua (data eksternal) atau data yang sudah dipublikasikan untuk
42
menjelaskan gejala dari suatu fenomena seperti pusat referensi Badan Pusat
Statistik (BPS) yang berupa data dari kurun waktu 2010-2017. Serta berbagai
sumber lain baik baik buku, jurnal, makalah, internet, dan karya ilmiah lainya
yang berhubungan dengan aspek yang diteliti sebagai upaya memperileh data
yang valid.
D. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode analisis
kuantitatif. Metode analisis kuantitatif merupakan metode analisis dimana data
yang digunakan di dalam penelitian berbentuk angka. Di dalam
pengolahannya, peneliti menggunakan metode analisis regresi data panel.
1. Analisis Regresi Data Panel
a. Pooled Least Square (Common Effect Model)
Model Common Effect atau Pooled Least Square adalah model
estimasi paling sederhana yang merupakan hasil dari penggabungan
data Time Series dan data Cross Section dengan menggunakan
pendekatan OLS (Ordinary Least Square) untuk mengestimasi
parameternya.
Pada dasarnya Model Common Effect sama seperti model OLS
yang meminimumkan jumlah kuadrat, akan tetapi data yang digunakan
bukan data time series atau data Cross Section saja, melainkan data
panel yang diterapkan dalam bentuk Pooled. Bentuk untuk
model Ordinary Least Square adalah:
43
untuk i = 1, 2, …, n dan t = 1, 2, …, t
b. Fixed Effect Model
Teknik model Fixed Effect merupakan teknik mengestimasi suatu
data panel dengan menggunakan variabel dummy guna mengetahui
akan adanya perbedaan intersep. Pengertian Fixed Effect ini didasarkan
dengan adanya suatu perbedaan intersep antara perusahaan namun
intersepnya sama antar waktu (time in variant). Disamping itu, model
ini juga mengansumsikan bahwa koefisien regresi (slope) tetap antar
perusahaan dan antar waktu.
Pendekatan dengan variabel dummy ini dikenal dengan sebutan
Fixed Effect Model atau Least Square Dummy Variabel (LSDV) atau
disebut juga Covariance Model. Adapun bentuk dari persamaan pada
estimasi dengan menggunakan Fixed Effect Model adalah sebagai
berikut:
Dimana: i = 1, 2, …, n
t = 1, 2, …, t
D = dummy
44
c. Random Effect Model
Random Effect Model merupakan suatu model estimasi regresi
panel dengan asumsi koefesien slope kontan dan intersep berbeda
antara individu dan antar waktu (Random Effect). Dimasukannya
variabel dummy di dalam Fixed Effect Model bertujuan untuk mewakili
ketidaktahuan tentang model yang sebenarnya. Namun, ini juga
membawa konsekuensi berkurangnya derajat kebebasan (degree of
freedom) yang pada akhirnya mengurangi efesiensi parameter.
Masalah ini bisa diatasi dengan menggunakan variabel gangguan
(error terms) atau biasa dikenal dengan sebutan metode Random
Effect. Model inilah yang akan mengestimasi data panel dimana
variabel gangguan mungkin saling berhubungan antar waktu dan antar
individu.
Model yang tepat digunakan untuk mengestimasi Random Effect
adalah Generalized Least Square (GLS) sebagai estimatornya, karena
dapat meningkatkan efesiensi dari least square. Bentuk umum untuk
Random Effect adalah:
dengan
Dimana:
ui ~ N ( 0, δu2) = komponen cross section error
vt ~ N ( 0, δv2 ) = komponen time series error
wit ~ N ( 0, δw2 ) = komponen eror kombinasi
45
2. Pemilihan Model Terbaik
a. Uji Chow (Chow Test)
Uji Chow ialah pengujian untuk menentukan model Fixed Effect
atau Common Effect yang lebih tepat digunakan dalam mengestimasi
data panel. Hipotesis dalam uji chow adalah:
H0 : Common Effect Model
H1 : Fixed Effect Model
Pengujian hipotesis juga dapat dilakukan dengan membandingkan
perhitungan F-statistik dengan F-tabel. Perbandingan dipakai apabila
hasil F hitung lebih besar (>) dari F tabel, maka H0 ditolak yang berarti
model yang lebih tepat digunakan adalah Fixed Effect Model.
Begitupun sebaliknya, jika F hitung lebih kecil (<) dari F tabel, maka
H0 diterima dan model yang digunakan adalah Common Effect Model.
Perhitungan F statistik untuk Uji Chow dapat dilakukan dengan
rumus:
Dimana:
SSE1 : Sum Square Error dari model Common Effect
SSE2 : Sum Square Error dari model Fixed Effect
N : Jumlah individual (cross section)
t : Jumlah series waktu (time series)
k : Jumlah variabel independen
Sedangkan F tabel didapat dari:
46
Dimana:
α : Tingkat signifikansi yang dipakai (alpha)
n : Jumlah data (cross section)
t : Kurun waktu (time series)
k : Jumlah variabel independen
b. Uji Hausman (Hausman Test)
Hausman test adalah pengujian statistik untuk memilih apakah
model Fixed Effect atau Random Effect yang lebih tepat digunakan
dalam regresi data panel. Uji ini dikembangkan oleh Hausman dengan
didasarkan pada ide bahwa LSDV di dalam model Fixed Effect dan
GLS adalah efesien sedangkan model OLS adalah tidak efesien, di lain
pihak alternatifnya metode OLS efesien dan GLS tidak efesien. Karena
itu uji hipotesis nulnya adalah hasil estimasi keduanya tidak berbeda
sehingga Uji Hausman bisa dilakukan berdasarkan perbedaan estimasi
tersebut. Pengujian dilakukan dengan hipotesis berikut:
H0 : Random Effect Model
H1 : Fixed Effect Model
Statistik Uji Hausman ini mengikuti distribusi statistik Chi-
Squares dengan degree of freedom sebanyak k, dimana k adalah
jumlah variabel independen. Jika nilai statistik Hausman lebih besar
dari nilai kritisnya maka H0 ditolak dan model yang tepat adalah model
Fixed Effect sedangkan sebaliknya bila nilai statistik Hausman lebih
47
kecil dari nilai kritisnya maka model yang tepat adalah model Random
Effect.
c. Uji Lagrange Multiplier
Untuk mengetahui apakah model Random Effect lebih baik dari
model Common Effect digunakan Lagrange Multiplier (LM).
Pengujian LM didasarkan pada distribusi Chi-Square dengan derajat
kebebasan (df) dengan hipotesis :
H0 : Common Effect Model
H1 : Random Effect Model
Uji Lagrange Multiplier ini didasarkan pada Probability Breusch-
Pagan, jika nilai probability Breusch-Pagan kurang dari nilai alpha
maka H0 ditolak yang berarti estimasi yang tepat untuk regresi data
panel adalah model Random Effect dan sebaliknya, jika nilai
probability Breusch-Pagan lebih besar dari nilai alpha maka H1 ditolak
yang berarti estimasi yang tepat digunakan adalah model Common
Effect.
3. Uji Kesesuaian Model
a. Koefisien Determinasi (Uji R2)
Digunakan untuk mengetahui berapa besarnya konstribusi yang
diberikan variabel X (PMA, PMDN dan TK) dalam menjelaskan
variabel Y (PDRB Sub Sektor Industri). Rumus koefisien penentu
(KD) dalam penelitian ini sebagai berikut:
Keterangan:
48
: Nilai koefisien determinasi
: Nilai koefisien korelasi
b. Uji Signifikansi Simultan F-test (Uji F)
Uji F ini adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh koefisien regresi secara bersama-sama
terhadap dependen variabel. Pengujian dilakukan dengan
membandingkan nilai signifikansi dengan nilai α yang ditetapkan
(0.05) atau 5%. Jika signifikansi < 0.05 maka H0 ditolak, yang berarti
variabel independen bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.
