pengaruh penggunaan pendekatan saintifik melalui model pembelajaran...

23
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran Discovery Learning Pendekatan pembelajaran merupakan sudut pandang terhadap proses belajar dan mengajar. Sudut pandang dalam pembelajaran lebih bersifat teoretis untuk mengungkapkan pemikiran-pemikiran guru dalam mewujudkan pembelajaran yang berkualitas. Adapun pengertian pendekatan pembelajaran menurut (Hosnan, 2014:32), sebagai berikut: (a) perspektif (sudut pandang : pandangan) teori yang dapat digunakan sebagai landasan dalam memilih model, metode, dan teknik pembelajaran; (b) suatu proses atau perbuatan yang digunakan guru untuk menyajikan bahan pelajaran; (c) sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Hosnan menekankan bahwa pendekatan pembelajaran adalah sebuah pondasi atau dasar dalam sebuah pembelajaran yang akan digunakan oleh guru sebagai acuan untuk memilih model, metode dan teknik pembelajaran. Pembelajaran itu harus dipandang sebagai proses yang bersifat dinamis. Dimana sebuah proses itu ditandai dengan adanya interaksi (hubungan timbal balik) antara guru dengan siswa, siswa dengan temannya atau siswa dengan sumber belajar yang ada. Buku termasuk sumber belajar yang sangat diperlukan dalam mencapai keberhasilan pembelajaran. Sebagai pengelola pembelajaran, guru perlu menetapkan pendekatan apa yang digunakan untuk ketercapaian tujuan pembelajaran. Pendekatan yang akan digunakan harus disesuaikan dengan mata pelajaran atau materi yang akan dipelajari dalam kelas. Dalam pendidikan terdapat pendekatan yang berorientasi pada siswa (oriented student approach). Pendekatan ini menempatkan siswa sebagai objek sekaligus subjek yang belajar. Oleh sebab itu pendekatan ini lebih cocok diimplementasikan guru melalui pembelajaran.

Upload: trinhphuc

Post on 02-May-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh Penggunaan Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16931/2/T1_292011321_BAB II... · digunakan harus disesuaikan dengan

9

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran Discovery Learning

Pendekatan pembelajaran merupakan sudut pandang terhadap proses belajar

dan mengajar. Sudut pandang dalam pembelajaran lebih bersifat teoretis untuk

mengungkapkan pemikiran-pemikiran guru dalam mewujudkan pembelajaran

yang berkualitas. Adapun pengertian pendekatan pembelajaran menurut (Hosnan,

2014:32), sebagai berikut:

(a) perspektif (sudut pandang : pandangan) teori yang dapat digunakan sebagai landasan dalam memilih model, metode, dan teknik pembelajaran; (b) suatu proses atau perbuatan yang digunakan guru untuk menyajikan bahan pelajaran; (c) sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.

Hosnan menekankan bahwa pendekatan pembelajaran adalah sebuah

pondasi atau dasar dalam sebuah pembelajaran yang akan digunakan oleh guru

sebagai acuan untuk memilih model, metode dan teknik pembelajaran.

Pembelajaran itu harus dipandang sebagai proses yang bersifat dinamis. Dimana

sebuah proses itu ditandai dengan adanya interaksi (hubungan timbal balik) antara

guru dengan siswa, siswa dengan temannya atau siswa dengan sumber belajar

yang ada. Buku termasuk sumber belajar yang sangat diperlukan dalam mencapai

keberhasilan pembelajaran.

Sebagai pengelola pembelajaran, guru perlu menetapkan pendekatan apa

yang digunakan untuk ketercapaian tujuan pembelajaran. Pendekatan yang akan

digunakan harus disesuaikan dengan mata pelajaran atau materi yang akan

dipelajari dalam kelas. Dalam pendidikan terdapat pendekatan yang berorientasi

pada siswa (oriented student approach). Pendekatan ini menempatkan siswa

sebagai objek sekaligus subjek yang belajar. Oleh sebab itu pendekatan ini lebih

cocok diimplementasikan guru melalui pembelajaran.

Page 2: Pengaruh Penggunaan Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16931/2/T1_292011321_BAB II... · digunakan harus disesuaikan dengan

10

2.1.1.1 Pengertian Pendekatan Saintifik

Pendekatan ilmiah berarti konsep dasar yang menginspirasi atau

melatarbelakangi perumusan model mengajar dengan menerapkan karakteristik

yang ilmiah. Menurut Hosnan (2014:38) pengertian pendekatan ilmiah sebagai

berikut:

pendekatan pembelajaran ilmiah (scientific teaching) merupakan bagian dari pendekatan pedagogis pada pelaksanaan pembelajaran dalam kelas yang melandasi penerapan model ilmiah. Pendekatan saintifik adalah pendekatan pembelajaran yang diterapkan pada aplikasi pembelajaran Kurikulum 2013. Pendekatan ini beda dengan pendekatan pembelajaran pada kurikulum sebelumnya.

Hosnan menekankan bahwa pendekatan pembelajaran ilmiah adalah

pendekatan yang berpandangan bahwa manusia adalah makhluk Tuhan yang

berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan rohaniah dan jasmaniah

yang memerlukan bimbingan dan pengarahan melalui proses pendidikan yang

ilmiah. Pendekatan ini lebih menonjolkan sikap ilmiah dalam setiap

pembelajarannya dan sedikit berbeda dengan pendekatan pembelajaran pada

kurikulum sebelumnya yang yang menekankan pada pemahaman, kemampuan

atau kompetensi terutama di sekolah yang berkaitan dengan pekerjaan masyarakat

sekitar.

“Pendekatan saintifik adalah belajar/mengajar sains dan teknologi dalam

konteks pengalaman manusia. Pandidikan sains pada hakekatnya merupakan

upaya pemahaman, penyadaran, dan pengembangan nilai positif tentang fenomena

alam dan sosial meliputi produk dan proses” NSTA (National Science Teacher

Association). “pendekatan saintifik bercirikan penonjolan dimensi pengamatan,

penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran”

Sudarwan dalam Abdul Majid (2014:194).

