pengaruh pendampingan terhadap pengetahuan …/pengaruh... · termasuk dalam kesiapan rs...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP PENGETAHUAN MAHASISWA
KEPERAWATAN DAN KOMPETENSI BLADDER TRAINING
DI RS ORTOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO
SURAKARTA
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan
Oleh :
DHIANI BUDIATI
S541108122
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERNYATAAN ORISINALITAS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :
Nama : Dhiani Budiati
NIM : S541108122
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul :
PENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP PENGETAHUAN MAHASISWA
KEPERAWATAN DAN KOMPETENSI BLADDER TRAINING DI RS
ORTOPEDI PROF.DR. R. SOEHARSO SURAKARTA
Adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi tanda
khusus dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar
yang saya peroleh dari tesis ini
Surakarta, Desember 2012
Yang membuat pernyataan
Dhiani Budiati
iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam
majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan
apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan. (al Mujaadillah 11)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku,
sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun
Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula). (Al Kahfi 109)
Tesis ini kupersembahkan kepada :
1. Suami tercinta. 2. Anak-anakku tersayang: Luthfi, Jaya, Farah Nur Rohmah. 3. Kedua orang- tuaku tersayang. 4. Saudara-saudaraku. 5. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
Pascasarjana UNS.
v
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya dalam memberikan
kemudahan penulis dalam penyusunan tesis ini, sehingga dapat terselesaikan dengan
baik.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini telah banyak melibatkan
berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan rasa
hormat, penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberi ijin penelitian dan kesempatan belajar yang seluas-luasnya sehingga
tesis ini dapat penulis selesaikan
2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, MS Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas
Maret Surakarta yang telah memberi ijin penelitian dan kesempatan belajar yang
seluas-luasnya sehingga tesis ini dapat penulis selesaikan.
3. Dr. Hari Wujoso, dr. Sp.F.,MM selaku Ketua Program Studi Magister Kedokteran
Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus sebagai pembimbing II, yang
telah memberikan petunjuk, bimbingan, dan dorongan sehingga tesis ini dapat penulis
selesaikan.
4. Prof.Dr.Didik Gunawan Tamtomo, dr,MM,M.Kes.,PAK selaku pembimbing I dalam
penyusunan tesis ini, yang telah memberikan bimbingan dan arahan yang sangat
berarti, penuh kesabaran dan pengorbanan dalam penyusunan tesis ini, sehingga dapat
penulis selesaikan dengan baik.
vi
5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Universitas
Sebelas Maret Surakarta, yang telah banyak memberikan bekal ilmu pengetahuan
sehingga mempermudah penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
6. Jajaran Direksi RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta yang telah memberi ijin
penulis untuk menempuh pendidikan pada Program Studi Magister Kedokteran
Keluarga Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
7. Rekan-rekan sejawat di RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta yang telah
membantu dalam penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8. Teman-teman mahasiswa angkatan 2011 Program Studi Magister Kedokteran
Keluarga Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan
motivasi dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini, yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga bimbingan, dorongan dan bantuan yang telah diberikan menjadi amal
kebaikan dan mendapat pahala dari Allah SWT.
Surakarta, Desember 2012
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ………………………………………………………………………………...i
PENGESAHAN PEMBIMBING ……………………………………….…….……..ii
PENGESAHAN PENGUJI ………………………………………………………….iii
PERNYATAAN ORISIONALITAS ……………………………………………… iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ……………………………………………………v
KATA PENGANTAR ………… …………………………………………………….vi
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………..viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………….....xi
DAFTAR TABEL……………………………………………………………………xii
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………… . xiii
ABSTRAK …………………………………………………………………………...xiv
ABSTRACT ………………………………………………………………………….xv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah …………………………………………….…1
B. Rumusan Masalah ……………………………………..………………4
C. Tujuan Penelitian …………………………………………..………….4
D. Manfaat Penelitian …………………………………………………….5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ……………………………………………...…………....6
1. Pendampingan …………………………………………………...6
2. Demonstrasi …………………………………………………..…13
3. Pengetahuan ………………………….………………………….15
viii
4. Kompetensi ………………………………….………………….21
5. Kompetensi Bladder Training………………………….…….….24
B. Penelitian yang Relevan …………………………………….……….32
C. Kerangka Berfikir ……………………………………………..……..33
D. Hipotesis ………………………………………………………..…. ..35
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………………….36
B. Jenis Penelitian ……………………………………………………...36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C. Populasi, Sampel dan Tehnik Sampling……………………………..37
D. Variabel Penelitian…………………………………………………..37
E. Definisi Operasional ………………………………………………..38
F. Instrumen Penelitian ………………………………………………..39
G. Tehnik Analisis Data ……………………………………………….44
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data………………………………………………………47
B. Uji Prasyarat ………………………………………………………..52
C. Uji Hipotesis ………………………………………………………..56
D. Pembahasan …………………………………………………………61
BAB V. PENUTUP
A. Simpulan …………………………………………………………….68
B. Implikasi …………………………………………………………….68
C. Saran ………………………………………………………………...69
ix
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ……………………….. ……………………..34
Gambar 4.1 Grafik Histogram Pengetahuan Pada Pendampingan ………… ..48
Gambar 4.2 Grafik Histogram Pengetahuan Pada Demonstrasi………………49
Gambar 4.3 Grafik Histogram Kompetensi Bladder Training
Pada Pendampingan ……………………………………………..50
Gambar 4.4 Grafik Histogram Kompetensi Bladder Training
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pada Demonstrasi ………………………………………………..52
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pada Pendampingan……………47
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pada Demonstrasi ……………...48
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Kompetensi Bladder Training
Pada Pendampingan ……………………………………………….50
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kompetensi Bladder Training
Pada Demonstrasi …………………………………………………..51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Data Pendampingan………………………….52
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Data Demonstrasi…………………………….53
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Kisi-kisi Instrumen Sebelum Uji Coba …………………………….75
Lampiran 2 : Kuesioner Penelitian Sebelum Uji Coba …………………………...76
Lampiran 3 : Lembar Jawaban ……………………………………………………81
Lampiran 4 : Kunci Jawaban Tes Pengetahuan…………………………………...82
Lampiran 5 : Tingkat Kesukaran …………………………………………………83
Lampiran 6 : Daya Beda ………………………………………………………….85
Lampiran 7 : Validitas Point Biserial …………………………………………….86
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran 8 : Reliabilitas KR-20 …………………………………………………87.
Lampiran 9 : Kisi-kisi Instrumen Uji Coba ………………………………………88
Lampiran 10 : Kuesioner Penelitian Uji Coba ……………………………………..89
Lampiran 11 : Lembar Jawaban ……………………………………………………93
Lampiran 12 : Kunci Jawaban Tes Pengetahua ……………………………………94
Lampiran 13 : SOP Bladder Training pada Tulang Belakang …………………….95
Lampiran 14 : Data Deskriptif …………………………………………………….97
Lampiran 15 : Hasil Uji Normalitas ……………………………………………..101
Lampiran 16 : Hasil Uji Homogenitas dan t-test Pengetahuan ………………….102
Lampiran 17 : Hasil Uji Homogenitas dan t-tesr Kompetensi Bladder Training ..103
Lampiran 18 : Surat Permohonan Responden ……………………………………104
Lampiran 19 : Informed Consent …………………………………………………105
Lampiran 20 : Surat Ijin Penelitian ……………………………………………….106
Lampiran 21 : Daftar Riwayat Hidup …………………………………………….108
xiii
ABSTRAK
Dhiani Budiati. S541108122. Pengaruh Pendampingan Terhadap Pengetahuan Mahasiswa Keperawatan Dan Kompetensi Bladder Training Di RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. Komisi Pembimbing I Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr. MM. M.Kes, PAK dan Pembimbing II Dr. Hari Wujoso, dr. Sp.F. MM. Tesis. Magister Kedokteran Keluarga. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2012. Latar Belakang : Pengalaman belajar klinik atau lapangan diperlukan untuk menumbuhkan dan membina kemampuan dan sikap profesional. Rumah sakit merupakan salah satu sarana penting untuk mengembangkan pengalaman belajar klinik. Proses pendampingan menetapkan, menjelaskan arah dan tujuan serta mengembangkan rencana kerja untuk mencapai tujuan, dan diberikan kemampuan untuk mengambil dan melaksanakan tanggung jawab setiap rencana kerja. Pengetahuan mahasiswa merupakan faktor penting yang harus diperhatikan, adanya pengetahuan mahasiswa ada keinginan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kemauan dan kemampuan mendapatkan pengetahuan yang benar dan dapat mengintrepetasikan materi tersebut secara benar pada kompetensi bladder training. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara pendampingan dan demonstrasi terhadap pengetahuan mahasiswa keperawatan dan kompetensi bladder training. Metode : Desain dalam penelitian ini adalah Quasi eksperimental dengan post test only control design. Populasi penelitian ini seluruh mahasiswa yang praktek di RS Ortopedi Prof.Dr. R.Soeharso Surakarta dari tanggal 28 September – 31 Oktober 2012. Pengambilan sampel menggunakan metode total sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner pengetahuan dan kompetensi bladder training menggunakan ceklist. Data dianalisis dengan menggunakan Independent Samples t Test. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara pendampingan dan demonstrasi terhadap pengetahuan mahasiswa keperawatan (t = 3,048
demonstrasi terhadap kompetensi bladder training Simpulan : Pendampingan dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa keperawatan dan kompetensi bladder training. Disarankan pada pembimbing klinik / clinical instructur (CI) agar melakukan pendampingan terbukti mampu meningkatkan pengetahuan mahasiswa keperawatan dan kompetensi bladder training.
Kata Kunci : Pendampingan, Pengetahuan, Kompetensi.
xiv
ABSTRACT
Dhiani Budiati. S541108122. Influence of Coaching to Nursing Students’ Knowledge and Bladder Training Competence in Prof. Dr. R. Soeharso Orthopedic Hospital of Surakarta. Counselor Commission I Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr. MM. M.Kes., PAK and Counselor II Dr. Hari Wujoso, dr. Sp.F. MM. Magister of Family Medical. Magister Program of Sebelas Maret University of Surakarta. 2012. Background: Clinical or in field learning experience is needed to grow and develop professional ability and attitude. A Hospital is one of the media for developing clinical learning experience. Coaching process determines, directs the goal and direction and develops work plan for reaching the goals. And in this process nursing students are also given ability to take and do responsibility of every work plan. Students’ knowledge is an
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
important factor that must be paid of attention. It means students can get motivation and ability correctly on bladder training. Objective: This research is aimed to recognize the difference between coaching and demonstration to nursing students’ knowledge and competence on bladder training. Method: The design of this research is experimental quasi with post test only control design. The research population is all nursing students who in field practice in Prof. Dr. R. Soeharso Orthopedic Hospital of Surakarta from September 28th – October 31st, 2012. The sampling process was done by using total sampling method. The data was collected by using checklist questionnaire for knowledge and competence on bladder training. The data analysis of this research is by using Independent Sample Test. Result: The research result shows that there is significant difference between coaching
also difference between coa= 0,000). Conclusion: Coaching can increase nursing students’ knowledge and competence on bladder training. It can be suggested and informed to the clinical instructor (CI) that doing coaching is proven to develop nursing students’ knowledge and competence on bladder training.
Keywords : Coaching, Knowledge, Competence.
xv
PENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP PENGETAHUAN MAHASISWA
KEPERAWATAN DAN KOMPETENSI BLADDER TRAINING DI TIM SPINE
RUANG BOUGENVILE DAHLIA
RS ORTOPEDI PROF.DR.R.SOEHARSO
SURAKARTA
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan
Oleh :
DHIANI BUDIATI
S541108122
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kurikulum nasional menentukan untuk pendidikan bagi calon–calon
perawat profesional / mahasiswa keperawatan, proses belajar mengajar lebih
banyak diarahkan pada pengembangan kompetensi peserta didik yaitu dengan
perbandingan 40% teori dan 60% praktek ketrampilan. Perubahan kurikulum
pendidikan sarjana keperawatan yang lebih berorientasi pada kompetensi Kegiatan
Bimbingan Klinik (KBK) tentu memberikan implikasi pada berbagai perubahan
termasuk dalam kesiapan RS Pendidikan. Melalui praktek klinik keperawatan,
mahasiswa diharapkan dapat menerapkan teori yang telah diajarkan di kelas dan
laboratorium (Pusdiknakes, 2001).
