pengaruh perolehan dana pihak ketiga,...
TRANSCRIPT
PENGARUH PEROLEHAN DANA PIHAK KETIGA, KECUKUPAN
MODAL, PEMBIAYAAN BERMASALAH, EFISIENSI, SERTIFIKAT
BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS), DAN INFLASI TERHADAP
LIKUIDITAS PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
PERIODE 2011 - 2016
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
NUNUNG DAMAR N
NIM: 1112086000020
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H / 2017 M
i
PENGARUH PEROLEHAN DANA PIHAK KETIGA, KECUKUPAN
MODAL, PEMBIAYAAN BERMASALAH, EFISIENSI, SERTIFIKAT
BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS), DAN INFLASI TERHADAP
LIKUIDITAS PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
PERIODE 2011 - 2016
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Nunung Damar Ningsih
NIM. 1112086000020
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Dr. Burhanuddin Yusuf, MM.,MA Rr. Tini Anggraini, ST., M.Si
NIP. 195406181031005 NIDN. 2010088001
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH0
JAKARTA
1438 H/ 2017 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Selasa, 06 September 2016 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas
mahasiswa :
1. Nama : Nunung Damar Ningsih
2. NIM : 1112-086-0000-20
3. Jurusan : Ekonomi Syariah
4. Judul Skripsi : Pengaruh Perolehan Dana Pihak Ketiga, Kecukupan
Modal, Pembiayaan Bermasalah, Efisiensi, Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS), Inflasi Terhadap Likuiditas Pada Perbankan Syariah di
Indonesiaa Periode 2011 – 2016.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan
yang bersangkutan selama proses ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Selasa 06 September 2016
1. Endra Kasni Laila Y, S.Ag.,M.Si
NIDN. 197208181998032003
2. Ali Rama, SE., M.Ec (_________________________ )
NIP :198406282015031002 Penguji II
iii
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nunung Damar Ningsih
NIM : 1112086000020
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Ekonomi Syariah
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan
2. Tidal melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa izin pemilik karya
4. Tidak melakukan manipulasi dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas
karya ini
Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan
bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai
sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 24 Oktober 2017
Nunung Damar Ningsih
NIM. 1112086000020
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(Curriculum Vitae)
DATA PRIBADI
Nama : Nunung Damar Ningsih
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat & tgl lahir : Kebumen, 15 Juli 1994
Kewarganegaraan : Indonesia
Atatus perkawinan : Belum Menikah
Tinggi/berat badan : 156 Cm / 55 kg
Alamat : Jl. Talas V Pondok Cabe Ilir RT/RW 02/09 No.11
Pamulang, Tanggerang Selatan
Agama : Islam
Email : [email protected]
No. Telp : 085711742609
PENDIDIKAN
1999 – 2000 : TK Ananda UT
2000 – 2006 : SDN Cipayung I Kejaksaan Agung Ciputat
2006 – 2009 : SMP Dharma Karya UT
2009 – 2012 : SMA Dharma Karya UT
2012 – 2017 : S1 Ekonomi Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
vi
PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan ( HMJ ) Ekonomi Syariah Sekertaris
Divisi Kemahasiswaan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Periode 2012-2014
2. Pengurus HMI Kafeis Periode 2013-2015
3. Anggota Kohati Kafeis Periode 2014-2015
PENGALAMAN KERJA
1. Tim Proxima Research Central Park Mall dan Neo Soho Mall 2015-2016
2. Tenaga Kerja di Gedung Pusat Pengujian Universitas Terbuka 2016
3. Tenaga Kerja di BAUK Universitas Terbuka 2017
vii
ABSTRACT
This research aim to analyze the influence of Third Party Fund, Capital
Adequacy Ratio, Non Performing Financing, Operational Cost and Operational
Income, Certificates of Sharia Indonesia Bank and Inflation of Liquidity to Islamic
Bank in Indonesia. The data which have been used in this research is monthly data
from January 2011 to November 2016. Technicality of sampling use purposive
sampling and the methods in this research used multiple linear regression analysis.
This analysis used program of computer SPSS version 20.0 and Microsoft excel 2010.
The result show that the indicates variable Third Party Funds (DPK), Capital
Adequacy Ratio (CAR), Non performing Financing (NPF), Operational Costs and
Operational Income (BOPO), Certificate of Sharia Indonesia Bank (SBIS) and
inflation, to which simultaneously influences, significantly Financing to Deposit
Ratio (FDR). The result show also indicates that, partially Third-Party Funds (DPK)
significantly influences to Financing to Deposit Ratio (FDR), Capital Adequacy Ratio
(CAR) significantly influences to Financing to Deposit Ratio (FDR), Operational
Costs and Operational Income (BOPO) significantly influences to Financing to
Deposit Ratio (FDR), Certificate of Sharia Indonesia Bank (SBIS) significantly
influences to Financing to Deposit Ratio (FDR), Inflation significantly influences to
Financing to Deposit Ratio (FDR) on the contrary, Non-Performing Financing
(NPF) does not influence to Financing to Deposit Ratio (FDR).
Keywords: Third Party Funds (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non-
Performing Financing, Operational Sosts and Operational Income
(BOPO), Certificate of Sharia Indonesia Bank (SBIS), Inflation and
Financing to Deposit Ratio (FDR), Multiple Linear Regression.
viii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Dana Pihak Krtiga
(DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya
Operasional dan Pembiyaan Operasional (BOPO), Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS), dan Inflasi Terhadap Likuiditas (FDR) Perbankan Syariah di Indonesia. Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data bulanan Januari 2011 sampai dengan
November 2016. Metode pengolahan data yang digunakan peneliti adalah analisis
regresi linier berganda. Penelitian ini menggunakan program computer SPSS versi
20.0 dan Microsoft Excel 2010.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital
Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Financing (NPF), Biaya Operasional
dan Pembiyaan Operasional (BOPO), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan
Inflasi secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap Financing to Deposit
Ratio (FDR). Hasil penelitian juga menunjukan bahwa secara parsial Dana Pihak
Ketiga (DPK) berpengaruh secara signifikan terhadap Financing to Deposit Ratio
(FDR), Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh secara signifikan Financing to
Deposit Ratio (FDR), Biaya Operasional dan Pembiyaan Operasional (BOPO)
berpengaruh secara signifikan terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR), Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBIS) berpengaruh secara signifikan terhadap Financing to
Deposit Ratio (FDR), Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap Financing to
Deposit Ratio (FDR) Sedangkan non performing financing (NPF) tidak berpengaruh
terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR).
Kata Kunci: Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non
Performing Financing (NPF), Biaya Operasional dan Pembiyaan
Operasional (BOPO), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS),
inflasi, Financing to Deposit Ratio (FDR), Regresi Linier
Berganda.
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah Hirabil Alamin, Puji dan Syukur penulis panjatkan atas
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga masih dapat
merasakan nikmat Iman, nikmat panjang umur dan nikmat sehat wal’afiat. Shalawat
dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Skripsi ini
bertujuan untuk memenuhi sebagai syarat mencapai gelar Sarjana Ekonomi Syariah
pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Skripsi ini memiliki judul “Pengaruh Perolehan Dana Pihak Ketiga,
Kecukupan Modal, Pembiayaan, Efisiensi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS) dan Inflasi Terhadap Likuiditas Pada Perbankan Syariah di Indonesia
Periode 2011–2016”. Semoga skripsi ini memberikan manfaat kepada semua pihak
dan menambah wawasan serta pengetahuan bagi pembaca. Selain itu penulis
menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis juga menyadari bahwa sejak awal penyusunan
hingga terselesaikannya skripsi ini banyak pihak yang telah membantu dan memberi
dukungan baik moril maupun materil. Untuk itu, tak lupa pada kesempatan ini, secara
khusus penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc,M.Si selaku Dekan FEB, Bapak Dr.Amilin, SE.,
Ak.,M.Si., QIA., BKP selaku Wakil Dekan I Bid. Akademik, Bapak Dr. Ade
Sofyan Mulazid, S.Ag, M.H selaku Wakil Dekan II Bid Administrasi Umum dan
Bapak Dr. Desmadi Saharuddin M.A selaku Wakil Dekan III Bid.
Kemahasiswaan yang telah memberikan jalan bagi saya dalam mengerjakan
skripsi ini.
x
2. Bapak Yoghi Citra Pratama Pratama, M.Si Selaku Ketua Jurusan Ekonomi
Syariah dan Ibu Endra Kasni Laila Yuda, M.Si selaku sekretaris Jurusan Ekonomi
Syariah.
3. Bapak Dr. Desmadi Saharuddin M.A selaku dosen pembimbing akademik, yang
ikut memberi masukan dalam tercapainya penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Burhanuddin Yusuf, MA.,MM selaku dosen pembimbing I, yang dengan
senantiasa bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan, ilmu,
serta masukan yang sangat berarti selama penyelesain skripsi ini.
5. Ibu Tini Anggraini, ST.,M.Si selaku dosen pembimbing 2 yang dengan senang
hati membantu, memberi semangat, sabar, peduli dan perhatian terhadap
kelulusan saya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Jika bukan dengan
bantuan dan kesabarannya beliau mungkin saya akan lebih lama lagi
menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang selama mata kuliah sejak
semester 1 hingga 8, terimakasih atas ilmu-ilmu yang diberikan oleh Bapak dan
Ibu berikan kepada saya.
7. Kedua orang tua saya yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun
materil, memberikan semangat, kasih sayang, dan selalu mendoakan saya setiap
waktu agar bisa tercapai dengan baik segala apa yang saya kerjakan. Tidak lupa
kepada adik saya yang pertama Agung, telah banyak membantu menemani pulang
pergi ke kekampus selama skripsi.
8. Seluruh jajaran karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, atas kesabaran dan
kerjasamanya dalam memudahkan proses penyelesaian dari awal kuliah sampai
pada tahap akhir kuliah hingga wisuda.
9. Kakak-kakak saya Rizal dan Difki yang senantiasa membantu dan menyemangati
saya dalam pembuatan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan.
10. Teman-teman dekat saya di Ekonomi Syariah yang telah terlebih dulu lulus tidak
lupa mereka ikut menyemangati, membantu juga mendoakan saya untuk bisa
xi
menyelesaikan skripsi ini yaitu Firly, Dita dan Fitri. Teman satu kelas saya di
Ekonomi Syariah yaitu Ari, Ridha dan Tika. Tidak lupa teman-teman lainnya
yang juga sama-sama berjuang dan sharing dalam pembuatan skripsi yaitu Nina,
fia, Dara, Ririn dan yang lainnya.
11. Sahabat-sahabat saya yang sedari SMA selalu memberikan motivasi, sharing dan
semangat kepada saya yaitu geng Balajaer Kenny dan Melisa.
12. Terimakasih teman-teman Ekonomi Syariah angkatan 2012 dan adik-adik
Ekonomi Syariah angkatan 2013–2014 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu
atas semangat, do’a dan dukungannya.
13. Senior-senior HMI Kafeis yang telah memberikan arahan, masukan dan
dukungannya selama pembuatan akhir pada skripsi ini.
14. Kepada keluarga pada masa-masa KKN yang telah memberikan motivasi untuk
saya segera menyelesaikan skripsi, khususnya ibu bapak di Bogor.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari kekurangan dan
keterbatasan, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua
pihak khususnya dalam bidang pembiayaan perbankan syariah.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Jakarta, 24 Oktober 2017
Nunung Damar N
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSIF .............................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ......................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP......................................................................... v
ABSTRACT ..................................................................................................... vii
ABSTRAK ....................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
B. Pembatasan Masalah ............................................................................ 18
C. Perumusan Masalah ............................................................................ 18
D. Tujuan Penelitian ................................................................................. 19
E. Manfaat Penelitian ............................................................................... 20
F. Sistematika Penulisan .......................................................................... 22
xiii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 24
A. Landasan Teori ..................................................................................... 24
1. Bank Syariah .................................................................................. 24
2. Likuiditas ....................................................................................... 33
3. Dana Pihak Ketiga (DPK) .............................................................. 37
4. Capital Adequacy Ratio (CAR) ..................................................... 40
5. Non Performing Financing (NPF) ................................................. 41
6. Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) ............. 43
7. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) .................................... 44
8. Inflasi ............................................................................................ 46
9. Keterkaitan Antar Variabel ........................................................... 48
B. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 53
C. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 58
D. Hipotesis Penelitian ............................................................................. 59
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 62
A. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 62
B. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 63
C. Metode Analisis Data ........................................................................... 67
1. Pengujian Model dengan Asumsi Klasik ....................................... 68
2. Uji Hipotesis .................................................................................. 72
3. Uji Koefisien Determinasi (R2) ...................................................... 75
4. Analisis Regresi Linier Berganda .................................................. 76
D. Operasional Variabel Penelitian........................................................... 77
xiv
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................................... 82
A. Sekilas Gambaran Kinerja Umum Perbankan Syariah ....................... 82
B. Perkembangan Data Variabel .............................................................. 85
C. Analisis Data dan Pembahasan ............................................................ 100
1. Uji Asumsi Klasik .......................................................................... 101
2. Uji Hipotesis .................................................................................. 108
3. Uji Koefisien Determinasi (R2) ...................................................... 113
4. Analisis Regresi Linier Berganda .................................................. 115
D. Interpretasi .......................................................................................... 119
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 126
A. Kesimpulan .......................................................................................... 126
B. Implikasi .............................................................................................. 128
C. Saran .................................................................................................... 130
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 131
LAMPIRAN ..................................................................................................... 136
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Keterangan
1.1 Perkembangan Perbankan Syariah Di Indonesia Periode 2011-
2016.......................................................................................
5
2.1 Kriteria Kesehatan Financing to Deposit Ratio (FDR) Pada
Bank Syariah.....................................
36
2.2 Kriteria Kesehatan Non Performing Financing (NPF) Pada
Bank Syariah ..........................................................................
42
2.3 Kriteria Kesehatan Biaya Operasional dan Pendapatan
Operasional (BOPO) Pada Bank Syariah ................................
44
2.4 Penelitian terdahulu ................................................................. 54
3.1 Data Perbankan Syariah........................................................... 64
4.1 Data Dana Pihak Ketiga Pada Perbankan Syariah Tahun 2011-
2016..........................................
86
4.2 Data CAR Pada Perbankan Syariah Tahun 2011-2016.......... 88
4.3 Data NPF Pada Perbankan Syariah Tahun 2011-2016............ 90
4.4 Data BOPO Pada Perbankan Syariah Tahun 2011-2016.......... 92
4.5 Data SBIS Pada Perbankan Syariah Tahun 2011–2016 .......... 95
4.6
Data Inflasi Pada Perbankan Syariah Tahun 2011-2016........ 97
4.7 Data FDR Pada Perbankan Syariah Tahun 2011-2016.......... 99
4.10 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov...................................... 104
4.11 Uji Multikolinieritas................................................................. 105
4.13 Uji Autokorelasi........................................................................ 107
4.14 Uji Parsial (t)............................................................................. 109
4.15 Uji Simultan (F)........................................................................ 112
4.16 Uji Determinasi (R2)................................................................. 114
4.17 Analisis Regresi Linier Berganda............................................. 116
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Keterangan
1.2 Perkembangan Financing to Deposit Ratio Tahun 2011-2016...... 9
2.5 Kerangka Pemikiran.................................................................. 58
4.1 Grafik Data DPK Perbankan Syariah tahun 2011-2016............. 87
4.2 Grafik Data CAR Tahun 2011-2016........................................ 89
4.3 Grafik Data NPF Tahun 2011-2016......................................... 91
4.4 Grafik Data BOPO Tahun 2011-2016...................................... 94
4.5 Grafik Data SBIS Tahun 2011-2016........................................ 96
4.6 Grafik Data Inflasi Tahun 2011-2016....................................... 98
4.7 Grafik Data FDR Tahun 2011-2016....................................... 100
4.8 Grafik Histogram.................................................................... 102
4.9 Grafik P-Plot.......................................................................... 103
4.12 Grafik Scatterplot................................................................... 107
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1. Data Variabel Penelitian .............................................................................. 136
2. Tabel Model Summary, Anova, dan Coefficients ........................................ 139
3. Uji Normalitas .............................................................................................. 141
4. Uji Multikolinieritas ......................................................................................................... 142
5. Uji Autokorelasi ........................................................................................... 143
6. Uji Heteroskedastisitas .................................................................................................... 143
7. Tabel Persentase Distribusi F untuk α = 0,05 .............................................. 144
8. Tabel Persentase Distribusi t ................................................................................. 145
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan suatu negara memerlukan pola pengaturan pengelolaan sumber-
sumber ekonomi yang tersedia secara terarah dan terpadu bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Lembaga keuangan terutama perbankan mempunyai
peranan yang strategis dalam menggerakan roda perekonomian suatu negara.
Lembaga keuangan adalah badan usaha yang kekayaannya terutama berbentuk
aset keuangan (financial assets) atau tagihan (claims) dibandingkan dengan aset
non keuangan (non financial assets) (Siamat, 2005:4).
Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat mempengaruhi
perekonomian baik secara mikro maupun makro. Seperti yang diketahui
perbankan memiliki pangsa pasar 80% dari keseluruhan sistem keuangan yang
ada, karena memiliki fungsi intermediasi atau sebagai perantara antara pemilik
modal dengan penguna dana sehingga melancarkan kegiatan perekonomian suatu
negara (Sudiyanto, 2010:125). Bank sudah merupakan mitra dalam rangka
memenuhi kebutuhan keuangan mereka. Bank dijadikan sebagai tempat untuk
melakukan berbagai transaksi yang berhubungan dengan keuangan seperti tempat
mengamankan uang, melakukan investasi, pengiriman uang, melakukan
pembayaran atau penagihan. Bank dapat dikatakan sebagai darahnya
perekonomian suatu negara (Kasmir, 2012:74).
2
Menurut Imam Wahyudi, (2013:209), Bank adalah lembaga keuangan yang
mempunyai peran sebagai lembaga intermediasi keuangan (financial intermediary),
dimana bank mempunyai fungsi sebagai lembaga yang mempertemukan antara pihak
yang kelebihan dana (surplus unit) dengan pihak yang kekurangan dana (deficit unit).
Bank menurut fungsinya ada tiga macam yang beroperasi di Indonesia, yakni
Bank Sentral, Bank Umum, dan Bank Pengkreditan Rakyat. Dalam menjalankan
usahanya, bank dibagi lagi menjadi bank konvensional dan bank yang menggunakan
prinsip syariah. Di Indonesia, maraknya perbankan syariah bukan merupakan gejala
baru dalam bisnis syariah. Keadaan ini ditandai dengan semangat tinggi dari berbagai
kalangan, yaitu ulama, akademisi, praktisi untuk mengembangan perbankan tersebut
dari sekitar pertengahan abad ke 20 dewasa ini Bank Syariah sedang menjadi pilahan
bagi pelaku bisnis perbankan sampai dengan pertengahan tahun 2001 (Muhammad,
2008:1).
Berawal saat terjadinya krisis moneter tahun 1998 yang menimbulkan dampak
yang negatif bagi perkembangan perekonomian di Indonesia. Pada saat itu bank
konvensional mengalami penurunan, namun Bank Syariah mampu bertahan karena
Bank Syariah tidak menganut bunga sehingga dapat menjaga kesehatan moneter.
Bank Syariah di Indonesia yang pertama kali didirikan pada tahun 1992 adalah Bank
Muamalat Indonesia (BMI). Walaupun perkembangannya agak terlambat
dibandingkan dengan negara-negara muslim lainnya. Hal ini menandai dimulainya
era sistem perbankan ganda (dual Banking System) di Indonesia, yaitu beroperasinya
3
sistem perbankan konvensional dan sistem perbankan dengan prinsip bagi hasil
(Karim, 2008:1).
Menurut Antonio Syaifi’i (2001: 26), Perkembangan perbankan syariah pada era
reformasi ditandai dengan disetujuinya UU No. 10 Tahun 1998. Dalam Undang-
Undang tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang
dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh Bank Syariah. Undang-Undang
tersebut juga memberikan arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka
cabang syariah atau bahkan mengkonversikannya sendiri secara total menjadi Bank
Syariah.
Eksistensi perbankan syariah juga merupakan salah satu bentuk dari Perbankan
Nasional yang kegiatan operasional-nya berdasarkan pada prinsip-prinsip syariah
(hukum) Islam. Diberlakukannya Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah merupakan bukti pengakuan pemerintah mengenai spesifikasi
Perbankan Syariah secara khusus. Undang-Undang ini mengatur tentang operasional
perbankan syariah agar Bank Syariah benar-benar menjalankan operasionalnya
dengan berdasarkan prinsip syariah. Pemberlakuan undang-undang tersebut dilandasi
dengan kekuatan yang ditunjukan dengan tetap berdiri dengan kokohnya Bank
Syariah pasca krisis moneter tahun 1998 disaat banyak bank-bank konvensional di
likuidasi (A.Mardiyah, 2015 :23).
4
Bank Syariah melakukan kegiatan pengumpulan dana (Funding) dari nasabah
melalui deposito maupun titipan giro dan tabungan. Dana yang terkumpul kemudian
di investasikan pada dunia usaha melaui investasi sendiri (non bagi hasil atau trade
financing) dan investasi dengan pihak lain (bagi hasil atau trade financing). Ketika
ada hasil (keuntungan), maka bagian keuntungan untuk bank dibagi kembali antara
bank dan nasabah. Dalam pendanaan bank syariah bertindak sebagai pengusaha atau
mudharib, sedangkan dalam pembiayaan Bank Syariah bertindak sebagai pemilik
dana atau Shahibul maal. Selain itu Bank Syariah juga bisa bertindak sebagai agen
investasi yang mempertemukan pemilik dana dan pengusaha (Ascarya, 2007: 31).
Pertumbuhan dan perkembangan sistem keuangan berlandaskan Syariah atau
Perbankan Syariah di Indonesia maju sangat pesat, bisa diketahui dari data statistik
badan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Di lihat pada tahun 2011 terdapat 11 Bank
Umum Syariah (BUS), 24 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 155 Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah (BPRS) dengan total asset yang dimiliki sebesar 145.467 Miliar. Pada
tahun 2012 terdapat 11 Bank Umum Syariah (BUS), 24 Unit Usaha Syariah (UUS),
dan 158 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dengan total asset yang dimiliki
sebesar 195.018 Miliar. Pada tahun 2013 terdapat 11 Bank Umum Syariah (BUS), 23
Unit Usaha Syariah (UUS), dan 163 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
dengan total asset yang dimiliki sebesar 242.276 Miliar. Pada tahun 2014 terdapat 12
Bank Umum Syariah (BUS), 23 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 163 Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dengan total asset yang dimiliki sebesar 272.343
Miliar. Pada tahun 2015 terdapat 12 Bank Umum Syariah (BUS), 22 Unit Usaha
5
Syariah (UUS), dan 163 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dengan total asset
yang dimiliki sebesar 296.262 Miliar. Pada tahun 2016 terdapat 13 Bank Umum
Syariah (BUS), 21 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 164 Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS) dengan total asset yang dimiliki sebesar 393.343 Miliar. Seperti yang
ditunjukan dengan tabel dibawah ini :
Tabel 1.1
Perkembangan Pernbakan Syariah periode 2011-2016
INDIKATOR
TAHUN
2011 2012 2013 2014 2015 2016
BUS 11 11 11 12 12 13
UUS 24 24 23 22 22 21
BPRS 155 158 163 163 163 164
TOTAL
ASET (Miliar
Rupiah)
145.467 195.018 242.276 272.343 296.262 339.343
Sumber: www.ojk.go.id
Berdasarkan tabel 1.1 dapat kita lihat perkembangan yang cukup signifikan Unit
Usaha Syariah (UUS) mengalami penurunan yang salah satunya di sebabkan oleh
regulasi konversi Unit Usaha Syariah (UUS) menjadi Bank Umum Syariah (BUS)
dalam jangka waktu tertentu (www.ojk.go.id), Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) mengalami pertumbuhan yang baik, sedangkan
dalam asset perbankan syariah sendiri juga diikuti dengan perkembanganannya yang
cukup pesat. Pertumbuhan dan persaingan Perbankan Syariah di Indonesia semakin
ketat, maka pihak Bank Syariah perlu meningkatkan kinerjanya agar dapat menarik
6
investor dan nasabah, serta dapat tercipta perbankan dengan prinsip yang sehat dan
efisien.
