pengaruh penerapan metode membaca cepat terhadap … · 2021. 1. 21. · kemampuan memahami isi...
TRANSCRIPT
-
PENGARUH PENERAPAN METODE MEMBACA CEPAT TERHADAP
KEMAMPUAN MEMAHAMI ISI BACAAN PADA SISWA KELAS V
SD INPRES PAKATTO CADDI KECAMATAN
BONTOMARANNU KABUPATEN GOWA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Guru Sekolah Dasar
OLEH
SRI WAHYUNI
105401107916
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASAR
2020
-
iii
-
iv
-
v
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : SRI WAHYUNI
NIM : 10540 11079 16
Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Judul Skripsi : Pengaruh Penerapan Metode Membaca Cepat Terhadap
Kemampuan Memahami Isi Bacaan pada Siswa Kelas V
SD Inpres Pakatto Caddi Kecamatan Bontomarannu
Kabupaten Gowa.
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan Tim
Penguji adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau
dibuatkan oleh siapapun .
Demikianlah pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi
apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, Oktober 2020
Yang Membuat Pernyataan
SRI WAHYUNI
10540 11079 16
iv
-
vi
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
SURAT PERJANJIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : SRI WAHYUNI
NIM : 10540 11079 16
Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya
akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Dalam menyusun skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan
pembimbing yang telah ditetapkan oleh pemimpin fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penjiplakkan (plagiat) dalam penyusunan skripsi.
4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3, saya bersedia
menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, Oktober 2020
Yang Membuat Perjanjian
SRI WAHYUNI
10540 11079 16
v
-
vii
Motto dan Persembahan
“Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil ; kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik.”
(Evelyn Underhill)
Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kadar kesanggupannya ( terjemahan Q . S Al-Baqarah : 286)
Kupersembahkan karya ini teruntuk Ayah dan Ibu ku yang telah
membesarkan, mendoakan dan memberikan kasih sayangnya
dengan sepenuh hati serta saudara-saudaraku yang telah
memberikan dukungannya dan terima kasih untuk orang-orang
yang selalu memberikan semangat.
vi
-
viii
ABSTRAK
Sri Wahyuni, 2020. Pengaruh Penerapan Metode Membaca Cepat Terhadap
Kemampuan Memahami Isi Bacaan pada Siswa Kelas V SD Inpres Pakatto Caddi
Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa. Skripsi. Dibimbing oleh Rosmini
Madeamin dan Syahruddin.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh dan
penerapan Metode Membaca Cepat Terhadap Kemampuan Memahami Isi Bacaan
pada Siswa Kelas V SD Inpres Pakatto Caddi Kecamatan Bontomarannu
Kabupaten Gowa. Jenis Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan
menggunakan pendekatan kuantitatif. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
Kuasi Eksperimen dengan tipe pretest posttest control group design. Penelitian ini
mengambil sampel sebanyak 10 siswa kelompok eksperimen dan 10 siswa
kelompok kontrol. Jadi jumlah keseluruhan sampel ialah 20 siswa. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik total sampling, dengan
menjadikan populasi sebagai sampel yaitu 20 siswa. Data dikumpulkan melalui
tes. Hasil analisis data dengan menggunakan aplikasi SPSS versi 22 dilakukan
dengan menggunakan t sampel independent data dan perbandingan rata-rata
diperoleh nilai Sig (2-tailed) sebesar 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan ada
perbedaan rata-rata hasil tes kemampuan memahami isi bacaan siswa kelompok
eksperimen dengan siswa kelompok kontrol. Perbedaan rata-rata kedua kelompok
terlihat dari perbandingan nilai rata-rata diketahui perolehan nilai rata-rata
kelompok eksperimen 89,00 sedangkan rata-rata kelompok kontrol 66,20
(89,00>66,20). Nilai rata-rata kelompok eksperimen lebih besar daripada nilai
rata-rata kelompok kontrol. Selain itu t hitung yang diperoleh yaitu 6,109
selanjutnya adalah mencari t tabel berdasarkan nilai df yaitu 18 dan nilai 0,05/2 =
0,025 adapun t tabel yaitu 2.100. Karena t hitung > t tabel (t hitung = 6,109 dan t
tabel = 2.100) dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima.
Berdasarkan hasil dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penerapan
metode membaca cepat terhadap kemampuan memahami isi bacaan pada siswa
kelas V SD Inpres Pakatto Caddi Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa.
Kata Kunci :Membaca Cepat, Memahami Isi Bacaan.
vii
-
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrahim
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi Allah Yang Maha Kuasa, karena atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Penerapan Metode Membaca Cepat Terhadap Kemampuan
Memahami Isi Bacaan Pada Siswa Kelas V SD Inpres Pakatto Caddi Kecamatan
Bontomarannu Kabupaten Gowa”.Sebagai salah satu persyaratan guna
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah
Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Makassar. Salam dan salawat yang melimpah semoga selalu tercurah kepada Nabi
Muhammad saw beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang istiqomah
dan setia di jalan Allah, hingga akhir zaman nanti. Amin, ya rabbal alamin !
Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit mengalami hambatan, akan
tetapi atas berkat pertolongan sang khalik Allah Swt penulis dapat mengatasinya
dengan baik. Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena
itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritikan dan saran
sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
ayahanda Hanaping dan ibunda Juliati yang telah mencurahkan cinta dan kasih
sayangnya, serta doa yang tiada henti-hentinya demi kesuksesan penulis.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, Skripsi ini
tidak dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis menyampaikan penghargaan dan
viii
-
x
terima kasih sebesar-besarnya kepada. Dr. Hj. Rosmini Madeamin, M.Pd.
Pembimbing I dan Dr. Syahruddin, M.Pd. Pembimbing II yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan arahan, motivasi, serta bimbingan dengan penuh
kesabaran dan ketulusan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Tidak lupa pula penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima
kasih kepada Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar, Erwin Akib, S,.Pd., M.Pd., Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan yang telah membina, membimbing dan memberikan kemudahan
sehingga saya dapat menyelesaikan proposal ini.
Begitu pula ucapan terima kasih kepada Aliem Bahri, S.Pd., M.Pd. dan
Ernawati, S.P.d., M.P.d. Ketua Jurusan dan sekretaris jurusan Pendidikan Guru
Sekolah Dasar dan para dosen Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu, atas bimbingan dan jasa-jasa beliau selama
penulis mengikuti perkuliahan serta Teman-teman seperjuangan kelas PGSD B
angkatan 2016.
Saran dan kritikan dari berbagai pihak, sangat penulis harapkan sebagai
bahan acuan untuk perbaikan dan penyempurnaan bahwa proposal ini masih
sangat jauh dari kesempurnaan.
Makassar, Oktober 2020
Penulis
ix
-
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iii
SURAT PERNYATAAN ............................................................................... iv
SURAT PERJANJIAN .................................................................................. v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 8
A. Kajian Teori ......................................................................................... 8
1. Hasil Penelitian yang Relevan ....................................................... 8
2. Hakikat Metode Membaca Cepat ................................................... 9
a. Pengertian Membaca Cepat...................................................... 9
b. Tujuan Membaca Cepat ........................................................... 11
c. Manfaat Membaca Cepat ......................................................... 11
x
-
xii
d. Langkah-langkah Membaca Cepat ........................................... 12
e. Menghilangkan Kebiasaan Buruk Dalam Membaca................ 14
f. Pengukuran Membaca Cepat.................................................... 16
3. Hakikat Kemampuan Memahami Isi Bacaan ................................. 17
a. Pengertian Kemampuan Memahami Isi Bacaan ...................... 17
b. Aspek-aspek Kemampuan Pemahaman Isi Bacaan ................. 20
c. Teknik Pengajaran Pemahaman Isi Bacaan ............................. 21
d. Pengukuran Kemampuan Memahami Isi Bacaan .................... 23
B. Kerangka Pikir ..................................................................................... 25
C. Hipotesis Penelitian .............................................................................. 27
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 28
A. Rancangan dan Jenis penelitian ........................................................... 28
B. Populasi dan Sampel ............................................................................ 29
C. Definisi Operasional Variabel .............................................................. 31
D. Instrumen Penelitian............................................................................. 31
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 33
F. Teknik Analisis Data ............................................................................ 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 39
A. Hasil Penelitian .................................................................................... 39
B. Pembahasan .......................................................................................... 51
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 56
A. Simpulan .............................................................................................. 56
B. Saran ..................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 58
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xi
-
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Pretest Posttest Control Group Design ............................................ 29
Tabel 3.2 Populasi Siswa ................................................................................. 30
Tabel 3.3 Kisi-kisi Tes Kemampuan Memahami Isi Bacaan .......................... 32
Tabel 3.4 Tingkat Kecepatan Membaca .......................................................... 35
Tabel 3.5 Kategori Pemahaman Isi Bacaan ..................................................... 36
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kemampuan Memahami Isi Bacaan
Kelompok Eksperimen .................................................................... 40
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kemampuan Memahami Isi Bacaan
Kelompok Kontrol ........................................................................... 41
Tabel 4.3 Deskripsi Data Pretest kelompok Eksperimen ................................ 42
Tabel 4.4 Deskripsi Data Pretest Kelompok Kontrol ...................................... 43
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kemampuan Memahami Isi Bacaan
Kelompok Eksperimen................................................................... . 44
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kemampuan Memahami Isi Bacaan
Kelompok Kontrol ........................................................................... 45
Tabel 4.7 Deskripsi Data Posttest Kelompok Eksperimen .............................. 46
Tabel 4.8 Deskripsi Data Posttest Kelompok Kontrol .................................... 47
Tabel 4.9 Uji Normalitas Data Penelitian........................................................ 48
Tabel 4.10 Uji Homogenitas Data Penelitian .................................................. 49
Tabel 4.11 Uji Hipotesis .................................................................................. 50
Tabel 4.12 Perbandingan Nilai Rata-rata ........................................................ 51
xii
-
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir ................................................................ 26
xiii
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Manusia dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan
sesamanya melalui perantaraan bahasa. Oleh karena itu, bahasa dijadikan
sebagai pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya. Melalui bahasa,
manusia dapat mengekspresikan pikiran dan perasaannya, baik secara lisan
maupun tertulis kepada orang lain. Mencermati pentingnya bahasa dalam
kehidupan sehari-hari, wajar jika dalam pendidikan formal pembelajaran
bahasa selalu mendapat perhatian lebih banyak.
