pengaruh pendidikan hiv dan aids menggunakan …eprints.ums.ac.id/38322/30/naskah publikasi.pdf ·...

17
PENGARUH PENDIDIKAN HIV DAN AIDS MENGGUNAKAN METODE DISKUSI KELOMPOK KECIL DENGAN FASILITATOR TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU RUMAH TANGGA DI RUSUN BEGALON SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : FIFIT KURNIAWATI J 410 110 050 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015

Upload: others

Post on 27-Jan-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PENGARUH PENDIDIKAN HIV DAN AIDS MENGGUNAKAN

    METODE DISKUSI KELOMPOK KECIL DENGAN FASILITATOR

    TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU RUMAH

    TANGGA DI RUSUN BEGALON SURAKARTA

    NASKAH PUBLIKASI

    Disusun Oleh :

    FIFIT KURNIAWATI

    J 410 110 050

    PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

    FAKULTAS ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

    2015

  • ARTIKEL PENELITIAN

    Pengaruh Pendidikan HIV dan AIDS Menggunakan Metode Diskusi KelompokKecil dengan Fasilitator Terhadap Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu RumahTangga di Rusun Begalon Surakarta

    Fakultas Ilmu KesehatanUniversitas Muhammadiyah Surakarta

    1

    PENGARUH PENDIDIKAN HIV DAN AIDS MENGGUNAKAN METODE DISKUSIKELOMPOK KECIL DENGAN FASILITATOR TERHADAP TINGKAT

    PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU RUMAH TANGGA DI RUSUN BEGALONSURAKARTA

    Fifit Kurniawati, Yuli Kusumawati, Farid Setyo N

    Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu KesehatanUniversitas Muhammadiyah Surakarta

    [email protected] Data Komisi Penanggulangan AIDS Nasional tahun 2014 distribusi kasus AIDSberdasarkan jenis pekerjaan, IRT dengan HIV dan AIDS dalam beberapa tahun terakhirmeningkat mencapai 18,4% dan menduduki peringkat kedua. Tujuan penelitian ini adalahuntuk menganalisis pengaruh pendidikan HIV dan AIDS menggunakan metode diskusikelompok kecil dengan fasilitator terhadap tingkat pengetahuan dan sikap IRT di RusunBegalon Surakarta. Jenis penelitian ini menggunakan Quasi Eksperimental dengan rancanganPretest-Posttest with Control Group. Populasi dalam penelitian ini adalah IRT sebanyak 192orang. Pemilihan sampel menggunakan Simple Random Sampling, dibagi menjadi dua kelompokyaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan 72 sampel. Uji statistik menggunakanuji Paired sample t-test, menunjukkan ada perbedaan skor rata-rata pengetahuan (p=0,000) dansikap (p=0,000) pada kelompok eksperimen setelah perlakuan dan ada perbedaan skor rata-ratapengetahuan (p=0,000) dan sikap (p=0,000) pada kelompok kontrol. Hasil uji Independentsample t-test menunjukkan ada perbedaan pengaruh pendidikan kesehatan tentang HIV dan AIDSmenggunakan metode diskusi kelompok kecil dengan fasilitator terhadap pengetahuan(p=0,000) dan sikap (p=0,000) IRT tentang HIV dan AIDS.

    Kata kunci: Pendidikan kesehatan, HIV dan AIDS, metode diskusi kelompok kecil denganfasilitator

    ABSTRACTThe data based on the National AIDS Commission in 2014 showed the distribution of AIDScases by type of work, IRT with HIV and AIDS in recent years increased to 18.4% and wasranked second. The purpose of this study was to analyze the effect of HIV and AIDSeducation using small group discussions with facilitators on the level of knowledge andattitudes IRT in Flat Begalon Surakarta. This research uses quasi experimental with pretest-posttest design with control group. The population in this study is the IRT as many as 192people. Selection of samples using Simple Random Sampling, divided into two groups: theexperimental group and the group control with 72 samples. Statistical test using Pairedsample t-test, showed no difference in the average score of knowledge (p = 0.000) andattitude (p = 0.000) in the experimental group after treatment and no difference in meanscore of knowledge (p = 0.000) and attitude (p = 0.000) in the control group. The test resultsIndependent sample t-test showed no effect of health education on HIV and AIDS using smallgroup discussions with facilitators to knowledge (p = 0.000) and attitude (p = 0.000) IRTabout HIV and AID

  • ARTIKEL PENELITIAN

    Pengaruh Pendidikan HIV dan AIDS Menggunakan Metode Diskusi KelompokKecil dengan Fasilitator Terhadap Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu RumahTangga di Rusun Begalon Surakarta

    Fakultas Ilmu KesehatanUniversitas Muhammadiyah Surakarta

    2

    PENDAHULUANHIV dan AIDS merupakan penyakit

    yang dapat ditularkan melalui hubunganseksual dan penggunaan jarum suntik yangsering dikaitkan dengan kesehatanreproduksi terutama kelompok perempuan.Kerentanan perempuan dan remaja putriuntuk tertular umumnya karena kurangnyapengetahuan dan informasi tentang HIVdan AIDS ataupun kurangnya akses untukmendapatkan layanan pencegahan HIV(Kementerian Negara PemberdayaanPerempuan RI, 2008).

    Pada tahun 2013 World HealthOrganization (WHO) mengumumkan 34juta orang di dunia mengidap virus HIVpenyebab AIDS dan sebagian besar darimereka hidup dalam kemiskinan dan dinegara berkembang. Data WHO terbarujuga menunjukkan peningkatan jumlahpengidap HIV yang mendapatkanpengobatan. Tahun 2012 tercatat 9,7 jutaorang, angka ini meningkat 300.000 oranglebih banyak dibandingkan satu dekadesebelumnya (WHO, 2013). Berdasarkanjenis kelamin kasus tertinggi HIV danAIDS di Afrika adalah penderita denganjenis kelamin perempuan hingga mencapai81,7% terutama pada kelompok perempuanjanda pada usia 60-69 tahun denganpersentase paling tinggi bila dibandingkandengan kelompok beresiko lainnya (Boon,2009).

    Berdasarkan data Ditjen PP & PLKemenkes RI tahun 2014, kasus HIV danAIDS di Indonesia dalam triwulan bulanJuli sampai dengan September tercatatkasus HIV 7.335, kasus sedangkan kasusAIDS 176 kasus. Estimasi dan proyeksijumlah Orang Dengan HIV dan AIDS(ODHA) menurut populasi beresiko dimanajumlah ODHA di populasi wanita resikorendah mengalami peningkatan dari190.349 kasus pada tahun 2011 menjadi279.276 kasus di tahun 2016 (KemenkesRI, 2013).

    Dilihat dari prevalensi HIVberdasarkan populasi beresiko Wanita

    Pekerja Seks Tidak Langsung (WPSTL) diIndonesia pada tahun 2007 mencapai 4,0%kemudian pada tahun 2009-2013mengalami penurunan dari 3,1% menjadi2,6% pada tahun 2011, turun kembalimenjadi 1,5% pada tahun 2013 (STBP,2013). Meningkatnya jumlah kasus HIVdan AIDS di Jawa Tengah tahun 2011 dan2012 peringkat ke-6, tahun 2013 peringkatke-5 dan di tahun 2014 peringkat ke-4 dari10 Provinsi di Indonesia yaitu DKI Jakarta,Jawa Barat, Jawa Timur, Papua, Bali,Sumatra Utara, Sulauwesi Selatan, Bantendan Kalimatan Barat dengan kasus HIV danAIDS terbanyak bulan Januari-Desember.Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2014ditemukan kasus HIV dan AIDS sebanyak2.498 kasus, dengan perincian kasus HIV2.069 orang dan AIDS 428 orang.Berdasarkan jenis kelamin laki-lakimencapai 61,48% dan perempuan 38,52%.Dilihat dari distribusi kasus AIDSberdasarkan jenis pekerjaan, IRT denganHIV dan AIDS dalam beberapa tahunterakhir meningkat mencapai 18,4% danmenduduki peringkat ke-2 (KPAN, 2014).

