pengaruh penerapan model problem based learning … · pbl terhadap kemampuan evaluasi dan...
TRANSCRIPT
PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED
LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN EVALUASI DAN
INFERENSI PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV
SD KANISIUS SENGKAN YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
L. Desy Nakaryaswari
NIM : 131134222
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED
LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN EVALUASI DAN
INFERENSI PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV
SD KANISIUS SENGKAN YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
L. Desy Nakaryaswari
NIM : 131134222
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Karya ilmiah ini Penulis persembahkan kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria sumber kekuatanku dan teman
terbaikku.
2. Kedua orang tuaku Gregorius Herwiyoto dan Yuventina Isti Murwani yang
telah mendoakan, mmendidikku, menyayangiku, sepanjang waktu.
3. Sahabat-sahabatku.
4. Universitas Sanata Dharma almamaterku yang aku banggakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“It is useless if you are smart but you do not have a good attitude”
“Do your best and let God do the rest”
“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat;
ketuklah maka pintu akan dibukakan bagimu” (Mat. 7:7)
“Do not let your dreams be dream”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam daftar kutipan dan
daftar referensi sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 18 Januari 2017
Peneliti,
L. Desy Nakaryaswari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : L. Desy Nakaryaswari
Nomor Mahasiswa : 131134222
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING
TERHADAP KEMAMPUAN EVALUASI DAN INFERENSI PADA MATA
PELAJARAN IPA KELAS IV SD KANISIUS SENGKAN YOGYAKARTA”,
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).
Dengan demikian saya berikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma
untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam
bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di
internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin
dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 18 Januari 2017
Yang menyatakan,
L. Desy Nakaryaswari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING
TERHADAP KEMAMPUAN EVALUASI DAN INFERENSI
PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV
SD KANISIUS SENGKAN YOGYAKARTA
L. Desy Nakaryaswari
Universitas Sanata Dharma
2017
Kata kunci: model PBL, kemampuan evaluasi, kemampuan inferensi, mata
pelajaran IPA.
Latar belakang penelitian ini adalah keprihatinan terhadap rendahnya
tingkat kemampuan IPA siswa Indonesia pada penelitian PISA tahun 2012 dan
2015. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan model
PBL terhadap kemampuan evaluasi dan inferensi pada mata pelajaran IPA kelas
IV SD Kanisius Sengkan Yogyakarta pada semester gasal tahun ajaran 2016/2017.
Penelitian ini menggunakan penelitian quasi experimental tipe non-
equivalent control group design. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas IV SD Kanisius Sengkan Yogyakarta sebanyak 93 siswa. Sampel penelitian
ini terdiri dari 31 siswa kelas IV A sebagai kelompok kontrol dan 31 siswa kelas
IV C sebagai kelompok eksperimen. Treatment yang diterapkan di kelompok
eksperimen adalah model PBL. Ada 5 langkah dalam model PBL yaitu (1)
Mengorientasikan siswa pada masalah, (2) Mengorganisasi siswa untuk belajar,
(3) Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, (4) Mengembangkan
dan menyajikan hasil karya, (5) Menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Model Problem Based Learning
(PBL) berpengaruh terhadap kemampuan evaluasi. Rerata kelompok eksperimen
(M = 0,903, SE = 0,131) lebih tinggi daripada kelompok kontrol(M = 0,279, SE =
0,191). Perbedaan tersebut signifikan dengan harga t(60) = -2,685 dan p = 0,009
(p < 0,05). Effect size model PBL terhadap kemampuan evaluasi menunjukkan
nilai r = 0,32 (10%) masuk dalam kategori “efek menengah”. 2) Model PBL
berpengaruh terhadap kemampuan inferensi. Rerata kelompok eksperimen (M =
0,849, SE = 0,134) lebih tinggi daripada kelompok kontrol (M = 0,139, SE =
0,179). Perbedaan tersebut signifikan dengan harga t(60) = -3,162 dan p = 0,002
(p < 0,05). Effect size model PBL terhadap kemampuan inferensi menunjukkan
nilai r = 0,37 (14%) masuk dalam kategori “efek menengah”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
THE EFFECTS OF THE IMPLEMENTATION OF PROBLEM BASED
LEARNING MODEL ON THE EVALUATING AND INFERENCE SKILLS IN
SCIENCE SUBJECT FOR THE FOURTH GRADE STUDENTS
KANISIUS SENGKAN ELEMENTARY SCHOOL YOGYAKARTA
L. Desy Nakaryaswari
Sanata Dharma University
2017
Key words: PBL model, evaluating skill, inference skill, natural science subject.
The background of the research is the concern towards the lack of science
skill of Indonesian students based on the results of study of PISA on 2012 and
2015. The aim of this research is to know the effect of the implementation of
Problem Based Learning (PBL) model on the evaluating and inference skills in
science subject for the fourth grade students in Kanisius Sengkan Elementary
School on the first semester of 2016/2017 academic year.
This research uses quasi experimental, non-equivalent control group design
type. The population of this study is the grade four students of Kanisius Sengkan
Elementary school who are 93 students. The sample of the research are 31
students of class A as control group and 31 students of class C as experimental
group. The treatment that applied in the experimental group is PBL model. There
are 5 steps on the model. Those are orienting the students to the problem,
organizing students to learn, guiding the student or a group of student in the
process of solving problem, developing and presenting the work result, and
analyzing and evaluating the process of solving problem.
The result of the research shows that 1.) PBL model brings effect towards
evaluating skill. The average score of experimental group (M = 0,903, SE =
0,131) is higher than the average score of control group (M = 0,279, SE = 0,191).
The difference between the average score of experimental and control group is
significant with the price of t(60)= -2,685 and p = 0,009 (p <0,05). The effect size
of PBL model towards evaluating skill is r = 0,32 (10%) included in “medium
effect” category. 2) PBL model brings effect towards inference skill. The average
score of experimental group (M = 0,849, SE = 0,134) is higher than the average
score of control group (M = 0,139, SE = 0,179). The difference between the
average score of experimental and control group is significant with the price of
t(60)= -3,162 and p = 0,002 (p < 0,05). The effect size of PBL model towards
inference skill is r = 0,37 (14%) included in “medium effect” category.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya
sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini denggan lancar dan tepat waktu.
Skripsi yang berjudul “PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM
BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN EVALUASI DAN
INFERENSI PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SD KANISIUS
SENGKAN YOGYAKARTA” disusun sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Karena itu, peneliti mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.Pd., M.Pd. selaku Wakil Ketua Program
Studi Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. selaku Dosen Pembimbing I
yang telah membimbing dan mendukung dengan sabar dan bijaksana.
5. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang
membimbing kami dengan penuh kesabaran.
6. Drs. Paulus Wahana, M.Hum. selaku Dosen Penguji III yang telah bersedia
menguji dengan bikajsana dan memberikan masukan, serta saran.
7. M. Sri Wartini selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Sengkan Yogyakarta yang
telah memberikan ijin melakukan penelitian.
8. Sri Asmi, S.Pd. selaku guru mitra yang telah membantu pelaksanaan
penelitian, sehingga peneliitian dapat berjalan dengan lancar.
9. Siswa kelas IV A dan IV C SD Kanisius Sengkan Yogyakarta tahun ajaran
2016/2017 yang telah bersedia terlibat dalam penelitian.
10. Sekretariat PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
membantu proses perijinan penelitian skripsi.
11. Kedua orang tuaku, Gregorius Herwiyoto dan Yuventina Isti Murwani yang
selalu menyertai perjuanganku berupa doa, kasih sayang, perhatian, nasihat,
dan materi.
12. Kakakku Agustina Putri Heristiyani yang selalu menyemangati dan
mendukungku dalam doa.
13. Adikku Antonius Joko Prasetyo yang selalu memberi doa dan dukungan.
14. Sahabat terbaikku, Vincentius Brillinanda Alvio Erlangga yang selalu
menyemangati dan mendukungku.
15. Sepupuku Cordula Anggraeni Oktadayani yang senantiasa mendukungku.
16. Teman-temanku dalam penelitian kolaboratif payung Sita, Mita, Tita, Widi,
Tami, Wati, Cahya, Cicil, Listi dan Vero.
17. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu namun telah
banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna karena keterbatasan
kemampuan peneliti. Segala kritik dan saran yang membangun akan peneliti
terima dengan senang hati. Peneliti berharap, semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi dunia pendidikan dan para pembaca.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .... Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PENGESAHAN .................................. Error! Bookmark not defined.
PERSEMBAHAN ................................................................................................ iii
MOTTO .................................................................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................. vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .......................................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
ABSTRACT ........................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xviii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Permasalahan ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 6
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 6
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 6
1.5 Definisi Operasional.......................................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................ 8
2.1 Kajian Pustaka ................................................................................................... 8
2.1.1 Teori-teori yang mendukung .......................................................................... 8
2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak ......................................................................... 8
2.1.1.2 Model Pembelajaran ................................................................................. 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
2.1.1.3 Model Problem Based Learning (PBL) .................................................... 12
2.1.1.5 Berpikir Kritis ........................................................................................... 18
2.1.1.6 Kemampuan Evaluasi dan Inferensi ......................................................... 19
2.1.1.7 Hakikat IPA ............................................................................................... 20
2.1.1.8 Materi Bagian Tumbuhan dan Fungsinya ................................................. 21
2.2 Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan ....................................................... 25
2.2.1 Penelitian tentang Problem Based Learning ................................................ 25
2.2.2 Penelitian Tentang Kemampuan Berpikir Kritis .......................................... 27
2.2.3 Literature Map .............................................................................................. 29
2.3 Kerangka Berpikir ........................................................................................... 30
2.4 Hipotesis Penelitian ......................................................................................... 31
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 32
3.1 Jenis Penelitian ................................................................................................ 32
3.2 Setting Penelitian ............................................................................................ 34
3.2.1 Lokasi Penelitian .......................................................................................... 34
3.2.2 Waktu Penelitian .......................................................................................... 35
3.3 Populasi dan Sampel ....................................................................................... 36
3.3.1 Populasi ........................................................................................................ 36
3.3.2 Sampel .......................................................................................................... 36
3.4 Variabel Penelitian .......................................................................................... 37
3.4.1 Variabel Independen .................................................................................... 37
3.4.2 Variabel Dependen ....................................................................................... 37
3.5 Teknik Pengumpulan Data .............................................................................. 38
3.6 Instrumen Penelitian........................................................................................ 40
3.7 Teknik Pengujian Instrumen ........................................................................... 41
3.7.1 Uji Validitas ................................................................................................. 41
3.7.1.1 Validitas Isi (content validity) ................................................................... 42
3.7.1.2 Validitas Muka (face validity) ................................................................... 43
3.7.1.3 Validitas Konstruk (construct validity) ..................................................... 43
3.7.2 Reliabilitas ................................................................................................... 45
3.8 Teknik Analisis Data ....................................................................................... 46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
3.8.1 Uji Normalitas Distribusi Data .................................................................... 46
3.8.2 Uji Pengaruh Perlakuan................................................................................ 47
3.8.2.1 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ............................................................. 47
3.8.2.2 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ....................................................... 48
3.8.1.4. Uji Besar Pengaruh Perlakuan ................................................................. 49
3.8.2 Analisis Lebih Lanjut ................................................................................... 50
3.8.2.1 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest-Posttest I ................. 50
3.8.2.2. Uji Besar Efek Peningkatan Rerata Pretest-Posttest I ............................. 52
3.8.2.3 Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I ...................................... 53
3.8.2.4 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan................................................................ 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 58
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................................... 58
4.1.1 Implementasi Penelitian ............................................................................... 58
4.1.1.1 Deskripsi Populasi dan Sampel Penelitian ................................................ 58
4.1.1.2 Deskripsi Implementasi Pembelajaran Kelompok Kontrol....................... 59
4.1.1.3 Deskripsi Implementasi Pembelajaran Kelompok Eksperimen ................ 60
4.1.2 Deskripsi Sebaran Data ................................................................................ 64
4.1.2.1 Kemampuan Evaluasi ............................................................................... 64
4.1.2.2 Kemampuan Inferensi ............................................................................... 66
4.1.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian I .................................................................... 67
4.1.3.1 Uji Normalitas Distribusi Data.................................................................. 68
4.1.3.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ............................................................. 70
4.1.3.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ........................................................ 71
4.1.3.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan .................................................................. 73
4.1.3.5 Analisis Lebih Lanjut ................................................................................ 74
1. Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke posttest I ..................... 74
2. Uji Besar Efek Peningkatan skor Rerata Pretest ke Posttest I ........................... 76
3. Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan posttest I ............................................... 77
4. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ........................................................................ 78
4.1.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian II .................................................................. 81
4.1.4.1 Uji Normalitas Distribusi Data.................................................................. 81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
4.1.4.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ............................................................. 83
4.1.4.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ........................................................ 84
4.1.4.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan .................................................................. 86
4.1.4.5 Analisis Lebih Lanjut ................................................................................ 87
1. Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I ..................... 87
2. Uji Besar Efek Peningkatan Rerata Rerata Pretest ke Posttest I ....................... 89
3. Uji Korelasi antara Rerata Pretest ke Posttest I ................................................. 90
4. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ........................................................................ 91
4.2 Pembahasan ..................................................................................................... 94
4.2.1 Pengaruh Model PBL terhadap Kemampuan Evaluasi ............................... 98
4.2.2 Pengaruh Model PBL terhadap Kemampuan Inferensi ............................. 102
4.2.3 Persepsi Dampak Pengaruh Perlakuan ....................................................... 107
4.24 Pembahasan Lebih Lanjut ........................................................................... 112
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 115
5.1 Kesimpulan ................................................................................................... 115
5.2 Keterbatasan Penelitian ................................................................................. 116
5.3 Saran .............................................................................................................. 116
DAFTAR REFERENSI ..................................................................................... 117
LAMPIRAN ........................................................................................................ 121
CURRICULUM VITAE ...................................................................................... 212
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Langkah model PBL .............................................................................. 16
Tabel 3.1 Jadwal Pengambilan Data ...................................................................... 35
Tabel 3.2 Pemetaan Instrumen Penelitian .............................................................. 39
Tabel 3.3 Matriks Pengembangan Instrumen ........................................................ 41
Tabel 3.4 Hasill Uji Validitas Instrumen ............................................................... 44
Tabel 3.5 Hasil Validitas Instrumen Aspek Evaluasi dan Inferensi ...................... 44
Tabel 3.6 Hasil uji reliabilitas instrumen ............................................................... 45
Tabel 3.7 Kriteria Besar Pengaruh Perlakuan ........................................................ 49
Tabel 3.8 Pedomana Wawancara dengan Guru ..................................................... 56
Tabel 3.9 Pedoman Wawancara Siswa Kelompok Eksperimen Sebelum Perlakuan
................................................................................................................................ 56
Tabel 3.10 Pedoman Wawancara Siswa Kelompok Eksperimen Sesudah
Perlakuan ............................................................................................................... 56
Tabel 4.1 Sebaran Data Kemampuan Evaluasi Kelompok Kontrol ...................... 64
Tabel 4.2 Sebaran Data Kemampuan Evaluasi Kelompok Eksperimen ................ 65
Tabel 4.3 Sebaran Data Kemampuan Inferensi Kelompok Kontrol ...................... 66
Tabel 4.4 Sebaran Data Kemampuan Inferensi Kelompok Eksperimen ............... 67
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Kemampuan Evaluasi ................ 69
Tabel 4.6 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians ................................................ 70
Tabel 4.7 Hasil Uji Perbedaan Rerata Pretest Kemampuan Evaluasi ................... 71
Tabel 4.8 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians ................................................ 72
Tabel 4.9 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Evaluasi ....... 72
Tabel 4.10 Hasil Uji Effect Size terhadap Kemampuan Evaluasi ......................... 74
Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Skor Pretest ke
Posttest I Kemampuan Evaluasi ........................................................................... 74
Tabel 4.12 Hasil Uji Besar Efek Peningkatan Rerata Skor Pretest ke PosttestI
Kemampuan Evaluasi ........................................................................................... 76
Tabel 4.13 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I , Kemampuan
Evaluasi ................................................................................................................. 77
Tabel 4.14 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Evaluasi ............ 79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
Tabel 4.15 Hasil Uji Peningkatan Skor Pretest ke Posttest II ............................... 80
Tabel 4.16 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Kemampuan Inferensi .............. 82
Tabel 4.17 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians .............................................. 83
Tabel 4.18 Hasil Uji Perbedaan Rerata Pretest Kemampuan Inferensi ................. 84
Tabel 4.19 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians .............................................. 85
Tabel 4.20 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Inferensi ..... 85
Tabel 4.22 Hasil Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Skor Pretest ke
posttest I Kemampuan Inferensi............................................................................ 87
Tabel 4.23 Hasil Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Skor Pretest ke posttest I
Kemampuan Inferensi ........................................................................................... 89
Tabel 4.24 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan posttestI Kemampuan
Inferensi................................................................................................................. 90
Tabel 4.25 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Inferensi ............ 92
Tabel 4.26 Hasil Uji Peningkatan Skor Pretest ke Posttest II ............................... 93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Bagian-bagian akar ............................................................................ 22
Gambar 2.2 Pada tanaman ubi kayu, batang sebagai tempat menyimpan cadangan
makanan ................................................................................................................ 22
Gambar 2.3 Batang berkambium ........................................................................... 23
Gambar 2.4 Bagian-bagian daun ............................................................................ 24
Gambar 2.5 Fungsi daun adalah sebagai tempat terjadinya fotosintesis ............... 25
Gambar 2.6 Bagan Penelitiam Yang Relevan ........................................................ 29
Gambar 3.1 Desain Penelitian ................................................................................ 33
Gambar 3.2 Variabel Penelitian ............................................................................. 38
Gambar 3.3 Rumus Uji Besar Efek (effect size) untuk Data Normal .................... 50
Gambar 3.4 RumusUji Besar Efek (effect size) untuk Data Tidak Normal ........... 50
Gambar 3.5 Rumus Perhitungan Peningkatan Rerata Pretest-Posttest I ............... 51
Gambar 3.6 Rumus Gain Score ............................................................................. 52
Gambar 3.7 Rumus Persentase Uji Retensi Pengaruh Perlakuan .......................... 55
Gambar 4.1 Diagram Rerata Selisih Skor Pretest-posttestI Kemampuan Evaluasi
............................................................................................................................... 73
Grafik Gain Score 4.2 Kelompok Kontrol dan Eksperimen Pada ......................... 75
Gambar 4.3 Grafik Pretest, Posttest I, dan Posttest II ............................................ 80
Gambar 4.4 Diagram Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I Kemampuan Inferensi
................................................................................................................................ 86
Grafik 4.5 Gain score Kelompok Kontrol dan Eksperimen Pada .......................... 88
Gambar 4.6 Grafik Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan Inferensi ....... 93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.1 Surat Ijin Penelitian ....................................................................... 122
Lampiran 1.2 Surat Ijin Validitas Soal ................................................................ 123
Lampiran 2.1 Silabus Kelompok Eksperimen ..................................................... 124
Lampiran 2.2 Silabus Kelompok Kontrol ............................................................ 130
Lampiran 2.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen ........ 134
Lampiran 2.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol .............. 147
Lampiran 3.1 LKS ............................................................................................... 151
Lampiran 3.2 Kunci Jawaban .............................................................................. 159
Lampiran 3.3 Rubrik Penilaian ............................................................................ 168
Lampiran 3.4 Hasil Rekap Nilai Expert Judgement ............................................ 170
Lampiran 3.5 Hasil Analisis SPSS Uji Validitas ................................................. 173
Lampiran 3.6 Hasil Analisis SPSS Uji Reliabilitas ............................................. 175
Lampiran 4.1 Tabulasi Nilai Kemampuan Evaluasi Kelompok Kontrol dan
Eksperimen .......................................................................................................... 176
Lampiran 4.2 Tabulasi Nilai Kemampuan Inferensi Kelompok Kontrol dan
Kelompok Eksperimen ........................................................................................ 178
Lampiran 4.3 Hasil SPSS Uji Normalitas Data .................................................. 180
Lampiran 4.4 Hasil SPSS Uji Perbedaan Kemampuan Awal .............................. 181
Lampiran 4.5 Hasil SPSS Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ......................... 183
Lampiran 4.6 Perhitungan Manual Besar Pengaruh Perlakuan ........................... 185
Lampiran 4.7 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I 186
Lampiran 4.8 Hasil Uji Besar Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I ............. 191
Lampiran 4.9 Hasil SPSS Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I ....... 195
Lampiran 4.10 Hasil Uji Retensi Perlakuan ........................................................ 197
Lampiran 4.11 Transkrip Wawancara Siswa ....................................................... 202
Lampiran 4.12 Transkrip Wawancara Guru ........................................................ 208
Lampiran 5.1 Foto-Foto Kegiatan Pembelajaran ................................................. 209
Lampiran 5.2 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian .................................. 211
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab I ini berisi tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.
1.1 Latar Belakang Permasalahan
Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi
aktif dengan lingkungannya, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap (Winkel, 1987: 36).
Belajar tidak terlepas dari pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi untuk
membangun bangsa yang lebih maju. Pendidikan adalah proses terlatih dan
terencana dalam mengembangkan potensi diri individu mewujudkan tujuan
nasional Indonesia (Sanjaya, 2006: 2). Proses pendidikan berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran di kelas. Pembelajaran merupakan sutu sistem yang
saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi tujuan,
materi, metode, model, dan evaluasi. Keempat komponen tersebut harus
diperhatikan oleh guru dalam menentukan model-model yang akan digunakan
dalam pembelajaran (Rusman, 2011: 1).
Pendidikan hendaknya mampu mengembangkan potensi kecerdasan serta
bakat yang dimiliki peserta didik secara optimal sehingga peserta didik dapat
mengembangkan potensi diri yang dimilikinya menjadi suatu prestasi yang
mempunyai daya jual (Shoimin, 2014: 15). Berhasil tidaknya pendidikan
bergantung apa yang diberikan dan diajarkan oleh guru. Hasil-hasil pengajaran
dan pembelajaran berbagai disiplin ilmu terbutkti selalu kurang memuaskan pihak
yang berkepentingan (Shoimin, 2014: 16). Salah satu buktinya adalah hasil pada
PISA (Programmer for International Student Assesment) tahun 2012 yang
menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat 64 dari 65 negara dengan
skor 382 pada bidang sains (OECD, 2013: 5). Hasil PISA selanjutnya yaitu tahun
2015, Indonesia berada pada peringkat 62 dari 70 negara dengan skor 403
(OECD, 2016: 5), hal tersebut menunjukkan bahwa peringkat dan skor Indonesia
pada bidang sains mengalami peningkatan. Meskipun demikian, Indonesia masih
berada pada peringkat 10 terbawah pada bidang sains.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Sains/ Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan yang rasional dan objektif
tentang alam semesta dengan segala isinya (Samatowa, 2011: 2). Nash (dalam
Samatowa, 2011: 3) menjelaskan bahwa IPA itu adalah suatu cara atau metode
untuk mengamati alam, cara IPA mengamati dunia ini bersifat analisis, lengkap,
cermat, serta menghubungkannya antara suatu fenomena dengan fenomena lain,
sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek
yang diamatinya. IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara
sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan
oleh manusia (Samatowa, 2011: 3). IPA tidak hanya merupakan kumpulan
pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi memerlukan kerja, cara
berpikir, dan cara memecahkan masalah (Winaputra, dalam Samatowa, 2011: 3).
IPA adalah sebuah ilmu pengetahuan yang mempunyai objek dan menggunakan
metode ilmiah (Samatowa, 2011: 3).
Kurang maksimalnya hasil kognitif pada bidang sains tersebut setidaknya
disebabkan oleh tiga hal. Pertama, pendidikan yang kurang sesuai dengan
kebutuhan dan fakta yang ada sekarang. Kedua, metodologi, model, strategi, dan
teknik yang kurang sesuai dengan materi. Ketiga, prasarana yang mendukung
proses pembelajaran. Ketiga hal tersebut memberikan dampak yang besar bagi
perkembangan pendidikan (Shoimin, 2014: 16). Diakui atau tidak pada zaman
yang sudah modern ini, sebagian besar guru mengajar menggunakan metodologi
mengajar tradisional. Cara mengajar tersebut bersifat otoriter dan berpusat pada
guru. Kegiatan pembelajaran berpusat pada guru, sedangkan siswa hanya
dijadikan sebagai objek bukan sebagai subyek (Shoimin, 2014: 17). Pemandangan
seperti ini juga dijumpai oleh peneliti ketika peneliti melakukan observasi di SD
Kanisius Sengkan. Guru memberikan ceramah kepada siswa sementara siswa
hanya mendengarkan.
Model pembelajaran yang berfokus pada guru (teacher centered) cenderung
digunakan karena guru hanya menekankan pada pengetahuan dan penyampaian
materi di luar konteks aplikasinya, bukan penekanan pada penguasaan dan
penggunaan pengetahuan yang merefleksikan isu baru dan lama serta
menyelesaikan masalah konteks kehidupan nyata (Taufiq, 2009: 5). Hal tersebut
menyebabkan siswa jenuh sehingga sulit menerima materi yang diberikan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
guru. Cara yang dapat dilakukan agar siswa tertarik dan tidak jenuh dalam belajar
adalah dengan membuat pembelajaran menjadi menyenangkan. Agar
pembelajaran menyenangkan, perlu adanya perubahan cara mengajar dari model
pembelajaran tradisional menuju model pembelajaran yang inovatif (Shoimin,
2014: 18). Dengan begitu pembelajaran tidak akan berhenti pada proses
menghafal saja namun juga dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis
siswa.
Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang
digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil
keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah.
Berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpendapat dengan cara yang
terorganisasi (Johnson & Chaedar, 2007: 183). Facione (1990) menjelaskan
bahwa berpikir kritis dapat dipelajari, diperkirakan, dan diajarkan (dalam
Filsaime). Facione (1990) mengidentifikasi 6 (enam) keterampilan atau indikator
berpikir kritis, yakni interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, penjelasan, dan
regulasi diri.
Piaget (Suparno, 2001: 5) menjelaskan bahwa, anak dengan tahap operasional
konkret khususnya dalam penelitian ini adalah anak kelas IV sudah mulai belajar
memecahkan masalah-masalah konkret yang dihadapi, namun cara berpikir anak
masih terbatas. Sedangkan Vygotsky berpendapat bahwa anak belajar melalui
interaksi-interaksi dengan lingkungan termasuk guru maupun teman sebaya. Oleh
karena itu, pembelajaran sebaiknya menggunakan model yang dapat membantu
siswa melakukan pemecahan masalah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan
adalah dengan penerapan model pembelajaran inovatif di dalam pembelajaran
khususnya di jenjang sekolah dasar. Model inovatif yang memfasilitasi siswa
dalam memecahkan masalah menggunakan sessuatu yang konkret dan
memberikan kesempatan siswa untuk berinteraksi dengan kelompok adalah model
Problem Based Learning (PBL).
Berbagai penelitian dan jurnal pernah diterbitkan untuk mendukung
penelitian mengenai model PBL misalnya penelitian yang dilakukan oleh Izzati
(2010), penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui efek dari PBL sebagai
strategi instruksional alternatif dalam pembelajaran matematika yang efektif pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Sekolah Menengah Pertama di Malaysia. Hasil penelitian diperoleh simpulan
bahwa baik model PBL maupun model konvensional efektif dalam meningkatkan
kemampuan siswa dalam bidang matematika. Meskipun kedua kelompok
menunjukkan persepsi positif terhadap kerjasama dalam kelompok, ketertarikan
dalam matematika, dan persepsi terhadap pengalaman belajar yang telah
dilakukan, kelompok eksperimen yang menggunakan PBL lebih efektif dalam
prosedure pemecahan masalah, dan menunjukkan kemampuan berkomunikasi
lebih baik dalam matematika dan kerjasama yang lebih kuat dibandingkan
kelompok kontrol. Akinoglu (2007) melakukan penelitian tentang efek model
PBL dalam Pembelajaran IPA pada pencapaian akademik siswa, sikap, dan
konsep pembelajaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek
dari PBL terhadap pembelajaran IPA pada pencapaian akademik siswa, dan
konsep pembelajaran. Hasil perolehan data menunjukkan bahwa penerapan model
PBL berpengaruh positif terhadap pencapaian akademik siswa dan sikap siswa
terhadap pelajaran IPA. Selain itu, penerapan PBL juga berpengaruh positif
terhadap perkembangan konseptual siswa dan mempertahankan miskonsepsi
siswa pada level yang paling rendah. Selain itu, Zejnilagic (2015) juga melakukan
penelitian mengenai pengaruh PBL terhadap capaian siswa Sekolah Dasar 8th
grade pada mata pelajaran kimia. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
1)capaian siswa pada kelompok eksperimen mengalami peningkatan yang
signifikan, 2) siswa belum pernah menggunakan PBL sebelumnya, sehingga siswa
mengalami kesulitan, 3) ketertarikan siswa pada mata pelajaran kimia meningkat.
Berbagai penelitian dan jurnal mengenai kemampuan berpikir kritis dengan
model tertentu juga pernah diterbitkan. Peneliti menyertakan penelitian yang
relevan mengenai kemampuan berpikir kritis untuk mendukung penelitian ini,
misalnya penelitian yang dilakukan oleh Ghombavani (2016) tentang pengaruh
dari pelatihan kecakapan hidup dala meningkatkan kemampuan berpikir kritis
diantara siswa putri kelas IV Sekolah Dasar Iran. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pelatihan kecakapan hidup dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis,
meningkatkan pemahaman siswa dalam berpikir terutama dalam membuat
keputusan dan memecahkan masalah, dan meningkatkan penyesuaian sosial yang
positif. Kalelioglu dan Gulbahar (2014) meneliti tentang pengaruh dari teknik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
instruksional terhadap kemampuan berpikir kritis dan pembagian berpikir kritis
dalam diskusi online. Penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim (2009) bertujuan
untuk mengetahui pengaruh lingkungan belajar campuran yang mendukung
manajemen sistem pembelajaran pada kemampuan berpikir kritis siswa. Hasil
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara nilai pretest dan
nilai posttest.
Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
menggunakan salah satu model yang diduga dapat mengoptimalkan kemampuan
berpikir kritis, yaitu model Problem Based Learning (PBL). PBL adalah model
pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik
sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan
keterampilan yang lebih tinggi dan inquiri, memandirikan siswa dan
meningkatkan kepercayaan diri (Arend, dalam Hosnan, 2014: 295). Sani (2014:
127) menjelaskan bahwa model PBL merupakan model pembelajaran yang dalam
penyampaiannya dengan menyajikan suatu permasalahan, menguji pertanyaan-
pertanyaan, memfasilitasi pendidikan dan membuka dialog Model ini bercirikan
penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari siswa
untuk melatih dan meningkatkan keterampilan berfikir kritis dan pemecahan
masalah serta mendapatkan pengetahuan konsep penting, dimana peran guru
adalah memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai keterampilan
mengarahkan diri (Hosnan, 2014: 295). Ngalimun (2012: 96) mengemukakan 5
langkah pelaksanaan model PBL (1) Mengorientasikan siswa pada masalah, (2)
Mengorganisasi siswa untuk belajar, (3) Membimbing penyelidikan individu
maupun kelompok, (4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, (5)
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Penelitian ini dibatasi pada pengaruh penerapan Model Probelm Based
Learning terhadap kemampuan evaluasi dan inferensi untuk siswa kelas IV SD
Kanisius Sengkan tahun ajaran 2016/2017 khususnya pada mata pelajaran IPA
dengan SK 2. Memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan
fungsinya. Peneliti memilih SD Kanisius Sengkan sebagai tempat penelitian
karena sekolah ini memiliki kelas paralel yang cocok digunakan untuk melakukan
penelitian eksperimen. Kelas yang digunakan untuk penelitian adalah kelas IV A
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
sebagai kelompok kontrol dengan jumlah siswa sebanyak 31 anak dan kelas IV C
sebagai kelompok eksperimen dengan jumlah siswa sebanyak 31 anak. Jenis
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian quasi
experimental design tipe nonequivalent control group design.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah penerapan model PBL berpengaruh terhadap kemampuan evaluasi
mata pelajaran IPA materi bagian tumbuhan dan fungsinya pada siswa
kelas IV SD Kanisius Sengkan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran
2016/2017?
1.2.2 Apakah penerapan model PBL berpengaruh terhadap kemampuan
Inferensi mata pelajaran IPA materi bagian tumbuhan dan fungsinya pada
siswa kelas IV SD Kanisius Sengkan Yogyakarta semester gasal tahun
ajaran 2016/2017?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Mengetahui pengaruh penerapan model PBL terhadap kemampuan evaluasi
mata pelajaran IPA materi bagian tumbuhan dan fungsinya pada siswa kelas
IV SD Kanisius Sengkan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran
2016/2017.
1.3.2 Mengetahui pengaruh penerapan model PBL terhadap kemampuan inferensi
mata pelajaran IPA materi bagian tumbuhan dan fungsinya pada siswa kelas
IV SD Kanisius Sengkan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran
2016/2017.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Sekolah
Sekolah dapat menambah referensi bacaan tentang model PBL pada
pelajaran IPA, yang bisa diimplementasikan pada pembelajaran.
1.4.2 Bagi Guru
Guru mendapat pengalaman langsung dalam menerapkan pembelajaran yang
berbasis pada masalah pada pelajaran IPA. Guru dapat lebih memahami
langkah-langkah model PBL.
1.4.3 Bagi Siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Siswa memperolah pengalaman baru belajar dengan model PBL sehingga
dapat mengembangkan kemampuan evaluasi dan inferensi.
1.4.4 Bagi Peneliti
Peneliti mendapat pengalaman baru dalam menyusun kegiatan pembelajaran
IPA dengan menggunakan model PBL. Pengalaman ini kelak dapat menjadi
bekal bagi peneliti untuk menerapkan model PBL dengan lebih baik.
1.5 Definisi Operasional
1.5.1 Kemampuan Evaluasi adalah kemampuan untuk menilai kredibilitas suatu
pernyataan atau argumen dan menilai bobot logika suatu kesimpulan yang
terdiri dari menilai sah tidaknya klaim-klaim, menilai sah tidaknya argumen-
argumen.
1.5.2 Kemampuan Inferensi adalah kemampuan untuk menguji bukti-bukti,
menerka alternatif-alternatif, menarik kesimpulan.
1.5.3 Model Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang
memberikan berbagai situasi permasalahan kepada peserta didik dan
dapat berfungsi sebagai batu loncatan dalam penyelidikan yang memiliki
langkah-langkah mengorientasi peserta didik pada masalah, mengorganisasi
peserta didik untuk belajar, membimbing penyelidikan individual ataupun
kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan menganalisis
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
1.5.4 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah mata pelajaran dengan materi bagian
tumbuhan dan fungsinya.
1.5.3 Siswa Sekolah Dasar adalah siswa kelas IV SD Kanisius Sengkan
Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2016/2017.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II
LANDASAN TEORI
BAB II ini membahas mengenai kajian pustaka, kerangka berpikir, dan
hipotesis penelitian. Kajian pustaka berisi teori yang relevan/mendukung terhadap
penelitian. Kerangka berpikir berisi pemikiran, sedangkan hipotesis berisi
kesimpulan sementara atau jawaban semenntara dari rumusan masalah penelitian.
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Teori-teori yang mendukung
Teori yang mendukung merupakan teori-teori yang melandasi penelitian ini.
Teori-teori tersebut terdiri dari teori perkembangan anak, proses kognitif anak,
teori pembelajaran anak, model PBL, berpikir kritis, kemampuan evaluasi,
kemampuan inferensi, hakikat IPA, dan materi IPA yang akan diperjelas pada
subbab selanjutnya.
2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak
Perkembangan adalah salah satu proses penting dalam kehidupan manusia.
Slavin (2011:40) mengemukakan bahwa perkembangan merupakan pertumbuhan,
penyesuaian diri, dan perubahan yang terjadi secara menyeluruh baik secara fisik,
kepribadian, sosial-emosional, kognitif, maupun bahasa. Teori perkembangan
yang digunakan oleh peneliti sebagai acuan adalah teori perkembangan kognitif
Jean Piaget dan teori perkembangan Lev Vygotsky. Teori tersebut digunakan
karena memiliki kesesuaian dengan variabel penelitian dan tahap mendasar
perkembangan anak, yaitu tahap kognitif.
Piaget menggolongkan perkembangan kognitif sesuai dengan usia anak
mulai dari lahir hingga dewasa sehingga sesuai dengan usia perkembangan anak
yang akan diteliti. Piaget (Hariyanto & Suyono, 2011: 86) mengemukakan bahwa
anak akan lebih berhasil dalam belajar jika cara belajar disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif siswa. Siswa hendaknya diberi kesempatan untuk
melakukan eksperimen dan guru diharapkan memberikan rangsangan kepada
siswa agar dapat berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
mengamati, menemukan, dan mengambil berbagai hal dari lingkungan sehingga
dapat mengkontruksi pengetahuan yang sudah didapat.
Ada beberapa konsep dan prinsip tentang sifat-sifat perkembangan
kognitif anak, yaitu anak adalah pembelajar yang aktif, anak mengorganisasikan
apa yang mereka pelajari dari pengalamannya, anak menyesuaikan diri dengan
lingkungan (adaptasi) melalui proses asimilasi dan akomodasi, dan proses
ekuilibrasi menunjukkan adanya peningkatan ke arah bentuk-bentuk pemikiran
yang lebih kompleks (Desmita, 2009: 98).
Agar terjadi ekuilibrasi antara individu dengan lingkungan, maka peristiwa
asimilasi dan akomodasi harus terjadi secara terpadu (Schunk, 2012: 334).
Asimilasi merupakan proses penggabungan informasi baru yang ditemui dalam
kehidupan nyata, kemudian informasi tersebut di kelompokkan ke dalam istilah
yang sebelumnya telah dipahami anak. Sedangkan akomodasi merupakan
pengubahan struktur kognitif yang sudah dimiliki sebelumnya yang disesuaikan
untuk menghadapi tantangan baru. Jadi setiap individu yang melakukan
penyesuaian diri harus mencapai keseimbangan (ekuilibrium), antara asimilasi dan
akomodasi.
Piaget (Suyono & Harianto, 2011:83) mengatakan bahwa setiap anak
mengalami perkembangan kognitif yang teratur berupa aktivitas yang konkret
menuju abstrak. Perkembangan kognitif anak dikelompokkan menjadi empat
tahapyaitu tahap sensorimotor, tahap praoperasional, tahap operasional konkret
dan tahap operasional formal. Tahap sensorimotor terjadi pada usia 0-2 tahun,
tahap praoperasional pada usia 2-7 tahun, tahap operasional konkret terjadi pada
usia 7-11 tahun dan tahap operasional formal terjadi pada usia 11 tahun ke atas.
Tahap sensorimotor seorang anak ditandai dengan ketrampilan memecahkan
masalah sederhana seperti menghisap jempol, memegang sesuatu benda, dan
meniru suatu gerakan.
Tahap praoperasional ditandai dengan kemampuan anak dalam mencoba
menceritakan sesuatu yang terjadi dihadapannya, berkhayal, dan egoisentrisme.
Selanjutnya, pada tahap operasional konkret anak mulai mampu mengurutkan
objek berdasarkan ukuran, ciri dan bentuk, mengklasifikasi, memberi nama dan
mengidentifikasi serangkaian benda menurut bentuk, ukuran atau karakteristik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
lainnya. Anak juga sudah dapat bekerja dengan temannya, mengetahui konsep
ruang dan waktu, dapat membedakan kenyataan dan fantasi, serta mampu untuk
melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain. Tahap operasional konkret
(concrete operations) ini ditandai dengan perkembangan sistem pemikiran yang
didasarkan pada aturan-aturan tertentu yang logis. Anak sudah dapat
memperkembangkan operasi-operasi logis. Anak dapat mengembangkan sistem
pemikiran yang logis yang dapat diterapkan dalam memecahkan persoalan-
persoalan konkret yang dihadapi (Suparno, 2001: 69). Sedangkan tahap
operasional formal ditandai dengan anak sudah mampu berfikir secara abstrak,
menalar secara logis, menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia, dan dapat
memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai (Suparno, 2001: 24).
Vygotsky (dalam Schunk, 2012: 343) menyatakan bahwa aspek kognitif
pada anak akan berkembang dengan baik jika anak berinteraksi dengan teman
sebayanya. Bermain dengan teman sebaya atau orang lain memberikan
kesempatan pada anak untuk menanggapi saran, pertanyaan, komentar dan contoh
dari saran tersebut. Vygotsky menggunakan istilah Zone of Proximal Development
(ZPD) yang menggambarkan pembelajaran anak dalam situasi tertentu. ZPD
adalah jarak antara level perkembangan aktual yang ditentukan melalui
pemecahan masalah secara mandiri dan level potensi perkekmbangan yang
ditentukan melalui pemecahan masalah dengan bantuan orang dewasa atau dengan
kerja sama dengan teman-teman sebaya yang lebih mampu (Schunk, 2012: 341).
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV Sekolah Dasar. Hal ini
menunjukkan bahwa siswa kelas IV berada pada tahap operasional-konkret yaitu
pada rentang usia 7-11 tahun. Tahap operasional konkret tentu ditandai dengan
adanya sistem operasi berdasarkan apa pun yang kelihatan nyata atau konkret.
