pengaruh penggunaan sistem bioremediasi dengan …

12
JURNAL RUAYA VOL. 9. NO. 1. TH 2021 FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155 10 PENGARUH PENGGUNAAN SISTEM BIOREMEDIASI DENGAN PENAMBAHAN PROBIOTIK PADA MEDIA PEMELIHARAAN TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO) EFFECT OF THE USE OF BIOREMEDIATION SYSTEMS BY ADDING PROBIOTICS TO MAINTENANCE MEDIA FOR GROWTH OF CARP (CYPRINUS CARPIO) SEEDS Yuda Saniswan 1, Hastiadi Hasan 2 Tuti Puji Lestari 2* 1. BPSPL Pontianak, Jl. Husein Hamzah Pallima No.01 Pontianak 2. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Muhammadiyah Pontianak * Email:[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fungsi probiotik pada perlakuan budidaya ikan mas, serta mendapatkan dan mengetahui nilai perlakuan dosis probiotik yang terbaik terhadap pengaruh laju pertumbuhan benih ikan mas. Rancangan penelitian terdiri dari empat perlakuan dan tiga ulangan yaitu: tanpa probiotik, probiotik 0,5 ml/ 5liter air; probiotik 1 ml/ 5liter air dan probiotik 1,5 liter/ 5liter air. Variable penelitian terdiri dari laju pertumbuhan spesifik, efisiensi pakan dan kelangsungan hidup ikan. Hasil penelitian menunjukan laju pertumbuhan spesifik 5,74%, efisiensi pakan sebesar 63,24±4,25 a serta kelangsungan hidup mencapai 80,5%. Kata kunci: Ikan Mas; laju pertumbuhan spesifik, Probiotik Abstract This study aims to see the function of probiotics in goldfish cultivation, as well as to see and see the value of the best probiotic dose treatment on the effect of the growth of carp seeds. The study design consisted of four treatments and three replications, namely: without probiotics, probiotic 0.5 ml / 5 liters of water; probiotics 1 ml / 5 liters of water and probiotics 1.5 liters / 5 liters of water. The research variables were resistance to growth rate, feed efficiency and fish survival. The results showed that the specific growth rate was 5.74%, the feed efficiency was 63.24 ± 4.25a and the survival rate reached 80.5%. Key words: Goldfish, probiotics, specific growth rate 1. PENDAHULUAN Perairan tawar memiliki potensi dalam memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat, karena memiliki kesesuaian dengan kondisi iklim untuk kegiatan budidaya, metode pemeliharaan yang mudah, serta memiliki pasar yang baik (Lingga, 1995). Usaha pembudidayaan ikan air tawar yaitu khususnya ikan mas memiliki potensi yang baik karena adanya peningkatan permintaan dan ikan mas merupakan salah satu jenis ikan konsumsi yang termasuk komoditas perikanan air tawar yang memiliki prospek yang baik. (Khairuman, 2002). Ikan mas merupakan salah satu komoditas perikanan air tawar yang saat ini menjadi primadona di sub sektor perikanan, hal ini tentunya menjadikan peluang untuk pengembangan budidaya ikan mas (Suseno, 2000), oleh karena itu dalam perkembangan dunia akuakultur saat ini diperlukan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan keuntungan dalam budidaya ikan. Dunia akuakultur saat ini mengalami perkembangan yang semakin pesat. Salah satu pendukungnya adalah program penggalakan budidaya perikanan diberbagai sektor oleh pemerintah. Salah satu sektor yang sedang digalakkan adalah sektor budidaya perikanan air tawar. Peningkatan produktifitas perikanan air tawar merupakan program pemerintah dalam

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH PENGGUNAAN SISTEM BIOREMEDIASI DENGAN …

JURNAL RUAYA VOL. 9. NO. 1. TH 2021 FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155

10

PENGARUH PENGGUNAAN SISTEM BIOREMEDIASI DENGAN

PENAMBAHAN PROBIOTIK PADA MEDIA PEMELIHARAAN

TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN MAS

(CYPRINUS CARPIO)

EFFECT OF THE USE OF BIOREMEDIATION SYSTEMS BY ADDING

PROBIOTICS TO MAINTENANCE MEDIA FOR GROWTH OF CARP (CYPRINUS

CARPIO) SEEDS

Yuda Saniswan1, Hastiadi Hasan2 Tuti Puji Lestari2*

1. BPSPL Pontianak, Jl. Husein Hamzah Pallima No.01 Pontianak

2. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Muhammadiyah Pontianak *Email:[email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fungsi probiotik pada perlakuan budidaya ikan mas, serta

mendapatkan dan mengetahui nilai perlakuan dosis probiotik yang terbaik terhadap pengaruh laju

pertumbuhan benih ikan mas. Rancangan penelitian terdiri dari empat perlakuan dan tiga ulangan

yaitu: tanpa probiotik, probiotik 0,5 ml/ 5liter air; probiotik 1 ml/ 5liter air dan probiotik 1,5 liter/

5liter air. Variable penelitian terdiri dari laju pertumbuhan spesifik, efisiensi pakan dan kelangsungan

hidup ikan. Hasil penelitian menunjukan laju pertumbuhan spesifik 5,74%, efisiensi pakan sebesar

63,24±4,25a serta kelangsungan hidup mencapai 80,5%.

Kata kunci: Ikan Mas; laju pertumbuhan spesifik, Probiotik

Abstract

This study aims to see the function of probiotics in goldfish cultivation, as well as to see and see the

value of the best probiotic dose treatment on the effect of the growth of carp seeds. The study design

consisted of four treatments and three replications, namely: without probiotics, probiotic 0.5 ml / 5

liters of water; probiotics 1 ml / 5 liters of water and probiotics 1.5 liters / 5 liters of water. The

research variables were resistance to growth rate, feed efficiency and fish survival. The results

showed that the specific growth rate was 5.74%, the feed efficiency was 63.24 ± 4.25a and the

survival rate reached 80.5%.

Key words: Goldfish, probiotics, specific growth rate

1. PENDAHULUAN Perairan tawar memiliki potensi dalam

memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat,

karena memiliki kesesuaian dengan kondisi iklim

untuk kegiatan budidaya, metode pemeliharaan

yang mudah, serta memiliki pasar yang baik

(Lingga, 1995). Usaha pembudidayaan ikan air

tawar yaitu khususnya ikan mas memiliki potensi

yang baik karena adanya peningkatan permintaan

dan ikan mas merupakan salah satu jenis ikan

konsumsi yang termasuk komoditas perikanan air

tawar yang memiliki prospek yang baik.

(Khairuman, 2002). Ikan mas merupakan salah

satu komoditas perikanan air tawar yang saat ini

menjadi primadona di sub sektor perikanan, hal ini

tentunya menjadikan peluang untuk

pengembangan budidaya ikan mas (Suseno, 2000),

oleh karena itu dalam perkembangan dunia

akuakultur saat ini diperlukan teknologi untuk

meningkatkan efisiensi dan keuntungan dalam

budidaya ikan.

Dunia akuakultur saat ini mengalami

perkembangan yang semakin pesat. Salah satu

pendukungnya adalah program penggalakan

budidaya perikanan diberbagai sektor oleh

pemerintah. Salah satu sektor yang sedang

digalakkan adalah sektor budidaya perikanan air

tawar. Peningkatan produktifitas perikanan air

tawar merupakan program pemerintah dalam

Page 2: PENGARUH PENGGUNAAN SISTEM BIOREMEDIASI DENGAN …

JURNAL RUAYA VOL. 9. NO. 1. TH 2020 FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155

11

menyongsong program minapolitan (KKP, 2012).

Salah satu pendorong pengembangan

akuakultur adalah pemanfaatan lahan sempit

dengan pola manajemen akuakultur yang efektif

dan efisien (Mukti, et.al. 2010). Menurut Sitompul

et.al., (2012), perkembangan budidaya ikan mas

mengakibatkan penambahan area budidaya dan

penambahan air. Budidaya ikan mas tanpa

pergantian air dapat menghemat pemakaian air

sehingga lebih ekonomis, dan dapat dilakukan

secara intensif.

