pengaruh pertumbuhan industri pengolahan dan upah …
TRANSCRIPT
28
28
PENGARUH PERTUMBUHAN INDUSTRI PENGOLAHAN DAN UPAH MINIMUM PROVINSI TERHADAP PENYERAPAN
TENAGA KERJA SEKTOR INDUSTRI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN
SKRIPSI
OLEH
INDO ACO
NIM 105710219615
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
2020
i
i
PENGARUH PERTUMBUHAN INDUSTRI PENGOLAHAN DAN UPAH MINIMUM PROVINSI TERHADAP PENYERAPAN
TENAGA KERJA SEKTOR INDUSTRI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN
SKRIPSI
INDO ACO
105710219615
Di ajukan untuk Memenuhi salah satu syarat Penelitian pada Program
Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR 2020
ii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya Ilmiah “Pengaruh Pertumbuhan Industri Pengolahan dan Upah
Minimum Provinsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Di
Provinsi Sulawesi Selatan” ini kupersembahkan kepada kepada kedua
orangtuaku yang tercinta ayahanda “Tangngi dan Ibunda Tahira” yang selalu
memberikan kasih sayang, doa serta dukungannya unutk semangat
menyelesaikan skripsi ini. Juga unutk saudara serta seluruh keluarga besar dan
teman-temanyang selalu memberikan dukungannya.
MOTTO HIDUP
“Untuk menjadi sukses bukanlah hal yang instan. Sukses butuh yang namanya
usaha. Setiap usaha kecil yang dilakukan harus dengan sepenuh hati, dan
jangan pernah berhenti untuk melakukan usaha tersebut sebelum kamu
mencapai tujuanmu”
iii
iv
v
vi
ABSTRAK
INDO ACO. 2020. Pengaruh Laju Pertumbuhan Industri Pengolahan dan Upah
Minimum Provinsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Di
Provinsi Sulawesi Selatan. Di bimbing oleh Abd. Rahman Rahim dan Ismail
Rasulong
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif yaitu merupakan
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh laju pertumbuhan industry
pengolahan, dan upah minimum provinsi terhadap penyerapan tenaga kerja
sektor industri di Provinsi Sulawesi Selatan. Adapun populasi seluruh data time
series (data deretan waktu) dari pengolahan industri dan upah minimum provinsi
(variabel independent), serta penyerapan tenaga kerja sektor industri (variabel
dependent) periode 2010-2018 sedangkan sampel yang digunakan yaitu seluruh
data dari pengolahan industri Industri dan Upah minimum provinsi (variabel
independen) serta Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri (variabel dependen)
lima tahun terakhir yaitu periode 2010-2018 Berdasarkan hasil penelitian dan
analisis regresi berganda maka kesimpulan dari penelitian ini adalah sektor
pengolahan industri berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja
industri dengan nilai (0,038 < 0,05) dan hasil dari T Hitung menunjukkan adanya
pengaruh positif, yang artinya industry pengolahan (X1) berpengaruh secara
signifikan terhadap Penyerapan tenaga kerja industry pengolahan (Y) di Sulawesi
Selatan. Dengan Demikian H1 dalam penelitian ini diterima sedangkan Upah
Minimum Provinsi (UMP) tidak berpengaruh signifikan terhadap penyerapan
tenaga kerja industry pengolahan di Provinsi Sulawesi Selatan terbukti dengan
nilai signifikansi pada uji coefficients (0,175< 0,05) dan nilai konstanta negative (-
1,190) menyatakan bahwa Upah Minimun Provinsi Berpengaruh negative
terhadap penyerapan tenaga kerja. Dengan demikian H2 dalam Penelitian ini
ditolak.
Kata Kunci: Pengolahan Industri, Upah Minimum Provinsi, Penyerapan Tenaga
Kerja
vii
ABSTRACT
INDO ACO. 2020. Effect of Growth Rate of Processing Industry and Minimum
Wages of Provinces on the Absorption of Industrial Sector Workers in South
Sulawesi Province. Guided by Abd. Rahman Rahim and Ismail Rasulong
This type of research uses quantitative research which is a study that aims
to determine the effect of the growth rate of the processing industry, and the
provincial minimum wage on employment in the industrial sector in South
Sulawesi Province. The population of all time series data (time series data) from
industrial processing and provincial minimum wages (independent variable), and
the absorption of industrial sector workers (dependent variable) period 2010-2018
while the sample used is all data from industrial processing industry and wages
provincial minimum (independent variable) as well as Industrial Employment
Absorption (the dependent variable) in the last five years, namely the 2010-2018
period. Based on the results of research and multiple regression analysis, the
conclusion of this study is that the industrial processing sector has a significant
effect on the absorption of industrial labor with a value ( 0.038 <0.05) and the
results of the T Count indicate a positive influence, which means the processing
industry (X1) has a significant effect on the absorption of the manufacturing
industry (Y) in South Sulawesi. Thus H1 in this study was accepted while the
Provincial Minimum Wage (UMP) had no significant effect on the absorption of
the processing industry workforce in South Sulawesi Province as evidenced by
the significance value in the coefficients test (0.175 <0.05) and the negative
constant value (-1,190) states that the Provincial Minimum Wage has a negative
effect on employment. Thus H2 in this study was rejected.
Keywords: Industrial Processing, Provincial Minimum Wages, Labor
Absorption
viii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah segala puji hanya milik Allah Subhana wa Ta‟ala yang telah
memberikan limpahan nikmat, rahmat dan kasih sayang-Nya kepada penulis
selama ini. Hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh
Laju Pertumbuhan Sektor Industri Dan Upah Terhadap Penyerapan Tenaga
Kerja Sektor Industri Di Provinsi Sulawesi Selatan”. Salawat serta salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad Sallallahu „Alaihi
Wasallam, sang pembawa risalah islam, serta pembawa syafaat bagi ummatnya
dihari akhir kelak.
Skripsi ini dibuat sebagai tugas akhir mahasiswa untuk menyelesaikan
studi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis guna memperoleh gelar sarjana
ekonomi sekaligus melatih kecakapan mahasiswa dalam mmengangkat dan
mengembangkan ide dalam bentuk penulisan.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang tulus
memberikan doa, saran dan kritik yang membangun sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan. Apresiasi dan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang
telah berpartisipasi dalam penelitian ini. Semoga menjadi amal kebaikan dan
dibalas oleh Allah Subhana wa Ta‟ala dengan balasan yang lebih baik. Oleh
karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Orang tua tercinta, Ayahanda Tangngi dan Ibunda Tahira atas doa,
pengorbanan, usaha serta kasih sayang yang tidak terbatas kepada penulis
ix
hingga saat ini. Yang tak kenal lelah, mendidik, membimbing, memotivasi
dan mendukung dengan penuh ketulusan untuk keberhasilan penulis.
Semoga Allah Subhana wa Ta’ala selalu menyayangi keduanya
sebagaimana keduanya menyayangi penulis.
2. Bapak Prof. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, SE., MM. selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar serta seluruh jajaran yang senantiasa
mencurahkan dedikasinya dengan penuh keikhlasan dalam rangka
pengembangan mutu dan kualitas Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Ismail Rasulong, SE., MM., Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Ibu Hj. Naidah, SE., M.Si., selaku Ketua Program Studi Ekonomi
Pembangunan Universitas Muhammadiyah Makassar
5. Bapak Prof. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, SE., MM selaku Pembimbing I dan
Bapak Ismail Rasulong, SE., MM., selaku Pembimbing II yang senantiasa
meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga
Skripsi selesai dengan baik.
6. Para Dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis khususnya Jurusan Ekonomi
pembangunan yang telah membantu penulis selama proses perkuliahan
dan dengan ikhlas mengamalkan ilmunya kepada penulis.
7. Seluruh staf bagian akademik dan tata usaha Fakultas Ekonomi dan Bisnis
atas bantuannya dalam pelayanan administrasi.
8. Terimah kasih kepada Bapak Mansyur Madjang, SE, M.Si selaku Kepala
Pimpinan BPS Provinsi Sulawesi Selatan beserta staf atas ijin dan telah
banyak membantu penulis dalam pengumpulan data selama proses
penelitian.
x
9. Dan untuk adik adikku Tuti Analiah dan Muhammad Akram terima kasih
sudah memberikan semangat untuk mngerjakan skripsi.
10. Sepupu ku (jusni, yuli, herman, sinta ,novri ) yang selama ini turut dalam
memberikan hiburan, arahan, serta support nya.
11. Teman teman IESP.3.15. Teman seperjuangan (Nurhalisa, Muba Arfiani,
Riska Aprilia, Kawulan Sakinah, Besse Sulfiani Akil, A.Resky Ananda,
Harfinayanti syam ), Hariani .dan teman teman yang luar biasa. Terimakasih
atas kebersamaannya selama kurang lebih 4 tahun. Semoga tetap saling
komunikasi.
12. M.Irsan Nugraha, Eka sri wijayani, Kesti ria hastuti ,uci asriani, Firman,
Nurfadillah yang selalu memberikan support, dan motivasi kepada penulis
sehingga bisa menyelesaikan skripsi dengan baik.
13. Semua pihak yang tidak sempat disebutkan satu persatu, yang banyak
memberikan bantuan, baik moril maupun materil dalam penyelesaian skripsi.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis berharap skripsi ini
dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan, dan dapat djiadikan
referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya. Penulis juga sangat
menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya oleh karena itu,
kepada semua pihak utamanya para pembaca yang budiman, penulis
senantiasa mengharapkan saran dan kritiknya demi kesempurnaan skripsi
ini.
xi
Mudah-mudahan skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Billahi Fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Makassar, 8 Februari 2020
Penulis
xii
DAFTAR ISI
SAMPUL .......................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... ii
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ v
SURAT PERNYATAAN ................................................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................ vii
ABSTRACT ...................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 5
1. Teoritis ...................................................................................... 5
2. Praktis....................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 7
A. Tinjauan Teori Industri ................................................................... 7
B. Upah ............................................................................................... 10
C. Penyerapan Tenaga Kerja ............................................................. 13
D. Penelitian Terdahulu ...................................................................... 15
E. Kerangka Pikir ................................................................................ 17
F. Hipotesis ......................................................................................... 18
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................... 19
A. Jenis Penelitian .............................................................................. 19
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 19
C. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ............................... 20
xiii
D. Populasi dan Sampel ..................................................................... 21
E. Teknik Pengumpulan Data............................................................. 22
F. Teknik Analisis Data....................................................................... 22
G. Rancangan Analsis Data ............................................................... 25
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 29
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................. 29
B. Deskripsi Variabel Penelitian ......................................................... 33
C. Hasil Penelitian .............................................................................. 38
D. Pembahasan .................................................................................. 46
KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 50
A. Kesimpulan ..................................................................................... 50
B. Saran .............................................................................................. 51
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 52
LAMPIRAN ...................................................................................................... 54
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Upah Minimum Prov. Sulawesi Selatan Tahun 2010 – 2018 ....... 4
Tabel 4.1 Jumlah Sektor Industri Pengolahan Tahunan Provinsi Sulawesi
Selatan 2010 – 2018 (persen) ......................................................... 34
Tabel 4.2 Upah Minimum Prov. Sulawesi Selatan Tahun 2010 – 2018 ....... 36
Tabel 4.3 Jumlah Angkatan Kerja Industri Pengolahan di Provinsi Sulawesi
Selatan Tahun 2010 – 2018 ........................................................... 38
Tabel 4.4 Uji Multikolinearitas .......................................................................... 40
Tabel 4.5 Uji Autikorelasi ................................................................................. 41
Tabel 4.6 Uji T .................................................................................................. 43
Tabel 4.7 Koefisien Determinasi ...................................................................... 44
Tabel 4.8 Uii Regresi Linear Beganda ............................................................. 45
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Penelitian ......................................................................... 18
Gambar 4.1 Uji Normalitas Probability Plot ..................................................... 39
Gambar 4.2 Uji Heteroskedastitas ................................................................... 42
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Tinjauan Empiris
Data Penelitian
Titik Persentase Distribusi t (df = 1-40)
Hasil Pengolahan Data Penelitian SPSS Versi 20
Dokumentasi Penelitian
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses pembangunan ekonomi harus sejalan dengan pertumbuhan
ekonomi yang dikuti dengan perubahan (growth plus change) jumlah
kebutuhan ekonomi masyarakat. Beberapa diantaranya adalah: Pertama,
perubahan struktur ekonomi: dari pertanian menuju industri atau jasa. Kedua,
perubahan kelembagaan baik lewat regulasi maupun reformasi kelembagaan
itu sendiri. Potensi ekonomi suatu daerah menggambarkan sejauhmana
berbagai sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki suatu
daerah memiliki kekuatan dalam memberikan kontribusi produktif terhadap
pembangunan ekonomi. Sumber daya alam (SDA) meliputi pertanian,
perikanan/kelautan, dan pertambangan. Sedangkan potensi sumber daya
manusia (SDM), selain dalam jumlah penduduk juga jumlah pekerja.