    Kasus HIV dan AIDS berdasarkanwilayah pada bulan Oktober 2005-Juli 2015yaitu Karanganyar sebanyak 17% kasus,Sragen sejumlah 15% kasus, Sukoharjosebanyak 13% kasus, Wonogiri sebanyak8% kasus, Surakarta sebanyak 21% kasus,Boyolali sebanyak 8% kasus, dan Klatensebanyak 5% kasus, selain Solo 14%. Datatersebut memperlihatkan bahwa Surakartamemiliki persentase tertinggi kasus HIVdan AIDS (KPA Surakarta, 2015).

    Jumlah penderita tertinggi kasusHIV dan AIDS berdasarkan jenis kelaminadalah laki-laki, sedangkan pada faktorrisiko adalah kelompok Heteroseksual, dankelompok Ibu Rumah Tangga (IRT) jugaberesiko tinggi tertular oleh suami yangmenderita HIV dan AIDS. Hal ini terjadikarena rendahnya tingkat pendidikan dankurangnya informasi mengenai pencegahanHIV dan AIDS (KPA Surakarta, 2014).Berdasarkan hasil pemetaan data populasi

  • ARTIKEL PENELITIAN

    Pengaruh Pendidikan HIV dan AIDS Menggunakan Metode Diskusi KelompokKecil dengan Fasilitator Terhadap Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu RumahTangga di Rusun Begalon Surakarta

    Fakultas Ilmu KesehatanUniversitas Muhammadiyah Surakarta

    3

    kunci dan cakupan hasil KPA Surakarta,kasus HIV dan AIDS sampai bulan Agustustahun 2015 pada ibu rumah tanggaditemukan sebanyak 417 kasus, tertinggike-dua setelah Laki-laki Beresiko Tinggi(LBT) (KPA Surakarta, 2015).

    Perilaku pencegahan HIV dan AIDSpada IRT sangat tergantung dengan tingkatpengetahuannya. Hasil penelitian terdahulumenunjukkan bahwa perilaku yangdidasari oleh pengetahuan lebih bertahanlama dari pada perilaku yang tidak didasaripengetahuan. Pendidikan memiliki perananpenting dalam menentukan kualitasmanusia, dengan pendidikan manusia akanmemperoleh pengetahuan dan informasi.Semakin tinggi tingkat pendidikanseseorang maka akan semakin berkualitashidupnya (Efendi dan Makhfudli, 2009).

    Upaya untuk menurunkan angkaHIV dan AIDS salah satunya denganmemberikan pendidikan dan informasiyang jelas tentang HIV dan AIDS, sehinggamasyarakat waspada dan merubahperilakunya untuk melakukan upayapencegahan. Penelitian sebelumnya telahmembuktikan bahwa, metode diskusikelompok lebih efektif dibandingkandengan metode ceramah untukmeningkatkan pengetahuan tentangmenopause pada IRT di RW V DesaBumiharjo (Astuti, 2012). Pada hasilpenelitian Handayani dkk (2009),menyatakan bahwa pendidikan kesehatandengan metode diskusi kelompok denganfasilitator merupakan metode yang lebihefektif.

    Meningkatnya pemahaman, sikap,dan akhirnya akan berpengaruh padakecenderungan perilaku yang lebih baikdalam mencegah PMS, HIV dan AIDSdikalangan orang-orang berpotensimempunyai risiko tinggi tertularnya HIVdan AIDS (Widodo dan Muhammad,2008). Meningkatnya kasus HIV dan AIDSpada IRT disebabkan karena kurangnyapemahaman “konsep gender” dalamkeluarga membuat posisi tawar perempuan

    sangat rendah dalam pengambilan berbagaikeputusan termasuk dalam aspek kesehatandan kesehatan repoduksinya (Dewi, 2008).

    Penelitian sebelumnya telahmembuktikan bahwa, ada pengaruhpendidikan kesehatan dengan metodediskusi kelompok dengan fasilitator dantanpa fasilitator terhadap peningkatanpengetahuan dan sikap. Pada penelitianterjadi peningkatan pengetahuan dan sikap,yaitu pada kelompok dengan fasilitatorrata-rata nilai pengetahuan 16,56 menjadi24,44 sedangkan sebelumnya rata-rata nilaisikap 75,19 menjadi 95,56 dan untukkelompok tanpa fasilitator rata-rata nilaipengetahuan 16,58 menjadi 22,85sedangkan sebelumnya rata-rata nilai sikap77,61 menjadi 94,94.

    Di Surakarta sejak awal tahun 2000KPA Surakarta bekerjasama dengan DinasKesehatan telah memetakan keberadaanWanita Pekerja Seks Tidak Lansung(WPSTL) di batras, tempat hiburan malamdan tempat lain seperti taman, hotel, danrusun. Rusun Begalon merupakan salahsatu rusun yang dijadikan sebagai pemetaandalam pemeriksaan mobile VCT yangbekerja sama dengan Puskesmas Manahankarena ditemukan sebagian IRT disanabekerja menjadi WPSTL sebanyak 2,08%.Masalah kesehatan reproduksi sepertiInfeksi Menular Seksual (IMS) di rusunBegalon Kelurahan Panularan KotaSurakarta ditemukan kasus IMS sebanyak80% dari 30 IRT yang memeriksakandirinya di mobile VCT (KPA Surakarta,2015). Penelitian ini bertujuan untukmengetahui pengaruh pendidikan HIV danAIDS menggunakan metode diskusikelompok kecil dengan fasilitator terhadaptingkat pengetahuan dan sikap IRT diRusun Begalon Surakarta.

    METODE PENELITIANPenelitian ini merupakan penelitian

    Eksperimen Semu dengan menggunakanrancangan Pretest Posttest With ControlGroup yang dilengkapi dengan pendekatan

  • ARTIKEL PENELITIAN

    Pengaruh Pendidikan HIV dan AIDS Menggunakan Metode Diskusi KelompokKecil dengan Fasilitator Terhadap Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu RumahTangga di Rusun Begalon Surakarta

    Fakultas Ilmu KesehatanUniversitas Muhammadiyah Surakarta

    4

    kuantitatif. Penelitian ini menggunakandua kelompok perlakuan yaitu kelompokeksperimen dan kelompok kontrol, lokasipenelitian ini di Rusun Begalon KelurahanPanularan pada bulan Agustus 2015.Populasi dalam penelitian ini adalah 192IRT dengan jumlah sampel sebanyak 72orang dengan masing-masing kelompokeksperimen 36 dan kelompok kontrol 36.Teknik pengambilan sampel dalampenelitian ini menggunakan samplerandom sampling.