Anak masih menerapkan logika berpikir pada barang-barang yang konkret dan
belum bersifat abstrak. Anak masih mengalami kesulitan untuk memecahkan
persoalan yang mengandung banyak variabel. Oleh karena itu, meskipun
intelegensi anak pada tahap ini sudah maju, namun cara berpikir seorang anak
tetap masih terbatas. Cara berpikirnya masih berdasarkan sesuatu yang konkret
(Suparno, 2001: 70).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Jean Piaget bahwa anak
dalam tahap operasional konkret sudah dapat berpikir dengan logis namun masih
terbatas pada hal-hal yang konkret dan teori Vygotsky yang menjelaskan bahwa
aspek kognitif anak akan berkembang dengan baik ketika ia beinteraksi dengan
teman sebayanya. Maka peran model pembelajaran dalam merangsang
kemampuan berpikir kritis anak sangatlah penting. Salah satu model pembelajaran
yang dapat diterapkan adalah model Problem Based Learning karena model ini
memberikan masalah yang harus dipecahkan oleh siswa sehingga anak perlu
berpikir logis dan kritis. Masalah yang diberikan merupakan masalah yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari sehingga sangat dekat dengan siswa,
selain itu model Problem Based Learning juga memberikan kesempatan siswa
untuk berinteraksi dengan teman sebayanya karena dalam praktiknya, siswa akan
berada di dalam kelompok.
2.1.1.2 Model Pembelajaran
Soekamto (dalam Shoimin, 2014: 23) mengemukakan maksud dari model
pembelajaran adalah kerangkan konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
Hal ini berarti model pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru
untuk mengajar.
Arends (dalam Shoimin, 2014: 23) menyatakan, “The term teaching model
refers to a particular approach to instructin that includes its goals, syntax,
environment, and management system.” Artinya, istilah model pengajaran
mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuan, sintaks,
lingkungan, dan sistem pengelolaannya. Model pembelajaran adalah suatu
rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana
pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan
membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain (Rusman, 2011: 133).
Ngalimun (2012: 8) mengungkan bahwa model pembelajaran mempunyai 4
ciri khusus yang membedakan dengan strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri
tersebut adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
a. Rasional teoretik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya.
b. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar (tujuan
pembelajaran yang akan dicapai).
c. Tingkah laku pembelajaran yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil.
d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Banyak model pembelajaran telah dikembangkan oleh guru yang pada
dasarnya untuk memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami dan
menguasai suatu pengetahuan atau pelajaran tertentu (Shoimin, 2014: 24).
Pengembangan model pembelajaran sangat tergantung pada karakteristik mata
pelajaran ataupun materi yang akan diberikan kepada siswa. Tidak ada model
pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Dalam memilih
model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat
materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri
(Ngalimun, 2012: 161). Terdapat berbagai model pembelajaran yang dapat
digunakan dalam mengiplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1)
Student Achievement Division (STAD), (2) Jigsaw, (3) Group Investigation (GI),
(4) Teams Game Tournamen (TGT), (5) Two Stay-Two Stray (TS-TS) dan lain-
lain.
Dari uraian tersebut menurut peneliti model pembelajaran merupakan suatu
perencanaan atau suatu pola yang sistematis yang digunakan sebagai pedoman
dalam merencanakan pembelajaran di kelas yang membantu siswa mencapai
tujuan pembelajaran.
2.1.1.3 Model Problem Based Learning (PBL)
1. Pengertian Model PBL
Tan (dalam Rusman, 2011: 229) menyatakan bahwa Problem Based
Learning (PBL) merupakan inovasi dalam pembelajaran sebab dengan PBL
kemampuan berpikir siswa dapat dioptimalisasikan melalui kerja kelompok atau
tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji,
dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan. Ibrahim
dan Nur (2000: 2) menyatakan bahwa PBL merupakan salah satu pendekatan
pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia nyata, termasuk di dalamnya
“belajar bagaimana belajar”.
Pendekatan PBL berkaitan dengan penggunaan inteligensi dari dalam
individu yang berada dalam sebuah kelompok orang atau lingkungan untuk
memecahkan masalah yang bermakna, relevan, dan kontekstual. PBL adalah
suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu
masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari
pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki
keterampilan untuk memecahkan masalah (Ward, 2002; Stepien, dkk., 1993
dalam Ngalimun, 2012: 89). Sedangkan Margetson (Rusman, 2011: 230)
mengemukakan bahwa kurikulum PBL membantu untuk meningkatkan
perkembangan keterampilan belajar sepanjang hayat dalam pola pikir yang
terbuka, reflektif, kritis, dan belajar aktif. PBL memfasilitasi keberhasilan
memecahkan masalah, komunikasi, kerja kelompok dan keterampilan
interpersonal dengan lebih baik diban ding pendekatan lain.
Tan (dalam Rusman, 2011: 229) menjelaskan bahwa model PBL merupakan
inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBL kemampuan berpikir siswa benar-
benar dioptimalisasikan melalui kegiatan kerja kelompok atau tim yang
sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan
mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan.
Secara umum model PBL dimulai dengan adanya masalah (dapat
dimunculkan oleh siswa atau guru), kemudian siswa memperdalam
pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa yang mereka
perlu ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa dapat memilih masalah
yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong berperan
aktif dalam belajar. Masalah dalam PBL dijadikan sebagai fokus pembelajaran
yang diselesaikan siswa melalui kerja kelompok sehingga dapat memberi
pengalaman-pengalaman belajar yang beragam kepada siswa seperti kerjasama
dan interaksi dalam kelompok, disamping pengalaman yang berhubungan dengan
pemecahan masalah. Hal tersebut menunjukkan bahwa model PBL dapat
memberikaan pengalaman yang kaya kepada siswa. Penggunaan PBL dapat
meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang mereka pelajari sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
diharapkan mereka dapat menerapkannya dalam kondisi nyata pada kehidupan
sehari-hari.
Dari pendapat beberapa ahli, menurut pendapat peneliti model PBL adalah
model yang digunakan dalam suatu kegiatan pembelajaran yang menjadikan
masalah sebagai fokus pembelajaran sehingga dalam pelaksanaanya siswa
dimungkinkan akan meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi pada
siswa.
2. Karakteristik Model Problem Based Learning
Karakteristik PBL menurut Rusman (2011, 232) adalah sebagai berikut:
a. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar.
b. Permasalahan yang diangkat adalah permasalah yang ada di dunia nyata yang
tidak terstruktur.
c. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (mltiple perpective).
d. Permasalahan, menentang pengetahuan yang dimilki oleh siswa, sikap dan
kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan
bidang baru dalam belajar.
e. Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama.
f. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan
evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBL.
g. Belajar adalah kolaboratif, komunikasi dan kooperatif.
h. Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama
pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari
sebuah permasalahan.
i. Keterbukaan proses dalam PBL meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah
proses belajar.
j. PBL melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.
Tan (dalam Amir, 2009: 22) merangkum karakteristik yang tercakup dalam
proses PBL adalah sebagai berikut:
a. Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran.
b. Biasanya, masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata yang
disajikan secara mengambang (ill-structured).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
c. Masalah biasanya menuntut perpektif majemuk (multiple perspective).
d. Masalah membuat pemelajar tertantang untuk mendapatkan pembelajaran di
ranah pembelajaran yang baru.
e. Sangat mengutamakan belajar mandiri (self directed learning).
f. Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak dari satu sumber
saja. Pencarian, evaluasi serta penggunaan pengetahuan ini menjadi kunci
penting.
g. Pembelajaran kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif. Pemelajar bekerja
dalam kelompok, berinteraksi, slaing mengajarkan (peer teaching) dan
melakukan presentasi.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik model
PBL adalah model yang berfokus pada pemecahan masalah dan memungkinkan
siswa untuk belajar secara mandiri maupun kelompok. Selain itu, model PBL
juga dapat membuat individu merasa tertantang dan memungkinkan siswa
mengembangkan kemampuan berpikir kritis.
3. Langkah-langkah model PBL
Amir (2009: 24-26) berpendapat bahwa terdapat 7 langkah proses PBL
(PBM) adalah sebagai berikut:
a. Langkah 1: Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas.
Memastikan setiap anggota memahami berbagai istilah dan konsep yang ada
dalam masalah.
b. Langkah 2: Merumuskan masalah.
Fenomena yang ada dalam masalah menuntut penjelasan hubungan-hubungan
apa yang terjadi diantara fenomena itu.
c. Langkah 3: Menganalisis masalah.
Anggota mengeluarkan pengetahuan terkait apa yang sudah dimiliki anggota
tentang masalah. Terjadi diskusi yang membahas informasi faktual dan
informasi yang ada dalam pikiran anggota.
d. Langkah 4: Menata gagasan Anda dan secara sistematis menganalisisnya
dengan dalam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Bagian yang sudah dianalisi dilihat keterkaitannya satu sama lain,
dikelompokkan; mana yang saling menunjang, mana yang bertentangan, dan
sebagainya.
e. Langkah 5: Memformulasikan tujuan pembelajaran.
Merumuskan tujuan pembelajaran yang dikaitkan dengan analisis masalah
yang dibuat.
f. Langkah 6: Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain (diluar diskusi
kelompok). Mencari informasi tambahan dan menentukan dimana hendak
dicarinya. Setiap anggota harus mampu belajar sendiri dengan efektif, agar
mendapatkan informasi yang relevan.
g. Langkah 7: Mensintesa (menggabungkan) dan menguji informasi baru, dan
membuat laporan untuk kelas.
Dari laporan-laporan yang dipresentasikan di hadapan kelompok lain,
kelompok akan mendapatkan informas-informasi baru.
Ngalimun (2012: 96) mengemukakan ada 5 fase (tahap) yang perlu
dilakukan untuk mengiplementasikan PBL, dapat disajikan seperti pada tabel di
bawah ini
Tabel 1.1 Langkah model PBL
Fase Aktivitas guru
Fase 1:
Mengorientasikan siswa pada masalah
Menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik
yang diperlukan, memotivasi siswa terlibat
aktif apada aktivitas pemecahan masalah.
Fae 2:
Mengorganisasi siswa untuk belajar
Membantu siswa membatasi dan
mengorganisasi tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut.
Fase 3:
Membimbing penyelidikan individu maupun
kelompok
Mendorong siswa untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah.
Fase 4:
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Membantu siswa merencakan dan menyiapkan
karya yang sesuai seperti laporan, dan
membantu mereka untuk berbagi tugas dengan
temannya.
Fase 5: Membantu siswa untuk melakukan refleksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah
atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka
dan proses yang mereka gunakan
Langkah-langkah dalam model PBL diawali dengan sebuah masalah,
selanjutnya mengalasis masalah tersebut, menemukan dan melaporkan hasil
penyelidikan, dan yang terakhir adalah integrasi dan evaluasi. Ada banyak
manfaat ketika kita menggunakan model PBL dalam. Amir (2009: 27)
menyatakan bahwa dengan PBL kita punya peluang untuk membangun kecakapan
hidup (life skills) siswa; siswa terbiasa mengatur dirinya sendiri (sel directed),
berpikir meta kognitif (reflektif dengan pikiran dan tindakannya), berkomunikasi
dan berbagai kecakapan terkait. Pada penelitian ini peneliti memilih menggunakan
langkah-langkah yang dikemukakan oleh Ngalimun (2012: 96) dalam
penerapannya yaitu (1) Mengorientasikan siswa pada masalah, (2)
Mengorganisasi siswa untuk belajar, (3) Membimbing penyelidikan individu
maupun kelompok, (4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, (5)
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Alasan peneliti
menggunakan langkah tersebut adalah karena langkah-langkah dari Ngalimun
lebih sederhana sehingga lebih mudah dipahami oleh peneliti, guru mitra, maupun
siswa.
4. Kelebihan dan Kekurangan model PBL
Setiap model pembelajaran tentu memiliki kelebihan dan kelemahan
masing-masing. (Shoimin, 2014: 132) menyebutkan bahwa kelebihan dar model
PBL adalah 1) siswa didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah
dalam situasi nyata, 2) siswa memiliki kemampuan membangun pengetahuannya
sendiri melalui aktivitas belajar, 3) pembelajaran berfokus pada masalah sehingga
materi yang tidak ada hubungannya tidak perlu dipelajari oleh siswa. Hal ini
mengurangi beban siswa dengan menghafal atau menyimpan informasi, 4) terjadi
aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok, 5) siswa memiliki
kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah dalam kegiatan diskusi atau
presentasi hasil pekerjaan mereka 6) kesulitan belajar siswa secara individual
dapat diatasi melalui kerja kelompok dalam bentuk peer teaching.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Shoimin (2014: 132) menyebutkan bahwa kelemahan dari model PBL
adalah 1) PBL tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran. PBL lebih
cocok untuk pembelajaran yang menuntut kemampuan tertentu yang kaitannya
dengan pemecahan masalah, 2) dalam suatu kelas yang memiliki tingkat
keragaman siswa yang tinggi akan terjadi kesulitan dalam pembagian tugas.
Kelebihan dan kelemahan dari model PBL dapat dijadikan sebagai acuan apabila
guru ingin mengimplementasikan model PBL dalam pembelajaran agar kegiatan
belajar mengajar dapat berjalan sebagaimana mestinya.
2.1.1.5 Berpikir Kritis
Dharma (dalam Tawil & Liliasari, 2013: 1) menyatakan bahwa berpikir
adalah kegiatan memanipulasi data, fakta, dan informasi yang memengaruhi
perilaku seseorang dalam mengambiil keputusan. Glaser (dalam Fisher, 2007: 3)
menyatakan bahwa berpikir kritis adalah suatu keterampilan memeriksa dan
melakukan penalaran logis pada setia keyakinan dan pengetahuan asumtif
mengenai hal-hal yan menjadi jangkauan pengalaman seseorang berdasarkan
bukti pendukung dan kesimpulan lanjutan yang diakibatkannya. Sementara
(Johnson, 2010: 183) mengatakan bahwa berpikir kritis adalah kemampuan
berpendapat secara terorganisasi, sedangkan (Noel dan Richard, 1986: 4)
menyatakan bahwa berpikir kritis adalah sebuah sikap hati-hati dan tanpa tergesa-
gesa dalam menolak, menerima, dan menilai suatu pernyataan. Kemampuan
berpikir kritis tidak mungkin tercapai tanpa praktik. Melengkapi dua pendapat
tersebut, Browne dan Keeley (2012: 2-3) menyebutkan istilah berpikir kritis
merujuk pada kemampuan melontarkan dan menjawab serangkaian pertanyaan
kritis yang saling terkait pada saat yang tepat serta menggunakannya secara aktif.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis
merupakan penalaran logis dalam menjelaskan tujuan, memeriksa asumsi, nilai-
nilai, pikiran, mengevaluasi bukti, menyelesaikan tindakan, dan menilai
kesimpulan dalam memecahkan suatu permasalahan. Facione (1990)
menyebutkan bahwa kecakapan berpikir kritis memiliki dua dimensi, yaitu
dimensi kognitif dan dimensi disposisi afektif. Penelitian ini hanya difokuskan
pada dimensi kognitif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Dimensi kognitif dipandang sebagai pusat kecakapan mental yang paling
penting yang terdiri dari 6 kecakapan, yaitu interpretasi, analisis, evaluasi,
inferensi, eksplanasi, dan regulasi diri. Berikut ini diuraikan enam kecakapan
berpikir kritis dimensi kognitif (Facione, 1990): 1) Interpretasi, merupakan
kecakapan untuk memahami dan mengekspresikan makna dari berbagai
pengalaman. 2) Analisis, merupakan kecakapan mengidentifikasi hubungan-
hubungan logis dari pernyataan, pertanyaan konsep, uraian, atau bentuk ungkapan
lain untuk mengemukakan kepercayaan, penilaian, pengalaman, penalaran,
informasi, atau opini. 3) Evaluasi, merupakan kecakapan untuk menilai
kredibilitas pernyataan atau opini seseorang untuk menimbang bobot dari suatu
penalaran yang berkaitan dengan pernyataan atau ungkapan lainnya. 4) Inferensi
merupakan kecakapan mengidentifikasi dan memastikan elemen-elemen yang
diperlukan untuk menarik alasan, merumuskan dugaan dan hipotesis,
mempertimbangkan informasi-informasi yang relevan, dan menarik konsekuensi-
konsekuensi yang mungkin timbul dari prinsip, bukti, penilaian, kepercayaan, atau
bentuk ungkapan lainnya. 5) Eksplanasi merupakan kecakapan menjelaskan dan
memberikan alasan-alasan dari bukti, konsep, metode, kriteria, dan konteks yang
digunakan untuk menarik kesimpulan, dan untuk mengemukakan argumen-
argumen logis yang kuat. 6) Regulasi diri merupakan kecakapan memonitor
aktivitas kognitifnya sendiri secara sadar, dan kecakapan untuk memonitor
aktivitas mentalnya sendiri dalam menarik kesimpulan dengan menganalisis dan
mengevaluasi penilaiannya sendiri.
2.1.1.6 Kemampuan Evaluasi dan Inferensi
Fokus utama dalam penelitian ini adalah dimensi kognitif yang terdiri dari
kemampuan evaluasi dan inferensi. Kemampuan evaluasi merupakan kecakapan
untuk menilai kredibilitas pernyataan atau ungkapan lain yang mencerminkan
persepsi, pengalaman, situasi, penilaian, kepercayaan, atau opini seseorang untuk
menimbang bobot dari suatu penalaran yang berkaitan dengan pernyataan,
deskripsi, pertanyaan, atau ungkapan lainnya (Facione, 1990: 8). Sub kecakapan
dalam kemampuan evaluasi yaitu menilai klaim dan menilai argumen. Beberapa
unsur yang terdapat dalam kemampuan evaluasi adalah sebagai berikut (Facione,
1990: 8): menilai benar tidaknya suatu argumen, menilai apakah argumen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
didasarkan pada asumsi yang benar, menilai benar tidaknya alternatif-alternatif
pemecahan masalah, dan menilai apakah suatu prinsip dapat diterapkan untuk
situasi tertentu.
Kemampuan inferensi merupakan kecakapan mengidentifikasi dan
memastikan elemen-elemen yang diperlukan untuk menarik alasan yang masuk
akal, merumuskan dugaan dan hipotesis, mempertimbangkan informasi-informasi
yang relevan, dan menarik konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari
data, pernyataan, prinsip, bukti, penilaian, kepercayaan, opini, konsep, gambaran,
pertanyaan, atau bentuk ungkapan lainnya (Facione, 1990: 9). Sub kecakapan
dalam kemampuan inferensi yaitu menguji bukti-bukti, menerka alternatif, dan
menarik kesimpulan. Beberapa unsur yang terdapat dalam kemampuan inferensi
adalah sebagai berikut (Facione, 1990: 9): mengemukakan alternatif-alternatif
untuk mengemukakan masalah, tepat menentukan pemecahan masalah mana yang
paling kuat untuk diterima dan mana yang lemah untuk ditolak, memperkirakan
konsekuensi-konsekuensi yang mungkin muncul dari suatu pilihan, dan
memperkirakan pro dan kontra dari suatu pilihan.
2.1.1.7 Hakikat IPA
IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta
dengan segala isinya (Darmojo, dalam Samatowa, 2011: 2). Nash (dalam
Samatowa, 2011: 3) menjelaskan bahwa IPA adalah suatu cara atau metode untuk
mengamati alam, cara IPA mengamati dunia ini bersifat analisis, lengkap, cermat,
serta menghubungkannya antara suatu fenomena dengan fenomena lain, sehingga
keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang
diamatinya.
IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis
yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh
manusia (Samatowa, 2011: 3). IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan
gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku
umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen/sistematis
(teratur) artinya pengetahuan itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri,
satu dengan yang lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga
seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh. Sedangkan berlaku umum artinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau oleh seseorang atau beberapa orang
dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau
konsisten (Powler, dalam Samatowa, 2011: 3).
IPA tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan tentang benda atau
makhluk hidup, tetapi memerlukan kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan
masalah (Winaputra, dalam Samatowa, 2011: 3). IPA adalah sebuah ilmu
pengetahuan yang mempunyai objek dan menggunakan metode ilmiah
(Samatowa, 2011: 3). Pengajaran IPA di Sekolah Dasar perlu memberikan
kesempatan anak untuk berlatih keterampilan-keterampilan proses IPA dan yang
perlu dimodifikasikan dengan tahap perkembangan kognitifnya (Samatowa, 2011:
5). Keterampilan proses sains/IPA adalah mengamati, mencoba memahami apa
yang diamati, mempergunakan pengetahuan baru untuk memprediksi apa yang
terjadi, dan menguji prediksi-prediksi di bawah kondisi-kondisi itu untuk melihat
kebenarannya (Paolo & Marten, dalam Samatowa, 2011: 5).
2.1.1.8 Materi Bagian Tumbuhan dan Fungsinya
Seperti halnya manusia dan hewan, tumbuhan juga mengalami pertumbuhan
dan perkembangan. Setiap tumbuhan memiliki bagian-bagian penting serta fungsi-
fungsi dari masing-masing bagian tersebut yang dapat membantunya dalam
tumbuh dan berkembang. Bagian-bagian tumbuhan tersebut antara lain akar,
batang, daun, bunga, buah, dan biji.
1. Akar
Akar adalah bagian tumbuhan yang menghubungkan bagian tubuh tanaman
dengan tanah atau media tempat tanaman tersebut tumbuh. Akar umumnya
tumbuh ke bawah ke tanah searah dengan gaya gravitasi bumi.
a. Bagian-Bagian Akar
Secara umum akar terdiri atas akar utama, cabang akar, dan rambut akar.
Akar utama adalah bagian akar yang cukup besar, berbentuk mengerucut dan
tumbuh lurus menembus tanah. Pada akar utama, tumbuh cabang akar dan rambut
akar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
(Sumber: Sulistiyanto & Wiyono: 2008)
Gambar 2.1 Bagian-bagian akar
b. Fungsi Akar
Akar merupakan bagian tumbuhan yang sangat penting. Keberadaan akar
pada tumbuhan sangat menentukan kelangsungan hidup tumbuhan. Fungsi akar
bagi tumbuhan di antaranya seperti berikut:
1) Menunjang berdirinya tumbuhan.
2) Menyerap air dan mineral-mineral dari dalam tanah.
3) Tempat menyimpan cadangan makanan (untuk beberapa jenis tanaman
tertentu, misalnya ubi kayu).
(Sumber: Rositawaty , 2008: 42)
Gambar 2.2 Pada tanaman ubi kayu, batang sebagai tempat menyimpan cadangan makanan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
2. Batang
Batang adalah bagian tanaman yang menempel pada akar dan berada di atas
permukaan tanah. Arah pertumbuhan batang berlawanan dengan akar. Umumnya
batang tumbuh mengikuti arah sinar matahari. Batang merupakan bagian tanaman
tempat keluar dan menempelnya bagian daun, bunga, dan buah. Beberapa jenis
tanaman memiliki batang yang bercabang dan beberapa jenis lainnya tidak.
Beberapa jenis tanaman juga memiliki batang yang berkayu dan beberapa jenis
yang lainnya tidak.
a. Bagian-Bagian Batang
Pada tanaman berkayu, batang tersusun dari beberapa lapisan. Lapisan
pertama disebut dengan pembuluh tapis yang bertugas mengangkut makanan hasil
fotosistesis ke semua bagian tumbuhan. Di bagian dalam pembuluh tapis, terdapat
lapisan kambium yang berlendir. Di bagian dalam lapisan kambium, terdapat
pembuluh kayu yang berguna untuk mengangkut air dan mineral yang diserap
oleh akar menuju daun.
b. Jenis-Jenis Batang
Berdasarkan kandungan kambiumnya, terdapat batang yang berkambium
dan batang yang tidak berkambium. Contoh tanaman yang memiliki batang
berkambium adalah pohon jati dan pohon mangga. Sementara itu, contoh tanaman
yang batangnya tidak berkambium adalah pohon pisang dan rumput-rumputan.
Batang tanaman dapat pula dibedakan berdasarkan bentuknya, yaitu batang
berbentuk pohon seperti pohon jambu, batang berbentuk semak atau perdu seperti
pada tanaman mawar, dan batang berbentuk rumput seperti pada tanaman padi.
(Sumber: Rositawaty, 2008: 43)
Gambar 2.3 Batang berkambium
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
c. Fungsi Batang
Fungsi batang bagi tumbuhan, antara lain seperti berikut:
1) Sebagai penyokong tubuh tumbuhan
2) Sebagai tempat tumbuhnya daun, bunga, dan buah.
3) Mengangkut air dan mineral yang diserap oleh akar ke daun.
4) Menyebarkan makanan dari daun ke semua bagian tumbuhan
5) Sebagai tempat menyimpan cadangan makanan (untuk beberapa jenis
tanaman tertentu, misalnya pohon tebu).
2. Daun
Daun adalah bagian dari tumbuhan yang memberikan warna hijau yang
cukup dominan pada pohon. Daun tumbuh dan menempel pada bagian batang
pohon.
a. Bagian-bagian daun
Pada tanaman yang memiliki daun lengkap, daun terdiri dari tangkai daun,
pelepah daun, dan helai daun. Contoh daun yang merupakan daun lengkap adalah
daun pohon pisang. Terdapat pula tanaman yang memiliki daun tidak lengkap,
yaitu yang hanya memilki tangkai daun dan helai daun saja. Contoh daun yang
merupakan daun tidak lengkap adalah daun pohon jeruk, karena tidak memilki
pelepah daun.
(Sumber: Rositawaty 2008: 44)
Gambar 2.4 Bagian-bagian daun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
b. Fungsi daun
Daun merupakan bagian yang memegang peranan yang sangat penting bagi
tumbuhan. Fungsi utama daun pada tumbuhan adalah sebagai tempat membuat
makanan atau tempat terjadinya proses fotosintesis. Selain itu, daun juga berguna
sebagai tempat penguapan air dan sebagai alat pernapasan pada tumbuhan.
(Sumber: Rositawaty 2008: 46)
Gambar 2.5 Fungsi daun adalah sebagai tempat terjadinya fotosintesis
2.2 Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan
2.2.1 Penelitian tentang Problem Based Learning
Berikut ini akan disajikan beberapa penelitian tentang model PBL dari
penelitian-penelitian sebelumnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Izzati (2010) bertujuan untuk mengetahui
efek dari PBL sebagai strategi instruksional alternatif dalam pembelajaran
matematika yang efektif pada Sekolah Menengah Pertama di Malaysia. Penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa model PBL meningkatkan kerjasama siswa,
kemampuan memecahkan masalah, dan kemampuan berkomunikasi. Hal yang
menarik adalah bahwa siswa mengalami peningkatan yang signifikan. Sampel
pada penelitian ini adalah 29 siswa sebagai kelompok eksperimen, dan 24 siswa
sebagai kelompok kontrol yang dipilih secara acak. Kelompok eksperimen diberi
perlakuan dengan model PBL, sedangkan kelompok kontrol menggunakan model
konvensional. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar kerja
pembelajaran matematika, posttest, skala usaha mental, kuesioner tentang persepsi
terhadap kerja kelompok, ketertarikan dalam matemarika, dan persepsi terhadap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
pengalaman belajar matematika, serta rubrik evaluasi keefektifan siswa
menggunakan prosedur penyelesaian masalah. Data yang diperoleh dianalisis
menggunkan Analisis Covariance (ANOVA). Berdasarkan pembahasan hasil
penelitian diperoleh simpulan bahwa baik model PBL maupun model
konvensional efektif dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam bidang
matematika. Meskipun kedua kelompok menunjukkan persepsi positif terhadap
kerjasama dalam kelompok, ketertarikan dalam matematika, dan persepsi terhadap
pengalaman belajar yang telah dilakukan, kelompok eksperimen yang
menggunakan PBL lebih efektif dalam prosedure pemecahan masalah, dan
menunjukkan kemampuan berkomunikasi lebih baik dalam matematika dan
kerjasama yang lebih kuat dibandingkan kelompok kontrol.
Akinoglu (2007) melakukan penelitian tentang efek model PBL dalam
Pembelajaran IPA pada pencapaian akademik siswa, sikap, dan konsep
pembelajaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek dari PBL
terhadap pembelajaran IPA pada pencapaian akademik siswa, dan konsep
pembelajaran. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Data
kuantitatif diperoleh dari pretest dan posttest, kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Data kualitatif diperoleh dari analisis dokumen. Penelitian ini
dilakukan pada 50 siswa kelas 7 tahun ajaran 2004/2005 di Sekolah Negeri di
Istanbul. Proses treatment menghabiskan waktu total 30 jam pelajaran. Penelitian
ini menggunakan tiga pengukuran yaitu tes pencapaian, sebuah skala tindakan
untuk pembelajaran IPA. Hasil hitung koefisien reliabilitas dari tes pencapaian
menunjukkan harga KR= 0,78 dengan cronbach α sebesar 0,89. Materi pada
kelompok eksperimen diajarkan dengan model PBL, sedangkan kelompok kontrol
dengan metode pembelajaran tradisional. Hasil perolehan data menunjukkan
bahwa penerapan model PBL berpengaruh positif terhadap pencapaian akademik
siswa dan sikap siswa terhadap pelajaran IPA. Selain itu, penerapan PBL juga
berpengaruh positif terhadap perkembangan konseptual siswa dan
mempertahankan miskonsepsi siswa pada level yang paling rendah.
Zejnilagic (2015) melakukan penelitian mengenai pengaruh PBL terhadap
capaian siswa Sekolah Dasar 8th
grade pada mata pelajaran kimia. Penelitian ini
menggunakan kuesioner, pretest-posttest dengan kelompok kontrol dan kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
eksperimen. Kelompok kontrol diajarkan menggunakan cara biasa dengan
pendekatan teacher-centered, sedangkan kelompok eksperimen menggunakan
PBL. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa 1)capaian siswa pada
kelompok eksperimen mengalami peningkatan yang signifikan, 2) siswa belum
pernah menggunakan PBL sebelumnya, sehingga siswa mengalami kesulitan, 3)
ketertarikan siswa pada mata pelajaran kimia meningkat.
2.2.2 Penelitian Tentang Kemampuan Berpikir Kritis
Ghombavani (2016) meneliti tentang pengaruh dari pelatihan kecakapan
hidup dala meningkatkan kemampuan berpikir kritis diantara siswa putri kelas IV
Sekolah Dasar Iran. Tujuan dari penelitian quantitatif ini adalah untuk mengetahui
apakah kemampuan berpikir kritis terlihat setelah melakukan pelatihan kecakapan
hidup. Penelitian ini menggunakan metode Solomon four-group quasi-
experimental. Penelitian ini melibatkan 65 siswa putri kelas IV Sekolah Dasar
tahun ajaran 2013//2014. Kedua kelompok, baik kelompok eksperimen maupun
kelompok kontrol melakukan pretest. Kelompok eksperimen diberi 12 sesi
pembelajaran tentang kecakapan hidup. Pada akhir pembelajaran, semua
kelompok diberi posttest dan hasil dari kedua kelompok dibandingkan. Siswa
dinilai dengan tes lanjutan untuk mengeksplore keberlanjutan pengaruh pelatihan.
Hasil dari tes berpikir krittis dari kalifornia (CCTST) mengindikasikan bahwa
secara keseluruhan dan semua elemen dari kemampuan berpikir kritis pada
kelompok eksperimen meningkat. Kelompok eksperimen unggul atas kelompok
kontrol. Hasil dari tes lanjutan menunjukkan bahwa pelatihan kecakapan hidup
menghasilkan perubahan yang lama pada kemampuan berpikir kritis kelompok
eksperimen, dan baik dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Penelitian
ini berfungsi sebagai kerangka kerja konseptual untuk program kecakapan hidup
evaluasi dalam pembelajaran di masa depan. Temuan berkontribusi untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis melalui pelatihan kecakapan hidup,
meningkatkan pemahaman siswa dalam berpikir terutama dalam membuat
keputusan dan memecahkan masalah, dan meningkatkan penyesuaian sosial yang
positif.
Kalelioglu dan Gulbahar (2014) meneliti tentang pengaruh dari teknik
instruksional terhadap kemampuan berpikir kritis dan pembagian berpikir kritis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
dalam diskusi online. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki
pengaruh dari teknik instrusional terhadap berpikir kritis dan pembagian berpikir
kritis dalam diskusi online. Penelitian menggunakan desain triangulasi. Six
thinking hats, brainstorming, bermain peran, socratic seminar, dan anyone here
an exoert dipilih sebagai teknik instruksional dalam diskusi online. Pada bagian
quantitatif, berdasarkan hasil perhitungan menggunakan ANOVA, kecuali
socratic seminar, tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua grup pada
skor pretest dan posttest dari penempatan berpikir kritis. Pada bagian kualitatif
hasil analisis berpikir kritis dalam diskusi online, teknik kelompok campuran
menunjukkan kemampuan berpikir kritis yang paling baik, anyone here an expert
grup menempati posisi kedua, dan brainstorming menempati posisi ketiga dalam
hal mempertunjukkan kemampuan berpikir kritis di diskusi online.
Penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim (2009) bertujuan untuk mengetahui
pengaruh lingkungan belajar campuran yang mendukung manajemen sistem
pembelajaran pada kemampuan berpikir kritis siswa. Penelitian ini menggunakan
model pretest-posttest single group. Ada 44 siswa yang mengikuti pembelajaran
desain dan penggunaan bahan instruksional dalam departemen komputer dan
instruksional pembelajaran teknologi di Universitas Ankara pada semester 3.
Penelitian ini tersusun dari beberapa rangkaian tes yang merupakan aplikasi dari
kemampuan penting yang ada dalam berpikir kritis. Tes tersebut meliputi 5 sub
tes yaitu: inferensi, merekognisi asumsi, dedukasi, interpretasi, dan mengevaluasi
argumen. Pembelajaran terdiri dari 5 minggu sepanjang semester. Data yang
diperoleh dianalisis menggunakan paired sample t-test untuk membandingkan
hasil pretest dan posttest. Hasil menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan antara nilai pretest dan nilai posttest.
Penelitian-penelitian relevan tersebut menggunakan populasi siswa SD,
SMP, dan SMA. Beberapa penelitian menggunakan model Probelm Based
Learning sebagai variabel independen penelitian. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa model berpengaruh terhadap variabel dependen. Meskipun demikian,
belum banyak penelitian menggunakan variabel dependen berupa kemampuan
evaluasi dan inferensi. Hal ini dibuktikan melalui beberapa hasil penelitian
relevan tentang proses kognitif terbatas pada kemampuan berpikir kritis. Oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
karena itu, peneliti melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh penerapan
model Problem Based Learning terhadap kemampuan berpikir kritis yaitu
indikator evaluasi dan inferensi siswa kelas IV SD Kanisius Sengkan Yogyakarta.
2.2.3 Literature Map
Gambar 2.6 Bagan Penelitiam Yang Relevan
Ghombavani (2016)
Pelatihan Kecakapan Hidup-
Berpikir Kritis
Kalelioglu dan Gulbahar (2014)
Teknik Instruksional- Berpikir Kritis
Akinoglu (2007)
Pengaruh model PBL dalam
Pembelajaran IPA
Ibrahim (2009)
Lingkungan belajar campuran-
Berpikir Kritis
Zejnilagic (2015)
PBL- Sekolah Dasar- 8th
grade-
Capaian siswa- Kimia
Yang akan diteliti:
Model PBL - Kemampuan Evaluasi dan
Inferensi
Model PBL Berpikir Kritis
Izzati (2010)
Pengaruh dari PBL sebagai strategi
instruksional alternatif dalam
pembelajaran matematika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
2.3 Kerangka Berpikir
Teori kognitif Piaget menjelaskan bahwa perkembangan kognitif anak usia
SD kelas IV masuk pada tahap operasionl konkret. Hal terseebut ditandai dengan
kemampuan anak untuk berpikir logis namun masih terbatas pada sesuatu yang
konkret. Sedangkan Vygotsky menjelaskan bahwa kognitif anak akan berkembang
dengan baik ketika mereka berinteraksi dengan teman sebayanya. Sesuai dengan
kedua teori tersebut, untuk mendukung perkembangan kogntif anak, dibutuhkan
model pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan kognitif anak. Model
pembelajaran yang dapat digunakan adalah model PBL.
Model PBL adalah model pembelajaran yang dimulai dengan adanya
masalah (dapat dimunculkan oleh siswa atau guru). Masalah dalam PBM
dijadikan sebagai fokus pembelajaran yang diselesaikan siswa melalui kerja
kelompok sehingga dapat memberi pengalaman-pengalaman belajar yang
beragam kepada siswa seperti kerjasama dan interaksi dalam kelompok. Di
samping itu, model PBL juga diyakini dapat meningkatkan kemampuan berpikir
tingkat tinggi pada siswa. Salah satu jenis berpikir tingkat tinggi adalah berpikir
kritis.
Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang
digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil
keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah.
Keterampilan berpikir kritis sangat penting di dalam aktivitas-aktivitas harian
manusia dan hanya pribadi-pribadi yang cakap yang memiliki kemampuan untuk
berkembang. Elemen-elemen berpikir kritis adalah Interpretasi, Analisis,
Evaluasi, Inferensi, Eksplanasi, dan Regulasi diri. Pada penelitian ini, peneliti
hanya meneliti dua elemen berpikir kritis, yaitu Evaluasi dan Inferensi.
Kemampuan berpikir kritis sangat berhubungan dengan mata pelajaran
IPA karena dalam pembelajaran IPA, siswa perlu terlibat dalam proses berpikir
untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang terdapat di lingkungan alam
sekitar. Pembelajaran IPA merupakan salah satu pembelajaran yang cakupannya
sangat luas dan berhubungan dengan aktivitas di kehidupan sehari-hari. Materi-
materi yang ada dalam pembelajaran IPA menuntut siswa untuk berpikir secara
lebih guna menanggapi gejala alam yang ada di alam sekitar. Untuk itu, perlu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
adanya pembelajaran yang mampu mendorong siswa mengembangkan
kemampuan berpikir kritisnya.
Model PBL dipilih sebagai salah satu model pembelajaran yang dapat
membantu merangsang kemampuan berpikir kritis pada siswa. Jika model PBL
digunakan pada pembelajaran IPA untuk siswa kelas IV SD Kanisius Sengkan,
penerapan model PBL berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa
yaitu kategori evaluasi dan inferensi.
2.4 Hipotesis Penelitian
2.4.1 Penerapan model PBL berpengaruh terhadap kemampuan evaluasi mata
pelajaran IPA materi bagian tumbuhan dan fungsinya siswa kelas IV SD
Kanisius Sengkan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2016/2017.
2.4.2 Penerapan model PBL berpengaruh terhadap kemampuan inferensi mata
pelajaran IPA materi bagian tumbuhan dan fungsinya pada siswa kelas IV
SD Kanisius Sengkan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2016/2017.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada Bab III ini berisi delapan kompoen yang digunakan dalam penelitian.
Komponen tersebut meliputi jenis penelitian, setting penelitian, populasi dan
sampel penelitian, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen
penelitian, teknik pengujian instrumen, dan teknik analisis data.
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian Quasi-Experimental tipe
nonequivalent control group design. Metode eksperimen termasuk ke dalam
metode penelitian kuantitatif. Metode penelitian eksperimen dapat diartikan
sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan
(treatment) tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan
(Sugiyono, 2015: 107). Keepel (dalam Creswell, 2009: 19) menyatakan bahwa
penelitian eksperimen ini berusaha menentukan suatu treatment memengaruhi
hasil sebuah penelitian. Pengaruh ini dinilai dengan memberikan treatment
tertentu disalah satu kelompok, dan tidak menerapkannya di kelompok lain.
Kelompok yang diberikan treatment sering disebut dengan kelompok treatment
atau kelompok eksperimen, sedangkan kelompok yang tidak diterapkan treatment
sering disebut dengan kelompok kontrol. Sugiyono (2015: 114) menegaskan
bahwa bentuk desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari true
experimental design, yang sulit dilaksanakan. Desain penelitian ini mempunyai
kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol
variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.
Rancangan penelitian ini menggunakan Quasi-Experimental yaitu
pengembangan dari True Experimental Design, desain ini mempunyai kelompok
kontrol tetapi tidak berfungsi sepenuhnya mengontrol variabel-variabel luar yang
mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Desain ini digunakan karena pada
kenyataannya sulit mendapatkan kelompok kontrol yang sama persis yang akan
digunakan dalam penelitian. Rancangan ini kelompok eksperimen (A) dan
kelompok kontrol (B) diseleksi tanpa prosedur penempatan acak (Without random
assignment). Pada dua kelompok tersebut, sama-sama dilakukan pretest dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
posttest. Kelompok eksperimen (A) saja yang di treatment (Creswell, 2009: 242).
Dalam desain penelitian ini terdapat dua kelompok yang tidak dipilih secara
random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal atau untuk
mengetahui perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil
pretest yang baik bila nilai kelompok eksperimen tidak berbeda secara signifikan
(Sugiyono, 2015: 113). Selanjutnya kelompok pertama yaitu kelompok kontrol
kelas IVA tidak diberikan perlakuan (treatment) dengan model PBL. Sedangkan
kelompok kedua yaitu kelompok eksperimen yaitu kelas IVC diberi perlakuan
(treatment) dengan menerapkan pembelajaran menggunakan model PBL. Setelah
kelompok eksperimen diberikan perlakuan dengan model PBL kemudian
dilakukan posttest pada masing-masing kelompok yaitu pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Posttest ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh perlakuan atau treatment yang sudah dilakukan kepada kelompok
eksperimen.
Campbell dan Stanley (dalam Cohen, 2007: 276) menegaskan bahwa hasil
penelitian menggunakan pretest dan posttest atau pengaruh kausal dari intervensi
dapat dihitung dalam tiga langkah yaitu sebagai berikut: (1) kurangi skor pretest
dari nilai posttest untuk kelompok eksperimen untuk menghasilkan skor 1; (2)
kurangi skor pretest dari nilai posttest untuk kelompok kontrol untuk
menghasilkan skor 2; dan (3) kurangi skor 2 dari skor 1. Berdasarkan Campbell
dan Stanley terminologi, efek dari intervensi eksperimental dapat dihitung dengan
rumus: (O2 – O1) – (O4 – O3). Jika hasilnya negatif maka efek kausalnya juga
negatif atau tidak ada pengaruh, begitupula sebaliknya apabila hasilnya positif
maka efek kausalnya juga positif dan itu artinya ada pengaruh. Salah satu desain
quasi experimental paling umum digunakan dalam penelitian pendidikan adalah
nonequivalent control group design dapat digambarkan sebagai berikut.