Pendapat lain mengenai pengertian pembelajaran dengan pendekatan

saintifik datang dari Kurniasih (2014:29), sebagai berikut:

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,

Page 3: Pengaruh Penggunaan Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16931/2/T1_292011321_BAB II... · digunakan harus disesuaikan dengan

11

mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”.

Kurniasih menekankan bahwa pembelajaran yang menggunakan pendekatan

saintifik harus mengikutsertakan siswa secara aktif dalam setiap pembelajarannya

yang sudah dirancang guru sebelumnya. Hal tersebut dimaksudkan agar siswa

dapat mengetahui konsep dasar dari materi yang sedang dipelajari sehingga

pengetahuan yang didapatkan siswa mereka dapatkan sendiri melalui proses

merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan

data dengan berbagai teknik, menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Dari

berbagai kegiatan tersebut siswa dapat menyerap materi dengan baik.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian pendekatan

saintifik dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik adalah sebuah proses

pembelajaran yang dirancang untuk mengembangkan kompetensi siswa dalam

mengenal, memahami berbagai materi menggunakan eksperimen, melalui proses

merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan

data dengan berbagai teknik, menganalisis data, dan menarik kesimpulan serta

keterampilan berpikir sehingga dapat mendukung aktivitas kreatif dalam berkarya.

Penerapan pendekatan saintifik dalam setiap pembelajaran melibatkan

proses mengamati, menalar, menanya, mencoba dan menyimpulkan. Dalam

pelaksanaannya bantuan guru sangat diperlukan. Tetapi, bantuan guru berlahan-

lahan berkurang dengan semakin tingginya kelas siswa. Kondisi pembelajaran

yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong siswa dalam mencari tahu

dari berbagai sumber melalui observasi dan tidak hanya diberi tahu oleh guru.

2.1.1.2 Kriteria Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik mempunyai beberapa kriteria yang harus diperhatikan

dengan seksama agar penggunaannya dalam setiap pembelajaran tidak salah

kaprah. Kriteria yang terdapat dalam Pendekatan Saintifik (Kemendikbud tahun

2013), sebagai berikut:

(1)substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng

Page 4: Pengaruh Penggunaan Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16931/2/T1_292011321_BAB II... · digunakan harus disesuaikan dengan

12

semata. (2) penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis. (3) mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran. (4) mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari substansi atau materi pembelajaran. (5) mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran. (6) berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan; (7) tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.

Pendekatan saintifik mempunyai beberapa karakteristik dalam setiap

pembelajarannya di kelas, karakteristiknya menurut (Hosnan, 2014:36) sebagai

berikut:

(a) berpusat pada siswa; (b) melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksikan konsep, hukum atau prinsip; (c) melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa; (d) dapat mengembangkan karakter siswa.

Guru atau tenaga pendidikan harus benar-benar memahami kriteria dan

karakteristik pendekatan saintifik tersebut sebelum melaksanakan program belajar

mengajar di kelas menggunakan pendekatan saintifik. Dalam setiap poinnya

memberi makna yang penting untuk mendukung terlaksananya pembelajaran

menggunakan pendekatan saintifik.

Selain kriteria dan karakteristik, pendekatan saintifik juga mempunyai

beberapa prinsip dalam kegiatan pembelajarannya di kelas (Hosnan, 2014:37),

sebagai berikut:

(a) pembelajaran berpusat pada siswa; (b) pembelajaran membentuk student self concept; (c) pembelajaran terhindar dariverbalisme; (d) pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasikan dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip; (e) pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa; (f) pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru; (g) memberikan kesempatan pada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi; (h) adanya proses

Page 5: Pengaruh Penggunaan Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16931/2/T1_292011321_BAB II... · digunakan harus disesuaikan dengan

13

validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksikan siswa dalam struktur kognitifnya.

2.1.1.3 Langkah-langkah Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik mempunyai langkah-langkah dalam setiap

pelaksanaannya. Dari langkah-langkah tersebut harus dilaksanakan secara

sistematis. Langkah-langkah pendekatan saintifik dalam setiap proses

pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk semua jenjang sekolah dilaksanakan

menggunakan pendekatan saintifik.

Langkah-langkah penerapan pendekatan saintifik yang lainnya meliputi

“pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi,

menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar,

kemudian menyimpulkan, dan mencipta” Kurniasih (2014:38).

Sedikit berbeda dengan langkah-langkah yang sudah disebutkan

sebelumnya, dalam (Kemendikbud tahun 2013) menyebutkan 5 langkah dalam

pembelajaran dalam saintifik adalah sebagai berikut:

(1) mengamati, model mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu, memiliki kebermaknaan yang tinggi bagi siswa; (2) menanya, guru harus menginspirasi siswa untuk meningkatkan pengetahuan siswa dengan bertanya dan ketika guru menjawab pertanyaan siswa, saat itu pula guru mendorong siswa untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik; (3) menalar adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan, disini guru dan siswa metupakan pelaku aktif; (4) mencoba, hasil belajar siswa harus nyata atau otentik, maka dari itu siswa harus mencoba atau eksperimen terutana untuk materi yang sesuai; (5) membentuk jejaring adalah kegiatan siswa untuk membentuk jejaring pada kelas. Guru berfungsi sebgai fasilitator tentang kegiatan ini.

Dari dua pendapat para ahli mengenai langkah-langkah pembelajaran dalam

saintifik di atas, peneliti cenderung mengacu pada langkah-langkah pembelajaran

dalam saintifik yang terdapat dalam Kemendikbud tahun 2013 bahwa langkah-

langkahnya meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk

jejaring.

Selain langkah-langkah pembelajaran dalam pendekatan saintifik, proses

pembelajarannya harus menyentuh 3 ranah, yaitu sikap, pengetahuan dan

Page 6: Pengaruh Penggunaan Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16931/2/T1_292011321_BAB II... · digunakan harus disesuaikan dengan

14

keterampilan. Ketiga ranah tersebut saling berkaitan satu sama lain sehingga

menghasilkan peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi

manusia yang baik, dan manusia yang mempunyai kecakapan dan pengetahuan

untuk hidup secara layak dari siswa yang meliputi aspek kompetensi sikap,

pengetahuan, dan keterampilan.

