pengaruh pengungkapan csr terhadap kinerja keuangan...
TRANSCRIPT
i
Pengaruh Pengungkapan CSR Terhadap Kinerja Keuangan
Perbankan Syariah di Indonesia: Aspek Indikator Ekonomi, Lingkungan dan Sosial
Penelitian untuk Tesis Magister Perbankan Syariah
Program Studi Magister Perbankan Syariah
Tesis
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Master Ekonomi (M.E)
pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Diajukan Oleh
Mutmainah Juniawati
NIM 21170850000021
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
ii
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Mutmainah Juniawati
Tempat, tanggal lahir : Bumi Nabung, 24 April 1991
Jeniskelamin :Perempuan
Agama :Islam
Kewarganegaraan :Indonesia
Status : Belum Kawin
AlamatAsal : Dsn III, Bumi Nabung Timur, Kec. Bumi
Nabung, Kab. Lampung Tengah
Alamat Sekarang : Petojo Sabangan XI Jakarta Pusat
PENDIDIKAN FORMAL
1998-2003 SDN 1 Bumi Nabung
2003-2006 SMP Negeri 2 Bumi Nabung
2006-2009 SMA Negeri 1 Rumbia
2011-2014 D3 Jurusan Perbankan Syariah STAIN Juarai Siwo Metro
2015-2016 S1 Jurusan Perbankan Syariah IAIM NU Metro
2017-2019 Jurusan Magister Perbankan Syariah Uin Syarif
Hidayatullah Jakarta
LATAR BELAKANG KELUARGA
Ayah Agung Sudarso
Ibu Umi Khasanah
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan tesis tentang Pengaruh
Pengungkapan CSR Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah di Indonesia: Aspek
Indikator Ekonomi, Lingkungan dan Sosial. Penulisan tesis ini adalah sebagai salah satu
prasyarat bagi penulis dalam rangka menyelesaikan Pendidikan Program Strata Dua (S2)
Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Perbankan Syariah guna memperoleh gelar ME.
Bimbingan dan dukungan telah banyak penulis dapatkan dalam penyelesaian tesis ini. Maka
dari itu dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Kedua orang tua penulis, ayahanda tercinta Bapak Agung Sudarso dan Ibunda tercinta
Umi Khasanah, yang senantiasa mendoakan dan memberi dukungan moril dan materil
2. Bapak Prof. Dr. Amilin., S.E. Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP selaku Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Herni Ali HT, SE, MM selaku Ketua Jurusan Magister Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang
selalu memberikan arahan kepada penulis dalam menjalankan pendidikan di Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Ir. Roikhan Mochamad Aziz. MM selaku penasehat akademik yang selalu
memberikan arahan kepada penulis dalam menjalankan pendidikan di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Prof. Dr. Azzam Jasin, MBA selaku dosen pembimbing 1 yang telah membimbing
dan mengarahkan serta motivasi dalam penulisan tesis ini sehingga tesis ini dapat
terselesaikan dengan baik.
6. Ibu Nur Hidayah M.A., Ph.D selaku dosen pembimbing 2 yang telah membimbing dan
mengarahkan serta motivasi dalam penulisan tesis ini sehingga tesis ini dapat
terselesaikan dengan baik.
7. Dr. Erika Amalia. M. Si selaku penguji sidang tesis yang telah meluangkan waktu untuk
memberikan bimbingan serta arahan dan memotivasi penulis agar tesis ini bisa
terselesaikan dengan baik.
8. Seluruh Bapak/Ibu Dosen yang telah mencurahkan dan mengamalkan ilmu yang tidak
ternilai hingga penulis menyelesaikan studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
vii
viii
ABSTRAK
Sebagai Negara muslim terbesar di dunia, Indonesia memeiliki peluang
pengembangan ekonomi syariah yang cerah. Peluang pengembangan ekonomi islam di
Indonesia berawal dari berdirinya perbankan syariah yang dilandaskan pada nilai-nilai etika
islam. Hal ini tentu memunculkan pertanyaan, apakah perbankan syariah yang menjunjung
tinggi nilai-nilai etika islam juga memiliki komitmen terhadap tanggung jawab lingkungan
dan sosial yang di sebut dengan Coorporate Sosial Responsibility (CSR, yang disebut
tanggung jawab sosial).
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pengungkapan CSR secara parsial
terhadap CAR, ROA, ROE, dan BOPO perbankan syariah Indonesia. Populasi dalam
penelitian ini adalah BUS dan UUS yang terdaftar di OJK. Sampel berdasarkan metode
purposive sampling ada 4 BUS dan 7 UUS yang menerbitkan sustainability report dengan
menggunakan panduan GRI 4 dan yang mengungkapkan annual report pada tahun 2014-
2017. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear
berganda dengan alat analisis Eviews 8.
Hasil dari penelitian ini yaitu pengungkapan CSR indikator ekonomi berpengaruh
positif terhadap CAR karena semakin tinggi pengungkapan CSR maka semakin tinggi pula
kepercayaan investor sehingga membuat investor lebih loyal dan menanamkan modalnya.
CSR indikator sosial tidak berpengaruh terhadap CAR karena membutuhkan waktu yang
panjang untuk melihat pengaruh sosial. CSR indikator ekonomi, sosial dan lingkungan tidak
berpengaruh terhadap ROA dan ROE karena ROA dan ROE perusahaan di publikasikan pada
akhir tahun tutup buku, sedangkan CSR di keluarkan pada awal tahun berikutnya saat RUPS.
Sehingga besar kecilnya pengungkapan tidak berpengaruh terhadap ROA dan ROE. CSR
indikator ekonomi berpengaruh negatif terhadap BOPO karena akan melakukan penghematan
sumberdaya sehingga akan menurunkan biaya operasionalnya, indikator sosial berpengaruh
positif terhadap BOPO karena semakin tinggi kegiatan sosial maka akan semakin tinggi biaya
operasional yang dikeluarkan
Kata kunci: CSR, CAR, ROA, ROE, BOPO.
ix
ABSTRACT
As a country with the largest Muslim population in the world, Indonesia has a bright
opportunity for sharia economic development. Opportunities for developing Islamic
economics in Indonesia originated from the establishment of Islamic banking based on
Islamic ethical values. This certainly raises the question, whether Islamic banking that
upholds Islamic ethical values also has a commitment to environmental and social
responsibility which is called Coorporate Social Responsibility (CSR, called social
responsibility).
The population in this research are BUS and UUS listed in OJK. Based on purposive
sampling method, sample in this research are 4 BUS and 7 UUS that issue sustainability
reports using GRI 4 guide and annual report in 2014-2017. The analytical method used in
this study is multiple linear regression with Eviews 8 analysis tool.
The result of this study showed that economic indicator of CSR has a positive effect on CAR,
because high CSR disclosure will increase the loyality and beleiveness of investor to invest
their capital. Social indicator of CSR has no effect on CAR, because it takes a long time to
see the influences. All indicator of CSR also have no effect on ROA and ROE. ROA and ROE
of the firm is published in the end of the the year, while CSR is issued at the beginning of the
following year at the GMS. Economic indicator of CSR showed the negative effect on BOPO,
because they will save resources so that they will reduce their operational costs, social
indicators have a positive effect on BOPO because the higher the social activity will increase
the operational cost incurred
Keywords: CSR, CAR, ROA, ROE, BOPO.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN .................................................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN TESIS ........................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN TESIS ............................................................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................................................. v
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. vi
ABSTRAK ............................................................................................................................. viii
ABSTRACT ............................................................................................................................... iix
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ................................................................................................................ xiiiii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................................... xviv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................................................... 1
1.2. Fokus Permasalahan........................................................................................................ 14
1.2.1. Batasan Masalah ................................................................................................ 14
1.2.2. Rumusan Masalah .............................................................................................. 14
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................................................ 14
1.3.1. Tujuan Penelitian ............................................................................................... 14
1.3.2. Manfaat Penelitian ............................................................................................. 15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 17
2.1. Laporan keuangan ............................................................................................................ 17
2.1.1. Definisi Laporan Keuangan ............................................................................... 17
2.1.2. Pengungkapan Laporan Keuangan .................................................................... 18
2.1.3. Reformasi Pelaporan .......................................................................................... 19
2.2. Corporate Social Responsibility (CSR) ........................................................................... 20
2.2.1. Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR) ........................................... 20
2.2.2. Manfaat Coorporate Sosial Responsibility (CSR) ............................................ 21
2.2.3. Faktor - Faktor Peyebab Pentingnya CSR ......................................................... 22
2.2.4. Teori Coorporate Sosial Responsibility (CSR).................................................. 23
xi
a. Teori Stakeholder ........................................................................................... 23
b. Teori Legitimasi ............................................................................................. 24
c. Teori Agensi ................................................................................................... 25
2.3. Sustainability Report (SR) ............................................................................................... 28
2.4. Global Reporting Initiative (GRI) .................................................................................... 29
2.4.1. Pengertian GRI................................................................................................... 29
2.4.2. Tujuan GRI ........................................................................................................ 29
2.4.3. Sejarah GRI ........................................................................................................ 30
2.5. Kinerja Perusahaan (Firm Performance) ......................................................................... 36
2.6. Analisis Rasio Keuangan ................................................................................................. 37
2.7. Hubungan CSR dengan Kinerja keuangan ...................................................................... 42
2.8. Penelitian terdahulu ......................................................................................................... 43
2.9. Kerangka berfikir ............................................................................................................. 61
2.10. Pengembangan Hipotesis ................................................................................................ 63
2.10.1. Pengaruh Sustainability Report Disclosure terhadap Kinerja Keuangan .......... 63
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................................... 66
3.1. Ruang Lingkup dan Jenis Penelitian ............................................................................... 66
3.2. Metode Pengumpulan Data ............................................................................................. 67
3.3. Metode Analisis Data ...................................................................................................... 69
3.3.1. Statistik Deskriptif ............................................................................................. 69
3.3.2. Uji Asumsi Klasik .............................................................................................. 69
a. Uji Normalitas .................................................................................................... 69
b. Uji Multikolinieritas ............................................................................................ 69
c. Uji Heteroskedastisitas ........................................................................................ 70
d. Uji Autokorelasi .................................................................................................. 70
3.3.3. Analisis Regresi ................................................................................................. 71
3.3.4. Uji Hipotesis ...................................................................................................... 72
3.3.5. Koefisien Determinasi ....................................................................................... 74
3.4. Operasional Variabel Penelitian ..................................................................................... 74
3.4.1. CSR Disclosure Index (CSRI) ........................................................................... 74
3.4.2. Kinerja keuangan ............................................................................................... 76
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................ 78
4.1. Tahap Persiapan Data ...................................................................................................... 78
xii
4.1.1. Analisis Deskriptif ............................................................................................. 78
4.1.2. Deskriptif Statistik Variabel Terikat dan Variabel Bebas .................................. 80
4.1.3. Uji Asumsi Klasik .............................................................................................. 82
4.2. Analisis Regresi Linier Berganda .................................................................................... 90
4.2.1. Uji t atau Parsial ................................................................................................. 90
4.2.2. Uji Simultan/ Uji F (overall significance test) ................................................... 97
4.3. Pembahasan...................................................................................................................... 99
4.3.1. Pengungkapan CSR dan CAR ........................................................................... 99
4.3.2. Pengungkapan CSR dan ROA ......................................................................... 101
4.3.3. Pengungkapan CSR terhadap ROE .................................................................. 104
4.3.4. Pengungkapan CSR terhadap BOPO ............................................................... 107
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................... 112
5.1. Kesimpulan .................................................................................................................... 112
5.2. Saran .............................................................................................................................. 113
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 116
LAMPIRAN I ........................................................................................................................ 122
LAMPIRAN II ....................................................................................................................... 129
LAMPIRAN III .................................................................................................................. 12930
LAMPIRAN IV ..................................................................................................................... 131
LAMPIRAN V ....................................................................................................................... 132
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Daftar Penelitian Terdahulu ................................................................................ 12
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ........................................................................................... 43
Tabel 3.1 Jumlah Bank Umum Syariah .............................................................................. 67
Tabel 3.2 Jumlah Unit Usaha Syariah................................................................................. 67
Tabel 3.3 Skala pengukuran Dikotomi ............................................................................... 75
Tabel 4.1 Proses Kriteria Pemilihan Sampel ...................................................................... 79
Tabel 4.2 Sampel yang Memenuhi Kriteria ........................................................................ 79
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Data ..................................................................................... 80
Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinearitas ................................................................................. 85
Tabel 4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas CAR .................................................................... 86
Tabel 4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas ROA .................................................................... 86
Tabel 4.8 Hasil Uji Heteroskedastisitas ROE ..................................................................... 87
Tabel 4.9 Hasil Uji Heteroskedastisitas BOPO .................................................................. 87
Tabel 4.10 Hasil Uji Autokorelasi CAR ............................................................................ 88
Tabel 4.11 Hasil Uji Autokorelasi ROA ............................................................................. 88
Tabel 4.12 Hasil Uji Autokorelasi ROE ............................................................................. 89
Tabel 4.13 Hasil Uji Autokorelasi BOPO........................................................................... 89
Tabel 4.14 Hasil Uji t Variabel CAR .................................................................................. 90
Tabel 4.15 Hasil Uji t Variabel ROA.................................................................................. 91
Tabel 4.16 Uji t Variabel ROE ........................................................................................... 93
Tabel 4.17 Uji t Variabel BOPO ......................................................................................... 94
Tabel 4.18 Hasil uji F variabel CAR .................................................................................. 96
Tabel 4.19 Hasil uji F variabel ROA .................................................................................. 97
Tabel 4.20 Hasil uji F variabel ROE ................................................................................... 97
Tabel 4.21 Hasil uji F variabel BOPO ................................................................................ 98
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kondisi dan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan sejenisnya ................. 3
Gambar 1.2 Single bottom line VS Triple bottom line........................................................ 7
Gambar 1.3 Model Pelaporan Sustainability Report .......................................................... 10
Gambar 2.1 Lini masa standar GRI (G1 – GRI Standards) ................................................ 36
Gambar 2.2 Hubungan antar Variabel ................................................................................ 42
Gambar 2.3 Kerangka berfikir ............................................................................................ 62
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Variabel CAR ............................................................... 83
Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Variabel ROA ............................................................... 83
Gambar 4.3 Hasil Uji Normalitas Variabel ROE ................................................................ 84
Gambar 4.4 Hasil Uji Normalitas Variabel BOPO ............................................................. 84
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Indikator G4 ..................................................................................................... 119
Lampiran II Kinerja Keuangan BUS dan UUS Tahun 2014-2017 ..................................... 126
Lampiran III Pengungkapan CSR BUS dan UUS Tahun 2014-2017 ................................. 127
Lampiran IV Data penelitian .............................................................................................. 128
Lampiran V Data Hasil Penelitian ...................................................................................... 129
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Keberhasilan perekonomian di Indonesia ditopang dari peran penting sektor
perbankan, khususnya peran perbankan sebagai sumber pembiayaan usaha dan industri
dalam negeri. Fungsi utama bank sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dari
pihak ketiga atau masyarakat. Penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk
tabungan dan menyalurkan dana tersebut dalam bentuk pembiayaan secara efektif dan
efisien.
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia dimulai pada tahun 1992
ketika berdirinya Bank Umum Syariah (BUS, selnjutnya disebut BUS) di Indonesia, yaitu
Bank Muamalat Indonesia. Upaya mempercepat pertumbuhan perekonomian syariah di
Indonesia, pemerintah merubah UU Perbankan Syariah No.7 Tahun 1992 tentang
Perbankan menjadi UU No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Berisi tentang arahan bagi
bank konvesional dalam membuka Unit Usaha Syariah (UUS, selanjutnya disebut UUS)
atau mengkonversi menjadi BUS.
Hingga memasuki pertengahan tahun 2000 tidak banyak BUS yang di dirikan karena
hanya sebatas membuka UUS. Para pakar ekonomi berpendapat
bahwa UU No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan belum sepenuhnya
membahas tentang Perbankan Syariah. Oleh karena itu, pada tanggal 16 Juli 2008
pemerintah berhasil membuat suatu landasan hukum yang secara penuh dan
spesifik mengatur tentang Perbankan Syariah yaitu UU No.21 Tahun 2008. Undang-
undang ini mengatur secara khusus mengenai Perbankan Syariah, baik secara
kelembagaan maupun kegiatan usaha (Masrurroh & Mulazid, 2015).
2
Bank syariah membutuhkan dana pihak ketiga, dana pihak ke dua dan lain sebagainya
yang biasa disebut dengan investor. Seorang investor sebelum melakukan investasi pada
suatu perusahaan, perlu memastikan modal yang ditanamkan mampu memberikan tingkat
pengembalian (rate of return) yang diharapkan. Salah satu caranya dengan melihat
kinerja keuangan dari perusahaan tersebut. Rasio keuangan yang sering digunakan untuk
mengukur kinerja keuangan yaitu rasio profitabilitas dan solvabilitas (P.Rumengan,
G.B.Namgoy, 2017).
Bank syariah merupakan salah satu perusahaan yang memiliki kegiatan utama
menjalankan usaha dengan tujuan mendapatkan keuntungan dari kegiatan usaha yang
dijalankan melalui kebijkan pembiayaan kepada para nasabahnya. Perhatian bank syariah
masih rendah terhadap isu-isu sosial dan lingkungan seperti kerusakan lingkungan yang
di akibatkan dari proyek yang di biayai. Hal tersebut terbukti menurut Sejati & Prastiwi
(2015) yang menyatakan banyak perusahaan melakukan eksploitasi terhadap sumber
daya alam dan sumber daya manusia untuk meningkatkan keuntungan perusahaan.
Ketika keuntungan perusahaan terus meningkat, disisi lain kerusakan yang timbul akibat
proses produksi barang pun meningkat dan biaya eksternalitaspun meningkat.
Meningkatnya kesadaran masyarakat dan fenomena yang terjadi saat ini
menggambarkan dengan jelas bahwa perusahaan masa kini tidak bisa sekedar
memperhatikan profit saja namun harus mementingkan sosial dan lingkungan.
Kegiatan bisnis perusahaan menyebabkan kerusakan lingkungan. Seperti peristiwa
lumpur panas PT Lapindo Brantas di Sidoarjo yang masih belum selesai sampai sekarang
dan sangat merugikan masyarakat sekitar perusahaan yang menjadi korban. Masih banyak
kasus dari kegiatan usaha yang dilakukan seperti pabrik yang tidak mengelola limbahnya
dengan baik, sehingga mencermari lingkungan sekitar. Sebagai contoh menurut Robby
3
Irfany Maqoma (2018) dalam website Tempo.co yaitu tentang kerugian lingkungan 185
triliun akibat limbah freeport.
Beberapa contoh kerusakan lingkungan akibat operasional perusahaan diatas
diperkuat dengan data pengelolaan sampah menurut Badan Pusat Statistik (2018) :
Gambar 1.1
Gambar 1.1 menjelaskan bahwa selain pertambahan penduduk, perubahan pola konsumsi
penduduk di masing-masing wilayah mempengaruhi pertambahan timbunan sampah.
Gambar tersebut menunjukkan semakin tinggi pendapatan maka terjadi penambahan
timbunan sampah yang dihasilkan per orang per harinya.
Indonesia masuk dalam kategori lower middle income (World Bank), sebagai negara
yang perekonomiannya terus membaik, maka timbunan sampah yang dihasilkan akan
terus bertambah. Penambahan ini tidak dapat dihindari, oleh sebab itu perlu dilakukan
pengurangan dan penanganan sampah karena banyak permasalahan yang diakibatkan dari
sampah. Permasalahan secara langsung maupun tidak langsung, seperti pencemaran air,
udara, dan tanah, meningkatkan gas rumah kaca (GRK), sumber penyakit seperti diare,
bencana banjir dan permasalahan lainnya.
4
Pendekatan green economy diharapkan mampu menggantikan kebijakan - kebijakan
lingkungan yang pada masa lalu kerap difokuskan pada solusi jangka pendek. Pendekatan
green economy dipandang penting karena menekankan aspek pelestarian lingkungan dan
pertumbuhan ekonomi. Model pendekatan green economy juga dipandang penting karena
diharapkan mampu menjawab ketergantungan antara ekonomi dan ekosistem serta
dampak negatif akibat aktivitas ekonomi termasuk perubahan iklim dan pamanasan
global. Pentingnya kesadaran masyarakat untuk membangun perekonomian Indonesia
menjadi tujuan yang besar untuk mewujudkan kelancaran green economy.
Perusahaan, pemerintah, masyarakat dan para pelaku ekonomi juga harus faham,
bahwa konsep green economy akan membawa dampak positif jangka panjang bagi
perusahaannya. Saat konsep ini di terapkan maka kinerja perekonomian, kinerja dunia
usaha, kesejahteraan rakyat dan kelestarian lingkungan berkontribusi signifikan dalam
upaya global untuk mencegah pemanasan global dan perubahan iklim.
Konsep green economy menurut UNEP (2011) adalah ekonomi yang memiliki
pengaruh positif pada masyarakat kesejahteraan dan keadilan sosial, dengan mengurangi
risiko lingkungan dan konsumsi sumber daya alam. Konsep green economy diharapkan
dapat mengurangi kerugian lingkungan akibat operasional perusahaan. Begitu pula dalam
bank syariah, apabila pelaku perbankan syariah belum banyak menyadari bahwa kian
seriusnya isu-isu lingkungan dan sosial bisa berimplikasi buruk terhadap kinerja laba dan
keberlanjutan perkembangan industri perbankan di masa yang mendatang.
Betapa pentingnya konsep green economy untuk keberlanjutan bank syariah, menurut
Choudury (2012) dalam website Hidayatulah.com, jika konsep green economy tidak
diterapkan akan menyebabkan kerugian materi dan kerugian sosial-ekonomi. Antara lain
kewajiban pembayaran ganti rugi, pembiayaan macet akibat pencabutan izin usaha atau
boikot dari masyarakat atau konsumen, dan akan menurunkan citra bank syariah.
5
Direktur Perbankan Syariah BI, Ahmad Buchori (2013) dalam website Republika.co.id
mengatakan secara garis besar Peraturan Bank Indonesia mengenai green economy
meliputi kebijakan pada pembiayaan yang tidak merusak lingkungan, yang
meningkatkaan kesejahteraan sosial dan yang menegakkan prinsip keadilan.
Kasus-kasus diatas menunjukkan bank syariah harus menerapkan konsep green
economy karena secara langsung maupun tidak langsung bank syariah memiliki
hubungan dengan lingkungan alam dan masyarakat. Untuk mewujudkan green economy
bank syariah juga harus mulai bertanggung jawab mempertimbangkan atau memasukan
faktor yang memungkinan dapat merusak alam dalam penilaian kelayakan usaha nasabah
pembiayaannya. Menerapkan tingkat bagi hasil yang lebih tinggi untuk usaha ataupun
konsumsi barang yang tidak ramah lingkungan dan sebaliknya.
Konsep green economy yang dipertanggung jawabkan oleh bank syariah dalam hal
lingkungan dan masyarakat inilah yang dinamakan dengan tanggung jawab sosial
perusahaan atau Corporate Social Responsibiity (CSR selanjutnya di sebut CSR). Hal ini
sesuai dengan yang diungkapkan oleh Lako (2014: 68) bahwa para investor mendesak
dan mengarahkan manajemen perusahaan dalam menjalankan bisnis yang ramah sosial
dan lingkungan (green economy) yang diwujudkan dalam bentuk CSR.
Implementasi konsep green economy di kalangan perbankan syariah masih harus terus
diperjuangkan secara menyeluruh. Hal ini disebabkan oleh misi perbankan syariah yang
dalam usaha menyalurkan pembiayaan wajib melaksanakan tindakan yang tidak
merugikan diri dan nasabah. Pasal 36 UU No. 21 Th 2008 Tentang Perbankan Syariah
menyatakan “Dalam menyalurkan Pembiayaan dan melakukan kegiatan usaha lainnya,
Bank Syariah dan UUS wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan Bank Syariah
dan/atau UUS dan kepentingan Nasabah yang mempercayakan dananya” (Yasin, 2016).
Menurut Syadullah (2010: 215), dengan adanya peraturan tersebut terlihat adanya
6
pergeseran fungsi perbankan syariah dari lembaga intermediasi menjadi lembaga pencari
profit. Perbankan syariah lebih senang mencari untung secara cepat dengan
memanfaatkan konsumsi yang tumbuh di Indonesia. Hal tersebut menunjukkan bahwa
konsep green economy dalam bentuk CSR sangat penting untuk dilakukan oleh bank
syariah.
CSR yang dilakukan bank syariah bertujuan untuk mengembalikan dan
menyeimbangkan apa yang sudah dilakukan bank syariah yang berdampak negatif
terhadap lingkungan dan masyarakat. Bank syariah juga harus berperan aktif dalam
membangun dinamika di masyarakat dengan mengalokasikan dananya melalui CSR guna
memberikan kesan positif pada benak masyarakat.
CSR bukan lagi dilihat sebagai sentra biaya (cost center), melainkan sentra laba
(profit center) di masa mendatang. Melalui hubungan yang harmonis dan citra yang baik
maka masyarakat juga akan ikut menjaga eksistensi perusahaan (Wibisono, 2007: 35).
Hal tersebut akan membuat perusahaan berhasil apabila tidak hanya memperhatikan
profitnya saja namun memperhatikan kesejahteraan masyarakat dan peduli terhadap
lingkungannya.
CSR dapat dijalankan melalui Triple Bottom Line (TBL, selanjutnya disebut TBL).
TBL merupakan kerangka akuntansi dengan tiga bagian yaitu sosial, lingkungan dan
keuangan. Di bawah ini merupakan gambar perbedaan TBL dengan single bottom line,
dimana dalam konsep single bottom line perusahaan hanya bertujuan untuk mendapatkan
profit saja, tanpa memikirkan kondisi alam dan lingkungan sekitar.
Berikut merupakan gambar ilustrasi gambar single bottom line dan TBL di kutip
dalam Lailatul Ayu (2016) :
7
Gambar 1.2
Single bottom line VS Triple bottom line
Dari ilustrasi gambar diatas terlihat bahwa perusahan tidak lagi dihadapkan pada
tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu aspek ekonomi yang di
refleksikan dalam kondisi financial-nya saja, namun juga harus memperhatikan aspek
sosial dan lingkungannya (Wibisono, 2007: 33).
TBL sangat penting untuk keberlanjutan perusahaan yang diungkapkan melalui
laporan sustainability report, laporan ini dianggap penting sehingga perusahaan di
wajibkan untuk mengungkapkan laporan CSRnya. Kewajiban ini dimunculkan lewat
Undang-Undang no 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pada tanggal 20 Juli 2007,
Bab V Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Pasal 74 Ayat 1 menyebutkan
”Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan
sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan”.
Pelaku usaha menolak CSR dengan berbagai alasan, salah satunya yaitu CSR sebagai
kewajiban yang akan kian membebani perseroan dan akan mengurangi laba perseroan
untuk pemilik atau pemegang saham (Lako, 2014: 142).
Profit
8
CSR di Indonesia pada kalangan perbankan juga sudah cukup berkembang.
Kepedulian sosial perbankan mulai tampak nyata, dilihat dari fungsi sosial bank syariah
itu sendiri sesuai dengan UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah pasal 4 ayat 2
sebagai berikut “Selain menjalankan bisnis perbankan, Bank Syariah dan UUS dapat
menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang
berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya
kepada organisasi pengelola zakat, waqaf uang, serta dana CSR”.
Perbankan syariah telah diterima oleh masyarakat dan harus terus ditingkatkan
melalui kegiatan-kegiatan sosial agar bank syariah tetap di akui di tengah-tengah
masyarakat. Salah satu cara yang dilakukan oleh bank syariah untuk menyampaikan
aktivitas sosialnya dengan melakukan pengungkapan (disclosure) pada sustainability
report. Kewajiban pengungkapan laporan CSR berbanding terbalik dengan standar
akuntansi keuangan di Indonesia yang belum mewajibkan perusahaan untuk
mengungkapkan informasi sosial terutama informasi mengenai tanggung jawab
perusahaan terhadap lingkungan. Menurut Reni & Anggraini (2006) perusahaan hanya
dengan sukarela mengungkapkannya. Perusahaan akan mempertimbangkan biaya dan
manfaat yang akan diperoleh ketika mereka memutuskan untuk mengungkapkan informasi
sosial. Bila manfaat yang akan diperoleh lebih besar dibandingkan biaya yang dikeluarkan
untuk mengungkapkannya maka perusahaan akan dengan sukarela mengungkapkan
informasi tersebut.
Hal ini disebabkan masih lemahnya penegakan peraturan tentang
tanggung jawab sosial perusahaan. Dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) No 1 (revisi 2009) paragraf 12, yakni: “Entitas dapat pula menyajikan,
terpisah dari laporan keuangan, laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai
tambah (value added statement). Khususnya bagi industri dimana faktor lingkungan hidup
9
memegang peranan penting bagi industri yang menganggap karyawan sebagai kelompok
pengguna laporan yang memegang peranan penting. Laporan tambahan tersebut di luar
ruang lingkup Standar Akuntansi Keuangan.
Undang-Undang no 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas sudah mewajibkan
perusahaan untuk menjalankan kegiatan sosialnya dan belum di dukung oleh PSAK.
PSAK no 101 tentang penyusunan laporan keuangan syariah tahun 2004 paragraf 14
menyatakan“Apabila entitas syariah belum melaksanakan fungsi sosial secara penuh,
entitas syariah tersebut tetap harus menyajikan komponen laporan keuangan paragraf
11(e) dan (f)”. Dari pernyataan PSAK syariah yang belum mewajibkan membuat laporan
sosial hanya diharuskan menyajikan laporan keuangan saja. Hal ini membuat perusahaan
membuat laporan CSR hanya sebagai suatu laporan agar dipandang baik oleh masyarakat
dan menghindari konflik sosial. Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Retnaningsih
(2015) bahwa banyak perusahaan menggunakan CSR hanya sebagai marketing gimmick
untuk melakukan pengelabuan citra perusahaan belaka.