Jika signifikansi > 0.05 atau 5% maka H0 diterima yang berarti
variabel independen bersama-sama tidak mempengaruhi variabel
dependen.
4. Uji Hipotesis
a. Analisis Regresi
Model analisis ini merupakan analisis yang bersifat kuantitatif
yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana besarnya pengaruh
antara variabel bebas dengan variabel terikat.. Di dalam penelitian ini
peneliti menggunakan uji regresi liner berganda yaitu pengujian yang
dilakukan untuk melihat pengaruh dari dua variabel bebas terhadap
variabel terikatnya namun masih menunjukkan hubungan yang linear.
Model regresi data panel secara umum adalah sebagai berikut:
Keterangan:
Y : variabel dependen (PDRB Industri)
49
α : koefisien konstanta
b : koefisien regresi
: variabel independen pertama (PMA)
: variabel independen kedua (PMDN)
X3 : variabel independen kedua (TK)
: error term
Dari persamaan regresi data panel tersebut, maka model persamaan
regresi data panel yang digunakan pada penelitian ini adalah:
b. Uji Parsial (T-test)
Uji T digunakan untuk melihat signifikasi dari pengaruh
independen secara individu terhadap variabel dependen dengan
menganggap variabel lain bersifat konstan. Menurut Ghazali (2013),
uji T pada dasarnya bertujuan untuk menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen secara individual dalam
menerangkan variabel dependen.
Untuk mengetahui apakah variabel independen berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen dalam penelitian ini dilakukan
dengan melihat nilai signifikasi (probabilitas) masing-masing variabel
independen dengan pengambilan keputusan sebagai berikut:
1. Jika nilai signifikasi pada variabel bebas > 0.05, maka H0
diterima, artinya secara individual variabel bebas tidak
mempengaruhi variabel terikat.
50
2. Jika nilai signifikasi pada variabel bebas < 0.05, maka H0
ditolak, artinya secara individual variabel bebas mempengaruhi
variabel bebas.
E. Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini menggunakan satu variabel terikat (Dependen) yaitu
PDRB sub Sektor Industri dan tiga variabel bebas (Independen) yaitu
Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN),
dan Tenaga Kerja yang dianggap mempunyai pengaruh nyata terhadap sektor
Industri. Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap
variabel-variabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini, maka perlu
dirumuskan Definisi Operasional sebagai berikut :
1. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) sub sektor Industri. Merupakan jumlah PDRB
menurut harga konstan pada sektor Industri yang terserap di Pulau Jawa.
Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
Badan Pusat Statistik (BPS) berdasarkan perhitungan tahunan pada 6
(enam) Provinsi yang ada di Pulau Jawa dengan kurun waktu sejak tahun
2010 sampai dengan 2017.
2. Variabel Independen (X)
a. Penanaman Modal Asing (PMA)
Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data
realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) yang disetujui oleh pemerintah
daerah menurut sektor ekonomi. Data PMA yang digunakan merupakan
51
data yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) berdasarkan
perhitungan tahunan pada 6 (enam) Provinsi yang ada di Pulau Jawa
dengan kurun waktu sejak tahun 2010 sampai dengan 2017 yang
dinyatakan dalam milyar rupiah.
b. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang disetujui oleh
pemerintah daerah menurut sektor ekonomi. Data PMDN ini diperoleh
dari Badan Pusat Statistik berdasarkan perhitungan tahunan pada 6
Provinsi yang ada di Pulau Jawa dengan kurun waktu sejak tahun 2010
sampai dengan 2017 yang dinyatakan dalam milyar rupiah.
c. Tenaga Kerja
Data operasional Tenaga Kerja yang digunakan adalah data Tenaga
Kerja yang terserap pada sektor Industri. Data Tenaga Kerja ini diperoleh
dari Badan Pusat Statistik berdasarkan perhitungan tahunan Produk
Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan pada 6 Provinsi yang
ada di Pulau Jawa dengan kurun waktu sejak tahun 2010 sampai dengan
tahun 2017 yang dinyatakan dalam bentuk ribu orang.
52
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Deskriptif
1. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor
Industri di Pulau Jawa
Salah satu tolak ukur keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi yang
diperlukan untuk evaluasi dan perencanaan ekonomi makro, biasanya dilihat
dari pertumbuhan angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas
harga berlaku maupun harga konstan. Dengan melihat angka PDRB suatu
daerah dapat memberikan suatu gambaran pelaksanaan pembangunan yang
telah dicapai, baik pengukuran laju pertumbuhan ekonomi secara total
maupun per sektor.
Besarnya peranan masing-masing sektor dalam pembentukan total PDRB
mencerminkan struktur perekonomian wilayah yang bersangkutan. Struktur
perekonomian suatu daerah sangat ditentukan oleh besarnya sumbangsih
suatu lapangan usaha dalam memproduksi barang dan jasa. Struktur yang
terbentuk dari nilai tambah yang diciptakan masing-masing lapangan usaha
menggambarkan ketergantungan suatu daerah terhadap kemampuan
berproduksi dari masing-masing lapangan usaha.
Dengan demikian berdasarkan peranan masing-masing lapangan usaha
terhadap total PDRB dapat mencerminkan lapangan usaha mana yang
memberikan sedikit banyak peranan dalam perkembangan perekonomian
Pulau Jawa. Peranan sektor industri misalnya, di Pulau Jawa sendiri tercatat
masih memberikan kontribusi yang cukup dominan dalam pembentukan
PDRB Pulau Jawa dan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sektor
53
Industri inilah yang diharapkan dapat menjadi motor penggerak
perekonomian di Pulau Jawa. Berikut perkembangan PDRB Atas dasar harga
konstan pada sektor Industri di Pulau Jawa selama kurun waktu dari tahun
2015-2017.
Gambar 4.1
Laju Pertumbuhan Ekonomi
Per Provinsi Pulau Jawa Tahun 2015-2017
Sumber : Badan Pusat Statistik
Berdasarkan gambar 4.1 diatas menunjukan bahwa nilai laju pertumbuhan
ekonomi sektor Industri per provinsi di Pulau Jawa pada tahun 2015-2017
mengalami peningkatan dan penurunan pada setiap tahunya. Kenaikan
terbesar terdapat pada Provinsi DKI Jakarta terlihat pada tahun 2017 adalah
sebesar 5,21%. Hal ini menunjukan tingkat pertumbuhan PDRB sektor
industri di provinsi DKI Jakarta lebih baik daripada tahun sebelumnya yang
tercatat sebesar 4,84%. Meningkatnya pertumbuhan pada sektor industri
terjadi karena adanya Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang stabil
pada level yang cukup tinggi, kemudian didorong juga oleh meningkatnya
kebutuhan barang modal dan penambahan baku untuk produksi pada industri
3,24 3,14 3,65
4,84 4,84 5,21
3,75 3,87 4,11 3,52
4,17 3,91
4,68 4,49 4,53 4,8 4,96 4,87
0
1
2
3
4
5
6
2015 2016 2017
BANTEN DKI DIY JABAR JATENG JATIM
54
di DKI Jakarta, sehingga pertumbuhan ekonomi pada sektor industri
mengikuti dan mengalami peningkatan.