2.1.2 Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar (bingkai

dari penerapan suatu pendekatan) dari awal sampai akhir yang disajikan secara

khas oleh guru. Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian siswa

dengan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Sehingga strategi,

pendekatan, metode dan teknik hanyalah sebuah istilah dalam sebuah model

pembelajaran. Model pembelajaran juga bisa disebut dengan cara penyajian yang

digunakan guru agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Ada beberapa model

pembelajaran yang terangkum adalam kurikulum 2013, yang akan dibahas adalah

model pembelajaran Discovery Learning dan Problem Based Learning.

2.1.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Discovery Learning

Pembelajaran Discovery Learning merupakan sebuah proses belajar yang

menyajikan materi tidak dalam bentuk akhir. Discovery Learning juga sering

disebut belajar penemuan. “Discovery adalah proses mental ketika siswa

mengasimilasikan suatu konsep atau suatu prinsip. Adapun proses mental,

misalnya mengamati, menjelaskan, mengelompokkan, membuat kesimpulan, dan

sebagainya” (Dr. Hamdani, M.A, 2011:184). Hamdani menekankan bahwa

Discovery merupakan proses bercampurnya suatu konsep-konsep baru yang

sedang dipelajari oleh siswa melalui proses mengamati, menjelaskan,

mengelompokkan, membuat kesimpulan yang dilakukan siswa sendiri dengan

dibantu oleh guru.

Menurut Joolingen 1999:385) mengungkapkan pengertian Discovery

Learning sebagai berikut:

Discovery learning is seen as a promising way of learning for several reasons, the main being that the active involvement of the learner with the domain would result in a better structured base of knowledge in

Page 7: Pengaruh Penggunaan Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16931/2/T1_292011321_BAB II... · digunakan harus disesuaikan dengan

15

the learner as opposed to more traditional ways of learning, where knowledge issaid to be merely transferred to the learner.

Dalam pengertiannya Joonlingen menekankan bahwa pembelajaran

penemuan dipandang sebagai cara untuk menjanjikan belajar dengan beberapa

alasan yaitu, siswa aktif dalam proses pembelajaran di kelas yang menghasilkan

pengetahuan yang didapat siswa lebih baik karena siswa mengalami sendiri dan

cara itu bertentangan dengan cara-cara pembelajaran yang tradisional, dimana

pengetahuan dikatakan hanya dipindahkan ke siswa.

“Model Discovery Learning atau model belajar penemuan juga disebut

‘proses pengalaman’ pengalaman adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa

dimana kelompok-kelompok siswa dibawa ke dalam suatu persoalan atau mencari

jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di dalam suatu prosedur dan struktur

kelompok yang digariskan secara jelas” (Hamalik, 2011: 131-132). Hamalik

menekankan bahwa dalam Model Discovery Learning siswa belajar melalui

pengalaman yang mereka lakukan sendiri dalam kegiatan kelompok yang sudah

diberikan suatu persoalan yang harus diselesaikan dalam kelompok tersebut.

Selain menurut para ahli diatas, Pengertian Discovery menurut Sund dalam

Roestiyah (2008: 20), sebagai berikut:

Discovery adalah proses mental di mana siswa mampu mengasimilasi suatu konsep atau prinsip. Dimaksudkan dengan proses mental tersebut antara lain ialah: mengamati, merencana, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, dan membuat kesimpulan. Dalam teknis ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, Guru hanya membimbing serta memberi instruksi.

Sund menekankan bahwa dalam Discovery siswa mampu belajar melalui

pangalamannya sendiri melalui proses mengamati, merencana, mengerti,

menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, dan membuat

kesimpulan. Sedangkan peran guru hanya sebagai fasilitator dan memberikan

instruksi serta membiarkan siswa menemukan dan mengalami sendiri proses-

proses tersebut.

“Penemuan (discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang

dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme. Model ini menekankan

Page 8: Pengaruh Penggunaan Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16931/2/T1_292011321_BAB II... · digunakan harus disesuaikan dengan

16

pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu,

melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran” (Hosnan,

2014:280). Hosnan menekankan bahwa discovery merupakan suatu model

pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan menciptakan suatu makna

dari apa yang dipelajari. Menurut Hosnan pengetahuan dibangun oleh manusia

sedikit demi sedikit, siswa membangun pengetahuannya sendiri sedangkan guru

hanya membantu selama proses dengan cara mengajar yang membuat informasi

menjadi sangat bermakna dan relevan untuk siswa. “Discovery Learning adalah

model belajar yang mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik

kesimpulan dari prinsip-prinsip umum praktis contoh pengalaman” (Bruner dalam

Hosnan, 2014:281). Bell (1978) dalam Hosnan (2014: 281) menyebutkan

pengertian Discovery Learning, sebagai berikut:

Discovery Learning adalah belajar yang terjadi sebagai hasil dari siswa memanipulasi, membuat struktur dan mentransformasikan informasi sedemikian sehingga ia menemukan informasi baru. Dalam Discovery Learning, siswa dapat membuat perkiraan, merumuskan suatu hipotesis dan menemukan kebenaran dengan menggunakan proses induktif atau proses deduktif, melakukan observasi dan membuat ekstrapolasi.

Bell menekankan Discovery Learning merupakan proses pembelajaran yang

menyajikan siswa untuk memanipulasi atau menggunakan benda seperti aslinya

yang membuat siswa dapat membuat perkiraan dari permasalahan yang sudah

diberikan oleh guru kemudian dapat membuat hipotesis dan menemukan

kebenaran melalui percobaan sehingga ditemukan suatu kesimpulan.

