pengaruh penggunaan media pembelajaran dan gaya … · dalam proses pembelajaran di perguruan...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
0
PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DAN GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR
MAHASISWA PADA MATA KULIAH KONSEP KEBIDANAN
(Studi Eksperimen di Akademi Kebidanan Mamba’ul ‘Ulum Surakarta)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kesehatan
Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan
Oleh:
Angesti Nugraheni S541102006
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar dengan lingkungan. Peserta didik dalam hal
ini adalah mahasiswa, dan pendidik adalah dosen (UU No.20, 2003).
Dalam proses pembelajaran di perguruan tinggi, dosen harus memiliki
strategi agar mahasiswa dapat mencapai tujuan belajar dengan efektif dan
efisien. Salah satu faktor yang mendukung dalam mencapai tujuan yang
diharapkan adalah dengan penggunaan media pembelajaran yang tepat oleh
dosen. Dosen harus dapat mengembangkan variasi mengajar dengan
memanfaatkan variasi metode dan media pembelajaran. Media merupakan
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim
dan penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, minat dan perhatian
sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Sardiman, 2003). Pemilihan
media yang tepat sesuai dengan materi pembelajaran dapat membantu
mahasiswa untuk lebih mudah memahami suatu konsep. Oleh karena itu
penentuan media pembelajaran harus berawal dari kondisi nyata yang ada pada
mahasiswa dan sesuai dengan karakteristik mata kuliah (Anwar, 2008).
Tingkat pemahaman konsep pada mahasiswa berbeda-beda, maka dari itu
dosen harus dapat memfasilitasi proses belajar mahasiswa. Fenomena kesulitan
belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
atau prestasi belajarnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa
meliputi tiga macam, yaitu: Pertama adalah faktor internal yang berasal dari diri
pribadi siswa, misalnya kesehatan jasmani, kecerdasan, bakat, minat dan
motivasi. Faktor kedua adalah faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar
individu (lingkungan), misalnya teman, lingkungan keluarga, sarana dan
prasarana belajar. Sedangkan faktor ketiga adalah faktor pendekatan belajar
segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektifitas dan
efisiensi proses pembelajaran materi tertentu.
Media pembelajaran terdiri dari berbagai macam jenisnya. Media
pembelajaran yang secara umum digunakan dalam proses belajar mengajar
adalah media visual dan media audiovisual. Ketepatan dalam penggunaan media
pembelajaran dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan
pembelajaran mahasiswa.
Keberhasilan penggunaan kedua media pembelajaran tersebut, dapat
dinilai dengan prestasi belajar mahasiswa. Prestasi belajar khususnya pada ranah
kognitif, dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal mahasiswa. Faktor
internal adalah segala sesuatu yang muncul dalam diri mahasiswa yang
melakukan kegiatan belajar, seperti tingkat kecerdasan intelegensi, tingkat
kecerdasan emosi, bakat, minat, motivasi belajar, sikap terhadap belajar,
aktivitas, konsentrasi belajar, kemampuan mengolah bahan belajar, kemampuan
menyimpan perolehan hasil belajar dan kemampuan menggali hasil belajar yang
tersimpan, rasa percaya diri peserta didik, serta kebiasaan atau gaya belajar
mahasiswa. Sedangkan faktor eksternal adalah segala sesuatu yang datangnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
dari luar diri mahasiswa yang melakukan kegiatan belajar, seperti sarana dan
prasarana, tenaga pendidik, kurikulum, media pembelajaran, sumber belajar,
metode pembelajaran dan lingkungan sosial mahasiswa (Azwar, 2005).
Kebiasaan atau gaya belajar mahasiswa beragam. Menurut Witkin, gaya
belajar terdiri atas gaya field-dependent dan field-independent. Dalam hal ini
tugas dosen sehubungan dengan gaya belajar yang beragam tersebut adalah
memuji keindahan perbedaan potensi, karakter, bakat dan minat serta modalitas
gaya belajar individu masing-masing mahasiswa (Meutia, 2008).
Secara umum proses pembelajaran mahasiswa di Akbid Mamba’ul
‘Ulum Surakarta masih menggunakan media pembelajaran sederhana. Salah satu
mata kuliah yang diajarkan pada mahasiswa adalah mata kuliah Konsep
Kebidanan. Mata kuliah ini diajarkan pada semester I (semester gasal). Mata
kuliah ini menuntut pemahaman dan penghayatan karena merupakan
pengetahuan dasar tentang konsep seorang bidan bagi mahasiswa di Akademi
Kebidanan. Berdasarkan nilai akhir mata kuliah konsep kebidanan pada tahun
akademik 2010/2011 yang rata-rata cukup, maka penggunaan media
pembelajaran secara variatif merupakan metode pembelajaran yang dirasa sesuai
untuk mata kuliah Konsep Kebidanan.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mempunyai gagasan bahwa
dalam pembelajaran mata kuliah Konsep Kebidanan, prestasi belajar mahasiswa
di Akbid Mamba’ul ‘Ulum Surakarta dapat ditingkatkan melalui penggunaan
media pembelajaran yang tepat sesuai dengan gaya belajar mahasiswa. Oleh
karena itu peneliti berkeinginan untuk melakukan penelitian tentang peggunaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
media dan gaya belajar mahasiswa. Peneliti akan meneliti tentang pengaruh
media pembelajaran dan gaya belajar mahasiswa terhadap prestasi belajar mata
kuliah Konsep Kebidanan. Penggunaan media audiovisual merupakan hal yang
belum banyak digunakan di Akbid Mamba’ul ‘Ulum Surakarta, sehingga
menjadi hal yang menarik untuk diteliti.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah ada perbedaan pengaruh antara penggunaan media pembelajaran
terhadap prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Konsep Kebidanan?
2. Apakah ada perbedaan pengaruh antara gaya belajar mahasiswa terhadap
prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Konsep Kebidanan?
3. Apakah ada interaksi pengaruh antara penggunaan media dan gaya belajar
mahasiswa terhadap prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Konsep
Kebidanan?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk menganalisis pengaruh penggunaan media pembelajaran dan gaya
belajar mahasiswa terhadap prestasi belajar pada mata kuliah Konsep Kebidanan
di Akbid Mamba’ul ‘Ulum Surakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk menganalisis perbedaan pengaruh antara penggunaan media
pembelajaran terhadap prestasi belajar Konsep Kebidanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
b. Untuk menganalisis perbedaan pengaruh antara gaya belajar mahasiswa
terhadap prestasi belajar Konsep Kebidanan
c. Untuk menganalisis interaksi pengaruh antara penggunaan media
pembelajaran dengan gaya belajar mahasiswa terhadap prestasi belajar
Konsep Kebidanan.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan wacana baru dan pengetahuan umumnya dan bagi
pendidik khususnya untuk mengetahui perbedaan penggunaan media
pembelajaran terhadap prestasi belajar mata kuliah Konsep Kebidanan.
b. Dapat mendorong dan menumbuhkan semangat kreativitas dalam
memilih dan menggunakan media pembelajaran.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menjadi bahan masukan untuk pemilihan dan penggunaan media
pembelajaran yang tepat sesuai dengan gaya belajar mahasiswa
sehingga hasil dari proses pembelajaran di Akbid Mamba’ul ‘Ulum
Surakarta dapat optimal.
b. Bagi Peneliti
Memberikan gambaran nyata tentang pengaruh penggunaan media
pembelajaran dan gaya belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa di
Akbid Mamba’ul ‘Ulum Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pengertian Belajar
Belajar umumnya diartikan sebagai proses perubahan perilaku seseorang
setelah mempelajari suatu objek (pengetahuan, sikap, ketrampilan) tertentu.
Winkel dalam Darsono (2001), mengemukakan “belajar sebagai suatu aktivitas
mental psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang
menghasilkan perubahan dalam pengetahuan-pengetahuan ketrampilan dan nilai
sikap“. Dengan demikian belajar merupakan hasil interaksi antara individu
dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan kemampuan tingkah laku dan
keterampilan ke arah yang lebih baik. Hal ini identik dengan pandangan Good
dan Brophy dalam Uno (2008), yang menyatakan bahwa belajar merupakan
suatu proses atau interaksi yang dilakukan seseorang dalam memperoleh sesuatu
yang baru dalam bentuk perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman itu
sendiri.
Belajar menurut Margaret dalam Uno (2008) adalah (1) memodifikasi
atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman, (2) suatu proses perubahan
tingkah laku individu dengan lingkungannya, (3) perubahan tingkah laku yang
dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan dan penilaian, atau mengenai
sikap dan nilai nilai pengetahuan dan kecakapan dasar, yang terdapat dalam
berbagai bidang studi, atau lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan atau
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
pengalaman yang terorganisasi, (4) belajar selalu menunjukkan suatu proses
perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman
tertentu.
Driscoll dalam Uno (2008), menyatakan ada dua hal yang perlu
diperhatikan dalam belajar antara lain:
a. Belajar adalah suatu perubahan yang menetap dalam kinerja seseorang
b. Hasil belajar yang muncul dalam diri mahasiswa merupakan akibat atau
hasil dari interaksi mahasiswa dengan lingkungan.
Hal tersebut menunjukkan bahwa seorang yang telah mengalami proses
belajar dapat ditandai dengan adanya perubahan perilaku sebagai suatu kriteria
keberhasilan belajar pada diri seseorang yang belajar. Pada prinsipnya, dalam
belajar terdapat empat komponen kegiatan, yaitu (1) melakukan persepsi
terhadap stimulus, (2) menggunakan pengetahuan prasyarat, (3) merencanakan
respons, (4) pelaksanaan respons yang dipilih (Darsono, 2001).
Belajar sebagai perubahan perilaku terjadi setelah mahasiswa mengikuti
atau mengalami suatu proses belajar mengajar yaitu hasil belajar dalam bentuk
penguasaan kemampuan atau ketrampilan tertentu. Dengan demikian dapat
dirangkumkan bahwa belajar merupakan suatu pengalaman yang diperoleh
berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya yaitu antara siswa
dengan guru di dalam kelas untuk melakukan proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
2. Gaya Belajar
Gaya Belajar mengacu pada variasi dari kemampuan diri menyerap
pengetahuan. Dengan mengetahui gaya belajar yang dominan, akan peserta didik
memudahkan untuk memaksimalkan potensi yang dimilikinya. Gaya belajar
yang paling sering digunakan ada tiga jenis. Biasanya seseorang memiliki ketiga
komponen tersebut, namun ada yang paling dominan (LD, 2008). Gaya belajar
seseorang berasal dari variabel kepribadian, termasuk susunan kognitif dan
psikologis latar belakang sosio kultural, dan pengalaman pendidikan.
Menurut Rose dan Nicoll gaya belajar bersifat individual, setiap gaya
memiliki kelebihan dan kekuatan masing-masing. Biasanya setiap individu
memiliki perpaduan diantara ketiganya, namun hanya satu yang mendominasi.
Salah satu yang mempengaruhi gaya belajar adalah gaya pembelajaran atau
Learning style (De Porter, 2005)
Gaya belajar merupakan kombinasi dari bagaimana ia menyerap dan
kemudian mengatur serta mengolah informasi. Sedangkan Samples mengatakan
gaya belajar adalah kebiasaan yang mencerminkan cara kita memperlakukan
pengalaman yang kita peroleh melalui modalitas (De Porter, 2006).