Dalam menjalankan usahannya bank harus senantiasa menjaga keseimbangan
antara tingkat likuiditas dengan baik, pemenuhan kebutuhan modal yang cukup serta
pengelolaan biaya operasional yang baik. Pemeliharaan kesehatan bank dilakukan
dengan tetap menjaga likuiditasnya sehingga bank bisa memenuhi kewajiban kepada
semua pihak yang menarik atau mencairkan simpanannya sewaktu-waktu (Agustina,
2013:101). Diperlukan rambu-rambu untuk menjaga kesehatan bank dalam
penanaman dannya. Hal tersebut tertuang dalam UU No. 7 Tahun 1992 yang telah
diubah menjadi UU No. 11 Tahun 1998 pasal 29 ayat 2:” Bank wajib memelihara
kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas asset, kualitas
manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas dan aspek lain yang berhubungan
dengan usaha bank dan wajib melakukan usaha sesuai dengan prinsip kehatian-
hatian”.
Likuiditas pada Bank Syariah sama pentingnya seperti pada bank konvensional.
Namun, dibandingkan dengan bank konvensional, pengelolaan likuiditas pada Bank
Syariah sangat unik dan lebih menantang dikarenakan fakta bahwa kebanyakan
instrumen yang digunakan untuk mengelola likuiditas adalah berbasis bunga atau
riba, dimana hal tersebut tidak sesuai dengan hukum syariah. Sebagai tambahan,
rasionalisasi nasabah bank dalam arti konvensional dalam masalah profit berlaku
dalam setiap transaksi dapat menyebabkan penarikan dana pada bank konvensional
ketika tingkat bunga di bank konvensional lebih tinggi (Arifin, 2009:68).
7
Pada tiga tahun terakhir tantangan terbesar yang dihadapi perbankan syariah
adalah likuiditas. Ketatnya likuiditas sudah terlihat dari pertumbuhan Dana Pihak
Ketiga (DPK) yang mengalami perlambatan. Resiko kekeringan likuiditas semakin
meningkat sejak Bank Indonesia (BI) menggerakan bunga acuan (BI Rate) Juni 2013
lalu. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memperkirakan pertumbuhan DPK pada
tiga tahun terakhir hanya naik 14,1%. Hal tersebut karena perbankan syariah masih
dalam skala yang relatif kecil jaringannya serta menghadapi tingkat persaingan yang
tidak berimbang dengan bank-bank konvensional yang jauh lebih besar. Dengan
semakin bertambahnya bank berbasis syariah, maka persaingan antara bank pun
semakin ketat, tekanan likuiditas terlihat longgar hingga akhir tahun 2016
(www.ojk.go.id) dipengaruhi oleh perlambatan pertumbuhan kredit dan masuknya
dana repatriasi untuk penambahan dana pihak ketiga yang meningkat setiap tahunnya
yang mengakibatkan likuiditas turut melonggar.
Fenomena diatas menunjukan bahwa masalah likuiditas merupakan masalah
penting dalam sebuah lembaga keuangan sebagai lembaga intermediasi, tugas pokok
bank syariah adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan atau
dana pihak ketiga, kemudian menyalurkannya kembali kepada masyarakat yang
membutuhkan dana untuk pembiayaan. Namun, bank harus mempunyai dana likuid
yang digunakan untuk memenuhi kewajibannya dalam hal pengembalian masyarakat
setiap saat. Terutama bagi Bank Syariah, karena dengan adanya kenaikan BI rate
mengindikasikan bahwa nasabah akan beralih ke bank konvensional dengan tingkat
bunga yang lebih tinggi. Istilah likuidasi sendiri merupakan kemampuan bank dalam
8
memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo (Mardiyah, 2015:2). Beberapa
indikator untuk mengetahui likuiditas suatu bank yaitu melalui Cash Ratio, Quick
Ratio, dan Financing to Deposit Ratio (FDR).
Likuiditas pada perbankan syariah diproksikan oleh Financing to Deposit Ratio
(FDR). FDR merupakan salah satu rasio likuiditas yang mewakili kedua aktivitas
utama bank yaitu menghimpun dana dan menyalurkan dana tersebut kepada
masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk pembiayaan. Aktivitas penyaluran dana
atau pembiayaan merupakan sumber utama pendapatan Bank Syariah. Besarnya
pembiayaan yang disalurkan mempengaruhi oleh besarnya dana pihak ketiga yang
terkumpul (Paula Laurentina dan Lindrawati, 2010:51). Tinggi rendahnya rasio ini
menunjukan tingkat likuiditas pada Bank Syariah. Sehingga semakin tinggi angka
Financing to Deposit Ratio (FDR) pada suatu Bank Syariah, berarti digambarkan
sebagai bank yang kurang likuid dibanding dengan bank yang mempunyai angka
rasio yang lebih kecil (Muhammad, 2005:55).
9
Gambar 1.2
Perkembangan Financing to Deposit Ratio tahun 2011-2016
Sumber : Statistik Perbankan Syariah (diolah)
Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa Financing to Deposit Ratio (FDR) pada
tahun 2011 dari 88,94% menjadi 100,00% pada tahun 2012, kemudian pada tahun
2013 mengalami kenaikan 100,32%, namun pada tahun 2014 mengalami penurunan
91,50%, dan mengalami penurunan kembali pada tahun 2015 dan 2016 sebesar
88,03% dan 86,27%. Fenomena seperti ini tentu beresiko terhadap likuiditas
perbankan syariah karena hal tersebut akan mempengaruhi kemampuan bank dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya, karena tingkat likuiditas akan dapat menjadi
tolak ukur apakah bank dapat memenuhi semua penarikan dana oleh nasabah,
kewajiban yang telah jatuh tempo dan memenuhi kredit tanpa penundaan.
Menurut Laporan Perkembangan Keuangan Syariah (LPKS) Otoritas Jasa
Keuangan (OJK), rasio likuiditas perbankan syariah yang ditunjukan oleh Financing
to Deposit Ratio (FDR) yang terjaga pada 86,27%. Nilai FDR tersebut
75.00%
80.00%
85.00%
90.00%
95.00%
100.00%
105.00%
2011 2012 2013 2014 20152016
FDR
10
mengindikasikan bahwa Bank Syariah mempunyai likuiditas yang baik untuk
melakukan ekspansi pembiayaan karena didukung oleh sumber dana (funding) yang
cukup (www.ojk.go.id) didukung dengan jumlah rekening yang meningkat dibanding
tahun sebelumnya yaitu 22,74 juta yang sebelumnya sebesar 22,5 juta hal tersebut
menyatakan bahwa sumber dana yang meningkat baik untuk melakukan penyaluran
pembiayaan.
Financing to Deposit Ratio (FDR) menunjukkan seberapa likuid suatu Bank
Syariah. Semakin tinggi tingkat FDR, semakin illikuid suatu Bank Syariah. Dalam
keadaan illikuid, bank akan kesulitan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka
pendeknya, seperti adanya penarikan tiba-tiba oleh nasabah terhadap simpanannya.
Sebaliknya, semakin rendah tingkat FDR, semakin likuid suatu bank. Keadaan bank
yang semakin likuid menunjukkan banyaknya dana menganggur (idle fund) yang
dapat memperkecil kesempatan bank untuk memperoleh penerimaan yang lebih
besar. Tingkat FDR suatu bank haruslah dijaga agar tidak menjadi terlalu rendah
ataupun terlalu tinggi. Untuk itu, diperlukan suatu standar mengenai tingkat FDR.
Bank Indonesia selaku otoritas moneter menetapkan batas FDR berada pada tingkat
85%-100% dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993.
Namun, per tanggal 1 Maret 2011, BI akan memberlakukan peraturan Bank Indonesia
No.12/19/PBI/2010 yang berisi ketentuan standar LDR pada tingkat 78%-100%
(Amriani, 2012:21).
Likuiditas menjadi salah satu faktor penting dalam pegelolaan dana bank.
Karena adanya proporsi yang besar dari simpnan nasabah berupa giro atau tabungan
11
dan deposito berjangka, memberikan perioritas uatama dalam mempertahankan
tingkat kecukupan likuiditas. Harus ada nasabah yang menyimpan uang dibank
apabila bank ingin melanjutkan usahanya. Diperlukan juga likuidtas yang cukup
apabila bank ingin melanjutkan usahanya (Rivai, 2007:389). Oleh karena itu, yang
menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi likuiditas adalah Dana Pihak Ketiga
(DPK). Dana Pihak Ketiga (DPK) sebagai faktor penunjang keberlangsungan kinerja
operasional lembaga keuangan, maka peran DPK menjadi penting untuk mengukur
keberhasilan bank sebagai perantara keuangan. Selain itu Bank Syariah memberikan
pembiayaan yang disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan modal dan bank
mendapatkan bagi hasil atas pembiayaan tersebut. Pertumbuhan DPK akan
mengakibatkan pertumbuhan penyaluran kredit yang pada akhirnya tingkat likuiditas
atau Financing to Deposit Ratio (FDR) juga akan meningkat (Pratama, 2010:5).
Selain DPK, untuk mengukur keberhasilan bank sebagai perantara keuangan
tidak hanya melihat dari keberhasilan dalam menyalurkan dana saja, tetapi juga
melihat dari segi permodalan yang dimiliki oleh bank tersebut. Menurut Surat Edaran
Bank Indonesia No.3/30 DPNP tanggal 14 Desember 2001 pada perbankan syariah
permodalan dapat diukur dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) dengan ketentuan
BI yang menetapkan kunci minimal 8% (www.bi.go.id).
Rasio CAR digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank
untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko, misalnya kredit
yang diberikan. Semakin tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan bank tersebut
untuk menanggung resiko dari setiap kredit. Perbandingan antara CAR dan FDR
12
yaitu semakin tinggi presentase tingkat kecukupan modal mengidentifikasi bahwa
bank telah mempunyai modal yang cukup baik dalam menunjang kebutuhannya, serta
dapat menanggung resiko-resiko yang dapat di timbulkan termasuk di dalamnya
resiko kredit (Dendawijaya, 2009:116). Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan
indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai
akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang beresiko. Maka
peneliti tertarik untuk mengambil variabel CAR sebagai salah satu variabel internal
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh CAR saat ini terhadap likuiditas
perbankan syariah di indonesia.
Variabel lain yang mempengaruhi likuiditas perbankan syariah adalah variabel
Non Performing Financing (NPF). Penyaluran pembiayaan yang dilakukan oleh
suatau Bank Syariah tidak terlepas dari resiko pembiayaan. Resiko pembiayaan ini
diukur dengan Non performing Financing (NPF). Non Performing Financing (NPF)
adalah rasio yang digunakan untuk mengukur pembiyaan bermasalah pada sutau
Bank Syariah. Pembiayaan bermasalah disini adalah kredit atau dengan kualitas
kurang lancar, diragukan dan macet. NPF merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi likuiditas besarnya NPF menurut ketentuan bank indonesia yaitu
maksimal 5% dari total pembiayaan yang disalurkan. NPF mencerminkan resiko
kredit atau pembiayaan, semakin tinggi tingkat NPF suatu Bank Syariah maka
mengakibatkan menurunnya likuiditas pada Bank Syariah tersebut (Ali, 2006:166).
Dapat dikatakan bahwa semakin kecil rasio NPF akan semakin baik tingkat kesehatan
13
suatu bank. Sebaliknya, semakin tinggi presentase rasio NPF semakin buruk kualitas
pembiayaan yang disalurkan.
Selain NPF, untuk mengukur keberhasilan bank sebagai perantara keuangan
tidak hanya melihat dari semakin kecilnya resiko pembiayaan yang bermasalah, tetapi
juga melihat dari segi efisiensi biaya operasional. Efisiensi sangat penting dalam
kegiatan operasional suatu bank. Efisiensi yang baik adalah ketika bank mampu
menekan beban biaya dan memaksimalkan pendapatan yang dihasilkan. Efisiensi
pada Bank Syariah dapat dilihat dari Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO). BOPO merupakan persentase jumlah biaya operasional Bank
Syariah terhadap jumlah pendapatan yang dihasilkan bank dalam periode waktu
tertentu. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya yaitu bertindak sebagai
perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat maka biaya dan
pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga
(Hendrayanti dan Muharam, 2013:3). Semakin tinggi nilai BOPO maka semakin
rendah tingkat efisiensi bank tersebut. Sebaliknya, semakin kecil BOPO menunjukan
semakin efisien bank tersebut dalam menjalankan aktivitas usahanya. Dengan kata
lain bank yang sehat memliki rasio BOPO yang kurang dan sebaliknya, bank yang
kurang sehat memiliki rasio BOPO lebih dari satu. Menurut ketentuan Bank
Indonesia efisiensi operasi diukur dengan BOPO.
SWBI (Sertifikat Wadiah Bank Indonesia) yang sekarang disebut SBIS
(Sertifikat Bank Indonesia Syariah) merupakan surat berharga berdasarkan prinsip
Syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank
14
Indonesia (PBI No. 10/11/PBI/2008). SBIS ini yang akan menjadi alternatif bagi
Bank Syariah untuk mengamankan dananya. Sertifikat Bank Indonesia Syariah yang
selanjutnya disebut SBIS adalah instrumen kebijakan moneter yang bertujuan untuk
mengatasi kesulitan kelebihan likuiditas pada bank yang beroperasi dengan prinsip
Syariah (Wirdyaningsih Perwataatmadja, 2006:149).
Menurut Arifin (2009:199), apabila Bank Syariah mempunyai kelebihan dana
pada tingkat likuiditas maka dana kelebihan tersebut dapat dititipkan kepada Bank
Indonesia yang dalam operasi moneternya melalui penerbitan SBIS mengumumkan
target penyerapan likuiditas kepada Bank-bank Syariah sebagai upaya pengendalian
moneter dan menjanjikan imbalan dari Bank Indonesia kepada perbankan syariah.
Dengan hadirnya SBIS setidaknya merupakan langkah awal dan sinyal untuk
memantapkan dan meningkatkan industri perbankan syariah dalam masalah
likuiditas.
Dalam ekonomi makro, Inflasi turut mempengaruhi peningkatan atau
penurunan simpanan masyarakat dan kredit atau pembiayaan yang disalurkan. Inflasi
merupakan masalah yang selalu dihadapi oleh perekonomian. Sampai dimana
buruknya masalah ini berbeda diantara satu waktu ke waktu yang lain. Tingkat inflasi
yaitu persentasi kecepatan kenaikan harga-harga dalam suatu tahun tertentu, biasanya
digunakan untuk menunjukkan sampai dimana buruknya masalah ekonomi yang
dihadapi (Sukirno, 2002: 302). Apabila laju inflasi tinggi dan tidak dapat
dikendalikan, upaya perbankan dalam menghimpun dana masyarakat terganggu
sehingga kegiatan penyaluran pembiayaan menjadi tersendat. Penyaluran pembiayaan
15
yang tersendat menjadikan pendapatan bank menurun. Sebab sumber utama
pendapatan bank sebagian besar berasal dari kredit yang disalurkan.
Berbagai penelitian terdahulu yang mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi likuiditas telah dilakukan oleh beberapa peneliti yang hasilnya juga
menimbulkan inkonsistensi hasil penelitian diantaranya Delsy Ni Luh (2014),
Prihatiningsih (2013), Jaka Hermawan (2009), Indah Nurfitri Adi (2006) dan
Mohamed Aymen Ben Moussa (2015).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Delsy dan Ni Luh (2014) dengan judul
Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Non Performing Loan dan Capital Adequacy Ratio
Terhadap Loan to Deposit Ratio dan Return on Assets Pada Sektor Perbankan di
Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menyatakan bahwa Dana Pihak Ketiga
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Loan to Deposit Ratio, Non Performing
Loan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Loan to Deposit Ratio,
Capital Adequacy Ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap Loan to Deposit
Ratio.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prihatiningsih (2013) dengan
judul Pengaruh DPK, Capital Adequacy Ratio (CAR), Imbal Hasil Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS), Imbal Hasil Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank
Syariah (SIMA), dan Non Performing Financing (NPF) Terhadap Financing to
Deposit Ratio (FDR). Hasil penelitian menyatakan bahwa DPK dan SIMA
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR),
Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
16
Financing to Deposit Ratio (FDR), SBIS berpengaruh terhadap Financing to Deposit
Ratio (FDR), sedangkan Non Performing Financing (NPF) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR)
Pada penelitian Jaka Hermawan (2009) dengan judul Pengaruh Rentabilitas
dan Solvabilitas Terhadap Likuiditas Bank yang Go Public. Hasil penelitian
menyatakan bahwa variabel ROE, BOPO dan CAR berpengaruh signifikan terhadap
LDR, sedangkan ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap LDR.
Pada penelitian Indah Nurfitri Adi (2006) dengan judul Pengaruh Penempatan
Dana Pada SWBI dan Pasar Uang Antar Syariah (PUAS) Terhadap FDR Perbankan
Syariah. Hasil penelitian menyatakan bahwa hanya variabel SWBI yang menunjukan
pengaruh signifikan terhadap FDR Perbankan Syariah.
Pada penelitian Mohamed Aymen Ben Moussa (2015) dengan judul The
Determinantsof Bank Liquidity: Case of Tunisia. Hasil penelitian menyatakan bahwa
modal, biaya operasi, tingkat pertumbuhan PDB dan inflasi berpengaruh signifikan
terhadap likuiditas bank.
Beberapa penelitian terdahulu yang telah diuraikan diatas menunjukan hasil
yang berbeda-beda. Pada penelitian ini mengkaji lebih lanjut mengenai hubungan
tingkat kinerja perusahaan perbankan dengan menggunakan rasio keuangan dalam
pengaruhnya terhadap likuiditas perbankan syariah dengan menggunakan periode
pengamatan yang lebih terkini, sedangkan objek pada penelitian sendiri adalah
Perbankan Syariah di Indonesia yaitu Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha
Syariah (UUS), paling tidak dalam penelitian ini Bank Syariah bisa dijadikan tolak
17
ukur dalam membaca kinerja keuangan terutama tingkat likuiditas perbankan syariah
di Indonesia.
Banyaknya refresnsi yang mneyatakan bahwa kondisi rasio keuangan yang
baik, nantinya berpengaruh terhadap kondisi keuangan perusahaan yang juga akan
berpengaruh terhadap tingkat likuiditas atau kemampuan bank memenuhi kewajiban
finansialnya, dalam penelitian ini yang menjadi hasil penelitian nantinya akan
mempertegas dan memperkuat refrensi yang ada. Sehingga peneliti tertarik untuk
meneliti rasio keuangan dan faktor eksternalnya dalam mempengaruhi tingkat
likuiditas Bank Syariah.
Berdasarkan pada fenomena, data dan beragam argumentasi (reseach gap),
maka dalam hal ini penulis tertarik untuk mengangkat penelitian yang berjudul
“PENGARUH PEROLEHAN DANA PIHAK KETIGA, KECUKUPAN
MODAL, PEMBIAYAAN BERMASALAH, EFISIENSI, SERTIFIKAT BANK
INDONESIA SYARIAH (SBIS) DAN INFLASI TERHADAP LIKUIDITAS
PERBANKAN SYARIAH PERIODE 2011-2016“
18
B. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, untuk memfokuskan penelitian
yang hendak ditulis dan memudahkan analisa, maka peneliti perlu membuat batasan-
batasan agar pemasalahan tidak meluas dalam pembahasannya. Batasan-batasan
dalam penulisan ini adalah :
1. Variabel bebas yang digunakan peneliti adalah Dana Pihak Ketiga (DPK),
Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya
Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO), Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS), dan Inflasi.
2. Dalam variabel terikatnya, yang digunakan oleh penulis adalah likuiditas
yang diproksikan dengan Financing to Deposit Ratio (FDR).
3. Penulis membatasi periode penelitian yang digunakan yaitu periode Januari
2011 – November 2016.
4. Objek yang diteliti oleh penulis yaitu seluruh Bank Umum Syariah (BUS)
dan Unit Usaha Syariah (UUS) di Indonesia.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
penelitian ini bermaksud menganalisis pertanyaan yang jawabannya akan dicari
melalui penelitian berdasarkan seputar keadaan DPK, CAR, NPF, BOPO, SBIS dan
inflasi periode Januari 2011- November 2016.
19
Pembahasan yang ada akan dirumuskan dalam beberapa pertanyaan sebagai
berikut :
1. Apakah Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non
Performing Financing (NPF), Biaya Operasional dan Pendapatan
Operasional (BOPO),Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Inflasi
berpengaruh secara parsial terhadap likuiditas ?
2. Apakah Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non
Performing Financing (NPF), Biaya Opersional dan Pendapatan Operasional
(BOPO), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Inflasi berpengaruh
secara simultan terhadap likuiditas ?
3. Variabel manakah dari Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio
(CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya Opersional dan Pendapatan
Operasional (BOPO), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Inflasi
yang berpengaruh dominan terhadap likuiditas ?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah dan pertanyaan penelitian diatas
maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Menganalisis apakah Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio
(CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya Operasional dan
Pendapatan Operasional (BOPO),Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
dan Inflasi berpengaruh secara parsial terhadap likuiditas.
20
2. Menganalisis apakah Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio
(CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya Opersional dan Pendapatan
Operasional (BOPO), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Inflasi
berpengaruh secara simultan terhadap likuiditas.
3. Mengetahui variabel manakah yang paling besar berpengaruh terhadap
likuiditas pada tahun Januari 2011- November 2016.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini berkaitan dengan likuiditas pada
perbankkan syariah beserta variabel-variabel yang mempengaruhinya adalah sebagai
berikut :
1. Akademisi
Akademisi diharapkan dapat membawa wawasan di bidang perbankan
khusunya perbankan syariah dalam hal ini yang berkaitan dengan likuiditas
perbankan syariah.
2. Peneliti
Peneliti diharapkan akan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
dibidang ekonomi dan lembaga keuangan syariah khususnya perbankan
syariah serta sebagai ajang ilmiah untuk menerapkan berbagai teori
perbankan syariah yang telah diperoleh dibangku kuliah.
21
3. Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan penelitian
selanjutnya dalam bidang perbankan dimasa yang akan datang.
4. Bagi Perbankan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam mengambil
keputusan yang akan diambil terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
likuiditas bank syariah sehingga kegiatan perbankan syariah tetap berjalan.
5. Bagi Nasabah dan Investor
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan informasi ketika
memilih produk bank syariah. Sehingga nasabah dan investor mempunyai
gambaran tentang bagaimana kondisi perbankan syariah yang dapat
menguntungkan mereka.
6. Bagi Pemerintah
Penelitian ini diharapkan sebagai pemikirian untuk mengambil keputusan
atau kebijakan perekonomian agar lebih tepat untuk mempertimbangkan
faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas perbankan syariah.