Pada sistem budidaya tanpa pergantian air

terjadi masalah kualitas air pada budidaya ikan

mas. Sistem budidaya tanpa pergantian air

menyebabkan akumulasi sisa pakan, feses, dan

kualitas air yang buruk, sehingga menurunnya

kualitas air budidaya dikarenakan tingginya

buangan metabolit dan sisa pakan. Dekomposisi

metabolit dan sisa pakan menghasilkan produk

sampingan yang sangat toksik yaitu amoniak

(Sidik, et.al., 2012). Amoniak adalah larutan

amonia dalam larutan air, amonia pada perairan

mampu menyebabkan kematian pada ikan apabila

kandungannya terlalu tinggi, yaitu lebih dari 0,8

mg/L (Stickney, 2005), sedangkan nitrit akan

bersifat toksik apabila kadar nitrit dalam perairan

lebih dari 0,05 mg/L (Moore, 1991).

Adapun masalah yang dirumuskan adalah:

1. Bagaimana pengaruh pemberian probiotik pada

media pemeliharaan benih ikan mas sebagai

agen bioremediasi terhadap laju pertumbuhan

benih ikan mas

2. Berapa dosis pemberian probiotik yang terbaik

pada media pemeliharaan benih ikan mas

sebagai agen bioremediasi terhadap laju

pertumbuhan benih ikan mas

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui fungsi probiotik pada perlakuan

budidaya ikan mas, dan secara khusus penelitian

ini bertujuan untuk mendapatkan dan mengetahui

nilai perlakuan dosis probiotik yang terbaik

terhadap pengaruh laju pertumbuhan benih ikan

mas dan diharapkan sebagai sumber informasi

tentang penggunaan probiotik sebagai

bioremediasi pada media budidaya ikan mas.

Manfaat penelitian ini, diharapkan dapat

melengkapi daftar informasi pedoman yang

berisikan keterangan dan petunjuk praktis dalam

melakukan (melaksanakan, menjalankan) sesuatu

untuk peningkatan mutu SDM (Sumber Daya

Manusia) pembudidaya ikan pada manajemen

kualitas perairan dengan mengetahui mutu baku

kualitas perairan yang selektif untuk kegiatan

budidaya perikanan air tawar yaitu pembesaran

ikan mas, sehingga dapat meningkatkan hasil

produksi dari usaha budidaya ikan tersebut.

2. BAHAN DAN METODE Bahan

Tabel. 1 Alat dan Bahan

No Alat Fungsi

1 pH meter Mengukur kualitas pH

2 Spektrofotometer Alat yang digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara

kuantitatif maupun kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan

cahaya,

3 kuvet Adalah suatu alat (wadah) yang digunakan sebagai tempat contoh atau cuplikan yang

akan dianalisis dan juga dapat mentransmisikan sinar dari sumbernya hingga ke

detektor sehingga dapat diolah menjadi print out data

4 Tabung reaksi a. Sebagai tempat untuk mereaksikan bahan kimia

b. Untuk melakukan reaksi kimia dalam skala kecil

c. Sebagai tempat perkembangbiakan mikroba dalam media cair

5 Gelas ukur Mengukur volume larutan tidak memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi dalam

jumlah tertentu

6 DO meter Mengukur kadar oksigen terlarut (Dissolve Oxygen) di dalam air atau larutan

7 Pipet tetes Mengambil cairan dalam skala tetesan kecil

8 Termometer Mengukur suhu (temperatur), ataupun perubahan suhu

9 Jaring/serokan Mengambil sample ikan dari wadah pemeliharaan untuk diukur dan ditimbang

10 Timbangan digital Menimbang berat ikan

11 Penggaris Mengukur panjang ikan

12 Ember Penampungan air sementara untuk dimasukkan ke wadah pemeliharaan ikan

13 Toples ukuran P;15cm

x L;15cm x T;25cm

Wadah Pemeliharaan saat penelitian

14 Pelet ikan Pakan untuk benih ikan saat pemeliharaan

Page 3: PENGARUH PENGGUNAAN SISTEM BIOREMEDIASI DENGAN …

JURNAL RUAYA VOL. 9. NO. 1. TH 2020 FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155

12

15 Aerator Mesin penghasil gelembung udara yang gunanya adalah menggerakkan air di dalam

Akuarium agar airnya kaya akan oksigen terlarut

16 Selang aerasi Alat bantu menghembuskan aerasi ke dalam air wadah pemeliharaan

17 Batu aerasi Pembuat gelembung dan penstabil udara dari aerasi

Bahan dan Alat Sampel Uji

Alat dan bahan yang digunakan saat

penelitian di Stasiun Karantina Ikan Pengendalian

Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Pontianak

adalah alat dan bahan di Laboratorium SKIPM

Pontianak, sedangkan sampel ikan di ambil di tiga

pembudidaya ikan lele di Kecamatan Sungai Raya

Kabupaten Kubu Raya.

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan selama ± 60 hari

di Kantor Stasiun Karantina Ikan Pengendalian

Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Pontianak

Jalan Arteri Supadio KM. 18 Pontianak Provinsi

Kalimantan Barat

Perlakuan

Selama pemeliharaan, pemberian pakan

ikan mas dilakukan dengan frekuensi tiga kali

yaitu pada pukul 08.00 pagi, 12.00 siang dan 16.00

sore. Pakan yang diberikan sejumlah 5% dari berat

tubuh ikan, mengacu pada Purnomo (2012).

Pemberian probiotik diberikan langsung ke dalam

perairan tanpa dicampur dengan pakan. Pemberian

jenis probiotik diberikan langsung dengan dosis

sesuai pada perlakuan.

Pemeliharaan ikan mas dilakukan selama

45 hari. Pengamatan dilakukan setiap hari.

Pengambilan sampel air untuk pengukuran

amoniak dan nitrit dilakukan pada awal setelah

benih ditebar, selanjutnya setiap tujuh hari sekali

untuk mengetahui fluktuasi ammonia dan nitrit

dalam media pemeliharaan. Untuk pengukuran

suhu dan DO (Disolved Oxygen) dilakukan setiap

pagi dan sore hari selama pemeliharaan.

Langkah Kerja

Persiapan yang digunakan yaitu toples

plastik ukuran 15cm x 15 cm x 25cm berjumlah 12

buah di isi air sebanyak kurang lebih 5 Liter, cara

menghitungnya cukup sederhana, kita cari terlebih

dahulu volume maksimum wadah ikannya kita

rubah terlebih dahulu ukurannya dari meter

menjadi centimeter (agar mudah saja), berarti 15 x

15 x 25: 1000 = 5,625 liter air atau kurang lebih 5

liter air. Rumus untuk mencari jumlah volume liter

air kolam berbentuk persegi panjang adalah P cm

x L cm x T cm: 1000. Sebelum digunakan,

dilakukan sterilisasi terlebih dahulu. sterilisasi air

media dilakukan dengan menggunakan Kalium

Permanganat dengan dosis 3 g/m3, selanjutnya

didiamkan selama sehari dan dilakukan pergantian

air baru (Shaffrudin et al., 2006).

Benih yang digunakan disortir berdasarkan

kualitas dan ukuran terlebih dahulu sebelum

dimasukkan pada wadah akuarium untuk

mengurangi tingkat kematian benih. Selain itu

juga dilakukan penimbangan berat dan

pengukuran panjang awal sebelum benih

dipelihara. Benih yang akan digunakan adalah

jenis ikan mas dengan ukuran panjang ± 1-2 cm.

Sebelum ditebat, benih diaklimatisasi

terlebih dahulu selama 5 menit sehingga suhu air

media selama pengangkutan benih dengan air

media pada bak pemeliharaan sama. Benih ikan

mas kemudian dimasukkan ke dalam wadah

akuarium, dengan padat tebar masing-masing

1000 ekor/m3 (Shaffrudin dkk., 2006), sehingga

didapatkan padat tebar 25 ekor/akuarium untuk

ukuran wadah pemeliharaan yaitu 15cm x 15cm x

25cm, berdasarkan sistem bioflok dengan padat

tebar 500-1000 ekor per m3. (Fauzi Achmad.

2017).