Perusahaan seharusnya sudah mengetahui bahwa manfaaat dari laporan CSR sangat
besar, seharusnya PSAK juga sudah mewajibkan setiap perusahaan membuat laporan
CSRnya. Terbukti dari beberapa penelitian yaitu studi Ariyani (2008) yang melaporkan
bahwa CSR berpengaruh positif secara signifikan terhadap profitabilitas, laba operasi, dan
abnormal return saham perusahaan. Para investor merespon positif terhadap publikasi
laporan keuangan perusahaan-perusahaan yang peduli CSR dibandingkan perusahaan-
perusahaan yang kurang peduli (Lako, 2011: 8).
Dari beberapa bukti empiris penelitian terdahulu membuktikan bahwa perusahaan
tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat dan lingkungan karena mempunyai hubungan
timbal balik antara perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Maka dari itu sangatlah
10
penting mengungkapkan laporan CSR perusahaan yang tertuang dalam sustainability
report. Laporan ini sangat penting bagi perusahaan dalam mempertanggung jawabkan
bisnis yang dijalankannya bukan hanya kepada para pemegang saham tetapi juga kepada
publik. Pengertian sustainability report menurut Lako (2014: 128) merupakan model
pelaporan dimana di dalamnya mengintegrasikan satu paket pelaporan sebagai berikut:
Gambar 1.3
Model Pelaporan sustainability Report
Diolah oleh penulis, menurut Andreas Lako (2014: 128)
Penyusunan beberapa laporan sustainability report tersebut menurut ISO 26000
memiliki Guidance Standard on Social Responsibility secara internasional. Guidance
Standard tersebut diantaranya dibuat oleh organisasi internasional independen seperti
Global Reporting Initiative (GRI, selanjutnya disebut GRI). GRI merupakan sebuah
organisasi standar internasional yang independen sebagai standar laporan CSR. Lembaga
pemerintah seperti Organization for Economic Coorperation and Development (OECD)
dan lembaga non-pemerintah seperti Caux Roundtables dan lain-lain (Wibisono, 2007:
37-38).
Menurut GRI (2016) dari berbagai standar guidance pelaporan, standar pelaporan
GRI mewakili praktik terbaik secara global dalam hal pelaporan dampak ekonomi,
lingkungan dan sosial kepada publik. Pelaporan keberlanjutan yang berdasarkan pada
Standar GRI memberikan informasi tentang kontribusi positif atau negatif organisasi bagi
pembangunan berkelanjutan. Hal tersebut sejalan dengan Wibisono (2007: 150) yang
pelaporan keuangan (financial reporting)
pelaporan sosial (social
reporting),
pelaporan lingkungan (Environme
ntal reporting)
pelaporan tata kelola korporasi (corporate governance reporting)
11
menyatakan bahwa Guidline yang paling banyak dijadikan rujukan dalam sustainability
report saat ini adalah GRI. GRI membuat sustainability reporting guideline yang
memberikan petunjuk pembuatan laporan dengan memperhatikan aspek ekonomi, sosial
dan lingkungan.
Sustainability report yang mengunakan guideline GRI mengalami beberapa
perubahan koding dan tata cara pelaporan, terbukti menurut Semerdanta Pusaka (2017)
dalam majalah CSR yang menjelaskan bahwa GRI melakukan revisi terhadap panduan
laporan keberlanjutan dalam kurun waktu tertentu. Berawal dari GRI G2 atau versi 2
diterbitkan pada tahun 2002. Kemudian GRI G3, GRI G3.1, GRI G4 diluncurkan
berurutan pada tahun 2007, 2011, dan 2014. Pada tahun 2016 G4 melakukan revisi
menjadi GRI standar yang di luncurkan di Indonesia pada tahun 2017 dan akan mulai
efektif pada 1 juli 2018.
UNEP (2018) menyampaikan bahwa bank memiliki peran kunci dalam masyarakat
sebagai perantara keuangan. Bank memiliki tujuan untuk membantu mengembangkan
ekonomi berkelanjutan dan memberdayakan orang untuk membangun masa depan yang
lebih baik. Peran bank tidak hanya berorientasi pada profit, melainkan juga melihat
dampak sosial dan lingkungan sekitar. Sesuai dengan tujuan dari green economy yang di
ungkapkan oleh UNEP di dalam buku Andreas Lako (2014: 24) yang menyatakan bahwa
green economy sebagai konsep ekonomi yang dapat menghasilkan keadilan sosial dan
perbaikan kehidupan manusia yang lebih baik secara signifikan dapat mengurangi risiko
lingkungan dan kelangkaan sumber ekologis.
Pengungkapan laporan sustainability report sangat penting dan berpengaruh
terhadap kinerja keuangan, karena di dalamnya mengungkapkan laporan ekonomi, sosial
dan lingkungan. Pengaruh tersebut di buktikan dengan penelitian mengenai pengaruh
pengungkapan CSR dengan menggunakan standar GRI yang telah digunakan secara luas
12
oleh perusahaan-perusahaan. Penerapan GRI pada industri perbankan dan perusahaan juga
telah dilakukan pada penelitian terdahulu, dimana penelitian tersebut menjelaskan
seberapa besar pengaruh dari pengungkapan CSR terhadap beberapa variabel diantaranya
pada tabel berikut :
Tabel 1.1
Data penelitian terdahulu
Variabel
Independent
Peneliti Hasil
Pengungkapan
CSR
Sari (2006) Berpengaruh negatif terhadap ROA di
Indonesia dan berpengaruh positif
terhadap ROA di Malaysia
Cheng (2011) Berpengaruh signifikan terhadap
Abnormal Return
Pengungkapan
CSR
Rumengan (2017) Berpengaruh negatif terhadap ROE dan
tidak berpengaruh signifikan terhadap
ROI
Gantino (2016) Berpengaruh positif signifikan terhadap
ROA, ROE dan Price Book Value
(PBV)
Wijayanti (2016) Berpengaruh positif signifikan terhadap
ROA
Rosdwianti (2016) Berpengaruh signifikan terhadap ROA,
ROE, dan Earning per Share.
Suciwati (2016) Berpengaruh positif dan signifikan
terhadap ROA dan ROE
Rafianto (2015) Secara simultan ataupun parsial tidak
berpengaruh siginifikan terhadap ROA,
ROE dan Earning per
Share
13
Variabel
Independent
Peneliti Hasil
Angelia (2015) Tidak berpengaruh terhadap BOPO dan
profitabilitas perusahan
Astuti (2015) Tidak berpengaruh terhadap abnormal
return dan volume perdagangan yang tak
terduga
Sejati (2015) Tidak memiliki hubungan yang
signifikan pada kinerja perusahaan dan
nilai perusahaan.
Novianto (2014) Tidak memiliki pengaruh terhadap
kinerja keuangan perusahaan baik secara
parsial maupun secara simultan
Mustafa (2014) Tidak berpengaruh terhadap kinerja
keuangan
Berbagai hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa pengungkapan CSR
dengan menggunakan standar indeks GRI yang dihubungkan dengan berbagai variabel
menunjukkan hasil yang berbeda-berbeda, dimana hasil penelitian terdahulu ada yang
menyatakan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh signifikan baik positif maupun
negatif. Akan tetapi pada penelitian lain hasilnya tidak berpengaruh signifikan.
Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian lanjutan, yang diharapkan dapat menunjukkan hasil terbaru dari variabel-
variabel diatas yang berjudul “Pengaruh pengungkapan CSR terhadap kinerja keuangan
perbankan syariah di Indonesia: aspek indikator ekonomi, lingkungan dan sosial”.
14
1.2.Fokus Permasalahan
1.2.1. Batasan Masalah
Banyak permasalahan yang ada, perlu dilakukan pembatasan masalah agar
penulis lebih fokus pada satu permasalahan. Dalam penelitian ini, penulis
membatasi pembahasan pada seberapa besar pengaruh pengungkapan CSR
terhadap kinerja keuangan yang di proksikan dengan CAR, ROA, ROE, BOPO
menggunakan GRI4 pada BUS dan UUS di Indonesia tahun pengungkapan 2014-
2017.
1.2.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan penulis diatas,
maka permasalahan yang penulis rumuskan adalah sebagai berikut :
a. Seberapa besar pengungkapan CSR menggunakan GRI4 pada indikator
ekonomi berpengaruh terhadap kinerja keuangan?
b. Seberapa besar pengungkapan CSR menggunakan GRI4 pada indikator
lingkungan berpengaruh terhadap kinerja keuangan?
c. Seberapa besar pengungkapan CSR menggunakan GRI4 dan pada indikator
sosial berpengaruh terhadap kinerja keuangan?
1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan ini untuk yaitu :
a. Untuk mengumpulkan bukti empiris mengenai pengungkapan CSR
menggunakan GRI4 pada indikator ekonomi berpengaruh terhadap kinerja
keuangan.
15
b. Untuk mengumpulkan bukti empiris mengenai pengungkapan CSR
menggunakan GRI4 pada indikator lingkungan berpengaruh terhadap kinerja
keuangan.
c. Untuk mengumpulkan bukti empiris mengenai pengungkapan CSR
menggunakan GRI4 pada indikator sosial berpengaruh terhadap kinerja
keuangan.
1.3.2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Adapun manfaat teoritisnya yaitu :
1) Menambah ilmu pengetahuan tentang green economy dalam kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan khususnya mengenai kelengkapan
pengungkapan CSR berdasarkan Indeks GRI4.
2) Menambah pengembangan teori dan pengetahuan di bidang akuntansi,
mengenai kelengkapan penyusunan laporan keuangan.
3) Menambah pengetahuan mengenai kinerja keuangan
4) Untuk menambah pengetahuan betapa pentingnya green economy untuk
keberlanjutan perusahaan.
b. Manfaat Praktis
1) Investor
Adapun manfaat praktis dari penulisan ini yaitu memberikan masukan
untuk proses pengambilan keputusan dalam melakukan investasi pada
perusahaan-perusahaan tertentu, dan untuk mempertimbangkan berbagai
faktor guna melindungi kepentingannya termasuk keputusan berinvestasi
16
pada perusahan yang melaporkan kegiataan CSR berdasarkan Indeks
GRI4.
2) Bank syariah
Agar bank syariah mendapatkan kepercayaan dari stakeholder dan
masyarakat sehingga perusahaan akan mendapatkan profitabilitas yang
berkelanjutan.
3) Penelitian selanjutnya
Agar peneliti selanjutnya memiliki referensi untuk melakukan
penelitian lebih mendalam mengenai pengaruh pengungkapan CSR
menggunakan GRI4 terhadap kinerja keuangan dengan berbagai variabel
yang berbeda.
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Laporan keuangan
2.1.1. Definisi Laporan Keuangan
Suatu kegiatan usaha (bisnis) yang dijalankan oleh suatu perusahaan tentu
memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh pemilik dan manajemen.
Agar usaha yang dijalankan dapat dipantau perkembangannya setiap
perusahaan harus mampu membuat catatan, pembukuan, dan laporan yang
dibuat baik dalam periode tertentu yang biasa disebut dengan laporan
keuangan. Berikut pengertian laporan keuangan dari beberapa pendapat
diantaranya yaitu:
Kasmir (2012: 7) laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan
kondisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu (untuk neraca) dan periode
tertentu (untuk laporan laba rugi). Laporan keuangan dibuat 3 bulan atau enam
bulan untuk kepentingan internal perusahaan. Sementara untuk laporan yang
lebih luas di buat satu tahun satu kali.
PSAK No.1 Tahun 2014 menyampaikan bahwa tujuan laporan keuangan
adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan
arus kas entitas. Laporan keuangan juga bermanfaat bagi sebagian besar
kalangan pengguna laporan, untuk pengambilan suatu keputusan ekonomi yang
menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas pengguna sumber daya
yang dipercayakan kepadanya.
18
2.1.2. Pengungkapan Laporan Keuangan
Pengungkapan laporan keuangan perusahaan yang di tuangkan melalui
laporan tahunan (Annual Report) tujuannya agar informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan dapat dipahami dan tidak menimbulkan salah
interpretasi. Maka penyajian laporan keuangan harus disertai dengan
pengungkapan yang cukup.
Pengertian pengungkapan menurut Kartika (2009) dapat didefinisikan
sebagai penyampaian informasi (the releas of information). Pengungkapan
laporan keuangan merupakan suatu media pertanggungjawaban perusahaan
kepada investor yang berguna untuk memudahkan pengambilan keputusan
alokasi sumber daya ke usaha-usaha yang paling produktif.
Pengungkapan laporan keuangan juga memiliki beberapa tujuan yang di
sampaikan oleh Kartika (2009) bahwa tujuan pengungkapan laporan keuangan
diantaranya sebagai berikut :
a. Menjelaskan item-item yang diakui dan untuk menyediakan ukuran yang
relevan bagi item-item tersebut, selain ukuran dalam laporan keuangan,
b. Menjelaskan item-item yang belum diakui dan untuk menyediakan ukuran
yang bermanfaat bagi item-item tersebut,
c. Untuk menyediakan informasi untuk membantu investor dan kreditur dalam
menentukan risiko dan item-item yang potensial untuk diakui dan yang
belum diakui,
d. Untuk menyediakan informasi penting yang dapat digunakan oleh
pengguna laporan keuangan untuk membandingkan antar perusahaan dan
antar tahun,
19
e. Untuk menyediakan informasi mengenai aliran kas masuk dan keluar di
masa mendatang dan
f. Untuk membantu investor dalam menetapkan return dan investasinya.
2.1.3. Reformasi Pelaporan
Pandangan mengenai laporan keuangan yang hanya menitik beratkan pada
profit dan angka saja, perlu melakukan reformasi atau pembaharuan. Dalam
penyampaian laporan keuangan seharusnya bukan hanya menyajikan laporan
keuangan saja, namun juga memadukan antara sosial dan lingkungan. Sejalan
yang disampaikan oleh Lako (2011: 152-153) bahwa perusahaan dalam pelaporan
keuangannya kurang responsif terhadap dinamika lingkungan bisnis yang
berkembang begitu cepat. Pengabaian laporan CSR adalah salah satu contohnya.
Perlu adanya konsep untuk menyatukan antara laporan keuangan, sosial dan
lingkungan. Lako (2011: 152-153) menyampaikan kerangka konseptual akuntansi
yaitu Generally Accepted Accounting Principles (GAAP yang selanjutnya disebut
sebagai GAAP) yang mengekang koorperasi selama ini harus segera di reformasi.
Ada dua area yang perlu di reformasi yaitu :
a. Reformasi paradigma akuntansi yang menganggap bahwa masyarakat dan
lingkungan bukanlah bagian dari mata rantai stakeholder dominan dan
berada diluar area kendali perusahaan. Paradigma itu menyesatkan karena
masyarakat dan lingkungan adalah pilar utama penopang kehidupan
ekonomi suatu korporasi (Elkington, 2001). Karena itu masyarakat (people)
dan lingkungan (planet) harus dimasukkan dalam mata rantai stakeholder
dan bussiness entity. Karena merupakan pilar pencipta nilai dan
20
menentukan prospek, risiko dan berkelanjutan suatu bisnis dalam jangka
panjang.
b. Reformasi asumsi akuntansi bahwa masyarakat dan lingkungan adalah
beban (expense), sulit diukur nilainya serta tidak “material” disajikan dalam
laporan keuangan. Asumsi itu juga menyesatkan karena masyarakat dan
lingkungan adalah aset terpenting dalam korporasi dan bisa diukur nilainya.
Informasi masyarakat, lingkungan juga “material” dan relevan untuk di
laporkan dalam laporan keuangan. Karena bisa mempengaruhi persepsi dan
perilaku keputusan pelaku pasar serta nilai perusahaan. Studi Ariyani
(2008) memperkuat keyakinan itu. Perusahaan perlu mengadopsi model
sustainability Reporting dari Global Reporting Initiative (1999) atau
mengadopsi Triple Bottom Line Reporting dari Elkington (1997) sebagai
basis pelaporan keuangan yang ramah CSR.
2.2. Corporate Social Responsibility (CSR)
2.2.1. Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR)
Konsep CSR semakin populer, namun konsep CSR ini belum memiliki
definisi yang baku, sehingga CSR memiliki arti yang sangat luas dan
beragam.
Berikut beberapa pengertian CSR dari beberapa sumber yaitu :
a. Menurut Santoso (2017) secara etimologis CSR dapat diartikan sebagai
tanggung jawab sosial perusahaan atau korporasi.
b. Menurut The World Business Council for Sustainable Development
(WBCSD), CSR didefinisikan sebagai komitmen dunia usaha untuk terus
menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi
21
untuk peningkatan ekonomi. Bersamaan dengan peningkatan kualitas
hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas
komunitas lokal dan maasyarakat secara lebih luas (Lako, 2011: 27).
c. Menurut World Bank, CSR sebagai komitmen bisnis untuk berkontribusi
pada pembangunan ekonomi berkelanjutan yang bekerja dengan karyawan
dan perwakilan mereka masyarakat setempat dan masyarakat pada
umumnya untuk meningkatkan kualitas hidup, dengan cara-cara yang baik
untuk bisnis dan pengembangannya (Wibisono, 2007: 7).
d. Sedangkan menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun
2007 pasal satu butir tiga adalah sebagai berikut: “Tanggung Jawab Sosial
dan Lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam
pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas
kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri,
komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.”
Beberapa pengertian CSR diatas masih memerlukan kajian tersendiri
untuk mencari pengertian secara baku. Meskipun CSR belum memiliki
definisi tunggal, konsep ini menawarkan sebuah kesamaan yaitu
keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis dan perhatian
terhadap aspek sosial serta lingkungan.
2.2.2. Manfaat Coorporate Sosial Responsibility (CSR)
CSR yang di jalankan perusahaan diharapkan tidak hanya mengejar
keuntungan jangka pendek. Namun juga harus memiliki manfaat bagi
peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat serta lingkungan
22
jangka panjang. Ada beberapa manfaat CSR menurut Lako (2011: 90) yaitu
sebagai berikut :
a. Sebagai investasi sosial yang akan menjadi sumber keunggulan kompetitif
untuk mencapai profitabilitas dan kinerja keuangan perusahaan yang baik
dalam jangka panjang.
b. Meningkatkan akuntabilitas dan apresiasi positif dari Stake holder atau
pemangku kepentingan serta meningkatnya komitmen, etos kerja,
efisiensi, dan produktivitas karyawan.
c. Menurunnya tingkat gejolak sosial dari masyarakat sekitarnya karena
merasa diperhatikan dan dihargai perusahaan.
d. Meningkatnya reputasi, kepercayaan dan nilai perusahaan dalam jangka
panjang.
2.2.3. Faktor - Faktor Peyebab Pentingnya CSR
CSR sangat penting kaitannya dengan perusahaan atau organisasi bisnis
karena setiap perusahaan harus mempunyai tanggung jawab terhadap
lingkungan ataupun masyarakat. Melalui berbagai kegiatan yang tujuannya
untuk mengembangkan lingkungan serta memperbaiki kehidupan masyarakat.
Menurut Sulistyaningtyas (2017) menyampaikan berbagai macam faktor yang
menjadi penyebab pentingnya CSR dalam lingkup organisasi, diantaranya
yaitu:
a. Konsumen dan investor membutuhkan gambaran mengenai tanggung
jawab organisasi terhadap isu sosial dan lingkungannya,
23
b. Sebagai bagian dalam etika berorganisasi, maka dibutuhkan tanggung
jawab organisasi untuk dapat mengelola organisasi dengan baik (lebih
layak dikenal dengan good corporate governance),
c. Perusahaan dianggap memenuhi standard etika berorganisasi, ketika
organisasi tersebut peduli pada lingkungan dan masalah sosial;
d. Tanggung jawab sosial dianggap menaikkan reputasi perusahaan sehingga
mengurangi kerugian yang berpotensi terjadi pada perusahaan.
CSR bukan saja upaya menunjukkan kepedulian sebuah organiasasi pada
persoalan sosial dan lingkungan, namun juga dapat menjadi pendukung
terwujudnya pembangunan yang berkesinambungan dengan menyeimbangan
aspek ekonomi dan pembangunan sosial yang didukung dengan perlindungan
lingkungan hidup.
2.2.4. Teori Coorporate Sosial Responsibility (CSR)
Ada beberapa teori yang digunakan dalam CSR diantaranya yaitu:
a. Teori Stakeholder
Konsep pertanggung jawaban sosial perusahaan telah mulai
dikenal sejak awal 1970an, yang secara umum di kenal dengan teori
stakeholder artinya sebagai kumpulan kebijakan dan praktik yang
berhubungan dengan stakeholder. Nilai-nilai pemenuhan ketentuan
hukum, penghargaan masyarakat dan lingkungan, serta komitmen
dunia usaha untuk berkontribusi dalam pembangunan secara
berkelanjutan (Mantaputri & Widodo, 2016).
Perusahaan cenderung aktif untuk mengutamakan kepentingan
sebagian kecil stakeholder, sehingga kepentingan dari stakeholder
lainya terabaikan. (Ghozali & Chairiri, 2007) menulis artikel di New
24
York Times Magazine yang Mengklaim tentang perusahaan-perusahaan
hanya berikir bagaimana memperoleh keuntungan. Sedangkan masalah
lainya seperti halnya peningkatan kemakmuran masyarakat itu lebih baik di
serahkan kepada pemerintah saja. Hal ini memunculkan gagasan yang
dinamakan teori stakeholder.
Menurut Ghozali et al (2007) Stakeholder theory adalah teori yang
menyatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi
untuk kepentingan sendiri, tetapi juga harus memberikan manfaat kepada
seluruh stakeholders-nya. Stakeholder pada dasarnya dapat
mengendalikan atau memiliki kemampuan untuk mempengaruhi
pemakaian sumber-sumber ekonomi yang di gunakan perusahaan. Oleh
karena itu menurut Ghozali et al (2007) ”ketika stakeholder
mengendalikan sumber ekonomi yang penting bagi perusahaan, maka
perusahaan akan bereaksi dengan cara-cara yang memuaskan stakeholder”.
b. Teori Legitimasi
Teori lain yang melandasi CSR adalah teori legitimasi, menurut
Dipraja (2015) teori legitimasi merupakan hal yang penting dalam
perkembangan perusahaan kedepanya. Perlunya perusahaan memperoleh
legitimasi dari seluruh stakeholders dikarenakan adanya batasan-batasan
yang di buat dan di tekankan oleh norma-norma dan nilai-nilai social.
Reaksi terhadap batasan tersebut mendorong pentingnya analisis
perilaku organisasi dengan memperlihatkan lingkungan.
Teori legitimasi memfokuskan pada kewajiban perusahaan untuk
memastikan bahwa mereka beroperasi dalam bingkai dan norma yang
25
sesuai dalam lingkungan masyarakat dimana perusahaan itu berdiri.
Perusahaan memastikan aktifitas yang dilakukan di terima sebagai sesuatu
yang “sah” (Dipraja, 2015).
Praktek CSR yang dilakukan perusahaan bertujuan untuk
menyelaraskan diri dengan norma masyarakat. Dengan adanya
pengungkapan CSR yang baik, maka di harapkan perusahaan akan
mendapat legitimasi dari masyarakat sehingga dapat meningkatkan kinerja
yang bertujuan untuk pencapaian keuntungan perusahaan (Dipraja, 2015).
Namun teori legitimasi menurut Mantaputri & Widodo (2016)
menyatakan bahwa jika profitability suatu perusahaan memperoleh laba
yang tinggi, maka perusahaan tidak perlu melaporkan informasi
keuangan sehingga dapat menimbulkan atau mengganggu sistematika
pelaporan keuangan suatu perusahaan tersebut.
c. Teori Agensi
Menurut Rokhlinasari (2007) teori agensi menggambarkan perusahaan
sebagai suatu titik temu antara pemilik perusahaan (principal) dengan
manajemen (agent). Jensen dan Meckling 1976, dalam Theory of firm:
managerial behaviour, agency cost and ownership structure menyatakan
bahwa hubungan keagenan merupakan sebuah kontrak yang terjadi antara
manajer dengan pemilik perusahaan.
Terjadinya konflik kepentingan antara pemilik dan agen karena
kemungkinan agen bertindak tidak sesuai dengan kepentingan prinsipal
sehingga memicu biaya keagenan (agency cost). Teori agensi menjelaskan
potensi konflik kepentingan diantara berbagai pihak yang berkepentingan
26
dalam perusahaan tersebut. Konflik kepentingan ini terjadi dikarenakan
perbedaan tujuan dari masing-masing pihak berdasarkan posisi dan
kepentingan terhadap perusahaan. Sebagai agen, manajer bertanggungjawab
secara moral untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik. Manajer juga
menginginkan untuk selalu memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak.
Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda di dalam
perusahaan di mana masing-masing pihak berusaha untuk mencapai atau
mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki. Asimetri informasi
antara manajemen dengan pemilik perusahaan dapat memberikan
kesempatan kepada manajer untuk melakukan tindakan oportunis. Seperti
manajemen laba (earnings management) mengenai kinerja ekonomi
perusahaan sehingga dapat merugikan pemilik (pemegang saham). Dengan
adanya masalah agensi yang disebabkan karena konflik kepentingan dan
asimetri informasi ini, maka perusahaan harus menanggung biaya keagenan
(agency cost).
(Rokhlinasari, 2007) juga menyampaikan bahwa Agency cost
merupakan biaya yang dikeluarkan oleh prinsipal untuk biaya pengawasan
terhadap agen, pengeluaran yang mengikat oleh agen, dan adanya residual
loss. Adanya penyimpangan antara keputusan yang diambil agen dan
keputusan yang akan meningkatkan kesejahteraan prinsipal akan
menimbulkan kerugian atau pengurangan kesejahteraan prinsipal. Nilai
uang yang timbul dari adanya penyimpangan tersebut disebut residual loss.
Perusahaan yang melakukan pengungkapan informasi tanggung jawab
sosial dalam hal ini adalah corporate environmental disclosure memiliki
27
tujuan untuk membangun image positif terhadap perusahaan dan
mendapatkan perhatian dari masyarakat.
Dalam rangka memberikan informasi pertanggungjawaban sosial
perusahaan memerlukan biaya, sehingga laba yang dilaporkan dalam
tahun berjalan menjadi lebih rendah. Ketika perusahaan menghadapi biaya
pengawasan dan biaya kontrak yang rendah dan visibilitas politis yang
tinggi akan cenderung untuk mengungkapkan informasi
pertanggungjawaban sosial. Jadi pengungkapan informasi
pertanggungjawaban sosial berhubungan positif dengan kinerja sosial,
kinerja ekonomi dan visibilitas politis dan berhubungan negatif
dengan biaya pengawasan dan biaya kontrak (biaya keagenan)
(Rokhlinasari, 2007).
Menurut (Rokhlinasari, 2007), Berdasarkan teori agensi, perusahaan
yang menghadapi biaya pengawasan dan biaya kontrak yang rendah
cenderung akan melaporkan laba bersih rendah. Perusahaan akan
mengeluarkan biaya-biaya untuk kepentingan manajemen salah satunya
biaya yang dapat meningkatkan reputasi perusahaan di mata masyarakat.
Kemudian sebagai wujud pertanggungjawaban, manajer sebagai agen akan
berusaha memenuhi seluruh keinginan pihak prinsipal dengan melakukan
corporate environmental disclosure sebagai tindakan CSR.
Corporate environmental disclosure merupakan sinyal yang dapat
mengalihkan perhatian pemegang saham dari pengawasan manipulasi laba
atau isu-isu lainnya. Hasilnya harga saham di pasar modal akan meningkat
seiring meningkatnya kepercayaan pemegang saham terhadap transparansi
informasi yang diungkapkan oleh perusahaan.
28
2.3. Sustainability Report (SR)
Laporan CSR memerlukan penyajian yang mencakup ekonomi, sosial dan
lingkungan yang biasa disebut dengan laporan sustainability report, namun belum ada
definisi baku mengenai sustainability report tersebut. Ada beberapa pengertian
mengenai sustainability report yaitu sebagai berikut :
a. Menurut Andreas Lako (2014: 128) sustainability report merupakan model
pelaporan informasi korporasi kepada para pemangku kepentingan (stakeholder).
Pemangku kepentingan ini yang juga mengintegrasikan pelaporan keuangan
(financial reporting) dengan pelaporan sosial (social reporting), pelaporan
lingkungan (Environmental reporting), dan pelaporan tata kelola korporasi
(corporate governance reporting) secara terpadu dalam satu paket laporan.
b. Menurut GRI (2018) sustainability report adalah laporan yang diterbitkan oleh
perusahaan atau organisasi tentang dampak ekonomi, lingkungan, dan sosial yang
disebabkan oleh kegiatan sehari-hari. Laporan keberlanjutan juga menyajikan
nilai-nilai dan model tata kelola perusahaan. Laporan tersebut menunjukkan
hubungan antara strategi dan komitmennya terhadap ekonomi global yang
berkelanjutan.
GRI (2018) juga menyampaikan bahwa Pelaporan keberlanjutan dapat
dianggap sebagai sinonim dengan istilah lain untuk pelaporan non-keuangan,
pelaporan triple bottom line, pelaporan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR),
dan banyak lagi. Laporan ini juga merupakan elemen intrinsik dari pelaporan
terintegrasi, perkembangan yang lebih baru yang menggabungkan analisis kinerja
keuangan dan non-keuangan.
c. Menurut website Sustainable Report (2007) sustainability report atau laporan
keberlanjutan merupakan bentuk laporan yang dilakukan oleh suatu perusahaan
29
dalam rangka untuk mengungkapkan (disclosure) atau mengkomunikasikan
kepada seluruh pemangku kepentingan. Mengenai kinerja Lingkungan, Sosial
dan Tata kelola yang baik secara akuntabel. Pengungkapan sustainability
reporting di Indonesia saat ini masih sebatas bersifat sukarela (voluntary).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa
Sustainability report merupakan sebuah laporan berkelanjutan dimana yang
disampaikan di dalam laporan tersebut bukan hanya tentang ekonomi namun juga
menyajikan pelaporan lingkungan dan sosial.
2.4. Global Reporting Initiative (GRI)
2.4.1. Pengertian GRI
Pengugkapan laporan keuangan memerlukan sebuah pedoman atau
indikator pengungkapan. Indikator yang sering digunakan untuk
pengungkapan pelaporan sustainability report adalah standar Global
Reporting Initiative (GRI, selanjutmya disebut GRI). Pengertian GRI menurut
website GRI (2018), merupakan standar global pertama dan paling banyak
diadopsi untuk pelaporan keberlanjutan.