Sektor industri sangat banyak mengambil bahan baku dari sektor
primer dan mengubahnya menjadi produk pengguna akhir. Contoh bisnis
sektor industri termasuk produsen mobil, perusahaan elektronik, industri
tekstil, sektor energy terbarukan, industri farmasi ataupun obat-obatan dan
yang terakhir adalah manufaktur kedirgantaraan. Ekonomi menganggap
bahwa sektor industri yang kuat menjadi tanda perekonomian berfungsi
dengan baik dengan PDB (produk domestik bruto) yang tinggi dan kualitas
hidup yang tinggi.
Kegiatan Industri Pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang
melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar (berdaya jual rendah)
2
secara mekanis maupun teknis, kimia, atau dengan tangan (secara manual)
sehingga menjadi barang jadi/setengah jadi yang telah memiliki nilai manfaat
dan nilai jual. Salah satu yang termaksud dalam kegiatan ini adalah jasa
industri/makloon, perakitan baru maupun pekerjaan perakitan (assembling).
Terdapat banyak sekali hasil industri yang tidak hanya berupa barang,
tetapi juga dalam bentuk jasa.. Pada proses kegiatan pengolahan industri
bahan baku disediakan oleh pihak lain sedangkan pihak pengolah hanya
melakukan pengolahannya dengan mendapat imbalan sejumlah uang atau
barang sebagai balas jasa (upah makloon), misalnya perusahaan meubel
yang melakukan kegiatan pengolahan kayu dari yang bernilai jual rendah
dijadikan hasil produk berupa lemari, kursi ataupun meja makan yang
tentunta telah memiliki nilai jual lebih tinggi dari sebelum dilakukan
pengolahan (Fatmawati, 2014).
Perusahaan atau usaha industri adalah suatu unit (kesatuan) usaha
yang melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilkan barang atau jasa
yang bernilai jual dan manfaat, memiliki lokasi usaha sebagai sentral usaha,
dan mempunyai catatan administrasi tersendiri mengenai produksi dan
struktur biaya serta yang paling penting adalah terdapat seorang atau lebih
yang bertanggung jawab terhadap usaha tersebut.
Industri Kecil adalah perusahaan industri yang memiliki karyawan kerja
berkisar antara 5-19 orang.
Industri Mikro adalah perusahaan industri yang tenaga kerjanya kurang
dari 5 orang.
kategorisasi perusahaan industri pengolahan tidak lain hanya
didasarkan kepada banyaknya karyawan yang melakukan pekerjaan, tanpa
3
memperhatikan bagaimana sarana dan prasarana yang digunakan oleh
perusahaan dalam melakukan pengolahan produksinya (Fahmi, 2013).
Jumlah tenaga kerja adalah banyaknya pekerja/karyawan kerja baik pekerja
yang dibayar maupun pekerja yang tidak dibayar yang tentunya telah terikat
oleh kontrak kerja dan juga durasi waktu bekerja, apakah setahun, sebulan
maupun setahun.
Pekerja Produksi adalah pekerja yang langsung bekerja dalam proses
produksi atau berhubungan dengan itu, termasuk pekerja yang langsung
mengawasi proses produksi, mengoperasikan mesin, mencatat bahan baku
yang digunakan dan barang yang dihasilkan (Sohartono, 2011). Adapun
pekerja lain adalah pekerja yang bekerja diluar kegiatan produksi, pekerja ini
biasanya sebagai pekerja pendukung perusahaan, seperti manager (bukan
produksi), kepala tim personalia, sekretaris, admiistrator, pihak keamanan,
sopir perusahaan, distributor tidak lansung dan lain-lain.
Selain sektor industri, permintaan tenaga kerja sangat dipengaruhi
oleh tingkat upah. Selama ini masalah upah sering timbul karena adanya
perbedaan pengertian dan kepentingan mengenai upah antara pengusaha
dan pekerja. Sehingga dalam hal ini diperlukan kebijakan pemerintah untuk
mengatasi perbedaan kepentingan tersebut. Adanya peningkatan
pendapatan masyarakat akan meningkatkan akan barang dan jasa yang
mendorong perusahaan untuk berkembang.
4
Tabel 1.1 Upah Minimun Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2010-2018
No. Tahun Upah Minimun Provinsi (UMP)(Rp)
1. 2010 Rp. 1.000.000
2. 2011 Rp. 1.100.000
3. 2012 Rp. 1.200.000
4. 2013 Rp. 1.440.000
5. 2014 Rp.1.800.000
6. 2015 Rp.2.000.000
7. 2016 Rp.2.250.000
8. 2017 Rp. 2.435.000
9. 2018 Rp.2.647.767
Sumber: Data Badan Pusat Statistik Provinsi SulSel, 2019
Tabel 1.1 Berdasarkan tabel diatas tingkat Upah Minimun Di Provinsi
Sulawesi selatan pada tahun 2010-2018 mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Upah minimum provinsi (UMP) pada tahun 2017 sudah tercatat
menembusRp 2.647.767 seiring dengan meningkatnya harga kebutuhan
pokok yangsemakin naik. Peningkatan upah ini berdasarkan dengan
kebijakan pemerintah setiap tahunnya. Kebijakan pemerintah untuk
meningkatkan upah sudah disesuaikan dengan perekonomian di provinsi
Sulawesi selatan. Dan semoga dengan peningkatan upah ini bisa
meningkatkan semangat kerja para pekerja dan bisa meningkatkan
penghidupan yang layak.
Penyerapan tenaga kerja juga tidak lepas dari peranan pemerintah
sebagai penyusun kebijakan untuk mendukung investasi yang baik, standar
pendapatan untuk kesejahteraan tenaga kerja dan strategi-strategi yang
dilakukan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Kebijakan
pemerintah dalam menetapankan upah minimum menjadi alasan bagi
5
pengusaha untuk lebih memilih industri yang padat modal.
Berdasarkan latar belakang di atas maka dilakukan penelitian dengan
judul “Pengaruh Pertumbuhan Industri Pengolahan, dan Upah Minimum
Provinsi (UMP) Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri di
Provinsi Sulawesi Selatan”.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
penelitian sebagai berikut.
1. Apakah pertumbuhan industri pengolahan berpengaruh terhadap
penyerapan tenaga kerja sektor industri di provinsi Sulawesi selatan?
2. Apakah peningkatan Upah Minimum Provinsi (UMP) berpengaruh
terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industrI di provinsi Sulawesi
selatan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka dapat dikemukakan tujuan
penelitian yaitu:
1. Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan industrI pengolahan terhadap
penyerapan tenaga kerja sektor industry di provinsi Sulawesi selatan
2. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pertumbuhan Upah Minimum
ProvinsI terhadap penyerapan tenaga kerja sector industry di provinsi
Sulawesi selatan.
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Secara akademis hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai
suatu karya ilmiah yang dapat menunjang perkembangan ilmu
6
pengetahuan dan sebagai bahan masukan yang mendukung bagi peneliti
maupun pihak lain yang tertarik dalam bidang penelitian yang sama
2. Praktis
Secara praktis hasil penelitian diharapkan sebagai bahan
masukan dan pertimbangan bagi pihak pemerintah provinsi Sulawesi
selatan dalam upaya meningkatkan kesempatan penyerapan tenaga kerja
terhadap sektor industri,dan upah
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori Industri
1. Pengertian Industri
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah
atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah
untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga
reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang,
tetapi juga dalam bentuk jasa. Dalam istilah ekonomi, industri juga
mempunyai dua pengertian yaitu pengertian secara luas dan pengertian
secara sempit, dalam pengertian secara luas, industri mencakup semua
usaha dan kegiatan di bidang ekonomi yang bersifat produktif, sedangkan
pengertian secara sempit, industri adalah suatu kegiatan yang mengubah
suatu barang jadi atau barang setengah jadi.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) industri adalah suatu kegiatan
ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah barang jadi nilainya dan
barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih.
a. Klasifikasi Industri
Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), penggolongan industri
dibagi atas empat golongan dengan didasarkan atas banyaknya jumlah
tenaga kerja. Empat golongan yaitu:
1) Industri Besar, yaitu industri yang menggunakan mesin dengan
jumlah tenaga kerja 100 orang atau lebih.
2) Industri Sedang, yaitu industri yang menggunakan mesin dengan
7
8
jumlah tenaga kerja 20-99 orang
3) Industri Kecil, yaitu industri yang menggunakan mesin dengan jumlah
tenaga kerja 5-19 orang.
4) Industri Rumah Tangga, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja 1-4
orang.
b. Jenis-Jenis Industri
1) Industri berdasarkan tempat bahan baku
a) Industri ekstraktif adalah industri yang bahan bakunya diambil
langsung dari alam sekitar
b) Industri nonekstraktif adalah industri yang bahan bakunya didapat
dari tempat lain selain alam sekitar.
c) Industri fasilitatif adalah industri yang produk utamanya adalah
d) berbentuk jasa yang dijual kepada para konsumennya.
2) Industri berdasarkan besar kecil modal
a) Industri padat modal adalah industri yang dibangun dengan modal
yang jumlahnya besar untuk kegiatan operasional maupun
pembangunannya.
b) Industri padat karya adalah industri yang lebih menitik beratkan
pada sejumlah besar tenaga kerja atau pekerja dalam
pembangunan serta pengoperasiannya.
3) Industri berdasarkan produktivitas perorangan
a) Industri primer adalah industri yang barang-barang
produksinyabukan hasil olahan langsung ataupun tanpa diolah
terlebih dahulu.
b) Industri sekunder adalah industri bahan mentah diolah sehingga
9
menghasilkan barang-barang untuk diolah kembali.
c) Industri tersier adalah industri yang produk atau barangnya berupa
layanan jasa.
c. Laju Pertumbuhan Sektor Industri
Industri mempunyai peranan sebagai sektor pemimpin (leading
sector). Peranan sektor pemimpin dalam kaitannya dengan keberhasilan
sebuah pembangunan adalah dengan adanya pembangunan industri,
maka diharapkan akan dapat memacu dan mendorong pembangunan
sektor-sektor lainnya. Pertumbuhan industri yang cukup cepat akan
mendorong adanya perluasan peluang kerja yang pada akhirnya akan
meningkatkan pendapatan dan permintaan masyarakat (daya beli).
Adanya peningkatan dan daya beli (permintaan) tersebut menunjukkan
bahwa perekonomian itu tumbuh dan sehat.
Laju pertumbuhan sektor industri mengacu pada teori
pertumbuhan ekonomi regional dimana menyangkut perkembangan
berdimensi tunggal dan diukur dengan meningkatnya hasil produksi
(output) dan pendapatan.
Pertumbuhan industri yang cukup cepat akan mendorong adanya
perluasan peluang kerja yang pada akhirnya akan meningkatkan
pendapatan dan permintaan masyarakat (daya beli). Adanya peningkatan
dan daya beli (permintaan) tersebut menunjukkan bahwa perekonomian
itu tumbuh dan sehat.