Pengalaman belajar klinik atau lapangan pada pendidikan tinggi keperawatan
mutlak diperlukan untuk menumbuhkan dan membina kemampuan dan sikap
keperawatan profesional. Rumah sakit merupakan salah satu sarana penting untuk
mengembangkan pengalaman belajar klinik. Proses Belajar Klinik / Lapangan
(PBK/L) dilaksanakan pada beberapa tempat atau fasilitas pelayanan kesehatan
yang membentuk satu kesatuan yaitu jaringan tempat praktek. Penampilan
profesional pada peserta didik tergantung pada keadaan jaringan tempat praktek
yang digunakan, terutama rumah sakit pendidikan.
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Pendidikan keperawatan dilaksanakan berdasarkan pencapaian kemampuan dan
sikap keperawatan yang ditetapkan sesuai dengan standar pendidikan
keperawatan yang harus dicapai. Tempat praktek keperawatan yaitu rumah sakit
yang digunakan untuk pendidikan keperawatan harus memungkinkan untuk
pelaksanaan rangkaian kegiatan pengalaman belajar klinik pada pendidikan
Keperawatan. Rumah sakit merupakan fasilitas yang harus ada karena menjadi
tempat mengembangkan pengalaman belajar klinik (Emilia , 2008) sehingga
mahasiswa dapat menguasai kemampuan dan ketrampilan profesional serta
memiliki sikap profesional yang diperolehnya melalui praktek profesional secara
nyata.
Metode pembelajaran yang efektif adalah metode pembelajaran yang
memiliki landasan teoritik yang humanistik, lentur, adaptif, berorintasi kekinian,
memiliki pembelajaran sederhana, mudah dilakukan, dapat mencapai tujuan dan
hasil belajar yang baik. Metode pembelajaran yang dapat diterapkan pada bidang
studi hendaknya dikemas koheren dengan hakikat pendidikan bidang studi
tersebut (Santyasa, 2007)
Perubahan dalam metode pembelajaran berpengaruh terhadap keberhasilan
dalam tujuan pembelajaran, terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat
diterapkan dilahan praktek antara lain mentoring, coaching/pendampingan, bed site
teaching, dan demontrasi. Metode bimbingan di lahan yang sering dipakai adalah
demontrasi.
Proses pendampingan menetapkan dan menjelaskan arah dan tujuan untuk
mengembangkan rencana-rencana kerja dalam mencapai tujuan, selain itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
diberikan kemampuan untuk mengambil dan melaksanakan tanggung jawab di
setiap rencana kerja.
Masalah dalam keperawatan, salah satunya pada kompetensi bladder training
pada mahasiswa keperawatan di tim Spine, dari hasil evaluasi pembimbing klinik
85 %, mahasiswa belum mengetahui kompetensi tersebut.
Pengetahuan atau kognitif adalah faktor yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (over behavior) (Notoatmojo, 2003). Pengetahuan
mahasiswa keperawatan merupakan faktor yang harus diperhatikan , dalam proses
belajar mengajar sangat besar peranannya terhadap prestasi belajar, dengan
pengetahuan mahasiswa ada keinginan, kemauan dan kemampuan
mendapatkan pengetahuan yang benar, bagaimana cara atau metode
menggunakan keinginan, kemauan dan kemampuan untuk mendapatkan
pengetahuan yang benar, untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang
diketahui dan dapat mengintrepretasikan materi tersebut secara benar.
RS. Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta sebagai rumah sakit dengan
pola pengelolaan badan layanan umum (BLU), dituntut untuk meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat, berdasarkan kaidah-kaidah manajemen yang baik
dalam rangka memberikan pelayanan yang bermutu dan berkesinambungan. RS.
Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta juga berkontribusi dalam pengembangan
profesi bidang kesehatan maupun non kesehatan. Kerjasama dengan berbagai
institusi pendidikan telah dijalin dalam rangka mengembangkan RS.Ortopedi Prof.
Dr. R. Soeharso Surakarta sebagai lahan praktek pendidikan profesi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti “ Pengaruh
Pendampingan Terhadap Pengetahuan Mahasiswa Keperawatan Dan Kompetensi
Bladder Training di RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang dapat dirumuskan masalah
penelitian:
1. Apakah ada perbedaan antara pendampingan dan demonstrasi terhadap
pengetahuan mahasiswa keperawatan?
2. Apakah ada perbedaan antara pendampingan dan demonstrasi terhadap
kompetensi bladder training ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menganalisis perbedaan antara pendampingan dan demonstrasi terhadap
pengetahuan mahasiswa keperawatan dan kompetensi bladder training di RS
Ortopedi Prof.Dr.R.Soeharso Surakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Menganalisis perbedaan antara pendampingan dan demonstrasi terhadap
pengetahuan mahasiswa keperawatan.
b. Menganalisis perbedaan antara pendampingan dan demonstrasi terhadap
kompetensi bladder training
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Diharapkan dapat mendukung teori tentang manfaat pendampingan terhadap
pengetahuan dan kompetensi.
2. Praktis
Diharapkan dapat memberikan informasi pada Clinical Instructur (CI) bahwa
pendampingan memberikan konstribusi dalam membangun kompetensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pendampingan
a. Pengertian Pendampingan
Pendampingan adalah hubungan kolaboratif antara pendamping/fasilitator
dan sasaran individu melalui komunikasi, tuntunan, langkah-langkah untuk
mengadopsi praktik baru dan mencapai target kompetensi dalam waktu
tertentu. Fokus dari pendampingan adalah meningkatkan kemampuan
ketrampilan dan pengetahuan dalam memberikan asuhan keperawatan bukan
menilai. Pendampingan merupakan aktivitas mendukung, mendorong dan
membantu individu agar secara aktif mengadopsi ketrampilan baru atau
mencapai kompetensi tertentu. Pendampingan adalah bimbingan intensif
melalui perorangan dan praktek yang diikuti dengan pemberian umpan balik
(Angela,1997). Menurut (Loos dalam Fischler, 2002) pendampingan
merupakan layanana individual terhadap seseorang yang ingin meningkatkan
kemampuan profesionalnya sesuai dengan bidang pekerjaannya. Pendampingan
merupakan fasilitator berupaya mengoptimalkan peran seluruh peserta sesuai
keahlian dan bakat yang dimiliki, serta berupaya untuk meningkatkan dan
mengembangkannya melalui kedekatan dengan peserta dan komunikasi yang
baik. Penggunaan metode pendampingan oleh fasilitator dapat secara efektif
digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pendampingan
adalah hubungan kolaboratif antara pendamping/fasilitator dan sasaran
individu secara intensif melalui komunikasi/umpan balik, tuntunan, langkah-
langkah untuk mengadopsi ketrampilan baru atau mencapai target kompetensi
dalam waktu tertentu.
b. Tujuan Pendampingan
Pendampingan bertujuan agar peserta dapat :
1. Menstimulan pengembangan ketrampilan peserta secara individual.
2. Membantu peserta menggunakan pekerjaan sebagai pengalaman
pembelajaran dengan bimbingan dan mengembangkan profesional peserta.
3. Memberi kesempatan kepada peserta untuk melengkapi pekerjaan yang
diberikan fasilitator dan pada saat yang sama mempersiapkan ketrampilan
peserta dalam mengambil tanggung jawab dan pekerjaan mendatang.
4. Meningkatkan kemampuan kemandirian belajar dari peserta dan mengatasi
permasalahan yang dihadapi
c. Langkah-langkah pendampingan yang bisa dilakukan antara lain:
1. Membina hubungan baik dengan sasaran individu, misalnya
memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan dilakukannya pendampingan.
2. Membuat kesepakatan antara pendamping dan mahasiswa keperawatan
tentang fokus pendampingan, waktu pendampingan dan cara melakukan
pendampingan. Pelajari dan lakukan penilaian terhadap kemampuan dasar
yang dimiliki mahasiswa keperawatan melalui observasi, wawancara dan
pencatatan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
3. Fasilitator mengamati kegiatan pemberian asuhan keperawatan yang
dilakukan oleh mahasiswa keperawatan dan memberikan
pendampingan dan penguatan.
4. Pendamping/fasilitator menyampaikan umpan balik sesegera mungkin.
5. Mahasiswa keperawatan yang belum menguasai kompetensi dasar, harus
melakukan magang di laboratorium melalui simulasi, selanjutnya didorong
melakukan praktik nyata di lahan sebenarnya melalui pengawasan dan
bimbingan oleh pendamping/preseptor/mentor,
6. Pendamping/fasilitator memberi kesempatan individu untuk merefleksikan
kegiatan/ketrampilan yang dilakukan,
7. Diskusikan untuk melakukan perbaikan atas umpan balik yang diberikan,
8. Buat kesepakatan untuk pendampingan berikutnya.
d. Proses Pendampingan
Proses untuk mencapai suatu prestasi kerja dimana ada seseorang yang
mendampingi, memberikan tantangan, menstimulasi dan membimbing untuk
terus berkembang sehingga seseorang bisa mencapai suatu prestasi yang
diharapkan.
Pelatihan berdasarkan kompetensi digabungkan dengan prinsip belajar
orang dewasa, master learning, coching dan humanistic, maka hasilnya akan
sangat mengagumkan dan merupakan metode yang paling efektif untuk
mngajarkan ketrampilan tehnis. Menggunakan pendekatan yang manusiawi
maka dapat mengurangi ketegangan para peserta dan memperkecil
ketidaknyamanan klien, oleh karena itu pendekatan pendampingan yang lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
manusiawi adalah komponen penting untuk memperbaiki kualitas pelatihan
ketrampilan klinik yang akhirnya meningkatkan kualitas pelayanan.
Proses pendampingan adalah untuk menetapkan dan menjelaskan arah
dan tujuan untuk mengembangkan rencana-rencana kerja dalam mencapai
tujuan. Dijelaskan juga satu pengertian mengenai hal-hal yang penting dalam
kehidupan bahwa kita diberikan kemampuan untuk mengambil dan
melaksanakan tanggung jawab yang telah diberikan membangun dan
melakukan setiap rencana kerja, secara sederhana proses pendampingan akan
membantu untuk menciptakan visi yang terbaik dan terbaru yang dimiliki,
dalam rangka mencapai suatu keberhasilan. Keberhasilan adalah saat kita
dapat mencapai tujuan secara kontinyu. Orang yang sedang didampingi, akan
diarahkan untuk membahas secara terperinci dimulai dari tujuan re-evaluasi
pekerjaan saat itu, siapa dan bagaimana, apa dan dimana yang menjadi
prioritas dan diarahkan untuk menyadari membuat satu keputusan, sehingga
semakin mempertajam kehidupan personalnya, dan lebih efektif dalam
menyelesaikan segala persoalan kehidupannya.
Proses pendampingan pada intinya adalah suatu percakapan, dialog
antara seseorang dengan orang yang mendampingi. Konteks pendekatan hasil
(results oriented) yang produktif, seorang pendamping akan melibatkan yang
didampingi untuk membicarakan sesuatu yang sudah diketahui. Seorang yang
didampingi sudah memiliki semua jawaban terhadap semua pertanyaan,
apakah itu sudah ditanyakan atau belum ditanyakan, tetapi seorang
pendamping memiliki bantuan yang penting, dukungan dan memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
semangat (encouragement) untuk menemui dan menemukan jawaban-jawaban
tersebut, yang akan mengarahkan bertanya dengan benar dan setuju dengan
jawaban yang diberikan.