Dalam sistem pendidikan di Indonesia, pembelajaran bahasa menjadi
mata pelajaran wajib pada semua satuan dan jenjang pendidikan. Hal ini
disebabkan oleh kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa
pengantar dalam dunia pendidikan. Pembelajaran bahasa Indonesia berfungsi
membantu peserta didik untuk mengemukakan gagasan dan perasaan,
berpartisipasi dalam masyakarat dengan menggunakan kemampuan analitis
dan imajinatif (Depdiknas, 2006).
Keterampilan dalam membaca perlu dikuasai setiap siswa. Dalam
menuntaskan studi, keahlian membaca sangat dibutuhkan. Seperti kita tahu,
buat mendaftar sekolah dasar siswa wajib mampu membaca, menulis, serta
berhitung. Inilah sebab kenapa membaca butuh dianjurkan disaat usia dini.
Membaca sebagai hal yang amat berarti buat dilakukan bukan sekedar buat
-
2
belajar namun pula kebutuhan supaya jadi insan yang lebih baik serta lebih
banyak mengenali hal- hal lain di luar dirinya. Membaca sangat fungsional
dalam kehidupan manusia.
Secara umum tujuan belajar bahasa bagi anak sekolah dasar adalah;
(1) dapat mengembangkan keterampilan berkomunikasi verbal, (2) dapat
mengembangkan perbendaharaan bentuk-bentuk ujaran, (3) dapat
mengembangkan pengetahuan kemampuan mempengaruhi orang lain melalui
bahasa, dan (4) dapat mengembangkan kepuasan personal dan estetis dalam
mengapresiasi bahasa. Guru harus berupaya agar pembelajaran bahasa
Indonesia dapat mewujudkan keempat tujuan tersebut secara seimbang
supaya kebutuhan anak terhadap bahasa bisa terpenuhi dengan baik.
Agar harapan tersebut dapat terwujud, maka para ahli pengajar bahasa
menyarankan penggunaan pengajaran bahasa yang utuh, yaitu sebuah
pendekatan yang memandang menyimak, berbicara, membaca, dan menulis
sebagai suatu bagian yang terpadu. Bahasa harus diajarkan dalam cara yang
utuh dan terpadu.
Karakteristik kelas bahasa terpadu adalah: (1) aktivitas berbahasa di
kelas hendaknya menyajikan keempat keterampilan berbahasa (menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis) sebagai proses bahasa yang saling
bergantung secara alami, (2) kelas diupayakan menyerupai lingkungan rumah
yang memungkinkan anak untuk menikmati buku favorit, (3) tersedia tempat
untuk membaca, berdiskusi, atau membuat permainan, (4) tulisan, catatan,
karya seni anak dipajang dengan teratur, (5) kelas diupayakan ramai dan
-
3
sibuk, (6) anak acapkali belajar dengan melibatkan diri dalam aktivitas
pembelajaran dengan topik atau tema tunggal seperi menulis, studi sosial, dan
musik.
Di zaman yang serba cepat saat ini menjadikan setiap orang dituntut
untuk menghasilkan sesuatu yang banyak dalam waktu yang relatif singkat,
begitu pula dalam mendapatkan informasi. Seseorang membutuhkan metode
khusus dalam membaca guna mendapatkan informasi yang lebih banyak
dalam waktunya yang sudah semakin sempit untuk membaca. Salah satu
metode yang dapat diterapkan oleh guru dalam pembelajaran ialah metode
Membaca Cepat.
Membaca cepat merupakan metode perpaduan keterampilan motorik(
gerakan mata) ataupun keterampilan visual dengan keterampilan kognitif
seorang dalam membaca. Keterampilan membaca cepat merupakan
keterampilan memilah isi teks yang wajib dibaca sesuai dengan tujuan yang
terdapat relevansinya dengan pembaca, tanpa membuang- buang waktu untuk
menekuni bagian- bagian lain yang tidak dibutuhkan.
Pada saat kita membaca, yang kita cari ialah data pokok pada teks
tersebut. Realitasnya, masih banyak orang yang tidak mempunyai tujuan
membaca yang jelas sehingga dia tidak mudah buat memperoleh data yang
dibutuhkannya. Supaya kita dapat menguasai isi teks dengan baik, kita wajib
memahami ide pokok sang penulis. Sedangkan itu, ide pengembang ataupun
ide penjelas dari sesuatu tulisan bisa pula kita pahami apabila kita belum
menguasai ide pokok sang penulis. dalam perihal ini, kita sangat memerlukan
-
4
cara membaca yang secara efisien serta efesien. Disinilah kita butuh
mengendalikan strategi membaca kita. Untuk itu kapan membaca dengan
kecepatan teratas, kapan membaca dengan kecepatan rendah( lelet) serta
kapan membaca dengan kecepatan wajar.
Berdasarkan hasil observasi penulis pada siswa kelas V di SD Inpres
Pakatto Caddi Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa kesalahan yang
banyak terjadi pada siswa pada saat membaca yakni mereka cuma membaca
semata- mata memandang simbol- simbol maupun deretan kata yang terdapat
dalam teks tanpa mengaitkan proses berpikir, sehingga sangat sedikit uraian
dan data maupun pengetahuan yang didapatnya pada saat penulis bertanya
kembali tentang teks yang dibacanya. Seperti halnya di sekolah tempat
penulis melaksanakan observasi, penulis memperoleh masih banyaknya siswa
yang membaca dengan suara yang keras, membaca dengan ditunjuk, masih
banyak yang merasa tidak mudah mengerjakan soal sesuai bacaan yang telah
dibacanya.
Pengajaran guru yang monoton ialah hanya dengan metode ceramah
membuat kebanyakan siswa merasa bosan serta jenuh dan tidak termotivasi
dalam belajar khususnya dalam pembelajaran membaca. Banyak siswa yang
mengobrol disaat guru memerintahkan siswa untuk membaca, hal ini
diakibatkan siswa kurang tertarik dengan kegiatan membaca tersebut.
Sebelum memulai aktivitas membaca, guru perlu menumbuhkan minat
serta motivasi siswa untuk membaca dan setelah itu fokuskan siswa untuk
membaca. Untuk menarik minat serta motivasi siswa agar semangat membaca
-
5
yang disertai dengan pemahaman terhadap memahami isi bacaan, untuk itu
diperlukan suatu metode yang berbeda agar pembelajaran membaca lebih
menarik, terarah dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan yakni
pemahaman terhadap teks yang dibacanya.
Berdasarkan pemikiran di atas, Peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Penerapan Metode Membaca Cepat
Terhadap Kemampuan Memahami Isi Bacaan Pada Siswa Kelas V SD Inpres
Pakatto Caddi Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah:
1. Bagaimana penerapan metode membaca cepat terhadap kemampuan
memahami isi bacaan pada siswa kelas V di SD Inpres Pakatto Caddi
Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa?
2. Bagaimana pengaruh metode membaca cepat terhadap kemampuan
memahami isi bacaan pada siswa kelas V di SD Inpres Pakatto Caddi
Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai adalah :
1. Untuk mengetahui penerapan metode membaca cepat terhadap
kemampuan memahami isi bacaan pada siswa kelas V di SD Inpres
Pakatto Caddi Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa.
-
6
2. Untuk mengetahui pengaruh metode membaca cepat terhadap
kemampuan memahami isi bacaan pada siswa kelas V di SD Inpres
Pakatto Caddi Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis
maupun praktis.
1. Manfaat teoretis
a. Dapat menambah referensi strategi pembelajaran Bahasa Indonesia
Khususnya memahami isi bacaan.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran
yang signifikan dikalangan para pemikir serta intelektual sehingga
semakin menambahkan khasanah ilmu pengetahuan.
2. Manfaat Praktis
a. Untuk Sekolah
Pengembangan bidang pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar
yang akan menjadi tempat penelitian, ialah dalam upaya
meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia.
b. Untuk Guru
Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hasil penelitian ini bisa
memberikan kontribusi positif bagi guru, yang nantinya bisa dijadikan
pedoman dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
-
7
c. Bagi Peneliti
Menambah wawasan, pengalaman, pengetahuan dan menerapkan
ilmu-ilmu baru yang diperoleh dari penelitian ini guna
mengembangkan diri untuk menjadi pendidik yang lebih baik lagi.
-
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. KAJIAN TEORI
1. Hasil Penelitian Relevan
Roosmawarni Ismi F (2013) dalam penelitiannya yang berjudul
“Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca melalui Metode Speed
Reading pada Siswa Kelas V MI Al-Hidayah Ngadirojo Ampel Boyolali”
Dari hasil penelitian dan pengolahan data dapat diketahui bahwa kemampuan
peserta didik dalam hal membaca menunjukkan adanya peningkatan jika
dibandingkan antara hasil tes pada pembelajaran pra siklus I dan siklus II
yang telah menggunakan metode speed reading. Maka hipotesis menyatakan
bahwa metode speed reading dapat meningkatkan kemampuan membaca pada
siswa kelas V MI Al- Hidayah Ngadirojo Ampel, terbukti dan dapat diterima.
Hilma Silmy (2014) yang berjudul “Pengaruh Penerapan Teknik
Membaca Cepat Terhadap penemuan Kalimat Utama Pada Siswa Kelas IV
SDN Cempaka Putih 1 Kota Tangerang Selatan” Dari hasil penelitian dan
pengolahan data dapat diketahui bahwa hasil tes keterampilan membaca
terhadap penemuan kalimat utama pada tiap paragraf peserta didik kelompok
eksperimen lebih baik dibandingkan dengan peserta didik kelompok kontrol.
Secara umum adanya perbedaan keterampilan membaca terhadap penemuan
kalimat utama antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada
kelompok eksperimen diterapkan teknik membaca cepat terhadap penemuan
kalimat utama pada tiap paragraf.
-
9
2. Hakikat Metode Membaca Cepat
a. Pengertian Membaca Cepat
Membaca cepat merupakan metode perpaduan keterampilan
motorik (gerakan mata) ataupun keterampilan visual dengan
keterampilan kognitif seorang dalam membaca. Keterampilan membaca
cepat merupakan keterampilan memilah isi teks yang wajib dibaca sesuai
dengan tujuan yang terdapat relevansinya dengan pembaca, tanpa
membuang- buang waktu untuk menekuni bagian- bagian lain yang tidak
dibutuhkan.
