pengaruh proses impregnasi dan perendaman metil … filedan moe secara berturut-turut sebesar 24.51%...
TRANSCRIPT
PENGARUH PROSES IMPREGNASI DAN PERENDAMAN
METIL METAKRILAT PADA KAYU PINUS
(Pinus merkusii)
RAZAN MUHAMMAD ADRIAN PRASIDI
DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Proses
Impregnasi dan Perendaman Metil Metakrilat Pada Kayu Pinus (Pinus merkusii)
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2017
Razan Muhammad Adrian Prasidi
NIM E24130017
ABSTRAK
RAZAN MUHAMMAD ADRIAN PRASIDI. Pengaruh Proses Impregnasi dan
Perendaman Metil Metakrilat Pada Kayu Pinus (Pinus merkusii). Dibimbing oleh
YUSUF SUDO HADI dan LUKMANUL HAKIM ZAINI.
Pohon pinus merupakan jenis pohon cepat tumbuh yang memiliki sifat fisis
dan mekanis inferior dan berpotensi untuk ditingkatkan kualitasnya melalui
teknologi impregnasi dan perendaman. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui sifat fisis dan mekanis kayu pinus (Pinus merkusii) yang telah di
modifikasi dengan impregnasi dan perendaman menggunakan metil metakrilat
(MMA). Impregnasi menggunakan metode vakum tekan sebesar 5 atm masing-
masing selama 30 menit sedangkan proses perendaman dilakukan dengan
meletakkan sampel dalam larutan MMA 100% selama 24 jam. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa perlakuan impregnasi dan perendaman dapat meningkatkan
sifat fisis dan mekanis kayu pinus. Dibandingkan dengan kayu pinus tanpa
perlakuan, impregnasi meningkatkan kerapatan sebesar 20.51%. Peningkatan MOR
dan MOE secara berturut-turut sebesar 24.51% dan 40%. Sementara itu, perlakuan
perendaman meningkatkan kerapatan sebesar 4.61%, peningkatan MOR dan MOE
secara berturut-turut sebesar 29.56% dan 22.62%. Perlakuan impregnasi dan
perendaman meningkatkan kelas kuat kayu pinus dari kelas kuat III menjadi kelas
kuat II.
Kata kunci: impregnasi, kayu pinus, metil metakrilat, perendaman
ABSTRACT
RAZAN MUHAMMAD ADRIAN PRASIDI. Effect of Impregnation and
Immersion Process with Methyl Methacrylate on Pine Wood (Pinus merkusii ) .
Supervised by YUSUF SUDO HADI and LUKMANUL HAKIM ZAINI.
Pinus merkusii or Pine is one of fast-growing species which has inferior in
physical and mechanical properties. It is can be improved through impregnation and
immersion technology. The aim of this research was to evaluate the physical and
mechanical properties of pine which has been modified by impregnation and
immersion using methyl methacrylate (MMA). Impregnation used a 5 atm vacuum
method for 30 minutes while the immersion process was performed by placing the
sample in a 100% MMA solution in 24 hours. The results showed that impregnation
and immersion treatment could improve the physical and mechanical properties of
pine. Impregnation method increased its density by 20.51% compared with
untreated pine. It also increased MOR and MOE value respectively by 24.51% and
40% after the impregnation method. Meanwhile, the immersion treatment increased
its density by 4.61%, it also increased MOR and MOE value respectively by 29.56%
and 22.62%. Impregnation and immersion treatment increased its strength class
from strength class III into strength class II.
Keywords: immersion, impregnation, methyl methacrylate, Pinus merkusii
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Hasil Hutan
PENGARUH PROSES IMPREGNASI DAN PERENDAMAN
METIL METAKRILAT PADA KAYU PINUS
(Pinus merkusii)
NAMA PENULIS
DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
RAZAN MUHAMMAD ADRIAN PRASIDI
Judul Skripsi: Pengaruh Proses lmpregnasi dan Perendaman Metil Metakrilat
Nama NIM
Pada Kayu Pinus (Pinus merkusii) : Razan Muhammad Adrian Prasidi : E24130017
Disetujui oleh
Lukmanul Hakim Zaini S.Hut .MSc Pembimbing II
."
Tanggal Lulus: �1.0 OCT 2017
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan april hingga
agustus 2017 ini ialah “Pengaruh Proses Impregnasi dan Perendaman Metil
Metakrilat Pada Kayu Pinus (Pinus merkusii)”.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Yusuf Sudo Hadi
,MAgr dan Bapak Lukmanul Hakim Zaini S.Hut, MSc selaku pembimbing, serta
Bapak Abdurrachman yang telah membantu dan memberi saran. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Abdurrachman , Bapak Endang dan
Ibu Ani dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor, Bapak Suhada
dan Bapak Kadiman dari Laboratorium Pengerjaan Kayu Fakultas Kehutanan IPB.
Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Dimas, Iffah, Hamzah, Dina,
Dyah, Iin, Rasyid, Sofia fitriana, keluarga THH 50 dan semua pihak yang telah
membantu pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi atas segala doa dan
dukungannya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua terutama
pada sosok ibu yaitu Ibu Endang, kedua adik saya ( Adya dan Adin) dan Tante saya
(Tante Wahyu), serta seluruh keluarga besar Hj Muryanti atas segala dukungan,
kasih sayang dan doa yang diberikan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Oktober 2017
Razan Muhammad Adrian Prasidi
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
METODE 3
Tempat dan Waktu Penelitian 3
Alat dan Bahan 3
Prosedur Penelitian 4
Analisis Data 7
HASIL DAN PEMBAHASAN 7
Sifat Fisis 7
Sifat Mekanis 11
SIMPULAN DAN SARAN 13
Simpulan 13
Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 14
LAMPIRAN 16
RIWAYAT HIDUP 22
DAFTAR GAMBAR
1 Histogram kadar polimer 7 2 Histogram kadar air 8 3 Histogram kerapatan 9 4 Histogram penyusutan 10 5 Histogram daya serap air 10
6 Histogram MOE 11 7 Histogram MOR 12 8 Histogram kekerasan ujung 12 9 Histogram kekerasan sisi 13
DAFTAR LAMPIRAN
1 Nilai rata-rata kadar polimer kayu pinus 16
2 Nilai rata-rata dan analisis keragaman kadar air kayu pinus 16 3 Nilai rata-rata dan analisis keragaman kerapatan kayu pinus 17
4 Nilai rata-rata dan analisis keragaman penyusutan kayu pinus 17 5 Nilai rata-rata dan analisis keragaman daya serap air kayu pinus 18
6 Nilai rata-rata dan analisis keragaman MOE kayu pinus 18 7 Nilai rata-rata dan analisis keragaman MOR kayu pinus 19 8 Nilai rata-rata dan analisis keragaman kekerasan ujung kayu pinus 20
9 Nilai rata-rata dan analisis keragaman kekerasan sisi kayu pinus 20
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pohon pinus (Pinus merkusii) merupakan spesies yang tumbuh secara alami
di beberapa daerah Indonesia, yaitu di Aceh, Tapanuli dan Kerinci. Dalam
perkembangannya, tanaman pinus banyak terdapat di kawasan hutan produksi
wilayah Perum Perhutani yang terletak di pulau Jawa seluas 483.272 ha (Perum
Perhutani 2012). Salah satu manfaat pohon pinus yaitu hasil kayunya yang dapat
dijadikan sebagai bahan konstruksi bangunan, korek api, pulp dan kertas. Pohon
pinus merupakan jenis pohon cepat tumbuh yang tegolong dalam famili Pinaceae
serta termasuk dalam jenis berdaun jarum (softwood) dan memiliki kelas awet IV
dan kelas kuat III (Martawijaya et al. 2001).