10
B. Upah
1. Pengertian Upah
Upah merupakan salah satu alat motivator untuk meningkatkan
produktivitas kerja karena upah merupakan imbalan yang akan diterima
seseorang setelah bekerja, makin tinggi upah akan membuat karyawan
meningkat produktivitas kerjanya. Upah yang dimaksud disini adalah balas
jasa yang berupa uang atau jasa lain yang diberikan lembaga atau organisasi
perusahaan kepada pekerjanya. Pemberian upah atau balas jasa ini
dimaksudkan untuk menjaga keberadaan karyawan di perusahaan, menjaga
semangat kerja karyawan dan tetap menjaga kelangsungan hidup
perusahaan yang akhirnya akan memberi manfaat kepada masyarakat.
Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari Pengusaha
kepada buruh untuk sesuatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan
dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan
menurut sutau persetujuan, atau peraturan perundang-undangan, dan
dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pengusaha dengan
buruh, termasuk tunjangan baik untuk buruh sendiri maupun keluarganya
(Peraturan Pemerintah No 8 Tahun 1981 Tentang Perlindungan Upah).
Upah yang diberikan oleh para pengusaha secara teoritis dianggap
sebagai harga dari tenaga yang dikorbankan pekerja untuk kepentingan
produksi. Sehubungan dengan hal itu maka upah yang diterima pekerja dapat
dibedakan dua macam yaitu:
a. Upah Nominal
Upah Nominal yaitu sejumlah upah yang dinyatakan dalam
bentukuang yang diterima secara rutin oleh para pekerja.
11
b. Upah Riil
Upah Riil adalah kemampuan upah nominal yang diterima oleh
para pekerja jika ditukarkan dengan barang dan jasa yang diukur
berdasarkan banyaknya barang dan jasayang bisa didapatkan dari
pertukaran tersebut.
2. Teori Upah Tenaga Kerja
Upah dan pembentukan harga upah tenaga kerja akan dikemukakan
beberapa teori yang menerangkan tentang latarbelakang terbentuknya harga
upah tenaga kerja.
a. Teori Upah Wajar (alami) dari David Ricardo
Tingkat upah sebagai balas jasa bagi tenaga kerja merupakan
harga yang diperlukan untuk mempertahankan dan melanjutkan
kehidupan tenaga kerja. Ricardo juga menyatakan bahwa perbaikan upah
hanya ditentukan oleh perbuatan dan perilaku tenaga kerja sendiri dan
pembentukan upah sebaiknya diserahkan kepada persaingan bebas di
pasar. Teori ini menerangkan:
1) Upah menurut kodrat upah adalah yang cukup untuk
pemeliharaanhidup pekerja dengan keluarganya.
2) Di pasar akan terdapat upah menurut harga pasar adalah upah yang
terjadi di pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran. Upah
harga pasar akan berubah disekitar upah menurut kodrat.
Oleh para ahli ekonomi modern, upah kodrat dijadikan batas
minimum dari upah kerja.
12
b. Teori Upah Besi
Teori upah ini dikemukakan oleh Ferdinand Lassalle. Penerapan
sistem upah kodrat menimbulkan tekanan terhadap kaum buruh, karena
kita ketahui posisi kaum buruh dalam posisi yang sulit untuk menembus
kebijakan upah yang telah ditetapkan oleh para produsen. Berhubungan
dengan kondisi tersebut maka teori ini dikenal dengan istilah “Teori Upah
Besi”. Untuk itulah Lassalle menganjurkan untuk menghadapi kebijakan
para produsen terhadap upah agar dibentuk serikat pekerja.
c. Malthus
Malthus merupakan salah satu seorang tokoh klasik yang
meninjau upah dalam kaitannya dengan perubahan penduduk. Menurut
Malthus, jumlah penduduk merupakan faktor strategis yang dipakai untuk
menjelaskan berbagai hal. Malthus menyatakan bila penduduk
bertambah, penawaran tenaga kerja juga bertambah sehingga dapat
menekan tingkat upah. Demikian juga sebaliknya, tingkat upah akan
meningkat jika penawaran tenaga kerja berkurang akibat jumlah
penduduk yang menurun.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa hubungan upah
dengan penyerapan tenaga kerja memiliki dua sisi yaitu upah
dapatmenurunkan penyerapan tenaga kerja dan kenaikan upah juga
dapat menaikan penyerapan tenaga kerja. Upah yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah imbalan dari pengusaha kepada buruh untuk sesuatu
pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan yang dinyatakan
dalam rupiah.
13
C. Penyerapan Tenaga kerja
1. Pengertian penyerapan tenaga kerja
Penyerapan tenaga kerja merupakan suatu jumlah kuantitas tertentu
dari tenaga kerja yang digunakan oleh suatu sektor atau unit usaha tertentu.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tenaga kerja merupakan jumlah riil dari tenaga
kerja yang dikerjakan dalam unit usaha.
Daya serap tenaga kerja merupakan suatu model permintaan suatu
unit usaha terhadap tenaga kerja dalam pasar kerja yang dipengaruhi oleh
tingkat upah yang berlaku. Tingkat upah yang berlaku ini juga mempengaruhi
kekuatan perusahaan dalam menyerap tanaga kerja dari pasar. Kekuatan
terhadap permintaan tenaga kerja tersebut dipengaruhi oleh faktor eksternal
dan faktor internal dari usaha tersebut.
Semakin sempit daya serap sektor modern terhadap perluasan
kesempatan kerja telah menyebabkan sektor tradisional menjadi tempat
penampungan angkatan kerja. lapangan kerja terbesar yang dimiliki
Indonesia berada pada sektor informal. Hal ini disebabkan sektor informal
mudah dimasuki oleh para pekerja karena tidak banyak memerlukan modal,
kepandaian dan keterampilan.
2. Pasar Tenaga Kerja
Pasar tenaga kerja adalah keseluruhan aktivitas dari pelaku-pelaku
yang memperteukan pencari kerja dan lowongan pekerjaan. Pelaku-pelaku
ini terdiri dari pengusaha, pencari kerja, serta perantara atau pihak ketiga
yang memberikan kemudahan bagi pengusaha dan pencari kerja untuk saling
berhubungan.
Proses memepertemukan pencari kerja ternyata memerlukan waktu
14
lama. Dalam proses ini, baik pencari kerja maupun pengusaha diharapkan
pada suatu kenyataan sebagai berikut (Payaman J. Simanjuntak, 2001) :
a. Pencari kerja mempunayi tingkat pendidikan, keterampilan, kemampuan
dan sikap yang berbeda
b. Setiap perusahaan menghadapi lingkungan yang berbeda: Iuran(output),
masukan (input), manajamen, teknologi, pasar, dll, sehingga mempunyai
kemampuan yang berbeda dalam memberikan tingkat upah, jaminan
sosial dan lingkungan pekerjaan.
c. Baik pengusaha maupun pencari kerja sama-sama mempunyai informasi
yang terbatas mengenai hal-hal yang dikemukakan dalam butir (a) dan
(b).
3. Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja
Permintaan tenaga kerja berkaitan dengan jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan oleh perusahaan atau instansi tertentu. Biasanya permintaan
akan tenaga kerja ini dipengaruhi oleh perubahan tingkat upah dan
perubahan faktorfaktor lain yang mempengaruhi permintaan hasil output.
Semakin tinggi tingkat upah maka semakin kecil permintaan pengusaha
terhadap tenaga kerja.
Penawaran tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang dapat
disediakan oleh pemilik tenaga kerja pada setiap kemungkinan upah dalam
jangka waktu tertentu. Dalam teori klasik sumberdaya manusia (pekerja)
merupakan individu yang bebas mengarnbil keputusan untuk bekerja atau
tidak. Bahkan pekerja juga bebas untuk menetapkan jumlah jam kerja yang
diinginkannya. Teori ini didasarkan pada teori tentang konsumen, dimana
setiap individu bertujuan untuk. Memaksimumkan kepuasan dengan kendala
15
yang dihadapinya (Maimun Sholeh).
Permintaan dan penawaran tenaga kerja dalam sesuatu jenis
pekerjaan sangat besar peranannya dalam menentukan upah di sesuatu
jenis perusahaan. Di dalam sesuatu pekerjaan di mana terdapat penawaran
tenaga kerja yang cukup besar tetapi tidak banyak permintaan, upah untuk
mencapai tingkat yang rendah. Sebaliknya di dalam sesuatu pekerjaan di
mana terdapat penawaran tenaga kerja yang terbatas tetapi permintaannya
sangat besar, upah cenderung untuk mencapai tingkat yang tinggi (Sadono
Sukirno, 2003:369).
Jumlah orang yang bekerja tergantung dari besarnya permintaan
dalam masyarakat. Besarnya penempatan (jumlah orang yang bekerja atau
tingkat employment) dipengaruhi oleh faktor kekuatan penyediaan dan
permintaan tersebut. Selanjutnya, besarnya penyediaan dan permintaan
tenaga kerja dipengaruhi oleh tingkat upah. Apabila tingkat upah naik maka
jumlah penawaran tenaga kerja akan meningkat. Sebaliknya jika tingkat upah
meningkat maka permintaan tenaga kerja akan menurun (Payaman J.
Simanjuntak, 2001).
D. PenelitianTerdahulu
Untuk menunjang analisis dan landasan teori yang ada, maka diperlukan
penelitian terdahulu atau disebut dengan tinjauan empiris sebagai pelengkap dari
proposal tersebut. Berikut penelitian terdahulu:
Tri Astuti, Tadjuddin Parenta, Hamid Paddu (2014) dengan judul Peranan
Kegiatan Industri Pengelohan Terhadap Pencemaran Lingkungan Di Sulawesi
Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor-sektor industri pengolahan
kimia, logam dasar, dan barang dari logam merupakan penyebab pencemaran
16
terberat di Sulawesi Selatan pada tahun 2010, dan kasus ekonomi lingkungan di
Sulawesi Selatan cenderung mendekati hipotesis Haven.
Vanda Ningrum (2008) dengan judul Penanaman modal asing dan
penyerapan tenaga kerja di sektor industri. Dari data tersebut didapatkan
beberapa temuan, Pertama, Industri kimia dan farmasi adalah industri yang
memiliki nilai paling besar terhadap total PMA, yakni 26,88 persen dari total PMA,
namun memberikan sedikit kontribusi dalam penyerapan tenaga kerja. Kedua,
industri tekstil adalah industri yang paling besar menyerap tenaga kerja walaupun
memiliki nilai investasi kecil terhadap total PMA,sehingga industri tersebut
termasuk dalam kategori industri yang paling efisien.
Saparuddin M. (2011) dengan judul Dampak Industri Kecil dan Menengah
pada Kesempatan Kerja dan Pendapatan per Kapita. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: a) PDRB, investasi, pendidikan dan pelatihan, dan
kebijakan pemerintah signifikan mempengaruhi pertumbuhan industri kecil dan
menengah: b) PDRB, investasi, industri kecil dan menengah, dan kesempatan
kerja signifikan mempengaruhi pendapatan perkapita; c) PDRB, dan industri kecil
dan menengah, signifikan mempengaruhi kesempatan kerja.
Muhammad Hasan (2014) dengan judul Produktivitas Dan Elastisitas
Kesempatan Kerja Sektor Industri. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
produktivitas tenaga kerja dan elastisitas kesempatan kerja selama periode
pengamatan cenderung fluktuatif.
Paul SP Hutagalu (2013) dengan judul Analisis pengaruh upah minimum
dan inflasi terhadap kesempatan kerja sektor industri pengolahan besar dan
sedang di jawa tengah. Kaitannya dengan penelitian ini karena sama-sama
meneliti pengaruh tingkat upah minimum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
17
kenaikan upah UMP di jawa tengah paling signifikan terjadi pada tahun 1994,
yaitu mencapai 80% dari tahun 1993.