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode

eksperimental. Metode penelitian eksperimental

adalah suatu penelitian dengan melakukan

kegiatan percobaan yang bertujuan untuk

mengetahui gejala atau pengaruh yang timbul dari

perlakuan tertentu (Notoatmodjo, 2010).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Laju pertumbuhan spesifik (Specific

Growth Rate) benih ikan mas selama

penelitian Berdasarkan hasil penelitian pertumbahan

spesifik benih ikan mas selama 45 hari dengan

salah satu parameter yang diukur dalam penelitian

ini yaitu laju pertumbuhan berat spesifik, maka

diperoleh hasil rata-rata laju pertumbuhan spesifik

benih ikan mas berdasarkan perlakuan A, B, C dan

D adalah sebagai berikut:

Page 4: PENGARUH PENGGUNAAN SISTEM BIOREMEDIASI DENGAN …

JURNAL RUAYA VOL. 9. NO. 1. TH 2020 FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155

13

Tabel 2. Rata-rata laju pertumbuhan spesifik (GR) pada pemeliharaan selama 45 hari

Perlakuan Nilai rata rata laju pertumbuhan (GR)

A 4,51±0,35a

B 4,89±0,69a

C 5,03±0,38ab

D 5,74±0,16b

Keterangan: Angka yang di ikuti dengan huruf yang sama berbeda nyata pada taraf 5% uji BNT (F Tabel 5% < F Hit < F

Tabel 1%). (A = 0 ml/5L, B = 0,5 ml/5L, C = 1 ml/5 L, dan D = 1,5 ml/5L)

Pertumbuhan spesifik pada perlakuan D

dengan penambahan dosis probiotik 1,5 ml/L

dengan nilai rata-rata 5,74% lebih tinggi dari

beberapa perlakuan; perlakuan C dengan

penambahan dosis 1ml/L dengan nilai rata-rata

5,03% dan perlakuan B penambahan dosis 0,5ml/L

dengan dengan nilai rata-rata 4,89% dan A Kontrol

dengan dengan nilai rata-rata 4,51%. Sedangkan

rata-rata laju pertumbuhan spesifik yang paling

rendah yaitu perlakuan A Kontrol sebesar 4,51%.

Dosis yang terbaik untuk pertumbuhan benih ikan

mas berdasarkan rata-rata laju pertumbuhan berat

spesifik yaitu perlakuan D dengan penambahan

dosis probiotik 1,5 ml/L.

Data rata-rata laju pertumbuhan spesifik

kemudian diuji normalitasnya. Berdasarkan hasil

uji normalitas menggunakan lilifort diperoleh nilai

L hitung maksimum 0,12. Nilai L hitung

maksimum (0,12) lebih kecil dibandingkan dengan

nilai L tabel 5% (0,24) maupun nilai L tabel 1%

(0,28). L hitung < L tabel dinyatakan data

berdistribusi normal.

Data ini dengan dinyatakan normal, maka

dilanjutkan dengan uji homogenitas menggunakan

barlet. Hasil uji homogenitas menggunakan barlet

diperoleh nilai x2 hitung sebesar 3,59. Nilai x2

hitung (3,59) lebih kecil dibandingkan x2 tabel 5%

(9,49) maupun x2 tabel 1% (13,28). x2 hitung < x2

tabel, maka data dinyatakan homogen, sehingga

data dapat dilanjutkan dengan analisis varians.

Hasil analisis varians pertumbuhan berat

spesifik benih ikan mas menghasilkan F hitung

sebesar 4,14 lebih besar dari pada F tabel 5%

(4,07), dan lebih kecil dengan F tabel 1% (7,59). F

Tabel 5% < F Hit < F Tabel 1% maka perlakuan

berbeda nyata.

Hasil penelitian uji lanjut yang digunakan

adalah uji BNT karena berbeda nyata dan

koefesian Keragaman (KK) yang dihasilkan

8,65%. Pada uji BNT diketahui bahwa perlakuan

tidak berbeda nyata (P>5%). Perlakuan A tidak

berbeda nyata dengan perlakuan B, berbeda nyata

dengan perlakuan C dan D. Perlakuan B tidak

berbeda nyata dengan perlakuan A dan berbeda

nyata ke perlakuan C dan D. Perlakuan C berbeda

nyata ke perlakuan B. Perlakuan D berbeda nyata

ke perlakuan A, B, dan tidak berberda nyata pada

perlakuan C.

Berdasarkan hasil penelitian pertumbuhan

spesifik benih ikan mas yang terbaik yaitu

perlakuan D dengan dosis 1,5ml/L. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa perlakuan D

dengan penambahan dosis probiotik 1,5 ml/L

memberikan hasil pertumbuhan lebih baik.

Dibandingkan dengan perlakuan A, perlakuan B,

dan perlakuan C. Hal ini menunjukkan bahwa

pemberian probiotik pada media pemeliharaan

dapat meningkatkan laju pertumbuhan benih ikan

mas dibandingkan tanpa pemberian probiotik ke

dalam media pemeliharaan. Sesuai dengan

pernyataan Lisna dan Insulistyowati (2015) bahwa

pertumbuhan ikan meningkat karena pengaruh

penambahan probiotik dalam media pemeliharaan

sehingga bakteri dalam probiotik selain bekerja

untuk memperbaiki kualitas air juga bekerja dalam

saluran pencernaan ikan. Pada perlakuan D dengan

penambahan probiotik 1,5 ml/L didapatkan hasil

pertumbuhan tertinggi dibandingkan dengan

perlakuan A yang tanpa penambahan probiotik.

Hasil ini didukung dengan uji laboratorium

Karantina Ikan Pontianak untuk mengetahui

kepadatan koloni bakteri dalam wadah

pemeliharaan yaitu pada wadah pemeliharaan

perlakuan A dan C masing – masing dengan nilai

koloni perlakuan A yaitu 2.0x104 dan perlakuan C

dengan nilai 3.0x106, sedangkan perbandingan

dengan nilai koloni pada wadah B yaitu dengan

nilai kepadatan koloni 8.2x105 dan perlakuan D

dengan jumlah kepadatan koloni 9.4x105.

Hal ini membuktikan bahwa perlakuan D

dengan penambahan probiotik 1,5 ml/L dalam

media pemeliharaan ikan dapat memperbaiki

kualitas air sehingga dapat menunjang

pertumbuhan ikan. Menurut Ernawati dkk. (2014),

Bacillus memiliki enzim ekstraseluler yang dapat

membantu pencernaan dan mampu memperbaiki

kualitas air melalui penguraian dan perombakan

bahan organik dalam air. Menurut Gatesoupe

(1999) dalam Zhou and Wang (2014), penambahan

bakteri Lactobacillus melalui air dapat

berpengaruh juga pada saluran pencernaan ikan.

Bakteri Lactobacillus berfungsi meningkatkan

daya cerna ikan terhadap pakan sehingga dapat

memacu pertumbuhan ikan (Sugih, 2005).

Hal ini di duga pemberian probiotik pada

perlakuan D dengan dosis 1,5 ml/L dapat

Page 5: PENGARUH PENGGUNAAN SISTEM BIOREMEDIASI DENGAN …

JURNAL RUAYA VOL. 9. NO. 1. TH 2020 FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155

14

memaksimalkan pencernaan benih ikan mas

sehingga pemanfaatan pakan lebih efisien dan

meningkatkan laju pertumbuhan (Tabel 4.2).

Kandungan probiotik dapat menyebabkan

tingginya aktifvitas bakteri pada saluran

pencernaan dan perbedaan kandungan bakteri

probiotik dalam pakan dapat mempengaruhi laju

pertumbuhan ikan. Menurut Mulyadi (2011),

proporsi jumlah koloni bakteri probiotik dapat

bekerja secara maksimal dalam pencernaan ikan,

sehingga daya cerna ikan pun menjadi lebih tinggi

dalam menyerap sari-sari makanan dan

menghasilkan pertumbuhan yang baik.

Rendahnya nilai laju pertumbuhan spesifik

pada perlakuan A dibandingkan dengan perlakuan

lainnya diduga karena penurunan kualitas air yang

ditunjukkan oleh tingginya kadar Nitrit (NO2)

yaitu 0.9-4.0 mg/L. Hal tersebut sesuai dengan

pernyataan (Effendi, 2003) Parameter kadar nitrit

yang lebih dari 0,5 mg/L dapat bersifat toksik bagi

organisme perairan. Selain itu pada perlakuan

kontrol tidak ditambahkan probiotik pada media

pemeliharaan sehingga populasi bakteri yang dapat

mengoksidasi bahan organik sedikit (Lisna dan

Insulistyowati, 2015).