Berbagai upaya untuk meningkatkan sifat fisis dan mekanis kayu telah
dilakukan, salah satunya dengan metode impregnasi. Menurut Hadi et al. (2013)
untuk meningkatkan sifat fisis dan mekanis kayu, kayu yang diimpregnasi akan
menghasilkan kualitas yang lebih baik daripada kayu yang tidak diberi impregnasi.
Impregnasi adalah proses memasukkan bahan kimia ke dalam kayu pada bagian
rongga sel agar sifat-sifat kayu meningkat. Modifikasi kayu dengan menggunakan
bahan kimia dapat meningkatkan stabilitas dimensi, kekerasan, keawetan dan daya
tahan terhadap gores (Yildiz et al. 2005). Terdapat berbagai bahan kimia yang dapat
digunakan untuk memodifikasi kayu diantaranya stirena, polietilen glikol (PEG),
metil metakrilat (MMA) dan lain-lain. Rowell et al. (1982) mengemukakan bahwa
usaha untuk meningkatkan daya awet serta sifat fisis dan mekanis kayu ialah dengan
cara penempelan MMA ke dalam kayu membentuk kayu plastik. MMA termasuk
ke dalam senyawa akrilat yang memiliki karakteristik umum yaitu stabilitas
terhadap UV dan sifat mekanik yang baik sehingga cocok digunakan pada aplikasi
eksterior (Siregar et al. 2012). Selain proses impregnasi, proses perendaman juga
dapat dilakukan untuk memasukkan bahan kimia ke dalam kayu. Perendaman
merupakan salah satu metode dari pengawetan kayu. Metode perendaman
mempunyai kelebihan yaitu terjangkau, sederhana dan tidak memerlukan peralatan
khusus sedangkan kelemahannya adalah memerlukan waktu yang lama, hasil
absorpsi dan penetrasinya kecil (Nandika et al. 1996).
Dalam rangka menjawab kebutuhan masyarakat akan kayu dengan sifat fisis
dan mekanis yang baik, maka pengembangan teknologi ke arah tersebut penting
untuk dilakukan. Impregnasi dan perendaman merupakan dua metode yang
dikembangkan sehingga dapat diaplikasikan di masyarakat dengan prinsip
teknologi yang mudah, murah dan kompatibel. Oleh karena itu, perlu dilakukan
penelitian untuk meningkatkan kualitas kayu pinus melalui impregnasi dan
perendaman dengan menggunakan metil metakrilat.
Rumusan Masalah
Kayu pinus merupakan kayu cepat tumbuh yang memiliki kekuatan yang
rendah. Oleh sebab itu, perlu ditingkatkan kualitas kayu pinus terutama sifat fisis
dan mekanis dengan menggunakan metode impregnasi dan perendaman
menggunakan metil metakrilat.
2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sifat fisis dan mekanis kayu
pinus (Pinus merkusii) yang telah di modifikasi dengan impregnasi dan rendam
menggunakan metil metakrilat.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai
teknik peningkatan kualitas kayu dengan metode impregnasi serta perendaman
dengan menggunakan metil metakrilat terhadap sifat fisis dan mekanisnya. Selain
itu, diharapkan teknik tersebut dapat meningkatkan kualitas dan penggunaan kayu
pinus pada aplikasi yang lebih luas.
TINJAUAN PUSTAKA
Kayu Pinus (Pinus merkusii)
Kayu pinus merupakan kayu cepat tumbuh yang banyak ditemukan di Hutan
Tanaman Industri (HTI). Kayu pinus merupakan jenis pohon berdaun jarum
(softwood) yang termasuk dalam famili Pinaceae, mempunyai berat jenis 0,40-0,75
(rata-rata 0,55), termasuk dalam kelas awet IV dan kelas kuat III, kayu teras
berwarna coklat kuning muda dan kayu gubal berwarna putih atau kekuning-
kuningan, teksturnya halus dan arah seratnya lurus (Martawijaya et al. 2001). Pinus
dapat tumbuh pada kondisi tanah yang kurang subur, pada tanah berpasir dan tanah
berbatu, namun tidak dapat tumbuh dengan baik pada kondisi tanah becek.
Soediono (1983) mengemukakan bahwa kayu pinus mempunyai sifat yang
menguntungkan yaitu mudah dikerjakan, mempunyai penampilan menarik dan
mudah diawetkan sehingga dapat digunakan berbagai keperluan seperti korek api,
supit, kayu kontruksi, kayu lapis dan sebagainya.
Modifikasi Kayu dengan Impregnasi dan Perendaman MMA
Modifikasi kayu bertujuan untuk meningkatkan sifat fisis dan sifat mekanis
pada kayu. Menurut Hill (2006), modifikasi kayu terdiri dari modifikasi kimia,
permukaan, panas dan impregnasi. Salah satu cara modifikasi kayu dengan
menggunakan teknologi yaitu impregnasi. Impregnasi merupakan proses pengisian
kayu pada bagian rongga sel oleh bahan kimia sehingga dapat meningkatkan sifat
fisis dan sifat mekanis serta keawetan kayu. Metode impregnasi yang sering
digunakan yaitu metode vakum tekan. Metode vakum tekan dapat menyebabkan
terjadinya penetrasi pada kayu yang disebabkan adanya pemberian tekanan
mengakibatkan udara pada lumen digantikan oleh cairan pengawet (Archer dan
Lebow, 2006). Penelitian ini menggunakan bahan kimia metil metakrilat (MMA).