Pentingnya mengetahui serta menerapkan strategi membaca dengan
baik akan membuat kita semakin cepat membaca dan mengerti apa yang
dibaca. Sesungguhnya, tidak setiap kata yang tercetak dalam buku itu
harus dibaca, dan tidak semua detail buku harus dipelajari. Sumber
bacaan yang dipilih serta strategi membaca yang digunakan akan
menentukan sejauh mana kita bisa dengan cepat memahami bacaan
tersebut.
Ibrahim (dalam Alek A dan H. Achmad H, 2010 : 91), Terdapat
beberapa teknik membaca menurut tujuan-tujuannya, ialah:
a. Membaca teknis yang tujuan supaya pembaca mempunyai
kemampuan membaca yang diucapkan serta dilagukan secara tepat
sesuai dengan isi dan arti bacaan.
b. Membaca tanpa suara yang tujuannya supaya pembaca dapat
memahami isi bacaan.
-
10
c. Membaca indah tujuannya supaya pembaca dapat membaca yang
menggambarkan penghayatan keindahan bacaan.
d. Membaca bahasa bertujuan supaya pembaca bisa meningkatkan
kemampuannya di bidang berbahasa. Uraian teks tujuannya supaya
pembaca dapat memahami isi bacaan yang sedang dibaca sehingga
untuk membaca suatu bahan teks, tiap teknik yang digunakan
mempunyai tujuan masing-masing yang berbeda tergantung dengan
teknik membaca yang digunakan pembaca.
Menurut Hidayat Rahmat, (2012 : 7), mengatakan membaca cepat
dan efektif adalah jenis membaca yang mengutamakan kecepatan dengan
tidak meninggalkan pemahaman terhadap aspek bacaannya. Perihal ini
berarti dalam membaca tidak hanya kecepatannya yang menjadi patokan,
tetapi juga disertai pemahaman bacaan. Membaca cepat menggambarkan
sistem membaca dengan memperhitungkan waktu baca serta tingkatan
pemahaman terhadap bahan yang dibacanya. Apabila seseorang bisa
membaca dengan waktu yang sedikit serta pemahaman yang tinggi maka
seseorang tersebut bisa dikatakan pembaca cepat.
Menurut pendapat para pakar di atas, membaca cepat bisa
dimaksud sebagai teknik yang dilakukan seseorang untuk membaca
dengan waktu yang relatif cepat dengan menitikberatkan pada proses
berpikir serta mengingat apa yang dibacanya.
-
11
b. Tujuan Membaca Cepat
Tujuan awal diadakannya pengajaran membaca cepat kepada siswa
adalah agar siswa dapat membaca secara efektif dan efisien serta
mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya dalam waktu yang relatif
singkat. Dalam hal ini, yang dipentingkan bukanlah masalah kecepatan
siswa dalam membaca, melainkan tingkat pemahaman isi bacaan setelah
dibaca oleh siswa secara cepat. Percuma apabila siswa dapat membaca
dengan cepat tetapi tidak dapat memahami isinya.
c. Manfaat Membaca Cepat
Muhammad Noer (2010 : 22) mengatakan terdapat 3 manfaat
membaca cepat yakni (1) Memilah informasi penting dan tidak, (2)
Menguasai informasi dengan cepat, (3) Menambah pemahaman.
Irwan Widiatmoko juga menjelaskan beberapa makna yang bisa
diperoleh dari membaca cepat, yakni:
a. Mengidentifikasi topik bacaan
b. Mengetahui pendapat orang lain (opini)
c. Memperoleh bagian penting yang dapat diperlukan
d. Mengetahui organisasi penulisan
e. Mengaplikasikan penyegaran atas apa yang pernah dibaca
f. Mencari informasi
g. Menelusuri bahan halaman buku atau bacaan dalam waktu singkat, dan
h. Tidak banyak waktu yang terbuang.
-
12
Menurut pendapat para pakar di atas, metode membaca cepat
mempunyai sebagian manfaat dan juga makna yang diperoleh apabila
diterapkan. Tidak hanya semata-mata mengenali caranya saja.
d. Langkah-Langkah Membaca Cepat
Membaca cepat tidak hanya terkait dengan cara mengidentifikasi
kumpulan kata maupun menghilangkan kebiasaan kurang baik yang
membatasi. Salah satu aspek yang kerap diabaikan yaitu langkah-langkah
dan perilaku yang baik pada saat membaca. Berikut ini langkah-langkah
membaca cepat menurut Irwan Widiatmoko, ialah:
1. Rileks
Tubuh yang rileks membantu penyerapan data yang lebih baik.
posisi yang rileks sekaligus menambah konsentrasi dan kecepatan.
2. Jarak antara mata dan tulisan.
Membaca hendak jadi lambat pada saat mata sudah mulai lelah.
apabila itu berlangsung, cobalah keluar ruangan sebentar serta
pandanglah daun pohon-pohon yang hijau, langit, gunung, bangunan,
atau benda apa pun yang terjauh yang dapat Anda lihat. Tutup mata
Anda, tarik nafas dalam-dalam, dan keluarkan sambil merasakan
kehangatan dan kenyamanan yang menjalari tubuh. Jaga jarak antara
mata dan tulisan. Jarak yang terlalu dekat akan mengurangi bidang
pandang dan membuat mata bekerja lebih keras. Sebaliknya, jarak yang
terlalu jauh membuat tulisan kurang jelas serta nampak kabur.
-
13
3. Hindari gerakan tubuh yang tidak perlu
Pada saat membaca, terkadang seseorang melakukan hal-hal yang
tidak bermanfaat seperti menggerak-gerakkan pulpen, dsb. Hal tersebut
merupakan respons alami tubuh ketika sedang berpikir, menganalisis,
gelisah, atau tidak yakin akan sesuatu. Di sisi lain, gerakan tersebut juga
mengambil energi yang sebenarnya bisa difokuskan untuk kegiatan
membaca itu sendiri
4. Kerjasama dua tangan
Pada saat kecepatan membaca mulai meningkat, kecepatan dan
kerjasama kedua tangan dalam memegang buku, mengarahkan mata
untuk membaca tulisan, serta membolak-balik halaman menjadi penting.
Dengan kerjasama dua tangan yang baik, akan menjadikan seseorang
membaca dengan lebih cepat dan efektif.
Sebelum melatih membaca cepat, kita perlu paham beberapa
langkah membaca cepat, ialah:
1. Langkah pertama adalah persiapan
Tahap persiapan ini dimulai dengan membaca judul. Judul ini kita
coba menafsirkannya sesuai dengan asosiasi dan imajinasi serta
pengalaman yang telah kita alami. Kita bisa menafsirkan isi bacaan dari
judul yang dibaca. Hubungkan pengalaman/wawasan yang kita miliki
dengan judul bahan bacaan yang akan dibaca. Kemudian perhatikan
gambar dan keterangan gambar dari materi yang akan dibaca. Biasanya
gambar atau ilustrasi dalam buku mengilustrasikan isi bacaan. Oleh
-
14
sebab itu symbol visual ini dapat membantu kita memahami isi bacaan.
Selanjutnya kita perlu memperhatikan huruf cetak tebal/huruf miring.
Huruf yang dicetak berbeda ini melambangkan kata/kalimat penting
dalam isi bacaan. Langkah selanjutnya ialah membaca alinea awal dan
akhir. Alinea awal mengantarkan pembaca pada isi bacaan, sedangkan
aliena akhir biasanya berupa pokok pikiran dari isi bacaan. Melalui alinea
awal dan akhir ini dapat membantu kita menafsirkan keseluruhan isi
bacaan.
2. Langkah kedua adalah pelaksanaan
Jika kita telah melaksanakan tahap persiapan tadi, kita sudah bisa
membayangkan cerita umum isi bacaan dalam buku yang akan kita baca.
Selanjutnya kita bisa memulai membaca cepat dengan menggunakan dua
teknik tadi yaitu scaning dan skimming. Di sini kita dapat mencari kata-
kata kunci yang ada dalam kalimat, selanjutnya dihubungkan melalui
asosiasi serta imajinasi kita sehingga bisa dengan cepat mengambil
makna isi bacaan tanpa harus membaca seluruh isi buku.
e. Menghilangkan Kebiasaan Buruk dalam Membaca
Setiap orang biasanya memiliki satu atau lebih kebiasaan membaca
yang buruk sehingga memperlambat kecepatan baca. Kebiasaan ini
diperoleh dari proses membaca yang salah sejak masa kecil dan terbawa
terus ketika dewasa. Kebiasaan yang lazim dimiliki orang dan perlu
diperbaiki jika ingin menjadi pembaca cepat adalah:
-
15
1. Vokalisasi
Vokalisasi berarti melafalkan apa yang dibaca. Tingkat vokalisasi
ini berbeda-beda pada tiap orang termasuk tinggi rendahnya bunyi yang
dilafalkan. Vokalisasi akan menyebabkan kecepatan baca turun drastis
menjadi setara kecepatan berbicara.
2. Gerakan Bibir
Gerakan bibir sangat mirip dengan vokalisasi. Bedanya yaitu pada
saat vokalisasi mengeluarkan suara, maka pada gerakan bibir hanya ada
gerakan saja tanpa disertai suara. Karena alat berbicara yang digunakan
pada dasarnya sama yaitu menggunakan bibir dan lidah, dapat dipastikan
kecepatan membaca dengan cara ini juga setara dengan kecepatan
berbicara.
3. Gerakan Kepala
Kebiasaan ini relatif lebih ringan dari kedua kebiasaan yang telah
dijelaskan sebelumnya. Menggerakkan kepala dari arah kiri secara teratur
perlahan-lahan bergerak ke kanan mengikuti alur bahan bacaan bisa
mengurangi kecepatan baca karena gerakan kepala tersebut
membutuhkan waktu tertentu untuk melakukannya. Dengan
menghilangkan kebiasaan ini, biasanya sekaligus bisa menghilangkan
kebiasaan membaca kata per kata serta mulai berusaha menangkap
beberapa kata sekaligus.
4. Regresi
Regresi yaitu sebuah kebiasaan membaca bahan bacaan kemudian
-
16
mengulangnya kembali karena khawatir apa yang baru saja dibaca tidak
terpahami.