Pada proses pemeliharaan selama penelitian,

benih ikan mas mengalami stress dalam

pertumbuhannya pada wadah pemeliharaan

perlakuan A, B, dan C di sebabkan oleh padat tebar

benih ikan mas dan proses respirasi yang tidak

dapat berjalan dengan optimal karena amonia yang

larut dalam air tidak dapat terurai oleh dosis

pencampuran bakteri probiotik pada masing-

masing wadah pemeliharaan benih ikan mas,

menurut Nurlaela et al. (2010) secara umum dapat

dikatakan bahwa semakin tinggi padat penebaran

yang diaplikasikan maka pertumbuhan akan

semakin rendah, karena akan terjadi persaingan

baik ruang gerak, oksigen terlarut maupun pakan

yang berpengaruh pada pertumbuhan.

Benih ikan mas yang mengalami stress akan

mengalami terhambat dalam pertumbuhan dan

metabolisme, sehingga pertumbuhan ikan akan

lambat, menurut Hepher dan Pruginin (1981)

peningkatan padat penebaran akan diikuti dengan

penurunan pertumbuhan (critical standing crop)

dan pada padat penebaran tertentu pertumbuhan

akan berhenti (carrying capacity). Untuk

mencegah terjadinya hal tersebut, peningkatan

padat penebaran haruslah sesuai dengan daya

dukung (carrying capacity).

Menurut Effendi (2003) kondisi kualitas air

yang baik akan menyebabkan fungsi fisiologis

tubuh ikan berjalan dengan lancar. Pada kondisi

kualitas air yang buruk energi banyak digunakan

untuk proses adaptasi fisiologis tubuh ikan

terhadap lingkungan, hal tersebut mengakibatkan

proporsi energi yang tersimpan kedalam tubuh

akan semakin sedikit. Selain itu pada kondisi

fisiologis yang terganggu menyebabkan

penurunan konsumsi pakan oleh ikan untuk

meminimalisasi energi yang digunakan, sehingga

pemenuhan energi yang dibutuhkan berasal dari

cadangan nutrisi yang tersimpan dalam tubuh ikan.

B. Efisiensi pakan benih ikan mas selama

penelitian

Probiotik merupakan makanan tambahan

berupa sel - sel mikroorganisme hidup yang

memberikan pengaruh menguntungkan bagi

hewan inang yang mengonsumsinya melalui

penyeimbangan flora mikroorganisme di saluran

pencernaan, sehingga sangat membantu sistem

pencernaan dan menjadi pendukung bakteri

probiotik dalam saluran pencernaan terutama di

dalam usus besar (Irianto,2007).

Probiotik yang masuk ke dalam tubuh ikan

akan membantu proses pencernaan sehingga

kecernaan meningkat. Kecernaan terhadap pakan

meningkat selanjutnya pakan akan lebih efisien

dimanfaatkan oleh ikan karena nutrisi pakan akan

mudah terserap oleh tubuh yang selanjutnya

retensi protein, retensi karbohidrat, dan retensi

lemak akan meningkat akibat dari penyerapan

nutrisi pakan.

Seperti menurut Fuller dalam Kompiang

(2003), probiotik adalah mikroorganisme hidup

yang bila dikonsumsi oleh inang akan memberikan

pengaruh yang menguntungkan baginya dengan

memperbaiki lingkungan mikrobiota yang ada

dalam sistem pencernaan. Hasil menunjukkan

bahwa pemberian probiotik memberikan pengaruh

terhadap efisiensi pemanfaatan pakan, ini diduga

karena pada perlakuan B, C dan D yang diberi

probiotik dapat membantu dalam pencernaan

pakan serta Yeast didalam probiotik tersebut

berfungsi untuk mengendalikan dan membunuh

berbagai macam mikroflora yang terdapat dalam

saluran pencernaan, yang dapat mengganggu

proses pencernaan dan penyerapan nutrisi pakan

(Wulandari, 2008).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan, nilai efisiensi pakan benih ikan mas

selama pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 3,

berikut:

Page 6: PENGARUH PENGGUNAAN SISTEM BIOREMEDIASI DENGAN …

JURNAL RUAYA VOL. 9. NO. 1. TH 2020 FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155

15

Tabel 3. Efisiensi pakan (EP) benih ikan mas pada pemeliharaan selama 45 hari

Perlakuan Nilai rata rata efesiensi pakan (EP)

A 60,78±1,32a

B 61,61±1,90a

C 60,75±4,13a

D 63,24±4,25a

Keterangan: Angka yg diikuti oleh huruf yg sama menunjukan tidak adanya berbeda nyata (p<0,5)

Dari data rata-rata nilai efisiensi pakan

benih ikan mas selama pemeliharaan kemudian

diuji normalitasnya. Berdasarkan hasil uji

normalitas menggunakan lilifort diperoleh nilai L

hitung maksimum 0,22. Nilai L hitung maksimum

(0,22) lebih kecil atau sama dengan dibandingkan

dengan nilai L tabel 5% (0,22) maupun nilai L

tabel 1% (0,26). L hitung < L tabel dinyatakan data

berdistribusi normal.

Data ini dengan dinyatakan normal, maka

dilanjutkan dengan uji homogenitas menggunakan

barlet. Hasil uji homogenitas menggunakan barlet

diperoleh nilai x2 hitung sebesar 3,38. Nilai x2

hitung (3,38) lebih kecil dibandingkan x2 tabel 5%

(9,49) maupun x2 tabel 1% (13,28). x2 hitung < x2

tabel, maka data dinyatakan homogen, sehingga

data dapat dilanjutkan dengan analisis varians.

Hasil analisis varians pertumbuhan berat

spesifik benih ikan mas menghasilkan F hitung

sebesar 0,40 lebih kecil dari pada F tabel 5%

(4,07), dan lebih kecil dengan F tabel 1% (7,59).

F Tabel 5% < F Hit < F Tabel 1% maka perlakuan

tidak berbeda nyata.

Nilai efisiensi pakan tertinggi terdapat pada

perlakuan D yaitu 63,24% sedangkan nilai

efisiensi pakan terendah terdapat pada perlakuan A

yaitu 60,78% dan C yaitu 60,75% sedangkan

perlakuan B yaitu 61,61% lebih tinggi dari

perlakuan A dan C, tetapi lebih rendah dari

perlakuan D, Sesuai dengan pernyataan Gatesoupe

(1999), agar pakan dimanfaatkan secara optimal

maka dibutuhkan aktivitas bakteri dalam

pencernaan yang masuk melalui proses

bioremediasi yang menyebabkan terjadinya

keseimbangan jumlah bakteri dalam usus sehingga

dapat menekan bakteri patogen. Pada perlakuan

A,B dan C nilai efisiensi pakan lebih rendah

dibandingkan perlakuan D. Hal ini disebabkan

karena probiotik yang diberikan pada perlakuan

belum pada dosis yang terbaik, sehingga ikan tidak

bisa memanfaatkan pakan secara optimal. Putri et

al., (2012) menyatakan konsentrasi bakteri yang

diperlukan jumlahnya harus tepat. Pada perlakuan

A,B dan C nilai efisiensi pakan lebih rendah

dibandingkan perlakuan D. Hal ini disebabkan

karena jumlah bakteri probiotik belum pada batas

terbaik. Putri et al., (2012) menyatakan kepadatan

yang tinggi menyebabkan adanya persaingan

dalam pengambilan substrat atau nutrisi sehingga

menyebabkan aktivitas bakteri untuk

menghasilkan enzim pencernaan menjadi

terhambat. Mulyadi (2011) menyatakan jumlah

bakteri yang terlalu banyak akan menyebabkan

bakteri cepat mengalami sporulasi (membentuk

spora) sehingga fungsi dan aktivitas bakteri

membantuu proses pencernaan menjadi tidak

optimal.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa

penambahan probiotik dengan konsentrasi yang

berbeda pada media pemeliharaan benih ikan mas

tidak berbeda nyata terhadap nilai efisiensi pakan

benih ikan mas. Namun, nilai efisiensi pakan pada

konsentrasi 1mg/L, 0,5mg/L dan Kontrol lebih

rendah dari nilai perlakuan D dan masih tergolong

baik, hal ini menunjukkan bahwa pemberian

probiotik pada media pemeliharaan dapat

meningkatkan laju pertumbuhan benih ikan mas

dibandingkan tanpa pemberian probiotik ke dalam

media pemeliharaan. Sesuai dengan pernyataan

Lisna dan Insulistyowati (2015) bahwa

pertumbuhan ikan meningkat karena pengaruh

penambahan probiotik dalam media pemeliharaan

sehingga bakteri dalam probiotik selain bekerja

untuk memperbaiki kualitas air juga bekerja dalam

saluran pencernaan ikan

Menurut Ernawati dkk. (2014), Bacillus

memiliki enzim ekstraseluler yang dapat

membantu pencernaan dan mampu memperbaiki

kualitas air melalui penguraian dan perombakan

bahan organik dalam air. Menurut Gatesoupe

(1999) dalam Zhou and Wang (2014), penambahan

bakteri Lactobacillus melalui air dapat

berpengaruh juga pada saluran pencernaan ikan.

