pengaruh pupuk organik limbah kulit kopi (coffea …repository.radenfatah.ac.id/2661/1/1135-article...
TRANSCRIPT
-
Jurnal Bioilmi Vol. 2 No. 2 Agustus 2016 | 108
PENGARUH PUPUK ORGANIK LIMBAH KULIT KOPI (Coffea Arabica L.)
TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KOPI
Irham Falahuddin1, Anita Restu Puji Raharjeng
1, Lekat Harmeni
2*,
1 Dosen Prodi Pendidikan Biologi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Raden Fatah Palembang,
Jl. Prof. K. H. Zainal Abidin Fikri No. 1A KM 3.5, Palembang 30126, Indonesia 2*
Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Raden Fatah Palembang,
Jl. Prof. K. H. Zainal Abidin Fikri No. 1A KM 3.5, Palembang 30126, Indonesia
*Emai:[email protected] Telp: +6281279979147
ABSTRACT Coffee (coffea arabica) is one of source for foreign exchange in Indonesia and plays an important role in the
development of industrial agriculture. The purpose of this study was to find out the effect of organic fertilizers
from the waste of coffee skin in the planting medium on the growth of coffee seedlings and determine the
optimal concentration of organic fertilizer which uses coffee skin on coffee seedling growth. This research was
conducted in the field of coffee plantations, called Empat Lawang village using experimental methods with a
completely randomized design (CRD), which consists of five treatments and five replications treatment, that
are: P0 = Without additional of organic fertilizers from waste coffee skin (control) , P1 = with the addition of
5% (100 grams) organic fertilizer from waste coffee skin, P2 = Additional 10% (200 grams)organic fertilizer
fromwaste coffee skin, P3 = with the addition of 15% (300 grams)organic fertilizers from waste coffee skin in,
P4 = with the addition of 20% (400 grams)organic fertilizers from waste coffee skin. Data were analyzed with F
test followed by LSD test (Least Significant Difference Test). The parameters of this study were plant height,
leaf width, and number of leaves. The results showed that the additional of 20% (400 grams) (P4) organic
fertilizers from waste coffee skin provides a very real effect on the growth of plant height, leaf width, and
number of leaves. The conclusion was that organic fertilizers from waste coffee skin20% (400 grams) provide
maximum growth of the coffee plant.
Key words: Growth; Development; Coffee arabica L.; Organic fertilizers from waste coffee skin.
ABSTRAK
Kopi (coffea arabica ) merupakan salah satu penghasil sumber devisa Indonesia dan memegang peranan penting
dalam pengembangan industri perkebunan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pupuk
organik limbah kulit kopi di media tanam terhadap pertumbuhan bibit kopi dan mengetahui konsentrasi optimal
penggunaan pupuk organik limbah kulit kopi terhadap pertumbuhan bibit kopi. Penelitian ini dilakukan di
Lapangan kebun kopi desa tetew Kabupaten Empat Lawang dengan menggunakan metode eksperimen dan
rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 5 ulangan perlakuan yaitu: P0 = Tanpa
penambahan pupuk organik limbah kulit kopi (kontrol), P1 = Menambahkan pupuk organik limbah kulit kopi
(Coffea robusta) sebanyak 5 % (100 gram), P2 = Menambahkan pupuk organik limbah kulit kopi sebanyak 10
% (200 gram), P3 = Penambahan pupuk organik limbah kulit kopi sebanyak 15 % (300 gram), P4 =
Penambahan pupuk organik limbah kulit kopi sebanyak 20 % (400 gram). Data dianalisis dengan uji F diikuti
oleh Uji Duncan (uji beda nyata Duncan). Parameter dari penelitian ini adalah tinggi tanaman, dan lebar daun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan pupuk organik limbah kulit kopi 400 gram (P4) memberikan
efek yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, dan lebar daun. Kesimpulannya adalah pupuk organik
limbah kulit kopi 400 gram memberikan pertumbuhan maksimum terhadap tanaman kopi.
Kata Kunci : Bibit Kopi Arabica (Coffee arabica L), Pupuk organik dari limbah kulit kopi.
mailto:[email protected]
-
Jurnal Bioilmi Vol. 2 No. 2 Agustus 2016 | 109
PENDAHULUAN
Kopi merupakan salah satu penghasil sumber
devisa Indonesia dan memegang peranan penting
dalam pengembangan industri perkebunan. Dalam
kurun waktu 20 tahun luas areal dan produksi
perkebunan kopi di Indonesia, khususnya
perkebunan kopi rakyat mengalami perkembangan
yang sangat signifikan.Pada tahun 1980, luas areal
dan produksi perkebunan kopi rakyat masing-
masing sebesar 663 ribu hektar dan 276 ribu ton,
dan pada tahun 2009 terjadi peningkatan luas areal
dan produksi yang masing-masing sebesar 1.241
juta hektar dan 676 ribu ton (Ditjenbun, 2010).
Menurut Najiyati dan Danarti (1997), ada tiga
jenis kelompok kopi yang dikenal di Indonesia
(yaitu kopi Arabika, kopi Robusta dan kopi
Liberika.Kelompok kopi yang dikenal memiliki
nilai ekonomis dan diperdagangkan secara
komersial adalah kopi Arabika dan Robusta. Kopi
Robusta (Coffea canephora pierre) hingga saat ini
merupakan jenis kopi yang mendominasi
perkebunan kopi di Indonesia karena mempunyai
faktor-faktor penting yang tidak dimiliki oleh jenis
kopi lainnya. Faktor-faktor tersebut diantaranya
resisten terhadap penyakit karat daun, produksinya
lebih tinggi dari jenis kopi lainnya dan harga kopi
robusta tidak jauh berbeda dari kopi Arabika di
pasaran.
Kopi adalah tanaman yang sudah tidak asing
lagi di masyarakat Indonesia terkhusus di
kabupaten Empat Lawang.Kopi merupakan
komoditas di kabupaten Empat Lawang Sumatera
Selatan.Namun, Kulit kopi sisa hasil penggilingan
biasanya hanya dibuang begitu saja atau sebagai
limbah yang tidak berguna.Hal ini disebabkan
karena sebagian masyarakat di Empat Lawang
belum mengetahui manfaat kulit kopi tersebut
untuk pertumbuhan tanaman.