Perendaman merupakan salah satu metode dari pengawetan kayu. Metode
yang digunakan adalah metode perendaman dingin yang merupakan metode yang
mudah, tidak memerlukan metode khusus serta biaya yang relatif murah
dibandingkan dengan metode rendaman panas dan vakum tekan, namun efektif
meningkatkan absorbsi bahan pengawet terhadap kayu (Abdurrohim, 2008).
3
Metil Metakrilat merupakan ester metil dari asam metakrilat yang berbentuk
cairan tidak berwarna. MMA mempunyai titik didih normal 101°C, titik lebur pada
-48°, dan mempunyai berat jenis 0.940 g/cc pada 25°. MMA dapat dipolimerisasi
pada kayu dengan menggunakan bahan katalis dan panas, atau radiasi (Hadiyane,
2011). Menurut Cowd (1982), MMA merupakan bahan yang keras, kaku dan
bening, yang mempunyai keunggulan dibandingkan dengan monomer lainnya
adalah kebeningannya.
Sifat Fisis dan Sifat Mekanis
Sifat fisis merupakan sifat dasar kayu yang berperan penting dan erat
hubungannya dengan struktur kayu (Tsoumis, 1991). Sifat fisis yang diuji
diantaranya adalah Kadar Air (KA), kerapatan dan kembang susut kayu. Menurut
Bowyer et al. (2003), kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung di dalam
kayu, dan dinyatakan dalam persentase terhadap berat kering tanurnya. Kerapatan
kayu didefinisikan sebagai massa per unit volume yang dinyatakan dalam g/cm3.
Kerapatan kayu bervariasi dipengaruhi oleh posisi kayu dalam batang, kondisi
lingkungan tempat tumbuh, dan struktur anatomi kayu (Tsoumis, 1991).
Sifat mekanis merupakan kemampuan kayu untuk menahan beban yang
berasal dari luar. Tsoumis (1991) mengemukakan bahwa ketahanan kayu dalam
menahan beban yang berasal dari luar tergantung pada besarnya gaya dan cara
pembebanan. Beberapa sifat mekanis yang penting untuk menilai kekuatan kayu
adalah modulus elastisitas (modulus of elasticity, MOE), modulus patah (modulus
of rupture, MOR), dan keteguhaan rekat. Sifat fisis dan mekanis kayu dipengaruhi
oleh jenis kayu, umur pohon, lokasi tempat tumbuh serta perlakuan silvikulturnya
(Haygreen dan Bowyer, 1982).
METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga Agustus 2017, bertempat
di Laboratorium Biokomposit, Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu Kayu
Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB dan Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hasil Hutan Bogor.
Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sampel kayu yang telah
diimpregnasi dan direndam dengan MMA yaitu kayu pinus (Pinus merkusii Jungh.
Et de Vr.) dan kayu tanpa perlakuan sebagai kontrol. Alat yang digunakan pada
penelitian ini antara lain mesin gergaji, kaliper, timbangan digital, oven, desikator,
gelas ukur, mesin impregnasi, universal testing machine (UTM) instron.
4
Prosedur Penelitian
Persiapan Contoh Uji
Log kayu pinus dipotong menjadi papan kemudian dikeringkan hingga kadar
air konstan. Setelah itu, dibuat contoh uji sifat fisis (kadar air, kerapatan dan
stabilitas dimensi), sifat mekanis (MOE, MOR, dan uji kekerasan) dengan empat
kali pengulangan. Ukuran contoh uji kadar air yang mengacu ASTM D 44 - 92,
kerapatan mengacu pada ASTM D 2395 - 14, shrinkage dan daya serap air mengacu
pada British Standard (BS) 373:1957. Contoh uji yang digunakan untuk pengujian
Modulus of Elasticity (MOE), Modulus of Rupture (MOR) dan kekerasan yang
mengacu pada British Standard (BS) 373:1957.
Proses Impregnasi dan Perendaman
Pembuatan kayu impregnasi pada penelitian ini menggunakan metode
vakum tekan dengan menggunakan bahan kimia MMA. Kayu yang dipotong sesuai
dengan ukuran contoh uji dikeringkan dalam oven dengan suhu (60 ± 2) ºC selama
48 jam untuk mendapatkan nilai berat kayu sebelum impregnasi (W0) dan diukur
dimensi awal sebelum impregnasi. Contoh uji dimasukkan ke dalam gelas ukur
yang sudah terisi oleh MMA 100 ml dengan penambahan katalis 10 ml. Setelah itu
, gelas kaca dimasukkan ke dalam tabung impregnator yang diletakkan di atas
wadah kayu dan diberikan vakum sebesar 5 atm dan diberikan tekanan sebesar 5
atm masing-masing selama 30 menit. Kemudian contoh uji dikeluarkan dari tabung
impregnator lalu ditiriskan. Sementara itu, proses perendaman dilakukan dengan
memasukkan contoh uji ke dalam wadah uji kemudian masukkan MMA hingga
contoh uji terendam. Perendaman dilakukan selama 1 hari. Setelah itu, contoh uji
diangkat dari wadah dan ditiriskan.
Contoh uji kemudian dibungkus menggunakan alumunium foil dan dioven
pada suhu 60 ºC selama 48 jam agar terjadi proses polimerisasi. Setelah dioven,
alumunium foil yang membungkus contoh uji dilepas dan dilakukan penimbangan
contoh uji untuk mendapatkan berat contoh uji setelah impregnasi (W1).
Selanjutnya dilakukan pengujian contoh uji yang dibedakan menjadi uji sifat fisis
dan uji sifat mekanis.