    Analisis univariat, untukmenjelaskan karateristik responden setiapvariabel baik umur, sumber informasi,tingkat pendidikan, tingkat pengetahuandan sikap. Analisis bivariat menggunakanpaired sampel t-test untuk mengukurperbedaan skor pengetahuan dan sikapsebelum dan sesudah diberikaneksperimen. Uji Independent T Test untukmengetahui perbedaan peningkatan skorpengetahuan dan sikap dari pendidikankesehatan dengan metode diskusikelompok kecil dengan fasilitator dan uji

    HASILKarakteristik Responden

    Tabel 1Gambaran Rata-rata Umur pada Masing-Masing

    Kelompok IRT di Rusun Begalon Surakarta Tahun 2015

    Berdasarkan tabel 1, diketahui bahwarata-rata umur pada kelompok eksperimen,yaitu 40,03 ± 9,479. Sedangkan rata-rataumur pada kelompok kontrol, yaitu 42,53 ±11,065.

    Tabel 2Gambaran Sumber Informasi Tentang HIV dan AIDSyang Didapat oleh IRT di Rusun Begalon Surakarta

    Tahun 2015Sumber

    InformasiEksperimen Kontrol

    n % n %Media Elektronik 30 83,3 31 86,1

    Media Cetak 6 16,7 5 13,9

    Total 36 100 36 100

    Sumber informasi tentang HIV danAIDS yang diperoleh pada kelompok

    eksperimen paling banyak adalah mediaelektronik, yaitu sejumlah 30 orang(83,3%) dan pada media cetak sejumlah 6orang (16,7%). Untuk kelompok kontrol,jumlah responden yang mendapatkaninformasi dari media elektronik sebanyak31 orang (86,1%) dan informasi padamedia cetak sebanyak 5 orang (13,9%).

    Tabel 3Gambaran Tingkat Pendidikan IRT di Rusun Begalon

    Surakarta Tahun 2015Tingkat

    PendidikanEksperimen Kontrol

    f % f %Tidak Sekolah 3 8,3 2 5,6

    SD 4 11,1 5 13,9SMP 10 27,8 8 22,2SMA 19 52,8 20 55,6

    Diploma/S1/S2 0 0 1 2,8Total 36 100 36 100

    Distribusi tingkat pendidikanresponden pada kelompok eksperimen,hanya sebagian kecil yang tidak bersekolahyaitu, sebanyak 3 orang (8,3%), Sedangkanyang paling banyak dari Sekolah MenengahAtas (SMA), yaitu sebanyak 19 orang(52,8%). Pada kelompok kontrol, jugahanya sebagian kecil tidak bersekolah,yaitu sebanyak 2 orang (5,6%), Sedangkanyang paling banyak dari SMA, sebanyak 20orang (55,6%), hanya sebagian kecil sajayang tingkat pendidikan Diploma/S1/S2,yaitu hanya 1 orang (2,8%). Hal inimenunjukkan bahwa sebagian besar IRT diRusun Begalon Surakarta baik kelompokeksperimen dan kontrol pada tingkatpendidikan sedang, yaitu tamat SMA.

    Perbedaan Skor Pengetahuan HIV danAIDS Pretest dan Posttest pada SetiapKelompok.

    Tabel 4Perbedaan Skor Pengetahuan Tentang HIV dan AIDSPretest dan Posttest pada Setiap Kelompok di Rusun

    Begalon Surakarta Tahun 2015Variabel Kelompok

    Eksperimen(Diskusi dengan

    Fasilitator)n= 36

    Kontroln= 36

    Skor PengetahuanHIV dan AIDSPretestRata-Rata 9,03 7,61

    Kelompok n Min Mak Mean SD

    Eksperimen 36 21 60 40,03 9,479

    Kontrol 36 17 61 42,53 11,065

  • ARTIKEL PENELITIAN

    Pengaruh Pendidikan HIV dan AIDS Menggunakan Metode Diskusi KelompokKecil dengan Fasilitator Terhadap Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu RumahTangga di Rusun Begalon Surakarta

    Fakultas Ilmu KesehatanUniversitas Muhammadiyah Surakarta

    5

    SD 1,483 1,961Minimal 6 4Maksimal 11 11Skor PengetahuanHIV dan AIDSPosttestRata-Rata 11,42 9,64SD 0,937 1,125Minimal 9 7Maksimal 13 11ρ Value* 0,000 0,000*Paired sampel t_test

    Berdasarkan tabel 4, dapat dilihatbahwa pada kelompok eksperimen terjadipeningkatan rata-rata skor pengetahuansetelah diberikan pendidikan kesehatanmenggunakan metode diskusi kelompokkecil dengan fasilitator dari 9,03 ± 1,483menjadi 11,42 ± 0,937 dengan nilai skorminimal 6 menjadi 9 dan nilai skormaksimal 11 menjadi 13. Sedangkan padakelompok kontrol juga terjadi peningkatanskor pengetahuan dari 7,61 ± 1,961 menjadi9,64 ± 1,125 dengan nilai skor minimal 4menjadi 7 dan nilai skor maksimal pretestdan posttest tetap 11. Hasil uji hipotesismenyimpulkan ada perbedaan rata-rata skorpengetahuan pada kelompok eksperimensebelum dan sesudah perlakuan (p=0,000).Hasil uji hipotesis pada kelompok kontrolmenyimpulkan ada perbedaan rata-rata skorpengetahuan pada kelompok kontrolsebelum dan sesudah perlakuan (p=0,000).

    Perbedaan Skor Sikap HIV dan AIDSPretest dan Posttest pada SetiapKelompok

    Tabel 5Perbedaan Skor Sikap HIV dan AIDS Pretest dan Posttestpada Setiap Kelompok di Rusun Begalon Surakarta Tahun

    2015Variabel Kelompok

    Eksperimen(Diskusi dengan

    Fasilitator)n= 36

    Kontroln= 36

    Skor SikapHIV dan AIDSPretestRata-Rata 4,94 4,08SD 0,924 1,204Minimal 3 2Maksimal 6 6

    Skor SikapHIV dan AIDSPosttestRata-Rata 6,50 5,42SD 0,561 1,105Minimal 5 3Maksimal 7 7

    ρ Value* 0,000 0,000

    *Paired sampel t_test

    Berdasarkan tabel 5, dapat dilihatbahwa sikap pada kelompok eksperimen,menunjukkan adanya peningkatan rata-rataskor sikap setelah diberikan pendidikankesehatan menggunakan metode diskusikelompok kecil dengan fasilitator dari 4,94± 0,924 menjadi 6,50 ± 0,561 dengan nilaiskor minimal 3 menjadi 5 dan nilai skormaksimal 6 menjadi 7. Sedangkan padakelompok kontrol juga terjadi peningkatanskor sikap dari 4,08 ± 1,24 menjadi 5,42 ±1,105 dengan nilai skor minimal 2 menjadi3 dan nilai skor maksimal sama dengankelompok eksperimen. Hasil uji hipotesismenyimpulkan ada perbedaan rata-rata skorsikap pada kelompok eksperimen sebelumdan sesudah perlakuan (p=0,000). Padakelompok kontrol juga terjadi peningkatanrata-rata skor sikap dari 4,08 ± 1,24menjadi 5,42 ± 1,105. Tapi tidak sebanyakpada kelompok eksperimen, yaitu dapatdilihat nilai maksimal sekor sikap padakelompok kontrol dari 6 menjadi 7 dengannilai minimal dari 2 menjadi 3. Hasil ujihipotesis menyimpulkan ada perbedaanrata-rata skor sikap pada kelompok kontrolsebelum dan sesudah perlakuan (p=0,000).Perbedaan Pengaruh PendidikanKesehatan Antara Metode Diskusidengan Fasilitator dan KontrolTerhadap Pengetahuan IRT TentangHIV dan AIDS