Di kabupaten Empat Lawang, Sumsel,
terdapat sebuah pabrik pengolah kopi yang
berproduksi hampir setiap hari dan setiap harinya
dihasilkan kurang lebih 250 kg limbah kulit
kopi.Limbah kulit kopinya selama ini hanya
dibuang begitu saja dan menjadi sampah
berserakan yang mengganggu kesehatan pada
lingkungan sekitarnya.
Hasil produksi kopi tersebut langsung diolah
menjadi produk utama yaitu bubuk kopi. Dalam
proses pengolahan biji kopi menjadi bubuk kopi
tersebut, menghasilkan limbah berupa limbah kulit
kopi. Berdasarkan laporan yang dihimpun dari
Penyuluh Pertanian Lapangan(2015), limbah kulit
kopi tersebut belum dimanfaatkan secara baik dan
optimal.Hal ini terlihat dari menumpuknya limbah
kulit kopi di sekitar pabrik dan perkebunan rakyat
serta tempat usaha pengilingan biji kopi yang ada
di wilayah kecamatan tersebut.
Tingginya hasil panen kopi di kabupaten
Empat Lawang berdampak pada banyaknya
limbah kulit kopi yang dihasilkan pada proses
pengolahan biji kopi. Seiring terjadinya
peningkatan produksi kopi, terjadi pula
peningkatan limbah kulit kopi ini. Produksi kopi
Indonesia pada tahun 2009 mencapai total 689
ribu ton (Najiati et al, 1997). Nilai ini
menunjukkan potensi pencemaran yang besar dari
limbah padat jika tidak dimanfaatkan. Upaya
untuk penanganan limbah cair dan limbah padat
dibutuhkan agar aktivitas agroindustri kopi rakyat
tidak menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan dan masyarakat.Keterbatasan
informasi dan sosialisasi serta kesadaran
masyarakat dalam pengolahan dan pemanfaatan
-
Jurnal Bioilmi Vol. 2 No. 2 Agustus 2016 | 110
limbah yang dihasilkan oleh kulit kopi, membawa
pengaruh pada lingkungan dan apabila tidak
ditangani dengan baik dapat menyebabkan
masalah baru pada lingkungan,salah satunya yaitu
terjadinya penumpukan limbah kulit kopi yang
berserakan disekitar pabrik, hal ini berdampak
pada kebersihan disekitar lingkungan pabrik di
desa Tetew.Pengomposan limbah kulit kopi mesti
dilakukan, untuk menghindari pengaruh
negatifnya terhadap tanaman akibat rasio C/N
bahan yang tinggi.Disamping untuk mengurangi
volume bahan agar memudahkan dalam aplikasi
serta mengurangi pencemaran lingkungan
(Najiyati, 1997).
Sebagian masyarakat menanggulangi
penumpukan limbah tersebut dengan
membakarnya begitu saja.Padahal, seharusnya
limbah tersebut dapat menjadi sesuatu yang
memiliki nilai tinggi jika dimanfatan dengan baik
dan tepat.Secara sederhana limbah kulit kopi dapat
dijadikan sebagai pupuk alami pada tanaman kopi
itu sendiri. Menurut Ditjenbun (2006), limbah
kulit buah kopi mengandung bahan organik dan
unsur hara yang potensial untuk digunakan
sebagai media tanam. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kadar C-organik kulit buah
kopi adalah 45,3%, kadar nitrogen 2,98%, fosfor
0,18% dan kalium 2,26%. Menurut Zainuddin &
Murtisari (1995), menyebutkan bahwa kulit buah
kopi ini cukup potensial untuk digunakan sebagai
bahan pakan ternak ruminansia termasuk
kambing. Kandungan zat nutrisi yang terdapat
pada kulit buah kopi seperti; protein kasar sebesar
10,4%, serat kasar sebesar 17,2% dan energi
metabolis 14,34 MJ/kg relatif sebanding dengan
zatnutrisi rumput. Limbah kulit kopi mengandung
protein kasar sebesar 10,4 %, yang hampir sama
dengan jumlah protein yang terdapat pada bekatul
dan kandungan energi metabolismenya sebesar
3.356 kkal/kg.
Selain itu menurut Canaki & Gerpen (2001),
menyatakan bahwa kulit kopi memiliki
kandunganminyak yang terdiri dari komponen
utama triglesirida sebanyak 81,3% yang dapat
digunakan sebagai bahan dasar pembuatan
biodiesel. Hal ini sama dengan teori menurut
Mukhriza (2010), yang melakukan studi mengenai
potensi kulit kopi dan biji kopi kualitas rendah
menyatakan bahwa kulit kopi bisa dijadikan
sebagai bahan bakuBiodiesel.
Dengan adanya kajian mengenai manfaat kulit
kopi yang tinggi sebagai pupuk, bioetanol,
biodisel dan sebagai nutrisi tambahan bagi ternak
sebagaimana tersebut diatas, maka limbah kulit
kopi perlu dimaksimalkan dalam
pemanfaatannya.Jikalau masyarakat dapat
memaksimalkan pemanfaatan kulit kopi tersebut,
maka hal ini dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.Berdasarkan latar belakang tersebut,
maka penelitian mengenai Pengaruh Pupuk
Organik Limbah Kulit Kopi Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Bibit Kopi dipandang
penting untuk dilaksanakan.
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Lapangan
Laboratorium Biologi UIN (Universitas Islam
Negeri Raden Fatah) Palembang.Penelitian
dilaksanakan dalam waktu 4 minggu (1 bulan)
dimulai pada tanggal 20 April sampai dengan
tanggal 20 Mei 2016.
-
Jurnal Bioilmi Vol. 2 No. 2 Agustus 2016 | 111
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan acak
lengkap (RAL) sebanyak 5 perlakuan. Metode
penelitian ini adalah metode eksperimen dengan
menggunakan 5 perlakuan
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini
yaitutimbangan analitik, cieve (pengayakan),
stopwatch, ayakan, penjepit untuk membuka
cieving, alat pengering (pornish), Ph meter,
polibag, mistar dan cawan petri.