Kadar polimer merupakan banyaknya monomer dalam kayu plastik, yang
dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
𝐏𝐋 (%) =𝑾₁ − 𝑾₀
𝑾₀× 𝟏𝟎𝟎
Keterangan:
PL = Kadar polimer (%)
W1 = berat contoh uji setelah diimpregnasi (g)
W0 = berat contoh uji sebelum diimpregnasi (g)
5
Pengukuran Kadar Air
Contoh uji kadar air kayu berukuran 2,5 cm x 2,5 cm x 10 cm. Kadar air
ditentukan dengan menggunakan metode gavimetri. Contoh uji ditimbang beratnya
(BA), lalu dimasukkan ke dalam oven dengan suhu (103±2) °C hingga beratnya
konstan (BKT). Nilai kadar air dihitung dengan persamaan berikut:
𝐊𝐀 (%) =𝑩𝑩 − 𝑩𝑲𝑻
𝑩𝑲𝑻× 𝟏𝟎𝟎
Keterangan:
KA = Kadar air (%)
BB = Berat awal (g)
BKT = Berat kering tanur (g)
Pengukuran Kerapatan Kayu
Contoh uji berukuran 2,5 cm x 2,5 cm x 10 cm diukur volumenya (VA),
lalu dimasukkan ke dalam oven dengan suhu (103±2) °C hingga mencapai berat
konstan untuk mendapatkan berat kering tanur (BKT). Kerapatan kayu diperoleh
dengan persamaan berikut :
𝝆 =𝑩𝑲𝑻
𝑽𝑨
Keterangan:
𝜌 = Kerapatan
VA = Volume awal (g)
BKT = Berat kering tanur (g)
Kembang Susut Dimensi Kayu
Contoh uji yang digunakan berukuran 2,5 cm x 2,5 cm x 10 cm. Penyusutan
yang diuji pada penelitian ini adalah penyusutan dimensi lebar pada masing-masing
bidang yaitu bidang tangensial dan radial dari kondisi basah ke kering tanur.
Sedangkan pemngembangan diukur dari kering udara sampai kondisi basah.
Pengukuran dimensi dilakukan menggunakan kaliper. Besarnya penyusutan
masing-masing bidang untuk seluruh kondisi dhitung dengan rumus:
𝐏𝐞𝐧𝐲𝐮𝐬𝐮𝐭𝐚𝐧 (%) =𝑫₁ − 𝑫₂
𝑫₁× 𝟏𝟎𝟎
Keterangan:
D1 = Dimensi lebar awal (cm)
D2 = Dimensi lebar akhir kering tanur (cm)
6
Daya Serap Air
Contoh uji yang digunakan berukuran 2,5 cm x 2,5 cm x 10 cm. (dimensi
panjang, lebar dan tebal) ditimbang dalam kondisi kering udara. Contoh uji
selanjutnya direndam dalam air dengan suhu kamar selama 2 jam lalu ditimbang,
perendaman dilanjutkan lagi hingga 24 jam lalu timbang. Perhitungan nilai daya
serap air berdasarakan rumus:
𝑫𝑺𝑨 (%) =𝑩₂ − 𝑩₁
𝑩₁𝑿𝟏𝟎𝟎
Keterangan:
DSA = Daya Serap Air (%)
B1 = Berat awal contoh uji (g)
B2 = Berat akhir contoh uji (g)
Pengujian Keteguhan Lentur Statis
Pengujian keteguhan lentur statis dilakukan pada contoh uji berukuran 2 cm
x 2 cm x 30 cm dengan jarak bentang 28 cm. Pembebanan dilakukan di tengah
bentang. Besarnya Modulus of Elasticty (MOE) dan Modulus of Rupture (MOR)
ditentukan dengan rumus:
𝐌𝐎𝐄 =△𝑷𝑳𝟑
𝟒△𝒚𝒃𝒉𝟐 𝐌𝐎𝐑 =𝟑 𝑷𝒎𝒂𝒌𝒔 𝐋
𝟐𝒃𝒉𝟐
Keterangan:
MOE = Modulus of Elasticity (kg/cm3)
MOR = Modulus of Rupture (kg/cm3)
△P = Perubahan beban yang terjadi dibawah batas proporsi (kg)
L = Jarang sangga (cm)
△y = Perubahan defleksi akibat beban P (cm)
b = Lebar contoh uji (cm)
h = Tebal contoh uji (cm)
Nilai MOE dan MOR dari kayu pinus akan diklasifikasikan kelas kuat kayu
berdasarkan standar Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI) NI 5-1961 pada
Tabel 1.
Tabel 1 Kelas kuat kayu menurut PKKI NI 5-1961
Kelas Kuat Berat Jenis MOE (kg/cm2) MOR (kg/cm2)
I > 0.9 125 000 > 1 100
II 0.6 – 0.9 100 000 725 – 1 100
III 0.4 – 0.6 80 000 500 – 725
IV 0.3 – 0.4 60 000 360 - 500
V < 0.3 40 000 < 360
Sumber: PKKI NI 5-1961 dalam Febrian RI 2014
7
Pengujian Kekerasan
Contoh uji kekerasan (Hardness) diambil setelah dilakukan uji MOE dan
MOR di salah satu sisi dengan ukuran 2 cm x 2 cm x 6 cm yang diletakkan pada
alat penguji (UTM Instron) dengan membebankan setengah bola baja, masuk ke
dalam kayu (Janka Test). Kekerasan kayu dihitung dengan rumus:
𝐇 =𝑷𝒎𝒂𝒌𝒔
𝑨
Keterangan:
H = Kekerasan kayu (kg/cm3)
Pmaks = Beban maksimum (kg)
A = Luas penampang (cm)
Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak
lengkap (RAL) dengan perlakuan impregnasi MMA, perendaman MMA, dan
kontrol. Setiap perlakuan terdiri dari 4 ulangan. Model persamaan yang digunakan
adalah sebagai berikut:
Yik = µ + Ai + Ɛik
Keterangan:
Yik = nilai pengamatan pada perlakuan peningkatan mutu teknik ke-i
ulangan ke-k
µ = Nilai rataan umum
Ai = Pengaruh jenis perlakuan pada taraf ke-i
Ɛik = Kesalahan percobaan
Untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan-perlakuan maka dilakukan
analisis keragaman (ANOVA). Tingkat perbedaan dinyatakan pada taraf 5%.