E. Kerangka Konsep
Pertumbuhan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai
kenaikan Produk Domestik Regional Bruto/ Pendapatan Nasional Bruto tanpa
memandang apakah kenaikan tersebut lebih besar atau lebih kecil dari tingkat
pertumbuhan penduduk atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau
tidak. Penduduk Sulawesi selatan bekerja di berbagai sektor perekonomian.
Setiap sektor mengalami laju pertumbuhan yang berbeda. Demikian pula dengan
kemampuan setiap sektor dalam menyerap tenaga kerja. Semakin tinggi tingkat
pertumbuhan ekonomi suatu sektor, maka semakin tinggi pertumbuhan
kesempatan kerja sektor tersebut.
Secara umum upah merupakan imbalan yang akan diterima seseorang
setelah bekerja, makin tinggi upah akan membuat karyawan meningkat
produktivitas kerjanya. Kuantitas tenaga kerja yang diminta akan menurun
sebagai akibat dari kenaikan upah. Upah dengan penyerapan tenaga kerja
mempunyai hubungan negatif. Apabila tingkat upah naik, hal ini akan mendorong
pengusaha untuk mengurangi penggunaan tenaga kerjanya yang relatif mahal
dengan input-input lain yang relatif lebih murah untuk mempertahankan
keuntungan perusahaan yang maksimum.
Berdasarkan asumsi-asumsi pada analisis pengaruh pertumbuhan
pengolahan industri, dan Upah Minimum Provinsi (UMP) terhadap penyerapan
tenaga kerja sektor industri di Provinsi Sulawesi selatan, maka dapat disusun
kerangka konsep sebagaimana dalam gambar di bawah ini.
18
Gambar 2.1
Kerangka Konsep
F. Hipotesis
Hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Diduga pertumbuhan industri pengolahan berpengaruh positif terhadap
penyerapan tenaga kerja sektor industri pengolahan Provinsi Sulawesi
Selatan.
2. Diduga Upah Minimum Provinsi (UMP) berpengaruh berpengaruh positif
terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri pengolahan Provinsi
Sulawesi Selatan.
Pertumbuhan Industri Pengolahan (X1)
Upah Minimum Provinsi (UMP)
(X2)
Penyerapan Tenaga Kerja
Sektor Industri (Y)
19
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Dengan metode
kuantitatif akan diperoleh signifikasi perbedaan kelompok atau signifikasi
hubungan antara variabel yang diteliti.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data time series,
dengan periode pengamatan tahun 1980-2011 (tiga puluh dua tahun). Data
sekunder digunakan untuk melengkapi data peneliti yang diperoleh dari terbitan
atau laporan suatu lembaga terkait. Data yang digunakan antara lain:
1. Pertumbuhan industri pengolahan Provinsi Selawesi Selatan
2. Upah Minimum Provinsi Sulawesi Selatan
3. Tenaga Kerja Sektor Industri pengolahan Provinsi Sulawesi Selatan.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data BPS
Provinsi Sulawesi Selatan
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Adapun lokasi penelitian adalah kota Makassar yang merupakan ibukota
Provinsi Sulawesi Selatan yaitu kantor Badan Pusat Statistik (BPS) dan instansi
terkaityang dianggap mewakili ruang lingkup penelitian. Adapun waktu penelitian
ini dilakukan dalam waktu 2 bulan, mulai bulan september hingga bulan oktober
2019.
19
20
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis variabel yaitu variabel bebas
(independent variable) dan variabel terikat (dependent variable).
a. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat.
b. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat karena adanya variabel bebas.
Adapun variabel bebas dalam penelitian ini yaitu Pertumbuhan
Industri Pengolahan dan Upah Minimum Provinsi (UMP). Sedangkan variabel
terikatnya yaitu penyerapan tenaga kerja sektor industri di Provinsi Sulawesi
Selatan.
2. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah batasan atau arti suatu variabel dengan
merinci hal yang harus dikerjakan oleh peneliti untuk mengukur variabel
tersebut. Definisi operasional dalam penelitian adalah sebagai berikut.
a. Industri Pengolahan (X1)
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan
mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang
memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan.
Pertumbuhan industri yang cukup cepat akan mendorong adanya
perluasan peluang kerja yang pada akhirnya akan meningkatkan
pendapatan dan permintaan masyarakat (daya beli). Adanya peningkatan
dan daya beli (permintaan) tersebut menunjukkan bahwa perekonomian
itu tumbuh dan sehat.
21
b. Upah Minimum Provinsi (X2)
Upah adalah imbalan yang akan diterima seseorang setelah
bekerja, makin tinggi upah akan membuat karyawan meningkat
produktivitas kerjanya. Data Upah yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah data upah minimum provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2010-
2018. Data diperoleh dari BPS Provinsi Sulawesi Selatan.
c. Penyerapan Tenaga Kerja (Y)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah penyerapan tenaga
kerja adalah merupakan suatu jumlah kuantitas tertentu dari tenaga kerja
yang digunakan oleh suatu sektor atau unit usaha tertentu.
Adapun menurut (Payaman J. Simanjuntak, 2001) Proses
mempertemukan pencari kerja ternyata memerlukan waktu lama. Dalam
proses ini, baik pencari kerja maupun pengusaha diharapkan mempunayi
tingkat pendidikan, keterampilan, kemampuan dan sikap yang berbeda.
Setiap perusahaan menghadapi lingkungan yang berbeda: Iuran (output),
masukan (input), manajamen, teknologi, pasar, dll, sehingga mempunyai
kemampuan yang berbeda dalam memberikan tingkat upah, jaminan sosial
dan lingkungan pekerjaan.
D. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2017) Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang diterapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.
22
Populasi juga dapat diartikan sebagai keseluriuhan elemen yang
menjadi perhatian dalam suatu penelitian. Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah seluruh data time series (data deretan waktu) dari Sektor
Industri dan Upah (variabel independent), serta Penyerapan Tenaga Kerja
Sektor Industri (variabel dependent) periode 2010-2018.
2. Sampel
Pengambilan sampel sebagian dari periode dari populasi yaitu seluruh
data dari Sektor Industri dan Upah (variabel independen) serta Penyerapan
Tenaga Kerja Sektor Industri (variabel dependen) sembilan tahun terakhir
yaitu periode 2010-2018.
E. Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
merupakan data yang diambil dari pihak lain atau merupakan data yang diolah
dari pihak kedua.
Metode pengumpulan data dan informasi yang berhubungan dengan
masalah dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi yaitu
pengumpulan data dengan cara mempelajari buku dan jurnal terbitan Pemerintah
Provinsi Sulawesi Selatan, dan BPS provinsi Sulawesi Selatan atau jurnal-jurnal
atau buku-buku yang membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
Penyerapan Tenaga Kerja yang mempunyai relevansi dengan masalah yang
diangkat dalam penelitian ini, yang diperoleh dengan mencari di perpustakaan.
F. Teknik Analisis
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menganalisis besarnya
hubungan dan pengaruh variabel independen yang jumlahnya dua atau lebih dari
23
dua terhadap variabel dependen. Kegunana regresi berganda untuk menguji
pengaruh antara variabel bebas/independen (pertumbuhan sektor industri, dan
upah) secara parsial maupun simultan terhadap variabel tidak bebas/terikat
(penyerapan tenaga kerja). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
pertumbuhan sektor industri dan upah, sedangkan variabel terikatnya adalah
penyerapan tenaga kerja sektor industri. Metode analisis ini menggunakan
program SPSS (statistic product and service solution). Adapun bentuk
persamaannya yaitu:
Y = α + β1X1 + β2X2 + e
Keterangan:
Y : Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri
X1 : Variabel industri pengolahan
X2 : Variabel Upah Minimum Provinsi
α : Konstanta
β1 : Koefisien industri pengolahan
β2 : Koefisien Upah Minimum Provinsi
e : Standar Error
1) Uji Penyimpangan Asumsi Klasik
Dalam penggunaan regresi, terdapat beberapa asumsi dasar yang
dapat menghasilkan estimator linear yang terbaik dari model regresi yang
diperoleh dari metode kuadrat terkecil biasanya dengan terpenuhinya asumsi
tersebut, maka hasil yang diperoleh dapat lebih akurat dan mendekati atau
sama dengan kenyataan (Hasan, 2008). Adapun asumsi-asumsi dasar itu
dikenal sebagai asumsi klasik, yaitu sebagai berikut:
24
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai
distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki
distribusi data normal atau mendekati normal. Salah satu metode untuk
mengetahui normalitas adalah dengan menggunakan metode analisis
grafik, baik dengan melihat grafik secara histogram ataupun dengan
melihat secara Normal Probability Plot. Normalitas data dapat dilihat dari
penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal pada grafik Normal
Probability Plot atau dengan melihat histogram dari residualnya.
b. Uji Multikolinieritas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Model yang baik
seharusnya tidak terjadinya korelasi yang tinggi diantara variabel bebas.
Torelance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak
dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai toleransi rendah
sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/tolerance) dan menujukkan
adanya kolinearitas yang tinggi. Nilai cotuff yang umum dipakai adalah
tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF diatas 10.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah model regresi adanya
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Salah satu metode analisis
untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah dengan melakukan
pengujian Run Test. Adapun dasar pengambikan keputusan dalam uji
25
Run Test ialah:
Jika niali Asymp.Sig (2-tailed) < 0,05 maka terjadi gejala autokorelasi.
Sebaliknya jika nilai Asymp.Sig (2-tailed) > 0,05 maka tidak terjadi
gejala autokorelasi
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedstiditas ditujukan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varianve dan residual suatu pengamatan ke
periode pengamatan lain. Ada beberapa metode yang digunakan untuk
mengidentifikasi ada tidaknya masalah heteroledastisitas. Beberapa
metode yang dapat digunakan ialah uji Scatterplots.
G. Rancangan Analisis Data
Untuk menguji dan menganalisis pengaruh industri pengolahan dan
tingkat upah minimum provinsi terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri
di provinsi sulawesi selatan. Uji Statistik yang digunakan dalam penelitian ini
antara lain Uji Koefisien Determinasi (Uji R2), Uji Koefisien Regresi Secara
Bersama-Sama (Uji F), dan Uji Koefisien Regresi Parsial (Uji-t).
1. Uji Statistik F (uji secara bersama-sama)
Uji F digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh secara
simultan atau secara bersama-sama yang diberikan terhadap variabel terikat.
Ada dua cara yang bisa digunakan sebagai acauan atau pedoman
untuk melakukan uji hipotesis dalam uji F. Pertama adalah membandingkan
nilai signifikasi (sig) atau nilai probalitas hasi output Anova. Kedua adalah
membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel. Dimana untuk nilai F
tabel dapat diperoleh dengan formula sebagai berikut
26
F tabel = k, n-k
Keterangan
n = Jumlah sampel
k = jumlah variabel independen
Adapun pengambian keputusan dengan melihat nilai signifikan (sig)
yaitu:
1. Jika nilai signifikan < 0.05, maka hipotesis diterima. Maka artinya
pertumbuhan sektor industri pengolahan (X1) dan upah minimum provinsi
(X2) sacara simultan berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja
sektor industri pengolahan (Y).
2. Jika nilai signifikan > 0.05 maka hipotesis ditolak. Maka artinya
pertumbuhan sektor industri pengolahan (X1) dan upah Minimum
provinsi (X2) secara simultan tidak berpengaruh terhadap penyerapan
tenaga kerja sektor industri pengolahan (Y).
Pengambian keputusan dengan melihat nilai F hitung dengan F tabel
1. Jika nilai F hitung > F tabel, maka hipotesis diterima. Maka artinya
pertumbuhan sektor industri pengolahan (X1) upah minimum provinsi (X2)
secara simultan berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja sektor
industri pengolahan (Y).
2. Jika nilai F hitung < F tabel, maka hipotesis ditolak. Maka artinya
pertumbuhan sektor industri pengolahan(X1) dan upah minimum provinsi
(X2) secara simultan tidak berpengaruh terhadap penyerapan tenaga
kerja sektor industri pengolahan (Y)..