(Sumber : Cohen, 2007: 283)
Gambar 3.1 Desain Penelitian
Experimental O1 X O2
-----------------------------------------------
Kontrol O3 O4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Keterangan :
X = treatment/ perlakuan dengan metode pembelajaran inkuiri
O1 = rerata skor pretest kelompok eksperimen
O2 = rerata skor posttest kelompok eksperimen
O3 = rerata skor pretest kelompok kontrol
O4 = rerata skor posttest kelompok kontrol
Garis putus-putus pada gambar di atas memisahkan baris paralel dalam
diagram nonequivalent control group design menunjukkan bahwa kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol tidak disamakan oleh pengacakan oleh karena
itu disebut dengan istilah non ekuivalen.
3.2 Setting Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Kanisius Sengkan Yogyakarta yang
beralamat di Jl. Kaliurang Km.7, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta
55283. SD Kanisius Sengkan merupakan salah satu SD swasta terbaik di lingkup
Depok, dengan akreditasi A. SD Kanisius Sengkan memiliki fasilitas yang sangat
memadai dan mendukung pembelajaran yang terdiri dari 16 ruang kelas, ruang
guru, ruang kepala sekolah, laboratorium komputer, laboratorium IPA,
perpustakaan, ruang Unit Kesehatan Sekolah (UKS), ruang Tata Usaha (TU),
kamar mandi guru, kamar mandi siswa, ruang tamu, kantin, tempat parkir sepeda
siswa, tempat parkir sepeda motor guru, gudang, dan halaman sekolah yang luas.
SD Kanisius Sengkan Yogyakarta merupakan SD yang mempunyai kelas
paralel, yaitu kelas IA, IB, IC. IIA, IIB, IIC, IIIA, IIIB, IVA, IVB, IVC, VA, VB,
VIA, VIB, dan VIC sehingga jumlah keseluruhan kelas ada 16. Jumlah siswa pada
setiap kelas rata-rata terdapat 27–32 siswa. Peneliti memilih SD K Sengkan
sebagai tempat penelitian karena SD tersebut memiliki kelas pararel sehingga
cocok digunakan untuk penelitian eksperimen. Selain itu di sekolah ini belum
pernah mengimplementasikan model PBL.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester gasal tahun ajaran 2016/2017.
Waktu pengambilan data dimulai pada tanggal 08 Oktober 2016 sampai tanggal
24 Oktober 2016. Krathwohl (2004: 547) menegaskan bahwa untuk mengurangi
bias, pengambilan data eksperimental dianjurkan dalam waktu sesingkat mungkin.
Lama waktu pengambilan data pretest dan posttest dalam rentang waktu dua
minggu. Berikut ini adalah tabel jadwal pengambilan data yang dilakukan oleh
peneliti di SD Kanisius Sengkan Yogyakarta.
Tabel 3.1 Jadwal Pengambilan Data
Kelompok Kontrol IV A Kelompok Eksperimen IV C
Hari,
Tanggal Pertemuan Materi
Hari,
Tanggal Pertemuan Materi
Sabtu, 08
Oktober
2016
1 Pretest
Sabtu, 08
Oktober
2016
1 Pretest
Selasa, 11
Oktober
2016
2
Bagian
tumbuhan
secara
umum,
Bagian-
bagian akar
pada
tumbuhan
dan fungsi
akar.
Kamis, 13
Oktober
2016
2
Bagian
tumbuhan
secara
umum,
Bagian-
bagian akar
pada
tumbuhan
dan fungsi
akar.
Kamis, 13
Oktober
2016
3
Fungsi
batang bagi
tumbuhan
Jum‟at, 14
Oktober
2016
3
Fungsi
batang bagi
tumbuhan
Jum‟at, 14
Oktober
2016
4
Bagian-
bagian
daun dan
fungsi daun
bagi
tumbuhan
Senin, 17
Oktober
2016
4
Bagian-
bagian
daun dan
fungsi daun
bagi
tumbuhan
Sabtu, 15
Oktober
2016
5 Posttest I
Kamis, 20
Oktober
2016
5 Posttest I
Sabtu, 22
Oktober
2016
6 Posttest II
Kamis, 27
Oktober
2016
6 Posttest II
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Sugiyono (2015: 117). Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda alam lain. Arikunto
(2010: 173) menjelaskan bahwa populasi adalah keseluruhan sunjek yang ada di
wilayah penelitian. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa
kelas IV (kelas IV A, IV B dan IV C) SD Kanisius Sengkan Yogyakarta yang
terdiri dari laki-laki dan perempuan yang seluruhnya berjumlah 93 siswa.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari
semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan
waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu
(Sugiyono, 2015: 118). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas
IV A sebagai kelompok kontrol yang berjumlah 31 siswa dan kelas IV C sebagai
kelompok eksperimen yang berjumlah 31 siswa. Kelompok eksperimen adalah
kelompok yang diberikan treatment atau perlakuan berupa model PBL, sedangkan
kelompok kontrol merupakan kelompok yang tidak mendapatkan treatment atau
perlakuan.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan desain non
probability sampling dengan tipe convenience sampling. Convenience sampling
merupakan pemilihan sampel yang biasa digunakan untuk peneltian pendidikan
dengan menggunakan kelas yang tersedia karena keterbatasan administrasi untuk
memilih secara acak (Darmawan, 2013: 151). Kelompok kontrol dan eksperimen
dipilih dengan cara diundi. Guru mitra pada penelitian ini merupakan guru mata
pelajaran IPA kelas IV. Guru mitra inilah yang memberikan pembelajaran bagi
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Hal tersebut dilakukan untuk
mengurangi faktor bias dalam penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
3.4 Variabel Penelitian
Hatch dan Farhady (dalam Sugiyono, 2015: 60) menyatakan bahwa
variabel didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau objek, yang mempunyai
variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan objek yang lain.
Variabel juga dapat merupakan atribut dari bidang keilmuan atau kegiatan
tertentu. Sedangkan Kerlinger (dalam Sugiyono, 2015: 61) menyatakan bahwa
variabel adalah konstrak (constructs) atau sifat yang akan dipelajari. Dari
pengertian di atas dirumuskan bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau
sifat atau nilai dari seseorang, objek atau kegiatan tertentu yang mempunyai
variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik
kesimpulannya. Variabel dibagi menjadi dua yaitu variabel independen dan
variabel dependen.
3.4.1 Variabel Independen
Sugiyono (2015: 61) variabel independen sering disebut sebagai variable
stimulus, predictor, antecedent atau dalam Bahasa Indonesia sering disebut
sebagai variabel bebas yang mempunyai pengertian variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(terikat). Sanjaya (2013:95) mengemuakan bahwa variabel bebas adalah kondisi
atau karakteristik yang oleh peneliti dimanipulasikan dalam rangka untuk
menerangkan hubungannya dengan fenomen yang diobservasi. Variabel
independen dalam penelitian ini adalah model PBL.
3.4.2 Variabel Dependen
Variabel dependen sering disebut sebagai variabel terikat yang mempunyai
pengertian variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya
variabel bebas (Sugiyono, 2015: 61). Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah kemampuan Evaluasi dan kemampuan Inferensi. Keduanya mempunyai
kedudukan yang sama dalam penelitian ini karena yang akan diteliti adalah
pengaruh penerapan model PBL terhadap kemampuan evaluasi dan inferensi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Variable Independen Variabel Dependen
Gambar 3.2 Variabel Penelitian
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes. Arikunto
(2010: 266) menyatakan bahwa tes adalah teknik yang digunakan untuk mengukur
besarnya kemampuan dasar dan pencapaian subjek yang diteliti. Sedangkan
Sudjiono (2011: 67) menjelaskan bahwa tes adalah cara mengukur tingkat
pencapaian siswa setelah menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu
tertentu yang berupa pertanyaan maupun perintah, sehingga menghasilkan nilai
yang melambangkan prestasi siwa. Berdasarkan dua pendapat ahli tersebut,
menurut peneliti, teknik tes adalah cara yang digunakan untuk mengukur
pencapaian siswa melalu pertanyaan maupun perintah setelah menempuh proses
belajar, sehingga diperoleh nilai yang melambangkan prestasi siswa.
Tes yang digunakan oleh peneliti berupa pretest, posttest I, dan posttest II.
Pada tahap awal, kelompok kontrol dan eksperimen sama-sama diberi pretest.
Setelah pemberian pretest maka dilanjutkan dengan pemberian materi pelajaran
IPA tentang bagian tumbuhan dan fungsinya. Terdapat perbedaan dalam
pemberian materi antara kelompok kontrol dan eksperimen. Kelompok kontrol
tidak diberi treatment atau perlakuan, sedangkan kelompok eksperimen diberi
treatment berupa penerapan model PBL. Setelah pemberian materi, untuk
mengetahui pengaruh dari treatment yang diberikan maka kedua kelompok diberi
soal posttest. Posttest dilakukan sebanyak dua kali, yaitu posttest I dan posttest II.
Tujuan pemberian posttest II adalah untuk mengetahui retensi pengaruh perlakuan
Evaluasi
Inferensi
Model PBL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
(Krathwohl, 2004: 546). Posttest II dilaksanakan 7 hari setelah posttest I untuk
mengetahui sensitivitas penelitian dan menghindari bias.
Krathwohl (2004: 546) menjelaskan dalam penelitian kuantitatif juga perlu
mengumpulkan data dengan teknik nontes menggunakan elemen kualitatif
sederhana untuk melengkapi hasil penelitian kuantitatif . Oleh karena itu, peneliti
juga melakukan pengumpulan data kualitatif dengan metode tirangulasi yaitu
melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Observasi adalah teknik
pengumpulan data melalui pengamatan terhadap kegiatan yang sedang
berlangsung (Sukmadinata, 2008: 220). Melengkapi pendapat Sukmadinata,
Sugiyono (2012: 145) menjelaskan bahwa observasi digunakan apabila penelitian
berkaitan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala alam, dan bila responden
yang diamati tidak terlalu besar. Pada penelitian ini, observasi dilakukan untuk
mengetahui aktivitas siswa selama pembelajaran di kelas. Observasi dilakukan
ketika pemberian pretest, posttest, dan selama proses pembelajaran berlangsung.
Wawancara adalah teknik penelitian yang dilakukan dengan cara dialog, baik
secara langsung maupun melalui media perantara (Sanjaya, 2013: 263). Jenis
wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah wawancara tak terstruktur karena
lebih bersifat informal, pertanyaannnya berupa pandangan, sikap, keyakinan
subyek, atau tentang keterangan lainnya yang dapat diajukan secara bebas kepada
siswa (Ary, Jacobs, & Razavieh, 2007: 259). Wawancara dilakukan kepada guru
mitra dan tiga siswa dari kelompok eksperimen yaitu siswa yang mendapat nilai
rendah, sedang, dan tinggi.
Dokumen adalah catatan suatu peristiwa yang sudah berlalu berupa tulisan,
gambar, atau karya. Dokumen pada penelitian ini berupa nilai siswa dan foto
ketika pembelajaran.
Tabel 3.2 Pemetaan Instrumen Penelitian
No. Kelompok Variabel Data Instrumen
1 Kontrol
Evaluasi
Skor pretest Soal uraian nomor
3a, 3b, 3c Skor posttest I
Skor posttest II
Inferensi
Skor pretest Soal uraian nomor
4a, 4b, 4c Skor posttest I
Skor posttest II
2 Eksperimen Evaluasi
Skor pretest Soal uraian nomor
3a, 3b, dan 3c Skor posttest I
Skor posttest II
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Inferensi
Skor pretest Soal uraian nomor
4a, 4b, dan 4c Skor posttest I
Skor posttest II
3.6 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam mauapun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini
disebut variabel penelitian (Sugiyono, 2015: 148). Instrumen dalam penelitian ini
dibuat sendiri oleh peneliti termasuk menguji validitas dan reliabilitasnya. Jumlah
instrumen penelitian tergantung pada jumlah variabel penelitian yang telah
ditetapkan untuk diteliti. Instrumen yang digunakan adalah tes esai. Penelitian ini
menggunakan Standar Kompetensi 2. Memahami hubungan antara struktur bagian
tumbuhan dengan fungsinya. Kompetensi Dasar 2.1 Menjelaskan hubungan antara
struktur akar tumbuhan dengan fungsinya, 2.2 Menjelaskan hubungan antara
struktur batang tumbuhan dengan fungsinya, dan 2.3 Menjelaskan hubungan
antara struktur daun tumbuhan dengan fungsinya.
Peneliti membuat instrumen penelitian dalam bentuk soal uraian yang
digunakan untuk mengukur 4 kecakapan berpikir kritis dimensi kognitif yaitu
interpretasi, analisis, inferensi, dan evaluasi. Salah satu kelebihan dalam
menggunakan bentuk soal uraian adalah dapat mengukur hasil belajar yang
kompleks, seperti kemampuan mengaplikasikan prinsip, kemampuan
menginterpretasikan hubungan, kemampuan merumuskan kesimpulan
(Widoyoko, 2013: 84). Oleh karena itu peneliti menggunakan instrumen dengan
soal uraian karena memiliki kelebihan dapat mengukur kemampuan berpikir kritis
siswa pada dimensi kognitif. Kelemahan dari soal uraian adalah bahwa soal uraian
memiliki validitas dan reliabilitas yang rendah (Widoyoko, 2013: 85).
Dari empat soal yang telah dibuat, hanya dua soal yang digunakan sebagai
instrumen untuk mengukur kemampuan evaluasi dan inferensi yaitu soal nomor
tiga dan empat. Soal-soal tersebut disusun berdasarkan unsur-unsur kemampuan
evaluasi dan inferensi. Berikut ini merupakan matriks pengembangan instrumen
penelitian untuk mengukur kemampuan evaluasi dan inferensi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Tabel 3.3 Matriks Pengembangan Instrumen
No. Variabel Aspek Indikator No Soal
3. Evaluasi
Menilai sah
tidaknya klaim-
klaim
Menilai kebenaran tentang daun
lengkap dan tidak lengkap
3a
Menilai kebenaran atas bagian-
bagian akar
3b
Menilai sah
tidaknya argumen-
argumen
Menilai kebenaran argumen untuk
menarik kesimpulan mengenai
fungsi batang
3c
4. Inferensi
Menguji bukti-bukti
Menguji pandangan dalam
menentukan solusi permasalahan
akar
4a
Menerka alternatif-
alternatif
Mengemukakan alternatif-alternatif
untuk memecahkan masalah 4b
Menarik kesimpulan Tepat menentukan pemecahan
masalah 4c
Kriteria penentuan skor atau rubrik penilaian dapat dilihat pada Lampiran 3.3
3.7 Teknik Pengujian Instrumen
Sebelum diberikan kepada responden yang akan digunakan untuk
penelitian, instrumen penelitian ini perlu diujicobakan. Pengujian instrumen
bertujuan untuk menghindari pertanyaan yang kurang dimengerti oleh responden
karena kurang jelas atau bermakna ganda. Pengujian instrumen berupa uji validtas
dan uji reliabilitas. Peneliti bekerja sama dengan satu peneliti lain yang tergabung
dalam satu kelompok payung penelitian. Bersama dengan peneliti satu penelit
lain, maka jumlah soal yang diuji validitas dan reliabilitasnya ada 4 butir soal
uraian. Pengujian instrumen dilakukan sebanyak satu kali, yaitu di kelas IV SD
Kanisius Kalasan. Peneliti memilih SD tersebut karena sama-sama mempunyai
kelas paralel serta kemampuan siswa kurang lebih sama dan sekolah tersebut
terakreditasi A. Target peneliti adalah keseluruhan soal uraian tersebut valid dan
reliabel supaya dapat digunaan sebagai instrrumen penelitian.
3.7.1 Uji Validitas
Masidjo (2010: 242) menyebutkan bahwa validitas suatu tes adalah taraf
sampai di mana suatu tes mampu mengukur apa yang seharusnya diukur.
Sugiyono (2015: 172) berpendapat bahwa hasil penelitian dikatakan valid bila
terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya
terjadi pada objek yang diteliti. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur
(Cohen, 2007:135). Sugiyono (2015: 127) menjelaskan bahwa validitas instrumen
yang berupa tes harus memenuhi construct validity (validitas konstruk) dan
content validity (validitas isi). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini
adalah content validity (validitas isi), face validity (validitas muka), dan contruct
validity (validitas kontruk).
3.7.1.1 Validitas Isi (content validity)
Sebuah tes memiliki validitas isi apabila mampu mempresentasikan cakupan
dan tujuan pembelajaran dengan menggunakan materi sesuai dengan bidang yang
bersangkutan (Cohen, 2007: 162). Cohen menjelaskan bahwa validitas isi dicapai
dengan penilaian profesional dari para ahli atau expert judgement. Validitas isi
instrumen dalam penelitian ini diperoleh dari pendapat tiga ahli yaitu, 2 dosen
yang berkompeten dalam bidang IPA dan guru mata pelajaran IPA kelas IV SD
Kanisius Sengkan. Validator 1 berpendapat bahwa soal nomor 3 mengenai
kemampaun evaluasi sudah baik hanya saja perlu perbaikan dalam penggunaan
bahasa atau kata. Validor 2 memberikan komentar bahwa untuk soal nomor 3
perintah soal perlu dilakukan penyederhanaan, sedangkan Validator 3 membeikan
komentar soal nomor 3 disertai dengan percobaan karena ada kemungkinan siswa
belum pernah melihat pohon yang dimaksud dalam soal. Pada soal nomor 3
(kemampuan evaluasi) validator 1 memberikan nilai 3, validator 2 memberikan
nilai 2 dan validator 3 memberikan nilai 2. Pada soal nomor 4 (kemampuan
inferensi) baik validator 1, 2, maupun 3 sama-sama memberikan saran dan
komentar. Validator menayarankan perlunya perbaikan dalam menggunakan kata-
kata pada soal. Validator 1 memberikan skor 3 pada soal nomor 4. Validator 2
memberikan saran untuk membuat perintah soal menjadi lebih sederhana agar
mudah dipahami siswa. Untuk soal nomor 4 poin a, validator 2 menyarankan agar
perlu dilakukan praktikum untuk membuktikan jawabannya. Validator 2
memberikan skor pada soal nomor 4 yaitu nomor 4a, 4b, dan 4c masing-masing 3,
2, 3. Validator 3 memberikan saran kepada peneliiti untuk memperhatikan
penggunaan kata “pohon” dan “tanaman”. Skor yang diberikan oleh validator 3
pada soal nomor 4a, 4b, dan 4c masing-masing adalah 1, 3, 2. Rata-rata skor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
instrumen penilaian dari ketiga validator menunjukkan bahwa instrumen layak
digunakan dengan perbaikan.
3.7.1.2 Validitas Muka (face validity)
Validitas muka adalah validitas yang menunjukkan apakah alat pengukuran
atau instrumen penelitian dari segi rupa tampak mengukur yang ingin diukur atau
tidak. Validitas muka diperoleh dengan cara mengujikan soal pada lima siswa
kelas IV SD Kanisius Kalasan. Kelima siswa dikumpulkan dalam waktu dan
tempat yang sama untuk mengerjakan soal. Siswa ditanya tentang kemampuannya
dalam memahami kalimat soal. Mereka mengerjakan semua soal dengan rerata
waktu yang dibutuhkan 70 menit. Kelima siswa dipilih berdasarkan rekomendasi
guru yang terdiri dari siswa dengan kemampuan kognitif tinggi, sedang, dan
rendah. Siswa ditanya tentang kemampuannya dalam memahami kalimat soal.
Ada kata yang belum dipahami oleh siswa yaitu kata “konsep” pada soal nomor
1c. Selain itu, ada beberapa soal yang menurut siswa terlalu rumit dikarenakan
kalimatnya yang terlalu panjang yaitu soal nomor 4b dan 4c. Peneliti memperbaiki
instrumen dengan mengubah kata “konsep” menjadi “istilah” dan
menyederhanakan kalimat pada soal nomor 4b dan 4c. Meskipun demikian, setiap
pertanyaan atau kalimat perintah yang diberikan sudah mampu dipahami dengan
baik oleh siswa.
3.7.1.3 Validitas Konstruk (construct validity)
Validitas konstruk digunakan dengan uji empiris atau pengalaman. Peneliti
mengujikan soal kepada siswa kelas IV SD Kanisius Kalasan untuk memperoleh
validitas konstruk. Sekolah ini beralamat di jalan Solo km 13,5, Tirtomartani,
Kalasan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55571. Peneliti memilih SD
Kanisius Kalasan berdasarkan beberapa alasan yaitu (1) sekolah ini memiliki
akreditasi sekolah A, sama seperti SD Kanisius Sengkan, (2) sekolah ini memiliki
kelas paralel, dan (3) sekolah ini memiliki siswa yang kemampuan kognitifnya
kurang lebih sama dengan SD Kanisius Sengkan Yogyakarta. Pengerjaan soal
dilaksanakan pada Senin, 22 Agustus 2016 dengan waktu 2 x 40 menit. Jumlah
responden adalah 34 siswa. Uji empiris dilakukan minimal 30 responden agar
mendapatkan distribusi data normal (Field, 2009:42).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Setelah diujikan, data tersebut ditabulasi kemudian peneliti menghitung
validitasnya menggunakan rumus korelasi dari Pearson. Rumus tersebut
digunakan karena data berupa interval yang diberi skor 1 sampai 5 (Field, 2009:
177).Validitas konstruk dilakukan dengan menggunakan uji eksperimen empiris
di lapangan dan korelasi Pearson; kriterianya adalah sebagai berikut jika harga
Sig (2-tailed) < 0,05 item tersebut dikatakan valid atau rhitung > rtabel. Jika harga
Sig (2-tailed) > 0,05 item tersebut dikatakan tidak valid atau rhitung < rtabel.
Validitas konstruk dilakukan penghitungan dengan menggunakan program
komputer IBM SPSS Statistics 22 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95%.
Berikut ini adalah tabel hasil uji validitas instrumen penilaian (lihat Lampiran
3.5).
Tabel 3.4 Hasill Uji Validitas Instrumen
No. Variabel r table r hitung Sig. (2-tailed) Keterangan
1 Interprtasi 0,339 0,916 0,000 Valid
2 Analisis 0,339 0,833 0,000 Valid
3 Evaluasi 0,339 0,961 0,000 Valid
4 Inferensi 0,339 0,873 0,000 Valid
Tabel 3.5 Hasil Validitas Instrumen Aspek Evaluasi dan Inferensi
No. Variabel Aspek r table r hitung Sig. (2-
tailed)
Keterangan
3. Evaluasi
Menilai
kebenaran suatu
pernyataan
tentang daun
0,339 0,935 0,000 Valid
Menilai
kebenaran
pernyataan
mengenai
bagian akar
0,339 0,767 0,000 Valid
Menilai
kebenaran
pernyataan
mengenai
fungsi batang
0,339 0,873 0,000 Valid
4. Inferensi
Menguji
pandangan
dalam
menentukan
solusi
permasalahan
akar
0,339 0,879 0,000 Valid
Mengemukakan
alternatif-
alternatif untuk
0,339 0,490 0,003 Valid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
memecahkan
masalah
Tepat
menentukan
pemecahan
masalah
0,339 0,923 0,000 Valid
Tabel 3.5 menunjukkan bahwa harga Sig. (2-tailed) < 0,05, maka semua
soal dari variabel evaluasi dan inferensi dinyatakan valid dengan taraf signifikansi
5% (Field, 2009: 177-178). Hasil uji validitas tersebut menunjukkan bahwa semua
item soal dapat digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis.
3.7.2 Reliabilitas
Sugiyono (2015: 172) menegaskan bahwa hasil penelitian yang reliabel, bila
terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Instrumen yang reliabel
adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang
sama, akan menghasilkan data yang sama. Reliabilitas instrumen merupakan
syarat untuk pengujian validitas instrumen. Oleh karena itu, walaupun instrumen
yang valid umumnya pasti reliabel, tetapi pengujian reliabilitas instrumen perlu
dilakukan (Sugiyono, 2015: 174).
Penelitian ini menggunakan soal berbentuk uraian sebagai instrumen
pengumpulan data. Pemberian skor pada jawaban soal uraian dengan
menggunakan rentang skor 1 sampai 4, berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.
Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan teknik pengujian untuk memeriksa
internal consistency yaitu dengan Alpha Cronbach. Nunnally (dalam Ghozali,
2009: 46) menyatakan bahwa suatu instrumen dikatakan reliabel jika harga Alpha
Cronbach lebih besar dari 0,60.
Berikut ini adalah hasil dari uji reliabilitas instrumen.
Tabel 3.6 Hasil uji reliabilitas instrumen
Cronbach's Alpha N Keterangan
Uji reliabilitas
instrumen
0,915 34 Reliabel
Teknik pengujian reliabilitas yang digunakan peneliti dalam penelitian
iniadalah teknik konsistensi internal. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
reliabilitas dari keenam variabel yang valid memiliki nilai Alpha yaitu sebesar
0,915 sehingga instrumen ini dikatakan reliabel.
3.8 Teknik Analisis Data
Sugiyono (2015: 207) menyatakan bahwa analisis data merupakan
kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul.
Kegiatan dalam analisis data adalah: mengelompokkan data berdasarkan variabel
dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh
responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan
untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji
hipotesis yang telah diajukan. Analisis data yang dilakukan oleh peneliti
menggunakan program komputer IBM SPSS Statistics 22 for Windows dengan
tingkat kepercayaan 95%. Dalam teknik analisis data ini ada beberapa langkah
pengujian data yang dilakukan sebagai berikut.
3.8.1 Uji Normalitas Distribusi Data
Uji normalitas distribusi data dilakukan untuk mengetahui apakah data
terdistribusi normal atau tidak serta untuk menentukan jenis statistik yang
digunakan dalam menganalisis data (Field, 2009: 144). Uji normalitas data
dihitung menggunakan One samples Kolmogorov Smirnov Test pada IBM SPSS
Statistics 22 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95%.
Field menjelaskan bahwa data terdistribusi normal jika hasil Kolmogorov-
Smirnov menunjukkan harga Sig (2-tailed) > 0,05 dan data tidak terdistribusi
normal jika hasil uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan harga Sig.(2-tailed) <
0,05. Jika data terdistribusi secara normal, teknik uji statistik selanjutnya
menggunakan statistik parametrik seperti Independent samples t-test dan Paired
samples t-test (Field, 2009: 326). Sebaliknya, jika data tidak normal, teknik uji
statistik yang digunakan selanjutnya adalah statistik non parametrik seperti Mann-
Whitney U-test atau Wilcoxon (Field, 2009: 345).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
3.8.2 Uji Pengaruh Perlakuan
3.8.2.1 Uji Perbedaan Kemampuan Awal
Uji perbedaan kemampuan awal bertujuan untuk memastikan apakah
kedua kelompok tersebut memiliki kemampuan awal yang sama terhadap
kemampuan evaluasi dan inferensi, sehingga kedua kelompok tersebut bisa
dibandingkan. Uji perbedaan kemampuan awal dilakukan dengan menguji
perbedaan rerata skor pretest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Field (2009: 326) menjelaskan bahwa jika data yang diuji berasal dari dua
kelompok yang berbeda, maka uji kemampuan awal menggunakan statistik
parametrik Independent samples t-test, jika data terdistribusi normal dan statistik
non parametrik Mann-Whitney U-test, jika distribusi data tidak normal (Field,
2007: 345). Sebelum menganalisis data, perlu dilakukan uji asumsi untuk melihat
homogenitas varians dengan meliha harga Sig. Levene’s test. Jika harga Sig.
Levene’s test < 0,05 maka varians tidak homogen. Jika harga Sig. Levene’s test >
0,05 maka varians homogen (Field, 2009: 150).
Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputer
IBM SPSS statistic 22 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95%. Analisis
data uji perbedaan kemampuan awal menggunakan hipotesis statistik sebagai
berikut:
Hnull : Tidak ada perbedaan skor pretest yang signifikan antara kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen dengan kata lain kemampuan awal
kedua kelompok tersebut sama.
Hi : Ada perbedaan skor pretest yang signifikan antara kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen dengan kata lain kemampuan awal kedua
kelompok tersebut tidak sama.
Santoso (2012: 100) menyebutkan bahwa pengambilan keputusan untuk
menyimpulkan uji perbandingan sebagai berikut:
1. Jika harga Sig (2-tailed) 0,05 maka Hnull diterima sedangkan Hi ditolak.
Artinya tidak ada perbedaan antara skor pretest yang signifikan pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
2. Jika harga Sig (2-tailed) ˂ 0,05 maka Hnull ditolak sedangkan Hi diterima.
Artinya ada perbedaan antara skor pretest yang signifikan pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.
Kondisi yang ideal untuk dilakukan penelitian eksperimen adalah jika kedua
kelompok baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol memiliki
kemampuan awal yang sama.
3.8.2.2 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan
Uji signifikansi pengaruh perlakuan bertujuan untuk mengetahui pengaruh
penerapan model PBL terhadap kemampuan mengevaluasi, dengan melihat
perbedaan rerata selisih skor pretest dan posttest I pada kedua kelompok. Secara
prinsip, untuk mengetahui pengaruh perlakuan digunakan rumus: (O2- O1) - (O4-
O3) yaitu dengan mengurangkan selisih skor posttest I - pretest pada kelompok
kontrol dengan selisih skor posttest I - pretest pada kelompok eksperimen (Cohen,
2007: 277). Jika hasil perhitungan lebih besar dari 0, maka ada pengaruh.
Uji normalitas distribusi data menunjukkan bahwa rerata selisih skor pretest
ke posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen berdistribusi
normal maka analisis statistik yang digunakan adalah statistik parametrik, karena
data berasal dari kelompok berbeda maka menggunakan Independent samples t-
test (Field, 2009: 326).
Sebelum dilakukan uji statistik, perlu dilakukan uji asumsi terhadap
homogenitas varians dengan melihat harga Sig. Levene’s test untuk mengetahui
signifikansi pengaruh perlakuan. Jika harga Sig. < 0,05 maka tidak terdapat
homogenitas varians pada dua data yang dibandingkan (Field, 2009: 340). Jika
harga Sig. > 0,05 maka terdapat homogenitas varians pada dua data yang
dibandingkan.
Tingkat kepercayaan yang digunakan dalam teknik analisis data adalah 95%.
Analisis data menggunakan hipotesis statistik adalah sebagai berikut.
Hnull : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor pretest-posstest
pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dengan kata lain
penggunaan metode inkuiri tidak berpengaruh terhadap kemampuan
evaluasi dan inferensi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Hi : Ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor posttest-pretest pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dengan kata lain
penggunaan model PBL berpengaruh terhadap kemampuan evaluasi dan
inferensi.
Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah sebagai berikut.
1. Jika harga Sig. (2-tailed) > 0,05 Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya
tidak ada perbedaan antara selisih skor pretest-posttest pada kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen. Dengan kata lain penggunaan model
PBL tidak berpengaruh terhadap kemampuan evaluasi dan kemampuan
inferensi.
2. Jika harga Sig. (2-tailed) > 0,05 Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya ada
perbedaan antara selisih skor pretest-posttest pada kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen. Dengan kata lain penggunaan model PBL
berpengaruh terhadap kemampuan evaluasi dan kemampuan inferensi.
3.8.1.4. Uji Besar Pengaruh Perlakuan
Uji besar pengaruh perlakuan dilakukan untuk mengetahui besar pengaruh
penggunaan model PBL terhadap kemampuan mengevaluasi dan menginferensi.
Uji besar pengaruh model PBL dapat dilihat dengan mencari effect size.
Pentingnya suatu pengaruh ini sering disebut sebagai effect size. Effect size adalah
suatu ukuran objektif dan terstandarisasi untuk mengetahui besarnya efek yang
dihasilkan (Field, 2009: 56-57). Kriteria untuk menentukan besarnya efek adalah
sebagai berikut (Field, 2009: 179)
Tabel 3.7 Kriteria Besar Pengaruh Perlakuan
r (effect size) Kategori Persentase
0,10 Kecil Setara dengan 1% pengaruh perlakuan
0,30 Menengah Setara dengan 9% pengaruh pelakuan
0,50 Besar Setara dengan 25% pengaruh perlakuan
Persentase pengaruh perlakuan dihitung dengan mengkuadratkan harga r
(harga koefisien korelasi Pearson yang didapat) atau R2 x 100%Cara yang
digunakan untuk mengetahui koefisien korelasi adalah sebagai berikut. Jika data
terdistribusi dengan normal digunakan rumus sebagai berikut (Field, 2009: 57 &
179).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Gambar 3.3 Rumus Uji Besar Efek (effect size) untuk Data Normal
Keterangan:
r = besar pengaruh (effect size) dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson
t = harga uji t
df = derajat kebebasan (degree of freedom)
Jika data terdistribusi dengan tidak normal digunakan rumus sebagai berikut
(Field, 2009: 550).
Gambar 3.4 RumusUji Besar Efek (effect size) untuk Data Tidak Normal
Keterangan:
r = besar pengaruh (effect size) dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson
Z = harga Z yang diambil dari perhitungan statistik non parametrik dari program
SPSS
N = dua kali jumlah responden yang bersangkutan
Kriteria untuk mengetahui besar pengaruh adalah sebagai berikut (Field, 2009:
550).
r = 0,10 termasuk efek kecil yang setara dengan 1% pengaruh perlakuan
r = 0,30 termasuk efek menengah yang setara dengan 9% pengaruh perlakuan
r = 0,50 termasuk efek besar yang setara dengan 25% pengaruh perlakuan.
3.8.2 Analisis Lebih Lanjut
3.8.2.1 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest-Posttest I
Perhitungan persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I ini
dilakukan untuk mengetahui persentase peningkatan rerata dari pretest ke posttest
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
I baik pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Teknik statistik
yang digunakan adalah paired samples t-test jika data terdistribusi dengan normal
dan Wilcoxon signed ranks test jika data terdistribusi dengan tidak normal (Field,
2009: 345). Teknik analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95%.
Hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut.
Hnull : tidak ada perbedaan skor yang signifikan dari pretest ke posttest I pada
kelompok kontrol dan/atau kelompokeksperimen. Dengan kata lain tidak
terdapat kenaikan skor yang signifikan dari pretest ke posttest I.
Hi : ada perbedaan skor yang signifikan dari pretest ke posttest I pada kelompok
kontrol dan/atau kelompok eksperimen. Dengan kata lain terdapat
kenaikan skor yang signifikan dari pretest ke posttest I.
Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah sebagai berikut.
1. Jika harga Sig. (2-tailed) > 0,05 maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya
tidak ada perbedaan yang signifikan antra skor pretest dan posttest I pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dengan kata lain tidak
terdapat peningkatan skor yang signifikan dari pretest ke posttest I.
2. Jika harga Sig. (2-tailed) < 0,05 maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya
ada perbedaan yang signifikan antra skor pretest dan posttest I pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dengan kata lain terdapat
peningkatan skor yang signifikan dari pretest ke posttest I.
Untuk mengetahui besar persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I
digunakan rumus sebagai berikut.
Gambar 3.5 Rumus Perhitungan Peningkatan Rerata Pretest-Posttest I
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Untuk mengetahui persentase selisih skor pretest-posttest I (gain score) dapat
dilakukan penghitungan manual sebagai berikut:
Gambar 3.6 Rumus Gain Score
Frekuensi gain score yang diambil kurang lebih adalah 50% dari skor
tertinggi selisih pretest-posttest I kedua kelompok yaitu dari kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Grafik poligon pada gain score menunjukkan
perbandingan yang tepat pada rerata antara kelompok eksperimen maupun
kelompok kontrol (Fraenkel, 2012: 250-251).
3.8.2.2. Uji Besar Efek Peningkatan Rerata Pretest-Posttest I
Uji besar efek peningkatan rerata pretest ke posttest ini dilakukan untuk
mengetahui besar efek peningkatan rerata dari pretest ke posttest I baik pada
kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Teknik statistik yang digunakan
adalah paired samples t-test jika data terdistribusi dengan normal Wilcoxonsigned
ranks test jika data terdistribusi dengan tidak normal (Field, 2009: 345). Teknik
analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95%. Hipotesis statistiknya adalah
sebagai berikut.
Hnull : tidak ada perbedaan skor yang signifikan dari pretest ke posttest I pada
kelompok kontrol dan/atau kelompokeksperimen. Dengan kata lain tidak
terdapat kenaikan skor yang signifikan dari pretest ke posttest I.
Hi : ada perbedaan skor yang signifikan dari pretest ke posttest I pada
kelompok kontrol dan/atau kelompok eksperimen. Dengan kata lain
terdapat kenaikan skor yang signifikan dari pretest ke posttest I.
Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah sebagai berikut.
1. Jika harga Sig. (2-tailed) > 0,05 maka Hnull diterima dan Hi ditolak.
Artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antra skor pretest dan posttest
I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dengan kata lain
tidak terdapat peningkatan skor yang signifikan dari pretest ke posttest I.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
2. Jika harga Sig. (2-tailed) < 0,05 maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya
ada perbedaan yang signifikan antra skor pretest dan posttest I pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dengan kata lain terdapat
peningkatan skor yang signifikan dari pretest ke posttest I.
3.8.2.3 Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I
Uji korelasi ini dilakukn untuk mengetahui apakah korelasi antara rerata
pretest dan posttest I positif dan signifikan. Positif berarti semakin tinggi pretest
semakin tinggi pula posttest i, signifikan berarti hasil skor korelasi tersebut dapat
digeneralisasi pada populasi. Uji korelasi antara skor pretest dan posttest I
menggunakan rumus bivariate correlations yaitu untuk mengetahui korelasi
antara dua variabel. Apabila data terdistribusi normal maka uji korelasi
menggunakan rumus bivariate correlation coeffiecients yaitu Pearson correlation
coefficient (Field, 2009: 177). Apabila data tidak terdistribusi normal maka
menggunakan analisis non-parametrik yaitu rumus Sperman correlation
coefficient (Field, 2009: 179).
Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Hipotesis statistiknya
adalah sebagai berikut (Field, 2009: 181).
Hnull : tidak ada korelasi yang signifikan antara pretest dan posttest I pada
kelompok kontrol dan/atau kelompokeksperimen.
Hi : ada korelasi yang signifikan dari pretest dan posttest I pada kelompok
kontrol dan/atau kelompok eksperimen.
Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah sebagai berikut.
1. Jika harga Sig. (2-tailed) > 0,05 maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya
tidak ada korelasi yang signifikan antara skor pretest dan posttest I pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
2. Jika harga Sig. (2-tailed) < 0,05 maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya ada
korelasi yang signifikan antra skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol
dan kelompok eksperimen.
3.8.2.4 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan
Uji retensi pengaruh perlakuan dilakukan untuk mengetahui apakah
pengaruh perlakuan masih kuat atau memiliki efek yang sama setelah beberapa
waktu. Pada uji retensi pengaruh perlakuan diperlukan pelaksanaan posttest II
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang lebih sensitif daripada posttest I
(Krathwohl, 2004: 546). Uji statistik yang digunakan adalah Paired samples t-test
jika data terdistribusi dengan normal. Uji statistik menggunakan Wilcoxon jika
data terditribusi dengan tidak normal (Field, 2009: 345). Teknik analisis data
menggunakan tingkat kepercayaan 95%. Hipotesis statistiknya adalah sebagai
berikut.
Hnull : tidak ada perbedaan skor yang signifikan dari posttest I ke posttest II
pada kelompok kontrol dan/atau kelompokeksperimen. Dengan kata
lain tidak terdapat penurunan/peningkatan skor yang signifikan dari
posttest I ke posttest II.
Hi : ada perbedaan skor yang signifikan dari posttest I ke posttest II pada
kelompok kontrol dan/atau kelompok eksperimen. Dengan kata lain
terdapat penurunan/peningkatan skor yang signifikan dari posttest I ke
posttest II.
Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan (Priyatno, 2010:102) adalah
sebagai berikut:
1. Jika harga Sig. (2-tailed) > 0,05 maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya
tidak ada perbedaan yang signifikan antra skor posttest I dan posttest II
pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dengan kata lain tidak
terjadi penurunan/peningkatan skor yang signifikan dari posttest I ke
posttest II.
2. Jika harga Sig. (2-tailed ) < 0,05 maka Hnull ditolak dan Hi diterima.
Artinya ada perbedaan yang signifikan antra skor posttest I dan posttest II
pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dengan kata lain
terjadi penurunan/peningkatan skor yang signifikan dari posttest I ke
posttest II.
Untuk mengetahui persentasi peningkatan skor posttest I ke posttest II digunakan
rumus sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Gambar 3.7 Rumus Persentase Uji Retensi Pengaruh Perlakuan
3.8.3 Persepsi terhadap Dampak Pengaruh Perlakuan
Pada bagian ini akan disingkap persepsi terhadap dampak pengaruh
perlakuan. Persepsi terhadap perlakuan dilakukan dengan dua teknik yaitu teknik
tes dan nontes. Teknik utama dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah
teknik tes. Teknik non-tes digunakan pada dampak pengaruh perlakuan sebagai
metode kualitatif sederhana untuk melengkapi hasil analisis kuantitatif.
(Krathwohl, 2004: 546). Teknik nontes yang digunakan oleh peneliti adalah
metode triangulasi yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Observasi adalah teknik pengumpulan data melalui pengamatan terhadap
kegiatan yang sedang berlangsung (Sukmadinata, 2008: 220). Melengkapi
pendapat Sukmadinata, Sugiyono (2012: 145) menjelaskan bahwa observasi
digunakan apabila penelitian berkaitan dengan perilaku manusia, proses kerja,
gejala alam, dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Pada penelitian
ini, observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa selama pembelajaran di
kelas eksperimen. Hasil observasi diperoleh dengan membuat catatan aktivitas
siswa selama proses pembelajaran.