Seorang pendamping akan membantu yang didampingi dalam suatu
proses pembelajaran, tetapi seorang pendamping bukanlah seorang guru dan
tidak perlu untuk mengetahui bagaimana mengerjakan sesuatu dengan lebih
baik daripada yang dikerjakan yang didampingi, yang terpenting adalah
seorang pendamping akan lebih mengobservasi mengenai pola, menetapkan
tahap-tahap tindakan / action yang lebih baik yang akan dikerjakan. Proses ini
melibatkan proses pembelajaran melalui berbagai teknik pendampingan seperti:
mendengarkan (listening), refleksi (reflecting), menanyakan pertanyaan dan
menyediakan informasi. Terakhir, yang paling penting , seorang pendamping
akan menolong yang didampingi untuk menjadi seorang yang mampu
mengkoreksi dirinya sendiri dan membangkitkan diri sendiri, untuk
memperbaiki sikap dan tingkah lakunya, membangkitkan pertanyaan-
pertanyaan dan menemukan jawabannya.
e. Model Pendampingan (Coaching)
Elemen yang esensial dari strategi coaching dalam coaching klinik
dapat diuraikan dalam lima konsep yang membentuk akronim coach. Setiap
coaching klinis hendaknya menyertakan elemen-elemen ini ( Angela, 1997 )
C = Clear Performance Model ( Model Kinerja yang jelas )
Kepada para peserta hendaknya diperlihatkan secara jelas dan efektif
ketrampilan yang akan mereka pelajari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
O = Openess To Learning ( Keterbukaan untuk belajar )
Mengikutsertakan peserta dalam berbagai kegiatan yang dirancang untuk
mempersiapkan belajar dan menggunakan ketrampilan-ketrampilan baru.
A= Assesment Of performance ( Penilaian Kinerja )
Pendampingan klinik hendaknya mengupayakan pengukuran kompetensi
ketrampilan yang diajarkan serta memberikan umpan balik terhadap
kemajuan kearah kinerja standar yang diinginkan.
C= Communication ( Komunikasi )
Komunikasi dua arah yang efektif antara peserta dan fasilitator merupakan
faktor penting.
H= Help And Follow Up ( Menolong dan tindaklanjut)
Bimbingan klinis hendaknya mencakup juga perencanaan untuk aplikasi
ketrampilan baru pada lingkungan baru peserta dan membantu mengatasi
hambatan dalam penggunaan ketrampilan baru tersebut.
Orang yang melakukan pendampingan terikat dalam satu kerjasama yang baik
dengan yang didampingi sehingga melalui proses ini terjalin satu kedekatan
dan saling pengertian
f. Teknik Pendampingan
Teknik yang efektif bisa digunakan untuk mempercepat proses
pembelajaran, teknik yang terbaik adalah dengan memiliki koneksi dengan
yang didampingi dan dengan teknik yang sederhana (simple).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Di bawah ini adalah beberapa tips untuk mengaktifkan teknik pendampingan:
1. Menjadi contoh (Lead by example).
Artinya secara sederhana adalah lakukan apa yang kau katakan.
Pendamping tidak bisa meminta yang didampingi untuk datang tepat
waktu, apabila dia sendiri selalu datang terlambat, mereka akan
mengikuti instruksi kita atau rekomendasi kita jika kita telah menjadi
contoh yang baik.
2. Pendengar yang Aktif (Active listening)
Seorang pendamping akan bisa membangun suatu kepercayaan dengan
yang didampingi menjadi seorang pendengar yang aktif dapat memberikan
perhatian pada saat mereka berbicara. Perlakuan ini orang akan merasa
dihargai, dapat mengendalikan pembicaraan-pembicaraan yang tidak
relevan sehingga pembicaraan menjadi produktif.
3. Alat-alat peraga (Visual aids)
Seseorang akan lebih cepat proses pembelajarannya dengan memberikan
penjelasan menggunakan alat-alat peraga yang bisa langsung dilihat seperti:
illustrasi, gambar, data-data statistik dan lain-lain.
4. Dibuat sederhana (Keep it simple)
Suatu program pendampingan, tidak perlu dijelaskan segala hal secara
panjang lebar, untuk mempercepat proses pembelajaran harus digunakan
bagian yang sederhana dimana yang didampingi dapat dengan mudah
mengerti.
5. Langsung kepada sasaran (Get straight to the point)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Bagian ini sangat membantu pada saat proses pendampingan dilakukan
dengan adanya keterbatasan waktu, lebih baik langsung menuju sasaran
sehingga dapat menghemat waktu.
2. Demonstrasi
a. Pengertian Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara
memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan suatu kegiatan,
baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang
relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan (Syah, 2000).
Metode demonstrasi adalah metode pembelajaran yang menyajikan suatu
prosedur atau tugas, cara menggunakan alat dan cara berinteraksi dengan klien
(Nursalam,2008). Metode demonstrasi adalah pertunjukkan tentang proses
terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku
yang dicontohkan dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara
nyata atau tiruannya (Sagala,2005).
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa metode
demonstrasi adalah suatu metode pembelajaran yang menyampaikan prosedur
urutan melakukan kegiatan secara langsung yang relevan dan dapat diketahui
dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya.
b. Aspek Menggunakan Metode Demonstrasi
Beberapa aspek yang perlu diperhatikan bila menggunakan metode
demonstrasi adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
1. Demonstrasi menjadi tidak efektik bila alat yang didemonstrasikan tidak
bisa diamati dengan seksama dan aktivitas tersebut tidak diperhatikan oleh
peserta didik.
2. Media yang didemonstrasikan terlalu besar atau jauh.
3. Perlu diberikan pengertian dan landasan teori dari apa yang akan dilakukan
sebelum dilakukan demonstrasi.
c. Kelebihan demonstrasi
1. Perhatian lebih fokus dan terarah dan akan mengurangi perhatian pada
masalah lain.
2. Merangsang peserta didik untuk berperan aktif
3. Dapat menambah pengalaman peserta didik
4. Bisa membantu peserta didik ingat lebih lama tentang materi yang
disampaikan
5. Menjawab masalah yang timbul dalam pikiran peserta didik karena ikut
berperan secara langsung
d. Kekurangan demonstrasi
1. Memerlukan waktu cukup banyak
2. Kekurangan media, metode demonstrasi kurang efisien.
3. Perlu biaya, untuk membeli bahan-bahannya.
4. Peserta didik tidak aktif maka metode demonstrasi menjadi tidak efektif
e. Peran Metode Demonstrasi Dalam Pembelajaran
Penggunaan metode demonstrasi mampu mengkomunikasikan sesuatu
yang ingin disampaikan oleh pemberi kepada penerima, sehingga dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
menyampaikan pesan pembelajaran, yang akhirnya terbentuk kompetensi
tertentu dari peserta didik. Metode demonstrasi mampu menyampaikan meteri
secara jelas dan mudah dipahami peserta didik. Penggunan metode demonstrasi
dapat menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, dan
kemauan.
3. Pengetahuan
a. Konsep pengertian Pengetahuan.
Pengetahuan (knowledge) adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmojo, 2005:03). Menurut Isyraq
(2007:01) pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang hadir dan terwujud
dalam jiwa dan pikiran seseorang dikarenakan adanya reaksi, persentuhan, dan
hubungan dengan lingkungan dan alam sekitarnya.
Menurut pendapat Gajalba (2007) pengetahuan adalah apa yang diketahui
atau pekerjaan tahu dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari
usaha manusia untuk tahu. Pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala
yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan
muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda
atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya.
Menurut pendekatan kontruktivistis, pengetahuan bukanlah fakta dari suatu
kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
seseorang terhadap obyek, pengalaman, maupun lingkungannya. Pengetahuan
bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan sementara orang lain
tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang
terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena
adanya pemahaman-pemahaman baru.
Berdasarkan pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan adalah merupakan segala sesuatu yang diperoleh dari reaksi,
persentuhan panca indra terhadap objek tertentu yang merupakan hasil dari
proses melihat, mendengar, merasakan dan berfikir yang menjadi dasar
manusia untuk bersikap dan bertindak.
b. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan dalam domain kognitif menurut Notoatmodjo (2003)
mempunyai enam tingkat, yakni :
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya,
termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini
dapat diartikan penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip-
prinsip siklus pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
obyek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dilihat dari penggunaan kata-kata kerja dapat menggambarkan
(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan
sebagainya.
5. Sintesis (Syntesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek evaluasi dilakukan dengan
menggunakan kriteria sendiri atau kriteria yang telah ada.
c. Kriteria pengetahuan
Penilaian-penilaian didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri
atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Menurut Nursalam (2008)
kriteria untuk menilai dari tingkatan pengetahuan menggunakan nilai:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
1. Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76 – 100 %
2. Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56 – 75 %
3. Tingkat pengetahuan kurang bila skor atau nilai
d. Cara Memperoleh Pengetahuan
1. Cara tradisional:
a) Cara coba-salah (trial and error)
b) Cara kekuasaan atau otoritas
c) Berdasarkan pengalaman pribadi
d) Melalui jalan pikiran
2. Cara modern:
a) Metode berfikir induktif
b) Metode berfikir deduktif
e. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
1. Faktor Internal
a Pendidikan
Makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk
menerima informasi. Pendidikan tinggi pada seseorang akan cenderung
untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media
massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula
pengetahuan yang diperolehnya semakin luas. Pengetahuan dapat
diperoleh dari pendidikan formal dan non formal. aspek positif dan
negatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Menurut UNESCO melalui “The International Commission on
Education for The Twenty First Century” yang dipimpin oleh Jacques
Delors merekomendasikan pendidikan berkelanjutan (seumur hidup)
yang dilaksanakan berdasarkan empat pilar proses pembelajaran yaitu
Learning to know (Belajar untuk menguasai pengetahuan)
Learning to do (Belajar untuk menguasai ketrampilan)
Learning to be (Belajar untuk mengembangkan diri)
Learning to live together (Belajar untuk hidup bermasyarakat)
b. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan karena cara memperoleh
kebenaran pengetahuan dengan mengulang kembali pengetahuan yang
diperoleh dan dikembangkan dalam belajar sehingga memberikan
pengetahuan dan ketrampilan yang merupakan manifestasi dari
keterpaduan menalar secara ilmiah.
c. Minat
Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang
tinggi terhadap sesuatu dan diikuti secara terus menerus dengan rasa
senang.
d. Usia
Makin tua seseorang maka makin kondusif dalam menggunakan
koping terhadap masalah yang dihadapi (Azwar, 2009). Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
e. Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar, kemampuan terealisasi
menjadi kecakapan nyata sesudah belajar atau berlatih.
2. Faktor External
a. Keluarga
Keluarga sangat menentukan dalam pendidikan, karena keluarga
berperan utama.
b. Metode pembelajaran
Cara belajar dengan metode yang tepat dan efektif , akan efektif pula
hasil belajar seseorang.
c. Sosial budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi dimana kita dibesarkan mempunyai pengaruh
besar terhadap pengetahuan kita, status ekonomi seseorang juga akan
menentukan tersedianya fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan
tertentu, sehingga sosial ekonomi akan mempengaruhi pengetahuan
seseorang.
Menurut Suliha (2002:51), faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah:
a. Tingkat pendidikan
Pendidikan adalah upaya yang memberikan pengetahuan sehingga
diharapkan akan terjadi perubahan perilaku yang positif.
b. Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan
memberikan pemahaman dan pengetahuan yang jelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
c. Budaya
Tingkah laku manusia atau kelompok dalam memenuhi kebutuhan yang
memiliki sikap dan kepercayaan.
d. Pengalaman
Sesuatu yang dialami seseorang bersifat non formal.
e. Sosial Ekonomi
Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup.
