pengaruh pertumbuhan usaha mikro, kecil dan...
TRANSCRIPT
PENGARUH PERTUMBUHAN USAHA MIKRO, KECIL DAN
MENENGAH (UMKM) TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
DAERAH KABUPATEN BOGOR PRIODE 2012-2015
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh :
Nurul Hidayati
NIM. 1112084000031
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap : Nurul Hidayati
2. Tempat/ Tanggal Lahir : Jombang,02 November 1993
3. Alamat : Jl. KH. Wahab Hasbullah Gang 05 Rt/Rw
04/04 Dsn.Petengan Ds. Tambakrejo Kec.
Jombang Kab. Jombang
4. No. Hp : 085732321721
5. Email : [email protected]
B. PENDIDIKAN FORMAL
1. Taman Kanak-kanak AL- Ihsan Kalikejambon Tembelang Jombang
(Tahun 2000 – 2002)
2. Madrasah Ibtidaiyah AL- Ihsan Kalikejambon Tembelang Jombang
(Tahun 2002 – 2007)
3. Madrasah Tsanawiyah AL- Ihsan KAlikejambon Tembelang Jombang
(Tahun 2007 – 2009)
4. Madrasah Aliyah Negeri Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang (Tahun
2009 – 2012)
5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (Tahun 2012 –
2016)
C. ENDIDIKAN NON FORMAL
1. Tahun 2011, lulus dari Lembaga Kursus Bahasa Inggris AEC (Al-fattah
English Course) Jombang.
2. Tahun 2012, lulus dari Lembaga kursus bahasa inggris DEC (Dynamic
English Course) Pare.
3. Tahun 2013 mengikuti workshop Public Speaking UIN Jakarta.
4. Tahun 2014 menjadi anggota panitia Quick Count pemilihan presiden
5. Tahun 2015 mengikuti marketing plan competition yang diadakan oleh
Universitas Prasetya Mulya yang bekerja sama dengan Windows.
6. Tahun 2015 mengikuti “The Basic Training Sharia Banking Program”
yang diadakan oleh C.O.I.N.S (Center of Islamic Economics Studies)
yang bekerja sama dengan SBTC Career Center.
ii
D. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Tahun 2008 menjadi anggota OSIS MTs Al Ihsan devisi kesiswaan
2. Tahun 2013 menjadi anggota HMJ UIN Jakarta devisi pendidikan
E. PENGALAMAN KERJA
1. Tahun 2014 menjadi pengajar bimbel untuk mata pelajaran matematika
dan IPS untuk tingkat SD.
2. Tahun 2015 menjadi pengajar home shcooling untuk mata pelajaran
Ekonomi dan Geografi Tingkat SMA.
3. Tahun 2014-2015 menjadi volunteer pengajar “Anak Ceria”
F. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Nama Ayah : Alm. H. Muthohar
2. Tempat/ Tanggal Lahir : Jombang, Juni 1950
3. Nama Ibu : Hj. Masrifah
4. Tempat/ Tanggal Lahir : Jombang,30 Desember 1953
6. Alamat : Jl. KH. Wahab Hasbullah Gang 05 Rt/Rw
04/04 Dsn. Petengan Ds. Tambakrejo Kec.
Jombang Kab. Jombang
5. Anak ke : 5 dari 5 bersaudara.
iii
ABSTRACT
Micro Small and Medium Enterprises (MSMEs) are the sectors that have
an important role in the national economy and the regional economy. MSMEs are
the sector's largest contributor to the national GDP and absorb labor.
This study aims to determine the effect of the growth of MSMEs on
regional economic growth in Bogor. The independent variables in this study is the
growth of MSMEs by using a variable number of units of MSMEs, MSMEs
capital, profit of MSMEs and labor SMEs, while the dependent variable is
economic growth by using the variable PDRB per capita in 2012-2015. This study
uses panel data regression using data from 40 districts in Bogor regency as a
sample in this study.
From the simultaneous test results indicate that the growth of MSMEs
have a significant effect on economic growth in Bogor, and the partial test showed
that the unit of MSMEs, profit MSMEs have a significant influence on PDRB per
capita, while the capital of MSMEs and labor of MSMEs no significant effect on
PDRB per capita
Keywords : Units of MSMEs, Capital of MSMEs, Profit of MSMEs, Labor of
MSMEs and PDRB per capita.
iv
ABSTRAK
Usaha Mikro Kecil dan Menegah (UMKM) merupakan sektor yang
memiliki peran penting dalam perekonomian nasional maupun perekonomian
daerah. UMKM merupakan sektor penyumbang PDB terbesar nasional dan
banyak menyerap tenaga kerja.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan UMKM
terhadap pertumbuhan ekonomi daerah di Kabupaten Bogor. Variabel independen
dalam penelitian ini adalah pertumbuhan UMKM dengan menggunakan variabel
jumlah unit UMKM, modal UMKM, laba UMKM dan tenaga kerja UMKM,
sedangkan variabel dependennya adalah pertumbuhan ekonomi dengan
menggunakan variabel PDRB perkapita tahun 2012-2015. Penelitian ini
menggunakan metode regresi data panel dengan menggunakan data 40 kecamatan
yang ada di Kabupaten Bogor sebagai sampel dalam penelitian ini.
Dari hasil pengujian secara bersama-sama menunjukkan bahwa
pertumbuhan UMKM berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Bogor, dan pengujian secara parsial menunjukkan bahwa jumlah
UMKM, laba UMKM memiliki pengaruh signifikan terhadap PDRB perkapita,
sedangkan modal UMKM dan tenaga kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap
PDRB perkapita
Kata Kunci : Jumlah Unit UMKM, Modal UMKM, Laba UMKM,Tenaga
Kerja UMKM dan PDRB perkapita.
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT, yang senantiasa selalu memberikan rahmat,
karunia, dan hidayah -Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Pengaruh Pertumbuhan Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) Terhadap Perekonomian Daerah Kabupaten Bogor
Priode 2012-2015”. Sholawat serta salam senantiasa dihaturkan kepada Nabi
Muhammad SAW, yang telah membimbing umatnya menuju jalan yang benar.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis
menyampaikan terimakasih atas bantuan, bimbingan, dukungan, semangat dan
doa, baik langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, kepada:
1. Orang tua tercinta, khususnya Ibu yang selalu meberikan doa dan
dukungannya selama ini
2. Kakak tercinta Moch. Bisri dan Moch. Fauzi dan Moch Sofwan, yang selalu
memberikan dukungan, baik dukungan moril dan materil serta memberikan
arahan dan semangat kepada saya.
3. Bapak Dr. M. Arif Mufraini, Lc., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis
4. Bapak Arief Fitrijanto, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan dan juga sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
bersedia untuk berdiskusi, memberikan arahan dan bimbingan, terimakasih
atas semua saran dan masukan yang telah bapak berikan selama proses
penyusunan skripsi hingga terlaksanakannya sidang skripsi.
5. Prof. Abdul Hamid selaku Dosen Pembimbing Akademik, terimakasih atas
bimbingan dan arahnya, serta waktu yang diluangkan untuk berdiskusi dalam
perkuliahan sejak awal kuliah hingga akhir.
6. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan karyawan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah yang telah memberikan bantuan kepada penulis.
vi
7. Teman-teman seperjuanganku Habibatu Mukarramah, Mia Yunita, Siti
Yulianah, Terimakasih atas segala dukungan yang selama ini kalian berikan.
8. Teman-teman Konsentrasi Keuangan Daerah,
9. Teman-teman IESP angkatan 2012
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki
penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta
masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Jakarta, 30 April 2016
Nurul Hidayati
vii
DAFTAR ISI
Cover
Lembar Pengesahan Pembimbing
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi
Lembar Pernyataan Keaslian Penelitian
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................. i
ABSTRACT ............................................................................................................. iii
ABSTRAK ............................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................ v
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 11
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 12
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 14
A. Landasan Teori ............................................................................................ 14
1. Usaha Micro, Kecil dan Menengah (UMKM) ............................................ 14
a. Definisi Usaha Micro, Kecil dan Menengah (UMKM) ..................... 14
b. Peran Penting UMKM ........................................................................ 17
c. Pemberdayaan UMKM ...................................................................... 18
2. Pertumbuahan Ekonomi ................................................................................. 20
a. Definisi Pertumbuhan Ekonomi ......................................................... 20
b. Teori Pertumbuhan Ekonomi ............................................................. 21
c. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ........................................ 23
3. Modal UMKM ................................................................................................. 25
a. Penegrtian Modal ............................................................................... 25
viii
b. Kebutuhan Modal Usaha .................................................................... 26
c. Sumber Permodalan ........................................................................... 28
d. Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) ............................. 29
4. Laba Usaha ...................................................................................................... 30
a. Pengertian Laba .................................................................................. 30
b. Laba terhadap Pertumbuhan Ekonomi ............................................... 31
5. Tenaga Kerja ................................................................................................... 32
a. Definisi Tenaga Kerja ........................................................................ 32
b. Penawaran dan Permintaan Tenaga Kerja .......................................... 33
c. Tenaga Kerja terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) ................... 37
B. Penelitian Terdahulu .................................................................................... 38
C. Kerangka Berfikir ........................................................................................ 45
D. Hipotesis ...................................................................................................... 46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 48
A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................... 48
B. Metode Penentuan Sampel .......................................................................... 48
C. Metode Pengumpulan Data.......................................................................... 49
D. Metode Analisis ........................................................................................... 50
1. Metode Analisis Data Panel .......................................................................... 50
a. Common Effect Model (CEM) ............................................................ 50
b. Fixed Effect Model (FEM) ................................................................. 51
c. Random Effect Model (REM) ............................................................. 51
d. CEM vs FEM ( Uji Chow) ................................................................. 52
e. FEM vs REM (Uji Hausman) ............................................................. 53
2. Pengujian Hipotesis ........................................................................................ 54
a. Koefisien Determinasi (R2) ............................................................... 54
b. Uji signifikansi Simultan ( Uji-F) ...................................................... 55
c. Uji Parsial (uji-t)................................................................................. 56
d. Uji Asumsi Klasik .............................................................................. 56
E. Operasional Variabel ................................................................................... 62
BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................... 65
ix
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................................. 65
B. Analisis dan Pembahasan ............................................................................ 70
1. Analisis Deskriptif .......................................................................................... 70
a. PBRB (Product Domestic Regional Bruto) Provinsi Jawa Barat Atas
Dasar Harga Konstan ......................................................................... 70
b. PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kabupaten Bogor Menurut
Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan ..................................... 72
c. PDRB Berdasarkan Harga Konstan per Kecamatan di Kabupaten
Bogor .................................................................................................. 73
d. Unit Usaha Menurut Sakala Usaha dan Lapangan Usaha Kabupaten
Bogor .................................................................................................. 74
e. Jumlah Unit UMKM per Kecamatan ................................................. 77
f. Modal UMKM di Kabupaten Bogor .................................................. 78
g. Laba UMKM di Kabupaten Bogor..................................................... 78
h. Tenaga Kerja menurut Lapangan Usaha dan Skala Usaha ................ 79
i. Tenaga Kerja UMKM di Kabupaten Bogor ....................................... 81
j. Kebijakan Pengembangan UMKM di Kabupaten Bogor ................... 83
2. Estimasi Model Data Panel ............................................................................ 84
a. Uji Chow (CEM vs FEM) .................................................................. 84
b. Uji Hausman (REM vs FEM)............................................................. 85
c. Fixed Effect Model (REM) ................................................................ 86
3. Uji Asumsi klasik ............................................................................................ 87
a. Uji Normalitas .................................................................................... 87
b. Uji Autokorelasi ................................................................................. 87
c. Uji Heteroskedastisitas ....................................................................... 88
d. Uji Multikolinieritas ........................................................................... 89
4. Pengujian Hipotesis ........................................................................................ 90
a. Uji Koefisien Determinasi .................................................................. 90
b. Uji F-Statistik (Simultan). .................................................................. 90
c. Uji T-Statistik (Parsial) ...................................................................... 92
5. Pembahasan Ekonomi untuk Melihat Kesesuaian Hasil Analisis dengan
Teori Ekonomi atau Penelitian Terdahulu ................................................... 96
x
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 105
A. Kesimpulan ................................................................................................ 105
B. Saran .......................................................................................................... 105
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 107
LAMPIRAN ........................................................................................................ 110
xi
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
1.1 Peran UMKM sebagai Penyumbang PDB Indonesia
Atas Dasar Harga Konstan (Milyar) 4
2.1 Penelitian Terdahulu 40
2.2 Kerangka Berikir 45
3.1 Tabel untuk Menentukan Ada tidaknya Autokorelasi 60
3.2 Definisi Operasional 64
4.1 Jumlah Unit Usaha Menurut Skala Usaha dan Lapangan
Usaha Kabupaten Bogor Tahun 2015 75
4.2 Uji Chow 85
4.3 Uji Hausman 85
4.4 Fixed Effect Model 86
4.5 Uji Normalitas 87
4.6 Uji Glejser 89
4.7 Uji Multikolinieritas 89
4.8 Uji Koefisien Determinasi 90
4.9 Nilai Probabilitas (F-Statistik) 91
4.10 Nilai Probabilitas (T-statistik) 92
xii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
1.1 Penyerapan Tenaga Kerja di Sektor UMKM dan UB
tahun 2009-2013 6
1.2 Laju Pertumbuhan PDRB Prov. Jawa Barat dan Kab.
Bogor Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010-2014 6
3.1 Kurva Distribusi Data 59
4.1 Luas Daerah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan
Penduduk di Wilayah Bogor Barat 66
4.2 Luas Daerah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan
Penduduk di Wilayah Bogor Tengah 68
4.3 Luas Daerah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan
Penduduk di Wilayah Bogor Timur 69
4.4 PDRB Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Konstan
Tahun 2013 71
4.5 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bogor 73
4.6 PDRB Kecamatan Atas Dasar Harga Konstan di
Kabupaten Bogor Tahun 2015 ( Juta Rupiah) 74
4.7 Presentase Unit Usaha Menurut Lapangan Usaha &
Skala Usaha 2015 76
4.8 Unit UMKM per Kecamatan Kabupaten Bogor 77
4.9 Modal UMKM di Kabupaten Bogor 78
4.10 Laba UMKM Kabupaten Bogor 79
4.11 Distribusi (%) Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha
& Skala Usaha Kabupaten Bogor Tahun 2015. 80
4.12 Jumlah Tenaga Kerja UMKM 81
4.13 Jumlah Tenaga Kerja UMKM per kecamatan tahun
2015 82
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisiskan sebagai perkembangan
kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang
diproduksi dalam masyarakat bertambah. Sedangkan pembangunan ekonomi
didefinisikan sebagai pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh perubahan
dalam struktur dan corak kegiatan ekonomi. (Sukirno, 2011:423)
Tujuan pembangunan ekonomi setiap negara adalah tercapainya
pembangunan ekonomi yang adil dan merata. Pembangunan ekonomi adalah
sebuah usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang diukur
melalui tinggi rendahnya pendapatan riil per kapita. Pembangunan ekonomi
merupakan suatu proses multidimensi yang melibatkan perubahan-perubahan
besar dalam struktur sosial, sikap masyarakat, dan kelembagaan nasional,
seperti halnya percepatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan
ketidakmerataan dan pemberantasan kemiskinan absolut (Todaro, 2009:16)
Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, tentunya
pembangunan ekonomi di negara berkembang bertujuan menciptakan tingkat
gross national product (GNP) yang setinggi-tingginya, akan tetapi diikuti
dengan pemberantasan kemiskinan, penanggulangan ketimpangan
pendapatan, penyediaan lapangan kerja, pendidikan yang lebih baik,
peningkatan standar kesehatan dan nutrisi, perbaikan kondisi lingkungan
2
hidup, pemerataan kesempatan, pemerataan kebebasan individual, dan
penyegaran kehidupan budaya. (Widyantoro, 2013:1)
Salah satu ukuran pembangunan dan pertumbuhan ekonomi suatu
negara dapat dilihat dari pendapatan nasionalnya. Ukuran pendapatan
nasional yang sering digunakan adalah Produk Domestik Bruto. Produk
Domestik Bruto (PDB) diartikan sebagai total nilai atau harga pasar (market
prices) dari seluruh barang dan jasa akhir (final goods and services) yang
dihasilkan oleh suatu perekonomian selama kurun waktu tertentu (biasanya 1
tahun). (Muana Nanga 2001 dalam Hapsari 2014:89). Jadi PDB merupakan
indikator penting untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi suatatu negara,
apabila laju PDB suatu negara terus naik maka dapat dikatan negara tersebut
perekonomiannya lebih baik dari tahun sebelumnya.
Untuk mencapai hal tersebut maka digunakan salah satu paradigma
pembangunan yaitu melalui strategi pemberdayaan. Konsep Empowerment
sebagai suatu konsep alternative pembangunan, yang pada intinya
memberikan tekanan pada otonomi pengambilan keputusan dari suatu
kelompok masyarakat, yang berlandas pada sumber daya pribadi, langsung,
melalui partisipasi, demokrasi, dari pembelajaran sosial melalui pengalaman
langsung. (Friedman, 1999 dalam Hapsari 2014:90)
Kebijakan pemberdayaan UMKM secara umum diarahkan untuk
mendukung upaya penanggulangan kemiskinan dan kesenjangan, penciptaan
kesempatan kerja, peningkatan ekspor dan daya saing, serta revitalisasi
3
pertanian dan pedesaan yang menjadi prioritas nasional. (Sumodiningrat,
2015:144)
Ketika terjadi krisis ekonomi 1998, hanya sektor UMKM yang
bertahan dari kolapsnya ekonomi, sementara sektor usaha yang lebih besar
(UB) justru tumbang oleh krisis. Krisis ini telah mengakibatkan kedudukan
posisi pelaku sektor ekonomi berubah. Usaha besar satu persatu mengalami
bangkrut karena bahan baku impor meningkat secara drastis, biaya cicilan
utang meningkat sebagai akibat dari nilai tukar rupiah terhadap dollar yang
menurun dan berfluktuasi. Sektor perbankan yang ikut terpuruk turut
memperparah sektor industri dari sisi permodalan. Banyak perusahaan yang
tidak mampu lagi meneruskan usaha karena tingkat bunga yang tinggi.
Berbeda dengan UMKM yang sebagian besar tetap bertahan, bahkan
cenderung bertambah. (Kristiyanti, 2012:64)
UMKM di Indonesia selalu digambarkan sebagai sektor yang
mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi, karena sebagian
besar jumlah penduduk Indonesia berpendidikan rendah dan hidup dalam
kegiatan usaha mikro, kecil dan menengah baik di sektor tradisional maupun
modern. Serta UMKM mampu menyerap banyak tenaga kerja baik di
pedesaaan maupun diperkotaan. Peran UMKM ini menjadi bagian yang
penting dalam pembangunan ekonomi di Indonesia .
4
Tabel 1.1 :
Peran UMKM sebagai Penyumbang PDB Indonesia Atas Dasar Harga
Konstan (Milyar)
Tahun UMKM UB
2009 1.212.599 876.459
2010 1.282.571 935.375
2011 1.369.326 1.007.784
2012 1.451.460 1.073.660
2013 1.536.919 1.133.396 Sumber : Kementrian Koperasi dan UKM RI
UMKM memiliki kontribusi terbesar dalam penyumbang PDB
nasional dalam kurun waktu 2009-2013 yaitu sebesar 58% sedangkan untuk
UB sebesar 42%. Peran penting UMKM secara umum dapat kita lihat dari
perkembangan yang signifikan dan peran UMKM sebagai penyumbang PDB
terbesar di Indonesia. Pada tahun 2009 hingga tahun 2013 menunjukkan
peningkatan jumlah PDB UMKM dari Rp1.212.599 Milyar menjadi
Rp1.536.919 Milyar atau rata-rata mengalami perkembangan sebesar 6% per
tahun. Kemudian pada Usaha Besar (UB) sumbangan terhadap perkembangan
PDB lebih sedikit dibandingkan UMKM, namun dengan persentase rata-rata
perkembangan yang sama yaitu sebesar 6% per tahun dari tahun 2009 sebesar
Rp876.459 juta dan pada tahun 2013 sebesar Rp1.133.396 Milyar. Kontribusi
UMKM terhadap pembentukan PDB nasional lebih besar dibandingkan
dengan usaha besar (UB).
Hal di atas menunjukkan bagaimana peran UMKM sangat dominan
dalam pembangunan ekonomi nasional. Sehingga pemberdayaan UMKM
merupakan sesuatu yang sangat penting dalam upaya meningkatkan
pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Sumbangsih UMKM terhadap PDB
5
menjadikan indikator pentingnya UMKM dalam peningkatan pertumbuhan
perekonomian di Indonesia,
Selain sebagai penyumbang PDB nasional UMKM juga memiliki
peran penting sebagai penyerap tenaga kerja. UMKM mempunyai
karakteristik padat karya, yang berarti mempunyai potensi pertumbuhan
kesempatan kerja sangat besar, pertumbuhan UMKM dapat dimasukkan
sebagai elemen penting dari kebijakan nasional untuk meningkatkan
kesempatan kerja dan menciptakan pendapatan, terutama bagi masyarakat
miskin. Hal ini juga bisa menjelaskan kenapa pertumbuhan UMKM menjadi
semakin penting di pedesaan di negara yang berkembang, terutama di daerah-
daerah dimana sektor pertanian mengalami stagnasi atau sudah tidak mampu
lagi menyerap pertumbuhan tahunan dari penawaran tenaga kerja di
perdesaan. Sesuai teori dari A. Lewis (suplai tenaga kerja tak terbatas),
kondisi kelebihan tenaga kerja di pedesaan akan menciptakan arus migrasi
terus-menerus dari perdesaan ke perkotaan. Apabila kegiatan-kegiatan
ekonomi perkotaan tidak mampu menyerap para pendatang tersebut, jumlah
pengangguran akan meningkat, dan akan muncul banyak masalah social di
perkotaan. Karena itu, kegiatan-kegiatan nonpertanian diperdesaan, terutama
industri, diharapkan bisa berfungsi sebagai sumber penyerapan kelebihan
penawaran tenaga kerja sektor pertanian, sehingga bisa membatasi arus
migrasi ke perkotaan.(Tambunan, 2012:2).
6
Menurut Kementrian Koperasi dan UMKM RI tahun 2009 sampai
tahun 2013 rata-rata UMKM mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 97
persen dan sisanya 3 persen tenaga kerja terserap oleh UB.