22
F. Sistematika Penulisan
Dalam membahas skripsi ini peneliti membagi ke dalam lima bab, pada tiap-tiap
bab terdapat sub-sub bab. Maka dari itu, dalam penulisan skripsi ini peneliti
menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan menguraikan terkait alasan pemilihan judul atau latar
belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian dan sistematika penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini peneliti akan menguraikan dan menjelaskan landasan teori yang
dilengkapi definisi Bank Syariah, Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio
(CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya Operasional dan Pendapatan
Operasional (BOPO), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Inflasi,
keterkaitan varaibel bebas terhadap variabel terikat, peneliti terdahulu, kerangka
pemikiran dan hipotesis penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini peneliti akan menguraikan dan menjelaskan ruang lingkup
penelitian, teknik penentuan sampel, metode pengumpulan data, metode analisis data
dan operasional variabel penelitian.
23
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini berisi uraian secara rinci pembahasan mengenai gambaran umum
objek penelitian dan menjelaskan semua temuan-temuan yang dihasilkan dalam
penelitian dan mendeskripsikan hasil yang diperoleh secara teoritik dan statistik
berdasarkan pada analisa kuantitatif dengan menggunakan analisis data regresi liniear
berganda.
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini berisi penutup yang didalamnya mencakup kesimpulan dari
keseluruhan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, implikasi
serta saran yang dapat
24
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Bank Syariah
Bank Syariah sama seperti rekannya yaitu bank konvensional yang
menjalankan fungsinya sebagai jembatan antara unit surplus (kelebihan dana)
kepada defisit (kekurangan dana). Sebagai perbankan yang unik, model Bank
Syariah beroperasi pada prinsip-prinsip syariah dan hukum Islam. Perbedaannya
adalah bank konvensional mengandalkan riba (bunga) sedangkan Bank Syariah
bergantung pada Profit dan Loss Sharing (PLS) dan tidak bergantung pada bunga
yang telah ditentukan (Aliyu, 2017:95).
Menurut Arifin (2006:2) Bank Syariah yang merupakan bank yang dalam
menjalankan aktivitasnya harus sesuai dengan Al-Qur’an dan Al-Hadist. Bank
Syariah berbeda dengan bank konvensional, Bank Syariah memiliki karakteristik
yang unik yaitu dalam pengambilan keuntungannya bukan dari bunga melainkan
nasabah bagi hasil. tujuan utama dari Bank Syariah adalah untuk mengembangkan
penerapan prinsip-prinsip Islam, syariah dan tradisinya kedalam transaksi
keuangan dan perbankan.
Menurut ensiklopedia Islam, Bank Islam adalah lembaga keuangan yang
usaha pokoknya memberikan jasa kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas
pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan
prinsip-prinsip syariat Islam (Sumitro, 2004:5). Bank Islam atau di Indonesia
25
disebut Bank Syariah merupakan lembaga keuangan yang berfungsi
memperlancar mekanisme ekonomi di sektor riil melalui aktivitas kegiatan usaha
(investasi, jual beli atau lainnya) berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan
perjanjian berdasaran hukum islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan
dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan
sesuai dengan nilai-nilai syariah (Ascarya, 2007:33).
Menurut Rivai Veithzal (2008:21), Islamic Banking adalah bank yang
beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada dalam ajaran Islam, berfungsi
sebagai badan usaha yang menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat atau
sebagai perantara keuangan. Prinsip Islam yang dimaksud adalah perjanjian
berdasarkan hukum Islam antara bank, pihak lain untuk penyimpan dana dan atau
pembiayaan kegiatan usaha. Peranan utama bank Indonesia dalam pengembangan
Bank Syariah adalah mewujudkan iklim yang kondusif bagi perkembangan Bank
Syariah yang sehat dan konsisten terhadap prinsip-prinsip syariah atau lebih
konkritnya adalah dalam mewujudkan perbankan syariah yang mampu
mengerakan sektor riil melalui kegiatan pembiayaan berbasis ekuitas dalam
rangka tolong menolong dan menuju kebaikan guna mencapai kemaslahatan umat.
Menurut Undang-Undang Perbankan syariah Nomor 21 Tahun 2008
menyatakan bahwa perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut
tentang bank syariah dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan
usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahannya.
26
Bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan
prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri dari bank umum syariah dan
pembiayaan rakyat syariah.
Bank syariah sebagai lembaga intermediasi antara pihak investor yang
menginvestasikan dananya di bank dan selanjutnya Bank Syariah menyalurkan
dananya kepada pihak lain yang membutuhkan dana. Investor yang menempatkan
dananya akan mendapatkan imbalan dari bank dalam bentuk bagi hasil atau
bentuk lainnya yang disahkan dalam Syariah Islam. Bank Syariah menyalurkan
dananya kepada pihak yang membutuhkan pada umumnya dalam akad jual beli
dan kerja sama usaha. Imbalan yang diperoleh dalam margin keuntungan, bentuk
bagi hasil dan atau lainnya sesuai dengan Syariat Islam (Ismail, 2011:32).
Berdasarkan kaijan teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa Bank
Syariah adalah wadah dimana pihak yang ingin menginvestasikan dananya dan
selanjutnya disalurkan kepada pihak lain (deficit) yang dalam menjalankan
aktivitasnya harus sesuai dengan Al-Qur’an dan Al-Hadist yaitu tidak adanya
bunga (riba). Bank Syariah berfungsi memperlancar mekanisme ekonomi di
sektor riil melalui aktivitas kegiatan usaha (investasi, jual beli atau lainnya)
berdasarkan prinsip syariah.
a. Prinsip Perbankan Syariah
Menurut Arifin (2002:3) Bank Syariah didirikan dengan tujuan untuk
mempromosikan dan mengembangkan peranan prinsip-prinsip Islam dan
tradisinya dalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis yang terkait.
27
Prinsip syariah adalah aturan perjanjian bedasarkan hukum Islam Prinsip
utama yang diikuti oleh bank Islam itu adalah :
1) Larangan riba dalam berbagai bentuk transaksi.
2) Melakukan kegiatan usaha dan perdagangan berdasarkan perolehan
keuntungan yang sah.
3) Memberikan zakat.
Menurut pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang
Perbankan, Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan
berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan
dalam penempatan fatwa dibidang syariah. Lembaga yang berwenang disini
adalah Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang bersifat independen yang merupaa
kepanjangan tangan dari Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia
(DSN-MUI). Dewan Pengawas Syariah (DPS) ditempatkan pada bank yang
melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dengan tugas yang diatur
oleh DSN-MUI. Adapun prinsip perbankan menurut Aziz (2006:4) sebagai
berikut :
1) Larangan riba dan bunga
Larangan riba ini dimulai dari adanya pelanggan yang tegas terhadap riba.
Tidak diragukan lagi bahwa apa yang diharamkan oleh Al-Qur’an maupun Al-
Hadist adalah riba.
28
Al-Qur’an mengharamkannya dalam QS : Al-Baqarah : 275 sebagai berikut :
Allah berfirman :
الذين يأكلون الربا ل ي قومون إل كما ي قوم الذي ي تخبطو لك يطان من المس ذ ا الب يع مثل الربا وأحل اللو الش بأن هم قالوا إن
الب يع وحرم الربا فمن جاءه موعظة من ربو فان ت هى ف لو ما سلف وأمره إل اللو ومن عاد فأولئك أصحاب النار ىم فيها
﴾٥٧٢﴿البقرة: لدون خاArtinya:
Hai orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu adalah disebabkan mereka
berkata (berpendapat) sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal allah
telah mengharamkan riba. Orang-orang telah sampai kepadanya dari tuhannya,
lalu terus berhenti (dari mengambil riba). Maka baginya apa yang diambilnya
dahulu (sebelum datang larangan), dan urusannya (terserah) kepada allah. Orang
yang kembali (mengambil riba) maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka,
mereka kekal didalamnya (QS. Al-Baqarah 2:275).
Dalam Bank Syariah, tidak menggunakan sistem bunga bukan berarti
membuat Bank Syariah tidak mendapat keuntungan.
Islam memperbolehkan memperoleh keuntungan dengan cara-cara yang tidak
mendzolimi salah satu pihak dan saling meridhoi satu sama lain. Allah SWT
berfirman dalam Al-Qur’an sebagai berikut :
29
نكم بالباطل إل أن تكون يا أي ها الذين آمنوا ل تأكلوا أموالكم ب ي نكم ول ت قت لوا أنفسكم إن اللو كان بكم رحيما تارة عن ت راض م
Artinya :
“ Hai orang-orang yang beriman, jangnlah kamu makan hartasesamamu
dengan jalan bathil, kecuali dengan perdagangan yang dilakukan dengan suka
sama suka diantara kamu” (QS: Annisa 4:29).
b. Fungsi dan Peranan Bank Syariah
Fungsi dan peranan bank syariah yang tercantum dalam pembukuan
standar akuntansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI (Accounting and Auditing
Organizing for Islamic Financing Instituion), yaitu sebagai berikut :
1) Manajer investasi, Bank Syariah dapat megelola investasi dana
nasabah.
2) Investor, Bank Syariah dapat menginvestasikan dana yang
dimlikinya maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya.
3) Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, Bank Syariah
dapat melakukan kegiatan jasa-jasa layanan perbankan
sebagaimana mestinya.
4) Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas
keuangan syariah, Bank Islam memiliki kewajiban untuk
mengeluarkan dan mengelola (menghimpun, mengadministrasikan,
mendristribusikan) zakat serta dana sosial lainya.
30
c. Tujuan Bank Syariah
Menurut Heri Sudarsino (2008:43), Bank syariah mempunyai beberapa
tujuan diantaranya sebagai berikut :
1) Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalah secara
Islam, khususnya muamalah yang berhubungan dengan perbankan,
agar terhindar dari praktek-praktek riba atau jenis-jenis usaha atau
perdagangan lain yang mengandung unsur gharar atau tipuan,
dimana jenis-jenis usaha tersebut selain dilarang oleh Islam, juga
telah menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi
masyrakat.
2) Untuk menciptakan suatu keadilan dibidang ekonomi dengan jalan
meratakan pendapat melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi
kesenjangan yang amat besar antara pemilik modal dengan pihak
yang membutuhkan dana.
3) Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan terbuka
peluang usaha yang lebih besar terutama kelompok miskin, yang
diarahkan kepada kegiatan usaha yang produktif, menuju
terciptanya kemandirian usaha.
4) Untuk menanggulangi masalah kemiskinan, yang pada umumnya
merupakan program utama dari negara-negara yang sedang
berkembang. Upaya Bank Syariah didalam mengentaskan
kemiskinan. Kemiskinan ini berupaya pembinaan nasabah seperti:
program pembinaan pengusaha produsen, pembinaan pedagang
31
perantara, program pembinaan konsumen, program pengembangan
modal kerja dan program pengembangan usaha bersama.
5) Untuk menjaga stabilitas ekonomi moneter, dengan melalui
aktifitas perbankan syariah akan mampu menghindari pemanasan
ekonomi yang di akibatkan oleh adanya inflasi, menghindari
persaiangan usaha yang tidak sehat antara lembaga keuangan.
6) Untuk menyelamatkan ketergantungan umat islam terhadap bank
non syariah.
d. Produk Bank syariah
Secara garis besar, pengembangan produk Bank Syariah dikelompokan
menjadi tiga kelompok, yaitu produk penghimpunan dana, produk penyaluran
dana dan produk jasa. Penjelasan selengkapnya sebagai berikut (Suwiknyo,
2010:20-40).
1) Produk penghimpunan dana
a) Prinsip wadi’ah
Prinsip Wadi’ah Implikasi hukumnya sama dengan qaradh, dimana
nasabah bertindak sebagai yang meminjamkan uang dan bank bertindak
sebagai yang meminjamkan.
b) Prinsip Mudharabah
Aplikasi prinsip ini adalah bahwa deposan atau penyimpanan
bertindak sebagai shaibul mal dan bank sebagai mudharib, dana ini
digunakan bank untuk melakukan pembiayaan akad jual beli maupun
syirkah.
32
2) Produk Penyaluran Dana
Produk penyaluran dana di Bank Syariah dapat dikembangkan menjadi tiga
model, yaitu transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang
dilakukan dengan prinsip jual beli, transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk
mendapatkan jasa yang dilakukan dengan prinsip sewa dan transaksi pembiayaan
yang ditujukan untuk usaha kerja sama yang ditujukan guna mendapatkan
sekaligus barang dan jasa. Tiga model tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
a) Prinsip Jual Beli
Jual beli meliputi berbagai akad penukaran antara suatu barang dan
jasa dalam jumlah tertentu tas barang dan jasa lainnya. Penyerahan jumlah
atau harga barang dan jasa tersebut dapat dilakukan segera ataupun secara
tangguh. Tingkat keuntungan bank ditentukan didepan dan menjadi bagian
harga atas barang yang dijual. Dalam prinsip jual beli terdiri atas
pembiayaan murabahah, pembiayaan salam, dan pembiayaan istishna.
b) Prinsip Sewa Menyewa
Prinsip sewa yaitu transaksi pembiayaan yang ditunjukan untuk
mendapatkan jasa dari barang tersebutterdiri atas ijarah dan ijarah al
mutahiya bit tamlik.
c) Prinsip Bagi Hasil
Prinsip bagi hasil digunakan untuk usaha kerjasama yang ditujukan
guna mendapatkan barang dan jasa sekaligus. Pembiayaan yang
menggunakan prinsip ini (syirkah) terdiri atas pembiayaan musyarakah
dan pembiayaan mudharabah.
33
3) Produk Jasa
Produk jasa dikembangkan sebagai akad pelengkap, Bank Syariah dapat
pula melakukan berbagai pelayanan jasa perbankan. Produk ini terdiri atas
:dengan akad hiwalah (alih hutang-piutang), ar-rahn (gadai), al-qardh (pinjaman
kebaikan), al-wakalah (perwakilan pengiriman uang atau transfer) dan al-khafalah
(garansi bank).
2. Likuiditas atau Financing to Deposit Ratio (FDR)
Menurut peraturan Bank Indonesia No. 9/1/PBI/2007 tentang sistem penilaian
tingkat kesehatan bank umum berdasarkan prinsip syariah, penilaian likuiditas
dimaksudkan untuk menilai kemampuan bank dalam memelihara tingkat
likuiditas yang memadai termasuk antisipasi atas risiko likuiditas yang akan
muncul.
Penilaian kuantitatif faktor likuiditas dilakukan dengan melakukan penilaian
terhadap komponen-komponen sebagai berikut :
a. Besarnya aset jangka pendek dibandingkan dengan kewajiban jangka
pendek, merupakasan rasio utama.
b. Kemampuan aset jangka pendek, kas dan secondary reserve dalam
memenuhi kewajiabn jangka pendek, merupakan rasio penunjang.
c. Ketergantungan kepada dana deposan inti, merupakan rasio penunjang.
d. Pertumbuhan dana deposan inti terhadap total dana pihak ketiga,
merupakan rasio penunjang.
e. Kemampuan bank dalam memperoleh dana dari pihak lain apabila terjadi
misstmach merupakan rasio pengamatan.
34
f. Ketergantungan pada dana antar bank merupakan rasio atau pengamatan
atau observet.
Fungsi perbankan baik perbankan konvensional maupun perbankan
syariah adalah sama yaitu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat.
Apakah fungsi intermediary suatu bank telah berjalan dengan baik atau belum,
dapat dilihat indikasinya dari Financing to Deposit Ratio (FDR) atau Loan to
Deposit Ratio (LDR). Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio kredit atau
pembiayaan yang diberikan kepada pihak ketiga dalam rupiah dan valuta asing,
tidak termasuk kredit kepada bank lain, terhadap dana pihak ketiga yang
mencakup giro, tabungan dan deposito dalam rupiah dan valuta asing, tidak
termasuk dana antar bank (Wangsawidjaja, 2012:33).
Menurut Dendawijaya (2009:116) Financing to Deposit Ratio (FDR)
merupakan rasio yang menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam
membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan
mengendalikan pembiayaan yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya, yaitu
dengan cara membagi jumlah pembiayaan yang diberikan oleh bank terhadap
Dana Pihak Ketiga (DPK).
FDR merupakan indikator pemberian pembiayaan kepada nasabah yang
dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan
yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk
memberikan. Semakin tinggi rasio FDR memberikan indikasi rendahnya likuiditas
bank, karena dana bank lebih banyak digunakan untuk memberikan pembiayaan
daripada diinvestasikan dalam bentuk kas sehingga diharapkan dengan
35
pembiayaan yang tinggi keuntungan yang diperoleh tinggi. Menurut Sutrisno
(2016:32) Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan dana masyarakat yang
disimpan di bank syariah adalah mandat dari rakyat ke bank syariah. Dana
tersebut akan disalurkan kepada mereka yang membutuhkan dengan berbagai
konsep pembiayaan. Tujuan bank adalah untuk menyediakan pembiayaan untuk
keuntungan.
Penyaluran pembiyaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung
investasi yang diencanakan. Variabel ini diwakili oleh Financing to Deposit Ratio
(FDR). Tinggi rendahnya rasio ini menunjukan tingkat likuiditas bank tersebut,
semakin tinggi angka FDR suatu bank, digambarkan sebagai bank yang kurang
likuid dibandingkan dengan bank yang memiliki angka rasio yang lebih kecil dan
dapat dirumuskan sebagai berikut (Taswan, 2006:73) :
Rumus Financing to Deposit Ratio (FDR)
Financing to Deposit Ratio (FDR) dihitung dari perbandingan antara total
pembiayaan yang diberikan bank dengan dana pihak ketiga. Total pembiayaan
yang dimaksud adalah pembiayaan yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak
termasuk kredit kepada bank lain). Dana pihak ketiga yang dimaksud yaitu giro,
tabungan, dan deposit (tidak termasuk antarbank). Standar FDR menurut
Peraturan Bank Indonesia No.12/19/PBI/2010 adalah sebesar 80%-100%. Jika
angka Financing to Deposit Ratio (FDR) suatu bank berada pada angka dibawah
80% maka dapat disimpulkan bahwa bank tersebut hanya dapat menyalurkan
sebesar nilai FDR tersebut dari seluruh dana yang berhasil dihimpun, sehingga
36
dapat dikatakan bahwa bank tersbeut tidak menjalankan fungsinya dengan baik.
Kemudian jika rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) bank mencapai lebih dari
100%, berarti total pembiayaan yang diberikan bank tersebut melebihi dana yang
dihimpun. Oleh karena itu dana yang dihimpun dari masyarakat sedikit, maka
bank dalam hal ini juga dapat dikatakan tidak menjalankan fungsinya sebagai
pihak intermediasi (perantara) dengan bank (Suryani, 2011:59).
Menurut Slamet Riyadi, (2006:166) Kriteria FDR yang sehat untuk Bank
Syariah berdasarkan Ketentuan Bank Indonesia adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1
Kriteria Kesehatan Financing To Deposit Ratio (FDR) Pada Bank Syariah
Peringkat Nilai FDR Predikat
1 50%< FDR < 75% Sangat Baik
2 75% ≤ FDR ≤ 5% Baik
3 85% ≤ FDR ≤ 100% Cukup Baik
4 100% ≤ FDR < 120% Kurang Baik
5 FDR ≥ 120% Tidak Baik
Dengan ditetapkannya batas maksimum pemberian kredit (pembiayaan) yang
harus diperhatikan oleh Bank Syariah, maka Bank Syariah tidak dapat secara
berlebihan melakukan ekspansi pembiayaan dengan tujuan memperoleh
keuntungan yang sebesar-besarnya atau bertujuan untuk secepatnya dapat
membesarkan jumlah asetnya, karena hal itu akan membahayakan kelangsungan
hidup bank tersebut dan lebih lanjut akan membahayakan dan simpanan para
nasabah penyimpan dari bank tersebut (Sjadeini, 2007:177).
37
1. Dana Pihak Ketiga (DPK)
a. Definisi Dana Pihak Ketiga
Dana pihak ketiga yang dijelaskan dalam UU Perbankan RI No. 10 tahun
1998 tentang perbankan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada
bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito,
sertifikat deposito, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan
itu. Salah satu kendala bagi perusahaan dalam menjalankan kegiatannya adalah
masalah kebutuhan dana. Hampir setiap perusahaan memerlukan dana untuk
membiayai kegiatan usahanya, baik untuk biaya rutin maupun untuk keperluan
perluasan usaha. Pentingnya dana membuat setiap perusahaan berusaha keras
untuk mencari sumber-sumber dana yang tersedia, termasuk perusahaan lembaga
keuangan semacam bank (Kasmir, 2008:61).
Menurut Martono (2010:38) Sumber dana dari masyarakat (dana pihak
ketiga) merupakan sumber dana yang terpenting bagi kegiatan operasi bank dan
merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasi dari sumber
dana ini. Penghimpunan dana dari masyarakat dapat dikatakan relatif lebih mudah
jika dibandingkan dengan sumber dana lainnya. Penghimpunan dana dari
masyarakat dilakukan secara efektif dengan memberikan bunga yang relatif tinggi
dan memberikan berbagai fasilitas yang menarik lainnya seperti hadiah dan
pelayanan yang memuaskan. Keuntungan lain dari dana pihak ketiga adalah
jumlah yang tidak terbatas baik berasal dari perseorangan (rumah tangga),
perusahaan, maupun lembaga masyarakat lainnya. Ada tiga jenis simpanan
38
sebagai sarana untuk memperoleh dana dari masyarakat, yaitu simpanan giro,
tabungan dan deposito.
Bagi bank sendiri, dana merupakan faktor yang paling utama dalam
operasional bank. Tanpa dana yang cukup bank tidak dapat berbuat apa-apa, atau
dengan kata lain bank tidak berfungsi sama sekali.
Dana adalah uang tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh bank dalam bentuk tunai,
atau aktiva lain yang dapat segera diubah menjadi uang tunai. Uang tunai yang
dimiliki atau dikuasai oleh bank tidak hanya berasal dari para pemilik bank itu
sendiri, tetapi juga berasal dari titipan atau penyertaan dana orang lain atau pihak
lain yang sewaktu-waktu atau pada suatu saat tertentu akan ditarik kembali, baik
sekaligus maupun secafra berangsur-angsur (Arifin, 2009:57).
Berdasarkan kajian teori diatas dapat disimpulkan bahwa dana pihak
ketiga (DPK) adalah dana yang bersumber dari masyarakat yang merupakan
sumber dana terpenting dalam suatu Bank Syariah sebagai ukuran keberhasilan
bank jika mampu membiayai operasi dari sumber dana tersebut baik untuk biaya
rutin maupun untuk keperluan perluasan usaha..
b. Macam-macam Dana Pihak Ketiga
Menurut Ismail (2010:43) Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan dana
simpanan masyarakat dalam bentuk giro, tabungan dan deposito. Dengan sumber
dana ini, bank memanfaatkannya sebsgai ladang yang dapat menghasilkan
pendapatan bagi bank yang salah satunya adalah menyalurkan kredit. Sumber
dana dari pihak ketiga ini adalah sebagai berikut :
39
a) Giro
Giro merupakan simpanan yang berasal dari dana pihak ketiga
yang penarikannya dapat dilakukan sewaktu-waktu dengan menggunakan
sarana penarikan berupa cek, bilyet giro, dan sarana penarikan lainnya.