3. Kompetensi
a. Pengertian kompetensi
Menurut Antariksa (2007), secara general, kompetensi sendiri dapat
dipahami sebagai sebuah kombinasi antara ketrampilan (skill), atribut personal,
dan pengetahuan (knowledge) yang tercermin melalui perilaku kinerja (job
behavior) yang dapat diamati, diukur dan dievaluasi. Sejumlah literatur,
kompetensi sering dibedakan menjadi dua tipe, yakni soft competency atau
jenis kompetensi yang berkaitan erat dengan kemampuan untuk mengelola
proses pekerjaan, hubungan antar manusia serta membangun interaksi dengan
orang lain. Contoh soft competency adalah: leadership, communication,
interpersonal relation, dll. Tipe kompetensi yang kedua sering disebut hard
competency atau jenis kompetensi yang berkaitan dengan kemampuan
fungsional atau teknis suatu pekerjaan. Kompetensi ini berkaitan dengan seluk
beluk teknis yang berkaitan dengan pekerjaan yang ditekuni. Contoh hard
competency adalah : marketing research, financial analysis, man power
planning, dll.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
b. Dimensi – dimensi Kompetensi
Menurut Zurnali (2010), penentuan dimensi-dimensi kompetensi yang
sering digunakan dalam riset-riset kompetensi didasari pada pendapat Boyatzis
(2008) yang merangkum pendapat para ahli sebagai berikut: Bray et al.(1974);
Boyatzis (1982); Kotter (1982); Luthans et. al.(1988); Howard dan Bray
(1988); Campbell et al. (1970); Spencer dan Spencer (1993); Goleman (1998),
dan Goleman et al.(2002), yang mengelompokkan kompetensi menjadi tiga
dimensi, yaitu
1. Kompetensi kognitif (cognitive competencies)
2. Kompetensi kecerdasan emosional (emotional intelligence competencies)
3. Kompetensi kecerdasan sosial (social intelligence competencies)
Lebih lanjut Zurnali (2010) menyatakan bahwa dimensi-dimensi ini
dirasakan sangat rasional dalam menganalisis kompetensi apa saja yang mesti
ditingkatkan pada diri seorang agar dapat menjalankan tugasnya sesuai dengan
yang diinginkan oleh perusahaan atau organisasi.
Kompetensi kognitif (cognitive competencies)
Dimensi pertama adalah kompetensi kognitif. Dimensi ini didefinisikan sebagai
suatu kemampuan untuk berfikir dan menganalisis informasi dan situasi yang
menuntun atau menyebabkan timbulnya keefektifan atau kinerja yang superior.
(Boyatzis dalam Zurnali : 2010).
Kompetensi kecerdasan emosional (emotional intelligence competencies)
Dimensi kedua adalah kompetensi kecerdasan emosional. Dimensi ini
didefinisikan sebagai suatu kemampuan untuk mengenali, memahami, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
menggunakan informasi emosional mengenai diri sendiri yang menuntun atau
menyebabkan keefektifan atau kinerja yang superior. Penekanan dimensi ini, pada
kesadaran diri dan kompetensi manajemen diri berupa kesadaran emosional diri
dan pengendalian emosional diri, dalam melaksanakan pekerjaannya (Boyatzis
dalam Zurnali : 2010).
Kompetensi kecerdasan sosial (social intelligence competencies)
Dimensi ketiga adalah kompetensi kecerdasan sosial. Dimensi ini didefinisikan
sebagai kemampuan untuk mengenali, memahami, dan menggunakan informasi
emosional mengenai orang lain yang menuntun atau menyebabkan keefektifan atau
kinerja yang superior. Penekanan dimensi ini pada kesadaran sosial dan
kompetensi manajemen hubungan berupa empati dan kerja tim yang semestinya
dimiliki dalam menjalankan pekerjaannya (Boyatzis dalam Zurnali : 2010).
c. Pengukuran Kompetensi
Mengukur kompetensi dapat dilakukan dengan mengunakan metode
yang tepat sesuai kebutuhan. Menurut Spencer ML, Spencer MS (1993)
metode pengukuran meliputi Behavioral Even Interview (BEI), Test,Assesment
Centers, Biodata dan Ratting. Pengukuran kompetensi juga merupakan suatu
pendekatan untuk memperoleh SDM yang profesional. Hasil dari pengukuran
diperoleh data dan informasi yang obyektif, valid, serta dapat
dipertanggungjawabkan.
Bloom dan kawan-kawan menyusun konsep taraf kompetensi kognitif ke dalam
enam jenjang atau tingkatan yang kompleksitas bertingkat.
1. Knowledge
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
2. Comprehension
3. Application
4. Analysis
5. Synthesis
6. Evalution
Taraf kompetensi terendah atau paling sederhana adalah knowledge.
4. Kompetensi Bladder Training pada Spinal Cord Injuri (SCI)
Kompetensi bladder training adalah salah satu manajemen kandung
kemih setelah cedera tulang belakang (SCI), Pasien dengan SCI kadang tidak
merasaka "dorongan" untuk buang air kecil ketika kandung kemih mereka
penuh, serta tidak memiliki kontrol dari kandung kencing dan otot spinter.
Kandung kemih biasanya terkena pada salah satu dari dua cara:
1. Spastic (refleks) kandung kemih adalah ketika kandung kemih terisi
oleh urin dan secara otomatis memicu refleks kandung kemih untuk
mengosongkan. Salah satu masalah utama dengan kandung kemih spastik
adalah pasien tidak tahu kapan, kandung kemih akan kosong.
2. Kandung kemih lembek (Non-refleks) adalah ketika refleks dari otot-otot
kandung kemih yang lamban atau tidak ada. Pasien tidak merasa ketika
kandung kemih penuh, dapat menjadi over-buncit, atau diregangkan. Urin
dapat membuat cadangan melalui ureter ke ginjal. Peregangan
juga mempengaruhi otot kandung kemih. Otot-otot sfingter juga dapat
terpengaruh setelah cedera. Dyssynergia terjadi ketika otot-otot sfingter
tidak rileks ketika kontraksi kandung kemih. Urine tidak dapat mengalir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
melalui uretra. Hasil dalam urin kembali ke ginjal disebut refluks .
Kandung kemih tidak boleh kosong sepenuhnya, meskipun pasien tidak
memiliki sensasi, atau mendesak untuk buang air kecil, petugas kesehatan
terutama perawat perlu untuk mengosongkan kandung kemih. Program
manajemen yang efektif membantu pasien menghindari kecelakaan
kandung kemih dan mencegah komplikasi seperti infeksi.
Tindakan bladder training ini mempunyai tujuan antara lain :
7. Melatih kandung kemih kapan waktunya untuk mengosongkan dengan
metode intermitten kateter.
8. Mengatur minum.
Apa yang dimaksud dengan intermitten kateter?
Pengertian intermiten kateter adalah penggunaaan kateter untuk mengosongkan
kandung kemih baik pada fase akut maupun lanjut. Metode ini menunjukkan
hasil yang baik dan aman karena komplikasinya lebih sedikit di banding
dengan metode-metode lain, maka sekarang ini kateterisasi intermitten
merupakan metode pilihan yang direkomendasikan dalam penanganan
disfungsi neurogenik pada cedera tulang.
Perlu diperhatikan pada metode intermiten kateter menjadi pilihan adalah
jenis kateter hidrolik dengan ukuran untuk orang dewasa pria 14-18F dan 14-16
untuk wanita, jika finansial terbatas bisa memakai kateter khusus yang dapat
dipakai berulang-ulang, untuk mensterilkan dapat direndam dalam cairan
disinfektan, atau direbus dalam air mendidih.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Pelumas yang digunakan dapat berupa gel atau minyak dan lebih efektif
bila dimasukkan ke dalam uretra (saluran kencing). Pasien yang tidak hilang
sensasinya, sebaiknya digunakan lokal anestesi gel sebagai pelumas
Mencegah infeksi pasien harus mencuci tangan, menggunakan sarung
tangan dan pelumas steril dan meatus uretra harus dibersihkan terlebih dahulu
dengan antiseptik.
Kateterisasi intermiten mandiri dapat dilakukan atau sudah dapat dilatih
secepatnya bila pasien sudah dapat duduk stabil. Pasien dapat melakukannya
dalam beberapa posisi seperti tidur terlentang, setengah duduk atau duduk di
kursi. Pasien wanita akan membutuhkan bantuan kaca atau cermin pada awal-
awalnya, setelah beberapa lama pada umumnya cermin sudah tidak dibutuhkan
lagi.
Jadwal intermiten kateter, pengosongan kandung kemih dengan
mempergunakan kateter dilakukan 4 jam sekali, yaitu:
1. Jam 06.00
2. Jam 11.00
3. Jam 15.00
4. Jam 19.00
5. Jam 23.00
Pengaturan pemasukan cairan (minum) yaitu 500 cc/4 jam, atau dengan
jadwal sebagai berikut:
1. Jam 06.00 - 10.00 500 cc
2. Jam 10.00 - 14.00 500 cc
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
3. Jam 14.00 – 18.00 500 cc
4. Jam 18.00 – 20.00 500 cc
5. Jam 20.00 – 06.00 puasa
PHYCON SELT CATH
Pengertian :
Phycon selt cath adalah suatu alat yang dipergunakan untuk melakukan intermitten
kateter atau pengosongan kandung kemih secara mandiri dengan tehnik steril.
1. Persiapan alat / bahan yang digunakan antara lain :
a. Spuit 10 cc 1
b. Spuit 3 cc 1
c. Botol steril 100 cc 2
d. Aquabidestilata 500 cc
e. Cairan savlon/Lubiset murni 200 cc
2. Cara membuat cairan
a. Ambil aquabidestilata sebanyak 70 cc dengan spuit 50 cc yang steril dan
dimasukkan ke dalam botol kosong yang steril.
b. Ambil cairan desinfektan murni sebanyak 2,5 cc dan dimasukkan ke dalam
botol yang telah berisi aquabidestilata dan tutup rapat-rapat.
c. Campurkan secara perlahan dengan cara membolak-balikkan botol.
d. Setelah tercampur dengan rata, cairan disinfektan siap untuk merendam
kateter selama 7 hari.
3. Bila akan digunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
a. Kateter disiram dahulu dengan aquabidestilata (air steril) atau air matang.
b. Setiap 3 hari sekali kateter direbus selama 5 menit pada air yang telah
medidih
4. Sesudah digunakan
a. Kateter dicuci dengan air bersih yang mengalir.
b. Periksa dahulu apakah ada sumbatan dengan menggunakan air yang
mengalir dan cuci dengan air sabun lembut atau sabun cair.
c. Kateter disiram air panas, kemudian dimasukkan ke dalam tabungnya
dalam cairan disinfektan campuran tadi.
d. Cairan disinfektan diganti setiap hari pada waktu dan jam yang sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
BLADDER TRAINING PADA KASUS TULANG BELAKANG
PROSEDUR TETAP
NOMOR DOKUMEN
NOMOR REVISI
HALAMAN
TANGGAL TERBIT
Ditetapkan,
Direktur Utama Prof.Dr.dr.Respati Suryanto Dradjat, SpOT
NIP. 195404151981031017 Pengertian Suatu latihan yang dilakukan secara intermitten kateter
dalam rangka melatih otot-otot kandung kemih yang dilakukan secara mandiri dengan tehnik steril.
Tujuan 1. Melatih kandung kemih kapan waktunya untuk mengosongkan dengan metode intermitten kateter
2. Mengatur minum
Kebijakan 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Th.2009 tentang Rumah Sakit
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Th.2009 tentang Kesehatan
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Prosedur
1. Petugas yang berwenang : perawat 2. Persyaratan pelaksanaan kegiatan
a. Jenis kateter dengan ukuran untuk orang dewasa pria 14-18 F dan 14-16 untuk wanita.
b. Untuk mensterilkan dapat direndam dalam cairan disinfektan, atau direndam dalam air hangat
c. Pelumas yang digunakan dapat berupa gel atau minyak.