Gambar 1.1
Penyerapan Tenaga Kerja di Sektor UMKM dan UB tahun 2009-2013
Sumber : Kementrian Koperasi dan UKM RI
Gambar 1.2
Laju Pertumbuhan PDRB Prov. Jawa Barat dan Kab. Bogor
Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010-2014
Sumber : BPS Kabupaten Bogor
Laju pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Barat dari tahun 2010 sampai
taun 2014 mengalami naik turun atau berfluktuatif. Tahun 2010 angka
97%
3%
UMKM UB
6,2 6,48
6,21 6,34
5,06 5,09
5,86 6,01 6,16 6,06
0
1
2
3
4
5
6
7
2010 2011 2012 2013 2014
Prov. Jabar
Kab. Bogor
7
pertumbuhannya 6,2 persen kemudian ditahun-tahun selanjutnya
pertumbuhan ekonominya mengalami naik turun hingga tahun 2013 angka
pertumbuhannya 6,34 persen dan mengalami penurunan pada tahun 2014
yaitu menjadi 5,06. Perlambatan laju ekonomi tersebut disebabkan oleh
melambatnya kinerja ekspor. Hal ini juga tercermin dari sisi sektoral dengan
melambatnya pertumbuhan sektor utama Jawa Barat yakni sektor industry
pengolahan, sektor pertanian, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran.
Dalam kurun waktu tahun 2010-2014 pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Bogor mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Tahun 2010
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor 5,09 persen dan hingga tahun 2013
pertumbuhan ekonominya mencapai 6,16 persen dan pada tahun 2014 sedikit
mengalami penurunan menjadi 6,06 persen hal ini dikarenakan ada beberapa
sektor yang mengalami penurunan diantaranya adalah sektor pertanian, sektor
perdagangan, transportasi dan pergudangan, jasa keuangan dan jasa
perusahaan.
Uraian diatas mengungkapkan bahwa Pengembangan dunia usaha di
Kabupaten Bogor tidak bisa dilepaskan dari peranan dunia usaha yang sudah
ada, baik skala kecil maupun skala besar. Jumlah dunia usaha yang semakin
banyak dan keberadaannya tersebar luas keseluruh plosok pedesaan,
sekalipun distribusinya terkadang ditemui beberapa kendala. Salah satu
pendorong pertumbuhan ekonomi adalah adanya iklim investasi yang baik
ditunjang oleh produktifitas yang tinggi. Setiap Pemerintah Daerah
mempunyai wewenang untuk mengatur pemerintahannya terutama dalam
8
menggali potensi-potensi yang ada di daerahnya untuk dijadikan sebgai
sumber-sumber pendapatan asli daerahnya.
Kabupaten Bogor menjadi salah satu daerah yang menarik dan
berpotensi untuk pengembangan dunia usaha. Dikarenakan Kabupaten Bogor
memiliki jumlah unit UMKM terbesar kedua setelah Kabupaten Sukabumi.
Dengan jumlah sekitar 14.288 unit usaha tahun 2009 hingga tahun 2011
jumlahnya mencapai 14.505 unit. dengan jumlah unit usaha yang semakin
bertambah setiap tahunnya dan ditambah lagi potensi alam yang dimiliki oleh
Kabupaten Bogor menjadikan kabupaten ini menjadi wilayah yang sangat
subur untuk pertumbuhan dunia usaha atau UMKM. Tentunya pengembangan
UMKM akan meningkatkan perekonomian yang ada di daerah baik individu
maupun keseluruhan (PAD) Kabupaten Bogor. Menurut Hapsari Peranan
UMKM sangat penting dalam menumbuhkan dan mengembangkan potensi
ekonomi rakyat serta dalam mewujudkan kehidupan demokrasi ekonomi yang
bercirikan demokratis, kebersamaan, kekeluargaan dan keterbukaan.
(Hapsari,2014:92). UMKM sendiri memiliki ruang gerak dan kesempatan
usaha yang luas, terutama yang menyangkut kepentingan kehidupan ekonomi
rakyat dan kebanyakan UMKM tersebar keseluruh pelosok-pelosok daerah,
sehingga perekonomian masyarakat daerah bisa terus tumbuh.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji sejauh mana hubungan
antara pertumbuhan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Daerah di Kabupaten Bogor. Dimana pertumbuhan
UMKM dilakukan dengan cara memberdayakan UMKM yang ada di
9
Kabupaten Bogor agar bisa tumbuh dan berkembang. Dengan pertumbuhan
UMKM diharapkan dapat memiliki dampak yang baik bagi perekonomian
daerah.
Pemberdayaan adalah proses menyeluruh; proses aktif antara motivator,
fasilitator dan kelompok masyarakat yang perlu diberdayakan melalui
peningkatan pengetahuan, ketrampilan, pemberian berbagai kemudahan serta
peluang untuk akses sistem sumber daya alam dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. proses pemberdayaan meliputi enabling
(menciptakan suasana kondusif), protecting (perlindungan dari ketidak
adilan), supporting (bimbingan dan dukungan), dan foresting (memelihara
kondisi yang kondusif tetap seimbang). (Sumodiningrat, 2015:20)
Tujuan Pemberdayaan secara umum merupakan membangun daya
dengan mendorong dan memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan
potensi atau daya yang dimiliki serta adanya upaya untuk mengembangkan
kearah yang lebih baik. (Hapsari, 2014:95)
Pesatnya Perkembangan dunia usaha juga diimbangi dengan
pertumbuhan UMKM di Kabupaten Bogor yang terus meningkat setiap
tahunnya. Namun dalam perkembangan dan pertumbuhannya itu masih
banyak masalah dan dan hambatan yang dihadapi oleh UMKM di kabupaten
Bogor, baik itu hambatan internal maupun hambatan eksternal. Menurut
Kristiyanti (2012:73) Hambatan internal antara lain yaitu, Pertama
Kurangnya permodalan UMKM, yang pada umumnya UMKM merupakan
usaha perorangan dan mengandalkan modal sendiri yang jumlahnya terbatas
10
sedangkan pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lainnya sulit diperoleh
karena persyaratan administrativ yang tidak dapat dipenuhi oleh pelaku
usaha.. Kedua Keterbatasan kualitas SDM usaha kecil baik dari segi
pendidikan formal maupun pengetahuan dan keterampilannya sangat
berpengaruh terhadap manajemen pengelolaan usahanya, sehingga usaha
tersebut sulit untuk berkembang dengan optimal.
Hambatan eksternal diantaranya adalah 1) iklim usaha yang belum
kondusif, 2) Kurangnya informasi yang berhubungan dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, menyebabkan sarana dan prasarana yang mereka
miliki juga tidak cepat berkembang dan kurang mendukung kemajuan
usahanya. 3) Praktek pungutan tidak resmi atau lebih dikenal dengan
pungutan liar menjadi salah satu kendala juga bagi UMKM karena menambah
pengeluaran yang tidak sedikit. 4) implikasi otonomi daerah, perubahan UU
tentang Pemerintahan Daerah akan mempunyai implikasi terhadap pelaku
bisnis kecil dan menengah berupa pungutan-pungutan baru yang dikenakan
pada UKM. 5) Sebagian besar produk industri kecil memiliki ciri atau
karakteristik sebagai produk-produk dan kerajinan-kerajian dengan ketahanan
yang pendek. Dengan kata lain, produk-produk yang dihasilkan UKM
Indonesia mudah rusak dan tidak tahan lama. 6) Terbatasnya akses pasar akan
menyebabkan produk yang dihasilkan tidak dapat dipasarkan secara
kompetitif baik di pasar nasional maupun internasional. 7) Pasar Bebas
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang menuntut UMKM agar lebih
11
inofatif dan memproduksi barang dengan efektif dan efisien tentunya dengan
kualias standar global.
Dengan peningkatan pertumbuhan jumlah UMKM Kabupaten Bogor
setiap tahunnya ternyata UMKM di Kabupaten Bogor masih memiliki banyak
hambatan, maka dari itu Kabupaten Bogor dipilih sebagai lokasi penelitian
akan pengaruh pertumbuhan UMKM terhadap pertumbuhan ekonomi daerah.
Dalam penelitian ini pertumbuhan UMKM menggunakan variabel jumlah
unit UMKM, modal UMKM, laba UMKM, tenaga kerja UMKM dan
pertumbuhan ekonomi daerah menggunakn variabel PDRB perkapita
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka diperoleh rumusan masalah
sebagi berikut:
1. Apakah Terdapat Pengaruh Jumlah UMKM, Modal UMKM, Laba
UMKM dan Tenaga Kerja UMKM terhadap PDRB perkapita di
Kabupaten Bogor ?
2. Apakah Terdapat Pengaruh Signifikan Jumlah UMKM terhadap PDRB
perkapita di Kabupaten Bogor ?
3. Apakah Terdapat Pengaruh Signifikan Modal UMKM terhadap PDRB
perkapita di Kabupaten Bogor?
4. Apakah Terdapat Pengaruh Signifikan Laba UMKM terhadap PDRB
perkapita di Kabupaten Bogor?
5. Apakah Terdapat Pengaruh Signifikan Tenaga Kerja UMKM terhadap
PDRB perkapita di Kabupaten Bogor?
12
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka diperoleh tujuan penelitian sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh jumlah UMKM, modal UMKM, laba
UMKM dan tenaga kerja UMKM terhadap PDRB perkapita di Kabupaten
Bogor.
2. Untuk mengetahui pengaruh jumlah UMKM terhadap PDRB perkapita di
kabupaten Bogor
3. Untuk mengetahui pengeruh modal UMKM terhadap PDRB perkapita di
kabupaten Bogor
4. Untuk mengetahui pengeruh laba UMKM terhadap PDRB perkapita di
kabupaten Bogor
5. Untuk mengetahui pengaruh tenaga kerja UMKM terhadap PDRB
perkapita di kabupaten Bogor
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa
pihak,yaitu;
1. Untuk pemerintahan daerah, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk
mengambil keputusan dalam pengembangan UMKM dalam rangaka
meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah di kabupaten Bogor.
2. Untuk akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
wawasan pengetahuan khususnya dalam pengembangan UMKM, serta
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.
13
3. Bagi masyarakat umum, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi pentingnya UMKM dan menjadikan masyarakat ikut berperan
dalam meningkatkan pertumbuhan UMKM.
14
BAB II
Tinjauan Pustaka
A. Landasan Teori
1. Usaha Micro, Kecil dan Menengah (UMKM)
a. Definisi Usaha Micro, Kecil dan Menengah (UMKM)
Berikut ini adalah beberapa definisi UMKM menurut lembaga
pemerintahan dan UU :
i. Menurut Kementrian Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah (Kemenegkop dan UKM)
Usaha Kecil (UK) termasuk Usaha Mikro (UMI), adalah
entitas usaha yang mempunyai memiliki kekayaan bersih paling
banyak Rp200 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha, dan memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp1 milyar.
Sementara itu, Usaha Menengah (UM) merupakan entitas usaha
milik warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih
lebih besar dari Rp200 juta sampai dengan Rp10 milyar, tidak
termasuk tanah dan bangunan, dengan omzet pertahun makaimal
Rp50 milyar
ii. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS)
UMKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja, yaitu usaha
mikro merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga
kerja 1 sampai dengan 5 orang dan usaha kecil merupakan entitas
usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 sampai dengan 19
15
orang, sedangkan usaha menengah merupakan entitias usaha yang
memiliki tenaga kerja 20 sampai degan 99 orang.
iii. Menurut Keputusan Menteri Keuangan Nomor
316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994
Usaha kecil didefinisikan sebagai perorangan atau badan
usaha yang telah melakukan kegiatan/usaha yang mempunyai
penjualan/omset per tahun setinggi-tingginya Rp 600.000.000
atau aset/aktiva setinggi-tingginya Rp 600.000.000 (di luar tanah
dan bangunan yang ditempati) terdiri dari : (1) bidang usaha (Fa,
CV, PT, dan koperasi) dan (2) perorangan (pengrajin/industri
rumah tangga, petani, peternak, nelayan, perambah hutan,
penambang, pedagang barang dan jasa).
iv. Menurut UU RI No 20 Tahun 2008
Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang atau
perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi
kriteria Usaha Mikro yang sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang ini. Kriteria usaha mikro adalah memiliki kekayaan
bersih paling banyak Rp. 50 juta tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan
paling banyak Rp. 300 juta.
Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau bahkan usaha yang
bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang
16
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian langsung maupun tidak
langsung dari usaha menegah atau usaha besar yang memnuhi
kriteria usaha kecil sebagai mana dimaksud dalam undang-undang
ini. Kriteria Usaha Kecil adalah memiliki kekayaan bersih lebih
dari Rp50 juta sampai dengan paling banyak Rp500 juta tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dengan total
penghasilan sekitar Rp300 juta sampai Rp2,5 milyar
Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang
berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau bahkan usaha
yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian langsung maupun
tidak langsung dari usaha kecil atau usaha besar yang memnuhi
kriteria usaha kecil sebagai mana dimaksud dalam undang-undang
ini, memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500 juta sampai paling
banyak Rp10 Milyar tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp Rp2,5
milyar sampai dengan paling banyak Rp 50 milyar.
v. Menurut World Bank
UMKM dapat dikelompokkan dalam tiga jenis, yaitu usaha mikro
(jumlah Karyawan 10 orang), usaha kecil (jumlah karyawan 30
orang), usaha menengah (jumlah karyawannya hingga 300 orang).
Dalam perspektif usaha UMKM diklasifikasikan dalam 4
kelomok, yaitu :
17
a) Livelihood Activities, merupakan UMKM yang digunakan
sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang lebih
umum dikenal sebagai sektor informal. Contohnya adalah
pedagang kaki lima
b) Micro Enterprise, merupakan UMKM yang memiliki sifat
pengrajin tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan dalam
mengembangkan usahanya
c) Small Dynamic Enterprise, merupakan UKM yang mampu
berwirausaha dengan menjalin kerjasaama (menerima
pekerjaan subkontrak) dan ekspor
d) Fast Moving Enterprise, merupakan UMKM yang telah
memiliki jiwa kewirausahaan dan akan melakukan
transformasi menjadi Usaha Besar (UB).
b. Peran Penting UMKM
Diakui, bahwa usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM)
memiliki peran penting di dalam pembanagunan dan pertumbuhan
ekonomi. Secara umum UMKM dalam perekonomian nasional
memiliki peran : (1) sebagai pemeran utama dalam kegiatan ekonomi,
(2) penyedia lapangan kerja terbesar, (3) pemain penting dalam
pengembangan perekonomian lokal dan pemberdayaan masyarakat,
(4) pencipta pasar baru dan sumber inovasi, serta (5) kontribusinya
terhadap neraca pembayaran. (Departemen Koperasi).
18
Menurut Vankatesh (2012:793) bahwa dua pertiga dunia usaha
didunia adalah UMKM dan jumlah terbanyak ada di daerah, UMKM
mampu menciptakan banyak lapangan kerja dengan sedikit modal dan
UMKM tersebar hingga pelosok daerah dan sebagai salah satu usaha
pengentas kemiskinan. UMKM memiliki peran penting yaitu sebagai
penyedia lapangan kerja bagi kaum monoritas yaitu masyarakat
dengan kelas belakang (pendidikan rendah) dan juga wanita.
Salah satu keunggulan UMKM adalah, ia terkadang sangat
lincah mencari peluang untuk berinovasi untuk menerapkan teknologi
baru ketimbang perusahaan-perusahaan besar yang telah mapan. Tak
mengherankan jika dalam era persaingan global saat ini banyak
perusahaan besar yang bergantung pada pemasok-pemasok
kecilmenengah. Sesungguhnya ini peluang bagi kta untuk turut
berkecimpung di era global sekaligus menggerakkan sektor ekonomi
riil (Zuhal, 2010).
c. Pemberdayaan UMKM
Menurut UU No.2 Tahun 2008, Pemberdayaan adalah upaya
yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha dan
masyarakat secara sinergis dalam bentuj penumbuhan iklim dan
pengembangan usaha terhadap usaha mikro, kecil dan menengah
sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang
tangguh dan mandiri. Prinsip pemberdayaan UMKM yaitu :
19
1. Penumbuhan kemandirian, kebersamaan dan kewirausahaan
UMKM untuk berkarya dengan prakarsa sendiri.
2. Perwujudan kebijakan public yang transparan, akuntabel dan
berkeadilan
3. Pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi
pasar sesuai dengan kompetensi UMKM
4. Peningkatan daya saing UMKM
5. Penyelarasan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian secara
terpadu.
Indikator keberhasilan yang dipakai untuk mengukur
pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat Usaha Kecil
Menengah (UMKM) (Sumodiningrat dalam Hapsari, 2014:91) yang
mencakup:
(1) Berkurangnya jumlah penduduk miskin. Hal ini berarti makin
bertambahnya lapangan kerja dan jumlah tenaga kerja yang
terserap pada sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
sehingga kesejahteraan penduduk meningkat.
(2) Berkembangnya usaha peningkatan pendapatan yang dilakukan
masyarakat Usaha Kecil Menengah melalui pendirian usaha baru
dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia, artinya ada
kenaikan jumlah usaha terutama Usaha Kecil Menengah yang
diciptakan oleh penduduk yang menjadi target pemberdayaan.
Peningkatan pendapatan berhubungan erat dengan tingkat
20
keuntungan atau laba yang diperoleh oleh masyarakat Usaha Kecil
Menengah.
(3) Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap upaya peningkatan
kesejahteraan keluarga miskin di lingkungannya.
(4) Meningkatnya kemandirian kelompok yang ditandai dengan makin
berkembangnya usaha produktif anggota dan kelompok, makin
kuatnya permodalan kelompok, makin rapinya sistem administrasi
kelompok, serta makin luasnya interaksi sosial dengan kelompok
lain meningkatnya kapasitas masyarakat dan pemerataan
pendapatan yang ditandai dengan peningkatan pendapatan
keluarga miskin yang mampu memenuhi kebutuhan pokok dan
kebutuhan sosial dasarnya.
2. Pertumbuahan Ekonomi
a. Definisi Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan Ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam
perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diprosuksi
dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat
(Sukirno, 2011:9)
Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan
produk nasional bruto rill atau pendapatan nasional rill. Jadi
perekonomian dikatan tumbuh apabila terjadi penambahan output rill
(Raselawati, 2012:34)
21
b. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Harrod Domar
Model hubungan ekonomi fungsional yang menyatakan
bahwa tingkat prtumbuhan PDB (Produk Domestic Bruto)
bergantung pada tingkat tabungan nasional netto dan berbanding
terbalik dengan rasio modal output nsional. Setiap perekonomian
harus menabung bagian tertentu dari pendapatannya, untuk
sekedar mrnganti barang-barang modal yang habis atau rusak.
Tetapi agar bisa tumbuh diperlukan investasi yang merupakan
tambahan netto ke dalam persediaan modal. Misalkan hubungan
ini, yang didalam ilmu ekonomi dikenal sebagai rasio modal-
output (capital-output ratio), kira-kira 3 berbanding 1. Jika kita
tetapkan rasio modal-otput, k,dan selanjutnya kita andaikan juga
bahwa raso tabungan neto, s, adalah bagian tetap output nasional
dan tingkat investasi baru ditentukan oleh tingkat tabungan total.
Teori harrod domar secara sederhana menyatakan bahwa
tidak ada campur tangan pemerintah maka tingkat pertumbuhan
pendapatan nasional secara langsung atau positif akan berkaitan
langsung dengan rasio tabungan (yaitu, semakin besar bagian
GDP perekonomian yang yang dapat ditabung dan diinestasikan,
semakin besar pula pertumbuhan (GDP) dan berbanding terbalik
atau negative berkaitan dengan rasio modal output perekomian
22
(yakni, semakin tinggi rasio modal output, semakin rendah pula
pertumbuhan (GDP).
Selain investasi dua komponen lain pertumbuhan ekonomi
adalah tenaga kerja dan kemajuan tehnologi. Dalam teori ini
tenaga kerja tidak diuraikan secara eksplisit, hal ini disebabkan
karena jumlah tenaga kerja diasumsikan sangat besar dinegara
berkembang dan dapat diperkerjakan sebayak yang diperlukan,
sebanding dengan modal yang diinvestasikan (asumsi ini tidak
selamanya sahih).dalm kaitanya dengan model Harrod Domar,
secara umum dapat dikemukakan bahwa kemajuan tehnologi
dapat diungkapkan sebagai penurunan rasio modal output yang
diperlukan sehingga dimungkinkan pertumbuhan yang lebih besar
untuk tingkat investasi tertentu. Hal ini akan terlihat jelas jika kita
menyadari bahwa rasio ini dalam jangka panjang tidaklah tetap
tetapi dapat berubah sewaktu-waktu, sebagai reaksi terhadap
leberfungsian pasar keuangan dan lingkungan kebijakan. Akan
tetapi, lagi-lagi fokusnya adalah peran investasi modal. (Todaro,
2011:136)
David Ricardo
Garis besar pertumbuhan ekonomi David Ricardo tidak jauh
berbeda dengan teori Adam Smith yaitu bahwa proses
pertumbuhan masih pada perpaduan antara laju pertumbuhan
penduduk dan laju pertumbuhan output. Selain itu Ricardo juga
23
menganggap bahwa jumlah faktor produksi tanah (sumber daya
alam) tidak bisa bertambah sehingga akhirnya menjadi faktor
pembatas dalam proses pertumbuhan suatu masyarakat. Teori
Ricardo ini diungkapkan pertama kali dalam bukunya yang
berjudul The Principles of Political Economy and Taxation
(1917). Salah satu ciri perekonomian Ricardo yaitu bahwa
akumulasi modal terjadi bila tingkat keuntungan yang diperoleh
pemilik modal berada diatas tingkat keuntungan minimal yang
diperlukan untuk melakukan investasi.
Menurut David Ricardo, peranan akumulasi modal dan
kemajuan teknologi cenderung meningkatkan produktivitas
tenaga kerja yaitu bisa memperlambat bekerjanya the law
diminishing returns yang akhirnya akan memperlambat
penurunan tingkat hidup kearah tingkat hidup minimal. Inilah inti
dari proses pertumbuhan ekonomi (kapitalis) menurut Ricardo.
Proses ini adalah proses tarik-menarik antara dua kekuatan
dinamis yaitu the law of diminishing returns dan kemajuan
teknologi yang akhirnya dimenangkan oleh the law of
diminishing returns.
c. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), PDRB merupakan jumlah
nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit
produksi di dalam suatu wilayah atau daerah pada suatu periode
24
tertentu, biasanya satu tahun,tanpa memperhitungkan kepemilikan
produksi.