Wawancara adalah teknik penelitian yang dilakukan dengan cara dialog, baik
secara langsung maupun melalui media perantara (Sanjaya, 2013: 263).
Melengkapi pendapay tersebut, Sugiyono (2015:319) mengungkapkan bahwa
wawancara digunakan apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden
yang lebih mendalam. Jenis wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah
wawancara tak terstruktur karena lebih bersifat informal, pertanyaannnya berupa
pandangan, sikap, keyakinan subyek, atau tentang keterangan lainnya yang dapat
diajukan secara bebas kepada siswa (Ary, Jacobs, & Razavieh, 2007: 259).
Wawancara dilakukan kepada guru mitra dan tiga siswa dari kelompok
eksperimen yaitu siswa yang mendapat nilai rendah, sedang, dan tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Dokumen adalah catatan suatu peristiwa yang sudah berlalu berupa tulisan,
gambar, atau karya. Dokumen pada penelitian ini berupa nilai siswa dan foto
ketika pembelajaran. Nilai siswa diperoleh dari hasil pretest, posttest I, dan
posttest II. Pedoman wawancara guru dan siswa kelompok eksperimen sebelum
dan sesudah perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3.8 dan Tabel 3.9 serta Tabel 3.10
berikut.
Tabel 3.8 Pedomana Wawancara dengan Guru
No Pertanyaan
1 Apakah sebelumnya Ibu sudah pernah menerapkan model PBL dalam
pembelajaran IPA?
2 Apakah terdapat kesulitan saat menerapkan model PBL dalam pembelajaran IPA
3 Bagaimanakah pendapat Ibu mengenai proses pembelajaran menggunakan model
PBL?
4 Apakah model PBL efektif diterapkan dalam pembelajaran IPA?
5 Selain PBL, apakah Ibu pernah menggunakan model lain dalam mengajar IPA?
6 Bagaimana pembelajaran di kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah?
7 Apa saran Ibu untuk pembelajaran menggunakan model PBL?
Tabel 3.9 Pedoman Wawancara Siswa Kelompok Eksperimen Sebelum Perlakuan
No Pertanyaan
1 Apakah kamu senang belajar IPA? Mengapa?
2 Biasanya, bagaimana cara gurumu mengajar IPA?
3 Apakah kamu merasa senang ketika gurumu mengajar IPA dengan metode ceramah?
Mengapa?
4 Apakah gurumu tidak pernah mengajar dengan cara membagimi ke dalam kelompok dan
melakukan percobaan
5 Apakah kamu bisa mengerjakan soal nomor 3a dan 3b dan 3c tentang menilai kebenaran
pernyataan dan mengklaim suatu pernyataan?
6 Apakah kamu bisa mengerjakan soal nomor 4 tentang menyebutkan alternatif pemecahan
masalah?
7 Dari soal 3 dan 4, manakah yang kamu anggap paling sulit? Mengapa?
Tabel 3.10 Pedoman Wawancara Siswa Kelompok Eksperimen Sesudah Perlakuan
No Pertanyaan
1 Apakah model PBL membantumu dalam memahami materi bagian tumbuhan dan
fungsiya?
2 Apakah kamu mengalami kesulitan saat belajar IPA dengan model PBL? Mengapa?
Jelaskan!
3 Apakah belajar IPA dengan model PBL lebih menarik daripada metode ceramah?
Mengapa?
4 Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 3a , 3b, dan 3c tentang menilai
kebenaran pernyatan dan mengklaim suatu pernyataan?
5 Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 4 tentang alternatif pemecahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
masalahh?
8
Apakah belajar IPA dengan model PBL mempermudah kamu untuk mengerjakan soal
yang sulit?
9 Apakah kamu merasa senang belajar IPA dengan model PBL? Mengapa?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi hasil penelitian dan hasil analisis data. Hasil penelitian
berisikan implementasi penelitian yang meliputi deskripsi populasi dan deskripsi
implementasi pembelajaran. Hasil analisis data berisikan uji hipotesis penelitian I
dan II yang meliputi analisis pengaruh perlakuan dan lebih lanjut. Pada
pembahasan diuraikan mengenai pengaruh perlakuan beserta dampaknya.
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Implementasi Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua kelas sebagai kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen. Penentuan kedua kelompok dilakukan dengan cara undian
oleh guru mitra. Teknik pengambilan sampel ini menggunakan desain non
probability sampling dengan tipe convenience sampling. Best & Kahn (2006: 18-
19) menuliskan bahwa teknik convenience sampling adalah pemilihan sampel
yang digunakan untuk penelitian pendidikan dengan menggunakan kelas yang
tersedia karena keterbatasan administrasi untuk memilih secara acak. Sampel
diperoleh dengan cara pengundian yang disaksikan oleh guru IPA kelas IV. Hasil
pengundian menunjukkan bahwa kelas IV C sebagai kelompok eksperimen dan
kelas IV A sebagai kelompok kontrol. Berikut akan dideskripsikan populasi
penelitian dan pembelajaran pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Saat treatment datang semua.
4.1.1.1 Deskripsi Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Kanisius Sengkan
Yogyakarta. Populasi terdiri dari tiga kelas yaitu IV A, IV B, dan IV C. Hasil
wawancara dengan guru mitra pada hari Senin, 08 Agustus 2016 menunjukkan
bahwa ketiga kelas memiliki prestasi akademik yang sama. Hal ini disebabkan
oleh pembagian kelas paralel yang telah dilakukan di awal masuk sekolah. Sampel
pertama pada penelitian ini adalah kelas IV A sebagai kelompok kontrol yang
berjumlah 31 siswa yang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.
Rata-rata mereka berasal dari keluarga dengan ekonomi menengah ke atas dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
berpendidikan. Data siswa menunjukkan bahwa pkerjaan orang tua siswa antara
lain guru, dosen, wiraswasta, dan karyawan swasta. Latar belakang pendidikan
orang tua antara lain SMA, SMK, D3, S1, S2, S3.
Sampel kedua adalah kelas IV C sebagai kelompok eksperimen. Kelas IV
C berjumlah 31 siswa yang terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan.
Rata-rata dari mereka berasal dari latar belakang ekonomi menengah ke atas. Data
siswa menunjukkan bahwa pekerjaan orang tua siswa antara lain karyawan
swasta, wiraswasta, dosen, guru, dan PNS. Latar belakang pendidikan orang tua
antaralain SMA, SMK, D3, S1, S2, dan S3.
4.1.1.2 Deskripsi Implementasi Pembelajaran Kelompok Kontrol
Pembelajaran kelompok kontrol menggunakan metode tradisional yaitu
ceramah. Pelaksanaan pembelajaran berpedoman pada KTSP 2006. Waktu yang
dibutuhkan untuk melaksanakan pembelajaran pada setiap pertemuan adalah dua
jam pelajaran (2 x 40 menit). Pembelajaran dilaksanakan selama 3 kali pertemuan
dengan sub bab materi yang berbeda oleh guru mitra di dalam kelas. Materi pokok
yang dipelajari adalah bagian tumbuhan dan fungsinya.
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 11 Oktber 2016 pada
pukul 07.00- 08.20 WIB. Sub materi yang dipelajari adalah bagian tumbuhan dan
fungsinya. Kegiatan pembelajran diawali dengan apersepsi oleh guru. Guru
bertanya jawab dengan siswa tentang bagian tumbuhan dan fungsinya. Kegiatan
inti dilaksanakan dengan memberikan penjelasan kepada siswa tentang bagian-
bagian akar serta fungsi akar bagi tumbuhan. Siswa menerima materi yang
disampaikan oleh guru dan mencatat hal penting di buku masing-masing.
Selanjutnya, untuk mengetahui sejauh mana siswa paham tentang materi yang
disampaikan maka guru melakuan tes tertulis dengan memberikan soal uraian.
Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan menyimpulkan materi yang telah
dipelajari dan pemberian umpan balik terhadap siswa.
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis, 13 Oktober 2016 pada
pukul 07.00- 08.20 WIB. Sub materi yang dipelajari adalah batang dan fungsinya
pada tumbuhan. Kegiatan pembelajaran diawali dengan apersepsi, guru bertanya
jawab dengan siswa tentang fungsi batang bagi tumbuhan, dan tentang apa yang
akan terjadi jika batang pada tumbuhan mengalami kerusakan. Guru memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
soal uraian kepada siswa sebagai bentuk evaluasi. Pembelajaran diakhiri dengan
kegiatan menyimpulkan dan pemberian umpan balik kepada siswa.
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Jum‟at, 14 Oktober 2016 pukul
09.20- 10.40 WIB. Sub materi yang dipelajari adalah bagian-bagian daun dan
fungsi daun pada tumbuhan. Kegiatan pembelajaran diawali dengan tanya jawab
guru dan siswa mengenai bagian-bagian daun dan fungsi daun dan guru
menjelaskan secara lebih mendalam. Siswa mendengarkan penjelasan guru.
Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan menyimpulkan materi yang telah
dipelajari dan pemberian unpan balik.
Pada hari Sabtu, 15 Oktober 2016 siswa kelompok kontrol mengerjakan soal
Posttest I. Tujuan posttest I adalah untuk mengetahui pemahaman siswa setetalah
menerima pembelajaran dengan ceramah. Satu minggu setelah posttest I tepatnya
pada hari Senin, 22 Oktober 2016 siswa diberikan posttest II yang bertujuan untuk
mengetahui kembali pemahaman siswa dalam selang waktu beberapa minggu
setelah menerima pembelajaran dengan metode ceramah. Soal yang dikerjakan
oleh siswa pada posttest I dan posttest II sama seperti soal pretest, yakni 4 soal
uraian.
4.1.1.3 Deskripsi Implementasi Pembelajaran Kelompok Eksperimen
Implementasi pembelajaran pada kelompok eksperimen menggunakan model
PBL. Kurikulum yang digunakan adalah KTSP 2006. Alokasi waktu pelaksanaan
pembelajaran pada setiap pertemuan adalah dua jam pelajaran (2 x 40 menit).
Pembelajaran dilaksanakan sebanyak 3 kali dengan sub materi yang berbeda.
Materi yang dipelajari adalah bagian tumbuhan dan fungsinya. Pembelajaran
dilaksanakan oleh guru mitra.
Pelaksanaan pembelajaran menggunakan model PBL. Proses pembelajaran
meliputi tiga kegiatan utama yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan
penutup. Kegiatan awal meliputi salam, apersepsi, motivasi, dan orientasi.
Kegiatan inti berisi lima langkah model PBL yaitu mengorientasi peserta didik
pada masalah, mengorganisasi peserta didik untuk belajar, membimbing
penyelidikan individual atau kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil
karya, menganalisis dan evaluasi proses pemecahan masalah. Kegiatan penutup
berisi penegasan, refleksi, dan tindak lanjut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Kamis, 13 Oktober 2016 pada
pukul 09.20- 10.40 WIB. Sub materi yang dipelajari adalah bagian tumbuhan
secara umum kemudian membahas bagian akar secara lebih mendalam serta
fungsi akar bagi tumbuhan. Kegiatan diawali dengan tanya jawab antara guru dan
siswa, penyampaian tujuan pembelajaran, dan pemberian motivasi kepada siswa.
Pada kegiatan awal juga terdapat penyampaian tujuan pembelajaran dan pemerian
motivasi. Kegiatan inti diawali dengan tahap mengorientasi peserta didik pada
masalah yang dilakukan dengan memunculkan masalah sesuai dengan materi yang
dipelajari yaitu bagian akar dan fungsi akar. Siswa diberi permasalahan tentang
apa saja bagian-bagian akar. Kegiatan inti yang kedua adalah mengorganisasi
peserta didik untuk belajar yang dilakukan dengan membuat siswa belajar
bersama ke dalam kelompok. Siswa dibagi menjadi enam kelompok dan masing-
masing kelompok terdiri dari 5 siswa. Di dalam kelompok, siswa diberi tumbuhan
bayam lengkap dengan akarnya. Kegiatan inti yang ketiga adalah membimbing
penyelidikan individual atau kelompok. Siswa dibimbing untuk mendiskusikan
permasalahan yaitu untuk mencari tahu apa saja bagian akar lalu menggambar
bagian akar pada kertas yang telah disediakan. Kegiatan inti yang keempat adalah
mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Hasil dari diskusi yang telah
dilakukan kemudian disajikan dan disampaikan secara lisan di depan kelas.
Kegiatan inti yang terakhir adalah menganalisis dan evaluasi pemecahan masalah.
Pada tahap ini, guru memberikan sebuah artikel tentang bagian-bagian akar.
Tugas siswa adalah evaluasi, apakah hasil dari diskusi di setiap kelompok sesuai
dengan artikel yang telah diberikan. Guru memberikan penguatan ketika terjadi
miskonsepsi.
Pertemuan pertama ini terdiri dari dua paket langkah PBL. Paket yang
kedua dari PBL membahas tentang fungsi akar pada tumbuhan. Langkah pertama
dilakukan dengan memberikan permasalahan pada siswa berupa cerita yang berisi
kasus. Siswa membaca kasus yang diberikan kemudian menemukan masalah.
Siswa dibagi ke dalam kelompok yang berbeda dari sebelumnya. Siswa di dalam
kelompok mendiskusikan beberapa permasalahan yang ada di dalam kasus. Kasus
pada PBL paket yang kedua berbeda dengan kasus yang sebelumnya. Kasus kedua
berupa permasalahan mengenai fungsi akar. Seperti pada permasalahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
sebelumnya, setelah siswa memecahkan masalah, siswa beserta kelompok
mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. Lalu guru akan membagikan
artikel untuk penguatan apakah yang disampaikan siswa tersebut benar atau salah.
Kegiatan selanjutnya adalah siswa mengerjakan Lembar Kerja Siswa. Guru juga
memberikan evaluasi secara lisan kepada siswa tentang materi yang telah
dipelajari. Kegiatan diakhiri dengan mengajak siswa untuk menyimpulkan
pembelajaran dan merefleksikan nilai-nilai yang didapat.
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Jum‟at, 14 Oktober 2016 pada
pukul 07.00- 08.20 WIB. Sub materi yang dipelajari adalah fungsi batang pada
tumbuhan. Kegiatan diawali dengan tanya jawab antara guru dengan siswa tentang
batang (apersepsi), penyampaian tujuan pembelajaran, dan motivasi. Kegiatan inti
berisi lima langkah model PBL yaitu mengorientasi peserta didik pada masalah,
mengorganisasi peserta didik untuk belajar, membimbing penyelidikan individual
atau kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan
evaluasi proses pemecahan masalah. Kegiatan penutup berisi penegasan, refleksi,
dan tindak lanjut.
Kegiatan inti diawali dengan tahap mengorientasi peserta didik pada masalah
yang dilakukan dengan memunculkan masalah sesuai dengan materi yang
dipelajari yaitu fungsi batang. Siswa diberi permasalahan tentang fungsi batang.
Kegiatan inti yang kedua adalah mengorganisasi peserta didik untuk belajar yang
dilakukan dengan membuat siswa belajar bersama ke dalam kelompok. Siswa
dibagi menjadi enam kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa.
Di dalam kelompok, siswa diberi tumbuhan pacar lengkap dengan akarnya.
Kegiatan inti yang ketiga adalah membimbing penyelidikan individual atau
kelompok. Siswa dibimbing untuk mendiskusikan permasalahan yaitu
untukmembuktikan bahwa batang berfungsi untuk menyalurkan air dari akar ke
seluruh tubuh tumbuhan dengan alat praktikum yang telah disediakan. Kegiatan
inti yang keempat adalah mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Hasil dari
diskusi yang telah dilakukan kemudian disajikan dan disampaikan secara lisan di
depan kelas. Kegiatan inti yang terakhir adalah menganalisis dan evaluasi
pemecahan masalah. Pada tahap ini, guru memberikan sebuah artikel tentang
fungsi batang dan langkah-langkah percobaan membuktikan bahwa batang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
berfungsi untuk menyalurkan air dari batang ke seluruh tubuh tumbuhan.. Tugas
siswa adalah mengevaluasi, apakah hasil dari diskusi di setiap kelompok sesuai
dengan artikel yang telah diberikan. Guru memberikan penguatan ketika terjadi
miskonsepsi.
Pertemuan ketiga dilaksanakan hari Senin, 17 Oktober 2016 pukul 09.20-
10.40 WIB. Sub materi yang dipelajari adalah bagian daun berdasarkan
kelengkapan daunnya dan fungsi daun pada tumbuhan. Kegiatan diawali dengan
tanya jawab antara guru dengan siswa tentang daun (apersepsi), penyampaian
tujuan pembelajaran, dan motivasi. Kegiatan inti berisi lima langkah model PBL
yaitu mengorientasi peserta didik pada masalah, mengorganisasi peserta didik
untuk belajar, membimbing penyelidikan individual atau kelompok,
mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan evaluasi proses
pemecahan masalah. Kegiatan penutup berisi penegasan, refleksi, dan tindak
lanjut.
Kegiatan inti diawali dengan tahap mengorientasi peserta didik pada masalah
yang dilakukan dengan memunculkan masalah sesuai dengan materi yang
dipelajari yaitu bagian daun berdasakan kelengkapan daunnya (daun lengkap dan
tidak lengkap) dan fungsi daun. Siswa diberi permasalahan tentang daun lengkap
dan daun tidak lengkap. Siswa bersama guru membahas apa yang dimaksud daun
lengkap dan daun tidak lengkap. Kegiatan inti yang kedua adalah mengorganisasi
peserta didik untuk belajar yang dilakukan dengan membuat siswa belajar
bersama ke dalam kelompok. Siswa dibagi menjadi enam kelompok dan masing-
masing kelompok terdiri dari 5 siswa. Di dalam kelompok, siswa diberi macam-
macam daun seperti daun pisang, daun rambutan, daun mangga, daun kelengkeng.
Kegiatan inti yang ketiga adalah membimbing penyelidikan individual atau
kelompok. Siswa dibimbing untuk mendiskusikan permasalahan yaitu untuk
mengelompokkan daun berdasarkan kelengkapan daunnya. Kegiatan inti yang
keempat adalah mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Hasil dari diskusi
yang telah dilakukan kemudian disajikan dan disampaikan secara lisan di depan
kelas. Lalu siswa diberi permasalahan lagi tentang fungsi daun. Siswa diberi cerita
yang di dalamnya terdapat kasus yang harus diselesaikan. Kegiatan inti yang
terakhir adalah menganalisis dan evaluasi pemecahan masalah. Pada tahap ini,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
guru memberikan sebuah artikel tentang daun lengkap dan daun tidak lengkap
serta fungsi daun. Tugas siswa adalah mengevaluasi, apakah hasil dari diskusi di
setiap kelompok sesuai dengan artikel yang telah diberikan. Guru memberikan
penguatan ketika terjadi miskonsepsi.
4.1.2 Deskripsi Sebaran Data
Pada deskripsi sebara data, peneliti memperlihatkan perbedaan data yang
diperoleh pada kelompok kontrol dan kelompok eskperimen untuk setiap
indikator. Hasil dari sebaran data yang didapat dapat dilihat pada tabel berikut.
4.1.2.1 Kemampuan Evaluasi
1. Kelompok Kontrol
Tabel 4.1 Sebaran Data Kemampuan Evaluasi Kelompok Kontrol
No Indikator Pretest Posttest I
1 2 3 4 Total 1 2 3 4 Total
1 Menilai
kebenaran
suatu
pernyataan
tentang daun
3 17 11 0 31 3 12 13 3 31
2 Menilai
kebenaran
pernyataan
mengenai
bagian akar
4 18 9 0 31 3 12 11 5 31
3 Menilai
kebenaran
pernyataan
mengenai
fungsi
batang
7 7 16 1 31 4 10 10 7 31
Jumlah 14 42 36 1 - 10 34 34 15 -
Pada tabel di atas terlihat bahwa hasil pengerjaan pretest kelompok kontrol
pada ketiga indikator, siswa yang mendapat nilai 1 sebanyak 14 siswa, yang
mendapat nilai 2 sebanyak 42 siswa, yang mendapat nilai 3 sebanyak 36 siswa,
dan yang mendapat nilai 4 sebanyak 1 siswa. Modus dari hasil pengerjaan pretest
kelas eksperimen adalah siswa yang mendapat nilai 2 yaitu sebnyak 42 siswa.
Hasil pengerjaan posttest I kelompok kontrol pada ketiga indikator, siswa yang
mendapat nilai 1 sebanyak 10 siswa, siswa yang mendapat nilai 2 sebanyak 34
siswa, yang mendapat nilai 3 sebanyak 34 siswa, dan yang mendapat nilai 4
sebanyak 15 siswa. Modus pada hasil pengerjaan posttest I adalah siswa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
mendapat nilai 2 dan 3 yaitu sebanyak 34 siswa. Terjadi peningkatan skor dari
pretest ke posttest I. Hal tersebut terlihat dari berkurangnya jumlah siswa yang
mendapat nilai 1 dan 2, dan bertambahnya jumlah siswa yang mendapat nilai 4.
Sedangkan jumlah siswa yang mendapat nilai 3 berkurang.
2. Kelompok Eksperimen
Tabel 4.2 Sebaran Data Kemampuan Evaluasi Kelompok Eksperimen
No Indikator Pretest Posttest I
1 2 3 4 Total 1 2 3 4 Total
1 Menilai
kebenaran
suatu
pernyataan
tentang daun
4 13 12 2 31 0 3 16 12 31
2 Menilai
kebenaran
pernyataan
mengenai
bagian akar
4 18 9 0 31 0 5 16 10 31
3 Menilai
kebenaran
pernyataan
mengenai
fungsi
batang
1 17 12 1 31 0 2 19 10 31
Jumlah 9 48 33 3 - 0 10 41 32 -
Pada tabel di atas terlihat bahwa hasil pengerjaan pretest kelompok
eksperimen pada ketiga indikator, siswa yang mendapat nilai 1 sebanyak 9 siswa,
yang mendapat nilai 2 sebanyak 48 siswa, yang mendapat nilai 3 sebanyak 33
siswa, dan yang mendapat nilai 4 sebanyak 3 siswa. Modus dari hasil pengerjaan
pretest kelas eksperimen adalah siswa yang mendapat nilai 2 yaitu sebnyak 48
siswa. Hasil pengerjaan posttest I kelompok eksperimen pada ketiga indikator,
tidak ada siswa yang mendapat nilai 1, siswa yang mendapat nilai 2 sebanyak 10
siswa, yang mendapat nilai 3 sebanyak 41 siswa, dan yang mendapat nilai 4
sebanyak 32 siswa. Modus pada hasil pengerjaan posttest I adalah siswa yang
mendapat nilai 3 yaitu sebanyak 41 siswa. Terjadi peningkatan skor dari pretest ke
posttest I. Hal tersebut terlihat dari perubahan modus. Modus pada pretest adalah
siswa yang mendapat nilai 2, sedangkan pada posttest I modusnya pada anak yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
mendapat nilai 3. Selain itu, siswa yang mendapat nilai 1 dan 2 berkurang dan
yang mendapat nilai 3 dan 4 bertambah.
4.1.2.2 Kemampuan Inferensi
1. Kelompok Kontrol
Tabel 4.3 Sebaran Data Kemampuan Inferensi Kelompok Kontrol
No Indikator Pretest Posttest I
1 2 3 4 Total 1 2 3 4 Total
1 Menguji
pandangan
dalam
menentukan
solusi
permasalaha
n akar
6 15 9 1 31 2 7 20 2 31
2 Mengemuka
kan
alternatif-
alternatif
untuk
memecahka
n masalah
9 10 10 2 31 6 14 6 5 31
3 Tepat
menentukan
pemecahan
masalah
6 9 11 5 31 10 9 7 5 31
Jumlah 21 34 30 8 - 18 30 33 12 -
Pada tabel di atas terlihat bahwa hasil pengerjaan pretest kelompok kontrol
pada ketiga indikator, siswa yang mendapat nilai 1 sebanyak 21 siswa, yang
mendapat nilai 2 sebanyak 34 siswa, yang mendapat nilai 3 sebanyak 30 siswa,
dan yang mendapat nilai 4 sebanyak 8 siswa. Modus dari hasil pengerjaan pretest
kelas eksperimen adalah siswa yang mendapat nilai 2 yaitu sebnyak 34 siswa.
Hasil pengerjaan posttest I kelompok kontrol pada ketiga indikator, siswa yang
mendapat nilai 1 sebanyak 18 siswa, siswa yang mendapat nilai 2 sebanyak 30
siswa, yang mendapat nilai 3 sebanyak 33 siswa, dan yang mendapat nilai 4
sebanyak 12 siswa. Modus pada hasil pengerjaan posttest adalah siswa yang
mendapat nilai 3 yaitu sebanyak 33 siswa. Terjadi peningkatan skor dari pretest ke
posttest I. Hal tersebut terlihat dari perubahan modus. Modus pada pretest adalah
siswa yang mendapat nilai 2, sedangkan pada posttest I modusnya pada anak yang
mendapat nilai 3. Selain itu, siswa yang mendapat nilai 1 dan 2 berkurang dan
yang mendapat nilai 3 dan 4 bertambah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
2. Kelompok Eksperimen
Tabel 4.4 Sebaran Data Kemampuan Inferensi Kelompok Eksperimen
No Indikator Pretest Posttest I
1 2 3 4 Total 1 2 3 4 Total
1 Menguji
pandangan
dalam
menentukan
solusi
permasalaha
n akar
3 14 12 2 31 0 3 20 8 31
2 Mengemuka
kan
alternatif-
alternatif
untuk
memecahka
n masalah
3 16 11 1 31 0 3 16 12 31
3 Tepat
menentukan
pemecahan
masalah
3 13 13 2 31 0 3 16 12 31
Jumlah 9 43 36 5 0 9 52 40 -
Pada tabel di atas terlihat bahwa hasil pengerjaan pretest kelompok
eksperimen pada ketiga indikator, siswa yang mendapat nilai 1 sebanyak 9 siswa,
yang mendapat nilai 2 sebanyak 43 siswa, yang mendapat nilai 3 sebanyak 36
siswa, dan yang mendapat nilai 4 sebanyak 5 siswa. Modus dari hasil pengerjaan
pretest kelas eksperimen adalah siswa yang mendapat nilai 2 yaitu sebnyak 43
siswa. Hasil pengerjaan posttest I kelompok eksperimen pada ketiga indikator,
tidak ada siswa yang mendapat nilai 1, siswa yang mendapat nilai 2 sebanyak 9
siswa, yang mendapat nilai 3 sebanyak 52 siswa, dan yang mendapat nilai 4
sebanyak 40 siswa. Modus pada hasil pengerjaan posttest I adalah siswa yang
mendapat nilai 3 yaitu sebanyak 52 siswa. Terjadi peningkatan skor dari pretest ke
posttest I. Hal tersebut terlihat dari perubahan modus. Modus pada pretest adalah
siswa yang mendapat nilai 2, sedangkan pada posttest I modusnya pada anak yang
mendapat nilai 3. Selain itu, siswa yang mendapat nilai 1 dan 2 berkurang dan
yang mendapat nilai 3 dan 4 bertambah.
4.1.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian I
Hipotesis penelitian I adalah penerapan model PBL berpengaruh terhadap
kemampuan evaluasi pada mata pelajaran IPA dengan materi bagian tumbuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
dan fungsinya pada kelas IV SD Kanisius Sengkan tahun ajaran 2016/2017.
Variabel dependen pada hipotesis tersebut adalah kemampuan evaluasi,
sedangkan variabel independen adalah penerapan model PBL. Instrumen yang
digunakan untuk mengukur variabel dependen terdiri dari 2 soal uraian yaitu item
soal nomor 3 yang mengandung indikator menilai kebenaran suatu pernyataan
tentang daun, menilai kebenaran pernyataan mengenai bagian akar, menilai
kebenaran pernyataan mengenai fungsi batang dan item soal nomor 4 yang
mengandung indikator menguji pandangan dalam menentukan solusi
permasalahan akar, mengemukakan alternatif-alternatif untuk memecahkan
masalah, tepat menentukan pemecahan masalah.
Hasil analisis secara keseluruhan dihitung menggunakan program statistik
IBM SPSS Statistics 22 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95%. Tahapan
analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut. 1) Uji normalitas distribusi
data untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak, sehingga dapat
dilakukan analisis tahap selanjutnya menggunakan statistik parametrik atau
nonparametrik. 2) Uji perbedaan kemampuan awal dilakukan untuk mengetahui
kemampuan awal siswa pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. 3) Uji
signifikansi pengaruh perlakuan. 4) Uji besar pengaruh perlakuan. 5) Perhitungan
persentase peningkatan rerata pretest ke posttest. 6) Uji besar efek peningkatan
rerata pretest ke posttest I. 7) Uji korelasi rerata pretest ke posttest I. 8) Uji retensi
pengaruh perlakuan.
4.1.3.1 Uji Normalitas Distribusi Data
Uji normalitas distribusi data dilakukan untuk mengetahui apakah data
berdistribusi normal atau tidak sehingga untuk menentukan jenis statistik yang
digunakan dalam menganalisis data selanjutnya (Field, 2009: 144). Data dari
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen diuji normalitasnya menggunakan
One Samples Kolmogorov-Smirnov test. Data yang diuji normalitasnya yaitu data
pretest, posttest I, posttest II dan selisih pretest ke posttest I.
Kritera yang digunakan untuk kesimpulan uji normalitas data adalah sebagai
berikut: 1) Jika harga Sig. (2-tailed) > 0,05, distribusi data normal. Jika data
terdistribusi normal, maka teknik statistik inferensial yang digunakan yaitu
statistik parametrik uji t (independent-samples t-test dan paired-samples t-test). 2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Data dikatakan tidak normal apabila harga Sig. (2-tailed) < 0,05, distribusi data
tidak normal. Jika data terdistribusi tidak normal, maka teknik statistik yang
digunakan yaitu statistik nonparametrik dalam hal ini yaitu Mann-Whitney U test
atau Wilcoxon (Priyatno, 2012: 136). Hasil uji normalitas kemampuan evaluasi
pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut
(lihat Lampiran 4.3.1)
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Kemampuan Evaluasi
No Aspek Kolmogorov
-Smirnov Saphiro-Wilk Keterangan
Kelompok Kontrol
1 Pretest 0,193 0,140 Normal
2 Posttest I 0,170 0,257 Normal
3 Posttest II 0,135 0,224 Normal
4 Selisih rerata skor pretest posttestI 0,200 0,351 Normal
Kelompok Eksperimen
5 Pretest 0,200 0,055 Normal
6 Posttest I 0,058 0,057 Normal
7 Posttest II 0,116 0,076 Normal
8 Selisih rerata skor pretest-posttest
I 0,074 0,286 Normal
Uji normalitas data menggunakan Kolmogorov-Smirnov menunjukkan
harga Sig. (2-tailed) > 0,05 untuk semua aspek. Aspek yang dimaksud adalah
pretest, posttest I, posttest II dan selisih pretest ke posttest I untuk kelompok
kontrol maupun kelompok eksperimen. Namun hasil uji normalitas data
menggunakan Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa beberapa aspek
memiliki catatan pada hasilnya sehingga peneliti juga menggunakan uji Saphiro-
Wilk untuk melengkapi. Peneliti menggunakan Saphiro-Wilk karena Saphiro-Wilk
cocok untuk penelitian yang jumlah respondennya kurang dari 50, selain itu hasil
perhitungan Saphiro-Wilk lebih akurat (Field, 2009: 148). Hasil uji menggunakan
Saphiro-Wilk juga menunjukkan bahwa semua memiliki distribusi data normal
sehingga analisis selanjutnya menggunakan statistik parametrik. Statistik
parametrik dengan Independent samples t-test digunakan untuk analisis data dari
kelompok yang yang berbeda yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
(Field, 2009: 326). Sedangkan statistik nonparametrik dengan menggunakan
Paired samples t-test digunakan untuk analisis data dari kelompok yang sama,
misalnya kelompok kontrol dengan kelompok kontrol atau kelompok eksperimen
dengan kelompok eksperimen.
4.1.3.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal
Uji perbedaan kemampuan awal bertujuan untuk mengetahui apakah
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen memiliki kemampuan awal yang
sama atau berbeda terhadap kemampuan evaluasi, sehingga kedua kelompok
dapat dibandingkan. Uji perbedaan kemampuan awal skor pretest pada kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen menggunakan uji statistik parametrik dalam hal
ini Independent samples t-test. Sebelum dilakukan analisis ini perlu dilakukan uji
asumsi untuk memeriksa homogenitas varians dengan Levene’s test. Jika harga
Sig. > 0,05 ada homogenitas varians pada kedua data yang dibandingkan
sedangkan jika harga Sig. < 0,05 tidak ada hmogenitas varians pada kedua data
yang dibandingkan (Field, 2009: 150). Berikut adalah tabel hasil uji asumsi
homogenitas varians (liha Lampiran 4.41)
Tabel 4.6 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians
Uji
Statistik F Sig. Keputusan
Levene‟s
Test for
Equality of
Variances
0.029 0,865 Homogen
Levene’s test dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan harga F =
0.029 dan harga Sig. = 0,865 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
homogenitas varians. Apabila variansnya homogen maka data uji statistik
Independent samples t-test yang diambil adalah data pada baris pertama output
SPSS (Field, 2009: 340).
Tingkat kepercayaan untuk melakukan uji perbedaan kemampuan awal
adalah 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah jika Sig. (2-
tailed) < 0,05 (Field, 2009: 53). Hasil uji perbedaan kemampuan awal dari
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah sebagai berikut (lihat
Lampiran 4.41)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Tabel 4.7 Hasil Uji Perbedaan Rerata Pretest Kemampuan Evaluasi
Uji Statistik Sig. (2-tailed) Keputusan
Independent samples t-test 0,850 Tidak ada perbedaan
Skor rerata pretest kelompok eksperimen (M = 2,3326, SE = 0,11564) lebih
tinggi dari skor yang diperoleh pada kelompok kontrol (M = 2,3010, SE =
0,11895). Perbedaan skor tersebut tidak signifikan dengan t(60) = 0,191, p =
0,850 (p > 0,05) sehingga Hnull diterima dan Hi ditolak, artinya tidak ada
perbedaan yang signifikan antara rerata skor pretest pada kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen. Kesimpulan dari hasil uji rerata pretest yaitu kedua
kelompok memiliki kemampuan awal yang sama untuk kemampuan evaluasi.
4.1.3.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan
Uji signifikansi pengaruh perlakuan bertujuan untuk mengetahui pengaruh
penerapan model PBL terhadap kemampuan evaluasi, dengan melihat perbedaan
rerata selisih skor pretest dan posttest I pada kedua kelompok. Secara prinsip,
untuk mengetahui pengaruh perlakuan digunakan rumus: (O2 - O1) - (O4 - O3)
yaitu dengan mengurangkan selisih skor posttest I- pretest pada kelompok
eksperimen dengan selisih skor posttest I - pretest pada kelompok kontrol (Cohen,
2007: 277). Jika hasil perhitungan lebih besar dari 0, maka ada pengaruh. Hasil
perhitungan menunjukkan selisih skor posttest I - pretest pada kelompok
eksperimen sebesar 0,9039 dan selisih posttest I- pretest pada kelompok kontrol
sebesar 0,2797. Hasil perhitungan yang diperoleh adalah 0,6242 didapat dari
0,9039 - 0,2797, maka ada pengaruh penerapan model PBL terhadap kemampuan
evaluasi. Untuk mengetahui apakah pengaruhnya signifikan atau tidak, perlu
dilakukan analisis dengan statistik selanjutnya.
Uji normalitas distribusi data menunjukkan bahwa rerata selisih skor
pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
berdistribusi normal maka analisis statistik yang digunakan adalah statistik
parametrik, karena data berasal dari kelompok berbeda maka menggunakan
Independent samples t-test (Field, 2009: 326).
Sebelum dilakukan uji statistik, perlu dilakukan uji asumsi terhadap
homogenitas varians dengan melihat harga Sig. Levene’s test untuk mengetahui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
signifikansi pengaruh perlakuan. Jika harga Sig. < 0,05 maka tidak terdapat
homogenitas varians pada dua data yang dibandingkan (Field, 2009: 340). Jika
harga Sig. > 0,05 maka terdapat homogenitas varians pada dua data yang
dibandingkan. Hasil uji asumsi homogenitas varians dapat dilihat pada tabel 4.8
berikut (Lihat lampiran 4.5.1).
Tabel 4.8 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians
Uji Statistik F Sig. Keputusan
Levene’s Test for
Equality of Variances 2,509 0,118 Homogen
Hasil Levene’s test dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan bahwa
harga F = 2,509 dan harga Sig .= 0,118 (Sig.> 0,05), sehingga dapat disimpulkan
bahwa terdapat homogenitas varians data maka data uji statistik Independent
samples t-test yang diambil adalah data pada baris pertama output SPSS (Field,
2009: 340).
Tingkat kepercayaan yang digunakan untuk uji signifikansi pengaruh
perlakuan adalah 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah jika
Sig. (2-tailed) < 0,05 (Field, 2009: 53). Tabel 4.9 menunjukkan hasil uji
signifikansi pengaruh perlakuan pada kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen terhadap kemampuan evaluasi (lihat Lampiran 4.5.1)
Tabel 4.9 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Evaluasi
Uji Statistik Sig. (2-tailed) Keputusan
Independent samples t-test 0,009 Ada perbedaan
Skor rerata kelompok eksperimen (M = 0,9039, SE = 0,13139) lebih tinggi
daripada kelompok kontrol (M = 0,2797 , SE = 0,19175). Perbedaan tersebut
signifikan dengan t(60) = - 2,685, p = 0,009 (p < 0,05) maka harga Hnull ditolak
dan Hi diterima, dengan demikian ada perbedaan yang signifikan antara rerata
selisih skor pretest ke posttest I kemampuan evaluasi pada kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen. Kesimpulan dari hasil uji signifikansi pengaruh perlakuan
adalah pernerapan model PBL berpengaruh secara signifikan terhadap
kemampuan evaluasi. Hasil perbandingan rerata selisih skor pretest ke posttest I
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
kemampuan evaluasi pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat
dilihat dalam diagram berikut
Gambar 4.1 Diagram Rerata Selisih Skor Pretest-posttest I Kemampuan Evaluasi
4.1.3.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan
Uji besar pengaruh perlakuan (effect size) bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh penerapan model PBL terhadap kemampuan evaluasi.
Data yang diperoleh terdistribusi dengan normal, sehingga rumus yang
digunakan adalah rumus koefisien korelasi Pearson untuk data normal (Field,
2009: 57).
Uji besar pengaruh perlakuan dilakukan dengan mengambil nilai t pada
perhitungan menggunakan Independent samples t-test. Persentase pengaruh
perlakuan didapat dengan menghitung koefisien determinasi (R2) dengan cara
menguadratkan harga r (harga koefisien korelasi Pearson yang didapat) kemudian
dikalikan 100% (Field, 2009: 179). Besarnya pengaruh penerapan model PBL
pada kelompok eksperimen terhadap kemampuan evaluasi adalah r = 0,32 atau
10%. Berdasarkan kriteria yang digunakan untuk menentukan besarnya efek,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
maka hasil perhitungan r setara dengan efek menengah. Berikut adalah hasil
perhitungan effect size terhadap kemampuan evaluasi (lihat Lampiran 4.6)
Tabel 4.10 Hasil Uji Effect Size terhadap Kemampuan Evaluasi
Kelompok Kontrol dan Eksperimen
Variabel t t2 df r (effect size) R
2 % Kategori Efek
Evaluasi -2,685 7,209 60 0,32 0,10 10 Menengah
4.1.3.5 Analisis Lebih Lanjut
1. Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke posttest I
Perhitungan persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I ini dilakukan
untuk mengetahui persentase peningkatan rerata dari pretest ke posttest I baik
pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Analisis perhitungan
persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I dilakukan dengan mengambil
data rerata skor pretest dan posttest I pada uji normalitas data menggunakan One
samples Kolmogorov-Smirnov test. Persentase peningkatan rerata pretest ke
posttest I didapat dengan membagi selisih rerata pretest-posttest I dengan rerata
pretest, kemudian dikali 100%. Hasil perhitungan persentase peningkatan rerata
skor pretest ke posttest I dapat dilhat pada tabel 4.11 berikut ini (lihat lampiran
4.7.1)
Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I
Kemampuan Evaluasi
No Kelompok Rerata Peningkatan
(%)
Signifikansi Keputusan
Pretest Posttest I
1 Kontrol 2,30 2,58 12 0,155 Tidak
signifikan
2 Eksperimen 2,32 3,23 39 0,000 Signifikan
Data pada tabel 4.11 menunjukkan rerata pretest kelompok kontrol sebesar
2,30 dan rerata pretest kelompok eksperimen sebesar 2,32. Sedangkan rerata
posttest I kelompok kontrol sebesar 2,58 dan rerata posttest I kelompok
eksperimen sebesar 3,23. Hasil perhitungan persentase peningkatan rerata pretest
ke posttest I pada kelompok kontrol sebesar 12%, sedangkan pada kelompok
eksperimen sebesar 39%. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah terjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
peningkatan skor pretest ke posttestI baik pada kelompok kontrol maupun
kelompok eksperimen pada kemampuan evaluasi.
Persentase peningkatan skor pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen
lebih tinggi daripada kelompok kontrol yaitu sebesar 39%, sedangkan kelompok
kontrol sebesar 12%. Hal ini diperjelas dengan gambar 4.2 menggunakan grafik
poligon untuk melihat perbedaan selisih pretest-posttest I pada kelompok kontrol
dan kelompok eksperimen. Berikut grafik yang menunjukkan frekuensi selisih
pretest-posttest I (gain score) pada kedua kelompok.