Menurut Wibisono (2007) GRI adalah guideline yang memberi petunjuk
pembuatan laporan dengan memperhatikan aspek ekonomi, sosial dan
lingkungan. GRI digunakan sebagai indikator pembuatan laporan
sustainability report.
2.4.2. Tujuan GRI
Tujuan GRI sebagai guidance sustainability report agar dalam pembuatan
laporannya memiliki guidance yang menyesuaikan perusahaan penggunanya.
30
Berikut merupakan beberapa tujuan dari GRI sebagai guidance sustainability
report menurut website GRI (2018) yaitu :
a. Untuk mengungkapkan informasi keberlanjutan serta membantu
mengidentifikasi dan mengelola risiko jangka panjang.
b. Mendukung perusahaan publik, swasta, besar dan kecil untuk membuat
pelaporan dengan Standar yang melindungi lingkungan dan meningkatkan
kepedulian masyarakat.
c. Untuk meningkatkan hubungan pemerintahan dan pemangku kepentingan,
meningkatkan reputasi dan membangun kepercayaan sehingga
meningkatkan profitabilitas perusahaan.
d. Untuk mewujudkan kesejahteraan sosial, melalui pekerjaan yang lebih
baik, kerusakan lingkungan yang kurang, akses ke air bersih, lebih sedikit
anak dan kerja paksa, dan kesetaraan jender.
2.4.3. Sejarah GRI
Berikut merupakan sejarah organisasi GRI di mulai sejak pertama kali
GRI didirikan, menurut website GRI (2018) yaitu sebagai berikut :
4.1.1.1.Tahun 1997
Tahun 1997 merupakan cikal bakal GRI, dimana GRI didirikan
di Boston, AS. Akarnya terletak di organisasi nirlaba AS. Koalisi
ekonomi yang bertanggung jawab terhadap Lingkungan yaitu
Coalition for Environmentally Responsible Economies (CERES,
selanjutnya disebut CERES). Program Lingkungan PBB United
Nations Environment Programme (UNEP, selanjutnya disebut UNEP)
juga terlibat dalam pembentukan GRI.
31
4.1.1.2.Tahun 1998
Pada tahun 1998 GRI membentuk komite pengarah multi-
stakeholder untuk mengembangkan panduan organisasi. Komite
Pengarah menyarankan untuk "melakukan hal lain dari lingkungan".
Atas saran ini, ruang lingkup kerangka GRI diperluas untuk
memasukkan isu-isu sosial, ekonomi, dan tata kelola. Panduan GRI
menjadi kerangka pelaporan keberlanjutan dengan pedoman pelaporan.
4.1.1.3.Tahun 2000
Pada tahun 2000 GRI meluncurkan versi pertama dari
Pedoman, mewakili kerangka global pertama (G1) untuk pelaporan
keberlanjutan yang komprehensif.
4.1.1.4.Tahun 2001
Pada tahun 2001 atas saran dari Komite Pengarah GRI, CERES
membentuk GRI menjadi lembaga nirlaba independen yang terpisah.
4.1.1.5.Tahun 2002
GRI pindah ke Amsterdam, Belanda dan secara resmi
diresmikan sebagai organisasi berkolaborasi dengan UNEP di hadapan
Sekjen PBB saat itu, yaitu Kofi Annan. Ernest Ligteringen diangkat
sebagai Chief Executive GRI. Generasi kedua dari pedoman Global
Reporting Initiative 2 (G2, selanjutnya disebut G2) diluncurkan pada
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT, selanjutnya disebut KTT) dunia
tentang pembangunan berkelanjutan di Johannesburg.
4.1.1.6.Tahun 2003
Tahun 2003 GRI meluncurkan Program Stakeholder organisasi
yang memungkinkan organisasi terpilih mendukung inti GRI dan
32
pertemuan awal dari GRI Stakeholder Council (SC, selanjutnya disebut
SC). Tujuan SC adalah untuk bertindak sebagai forum kebijakan
pemangku kepentingan formal dalam struktur tata kelola GRI. Fungsi
tata kelola utama SC termasuk penunjukan anggota Dewan dan
membuat rekomendasi mengenai kebijakan, perencanaan dan kegiatan
bisnis di masa depan.
4.1.1.7.Tahun 2005
Tahun 2005 Komite Penasihat Teknis GRI (TAC/Technical
Assistance Contrac, selanjutnya disebut TAC) diluncurkan untuk
membantu Dewan dan sekretariat GRI dalam menjaga kualitas dan
koherensi keseluruhan Kerangka GRI dengan memberikan saran dan
keahlian teknis tingkat tinggi.
4.1.1.8.Tahun 2006
Permintaan untuk panduan pelaporan keberlanjutan GRI terus
berkembang dan ini semakin didorong oleh peluncuran Panduan
generasi ketiga, Global Reporting Initiative 3 (GRI3, Selanjutnya
disebut G3). Pada tahun 2006 lebih dari 3.000 ahli dari bisnis,
masyarakat sipil dan gerakan buruh berpartisipasi dalam
pengembangan G3.
4.1.1.9.Tahun 2007
Tahun 2007 Fokus utama GRI yaitu publikasi pendidikan,
penelitian dan pengembangan sering di lakukan. GRI juga Bekerja
sama dengan lembaga akademik, pusat keunggulan global dan badan
pengaturan standar lainnya.
33
Pada tahun ini, GRI meluncurkan layanan tingkat aplikasi.
Sebuah inisiatif baru yang diberikan kepada organisasi untuk
memeriksa bahwa laporan keberlanjutan memiliki kumpulan dan
jumlah pengungkapan yang diperlukan untuk memenuhi tingkat
aplikasi yang dinyatakan sendiri oleh organisasi.
4.1.1.10. Tahun 2008
Tahun 2008 GRI merilis Pedoman Sektor pertama untuk sektor
jasa keuangan. Penjangkauan GRI semakin berkembang ketika
membentuk aliansi dengan piagam Bumi yaitu sebuah deklarasi
prinsip-prinsip etika fundamental untuk membangun masyarakat global
yang adil, berkelanjutan dan damai. Sebagai bagian dari aliansi, GRI
menerbitkan dokumen yang merinci sinergi antara pedoman G3 dan
piagam Bumi. Piagam Bumi, GRI, dan Global Compact yaitu Panduan
untuk Pengguna tentang sinergi dalam aplikasi.
4.1.1.11. Tahun 2009
Tahun 2009 layanan untuk pengguna GRI diperluas hingga
mencakup sertifikasi perangkat lunak, dalam bentuk program
perangkat lunak dan alat bersertifikasi GRI. Program ini bertujuan
untuk memastikan bahwa konten GRI dalam perangkat lunak dan alat
digital digunakan secara akurat.
4.1.1.12. Tahun 2010
Tahun 2010 GRI melihat rilis sejumlah publikasi yaitu GRI dan
International Organization for Standardization (ISO, selanjutnya
disebut ISO 26000) dalam Mempromosikan transparansi dan
keberlanjutan.
34
Memorandum of Understanding (MOU) antara GRI dan Global
compact PBB ditandatangani selama konferensi. Sebagai bagian dari
MOU, GRI akan mengintegrasikan 10 prinsip Global Compact dan
mengeluarkan area secara terpusat dalam literasi berikutnya dari
pedoman pelaporan keberlanjutan. Global Compact setuju untuk
mengadopsi pedoman GRI sebagai kerangka pelaporan yang
disarankan bagi perusahaan.
4.1.1.13. Tahun 2011
Tahun 2011 GRI membuat panduan G3.1 yang merupakan
pemutakhiran dan penyelesaian G3, dengan panduan yang diperluas
tentang pelaporan gender, komunitas, dan kinerja terkait hak asasi
manusia telah dirilis.
GRI juga merilis publikasi tentang bagaimana pedoman
pelaporan inisiatif Global yang cocok dengan proyek pengungkapan
karbon. Tiga panduan sektor baru juga dirilis yaitu pelaporan
pertambangan, logam, operator Bandar udara, konstruksi dan real estat.
Database Pengungkapan Keberlanjutan GRI diluncurkan pada
tahun 2011, yang mengelompokkan semua laporan keberlanjutan
berbasis GRI dan non-GRI. Jumlah laporan telah berkembang secara
fenomenal dalam beberapa tahun terakhir dan hari ini mencapai lebih
dari 24.000.
4.1.1.14. Tahun 2012
Tahun 2012 GRI menyelenggarakan konferensi Australia
pertama di Melbourne. Menarik 250 peserta dari 11 Negara berbeda.
35
Pada tahun yang sama, GRI AS mengadakan dua konferensi Amerika
Utara, satu di St Louis, Missouri, dan satu di Toronto, Kanada.
Konferensi utama yang mendominasi tahun ini adalah
konferensi Rio+20 Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang pembangunan
berkelanjutan. GRI mengadakan sejumlah acara yang lain selama
konferensi dan merupakan bagian dari koalisi ekonomi hijau dan
koalisi pelaporan keberlanjutan korporasi yang dipimpin oleh Aviva
Investors.
4.1.1.15. Tahun 2013
Tahun 2013 konferensi GRI global keempat yang berjudul,
"Informasi - Integrasi - Inovasi," berlangsung mengumpulkan 1.600
delegasi dari 69 Negara. Bersamaan dengan itu, GRI merilis generasi
keempat dari Panduannya, Global Reporting Index 4
(GRI4,selanjutnya disebut G4) yang menawarkan Prinsip Pelaporan,
Pengungkapan Standar, dan Panduan Penerapan untuk persiapan
laporan keberlanjutan oleh organisasi dari berbagai ukuran atau sektor.
4.1.1.16. Tahun 2014
Tahun 2014 layanan indeks GRI diluncurkan, dan layanan
indeks ini menyediakan layanan verifikasi untuk akurasi dan
penyelarasan Indeks konten laporan berbasis G4, selanjutnya versi
terbaru yang mencakup Pedoman G4 diluncurkan.
4.1.1.17. Tahun 2015
Tahun 2015 GRI meluncurkan Ujian G4, yaitu dengan 60
pertanyaan ujian pilihan ganda yang memungkinkan individu untuk
mendapatkan akreditasi pada kemampuan mereka untuk menggunakan
36
pedoman G4 GRI. Ujian ini tersedia di lebih dari 70 Negara, dan
peserta yang berhasil menerima sertifikat dan nama mereka tercantum
di situs web GRI selama tiga tahun.
4.1.1.18. Oktober 2016
Tahun 2016 GRI meluncurkan standar global pertama untuk
pelaporan berkelanjutan, dan dikembangkan oleh Badan Standar
Keberlanjutan Global (GSSB). Standar GRI akan membuat semua
organisasi untuk melaporkan secara publik tentang dampak ekonomi,
lingkungan dan sosial mereka. Hal tersebut menunjukkan bagaimana
perusahaan berkontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan.
Standar GRI juga merupakan referensi tepercaya bagi pembuat
kebijakan dan regulator, dan memiliki struktur modular sehingga dapat
terus diperbarui dan relevan.
4.1.1.19. Tahun 2017
Menurut Farizhabib (2017) pada tahun ini lebih menjelaskan
dari awal hingga akhir perjalanan sejarah GRI, yang digambarkan
melalui gambar dibawah ini :
Gambar 2.1. Lini masa standar GRI (G1 – GRI Standards)
2.5. Kinerja Perusahaan (Firm Performance)
Perusahaan dalam operasionalnya membutuhkan investasi dari investor. Salah
satu penilaian investor untuk berinvestasi yaitu dengan cara melihat keuntungan yang
37
di dapatkan dari operasional perusahaan. Salah satu faktor penting untuk menilai
keuntungan suatu perusahaan yaitu dengan cara melihat kinerja keuangannya.
Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh
mana suatu perusahaan telah melaksanakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan
secara baik dan benar (Tanor, 2015). Penilaian Kinerja Keuangan dapat dinilai dengan
perhitungan rasio keuangan. Nilai rasio keuangan tersebut yang nantinya
dibandingkan dengan tolak ukur yang telah ada. Membandingkan nilai rasio keuangan
yang diperoleh dari tahun ke tahun merupakan langkah guna mengetahui kondisi hasil
perhitungan tersebut apakah baik atau kurang baik (Tanor, 2015).
Menurut penulis kinerja keuangan adalah suatu alat ukur yang digunakan
untuk melihat kondisi sebuah perusahaan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.
2.6. Analisis Rasio Keuangan
Laporan keuangan melaporkan aktivitas yang sudah dilakukan perusahaan
dalam suatu periode tertentu untuk melihat kinerja keuangannya. Salah satu cara
untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan yaitu dengan menggunakan beberapa
rasio keuangan.
Kasmir (2012: 104) menyatakan rasio keuangan merupakan kegiatan
membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara
membagi satu angka dengan angka lainnya. Menurut Erica (2018) menyataan bahwa
Rasio Keuangan merupakan suatu gambaran dari hubungan atau perimbangan
(mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain.
Dengan menggunakan alat analisa berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau
memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau
posisi keuangan suatu perusahaan.
38
Menurut Tanor (2015) secara umum rasio keuangan yang sering dipakai dalam
melakukan analisis rasio keuangan bank dibagi beberapa golongan:
a. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)
Kita sering mendengar banyak perusahaan yang bangkrut karena tidak
sanggup untuk membayar seluruh atau sebagian hutang yang sudah jatuh tempo.
Hal tersebut terkait dengan permodalan yang biasa kita sebut dengan likuiditas.
Kasmir (2012: 130) menyebutkan bahwa Rasio likuiditas atau biasa disebut
dengan nama rasio modal kerja merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan. Caranya adalah dengan
membandingkan komponen yang ada di neraca, yaitu total aktiva lancar dengan
total passiva lancar (utang jangka pendek). Salah satu rasio likuiditas adalah
Financing to Deposit Ratio (FDR, selanjutnya disebut FDR) adalah rasio antara
jumlah pembiayaan yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank.
FDR dihitung dari perbandingan antara total pembiayaan yang diberikan bank
dengan dana pihak ketiga (DPK, selanjutnya disebut DPK). DPK yang dimaksud
yaitu antara lain giro, tabungan, dana deposito (Masrurroh & Mulazid, 2015).
Menurut Wahyu (2018) FDR merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur likuiditas suatu bank dalam membayar kembali penarikan dana yang
dilakukan deposan dengan mengandalkan pembiayaan yang diberikan sebagai
sumber likuiditasnya. Dengan cara membagi jumlah pembiayaan yang diberikan
oleh bank terhadap DPK. Semakin tinggi FDR maka semakin tinggi dana yang
disalurkan ke DPK.
Dalam Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 16/12/PBI/2014 tentang Operasi
Moneter Syariah, FDR dapat diukur dari perbandingan antara seluruh
pembiayaan yang diberikan terhadap dana pihak ketiga. Besarnya pembiayaan
39
yang diberikan akan menentukan keuntungan bank. Batas minimal nilai FDR
yang baik adalah 80%. Menurut Fakhruddin & Purwanti (2015) jika niali FDR
dibawah 80% maka perusahaan tersebut tidak sehat.
b. Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio)
Perusahaan dalam operasionalnya memiliki berbagai kebutuhan, terutama
yang berkaitan dengan dana agar perusahaan dapat berjalan sebagaimana
mestinya. Dalam praktiknya untuk menutupi kekurangan kebutuhan dana,
perusahaan memiliki beberapa pilihan sumber dana. Pengunakaan dana yang
bersumber dari pinjaman harus di batasi. Penggunaan dana pinjaman atau utang
ini disebut dengan rasio solvabilitas. Kasmir (2012: 151) menyampaikan bahwa
Rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur seberapa besar beban hutang yang ditanggung perusahaan
dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti lain rasio solvabilitas digunakan
untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar seluruh kewajibannya jika
perusahaan tersebut dibubarkan atau di likuidasi.
Salah satu rasionya adalah dengan menggunakan Capital Adequacy Ratio
(CAR, selanjutnya disebut CAR). CAR digunakan untuk mengukur kemampuan
permodalan yang ada untuk menutup kemungkinan kerugian didalam kegiatan
pembiayaan dan perdagangan surat-surat berharga. Bank yang memiliki
kecukupan modal yang tinggi maka akan meningkatkan kepercayaan diri dalam
menyalurkan pembiayaan atau pendanaan (Fakhruddin & Purwanti, 2015).
Sesuai dengan peraturan Bank Indonesia PBI No. 9/24/ DPBS, tentang Sistem
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah, berikut
kriteria peringkat CAR:
- Peringkat 1 KPMM ≥ 12%
40
- Peringkat 2 9% ≤ KPMM < 12%
- Peringkat 3 8% ≤ KPMM < 9%
- Peringkat 4 6% < KPMM < 8%
- Peringkat 5 KPMM ≤ 6%
Bank syariah yang memiliki CAR di bawah 8% maka dianggap tidak sehat.
c. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)
Tujuan akhir yang ingin dicapai perusahaan adalah memperoleh laba atau
keuntungan yang maksimal. Untuk mengukur tingkat keuntungan suatu
perusahaan yaitu menggunakan rasio profitabilitas. Kasmir (2012: 196)
menyampaikan rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan tingkat
efektivitas manajemen suatu perusahaan. Rasio ini menunjukkan laba perusahaan
untuk melihat efisiensi perusahaan.
Menurut (Tanor, 2015), yang digunakan dalam mengukur rasio profitabilitas
biasanya yaitu :
1. Return on Assets (ROA)
Return on Assets (ROA, selanjutnya disebut ROA) merupakan rasio
yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh
keuntungan secara keseluruhan (Kasmir, 2008: 237).
ROA merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam memperoleh laba secara keseluruhan Sesuai dengan
peraturan Bank Indonesia PBI No. 9/24/ DPBS tentang Sistem Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah, berikut kriteria
peringkat ROA:
41
- Peringkat 1 ROA > 1,5%
- Peringkat 2 1,25% < ROA ≤ 1,5%
- Peringkat 3 0,5% < ROA ≤ 1,25%
- Peringkat 4 0% < ROA ≤ 0,5%
- Peringkat 5 ROA ≤ 0
Semakin tinggi nilai rasio maka semakin baik perolehan laba yang dimiliki
(Fakhruddin & Purwti, 2015).
2. Return on Equity (ROE)
Return On Equity (ROE, selanjutnya disebut ROE) menurut Kasmir
(2012: 204) merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak
dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ROE maka semakin baik karena
posisi pemilik perusahaan semakin kuat, dan sebaliknya.
3. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO, selanjutnya
disebut BOPO) menurut Tanor (2015) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan pendapatan operasional dalam menutup biaya
operasionalnya.
Sesuai dengan peraturan Bank Indonesia PBI No. 9/24/ DPBS tentang
Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip
Syariah, berikut kriteria peringkat BOPO:
- Peringkat 1 BOPO ≤ 83%
- Peringkat 2 83% < BOPO ≤ 85%
- Peringkat 3 85% < BOPO ≤ 87%
- Peringkat 4 87% < BOPO ≤ 89%
42
- Peringkat 5 BOPO > 89%
Semakin rendah BOPO maka bank syariah akan semakin sehat.
2.7. Hubungan CSR dengan Kinerja keuangan
CSR didefinisikan sebagai proses penyediaan informasi untuk
menyampaikan masalah sosial berkelanjutan yang bisa dipertanggungjawabkan
dalam media laporan tahunan dan sustainability report maupun iklan-iklan yang
berorientasi sosial (Rizki Anshari Rafianto, 2015)
Indikator CSR sebagai metode agar manajemen dapat berinteraksi
dengan masyarakat dan dapat mempengaruhi presepsi masyarakat terhadap
suatu perusahaan. Perusahaan yang sering terlibat dalam kegiatan-kegiatan
tanggung jawab sosial, akan memberikan respon positif kepada masyarakat dan
stakeholder lainnya. Respon positifnya yaitu berupa kepercayaan dan
diterimanya perusahaan tersebut di wilayah masyarakat, dan berakibat akan
meningkatkan kinerja keuangan perusahaan (Rizki Anshari Rafianto, 2015).
Menurut penelitian Gantino (2016), pelaksanaan CSR berpengaruh
terhadap kinerja keuangan perusahaan. Pemaparan tersebut dapat
menggambarkan hubungan antara CSR dan kinerja keuangan. Bahwa
pengungkapan CSR mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan melalui
kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat atau stakeholder karena melihat
besarnya pengungkapan CSR.
Gambar 2.2. Hubungan antar Variabel
Indikator
Ekonomi
Indikator
Lingkungan
Indikator
Pengungkapan
CSR
Variabel
ROA
Variabel
ROE
Variabel
BOPO
Y1
X1
43
2.8. Penelitian terdahulu
Persamaan dan perbedaan antara penelitian yang penulis lakukan dengan
penelitian sebelumnya ada beberapa hal. Hasil dari beberapa penelitian terdahulu
diantara yaitu :
Penelitian terdahulu, secara detail dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.1.
Penelitian terdahulu
NO Penelitian Metode dan
Variabel
Persamaan dan
Perbedaan Hasil
1 Haslinda
Yusoff et al
dalam
international
journal
Procedia
Economics and
Finance 2013.
The Influence
of CSR
Disclosure
Structure on
Corporate
Financial
Performance:
Evidence from
Stakeholders’
Perspectives
Metode
penelitian:
kuantitatif
deskriptif
Metode analisa
data : Regresi
linear
berganda
sederhana
Dependen:
ROA dan
Tobin’s Q
Independen:
Pengungkapan
CSR
Persamaan : Terletak
pada variabel independen
yakni pengungkapan
CSR, menggunakan data
sekunder dari laporan
tahunan perusahaan dan
menggunakan regresi
linier berganda
Perbedaan : Terletak
pada variabel
dependennya pada
penelitian Haslinda
menggunakan variabel
return on assets (ROA),
return on equity (ROE)
and return on sales
(ROS) sedangkan dalam
penelitian penulis
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pelaku
keuangan yang baik adalah
perusahaan-perusahaan yang
menampilkan luas pengungk
apan yang relatif tinggi ,
sementara pada saat yang
sama menunjukkan
kemampuan untuk
mengungkapkan struktur
pengungkapan
CSR terkonsentrasi kepada
pemangku
kepentingan definitif . Temua
n penelitian ini menyiratkan
bahwa bukan volume
pengungkapan yang penting,
tetapi variasi item yang
44
NO Penelitian Metode dan
Variabel
Persamaan dan
Perbedaan Hasil
menggunakan variabel
dependen menggunakan
ROA, ROE, BOPO dan
Capital Adequace Ratio
(CAR). Sampel yang di
teliti pada penelitian
Haslinda adalah 30
perusahaan terkemuka
yang terdaftar di Bursa
Malaysia berdasarkan
kapitalisasi pasar mereka
pada tanggal 31
Desember 2009-2010,
sedangkan sedangkan
penulis meneliti 4 BUS
dan 7 UUS yang
mempublikasikan
sustainability report
menggunakan GRI4 pada
tahun 2014-2017.
diungkapkan
dan konsentrasi kepada pema
ngku kepentingan definitif .
2 Obafemi R.
Oyewumi,
Oluwabunmi
A. Ogunmeru
and Collins S.
Oboh dalam
international
journal
Department of
Accounting,
University of
Lagos, Akoka,
Lagos,
Nigeria, 2018.
Investment in
corporate
social
responsibility,
disclosure
practices, and
financial
performance of
banks in
Nigeria
Metode
penelitian:
metode
kuantitatif
Metode analisa
data: Analisis
regresi panel
Dependen:
ROA
Independen:
Pengungkapan
CSR
Persamaan : Terletak
pada variabel independen
yakni pengungkapan
CSR, menggunakan data
sekunder dari laporan
tahunan perusahaan.
Perbedaan : Terletak
pada variabel
dependennya pada
penelitian Obafemi
menggunakan variabel
return on assets (ROA),
sedangkan dalam
penelitian penulis
menggunakan variabel
dependen menggunakan
ROA, ROE, BOPO dan
Capital Adequace Ratio
(CAR).
Sampel yang di teliti
pada penelitian Obafemi
adalah 21 bank setoran
uang di Nigeria diperoleh
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
investasi dalam CSR tidak
ada pengaruhnya dengan
kinerja keuangan karena
tidak akan menambah profit
perusahaan.
45
NO Penelitian Metode dan
Variabel
Persamaan dan
Perbedaan Hasil
dari situs web Bank
Sentral Nigeria (CBN)
berupa laporan tahunan
bank sampel dalam
periode pelaporan (2010
hingga 2014), sedangkan
sedangkan penulis
meneliti 4 BUS dan 7
UUS yang
mempublikasikan
sustainability report
menggunakan GRI4 pada
tahun 2014-2017.
3 S. Maqbool
dan M.Nasir.
Zameer dalam
international
journal Future
Business
Journal, 2018.
Corporate
social
responsibility
and financial
performance:
An empirical
analysis of
Indian banks
Metode
penelitian:
kuantitatif
deskriptif
Metode analisa
data : Regresi
panel
Dependen:
ROA dan ROE
Independen:
Pengungkapan
CSR
Persamaan : Terletak
pada variabel independen
yakni pengungkapan
CSR, menggunakan data
sekunder dari laporan
tahunan perusahaan
Perbedaan : Terletak
pada variabel
dependennya pada
penelitian S.Maqbool
menggunakan variabel
return on assets (ROA)
dan return on equity
(ROE), sedangkan dalam
penelitian penulis
menggunakan variabel
dependen menggunakan
ROA, ROE, BOPO dan
Capital Adequace Ratio
(CAR).
Sampel yang di teliti
pada penelitian
S.Maqbool adalah 28
bank umum India yang
terdaftar di bursa efek
Bombay (BSE), untuk
periode 10 tahun (2007 –
2016), sedangkan
sedangkan penulis
meneliti 4 BUS dan 7
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa CSR
diberikannya dampak positif
pada kinerja keuangan bank
India, karena akan
menumbuhkan kepercayaan
stakeholder.
46
NO Penelitian Metode dan
Variabel
Persamaan dan
Perbedaan Hasil
UUS yang
mempublikasikan
sustainability report
menggunakan GRI4 pada
tahun 2014-2017
4 Stephanus
Remond
Waworuntu,
Michelle Dewi
Wantah dan
Toto
Rusmanto
dalam
international
journal
Procedia -
Social and
Behavioral
Sciences,
2014.
CSR and
financial
performance
analysis:
evidence from
top ASEAN
listed
companies
Metode analisa
data : Regresi
berganda
sederhana
Dependen:
ROA dan ROE
Independen:
Kinerja Sosial
(CSR)
Persamaan : Terletak
pada variabel independen
yakni pengungkapan
CSR, menggunakan data
sekunder dari laporan
tahunan perusahaan dan
menggunkan regresi
berganda sederhana
Perbedaan : Terletak
pada variabel
dependennya pada
penelitian Stephanus
menggunakan variabel
return on assets (ROA)
dan return on equity
(ROE), sedangkan dalam
penelitian penulis
menggunakan variabel
dependen menggunakan
ROA, ROE, BOPO dan
Capital Adequace Ratio
(CAR).
Sampel yang di teliti
pada penelitian
Stephanus adalah Sampel
untuk penelitian ini
terdiri dari 34 perusahaan
di 4 negara (Singapura,
Malaysia, Indonesia,
Thailand) selama 3 tahun
2009-2011, sehingga
total sampel berjumlah
102, sedangkan penulis
meneliti 4 BUS dan 7
UUS yang
mempublikasikan
sustainability report
menggunakan GRI4 pada
tahun 2014-2017
Penelitian ini menemukan
bahwa ada korelasi positif
sedang hingga kuat antara
semua variabel ketika
dianalisis secara
keseluruhan per sektor
Sektor konglomerat
terdiri dari perusahaan
yang beroperasi di
berbagai industri. tidak
ada korelasi yang
signifikan antara CSR
dan kinerja keuangan
perusahaan. Karena
kecilnya ukuran sampel
perusahaan, karena hanya
ada 4 perusahaan yang
termasuk dalam sektor
ini.
Sektor Energi Hasil
analisis korelasi
menunjukkan bahwa
terdapat korelasi negatif
sedang yang signifikan
antara indikator ekonomi
dan ROA dan korelasi
positif sedang antara
sosial dan ROE. Karena
perusahaan ini
berhubungan langsung
dengan lingkungan.
Sektor jasa keuangan
meliputi bank Melihat
dari rata-rata
pengungkapan yang
dilakukan oleh
perusahaan, ditemukan
perusahaan-perusahaan di
47
NO Penelitian Metode dan
Variabel
Persamaan dan
Perbedaan Hasil
sektor jasa keuangan
memberikan jumlah
pengungkapan
lingkungan yang sangat
terbatas.Pengungkapan
ekonomi memiliki
korelasi positif dengan
ROE. Selain itu, ada juga
hubungan positif yang
signifikan antara
indikator ekonomi dan
ROA. Karena perbankan
tidak mempengaruhi
langsung dengan
lingkungan tetapi sangat
berhubungan dengan
sosial dan ekonomi.
5 Edward
Nelling and
Elizabeth
Webb dalam
School of
Business, La
Salle
University,
Philadelphia,
2008.
Corporate
social
responsibility
and financial
performance:
the ‘‘virtuous
circle’’
revisited
Metode
penelitian:
metode
kuantitatif
Metode analisa
data: Analisis
regresi panel
Dependen:
ROA
Independen:
Pengungkapan
CSR
Persamaan : Terletak
pada variabel independen
yakni pengungkapan
CSR.
Perbedaan : Terletak
pada variabel
dependennya pada
penelitian Edward
menggunakan variabel
return on assets (ROA),
sedangkan dalam
penelitian penulis
menggunakan variabel
dependen menggunakan
ROA, ROE, BOPO dan
Capital Adequace Ratio
(CAR).