PDRB perkapita adalah nilai dari hasil pembagian PDRB dengan
jumlah penduduk pertengahan tahun, dalam arti bahwa semakin tinggi
jumlah penduduk akan semakin kecil besaran PDRB perkapita daerah
tersebut. Semakin tinggi PDRB perkapita suatu daerah, semakin baik
tingkat perekonomian daerah tersebut walaupun ukuran ini belum
mencakup faktor kesenjangan pendapatan antar penduduk. Meskipun
masih terdapat keterbatasan, indikator ini sudah cukup memadai untuk
mengetahui tingkat perekonomian suatu daerah dalam lingkup makro,
paling tidak sebagai acuan memantau kemampuan daerah dalam
menghasilkan produk domestik barang dan jasa.
PBRB terbagi menjadi dua yaitu Atas Dasar Harga Berlaku
(ADHB) dan Atas Dasar Harga Konstan (ADHK). PDRB ADHB
merupakan PDRB yang dinilai berdasarkan harga pada tahun berjalan,
baik nilai produksi, biaya antara maupun komponen nilai tambah.
Sedangkan PDRB ADHK merupakan PDRB yang dinilai berdasarkan
harga pada tahun tertentu atau tahun dasar, baik pada saat menilai
produksi, biaya antara maupun komponen nilai tambah. PDRB dapat
dihitung menggunakan tiga pendekatan yaitu :
a. Pendekatan Pengeluaran (Production Approach)
PDRB adalah jumlah nilai produksi barang dan jasa akhir yang
dihasilkan oleh berbagai unit produksiuntuk seluruh lapangan
25
usaha/sektor dalam satu wilayah/region pada suatu waktu tertentu
(biasanya satu tahun).
b. Pendekatan Pendapatan (Income Approach)
PDRB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor
produksi yang ikut dalam proses produksi di suatu wilayah/region
pada jangka waktu tertentu (setahun). Balas jasa faktor prosuksi
tersebut adalah upah gaji, sewa tanah, bunga, penyusutan, dan
keuntungan. Dalam pengertian PDRB termasuk pula penyusutan
barang modal tetap dan pajak tak langsung netto. Jumlah semua
komponen pendapatan ini persektor disebut sebagai nilai tambah
bruto sektoral. PDRB merupakan penjumlahan dari nilai tambah
bruto seluruh sektor (lapangan usaha).
c. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach)
PDRB adalah jumlah semua pengeluaran untuk konsumsi rumah
tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi
pemerintah, pembentukan modal tetap domestic bruto, perubahan
stok, dan ekspor netto disuatu wilayah/region pada suatu priode
setahun. Ekspor netto disini adalah ekspor dikurangi impor.
3. Modal UMKM
a. Penegrtian Modal
Menurut kamus besar bahasa Indonesia modal didefinisikan
sebagai uang pokok, atau uang yang siap dipakai sebagai induk untuk
berniaga, melepas uang dan sebagainya. Definisi ini memperkuat teori
26
lama ekonomi mikro, dimana yang berbentuk uang (money) adalah
salah satu dari faktor produksi, selain manusia (man), bhan baku
(materials), mesin (machine) serta prosedur dan tehnologi (method).
Dari itu jelas bahwa produksi merupakan bagian dari aktivitas
perniagaan dan bisnis.
Meurut Nasution (1997:8) dalam Anisa (2015) dalam Modal
adalah seluruh peralatan yang dibutuhkan manusia untuk
menghasilkan barang dan jasa. Jenis peralatan yang dimaksud adalah
mesin untuk industri atau mesin untuk membajak sawah. Uang juga
termasuk dalam pengertian modal karena uang inilah yang
menyebabkan mesin-mesin tersebut bisa menjalankan fungsinya,
seperti pembelian bahan bakar, bahan baku untuk proses produksi
barang.
Besar kecilnya modal adalah sangat relative, tergantung dari
skala bisnis yang dijalankan. Dengan demikian dapat disimpulkan
apabun jenis usahanya, berapa pun volume usahanya, modal tetap
menjadi modal utama dalam sebuah usaha tanpa modal usaha tidak
akan berjalan. (Soekarno, 2010:2)
b. Kebutuhan Modal Usaha
Pada Prinsipnya, dalam menjalankan usaha terdapat tiga jenis
modal yang diperlukan, yaitu modal investasi awal, modal kerja dan
modal operasional. (suharyadi, 2007:167)
1. Modal Investasi Awal
27
Modal investasi awal adalah modal yang diperlukan di awal usaha,
biasanya dipakai untuk jangka panjang. Contoh modal ini adalah
bangunan serta peralatan seperti seperti computer, kendaraan,
peralatan kantor dan barang-barang lain yang dipakai untuk jangka
panjang. Biasanya modal awal ini nilianya cukup besar karena
dipakai untuk jangka panjang, tetapi nilai modal investasi awal
akan menyusut dari tahun ke tahun, bahkan bisa dari bulan
kebulan. Seluruh modal awal ini seterusnya dihitung biaya
penyusutan yang dibebankan dalam biaya produksi.
2. Modal Kerja
Modal kerja adalah modal yang harus kita keluarkan untuk
membeli atau membuat barang dan jasa yang kita hasilkan. Modal
kerja biasanya dikeluarkan seriap bulan atau setiap dating
permintaan. Contoh, jika usaha kita berupa restoran, maka modal
kerja yang kita butuhkan adalah modal untuk membeli bahan
makanan.
Prinsipnya, tanpa modal kerja kita tidak akan bisa menyelesaikan
pembuatan barang dan jasa sesuai permintaan. Jadi tanpa modal
kerja kita tidak akan mendapat pembeli karena barang dan jasa
tidak ada yang dapat dihasilkan. Banyak cara untuk memperkecil
modal kerja dengan cara kerjasama produksi. Untuk pembuatan
keripik kentang, misalnya, kita dapat melakukan kerjasama dengan
28
distributor kentang untuk membeli dalam jumlah tertentu dan tidak
pindah-pindah distributor.
3. Modal Operasional
Modal operasional adalah modal yang harus dikeluarkan untuk
membayar biaya operasi bulanan dari usaha. Contoh biaya untuk
membayar gaji pegawai, telpon bulanan, listrik, air dll.
Pos-pos dalam modal operasional ini pada setiap bisnis umumnya
hampir sama dan kita kenal sebagai biaya tetap (Fixed Cost). Pada
prinsipnya, yang dimaksud dengan modal operasional adalah uang
yang harus kita keluarkan untuk membayar biaya diluar bisnis kita
secara langsung. Jadi modal operasional biasanya dibayar secara
bulanan.
c. Sumber Permodalan
Untuk memulai suatu usaha, pada dasarnya sumber
permodalan dapat diperoleh melalui :
1) Modal Sendiri
Sumber modal sendiri merupakan cara paling mudah . kebutuhan
modal dibiayai sendiri. Sumber pembiayaan sendiri dapat
diperoleh dari tabungan, dana cadangan atau mempergunakan
asset yang tidak produktif. Selain itu kita bisa bekerja sama
dengan orang lain atau kerabat dalam rangka patungan memiayai
kebutuhan modal.
2) Pinjaman Bank
29
Apabila modal sendiri ternyata tidak mencukupi, maka dapat
memenuhi kebutuhan modal dengan melakukan pinjaman atau
mengajukan kredit pada bank. Kredit Usaha, yaitu kredit yang
ditujukan untuk membiayai usaha produktif. Kredit ini pada
umumnya untuk memenuhi kebutuhan modal kerja.
d. Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)
Pembentukan modal terdiri dari barang yang nampak seperti
pabrik, alat-alat dan mesin, maupun barang yang tidak nampak seperti
pendidikan bermutu tinggi serta kesehatan. Kuznets menyatakan
bahwa pembentukan modal domestik tidak hanya mencakup biaya
untuk konstruksi, peralatan, dan persediaan dalam negeri, tetapi juga
pengeluaran lain, kecuali pengeluaran yang diperlukan untuk
mempertahankan output pada tingkat yang ada. Dan mencakup
pembiayaan untuk pendidikan, rekreasi dan barang mewah yang
memberikan kesejahteraan dan produktivitas lebih pada individu dan
semua pengeluaran masyarakat yang berfungsi untuk meningkatkan
moral penduduk yang bekerja. Jadi pembentukan modal meliputi
modal material dan modal manusia (Jhingan, 2000: 337) dalam
Widyanto (2010,62)
Proses pembentukan modal usaha membantu menaikkan
kapasitas produksi output yang akan menaikkan laju dan tingkat
pendapatan nasional. Jadi kenaikan laju dan tingkat pendapatan
nasional tergantung pada kenaikan laju pembentukan modal. Dan
30
pembentukan modal merupakan kunci utama menuju pertumbuhan
ekonomi
4. Laba Usaha
a. Pengertian Laba
Soemarso dalam Gade (2005:15) Mendefinisikan “laba sebagai
selisih lebih pendapatan atas biaya-biaya yang terjadi sehubungan
dengan usaha untuk memperoleh pendapatan tersebut”. Laba/rugi
merupakan perhitungan secara priodik. Laba/rugi yang sebenarnya
baru dapat diketahui apabila perusahaan menghentikan kegiatan dan
dilikuidasikan. Tetapi, tentusaja managemen dan pihak-pihak yang
lain yang berkepentingan tidak akan sabar apabila untuk mengetahui
laba rugi harus mennati perusahaan dilikuidasi. Bahkan mereka ingin
mengetahui tanda-tanda bahaya terhadap kelangsungan hidup
perusahaan itu sedini mungkin sehingga dapat mengambil tindakan.
Oleh karena itu laba dihitung secara berkala dan biasanya dihitung
setiap tahun setahun sekali.
Menurut Gade dan said khaerul wasif (2005:16). “ Laba
yang diterima oleh perusahaan adalah selisih antara pendapatan dan
biaya”. Jadi pendapatan dan biaya-biaya merupakan elemen-elemen
yang dipergunakan untuk mencari besarnya laba. Elemen-elemen ini
dikelompokkan untuk memberikan pengukuran laba yang berbeda-
beda, yaitu :
31
Laba Bruto, merupakan selisih antara pendapatan dari
penjualan dengan harga pokok penjualan. Laba usaha merupakan
selisih antara laba bruto dengan beban usaha. Laba sebelum pajak
adalah hasil penambhan hasil usaha dengan beban-beban dan
pendapatan lain-lain, pos luar biasa dan pengaruh kumulatif dari
perubahan prinsip akuntansi. Laba bersih adalah laba setelah
dikuranagi dengan pajak penghasilan.
Perhitungan lab/rugi perusahaan dilakukan dengan
membandingkan antara pendapatan dalam suatu periode tertentu
dengan biaya-biaya untuk memperoleh pendapatan tersebut. Selisih
dari pendapatan dan biaya-biaya akan merupakan laba atau rugi untuk
periode tersebut. Jika terjadi selisih lebih pendapatan atas biaya-biaya
yang terjadi berarti perusahaan mendapatkan laba, dan sebaliknya jika
terjadi selisih kurang pendapatan atas biaya-biaya yang terjadi berarti
perusahaan menderita kerugian. Laba yang sering digunakan sebagai
pengukur kempuan perusahaan dalam menjalankan kegiatan utamanya
adalah laba usaha. Karena laba usaha merupakan keuntungan yang
benar-benar hanya didapat dari kegiatan utama perusahaan.
b. Laba terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Peningkatan pendapatan berhubungan erat dengan tingkat
keuntungan atau laba yang diperoleh oleh masyarakat Usaha Kecil
Menengah. Berkembangnya usaha produktif anggota dan kelompok,
makin kuatnya permodalan kelompok, makin rapinya sistem
32
administrasi kelompok, serta makin luasnya interaksi sosial dengan
kelompok lain meningkatnya kapasitas masyarakat dan pemerataan
pendapatan yang ditandai dengan peningkatan pendapatan keluarga
miskin yang mampu memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan
sosial dasarnya.
Laba merupakan indikator dalam pemberdayaan UMKM, Laba
usaha merupakan faktor pendoroang para pengusaha baru untuk
memasuki pasar, yang nantinya akan semakin banyak usaha baru yang
bermunculan dan dengan adanya udsaha-usaha baru maka jumlah
output yang dihasilkan juga akan semakin bertambah sehingga akan
meningkatkan produk domestic regional bruto suatu daerah.
5. Tenaga Kerja
a. Definisi Tenaga Kerja
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Penduduk usia
kerja adalah penduduk berumur 15 tahun dan lebih. Penduduk yang
termasuk angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun dan
lebih) yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak
bekerja dan pengangguran. Penduduk yang termasuk bukan angkatan
kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang masih
sekolah, mengurus rumah tangga atau melaksanakan kegiatan lainnya
selain kegiatan pribadi. Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu
memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling sedikit 1 jam (tidak
33
terputus) dalam seminggu yang lalu. Kegiatan tersebut termasuk pola
kegiatan pekerja tak dibayar yang membantu dalam suatu
usaha/kegiatan ekonomi.
Menurut Mulyadi.S (2003) dalam Karib (2012:56), yaitu:
Tenaga Kerja (man power) Adalah penduduk dalam usia kerja (bersia
15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang
dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap
tenaga mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas
tersebut. Angkatan Kerja (labor force) Adalah bagian tenaga kerja
yang sesungguhnya terlibat, atau berusaha untuk terlibat, dalam
kegiatan produktif yaitu produksi barang dan jasa. Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (Labor force participation rate) Adalah
menggambarkan jumlah angkatan kerja dalam suatu kelompok umum
sebagai persentase penduduk dalam kelompok umur tersebut.
Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia
kerja. Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan
bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk
memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. (Subiyanto,
2011:708)
b. Penawaran dan Permintaan Tenaga Kerja
Permintaan tenaga kerja dalah jumlah tenga kerja yang ingin
dipekerjakan oleh perusahaan pada tingkat upah tertentu. Tiap
34
keputusan perusahaan tentang berapa bnanyak tenaga kerja yang
diminta adalah bagian dari keputusan untuk memaksimalkan laba
secara keseluruhan.(Case & Fair, 2007:221)
Permintaan tenaga kerja berarti hubungan antara tingkat upah
dan jumlah tenaga kerja yang dikehendaki oleh pengusaha untuk
dipekerjakan. Hal ini berbeda dengan permintaan konsumen terhadap
barang dan jasa. Orang membeli barang dan jasa karena barang itu
memberikan nikmat (utility) kepada si pembeli sementara pengusaha
mempekerjakan seseorang karena untuk membantu memproduksikan
barang/jasa untuk dijual kepada konsumen. Oleh karena itu kenaikan
permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja tergantung dari kenaikan
permintaan konsumen akan barang yang diproduksinya. Permintaan
tenaga kerja seperti itu disebut derived demand (Payaman
Simanjuntak, 2001; Purwanto, 2013:7)
Menurut Setiawan (2010;42), Dalam suatu perusahaan untuk
mendapatkan alokasi sumber daya secara efisien dapat dilakukan
dengan dua cara. Pertama, pengusaha perlu memperkirakan hasil
(output) yang diperoleh sehubungan dengan penambahan satu orang
tenaga kerja. Tambahan hasil tersebut dinamakan Marginal Physical
of Labour (MPPL). Kedua, pengusaha menghitung jumlah uang yang
akan diperoleh dari penambahan tenaga kerja tersebut. Jumlah uang
yang diperoleh pengusaha ini disebut Margina Revenue (MR) yang
merupakan nilai dari MPPL tersebut. Jadi MR sama dengan MPPL
35
dikalikan dengan harga per unitnya (P) atau dapat ditulis sebagai
berikut:
MR = VMPPL = MPPL x P
MR = Penerimaan Marginal
VMPPL = Nilai pertambahan hasil marginal dari karyawan
P = Harga Barang yang diproduksi
Selanjutnya, pengusaha mengeluarkan biaya sehubungan
dengan tenaga kerja yang bekerja pada perusahaannya. Biaya tenaga
kerja ini sering disebut upah atau wage (w). Tambahan biaya total
yang disebabkan karena bertambahnya penggunaan satu macam input
per unit output yang dihasilkan dinamakan Marginal Cost. Apabila
MR lebih besar daripada w maka tambahan tenaga kerja akan
menguntungkan pengusaha.
Dengan kata lain, agar keuntungan terus bertambah maka
pengusaha akan menambah jumlah tenaga kerja selama MR lebih
besar daripada w. Namun semakin bertambah jumlah tenaga kerja
yang dipekerjakan, semakin kecil nilai MPP itu sendiri. Inilah yang
dinamakan sebagai hukum Diminishing Return.
Menurut Lyn Squire (1992) dalam setiawan (2010:43) ada
beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan tenaga kerja yaitu,
unit usaha, nilai investasi, nilai output, dan tingkat upah
Penawaran tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang ingin
ditawarkan oleh rumah tangga pada tiap tingkat upah tertentu. Tiap
36
keputusan rumah tangga tentang seberapa banayk jumlah tenaga kerja
yang ditawarkan adalah bagian dari masalah pilihan konsumen secara
keseluruhan dari rumah tangga. (Case & Fair, 2007:221)
Factor-faktor yang mempengaruhi penawaran tenaga kerja
sebagai berikut : 1) Jumlah Penduduk, Makin besar jumlah penduduk,
makin banyak tenaga kerja yang tersedia baik untuk angkatan kerja
atau bukan angkatan kerja dengan demikian jumlah penawaran tenaga
kerja juga akan semakin besar. 2) Struktur Umur, Penduduk Indonesia
termasuk dalam struktur umur muda, ini dapat dilihat dari bentuk
piramida penduduk Indonesia. Meskipun pertambahan penduduk
dapat ditekan tetapi penawaran tenaga kerja semakin tinggi karena
semakin banyaknya penduduk yang memasuki usia kerja, dengan
demikian penawaran tenaga kerja juga akan bertambah. 3) Tingkat
Upah, Secara teoritis, tingkat upah akan mempengaruhi jumlah
penawaran tenaga kerja. Apabila tingkat upah naik, maka jumlah
penawaran tenaga kerja akan meningkat dan sebaliknya. Hal ini dapat
dibuktikan pada kurva penawaran tenaga kerja yang berslope positif.
4) Tingkat Pendapatan, Apabila upah meningkat dengan asumsi jam
kerja yang sama, maka pendapatan akan bertambah. Jika pendapatan
bertambah maka penawaran akan tenaga kerja juga akan bertambah.
5) Kebijaksanaan Pemerintah, Kebijakan pemerintah wajib belajar 9
tahun akan mengurangi jumlah tenaga kerja, dan akan ada batas umur
37
kerja menjadi lebih tinggi. Dengan demikian terjadi pengurangan
penawaran jumlah tenaga kerja
c. Tenaga Kerja terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)
Teori ekonomi menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi,
yang menunjukkan semakin banyaknya output nasional
mengindikasikan semakin banyaknya orang yang bekerja, sehingga
seharusnya mengurangi pengangguran.(Sobita, 2014:142).
Dengan demikian salah satu factor yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi adalah tenaga kerja. Sumber daya manusia
merupakan fsktor dinamika dalam pengembangan ekonomi jangka
panjang bersama dengan ilmu pengetahuan, tehnologi, sumber daya
alam dan kapasitas produksi. Jumlah penduduk dan tenaga kerja
merupakan factor penting dalam merangsang pertumbuhan ekonomi..
Jumlah tenaga kerja yang besar maka akan meningkatkan
produktifitas tenaga kerja yang akan menghasilkan output dan akan
secara langsung mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Dengan
demikian, apabila perekonomian mengalami pertumbuhan, maka
permintaan dan penyerapan tenaga kerja akan meningkat. Artinya
bahwa bila laju pertumbuhan ekonomi tinggi maka jumlah
pengangguran akan turun. Begitupun sebaliknya, jika pertumbuhan
ekonomi rendah maka jumlah pengangguran semakin meningkat.
38
B. Penelitian Terdahulu
1. Jumlah Unit UMKM
Dari hasil penelitian Hapsari (2014:93), pengujian variabel jumlah unit
UKM secata parsial menghasilkan nilai t-hitung sebesar 1.656 dan nilai
probabilitas 0,1285 yang menunjukkan bahwa nilai prob. > 0,05 sehingga
variabel jumlah unit UKM tidak perpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi. Tetapi tidak sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh
Raselawati (2012:80) bahwa variabel jumlah unit UKM memiliki
pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dengan nilai
probabilitas sebasar 0,247 < 0,05 yang menunjukkan pengaruh yang
signifikan. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Govori (2013:701)
yang menyatakn bahwa UKM di sebagian besar negara-negara
berpenghasilan rendah memberikan kontribusi signifikan terhadap
pertumbuhan PDB dan penciptaan lapangan kerja baru. Menurut Hanum
(2010) yang menyatakan bahwa jumlah unit UMKM memiliki pengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi khususnya PDRB di sektor insudtri di
Sumatera Utara.
2. Modal UMKM
Penelitan Raselawati (2012) menyebutkan bahwa investasi UKM memiliki
pengaruh signifikan tehadap pertumbuhan ekonomi dengan nilai
probabilitas sebesar 0,013 <0,05 yang berarti mempunyai pengaruh
signifikan. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Hapsari (2014:93)
juga menyatakan bahwa modal UKM memiliki pengaruh yang signifikan
39
terhadap pertumbuhan ekonomi kota batu dengan nilai probabilitas sebesar
0,0052. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Ilegbinosa (2015:203)
yang menyatakan bahwa kemampuan keuangan UKM memiliki hubungan
positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Nigeria tetapi tidak memiliki
penagruh terhadap pertumbuhan ekonomi Nigeria dengan nilai probabilitas
sebbesar 0,2286.
3. Laba UMKM
Dalam Penelitian Hapsari (2014:93) menyatakan hasil penelitiannya
bahwa modal UKM memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi daerah kota batu dengan probabilitas 0,0188.
4. Jumlah Tenaga Kerja UMKM
Dalam penelitan Hapsari (2014:93) menyebutkan bahwa tenaga kerja tidak
memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dengan nilai
signifikansi sebesar 0,1495. Dalam penelitian Raselawati (2012:78)
menyebutkan bahwa tenaga kerja UKM tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap prtumbuhan ekonomi dengan nilai probabilitas 0,7339.
Menurut penelitian sobita (2015: ) bahwa PDRB memiliki pengaruh
terhadap tenaga kerja. Menurut penelitian yang dikemukakan Annisa
(2015:9) bahwa jumlah tenaga kerja tidak berpengaruh terhadap
pendapatan.
40
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian
1. Pradnya
Paramita
Hapsari, Abdul
Hakim, dan
Saleh Soeaidy
(2014)
“Pengaruh
Pertumbuhan
Usaha Kecil
Menengah (UKM)
Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi Daerah
(Studi Pemerinah
Kota Batu)”
Variabel dependen :
PDRB
Variabel Independen :
1. jumlah UKM
2. penyerapan tenaga
kerja UKM
3. Modal UKM
4. Laba atau
Keuntungan yang
diperoleh UKM
Metode analisis yang
digunakan adlah
analisis regresi data
panel dengan
menggunakan eviews.