Sedangkan kenaikan terendah pada nilai laju pertumbuhan ekonomi
sektor industri di Pulau Jawa terdapat pada provinsi Banten tahun 2017
adalah sebesar 3,65%. Perlambatan ini diakibatkan oleh menurunya
permintaan produksi manufaktur luar negeri, mengingat bahwa industri
pengolahan di Banten berorientasi pada ekspor. Menurunya permintaan
tersebut disebabkan oleh perlambatan ekonomi global di negara-negara tujuan
ekspor.
2. Perkembangan Penanaman Modal di Pulau Jawa
Perkembangan perekonomian di Pulau Jawa tidak lepas dari peranan
investasi yang ditanamkan di Pulau Jawa. Dimana dalam upaya pembangunan
daerah setiap provinsi yang ada di Pulau Jawa diperlukan investasi yang terus
meningkat dan harus dicukupi dengan memperhatikan kemampuan daerah
sendiri dan kemampuan nasional. Untuk itu diperlukan pengerahan dana,
tabungan masyarakat, tabungan pemerintah dan dana dari luar.
Penanaman modal atau investasi yang bersumber dalam negeri (PMDN)
dan yang bersumber dari luar negeri atau asing (PMA) ditujukan untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu daerah baik secara langsung
maupun tidak langsung. Dalam perkembangannnya penanaman modal pada
sektor industri selalu mengalami peningkatan dan perlambatan yang
dikarenakan oleh beberapa kondisi yang tidak mendukung. Seperti situasi
politik yang tidak stabil misalnya, hal ini dapat mempengaruhi penanaman
modal, demikian juga halnya dengan sistem yang ada di daerah, baik sistem
55
perizinan maupun kondisi yang mendukung untuk investasi seperti tenaga
terampil dan tenaga terdidik. Berikut ini adalah perkembangan nilai
Penanaman Modal baik dalam negeri maupun dari Luar Negeri pada sektor
Industri di pulau Jawa :
Gambar 4.2
Laju Penanaman Modal Asing (PMA) Sektor Industri
di Pulau Jawa Tahun 2015-2017
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)
Berdasarkan gambar 4.1 diatas menunjukan bahwa nilai Penanaman Modal
Asing (PMA) per provinsi di Pulau Jawa pada tahun 2015-2017 tidak
semuanya mengalami kenaikan pada setiap tahunya. Terdapat dua provinsi
yang mengalami penurunan pada Investasi jenis PMA adalah DKI Jakarta dan
D.I Yogyakarta yang masing-masingnya mengalami penurunan pada tahun
2016.
Di Provinsi DKI Jakarta, menurunya nilai Penanaman Modal Asing
disebabkan oleh beberapa faktor. Seperti terbatasnya iklim investasi di
provinsi DKI Jakarta yang hanya berkutat pada properti, retail, transportasi,
dan jasa. Faktor lain kondisi ekonomi yang belum cukup stabil dengan daya
beli masyarakat yang justru menurun. Faktor penting lainya adalah situasi
politik dalam kontestasi Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 yang kian
0,0%
50,0%
100,0%
150,0%
200,0%
250,0%
BANTEN DKI DIY JAWABARAT
JAWATENGAH
JAWATIMUR
2015
2016
2017
56
memanas. Sehingga investor masih banyak menunggu dan melihat apakah
akan ada pergolakan pada tahun politik. Sedangkan kenaikan terbesar pada
investasi jenis Penanaman Modal Asing atau PMA itu sendiri terdapat pada
provinsi Banten yang terlihat pada tahun 2017 adalah sebesar 225,2%.
Peningkatan laju investasi ini menunjukkan tingginya minat investor asing
dalam menanamkan modalnya di provinsi Banten. Dalam hal ini Pemerintah
daerah provinsi Banten telah berupaya mendorong pertumbuhan Investasi
yang tidak sekadar mengandalkan potensi alam dan letak geografis semata
tetapi juga telah dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan rasio
kemudahan berusaha, melalui layanan yang prima. Seperti telah
diterapkannya Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) online. Dengan sistem
perizinan online ini, masyarakat tidak perlu repot atau bolak balik ke Dinas
teknis (terkait) untuk melengkapi persyaratan perizinan yang dimohonkan.
Faktor inilah yang menjadikan Provinsi Banten memiliki minat investor asing
yang tinggi.
Gambar 4.3
Laju Penanaman Modal Dalam Negeri Sektor Industri
di Pulau Jawa Tahun 2015-2017
Sumber : Badan Pusat Statistik
0,0%
10,0%
20,0%
30,0%
40,0%
50,0%
BANTEN DIY DKI JAWABARAT
JAWATENGAH
JAWATIMUR
2015
2016
2017
57
Berdasarkan gambar 4.3 diatas menunjukan bahwa nilai laju Penanaman
Modal Dalam Negeri (PMDN) per provinsi di Pulau Jawa pada Tahun 2015-
2017 tidak stabil. Seperti yang terjadi pada Provinsi Jawa Barat dimana pada
Tahun 2015 nilai PMDN di wilayah tersebut menunjukan kenaikan yang
cukup tinggi dibandingkan dengan provinsi lainya yang ada di Pulau Jawa
adalah sebesar 42,8%. Sementara pada tahun selanjutnya mengalami
penurunan yang cukup drastis sampai pada angka 24,1%. Pelambatan
investasi jenis PMDN ini diakibatkan oleh masalah kebijakan perizinan dan
persoalan dilapangan seperti minimnya laporan dari pengusaha ke dinas
terkait. Selain itu adanya faktor lain adalah ketimpangan penyebaran investasi
di provinsi Jawa Barat, dimana investasi lebih banyak terpusat di bagian barat
dan Bandung Raya, sehingga daerah yang lainya kurang begitu menarik bagi
investor. Namun, ditahun ketiga provinsi Jawa Barat kembali mengalami
peningkatan meskipun angkanya tidak terlalu signifikan dengan angka 27,8%.
Sedangkan pada provinsi D.I Yogyakarta memiliki nilai Penanaman
Modal Dalam Negeri (PMDN) yang sangat minim dibandingkan provinsi lain
yang ada di Pulau Jawa. Adanya aturan perpajakan di provinsi D.I
Yogyakarta yang semakin ketat merupakan sumber penyebab menurunnya
minat investasi pada masyarakat.
3. Perkembangan Tenaga Kerja Sektor Industri di Pulau Jawa
Perkembangan dan peningkatan jumlah penduduk di Pulau Jawa harus
diimbangi dengan terbuka lebarnya penyediaan kesempatan kerja agar
pengangguran tidak semakin luas. Selain sektor pertanian dan jasa yang
menyumbang penyerapan tenaga kerja di Pulau Jawa, sektor industri juga
58
berperan dalam mengurangi angka pengangguran melihat dari serapan tenaga
kerjanya. Di Pulau Jawa, tiap-tiap provinsi memiliki penyerapan tenaga kerja
yang relatif masih tinggi pada perusahaan atau usaha industri. Perkembangan
jumlah pekerja pada Sektor Industri di Pulau Jawa disajikan pada gambar di
bawah ini.
Gambar 4.4
Jumlah Tenaga Kerja Pada Sektor Industri
di Pulau Jawa Tahun 2015-2017
Sumber : Badan Pusat Statistik
Berdasarkan gambar 4.4 diatas dapat kita lihat bahwa penyerapan tenaga
kerja sektor Industri pada setiap provinsi di Pulau Jawa pada Tahun 2015-
2017 mengalami kenaikan yang tidak stabil atau fluktuatif. Kenaikan terbesar
didominasi oleh Provinsi Jawa Barat yang terlihat pada tahun 2017 adalah
sebesar 20.551.575 Jiwa. Hal ini menunjukan tingkat penyerapan Tenaga
Kerja pada sektor Industri di Provinsi Jawa Barat cukup tinggi dibandingkan
dengan provinsi lainya yang ada di Pulau Jawa. Peningkatan tersebut
disebabkan oleh keadaan Industri di Provinsi Jawa Barat yang terus
mengalami kemajuan dan struktur ekonomi Provinsi Jawa Barat yang juga
masih tetap didominasi oleh lapangan usaha Industri.