Sampel yang di teliti
pada penelitian Edward
adalah semua perusahaan
yang mengungkapkan
laporan CSRnya pada
tahun 1993-2000 yang
diperoleh dari database
socrates KLD, database
ini menyajikan data
Hasil penelitian ini bahwa
CSR tidak mempengaruhi
kinerja keuangan karena
CSR lebih didorong oleh
karakteristik perusahaan
yang tidak dapat diobservasi
oleh kinerja keuangan
48
NO Penelitian Metode dan
Variabel
Persamaan dan
Perbedaan Hasil
tentang tanggung jawab
sosial perusahaan dan
kinerja keuangan selama
periode 1993-
2000 sedangkan penulis
meneliti 4 BUS dan 7
UUS yang
mempublikasikan
sustainability report
menggunakan GRI4 pada
tahun 2014-2017
6 Wahyu Aprilia
Sari, Siti Ragil
Handayani dan
Nila Firdausi
Nuzula dalam
Jurnal
Administrasi
Bisnis 2016,
Pengaruh
Pengungkapan
Corporate
Social
Responsibility
Terhadap
Kinerja
Keuangan Dan
Nilai
Perusahaan
(Studi
Komparatif
Pada
Perusahaan
Multinasional
Yang Terdaftar
Di Bursa Efek
Indonesia Dan
Bursa
Malaysia
Tahun 2012-
2015)
Metode
penelitian:
kuantitatif
deskriptif
Metode analisa
data : Regresi
linear
berganda
sederhana
Dependen:
ROA dan
Tobin’s Q
Independen:
Pengungkapan
CSR
Persamaan: Terletak
pada variabel independen
yakni pengungkapan
CSR, menggunakan data
sekunder dari laporan
tahunan perusahaan dan
menggunakan regresi
linier berganda
Perbedaan: Terletak pada
variabel dependennya
pada penelitian Wahyu
hanya menggunakan
ROA dan Tobin’s Q
sedangkan dalam
penelitian penulis
menggunakan ROA,
ROE, BOPO dan Capital
Adequace Ratio (CAR).
Jumlah data yang diteliti
pada penelitian Wahyu
jumlah data yang
dikumpulkan berjumlah
9 perusahaan
multinasional yang
terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dan 10
perusahaan multinasional
yang terdaftar di Bursa
Efek Malaysia dan juga
perbedaan terletak pada
variabel Dependennya,
sedangkan penulis
CSR berpengaruh negatif
terhadap kinerja keuangan
(ROA) di Indonesia karena
akan memperbanyak biaya
dan akan mengurangi
profitabilitas.
CSR berpengaruh positif
signifikan di malaysia ,
karena Perusahaan yang
melakukan aktivitas CSR
dan mengungkapkannya
akan memberi sinyal positif
untuk menguatkan citra dan
reputasi perusahaan.
Sehingga pelanggan akan
meningkatkan loyalitasnya
dan meningkatkan kinerja
keuangan (ROA).
Perbaikan terhadap
pengungkapan CSR akan
meningkatkan reputasi
perusahaan di mata investor
sehingga akan meningkatkan
nilai perusahaan yang
diproksikan dengan Tobin’s
Q.
49
NO Penelitian Metode dan
Variabel
Persamaan dan
Perbedaan Hasil
meneliti 4 BUS dan 7
UUS yang
mempublikasikan
sustainability report
menggunakan GRI4 pada
tahun 2014-2017
7
Megawati
cheng dalam
jurnal
akuntansi dan
keuangan
2011,
Pengaruh
pengungkapan
corporate
social
responsibility
terhadap
abnormal
return
Metode
penelitian:
kuantitatif
deskriptif
Metode analisa
data : Regresi
linear
berganda
sederhana
Dependen:
Abnormal
Return
Independen:
Pengungkapan
CSR.
Persamaan:
Terletak pada variabel
independen yakni
pengungkapan CSR,
menggunakan data
sekunder dari laporan
tahunan perusahaan dan
menggunakan regresi
linier berganda
Perbedaan:
Terletak pada variabel
independen pada
penelitian Megawati
yaitu menggunakan
variabel Abnormal
Return sedangkan dalam
penelitian penulis
menggunakan ROA,
ROE, BOPO dan Capital
Adequace Ratio (CAR).
Sampel pada penelitian
Megawati yaitu 40
perusahaan sumber daya
alam yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia
pada tahun 2007-2009
yang mengungkapkan
sedangkan pada
penelitian penulis
sampelnya yaitu 4 BUS
dan 7 UUS yang
mempublikasikan
sustainability report
menggunakan GRI4 pada
tahun 2014-2017.
Hasil penelitian ini
menunjukkan
pengungkapan CSR
berpengaruh signifikan
terhadap Abnormal Return
karena CSR yang
diungkapkan perusahaan
dapat mengirimkan signal
positif kepada stakeholders
dan pasar mengenai prospek
perusahaan dimasa yang
akan datang. Perusahaan
memberikan guarantee atas
keberlangsungan hidup
perusahaan dimasa yang
akan datang sehingga
mempengaruhi Abnormal
Return.
8
Prichilia
Metode Persamaan: Terletak
Hasil peneitian
50
NO Penelitian Metode dan
Variabel
Persamaan dan
Perbedaan Hasil
rumengan,
grace b.
Nangoi dan
sinjte
rondonuwu
dalam jurnal
emba 2017,
Pengaruh
corporate
social
responsibility
terhadap
profitabilitas
perusahaan
pada pt bank
central asia
periode tahun
2010-2015
penelitian:
kuantitatif
deskriptif
Metode analisa
data : Regresi
linear
berganda
sederhana
Dependen:
ROA dan ROI
Independen:
Pengungkapan
CSR.
pada variabel independen
yakni pengungkapan
CSR, menggunakan data
sekunder dari laporan
tahunan perusahaan dan
menggunakan regresi
linier berganda
Perbedaan: Terletak pada
variabel dependen yang
diteliti pada penelitian
Prichilia adalah ROA dan
ROI sedangkan pada
penelitian penulis
menggunakan ROA,
ROE, BOPO dan Capital
Adequace Ratio (CAR).
Pada penelitian Prichilia
sampelnya adalah PT.
Bank Central Asia
sedangkan pada
penelitian penulis
mengunakan 4 BUS dan
7 UUS yang
mempublikasikan
sustainability report
menggunakan GRI4 pada
tahun 2014-2017.
menunjukkan bahwa
pengungkapan CSR
berpengaruh negatif
terhadap ROE karena
dengan CSR
dan tidak berpengaruh
signifikan terhadap ROI
9
Rilla Gantino
dalam Jurnal
Dinamika
Akuntansi dan
Bisnis 2016,
Pengaruh
Corporate
Social
Responsibility
Terhadap
Kinerja
Keuangan
Perusahaan
Manufaktur
yang Terdaftar
di Bursa Efek
Metode
penelitian:
kuantitatif
deskriptif
Metode analisa
data : Regresi
linear
berganda
sederhana
Dependen:
ROA, ROE
dan Price Book
Value (PBV)
Independen:
Persamaan: Terletak
pada variabel independen
yakni pengungkapan
CSR, menggunakan data
sekunder dari laporan
tahunan perusahaan dan
menggunakan regresi
linier berganda
Perbedaan:
Terletak pada variabel
dependen pada penelitian
Rilla variabelnya yaitu
ROA, ROE, Price Book
Value (PBV) sedangkan
pada penelitian penulis
Hasilnya menunjukkan
bahwa Berpengaruh positif
signifikan terhadap ROA,
ROE dan Price Book Value
(PBV) karena semakin
tinggi pengungkapan maka
stakeholder akan lebih
percaya dan akan
berpengaruh positif terhadap
ROA dan ROE dan Price
Book Value (PBV)
51
NO Penelitian Metode dan
Variabel
Persamaan dan
Perbedaan Hasil
Indonesia
periode 2008-
2014
Pengungkapan
CSR
menggunakan ROA,
ROE, BOPO dan Capital
Adequace Ratio (CAR).
Pada penelitian Rilla
sampelnya yaitu 38
perusahaan manufaktur
sedangkan pada
penelitian penulis yaitu 4
BUS dan 7 UUS yang
mempublikasikan
sustainability report
menggunakan GRI4 pada
tahun 2014-2017
10
Rita Wijayanti,
Dalam Syariah
Paper
Accounting
Feb UMS
2016,
Pengaruh
Pengungkapan
sustainability
Reportterhadap
Kinerja
Keuanganperu
sahaan
Metode
penelitian:
kuantitatif
deskriptif
Metode analisa
data : Regresi
linear
berganda
sederhana
Dependen:
ROA dan
Current ratio
(CR)
Independen:
Pengungkapan
CSR
Persamaan: Terletak
pada variabel independen
yakni pengungkapan
CSR, menggunakan data
sekunder dari laporan
tahunan perusahaan dan
menggunakan regresi
linier berganda
Perbedaan:
Terletak pada variabel
dependen pada penelitian
Rita yaitu ROA, Current
ratio (CR) sedangkan
dalam penelitian penulis
menggunakan ROA,
ROE, BOPO dan Capital
Adequace Ratio (CAR).
Pada penelitian Rita
sampelnya yaitu 10
Perusahaan nonkeuangan
yang mempublikasikan
sustainability report
tahun 2013-2015,
sedangkan pada
penelitian penulis yaitu 4
BUS dan 7 UUS yang
mempublikasikan
sustainability report
menggunakan GRI4 pada
Hasil penelitian ini yakni
Pengungkapan
sustainability report
berpengaruh positif
signifikan terhadap ROA,
semakin tinggi
pengungkapan sustainability
report maka akan membuat
stakeholder percaya
selanjutnya akan
meningkatkan ROA
perusahaan dan
pengungkapan sustainability
report terhadap current ratio
.
Hasil yang berbeda untuk
setiap dimensi, yang mana
dimensi lingkungan
memiliki pengaruh yang
positif dan signifikan (pada
level 10%). Namun tidak
untuk kedua dimensi
lainnya yaitu dimensi
ekonomi dan sosial yang
tidak menunjukkan adanya
pengaruh terhadap current
ratio karena Biaya yang
muncul sebagai akibat
tanggung jawab sosial yang
dilakukan perusahaan dapat
52
NO Penelitian Metode dan
Variabel
Persamaan dan
Perbedaan Hasil
tahun 2014-2017 menempatkan perusahaan
pada kondisi yang tidak
menguntungkan
dibandingkan perusahaan
yang memiliki tanggung
jawab sosial yang rendah.
Sehingga tetap diperlukan
penelitian dengan periode
waktu yang panjang untuk
melihat pengaruh yang
sebenarnya dari
sustainability report
terhadap kinerja perusahaan.
11
Mega karunia
rosdwianti dan
moch.
Dzulkirom ar
zahroh z.a
dalam jurnal
administrasi
bisnis (JAB)
2016,
pengaruh
corporate
social
responsibility
(CSR)
terhadap
profitabilitas
perusahaan
(studi pada
sektor industri
barang
konsumsi yang
terdaftar di
bursa efek
indonesia
periode 2013-
2014)
Metode
penelitian:
kuantitatif
deskriptif
Metode analisa
data : Regresi
linear
berganda
sederhana
Dependen:
ROA, ROE
dan Earning
per Share
Independen:
Pengungkapan
CSR
Persamaan: Terletak
pada variabel independen
yakni pengungkapan
CSR, menggunakan data
sekunder dari laporan
tahunan perusahaan dan
menggunakan regresi
linier berganda
Perbedaan:
Pada penelitian Mega
variabel dependennya
yaitu ROA, ROE dan
Earning per Share
sedangkan peneliti
menggunakan ROA,
ROE, BOPO dan Capital
Adequace Ratio (CAR).
Pada penelitian Mega
populasinya yaitu
industri barang konsumsi
di Bursa Efek Indonesia
Periode 2013-2014
sedangkan dalam
penelitian penulis yaitu 4
BUS dan 7 UUS yang
mempublikasikan
sustainability report
menggunakan GRI4 pada
tahun 2014-2017.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa CSR
berpengaruh signifikan
terhadap ROA, ROE, dan
Earning per Share. Karena
pengungkapan CSR akan
meningkatkan citra
perusahaan yang bak.
Citra perusahaan yang baik
akan lebih diminati oleh
investor karena semakin
baik citra perusahaan, maka
semakin tinggi juga
loyalitas konsumen dan
akan berpengaruh terhadap
profitabilitas perusahaan.
53
NO Penelitian Metode dan
Variabel
Persamaan dan
Perbedaan Hasil
12
Desak putu
suciwati,
Desak putu
arie pradnyana
dan cening
ardina
Jurnal bisnis
dan
kewirausahaan
, 2016.
Pengaruh
corporate
social
responsibility
terhadap
kinerja
keuangan
(pada
perusahaan
sektor
pertambangan
di bei tahun
2010-2013)
Metode
penelitian:
kuantitatif
deskriptif
Metode analisa
data : Regresi
linear
berganda
sederhana
Dependen:
ROA dan ROE
Independen:
Pengungkapan
CSR
Persamaan: Terletak
pada variabel independen
yakni pengungkapan
CSR, menggunakan data
sekunder dari laporan
tahunan perusahaan dan
menggunakan regresi
linier berganda
Perbedaan:
Pada penelitian Desak
variabel dependennya
yaitu ROA, ROE dan
Earning per Share
sedangkan peneliti
menggunakan ROA,
ROE, BOPO dan Capital
Adequace Ratio (CAR).
Pada penelitian Desak
sampelnya yaitu
sebanyak 60 perusahaan
Pertambangan di BEI
Tahun 2010-2013
sedangkan dalam
penelitian penulis yaitu 4
BUS dan 7 UUS yang
mempublikasikan
sustainability report
menggunakan GRI4 pada
tahun 2014-2017.
Hasil penelitiannya bahwa
CSR disclosure berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap ROA dan ROE
karena dapat meningkatkan
kepercayaan investor dan
dapat meningkatkan kinerja
keuangan perusahaan. Hal
tersebut mempengaruhi
meningkatnya investor yang
akan investasi berdasarkan
kinerja keuangan
perusahaan yang baik.
13
Rizki Anshari
Rafianto dalam
e-Proceeding
of
Management
2015,
Pengaruh
Pengungkapan
Corporate
Social
Responsibility
dan Kinerja
Lingkungan
Metode
penelitian:
kuantitatif
deskriptif
Metode analisa
data : Regresi
linear
berganda
sederhana
Dependen :
ROA, ROE
Persamaan: Terletak
pada variabel independen
yakni pengungkapan
CSR, menggunakan data
sekunder dari laporan
tahunan perusahaan dan
menggunakan regresi
linier berganda
Perbedaan:
Terletak pada variabel
dependen pada penelitian
Rizki menggunakan
Hasil penelitian ini
menyatakan Kinerja
lingkungan dan Corporate
Social Responsibility
secara simultan ataupun
parsial tidak berpengaruh
siginifikan terhadap ROA,
ROE dan Earning per
Share. Karena
pengungkapan CSR
perusahaan yang
digunakan sebagai salah
satu pertimbangan dalam
54
NO Penelitian Metode dan
Variabel
Persamaan dan
Perbedaan Hasil
Terhadap
Kinerja
keuangan
(Studi pada
Sektor
Pertambangan
di Bursa Efek
Indonesia pada
Periode 2010-
2012).
dan Earning
per Share
Independen:
Pengungkapan
CSR.
variabel ROA, ROE dan
Earning per Share
sedangkan dalam
penelitian penulis
mengunakan variabel
ROA, ROE, BOPO dan
Capital Adequace Ratio
(CAR).
Pada penelitian Rizki
Sampelnya yaitu 10
perusahaan
pertambangan sebagai
sampel penelitian selama
tahun 2010-2012
sedangkan dalam
penelitian penulis yaitu 4
BUS dan 7 UUS yang
mempublikasikan
sustainability report
menggunakan GRI4 pada
tahun 2014-2017.
keputusan investasi.
Adanya informasi yang
lengkap, akurat serta tepat
waktu memungkinkan
investor untuk melakukan
pengambilan keputusan
secara rasional sehingga
hasil yang diperoleh sesuai
dengan yang diharapkan
14
Devinta
Angelia,
Artisa
Yeterina,
Nugrahanti Ari
dan Budi
Kristanto
dalam
prosiding
seminar
nasional & call
for papers
fakultas
ekonomika dan
bisnis kinerja
perbankan,Uni
versitas
Stikubank
2015,
Pengaruh
corporate
Metode
penelitian:
kuantitatif
deskriptif
Metode analisa
data : Regresi
linear
berganda
sederhana
Dependen:
BOPO
Independen;
Pengungkapan
CSR
Persamaan: Terletak
pada variabel independen
yakni pengungkapan
CSR, menggunakan data
sekunder dari laporan
tahunan perusahaan dan
menggunakan regresi
linier berganda
Perbedaan:Terletak pada
variabel dependennya,
pada penelitian Devinta
menggunakan variabel
BOPO dan pada
penelitian penulis
menggunakan ROA,
ROE, BOPO dan Capital
Adequace Ratio (CAR),
serta sampel dalam
penelitian Devina yaitu
perusahaan tekstil dan
garment yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
Corporate Social
Responsibility (CSR) tidak
berpengaruh terhadap
BOPO dan profitabilitas
perusahan karena CSR di
Indonesia sifatnya
mandatory, sehingga
motivasi utama perusahaan
melakukan kegiatan CSR
adalah untuk mematuhi
undang-undang yang telah
ditetapkan pemerintah.
55
NO Penelitian Metode dan
Variabel
Persamaan dan
Perbedaan Hasil
Social
Responsibility
(CSR)
terhadap biaya
operasional
dan
profitabilitas
(studi pada
perusahaan
tekstil dan
garment yang
terdaftar di
bursa efek
indonesia
tahun 2011-
2012
tahun 2011-2012,
sedangkan dalam
penelitian penulis yaitu 4
BUS dan 7 UUS yang
mempublikasikan
sustainability report
menggunakan GRI4 pada
tahun 2014-2017.
15
Christina
Widhi Astuti
dalam jurnal
Dinamika
Akuntansi
Keuangan dan
Perbankan
2015,
Pengaruh
Pengungkapan
Corporate
Social
Responsibility
Terhadap
Reaksi Pasar
Metode
penelitian:
kuantitatif
deskriptif
Metode analisa
data : Regresi
linear
berganda
sederhana
Dependen:
Abnormal
return dan
volume
perdagangan
yang tak
terduga.
Independen:
Pengungkapan
CSR
Persamaan: Terletak
pada variabel independen
yakni pengungkapan
CSR, menggunakan data
sekunder dari laporan
tahunan perusahaan dan
menggunakan regresi
linier berganda
Perbedaan:
Terletak pada variabel
dependen yang diteliti
yakni penelitian yang
dilakukan oleh Christina
variabel depennya ialah
reaksi pasar yang
proksinya adalah
abnormal return dan
volume perdagangan
yang tak terduga,
sedangkan pada
penelitian penulis
menggunakan variabel
ROA, ROE, BOPO dan
Capital Adequace Ratio
(CAR).
Sampel pada penelitian
Hasil penelitian
menunjukkan
pengungkapan CSR tidak
berpengaruh terhadap
abnormal return karena
pengungkapan CSR tidak
ditangkap oleh pasar
sebagai kabar baik atau
good news, hal itu
disebabkan masih
rendahnya tingkat
pengungkapan CSR
perusahaan manufaktur.
Investor belum percaya
terhadap
pengungkapan CSR yang
dilakukan perusahaan
karena sampai saat ini masih
banyak kasus yang terkait
dengan isu-isu lingkungan,
sosial dan ekonomi
sehingga investor
menganggap bahwa
pengungkapan CSR hanya
sebagai formalitas.
CSR tidak berpengaruh
56
NO Penelitian Metode dan
Variabel
Persamaan dan
Perbedaan Hasil
Christina yaitu 118
perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI)
pada tahun 2013,
sedangkan pada
penelitian penulis ada 4
BUS dan 7 UUS yang
mempublikasikan
sustainability report
menggunakan GRI4 pada
tahun 2014-2017.
dengan volume
perdagangan yang tak
terduga karena
pengungkapan CSR yang
diberikan manajemen
merupakan sinyal yang
sangat sulit diukur nilai
ekonomisnya sehingga
investor membutuhkan
waktu yang lebih lama
untuk bereaksi.
16 Bima Putranto
Sejati dan
Andri Prastiwi
dalam
Diponegoro
Journal Of
Accounting
2015,
Pengaruh
Pengungkapan
Sustainability
Report
Terhadap
Kinerja Dan
Nilai
Perusahaan
Metode
penelitian:
kuantitatif
deskriptif
Metode analisa
data : Regresi
linear
berganda
sederhana
Dependen:
ROA
Independen:
Pengungkapan
CSR
Persamaan: Terletak
pada variabel independen
yakni pengungkapan
CSR, menggunakan data
sekunder dari laporan
tahunan perusahaan dan
menggunakan regresi
linier berganda
Perbedaaan: Terletak
pada variabel dependen
pada penelitian Bima
yaitu menggunakan
variabel ROA, sedangkan
dalam penelitian penulis
menggunakan ROA,
ROE, BOPO dan Capital
Adequace Ratio (CAR).
periode penelitian yang
dilakukan Bima
populasinya yaitu
perusahaan yang
menerbitkan laporan
keberlanjutan dan
terdaftar di Bursa Efek
Indonesia mulai dari
2006 – 2013 sedangkan
dalam penelitian penulis
yaitu 4 BUS dan 7 UUS
yang mempublikasikan
sustainability report
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
Pengungkapan Laporan
Keberlanjutan tidak
memiliki hubungan yang
signifikan pada kinerja
perusahaan dan nilai
perusahaan. Kemudian.
CSR tidak berpengaruh
dengan indikator lingkungan
Karena stakeholder tidak
memerlukan pengungkapan
kinerja lingkungan oleh
perusahaan dalam
mempengaruhi kebijakan
yang diambil.
CSR tidak berpengaruh
dengan indikator sosial
Karena stakeholder merasa
tidak memerlukan
bagaimana perlakuan
perusahaan terhadap
masalah sosial perusahaan
dalam mempengaruhi
kebijakan mereka.
CSR tidak berpengaruh
dengan indikator ekonomi
karena CSR dianggap
sebagai informasi tambahan
57
NO Penelitian Metode dan
Variabel
Persamaan dan
Perbedaan Hasil
menggunakan GRI4 pada
tahun 2014-2017
Standar indikator GRI
pada penelitian Bima
menggunakan GRI3
sedangkan penulis
menggunakan GRI4
yang tidak mempengaruhi
kebijakan yang akan
diambil oleh stakeholder
dalam kaitannya
meningkatkan laba
perusahaan. Pengungkapan
kinerja perusahaan dalam
Annual Report dirasa cukup
bagi stakeholder dalam
memutuskan kebijakannya
tanpa melihat pengungkapan
kinerja ekonomi dalam
Sustainability Report
perusahaan.
17
Eko Nofianto
Dan Linda
Agustina
Dalam
Accounting
Analysis
Journal 2014,
Analisis
Pengaruh
Sustainability
Report
Terhadap
Kinerja
Keuangan
Perusahaan
Metode
penelitian:
kuantitatif
deskriptif
Metode analisa
data : Regresi
linear
berganda
sederhana
Dependen:
ROA
Independen:
Pengungkapan
CSR
Persamaan:Terletak pada
variabel independen
yakni pengungkapan
CSR, menggunakan data
sekunder dari laporan
tahunan perusahaan dan
menggunakan regresi
linier berganda
Perbedaan:
Terletak pada variabel
dependen pada penelitian
Eko yaitu menggunakan
variabel ROA sedangkan
dalam penelitian penulis
menggunakan ROA,
ROE, BOPO dan Capital
Adequace Ratio (CAR).
Pada sampel penelitian
Eko yaitu menggunakan
sampel 19 perusahaan
yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia dan
sekaligus terdaftar di web
NCSR (National Center
for Sustainability Report)
sedangkan dalam
penelitian penulis yaitu 4
BUS dan 7 UUS yang
mempublikasikan
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
economic performance
disclosure, environmental
performance disclosure, dan
social performance
disclosure tidak memiliki
pengaruh terhadap kinerja
keuangan perusahaan baik
secara parsial maupun
secara simultan karena
economic performance
disclosure, environmental
performance disclosure, dan
social performance
disclosure tidak bisa dilihat
dalam jangka pendek.
58
NO Penelitian Metode dan
Variabel
Persamaan dan
Perbedaan Hasil
sustainability report
menggunakan GRI4 pada
tahun 2014-2017.
18
Cut cinthya
mustafa dan
nur handayani
dalam jurnal
Jurnal ilmu &
riset akuntansi
2014
Pengaruh
pengungkapan
corporate
social
responsibility
terhadap
kinerja
keuangan
perusahaan
manufaktur
Metode
penelitian:
kuantitatif
deskriptif
Metode analisa
data : Regresi
linear
berganda
sederhana
Dependen:
ROA, ROE,
Operating
Profit Margin
(OPM), dan
Net Profit
Margin (NPM
Independen:
Pengungkapan
CSR
Persamaan:Terletak pada
variabel independen
yakni pengungkapan
CSR dan menggunakan
regresi linier berganda
Perbedaan:
Terletak pada variabel
dependen pada penelitian
Cut yaitu menggunakan
variabel ROA, ROE,
Operating Profit Margin
(OPM), dan Net Profit
Margin (NPM)
sedangkan dalam
penelitian penulis
menggunakan ROA,
ROE, BOPO dan Capital
Adequace Ratio (CAR).
Pada sampel penelitian
Cut yaitu menggunakan
sampel 11 perusahaan
Manufaktur makanan dan
minuman yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia
(BEI) sedangkan dalam
penelitian penulis yaitu 4
BUS dan 7 UUS yang
mempublikasikan
sustainability report
menggunakan GRI4 pada
tahun 2014-2017.
Hasil penelitian dengan
regresi sederhana
menunjukkan bahwa
corporate social
responsibility (CSR) tidak
berpengaruh terhadap
kinerja keuangan, karena
CSR tidak bisa dilihat dalam
periode yang pendek
melalui laporan tahunan.
59
NO Penelitian Metode dan
Variabel
Persamaan dan
Perbedaan Hasil
19
Monica
oktavia dan
juniarti
business
accounting
review 2015,
Pengaruh
corporate
social
responsibility
terhadap
respon investor
dalam sektor
pertanian
Metode
penelitian:
Kualitatif dan
kuantitatif
Metode analisa
data : Regresi
linear
berganda
sederhana
Dependen:
respon investor
dengan proksi
Cumulative
Abnormal
Return (CAR).
Sementara itu
penelitian ini
menggunakan
Return On
Asset (ROA),
ukuran
perusahaan,
Debt to Equity
Ratio (DER),
dan pangsa
pasar sebagai
variabel
kontrol
Independen:
Pengungkapan
CSR.
Persamaan:Terletak pada
variabel independen
yakni pengungkapan
CSR dan menggunakan
regresi linier berganda
Perbedaan :
Penelitian Monica ini
merupakan penelitian
kualitatif yaitu untuk
menghitung CSR dalam
laporan tahunan
perusahaan dan juga
penelitian kuantitatif
berupa total aset, total
kewajiban, total ekuitas,
total penjualan
perusahaan, total
penjualan industri dan
laba bersih, sedangkan
penelitian penulis
menggunakan metode
kuantitaif deskriptif
Sumber data dalam
penelitian Monica yaitu
dari data harga saham
harian dan IHSG selama
100-128 hari per tahun,
sedangkan dari penelitian
penulis diambil dari
laporan tahunan dan
sustainability report
perusahaan yang
menggunakan GRI4 pada
tahun 2014-2017.
Hasil penelitian yaitu
Corporate Social
Responsibility Index (CSRI)
tidak berpengaruh terhadap
Cummulative Abnormal
Return karena investor tidak
melihat kegiatan CSR yang
dilakukan oleh perusahaan.
20
Rambu leki
dan y. Jogi
christiawan
dalam business
accounting,
2013,
Pengaruh
corporate
Metode
penelitian:
kuantitatif
Metode analisa
data : Regresi
linear
berganda
sederhana
Persamaan:Terletak pada
variabel independen
yakni pengungkapan
CSR dan menggunakan
regresi linier berganda
Perbedaan : Variabel
dependen pada penulisan
Hasil penelitian
menyimpulkan bahwa CSR
tidak berpengaruh terhadap
penjualan dan biaya
operasional. Hal ini
disebabkan karena
pelaksanaan CSR di
60
NO Penelitian Metode dan
Variabel
Persamaan dan
Perbedaan Hasil
social
responsibility
(CSR)
terhadap
penjualan dan
biaya
operasional
perusahaan di
bursa efek
indonesia
tahun 2007-
2011.
Dependen:
penjualan
diukur dengan
log natural
total penjualan,
dan biaya
operasional
diukur dengan
perbandingan
antara biaya
operasional
dengan total
penjualan
Independen:
Pengungkapan
CSR
Rambu yaitu variabel
penjualan diukur dengan
log natural total
penjualan, dan biaya
operasional diukur
dengan perbandingan
antara biaya operasional
dengan total penjualan
sedangkan dalam
penelitian penulis
mengunakan
menggunakan ROA,
ROE, BOPO dan Capital
Adequace Ratio (CAR).
Pada penelitian Rambu
menggunakan sampel 65
perusahaan yang telah
melaporkan kegiatan
CSR secara konsisten
dalam annual report dan
atau sustainability report
selama 2007-2011 serta
menggunakan kurs
rupiah, sedangkan dalam
dalam penelitian penulis
yaitu 4 BUS dan 7 UUS
yang mempublikasikan
sustainability report
menggunakan GRI4 pada
tahun 2014-2017
Indonesia yang mandatori
sehingga motivasi
perusahaan-perusahaan
tersebut melakukan CSR
adalah untuk dapat
menghindarkan perusahaan
dari konflik dengan
masyarakat dan pemerintah,
bukan fokus terhadap
peningkatan inovasi dan
kualitas pada produk,
maupun peduli terhadap
pemeliharaan lingkungan,
penghematan, dan
konservasi energi. Variabel
kontrol firm size dan
produktivitas berpengaruh
signifikan terhadap
penjualan dan biaya
operasional.
Beberapa penelitian diatas menunjukkan perbedaan dengan penelitian yang
penulis lakukan saat ini, secara garis besar terletak pada variabel Y yang berbeda-beda
dan objek penelitiannya, persamaan dengan penelitian terdahulu terlihat dari metode
analisis data sebagian besar menggunakan regresi linier berganda. Hasil yang
diperoleh pada penelitian terdahulu menunjukkan hasil yang signifikan dan tidak
signifikan baik positif maupun negatif.