Hasil penelitian:
1. Jumlah UKM, penyerapan tenaga kerja
UKM, modal UKM dan laba UKM
mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi kota batu
2. Jumlah UKM tidak berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi kota Batu dengan nilain prob.
0.1285
3. Penyerapan tenaga kerja tidak
berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi dengan nilai prob.
0.1495
4. Modal UKM memiliki pengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan
ekkonomi kota Batu dengan nilai prob.
0.0052
5. Laba UKM memiliki pengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi di kota
Batu denan nilai prob. 0.0188
2. Abdul Karib
(2012)
“Analisis Pengaruh
Produksi, Investasi,
Variabel dependen :
Penyerapan tenaga
Kerja
Model yang telah
dirumuskan akan di
regres untuk
mengestimasi
Hasil analisis data menunjukan
sebagai berikut:
a. Penyerapan tenaga kerja pada sektor
41
dan Unit Usaha
Terhadap
Penyerapan
Tenaga Kerja Pada
Sektor Industri
Sumatera Barat”
Variabel Independen :
1. Produksi
2. Investasi
3. Unit Usaha
persamaan tersebut
dengan menggunakan
metode Ordinairy Least
Square (OLS), dengan
menggunakan data
sekunder dalam
menganalisis yang
diperoleh dari berbagai
sumber, seperti Badan
Pusat Statistik (BPS),
Dinas perindustrian dan
perdagangan Sumatera
Barat (Sektor Industri
dalam angka 1997-
2008).
industry Sumatera Barat dipengaruhi
oleh variabel nilai produksi, nilai
investasi dan jumlah unit usaha.
b. Nilai produksi, nilai investasi, dan
jumlah unit usaha merupakan faktor yang
mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap perubahan jumlah tenaga kerja
yang terserap pada sektor industri
Sumatera Barat tahun 1997 – 2008.
c. Variabel produksi, dan Investasi
merupakan faktor yang cukup
menentukan terhadap jumlah tenaga
kerja yang terserap pada sektor industri
Sumatera Barat. Variabel produksi
memiliki hubungan yang positif dengan
tenaga kerja.
d. Variabel jumlah unit usaha merupakan
faktor yang sangat menentukan terhadap
jumlah tenaga kerja yang terserap pada
sektor industry Sumatera Barat.
3. Imoisi Anthony
Ilegbinosa &
Ephraim Jumbo
(2015)
“Small and
Medium Scale
Enterprises and
Economic Growth
in Nigeria: 1975-
2012”
Variabel dependen:
GDP
Variabel independen :
1. Kemampuan
keuangan UKM
2. Tingkat suku
bunga
Metode analisis yang
digunakan adalah
analisis regresi
berganda dengan
menggunakan metode
OLS (The ordinary
least square), co-
integration and error
Kemampuan keuangan UKM memiliki
hubungan yang positif terhadap
pertumbuhan ekonomi, sedangkan untuk
tingkat suku bunga dan inflasi memiliki
bubungan yang negative dan positif terhadap
pertumbuhan ekonomi
42
3. inflasi correction
4. Mariana
Kristiyanti
(2013)
“Peran Strategis
Usaha Kecil
Menengah (UKM)
Dalam
Pembangunan
Nasional”
UKM dan
Pembanguann
ekonomi nasional
Metode analisis
deskriptif
Usaha Kecil Menengah (UKM) mempunyai
peran yang strategis dalam pembangunan
ekonomi nasional, oleh karena selain
berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan
penyerapan tenaga kerja juga berperan
dalam pendistribusian hasil-hasil
pembangunan.
5. Vera Haryani
Siburian dan
Nenik Woyanti
(2013)
“Analisis
Penyerapan Tenaga
Kerja Pada Industri
Kecil Menengah
(Studi Kasus Pada
Industri Kecil dan
Menengah
Furniture Kayu di
Kabupaten Jepara)”
Variabel dependen :
penyerapan tenaga
kerja pada industry
furniture kayu
Variabel independen :
modal, produktivitas
tenaga kerja, upah
tenaga kerja, usia
usaha
Analisis data dalam
penelitian ini dilakukan
dengan bantuan Metode
Regresi Linear Berganda
yang didouble log dan
Analisis Deskriptif.
1. Variabel modal berpengaruh positif dan
signifikan terhadap penyerapan tenaga
kerja pada industri kecil dan menengah
furniture kayu di Kabupaten Jepara.
2. Variabel produktivitas berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
penyerapan tenaga kerja pada industri
kecil dan menengah furniture kayu di
Kabupaten Jepara.
3. Variabel upah berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap penyerapan tenaga
kerja pada industri kecil dan menengah
furniture kayu di Kabupaten Jepara.
4. Variabel usia usaha berpengaruh positif
dan signifikan terhadap penyerapan
tenaga kerja pada industri kecil dan
menengah furniture kayu di Kabupaten
Jepara.
5. Variabel independen yaitu modal kerja,
43
produktivitas tenaga kerja, upah tenaga
kerja dan usia usaha secara bersama-
sama berpengaruh signifikan terhadap
penyerapan tenaga kerja pada industri
kecil dan menengah furniture kayu di
Kabupaten Jepara.
6. Anwar Ali Shah
G. Syed,
Muhammad
Muneer
Ahmadani,
Naved Shaikh,
and Faiz
Muhammad
Shaikh (2012)
Impact Analysis of
SMEs Sector in
Economic
Development of
Pakistan: A Case of
Sindh
variabel: pertumbuhan
ekonomi, penerimaan
devisa, ekspor,
lapangan pekerjaan,
pengurang kemiskinan
dan tenaga kerja,
UKM
Analisis regresi 1. UKM mempunyahi pengeruh dalam
perekonomian Pakistan dengan nilai
prob. 0,002
2. UKM mempunyai pengaruh yang
signifikan dalam penerimaan devisa
dengan nilai prob.0,020
3. UKM berpengaruh signifikan dalam
peningkatan ekspor dengan nilai
prob.0,014
4. UKM berpengaruh signifikan dalam
PDB Pakistan dengan nilai prob.0,0020
5. UKM berpengaruh dalam penciptaan
lapangan pekerjaan dengan nilai prob.
0,018
7. University of
Cambridge
(2010)
“Stimulating
Growth and
Employment in
the UK Economy”
1. Pertumbuhan
ekonomi dan
lapangan kerja
2. Industri
manufaktur UKM
3. Produktivitas
4. Teknik bisnis
pada penelitian ini
menggunakan metode
analisis deskriptif
kuantitatif
bahwa pertumbuhan industry Inggris
dipengaruhi oleh pengembangan UKM
manufaktur yang ada. UKM juga mampu
mendorong Pertumbuhan nilai financial
(PDB) dan nilai strategis (pertumbuhan
lapangan kerja, pengembangan modal
intelektual, dan pengembangan kemampuan
karyawan).
44
8. Annisa S.
(2015)
“Pengaruh Modal
Usaha, Tenaga
Kerja dan Lama
Usaha terhadap
Pendapatan
Industri Kecil
(Studi Kasus pada
Industri Meubel di
Kelurahan Tanjung
Sekar Kota
Malang)
Variabel dependen :
pendapatan industry
kecil
Variabel independen :
modal usaha, tenaga
kerja dan lama usaha
Analisis regresi linier
berganda
Hasil penelitian membuktikan bahwa
variabel modal usaha,jumlah tenaga kerja,
dan lama usaha,secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap terhadap pendapatan
usaha home industri mebel di Kelurahan
Tunjung Sekar
Sedangakan secara parsial jumlah modal
usaha dan lama usaha berpengaruh
signifikan terhadap pendapatan usaha
seddangkan jumlah tenaga kerja tidak
berpengaruh signifikan terhadap pendapatan
usaha.
9. Ade
Raselawati
(2011)
Pengaruh
perkembangan
UKM terhadap
pertumbuhan
ekonomi pada
sektor UKM di
Indonesia
Variabel depeneden:
PDB sektor UKM
Variabel independen :
ekspor UKM,
investasi UKM dan
jumlah unit UMKM
dan tenaga kerja
UKM
Analisis regresi data
panel
Variabel eksporUKM, investasi UKM, dan
jumlah unit UKM berpengaruh signifikan
terhadap PDB Indonesia sedangkan jumlah
tenaga kerja tidak berpengaruh terhadap
PDB indonesia
45
C. Kerangka Berfikir
Kerangka pemikiran merupakan sintensis dari serangkaian teori yang
tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran
sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi
dari serangkaian masalah yang ditetapkan (Hamid dalam widdyantoro
2013:41).
Tabel 2.2
Bagan Kerangka Berfikir
Pengaruh pertumbuhan UMKM terhadap pertumbuhan ekonomi daerah di
Kab. Bogor
Fakta yang terjadi dilapangan masih banyak masalah dan hambatan yang
dihadapi oleh UMKM yaitu hambatan Internal dan Eksternal
Kebijakan pemerintah dalam memberdayakan UMKM diharapkan mampu
meningkatkan pertumbuhan UMKM yang natinya akan mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi daerah di Kab. Bogor
Analisis Regresi
Data Panel
Data Indikator
Pertumbuhan
UMKM :
1. Jumlah Unit
UMKM (X1)
2. Modal
UMKM (X2)
3. Laba UMKM
(X3)
4. Tenaga Kerja
UMKM (X4)
Data
Perekonomian
daerah
Menggunakan
data Produk
Domestik
Regional Bruto
(PDRB) per kapita
kecamatan yang
ada di Kabupaten
Bogor priode
2012-2015
Hasil dan
Analisis
Kesimpulan dan
Saran
46
D. Hipotesis
Berdasarkan penjelasan penelitian terdahulu diatas dan perumusan
masalah pada bab sebelumnya, maka peneliti akan mejelaskan hubungan
sementara antara variabel-variabel terkait untuk dilakukan pengujian ada atau
tidaknya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil
hipotesis sementara dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
Jumlah UMKM, Modal UMKM, Laba UMKM dan Tenaga
Kerja UMKM terhadap variabel PDRB perkapita di kabupaten
Bogor secara simultan.
H1 : Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
Jumlah UMKM, Modal UMKM, Laba UMKM dan Tenaga
Kerja UMKM terhadap variabel PDRB perkapita di kabupaten
Bogor secara simultan
2. H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
jumlah UMKM terhadap variabel PDRB perkapita di
kabupaten Bogor secara parsial.
H1 : Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
jumlah UMKM terhadap variabel PDRB perkapita di
kabupaten Bogor secara parsial.
3. H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
Modal UMKM terhadap variabel PDRB perkapita di
kabupaten Bogor secara parsial.
47
H1 : Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
Modal UMKM terhadap variabel PDRB perkapita di
kabupaten Bogor secara parsial.
4. H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
Laba UMKM terhadap variabel PDRB perkapita di kabupaten
Bogor secara parsial.
H1 : Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Laba
UMKM terhadap variabel PDRB perkapita di kabupaten Bogor
secara parsial.
5. H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
Tenaga Kerja UMKM terhadap variabel PDRB perkapita di
kabupaten Bogor secara parsial.
H1 : Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
Tenaga Kerja UMKM terhadap variabel PDRB perkapita di
kabupaten Bogor secara parsial.
48
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, penelitian yang
banyak menggunakan angka-angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran
data terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Ruang lingkup
dari penelitian ini adalah menganalisis mengenai pengaruh dari jumlah
UMKM, modal UMKM, laba UMKM dan tenaga kerja UMKM terhadap
pertumbuhan ekonomi daerah, yang nantinya akan melihat kontribusi variabel
independent mempengaruhi Variabel dependen baik secara bersama-sama
(simultan) maupun secara sendiri-sendiri (parsial). Penelitian ini dilakukan
dalam priode 4 tahun yaitu dari tahun dari tahun 2012- 2015 di wilayah
Kabupaten Bogor
B. Metode Penentuan Sampel
Metode yang digunakan dalam pemilihan objek pada penelitian ini
adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah tehnik penentuan
sampel berdasarkan karakteristik anggota yang disesuaikan dengan maksud
dan tujuan penelitian. Sampel dalam penelitian ini yaitu seluruh kecamatan
yang ada di Kabupaten Bogor yang jumlahnya ada 40 kecamatan.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita kecamatan
ditentukan sebagai variabel dependen dalam penelitian ini. Karena PDRB
merupakan indicator untuk mengukur pertumbuhan ekonomi suatu daerah.
Jumlah UMKM, Modal UMKM, Laba UMKM dan Jumlah Tenaga Kerja
49
UMKM ditentukan sebagai variabel independen. Ketersediaan data yang
diperoleh dari dinas-dinas maupun instansi terkait hanya tersedian dari tahun
2012-2015. Sehingga penelitian ini menggunakan data panel, data cross
section di 40 kecamatan Kabupaten Bogor dan data time series selama 4
tahun yaitu 2012-2015. Penggunaan data panel pada awalnya digunakan
untuk mengatasi masalah data availability, hal ini bisa terjadi karena bentuk
data time series yang jumlahnya terlalu minim atau terbatasnya data cros
section. Untuk itu dalam teori ekonometrika kondisi keterbatasan data dapat
diatasi dengan menggunakan data panel agar diperoleh hasil estimasi yang
baik (efisien) dengan terjadinya peningkatan observasi yang berimplikasi
terhadap derajat kebebasan (degree of freedom). (Santikajaya dalam
Raselawati 2013:49).
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain, tidak langsung diperoleh
dari subjek penelitiannya. Data sekunder biasanya berwujud data
dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia. Data yang di gunakan
meliputi : PDRB perkapita kecamatan, dari tahun 2012 – 2015 diperoleh dari
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, untuk data PDRB perkapita
kecamatan tahun 2012 menggunakan metode forecasting (peramalan)
dikarenakan tidak ketersediaan data. Jumlah UMKM, modal UMKM, laba
UMKM dan jumlah tenaga kerja di sektor UMKM, data bersumber dari Dinas
Koperasi, UMKM, Perindustrian dan perdagangan Kabupaten Bogor
50
D. Metode Analisis
Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis regresi data panel
atau data pool yaitu gabungan antara data seksi silang (cross section ) dan
data runtut waktu (time series). Data panel diperkenalkan oleh Howles tahun
1950 merupakan data seksi silang (terdiri atas beberapa variabel), dan
sekaligus terdiri atas beberapa waktu. Sedangkan data pool sendiri merupakan
bagian dari data panel, kecuali masing-masing kemompok dipisahkan
berdasarkan objeknya. (Winarno, 2015:9.1)
Data panel secara substansial mampu menurunkan masalah omitted
variabel. Model yang mengabaikan tentang variabel yang relevan. Untuk
mengatasi interkorelasi diantara variabel-variabel bebas yang pada akhirnya
dapat mengakibatkan tidak tepatnya penaksiran regresi, sehingga metode
panel lebih tepat digunakan (Griffithts, 2001 ; Eviews, 2011:51). (Widyantoro
2014:61)
1. Metode Analisis Data Panel
Menurut Nachrowi dan Usman, (2006:311) untuk mengestimasi
parameter model dengan data panel, terdapat beberapa teknik antara lain:
a. Common Effect Model (CEM)
Pendekatan yang paling sederahan dalam pengolahan data
panel adalah dengan menggunakan metode kuadrat terkecil biasa yang
diterpakan dalam data berbentuk pool, sering disebut pula dengan
Pooled Least Square. Model untuk teknik regresi adalah sebagai
berikut :
51
Y = b1 + b2 X2 + b3 X3it +…….+ bn Xnit + µit
b. Fixed Effect Model (FEM)
Menambahkan model dummy pada data panel, pendekatan
FEM memperhitungkan kemungkinan bahwa penelitian menghadapi
masalah omitted-variabel, yang mungkin membawa perubahan pada
intercept time series atau cross-section. Model ini menambahkan
variabel dummy untuk mengizinkan adanya perubahan intercept.
Model data panel untuk teknik regresi adalah sebagai berikut;
𝑌𝑖𝑡 = 𝑎1 + 𝑎2𝐷2 + ⋯+ 𝑎𝑛 𝐷𝑛 + b2𝑋2𝑖𝑡 + ⋯+ b𝑛 𝑋𝑛𝑖𝑡 + μ𝑖𝑡
c. Random Effect Model
Memperhitungkan error dari data panel dengan metode least
square, pendekatan REM memperbaiki efisiensi proses least square
dengan memperhitungkan error dan cross-section dan time series.
Model RE adalah variasi dari estimasi generalized least square (GLS).
Model data panel untuk teknik regresi adalah sebagai berikut;
𝑌𝑖𝑡 = b1 + b2 𝑋2𝑖𝑡 + ⋯+ b𝑛 𝑋𝑛𝑖𝑡 + 𝛼𝑖𝑡 + μ𝑖𝑡
Ada 2 tahap dalam memilih metode dalam data panel. Pertama kita harus
membandingkan PLS dengan FEM terlebih dahulu. Kemudian dilakukan
uji F-test. Jika hasil menunjukkan model PLS yang diterima, maka model
PLS lah yang akan dianalisa. Tapi jika model FEM yang diterima, maka
tahap kedua dijalankan, yakni melakukan perbandingan lagi dengan
52
model REM. Setelah itu dilakukan pengujian dengan Hausman test untyk
menentukan metode mana yang akan dipakai, apakah FEM atau REM.
d. CEM vs FEM ( Uji Chow)
Uji ini dilakukan untuk mengetahui model Pooled Least
Square (PLS) atau FEM yang akan digunakan dalam estimasi. Relatif
terhadap Fixed Effect Model, Pooled Least Square adalah restricted
model dimana ia menerapkan intercept yang sama untuk seluruh
individu. Padahal asumsi bahwa setiap unit cross section memiliki
perilaku yang sama cenderung tidak realistis mengingat dimungkinkan
saja setiap unit tersebut memiliki perilaku yang berbeda. Untuk
mengujinya dapat digunakan restricted F-test, dengan hipotesis
sebagai berikut.
H0 : Model Common Effect (Restricted)
H1 : Model Fixed Effect (Unrestricted)
Dasar penolakan terhadap hipotesis nol tersebut adalah dengan
menggunakan F Statistic seperti yang dirumuskan oleh Chow:
Dimana:
RRSS = Restricted Residual Sum Square (Sum Square Residual PLS)
URSS = Unrestricted Residual Sum Square (Sum Square Residual
Fixed)
N = Jumlah data cross section
T = Jumlah data time series
53
K = Jumlah variabel independen
Dimana pengujian ini mengikuti distribusi F yaitu F K (N – 1, NT –
N –K). Jika nilai chow statistics (F statistic) hasil pengujian lebih besar
dari F tabel, maka cukup bukti bagi kita untuk melakukan penolakan
terhadap H0 sehingga model yang kita gunakan adalah Fixed Effect
Model, begitu juga sebaliknya.
e. FEM vs REM (Uji Hausman)
Hausman Test adalah pengujian statistik sebagai dasar
pertimbangan kita dalam memilih apakah menggunakan Fixed Effect
Model atau Random Effect Model. Pengujian ini dilakukan dengan
hipotesis sebagai berikut:
H0 : Random Effects Model
Ha : Fixed Effects Model
Sebagai dasar penolakan Ho maka digunakan statistik Hausman dan
membandingkannya dengan Chi square. Statistik Hausman
dirumuskan dengan:
Dimana M adalah matriks kovarians untuk parameter β dan k adalah
derajat bebas yang merupakan jumlah variabel independen. Jika nilai
H hasil pengujian lebih besar dari X2 (k), maka cukup bukti untuk
melakukan penolakan terhadap H0 sehingga model yang digunakan
adalah Fixed Effect Model, begitu juga sebaliknya.
54
Penelitian ini menggunakan analisis pendekatan secara sederhana
menggabungkan seluruh data time series dan cross-section dengan
mengestimasi data panel. Model data panel untuk teknik regresi di
formulasikan sebagai berikut :
Dimana :
Y : PDRB
X1 : Jumlah Unit UMKM
X2 : Modal UMKM
X3 : Laba UMKM
X4 : Jumlah Tenaga Kerja UMKM
β1, β2, β3, β4 : Koefisien masing-masing variabel
α : Konstanta
e : error term
2. Pengujian Hipotesis
Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel-
variabel independen secara individu dan bersama-sama mempengaruhi
signifikan terhadap variabel dependen.Uji statistic meliputi Uji F, Uji t,
dan koefesien determinasi.
a. Koefisien Determinasi (R2)
Koefesien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel depennya. Nilai
55
koefesien determinasi adalah antara nol dan satu nilai R2 yang kecil
berarti kemampuan variabel-variabel indenpenden dalam
menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas dan nilai yang
mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel depennya (Kuncoro, 2003)
b. Uji signifikansi Simultan ( Uji-F)
Dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel
independen dalam penelitian secara bersama-sama berpengaruh
terhadap variabel dependen, perlu dilakukan pengujian koefisien
regresi secara serentak. Pengujian menggunakan derajat signifikansi
nilai F. pengujian ini menggunakan software Eviews 9.0.
H0 : Semua variabel independen tidak berpengaruh terhadap
variabel dependen.
H1 : Semua variabel independen berpengaruh terhadap variabel
dependen.
Dasar pengambilan :
1. Jika nilai probabilitas (signifikansi) > 0,05 maka H0 diterima dan
H1 ditolak.
2. Jika nilai probabilitas (signifikansi) < 0,05 maka H0 ditolak dan
H1 diterima.
56
c. Uji Parsial (uji-t)
Untuk mengetahui apakah variabel independen secara parsial
berpengaruh terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakuakan
dengan melihat derajat signifikansi masing-masing variabel bebas
menggunakan Eviews 9.0.
H0 : Masing-masing variabel independen tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen.
H1 : Masing-masing variabel independen berpengaruh terhadap
variabel dependen.
Dasar pengambil keputusan :
1. Jika nilai probabilitas (signifikansi) > 0,05 maka H0 diterima dan
H1 ditolak.
2. Jika nilai probabilitas (signifikansi) < 0,05 maka H0 ditolak dan
H1 diterima.
d. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Normalitas
Salah satu asumsi dalam penerapan data panel adalah distribusi
probabilitas dari ganggunan uji-t memiliki rata-rata yang
diharapkan sama dengan nol, tidak berkorelasi dan memiliki
varian yang konstan. Salah satu asumsi dalam analisis statistika
adalah data berdistribusi normal. Dalam analisis multivariate,
peneliti menggunakan pedoman kalau tiap variabel terdiri atas
30 data, maka data sudah berdistribusi normal. Apabila analisis
57
melibatkan 3 variabel, maka diperlukan data data sebanyak 3 X
30 = 90.(Winarno, 2015:5.41)
Meskipun demikian untuk menguji dengan lebih akurat, perlu
dilakukan analisis eviews menggunakan dua cara, yaitu dengan
histogram dan uji Jarque-Bera. Jarque-Bera adalah uji statistic
untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal. Uji ini
mengukur perbedaan skewness dan kurtosis data dan
dibandingkan dengan apabila datanya berdistribusi normal.