9. Input dan Output a. Input : Melaksanakan kegiatan di rawat inap b. Output : Pasien mengerti dan dapat melakukan
sendiri
10. Peralatan/Formulir/Fasilitas/Kelengkapan yang digunakan : a. Kateter sesuai ukuran b. Pelumas/gel/minyak c. Kaca/cermin d. Anti septik e. Cairan desinfektan (Cairan savlon/Lubiset)
11. Biaya : masuk akomodasi pasien
12. Standard waktu pelaksanaan : 24 jam (minimal)
13. Uraian Kegiatan : a. Cuci tangan b. Dapat melakukannya dalam beberapa posisi seperti
tidur terlentang,setengah duduk atau duduk di kursi. Pada pasien wanita akan membutuhkan bantuan kaca atau cermin pada awal-awalnya,
c. Menggunakan sarung tangan d. Membersihkan meatus uretra dengan antiseptik
(pria) e. Membersihkan labia mayora, labia minora dengan
antiseptik (wanita) f. Kateter diberi pelumas/gel/minyak g. Kateter dimasukkan di kandung kemih (urine
keluar di masukkan ke dalam bengkok) h. Bila telah selesai digunakan kateter dibersihkan
dengan air mengalir, diperiksa ada sumbatan/tidak i. Kateter direndam dalam air hangat kemudian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
dimasukkan ke dalam kom/tabung berisi cairan disinfektan.
j. Cuci tangan k. Jadwal intermitten kateter
Pengosongan kandung kemih dengan mempergunakan kateter dilakukan 4 jam sekali, yaitu: Ø Jam 06.00 Ø Jam 11.00 Ø Jam 15.00 Ø Jam 19.00 Ø Jam 23.00
l. Pengaturan pemasukan cairan (minum) yaitu 500 cc/4 jam dengan jadwal sebagai berikut: Ø Jam 06.00 – 10.00 500 cc Ø Jam 10.00 - 14.00 500 cc Ø Jam 14.00 - 18.00 500 cc Ø Jam 18.00 - 20.00 500 cc Ø Jam 20.00 - 06.00 puasa (pasien minum
minimal karena pada waktu istirahat/tidur
14. Flowcharts Kegiatan
Unit Terkait 1. Instalasi Rawat Inap
Pasien datang di Ranap
Gangguan tulang belakang (spinal cord injury)
Mengatur minum dan melakukan jadwal intermitten kateter
Bladder training
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
B. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian Budiarsa (2008) dengan judul”Pengaruh Bimbingan Tenaga
Kesehatan Terhadap Kompetensi Dukun Bayi Dalam Pelayanan KIA Di
Puskesmas Mrebet Kabupaten Purbalingga” Hasil penelitian : membuktikan
adanya pengaruh yang signifikan antara bimbingan tenaga kesehatan terhadap
pengetahuan dukun bayi (mean 1= 7.44 versus mean 2= 0.23; p= 0.000)
terhadap ketrampilan (mean 1= 3.19 versus mean 2= 0.10; p= 0.000).
Kesimpulan : Adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan dukun bayi
yang mendapat bimbingan tenaga kesehatan secara intensif dibanding dukun
bayi yang tidak mendapat bimbingan secara intensif.
2. Penelitian Hartanto (2011) dengan judul “Efektifitas Pembelajaran
Matematika Kontekstual Audio Visual terhadap Kompetensi Belajar
Matematika Ditinjau dari Minat Belajar Siswa SMP” hasil penelitian dapat
disimpulkan siswa dengan minat belajar tinggi menghasilkan kompetensi
balajar yang lebih baik dibanding dengan siswa dengan minat belajar rendah
pada tingkat signifikan =0,05.
3. Penelitian Boyatzis (2002), dengan judul “Core Competencies in Coaching
Others to Overcome Disfunctional Behavior” hasil penelitiannya menyatakan
kompetensi lebih penting dan signifikan pada tingkat ketrampilan yang berarti
pelatihan atau mengembangkan kompetensi lebih baik dari pada motif
kepribadian.
4. Koortzen, Rudolf (2010) berjudul” A Competence Executive Coaching Model”
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatih berpengalaman lebih tinggi, lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
kompeten dalam perencanaan tahunan dan multi-tahunan (F2.321 = 6,778, p =
0,001), dalam orientasi praktek dan kompetisi (F2.325 = 4,208, p = 0,016) dan
dalam kompetensi pendidikan dan pembinaan pribadi (F2.316 = 5,991, p =
0,004) dari pada pelatih berpengalaman yang rendah. Pelatih berpengalaman
rendah percaya bahwa mereka membutuhkan pelatihan lebih dari pelatih
berpengalaman yang lebih tinggi mengenai kompetensi yang berkaitan dengan
praktek dan orientasi kompetisi (F2, 310 = 4,685, p = 0,012), pelatih dengan
gelar pendidikan tinggi lainnya yang dirasakan diri mereka lebih kompeten
dibandingkan pelatih dengan gelar pendidikan tinggi di bawah.
C. Kerangka Berpikir
1. Perbedaan pendampingan dan demontrasi terhadap pengetahuan mahasiswa
Pendampingan yang dilakukan secara intensif mampu menimbulkan
minat untuk mengadopsi ketrampilan baru dan diberikan kemampuan untuk
kemandirian belajar dari peserta didik dalam mengatasi permasalahan yang
dihadapi sehingga mampu mengambil dan melaksanakan tanggung jawab
dalam mencapai keberhasilan. Demonstrasi perhatian lebih fokus dan terarah
dan akan merangsang peserta didik untuk berperan aktif sehingga dapat
menambah pengalaman peserta didik.
2. Perbedaan pendampingan dan demontrasi terhadap kompetensi bladder
training.
Pendampingan merupakan hubungan kolaboratif antara pendamping/
fasilitator dan individu (mahasiswa keperawatan) secara intensif melalui
komunikasi/umpan balik dan membantu mengatasi hambatan-hambatan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
mengadopsi dalam penggunaan ketrampilan baru yaitu bladder training atau
mencapai target kompetensi dalam waktu tertentu, sehingga terjalin kedekatan
dan komunikasi yang baik dalam pengalaman pembelajaran dan bimbingan
sehingga dapat memperbaiki kualitas ketrampilan klinik dan meningkatkan
kualitan pelayanan. Metode pembelajaran yang selama ini sering dilakukan
adalah demonstrasi, dengan memberikan suatu contoh ketrampilan agar dapat
diketahui dan dipahami oleh mahasiswa secara nyata atau memakai tiruannya
dalam penggunaan ketrampilan baru yaitu bladder training atau mencapai
target kompetensi tertentu.
: yang diteliti
: tidak diteliti
Gambar 2.1
Kerangka Berfikir Pengaruh Pendampingan Terhadap Pengetahuan dan Kompetensi Bladder Training
Demonstrasi
Pengetahuan
Kompetensi Bladder Training
Pendampingan
· Tingkat pendidikan
· Pengalaman
· Informasi
· Intensif dan personal
· Komunikasi
· Mendorong minat
· Tanggung jawab
· Gambaran proses
· Paham
· Mencoba sendiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
D. Hipotesis
Berdasarkan konsep penelitian dapat dirumuskan hipotesisnya adalah:
1. Ada perbedaan antara pendampingan dan demonstrasi terhadap
pengetahuan mahasiswa keperawatan.
2. Ada perbedaan antara pendampingan dan demonstrasi terhadap
kompetensi bladder training.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat : Penelitian ini dilakukan di RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso
Surakarta.
2. Waktu : Dilaksanakan pada tanggal 28 September – 31 Oktober 2012.
B. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian ini merupakan penelitian Quasi eksperimental dengan post
test only control design ( Sugiyono, 2008 ).
` Rancangan penelitiannya adalah sebagai berikut:
A
B C
Keterangan :
A : Mahasiswa Akper
B : Treatment (pendampingan)
C : Control (demonstrasi)
: Pengetahuan
: Kompetensi bladder training
36
X
Y
X
Y
X
Y
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
1. Populasi
Seluruh mahasiswa yang praktek di RS Ortopedi Prof. Dr. R.Soeharso
Surakarta sebanyak 55 orang
2. Sampel
Sampel penelitian adalah mahasiswa keperawatan yang praktek di RS
Ortopedi Prof. Dr. R.Soeharso Surakarta, di tim Spine ruang Bougenvile
Dahlia sebanyak 52 mahasiswa dari dua Institusi A dan B saat dilakukan
penelitian Institusi A tidak hadir 1 mahasiswa karena sakit dan Institusi B tidak
hadir 2 mahasiswa karena sakit, ijin ada keperluan.
3 Tehnik Sampling
Pengambilan sampel menggunakan metode total sampling.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel independen (Variabel bebas)
a. Pendampingan / demonstrasi
2. Variabel dependen (Variabel terikat)
a. Pengetahuan
b. Kompetensi bladder training
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
E. Definisi Operasional
a. Variabel independen : pendampingan / demonstrasi
1. Definisi operasional
Pendampingan adalah metode bimbingan yang dilakukan dengan cara
memberikan pendampingan perorangan secara intensif dalam menguasai
pengetahuan dan memperagakan kompetensi klinik/ketrampilan secara
sistematis pada saat praktek di lahan.
Demonstrasi adalah metode bimbingan yang dilakukan dengan memberikan
pengetahuan dan suatu contoh kompetensiklinik/ketrampilan agar dapat
diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata pada saat praktek di
lahan.
2. Alat ukur data : ada yang didampingi dan ada yang demonstrasi, dengan
ceklist. Indikator : yang melakukan pendampingan adalah peneliti dan atau
pembimbing klinik /clinical instructur (CI).
3. Satuan data : unit
Kriteria jawaban : pernyataan dengan skoring
a. Skor 0 : demonstrasi
b. Skor 1 : didampingi
4. Skala data : nominal
b. Variabel dependen : pengetahuan
1. Definisi operasional
Pengetahuan adalah tingkat keberhasilan dari responden terhadap kuesioner
yang dipakai dalam penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
2. Alat ukur : kuesioner tes, terdiri dari 26 soal
3. Satuan data : unit
Kriteria jawaban : pernyataan dengan skoring per item
a. Skor 0 : salah
b. Skor 1 : benar
Pernyataan ada 26 soal, nilai total skoring dari 0 – 26
4. Skala data : interval
b. Variabel dependen : kompetensi bladder training.
1. Definisi operasional
Kompetensi bladder training adalah gambaran tentang penguasaan
mahasiswa pada pengetahuan dan tindakan bladder training dengan
indikator : persiapan alat, persiapan pasien dan pelaksanaan secara urut
dengan memperhatikan tehnik sterilitas.
2. Alat ukur : ceklist terdiri 20 item
3. Satuan data : unit
Kriteria jawaban : pernyataan dengan skoring per item
a. Skor 0 : tidak sesuai SOP
b. Skor 1 : sesuai SOP
Kompetensi yang terdiri 20 item akan diukur dalam nilai total skoring 0-20
4. Skala pengukuran : interval
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Ceklist pendampingan / demonstrasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
2. Tes Pengetahuan
Alat pengumpul data yang digunakan untuk mengukur pengetahuan
responden tentang Spinal Cord Injury (SCI) dalam penelitian ini adalah
berupa quesioner. Tes dalam penelitian ini berbentuk multiple choice
yaitu pertanyaan ini menyediakan beberapa jawaban/alternatif, dan
responden hanya memilih satu diantaranya yang sesuai dengan pendapatnya
(Notoatmodjo, 2005:125).
a. Indeks Kesukaran (P)
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu
sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang responden untuk
mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar
akan menyebabkan responden menjadi putus asa dan tidak mempunyai
semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya
(Arikunto,2006:207).