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan gaya belajar adalah
proses penerimaan dan pengolahan individu terhadap pembelajaran yang
diterimanya. Maka dari tu gaya belajar merupakan salah satu karakteristik siswa
yang harus dipertimbangkan oleh pendidik dalam memilih dan menerapkan
strategi pembelajaran dalam upaya meningkatkan kebermaknaan proses
pembelajaran dan pencapaian hasil belajar (Meutia, 2008)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Macam macam gaya belajar kognitif menurut Witkin (1962) terbagi
menjadi gaya belajar field-dependent (sangat dipengaruhi oleh lingkungan) dan
gaya belajar field-independent (tidak atau kurang dipengaruhi oleh lingkungan).
a. Gaya belajar field-dependent (FD)
Berikut merupakan indikator tipe mahasiswa dengan gaya belajar yang
tergantung oleh lingkungan:
1) sangat dipengaruhi oleh lingkungan, banyak bergantung pada pendidikan
pada masa lampau
2) dididik untuk selalu memperhatikan orang lain
3) mengingat hal-hal dalam konteks sosial, misalnya: gadis selalu
mengenakan rok
4) bicara dengan lambat agar mudah dipahami orang lain
5) mempunyai hubungan sosial yang luas; sesuai dengan pekerjaan dalam
bidang guidance, konseling, pendidikan dan sosial
6) lebih sesuai untuk memilih psikologi klinis
7) lebih banyak ditemukan pada kalangan wanita
8) lebih sukar memastikan bidang mayornya dan sering pindah jurusan
9) tidak menyukai pelajaran matematika (hitungan), lebih menyukai bidang
humanitas dan ilmu-ilmu sosial
10) pendidik gaya field-dependent cenderung menyukai diskusi, bersifat
demokratis
11) memerlukan petunjuk yang lebih banyak untuk memahami sesuatu
12) bahan hendaknya tersusun langkah demi langkah (sistematis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
13) lebih peka terhadap kritik
14) perlu mendapat dorongan
15) kritik tidak bersifat pribadi
b. Gaya belajar field-independent (FI)
Berikut merupakan indikator tipe mahasiswa dengan gaya belajar yang
kurang atau tidak tergantung oleh lingkungan:
1) kurang atau tidak dipengaruhi oleh lingkungan, banyak bergantung pada
pendidikan masa lampau
2) dididik untuk berdiri sendiri (mandiri)
3) mempunyai otonomi atas tindakan yang dipilihnya
4) tidak peduli akan norma-norma orang lain
5) bicara dengan cepat tanpa menghiraukan daya tangkap orang lain
6) kurang mementingkan hubungan sosial yang luas
7) sesuai dengan jabatan dalam bidang matematika, science, ilmu eksak
8) lebih sesuai memilih psikologi eksperimental
9) lebih banyak ditemukan pada kalangan laki-laki
10) lebih cepat memilih bidang mayornya
11) dapat juga menyesuaikan ilmu humanitas dan ilmu sosial, walaupun
cenderung pada eksak (matematika dan ilmu pengetahuan alam)
12) pendidik gaya field-independent cenderung menyukai memberi kuliah,
menyampaikan pelajaran dengan ceramah
13) tidak memerlukan petunjuk terperinci
14) mudah berpikir kreatif dan inisiatif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
15) dapat menerima kritik demi perbaikan
Dengan mengenal dua tipe gaya belajar tersebut, maka ada pegangan
bagi pendidik untuk mengenal tipe siswa. Pada umumnya pendidik dan siswa
yang memiliki tipe sama, akan saling menyukai. Penyesuaian cara mengajar
dosen terhadap siswa merupakan salah satu cara untuk mendapatkan hasil
belajar optimal sesuai dengan tujuan pembelajaran (Nasution, 2008).
3. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari
kata medium yang berarti sesuatu yang terletak ditengah (antara dua pihak
atau kutub) atau suatu alat. Media juga dapat diartikan sebagai perantara atau
penghubung antar dua pihak, yaitu antara sumber pesan dengan penerima
pesan (Anitah, 2008).
AECT (Association for Education and Communicatian Technology)
dalam Anitah (2008) mengatakan bahwa “Media merupakan segala bentuk
yang digunakan untuk menyalurkan informasi.”
Pendapat lain menurut Bretz dalam Anitah (2008) mengatakan bahwa
media adalah sesuatu yang terletak ditengah-tengah, jadi suatu perantara yang
menghubungkan semua pihak yang membutuhkan terjadinya suatu hubungan
dan membedakan antara media komunikasi dan alat bantu komunikasi.
Perbedaannya adalah bahwa yang pertama merupakan sesuatu yang
berkemampuan untuk menyajikan keseluruhan informasi dan menggerakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
saling tindak antara pebelajar dengan subjek yang dipelajari, sedangkan yang
kedua semata-mata adalah penunjang pada penyajian yang dilakukan oleh
dosen.
NEA (National Education Association) dalam Harsoyo (2002) memaknai
media sebagai segala benda yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar,
dibaca, atau dibincangkan beserta instrumen yang digunakan untuk kegiatan
tersebut.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan pengirim kepada penerima, sehingga dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian, dan minat mahasiswa yang menjurus ke arah
terjadinya proses belajar. Selain itu pula media memiliki fungsi yang jelas
yaitu memperjelas, memudahkan dan membuat menarik pesan kurikulum
yang akan disampaikan oleh dosen kepada peserta didik sehingga dapat
memotivasi belajarnya dan mengefisienkan proses belajar, sekaligus
membantu peserta didik dalam memproses pesan-pesan pendidikan atau
bahan-bahan pembelajaran yang disampaikan.
b. Fungsi Media Pembelajaran
Ada beberapa fungsi media pembelajaran Roestiyah (1982) yaitu:
1) Fungsi edukatif, artinya dengan media pembelajaran ini dapat memberikan
pengaruh baik yang mengandung nilai-nilai pendidikan. Pengaruh ini
berguna bagi diri sendiri maupun masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
2) Fungsi sosial, artinya dengan alat media ini berhubungan antara pribadi
anak dapat lebih baik lagi, sebab mereka secara gotong-royong dapat
bersama-sama mempergunakan alat media ini.
3) Fungsi ekonomis, artinya dengan satu macam alat media pembelajaran
sudah dapat dinikmati oleh sejumlah anak didik dan bisa dipergunakan
sepanjang waktu. Dapat mengurangi tenaga manusia, sebab pada
pelajaran-pelajaran tertentu tidak perlu disajikan atau diberikan oleh dosen
atau manusia tetapi cukup dengan AVA.
4) Fungsi politis, artinya dengan media pembelajaran ini berarti sumber
pendidikan atau yang lain yang berasal dari pusat akan sampai daerah-
daerah bahkan di tiap-tiap sekolah. Sehingga tidak terdapat
penyimpangan-penyimpangan yang berarti antara pelaksanaan di daerah
sama dengan di pusat.
5) Fungsi seni, artinya dengan adanya media pembelajaran ini berarti kita
bisa mengenal macam-macam hasil budaya manusia semakin lama
semakin bertambah. Sebab AVA ini juga hasil budaya manusia.
Berdasarkan beberapa fungsi media pembelajaran yang dikemukakan
dapat disimpulkan bahwa penggunaan media dalam kegiatan belajar mengajar
memiliki pengaruh yang besar terhadap alat-alat indera. Penggunaan media
akan lebih menjamin terjadinya pemahaman dan retensi yang lebih baik
terhadap isi pelajaran. Media pembelajaran juga mampu membangkitkan dan
membawa pembelajar ke dalam suasana rasa senang dan gembira, di mana
ada keterlibatan emosianal dan mental. Tentu hal ini berpengaruh terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
semangat mereka belajar dan kondisi pembelajaran yang lebih “hidup”, yang
nantinya bermuara kepada peningkatan pemahaman pembelajar terhadap
materi ajar. Jadi, sasaran akhir penggunaan media adalah untuk memudahkan
belajar, bukan kemudahan mengajar (Degeng, 2001).
c. Manfaat media pembelajaran
Menurut Mustika Sari (2008) Secara umum manfaat media pembelajaran
adalah memperlancar interaksi antara dosen dengan mahasiswa sehingga
kegiatan pembelajaran lebih efektif dan efisien. Sedangkan secara lebih
khusus manfaat media pembelajaran adalah:
1) Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan
Dengan bantuan media pembelajaran, penafsiran yang berbeda antar dosen
dapat dihindari dan dapat mengurangi terjadinya kesenjangan informasi
diantara mahasiswa dimanapun berada.
2) Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik
Media dapat menampilkan informasi melalui suara, gambar, gerakan dan
warna, baik secara alami maupun manipulasi, sehingga membantu dosen
untuk menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton
dan tidak membosankan.
3) Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif
Dengan media akan terjadi komunikasi dua arah secara aktif, sedangkan
tanpa media dosen cenderung bicara satu arah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
4) Efisiensi dalam waktu dan tenaga
Dengan media, tujuan belajar akan lebih mudah tercapai secara maksimal
dengan waktu dan tenaga seminimal mungkin. Dosen tidak harus
menjelaskan materi secara berulang-ulang, sebab dengan sekali sajian
menggunakan media, mahasiswa akan lebih mudah memahami pelajaran.
5) Meningkatkan kualitas hasil belajar mahasiswa
Media pembelajaran dapat membantu mahasiswa menyerap materi belajar
lebih mandalam dan utuh. Bila dengan mendengar informasi verbal dari
dosen saja, mahasiswa kurang memahami pelajaran, tetapi jika diperkaya
dengan kegiatan melihat, menyentuh, merasakan dan mengalami sendiri
melalui media pemahaman mahasiswa akan lebih baik.
6) Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan
kapan saja
Media pembelajaran dapat dirangsang sedemikian rupa sehingga
mahasiswa dapat melakukan kegiatan belajar dengan lebih leluasa
dimanapun dan kapanpun tanpa tergantung seorang dosen. Perlu kita
sadari waktu belajar di sekolah sangat terbatas dan waktu terbanyak justru
di luar lingkungan sekolah.
7) Media dapat menumbuhkan sikap positif mahasiswa terhadap materi dan
proses belajar
Proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga mendorong
mahasiswa untuk mencintai ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri
sumber-sumber ilmu pengetahuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
8) Mengubah peran dosen ke arah yang lebih positif dan produktif
Dosen dapat berbagi peran dengan media sehingga banyak memiliki waktu
untuk memberi perhatian pada aspek-aspek edukatif lainnya, seperti
membantu kesulitan belajar mahasiswa, pembentukan kepribadian,
memotivasi belajar, dan lain-lain.
d. Jenis-jenis Media Pembelajaran
Media pembelajaran bisa disebut juga “perangkat keras” dan “perangkat
lunak”. Menurut AECT (Hamalik, 1982) perangkat keras (hardware)
merupakan sarana untuk menampilkan pesan yang terkandung pada perangkat
lunak, misalnya: tape recorder, televisi, video, OHP, proyektorslide.
Sedangkan perangkat lunak (software) berisi pesan atau informasi pendidikan
yang biasanya disajikan dengan menggunakan perangkat keras, misalnya:
modul, tranparansi, pita kaset, dan isi pesan yang tersimpan didalam pita-pita
rekaman.
Media pembelajaran yang digunakan dalam suatu kegiatan belajar
mengajar tidak hanya terbatas pada yang disiapkan oleh dosen kelas sendiri,
bahkan boleh disiapkan oleh suatu tim yang terdiri dari para ahli dalam
bidang bersangkutan (ahli bidang studi, ahli sistem intruksional
(pembelajaran), ahli media dan lainnya).