Perlakuan yang dinyatakan berpengaruh terhadap respon dalam analisis ragam
kemudian diuji lanjut dengan menggunakan uji Duncan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sifat Fisis
Polimer Loading (PL)
Kadar polimer merupakan jumlah bahan kimia yang tekandung di dalam
suatu bahan. Pada Gambar 1 menunjukkan perbandingan kadar polimer antara
perlakuan impregnasi MMA dengan perendaman. Terlihat bahwa kandungan
polimer impregnasi lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan polimer
perendaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Archer dan Lebow (2006) yang
menyatakan bahwa impregnasi dengan metode vakum tekan menyebabkan
penetrasi yang lebih tinggi pada kayu karena pemberian tekanan mengakibatkan
8
udara pada rongga-rongga sel kayu digantikan oleh cairan kimia. Sementara itu,
pada perlakuan perendaman memiliki nilai kadar polimer yang kecil. Sesuai pada
pernyataan Nandika et al. (1996) yang menyatakan bahwa metode perendaman
mempunyai kelemahan yaitu hasil absorpsi dan penetrasi yang kecil. Setiap jenis
kayu softwood seperti pinus akan memiliki nilai polimer loading (PL) yang lebih
bagus dibanding dengan kayu hardwood. Hal tersebut dikarenakan kayu pinus
termasuk kayu konifer yang mempunyai sifat anatomi yang sederhana dibanding
kayu hardwood (Hadi et al. 2002).
Gambar 1. Histogram kadar polimer
Kadar Air (KA)
Menurut Wahyudi et al. (2014) kadar air didefisinikan sebagai
perbandingan antara berat air yang terkandung di dalam kayu dengan berat kering
tanur yang telah dikeringkan dengan oven dan dinyatakan dalam persen. Pada
Gambar 2 terlihat bahwa contoh uji kontrol menghasilkan rata-rata nilai kadar air
yang paling tinggi sedangkan contoh uji perendaman MMA menghasilkan rata-rata
kadar air yang paling rendah. Berdasarkan hasil uji analisis ragam menunjukkan
bahwa perlakuan impregnasi MMA dan perendaman MMA memberikan pengaruh
yang nyata terhadap penurunan kadar air kayu pinus (lampiran 2). Hasil uji lanjut
Duncan menunjukkan bahwa kadar air contoh uji impregnasi MMA dan
perendaman MMA berbeda nyata dengan contoh uji kontrol. Hal ini disebabkan
oleh MMA merupakan polimer hidrofobik, sehingga apabila polimer mengisi
rongga dinding sel kayu, maka kayu akan lebih hidrofobik, sehingga lebih sedikit
mengisap air dari udara bebas, yang mengakibatkan kandungan kadar air yang
sedikit (Nurwati et al. 1996). Dormer et al. (1998) menyatakan bahwa karakteristik
bahan kimia MMA hanya mengandung air sebesar 0,03 %
17.04
2.45
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
Impregnasi MMA Perendaman Mma
Po
limer
load
ing
(%)
Perlakuan
9
Gambar 2. Histogram kadar air
Kerapatan
Kerapatan kayu didefinisikan sebagai perbandingan antara massa kayu
dengan volume kayu yang dinyatakan dalam pon per kaki kubik atau kilogram per
meter kubik (Bowyer et al. 2003). Kerapatan merupakan salah satu indikator untuk
menduga kekuatan kayu. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa nilai kerapatan
kayu pinus mengalami kenaikan setelah diberi perlakuan impregnasi MMA dan
perendaman MMA (Gambar 3). Peningkatan kerapatan kayu baik perlakuan
impregnasi maupun perendaman MMA menunjukkan bahwa terjadi penambahan
masa akibat polimer loading pada kayu pinus. Hal ini dipengaruhi oleh kandungan
monomer di dalam kayu tersebut. Pada kayu yang diimpregnasi terjadi polimerisasi
insitu dari monomer yang menyebabkan kenaikan berat dari kayu, sedangkan
volume kayu tetap karena monomer hanya mengisi rongga sel kayu, sehingga
kerapatan bertambah (Wangaard 1950). Berdasarkan hasil uji analisis ragam
menunjukkan bahwa perlakuan impregnasi MMA dan perendaman MMA tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai kerapatan kayu pinus (lampiran 3).
Gambar 3. Histogram kerapatan
12.60
7.78 7.57
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
Kontrol ImpregnasiMMA
PerendamanMMA
Kad
ar A
Ir (
%)
Perlakuan
0.62
0.780.72
0.000.100.200.300.400.500.600.700.800.901.00
Kontrol Impregnasi MMA PerendamanMMA
Ker
apat
an
Perlakuan
10
Penyusutan (Shrinkage)
Penyusutan (Shrinkage) terjadi apabila pengurangan antara air dalam kayu
dengan kadar air maksimum terjadi hingga pengurangan air di bawah titik jenuh
serat yang menyebabkan dinding sel kayu menyusut (Dumanauw 2001). Gambar 4
menunjukkan perlakuan impregnasi MMA memiliki rerata paling rendah
dibandingkan dengan perlakuan perendaman maupun kontrol. Berdasarkan hasil uji
analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan impregnasi MMA dan perendaman
MMA berpengaruh nyata terhadap nilai penyusutan kayu pinus (lampiran 4).
Perlakuan impregnasi MMA dan perendaman MMA memiliki penyusutan yang
lebih rendah dibandingkan dengan kayu kontrol. Hal ini disebabkan oleh bahan
polimer yang masuk ke dalam rongga sel kayu menjadi bulking agent di dalam sel
kayu dan menghambat perubahan dimensi (Nurwati et al. 2007). Hasil uji lanjut
Duncan menunjukkan bahwa penyusutan contoh uji perendaman MMA,
impregnasi MMA berbeda nyata dengan kontrol pada selang kepercayaan 95%.
Gambar 4. Histogram penyusutan
Daya Serap Air (DSA)
Daya serap air merupakan kemampuan kayu menyerap air setelah dilakukan
perendaman selama 48 jam yang dinyatakan dalam persen. Pada Gambar 5
menunjukkan bahwa kayu yang diberi perlakuan impregnasi dan perendaman
mengalami penurunan dibandingkan dengan kontrol. Hal ini disebabkan oleh
adanya perubahan kandungan air di bawah titik jenuh serat sehingga menyebabkan
perubahan dimensi kayu. Berdasarkan hasil uji analisis ragam menunjukkan bahwa
perlakuan impregnasi MMA dan perendaman MMA tidak memberikan pengaruh
yang nyata terhadap nilai daya serap air (lampiran 5). Penurunan nilai daya serap
air yang diberi perlakuan impregnasi MMA dan perendaman MMA disebabkan
adanya polimer di dalam rongga sel yang memperkecil koefisien difusi sehingga
perubahan dimensi yang terjadi lebih lambat dari pada kontrol (Rowel 1984). Hasil
pengujian menunjukkan nilai polimer loading yang tinggi memiliki nilai DSA yang
rendah.