5. Sub Vokalisasi
Sub vokalisasi adalah membaca dalam hati yang bisa menganggu
kecepatan membaca pada saat seseorang membacanya dengan terlalu
menghayati kata perkata.
f. Pengukuran Membaca Cepat
Pemahaman seseorang terhadap isi bacaan saat membaca cepat,
dapat dinilai dari ketepatan menemukan gagasan utamanya. Selain itu,
dapat dinilai dari ketepatan menjawab pertanyaan yang ada. Oleh sebab
itu, setiap pelaku baca cepat harus mampu untuk memahami apa-apa
yang dibacanya, pada saat ketika diminta untuk menceritakan ulang dia
mampu untuk melakukannya Atau ketika diminta untuk menjawab
berbagai soal pertanyaan, ia pun mampu untuk menjawab dengan benar.
Cara menghitung kecepatan efektif membaca yakni:
KPM =
Keterangan:
Kpm : Kata per menit
q : Jumlah kata
t : Lama waktu yang dibutuhkan
60 : Satuan detik dalam 1 menit
Satuan pengukur kemampuan membaca seseorang dinyatakan dalam
satuan KPM (kata per menit).
-
17
3. Hakikat Kemampuan Memahami Isi Bacaan
a. Pengertian Kemampuan Memahami Isi Bacaan
Pemahaman bacaan yakni aktivitas dari proses komunikasi berpikir
dalam memindahkan pemikiran penulis ke dalam pemikiran pembaca.
Uraian ialah proses perpaduan antara data lama serta data baru. Data
lama terdiri dari pengetahuan pemakai bahasa tentang dunia serta
pengetahuan ini terinternalisasi serta menyatu dengan sistem struktur
kognitif. Data baru terdiri dari data auditif yang ditangkap alat
pendengar, ataupun data visual yang ditangkap alat indra mata.
Penjelasan teks bertujuan buat membagikan evaluasi terhadap karya tulis
dengan jalur mengaitkan diri dengan sebaik- baiknya pada teks serta
membuat analisis yang bisa dihandalkan.
Dalam memahami bacaan, pada dasarnya terdiri atas kata sesuai
penggunaannya dalam wacana, mengidentifikasi susunan organisasi
wacana serta antar ikatan bagian- bagiannya, mengidentifikasi pokok-
pokok benak yang terungkapkan, sanggup menanggapi pertanyaan-
pertanyaan yang jawabannya secara eksplisit ada di wacana, sanggup
menanggapi pertanyaan- pertanyaan yang jawabannya ada dalam wacana
walaupun diungkapkan dengan perkata yang berbeda, sanggup menarik
inferensi tentang isi wacana, sanggup mengidentifikasi serta menguasai
perkata serta ungkapan-ungkapan buat menguasai nuansa sastra, sanggup
mengidentifikasi serta menguasai maksud serta pesan penulis selaku
-
18
bagian dari uraian tentang penulis. Tidak hanya itu, pembaca wajib
mempunyai 4 persyaratan pokok buat penjelasan teks.
Hardjasujana (Alek A serta H. Achmad H. P, 2010: 80)
mengatakan jika persyaratan pokok itu antara lain: pengetahuan tentang
bidang ilmu yang disajikan dalam bahan yang lagi dibaca, perilaku
bertanya serta memperkirakan yang tidak tergesa- gesa, pelaksanaan
bermacam tata cara analisis yang logis ataupun penelitian ilmiah, serta
kegiatan yang diambil bersumber pada analisis.
Selanjutnya, pemahaman bacaan adalah membaca dalam hati yang
dibaginya atas dua bagian. Pertama, membaca ekstensif, yaitu suatu
kegiatan pemahaman bacaan yang tingkat pemahamannya bertaraf relatif
rendah. Kedua, membaca intensif, yaitu suatu kegiatan membaca dengan
teliti serta terperinci yang dilaksanakan dalam kelas terhadap suatu tugas
pendek kira-kira dua hingga empat halaman.
Alek A dan H. Achmad H.P (2010 : 91) mengemukakan sebagian
karakteristik pemahaman bacaan, ialah:
1. Pemahaman bacaan ialah membaca pada tingkatan bebas, maksudnya
aktivitas berpikir yang terlihat bersifat individual serta personal.
2. Berpusat pada permasalahan.
3. Bersifat analitis.
4. Didasarkan atas usaha yang terus menerus untuk menemukan
kebenaran.
-
19
5. Bersifat kreatif serta imajinatif.
6. Terbuka terhadap gagasan terbaik.
7. Sebagian pengalaman yang mengaitkan diri pembaca.
8. Peka terhadap kata serta memiliki perbendaharaan kata yang luas, dan
9. Membaca untuk mengingat bukan untuk melupakan.
Menurut Subadiyono (2011 : 63) untuk dapat memahami bacaan
secara detail sebaiknya melakukan tiga fase membaca yakni (1) fase
sebelum membaca (mengaktifkan makna) merupakan fase pengaktifan
pengetahuan awal sebelum membaca. (2) fase selama membaca
(membangun makna) yaitu fase untuk memonitor pemahaman,
memaknai, menginterpretasi, membaca ulang, bertanya pada diri sendiri
atau juga kepada pengajar. (3) fase setelah membaca (membangun
kembali dan memperluas makna) yakni fase yang menuntut pelajar
berusaha membangun kembali atau memperluas makna atau isi yang
terkandung dalam teks yang dibaca.
Menurut pendapat para pakar di atas, pemahaman bacaan dapat
dimaksudkan sebagai proses membaca yang bertujuan untuk
mendapatkan pemahaman mengenai hal-hal yang dibaca. Seseorang
dapat dikatakan memahami isi bacaan ketika ia dapat menjawab
pertanyaan seputar isi bacaan, dapat menjelaskan isi bacaan dengan
bahasanya sendiri, serta dapat mengetahui maksud penulis dalam menulis
bacaan tersebut.
-
20
b. Aspek-Aspek Kemampuan Pemahaman Isi Bacaan
Kemampuan pemahaman isi bacaan terdiri dari beberapa aspek
kemampuan. Anderson dalam Sujanto, dkk mengadakan pembagian atas
7 aspek kemampuan, ialah: pengetahuan tentang arti, pengetahuan
tentang kenyataan, kemampuan mengenali tema inti, kemampuan
mengikuti tataan bacaan ataupun bagian bacaan, kemampuan menangkap
ikatan kausal, kemampuan menarik kesimpulan, serta kemampuan
menemukan maksud penulis.
Berbeda dengan klasifikasi Anderson seperti di atas, Barret dalam
Sujanto, dkk mengembangkan klasifikasi kemampuan pemahaman itu
menjadi dua aspek, yakni aspek kognitif dan aspek afektif. Dari dua
aspek tersebut diturunkan menjadi 5 aspek kemampuan, yakni
kemampuan memahami literal, kemampuan mereorganisasi, kemampuan
menyimpulkan, kemampuan mengevaluasi, serta kemampuan
mengapresiasi.
Secara garis besarnya terdapat dua aspek penting dalam membaca,
ialah:
1. Keterampilan yang bersifat mekanis yang dianggap berada pada
urutan yang lebih rendah. Aspek ini mencakup: pengenalan bentuk
huruf, pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem/grafem, kata, frase,
pola klause, kalimat, dll.), Pengenalan hubungan/korespondensi pola
ejaan dan bunyi, serta Kecepatan membaca bertaraf lambat.
-
21
2. Keterampilan yang bersifat pemahaman yang dapat dianggap berada
pada urutan yang lebih tinggi. Aspek ini mencakup: memahami
pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal), memahami
signifikansi atau makna, evaluasi dan penilaian, serta kecepatan
membaca yang fleksibel, mudah disesuaikan dengan keadaan.
Dari penjelasan beberapa para pakar di atas, dapat disimpulkan
bahwa terdapat beberapa aspek penting dalam membaca diantaranya
yaitu aspek yang bersifat pemahaman. Dari aspek pemahaman ini,
seseorang dapat mengetahui maksud bacaan serta mampu menyimpulkan
isi bacaan yang ia baca serta mampu memahami makna kata yang
terdapat dalam bacaan.
c. Teknik Pengajaran Pemahaman Isi Bacaan
Dalam menuntaskan suatu pekerjaan ada baiknya kita memakai
teknik-teknik tertentu sehingga apa yang kita mau bisa berakhir lebih
cepat dan lebih baik. begitu pula dengan membaca. Terdapat teknik-
teknik tertentu dalam membaca ataupun dalam mengarahkan kegiatan
membaca tersebut. Di sekolah, pengajaran keterampilan pemahaman
bacaan kurang menemukan atensi yang layak. Dalam perihal ini, para
guru hendaknya mengetahui dan mencamkan bahwa membaca itu
tidaklah terjadi secara otomatis. Pertanyaan yang disusun sebaik-baiknya
akan menimbulkan sikap penasaran dan ingin meneliti. Dengan
pertanyaan itu, murid haruslah tumbuh kemampuannya untuk
-
22
mengklasifikasikan informasi/kejadian, mengambil pesan yang terdapat
dalam bacaan serta menyimpulkan isi bacaan yang dia baca.
Dalam menambah kemampuan membaca para pelajar hingga guru
memiliki tanggung jawab berat, paling sedikit meliputi 6 hal utama ialah:
1. Memperluas pengalaman para pelajar sehingga mereka hendak
menguasai kondisi serta seluk-beluk kebudayaan.
2. Mengajarkan bunyi-bunyi (bahasa) serta makna-makna perkata baru
3. Mengarahkan ikatan bunyi bahasa dan lambang atau simbol
4. Membantu para pelajar memahami struktur-struktur (tercantum
struktur kalimat)
5. Mengajarkan keterampilan-keterampilan pemahaman kepada para
pelajar
6. Membantu para pelajar untuk meningkatkan kecepatan dalam
membaca.