0
5000000
10000000
15000000
20000000
25000000
2015 2016 2017
BANTEN
DKI
DIY
JABAR
JATENG
JATIM
59
Sedangkan diantara provinsi yang lain yang ada di Pulau Jawa, provinsi
D.I Yogyakarta memiliki nilai penyerapan Tenaga Kerja yang masih sangat
rendah adalah sebesar 2.053.168 Jiwa. Salah satu yang menjadi penghambat
rendahnya penyerapan Tenaga Kerja di provinsi D.I Yogyakarta adalah upah
minimum yang belum sesuai dengan UMP/UMK, pengakuan dan
perlindungan hak atas kerja layak, serta belum adanya undang-undang yang
mengatur tetang buruh. Faktor lain bahwa terdapat pembedaan hak buruh atau
pekerja informal dan juga para pekerja formal di pabrik-pabrik atau industri.
B. Pemilihan Model Terbaik
1. Uji Chow (Chow Test)
Uji ini digunakan untuk memilih antara model Common Effect Model
atau Fixed Effect Model (FEM) dalam mengolah data panel. Hal ini
dikarenakan asumsi bahwa setiap unit cross section memiliki perilaku yang
sama cenderung tidak realistis mengingat tiap unit cross section memiliki
perilaku yang berbeda. Pengujian Uji Chow ini dilakukan dengan hipotesis
sebagai berikut.
H0 : Common Effect Model
H1 : Fixed Effect Model
Dibawah ini merupakan tampilan dari hasil uji Chow dengan
menggunakan tes Likelihood Ratio pada aplikasi E-views :
Tabel 4.3
Hasil Uji Chow (Chow Test)
Cross-section F 12407.439036 (5,39) 0.0000
Cross-section Chi-square 353.882698 5 0.0000
60
Dari tabel di atas, diketahui bahwa p-value dari uji F-statistik adalah sebesar
0.0000 (lebih kecil dari 0.05), sehingga dengan tingkat keyakinan 95% kita dapat
menolak H0. Ini berarti berdasarkan Uji F-statistik (Uji Chow), Fixed Effect Model
lebih tepat digunakan daripada Common Effect Model. Hasil selengkapnya
terdapat pada lampiran.
2. Uji Hausman (Hausman Test)
Uji Hausman adalah pengujian statistik untuk memilih apakah Fixed
Effect Model atau Random Effect Model yang lebih tepat digunakan.
Pengujian uji Hausman dalam penelitian ini dilakukan dengan hipotesis
berikut.
H0 : Random Effect Model
H1 : Fixed Effect Model
Statistik Uji Hausman ini mengikuti distribusi statistik Chi-
Squares dengan degree of freedom sebanyak k, dimana k adalah jumlah
variabel independen. Jika nilai statistik Hausman lebih besar dari nilai
kritisnya, maka H0 ditolak dan model yang lebih tepat adalah model Fixed
Effect Model sedangkan sebaliknya bila nilai statistik Hausman lebih kecil
dari nilai kritisnya, maka model yang lebih tepat adalah model Random Effect
Model. Untuk melakukan uji Hausman digunakan alat bantu software Eviews,
berikut merupakan tampilan hasilnya :
61
Tabel 4.4
Hasil Uji Hausman (Hausman Tests)
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 2.014838 3 0.5693
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 9
Hasil dari penghitungan statistik Hausman adalah sebesar 2.014838,
sedangkan nilai kritis Chi-Square dengan df sebesar 3 α = 0,05 adalah sebesar
0,5693 yang berarti bahwa nilai statustik Hausman lebih besar dari nilai dari
tingkat signifikansi 0,5. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0
diterima dan H1 ditolak, yang artinya model paling tepat digunakan dalam
penelitian ini adalah Random Effect Model.
3. Uji Lagrange Multiplier
Uji Lagrange Multiplier Test adalah analisis untuk menentukan metode
estimasi terbaik regresi data panel antara model Commont Effect dan model
Random Effect.
Tabel 4.5
Hasil Uji Lagrange Multiplier
Cross-section Time Both
Breusch-Pagan 109.1809 0.619092 109.8000
(0.0000) (0.4314) (0.0000)
Berdasarkan hasil pengujian dengan Uji Lagrange Multiplier (LM)
diatas dapat dilihat hasil bahwa nilai LM hitung adalah sebesar 0,0000 lebih
62
kecil dari 0,05. Dengan demikian maka dapat disimpulkan Ho ditolak dan H1
diterima, yang artinya model paling tepat digunakan dalam penelitian ini
adalah Random Effect Model.
C. Uji Kesesuaian Model
1. Koefisien Determinasi (Uji R2)
Perhitungan yang dilakukan untuk mengukur proporsi atau prosentase
dari variasi total variabel dependen yang mampu dijelaskan oleh model
regresi R2 dalam regresi.
Tabel 4.6
Koefisien Determinasi Model Random Effect
R-squared 0.705880
Adjusted R-squared 0.685827
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 9
Berdasarkan hasil regresi dengan model Random Effect Model yang
ditunjukkan pada tabel di atas, diketahui bahwa koefisien R-Squared adalah
sebesar 0,705880, ini berarti variabel dependen (PDRB) dapat dijelaskan oleh
variasi variabel independen sebesar 70%. Variasi lain (sebesar 30%)
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti atau tidak dimasukkan ke
dalam model penelitian ini.
2. Uji Signifikansi Simultan F-test (Uji F)
Tabel 4.7
Signifikansi Simultan Model Random Effect
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 9
63
Pada dasarnya, uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel bebas
yang dimasukkan dalam model memiliki pengaruh secara bersamaan terhadap
variabel terikat atau dependen. Berdasarkan hasil uji statistik F tabel output
Random Effect Model pada tabel 4.7, , PMDN, dan TK berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel PDRB. output regresi menunjukkan nilai
signifikansi Prob (F-statistic) sebesar 0.000000 < 0.05 (5%), sehingga dapat
disimpulkan bahwa secara bersama-sama variabel PMA
D. Uji Hipotesis
1. Analisis Regresi
Tabel 4.8
Random Effect Model
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -0.459967 6.545526 -0.070272 0.9443
LOGPMA? 0.121686 0.032875 3.701474 0.0006
LOGPMDN? 0.047383 0.014669 3.230178 0.0023
LOGTK? 0.893559 0.420684 2.124063 0.0393
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 9
Berdasarkan hasil riset perhitungan yang dilakukan dengan Random
Effect Model yang ditampilkan pada tabel 4.8, maka didapatkan persamaan
regresi linier berganda sebagai berikut :
LOGPDRB = -0,459967 + 0,121686 LOGPMAt + 0,047383 LOGPMDNt +
0,893559 LOGTKt +
Keterangan :
PDRB = Variabel Dependen
64
C = Konstanta
Log = Variabel yang disederhanakan
= Error Term
Berdasarkan persamaan regresi tersebut, maka dapat dianalisis pengaruh
masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen adalah
sebagai berikut :
a. Nilai koefisien regresi LogPMAit memiliki hubungan positif sebesar
0,121686 untuk variabel Penanaman Modal Asing, artinya setiap
perubahan 1% pada PMA, maka PDRB akan mengalami peningkatan
sebesar 0,12%.
b. Nilai koefisien regresi LogPMDNit memiliki hubungan yang positif
sebesar 0,047383 untuk variabel Penanaman Modal Dalam Negeri,
artinya setiap perubahan 1% pada PMDN, maka PDRB akan mengalami
peningkatan sebesar 0,047%
c. Nilai koefisien regresi LogTKit memiliki hubungan yang positif sebesar
0,893559 untuk variabel Tenaga Kerja, artinya setiap perubahan 1% pada
Tenaga Kerja maka PDRB akan mengalami peningkatan sebesar 0,89%.