Rumus mencari P adalah :
= Keterangan :
P : indeks kesukaran
B : banyak responden yang menjawab soal tersebut dengan benar
JS : jumlah seluruh responden peserta test
Penafsiran terhadap nilai indeks kesukaran butir soal menurut Thorndike
dan Hagen dalam Sudijono (2007:372) adalah sebagai berikut :
P : 30,00 <£ P : sukar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
P : 70,030,0 ££ P : sedang
P : 00,170,0 £< P : mudah
Hasil uji coba instrumen dengan jumlah soal sebanyak 30 butir soal
dengan jumlah mahasiswa keperawatan 30 responden, terdapat Indeks
Kesukaran Soal (P) dimana soal yang sulit sebanyak 1 butir soal, soal yang
sedang sebanyak 26 butir soal dan soal yang mudah sebanyak 3 butir soal.
b. Daya Pembeda (D)
Mengetahui daya pembeda dari tiap-tiap butir soal peserta tes
diurutkan dari skor total tertinggi sampai skor total terendah, kemudian
dikelompokkan menjadi dua yaitu 50 % adalah kelompok atas atau
kelompok pandai sedangkan 50 % berikutnya adalah kelompok bawah atau
kelompok kurang pandai. Daya beda tiap butir soal dihitung dengan
menggunakan rumus :
b
b
a
a
NB
NB
D -=
D = Angka indeks daya pembeda butir soal yang dimaksud.
Ba = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar pada butir
soal yang dimaksud.
Na = Banyaknya peserta kelompok atas.
Bb = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar pada
butir soal yang dimaksud.
Nb = Banyaknya peserta kelompok bawah.
Penafsiran indeks daya pembeda ( Sudijono, 2007:389)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
D : 0,00 – 0,20 : jelek (poor)
D : 0,20 – 0,40 : cukup (satification)
D : 0,40 - 0,70 : baik (good)
D : 0,70 - 1,00 : sangat baik (execellent)
Hasil uji instrumen dengan jumlah soal sebanyak 30 butir soal dan
dengan jumlah mahasiswa 30 responden, dari hasil analisis statistik
besarnyat Daya Pembeda (D : 0,74) sehingga hasilnya dinyatakan sangat
baik.
c. Validitas Butir Soal
Pengertian umum untuk validitas item adalah sebuah item dikatakan
valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total. Skor
pada item menyebabkan skor total menjadi tinggi atau rendah dengan kata
lain dapat diketemukan bahwa sebuah item memiliki validitas yang tinggi
jika skor pada item mempunyai kesejajaran dengan skor total.
Kesejajaran ini dapat diartikan dengan korelasi sehingga untuk
mengetahui validitas item digunakan rumus korelasi (Arikunto, 2006:76).
Tehnik korelasi point biserial, dimana angka indeks korelasi yang diberi
lambang rpbi dapat diperoleh dengan menggunakan rumus :
=
Keterangan : rpbi : Koefisien korelasi point biserial
Mp : skor rata-rata yang dimiliki oleh testee yang telah dijawab dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
betul
Mt : Skor rata-rata dari skor total
SDt : Deviasi standar dari skor total
p : Proporsi test yang menjawab betul terhadap butir item yang sedang
diuji
q : Proporsi testee yang menjawab salah terhadap butir item yang sedang
diuji
Hasil uji instrumen dengan jumlah soal sebanyak 30 butir soal dan
dengan jumlah mahasiswa keperawatan 30 responden, dari hasil analisis
statistik didapatkan 26 butir soal yang dinyatakan valid (diterima) dan 4
butir soal yang invalid (ditolak).
d. Reliabilitas Test
Persyaratan tes, bahwa reliabilitas berhubungan dengan masalah
kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan
yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.
Pengertian reliabilitas tes, berhubungan dengan masalah ketetapan hasil
tes atau seandainya hasilnya berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat
dikatakan tidak berarti (Arikunto, 2006:86). Pengujian reliabilitas pada tes
pengetahuan menggunakan rumus KR-20 yaitu dengan rumus:
rtt = n SD t2 –
n – 1 SD t2
Keterangan :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
rtt : koefisien reliabilitas seluruh tes
n : jumlah soal dalam tes
SDt : simpangan baku skor-skor total tes
p : proporsi orang-orang yang lulus
q : proporsi orang-orang yang tidak lulus
Hasil statistik dengan jumlah butir soal 26 diperoleh hasil dari
KR 20 (r hitung = 0,822) lebih besar dari (r tabel = 0,361) sehingga
hasilnya disimpulkan reliabel.
3. Ceklist berupa kompetensi bladder training sebagai format penilaian.
H. Tehnik Analisis Data
1. Sebelum data dianalisa, terlebih dahulu diadakan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Editing
Dilakukan dengan cara mengkoreksi data yang telah diperoleh dan
kelengkapan data.
b. Koding dan Penetapan Skor / Nilai
Mempermudah peneliti dalam memproses pengolahan data. Skoring untuk
variabel pendampingan menggunakan skala nominal, dan pengetahuan
menggunakan kuesioner tes. Pengukuran variabel pengetahuan spine cord
injury menggunakan item-item pernyataan yang berjumlah 26 item.
Pengukuran variabel pengetahuan menggunakan tes pengetahuan
berbentuk multiple choice. Jawaban betul diberi skor 1 dan jawaban salah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
diberi skor 0. Nilai total skor pengetahuan 26 dengan skor terendah 0 dan
skor tertinggi 26. Kompetensi bladder training menggunakan cek list,
jawaban yang sesuai SOP diberi skor 1, jika tidak sesuai SOP diberi skor 0.
c. Entry Data
Memasukan data ke dalam komputer SPSS 20.0 for Windows selanjutnya
dilakukan analisis data.
d. Penyusunan database
Memilah data hasil pengukuran skala yang sudah terkumpul menjadi data
numerik atau kategorik.
2. Analisis Data
Tahap ini dilakukan analisis terhadap data yang sudah di-entry sehingga
dihasilkan informasi yang dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan
penelitian dan menguji hipotesis. Analisis data pada penelitian ini meliputi:
a. Analisis Deskriptif
Analisis ini dilakukan merupakan salah satu bentuk analisis univariat.
Analisis deskriptif merupakan pengolahan data dari proses tabulasi
menjadi data yang mudah dipahami dan diinterpretasikan dengan
penyajian data responden dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
b. Analisis Inferensial
Mengetahuai perbedaan pengetahuan mahasiswa keperawatan dan
kompetensi bladder training antara yang diberi pendampingan dan
demonstrasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test ,
Lilliefors. Distribusi data normal menggunakan mean untuk ukuran
pemusatan dan standar deviasi untuk ukuran penyebaran, distribusi
tidak normal menggunakan median untuk ukuran pemusatan dan
minimum maksimum untuk ukuran penyebaran (Dahlan, 2004:48)
2. Uji Varians (Uji Homogenitas Varians)
Uji varians data digunakan untuk mengetahui varians data sama atau
tidak. Kesamaan varians data sama atau tidak. Kesamaan varians
adalah syarat mutlak untuk jumlah kelompok lebih dari 2 kelompok
tidak berpasangan dan tidak mutlak untuk 2 kelompok tidak
berpasangan, kelompok yang berpasangan, kesamaan varians tidak
menjadi syarat (Dahlan, 2004:11)
3. Analisis
Analisis dilakukan dengan uji statistik t – test dengan syarat bila data
berdistribusi normal, bila data berdistribusi tidak normal maka analisa
dilakukan dengan uji Mann-Whitney untuk 2 kelompok tidak
berpasangan dan uji Wilcoxon bila 2 kelompok berpasangan (Dahlan,
2004:67). Hasil analisis data menggunakan bantuan komputer dengan
program SPSS versi 20.0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Pengetahuan
a. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pada Pendampingan
Data tentang pengetahuan pada pendampingan menggunakan
kuesioner diperoleh skor terendah = 11, skor tertinggi = 21 dan standar
deviasi 2,849. Distribusi frekuensi pengetahuan mahasiswa keperawatan
pada pendampingan dapat disajikan pada tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pengetahun Pada Pendampingan
Interval Data Distribusi Responden
Frekuensi Persentase
11 – 15 16 – 20 21- 25
13 12 1
49,9 46 3,8
Jumlah 26 100
Sumber : Data Primer Diolah
Hasil data pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dengan skor
antara 11-15 terdapat 13 mahasiswa keperawatan (49,9%), skor antara
16-20 terdapat 12 mahasiswa keperawatan (46%), skor antara 21 – 25
terdapat 1 mahasiswa keperawatan (3,8%). Data skor pengetahuan pada
pendampingan tersebut dapat disajikan ke dalam grafik sebagai berikut:
47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Gambar 4.1 Grafik Histogram Pengetahuan Pada Pendampingan
b. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pada Demonstrasi
Data tentang pengetahuan pada demonstrasi menggunakan kuesioner
diperoleh skor terendah = 9, skor tertinggi = 19 dan standar deviasi 2,310.
Distribusi frekuensi pengetahuan mahasiswa keperawatan pada
pendampingan dapat disajikan pada tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pengetahun Pada Demonstrasi
Interval Data Distribusi Responden
Frekuensi Persentase
9 - 13 14 - 18 19 - 23
18 7 1
69,2 26,8 3,8
Jumlah 26 100
Sumber : Data Primer Diolah
0
2
4
6
8
10
12
14
Fre
kuen
si
Interval Data
11-15 16 - 20 21- 25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Hasil data pada tabel di atas, diketahui bahwa responden dengan skor
antara 9 -13 terdapat 18 mahasiswa keperawatan (69,2%), skor antara
14 - 18 terdapat 7 mahasiswa keperawatan (26,8%), skor antara 19 – 23
terdapat 1 mahasiswa keperawatan (3,8%). Data skor pengetahuan pada
demonstrasi tersebut dapat disajikan ke dalam grafik sebagai berikut:
Gambar 4.2 Grafik Histogram Pengetahuan Pada Demonstrasi
2. Kompetensi Bladder Training
a. Distribusi Frekuensi Kompetensi Bladder Training Pada Pendampingan
Data tentang kompetensi bladder training pada pendampingan
menggunakan cek list diperoleh skor terendah = 13, skor tertinggi = 20 dan
standar deviasi 2,064. Distribusi frekuensi kompetensi bladder training
mahasiswa keperawatan pada pendampingan dapat disajikan pada tabel 4.3
berikut:
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
9 - 13 14 - 18 19 - 23Interval Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kompetensi Bladder Training Pada Pendampingan
Interval Data Distibusi Responden
Frekuensi Persentase
13 – 14 15 – 16 17 – 18 19 – 20
2 7 6
11
7,6 26,9 23,1 42,3
Jumlah 26 100
Sumber : Data Primer Diolah
Hasil data pada tabel di atas, diketahui bahwa responden dengan skor
antara 13 -14 terdapat 2 mahasiswa keperawatan (7,6%), skor antara 15 -16
terdapat 7 mahasiswa keperawatan (26,9%), skor antara 17 - 18 terdapat 6
mahasiswa keperawatan (23,1%), skor antara 19 -20 terdapat 11 mahasiswa
keperawatan (42,3%). Data skor kompetensi bladder training pada
pendampingan tersebut dapat disajikan ke dalam grafik sebagai berikut:
Gambar 4.3 Grafik Histogram Kompetensi Bladder Training Pada Pendampingan
0
2
4
6
8
10
12
13 – 14 15 – 16 17 – 18 19 – 20
Fre
kuen
si
Interval Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
b. Distribusi Frekuensi Kompetensi Bladder Training Pada Demonstrasi
Data tentang kompetensi bladder training pada demonstrasi
menggunakan ceklist diperoleh skor terendah = 7, skor tertinggi = 16 dan
standar deviasi 1,843. Distribusi frekuensi kompetensi bladder training
mahasiswa keperawatan pada pendampingan dapat disajikan pada tabel 4.4
berikut:
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Kompetensi Bladder Training Pada Demonstrasi
Interval Data Distibusi Responden
Frekuensi Persentase
9 – 10
11 – 12
13 – 14
15 – 16
11
11
3
1
42,3
42,3
11,5
3,8
Jumlah 26 100
Sumber : Data Primer Diolah
Hasil data pada tabel di atas, diketahui bahwa responden dengan skor
antara 9-10 terdapat 11 mahasiswa keperawatan (42,3%), skor antara 11-12
terdapat 11 mahasiswa keperawatan (42,3%), skor antara 13-14 terdapat 3
mahasiswa keperawatan (11,5%), skor antara 15-16 terdapat 1 mahasiswa
keperawatan (3,8%). Data skor kompetensi bladder training pada
demonstrasi tersebut dapat disajikan ke dalam grafik sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Gambar 4.4 Grafik Histogram Kompetensi Bladder Training Pada Demonstrasi
B. Uji Pra Syarat
1. Uji Normalitas Data
Pengujian normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test dengan
bantuan program SPSS Versi 20.0 diperoleh hasil sebagai berikut:
a. -value atau nilai probabilitas < 0,05 berarti bahwa data
tidak berdistribusi normal.