    Tabel 8Perbedaan Pengaruh Pendidikan Kesehatan Antara

    Metode Diskusi dengan Fasilitator dan Kontrol TerhadapPengetahuan IRT Tentang HIV dan AIDS di Rusun

    Begalon Surakarta Tahun 2015

    Kelompok n Mean SD Min Max t PValue

    Diskusi denganFasilitator

    36 2,389 1,856 -1 7 7,148 0,000

    Kontrol 36 2,028 2,396 -3 6 7,148 0,000

  • ARTIKEL PENELITIAN

    Pengaruh Pendidikan HIV dan AIDS Menggunakan Metode Diskusi KelompokKecil dengan Fasilitator Terhadap Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu RumahTangga di Rusun Begalon Surakarta

    Fakultas Ilmu KesehatanUniversitas Muhammadiyah Surakarta

    6

    Berdasarkan tabel 8, dapat dilihatbahwa hasil uji Independent sample t-testpengetahuan diperoleh dari selisih skorrata-rata antara pretest dan posttest padakelompok diskusi dengan fasilitator, yaitu2,389 ± 1,856 dengan nilai minimal -1,nilai maksimal 7, dan skor rata-ratakelompok kontrol 2,028 ± 2,396 dengannilai minimal -3, nilai maksimal 6. Hasil ujihipotesis menyimpulkan ada perbedaanpengaruh pendidikan HIV dan AIDSmenggunakan metode diskusi kelompokkecil dengan fasilitator terhadap tingkatpengetahuan IRT di Rusun BegalonSurakarta (p=0,000). Hal ini karenapemberian pendidikan menggunakanmetode diskusi kelompok kecil denganfasilitator efektif untuk meningkatkanpengetahuan IRT.

    Perbedaan Pengaruh PendidikanKesehatan Antara Metode Diskusidengan Fasilitator dan KontrolTerhadap Sikap IRT Tentang HIV danAIDS

    Tabel 9Perbedaan Pengaruh Pendidikan Kesehatan Antara

    Metode Diskusi dengan Fasilitator dan Kontrol TerhadapSikap IRT Tentang HIV dan AIDS di Rusun Begalon

    Surakarta Tahun 2015Kelompok n Mean SD Min Max t P

    ValueDiskusi dengan

    Fasilitator36 1,556 0,969 0 4 5,794 0,000

    Kontrol 36 1,333 1,639 -1 5 5,794 0,000

    Berdasarkan tabel 9, dapat dilihatbahwa hasil uji Independent sample t-testsikap diperoleh dari selisih skor rata-rataantara pretest dan posttest pada kelompokdiskusi dengan fasilitator, yaitu 1,556 ±0,969 dengan nilai minimal 0, nilaimaksimal 4, dan skor rata-rata kelompokkontrol 1,333 ± 1,639 dengan nilai minimal-1, nilai maksimal 5. Hasil uji hipotesismenyimpulkan ada perbedaan pengaruhpendidikan HIV dan AIDS menggunakanmetode diskusi kelompok kecil denganfasilitator terhadap sikap IRT di RusunBegalon Surakarta (p=0,000). Hal inikarena pemberian pendidikan

    menggunakan metode diskusi kelompokkecil dengan fasilitator efektif untukmeningkatkan sikap IRT.

    PEMBAHASANUmur Responden

    Berdasarkan hasil penelitiandiketahui bahwa rata-rata umur IRT padakelompok eksperimen, yaitu 40,03 ± 9,479dengan umur minimum 21 tahun dan umurmaksimum 60 tahun. Sedangkan rata-rataumur IRT pada kelompok kontrol, yaitu42,53 ± 11,065 dengan umur minimum 17tahun dan umur maksimum 61 tahun.

    Sebagian besar umur IRT di RusunBegalon Surakarta adalah ± 40 tahun. Usiaseseorang akan mempengaruhi dayatangkap dan pola pikir seseorang terhadapinformasi yang diberikan. Semakinbertambah usia maka daya tangkap danpola pikir seseorang semakin berkembang(Notoatmodjo, 2003 )b. Semakin cukupumur, tingkat kematangan dan kekuatanseseorang akan lebih matang dalam berfikirdan bekerja (Dewi dan Wawan, 2011).

    Menurut Cunningham Dkk (2005)rentang umur 18-24 tahun adalah tahapanperkembangan fugsi kemampuan untukmandiri dan belajar mengontrol diri,sedangkan kelompok umur di atas 24 tahunmerupakan tahapan ketika intelektualindividu mengarahkan perkembanganseluruh aspek kepribadian menujukematangan diri.

    Dalam penelitian yang dilakukanSimanjuntak (2010), usia remaja dan usiaproduktif sangat beresiko terhadappenularan HIV dan AIDS. Infeksi HIV danAIDS sebagian besar (>80%) diderita olehkelompok usia produktif (15-49 tahun).Makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambahbaik, akan tetapi pada umur tertentu,bertambahnya proses berkembangnyamental ini tidak secepat seperti ketikaberumur belasan tahun (Notoatmodjo,2003 )b.

  • ARTIKEL PENELITIAN

    Pengaruh Pendidikan HIV dan AIDS Menggunakan Metode Diskusi KelompokKecil dengan Fasilitator Terhadap Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu RumahTangga di Rusun Begalon Surakarta

    Fakultas Ilmu KesehatanUniversitas Muhammadiyah Surakarta

    7

    Sumber Informasi yang DidapatResponden

    Berdasarkan hasil analisis univariatdiketahui bahwa sumber informasi yangdidapat responden pada kelompokeksperimen dari media elektronik lebihtinggi yaitu sebanyak 30 orang (83,3%) danpada media cetak sebanyak 6 orang(16,7%). Sedangkan sumber informasi yangdidapat responden pada kelompok kontrol,dari media elektronik lebih tinggi yaitusebanyak 31 orang (86,1%) dan pada mediacetak sebanyak 5 orang (13,9%).

    Menurut Creagh S (2004), mediamassa sangat mudah dipergunakan. TV,film, musik, media cetak dan internetadalah sumber informasi yang cukup murahdan mudah. Menurut Notoatmodjo(2003) ,b melalui berbagai media baikcetak maupun elektronik berbagi informasidapat diterima oleh masyarakat, sehinggaorang yang lebih sering terpapar mediamassa (TV, radio, majalah dll) akanmemperoleh informasi yang lebih banyakdibandingkan dengan orang yang tidakterpapar informasi media massa. Manusiaadalah makhluk sosial dimana dalamkehidupan saling berinteraksi satu samalain. Individu yang dapat berinteraksisecara kontinu akan dapat lebih besarmendapatkan informasi.

    Berdasarkan penelitian Irna (2014),diketahui bahwa responden yang memilikipengetahuan baik sebagian memiliki sikappositif 47 (88,7%) dikarenakan respondenpercaya pemeriksaan VCT bertujuan untukmencegah penularan HIV dan merekapaham tentang penularan HIV dan AIDSyang sangat berbahaya bagi pekerja seks.Menurut keterangan dari responden merekabanyak mendapatkan informasi–informasiataupun penyuluhan mengenai berbagaimacam penyakit menular seksual darimedia cetak, media elektronik dan dariberbagai penyuluhan LSM.