Usaha yang bisa dilakukan untuk menjaga agar motivasi atau
dorongan membaca selalu besar, maka pengajaran yang dilakukan oleh
guru hendaknya berjalan dalam dua arus yang sejajar. Pertama, guru
membantu para pelajar membaca bahan-bahan yang menarik serta
bermanfaat secepat mungkin. Kedua, guru secara sistematis mengajarkan
korespondensi atau hubungan hubungan bunyi dan lambang yang
diperlukan oleh para pelajar untuk memahami serta mendorong mereka
membaca sendiri. Jadi dalam hal ini, peran guru sangat besar serta
dibutuhkan kreativitas serta inovasi dalam setiap pembelajaran agar
-
23
pembelajaran membaca menjadi menarik dan dapat diikuti oleh siswa
dengan baik.
d. Pengukuran Kemampuan Memahami Isi Bacaan
Kemampuan membaca dimaksud sebagai kemampuan untuk
menguasai data yang diinformasikan pihak lain melalui sarana tulisan.
Tes kemampuan membaca dimaksudkan untuk mengukur kompetensi
siswa memahami isi data yang ada dalam bacaan. Oleh karena itu,
bacaan yang diujikan hendaklah yang memiliki data yang menuntut
untuk dimengerti.
Berpikir jenjang pemahaman antara lain dimaksudkan untuk
mengukur pemahaman siswa tentang adanya hubungan yang sederhana
di antara fakta-fakta atau konsep. Soal berpikir jenjang ini setingkat lebih
tinggi dari soal jenjang hafalan. Secara teoretis dikatakan bahwa
kemampuan berpikir jenjang hafalan dikatakan sebagai prasyarat untuk
berpikir jenjang pemahaman. Butir butir soal jenjang ini banyak dipakai
untuk mengukur kemampuan pemahaman berbagai wacana dalam ujian
menyimak dan membaca. Bahkan, secara umum dapat dikatakan tujuan
untuk pembelajaran kemampuan berbahasa aktif reseptif adalah untuk
menerima informasi yang disampaikan lewat lisan dan tulisan. Untuk
dapat menerima informasi yang terkandung dalam suatu wacana dengan
baik tentu diprasyarati oleh kemampuan untuk memahaminya yang
dalam banyak hal, ia amat ditentukan oleh penguasaan terhadap bahasa
yang dipergunakan.
-
24
Ada banyak teknik mengukur kemampuan pemahaman terhadap
suatu wacana, misalnya dengan menanyakan ide pokok, gagasan, tema,
makna istilah yang dipergunakan, dll. Pemahaman wacana di sini juga
mencakup makna tersurat dan tersirat sekaligus. Tes kemampuan
pemahaman wacana dapat juga berupa kemampuan membedakan
informasi dalam wacana yang berupa fakta dan pendapat, atau
membedakan apakah informasi itu berupa laporan, penyimpulan, atau
penilaian.
Untuk mengetahui seberapa paham siswa terhadap bacaan yang ia
baca, maka perlu dilakukan sebuah pengukuran. Jika sebuah tes sekadar
menuntut siswa mengidentifikasi, memilih, atau merespon jawaban yang
telah disediakan, misalnya bentuk soal objektif seperti pilihan ganda, tes
itu merupakan tes tradisional. Sebaliknya, jika tes pemahaman pesan
tertulis itu sekaligus menuntut siswa untuk mengonstruksi jawaban
sendiri, baik secara lisan, tertulis, ataupun keduanya, tes itu menjadi tes
otentik. Mengkonstruksi jawaban sendiri artinya peserta didik membuat
jawaban sesuai dengan pemahamannya terhadap pesan dan
kemampuannya membahasakan kembali baik secara lisan maupun
tertulis.
-
25
B. Kerangka Pikir
Dalam melakukan penelitian ini dan menjawab rumusan masalah dari
penelitian, pola pikir sangat penting. Pola pikir dapat mempermudah langkah
langkah ataupun prosedur yang akan ditempuh dalam penelitian. Kerangka
pemikiran untuk menjawab Bagaimana pengaruh metode membaca cepat
dengan pemahaman isi bacaan siswa.
Dalam proses pembelajaran, siswa sangat diharapkan bisa memahami
isi bacaan yang dia baca, oleh karena itu keterampilan membaca peserta didik
perlu dilatih dengan menggunakan teknik maupun metode yang dapat
mendukung serta meningkatkan keterampilan membaca siswa. Selain itu
tidak jarang siswa yang merasa malas, bosan dan kurang semangat dalam
membaca, maka dari itu perlu dilakukan suatu hal yang baru dalam
pembelajaran membaca.
Membaca cepat menitikberatkan pada pemahaman, karena membaca
cepat tidak hanya sekadar melihat bacaan melainkan memahami suatu bacaan
itu sendiri. Membaca cepat juga dapat menyelesaikan masalah-masalah siswa
dalam membaca dan dapat membantu siswa untuk lebih baik memahami isi
bacaan. Oleh karena itu, metode membaca cepat diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan pada siswa kelas V SD
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Untuk lebih jelasnya kerangka pikir
dapat dilihat pada bagan di bawah ini:
-
26
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir
Pemahaman Isi Bacaan
Kondisi
Awal
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Diberikan Perlakuan
(Pembelajaran Metode
Membaca Cepat)
Tidak Diberikan Perlakuan
(Pembelajaran Konvensional)
Analisis Hasil
Temuan
-
27
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah anggapan teoretis yang dapat dipertegas atau ditolak secara
empiris. Dapat juga dipandang sebagai konklusi, suatu konklusi yang sifatnya
sementara. berdasarkan kerangka fikir di atas, maka dapat dirumuskan
hipotesis penelitiannya sebagai berikut:
H0 = Tidak terdapat pengaruh penerapan metode membaca cepat terhadap
kemampuan memahami isi bacaan pada siswa kelas V SD Inpres
Pakatto Caddi Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa.
H1 = Terdapat pengaruh penerapan metode membaca cepat terhadap
kemampuan memahami isi bacaan pada siswa kelas V SD Inpres
Pakatto Caddi Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa.
Keterangan :
H0 = Tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel X dan Y
H1 = Ada pengaruh yang signifikan antara variabel X dan Y
-
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian
jenis dalam penelitian ini yaitu eksperimental, penelitian dengan
melakukan percobaan terhadap kelompok eksperimen. Kepada tiap kelompok
eksperimen dikenakan perlakuan-perlakuan tertentu dengan kondisi yang
dapat dikontrol. Data sebagai hasil pengaruh perlakuan terhadap kelompok
eksperimen diukur secara kuantitatif kemudian dibandingkan sebelum dan
sesudah perlakuan.
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini ialah pendekatan
kuantitatif yang berjenis Quasi Experimental dengan desain penelitian Pretest
Posttest Control Group Design. Desain ini melibatkan dua kelompok subjek,
satu diberi perlakuan (kelompok eksperimen) dan yang lain tidak diberi apa-
apa (kelompok kontrol).
Untuk lebih mengefesiensikan waktu maka penelitian dilaksanakan
hanya pada 1 kelas saja, pertama-tama melakukan pembelajaran seperti biasa,
lalu diberikan tes awal (pre-test) mengenai pembelajaran. Setelah itu
diberikan perlakuan dengan menggunakan metode membaca cepat, kemudian
pada akhir pembelajaran diberikan tes akhir (post-test). Dengan adanya pre-
test dan post-test dapat memperlihatkan perbedaan sebelum dan sesudah
perlakuan (treatment) Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel berikut :
-
29
Tabel 3.1
Pretest Posttest Control Group Design
Kelompok Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen T1 E T2
Kontrol T1 - T2
Keterangan :
T1 : Tes awal yang sama pada kedua kelompok
E : Perlakuan yang diberikan dengan metode membaca cepat
T2 : Tes akhir yang sama pada kedua kelompok.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Setiap diadakan penelitian, peneliti tidak pernah lepas dari urusan
populasi karena diadakannya penelitian ini berarti ada objek yang diteliti
dan dari objek yang diteliti itulah yang dikenal dengan istilah populasi.
Menurut Sugiyono (2017:80) populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek dan subjek yang mempunyai jumlah dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dianalisis dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Dengan demikian, populasi dalam
penelitian ini adalah siswa kelas V SD Inpres Pakatto Caddi Kecamatan
bontomarannu Kabupaten Gowa dengan jumlah siswa sebanyak 20 orang.
-
30
Tabel 3.2 Populasi Siswa Kelas V SD Inpres Pakatto Caddi
Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa
Kelas
Jumalah Murid Jumlah
Laki – laki Perempuan
V 9 11 20
Sumber Data : Kantor Tata Usaha SD Inpres Pakatto Caddi
Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa
2. Sampel
Sampel dalam penelitian yang digunakan sebanyak 20 orang dari
jumlah keseluruhan populasi dikarenakan tidak semua jumlah siswa
memenuhi kriteria penelitian.
Teknik sampling yaitu sebuah metode yang dilakukan untuk
menentukan jumlah serta anggota sampel. Setiap anggota tentu saja wakil
dari populasi yang dipilih setelah dikelompokkan berdasarkan kesamaan
karakter. Teknik sampling yang digunakan peneliti yaitu sampling jenuh
yang artinya adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel.
Mengacu pada Quasi eksperimen yang ciri utamanya adalah tidak
memilih sampel secara acak (random sampling) serta menggunakan
kelompok yang sudah ada maka sebelum dilakukan penelitian, peneliti
terlebih dahulu mengelompokkan siswa yang ingin digunakan berdasarkan
jumlah siswa yang sudah ada sebagai sampel sebanyak 20 orang.
-
31
C. Definisi Operasional Variabel
Penulis mengemukakan definisi operasional variabel dimana dalam
penelitian ini variabel (x) metode membaca cepat dan variabel (y)
kemampuan memahami isi bacaan yang penjelasannya sebagai berikut:
1. Penggunaan Metode Membaca Cepat
Metode membaca cepat yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu
metode membaca yang mengutamakan kecepatan namun tidak
meninggalkan pemahaman terhadap aspek bacaannya.
2. Kemampuan Memahami Isi Bacaan
Kemampuan memahami isi bacaan yang dimaksud dalam penelitian
ini yaitu siswa mampu mengetahui maksud dari isi bacaan baik yang
tersurat maupun tersirat.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan perlengkapan ataupun fasilitas yang
digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data supaya pekerjaannya
lebih mudah serta hasilnya lebih baik. Pemilihan instrumen sangat ditetapkan
oleh teknik yang digunakan peneliti untuk mengolah data bila sudah
terkumpul. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur
keberhasilan siswa adalah soal tes Bacaan.