Berikut ini jenis-jenis media yang sering digunakan dalam proses belajar
mengajar di dunia pendidikan menurut Anitah (2008) yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
1) Media visual
Media visual juga disebut media pandang, karena seseorang dapat
menghayati media tersebut melalui penglihatannya. Media ini dapat
dibedakan menjadi 2 yaitu:
a) Media visual yang tidak diproyeksikan
Media visual yang tidak diproyeksikan merupakan media
sederhana, tidak membutuhkan projector dan layar untuk
memproyeksikan perangkat lunak. Media ini tidak tembus cahaya (non
transparan), maka tidak dapat dipantulkan pada layar (walaupun saat ini
ada alat yang dapat memantulkan gambar non transparan). Media ini
digunakan oleh dosen karena lebih mudah pembuatannya maupun
penggunaannya. Faktor-faktor seperti tidak adanya aliran listrik, daerah
terpencil, tidak tersedianya peralatan, kelompok kelas kecil,
menyebabkan dosen memilih media yang dirasa praktis. Termasuk
dalam jenis ini antara lain: gambar mati atau gambar diam (still
picture), ilustrasi, karikatur, poster, bagan, diagram, grafik, peta datar,
relia dan model, dan berbagai jenis papan.
b) Media visual yang diproyeksikan
Media ini juga merupakan suatu media visual, namun dapat
diproyeksikan pada layar melalui suatu pesawat projector. Oleh karena
itu, media ini terdiri dari dua unsur yang tidak dapat dipisahkan satu
sama lain, yaitu perangkat keras dan perangkat lunak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Materi/perangkat lunaknya ditulis atau digambarkan pada
transparansi (tembus cahaya). Melalui pesawat projector, materi atau
perangkat lunak berwujud gambar, bagan, atau tulisan, dapat
diproyeksikan pada layar. Misalnya dosen akan menunjukan gambar-
gambar atau tulisan pada transparan, maka gambar-gambar atau tulisan
tersebut merupakan perangkat lunaknya. Pesawat projektor yang
digunakan untuk menampilkan gambar itu, disebut perangkat keras.
Media visual ini banyak jenisnya, akan tetapi hanya akan ditampilkan
beberapa jenis yang banyak digunakan di lapangan. Termasuk dalam
jenis ini adalah: overhead projector (OHP), Slide (film bingkai),
filmstrip (film rangkai), dan opaque projector.
2) Media audio
Dalam media audio ini dibedakan antara media audio tradisional dan
media audio digital.
a) Media audio tradisional contohnya: audio kaset, audio siaran dan
telephone.
b) Media audio digital contohnya: media optik, audio internet dan radio
internet.
Media audio merupakan suatu media untuk menyampaikan pesan dari
pengirim ke penerima pesan melalui indera pendengaran. Agar media
tersebut benar-benar dapat membawakan pesan yang mudah diterima oleh
pendengar, harus digunakan bahasa audio. Secara sederhana bahasa audio
adalah bahasa yang memadukan elemen-elemen suara, bunyi dan musik,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
yang mengandung nilai abstrak. Misalnya: bahasa puitis, musik yang
agung, suara yang merdu dan lain-lain. Penggunaan media audio itu
sendiri memiliki kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan media audio
adalah:
a) Tidak begitu mahal untuk kegiatan pembelajaran
b) Audio tape cukup hemat, sebab suatu rekaman dapat dihapus dan
diganti dengan materi yang baru
c) Dapat digunakan untuk pembelajaran kelompok maupun individual
d) Pebelajar yang tuna netra maupun orang tuna aksara dapat belajar
melalui media audio
e) Untuk anak yang masih kecil atau untuk pebelajar yang belum dapat
membaca, media audio dapat membentuk pengalaman belajar bahasa
permulaan
f) Media audio dapat membawa pesan verbal yang lebih dramatis daripada
media cetak, contohnya sandiwara, deklamasi.
g) Dengan sedikit imaginasi dosen, program audio dapat bervariasi
h) Audio cassette tape-recorder dapat dibawa kemana-mana dan dapat
digunakan di lapangan dengan battery
i) Cassette tape recorder sangat ideal untuk pebelajar mandiri di rumah,
karena bahan pembelajaran pada pita kaset mudah diperbanyak bila
diperlukan
j) Media audio yang berformat digital seperti diuraikan diatas sangat
menarik perhatian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Adapun kelemahan dari media audio adalah:
a) Melalui media kaset, dapat mendengarkan urutan penyajian yang tepat,
bahkan bila diputar kembali, akan terdengar hal-hal yang sama. Hal ini
kadang-kadang membosankan.
b) Tanpa ada penyaji yang bertatap muka langsung dengan pebelajar,
beberapa diantara pebelajar kurang memperhatikan penyajian itu
c) Pengembangan program audio yang baik, akan banyak menyita waktu
d) Penentuan cara penyampaian informasi dapat menimbulkan kesulitan
bila pendengar memiliki latar belakang serta kemampuan mendengar
yang berbeda
e) Tidak dapat diperoleh balikan secara langsung karena hanya ada satu
jalur penyampaian informasi
3) Media audiovisual
Pada media audiovisual ini seseorang tidak hanya dapat melihat dan
mendengar saja, tetapi dapat melihat sekaligus mendengarkan sesuatu
yang divisualisasikan. Banyak sekali jenis media ini, beberapa diantaranya
adalah:
a) Slide suara
Slide suara merupakan jenis media visual yang menapilkan
sejumlah slide, dipadukan dalam suatu cerita atau suatu jenis
pengetahun yang diproyeksikan pada layar dengan iringan suara. Ada
beberapa macam slide suara dilihat dari jenis bahan dan ukurangnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Tetapi slide yang akan dibicarakan disini adalah gambar sebagai hasil
pemotretan yang menggunakan kamera biasa.
Pengertian iringan suara dapat bermacam-macam misalnya ada
pertunjukan slide yang diiringi suara piringan hitam, open reel tape,
atau kaset, bahkan ada yang langsung dari radio seperti pada program
radio vision dari BBC London, cara yang paling mudah untuk
mengirim pertunjukan slide adalah dengan menggunakan kaset perekam
yang dimiliki umum atau digunakan orang pada masa kini.
Pengembangan media ini lebih banyak tergantung pada cukup tidak
tersedianya perangkat lunak yang diperlukan, sedangkan perangkat
kerasnya mudah diperoleh di toko dengan harga yang tidak terlalu
mahal. Jenis-jenis program slide menurut sasarannya yaitu:
(1) Program slide untuk promosi
Program ini mempunyai pemirsa yang beraneka ragam dan
sasarannya sangat luas. Akibatnya kemampuan berfikir dan daya
tangkap dalam mencerna penampilan program slide juga berbeda-
beda. Jenis ini misalnya slide pariwisata pulau Bali, Borobudur,
danau toba dan lain-lain.
(2) Program slide yang berupa anjuran
Narasi dalam program ini disusun sedemikian rupa sehingga berupa
pesan yang memberi petunjuk. Jenis ini misalnya program KB,
transmigrasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
(3) Program slide untuk penerangan
Pesan yang dibawakan penerangan, dikaitkan dengan bahaya yang
timbul akibat orang-orang yang melanggarnya. Termasuk dalam
jenis ini misalnya: bahaya narkoba, akibat tidak menaati aturan lalu
lintas, akibat penebangan hutan dan lain-lain
(4) Program slide ilmu pengetahuan khusus
Untuk program ini bukan sembarang orang, melainkan sudah
mengkhusus yang mempunyai kemampuan berfikir seimbang
misalnya pebelajar SMP, SMA atau pebelajar jurusan tertentu.
(5) Program slide pengetahuan popular
Program ini dari kalangan luas tetapi berkisar pada orang-orang
yang memiliki kemapuan berfikir mengenai jenis-jenis topik yang
popular, misalnya pendaratan manusia ke bulan, listrik tenaga
surya, dan lain-lain.
(6) Program slide yang bersifat dokumenter
Program ini bersifat sangat terbatas dan bersifat khusus, meskipun
menjadi perhatian manusia di dunia. Jenis ini misalnya pemugaran
candi Borobudur, penilitian ruangan di Piramida Mesir, dan lain-
lain.
b) Televisi
Televisi terdiri dari kata tele berarti jauh dan visi berarti
penglihatan. Jadi program televisi ini berarti suatu program yang
memperlihatkan sesuatu dari jarak jauh. Sesuatu atau peristiwa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
berada jauh dari tempat pemirsa dapat dihadirkan di rumah melalui
pesawat televisi. Segi jauhnya ditransmisikan dengan prinsip-prinsip
kamera sehingga menjadi gambar, baik dalam bentuk gambar hidup
(bergerak) maupun gambar mati (diam). Program televisi ini dibedakan
menjadi:
(1) Jaringan televisi sekitar atau closed circuit television (CCTV)
Jaringan televisi ini merupakan program televisi yang dioperasikan
di kampus-kampus atau tempat tempat lain yang berjarak dekat.
(2) Program televisi siaran (Television broadcast)
Program ini merupakan media komunikasi massa dengan ciri-ciri
yang dimiliki oleh komunitas massa sebagai berikut:
(a) Berlangsung satu arah, dalam arti ini tidak terdapat arus balik
dari komunikasi (tidak mengetahui tanggapan pemirsa yang
dijadikan sasaran) misalnya penyiar TV, tidak mengetahui
bagiamana tanggapan pemirsa yang dijadikan sasaran sewaktu
dibacakan warta berita.
(b) Komunikator melembaga, stasiun TV sebagai media komunikasi
massa merupakan suatu institusi atau organisasi. Oleh karena
itu, komunikatornya melembaga. Dalam menyebarluaskan
pesan, komunikator bertindak atas nama lembaga, maka harus
sejalan dengan kebijakan lembaga yang diwakilinya.
(c) Pesan bersifat umum. Pesan yang disebarkan melalui media
massa bersifat umum, karena ditujukan kepada umum dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
mengenai kepentingan umum, jadi tidak ditujukan pada
perorangan atau sekelompok orang tertentu.
(d) Menimbulkan keserempakan. Salah satu ciri komunikasi massa
adalah kemampuan dalam penerimaan pesan yang disiarkan
pada khalayak secara serempak.
(e) Bersifat heterogen. Khalayak yang merupakan anggota
masyakarat, yang terlibat dalam proses komunikasi massa
bersifat heterogen. Antara satu sama lain hidup di lingkungan
yang berbeda dalam berbagai hal seperti usia, agama, pekerjaan,
ideologi, jenis kelamin, pendidikan dan pengalaman. Keragaman
pemirsa itulah yang menjadi hambatan bagi seseorang
komunikator dalam menyebarluaskan pesannya melalui media
massa.
c) Kerucut pengalaman
Berkaitan dengan berbagai jenis media yang telah diuraikan
tersebut diatas, Edgar Dale (1956) dalam Anitah (2008) mengemukakan
klasifikasi yang begitu terkenal yaitu kerucut pengalaman. Pengalaman
manusia digambarkan sebagai suatu kerucut, yang dimulai dari
pengalaman langsung sampai dengan pengalaman yang paling abstrak,
yaitu belajar melalui lambang kata-kata. Secara berturut-turut, tahap-
tahap dari pengalaman konkrit ke abstrak yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
(1) Direct purposeful experiences (pengalaman langsung)
Pada dasar kerucut, merupakan kenyataan yang dialami sendiri
secara langsung oleh seseorang. Pengalaman langsung tersebut
seperti melihat, mendengar, memegang, merasakan, menyentuh,
membau. Disamping itu, pengalaman ini tidak langsung (direct)
tetapi juga mempunyai tujuan tertentu (purposeful).