Giro sangat bermanfaat bagi masyarakat dalam melakukan transaksi
bisnisnya, karena memberikan kemudahan tersendiri. Memiliki rekening
giro sama dengan memiliki uang tunai. Karena sifat rekening giro dapat
dicairkan setiap saat.
b) Tabungan
Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 mengenai perbankan,
bahwa tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan menurut syarat tertentu yang telah disepakati, tetapi tidak dapat
ditarik dengan cek, bilyet giro atau alat lainnya yang dapat disamakan
dengan giro.
c) Deposito
Deposito merupakan jenis simpanan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan sesuai dengan jangka waktu yang telah diperjanjikan antara
bank dan nasabah. Deposito dibedakan menjadi tiga jenis yaitu, deposito
berjangka, sertifikat deposito, dan deposito on call. Deposito berjangka
merupakan simpanan berjangka yang dapat dicairkan sesuai dengan jangka
waktu yang disepakati. Pemegang deposito berjangka akan mendapat
bilyet deposito sebagai bukti hak kepemilikannya. Sertifikat deposito
40
adalah simpanan dalam bentuk deposito yang sertifikat bukti
penyimpanannya dapat dipindah tangankan atau diperjualbelikan.
Sedangkan deposit on call adalah jenis simpanan berjangka yang
penarikannya perlu memberitahukan terlebih dahulu kepada bank penerbit
deposit on call. Deposit on call diterbitkan atas nama, dan tidak dapat
diperjualbelikan. Bunga dibayar saat pencairan.
2. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Menurut Suhandjono (2002:73), Modal merupakan salah satu faktor
penting dalam rangka pengembangan usaha bisnis dan menampung resiko
kerugian. Modal adalah salah satu faktor kunci yang harus dipertimbangkan dalam
menilai keamanan dan kesehatan sebuah bank. Modal menyerap potensi kerugian
dan dapat menyediakan dasar untuk menjaga kepercayaan nasabah pada bank.
Modal juga merupakan faktor penentu utama kapasitas pinjaman sebuah bank.
Telah adanya peraturan dari BIS (Banking for International Settlement)
yang mengatur perihal tingkat kesehatan bank dalam rangka Prudential Banking.
Setiap bank yang beroperasi diwajibkan untuk memenuhi kebutuhan pemenuhan
modal minimum bank yang lebih dikenal dengan Capital Adequacy Ratio (CAR)
(Riyadi, 2006:5). Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah kecukupan modal yang
menunjukan kemampuan bank dalam mepertahankan modal yang mencakupi dan
kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi,
dan mengkontrol resiko-resiko yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap
besarnya modal bank (Suhardjono, 2002:40).
41
CAR merupakan alat analisis yang digunakan untuk mengetahui berapa jumlah
modal yang memadai untuk menunjang kegiatan operasionalnya dan cadangan
untuk menyerap kerugian yang mungkin terjadi (Kuncoro, 2002:573). Adapun
klasifikasi tingkat CAR menurut Bank Indonesia secara rinci adalah sebagai
berikut:
Dalam rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) dimana semakin tinggi nilai
CAR menunjukan semakin sehat bank tersebut dan semakin kuat untuk
menanggung risiko dari setiap kredit atau aktiva produktif yang beresiko. Kriteria
CAR dikatakan sehat apabila CAR > 8%, dan apabila < 8% maka CAR
digolongkan tidak sehat (Riyadi, 2006:171). Ketentuan CAR 10% berlaku bagi
Bank Syariah yang memiliki peringkat kesehatan level I dan II. Sedangkan, Bank
Syariah yang masuk level III dan IV, harus memenuhi CAR 14%. Aturan ini
berlaku efektif mulai Januari 2015. (http://www.tribunnews.com/)
3. Non Performing Financing (NPF)
Pembiayaan merupakan pemberian fasilitas penyediaan dana untuk
memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deifisit unit (Syafi’i,
2001:160). Salah satu ukuran keberhasilan penyaluran pembiayaan adalah
kolektibilitas (kualitas pembiayaan), yaitu tingkat pengembalian atau pembayaran
kembali oleh nasabah. Tingkat kelancaran pembayaran ini menentukan kualitas
suatu pembiayaan. Tujuan penetapan kolektibilitas pembiayaan adalah
mengetahui kualitas pembiayaan secara dini. Dalam Kamus Bank Indonesia, Non
Performing Financing (NPF) adalah pembiayaan bermasalah yang terdiri dari
42
pembiayaan yang berklarifikasi kurang lancar, diragukan dan macet. Sedangkan
menurut Sudarsono (2007:16) pembiayaan non lancar atau juga yang dikenal
dengan istilah Non Performing Financing (NPF) dalam perbankan syariah adalah
jumlah kredit atau pembiayaan yang tergolong lancar yaitu dengan kualitas
kurang lancar, diragukan dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia
tentang kualitas aktiva produktif.
Rasio Non Performing Financing (NPF) dapat dirumuskan sebagai berikut :
X100%
Rasio NPF diatas ditujukan untuk mengukur tingkat permasalahan
pembiayaan yang dihadapi Bank Syariah. Tingkat kesehatan NPF pada Bank
Syariah yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagai berikut :
Tabel 2.2
Kriteria Kesehatan Non Performing Financing (NPF) pada Bank Syariah
Peringkat Nilai NPF Predikat
1 NPF < 2% Sangat Baik
2 2% ≤ NPF ≤ 5% Baik
3 5% ≤ NPF ≤ 8% Cukup Baik
4 8% ≤ NPF 12% Kurang Baik
5 NPF ≥ 12% Tidak Baik
Semakin tinggi NPF, semakin tinggi resiko yang dihadapi bank tersebut.
Karena akan mempengaruhi permodalan bank tersebut karena dengan NPF yang
tinggi akan membuat bank mempunyai kewajiban untuk memenuhi Penyisihan
Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) yang terbentuk. Apabila rasio NPF tidak
43
dapat ditangani dengan tepat, maka akan kehilangan kesempatan pendapatan
(income) dari pembiayaan yang diberikan, sehingga mengurangi laba dan
kemampuan untuk memberikan pembiayaan (Dendawijaya, 2009:86).
4. Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional atau (BOPO)
Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) termasuk rasio
rentabilitas (earning). Keberhasilan bank didasarkan pada penelitian kuantitatif
terhadap rentabilitas bank dapat diukur dengan menggunakan rasio BOPO. Rasio
BOPO sering disebut rasio efesiensi yang digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan
operasional (Dendawijaya, 2005:120). Setiap perusahaan termasuk perbankan
harus mencapai output dengan biaya seminimal mungkin. Efisiensi operasional
secara maksimum dicapai pada tingkat pendapatan dimana semua biaya dari skala
keuntungan lebih kecil (Odunga dkk, 2013:77). BOPO dinyatakan dengan rumus :
X100%
Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan total beban bunga dan
total beban operasional lainnya. Pendapatan operasional adalah penjumlahan dari
total pendapatan bunga dan total pendapatan operasional lainnya. Semakin rendah
tingkat BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih
efisien menggunakan sumber daya yang ada diperusahaan. Menurut ketentuan
Bank Indonesia efisiensi operasi diukur dengan BOPO memiliki kriteria
kesehatan yang ditunjukan sebagai berikut (Dendawijaya, 2009:120) :
44
Tabel 2.3
Kriteria Kesehatan BOPO pada Bank Syariah
Peringkat Nilai BOPO Predikat
1 BOPO < 94% Sangat Baik
2 94% ≤ BOPO ≤ 95% Baik
3 95% ≤ BOPO ≤ 96% Cukup Baik
4 96% ≤ BOPO < 97% Kurang Baik
5 BOPO ≥ 97% Tidak Baik
5. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Dalam pelaksanaan pasar terbuka agar dapat berdasarkan prinsip syariah
dapat berjalan dengan baik maka otoritas moneter menciptakan suatu piranti
pengendalian uang beredar yang sesuai dengan prinsip sayraiah dapat berjalan
dengan baik, maka otoritas moneter menciptakan suatu piranti pengendalian uang
beredar yang sesuai dengan prinsip syariah dalam bentuk Sertifikat Wadiah Bank
Indonesia (SWBI) yang kemudian diganti dengan instrument Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (Prihatiningsih, 2012:6).
Perubahan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) menjadi Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBIS), berdasarkan PBI Nomor 10/11/PBI/2008,
Sertifikat Bank Syariah Indonesia (SBIS) adalah surat berharga berdasarkan
prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan
oleh Bank Indonesia. SBIS diterbitkan sebagai salah satu intrumen operasi pasar
terbuka dalam rangka pengendalian moneter yang diakukan berdasarkan prinsip
syariah dengan menggunakan akad Ju’alah (Peraturan Bank Indonesia, 2008).
45
Ju’alah adalah suatu kontrak dimana pihak pertama menjanjikan imbalan
tertentu kepada pihak kedua atas pelaksanaan suatu tugas atau pelayanan yang
dilakukan oleh pihak kedua untuk kepentingkan pihak pertama Menurut Arifin
(2009:198), yang dimaksud Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah
sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana jangka
pendek. SBIS merupakan piranti moneter yang sesuai prinsip pada Bank Syariah
yang diciptakan dalam rangka pelaksanaan pengendalian moneter. Bank Indonesia
menerbitkan instrumen moneter berdasarkan prinsip syariah dan dapat
dimanfaatkan oleh Bank Syariah dengan tujuan untuk mengatasi bila terjadi
kelebihan pada tingkat likuiditas, sebagaimana bank konvensional yang
menetapkan cadangannya pada SBI, dengan harapan memperoleh penghasilan
tambahan.
Seperti halnya SBI, SBIS adalah juga termasuk instrumen Bank Indonesia
untuk operasi pasar terbuka, terutama melalui mekanisme perbankan syariah.
Mekanisme penerbitan SBIS adalah dengan cara lelang dimana pihak yang di ikut
sertakan dalam proses pelelangan SBIS adalah sebagai berikut :
a. Bank Umum Syariah (BUS) atau Unit Usaha Syariah (UUS) atau
pialang yang bertindak untuk dan atas nama BUS/UUS dan
b. BUS dan UUS, baik sebagai peserta langsung maupun peserta tidak
langsung, wajib memenuhi persyaratan Financing to Deposit Ratio
(FDR) yang ditetapkan Bank Indonesia.
Dalam keadaan yang yang sangat mendesak instrumen tersebut bermanfaat
untuk mengatasi kesulitan likuiditas Bank Syariah jangka pendek karena arus
46
dana yang masuk kebank tersebut lebih kecil disbanding arus dana yang keluar
pada saat kliring. Bank Indonesia telah mengeluarkan ketentuan tentang Fasilitas
Pembiayaan Jangka Pendek bagi Bank Syariah (FPJPS). FPJPS ini dimaksudkan
untuk menjalankan fungsi BI sebagai “lender of last resort” jika alternatif
pembiayaan lain tidak dapat diperoleh Bank Syariah untuk mempertahankan
likuiditasnya. SBIS mempunyai fungsi untuk membantu Bank Syariah di
Indonesia yang kelebihan likuiditas, untuk menyimpan dana “menganggurnya”di
tempat yang aman dan menguntungkan. Untuk mendukung kegiatan usaha
perbankan yang terkait dengan SBIS Dewan Syariah Nasional (DSN) telah
menerbitkan Fatwa No.36/DSNMUI/X/2002 tentang Sertifikat Wadi’ah Bank
Indonesia sebelum tahun 2008 SBIS dikenal dengan nama SWBI atau Sertifikat
Wadiah Bank Indonesia (Hermawan, 2013:36).
6. Inflasi
Menurut Suparmono (2004:128) inflasi merupakan kondisi kenaikan harga
barang dan jasa secara umum dan terus-menerus Sedangkan menurut Badan Pusat
Statistik inflasi adalah kecenderungan naiknya harga barang jika inflasi meningkat
maka harga barang dan jasa pada umumnya yang berlangsung secara terus-
menerus. Jika inflasi meningkat, maka harga barang dan jasa dalam negeri
mengalami kenaikan. Naiknya harga barang dan jasa tersebut menyebabkan
turunya nilai mata uang. Dengan demikian inflasi dapat juga diartikan sebagai
penurunan nilai mata uang terhadap nilai barang dan jasa secara umum.
Menurut Karim (2008:135) inflasi adalah kenaikan harga secara umum dari
barang atau komuoditas dan jasa selama suatu periode tertentu. Menurut Sukirno
47
(2004:27) inflasi adalah kenaikan harga-harga secara umum berlaku dalam suatu
perekonomian dari suatu periode ke periode lainnya, sedangkan tingkat inflasi
adalah presentasi kenaikan harga-harga pada suatu tahun tertentu berbanding
dengan tahun sebelumnya. Sedangkan Menurut Kasmir (2010:40) menyatakan
bahwa inflasi adalah proses kenaikan harga barang secara umum dan terus
menerus dalam waktu periode yang dikur dengan menggunakan indeks harga.
Tingkat pengembalian investasi saham berkolerasi positif dengan nilai real dan
tingkat pengembalian investasi berkolerasi negatif dengan tingkat suku bunga dan
inflasi. Indeks harga dalam mengukur inflasi antara lain :
a. Indeks harga konsumen, digunakan untuk mengukur biaya-biaya
barang dan jasa yang dibeli untuk menunjang kebutuhan hidup sehari-
hari dengan perubahan indeks harga dari tahun ke tahun.
b. Indeks perdagangan besar merupakan usaha yang menitik beratkan
pada jumlah barang pada tingkat perdagangan besar. Ini berarti bahwa
harga bahan mentah atau bahan jadi masuk dalam perhitungan index
harga.
c. Gross Net Product (GNP) defrator, merupakan suatu jenis index harga
yang sangat berbeda dengan dua jenis indeks harga diatas yang
mencakup dalam jumlah harga barang dan jasa yang jumlah
perhitungannya menjadi lebih banyak dibanding dengan dua index
diatas.
Angka inflasi dihitung oleh badan pusat statistik dari presentase perubahan
indeks harga konsumen atau IHK pada suatu saat dibandingkan dengan IHK pada
48
periode sebelumnya. IHK adalah perbandingan relatif dari harga suatu paket
barang dan jasa pada suatu saat dibandingkan dengan harga-harga barang dan jasa
tersebut pada tahun dasar dan dinyatakan dalam persen (%) (Gilarso, 2004:201).
Rumus yang digunakan yang di cari inflasi sebagai berikut:
X100%
7. Keterkaitan Antara Variabel Independen dengan Variabel Dependen
a. Keterkaitan Dana Pihak Ketiga (DPK) dengan Financing to Deposit Ratio
(FDR)
Menurut Martono (2010:24) Dana Pihak Ketiga (DPK) dapat dijadikan
rasio pengukur untuk menilai kemampuan bank dalam memenuhi kebutuhan
likuiditas akibat penarikan dana oleh pihak ketiga dengan menggunakan alat-alat
likuid bank yang tersedia. Alat likuid bank terdiri dari uang kas, saldo giro, pada
bank sentral dan bank-bank koresponden. Dana pihak ketiga merupakan salah satu
alasan utama bagi bank untuk menjaga tingkat likuiditasnya.
Berdasarkan UU No. 10tahun 1998, dikatakan bahwa besarnya
penyaluran kredit bergantung pada besarnya dana pihak ketiga yang dapat
dihimpun oleh perbankan. Umumnya dana yang dihimpun oleh perbankan dari
masyarakat akan digunakan untuk pendanaan aktivitas sektor riil melalui
penyaluran kredit atau dalam Bank Syariah dinamakan dengan penyaluran
pembiayaan. Hal ini dapat dikatakan bahwa apabila Dana Pihak Ketiga (DPK)
pada Bank Syariah meningkat maka akan meningkatkan likuiditasnya pula.
Banyak penelitian dengan latar belakang sampel yang berbeda telah
membuktikan bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) memiliki pengaruh positif dan
49
signifikan terhadap likuiditas (FDR), seperti pada hasil penelitian yang dilakukan
oleh Jen Kharisa Granita (2011), Rafikha (2013) dan Ambaroita (2015).
b. Keterkaitan Capital Adequacy Ratio (CAR) dengan Financing to Deposit
Ratio (FDR)
Bank memiliki fungsi sebagai lembaga intermediasi. Fungsi lembaga
intermediasi dapat dilaksanakan secara optimal jika didukung oleh modal yang
memadai (Buchory, 2014:22). CAR merupakan tingkat kecukupan modal yang
dimiliki bank dalam membuktikan kemampuan bank menyediakan dana untuk
keperluan pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian dana yang
diakibatkan oleh kegiatan operasional bank (Martono, 2010:84).
Tingkat kecukupan modal dalam suatau bank sangat penting dalam
menyalurkan pembiayaan yang diberikan kepada masayarakat. Apabila tingkat
kecukupan modal yang memadai, maka masyarakat akan tertarik untuk
berinvestasi dan mengambil kredit atau pembiayaan pada Bank Syariah.
Pemberian kredit yang diberikan oleh Bank Syariah rasio Financing to Deposit
Ratio (FDR). Sehingga apabila CAR meningkat maka FDR juga meningkat
karena bank memiliki cukup modal dalam memberikan pembiayaan terhadap
masyarakat.
Banyak penelitian dengan latar belakang berbeda telah membuktikan bahwa
Capital Adequacy Ratio (CAR) memiliki pengaruh negatif dan signifikan
terhadap likuiditas (FDR), seperti pada hasil penelitian yang dilakukan oleh
Prihatiningsih (2011), Anjum Iqbal (2012), dan Rafikha Rustianah Mustafidan
(2013).
50
c. Keterkaitan Non Performing Financing (NPF) dengan Financing to Deposit
Ratio (FDR)
NPF merupakan hilangnya kesempatan memperoleh kesempatan pendapatan
(income) dari pembiayaan yang diberikan, sehingga mengurangi laba dan
mengurangi kemampuan untuk memberikan pembiayaan. Salah satu risiko yang
dihadapi bank dalam menyalurkan kredit adalah tidak terbayarnya kredit yang
telah diberikan atau biasa disebut risiko kredit. Dalam perbankan syariah apabila
terjadi Non Performing Financing (NPF) maka akan berakibat terguncangnya
kinerja pada perbankan itu sendiri. NPF apabila tidak ditangani dengan tepat,
akan mengakibatkan diantaranya hilangnya kesempatan memperoleh pendapatan
dari kredit atau pembiayaan yang diberikan. Banyaknya kredit bermasalah
membuat Bank Syariah tidak berani meningkatkan penyaluran pembiayaannya
apalagi bila dana pihak ketiga tidak dapat dicapai secara optimal maka dapat
mengganggu likuiditas suatu bank oleh karena itu pembiyaan bermasalah
berpengaruh terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR).
Ketika NPF menurun maka rasio FDR akan meningkat atau naik. Ini logis
apabila kesehatan NPF baik (menurun) maka perbankan syariah dapat
menempatkan dana yang kembali untuk menyalurkan diperiode berikutnya
ataupun secara psikologis perbankan memiliki tingkat kepercayaan yang lebih
tinggi untuk menyalurkan dananya kemasyarakat diperiode berikutnya. Banyak
penelitian dengan latar belakang berbeda telah membuktikan bahwa Non
Performing Financing (NPF) memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap
51
likuiditas (FDR), Seperti pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Prihatiningsih
(2013) dan Anjum Iqbal (2013).
d. Keterkaitan Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO dengan
Financing to Deposit Ratio (FDR)
Rasio BOPO ini digunakan untuk mengukur perbandingan biaya
operasional atau intermediasi terhadap pendapatan operasional yang diperoleh
bank. Semakin kecil angka rasio BOPO semakin baik kondisi bank tersebut
(Martono,2010:85). Semakin kecil BOPO maka semakin efesien biaya
operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan. Pada logikannya, jika
pendapatan operasional lebih besar dari biaya operasionalnya, berarti rasio BOPO
kecil, sehingga dapat dikatakan bank dalam mengelola usahanya semakin efisien.
Dengan semakin efisiennya Bank Syariah tersebut maka bank dengan mudah
mendapatkan kepercayaan dari masyarakat untuk berinvestasi dan dalam
pengajuan kredit atau pembiayaan.
Banyak penelitian dengan latar belakang berbeda telah membuktikan bahwa
Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) memiliki pengaruh
negatif dan signifikan terhadap likuiditas (FDR), seperti pada hasil penelitian yang
dilakukan oleh Jaka Hermawan (2009), dan Agustina dan Anthony Wijaya
(2013).
e. Keterkaitan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dengan Financing
Deposit Rasio (FDR)
Menurut PBI No.12/18/PBI/2010 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS) sebagai wahana penitipan jangka pendek oleh Bank Syariah pada Bank
52
Indonesia, yang juga berfungsi sebagai secondary reserve bagi bank tersebut
(Prihatiningish, 2012:183). Dalam hal ini Bank Sentral memegang peran
perbankan dalam perekonomian, salah satu fungsinya adalah sebagai tempat
meminjam uang bagi bank-bank komersial termasuk Bank Syariah yang sedang
mengalami kesulitan likuiditas ataupun menempatkan dananya dalam kondisi over
likuiditas (lender of the last resort).
Dalam Bank Syariah likuiditas dapat diproksikan dengan Financing Ratio
Deposit (FDR) yang merupakan manajemen pengelolaaan dana yang dihimpun
dari masyarakat untuk kembali disalurkan dalam bentuk pembiayaan nantinya.
Fungsi ini sangat penting dalam meningkatkan kestabilan sistem keuangan atau
perekonomian dan pada akhirnya mempertahankan tingkat kepercayaan publik
yang tinggi terhadap sistem perbankan.
Banyak penelitian dengan latar belakang berbeda telah membuktikan bahwa
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) memiliki pengaruh negatif dan
signifikan terhadap likuiditas (FDR), seperti pada hasil penelitian yang dilakukan
oleh Indah Nurfitri Adi (2006), Husni Mubarak (2011) dan Prihatiningsih (2013).
f. Keterkaitan Inflasi dengan Financing Deposit ratio (FDR)
Kebijakan dari Bank Indonesia lainnya yaitu berkaitan langsung dengan
perekonomian negara yaitu masalah inflasi. Inflasi diartikan sebagai
meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus. Apabila terjadi inflasi
yang parah maka keadaan perekonomian menjadi tidak stabil. Dampak dari yaitu
melemahnya semangat untuk menabung dan meningkatkan kecenderungan untuk
berbelanja. Meningkatnya inflasi maka nilai uang akan menurun dan hal tersebut
53
menyebabkan masyarakat juga akan menarik uangnya dari bank untuk memenuhi
kegiatan belanjanya, dana diperbankan akan berkurang sehingga akan
mempengaruhi tingkat FDR. Oleh Karena itu, bank harus menahan ekspansi
pembiayaannya, sehingga berdampak pada penuruan FDR.
Banyak penelitian dengan latar belakang berbeda telah membuktikan bahwa
inflasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap likuiditas (FDR), seperti
pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Mohamed Aymen Ben Moussa (2015)
serta Aulia Nazala Ramadhani dan Astiwi Indriani (2016).
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai FDR memiliki penelitian terdahulu yang beragam,
banyaknya keberagaman menjadi suatu teori bisa berubah dan tetap sesuai dengan
hubungan kenyataan. Adapun penelitian tedahulu yang relevan dan menjadi
landasan dalam penelitian ini antara lain :
54
Tabel 2.4
Penelitian Tedahulu
NO
Nama
(Tahun
)
Judul
Variabel Hasil
Peneliatian Depend
en
Independe
n
1 Herry
Achmad
Buchory
(2014)
Analysis of the
Effect of
Capital, Net
Interest Margin,
Credit Risk and
Probability in
The
Implementation
of Banking
Intermediation
Loan to
Deposit
Ratio
(LDR)
Capital,
Net Interest
Margin,
Credit Risk
and
Profitabilit
y
Dari hasil
penelitian
diperoleh
Variabel
NIM dan
ROA terbukti
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
LDR. NPL
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
LDR.