Bahan yang digunakan dalam penelitian
adalah limbah kulit kopi, air, bibit kopi jenis
Arabica,.Obyek penelitian adalah ini bibit kopi.
Cara Kerja
Adapun cara kerja dalam penelitian ini yaitu :
I. kulit kopi dihaluskan dengan
menggunakan civing
Cara menentukan tingkat kehalusan kulit kopi
a) Kulit kopi ditimbang terlebih dahulu
sebagai total awalnya
b) Cieve yang digunakan ditimbang satu
persatu sebanyak 5 cieve untuk
mendapat berat kosong masing masing
cieve
c) Kulit kopi dimasukkan kedalam cieve
paling atas
d) Kulit kopi tersebut diayak dan tunggu
sampai alatnya pengayakan berhenti
e) Kulit kopi yang sudah diayak
ditimbang masing masing cieve
(ayakan) untuk menentukan mess pada
masing masing ayakan dan hitung
waktu yang dilakukan selama proses
pengayakan.
f) Hasil yang diperoleh dimasukkan ke
dalam sampel plastik masing masing.
Diperoleh hasil :
Berat total kulit kopi : 70,398 gr
Waktu pengayaan : 03.47.29
Berat kulit kopi yang diayak : 34,002 gr
Berat kosong masing masing cieve (ayakan) :
Ayakan 1 : 422,71gr
Ayakan 2 : 403,28 gr
Ayakan 3 : 392,74 gr
Ayakan 4 : 393, 42 gr
Ayakan 5 : 342,61 gr
Berat masing masing cieve yang telah diisi
kulit kopi setelah melakukan pengayakan :
Ayakan 1 : 533,18 gr
Ayakan 2 : 574,21 gr
Ayakan 3 : 432,72 gr
Ayakan 4 : 400,80 gr
Ayakan 5 : 353,17 gr
Sehingga diperoleh hasil dengan persamaan
rumus menurut Marthen, dkk, (2013), yaitu :
Berat ayakan – berat kosong
Ayakan 1 :533,18 – 422,71 = 110,47 → 20 mess
Ayakan 2 : 574,21 – 403,28 = 170,93 → 60 mess
Ayakan 3 : 432,72 – 392,74 = 39,98 → 170 mess
Ayakan 4 : 400,80 – 393,42 = 7,38 → 200 mess
Ayakan 5 : 353,17 – 342,61 = 10,56 → 200 mess
Catatan : untuk melihat ukuran mess dapat dilihat
dari cieve (pengayakan) yang
digunakan, ukuran mess akan tertera
setelah proses pengayakan.
Untuk mencari rata rata kehalusan kulit kopi :
n1+n2+n3+n4+n5
n
110,47 + 170,93+ 39,98 +7,38 +10,56
5
-
Jurnal Bioilmi Vol. 2 No. 2 Agustus 2016 | 112
= 67,864 → 20 mess
II. Haluskan tanah dengan menggunakan civing
Cara menentukan tingkat kehalusan tanah
a) Bersihkan tanah
b) Tanah dimasukkan kedalam pornish
dengan suhu 30 – 30000c. Digunakan
dengan ukuran 1100c
c) Setelah kering dilakukan hal yang
sama dalam pengayakan seperti kulit
kopi. Sehingga diperolrh hasil :
Berat total tanah : 609,01 gr
Waktu yang dibutuhkan : 03.24.00
Ayakan 1 : 609,01 gr
Ayakan 2 : 496,52 gr
Ayakan 3 : 395,59
Ayakan 4 : -
Ayakan 5 : -
Sehingga di totalkan :
Ayakan 1 : 609,01 – 422,71 = 186,3 → 20 mess
Ayakan 2 : 496,52 – 403,28 = 93,24 → 60 mess
Ayakan 3 : 395,59 – 342,61 = 52,98 → 170 mess
Ayakan 4 : 0
Ayakan 5 : 0
Rata rata kehalusan tanah :
186,63+ 93,24+ 52,98
3
= 110,95 → 20 mess
III. Kemudian masukkan kulit kopi yang telah
dihaluskan kedalam karung dan dibiarkan
selama 2 minggu
IV. Selanjutnya dilakukan pemindahan bibit
yaitu terdiri atas pembuatan control (P0),
pembuatan perlakuan 1 (P1), pembuatan
perlakuan 2 (P2) dan pembuatan perlakuan 3
(P3) dan pembuatan perlakuan 4 (P4).
Masing masing dimasukkan kedalam
polibek.
V. Selanjutnya kulit kopi tersebut ditaburkan
kedalam polibag yang telah terlebih dahulu
diisi dengan tanah
VI. Penanaman pembibitan dilakukan selama 4
minggu.
VII. Penyusunan letak sampel dilakukan secara
acak
VIII. Perlakuan
a) Menyiram tanaman dengan pupuk
organik dari limbah kulit kopi setiap
hari sebanyak 50 ml air.
b) pengamatan dilakukan dengan
mengukur tinggi bibit tanaman dan
lebar daun setiap satu minggu sekali dan
dicatat dalam tabel
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Berdasarkan penelitian yang telah
dilaksanakan, yaitu tentang pengaruh pupuk
organik limbah kulit kopi terhadap pertumbuhan
bibit kopi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 1.Rata rata tinggi tanaman bibit kopi minggu 1 sampai 4
Perlakuan Pertambahan Tinggi Tanaman (cm) Rata-rata
Minggu ke 1 Minggu ke 2 Minggu ke 3 Minggu ke 4
A0 6,02 6,74 6,66 6,8 6.55
A1 6,44 7,30 7,38 7,62 7.18
A2 6,90 7,62 7,94 8,3 7.69
A3 6,50 7,46 7,70 8,18 7.46
A4 8,52 8,68 9,04 9,44 8.92
Rata-rata 6,87 7,56 7,74 8.06 7.56
-
Jurnal Bioilmi Vol. 2 No. 2 Agustus 2016 | 113
Berdasarkan rata rata di atas (tabel 1),
selanjutnya dilakukan perhitungan Analisis Sidik
Ragam (ANSIRA).Untuk mengetahui pengaruh
pupuk organik limbah kulit kopi terhadap
pertumbuhan tinggi bibit kopi.Hasil analisis sidik
ragam tersebut dapat dilihat pada Tabel 2 berikut
ini.