2. Uji Parsial (Uji T)
Uji T merupakan pengujian yang digunakan untuk mencari tahu apakah
variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen.
Berikut adalah hasil penjelasan uji T yang ditampilkan pada tabel 4.8 dalam
penelitian :
65
a. Pengaruh Penanaman Modal Asing (PMA) terhadap Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) sektor Industri.
Berdasarkan hasil regresi dengan menggunakan Random Effect Model,
menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi variabel PMA sebesar 0,121686
dan tingkat probabilitas sebesar 0,0006 lebih kecil dari 0,05. Hal ini
menunjukan bahwa PMA berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap
PDRB sektor Industri yang artinya, ketika nilai PMA mengalami kenaikan
sebesar 1% maka akan menyebabkan nilai PDRB tersebut naik sebesar
0,12%. Jika tidak ada kenaikan atau penurunan dari nilai PMA maka akan
mengakibatkan nilai PDRB itu sendiri turun sebesar -0,45%.
Menurut hasil yang penulis dapatkan Penanaman Modal Asing (PMA)
sangat mempunyai dampak yang besar terhadap PDRB sub Sektor Industri di
Pulau Jawa. Ketika tidak terdapat Penanaman Modal Asing (PMA) nilai
PDRB sendiri akan mengalami penurunan atau defisit. Sesuai dengan
pandangan ekonomi penulis alangkah baiknya Investasi Asing lebih
ditingkatkan kembali sebagai penunjang produktifitas dari masyarakat di
Pulau Jawa.
Hasil dari penelitian ini juga mendukung temuan dari hasil penelitian
terdahulu yaitu penelitian yang dilakukan oleh Deddy Rustiono (2008) dalam
tesisnya dengan judul Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja dan
Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa
Tengah yang menyatakan bahwa variabel Penanaman Modal Asing (PMA)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
66
b. Pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) terhadap Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor Industri.
Berdasarkan hasil regresi dengan menggunakan Random Effect Model
menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi variabel PMDN sebesar 0,047383
dan tingkat probabilitas sebesar 0,0023 lebih kecil dari 0,05. Hal ini
menunjukan bahwa PMDN berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap PDRB sektor Industri yang artinya ketika nilai Penanaman Modal
Dalam Negeri (PMDN) mengalami kenaikan sebesar 1% maka akan
menyebabkan nilai PDRB tersebut naik sebesar 0,047%. Jika tidak ada
kenaikan atau penurunan dari nilai PMDN maka akan mengakibatkan nilai
PDRB itu sendiri turun sebesar -0,45%. Peningkatan Penanaman Modal
Dalam Negeri (PMDN) tersebut karena letak Pulau Jawa yang strategis dan
ditunjang dengan Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah serta
infrastruktur yang telah memadai sehingga PMDN menjadi sangat diminati di
Pulau Jawa.
Menurut hasil yang penulis dapatkan Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) sangat mempunyai dampak yang besar terhadap PDRB di Pulau
Jawa. Ketika tidak terdapat Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) nilai
PDRB akan mengalami penurunan atau defisit. Namun menurut penulis
pengaruh yang dihasilkan dari Investasi Dalam Negeri terbilang masih lebih
kecil dibandingkan dengan Investasi Asing, alangkah baiknya untuk
pemerintah lebih mendorong kegiatan Investasi Dalam negeri dibandinkan
Investasi Asing.
67
Hasil dari penelitian ini juga mendukung temuan dari hasil penelitian
terdahulu yaitu penelitian yang dilakukan oleh Mursalam Salim (2014) dalam
tesisnya dengan judul “Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja Terhadap PDRB
provinsi Papua” yang menyatakan bahwa variabel Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN) mempengaruhi secara positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi.
c. Pengaruh Tenaga Kerja (TK) terhadap Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) sektor Industri.
Berdasarkan hasil regresi dengan menggunakan Random Effect Model,
menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi variabel tenaga kerja sebesar
0,893559 dan tingkat probabilitas sebesar 0,0393 lebih kecil dari 0,05. Hal ini
menunjukan bahwa tenaga kerja berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap PDRB sektor Industri yang artinya ketika tenaga kerja mengalami
kenaikan sebesar 1% maka akan menyebabkan nilai PDRB tersebut naik
sebesar 0,89%. Jika tidak ada kenaikan atau penurunan dari nilai tenaga kerja,
maka akan mengakibatkan nilai PDRB itu sendiri turun sebesar -0,45%
(dengan asumsi ceteris paribus).
Menurut hasil yang penulis dapatkan tenaga kerja mempunyai dampak
yang besar terhadap PDRB sektor industri di Pulau Jawa. Ketika tidak
terdapat tenaga kerja maka nilai tersebut mengalami penurunan atau defisit.
Pengaruh atau dampak yang besar dari tenaga kerja terhadap PDRB sektor
industri terutama disebabkan posisi tenaga kerja sebagai salah satu faktor
produksi yang menggerakan perekonomian tiap daerah yang ada di Pulau
68
Jawa. Selain sebagai faktor produksi, tenaga kerja produktif juga merupakan
sumber penerimaan daerah dan sektor pajak dan merupakan konsumen.
Sesuai dengan pandangan ekonomi penulis, PDRB adalah suatu variabel
yang menggambarkan produktifitas dari suatu masyarakat (tenaga kerja),
maka sudah sewajarnya tenaga kerja itu ditingkatkan oleh pemerintah di
Pulau Jawa dibandingkan dengan Investasi baik asing maupun dalam negeri.
Peningkatan tenaga kerja ini bisa dilakukan dengan menambahkan lapangan
pekerjaan atau memberikan modal usaha kepada para pengusaha untuk dapat
memperkerjakan suatu individu atau perorangan sehingga produktifitas di
Pulau Jawa akan meningkat yang pada akhirnya akan mempunyai dampak
terhadap pertumbuhan ekonomi pada sektor industi.
Hasil dari penelitian ini juga mendukung temuan dari hasil penelitian
terdahulu yaitu penelitian yang dilakukan oleh Bambang Muqsyithu Wihda,
Dwisetia Poerwono (2014) dalam tesis dengan judul “Analisis Pengaruh
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), Penanaman Modal Asing (PMA),
Pengeluaran Pemerintah, dan Tenaga Kerja terhadap Pertumbuhan Ekonomi
di D.I Yogyakarta yang menyatakan bahwa variabel Tenaga Kerja (TK)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Selanjutnya akan dijelaskan hasil uji Random Effect Model Unstack untuk
menjelaskan bagaimana interprestasi nilai effect masing-masing individu
dalam penelitian.
69
Tabel 4.9
Hasil Uji Random Effect Model Unstack
Variable Coefficient
Random Effects (Cross) -0,459967
_BANTEN—C -4.456514
_DIY—C 1.032421
_DKI—C 3.083477
_JABAR—C 2.757850
_JATENG—C 2.191648
_JATIM—C -4.608882
Cross section Individual Effect
BANTEN -4,916481
DIY 0,572454
DKI 2,623514
JABAR 2,297883
JATENG 1,731681
JATIM - 5,068852
Dari hasil uji Random Effect Model Unstack dapat kita ketahui nilai
intersep akhir terlihat bahwa Provinsi DKI Jakarta memiliki nilai yang paling
tinggi, selanjutnya diikuti oleh Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I
Yogyakarta, Banten dan Jawa Timur.
a. Banten
Apabila masing-masing variabel PMA, PMDN, dan TK mengalami
perubahan sebesar 1% maka Banten akan mendapatkan pengaruh
individu terhadap PDRB sebesar -4,91%.