b. -value atau nilai probabilitas > 0,05 berarti bahwa data
berdistribusi normal
a. Pendampingan
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Data Pendampingan
Pendampingan r-value Sig Keterangan
Pengetahuan
Kompetensi bladder
training
0,291
0,344
0,05
0,05
Normal
Normal
0
2
4
6
8
10
12
9 – 10 11 – 12 13 – 14 15 – 16
Fre
kuen
si
Interval Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
b. Demonstrasi
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Data Demonstrasi
Demonstrasi r-value Sig Keterangan
Pengetahuan
Kompetensi bladder
training
0,359
0,627
0,05
0,05
Normal
Normal
Tabel 4.5 dan tabel 4.6 diatas dapat diketahui bahwa variabel
pendampingan dan demonstrasi pada pengetahuan dan kompetensi bladder
training berdistribusi normal, hal ini dapat dibuktikan dengan diperolehnya
r-value > 0,05 sehingga dapat digunakan untuk independent sample t test atau
uji sampel bebas.
2. Uji Homogenitas
a. Pengetahuan
Levene's
Test for Equality of Variances
F Sig.
Pengetahuan Equal variances assumed .938 .337
Equal variances not assumed
Pengujian yang dilakukan sebelum analisis Independent Samples t test
yaitu Uji asumsi (uji Levene’s) yaitu untuk mengetahui apakah varian sama
atau berbeda, jika varian sama maka uji t menggunakan Equal Variance
Assumed (diasumsikan varian sama) dan jika varian berbeda menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Equal Variance Not Assumed (diasumsikan varian berbeda). Setelah uji asumsi
varian kemudian dilakukan uji Independent Samples t test.
a. Uji Asumsi Varian (Uji Levene’s)
Langkah-langkah uji Levene’s sebagai berikut:
1. Menentukan hipotesis nol dan hipotesis alternatif
Ho : Tidak ada perbedaan antara pengetahuan mahasiswa
keperawatan pendampingan dan demonstrasi.
Ha : Ada perbedaan antara pengetahuan mahasiswa keperawatan
pendampingan dan demonstrasi.
2. Pengambilan keputusan
Jika Signifikan > 0,05 maka Ho diterima (varian sama)
Jika Signifikan < 0,05 maka Ho ditolak (varian berbeda)
3. Kesimpulan
Diketahui nilai signifikan dari uji Levene’s adalah 0,337. Nilai
signifikan lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima. Jadi dapat
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara pengetahuan mahasiswa
keperawatan pendampingan dan demonstrasi (memiliki varian yang
sama), maka Independent Samples t test menggunakan nilai yang
Equal Variance Assumed.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
b. Kompetensi bladder training
Levene's
Test for Equality of Variances
F Sig.
Kompetensi Equal variances assumed 1.303 .259
Equal variances not assumed
Pengujian yang dilakukan sebelum analisis Independent Samples t test
yaitu Uji asumsi (uji Levene’s) yaitu untuk mengetahui apakah varian sama
atau berbeda, jika varian sama maka uji t menggunakan Equal Variance
Assumed (diasumsikan varian sama) dan jika varian berbeda menggunakan
Equal Variance Not Assumed (diasumsikan varian berbeda). Setelah uji asumsi
varian kemudian dilakukan uji Independent Samples t test.
a. Uji Asumsi Varian (Uji Levene’s)
Langkah-langkah uji Levene’s sebagai berikut:
1. Menentukan hipotesis nol dan hipotesis alternative
Ho : Tidak ada perbedaan antara kompetensi bladder training
pendampingan dan demonstrasi.
Ha : Ada perbedaan antara kompetensi bladder training
pendampingan dan demonstrasi.
2. Pengambilan keputusan
Jika Signifikan > 0,05 maka Ho diterima (varian sama)
Jika Signifikan < 0,05 maka Ho ditolak (varian berbeda)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
3. Kesimpulan
Diketahui nilai signifikan dari uji Levene’s adalah 0,259. Nilai
signifikan lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima. Jadi dapat
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara kompetensi bladder
training pendampingan dan demonstrasi (memiliki varian yang sama),
maka Independent Samples t test menggunakan nilai yang Equal
Variance Assumed.
C. Uji Hipotesis
Uji independent sample t test atau uji sampel bebas digunakan untuk
menguji ada tidaknya perbedaan dari dua kelompok data atau sampel yang
independen. Berdasarkan uji t-test diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Hasil Uji Hipotesis Pengetahuan Mahasiswa Keperawatan
Group Statistics
Metodepembelajaran N Mean Std. Deviation Std. Error
Mean
Pengetahuan pendampingan 26 15.04 2.849 .559
demonstrasi 26 12.85 2.310 .453
Independent Samples Test
t-test for Equality of Means
t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
3.048 50 .004 2.192 .719 .747 3.637
3.048 47.948 .004 2.192 .719 .746 3.639
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
a. Uji sampel bebas (Independent Samples t test).
Langkah-langkah pengujian sebagai berikut :
1. Menentukan hipotesis nol dan hipotesis alternatif.
Ho : Tidak ada perbedaan antara pendampingan dan demonstrasi
terhadap pengetahuan mahasiswa keperawatan.
Ha : Ada perbedaan antara pendampingan dan demonstrasi terhadap
pengetahuan mahasiswa keperawatan.
Menentukan taraf signifikan
Taraf signifikan menggunakan 0,05 (Confidence interval 95%).
2. Menentukan t hitung dan t tabel.
- t hitung adalah 3,048 (lihat tabel Independent Samples Test)
- t tabel pada signifikan 0,05 : 2 = 0,025 (uji 2 sisi) dengan derajat
kebebasan (df) n – 2 atau 52 – 2 = 50, hasil diperoleh untuk t tabel
sebesar 2,008
3. Pengambilan keputusan.
t hitung – t hitung - t tabel jadi Ho diterima
t hitung > t tabel atau –t hitung < -t tabel jadi Ho ditolak
4. Kesimpulan
Diketahui bahwa t hitung > t tabel ( 3,048 > 2,008 ) maka Ho ditolak,
jadi kesimpulannya yaitu ada perbedaan antara pendampingan dan
demonstrasi terhadap pengetahuan mahasiswa keperawatan. Nilai mean
pengetahuan pada pendampingan 15,04 sedangkan yang demonstrasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
12,85 jadi pengetahuan pada pendampingan lebih tinggi daripada
demonstrasi.
Pengambilan keputusan berdasar Signifikansi
a. Menentukan hipotesis nol dan hipotesis alternatif.
Ho : Tidak ada perbedaan antara pendampingan dan demonstrasi
terhadap pengetahuan mahasiswa keperawatan
Ha : Ada perbedaan antara pendampingan dan demonstrasi terhadap
pengetahuan mahasiswa keperawatan.
Output dapat diketahui signifikan sebesar 0.004
b. Pengambilan keputusan
Signifikansi > 0,05 jadi Ho diterima
Signifikansi i Ho ditolak
c. Kesimpulan
Diketahui bahwa signifikan sebesar 0,004 lebih kecil dari 0,05
(0,004 < 0,05) maka Ho ditolak, kesimpulannya yaitu ada perbedaan antara
pendampingan dan demonstrasi terhadap pengetahuan mahasiswa
keperawatan. Nilai mean pengetahuan pada pendampingan 15,04
sedangkan yang demonstrasi 12,85 jadi pengetahuan mahasiswa
keperawatan pada pendampingan lebih tinggi daripada demonstrasi.
2. Hasil Uji Hipotesis Kompetensi bladder training
Group Statistics
Metode pembelajaran N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Kompetensi pendampingan 26 17.54 2.064 .405
demonstrasi 26 11.04 1.843 .362
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Independent Samples Test
t-test for Equality of Means
t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
11.978 50 .000 6.500 .543 5.410 7.590
11.978 49.377 .000 6.500 .543 5.410 7.590
a. Uji sampel bebas (Independent Samples t Test).
Langkah-langkah pengujian sebagai berikut :
1. Menentukan hipotesis nol dan hipotesis alternatif
Ho : Tidak ada perbedaan antara pendampingan dan demonstrasi
terhadap kompetensi bladder training.
Ha : Ada perbedaan antara pendampingan dan demonstrasi
terhadap kompetensi bladder training.
2. Menentukan taraf signifikan
Taraf signifikan menggunakan 0,05 (confidence interval 95%).
3. Menentukan t hitung dan t tabel.
- t hitung adalah 11,978 (lihat tabel Independent Samples Test)
- t tabel pada signifikan 0,05 : 2 = 0,025 (uji 2 sisi) dengan derajat
kebebasan (df) n – 2 atau 52 – 2 = 50, hasil diperoleh untuk t tabel
sebesar 2,008
4. Pengambilan keputusan.
t hitung – t hitung - t tabel jadi Ho diterima.
t hitung > t tabel atau –t hitung < -t tabel jadi Ho ditolak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
5. Kesimpulan
Diketahui bahwa t hitung > t tabel ( 11,978 > 2,008 ) maka Ho ditolak,
jadi kesimpulannya yaitu ada perbedaan antara pendampingan dan
demonstrasi terhadap kompetensi bladder training. Nilai mean
kompetensi bladder training pada pendampingan 17,54 sedangkan
yang demonstrasi 11,04 jadi kompetensi bladder training pada
pendampingan lebih tinggi daripada demonstrasi.
Pengambilan keputusan berdasar Signifikansi
a. Menentukan hipotesis nol dan hipotesis alternatif.
Ho : Tidak ada perbedaan antara pendampingan dan demonstrasi
terhadap kompetensi bladder training.
Ha : Ada perbedaan antara pendampingan dan demonstrasi terhadap
kompetensi bladder training .
b. Menentukan signifikan
Output dapat diketahui signifikan sebesar 0.000
c. Pengambilan keputusan
Signifikansi > 0,05 jadi Ho diterima
Signifikansi 0,05 jadi Ho ditolak
d. Kesimpulan
Diketahui bahwa signifikan sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05
(0,000 < 0,05) maka Ho ditolak, kesimpulannya yaitu ada perbedaan
antara pendampingan dan demonstrasi terhadap kompetensi bladder
training. Nilai mean kompetensi bladder training pendampingan 17,54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
sedangkan yang demonstrasi 11,04 jadi kompetensi bladder training pada
pendampingan lebih tinggi daripada demonstrasi.
D. Pembahasan
1. Perbedaan Pendampingan dan Demonstrasi terhadap Pengetahuan
Mahasiswa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengumpulan data terhadap 52 mahasiswa
keperawatan di Tim Spine R. Bougenvile – Dahlia RS. Ortopedi Prof. Dr.