1. Soal Teks Bacaan
Soal teks bacaan merupakan soal yang petanyaannya dibaca untuk
mengenali tipe jawaban apa yang dibutuhkan dari pertanyaan tersebut. soal
tes membaca yang digunakan untuk mengukur keberhasilan siswa
-
32
merupakan soal teks Bacaan yang berbentuk uraian dengan jumlah soal
sebanyak 10 nomor. Pedoman dalam membuat soal tes adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Tes Kemampuan Memahami Isi Bacaan
Kemampuan
Rincian Kemampuan
Jumlah
Butir Soal Nomor
Soal
Mengukur tingkat
kemampuan
memahami bacaan
1. Mampu menjawab
pertanyaan tentang
gagasan utama suatu
bacaan
1
1
2. Mampu menentukan tema suatu teks bacaan
1
2
3. Mampu menjawab
pertanyaan tentang
makna kata sesuai
dengan penggunaannya
dalam teks bacaan
3
3, 4, 5
4. Mampu membedakan
kalimat yang
merupakan pendapat
dan kalimat yang
merupakan fakta
3
6, 7, 8
5. Mampu menjawab
pertanyaan tentang hal-
hal yang tersurat dan
tersirat dalam bacaan.
2
9, 10
-
33
E. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang
digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan bebrapa teknik yaitu :
1. Tes Awal (Pre-test)
Teknik pre-test untuk mengetahui kemampuan siswa memahami isi
bacaan sebelum diberikan perlakuan (treatment).
2. Tes Akhir (Post-test)
Teknik Post-test untuk mengetahui kemampuan siswa memahami
isi bacaan sesudah diberikan perlakuan (treatment). Tes ini dilakukan
setelah selesai mengikuti program pembelajaran membaca yang dikenai
perlakuan pada kelompok eksperimen saja. Dari tes tersebut dapat
diketahui tingkat kemampuan siswa memahami isi bacaan, baik yang di
kelompok eksperimen maupun di kelompok kontrol sesudah diberikan
perlakuan.
3. Observasi
Observasi (observation) atau pengamatan adalah suatu teknik atau
cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap
kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi ini dilakukan dengan
mengamati jalannya proses pembelajaran membaca dengan menggunakan
metode membaca cepat di kelas V SD Inpres pakatto Caddi Kecamatan
Bontomarannu Kabupaten Gowa.
-
34
F. Teknik Analisis Data
Analisis dalam penelitian jenis merupakan cara berpikir. Perihal itu
berkaitan dengan pengujian secara sistematis terhadap sesuatu untuk
menentukan bagian, ikatan antar bagian, serta hubungannya dengan
keseluruhan. Teknik analisis data pula ialah cara yang digunakan untuk
menguraikan keterangan-keterangan atau data yang diperoleh agar data
tersebut dapat dimengerti bukan oleh orang yang mengumpulkan data saja,
melainkan juga oleh orang lain. Adapun langkah-langkah yang ditempuh
ialah sebagai berikut:
1. Pemberian Skor
Peneliti memberikan skor terhadap jawaban siswa atas pertanyaan
yang ada dalam tes. Tes sesuai dengan kisi-kisi yang ada. Soal tes
pemahaman bacaan berjumlah 10 Soal.
2. Analisis Univariat
Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap sebuah
variabel. Analisis univariat dilakukan secara deskriptif dari masing-masing
variabel.
a) Kecepatan Membaca
Tingkat kecepatan membaca dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut:
-
35
Tabel 3.4
Tingkat Kecepatan Membaca
No Kecepatan Membaca
Kata Per Menit (KPM)
Kategori
1. 200-... Baik Sekali
2. 151 - 200 Baik
3. 101 - 150 Cukup Baik
4. 50-100 Kurang
( Sumber: Kumalasari, 2012: 4)
Adapun rumus yang dipergunakan dalam menghitung kecepatan
membaca tersebut adalah:
Jumlah kata yang dibaca x 60 = Jumlah Kata Per Menit(KPM)
Jumlah detik untuk membaca
b) Memahami Isi Bacaan
Untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam memahami
bacaan, maka diberikan lembar tes uraian dengan kisi-kisi seperti yang
ada pada tabel 3.3. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung
hasil pemahaman isi bacaan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
S = R x 100%
N
Keterangan:
S = Nilai yang diharapkan
R = Jumlah skor dari soal yang dijawab benar
N = Skor maksimal dari tes tersebut.
-
36
Tabel 3.5
Kategori Pemahaman Isi Bacaan
Presentase Jawaban Benar/
Tingkat Penguaasaan
Kategori
91% - 100% Baik Sekali
81% - 90% Baik
71% - 80 % Sedang
61% - 70% Kurang
.... - 60 % Kurang Sekali
(Sumber : Vidya Kamalasari 2012: 4)
Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung hasil
tes siswa adalah sebagai berikut:
KP = Jumlah Jawaban Benar x 100
Jumlah skor maksimal
c) Uji Analisis Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisis
data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum atau generalisasi. Untuk mendeskripsikan data yang
diperoleh dari hasil pretest dan posttest kedua kelompok mean, median,
modus, range, dan standard deviation. Dalam penelitian ini dilakukan
dengan bantuan SPSS 22 for Windows.
d) Analisis Statistik Inferensial
Statistik inferensial, (sering juga disebut statistik induktif atau statistik
probabilitas), yaitu teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data
sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Statistik inferensial
-
37
digunakan untuk melakukan pengujian hipotesis namun sebelumnya
dilakukan uji prasyarat berikut:
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data
berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas menggunakan
teknik Shapiro-Wilk pada sistem SPSS versi 22. Data dapat dikatakan
berdistribusi normal jika nilai sig > 0,05. Begitupun sebaliknya jka data
tidak berdistribusi normal apabila nilai sig < 0,05. Dengan taraf
kesalahan 0,05.
b. Uji Homogenitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelompok tersebut
memiliki tingkat varian data yang sama atau tidak. Jika hasil uji homogenitas
menunjukkan tingkat signifikansi atau probabilitas > 0,05 maka dapat dikatakan
bahwa varian yang dimiliki oleh sampel- sampel yang bersangkutan tidak
jauh berbeda, maka sampel-sampel tersebut homogen.
c. Uji Hipotesis
Setelah dilakukan pengujian populasi data dengan menggunakan
normalitas serta homogenitas, dan data populasi sudah diketahui
berdistribusi normal dan homogen maka dilakukan uji hipotesis. Uji
hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh metode
membaca cepat dengan kemampuan memahami isi teks bacaan
dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan pembelajaran
konvensional. Uji hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan SPSS 22
-
38
for Windows yaitu dengan teknik analisis independent samples T- Test
dengan taraf signifikannya adalah 0,05.
Adapun kemungkinan hasil penelitian yaitu:
- Hipotesis Alternatif (H1). Terdapat pengaruh penerapan metode
membaca cepat terhadap kemampuan memahami isi bacaan pada
siswa kelas V SD Inpres Pakatto Caddi Kecamatan Bontomarannu
Kabupaten Gowa.
- Hipotesis Alternatif (H0). Tidak ada pengaruh penerapan metode
membaca cepat terhadap kemampuan memahami isi bacaan pada
siswa kelas V SD Inpres Pakatto Caddi Kecamatan Bontomarannu
Kabupaten Gowa.
Dengan pengambilan keputusan berdasarkan t tabel:
a) Jika nilai thitung > nilai ttabel maka hipotesis nol (H0) ditolak dan
hipotesis alternatif (H1) diterima berarti terdapat perbedaan yang
signifikan penerapan metode membaca cepat terhadap kemampuan
memahami isi bacaan.
b) Jika nilai thitung < nilai ttabel maka hipotesis nol (H0) diterima dan
hipotesis alternatif (H1) ditolak berarti tidak terdapat perbedaan yang
signifikan penerapan metode membaca cepat terhadap kemampuan
memahami isi bacaan.
Dasar pengambilan keputusan dalam independent samples T-Test:
Berdasarkan perbandingan nilai signifikansi sebagai berikut:
a) Jika sig > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.
b) Jika sig < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 terima.
-
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada bab ini akan dibahas deskripsi data hasil penelitian kemampuan
memahami isi bacaan siswa kelas V SD Inpres Pakatto caddi kecamatan
Bontomarannu Kabupaten Gowa yang diajar dengan metode ceramah dengan
siswa yang diajar dengan menggunakan metode membaca cepat, sehingga peneliti
dapat memperoleh data Pretest dan posttest. Data hasil penelitian yang terkumpul
dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif
dan inferensial. Adapun hasil analisis masing-masing data tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Analisis Statistik Deskriptif
a) Analisis Statistik Deskriptif Sebelum Perlakuan
Pada analisis deksriptif sebelum perlakuan data yang dianalisis yaitu
data pretest kelompok eksperimen dan data pretest kelompok kontrol.
Kelompok eksperimen adalah kelompok yang dalam pembelajarannya
menggunakan metode membaca cepat dan Kelompok kontrol adalah
kelompok yang dalam pembelajarannya hanya menggunakan metode
konvensional. Pemberian pretest dilakukan sebelum masing-masing
kelompok diberi perlakuan yang berbeda. Adapun hasil analisis data
dengan menggunakan SPSS 22 sebagai berikut:
-
40
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kemampuan Memahami Isi
Bacaan Kelompok Eksperimen Pretest Eksperimen
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
60 2 20,0 20,0 20,0
68 5 50,0 50,0 70,0
72 1 10,0 10,0 80,0
76 2 20,0 20,0 100,0
Total 10 100,0 100,0
Output SPSS 22
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui frekuensi nilai siswa pretest
Kelompok Eksperimen sebelum diberi perlakuan antara lain siswa yang
mendapat nilai 60 sebanyak 2 siswa, nilai 68 sebanyak 5 siswa, nilai 72
sebanyak 1 siswa, dan nilai 76 sebanyak 2 siswa. Nilai tertinggi yang
diperoleh pretest kelompok eksperimen yaitu 76 sedangkan nilai terendah
yaitu 60, dilihat dari pernyataan tersebut dapat diketahui 20 % siswa
pretest kelompok eksperimen mendapat nilai di bawah KKM (KKM=65)
atau terdapat 2 siswa yang tidak berhasil mencapai nilai KKM, sedangkan
80 % mendapat nilai diatas KKM atau dengan kata lain 8 siswa berhasil
mencapai nilai lebih, dengan demikian presentase siswa yang mencapai
nilai KKM lebih besar dari pada siswa yang belum mencapai nilai KKM.