27
2. Uji Statistik t (uji signifikansi secara individu)
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel
bebas secara sendiri-sendiri mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap
variabel terikat. Dengan kata lain untuk mengetahui apakah masing-masing
variabel bebas dapat menjelaskan perubahan yang terjadi pada variabel
terikat secara nyata. Di mana jika thitung>ttabel , maka Hi diterima (signifikan)
dan jika thitung< ttabel , Ho diterima (tidak signifikan). Uji t digunakan untuk
membuat keputusan apakah hipotesis terbukti atau tidak, di mana tingkat
signifikan yang digunakan yaitu 0,05 (5%). Ada dua acuan pengambilan
keputusan, pertama dengan melihat nilai signifikan (sig), dan kedua
membandingkan antara nilai T hitung dengan T tabel. Nilai T tabel dapat
diperoleh dengan formula sebagai berikut:
T tabel =
,n-k-1
Keterangan:
α = alfa
n = jumlah sampel
k = jumlah variabel independen
Adapun pengambilan keputusan dengan melihta nilai signifikan (sig)
yaitu:
1) Jika niali signifikan (sig < probabilitas 0,05 maka ada pengaruh variabel
independen (X) terhadap variabel dependen (Y) atau hipotesis diterima.
2) Jika niali signifikan (sig) > probabilitas 0,05 maka tidak ada pengaruh
variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y) atau hipotesis
ditolak
28
3. Determinasi koefisien R-Square (R2)
Nilai R² menunjukkan besarnya variabel-variabel independen dalam
mempengaruhi variabel dependen. Nilai R² berkisar antara 0 dan 1 (< R² < 1)
Semakin besar nilai R², maka semakin besar variabel dependen yang dapat
dijelaskan oleh variasi variabel-variabel independen. Sifat dari koefisien
determinasi adalah :
a) R² merupakan besaran yang non negatif.
b) Batasannya adalah (0< R² < 1).
Apabila R² bernilai 0 berarti tidak ada hubungan antara variabel-
variabel independen dengan variabel dependen. Semakin besar nilai R²
maka semakin tepat regresi dalam menggambarkan nilai-nilai observasi.
29
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Kondisi astronomis, dan geografis Provinsi Sulawesi Selatan
Secara astronomis, Sulawesi Selatan terletak antara 0° 12‟ Lintang
Utara dan 8° Lintang Selatan dan antara 116° 48‟ − 122° 36‟ Bujur Timur dan
dilalui oleh garis ekuator atau garis khatulistiwa yang terletak pada garis
lintang 00.
Berdasarkan letak geografisnya, Sulawesi Selatan mempunyai dua
kabupaten kepulauan, yaitu Kepulaan Selayar dan Pangkajene dan
Kepulauan (Pangkep).Sulawesi Selatan terdiri dari 24 kabupaten/kota,yaitu:
Kabupaten:
Kepulauan Selayar.
Bulukumba.
Bantaeng.
Jeneponto.
Takalar.
Gowa.
Sinjai.
Maros.
Pangkep
Barru.
Bone.
Soppeng.
Wajo.
Sidrap.
Pinrang.
Enrekang.
Luwu.
Tana Toraja.
Luwu Utara.
Luwu Timur.
Toraja Utara.
29
xxx
Kota
Makassar.
Pare pare.
Palopo
Provinsi Sulawesi Selatan yang beribukota di Makassar terletak
antara 0o12' - 8o Lintang Selatan dan 116o48' – 122o36' Bujur Timur, yang
berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Barat di sebelah Utara dan Teluk Bone
serta Provinsi Sulawesi Tenggara di sebelah Timur. Batas sebelah Barat dan
Timur masing-masing adalah Selat Makassar dan Laut Flores.
Jumlah sungai yang mengaliri wilayah Sulawesi Selatan tercatat
sekitar 67 aliran sungai, dengan jumlah aliran terbesar di Kabupaten Luwu,
yakni 25 aliran sungai. Sungai terpanjang tercatat ada satu sungai yakni
Sungai Saddang yang mengalir meliputi Kabupaten Tator, Enrekang dan,
Pinrang. Panjang sungai tersebut masing-masing 150 km. Di Sulawesi
Selatan terdapat empat danau yakni Danau Tempe dan Sidenreng yang
berada di Kabupaten Wajo, serta danau Matana dan Towuti yang berlokasi di
Kabupaten Luwu Timur. Adapun jumlah gunung tercatat sebanyak 7 gunung,
dengan gunung tertinggi adalah Gunung Rantemario dengan ketinggian
3.470 m diatas permukaan air laut. Gunung ini berdiri tegak di perbatasan
Kabupaten Enrekang dan Luwu.
2. Pemerintahan
Jumlah wakil rakyat yang duduk pada lembaga legislatif, yaitu Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sebanyak 50 orang, dengan 43 orang
laki-laki dan 7 orang perempuan. Secara organisasi, lembaga wakil rakyat
tahun ini terdiri dari sembilan fraksi, yaitu Fraksi Partai Golongan Karya,
xxxi
Fraksi Partai Demokrat, Fraksi Partai Gerakan Indonesia Raya, Fraksi Partai
Nasional Demokrat, Fraksi Partai Persatuan Pembangunan, Fraksi Partai
Hati Nurani Rakyat, Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, Fraksi Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan, dan Fraksi Partai Amanat Nasional.
Fraksi Partai Persatuan Pembangunan dan Fraksi Partai Amanat
Nasional memiliki anggota yang keseluruhannya laki-laki. Sedangkan untuk
Fraksi Partai Golongan Karya, Fraksi Partai Demokrat, Fraksi Partai Gerakan
Indonesia Raya, Fraksi Partai Nasional Demokrat, Fraksi Partai Hati Nurani
Rakyat, dan Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan masing-masing
memiliki seorang anggota perempuan. Sementara Fraksi Partai Keadilan
Sejahtera memiliki dua orang anggota perempuan.
Dalam menjalankan fungsinya, DPRD Kota Makassar dibentuk empat
komisi dan satu Koordinator/Pimpinan DPRD Kota Makassar yang masing-
masing beranggotakan 11 orang untuk komisi A, 12 orang untuk komisi B, 11
orang untuk komisi C, 12 orang untuk komisi D, dan empat orang untuk
Koordinator/Pimpinan DPRD Kota Makassar. Lembaga wakil rakyat ini
sepanjang tahun 2017 sudah mampu menghasilkan peraturan daerah
sebanyak 9 (Sembilan) jenis peraturan daerah.
3. Kependudukan
Jumlah penduduk disetiap provinsi sangat beragam dan bertambah
dengan laju pertumbuhan yang sangat beragam, pula. Provinsi Sulawesi
Selatan merupakan salah satu provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak.
Kota Makassar menjadi kota dengan jumlah penduduk terbanyak di Sulawesi
Selatan dengan jumlah penduduk yang meningkat tiap tahunnya. Pada tahun
2010 jumlah penduduk Kota Makassar 1.342.826 jiwa, lalu tahun 2015 laju
xxxii
pertumbuhan meningkat 1,54% menjadi 1.449.401 jiwa, akan tetapi pada
tahun 2017 laju pertumbuhan penduduknya mengalami penurunan 1,36%
hingga jumlah penduduknya hanya meningkat menjadi 1 489 011 jiwa.
Tahun 2017, Rasio jenis kelamin yang dimiliki Provinsi Sulawesi
Selatan berjumlah 95,54% dengan jumlah lakilaki 4.260.101 jiwa dan
perempuan 4.444.193 jiwa. Rasio jenis kelamin paling besar dikabupaten
adalah Tana Toraja dengan jumlah rasio 102,22%, akan tetap jumlah jenis
kelamin perempuan dan laki-laki paling banyak dimiliki oleh kabupaten bone.
Kepadatan penduduk di sulawesi selatan Selatan terbanyak di tingkat kota
yaitu Kota Makassar dengan jumlah 8 471 per km2, hal ini tentu saja dapat
terjadi dengan melihat melihat perkembangan kota Makassar sebagai kota
metropolitan dan Semakin banyak masyarakat yang berpindah dari daerah ke
kota membuat pusat kota menjadi padat penduduk. Lalu ditingkat kabupaten
yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya yaitu kabupaten takalar
dengan jumlah 517 orang/km2. Hal ini tentu membuat kabupaten takalar
menjadi padat karena luas daerahnya berukuran kecil
4. Ketenagakerjaan
Ada Sembilan lapangan pekerjaan utama yaitu pertama Pertanian,
Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan kedua Pertambangan dan Penggalian,
ketiga Industri Pengolahan, dan Air, kelima Bangunan, keenam Perdagangan
Besar, Eceran, Rumah Makan, dan Hotel, ketujuh Angkutan, Pergudangan,
dan Komunikasi, kedelapan Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan
Bangunan, Tanah, dan Jasa Perusahaan, dan terakhir kesembilan Jasa
Kemasyarakatan, Sosial, dan Perorangan/Community, Social, and Personal
Services. Dari ke Sembilan pekerjaan tersebut yang paling sedikit diminati
xxxiii
laki-laki berumur 15tahunadalah bidang industry pengolahan dan air,
sedangkan bagi perempuan berumur 15 tahun keatas semua rata bekerja
diberbagai bidang.
Jumlah pencari kerja terdaftar menurut tingkat pendidikan tertinggi
yang ditamatkan berdasarkan sekolah dasar tingkat peminat paling sedikit
bagi laki-laki, namun bagi perempuam tingkat pendidikannya peminatnya
memiliki jumlah yang sama. Upah Minimum Regional (UMR) merupakan
standar minimal pengupahan oleh pengusaha atau pimpinan kepada seluruh
karyawannya berdasarkan pada ketetapan disuatu daerah tertentu. UMP Hari
dan UMP Bulan tiap tahun selalu mengalami peningkatan.
Jam kerja seluruh dan jam kerja utama penduduk laki-laki umur 15
tahun ke atas yang paling sedikit peminatnya yaitu 15-24 jam, sedangkan
bagi perempuan semua jam kerja sama banyak peminatnya. Status kerja
penduduk laki-laki umur 15 tahun ke atas yang paling sedikit peminatnya
yaitu buruh tetap, sedangkan bagi perempuan semua pekerjaan sama
banyak peminatnya.
B. Deskriptif Variabel Penelitian
1. Sektor industri pengolahan
Sektor ini mencakup semua perusahaan/usaha yang melakukan
kegiatan mengubah barang dasar menjadi barang jadi/setengah jadi baik
dengan tangan maupun mesin dan atau barang yang kurang nilainya menjadi
barang yang lebih tinggi nilainya sehingga lebih dekat kepada konsumen
akhir.
xxxiv
Table 4.1
Jumlah sektor industry pengolahan tahunan sulawesi selatan 2010-2018 (persen)
No.. Tahun Pertumbuhan Sektor industry
pengolahan (%)
1 2010 5.75
2 2011 9.03
3 2012 8.66
4 2013 9.22
5 2014 9.00
6 2015 6.77
7 2016 8.23
8 2017 5.03
9 2018 0.94
Sumber :Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Selatan, 2019
Berdasarkan table4.1 Pada tahun 2010-2018, Pertumbuhan sektor
industry pengolahan yang tertinggi pada tahun 2013 yaitu sebesar 9.22%.
dan pada tahun 2014 sektor industry pengolahan mengalami penurunan dari
9.22% menjadi 9.00% dan begitu juga pada tahun 2015 sektor industry
pengolahan mengalami penurunan hingga (2.23%) yang dari 9.00% menjadi
6.77%. sedangkan pada tahun 2016 pertumbuhan sektor industry
pengolahan yang dari tahun 2015 hanya 6.77%, sekarang pada tahun 2016
mengalami peningkatan yaitu sebesar 8.23%, dan pada tahun 2017
pertumbuhan sektor industry mengalami penurunan xxxivindustri yaitu dari
8.23% menjadi 5.03%. dan yang terakhir pada tahun 2018 industri
pengolahan mengalami penurunan drastis dari 5.03% menjadi0.94%.
xxxv
2. Upah Minimum Provinsi (UMP)
Upah Minimum Provinsi (UMP) atau yang dulu dikenal dengan Upah
Minimum Regional merupakan suatu standar minimum yang digunakan oleh
para pengusaha atau pelaku xxxvndustry untuk memberikan upah kepada
pegawai, karyawan atau buruh di dalam lingkungan usaha atau kerjanya.