Tabel 2. Analisis Sidik Ragam Uji Pupuk Organik Organik Limbah Kulit Kopi Terhadap Tinggi
Tanaman Bibit Kopi (Cm)
SK DB JK KT F Hitung F tabel 5% F tabel 1%
Kadar 4 28.67 7.16 6.81* 2.67 4.43
Galat 20 21.04 1.05
Umu umum 24 49.71
kk = 12 %
Keterangan:
* = Berpengaruh nyata
Berdasarkan hasil analisis seperti pada Tabel
2,pemberian pupuk organik limbah kulit kopi
memberikan pengaruh sangat nyata terhadap tinggi
tanaman kopiyang dihasilkan dimana F Hitung > F
Tabel atau 6,81 >4,43 pada tingkat kepercayaan
1%. sehingga selanjutnya untuk mengetahui
perbedaan pengaruh dari masing-masing perlakuan
dilakukan uji lanjut dengan menggunakan Uji
Lanjutan Beda Jarak Nyata Duncan (BJND) taraf
1% seperti pada tabel 3 berikut:
Tabel 3. Uji Lanjutan Beda Jarak Nyata Duncan Pengaruh Pupuk Organik Limbah Kulit Kopi terhadap
Tinggi (cm) Tanaman Kopi
Perlakuan Rata rata Beda riel pada jarak P BNJD
0,01 2 3 4 5
0% 6,55 - A
5% 7,18 0,63 - A
10% 7,69 1,14* 0,51 - BC
15% 7,46 0,91* 0,28 0,23 ABC
20% 8,92 2,37* 1,74* 1,23* 1,46* C
P(0,01) (p,20) 4,02 4,22 4,33 4,40
BNJD(0,01) p = (P.Sy) 0,84 0,88 0,90 0,92
Pada taraf 1% pengaruh pupuk organik dari
limbah kulit kopi terhadap pertumbuhan bibit kopi
menunjukkan bahwa jarak tanam antara perlakuan
konsentrasi 0% dengan 5% dengan huruf yang sama
menunjukkan bahwa jarak tanam antar keduanya
tidak berbeda nyata. Selain itu pada tabel 3 dapat
diketahui bahwa pada konsentrasi 10% dan 15%
jarak antar keduanya tidak berbeda nyata, tetapi
berbeda nyata dengan pengaruh tinggi tanaman
pada konsentrasi lainnya. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa pada tabel 3.Terlihat bahwa
pengaruh jarak tanam terbaik diperoleh pada jarak
tanam dengan konsentrasi 20%karena pengaruh
jarak tanam ini sangat nyata dengan pengaruh
semua jarak tanam lebih sempit dan berbeda tidak
nyata dengan pengaruh jarak tanam lebih lebar.
Dengan demikian jarak tanam ini dapat
direkomendasikan untuk diaplikasikan.
-
Jurnal Bioilmi Vol. 2 No. 2 Agustus 2016 | 114
Gambar 1.A = Bibit Kopi dalam Polibek B = penghitungan tinggi tanaman
(Sumber: Doc. Pribadi, 2016)
Tabel 4. Rata rata lebar daun bibit kopi minggu 1 sampai 4
Perlakuan Pertambahan Lebar Daun Tanaman (cm) Rata-rata
Minggu ke 1 Minggu ke 2 Minggu ke 3 Minggu ke 4
A0 3,12 3,14 3,32 3,42 3,25
A1 3,44 3,56 3,60 3,76 3,59
A2 3,60 3,76 3,86 4 3,80
A3 3,82 4,08 4,04 4,1 4,01
A4 3,90 4,22 4,42 4,62 4,29
Rata-rata 3,57 3,75 3,84 3,98 3,78
Berdasarkan rata rata di atas (tabel 4),
selanjutnya dilakukan perhitungan Analisis Sidik
Ragam (ANSIRA).Untuk mengetahui pengaruh
pupuk organik limbah kulit kopi terhadap lebar
daun bibit kopi.Hasil analisis sidik ragam tersebut
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 5. Analisis Sidik Ragam Uji Pupuk Organik Organik Limbah Kulit Kopi Terhadap Lebar Daun
Tanaman Bibit Kopi (Cm)
SK DB JK KT F Hitung F tabel 5% F tabel 1%
Kadar 4 3.93 0.98 6.12* 2.67 4.43
Galat 20 3.23 0.16
Umum 24 7.16
kk = 10 %
Keterangan:
* = berbeda nyata
Berdasarkan hasil analisis seperti pada Tabel
5,pemberian pupuk organik limbah kulit kopi
memberikan pengaruh sangat nyata terhadap lebar
daun tanaman kopiyang dihasilkan dimana F Hitung
> F Tabel atau 6,12 >4,43 pada tingkat kepercayaan
1%.sehingga selanjutnya untuk mengetahui
perbedaan pengaruh dari masing-masing perlakuan
dilakukan uji lanjut dengan menggunakan Uji
Lanjutan Beda Jarak Nyata Duncan (BJND) taraf
1% seperti pada tabel berikut:
Tabel 6. Uji Beda Jarak Nyata Duncan Pengaruh Pupuk Organik Limbah Kulit Kopi terhadap Lebar
Daun (cm) Tanaman Kopi
Perlakuan Rata rata Beda riel pada jarak P BNJD
0,01 2 3 4 5
0% 3,25 - A
5% 3,59 0,34* - A
10% 3,80 0,55* 0,21* - AB
15% 4,01 0,76* 0,42* 0,21* BC
20% 4,29 1,04* 0,70* 0,49* 0,28* C
P(0,01) (p,20) 4,02 4,22 4,33 4,40
BNJD(0,01) p = (P.Sy) 0,12 0,13 0,13 0,14
B A
-
Jurnal Bioilmi Vol. 2 No. 2 Agustus 2016 | 115
Pada taraf 1% pengaruh pupuk organik dari
limbah kulit kopi terhadap pertumbuhan bibit kopi
menunjukkan bahwa jarak tanam antara perlakuan
konsentrasi 0% dengan 5% dengan huruf yang sama
menunjukkan bahwa jarak tanam antar keduanya
tidak berbeda nyata. Selain itu pada tabel 6 dapat
diketahui bahwa pada konsentrasi 10% dan 15%
jarak antar keduanya tidak berbeda nyata, tetapi
berbeda nyata dengan pengaruh tinggi tanaman
pada konsentrasi lainnya. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa pada tabel 6 terlihat bahwa
pengaruh jarak tanam terbaik diperoleh pada jarak
tanam dengan konsentrasi 20%karena pengaruh
jarak tanam ini sangat nyata dengan pengaruh
semua jarak tanam lebih sempit dan berbeda tidak
nyata dengan pengaruh jarak tanam lebih lebar.