-
41
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kemampuan Memahami Isi
Bacaan Kelompok Kontrol
Pretest_Kontrol
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 40 1 10,0 10,0 10,0
56 1 10,0 10,0 20,0
58 3 30,0 30,0 50,0
60 3 30,0 30,0 80,0
64 2 20,0 20,0 100,0
Total 10 100,0 100,0
Output SPSS 22
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui frekuensi nilai siswa pretest
Kelompok Kontrol sebelum diberi perlakuan antara lain siswa yang
mendapat nilai 40 sebanyak 1 siswa, nilai 56 sebanyak 1 siswa, nilai 58
sebanyak 3 siswa, nilai 60 sebanyak 3 siswa dan nilai 64 sebanyak 2 siswa.
Nilai tertinggi yang diperoleh pretest kelompok Kontrol yaitu 64
sedangkan nilai terendah yaitu 40, dilihat dari pernyataan tersebut dapat
diketahui 100 % siswa pretest kelompok kontrol mendapat nilai di bawah
KKM (KKM=65) atau terdapat 10 siswa yang tidak berhasil mencapai
nilai KKM, sedangkan 0 % mendapat nilai diatas KKM atau dengan kata
lain tidak ada siswa berhasil mencapai nilai lebih, dengan demikian
presentase siswa yang belum mencapai nilai KKM lebih besar dari pada
siswa yang mencapai nilai KKM.
Distribusi frekuensi hasil Pretest kemampuan memahami isi bacaan
menjadi dasar untuk melakukan analisis deskriptif, setelah kedua data
tersebut dianalisis dengan analisis deskriptif menggunakan aplikasi SPSS
22. Adapun hasil analisis deskriptif kedua data yaitu sebagai berikut:
-
42
Tabel 4.3 Deskripsi Data Pretest Kelompok Eksperimen
Statistics
Pretest Eksperimen
N Valid 10
Missing 0
Mean 68,40
Median 68,00
Mode 68
Std. Deviation 5,481
Variance 30,044
Range 16
Minimum 60
Maximum 76
Sum 684
Output SPSS 22
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui hasil pretest kelompok eksperimen
diperoleh nilai rata-rata kelompok eksperimen yaitu 68,40 dengan jumlah
sampel 10 siswa dengan jumlah data 684. dengan varian 30.044 dan
standar deviasi/simpanan baku sebesar 5.481. nilai maksimum adalah 76
dan nilai minimum adalah 60, maka rentang nilainya adalah 16. Median
adalah 68 serta modusnya 68.
-
43
Tabel 4.4
Deskripsi Data Pretest Kelompok Kontrol
Statistics
Pretest Kontrol
N Valid 10
Missing 0
Mean 57,80
Median 59,00
Mode 58a
Std. Deviation 6,763
Variance 45,733
Range 24
Minimum 40
Maximum 64
Sum 578
a. Multiple modes exist. The smallest
value is shown
Output SPSS 22
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui hasil pretest kelompok kontrol
diperoleh nilai rata-rata kelompok kontrol yaitu 57,80 dengan jumlah
sampel 10 siswa dengan jumlah data 578. dengan varian 45,733 dan
standar deviasi/simpanan baku sebesar 6,763. nilai maksimum adalah 64
dan nilai minimum adalah 40, maka rentang nilainya adalah 24. Median
adalah 59 serta modusnya 58.
b) Analisis Statistik Deskriptif Setelah Perlakuan
Pada analisis deskriptif setelah perlakuan data yang dianalisis yaitu
data posttest kelompok eksperimen dan data Posttest kelompok kontrol.
Analisis data setelah perlakuan bertujuan untuk mengetahui kondisi
sampel setelah diberi perlakuan yang berupa metode membaca cepat
-
44
terhadap kemampuan memahami isi bacaan siswa pada kelompok
eksperimen dan tanpa perlakuan di kelas kontrol. Adapun hasil Distribusi
frekuensi analisis data dengan menggunakan SPSS 22 sebagai berikut:
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kemampuan Memahami Isi
Bacaan Kelompok Eksperimen
Posttest_Eksperimen
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 70 1 10,0 10,0 10,0
78 1 10,0 10,0 20,0
86 2 20,0 20,0 40,0
92 1 10,0 10,0 50,0
94 3 30,0 30,0 80,0
98 2 20,0 20,0 100,0
Total 10 100,0 100,0
Output SPSS 22
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui frekuensi nilai siswa posttest
Kelompok Eksperimen setelah diberi perlakuan antara lain siswa yang
mendapat nilai 70 sebanyak 1 siswa, nilai 78 sebanyak 1 siswa, nilai 86
sebanyak 2 siswa, nilai 92 sebanyak 1 siswa, nilai 94 sebanyak 3 siswa dan
nilai 98 sebanyak 2 siswa.
Nilai tertinggi yang diperoleh posttest kelompok Eksperimen yaitu 98
sedangkan nilai terendah yaitu 70, dilihat dari pernyataan tersebut dapat
diketahui 100 % siswa kelompok posttest eksperimen berhasil mencapai
nilai di atas KKM (KKM=65) atau terdapat 10 siswa berhasil mencapai
nilai KKM, sedangkan 0 % mendapat di bawah KKM atau dengan kata
lain seluruh siswa kelompok Posttest Eksperimen berhasil mencapai nilai
lebih dari sama dengan nilai KKM.
-
45
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kemampuan Memahami Isi
Bacaan Kelompok Kontrol
Posttest_Kontrol
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 58 2 20,0 20,0 20,0
60 1 10,0 10,0 30,0
62 1 10,0 10,0 40,0
64 1 10,0 10,0 50,0
66 2 20,0 20,0 70,0
72 1 10,0 10,0 80,0
78 2 20,0 20,0 100,0
Total 10 100,0 100,0
Output SPSS 22
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui frekuensi nilai siswa posttest
Kelompok Kontrol setelah diberi perlakuan antara lain siswa yang
mendapat nilai 58 sebanyak 2 siswa, nilai 60 sebanyak 1 siswa, nilai 62
sebanyak 1 siswa, nilai 64 sebanyak 1 siswa, nilai 66 sebanyak 2, nilai 72
sebanyak 1 siswa dan nilai 78 sebanyak 2 siswa.
Nilai tertinggi yang diperoleh posttest kelompok Kontrol yaitu 78
sedangkan nilai terendah yaitu 58, dilihat dari pernyataan tersebut dapat
diketahui 50 % siswa kelompok posttest kontrol mendapat nilai di bawah
KKM (KKM=65) atau terdapat 5 siswa yang tidak berhasil mencapai nilai
KKM, sedangkan 50 % mendapat nilai di atas KKM atau dengan kata lain
5 siswa kelompok Posttest Eksperimen berhasil mencapai nilai lebih dari
sama dengan nilai KKM.
Distribusi frekuensi hasil Posttest kemampuan memahami isi bacaan
menjadi dasar untuk melakukan analisis deskriptif, setelah kedua data
-
46
tersebut dianalisis dengan analisis deskriptif menggunakan aplikasi SPSS
22. Adapun hasil analisis deskriptif kedua data yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.7
Deskripsi Data Posttest Kelompok Eksperimen
Statistics
Posttest Eksperimen
N Valid 10
Missing 0
Mean 89,00
Median 93,00
Mode 94
Std. Deviation 9,104
Variance 82,889
Range 28
Minimum 70
Maximum 98
Sum 890
Output SPSS 22
Berdasarkan tabel 4.7 diketahui hasil posttest kelompok eksperimen
diperoleh nilai rata-rata kelompok eksperimen yaitu 89,00 dengan jumlah
sampel 10 siswa dengan jumlah data 890. dengan varian 82,889 dan
standar deviasi/simpanan baku sebesar 9.104. nilai maksimum adalah 98
dan nilai minimum adalah 70, maka rentang nilainya adalah 28. Median
adalah 93 serta modusnya 94.
-
47
Tabel 4.8
Deskripsi Data Posttest Kelompok Kontrol
Statistics
Posttest kontrol
N Valid 10
Missing 0
Mean 66,20
Median 65,00
Mode 58a
Std. Deviation 7,510
Variance 56,400
Range 20
Minimum 58
Maximum 78
Sum 662
a. Multiple modes exist. The
smallest value is shown
Output SPSS 22
Berdasarkan tabel 4.8 diketahui hasil posttest kelompok kontrol
diperoleh nilai rata-rata kelompok kontrol yaitu 66,20 dengan jumlah
sampel 10 siswa dengan jumlah data 662. dengan varian 56,400 dan
standar deviasi/simpanan baku sebesar 7.510. nilai maksimum adalah 78
dan nilai minimum adalah 58, maka rentang nilainya adalah 20. Median
adalah 65 serta modusnya 58.
2. Analisis Statistik Inferensial
Pada penelitian ini dilakukan pula analisis inferensial yang
digunakan untuk melakukan uji hipotesis penelitian dengan menggunakan uji-
t sampel independent. Namun sebelumnya, dilakukan terlebih dahulu
pengujian dasar yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
-
48
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data
berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas menggunakan teknik
Shapiro-Wilk pada sistem SPSS versi 22. Data dapat dikatakan
berdistribusi normal jika nilai sig > 0,05. Begitupun sebaliknya jka data
tidak berdistribusi normal apabila nilai sig < 0,05. Dengan taraf kesalahan
0,05.
Tabel 4.9
Uji Normalitas Data Penelitian
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
Nilai Posttest
eksperimen ,229 10 ,146 ,866 10 ,090
Posttest
kontrol ,211 10 ,200
* ,885 10 ,150
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Output SPSS 22
Berdasarkan tabel 4.9 Uji normalitas data pada penelitian ini yang
diambil dari data hasil posttest kelompok eksperimen dan hasil posttest
kelompok kontrol menunjukkan bahwa data hasil posttest kelompok
eksperimen sig 0,090 > 0,05 dan data hasil posttest kelompok kontrol sig
0,150 > 0,05. Data hasil postest kelompok eksperimen maupun kelompok
kontrol lebeih besar dari 0,05. Dengan demikian data hasil penelitian pada
penelitian ini berdistribusi normal.