    Tingkat Pendidikan Responden

    Hasil Penelitian menunjukkan tingkatpendidikan responden pada kelompokeksperimen hanya sebagian kecil yangtidak bersekolah yaitu, sebanyak 3 orang(8,3%), Sedangkan yang paling banyak dariSekolah Menengah Atas (SMA), yaitusebanyak 19 orang (52,8%). Padakelompok kontrol, juga hanya sebagiankecil tidak bersekolah, yaitu sebanyak 2orang (5,6%), Sedangkan yang palingbanyak dari SMA, sebanyak 20 orang(55,6%), hanya sebagian kecil saja yangtingkat pendidikan Diploma/S1/S2, yaituhanya 1 orang (2,8%). Hal ini menunjukkanbahwa sebagian besar IRT di RusunBegalon Surakarta baik kelompokeksperimen dan kontrol pada tingkatpendidikan sedang, yaitu tamat SMA.

    Pendidikan berhubungan dengankemampuan seseorang untuk menerima danmerespon terhadap berbagai informasi.Dimana tingkat pendidikan yang setingkatSMA atau lebih mempunyai kemampuanmenyerap informasi yang bersifat mendidikyang diberikan. Hal ini berarti dengansemakin tingginya tingkat pendidikankemampuan menyerap pesan kesehatanakan lebih baik. Responden denganpendidikan yang lebih baik akan memilikipengetahuan dan tindakan yang baik pulaterhadap HIV dan AIDS (Angreani, 2005).

    Pengaruh Pendidikan KesehatanTerhadap Tingkat Pengetahuan

    Pengaruh pendidikan kesehatanterhadap tingkat pengetahuan dapat dilihatdari selisih skor rata-rata antara pretest danposttest pada kelompok diskusi denganfasilitator, yaitu 2,389 ± 1,856. Hasil ujihipotesis menyimpulkan ada pengaruhpendidikan HIV dan AIDS menggunakanmetode diskusi kelompok kecil denganfasilitator terhadap tingkat pengetahuanIRT di Rusun Begalon Surakarta(p=0,000). Hal ini sesuai dengan Penelitiandari Astuti (2012 ) bahwa metode diskusikelompok lebih efektif dibandingkandengan metode ceramah untuk

  • ARTIKEL PENELITIAN

    Pengaruh Pendidikan HIV dan AIDS Menggunakan Metode Diskusi KelompokKecil dengan Fasilitator Terhadap Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu RumahTangga di Rusun Begalon Surakarta

    Fakultas Ilmu KesehatanUniversitas Muhammadiyah Surakarta

    8

    meningkatkan pengetahuan tentangmenopause pada Ibu Rumah Tangga di RWV Desa Bumiharjo, Kecamatan Klirong-Kebumen. Ketertarikan IRT dalam diskusikelompok kecil dengan fasilitator akanmempermudah untuk menyerap informasidan meningkatkan pengetahuan tentangHIV dan AIDS. Materi di dalam diskusikelompok kecil dengan fasilitator tersebutmencangkup pengertian HIV dan AIDS,cara penularan HIV, dan pencegahan HIVpada IRT.

    Pendidikan kesehatan tentang HIVdan AIDS pada IRT menggunakan metodediskusi kelompok kecil dengan fasilitatorini diberikan kepada kelompok eksperimensetelah responden mengerjakan pretestselama 15 menit. Kemudian setelahresponden mengerjakan pretest, respondendiberikan diskusi kelompok kecil denganfasilitator selama 60 menit dan harusmembuat rangkuman dari materi diskusiyang telah disampaikan oleh fasilitator,selanjutnya 7 hari kemudian respondenharus mengerjakan soal posttest selama 15menit.

    Hasil pada kelompok eksperimen,terkait dengan tingkat pengetahuan dalamHIV dan AIDS pada IRT, terjadipeningkatan rata-rata skor pengetahuansetelah diberikan pendidikan kesehatanmenggunakan metode diskusi kelompokkecil dengan fasilitator dari 9,03 ± 1,483menjadi 11,42 ± 0,937. Peningkatan rata-rata skor pengetahuan pada kelompokeksperimen dipengaruhi oleh fungsifasilitator yaitu membantu jalanya kegiatan,mengarahkan pembicaraan kearah topikdan materi yang ditetapkan, serta menjadimediator dalam kelompok. Hal ini sesuaidengan tujuan pendidikan kesehatan yangdikemukakan Emilia (2008) bahwapendidikan kesehatan adalah suatu upayaatau kegiatan untuk menciptakan perilakumasyarakat yang kondusif untuk kesehatan.Artinya pendidikan kesehatan berupayaagar masyarakat menyadari ataumengetahui bagaimana cara memelihara

    kesehatan, bagaimana menghindari ataumencegah hal–hal yang merugikankesehatannya dan orang lain, kemanaseharusnya mencari pengobatan bilamanasakit, dan sebagainya.

    Menurut Notoatmodjo (2012) ,bsemakin tinggi pendidikan seseorang makadaya tangkap terhadap informasi semakintinggi, sehingga akan semakin mudah untukmenerima informasi. Selain itu informasijuga dapat mempengaruhi pengetahuan ibu,informasi tersebut berupa media cetak,elektronik, dan sosialisasi dari petugaskesehatan (Notoatmodjo, 2003) .a

    Hasil uji hipotesis, menyimpulkanada perbedaan rata-rata skor pengetahuanpada kelompok eksperimen sebelum dansesudah perlakuan (p=0,000). Perubahanskor rata-rata pengetahuan pada kelompokeksperimen terjadi peningkatanpengetahuan sebesar (20,93%) dari skorrata-rata pengetahuan sebelum diberikanpendidikan kesehatan. Ternyata pendidikankesehatan menggunakan metode diskusikelompok kecil dengan fasilitator mampumeningkatkan pengetahuan HIV dan AIDSpada IRT, selain itu materi yangdisampaikan berkaitan dengan pencegahanHIV pada IRT dikemas dalam bentukdiskusi yang santai dan mudah dipahamioleh IRT, tujuannya agar mempermudahIRT untuk menyerap informasi danmeningkatkan pengetahuan tentang HIVdan AIDS beserta pencegahannya.

    Menurut Sari (2014), upayapencegahan HIV dan AIDS hanya dapatefektif bila dilaksanakan dengan komitmenseluruh lapisan masyarakat dan komitmenpolitik yang tinggi untuk mencegah danatau mengurangi perilaku risiko tinggiterhadap penularan HIV, selain itu jugadapat dilakukan dengan memberikanpenyuluhan kesehatan kepada IRT terkaitdengan pengetahuan tentang HIV danAIDS, meliputi pengertian HIV dan AIDS,Penularan HIV, Pencegahan HIV.Pendidikan kesehatan sangat diperlukanbagi IRT dalam meningkatkan pengetahuan

  • ARTIKEL PENELITIAN

    Pengaruh Pendidikan HIV dan AIDS Menggunakan Metode Diskusi KelompokKecil dengan Fasilitator Terhadap Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu RumahTangga di Rusun Begalon Surakarta

    Fakultas Ilmu KesehatanUniversitas Muhammadiyah Surakarta

    9

    tentang HIV dan AIDS untuk pencegahandini terjadinya HIV dan AIDS, salahsatunya pendidikan kesehatanmenggunakan diskusi kelompok kecildengan fasilitator yang peneliti lakukan.

    Pendidikan kesehatan tentang HIVdan AIDS pada IRT hanya dilakukan padakelompok eksperimen selama 60 menit.Responden pada kelompok eksperimen dankontrol mengerjakan pretest dan posttestselama 15 menit dengan selang waktuselama 7 hari.