Dengandemikian jarak tanam ini dapat
direkomendasikan untuk diaplikasikan.
B. Pembahasan
Penelitian mengenai pengaruh pupuk organik
limbah kulit kopi terhadap pertumbuhan bibit kopi
ini ada 2 variabel yang diamati, yaitu tinggi
tanaman, dan lebar daun tersebut.Keberhasilan
pembibitan kopi tidak lepas dari beberapa faktor
diantaranya yang harus diperhatikan yaitu waktu
pembuatan pupuk organik dan tingkat kehalusan
kulit kopi yang digunakan.
Pembuatan pupuk adalah salah satu faktor yang
menunjang keberhasilan dalam suatu pemupukan.
Semakin lama proses pengomposan maka akan
semakin baik pupuk yang akan dihasilkan untuk
pembibitan. Pupuk yang dihasilkan memliki ciri ciri
warnanya hitam, gembur, tidak berbau, tidak panas,
terjadinya pelapukan.
Selain itu dalam penelitian ini kulit kopi yang
digunakan dihaluskan terlebih dahulu dengan
menggunakan civing (pengayakan) untuk
mengetahui tingkat kehalusan kulit kopi guna untuk
mempermudah zat zat yang terkandung didalam
kulit kopi mudah terserap oleh tanaman bibit kopi
tersebut.Tingkat kehalusan kulit kopi yang
dihasilkan dirata ratakan sehingga dihasilkan rata
rata kehalusan 20 mess. Tanah yang digunakan
terlebih dahulu di autoklaf untuk meminimalisir
bakteri yang terkandung didalam tanah, sehingga
nantinya akan diketahui benar pengaruh pupuk
organik kulit kopi ini terhadap pertumbuhan bibit
kopi. Sehingga diperoleh data sebagai berikut:
1. Pertumbuhan Tinggi Tanaman
Pada penelitian yang dilakukan selama satu
bulan yang dilakukan dari tanggal 20 April – 20
Mei 2016 dilakukan limaperlakuan yaitu P0 (tanah
100% sebagai kontrol), P1 (konsentrasi 5%), P2
(konsentrasi 10%), P3 (konsentrasi 15%), dan P4
(konsentrasi 20%). Dari hasil yang didapatkan dari
masing masing perlakuan semua perlakuan
mengalami pengaruh yang sangat nyata hal ini
dapat dilihat dari perlakuan dan kontrol.Hasil
penelitian dilanjutkan dengan pengujian uji beda
jarak nyata duncan. Data yang diperoleh diuji
menggunakan analisis sidik ragam (Ansira) dengan
pola Rancangan Acak Lengkap menunjukan
berbeda nyata terhadap pertumbuhan tinggi
tanaman bibit kopi.Hal tersebut ditinjau dari nilai F
hitung lebih besar dari F tabel.
Setelah dilakukan penelitian Pada A0
memiliki nilai rata-rata yang rendah yaitu 6,55. Hal
ini disebabkan karena pada perlakuan P0 (tanpa
pemberian pupuk organik) kandungan unsur hara
(Nitrogen), P (Pospor), Ca (Kalsium), dan K
(Kalium) kurang tersedia dan tidak mudah terserap
sehingga menyebabkan pertumbuhan tanaman
menjadi terhambat, karena bisa dilihat pada
-
Jurnal Bioilmi Vol. 2 No. 2 Agustus 2016 | 116
pertumbuhan tanamannya yang tidak terlalu subur
dibandingkan dengan tanaman yang diberi pupuk
organik kulit kopi. Hal ini sesuai dengan teori
Salisbury (1992)” dalam” Zulkarnain (2009),
menyatakan bahwa Unsur-unsur esensial yang
dibutuhkan tanaman dalam jumlah relatif besar
diistilahkan sebagai unsur-unsur makro. Unsur-
unsur makro karbon, hidrogen, dan oksigen tersedia
bagi tanaman melalui air dan udara. Sementara itu,
kebutuhan akan unsur-unsur makro yang lain
seperti nitrogen, fosfor, kalium, kalsium,
magnesium, dan belerang dipenuhi melalui medium
tumbuh (Zulkarnain, 2009).
Pada tinggi tanaman A1 dengan konsentrasi
5% diperoleh rata rata 7,18. Pada A2 dengan
konsentrasi 10% diperoleh hasil 7,69. Pada A3
dengan konsentrasi 15% diperoleh hasil 7,46 dan
Pada A4 dengan konsentrasi 20% diperoleh hasil
8,92. Dari data ini dapat diketahui pertumbuhan
tertinggi diperoleh pada konsentrasi 20% dengan
rata rata 8,92. Sehingga selanjutnya dilakukan
dilakukan analisis sidik ragam dan didapatkan hasil
kk sebesar 12% dan F hit > Ftabel yaitu 6,81>4,43
yang artinya H1 diterima.
Selanjutnya dilakukan uji Duncan sehingga
diperoleh jarak tanam (kiat wilayah) menunjukkan
bahwa jarak tanam antara perlakuan konsentrasi 0%
dengan 5% dengan huruf yang sama menunjukkan
bahwa jarak tanam antar keduanya tidak berbeda
nyata. Selain itu diketahui bahwa pada konsentrasi
10% dan 15% jarak antar keduanya tidak berbeda
nyata, tetapi berbeda nyata dengan pengaruh tinggi
tanaman pada konsentrasi lainnya. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa pada tabel
3.Terlihat bahwa pengaruh jarak tanam terbaik
diperoleh pada jarak tanam dengan konsentrasi 20%
karena pengaruh jarak tanam ini sangat nyata
dengan pengaruh semua jarak tanam lebih sempit
dan berbeda tidak nyata dengan pengaruh jarak
tanam lebih lebar. Dengan demikian jarak tanam
ini dapat direkomendasikan untuk diaplikasikan.