Bakteri Lactobacillus berfungsi meningkatkan

daya cerna ikan terhadap pakan sehingga dapat

memacu pertumbuhan ikan (Sugih, 2005).

Lebih rendahnya nilai efisiensi pakan

benih ikan mas pada perlakuan penambahan

probiotik terutama pada perlakuan A dengan

konsentrasi yang lebih rendah yaitu 60,78% dan

perlakuan C yaitu 60,75% diduga karena

kurangnya peranan mikroba yang terdapat pada

probiotik tersebut berupa Bacillus sp. yang dapat

merombak senyawa kompleks menjadi senyawa

sederhana, disebabkan perbedaan jumlah dosis

pemberian pada wadah perlakuan pemeliharaan

benih ikan mas selama penelitian, didukung oleh

data uji laboratorium Karantina Ikan Pontianak

Page 7: PENGARUH PENGGUNAAN SISTEM BIOREMEDIASI DENGAN …

JURNAL RUAYA VOL. 9. NO. 1. TH 2020 FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155

16

untuk mengetahui kepadatan koloni bakteri dalam

wadah pemeliharaan yaitu pada wadah

pemeliharaan perlakuan A dan C masing – masing

dengan nilai koloni perlakuan A yaitu 2.0x104 dan

perlakuan C dengan nilai 3.0x106, sedangkan

perbandingan dengan nilai koloni pada wadah

perlakuan B yaitu dengan nilai kepadatan koloni

8.2x105 dan perlakuan D dengan jumlah kepadatan

koloni 9.4x105.

Menurut Fardiaz (1992) dalam Anggriani

et al. (2012) bahwa Bacillus sp. merupakan bakteri

yang dapat menguraikan protein menjadi asam

amino. Asam amino ini digunakan bakteri untuk

memperbanyak diri, sehingga dapat meningkatkan

protein pakan dan menurunkan serat kasar

(Schlegel dan Schmidth, 1985 dalam Anggriani et

al., 2012). Selain itu juga bakteri ini mampu

menguraikan disakarida atau polisakarida menjadi

gula sederhana dan dengan sifatnya yang

pektinolitik mampu menghasilkan pektin yaitu

karbohidrat kompleks (William dan Wetshoff,

1989 dalam Anggriani et al., 2012). Senyawa

sederhana yang dihasilkan tersebut akan lebih

mudah diserap oleh saluran pencernaan dan lebih

mudah dimanfaatkan oleh ikan sebagai sumber

energi untuk mendukung pertumbuhan ikan. Hal

tersebut akan mengurangi nutrien yang terbuang,

sehingga akan menyebabkan efisiensi pakan lebih

rendah.

C. Kelangsungan hidup benih ikan mas selama

penelitian

Kelangsungan hidup merupakan sejumlah

organisme yang hidup pada akhir pemeliharaan

yang dinyatakan dalam persentase. Nilai

kelangsungan hidup akan tinggi jika faktor kualitas

dan kuantitas pakan serta kualitas lingkungan

mendukung. Rata-rata kelangsungan hidup benih

ikan mas selama 45 hari menggunakan perlakuan

A, B, C dan D dapat dilihat pada tabel 4., berikut:

Tabel 4. Rata-rata kelangsungan hidup benih ikan mas pada pemeliharaan selama 45 Hari

Perlakuan Nilai rata-rata kelangsungan hidup (SR) pada pemeliharaan 45 hari

A 50.0±8,3a

B 58,3±14,4a

C 75,0±16,6a

D 80,5±19,2a

Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% dan 1%

Pada table tabel 4 menunjukkan tingkat

kelangsungan hidup (SR) yang rendah pada

perlakuan A sebesar 50,0%. Sedangkan tingkat

kelangsungan hidup (SR) yang tinggi pada

perlakuan D sebesar 80,5%. Untuk perlakuan A

sebesar 50,0% dan B sebesar 58,3% mempunyai

tingkat persentase kelangsungan hidup di bawah

perlakuan C yaitu 75,0%, persentase kelangsungan

hidup yang terendah terdapat pada perlakuan A

dan B yang berbanding dengan persentase tertinggi

pada perlakuan C yang berbeda nyata dengan

perlakuan A,B dan D.

Data rata-rata kelangsungan hidup benih

ikan mas (SR) kemudian diuji normalitasnya.

Berdasarkan hasil uji normalitas menggunakan

lilifort diperoleh nilai L hitung maksimum 0,25.

Nilai L hitung lebih maksimum (0,25) lebih besar

dibandingkan dengan nilai L tabel 5% (0,24) dan

lebih kecil dari nilai L tabel 1% (0,28). L hitung <

L tabel data nyatakan berdistribusi normal.

Data berdistribusi normal, maka

dilanjutkan dengan uji homogenitas menggunakan

barlet. Hasil uji homogenitas barlet diperoleh

dengan nilai x2 hitung sebesar 11,99. Nilai x2

hitung (11,99) lebih besar dibandingkan x2 tabel

5% (9,49) dan lebih kecil dari nilai x2 tabel 1%

(13,28). x2 hitung < x2 tabel, maka data dinyatakan

homogen, sehingga data dapat dilanjutkan analisis

varians.

Hasil analisis varians kelangsungan hidup

benih ikan mas (SR) menghasilkan F hitung 2,63

(lampiran 16). Nilai F hitung 2,63 lebih kecil dari

F tabel 5% (4,07) maupun F tabel 1% (7,59). F

hitung > F tabel, maka data dinyatakan tidak

berbeda nyata, dikarenakan pada perlakuan D di

wadah perlakuan r3 didapati nilai kelangsungan

hidup invidu yaitu 58% dibandingkan dengan

wadah perlakuan r1 dengan nilai 92% dan r2

dengan nilai 92% yang mempengaruhi standar

deviasi pada perlakuan D yaitu dengan nilai

standar deviasi nya 19,25%, sehingga pada hasil

uji analisis varians kelangsungan hidup benih ikan

mas (SR) menghasilkan data tidak berbeda nyata

dengan nilai F hitung 2,63 lebih kecil dari F tabel

5% (4,07) maupun F tabel 1% (7,59).

Tingginya tingkat kelangsungan hidup

pada perlakuan D dengan dosis 1,5ml/L

dikarenakan adanya penambahan dosis probiotik

pada air media pemeliharaan, sesuai dengan

pernyataan Lisna dan Insulistyowati (2015) bahwa

Page 8: PENGARUH PENGGUNAAN SISTEM BIOREMEDIASI DENGAN …

JURNAL RUAYA VOL. 9. NO. 1. TH 2020 FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155

17

pertumbuhan ikan meningkat karena pengaruh

penambahan probiotik dalam media pemeliharaan

sehingga bakteri dalam probiotik selain bekerja

untuk memperbaiki kualitas air juga bekerja dalam

saluran pencernaan ikan. Pemberian probiotik

komersil pada media pemeliharaan mempengaruhi

daya tahan tubuh ikan selama pemeliharaan. Hasil

penelitian mendapatkan bahwa penambahan

probiotik pada media pemeliharaan mampu

meningkatkan kelangsungan hidup ikan yang

diduga disebabkan oleh fungsi probiotik sebagai

mikroorganisme hidup yang dapat memperbaiki

kualitas air dan mencegah penyakit. Probiotik

adalah mikroorganisme hidup dalam budidaya

ikan yang dapat memperbaiki kualitas air dan

mencegah penyakit, sehingga meningkatkan

produksi dan dapat menurunkan kerugian ekonomi

(Elumalai et al., 2013). Menurut (Latifa dkk.,

2016) bahwa manfaat probiotik pada ikan

memiliki fungsi protektif yaitu kemampuan bakteri

untuk menghambat bakteri patogen dalam saluran

pencernaan. Meningkatnya sistim imun ikan

sebagai fungsi dari probiotik. Kelangsungan hidup

tertinggi dicapai pada ikan yang diberi perlakuan

D: 80,5% (1,5ml/L) kemudian diikuti oleh

perlakuan C; 75,0% (1ml/L).