61
2.9. Kerangka berfikir
Kerangka berfikir yang penulis sampaikan merupakan sebuah pengungkapan
laporan CSR yang penting untuk di laporkan secara menyeluruh karena akan
berpengaruh dalam operasional dan kelangsungan perusahaan. Bukan hanya stake
holder saja yang percaya dengan perusahaan tersebut karena profitnya yang tinggi,
namun juga agar dipercaya oleh masyarakat karena memperhatikan lingkungan dan
sosial sekitar.
Seiring dengan berkembangnya informasi di era globalisasi saat ini
menyebabkan banyak perusahaan di Indonesia bersaing untuk meningkatkan
eksistensi perusahaan di mata sosial masyarakat. Agar perusahaan dapat menarik para
investor dan mendapatkan banyak dukungan dari masyarakat sehingga perusahaan
dapat meningkatkan reputasi perusahaan di masa mendatang dan mempertahankan
keberlangsungan hidup bisnisnya
Penelitian mengenai pengungkapan CSR dengan menggunakan standar GRI
telah digunakan secara luas oleh beberapa peneliti. (Gantino, 2016) juga
menyampaikan bahwa Guidline yang paling banyak dijadikan rujukan dalam CSR
reporting saat ini adalah GRI. GRI membuat sustainability reporting guideline yang
memberikan petunjuk pembuatan laporan dengan memperhatikan aspek ekonomi-
sosial-lingkungan.
Penerapan GRI pada industri perbankan dan perusahaan juga telah dilakukan
oleh penelitian sebelumnya, namun perbedaaannya jika dipenelitian sebelumnya
menggunakan variabel profitabilitas saja. Pada penelitian saat ini selain menggunakan
variabel profitabilitas yang tertuang dalam ROA, ROE, dan BOPO, penulis
mengunakan rasio solvabilitas yaitu CAR.
62
Permasalahan yang terjadi saat ini tidak bisa kita anggap angin lalu, dimana
sebuah perusahaan harus sudah mengetahui betapa pentingnya laporan CSR. Dalam
laporan CSR perusahaan tidak hanya mengungkapkan profitabilitas saja namun juga
mengenai sosial, ekonomi dan lingkungan. Sehingga dalam pembuatan laporan CSR
juga harus diungkapkan secara lengkap sesuai dengan standar yang sudah banyak
digunakan oleh reporting yaitu GRI.
Ketika laporan keuangan diungkapkan dengan baik dan sesuai dengan
standarnya disertai dengan pengungkapan tanggung jawab sosial yang baik akan
menjadikan nilai tambah sebuah perusahaan. Karena perusahaan tidak hanya
dipercaya oleh stakeholder namun juga dipercaya oleh masyarakat. Sehingga penulis
tertarik untuk meneliti mengenai seberapa besar pengaruh pengungkapan CSR
menggunakan GRI4 terhadap kinerja keuangan perbankan syariah tahun 2014-2017.
Oleh karena itu dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut :
Gambar 2.3
Gambar kerangka berfikir pengungkapan CSR terhadap kinerja keuangan
menggunakan GRI4 pada perbankan syariah di Indonesia tahun 2014-2017
Anual report & Sustainability Reportn
Variabel Independen
Pengungkapan CSR dari Sustainability Report
(CSRI)
Uji t Uji F
Metode Regresi Data sederhana
Adjusted R2
Perbankan Syariah
BUS & UUS
Hasil dan Interpretasi
Kesimpulan dan Saran
Profitabilitas
ROA, ROE, BOPO
Solvabilitas
CAR
63
2.10. Pengembangan Hipotesis
2.10.1. Pengaruh Sustainability Report Disclosure terhadap Kinerja Keuangan
Sustainability Report merupakan model pelaporan informasi
perusahaan kepada para pemangku kepentingan (stakeholder). Pelaporan yang
megintegrasikan pelaporan keuangan dengan pelaporan lingkungan, sosial
serta tata kelola perusahaan secara terpadu dalam satu paket pelaporam (Lako,
2014: 128). Dalam Sustainability Report Disclosure Index GRI4
pengungkapan dibagi menjadi tiga dimensi yaitu, dimensi ekonomi, dimensi
lingkungan dan dimensi sosial. Pelaporan kinerja dimensi ekonomi dalam
sustainability report akan meningkatkan transparansi perusahaan yang
berdampak pada kepercayaan investor dan kinerja keuangan.
Penelitian yang dilakukan oleh N. Burhan & Rahmanti (2015)
menyatakan bahwa pengungkapan kinerja ekonomi berpengaruh positif
terhadap kinerja keuangan. Hal ini dikarenakan informasi yang diungkapkan
dalam laporan dimensi ekonomi dapat meyakinkan potensi sumber daya
modal yang kompetitif. Dengan tingkat resiko rendah pada stakeholder dan
hal ini akan berpengaruh terhadap peningkatan laba dan dengan meningkatnya
laba maka kinerja keuangan (ROA) juga akan meningkat.
Dimensi lingkungan adalah dampak yang dihasilkan melalui aktivitas
produksi perusahaan terhadap lingkungan. Diantaranya meliputi bahan yang
digunakan, energi dan konsumsinya, ekosistem, tanah, udara, air dan
konsumsinya, pembuangan, emisi, pelepasan limbah, dan lain-lain.
Kemampuan perusahaan untuk mengkomunikasikan kegiatan lingkungan
dinilai penting. Karena akan meningkatkan reputasi dan kepercayaan
stakeholder dan konsumen dan mengakibatkan peningkatan pendapatan
64
perusahaan. (Wijayanti & Surakarta, 2016) menyatakan bahwa kualitas
pengungkapan lingkungan dengan nilai perusahaan memiliki hubungan yang
positif. Adanya kasus terkait dengan lingkungan yang dialami oleh beberapa
perusahaan menjadi pemicu tuntutan para stakeholder contohnya adalah kasus
lumpur Lapindo Brantas.
Pengungkapan sustainability report dianggap penting untuk menjawab
tuntutan dari para stakeholder yang ingin mengetahui kinerja perusahaan yang
peduli dengan lingkungan. Stakeholder akan merespon positif dengan
memberikan pendanaan bagi perusahaan yang akan berdampak pada
peningkatan kinerja keuangan perusahaan.
Dimensi sosial dalam sustainability report terkait dengan dampak
perusahaan terhadap masyarakat dimana mereka beroperasi, dan menjelaskan
resiko dengan institusi sosial lainnya. Dimensi sosial dibagi dalam 4 aspek,
yaitu hak asasi manusia, masyarakat, tanggungjawab atas produk dan
ketenagakerjaan dan kenyamanan bekerja. Hasil penelitian N. Burhan &
Rahmanti (2015), menunjukkan bahwa pengungkapan sustainability report
dimensi sosial berdampak signifikan terhadap kinerja keuangan. Penerimaan
masyarakat (legitimasi) diharapkan akan meningkatkan nilai perusahaan
melalui image perusahaan yang baik. Pada akhirnya akan mempengaruhi
penjualan dan peningkatan laba perusahaan yang akan meningkatkan kinerja
keuangan.
Guna melaksanakan tanggung jawab sosial yang terprogram dalam
jangka panjang diperlukan biaya yang tidak sedikit. Perusahaan yang
berorientasi laba harus membagi dan menyeimbangkan sumber daya
ekonominya untuk kepentingan bisnis atau pemilik, dan sosial. Perusahaan
65
memerlukan pertimbangan kecukupan modal juga untuk melakukan program-
program CSR. Oleh karena itu, pemikiran untuk melaksanakan program CSR
sering di konsep dengan manfaat jangka panjang yang akan diperoleh
perusahaan.
Dampak terhadap lingkungan dan sosial juga mutlak harus
dipertimbangkan karena tidak sedikit perusahaan yang melaksanakan program
CSR pada bidang yang relevan dengan bisnisnya, sehingga dapat disimpulkan
CSR berhubungan dengan kinerja keuangan.
Berdasarkan uraian dan hasil penelitian tersebut maka hipotesis dalam
penelitian ini yaitu:
1. Ho : Pengungkapan CSR indikator ekonomi sebagai variabel independen tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap CAR, ROA, ROE, dan BOPO.
Ha : Pengungkapan CSR indikator ekonomi sebagai variabel independen memiliki
pengaruh signifikan terhadap CAR, ROA, ROE, dan BOPO.
2. Ho : Pengungkapan CSR indikator sosial sebagai variabel independen tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap CAR, ROA, ROE, dan BOPO.
Ha : Pengungkapan CSR indikator sosial sebagai variabel independen memiliki
pengaruh signifikan terhadap CAR, ROA, ROE, dan BOPO.
3. Ho : Pengungkapan CSR indikator lingkungan sebagai variabel independen tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap CAR, ROA, ROE, dan BOPO.
Ha : Pengungkapan CSR indikator lingkungan sebagai variabel independen
memiliki pengaruh signifikan terhadap CAR, ROA, ROE, dan BOPO.
66
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup dan Jenis Penelitian
Ruang lingkup penelitian penulis memfokuskan pada variabel-variabel yang diuji
yang terdiri dari, pengungkapan CSR terhadap profitabilitas dan solvabilitas BUS dan
UUS di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian analisis pengaruh, karena tujuan
penelitian ini adalah meneliti hubungan pengaruh antara dua variabel, yaitu variabel
bebas yang diproksikan dengan pengungkapan CSR terhadap variabel terikat yaitu
profitabilitas yang diproksikan dengan ROA, ROE, BOPO dan solvabilitas yang
diproksikan dengan CAR.
Data operasional menggunakan data sekunder yaitu laporan tahunan (Anual report)
dan laporan berkelanjutan (sustainability report) yang dikeluarkan oleh masing-masing
BUS dan UUS. Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif deskriptif.
Jenis penelitian kuantitatif merupakan jenis penelitian yang berlandaskan pada filsafat
positivisme, metode ini sebagai metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-
kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis. Metode
ini dinamakan kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis statistik
(Sugiyono, 2016; 39). Jenis penelitian deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang
berkenaan dengan pertanyaan terhadap keadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu
variabel atau lebih “(variabel mandiri adalah variabel yang berdiri sendiri, bukan
variabel independen karena jika variabel independen selalu dipasangkan dengan variabel
dependen)” (Sugiyono, 2016; 35).
Jenis penelitian kuantitatif deskriptif artinya penelitian ini meneliti adanya variabel-
variabel yang akan ditelaah hubungannya serta tujuannya untuk menyajikan gambaran
67
secara terstruktur, faktual, mengenai hubungan fakta-fakta antara variabel bebas dengan
variabel terikat. Jenis penelitian deskriptif kuantitatif yaitu penelitian untuk membuat
deskripsi dari suatu fenomena dengan menggunakan data dalam bentuk jumlah yang
dituangkan untuk menerangkan suatu kejadian dari angka-angka.
3.2. Metode Pengumpulan Data
Sugiyono (2016: 80) menyampaikan populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di
tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari kemudian di tarik kesimpulannya. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh BUS dan UUS yang terdaftar di OJK yang terdiri dari 14
BUS dan 20 UUS. Berikut tabel yang menampilkan daftar Bank Umum Syariah di
Indonesia:
Tabel 3.1 Jumlah Bank Umum Syariah
Bank Umum Syariah
1 PT. Bank Aceh Syariah
2 PT BPD Nusa Tenggara Barat Syariah
3 PT. Bank Muamalat Indonesia
4 PT. Bank BRISyariah
5 PT. Bank Jabar Banten Syariah
6 PT. Bank BNI Syariah
7 PT. Bank Syariah Mandiri
8 PT. Bank Mega Syariah
9 PT. Bank Panin Dubai Syariah
10 PT. Bank Syariah Bukopin
11 PT. BCA Syariah
12 PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah
13 PT. Bank Victoria Syariah
14 PT. Bank Maybank Syariah
Sumber: SPS diterbitkan Oleh OJK., November 2018
Tabel 3.2 Jumlah Unit Usaha Syariah
Unit Usaha Syariah
1 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk
68
Unit Usaha Syariah
2 PT Bank Permata, Tbk
3 PT Bank CIMB Niaga, Tbk
4 PT Bank OCBC NISP, Tbk
5 PT Bank Sinarmas
6 PT Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk.
7 PT BPD DKI
8 PT BPD Daerah Istimewa Yogyakarta
9 PT BPD Jawa Tengah
10 PT BPD Jawa Timur, Tbk
11 PT BPD Sumatera Utara
12 PT BPD Jambi
13 PT BPD Sumatera Barat
14 PT BPD Riau dan Kepulauan Riau
15 PT BPD Sumatera Selatan dan Bangka Belitung
16 PT BPD Kalimantan Selatan
17 PT BPD Kalimantan Barat
18 PD BPD Kalimantan Timur
19 PT BPD Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat
20 PT BPD Nusa Tenggara Barat
Sumber: SPS diterbitkan Oleh OJK., November 2018.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (sugiyono, 2016; 81). Teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh penulis
adalah menggunakan metode Purposive Sampling, teknik ini menggunakan
pertimbangan tertentu untuk menentukan sampel, dan sampel yang dipilih dengan cermat
hingga relevan dengan desain penelitian (Nasution, 2016; 98).
Adapun kriteria pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah:
a. BUS dan UUS yang terdaftar pada OJK yang menerbitkan laporan tahunan (annual
report) dan mengungkapkan laporan berkelanjutan (sustainability report).
b. BUS dan UUS yang menyajikan laporan berkelanjutan (sustainability report)
dengan panduan GRI4.
Berdasarkan pada kriteria pemilihan sampel, maka perusahaan yang memenuhi
kriteria dan dijadikan sampel dalam penelitian ini yaitu 4 BUS dan 7 UUS dengan total
pengungkapan adalah 25 pengungkapan dari tahun 2014-2017.
69
Dalam penelitian ini penulis menggunakan data sekunder, data tersebut berupa
laporan keberlanjutan (sustainability Report) dan laporan tahunan perusahaan (annual
Report) yang diperoleh dari website resmi BUS dan UUS. Data tersier adalah sebagai
data pendukung yang diperoleh dari pihak lain yang tidak berkaitan langsung dengan
penelitian seperti yang diperoleh dari , internet, brosur (Azwar, 2011; 92). Data tersier
yang digunakan oleh penulis yaitu bersumber dari internet.
3.3. Metode Analisis Data
Untuk memperoleh hasil penelitian yang dapat mempresentasikan seluruh variabel
yang digunakan, penelitian ini menggunakan model regresi linear berganda dengan alat
analisis Eviews versi 8.
3.3.1. Statistik Deskriptif
Menurut Ghozali (2017; 31) statistik deskriptif memberikan gambaran atau
deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, nilai
maksimum dan nilai minimum.
3.3.2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2017; 145) uji normalitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi nomal. Uji normalitas pada suatu data sangat diperlukan sebelum
dilakukan analisis statistik parametrik maupun non parametrik, karena data
yang baik adalah yang memiliki distribusi normal. Untuk menguji
normalitas, dapat dilihat dari nilai probability, ketika nilai probability lebih
dari a (0.05) maka data terdistribusi normal dan sebaliknya jika nilai
probability kurang dari a (0.05) maka data tidak terdistribusi normal.
b. Uji Multikolinieritas
70
Menurut Ghozali (2017; 71) uji multikolinearitas digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan yang berarti antara masing-masing
variabel bebas dalam model regresi. Untuk mengetahui ada tidaknya
multikolinearitas di dalam model regresi dapat dilihat dari nilai koefisien
korelasi antar variabel independen. Suatu model dikatakan bebas dari
multikolinieritas apabila nilai koefisien korelasi antar variabel independen
kurang dari 1.
c. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2017; 86) heteroskedastisitas yaitu variabel
pengganggu (ei) yang memiliki variabel yang berbeda dari satu observasi
ke observasi lainnya atau varian antar variabel independen tidak sama.
Untuk mendeteksi adanya gejala heteroskedastisitas dalam model persamaan
regresi digunakan metode ARCH. Kesimpulan yang didapatkan dari uji ini
adalah apabila nilai Prob. Chi-Square lebih dair nilai a (0.05) maka data
dalam penelitian tidak terjadi heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2017; 125-127) uji autokolerasi bertujuan menguji
apakah dalam model regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu
pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).
Jika terjadi kolerasi, maka dinamakan ada problem autokolerasi. Autokolerasi
muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama
lainnya.
Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi digunakan uji LM test.
Uji LM test lebih tepat digunakan daripada uji DW (Durbin Watson) terutama
bila sampel lebih besar dan derajat autokorelasi lebih dari satu. Hasil uji LM
71
test sama dengan uji Durbin Watson yang mengindikasikan adanya
autokorelasi dalam model regresi.
3.3.3. Analisis Regresi
Dalam penelitian ini metode analisis yang digunakan adalah metode
analisis regresi linerar berganda. Analisis regresi linear berganda digunakan
untuk mengetahui pengaruh dari variabel bebas yaitu pengungkapan CSR
terhadap kinerja perusahaan. Model regresi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Dimana :
CAR = Capital Adequaty Ratio
ROA = Return On Asset
ROE = Return On Asset
BOPO = Beban Operasional
α = Konstanta
β = Koefisien yang diestimasi
EC = Dimensi Ekonomi
LN = Dimensi Lingkungan
SO = Dimensi Masyarakat (sosial)
CAR it = α + β1, ECit + β2, LNit + β3, SOit
ROA it = α + β1, ECit + β2, LNit + β3, SOit
ROE it = α + β1, ECit + β2, LNit + β3, SOit
BOPO it = α + β1, ECit + β2, LNit + β3,
72
3.3.4. Uji Hipotesis
Untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis yang diajukan, perlu
digunakan analisi regresi melalui uji t maupun uji f. Tujuan digunakan analisis
regresi adalah untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel independen terhadap
variabel dependen, baik secara parsial maupun secara simultan, serta mengetahui
besarnya dominasi variabel-variabel independen terhadap variabel dependen.
Metode pengujian terhadap hipotesa yang diajukan dilakukan dengan pengujian
secara parsial dan pengujian secara simultan (Nugraheni, 2015).
a. Uji Parsial (Uji Statistik t)
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh masing-masing
variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. Langkah–
langkah yang dilakukan adalah :
1) Merumuskan Hipotesis (Ha)
2) Ha diterima: berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
independen terhadap variabel dependen .
3) Menentukan tingkat taraf signifikansi yaitu sebesar 0.05 (α=0,05)
4) Membandingkan Thitung dengan Ttabel. Nilai Thitung dapat dicari dengan
melihat tabel distribusi t, yakni dengan cara memilih tingkat signifikansi
berbanding dengan N-K.
Dimana :
k = Banyaknya koefisien regresi
N = Banyaknya Observasi
Jika Thitung> Ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima
Jika Thitung< Ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak
73
Sedangkan berdasarkan probabilitas, Ha akan diterima jika probabilitas
kurang dari 0, 05
b. Uji Simultan (Uji Statistik F)
Uji F digunakan untuk menguji signifikansi Pengungkapan CSR
dengan indikator ekonomi, lingkungan dan sosial, terhadap CAR, ROA,
ROE, BOPO.
Langkah–langkah yang dilakukan adalah :
1) Merumuskan Hipotesis (Ha)
2) Ha diterima: berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
independen terhadap variabel dependen .
3) Menentukan tingkat taraf signifikansi yaitu sebesar 0. 05 (α=0, 05).
4) Membandingkan Fhitung dengan Ftabel. Nilai Fhitung dapat dicari dengan
rumus :
Fhitung= melihat n1 (k – 1) dan n2(N – k).
Dimana :
k = Banyaknya koefisien regresi
N = Banyaknya Observasi
Jika Fhitung> Ftabel maka Hoditolak dan Haditerima
Jika Fhitung< Ftabel maka Hoditerima dan Haditolak
Sedangkan berdasarkan probabilitas, Ha akan diterima jika probabilitas
kurang dari 0, 05.
74
3.3.5. Koefisien Determinasi
Pada intinya nilai adjusted R2 mengukur seberapa jauh kemampuan variabel
independen dalam menjelaskan variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah
antara 0 dan 1. Banyak peneliti merekomendasikan untuk menggunakan nilai adjusted
R2 pada saat mengevaluasi model regresi. Keunggulan dari adjusted R
2 adalah
nilainya dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam
model (Nugraheni, 2015).
3.4. Operasional Variabel Penelitian
Pada penelitian ini, penulis menggunakan variabel independen dan dependen, dimana
Menurut sugiyono (2016; 39) variabel independen merupakan variabel bebas, karena
variabel ini merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi penyebab perubahan
atau timbulnya variabel dependen (terikat) dan variabel dependen merupakan variabel
yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.
Variabel dari penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas atau variabel (X) yaitu
pengungkapan CSR dan satu variabel terikat (Y) yaitu kinerja keuangan yang
diproksikan dengan profitabilitas dan solvabilitas. Adapun definisi masing-masing
variabel yaitu :
3.4.1. CSR Disclosure Index (CSRI)
Pengukuran variabel pengungkapan CSR yang dilakukan dengan
pengamatan mengenai ada tidaknya suatu item informasi yang ditentukan dalam
Annual report ataupun pada sustainability report yang menggunakan GRI 4.
Pengungkapan sustainability report didefinisikan sebagai data yang
diungkapkan perusahaan berkaitan dengan aktivitas ekonomi dan sosial yang
dilakukan perusahaan, menggunakan GRI4 meliputi tema indikator sebagai
berikut:
75
a. Aspek Ekonomi- Economics (EC) dengan total 9 item
b. Aspek Lingkungan-Environment (LN) dengan total 34 item
c. Aspek Sosial (SO), dengan total pengungkapan 48 item
Total pengungkapan CSR secara keseluruhan ada 91 item
Pemberian skor untuk item pengungkapan dilakukan dengan menggunakan
skala dikotomi tidak tertimbang (unweighted dichotomous scale) merujuk
pada penulisan terdahulu Widarjo (2011), di mana jika item setiap kategori
pengungkapan GRI4 diungkapkan dalam sustainability report maka akan
diberi nilai satu (1) dan nol (0) jika item tidak diungkapkan. Selanjutnya, skor
dari setiap item dijumlahkan untuk memperoleh total skor pengungkapan
untuk setiap perusahaan. Berikut merupakan gambaran skala tersebut :
Tabel 3.3
Skala pengukuran Dikotomi
Indikator Skala
Tidak diungkapkan 0
Diungkapkan 1
Skala Widarjo (2011)
Setelah dilakukan pemberian skor pada seluruh item, skor tersebut kemudian
dijumlahkan untuk memperoleh keseluruhan skor untuk setiap indikator. Perusahaan
dengan angka indeks yang lebih tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tersebut
melakukan praktik pengungkapan secara lebih komprehensif dibandingkan dengan
perusahan lain. Rumus menghitung kelengkapan pengungkapan laporan keuangan
76
yaitu dengan menggunakan Indeks Wallace dimana penulis merujuk pada penelitian
terdahulu Muhammadinah (2016) formulanya yaitu:
Indeks Wallace = n/k x 100%
Keterangan :
n : Jumlah item yang diungkapkan
k : Jumlah item yang seharusnya diungkapkan
Jika di aplikasikan pada penelitian menggunakan GRI4 maka rumus CSRI yaitu :
a) Dimensi Ekonomi
CSRI EC = Jumlah item yang diungkapkan perusahaan x 100%
9
b) Dimensi Lingkungan
CSRI LN = Jumlah item yang diungkapkan perusahaan x 100%
34
c) Dimensi Sosial
CSRI SO = Jumlah item yang diungkapkan perusahaan x 100%
48
3.4.2. Kinerja keuangan
Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat
sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan mengunakan aturan-
aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar (Fahmi, 2012: 2). Penilaian
Kinerja Keuangan dapat dinilai dengan perhitungan rasio keuangan, dalam
77
penelitian ini rasio yang digunakan merujuk pada penulisan Tito (2016) , yaitu
menggunakan rasio solvabilitas dan profitabilitas.
Dalam mengukur solvabilitas salah satunya yaitu menggunakan Capital
Adequacy Ratio (CAR), rumus untuk mencari capital adequacy ratio sebagai
berikut :
Capital Adequacy Ratio (CAR)
Dalam mengukur profitabilitas menurut Tanor et al (2015) salah satunya yaitu
menggunakan ROA, ROE dan BOPO. Dimana Rumus untuk mencari return on
assets (ROA) sebagai berikut:
Return On Asset (ROA)
Rumus untuk mencari return on equity (ROE) sebagai berikut:
Return On Equity (ROE)
Rumus untuk mencari BOPO sebagai berikut:
BOPO
Penulis dalam hal ini hanya menggunakan rasio solvabilitas yaitu CAR dan
profitabilitas yaitu ROA, ROE, BOPO, dan alasan penulis tidak menggunakan rasio
likuiditas karena aspek likuiditas hanya digunakan untuk melihat aspek dalam jangka
pendek, sedangkan CSR dalam jangka panjang.
78
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2.Tahap Persiapan Data
Untuk menjawab pertanyaan penelitian sebagaimana telah diutarakan dalam Bab 1,
dalam bab ini akan dilakukan analisa data melalui tahap-tahap yang telah diuraikan pada
Bab 3.
4.2.1. Analisis Deskriptif
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, dimana metode
penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat positivisme, metode ini sebagai metode ilmiah/scientific karena telah
memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional
dan sistematis. Metode ini dinamakan kuantitatif karena data penelitian berupa
angka-angka dan analisis statistik (Sugiyono, 2016: 39).
Sumber data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder berupa
laporan berkelanjutan (sustainability report) dan laporan tahunan (annual report)
BUS dan UUS. analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2016: 39). Populasi dalam
penelitian ini yaitu seluruh BUS dan UUS yang terdaftar di OJK tahun 2014-2017
yang berjumlah 14 BUS dan 20 UUS.
Sampel penelitian ditentukan dengan metode purposive sampling dengan
beberapa kriteria tertentu. Dari beberapa kriteria yang telah ditentukan maka
jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 4 BUS dan 7 UUS yang menerbitkan
laporan berkelanjutan (sustainability report) dengan menggunakan standar GRI4
pada tahun 2014-2017 dengan total 11 sampel.
79
Tabel 4.1
Proses Kriteria Pemilihan Sampel
Kriteria sampel penelitian Jumah
BUS dan UUS yang terdaftar pada OJK
tahun 2014 sampai dengan tahun 2017
34
BUS dan UUS yang terdaftar pada OJK
tahun 2014 sampai dengan 2017 yang
menerbitkan laporan tahunan dan
mengungkapkan sustainability report dengan
panduan GRI
12
BUS dan UUS yang terdaftar pada OJK
tahun 2014 sampai dengan 2017 yang
menerbitkan laporan tahunan dan
mengungkapkan sustainability report dengan
panduan GRI4
11
Data di olah oleh penulis tahun 2019
Jumlah populasi BUS dan UUS yang terdaftar di OJK yaitu 14 BUS dan 20
UUS. Berdasarkan kriteria purposive sampling, jumlah sampel yang memenuhi
kriteria di atas adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2. Sampel yang memenuhi kriteria
No Nama-nama BUS
1 BRI syariah
2 BNI Syariah
3 Bank syariah mandiri
80
4 Bank Mualamat
No Nama-nama UUS
1 Danamon
2 Bank Permata
3 Maybank
4 BTN
5 BPD Jateng
6 BPD Jatim
7 BPD Sumut
Data di olah oleh penulis tahun 2019
4.2.2. Deskriptif Statistik Variabel Terikat dan Variabel Bebas
Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran atau deskripsi
empiris atas data yang dikumpulkan dalam penelitian (Ferdinand: 2014). Statistik
deskriptif dalam penelitian ini memberikan gambaran atau deskripsi sampel yang
dilihat dari nilai rata-rata (mean), nilai maksimum dan minimum dari sampel yang
digunakan.
T
a
b
e
l
4
.3 Statistik Deskriptif Data
CAR ROA ROE BOPO EKONOMI LINGKUNGAN SOSIAL
Mean 17.28360 1.757200 14.16120 87.54000 50.12000 18.08000 31.64000
Median 15.78000 1.440000 11.94000 85.56000 44.00000 15.00000 23.00000
Maximum 24.65000 4.900000 38.30000 150.8000 100.0000 47.00000 75.00000
Minimum 12.85000 0.110000 0.870000 68.63000 22.00000 0.000000 10.00000
Std. Dev. 3.403783 1.172716 9.271700 16.01010 21.48123 12.39597 19.85967
Observations 25 25 25 25 25 25 25
81
Sumber: Hasil output Eviews 8, 2019
Tabel 4.3 menunjukan bahwa jumlah 34 BUS dan UUS yang menjadi
sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 4 BUS dan 7 UUS yang melakukan
25 pengungkapan CSR selama kurun waktu 2014-2017. Berdasarkan tabel di atas
dapat diketahui bahwa nilai maksimum dari indikator ekonomi adalah sebesar
100% yaitu BPD Jawa Tengah, nilai minimum sebesar 22% yaitu BNI Syariah,
BRI syariah, Bank Permata, dan Maybank. Dengan nilai mean pengungkapan
indikator ekonomi yaitu sebesar 50.12%.
Nilai maksimum dari indikator lingkungan adalah sebesar 47% yaitu BTN,
nilai minimum sebesar 0% yaitu BNI Syariah, BRI syariah, BPD Sumatera Utara,
dapat dilihat pada variabel lingkungan dari tahun 2014-2017. Dengan nilai mean
pengungkapan indikator lingkungan yaitu sebesar 18.08%.
Nilai maksimum dari variabel sosial adalah sebesar 75% yaitu BTN pada
tahun 2015, nilai minimum sebesar 10% yaitu BNI Syariah, BRI syariah, Bank
Permata dan BTN di tahun 2014. Dengan nilai mean pengungkapan indikator
sosial yaitu sebesar 31.64%.
Nilai CAR maksimum adalah sebesar 24.65% yaitu BPD Jawa Timur, nilai
minimum 12.85% yaitu Bank Syariah Mandiri, dengan mean sebesar 17.28%
dengan standar deviasi sebesar 3.40%. Nilai mean sebesar 17.28%, lebih kecil dari
standar deviasi, hal ini menunjukan adanya penyimpangan yang tidak merata
karena penyebaran data bersifat fluktuatif.
82
Nilai ROA maksimum adalah sebesar 4.90% yaitu Bank Permata, nilai
minimum 0.11% yaitu Bank Muamalat, dengan rata-rata sebesar 1.75% dengan
standar deviasi sebesar 1.17%. Nilai mean sebesar 1.75%, lebih besar dari standar
deviasi, hal ini menunjukan adanya penyimpangan yang merata karena penyebaran
data bersifat fluktuatif.