Grafik Gain Score 4.2 Kelompok Kontrol dan Eksperimen pada
Kemampuan Evaluasi
Berdasarkan grafik tersebut, gain score terendah pada kelompok kontrol
adalah -1,67, sedangkan gain terendah pada kelompok eksperimen adalah -0,67.
Gain score tertinggi pada kelompok kontrol sebesar 2,33, sedangkan gain score
tertinggi kelompok eksperimen adalah 2,34. Hal ini menunjukkan bahwa selisih
pretest-posttest I pada kelompok eksperimen lebih dominan daripada selisih
pretest-posttest I pada kelompok kontrol.
Frekuensi siswa yang mendapat ≥ 0,33 pada kelompok kontrol ada 18 anak,
sedangkan pada kelompok eksperimen ada 28 anak. Nilai 0,33 merupakan nilai
tengah gain score yang didapat dengan menghitung 50% dari nilai tertinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Persentase gain score ≥ 0,33 pada kelompok kontrol sebesar 58% sedangkan
persentase gain score ≥ 0,33 pada kelompok eksperimen sebesar 90%. Dengan
kata lain 58% siswa pada kelompok kontrol diuntungkan dengan penerapan
metode ceramah, sedangkan 90% siswa pada kelompok eksperimen diuntungkan
dengan penerapan model Problem Based Learning.
2. Uji Besar Efek Peningkatan skor Rerata Pretest ke Posttest I
Uji besar efek peningkatan pretest ke posttest I ini dilakukan untuk
mengetahui besar efek peningkatan skor rerata dari pretest ke posttest I baik pada
kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Teknik statistik yang digunakan
adalah paired samples t-test karena data yang diuji adalah data normal dan berasal
dari kelompok yang sama (Field, 2009: 325). Teknik analisis data menggunakan
tingkat kepercayaan 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah
jika harga Sig. (2-tailed) < 0,05 (Field, 2009: 53). Hasil uji peningkatan rerata
skor pretest ke posttest I dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut (lihat Lampiran
4.81)
Tabel 4.12 Hasil Uji Besar Efek Peningkatan Rerata Skor Pretest ke PosttestI Kemampuan
Evaluasi
No Kelompok t t2 df r R
2 % Efek
1 Kontrol 1,45 2,10 30 0,24 0,06 6 Kecil
2 Eksperimen 6,87 47,2 30 0,78 0,61 61 Besar
Skor rerata kelompok eksperimen (M = 0,903, SE = 0,13139) lebih tinggi
daaripada kelompok kontrol (M = 0,2797, SE = 0,19175). Hasil uji peningkatan
rerata skor pretest ke posttest I eksperimen untuk kemampuan evaluasi
menunjukkan harga p = 0,000 (p < 0,05) maka Hnull ditolak dan Hi diterima.
Artinya, ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest ke posttest I pada
kelompok eksperimen terhadap kemampuan evaluasi. Sedangkan pada kelompok
kontrol untuk kemampuan evaluasi menunjukkan bahwa harga p = 0,155 (p >
0,05) maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya, tidak ada perbedaan yang
signifikan antara skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol terhadap
kemampuan evaluasi. Persentase besar pengaruh penerapan model PBL pada
kelompok eksperimen lebih besar daripada persentase pengaruh metode ceramah
pada kelompok kontrol. Besar pengaruh penerapan model PBL pada kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
eksperimen terhadap kemampuan evaluasi adalah 0,78 atau 61% yang setara
dengan efek besar, sedangkan besar pengaruh metode ceramah pada kelompok
kontrol terhadap kemampuan evaluasi adalah 0,24 atau 6% yang setara dengan
efek kecil.
3. Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan posttest I
Uji korelasi ini dilakukan untuk mengetahui apakah korelasi antara rerata
pretest dan posttest I positif dan signifikan. Uji korelasi juga untuk memastikan
kontrol terhadap ancaman validitas internal penelitian berupa regresi statistik.
Regresi statstik adalah siswa yang mendapat skor ekstrim rendah pada waktu
pretest memiliki kecenderungan mendapat skor pada saat posttest mendekati mean
sementara siswa yang mendapat skor tinggi pada saat pretest memiliki
kecenderungan mendapat skor posttest mendekati mean. Positif berarti semakin
tinggi pretest semakin tinggi pula posttest I, signifikan berarti hasil skor korelasi
tersebut dapat digeneralisasi pada populasi. Sedangkan negatif artinya, apabila
skor siswa pada pretest tinggi posttest akan rendah dan sebaliknya apabila skor
pretest rendah maka posttest akan tinggi. Kondisi ideal adalah jika nilai postif dan
signifikan. Kondisi tidak ideal apabila hasil korelasi menunjukkan nilai negatif
dan signifikan karena ancamannya nyata. Bila hasil korelasi menunjukkan nilai
negatif dan signifikan berarti data kurang bisa dipercaya.
Data yang diambil dari rerata skor pretest dan rerata skor posttest I pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen terdistribusi normal, sehingga
menggunakan rumus Pearson Correlation untuk data normal. Tingkat
kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolak
Hnull adalah jika harga Sig. (2-tailed) < 0,05 (Field,2009: 53). Hasil uji korelasi
antara rerata pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut (lihat Lampiran 4.9.1).
Tabel 4.13 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I , Kemampuan Evaluasi
No Kelompok Pearson Correlation Sig.(2-tailed) Keputusan
1 Kontrol -0,281 0,126
Negatif dan
tidak
signifikan
2 Eksperimen 0,205 0,268
Positif dan
tidak
signifikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Berdasarkan hasil uji korelasi antara rerata pretest dan posttest I, harga
sig. (2-tailed) pada kelompok kontrol adalah 0,126 atau p > 0,05, berati Hnull
diterima dan Hi ditolak. Maka, tidak ada korelasi/ hubungan yang signifikan
antara hasil rerata pretest dan hasil rerata posttest I pada kemampuan evaluasi
kelompok kontrol. Hasil Pearson correlation kelompok kontrol menunjukkan -
0,281 , maka korelasi antara pretest dan posttest I termasuk pada kategori sangat
kecil. Harga Pearson correlation menunjukkan nilai negatif artinya apabila rerata
skor siswa di pretest rendah maka hasil rerata skor siswa di posttest I tinggi,
begitu pula sebaliknya apabila rerata skor siswa di pretest tinggi maka hasil rerata
skor siswa di posttest I akan tinggi pada kelompok kontrol.
Data kelompok eksperimen menunukkan Pearson Correlation 0,205 dan
harga Sig. (2-tailed) adalah 0,268. Hal tersebut menunjukkan bahwa Sig. (2-
tailed) > 0,05 yang berarti bahwa Hnull diterima dan Hi ditolak. Maka, tidak ada
korelasi/hubungan yang signifikan antara hasil rerata pretest dan hasil rerata
posttest I kemampuan evaluasi kelompok eksperimen. Hasil Pearson correlation
menunjukkan 0,205, maka korelasi antara rerata pretest dan posttest I termasuk
pada kategori sedang. Harga Pearson correlation menunjukkan nilai positif
artinya apabila rerata skor siswa di pretest rendah maka hasil rerata skor siswa di
posttest I rendah, begitu juga sebaliknya apabila rerata skor siswa di pretest tinggi
maka hasil rerata skor siswa di posttest I tinggi pada kelompok eksperimen.
Meskipun demikian, hasil korelasi tersebut tidak dapat digeneralisasikan ke
populasi, karena data tersebut tidak signifikan.
4. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan
Uji retensi pengaruh perlakuan bertujuan untuk mengetahui apakah
perlakuan yang diberikan masih kuat atau memiliki efek yang sama setelah
beberapa waktu. Uji retensi penagaruh perlakuan dilakukan dengan memberikan
posttest II pada kelompok kontrol maupun eksperimen minimal satu minggu
setelah pelaksanaan pottest I. Statistik parametrik Paired samples t-test digunakan
dalam uji retensi pengaruh perlakuan karena data yang diuji adalah data normal
dan dalam kelompok yang sama (Field, 2009: 325). Tingkat kepercayaan yang
digunakan adalah 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah Sig.
(2-tailed) < 0,05 (Field, 2009: 53). Hasil uji retensi pengaruh perlakuan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen dapat dilihat dalam tabel 4.14
(lihat Lampiran 4.10.1.3).
Tabel 4.14 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Evaluasi
Rerata Peningkatan
(%)
Sig.
(2-tailed) Keputusan Posttest
I
Posttest
II
1 Kontrol 2,5806 2,1935 - 15 0,042 Ada perbedaan
2 Eksperimen 3,2365 3,1613 - 2 0,394 Tidak ada
perbedaan
Rerata kelompok eksperimen (M = -0,07516, SE = 0,08698) lebih tinggi
daripada rerata kelompok kontrol (M = -0,38710, SE = 0,08698). Hasil uji retensi
pengaruh perlakuan skor posttest I ke posttest II kelompok kontrol terhadap
kemampuan evaluasi menunjukkan harga p = 0,042, (p < 0,05), maka Hnull
ditolak dan Hi diterima. Artinya, ada perbedaan skor signifikan dari skor posttest I
ke posttest II pada kelompok kontrol terhadap kemampuan evaluasi. Kesimpulan
yang dapat ditarik adalah terjadi penurunan skor yang signifikan dari skor posttest
I ke posttest II pada kelompok kontrol terhadap kemampuan evaluasi. Sedangkan
pada kelompok eksperimen harga p = 0,394 (p > 0,05), maka Hnull diterima dan
Hi ditolak. Artinya, tidak ada perbedaan skor yang signifikan dari skor posttest I
ke skor posttest II kelompok eksperimen terhadap kemampuan evaluasi.
Persentase kenaikan rerata posttest I ke posttest II pada kelompok eksperimen
lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan
skor kelompok eksperimen sebesar -2% atau mengalami penurunan sebesar 2%,
sedangkan kelompok kontrol mengalami peningkatan skor sebesar -12 % atau
mengalami penurunan sebesar 12%. Peningkatan skor dari pretest, posttest I, dan
posttest II terhadap kemampuan evaluasi pada kelompok kontrol dan eksperimen
dapat dilihat pada grafik berikut ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Gambar 4.3 Grafik Pretest, Posttest I, dan Posttest II
Kemampuan Evaluasi
Untuk memastikan apakah capaian skor rerata posttest II berbeda atau tidak
dengan posttest I maka dilakukan analisis terhadap perbedaan skor posttest I dan
posttest II dengan menggunakan Paired samples t-test karena data yang diuji
adalah data berdistribusi normal dari kelompok yang sama (Field, 2009: 325).
Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Kriteria yang digunakan untuk
menolak Hnull adalah Sig. (2-tailed) < 0,05 (Field, 2009:53). Berikut adalah hasil
uji signifikansi skor pretest ke posttest II yang dapat dilihat pada tabel 4.15 (lihat
Lampiran 4.10.1.2)
Tabel 4.15 Hasil Uji Peningkatan Skor Pretest ke Posttest II
Berdasarkan tabel 4.26 diketahui bahwa hasil uji signifikansi skor pretest ke
posttest II pada kelompok kontrol terhadap kemampuan evaluasi menunjukkan
harga Sig. (2-tailed) sebesar 0,023 (p < 0,023) dan harga Sig. (2-tailed) pada
kelompok eksperimen sebesar 0,000 (p < 0,05), maka Hnull ditolak dan Hi
2.3 2.51 2.19
2.33
3.23 3.16
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
Pretest Posttest I Posttest II
Kontrol
Eksperimen
No Kelompok Rerata Sig.
(2-tailed) Keputusan
Pretest Posttest II
1 Kontrol 2,3010 2,1935 0,023 Ada
perbedaan
2 Eksperimen 2,3326 3,1613 0,000 Ada
perbedaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
diterima, sehingga ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest
II pada kelompok kontrol dan eksperimen.
4.1.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian II
Hipotesis penelitian II adalah penerapan model PBL berpengaruh terhadap
kemampuan inferensi pada mata pelajaran IPA dengan materi bagian tumbuhan
dan fungsinya pada kelas IV SD Kanisius Sengkan tahun ajaran 2016/2017.
Variabel dependen pada hipotesis tersebut adalah kemampuan inferensi,
sedangkan variabel independen adalah penerapan model PBL. Instrumen yang
digunakan untuk mengukur variabel dependen terdiri dari 2 soal uraian yaitu item
soal nomor 3 yang mengandung indikator menilai kebenaran suatu pernyataan
tentang daun, menilai kebenaran pernyataan mengenai bagian akar, menilai
kebenaran pernyataan mengenai fungsi batang dan item soal nomor 4 yang
mengandung indikator menguji pandangan dalam menentukan solusi
permasalahan akar, mengemukakan alternatif-alternatif untuk memecahkan
masalah, tepat menentukan pemecahan masalah.
Hasil analisis secara keseluruhan dihitung menggunakan program statistik
IBM SPSS Statistics 22 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95%. Tahapan
analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut. 1) Uji normalitas distribusi
data untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak, sehingga dapat
dilakukan analisis tahap selanjutnya menggunakan statistik parametrik atau
nonparametrik. 2) Uji perbedaan kemampuan awal dilakukan untuk mengetahui
kemampuan awal siswa pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. 3) Uji
signifikansi pengaruh perlakuan. 4) Uji besar pengaruh perlakuan. 5) Perhitungan
persentase peningkatan rerata pretest ke posttest. 6) Uji besar efek peningkatan
rerata pretest ke posttest. 7) Uji korelasi rerata pretest ke posttest. 8) Uji retensi
pengaruh perlakuan.
4.1.4.1 Uji Normalitas Distribusi Data
Uji normalitas distribusi data dilakukan untuk mengetahui apakah data
berdistribusi normal atau tidak sehingga untuk menentukan jenis statistik yang
digunakan dalam menganalisis data selanjutnya (Field, 2009: 144). Data dari
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen diuji normalitasnya menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
One Samples Kolmogorov-Smirnov test. Data yang diuji normalitasnya yaitu data
pretest, posttest I, posttest II dan selisih pretest ke posttest I.
Kritera yang digunakan untuk kesimpulan uji normalitas data adalah sebagai
berikut: 1) Jika harga Sig. (2-tailed) > 0,05, distribusi data normal. Jika data
terdistribusi normal, maka teknik statistik inferensial yang digunakan yaitu
statistik parametrik uji t (independent-samples t-test dan paired-samples t-test). 2)
Data dikatakan tidak normal apabila harga Sig. (2-tailed) < 0,05, distribusi data
tidak normal. Jika data terdistribusi tidak normal, maka teknik statistik yang
digunakan yaitu statistik nonparametrik dalam hal ini yaitu Mann-Whitney U test
atau Wilcoxon (Priyatno, 2012: 136). Hasil uji normalitas kemampuan inferensi
pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut
(lihat Lampiran 4.3.2)
Tabel 4.16 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Kemampuan Inferensi
No Aspek Sig. (2-
tailed)
Shapiro-Wilk Keterangan
Kelompok Kontrol
1 Pretest 0,088 0,172 Normal
2 posttestI 0,200 0,219 Normal
3 posttestII 0,058 0,461 Normal
4 Selisih rerata skor pretest posttestI 0,195 0,229 Normal
Kelompok Eksperimen
5 Pretest 0,200 0,225 Normal
6 Posttest I 0,082 0,072 Normal
7 Posttest II 0,194 0,682 Normal
8 Selisih rerata skor pretest posttest
I
0,128 0,70 Normal
Tabel 4.16 menunjukkan harga Sig. (2-tailed) > 0,05 untuk semua aspek.
Aspek yang dimaksud adalah pretest, posttest I, posttest II dan selisih pretest ke
posttest I untuk kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Namun hasil uji
normalitas data menggunakan Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa
beberapa aspek memiliki catatan pada hasilnya sehingga peneliti juga
menggunakan uji Saphiro-Wilk untuk melengkapi. Peneliti menggunakan
Saphiro-Wilk karena Saphiro-Wilk cocok untuk penelitian yang jumlah
respondennya kurang dari 50, selain itu hasil perhitungan Saphiro-Wilk lebih
akurat (Field, 2009: 148). Hasil uji menggunakan Saphiro-Wilk juga menunjukkan
bahwa semua memiliki distribusi data normal sehingga analisis selanjutnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
menggunakan statistik parametrik. Statistik parametrik dengan Independent
samples t-test digunakan untuk analisis data dari kelompok yang yang berbeda
yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen (Field, 2009: 326). Sedangkan
statistik nonparametrik dengan menggunakan Paired samples t-test digunakan
untuk analisis data dari kelompok yang sama, misalnya kelompok kontrol dengan
kelompok kontrol atau kelompok eksperimen dengan kelompok eksperimen.
4.1.4.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal
Uji perbedaan kemampuan awal bertujuan untuk mengetahui apakah
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen memiliki kemampuan awal yang
sama atau berbeda terhadap kemampuan inferensi, sehingga kedua kelompok
dapat dibandingkan. Uji perbedaan kemampuan awal skor pretest pada kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen menggunakan uji statistik parametrik dalam hal
ini Independent samples t-test. Sebelum dilakukan analisis ini perlu dilakukan uji
asumsi untuk memeriksa homogenitas varians dengan Levene’s test. Jika harga
Sig. > 0,05 ada homogenitas varians pada kedua data yang dibandingkan
sedangkan jika harga Sig. < 0,05 tidak ada hmogenitas varians pada kedua data
yang dibandingkan (Field, 2009: 150). Berikut adalah tabel hasil uji asumsi
homogenitas varians (lihat Lampiran 4.4.2)
Tabel 4.17 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians
Uji Statistik F Sig. Keputusan
Levene‟s Test for
Equality of Variances 1,516 0,223 Homogen
Levene’s test dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan harga F =
1,516 dan harga Sig. = 0,223 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
homogenitas varians. Apabila variansnya homogen maka data uji statistik
Independent samples t-test yang diambil adalah data pada baris pertama output
SPSS (Field, 2009: 340).
Tingkat kepercayaan untuk melakukan uji perbedaan kemampuan awal
adalah 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah jika Sig. (2-
tailed) < 0,05 (Field, 2009: 53). Hasil uji perbedaan kemampuan awal dari
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah sebagai berikut (lihat
Lampiran 4.4.2).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Tabel 4.18 Hasil Uji Perbedaan Rerata Pretest Kemampuan Inferensi
Uji Statistik Sig. (2-tailed) Keputusan
Independent samples t-test 0,511 Tidak ada perbedaan
Berdasarkan analisis uji perbandingan, skor pretest kelompok eskperimen
(M = 2,3977 SE = 0,11398) lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol (M =
2,2797, SE = 0,13750) Perbedaan tersebut tidak signifikan dengan t (60) = -0,661
dan p = 0,511 (p > 0,05) sehingga Hnull diterima dan Hi ditolak, artinya tidak ada
perbedaan yang signifikan antara rerata skor pretest pada kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen. Kesimpulan dari hasil uji rerata pretest yaitu kedua
kelompok memiliki kemampuan awal yang sama untuk kemampuan inferensi.
4.1.4.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan
Uji signifikansi pengaruh perlakuan bertujuan untuk mengetahui pengaruh
penerapan model PBL terhadap kemampuan inferensi dengan melihat perbedaan
rerata selisih skor pretest dan posttest I pada kedua kelompok. Secara prinsip,
untuk mengetahui pengaruh perlakuan digunakan rumus: (O2- O1)- (O4-O3) yaitu
dengan mengurangkan selisih skor posttest I- pretest pada kelompok eksperimen
dengan selisih skor posttest I- pretest pada kelompok kontrol (Cohen, 2007: 277).
Jika hasil perhitungan lebih besar dari 0, maka ada pengaruh. Hasil perhitungan
menunjukkan selisih skor posttest I- pretest pada kelompok eksperimen sebesar
0,8497 dan selisih posttest I- pretest pada kelompok kontrol sebesar 0,1394. Besar
pengaruh perlakuan yang diperoleh adalah 0,7103 didapat dari selisih 0,8497 -
0,1394), maka ada pengaruh penerapan model PBL terhadap kemampuan
inferensi. Untuk mengetahui apakah pengaruhnya signifikan atau tidak, akan
dianalisis dengan statistik selanjutnya.
Uji normalitas distribusi data menunjukkan bahwa rerata selisih skor
pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
berdistribusi normal maka analisis statistik yang digunakan adalah statistik
parametrik, karena data berasal dari kelompok berbeda maka menggunakan
Independent samples t-test (Field, 2009: 326).
Sebelum dilakukan uji statistik, perlu dilakukan uji asumsi terhadap
homogenitas varians dengan melihat harga Sig. Levene’s test untuk mengetahui
signifikansi pengaruh perlakuan. Jika harga Sig. < 0,05 maka tidak terdapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
homogenitas varians pada dua data yang dibandingkan (Field, 2009: 340). Jika
harga Sig. > 0,05 maka terdapat homogenitas varians pada dua data yang
dibandingkan. Hasil uji asumsi homogenitas varians dapat dilihat pada tabel 4.19
berikut (Lihat lampiran 4.5.2).
Tabel 4.19 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians
Uji Statistik F Sig. Keputusan
Levene’s Test for
Equality of Variances 1,459 0,232 Homogen
Hasil Levene’s test dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan bahwa
harga F = 1,459 dan harga Sig. = 0,232 (Sig. > 0,05), sehingga dapat disimpulkan
bahwa terdapat homogenitas varians data maka data uji statistik Independent
samples t-test yang diambil adalah data pada baris pertama output SPSS (Field,
2009: 340).
Tingkat kepercayaan yang digunakan untuk uji signifikansi pengaruh
perlakuan adalah 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah jika
Sig. (2-tailed) < 0,05 (Field, 2009: 53). Tabel 4.20 menunjukkan hasil uji
signifikansi pengaruh perlakuan pada kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen terhadap kemampuan inferensi (lihat lampiran 4.5.2).
Tabel 4.20 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Inferensi
Uji Statistik Sig. (2-tailed) Keputusan
Independent samples t-test 0,002 Ada perbedaan
Berdasarkan analisis uji perbandingan, skor pretest kelompok eskperimen (M
= 0,8497, SE = 0,13456) lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol (M =
0,1394, SE = 0,17991). Perbedaan skor tersebut signifikan dengan t(60) = -3,162
dan p = 0,002 (p < 0,05) maka harga Hnull ditolak dan Hi diterima, dengan
demikian ada perbedaan yang signifikan antara rerata selisih skor pretest ke
posttest I kemampuan inferensi pada kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen. Kesimpulan dari hasil uji signifikansi pengaruh perlakuan adalah
pernerapan model PBL berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan
inferensi. Hasil perbandingan rerata selisih skor pretest ke posttest I kemampuan
inferensi pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat dalam
diagram berikut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Gambar 4.4 Diagram Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I Kemampuan Inferensi
4.1.4.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan
Uji besar pengaruh perlakuan (effect size) bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh penerapan model PBL terhadap kemampuan evaluasi.
Data yang diperoleh terdistribusi dengan normal, sehingga rumus yang digunakan
adalah rumus koefisien korelasi Pearson untuk data normal (Field, 2009: 57).
Uji besar pengaruh perlakuan dilakukan dengan mengambil nilai t pada
perhitungan menggunakan Independent samples t-test. Persentase pengaruh
perlakuan didapat dengan menghitung koefisien determinasi (R2) dengan cara
menguadratkan harga r (harga koefisien korelasi Pearson yang didapat) kemudian
dikalikan 100% (Field, 2009: 179). Besarnya pengaruh penerapan model PBL
pada kelompok eksperimen terhadap kemampuan inferensi adalah r = 0,37 atau
14%. Berdasarkan kriteria yang digunakan untuk menentukan besarnya efek,
maka hasil perhitungan r setara dengan efek menengah. Berikut adalah hasil
perhitungan effect size terhadap kemampuan inferensi (lihat lampiran 4.6).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Tabel 4.21 Hasil Uji Effect Size terhadap Kemampuan Inferensi
Kelompok Kontrol dan Eksperimen
Variabel T t2 df r R
2 % Efek
Menginferensi 3,162 9,9 60 0,37 0,14 14 Menengah
4.1.4.5 Analisis Lebih Lanjut
1. Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
Perhitungan persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I ini dilakukan
untuk mengetahui persentase peningkatan rerata dari pretest ke posttestI baik pada
kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Analisis perhitungan persentase
peningkatan rerata pretest ke posttest I dilakukan dengan mengambil data rerata
skor pretest dan posttest I pada uji normalitas data menggunakan One samples
Kolmogorov-Smirnov test. Persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I
didapat dengan membagi selisih rerata pretest-posttest I dengan rerata pretest,
kemudian dikali 100%. Hasil perhitungan persentase peningkatan rerata skor
pretest ke posttest I dapat dilhat pada tabel 4.22 berikut ini (lihat lampiran 4.7.1)
Tabel 4.22 Hasil Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Skor Pretest ke posttest I
Kemampuan Inferensi
No Kelompok Rerata
Peningkatan (%)
Signifikan
si
Keputusan
Pretest Posttest I
1 Kontrol 2,27 2,41 6 0,445 Tidak
signifikan
2 Eksperimen 2,39 3,24 35 0,000 Signifikan
Data pada tabel 4.22 menunjukkan rerata pretest kelompok kontrol sebesar
2,27 dan rerata pretest kelompok eksperimen sebesar 2,39. Sedangkan rerata
posttest I kelompok kontrol sebesar 2,41 dan rerata posttest I kelompok
eksperimen sebesar 3,24. Hasil perhitungan persentase peningkatan rerata pretest
ke posttest I pada kelompok kontrol sebesar 6%, sedangkan pada kelompok
eksperimen sebesar 35%. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah terjadi
peningkatan skor pretest ke posttest I baik pada kelompok kontrol maupun
kelompok eksperimen pada kemampuan inferensi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Persentase peningkatan skor pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen
lebih tinggi daripada kelompok kontrol yaitu sebesar 35%, sedangkan kelompok
kontrol sebesar 6%. Hal ini diperjelas dengan gambar 4.5 menggunakan grafik
poligon untuk melihat perbedaan selisih pretest-posttest I pada kelompok kontrol
dan kelompok eksperimen. Berikut grafik yang menunjukkan frekuensi selisih
pretest-posttest I (gain score) pada kedua kelompok.
Grafik 4.5 Gain score Kelompok Kontrol dan Eksperimen pada
Kemampuan Inferensi
Berdasarkan grafik gain score di atas, gain terendah pada kelompok kontrol
adalah -2,33, sedangkan gain score terendah pada kelompok eskperimen adalah -
1,00. Gain tertinggi kelompok kontrol sebesar 2,33, sedangkan gain tertinggi pada
kelompok eksperimen adalah 2,67. Hal ini menunjukkan bahwa selisih pretest-
posttest I pada kelompok eksperimen lebih dominan daripada selisih pretest-
posttest I pada kelompok kontrol.
Frekuensi siswa yang mendapat nilai ≥ 0 pada kelompok kontrol ada 22 anak,
sedangkan pada kelompok eksperimen ada 29 anak. Nilai 0 merupakan nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
tengah gain score yang didapat dengan menghitung 50% dari nilai tertinggi.
Presentase gain score ≥ 0 pada kelompok kontrol sebesar 70%, sedangkan
persentase gain score ≥ 0 pada kelompok eksperimen sebesar 93%. Dengan kata
lain 70% siswa pada kelompok kontrol diuntungkan dengan penerapan metode
ceramah, sedangkan 93% siswa pada kelompok eksperimen diuntungkan dengan
penerapan model Problem Based Learning. Dengan demikian, penerapan model
Problem Based Learning memiliki persentase peningkatan yang lebih dominan
daripada metode ceramah.
2. Uji Besar Efek Peningkatan Rerata Rerata Pretest ke Posttest I
Uji besar efek peningkatan rerata pretest ke posttest I ini dilakukan untuk
mengetahui besar efek peningkatan rerata dari pretest ke posttest I baik pada
kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Teknik statistik yang digunakan
adalah paired samples t-test karena data yang diuji adalah data normal dan berasal
dari kelompok yang sama (Field, 2009: 325). Teknik analisis data menggunakan
tingkat kepercayaan 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah
jika harga Sig. (2-tailed) < 0,05 (Field, 2009: 53). Hasil uji peningkatan rerata
skor pretest ke posttest I dapat dilihat pada tabel 4.23 berikut (lihat Lampiran
4.82)
Tabel 4.23 Hasil Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Skor Pretest ke posttest I Kemampuan
Inferensi
No Kelompok t t2 df r R
2 % Efek
1 Kontrol 0,78 0,60 30 0,14 0,02 2 Kecil
2 Eksperimen 6,31 39,8 30 0,77 0,60 60 Besar
Skor rerata kelompok eksperimen (M = 0,84968, SE = 0,13456) lebih tinggi
daripada skor yang diperoleh kelompok kontrol (M = 0,13935, SE = 0,17991).
Hasil uji signifikansi peningkatan rerata skor pretest ke posttest I pada kelompok
kontrol untuk kemampuan inferensi menunjukkan bahwa harga p = 0,445 (p >
0,05), maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya, tidak ada perbedaan yang
signifikan antara skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol terhadap
kemampuan inferensi. Sedangkan hasil uji peningkatan rerata skor pretest ke
posttest I pada kelompok eksperimen untuk kemampuan inferensi menunjukkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
harga p = 0,000 (p < 0,05), maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya, ada
perbedaan yang signifikan antara skor pretest ke posttest I pada kelompok
eksperimen terhadap kemampuan inferensi.
Persentase besar pengaruh penerapan model PBL pada kelompok eksperimen
lebih besar daripada persentase pengaruh metode ceramah pada kelompok kontrol.
Besar pengaruh penerapan model PBL pada kelompok eksperimen terhadap
kemampuan inferensi adalah 0,77 atau 60% yang setara dengan efek besar,
sedangkan besar pengaruh metode ceramah pada kelompok kontrol terhadap
kemampuan inferensi adalah 0,14 atau 2% yang setara dengan efek kecil.
3. Uji Korelasi antara Rerata Pretest ke Posttest I
Uji korelasi ini dilakukan untuk mengetahui apakah korelasi antara rerata
pretest dan posttest I positif dan signifikan. Uji korelasi juga untuk memastikan
kontrol terhadap ancaman validitas internal penelitian berupa regresi statistik.
Positif berarti semakin tinggi pretest semakin tinggi pula posttest I, signifikan
berarti hasil skor korelasi tersebut dapat digeneralisasi pada populasi. Sedangkan
negatif artinya, apabila skor siswa pada pretest tinggi posttest akan rendah dan
sebaliknya apabila skor pretest rendah maka posttest akan tinggi. Kondisi ideal
adalah jika nilai postif dan signifikan. Kondisi tidak ideal apabila hasil korelasi
menunjukkan nilai negatif dan signifikan karena ancamannya nyata. Bila hasil
korelasi menunjukkan nilai negatif dan signifikan berarti data kurang bisa
dipercaya.
Data yang diambil dari rerata skor pretest dan rerata skor posttest I pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen terdistribusi normal, sehingga
menggunakan rumus Pearson Correlation untuk data normal. Tingkat
kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolak
Hnull adalah jika harga Sig. (2-tailed) < 0,05 (Field,2009: 53). Hasil uji korelasi
antara rerata pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen dapat dilihat pada tabel 4.24 berikut (lihat Lampiran 4.9.2).
Tabel 4.24 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan posttestI Kemampuan Inferensi
No Kelompok Pearson Correlation Sig.(2-tailed) Keputusan
1 Kontrol 0,126 0,499 Positif dan tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
signifikan
2 Eksperimen 0,127 0,496 Positif dan tidak
signifikan
Berdasarkan hasil uji korelasi antara rerata pretest dan posttest I, harga sig.
(2-tailed) pada kelompok kontrol adalah 0,499 atau p > 0,05, berati Hnull diterima
dan Hi ditolak. Maka, tidak ada korelasi/ hubungan yang signifikan antara hasil
rerata pretest dan hasil rerata posttest I pada kemampuan inferensi kelompok
kontrol. Hasil Pearson correlation kelompok kontrol menunjukkan 0,126 , maka
korelasi antara pretest dan posttest I termasuk pada kategori kecil. Harga Pearson
correlation menunjukkan nilai positif artinya apabila rerata skor siswa di pretest
rendah maka hasil rerata skor siswa di posttest I rendah, begitu pula sebaliknya
apabila rerata skor siswa di pretest tinggi maka hasil rerata skor siswa di posttest I
akan tinggi pada kelompok kontrol. Karena hasil korelasi menunjukkan nilai
positif maka ancaman pada validitas internal tidak terjadi.
Data kelompok eksperimen menunjukkan Pearson Correlation 0,127 dan
harga Sig. (2-tailed) adalah 0,496. Hal tersebut menunjukkan bahwa Sig. (2-
tailed) > 0,05 yang berarti bahwa Hnull diterima dan Hi ditolak. Maka, tidak ada
korelasi/hubungan yang signifikan antara hasil rerata pretest dan hasil rerata
posttest I kemampuan inferensi kelompok eksperimen. Hasil Pearson correlation
menunjukkan 0,127, maka korelasi antara rerata pretest dan posttest I termasuk
pada kategori kecil. Harga Pearson correlation menunjukkan nilai positif artinya
apabila rerata skor siswa di pretest rendah maka hasil rerata skor siswa di posttest
I rendah, begitu juga sebaliknya apabila rerata skor siswa di pretest tinggi maka
hasil rerata skor siswa di posttest I tinggi pada kelompok eksperimen. Meskipun
demikian, hasil korelasi tersebut tidak dapat digeneralisasikan ke populasi, karena
data tersebut tidak signifikan.
4. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan
Uji retensi pengaruh perlakuan bertujuan untuk mengetahui apakah
perlakuan yang diberikan masih kuat atau memiliki efek yang sama setelah
beberapa waktu. Uji retensi penagaruh perlakuan dilakukan dengan memberikan
posttest II pada kelompok kontrol maupun eksperimen., minimal satu minggu
setelah pelaksanaan pottest I. Statistik parametrik Paired samples t-test digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
dalam uji retensi pengaruh perlakuan karena data yang diuji adalah data normal
dan dalam kelompok yang sama (Field, 2009: 325). Tingkat kepercayaan yang
digunakan adalah 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah Sig.
(2-tailed) < 0,05 (Field, 2009: 53). Hasil uji retensi pengaruh perlakuan pada
kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen dapat dilihat dalam tabel 4.25
(lihat Lampiran 4.10.2.3).
Tabel 4.25 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Inferensi
Rerata kelompok eksperimen (M = -0,032, SE = 0,088) t (30) = -0,370 lebih
tinggi daripada rerata kelompok kontrol (M = -0,139, SE = 0,063) t(30) = -2,210.
Hasil uji retensi pengaruh perlakuan skor posttest I ke posttest II kelompok
kontrol terhadap kemampuan inferensi menunjukkan harga p = 0,035 (p < 0,05),
maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya, ada perbedaan skor signifikan dari
skor posttest I ke posttest II pada kelompok kontrol terhadap kemampuan
inferensi. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah ada terjadi penurunan skor yang
signifikan dari skor posttest I ke posttest II pada kelompok kontrol terhadap
kemampuan evaluasi. Sedangkan pada kelompok eksperimen harga p = 0,714 (p
> 0,05), maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya, tidak ada perbedaan skor
yang signifikan dari skor posttest I ke skor posttest II kelompok eksperimen
terhadap kemampuan inferensi.
Persentase kenaikan rerata posttest I ke posttest II pada kelompok eksperimen
lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan
kelompok eksperimen sebesar -0,9% atau mengalami penurunan sebesar 0,9%,
sedangkan kelompok kontrol sebesar -5% atu mengalami penurunan sebesar 5%.
Peningkatan skor dari pretest, posttest I, dan posttest II terhadap kemampuan
inferensi pada kelompok kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada grafik berikut
ini.
No Kelompok
Rerata Peningkatan
(%)
Sig.
(2-
tailed)
Keputusan Posttest I Posttest II
1 Kontrol 2,5806 2,1935 -5 0,035 Ada
perbedaan
2 Eksperimen 3,2365 3,1613 -0,9 0,714 Tidak ada
perbedaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Gambar 4.6 Grafik Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan Inferensi
Untuk memastikan apakah capaian skor rerata posttest II berbeda atau tidak
dengan posttest I maka dilakukan analisis terhadap perbedaan skor posttest I dan
posttest II dengan menggunakan Paired samples t-test karena data yang diuji
adalah data berdistribusi normal dari kelompok yang sama (Field, 2009: 325).
Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Kriteria yang digunakan untuk
menolak Hnull adalah Sig. (2-tailed) < 0,05 (Field, 2009:53). Berikut adalah hasil
uji signifikansi skor pretest ke posttest II yang dapat dilihat pada tabel 4.26 (lihat
Lampiran 4.10.2.2)
Tabel 4.26 Hasil Uji Peningkatan Skor Pretest ke Posttest II
2.27 2.41
2.28
2.39
3.24
3.21
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
Pretest Posttest I Posttest II
Kontrol
Eksperimen
No Kelompok Rerata Sig.
(2-tailed)
Keputusan
Pretest Posttest
II
1 Kontrol 2,2797 2,2797 1,00 Tidak ada
perbedaan
2 Eksperimen 2,3977 3,2148 0,000 Ada
perbedaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Berdasarkan tabel 4.26 diketahui bahwa hasil uji signifikansi skor pretest ke
posttest II pada kelompok kontrol terhadap kemampuan evaluasi menunjukkan
harga Sig. (2-tailed) sebesar 1,00 (p > 0,05) , maka Hnull diterima dan Hi ditolak,
sehingga tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest II
pada kelompok kontrol. Sedangkan skor pretest ke posttest II pada kelompok
eksperimen menunjukkan harga Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 (p < 0,05), maka
Hnull ditolak dan Hi diterima, sehingga ada perbedaan yang signifikan antara skor
pretest ke posttest pada kelompok eksperimen.
4.2 Pembahasan
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penerapan model PBL
terhadap kemampuan evaluasi dan inferensi siswa kelas IV SD Kanisiuas
Sengkan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2016/20017 pada mata pelajaran
IPA materi bagian tumbuhan dan fungsinya. Penlitian ini menerapkan model PBL
pada kelompok eksperimen dan ceramah pada kelompok kontrol. Kegiatan
pembelajaran pada kelompok eksperimen berbeda dengan kegiatan pembelajaran
pada kelompok kontrol. Siswa pada kelas eksperimen mengikuti pembelajaran
dengan aktif melakukan proses berpikir melalui kegiatan percobaan dan interaksi
dengan guru, teman, serta lingkungan. Siswa pada kelas kontrol mengikuti
kegiatan pembelajaran dengan mendengarkan penjelasan materi dari guru. Siswa
pada kelas eksperimen memiliki kesempatan untuk mengembangkan kemampuan
evaluasi dan menginferensi lebih banyak daripada kelas kontrol ketika
pembelajaran berlangsung.
Penelitian eksperimen memiliki karakteristik tersendiri dalam penelitian
kuantitatif karena variabel bebasnya berupa perlakuan (treatment) yang akan
dilihat pengaruhnya terhadap variabel terikat. Untuk dapat mengetahui pengaruh
dari variabel bebas terhadap variabel terikat, peneliti perlu melakukan kontrol
terhadap variabel-variabel di luar variabel yang diteliti. Mengontrol variabel
berarti peneliti melakukan pengendalian sedemikian rupa sehingga peneliti dapat
menghilangkan pengaruh variabel di luar variabel yang diteliti. Tujuan
mengontrol variabel tersebut adalah untuk menghilangkan bias yang kemungkinan
muncul karena pengaruh variabel di luar variabel yang diteliti. Campbell dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Stanley (dalam Ary, 2011: 360-364) mengidentifikasi faktor atau ancaman utama
terhadap validitas internal, yaitu:
1. Sejarah (history)
Setiap kejadian atau perlakuuan yang terjadi di antara pretest dan posttest pada
kelompok yang diteliti di luar treatment dapat mempengaruhi hasil posttest pada
variabel dependen (Johnson & Christensen, 2008: 260, Cohen, Manion, &
Morrison, 2007: 155). Kejadian tersebut misalnya workshop, ekstrakurikuler,
kursus, maupun acara TV, dengan perlakuan atau materi yang sama dengan yang
digunakan sebagai treatment penelitian. Creswell (2015: 595) menjelaskan bahwa
dalam eksperimen pendidikansulit untuk memiliki lingkungan yang dikontrol
secara ketat untuk memonitor seluruh kejadian. Pengendalian terhadap ancaman
validitas ini adalah dengan cara melakukan pretest ke posttest dalam jangkan
waktu yan singkat, minimal satu minggu.
2. Difusi treatment atau kontaminasi (diffusion of treatment or contamination)
Ancaman ini terjadi ketika kelompok kontrol dan kelompok eksperimen diam-
diam saling berkomunikasi dan sama-sama mempelajari treatment yang diberikan
pada kelompok eksperimen. Kontrol yang dapat dilakukan adalah dengan cara
memisahkan kedua kelompok dan meminta kedua kelompok berjanji untuk tidak
saling mempelajari treatment yang diberikan pada kelompok eksperimen
(Neuman, 2013: 130).
3. Perilaku kompensatoris
Ancaman ini terjadi ketika treatment yang diberikan di kelompok eksperimen
dan diketahui juga oleh kelompok kontrol yang tidak mendapatkan treatment
tersebut. Keuntungan yang diperoleh oleh kelompok eksperimen dirasa jauh lebih
banyak dibanding kelompok kontrol. Oleh karena itu, kelompok kontrol berusaha
menandingi kelompok eksperimen dengan belajar ekstra keras (Neuman, 2013:
330). Pengendalian pada ancaman ini adalah dengan cara memberi pengertian
pada kelompok kontrol bahwa sesudah penelitian mereka akan mendapatkan
treatment yang sama.