Rumus yang digunakan adalah :
𝑎 𝑎
[
]
S adalah skewness, K, adalah kurtosis dan k menggambarkan
banyaknya koefisien yang digunakan di dalam persamaan.
Dengan hipotesis :
H0 : Data berdistribusi normal
H1 : Data tidak berdistribusi normal
Uji normalitas juga dapat dilihat dari gambar histogram, namun
seringkali kurvanya tidak mengikuti bentuk kura normal,
sehingga sulit disimpulkan. Lebih mudah bila melihat koefisien
Jarque-Bera dan Probabilitasnya. Kedua angka ini bersifat saling
mendukung.Bila nilai J-B tidak signifikan (lebih kecil dari 2),
maka data berdistribusi normal. Bila probabilitas lebih besar dari
58
5% (bila menggunakan tingkat signifikansi tersebut), maka data
berdistribusi normal.
Teorema Limit Pusat (Central Limit Theorem). Dari suatu
populasi yang memiliki distribusi normal, distribusi mean
sampling juga terdistribusi normal untuk nilai n berapapun
(tidak bergantung ukuran sampel). Dengan kata lain jika
dimisalkan X1, X2, X3,….Xn-1, Xn adalah suatu sampel acak dari
suatu populasi yang berdistribusi normal dengam mean µ dan
deviasi standard σ maka untuk sembarang nilai n, x juga
terdistriusi normal dengan mean µx = µ dan standar deviasi σx =
σ/√n jika populasinya tidak terhingga atau σx = (σ/√n)(√(N-
n)/(N-1) jika populasinya terhingga berukuran N.
Sementara itu dari populasi yang tidak berdistribusi secara
normal, jika ukuran sampel cukup besar (n>30), distribusi mean
sampling akan mendekati distribusi normal (gaussian) apapun
bentuk asli distribusi populasinya.pernyataan ini dikenal sebagai
teorema limit pusat (central limit theorem). Dengan kata lain,
seandainya X1, X2, X3,….Xn-1, Xn adalah suatu sampel acak dari
suatu populasi tidak berdistribusi secara normal dengan mean
dan standar deviasi, maka untuk nilai n yang cukup besar
(n>30). X mendekati suatu distribusi normal denagan mean
mean µx = µ dan standar deviasi σx = σ/√n jika populasinya tidak
59
terhingga atau σx = (σ/√n)(√(N-n)/(N-1) jika populasinya
terhingga berukuran N. (Harinaldi, 2005)
Gambar 3.1
Kurva Distribusi Data
2) Uji Autokorelasi
Autokorelasi (autocorrelation) adalah hubungan antara residual
satu observasi dengan residual observasi lainnya (Winarno,
2015:5.29). Apabila data yang kita analisis mengandung
autokorelasi, maka estimator yang kita dapatkan memiliki
karakteristik estimator kuadran terkecil masih linier, estimator
kuadran terkecil masih tidak bias, estimator kuadran kecil tidak
memiliki varian yang minimum. Autokorelasi menyebabkan
estimatornya bersifat LUE, tidak lagi BLUE.
Uji Durbin-Watson merupakan salah satu uji yang digunakan
dalam mendeteksi autokorelasi. Dengan hipotesis sebagai
berikut: H0 : tidak ada autokorelasi
H1 : ada autokorelasi
60
Apabila d berada diantara 1,54 dan 2,46 maka tidak ada
autokorelasi dan bila nilai d ada diantara 0 hingga 1,10 dapat
dikatan data mengandung autokorelasi
Tabel 3.1
Tabel untuk Menentukan ada tidaknya Autokorelasi
3) Uji Heterokedisitas
Salah satu asumsi yang penting dalam regresi linier berganda
yang harus dipenuhi agar model bersifat best linear unbiased
estimator (BLUE) adalah semua residual atau error mempunyai
varian yang sama (homoskedastisitas). Adapun yang disebut
dengan heteroskedastisitas adalah sebaliknya, yaitu semua
residual atau error mempunyai varian yang tidak konstan atau
berubah-ubah. Pada umumnya heteroskedastisitas terjadi pada
data cross section. Menurut Gujarati (2003), jika pada model
terjadi masalah heteroskedastisitas maka model akan menjadi
tidak efisien meskipun tidak bias dan konsisten. Dan jika regresi
tetap dilakukan, hasil regresi yang diperoleh menjadi
“misleading”.
Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas dalam sebuah model yaitu : metode grafik,
61
uji park, uji glejser, uji korelasi pearman, uji goldfield-quandt,
uji bruesch-pagan-godffrey dan uji white.
Untuk menghilangkan hetroskedastisitas dalam sebuah model
ada beberapa cara Untuk mengatsi masalah heteroskedastisitas
maka menggunakan model WLS (weighted Least Square) atau
kuadrat Terkecil Tertimbang. Metode ini dilakukan dengan cara
membagi persamaan regresi OLS biasa dengan rho (σ), sehingga
persamaan semuala
Yi = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β3X4 + ei
Apabila dibagi dengan σ (standar deviasi variabel dependen)
atau menjadi
𝑌𝑖
𝑖
𝑋
𝑋
𝑋
𝑋
Apabila persamaan diatas dijalankan dengan metode OLS, akan
menghasilkan estimator yang BLUE dan varian residual yang
sudah konstan. (Winarno, 2015:5.27)
Berikut hipotesisnya :
H0 : tidak terdapat heteroskedastisitas
H1 : terdapat heteroskedastisitas
Jika nilai R square setelah pembobotan > R square sebelum
pembobotan maka terima H0 dan sebaliknya. (Mazziya,
2015:24)
62
4) Uji Multikolinearitas
Hubungan yang menyatakan bahwa linear sempurna atau pasti,
di antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari
model regresi. Ada atau tidaknya multikolinearitas dapat
diketahui atau dilihat dari koefisien korelasi masing-masing
variabel bebas. Jika koefisien korelasi di antara masing-masing
variabel bebas lebih besar dari 0,8 maka terjadi multikolinearitas
dan sebaliknya.
E. Operasional Variabel
Sesuai dengan judul penelitian “Pengaruh Pertumbuhan UMKM (Jumlah Unit
UMKM, Modal UMKM, Laba UMKM dan Tenaga Kerja UMKM) terhadap
Pertumbuhan Ekonomi (PDRB perkapita) di Kabupaten Bogor Priode 2012-
2015”. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah PDRB perkapita, dan
variabel independen dalam penelitian ini adalah Jumlah Unit UMKM, Modal
UMKM, Laba UMKM dan Tenaga Kerja UMKM. Untuk mengukur variabel-
variabel diatas, penulis terlebih dahulu akan menjelaskan dan menentukan
indikator yang terkait pada variabel tersebut
1. Produk Domestik Regional Bruto
PDRB merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang
dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu wilayah atau daerah
pada suatu periode tertentu, biasanya satu tahun,tanpa memperhitungkan
kepemilikan produksi. Satuan yang diguanakan untuk variabel ini adalah
jutaan rupiah
63
2. Jumlah UMKM
Peningkatan jumlah perusahaan maka akan meningkatkan jumlah output
yang akan dihasilkan sehingga lapangan pekerjaan meningkat dan akan
mengurangi pengangguran atau dengan kata lain akan meningkatkan
penyerapan tenaga kerja. Sedangkan menurut Karib (2012: 60) jumlah
unit usaha erat dengan penyerapan tenaga kerja pada sektor industri,
dilihat dari terus meningkatnya jumlah usaha. Satuan yang digunakan
pada variabel ini adalah unit.
3. Modal UKM
Menurut kamus besar bahasa Indonesia modal didefinisikan sebagai uang
pokok, atau uang yang siap dipakai sebagai induk untuk berniaga,
melepas uang dan sebagainya. Definisi ini memperkuat teori lama
ekonomi mikro, dimana yang berbentuk uang (money) adalah salah satu
dari faktor produksi, selain manusia (man), bhan baku (materials), mesin
(machine) serta prosedur dan tehnologi (method). Dari itu jelas bahwa
produksi merupakan bagian dari aktivitas perniagaan dan bisnis. Satuan
yang digunakan pada variabel ini adalah milyar rupiah.
4. Laba UMKM
Soemarso dalam Gade (2005:15) Mendefinisikan “laba sebagai selisih
lebih pendapatan atas biaya-biaya yang terjadi sehubungan dengan usaha
untuk memperoleh pendapatan tersebut”. Laba/rugi merupakan
perhitungan secara priodik. Satuan yang digunakan dalam variabel ini
adalah milyar rupiah
64
5. Tenaga Kerja UMKM
Tenaga kerja UMKM dalah tenaga kerja yang bekerja di sektor UMKM.
Penyerapan tenaga kerja adalah banyaknya orang yang dapat tertampung
untuk bekerja pada suatu unit usaha atau lapangan pekerjaan. Satuan yang
digunakan pada variabel ini adalah jiwa.
Tabel 3.2 :
Definisi Operasional Variabel
Jenis Variabel Indicator Definisi Variabel
Dependen Produk Domestik
regional Bruto
PDRB yang digunakan dalam penelitian
ini adalah PDRB perkapita per
kecamatan Kabupaten Bogor dalam
priode 2012-2015
Independen Jumlah UKM Jumlah UKM yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan
pertumbuhan jumlah UKM setiap
tahunnya perkecamatan di Kabupaten
Bogor priode 2012-2015
Modal UKM Modal UKM dalam penelitian ini
merupakan modal yang dimiliki oleh
pengusaha setiap kecamatan kabupaten
bogor tahun 2012-2015
Laba UKM Laba UKM dalam penelitian ini
merupakan keuntungan yang diperoleh
pengusaha setiap tahunnya di seluruh
kecamatan di kabupaten bogor tahun
012-2015
Jumlah Tenaga
Kerja UKM
Jumlah tenaga kerja UKM dalam
penelitian ini menggunakan jumlah
tenaga kerja yang bekerja di sektor
UKM setiapa tahunnya di setiapa
kecamatan kabupaten bogor tahun 2012-
2015
65
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Wilayah Kabupaten Bogor memiliki luas 2.301,95 Km2, berarti
Kabupaten Bogor luasnya sekitar 5,19 % dari luas Wilayah Propinsi Jawa
Barat. Secara geografis terletak antara 6,190 LU – 6,470 LS dan 1060 1’ -
1070 103’ Bujur Timur dengan tipe morfologi wilayah yang bervariasi, dari
dataran yang relatif rendah di bagian utara hingga dataran tinggi di bagian
selatan. Jumlah penduduk Kabupaten Bogor juga relative besar yaitu sekitar 5
juta jiwa.
Kabupaten Bogor memiliki batas strategis antara lain :
Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi
Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Lebak
Sebelah Barat Daya, berbatasan dengan Kabupaten Tanggerang
Sebelah Utara, berbatasan dengan Kota Depok
Sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta
Sebelah Timur Laut, berbatasan dengan Kabupaten Bekasi
Sebelah Tenggara, berbatasan dengan Kabupaten Cianjur
Sebelah Tengah, Kota Bogor
Kabupaten Bogor juga memiliki tri fungsi kabupaten yaitu :
(1) Kabupaten Bogor sebagai penyangga bagi DKI Jakarta, berupa
pengembangan pemukiman perkotaan sebagai bagian dalam system
Metropolitan Jabodetabek
66
(2) Kabupaten Bogor sebagai kawasan konservasi yang berkenaan dengan
dengan posisi geografis di bagian hulu dalam tata air untuk
Metropolitan Jabodetabek
(3) Kabupaten Bogor sebagai daerah pengembangan pertanian, khususnya
holtikultura.
Kabupaten Bogor terbagi menjadi 3 wilayah yaitu :
a. Bogor Barat
Kabupaten Bogor barat terdiri atas 13 kecamatan dengan jumlah
desa 156 desa yang rata-rata per kecamatan terdiri dari 12 desa. Wilayah
Kabupaten Bogor Barat memiliki luas daerah sekitar 109.943 Ha dengan
jumlah penduduk sekitar 1.370.909 jiwa dan nilai kepadatan penduduk
sebesar 12, Berikut luas daerah dan jumlah penduduk serta kepadatan
penduduk perkecamatan di wilayah Bogor Barat :
Gambar 4.1
Luas Daerah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di
Wilayah Bogor Barat
Sumber : BPS Kabupaten Bogor
13.525
6.177
3.283
8.088
3.266
5.106
2.368
11.101
15.890
7.628
20.807
6.445
6.259
86.646
119.489
73.705
139.719
131.284
156.070
57.776
136.768
123.319
57.429
95.982
69.884
122.838
7
20
24
18
42
31 25
13
8
8
5
11
19
Nanggung
Leuwiliang
Leuwisadeng
Pamijahan
Cibungbulang
Ciampea
Tenjolaya
Rumpin
Cigudeg
Sukajaya
Jasinga
Tenjo
Parung Panjang
Luas Daerah (Ha) Jumlah Penduduk (Jiwa) Kepadatan Penduduk
67
Ada 13 kecamatan di Kabupaten Bogor barat dengan luas
kecamatan dan jumlah penduduk yang berbeda-beda. Kecamatan dengan
luas paling besar adalah kecamatan jasinga dengan luas 20.807 Ha, luas
daerah yang begitu besar dengan jumlah penduduk 95.982 jiwa maka
kepadatan penduduk di kecamatan jasinga paling rendah di wilayah
bogor barat yaitu sebesar 5. Kemudian kecamatan dengan luas daerah
paling kecil adalah kecamatan tenjolaya dengan luas sekitar 2.368 Ha
dengan jumlah penduduk 57.776 jiwa, dengan luas wilayah yang kecil
tidak sebanding dengan jumlah penduduk yang ada sehingga nilai
kepadatan penduduk di kecamatan tenjolaya ini cukup besar yaitu sebesar
25. Kecamatan dengan tingkat kepadat penduduk tertinggi di wilayah
bogor barat adalah kecamatan cibungbulang yaitu dengan nilai kepadatan
penduduk sebesar 42 dengan luas wilayah 3.226 Ha dengan jumlah
penduduk sebesar 131.284 jiwa.
b. Bogor Tengah
Wilayah Kabupaten Bogor Tengah terdiri atas 20 Kecamatan
dengan jumlah desa sebanyak 203 desa, rata-rata jumlah desa per
kecamatan sebanyak 10 desa, luas wilayah sekitar 87.939 Ha dengan
jumlah penduduk sekitar 2.846.778 jiwa dan jumlah kepadatan penduduk
sekitar 32. Berikut rincian luas wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan
penduduk per kecamatan di wilayah Bogor Tengah.
68
Gambar 4.2
Luas Daerah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di
Wilayah Bogor Tengah
Sumber : BPS Kabupaten Bogor
20 kecamatan di wilayah Bogor Tengah memiliki luas wilayah
yang berbeda-beda dengan jumlah penduduk yang berbeda pula sehingga
memiliki tingkat kepadatan penduduk yang beragam. Kecamatan dengan
jumlah wilayah paling luas di wilayah bogor tengah adalah kecamatan
babakan madang dengan luas wilayah 9.871 Ha dengan jumlah penduduk
sebesar 115.981 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 11.
Kecamatan cibingong adalah kcamatan dengan jumlah penduduk terbesar
di wilayah bogor tengah yaitu sebesar 384.087 jiwa denga luas wilayah
sebesar 4.337 Ha, besarnya jumlah penduduk tidak senading dengan luas
wilayah yang dimiliki sehingga tingkat kepadatan penduduk di
kecamatan cibinong relative besar yaitu 82. Sedangkan kecamatan
dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi adalah kecamatan ciomas
yaitu sebesar 100 dengan luas wilayah hanya 1.631 Ha dengan jumlah
69
penduduk sebesar 168.040 jiwa. Luas wilayah yang cukup kecil dengan
jumlah penduduk yang relatif banyak yang menyebabkan kepadatan
penduduk di kecamatan ciomas tertinggi dibanding dengan kecamatan
yang lain di wilayah bogor tengah.
c. Bogor Timur
Bogor Timur memiliki 65 desa dan6 kcamatan. Luas wilayah
sekitar 68.501 Ha dengan jumlah penduduk sekitar 2.846.778 jiwa
Berikut rincian luas wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk
per kecamatan di wilayah Bogor Tengah.
Gambar 4.3
Luas Daerah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di
Wilayah Bogor Timur
Sumber : BPS Kabupaten Bogor
Dari tabel di atas dapat dilihat luas wilayah terbesar adalah
kecamatan tanjung sari dengan luas 12.999 Ha dengan jumlah penduduk
51.537 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk yang relative rendah
yaitu sebesar 4. Dan kecamatan dengan jumlah penduduk paling besar
adalah kecamatan gunung putri yaitu sebesar 388.766 jiwa dengan luas
70
daerah paling kecil yaitu 5.629 Ha, dengan luas daerah yang kecil dan
jumlah penduduk yang besar sehingga tingkat kepadatannya relative
besar dibandng dengan kecamatan lain yang ada di wilayah bogor timur
yaitu sebesar 60.
Dari ketiga wilayah di Kabupaten Bogor yaitu, bogor barat, bogor
tengah dan bogor timur yang memiliki jumlah desa terbanyak adalah
wilayah bogor tengah yaitu 203 desa, dan wilayah yang memiliki luas
wilayah terbesar adalah wilayah bogor barat dengan luas 109.943 Ha,
kemudian wilayah dengan jumlah penduduk terbesar adalah wilayah
bogor tengah dengan 2.846.778 jiwa dan wilayah yang memiliki tingkat
kepadatan penduduk tertinggi adalah wilayah bogor tengah yaitu dengan
tingkat kepadatan penduduk sebesar 32.
B. Analisis dan Pembahasan
1. Analisis Deskriptif
a. PBRB (Product Domestic Regional Bruto) Provinsi Jawa Barat
Atas Dasar Harga Konstan
Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang ada di
pulau Jawa yang terdiri dari 27 kabupaten dan kota di dalamnya. Pada
tahun 2013 PDRB Provinsi Jawa Barat mencapai Rp 386,839 triliun.
Dengan perolehan PDRB tersebut tentunya ada kontribusi dari
kabupaten dan kota yang ada di dalamnya, berikut PDRB kabupaten
dan kota di provinsi Jawa Barat.
71
Gambar 4.4
PDRB Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Konstan Tahun
2013
Sumber : BPS Prov. Jawa Barat
Diagram di atas menggambarkan perolehan PDRB kabupaten
dan kota yang ada di Provinsi Jawa Barat, daerah dengan penyumbang
PDRB terbesar di jawa barat adalah kabupaten Bekasi dengan
perolehan PDRB sebesar Rp 65,811 triliun ini dikarenakan kabupaten
bekasi merupakan kawasan industry sehingga PDRB yang diperoleh
cukup besar. Kabupaten bekasi menyumbang sebesar 18 persen dari
total PDRB Provinsi Jawa Barat. Kemudian kontribusi terbesar kedua
di berikan oleh kota Bandung yang menyumbang sekitar 11 persen
dari total PDRB Provinsi atau sebesar Rp40,890 triliun, kota bandung
penyumbang terbesar kedua dikarenakan pemerintah di kota bandung
72
melakukan gerakan ekonomi kreatif sehingga geraka ini mampu
mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Kemudian kontribusi
terbesar diberikan oleh Kabupaten Bogor dengan presentase 11
persean atau sekitar Rp38,378 triliun, kontribusi yang lumayan besar
ini dikarenakan di Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah
yang memiliki jumlah usaha yang cukup besar sehingga
perekonomian daerah juga semakin meningkat.
b. PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kabupaten Bogor
Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan
PDRB merupakan angka yang menggambarkan keadaan
ekonomi suatu wilayah. PDRB terbagi dalam tiga macam yaitu PDRB
berdasarkan lapangan usaha, penggunaan dan pendapatan. Berikut
adalah PDRB Kabupaten Bogor atas dasar harga konstan menurut
lapangan usaha.
Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor trus mengalami
peningkatan dari tahun 2010 sampai tahun 2013 yaitu dari 5,86 persen
meningkat menjadi 6,16 persen pada tahun 2013. Namun pada tahun
2014 pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan menjadi 6,16
persen ini dikarenakan ada beberapa sektor yang mengalami
penurunan diantaranya adalah sektor pertanian, sektor perdagangan,
transportasi dan pergudangan, jasa keuangan dan jasa perusahaan.
73
Gambar 4.5
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bogor
Sumber : BPS Kabupaten Bogor
c. PDRB Berdasarkan Harga Konstan per Kecamatan di Kabupaten
Bogor
Kecamatan Gunung Putri memiliki PDRB terbesar di bandingkan
dengan kecamatan lain di Kabupaten Bogor yaitu sebesar Rp10,43
triliun atau menyumbang sekitar 24 persen dari total PDRB
Kabupaten Bogor. Besarnya PDRB kecamatan gunung putri
disumbang oleh sektor industri terbesar di bandingkan dengan
indrustri dikecamatan lain dengan kontribusi sebesar 69 persen.
Kemudian kecamatan dengan perolehan PDRB terendah yaitu
kecamatan rancabungur sebesar Rp91,87 milyar atau menyumbang
0,21 persen dari total PDRB Kabupaten Bogor. PDRB yang kecil di
kecamatan ini dikarenakan perolehan dari sektor industry yang kecil
yaitu hanya sekitar Rp939 juta jumlah ini adalah jumlah terkecil di
antara kecamatan kecamatan yang lain atau sekitar 0,20 persen.`
2011; 5,86
2012; 6,01
2013; 6,16
2014; 6,06
5,80
5,85
5,90
5,95
6,00
6,05
6,10
6,15
6,20
2010,5 2011 2011,5 2012 2012,5 2013 2013,5 2014 2014,5
Pe
rtu
mb
uh
an E
kon
om
i
Tahun
74
Gambar 4.6
PDRB Kecamatan Atas Dasar Harga Konstan di Kabupaten
Bogor Tahun 2015 ( Juta Rupiah)
Sumber : BPS Kabupaten Bogor
d. Unit Usaha Menurut Sakala Usaha dan Lapangan Usaha
Kabupaten Bogor
Unit usaha atau populasi jumlah UMKM yang mendominasi
total unit total usaha, membuat sektor ini menjadi pemeran utama
dalam perekonomian daerah khususnya dan nasional umumnya.