5.00
1.732.03
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
Kontrol Impregnasi MMA PerendamanMMA
Pen
yusu
tan
(%
)
Perlakuan
11
Gambar 5. Histogram daya serap air
Sifat Mekanis
Modulus Elastisitas (Modulus of Elasticity/MOE)
Yoresta (2015) mendefinisikan modulus elastisitas sebagai nilai kekuatan
material yang direpresentasikan oleh kemiringan kurva P pada saat kondisi elastis.
Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa nilai MOE pada contoh uji yang diberi
perlakuan mengalami peningkatan. Peningkatan nilai MOE pada contoh uji yang
diberi perlakuan mengindikasikan bahwa penambahan bahan kimia pada proses
impregnasi maupun perendaman dapat meningkatkan kemampuan kayu dalam
menahan beban yang diberikan kepada kayu serta diiringi meningkatnya hasil uji
kerapatan kayu perlakuan tersebut. Berdasarkan hasil uji analisis ragam
menunjukkan bahwa perlakuan impregnasi MMA dan perendaman MMA
memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap peningkatan nilai MOE
(lampiran 6). Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa nilai MOE kayu pinus
setelah perlakuan MMA dengan metode impregnasi dan perendaman berbeda nyata
dengan kontrol pada selang kepercayaan 95%.
54.4542.36
46.26
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
Kontrol ImpregnasiMMA
PerendamanMMA
Day
a Se
rap
Air
(%
)
Perlakuan
12
Gambar 6. Histogram modulus of elasticity
Modulus Patah (Modulus of Rupture/MOR)
Modulus patah atau modulus of rupture adalah beban maksimum yang
mampu ditahan oleh kayu (Bowyer et al. 2003). Gambar 7 memperlihatkan rata-
rata nilai MOR contoh uji yang diberi perlakuan impregnasi MMA dan perendaman
MMA mengalami peningkatan. Contoh uji kontrol menunjukkan nilai MOR
tergolong ke dalam kelas kuat III, namun setelah diberi perlakuan impregnasi dan
perendaman, kelas kuat kayu pinus tergolong menjadi ke dalam kelas kuat II. Hal
ini disebabkan proses masuknya monomer ke dalam kayu menempati pada rongga
sel hingga sampai menempati pada dinding sel, sehingga hasil impregnasi dan
perendaman meningkatkan kekuatan kayu. Hasil uji analisis ragam menunjukkan
bahwa perlakuan impregnasi MMA dan perendaman MMA memberikan pengaruh
yang nyata terhadap nilai MOR (lampiran 7). Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan
bahwa impregnasi MMA dan perendaman MMA berbeda nyata dengan kontrol
pada selang kepercayaan 95%. Nilai MOR kayu perlakuan meningkat sejalan
dengan hasil uji kerapatan kayu perlakuan yang meningkat.
Gambar 7. Histogram modulus of rupture
75563
10010397652
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
Kontrol ImpregnasiMMA
PerendamanMMA
MO
E (K
gf/c
m3 )
Perlakuan
548
914778
0
200
400
600
800
1000
1200
Kontrol ImpregnasiMMA
PerendamanMMA
MO
R (
Kgf
/cm
3 )
Perlakuan
13
Kekerasan
Dumanauw (2001) mendefinisikan kekerasan sebagai suatu ukuran kekuatan
kayu dalam menahan gaya permukaan dan pembentukan permanen pada kayu. Nilai
kekerasan dapat dlihat pada sisi dan ujung kayu. Pada Gambar 8 dan Gambar 9
dapat dilihat adanya peningkatan nilai kekerasan pada contoh uji yang diberi
perlakuan. Berdasarkan hasil uji analisis ragam pada kekerasan sisi menunjukkan
bahwa perlakuan impregnasi MMA dan perendaman MMA memberikan pengaruh
yang nyata terhadap nilai kekerasan kayu pinus (lampiran 9). Hal ini diindikasikan
dengan monomer yang diberikan jika dipanaskan akan memadat sehingga dapat
mengakibatkan kayu bertambah keras. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa
perlakuan impregnasi MMA dan perendaman MMA berbeda nyata dibandingkan
kontrol. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ibach dan Ellis (2005) yang menyatakan
bahwa modifikasi kayu dapat merubah sifat mekanis kayu seperti kekerasan
menjadi lebih baik dibandingkan dengan kontrol. Berdasarkan hasil uji analisis
ragam pada kekerasan ujung menunjukkan bahwa perlakuan impregnasi MMA dan
perendaman MMA tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai
kekerasan ujung (lampiran 8).
Gambar 8. Histogram kekerasan ujung
Gambar 9. Histogram kekerasan sisi
455533 518
0
100
200
300
400
500
600
700
Kontrol Impregnasi MMA PerendamanMMA
Kek
eras
an u
jun
g (K
gf/c
m3 )
Perlakuan
344
453440
0
100
200
300
400
500
600
Kontrol Impregnasi MMA PerendamanMMA
Kek
eras
an s
isi (
Kgf
/cm
3 )
Perlakuan
14
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Secara umum kayu pinus yang diimpregnasi dan direndam dengan metil
metakrilat dapat meningkatkan sifat fisis dan mekanis kayu pinus. Peningkatan sifat
fisis kayu pinus ditandai adanya peningkatan nilai kerapatan setelah diberi
perlakuan impregnasi dan perendaman sebesar 25,8% dan 4,8% serta adanya
penurunan nilai kadar air sebesar 32%. Sementara itu, sifat mekanis yaitu nilai
MOE, MOR, kekerasan sisi dan ujung pada perlakuan impregnasi berturut-turut
sebesar 100103 kgf/cm2, 914 kgf/cm2, 453 kgf/cm2 dan 533 kgf/cm2. Namun
demikian, nilai MOE, MOR dan kekerasan pada perlakuan perendaman berturut-
turut sebesar 97652 kgf/cm2, 778 kgf/cm2, 440 kgf/cm2 dan 518 kgf/cm2. Perlakuan
impregnasi dan perendaman meningkatkan kelas kuat kayu pinus dari kelas kuat III
menjadi kelas kuat II. Berdasarkan hasil yang diperoleh, peningkatan sifat fisis dan
mekanis yang paling baik yaitu kayu pinus dengan perlakuan impregnasi.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian di atas, kayu pinus yang sudah termodifikasi
dengan metil metakrilat perlu dilakukan pengujian sifat keawetan kayu yang sudah
termodifikasi tersebut sehingga penggunaannya dapat dimaksimalkan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrohim S. 2008. Penggunaan bahan pengawet kayu di Indonesia. Buletin Hasil
Hutan Vol 14(2): 107-115
Archer K, Lebow S. 2006. Wood Preservation. Winconsin (US). Hlm 297-338.