Kelangsungan hidup terendah didapati

pada ikan yang diberi perlakuan A: 50,0% (Kontrol

/ 0ml/L) kemudian diikuti oleh perlakuan B; 58,3%

(0,5ml/L), ini dikarenakan penggunaan dosis yang

tidak sesuai dan menyebabkan proses penguraian

ammonia yang tidak optimum sehingga

mengakibatkan penurunan parameter kualitas air

pada media pemeliharaan. Selain penggunaan

dosis probiotik yang sesuai, tingkat kelangsungan

hidup dan tingkat pencegahan yang tinggi juga

ditunjang oleh pengontrolan kualias air yang baik

sesuai dengan pendapat Boyd (1990), bahwa

lingkungan yang baik akan meningkatkan daya

tahan ikan, sedangkan lingkungan yang kurang

baik akan menyebabkan ikan mudah stres dan

menurunkan daya tahan terhadap serangan bakteri.

D. kualitas air

Kualitas air merupakan faktor yang sangat

penting dan pembatas bagi mahluk hidup dalam air

baik faktor kimia, fisika dan biologi. Kualitas air

yang buruk dapat menghambat pertumbuhan,

menimbulkan penyakit pada ikan bahkan sampai

pada kematian. Menurut (Boyd, 1990), Kualitas air

sangat dipengaruhi seperti laju sintasan (SR),

pertumbuhan, perkembangan, reproduksi ikan.

Parameter kualitas air yang diamati adalah

Suhu, DO, pH, NH3 dan NO2. Pengukuran Suhu,

DO dan pH dilakukan setiap hari. Sedangkan

parameter kualitas air lainnya seperti pengukuran

NH3 dan N02 dilakukan setiap 7 (tujuh) hari sekali

selama penelitian. Hasil pengamatan kualitas air

selama penelitian disajikan pada tabel 5:

Tabel 5. Nilai kisaran kualitas Air benih ikan mas pada pemeliharaan selama 45 hari

Perlakuan

Parameter

Suhu ( 0C ) DO (mg/l) pH Amonia

(NH3)

Nitrit

(NO2)

A 27-29 2.00-3.00 7.0-8.0 0.1-0.9 0.9-4.0

B 27-29 2.00-4.00 7.0-8.0 0.1-2.0 0.9-2.0

C 27-29 2.00-6.00 7.0-8.0 0.1-1.0 0.8-1.0

D 27-29 2.00-3.00 7.0-8.0 0.1-2.0 0.5-0.5

Sumber Pengamatan langsung di laboratorium basah Stasiun Karantina Ikan Pontianak

a. Suhu

Suhu air mempunyai pengaruh yang besar

terhadap metabolism ikan mas. Parameter suhu

yang diamati selama penelitian pada pagi dan sore

hari selama penelitian cenderung stabil dan tetap

pada kisaran optimum dikarenakan oleh lokasi

penelitian dan wadah pemeliharaan benih ikan mas

terdapat didalam gedung bangunan ruangan lab

basah yang baik untuk pemeliharaan benih mas,

berdasarkan analisis parameter kualitas air yang

diukur pada media pemeliharaan, kisaran suhu

pada penelitian ini yaitu 27 - 29 o C. Hal ini sesuai

dengan pendapat Lesmana dan Dermawan (2004)

yang menyatakan bahwa ikan mas dapat hidup

baik pada suhu 19 - 28 ⁰C dan suhu optimal 24

- 28 ⁰C. Menurut pendapat Brotowijoyo (1995),

suhu optimum untuk selera makan ikan adalah 25-

27 o C dan kisaran suhu air optimal untuk budidaya

ikan air tawar adalah 15-29 oC.

b. Derajat keasaman (pH)

Merupakan suatu ekspresi dari

konsentrasi ion hidrogen (H+) didalam air,

besarnya dinyatakan dalam minus logaritma dari

konsentrasi ion H, pH menunjukan kekuatan antara

asam dan basa dalam air. Mengubah kestabilan

Page 9: PENGARUH PENGGUNAAN SISTEM BIOREMEDIASI DENGAN …

JURNAL RUAYA VOL. 9. NO. 1. TH 2020 FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155

18

dari bentuk karbonat menjadi hidroksi yang

membentuk ikatan dengan partikel pada badan air

sehingga akan mengendap bentuk lumpur. pH juga

mempengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia,

seperti logam berat (Soesono, 1978).

Tingkat kelangsungan hidup ikan juga

dipengaruhi oleh kondisi kualitas air

pemeliharaan. Dari hasil penelitian ini, kualitas air

pada media pemeliharaan masih dalam batas

toleransi untuk kelangsungan hidup benih ikan

mas. Berdasarkan data hasil pengukuran parameter

kualitas air selama pemeliharaan diketahui derajat

keasaman (pH) yang diperoleh selama penelitian

berkisar antara selama penelitian berkisar antara

7,0 – 8,0. Kadar pH tersebut masih dalam batas

toleransi untuk pemeliharaan ikan mas. Hal ini

berdasarkan pernyataan Boyd (1990) bahwa air

yang baik untuk budidaya ikan adalah netral, hal

ini senada dengan pendapat yang di kemukakan

oleh Soesono (1978) yang menerangkan bahwa air

yang baik untuk budidaya ikan adalah netral

sedikit alkalis dengan pH 7,0-8,0. Sedangkan

menurut Cholik et al., (1986) mengatakan bahwa

bila pH air didalam kolam sekitar 6,5-9,0 adalah

kondisi yang baik untuk produksi ikan. Hasil ini

sesuai dengan pendapat Brotowijoyo (1995),

kisaran suhu air optimal untuk budidaya ikan air

tawar adalah pH air 6,5-8.

c. DO

Oksigen terlarut merupakan salah satu

faktor pembatas dalam budidaya ikan, namun

beberapa jenis ikan masih bisa bertahan hidup pada

perairan dengan konsentrasi dibawah maupun

diatas normal. Namun konsentrasi minimum yang

masih bisa diterima oleh spesies akuatik untuk

hidup yaitu 5 ppm. Menurut Lingga., (1985).

bahwa oksigen terlarut sangat penting bagi

kehidupan ikan dan hewan lainya untuk bernafas

dan proses metabolisme. Selajutnya menurut

Soesono (1978) menyatakan bahwa konsentrasi

oksigen perairan sangat dipengaruhi oleh difusi

dari udara, aliran-aliran air masuk, hujan, proses

asimilasi tumbuhan hijau dan oksidasi kimiawi

didalam perairan.

Oksigen terlarut dalam air dapat berasal

dari difusi dengan udara melalui alat penelitian

yaitu blower udara, yang diukur selama penelitian

berkisar antara 2,00-6,00 mg/l. Hal ini sesuai

dengan pendapat Sukadi., et al (1989) bahwa

oksigen terlarut pada umumnya berkisar antara

5,0-6,6 mg/l. Ketersediaan oksigen sangat

berpengaruh terhadap metabolilsme dalam tubuh

dan untuk kelangsungan hidup suatu organisme,

sudah cukup mendukung terhadap pertumbuhan

benih ikan mas secara normal. Nilai oksigen

terlarut yang cukup tinggi tersebut diduga

disebabkan karena suplai oksigen yang cukup

besar yang berasal dari blower serta dari aerator,

selain itu jumlah ikan juga mempengaruhi tinggi

rendahnya oksigen terlarut. Semakin banyak ikan,

semakin banyak oksigen yang dibutuhkan

sehingga oksigen terlarut rendah. Meningkatnya

kebutuhan oksigen seiring dengan peningkatan

padat penebaran dan ukuran ikan, akibatnya

jumlah kelarutan oksigen dalam media

pemeliharaan semakin berkurang karena oksigen

dimanfaatkan ikan untuk respirasi dan juga untuk

metabolisme. Menurut Stickney (1979), suplai

oksigen di wadah produksi akuakultur sebaiknya

berbanding lurus dengan padat penebaran ikan dan

jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ikan. Menurut

Goddard (1996), oksigen yang semakin berkurang

dapat ditingkatkan dengan pergantian air dan

aerasi

Kelarutan oksigen di air menurun dengan

semakin meningkatnya salinitas, setiap

peningkatan salinitas sebesar 9 mg/l mengurangi

kelarutan oksigen sebanyak 5% dari yang

seharusnya di air tawar (Boyd, 1990). Hasil ini

sesuai dengan pendapat Brotowijoyo (1995),

kisaran DO air optimal untuk budidaya ikan air

tawar adalah berkisar antara 5-8 mg/l.

d. Nilai amonia (NH3)

Nilai amonia selama penelitian Berada

pada kisaran yang normal, yaitu 0,1 – 2,0 mg/L.