Upah adalah tujuan utama orang bekerja, semakin tinggi tingkat upah
yang ditawarkan maka akan semakin besar keinginan seseorang masuk
pasar kerja (substitution effect). Kondisi ini terjadi terutama pada negara
sedang berkembang.
Di Indonesia, pemerintah mengatur pengupahan melalui Peraturan
Menteri Tenaga Kerja No.15/2018 pasal 1 ayat 1 Upah Minimum di
definisikan “Upah Minimum adalah Upah bulanan terendah berupa upah
tanpa tunjangan atau upah pokok termasuk tunjangan tetap yang ditetapkan
oleh Gubernur sebagai jaring pengaman”. Adapun penetapan Upah minimu
yang tercantum pada Pasal 2 “Pengusaha dilarang membayar upah lebih
rendah dari upah minimum yang telah ditetapkan dan upah minimum hanya
berlaku bagi pekerja/buruh yang mempunyai masa kerja kurang dari 1 (satu)
tahun.
Upah minimum diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pekerja agar
sampai pada tingkat pendapatan “living wage”, yang berarti bahwa orang
yang bekerja akan mendapatkan pendapatan yang layak untuk hidupnya.
Upah minimum dapat mencegah pekerja dari eksploitasi tenaga kerja
terutama yang low skilled. Upah minimum dapat meningkatkan produktifitas
tenaga kerja dan mengurangi konsekuensi pengangguran seperti yang
diperkirakan teori ekonomi konverisional.
xxxvi
Table 4.2
Upah Minimun Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2010-2018
No. Tahun Upah Minimun Provinsi
(UMP) (Rp)
Pertumbuhan %
1. 2010 1.000.000 10,49
2. 2011 1.100.000 10
3. 2012 1.200.000 9,09
4. 2013 1.440.000 20
5 2014 1.800.000 25
6 2015 2.000.000 11,11
7 2016 2.250.000 12,5
8 2017 2.435.000 8,22
9 2018 2.647.767 8,74
Sumber: Data Badan Pusat Statistik Provinsi SulSel (data diolah), 2019
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa Upah Minimum Provinsi
Sulawesi Selatan mengalami kenaikan dari tahun 2010 sampai dengan tahun
2014, dengan tingkat pertumbuhan yang paling rendah berada pada tahun
2017 sebesar 8,22% (dengan tingkat upah Rp. 2.250.000,- menjadi Rp
2.435.000,) sedangkan tingkat pertumbuhan yang tertinggi pada tahun 2014
sebesar 25% (dengan tingkat upah Rp. 1.440.000,- menjadi Rp. 1.800.000,).
Peningkatan yang terjadi dapat disebabkan karena banyak jumlah produksi di
tahun tersebut sehingga upah dinaikkan dan adanya pertambahan bahan-
bahan produksi sehingga dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja
3. Variabel Kesempatan Kerja
Kesempatan kerja ialah keadaan yang menggambarkan ketersediaan
xxxvii
lapangan kerja untuk para pencari kerja. Jadi kesempatan kerja merupakan
jumlah lapangan kerja yang tersedia untuk orang-orang yang sedang mencari
kerja atau dapat juga dikatakan ketersediaan lapangan kerja untuk yang
memerlukan pekerjaan. Secara umum kesempatan kerja merupakan
keadaan yang menggambarkan seberapa jumlah total dari angkatan kerja
yang mampu diserap serta ikut aktif dalam perekonomian. Kesempatan kerja
juga dapat dikatakan sebagai jumlah penduduk yang sedang bekerja ataupun
yang mendapatkan pekerjaan, jika semakin banyak orang yang bekerja maka
kesempatan kerjanya cukup luas atau banyak,
Kesempatan kerja yang luas dapat memaksimalkan para pekerja dan
meningkatan pendapatan nasional. Apabila tenaga kerja sebagian besar atau
semua dapat tertampung dilapangan kerja maka hasil produksi baik barang
atau jasa akan meningkat dan tentunya pendapatan yang diterima oleh
masyarakat akan bertambah banyak.
xxxviii
Table 4.3
Jumlah Angkatan Kerja Industry Pengolahan di Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2010-2018
No. Tahun Angkatan Kerja Industri
Pengolahan Pertumbuhan (%)
1. 2010 158.465 2.05
2. 2011 163.345 3.08
3. 2012 180.564 10.54
4. 2013 196.332 -13
5. 2014 202.003 2.9
6. 2015 230.459 14
7. 2016 250.788 9
8. 2017 262.936 5
9. 2018 182.460 -30.6
Sumber: Data Badan Pusat Statistik Provinsi SulSel (data diolah), 2019
Pada tabel 4.3 kondisi keadaan angkatan kerja Industry Pengolahan
di provinsi Sulawesi Selatan. Pada tahun 2010 hingga tahun 2018
penyerapan tenaga kerja naik pasang surut atau dalam keadaan fluktuasi.
Berdasarkan informasi data yang diperoleh dari kantor (BPS) Badan Pusat
Statistik provinsi Sulawesi Selatan. Meskipun banyaknya lapangan pekerjaan
yang tersedia di provinsi Sulawesi Selatan, namun yang mampu bekerja di
Industri Pengolahan hanya beberapa saja jika dibandingkan jumlah penduduk
di Provinsi Sulawesi Selatan.
C. Hasil Penelitian
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai
xxxix
distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki
distribusi data normal atau mendekati normal. Salah satu metode untuk
mengetahui normalitas adalah dengan menggunakan metode analisis
grafik, baik dengan melihat grafik secara histogram ataupun dengan
melihat secara Normal Probability Plot. Normalitas data dapat dilihat dari
penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal pada grafik Normal
Probability Plot atau dengan melihat histogram dari residualnya.
Gambar 4.1 Uji Normalitas Probability Plot
Sumber :Olahan Data SPSS 20
Dari gambar 4.1 Normal Probability Plot, menunjukan bahwa data
menyebar disekitar garis diagonal dan menunjukkan pola distribusi
normal, sehingga dapat disimpulkan bahwa asumsi normalitas memenuhi
xl
dan layak dipakai untuk memprediksi tenaga kerja industry pengolahan
berdasarkan variabel bebasnya.
b. Uji Multikolinearitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antara variabel independen.Berdasarkan
aturan Variance Inflation Factor (VIF) dan tolerance, maka apabila VIF
melebihi angka 10 ,00 atau tolerance kurang dari 0,100 maka dinyatakan
gejala multikolinieritas. Sebaliknya apabila VIF kurang dari 10,00 atau
tolerance lebih dari 0,100 maka dinyatakan tidak terjadi gejala
multikolinearitas.
Tabel 4.4
Uji Multikolinearitas
Sumber :Olahan Data SPSS 20
Tidak terjadi gejala Multikolinieritas jika nilai Tolerance > 0,100 dan
nilai VIF < 10,00 . Dari olah data pada tabel di atas nilai tolerance pada
variabel Industri Pengolahan (X1) dan UMP (X2) adalah 0,735 lebih besar
dari 0,100. Sementara nilai VIF pada variabel Industry Pengolahan (X1)
dan UMP (X2) adalah 1,361< 10,00. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi gejala multikolinearitas dalam model regresi.
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) -14.738 11.176 -1.319 .235
Industri
Pengolahan 4.353 1.641 .856 2.654 .038 .735 1.361
UMP -1.190 .773 -.497 -1.539 .175 .735 1.361
a. Dependent Variable: Tenaga Kerja Industri Pengolahan
xli
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi adalah untuk mengetahui adanya korelasi antara
variabel gangguan sehingga penaksir tidak lagi efesien baik dalam model
sampel kecil maupun dalam sampel besar. Salah satu cara untuk menguji
autokorelasi adalah dengan percobaan Uji Runs Test.
Table 4.5 Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea 2.78585
Cases < Test Value 4
Cases >= Test Value 5
Total Cases 9
Number of Runs 4
Z -.683
Asymp. Sig. (2-tailed) .495
a. Median
Sumber :Data Olahan SPSS 20
Berdasarkan tabel outputRuns Test diatas, diketahui nilai Asymp.
Sig. (2-tailed) adalah 0,495> dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat masalah atau gejala autokorelasi.
d. Uji Heteroskedastisitas
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari
satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
xlii
Gambar 4.2
Uji Heteroskedastisitas
Sumber :Data Olahan SPSS 20
Berdasarkan hasil output SPSS dengan menggunakan gambar
scatterplots maka dapat dilihat bahwa terdapat titik-titik data penyebar
diatas dan dibawah atau di sekitar angka 0 (nol), serta titik-titik menyebar
diatas atau dibawah angka 0 (nol), kemudian untuk penyebaran titik-titik
data tidak membentuk suatu pola. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi gejala heteroskedastisitas dalam model regsresi berganda.
2. Uji Hipotesis
a. Uji T atau Uji Parsial
Uji T bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh
parsial (sendiri) yang diberikan variabel bebas (X) terhadap variabel
terikat (Y). Derajat signifikan yang digunakan adalah 0,05 (5%).
xliii
Tabel 4.6 Uji T
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -14.738 11.176 -1.319 .235
Industri Pengolahan 4.353 1.641 .856 2.654 .038
UMP -1.190 .773 -.497 -1.539 .175
a. Dependent Variable: Tenaga Kerja Industri Pengolahan
Sumber : Data Olahan SPSS 20
Berdasarkan hasil output SPSS 20 maka dapat dilihat tabel
coeficient diatas diketahui nilai signifikan (sig) Industri pengolahan (X1)
adalah sebesar 0,038. Karena nilai signifikan (sig) 0,038<0,05, maka
dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama diterima, artinyaindustry
pengolahan (X1) berpengaruh secara signifikan terhadap Penyerapan
tenaga kerja industry (Y) di Sulawesi Selatan. Sedangkan untuk Upah
Minimum Provinsi nilai signifikan (sig) bernilai 0,175> 0,05 sehingga
dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua ditolak, artinya Upah Minimum
Provinsi (X2) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Penyerapan
tenaga kerja industry (Y) di Sulawesi Selatan (Y).
Berdasarkan pengambilan keputusan melalui T tabel maka
diketahui nilai T hitung Industri pengolahan (X1) adalah sebesar 2,654
dan T Tabel senilai 2,446. Maka nilai dari Industry pengolahan (X1) yaitu
T hitung 2,654> 2 mak,446 maka dapat disimpulkan bahwa Industri
pengolahan (X1) atau hipotesis pertama di terima. Artinya Industri
pengolahan (X1) berpengaruh secara positif terhadap Penyerapan tenaga
kerja industry (Y) di Sulawesi Selatan (Y). Sedangkan nilai T hitung
variabel Upah minimum provinsi (X2) adalah sebesar -1,539, karena nilai
xliv
T hitung -1,539<-2,446 maka disimpulkan bahwa Upah minimum provinsi
(X2) atau hipotesis kedua ditolak, artinya Upah minimum provinsi
(X2)berpengaruh negatif terhadapmigrasi masuk (Y).
b. Uji Koefisien Determinasi R2
Tabel 4.7
Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .736a .541 .388 10.84850
a. Predictors: (Constant), UMP, Industri Pengolahan
b. Dependent Variable: Tenaga Kerja Industri Pengolahan
Sumber : Data Olahan SPSS 20
Berdasarkan tabel output spss “model summary” diatas, diketahui
nilai koefisien determinasi adalah sebesar 0,541. Besarnya angka
koefisien determinasi adalah 0,541 atau sama dengan 54,1%. Angka
tersebut mengandung arti bahwa industry Pengolahan (X1) dan UMP (X2)
secara simultan berpengaruh terhadap Tenaga kerja industry pengolahan
(Y) sebesar 54,1%. sedangkan sisanya 45,9% (100% - 54,1%)
dipengaruhi oleh variabel lain diluar persamaan regresi ini atau yang tidak
diteliti.
c. Analisis Regresi Linear Berganda
Regresi linear berganda adalah sebuah metode pendekatan
hubungan antara dua atau beberapa variabel independen dan variabel
dependen. Dengan regresi linear dapat diketahui terdapat atau tidaknya
xlv
pengaruh antara Industri Pengolahan (X1) dan Upah minimum provinsi
(X2) terhadap Penyerapan tenaga kerja industry (Y) di Sulawesi Selatan.