[ASTM]. American Society for Testing Materials. 1992. Direct Moisture Content
Measurement of Wood and Wood-Base Materials (ASTM D4442 – 92).
[ASTM]. American Society of Testing Materials. 2014. Density and Specific
Gravity (Relative Density) of Wood and Wood-Based Materials (ASTM
D2395 – 14).
Bowyer JL, Rubin S, Jhon GH. 2003. Forest Products and Wood Science : An
Introduction Fourth edition. United State of Amerika (US): Lowa State
Press.
[BS]. British Standard. 1957. Methods of Testing Small Clear Specimens of Timber
(BS 373:1957).
Cowd MA. 1982. Polymer Chemistry. London (UK): J Murray
Dormer W, Gomes R, Meek ME. 1998. Methyl Methacrylate. Geneva (CH): World
Health Organization.
Dumanauw J. 2001. Mengenal Kayu. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Hadi YS, Hadjib N, Jasni. 2002. Resistance of Polystyrene Wood to Marine Borer
and Subterranean Termite. Di dalam: Proceedings of The Sixth Pacific Rim
Bio-Based Composites Symposium and Pre-symposium Workshop on
Chemical Modification of Cellulosics. Portland: Oregon State University.
hlm 528-534.
15
Hadi YS, Rahayu IS, Danu S. 2013. Physical and mechanical properties of methyl
methacrylate impregnated jabon wood. J indian Acad Wood Science. 10(2):
77-80.
Hadiyane A, 2011. Perubahan Sifat-Sifat Komponen Penyusun Kayu, Sturktur Sel
Kayu dan Sifat-Sifat Dasar Kayu Terdesnsifikasi Secara Parsial [Skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Haygreen JG, Bowyer JL, 1982. Forest Product and Wood Science : An
Introduction. Ames (US): Iowa State press.
Hill CS. 2006. Wood Modification: Chemical, Thermal, and Other Process.
England (UK): John Wiley and Sons, Ltd.
Ibach RE, Ellis WD. 2005. Lumen Modification. Di dalam: Rowell RM, editor
Wood Chemistry and Wood Composites. Florida (US): CRC Press.
Kikata Y. 2000. Text for Wood based Material Application Technology Course.
Nagoya (JP): Nagoya International Training Centre. JICA.
Martawijaya A, Barly, Permadi P. 2001. Pengawetan Kayu untuk Barang
Kerajinan. Bogor (ID): Puslitbang Kehutanan Bogor.
Nandika D, Soenaryo dan A. Saragih. 1996. Kayu dan Pengawetan Kayu. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor Press.
Nurwati H, Ismanto A, Utama M. 1996. Pengaruh Struktur Monomer Pada Hasil
Impregnasi dan Polimerisasi Radiasi Kayu Karet (Hevea brasiliensis Muell.
Arg). Aplikasi Isotop dan Radiasi.
Nurwati H, Hadi YS, dan Setyaningsih D. 2007. Sifat fisis dan mekanis sepuluh
provenans kayu mangium (Acacia Mangium Willd) dari Patung Panjang
Jawa Barat. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis. Masyarakat Peneliti
Kayu Indonesia. Vol. 5.(1): 7-11.
Perhutani, 2012. Statistik Perum Perhutani Tahun 2006 – 2010. Jakarta (ID):
Direksi Perum Perhutani.
[PKKI] Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia. PPKI NI-5. 1961. Bandung (ID):
Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik.
Rowell RM. 1984. The Chemistry of Solid Wood. Washington D.C (US) : American
Chemical Society.
Siregar MS, Thamrin, Basuki WS, Eddiyanto. 2012. Modifikasi kimia karet alam
siklis (cyclic natural rubber (CNR) dengan teknik grafting: menggunakan
monomer metil metakrilat dan insiator benzoil peroksida. Agrium 17(3):
172-175.
Soediono J. 1983. Potensi dan Penyebaran Hutan Pinus di Pulau Jawa. Simposium
Pengusahaan Hutan Pinus. Bogor.
Tsoumis G. 1991. Science and Technology of Wood Structure, Properties,
Utilization. United States of Amerika (US): Van Nostrand Reinhold.
Wahyudi I, Priadi T, Rahayu IS. 2014. Karakteristik dan sifat-sifat unggul kayu jati
umur 4 dan 5 tahun asal Jawa Barat. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia.19(1).
Wangaard JF. 1950. The Mechanical Properties of Wood. New York (US): John
Willey and Sons Inc.
Yildiz UC, Sibel Y, Engin DG. 2005. Sifat mekanik dan ketahanan terhadap
pelapukan dari wood-polymer Composites dari jenis kayu cepat tumbuh
Turkey. Bioresource Technology. Hlm 1003-1011
Yoresta FS. 2015. Pengujian sifat mekanik kayau merbau darai daerah Bogor Jawa
Barat. Jurnal Rekayasa Sipil. 11(2).
16
LAMPIRAN
Lampiran 1. Nilai rata-rata kadar polimer kayu pinus
Perlakuan Polymer Loading (%)
Impregnasi MMA 17,04
Perendaman Mma 2,45
Lampiran 2. Nilai rata-rata dan analisis keragaman kadar air kayu pinus
a). Nilai rata-rata kadar air kayu pinus
Perlakuan Kadar Air (%)
Kontrol 12,60
Impregnasi MMA 7,78
Perendaman MMA 7,57
b). Analisis keragaman pengaruh perlakuan impregnasi MMA dan perendaman
MMA terhadap kontrol
ANOVA
KA
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 64,853 2 32,426 100,945 ,000
Within Groups 2,891 9 ,321
Total 67,744 11
c). Hasil uji lanjut Duncan pada kadar air
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2
Perendaman
MMA 4 7,5715
Impregnasi MMA 4 7,7815
Kontrol 4 12,6047
Sig. ,613 1,000
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.