-
49
b. Uji Homogenitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelompok tersebut
memiliki tingkat varian data yang sama atau tidak. Jika hasil uji
homogenitas menunjukkan tingkat signifikansi atau probabilitas > 0,05
maka dapat dikatakan bahwa varian yang dimiliki oleh sampel- sampel
yang bersangkutan tidak jauh berbeda, maka sampel-sampel tersebut
homogen.
Adapun hasil uji normalitas data penelitian ini dapat dilihat pada tabel
di bawah ini:
Tabel 4.10
Uji Homogenitas Data Penelitian
Test of Homogeneity of Variances
Posttest kelompok eksperimen dan kontrol
Levene Statistic df1 df2 Sig.
,403 1 18 ,534
Output SPSS 22 Berdasarkan tabel 4.10 uji homogenitas data diperoleh signifikansi
(Sig) sebesar 0,534 > 0,05 sehingga dapat diketahui bahwa Varians data
posttest kelompok eksperimen dan data posttest kelompok kontrol adalah
sama atau homogen. Dengan demikian data hasil penelitian pada penelitian
ini memiliki varians yang sama atau homogen.
c. Uji Hipotesis
Setelah dilakukan pengujian populasi data dengan menggunakan
normalitas dan homogenitas, serta data populasi sudah diketahui
berdistribusi normal dan homogen maka dilakukan uji hipotesis. Uji
hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh metode
-
50
membaca cepat dengan kemampuan memahami isi bacaan dibandingkan
dengan pembelajaran yang menggunakan pembelajaran konvensional.
Uji hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan teknik analisis
independent samples T- Test pada program SPSS 22 for Windows. H0
ditolak dan H1 diterima apabila sig < 0,05 dan thitung > nilai ttabel. Berikut
disajikan hasil analisis uji-t nilai posttest eksperimen dan kontrol.
Tabel 4.11 Uji Hipotesis
Independent Samples T-Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T Df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Differen
ce
Std.
Error
Differe
nce
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Posttest
Eksperi
men dan
kontrol
Equal variances
assumed ,403 ,534 6,109 18 ,000 22,800 3,732 14,959 30,641
Equal variances
not assumed 6,109 17,372 ,000 22,800 3,732 14,939 30,661
Output SPSS 22
Berdasarkan tabel 4.11 menunjukkan perbandingan nilai signifikansi
yaitu (0,000 < 0,05) sesuai dasar pengambilan keputusan dalam
Independent samples T-Test, maka dapat disimpulkan pula bahwa H0
ditolak dan H1 diterima yaitu terdapat pengaruh penerapan metode
membaca cepat terhadap kemampuan memahami isi bacaan pada siswa
kelas V SD Inpres Pakatto Caddi Kecamatan Bontomarannu Kabupaten
Gowa. Sedangkan menggunakan t tabel dapat dihitung dengan melihat
nilai thitung = 6,109 dan nilai sig (2-tailed) = 0,000.
-
51
Dengan ttabel dilihat pada tabel statistic dengan signifikansi 0,05 : 2 =
0,025, dengan nilai Df diperoleh dari 20-2 = 18, sehingga diperoleh ttabel
2,100. thitung > ttabel (6,109 > 2,100) Maka dapat disimpulkan pula bahwa H0
ditolak dan H1 diterima yaitu terdapat pengaruh penerapan metode
membaca cepat terhadap kemampuan memahami isi bacaan pada siswa
kelas V SD Inpres Pakatto Caddi Kecamatan Bontomarannu Kabupaten
Gowa.
Tabel 4.12 Perbandingan Nilai Rata-rata
Group Statistics
Kelompok N Mean
Std.
Deviation Std. Error Mean
Posttest
Eksperimen
dan kontrol
Eksperimen 10 89,00 9,104 2,879
Kontrol 10 66,20 7,510 2,375
Output SPSS 22
Berdasarkan tabel 4.12 perbandingan nilai rata-rata diketahui
perolehan nilai rata-rata kelompok eksperimen 89,00 sedangkan rata-rata
kelompok kontrol 66,20 (89,00>66,20) sehingga terdapat perbedaan antara
nilai rata-rata kelompok eksperimen dan nilai rata-rata kelompok kontrol.
Nilai rata-rata kelompok eksperimen lebih besar daripada nilai rata-rata
kelas kontrol.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis nilai tes kemampuan membaca untuk memahami
isi bacaan pada siswa kelas V semester ganjil SD Inpres Pakatto Caddi Kecamatan
Bontomarannu Kabupaten Gowa tahun ajaran 2019/2020 yang telah dibagi ke
-
52
dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen adalah
kelompok yang diberi perlakuan dengan menggunakan metode membaca cepat
dan kelompok kontrol adalah kelompok yang menggunakan metode konvensional.
Proses pembelajaran penerapan metode membaca cepat ini, peneliti
menyiapkan pengukur waktu untuk mengetahui kecepatan membaca. siswa dibagi
menjadi beberapa kelompok untuk maju kedepan dengan membaca teks bacaan
yang telah diberikan. Kemudian siswa dilatih untuk tidak membaca kata demi
kata, dilatih untuk membaca dalam hati, membaca dengan waktu yang lebih cepat,
membaca dengan melihat kata-kata kunci dalam teks, serta diberikan penjelasan
tentang hal-hal yang harus dihindari dalam membaca cepat. setelah itu siswa
diberikan beberapa soal guna mengetahui tingkat pencapaian pemahaman siswa
terhadap teks yang sudah dibacanya dengan menggunakan metode membaca
cepat. Tes yang diberikan kepada siswa memuat soal-soal tentang gagasan utama,
tema teks bacaan, makna kata yang terdapat dalam teks, kalimat fakta dan
pendapat, dan juga amanat tersurat dan tersirat. Proses pembelajaran dengan
menggunakan metode membaca cepat ini membantu siswa untuk selalu membaca
dan mendapatkan informasi yang ada didalam teks bacaan yang mereka baca.
Dalam penerapan metode membaca cepat pada kelas eksperimen ini, siswa
menjadi lebih termotivasi serta tertarik dalam hal membaca. Oleh karena itu,
mereka juga dapat melakukan kegiatan membaca dengan sebenar-benarnya
membaca, yakni bukan hanya sekadar melihat kata demi kata melainkan
memahami serta memperoleh pemahaman dari teks yang mereka baca, hal
tersebut ditunjukkan dengan perolehan hasil tes yang lebih baik dibandingkan
-
53
dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan metode membaca cepat melainkan
menggunakan metode konvensional.
Namun dalam pelaksanaannya, peneliti juga menemukan beberapa kendala
seperti masih ada sedikit siswa yang malas untuk membaca dan merasa
kesulitan dalam melakukan metode membaca cepat ini sehingga menyulitkan ia
dalam memahami teks bacaannya. Hal tersebut masih terbilang wajar, karena
memang sangat jarang sekali guru yang membiasakan kegiatan membaca cepat
ini di sekolah sehingga siswa belum terbiasa untuk melakukannya, oleh sebab
itu perlu adanya pembiasaan sehingga pemahaman siswa terhadap teks-teks yang
dibacanya pun dapat lebih meningkat.Sedangkan pada kelas kontrol, pembelajaran
dilakukan dengan menggunakan metode konvensional.
Berdasarkan analisis data statistik dengan menggunakan SPSS 22, diperoleh
nilai pretest kelompok kontrol terendah yaitu 40 dan tertinggi yaitu 64, nilai
pretest kelompok eksperimen terendah yaitu 60 dan tertinggi yaitu 76. sedangkan
nilai posttest kelompok kontrol diperoleh nilai terendah yaitu 58 dan tertinggi
yaitu 78, nilai posttest kelompok kontrol diperoleh nilai terendah yaitu 70 dan
tertinggi yaitu 98. rata-rata nilai Pretest kelompok kontrol yaitu 57,80 dan
kelompok eksperimen 68,40 sedangkan posttest kelompok kontrol yaitu 66,20 dan
kelompok eksperimen 89,00. Hal ini menunjukkan bahwa setelah diterapkannya
metode membaca cepat terhadap kemampuan memahami isi bacaan, rata-rata nilai
siswa meningkat dibandingkan sebeluum menggunakan metode membaca cepat.
Hasil analisis statistik inferensial untuk uji hipotesis, terlebih dahulu
dilakukan uji prasyarat analisis. Uji prasyarat yang dilakukan adalah uji
-
54
normalitas dan homogennitas. Untuk menguji normalitas data hasil penelitian
diambil dari hasil posttest kelompok eksperimen dan hasil posttest kelompok
kontrol dengan menggunakan uji Shapiro Wilk pada aplikasi SPSS versi 22 pada
taraf signifikansi α = 0,05 untuk data yang sama yaitu sebanyak 10 siswa dari
kelas eksperimen dan 10 siswa dari kelas kontrol. Adapun hasil uji normalitas data
penelitian menunjukkan bahwa bahwa data hasil posttest kelompok eksperimen
sig 0,090 > 0,05 dan data hasil posttest kelompok kontrol sig 0,150 > 0,05. Data
hasil posttest kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol lebih besar dari
0,05. Dengan demikian data hasil penelitian pada penelitian ini berdistribusi
normal.
Selanjutnya dilakukan uji homogenitas, pengujian homogenitas variansi
adalah pengujian untuk mengetahui apakah variansi-variansi dari sejumlah
populasi sama atau tidak. Uji homogenitas pada penelitian ini menggunakan
aplikasi SPSS (Statistical Package for Social Science) versi 22. Adapun taraf
kesalahan (taraf siginifikan) yang digunakan adalah α = 0,05. Adapun hasil uji
homogenitas data pada penelitian ini diperoleh hasil sebagai berikut uji
homogenitas data diperoleh signifikansi (Sig) sebesar 0,534 > 0,05 sehingga dapat
diketahui bahwa varians data posttest kelompok eksperimen dan data posstest
kelompok kontrol adalah sama atau homogen. Dengan demikian data hasil
penelitian pada penelitian ini memiliki varians yang sama atau homogen.
Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan SPSS 22 pada uji
hipotestis dengan uji t sampel independent data dan perbandingan rata-rata
diperoleh nilai Sig (2-tailed) sebesar 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan ada
-
55
perbedaan rata-rata hasil tes kemampuan me