Tanda* (nyata) jika nilai beda riel > nilai baku pada
taraf 1%.
Keberhasilan dalam tinggi tanaman ini juga
dipengaruhi oleh faktor faktor, diantaranya cahaya,
air, suhu dan faktor kandungan NPK yang terdapat
dikulit kopi tersebut.Hal ini sesuai dengan teori
menurut Lakitan (2011), hasil yang signifikan
dalam pertumbuhan tinggi tanaman bibit kopi dapat
didukung oleh ketersedian unsur hara yang
dibutuhkan oleh tanaman terpenuhi sehingga
pertumbuhan tanaman tidak terhambat dan
maksimal. Selain itu juga menyatakan bahwa
tanaman yang mendapatkan unsur hara N yang
sesuai dengan kebutuhan akan tumbuh tinggi dan
daun yang terbentuk lebar.
Menurut Rosmarkam (2007), tanaman yang
cukup mendapat suplai N dapat merangsang
pertumbuhan vegetatif tanaman, diantaranya
menambah tinggi tanaman, membuat tanaman lebih
hijau karena banyak mengandung klorofil, dan
merupakan bahan penyusun protein dan lemak.
Sedangkan unsur K sebagai aktivator fotosintesis,
translokasi gula, mempertahankan turgor,
menstimulir pembentukan akar, fungsi lainnya
adalah regulasi masuknya CO2 ke dalam tanaman
yang erat kaitannya dengan pembukaan dan
penutupan stomata, meningkatkan ketahanan
tanaman terhadap kekeringan, meningkatkan
penyerapan air oleh tanaman dan mencegah
hilangnya air dari daun.Sedangkan unsur P berperan
dalam merangsang pertumbuhan akar, bunga dan
pemasakan buah serta berperan penting sebagai
-
Jurnal Bioilmi Vol. 2 No. 2 Agustus 2016 | 117
penyusun inti sel lemak dan protein tanaman
(Rinsema, 1986).
Keberhasilan pemanfaatan kulit buah kopi
sebagai bahan pupuk organik akan memberikan
keuntungan ganda. Selain dapat diperoleh pupuk
yang dapat mengembalikan kesuburan tanah, juga
dapat mengurangi pencemaran lingkungan
diakibatkan banyaknya limbah kulit kopi.
2. Pertumbuhan Lebar Daun Tanaman
Pertambahan lebar daun tanaman juga
merupakan salah satu bagian dari pertumbuhan
tanaman. Parameter luas daun ini dapat memberikan
gambaran tentang proses dan laju fotosintesis pada
suatu tanaman. Menurut Ratna (2012), peningkatan
luas daun merupakan upaya tanaman dalam
mengefisiensikan penangkapan energi cahaya untuk
fotosintesis secara normal pada kondisi intensitas
cahaya rendah.
Setelah dilakukan penelitian Pada A0 memiliki
nilai rata-rata yang rendah yaitu 3,25. Hal ini
disebabkan karena pada perlakuan P0 (tanpa
pemberian pupuk organik) kandungan unsur hara
(Nitrogen), P (Pospor), Ca (Kalsium), dan K
(Kalium) kurang tersedia dan tidak mudah terserap
sehingga menyebabkan pertumbuhan tanaman
menjadi terhambat, karena bisa dilihat pada
pertumbuhan tanamannya yang tidak terlalu subur
dibandingkan dengan tanaman yang diberi pupuk
organik kulit kopi.
Pada lebar daun A1 dengan konsentrasi 5%
diperoleh rata rata 3,59. Pada A2 dengan konsentrasi
10% diperoleh hasil 3,80. Pada A3 dengan
konsentrasi 15% diperoleh hasil 4,01 dan Pada A4
dengan konsentrasi 20% diperoleh hasil 4,29. Dari
data ini dapat diketahui pertumbuhan optimum
lebar daun diperoleh pada konsentrasi 20% dengan
rata rata 4,29. Sehingga selanjutnya dilakukan
dilakukan analisis sidik ragam dan didapatkan hasil
kk sebesar 10% dan F hit > Ftabel yaitu 6,12> 4,43
yang artinya H1 diterima.
Selanjutnya dilakukan uji Duncan sehingga
diperoleh jarak tanam (kiat wilayah) menunjukkan
bahwa jarak tanam antara perlakuan konsentrasi 0%
dengan 5% dengan huruf yang sama menunjukkan
bahwa jarak tanam antar keduanya tidak berbeda
nyata. Selain itu diketahui bahwa pada konsentrasi
10% dan 15% jarak antar keduanya tidak berbeda
nyata, tetapi berbeda sangat nyata dengan pengaruh
lebar tanaman pada konsentrasi lainnya. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa pada tabel 6
terlihat bahwa pengaruh jarak tanam terbaik
diperoleh pada jarak tanam dengan konsentrasi 20%
karena pengaruh jarak tanam ini sangat nyata
dengan pengaruh semua jarak tanam lebih sempit
dan berbeda tidak nyata dengan pengaruh jarak
tanam lebih lebar. Dengan demikian jarak tanam
ini dapat direkomendasikan untuk diaplikasikan.
Tanda* (nyata) jika nilai beda riel > nilai baku pada
taraf 1%.
Menurut Sutiyoso (2003), Pertambahan lebar
daun signifikan karena dipengaruhi oleh unsur hara
dalam pupuk organik. Pertumbuhan lebar daun
dipengaruhi oleh kadar N yang mencukupi bagi
tanaman kopi. Selain unsur hara N tercukupi juga
disebabkan oleh kadar Mg yang cukup.Magnesium
(Mg) merupakan unsur hara yang berperan dalam
pembentukan klorofil, mengaktifkan proses
fosforilasi yang menopang kerja Phospor (P) dalam
transfer energi ATP (adenin triphospat).