70
b. DIY
Apabila masing-masing variabel PMA, PMDN, dan TK mengalami
perubahan sebesar 1% maka DIY akan mendapatkan pengaruh individu
terhadap PDRB sebesar 0,57%.
c. DKI Jakarta
Apabila masing-masing variabel PMA, PMDN, dan TK mengalami
perubahan sebesar 1% maka DKI Jakarta akan mendapatkan pengaruh
individu terhadap PDRB sebesar 2,62%.
d. Jawa Barat
Apabila masing-masing variabel PMA, PMDN, dan TK mengalami
perubahan sebesar 1% maka Jawa Barat akan mendapatkan pengaruh
individu terhadap PDRB sebesar 2,30%.
e. Jawa Tengah
Apabila masing-masing variabel PMA, PMDN, dan TK mengalami
perubahan sebesar 1% maka Jawa Tengah akan mendapatkan pengaruh
individu terhadap PDRB sebesar 1,73%.
f. Jawa Timur
Apabila masing-masing variabel PMA, PMDN, dan TK mengalami
perubahan sebesar 1% maka Jawa Timur akan mendapatkan pengaruh
individu terhadap PDRB sebesar -5,06%.
Berikut ini adalah hasil rangkuman dari hasil analisis data dengan
menggunakan metode regresi Random Effect Model untuk menggambarkan
pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap variabel
dependen.
71
Tabel 4.10
Rangkuman Analisis Regresi
Variabel Independent Pengaruh Terhadap Variabel Dependent (PDRB)
Hipotesis Signifikansi dan Arah
Pengaruh
PMA Berpengaruh Signifikan Signifikan ( + )
PMDN Berpengaruh Signifikan Signifikan ( + )
TK Berpengaruh Signifikan Signifikan ( + )
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa dari 3 (tiga) variabel independen
yang diduga berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen, telah
terbukti bahwa ketiga variabel independen tersebut semuanya memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
Semua variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen
dengan signifikan sesuai dengan uji F, dan koefisien determinasi mampu
menjelaskan variasi variabel dependen sebesar 70%. Variasi lain (sebesar
30%) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti atau tidak dimasukkan
ke dalam model penelitian ini
72
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian yang dilakukan pada enam Provinsi di Pulau Jawa selama
periode 2010-2017 ini berfokus pada Pengaruh Penanaman Modal Asing
(PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), dan Tenaga Kerja
terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor Industri.
Berdasarkan pembahasan hasil analisis pada bab sebelumnya, penelitian ini
menghasilkan beberaapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil pengujian menunjukan bahwa Penanaman Modal Asing (PMA)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) sektor Industri di Pulau Jawa dengan nilai koefisien
sebesar 0,121686. Hal ini berarti jika nilai Penanaman Modal Asing naik
1%, maka akan menyebabkan nilai Produk Domestik Regional Bruto
meningkat sebesar 0,12%.
2. Hasil pengujian menunjukan bahwa Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) Sektor Industri di Pulau Jawa dengan nilai
koefisien sebesar 0,047383. Hal ini berarti jika nilai Penanaman Modal
Dalam Negeri (PMDN) meningkat 1%, maka akan menyebabkan nilai
pada Produk Domestik Regional Bruto meningkat sebesar 0,047%.
Sehingga adanya kenaikan Penanaman Modal Dalam Negeri akan
menyebabkan pertumbuhan ekonomi meningkat. Penanaman Modal
Dalam Negeri merupakan suatu hal penting bagi suatu daerah dalam
melakukan pembangunan ekonominya guna mengurangi konsumsi
73
masyarakat terhadap produk-produk asing yang dapat mengurangi tingkat
tabungan yang tercipta pada masa yang akan datang.
3. Hasil pengujian menunjukan jumlah Tenaga Kerja mempunyai pengaruh
positif dan signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Sektor Industri di Pulau Jawa dengan nilai koefisien sebesar 0,0893559.
Hal ini berarti jika jumlah Tenaga Kerja naik sebesar 1%, maka akan
menyebabkan nilai Produk Domestik Refional Bruto (PDRB) mengalami
kenaikan sebesar 0,89%. Sehingga jika ada peningkatkan jumlah Tenaga
Kerja yang bekerja di Industri maka akan meningkatkan output.
Peningkatan output berarti pula peningkatan PDRB sub Sektor Industri.
4. Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN), dan Tenaga Kerja secara simultan menunjukan pengaruh yang
positif dan signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Sektor Industri di Pulau Jawa. Output regresi menunjukkan nilai
signifikansi Prob (F-statistic) sebesar 0.000000 < 0.05 (5%), sehingga
dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama variabel PMA
74
B. Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan di atas, peneliti mengajukan
beberapa saran bagi pihak terkait (dalam hal ini pemerintah) sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal
Dalam Negeri, maka pemerintah perlu membuat kebijakan untuk
mendukung iklim investasi yang kondusif, memberikan kemudahan
dalam perijinan dan pajak serta kejelasan sistim ketenagakerjaan.
Sehingga cita-cita dalam mensejahterakan masyarakat dapat tercapai
dengan maksimal.
2. Pemerintah harus lebih mempertegas peraturan perundang-undangan
yang berlaku mengenai arus investasi asing maupun dalam negeri. Akan
lebih baik lagi jika Pemerintah dapat meningkatkan investasi atau
penanaman modal berdasarkan potensi yang ada pada tiap daerahnya
masing-masing.
3. Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan bisa dijadikan sebuah
bahan referensi untuk kegiatan mengajar ataupun penelitian selanjutnya.
Dikarenakan penelitian ini masih memiliki kekurangan seperti
keterbatasan dalam memperoleh data dan periode waktu yang digunakan
hanya 5 tahun, maka penelitian selanjutnya diharapkan mampu
memberikan hasil penelitian yang lebih baik.
75
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik, (Banten, D.I Yogyakarta, DKI Jakarta, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur) Dalam Angka Tahun 2010-
2017
Bambang Muqsyithu Wihda, Dwisetia Poerwono (2014), “Analisis Pengaruh
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), Penanaman
Modal Asing (PMA), Pengeluaran Pemerintah, dan Tenaga
Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di D.I.
Yogyakarta”. Jurnal Ekonomi Universitas Diponegoro
Batari Saraswati Karlita dan Edy Yusuf (2013), “Pengaruh Investasi, Tenaga
Kerja, dan Ekspor terhadap PDRB sektor Industri di kota
Semarang tahun 1993-2010”.
Deddy Rustiono (2008), “Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja dan
Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi
di Provinsi Jawa Tengah” Tesis
Enik Kusminarti, T.Hadi dan E.Santoso (2015), “Analisis Pengaruh Investasi
dan Tenaga Kerja terhadap Industri Pengolahan di Jawa
Timur”. Jurnal Ekonomi Universitas Jember
Ernita dkk 2013 dan Pramusinta (2012), Analisis Pengaruh Investasi dan
Tenaga Kerja terhadap Industri Pengolahan di Jawa Timur
Fauzi Hidayat (2011), Analisis Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja
Terhadap Pertunbuhan Sub Sektor Industri di Kabupaten
Bekasi. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta
Gujarati, Damodar. N dan Dawn. C. Porter (2012), Dasar-dasar Ekonometrika.