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran penemuan (Discovery Learning) adalah suatu model konseptual

yang terstruktur berupa proses mental yang dilakukan sendiri oleh siswa melalui

pengamatan dan percobaan untuk memperoleh pengalaman baru yang lebih baik

dan bermakna sehingga pelajaran yang sudah dipelajari oleh siswa tidak akan

mudah dilupakan siswa serta untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Model pembelajaran Discovery Learning mempunyai beberapa tujuan jika

sebuah pembelajaran dilakukan menggunakan Discovery Learning. Tujuan

tersebut dikemukakan Bell dalam Hosnan (2014:284) sebagai berikut:

Page 9: Pengaruh Penggunaan Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16931/2/T1_292011321_BAB II... · digunakan harus disesuaikan dengan

17

(a)alam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Kenyataan menunjukkan bahwa partisipasi banyak siswa dalam pembelajaran meningkat ketika penemuan digunakan; (b) melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola dalam situasi konkret maupun abstrak, juga siswa banyak meramalkan (extrapolate) informasi tambahan yang diberikan; (c) siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan menggunakan tanya jawab untuk memperoleh infomasi yang bermanfaat dalam menemukan; (d) pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk cara kerja bersama yang efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan menggunakan ide-ide yang lain; (e) terdapat beberapa fakta yang menunjukkan bahwa keterampilan-keterampilan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui penemuan lebih bermakna; (f) keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam beberapa kasus, lebih mudah ditransfer untuk aktivitas baru dan diaplikasikan dalam situasi belajar yang baru.

Dari tujuan yang sudah disebutkan, diharapkan guru benar-benar dapat

menggunakan model pembelajaran Discovery Learning sesuai tujuan

pembelajaran. Guru juga harus merencanakan pembelajaran sedemikian rupa agar

pelajaran tersebut terpusat pada masalah yang tepat untuk diselidiki siswa. Selain

itu pemilihan mata pelajaran yang menggunakan model ini juga harus

dipertimbangkan.

2.1.2.2 Pelaksanaan Model Pembelajaran Discovery Learning

Pembelajaran Discovery Learning mempunyai langkah-langkah yang harus

dilaksanakan secara sistematis. Adapun langkah-langkah Pembelajaran Discovery

Learning menurut Kemendikbud Tahun 2013, sebagai berikut:

(1) pemberian rangsangan, siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya dengan mengajukan pertanyaan, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri; (2) identifikasi masalah, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis; (3) pengumpulan data, siswa diminta untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis; (4) pengolahan data, kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi dll kemudian ditafsirkan; (5) pembuktian, siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya

Page 10: Pengaruh Penggunaan Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16931/2/T1_292011321_BAB II... · digunakan harus disesuaikan dengan

18

hipotesis yang ditetapkan sebelumnya; (6) menarik kesimpulan; proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian yang sama.

Pelaksanaan Model Pembelajaran Discovery Learning tidak hanya yang

terdapat dalam Kemendikbud Tahun 2013 saja. Ada pendapat dari Sanjaya yang

mengemukakan mengenai pelaksanaan Model Pembelajaran Discovery Learning.

Sedikit berbeda dengan langkah-langkah pembelajaran Discovery Learning

sebelumnya, yakni melalui tahapan “(a) orientasi, (b) merumuskan masalah, (c)

mengajukan hipotesis, (d) mengumpulkan data, (e) menguji hipotesis, (f)

merumuskan kesimpulan” Sanjaya dalam Wardoyo (2013:68). Dari beberapa

pendapat tersebut peneliti cenderung setuju terhadap langkah-langkah

pembelajaran Discovery Learning yang terdapat dalam Kemendikbud tahun 2013.

Hal tersebut dikarenakan langkah-langkah pembelajarannya lebih sistematis

sesuai pendekatan saintifik.

2.1.2.3 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Discovery Learning

Setiap model pembelajaran selalu mempunyai kelebihan dan kelemahan.

Guru harus bisa memperkirakan waktu yang digunakan untuk menerapkan model

pembelajaran ini, sehingga waktu yang digunakan untuk satu pelajaran tidak

menyita jam pelajaran yang lain. Kelebihan dari Model Pembelajaran Discovery

Learning dalam Kemendikbud Tahun 2013, sebagai berikut:

(1)membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan‐keterampilan dan proses‐proses kognitif. (2) menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil. (3) model ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri. (4) menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri. (5) model ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya. (6) berpusat pada siswa dan guru berperan sama‐sama aktif mengeluarkan gagasan‐gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi. (7) membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu‐raguan) karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti. (8) siswa akan mengerti konsep dasar dan ide‐ide lebih baik. (9) membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar

Page 11: Pengaruh Penggunaan Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16931/2/T1_292011321_BAB II... · digunakan harus disesuaikan dengan

19

yang baru. (10) meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa. (11) dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.

Kelemahan dari Model Pembelajaran Discovery Learning dalam

Kemendikbud Tahun 2013, sebagai berikut:

(1)model ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep‐konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi. (2) model ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya. (3) harapan‐harapan yang terkandung dalam model ini dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara‐cara belajar yang lama. (4) pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian. (5) tidak menyediakan kesempatan‐kesempatan untuk berfikir yang akan ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.

Dari kelemahan dan kelebihan yang sudah diuraikan diatas, maka guru

harus sebisa mungkin menghindari kemungkinan-kemungkinan kelemahan yang

muncul ketika menyajikan pembelajaran menggunakan Discovery Learning.

Selain itu guru harus pintar mengelola waktu dalam proses pembelajaran

berlangsung, jangan sampai waktu yang digunakan melebihi batas waktu yang

sudah ditentukan.

2.1.2.4 Sintak Pendekatan Saintifik melalui Model Pembelajaran Discovery

Learning.

Berdasarkan langkah-langkah pendekatan saintifik dan langkah-langkah

Discovery learning di atas dapat dipadukan langkah-langkah pendekatan saintitifk

menggunakan model pembelajaran Discovery learning dalam kegiatan belajar

mengajar sebagai berikut: a) mengamati dalam langkah pendekatan saintifik

berkaitan dengan stimulus dalam langkah Discovery Learning. Dalam tahap ini

siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungan, guru dapat

menggunakan benda-benda sebagai alat bantu pemaparan sebuah masalah

tersebut. Siswa akan mengamati pemeparan permasalahan yang disampaikan oleh

Page 12: Pengaruh Penggunaan Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16931/2/T1_292011321_BAB II... · digunakan harus disesuaikan dengan

20

guru yang diharapkan dapat menumbuhkan rasa ingin tahu untuk menyelidiki

sendiri; b) menanya dalam langkah pendekatan saintifik berkaitan dengan

identifikasi masalah dalam langkah Discovery learning. Dalam tahap ini guru

memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin

masalah-masalah yang relevan dengan bahan pelajaran. Setelah itu guru

mengajukan pertanyaan, sehingga siswa dapat merumuskan hipotesis atau

jawaban sementara atas pertanyaan masalah; c) menalar dalam langkah

pendekatan saintifik berkaitan pengumpulan data dan pengolahan data dalam

langkah Discovery Learning. Dalam tahap ini guru memberi kesempatan kepada

siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak mungkin yag relevan dengan

permasalahan yang dihabas untuk membuktikan benar atau tidak hipotesis.