(2) Contrived experiences atau indirect experiences (pengalaman
tiruan atau tidak langsung)
Tingkat kedua pada kerucut ini, merupakan sesuatu yang dibuat
atau tiruan, yang berbeda dengan aslinya, baik dalam ukuran,
kompleksitas, atau keduanya. Suatu model yang dibuat seperti
aslinya akan lebih mudah dimengerti. Pengalaman tidak langsung
yang merupakan tiruan dari realita, menjadi perlu bila sesuatu yang
dipelajari tidak jelas, membingungkan, atau ada yang tersembunyi.
Dalam hal ini tiruan lebih baik untuk pembelajaran dari pada
menunjukan aslinya.
(3) Dramatized experiences (pengalaman bersandiwara)
Kadang-kadang pebelajar tidak dapat mengalami secara langsung
segala yang terjadi pada masa lampau. Disamping itu, ada
persoalan yang tidak dapat disampaikan dengan tiruan atau ide-ide
yang sangat membantu lebih dekat dengan realita tertentu yang
tidak terdapat pada pengalaman langsung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
(4) Demonstration (demonstrasi)
Demonstrasi merupakan penjelasan visual dari suatu fakta, ide, atau
proses yang penting. Seseorang demonstrator menunjukan
bagaimana sesuatu dikerjakan. Demonstrasikan memerlukan
pengamatan yang teliti, pebelajar mungkin menanyakan tentang
apa yang baru saja ditunjukan dan bagaimana sesuatu itu
dikerjakan.
(5) Field-trip (karya wisata)
Jika pebelajar melaksanakan karya wisata atau dengan istilah lain
study tour, studi excursi, field dtudy, school journey, pebelajar
menyaksikan orang lain mengerjakan sesuatu. Sebagai pengamat
pebelajar tidak bertanggung jawab tentang apa yang terjadi,
sehingga sebagai pihak luar tidak ada kemampuan untuk merubah
peristiwa yang ada. Dalam karya wisata pebelajar tidak selalu
terbatas hanya pada kegiatan mengamati seperti halnya pada
demontrasi.
(6) Exhibiths (pameran)
Suatu pameran, kadang-kadang hanya berisi model yang diatur
dalam suatu pajangan yang bermakna, kadang-kadang juga berisi
foto maupun foto disertai model bagan atau poster-poster. Kadang-
kadang dimasukkan juga suatu demonstrasi atau film. Suatu
pameran, secara esensial merupakan suatu yang dilihat oleh
pengamat ada mock up yang dipamerkan kepada penonton, tetapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
kadang-kadang juga mengoperasikan beberapa alat dan bahkan
mengikutsertakan beberapa kegiatan.
(7) Television and motion picture (televisi dan gambar bergerak)
Bila televisi dapat menjadi suatu film memang sering merupakan
suatu film pebelajar mungkin mendiskusikan kualitas tertentu
setalah menontonnya. Film merupakan salah satu jenis media, yang
diam atau kombinasi tiga dimensi dengan suara, tiga dimensi atau
kombinasi tiga dimensi dengan suara, dan keempat jenis tersebut
dikombinaskan dengan suara. Pengalaman dengan gambar
bergerak, tidak seperti karya wisata, menekankan pada waktu dan
ruang. Tidak semua pengalaman asli ada di dalamnya, tetapi
penekanan pada pengalaman memberi keuntungan. Film dapat
mengabaikan materi-materi yang tidak perlu atau tidak penting,
jadi dipusatkan pada beberapa hal yang dipilih.
(8) Still picture, radio, and recording (gambar diam, radio, dan
rekaman)
Tahap berikutnya dari kerucut pengalaman ini menunjukan adanya
variasi materi yang luas yaitu gambar diam (foto-grafik dan
rekonstruksi visual yang lain), radio dan rekaman. Peralatan visual
maupun auditif mungkin digunakan secara individual atau
kelompok. Jika menggunakan alat-alat tersebut di dalam kelas,
perlu menyediakan peralatan seperti proyektor filmstrip, opoque,
alat untuk memutar ulang. Semua bahan itu kurang langsung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
dibandingkan dengan pengalaman audio visual yang diuraikan
diatas gambar diam memiliki dua kekurangan, baik gerak maupun
suara. Hal yang sama pada siaran radio, dari suatu peristiwa actual,
merupakan siaran televisi minus dimensi visual.
(9) Visual symbols (lambang-lambang visual)
Lambang-lambang itu misalnya, papan tulis, peta datar, diagram,
bagan, dan lain-lain. Pada tahap ini pembaca tidak lagi dihadapkan
pada sesuatu yang nyata, melainkan gambaran yang abstrak.
Bagan, grafis, peta, diagram adalah penggantinya. Disini
dikomunikasikan bahasa baru yaitu simbol-simbol visual. Papan
tulis yang paling banyak digunakan sebagai alat untuk menyajikan
simbol-simbol itu, meskipun banyak media lain (proyeksi mapun
non proyeksi) untuk menyajikannya.
(10) Verbal symbols (lambang kata-kata)
Simbol verbal merupakan puncak kerucut pengalaman semua
tampilan beralih dari sesuatu yang riil. Kata “kuda” tidak seperti
seekor kuda atau suara seperti “kuda”. Istilah “cuaca” tidak lagi
menghasilkan suatu pengalaman khusus yang secara langsung
berkaitan dengan artinya. Pada puncak kerucut, abstraksi dari
segala yang realistis, kecuali arti dari sebuah istilah dan dengan arti
ini akan mencapai kesepakatan bersama. Simbol verbal mungkin
untuk suatu kata yang konkrit (kuda, suatu formula (H2O), suatu
ide (cantik), prinsip-prinsip ilmiah (hukum grafitasi), filosofi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
(kejujuran adalah kebijakan terbaik), atau suatu gambaran lain dari
pengalaman yang diklasifikasikan dalam beberapa simbol.
d) Multimedia
Istilah multimedia berkenaan dengan penggunaan berbagai jenis
atau bentuk media secara berurutan dalam menyajikan suatu informasi
(Smaldino, 2005). Pendapat senada dikemukakan oleh Helzallah (2004)
yang mengatakan bahwa multimedia digunakan untuk mendeskripsikan
penggunaan berbagai media secara terpadu dalam menyajkan atau
mengajarkan suatu topik mata pelajaran. Multimedia saat ini sinonim
dengan format komputer based yang mengkombinasikan teks, grafis,
audio, bahkan video ke dalam satu penyajian digital tunggal dan
koheren. Lebih jauh, software multimedia disusun dalam bentuk
hipermedia, yang mengizinkan pebelajar melompat diantara unsur-
unsur terseut sesuai dengan gaya belajar dan keinginan pebelajar
masing-masing.
Smaldino (2005) dalam Anitah (2008) mengemukakan jenis-jenis
multimedia sebagai berikut:
(1) Multimedia kits
Merupakan kumpulan bahan-bahan yang berisi lebih dari satu jenis
media yang diorganisasikan sekitar satu topik. Jenis ini termasuk
CD-ROM, slides, audiotapes, videotapes, gambar diam, media
cetak, OHT, peta, lembar kerja, bagan, grafis, objek model.
Beberapa multimedia kits didesain untuk digunakan dosen dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
penyajian di kelas. Sebagaian didesain untuk digunakan pebelajar
secara individual atau kelompok kecil. Multimedia kits juga
tersedia dipasaran untuk berbagai jenis bidang studi.
(2) Hipermedia
Merupakan media yang memiliki komposisi materi-materi yang
berurutan. Hipermedia mengaju pada software komputer yang
menggunakan unsur-unsur teks, grafis, video, dan audio yang
dihubungkan dengan cara dapat mempermudah pemakai untuk
beralih ke suatu informasi. Pemakai dapat memilih cara yang unik
sesuai dengan gaya berfikir dan cara memproses informasi sendiri.
Hipermedia didasarkan teori kognitif tentang bagaimana seseorang
menstruktur pengetahuannya dan bagaimana yang bersangkutan
belajar.
(3) Media interaktif
Media yang meminta pebelajar mempraktikan keterampilan dan
menerima balikan. Media interaktif berbasis komputer menciptakan
lingkungan belajar multimedia dengan ciri-ciri baik video maupun
pembelajaran berbasis komputer. Ini merupakan suatu sistem
penyajian pelajaran dengan visual, suara, dan materi video,
disajikan dengan kontrol komputer sehingga pebelajar tidak hanya
dapat melihat dan mendengar gambar dan suara, tetapi juga
memberi respon aktif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
(4) Virtual reality
Media yang melibatkan pengalaman multi sensoris dan berinteraksi
dengan fenomena sebagai mana yang ada di dunia nyata. Virtual
reality merupakan salah satu aplikasi teknologi berbasis komputer
yang terbaru. Ada beberapa tingkat virtual reality, dan kompleks,
terjun ke lingkungan virtual, menambah atau berpartisipasi secara
parsial, ke tingkat desktop, berarti pemakai menggunakan komputer
untuk melihat jendela kenyataan.
(5) Expert system
Paket software yang mengajarkan kepada pebelajar bagaimana
memcahkan masalah yang kompleks dengan menerapkan kebijakan
para ahli secara kolektif di lapangan. Setelah komputer menjadi
kenyataan, para ahli tergugah oleh apa yang dilihat sebagai paralel
antara bagaiaman otak manusia bekerja dan bagaimana komputer
dapat belajar sebaik mengulang dan menyusun informasi.
Eksperimen para ahli tersebut membawa kepermainan komputer
yang akhirnya sampai pada apa yang disebut sistem expert.
4. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Prestasi atau keberhasilan belajar dapat dioperasionalkan dalam
bentuk indikator-indikator berupa nilai rapot, indeks prestasi, angka
kelulusan, predikat keberhasilan dan sebagainya (Azwar,2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Prestasi belajar merupakan indikator kualitas dan kuantitas
pengetahuan yang telah diketahui peserta didik, indikator daya serap,
sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu, bahan informasi dalam inovasi
pendidikan, selain itu juga bisa sebagai indikator internal dan eksternal dari
suatu institusi pendidikan. Prestasi belajar biasanya berkenaan dengan aspek
pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak
peserta didik (Arifin, 2009).
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Syah (1999), faktor-faktor yang mempengaruhi proses
belajar dan hasil belajar diantaranya:
1) Faktor internal yaitu faktor penghambat yang berasal dari diri peserta
didik berupa fisiologis (merupakan kondisi umum kebugaran organ-
organ dan sendi-sendinya yang mempengaruhi semangat dan intensitas
siswa dalam mengikuti pelajaran) maupun psikologis (yang
mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan pembelajaran siswa
yaitu intelegensi, sikap, bakat, minat dan motivasi belajar).
2) Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar peserta didik antara
lain lingkungan sosial (pengaruh dari sekolah, pengaruh di lingkungan
masyarakat), lingkungan non esensial (gedung sekolah, rumah tempat
tinggal, alat-alat belajar, keadaan cuaca, waktu belajar).
Berdasarkan tujuannya, Bloom mengelompokkan hasil belajar
menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Pendapat
yang dikemukakan oleh Anderson, bahwa karakteristik manusia meliputi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
tipikal dari berfikir, berperasaan dan berbuat. Tipikal berfikir berkaitan
dengan ranah kognitif, perasaan berkaitan dengan ranah afektif, dan berbuat
berkaitan dengan ranah psikomotorik. Ketiga ranah tersebut merupakan
karakteristik manusia, dan dalam bidang pendidikan merupakan prestasi
belajar. Hasil belajar ini dapat diperoleh selama proses belajar mengajar
berlangsung melalui pengamatan langsung atau setelah proses belajar
mengajar berakhir dengan memberikan suatu tes. Menurut Bloom, yang
dikutip Winkel (1996) hasil belajar meliputi :
a. Ranah Kognitif
Istilah kognitif sering kali dikenal dengan istilah intelek, yang
menurut Chaplin diartikan sebagai proses kognitif, proses berfikir, daya
menghubungkan, kemampuan menilai, kemampuan mempertimbangkan dan
kemampuan mental. Sedangkan menurut Piaget, kognitif adalah
kemampuan berfikir dan bertindak secara adaptif termasuk kemampuan
berfikir, mempertimbangkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi dan
menyelesaikan persoalan (Asrori, 2008).