Hasil penelitian Fauzan (2003), menunjukkan
bahwa pemberian kompos kulit buah kopi pada
tanaman kopi sebanyak 180 gr/polybag memberikan
pengaruh terhadap diameter batang, luas daun,berat
-
Jurnal Bioilmi Vol. 2 No. 2 Agustus 2016 | 118
kering akar, berat kering bibit, tetapi tidak untuk
tinggi bibit.
KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Penambahan pupuk organik limbah kulit kopi
pada media tanaman berpengaruh nyata
terhadap pertumbuhan bibit kopi yaitu dalam
pertumbuhan tinggi, serta lebar daun bibit
kopi..
2. Konsentrasi optimal penggunaan pupuk
organik limbah kulit kopi yaitu konsentrasi 20
% dengan berat 400 gr untuk mempercepat
pertumbuhan tanaman kopi.
3. Sumbangsih penelitian ini terhadap materi
pertumbuhan dan perkembangan yaitu berupa
LKS dan RPP.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Benigna, Maria. 2015. Uji Daya Hambat
Anonimous, 2012. Profil Desa Air Meles
Bawah Kecamatan CurupTimur
Kabupaten Rejang Lebong.
[2] Anonim(2008a).Coffea,
URL:http://en.wikipedia.org/ wiki/Coffea,
diunduh pada 03 September 2015.
[3] Antolin, G., Velasco, Irusta, dan R. Segovia,
J.J., 1991. ”Combustion of Coffee
Lignocellulose Waste”. Proceedings of First
International Conference Vilamoura.
Portugal.
[4] Anwar, E.K. 2007. Pengaruh inokulancacing
tanah dan pemberian bahan
organikterhadap kesuburan dan
produktivitas Tanah Ultisol. Tanah Trop.
12 (2): 121-130.
[5] Balai Penelitian Tanaman Industri
danPenyegar (BALITTRI), 2012.
Intensitas Cahaya pada Pembibitan Kopi.
Jawa Barat : Sukabumi.
[6] Baon, J. B., Sukasih, R., Nurkholis (2005).
Laju Dekomposisi dan Kualitas Kompos
Limbah Padat Kopi : Pengaruh Aktivator
dan Bahan Baku Kompos.Universitas
Negeri Jember :Pelita Perkebunan.
[7] Berlian, Zainal, dkk. 2015. Pengaruh
Pemberian Limbah Kulit Kopi (Coffea
Robusta L.) Terhadap Pertumbuhan
Cabai Keriting (Capsicum Annum L.)
vol.1 No.1 Edisi Agustus. Diakses
tanggal 07 Juni 2016 pada pukul 20.00
WIB.
[8] Cahyono, Bambang. 2011. Sukses Berkebun
Kopi.Jakarta : Penerbit Mina.
[9] Canaki, M. & J.V. Gaspen (2001). Biodiesel
from oils and fats with hight free fatty
acids. Trans. Am. Soc. AutomotiveEngine,
44, 1429- 1436.
[10] Dharmawan, M. 2011. “Media Tanam/Pupuk
Ampas Kopi dari Starbucks” (online).
(http://akuinginhijau.org/2010/05/04/media-
tanam-ampas- kopi- starbucks/,diakses
tanggal 02 September 2015).
[11] Ditjenbun (2006). Pedoman pemanfaatan
limbah dari pembukaan lahan.
DirektoratJenderal Perkebunan.Departemen
Pertanian.
[12] Djafar, Z.R., Dartius, Ardi, D. Suryati, E.
Yuliadi, Hadiyono, Y. Sjofyan, M. Aswad
dan Palembang : S. Sagiman.1993.
Dasar-dasar agronomi. WUAEP.
[13] Dwidjoseputro, A., 1994. Pengantar fisiologi
tumbuhan. Jakarta : Gramedia Pustaka Mulia.
http://en.wikipedia.org/wiki/Coffea,%20diunduh%20pada%20%0903%20September%202015http://en.wikipedia.org/wiki/Coffea,%20diunduh%20pada%20%0903%20September%202015http://akuinginhijau.org/2010/05/04/media-tanam-ampas-%09kopi-http://akuinginhijau.org/2010/05/04/media-tanam-ampas-%09kopi-
-
Jurnal Bioilmi Vol. 2 No. 2 Agustus 2016 | 119
[14] Fadli, L.M. dan P. Purba, 1993.
PenggunaanPupuk Tablet Kokei Nugget
SebagaiSumber Hara Bagi Bibit Tanaman
Kelapa Sawit di Pembibitan Utama.
Medan : Jurnal Perkebunan IX.
[15] Foth, D.H. 1994. Dasar-dasar Ilmu
Tanah.Edisi ke-enam. Diterjemahkanoleh
Soenartono Adisoemarto. Jakarta : Erlangga.
[16] Hakim, N., Y. Nyakpa., A.M. Lubis., Sutopo.,
M. Amin., G.B. Hong dan H.H. Bailey.
1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Penerbit Universitas Lampung.
[17] Hanafiah, K.A. 2010. Rancangan Percobaan
Teori Aplikasi. Jakarta: Fakultas Pertanian
Universitas Sriwijaya Palembang.
[18] Hanafiah, Kemas Ali. 2014. Rancangan
Percobaan Teori dan Aplikasi Edisi
Ketiga.Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
[19] Isbandi, Joko. 2000. Pertumbuhan dan
Perkembangan Tanaman. Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada.
[20] Lakitan Benyamin, 2013. Dasar- Dasar
Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Rajawali
Pers.
[21] Lakitan, B. 1993. Dasar-Dasar
FisiologiTumbuhan. Jakarta : Raja Grafindo
Persada.
[22] Leiwakabessy, F.M. 1988. Kesuburan
Tanah. Diktat Kuliah Kesubura
Tanah.Bogor : Depertemen Ilmu-Ilmu Tanah.
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
[23] Lingga, P dan Marsono. 2001. Petunjuk
Penggunaan Pupuk. Jakarta : Penebar
Swadaya.
[24] Losito, Riseann. 2011. “Coffee Grounds as
Garden Fertilizers” (online).
(http://www.ehow.com/about_6472165_coffe
e-grounds- gardenfertilizer.html/, diakses
tanggal 02 September 2015).