Setelah data yang dibutuhkan sudah cukup, kemudian data tersebut diolah atau

ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu. Siswa dituntut untuk berpikir untuk

menafsirkan jawaban dari data-data yang sudah diperoleh; d) mencoba dalam

langkah pendekatan saintifik berkaitan dengan pembuktian dalam langkah

Discovery Learning. Dalam tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat

untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Membuktikan benar tidaknya

hipotesis dapat dilakukan dengan percobaan yang sesuai dengan permasalahan; e)

membentuk jejaring dalam langkah pendekatan saintifik berkaitan dengan

menarik kesimpulan dalam langkah Discovery learning. Pada tahap ini siswa

menarik sebuah kesimpulan dari percobaan yang sudah dilakukan dan

mengkomunikasikan apa yang telah siswa pelajari.

2.1.2.5 Model Pembelajaran Problem Based Learning

Problem Based Learning atau yang sering disebut PBL adalah sebuah

model pembelajaran yang menyajikan sebuah masalah dimana masalah tersebut

sudah dimanipulasi oleh guru. Selanjutnya siswa diminta untuk menyelesaikan

masalah tersebut secara kelompok dengan berdiskusi. Pengertian PBL menurut

Tan dalam Rusman (2011:229) sebagai berikut:

Inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBL kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasi melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan,

Page 13: Pengaruh Penggunaan Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16931/2/T1_292011321_BAB II... · digunakan harus disesuaikan dengan

21

mengasahkan, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan.

Tan menekankan bahwa PBL merupakan model pembelajaran yang dapat

memotivasi siswa untuk berpikir dan mampu bekerja dalam kelompok sehingga

dapat membantu untuk saling memberikan pendapat dan berpikir untuk

memecahkan masalah. Ada juga yang mengatakan “Model PBL adalah salah satu

model pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada pelajar

(siswa/mahasiswa) dengan masalah-masalah praktis, berbentuk ill-struructured,

atau open ended melalui stimulus dalam belajar” pengertian ini menurut Fogarty

dalam Ngalimun (2014:89). Dalam Ngalimun Fogarty menekankan PBL

merupakan model pembelajaran yang menyajikan pada siswa sebuah konfik atau

masalah yang bersifat terbuka sehingga untuk memecahkan masalah tersebut

dapat ditempuh dengan berbagai cara.

Selain itu ada yang menyebutkan bahwa “PBL adalah pembelajaran yang

menggunakan masalah nyata (autenik) yang tidak terstruktur (ill-structured) dan

bersifat terbuka sebagai konteks bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan

menyelesaikan masalah dan berpikir kritis serta sekaligus membangun

pengetahuan baru” Hosnan (2014:298). “problem based learning is one of

educational strategy that helps students build the reasoning and communication

for secces today” Menurut Duch et la dalam Wardoyo (2013:73). Duch et la

dalam Wardoyo menekankan bahwa PBL adalah salah satu strategi pembelajaran

yang membantu siswa untuk berpikir dan komunikasi untuk menyelesaikan

permasalahan yang dihadapi. PBL memberikan latihan-latihan dengan menyajikan

suatu permasalahan dan bagaimana cara memecahkan masalah tersebut.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa Problem Based

Learning adalah proses pembelajaran yang menyajikan sebuah masalah dimana

masalah tersebut dialami oleh siswa dikehidupan nyata. Selanjutnya siswa dituntut

untuk dapat berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah yang diselesaikan secara

berkelompok, sehingga siswa dapat menemukan pengetahuan baru dan

pembelajaran jadi lebih bermakna.

Page 14: Pengaruh Penggunaan Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16931/2/T1_292011321_BAB II... · digunakan harus disesuaikan dengan

22

PBL juga mempunyai karakteristik yang harus diperhatikan oleh guru dalam

penerapannya didalam kelas. Ngalimun (2014:90) menyebutkan karakteristik-

karakteristik PBL sebagai berikut:

(1)belajar dimulai dengan suatu masalah; (2) memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata siswa/mahasiswa; (3) menggorganisasikan pelajaran diseputar masalah, bukan diseputar disiplinilmu; (4) memberikan tanggung jawab yang besar kepada pebelajar dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri; (5) menggunakan kelompok kecil, dan; (6)menuntut pebelajar untuk mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam bentuk suatu produk atau kinerja.

2.1.2.6 Pelaksanaan Model Pembelajaran Problem Based Learning

Model pembelajaran Problem Based Learning mempunyai 5 langkah utama

yang harus dilakukan guru dalam kelas. 5 langkah tersebut menurut Hosnan

(2014:301) sebagai berikut:

(1)orientasi siswa pada masalah. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pemecahan maslah yang dipilih; (2) mengorganisasi siswa untuk belajar. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut; (3) membimbing penyelidikan individual dan kelompok. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalahnya; (4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai, seperti laporan, video, dan model serta membantu berbagai tugas dengan temannya; (5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang mereka gunakan.

Sedikit berbeda dengan pelaksanann model pembelajaran PBL sebelumnya,

yakni yang diungkapkan oleh Wardoyo (2013:77) sebagai berikut:

pada awal pembelajaran dengan menggunakan model PBL siswa diberikan sebuah permasalahan (diberi skenario permasalahan), kemudian siswa memformulasikan (membuat) permasalahan dan menganalisis permasalahan dengan cara mengidentifikasi berbagai fakta yang berkaitan dengan skenario tersebut. Tahapan ini membantu siswa untuk membuat atau menyusun permasalahan. Kemudian tahapan selanjutnya dengan siswa mencari berbagai solusi atau

Page 15: Pengaruh Penggunaan Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16931/2/T1_292011321_BAB II... · digunakan harus disesuaikan dengan

23

membuat hipotesis-hipotesis dari permasalahan tersebut. Langkah selanjutnya siswa menemukan jawaban atau menguji hipotesis yang telah mereka buat. Siswa membuat kesimpulan dari apa yang telah mereka lakukan.