Menurut taksonomi Bloom dan revisi oleh Anderson (2001), hasil
belajar ranah kognitif meliputi enam tingkatan, yaitu :
1) Pengetahuan (knowledge), berupa pengenalan dan pengingatan kembali
terhadap pengetahuan tentang fakta, istilah dan prinsip-prinsip dalam
bantuk yang dipelajari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
2) Pemahaman (comprehension), mencakup kemampuan mengerti tentang
isi pelajaran yang dipelajari tanpa menghubungkan dengan isi pelajaran
yang lainnya.
3) Penerapan (application), mencakup kemampuan untuk menerapkan
suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus atau problem yang
nyata dan baru.
4) Analisis (analysis), mencakup kemampuan untuk merinci suatu
kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau
organisasinya dapat dipahami dengan baik.
5) Evaluasi (evaluation), mencakup kemampuan untuk membentuk suatu
pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan
pertanggungjawaban pendapat yang berdasarkan kriteria tertentu.
6) Mencipta/mendesain (to create), merupakan kemampuan untuk
menciptakan atau mendisain satu kesatuan atau pola baru.
b. Ranah Afektif
Ranah afektif ini meliputi sikap dan nilai yang terdiri dari tiga
tingkatan, yaitu :
1) Penerimaan (receiving), mencakup kepekaan akan adanya suatu
perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan tersebut.
2) Partisipasi (responding), mencakup kerelaan untuk memperhatikan
secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
3) Penilaian atau penentuan sikap (valuing), mencakup kemampuan untuk
memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai
dengan penilaian tersebut.
4) Organisasi (organization), mencakup kemampuan untuk membentuk
suatu sistim nilai sebagai pedoman den pegangan dalam kehidupan.
5) Pembentukan pola hidup (characterization by value complex),
mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan
sedemikian rupa, sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi) dan
menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya
sendiri.
c. Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotorik berkaitan dengan penggunaan keterampilan
motorik dasar, koordinasi dan pergerakan fisik. Harrow mengklasifikasikan
ranah psikomotorik menjadi 5 tingkatan, yaitu :
1) Imitation, kemampuan untuk dapat melakukan keterampilan dengan
meniru disertai contoh.
2) Manipulation, kemampuan melakukan keterampilan dengan meniru
tanpa contoh visual.
3) Precision, kemampuan melakukan keterampilan tanpa contoh visual,
melakukan dengan tepat dan lancar.
4) Articulation, melakukan keterampilan dalam situasi dan kondisi yang
berbeda dari yang dicontohkan/dipelajari secara akurat dan tepat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
5) Naturalization, dapat melakukan keterampilan dengan spontan dan
otomatis, secara akurat dan tepat.
B. Penelitian yang Relevan
Sebagai bahan pertimbangan, perlu dikemukakan penelitian-penelitian
terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan.
1. Rahmatullah (2011), judul: Pengaruh Media Pembelajaran Film Animasi
terhadap Hasil Belajar Siswa. Pada penelitian ini disimpulkan bahwa: 1)
Tidak ada perbedaan signifikan hasil belajar siswa yang menggunakan film
animasi dan tidak sebelum perlakuan, 2) ada perbedaan hasil belajar siswa
di kelas yang tidak menggunakan media pembelajaran film animasi sesudah
perlakuan, 3) ada perbedaan hasil belajar siswa di kelas yang menggunakan
media pembelajaran film animasi sesudah perlakuan, 4) ada perbedaan
signifikan hasil belajar siswa antara kelas yang menggunakan media
pembelajaran film animasi dan tidak menggunakan. Kesamaan penelitian
yang dilakukan oleh Rahmatullah dengan penelitian ini adalah pada
penggunaan media pembelajaran audiovisual. Perbedaannya Rahmatullah
hanya menggunakan satu variabel bebas sedangkan peneliti menggunakan
gaya belajar sebagai variabel bebas yang lain.
2. Jusita (2008), judul: Pengaruh penggunaan multimedia dan gaya belajar
terhadap hasil belajar geografi siswa kelas VII SMP Negeri 2 Ngantang
Kabupaten Malang pada materi keragaman bentuk bumi, proses
pembentukan, dan dampaknya dalam kehidupan. Pada penelitian ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
disimpulkan bahwa: 1) penggunaan multimedia (X1) berpengaruh secara
signifikan terhadap hasil belajar, 2) ada perbedaan signifikan hasil belajar
antara siswa yang memiliki gaya belajar visual, gaya belajar auditorial, dan
gaya belajar kinestetik, 3) tidak ada interaksi penggunaan multimedia (X1)
dan gaya belajar (X2) secara signifikan terhadap hasil belajar. Kesamaan
penelitian adalah pada penggunaan variabel bebas gaya belajar, sedangkan
perbedaannya terletak pada penggunaan media pembelajaran.
3. Susilowati, U (2010), judul: Pengaruh Gaya Belajar dan Motivasi Belajar
Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Akademi Kebidanan Bhakti
Nusantara Salatiga. Pada penelitian ini disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh gaya belajar terhadap prestasi belajar, terdapat pengaruh motivasi
belajar terhadap prestasi belajar, tetapi tidak terdapat pengaruh gaya belajar
dan motivasi belajar secara bersama-sama terhadap prestasi belajar.
4. Dangwal, R dan Mitra, S (1999), judul: Learning styles and perception
itself. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan persepsi
gaya belajar diri dan orang lain, instrumen dekripsi gaya belajar benar-benar
menunjukkan persepsi gaya belajar diri dan orang lain, dan persepsi gaya
belajar yang sesungguhnya bukan dari persepsi diri ataupun orang lain,
melainkan diantara keduanya.
5. Saputro, M (2011), judul: Analisis kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Berdasarkan Langkah-Langkah Polya Ditinjau dari Gaya
Kogntif Siswa. Pada penelitian ini disimpulkan bahwa sebagian besar siswa
yang memiliki gaya memiliki gaya kognitif field dependent (FD) cenderung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
memecahkan masalah secara linier sedangkan siswa yang memiliki gaya
kognitif field independent (FI) cenderung memecahkan masalah secara tidak
linier.
C. Kerangka Berpikir
Gambar 2.1. Kerangka Berfikir Perbedaan Pengaruh Penggunaan Media
Pembelajaran dan Gaya Belajar terhadap Prestasi Belajar Konsep
Kebidanan
Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Perbedaan prestasi belajar mahasiswa antara penggunaan media pembelajaran
audiovisual dan media pembelajaran visual yaitu pada kelas dengan media
audiovisual, mahasiswa mendapatkan materi dengan melihat video yang
berkorelasi dengan materi yang diajarkan kemudian mahasiswa menanggapi
Audiovisual
Mahasiswa
Visual
Proses Pembelajaran
Media Pembelajaran
Daya tangkap informasi oleh mahasiswa (gaya belajar): Field dependent (FD) ־ Field independent (FI) ־
Hasil/Prestasi Belajar
Mahasiswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
video tersebut. Sedangkan pada kelas dengan media visual, mahasiswa
mendapatkan materi dengan melihat gambar-gambar yang berkorelasi dengan
materi yang diajarkan kemudian mahasiswa menanggapi gambar tersebut. Teori
menyatakan bahwa media pembelajaran dengan audiovisual/video akan lebih
efektif dibandingkan media pembelajaran visual/gambar karena semakin banyak
indera yang digunakan untuk menerima dan mengolah informasi maka akan
semakin besar kemungkinan informasi tersebut dimengerti dan dapat
dipertahankan dalam ingatan (Arsyad, 2011).
2. Prestasi belajar mahasiswa juga dapat dipengaruhi oleh gaya belajar mahasiswa.
Gaya belajar dibagi menjadi gaya belajar field-dependent (FD) dan field-
independent (FI). Secara teoritis dinyatakan bahwa mahasiswa yang memiliki
gaya belajar yang dominan FI akan menunjukkan prestasi lebih baik
dibandingkan siswa yang memiliki gaya belajar FD.
3. Interaksi antara penggunaan media pembelajaran dan gaya belajar terhadap
prestasi belajar mahasiswa. Penggunaan media pembelajaran yang sesuai dengan
gaya belajar mahasiswa akan meningkatkan prestasi belajar mahasiswa dan
sebaliknya.
D. Hipotesis
1. Ada perbedaan pengaruh antara penggunaan media pembelajaran visual dan
audiovisual terhadap prestasi belajar mahasiswa dalam mata kuliah Konsep
Kebidanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
2. Ada perbedaan pengaruh antara gaya belajar gaya belajar field-dependent
dan field-independent mahasiswa terhadap prestasi belajar mahasiswa dalam
mata kuliah Konsep Kebidanan
3. Ada interaksi pengaruh antara media pembelajaran dengan gaya belajar
mahasiswa terhadap prestasi belajar mahasiswa dalam mata kuliah Konsep
Kebidanan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen kuasi, disebut juga
penelitian eksperimen semu yaitu menguji coba pengaruh media pembelajaran
terhadap hasil belajar dengan membandingkan kelompok perlakuan penggunaan
media pembelajaran berupa audiovisual (video) dengan penggunaan media
pembelajaran berupa visual (gambar).
Penelitian ini mengkaji tiga variabel, yaitu penggunaan media
pembelajaran dan gaya belajar sebagai variabel bebas, prestasi belajar sebagai
variabel terikat. Hubungan antar variabel digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1. Hubungan Antar Variabel
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester gasal tahun akademik
2011/2012, dari bulan Desember tahun 2011 sampai bulan April tahun
2012.
41
Media pembelajaran
(x1)
Gaya belajar (x2)
Prestasi Belajar
(Y)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
2. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Akademi Kebidanan Mamba’ul ‘Ulum
Surakarta.
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Akademi
Kebidanan Mamba’ul ‘Ulum Surakarta tahun akademik 2011/2012, dengan
populasi sejumlah 259 mahasiswa.
2. Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini digunakan teknik purposive sampling, yaitu
pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2009).
Sampel yang digunakan adalah mahasiswa yang sedang memperoleh mata
kuliah Konsep Kebidanan yaitu mahasiswa semester I sejumlah 71
mahasiswa.
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian :
a. Variabel terikat : prestasi belajar mahasiswa
b. Variabel bebas 1 : media pembelajaran
c. Variabel bebas 2 : gaya belajar
2. Definisi Operasional dan skala pengukuran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
a. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan pengirim kepada penerima, sehingga dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat mahasiswa yang
mengarah pada terjadinya proses belajar. Media audiovisual yang
digunakan berupa video dan media visual berupa gambar.
b. Gaya belajar adalah variasi dari kemampuan diri menyerap pengetahuan
untuk memaksimalkan potensi yang dimilikinya. Gaya belajar yang
digunakan mencakup dua macam gaya belajar kognitif, yaitu gaya
belajar field-dependent (tergantung dengan lingkungan) dan field-
independent (tidak tergantung lingkungan).
c. Prestasi belajar adalah hasil dari evaluasi akhir pembelajaran dalam
bentuk nilai dengan instrumen tes. Skala yang digunakan adalah skala
kontinyu.
E. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang hendak dilakukan peneliti adalah
menggunakan dua kelompok yang terbagi menjadi:
1. Kelompok kontrol : menggunakan media visual (gambar)
2. Kelompok eksperimen : menggunakan media audiovisual (video)
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
1. Instrumen dalam pelaksanaan penelitian yaitu berupa silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran mata kuliah Konsep Kebidanan semester I
Akademi Kebidanan Mamba’ul ‘Ulum Surakarta.
2. Instrumen mengenai prestasi belajar mata kuliah Konsep Kebidanan berupa
tes. Tes adalah suatu prosedur sistimatis untuk mengobservasi perilaku
seseorang dan menggambarkan kemampuannya dalam skala numerik atau
pengkategorian (Lee J. Cronbach cit Azwar, 2009). Tes merupakan prosedur
yang sistimatis, maksudnya adalah aitem-aitem dalam tes disusun menurut
cara dan aturan tertentu, pemberian skor dan nilai harus jelas dan terperinci,
dan memenuhi syarat validitas dan reliabilitas. Tes ini merupakan tes
kognitif dangan jenis pertanyaan tertutup (disediakan pilihan jawaban).
3. Instrumen untuk mengetahui gaya belajar mahasiswa berupa instrumen
standar yang digunakan untuk mengukur gaya belajar field-dependent (FD)
dan field-independent (FI) yaitu Group Embeded Figure Test (GEFT).
Instrumen ini dibuat pertama kali oleh Witkin (1950) dengan nilai
reliabilitas sebesar 0,82. Kemudian GEFT ini digunakan dan telah
dialihbahasakan ke dalam berbagai bahasa termasuk bahasa Indonesia.
Peneliti menggunakan instrumen yang sebelumnya telah dialihbahasakan
dan digunakan oleh peneliti lain. GEFT ini terdiri dari 3 tahap dengan total
waktu pengerjaan selama 15 menit. Tahap pertama terdiri dari 7 buah soal,
tahap kedua dan ketiga masing-masing terdiri dari 9 buah soal. Tahap
pertama dimaksudkan sebagai latihan, sedangkan tahap kedua dan tahap
ketiga merupakan penilaian. Setiap nomor diberi skor 1 untuk siswa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
menjawab benar dan skor 0 untuk siswa yang menjawab salah.
Pengelompokan gaya belajar FI dan FD dilakukan dengan penskoran sesuai
kriteria yang terdapat pada tabel berikut.
Tabel 3.1. Tabel Penskoran Gaya Belajar Kognitif
Kategori Female Score Male Score
Field-Dependent (FD) 0-11 0-12
Field-Independent (FI) 12-18 13-18
Sumber: Saputro, 2011
Karena instrumen yang digunakan telah baku atau sesuai dengan standar,
maka tidak dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan:
1. Kuesioner gaya belajar
Pengumpulan data tentang gaya belajar mahasiswa dengan
menggunakan instrumen GEFT. Kuesioner ini bertujuan untuk
mengungkapkan gaya belajar mahasiswa dalam mengikuti proses
pembelajaran mata kuliah Konsep Kebidanan Field-Dependent (FD) atau
Field-Independent (FI). Instrumen tersebut dibagikan satu kali di akhir
mahasiswa melakukan proses pembelajaran setelah diberikan perlakuan.
2. Tes Prestasi Belajar
Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data atau nilai hasil belajar
mahasiswa pada mata kuliah Konsep Kebidanan. Jenis pertanyaan pada tes
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
kognitif ini menggunakan jenis pertanyaan tertutup (disediakan pilihan
jawaban) yang meliputi semua materi yang didiskusikan. Soal tes terdiri dari
soal pre test yang diberikan pada mahasiswa sebelum kegiatan pembelajaran
dilaksanakan dan post test yang diberikan pada mahasiswa setelah
menuntaskan kegiatan pembelajaran pada materi yang dipelajari (di akhir
proses pembelajaran).
H. Uji Instrumen Penelitian
1. Uji validitas tes prestasi belajar
Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat
ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2009), agar dalam
pengumpulan datanya diperoleh distribusi nilai hasil pengukuran mendekati
normal, maka sebaiknya jumlah responden untuk uji coba paling sedikit 30
orang (Macfoedz, 2007). Uji validitas telah dilakukan pada mahasiswa
semester III DIII Kebidanan Akbid Mamba’ul ‘Ulum Surakarta. Untuk
mengetahui validitas instrumen prestasi belajar akan digunakan teknik
sebagai berikut (Azwar, 2009):
Keterangan:
γpbi : Koefisien korelasi poin biserial
Mp : Mean skor dari mahasiswa yang menjawab benar bagi item yang dicari
korelasinya dengan tes
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Mx : Mean skor total (skor rata-rata seluruh peserta tes)
Sx : Standar deviasi skor total
p : Proporsi mahasiswa yang menjawab benar item tersebut
(1-p) : Proporsi mahasiswa yang menjawab salah item tersebut
Koefisien korelasi biserial (gpbi) menunjukkan validitas item dari tes
bentuk pilihan ganda yang selanjutnya disebut sebagai rhitung. Taraf
signifikansi yang dipakai dalam penelitian ini adalah 5% kriteria validitas
suatu tes (rhitung). Setelah diujikan 30 item soal menunjukkan nilai rhitung ≥
rtabel sehingga soal dapat dinyatakan valid.
2. Uji Reliabilitas Tes Prestasi Belajar
Untuk menguji reliabilitas tes prestasi belajar digunakan rumus KR-
20 sebagai berikut (Arikunto, 2006):
Keterangan:
r 11: reliabilitas
p : proporsi subjek yang menjawab benar
q : proporsi subjek yang menjawab item dengan salah
Spq: jumlah hasil perkalian antara p dan q
n : banyaknya item
S : standar deviasi dari tes
Adapun kriteria penafsiran reliabilitas adalah:
0 < r 11< 0.19 : sangat rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
0.20 <r 11< 0.38 : rendah
0.39 < r 11< 0.58 : cukup
0.59 <r 11< 0.78 : tinggi
0.79 <r 11< 1.00 : sangat tinggi
Setelah dilakukan pengukuran reliabilitas diperoleh nilai r = 0.935
sehingga dapat dikatakan bahwa item soal memiliki reliabilitas yang tinggi.
3. Derajat Kesukaran (DK)/Tingkat Kesukaran (TK atau p) (Difficult Index)
Perhitungan tingkat kesukaran soal adalah pengukuran seberapa
besar derajat kesukaran suatu soal. Jika suatu soal memiliki tingkat
kesukaran seimbang (proporsional), maka dapat dikatakan bahwa soal
tersebut baik. Untuk mengukur derajat kesukaran soal digunakan rumus:
(Arifin, 2009)
Keterangan:
DK/TK/p : Derajat Kesukaran
B atau SB: jumlah mahasiswa yang menjawab benar
Js atau N : jumlah seluruh peserta tes
Adapun kriteria penafsiran tingkat kesukaran soal adalah:
DK > 0.70 : mudah
0.30 ≤ DK ≤ 0.70 : sedang
DK < 0.30 : sukar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Setelah dilakukan analisis derajat kesukaran diperoleh hasil bahwa
90 % soal termasuk dalam kriteria sedang, 10% soal termasuk dalam kriteria
mudah, dan 10% lainnya termasuk dalam kriteria sukar.
4. Daya Pembeda (DP) atau Discriminating Power
Perhitungan daya pembeda adalah pengukuran sejauh mana suatu
butir soal mampu membedakan mahasiswa yang sudah menguasai
kompetensi dengan mahasiswa yang belum atau kurang menguasai
kompetensi berdasarkan kriteria tertentu. Semakin tinggi koefesien daya
pembeda suatu butir soal, semakin mampu butir soal tersebut membedakan
antara mahasiswa yang menguasai kompetensi dengan mahasiswa yang
kurang menguasai kompetensi (Arifin, 2009). Untuk menghitung daya
pembeda setiap butir soal dapat digunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
DP : daya pembeda
JA : banyaknya peserta kelompok atas
JB : banyaknya peserta kelompok bawah
BA : banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal benar
BB : banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal benar
Adapun kriteria penafsiran daya pembeda adalah:
0.00 ≤ DP < 0.20 : jelek
0.20 ≤ DP < 0.40 : cukup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
0.41 ≤ DP < 0.70 : baik
0.70 ≤ DK < 1.00 : baik sekali
Setelah dilakukan analisis daya beda diperoleh hasil bahwa 70 %
soal termasuk dalam kriteria baik, 20% soal termasuk dalam kriteria cukup,
dan 10% lainnya termasuk dalam kriteria baik sekali.
I. Teknik Analisis Data
Setelah seluruh jawaban terkumpul, selanjutnya adalah proses analisis
data yang dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Editing yaitu meliputi memeriksa data terlebih dahulu meliputi mengecek
kelengkapan identitas subjek penelitian, mengecek kelengkapan data dan
mengecek macam isian data.
2. Coding yaitu memberikan kode jawaban dengan angka atau kode lain
seperti simbol-simbol tertentu setiap jawaban.
3. Transfering yaitu memindahkan jawaban atau kode jawaban ke dalam
media tertentu, misalnya master tabel.
4. Tabulating yaitu mengelompokkan data dalam suatu tabel tertentu menurut
sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian.
Hasil penelitian ini akan menegaskan bagaimana kedudukan hubungan
kausal antara variabel-variabel yang diteliti dan bertujuan untuk menemukan
perbedaan pengaruh penggunaan media pembelajaran audiovisual dan visual
serta gaya belajar pada mata kuliah Konsep Kebidanan terhadap hasil belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Sekaligus dapat dilihat faktor-faktor yang berinteraksi terhadap variabel terikat.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Uji Prasyarat Analisis
1) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Penelitian ini
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dalam SPSS Windows dengan taraf
signifikansi α = 0.05. Prosedur penentuan hipotesis:
H0 : data tidak terdistribusi normal
H1 : data terdistribusi normal
Jika P value ≥ 0.05 maka sampel normal dan sebaliknya.
2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas adalah bahwa variasi populasi kelompok satu sama
besar dengan variansi populasi kelompok dua. Untuk mengetahui
homogenitas digunakan SPSS Windows. Prosedur penentuan hipotesis yaitu:
H0 : data tidak homogen
H1 : data terdistribusi homogen
Jika P value ≥ 0.05 maka sampel homogen dan sebaliknya.
b. Pengujian Hipotesis
1) Uji Beda (Uji t)
Uji beda digunakan untuk menganalisis hasil post test mahasiswa
setelah dilakukan perlakuan. Penentuan hipotesis adalah sebagai berikut :
H0 : tidak ada beda signifikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
H1 : ada perbedaan signifikan
Jika P value ≥ 0.05 maka data sampel tidak berbeda dan sebaliknya.
2) Uji Anava
Untuk menguji hipotesis tersebut analisis yang digunakan adalah
analisis varian faktorial 2 x 2.