Sektor UMKM ini menawarkan peluang usaha yang sangat luas
terbukti dari dominannya unit usaha di bidang mikro, kecil dan
75
menengah. UMKM di Kabupaten Bogor tahun 2015 mencapai
707.433 unit usaha atau 99,84 persen dari total unit usaha yang ada
diKabupaten Bogor yaitu 708.598 unit usaha.
Tabel 4.1
Jumlah Unit Usaha Menurut Skala Usaha dan Lapangan Usaha
Kabupaten Bogor Tahun 2015
lapangan Usaha Skala Usaha
Total Mikro Kecil Mengengah Besar
Pertanian 201.082 2.986 249 12 204.329
Pertambangan &
Penggalian 19.396 500
476 60 20.432
Industri
Pengolahan 33.782 7.675
1.761 313 43.531
Listrik, Gas & Air
Bersih 60 49
25 14 148
Kontruksi 24.186 3.759 1.166 139 29.250
Perdagangan,
Hotel & Resto 230.467 16.374
1.738 249 248.828
Pengangkutan &
Komunikasi 102.616 5.596
149 21 108.382
Keuangan, Real
Estat & Jasa
Persh.
3.237 515 250 211 4.213
Jasa-jasa 43.555 5.381 403 146 49.485
Total 658.381 42.835 6.217 1.165 708.598
presentase (%) 92,91 6,05 0,88 0,16 100,00
Sumber : BPS Kabupaten Bogor
Dilihat lebih jauh skala usaha mikro mendominasi populasi
unit usaha dengan total 658.381 unit usaha atau sekitar 92,91 persen,
kemudian usaha kecil sebesar 42.835 unit usaha atau sekitar 6,05
persen, usaha menengah sebanyak 6.217 unit usaha atau 0,88 persen.
Populasi unit usaha skala besar hanya 1.165 unit usaha atau sekitar
0,16 persen.
76
Gambar 4.7
Presentase Unit Usaha Menurut Lapangan Usaha & Skala Usaha 2015
Sumber : BPS Kabupaten Bogor
Dilihat dari usaha mikro presentase unit terbesar ada di sektor
perdagangan yaitu sebesar 35,01 persen kemudian sektor pertanian
sebesar 30,54 persen dan presentase terkecil pada sektor listrik, gas
dan air bersih yaitu hanya sebesar 0,01 persen. Dilihat dari usaha kecil
presentase terbesar ada di sektor perdagangan yaitu sebesar 38,23
persen dan presentase terkecil juga pada sektor listrik, gas dan air
bersih sebesar 0,11. Dilihat untuk usaha menengah untuk presentase
terbesar ada di sektor industry pengolahan sebesar 28,33 persen dan
presentase terkecil yaitu di sektor listrik, gas dan air bersih yaitu
sebesar 0,40 persen.
Dilihat dari presentase unit lapangan usaha, presentase terbesar
unit UMKM terdapat pada sektor perdagangan dan sektor pertanian.
30,54
2,95
5,13
0,01
3,67
35,01
15,59
0,49
6,62
6,97
1,17
17,92
0,11
8,78
38,23
13,06
1,2
12,56
4,01
7,66
28,33
0,4
18,76
27,96
2,4
4,02
6,48
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Pertanian
Pertambangan & Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas & Air Bersih
Kontruksi
Perdagangan, Hotel & Resto
Pengangkutan & Komunikasi
Keuangan, Real Estat & Jasa Persh.
Jasa-jasa
Mengengah Kecil Mikro
77
Kondisi ini menunjukkan bahwa kedua sektor tersebut mudah untuk
berkembang karena tidak memerlukan pendidikan khusus dan modal
yang relative terjangkau.
e. Jumlah Unit UMKM per Kecamatan
Gambar 4.8
Unit UMKM per Kecamatan Kabupaten Bogor 2015
Sumber : Diskoperindag Kabupaten Bogor
Tabel di atas menggambarkan jumlah unit UMKM lima
terbesar dan lima terendah per kecamatan Kabupaten Bogor. Kec.
Leuwiliang memiliki jumlah unit UMKM tertinggi dari pada
kecamatan-kecamatan yang lain dengan total 298 unit, kemudian
kecamatan dengan jumlah unit UMKM tertinggi selanjutnya adalah
Cisarua dengan jumlah UMKM 130 unit, Dramaga 113 unit dan
kecamatan yang memiliki jumlah unit UMKM paling sedikit adalah
gunung putri hanya 7 unit UMKM. Banyak atau sedikitnya jumlah
UMKM di suatu daerah bisa dipengaruhi faktor sumber daya alam,
sumber daya manusia dan modal sehingga jumlah UMKM di setiap
kecamatan di Kabupaten Bogor berbeda-beda.
78
f. Modal UMKM di Kabupaten Bogor
Modal merupakan salah satu faktor produksi yang sangat
penting dalam proses produksi. Besar kecilnya modal juga akan
menetukan seberapa besar output yang dihasilkan. Modal usaha yang
ada di Kabupaten Bogor dari tahun 2012 sampai 2015 banyak
mengalami fluktuasi.
Gambar 4.9
Modal Usaha Mikro, Kecil dan Menegah di Kabupaten Bogor
Sumber : Diskoperindag Kabupaten Bogor
Pada tahun 2012 modal UMKM Kabupaten Bogor sebesar Rp
17,25 milyar dan mengalami peningkatan pada tahun berikutnya yaitu
sebesar Rp 29,44 milyar dan pada tahun 2014 mengalami penurunan
menjadi Rp 26,2 milyar hal ini dikarenakan pada tahun 2014 laju
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bogor sedang mengalami
penurunan. Dan tahun 2015 modal UMKM di Kabupaten Bogor
kembali naik menjadi Rp 33,34 milyar.
g. Laba UMKM di Kabupaten Bogor
Laba atau keuntungan merupakan total pendapatan yang
diperoleh oleh perusahaan atau suatu badan usaha setelah dikurangi
79
dengan biaya produksi. Besar kecilnya laba biasanya dilihat dari
produktifitas dan baiaya yang dikeluarkan dalam proses produksi.
Gambar 4.10
Laba UMKM Kabupaten Bogor
Sumber : Diskoperindag Kabupaten Bogor
Pada tahun 2012 laba usaha yang diperoleh oleh UMKM
sebesr Rp29,09 milyar dan terus mengalami penurunan hingga tahun
2014 laba yang di peroleh hanya Rp17,64 milyar, penurunan ini
disebabkan kondisi ekonomi di Kabupaten Bogor pada tahun 2014
sedang mengalami penurunan sehingga berdampak pada perolehan
laba usaha UMKM dan pada tahun 2015 laba UMKM mulai naik
kembali menjadi Rp19,94 milyar.
h. Tenaga Kerja menurut Lapangan Usaha dan Skala Usaha
Kemampuan UMKM dalam menyerap sebagian besar tenaga
kerja nasional erat kaitannya dengan struktur pendidikan tenaga
kerjanya yang didominasi oleh buruh berpendidikan menegah
kebawah. Oleh karena itu, UMKM yang notabene memiliki tehnologi
pengolahan yang relative sederhana menjadi ladang subur dalam
menyerap tenaga kerja berpendidikan menengah kebawah tersebut.
80
Tidak diperlukan keahlian dan ketrampilan kerja yang tinggi dalam
proses produksi produk-produk UMKM, sehingga sektor UKM
menjadi sektor penekan jumlah penganggurann terbuka di Indonesia
termasuk pula di Kabupaten Bogor.
Gambar 4.11
Distribusi (%) Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha & Skala
Usaha Kabupaten Bogor Tahun 2015.
Sumber : BPS Kabupaten Bogor
Dari tabel sebelumnya dinyatakan bahwa jumlah unit usaha
terbesar adalah unit usaha mikro. Penyebaran tenaga kerja pada usaha
skala mikro terbesar terdapat pada sektor perdangangan sebesar 38,21
persen kemudian sektor pertanian sebesar 19,02 persen dan sektor
industry pengolahan sebesar 11,34 persen.
Sementara pada sektor usaha kecil penyerapan tenaga kerja
terbanyak ada di sektorjasa-jasa sebesar 38,28 persen kemudian sektor
industry pengolahan sebesar 23,42 persen dan sektor perdagangan
sebesar 22,18 persen. Sementara pada sektor menengah, penyerapan
pertanian
pertambangan
pengolaha
n
listrik, gas,
air
kontuksi
perdagang
an
pengangkutan
keuangan
jasa-jasa
mikro 19,20 2,21 11,34 0,01 4,71 38,21 10,34 4,59 9,56
kecil 1,19 1,65 23,42 0,09 9,02 22,18 2,8 1,36 38,28
sedang 5,82 9,06 25,86 0,28 23,28 24,96 1,2 2,76 6,78
besar 0,17 3,97 86,07 1,03 1,44 4,56 0,48 0,11 2,17
-20,00
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
%
81
terabyak terdapat pada sektor industry pengolahan sebesar 25,86
persen, kemudian sektor perdangangan sebesar 24,96 persen dan
sektor kontruksi sebesar 23,28 persen. Adapun sektor usaha besar
penyerapan tenaga kerja terbesar ada pada sektor industry pengolahan
sebesar 86,07 persen.
i. Tenaga Kerja UMKM di Kabupaten Bogor
Gambar 4.12
Jumlah tenaga kerja UMKM (jiwa)
Sumber : BPS Kabupaten Bogor
Tenaga kerja UMKM di Kabupaten Bogor dari tahun 2008-
20013 terus mengalami peningkatan dari tahun 2009 dengan jumlah
tenaga kerja UMKM sebesar 19.202 jiwa terus mengalami kenaikan
sampai yahun 2013 menjadi 21.410 jiwa.
Hal ini disebabkan semakin banyaknya jumlah UMKM yang
tumbuh setiap tahun di Kabupaten Bogor sehingga jumlah tenaga
kerja yang terserap setiap tahunnya juga semakin bertambah. Hal ini
juga akan meningkatkan pendapatan masyarakat dan tentunya
mengurangi pengangguran di daerah.
19.202
20.186
20.721
21.172 21.410
2009 2010 2011 2012 2013
82
Gambar 4.13
Jumlah Tenaga Kerja UMKM per kecamatan tahun 2015
Sumber : Diskoperindag Kabupaten Bogor
Gambar di atas menunjukkan lima kecamatan dengan jumlah
pekerja UMKM tertinggi dan terendah tahun 2015. Kecamatan
dramaga adalah kecamatan yang memiliki jumlah tenaga kerja
terbanyak hal dikarenakan jumlah UMKM di kecamatan dramaga
yang cukup banyak sebesar 113 unit sehingga UMKM di kecamatan
dramaga mampu menyerap banyak tenaga kerja.
Sedangkan jumlah tenaga kerja UMKM terendah adalah di
kecamatan Babakan madang hanya 48 orang hal ini dikarenakan
jumlah UMKM yang ada di kecamatan babakan madang juga relative
sedikit yaitu 18 unit. Jadi semakin banyak jumlah unit UMKM di
suatu wilayah maka semakin banyak pula tenaga kerja yang terserap
namun tidak menutup kemungkinan jika tenaga kerja yang terserap
sedikit karena peusahaan menggunakan faktor produksi padat modal
694
517 502 488 487
67 63 62 56 48
83
daripada padat karya sehingga tenaga kerja tidak terlau dibutuhkan
dalam produksi.
j. Kebijakan Pengembangan UMKM di Kabupaten Bogor
Dalam RPJMD Kabupaten Bogor Tahun 2013-2108, arah
kebijakan pelaksanaan strategi memberdayakan industri kecil dan
menengah difokuskan pada dua hal yaitu (1) Peningkatan fasilitasi dan
dukungan bagi penguatan usaha industri rumah tangga kecil dan
menengah; (2) Peningkatan kompetensi dan penguatan kewirausahaan
serta pengembangan kemitraan diantara pelaku ekonomi.
Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh
indikator outcome, yaitu (1) Kontribusi industri rumah tangga
terhadap PDRB sektor Industri harga konstan; (2) Pertumbuhan
Industri; dan (3) Cakupan bina kelompok pengrajin. Untuk
mendukung pencapaian arah kebijakan tersebut telah dirancang
program pembangunan daerah, yaitu Program Program
Pengembangan Industri Kecil dan Menengah. Arah kebijakan dan
strategi ini termasuk ke dalam urusan industri sehingga Organisasi
Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab
mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan
tersebut adalah Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah Industri dan
Perdagangan (Diskoperindag).
84
2. Estimasi Model Data Panel
Analisis model data panel menggunakan tiga macam pendekatan
estimasi yaitu, (a) pendekatan kuadrat terkecil Pooled Least Square
(PLS); (b) pendekatan efek tetap Fixed Effect Model (FEM); (c)
pendekatan efek acak Random Effect Model (REM). Dimana untuk
memilih metode terbaik dalam data panel menggunakan uji Chow (PLS
vs FEM) dan Uji Hausman (REM vs FEM).
a. Uji Chow (CEM vs FEM)
Pengujian untuk memilih apakah model yang digunakan
Pooled Least Square Model atau Fixed Effect Model, maka
digunakan uji F Restricted dengan membandingkan nilai cross-
section F. Dalam pengujian ini dilakukan dengan hipotesis sebagai
berikut:
H0 : Common Effect Model
H1 : Fixed Effect Model
Pengujian dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :
Jika nilai probabilitas cross-section F > dari α (0,05) maka
terima H0 tolak H1
Jika nilai probabilitas cross-section F < α (0,05) maka terima
H1 tolak H0.
85
Tabel 4.2 :
Uji Chow Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 398.884793 (39,116) 0.0000
Cross-section Chi-square 784.971698 39 0.0000 Sumber : hasil olahan data sekunder
Pada tabel di atas diperoleh nilai probabilitas cross-section F sebesar
0,0000 yang nilainya < 0,05 artinya terima H1 tolak H0. sehingga
dapat disimpulkan bahwa model FEM lebih tepat dibandingkan
dengan model CEM.
b. Uji Hausman (REM vs FEM)
Pengujian statistik sebagai dasar pertimbangan kita dalam
memilih apakah menggunakan Fixed Effect Model atau Random
Effect Model, sebagai dasar penolakan Ho maka digunakan statistik
Hausman dan membandingkannya dengan nilai Chi-square.
Pengujian ini dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut:
H0 : Random Effects Model
H1 : Fixed Effects Model
Pengujian dilakukan dengan kriteria sebagai berikut : Jika nilai Chi-
Sq statistik > dari α (0,05) maka terima H0 tolak H1 dan jika nilai
Chi-Sq statistik < α (0,05) maka terima H1 tolak H0
Tabel 4.3
Uji Hausman
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 9.838764 4 0.0432
86
Sumber : Hasil pengolahan data sekunder
Pada tabel di atas diperoleh nilai probabilitas cross-section
random sebesar 0,0432 yang nilainya < 0,05 artinya tolak H0 terima
H1. sehingga dapat disimpulkan bahwa model FEM lebih tepat
dibandingkan dengan model REM dalam penelitian ini.
c. Fixed Effect Model (REM)
Dari hasil pengujian ketepatan model maka model terbaik
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Fixed Effect Model.
Pengolahan estimasi model ini menggunakan program E-Views 9.0
dan didapatkan hasil sebagai berikut;
Tabel 4.4
Fixed Effect Model
Variable Coefficient Prob.
C
X1
X2
X3
X4
15.02854
-0.033422
-0.003913
0.013689
0.000170
0.0000
0.0086
0.3527
0.0415
0.9851
R-square 0.993349
Adjusted R-squared 0.990883
F-statistic 402.8844
Prob(F-statistic) 0.000000 Hasil olahan data sekunder
Model data panel dengan menggunakan Fixed Effect Model
dapat di jelaskan melalui persamaan sebagai berikut;
Ŷ = 15.02854 - 0.033422X1 - 0.003913X2 + 0.013689X3 +
0.000170X4 + e
Ŷ = Produk Domestik Regional Bruto Perkapita
X1 = Unit UMKM
87
X2 = Modal UMKM
X3 = Laba UMKM
X4 = Tenaga Kerja UMKM
3. Uji Asumsi klasik
a. Uji Normalitas
Tabel 4.5
Uji Normalitas
Jarque Bera 36.53733
Probability 0.000000
Sumber : haasil pengolahan data sekunder
Dari hasil pengujian normalitas didapatkan niali JB sebesar
36.53733 lebih dari 2 dan nilai probabilitas sebesar 0,0000 yang
artinya nilai probailitas 0,0000 < nilai signifikan (0,05) maka dapat
disimpulkan bahwa data tidak terdistribusi normal dalam penelitian
ini. Sehingga peneliti menggunakan dalil theorem Limit central
dimana data yang digunakan lebih dari 30 data (n>30). Dalam
penelitian ini menggunakan 5 variabel dengan 40 objek penelitian
dari tahun 2012-2015 sehingga jumlah data sampelnya ada 160 data
sehingga menurut teorema limit pusat dapat dikatakan data
berdistribusi normal.
b. Uji Autokorelasi
Autokorelsi atau otokorelasi adalah hubungan antara residual
satu dengan observasi dengan residual observasi lainnya. Otokorelasi
ini lebih mudah timbul pada data yang bersifat runtut waktu, karena
88
berdasarkan sifatnya, data masa sekarang sipengaruhi data masa
sebelumnya. Meskipun demikian, tetap dimungkinkan autokorelasi
dijumpai pada data yang bersifat antar objek. (Winarno, 2015:5.31)
Untuk mengidentifikasi adanya autokorelasi dengan
menggunakan nilai Durbin-Watson, apabila dilai dw berada diantara
1,54 dan 2,46 maka tidak ada autokorelasi. Dari hasil pengujian
regresi data panel ini diperoleh nilai dw sebesar 2,27 dimana nilai ini
berada diantara 1,54 dan 2,46. Sehingga dapat diketahui bahwa
model ini tidak ada autokorelasi.
c. Uji Heteroskedastisitas
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi ada atau tidaknya masalah heteroskedastisitas,
diantaranya adalah dengan menggunakan uji glejser. Uji glejser yaitu
dengan meregresi semua variabel, sebagai variabel dependenya
menggunkan nilai absolut residual. (winararno, 2015:5.12)
Dengan hipotesis sebagai berikut :
H0 : tidak terjadi heteroskedastisitas.
H1 : terjadi heteroskedastisitas.
Jika nilai variabel independen < 0,05 atau secara signifikan
mempengaruhi reabs maka ada indikasi heteroskedastisitas,
sebaliknya jika nilai probabilitas variabel independen > 0,05 atau
tidak mempengaruhi reabs maka tidak ada indikasi
heteroskedastisitas.
89
Tabel 4.6
Uji Glejser
Variabel Prob.
C 0.0690
Unit UMKM 0.6471
Modal UMKM 0.3110
Laba UMKM 0.9779
Tenaga Kerja
UMKM 0.3316
Sumber : Hasil pengolahan data panel
Dari uji glejser di atas dapat diketahui koefisien variabel
independent tidak signifikan atau lebih dari 0,05 maka terima H0
tolak H1 dapat disimpulkan tidak terjadi heterokedastisistas
d. Uji Multikolinieritas
Mutlikolinieritas dapat diketahui atau dilihat dari koefisien
korelasi masing-masing variabel bebas. Jika koefisien korelasi di
antara masing-masing variabel bebeas lebih besar dari 0,8 terjadi
multikolnierritas dan sebaliknya jika nilai koefisien korelasi masing-
masing variabel bebas kurang dari 0,8 maka tidak terjadi
multikolinieritas.
Tabel 4.7
Uji Multikolinieritas
X1 X2 X3 X4
X1 1 0.27548 0.29093 0.61320
X2 0.27548 1 0.37112 0.31663
X3 0.29093 0.37112 1 0.36881
X4 0.61320 0.31663 0.36881 1
Sumber : hasil olahan data sekunder
90
Hasil uji korelasi pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai
koefisien masing-masing variabel bebas tidak melebihi 0,8 yang
artinya model ini terbebas dari masalah multikolinieritas.
4. Pengujian Hipotesis
a. Uji Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi ini menunjukkan seberapa besar semua
variabel bebas dalam menjelaskan varian dari variabel terikatnya.
Dalam penelitian ini variabel bebasnya antara lain : Jumlah unit
UMKM, modal UMKM, laba UMKM dan tenaga kerja UMKM. Dan
vaeiabel bebasnya adalah PDRB perkapita.
Tabel 4.8
Koefisien Detreminasi
R-squared 0.993349
Adjusted R-squared 0.990883
Sumber : hasil olahan data sekunder
Berdasarkan hasil pengolahan data pada tersebut, diperoleh
nilai adjusted Rsquared sebesar 0.990883. Hal ini menunjukan
bahwa 99 persen pertumbuhan PDRB perkapita di Kabupaten Bogor
dapat dijelaskan oleh jumlah unit UMKM, modal UMKM, laba
UMKM dan tenaga kerja UMKM. Sedangkan sisanya dijelaskan
oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
b. Uji F-Statistik (Simultan).
Untuk menguji apakah terdapat pengaruh variabel bebas
(Jumlah Unit UMKM, Modal UMKM, Laba UMKM dan Jumlah
Tenaga Kerja UMKM) secara simultan atau secara bersama-sama
91
terhadap variabel terikat (PDRB). Maka digunkan Uji F dengan cara
membandingkan F-statistik dengan F-tabel. Dengan hiposesis
sebagai berikut :
H0 : β1 = β2 = β3 = β4 = 0 : Tidak terdapat penagruh yang
saignifikan antara semua variabel bebas
terhadap variabel terikatnya.
H1 : β1 = β2 = β3 = β4 ≠ 0 : Terdapat pengaruh yang signifikan
antara semua variabel bebeas terhadap
variabel terikatnya.
Dengan kriteria pengujian, jika niali probabilitas (f-statistik) < nilai
signifikansi 0,05 maka tolak H0 dan terima H1 dan jika nilai
probalitas (f-statistik) > nilai signifikansi 0,05 maka terima H0 dan
tolak H1.
Tabel 4.9
Nilai probabilitas (F-Statistik)
F-statistic 402.8844
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber : hasil pengolahan data sekunder
Nilai probabilitas pada tabel di atas sebesar 0.000000< 0,05.
Maka tolak H0 terima H1. Artinya variabel Jumlah Unit UMKM,
Modal UMKM, Laba UMKM dan Jumlah Tenaga Kerja UMKM
secara bersama-sama atau secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap PDRB perkapita.
92
c. Uji T-Statistik (Parsial)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel
bebas (Jumlah Unit UMKM, Modal UMKM, Laba UMKM dan
Jumlah Tenaga Kerja di Sektor UMKM berpengaruh secara parsial
(secara individu) terhadap variabel terikat (PDRB) dan seberapa
besar pengaruhnya secara parsial.