4. Maturasi (maturation)
Setiap perubahan biologis atau psikologis yang terjadi sepanjang waktu
penelitian bisa berpengaruh terhadap posttest pada variabel dependen (Johnson &
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Christensen, 2008: 261). Misalnya perubahan yang terjadi karena penuaan,
kebosanan, rasa lapar, rasa haus, kelelahan, atau tambahan pengalaman belajar di
luar penelitian. Pengendalian pada ancaman maturasi ini adalah dengan cara
melakukan penelitian dalam waktu yang singkat. Krathwohl (2004: 547)
menganjurkan untuk melakukan penelitian eksperimental dalam waktu yang
relatif singkat untuk menghindari ancaman terhadap validitas internal penelitian
akibat history, mortality, selection, and maturation).
5. Regresi statistik (statistical regression)
Regresi statistik adalah kecenderungan umum bahwa partisipan dengan hasil
skor pretest yang sangat tinggi biasanya memperoleh skor posttest yang lebih
rendah dan sebaliknya hasil pretest yang sangat rendah biasanya memperoleh skor
posttest yang lebih tinggi (Johnson & Christensen, 2008: 263). Pengendalian pada
ancaman ini adalah dengan cara dengan melakukan uji korelasi pada kedua
kelompok.
6. Mortalitas (mortality)
Perbedaan jumlah partisipan pada waktu pretest dan posttest akibat
mengundurkan diri dalam penelitian sehingga tidak ikut posttest dapat
berpengaruh terhadap validitas penelitian. Ancaman ini akan lebih besar untuk
penelitian yang dilakukan dalam jangka waktu yang lama. Hasil posttest dari
partisipan yang tersisa bisa jadi berbeda dengan jika dikerjakan oleh seluruh
partisipan yang sama pada saat pretest. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan
kelompok kontrol sehingga kurang lebih jumlah partisipan yang mengundurkan
diri sama.
7. Pengujian (testing)
Pretest pada awal penelitian bisa mempengaruhi hasil posttest sehingga hasil
posttest menjadi lebih tinggi dari jika tanpa ada pretest (Cohen, Manion, &
Morrison, 2007: 156). Dengan mengerjakan pretest kelompok yang diteliti sudah
tahu tentang apa yang ditargetkan, sudah memiliki pengalaman awal, dan menjadi
familiar dengan materi test sehingga lebih terfokus terhadap apa yang nantinya
dikerjakan pada saat posttest (Johnson & Christensen, 2008: 262). Pada penelitian
ini, peneliti menggunakan kelompok kontrol yang sama-sama mengerjakan pretest
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
sehingga mengurangi ancaman terhadap validitas internal ini karena kedua
kelompok sama-sama mendapatkan pretest.
8. Instrumentasi (instrumentation)
Setiap perubahan atau perbedaan instrumen pretest dan posttest yang
digunakan untuk mengukur variabel dependen akan meningkatkan ancaman
terhadap validitas internal penelitian (Johnson & Christensen, 2008: 262).
Instrumen yang tidak valid dan tidak reliabel menjadi ancaman serius terhadap
hasil penelitian. Pengendalian terhadap ancaman instrumentasi ini dilakukan
dengan cara menggunakan instrumen yang sama ketika pretest dan posttest.
9. Lokasi (location)
Ancaman ini terjadi ketika lokasi yang digunakan untuk pretest, posttest
maupun untuk implementasi treatment pada kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen terlalu berbeda (misalnya ukuran ruang, kenyamanan ruang,
kebisingan ruang, dsb), lokasi yang berbeda bisa menghasilkan skor posttest yang
berbeda (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 282). Pengendalian ancaman ini
adalah dengan menggunakan ruang yang kurang lebih sama pada kelompok
kontrol dan eksperimen
10. Karakteristik subjek (subject characteristics)
Ancaman ini terjadi ketika ada perbedaan karakteristik antara kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 282).
Pengendalian pada ancaman ini adalah dengan melakukan pretest terhadap kedua
kelompok untuk menguji kemampuan awal. Hasil pretest menunjukkan bahwa
kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang sama.
10. Implementasi (implementation)
Perbedaan guru yang mengajar pada kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen bisa berpengaruh pada skor posttest karena gaya mengajar guru
berbeda. Pengendalian pada ancaman ini adalah dengan menggunakan guru yang
sama pada kedua kelompok.
Setelah pengendalian yang dilakukan peneliti dengan sedemikian rupa,
peneliti berhasil mengontrol ancaman-ancaman terhadap validitas internal. Hasil
dari penelitian dapat dilihat pada pembahasan di bawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
4.2.1 Pengaruh Model PBL terhadap Kemampuan Evaluasi
Hipotesis I penelitian ini penerapan model PBL berpengaruh terhadap
kemampuan evaluasi siswa kelas IV SD Kanisius Sengkan Yogyakarta semester
gasal tahun ajaran 2016/2017 pada mata pelajaran IPA materi bagian tumbuhan
dan fungsinya. Hasil analisis data menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan model Problem Based Learning berpengaruh secara signifikan
terhadap kemampuan evaluasi. Hal tersebut dibuktikan dengan harga Sig. (2-
tailed) sebesar 0,009 (p < 0,05) artinya Hnull ditolak dan Hi diterima. Dengan kata
lain, ada perbedaan yang signifikan antara rerata selisih skor pretest dan posttest I
pada kelompok eskperimen dengan kelompok kontrol. Kesimpulan yang dapat
ditarik adalah penerapan model PBL berpengaruh secara signifikan terhadap
kemampuan evaluasi.
Sebaran data dari hasil pretest pada kemampuan evaluasi menunjukkan
bahwa kedua kelompok yaitu kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen
memperoleh nilai yang hampir sama. Hasil yang diperoleh kelompok kontrol pada
soal nomor 3a dengan indikator menilai kebenaran suatu pernyataan tentang daun
adalah 3 siswa yang mendapat nilai 1, 17 siswa yang mendapat nilai 2, 11 siswa
yang mendapat nilai 3, dan tidak ada yang mendapat nilai 4. Pada soal nomor 3b
dengan indikator menilai kebenaran pernyataan mengenai bagian akar ada 4 siswa
yang mendapat nilai 1, 18 siswa mendapat nilai 2, 9 siswa mendapat nilai 3, dan
tidak ada yang mendapat nilai 4. Pada soal nomor 3c dengan indikator menilai
kebenaran pernyataan mengenai fungsi batang 7 siswa mendapat nilai 1, 7 siswa
mendapat nilai 2, 16 siswa mendapat nilai 3, dan 1 siswa mendapat nilai 4. Jika
dikalkulasikan maka ada 14 siswa yang mendapat nilai 1, 42 siswa mendapat nilai
2, 36 siswa mendapat nilai 3, dan 1 siswa mendapat nilai 4. Hasil pretest yang
peroleh kelompok eksperimen pada kemampuan evaluasi tidak jauh berbeda
dengan kelompok kontrol. Pada soal nomor 3a dengan indikator menilai
kebenaran suatu pernyataan tentang daun ada 4 siswa yang mendapat nilai 1, 13
siswa mendapat nilai 2, 12 siswa mendapat nilai 3, dan 2 siswa mendapat nilai 4.
Pada soal nomor 3b dengan indikator menilai kebenaran pernyataan mengenai
bagian akar ada 4 siswa yang mendapat nilai 1, 18 siswa mendapat nilai 2, 9 siswa
mendapat nilai 3, dan tidak ada siswa yang mendapat nilai 4. Pada soal nomor 3c
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
dengan indikator menilai kebenaran pernyataan mengenai fungsi batang ada 1
siswa yang mendapat nilai 1, 17 siswa yang mendapat nilai 2, 12 siswa mendapat
nilai 3, dan 1 siswa mendapat nilai 4. Jika dikalkulasikan maka ada 9 siswa yang
mendapat nilai 1, 48 siswa mendapat nilai 2, 33 siswa mendapat nilai 3, dan 3
siswa mendapat nilai 4. Kelompok kontrol dan eksperimen memiliki modus yang
sama pada hasil pengerjaan pretest yaitu siswa yang mendapat nilai 2.
Hasil sebaran data posttest pada kemampuan evaluasi kelompok kontrol pada
soal nomor 3a dengan indikator menilai kebenaran suatu pernyataan tentang daun
adalah 3 siswa mendapat nilai 1, 12 siswa mendapat nilai 2, 13 siswa mendapat
nilai 3, dan 3 siswa mendapat nilai 4. Pada soal nomor 3b dengan indikator
menilai kebenaran pernyataan mengenai bagian akar ada 3 siswa yang mendapat
nilai 1, 12 siswa mendapat nilai 2, 11 siswa mendapat nilai 3, dan 5 siswa
mendapat nilai 4. Pada soal nomor 3c dengan indikator menilai kebenaran
pernyataan mengenai fungsi batang ada 4 siswa yang mendapat nilai 1, 10 siswa
mendapat nilai 2, 10 siswa mendapat nilai 3, dan 7 siswa mendapat nilai 4. Jika
dikalkulasikan maka ada 10 siswa yang mendapat nilai 1, 34 siswa mendapat nilai
2, 34 siswa mendapat nilai 3, dan 15 siswa mendapat nilai 4. Sedangkan hasil
sebaran data posttest pada kemampuan evaluasi kelompok eksperimen pada soal
nomor 3a dengan indikator menilai kebenaran suatu pernyataan tentang daun
adalah tidak ada siswa yang mendapat nilai 1, 3 siswa mendapat nilai 2, 16 siswa
mendapat nilai 3, dan 12 siswa mendapat nilai 4. Pada soal nomor 3b dengan
indikator menilai kebenaran pernyataan mengenai bagian akar tidak ada siswa
yang mendapat nilai 1, 5 siswa mendapat nilai 2, 16 siswa mendapat nilai 3, dan
10 siswa mendapat nilai 4. Pada soal nomor 3c dengan indikator menilai
kebenaran pernyataan mengenai fungsi batang tidak ada siswa yang mendapat
nilai 1, 2 siswa mendapat nilai 2, 19 siswa mendapat nilai 3, dan 10 siswa
mendapat nilai 4. Jika dikalkulasikan maka tidak ada siswa yang mendapat nilai 1,
10 siswa mendapat nilai 2, 41 siswa mendapat nilai 3, dan 32 siswa mendapat
nilai 4.
Dilihat dari hasil sebaran data pada pretest dan posttest materi bagian
tumbuhan dan fungsinya antara kelompok kontrol dan kelompok eskperimen
menunjukkan bahwa kedua kelompok mengalami peningkatan nilai. Hal tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
terlihat dari perubahan modus dari siswa yang mendapat nilai 2, berubah menjadi
siswa yang mendapat nilai 3. Namun kelompok eksperimen mengalami
peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Modus dalam
posttest kelompok kontrol adalah siswa yang mendapat nilai 3 yang berjumlah 34
siswa, sedangkan pada kelompok eksperimen yang mendapat nilai 3 sebanyak 41.
Jumlah siswa yang mendapat nilai 4 pada kedua kelompok juga mengalami
peningkatan. Kelompok kontrol meningkat dari 1 siswa menjadi 15 siswa,
sedangkan kelompok eksperimen meningkat dari 3 siswa menjadi 32 siswa. Hal
tersebut menunjukkan bahwa kelompok eksperimen yang menggunakan model
PBL selama pembelajaran mengalami peningkatan yang jauh lebih tinggi daripada
kelompok kontrol yang menggunakan metode ceramah.
Rerata skor pretest ke posttest yang diperoleh kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen menunjukkan bahwa rerata pretest kelompok kontrol
sebesar 2,30 dan rerata pretest kelompok eksperimen sebesar 2,32. Sedangkan
rerata posttest I kelompok kontrol sebesar dan rerata posttest I kelompok
eksperimen sebesar 3,23. Hasil perhitungan persentase peningkatan retata pretest
ke posttest I pada kelompok kontrol sebesar 12% sedangkan pada kelompok
eksperimen sebesar 39%. Berdasarkan grafik 4.2, gain score terendah pada
kelompk kontrol adalah -1,67, sedangkan gain score terendah pada kelompok
eksperimen adalah -0,67. Gain score tertinggi pada kelompok kontrol sebesar
2,33, sedangkan gain score tertinggi pada kelompok eksperimen adalah 2,34. Hal
ini menunjukkan selisih pretest-posttest I kelompok eksperimen lebih dominan.
Setelah dilakukan perhitungan, didapatkan bahwa nilai tengah gain score adalah
0,33. Frekuensi siswa yang mendapat nilai ≥ 0,33 pada kelompok kontrol ada 18
anak, dan pada kelompok eksperimen ada 28 anak. Persentase gain score pada
kelompok kontrol sebesar 58% sedangkan persentase gain score pada kelompok
eksperimen sebesar 90%. Artinya, 58% siswa pada kelompok kontrol diuntungkan
dengan penerapah ceramah, dan 90% siswa pada kelompok eksperimen
diuntungkan denga penerapan model PBL.
Model Problem Based Learning memberikan pengaruh “menengah” terhadap
kemampuan evaluasi, yaitu dengan harga r = 0,32 atau sama dengan 10%,
sedangkan 90% sisanya merupakan pengaruh dari variabel lain di luar variabel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
yang diteliti (Kasamadi & Sunariah 2013:151). Penerapan model Problem Based
Learning pada kelompok eksperimen terhadap kemampuan evaluasi memiliki
persentase yang lebih besar dibanding dengan penerapan metode ceramah pada
kelompok kontrol terhadap kemampuan evaluasi. Pengaruh perlakuan terhadap
tiap kelompok adalah sebagai berikut. (1) Model PBL pada kelompok eksperimen
memberikan pengaruh besar terhadap kemampuan evaluasi, yaitu dengan harga r
= 0,78 atau sama dengan 61%. (2) Metode ceramah pada kelompok kontrol
memberikan pengaruh kecil terhadap kemampuan evaluasi, yaitu dengan harga r =
0,24 atau sama dengan 6%.
Uji besar efek peningkatan rerata skor pretest ke posttest I kelompok kontrol
menunjukkan harga p = 0,155 (p > 0,05) maka Hnul diterima dan Hi ditolak.
Artinya, tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest I
pada kelompok kontrol terhadap kemampuan evaluasi. Sedangkan pada kelompok
eksperimen harga p = 0,000 (p < 0,05) maka Hnull ditolak dan Hi diterima.
Artinya, ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest I.
Persentase besar pengaruh penerapan model PBL pada kelompok eksperimen
lebih besar daripada persentase pengaruh metode ceramah pada kelompok kontrol.
Besar pengaruh penerapan model PBL pada kelompok eksperimen terhadap
kemampuan evaluasi adalah 0,78 atau 61% yang setara dengan efek besar,
sedangkan besar pengaruh metode ceramah pada kelompok kontrol terhadap
kemampuan evaluasi adalah 0,24 atau 6% yang setara dengan efek kecil.
Uji korelasi kelompok kontrol menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara skor pretest dan posttest I pada kemampuan evaluasi. Harga
Sig.(2-tailed) pada kelompok kontrol sebesar 0,126 atau harga p > 0,05, maka
Hnull diterima dan Hi ditolak. Correlation coefficient kelompok kontrol sebesar -0,
281 menunjukkan harga negatif dan termasuk kategori rendah. Dengan demikian,
jika rerata skor siswa pada pretest rendah, hasil rerata skor siswa di posttest I akan
tinggi. Sebaliknya, jika rerata skor siswa di pretest tinggi, hasil rerata skor siswa
di posttest I akan rendah. Meskipun demikian, hasil korelasi tersebut tidak dapat
digeneralisasikan ke populasi, karena data tersebut tidak signifikan.
Uji korelasi kelompok eksperimen juga menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara pretest dan posttest I pada kelompok eksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
kemampuan evaluasi. Harga Sig. (2-tailed) pada kelompok eksperimen sebesar
0,268 atau harga p > 0,05, berarti Hnull diterima dan Hi ditolak. Correlation
coefficient kelompok eksperimen sebesar 0,203 menunjukkan harga yang positif
dan termasuk kategori kecil. Dengan demikian, jika rerata skor siswa pada pretest
rendah, hasil rerata skor siswa pada posttest I akan rendah. Sebaliknya, jika rerata
skor siswa pada pretest tinggi, hasil rerata skor siswa pada posttest I akan tinggi.
Meskipun demikian, hasil korelasi tersebut tidak dapat digeneralisasikan ke
populasi, karena data tersebut tidak signifikan.
Uji retensi pengaruh perlakuan skor posttest I ke posttest II kelompok kontrol
terhadap kemampuan evaluasi menunjukkan harga p = 0,042, (p < 0,05), maka
Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya, ada perbedaan skor signifikan dari skor
posttest I ke posttest II pada kelompok kontrol terhadap kemampuan evaluasi.
Sedangkan pada kelompok eksperimen harga p = 0,394 (p > 0,05), maka Hnull
diterima dan Hi ditolak. Artinya, tidak ada perbedaan skor yang signifikan dari
skor posttest I ke skor posttest II pada kelompok eksperimen terhadap kemampuan
evaluasi. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah terjadi penurunan skor yang
signifikan dari skor posttest I ke posttest II pada kelompok kontrol terhadap
kemampuan evaluasi. Kelompok eksperimen mengalami peningkatan skor sebesar
-2 % yang artinya mengalami penurunan sebesar 2% sedangkan kelompok kontrol
mengalami peningkatan sebesar -15% yang artinya mengalami penurunan sebesar
15%.
4.2.2 Pengaruh Model PBL terhadap Kemampuan Inferensi
Hipotesis II pada penelitian ini adalah penerapan model Problem Based
Learning terhadap kemampuan inferensi siswa kelas IV SD Kanisius Sengkan
Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2016/2017. Hasil analisis data
menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based
Learning berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan inferensi. Hal
tersebut dibuktikan dengan harga Sig. (2-tailed) sebesar 0,002 (p < 0,05) artinya
Hnull ditolak dan Hi diterima. Dengan kata lain, ada perbedaan yang signifikan
antara rerata selisih skor pretest dan posttest I pada kelompok eskperimen dengan
kelompok kontrol. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah penerapan model PBL
berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan inferensi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Sebaran data dari hasil pretest pada kemampuan inferensi menunjukkan
bahwa kedua kelompok yaitu kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen
memperoleh nilai yang hampir sama. Hasil yang diperoleh kelompok kontrol pada
soal nomor 4a dengan indikator menguji pandangan dalam menentukan solusi
permasalahan akar adalah 6 siswa yang mendapat nilai 1, 15 siswa yang mendapat
nilai 2, 9 siswa yang mendapat nilai 3, dan 1 siswa yang mendapat nilai 4. Pada
soal nomor 4b dengan indikator mengemukakan alternatif-alternatif untuk
memecahkan masalah ada 9 siswa yang mendapat nilai 1, 10 siswa mendapat nilai
2, 10 siswa mendapat nilai 3, dan 2 siswa yang mendapat nilai 4. Pada soal nomor
4c dengan indikator tepat menentukan pemecahan masalah ada 6 siswa mendapat
nilai 1, 9 siswa mendapat nilai 2, 11 siswa mendapat nilai 3, dan 5 siswa mendapat
nilai 4. Jika dikalkulasikan maka ada 21 siswa yang mendapat nilai 1, 34 siswa
mendapat nilai 2, 30 siswa mendapat nilai 3, dan 8 siswa mendapat nilai 4.
Hasil pretest yang peroleh kelompok eksperimen pada kemampuan evaluasi
tidak jauh berbeda dengan kelompok kontrol. Pada soal nomor 4a dengan
indikator menguji pandangan dalam menentukan solusi permasalahan akar adalah
3 siswa yang mendapat nilai 1, 14 siswa yang mendapat nilai 2, 12 siswa yang
mendapat nilai 3, dan 2 siswa yang mendapat nilai 4. Pada soal nomor 4b dengan
indikator mengemukakan alternatif-alternatif untuk memecahkan masalah ada 3
siswa yang mendapat nilai 1, 16 siswa mendapat nilai 2, 11 siswa mendapat nilai
3, dan 1 siswa yang mendapat nilai 4. Pada soal nomor 4c dengan indikator tepat
menentukan pemecahan masalah ada 3 siswa mendapat nilai 1, 13 siswa mendapat
nilai 2, 13 siswa mendapat nilai 3, dan 2 siswa mendapat nilai 4. Jika
dikalkulasikan maka ada 9 siswa yang mendapat nilai 1, 43 siswa mendapat nilai
2, 36 siswa mendapat nilai 3, dan 5 siswa mendapat nilai 4. Kelompok kontrol
dan eksperimen memiliki modus yang sama pada hasil pengerjaan pretest yaitu
siswa yang mendapat nilai 2.
Hasil sebaran data posttest pada kemampuan evaluasi kelompok kontrol pada
soal nomor 4a dengan indikator menguji pandangan dalam menentukan solusi
permasalahan akar adalah 2 siswa yang mendapat nilai 1, 7 siswa yang mendapat
nilai 2, 20 siswa yang mendapat nilai 3, dan 2 siswa yang mendapat nilai 4. Pada
soal nomor 4b dengan indikator mengemukakan alternatif-alternatif untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
memecahkan masalah ada 6 siswa yang mendapat nilai 1, 14 siswa mendapat nilai
2, 6 siswa mendapat nilai 3, dan 5 siswa yang mendapat nilai 4. Pada soal nomor
4c dengan indikator tepat menentukan pemecahan masalah ada 10 siswa mendapat
nilai 1, 9 siswa mendapat nilai 2, 7 siswa mendapat nilai 3, dan 5 siswa mendapat
nilai 4. Jika dikalkulasikan maka ada 18 siswa yang mendapat nilai 1, 30 siswa
mendapat nilai 2, 33 siswa mendapat nilai 3, dan 12 siswa mendapat nilai 4.
Sedangkan hasil sebaran data posttest pada kemampuan inferensi kelompok
eksperimen pada soal nomor 4a dengan indikator menguji pandangan dalam
menentukan solusi permasalahan akar adalah tidak ada siswa yang mendapat nilai
1, 3 siswa yang mendapat nilai 2, 20 siswa yang mendapat nilai 3, dan 8 siswa
yang mendapat nilai 4. Pada soal nomor 4b dengan indikator mengemukakan
alternatif-alternatif untuk memecahkan masalah tidak ada siswa yang mendapat
nilai 1, 3 siswa mendapat nilai 2, 16 siswa mendapat nilai 3, dan 12 siswa yang
mendapat nilai 4. Pada soal nomor 4c dengan indikator tepat menentukan
pemecahan masalah tidak ada siswa mendapat nilai 1, 3 siswa mendapat nilai 2,
16 siswa mendapat nilai 3, dan 12 siswa mendapat nilai 4. Jika dikalkulasikan
maka tidak ada siswa yang mendapat nilai 1, 9 siswa mendapat nilai 2, 52 siswa
mendapat nilai 3, dan 40 siswa mendapat nilai 4.
Dilihat dari hasil sebaran data pada pretest dan posttest materi bagian
tumbuhan dan fungsinya antara kelompok kontrol dan kelompok eskperimen
menunjukkan bahwa kedua kelompok mengalami peningkatan nilai. Hal tersebut
terlihat dari perubahan modus dari siswa yang mendapat nilai 2, berubah menjadi
siswa yang mendapat nilai 3. Namun kelompok eksperimen mengalami
peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Modus dalam
posttest kelompok kontrol adalah siswa yang mendapat nilai 3 yang berjumlah 33
siswa, sedangkan pada kelompok eksperimen yang mendapat nilai 3 sebanyak 52.
Jumlah siswa yang mendapat nilai 4 pada kedua kelompok juga mengalami
peningkatan. Kelompok kontrol meningkat dari 8 siswa menjadi 12 siswa,
sedangkan kelompok eksperimen meningkat dari 5 siswa menjadi 40 siswa. Hal
tersebut menunjukkan bahwa kelompok eksperimen yang menggunakan model
PBL selama pembelajaran mengalami peningkatan yang jauh lebih tinggi daripada
kelompok kontrol yang menggunakan metode ceramah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Rerata skor pretest ke posttest yang diperoleh kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen menunjukkan bahwa rerata pretest kelompok kontrol
sebesar 2,27 dan rerata pretest kelompok eksperimen sebesar 2,39. Sedangkan
rerata posttest I kelompok kontrol sebesar 2,41 dan rerata posttest I kelompok
eksperimen sebesar 3,24. Hasil perhitungan persentase peningkatan retata pretest
ke posttest I pada kelompok kontrol sebesar 6% sedangkan pada kelompok
eksperimen sebesar 35%. Berdasarkan grafik 4.5, gain score terendah pada
kelompk kontrol adalah -2,33, sedangkan gain score terendah pada kelompok
eksperimen adalah -1,00. Gain score tertinggi pada kelompok kontrol sebesar
2,33, sedangkan gain score tertinggi pada kelompok eksperimen adalah 2,67. Hal
ini menunjukkan selisih pretest-posttest I kelompok eksperimen lebih dominan.
Setelah dilakukan perhitungan, didapatkan bahwa nilai tengah gain score adalah
0,33. Frekuensi siswa yang mendapat nilai ≥ 0 pada kelompok kontrol ada 22
anak, dan pada kelompok eksperimen ada 29 anak. Persentase gain score pada
kelompok kontrol sebesar 70% sedangkan persentase gain score pada kelompok
eksperimen sebesar 93%. Artinya, 70% siswa pada kelompok kontrol diuntungkan
dengan penerapah ceramah, dan 93% siswa pada kelompok eksperimen
diuntungkan denga penerapan model PBL.
Model Problem Based Learning memberikan pengaruh sedang terhadap
kemampuan inferensi, yaitu dengan harga r = 0,37 atau sama dengan 14%,
sedangkan 86% sisanya merupakan pengaruh dari variabel lain di luar variabel
yang diteliti (Kasmadi & Sunariah, 2013:151). Penerapan model PBL pada
kelompok eksperimen terhadap kemampuan inferensi memiliki persentase yang
lebih besar dibanding dengan penerapan metode ceramah pada kelompok kontrol
terhadap kemampuan inferensi. Pengaruh perlakuan terhadap tiap kelompok
adalah sebagai berikut. (1) Model PBL pada kelompok eksperimen memberikan
pengarruh besar terhadap kemampuan inferensi, yaitu dengan harga r = 0,77 atau
sama dengan 60%. (2) Metode ceramah pada kelompok kontrol memberikan
pengaruh kecil terhadap kemampuan menginferensi, yaitu dengan harga r = 0,02
atau sama dengan 2%.
Uji besar efek peningkatan rerata skor pretest ke posttest I kelompok kontrol
menunjukkan harga p = 0,445 (p > 0,05) maka Hnul diterima dan Hi ditolak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Artinya, tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest I
pada kelompok kontrol terhadap kemampuan evaluasi. Sedangkan pada kelompok
eksperimen harga p = 0,000 (p < 0,05) maka Hnull ditolak dan Hi diterima.
Artinya, ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest I.
Persentase besar pengaruh penerapan model PBL pada kelompok eksperimen
lebih besar daripada persentase pengaruh metode ceramah pada kelompok kontrol.
Besar pengaruh penerapan model PBL pada kelompok eksperimen terhadap
kemampuan inferensi adalah 0,77 atau 60% yang setara dengan efek besar,
sedangkan besar pengaruh metode ceramah pada kelompok kontrol terhadap
kemampuan evaluasi adalah 0,14 atau 2% yang setara dengan efek kecil.
Uji korelasi kelompok kontrol menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara skor pretest dan posttest I pada kemampuan inferensi. Harga Sig.
(2-tailed) pada kelompok kontrol sebesar 0,499 atau harga p > 0,05, maka Hnull
diterima dan Hi ditolak. Correlation coefficient kelompok kontrol sebesar 0,126
menunjukkan harga positif dan termasuk kategori kecil. Dengan demikian, jika
rerata skor siswa pada pretest rendah, hasil rerata skor siswa di posttest I akan
rendah. Sebaliknya, jika rerata skor siswa di pretest tinggi, hasil rerata skor siswa
di posttest I akan tinggi. Meskipun demikian, hasil korelasi tersebut tidak dapat
digeneralisasikan ke populasi, karena data tersebut tidak signifikan.
Uji korelasi kelompok eksperimen juga menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara pretest dan posttest I pada kelompok eksperimen
kemampuan inferensi. Harga Sig. (2-tailed) pada kelompok eksperimen sebesar
0,496 atau harga p > 0,05, berarti Hnull diterima dan Hi ditolak. Correlation
coefficient kelompok eksperimen sebesar 0,127 menunjukkan harga yang positif
dan termasuk kategori kecil. Dengan demikian, jika rerata skor siswa pada pretest
rendah, hasil rerata skor siswa pada posttest I akan rendah. Sebaliknya, jika rerata
skor siswa pada pretest tinggi, hasil rerata skor siswa pada posttest I akan tinggi.
Meskipun demikian, hasil korelasi tersebut tidak dapat digeneralisasikan ke
populasi, karena data tersebut tidak signifikan.
Uji retensi pengaruh perlakuan skor posttest I ke posttest II kelompok kontrol
terhadap kemampuan inferensi menunjukkan harga p = 0,035, (p < 0,05), maka
Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya, ada perbedaan skor signifikan dari skor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
posttest I ke posttest II pada kelompok kontrol terhadap kemampuan evaluasi.
Sedangkan pada kelompok eksperimen harga p = 0,714 (p > 0,05), maka Hnull
diterima dan Hi ditolak. Artinya, tidak ada perbedaan skor yang signifikan dari
skor posttest I ke skor posttest II pada kelompok eksperimen terhadap kemampuan
inferensi. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah terjadi penurunan skor yang
signifikan dari skor posttest I ke posttest II pada kelompok kontrol terhadap
kemampuan inferensi. Persentase kenaikan rerata posttest I ke posttest II pada
kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Kelompok
eksperimen mengalami peningkatan skor sebesar -0,9% yang artinya mengalami
penurunan sebesar 0,9% sedangkan kelompok kontrol mengalami peningkatan
sebesar -5% yang artinya mengalami penurunan sebesar 5%.
4.2.3 Persepsi Dampak Pengaruh Perlakuan
Analisis dampak pengaruh perlakuan bertujuan untuk mengetahui sudut
pandang subjek-subjek yang terlibat dalam penelitian terhadap prosess
pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning. Setiap penelitian
eksperimental harus memasukkan elemen kualitatif untuk membantu memahami
sudut pandang subjek (Krathwohl, 2004: 546). Teknik non-tes digunakan pada
dampak pengaruh perlakuan sebagai metode kualitatif sederhana untuk
melengkapi hasil analisis kuantitatif. Peneliti menggunakan teknik non tes dengan
cara triangulasi yaitu observasi pembelajaran di kelas eksperimen, wawancara
guru, dan wawancara siswa pada kelas eksperimen, serta dokumentasi. Berikut
akan dipaparkan hasil analisis dampak pengaruh perlakuan berdasarkan hasil
observasi dan wawancara dengan guru serta tiga orang siswa dari kelompok
eksperimen.
Peneliti melakukan observasi saat proses pembelajaran pada kelompok
eksperimen sebanyak tiga kali. Observasi pertama dilaksanakan pada hari Kamis,
13 Oktober 2016 pada pukul 09.20- 10.40 WIB yang membahas materi bagian-
bagian akar dan fungsi akar. Siswa sangat senang dan antusias ketika guru
menyampaikan bahwa mereka akan melakukan percobaan. Sebelum
menyampaikan materi pembelajaran, guru menjelaskan langkah-langkah kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukan. Siswa merasa kebingungan mendengar
langkah-langkah yang disampaikan oleh guru. Meskipun demikian, ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
pembelajaran belangsung, siswa aktif bertanya karena dalam pembelajaran, guru
memunculkan permasalahan yang harus dipecahkan oleh siswa. Siswa diberi
tumbuhan bayam lengkap dengan akarnya, kemudian siswa mengamati bagian
akar pada bayam. Siswa menuliskan bagian-bagian akar pada kertas yang sudah
disediakan kemudian maju untuk mempresentasikan hasil. Setelah itu, guru
menanggapi jawaban siswa dan memberikan sebuah artikel agar siswa dapat
meneliti apakah jawaban yang mereka sebutkan benar atau salah.
Selain itu, pada hari pertama ini guru juga memberikan siswa sebuah cerita
tentang fungsi akar. Cerita tersebut berupa kasus yang harus dipecahkan oleh
siswa. Ada siswa yang bertanaya, “Bu kenapa harus diberi kasus? (Komunikasi
pribadi, 13 Oktober 2016). Guru menjelaskan alasan kenapa pembelajarannya
menggunakan kasus. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung siswa sangat
bersemangat dan aktif berdiskusi dalam pengamatan dan memecahkan sebuah
permasalahan.
Observasi kedua dilakukan hari Jum‟at, 14 Oktober 2016 pada pukul
07.00-08.20 WIB. Siswa bertanya jawab dengan guru mengenai batang pada
tumbuhan.Siswa diibagi ke dalam kelompok. Siswa diberi peralatan praktikum
yang terdiri dari tanaman pacar, gelas, air, dan pewarna makanan (warna merah).
Guru kembali bertanya kepada siswa “Batang pada tumbuhan berfungsi untuk
apa?.” Beberapa siswa menjawab bahw batang berfungsi untuk menyalurkan air
dari akar ke seluruh tubuh tumbuhan. Dari jawaban siswa tersebut, guru
membahas peralatan raktikum. Guru meminta siswa membuktikan bahwa batang
berfungsi untuk menyalurkan air menggunakan peralatan praktikum tanpa diberi
tahu langkah-langkahnya. Siswa mencoba memecahkan masalah tersebut dengan
bekerja sama dalam kelompok. Ada sekitar 2 dari 5 kelompok yang mengalami
kesulitan. Berikut pertanyaan mereka “Bu ini bagaimana caranya?.”. Guru
menjawab bahwa mereka harus bekerja sama dengan kelompok. Guru
memberikan kebebasan kepada siswa bagaimana cara mereka membuktikan
bahwa batang berfungsi untuk menyalurkan air. Setelah semua kelompok selesai,
mereka dipersilahkan untuk mempresentasikan hasil percobaan. Kemudian guru
memberikan artikel yang berisi langkah-langkah percobaan. Dari artikel tersebut,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
siswa bisa mengevaluasi, apakah yang mereka lakukan bersama kelompok sudah
tepat atau belum.
Observasi ketiga dilakukan hari Senin, 17 Oktober 2016 pukul 09.20-10.40
WIB. Pembelajaran pada hari ketiga membahas tentang daun yaitu daun lengkap
dan daun tidak lengkap serta fungsi daun. Guru dan siswa membahas tentang arti
dari daun lengkap dan daun tidak lengkap. Setelah itu guru memberika macam-
macam daun yaitu daun mangga, daun rambutan, daun pisang, daun kelengkeng.
Siswa di dalam kelompok diberi tugas untuk mengelompokkan daun-daun
tersebut ke dalam daun lengkap atau daun tidak lengkap. Setelah itu mereka
membahas sebuah kasus yang berisikan fungsi daun pada tumbuhan.
Peneliti melakukan wawancara terhadap guru mitra setelah dilakukannya
perlakuan pada hari Selasa, 29 November 2016. Guru mengungkapkan bahwa
model PBL belum pernah diterapkan sebelumnya dalam pembelajaran IPA.
Berikut pernyataan guru, “Belum pernah kalau PBL. Tapi kalo model maupun
metode lain sudah pernah, seperti ceramah, demonstrasi, dan eksperimen itu
pernah. (W G2 ). Model PBL dirasa cukup menarik untuk diterapakn karena dapat
membuat siswa lebih kritis karena pembelajarannya memunculkan masalah.
Berikut ini pemaparan guru mitra mengenai proses pembelajaran menggunakan
model Problem Based Learning, “PBL ini sangat bagus terutama di
pembelajaran IPA , ya memang butuh waktu yang agak lama, tapi untuk
informasi yang mereka tangkap akan lebih mengena dan tahan lama. Selain itu,
dibandingkan kelas yang satunya, kelas yang pakai PBL ini tidak mudah lupa
karena pembelajarannya bermakna dan mereka mengalami sendiri. Melakukan
percobaan dan diberi permasalahan (W G5). Guru mitra juga mengungkapkan
bahwa model Problem Based Learning belum pernah diterapkan sebelumnya.
Metode yang pernah beliau gunakan adalah metode eksperimen, ceramah dan
demonstrasi. Berikut pemaparan guru mitra, “ Kalau menerapkan model PBL sih
belum pernah. Kalau sejauh ini sih lebih ke metode. Metodenya kemarin pernah
demonstrasi, ya eksperimen pernah, dipercobaan kemarin tentang pencemaran
lingkungan. Terus ya lebih ke pengamatan, untuk model yang secara khusus
memang belum. Tapi pernah juga diarahkan untuk menemukan.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Guru mitra mengalami sedikit kesulitan dalam menerapkan model Problem
Based Learning karena belum terbiasa menggunakan model tersebut. Kesulitan
terletak pada waktu. Berikut penjelasan beliau, “ Kesulitannya itu membutuhkan
waktu karena kita kan materinya banyak, terus untuk mengkondisikan siswa
dalam menerapkan model PBL itu membutuhkan waktu yang lebih. Jadi susun
alokasi waktunya jadi untuk setiap tahap PBL itu bisa cukup waktunya sesuai
dengan alokasi waktu dua jam pelajaran.”(W I G 4). Terkait dengan hal tersebut,
guru mitra memberikan saran untuk pembelajaran menggunakan model Problem
Based Learning. Saran yang diberikan adalah, “Itu sebenarnya yo wis apik sih
(sudah baik). Ya karena kita itu hanya dikejar-kejar waktu. Terus mungkin dari
bahasa tulisnya juga, kaya kasusnya, terus soal-soalnya itu disederhanakan lagi,
karena siswa sini ya khususnya itu kalau disuruh memahami bacaan itu masih
agak kurang. Jadi kalau disodori pertanyaan yang panjang-panjang itu kadang
maah sulit menangkap inti pertanyaannya. Tapi ya karena memang harus
dikemas dalam bentu kasus ya tidak apa-apa. Tapi kemarin sudah bagus. Sudah
menggunakan contoh-contoh nyata. Tapi yang percobaan perlu dicoba terlebih
dahulu agar tahu tingkat keberhasilannya jadi kita dalam menyampaikan yakin
dan contoh-contohnya mungkin bisa lebih variatif. (W I G 12)
Wawancara juga dilakukan kepada tiga siswa dari kelompok eksperimen.
Ketiga siswa tersebut merupakan siswa yang memiliki kemampuan kognitif
tinggi, sedang, dan rendah berdasarkan hasil pretest dan posttest yang telah
dilakukan. Peneliti melakukan wawancara selama dua kali, yaitu sebelum
diberikan perlakuan dan sesudah diberi perlakuan. Wawancara sebelum perlakuan
dilakukan pada hari Senin, 08 Agustus 2016. Hasil dari wawancara menunjukkan
bahwa guru belum pernah menggunakan model PBL dalam mengajar. Hal ini
diungkapkan oleh siswa dengan menjawab, “Biasanya cuma dijelaskan dan kami
mendengarkan, lalu nanti kalau ditanya menjawab (W I SB 4). Bu A belum
pernah nyuruh untuk kelompokan tapi pernah percobaan dan pengamatan satu
kali (W I SB 10). Wawancara juga dilakukan untuk mengetahui kemampuan
siswa dalam evaluasi sebelum pembelajaran dengan model Problem Based
Learning. Hasil wawancara menunjukkan bahwa ada siswa yang bisa
mengerjakan soal nomor 3a, 3b, dan 3c tentang menilai kebenaran bagian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
tumbuhan dan fungsi bagian tumbuhan, ada yang bingung, dan ada yang tidak
bisa. Berikut ungkapan ketiga siswa,”Bisa tapi nggak tau bener atau salah (W I
SC 12),”Agak bingung karena belum dapat materinya dan belum pernah liat soal
kaya gini.”(W I SA 16),”Tidak bisa, susah” (W I SB 14). Sedangkan hasil
wawancara setelah pembelajaran dengan model Problem Based Learning
menunjukkan bahwa siswa lebih bisa mengerjakan soal nomor 3a, 3b, dan 3c.
Berikut ungkapan ketiga siswa, “Lebih bisa.” (W II SB 12), “Lebih bisa soalnya
kemarin diberi cerita (kasus).” (W II SA 12), “Bisa tapi agak susah dikit.” (WII
SC 12).
Wawancara berikutnya dilakukan untuk mengetahui kemampuan inferensi
sebelum dan sesudah pembelajaran dengan model Problem Based Learning. Hasil
wawancara sebelum perlakuan menunjukkan bahwa ada siswa yang bisa dan ada
yang tidak bisa mengerjakan soal nomor 4a, 4b, dan 4c. Berikut ungkapan ketiga
siswa, “Bisa sih, tapi nggak tahu benar atau salah.” (W I SC 12 ), “Soalnya
susah, belum pernah dapat materinya.” (W I SA 12), “Susah buk” (W I SB 12).
Wawancara selanjutnya adalah mengenai soal yang dianggap paling sulit
oleh siswa. Salah satu siswa mengungkapakan bahwa soal nomor 3 lebih suli
daripada soal nomoor 4 karena bentuk soal adalah benar salah dan belum pernah
melihat soal seperti itu sebelumnya. Berikut ungkapan siswa tersebut, “Kalau
menurut saya yang susah itu nomor 3 karena belum pernah lihat soal seperti itu.”
(W I SA 16), „Nomor 4 yang paling susah, karena bacaannya panjang, dan
jawabanya suruh pakai alasan.” (W I SB 16), “semuanya susah.” (W I SC 16).
Meskipun masing-masing siswa mengalami kesulitan yang berbeda, namun
mereka mengungkapkan bahwa model Problem Based Learning mempermudah
untuk mengerjakan soal yang sulit. Siswa juga mengungkapkan bahwa belajar
dengan model Problem Based Learning lebih menarik daripada metode ceramah.