Tabel 4.8
Uji Regresi Linear berganda
Formulasi persamaan regresi linear berganda menurut Sugiyono
(2017) adalah sebagai berikut:
Y = a + β1(X1)+β2(X2)+e
Y = -14,738+ 4,353X1+(-1,190)X2+e
Keterangan:
Y = Penyerapan tenaga kerja industry pengolahan
a = Bilangan Konstanta
β1 – β2 = koefisien Regresi
X1 = Industri pengolahan
X2 = Upah minimum provinsi
e = Standar error
Hasil dari persamaan regresi pada tabel 4.8 di atas dijelaskan sebagai
berikut:
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) -14.738 11.176 -1.319 .235
Industri
Pengolahan 4.353 1.641 .856 2.654 .038 .735 1.361
UMP -1.190 .773 -.497 -1.539 .175 .735 1.361
a. Dependent Variable: Tenaga Kerja Industri Pengolahan
xlvi
1) Nilai Konstanta (β)
Nilai konstanta sebesar -14,738berarti jika Industri pengolahan
(X1), dan upah minimum provinsi (X2) nilainya 0 atau konstan maka
penyerapan tenaga kerja industry pengolahan(Y) nilainya sebesar -
14,738..
2) Industri Pengolahan (X1)
Nilai konstanta regresi industry pengolahan4,353 menyatakan
bahwa setiap peningkatan 1% Tingkat Upah maka akan
menyebabkan peningkatan penyerapan tenaga kerja industry
pengolahan di Sulawesi Selatan sebesar 4,353 % dengan arah
hubungan yang positif. Sehingga semakin tinggi jumlah industry
pengolahan di Sulawesi Selatan maka semakin meningkat pula
penyerapan tenaga kerja industry pengolahan.
3) Upah Minimum Provinsi (X2)
Nilai konstanta regresi Kesempatan Kerja -1,190 menyatakan
bahwa setiap peningkatan 1% upah minimum provinsi maka akan
menyebabkan peningkatan terhadap penyerapan tenaga kerja
industry pengolahan -1,190%, dengan arah hubungan negative.
Sehingga upah minimum provinsi tidak meningkatakan penyerapan
tenaga kerja industry pengolahan.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sector industry
pengolahan dan upah minimum provonsi (UMP) terhadap penyerapan tenaga
kerja sector industry di Provinsi Sulawesi Selatan. Adapun populasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh data time series (data deretan
xlvii
waktu) dari sektor industri dan upah, serta Penyerapan Tenaga Kerja Sektor
Industri periode 2010-2018 dan sampel yang digunakan adalah seluruh data dari
Sektor Industri dan Upah serta Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri lima
tahun terakhir yaitu periode 2010-2018. Analisis yang digunakan dalam penelitian
ini adalah analisis regresi berganda dengan bantuan program SPSS Versi 20.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua yaitu
varibael independen (Variebel bebas) dan variable dependent (Variabel terikat).
Variabel independent dalam penelitian ini adalah sector industry pengolahan (X1)
dan upah minimum provinsi (X2) sedangkan variable dependent dalam penelitian
ini adalah penyerapan tenaga kerja sector industri.
Dalam sebuah perekonomian sektor industri dianggap sebagai sektor
yang mampu menjadi pimpinan dari sektor lain.Industri mempunyai peranan
sebagai sektor pemimpin (leading sector). Peranan sektor pemimpin dalam
kaitannya dengan keberhasilan sebuah pembangunan adalah dengan adanya
pembangunan industri, maka diharapkan akan dapat memacu dan mendorong
pembangunan sektor-sektor lainnya. Pertumbuhan industri yang cukup cepat
akan mendorong adanya perluasan peluang kerja yang pada akhirnya akan
meningkatkan pendapatan dan permintaan masyarakat.
Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari Pengusaha kepada
buruh untuk sesuatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan,
dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut sutau
persetujuan, atau peraturan perundang-undangan, dan dibayarkan atas dasar
suatu perjanjian kerja antara pengusaha dengan buruh, termasuk tunjangan baik
untuk buruh sendiri maupun keluarganya (Peraturan Pemerintah No 8 Tahun
1981 Tentang Perlindungan Upah).
xlviii
Penyerapan tenaga kerja merupakan suatu jumlah kuantitas tertentu dari
tenaga kerja yang digunakan oleh suatu sektor atau unit usaha tertentu. Jadi
dapat disimpulkan bahwa tenaga kerja merupakan jumlah riil dari tenaga kerja
yang dikerjakan dalam unit usaha.
1. Pengaruh sektor industry pengolahan terhadap penyerapan tenaga kerja
sektor industry pengolahan
Setelah melakukan penelitian serta pengolahan data, hasil penelitian
dari variabel sektor industry pengolahan menunjukkan bahwa hipotesis
pertama diterima hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji parsialpada tabel 4.8
yang menunjukkan bahwa variabel sektor industry pengolahan berpengaruh
signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja industry pengolahan dengan
nilai (0,038<0,05) dan hasil dari T Hitung menunjukkan adanya pengaruh
positif, yang artinyaindustry pengolahan (X1) berpengaruh secara signifikan
terhadap Penyerapan tenaga kerja industry pengolahan(Y) di Sulawesi
Selatan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Rezal Wicaksono (2018) yang menyimpulkan bahwa sector industry
pengolahan berpengaruh positif dan siginifikan terhadap penyerapan tenaga
kerja pada industri pengolahan sedang dan besar di Indonesia tahun 1998
sampai tahun 2018,
2. Pengaruh Upah Minimum Provinsi (UMP) terhadap penyerapan tenaga kerja
sektor industry pengolahan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dapat diketahui bahwa
hipotesis yang mengatakan Upah Minimum Provinsi (UMP) berpengaruh
positif terhadap penyerapan tenaga kerja industry pengolahan provinsi
Sulawesi Selatan di tolak. Hal ini terbukti dengan nilai signifikan (sig) bernilai
xlix
0,175 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua ditolak,
artinya Upah Minimum Provinsi (X2) tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap Penyerapan tenaga kerja industry (Y) di Sulawesi Selatan. Hasil
Penelitian ini bertolak dengan penelitian yang dilakukan oleh Rieky
Hermawan (2019) yang menyimpulkan bahwa Upah Minimun Provinsi (UMP)
berpengaruh secara signifikan terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Di
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007-2017.
Hasil penelitian secara simultan ditunjukkan oleh nilai koefisien
determinasi (R Square) pada uji regresi adalah sebesar 0,541. Besarnya angka
koefisien determinasi adalah 0,541 atau sama dengan 54,1%. Angka tersebut
mengandung arti bahwa industry Pengolahan (X1) dan Upah Minimun Provinsi
(UMP) (X2) secara simultan berpengaruh terhadap penyerapan Tenaga kerja
industry pengolahan Provinsi Sulawesi Selatan (Y) sebesar 54,1%. sedangkan
sisanya 45,9% (100% - 54,1%) dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak menjadi
fomus dalam penelitian ini.
l
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan dari
penelitian ini adalah
1. Industri pengolahan berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga
kerja industri pengolahan dengan nilai (0,038 < 0,05) dan hasil dari T
Hitung menunjukkan adanya pengaruh positif, yang artinya industri
pengolahan (X1) berpengaruh secara signifikan terhadap Penyerapan
tenaga kerja industri pengolahan (Y) di Sulawesi Selatan. Dengan
Demikian H1 dalam penelitian ini diterima.
2. Upah Minimum Provinsi (UMP) tidak berpengaruh signifikan terhadap
penyerapan tenaga kerja industry pengolahan di Provinsi Sulawesi Selatan
terbukti dengan nilai signifikansi pada uji coefficients (0,175 > 0,05) dan
nilai konstanta negatif (-1,190) menyatakan bahwa Upah Minimun Provinsi
Berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja. Dengan demikian
H2 dalam Penelitian ini ditolak.
B. Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan serta maka saran
terhadap penelitian ini adalah:
1. Kebijakan pemerintah terhadap Upah Minimum Provinsi (UMP) harus bisa
disesuaikan dan besarnya jumlah UMP harus bisa mensejahterakan
masyarakat.
2. Sektor Industri yang dibangun ataupun dibawah naungan pemerintah harus
menjadi ladang pembangunan ekonomi dan tentunya mampu merekrut
50
li
masyarakat sebagai pegawai yang bekerja didalamnya
3. Pengelolaan Industri harus bisa dimanfaatkan sebaik mungkin sehingga
secara efektif mampu memberikan dampak kesejahteraan bagi masyarakat
yang bekerja didalamnya.
lii
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia. Berbagai Edisi
------- . Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Angka. Berbagai Terbitan
Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia. 2018. Peraturan Menteri
Tenaga Kerja Nomor: PER-01/MEN/2018 Tentang Upah Minimum.
Jakarta:Kemnaker RI.
Ningrum, Vanda. 2008. Penanaman Modal Asing dan Penyerapan Tenaga Kerja
di Sektor Industri. Jurnal Kependudukan Indonesia. Vol. III, No. 2, 2008
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj/article/view/1974
https://www.kamusbesar.com/sektor-industri-pengolahan
Pambudi, Bramantyo. 2011. Analisis Antar Sektor dan Daa Saing Ekspor Sektor
Unggulan Dalam Struktur Perekonomian Provinsi Jawa Tengah Tahun
2008 (Analisis InputOutput dan Revealed Comparative Advantage).
Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi UNNES
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 01/Men/1999 Tenatang Upah Minimum
Peraturan Pemerintah UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
https://pemerintah.net/upah-minimum-provinsi-ump/
Peraturan Pemerintah No.25 Tahun 2000 Tentang Kewenangan Pemerintah dan
Provinsi Sebagai daerah otonom
Peraturan Pemerintah No.8 Tahun 1981 Tentang Perlindungan Upah
Rustiono, Deddy. 2008. Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja dan
Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Propinsi
Jawa Tengah.Tesis. Semarang: Fakultas Ekonomi UNDIP
Sholeh, Maimun. Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja Serta Upah: Teori
Serta Beberapa Potretnya di Indonesia. Jurnal
Simanjuntak, Payaman. 2001. Pengantar Ekonomi Sumberdaya. Jakarta: FEUI.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :
Alfabeta
52
liii
Sukirno, Sadono. 2013. Teori Pengantar Makro Ekonomi Edisi Ketiga. Jakarta :
PT.Raja Grafindo Persada.
Setiawan, Samhis. 2019 Kesempatan Kerja – Pengertian, Faktor, Jenis,
Nasional, Perluasan, Mutu
https://www.gurupendidikan.co.id/kesempatan-kerja/
53
liv
L
A
M
P
I
R
A
N
lv
Tinjauan Empiris
N. Nama Judul Tahun Hasil
1. Tri Astuti,Tadjuddin
Parenta, Hamid
Paddu
Peranan
Kegiatan
Industri
Pengelohan
Terhadap
Pencemaran
Lingkungan Di
Sulawesi
Selatan
2014 Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sektor-sektor industry pengolahan
kimia, logam dasar, dan barang dari
logam merupakan penyebab
pencemaran terberat di Sulawesi
Selatan pada tahun 2010, dan kasus
ekonomi lingkungan di Sulawesi
Selatan cenderung mendekati
hipotesis Haven.