    Hasil pada kelompok kontrol, terkaittingkat pengetahuan tentang HIV dan AIDSpada IRT, juga terjadi peningkatan rata-rataskor pengetahuan dari 7,61 ± 1,961 menjadi9,64 ± 1,125. Selanjutnya hasil ujihipotesis, menyimpulkan ada perbedaanrata-rata skor pengetahuan pada kelompokkontrol sebelum dan sesudah perlakuan(p=0,000). Perubahan skor rata-ratapengetahuan pada kelompok kontrol terjadipeningkatan pengetahuan sebesar (21,06%)dari skor rata-rata pengetahuan sebelumdiberikan pendidikan kesehatan. Ternyatatanpa diberikan pendidikan kesehatanmenggunakan metode diskusi kelompokkecil dengan fasilitator juga mampumeningkatkan pengetahuan HIV dan AIDS,karena kelompok kontrol terkontaminasioleh informasi dari IRT pada kelompokeksperimen.

    Berdasarkan hasil jawaban respondenpada kelompok eksperimen dan kelompokkontrol tentang pengetahuan HIV danAIDS. Ada beberapa pertanyaan yangresponden salah menjawab pada saatpretest. Pertanyaan tersebut tentangkepanjangan HIV. Dari jumlah totalresponden sebanyak 72 (eksperimen dankontrol), 65 responden (90,28%)jawabannya salah. Lebih dari 50%responden menjawab bahwa HIVkepanjangannya Human Immuno Virus,selanjutnya tentang kepanjangan dariAIDS, sebanyak 67 responden (93,06%)jawabannya salah. Kemudian tentang diareberkepanjangan selama lebih dari satu

    bulan merupakan salah satu tanda gejalaAIDS. Sebanyak 36 responden (50%)jawaban responden masih salah. Padapertanyaan ini responden beranggapanbahwa diare berkepanjangan selama lebihdari satu bulan merupakan salah satu tandagejala AIDS adalah salah.

    Untuk jawaban posttest pengetahuan,pada kelompok eksperimen sudah lebihbagus karena lebih dari 50% dari setiappertanyaan jawaban responden padakelompok eksperimen sudah benar, namunmasih ada 19 responden yang masih salahmenjawab, yaitu pertanyaan tentangkepanjangan dari HIV, sebanyak 15responden (41,67%) jawaban respondensalah tentang kepanjangan AIDS.Selanjutnya pada kelompok kontrol hasilposttest rata-rata sudah bagus karena lebihdari 50% dari setiap pertanyaan jawabansudah benar, namun masih ada duapertanyaan yang kurang dari 50%, yaitutentang kepanjangan HIV dan AIDS,sebanyak 36 responden (100%) jawabanresponden salah.

    Perbedaan Pengaruh PendidikanKesehatan Terhadap Sikap

    Pengaruh pendidikan kesehatanterhadap sikap pada kelompok eksperimenterjadi peningkatan rata-rata skor sikapsetelah diberikan pendidikan kesehatanmenggunakan metode diskusi kelompokkecil dari 4,94 ± 0,924 menjadi 6,50 ±0,561. Hasil uji hipotesis, menyimpulkanada perbedaan rata-rata skor sikap padakelompok eksperimen sebelum dan sesudahperlakuan (p=0,000). Peningkatan skorrata-rata sikap sebesar (24%) dari skor rata-rata sikap sebelum diberikan pendidikankesehatan menggunakan metode diskusikelompok kecil dengan fasilitator. Ternyatapendidikan kesehatan menggunakanmetode diskusi kelompok kecil denganfasilitator mampu merubah sikap IRTmenjadi lebih baik tentang HIV dan AIDSsecara dini.

  • ARTIKEL PENELITIAN

    Pengaruh Pendidikan HIV dan AIDS Menggunakan Metode Diskusi KelompokKecil dengan Fasilitator Terhadap Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu RumahTangga di Rusun Begalon Surakarta

    Fakultas Ilmu KesehatanUniversitas Muhammadiyah Surakarta

    10

    Menurut Simamora (2009), tidaksemua informasi dapat mempengaruhisikap. Informasi yang dapat mempengaruhisikap sangat bergantung pada isi, sumber,dan media informasi yang bersangkutan.Dilihat dari segi isi informasi, bahwainformasi yang menumbuhkan danmengembangkan sikap adalah berisi pesanyang bersifat persuasif. Dalam pengertia,pesan yang disampaikan dalam proseskomunikasi haruslah memiliki kemampuanuntuk mempengaruhi keyakinan sasarandidik.

    Kemudian pada kelompok kontrol jugaterjadi peningkatan rata-rata skor sikap dari4,08 ± 1,24 menjadi 5,42 ± 1,105. Hasil ujihipotesis, menyimpulkan ada perbedaanrata-rata skor pengetahuan pada kelompokkontrol sebelum dan sesudah perlakuan(p=0,000). Peningkatan skor rata-rata sikapsebesar (24,72%). Ternyata tanpa diberipendidikan kesehatan menggunakanmetode diskusi kelompok kecil denganfasilitator juga mampu merubah sikap IRTmenjadi lebih baik tentang HIV dan AIDSkarena terkontaminasi informasi dari IRTpada kelompok eksperimen.

    Berdasarkan hasil jawaban respondenpada kelompok eksperimen dan kelompokkontrol terhadap sikap tentang HIV danAIDS. Ada beberapa responden yangmendapatkan nilai paling rendah (2) padasaat pretest. Sedangkan pada saat posttestpernyataan sikap pada kelompokeksperimen rata-rata mendapatkan nilai >5,tetapi masih ada responden yangmemperoleh nilai rendah (3) baik padakelompok eksperimen dan kontrol.Pernyataan tentang akan ikut baik secaraaktif maupun pasif dalam kegiatankampanye pencegahan HIV, pada saatpretest sebanyak 65 responden (90,28%)sedangkan pada kelompok eksperimen saatposttest sebanyak 3 responden (8,3%)menjawab salah. Sebagian responden masihberanggapan bahwa kampanye tentangpencegahan HIV tidak perlu dilakukan baikaktif maupun pasif, selanjutnya tentang

    informasi mengenai HIV dan AIDS tidakperlu diberitakan secara besar-besaran didalam masyarakat karena akan menambahketakutan terhadap bahaya penyakittersebut, pada saat pretest sebanyak 28responden (38,89%), sedangkan pada saatposttest sebanyak 17 responden (23,61%)menjawab salah, sebagian responden jugamasih beranggapan informasi mengenaiHIV dan AIDS tidak perlu diberitakansecara besar-besaran di dalam masyarakatkarena akan menambah ketakutan terhadapbahaya penyakit tersebut, padahalinformasi tentang HIV dan AIDS sangatpenting bagi masyarakat sebagai upayapencegahan dalam penularan HIV,seharusnya kita meluruskan denganmemberikan pendidikan kesehatan tentangHIV dan AIDS pada IRT. Selanjutnyatentang seseorang yang diketahui mengidapHIV dan AIDS sebaiknya dikarantina agartidak menularkannya pada orang lain, padasaat pretest sebanyak 38 respnden(52,78%), sedangkan pada kelompokkontrol saat posttest sebanyak 16 responden(44,44%) masih menjawab salah. Sebagianresponden juga masih beranggapanseseorang yang diketahui mengidap HIVdan AIDS sebaiknya dikarantina agar tidakmenularkannya pada orang lain, seharusnyamengidap HIV dan AIDS sebaiknya tidakdikarantina melainkan di berikanpendidikan kesehatan yang benar mengenaiperilaku apa saja yang dapat menularkanHIV.