Mereka memiliki alasan bahwa model Problem Based Learning sangat membantu
untuk lebih memahami pembelajaran. Berikut ungkapan siswa, “Lebih senang
pakai PBL karena kelompokan dan percobaan pakai tumbuhan asli jadi lebih
mudeng.” (W II SA 4), “Lebih enak sih dan seru, apalagi kelompokan jadi bisa
kerjasama. Kalau kesulitan bisa nanya teman.” (W II SB 16), “Lebih paham dan
ingat terus karena praktik langsung.” (W II SC 16).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
4.24 Pembahasan Lebih Lanjut
Penelitian ini menunjukkan bahwa model Problem Based Learning
berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan evaluasi dan inferensi. Pada
penelitian juga tedapat hasil penelitian tentang model PBL yang melaporkan
bahwa PBL dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dan
kemampuan berkomunikasi dalam mata pelajaran matematika serta meningkatkan
kerjasama, PBL dapat meningkatkan nilai siswa pada mata pelajaran kimia.
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Izzati (2010) yang bertujuan untuk
mengetahui efek dari PBL sebagai strategi instruksional alternatif dalam
pembelajaran matematika yang efektif pada Sekolah Menengah Pertama di
Malaysia. Hasil penelitian diperoleh simpulan bahwa baik model PBL maupun
model konvensional efektif dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam bidang
matematika. Meskipun kedua kelompok menunjukkan persepsi positif terhadap
kerjasama dalam kelompok, ketertarikan dalam matematika, dan persepsi terhadap
pengalaman belajar yang telah dilakukan, kelompok eksperimen yang
menggunakan PBL lebih efektif dalam prosedure pemecahan masalah, dan
menunjukkan kemampuan berkomunikasi lebih baik dalam matematika dan
kerjasama yang lebih kuat dibandingkan kelompok kontrol. Selain itu, Akinoglu
(2007) melakukan penelitian tentang efek model PBL dalam Pembelajaran IPA
pada pencapaian akademik siswa, sikap, dan konsep pembelajaran. Hasil
perolehan data menunjukkan bahwa penerapan model PBL berpengaruh positif
terhadap pencapaian akademik siswa dan sikap siswa terhadap pelajaran IPA.
Selain itu, penerapan PBL juga berpengaruh positif terhadap perkembangan
konseptual siswa dan mempertahankan miskonsepsi siswa pada level yang paling
rendah. Penelitian tentang model PBL yang terakhir adalah penelitian yang
dilakukan oleh Zejnilagic (2015) mengenai pengaruh PBL terhadap capaian siswa
Sekolah Dasar 8th
grade pada mata pelajaran kimia. Hasil dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa 1) capaian siswa pada kelompok eksperimen mengalami
peningkatan yang signifikan, 2) siswa belum pernah menggunakan PBL
sebelumnya, sehingga siswa mengalami kesulitan, 3) ketertarikan siswa pada mata
pelajaran kimia meningkat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Hasil penelitian oleh PISA 2012 Indonesia berada pada urutan ke 64 dari 65
negara yang terlibat dengan skor 382. Sementara itu, pada tahun 2015 Indonesia
mengalami kenaikan peringkat untuk literasi sains yaitu berada pada urutan 62
dari 70 negara dengan skor 403. Meskipun mengalami peningkatan, namun
Indonesia masih berada dalam peringkat 10 terbawah. Kondisi tersebut
menunjukkan bahwa siswa di Indonesia masih mengalami kesulitasn yang serius
dalam berbagai kategori berpikir tingkat tinggi yang sangat diperlukan untuk
mengahadapi tantang-tantangan hidup yang konkret. Salah satu penyebab
kurangnya kemampuan berpikir tingkat tinggi atau berpikir kritis pada siswa
adalah pembelajaran di sekolah yang masih sering menggunakan model
pembelajaran yang kurang inovatif atau metode yang konvensional. Oleh karena
itu, diperlukan model pembelajaran yang lebih bisa memfasilitasi dan
memberikan kesempatan bagi siswa untuk aktif mengembangkan kemampuan
berpikir kritis. Salah satu model yang diduga dapat mengoptimalkan kemampuan
berpikir kritis, yaitu model Problem Based Learning (PBL). Shoimin (2014: 130)
menjelaskan bahwa model PBL adalah model pengajaran yang bercirikan adanya
permasalahan nyata sebagai konteks untuk peserta didik belajar berpikir kritis dan
keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan. Pengalaman
belajar secara langsung inilah yang menjadi fokus untuk pembelajaran yang
menekankan penemuan sesuatu melalui proses mencari dan menggunakan
langkah-langkah ilmiah.
Facione (1990) memandang dimensi kognitif sebagai pusat kecakapan mental
yang paling penting yang terdiri dari 6 kecakapan, yaitu interpretasi, analisis,
evaluasi, inferensi, eksplanasi, dan regulasi diri. Berikut ini diuraikan enam
kecakapan berpikir kritis dimensi kognitif. Fokus utama dalam penelitian ini
adalah dimensi kognitif yang terdiri dari kemampuan evaluasi dan inferensi yaitu
penerapan model PBL terhadap kemampuan evaluasi dan inferensi pada mata
pelajaran IPA materi bagian tumbuhan dan fungsinya siswa kelas IV SD Kanisius
Sengkan Yogyakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model
PBL memberikan efek menengah terhadap kemampuan evluasi dengan nilai r =
0,32 atau sebesar 10%. Pada kemampuan inferensi penerapan model PBL
memberikan efek menengah dengan nilai r = 0,37 atau sebesar 14%. Berdasarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
hasil penelitian tersebut, model PBL dapat diujicobakan ke sekolah-sekolah yang
lain sebagai model pembelajaran inovatif untuk meningkatkan kemampuan
evaluasi dan inferensi siswa kelas IV pada mata pelajaran IPA. Model PBL dapat
diujicobakan pada mata pelajaran lai, kemampuan, atau aspek lain, dan tingkat
kelas yang berbeda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
BAB V
PENUTUP
Bab V membahas kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran.
Kesimpuulan berisi hasil penelitian dan menjawab hipotesis penelitian.
Keterbatasan penelitian berisi kekurangan yang ada selama penelitian
dilaksanakan. Saran berisi masukan dari peneliti untuk penelitan selanjutnya.
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Penerapan model PBL berpengaruh terhadap kemampuan evaluasi mata
pelajaran IPA materi bagian tumbuhan dan fungsinya pada siswa kelas IV
di SD Kanisius Sengkan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran
2016/2017. Hasil analisis terhadap data penelitian mengafirmasi hipotesis
penelitian I. Hasil dari uji signifikansi pengaruh perlakuan menggunakan
statistik parametrik Independent samples t-test menunjukkan skor rerata
selisih kelompok eksperimen (M = 0,903, SE = 0,131) lebih tinggi dari
pada rerata yang diperoleh kelompok kontrol (M = 0,279, SE = 0,191).
Perbedaan tersebut signifikan dengan harga t(60) = -2,685 dan p = 0,009 (p
< 0,05). Besar pengaruh perlakuan (effect size) terhadap kemampuan
evaluasi adalah r = 0,32 atau sama dengan 10% setara dengan efek
menengah.
5.1.2 Penerapan model PBL berpengaruh terhadap kemampuan inferensi pada
mata pelajaran IPA materi bagian tumbuhan dan fungsinya pada siswa
kelas IV di SD Kanisius Sengkan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran
2016/2017. Hasil dari uji signifikansi pengaruh perlakuan menggunakan
statistik parametrik Independent samples t-test menunjukkan skor rerata
selisih kelompok eksperimen (M = 0,849, SE = 0,134) lebih tinggi
daripada rerata kelompok yang diperoleh kelompok kontrol (M = 0,139, SE
= 0,179). Perbedaan tersebut signifikan dengan harga t(60) = -3,162 dan
p = 0,002 (p < 0,05). Besar pengaruh perlakuan (effect size) terhadap
kemampuan inferensi adalah r = 0,37 atau sama dengan 14% setara dengan
efek menengah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
5.2 Keterbatasan Penelitian
5.2.1 Hasil penelitian ini terbatas pada SD Kanisius Sengkan Yogyakarta,
sehingga hasil penelitian belum dapat digeneralisasikan.
5.2.2 Siswa bosan dalam mengerjakan soal pretest dan posttest karena mereka
menganggap soal kurang menarik dan terlalu panjang.
5.2.3 Kurangnya koordinasi dengan guru mitra mengenai materi bagian tumbuhan
dan fungsinya dan waktu pembelajaran sehingga ketika materi sebelumnya
sudah terselesaikan guru mitra ingin segera memulai padahal proses
validasi belum terselesaikan.
5.3 Saran
5.3.1 Penelitian ini dapat dilakukan pada Sekolah Dasar lainnya dengan penelitian
yang mirip dengan SD Kanisius Sengkan tahun ajaran 2016/2017.
5.3.2 Perlunya berkoordinasi dengan guru mitra bagaimana cara membuat soal
yang lebih menarik.
5.3.3 Perlunya melakukan koordinasi secara matang dengan guru mitra terkait
materi dan waktu pelaksanaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
DAFTAR REFERENSI
Akınoğlu and Özkardeş. The Effects of Problem-Based Active Learning in
Science Education on Students‟ Academic Achievement, Attitude and
Concept Learning. Eurasia journal of mathematics, science &
technology education. 71-81. Diakses pada tanggal 12 November 2016
dari http://ejmste.com/v3n1/EJMSTEv3n1_Akinoglu.pdf.
Amir, T. (2009). Inovasi pendidikan melalui Problem Based Learning. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktik (edisi revisi
2010). Jakarta: Rineka Cipta.
Ary, D., Jacobs, LC., & Razavieh, A. (2007). Pengantar penelitian dalam
pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Best, J. W., & Kahn, J. V. (2006). Research in education (tenth edition). Boston:
Pearson Education Inc.
Browne, M. N. & Keeley, S. M. (2012). Pemikiran kritis: panduan untuk
mengajukan dan menjawab pertanyaan kritis. Jakarta: Indeks Permata
Puri Media.
Cohen, L., Manion, L., & Morrison, K. (2007). Research methods in education.
New York: Routledge.
Cresswell, J. W. (2012). Research design : Pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan
mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Darmawan, D. (2013). Metode penelitian kuantitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Desmita. (2009). Psikologi perkembangan peserta didik. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Facione, P. A. (1990). Critical thinking: A statement of expert consens for
purposes of educational assesment and instruction. Millbrae: California
Academic Press.
Field, A. (2009). Discovering statistics using SPSS, third edition. London: Sage.
Fisher, A. (2009). Berpikir kiritis: Sebuah pengantar. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Fraenkel, J., R., Wallen, N., E., & Hyun H., H. (2012). How to design and
evaluate research in Education. New York: Mc Graw-Hill.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Garhart, M.C. (2013). Theoris of Childhood: An introduction to Dewey,
Montessori, Erikson, Piaget, and Vygotsky. Manchester: Readleaf
Press.
Ghozali, I. (2009). Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Gunawan, A. (2009). Buku pintar Sekolah Dasar. Jakarta: Lima Bintang.
Hosnan, M. (2014). Pendekatan saintifik dan kontekstual dalam pembelajaran
abad 21. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Ibrahim, H. (2009). The effects of blended learning environment on the critical
thinking skills of students. Procedia social and behavioral sciences.
1744-1748. Diakses pada tanggal 17 Desember 2016 dari http://ac.els
cdn.com/S1877042809003115/1-s2.0-S1877042809003115-
main.pdf?_tid=00a9546a-d494-11e6-b10c-
00000aacb35d&acdnat=1483764461_29424e46139870b5b5faa997b6d6
df81.
Izzati, A. (2010). The Effects of Problem Based Learning on Mathematics
Performance and Affective Attributes in Learning Statistics at Form
Four Secondary Level. Procedia social and behavioral science. 370-
376. Diakses pada tanggal 17 Desember 2016 dari http://ac.els-
cdn.com/S1877042810021579/1-s2.0-S1877042810021579-
main.pdf?_tid=572ae73c-d48e-11e6-aec0
00000aab0f27&acdnat=1483762029_ac238c25e89b1355bf0585aeb820
9dcf
Johnson, B , & Chaedar. (2007). Contextual, teaching, and learning: Menjadikan
kegiatan belajar-mengajar mengasyikan dan bermakna. Bandung:
Mizan Learning Center.
Johnson, B. & Christensen, L. (2008). Educational research, quantitative,
qualitative, and mixed approaches, third edition. California: Sage
Publications.
Kalelioğlu and Gülbahar. (2014). The Effect of Instructional Techniques on
Critical Thinking and Critical Thinking Dispositions in Online
Discussion. Educational Technology & Society. 17 (1), 248-258.
Diakses pada tanggal 17 Desember 2016 dari
http://www.ifets.info/journals/17_1/21.pdf.
Kasmadi & Sunariah. (2013). Panduan modern penelitian kuantitatif: Bacaan
wajib bagi peneliti, guru, dan mahasiswa program S1, dan S2
lingkungan pendidikan. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Krathwohl, D.R. (2004). Methods of educational and social science research, an
integrated approach, second edition. Illinois: Waveland Press.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Masidjo. (1995). Penilaian pencapaian hasil belajar siswa di sekolah. Yogyakar
ta: Penerbit Kanisius.
Neuman, W. L. (2013). Metodologi penelitian sosial: Pendekatan kualitatif dan
kuantitatif (Ed. 7). Jakarta: PT Indeks.
Ngalimun. (2012). Strategi dan model pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja
Pressindo.
OECD. (2013). PISA 2012 results: What students know and can do student
perfomance in mathematics, reading and science (volume 1). Turkey:
PISA, OECD Publishing.
OECD. (2016). PISA 2015 Results in focus. Diakses pada tanggal 17 Desember
dari www.oecd.ord/pisa/pisa/pisa-2015-results-in-focus-pdf.
Parasteh, F. (2013). Effects of life skills training on improving critical thinking
among iranian fifth grade primary schoo girls. Journal of Current
research science.521-530. Diakses pada tanggal 17 Desember 2016 dari
http://www.jcrs010.com/Data/Default/2016/Special%20Issue%202/64.p
df.
Priyatno, D. (2012). Belajar praktis analisis parametrik dan non parametrik
dengan SPSS dan prediksi pertanyaan pendadaran skripsi dan tesis:
Simple, prektis, dan mudah dipahami untuk tingkat pemula dan
menengah. Yogyakarta: Gava Media.
Rositawaty, S & Muharam, A. 2008. Senang belajar Ilmu Pengetahuan Alam 4:
untuk Kelas IV Sekolah Dasar/Madrasah. Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional.
Samatowa, U. (2011). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta Barat: Indeks.
Sani, R. A. (2014). Pembelajaran saintifik untuki implementasi kurikulum 2013.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sanjaya, W. (2006). Strategi pembelajaran berorientasi standar proses
pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Schunk, D. H. (2012). Teori-teori pembelajaran: Perspektif pendidikan.
Yogyakaerta: Pustaka Pelajar.
Shoimin, A. (2014). 68 model pembelajaran inovatif dalam kurikulum 2013.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Slavin, R. E. (2011). Psikologi pendidikan: Teori dan praktik, Ed.9. Jakarta: PT
Indeks.
Sudijono, A. (2011). Pengantar evaluasi pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Sugiyono. (2012). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. (2013). Metode penelitian pendidikan: Pendekatan kuantitatif,
kualitatif, dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Sugiyono. (2015). Metode penelitian pendidikan: pendekatan kuantitatif,
kualitatif, dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Sukmadinata, N.S. (2008). Metode penelitian pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sulistyanto, H & Wiyono, E. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam 4 untuk SD dan MI
Kelas IV. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Suparno. (2001). Teori perkembangan kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
Suyono & Hariyanto. (2011). Belajar dan pembelajaran: Teori dan konsep
dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tawil, M. & Liliasari. (2013). Berpikir kompleks dan implementasinya dalam
pembelajaran. Makasar: Universitas Negeri Makasar.
Widoyoko, E. P. (2013). Evaluasi program pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Winkel, W.S. (1987). Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT Gramedia.
Zejnilagic, H. (2015). The effects of problem based learning on students'
achievements in primary school chemistry. Bulletin of the chemists and
technologists of bosnia and herzegovina. 44. 17-22. Diakses pada
tanggal 17 Desember 2016 dari
https://www.researchgate.net/profile/Ines_Nuic/publication/289893583
_The_effects_of_problem_based_learning_on_students'_achievements_
in_primary_school_chemistry/links/5693574008aec14fa55dd8d6.pdf?o
rigin=publication_list
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Lampiran 1.1 Surat Ijin Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Lampiran 1.2 Surat Ijin Validitas Soal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Lampiran 2.1 Silabus Kelompok Eksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
Lampiran 2.2 Silabus Kelompok Kontrol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
Lampiran 2.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
Lampiran 2.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
Lampiran 3.1 LKS
3.1.1 LKS Kelompok Eksperimen Pertemuan I
Tintin
Hari ini bu guru membawa seorang teman untuk belajar bersama, namanya
Tintin. Ternyata tintin tidak tahu apa saja bagian-bagian akar. Maukah kamu
membantunya untuk mencari tahu bagian-bagian akar? Dengan peralatan yang
dibagikan, coba identifikasi bagian-bagian akar (Guru membagikan tanaman
bayam)
Pertanyaan:
1. Apa saja bagian-bagian akar?
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
Cerita Menanam Mangga
Dela dan Keluarganya sangat menyukai tanaman. Terdapat
banyak tanaman di halaman rumah dela diantaranya tanaman mawar,
kamboja, bogenfil, dan ada juga tanaman yang tidak memiliki bunga
seperti gelombang cinta dan lidah mertua. Setiap sore, Dela dan Ibunya
selalu menyiram tanaman tersebut. Suatu hari sepulang sekolah Dela
membawa tanaman mangga yang masih kecil. Ternyata Dela
mendapatkan tanaman tersebut dari temannya. Namun saat sampai di
rumah, ibu dela mengatakan bahwa tanaman tersebut tidak akan tumbuh
karena akarnya patah. Dela tidak percaya, dia menjawab “Tak apa-apa
bu, nanti akarnya akan tumbuh, yang penting ada batang dan daunnya”.
Lalu dela menanam pohon itu. Dela menyirami pohon tersebut setiap hari.
Tapi setelah 4 hari ternyata pohon tersebut layu dan hampir mati. Dela
Nama :
Kelas :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
bingung kenapa hal itu bisa terjadi, padahal dia menyiraminya setiap
hari.
Dari cerita di atas jawablah pertanyaan di bawah ini!
2. Mengapa pohon mangga yang ditanam Dela tidak tumbuh, padahal Dela
telah menyiramnya setiap hari?
........................................................................................................................
........................................................................................................................
..................................................................................................................
3. Bagian tubuh tumbuhan mana yang tidak berfungsi dengan baik? Apa
fungsi bagian tumbuhan tersebut?
........................................................................................................................
........................................................................................................................
...................................................................................................................
4. Apa yang seharusnya dilakukan Dela perhatikan sebelum menanam
mangga tersebut?
........................................................................................................................
........................................................................................................................
..................................................................................................................
5. Berikan kesimpulanmu dari masalah tersebut!
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
3.1.2 LKS Kelompok Eksperimen Pertemuan II
1. Cobalah lakukan percobaan untuk mengetahui fungsi dari batang tumbuhan
a. Lakukanlah sebuah percobaan untuk mengetahui fungsi dari batang pada
sebuah tumbuhan dengan alat dan bahan yang sudah disediakan oleh
gurumu secara berkelompok!
b. Susunlah langkah-langkah percobaan yang mungkin bisa kalian lakukan
untuk mengetahui/menguji fungsi dari batang tumbuhan!
c. Kemudian lakukan langkah-langkah yang sudah kamu susun bersama
kelompok!
d. Tulis hasil percobaan kelompokmu!
Alat dan Bahan:
1. Tanaman pacar air
2. Air
3. Pewarna makanan
4. Gelas kaca
Langkah-langkah:
1. ……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
2. ……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
3. ……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
4. ……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
5. ……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
Hasil percobaan:
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
………………………….…………………………………………………………
NAMA : ……………………………..
NO. ABSEN : ……………………………..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
3.1.3 LKS Kelompok Kontrol
Nama :
Kelas :
1. Sebutkan fungsi utama akar bagiumbuhan?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
2. Sebutkan bagian-bagian akar pada tumbuhan!
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
3. Apa yang akan terjadi apabila akar pada tumbuhan mengalami kerusakan?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
4. Sebutkan fungsi batang bagi tumbuhan!
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
…………………….selamat mengerjakan…………………….
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
3.1.4 Soal Uraian
1.Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!
Kasus
Setiap libur kenaikan kelas, Mila mengunjungi neneknya yang berada di desa. Di
halaman rumah tersebut terdapat berbagai pohon, seperti pohon mangga, pisang,
rambutan, kelapa, kelengkeng, dan jambu air. Mila ingin mengetahui pohon apa
saja yang memiliki daun lengkap dan daun tidak lengkap.
a. Dapatkah kamu membantu Mila untuk mengelompokkannya dengan
menuliskan 2 pohon yang memiliki daun lengkap dan 2 pohon yang memiliki
daun tidak lengkap pada kolom yang tersedia di bawah ini
Pohon yang memiliki daun lengkap Pohon yang memiliki daun tidak lengkap
b. Sebutkan 1 perbedaan dan 2 persamaan dari daun pisang dan daun rambutan
menurut kelengkapan bagian daunnya!
Daun Pisang Daun Rambutan
Perbedaan
Persamaan
c. Jelaskan pengertian dari istilah-istilah berikut dengan bahasamu sendiri:
1) Daun lengkap adalah
Nama : ……………………….
Kelas : …………………….…
No. :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
2) Daun tidak lengkap adalah
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
2. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut!
a. Tumbuhan dapat berdiri karena ada akar yang menunjangnya. Akar
tumbuhan juga dapat menyerap air dan mineral dari dalam tanah.
Beberapa jenis tumbuhan tertentu memiliki akar yang dapat menjadi
tempat cadangan makanan.
Dari pernyataan di atas, tulislah 3 yangtermasuk kegunaan akar!
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
b. Gambarlah akar pohon lengkap dengan 5 bagiannya, kemudian namailah
setiap bagiannya!
c. Pada suatu sore Doni melihat tanaman cabai di tepi jalan dekat
rumahnya. Ia mengamati tanaman cabai tersebut dan ternyata batangnya
berwarna kuning kecoklatan serta tidak terdapat daun, bunga maupun
buah pada tanaman tersebut.
Berdasarkan cerita di atas, apa nama bagian tanaman yang tidak
berfungsi dengan baik? Tuliskan alasanmu!
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
3. Tentukan pernyataan berikut benar atau salah dengan melingkari jawaban yang
tepat! Tuliskan alasannya!
a. Daun mangga merupakan daun lengkap (Benar/ Salah)
Alasan:
......................................................................................................................
…………………………………………………………………………
………..…...……………………………………………………………
b. Akar pada tumbuhan pada umumnya memiliki 3 bagian. (Benar/ Salah)
Alasan:
...................................................................................................................…
…...…………………………………………………………………………
…...…………………………………………………………………….........
c. Batang adalah bagian tumbuhan yang berfungsi sebagai tempat untuk
melakukan proses fotosintesis. (Benar/ Salah)
Alasan:
...................................................................................................................
…………………………………………………………………………...
………………...…………………………………………………………
4. Jawablah pertanyaan di bawah ini!
a. Okta membawa pot berisi tanaman mawar. Di rumah, ia mencoba
memindahkan tanaman mawar tersebut ke dalam pot yang lebih besar.
Cara manakah yang paling tepat untuk memindahkan tanaman mawar
ke dalam pot lain supaya tanamannya cepat tumbuh? Tuliskan
alasanamu!
1) Memindahkan tanaman mawar beserta akar dan tanahnya kemudian
menanamnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
2) Memindahkan tanaman mawar dengan mengambil batangnya saja
lalu menanamnya
3) Memindahkan tanaman mawar dengan mencabut dan menanamnya
Jawab:
.............................................................................................................
........................………………………………………………………
……………………………….………………………………………
Kasus
Toni belajar mengenai bagian-bagian batang dan fungsi batang. Toni
berpendapat bahwa batang berfungsi untuk menyalurkan air dari akar ke seluruh
tubuh tumbuhan. Toni diberi peralatan praktikum antara lain gelas yang berisi air
berwarna merah dan tanaman pacar air untuk membuktikan jawabannya.
b. Berdasarkan cerita di atas jawablah pertanyaan di bawah ini!
Sebutkan 3 cara yang bisa dilakukan Toni untuk membuktikan
bahwa batang berfungsi untuk menyalurkan air dari akar ke seluruh
tubuh tumbuhan! Jelaskan masing-masing alasanmu!
Jawab:
..............................................................................................................
....................................………………………………………………
………....………..……………………………………………………
c. Dari ketiga cara yang sudah kamu tuliskan, cara manakah yang
paling tepat yang untuk membuktikan bahwa batang berfungsi untuk
menyalurkan air dari akar ke seluruh tubuh tumbuhan? Jelaskan
alasanmu memilih cara itu!
Jawab:
..............................................................................................................
...................…………………………………………………………
……...…….……………………….............…………………………
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
Lampiran 3.2 Kunci Jawaban
3.2.1 Kunci Jawaban LKS Kelompok Eksperimen Pertemuan I
1. Apa saja bagian-bagian akar?
Akar pada tumbuhan umumnya memiliki 5 bagian yaitu Tudung akar, Inti
akar, Rambut akar, Batang akar, dan Ujung akar.
Cerita Menanam Mangga
Dela dan Keluarganya sangat menyukai tanaman. Terdapat
banyak tanaman di halaman rumah dela diantaranya tanaman mawar,
kamboja, bogenfil, dan ada juga tanaman yang tidak memiliki bunga
seperti gelombang cinta dan lidah mertua. Setiap sore, Dela dan Ibunya
selalu menyiram tanaman tersebut. Suatu hari sepulang sekolah Dela
membawa tanaman mangga yang masih kecil. Ternyata Dela
mendapatkan tanaman tersebut dari temannya. Namun saat sampai di
rumah, ibu dela mengatakan bahwa tanaman tersebut tidak akan tumbuh
karena akarnya patah. Dela tidak percaya, dia menjawab “Tak apa-apa
bu, nanti akarnya akan tumbuh, yang penting ada batang dan daunnya”.
Lalu dela menanam pohon itu. Dela menyirami pohon tersebut setiap hari.
Tapi setelah 4 hari ternyata pohon tersebut layu dan hampir mati. Dela
bingung kenapa hal itu bisa terjadi, padahal dia menyiraminya setiap
hari.
Dari cerita di atas jawablah pertanyaan di bawah ini!
2. Mengapa tpohon mangga yang ditanam Dela tidak tumbuh, padahal Dela
telah menyiramnya setiap hari?
Pohon mangga Dela tidak tumbuh meskipun Dela menyiramnya
secara teratur karena akar pada pohon mangga tersebut patah. Sebanyak
apapun Dela menyiraminya dengan air, air tersebut tidak bisa diserap oleh
pohon karena akar yang berfungsi untuk menyerap air dari dalam tanah
rusak sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik. Karena akar tidak dapat
menyerap air, batang yang berfungsi menyalurkan air dari akar ke seluruh
tubuh tumbuhan juga tidak dapat menjalankan fungsinya karena tidak ada
yang diserap oleh akar sehingga pohon mangga tersebut tidak tumbuh.
3. Bagian tubuh tumbuhan mana yang tidak berfungsi dengan baik? Apa
fungsi bagian tumbuhan tersebut?
Bagian tubuh tumbuhan yang tidak berfungsi dengan baik adalah akar.
Akar berfungsi untuk menyerap air dan unsur hara dari dalam tanah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
4. Apa yang seharusnya dilakukan Dela perhatikan sebelum menanam
mangga tersebut?
Hal yang harus diperhatikan Dela sebelum menanam mangga tersebut
adalah dengan memperhatikan seluruh bagian tubuh tumbuhan. Ketika
akan menanam pohon hendaknya semua bagian tubuh tumbuhan harus
dalam keadaan lengkap dan tidak rusak ataupun patah terutama pada
bagian akar. Diusahakan menanam pohon mangga bersama dengan
akarnya.
5. Berikan kesimpulanmu dari masalah tersebut!
Akar pada tumbuhan terdiri dari 5 bagian yaitu Tudung akar, Inti akar,
Rambut akar, Batang akar, dan Ujung akar. Akar pada tumbuhan
berfungsi untuk menyerap air dan garam mineral yang ada di dalam tanah.
Ketika akar pada tumbuhan mengalami kerusakan seperti patah (hilang)
semua bagian tumbuhan juga akan terkena dampaknya karena akar tidak
akan mampu menjalankan fungsinya untuk menyerap air sehingga
tumbuhan akan kekurangan air dan mati. Oleh karena itu, saat hendak
menanam pohon, perlu memperhatikan bagian akar, usahakan supaya akar
tetap dalam keadaan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
3.2.2 Kunci Jawaban LKS Kelompok Eksperimen Pertemuan II
1. Cobalah lakukan percobaan untuk mengetahui fungsi dari batang tumbuhan
a. Lakukanlah sebuah percobaan untuk mengetahui fungsi dari batang pada
sebuah tumbuhan dengan alat dan bahan yang sudah disediakan oleh
gurumu secara berkelompok!
b. Susunlah langkah-langkah percobaan yang mungkin bisa kalian lakukan
untuk mengetahui/menguji fungsi dari batang tumbuhan!
c. Kemudian lakukan langkah-langkah yang sudah kamu susun bersama
kelompok!
d. Tulis hasil percobaan kelompokmu!
Tujuan: mengetahui fungsi batang pada tanaman
Alat dan Bahan:
1. Tanaman pacar air
2. Air
3. Pewarna makanan
4. Gelas kaca
Langkah-langkah:
1. Siapkan tanaman pacar air
2. Potong akar tumbuhan tersebut, kemudian bersihkan bagian batangnya dari
kotoran
3. Siapkan air dalam gelas bening dan campurkan dengan pewarna makanan
yang tersedia
4. Celupkan batang tanaman tersebut ke dalam gelas.
5. Diamkan beberapa menit (15 – 30 menit)
6. Potong batang tersebut ke dalam beberapa bagian, amatilah apa yang terjadi
pada setiap potongan batang tersebut!
Hasil percobaan:
Batang pada tumbuhan berfungsi untuk menyalurkan air ke seluruh tubuh
tumbuhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
3.2.3 Kunci Jawaban LKS Kelompok Kontrol
1. Sebutkan fungsi utama akar bagiumbuhan?
Fungsi utama dari akar adalah untuk menyeram air dan zat mineral yang ada di
dalam tanah.
2. Sebutkan bagian-bagian akar pada tumbuhan!
Akar memiliki 5 bagian yaitu pangkal akar, batang akar, cabang akar, rambut
akar, dan ujunng akar.
3. Apa yang akan terjadi apabila akar pada tumbuhan mengalami kerusakan?
Apabila akar tumbuhan mengalami kerusakan maka tumbuhan tidak dapat
tumbuh dengan baik. Sebab akar tidak dapat menjalankan perannya secara
maksimal.
4. Sebutkan fungsi batang bagi tumbuhan!
Fungsi utama batang pada tumbuhan adalah untuk menyalurkan air yang
diserap oleh akar menuju seluruh bagian tumbuhan.
…………………….selamat mengerjakan…………………….
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
3.2.4 Kunci Jawaban Soal Uraian
1. Berdasarkan cerita di atas, jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!
a. Dari pohon-pohon yang ada di rumah nenek Mila, tulislah 2 pohon
yang memiliki daun lengkap dan 2 pohon yang memiliki daun tidak
lengkap pada kolom yang tersedia di bawah ini!
Pohon yang memiliki daun
lengkap
Pohon yang memiliki daun tidak
lengkap
Pohon pisang
Pohon kelapa
Dapat menuliskan 2 dari 4 pohon
yang tersedia (pohon mangga,
pohonn rambutan, pohon
kelengkeng, dan pohon jambu)
b. Sebutkan 1 perbedaan dan 2 persamaan dari daun pisang dan daun
rambutan menurut kelengkapan bagian daunnya!
Daun Pisang Daun Rambutan
Perbedaan Memiliki pelepah daun Tidak memiliki pelepah
daun
Persamaan Memiliki tangkai daun Memiliki tangkai daun
Memiliki helai daun Memiliki helai daun
c. Jelaskan pengertian dari istilah-istilah berikut:
1) Daun lengkap adalah daun yang terdiri atas tiga bagian, yaitu
pelepah, tangkai dan helaian daun.
2) Daun tidak lengkap adalah daun yang hanya tersusun atas 1 – 2
bagian saja.
2. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
a. Tumbuhan dapat berdiri karena ada akar yang menunjangnya. Akar
tumbuhan juga dapat menyerap air dan mineral dari dalam tanah.
Beberapa jenis tumbuhan tertentu memiliki akar yang dapat menjadi
tempat cadangan makanan.
Dari pernyataan di atas, tulislah 3 yang termasuk kegunaan akar!
Fungsi akar bagi tumbuhan di antaranya seperti berikut: Menunjang
berdirinya tumbuhan; Menyerap air dan mineral-mineral dari dalam
tanah; dan Tempat menyimpan cadangan makanan untuk beberapa jenis
tanaman tertentu.
b. Gambarlah akar pohon lengkap dengan 5 bagiannya, kemudian namailah
setiap bagiannya!
c. Pada suatu sore Doni melihat tanaman cabai di tepi jalan dekat rumahnya.
Ia mengamati tanaman cabai tersebut dan ternyata batangnya berwarna
kuning kecoklatan serta tidak terdapat daun, bunga maupun buah pada
tanaman tersebut.
Berdasarkan cerita di atas, apa nama bagian tanaman yang tidak berfungsi
dengan baik? Tuliskan alasanmu!
Nama bagian tanaman yang tidak berfungsi dengan baik adalah batang.
Alasannya: Jika bagian batang pada tanaman tersebut berfungsi dengan
baik untuk mengedarkan mineral dan air yang diserap oleh akar, serta zat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
makanan hasil fotosintesis ke seluruh bagian tubuh, maka batang tanaman
tersebut tidak akan menjadi berwarna kuning kecoklatan serta pada batang
tanaman tersebut akan tumbuh daun, bunga serta bunga.
3. Tentukan pernyataan berikut benar atau salah dengan melingkari jawaban
yang tepat! Tuliskan alasannya!
a. Daun mangga merupakan daun lengkap (Benar/ Salah)
Alasan: Pernyataan ini salah karena daun mangga hanya memiliki tangkai
daun dan helai daun sedangkan daun lengkap memiliki tangkai daun, helai
daun dan pelepah daun.
b. Akar pada tumbuhan pada umumnya memiliki 3 bagian. (Benar/ Salah)
Alasan: Pernyataan ini salah karena akar pada tumbuhan terdiri dari 5
bagian, yaitu Cabang akar, Rambut akar, Batang akar, Ujung akar, dan
Pangkal Akar.
c. Batang adalah bagian tumbuhan yang berfungsi sebagai tempat untuk
melakukan proses fotosintesis. (Benar/ Salah)
Alasan: Pernyataan ini salah karena bagian tumbuhan yang berfungsi
sebagai tempat untuk melakukan proses fotosintesis adalah daun,
sedangkan batang berfungsi untuk menyalurkan air dari akar menuju ke
seluruh bagian tumbuhan.
4. Jawablah pertanyaan di bawah ini!
a. Okta membawa pot berisi tanaman mawar. Di rumah, ia mencoba
memindahkan tanaman mawar tersebut ke dalam pot yang lebih besar.
Cara manakah yang paling tepat untuk memindahkan tanaman mawar ke
dalam pot lain supaya tanamannya cepat tumbuh? Tuliskan alasanamu!
1) Memindahkan tanaman mawar beserta akar dan tanahnya kemudian
menanamnya
2) Memindahkan tanaman mawar dengan mengambil batangnya saja
lalu menanamnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
3) Memindahkan tanaman mawar dengan mencabut dan menanamnya
Jawab: Cara yang paling benar adalah memindahkan tanaman
mawar beserta akar dan tanahnya kemudian menanamnya karena
melalui akar unsur yang ada di dalam tanah seperti air dapat
terserap dan diedarkan ke seluruh bagian tumbuhan sehingga
tumbuhan dapat tumbuh dengan baik.
Toni belajar mengenai bagian-bagian batang dan fungsi batang. Toni
berpendapat bahwa batang berfungsi untuk menyalurkan air dari akar ke seluruh
tubuh tumbuhan. Toni diberi peralatan praktikum antara lain gelas yang berisi air
berwarna merah dan tanaman pacar air untuk membuktikan jawabannya.
Berdasarkan cerita di atas jawablah pertanyaan di bawah ini!
b. Sebutkan 3 cara yang bisa dilakukan Toni untuk membuktikan bahwa
batang berfungsi untuk menyalurkan air dari akar ke seluruh tubuh
tumbuhan! Jelaskan masing-masing alasanmu!
Jawab:
Cara yang dapat dilakukan oleh Toni:
1. Memasukkan pohon pacar ke dalam gelas yang berisi air berwarna merah
karena dengan memasukkan pohon pacar tersebut maka akar, batang,
maupun daun dari pohon pacar tersebut akan berwarna merah. Hal tersebut
menunjukkan bahwa batang pada tumbuhan berfungsi untuk menyalurkan
air yang diserap oleh akar tumbuhan menuju ke seluruh bagian tumbuhan.
- (jawaban berupa pendapat siswa)
- (jawaban berupa pendapat siswa)
c. Dari ketiga cara yang sudah kamu tuliskan, cara manakah yang paling
tepat yang untuk membuktikan bahwa batang berfungsi untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
menyalurkan air dari akar ke seluruh tubuh tumbuhan? Jelaskan
alasanmu memilih cara itu!
Jawab:
Cara yang paling tepat yang dapat dilakukan Toni untuk membuktikan
bahwa batang berfungsi untuk menyalurkan air dari akar ke seluruh tubuh
tumbuhan adalah dengan memasukkan pohon pacar ke dalam gelas yang
berisi air berwarna merah. Ketika pohon pacar dimasukkan ke dalam gelas
tersebut, setelah kurang lebih 30 menit, akar, batang, dan daun pohon
pacar akan berubah warna menjadi merah. Hal ini dikarenakan, akar pohon
pacar menyerap air berwarna merah tersebut dan batang menyalurkan air
yang diserap oleh akar sehingga semua bagian pohon pacar berwarna
merah. Maka terbukti bahwa batang berfungsi untuk menyalurkan air yang
diserap oleh akar ke seluruh bagian tumbuhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
Lampiran 3.3 Rubrik Penilaian
No Variabel Indikator Kriteria Skor
1 Interpretasi
Mengelompokkan
pohon yang
memiliki daun
lengkap dan daun
tidak lengkap
Jika mengelompokkan 4 pohon dengan tepat 4
Jika mengelompokkan 3 pohon dengan tepat 3
Jika mengelompokkan 2 pohon dengan tepat 2
Jika mengelompokkan 1 pohon dengan tepat,
atau tidak menjawab sama sekali 1
Menjelaskan
bagian-bagian
akar dengan
gambar untuk
memperjelas
masalah
Jika menggambar 4-5 bagian akar serta
menamai bagiannya dengan tepat 4
Jika menggambar 3 bagian akar serta menamai
bagiannya dengan tepat 3
Jika menggambar 2 bagian akar serta menamai
bagiannya dengan tepat 2
Jika menggambar 1 bagian akar serta menamai
bagiannya dengan tepat atau tidak menjawab
sama sekali
1
Menjelaskan
makna dari daun
lengkap dan daun
tidak lengkap
dengan bahasa
sendiri tanpa
menghilangkan
arti semula
Jika menjelaskan pengertian dari 2 konsep
dengan sangat tepat 4
Jika menjelaskan pengertian dari 2 konsep
dengan tepat 3
Jika menjelaskan pengertian dari salah satu
konsep dengan tepat 2
Jika tidak menjawab dengan tepat atau tidak
menjawab sama sekali 1
2 Analisis
Mengidentifikasi
persamaan dan
perbedaan daun
yang merupakan
daun lengkap dan
daun tidak
lengkap
Jika menyebutkan 2 persamaan dan 1 perbedaan
dengan tepat 4
Jika menyebutkan 1 persamaan dan 1 perbedaan
dengan tepat 3
Jika menyebutkan 2 persamaan dengan tepat 2
Jika menyebutkan 1 perbedaan atau 1
persamaan dengan tepat atau tidak menjawab
sama sekali
1
Menganalisis
rangkaian
argumen yang
dikembangkan
dan yang
digunakan sebagai
dasar untuk
menarik
kesimpulan
mengenai fungsi
akar
Jika membuat kesimpulan dengan menyebut 3
fungsi akar dengan tepat 4
Jika membuat kesimpulan dengan menyebut 2
fungsi akar dengan tepat 3
Jika membuat kesimpulan dengan menyebut 1
fungsi akar dengan tepat 2
Jika menjawab salah atau tidak menjawab sama
sekali 1
Mengidentifikasi
suatu
permasalahan
yang berkaitan
dengan fungsi
batang pada
tumbuhan
Jika dapat mengidentifikasi permasalahan
dengan tepat dan dengan alasan yang tepat. 4
Jika dapat mengidentifikasi permasalahan
dengan tepat dan alasan kurang tepat. 3
Jika dapat mengidentifikasi permasalahan
dengan kurang tepat dan alasan kurang tepat. 2
Jika tidak menjawab sama sekali 1
3 Evaluasi
Menilai kebenaran
suatu pernyataan
tentang daun
Jika menjawab dengan benar dan memberikan
alasan yang tepat 4
Jika menjawab dengan benar dan memberikan
alasan yang kurang tepat 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
No Variabel Indikator Kriteria Skor
Jika menjawab dengan benar tanpa memberikan
alasan 2
Jika menjawab salah atau tidak menjawab sama
sekali 1
Menilai kebenaran
pernyataan
mengenai bagian
akar
Jika menjawab dengan benar dan memberikan
alasan yang tepat 4
Jika menjawab dengan benar dan memberikan
alasan yang kurang tepat 3
Jika menjawab dengan benar tanpa memberikan
alasan 2
Jika menjawab sala atau tidak menjawab sama
sekali 1
Menilai kebenaran
pernyataan
mengenai fungsi
batang
Jika menjawab dengan benar dan memberikan
alasan yang tepat 4
Jika menjawab dengan benar dan memberikan
alasan yang kurang tepat 3
Jika menjawab dengan benar tanpa memberikan
alasan 2
Jika menjawab sala atau tidak menjawab sama
sekali 1
4 Inferensi
Menguji
pandangan dalam
menentukan solusi
permasalahan akar
Jika dapat menyebutkan jawaban dengan benar
dan memberikan alasan yang tepat 4
Jika dapat menyebutkan jawaban dengan benar
dan memberikan alasan yang kurang tepat atau
tidak memberikan alasan.