Dari dua langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran Problem Based

Learning diatas, peneliti lebih setuju oleh pendapat Hosnan yakni apa yang sudah

dijelaskan sebelumnya. Langkah-langkahnya lebih sistematis, mudah dipahami

dan tahap-tahapannya jauh lebih jelas. Selain itu guru juga dipermudah dengan

penjelasan apa yang harus dilakukan guru kepada siswanya.

2.1.2.7 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Problem Based

Learning

Setiap model pembelajaran pasti mempunyai kelebihan dan kelemahan dari

segi penyajian ataupun penyediaan alokasi waktu, berikut kelebihan PBL menurut

Wulandari (2013:182), sebagai berikut:

kelebihan PBL adalah (a) pemecahan masalah dalam PBL cukup bagus untuk memahami isi pelajaran; (b) pemecahan masalah berlangsung selama proses pembelajaran menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan kepada siswa; (c) PBL dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran; (d) membantu proses transfer siswa untuk memahami masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari; (e) membantu siswa mengembangkan pengetahuannya dan membantu siswa untuk bertanggungjawab atas pembelajarannya sendiri; (f) membantu siswa untuk memahami hakekat belajar sebagai cara berfikir bukan hanya sekedar mengerti pembelajaran oleh guru berdasarkan buku teks; (g) PBL menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan disukai siswa; (h) memungkinkan aplikasi dalam dunia nyata; (i) merangsang siswa untuk belajar secara kontu.

Selain kelebihan yang disudah disebutkan, ada pakar lain yang

menyebutkan kelebihan dan kelemahan PBL menurut Trianto (2012:96-97),

sebagai berikut:

kelebihan PBL adalah (1) realistic dengan kehidupan siswa; (2) konsep sesuai dengan kebutuhan siswa; (3) memupuk sifat inquiri siswa; (4) retensi konsep jadi kuat; (5) memupuk kemampuan problem solving; kelemahan PBL adalah (1) persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks; (2) sulitnya mencari problem yang relevan; (3) sering terjadi miss-konsepsi; (4) komsumsi waktu yang cukup dalam proses penyelidikan.

Page 16: Pengaruh Penggunaan Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16931/2/T1_292011321_BAB II... · digunakan harus disesuaikan dengan

24

Dari kelemahan dan kelebihan yang sudah diuraikan diatas, maka guru

harus sebisa mungkin menghindari kemungkinan-kemungkinan kelemahan yang

muncul ketika menyajikan pembelajaran menggunakan Problem Based Learning.

Selain itu guru harus pintar mengelola waktu dalam proses pembelajaran

berlangsung, jangan sampai waktu yang digunakan melebihi batas waktu yang

sudah ditentukan.

2.1.2.8 Sintak Pendekatan Saintifik melalui Model Pembelajaran Problem

Based Learning

Berdasarkan langkah-langkah pendekatan saintifik dan langkah-langkah

Problem Based Learning di atas dapat dipadukan langkah-langkah pendekatan

saintitifk menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dalam

kegiatan belajar mengajar sebagai berikut: a) mengamati dalam langkah

pendektan saintifik berkaitan dengan orientasi siswa pada masalah dalam langkah

Problem Based Learning. Pada tahap ini guru memberikan sebuah permasalahan

dengan bantuan benda-benda atau multimedia yang diperlukan dan siswa diminta

untuk mengamati permasalahan yang dipaparkan oleh guru; b) menanya dalam

langkah pendekatan saintifik berkaitan dengan mengorganisasi siswa untuk

menalar dalam Problem Based Learning. Pada tahap ini guru menyampaikan

pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan permasalahan yang sedang

dibahas; c) menalar dalam langkah pendekatan saintifik berkaitan dengan

membimbing menyelidiki masalah secara individu atau kelompok dalam langkah

Problem Based Learning. Pada tahap ini guru mendorong siswa untuk

mengumpulkan informasi yang sesuai dengan permasalahan; d) mencoba dalam

langkah pendekatan saintifik berkaitan mengembangkan dan menyajikan hasil

karya dalam langkah Problem Based Learning. Pada tahap ini guru membantu

merencanakan dan menyiapkan percobaab yang untuk menjawab permasalahan

yang diberikan oleh guru; e) jejaring dalam langkah pendekatan saintifik berkaitan

dengan menganalisi dan mengevaluasi dalam langkah Problem Based Learning.

Pada tahap ini guru membantu siswa melakukan evaluasi terhadap penyelidikan

dan percobaan yang sudah dilakukan oleh siswa dengan menyampaikan hasil

percobaan siswa di depan kelas.

Page 17: Pengaruh Penggunaan Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16931/2/T1_292011321_BAB II... · digunakan harus disesuaikan dengan

25

2.1.3 Hasil Belajar

2.1.3.1 Pengertian Hasil Belajar

Dalam proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan hal yang

paling utama. Dari proses belajar tersebut akan terjadi sebuah perubahan sebagai

hasil belajar. “Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-

pengertian, sikap, apresiasi dan keterampilan” (Suprijono, 2012:5). Suprijono

menekankan bahwa hasil belajar didapat dari tingkah laku, nilai-nilai pelajaran,

penguasaan pelajaran, sikap selama di sekolahan, sopan santu, respon positif yang

dilakukan indivisu dan keterampilan siswa yang dimiliki. Ada juga yang

mengatakan bahwa “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki

siswa setelah ia menerima pengalaman belajar. Kemampuan yang dimiliki siswa

yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris” menurut (Sudjana,

2011:22).

Selain itu, “Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pengetahuan,

pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial,

jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap” (Hamalik, 2004:30). “Hasil belajar

adalah perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara

berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan

perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar

berikutnya” (Slameto, 2010:3).

Berdasarkan pernyataan beberapa para ahli tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar adalah sebuah proses perubahan yang dialami siswa setelah

mengikuti proses belajar, dimana perubahan tersebut meliputi ranah kognitif,

afektif, dan psikomotoris yang berlansung secara berkesinambungan.