    Hasil penelitian ini sejalan denganhasil penelitian Dewi (2008), mengenaipengaruh pendidikan kesehatan terhadapperubahan pengetahuan dan sikap dalampencegahan HIV dan AIDS pada pekerjaseks komersial. Pada penelitian Dewi(2008), menyimpulkan ada pengaruhpendidikan kesehatan terhadappengetahuan dan sikap PSK setelahdiberikan pendidikan kesehatan, yaitu darirata-rata pengetahuan PSK sebesar 23,68%menjadi 25,19%, sedangkan sebelumnyarata-rata sikap PSK sebesar 43,67%

  • ARTIKEL PENELITIAN

    Pengaruh Pendidikan HIV dan AIDS Menggunakan Metode Diskusi KelompokKecil dengan Fasilitator Terhadap Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu RumahTangga di Rusun Begalon Surakarta

    Fakultas Ilmu KesehatanUniversitas Muhammadiyah Surakarta

    11

    menjadi 47,34%. Hal ini menunjukkanbahwa pendidikan kesehatan yangdiberikan benar-benar mempengaruhipengetahuan dan sikap responden yangdiberi perlakuan.

    Selain itu, penelitian ini juga sejalandengan hasil penelitian yang dilakukan olehHerlambang (2004), yang menunjukkanPromosi kesehatan dengan metodekombinasi ceramah dan diskusi dapatmeningkatkan pengetahuan dan sikap siswaSMU tentang HIV dan AIDS dalam upayamencegah penularan HIV dan AIDS. Padapenelitian Herlambang (2004), terjadipeningkatan pengetahuan dan sikap siswaSMU tentang HIV dan AIDS dalam upayamencegah penularan HIV dan AIDS, yaitudilihat dari hasil adanya pengaruh yangbermakna secara statistik rerata skorsebelum dan sesudah intervensi (p

  • ARTIKEL PENELITIAN

    Pengaruh Pendidikan HIV dan AIDS Menggunakan Metode Diskusi KelompokKecil dengan Fasilitator Terhadap Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu RumahTangga di Rusun Begalon Surakarta

    Fakultas Ilmu KesehatanUniversitas Muhammadiyah Surakarta

    12

    mendapatkan pengetahuan tentang HIV danAIDS bukan dari pendidikan kesehatanmenggunakan metode diskusi kelompokkecil dengan fasilitator, melainkan didapatdari media lain seperti internet, TV,majalah, koran dan radio serta kurangterkendalinya informasi yang didapatkanoleh IRT pada kelompok eksperimendaengan kelompok kontrol. Hasil penelitianini hampir sama dengan hasil penelitianPurnomo dkk (2013), yang menunjukkanada pengaruh pendidikan kesehatan denganmetode diskusi kelompok dan tanpafasilitator terhadap peningkatanpengetahuan dan sikap. Pada penelitianPurnomo dkk (2013), terjadi peningkatanpengetahuan dan sikap, yaitu padakelompok dengan fasilitator rata-rata nilaipengetahuan 16,56 menjadi 24,44sedangkan sebelumnya rata-rata nilai sikap75,19 menjadi 95,56 dan untuk kelompoktanpa fasilitator rata-rata nilai pengetahuan16,58 menjadi 22,85 sedangkansebelumnya rata-rata nilai sikap 77,61menjadi 94,94.

    Pada hasil penelitian Handayani dkk(2009), hampir sama dengan penelitiansaya yang menyatakan bahwa pendidikankesehatan dengan metode diskusi kelompokdengan fasilitator merupakan metode yanglebih efektif. Dilihat dari rerata peningkatansikap remaja terhadap perilaku sekspranikah yang diperoleh, pendidikankesehatan dengan diskusi kelompok denganfasilitator menempati urutan pertamadengan meningkat sebesar 20,38; disusulpendidikan kesehatan dengan diskusikelompok tanpa fasilitator 17,33; dankontrol 9,30.

    SIMPULAN DAN SARANSimpulan1. Rata-rata skor pengetahuan pada

    kelompok eksperimen mengalamipeningkatan setelah diberikanpendidikan kesehatan menggunakanpendidikan kesehatan menggunakan

    metode diskusi kelompok kecil denganfasilitator dari 2,39.

    2. Rata-rata skor pengetahuan padakelompok kontrol juga mengalamipeningkatan rata-rata skor pengetahuandari 2,03.

    3. Rata-rata skor sikap pada kelompokeksperimen mengalami peningkatansetelah diberikan pendidikan kesehatanmenggunakan metode diskusikelompok kecil dengan fasilitator dari1,56.

    4. Rata-rata skor sikap pada kelompokkontrol juga mengalami peningkatanrata-rata skor sikap dari 1,34.

    5. Ada perbedaan rata-rata skorpengetahuan pada kelompokeksperimen sebelum dan sesudahperlakuan (p=0,000).

    6. Ada perbedaan rata-rata skorpengetahuan pada kelompok kontrolsebelum dan sesudah perlakuan(p=0,000).

    7. Ada perbedaan rata-rata skor sikappada kelompok eksperimen sebelumdan sesudah perlakuan (p=0,000).

    8. Ada perbedaan rata-rata skor sikappada kelompok kontrol sebelum dansesudah perlakuan (p=0,000).

    9. Ada perbedaan pengaruh pendidikankesehatan tentang HIV dan AIDSterhadap tingkat pengetahuan IRTtentang HIV dan AIDS (p=0,000).

    10. Ada perbedaan pengaruh pendidikankesehatan tentang HIV dan AIDSterhadap sikap IRT tentang HIV danAIDS (p=0,000).

    Saran1. Bagi Masyarakat

    Bagi Masyarakat seperti IRT yangsebelumnya sudah mendapatkanpengetahuan tentang HIV dan AIDSdiharapkan dapat memberikaninformasi kepada IRT lainnya dalammencegah terjadinya penularan HIVsecara dini pada IRT, dengan caramemberikan pendidikan kesehatan

  • ARTIKEL PENELITIAN

    Pengaruh Pendidikan HIV dan AIDS Menggunakan Metode Diskusi KelompokKecil dengan Fasilitator Terhadap Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu RumahTangga di Rusun Begalon Surakarta

    Fakultas Ilmu KesehatanUniversitas Muhammadiyah Surakarta

    13

    pada IRT di Rusunawa melalui mediayang efektif, misalnya dengan caraberdiskusi.

    2. Bagi Instansi PemerintahBagi instansi pemerintah seperti PKKRT, diharapkan dapat memberikanpengetahuan kesehatan tentang HIVdan AIDS khususnya untuk IRT.Memberikan pendidikan pada IRTmenggunakan media yang efektifuntuk meningkatkan pengetahuan dansikap pada IRT, misalnyamenggunakan metode diskusikelompok.

    3. Bagi Peneliti SelanjutnyaBagi peneliti lain yang ingin menelitidengan tema yang sama, dapatmenggunakan metode diskusikelompok kecil dengan video,misalnya membandingkan keefektifanantara metode diskusi kelompok kecildengan metode video, atau menelitipada IRT di Rusunawa lain sepertiRusunawa Jurung atau RusunawaMojosongo.

    DAFTAR PUSTAKAAngreani, S. 2005. Faktor-faktor yang

    berhubungan dengan PerilakuSeksual Beresiko Terinfeksi HIV danAIDS pada Supir dan Kernet TrukJarak Jauh di Jakarta Timur tahun2005. [Skripsi Ilmiah]. Depok:Fakultas Kesehatan MasyarakatUniversitas Indonesia.