17
Lampiran 3. Nilai rata-rata kerapatan dan analisis keragaman kerapatan kayu pinus
a). Nilai rata-rata kerapatan kayu pinus
Perlakuan Kerapatan
Kontrol 0,62
Impregnasi MMA 0,78
Perendaman MMA 0,72
b). Analisis keragaman pengaruh inpregnasi MMA dan perendaman MMA
terhadap kontrol
ANOVA
Kerapatan
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .050 2 .025 1.814 .218
Within Groups .124 9 .014
Total .174 11
Lampiran 4. Nilai rata-rata dan analisis keragaman penyusutan kayu pinus
a). Nilai rata-rata penyusutan kayu pinus
Perlakuan Penyusutan
Kontrol 5,00
Impregnasi MMA 1,73
Perendaman MMA 2,03
b). Analisis keragaman pengaruh impregnasi MMA dan perendaman MMA
terhadap kontrol
ANOVA
Penyusutan
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 26.130 2 13.065 123.836 .000
Within Groups .950 9 .106
Total 27.079 11
18
c). Hasil uji lanjut Duncan pada penyusutan
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2
Impregnasi MMA 4 1.7345
Perendaman
MMA 4 2.0286
Kontrol 4 5.0015
Sig. .232 1.000
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000.
Lampiran 5. Nilai rata-rata dan analisis keragaman daya serap air kayu pinus
a). Nilai rata-rata daya serap air kayu pinus
Perlakuan Daya Serap Air
Kontrol 54,45
Impregnasi MMA 42,36
Perendaman MMA 46,26
b). Analisis keragaman pengaruh impregnasi MMA dan perendaman MMA
terhadap kontrol
ANOVA
DSA
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 304,442 2 152,221 1,050 ,389
Within Groups 1304,815 9 144,979
Total 1609,257 11
Lampiran 6. Nilai rata-rata dan analisis keragaman MOE kayu pinus
a). Nilai rata-rata MOE kayu pinus
Perlakuan MOE
Kontrol 75563
Impregnasi MMA 100103
Perendaman MMA 97652
b). Analisis keragaman pengaruh impregnasi MMA dan perendaman MMA
terhadap kontrol
19
ANOVA
MOE
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1461586068,6
67 2
730793034,33
3 15,691 ,001
Within Groups 419162140,25
0 9 46573571,139
Total 1880748208,9
17 11
c). Hasil uji lanjut Duncan pada MOE
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2
Kontrol 4 75562,7500
Perendaman
MMA 4 97652,2500
Impregnasi MMA 4 100103,2500
Sig. 1,000 ,624
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.
Lampiran 7. Nilai rata-rata dan analisis keragaman MOR kayu pinus
a). Nilai rata-rata MOR kayu pinus
Perlakuan MOR
Kontrol 548
Impregnasi MMA 914
Perendaman MMA 778
b). Analisis keragaman pengaruh impregnasi MMA dan perendaman MMA
terhadap kontrol
ANOVA
MOR
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 273590,691 2 136795,345 12,215 ,003
Within Groups 100793,916 9 11199,324
Total 374384,607 11
20
c). Hasil uji lanjut Duncan pada MOR
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2
Kontrol 4 547,8175
Perendaman
MMA 4 778,0650
Impregnasi MMA 4 913,6125
Sig. 1,000 ,104
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.
Lampiran 8. Nilai rata-rata dan analisis keragaman kekerasan ujung kayu pinus
a). Nilai rata-rata kekerasan ujung kayu pinus
Perlakuan Kekerasan Ujung
Kontrol 455
Impregnasi MMA 533
Perendaman MMA 518
b). Analisis keragaman pengaruh impregnasi MMA dan perendaman MMA
terhadap kontrol
ANOVA
Kekerasan_Ujung
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 13642,167 2 6821,083 2,706 ,120
Within Groups 22688,500 9 2520,944
Total 36330,667 11
Lampiran 9. Nilai rata-rata dan analisis keragaman kekerasan sisi kayu pinus
a). Nilai rata-rata kekerasan sisi kayu pinus
Perlakuan Kekerasan Sisi
Kontrol 344
Impregnasi MMA 453
Perendaman MMA 440
21
b). Analisis keragaman pengaruh impregnasi MMA dan perendaman MMA
terhadap kontrol
ANOVA
Kekerasan_Sisi
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 28341,792 2 14170,896 3,371 ,081
Within Groups 37834,438 9 4203,826
Total 66176,229 11
c). Hasil uji lanjut Duncan pada kekerasan sisi
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2
Kontrol 4 343,8750
Perendaman
MMA 4 440,0000 440,0000
Impregnasi MMA 4 452,7500
Sig. ,065 ,787
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.
22
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 19 Juni 1995 sebagai anak ketiga
dari lima bersaudara pasangan Bapak Rohadi Saputra dan Ibu Endang Tri Prasetyo
Handayani. Tahun 2013 penulis lulus dari SMA 1 Muhammadiyah Klaten dan pada
tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Seleksi Nasional Masuk
Peguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis memilih program studi Teknologi
Hasil Hutan pada bagian Biokomposit, Departemen Hasil Hutan, Fakultas
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti perkuliahan di IPB, penulis
aktif di anggota Himpunan profesi Mahasiswa Hasil Hutan (HIMASILTAN)
sebagai anggota divisi Marketing dan Komunikasi (MARKOM) dan anggota
Keluarga Mahasiswa Klaten (KMK). Penulis telah mengikuti beberapa kegiatan
praktek lapang, antara lain Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) pada
tahun 2015 di Kamojang-Sancang Barat sebagai ketua kelompok dan Praktek
Pengelolaan Hutan (PPH) pada tahun 2016 di Hutan Pendidikan Gunung Walat
(HPGW), Sukabumi Jawa Barat. Penulis telah melaksanakan Praktek Kerja Lapang
(PKL) di Destination green, Bantul pada tahun 2016. Untuk memperoleh gelar
sarjana kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh
Proses Impregnasi dan Perendaman Metil Metakrilat pada Kayu Pinus (Pinus
merkusii) yang dbimbing oleh Prof. Dr. Ir. Yusuf Sudo Hadi, M.Agr dan Lukmanul
Hakim Zaini, S.Hut, M.Sc.