Sedangkan
CAR
berpengaruh
negatif
namun tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
LDR
2 Rafikha
Rustian
ah
Mustafi
dan
(2013)
Factor-Faktor
Yang
Mempengaruhi
Likuiditas Pada
Bank Umum
Syariah di
Indonesia
Financin
g to
Deposit
Ratio
(FDR)
DPK, NPF,
CAR,
ROA, ROE
NIM, SBIS
dan PUAS
Dari hasil
penelitian
diperoleh
variabel
DPK, NPF,
CAR, ROA,
ROE dan
SBIS
berpengaruh
signifikan
terhadap
FDR.
Variabel
NIM dan
PUAS tidak
55
berpengaruh
terhadap
FDR.
3 Oktavia
ni dan
Irene
Rini
Demi
Pangest
u (2012)
Pengaruh DPK,
ROA, CAR,
NPL, dan
Jumlah SBI
Terhadap
Penyaluran
Kredit
Perbankan
(Studi Pada
Bank Umum
Go Public di
Indonesia)
Kredit
Perbank
an
DPK,
ROA,
CAR, NPL,
dan SBI
Dari hasil
penelitian
diperoleh
variabel
DPK, CAR
dan SBI
berpengaruh
signifikan,
variabel ROA
dan NPL
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
Kredit
Perbankan.
4 Anjum
Iqbal
(2012)
Liquidity Risk
Management: A
comparative
Study Between
Conventional
and Islamic
Bank of
Pakistan
Loan to
Deposit
Ratio
(LDR)
Bank Size,
NPL, ROE,
ROA, dan
CAR
Dari hasil
penelitian
variabel
NPL, ROE,
ROA dan
CAR
berpengaruh
signifikan
terhadap
LDR.
Variabel
Bank Size
beperpengaru
h tidak
signifikan
terhadap
LDR.
5 Agustin
a dan
Anthon
y
Wijaya
(2013)
Analisis Faktor-
Faktor Yang
Mempengaruhi
Loan Deposit
Ratio Bank
Swasta
Nasional di
Bank Indonesia
Loan
Deposit
Ratio
(LDR)
Capital
Adequacy
Ratio, Net
Interest
Income,
Biaya
Operasiona
l dan
Pendapatan
Operasiona
Dari hasil
penelitian
variabel Net
Interest
Income,
Biaya
Operasional
dan
Pendapatan
Operasional
56
l serta Suku
Bunga BI
serta Suku
Bunga BI
berpengaruh
secara
signifikan,
variabel
Capital
Adequacy
Ratio tidak
berpengaruh
terhadap
Loan to
Deposit Ratio
6 Aulia
Nazala
Ramadh
ani dan
Astiwi
Indriani
(2016)
Analisis
Pengaruh Size,
Capital
Adequacy Ratio
(CAR), Return
On Asset
(ROA), Non
Performing
Loan (NPL),
Dan Inflasi
Terhadap Loan
to Deposit
Ratio (LDR)
Loan to
Deposit
Ratio
(LDR)
Size, CAR,
ROA, NPL,
dan Inflasi
Dari hasil
penelitian
variabel Size
berpengaruh
negatif dan
variabel
CAR, ROA,
berpemgaruh
tidak
signifian
terhadap
LDR.
Variabel NPL
dan Inflasi
memiliki
pengaruh
positif
signifikan
terhadap
LDR.
7 Prihatini
ngsih
(2012)
Pengaruh DPK,
Capital
Adequacy Ratio
(CAR), Imbal
Hasil Sertifikat
Bank Indonesia
Syariah (SBIS),
Imbal Hasil
Sertifikat
Investasi
Mudarabah
Antar Bank
Syariah
Financin
g to
Deposit
Ratio
(FDR)
DPK,
CAR,
SBIS,
SIMA, dan
NPF
Dari hasil
penelitian
variabel DPK
dan SIMA
berpengaruh
tidak
signifikan,
variabel
CAR, NPF
dan SBIS
berpengaruh
signifikan
terhadap
57
(SIMA), dan
Non Performing
Financing
(NPF) Terhadap
Financing to
Deposit Ratio
(FDR)
Financing to
Deposit Ratio
(FDR)
8 Moham
ed
Aymen
Ben
Moussa
(2015)
The
Determinants of
Bank Liquidity:
Case of Tunisia
Bank
Liquidit
y
Financial
Performanc
e, Capital,
Operating
Cost,
Growth
Rate Of
GDP,
Inflation
Rate,
Delayed
Liquidity,
Size, Total
Loan,
Financial
Cost, and
Total
Deposit
Dari hasil
penelitian
variabel
Financial
Performance,
Capital,
Operating
Cost, Growth
Rate Of
GDP,
Inflation Rate
and Delayed
Liquidity
berpengaruh
signifikan,
variabel Size,
Total Loan,
Financial
Cost, dan
Total Deposit
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
Bank
Liquidity
58
C. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.5
Kerangka Pemikiran
Data Statistik Perbankan Syariah
Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Periode 2011-2016
Pengaruh Perolehan Dana Pihak Ketiga, Kecukupan Modal,
Pembiayaan Bermasalah, Efisiensi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS), dan Inflasi Terhadap Likuiditas Pada Perbankan Syariah
Periode 2011-2016
Variabel Dependen
Likuiditas
Financing to Deposit
Ratio (FDR)
Y
Variabel Independen
1. Dana Pihak Ketiga (DPK) / X1
2. Capital Adequacy Ratio (CAR) / X2
3. Non Performing Financing (NPF) /
X3
4. Biaya Operasional dan Pendapatan
Operasional (BOPO) / X4
5. Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS) / X5
Metode : Analisis Regresi Linier Berganda
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
b. Uji Multikolinieritas
c. Uji Heterokedastisitas
d. Uji Autokolerasi
2. Uji Hipotesis
a. Uji Uji t
b. Uji F
c. Uji Adjusted R Square
3. Analisis Regresi Linier Berganda
Pembahasan Analisis / Interpretasi
Kesimpulan, Implikasi
59
Dari kerangka pemikiran pada gambar 2.5 tersebut, dapat dilihat bahwa Dana
Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing
(NPF), Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO), Sertifikat Bank
Indonesia (SBIS), dan Inflasi merupakan variabel bebas (Indepent Variables)
yang dapat mempengaruhi parameter di Bank Umum Syariah dengan diukur dari
indikator likuiditas yang diproksikan dengan Financing to Deposit Ratio (FDR)
sebagai variable terikat (Dependent Variables). Variabel bebas (Indepent
Variables) merupakan variabel yang mempengaruhi variabel terikat (Dependent
Variables), sedangkan variabel terikat (Dependent Variables) merupakan variabel
yang menjadi perhatian utama peneliti (Sekaran, 2014:116).
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis berasal dari dua kata yaitu hypo (belum tentu benar) dan thesis
(kesimpulan) (Noor, 2012:79). Hipotesis bisa didefinisikan sebagai hubungan
yang diperkirakan secara logis diantara dua atau lebih variable yang diungkapkan
dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji (Sekaran, 2014:135). Berdasarkan
tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka hipotesis yang dikembangkan dalam
penelitian ini adalah :
1. Hipotesis Secara Parsial
a. Variabel Dana Pihak Ketiga (DPK)
H0 : Variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) tidak berpengaruh terhadap
likuiditas (FDR) pada Perbankan Syariah di Indonesia.
H1 : Variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh terhadap
likuiditas (FDR) pada Perbankan Syariah di Indonesia.
60
b. Variabel Capital Adequacy Ratio (CAR)
H0 : Variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh
terhadap likuiditas (FDR) pada Perbankan Syariah di Indonesia.
H1 : Variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh terhadap
likuiditas (FDR) pada Perbankan Syariah di Indonesia.
c. Variabel Non Performing Financing (NPF)
H0 : Variabel Non Performing Financing (NPF) tidak berpengaruh
terhadap likuiditas (FDR) pada Perbankan Syariah di Indonesia.
H1 : Variabel Non Performing Financing (NPF) berpengaruh terhadap
likuiditas (FDR) pada Perbankan Syariah di Indonesia.
d. Variabel Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO)
H0 : Variabel Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO)
tidak berpengaruh terhadap likuiditas (FDR) pada Perbankan
Syariah di Indonesia.
H1 : Variabel Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO)
berpengaruh terhadap likuiditas (FDR) pada Perbankan Syariah
di Indonesia.
e. Variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
H0 : Variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) tidak
berpengaruh terhadap likuiditas (FDR) pada Perbankan Syariah
di Indonesia.
H1 : Variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) berpengaruh
terhadap likuiditas (FDR) pada Perbankan Syariah di Indonesia.
61
f. Variabel Inflasi
H0 : Variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) tidak
berpengaruh terhadap likuiditas (FDR) pada Perbankan Syariah
di Indonesia.
H1 : Variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) berpengaruh
terhadap likuiditas (FDR) pada Perbankan Syariah di Indonesia.
2. Hipotesis Secara Simultan
H0 : Variabel Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio
(CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya Operasional dan
Pendapatan Operasional (BOPO), Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS) dan Inflasi tidak berpengaruh terhadap likuiditas (FDR) pada
Perbankan Syariah di Indonesia.
H1 : Variabel Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio
(CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya Operasional dan
Pendapatan Operasional (BOPO), Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS) dan Inflasi berpengaruh terhadap likuiditas (FDR) pada
Perbankan Syariah di Indonesia.
82
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Perbankan Syariah di Indonesia
Dalam menjalankan usahanya sebagai lembaga keuangan, kegiatan bank tidak
terlepas dari bidang keuangan sama seperti halnya perusahaan yang lainnya.
Kegiatan perbankan dapat dikatakan sebagai tempat melayani segala kebutuhan
nasabahnya. Akibat dari kebutuhan masyarakat akan jasa keuangan yang semakin
meningkat dan beragam, peranan dunia perbankan semakin dibutuhkan oleh
seluruh lapisan masyarakat baik yang berada di negara maju maupun negara
berkembang (Kasmir, 2014:36).
Perbankan Indonesia menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kehati-
hatian. Menurut Undang-Undang Rakyat Indonesia No. 10 Tahun 1998 tentang
perbankan berbunyi, “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpnan dan meyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak”. Dari pengertian diatas fungsi utama dari bank adalah
sebagai suatau lembaga (intermediary) antara kelompok masyarakat yang
mempunyai kelebihan dana (suplus unit) dengan menyimpan dananya di bank
kemudian menyalurkannya ke kelompok yang kekurangan dana (deficit unit).
Penghimpunan dana maksudnya adalah mengumpulkan atau mencari dana
(uang) dari masyarakat dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito.
Penyaluran dana maksudnya adalah melemparkan kembali dana yang diperoleh
82
83
baik dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito kepada masyarakat
dalam bentuk pembiayaan (kredit) sehingga dari aktivitas tersebut antara bank
dengan masyarakat dapat saling menguntungkan (Kasmir, 2004:12).
Perbankan merupakan tonggak bagi perekonomian suatu negara termasuk bagi
negara Indonesia karena perbankan memiliki peranan yang sangat penting yang
bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan pemerataan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan
pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kearah
peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Di dalam sejarah perekonomian umat
Islam, pembiayaan yang dilakukan dengan akad sesuai Syariah telah menjadi
bagian penting dari tradisi umat Islam sejak zaman Rasulullah SAW. Praktek-
praktek seperti menerima titipan harta, meminjam uang untuk keperluan konsumsi
dan untuk keperluan bisnis, serta melakukan pengiriman uang telah lazim
dilakukan sejak zaman Rasulullah SAW (Nurjaya, 2011:91).
Di Indonesia pelopor perbankan berbasis Syariah yaitu Bank Muamalat
Indonesia yang berdiri sejak tahun 1991 yang diprakarsai oleh Majelis Ulama
Indonesia (MUI) dan pemerintah serta dukungan dari Ikatan Cendekiawan
Muslim Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha muslim. Perkembangan
perbankan syariah di Indonesia merupakan suatu perwujudan dari permintaan
masyarakat yang membutuhkan suatu alternatif sistem perbankan yang
menyediakan jasa perbankan atau keuangan yang sehat juga memenuhi prinsip-
prinsip Syariah. Bank Syariah memiliki perbedaan yang cukup mendasar dengan
bank konvensional dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi.
84
Konsep halal adalah konsep yang paling utama dalam investasi yang dilaksanakan
perbankan syariah yang menjadi pembeda kedua sistem bank tersebut.
Pada tahun 1998 Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat melakukan
penyempurnaan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 menjadi Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998 yang secara tegas menjelaskan bahwa terdapat dua sistem
dalam perbankan Indonesia yaitu dual banking system (sistem perbankan syariah
dan konvensional). Undang-Undang tersebut telah diikuti dengan ketentuan
pelaksanaan dalam beberapa Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Tanggal 12
Mei 1999, yaitu tentang Bank Umum, Bank Umum Bedasarkan Prinsip Syariah,
Bank Perkreditan Rakyat (BPR), dan BPR Berdasarkan Prinsip Syariah. Bank-
bank umum dan bank-bank perkreditan rakyat konvensional dapat menjalankan
transaksi perbankan syariah melalui pembukaan kantor-kantor cabang syariah atau
mengkorversikannya. Dengan perangkat hukum tersebut memberi dasar hukum
yang lebih kokoh dan peluang yang lebih besar dalam perkembangan perbankan
syariah di Indonesia (Arifin, 2009:10).
Selanjutnya dengan kegiatan pengesahan beberapa produk perundangan yang
memberikan kepastian hukum dan meningkatkan aktivitas pasar keuangan
syariah, seperti: (i) UU No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, (ii) UU
No.19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (sukuk), dan (iii) UU
No.42 tahun 2009 tentang Amandemen Ketiga UU No.8 tahun 1983 tentang PPN
Barang dan Jasa. Serta dengan diberlakukannya Undang-Undang No.21 Tahun
2008 tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka
pengembangan industri perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan
85
hukum yang memadai dan akan mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat
lagi (www.ojk.go.id).
B. Perkembangan Data Variabel
Variabel-variabel yang menjadi batasan-batasan dalam pembuatan model
ini, yaitu Financing to Deposit Ratio (FDR), Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital
Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya Operasional
dan Pendapatan Operasional (BOPO), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
dan Inflasi. Variabel-variabel tersebut diambil dalam periode Januari 2011 hingga
November 2016 sebagai berikut :
1. Dana Pihak Ketiga (DPK)
Dana pihak ketiga disini yaitu kumpulan dana yang diperoleh dari nasabah,
dalam arti nasabah seabagai masyarakat individu, perusahaan, koperasi, yayasan
dan lain-lain baik dalam bentuk mata uang rupiah ataupun dalam valuta asing dan
dialokasikan oleh perbankan syariah, apabila terdapat keuntungan maka
keuntungan tersebut dibagi antara kedua belah pihak sebagai bank dan nasabah.
Pada tabel berikut adalah perkembangan DPK periode Januari 2011- November
2016 diperoleh dari Statistik Perbankan Syariah (SPS) pada situs www.ojk.go.id :
86
Tabel 4.1
Data Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Perbankan Syariah di Indonesia Tahun
2011-2016
(Miliar rupiah)
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Januari 75.814 116.518 148.731 177.930 210.761 229.094
Februari 75.085 114.616 150.795 178.154 210.297 231.820
Maret 79.651 119.639 156.964 180.945 212.988 232.657
April 79.567 114.018 158.519 185.508 213.973 233.808
Mei 82.861 115.206 163.858 190.783 215.339 238.366
Juni 87.025 119.279 163.966 190.470 213.477 241.336
Juli 89.786 121.018 166.453 194.299 216.083 243.184
Agustus 92.021 123.673 170.222 195.959 216.356 244.843
September 97.756 127.678 171.701 197.141 219.313 263.522
Oktober 101.804 134.453 174.018 207.121 219.478 264.678
November 105.330 138.671 176.292 209.644 220.635 270.480
Desember 115.415 147.512 183.534 217.858 231.175
BULANTAHUN
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Tabel 4.1 terlihat bahwa nilai Dana Pihak Ketiga (DPK) pada perbankan
syariah di Indonesia cenderung mengalami peningkatan. Pada masa penelitian
Dana Pihak Ketiga (DPK) tahun 2011 nilai tertinggi pada bulan Desember sebesar
115.415 miliar dan nilai terendah pada bulan Februari sebesar 75.085 miliar. Pada
2012 nilai tertinggi pada bulan Desember sebesar 147.512 miliar dan nilai
terendah pada bulan April sebesar 114.018. Pada tahun 2013 nilai tertinggi pada
bulan 183.534 dan terendah pada bulan Januari sebesar 148.731 miliar.
Pada tahun 2014 nilai tertinggi pada bulan Desember sebesar 217.858 dan
nilai terendah pada bulan Januari sebesar 177.930 miliar. Pada tahun 2015 nilai
tertinggi pada bulan Desember sebesar 231.175 miliar dan nilai terendah pada
bulan Februari sebesar 210.297 miliar. Pada tahun 2016 nilai tertinggi pada bulan
87
November 270.480 miliar dan nilai terendah pada bulan Januari sebesar 229.094
miliar.
Selama dalam penelitian nilai tertinggi terjadi pada bulan November 2016
sebesar Rp 270.480 Miliar dan terendah tahun 2011 bulan febuari sebesar Rp
75.085 Miliar.
Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif, data pada tabel tersebut dapat
dilihat dalam bentuk grafik sebagai berikut :
Grafik 4.1
Data Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Perbankan Syariah di Indonesia
Tahun 2011-2016
(Miliar rupiah)
Sumber: Data diolah
2. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah ukuran dari suatu modal bank. Rasio
ini digunakan untuk melindungi deposan dan mempromosikan stabilitas dan
efisiensi sistem keuangan diseluruh dunia. Apabila CAR dalam Bank Syariah
sangat tinggi itu berarti bahwa mereka memiliki modal yang berlimpah untuk
0
100,000
200,000
300,000
2011 2012 2013 2014 2015 2016
DPK
88
mengelola setiap neraca. CAR yang tinggi pada Bank Syariah menunjukan
kesehatan keuangan bank tersebut (Iqbal, 2012:59).
Di jelaskan pada gambar berikut mengenai perkembangan CAR pada periode
Januari 2011- November 2016 diperoleh dari Statistik Perbankan Syariah (SPS)
pada situs www.ojk.go.id :
Tabel 4.2
Data Capital Adequacy Ratio (CAR) pada Perbankan Syariah Tahun
2011-2016
(Persen (%))
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Tabel 4.2 diatas terlihat bahwa nilai Capital Adequacy Ratio (CAR) pada
perbankan syariah di Indonesia cenderung fluktuatif. Pada tahun 2011 memiliki
nilai tertinggi yaitu pada bulan Januari sebesar 20,23% dan nilai terendah terdapat
pada bulan November sebesar 14,88%. Pada tahun 2012 nilai tertinggi terdapat
pada bulan Januari sebesar 16,27% dan nilai terendah terdapat pada bulan Mei
sebesar 13,40%. Pada tahun 2013 nilai tertinggi terdapat pada bulan Januari
sebesar 15,29% dan nilai terendah terdapat pada bulan November sebesar 12,23%.
Pada tahun 2014 nilai tertinggi terdapat pada bulan Mei sebesar 16,85% dan nilai
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Januari 20,23 16,27 15,29 16,76 14,16 15,11
Februari 15,17 15,91 15,20 16,71 14,38 15,44
Maret 16,57 15,33 14,30 16,20 14,43 14,90
April 19,86 14,97 14,72 16,68 14,06 15,43
Mei 19,58 13,40 14,28 16,85 14,29 14,78
Juni 15,92 16,12 14,30 16,21 14,09 14,72
Juli 15,92 16,12 15,28 15,62 14,47 14,86
Agustus 15,83 15,63 14,71 14,73 15,05 14,87
September 16,18 14,98 14,19 14,54 15,15 15,43
Oktober 15,30 14,54 14,19 15,25 14,96 15,27
November 14,88 14,82 12,23 15,66 15,31 15,78
Desember 16,63 14,13 14,42 16,10 15,02
TAHUNBULAN
89
terendah terdapat pada bulan Oktober sebesar 15,25%. Pada tahun 2015 nilai
tertinggi terdapat pada bulan November sebesar 15,31% dan nilai terendah
terdapat pada bulan April sebesar 14,06, sedangkan pada tahun 2016 nilai
tertinggi terdapat pada bulan November sebesar 15,78% dan nilai terendah
terdapat pada bulan Juni sebesar 14,72%.
Selama dalam penelitian ini nilai tertinggi terjadi pada bulan Januari sebesar
20,23% dan nilai terendah terjadi pada bulan November sebesar 12,23%.
Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif, data pada tabel tersebut dapat
dilihat dalam bentuk grafik sebagai berikut:
Grafik 4.2
Data Capital Adequacy Ratio (CAR) pada Perbankan Syariah Tahun
2011-2016
(Persen (%))
Sumber: Data diolah
3. Non Performing Financing (NPF)
Non Performing Financing (NPF) ini menunjukan seberapa besar kinerja bank
dalam mengumpulkan kembali pembiyaan yang telah disalurkannya. Menurut
Bank Indonesia (BI) salah satu yang menjadi acuan dapat dikatakan sehat adalah
0
5
10
15
20
25
2011 2012 2013 2014 2015 2016
CAR
90
bank yang memiliki rasio NPF kurang dari 5%. Jika tinggi rasio NPF diatas 5%
bank tersebut berarti mempunyai risiko pembiayaan yang tinggi.
Berikut ini adalah perkembangan rasio NPF selama periode Januari 2011-
November 2016 diperoleh dari Statistik Perbankan Syariah (SPS) pada situs
www.ojk.go.id :
Tabel 4.3
Data Non Performing Financing (NPF) Pada Perbankan Syariah di
Indonesia tahun 2011-2016
(Persen(%))
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Januari 3,28 2,68 2,49 3,01 4,87 4,14
Februari 3,66 2,82 2,72 3,53 5,10 4,19
Maret 3,60 2,76 2,75 3,22 4,81 4,35
April 3,79 2,85 2,85 3,48 4,62 4,31
Mei 3,76 2,93 2,92 4,02 4,76 4,81
Juni 3,55 2,88 2,64 3,90 4,73 4,33
Juli 3,75 2,92 2,75 4,31 4,36 4,22
Agustus 3,53 2,78 3,01 4,58 4,31 4,26
September 3,50 2,74 2,80 4,67 4,24 3,85
Oktober 3,11 2,58 2,96 4,58 4,23 3,88
November 2,74 2,50 3,08 4,86 4,10 3,80
Desember 2,52 2,22 2,62 4,33 3,72
TAHUNBULAN
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Tabel 4.3 terlihat bahwa nilai Non Performing Financing (NPF) pada
perbankan syariah di Indonesia cenderung fluktuatif. Pada tahun 2011 nilai
tertinggi terdapat pada bulan April sebesar 3,79% dan nilai terendah terdapat pada
bulan Desember sebesar 2,52%. Pada tahun 2012 nilai tertinggi terdapat pada
bulan Mei sebesar 2,93% dan nilai terendah terdapat pada bulan Desember
sebesar 2,22%.
91
Pada tahun 2013 nilai tertinggi terdapat pada bulan November sebesar 3,08
dan nilai terendah terdapat pada bulan Januari sebesar 2,49%. Pada tahun 2014
nilai tertinggi terdapat pada bulan November sebesar 4,86% dan nilai terendah
terdapat pada bulan Januari sebesar 3,01%. Pada tahun 2015 nilai tertinggi
terdapat pada bulan Februari sebesar 5,10% dan nilai terendah terdapat pada bulan
Desember sebesar 3,72%. Sedangkan pada tahun 2016 nilai tertinggi terdapat
pada bulan Mei sebesar 4,81% dan nilai terendah terdapat pada bulan November
sebesar 3,80%.