Amelia (2009), mengemukakan bahwa

mikroorganisme probiotik dapat mengoksidasi

amonia sehingga jumlah amonia dalam media

pemeliharaan berkurang. Higa dan Parr (1994),

mengemukakan bahwa bakteri fotosintetik selain

dapat melakukan fotosintesis juga menggunakan

amonia sebagai sumber nitrogen untuk proses

dekomposisi bahan organik dan pertumbuhannya.

Penurunan amonia ini juga disebabkan karena

adanya proses nitrifikasi yang dilakukan oleh

bakteri nitrosomonas dan nitrobacter yang

mengubah amonia menjadi nitrit dan nitrat, serta

proses denitrifikasi yang mengubah nitrat kembali

menjadi gas nitrogen. Peningkatan oksigen terlarut

media juga akan meningkatkan proses oksidasi

amonia menjadi nitrit dan dan kemudian menjadi

nitrat dengan demikian kadar amonia menjadi

rendah

Hal tersebut sama seperti yang dinyatakan

oleh Kordi (2013) bahwa nilai batas atau toleransi

amonia terhadap pertumbuhan dan kelangsungan

hidup ikan adalah <0,016 mg/L. Karena selama

perlakuan dilakukan penyiponan sisa pakan dan

feses ikan mas sehingga kualitas air tetap terjaga.

Kualitas air selama perlakuan menunjukkan

kualitas air yang layak untuk kehidupan ikan mas.

Page 10: PENGARUH PENGGUNAAN SISTEM BIOREMEDIASI DENGAN …

JURNAL RUAYA VOL. 9. NO. 1. TH 2020 FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155

19

e. Nitrit (NO2)

Berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan, kandungan nitrit (NO2) yang berbeda

konsentrasinya didapatkan hasil pengukuran di

perlakuan t3 dengan rerata tidak lebih dari 0,5

mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa media

pemeliharaan tersebut cocok untuk budidaya ikan

mas. Parameter kadar nitrit yang lebih dari 0,5

mg/L dapat bersifat toksik bagi organisme perairan

(Effendi, 2003). Berdasarkan nilai pengukuran

NO2 pada Tabel 4.1., nilai NO2 cenderung

fluktuatif tiap konsentrasi 0 mg/L, 0,5mg/L dan 1

mg/L. Kadar nitrit yang fluktuatif diduga karena

terjadi proses biologis oleh mikroba pada media

pemeliharaan, yaitu proses nitrifikasi. Menurut

data pada Tabel 4.1., perlakuan dengan konsentrasi

1,5 m/L, mempunyai nilai kadar nitrit yang

cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan

konsentrasi lainnya. Hal demikian dapat

disimpulkan bahwa proses nitrifikasi lebih optimal

pada konsentrasi 1,5mg/L dibandingkan perlakuan

konsentrasi 0mg/L, 0,5mg/L dan 1mg/L. Nitrit

(NO2) merupakan ion-ion anorganik alami yang

akan menjadi unsur hara bagi plankton.

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian diperoleh

analisa pertumbuhan spesifik benih ikan mas yang

terbaik yaitu pada dosis 1,5ml/5L dengan nilai

rata-rata 5,74%, dengan nilai rata-rata efisiensi

pakan adalah 63,24% dan diduga bahwa manfaat

probiotik pada ikan memiliki fungsi protektif yaitu

kemampuan bakteri untuk menghambat bakteri

patogen dalam saluran pencernaan, dapat

meningkatkan sistim imun ikan sebagai fungsi dari

probiotik sehingga mempengaruhi kelangsungan

hidup ikan yaitu dengan nilai rata-rata 80,5%.

UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini penulis sampaikan ucapan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada

Pimpinan dan Staff Laboratorium Stasiun KIPM

Pontianak yang membantu dalam penelitian ini

baik tempat, bahan dan alat.

DAFTAR PUSTAKA Achmad, F. 2017 “KKP Populerkan Sistem

Perikanan Budidaya Bioflok” Jakarta.

Afrianto, E. dan Evi L. 1992. Pengendalian Hama

dan Penyakit Ikan. Yogyakarta:

Kanisius.

Ahmad Subagyo. 2008. Studi Kelayakan Teori dan

Aplikasi, Jakarta: PT. Gramedia

Anonim. 2001. FAO/WHO Joint Expert

Consultation of Health and Nutritional

Properties of Probiotics in Food

Including Powder Milk with Lactic

Acid Bacteria.

Ariaty, L. 1991. Morfologi Darah Ikan Mas

(Cyprinus carpio), Nila Merah

(Oreochromis sp), dan Lele Dumbo

(Clarias gariepenus) dari Sukabumi.

(Skripsi). FPIK Institut Pertanian

Bogor. Bogor

Avnimelech, Y. 1999. Carbon Nitrogen Ratio as a

Control Element in Aquaculture

System. Aquaculture.

Badjoeri, M dan T. Widiyanto. 2008. Penggunaan

Bakteri Nitrifikasi Untuk Bioremediasi

dan Pengaruhnya Terhadap Konsentrasi

Amonia dan Nitrit di Tambak Udang.

Jurnal Oseanologi dan Limnologi di

Indonesia 2008.

Boyd, C.E. 1990. Water Quality Management in

Aquaculture and Fisheries Science.

Elsevier Scientific Publishing

Company. Amsterdam.

Boyd, CE. 1991. Water Quality Management and

Aeration in Shrimp Farming. Editor

Alex Bocek Pedoman Teknis dari

Proyek Penelitian dan Pengembangan

Boyd CE. 1998. Water quality for pond

aquaculture. Research and

Development Series No. 43.

International Center for Aquaculture

and Aquatic Environment, Alabama

Agricultural Experiment Station,

Auburn University. Alabama.

De Schryver P., Crab, R. Detroit, T. Boon, N.,

Verstrate, W. 2008. The Basic of

Biofloc Technology: The Added Value

For Aquaculture

Effendi, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Fakultas

Perikanan IPB. Bogor

Febrianti, D., Widiani, I., Ashory dan Anggraeni,

S. 2010. Pendekatan Teknologi Bioflok

(BFT) Berbasis Probiotik Bacillus

subtilis pada Tambak Udang Vaname

Litopanaeus vanamei. Bogor. Institut

Pertanian Bogor

Febrianti, R., Gunadi, B., dan Lamanto. 2010.

Keragaan Kecernaan Pakan Tenggelam

dan Terapung untuk Budidaya Ikan Lele

Dumbo (Clarias gariepinus) Dengan

dan Tanpa Aerasi. Subang: Loka Riset

Pemuliaan dan Teknologi Budidaya

Perikanan Air Tawar

FAO/WHO, 2001; ISSAP, 2009. Human Energy

Requirements. Rome: Report of a Joint

FAO/WHO/UNU

Forteath, N., L. Wee and M. Frith. 1993. The

Biological Filter-Structure and

Page 11: PENGARUH PENGGUNAAN SISTEM BIOREMEDIASI DENGAN …

JURNAL RUAYA VOL. 9. NO. 1. TH 2020 FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155

20

Function, p: 55-63. In P. Hart and D.O

Sullivan (Eds). Recirculation System:

Design, Contruction and Management.

University of Tasmania. Launceston.

Ghozali, 2013. Aplikasi Analisis Multivariate

dengan Program SPSS. Edisi Ketujuh.