2.1.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar seorang siswa dipengaruhi banyak faktor yang dapat dari dalam

diri siswa ataupun di lingkungan siswa. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Menurut Slameto (2010, 54-72), sebagai berikut:

(1) faktor internal, yaitu jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh), psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan) dan kelelahan; (2) faktor eksternal, yaitu keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah,

Page 18: Pengaruh Penggunaan Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16931/2/T1_292011321_BAB II... · digunakan harus disesuaikan dengan

26

keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan), sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah), masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat).

Hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dalam diri siswa dan

faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan (Sudjana, 2004:39).

Selain pendapat para ahli sebelumnya, ada pendapat menurut Sardiman (2012, 39-

47), sebagai berikut:

faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah faktir intern (dari dalam) diri siswa dan faktor ekstern (dari luar) siswa. Kaitan dengan faktor dari dalam diri siswa, selain faktor kemampuan, ada juga faktor lain yaitu motivasi, minat, perhatian, sikap, kebiasaan belajar, ketekunan, kondisi sosial ekonomi, kondisi fisik dan psikis. Kehadiran faktor psikologis dalam belajar akan memberikan andil yang cukup penting. Faktor-faktor psikologis akan senantiasa memberikan landasar dan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan belajar secara optimal.

Dari pendapat beberapa para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor-

faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah faktor internal siswa yang

meliputi kesehatan, cacat tubuh, mental, minat, kelelahan, perhatian, motif, dan

kematangan; faktor eksternal yang meliputi strategi pembelajaran yang digunakan

oleh guru dalam proses pembelajaran di kelas, keluarga, relasi antar keluarga, dan

suasana rumah.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Pada dasarnya suatu penelitian yang akan dibuat dapat memperhatikan

penelitian lain yang dapat dijadikan rujukan dalam mengadakan penelitian.

Adapun penelitian terdahulu yang hampir sama diantaranya: penelitian yang

dilaksanakan oleh Javid Nama Ayu Laksmi (2012) dengan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Implementasi Model Discovery Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa

Kelas V SDN Gendongan 01 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012”.

Dari hasil penelitian didapat dari kesimpulan bahwa implementasi model

Discovery pada mata pelajaran IPA berpengaruh terhadap hasil belajar siswa SDN

Page 19: Pengaruh Penggunaan Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16931/2/T1_292011321_BAB II... · digunakan harus disesuaikan dengan

27

Gendongan 01 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012. Terbukti pada uji

perbedaan rata-rata dengan Independent. Samples T Test didapat nilai t hitung

lebih besar dari t tabel yaitu sebesar 2,154 dengan t tabel sebesar 2,004 maka ada

perbedaan rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dengan melihat

signifikansi, pada hasil uji t adalah 0,036 atau lebih kecil dari 0,05 maka terdapat

perbedaan rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Fitri Apriyani (2013) dengan skripsi yang berjudul “Pengaruh Model

Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) Terhadap Keterampilan Berpikir

Kreatif Siswa Pada Materi Sifat-sifat Cahaya”. Dari hasil penelitian tersebut dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

(Discovery Learning) dapat meningkatkan hasil belajar dan keterampilan berpikir

kreatif siswa pada materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V secara signifikan.

Terbukti dari hasil perhitungan uji dua rata-rata pretest dan posttest didapatkan

nilai P-value Sig (2-tailed) sebesar 0,000. Dimana 0,000 lebih kecil dari �=0,05

sehingg H0 ditolak.

Reni Sintawati (2014) dengan skripsi yang berjudul “Implementasi

Pendekatan Saintifik Model Discovery Learning Dalam Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam di SMA Negeri 1 Jetis Bantul”. Dari hasil penelitian tersebut dapat

disimpulkan bahwa penerapan pendekatan saintifik model Discovery Learning

dalam pembelajaran PAI di SMA Negeri 1 Jetis Bantul dapat membuat peserta

didik antusias dalam mengikuti pembelajaran, rasa ingin tahunya berkembang,

aktif, berpusat pada peserta didik, dan dapat mengembangkan kemampuan

berkomunikasi.

Ade Febriyanto Wigar (2012) dengan skripsi yang berjudul “Efektivitas

Penggunaan Model Problem Based Learning (PBL) Dalam Pembelajaran

Matematika Pada Siswa Kelas V SD Semester II Desa Depok Tahun Pelajaran

2011/2012”. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan efektivitas antara pembelajaran Matematika yang dilaksanakan

menggunakan model Problem Based Learning (PBL) dengan model pembelajaran

konvensional pada siswa kelas V SD semester II desa Depok tahun pelajaran

2011/2012. Terbukti hasil post test pada kelompok eksperimen dan kelompok

Page 20: Pengaruh Penggunaan Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16931/2/T1_292011321_BAB II... · digunakan harus disesuaikan dengan

28

kontrol setelah dilakukan uji t menunjukkan signifikansi 0,0003 karena

signifikansi lebih kecil dari 0,05.

Merinda Dian Prametasari (2012) dengan skripsi yang berjudul “Efektifitas

Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Gugus Hasanudin Salatiga

Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012”. Dari hasil penelitian tersebut dapat

disimpulkan bahwa ada efektifitas penggunaan model pembelajaran berbasis

masalah (Problem Based Learning). Hail ini ditunjukkan dengan adanya

perbedaan rata-rata dari hasil belajar kelas kontrol dak kelas eksperimen dengan

perolehan rata-rata nilai tes siswa kelas kontrol lebih rendah daripada reta-rata

nilai tes siswa kelas eksperimen, yaitu 74,53 < 83,38 dengan perbedaan rata-rata

(mean difference) sebesar 8,851. Perbedaan tersebut ditinjau dari

kesignifikansinya nampak t hitung > t tabel (3,201 > 1,674) dengan taraf

signifikansi diperoleh angka 0,002 < 0,05. Hal tersebut berarti terdapat perbedaan

antara rata-rata

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, maka dibuatlah penelitian ini.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pendekatan

saintifik melalui model pembelajaran Discovery Learning dan Problem Based

Leraning. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah dilihat

dari variabel model pembelajaran yang digunakan yaitu pendekatan saintifik

melalui model pembelajaran Discovery Learning dan Problem Based Leraning,

penelitian ini melihat pengaruh pendekatan saintifik melalui model pembelajaran

Discovery Learning dan Problem Based Leraning terhadap hasil belajar siswa.