Dengan kriteria membandingkan nilai probabilitas masing
masing variabel. Jika nilai probabilitas masing-masing variabel <
0,05 maka tolak H0 dan terima H1, dan jka nilai probabilitas masing-
masing variabel > 0,05 maka terima H0 dan tolak H1.
Tabel 4.10
Tabel Probabilitas (T-statistik)
Variable Prob.
Unit UMKM
Modal UMKM
Laba UMKM
Tenaga Kerja UMKM
0.0086
0.3527
0.0415
0.9851
Sumber : hasil olahan data sekunder
1) Jumlah Unit UMKM
Pengujian signifikansi secara parsial jumlah unit UMKM
terhadap PDRB perkapita dengan hipotesis sebagai berikut :
H0 = 0 : Jumlah unit UMKM tidak berpengaruh signifikan
terhadap PDRB perkapita.
H1 ≠ 0 : Jumlah unit UMKM berpengaruh signifikan terhadap
PDRB perkapita.
93
Dari hasil estimasi menghasilkan nilai probabilitas sebesar
0.0086 < 0.05. hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan dan antara jumlah unit UMKM terhadap PDRB
perkapita yang artinya peningkatan unit UMKM akan
meningkatkan PDRB perkapita sebesar dari peningkatan unit
UMKM. Variabel jumlah unit UMKM memiliki nilai koefiseien
sebesar -0.0334, yang artinya jika terjadi penambahan jumlah unit
UMKM sebesar 1 persen maka PDRB perkapita Kabupaten
Bogor akan meningkat kurang dari 3,2 persen
Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Raselawati (2011:86) bahwa jumlah unit UKM memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
2) Modal UMKM
Pengujian signifikansi secara parsial modal UMKM
terhadap PDRB perkapita dengan hipotesis sebagai berikut :
H0 = 0 : Modal UMKM tidak berpengaruh signifikan terhadap
PDRB perkapita.
H1 ≠ 0 : Modal UMKM berpengaruh signifikan terhadap
PDRB perkapita.
Dari hasil estimasi menghasilkan nilai probabilitas sebesar
0.3527 > 0.05. hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat
pengaruh signifikan antara variabel modal UMKM dan PDRB
perkapita. Artinya penambahan modal UMKM tidak akan
94
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Variabel Modal UMKM
memiliki koefisien sebesar -0.0030, yang menunjukkan arti
bahwa setiap peningkatan 1 persen modal UMKM maka PDRB di
Kabupaten Bogor akan bertambah kurang dari 0,3 persen
3) Laba UMKM
Pengujian signifikansi secara parsial antara variabel laba
UMKM terhadap PDRB perkapita dengan hipotesis sebagai
berikut :
H0 = 0 : Laba UMKM tidak berpengaruh signifikan terhadap
PDRB perkapita.
H1 ≠ 0 : Laba UMKM berpengaruh signifikan terhadap PDRB
perkapita.
Laba UMKM menghasilkan nilai probabilitas sebesar
0.0415 < 0.05. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh secara signifikan antara variabel laba UNKM dengan
variabel PDRB perkapita. Yang artinya setiap penambahan
perolehan laba UMKM maka akan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi. Nilai koefisien variabel laba UMKM memiliki angka
sebesar 0.013689 yang menunjukkan bahwa, jika laba UMKM
bertambah sebesar 1 persen maka PDRB perkapita akan
berambah sebesar 1,13 persen
95
Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Hapsari(2014:94) yang menyatakan bahwa laba memiliki
pengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
4) Tenaga Kerja UMKM
Hasil pengujian secara parsial antara variabel tenaga kerja
UMKM dengan PDRB perkapita dan hipotesisnya sebagai
berikut:
H0 = 0 : Tenaga Kerja UMKM tidak berpengaruh signifikan
terhadap PDRB perkapita.
H1 ≠ 0 : Tenaga Kerja UMKM berpengaruh signifikan
terhadap PDRB perkapita.
Dari hasil estimasi menghasilkan nilai probbilitas sebesar
0.9851 > 0.05. Sehingga dapat diartikan bahwa tidak terdapat
pengaruh signifikan anatra variabel modal UMKM dan PDRB
perkapita. Jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor UMKM
memiliki nilai koefisen sebesar 0.000170 yang menunjukkan
bahwa jika tenaga kerja bertambah sebesar 1 persen maka PDRB
perkapita di Kabupaten Bogor akan bertambah dari 0,03 persen
Menurut hapsari (2014:93) yang menyakatakan bahwa
tidak ada pengaruh yang signifikan antara jumlah tenaga kerja
dengan pertumbuhan ekonomi. Ini juga sesuai dengan penelitian
raselawati (2011: 79) yang menyatakan dalam hasil analisisnya
bahwa tenaga kerja tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan
96
ekonomi. Penelitian lain yang dilakukan oleh Annisa(2015) juga
menyatakan bahwa jumlah tenaga kerja tidak mempengaruhi
jumlah pendapatan.
5. Pembahasan Ekonomi untuk Melihat Kesesuaian Hasil Analisis
dengan Teori Ekonomi atau Penelitian Terdahulu
a) Unit UMKM
Hasil penelitian menunjukkan bahwa unit UMKM
berpengaruh signifikan terhadap PDRB perkapita di Kabupaten
Bogor. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Raselawati (2011:86) bahwa peningkatan jumlah unit usaha akan
meningkatkan PDB pada sektor UKM. Dan juga penelitian yang
dilakukan oleh Hanum (2010) bahwa peningkatan jumlah unit usaha
akan mengakibatkan semakin meningkatnya nilai yang dihasilkan
sehingga PDB pada sektor UKM meningkat.
Peningkatan jumlah UMKM akan meningkatkan permintaan
terhadap tenaga kerja untuk di pekerjakan di usaha yang baru.
Banyaknya pekerja yang terserap berarti penangguran akan semakin
berkurang dan juga akan meningkatkan pendapatan masyarakat
miskin. Jumlah UMKM yang terus bertambah akan meningkatkan
output yang dihasilkan dan perekonomian daerah pun juga akan terus
berkembang.
Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Matz
dalam Wicaksono (2010), dengan adanya peningkatan investasi pada
97
suatu industri, juga akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Hal
ini dikarenakan oleh dengan adanya peningkatan investasi maka akan
meningkatkan jumlah perusahaan yang ada pada industri tersebut.
Peningkatan jumlah perusahaan maka akan meningkatkan jumlah
output yang akan dihasilkan sehingga pertumbuhan ekonomi daerah
juga akan meningkat dan lapangan pekerjaan meningkat yang akan
mengurangi pengangguran atau dengan kata lain akan meningkatkan
penyerapan tenaga kerja. Sedangkan menurut Karib (2012: 61) jumlah
unit usaha erat dengan penyerapan tenaga kerja pada sektor industri,
dilihat dari terus meningkatnya jumlah usaha.
Meurut Kristiyanti (2012:68), pembinaan dan perlindungan
usaha kecil menengah yang dilakukan oleh pemerintah, terutama pada
kondisi ekonomi saat ini sangat strategis karena diperkirakan akan
dapat menghasilkan nilai tambah (value added) yang memadai karena
jumlah unit usahanya cukup banyak. Dengan usaha mikro,kecil
menengah, akan terserap banyak tenaga kerja melalui usaha padat
karya (labour intensive), dan dapat memperluas kesempatan berusaha
dan memperoleh pemerataan pendapatan nasional yang selama ini
didominasi oleh perusahaan– perusahaan besar dan padat modal
(capital intensive).
Di Kabupaten Bogor sendiri upaya yang dilakukan pemerintah
untuk memberdayakan UMKM difokuskan dalam dua hal yaitu : 1).
Peningkatan fasilitas dan dukungan bagi penguatan usaha industry
98
rumah tangga kecil dan menengah. 2) peningkatan kopetensi dan
penguatan kewirausahaan serta pengembangan kemitraan diantara
pelaku ekonomi. Dengan adanya upaya pemebrdayaan yang dilakukan
oleh pemerintah Kabuapaten Bogor maka jumlah UMKM setiap
tahunya terus mengalami peningkatan.
b) Modal UMKM
Pada penelitian ini hasil estimasi memoperoleh nilai yang tidak
signifikan, modal UMKM tidak berpengaruh terhadap PDRB di
Kabupaten Bogor. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Lukman Hakim (2012:12) belanja infrastruktur,
yaitu belanja modal gedung dan bangunan serta belanja jalan, irigasi,
dan jaringan yang tidak berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi.
Hal ini disebabkan adanya kontrak pembangunan yang
bersifat multiyears serta pencairan belanja infrastruktur yang
mendekati akhir tahun sehingga terdapat kelambanan pengaruh
belanja infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi dengan catatan
di dalam peneltian ini tidak memperhitungkan lagi.
Dalam penelitian ini modal UMKM mencakup tanah,
bangunan tempat usaha, mesin-mesin dan peralatan usaha. Jadi modal
usaha tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
daerah dikarenakan bangunan tempat uaha, mesin-mesin dan peralatan
usaha setiap tahunnya pasti mengalami penyusutan sehingga daya
operasionl dan daya produksinya juga akan semakin menurun dari
99
tahun ketahun jika pemilik usaha tidak memperbaiki atau
menggantinya barang modalnya. Penyusutan barang-barang modal
yang terjadi mengakibatkan produktifitas usaha juga akan semakin
menurun yang nantinya akan mempengaruhi jumlah output yang
dihasilkan. Misalkan ditahun pertama mesin produksi pembuatan tas
dapat memproduksi sekitar 1000 tas dalam satu tahun kemudian lama
kelamaan atau ditahun-tahun berikutnya mesin tidak mampu
memproduksi seperti pada tahun pertama dikarenakan terjadi
penyusutan barang, maka tas yang diproduksi juga akan semakin
berkurang dari tahun-ketahun. jadi Jika output yang dihasilkan dalam
suatu daerah semakin menurun maka pertumbuhan ekonomi daerah
juga akan menurun dari tahun sebelumnya.
Menurut teori yang dikemukakan Harrod-Domar yang
menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan PDB bergantung langsung
terhadap tabungan dan investasi dan berbanding terbalik dengan rasio
modal output (modal yang dibutuhkan untuk menghasilkan jumlah
produk). Semakin besar bagian GDP yang ditabung dan
diinvestasikan, semakin besar pula pertumbuhn GDP dan berbanding
terbalik atau negative berkaitan dengan rasio modal output (modal)
yakni, semakin tinggi rasio modal output, semakin rendah pula
pertumbuhan GDP. (Todaro, 2011:137)
Di Kabupaten Bogor sendiri ada program bantuan modal yang
diberikan oleh pemerintah daerah yang diberikan kepada para
100
pengusaha UMKM yang berupa mesin dan peralatan usaha guna
membantu pengusaha agar lebih produktif dalam menghasilkan
produknya. Namun dalam pemberian bantuan modal ini ada beberapa
prosedur yang harus dipenuhi oleh para pengusaha UMKM, yaitu :
pertama, pengusaha harus mengajukan proposal bantuan permodalan
kepada pemerintah daerah melalui dinas UMKM, dalam pengajuan
proposal bantuan para pengusaha harus membentuk kelompok usaha
dengan jenis usaha yang sama dalam satu desa. Kedua, syarat untuk
mendapatkan bantuan modal adalah usahanya harus memiliki badan
hukum.
Dari beberapa persyaratan diatas tentunya masih banyak
pengusaha UMKM di kabupaten bogor yang belum bisa memenuhi
persyaratan tersebut dikarenakan masih banyak UMKM yang belum
memiliki badan hukum. Ini juga diakui oleh diskoperindag Kabupaten
Bogor sendiri bahwa masih banyak UMKM di Kabuapaten Bogor
yang belum memiliki badan hukum dikarenakan kurangnya sosialisasi
dari dinas-dinas terkait mengenai hal tersebut.
Dengan adanya bantuan permodalan dari pemerintah
Kabupaten Bogor berupa mesin-mesin dan peralatan usaha diharapkan
mampu memberikan manfaat bagi para pengusaha UMKM dari segi
produktifitas dan efisiensi dalam memproduksi barang-barang.
Sehingga nanti akan memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi daerah.
101
c) Laba UMKM
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel laba UMKM
memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap PDRB perkapita di
Kabupaten Bogor. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang
dilakuakan oleh Hapsari (2014:94) yang menyatakan bahwa laba
UKM Berpengaruh terhadap PDRB. Menurutnya Laba UKM
merupakan Indikator keberhasilan pemberdayaan masyarakat UKM
antara lain berkembangnya usaha peningkatan pendapatan yang
dilakukan masyarakat Usaha Kecil Menengah melalui pendirian usaha
baru dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia, artinya ada
kenaikan jumlah usaha terutama Usaha Kecil Menengah yang
diciptakan oleh penduduk yang menjadi target pemberdayaan.
Tujuan usaha atau perusahaan adalah memaksimalkan laba ini
sesuai dengan perilaku ekonomi perusahaan dan organisasi industry
dengan menghitung pendapatan total (TR) dikurangi dengan biaya
total (TC). Salah satu dari sepuluh prinsip ekonomi adalah orang yang
rasional berfikir dalam konsep marginal. Jika pendapatan marginal
lebih besar daripada biaya marginal (MR>MC) maka perusahaan
belum memperoleh laba maksimal sehingga perusahaan harus
meningkatkan produksinya dan jika pendapatan marginalnya kurang
dari biaya marginal (MR<MC) maka perusahaan harus menurunkan
jumlah produksinya. Jika perusahaan ingin memaksimalakan
102
keuntungannya maka pendapatan marginal harus sama dengan biaya
marginal (MR=MC).(Mankiw, 2012:292)
Peningkatan pendapatan berhubungan erat dengan tingkat
keuntungan atau laba yang diperoleh oleh masyarakat Usaha Kecil
Menengah. Berkembangnya usaha produktif anggota dan kelompok,
makin kuatnya permodalan kelompok, makin rapinya sistem
administrasi kelompok, serta makin luasnya interaksi sosial dengan
kelompok lain meningkatnya kapasitas masyarakat dan pemerataan
pendapatan yang ditandai dengan peningkatan pendapatan keluarga
miskin yang mampu memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan
sosial dasarnya.
Dengan adanya peningkatan laba berarti terjadi peningkatan
pendapatan yang diperoleh oleh pengusaha atau masyarakat yang akan
meningkatkan kesejahteraan mereka. Peningkatan pendapatan akan
menarik pengusaha-pengusaha baru untuk memasuki pasar sehingga
akan meningkatktan jumlah unit UMKM baru dan output yang
dihasilkan akan bertambah dan juga dengan bertambahnya jumlah
UMKM akan banyak menyerap tenaga kerja yang nantinya
mengurangi pengangguran dan tentunya semakin meningkatnmya
perekonomian daerah.
d) Tenaga Kerja UMKM
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel tenaga kerja
UMKM tidak berpengaruh signifikan terhadap PDRB di kabupaten
103
Bogor. Ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hapsari
(2014:93) yang menyatakan bahwa jumlah tenaga kerja UMKM tidak
berpengaruh terhadap PDRB. Ini juga sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Raselawati (2011:84) bahwa jumlah tenaga kerja tidak
berhubungan signifikan terhadap PDB. Penelitian yang dilaukan oleh
Annisa (2015: 11) bahwa tenaga kerja tidak berpengaruh terhadap
pendapatan usaha.
Kebanyakan tenaga kerja yang bekerja di UMKM tidak
memiliki pendidikan yang tinggi dan keahlian yang kurang, dan
mereka produktifitasnya rendah, karena keterbatasan penguasaan
terhadap tehnologi. Sehingga para pengusaha lebih memilih
mengganti tenaga kerja manusia menjadi tenaga mesin atau beralih
dari padat karya menjadi padat modal karena lebih produktif dalam
menghasilkan output.
Hal ini juga sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
sollow swan yang menyatakan bahwa rasio modal output dapat
berubah, dengan kata lain jika modal digunakan lebih banyak (padat
modal) maka jumlah tenaga kerja yang di gunakan akan semakin
berkurang sebaliknya jika padat karya berarti modal (mesin) yang
dibutuhkan dalam proses produksi sedikit dan jumlah tenaga kerja
yang digunakan lebih banyak.
Hal ini dikarenakan oleh semakin berkembangnya jaman dan
semakin banyak mesin-mesin yang tercipta untuk membantu
104
meringankan beban manusia. Seiring berjalannya waktu lama
kelamaan, tenaga manusia akan semakin berkurang karena semakin
banyak mesin-mesin canggih yang lebih produktif. ini juga sesuai
dengan teori pertumbuhan ekonomi menurut David Ricardo yang
menatakan bahwa bertambanhnya jumlah penduduk setiap tahunnya
melalui kelahiran dan migrasi disuatu negara menyebabkan
bertambahnya angkatan kerja yang berarti bertambah pula penawaran
dari tenaga kerja dan adanya keterbatasan adanya lapanagan pekerjaan
sehingga menimbulkan penagngguran.
105
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil analisis dan penelitian tersebut, maka diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
1. Dari hasil uji estimasi data panel menyatakan bahwa terdapat hubungan
antara variabel dependen dengan variabel independen dengan 99 persen
variasi nilai PDRB perkapita di Kabupaten Bogor dapat dijelaskan oleh
jumlah unit UMKM, modal UMKM, laba UMKM dan tenaga kerja
UMKM
2. Hasil estimasi data panel secara parsial menyatakan, bahwa :
a. Unit UMKM berpengaruh signifikan terhadap PDRB perkapita di
Kabupaten Bogor.
b. Modal UMKM tidak berpengaruh signifikan terhadap PDRB
perkapita di Kabupaten Bogor.
c. Laba UMKM berpengaruh signifikan terhadap PDRB perkapita di
Kabupaten Bogor.
d. Tenaga Kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap PDRB perkapita
di Kabupaten Bogor.
B. Saran
Berdasrkan hasil analisis dan penelitian, maka saran yang dapat diberikan
penulis adalah sebagai berikut :
106
1. Kontribusi UMKM dalam penciptaan PDRB Kabupaten Bogor begitu
besar, sehingga pemerintah harus terus melakukan pemebrdayaan agar
UMKM di kabupaten bogor terus berkembang dan terus memberikan
kontribusi yang besar terhadap PDRB Kabupaten Bogor.
2. Pemerintah seharusnya memberikan kemudahan akses bagi pelaku usaha
dalam memperoleh bantuan modal dari pemerintah, dengan
mensosialisasikan bagaimana cara untuk memperoleh bantuan kepada
pemerintah. Serta memberikan bantuan kepada pelaku UMKM agar bisa
mendaftarkan usaha mereka agar mendapatkan payung hukum.
3. Penelitian ini masih perlu dikembangkan kembali, karena masih banyak
aspek-aspek yang bisa dikaji lebih lanjut untuk pertumbuhan UMKM di
Kabupaten Bogor.
107
DAFTAR PUSTAKA
Annisa, S, “Pengaruh Modal Usaha dan Jumlah Tenaga Kerja, Tterhadap
Ppendapatan Industri Kecil (Studi Kasus pada Industri Mebel di
Kelurahan Tunjung Sekar Kota Malang)”, Universitas Negeri
Brawijaya Malang, 2015
Anwar Ali Shah G. Syed, Muhammad Muneer Ahmadani, Naved Shaikh, and
Faiz Muhammad Shaikh (2012): “Impact Analysis of SMEs Sector in
Economic Development of Pakistan: A Case of Sindh”, Journal of
Asian Business Startegy, Vol. 2, No.2, pp. 44-53
Aryo Bimantoro, wildan, “Pengaruh PDB UMKM dan Investasi UMKM terhadap
Ekspor UMKM Tahun 2000-2011 di Indonesia”, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
Eka Sobita, Nindiya dan I wayan Suparta, “Pertumbuhan Ekonomi Dan
Penyerapan Tenaga Kerja Di Provinsi Lampung”, JEP-Vol.3, N0 2,
Juli 2014.
Gade, Muhammad, “Teori Akuntansi”, Almahira, Jakarta, 2005.
Govori, Arbiana, “Factors Affecting the Growth and Development of SMEs:
Experiences from Kosovo”, Mediterranean Journal of Social Sciences
MCSER Publishing Rome-Italy Vol 4 No 9 October 2013
Hakim, Lukman, PENGARUH BELANJA MODAL TERHADAP
PERTUMBUHAN EKONOMI (Studi Kasus Kabupaten dan Kota di
Pulau Jawa dan Bali), Jurnal Ilmiah Fakultas Ekonomi Universitas
Brawijaya Malang vol. 3 No.1 2012
Handriani, Eka, “Pengaruh Faktor Internal Eksternal, Entrepreneurial Skill,
Strategi dan Kinerja Terhadap Daya saing UKM Di Kabupaten
Semarang”, Jurnal Dinamika Sosial Ekonomi Volume 7 Nomor 1 Edisi
Mei 2011.
Hapsari, Pradnya Paramita & Abdul Hakim, Saleh Soeaidy, “Pengaruh
Pertumbuhan Usaha Kecil Menengah (UKM) terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Daerah (Studi di Pemerintah Kota Batu”, Jurnal Administrasi
Publik Vol. 17, No. 2 (2014)
Karib, Abdul, “Analisis Pengaruh Produksi, Investasi dan Unit Usaha Terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Sumatera Barat”.
108
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September
2012
Katua, Ngui Thomas, “The Role of SMEs in Employment Creation and Economic
Growth in Selected Countries, International Journal of Education and
Research”, Vol. 2 No. 12 December 2014
Kristiyanti, Mariana, “Peran Strategis Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Dalam
Pembangunan Nasional”, Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 3 No.
1, Januari 2012
Pratama, Nelsen Diyan, “Analisis Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja Pada
Industri Kecil Kab. Jepara”, Universitas Dipenogoro, Semarang, 2012
Purwanto, Muhammad Arif Hari, “Analisis Faktor-Faktor Yang mempengaruhi
Penyerapan Tenaga Kerja Pada UKM Batik Tulis Khas Tuban”,
Universitas Brawijaya, Malang, 2013.
Setiawan, Achmad Hendra, “ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA
SEKTOR USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) DI KOTA
SEMARANG”, Universitas Diponegoro, 2010
Soekarno, Supriyono, “CARA CEPAT DAPAT MODAL : Buku Wajib Memulai
dan Mengembangkan Bisnis Anda”, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 2010.