Tabel 3.2. Rancangan Anava
Penggunaan Media Gaya Belajar
A1 A2
B1 A1B1 A2B1 B2 A1B2 A2B2
Keterangan:
A : Media
A1 : Media video
A2 : Media visual
B : Gaya belajar
B1 : Gaya belajar field dependent (FD)
B2 : Gaya belajar field independent (FI)
Hipotesis
(1) Pengaruh media pembelajaran terhadap prestasi belajar mahasiswa pada
mata kuliah Konsep Kebidanan
- HOA: Tidak ada perbedaan pengaruh penggunaan media pembelajaran
terhadap prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Konsep
Kebidanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
- H1A: Ada perbedaan pengaruh penggunaan media pembelajaran
terhadap prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Konsep
Kebidanan
(2) Pengaruh gaya belajar mahasiswa terhadap prestasi belajar mahasiswa
pada mata kuliah Konsep Kebidanan
- HOB: Tidak ada perbedaan pengaruh gaya belajar mahasiswa terhadap
prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Konsep Kebidanan
- H1B: Ada perbedaan pengaruh gaya belajar mahasiswa terhadap prestasi
belajar mahasiswa pada mata kuliah Konsep Kebidanan
(3) Interaksi antara media pembelajaran dan gaya belajar terhadap prestasi
belajar mahasiswa pada mata kuliah Konsep Kebidanan
- HOC: Tidak ada interaksi antara media pembelajaran dan gaya belajar
terhadap prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Konsep
Kebidanan
- H1C: Ada interaksi antara media pembelajaran dan gaya belajar
terhadap prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Konsep
Kebidanan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang digunakan adalah Akademi Kebidanan (Akbid)
Mamba’ul ‘Ulum Surakarta. Akbid Mamba’ul ‘Ulum Surakarta merupakan salah
satu Akademi Kebidanan yang berada di eks-karisidenan kota Surakarta, beralamat
di Jl. Brigjend Sudiarto Gg. Kenong 19 Joyotakan Surakarta, dengan akreditasi
Pusdiknakes strata B. Program studi ini dikelola oleh Yayasan Perguruan Tinggi
Islam Surakarta (Yapertis), sehingga institusi Akbid Mamba’ul ‘Ulum Surakarta
merupakan institusi pendidikan tinggi yang mempunyai ciri Profesional dan Islami.
Visi Program Studi Diploma III Kebidanan Akbid Mamba’ul ‘Ulum Surakarta
adalah menjadi program studi terkemuka dalam bidang kebidanan dalam upaya
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kebidanan, serta menghasilkan bidan
profesional yang memiliki nilai-nilai Islami.
Guna menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi dan daya saing yang
tinggi, maka kurikulum dan silabus Program Studi Diploma III Kebidanan Akbid
Mamba’ul ‘Ulum Surakarta dirancang sesuai dengan visi, misi dan tujuan institusi,
dan juga berdasarkan Kurikulum Kebidanan Nasional Diploma III Kebidanan tahun
2002. Selain itu, guna mengisi muatan lokal (institusi), dalam penyusunan kurikulum
tetap mengacu kepada peraturan pemerintah (KepMendiknas Nomor 232/U/2000 dan
KepMendiknas Nomor 045/U/2002) dan masukan-masukan dari stakeholder.
54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
B. Deskripsi Data
Deskripsi data mewakili tiga variabel yaitu media pembelajaran
(visual/gambar dan audiovisual/video) dan gaya belajar (FD dan FI) sebagai variabel
bebas serta prestasi belajar sebagai variabel terikat.
1. Data Prestasi Belajar Berdasarkan Media Pembelajaran
Data prestasi belajar mahasiswa didapatkan setelah mahasiswa selesai
mengikuti pembelajaran Konsep Kebidanan materi Penghargaan dan Sanksi bagi
bidan serta Prinsip Pengembangan Karir Bidan pada masing-masing kelompok
eksperimen yaitu sebanyak 2 kali pertemuan.
Distribusi data prestasi belajar berdasarkan media pembelajaran (visual dan
audiovisual) disajikan dalam tabel 4.1.
Tabel 4.1. Prestasi Belajar Berdasarkan Media Pembelajaran Visual dan Audiovisual
Media Pembelajaran
Statistik
Visual Audiovisual
Mean 67.46 75.86 Median 67.00 77.00 Standart Deviation 9.602 9.807
Sumber: Data Primer, 2012
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa rata-rata prestasi belajar
pada kelompok dengan media visual/gambar yaitu sebesar 67.46 sedangkan rata-rata
prestasi belajar pada kelompok dengan media audiovisual/video yaitu sebesar 75.86.
Nilai median pada kelompok visual yaitu 67.00, sedangkan nilai median pada
kelompok audiovisual yaitu 77.00. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa rata-rata
prestasi belajar mahasiswa pada kelompok dengan media audiovisual lebih tinggi
daripada media pembelajaran visual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
2. Data Prestasi Belajar Berdasarkan Gaya Belajar
Data gaya belajar ini diperoleh dari penilaian kuesioner GEFT yang
dibagikan setelah mahasiswa mengikuti pembelajaran sampai tuntas. Gaya belajar
dikategorikan menjadi gaya belajar field dependent (FD) dan field independent (FI).
Distribusi data prestasi belajar berdasarkan gaya belajar (FD dan FI) disajikan dalam
tabel 4.2.
Tabel 4.2 Prestasi Belajar Berdasarkan Gaya belajar FD dan FI
Gaya Belajar
Statistik
FD FI
Mean 67.56 83.11 Median 67.00 83.00 Standart Deviation 8.332 6.871
Sumber: Data Primer, 2012
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa rata-rata prestasi belajar
pada mahasiswa dengan gaya belajar field dependent yaitu sebesar 67.56 sedangkan
rata-rata prestasi belajar pada mahasiswa dengan gaya belajar field independent yaitu
sebesar 83.11. Nilai median pada mahasiswa dengan gaya belajar field dependent
yaitu 67.00 sedangkan nilai median pada mahasiswa dengan gaya belajar field
independent yaitu 83.00. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa rata-rata prestasi
belajar pada mahasiswa dengan dengan gaya belajar field independent tinggi
daripada mahasiswa dengan gaya belajar field dependent.
3. Rangkuman Data Kelompok
Rangkuman data kelompok media pembelajaran dan gaya belajar dapat
disajikan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Tabel 4.3. Rangkuman Data Kelompok
Gaya Belajar Media Pembelajaran
FD FI Jumlah
Visual
n = 28 x = 64.04
n = 7 x = 81.14
n = 35 x = 72.59
Audiovisual n = 24 x = 71.67
n = 12 x = 84.25
n = 36 x = 77.96
Jumlah n = 52 x = 67.85
n = 19 x = 82.69
Sumber: Data primer, 2012
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa kelompok dengan rata-rata
tertinggi yaitu pada kelompok yang menggunakan media audiovisual dan memiliki
gaya belajar field independent yaitu sebesar 84.25. Sedangkan kelompok dengan
rata-rata terendah yaitu pada kelompok yang menggunakan media visual dan
memiliki gaya belajar field dependent yaitu sebesar 64.04.
C. Uji Prasyarat Analisis
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengevaluasi hipotesis nol (H0) yang
menyatakan bahwa data terdistribusi normal. Jika P value pada hasil uji lebih besar
dari taraf signifikansi 0.05, maka hipotesis nol diterima dengan kesimpulan data
terdistribusi normal. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan Kolmogorov-
Smirnov. yang dihitung menggunakan SPSS 17.
Tabel 4.4. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Skor Pre tes
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Pada uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov yang dilakukan pada
data skor saat pre tes diperoleh nilai P lebih kecil dari 0.05 sehingga digunakan Man
Whitney untuk perhitungan normalitasnya. Hasil uji normalitas menggunakan Man
Whitney diperoleh nilai P 0.49 yang lebih besar dari 0.05 sehingga hipotesis nol
diterima atau data pre tes pada kelompok-kelompok tersebut berasal dari populasi
yang terdistribusi normal.
Tabel 4.5. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Skor Post Tes
Berdasarkan tabel diatas, hasil uji normalitas menggunakan Kolmogorov-
Smirnov diperoleh nilai P yang lebih besar dari 0.05 sehingga hipotesis nol diterima
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
atau data skor post tes pada kelompok-kelompok tersebut berasal dari populasi yang
terdistribusi normal.
Tabel 4.6. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Skor Gaya Belajar
Berdasarkan tabel diatas, hasil uji normalitas menggunakan Kolmogorov-
Smirnov diperoleh nilai P yang lebih besar dari 0.05 sehingga hipotesis nol diterima
atau data skor gaya belajar pada kelompok-kelompok tersebut berasal dari populasi
yang terdistribusi normal.
Tabel 4.7. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kelompok Sampel
Pada tabel hasil perhitungan uji normalitas menggunakan Kolmogorov-
Smirnov pada kelompok sampel, diketahui bahwa P-value yang dihitung pada kelas
dengan media gambar-gaya belajar field dependent sebesar 0.20 pada taraf
signifikansi 0.05, kelas dengan media gambar-gaya belajar field independent sebesar
0.13 pada taraf signifikansi 0.05. Sedangkan kelas dengan media video-gaya belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
field dependent sebesar 0,10 pada taraf dignifikansi 0.05, dan kelas dengan media
video-gaya belajar field independent sebesar 0.20 pada taraf dignifikansi 0.05. Dari
ke-empat hasil perhitungan kelompok sampel, disimpulkan bahwa P-value ≥ 0.05
yang berarti hipotesis nol diterima, sehingga data-data pada kelompok sampel
tersebut terdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk menguji kesamaan varians. Pada uji
homogenitas apabila diperoleh P value lebih besar dari taraf signifikansi 0.05 maka
hipotesis nol diterima yang berarti data homogen. Pada penelitian ini dibandingkan
variansi kelompok sampel yaitu sampel yang diberi media pembelajaran
visual/gambar dan media audiovisual/video dan sampel yang dengan kategori gaya
belajar field dependent dan field independent.
Tabel 4.8. Hasil Variansi Kelompok Sampel
.
Tabel diatas menggambarkan variansi jumlah kelompok sampel dengan
media pembelajaran visual/gambar sebanyak 35 orang dan media audiovisual/video
sebanyak 36 orang. Sedangkan dari total sampel penelitian, sampel dengan gaya
belajar field dependent sebanyak 52 orang dan gaya belajar field independent
sebanyak 19 orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Tabel 4.9. Hasil Uji Homogenitas Data Prestasi Belajar
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa P-value untuk uji homogenitas
data prestasi belajar menggunakan Levene’s test sebesar 0.56 dimana P-value ≥ 0.05,
sehingga hipotesis nol diterima. Kesimpulan hasil uji homognitas adalah bahwa
variansi tiap sel dari data prestasi belajar ditinjau dari media dan gaya belajar adalah
sama (homogen) secara statistik.
D. Uji Hipotesis
1. Uji Beda
Uji beda menggunakan uji-t bertujuan untuk mengetahui perbedaan data akhir
yaitu hasil post tes mahasiswa setelah dilakukan uji coba pembelajaran menggunakan
media visual/gambar dan media audiovisual/video.
Tabel 4.10. Hasil Uji Beda Data Prestasi Belajar
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances
t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of the
Difference
F Sig. T Df Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference Lower Upper
Prestasi Belajar (Akhir)
Equal variances assumed
.015 .904 -3.647 69 .001 -8.404 2.304 -13.001 -3.807
Equal variances not
assumed
-3.648 68.996 .001 -8.404 2.303 -12.999 -3.809
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Berdasarkan perhitungan uji beda skor post test yang disajikan pada tabel di
atas, dapat diketahui bahwa P-value untuk uji beda rerata sebesar 0.00 pada taraf
signifikansi 0.05, yang berarti P-value lebih kecil dari 0.05. Dengan demikian
hipotesis nol tidak diterima, yang berarti ada perbedaaan yang signifikan pada kedua
kelompok sampel setelah diberi perlakuan.
2. Uji Anava
Untuk menguji hipotesis penelitian, data hasil penelitian berupa media
pembelajaran dan gaya belajar terhadap prestasi belajar dianalisis dengan Anava dua
jalan. Hasil pengolahan data disajikan dalam tabel di bawah ini :
Tabel 4.11. Hasil Uji Anava
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa P-value untuk pembelajaran
menggunakan media pembelajaran visual dan audiovisual terhadap prestasi belajar
sebesar 0.01 pada taraf signifikansi 0.05. Hal ini berarti P-value ≤ 0.05, dengan
demikian hipotesis nol ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
pengaruh antara penerapan media pembelajaran visual dan audiovisual terhadap
prestasi belajar Konsep Kebidanan.