Semarang: Badan Penerbit Universitas

Diponegoro

Gunalan. 1996. Penerapan Bioremediasi pada

Pengelohan Limbah dan Pemulihan

Lingkungan Tercemar Hidrokarbon

Petroleum. Majalah Sriwijaya, UNSRI.

Haryati, Lante S., and Tsumura S. 1998. Used of

By-9 as a probiotic agent in the larva

rearing of Penaeus monodon. In:

Advance in shrimp Biotechnology

(Flegel, ed.). The genetic engineering,

Biotechnology, Thailand.

Informasi Penyuluhan Perikanan. 2014

Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2012,

Peraturan Menteri Kelautan dan

Perikanan Republik Indonesia Nomor

Per.18/Men/2012 tentang Pedoman

Penyusunan Rencana Induk

Pengembangan Kawasan Minapolitan,

Kementerian Kelautan dan Perikanan,

Jakarta.

Khairuman dan D. Sudenda. 2002. Budidaya Ikan

Mas Secara Intensif. Agro Media

Pustaka. Tangerang

Khairuman, Sudenda. D, dan Gunadi. B. 2008.

Budidaya Ikan Mas secara Intensif.

Agromedia Pustaka. Jakarta

Kusriningrum, R. S. 2012. Perancangan

Percobaan. Airlangga University Press.

Surabaya

Lingga, P. dan H, Susanto. 1995. Ikan Hias Air

Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta.

Mattjik. A.A., dan I. M. Sumertajaya. 2006.

Perancangan Percobaan Dengan

Aplikasi SAS dan MINITAB, Jilid I.

IPB-Press, Bogor

Mattjik, A.A., dan Sumertajaya. 2002.

Perancangan Percobaan. Jilid 1 Edisi

ke-2. IPB Press: Bogor.

Metcalf dan Eddy., 1991. Wastewater

Engineering: Treatment, Disposal, and

Reuse. Mc Graw Hill Book Co.

Singapore

Minggawati, I. dan Saptono. 2012. Parameter

Kualitas Air untuk Budidaya Ikan Patin

(Pangasius pangasius) di Karamba

Sungai Kahayan, Kota Palangkaraya.

Jurnal Ilmu Hewani Tropika

Moriarty, D. J. W. 1996. Microbial Biotechnology,

A Key Ingridient For Sustainable

Aquaculture Infofish International

Moriarty, D.J.W. 1998: Control of luminous

Vibrio species in penaeid aquaculture

ponds. Aquaculture Murtiati, K.

Simbolon, T. Wahyuni, Juyana,

Penggunaan Biokatalisator Pada

Budidaya Udang Galah, Jurnal

Budidaya Air Tawar, 2006.

Moriarty, D.J.W. 1998: Control of luminous

Vibrio species in penaeid aquaculture

ponds. Aquaculture.

Moore, A. 1991. Engineering Analysis of

Thestoichiometry of Photoautotrophic,

Autotrophic, and Heterotrophic

Removal of Ammonia- Nitrogen in

Aquaculture Systems. Aquaculture.

Mukti, AT., WH. Satyantini, dan M. Arief. 2010

Penuntun Praktikum Bioteknologi

Akuakultur. Fakultas Perikanan dan

Kelautan Universitas Airlangga.

Nawawi, 2013. Penggunaan Sistem Bioremediasi

Pada Media Budidaya Ikan Sidat

(Anguilla sp). Jurnal Galung Tropika.

Notoadmodjo, S. 2010. Metode Penelitian

Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Poernomo. 2004. Technology of Probiotics to

Solve The Problem in Shrimp Pond

Culture and The Culture Environment.

Paper Presented in The National

Symposium on Develeopment

Scienticfic and Technology Innovation

Aquaculture. Semarang: Patrajasa Hotel

Purnomo BB. 2012. Buku kuliah dasar–dasar

urologi. Jakarta: CV Infomedika

Rosmaniar. 2011. Dinamika Biomassa Bakteri

dan Kadar Limbah Nitrogen pada

Budidaya Ikan air tawar Intensif secara

Sistem Heterotrofik. Skripsi.

Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah. Jakarta

Shafrudin, D. 2003a. Pembesaran Ikan Karper di

Kolam Jaring Apung. Modul:

Pengelolaan Pemberian pakan.

Direktorat Pendidikan Menengah

Kejuruan Direktorat Jenderal

Pendidikan Dasar Dan Menengah

Departemen Pendidikan Nasional.

Shafrudin, D., Yuniarti dan M. Setiawati. 2006.

Pengaruh Kepadatan Benih Ikan Lele

Dumbo (Clarias sp.) terhadap Produksi

pada Sistem Budidaya dengan

Pengendalian Nitrogen Melalui

Penambahan Tepung Terigu. Jurnal

Akuakultur Indonesia

Shitandi, A., M. Alfred, and M. Symon. 2007.

Probiotic characteristic of Lactococcus

strain from local fermented Amaranthus

hybrydus and Solanum nigrum. African

Crop Science Conference Proceedings

Page 12: PENGARUH PENGGUNAAN SISTEM BIOREMEDIASI DENGAN …

JURNAL RUAYA VOL. 9. NO. 1. TH 2020 FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155

21

Sidik, A. S., Sarwono dan Agustina. 2002.

Pengaruh Padat Penebaran Terhadap

Laju Nitrifikasi Dalam Budidaya Ikan

Sistem Resirkulasi Tertutup. Jurnal

Akuakultur Indonesia.

Simarmata., T.2006. Revitalisasi Ekosistem

Tambak dengan Pemanfaatan

Teknologi Bioremediasi dan Probiotik,

Makalah pada Seminar Teknologi

Bioremediasi dan Probiotik,

Sitompul, F., M. Ramli, dan L. Bathara. 2012.

Analisis keadaan usaha budidaya ikan

sistem Keramba Jaring Apung (KJA) di

Danau Toba (Kasus Desa Untemungkur

Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli

Utara Provisnsi Sumatera Utara). Jurnal

Sosial Ekonomi

Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M,

Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna

Publishing; 2009Sugiyono. 2013.

Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif

dan R & D. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan

Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan

R&D. Bandung: Alfabeta

Sunaryanto R, Marwoto B, 2013. Isolasi,

identifikasi, dan karakterisasi bakteri

asam laktat dari dadih susu kerbau.

Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia

Susanto, H. dan Rochdianto, A. 2007. Kiat

Budidaya Ikan Mas di Lahan Kritis.

Penebar Swadaya. Jakarta

Steffens W, 1989. Principle of fish Nutrition. Ellis

Horwood Limited, England

Stickney, R.R., 2005. Aquaculture: An

introductory text. CABI Publishing.

USA.

Suseno, D (2000). Pengelolaan Usaha

Pembenihan Ikan Mas, cet. 7. Jakarta:

Penebar SwadayaVerschuere, L., G.

Rombaut, W. Verstraete and P.

Sorgeloos. 2000. Probiotic bacteria as

biological control agents in aquaculture.

Microbiology and Molecular Biology

Reviews,

Van Wyk P. and J. Scarpa. 1999. Water Quality

Requirements and Management.

Chapter 8 in. Farming Marine Shrimp in

Recirculating Freshwater Systems.

Prepared by Peter Van Wyk, Megan

Davis-Hodgkins, Rolland Laramore,

Kevan L. Main, JoeMountain, John

Scarpa. Florida Department of

Agriculture and Consumers Services.

Harbor Branch Oceanographic

Institution

Weichselbaum, E. 2009. Probiotics and health: a

review of the evidence. Nutrition

Bulletin.

Wetzel, R.G. 1983. Limnology. Saunder

Company. Philadelphia

Widanarni. 2004. Penapisan Bakteri Probiotik

Untuk Biokontrol Vibriosis Pada Larva

Udang Windu: Konstruksi Penanda

Molekuler Dan Esei Pelekatan.

Disertasi. Sekolah Pascasarjana,

Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Widanarni., Sukenda., Setiawati, M. 2008. Bakteri

probiotik dalam budidaya udang:

seleksi, mekanisme, karakteristik, dan

aplikasinya sebagai agen biocontrol

Widiyanto, Ibnu. 2008. Pointers: Metodologi

Penelitian. BP Undip, Semarang.

Zonneveld, N., E. A. Huisman dan J. H. Boon.

1991. prinsip-prinsip budidaya ikan.

Terjemahan. PT. Gramedia Pustaka

Utama. Jakarta