2. Vanda Ningrum Penanaman
modal asing dan
penyerapan
tenaga kerja di
sektor industry
2008 Dari data tersebut didapatkan
beberapa temuan, Pertama, Industri
kimia dan farmasi adalah industri
yang memiliki nilai paling besar
terhadap total PMA, yakni 26,88
persen dari total PMA, namun
memberikan sedikit kontribusi dalam
penyerapan tenaga kerja. Kedua,
industri tekstil adalah industry yang
paling besar menyerap tenaga kerja
walaupun memiliki nilai investasi
kecil terhadap total PMA,sehingga
industry tersebut termasuk dalam
kategori industry yang paling efisien.
3. Saparuddin M. Dampak Industri
Kecil dan
Menengah pada
Kesempatan
Kerja dan
Pendapatan per
Kapita
2011 Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
a) PDRB, investasi, pendidikan dan
pelatihan, dan kebijakan pemerintah
signifikan mempengaruhi
pertumbuhan industry kecil dan
menengah: b) PDRB, investasi,
industri kecil dan menengah, dan
kesempatan kerja signifikan
lvi
mempengaruhi pendapatan perkapit;
c) PDRB, dan industry kecil dan
menengah, signifikan mempengaruhi
kesempatan kerja.
4. Muhammad Hasan Produktivitas
Dan Elastisitas
Kesempatan
Kerja Sektor
Industri
2014 Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa produktivitas tenaga kerja dan
elastisitas kesempatan kerja selama
periode pengamatan cenderung
fluktuatif
5. Paul SP Hutagalu Analisis
pengaruh upah
minimum dan
inflasi terhadap
kesempatan
kerja sektor
industry
pengolahan
besar dan
sedang di jawa
tengah
2013 Kaitannya dengan penelitian ini
karena sama-sama meneliti
pengaruh tingkat upah minimum.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kenaikan upah UMP di jawa tengah
paling signifikan terjadi pada tahun
1994, yaitu mencapai 80% dari tahun
1993.
lvii
DATA PENELITIAN
Laju pertumbuhan PDRB tahunan sulawesi selatan menurut
lapangan usaha 2013-2017 (persen)
No.
Uraian / industri 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
1 Pertanian,Peternakan, Dan Perikanan
2.80 6.89 4.58 4.93 10.02 5.87 7.86 5.56 5.32
2 Pertambangan dan Penggalian
12.58 - 3.80 5.32 5.68 11.11 7.42 1.22 3.80 1.05
3 Industry pengolahan 5.75 9.03 8.66 9.22 9.00 6.77 8.23 5.03 0.94
4 Pengadaan listrik dan Gas
4.37 10.07 16.24 8.04 16.98 -1.38 11.52 6.10 7.26
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,Limbah dan Daur Ulang
8.42 12.63 3.54
5.50 2.13 0.34 5.44 7.89 6.51
6 Konstruksi 9.52 6.92 9.86 10.57 6.29 8.32 7.02 8.74 8.60
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi mobil dan sepeda motor
11.82 10.35 11.86 7.23 7.20 7.89 9.57 10.42 11.57
8 Transposrtasi dan pergudangan
14.54 13.05 13.45 6.36 1.24 6.82 7.75 8.37 10.32
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
11.69 8.70 11.40 6.76 7.82 5.81 8.47 11.94 12.71
10 Informasi dan Komunikasi
25.25 11.81 20.60 14.07 5.75 7.92 8.13 10.52 11.99
11 Jasa Keuangan dan Asuransi
6.66 19.77 15.88 8.88 5.76 7.41 13.63 4.39 4.67
12 Real Estate 11.45 11.13 10.50 8.98 7.97 7.39 6.37 4.48 4.63
13 Jasa Perusahaan 9.95 9.00 8.02 6.97 6.76 5.87 7.88 8.44 10.02
14 Administrasi Pemerintahan,Pertahanan dan Jaminan Sosial
3.82
6.52 2.23 3.07 2.32 7.88 -0.22 5.20 9.96
15 Jasa Pendidikan 13.99 10.44 7.50 7.72 4.65 7.25 6.86 9.72 9.77
lviii
Upah Minimun Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2010-2018
No. Tahun Upah Minimun Provinsi (UMP)(Rp)
1. 2010 Rp. 1.000.000
2. 2011 Rp. 1.100.000
3. 2012 Rp. 1.200.000
4. 2013 Rp. 1.440.000
5 2014 Rp. 1.800.000
6 2015 Rp. 2.000.000
7 2016 Rp. 2.250.000
8 2017 Rp. 2.435.000
9 2018 Rp. 2.647.767
Sumber: Data Badan Pusat Statistik Provinsi SulSel
Jumlah Angkatan Kerja Industry Pengolahan di Provinsi Sulawesi
Selatan tahun 2010-2018
No.
Tahun
Angkatan Kerja Industri
Pengolahan
1. 2010 158.465
2. 2011 163.345
3. 2012 180.564
4. 2013 196.332
5. 2014 202.003
6. 2015 230.459
7. 2016 250.788
8. 2017 262.936
9. 2018 182.460
Sumber: Data Badan Pusat Statistik Provinsi SulSel
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
8.86 9.04 10.67 8.25 10.23 9.31 8.45 8.80 8.59
17 Jasa Lainnya 7.99 6.69 8.11 7.14 7.57 8.99 9.81 9.58 13.13
lix
Titik Persentase Distribusi t (df = 1-40)
Pr
Df
0.25
0.50
0.10
0.20
0.05
0.10
0.025
0.050
0.01
0.02
0.005
0.010
0.001
0.002
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
1.00000
0.81650
0.76489
0.74070
0.72669
0.71756
0.71114
0.70639
0.70272
0.69981
0.69745
0.69548
0.69383
0.69242
0.69120
0.69013
0.68920
0.68836
0.68762
0.68695
0.68635
0.68581
0.68531
0.68485
0.68443
0.68404
0.68368
0.68335
0.68304
0.68276
0.68249
0.68223
0.68200
0.68177
0.68156
0.68137
0.68118
0.68100
0.68083
0.68067
3.07768
1.88562
1.63774
1.53321
1.47588
1.43976
1.41492
1.39682
1.38303
1.37218
1.36343
1.35622
1.35017
1.34503
1.34061
1.33676
1.33338
1.33039
1.32773
1.32534
1.32319
1.32124
1.31946
1.31784
1.31635
1.31497
1.31370
1.31253
1.31143
1.31042
1.30946
1.30857
1.30774
1.30695
1.30621
1.30551
1.30485
1.30423
1.30364
1.30308
6.31375
2.91999
2.35336
2.13185
2.01505
1.94318
1.89458
1.85955
1.83311
1.81246
1.79588
1.78229
1.77093
1.76131
1.75305
1.74588
1.73961
1.73406
1.72913
1.72472
1.72074
1.71714
1.71387
1.71088
1.70814
1.70562
1.70329
1.70113
1.69913
1.69726
1.69552
1.69389
1.69236
1.69092
1.68957
1.68830
1.68709
1.68595
1.68488
1.68385
12.70620
4.30265
3.18245
2.77645
2.57058
2.44691
2.36462
2.30600
2.26216
2.22814
2.20099
2.17881
2.16037
2.14479
2.13145
2.11991
2.10982
2.10092
2.09302
2.08596
2.07961
2.07387
2.06866
2.06390
2.05954
2.05553
2.05183
2.04841
2.04523
2.04227
2.03951
2.03693
2.03452
2.03224
2.03011
2.02809
2.02619
2.02439
2.02269
2.02108
31.82052
6.96456
4.54070
3.74695
3.36493
3.14267
2.99795
2.89646
2.82144
2.76377
2.71808
2.68100
2.65031
2.62449
2.60248
2.58349
2.56693
2.55238
2.53948
2.52798
2.51765
2.50832
2.49987
2.49216
2.48511
2.47863
2.47266
2.46714
2.46202
2.45726
2.45282
2.44868
2.44479
2.44115
2.43772
2.43449
2.43145
2.42857
2.42584
2.42326
63.65674
9.92484
5.84091
4.60409
4.03214
3.70743
3.49948
3.35539
3.24984
3.16927
3.10581
3.05454
3.01228
2.97684
2.94671
2.92078
2.89823
2.87844
2.86093
2.84534
2.83136
2.81876
2.80734
2.79694
2.78744
2.77871
2.77068
2.76326
2.75639
2.75000
2.74404
2.73848
2.73328
2.72839
2.72381
2.71948
2.71541
2.71156
2.70791
2.70446
318.30884
22.32712
10.21453
7.17318
5.89343
5.20763
4.78529
4.50079
4.29681
4.14370
4.02470
3.92963
3.85198
3.78739
3.73283
3.68615
3.64577
3.61048
3.57940
3.55181
3.52715
3.50499
3.48496
3.46678
3.45019
3.43500
3.42103
3.40816
3.39624
3.38518
3.37490
3.36531
3.35634
3.34793
3.34005
3.33262
3.32563
3.31903
3.31279
3.30688
lx
HASIL PENGOLAHAN DATA PENELITIAN SPSS 20
Uji Asumsi Klasik
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) -14.738 11.176 -1.319 .235
Industri
Pengolahan 4.353 1.641 .856 2.654 .038 .735 1.361
UMP -1.190 .773 -.497 -1.539 .175 .735 1.361
a. Dependent Variable: Tenaga Kerja Industri Pengolahan
lxi
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea 2.78585
Cases < Test Value 4
Cases >= Test Value 5
Total Cases 9
Number of Runs 4
Z -.683
Asymp. Sig. (2-tailed) .495
a. Median
lxii
Uji Hipotesis
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -14.738 11.176 -1.319 .235
Industri Pengolahan 4.353 1.641 .856 2.654 .038
UMP -1.190 .773 -.497 -1.539 .175
a. Dependent Variable: Tenaga Kerja Industri Pengolahan
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .736a .541 .388 10.84850
a. Predictors: (Constant), UMP, Industri Pengolahan
b. Dependent Variable: Tenaga Kerja Industri Pengolahan
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) -14.738 11.176 -1.319 .235
Industri
Pengolahan 4.353 1.641 .856 2.654 .038 .735 1.361
UMP -1.190 .773 -.497 -1.539 .175 .735 1.361
a. Dependent Variable: Tenaga Kerja Industri Pengolahan
lxiii
DOKUMENTASI PENELITIAN
lxiv
lxv
BIOGRAFI PENULIS
INDO ACO lahir pada tanggal 26 Mei 1997
tepatnya di Tanete, Desa Awota Kec. Keera
kab. Wajo. Merupakan anak pertama dari tiga
bersaudara dari pasangan Tangngi dan Tahira
Penulis memasuki pendidikan formal di SD 192
Awota kec. Keera kab. Wajo , pada tahun 2003
dan tamat pada tahun 2009, kemudian melanjutkan pendidikan tingkat
pertama di SMP Negeri 2 Keera, Kabupaten Wajo dan tamat pada tahun
2012, setelah tamat dari SMP, penulis melanjutkan sekolahnya di SMA
Negeri 2 Sengkang yang sekarang menjadi SMA Negeri 3 Sengkang dan
tamat pada tahun 2015. Penulis melanjutkan pendidikan pada Program
Strata Satu (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEBIS) Program
Studi Ekonomi Pembangunan di Universitas Muhammadiyah Makassar.
Berkat karunia Allah subhanahu wata‟ala, pada tahun 2020 penulis
dapat menyelesaikan studi di Universitas Muhammadiyah Makassar
dengan tersusunnya skripsi yang berjudul “Pengaruh Pertumbuhan
Industri Pengolahan, dan Upah Minimum Provinsi Terhadap Penyerapan
Tenaga Kerja Sektor Industri di Provinsi Sulawesi Selatan”.