Nilai ROE maksimum adalah sebesar 38.30% yaitu Bank Permata, nilai
minimum 0.87% yaitu Bank Muamalat, dengan rata-rata sebesar 14.16% dengan
standar deviasi sebesar 9.27%. Nilai mean sebesar 14.16%, lebih besar dari
standar deviasi, hal ini menunjukan adanya penyimpangan yang merata karena
penyebaran data bersifat fluktuatif.
Nilai BOPO maksimum adalah sebesar 150.80% yaitu Bank Permata, nilai
minimum 68.63% yaitu Bank Muamalat, dengan rata-rata sebesar 87.54% dengan
standar deviasi sebesar 6.71%. Nilai mean sebesar 87.54%, lebih besar dari
standar deviasi, hal ini menunjukan adanya penyimpangan yang merata karena
penyebaran data bersifat fluktuatif.
4.2.3. Uji Asumsi Klasik
4.2.3.1.Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2017; 145) uji normalitas dilakukan untuk
mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual
terdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui hal tersebut dilakukan
pengujian dengan menyusun hipotesis:
H0 : data tidak berdistribusi normal
Ha : data berdistribusi normal
83
Pengujian normalitas dilakukan dengan melihat nilai probability
melalui pengukuran tingkat signifikansi sebesar 5% atau 0.05. Data
dikatakan berdistribusi normal apabila nilai probability lebih dari a atau
0.05. Sebaliknya apabila nilai probability kurang dari 0.05 maka data tidak
berdistribusi normal. Hasil pengujian normalitas dalam penelitian disajikan
dalam gambar 4.1 di bawah ini:
Gambar 4.1. Hasil Uji Normalitas Variabel CAR
0
1
2
3
4
5
6
-6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6
Series: ResidualsSample 1 25Observations 25
Mean 2.88e-15Median -0.339775Maximum 5.761558Minimum -5.487033Std. Dev. 3.028484Skewness 0.078794Kurtosis 2.329275
Jarque-Bera 0.494485Probability 0.780951
Sumber: Hasil output Eviews 8, 2019
Berdasarkan Gambar 4.1 dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi
normal, karena nilai probability lebih dari a atau 0.05 yaitu 0.780 dan uji
normalitas data untuk penelitian variabel ROA dijelaskan oleh Gambar 4.2
di bawah ini:
Gambar 4.2. Hasil Uji Normalitas Variabel ROA
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
-2.0 -1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0
Series: Residuals
Sample 1 25
Observations 25
Mean 1.33e-16
Median 0.105272
Maximum 1.950806
Minimum -1.920998
Std. Dev. 0.837757
Skewness -0.476921
Kurtosis 3.809665
Jarque-Bera 1.630594
Probability 0.442508
Sumber: Hasil output Eviews 8, 2019
Berdasarkan Gambar 4.2 dapat disimpulakan bahwa data
terdistribusi normal, karena nilai probability lebih dari a atau 0.05 yaitu
84
0.442 dan uji normalitas data untuk penelitian variabel ROE dijelaskan oleh
Gambar 4.3 di bawah ini:
Gambar 4.3. Hasil Uji Normalitas Variabel ROE
0
2
4
6
8
10
12
14
-2.0 -1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0
Series: ResidualsSample 1 25Observations 25
Mean 2.49e-16Median 0.129701Maximum 1.854219Minimum -1.925422Std. Dev. 0.804130Skewness -0.532137Kurtosis 4.083332
Jarque-Bera 2.402382Probability 0.300836
Sumber: Hasil output Eviews 8, 2019
Berdasarkan Gambar 4.3 dapat disimpulakan bahwa data
terdistribusi normal, karena nilai probability lebih dari a atau 0.05 yaitu
0.300 dan uji normalitas data untuk penelitian variabel BOPO dijelaskan
oleh Gambar 4.4 di bawah ini:
Gambar 4.4. Hasil Uji Normalitas Variabel BOPO
0
1
2
3
4
5
6
-0.04 -0.02 0.00 0.02 0.04 0.06
Series: ResidualsSample 1 25Observations 25
Mean 3.66e-16Median -0.001308Maximum 0.068278Minimum -0.036515Std. Dev. 0.023624Skewness 0.934426Kurtosis 3.960726
Jarque-Bera 4.599584Probability 0.100280
Sumber: Hasil output Eviews 8, 2019
85
Berdasarkan Gambar 4.4 dapat disimpulakan bahwa data
terdistribusi normal, karena nilai probability lebih dari a atau 0.05 yaitu
0.100.
4.2.3.2.Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas digunakan untuk menguji ada tidaknya
hubungan yang berarti antara masing-masing variabel bebas dalam model
regresi (Ghozali, 2017; 71). Suatu model regresi dikatakan bebas dari
multikolinieritas apabila nilai koefisien korelasi antar variabel bebas kurang
dari satu. Hasil pengujian multikolinieritas untuk data penelitian dapat
dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini:
Tabel 4.5. Hasil Uji Multikolinearitas
EKONOMI LINGKUNGAN SOSIAL
EKONOMI 1.000000 0.520247 0.861059
LINGKUNGAN 0.520247 1.000000 0.500264
SOSIAL 0.861059 0.500264 1.000000
Sumber: Hasil output Eviews 8, 2019
Berdasarkan tabel 4.5 hasil uji multikolinieritas menunjukan bahwa
tidak ada variabel dalam penelitian ini yang memiliki koefisien korelasi
lebih dari 1. Hal ini menyimpulkan bahwa model regresi untuk data yang
digunakan dalam penelitian ini tidak terjadi multikolinieritas.
4.2.3.3.Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2011; 86) pengujian heteroskedastisitas bertujuan
untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian
dari residual atau pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari
residual suatu pengamatan tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika
berbeda disebut heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi adanya gejala
86
heteroskedastisitas dalam model persamaan regresi digunakan metode
ARCH. Kesimpulan yang diambil dari metode ini adalah apabila nilai Prob.
Chi-Square lebih dari a (0.05) maka pada model tidak terjadi
heteroskedastisitas. Hasil pengujian heteroskedastisitas untuk data
penelitian variabel CAR, yang dijelaskan pada Tabel 4.6 di bawah ini:
Tabel 4.6. Uji Heteroskedastisitas CAR
Heteroskedasticity Test: ARCH
F-statistic 0.245966 Prob. F(1,22) 0.6248
Obs*R-squared 0.265359 Prob. Chi-Square(1) 0.6065
Sumber: Hasil output Eviews, 2019
Berdasarkan hasil pengujian, dapat disimpulkan bahwa di dalam
model regresi untuk data penelitian CAR tidak terdapat gejala
heteroskedastisitas. Hal ini ditunjukan dengan nilai Prob. Chi-Square yang
lebih besar dari nilai a atau 0.05 yaitu sebesar 0.6065, hasil yang sama
ditunjukkan pada data penelitian variabel ROA, yang dijelaskan pada Tabel
4.7 di bawah ini:
Tabel 4.7. Uji Heteroskedastisitas ROA
Heteroskedasticity Test: ARCH
F-statistic 0.200104 Prob. F(1,22) 0.6590
Obs*R-squared 0.216328 Prob. Chi-Square(1) 0.6419
87
Sumber: Hasil output Eviews, 2019
Berdasarkan hasil pengujian, dapat disimpulkan bahwa di dalam
model regresi untuk data penelitian ROA tidak terdapat gejala
heteroskedastisitas. Hal ini ditunjukan dengan nilai Prob. Chi-Square yang
lebih besar dari nilai a atau 0.05 yaitu sebesar 0.6419 dan pada data
penelitian variabel ROE, yang dijelaskan pada Tabel 4.8 di bawah ini:
Tabel 4.8. Uji Heteroskedastisitas ROE
Heteroskedasticity Test: ARCH
F-statistic 0.420175 Prob. F(1,22) 0.5236
Obs*R-squared 0.449783 Prob. Chi-Square(1) 0.5024
Sumber: Hasil output Eviews, 2019
Berdasarkan hasil pengujian, dapat disimpulkan bahwa di dalam
model regresi untuk data penelitian ROE tidak terdapat gejala
heteroskedastisitas. Hal ini ditunjukan dengan nilai Prob. Chi-Square yang
lebih besar dari nilai a atau 0.05 yaitu sebesar 0.5024 dan pada data
penelitian variabel BOPO, yang dijelaskan pada Tabel 4.9 di bawah ini:
Heteroskedasticity Test: ARCH
F-statistic 0.481130 Prob. F(1,22) 0.4952
88
Tabel 4.9. Uji Heteroskedastisitas BOPO
Sumber: Hasil output Eviews, 2019
Berdasarkan hasil pengujian, dapat disimpulkan bahwa di dalam
model regresi untuk data penelitian BOPO tidak terdapat gejala
heteroskedastisitas. Hal ini ditunjukan dengan nilai Prob. Chi-Square yang
lebih besar dari nilai a atau 0.05 yaitu sebesar 0.5024.
4.2.3.4.Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2017: 125-127) uji autokolerasi bertujuan
menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antar kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya). Kesimpulan yang diambil dari metode ini adalah apabila
nilai Prob. Chi-Square lebih dari a (0.05) maka pada model tidak terjadi
autokorelasi.
Hasil perhitungan uji autokorelasi variabel CAR dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
Tabel 4.10 Hasil Uji Autokorelasi CAR
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 1.999328 Prob. F(2,19) 0.1629
Obs*R-squared 4.346619 Prob. Chi-Square(2) 0.1138
Sumber: Hasil output Eviews, 2019
Obs*R-squared 0.513636 Prob. Chi-Square(1) 0.4736
89
Berdasarkan hasil pengujian, dapat disimpulkan bahwa di dalam
model regresi variabel CAR, tidak terdapat gejala autokorelasi. Hal ini
ditunjukan dengan nilai Prob. Chi-Square yang lebih besar dari nilai a atau
0.05 yaitu sebesar 0.1138
Hasil perhitungan uji autokorelasi variabel ROA dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
Tabel 4.11 Hasil Uji Autokorelasi ROA
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 0.176863 Prob. F(2,19) 0.8393
Obs*R-squared 0.456921 Prob. Chi-Square(2) 0.7958
Sumber: Hasil output Eviews, 2019
Berdasarkan hasil pengujian, dapat disimpulkan bahwa di dalam
model regresi variabel ROA, tidak terdapat gejala autokorelasi. Hal ini
ditunjukan dengan nilai Prob. Chi-Square yang lebih besar dari nilai a atau
0.05 yaitu sebesar 0.7958.
Tabel 4.12 Hasil Uji Autokorelasi ROE
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 0.094369 Prob. F(2,19) 0.9104
Obs*R-squared 0.245896 Prob. Chi-Square(2) 0.8843
Sumber: Hasil output Eviews, 2019
Berdasarkan hasil pengujian, dapat disimpulkan bahwa di dalam
model regresi variabel ROE, tidak terdapat gejala autokorelasi. Hal ini
ditunjukan dengan nilai Prob. Chi-Square yang lebih besar dari nilai a atau
0.05 yaitu sebesar 0.8843.
90
Tabel 4.13 Hasil Uji Autokorelasi BOPO
Sumber: Hasil output Eviews, 2019
Berdasarkan hasil pengujian, dapat disimpulkan bahwa di dalam
model regresi variabel BOPO, tidak terdapat gejala autokorelasi. Hal ini
ditunjukan dengan nilai Prob. Chi-Square yang lebih besar dari nilai a atau
0.05 yaitu sebesar 0.2619.
4.3.Analisis Regresi Linier Berganda
4.3.1. Uji t atau Parsial
a. Regresi Linier Berganda Variabel CAR
Tabel 4.14. Hasil Uji t Variabel CAR
Dependent Variable: CAR
Method: Least Squares
Date: 02/16/19 Time: 01:39
Sample: 1 25
Included observations: 25
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 15.46043 1.776129 8.704565 0.0000
EKONOMI 0.136239 0.061791 2.204852 0.0388
LINGKUNGAN -0.072864 0.062884 -1.158697 0.2596
SOSIAL -0.116553 0.065921 -1.768089 0.0916
R-squared 0.208362 Mean dependent var 17.28360
Adjusted R-squared 0.095271 S.D. dependent var 3.403783
Sumber: Hasil output Eviews, 2019
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 1.140549 Prob. F(2,19) 0.3406
Obs*R-squared 2.679723 Prob. Chi-Square(2) 0.2619
91
Dari tabel 4.14 di atas dapat dituliskan persamaan regresi sebagai berikut:
(CAR it = α + β1 ECit + β2 LNit + β3 SOit )
Dari persamaan regresi di atas dapat diartikan sebagai berikut:
1. Constant = 15.46043, nilai ini menunjukan bahwa jika variabel
independen dianggap konstan maka pengungkapan pada variabel ekonomi
sebesar 15.46043.
2. Prob indikator ekonomi sebesar 0.0388 menunjukkan bahwa CSR
indikator ekonomi berpengaruh terhadap CAR karena kurang dari 0.05.
Koefisien regresi ekonomi sebesar 0.136239 menunjukkan pengaruh
positif signifikan. Artinya bila pengungkapan indikator ekonomi
mengalami peningkatan sebesar 1% maka akan diikuti kenaikan CAR
perusahaan sebesar 13.62%, dengan asumsi bahwa variabel independen
lain konstan atau tetap
3. Prob indikator lingkungan sebesar 0.2596 menunjukkan bahwa CSR
indikator lingkungan tidak berpengaruh terhadap CAR karena lebih besar
dari 0.05. Koefisien regresi lingkungan sebesar -0.072864 menunjukkan
hasil negatif. Artinya bila pengungkapan indikator lingkungan mengalami
peningkatan sebesar 1% maka akan diikuti penurunan variabel CAR
perusahaan sebesar 7.28%, dengan asumsi bahwa variabel independen lain
konstan atau tetap.
4. Prob indikator lingkungan sebesar 0.0916 menunjukkan bahwa CSR
indikator sosial tidak berpengaruh terhadap CAR karena lebih besar dari
0.05. Koefisien regresi sosial sebesar -0.116553 menunjukkan hasil
negatif. Artinya bila pengungkapan indikator sosial mengalami
peningkatan sebesar 1% maka akan diikuti penurunan variabel CAR
92
perusahaan sebesar 11.65%, dengan asumsi bahwa variabel independen
lain konstan atau tetap.
5. Koefisien determinasi dilihat dari Adjusted R-squared sebesar 0.095271,
hal ini menunjukkan 9.52% variabel X dapat menjelaskan variabel Y, dan
selebihnya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat di dalam
model.
b. Regresi Linier Berganda Variabel ROA
Tabel 4.15. Hasil Uji t Variabel ROA
Dependent Variable: LNROA
Method: Least Squares
Date: 02/16/19 Time: 01:41
Sample: 1 25
Included observations: 25
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -0.685702 0.491323 -1.395623 0.1774
EKONOMI 0.031921 0.017093 1.867522 0.0758
LINGKUNGAN 0.021518 0.017395 1.237007 0.2297
SOSIAL -0.033281 0.018235 -1.825089 0.0822
R-squared 0.231671 Mean dependent var 0.250228
Adjusted R-squared 0.121909 S.D. dependent var 0.955750
Sumber: Hasil output Eviews, 2019
Dari tabel 4.15 di atas dapat dituliskan persamaan regresi sebagai berikut:
(ROAit = α + β1 ECit + β2 LNit + β3 SOit)
Dari persamaan regresi di atas dapat diartikan sebagai berikut:
1. Constant = -0.685702, nilai ini menunjukan bahwa jika variabel
independen dianggap konstan maka pengungkapan pada variabel ekonomi
sebesar -0.685702.
2. Prob indikator ekonomi sebesar 0.0758 menunjukkan bahwa CSR
indikator ekonomi tidak berpengaruh terhadap ROA karena lebih besar
93
dari 0.05. Koefisien regresi ekonomi sebesar 0.031921. Artinya bila
pengungkapan indikator ekonomi mengalami peningkatan sebesar 1%
maka akan diikuti kenaikan ROA perusahaan sebesar 3.19%, dengan
asumsi bahwa variabel independen lain konstan atau tetap.
3. Prob indikator lingkungan sebesar 0.2297 menunjukkan bahwa CSR
indikator lingkungan tidak berpengaruh terhadap ROA karena lebih besar
dari 0.05.Koefisien regresi lingkungan sebesar 0.021518. Artinya bila
pengungkapan indikator lingkungan mengalami peningkatan sebesar 1%
maka akan diikuti kenaikan ROA perusahaan sebesar 2.15%, dengan
asumsi bahwa variabel independen lain konstan atau tetap.
4. Prob indikator sosial sebesar 0.0822 menunjukkan bahwa CSR indikator
sosial tidak berpengaruh terhadap ROA karena lebih besar dari
0.05.Koefisien regresi sosial sebesar -0.033281. Artinya bila
pengungkapan indikator sosial mengalami peningkatan sebesar 1% maka
akan diikuti penurunan variabel ROA perusahaan sebesar 3.32%, dengan
asumsi bahwa variabel independen lain konstan atau tetap.
5. Koefisien determinasi dilihat dari Adjusted R-squared sebesar 0.121909,
hal ini menunjukkan 12.19% variabel X dapat menjelaskan variabel Y,
dan selebihnya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat di dalam
model.
c. Regresi Linier Berganda Variabel ROE
Tabel 4.16. Hasil Uji t Variabel ROE
Dependent Variable: LNROE
Method: Least Squares
Date: 02/16/19 Time: 01:44
Sample: 1 25
Included observations: 25
94
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 1.346471 0.471602 2.855102 0.0095
EKONOMI 0.028187 0.016407 1.718002 0.1005
LINGKUNGAN 0.024694 0.016697 1.478938 0.1540
SOSIAL -0.026950 0.017503 -1.539688 0.1386
R-squared 0.251806 Mean dependent var 2.352975
Adjusted R-squared 0.144921 S.D. dependent var 0.929649
Sumber: Hasil output Eviews, 2019
Dari tabel 4.16 di atas dapat dituliskan persamaan regresi sebagai berikut:
(ROE it = α + β1, ECit + β2, LNit + β3, SOit)
Dari persamaan regresi di atas dapat diartikan sebagai berikut:
1. Constant = 1.346471, nilai ini menunjukan bahwa jika variabel independen
dianggap konstan maka pengungkapan pada variabel ekonomi sebesar
1.346471.
2. Prob indikator ekonomi sebesar 0.1005 menunjukkan bahwa CSR indikator
ekonomi tidak berpengaruh terhadap ROE karena lebih besar dari 0.05.
Koefisien regresi ekonomi sebesar 0.028187. Artinya bila pengungkapan
indikator ekonomi mengalami peningkatan sebesar 1% maka akan diikuti
kenaikan ROE perusahaan sebesar 2.81%, dengan asumsi bahwa variabel
independen lain konstan atau tetap.
3. Prob indikator lingkungan sebesar 0.1540 menunjukkan bahwa CSR
indikator lingkungan tidak berpengaruh terhadap ROE karena lebih besar
dari 0.05. Koefisien regresi lingkungan sebesar 0.024694. Artinya bila
pengungkapan indikator lingkungan mengalami peningkatan sebesar 1%
maka akan diikuti kenaikan ROE perusahaan sebesar 2.46 %, dengan
asumsi bahwa variabel independen lain konstan atau tetap.
95
4. Prob indikator sosial sebesar 0.1386 menunjukkan bahwa CSR indikator
sosial tidak berpengaruh terhadap ROE karena lebih besar dari 0.05.
Koefisien regresi sosial sebesar -0.026950. Artinya bila pengungkapan
indikator sosial mengalami peningkatan sebesar 1% maka akan diikuti
penurunan variabel ROE perusahaan sebesar 2.69%, dengan asumsi bahwa
variabel independen lain konstan atau tetap.
5. Koefisien determinasi dilihat dari Adjusted R-squared sebesar 0.144921, hal
ini menunjukkan 14.49% variabel X dapat menjelaskan variabel Y, dan
selebihnya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat di dalam model.
d. Regresi Linier Berganda Variabel BOPO
Tabel 4.17. Uji t Variabel BOPO
Dependent Variable: LNBOPO
Method: Least Squares
Date: 02/16/19 Time: 01:46
Sample: 1 25
Included observations: 25
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 1.549089 0.013855 111.8065 0.0000
EKONOMI -0.002332 0.000482 -4.837121 0.0001
LINGKUNGAN 0.000294 0.000491 0.600149 0.5548
SOSIAL 0.001794 0.000514 3.487839 0.0022
R-squared 0.541134 Mean dependent var 1.494303
Adjusted R-squared 0.475582 S.D. dependent var 0.034875
Sumber: Hasil output Eviews, 2019
Dari tabel 4.17 di atas dapat dituliskan persamaan regresi sebagai berikut:
(BOPOit = α + β1 ECit + β2 LNit + β3 SOit )
Dari persamaan regresi di atas dapat diartikan sebagai berikut:
96
1. Constant = 1.549089, nilai ini menunjukan bahwa jika variabel
independen dianggap konstan maka pengungkapan pada variabel ekonomi
sebesar 1.549089.
2. Prob indikator ekonomi sebesar 0.0001 menunjukkan bahwa CSR
indikator ekonomi berpengaruh terhadap BOPO karena kurang dari 0.05.
Koefisien regresi ekonomi sebesar -0.002332 menunjukkan CSR indikator
ekonomi berpengaruh negatif. Artinya bila pengungkapan indikator
ekonomi mengalami peningkatan sebesar 1% maka akan diikuti
penurunan variabel BOPO perusahaan sebesar 0.23%, dengan asumsi
bahwa variabel independen lain konstan atau tetap.
3. Prob indikator lingkungan sebesar 0.5548 menunjukkan bahwa CSR
indikator lingkungan tidak berpengaruh terhadap BOPO karena lebih
besar dari 0.05. Koefisien regresi lingkungan sebesar 0.000294. Artinya
bila pengungkapan indikator lingkungan mengalami peningkatan sebesar
1% maka akan diikuti kenaikan BOPO perusahaan sebesar 0.02%, dengan
asumsi bahwa variabel independen lain konstan atau tetap.
4. Prob indikator sosial sebesar 0.0022 menunjukkan bahwa CSR indikator
sosial berpengaruh terhadap BOPO karena kurang dari 0.05. Koefisien
regresi sosial sebesar 0.001794 menunjukkan CSR indikator ekonomi
berpengaruh positif. Artinya bila pengungkapan indikator sosial
mengalami peningkatan sebesar 1% maka akan diikuti kenaikan BOPO
perusahaan sebesar 0.17%, dengan asumsi bahwa variabel independen lain
konstan atau tetap.
5. Koefisien determinasi dilihat dari Adjusted R-squared sebesar 0.475582,
hal ini menunjukkan 47.55% variabel X dapat menjelaskan variabel Y,
97
dan selebihnya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat di dalam
model.
4.3.2. Uji Simultan/ Uji F (overall significance test)
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah seluruh variabel independen
dalam model penelitian memiliki pengaruh terhadap variabel dependen (Ghozali
dan Ratmono: 2013). Tabel 4.19 di bawah menunjukan hasil dari uji F variabel
CAR :
Tabel 4.18 Hasil uji F variabel CAR
R-squared 0.208362 Mean dependent var 17.28360
Adjusted R-squared 0.095271 S.D. dependent var 3.403783
S.E. of regression 3.237585 Akaike info criterion 5.333179
Sum squared resid 220.1211 Schwarz criterion 5.528199
Log likelihood -62.66474 Hannan-Quinn criter. 5.387270
F-statistic 1.842424 Durbin-Watson stat 2.332550
Prob(F-statistic) 0.170414
Sumber: Hasil output Eviews, 2019
Dari tabel 4.18 di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa secara simultan
indikator pengungkapan ekonomi, sosial dan lingkungan tidak berpengaruh
terhadap CAR. Hal ini dibuktikan dengan nilai F sebesar 1.842424 dengan nilai
probabilitas sebesar 0.170414 yang lebih dari tingkat signifikansi 5% atau 0.05.
Dengan demikian secara simultan variabel independen dalam penelitian ini tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen.
Tabel 4.19 Hasil uji F variabel ROA
R-squared 0.231671 Mean dependent var 0.250228
Adjusted R-squared 0.121909 S.D. dependent var 0.955750
S.E. of regression 0.895600 Akaike info criterion 2.763000
Sum squared resid 16.84407 Schwarz criterion 2.958020
Log likelihood -30.53750 Hannan-Quinn criter. 2.817090
F-statistic 2.110676 Durbin-Watson stat 1.807639
98
Prob(F-statistic) 0.129342
Sumber: Hasil output Eviews, 2019
Dari tabel 4.19 di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa secara simultan
indikator pengungkapan ekonomi, sosial dan lingkungan tidak berpengaruh
terhadap ROA. Hal ini dibuktikan dengan nilai F sebesar 2.110676 dengan nilai
probabilitas sebesar 0.129342 yang lebih dari tingkat signifikansi 5% atau 0.05.
Dengan demikian secara simultan variabel independen dalam penelitian ini tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen.
Tabel 4.20 Hasil uji F variabel ROE
R-squared 0.251806 Mean dependent var 2.352975
Adjusted R-squared 0.144921 S.D. dependent var 0.929649
S.E. of regression 0.859651 Akaike info criterion 2.681066
Sum squared resid 15.51900 Schwarz criterion 2.876087
Log likelihood -29.51333 Hannan-Quinn criter. 2.735157
F-statistic 2.355858 Durbin-Watson stat 1.800111
Prob(F-statistic) 0.100911
Sumber: Hasil output Eviews, 2019
Dari tabel 4.20 di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa secara simultan
indikator pengungkapan ekonomi, sosial dan lingkungan tidak berpengaruh
terhadap ROE. Hal ini dibuktikan dengan nilai F sebesar 2.355858 dengan nilai
probabilitas sebesar 0.100911 yang lebih dari tingkat signifikansi 5% atau 0.05.
Dengan demikian secara simultan variabel independen dalam penelitian ini tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen.
Tabel 4.21 Hasil uji F variabel BOPO
R-squared 0.541134 Mean dependent var 1.494303
Adjusted R-squared 0.475582 S.D. dependent var 0.034875
S.E. of regression 0.025256 Akaike info criterion -4.373899
Sum squared resid 0.013395 Schwarz criterion -4.178879
Log likelihood 58.67374 Hannan-Quinn criter. -4.319809
99
F-statistic 8.255007 Durbin-Watson stat 2.167635
Prob(F-statistic) 0.000808
Sumber: Hasil output Eviews, 2019
Dari tabel 4.21 di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa secara simultan
indikator pengungkapan ekonomi, sosial dan lingkungan berpengaruh terhadap
BOPO. Hal ini dibuktikan dengan nilai F sebesar 8.255007 dengan nilai
probabilitas sebesar 0.000808 yang kurang dari tingkat signifikansi 5% atau 0.05.
Dengan demikian secara simultan variabel independen dalam penelitian ini
berpengaruh terhadap variabel dependen.
4.4.Pembahasan
4.4.1. Pengungkapan CSR dan CAR
Berdasarkan tabel 4.18 diatas dapat dikatakan bahwa data CSR terhadap
CAR tidak memiliki pengaruh secara simultan. Hal ini menunjukkan bahwa
dalam berinvestasi para investor tidak melihat seberapa besar pengungkapan
CSR-nya, karena besarnya pengungkapan CSR tidak mencerminkan kondisi
CAR-nya, yang dilihat oleh investor lebih banyak pada laporan keuangannya saja.
Tidak berpengaruhnya pengungkapan CSR terhadap CAR, hal ini
didukung dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Juniarti (2012) yang
menyatakan bahwa CSR tidak berpengaruh terhadap CAR dan penelitian ini
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Agustine (2014) yang menyatakan
bahwa investor tidak melihat kegiatan CSR yang dilakukan oleh perusahaan
karena aktivitas CSR di Indonesia merupakan hal yang relatif baru sehingga
investor tidak mempertimbangkan hal tersebut. Purwaningsih & Wirajaya
(2014) menyatakan bahwa CSR yang diungkapkan perusahaan bukan faktor
penting yang menjadi pertimbangan investor dalam berinvestasi.
100
Hal tersebut bertolak belakang dengan penelitian (Tito, 2010) bahwa
pengungkapan CSR mempunyai dampak atau pengaruh terhadap kinerja
keuangan yang diukur menggunakan CAR. Karena dengan adanya
pengungkapan CSR yang merupakan keinginan stakeholder untuk meminimalisir
kerugian dan meningkatkan aktivitasnya serta sebagai wujud tanggung jawab
kepada para stakeholder. Maka reputasi perusahaan akan terlindungi dihadapan
stakeholdernya dan lebih mengenal perusahaan sebagai perusahaan dengan nilai
yang baik. Reputasi yang baik inilah yang akan membuat stakeholder
menanamkan modalnya ke perusahaan, sehingga pengungkapan CSR
berpengaruh terhadap CAR.
Secara parsial pada indikator ekonomi, Ha CSR indikator ekonomi
berpengaruh terhadap CAR diterima, dilihat dari tabel 4.14 bahwa CSR indikator
ekonomi berpengaruh positif terhadap CAR. Saat CSR tinggi maka modal yang di
dapatkan oleh investor juga akan tinggi. Hal ini dikarenakan saat indikator
ekonomi diungkapkan lebih banyak maka stakeholder, masyarakat dan
pemerintah akan melihat pengungkapan CSR dalam indikator ekonomi lebih
transparan. Sehingga membuat kepercayaan stakeholder, masyarakat dan
pemerintah semakin tinggi. Saat kepercayaan stakeholder tinggi maka akan
mempengaruhi keputusan untuk berinvestasi sehingga mempengaruhi kecukupan
modal bank syariah.
Hal tersebut sejalan dengan penelitian terdahulu Lindawati & Puspita
(2015), yang menyatakan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan dalam aspek
ekonomi mendominasi pelaksanaan tanggung jawab perusahaan kepada
stakeholder. Hal ini dikarenakan tanggung jawab ekonomi merupakan prasyarat
101
untuk dapat melaksanakan tanggung jawab yang lain seperti tanggung jawab
legal, etis, dan kemitraan.