Subijanto, “Peran Negara Dalam Hubungan Tenaga Kerja Indonesia”, Jurnal
Pendidikan Dan Kebudayaan ( vol 17 no 6, 2011)
Suharyadi & arisetyanto nugroho, “Kewirausahaan Membangun Usaha Sukses
Sejak Usia Muda”, Salemba Empat, Jakarta, 2007
Sukirno, Sadono, “Makroekonomi Teori pengantar” .Edisi Ketiga, Rajawali Pers,
Jakarta, 2011.
Tambuanan, Tulus, “Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Di Indonesia Isu-Isu
Penting”, Penerbit LP3ES, Jakarta, 2012.
Todaro, Michael P. & Stephen C. Smith, “Pembangunan Ekonomi Jilid 1” .Edisi
Kesebelas, Penertbit Erlangga, 2011.
Venkatesh, Sudha and Krishnaveni Muthiah, “SMEs in India: Importance and
Contribution”, Asian Journal Of Management Research, Volume 2
Issue 2, 2012
109
Wardimansyah, “Uji Asumsi Klasik dengan Eviews 7”, artikel ini diakses pada
tanggal 17, maret 2016 dari
http://wardimansyah.blogspot.co.id/2014/11/uji-asumsi-klasik-dengan-
eviews-7.html
Winarno, Wing Wahyu, “ Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews”
.Edisi 4, UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 2015
www.depkop.go.id Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Republik Indonesia
www.bogorkab.bps.go.id Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor
www.jabar.bps.go.id Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor
110
LAMPIRAN
Lampiran 1
PDRB Kecamatan Atas Dasar Harga Konstan di Kabupaten Bogor tahun 2013 (milyar)
no Kecamatan Pertanian PP Industri LGA kontruksi PHR PK Keuangan Jasa-jasa Total PDRB
perkapita (Juta)
1 nanggung 23.752 252.499 333.183 10.329 193 57.386 3.019 2.345 13.475 696.181 8.072.804
2 leuwiliang 34.379 1.579 75.679 20.966 6.148 222.217 4.021 47.106 26.456 438.551 3.707.459
3 leuwisadeng 20.686 146 18.052 9.943 2.254 57.807 3.379 7.118 16.983 136.368 1.862.715
4 pamijahan 99.605 101 20.254 19.637 577 76.613 8.258 2.858 29.903 257.806 1.859.043
5 cibungbulang 49.715 95 18.853 24.803 695 114.753 9.642 16.540 21.308 256.404 1.970.087
6 ciampea 27.160 243 115.577 28.577 7.451 206.819 11.491 19.596 42.589 459.503 2.978.168
7 tenjolaya 43.815 169 12.188 10.173 940 40.851 2.037 2.722 11.316 124.211 2.170.632
8 dramaga 44.567 19 36.822 24.170 12.455 116.582 42.922 21.991 19.276 318.804 3.004.261
9 ciomas 27.379 45 166.779 75.572 13.679 102.346 9.096 5.297 30.844 431.037 2.633.134
10 tamansari 31.587 324 101.411 19.081 7.853 65.090 12.453 5.025 16.281 259.105 2.635.020
11 cijeruk 36.384 32 88.067 13.911 6.908 46.733 6.397 2.303 16.849 217.584 2.609.864
12 cigombong 56.920 113 57.450 23.860 18.180 84.715 6.866 508 20.750 269.362 2.817.859
13 caringin 95.390 54 89.757 22.563 6.009 148.499 15.313 19.052 31.857 428.494 3.563.389
14 ciawi 52.261 323.632 28.781 38.032 121.717 8.143 102.378 31.711 706.655 6.419.347
15 cisarua 68.650 10.314 32.548 16.192 303.888 11.280 22.611 44.978 510.461 4.294.961
16 megamendung 52.323 7.764 21.725 10.439 276.549 6.238 4.815 21.983 401.836 3.923.544
17 sukaraja 16.657 23 781.117 52.219 29.866 185.671 81.688 4.145 41.982 1.193.368 6.334.494
18 babakan madang 20.151 98 452.494 71.863 110.664 118.781 4.497 19.319 39.557 837.424 7.410.311
19 sukamakmur 110.344 175 2.743 12.744 167 23.018 811 474 6.634 157.110 2.028.336
20 cariu 31.065 481 7.829 10.663 1.705 98.988 2.778 2.931 10.138 166.578 3.579.088
111
21 tanjung sari 49.871 338 11.973 11.426 166 34.288 3.066 1.256 9.853 122.237 2.382.241
22 jonggol 51.135 1.436 11.444 25.516 10.099 170.955 9.140 6.406 31.044 317.175 2.386.544
23 cileungsi 15.551 1.442 4.801.094 127.148 158.979 355.721 24.564 103.059 124.539 5.712.097 19.796.138
24 klapanuggal 50.203 43.403 2.621.652 25.559 40.422 66.038 5.782 33.917 17.947 2.904.923 27.251.957
25 gunung putri 6.146 3 6.464.712 192.730 117.363 1.753.607 543.658 55.690 130.999 9.264.908 25.116.385
26 citeureup 17.164 17.422 3.862.818 60.313 553.789 291.520 18.040 38.104 79.146 4.938.316 23.058.461
27 cibinong 25.118 1.871.848 134.910 91.221 584.829 275.978 104.681 197.943 3.286.528 8.877.303
28 bojong gede 7.378 7 11.194 76.429 19.840 176.515 23.369 8.374 69.288 392.394 1.411.174
29 tajur halang 18.268 3.002 30.117 24.619 50.023 5.352 419 37.456 169.256 1.555.713
30 kemang 31.420 8 16.912 24.845 11.064 113.358 9.371 3.140 46.814 256.932 2.538.235
31 rancabungur 16.343 20 868 10.804 1.248 35.085 5.711 222 7.981 78.282 1.495.418
32 parung 64.267 205.422 26.571 27.184 196.697 8.323 9.421 59.116 597.001 4.734.883
33 ciseeng 142.812 205 28.287 20.869 767 62.960 6.328 1.675 18.645 282.548 2.668.765
34 gunung sindur 92.180 20.183 488.882 37.452 65.138 80.352 13.198 3.769 26.122 827.276 7.149.747
35 rumpin 35.644 43.020 20.183 22.613 6.102 144.350 7.457 2.188 23.884 305.441 2.258.127
36 cigudeg 45.920 42.363 51.923 17.498 1.428 96.041 8.677 5.443 16.334 285.627 2.337.864
37 sukajaya 48.430 385 2.478 13.616 332 17.928 978 113 2.722 86.982 1.521.677
38 jasinga 52.701 126 23.909 12.475 563 112.880 4.511 2.094 15.775 225.034 2.355.274
39 tenjo 24.504 47 4.381 8.328 359 38.624 4.602 543 9.915 91.303 1.320.616
40 parung panjang 21.434 448 41.979 32.441 566 174.071 11.867 11.096 33.113 327.015 2.727.142
1.759.279 427.052 23.264.926 1.445.788 1.421.656 7.024.865 1.240.301 700.744 1.453.506 38.738.117
PP = Pertambangan dan Penggalian LGA = Listrik Gas dan Air Bersih
PK= perdagangan dan Komunikasi
Lampiran 2
112
PDRB Kecamatan Atas Dasar Harga Konstan di Kabupaten Bogor tahun 2014 (milyar)
no Kecamatan Pertanian PP Industri LGA kontruksi PHR PK Keuangan Jasa-jasa Total PDRB
perkapita (Juta)
1 nanggung 23.783 253.924 350.154 11.155 207 62.247 3.433 2.496 14.065 721.464 8.326.557
2 leuwiliang 34.896 1.719 80.523 22.672 6.506 248.312 4.487 50.700 27.932 477.747 3.998.259
3 leuwisadeng 20.907 154 19.613 10.440 2.410 61.930 3.718 7.496 17.477 144.145 1.955.711
4 pamijahan 100.758 107 21.550 20.498 628 81.962 8.717 3.025 31.071 268.316 1.920.404
5 cibungbulang 50.013 103 20.402 26.426 759 122.300 10.525 17.514 22.841 270.883 2.063.338
6 ciampea 27.638 263 121.127 30.042 8.015 221.146 12.216 20.855 44.069 485.371 3.109.954
7 tenjolaya 44.449 176 12.968 10.724 1.030 43.857 2.242 2.909 11.684 130.039 2.250.744
8 dramaga 45.726 19 38.474 26.302 13.235 123.973 48.181 23.303 20.606 339.819 3.160.668
9 ciomas 28.212 46 178.707 78.742 14.523 110.251 9.576 5.611 31.939 457.607 2.723.204
10 tamansari 31.403 324 107.826 20.565 8.413 70.043 13.668 5.345 17.488 275.075 2.748.368
11 cijeruk 37.325 34 91.109 14.629 7.316 50.024 6.757 2.459 17.567 227.220 2.684.761
12 cigombong 56.691 116 59.485 24.825 19.248 90.550 7.352 583 22.179 281.029 2.876.201
13 caringin 95.026 57 94.298 23.620 6.388 159.784 16.685 20.188 34.372 450.418 3.698.411
14 ciawi 51.734 338.118 30.268 40.966 130.573 8.868 109.863 32.365 742.755 6.629.322
15 cisarua 67.944 10.779 34.044 17.436 324.560 12.029 23.607 46.895 537.294 4.460.462
16 megamendung 51.966 8.157 22.765 11.661 294.809 6.700 5.175 22.968 424.201 4.084.055
17 sukaraja 16.868 24 816.889 54.844 33.683 200.952 86.483 4.403 44.746 1.258.892 6.528.848
18 babakan madang 20.278 104 472.839 74.768 122.023 127.904 4.778 20.788 41.383 884.865 7.629.400
19 sukamakmur 117.765 185 2.866 13.465 179 24.545 897 508 7.016 167.426 2.143.561
20 cariu 30.966 519 8.180 11.145 1.814 106.499 3.123 3.106 10.553 175.905 3.785.006
21 tanjung sari 50.123 357 12.508 11.890 179 36.564 3.245 1.347 10.385 126.598 2.456.605
22 jonggol 51.393 1.546 11.958 27.752 11.358 184.087 10.105 6.789 32.616 337.604 2.485.067
113
23 cileungsi 15.669 1.552 5.068.012 132.744 170.007 382.272 26.438 111.603 128.403 6.036.700 19.954.588
24 klapanuggal 49.911 44.180 2.778.258 26.611 43.085 73.928 6.133 36.360 18.452 3.076.918 27.920.203
25 gunung putri 6.344 3 6.840.416 206.703 128.732 1.865.086 584.916 59.012 141.993 9.833.205 25.293.380
26 citeureup 17.179 17.958 4.075.634 63.006 646.853 320.810 19.104 40.534 84.889 5.285.967 24.171.604
27 cibinong 26.499 1.979.093 140.927 96.726 625.272 291.999 112.470 216.851 3.489.837 9.086.062
28 bojong gede 7.804 7 11.697 81.649 21.476 188.230 25.073 8.915 74.605 419.456 1.436.974
29 tajur halang 19.316 3.105 31.849 26.143 53.435 5.673 449 38.795 178.765 1.590.710
30 kemang 33.499 8 17.669 25.737 11.804 120.743 9.880 3.328 47.860 270.528 2.604.919
31 rancabungur 16.898 21 907 11.321 1.456 37.561 6.265 235 8.404 83.068 1.570.122
32 parung 68.967 221.663 28.403 28.704 209.885 9.561 10.030 61.874 639.087 4.904.394
33 ciseeng 151.094 150 29.734 21.828 880 68.933 6.898 1.772 19.678 300.967 2.785.442
34 gunung sindur 97.158 22.024 510.641 39.803 68.762 85.802 13.994 4.003 27.129 869.316 7.263.557
35 rumpin 36.298 41.701 21.790 23.717 6.648 155.206 8.001 2.313 25.107 320.781 2.345.441
36 cigudeg 46.070 53.192 56.596 18.615 1.514 102.562 9.252 5.755 16.953 310.509 2.517.939
37 sukajaya 48.604 407 2.585 14.092 356 19.197 1.059 119 2.803 89.222 1.553.619
38 jasinga 53.486 133 25.029 12.980 633 120.091 4.843 2.213 16.773 236.181 2.460.683
39 tenjo 25.309 50 4.576 8.707 384 41.209 4.939 573 10.575 96.322 1.378.305
40 parung panjang 22.043 477 43.746 33.754 605 185.450 12.705 11.758 34.185 344.723 2.806.330
1.798.012 441.640 24.569.681 1.524.027 1.582.745 7.532.544 1.330.518 749.512 1.537.546 41.066.225
PP = Pertambangan dan Penggalian LGA = Listrik Gas dan Air Bersih
PK= perdagangan dan Komunikasi
Lampiran 3
114
PDRB Kecamatan Atas Dasar Harga Konstan di Kabupaten Bogor tahun 2015 (milyar)
no Kecamatan Pertanian PP Industri LGA kontruksi PHR PK Keuangan Jasa-jasa total PDRB
perkapita (Rp)
1 nanggung 30.527 221.612 364.760 11.595 218 68.625 3.839 2.706 14.831 718.713 8.265.317
2 leuwiliang 45.078 1.956 84.926 23.565 6.775 278.119 5.071 55.573 29.794 530.857 4.402.008
3 leuwisadeng 21.271 181 21.123 10.900 2.536 67.831 4.144 8.038 18.172 154.196 2.079.979
4 pamijahan 90.501 125 22.728 21.307 673 89.705 9.320 3.260 32.617 270.236 1.921.420
5 cibungbulang 49.533 118 21.885 27.339 816 133.586 11.639 18.887 24.736 288.539 2.180.757
6 ciampea 29.869 301 125.830 30.777 8.483 241.971 13.154 22.603 46.069 519.057 3.290.812
7 tenjolaya 53.899 209 13.678 11.147 1.110 48.088 2.499 3.167 12.187 145.984 2.504.889
8 dramaga 31.687 23 39.847 27.858 13.836 135.257 54.784 25.148 22.255 350.695 3.222.259
9 ciomas 5.036 55 189.807 79.706 15.170 121.105 10.211 6.054 33.414 460.558 2.672.295
10 tamansari 34.430 401 113.640 21.377 8.867 76.896 15.195 5.791 18.978 295.575 2.904.093
11 cijeruk 52.105 40 93.430 15.453 7.624 54.765 7.228 2.675 18.503 251.823 2.933.766
12 cigombong 58.683 140 61.052 25.805 20.050 99.058 7.975 581 23.951 297.295 2.980.417
13 caringin 86.940 67 98.199 24.804 6.682 175.408 18.416 21.787 37.467 469.770 3.812.101
14 ciawi 53.115 350.154 32.703 43.417 143.114 9.783 120.068 33.373 785.727 6.896.450
15 cisarua 101.961 11.095 35.651 18.357 352.660 12.912 24.942 49.085 606.663 4.973.744
16 megamendung 63.938 8.495 23.618 12.816 322.058 7.289 5.665 24.243 468.122 4.447.893
17 sukaraja 18.520 29 846.804 58.590 37.377 221.281 92.743 4.763 48.183 1.328.290 6.736.735
18 babakan madang 26.039 121 489.763 88.338 132.383 140.466 5.141 22.780 43.739 948.770 7.977.825
19 sukamakmur 112.610 217 2.967 13.996 188 26.818 1.004 555 7.497 165.852 2.107.667
20 cariu 33.697 596 8.472 11.422 1.898 116.906 3.556 3.352 11.097 190.996 4.119.595
21 tanjung sari 50.074 419 12.953 12.359 191 39.950 3.476 1.470 11.060 131.952 2.551.596
22 jonggol 59.835 1.757 12.385 28.107 12.567 202.169 11.316 7.326 34.620 370.082 2.667.376
115
23 cileungsi 20.384 1.786 5.302.902 137.476 180.243 419.373 28.823 121.382 133.750 6.346.119 20.026.636
24 klapanuggal 51.942 52.925 2.918.386 27.661 45.185 82.884 6.590 39.697 19.166 3.244.436 28.501.712
25 gunung putri 10.419 3 7.174.449 214.781 138.930 2.037.256 637.524 63.684 155.495 10.432.541 25.485.502
26 citeureup 16.857 21.256 4.262.446 64.885 742.143 356.397 20.493 43.913 91.985 5.620.375 25.192.742
27 cibinong 12.407 4 2.074.124 153.775 100.912 684.114 312.944 124.926 240.324 3.703.530 9.302.660
28 bojong gede 6.412 8 12.116 84.268 22.874 205.662 27.248 9.666 81.158 449.412 1.467.933
29 tajur halang 13.711 3.184 31.898 27.315 58.437 6.091 490 40.595 181.721 1.566.834
30 kemang 14.766 10 18.297 26.412 12.391 131.845 10.551 3.591 49.433 267.296 2.510.981
31 rancabungur 20.182 24 939 11.768 1.672 41.125 6.963 253 8.940 91.866 1.719.633
32 parung 37.659 237.089 29.511 29.821 229.399 11.125 10.875 65.427 650.906 4.837.508
33 ciseeng 118.569 254 30.980 22.690 993 76.372 7.617 1.910 20.984 280.369 2.544.753
34 gunung sindur 137.490 24.988 499.689 41.210 71.419 93.816 15.030 4.330 28.465 916.437 7.409.494
35 rumpin 65.209 52.669 23.318 24.654 7.126 170.316 8.696 2490 26.665 381.143 2.758.561
36 cigudeg 53.526 51.863 61.148 19.350 1.580 112.146 9.994 6.196 17.776 333.579 2.682.296
37 sukajaya 48.584 477 2.673 14.648 374 21.021 1.161 128 2.916 91.982 1.595.739
38 jasinga 74.090 157 25.971 13.492 700 131.053 5.267 2.383 18.017 271.130 2.814.603
39 tenjo 34.100 58 4.738 9.051 404 45.038 5.368 616 11.395 110.768 1.569.540
40 parung panjang 30.888 552 45.187 34.234 637 202.526 13.777 12.689 35.656 376.146 2.992.266
1.876.543 435.401 25.691.629 1.598.181 1.736.753 8.254.616 1.445.957 816.410 1.644.018 43.499.508
PP = Pertambangan dan Penggalian LGA = Listrik Gas dan Air Bersih
PK= perdagangan dan Komunikasi
116
Lampiran 4
Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 398.884793 (39,116) 0.0000
Cross-section Chi-square 784.971698 39 0.0000
Cross-section fixed effects test equation:
Dependent Variable: LOG(Y)
Method: Panel Least Squares
Date: 04/29/16 Time: 11:48
Sample: 2012 2015
Periods included: 4
Cross-sections included: 40
Total panel (balanced) observations: 160 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 14.53326 0.861916 16.86157 0.0000
LOG(X1) -0.016179 0.094422 -0.171350 0.8642
LOG(X2) 0.121892 0.029826 4.086763 0.0001
LOG(X3) -0.082869 0.047213 -1.755227 0.0812
LOG(X4) -0.064762 0.072849 -0.888997 0.3754 R-squared 0.101349 Mean dependent var 15.11320
Adjusted R-squared 0.078158 S.D. dependent var 0.797003
S.E. of regression 0.765223 Akaike info criterion 2.333453
Sum squared resid 90.76278 Schwarz criterion 2.429552
Log likelihood -181.6762 Hannan-Quinn criter. 2.372475
F-statistic 4.370173 Durbin-Watson stat 0.171439
Prob(F-statistic) 0.002241
117
Lampiran 5
Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 9.838764 4 0.0432
Cross-section random effects test comparisons:
Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob. LOG(X1) -0.033422 -0.033157 0.000000 0.6458
LOG(X2) -0.003913 -0.003261 0.000000 0.0025
LOG(X3) 0.013689 0.013197 0.000000 0.1480
LOG(X4) 0.000170 -0.000227 0.000000 0.2800
Cross-section random effects test equation:
Dependent Variable: LOG(Y)
Method: Panel Least Squares
Date: 04/29/16 Time: 11:49
Sample: 2012 2015
Periods included: 4
Cross-sections included: 40
Total panel (balanced) observations: 160 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 15.02854 0.124641 120.5745 0.0000
LOG(X1) -0.033422 0.012512 -2.671216 0.0086
LOG(X2) -0.003913 0.004194 -0.933060 0.3527
LOG(X3) 0.013689 0.006640 2.061503 0.0415
LOG(X4) 0.000170 0.009093 0.018708 0.9851 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.993349 Mean dependent var 15.11320
Adjusted R-squared 0.990883 S.D. dependent var 0.797003
S.E. of regression 0.076100 Akaike info criterion -2.085121
Sum squared resid 0.671780 Schwarz criterion -1.239448
Log likelihood 210.8096 Hannan-Quinn criter. -1.741722
F-statistic 402.8844 Durbin-Watson stat 2.272967
Prob(F-statistic) 0.000000
118
Lampiran 6
Fixed Effect Model
Dependent Variable: LOG(Y)
Method: Panel Least Squares
Date: 04/29/16 Time: 11:41
Sample: 2012 2015
Periods included: 4
Cross-sections included: 40
Total panel (balanced) observations: 160 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 15.02854 0.124641 120.5745 0.0000
LOG(X1) -0.033422 0.012512 -2.671216 0.0086
LOG(X2) -0.003913 0.004194 -0.933060 0.3527
LOG(X3) 0.013689 0.006640 2.061503 0.0415
LOG(X4) 0.000170 0.009093 0.018708 0.9851 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.993349 Mean dependent var 15.11320
Adjusted R-squared 0.990883 S.D. dependent var 0.797003
S.E. of regression 0.076100 Akaike info criterion -2.085121
Sum squared resid 0.671780 Schwarz criterion -1.239448
Log likelihood 210.8096 Hannan-Quinn criter. -1.741722
F-statistic 402.8844 Durbin-Watson stat 2.272967
Prob(F-statistic) 0.000000
Lampiran. 7
Uji Normalitas
119
Lampiran 8
Uji Glejser
Dependent Variable: RESABS
Method: Panel Least Squares
Date: 05/02/16 Time: 22:46
Sample: 2012 2015
Periods included: 4
Cross-sections included: 40
Total panel (balanced) observations: 160 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.110966 0.060450 1.835664 0.0690
LOG(X1) -0.002785 0.006068 -0.459019 0.6471
LOG(X2) -0.002070 0.002034 -1.017521 0.3110
LOG(X3) 8.93E-05 0.003220 0.027734 0.9779
LOG(X4) -0.004300 0.004410 -0.975013 0.3316 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.605576 Mean dependent var 0.041167
Adjusted R-squared 0.459367 S.D. dependent var 0.050196
S.E. of regression 0.036908 Akaike info criterion -3.532358
Sum squared resid 0.158016 Schwarz criterion -2.686685
Log likelihood 326.5886 Hannan-Quinn criter. -3.188959
F-statistic 4.141850 Durbin-Watson stat 2.313904
Prob(F-statistic) 0.000000
Lampiran 9
Uji Grafik