Buku 1. Edisi 5. Penerbit Salemba Empat. Jakarta
76
Hasibuan, Malayu SP (2000), Manajemen Sumber Daya Manusia, STIE YKPN,
Yogyakarta.
Kurnia Maharani dan Sri Isnowati, Kajian Investasi, Pengeluaran Pemerintah,
Tenaga Kerja dan Keterbukaan Ekonomi Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah (Vol 21
N0. 1 2014 Edisi Maret)
Kementrian PPN/BAPPENAS, Laporan Perkembangan Ekonomi Indonesia
dan Dunia TW III Tahun 2017
Mulyadi.S (2014), Ekonomi Sumber Daya Manusia dalam Perspektif
Pembangunan Vol. Edisi Revisi
Mursalam Salim (2014), “Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja terhadap
PDRB provinsi Papua pada tahun 2006-2013”. Jurnal
Ekonomi Universitas Yapis Papua
Prasetyo.E (2011), Analisis Pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri (
PMDN ), Penanaman Modal Asing ( PMA ), Tenaga Kerja ,
Dan Ekspor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Jawa.
SK Menteri Perindustrian Nomor 19/M/I/1986, Tentang Klasifikasi Industri
Sukirno. S (2003), Pengantar Teori Ekonomi Makro, Jakarta : Grafindo
Persada
UU No.1 Tahun 1967 dan UU No. 11 Tahun 1970, Tentang Penanaman Modal
Asing (PMA)
UU No.6 Tahun 1968 dan UU No. 12 Tahun 1970, Tentang Penanaman Modal
Dalam Negeri (PMDN)
UU No.25 Tahun 2007, Tentang Penanaman Modal tujuan Penyelenggaraan
Penanaman Modal)
UU No.13 Tahun 2003, Tentang Tenaga Kerja
77
Wardhono, Adhitya (2004), Mengenal Ekonometrika Teori dan Aplikasi.
Germany : Geottingen
Wiranata.S (2004), Pengembangan Investasi di Era Globalisasi dan Otonomi
Daerah. Jurnsl Ekonomi dan Pembangunan, XII (1) 2004
Ningrum. V (2008), Penanaman Modal Asing dan Penyerapan Tenaga Kerja
di Sektor Industri. PPK LIPI Jakarta, Vol III No 2:43
78
L A M P I R A N
79
LAMPIRAN 1
DATA MENTAH OBSERVASI PENELITIAN
TAHUN PROVINSI PDRB PMDN PMA TK
2010 DKI 152651310 4598517 6428732 4689761
2011 DKI 156240345 9256404 4824000 4528589
2012 DKI 160011696 8540071 4107721 4823858
2013 DKI 168558608 7646334 2589642 4668239
2014 DKI 177774890 17811428 4509363 4634369
2015 DKI 186802723 15512725 3619392 4724029
2016 DKI 193638322 12216900 3398200 4861832
2017 DKI 207993135 47234635 5971589 4509171
2010 JABAR 403571247 66738464 3885648 16942444
2011 JABAR 448520832 73055460 4144563 17407516
2012 JABAR 487760808 1602398676 3936013 18615753
2013 JABAR 544183778 2601800518 6750090 18731943
2014 JABAR 604759573 3790760119 6561946 19230943
2015 JABAR 656140108 2551015851 7173392 18791482
2016 JABAR 702139264 1149304360 15033893 19202038
2017 JABAR 755387256 1527544484 16484638 20551575
2010 JATENG 215156475 62645962 3842645 15809447
2011 JATENG 226325617 77582634 4567151 15822765
2012 JATENG 241528856 163395267 4722357 16531395
2013 JATENG 254694119 185908875 5203115 16469960
2014 JATENG 271526773 314228054 5955853 16550682
2015 JATENG 284306592 736968685 7271740 16435142
2016 JATENG 295960836 290703524 7554842 16511136
2017 JATENG 308770222 360585394 8036525 17186674
2010 DIY 9215500 20634368 2146753 1775148
2011 DIY 9711792 23131436 2407798 1839824
2012 DIY 9435888 28059446 4362836 1906145
2013 DIY 10084213 28646544 1290367 1886071
2014 DIY 10469749 356854629 2486938 1956043
2015 DIY 10693036 395166245 2318375 1891218
2016 DIY 11234473 452281969 1030795 2042400
2017 DIY 11878962 481744849 2872522 2053168
2010 JATIM 292708 410094634 3805371 18698108
2011 JATIM 306072 262396217 5365235 18463606
2012 JATIM 326682 463109128 6378130 19338902
2013 JATIM 345795 389544629 7996791 19553910
80
2014 JATIM 372316 857240642 7112194 19306508
2015 JATIM 393273 569465326 6897754 19367777
2016 JATIM 411028 784284432 9463225 19114563
2017 JATIM 452131 948953784 13867432 20099220
2010 BANTEN 107807 68306747 6316994 4583085
2011 BANTEN 113462 75772464 8407710 4376110
2012 BANTEN 118846 92983672 12986902 4662368
2013 BANTEN 128133 140088625 13720210 4687626
2014 BANTEN 130306 184812986 20346277 4853992
2015 BANTEN 134907 1070989640 18419694 4825460
2016 BANTEN 139074 1242631110 21206210 5088497
2017 BANTEN 144219 1514190470 24746950 5077400
81
LAMPIRAN 2
DATA OBSERVASI DALAM BENTUK LOGARITMA
logpdrb Logpmdn logpma Logtk
18,84366686 15,3412444 15,6762879 15,36089218
18,86690605 16,0408262 15,389114 15,32592097
18,89075747 15,9602799 15,2283789 15,38908458
18,94279407 15,8497369 14,7670302 15,35629247
18,99602865 16,6953508 15,3216665 15,34901061
19,04556366 16,5571712 15,1018166 15,3681726
19,08150266 16,3183308 15,0387564 15,39692588
19,15301563 17,670638 15,6025236 15,32162388
19,8158636 18,016292 15,1728003 16,64533251
19,92146569 18,1067294 15,2373079 16,67241262
20,0053357 21,1947675 15,1856788 16,73951872
20,11479757 21,6794695 15,7250664 16,74574081
20,22034154 22,0558324 15,6967978 16,77203115
20,3018849 21,6597575 15,7858892 16,74891424
20,36964232 20,8624227 16,5258177 16,77052698
20,4427411 21,1469274 16,6179395 16,83844814
19,18687611 17,9530098 15,1616715 16,57611823
19,2374853 18,1668542 15,3344002 16,57696028
19,30249951 18,9116828 15,3678186 16,62077186
19,35557385 19,0407672 15,464768 16,61704867
19,4195713 19,5656296 15,599885 16,62193787
19,46556376 20,418056 15,7995062 16,61493241
19,50573769 19,4878145 15,8376992 16,61954562
19,54810794 19,7032394 15,8995073 16,65964487
16,03639741 16,8424686 14,579467 14,38939436
16,08885134 16,9567031 14,6942232 14,42518047
16,06003085 17,1498359 15,2886329 14,46059344
16,12648172 17,1705434 14,0704372 14,45000639
16,16400057 19,6928391 14,7265628 14,48643411
16,18510322 19,7948171 14,6563771 14,45273162
82
16,23449752 19,9298164 13,8458409 14,52963614
16,29027953 19,9929252 14,8707009 14,53489452
12,58693214 19,8318985 15,151924 16,7439329
12,63157682 19,3853662 15,4954507 16,73131211
12,6967418 19,9534733 15,6683855 16,77762927
12,75360012 19,780489 15,8945509 16,78868582
12,82749901 20,5692292 15,7773213 16,7759528
12,88225918 20,1602085 15,7467064 16,77912126
12,92641757 20,4802823 16,0629238 16,76596106
13,02172775 20,6708707 16,4450536 16,81619157
11,58809379 18,0395191 15,658754 15,33788291
11,63922634 18,1432455 15,9446597 15,29167076
11,6855855 18,3479345 16,3794519 15,35503403
11,76082742 18,7577858 16,4343805 15,36043683
11,77764004 19,034855 16,8284085 15,39531202
11,81234442 20,791849 16,728931 15,38941662
11,84275814 20,9404968 16,8698046 15,44249306
11,8790893 21,1381468 17,0242128 15,44030988
83
LAMPIRAN 3
HASIL UJI CHOW
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: Untitled
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 12407.439036 (5,39) 0.0000
Cross-section Chi-square 353.882698 5 0.0000
Cross-section fixed effects test equation:
Dependent Variable: LOGPDRB?