Berbeda dengan pengungkapan CSR pada indikator lingkungan, Ho CSR
variabel lingkungan tidak berpengaruh terhadap CAR di terima dan Ho CSR
variabel sosial tidak berpengaruh terhadap CAR di terima. Hal tersebut karena
indikator lingkungan dan sosial tidak memiliki hubungan secara langsung dengan
investor, sehingga investor belum mempertimbangkan indikator tersebut.
Didukung dengan penelitian Oktavia et al (2017), dimana CSR merupakan hal
yang relatif baru sehingga investor tidak mempertimbangkan hal tersebut.
Purwaningsih et al (2014) juga menyatakan bahwa CSR yang diungkapkan
perusahaan bukan faktor penting yang menjadi pertimbangan investor dalam
berinvestasi.
4.4.2. Pengungkapan CSR dan ROA
Berdasarkan dari tabel 4.19 diatas dapat dikatakan bahwa pengungkapan
CSR terhadap ROA tidak memiliki pengaruh secara simultan. Hal ini disebabkan
karena manajemen perusahaan tidak merasa perlu untuk memberikan informasi
sosial karena informasi tersebut tidak terlalu mempengaruhi posisi dan
kompensasi yang diterima oleh manajemen perusahaan. Karena perusahaan
menganggap pengungkapan sosial dan lingkungan pada CSR tidak berdampak
langsung dengan pebankan syariah. Berdasarkan SOP bank syariah bahwa
besaran dana CSR yang dikeluarkan ditentukan berdasarkan ROA dan ROE tahun
sebelumnya, sehingga CSR tidak berpengaruh terhadap ROA dan ROE.
Pada laporan tahunan perusahaan setelah ROA di catat dan di
publikasikan maka besaran dana CSR dikeluarkan, sehingga pengungkapan CSR
tidak mempengaruhi ROA. Hal ini didukung dengan penelitian terdahulu
102
(Winardi, 2009) yang menyampaikan jenis perusahaan perbankan yang tidak
berdampak langsung pada sumber daya alam juga merupakan salah satu faktor
kecilnya suatu pengungkapan CSR tidak berpengaruh terhadap profitabilitas
(ROA). Sehingga, dengan melakukan pengungkapan CSR tidak dapat
memberikan dampak atau mempengaruhi ROA perusahaan. Namun berbeda
dengan penelitian (M Rosdwianti, Moch. Dzulkirom AR, Zahroh Z.A, 2019)
yang menunjukan bahwa CSR berpengaruh signifikan terhadap ROA
perusahaan, karena saat CSR banyak diungkapkan maka akan menaikkan citra
perusahaan di depan investor dan akan meningkatkan profitabilitas.
Secara parsial pada indikator ekonomi, Ho CSR variabel ekonomi tidak
berpengaruh terhadap ROA di terima, karena penelitian ini dilakukan dalam
jangka waktu yang pendek sehingga tidak bisa menggambarkan secara
keseluruhan mengenai pengaruh CSR terhadap indikator ekonomi. Hal ini sesuai
dengan penelitian terdahulu (Sakti, 2015) mengatakan bahwa akan membutuhkan
waktu yang panjang untuk mengetahui efek dari pembangunan reputasi yang baik
bagi perusahaan yang memilih untuk melakukan pengungkapan secara sukarela,
sehingga tidak berpengaruh pada indikator ekonomi.
Pada indikator lingkungan, Ho CSR variabel lingkungan tidak
berpengaruh terhadap ROA di terima, karena dampak lingkungan akan terasa
setelah mangsa pasar bergerak ke arah positif, perusahaan akan berkembang dan
kinerja keuangannyapun akan membaik. Namun dalam jangka waktu yang
pendek, dampak tersebut tidak dapat terlihat karena pengaruh pengungkapan
kinerja lingkungan terhadap kinerja keuangan perusahaan tidak terjadi secara
cepat atau instan. Pada indikator lingkungan juga tidak berhubungan langsung
dengan bank syariah, hal ini sesuai dengan penulisan terdahulu (Winardi, 2009)
103
yang menyampaikan jenis perusahaan perbankan yang tidak berdampak langsung
pada sumber daya alam juga merupakan salah satu faktor kecilnya suatu
pengungkapan CSR tidak berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA). Sesuai SOP
pada penyusunan laporan keuangan perbankan syariah, ROA perusahaan di
publikasikan pada akhir tahun tutup buku, sedangkan CSR di keluarkan pada
awal tahun berikutnya saat RUPS. Hal tersebut membuat CSR tidak berpengaruh
terhadap besarnya ROA.
Pada indikator sosial Ho CSR variabel sosial tidak berpengaruh terhadap
ROA di terima, karena indikator sosial mempengaruhi nilai perusahaan secara
bertahap. Setelah mempengaruhi nilai perusahaan, indikator sosial akan
mempengaruhi mangsa pasar, setelahnya mempengaruhi kinerja keuangan
perusahaan. Semua itu terjadi dalam jangka panjang sehingga dalam jangka
pendek indikator sosial tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja
keuangan perusahaan. Hal ini sesuai dengan Adhima (2010) yang menyatakan
bahwa pengungkapan kinerja sosial bersifat netral terhadap kinerja keuangan
perusahaan sehingga indikator sosial tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Hasil penelitan ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan (N. Burhan & Rahmanti, 2015) yang menyampaikan bahwa social
perforamance disclosure memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja keuangan perusahaan karena berinvestasi dalam perusahaan yang
menguntungkan dan bertanggung jawab secara sosial akan lebih baik daripada
berinvestasi di perusahaan dengan profitabilitas tinggi tetapi telah mengabaikan
lingkungan.
104
Tinginya pengungkapan CSR tidak mempengaruhi besarnya ROA
perusahaan. Karena ketika pengungkapan CSR tinggi tidak akan membuat margin
bertambah. Hal tersebut dapat disebabkan karena kurangnya apresiasi dan respon
positif dari stakeholder terhadap aktivitas maupun pengungkapan CSR. Pengaruh
dari implementasi CSR membutuhkan waktu yang lebih lama atau dalam jangka
panjang, dan tidak bisa dilihat dalam jangka waktu pendek. Sesuai dengan
penulisan terdahulu (Sitorus & Mangoting, 2014) yang menyampaikan bahwa
variabel ekonomi, lingkungan, tenaga kerja, hak asasi manusia,
kemasyarakatan dan tanggung jawab produk tidak berpengaruh terhadap
profit perusahaan consumer goods di Indonesia. Berbeda dengan penelitian (M
Rosdwianti Moch. Dzulkirom AR Zahroh Z.A, 2019) bahwa CSR berpengaruh
signifikan terhadap ROA perusahaan karena pelaksanaan CSR menciptakan citra
yang baik bagi perusahaan sehingga mempengaruhi ROA.
4.4.3. Pengungkapan CSR terhadap ROE
Berdasarkan dari tabel 4.20 diatas dapat dikatakan bahwa data CSR
terhadap ROE tidak memiliki pengaruh secara simultan. Kegiatan CSR yang
dilakukan di Indonesia bersifat mandatory sehingga CSR yang dilakukan
merupakan sebuah upaya perusahaan untuk meyakinkan konsumen untuk
memilih produk yang ditawarkan oleh perusahaan. Banyak atau sedikit kegiatan
CSR tidak akan mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli produk yang
ditawarkan perusahaan, sehingga tidak mempengaruhi profitabilitas/ROE
perusahaan. Sesuai SOP pada penyusunan laporan perbankan syariah, ROE
perusahaan di publikasikan pada akhir tahun tutup buku, sedangkan CSR di
keluarkan pada awal tahun berikutnya saat RUPS. Hal tersebut membuat
besarnya pengungkapan CSR tidak berpengaruh terhadap besarnya ROE.
105
Hal ini di dukung dengan penelitian terdahulu (Mantaputri & Widodo,
2016) bahwa CSR tidak terdapat pengaruh signifikan antara pengungkapan CSR
terhadap ROA maupun ROE karena pengungkapan sosial tidak terlalu
mempengaruhi posisi dan kompensasi yang diterima oleh manajemen perusahaan.
Berbeda dengan penelitian (Tito, 2010) hasil menunjukkan bahwa
pengungkapan CSR mempunyai dampak atau pengaruh terhadap kinerja
keuangan yang diukur menggunakan ROE karena dengan adanya
pengungkapan CSR yang merupakan keinginan stakeholder untuk meminimalisir
kerugian dan meningkatkan aktivitasnya serta sebagai wujud tanggung jawab
kepada para stakeholder. Maka reputasi perusahaan akan terlindungi dihadapan
stakeholdernya dan lebih mengenal perusahaan sebagai perusahaan dengan nilai
yang baik. Sehingga dengan pengungkapan CSR akan meningkatkan
profitabilitasnya.
Secara parsial pada indikator ekonomi, Ho CSR variabel ekonomi tidak
berpengaruh terhadap ROE di terima, karena penelitian ini dilakukan dalam
jangka waktu yang pendek sehingga tidak bisa menggambarkan secara
keseluruhan mengenai pengaruh pengungkapan CSR variabel ekonomi terhadap
ROE. Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu (Sakti, 2015) yang mengatakan
bahwa akan membutuhkan waktu yang panjang untuk mengetahui efek dari
pembangunan reputasi yang baik bagi perusahaan yang memilih untuk melakukan
pengungkapan secara sukarela, sehingga tidak berpengaruh pada indikator
ekonomi.
Pada indikator lingkungan, Ho Pengungkapan CSR dalam indikator
lingkungan tidak berpengaruh terhadap ROE diterima karena dampak lingkungan
akan terasa setelah mangsa pasar meningkat. Perusahaan akan berkembang dan
106
kinerja keuangannyapun akan membaik. Namun dalam jangka waktu yang
pendek, dampak tersebut tidak dapat terlihat karena pengaruh pengungkapan
kinerja lingkungan terhadap kinerja keuangan perusahaan tidak terjadi secara
cepat.
Pada indikator sosial, Ho Pengungkapan CSR dalam indikator sosial tidak
berpengaruh terhadap ROE diterima, karena indikator sosial mempengaruhi nilai
perusahaan secara bertahap. Setelah mempengaruhi nilai perusahaan, indikator
sosial akan mempengaruhi efek pasar dan masyarakat, setelahnya mempengaruhi
kinerja keuangan perusahaan. Semua itu terjadi dalam jangka panjang sehingga
dalam jangka pendek indikator sosial tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap kinerja keuangan perusahaan
Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu Sakti (2015) yang
menyampaikan CSRDI tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
variabel kinerja keuangan yang diproksikan dengan ROE karena perusahaan
tambang tidak berhubungan secara langsung dengan masyarakat. Aras et al
(2010) juga menambahkan bahwa penemuan ini disebabkan karena CSR masih
belum pantas untuk dikaitkan dengan kinerja keuangan dan ekonomi perusahaan
pada negara berkembang saat ini. Penemuan yang sama juga ditemukan oleh
Criso istomo et al (2011) dimana ia tidak menemukan adanya hubungan CSR
dengan financial accounting performance.
Berbeda dengan penelitian Margaretha, Farah; Witedjo (2014) bahwa
CSR menghasilkan pengaruh negatif signifikan terhadap ROE karena dalam
pengungkapan CSR mengeluarkan biaya dan akan mengurangi ROE perusahaan.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Makni et al (2008) yang menemukan
107
pengaruh negatif yang signifikan CSR dimensi lingkungan terhadap ROE karena
pengungkapan CSR akan mengurangi ROE perusahaan.
Hal ini menunjukkan bahwa tingginya penggungkapan CSR indikator
ekonomi, lingkungan dan sosial tidak memiliki pengaruh terhadap ROE
perusahaan karena kegiatan CSR yang dilakukan di Indonesia bersifat mandatory
sehingga CSR yang dilakukan merupakan sebuah upaya perusahaan untuk
meyakinkan konsumen untuk memilih produk yang ditawarkan oleh perusahaan.
Sehingga banyak atau sedikit kegiatan CSR tidak akan mempengaruhi keputusan
konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan perusahaan, sehingga tidak
akan mempengaruhi profitabilitas perusahaan dalam bentuk ROE.
Pada penelitian ini CSR indikator ekonomi, lingkungan sosial tidak
memberikan pengaruh terhadap profitabilitas perusahaan, karena menurut Riven
BTS & Paskah Ika Nugroho (2018) kegiatan CSR ini akan dirasakan dalam
jangka panjang. Didukung juga dengan teori legitimasi yang mengatakan bahwa
jika profitability suatu perusahaan memperoleh laba yang tinggi, maka
perusahaan tidak perlu melaporkan informasi keuangan sehingga dapat
menimbulkan atau mengganggu sistematika pelaporan keuangan suatu
perusahaan tersebut.
4.4.4. Pengungkapan CSR terhadap BOPO
Berdasarkan dari tabel 4.21 diatas dapat dikatakan bahwa secara simultan
CSR terhadap BOPO memiliki pengaruh. Hal ini didukung dengan penelitian
terdahulu Permanasari (2016) bahwa penerapan Corporate Social Responsibility
berpengaruh terhadap biaya operasi perusahaan karena CSR yang tinggi akan
meningkatkan biaya operasional perusahaan. Berbeda dengan penelitian
(Kristanto, 2015) yang menyatakan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR)
108
tidak berpengaruh terhadap BOPO perusahaan karena perusahaan
mengungkapkan CSR hanya untuk mematuhi undang-undang dan tidak
berpengaruh terhadap biaya operasional.
Secara parsial pada indikator ekonomi berpengaruh dengan variabel
BOPO sehingga Ha pengungkapan CSR indikator ekonomi berpengaruh terhadap
BOPO diterima, arah hubungannya negatif sehingga saat CSR ekonomi
meningkat maka BOPO perusahaan akan menurun.
Semakin tinggi CSR indikator ekonomi maka akan semakin rendah BOPO
nya, karena aktivitas CSR yang dilakukan perusahaan akan mengurangi biaya
operasional yang dikeluarkan. Semakin tinggi pengungkapan indikator
ekonominya maka semakin membuktikan perusahaan tersebut melakukan
kegiatan ekonomi dengan melakukan penghematan dalam penggunaan sumber
daya sehingga akan menurunkan biaya operasionalnya. Hal ini di dukung dengan
penulisan (Riven BTS & Paskah Ika Nugroho, 2018) pada perusahaan-perusahaan
di Republik Ceko mengemukakan bahwa CSR berpengaruh positif terhadap profit
yang disebabkan oleh penurunan biaya. Dengan demikian, CSR berpengaruh
menurunkan biaya perusahaan.
Secara parsial pada indikator lingkungan tidak berpengaruh dengan
variabel BOPO, sehingga Ho pengaruh CSR variabel lingkungan tidak
berpengaruh terhadap BOPO di terima. Artinya saat pengungkapan CSR besar
maka tidak berpengaruh terhadap BOPO, karena pengungkapan indikator
lingkungan dampaknya tidak bisa dilihat dalam jangka waktu pendek. Hal ini
disebabkan timbal balik dari lingkungan akan diketahui dalam jangka waktu
panjang, apabila hanya dilihat dari laporan tahunan perusahaan dalam jangka
109
waktu pendek maka tidak akan terlihat pengaruhnya terhadap BOPO. Konsentrasi
dari CSR juga lebih banyak ke indikator sosial daripada lingkungan.
Hal tersebut di dukung dengan tulisan terdahulu (Riven BTS & Paskah
Ika Nugroho, 2018) yang menyatakan bahwa dalam tanggung jawab sosial
terbanyak di Indonesia adalah berupa kegiatan kepedulian terhadap
masyarakat sekitar dan kesejahteraan karyawan. Bukan kegiatan kepedulian
untuk pemeliharaan lingkungan, penghematan, dan konservasi energi. Hal
inilah yang menyebabkan CSR di Indonesia tidak berpengaruh signifikan
mempengaruhi penjualan dan biaya operasional perusahaan.
Secara parsial pada indikator sosial berpengaruh dengan variabel BOPO
sehingga Ha pengaruh pengungkapan CSR variabel sosial berpengaruh terhadap
BOPO diterima, dan menunjukkan hubungan yang positif. Artinya saat CSR
indikator sosial meningkat maka BOPO juga akan meningkat. CSR indikator
sosial banyak diungkapkan maka pemangku kepentingan akan melihatnya ke arah
yang positif, karena perusahaan perduli dengan masyarakat atau sosial. Hal
tersebut akan meningkatkan biaya operasional melalui kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh perusahaan.
Hal ini di dukung oleh Leki et al (2013) dalam tanggung jawab sosial
terbanyak di Indonesia adalah berupa kegiatan kepedulian terhadap
masyarakat sekitar dan kesejahteraan karyawan. Semakin banyak perusahaan
mengungkapkan kegiatan sosialnya maka terlihat perusahaan banyak melakukan
kegiatan sosial yang setiap kegiatannya mengeluarkan biaya, secara otomatis
akan meningkatkan BOPO.
Hal tersebut di sampaikan juga oleh (Reni & Anggraini, 2006) bahwa
perusahaan harus menyajikan laba yang lebih tinggi pada saat sekarang
110
dibandingkan laba di masa depan. Supaya perusahaan dapat menyajikan laba
yang lebih tinggi, maka perusahaan harus mengurangi biaya-biaya (termasuk
biaya-biaya untuk mengungkapkan informasi sosial). Dari penulisn terdahulu
maka dapat terlihat bahwa semakin tinggi mengungkapkan informasi sosial akan
semakin tinggi juga biaya operasionalnya.
Hasil pembahasan pada penelitian yang di lakukan oleh penulis juga dapat
memperlihatkan seberapa besar variabel X dapat menjelaskan variabel Y sebagai
berikut:
a. Adjusted R-squared sebesar 0.095271, hal ini menunjukkan 9.52% variabel
pengungkapan CSR dapat menjelaskan variabel CAR, dan selebihnya
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat di dalam model.
b. Adjusted R-squared sebesar 0.121909, hal ini menunjukkan 12.19% variabel
CSR dapat menjelaskan variabel ROA, dan selebihnya dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak terdapat di dalam model.
c. Adjusted R-squared sebesar 0.144921, hal ini menunjukkan 14.49% variabel
CSR dapat menjelaskan variabel ROE, dan selebihnya dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak terdapat di dalam model.
d. Adjusted R-squared sebesar 0.475582, hal ini menunjukkan 47.55% variabel
CSR dapat menjelaskan variabel BOPO, dan selebihnya dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak terdapat di dalam model.
Secara garis besar mengenai Pengungkapan CSR dan pengaruhnya
terhadap kinerja keuangan tergambar dari hasil sebagai berikut:
a. CSR tidak berpengaruh terhadap profitabilitas karena SOP pada penyusunan
laporan perbankan syariah, ROA dan ROE perusahaan di publikasikan pada
akhir tahun tutup buku, sedangkan CSR di keluarkan pada awal tahun
111
berikutnya saat RUPS. Hal tersebut membuat besarnya pengungkapan CSR
tidak berpengaruh terhadap besarnya ROA dan ROE.
b. CSR indikator ekonomi berpengaruh positif terhadap CAR diungkapkan
lebih banyak maka stakeholder, masyarakat dan pemerintah akan melihat
pengungkapan CSR dalam indikator ekonomi lebih transparan. Sehingga
membuat kepercayaan stakeholder, masyarakat dan pemerintah semakin
tinggi. Saat kepercayaan stakeholder tinggi maka akan mempengaruhi
keputusan untuk berinvestasi sehingga mempengaruhi kecukupan modal
bank syariah.
c. CSR indikator ekonomi berpengaruh negatif terhadap BOPO karena
semakin tinggi pengungkapan indikator ekonominya maka semakin
membuktikan perusahaan tersebut melakukan kegiatan ekonomi dengan
melakukan penghematan dalam penggunaan sumber daya sehingga akan
menurunkan biaya operasionalnya.
d. CSR indikator sosial berpengaruh positif terhadap BOPO banyak
diungkapkan maka pemangku kepentingan akan melihatnya ke arah yang
positif, karena perusahaan perduli dengan masyarakat atau sosial. Hal
tersebut akan meningkatkan biaya operasional melalui kegiatan-kegiatan
yang dilakukan oleh perusahaan.
e. CSR indikator sosial tidak berpengaruh terhadap CAR karena indikator sosial
tidak memiliki hubungan secara langsung dengan investor, sehingga investor
belum mempertimbangkan indikator tersebut.
f. CSR indikator lingkungan tidak berpengaruh terhadap CAR, ROA, ROE,
BOPO karena pada indikator lingkungan tidaka da hubungan langsung
dengan bank syariah, sehingga tidak berpengaruh terhadap bank syariah.
112
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan
Berdasarkan hasil output data regresi linier berganda dan pembahasan yang telah
diuraikan diatas, maka dari hal tersebut dapat ditarik kesimpulan untuk menjawab
rumusan masalah ialah sebagai berikut:
a. Variabel pengungkapan CSR indikator ekonomi secara parsial berpengaruh
terhadap CAR pada BUS dan UUS periode 2014-2017. Berbeda dengan variabel
pengungkapan CSR indikator lingkungan dan sosial secara parsial tidak
berpengaruh terhadap CAR pada BUS dan UUS periode 2014-2017.
b. Variabel pengungkapan CSR indikator ekonomi, lingkungan dan sosial secara
parsial tidak berpengaruh terhadap ROA pada BUS dan UUS periode 2014-2017.
c. Variabel pengungkapan CSR indikator ekonomi, ligkungan dan sosial secara
parsial tidak berpengaruh terhadap ROE pada BUS dan UUS periode 2014-2017.
d. Variabel pengungkapan CSR indikator ekonomi dan sosial secara parsial
berpengaruh terhadap BOPO pada BUS dan UUS periode 2014-2017. Berbeda
dengan variabel pengungkapan CSR indikator lingkungan secara parsial tidak
berpengaruh terhadap BOPO pada BUS dan UUS periode 2014-2017.
e. Berdasarkan uji F atau uji Simultan yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan
bahwa pengungkapan CSR tidak memiliki pengaruh terhadap CAR pada BUS
dan UUS periode 2014-2017.
f. Berdasarkan uji F atau uji Simultan yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan
bahwa pengungkapan CSR tidak memiliki pengaruh terhadap ROA pada BUS
dan UUS periode 2014-2017.
113
g. Berdasarkan uji F atau uji Simultan yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan
bahwa pengungkapan CSR tidak memiliki pengaruh terhadap ROE BUS dan
UUS periode 2014-2017.
h. Berdasarkan uji F atau uji Simultan yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan
bahwa pengungkapan CSR memiliki pengaruh terhadap BOPO pada BUS dan
UUS periode 2014-2017.
5.2.Saran
a. Penelitian selanjutnya
Saran penulis dalam penelitian ini antara lain, peneliti selanjutnya hendaknya
dapat menambah sampel penelitian maupun rentang waktu penelitian, sehingga
memiliki titik observasi yang lebih banyak dan lebih mencerminkan keadaan
sebenarnya. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan mengembangkan dan
menambahkan variabel dependen lain guna mengetahui adakah variabel-variabel
yang secara teoritis berpengaruh terhadap pengungkapan CSR perbankan syariah.
Penelitian selanjutnya juga diharapkan menggunakan kuisioner (metode
penelitian kualitatif).
b. Bank syariah
Saran untuk bank syariah yaitu perlu adanya peningkatan presentase
pengungkapan karena terbukti dari penelitian diatas bahwa pengungkapan CSR
berpengaruh terhadap BOPO, meskipun secara simultan tidak berpengaruh
terhadap CAR, ROA, dan ROE. perusahaan tetap diharapkan dapat menerapkan
CSR lebih efektif lagi sebagai salah satu strategi yang menjadi keunggulan
kompetitif perusahaan dibandingkan dengan kompetitor lain. Hal ini dikarenakan
CSR tidak hanya dapat memberi manfaat bagi masyarakat dan lingkungan, tetapi
juga bermanfaat bagi perusahaan itu sendiri dalam keberlanjutan usahanya.
114
c. Investor
Investor harus mempertimbangkan profit dan berkelanjutan bank syariah.Bank
yang mengungkan laporan CSR secara berkesinambungan akan memiliki citra
yang baik di masyarakat sehingga akan meningkatkan kepercayaan masyarakat.
Pada saat masyarakat percaya dengan bank syariah maka akan meningkatkan
loyalitasnya terhadap bank syariah. Dengan demikian keberlanjutan perusahaan
akan terjaga dengan pelaksanaan CSR yang baik.
d. Pemerintah dan Lembaga Regulalator
- Pemerintah diharapkan mengeluarkan peraturan yang lebih jelas terkait
dengan CSR. Peraturan terkait dengan CSR harus bisa di terima oleh semua
lapisan masyarakat dan perusahaan. Pemerintah juga harus berperan aktif
dalam sosialisasi betapa pentingnya laporan CSR pada unit-unt bisnis ataupun
masyarakat karena perusahaan dan masyarakat merupakan dua hal yang tidak
dapat terpisahkan, sehingga keduanya harus mengetahui betapa pentingnya
laporan CSR untuk diungkapkan.
- Laporan CSR terbatas pada laporan sustainability report yang dibuat
pertahun, sarannya agar dibuatkan formulasi laporan jangka panjang
tersendiri (5 tahun), agar bisa terlihat dan terungkap manfaat dan dampak
jangka panjang investasi CSR.
- Indikator GRI seharusnya mampu mengukur dampak lingkungan yang
bersifat jangka panjang, termasuk dalam hal pembiayaan perbankan syariah
terhadap perusahaan-perusahaan yang menjadi nasabah pembiayaan.
e. Penelitian ini memiliki keterbatasan, yaitu;
- Jumlah sampel penelitian yang relatif terbatas sejumlah 4 BUS dan 7 UUS
data bank syariah dari total populasi penelitian sejumlah 34 Bank syariah di
115
Indonesia. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah jumlah
sampel penelitian.
- Dalam penelitian ini hanya menggunakan periode penelitian selama 4 tahun,
sehingga hasil jangka panjang diabaikan. Untuk penelitian selanjutnya
disarankan untuk memperpanjang periode, sehingga menghasilkan sampel
yang lebih banyak.
116
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Andreas Lako. (2011). Dekonstruksi CSR & Reformasi Paradigma Bisnis & Akuntansi.
Semarang: Erlangga.
Andreas Lako. (2014). Green Economy menghijaukan ekonomi bisnis & akuntansi.
Semarang: Erlangga.
Imam Ghozali, Dwi Ratmono. (2017). Analisis Multivariat dan Ekonometrika teori, konsep,
dan aplikasi dengan Eviesws 10. Semarang: Universitas diponegoro.
Kasmir. (2012). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali pers.
Sugiyono. (2016). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta.
S.Nasution . (2016). Metode Research (penelitian ilmiah). Jakarta : Bumi aksara.
Saifudin Azwar. (2011). Metode penelitian cet.XII. Yogyakarta: Pustaka belajar.
Yusuf Wibisono. (2007). Membedah Konsep dan Aplikasi CSR Coorporate Sosial
Responsibility. Gresik: Fashco Publishig.
Jurnal
Andi Kartika. (2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan laporan keuangan
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek di Indonesia. Jurnal kajian
akuntansi, I(1), 29-47.
Ang Swat Lin Lindawati dan Marsella Eka Puspita. (2015). Corporate social responsibility:
implikasi stakeholder dan legitimacy gap dalam peningkatan kinerja perusahaan.
Jurnal Akuntansi Multiparadigma. VI(1), 157-174.
Annisa Hayatun N. Burhan dan Wiwin Rahmanti. (2012). The Impact Of Sustainability
Reporting On Company Performance. Journal of Economics, Business, and
Accountancy Ventura, XV(2), 257 – 272.
Bima Putranto Sejati & Andri Prastiwi. (2015). Pengaruh Pengungkapan Sustainability
Report Dan Terhadap Kinerja Dan Nilai Perusahaan. Diponegoro Journal Of
Accounting, IV(1), 1-12.
Christina Widhi Astuti. (2015). Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Terhadap Reaksi Pasar. Jurnal Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan, IV(2).
117
Cut Cinthya Mustafa dan Nur Handayani, Pengaruh Pengungkapan Corporate Social
Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur. (2014). Jurnal
ilmu & Riset Akuntansi, III(6).
Desak putu suciwati, Desak putu arie pradnyan dan cening ardina, Pengaruh corporate social
responsibility terhadap kinerja keuangan (pada perusahaan sektor pertambangan di
bei tahun 2010-2013). (2016). Jurnal Bisnis Dan Kewirausahaan XII(2).
Devinta Angelia Artisa, Yeterina Nugrahanti dan Ari Budi Kristanto. (2015).
Pengaruhcorporate Social Responsibility (CSR) terhadap biaya operasional dan
profitabilitas (studi pada perusahaan tekstil dan garment yang terdaftar di bursa efek
indonesia tahun 2011-2012. Prosiding seminar nasional & call for papers Kinerja
Perbankan, Bisnis dan Ekonomi Indonesia.
Dewi Ayou Masrurroh dan Ade Sofyan Mulazid. (2017). Analisa Pengaruh Size Perusahaan,
Capital Adequacy Ratio (Car), Non Perfoming Financing (Npf), Return On Asset
(Roa), Financing Deposit Ratio (Fdr) Terhadap Pengungkapan Corporate Social
Responsibility (CSR) Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode 2012-2015. Jurnal
Human Falah, IV(1).
Edward Nelling and Elizabeth Webb. (2008). Corporate social responsibility and financial
performance: the ‘‘virtuous circle’’ revisited. International journal School of
Business, La Salle University, Philadelphia.
Eko Nofianto dan Linda Agustina. (2014). Analisis Pengaruh Sustainability Report Terhadap
Kinerja Keuangan Perusahaan. Accounting Analysis Journal. III(3).
Endang Nugraheni. (2015). Analisis pengaruh capital adequacy ratio (car),financing to
deposit ratio (fdr), bebanoperasional – pendapatan operasional (bopo) dan non
performing financing (npf) terhadap return on asset (roa) pada pt.bank syariah
mandiri. Tesis, Medan: Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan.
Farah Margaretha. (2014). CSR, Nilai Perusahaan Dan Kinerja Keuangan Perusahaan Pada
Industri Pertambangan Dan Manufaktur Di Indonesia. Media Riset Akuntansi,
Auditing & Informasi, XIV(1).