Soeharso Surakarta dapat diketahui bahwa nilai rerata pengetahuan mahasiswa
keperawatan pada pendampingan 15,04 sedangkan yang demonstrasi 12,85
sehingga diketahui pengetahuan mahasiswa keperawatan pada pendampingan
lebih tinggi daripada demonstrasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai signifikan uji Independent
Samples t test diperoleh 0,004 lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat
disimpulkan hipotesis penelitian diterima (menerima Ha) dan menolak Ho yang
berarti ada perbedaan yang signifikan antara pendampingan dan demonstrasi
terhadap pengetahuan mahasiswa keperawatan.
Hasil penelitian tersebut diperkuat oleh teori yang dikemukakan oleh
Isyraq (2007:01), bahwa pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang hadir
dan terwujud dalam jiwa dan pikiran seseorang dikarenakan adanya reaksi,
persentuhan dan hubungan dengan lingkungan sekitarnya. Menurut Angela
(1997) pendampingan adalah bimbingan yang intensif melalui perorangan
dengan pemberian umpan balik. Keunggulan pada pendampingan dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
mendorong kemampuan masing-masing individu sesuai dengan minatnya,
dapat mengikuti lebih dekat setiap perkembangan peserta dan pendampingan,
lebih pada pendekatan personal dibanding dengan training kelompok.
Mahasiswa yang memiliki pengetahuan yang kuat akan mempunyai keinginan
untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar dalam mempelajari sesuatu.
Demonstrasi ini pembimbing hanya mendemonstrasikan beberapa kali
saja kemudian memberikan umpan balik pada peserta, sehingga apabila kurang
memperhatikan akan ketinggalan apa yang telah dijelaskan.
Menurut penelitian yang relevan pada peneliti Budiarsa (2008) dengan
judul “Pengaruh Bimbingan Tenaga Kesehatan Terhadap Kompetensi Dukun
Bayi Dalam Pelayanan KIA Di Puskesmas Mrebet Kabupaten Purbalingga”
Hasil penelitian : membuktikan adanya pengaruh yang signifikan antara
bimbingan tenaga kesehatan terhadap pengetahuan dukun bayi ( mean 1 = 7,44
versus mean 2 = 0,23; p = 0,000). Kesimpulan : Adanya peningkatan
pengetahuan dukun bayi yang mendapat bimbingan tenaga kesehatan secara
intensif dibanding dukun bayi yang tidak mendapat bimbingan secara intensif.
Cholifah (2007) dengan judul “Tingkat Pengetahuan Suami Dalam
Pendampingan Istri Pada Saat Proses Persalinan Di Desa Pasuruan Lor
Kecamatan Jati Kabupaten Kudus”. Hasil penelitian menunjukkan ada
hubungan antara tingkat pengetahuan suami dalam pendampingan istri saat
proses persalinan X2hitung = 15,000 X2tabel = 5,591. Menurut penelitian
Muthmainah (2011) berjudul Analisis Dampak Pelatihan dan Pendampingan
Terhadap Pengetahuan, Sikap dan Praktik Higiene Sanitasi Makanan Ibu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Warung Anak Sehat (IWAS) di Kabupaten Sukabumi. Hasil penelitiannya
pengetahuan, sikap, dan praktik IWAS dalam hal higiene dan sanitasi
makanan meningkat secara signifikan (p<0.05) sebagai dampak dari kegiatan
pelatihan dan pendampingan.
Kesimpulan dari penelitian di atas ada kesamaan dengan peneliti
lakukan yaitu pendampingan dapat meningkatkan pengetahuan didukung pula
oleh artikel jurnal, laporan penelitian Sharan, Gibson (2005) berjudul
“Developing Knowledge of Coaching” tentang pengetahuan, pembelajaran,
dan pengajaran yang mendasari pekerjaan pelatih atau mentor. Steven (2005)
bejudul “Coaching in Labor Makes Little Difference, UT Southwestern
Researchers Say” menemukan bahwa pendampingan seorang ibu untuk
mendorong persalinan membuat sedikit perbedaan dalam kelahiran.
2. Perbedaan Pendampingan dan Demonstrasi terhadap Kompetensi
Bladder Training
Metode pendampingan dapat digunakan dalam mencapai suatu
kompetensi yang biasanya dilakukan oleh institusi pendidikan, rumah sakit
pendidikan maupun pelatihan. Mahasiswa dibimbing mulai dari penjelasan
ketrampilan dan interaksi yang akan dilakukan kepada peserta yang di bimbing,
memperagakan ketrampilan dengan cara yang sistematis, efektif dan
menggunakan alat bantu, serta mengamati secara seksama simulasi ulang oleh
peserta secara nyata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Prosesnya pendampingan ini lebih menekankan pada proses yang rinci
yaitu sebelum praktek peserta dan fasilitator mengadakan pertemuan untuk
mereview kegiatan, termasuk langkah-langkah yang perlu ditekankan dalam
praktek kinerja, dalam praktek fasilitator mengamati, membimbing dan
memberikan umpan balik dengan menggunakan ceklist ketrampilan dan
fasilitator memberi saran/masukan perbaikan. Pendampingan yang dilakukan
secara intensif melalui komunikasi yang baik dalam pengalaman pembelajaran
dan bimbingan, untuk mengadopsi dalam penggunaan ketrampilan baru yaitu
bladder training untuk mencapai kompetensi dalam waktu tertentu.
Pendampingan peran pembimbing yang efektif sangat diperlukan dan
melibatkan semua peserta dilibatkan dalam memberikan umpan balik yang
positif. Mahasiswa lebih terpantau sampai dimana kemampuannya dalam
melakukan suatu tindakan. Diperhatikan adalah adanya waktu dan tenaga
pembimbing yang lebih dibanding metode pembelajaran yang lain.
Demonstrasi adalah metode pembelajaran yang menyajikan suatu
prosedur atau tugas, cara menggunakan alat dan cara berinteraksi dengan klien
(Nursalam, 2008). Demostrasi mempunyai tujuan untuk mendapatkan
gambaran yang jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses
mengatur, bekerja dalam mengerjakan atau menggunakannya,
membandingkan cara lain untuk mengetahui serta melihat kebenaran sesuatu.
Demonstrasi pembimbing hanya mendemonstrasikan tindakan beberapa
kali saja kemudian melakukan umpan balik pada mahasiswa, sehingga bila
kurang memperhatikan akan ketinggalan terhadap tindakan itu dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
menyebabkan kompetensi bladder training menjadi rendah. Kekurangan pada
demonstrasi adalah mahasiswa hanya mengamati saja, bila ingin mencoba
sendiri tanpa dibimbing satu per satu, bila mahasiswa terlalu banyak akan
membuat mahasiswa kurang memperhatikan.
Menurut Antariksa (2007), secara general, kompetensi merupakan
kombinasi antara ketrampilan(skill), atribut personal, dan pengetahuan
(knowledge) yang tercermin melalui perilaku kinerja (job behavior) yang
dapat diamati, diukur dan dievaluasi. Tujuan pengukuran kompetensi adalah
untuk memperoleh data atau informasi yang obyektif, valit serta dapat
dipertanggungjawabkan.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pendampingan
di tim Spine ruang Bougenvile Dahlia RS Ortopedi Prof.Dr.R.Soeharso
Surakarta berpengaruh terhadap peningkatan kompetensi bladder training .
Hal tersebut dapat ditunjukkan dari pengumpulan data 52 mahasiswa
keperawatan diketahui bahwa nilai rerata kompetensi bladder training pada
pendampingan sebesar 17,54 dan nilai std.dev. 2,064 dan nilai rerata
demonstrasi sebesar 11,04 dan nilai std.dev. 1,843 jadi kompetensi bladder
training pada pendampingan lebih tinggi daripada demonstrasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai signifikan uji Independent
Samples t test diperoleh nilai t hitung > t tabel ( 11,978 > 2,008 ) pada nilai
signifikan diperoleh 0,000 lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan
hipotesis penelitian diterima (menerima Ha) dan menolak Ho, kesimpulannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
yaitu ada perbedaan yang signifikan antara pendampingan dan demonstrasi
terhadap kompetensi bladder training .
Hasil penelitian ini didukung oleh teori yang dikemukan oleh Loos
dalam Fischler (2002). Pendampingan merupakan aktivitas pendukung,
mendorong dan membantu individu secara aktif mengadopsi ketrampilan baru
atau mencapai kompetensi tertentu.
Penelitian Steiner, Dowd (2003) berjudul “The Addition of Coaching to
Cognitive Strategies: Interventions for Persons with Compromised Urinary
Bladder Syndrome”. temuan ini mendukung penerapan konservatif,
intervensi kognitif non invasif inovatif diterapkan melalui penggunaan
pamflet dan kaset audio untuk membantu orang-orang dengan sindrom
kandung kemih meningkatkan kenyamanan dan meningkatkan fungsi
kandung kemih.
Penelitian Sabri (2012) berjudul “Pendampingan dan Pelatihan :
Merespon Keberlanjutan Dalam Pengembangan Profesional Guru
Matematika”. Hasil penelitiannya pendampingan secara terprogram secara
umum guru menunjukkan perubahan yang nyata.
Menurut penelitian Koortzen, Rudolf (2010) berjudul” A Competence
Executive Coaching Model” Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatih
berpengalaman lebih tinggi, lebih kompeten dalam perencanaan tahunan dan
multi-tahunan (F2.321 = 6,778, p = 0,001). Penelitian Boyatzis (2002), dengan
judul “Core Competencies in Coaching Others to Overcome Disfunctional
Behavior” hasil penelitiannya menyatakan kompetensi lebih penting dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
signifikan pada tingkat ketrampilan yang berarti pelatihan mengembangkan
kompetensi lebih baik dari pada motif kepribadian. Angela (2005) berjudul
“Essential Life Coaching Skills” menyatakan keterampilan penting diperlukan
untuk pembinaan kehidupan yang efektif
Hasil penelitian dari beberapa peneliti di atas ada kesamaan hasil dengan
peneliti lakukan yaitu pendampingan dapat meningkatkan kompetensi.
E. Keterbatasan Penelitian
Berdasarkan penelitian yang sudah dilaksanakan, penulis merasa masih
adanya keterbatasan penelitian, yaitu dalam pengambilan data masih terdapat
kelemahan dalam mengendalikan faktor perancu meskipun telah diupayakan
mengontrol faktor perancu. Dilihat secara teoritis masih banyak variabel lain
yang berpengaruh terhadap pengetahuan dan kompetensi bladder training. Peneliti
menyarankan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan mengendalikan faktor
perancu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada bab IV dapat ditarik simpulan sebagai
berikut:
1. Ada perbedaan yang signifikan antara pendampingan dan demonstrasi
terhadap pengetahuan mahasiswa keperawatan di RS Ortopedi Prof. Dr. R.
Soeharso Surakarta. Signifikan sebesar 0,004 lebih kecil dari 0,05 (r-value
sebesar 0,004 < 0,05), jadi pengetahuan pada pendampingan lebih baik
daripada demonstrasi.
2. Ada perbedaan yang signifikan antara pendampingan dan demonstrasi
terhadap kompetensi bladder training di RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso
Surakarta. Signifikan sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 (r-value sebesar
0,004 < 0,05), jadi kompetensi bladder training pada pendampingan lebih
baik daripada demonstrasi.
B. Implikasi
1. Implikasi Teoritis
Berdasarkan simpulan, maka pendampingan dapat meningkatkan pengetahuan
mahasiswa keperawatan dan kompetensi bladder training, dan memberikan
gambaran mengenai manfaat dari pendampingan.
68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukkan pembimbing
klinik/clinical instructor dalam upaya peningkatan kualitas metode
pembelajaran dan kompetensi mahasiswa.
C. Saran
Perubahan dalam metode pembelajaran berpengaruh terhadap keberhasilan
dalam tujuan pembelajaran. Berdasarkan simpulan, pendampingan terbukti
mampu meningkatkan pengetahuan mahasiswa keperawatan dan kompetensi.
Diharapkan dapat sebagai masukkan dalam memilih metode pembelajaran
pembimbing klinik/clinical instructor di RS Ortopedi Prof.Dr.R.Soeharso
Surakarta.