Selama dalam penelitian ini nilai tertinggi terjadi pada bulan November
sebesar 4,86% dan terendah terjadi pada bulan Desember sebesar 2,22%.
Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif, data pada tabel tersebut dapat
dilihat dalam bentuk grafik sebagai berikut :
Grafik 4.3
Data Non Performing Financing (NPF) Pada Perbankan Syariah di
Indonesia tahun 2011-2016
(Persen(%))
Sumber: Data diolah
0
1
2
3
4
5
6
2011 2012 2013 2014 2015 2016
NPF
92
4. Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO)
Menurut Hariyani (2010:55) menyatakan bahwa Biaya Operasional dan
Pendapatan Operasional (BOPO) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional
terhadap pendapatan nasional, semakin kecil rasio ini maka akan semakin efisien
biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan, sehingga
kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Berikut ini
adalah perkembangan rasio BOPO selama periode Januari 2011-November 2016
diperoleh dari Statistik Perbankan Syariah (SPS) pada situs www.ojk.go.id:
Tabel 4.4
Data Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) Pada
Perbankan Syariah Tahun 2011-2016
(Persen(%))
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Januari 75,75 86,22 70,43 80,05 92,54 86,94
Februari 79,56 78,39 72,06 83,77 91,65 83,72
Maret 77,63 77,77 72,95 91,90 92,78 84,47
April 78,78 77,77 73,95 84,50 93,79 86,82
Mei 79,05 76,24 76,87 76,49 93,53 87,37
Juni 77,35 75,74 76,18 71,76 94,22 85,68
Juli 76,59 75,87 76,13 79,80 87,41 85,74
Agustus 77,65 75,89 77,87 81,20 86,84 85,87
September 77,54 75,44 77,98 82,39 86,51 85,29
Oktober 78,03 75,04 79,06 75,61 86,36 84,89
November 77,92 75,29 78,59 93,50 86,40 84,34
Desember 78,41 74,97 78,21 79,28 88,61
BULANTAHUN
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
93
Tabel 4.4 terlihat bahwa nilai Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional
(BOPO) pada perbankan di Indonesia cenderung fluktuatif. Pada tahun 2011 nilai
tertinggi terdapat pada bulan Februari sebesar 79,56% dan nilai terendah terjadi
pada bulan Januari sebesar 75,75%. Pada tahun 2012 nilai tertinggi terdapat pada
bulan Januari sebesar 86,22% dan nilai terendah terdapat pada bulan Desember
sebesar 74,97%. Pada tahun 2013 nilai tertinggi terdapat pada bulan Oktober
sebesar 79,06% dan nilai terendah terdapat pada bulan Januari sebesar 70,43%.
Pada tahun 2014 nilai tertinggi terdapat pada bulan September sebesar 93,50%
dan nilai terendah terdapat pada bulan Juni sebesar 71,76%. Pada tahun 2015 nilai
tertinggi terdapat pada bulan Juni sebesar 94,22% dan nilai terendah terdapat pada
bulan Oktober sebesar 86,36%, sedangkan pada tahun 2016 nilai tertinggi terdapat
pada bulan Mei sebesar 87,37% dan nilai terendah terdapat pada bulan Februari
sebesar 83,72%.
Selama dalam penelitian ini nilai tertinggi terjadi pada bulan September
sebesar 99,55% dan terendah terjadi pada bulan Februari sebesar 70,43%.
Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif, data pada tabel tersebut dapat
dilihat dalam bentuk grafik sebagai berikut:
94
Grafik 4.4
Data Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) Pada
Perbankan Syariah Tahun 2011-2016
(Persen(%))
Sumber: Data diolah
5. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Menurut Wirdyaningsih dkk, (2005:149), Sertifikat Bank Indonesia (SBIS)
merupakan instrumen kebijakan moneter yang betujuan untuk mengatasi kesulitan
kelebihan likuiditas pada bank yang beroperasi dengan prinsip syariah. SBIS
diterbitkan dan dijual oleh Bank Indonesia (BI) untuk dapat mengurangi kelebihan
uang primer beredar. Data suku bunga SBIS yang digunakan adalah data
perkembangan suku bunga SBIS periode Januari 2011-November 2016 diperoleh
dari Statistik Perbankan Syariah (SPS) pada situs www.ojk.go.id:
0
20
40
60
80
100
2011 2012 2013 2014 2015 2016
BOPO
95
Tabel 4.5
Data Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Perbankan Syariah di
Indonesia Tahun 2011-2016
(Miliar Rupiah)
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Januari 3.968 10.663 4.709 5.253 8.050 6.275
Februari 3.659 4.243 5.103 5.331 9.040 7.188
Maret 5.87 6.668 5.611 5.843 8.810 6.994
April 4.15 3.825 5.343 6.234 9.130 7.683
Mei 3.879 3.644 5.423 6.234 8.858 7.225
Juni 5.011 3.936 5.443 6.782 8.458 7.470
Juli 5.214 3.036 4.640 5.880 8.163 8.130
Agustus 3.647 2.918 4.299 6.514 8.585 8.947
September 5.885 3.412 4.523 6.450 7.720 9.442
Oktober 5.656 3.321 5.213 6.680 7.192 10.335
November 6.447 3.242 5.107 6.530 6.495 11.042
Desember 9.244 4.993 6.699 8.130 6.280
TAHUNBULAN
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Tabel 4.5 terlihat bahwa nilai Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) pada
perbankan syariah cenderung fluktuatif. Pada tahun 2011 nilai tertinggi terdapat
pada bulan Desember sebesar 9.244 Miliar dan nilai terendah terdapat pada bulan
Agustus sebesar 3.647 miliar. pada tahun 2012 nilai tertinggi terdapat pada bulan
Januari sebesar 10.663 miliar dan nilai terendah terdapat pada bulan Agustus
sebesar 2.918 miliar. Pada tahun 2013 nilai tertinggi terdapat pada bulan
Desember sebesar 6.699 miliar dan nilai terendah terdapat pada bulan Agustus
sebesar 4.299 miliar. Pada tahun 2014 nilai tertinggi terdapat pada bulan
Desember sebesar 8.130 miliar dan nilai terendah terdapat pada bulan Januari
sebesar 5.253 miliar. Pada tahun 2015 nilai tertinggi terdapat pada bulan April
sebesar 9.130 miliar dan nilai terendah terdapat pada bulan Desember sebesar
6.280 miliar. Pada tahun 2016 nilai tertinggi terdapat pada bulan November
96
sebesar 11.042 miliar dan nilai terendah terdapat pada bulan Januari sebesar 6.275
miliar.
Selama dalam penelitian ini nilai tertinggi terjadi pada bulan November
sebesar 11.042 miliar dan nilai terendah terjadi pada bulan Juli sebesar 3.036
miliar.
Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif, data pada tabel tersebut dapat
dilihat dalam bentuk grafik sebagai berikut:
Grafik 4.5
Data Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Perbankan Syariah di
Indonesia Tahun 2011-2016
(Miliar Rupiah)
Sumber: Data diolah
6. Inflasi
Menurut Bank Indonesia (BI) kestabilan inflasi merupakan faktor penting
yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara memberikan
kesejahteraan bagi kehidupan masyarakat dalam suatu negara tersebut. Tingginya
tingkat inflasi akan mengurangi minat masyarakat untuk menabung. Data rasio
inflasi yang digunakan adalah data perkembangan inflasi pada periode Januari
0
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
2011 2012 2013 2014 2015 2016
SBIS
97
2011- November 2016 diperoleh dari Statistik Perbankan Syariah (SPS) pada situs
www.ojk.go.id sebagai berikut:
Tabel 4.6
Data Inflasi pada Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2016
(Persen (%))
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Januari 7,02 3,65 4,57 8,22 6,96 4,14
Februari 6,84 3,56 5,31 7,75 6,29 4,42
Maret 6,65 3,97 5,90 7,32 6,38 4,45
April 6,16 4,50 5,57 7,25 6,79 3,60
Mei 5,98 4,45 5,47 7,32 7,15 3,33
Juni 5,54 4,53 5,90 6,70 7,26 3,45
Juli 4,61 4,56 8,61 4,53 7,26 3,21
Agustus 4,79 4,58 8,79 3,99 7,18 2,79
September 4,61 4,31 8,40 4,53 6,83 3,07
Oktober 4,42 4,61 8,32 4,83 6,25 3,31
November 4,15 4,32 8,37 6,23 4,89 3,58
Desember 3,79 4,30 8,38 8,36 3,35
TAHUNBULAN
Sumber : Bank Indonesia (BI)
Tabel 4.6 terlihat bahwa nilai Inflasi pada perbankan syariah cenderung
fluktuatif. Pada tahun 2011 nilai tertinggi terdapat pada bulan Januari sebesar
7,02% dan nilai terendah terdapat pada bulan Desember sebesar 3,79%. pada
tahun 2012 nilai tertinggi terdapat pada bulan Oktober sebesar 4,61% dan nilai
terendah terdapat pada bulan Februari sebesar 3,56%. Pada tahun 2013 nilai
tertinggi terdapat pada bulan Agustus sebesar 8,79% dan nilai terendah terdapat
pada bulan Januari 4,57%. Pada tahun 2014 nilai tertinggi terdapat pada bulan
Desember sebesar 8,36% dan nilai terendah terdapat pada bulan Agustus sebesar
3,99%. Pada tahun 2015 nilai tertinggi terdapat pada bulan Juni dan Juli sebesar
98
7,26% dan nilai terendah terdapat pada bulan Desember sebesar 3,35%. Pada
tahun 2016 nilai tertinggi terdapat pada bulan Maret sebesar 4,45% dan nilai
terendah terdapat pada bulan September sebesar 3,07%.
Selama dalam penelitian ini nilai tertinggi terjadi pada bulan Agustus sebesar
8,79% dan terendah terjadi pada bulan Agustus sebesar 2,79%.
Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif, data pada tabel tersebut dapat
dilihat dalam bentuk grafik sebagai berikut:
Grafik 4.6
Data Inflasi pada Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2016
(Persen (%))
Sumber: Data diolah
7. Financing to Deposit Ratio (FDR)
Likuiditas pada Bank Syariah yang diproksikan dengan Financing to Deposit
Ratio (FDR) merupakan rasio yang digunakan untuk membandingkan antara
pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan dana pihak ketiga yang berhasil
dihimpun oleh bank syariah. Tinggi rendahnya rasio ini menunjukan tingkat
likuiditas bank tersebut. Berikut ini adalah perkembangan FDR perbankan syariah
0
2
4
6
8
10
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Inflasi
99
periode Januari 2011- November 2016 diperoleh dari data Statistik Perbankan
Syariah pada situs www.ojk.go.id sebagai berikut :
Tabel 4.7
Data Financing to Deposit (FDR) pada Perbankan Syariah di
Indonesia Tahun 2011-2016
(Persen (%))
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Januari 91,97 87,27 100,63 100,07 93,60 98,85
Februari 95,16 90,49 102,17 102,03 93,94 97,10
Maret 93,22 91,20 102,62 102,22 94,24 98,04
April 95,17 95,39 103,08 95,50 94,18 96,71
Mei 94,88 97,95 102,08 99,43 94,69 94,10
Juni 94,93 98,59 104,43 100,80 96,52 95,67
Juli 94,18 99,91 104,83 99,89 102,42 94,44
Agustus 98,39 101,03 102,53 98,99 102,17 93,28
September 94,97 102,10 103,27 99,71 101,25 93,36
Oktober 95,24 100,84 103,03 98,99 100,76 93,57
November 94,40 101,19 102,58 94,62 101,79 92,65
Desember 88,94 100,00 100,32 91,50 98,44
TAHUNBULAN
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Tabel 4.7 terlihat bahwa nilai Financing to Deposit Ratio (FDR) pada
perbankan syariah di Indonesia cenderung fluktuatif. Pada tahun 2011 nilai
tertinggi terdapat pada bulan Agustus sebesar 98,39% dan nilai terendah terdapat
pada bulan Desember sebesar 88,94%. Pada tahun 2012 nilai tertinggi terdapat
pada bulan September sebesar 102,10% dan nilai terendah terdapat pada bulan
Januari sebesar 87,27%. Pada tahun 2013 nilai tertinggi terdapat pada bulan
September sebesar 103,27% dan nilai terendah terdapat pada bulan Desember
sebesar 100,32%. Pada tahun 2014 nilai tertinggi terdapat pada bulan Maret
sebesar 102,22% dan nilai terendah terdapat pada bulan Desember sebesar
100
91,50%. Pada tahun 2015 nilai tertinggi terdapat pada bulan Juli sebesar 102,42%
dan nilai terendah terdapat pada bulan Januari 93,60%.
Selama pada tahun 2016 nilai tertinggi terdapat pada bulan Januari sebesar
98,85% dan terendah terdapat pada bulan November sebesar 92,65%.
Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif, data pada tabel tersebut
dapat dilihat dalam bentuk grafik sebagai berikut:
Grafik 4.7
Data Financing to Deposit Ratio (FDR) pada perbankan syariah di Indonesia
Tahun 2011-2016
(Persen(%))
Sumber : Data diolah
B. Hasil Analisis Data dan Pembahasan
Dalam penelitian ini dipaparkan bahwa semua data yang digunakan dalam
analisis ini merupakan data sekunder deret waktu (time series) mulai pada bulan
Januari 2011 sampai dengan bulan November tahun 2016. Penelitian ini mengenai
Financing to Deposit Ratio (FDR) perbankan syariah pada pembuatan model ini
menggunakan data pada perbankan syariah di Indonesia sebagai variabel
Dependent (variabel terikat).
80
85
90
95
100
105
2011 2012 2013 2014 2015 2016
FDR
101
Sedangkan variabel Independent (variabel bebas) yaitu Dana Pihak Ketiga
(DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya
operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO), Surat Bank Indonesia Syariah
(SBIS), dan Inflasi. Keseluruhan dari data yang digunakan sebagai bahan
penelitian diperoleh dari laporan bulanan dari Bank Indonesia dan Statistik
Perbankan Syariah (SPS) Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Sebagaimana dijelaskan pada bab sebelumnya model yang digunakan sebagai
alat analisis regresi linier berganda. Pengolahan data dilakukan secara elektronik
(komputer) dengan menggunakan Microsoft Excel 2010 dan SPSS versi 20.0
untuk mempercepat hasil yang dapat menjelaskan variabel-variabel yang akan
diteliti. Pembahasan dilakukan sebagai berikut :
1. Uji Asumsi Klasik
a Uji normalitas
Analisis statistika yang pertama adalah harus digunakan dalam rangka
analisis data adalah analisis statistik berupa uji normalitas. Uji ini dilakukan untuk
melihat variabel bebas dan variabel terikat mempunyai distribusi normal atau
tidak. Cara mendeteksi normalitas adalah dengan data (titik) pada sumbu diagonal
dan grafik. Dasar pengambilan keputusannya adalah jika data menyebar disekitar
garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas dan atau tidak
mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas (Singgih, 2012:233).
102
Uji normalitas dengan analisis statistik dengan menggunakan uji analisis
grafik dan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) dalam
penelitian ini diolah dengan bantuan SPSS 20. Berikut adalah hasil dari uji
normalitas :
1) Analisis Grafik Histogram
Gambar 4.8
Grafik Histogram
Sumber : Hasil Olah Data
Hasil output grafik histogram pada gambar 4.8 diatas, terlihat bahwa
sebaran data pada grafik histogram Regression Residual membentuk kurva seperti
lonceng yang seimbang pada kedua sisinya maka nilai residual tersebut
dinyatakan normal atau data berdistribusi normal.
Menurut Ghozali, (2009:147), namun demikian hanya dengan melihat
histogram hal ini dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah yang sampelnya
kecil. Metode yang paling handal adalah dengan melihat Normal Propability Plot
yang membandingkan distribusi kumulatif dan distribusi normal. Distribusi
normal akan membentuk suatu garis lurus diagonal dan plotting data residual akan
103
dibandingkan dengan garis diagonal. Adapun hasil uji normalitas dengan melihat
dari segi grafik yang ditunjukkan pada gambar P-p plot berikut ini :
Gambar 4.9
Grafik P-Plot
Sumber : Hasil Olah Data
Hasil output grafik P-Plot pada gambar 4.9 diatas, penyebaran datanya
(titik-titik) menyebar disekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah
garis diagonal. Sehingga dapat disimpulkan melalui analisis grafik P-plot bahwa
nilai residual yang terstandarisasi memiliki distribusi normal, dengan kata lain
memnuhi asumsi normalitas.
2) Analisis Statistik dengan Kolmogorov-Smirnov
Selain menggunakan analisis grafik, dalam penelitian ini juga dilakukan
metode statistik untuk menguji asumsi normalitas yang menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov (K-S). Berikut ini adalah hasil dari analisis statistik dengan
Kolmogorov-Smirnov (K-S) :
104
Tabel 4.10
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardize
d Residual
N 71
Normal Parametersa,b
Mean 0E-7
Std.
Deviation 2.16242292
Most Extreme
Differences
Absolute .074
Positive .060
Negative -.074
Kolmogorov-Smirnov Z .626
Asymp. Sig. (2-tailed) .829
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Hasil Olah Data
Hasil output uji Kolmogorov-Smirnov pada tabel 4.10 diatas, terlihat
bahwa hasil analisis statistik dengan Kolmogorov-Smirnov (K-S) sebesar 0,626
dan signifikan sebesar 0,829. Hal ini berarti bahwa sig > α atau 0,829 > 0,05 yang
menyatakan H0 diterima, berarti bahwa data residual terdistribusi normal atau
model regresi memenuhi asumsi normalitas.
b Uji Multikolinieritas
Asumsi model regresi berganda yang perlu diperhatikan selanjutnya adalah
untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinieritas di dalam tabel, yaitu
terdapat hubungan yang sempurna atau mendekati sempurna antara bebas
(variable independen). Untuk menguji apakah antara variabel-variabel independen
yang digunakan cara menghitungnya adalah Variance Inflation Factor (VIF) dan
105
Tolerance. Kriteria untuk pengambilan keputusan ada atau tidaknya
multikolinieritas adalah nilai VIF memiliki angka berkisar 1 hingga 10 dan nilai
Tolerance diatas 0,10 dan mendekati 1.
Berikut ini adalah hasil dari uji multikoliniearitas :
Tabel 4.11
Uji multikolinieritas
Coeffiecientsa
Model Collinearity statistics
Tolerance VIF
(constant)
LnDPK
CAR
NPF
BOPO
SBIS
Inflasi
,407
,713
,416
,356
,431
,945
2,456
1,403
2,404
2,805
2,321
1,059
a. Dependent variable : FDR
Sumber: Hasil Olah Data
Hasil output uji multikolinieritas pada tabel Coefficients di atas, terlihat bahwa
dari nilai Tolerance Dana Ketiga (DPK) sebesar 0,407 (0,407 > 0,10), Capital
Adequacy Ratio (CAR) sebesar 0,713 (0,713 > 0,10), Non Performing Financing
(NPF) sebesar 0,416 (0,416 > 0,10), Biaya Operasional dan Pendapatan
Operasional (BOPO) sebesar 0,356 (0,356 > 0,10), dan Sertifikat Ban Indonesia
Syariah (SBIS) sebesar 0,431 (0,431 > 0,10), dan Inflasi sebesar (0,945 > 0,10).
Sedangkan pada tabel Coeffiecients di atas juga terlihat bahwa nilai Variance
Inflation Factor (VIF) Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 2,456 (2,456 < 10),
106
Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 1,403 (1,403 < 10), Non Performing
Financing (NPF) sebesar 2,404 (2,404 < 10), Biaya Operasional dan Pendapatan
Operasional (BOPO) sebesar 2,805 (2,805 < 10), Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) sebesar 2,321 (2,321 < 10), dan Inflasi sebesar 1,059 (1,059 < 10).
Kesimpulan dari hasil nilai Tolerance menunjukkan tidak kurang dari 0,10
dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak ada yang lebih dari 10, ini
menunjukkan bahwa variabel Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio
(CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya Operasional dan Pendapatan
Operasional (BOPO), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Inflasi tidak
terdapat gejala multikolinieritas.
c Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap,
maka disebut Homoskedastisitas dan jika variance tidak konstan atau berubah-
ubah disebut dengan Heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
Homokedastisitas atau tidak terjadi Heterokedastisitas (Ghozali, 2012:139).
Berikut adalah hasil uji Heterokedastisitas menggunakan analisis grafik
dengan Scatterplot :
107
Gambar 4.12
Uji Hetrokedastisitas secara Scatterplot
Sumber: Hasil Olah Data
Hasil output uji Heteroskedatisitas pada tabel 4.12 diatas terlihat bahwa
sebaran data berada di sekitar titik nol serta menyebar secara acak atau tidak
membentuk suatu pola tertentu yang jelas, dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada pola regresi sehingga model regresi
layak dipakai.
d Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara
anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut waktu (time series)
atau ruang (cross section). Uji asumsi klasik autokorelasi ini dengan
menggunakan Uji Durbin-Watson (Suliyanto, 2011:125).
Tabel 4.13
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 ,847a
,717 ,691 2,26152 ,926
a. Predictors : (Constant), LnDPK, CAR, NPF, BOPO, SBIS, Inflasi
b. Dependent Variable : FDR
Sumber : Hasil Olah Data
108
Berdasarkan tabel diatas menyatakan bahwa nilai Durbin-Watson sebesar
0,926. Hasil membuktikan tidak terjadi autokorelasi, karena nilai DW test berada
pada -2 sampai dengan +2 maka dapat disimpulkan tidak ada autokorelasi baik
positif maupun negatif pada model regresi yang dibuat pada penelitia ini.
2. Uji Hipotesis
a. Uji Secara Parsial (t)
Uji statistik t ini bertujuan untuk menunjukan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR),
Non Performing Financing (NPF), Biaya Operasional dan Pendapatan
Operasional (BOPO), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Inflasi secara
individual (parsial) dalam menerangkan variasi variabel dependen (Financing to
Deposit Ratio) yang diuji pada tingkat signifikasi harus lebih kecil dari 0,05
(Ghozali, 2013:93). Untuk mengetahuinya dilakukan uji t dengan membandingkan
nilai t hitung dengan t tabel.
Adapun nilai t tabel diperoleh dengan derajat bebas (degree of freedom)
df=α:(n-k) dimana α adalah tingkat signifikansi yang digunakan, n adalah jumlah
pengamatan (ukuran sampel) dan k adalah jumlah variable independen dan
dependen dasar pengambilan keputusannya adalah jika t hitung > t tabel, berarti
H0 ditolak yang mengartikan bahwa variabel X1 berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen, tetapi jika t hitung < t tabel, maka h0 diterima yang
mengartikan bahwa variabel X1 tidak berpenaruh signifikan terhadap variable
dependen. Berdasarkan tabel 4.14 dibawah ini adalah hasil uji t yaitu sebagai
berikut :
109
Tabel 4.14
Uji Parsial (t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients t Sig
B Std. Error
(constant)
LnDPK
CAR
NPF
BOPO
SBIS
Inflasi
22,972
8,488
-,511
-,537
-,153
-,001
,743
16,015
1,197
,250
,538
,074
,000
,168
1,434
7,092
-2,046
-,997
-2,057
-6,943
4,432
,156
,000
,045
,322
,044
,000
,000
a. Dependent Variable: FDR
Sumber : Hasil Olah Data
Berikut adalah hasil penjelasan dari tabel 4.14 mengenai pengaruh antar
variabel independen terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) :
1) Pengaruh t-statistik untuk Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Financing to
Deposit Ratio (FDR)
Hasil yang didapat pada tabel 4.14 diatas, variabel LnDPK secara statistik
menunjukan hasil yang signifikan pada nilai lebih kecil dari α (0,000 < 0,05).