Method: Panel Least Squares
Date: 07/18/19 Time: 13:18
Sample: 1 8
Included observations: 8
Cross-sections included: 6
Total pool (balanced) observations: 48
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 27.74496 10.30665 2.691947 0.0100
LOGPMDN? -0.386974 0.288276 -1.342372 0.1864
LOGPMA? -2.120137 0.687439 -3.084110 0.0035
LOGTK? 1.834745 0.563011 3.258809 0.0022
R-squared 0.291192 Mean dependent var 16.53191
Adjusted R-squared 0.242864 S.D. dependent var 3.308120
S.E. of regression 2.878514 Akaike info criterion 5.032081
Sum squared resid 364.5770 Schwarz criterion 5.188014
Log likelihood -116.7699 Hannan-Quinn criter. 5.091008
F-statistic 6.025335 Durbin-Watson stat 0.125271
Prob(F-statistic) 0.001571
84
LAMPIRAN 4
HASIL UJI HAUSMAN TES
Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 2.014838 3 0.5693
Cross-section random effects test comparisons:
Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob.
LOGPMA? 0.121807 0.121686 0.000006 0.9621
LOGPMDN? 0.047274 0.047383 0.000004 0.9585
LOGTK? 0.899688 0.893559 0.008929 0.9483
Cross-section random effects test equation:
Dependent Variable: LOGPDRB?
Method: Panel Least Squares
Date: 07/17/19 Time: 18:05
Sample: 1 8
Included observations: 8
Cross-sections included: 6
Total pool (balanced) observations: 48
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -0.557167 6.496670 -0.085762 0.9321
LOGPMA? 0.121807 0.032973 3.694114 0.0007
LOGPMDN? 0.047274 0.014815 3.190900 0.0028
LOGTK? 0.899688 0.431166 2.086642 0.0435 Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.999555 Mean dependent var 16.53191
Adjusted R-squared 0.999463 S.D. dependent var 3.308120
S.E. of regression 0.076636 Akaike info criterion -2.132142
Sum squared resid 0.229049 Schwarz criterion -1.781292
Log likelihood 60.17142 Hannan-Quinn criter. -1.999556
F-statistic 10942.40 Durbin-Watson stat 1.110348
Prob(F-statistic) 0.000000
85
LAMPIRAN 5
UJI LAGRANGE MULTIPLIER
Lagrange Multiplier Tests for Random Effects
Null hypotheses: No effects
Alternative hypotheses: Two-sided (Breusch-Pagan) and one-sided
(all others) alternatives
Test Hypothesis
Cross-section Time Both
Breusch-Pagan 109.1809 0.619092 109.8000
(0.0000) (0.4314) (0.0000)
Honda 10.44897 -0.786824 6.832167
(0.0000) -- (0.0000)
King-Wu 10.44897 -0.786824 7.472638
(0.0000) -- (0.0000)
Standardized Honda 16.53188 -0.600316 5.899980
(0.0000) -- (0.0000)
Standardized King-Wu 16.53188 -0.600316 6.976921
(0.0000) -- (0.0000)
Gourierioux, et al.* -- -- 109.1809
(< 0.01)
*Mixed chi-square asymptotic critical values:
1% 7.289
5% 4.321
10% 2.952
86
LAMPIRAN 6
RANDOM EFFECT MODEL
Dependent Variable: LOGPDRB?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 07/17/19 Time: 18:06
Sample: 1 8
Included observations: 8
Cross-sections included: 6
Total pool (balanced) observations: 48
Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -0.459967 6.545526 -0.070272 0.9443
LOGPMA? 0.121686 0.032875 3.701474 0.0006
LOGPMDN? 0.047383 0.014669 3.230178 0.0023
LOGTK? 0.893559 0.420684 2.124063 0.0393
Random Effects (Cross)
_BANTEN--C -4.456514
_DIY--C 1.032421
_DKI--C 3.083477
_JABAR--C 2.757850
_JATENG--C 2.191648
_JATIM--C -4.608882
Effects Specification
S.D. Rho
Cross-section random 3.995517 0.9996
Idiosyncratic random 0.076636 0.0004
87
Weighted Statistics
R-squared 0.705880 Mean dependent var 0.112106
Adjusted R-squared 0.685827 S.D. dependent var 0.135186
S.E. of regression 0.075773 Sum squared resid 0.252629
F-statistic 35.19967 Durbin-Watson stat 1.004843
Prob(F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics
R-squared 0.002712 Mean dependent var 16.53191
Sum squared resid 512.9570 Durbin-Watson stat 0.000495
88
LAMPIRAN 7
FIXED EFFECT MODEL
Dependent Variable: LOGPDRB?
Method: Pooled Least Squares
Date: 07/17/19 Time: 18:07
Sample: 1 8
Included observations: 8
Cross-sections included: 6
Total pool (balanced) observations: 48
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -0.557167 6.496670 -0.085762 0.9321
LOGPMA? 0.121807 0.032973 3.694114 0.0007
LOGPMDN? 0.047274 0.014815 3.190900 0.0028
LOGTK? 0.899688 0.431166 2.086642 0.0435
Fixed Effects (Cross)
_BANTEN--C -4.453651
_DIY--C 1.041241
_DKI--C 3.086610
_JABAR--C 2.752897
_JATENG--C 2.187322
_JATIM--C -4.614420
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.999555 Mean dependent var 16.53191
Adjusted R-squared 0.999463 S.D. dependent var 3.308120
S.E. of regression 0.076636 Akaike info criterion -2.132142
Sum squared resid 0.229049 Schwarz criterion -1.781292
Log likelihood 60.17142 Hannan-Quinn criter. -1.999556
F-statistic 10942.40 Durbin-Watson stat 1.110348
Prob(F-statistic) 0.000000
89
LAMPIRAN 8
COMMONT EFFECT MODEL
Dependent Variable: LOGPDRB?
Method: Pooled Least Squares
Date: 07/17/19 Time: 18:08
Sample: 1 8
Included observations: 8
Cross-sections included: 6
Total pool (balanced) observations: 48
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LOGPMA? -0.867415 0.539955 -1.606459 0.1152
LOGPMDN? -0.493213 0.304738 -1.618482 0.1125
LOGTK? 2.477547 0.544103 4.553450 0.0000
R-squared 0.174454 Mean dependent var 16.53191
Adjusted R-squared 0.137763 S.D. dependent var 3.308120
S.E. of regression 3.071811 Akaike info criterion 5.142873
Sum squared resid 424.6210 Schwarz criterion 5.259823
Log likelihood -120.4290 Hannan-Quinn criter. 5.187069
Durbin-Watson stat 0.039583