    Astuti, F. 2012. Efektifitas MetodePendidikan Kesehatan TerhadapPeningkatan PengetahuanMenopause pada Ibu Rumah Tanggadi RW V Desa Bumiharjo, Klirong.[Skripsi Ilmiah]. Kebumen: STIKESMuhammadiyah Gombong.

    Boon H., Ruiter R.A.C., James S., BoneB.V.D.,Williams Edan Reddy P.2009. The Impact of a Community-based Pilot Health Education

    Intetervention for Order People asCaregivers of Orphaned and SickChildren as a Result of HIV andAIDS in Sounth Africa. J CrossCult Gerontol, 24:373-389; Oktober2009.

    Cunningham C.K., Chaix M.L.,Rekacewicz C, Britto P, Rouzioux C,Gelber R.D., et al. 2005.Development of Resistant Mutationsin Women Receiving StandardAntiretroviral Therapy Who ReceivedIntrapartum Nevirapine ti PreventPerinatal Human ImmunodeficiencyVirus Type-1 Transmission: ASubstudy of Pediatric AIDS ClinicalTrials Group Protocol 316. J InfectDis 2002;186:181-8

    Creagh, S. 2004. Pendidikan Seks di SMAD I Yogyakarta. AustralianConsortium For In Country IndonesiaStudies dan Fakultas Ilmu Sosial danIlmu Politik UniversitasMuhammadiyah Malang.

    Dewi, N.S. 2008. Pengaruh PendidikanKesehatan Terhadap PerubahanPengetahuan Dan Sikap DalamPencegahan HIV dan AIDS PadaPekarja Seks Komersial. Media Ners.Volume 2, Nomor 1 Mei 2008, hlm1-44.

    Dewi M dan Wawan A. 2011. Teori danpengukuran pengetahuan, sikap, danprilaku manusia. Yogyakarta: muhamedika.

    Effendy F dan Makhfudli.2009.Keperawatan Kesehatan KomunitasTeori dan Praktik dalamKeperawatan. Jakarta:SalembaMedika.

    Emilia, O. 2008. Promosi Kesehatan dalamLingkup Kesehatan Reproduksi.Yogyakarta: Pustaka Cendekia.

  • ARTIKEL PENELITIAN

    Pengaruh Pendidikan HIV dan AIDS Menggunakan Metode Diskusi KelompokKecil dengan Fasilitator Terhadap Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu RumahTangga di Rusun Begalon Surakarta

    Fakultas Ilmu KesehatanUniversitas Muhammadiyah Surakarta

    14

    Handayani S., Ova E dan Budi W. 2009.Efektivitas Metode DiskusiKelompok Dengan Dan TanpaFasilitator Pada PeningkatanPengetahuan, Sikap Dan MotivasiRemaja Tentang Perilaku SeksPranikah. Berita KedokteranMasyarakat. Vol. 25, No. 3;September 2009.

    Herlambang, T.M. 2004. PromosiKesehatan Dengan MetodeKombinasi Ceramah dan DiskusiDalam Upaya PeningkatanPengetahuan dan Sikap TerhadapHIV/AIDS pada Siswa SMU di KotaJambi. [Tesis]. Yogyakarta: FakultasKesehatan Masyarakat UniversitasGadjah Mada.

    Irna, L. 2014. Hubungan AntaraPengetahuan dan Sikap TerhadapPemeriksaan VCT HIV pada WanitaPekerja Seks Di Wilayah KerjaPuskesmas Duren Bandungan.Program Studi Diploma IVKebidanan STIKES Ngudi WaluyoUngaran

    Kementerian Negara PemberdayaanPerempuan RI. 2008.Pemberdayaan Perempuan dalamPencegahan Penyebaran HIV danAIDS. Jl Merdeka Barat No. 15Jakarta 10110. Diakses: 15 Mei2015.http://kemenpppa.go.id/phocadownload/pedoman%20has%202008.pdf

    Kementrian Kesehatan RI. 2013. Estimasidan Proyeksi HIV/AIDS diIndonesia Tahun 2011-2016.Diakses: 19 November 2014.http://www.depkes.go.id/article/view/15011400001/situasi-dan-analisishiv-aids.html.

    KPA Surakarta. 2015. Data Kasus HIV danAIDS Kota Surakarta Sampai TahunMaret 2015. Surakarta: KPASurakarta.

    KPAN. 2014. 10 Provinsi Indonesiadengan Kasus AIDS. Diakses: 19November 2014.http://www.aidsjateng.or.id/?p=download&j=data.

    Notoatmodjo S. 2003. Pendidikan danPerilaku Kesehatan. Jakarta: PTRineka Cipata.

    Notoatmodjo S. 2003. Ilmu KesehatanMasyarakat (Prinsip-Prinsip Dasar).Jakarta: PT Rineka Cipata

    Notoatmodjo S. 2012. Promosi Kesehatandan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PTRineka Cipta.

    Purnomo K.I., Bhisma M dan Putu S. 2013.Perbandingan Pengaruh MetodePendidikan Sebaya Dan MetodeCeramah Terhadap Pengetahuan DanSikap Pengendalian HIV/AIDS PadaMahasiswa Fakultas Olahraga DanKesehatan. Jurnal MagisterKedokteran Keluarga UniversitasPendidikan Ganesha Volume 1, No1, 2013 (hal 49-56).

    Sari, A W. 2014. Faktor-Faktor YangBerhubungan dengan Niat Ibu HamilUntuk Memanfaatkan Layanan VCT(Voluntary Counseling and Testing)Di Wilayah Kerja Puskesmas CiputatTahun Kota Tangerang SelatanProvinsi Banten Tahun 2014. [SkripsiIlmiah]. Jakarta: Fakultas Kedokterandan Ilmu Kesehatan.

    Simamora, H.R. 2009. Buku AjarPendidikan dalam Keperawatan.Jakarta: ECG

  • ARTIKEL PENELITIAN

    Pengaruh Pendidikan HIV dan AIDS Menggunakan Metode Diskusi KelompokKecil dengan Fasilitator Terhadap Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu RumahTangga di Rusun Begalon Surakarta

    Fakultas Ilmu KesehatanUniversitas Muhammadiyah Surakarta

    15

    Simanjuntak, E. 2010. Analisis FaktorResiko Penularan HIV dan AIDS diKota Medan. Jurnal PembangunanManusia. Vol. 4 No. 12 Tahun 2010

    STBP. 2013. Surveilans Terpadu Biologisdan Perilaku Tahun 2007-2013.Diakses: 19 Mei 2015.https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&uact=8&ved=0CDAQFjADahUKEwiXrLm6jf_GAhUJEpQKHb34BKU&url=http%3A%2F%2Fwww.slideserve.com%2Fsen%2Fstbp-pada-kelompok-berisiko-tahun-2013-survei-terpadu-biologis-perilaku&ei=HSG4VdepJomk0AS98ZOoCg&usg=AFQjCNEwZxTRGKb3ZG9GFksHbauCLR3QhA&sig2=SejwHAXEn6wwsMp0DNhyWA&bvm=bv.99028883,d.dGo

    WHO. 2013. United Nations JointProgramme on HIV/AIDS andWorld Health Organization. AIDSEpidemic Update 2013. WorldHealth Organization, Geneva.

    Widodo A dan Muhammad S.D. 2008.Pendidikan Kesehatan Reproduksi,Pms, Dan HIV/AIDS Pada WanitaBinaan Panti Sosial Karya WanitaSurakarta. WARTA, Vol .11, No. 1,Maret 2008: 55 – 63.