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian menggunakan

pendekatan saintifik melalui model pembelajaran Discovery Learning dan

Problem Based Leraning terhadap hasil belajar siswa di SD Negeri 01 dan 03

Gedong.

Page 21: Pengaruh Penggunaan Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16931/2/T1_292011321_BAB II... · digunakan harus disesuaikan dengan

29

Tabel 1 Analisis Hasil Penelitian yang Relevan

No Nama Penulis Variabel X Variabel Y Kelas Hasil

1. Javid Nama Ayu Laksmi

Metode Pembelajaran

Discovery Learning

Hasil Belajar IPA

5 Berpengaruh

2. Fitri Apriyani Model

Discovery Learning

Hasil Belajar IPA dan

keterampilan berpikir kreatif

5 Berpengaruh

3. Reni Sintawati

Pendekatan Saintifik Model

Discovery Learning

Antusias dalam mengikuti

pembelajaran, rasa ingin tahunya

berkembang, aktif, berpusat pada peserta

didik, dan dapat mengembangkan

kemampuan berkomunikasi.

7 Berpengaruh

4. Ade

Febriyanto Wigar

Model Problem Based

Learning

Hasil Belajar Matematika

5 Berpengaruh

5. Merinda Dian Prametasari

Model Problem Based

Learning

Hasil Belajar IPA

5 Berpengaruh

2.3 Kerangka Pikir

Setiap pembelajaran mempunyai ciri dan pemahaman masing-masing,

begitupun dengan Matematika. Matematika mempunyai karakteristik yaitu objek

yang dipelajari bersifat abstrak. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar dimana

pola pikir mereka masih bersifat konkrit, maka untuk memahami suatu konsep

diperlukan pengalaman melalui objek yang nyata. Dalam pelaksanaannya,

matematika yang diharapkan dapat mengubah pola pikir dari yang konkrit ke

abstrak.

Page 22: Pengaruh Penggunaan Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16931/2/T1_292011321_BAB II... · digunakan harus disesuaikan dengan

30

Masalah yang ada pada pembelajaran matematika adalah dimana

matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit. Dalam hal ini, dapat juga

disebabkan guru masih kurang dalam mengembangkan model pembelajaran, dan

dalam proses pembelajaran cenderung guru yang lebih aktif dan siswa hanya

mendengarkan dan mencatat penjelasan guru atau karena minat belajar siswa yang

masih kurang serta faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yakni faktor

internal, yaitu jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh), psikologis (intelegensi,

perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan) dan kelelahan; dan faktor

eksternal, yaitu keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga,

suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang

kebudayaan), sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa,

relasi siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu

sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas

rumah), masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman

bergaul, bentuk kehidupan masyarakat). Semua itu dapat mempengaruhi hasil

belajar siswa di kelas. Seringkali pembelajaran yang terjadi di dalam kelas

hanyalah pengenalan konsep-konsep saja dan guru menjadi sumber utama dalam

pembelajaran. Selain itu, pembelajaran konvensional yang dilakukan secara terus

menerus akan membuat siswa kurang tertarik dan kesulitan dalam memahami

materi yang dipelajari, sehingga hasil belajar yang dicapai menjadi rendah.

Mengatasi masalah tersebut dibuatlah model pembelajaran yang akan membuat

siswa lebih tertarik dengan pelajaran, dapat aktif dalam kelas sehingga

pembelajaran menjadi menyenangkan.

Pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik melalui model

pembelajaran Discovery Learning dan model pembelajaran Problem Based

Learning pada mata pelajaran matematika adalah alternatif yang dapat guru

gunakan dalam memberikan materi mengenai matematika. Model pembelajaran

Discovery Learning adalah model pembelajaran yang terdapat dalam kurikulum

2013 yang menekankan siswa pada belajar penemuan melalui pengamatan dan

percobaan untuk memperoleh pengalaman baru yang lebih baik dan bermakna

untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu dapat membantu siswa untuk

Page 23: Pengaruh Penggunaan Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16931/2/T1_292011321_BAB II... · digunakan harus disesuaikan dengan

31

memperbaiki dan meningkatkan keterampilan dan proses kognitif, menimbulkan

rasa senang pada siswa, dapat membantu siswa memperkuat konsep, dan siswa

dapat mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik, model pembelajaran

Discovery Learning ini sudah terbukti secara empiris dari penelitian-penelitian

yang terdahulu yang sudah diuraikan dalam kajian hasil penelitian yang relevan.

Model pembelajaran Problem Based Learning juga terdapat dalam kurikulum

2013, model pembelajaran ini merupakan suatu model pembelajaran yang

berpusat pada siswa dimana siswa dikondisikan untuk aktif memecahkan masalah

yang diberikan oleh guru dengan menggunakan gagasan yang mereka miliki

secara berkelompok. PBL dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran, pemecahan

masalah yang berlangsung selama proses pembelajaran memberikan kepuasan

kepada siswa, dapat membantu proses transfer siswa memahami masalah dalam

kehidupan sehari-hari. Model pembelajaran Problem Based Learning ini sudah

terbukti secara empiris dari penelitian-penelitian yang terdahulu yang sudah

diuraikan dalam kajian hasil penelitian yang relevan. Dengan penerapan model

pembelajaran Discovery Learning dan Problem Based Learning diharapkan siswa

menjadi lebih terfokus dalam memahami materi yang diberikan sehingga hasil

belajar siswa meningkat, karena penyajian pembelajaran di kelas yang

menyenangkan dan siswa dapat berperan aktif dalam setiap pembelajarannya.

2.4. Hipotesis Penelitian

Diduga ada perbedaan pengaruh yang signifikan penggunaan pendekatan

saintifik melalui model pembelajaran Discovey Learning dengan model

pembelajaran Problem Based Learning terhadap hasil belajar matematika pada

siswa kelas 3 SD Negeri Gedong 01 dan 03.