Sedangkan nilai t hitung sebesar 7,092 dan pada t tabel sebesar 1,66901 (df (n-k)
71-7 = 64, α = 0,05).
Sehingga t hitung > t tabel (7,092 > 1,66901) yang berarti bahwa H0 ditolak
dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Dana Pihak Ketiga
(DPK) secara parsial berpengaruh secara siginifikan terhadap Financing to
Deposit Ratio (FDR).
110
2) Pengaruh t-statistik untuk Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Financing
to Deposit Ratio (FDR)
Hasil yang didapat pada tabel 4.14 diatas, variabel CAR secara statistik
menunjukan hasil yang signifikan pada nilai lebih kecil dari α (0,045 < 0,05).
Sedangkan nilai t hitung sebesar -2,046 dan pada t tabel sebesar 1,66901 ( df(n-k)
71-7 = 64, α = 0,05). Sehingga t hitung > t tabel (2,046 > 1,66901) yang berarti
bahwa H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
Capital Adequacy Ratio (CAR) secara parsial berpengaruh secara siginifikan
terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR).
3) Pengaruh t-statistik untuk Non Performing Financing (NPF) terhadap
Financing to Deposit Ratio (FDR)
Hasil yang didapat pada tabel 4.14 diatas, variabel NPF secara statistik
menunjukan hasil yang signifikan pada nilai lebih kecil dari α (0,322 > 0,05).
Sedangkan nilai t hitung sebesar -,997 dan pada t tabel sebesar 1,66901 ( df(n-k)
71-7 = 64, α = 0,05). Sehingga t hitung > t tabel (-,997 < 1,66901) yang berarti
bahwa H0 diterima dan H1 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
Non Performing Financing (NPF) secara parsial tidak berpengaruh secara
siginifikan terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR).
4) Pengaruh t-statistik untuk Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional
(BOPO) terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR)
Hasil yang didapat pada tabel 4.14 diatas, variabel BOPO secara statistik
menunjukan hasil yang signifikan pada nilai lebih kecil dari α (0,044 > 0,05).
Sedangkan nilai t hitung sebesar -2,057 dan pada t tabel sebesar 1,66901 ( df(n-k)
111
71-7 = 64, α = 0,05). Sehingga t hitung > t tabel (2,057 > 1,66901) yang berarti
bahwa H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) secara parsial
berpengaruh secara siginifikan terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR).
5) Pengaruh t-statistik untuk Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap
Financing to Deposit Ratio (FDR)
Hasil yang didapat pada tabel 4.14 diatas, variabel SBIS secara statistik
menunjukan hasil yang signifikan pada nilai lebih kecil dari α (0,000 < 0,05).
Sedangkan nilai t hitung sebesar -6,943 dan pada t tabel sebesar 1,66901 ( df(n-k)
71-7 = 64, α = 0,05). Sehingga t hitung > t tabel (6,943 > 1,66901) yang berarti
bahwa H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) secara parsial berpengaruh secara
siginifikan terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR).
6) Pengaruh t-statistik untuk Inflasi terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR)
Hasil yang didapat pada tabel 4.14 diatas, variabel Inflasi secara statistik
menunjukan hasil yang signifikan pada nilai lebih kecil dari α (0,000 < 0,05).
Sedangkan nilai t hitung sebesar 4,432 dan pada t tabel sebesar 1,66901 ( df(n-k)
71-7 = 64, α = 0,05). Sehingga t hitung > t tabel (4,432 > 1,66901) yang berarti
bahwa H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
Inflasi secara parsial berpengaruh secara siginifikan terhadap Financing to
Deposit Ratio (FDR).
112
b. Uji Secara Simultan (F)
Uji F digunakan untuk menunjukan apakah semua variabel independen atau
bebas yang dimauskan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap varaiabel dependen atau terikat (Ghozali, 2012:98) yaitu variabel Dana
Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing
(NPF), Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO), Sertifikat Bank
Syariah Indonesia (SBIS), dan Inflasi menunjukan pengaruh yang signifikan atau
tidak terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR). Untuk mengetahui hasil dari uji
F yaitu dengan melihat signifikan level (sig) dan juga dengan menbandingkan
antara F hitung dengan F tabel, apakah berpengaruh secara simultan atau tidak.
Hasil uji F dapat diketahui dengan melihat pada tabel 4.15 berikut ini :
Tabel 4.15
Uji Simultan (F)
ANOVAa
Model Sum of
Square
Df Mean
Square
F Sig.
1 Regression
Residual
Total
831,342
327,325
1158,667
6
64
70
138,557
5,114
27,091 ,000b
a. Dependent Variable: FDR
b. Predictors: (Constant), Inflasi, LnDPK, NPF, SBIS, CAR, BOPO
Sumber : Hasil Olah Data
Berdasarkan tabel 4.15 diatas, dapat dilihat nilai F-hitung sebesar 27,091
dengan nilai tingkat signifikan 0,000. Karena nilai signifikan lebih kecil dari
0,000 < 0,05, dan nilai hitung F hitung > F tabel (27,091 > 2,24) dengan nilai
Ftabel df : α, (k-1), (n-k) atau 0,05, (7-1), (71-7) = 2,24. Maka dapat disimpulkan
113
bahwa variabel Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non
Performing Financing (NPF), Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional
(BOPO), Sertifikat Bank Syariah Indonesia (SBIS), dan Inflasi secara simultan
atau bersama-sama terdapat pengaruh yang nyata atau signifikan terhadap
Financing to Deposit Ratio (FDR).
3. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi intinya yaitu mengukur seberapa besar konstribusi
variabel bebas (Independent) terhadap variabel terikatnya (Dependent).
Semakin tinggi koefisien determinasi semakin tinggi kemampuan variabel
bebas (X) yaitu Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non
Performing Financing (NPF), Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional
(BOPO), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Inflasi dalam
menjelaskan variasi variabel perubahan pada variabel terikatnya (Y) yaitu
Financing to Deposit Ratio (FDR).
Dimana koefisien determinasi (R2) nilainya berkisar antara 0 < R
2 < 1 semakin
besar R2 maka variabel bebas (Independen) semakin dekat hubungannya dengan
variabel terikat (Dependen), dengan kata lain model tersebut dianggap baik. Nilai
R2 berkisar hampir 1 yang artinya semakin kuat kemampuan variabel bebas dapat
menjelaskan variabel terikat. Sebaliknya, jika nilai R2 semakin mendekati nilai 0
berarti semakin lemah kemampuan variabel bebas dapat menjelaskan fluktuasi
variabel terikat (Ghozali 2012:83). Bila R2
= 0 artinya variasi dari variabel terikat
(Y) tidak dapat diterangkan oleh variabel bebas (X) sama sekali. Sementara bila
114
R2
= 1 maka semua titik pengamatan berada pada garis regresi (Nachrowi,
2008:21).
Koefisien determinasi (R2) memiliki kelemahan, yaitu bias terhadap jumlah
variabel bebas yang dimasukan dalam model regresi dimana setiap penambahan
satu variabel bebas dan jumlah pengamatan dalam model akan meningkatkan nilai
R2 meskipun variabel yang dimasukan dalam model regresi dimana setiap
penambahan satu variabel bebas dan jumlah pengamatan dalam model akan
meningkatkan nilai R2 meskipun variabel yang dimasukan tersebut tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel tergantungnya.
Untuk mengurangi kelemahan tersebut koefisien determinasi R2 (R Square)
yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan nilai Adjusted R2 pada
saat mengevaluasi model regresi terbaik. Hal tersebut dikarenakan variabel
independen yang digunakan dalam penelitian ini lebih dari satu. Berikut ini adalah
hasil dari Uji Koefisien Determinasi (R2) :
Tabel 4.16
Uji Koefisien Dterminasi (R2)
Model Summaryb
Model R R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimet
1 ,847a
,717 ,691 2,26152
a. Predictors: (Constant), Inflasi, LnDPK, NPF, SBIS, CAR, BOPO
b. Dependent Variable: FDR
Sumber : Hasil Olah Data
Berdasarkan gambar 4.16 diperoleh nilai koefisien korelasi R Square sebesar
0,717 atau 71,7% dan Adjusted R Squer 0,691 atau 69,1%. yang menunjukan
115
bahwa pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non
Performing Financing (NPF), Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional
(BOPO), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Inflasi adalah 69,1%
sedangkan sisanya 30,9% (100% - 69,1%) dipengaruhi variabel-variabel lain yang
tidak dimasukkan ke dalam penelitian ini.
Adapun angka koefisien korelasi (R) menunjukkan nilai sebesar 0,847 yang
menandakan bahwa hubungan antara variabel bebas (Independen) dan variabel
terikat (Dependen) sangat kuat karena memiliki nilai lebih dari 0,05 ( R > 0,05)
atau 0,847 > 0,5.
4. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui arah hubungan
antara variabel bebas (Independen) dan variabel terikat (Dependen). Persamaan
regresi dapat dilihat dari tabel hasil uji coefficients berdasarkan output SPSS versi
20 terhadap keenam variabel bebas (Independen) yaitu Dana Pihak Ketiga (DPK),
Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya
Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO), Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS), dan Inflasi terhadap variabel terikat (dependen) likuiditas yang
diproksikan dengan Financing to Deposit Ratio (FDR).
116
Hasil pengolahan data dengan SPSS 20.0 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.17
Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standa
rdized
Coeffi
cients
t Sig Collinearity
Statistics
B Std.
Error
Beta Toler
ance
VIF
(constant)
LnDPK
CAR
NPF
BOPO
SBIS
Inflasi
22,972
8,488
-,511
-,537
-,153
-,001
,743
16,015
1,197
,250
,538
,074
,000
,168
,738
-,161
-,103
-,229
-,703
,303
1,434
7,092
-2,046
-,997
-2,057
-6,943
4,432
,156
,000
,045
,322
,044
,000
,000
,407
,713
,416
,356
,431
,945
2,456
1,403
2,404
2,805
2,321
1,059
a. Dependent Variable: FDR
Sumber: Hasil Olah Data
Berdasarkan model persamaan regresi pada tabel 4.17 diatas hasil analisis regresi
linier berganda sebagai berikut :
Y = 22,972 + 8,488X1 – 0,511X2 - 0,537X3 – 0,153X4 – 0,001X5 + 0,743X6
Keterangan :
Y = Financing to Deposit Ratio (FDR)
X1 = Logaritma natural Dana Pihak Ketiga (DPK)
X2 = Capital Adequacy Ratio (CAR)
X3 = Non Performing Financing (NPF)
117
X4 = Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO)
X5 = Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
X6 = Inflasi
Dari hasil pengujian hipotesis pada tabel 4.17 diatas, maka dapat
diinterpretasikan bahwa 6 dari variable yang digunakan, ada 5 variabel yang
memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen (likuiditas yang diukur
dengan Financing to Deposit Ratio), yaitu Logaritma natural Dana Pihak Ketiga
(DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional dan Pendapatan
Operasional (BOPO), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Inflasi,
sementara variabel Non Performing Financing (NPF) tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap variabel dependen yaitu likuiditas yang dproksikan
dengan Financing to Deposit Ratio (FDR).
Berdasarkan persamaan linier berganda dari tabel 4.17 diatas dapat
diketahui bahwa variabel yang dapat dimasukan kedalam persamaan model
regresi sebagai berikut :
a. Nilai konstanta sebesar 22,972 hasil ini menyatakan jika nilai Dana
Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing
Financing (NPF), Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional
(BOPO), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Inflasi sama
dengan 0, maka nilai Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah
meningkat sebesar 22,972 satuan.
b. Nilai X1 (DPK) = 8,488 maksudnya adalah jika terjadi kenaikan setiap
1 satuan pada variabel X1 (Dana Pihak Ketiga) akan mengakibatkan
118
meningkatnya variabel Y (Financing to Deposit Ratio (FDR)) sebesar
8,488 dengan catatan variabel lain dianggap konstan atau tetap.
c. Nilai X2 (CAR) = -0,511 maksudnya adalah jika terjadi kenaikan
setiap 1 satuan pada variable X2 (Capital Adequacy Ratio (CAR)) akan
mengakibatkan menurunnya variable Y (Financing to Deposit Ratio
(FDR)) sebesar 0,511 dengan catatan variabel lain dianggap konstan
atau tetap.
d. Nilai X3 (NPF) = -0,537 maksudnya adalah jika terjadi kenaikan setiap
1 satuan pada variable X3 (Non Performing Financing (NPF)) akan
mengakibatkan menurunnya variable Y (Financing Deposit Ratio
(FDR)) sebesar 0,537 dengan catatan variabel lain dianggap konstan
atau tetap.
e. Nilai X4 (BOPO) = -0,153 maksudnya adalah jika terjadi kenaikan
setiap 1 satuan pada variable X4 (Biaya Operasional dan Pendapatan
Operasional (BOPO)) akan mengakibatkan menurunnya variabel Y
(Financing to Deposit Ratio (FDR)) sebesar 0,153 dengan catatan
variabel lain dianggap konstan atau tetap.
f. Nilai X5 (SBIS) = -0,001 maksudnya adalah jika terjadi kenaikan
setiap 1 satuan pada variabel X5 (Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS)) akan mengakibatkan menurunnya variabel Y (Financing to
Deposit Ratio (FDR)) sebesar 0,001 dengan catatan variabel lain
dianggap konstan atau tetap.
119
g. Nilai X6 (Inflasi) = 0,743 maksudnya adalahjika terjadi kenaikan setiap
1 satuan pada variable X6 (Inflasi) akan mengakibatkan meningkatnya
variabel Y (Financing to Deposit Ratio (FDR)) sebesar 0,743 dengan
catatan variabel lain dianggap konstan atau tetap.
D. Interpretasi
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat diuraikan bahwa lima dari enam
variabel independen yang diteliti yaitu Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy
Ratio (CAR), Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO), Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Inflasi berpengaruh dan satu variabel lainnya
yaitu Non Performing Financing (NPF) tidak berpengaruh terhadap variabel
dependen yaitu likuiditas yang diproksikan dengan Financing to Deposit Ratio
(FDR). Adapun pembahasannya sebagai berikut :
a. Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap likuiditas yang diproksikan
dengan Financing to Deposit Ratio (FDR).
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.17, dapat kita lihat bahwa
variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) memiliki nilai beta positif, hal ini berarti
menunjukan bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) memiliki mempunyai positif dan
signifikan terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) pada bank syariah, karena
memiliki nilai signifikan sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 dan nilai t
hitung 7,092 > t tabel 1,66901.
Ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima sehingga menyatakan bahwa
variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh terhadap Financing to Deposit
Ratio (FDR). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
120
oleh Desly dan Ni Luh (2014), Martha Novalina Ambaroita (2015), dan Aena
Mardiyah (2015).
Hasil pembahasan dari analisis tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
semakin besar Dana Pihak Ketiga (DPK) semakin tinggi rasio Financing to
Deposit Ratio (FDR), yang mengindikasikan bahwa Dana Pihak Ketiga yang
meningkat akan membuat Bank Syariah meningkatkan likuiditasnya dengan
menyalurkan pembiayaannya, sehingga tidak adanya dana menganggur (idle
fund).
b. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap likuiditas yang
diproksikan dengan Financing to Deposit Ratio (FDR).
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.17, dapat kita lihat bahwa
variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) memiliki nilai beta negatif, hal ini berarti
menunjukan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) mempunyai hubungan negatif
dan signifikan terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR), karena memiliki nilai
signifikan sebesar 0,045 yang lebih kecil dari 0,05 dan nilai t hitung -2,046 > t
tabel 1,66901. Ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh terhadap Financing
to Deposit Ratio (FDR). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Anjum Iqbal (2012), Rafikha Rustianah Mustafidan (2013), dan M
Irfan Priambodo (2017).
Hasil pembahasan dari analisis tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
apabila tingkat kecukupan modal (CAR) tinggi maka semakin tinggi pula
likuiditasnya (FDR). Tetapi dilihat dari kenyataannya Financing to Deposit Ratio
121
(FDR) yang tinggi menandakan Bank Syariah banyak meminjamkan,
digambarkan sebagai bank yang kurang liquid. Maka jika CAR mengalami
kenaikan maka FDR akan menurun, dan penurunan FDR mengindikasikan bahwa
tingkat likuiditas (FDR) semakin baik. Apabila saat FDR tinggi yang disebabkan
penyaluran pembiayaan meningkat sedangkan dana yang dihimpun di Bank
Syariah sedikit mengakibatkan CAR menurun (dengan asumsi CAR digunakan
untuk menutupi kekurangan dana tersebut).
c. Pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap likuiditas yang
diproksikan dengan Financing to Deposit Ratio (FDR).
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.17, dapat kita lihat bahwa
variabel Non Performing Financing (NPF) memiliki nilai beta negatif, hal ini
berarti menunjukan bahwa Non Performing Financing (NPF) mempunyai
hubungan negatif dan tidak signifikan terhadap Financing to Deposit Ratio
(FDR), karena memiliki nilai signifikan sebesar 0,322 yang lebih besar dari 0,05
dan nilai t hitung -0,997 < t tabel 1,66901. Ini berarti H0 diterima atau H1 ditolak
sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Non Performing Financing (NPF)
tidak berpengaruh terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR). Hasil penelitian
ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwi Setyo Wahyudi
(2013), M Irfan Priambodo (2017) dan Leny Nur Fitria (2017).
Hasil pembahasan analisis tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa secara teori
jika terjadi peningkatan pada rasio Non Performing Financing (NPF) maka akan
menurunkan likuiditas pada Bank Syariah yang dalam hal ini likuiditas (FDR)
berarti tidak sehat, tidak dapat menyalurkan pembiayaannya dengan lancar .
122
Begitu juga sebaliknya, jika terjadi penurunan pada rasio Non Performing
Financing (NPF) maka akan meningkatkan likuiditas pada Bank Syariah yang
dalam hal ini likuiditas (FDR) berarti sehat, dapat menyalurkan pembiayaannya
dengan lancar.
Tidak berpengaruhnya Non Performing Financing (NPF) terhadap Financing
to Deposit Ratio (FDR) terjadi karena pengolahan data. Dari data yang ada
kecenderungan penurunan NPF terus terjadi karena industri perbankan bisa
menekan angka kredit atau pembiayaan bermasalah. Pihak bank yang selektif
akan menggunakan 5C (Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition)
untuk membuat risiko kredit macet menurun bahkan Bank Syariah cenderung
lebih liquid dan fleksibel dalam menyalurkan pembiayaannya.
Sejalan dengan teori Dendawijaya (2003:86) dimana dampak dari
meningkatnya NPL atau NPF, maka akan menyebabkan hilangnya kesempatan
memperoleh pendapatan (income) dari kredit yang diberikan sehingga mengurangi
laba dan mengurangi kemampuan untuk memberikan kredit.
d. Pengaruh Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO)
terhadap likuiditas yang diproksikan dengan Financing to Deposit Ratio
(FDR).
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.17, dapat kita lihat bahwa variabel
Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) memiliki nilai beta
negatif, hal ini berarti bahwa Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional
(BOPO) mempunyai hubungan negatif dan signifikan terhadap Financing to
Deposit Ratio (FDR), karena memiliki nilai signifikan sebesar 0,044 yang lebih
123
kecil dari 0,05 dan nilai t hitung -2,057 > t tabel 1,66901. Ini berarti H0 ditolak
dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Biaya Operasional
dan Pendpatan Operasional (BOPO) berpengaruh terhadap Financing to Deposit
Ratio (FDR). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Widi Pramono (2006), Mita Puji Lestari (2011) dan Agustina dan Anthony
Wijaya (2013).
Hasil pembahasan analisis tersebut berarti bahwa BOPO merupakan
perbandingan antara total biaya operasi dengan total pendapatan operasi. Biaya
operasional merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam rangka
menjalankan aktivitas usaha pokoknya (seperti biaya bunga, biaya tenaga kerja,
biaya pemasaran dan lain-lain). Pendapatan operasional merupakan pendapatan
utama bank yaitu pendapatan bunga yang diperoleh dari penempatan dana dalam
bentuk kredit dan penempatan operasi lainnya (Dendawijaya, 2009:140). Tanda
koefisien yang bernilai negatif menunjukan semakin tinggi rasio BOPO, semakin
kurang efisien Bank Syariah, maka tingkat FDR nya menurun. Rasio BOPO yang
tinggi menunjukan bahwa biaya operasionalnya lebih besar dari pendapatan
operasionalnya, sehingga Bank Syariah menjadi tidak efisien dalam menjalankan
aktivitas operasionalnya terutama pada penyaluran pembiayaan.
e. Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap
likuiditas yang diproksikan dengan Financing to Deposit Ratio (FDR).
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.17, dapat kita lihat bahwa
variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) memiliki nilai beta negatif, hal
ini berarti bahwa Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) mempunyai hubungan
124
negatif yang signifikan terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR), karena
memiliki nilai signifikan sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 dan nilai t
hitung -6,943 > t tabel 1,66901. Ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima sehingga
dapat disimpulkan bahwa variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
berpengaruh terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR). Hasil penelitian ini
sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Indah Nurfitri Adi (2006),
Prihatiningsih (2012) dan Rafikha Rustianah Mustafidan (2013).
Hasil analisis pembahasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa apabila
terjadi peningkatan pada penempatan dana SBIS, maka jumlah penyaluran dana
pada pembiayaan akan mengalami penurunan. SBIS dapat dijadikan penitipan
dana jangka pendek khususnya bagi yang mengalami kelebihan likuiditas
(Muhammad, 2005:399). Semakin banyak uang yang dihimpun oleh Bank Syariah
dalam bentuk SBIS maka jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh Bank Syariah
juga akan berkurang, sedangkan jumlah pembiayaan adalah bagian dari Financing
to Deposit Ratio (FDR) yang mencerminkan pembiayaan kepada masyarakat dan
yang menjadi ukuran likuiditas Perbankan Syariah dalam menjalankan fungsinya
sebagai lembaga intermediasi.
f. Pengaruh Inflasi terhadap likuiditas yang diproksikan dengan Financing to
Deposit Ratio (FDR).
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.17, dapat kita lihat bahwa variabel
Inflasi memiliki nilai beta positif, hal ini bahwa Inflasi mempunyai hubungan
positif yang signifikan terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR), karena
memiliki nilai signifikan sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 dan nilai t
125
hitung 4,432 > t tabel 1,66901. Ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima sehingga
dapat disimpulkan bahwa variabel Inflasi berpengaruh terhadap Financing to
Deposit Ratio (FDR). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Novitasari (2014), Mohamed Aymen Ben Moussa (2015) dan
Aulia Nazala dan Astiwi Indriani (2016).
Hasil pembahasan analisis tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa jika terjadi
peningkatan pada inflasi maka likuiditas (FDR) pun juga ikut meningkat, begitu
juga sebaliknya, jika terjadi penurunan pada inflasi maka akan menurunkan
tingkat likuiditas (FDR). Apabila inflasi naik maka konsep perbankan syariah
adalah bagi hasil. Dengan konsep ini, sesungguhnya bank dan nasabah melakukan
pengikatan dalam suatu ikatan investasi bersama, dimana laba dan rugi
ditanggung bersama.
Namun demikian, dalam menyalurkan pembiayaan bank syariah harus tetap
mempertimbangkan prediksi kondisi ekonomi makro disamping tetap menjaga
prinsip kehati-hatian dalam menjalankan fungsi intermediasinya, sehingga tidak
meningkatkan timbulnya kredit bermasalah yang dapat berakibat pada penurunan
permodalan secara umum.