[25] Mazzafera, Paulo. 2002. DegradationOf
Caffeine By MicroorganismsAndPotential
Use Of Decaffeinated CoffeeHusk And Pulp
In Animal Feeding.
http://dx.doi.org/10.1590/S01 03
90162002000400030 vol.59. Braz :Scientia
Agricola. Diakses tanggal 18 Desember
2015 pukul 15.00 WIB.
[26] Melyani, V. (2009). Petani Kopi Indonesia
SulitKalahkan
Brasil,URL:http://www.tempointeraktif.com/
hg/bisnis/200 9/07/02/brk,200907 02-
184943,id.html, diunduh pada 22 November
2015.
[27] Morarka M.R. 2005. GDC Rural Research
Faundation. Vermiculture. Nermicast
specifications. Physical, Chemical &
Biological Specifications. RIICO Gem
Stone Park. Tonk Road, Jaipur 302011,
Rajasthan (India).
[28] Muchtadi, Tien R. , Sugiyono, dan
Ayustaningwarno, Fitriyono. 2010. Ilmu
Pengetahuan Bahan Pangan. Bogor:
Alfabeta CV.
[29] Mukhriza, T. (2010). Studi potensi kulit
kopi dan biji kopi kualitas rendah sebagai
bahan baku biodiesel. NAD : Kegiatan
Penelitian Dosen Muda Sumber Dana
Hibah APBA LPPM Universitas Syiah Kuala.
[30] Muryanto, U.Nuschati, D. Pramono dan T.
Prasetyo. 2005. Potensi Limbah Kulit Kopi
sebagai Pakan Ayam.
http://peternakan.litbang.deptan.go.id/publika
si/lokakarya/lkugs06-21.pdf
http://www.ehow.com/about_6472165_coffee-grounds-%09gardenhttp://www.ehow.com/about_6472165_coffee-grounds-%09gardenhttp://dx.doi.org/10.1590/S01%0903%2090162002000400030%20%09vol.59http://dx.doi.org/10.1590/S01%0903%2090162002000400030%20%09vol.59http://www.scielo.br/scielo.php?script=sci_serial&pid=0103-9016&lng=en&nrm=isohttp://www.scielo.br/scielo.php?script=sci_serial&pid=0103-9016&lng=en&nrm=isohttp://www.scielo.br/scielo.php?script=sci_serial&pid=0103-9016&lng=en&nrm=isohttp://www.tempointeraktif.com/hg/bisnis/200%099/07/02/brk,200907%0902-184943,id.html,%20diunduh%20pada%20%0922%20November%202015http://www.tempointeraktif.com/hg/bisnis/200%099/07/02/brk,200907%0902-184943,id.html,%20diunduh%20pada%20%0922%20November%202015http://www.tempointeraktif.com/hg/bisnis/200%099/07/02/brk,200907%0902-184943,id.html,%20diunduh%20pada%20%0922%20November%202015http://www.tempointeraktif.com/hg/bisnis/200%099/07/02/brk,200907%0902-184943,id.html,%20diunduh%20pada%20%0922%20November%202015http://www.tempointeraktif.com/hg/bisnis/200%099/07/02/brk,200907%0902-184943,id.html,%20diunduh%20pada%20%0922%20November%202015http://peternakan.litbang.deptan.go.id/publikasi/lokakarya/lkugs06-21.pdfhttp://peternakan.litbang.deptan.go.id/publikasi/lokakarya/lkugs06-21.pdf
-
Jurnal Bioilmi Vol. 2 No. 2 Agustus 2016 | 120
[31] Najiyati, S. dan Danarti, 1997. Budidaya Kopi
dan Pengolahan Pasca Panen. Jakarta :
Penebar Swadaya.
[32] National Geographic. 2009. Coffee, Beyond
The Buzz
[33] Parmelee, R.W., M.H. Beare, W. Cheng, P.F.
Hendrix, S.J. Rider, D.A. Crossley Jr., and
D.C. Coleman. 1990. Earthworm and
Enchytraeids in conventional and notillage
agroecosystems: A biocide approach to asses
their role in organic matter breakdown.
Biol. Fertil. Soils 10: 1-10.
[34] Purnawijayanti, Hiasinta A. (2009) Mie Sehat.
Penerbit Kanisius, Yogyakarta
[35] Setiabudhi, 1999 “dalam” Etika, YV. 2007.
Pengaruh Pemberian Kompos Kulit Kopi,
Kotoran Ayam Dan Kombinasinya Terhadap
Ketersediaan Unsur N, P Dan K Pada
Inceptisol. Malang : Universitas Brawijaya.
[36] Subroto (2007). Karakteristik Pembakaran
Briket Campuran Arang Kayu dan
Jerami.Media Mesin, 8.Januari. Jurusan
Teknik Mesin - Universitas Muhammadiyah.
Surakarta.
[37] Tjitrosomo, Siti Sutarmi. 1983. Botani
Umum 1.Bandung : Angkasa.
[38] Widyotomo, S. (2012). Evaluasi kinerja
mesin pengupas kulit buah kopi basah tipe
silinder horisontal.Jurnal
EnjiniringPertanian, 8, 27-38.
[39] Yunus, Ahmad Mahmudi. 2010. “Manfaat
Kopi dan Ampas Kopi” (online).
(http://blog.amyunus.com/manfaat-kopi-dan-
ampas-kopi/,diakses tanggal 03 September
2015).
[40] Zainuddin, D. & T. Murtisari (1995).
Penggunaan limbah agro-industri buah kopi
(kulit buah kopi) dalam ransum ayam
pedaging (Broiler). Pros. Pertemuan IImiah
Komunikasi dan Penyaluran Hasil Penelitian.
Semarang : Sub Balai Penelitian Klepu,
Puslitbang Petemakan, Badan Litbang
Pertanian,71-78
http://www.nationalgeographic.com/coffee/ax/frame.html.http://www.nationalgeographic.com/coffee/ax/frame.html.http://www.nationalgeographic.com/coffee/ax/frame.html.http://blog.amyunus.com/manfaat-kopi-dan-http://blog.amyunus.com/manfaat-kopi-dan-