Fr. Reni Retno Anggraini. (2006). Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan
(Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang terdaftar Bursa Efek Jakarta).
Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang.
Haslinda Yusoff et al. (2013). The Influence of CSR Disclosure Structure on Corporate
Financial Performance: Evidence from Stakeholders’ Perspectives. international
journal Procedia Economics and Finance.
Ibnu dipraja. (2014) Pengaruh corporate social responsibility terhadap kinerja keuangan (
studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bei tahun 2010-2012). Dian
Nuswantara University Journal Of Accounting.
118
Ike Devi Sulistyaningtyas. (2006). Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam Program
Kampanye Sosial. Jurnal Ilmu Komunikasi, III(1). 63-76.
Iwan Fakhruddin dan Tri Purwanti. (2015). Pengaruh Rasio Kesehatan Bank Terhadap
Kinerja Keuangan Bank Syariah Periode 2010-2013. Jurnal Kompartemen, XIII(2).
Mangoting, Grace Christy Taruli Sitorus dan Yenni. (2014). Pengaruh Pengungkapan
Corporate Social Responsibility Terhadap Profit Perusahaan Consumer Goods di
Indonesia Tahun 2010-2012. Jurnal Tax & Accounting Review, IV(1).
Maria Wijaya. (2012). Faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab
sosial pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Akuntansi, I(1).
Mega Karunia Rosdwianti dan Moch. Dzulkirom Ar zahroh Z.A. (2016). Pengaruh corporate
social responsibility (CSR) terhadap profitabilitas perusahaan (studi pada sektor
industri barang konsumsi yang terdaftar di bursa efek indonesia periode 2013-2014).
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), XXXVIII (2).
Megawati cheng. (2011). Pengaruh pengungkapan corporate social responsibility terhadap
abnormal return. Jurnal akuntansi dan keuangan, XIII(1).
Melissa Olivia Tanor, Harijanto Sabijono dan Stanley Kho Walandouw. (2015). Analisis
laporan keuangan dalam mengukur kinerja keuangan pada pt. Bank artha graha
internasional, tbk. Jurnal EMBA, III(3), 639-649.
Mirra Permanasari. (2010). Pengaruh Penerapan Corporate Social Responsibility Terhadap
Tingkat Profitabilitas, Besaran Pajak Penghasilan, Dan Biaya Operasi Pada
Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi Akuntansi,
Universitas Gunadarma.
Monica oktavia dan juniarti. (2015). Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap
Respon Investor dalam sektor pertanian. Jurnal Business Accounting Review, III(2).
Muhammadinah. (2016). Analisis Kelengkapan Pengungkapan Corporate Social
Responsibility (CSR) Berdasarkan Indeks Global Reporting Initiative (GRI) Pada Bank
Umum Syariah (BUS) Di Indonesia. Jurnal Finance, II(2).
Nesa Mantaputri dan Arry Widodo. (2016). Pengaruh Pengungkapan Corporate Social
Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Asuransi Yang Terdaftar Di
Bei Tahun 2010- 2014. Jurnal e-Proceeding of Management, III(3).
Obafemi R. Oyewumi, Oluwabunmi A. Ogunmeru and Collins S. Oboh. (2018). Investment
in corporate social responsibility, disclosure practices, and financial performance of
banks in Nigeria. International journal Department of Accounting, University of Lagos,
Akoka, Lagos, Nigeria.
Prichilia Rumengan, Grace B. Nangoi & Sinjte Rondonuwu. (2017). Pengaruh Corporate
Social Responsibility Terhadap Profitabilitas Perusahaan Pada PT Bank Central Asia
Periode Tahun 2010-2015. Jurnal Emba, V(1), 164 – 172.
119
Rambu leki dan Y. Jogi Christiawan. (2013). Pengaruh Corporate Social Responsibility
(CSR) terhadap Penjualan dan Biaya Operasional Perusahaan di Bursa Efek Indonesia
tahun 2007-2011. Business Accounting Review, I(2).
Rilla Gantino. (2016). Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2008-2014. Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis, III(2), 19-32.
Rita Wijayanti. (2016). Pengaruh Pengungkapan sustainability Reportterhadap Kinerja
Keuangan perusahaan. Syariah Paper Accounting FEB UMS.
Riven BTS dan Paskah Ika Nugroho. (2018). Pengaruh Corporate Social
Responsibility(CSR) Terhadap Biaya Operasional dan Profitabilitas. The National
Conferences Management and Business (NCMAB).
Rizki Anshari Rafianto. (2015). Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility
dan Kinerja Lingkungan Terhadap Kinerja keuangan (Studi pada Sektor
Pertambangan di Bursa Efek Indonesia pada Periode 2010-2012). Jurnal e-Proceeding
of Management, II(1).
S. Maqbool dan M.Nasir. Zameer. (2018). Corporate social responsibility and financial
performance: An empirical analysis of Indian banks. International journal Future
Business Journal.
Sri Rokhlinasari. Teori –Teori dalam Pengungkapan Informasi Corporate Social
Responbility Perbankan. Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Syekh Nurjati
Cirebon.
Stephanus Remond Waworuntu, Michelle Dewi Wantah dan Toto Rusmanto. (2014). CSR
and financial performance analysis: evidence from top ASEAN listed companies.
international journal Procedia - Social and Behavioral Sciences.
Sugeng Santoso. (2016). Konsep Coorporate Sosial Resonsibility dalam perspektif
konvensional dan fiqih sosial. Jurnal AHKAM, IV(1), 81-104.
UNEP.(2018). Finance Initiative. Principle for Responsible Banking Shaping Our Future.
Switzerland.
Wahyu Aprilia Sari, Siti Ragil Handayani dan Nila Firdausi Nuzula. (2016). Pengaruh
Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan Dan Nilai
Perusahaan (Studi Komparatif Pada Perusahaan Multinasional Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia Dan Bursa Malaysia Tahun 2012-2015). Jurnal Administrasi
Bisnis (JAB), XXXIX(2).
Wahyu Widarjo. (2011). Pengaruh Modal Intelektual Dan Pengungkapan Modal Intelektual
Pada Nilai Perusahaan. simposium nasional akuntansi XIV aceh, Banda Aceh.
120
Yumiko Setiya Sakti. (2017). Pengaruh Pengungkapan CSR Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan Sektor Pertambangan Yang Terdaftar Di BEI Periode 2012-2015. Jurnal
Akuntansi dan Teknologi informasi (JATI), XI.
Internet
Badan Pusat Statistik. (2018). Statistik lingkungan hidup indonesia pengelolaan sampah di
Indonesia tahun 2018
(https://www.bps.go.id/publication/download.html?nrbvfeve=ZDhjYmI1NDY1YmQx
ZDMxMzhjMjFmYzgw&xzmn=aHR0cHM6Ly93d3cuYnBzLmdvLmlkL3B1YmxpY2
F0aW9uLzIwMTgvMTIvMDcvZDhjYmI1NDY1YmQxZDMxMzhjMjFmYzgwL3N0
YXRpc3Rpay1saW5na3VuZ2FuLWhpZHVwLWluZG9uZXNpYS0yMDE4Lmh0bW
w%3D&twoadfnoarfeauf=MjAxOS0wMy0yMCAwNDo1MjoxMg%3D%3D.pdf, last
retreived 20.03.2019).
Farizhabib (2017). Pelaporan Berkelanjutan di Indonesia tahun 2016 (Catatan Akhir Tahun –
2016_ Perkembangan Pelaporan Berkelanjutan di Indonesia – farizhabib.html, last
retreived 24.11.2018).
Global Reporting Initiative. (2016). GRI Empowering Sustainable Decision
(https://www.globalreporting.org/standards/gri-standards-translations/gri-standards-
bahasa-indonesia-translations-download-center/, last retreived 24.11.2018).
Global Reporting Initiative. (2018). About Sustainability Reporting, GRI Empowering
Sustainable decisions, (https://www.globalreporting.org/information/sustainability-
reporting/Pages/default.aspx , last retreived 24.11.2018).
Investasi.kontan.co.id (2011). (http://investasi.kontan.co.id/news/dari-438-emiten-hanya-25-
perusahaan-yang-membuat-laporan-berkelanjutan , last retreived 24.11.2018).
Semerdanta Pusaka. (2018). majalahCSR.id (http://majalahCSR.id/indonesia-sustainability-
report-award/, last retreived 16.11.2018).
Sustainable finance OJK (2017). Infografis Lembaga Jasa Keuangan dan Emiten Penerbit
Sustainability Report (https://www.ojk.go.id/sustainable-finance/id/publikasi/riset-dan-
statistik/Pages/Sustainability-Report-bagi-Lembaga-Jasa-Keuangan-dan-Emiten.aspx,
last retreived 24.11.2018).
Vincent Fabian Thomas. (2018). Tirto.ID (https://tirto.id/sikap-klhk-soal-kerugian-
lingkungan-rp185-triliun-akibat-freeport-dciE, last retreived 20.03.2019).
Peraturan Perundang-Undangan
Indonesia, Undang-Undang Tentang Perbankan, Undang-Undang No. 10 Tahun 1992.
Lembaran Republik Negara Indonesia Tahun 1992 No. 32, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia No. 3473.
121
Indonesia, Undang-Undang Tentang Perbankan Syariah, Undang-Undang No.21 Tahun
2008. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 No. 94, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia No.4867.
Indonesia, Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Lembaran Negara
No. 106 tahun 2007, Tambahan Berita Negara No. 4756.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), No 1 (revisi 2009) paragraf 12.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), No. 101 tentang penyusunan laporan
keuangan syariah tahun 2004 paragraf 14.
122
LAMPIRAN I
INDIKATOR G4
NO Kategori Kode INDIKATOR G4
1
KATEGORI
EKONOMI (EC)
EC1 Nilai ekonomi langsung yang dihasilkan
2 EC2 Implikasi finansial dan risiko serta peluang
3 EC3 Cakupan kewajiban organisasi atas program
4 EC4 Bantuan financial yang diterima dari
5
EC5
Rasio upah standar pegawai pemula (entry
level) menurut gender dibandingkan dengan
upah minimum regional di lokasi-lokasi
operasional yang signifikan
6
EC6
Perbandingan manajemen senior yang
dipekerjakan dari masyarakat lokal di lokasi
operasi yang signifikan
7 EC7
Pembangunan dan dampak dari investasi
infrastruktur dan jasa yang diberikan
8 EC8
Dampak ekonomi tidak langsung yang
signifikan, termasuk besarnya dampak
9 EC9
Perbandingan dari pembelian pemasok lokal
di operasional yang signifikan
10
KATEGORI
LINGKUNGAN
LN1 Bahan yang digunakan berdasarkan berat
atau Volume
11 LN2
Persentase bahan yang digunakan yang
merupakan bahan input daur ulang
12 LN3 Konsumsi energi dalam organisasi
13 LN4 Konsumsi energi diluar organisasi
14 LN5 Intensitas Energi
15 LN6 Pengurangan konsumsi energi
16 LN7 Konsumsi energi diluar organisasi
17 LN8 Total pengambilan air berdasarkan sumber
18 LN9
Sumber air yang secara signifika
dipengaruhi oleh pengambilan air
19 LN10
Persentase dan total volume air yang didaur
ulang dan digunakan kembali
123
20
LN11
Lokasi-lokasi operasional yang dimiliki,
disewa, dikelola didalam, atau yang
berdekatan dengan, kawasan lindung dan
kawasan dengan nilai keanekaragaman
hayati tinggi diluar kawasan lindung
21
LN12
Uraian dampak signifikan kegiatan, produk,
dan jasa terhadap keanekaragaman hayati di
kawasan lindung dan kawasan dengan nilai
keanekaragaman hayati tinggi diluar
kawasan lindung
22 LN13 Habitat yang dilindungi dan dipulihkan
23
LN14
Jumlah total spesies dalam iucn red list dan
spesies dalam daftar spesies yang dilindungi
nasional dengan habitat di tempat yang
dipengaruhi operasional, berdasarkan tingkat
risiko kepunahan
24 LN15
Emisi gas rumah kaca (GRK) langsung
(cakupan 1)
25 LN16
Emisi gas rumah kaca (GRK) energi tidak
langsung (Cakupan 2)
26 LN17
Emisi gas rumah kaca (GRK) tidak langsung
lainnya (Cakupan 3)
27 LN18 Intensitas emisi gas rumah kaca (GRK)
28 LN19 Pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK)
29 LN20 Emisi bahan perusak ozon (BPO)
30 LN21
NOX, SOX, dan emisi udara signifikan
lainnya
31 LN22
Total air yang dibuang berdasarkan kualitas
dan tujuan
32 LN23
Bobot total limbah berdasarkan jenis dan
metode pembuangan
33 LN24
Jumlah dan volume total tambahan
signifikan
34
LN25
Bobot limbah yang dianggap berbahaya
menurut ketentuan konvensi basel 2
lampiran I, II, III, dan VIII yang diangkut,
diimpor, diekspor, atau diolah, dan
persentase limbah yang diangkut untuk
pengiriman internasional
35
LN26
Identitas, ukuran, status lindung, dan nilai
keanekaragaman hayati dari badan air dan
habitat terkait yang secara signifikan terkait
124
dampak dari pembuangan dan air limpasan
dari organisasi
36 LN27
Tingkat mitigasi dampak terhadap
lingkungan produk dan jasa
37
LN28
Persentase produk yang terjual dan
kemasannya yang direklamasi menurut
kategori
38
LN29
Nilai moneter denda signifikan dan jumlah
total sanksi non-moneter atas ketidakpastian
terhadap UU dan peraturan lingkungan
39
LN30
Dampak lingkungan signifikan dari
pengangkutan produk dan barang lain serta
bahan untuk operasional organisasi dan
pengangkutan tenaga kerja
40 LN31
Total pengeluaran dan investasi
perlindungan lingkungan berdasarkan jenis
41 LN32
Persentase penapisan pemasok baru
menggunakan kriteria lingkungan
42
LN33
Dampak lingkungan negatif signifikan
aktual dan potensial dalam rantai pasokan
dan tindakan yang diambil
43
LN34
Jumlah pengaduan tentang dampak
lingkungan yang diajukan, di tangani, dan di
selesaikan melalui mekanisme pengaduan
remi
44
KATEGORI SOSIAL
SUB-KATEGORI:
PRAKTEK
KETENAGAKERJAAN
DAN KENYAMANAN
BEKERJA
LA1
Jumlah total dan tingkat perekrutan
karyawan baru dan turnover karyawan
menurut kelompok umur, gender, dan
wilayah
45
LA2
Tunjangan yang diberikan bagi karyawan
purnawaktu yang tidak diberikan bagi
karyawan sementara atau paru waktu,
berdasarkan lokasi operasi yang signifikan
46 LA3
Tingkat kembali bekerja dan tingkat retensi
setelah cuti melahirkan, menurut jender
47
LA4
Jangka waktu minimum pemberitahuan
mengenai perubahan operasional, termasuk
apakah hal tersebut tercantum dalam
perjanjian bersama
125
48
LA5
Persentase total tenaga kerja yang diwakili
dalam komite bersama formal manjemen-
pekerja yang membantu mengawasi dan
memberikan saran program kesehatan dan
keselamatan kerja
49
LA6
Jenis dan tingkat cedera, penyakit akibat
kerja, hari hilang, dan kemangkiran, serta
jumlah total kematian akibat kerja, menurut
daerah dan gender
50
LA7
Pekerja yang sering terkena atau beresiko
tinggi terkena penyakit yang terkait dengan
pekerjaan mereka
51
LA8
Topik kesehatan dan keselamatan yang
tercakup dalam perjanjian formal dengan
serikat pekerja
52
LA9
Jam pelatihan rata-rata per tahun per
karyawan menurut gender dan menurut
kategori karyawan
53
LA10
Program untuk manajemen keterampilan dan
pembelajaran seumur hidup yang
mendukung keberlanjutan kerja karyawan
dan membantu mereka mengelola purna
bakti
54
LA11
Persentase karyawan yang menerima review
kinerja dan pengembangan karier secara
reguler, menurut gender dan kategori
karyawan
55
LA12
Komposisi badan tata kelola dan pembagian
karyawan per kategori karyawan menurut
gender, kelompok usia, keanggotaan
kelompok minoritas, dan indikator
keberagaman lainnya
56
LA13
Rasio gaji pokok dan remunerasi bagi
perempuan terhadap laki-laki menurut
kategori karyawan, berdasrkan lokasi
operasional yang signifikan
57
LA14
Persentase penapisan pemasok baru
menggunakan kriteria praktik
ketenagakerjaan
126
58
LA15
Dampak negatif aktual dan potensial yang
signifikan terhadap praktik ketenagakerjaan
dalam rantai pemasok dan tindakan yang
diambil
59
LA16
Jumlah pengaduan tentang praktik ketenaga
kerjaan yang diajukan, ditangani dan
diselesaikan melalui pengaduan resmi
60
KATEGORI SOSIAL
SUB-KATEGORI:
HAK ASASI
MANUSIA
HR1
Jumlah total dan persentase perjanjian dan
kontrak investasi yang signifikan yang
menyertakan klausul terkait hak asasi
manusia atau penapisan berdasarkan hak
asasi masnusia
61
HR2
Jumlah waktu pelatihan karyawan tentang
kebijakan atau prosedur hak asasi manusia
terkait dengan aspek hak asasi manusia yang
relevan dengan operasi, termasuk persentase
karyawan yang dilatih
62 HR3
Jumlah total insiden diskriminasi dan
tindakan korektif yang diambil
63
HR4
Operasi pemasok teridentifikasi yang
mungkin melanggar atau beresiko tinggi
melanggar hak untuk melaksanakan
kebebasan berserikat dan perjanjian kerja
sama, dan tindakan yang diambil untuk
mendukung hak-hak tersebut
64
HR5
Operasi dan pemasok yang diidentifikasi
beresiko tinggi melakukan eksploitasi
pekerja anak dan tindakan yang diambil
untuk berkontribusi dalam penghapusan
pekerja anak yang efektif
65
HR6
Operasi dan pemasok yang diidentifikasi
berisiko tinggi melakukan pekerja paksa
atau wajib kerja dan tindakan untuk
berkontribusi dalam penghapusan segala
bentuk pekerja paksa atau wajib kerja
66
HR7
Persentase petugas pengamanan yang dilatih
dalam kebijakan atau prosedur hak asasi
manusia diorganisasi yang relevan dengan
operasi
67
HR8
Jumlah total insiden pelanggaran yang
melibatkan hak-hak masyarakat adat dan
tindakan yang diambil
127
68
HR9
Jumlah total dan persentase operasi yang
telah melakukan review atau asesmen
dampak hak asasi manusia
69 HR10
Presentase penapisan pemasok baru
menggunakan kriteria hak asasi manusia
70
HR11
Dampak negatif aktual dan potensial yang
signifikan terhadap praktik ketenagakerjaan
dalam rantai pemasok dan tindakan yang
diambil
71
HR12
Jumlah pengaduan tentang dampak terhadap
hak asasi manuasi yang diajukan, di tangani,
dan di selesaikan melalui mekanisme
pengaduan formal
72
KATEGORI SOSIAL
SUB-KATEGORI:
MASYARAKAT
SO1
Persentase operasi dengan pelibatan
masyarakat lokal, asesmen dampak, dan
program pengembangan yang diterapkan
73
SO2
Operasi dengan dampak negatif aktual dan
potensial yang signifikan terhadap
masyarakat lokal
74
SO3
Jumlah total dan persentase operasi yang
dinilai terhadap risiko terkait dengan korupsi
dan risiko signifikan yang teridentifikasi
75 SO4
Komunikasi dan pelatihan mengenai
kebijakan dan prosedur anti-korupsi
76 SO5
Insiden korupsi yang terbukti dan tindakan
yang diambil
77 SO6
Nilai total kontribusi politik berdasarkan
negara dan penerima/penerima manfaat
78
SO7
Jumlah total tindakan hukum terkait Anti
Persaingan, anti-trust, serta praktik
monopoli dan hasilnya
79
SO8
Nilai Moneter denda signifikan dan jumlah
total sanksi non-moneter atas ketidakpastian
terhadap UU
80
SO9
Persentase penapisan pemasok baru
menggunakan kriteria untuk dampak
terhadap masyarakat
81
S10
Dampak negatif aktual dan potensial yang
signifikan terhadap praktik ketenagakerjaan
dalam rantai pemasok dan tindakan yang
diambil
128
82
S11
Jumlah pengaduan tentang dampak terhadap
hak asasi manuasi yang diajukan, di tangani,
dan di selesaikan melalui mekanisme
pengaduan resmi
83
KATEGORI SOSIAL
SUB-KATEGORI:
TANGGUNGJAWAB
ATAS PRODUK
PR1
Persentase kategori produk dan jasa yang
signifikan dampaknya terhadap kesehatan
dan keselamatan yang dinilai untuk
peningkatan
84
PR2
Total jumlah insiden ketidakpatuhan
terhadap peraturan dan koda sukarela terkait
dampak kesehatan dan keselamatan dari
produk dan jasasepanjang daur hidup,
menurut jenis
85
PR3
Jenis informasi produk dan jasa yang
diharuskan oleh prosedur organisasi terkait
dengan informasi dan pelabelan produk dan
jasa, serta persentase kategori produk dan
jasa yang signifikan harus mengikuti
persyaratan informasi sejenis
86
PR4
Jumlah total Insiden ketidakpatuhan
terhadap peraturan dan koda sukarela terkait
dengan informasi dan pelabelan produk dan
jasa, menurut jenis hasil
87 PR5
Hasil survey untuk mengukur kepuasan
pelanggan
88 PR6
Penjualan produk yang dilarang atau di
sengketakan
89
PR7
Jumlah total Insiden ketidakpatuhan
terhadap peraturan dan koda sukarela
tentang komunikasi pemasaran, termasuk
iklan, promosi, dan sponsor, menurut jenis
hasil
90
PR8
Jumlah total keluhan yang terbukti terkait
dengan pelanggaran privasi pelanggan dan
hilangnya data pelanggan
91
PR9
Nilai moneter denda yang signifikan atas
ketidakpatuhan terhadap undang-undang dan
peraturan terkait
129
LAMPIRAN II
KINERJA KEUANGAN BUS DAN UUS 2014-2017
TAHUN BUS DAN UUS
SOLVABILITAS PROFITABILITAS
CAR ROA ROE BOPO
2014 Bank syariah mandiri 14,76% 0,17% 1,49% 98,49%
Bank Danamon 17,90% 1,40% 8,60% 76,61%
Bank Permata 13,60% 1,16% 12,17% 89,80%
Maybank 15,78% 0,67% 6,02% 93,03%
BTN 14,64% 1,12% 10,66% 89,19%
BPD Jateng 14,17% 2,84% 28,56% 75,67%
BPD Jatim 22,12% 3,52% 18,98% 69,63%
2015 BNI Syariah 18,16% 1,43% 11,39% 89,63%
Bank Syariah Mandiri 12,85% 0,56% 5,92% 94,78%
Bank Danamon 19,80% 1,20% 7,40% 85,56%
Bank Permata 15,00% 0,20% 1,80% 98,90%
Maybank 15,17% 1,01% 8,47% 90,77%
BTN 16,97% 1,61% 16,84% 84,83%
BPD Jateng 14,87% 2,60% 28,59% 76,02%
BPD Jatim 21,22% 2,67% 16,11% 76,12%
BPD Sumut 14,41% 2,31% 23,90% 82,16%
2016 BRI syariah 20,64% 0,95% 7,40% 91,33%
BNI Syariah 14,92% 1,44% 11,94% 93,63%
Bank syariah mandiri GRI STANDAR
Bank Permata 15,60% 4,90% 38,30% 150,80%
Maybank 16,77% 1,60% 11,85% 84,36%
BTN 20,34% 1,76% 18,35% 82,48%
BPD Jateng 20,25% 2,60% 23,17% 76,18%
BPD Jatim 23,88% 2,98% 17,82% 72,22%
BPD Kalsel GRI STANDAR
2017 Bank Muamalat 13,62% 0,11% 0,87% 97,68%
BRI syariah
GRI STANDAR
Bank syariah mandiri
Maybank
BTN
BPD Jateng
BPD Jatim 24,65% 3,12% 17,43% 68,63%
130
LAMPIRAN III
PENGUNGKAPAN CSR BUS DAN UUS 2014-2017
TAHUN BUS DAN UUS Ekonomi
Lingkungan Sosial
2014 Bank syariah mandiri 44% 6% 21%
Bank Danamon 56% 15% 27%
Bank Permata 22% 26% 10%
Maybank 44% 9% 31%
BTN 44% 47% 10%
BPD Jateng 67% 24% 48%
BPD Jatim 56% 26% 23%
2015 BNI Syariah 44% 12% 17%
Bank syariah mandiri 44% 6% 23%
Bank Danamon 44% 9% 21%
Bank Permata 22% 6% 23%
Maybank 22% 18% 15%
BTN 89% 35% 75%
BPD Jateng 100% 41% 71%
BPD Jatim 44% 21% 21%
BPD Sumut 44% 0% 15%
2016 BRI syariah 22% 0% 10%
BNI Syariah 56% 35% 56%
Bank Permata 22% 18% 23%
Maybank 44% 15% 27%
BTN 78% 26% 60%
BPD Jateng 89% 24% 60%
BPD Jatim 44% 9% 23%
2017 Bank Muamalat 56% 15% 56%
BPD Jatim 56% 9% 25%
131
LAMPIRAN IV
Data Penelitian
Ekonomi Lingkungan Sosial CAR ROA ROE BOPO
44 6 21 14,76 0,17 1,49 98,49
56 15 27 17,9 1,4 8,6 76,61
22 26 10 13,6 1,16 12,17 89,8
44 9 31 15,78 0,67 6,02 93,03
44 47 10 14,64 1,12 10,66 89,19
67 24 48 14,17 2,84 28,56 75,67
56 26 23 22,12 3,52 18,98 69,63
44 12 17 18,16 1,43 11,39 89,63
44 6 23 12,85 0,56 5,92 94,78
44 9 21 19,8 1,2 7,4 85,56
22 6 23 15 0,2 1,8 98,9
22 18 15 15,17 1,01 8,47 90,77
89 35 75 16,97 1,61 16,84 84,83
100 41 71 14,87 2,6 28,59 76,02
44 21 21 21,22 2,67 16,11 76,12
44 0 15 14,41 2,31 23,9 82,16
22 0 10 20,64 0,95 7,4 91,33
56 35 56 14,92 1,44 11,94 93,63
22 18 23 15,6 4,9 38,3 150,8
44 15 27 16,77 1,6 11,85 84,36
78 26 60 20,34 1,76 18,35 82,48
89 24 60 20,25 2,6 23,17 76,18
44 9 23 23,88 2,98 17,82 72,22
56 15 56 13,62 0,11 0,87 97,68
56 9 25 24,65 3,12 17,43 68,63
132
LAMPIRAN V
DATA HASIL PENELITIAN
1. VARIABEL CAR
2. VARIABEL ROA
Dependent Variable: LNROA
Method: Least Squares
Date: 02/16/19 Time: 01:41
Sample: 1 25
Included observations: 25
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -0.685702 0.491323 -1.395623 0.1774
EKONOMI 0.031921 0.017093 1.867522 0.0758
LINGKUNGAN 0.021518 0.017395 1.237007 0.2297
SOSIAL -0.033281 0.018235 -1.825089 0.0822
R-squared 0.231671 Mean dependent var 0.250228
Dependent Variable: CAR
Method: Least Squares
Date: 02/16/19 Time: 01:39
Sample: 1 25
Included observations: 25
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 15.46043 1.776129 8.704565 0.0000
EKONOMI 0.136239 0.061791 2.204852 0.0388
LINGKUNGAN -0.072864 0.062884 -1.158697 0.2596
SOSIAL -0.116553 0.065921 -1.768089 0.0916
R-squared 0.208362 Mean dependent var 17.28360
Adjusted R-squared 0.095271 S.D. dependent var 3.403783
S.E. of regression 3.237585 Akaike info criterion 5.333179
Sum squared resid 220.1211 Schwarz criterion 5.528199
Log likelihood -62.66474 Hannan-Quinn criter. 5.387270
F-statistic 1.842424 Durbin-Watson stat 2.332550
Prob(F-statistic) 0.170414
133
Adjusted R-squared 0.121909 S.D. dependent var 0.955750
S.E. of regression 0.895600 Akaike info criterion 2.763000
Sum squared resid 16.84407 Schwarz criterion 2.958020
Log likelihood -30.53750 Hannan-Quinn criter. 2.817090
F-statistic 2.110676 Durbin-Watson stat 1.807639
Prob(F-statistic) 0.129342
3. VARIABEL ROE
Dependent Variable: LNROE
Method: Least Squares
Date: 02/16/19 Time: 01:44
Sample: 1 25
Included observations: 25
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 1.346471 0.471602 2.855102 0.0095
EKONOMI 0.028187 0.016407 1.718002 0.1005
LINGKUNGAN 0.024694 0.016697 1.478938 0.1540
SOSIAL -0.026950 0.017503 -1.539688 0.1386
R-squared 0.251806 Mean dependent var 2.352975
Adjusted R-squared 0.144921 S.D. dependent var 0.929649
S.E. of regression 0.859651 Akaike info criterion 2.681066
Sum squared resid 15.51900 Schwarz criterion 2.876087
Log likelihood -29.51333 Hannan-Quinn criter. 2.735157
F-statistic 2.355858 Durbin-Watson stat 1.800111
Prob(F-statistic) 0.100911
4. VARIABEL BOPO
Dependent Variable: LNBOPO
Method: Least Squares
Date: 02/16/19 Time: 01:46
Sample: 1 25
Included observations: 25
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 1.549089 0.013855 111.8065 0.0000
EKONOMI -0.002332 0.000482 -4.837121 0.0001
LINGKUNGAN 0.000294 0.000491 0.600149 0.5548
SOSIAL 0.001794 0.000514 3.487839 0.0022
134
R-squared 0.541134 Mean dependent var 1.494303
Adjusted R-squared 0.475582 S.D. dependent var 0.034875
S.E. of regression 0.025256 Akaike info criterion -4.373899
Sum squared resid 0.013395 Schwarz criterion -4.178879
Log likelihood 58.67374 Hannan-Quinn criter. -4.319809
F-statistic 8.255007 Durbin-Watson stat 2.167635
Prob(F-statistic) 0.000808