126
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data dari penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah terdapat pengaruh baik dari rasio keuangannya (internal) Bank
Syariah maupun faktor eksternalnya (makroekonomi) terhadap likuiditas dengan
objek penelitian yang dilakukan terhadap Perbankan Syariah di Indonesia (Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah) dengan penelitian yang berjudul
“Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Kecukupan Modal, Pembiayaan Bermasalah,
Efisiensi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Inflasi Terhadap
Likuiditas Perbankan Syariah di Indonesia periode Januari 2011 – November
2016.
Dalam penelitian pada judul tersebut faktor internal Bank Syariah terdiri dari
Dana Pihak Ketiga (DPK), kecukupan modal yang diproksikan dengan rasio
Capital Adequacy Ratio (CAR), pembiayaan bermasalah yang diproksikan dengan
rasio Non Performing Financing (NPF), efisiensi yang diproksikan dengan rasio
Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) serta faktor eksternal
(makro ekonomi) yaitu Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Inflasi
terhadap likuiditas yang diproksikan dengan Financing to Deposit Ratio (FDR).
127
Analisis pada penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda
dengan menggunakan software Statistical Package for Sosial Science (SPSS)
versi 20.0. berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang sudah diuraikan,
dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil uji regresi secara parsial (individual) ditemukan bahwa variabel
independen Dana Pihak Ketiga (DPK) dengan tingkat signifikan sebesar
0,000, Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) dengan
tingkat signifikan sebesar 0,044, Sertifikat Bank Syariah Indonesia (SBIS)
dengan tingkat signifikan sebesar 0,000 dan Inflasi dengan tingkat
signifikan sebesar 0,000 secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependennya yaitu Financing to Deposit Ratio (FDR) perbankan
Syariah di indonesia. Sementara itu berbeda dengan variabel Non
Performing Financing (NPF) yang hasilnya tidak signifikan sebesar 0,093
terhadap variabel dependen Financing to Deposit Ratio(FDR) Perbankan
Syariah di Indonesia.
2. Hasil uji regresi secara simultan (bersama-sama) ditemukan bahwa
variabel independen Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy
Ratio(CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya Operasional dan
Pendapatan Oprasional (BOPO), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
dan Inflasi berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependennya
yaitu Financing to Deposit Ratio (FDR) pada perbankan Syariah di
Indonesia dengan tingkat signifikan sebesar 0,000.
128
3. Hasil uji regresi variabel yang paling dominan terhadap Financing to
deposit Ratio (FDR) pada Perbankan Syariah adalah Dana Pihak Ketiga
(DPK).
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, maka penulis mencoba
mengemukakan implikasi yang mungkin dapat bermanfaat diantaranya :
1. Bagi Para Investor
Berdasarkan hasil peneitian terlihat bahwa variabel Dana Pihak Ketiga
(DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya
Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO), Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) dan Inflasi. Hal ini membuktikan bahwa Financing to Deposit
Ratio (FDR) dipengaruhi baik oleh faktor internal maupun eksternal, maka
sebaiknya bagi investor perlu melakukan analisa terlebih dulu yang dapat
dijadikan pertimbangan sebelum melakukan investasi dalam suatu perusahaan
(Bank Syariah) sehingga investor dapat mengambil keputusan yang tepat dalam
berinvestasi.
2. Bagi Perbankan
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui pengukuran likuiditas bank dari
variabel Financing to Deposit Ratio (FDR) menunjukan bahwa faktor internal
bank maupun eksternal bank (makro ekonomi) berkontribusi besar terhadap
likuiditas Bank Syariah, maka hendaknya, adanya penemuan dalam penelitian ini,
pihak perbankan sebagai lembaga intermediasi dapat lebih meningkatkan
kinerjanya dalam mengambil kebijakan dengan menimbang baik-baik kedua
faktor tersebut agar bank dapat memaksimalkan penggunaan penyaluran
129
pembiayaannya secara maksimal untuk mendorong pembangunan ekonomi
Indoonesia.
Terutama dalam hal kebijakan penghimpunan Dana Pihak Ketiga, kecukupan
modal, pembiayaan bermasalah, efisiensi, dan inflasi serta lebih waspada terhadap
perubahan ekonomi makro.
3. Bagi Akademis/penelitian
Penelitian ini dapat menambah kepustakaan dibidang manajemen
perbankan syariah serta dapat dijadikan bahan bacaan untuk menambah wawasan
pengetahuan, khususnya tentang likuiditas perbankan syariah. Untuk penelitian
selanjutnya sebaiknya memperbanyak jumlah variabel-variabel yang tidak
terdapat dalam penelitian ini seperti Dana pihak ketiga, Kecukupan modal,
Pembiayaan bermasalah, Efisiensi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) serta
Inflasi.
4. Bagi Masyarakat
a. Dengan menyediakan beragam produk serta layanan jasa perbankan yang
beragam dengan skema keuanagan yang lebih bervaraiatif, perbankan
syariah menjadi alternative system perbanakan yang kredibel dan dapat
dinikmati oleh seluruh golongan masyarakat Indonesia.
b. Masyarakat tidak perlu ragu dalam kehalalan transaksi pada Bank Syariah
atau untuk menabung dan menanamkan dananya pada Bank Syariah.
130
C. Saran
Berikut beberapa saran yang dapat peneliti berikan bagi peneliti
selanjutnya yang akan melakukan penelitian yang serupa :
1. Dalam penelitian ini variabel dependen yang dipakai adalah Financing to
Deposit Ratio (FDR), sedangkan variabel independen yang dipakai adalah
Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing
Financing (NPF), Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO),
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Inflasi. Diharapkan penelitian
selanjutnya dalam mengukur likuiditas pada bank dapat menggunakan
variabel yang lebih beragam (berbeda) agar hasil penelitian yang berbeda dan
lebih relevan dengan kondisi pasar perbankan saat ini sehingga dapat menjadi
bahan kajian bagi kalangan akademik.
2. Dalam penelitian ini periode yang digunakan terbatas pada tahun 2011-2016,
menggunakan data 6 tahun terakhir, hendaknya penelitian berikutnya lebih
memperbaharui dan menambahkan periode penelitian agar hasil didapat lebih
relevan.
3. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah uji regresi linier berganda
dan pengolahan data menggunakan aplikasi SPSS 20.0 dan Microsoft Excel
2010. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan bisa menggunakan metode lain
yang berbeda dan software yang lebih baru.
131
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Antonio, Muhammad Syafi’i. “Bank Syariah dari Teori ke praktik”. Jakarta:
Gema Insani. 2001.
Ali, Mashud. “Manajemen Risiko, Strategi Perbankan dan Dunia Usaha
Menghadapi Tantangan Globalisasi Bisnis”. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada. 2006.
Arifin, Zainul. “Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah”. Jakarta: Alvabet. 2002.
, ”Dasar-Dasar Manajemen Syariah”. Jakarta: Pustaka Alvabet. 2009.
Ascarya.“Akad dan Produk Bank Syariah”, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
2007.
Dendawijaya, Lukman. “Manajemen Perbankan”. Edisi Kedua. Cetakan Kedua.
Jakarta: Ghalia Indonesia. 2003.
, “Manajemen Perbankan”. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia. 2005.
, “Manajemen perbankan”. Jakarta: Ghalia indonesia. 2009.
Gilarso, T. “Pengantar Ilmu Ekonomi Makro”. Yogyakarta: Kanisius. 2004.
Ghozali, Imam.“Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 20 “.
Semarang: Universitas Diponegoro. 2012.
Imam Wahyudi, Miranti K Dewi, Fenni Rosmanita, dkk.”Manajemen Risiko Bank
Islam”. Jakarta: Salemba Empat. 2013.
Ismail, Nawawi. “Perbankan Syariah”. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Jakarta:
Kencana. 2011.
Kasmir. “Manajemen Perbankan”. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2003.
,”Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”. Jakarta: PT. Rajawali Press.
2004.
, “Analisis Laporan Keuangan”. Edisi Pertama. Jakarta: Kencana. 2010.
, “Manajemen Perbankan”. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2012.
Karim, Adiwarman. “Ekonomi Mikro Islam”. Jakarta: PT. Raja Grafindo persada.
2008.
Kuncoro, Mudrajad. “Manajemen Perbankan”. Yogyakarta: BPFE. 2002.
131
132
Levine, John R., Young, Margaret Levine. “Internet for Dummies. Twelfth
Edition”. New Jersey, USA: Wiley Publishing. 2010.
Martono. “Bank dan Lembaga Keuangan Lain”. Yogyakarta: Ekonosia Fakultas
Ekonomi UII. 2010.
Muhammad. “Manajemen Pembiayaan Mudharabah di Bank Syariah”. Jakarta:
Rajawali Pers. 2008.
, “Manajemen Bank Syariah”. Edisi Revisi. Yogyakarta: UII Press. 2005.
Nachrowi, Djalal Nachrowi, Hardius Usman, ”Penggunaan Teknik Ekonometri”.
Jakarta: PT Raja Grafindo. 2008.
Noor, Juliansyah. “Metodologi Penelitian”. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group. 2012
Prasetyo, Bambang dan Lina M jannah. “Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan
Aplikasinya”. PT. Raja Grafindo Persada. 2006.
Riyadi, Slamet. “Banking Assets and Liability Management”. Jakarta: Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia. 2006.
Rivai, Veitzal. “Islamic Financial Management”. Jakarta: Raja Grafinda Persada.
2008.
Rivai, Heithzal, Andria Permata Veitzhal, Ferry N. Indroes. “Bank and Financial
Institution Management Conventional and Syaria System”. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada. 2007.
Santoso, Singgih. “Aplikasi SPSS pada Statistik Parametrik”. Jakarta: Elex Media
Komputindo. 2012.
Siamat, Dahlan. “Manajemen Lembaga Keuangan Syariah”. Jakarta: Intermedia.
2005.
Sudarsono. Heri. “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah”. Yogyakarta: Ekonisia.
2008.
, “Konsep Ekonomi Islam Suatu Pengantar”. Yogyakarta: Ekonisia.
2007.
Sukirno, Sadono. “Pengantar Teori Makroekonomi”. Edisi Kedua. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada. 2002.
, “Pengantar Teori Makroekonomi”. Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Grafindo.
2004.
Suehandjono. “ Bank Indonesia Dalam Kasus BLBI”. Jakarta: Bank Indonesia.
2002.
133
Suliyanto. “Ekonometrika Terapan: Teori & Aplikasi dengan SPSS”. Yogyakarta:
CV. Andi Offset. 2011.
Sumitro, Warkum. “Asas-asas Perbankan Islam dan lembaga-lembaga Terkait
(BAMUI), Takaul, dan Psar Modal Syariah di Indonesia”. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada. 2004.
Suwiknyo. “Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah”. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. 2010.
Sekaran, Uma. “Research Methods for business Edisi I and 2”. Jakarta: Salemba
Empat. 2014.
Sjadeini, Sutan Remy. “Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam Tahta
Hukum Perbankan Indonesia”. Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti. 2007.
Taswan. “Manajemen Perbankan”. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. 2006.
Wangsawidjaja.“Pembiayaan Bank Syariah”. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama. 2012.
Widarjono, Agus. “Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya”. Edisi Ketiga.
Yogyakarta: Ekonisia. 2009.
Wirdyaningsih dkk. “Bank dan Asuransi Islam di Indonesia”. Jakarta: Kencana.
2006.
B. Jurnal/Peneliti
Agustina dan Anthony Wijaya.“Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Loan to Deposit Ratio Bank Swasta Nasional di Bank Indonesia”. Jurnal
Wira Mikroskill Vol.3 No. 2 Oktober. 2013.
Aliyu. Shehu U.R. “Developing Islamic Lukuidity Management Instrument :
Resolving the Impase Between Central Bank of Nigeria (CBN) and Jaiz
Bank Plc”. International Journal Of Islamic Economics And Finance
Studies. Vol.3 Issue.1. 2017.
Anjum, Iqbal, “Liquidity Risk Management: A Comparative Study between
Conventional and Islamic Banks of Pakistan”, Global Journal of
Management and Bussines Research. Vol. 12 Issue 5. 2012.
Buchory, Herry Achmad. “Analysis of The Effect of Capital, Net Interest Margin,
Credit Risk and Profitability in The Implementation of Banking
Intermediation”, European Journal of Business and Management. Vol.6
Issue 24. 2014
Nurjaya, Endang. “Analisis Pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS), Non Performing Financing (NPF) dan Dana Pihak Ketiga (DPK)
134
Terhadap Pembiayaan Murabahah Pada Bank Syariah di Indonesia (Periode
2007-2011)”. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2011.
Fitri, Riski Amriani.”Analisis Pengaruh CAR, BOPO dan NIM Terhadap LDR
Pada Bank BUMN Persero di Indonesia Periode 2006-2010”. Skripsi.
UNHAS Makassar. 2012.
Odunga. “Liqudity, Capital Adequacy and Operating Effieciency of Commercial
Bank in Kenya”. Research Journal of Finance and Accounting. Vol. 4 No. 8.
2013.
Paula Laurentina dan Lindrawati. “Pengaruh Capital Adequacy Ratio dan
Financing to Deposit Ratio Terhadap Laba Bank Umum Syariah” Jurnal
Akuntansi Temporer, Vol.2 No.1. 2010.
Pratama, Billy Arma. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyaluran
Kredit Perbankan (Studi Pada Bank Umum di Indonesia Periode 2005-
2009)”. Tesis Program Pasca Sarjana Magister Manajemen UNDIP.2010
Prihatiningsih. “Pengaruh DPK, Capital Adequacy Ratio (CAR), Imbal Hasil
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Imbal Hasil Sertifikat Investasi
Mudharabah Antar Bank Syariah (SIMA), dan Non Performing Financing
(NPF) Terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR)”. Jurnal Orbith. Vol.8.
2012.
Priyanto, Dwi. Dkk. “ Pengaruh Rasio CAR, NPL, LDR, BOPO, dan NIM
Terhadap Kinerja Bank Umum di Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan
Manajemen Sumber Daya Vol. 15 No.2. 2014.
Qorifah, Nuzul. “Pengaruh Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional
(BOPO), Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio
(FDR) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah terhadap Return On Asset
(ROA)(Studi Kasus pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2010-
2014)”.Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. 2016.
Ramadhani dan Astiwi Indriani. “Analisis Pengaruh Size, Capital Adequacy Ratio
(CAR), Return On Asset (ROA), Non Performing Loan (NPL), dan Inflasi
terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR)”. Diponegoro Journal of
Management. Vol. 5 No.2. 2016.
Setiawan, Aziz Budi, “Perbankan Syariah; Challenges dan Opportunity Untuk
Pengembangan di Indonesia”. Jurnal Kordinat. Edisi:Vol.VIII No.1. 2006.
Sutrisno. “The Effects of Financing and Risks on The Performance of Islamic
Bank : Empirical Evidence From Indonesian Islamic Bank”. Business and
Management Research Journal. Vol. 6 No.3. 2016.
135
C. Laporan
Laporan Statistika Perbankan Syariah, Bank Indonesia dan Otoritas Jasa
Keuangan Januari 2011 sampai September 2016.
Laporan Statistika Inflasi Bank Indonesia.
Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 10/11/PBI/2008 Tentang SWBI
(Sertifikat Bank Indonesia Syariah).
Peraturan Bank Indonesia PBI No.9/9/PBI/2007 Tentang Penilaian Kualitas
Aktiva Bank Umum Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip
Syariah.
D. Website
www.bi.go.id
www.bps.go.id
www.google.com
www.ojk.go.id
http://www.tribunnews.com/
136
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Data Variabel Penelitian
1. Variabel Independen
a. Dana pihak Ketiga (DPK)
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Januari 75.814 116.518 148.731 177.930 210.761 229.094
Februari 75.085 114.616 150.795 178.154 210.297 231.820
Maret 79.651 119.639 156.964 180.945 212.988 232.657
April 79.567 114.018 158.519 185.508 213.973 233.808
Mei 82.861 115.206 163.858 190.783 215.339 238.366
Juni 87.025 119.279 163.966 190.470 213.477 241.336
Juli 89.786 121.018 166.453 194.299 216.083 243.184
Agustus 92.021 123.673 170.222 195.959 216.356 244.843
September 97.756 127.678 171.701 197.141 219.313 263.522
Oktober 101.804 134.453 174.018 207.121 219.478 264.678
November 105.330 138.671 176.292 209.644 220.635 270.480
Desember 115.415 147.512 183.534 217.858 231.175
BULANTAHUN
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
b. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Januari 20,23 16,27 15,29 16,76 14,16 15,11
Februari 15,17 15,91 15,20 16,71 14,38 15,44
Maret 16,57 15,33 14,30 16,20 14,43 14,90
April 19,86 14,97 14,72 16,68 14,06 15,43
Mei 19,58 13,40 14,28 16,85 14,29 14,78
Juni 15,92 16,12 14,30 16,21 14,09 14,72
Juli 15,92 16,12 15,28 15,62 14,47 14,86
Agustus 15,83 15,63 14,71 14,73 15,05 14,87
September 16,18 14,98 14,19 14,54 15,15 15,43
Oktober 15,30 14,54 14,19 15,25 14,96 15,27
November 14,88 14,82 12,23 15,66 15,31 15,78
Desember 16,63 14,13 14,42 16,10 15,02
TAHUNBULAN
137
c. Non Performing Financing (NPF)
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Januari 3,28 2,68 2,49 3,01 4,87 4,14
Februari 3,66 2,82 2,72 3,53 5,10 4,19
Maret 3,60 2,76 2,75 3,22 4,81 4,35
April 3,79 2,85 2,85 3,48 4,62 4,31
Mei 3,76 2,93 2,92 4,02 4,76 4,81
Juni 3,55 2,88 2,64 3,90 4,73 4,33
Juli 3,75 2,92 2,75 4,31 4,36 4,22
Agustus 3,53 2,78 3,01 4,58 4,31 4,26
September 3,50 2,74 2,80 4,67 4,24 3,85
Oktober 3,11 2,58 2,96 4,58 4,23 3,88
November 2,74 2,50 3,08 4,86 4,10 3,80
Desember 2,52 2,22 2,62 4,33 3,72
TAHUNBULAN
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
d. Biaya Operasional dan Pembiyaan Operasional (BOPO)
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Januari 75,75 86,22 70,43 80,05 92,54 86,94
Februari 79,56 78,39 72,06 83,77 91,65 83,72
Maret 77,63 77,77 72,95 91,90 92,78 84,47
April 78,78 77,77 73,95 84,50 93,79 86,82
Mei 79,05 76,24 76,87 76,49 93,53 87,37
Juni 77,35 75,74 76,18 71,76 94,22 85,68
Juli 76,59 75,87 76,13 79,80 87,41 85,74
Agustus 77,65 75,89 77,87 81,20 86,84 85,87
September 77,54 75,44 77,98 82,39 86,51 85,29
Oktober 78,03 75,04 79,06 75,61 86,36 84,89
November 77,92 75,29 78,59 93,50 86,40 84,34
Desember 78,41 74,97 78,21 79,28 88,61
BULANTAHUN
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
138
e. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Januari 3.968 10.663 4.709 5.253 8.050 6.275
Februari 3.659 4.243 5.103 5.331 9.040 7.188
Maret 5.87 6.668 5.611 5.843 8.810 6.994
April 4.15 3.825 5.343 6.234 9.130 7.683
Mei 3.879 3.644 5.423 6.234 8.858 7.225
Juni 5.011 3.936 5.443 6.782 8.458 7.470
Juli 5.214 3.036 4.640 5.880 8.163 8.130
Agustus 3.647 2.918 4.299 6.514 8.585 8.947
September 5.885 3.412 4.523 6.450 7.720 9.442
Oktober 5.656 3.321 5.213 6.680 7.192 10.335
November 6.447 3.242 5.107 6.530 6.495 11.042
Desember 9.244 4.993 6.699 8.130 6.280
TAHUNBULAN
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
f. Inflasi
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Januari 7,02 3,65 4,57 8,22 6,96 4,14
Februari 6,84 3,56 5,31 7,75 6,29 4,42
Maret 6,65 3,97 5,90 7,32 6,38 4,45
April 6,16 4,50 5,57 7,25 6,79 3,60
Mei 5,98 4,45 5,47 7,32 7,15 3,33
Juni 5,54 4,53 5,90 6,70 7,26 3,45
Juli 4,61 4,56 8,61 4,53 7,26 3,21
Agustus 4,79 4,58 8,79 3,99 7,18 2,79
September 4,61 4,31 8,40 4,53 6,83 3,07
Oktober 4,42 4,61 8,32 4,83 6,25 3,31
November 4,15 4,32 8,37 6,23 4,89 3,58
Desember 3,79 4,30 8,38 8,36 3,35
TAHUNBULAN
Sumber : Bank Indonesia (BI)
139
1. Variabel Dependen
a. Financing To Deposit Ratio (FDR)
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Januari 91,97 87,27 100,63 100,07 93,60 98,85
Februari 95,16 90,49 102,17 102,03 93,94 97,10
Maret 93,22 91,20 102,62 102,22 94,24 98,04
April 95,17 95,39 103,08 95,50 94,18 96,71
Mei 94,88 97,95 102,08 99,43 94,69 94,10
Juni 94,93 98,59 104,43 100,80 96,52 95,67
Juli 94,18 99,91 104,83 99,89 102,42 94,44
Agustus 98,39 101,03 102,53 98,99 102,17 93,28
September 94,97 102,10 103,27 99,71 101,25 93,36
Oktober 95,24 100,84 103,03 98,99 100,76 93,57
November 94,40 101,19 102,58 94,62 101,79 92,65
Desember 88,94 100,00 100,32 91,50 98,44
TAHUNBULAN
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Lampiran 2 : Tabel Model Summary, Anova dan Coefficients
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error
of the
Estimate
Durbin-
Watson
1 ,847a
,717 ,691 2,26152 ,926
Sumber : Data diolah
140
Uji t (parsial)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
t Sig
B Std. Error
(constant)
LnDPK
CAR
NPF
BOPO
SBIS
Inflasi
22,972
8,488
-,511
-,537
-,153
-,001
,743
16,015
1,197
,250
,538
,074
,000
,168
1,434
7,092
-2,046
-,997
-2,057
-6,943
4,432
,156
,000
,045
,322
,044
,000
,000
Sumber: data diolah
Uji F (simultan)
ANOVAa
Model Sum of
Square
Df Mean
Square
F Sig.
1 Regression
Residual
Total
831,342
327,325
1158,667
6
64
70
138,557
5,114
27,091 ,000b
141
Lampiran 3 : Uji Normalitas
Sumber : Hasil Olah Data
Sumber : Hasil Olah Data
142
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 71
Normal Parametersa,b Mean 0E-7
Std. Deviation 2.16242292
Most Extreme Differences
Absolute .074
Positive .060
Negative -.074
Kolmogorov-Smirnov Z .626
Asymp. Sig. (2-tailed) .829
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Hasil Olah Data
Lampiran 4 : Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model
Collinearity statistics
Tolerance VIF
(constant)
LnDPK
CAR
NPF
BOPO
SBIS
Inflasi
,407
,713
,416
,356
,431
,945
2,456
1,403
2,404
2,805
2,321
1,059
Sumber: data diolah
143
Lampiran 5 : Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 ,847a
,717 ,691 2,26152 ,926
a. Predictors: (Constant), Inflasi, LnDPK, NPF, SBIS, CAR, BOPO
b. Dependent Variable: FDR
Sumber : Hasil Olah Data
Lampiran 6 : Uji Heterokedastisitas
Sumber: Hasil Olah Data
144
Lampiran 7 : Tabel Persentase Distribusi F untuk α = 0,05
145
Lampiran 8 : Tabel t