Hasil perhitungan pada tabel diatas juga menunjukkan bahwa P-value untuk
gaya belajar field dependent dan field independent terhadap prestasi belajar sebesar
0.00 pada taraf signifikansi 0.05. Hal ini berarti P-value ≤ 0.05, dengan demikian
hipotesis nol ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh antara gaya
belajar field dependent dan field independent terhadap prestasi belajar Konsep
Kebidanan.
Berdasarkan tabel diatas terlihat pula bahwa P-value untuk interaksi antara
media pembelajaran dan gaya belajar terhadap prestasi belajar sebesar 0.27 pada
taraf signifikansi 0.05. Hal ini berarti P-value ≥ 0.05, dengan demikian hipotesis nol
diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada interaksi antara media
pembelajaran dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar Konsep Kebidanan.
E. Pembahasan Hasil Analisis
1. Hipotesis Pertama
Berdasarkan hasil uji Anava diketahui bahwa P-value untuk pembelajaran
menggunakan media pembelajaran visual dan audiovisual terhadap prestasi belajar
sebesar 0.01 pada taraf signifikansi 0.05. Hal ini berarti P-value ≤ 0.05, dengan
demikian hipotesis nol ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
pengaruh antara penerapan media pembelajaran visual dan audiovisual terhadap
prestasi belajar Konsep Kebidanan.
Hasil tersebut sesuai dengan pendapat Dale dalam Arsyad (2011) yang
mengemukakan bahwa media pembelajaran audiovisual memberikan banyak manfaat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
diantaranya membawa kesegaran dan variasi belajar bagi siswa, membuat hasil
belajar lebih bermakna bagi berbagai kemampuan siswa dan mendorong
pemanfaatan yang bermakna dari mata pelajaran dengan melibatkan imajinasi dan
partisipasi aktif yang mengakibatkan meningkatkan hasil belajar siswa. Disamping
itu melalui media audiovisual/video dapat menyajikan informasi, memaparkan
proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan ketrampilan,
menyingkat atau memperpanjang waktu dan mempengaruhi sikap siswa.
Penggunaan media visual juga dapat memperlancar pemahaman terhadap
sesuatu dan memperkuat ingatan. Melalui media visual dapat menumbuhkan minat
siswa dan memberikan hubungan antara isi materi pembelajaran dengan dunia nyata.
Namun, agar menjadi lebih efektif, media visual perlu ditempatkan pada konteks
yang bermakna dan siswa harus berinteraksi dengan visual itu untuk meyakinkan
terjadinya proses informasi.
Pada hasil penelitian juga diketahui bahwa pada penggunaan media
audiovisual memiliki pencapaian rata-rata prestasi belajar lebih tinggi yaitu sebesar
75.86 dibandingkan dengan penggunaan media visual yaitu sebesar 67.46.
Penggunaan media audiovisual yang disajikan dalam bentuk video memberikan
stimulasi pada indera penglihatan dan pendengaran bagi siswa sedangkan
penggunaan media visual yang disajikan dalam bentuk gambar memberikan stimulasi
pada indera penglihatan saja. Hal ini sesuai dengan teori yang mengungkapkan
bahwa semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima dan mengolah
informasi, semakin besar pula kemungkinan informasi tersebut dimengerti dan
dipertahankan dalam ingatan. Dengan demikian, siswa diharapkan dapat menerima
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
dan menyerap pesan dengan mudah dan baik pesan-pesan dalam materi yang
disajikan (Arsyad, 2011).
2. Hipotesis Kedua
Berdasarkan hasil uji Anava menunjukkan bahwa P-value untuk gaya belajar
field dependent dan field independent terhadap prestasi belajar sebesar 0.00 pada
taraf signifikansi 0.05. Hal ini berarti P-value ≤ 0.05. Dengan demikian hipotesis nol
ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh antara gaya belajar field
dependent dan field independent terhadap prestasi belajar Konsep Kebidanan.
Sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa pengetahuan tentang gaya
belajar peserta didik diperlukan dalam merancang atau memodifikasi materi, tujuan
dan metode pembelajaran karena dengan adanya interaksi antara gaya belajar dengan
faktor materi, tujuan dan metode pembelajaran tersebut kemungkinan hasil belajar
siswa dapat dicapai dengan optimal.
Pada hasil penelitian menunjukan pula bahwa mahasiswa dengan gaya belajar
field independent mencapai hasil belajar/nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan
mahasiswa yang memiliki gaya belajar field dependent. Hal ini dapat diketahui dari
nilai rata-rata mahasiswa dengan gaya belajar field independent lebih tinggi yaitu
sebesar 83.11 sedangkan nilai rata-rata mahasiswa dengan gaya belajar field
dependent yaitu sebesar 67.56.
Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Saputro (2011)
yang menyimpulkan bahwa siswa dengan gaya belajar field independent lebih unggul
dibandingkan dengan siswa dengan gaya belajar field dependent. Individu dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
gaya belajar field independent memiliki kemampuan lebih mendalam untuk
menganalisis informasi yang kompleks, tidak terstruktur dan mampu
mengorganisasikannya dalam memecahkan suatu masalah, sedangkan individu
dengan gaya belajar field dependent lebih terbiasa dengan hubungan sosial.
Hal ini sesuai juga dengan teori yang memaparkan bahwa gaya belajar adalah
proses penerimaan dan pengolahan individu terhadap pembelajaran yang
diterimanya. Maka dari itu gaya belajar merupakan salah satu karakteristik siswa
yang harus dipertimbangkan oleh pendidik dalam memilih dan menerapkan strategi
pembelajaran dalam upaya meningkatkan kebermaknaan proses pembelajaran dan
pencapaian hasil belajar (Meutia, 2008).
3. Hipotesis Ketiga
Berdasarkan hasil uji Anava menunjukkan bahwa P-value untuk interaksi
antara media pembelajaran dan gaya belajar terhadap prestasi belajar sebesar 0.27
pada taraf signifikansi 0.05. Hal ini berarti P-value ≥ 0.05, dengan demikian
hipotesis nol diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada interaksi antara
media pembelajaran dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar Konsep
Kebidanan.
Mahasiswa dengan gaya belajar field independent lebih mampu
mengorganisasikan informasi secara mandiri, tidak dipengaruhi oleh lingkungan
sosial di sekitarnya, maka penggunaan media visual dan audiovisual tidak begitu
berperan atau berpengaruh. Adanya gaya belajar yang sesuai dengan karakteristik
mahasiswa mampu menciptakan minat, motivasi selama proses pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
sehingga akan menunjukkan prestasi/capaian hasil belajar yang baik. Maka dari itu
gaya belajar field dependent dan field independent tidak begitu terpengaruh oleh
media visual berupa gambar maupun audiovisual berupa video yang digunakan
selama proses pembelajaran.
F. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menyadari masih terdapat beberapa kelemahan
dan keterbatasan, diantaranya:
1. Dalam menguji gaya belajar peneliti tidak melakukan uji validitas dan
reliabilitas ulang dari kuesioner baku yang telah diujikan pada siswa di luar
negeri, sedangkan kondisi karakteristik siswa di dalam negeri kemungkinan
tidak sama dengan karakteristik siswa tersebut.
2. Faktor yang mempengaruhi hasil prestasi belajar sangat beragam. Prestasi
belajar khususnya pada ranah kognitif, dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal mahasiswa. Faktor internal adalah segala sesuatu yang muncul dalam
diri mahasiswa yang melakukan kegiatan belajar, seperti tingkat kecerdasan
intelegensi dan emosi, rasa percaya diri, bakat, minat, motivasi, sikap terhadap
belajar, aktivitas, gaya belajar, konsentrasi belajar, kemampuan mengolah bahan
belajar, kemampuan menyimpan perolehan hasil belajar dan kemampuan
menggali hasil belajar, serta kebiasaan belajar mahasiswa. Sedangkan faktor
eksternal adalah segala sesuatu yang datangnya dari luar diri mahasiswa yang
melakukan kegiatan belajar, seperti sarana dan prasarana, tenaga pendidik,
kurikulum, media pembelajaran, sumber belajar, metode pembelajaran dan
lingkungan social mahasiswa (Azwar, 2005). Pada penelitian ini hanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
menggambarkan pengaruh media pembelajaran dan gaya belajar mahasiswa
yang seharusnya bisa ditambahkan variabel lain karena keterbatasan penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan, maka dapat diperoleh
simpulan sebagai berikut :
1. Ada perbedaan pengaruh antara media pembelajaran visual dan audiovisual
terhadap prestasi belajar. Media pembelajaran audiovisual/video lebih efektif
daripada media pembelajaran visual/gambar dalam meningkatkan prestasi
belajar mahasiswa.
2. Ada perbedaan pengaruh antara gaya belajar field independent (FI) dan field
dependent (FD) terhadap prestasi belajar. Gaya belajar field independent lebih
baik daripada gaya field dependent dalam pencapaian prestasi belajar
mahasiswa. Gaya belajar mahasiswa perlu diperhatikan oleh guru dalam proses
pembelajaran.
3. Hasil penelitian menunjukan tidak ada interaksi antara media pembelajaran
visual dan audiovisual dengan gaya belajar field dependent dan field independent
terhadap prestasi belajar.
B. Implikasi
1. Implikasi Teoritik
a. Penggunaaan media pembelajaran visual dan audiovisual mempengaruhi
prestasi belajar mahasiswa, maka diperlukan pengetahuan lebih lanjut
mengenai penggunaan media pembelajaran.
69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
b. Secara teoritik, gaya belajar mempengaruhi prestasi belajar, maka dari itu
diperlukan pengetahuan lebih lanjut mengenai gaya belajar mahasiswa
berkenaan dengan proses pembelajaran.
2. Implikasi Praktis
a. Pembelajaran pada mata kuliah Konsep Kebidanan dengan menggunakan
media pembelajaran visual dan audiovisual berpengaruh terhadap prestasi
belajar mahasiswa. Berdasarkan hasil penelitian, pembelajaran dengan
menggunakan media audiovisual memberikan hasil lebih baik daripada
media visual. Diharapkan penggunaan media audiovisual dapat
dilaksanakan dalam proses pembelajaran di seluruh institusi pendidikan
pada umumnya dan di Akbid Mamba’ul ‘Ulum Surakarta pada khususnya.
b. Berdasarkan hasil penelitian, gaya belajar field dependent dan field
independent berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar
mahasiswa. Maka dari itu pada proses pembelajaran, dosen perlu
memperhatikan gaya belajar mahasiswa. Dengan mengenali gaya belajar
mahasiswa, dosen mampu menumbuhkan minat dan motivasi sehingga
prestasi belajar akan meningkat.
C. Saran
1. Pengelola dan Pihak Institusi
a. Hendaknya pihak pengelola dapat memfasilitasi dosen untuk menerapkan
media pembelajaran pada semua mata kuliah yang mendukung, dengan
menyediakan sarana dan prasarana yang lebih memadai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
b. Pihak pengelola mengikutsertakan dosen dalam pelatihan-pelatihan
pendidikan yang berhubungan dengan proses pembelajaran khususnya
media pembelajaran.
c. Bagi dosen disarankan untuk menyiapkan media pembelajaran yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
2. Peneliti Selanjutnya
a. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai efektifitas penggunaan jenis media
pembelajaran terhadap prestasi belajar.
b. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh gaya belajar dengan
kategori yang lain terhadap prestasi belajar.