3
Jika tidak dapat menyebutkan jawaban yang
benar dan memberikan alasan yang kurang tepat 2
Jika tidak menjawab sama sekali 1
Mengemukakan
alternatif-
alternatif untuk
memecahkan
masalah
Jika mengemukakan 3 alternatif pemecahan
masalah 4
Jika mengemukakan 2 alternatif pemecahan
masalah 3
Jika mengemukakan 1 alternatif
pemecahan masalah 2
Jika tidak mengemukakan alternatif pemecahan
masalah atau tidak menjawab sama sekali 1
Tepat menentukan
pemecahan
masalah
Jika menentukan solusi yang
paling kuat dengan tepat dan alasan yang tepat 4
Jika menentukan solusi yang paling kuat dengan
tepat dengan alasan yang kurang tepat 3
Jika hanya menentukan solusi yang paling kuat
tanpa diberi alasan 2
Jika tidak menentukan solusi yang paling kuat
atau tidak ada jawaban benar 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
Lampiran 3.4 Hasil Rekap Nilai Expert Judgement
No
Soal
Poin Validator Komentar (Saran Perbaikan)
1 2 3 Rerata
1
A 3 4 1 2,66
Validator 1
Soal pada variabel Interpretasi sudah baik
Validator 2
Soal pada variable interpretasi sudah baik. Pada
kasus, pohon jagung pada soal nomor 1 dapat
diganti dengan pohon kelapa, karena halaman
rumah hampir tidak ada/ jarang ditemukan
tanaman jagung. Soal nomor 1c, kata konsep
dapat diganti “istilah”
Validator 3
Soal pada variabel interpretasi sudah baik,
namun kasusnya perlu diperjelas, dan
sebaiknya memilih tanaman/ pohon yang sering
dijumpai siswa. Soal nomor 1c, soal dapat
diganti seperti ini “Jelaskan pengertian daun
lengkap dan tidak lengkap dengan bahasamu
sendiri” agar mudah dipahami siswa.
B 3 3 3 3
C 4 2 2 2,66
2
A 3 3 3 3
Validator 1
Soal pada variabel analisis sudah baik
Validator 2
Kalimat pada kasus nomor 2a dapat
disederhanakan atau diganti. Kalimat kedu
apada soal 2b agak membingungkan, , lebih
baik jika disederhanakan atau bisa dijadikan
dua kalimat
Validator 3
Soal nomor 2 sudah baik dan sudah diberi
problem
B 3 4 3 3,3
C 3 3 3 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
3
A 3 2 2 2,3
Validator 1
Soal pada variabel Evaluasi sudah baik, namun
sebaiknya perintah tidak perlu menggunakan
tanda (!)
Validator 2
Soal nomor 3 sudah baik. Mungkin perintahnya
dapat dibuat seperti ini “Tentukan pernyataan
berikut benar atau salah”
Validator 3
Soal sudah baik, hanya saja agar lebih jelas,
perlu dilakukan percobaan untuk membuktikan
jawaban siswa.
.
B 3 3 3 3
C 3 3 3 3
4
A 2 3 1 2
Validator 1
Soal pada variabel Inferensi sudah baik, namun
untuk soal nomor 4a mungkin jawaban 1, 2,
dan 3 bisa dipilih sebagai jawaban benar.
Untuk soal nomor 4c, sebaiknya kalimat tidak
dibuat pasif, tetapi dijadikan kalimat aktif.
Validator 2
Indikator pada soal nomor 4a kurang teruji.
Dapat diuji dengan praktikum. Kasus pada soal
nomor 4a perlu disederhanakan. Kata pohon
dapat diganti dengan tanaman.
Validator 3
Soal sudah baik, namun terjadi miskonsepsi
antara pohon dan tanaman. Kata pohon dalam
kasus perlu diubah menjadi tanaman karena
disebut pohon jika tingginya lebih dari 3m.
B 3 2 3 2,66
C 3 3 2 2,66
Total
Skor 30
2
9 23
Validator 1
Instrumen layak digunakan tanpa perbaikan
Validator 2
Instrumen layak digunakan dengan perbaikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
Validator 3
Instrumen layak digunakan dengan perbaikan
Skor
mak 40
4
0 40
Keterangan :
Keterangan Skor
Layak tanpa perbaikan 3-4
Layak dengan perbaikan 2
Tidak layak 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
Lampiran 3.5 Hasil Analisis SPSS Uji Validitas
3.5.1 Hasil Uji Validitas Setiap Variabel
Correlations
Total Interpretasi Analisis Evaluasi Inferensi
Total Pearson Correlation 1 .916**
.833**
.961**
.873**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 34 34 34 34 34
Interpretasi Pearson Correlation .916**
1 .608**
.880**
.786**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 34 34 34 34 34
Analisis Pearson Correlation .833**
.608**
1 .765**
.590**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 34 34 34 34 34
Evaluasi Pearson Correlation .961**
.880**
.765**
1 .792**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 34 34 34 34 34
Inferensi Pearson Correlation .873**
.786**
.590**
.792**
1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 34 34 34 34 34
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
3.5.2 Hasil Uji Validitas Setiap Aspek
3.5.2.1 Validitas Aspek Evaluasi
Correlations
Total
Total Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed)
N 34
Item3a Pearson Correlation .935**
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
Sig. (2-tailed) .000
N 34
item3b Pearson Correlation .767**
Sig. (2-tailed) .000
N 34
item3c Pearson Correlation .873**
Sig. (2-tailed) .000
N 34
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
3.5.2.2 Validitas Aspek inferensi
Correlations
Total
Total Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed)
N 34
Item4a Pearson Correlation .879**
Sig. (2-tailed) .000
N 34
item4b Pearson Correlation .490**
Sig. (2-tailed) .003
N 34
tem4c Pearson Correlation .923**
Sig. (2-tailed) .000
N 34
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
Lampiran 3.6 Hasil Analisis SPSS Uji Reliabilitas
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 34 100.0
Excludeda 0 .0
Total 34 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.915 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
Lampiran 4.1 Tabulasi Nilai Kemampuan Evaluasi Kelompok Kontrol dan
Eksperimen
No.
Resp PreEvKon
PostIEvKo
n
SelEvKon
Post2EvK
on
PreEvEks Pos1EvEks SelEvEks Post2EvEks
1 2.00 2.00 - 2.00 2.00 3.33 1.33 3.33
2 2.33 2.67 0.34 2.00 2.33 4.00 1.67 3.67
3 2.00 2.33 0.33 2.00 1.67 2.67 1.00 2.67
4 1.67 2.33 0.66 1.67 1.67 2.33 0.66 3.33
5 2.33 2.33 - 2.00 2.33 4.00 1.67 4.00
6 2.67 2.67 - 1.67 2.33 2.33 - 2.33
7 1.67 2.33 0.66 1.67 2.00 2.67 0.67 2.67
8 1.33 3.00 1.67 1.33 1.33 3.00 1.67 3.00
9 2.33 2.67 0.34 2.33 2.33 3.67 1.34 3.67
10 2.33 2.67 0.34 2.33 3.33 3.67 0.34 3.67
11 1.00 2.67 1.67 1.00 1.67 3.67 2.00 3.67
12 1.67 2.67 1.00 1.67 1.33 3.00 1.67 3.00
13 3.00 2.33 -0.67 2.33 3.00 4.00 1.00 4.00
14 3.00 3.67 0.67 3.00 2.67 3.00 0.33 3.00
15 2.67 1.67 -1.00 2.67 2.00 3.33 1.33 2.33
16 1.67 3.67 2.00 1.67 2.67 3.00 0.33 3.00
17 1.67 3.00 1.33 1.67 1.67 3.33 1.66 2.67
18 2.00 2.33 0.33 2.00 2.33 3.00 0.67 3.00
19 3.33 1.67 -1.66 3.33 3.33 3.67 0.34 2.67
20 2.33 3.33 1.00 2.33 1.33 3.33 2.00 3.33
21 2.67 1.00 -1.67 2.67 3.00 2.33 -0.67 3.33
22 1.67 3.33 1.66 1.67 2.33 3.33 1.00 3.33
23 2.33 2.00 -0.33 2.33 2.33 2.67 0.34 3.67
24 3.00 1.67 -1.33 3.00 3.00 3.33 0.33 3.33
25 2.33 3.33 1.00 2.33 1.33 3.67 2.34 2.67
26 3.00 3.00 - 3.00 3.33 2.67 -0.66 2.33
27 3.33 2.67 -0.66 3.00 2.67 3.33 0.66 2.67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
28 3.00 1.33 -1.67 2.33 2.67 3.33 0.66 3.33
29 2.67 3.00 0.33 2.67 2.00 3.00 1.00 3.00
30 1.00 3.33 2.33 1.00 3.00 3.67 0.67 3.33
31 3.33 3.33 - 3.33 3.33 4.00 0.67 4.00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
Lampiran 4.2 Tabulasi Nilai Kemampuan Inferensi Kelompok Kontrol dan
Kelompok Eksperimen
No. Resp PreInKon Post1InKon SelInKon
Post2InKo
n
PreInEks Pos1InEks SelInEks
Post2InEk
s
1 2.00 1.33 -0.67 1.33 1.33 3.33 2.00 3.33
2 1.33 1.67 0.34 1.67 2.00 3.33 1.33 2.67
3 1.67 2.00 0.33 2.00 1.67 2.67 1.00 2.67
4 1.67 2.00 0.33 2.00 1.67 3.33 1.66 3.33
5 2.33 2.33 - 2.33 2.33 3.67 1.34 4.00
6 2.67 3.33 0.66 2.67 2.00 3.00 1.00 2.33
7 1.00 2.33 1.33 2.33 2.33 2.67 0.34 2.67
8 1.67 2.67 1.00 2.67 1.67 3.33 1.66 2.33
9 1.00 1.67 0.67 1.00 2.33 3.00 0.67 3.67
10 3.00 2.00 -1.00 2.00 3.00 4.00 1.00 3.67
11 2.67 3.00 0.33 3.00 1.33 4.00 2.67 4.00
12 1.00 3.33 2.33 1.67 1.67 3.67 2.00 4.00
13 2.67 2.33 -0.34 2.33 2.67 3.00 0.33 3.33
14 2.33 1.00 -1.33 1.00 3.00 2.67 -0.33 2.67
15 2.33 2.67 0.34 2.67 2.00 3.67 1.67 2.33
16 1.67 2.33 0.66 2.33 2.00 2.67 0.67 3.00
17 2.00 2.33 0.33 2.00 1.67 2.67 1.00 3.00
18 3.33 2.00 -1.33 2.00 3.33 2.33 -1.00 3.00
19 3.00 3.33 0.33 3.33 3.33 4.00 0.67 3.33
20 2.00 3.00 1.00 3.00 2.67 4.00 1.33 4.00
21 2.67 2.67 - 2.67 2.67 3.00 0.33 3.00
22 1.33 3.33 2.00 3.33 2.67 3.33 0.66 3.67
23 2.33 2.00 -0.33 2.00 2.33 2.33 - 3.33
24 3.00 3.00 - 3.00 3.00 3.33 0.33 3.33
25 2.67 3.67 1.00 3.33 3.00 3.33 0.33 3.33
26 3.33 3.33 - 3.33 3.33 3.67 0.34 3.00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
27 3.00 1.67 -1.33 1.67 2.33 3.00 0.67 3.00
28 2.67 1.67 -1.00 1.67 2.00 3.00 1.00 3.00
29 3.33 1.00 -2.33 1.00 2.33 3.33 1.00 3.33
30 1.33 2.33 1.00 1.67 3.00 3.67 0.67 3.67
31 3.67 3.67 - 3.67 3.67 3.67 - 3.67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
Lampiran 4.3 Hasil SPSS Uji Normalitas Data
4.3.1 Kemampuan Evaluasi
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
PreEvKon Post1Ev
Kon
SelEvKo
n
Post2E
vKon
PreEv
Eks
Post1Ev
Eks
SelEvE
ks
Post2EvE
ks
N 31 31 31 31 31 31 31 31
Norma
l
Param
etersa,b
Mean 2.3010 2.5806 .2797 2.1935 2.3326 3.2365 .9039 3.1613
Std.
Deviation .66229 .67186 1.06764 .62441 .64384 .50378 .73153 .49360
Most
Extre
me
Differe
nces
Absolute .130 .134 .139 .123 .115 .154 .142 .150
Positive .120 .092 .090 .123 .115 .104 .142 .131
Negative -.130 -.134 -.139 -.104 -.111 -.154 -.120 -.150
Test Statistic .130 .134 .139 .123 .115 .154 .142 .150
Asymp. Sig. (2-
tailed) .193
c .170
c .135
c .200
c,d .200
c,d .058
c .116
c .074
c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
Lampiran 4.4 Hasil SPSS Uji Perbedaan Kemampuan Awal
4.4.1 Kemampuan Evaluasi
Group Statistics
Kelompok N Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
PreEvKonEks Pretest Evaluasi
Kontrol 31 2.3010 .66229 .11895
Pretest Evaluasi
Eksperimen 31 2.3326 .64384 .11564
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Differe
nce
Std.
Error
Differen
ce
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
PreEvK
onEks
Equal
variances
assumed
.029 .865 -.191 60 .850 -.03161 .16589 -.36345 .30023
Equal
variances
not assumed
-.191 59.952 .850 -.03161 .16589 -.36346 .30023
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
4.4.2 Kemampuan Menganalisis
Group Statistics
Kelompok N Mean Std. Deviation
Std. Error
Mean
PreInKonEks Pretest Inferensi Kontrol 31 2.2797 .76555 .13750
Pretest Inferensi Eksperimen 31 2.3977 .63463 .11398
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Differen
ce
Std.
Error
Differen
ce
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
PreInK
onEks
Equal
variance
s
assumed
1.516 .223 -.661 60 .511 -.11806 .17860 -.47532 .23919
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
Lampiran 4.5 Hasil SPSS Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan
4.5.1 Kemampuan Evaluasi
Group Statistics
Kelompok N Mean
Std.
Deviation Std. Error Mean
SelEvK
onEks
Selisih Evaluasi Kontrol 31 .2797 1.06764 .19175
Selisih Evaluasi
Eksperimen 31 .9039 .73153 .13139
4.5.2 Kemampuan Inferensi
Group Statistics
Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
SelInKon
Eks
Selisih Inferensi Kontrol 31 .1394 1.00168 .17991
Selisih Inferensi
Eksperimen 31 .8497 .74917 .13456
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t Df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Differe
nce
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
SelEvKo
nEks
Equal
variances
assumed
2.509 .118 -2.685 60 .009 -.62419 .23245 -1.08916 -.15923
Equal
variances not
assumed
-2.685 53.081 .010 -.62419 .23245 -1.09041 -.15798
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-tailed)
Mean Differen
ce
Std. Error Differenc
e
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
SelInKonEks
Equal variances assumed
1.459
.232 -
3.162 60 .002 -.71032 .22466
-1.15971
-.26094
Equal variances not
assumed
-3.162
55.564 .003 -.71032 .22466 -
1.16044 -.26020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
185
Lampiran 4.6 Perhitungan Manual Besar Pengaruh Perlakuan
Effect size kemampuan evaluasi adalah
sebagai berikut:
Persentase pengaruh penggunaan metode
inkuiri untuk kemampuan evaluasi :
R2 = r
2
= (0,32)2
= 0,10
Persentase = R2
=
= 10 %
Effect size kemampuan inferensi adalah
sebagai berikut:
Persentase pengaruh penggunaan metode
inkuiri untuk kemampuan menganalisis:
R2 = r
2
= (0,37)2
= 0,14
Persentase = R2
=
= 14 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
Lampiran 4.7 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest
I
4.7.1 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Kemampuan Evaluasi
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Persentase
%
%
%
%
= 12 %
Persentase
%
%
%
%
= 39 %
Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Kemampuan Inferensi
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Persentase
%
%
%
%
= 6 %
Persentase
%
%
%
%
= 35 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
187
4.7.2 Perhitungan Persentase Gain Score
4.7.2.1 Tabulasi Gain Score Kemampuan Evaluasi
Kelompok Kontrol
Gain Score F
-1.67 2
-1.66 1
-1.33 1
-1.00 1
-0.67 1
-0.66 1
-0.33 1
- 5
0.33 3
0.34 3
0.66 2
0.67 1
1.00 3
1.33 1
1.66 1
1.67 2
2.00 1
2.33 1
Kelompok Eksperimen
Gain score f
-0.67 1
-0.66 1
- 1
0.33 3
0.34 3
0.66 3
0.67 4
1.00 4
1.33 2
1.34 1
1.66 1
1.67 4
2.00 2
2.34 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
188
4.7.2.2 Perhitungan Persentase Gain Score ≥ 0,33 Kemampuan Evaluasi
Kelompok Kontrol
Kelompok Eksperimen
Frekuensi gain score ≥ 0,33 adalah 18
siswa.
Persentase
%
%
%
= 58%
Frekuensi gain score ≥ 0,33 adalah 28
siswa.
Persentase
%
%
%
= 90 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
189
4.7.2.3 Tabulasi Gain Score Kemampuan Inferensi
4.7.2.4 Perhitungan Persentase Gain Score ≥ 0,00 Kemampuan Inferensi
Kelompok Kontrol
Kelompok Eksperimen
Frekuensi gain score ≥ 0,00 adalah 22
siswa.
Persentase
%
%
Frekuensi gain score ≥ 0,00 adalah 29
siswa.
Persentase
%
%
Kelompok Kontrol
Gain Score F
-2.33 1
-1.33 3
-1 2
-0.67 1
-0.34 1
-0.33 1
0 5
0.33 5
0.34 2
0.66 2
0.67 1
1 4
1.33 1
2 1
2.33 1
Kelompok Eksperimen
Gain score F
-1.00 1
-0.33 1
- 2
0.33 4
0.34 2
0.66 1
0.67 5
1.00 6
1.33 2
1.34 1
1.66 2
1.67 1
2.00 2
2.67 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
190
%
= 70 %
%
= 93 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
191
Lampiran 4.8 Hasil Uji Besar Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
4.8.1 Kemampuan Evaluasi
4.8.1.1 Hasil SPSS Uji Besar Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Post1EvKon 2.5806 31 .67186 .12067
PreEvKon 2.3010 31 .66229 .11895
Pair 2 Post1EvEks 3.2365 31 .50378 .09048
PreEvEks 2.3326 31 .64384 .11564
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 Post1EvKon & PreEvKon 31 -.281 .126
Pair 2 Post1EvEks & PreEvEks 31 .205 .268
Paired Samples Test
Paired Differences
t Df Sig. (2-tailed) Mean
Std.
Deviatio
n
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 Post1EvK
on -
PreEvKon
.27968 1.06764 .19175 -.11194 .67129 1.459 30 .155
Pair 2 Post1EvE
ks -
PreEvEks
.90387 .73153 .13139 .63554 1.17220 6.879 30 .000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
192
4.8.1.2 Perhitungan Manual Besar Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
Evaluasi Kelompok Kontrol dan Eksperimen
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Persentase = R2
= r2
= (0,24) 2
= 0,06
= 6
Persentase = R2
= r2
= (0,78) 2
= 0,61
= 61
4.8.2 Kemampuan Inferensi
4.8.2.1 Hasil SPSS Uji Besar Efek Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Post1InKon 2.4190 31 .74975 .13466
PreInKon 2.2797 31 .76555 .13750
Pair 2 Post1InEks 3.2474 31 .48680 .08743
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
193
PreInEks 2.3977 31 .63463 .11398
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 Post1InKon & PreInKon 31 .126 .499
Pair 2 Post1InEks & PreInEks 31 .127 .496
4.8.2.2 Perhitungan Manual Besar Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
Inferensi Kelompok Kontrol dan Eksperimen
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviati
on
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 Post1InKo
n -
PreInKon
.13935 1.00168 .17991 -.22806 .50677 .775 30 .445
Pair 2 Post1InEk
s -
PreInEks
.84968 .74917 .13456 .57488 1.12448 6.315 30 .000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
194
Persentase = R2
= r2
= (0,14) 2
= 0,02
= 2
Persentase = R2
= r2
= (0,77) 2
= 0,6
= 60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
195
Lampiran 4.9 Hasil SPSS Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I
4.9.1 Kemampuan Evaluasi
4.9.1.1 Uji Korelasi Kelompok Kontrol dan Eksperimen
Correlations
PreEvKon Post1EvKon PreEvEks Post1EvEks
PreEvKon Pearson Correlation 1 -.281 .563**
.120
Sig. (2-tailed) .126 .001 .520
N 31 31 31 31
Post1EvKon Pearson Correlation -.281 1 -.171 .173
Sig. (2-tailed) .126 .358 .353
N 31 31 31 31
PreEvEks Pearson Correlation .563**
-.171 1 .205
Sig. (2-tailed) .001 .358 .268
N 31 31 31 31
Post1EvEks Pearson Correlation .120 .173 .205 1
Sig. (2-tailed) .520 .353 .268
N 31 31 31 31
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
4.9.2 Kemampuan Menganalisis
4.9.2.1 Uji Korelasi Kelompok Kontrol dan Eksperimen
Correlations
PreInKon Post1InKon PreInEks Post1InEks
PreInKon Pearson Correlation 1 .126 .516**
.135
Sig. (2-tailed) .499 .003 .467
N 31 31 31 31
Post1InKon Pearson Correlation .126 1 .285 .438*
Sig. (2-tailed) .499 .120 .014
N 31 31 31 31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
196
PreInEks Pearson Correlation .516**
.285 1 .127
Sig. (2-tailed) .003 .120 .496
N 31 31 31 31
Post1InEks Pearson Correlation .135 .438* .127 1
Sig. (2-tailed) .467 .014 .496
N 31 31 31 31
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
197
Lampiran 4.10 Hasil Uji Retensi Perlakuan
4.10.1 Kemampuan Evaluasi
4.10.1.1 Hasil SPSS Uji Retensi Perlakuan
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Post2EvKon 2.1935 31 .62441 .11215
Post1EvKon 2.5806 31 .67186 .12067
Pair 2 Post2EvEks 3.1613 31 .49360 .08865
Post1EvEks 3.2365 31 .50378 .09048
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 Post2EvKon & Post1EvKon 31 -.223 .228
Pair 2 Post2EvEks & Post1EvEks 31 .529 .002
Paired Samples Test
Paired Differences
t Df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 Post2EvKon -
Post1EvKon
-
.38710 1.01412 .18214 -.75908 -.01512 -2.125 30 .042
Pair 2 Post2EvEks -
Post1EvEks
-
.07516 .48429 .08698 -.25280 .10248 -.864 30 .394
4.10.1.2 Hasil SPSS Uji Peningkatan Skor Pretest I ke Posttest II Kemampuan
Evaluasi
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Post2EvKon 2.1935 31 .62441 .11215
PreEvKon 2.3010 31 .66229 .11895
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
198
Pair 2 Post2EvEks 3.1613 31 .49360 .08865
PreEvEks 2.3326 31 .64384 .11564
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 Post2EvKon &
PreEvKon 31 .926 .000
Pair 2 Post2EvEks &
PreEvEks 31 .208 .261
Paired Samples Test
Paired Differences
T df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 Post2EvKon
– PreEvKon -.10742 .24945 .04480 -.19892 -.01592 -2.398 30 .023
Pair 2 Post2EvEks
– PreEvEks .82871 .72505 .13022 .56276 1.09466 6.364 30 .000
4.10.1.3 Perhitungan Persentase Peningkatan Skor Posttest I ke Posttest II
Persentase Peningkatan Rerata Pretest I ke Posttest II Kemampuan Evaluasi
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Persentase
%
%
%
Persentase
%
%
%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
199
%
= -15 %
%
= -2 %
4.10.2 Kemampuan Inferensi
4.10.2.1 Hasil SPSS Uji Retensi Perlakuan
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Post2InKon 2.2797 31 .74530 .13386
Post1InKon 2.4190 31 .74975 .13466
Pair 2 Post2InEks 3.2148 31 .49890 .08961
Post1InEks 3.2474 31 .48680 .08743
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 Post2InKon & Post1InKon 31 .890 .000
Pair 2 Post2InEks & Post1InEks 31 .505 .004
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 Post2InKo
n -
Post1InKo
n
-
.1393
5
.35110 .06306 -.26814 -.01057 -
2.210 30 .035
Pair 2 Post2InEks
-
Post1InEks
-
.0325
8
.49030 .08806 -.21242 .14726 -.370 30 .714
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
200
4.10.2.2 Hasil SPSS Uji Peningkatan Skor Pretest I ke Posttest II Kemampuan
Inferensi
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Post2InKon 2.2797 31 .74530 .13386
PreInKon 2.2797 31 .76555 .13750
Pair 2 Post2InEks 3.2148 31 .49890 .08961
PreInEks 2.3977 31 .63463 .11398
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 Post2InKon &
PreInKon 31 .320 .079
Pair 2 Post2InEks &
PreInEks 31 .166 .371
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviati
on
Std. Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 Post2InKon -
PreInKon .00000 .88092 .15822 -.32312 .32312 .000 30 1.000
Pair 2 Post2InEks -
PreInEks .81710 .73919 .13276 .54596 1.08824 6.155 30 .000
4.10.2.3 Perhitungan Persentase Peningkatan Skor Prosttest I ke Posttest II
Persentase Peningkatan Rerata Posttest I ke Posttest II Kemampuan Inferensi
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Persentase Persentase
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
201
%
%
%
%
= -5 %
%
%
%
%
= -0, 9 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
202
Lampiran 4.11 Transkrip Wawancara Siswa
4.11.1 Wawancara I Siswa A Sebelum Perlakuan
Hari/Tanggal : Sabtu, 08 Agustus 2016
Baris Wawancara I Keterangan
1 P : Apakah kamu senang belajar IPA? Mengapa?
2 S : Senang, soalnya bisa tahu tentang alam Senang belajar
IPA
3 P : Biasanya bagaimana cara gurumu mengajar IPA?
4 S : Biasanya Bu A ngasih tau pakai buku, terus kita mendengarkan
terus ngerjain soal
Metode
ceramah sering
digunakan
5 P : Apakah kamu merasa senang saat gurumu mengajar seperti itu?
6 S : Senang sih, tapi kadang bosan. Senang dengan
metode
ceramah namun
terkadang
bosan
7 P : Kenapa bosan?
8 S : Pinginnya yang ada percobaan dan kerja kelompok Ingin
berkelompok
9 P : Apakah gurumu tidak pernah mengajar dengan cara
membagimu ke dalam kelompok dan melakukan percobaa?
10 S : Kalau kerja kelompok pernah tapi jarang, lalu kalau percobaan
tidak pernah
Belum pernah
diajak
melakukan
percobaan
11 P : Apakah kamu bisa mengerjakan soal nomor 3 tentang fungsi
bagian tumbuhan?
12 S : Bisa, tapi nggak tau benar atau salah soalnya suruh pakai
alasan.
Bisa
mengerjakan
13 P : Apakah kamu bisa mengerjakan soal nomor 4 tentang
menyebutkan alternatif pemecahaan masalah?
14 S : Tidak bisa Tidak bisa
mengerjakan
15 P : Dari soal nomor 3 dan 4, manakah yang kamu anggap paling
sulit? Mengapa?
16 S : Nomor 4 karena soalnya banyak dan ada kasusnya jadi bingung Mengalami
kesulitan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
203
4.11.2 Wawancara II Siswa A Sesudah Perlakuan
Hari/Tanggal : Selasa, 29 November
Baris Wawancara II Keterangan
1 P : Apakah model PBL membantumu dalam memahami materi
bagian tumbuhan dan fungsinya?
2 S : Sangat membantu Model PBL membantu
memahami materi
3 P : Apakah kamu mengalami kesulitan saat belajar IPA dengan
model PBL? Mengapa?
4 S : Tidak sulit, malah meneyenangkan dan cepat paham. Soalnya
belajarnya pakai percobaan terus berkelompok
Siswa senang belajar
menggunakan PBL
5 P : Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 3a, 3b, dan
3c tentang meilai kebenaran fungsi bagian tumbuhan?
6 S : Lebih bisa Siswa lebih bisa
menjawab pertanyaan
7 P : Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 4a tentang
menguji pandangan dalam menetukan solusi?
8 S : Lebih bisa Siswa lebih bisa
menjawab pertanyaan
9 P : Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 4b tentang?
menentukan alternatif memecahkan masalah
10 S : Lebih bisa Siswa lebih bisa
menjawab pertanyaan
11 P : Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 4c tentang
menentukan solusi?
12 S : Lebih bisa Siswa lebih bisa
menjawab pertanyaan
13 P : Apakah belajar IPA dengan PBL mempermudah kamu untuk
mengerjakan soal yang sulit?
14 S : Iya karena pakai kasus dan percobaan jadi lebih paham dan
ingat terus. Soalnya aku praktik langsung
PBL mempermudah
mengerjakan soal yang
sulit
15 P : Apakah kamu senang belajar IPA dengan model PBL?
16 S : Senang sekali karena bisa percobaan dan kelompokan jadi bisa
inget. Selain itu aku jarang percobaan jadi waktu percobaan
senang sekali.
Senang belajar dengan
PBL karena
berkelompok dan
percobaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
204
4.11.3 Wawancara I Siswa B Sebelum Perlakuan
Hari/Tanggal : Sabtu, 08 Agustus 2016
Baris Wawancara I Keterangan
1 P : Apakah kamu senang belajar IPA? Mengapa?
2 S : Senang, soalnya materinya gampang Senang belajar IPA
3 P : Biasanya bagaimana cara gurumu mengajar IPA?
4 S : Biasanya sih dijelaskan terus aku disuruh jawab pertanyaan Tanya Jawab
5 P : Apakah kamu merasa senang saat gurumu mengajar seperti itu?
6 S : Senang sih tapi kadang bosan Senang dengan tanya
jawab namun bosan
7 P : Kenapa bosan?
8 S : Soalnya bu A ngomong terus. Pinginnya praktik Ingin belajar dengan
percobaan
9 P : Apakah gurumu tidak pernah mengajar dengan cara
membagimu ke dalam kelompok dan melakukan percobaa?
10 S : Kelompokan pernah, kalau percobaan nggak pernah. Eh pernah
ding, sekali.
Pernah belajar
berkelompok dan
percobaan
11 P : Apakah kamu bisa mengerjakan soal nomor 3 tentang fungsi
bagian tumbuhan?
12 S : Nggak tau, kemarin ngarang. Tidak bisa menjawab
soal
13 P : Apakah kamu bisa mengerjakan soal nomor 4 tentang
menyebutkan alternatif pemecahaan masalah?
14 S : Tidak bisa Tidak bisa menjawab
soal
15 P : Dari soal nomor 3 dan 4, manakah yang kamu anggap paling
sulit? Mengapa?
16 S : Susah semua karena soalnya banyak bacaannya Kesulitan karena terlalu
banyak bacaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
205
4.11.4 Wawancara II Siswa B Sesudah Perlakuan
Hari/Tanggal : Selasa, 29 November 2016
Baris Wawancara II Keterangan
1 P : Apakah model PBL membantumu dalam memahami materi
bagian tumbuhan dan fungsinya?
2 S : Iya membantu PBL membantu siswa
3 P : Apakah kamu mengalami kesulitan saat belajar IPA dengan
model PBL? Mengapa?
4 S : Tidak, malah menyenangkan, banyak percobaan. Percobaannya
juga bagus.
5 P : Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 3a, 3b, dan
3c tentang meilai kebenaran fungsi bagian tumbuhan?
6 S : Lebih bisa Siswa lebih bisa
mengerjakan soal
7 P : Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 4a tentang
menguji pandangan dalam menentukan solusi ?
8 S : Lebih bisa Siswa lebih bisa
mengerjakan soal
9 P : Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 4b tentang
menentukan alternatif pemecahan masalah?
10 S : Lebih bisa Siswa lebih bisa
mengerjakan soal
11 P : Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 4c tentang
menentukan pemecahan masalah?
12 S : Lebih bisa Siswa lebih bisa
mengerjakan soal
13 P : Apakah belajar IPA dengan PBL mempermudah kamu untuk
mengerjakan soal yang sulit?
14 S : Iya karena pakai percobaan dan belajar sama teman kelompok
bikin aku jadi inget terus pelajarannya
PBL membantu
mengingat pelajaran
15 P : Apakah kamu senang belajar IPA dengan model PBL?
16 S : Senang dong. Aku senang belajar sambil main-main hehehe Senang belajar sambil
percobaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
206
4.11.5 Wawancara I Siswa C Sebelum Perlakuan
Hari/Tanggal : Sabtu, 08 Agustus 2016
Baris Wawancara I Keterangan
1 P : Apakah kamu senang belajar IPA? Mengapa?
2 S : Senang, soalnya bisa tahu tentang alam
3 P : Biasanya bagaimana cara gurumu mengajar IPA?
4 S : Ya ngajar biasa, seperti guru lain. Guru di depan ngomong
sama kadang nulis.
Guru mengajar sama
seperti guru lain.
5 P : Apakah kamu merasa senang saat gurumu mengajar seperti
itu?
6 S : Senang kok. Jelas juga Senang dengan ceramah
9 P : Apakah gurumu tidak pernah mengajar dengan cara
membagimu ke dalam kelompok dan melakukan percobaa?
10 S : Pernah, satu kali. Waktu percobaan pencemaran lingkungan
11 P : Apakah kamu bisa mengerjakan soal nomor 3 tentang fungsi
bagian tumbuhan?
12 S : Bisa, tapi nggak tau benar atau salah soalnya suruh pakai
alasan.
Bingung
13 P : Apakah kamu bisa mengerjakan soal nomor 4 tentang
menyebutkan alternatif pemecahaan masalah?
14 S : Tidak bisa Tidak bisa mengerjakan
15 P : Dari soal nomor 3 dan 4, manakah yang kamu anggap paling
sulit? Mengapa?
16 S : Semuanya susah. Banyak banget soalnya jadi bingung Semua soal sulit
4.11.6 Wawancara II Siswa C Sesudah Perlakuan
Hari/Tanggal : Selasa, 29 November 2016
Baris Wawancara II Keterangan
1 P : Apakah model PBL membantumu dalam memahami materi
bagian tumbuhan dan fungsinya?
2 S : Membantu PBL membantu
3 P : Apakah kamu mengalami kesulitan saat belajar IPA dengan
model PBL? Mengapa?
4 S : Tidak, soalnya berkelompok. Jadi kan ada yang bantuin kalau Tidak kesulitan belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
207
tidak bisa. menggunakan PBL
5 P : Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 3a, 3b, dan
3c tentang meilai kebenaran fungsi bagian tumbuhan?
6 S : Lebih bisa Bisa mengerjakan soal
7 P : Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 4a tentang
menguji pandangan dalam menentukan solusi?
8 S : Ya bisa Bisa mengerjakan soal
9 P : Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 4b tentang
menentukan alternatif pemecahan masalah?
10 S : Bisa Bisa mengerjakan soal
11 P : Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 4c tentang
menentukan pemecahan masalah?
12 S : Lebih bisa Bisa mengerjakan soal
13 P : Apakah belajar IPA dengan PBL mempermudah kamu untuk
mengerjakan soal yang sulit?
14 S : Iya karena pakai percobaan dan belajar sama teman kelompok
lebih gampang, tapi lama.
PBL mempermudah
siswa dalam belajar
15 P : Apakah kamu senang belajar IPA dengan model PBL?
16 S : Senang tapi malesnya soal yang diberikan susah Siswa senang namun
tidak suka dengan soal
yang diberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
208
Lampiran 4.12 Transkrip Wawancara Guru
Hari/Tanggal : Selasa, 29 November 2016
Baris Wawancara Keterangan
1 P : Apakah sebelumnya Ibu sudah pernah menggunakan model PBL?
terbimbing dalam pembelajaran IPA?
2 G : Kalau menerapkan model PBL sih belum pernah. Kalau sejauh ini sih
lebih ke metode. Metodenya kemarin pernah demonstrasi, ya
eksperimen pernah, dipercobaan kemarin tentang pencemaran
lingkungan. Terus ya lebih ke pengamatan, untuk model yang secara
khusus memang belum. Tapi pernah juga diarahkan untuk
menemukan.”
PBL belum
pernah
digunakan
3 P : Apakah terdapat kesulitan yang Ibu temui saat menggunakan model
PBL?
4 G : Kesulitannya itu membutuhkan waktu karena kita kan materinya
banyak, terus untuk mengkondisikan siswa dalam menerapkan model
PBL itu membutuhkan waktu yang lebih. Jadi susun alokasi waktunya
jadi untuk setiap tahap PBL itu bisa cukup waktunya sesuai dengan
alokasi waktu dua jam pelajaran
Kesulitannya
adalah waktu
5 P : Bagaimanakah pendapat Ibu mengenai proses pembelajaran
menggunakan model PBL?
6 G : PBL ini sangat bagus terutama di pembelajaran IPA , ya memang
butuh waktu yang agak lama, tapi untuk informasi yang mereka
tangkap akan lebih mengena dan tahan lama. Selain itu, dibandingkan
kelas yang satunya, kelas yang pakai PBL ini tidak mudah lupa
karena pembelajarannya bermakna dan mereka mengalami sendiri.
Melakukan percobaan dan diberi permasalahan.
PBL sangat
bagus untuk
pembelajaran
IPA.
7 P : Apakah model PBL efektif jika diterapkan dalam pembelajaran IPA?
8 G : Ya pasti efektif karena mereka (siswa) mengalami sendiri jadi
pembelajarannya bermakna
PBL efektif
diterapkan
9 P : Bagaimana pembelajaran di kelas kontrol yang menggunakan metode
ceramah?
10 G : Menurut saya tidak ada masalah. Jadi tergantung penyampaian juga.
Jadi kalau kita bisa menyampaikan dengan manarik, mereka pasti
akan lebih bisa memahami.
Ceramah juga
sama baiknya
jika cara
menyampaikann
ya menarik
11 P : Apa saran Ibu untuk pembelajaran menggunakan model PBL?
12 G : Ya karena kita itu hanya dikejar-kejar waktu. Terus mungkin dari
bahasa tulisnya juga, kasusnya, terus soal-soalnya itu disederhanakan
lagi, karena siswa sini ya khususnya itu kalau disuruh memahami
bacaan itu masih agak kurang. Jadi kalau disodori pertanyaan yang
panjang-panjang itu kadang malah sulit menangkap inti
pertanyaannya. Tapi ya karena memang harus dikemas dalam bentu
kasus ya tidak apa-apa. Tapi kemarin sudah bagus. Sudah
menggunakan contoh-contoh nyata. Tapi yang percobaan perlu dicoba
terlebih dahulu agar tahu tingkat keberhasilannya jadi kita dalam
menyampaikan yakin dan contoh-contohnya mungkin bisa lebih
variatif. Dan dipersiapkan lebih matang lagi.
Perlu persiapan
yang lebih
matang dalam
menggunakan
PBL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
209
Lampiran 5.1 Foto-Foto Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran Kelompok Eksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
210
Pembelajaran Kelompok Kontrol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
211
Lampiran 5.2 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
212
CURRICULUM VITAE
L. Desy Nakaryaswari merupakan anak kedua dari pasangan
Gregorius Herwiyoto dan Yuventina Isti Murwani. Lahir di
Kabupaten Batang pada tanggal 14 Desember 1996.
Pendidikan awal dimulai dari TK Tunas Beringin II, pada
tahun 2000-2001 kemudian pendidikan dilanjutkan di
Sekolah Dasar Negeri Kedawung 03 pada tahun 2001-2007.
Peneliti melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah
Pertama N 01 Banyuputih pada tahun 2007-2010. Peneliti
kemudian menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Atas
Theresiana Weleri pada tahun 2010 dan lulus pada tahun
2013. Peneliti melanjutkan pendidikan di Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma pada tahun 2013.
Selama menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma banyak kegiatan
kemahasiswaan yang telah diikuti. Kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya sebagai
berikut:
No Nama Kegiatan Tahun Peran
1 Inisiasi Universitas Sanata Dharma 2014 Peserta
2 English Club Program 2013-2015 Peserta
3 Inisiasi Fakultas 2013 Peserta
4 Story Telling and Writing Contest antar mahasiswa PGSD 2015 2015 Peserta
5 Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa I dan II 2014 Peserta
6 Kursus Pembina Pramuka Mahir Dasar (KMD) 2014 Peserta
7 Inisiasi Mahasiswa Baru PGSD (Insipro PGSD) 2013 2013 Peserta
8 Seminar Internasional“Reinventing Childhood Education” 2015 Bendahara
9 Week-end Moral 2014 Peserta
10 Seminar Love, datting, and sex “Pacaran dengan akal sehat” 2014 Peserta
11 Latihan Dasar Kepemimpinan “Aku seorang pemimpin, bukan
bos”
2013 Peserta
12 Forum Komunikasi Mahasiswa Katolik Keuskupan Purwokerto
(FKMKKP) Sambut Sahabat FKMKKP 2013 “One Heart, One
Family, with FKMKKP”
2015 Peserra
13 Kolaborasi Wayang Kulit Duo Dalang dan Tari “Pandawa
Membangun Purakencana”
2014 Usaha
Dana
14 Penguasaan Bahasa Inggris Aktif 2016 Peserta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI