pengaruh religiusitas pengendalian internal dan...
TRANSCRIPT
PENGARUH RELIGIUSITAS, PENGENDALIAN INTERNAL, DAN
BUDAYA ORGANISASI TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD DENGAN
DIMODERASI OLEH WORK FAMILY CONFLICT
(Studi Pada Perguruan Tinggi Negeri Di Indonesia)
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1441 H/2020 M
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar
Sarjana Ekonomi
Oleh:
ABI JAELANI
NIM:
i
ii
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Selasa, 08 Oktober 2019 telah dilakukan ujian komprehensif atas mahasiswa:
Nama : Abi Jaelani
NIM : 11150820000053
Jurusan : Akuntansi
Judul Skripsi : Pengaruh Religiusitas, Pengendalian Internal, Dan Budaya
Organisasi Terhadap Pencegahan Fraud Dengan Dimoderasi
Oleh Work-Family Conflict
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa
di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap ujian
skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 08 Oktober 2019
1. Wilda Farah, M.Si., Ak., CPA., CA., BKP
NIP: 19830326 200912 2 005 (...................................)
Penguji I
2. Fitri Damayanti, SE., M.Si
NIP: 19810731 200604 2 003
(...................................)
Penguji II
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI:
Nama : Abi Jaelani
Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 1 Mei 1997
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl.H. Mansyur No 29 Rt: 003 Rw:05
Kel.Neroktog Kec.Pinang Kota. Tangerang,
Banten.
No.telepon : 0857 – 7034 – 3363
PENDIDIKAN
1. SDN Gondrong 1 : 2002 - 2008
2. SMPN 10 Tangerang : 2008 - 2011
3. SMAN 9 Tangerang : 2011 - 2014
4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : 2015 - 2020
PENGALAMAN ORGANISASI
Anggota Departemen Minat dan Bakat HMJ Akuntansi
LATAR BELAKANG KELUARGA
Ayah : Supriadi
Ibu : Muniati
Anak : 2 dari 4 bersaudara
vi
THE EFFECT RELIGIOUSITY, INTERNAL CONTROL, AND
ORGANIZATIONAL ON PREVENTION WITH MODERATING
BY WORK-FAMILY CONFLICT
ABSTRACT
The purpose of this study is to test hypotheses and produce empirical evidence
about the influence of religiosity, internal control and organizational culture on fraud
prevention by being moderated by work-family conflict. This study used a sample of
132 respondents. Respondents in this study were employees at state universities in
Jakarta. Data were analyzed using multiple linear regression analysis methods and
Moderate Regression Analyze (MRA) with the help of the SPSS 24 program.
The results of this study indicate that there is a significant partial effect on the
influence of religiosity on fraud prevention but does not affect internal control and
organizational culture on fraud prevention. Simultaneously there is an influence
between religiosity, internal control, and organizational culture on fraud prevention.
The work-family conflict variable cannot moderate the effect of internal control and
organizational culture on fraud prevention, but can moderate the influence of
religiosity.
Keyword: Religiousity, Internal Control, Organizational Culture, Prevention Fraud,
Work-Family Conflict.
vii
PENGARUH RELIGIUSITAS, PENGENDALIAN INTERNAL,
DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP PENCEGAHAN
FRAUD DENGAN DIMODERASI OLEH WORK-FAMILY
CONFLICT.
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji hipotesis dan menghasilkan
bukti empiris mengenai pengaruh religiusitas, pengendalian internal dan budaya
organisasi terhadap pencegahan fraud dengan dimoderasi oleh work-family conflict.
Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 132 responden. Responden dalam
penelitian ini adalah pegawai pada PTN di Jakarta. Data dianalisis menggunakan
metode analisis regresi linier berganda dan Moderate Regression Analyze (MRA)
dengan bantuan program SPSS 24.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh secara parsial yang
signifikan dalam pengaruh religiusitas terhadap pencegahan fraud tetapi tidak
berpengaruh dalam pengendalian internal dan budaya organisasi terhadap pencegahan
fraud. Secara simultan terdapat pengaruh antara religiusitas, pengendalian internal,
dan budaya organisasi terhadap pencegahan fraud. Pada variabel work-family conflict
tidak dapat memoderasi pengaruh pengendalian internal dan budaya organisasi
terhadap pencegahan fraud, tapi dapat memoderasi pengaruh religiusitas.
Kata kunci: Religiusitas, Pengendalian Internal, Budaya Organisasi, Pencegahan
Fraud, Work-Family Conflict.
viii
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kehadirat Allah SWT. atas semua rahmat serta hidayah-
Nya yang telah dilimpahkan kepada hamba dan seluruh umat manusia di dunia.
Sungguh hamba hanyalah manusia yang tiada berdaya selain dengan
pertolongan-Mu ya Rabb, atas ijin dan keridhaanMu maka hamba dapat
menyelesaikan proposal skripisi ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan
kepada Rasullah SAW yang memberikan cahaya terang bagi perkembangan
Islam di dunia. Terima kasih yang tiada terhingga untuk kedua orang tua hamba
yang tersayang yang tiada pernah lelah berdo’a untuk keberhasilan hamba
dengan lautan kasih yang takkan pernah surut walaupun kemarau panjang tiba
menghadang.
Tiada hari tanpa hamba mengucap syukur kepada Mu ya Allah, Tuhan yang
menggenggam langit dan bumi yang menguasai hari pembalasan. Tidak ada satu
kejadianpun tanpa seijin Mu, terima kasih telah mengijinkan hari ini terjadi
dalam hidup hamba. Amin ya rabbal alamin…
Pada kesempatan kali ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-sebesarnya kepada:
1. Kedua orang tua saya yang telah mendukung secara material dan batiniah
dikala gundah dan menyerah yang menyerang.
2. Untuk semua dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah mengajari
saya dengan sabar dan mendukung secara moral.
3. Untuk kedua pembimbing skripsi saya yaitu Dr. Rini S.E., Ak., M.Si. dan Nur
Wachidah Yulianti, SE., M.S.Ak yang telah sabar membantu saya dalam
membuat skripsi.
4. Untuk semua staff di Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah membantu saya
dalam hal kegiatan perkulihan.
ix
5. Untuk semua sahabat-sahabat dari semua jurusan ekonomi, yang selalu
membangkitkan motivasi saya.
6. Untuk teman kerja dan pelanggan saya di Harmonis kopi yang selalu
mendukung.
7. Untuk teman-teman angkatan akuntansi 2015, khususnya Bagas, Farhani,
Umayah, dan Wicak yang sering membantu saya dalam menyelesaikan skripsi
ini.
8. Untuk teman-teman di grup masenk yang selalu menghibur saya.
Peneliti sangat menyadari kekurangan dalam penulisan skripsi ini, sehingga
saran serta kritiknya demi kesempurnaan skripsi yang nantinya akan saya jalani.
Terima kasih
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuhu.
Tangerang, 3 April 2020
Abi Jaelani
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ..................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF……..………………….iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI………………..………………….iv
ABSTRACT ............................................................................................................ v
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................. 8
C. Pembatasan Masalah ............................................................. 8
D. Rumusan Masalah ................................................................. 9
E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ............................................ 10
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur .................................................................. 12
B. Penelitian Terdahulu ............................................................. 32
C. Kerangka Pemikiran .............................................................. 48
D. Hipotesis ................................................................................ 49
BAB III.METODELOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................... 57
xi
B. Metode Penentuan Sampel .................................................... 57
C. Metode Analisis Data ............................................................ 59
D. Metode Pengumpulan Data .................................................... 68
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian .................................... 78
F. Teknik Skoring………………………………………...78
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian.................................79
B. Hasil Dan Pembahasan……………….………………….90
BAB V KESIMPULAN DAN PEMBAHASAN
A. Kesimpulan……………………………………………..116
B. Implikasi………………………………………………..117
C. Keterbatasan……………………………………………119
D. Saran…………………………………………………....120
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................122
LAMPIRAN I......................................................................................................126
LAMPIRAN II.....................................................................................................135
LAMPIRAN III....................................................................................................156
xii
DAFTAR TABEL
2.1 Penelitian Sebelumnya …………………………………………… 32
3.1 Operasional Variabel Religiusitas………………………………… 67
3.2 Operasional Variabel Pengendalian Internal ……………………. 70
3.3 Operasional Variabel Budaya Organisasi…………………………. 73
3.4 Operasional Variabel Pencegahan Fraud ………………………. 75
3.5 Operasional Variabel Work-Family Conflict …………………….. 76
4.1 Data Sampel Berdasarkan Kuesioner Yang Tersebar…………….. 79
4.2 Deskripsi Responden Berdasarkan Agama……………………….. 81
4.3 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………………… 82
4.4 Deskripsi Responden Berdasarkan Usia…………………………... 83
4.5 Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir………….. 84
4.6 Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Masa Kerja…………….. 83
4.7 Deskripsi Responden Berdasarkan Status Pernikahan……………. 86
4.8 Deskripsi Responden Berdasarkan Status Penghasilan…………… 88
4.9 Deskripsi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan…………. 89
4.10 Hasil Statistik Deskriptif………………………………………….. 90
4.11 Hasil Uji Validitas Religiusitas…………………………………… 92
4.12 Hasil Uji Validitas Pengendalian Internal…………………………
92
4.13 Hasil Uji Validitas Budaya Organisasi…………………………… 93
4.14 Hasil Uji Validitas Work-Family Conflict………………………… 93
xiii
4.15 Hasil Uji Validitas Pencegahan Fraud…………………………… 94
4.16 Hasil Uji Reliabilitas……………………………………………… 95
4.17 Hasil Uji Multikolonieritas………………………………………… 96
4.18 Hasil Uji Normalitas……………………………………………….. 98
4.19 Hasil Uji Glesjer……………………………………………………
4.20 Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted- R Square)……………. 100
4.21 Hasil Uji Statistik F………………………………………………... 101
4.22 Hasil Uji Signifikan Parameter Individual………………………… 102
4.23 Hasil Uji Moderated Regression Analysis (MRA)………………….
104
xiv
DAFTAR GAMBAR
2.1 Theory of Planned Behavior…………………………………………………………………………. 13
4.1 Hasil Uji Normalitas Dengan Grafik P-Plot…………………………………………………… 98
4.2 Hasil Uji Heterokedastisitas Dengan Scatterplot………………………………………….. 99
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kecurangan akuntansi telah menarik banyak perhatian media dan
menjadi isu yang menonjol serta penting di mata pemain bisnis dunia.
Kecurangan merupakan bentuk penipuan yang sengaja dilakukan sehingga
dapat menimbulkan kerugian tanpa disadari oleh pihak yang dirugikan
tersebut dan memberikan keuntungan bagi pelaku kecurangan (Alison, 2006).
Indikasi adanya kemungkinan kecurangan akuntansi dapat dilihat dari bentuk
kebijakan yang disengaja dan tindakan yang bertujuan untuk melakukan
penipuan atau manipulasi yang merugikan pihak lain. Kecurangan akuntansi
meliputi berbagai bentuk, seperti tendensi untuk melakukan tindak korupsi,
tendensi untuk penyalahgunaan aset, dan tendensi untuk melakukan
pelaporan keuangan yang menipu (Thoyibatun, 2009). Contoh kecurangan
akuntansi di Indonesia dibuktikan dengan adanya: kecurangan dalam laporan
keuangan, penggelapan pajak, penggelapan aktiva, pencurian informasi,
penyuapan. Kecurangan akuntansi telah berkembang secara luas yang
menimbulkan kerugian yang sangat besar hampir di seluruh industri.
Pada akhir tahun 2019 sampai dengan awal tahun 2020, tercatat
skandal keuangan di Indonesia yang melibatkan manipulasi laporan keuangan
2
seperti kasus jual beli jabatan di Kementerian Agama, pengadaan asset dan
penyelupan di PT Garuda Indonesia, dan kasus PT Asuransi Jiwasraya (JS).
Kasus fraud yang masih hangat diperbincangkan waktu itu ialah kasus pada
perusahaan asuransi yakni PT Asuransi Jiwasraya , dimana pada PT Asuransi
Jiwasraya yang mengalami gagal bayar produk JS Saving plan yang
disebabkan karena tata kelola perusahaan dan kegagalan dalam investasi.
Jiwasraya diduga melakukan pencatatan laba semu di tahun 2014 dengan cara
melakukan investasi pada aset-aset berisiko tinggi sehingga mengejar
keuntungan tinggi (safir, 2020). Bahkan pada era digitalisasi ini kasus
kecurangan tidak dapat dihindarkan seperti pada salah satu perusahaan
unicorn yaitu Tokopedia, dimana ketika perusahaan melakukan flash sale
yang membeli produknya yaitu para pegawai perusahaan dengan cara yang
tidak benar (Nurfadilah, 2018).
Fraud adalah fenomena global, tidak ada organisasi yang kebal dari
fraud, termasuk lembaga pendidikan tinggi (universitas). Meskipun belum
ada data statistik tentang kasus korupsi yang melibatkan universitas di
Indonesia, ada beberapa kasus yang menjadi berita utama selama 2018-2019.
Beberapa diantaranya adalah kasus korupsi menyangkut pembangunan rumah
sakit Universitas Udayana, pembangunan laboratorium Universitas Negeri
Malang, dan pembangunan Fakultas Politik Universtas Riau. Dan kasus-kasus
fraud tersebut hanyalah puncak gunung es. Skema fraud umum yang terjadi
di universitas-universitas ini dilakukan dengan me-markup anggaran untuk
pembangunan fasilitas universitas dan kecurangan saat tender. Selain itu,
3
KPK mengatakan awal tahun ini bahwa mereka menerima banyak laporan
dugaan kasus korupsi di kampus, salah satu modusnya yaitu penyuapan untuk
penerimaan mahasiswa baru (Juliantari, 2010).
Ratusan perwakilan dari 86 perguruan tinggi di Indonesia melakukan
deklarasi antikorupsi di Yogyakarta. Deklarasi itu muncul salah satunya
karena keprihatinan atas maraknya korupsi, termasuk di lingkungan
perguruan tinggi. Institusi yang dikenal memiliki Tri Dharma Perguruan
Tinggi itu kini menjadi lahan subur dari praktek korupsi. Beberapa kalangan
bahkan menilai korupsi di sana sebagai kejahatan "kerah putih" karena
dilakukan oleh orang-orang terdidik dan terpelajar. Dalam catatan Indonesia
Corruption Watch (ICW) selama 10 tahun terakhir, terdapat sedikitnya 37
kasus dugaan korupsi di perguruan tinggi yang melibatkan 65 orang pelaku
yang telah dan sedang diproses oleh penegak hukum maupun pengawas
internal. Jumlah kerugian keuangan negara yang ditimbulkan cukup fantastis,
mencapai Rp 218 miliar. Pelaku paling banyak adalah pegawai maupun
pejabat struktural di fakultas maupun universitas yaitu sebanyak 32 orang.
Rektor atau wakil rektor termasuk mantan rektor adalah pelaku terbanyak
kedua dengan jumlah 13 orang pelaku. Selebihnya adalah pihak swasta
sebanyak 10 orang, dosen berjumlah 5 orang, Dekan Fakultas terdapat 3
orang dan pejabat pemerintah daerah yaitu 2 orang (yuntho, 2016).
Dari sejumlah kasus korupsi yang terpantau, ICW memetakan
sedikitnya 12 pola korupsi, antara lain korupsi pengadaan barang dan jasa,
korupsi dana hibah pendidikan, korupsi anggaran di internal perguruan tinggi,
4
korupsi dana penelitian, korupsi dana beasiswa mahasiswa, korupsi penjualan
aset milik perguruan tinggi, serta korupsi dana SPP mahasiswa. Pola lainnya
adalah suap dalam penerimaan mahasiswa baru, suap dalam pemilihan
pejabat, suap atau "jual-beli" nilai, suap yang berkaitan dengan akreditasi
(program studi atau perguruan tinggi), dan suap dari mahasiswa kepada
dosen. Munculnya korupsi di perguruan tinggi selama ini dipicu, antara lain,
oleh tidak transparannya pihak kampus atas keuangan yang dikelola,
lemahnya pengendalian internal dan sistem administrasi, serta tidak adanya
mekanisme pengawasan yang melibatkan masyarakat. Pemicu lainnya adalah
kesejahteraan dosen maupun pegawai lain. Dalam riset yang dilakukan oleh
Jobplanet (2016), terungkap bahwa gaji rata-rata dosen di Indonesia adalah
Rp 3.326.700 per bulan. Kecilnya gaji ini mengakibatkan dosen terpaksa
bekerja di tempat lain untuk memenuhi kebutuhannya atau mengambil jalan
pintas dengan mencari untung dari wewenang yang dimilikinya, misalnya
memperjual-belikan nilai.
Dampak korupsinya tidak sebatas pada pemborosan atau merugikan
uang negara atau yayasan, tapi lebih luas lagi. Korupsi di perguruan tinggi
akan merusak kredibilitas penyelenggara pendidikan. Sebab, korupsi terjadi
sejalan dengan fungsi yang dijalankan kampus. Nama baik perguruan tinggi
sudah selayaknya harus dibersihkan. Maka diperlukan suatu usaha serius dan
sistematis untuk mencari jalan keluar dalam memperbaiki citra perguruan
tinggi. Memberantas korupsi di sana tidak cukup sekadar mengucapkan
"deklarasi anti korupsi". Untuk mencegah korupsi, diperlukan langkah
5
konkret dengan membangun nilai dan prinsip antikorupsi melalui perbaikan
tata kelola di instansi ini secara sistematis. Prinsip antikorupsi di perguruan
tinggi setidaknya mencakup aspek transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas.
Cara pencegahan lainnya adalah memberikan pemahaman yang luas atas
ancaman yang ditimbulkan dari korupsi di perguruan tinggi. Jika mahasiswa,
dosen, maupun pegawai lainnya paham akan bahaya korupsi, mereka dapat
meresponsnya dengan efektif. Kurikulum antikorupsi sebaiknya sudah
diajarkan di setiap perguruan tinggi. Di sisi lain, perlu dibangun zona
antikorupsi atau zero tolerance atas korupsi di perguruan tinggi (pertiwi,
2019). Oleh karena itu, sangat penting bagi universitas untuk konsisten
mengembangkan dan memberlakukan standar etika dan kode etik dengan
tujuan mencegah terjadinya suap, fraud dan pelanggaran lainnya. Upaya ini
bisa dilakukan dengan salah satu cara yaitu meningkatkan sistem
pengendalian internal seperti whistleblowing system.
Fungsi whistleblowing system memungkinkan universitas mendeteksi
penyuapan, penyalahgunaan, atau kecurangan lainnya sedini mungkin.
Dengan begitu potensi kerugian dapat dikurangi secara signifikan. Meskipun
diketahui bahwa universitas yang terlibat dalam kasus-kasus korupsi tersebut
tidak memiliki whistleblowing system, beberapa universitas di Indonesia
diketahui telah menerapkan WBS, seperti UI (SIPDUGA UI), UGM (SIAP
UGM), dan Universitas Bina Nusantara. Masing-masing universitas
menerapkan kebijakan whistleblowing yang berbeda dalam hal ruang lingkup
whistleblower, saluran whistleblowing, ruang lingkup pelanggaran, dan
6
kerahasiaan whistleblower. Namun, masih ada banyak ruang bagi universitas
di Indonesia untuk menerapkan dan mengembangkan whistleblowing system
dan memperbarui kebijakan mereka untuk mendorong komunitas akademik
untuk secara proaktif menegakkan standar etika dan reputasi lembaga.
Pencegahan juga harus didorong oleh pemerintah maupun pihak lainnya
melalui peningkatan kesejahteraan dosen dan pegawai perguruan tinggi
(pertiwi, 2019). Semakin baiknya kesejahteraan mereka akan mengurangi niat
mereka untuk melakukan korupsi atau usaha-usaha lain yang menyimpang.
Mencegah tindakan kecurangan (fraud), instansi harus memiliki
pengendalian internal yang kuat. Menurut Mulyadi (2008) dalam Sa’diah
(2011) mendefinisikan sistem pengendalian internal meliputi struktur
organisasi, metode, ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga
kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi,
mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
Menurut Tanjung (2012) pengendalian internal mempunyai ciri dan fungsi
paling dasar yaitu melaksanakan kegiatan menyangkut pembahasan masalah
intern organisasi, dengan memberikan kepastian kepada dewan direksi dan
manajemen, mengenai hasil evaluasi dan pengujian suatu aktivitas organisasi
yang disesuaikan dengan kriteria yang tepat dan memberikan rekomendasi
mengenai serangkaian tindakan kepada pihak manajemen.
Perilaku kecurangan merupakan perilaku yang telah merusak moral
serta telah melanggar aturan religiusitas yang diyakini oleh bangsa Indonesia.
Indonesia sebagai negara yang menjunjung tinggi nilai religius seharusnya
7
telah memiliki pondasi etika atau moral yang sangat kuat untuk menghindari
perilaku yang merugikan masyarakat luas. Walaupun penelitian dari Urumsah
dkk. (2016) menemukan bahwa religiusitas dan spiritualitas yang dimiliki
individu akan mencegah adanya niat kecurangan, temuan itu dirasa tidak
menunjukkan fenomena kecurangan di Indonesia saat ini. Fakta menunjukkan
religiusitas dijadikan sebuah alat pembungkus yang sangat rapi untuk
memperoleh simpati publik untuk membangun sebuah image di masyarakat.
Bahkan, para tokoh negara yang menjadi panutan bagi masyarakat telah
terlibat dalam perilaku korupsi. Ilmu agama yang dipercaya menjadi benteng
kuat untuk mencegah kecurangan ternyata tidak mampu untuk meredam
kecurangan. Fakta tersebut menggambarkan sebuah krisis moral yang
melanda Indonesia akibat terpesona dengan “hadiah” yang diberikan oleh
kecurangan.
Namun ada kemungkinan bahwa kecurangan yang dilakukan
merupakan akibat dari pengaruh eksternal terhadap individu yang tidak dapat
dikendalikan oleh individu itu sendiri. Salah satu contoh dari pengaruh
eksternal adalah budaya organisasi. Wicaksono dan Urumsah (2016)
menemukan bahwa budaya organisasi memiliki dampak positif terhadap
perilaku kecurangan. Temuan tersebut dapat diartikan bahwa perilaku
individu sangat terpengaruh oleh budaya yang ada di dalam organisasi apakah
akan dibawa ke budaya etis atau tidak etis. Etis atau tidak etis dari suatu
budaya organisasi sangat erat kaitannya dengan budaya yang dibentuk oleh
pimpinannya. Berson dkk. (2008) membuktikan eksekutif organisasi
8
mempunyai peran yang fundamental dalam membentuk dan mengarahkan
organisasi di antara gagasan yang paling dapat diterima oleh anggota
organisasi. Namun, memerlukan pengukuran yang kompleks apakah budaya
organisasi memang mempengaruhi perilaku anggotanya. Menariknya, di
Indonesia budaya organisasi secara tidak langsung merefleksikan budaya di
luar organisasi yang lebih luas seperti budaya suatu daerah atau negara itu
sendiri.
Selain faktor internal seperti religiusitas yang ada pada tiap individu
atau pegawai, ada pula faktor internal lainnya seperti konflik keluarga –
pekerjaan (work-family conflict) yang akan mempengaruhi kinerja pegawai
bahkan sampai melakukan tindak kecurangan (anandyas dkk., 2016). work
family conflict terjadi ketika ada ketidaksesuaian antara peran yang satu
dengan peran lainnya (inter-role conflict) dimana terdapat tekanan yang
berbeda antara peran di keluarga dan di pekerjaan (Howard, 2008). Tindak
kecurangan yang dilakukan karena konflik kehidupan dari suatu individu
memiliki banyak motif. Menurut Nietzsche dalam Hollingdale (2015) tindak
penyimpangan dapat terjadi karena tuntutan oleh keluarga, salah satunya
perihal keuangan sehingga suatu individu rela untuk melakukan
penyimpangan.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kecurangan di
Indonesia masih cukup marak serta memiliki tingkat kerawanan yang cukup
tinggi. Motif dan metode yang dilakukan oleh pelaku kecurangan
(perpetrators of fraud) juga cukup bervariasi sehingga hal ini perlu
9
diwaspadai oleh berbagai pihak, terutama adalah perusahaan atau lembaga.
Banyak pelanggar yang memiliki motif karena tidak puas dengan apa yang
diberikan oleh organisasi dan merasa bahwa organisasi telah besikap tidak
adil padanya, sehingga menguatkan niat untuk melakukan pelanggaran.
Adapun fraud yang terjadi karena budaya organisasi di suatu lembaga atau
perusahaan yang menganggap bahwa fraud suatu hal yang lumrah. Upaya
pencegahan, pencegahan, dan audit investigasi merupakan serangkaian
prosedur yang bertujuan untuk meminimalisir tindakan kecurangan. Selain
prosedur pencegahan, fraud dapat dicegah dengan pengendalian diri melalui
peningkatan kereligiusitasan, sehingga mengurungkan niat seseorang untuk
melakukan fraud karena merasa terawasi oleh tuhannya dan takut akan
kosekuensinya.
Penelitian ini berfokus pada upaya pencegahan, karena upaya
pencegahan merupakan tindakan represif yang perlu dilakukan setelah fraud
terjadi serta dapat meminimalisir risiko yang ditimbulkan. Penelitian ini akan
membahas seputar determinan atau upaya pencegahan tindakan kecurangan.
Basis teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Albrecht (2012),
karena dalam teori tersebut telah menjelaskan secara komprehensif
bagaimana upaya pencegahan dan pencegahan tindakan kecurangan, yakni
menciptakan budaya kejujuran, keterbukaan, dan bantuan (creating a culture
of honesty, openness, and assistance) serta mengeliminasi peluang terjadinya
tindakan kecurangan (eliminating fraud opportunities).
10
Dengan demikian tujuan dari penelitian ini adalah melihat apakah dari
religiusitas, pengendalian internal, dan budaya organisasi dapat mencegah
adanya fraud dengan dimoderasi dengan work-family conflict.
B. Indetifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan, maka identifikasi
masalah yang hendak diteliti pada penelitian ini yaitu terkait permasalahan yang
terjadi pada beberapa PTN di Indonesia, dalam melakukan pencegahan
kecurangan seperti korupsi dan bagaimana upaya pencegahan untuk mengatasi
permasalahan tersebut, di antaranya:
1. Adanya pegawai yang melakukan kasus fraud.
2. Kurangnya religiuisitas yang dirasakan pegawai sehingga berpotensi
melakukan fraud.
3. Kurang efektifnya pengendalian internal yang dimiliki instansi tersebut
untuk melakukan pencegahan fraud.
4. Buruknya budaya organisasi yang membuat pegawai tersebut tidak
merasa bersalah sudah melakukan fraud.
5. Work-family conflict yang tidak dapat diatasi oleh pegawai.
C. Pembatasan Masalah
1. Menguji religiusitas, pengendalian internal, dan budaya organisasi
terhadap pencegahan fraud dengan dimoderasi oleh work-family conflict.
Dari sekian banyak permasalahan yang dihadapi oleh pegawai di
PTN. Penelitian ini hanya fokus membahas tentang bagaimana pengaruh
religiusitas, pengendalian internal, dan budaya organisasi terhadap
11
pencegahan fraud dengan diperkuat/diperlemah adanya work-family
conflict. Religiusitas merupakan sebuah perasaan, pikiran dan motivasi
yang mendorong terjadinya perilaku dengan didasari oleh agama.
pengendalian internal meliputi struktur organisasi, metode, ukuran-ukuran
yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek
ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan
mendorong dipatuhinya kebijakan manajemens. Budaya organisasi
merupakan kebiasaan-kebiasan yang dilakukan pada sebuah organisasi
yang mewakili norma-norma, perilaku yang kemudian diikuti oleh
anggotanya. Work family conflict terjadi ketika ada ketidaksesuaian antara
peran yang satu dengan peran lainnya (inter-role conflict) dimana terdapat
tekanan yang berbeda antara peran di keluarga dan di pekerjaan.
2. Responden hanya pada profesi pegawai yang bekerja di PTN Jakarta.
Dari sekian banyak profesi pegawai di PTN, penelitian ini hanya
berfokus pada pegawai keuangan, akademik, dan administrasi. Pada
penelitian ini lebih memfokuskan pada PTN yang berlokasi di Jakarta
yang sudah ditentukan.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang didapat dalam penelitian ini berdasarkan latar
belakang masalah yaitu:
1. Apakah peran religiusitas berpengaruh terhadap pencegahan fraud?
2. Apakah peran pengendalian internal berpengaruh terhadap pencegahan
fraud?
12
3. Apakah peran budaya organisasi berpengaruh terhadap pencegahan
fraud?
4. Apakah peran religiusitas yang dimoderasi oleh work-family conflict
berpengaruh terhadap pencegahan fraud?
5. Apakah peran pengendalian internal yang dimoderasi oleh work-family
conflict berpengaruh terhadap pencegahan fraud?
6. Apakah peran budaya organisasi yang dimoderasi oleh work-family
conflict berpengaruh terhadap pencegahan fraud?
E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari peneliti ini adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui pengaruh religiusitas terhadap pencegahan fraud?
b. Mengetahui pengaruh pengendalian internal terhadap pencegahan
fraud?
c. Mengetahui pengaruh budaya organisasi terhadap pencegahan
fraud?
d. Mengetahui pengaruh religiusitas yang dimoderasi oleh work-
family conflict terhadap pencegahan fraud?
e. Mengetahui pengaruh pengendalian internal yang dimoderasi oleh
work-family conflict terhadap pencegahan fraud?
f. Mengetahui pengaruh budaya organisasi yang dimoderasi oleh
work-family conflict terhadap pencegahan fraud?
13
2. Manfaat Penelitian
Manfaat dari peneliti ini adalah sebagai berikut:
a. Manfaat teoritis:
1) Memberikan pemahaman mengenai peran religiusitas,
pengendalian internal, budaya organisasi dan pencegahan fraud
dalam mengembangkanan kinerja pegawai.
2) Untuk menambah informasi teoritis dalam bidang Ilmu
Psikologis dan akuntansi yang mengkhususkan pada Psikologi
Perkembangan, Psikologi Klinis, dan pencegahan kecurangan
akuntansi.
b. Manfaat Praktis
1) Manfaat untuk professional : Membantu individu mengatasi
permasalahan baik di tempat kerja maupun di keluarga serta
memberikan metode untuk mencegah adanya fraud.
2) Manfaat untuk pihak organisasai dan praktisi: Membantu
pihak organisasi dan praktisi dalam menciptakan rancangan
program untuk mengembangkan yang baik tata kelola
perusahaan yang baik serta menekankan tingkat fraud di suatu
perusahaan.
3) Manfaat untuk peneliti: Membantu peneliti selanjutnya dalam
mendapatkan informasi dalam mengembangkan religiusitas,
pengendalian internal, dan budaya organisasi terhadap pencegah
fraud yang dimoderasi oleh work family conflict.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur Dan Teori
1. Teori Planned Behavior
Manusia biasanya berperilaku dengan cara yang masuk akal,
mereka mempertimbangkan perilakunya berdasarkan informasi yang
tersedia, dan secara implisit atau eksplisit juga mempertimbangkan
akibat dari tindakan mereka. Hal ini menjelaskan, perilaku didasarkan
faktor kehendak yang melibatkan pertimbangan-pertimbangan untuk
melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku dimana dalam
prosesnya, berbagai pertimbangan tersebut akan membentuk intensi
untuk melakukan suatu perilaku. Theory of planned behavior didasarkan
pada asumsi bahwa manusia adalah makhluk yang rasional dan
menggunakan informasi-informasi yang mungkin baginya, secara
sistematis. Orang memikirkan implikasi dari tindakan mereka sebelum
mereka memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku-
perilaku tertentu (Ajzen, 2005).
Theory of planned behavior adalah teori yang meramalkan
pertimbangan perilaku karena perilaku dapat dipertimbangkan dan
direncanakan. Kemudian teori ini dikembangkan lagi oleh beberapa
peneliti, salah satunya Ajzen pada tahun 1991. Theory of planned
15
behavior memiliki keunggulan dibandingkan teori keperilakuan
yang lain, karena theory of planned behavior merupakan teori perilaku
yang dapat mengidentifikasikan keyakinan seseorang terhadap
pengendalian atas sesuatu yang akan terjadi dari hasil perilaku, sehingga
membedakan antara perilaku seseorang yang berkehendak dan yang
tidak berkehendak (Ajzen, 1991).
Gambar 2.1
Theory of Planned Behavior
Teori ini awalnya dinamai Theory of Reasoned Action (TRA),
dikembangkan di tahun 1967, selanjutnya teori tersebut terus direvisi dan
diperluas oleh Icek Ajzen dan Martin Fishbein. Mulai tahun 1980 teori
tersebut digunakan untuk mempelajari perilaku manusia dan untuk
mengembangkan intervensi-intervensi yang lebih mengena. Pada tahun
1988, hal lain ditambahkan pada model reasoned action yang sudah ada
tersebut dan kemudian dinamai Theory of Planned Behavior(TPB).
Dalam theory of reasoned action dinyatakan bahwa intensi untuk
melakukan suatu perilaku memiliki dua prediktor utama, yaitu attitude
toward the behavior dan subjective norm. Pengembangan dari teori ini,
16
planned behavior theory, menemukan prediktor lain yang juga
memengaruhi intensi untuk melakukan suatu perilaku dengan
memasukkan konsep perceived behavioral control. Terdapat tiga
prediktor utama yang memengaruhi intensi individu untuk melakukan
suatu perilaku, yaitu sikap terhadap suatu perilaku (attitude toward the
behavior), norma subyektif tentang suatu perilaku (subjective norm), dan
persepsi tentang kontrol perilaku (perceived behavioral control). Dengan
kata lain, theory of planned behavior merupakan teori pengembangan
dari theory of reasoned action. Theory of Planned Behavior diturunkan
dari theory of reasoned action, dengan perbedaannya yaitu
ditambahkannya variabel Perceived Behavior Control (PCB) pada
kerangka penelitian mereka (Ajzen dan fishbein, 1988).
2. Fraud Theory
Adanya teori yang membahas tentang fraud muncul ketika seorang
kriminolog yang bernama Donald R. Cressey melakukan sebuah penelitian
terhadap 200 responden untuk meneliti tentang studinya yang membahas
terkait penipuan yang menurutnya tindakan penipuan tersebut
dilakukan karena adanya faktor-faktor yang membuat seorang individu
melakukan tindakan tersebut. Setelah mendapatkan hasil yang diinginkan,
kemudian Donald R.Cressey menyimpulkan adanya tiga faktor yang
ditulis dalam suatu rangkaian kata, yaitu :
“Trust violators, when they conceive of themselves as having a
financial problem which is nonshareable, and have knowledge or
17
awareness that this problem can be secretly resolved by violation of the
position of financial trust. Also they are able to apply to their own conduct
in that situation verbalizations which enable them to adjust their
conceptions of themselves as trusted persons with their conceptions of
themselves as users of the entrusted funds or property” (Cressey,
1953:742)
Berdasarkan pernyataan yang dibuat oleh Crassey,ketiga
faktor tersebut dibuat menjadi sebuah segitiga yang terdiri dari pressure
pada bagian atas serta opportunity dan rationalization di bagian bawah
segitiga tersebut.
Setelah adanya fraud triangle tersebut, pada tahun 1953 Crassey
menerbitkan sebuah buku yang berjudul “Other’s People Money”.
Menurut Rosefield (1988) dalam Okezie (2012) dalam Abdullahi &
Mansor (2015) menjelaskan bahwa adanya karyawan yang melakukan
penipuan tersebut biasanya didasari karena adanya tekanan dari pihak
internal yang biasanya berhubungan dengan keuangan, peluang untuk
melakukan kecurangan dan rasionalisasi.
1) Pressure (Tekanan)
Tekanan merupakan salah satu motivasi yang akan berdampak
kepada individu untuk melakukan perilaku yang tidak etis. Segala
bentuk tekanan yang dirasakan oleh individu pasti akan mengakibatkan
individu tersebut melakukan berbagai tindakan kecurangan. Tekanan
itu sendiri bersifat tidak nyata, karena tekanan itu hanya bisa dirasakan
18
oleh individu tersebut dan jika individu tersebut sudah memiliki
keyakinan untuk melakukan tindak kecurangan maka bagaimanapun
caranya individu tersebut pasti akan melakukannya tanpa melihat
kepentingan dan dampaknya bagi lingkungan sekitar (Albrecht et al,
2008).
Tekanan yang dirasakan tersebut biasanya dipicu oleh keadaan
yang mendukung, salah satunya yaitu keadaan dimana individu
tersebut membutuhkan uang karena jika individu tersebut memiliki
tekanan untuk memenuhi kebutuhan tersebut secara tidak langsung
individu tersebut akan melakukan fraud.
2) Opportunity (Peluang)
Adanya peluang menjadi hal penting mengapa seorang individu
dapat melakukan kecurangan. Dalam bidang akuntansi, biasanya
peluang terjadi karena tidak efektifnya sistem internal control atau tata
kelola dalam suatu organisasi/perusahaan tersebut yang dapat
menyebabkan individu melakukan kecurangan. Individu dapat
melakukan kecurangan karena sudah memikirkan resiko yang akan
terjadi jika melakukan hal tersebut, karena jika semakin rendah resiko
yang ada otomatis peluang untuk melakukan kecurangan tersebut
semakin besar dan semakin mudah (Cressey, 1953).
Selain karena lemahnya pengendalian internal dan rendahnya
resiko yang dihadapi, peluang juga bisa terjadi karena sikap kurang
disiplinnya individu dalam suatu organisasi terhadap kebijakan yang
19
sudah dibuat yang membuat individu tersebut melanggarnya dan
selanjutnya akan berpotensi untuk melakukan fraud. Karena jika
individu sudah melakukan pelanggaran atas kebijakan yang dibuat,
pasti ada hal lain yang akan dilakukan individu tersebut yang salah
satunya adalah untuk melakukan kecurangan (Sauser, 2007) dalam
(Abdullahi dan Mansor, 2015). Bahkan segala tindakan ekstrem
kecurangan tersebut tidak akan terjadi jika memang tidak adanya
kesempatan untuk melakukan hal tersebut (Albrecht et al., 2008)
(Srivastava, Mock and Turner 2005 and Hooper et, al. 2010) dalam
Abdullahi Saifullahi Mazadu; Shehu Usman Hassan (2017) peluang itu
sendiri memiliki aspek yang menyebabkan keterjadian tersebut,
diantaranya adanya kejadian bawaan yang sudah terjadi yang
menyebabkan kecurangan itu terjadi lagi, dan kondisi suatu
organisasi/perusahaan yang melemah.
3) Rationalization (Rasionalisasi)
Sikap rasionalisasi ini merupakan elemen terakhir dalam fraud
triangle theory yang mendefinisikan bahwa sikap melakukan
pembenaran terhadap perilaku yang tidak etis merupakan hal yang
wajar dilakukan, karena dengan adanya sikap pembenaran dari
individu yang tidak jujur ini yang akan mendukung individu tersebut
bahwa tidak adanya tindakan kecurangan. Individu yang melakukan
kecurangan tersebut sudah memikirkan apa yang akan mereka lakukan
jika terbukti melakukan fraud dan dengan sikap rasionalisasi ini
20
individu tersebut melakukan pembenaran atas sikap nya dan dengan
mudah memaafkan kecurangan tersebut karena itu merupakan suatu
konsep pemikiran yang sudah dibuatnya sebelum melakukan fraud
tersebut (Michele J.Hooper, 2010).
3. Religiusitas
Harun nasution (1998) membedakan pengertian religiusitas
berdasarkan asal kata, yaitu al-din, religi (relegere, religare) dan
agama. Al-din berarti undang-undang hukum. Kemudian dalam bahasa
arab, kata ini mengandung arti menguasai, tunduk, patuh. Sedangkan
dari kata religi berarti mengumpulkan atau membaca. Kemudian
religare berarti mengikat. Religiusitas berarti menunjukkan aspek religi
yang telah dihayati individu dalam hati, diartikan seberapa jauh
pengetahuan seberapa kokoh keyakinan, dan seberapa pelaksanaan
ibadah dan kaidah, serta penghayatan atas agama yang dianutnya dalam
bentuk sosial dan aktivitas yang merupakan perwujudan beribadah.
Menurut Vorgote (1999) berpendapat bahwa setiap sikap
religiusitas diartikan sebagai perilaku yang tahu dan mau dengan sadar
menerima dan menyetujui gambar-gambar yang diwariskan kepadanya
oleh masyarakat dan yang dijadikan miliknya sendiri, berdasarkan iman,
kepercayaan yang diwujudkan dalam perilaku seharihari. Sedangkan
menurut Zakiyah Darajat (1973) dalam psikologi agama dapat dipahami
religiusitas merupakan sebuah perasaan, pikiran dan motivasi yang
mendorong terjadinya perilaku beragama. Dapat disimpulkan
21
religiusitas merupakan suatu bentuk hubungan manusia dengan
penciptanya melalui ajaran agama yang sudah terinternalisasi dalam diri
seseorang dan tercermin dalam sikap perilakunya sehari-hari.
Dilihat dari fungsi dan peran agama dalam memberi pengaruhnya
terhadap individu baik dalam bentuk sistem nilai, motivasi maupun
pedoman hidup, maka pengaruh yang paling penting adalah sebagai
pembentuk kata hati (conscieonce). Erich Fromm (1987) membagi kata
hati menjadi kata hati otoritarian dan kata hati humanistik. Kata hati
otoritarian dibentuk oleh pengaruh luar, sedangkan humanistik
bersumber dari dalam diri manusia. Erich Fromm melihat manusia
sebagai makhluk yang secara individu telah memiliki potensi
humanistik dalam dirinya. Kemudian selain itu individu juga menerima
nilai-nilai bentukan dari luar. Keduanya membentuk kata hati dalam diri
manusia. Dan apabila keduanya berjalan seiring secara harmonis, maka
manusia akan merasa bahagia.
Menurut Glock dan Stark (1965) secara terperinci religiusitas
memiliki 5 dimensi penting dalam penilaian religiusitas :
a. Dimensi Keyakinan (ideologis)
Hal ini berisi pengharapan-pengharapan dimana orang yang
religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan
mengakui kebenaran-kebenaran doktrin tersebut. Dimensi ini
menunjuk pada seberapa tingkat keyakinan Muslim terhadap
kebenaran ajaran-ajaran agamanya, terutama terhadap ajaran-ajaran
22
yang bersifat fundamental menyangkut keyakinan pada Allah SWT,
malaikat, dan rasul. Setiap agama mempertahankan seperangkat
kepercayaan dimana para penganut diharapkan akan taat. Walaupun
demikian, isi dan ruang lingkup keyakinan bervariasi, tidak hanya di
antara agama-agama tetapi juga di antara tradisi-tradisi agama yang
sama.
b. Dimensi Praktik agama (Ritualistik)
Hal ini mencakup pemujaan atau ibadah, ketaatan, dan hal-hal
yang dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen terhadap agama
yang dianutnya. Dimensi ini mencakup perilaku ibadah, ketaatan, dan
hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen atau
tingkat kepatuhan muslim terhadap agama yang dianutnya menyangkut
pelaksanaan shalat, puasa, zakat, haji. Praktik keagamaan ini terdiri
dari dua kelas penting yaitu ritual dan ketaatan.
c. Dimensi Pengalaman (eksperensial)
Berkaitan dengan pengalaman keagamaan, perasaan-perasaan,
persepsi-persepsi, dan sensasisensasi yang dialami seseorang atau
diidentifikasi oleh suatu kelompok keagamaan yang melihat
komunikasi walaupun kecil dalam suatu esensi ketuhanan yaitu Tuhan.
d. Dimensi Pengetahuan (intelektual)
Yaitu sejauh mana individu mengetahui, memahami ajaran-ajaran
agamanya terutama yang ada dalam kitab suci dan sumber lainnya.
23
Dimensi ini menunjuk pada seberapa tingkat pengetahuan dan
pemahaman muslim terhadap ajaran-ajaran pokok dari agamanya.
Sebagaimana yang terdapat dalam kitab suci dengan harapan bahwa
orang-orang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah minimal
pengetahuan mengenai dasar keyakinan, dan tradisitradisi agama.
e. Dimensi Pengamalan (konsekuensial)
Sejauh mana perilaku individu dimotivasi oleh ajaran agamanya
dalam kehidupan sosial. Dimensi ini mengarah pada akibat-akibat
keyakinan agama, praktik, pengalaman, pengetahuan seorang dari hari
ke hari. Menunjuk pada tingkatan perilaku muslim yang dimotivasi oleh
ajaran-ajaran agamanya. Seperti suka menolong, dan adab bekerjasama.
4. COSO Framework
Menurut Mulyadi (2008) dalam Sa’diah (2011)mendefinisikan sistem
pengendalian internal meliputi struktur organisasi, metode, ukuran-ukuran
yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek
ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan
mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Pengendalian internal
mempunyai ciri dan fungsi paling dasar yaitu melaksanakan kegiatan
menyangkut pembahasan masalah intern organisasi, dengan memberikan
kepastian kepada dewan direksi dan manajemen, mengenai hasil evaluasi
dan pengujian suatu aktivitas organisasi yang disesuaikan dengan kriteria
yang tepat dan memberikan rekomendasi mengenai serangkaian tindakan
kepada pihak manajemen (Tanjung, 2012).
24
Menurut Committee of Sponsoring Organizations of the Tradeway
atau COSO tahun 2013 yang meliputi unsur-unsur pokok pengendalian
intern adalah:
a. Lingkungan Pengendalian (Control Environtment)
COSO 2013 mengungkapkan bahwa sub-komponen lingkungan
pengendalian mencakup integritas dan nilai etika yang dianut
organisasi, parameter yang menjadikan dewan pengawas mampu
melaksanakan tanggung jawa tata kelola, struktur organisasi serta
pembagian wewenang dan tanggung jawab.
b. Penilaian Risiko
COSO 2013 mendefinisikan risiko sebagai kemungkinan peristiwa
akan terjadi dan berdampak merugikan bagi pencapain tujuan.
Manajemen harus menetapkan tujuan dalam kategori operasi,
pelaporan, dan kepatuhan dengan jelas sehingga risiko-risiko terkait
bisa diidentifikasi dan dianalisis.
c. Kegiatan Pengendalian
Kegiatan pengendalian mencakup tindakan-tindakan yang
ditetapkan melalui kebijakan dan prosedur untuk membantu
memastikan dilaksanakannya arahan manajemen dalam rangka
meminimalkan risiko atas pencapain tujuan (COSO, 2013). Aktivitas-
aktivitas ini harus dievaluasi risikonya untuk organisasi secara
keseluruhan. Komponen ini mencakup aktivitas-aktivitas yang dulunya
dikaitkan dengan konsep kontrol internal. Aktivitas-aktivitas ini
25
meliputi persetujuan, tanggung jawab dan kewenangan, pemisahan
tugas, pendokumentasian, rekonsiliasi, karyawan yang kompeten dan
jujur, pemeriksaan internal dan audit internal (Agoes, 2012).
d. Informasi dan Komunikasi
Sistem informasi yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan,
yang melipui sistem akuntansi, terdiri atas metode dan catatan yang
dibangun untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan
transaksi entitas dan untuk memelihara akuntabilitas bagi aset, utang,
dan ekuitas yang bersangkutan (Agoes, 2012). Organisasi memerlukan
informasi demi terselenggaranya fungsi pengendalian intern dalam
mendukung pencapain tujuan (COSO, 2013).
e. Pengawasan
COSO tahun 2013 mengungkapakan bahawa kegiatan pemantauan
mencakup evaluasi berkelanjutan, evaluasi terpisah, atau kombinasi
dari keduanya yang digunakan yang digunakan untuk memastikan
masing-masing komponen pengendalian internal ada dan berfungsi
sebagaimana mestinya. Evaluasi berkelanjutan dibangun dalam proses
bisnis pada tingkat yang berbeda-beda guna menyajikan informasi
tepat waktu. Evaluasi terpisah dilakukan secara periodik, bervariasi
lingkup dan frekuensinya tergantung pada hasil penilaian risiko,
26
efektivitas evaluasi berkelanjutan, dan pertimbangan manajemen
lainnya.
5. Budaya Organisasi
Budaya merupakan sebuah kerangka kerja yang dibentuk
sekelompok orang yang bekerja dalam suatu organisasi yang bertujan
dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Budaya organisasi
adalah kekuatan yang mempengaruhi kehidupan kerja karyawan. Budaya
organisasi merupakan kebiasaan-kebiasan yang dilakukan pada sebuah
organisasi yang mewakili norma-norma, perilaku yang kemudian diikuti
oleh anggotanya (Agwu, 2014).
Menurut Robbins (2008) ada 10 (sepuluh) karakteristik budaya
organisasi, yaitu:
a. Inisiatif individual
Yang dimaksud inisiatif individual adalah tingkat tanggung jawab,
kebebasan atau independensi yang dipunyai setiap individu dalam
mengemukakan pendapat. Inisiatif individu tersebut perlu dihargai
oleh kelompok atau pimpinan suatu organisasi sepanjang menyangkut
ide untuk memajukan dan daya organisasi.
b. Toleransi Terhadap Tindakan Berisiko.
Dalam budaya organisasi perlu ditekankan sejauh mana para
karyawan dianjurkan untuk dapat bertindak agresif, inovatif
danmengambil risiko. Suatu budaya organisasi dikatakan baik apabila
dapat memberikan toleransi kepada anggota/ para karyawan untuk
27
dapat bertindak agresif dan inovatif untuk memajukan organisasi serta
berani mengambil risiko terhadap apa yang dilakukannya.
c. Pengarahan
Pengarahan dimaksudkan sejauh mana suatu organisasi dapat
menciptakan dengan jelas sasaran dan harapan yang diinginkan.
Sasaran dan harapan tersebut jelass tercantum dalam visi, misi dan
tujuan organisasi. Kondisi ini dapat berpengaruh terhadap kinerja
organisasi.
d. Integrasi
Integrasi dimaksudkan sejauh mana organisasi dapat mendorong
unit-unit organisasi untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi.
Kekompakan unitunit organisasi dalam bekerja dapat mendorong
kualitas dan kuantitas pekerjaan yang dihasilkan.
e. Dukungan Manajemen
Dukungan manajemen dimaksudkan sejauh mana para manajer
dapat memberikan komunikasi atau arahan, bantuan serta dukungan
yang jelas terhadap bawahan.Perhatian manajemen terhadap karyawan
sangat membantu kelancaran kinerja suatu organisasi.
f. Kontrol
Alat kontrol yang dapat dipakai adalah peraturan-peraturan atau
norma-norma yang berlaku dalam suatu organisai. Untuk itu
diperlukan sejumlah peraturan dan tenaga pengawas (atasan langsung)
28
yang dapat digunakan untuk mengawasi dan mengendalikan perilaku
karyawan dalam suatu organisasi.
6. Work Family Conflict
Howard (2008) mengemukakan work family conflict terjadi
ketika ada ketidak sesuaian antara peran yang satu dengan peran
lainnya (inter-role conflict) dimana terdapat tekanan yang berbeda
antara peran di keluarga dan di pekerjaan. Sejalan dengan hal tersebut,
Greenhaus dan Beautell (1985) mendefensikan work family conflict
sebagai suatu inter-role conflict yang terjadi dimana tekanan peran dari
keluarga dan pekerjaan berbeda. Work family conflict terjadi ketika
adanya harapan yang bertentangan yang dirasakan oleh individu
terhadap peran-peran yang dimilikinya sehingga pemenuhan kebutuhan
sulit untuk dipenuhi (Newcomb, 1981). Netmeyer dkk. (1996)
mengemukakan terdapat pertentangan tanggung jawab peran dari
pekerjaan dan keluarga yang menyebabkan konflik. Work family
conflict memiliki hubungan dengan dampak yang negatif terhadap
pekerjaan dalam hal kepuasan kerja, burnout kerja, dan turnover
(Greenhaus dkk. 2001)yang juga berhubungan dengan distress kerja,
kehidupan, dan kepuasan pernikahan (Kinnunen dan Mauno 1998).
Work family conflict dapat terlihat dari gejala psikologis seperti
gelisah, cemas, merasa bersalah, dan frustasi (Burke dan Greenglass,
1986). Kahn (1964) mendefenisikan inter-role conflict sebagai tekanan
yang terjadi akibat dua peran atau lebih menyebabkan seseorang sulit
29
untuk memenuhi kebutuhannya. Menurut Biddle dan Thomas (1996),
semakin banyak peran yang dimiliki seseorang maka semakin siap pula
ia dalam menghadapi masalah kehidupan sosialnya. Meyer dan Rowan
(1977) menyatakan work family conflict terjadi ketika seseorang harus
memenuhi dua tuntutan peran yang berbeda dalam waktu yang
bersamaan. Menurut Sudibyo (1993) work family conflict terjadi ketika
dua atau lebih peran memiliki harapan yang berbeda dan tidak
harmonis satu dan yang lainnya. Konflik ini juga dapat timbul karena
adanya harapan yang tidak pasti.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa work
family conflict adalah konflik yang terjadi pada individu yang memiliki
dua peran atau lebih yang menyebabkan ketidakseimbangan pada
kedua peran sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan, tuntutan dari
masing-masing peran.
Menurut Greenhaus dan Beutell (1985), peran ganda bersifat bi-
directional, artinya keluarga dapat mempengaruhi pemenuhan
kebutuhan pekerjaan (family work conflct), dan pekerjaan dapat
mempengaruhi pemenuhan kebutuhan keluarga (work family conflict).
Selanjutnya, Greenhaus dan Beutell (1985) juga menjelaskan mengenai
multidimensi dari peran ganda, dimana baik family work conflict
maupun work family conflict masing-masing memiliki 3 dimensi yang
sifatnya 1 arah pada time based conflict, strain based conflict, dan
30
behavior based conflict. Berikut penjelasan mengenai 3 dimensi
tersebut :
a. Time-based conflict
Time-based conflict terjadi ketika waktu yang dibutuhkan untuk
menjalankan salah satu tuntutan (keluarga atau pekerjaan) dapat
mengurangi waktu untuk menjalankan tuntutan yang lainnya
(keluarga atau pekerjaan). Misalnya ketika ada pertemuan orangtua
murid di sekolah yang waktunya bersamaan dengan meeting di
kantor sehingga menimbulkan konflik, pekerja yang karena
kesibukannya dalam bekerja telat menjemput anaknya. Menurut
Buck dkk. (2000) time-based conflict terjadi karena energi manusia
yang terbatas. Nordenmark (2002) menyatakan konflik ini dapat
menyebabkan kemungkinan timbulnya tekanan pada pekerja.
Menurut Greenhaus dan Beutell (1985), time-based conflict terjadi
akibat 1) pekerja baik secara fisik maupun waktu tidak dapat
memenuhi tuntutan peran lainnya, 2) pekerja hanya fokus disalah
satu peran, namun tetap hadir secara fisik diperan lainnya untuk
memenuhi tuntutan.
b. Strain-based conflict
Strain-based conflict terjadi ketika tuntutan dari satu peran
mempengaruhi kinerja peran lainnya. Hal ini dapat menyebabkan
pekerja mengalami ketidakpuasan, ketegangan, kecemasan, (Powell
dkk., 2018). Selanjutnya, Edwars dan Rothbard (2000) berpendapat
31
bahwa pekerja menghabiskan banyak energi karena adanya tekanan
fisik dan psikologis sehingga mempengaruhi kinerja. Adanya
tekanan psikologis yang negatif mengakibatkan seseorang
cenderung menghabiskan lebih banyak waktu dan kemampuan pada
satu peran sehingga tidak dapat memuaskan peran lainnya.
c. Behavior-based conflict
Behavior-based conflict terjadi ketika adanya
ketidaksesuaian antara perilaku dengan yang diinginkan oleh kedua
bagian (keluarga atau pekerjaan). Misalnya perilaku agresif,
konfrontasi, dan asertif yang dibutuhkan dalam pekerjaan tidak
sesuai dengan yang dibutuhkan dalam keluarga dimana lebih
menekankan pada kehangatan, pengertian, rasa saling menyayangi
dan mengasihi (Greenhaus dan Beutell, 1985).
Edwards dan Rothbard (2000) juga menyatakan bahwa
adanya perilaku yang ditampilkan disalah satu peran akan
mempengaruhi perilaku di peran lainnya.
Konsep konflik peran ganda dapat dibagi ke dalam dua bentuk
(Frone, 1992; Adekola, 2010), yaitu:
a. Konflik Pekerjaan (Work Interference with Family)
Konflik yang terjadi ketika aktivitas pekerjaan mengganggu
tanggung jawab individu dalam lingkungan keluarga. Misalnya,
individu membawa pulang pekerjaan dan berusaha untuk
menyelesaikannya dengan mengorbankan waktu keluarga (Noor,
32
2003). Efek mood dan stress yang dialami di lingkungan pekerjaan
juga membuat individu tidak fokus dalam menyelesaikan tuntutan
perannya di lingkungan keluarga (Williams dan Alliger, 1994).
Selain itu, pertumbuhan karir individu dalam pekerjaannya akan
menyebabkan individu meningkatkan komitmennya dalam
memenuhi tuntutan pekerjaan sehingga tuntutan keluarga tidak
terpenuhi secara maksimal (Hall, 1972; Adekola, 2010).
b. Konflik Keluarga (Family Interference with Work)
Konflik yang terjadi ketika peran dan tanggung jawab dalam
keluarga mengganggu aktivitas pekerjaan. Misalnya, individu yang
membatalkan rapat penting karena anaknya sedang sakit (Noor,
2004). Selain itu, disebutkan bahwa perbedaan gender juga
merupakan hal yang berpengaruh terhadap kemunculan konflik
keluarga. Mengingat bahwa mengasuh anak biasanya dilakukan
oleh wanita, maka keberadaan istri yang bekerja dapat lebih memicu
terjadinya konflik keluarga (Voydanoff, 1988; Adekola, 2010)
7. Konsep Kecurangan (Fraud)
Albrecht dkk. (2011) menyatakan bahwa fraud adalah istilah
umum dan mencakup beragam makna yang dibuat oleh kecerdikan
manusia, yang dilakukan oleh satu individu, untuk mendapatkan
keuntungan atas orang lain dengan representasi yang salah. Dengan
adanya hambatan dalam pencapaian suatu tujuan dapat menjadi sebab
33
seseorang dalam melakukan kecurangan, karena dengan melakukan
kecurangan seseorang merasakan dipermudah dalam mencapai tujuannya.
ACFE (2002) mendefinisikan fraud sebagai penyalahgunaan
kekuasaan seseorang yang disengaja atau kesalahan penggunaan sumber
daya untuk memperkaya diri. ACFE juga mengelompokkan fraud
menjadi tiga kategori yaitu:
1) Penyelewengan aset (asset missapropriation), yaitu penyalahgunaan
aset perusahaan melalui tindakan pencurian atau penggunaan untuk
keperluan pribadi tanpa izin dari perusahaan, aset perusahaan bisa
berbentuk kas (uang tunai) dan non-kas.
2) Korupsi (corruption), merupakan tindak penipuan dimana seseorang
memanfaatkan wewenang yang dimiliki untuk memperoleh
keuntungan bagi diri sendiri atau beberapa pihak terkait.
3) Kecurangan laporan keuangan (financial statement fraud),
merupakan tindakan yang dilakukan biasanya terkait dengan
manipulasi laporan keuangan.
Menurut Tuanakotta (2007) ada ungkapan yang secara mudah
ingin menjelaskan penyebab atau akar permasalahan dari fraud.
Ungkapan itu adalah: fraud by need, by greed and by opportunity.
Ungkapan tersebut diartikan jika kita ingin mencegah fraud, hilangkan
atau tekan sekecil mungkin penyebabnya.
Banyak organisasi tidak memiliki upaya untuk menghadapi fraud
dengan pendekatan proaktif.Ketika fraud terjadi dalam suatu organisasi
34
harus meng-hadapi suatu dilema.Apabila terjadi dugaan fraud, umumnya
banyak organisasi menyelesaikannya secara internal tanpa mau
dipublikasikan.Selanjutnya kasus ditutup dan masalahnya dianggap
selesai.
Menurut Hall (2001), fraud menunjuk pada penyajian fakta yang
bersifat material secara salah yang dilakukan oleh satu pihak ke pihak
lain dengan tujuan untuk membohongi dan mempengaruhi pihak lain
untuk bergantung pada fakta tersebut, fakta yang akan merugikannya dan
berdasarkan hukum yang berlaku, suatu tindakan yang curang (fraudulent
act) harus memenuhi lima kondisi ini: (1) Penyajian yang salah. Harus
terdapat laporan yang salah atau tidak diungkapkan; (2) Fakta yang
sifatnya material. Suatu fakta harus merupakan faktor yang substansial
yang mendorong seseorang untuk bertindak; (3) Tujuan. Harus terdapat
tujuan untuk menipu atau pengetahuan bahwa laporan tersebut salah; (4)
Ketergantungan yang dapat dijustifikasi. Penyajian yang salah harus me-
rupakan faktor yang substansial yang menyebabkan pihak lain merugi
karena ketergantungannya; (5) Perbuatan tidak adil atau kerugian.
Kebohongan tersebut telah menyebab-kan ketidakadilan atau kerugian
bagi korban fraud.
Fraud terjadi pada dua tingkatan, yaitu fraud pegawai dan fraud
manaje-men. Adalah penting untuk membedakan antara kedua jenis fraud
ini karena tiap jenis memiliki tanggung jawab dan implikasi yang berbeda
bagi auditor. Pertama, Fraud pegawai atau fraud oleh pegawai non-
35
manajemen, biasanya ditujukan untuk langsung mengkonversi kas atau
aktiva lainnya untuk keuntungan pegawai tersebut. Pada umumnya,
pegawai tersebut mengakali perusahaan untuk kepentingan pribadinya.
Jika suatu perusahaan memiliki sistem pengen-dalian internal yang
efektif, kebangkrutan atau penggelapan uang dapat dideteksi atau
dihindari. Fraud pegawai biasanya melibatkan tiga langkah: (1) mencuri
sesuatu yang berharga (sebuah aktiva), (2) mengkonversi aktiva tersebut
ke bentuk yang dapat digunakan (kas), dan (3) menutupi kejahatannya
agar tidak diketahui. Langkah ketiga sering kali merupakan hal yang
paling sulit. Langkah ini mungkin relatif mudah bagi petugas administrasi
gudang untuk mencuri persediaan dari gudang perusahaan, tetapi
mengubah catatan persediaan lebih menantang.
Kedua, Fraud manajemen lebih tersembunyi dan membahayakan
daripada fraud pegawai dan seringkali lolos dari deteksi sampai
organisasi tersebut menderita kerugian atau kerusakan yang tidak dapat
diperbaiki. Treadway Commision tentang Pelaporan Kecurangan
Keuangan mengamati bahwa pada tingkat makro, manajemen dapat
terlibat dalam kegiatan kecurangan untuk men-dapatkan harga saham
yang lebih tinggi atau penawaran utang atau hanya untuk memenuhi
harapan para investor sedangkan pada tingkat mikro biasanya dapat
melibatkan data keuangan yang dilaporkan secara salah dan
melaporkannya untuk mendapatkan kompensasi tambahan, untuk
36
mendapatkan promosi, atau untuk melarikan diri dari hukuman karena
kinerja yang buruk.
Pencegahan fraud pada umumnya adalah aktivitas yang
dilaksanakan dalam hal penetapan kebijakan, sistem dan prosedur yang
membantu bahwa tindakan yang diperlukan sudah dilakukan dewan
komisaris, manajemen, dan personil lain dalam perusahaan untuk dapat
memberikan keyakinan memadai dalam mencapai tujuan organisasi yaitu:
Efektivitas dan efisiensi operasi, keandalan laporan keuangan, dan
kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku (COSO;1992:13).
Menurut Tuanakotta (2007:162) pencegahan fraud dapat dilakukan
dengan mengaktifkan pengendalian internal. Pengendalian internal yang
aktif biasanya merupakan bentuk pengendalian internal yang paling
banyak diterapkan. Ia seperti pagarpagar yang menghalangi pencuri
masuk ke halaman rumah orang. Seperti pagar, bagaimanapun kokohnya
tetap dapat ditembus oleh pelaku fraud yang cerdik dan mempunyai nyali
untuk melakukannya.
37
B. Penelitian Terdahulu
Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini
dapat dilihat dalam tabel 2.1.
Tabel 2.1
Penelitian Sebelumnya
Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil penelitian
Persamaan Perbedaan
1 Imang Dapit
Pamungkas
(2014)
Pengaruh Religiusitas
Dan Rasionalisasi
Dalam Mencegah
Dan Mendeteksi
Kecenderungan
Kecurangan
Akuntansi
memiliki beberapa
variable yang sama serta
menggunakan model
penelitian yang sama,
dimana religiusitas
menjadi variable (x) dan
mencegah dan mendeteksi
menjadi variable (y) lalu
rasionalisasi menjadi
variable (I).
Objek penelitian berbeda
dimana dalam penelitian ini
menjadikan karyawan di
kantor pusat adira insurance
sedangkan penelitian kali ini
ingin menjadikan auditor
sebagai objek nya.
Pengaruh Religiusitas terhadap
Rasionalisasi.
Nilai koefisien regresi untuk variabel
Religiusitas menunjukkan nilai yang
negatif yaitu sebesar 0,495 dan
signifikansinya 0,001 mempunyai arti
bahwa jika Tingkat Religiusitas
meningkat maka tingkat Rasionalisasi
menurun. Maka Hal ini menurunkan
Rasionalisasi atau tingkat pembenaran
seseorang terhadap sesuatu hal.
Berdasarkan hasil pengujian tersebut
dapat disimpulkan bahwa mampu
menerima hipotesis pertama, sehingga
dugaan adanya pengaruh negatif antara
38
Religiusitas terhadap Rasionalisasi
terbukti atau dapat diterima.
Pengaruh Religiusitas terhadap
Kecenderungan Kecurangan
Akuntansi.
Penjelasan pada persamaan regresi pada
model II menunjukkan bahwa nilai
koefisien regresi untuk variabel kualitas
pelayanan menunjukkan nilai yang
negatif dan signifikan yaitu sebesar
0,365. Penjelasan tersebut dapat
diartikan bahwa jika religiusitas
tersebut meningkat maka
kecenderungan kecurangan akuntansi
menurun. Berdasarkan hasil pengujian
tersebut dapat disimpulkan bahwa
mampu menerima hipotesis kedua,
sehingga dugaan adanya pengaruh
negatif antara religiusitas terhadap
kecenderungan kecurangan akuntansi
terbukti atau dapat diterima.
Pengaruh Religiusitas terhadap
Kecenderungan Kecurangan
Akuntansi melalui Rasionalisasi.
39
Melihat bahwa nilai koefisien hubungan
langsung lebih besar yaitu sebesar
0,365 dari nilai koefisien regresi
hubungan tidak langsung yaitu sebesar
0,180, maka dapat disimpulkan bahwa
hubungan yang sebenarnya antara harga
tiket dengan kepuasan konsumen adalah
langsung. Berdasarkan hasil pengujian
tersebut dapat disimpulkan bahwa
mampu menerima hipotesis ketiga,
sehingga dugaan adanya pengaruh
religiusitas terhadap kecenderungan
kecurangan akuntansi melalui
rasionalisasi tidak terbukti atau tidak
dapat diterima.
2
Mery
Marliani
dan Yulius
Jogi (2015)
Persepsi Pengaruh
Fraud Triangle
Terhadap Pencurian
Kas
Memiliki persamaan
pada indikator variabel
yang akan di teliti.
Tidak menggunakan
beberapa variabel yang ingin
diteliti serta modelnya pun
berbeda.
Pencurian kas terjadi karena
dipicu oleh faktor tekanan, kesempatan,
dan rasionalisasi. Dari hasil penelitian,
dapat dilihat bahwa tekanan,
kesempatan, dan rasionalisasi
berpengaruh positif terhadap pencurian
kas dengan tingkat persentase secara
berurutan 25,8%; 19,3%; 24,2%.
40
Dari persepsi karyawan tersebut
diketahui bahwa faktor tekanan
merupakan faktor pemicu yang paling
kuat untuk terjadinya pencurian kas.
Karyawan memahami dengan baik
tentang faktor-faktor dan tindakan
kecurangan yang kemungkinan dapat
terjadi diperusahaan. Hal itu dapat
dilihat dengan hasil rata-rata jawaban
responden pada setiap pernyataan relatif
tinggi.
3 Khairunnisa
Primavera
Ananda,
Pupung
Purnamasari
. dan
Hendra
Gunawan
(2015)
Pengaruh
Pengendalian Internal
dan Religiusitas
Terhadap Pencegahan
Fraud.
Persamaan
dalam varibel
penelitian ini dalam
penelitian yang akan
diteliti yaitu masalah
religiusitas yang di
pada penelitian ini
dianggap Religious
coping stress yang
menjadi variabel x
dan variabel y yang di
gunakan juga sama
yaitu Fraud.
Yang membedakan
dengan penelitian ini yaitu
pada penelitian ini tidak
menggunakan variabel
pengendalian internal.
Hasil penelitian menunjukan
bahwa pengendalian internal sangat
berpengaruh terhadap pencegahan fraud
sama halnya dengan religiusitas dan
pencegahan fraud.
Hal lain juga menunjukan hasil
yang simultan antara pengendalian
internal dan religiusitas pada
pencegahan fraud.
41
4 Pupung
Purnamasari
, dan Ima
Amaliah
(2015)
Fraud Prevention :
relevance to
religiousity and
spirituality in the
workplace.
Persamaan pada
variabel religiousity
dan fraud dan
memiliki bahasan
yang sama dengan
work family conflict
pada bagian
workplace.
Perbedaan dalam
penelitian ini ialah terletak
hanya pada model, dimana
spiritual menjadi variabel
moderating dan variabel
yang kurang contruct.
Hasil dari penelitian ini
membuktikan bahwa terdapat hubungan
positif antara religiusitas dengan fraud
yang di lakukan oleh karyawan. Lalu
variabel spiritualita memperkuat
hubungan antara religiusitas dengan
fraud yang dilakukan oleh karyawan.
5 Dekar
Urumsah,
Aditya
Pandu
Wicaksono,
dan
Wirawan
Hardinto
(2018)
Pentingkah nilai
religiusitas dan
budaya organisasi
untuk mengurangi
kecurangan.
Memiliki variabel yang
sama seperti religiusitas
sebagai variabel x dan
kecurangan (fraud)
sebagai varibel y.
Memiliki perbedaan pada
variabel budaya organisasi
dan pada model penelitian.
Hasil menunjukan bahwa terdapat
hubungan positif antara religiusitas
dengan dampak kurangnya kecurangan
begitu pula pada variabel budaya
organisasi.
6 Deyanira
Safitri
(2017)
Pengaruh religiusitas
dan komitmen
professional terhadap
upaya pencegahan
fraud di
pemerintahan.
Persamaan pada
penelitian ini ialah
variabel-variabel yang
akan di teliti seperti
religiusitas dan fraud.
Perbedaan yang
mencolok ialah pada objek
penelitian dan pola variabel
atau model nya serta
variabel komitmen
profesional.
Hasil dari penelitian ini diuji
menunjukan bahwa religiusitas dan
komitmen profesional berpengaruh
positif pada pencegahan fraud di
pemerintahan daerah.
7 Pengaruh Persamaan pada Perbedaannya Berdasarkan hasil penelitian dan
42
I Putu
Aditya
Prastika Eka
Putra dan
Made Yenni
Latrini
(2018)
Pengendalian
Internal, Budaya
Organisasi, Dan
Moralitas Pada
Kecenderungan
Kecurangan (Fraud)
Di Lpd Se-Kabupaten
Gianyar
penelitian ini ialah
variabel – variabel
pengendalian internal
dan budaya
organisasi
terletak pada model
penelitian dimana pada
penelitian ini
menggunakan variabel
moderasi. Perbedaan
lainnya terletak pada
kecenderungan fraud dan
moralitas.
pembahasan yang telah diungkapkan
pada bab-bab sebelumnya maka dapat
ditarik suatu simpulan bahwa
Pengendalian Internal, Budaya
Organisasi, dan Moralitas berpengaruh
negatif pada Kecenderungan
Kecurangan (fraud) di LPD se-
Kabupaten Gianyar. Hal ini berarti
semakin baik Pengendalian Internal,
Budaya Organisasi dan Moralitas maka
semakin kecil Kecenderungan
Kecurangan (fraud) di LPD se-
Kabupaten Gianyar.
8 Made
Vonny
Herlyana,
Edy Sujana
dan Made
Aristia
Prayudi
(2017)
Pengaruh religiusitas
dan spiritualitas
terhadap kecurangan
akademik mahasiswa
(studi empiris pada
mahasiswa
universitas
pendidikan ganesha
singaraja)
Persamaan nya
pada variabel
religiusitas dengan
variabel kecurangan
atau fraud
Perbedaannya
peneliti terdahulu tidak
menggunakan variabel
seperti budaya organisasi,
pengendalian internal, dan
work family conflict serta
model penelitiannya pun
berbeda.
Kecurangan akademik adalah
tindakan tidak terpuji yang sebaiknya
diminimalisir oleh mahasiswa. Oleh
karena itu religiusitas dan spiritualitas
sangat dibutuhkan. Berdasarkan
pembahasan dan hasil analisis, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut :1)
Variebel Religiusitas berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap
kecurangan akademik. Karena semakin
tinggi religiusitas maka semakin rendah
43
kecurangan akademik mahasiawa yang
terjadi. Begitu pula sebaliknya. 2)
Variabel spiritualitas berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap
kecurangan akademik. Karena semakin
tinggi spiritualitas maka semakin
rendah kecurangan mahasiswa yang
terjadi. Begitu pula sebaliknya.
9 Nuriz
Nurfaizah
(2018)
Pengaruh fraud
diamond, integritas,
dan religiusitas
terhadap perilaku
kecurangan akademik
mahasiswa (studi
pada mahasiswa
akuntansi universitas
muhammadiyah
sidoarjo)
Persamaannya terletak
padavariabel independen
yaitu religiusitas dengan
variabel dependen yaitu
fraud.
Perbedaannya terletak pada
model penelitiannya dan juga
objek penelitiannya serta
beberapa variabel tidak
digunakan oleh peneliti
terdahulu seperti budaya
organisasi, pengendalian
internal, dan work family
conflict.
Hasil penelitian yang diperoleh
dalam penelitian ini berdasarkan Uji
Validitas menunjukkan bahwa semua
pertanyaan pada kuesioner dinyatakan
valid, hal ini dikarenakan . Untuk Uji
Reliabilitas dari semua variabel
diperoleh nilai cronbach alpha > 0,07,
maka dinyatakan reliabel. Dan untuk
Uji Hipotesis berdasarkan Uji t,
menunjukkan bahwa kesempatan,
rasionalisasi, kemampuan, integritas,
dan religiusitas berpengaruh terhadap
perilaku kecurangan akademik
mahasiswa sedangkan tekanan tidak
berpengaruh terhadap perilaku
kecurangan akademik mahasiswa.
44
Berdasarkan Uji F menunjukkan bahwa
tekanan, kesempatan, rasionalisasi,
kemampuan, integritas dan religiusitas
berpengaruh secara simultan terhadap
perilaku kecurangan akademik
mahasiswa.
10 Jamaliah
Said,
Salsabila
Asry,
Marhamah
Rafidi,
Rawia Rida
Obaid, dan
Md.
Mahmudul
Alam
(2018)
Integrating
religiousity into fraud
triangle theory :
empirical findings
from enforcement
officers.
Variabel yang di gunakan
seperti religiousity dan
fraud
Model penelitian yang di
gunakan berbeda dan objek
yang di teliti pun berbeda
yaitu pegawai kepolisian.
Hasil dari penelitian ini memiliki
pengaruh yang positif dari religiousity
pada ketiga objek dalam fraud triangle
yaitu pressure, opportunity, dan
rasionalize.
11 Riri
Zelmiyanti
dan Lili
Anita
(2015)
Pengaruh budaya
organisasi dan peran
auditor internal
terhadap pencegahan
kecurangan dengan
pelaksanaan sistem
Beberapa variabel yang
digunakan sama seperti
budaya organisasi,
pengendalian internal, dan
fraud.
Pada penilitian ini tidak
menggunakan variabel
auditor internal dan
pengendalian internal
menjadi variabel independen
Hasil penelitian menunjukan
bahwa Budaya organisasi berpengaruh
signifikan positif terhadap pencegahan
kecurangan di BPR Sumatera Barat,
sedangkan Peran auditor internal tidak
berpengaruh terhadap pencegahan
45
pengendalian internal
sebagai variabel
intervening
kecurangan di BPR Sumatera Barat.
Pada variabel Pelaksanaan sistem
pengendalian internal berpengaruh
signifikan positif terhadap pencegahan
kecurangan di BPR Sumatera Barat dan
budaya organisasi berpengaruh
signifikan positif terhadap pencegahan
kecurangan melalui pelaksanaan sistem
pengendalian internal di BPR Sumatera
Barat. Hasil pada Peran auditor internal
berpengaruh signifikan positif terhadap
pencegahan kecurangan melalui
pelaksanaan sistem pengendalian
internal di BPR Sumatera Barat.
12 Dewi
Novita
Wulandari,
dan
Muhammad
Nuryatno
(2018)
the effect of internal
control, anti-fraud
awareness, integrity,
independence, and
profesionalism to
fraud prevention
Persamaan pada beberapa
varibel yaitu pengendalian
internal dan fraud.
Perbedaan pada
model penelitian,
responden, serta beberapa
variabel seperti
profesionalisme,independe
nsi, integritas, dan
kesadaran anti fraud.
Berdasarkan hasil dari analisis
dan pembahasan, maka dapat
disimpulkan bahwa pengendalian
internal, integritas, independensi, dan
profesionalisme berpengaruh positif
terhadap pencegahan kecurangan. Hal
ini berarti menurut persepsi auditor
BPK, semakin tinggi pengendalian
internal, integritas, independensi, dan
profesionalisme maka pencegahan
46
kecurangan akan semakin meningkat.
Sementara itu, kesadaran anti-fraud
tidak berpengaruh positif terhadap
pencegahan kecurangan. Hal ini berarti
menurut persepsi auditor BPK,
kesadaran anti-fraud tidak
mempengaruhi auditor dalam mencegah
kecurangan Keterbatasan penelitian ini
adalah responden yang menjadi target
sampel dalam penelitian ini terbatas
pada tiga dari tujuh unit kerja AKN di
Kantor BPK Pusat, sehingga penelitian
ini belum mencerminkan persepsi
auditor BPK secara keseluruhan.
Penelitian ini diharapkan dapat
mendorong arah penelitian selanjutnya
untuk lebih spesifik melakukan
penelitian terkait hal-hal yang dapat
mempengaruhi pencegahan kecurangan
dalam pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara.
13 Lilik
(2016)
Pengaruh
Lingkungan Kerja
Non Fisik Dan Work-
Persamaan pada beberapa
variabel seperti work
family conflict dan budaya
Perbedaan pada model
penelitian dan metode
analisis, dimana pada
Lingkungan kerja non fisik berpengaruh
positif dan signifikan secara langsung
terhadap work-family conflict dengan
47
Family Conflict
Terhadap Kinerja
Masinis Pada UPT.
Crew Kereta Api
Surabaya Kota
organisasi yang di
analogikan lingkungan
kerja non fisik
penelitian ini menggunakan
path analysis
nilai standardized direct effect sebesar
0,397.
14 Haidy
Brown, Ji
Sung Kim,
dan Sue R.
Faerman
(2018)
The influence of
societal and
organizational culture
on the use of work-
life balance
programs: A
comparative analysis
of the United States
and the Republic of
Korea
Persamaan pada variabel
budaya organisasi dan
work life balance yang
memiliki beberapa
indikator yang sama
dengan work family
conflict.
Perbedaan terletak pada
model penelitian dan variabel
societal.
Dalam menafsirkan hasil penelitian ini,
beberapa keterbatasan harus
dipertimbangkan. Pertama, penelitian
ini diambil dari dua sampel yang relatif
kecil dari wanita profesional dalam
beberapa organisasi sektor publik.
Selain itu, sampelnya adalah tidak
mewakili perempuan secara luas di
seluruh tahap karir, kategori pekerjaan /
profesional, atau paruh waktu vs. para
karyawan. Selain itu, sebagian besar
peserta berada dalam peran manajerial
(55% dan 60%, di Korea dan Korea)
A.S., masing-masing). Masing-masing
faktor membatasi kemampuan kita
untuk mengetahui apakah temuan akan
bertahan di pengaturan lain.
15 Agung
Priyanto
Analisis pengaruh
budaya organisasi
Persamaan pada variabel
yang digunakan seperti
Perbedaan terletak pada
model penelitian dan ada
Hasil penelitian menunjukan bahwa
budaya organisasi secara parsial tidak
48
dan Titik
Aryati
(2016)
dan sistem
pengendalian internal
terhadap pencegahan
dan pencegahan
fraud.
budaya organisasi,
pengendalian internal, dan
deteksi fraud.
variabel yang tidak
digunakan seperti religiusitas
.
memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap pencegahan fraud. Hal ini di
karenakan hasil alat ukur instrumen
penelitian dijawab oleh 38 responden
dari 4 perusahaan yang berbeda
sebagian menyatakan ragu-ragu jika ada
peran budaya organisasi dalam
pencegahan fraud.
16 Hermiyetti
(2015)
Pengaruh penerapan
pengendalian internal
terhadap pencegahan
fraud pengadaan
barang
Persamaan pada variabel
independen nya yaitu
pengendalian internal dan
variabel dependen yaitu
fraud.
Perbedaan terletak pada
model penelitian dan
responden atau objek yang
diteliti.
Dari hasil pengolahan data yang telah
dilakukan pada bab sebelumnya, maka
peneliti dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh pada penerapan
lingkungan pengendalian, penilaian
risiko, kegiatan pengendalian, informasi
dan komunikasi serta pemantauan baik
secara parsial maupun simultan
terhadap pencegahan fraud pengadaan
barang. Berdasarkan pembahasan yang
telah dipaparkan sebelumnya maka
dalam penelitian ini ada beberapa saran
yang dapat dikemukakan, yakni:
pertama, dalam variabel kegiatan
pengendalian memiliki skor/nilai yang
rendah. Oleh karena itu disarankan
49
kepada rumah sakit pemerintah dan
swasta untuk memaksimalkan kegiatan
pengendalian karena mempunyai
peranan yang penting dalam mencegah
fraud pengadaan barang.
17 Oguda
Ndege
Joseph,
Odhiambo
Albert, dan
Prof John
Byaruhanga
(2015)
Effect of Internal
Control on Fraud
Detection and
Prevention in District
Treasuries of
Kakamega County
Persamaan pada variabel
independen nya yaitu
pengendalian internal dan
variabel dependen yaitu
fraud.
Perbedaan terletak pada
model penelitian dimana
penelitian ini menggunakan
variabel moderating dan
responden atau objek yang
diteliti.
hubungan positif yang signifikan secara
statistik antara sistem kontrol internal dan
deteksi dan pencegahan penipuan (r =
0,596; P <0,05). Ini berarti bahwa
peningkatan dalam strategi pengendalian
internal menghasilkan peningkatan
deteksi dan pencegahan penipuan di
distrik (kas daerah) di Kabupaten
Kakamega. 6 item pertama dalam
kuesioner yang dikendalikan kegiatan
berusaha untuk menentukan pemahaman
responden tentang bagaimana
pengendalian internal mempengaruhi
deteksi dan pencegahan penipuan
18 Mohammad
Jizi, Rabih
Nehme,dan
Rofayda
ELHout
auditors’
responsibility or
organisational culture
Persamaan pada variabel
fraud dan budaya
organisasi
Perbedaan terletak pada
beberapa variabel yang tidak
digunakan pada penelitian
sebelumnya dan model
penelitiannya pun berbeda
Bagian kedua dari survei terdiri dari
pernyataan terkait dengan prosedur
penipuan. Hasil dalam Tabel 2 (kolom
pertama) menunjukkan respons auditor
sehubungan dengan mengaudit
50
(2017) dimana pada penelitian ini
menggunakan variabel
moderating.
beberapa prosedur di Indonesia menilai
kemungkinan penipuan saat melakukan
audit laporan keuangan. Tabel 2 juga
termasuk hasil Independent T-test saat
sampel dikelompokkan menjadi dua
kelompok: auditor berpengalaman dan
peserta audit; auditor pria dan wanita.
Stratifikasi sampel memberikan
wawasan yang lebih baik bagaimana
auditor memahami tanggung jawab
penipuan mereka ketika mereka masih
junior dan trainee dibandingkan dengan
persepsi rekan-rekan mereka yang
berpengalaman. Juga, persepsi
tanggung jawab penipuan dinilai antara
auditor pria dan wanita untuk
menyoroti perbedaan dalam
pemahaman tentang tanggung jawab
penipuan berdasarkan gender.
19 Leah Njeri
Kabue
(2015)
The Effect Of
Internal Controls On
Fraud Detection And
Prevention Among
Commercial Banks In
Persamaan pada variabel
independen nya yaitu
pengendalian internal dan
variabel dependen yaitu
fraud.
Perbedaan terletak pada
model penelitian dan
responden atau objek yang
diteliti, pada penelitian
terdahulu menggunakan
Studi ini menyimpulkan bahwa
langkah-langkah pengendalian
rekonsiliasi antara bank-bank komersial
di Kenya telah buruk selama periode
penelitian karena jumlah rata-rata
51
Kenya objek bank di Kenya. rekening yang sepenuhnya
direkonsiliasi untuk semua bank
komersial di Kenya menunjukkan tren
penurunan dari 2010 ke 2014. Studi ini
juga menyimpulkan bahwa ada
hubungan negatif dan signifikan antara
kontrol rekonsiliasi dan tingkat
pencegahan dan deteksi penipuan.
Bank-bank komersial yang sepenuhnya
merekonsiliasi lebih banyak rekening
menghadapi jumlah insiden penipuan
yang rendah. Temuan penelitian ini
juga mengarah pada kesimpulan bahwa
ada hubungan negatif dan signifikan
antara kontrol tata kelola keuangan dan
tingkat pencegahan dan deteksi
penipuan. Bank umum yang memiliki
frekuensi pertemuan komite manajemen
risiko yang lebih tinggi menghadapi
jumlah insiden kecurangan yang
rendah.
20 Sukadwilin
da dan R.
Aryanti
Pengendalian Internal
Terhadap
Kecurangan
Persamaan pada variabel
independen nya yaitu
pengendalian internal dan
Perbedaan terletak pada
model penelitian dan
responden atau objek yang
gai berikut: 1. Secara umum
pengendalian internal yang
dilaksanakan PT. Bank Mandiri
52
Ratnawati
(2013)
variabel dependen yaitu
fraud.
diteliti. (Persero), Tbk Area Asia Afrika sudah
baik. Hal tesebut dapat dilihat dari
indikator pengendalian internal yang
terdiri dari lingkungan pengendalian,
penilaian risiko, aktivitas pengendalian,
informasi dan komunikasi serta
pengawasan, dengan meningkat satu
satuan, maka Pencegahan Kecurangan
(Fraud) Kas akan meningkat 0,640.
Koefisien regresi tersebut bernilai
positif, yang artinga Pengendalian
Internal memberikan pengaruh positif
terhadap Pencegahan Kecurangan
(Fraud) Kas (semakin tinggi/kuat
Pengendalian Internal, maka semakin
meningkat Pencegahan Kecurangan
(Fraud) Kas).
53
C. Kerangka Berpikir
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam
gambar 2.1.
Gambar 2.1 kerangka pemikiran
54
D. Hipotesis
Karyawan menjadi salah satu sumber daya perusahaan untuk mencapai
tujuannya. Manusia selaku unsur dinamis, melakukan proses kerja,
misalnya mengolah materi/bahan baku dengan mesin dan metode yang
dimiliki perusahan. Ketika melakukan proses kerja, karyawan
berkemungkinan mengalami stres yang merupakan akibat atau hasil dari
proses bekerja dalam perusahaan (Munandar, 2001). Stres yang dialami
karyawan terdiri dari ketegangan, ketidaknyamanan, atau gejala fisik. Hal
ini kita lihat sebagai stressor (pembangkit stres). Karyawan dipaksa untuk
mengatasi stressor tersebut secara efektif (Lilienfeld dkk., 2009). Penelitian
ini menggunakan pengertian stres yang dikemukakan oleh Lazarus dan
Folkman (1984), yaitu stres terjadi saat terdapat ketidaksesuaian antara
tuntutan lingkungan dan kemampuan seseorang.
Beberapa hasil penelitian juga menunjukkan adanya hubungan yang
signifikan antara penalaran moral, judgment, persepsi tentang etis dan tidak
etisnya suatu permasalahan dengan tingkat religiusitas (Razzaque, 2002).
Namun demikian sebagian besar peneliti tersebut setting diluar lingkungan
akuntansi, hal inilah yang kemudian menjadi motivasi penelitian ini guna
melihat pengaruh langsung religiusitas terhadap Rasionalisasi atas
Kecenderungan Kecurangan Akuntansi.
Religius personal merupakan titik awal untuk menemukan perbedaan
judgment moral, karena ideologi religius memberikan banyak penjelasan
mengenai judgment individu tentang salah dan benar (Rest dkk, 1969). Dalam
55
studi etika dari para manager bisnis, menyatakan lebih dari 100 manajer
bisnis yang ditanyakan mengenai apa arti etika bagi mereka, 25%
mendifinisikan etika dalam pengertian religius seperti menyatakan etika
adalah hal yang sejalan dengan agama dan 28% menyatakan etika adalah
sesuai dengan golden rule yang dikonotasikan sebagai religius. Para peneliti
kemudian mencoba melihat pengaruh positif religiusitas terhadap penalaran
moral. Brown dan Annis (1978) menemukan tidak ada korelasi yang
signifikan antara penalaran moral dengan religiusitas, tetapi Alston (1971)
menunjukkan hal yang sebaliknya. Penelitian Wimalasiri (2001)
menunjukkan bahwa ada perbedaan yang siginifikan pada skore penalaran
moral antara individu yang memiliki tingkat religiusitas yang tinggi dengan
tingkat religiusitas yang rendah.
1. Pengaruh Religiusitas terhadap pencegahan fraud.
Bagi umat beragama, ibadah adalah cara umat beragama
menunjukan ketaatannya pada tuhan. Jika ibadahnya baik maka baik
pula perbuatannya, hal yang sama belaku juga untuk ibadah yang buruk.
Menurut penelitian Imang Dapit Pamungkas(2014) pengaruh religiusitas
dan rasionalisasi dalam mencegah dan mendeteksi kecenderungan
kecurangan akuntansi, selanjutnya religiusitas dengan rasionalisasi
berpengaruh positif dan religiusitas berpengaruh negatif terhadap
pencegahan dan pencegahan fraud. Sedangkan menurut Dekar
Urumsah dkk (2018) menunjukan bahwa terdapat hubungan positif
antara religiusitas dengan dampak kurangnya kecurangan begitu pula
56
pada variabel budaya organisasi. Serta pada penelitian Deyanira Safitri
(2017) Hasil dari penelitian menunjukan bahwa religiusitas dan
komitmen profesional berpengaruh positif pada pencegahan fraud di
pemerintahan daerah.
Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis alternatifnya yaitu:
H1: Religiusitas berpengaruh terhadap pencegahan fraud.
2. Pengaruh pengendalian internal terhadap pencegahan fraud.
Pengendalian internal memiliki peran dan fungsi yang sangat
penting dalam operasional organisasi perusahaan yang salah satu
tujuannya adalah untuk mencegah kecurangan yang dapat terjadi di
dalam organisasi. Menurut Dewi Novita Wulandari, dan Muhammad
Nuryatno (2018) hasil dari analisis dan pembahasan, maka dapat
disimpulkan bahwa pengendalian internal, integritas, independensi, dan
profesionalisme berpengaruh positif terhadap pencegahan kecurangan.
Serta menurut Agung Priyanto dan Titik Aryati (2016) menunjukan
adanya hubungan positif antara variabel pengendalian internal dengan
pencegahan fraud.
Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis alternatifnya yaitu:
H2: Pengendalian internal berpengaruh terhadap pencegahan
fraud.
3. Pengaruh budaya organisasi terhadap pencegahan fraud.
Salah satu faktor yang bisa mencegah kecurangan menurut Arens
(2008) adalah budaya yang jujur dan etika yang tinggi. Teori Arens
57
diperkuat oleh Tunggal (2010) dalam Zelmiyanti dan Anita (2015)
menyatakan bahwa kecurangan dapat dicegah dengan meningkatkan
budaya organisasi yang dapat dilakukan dengan mengimplementasikan
prinsip-prinsip Good Corparate Governance. Perusahaan bertanggung
jawab untuk menerapkan budaya yang baik dalam perusahaan
agar tindakan kecurangan bisa diminimalkan.
Penelitian Wilopo (2006) dalam Zelmiyanti dan Anita (2015)
membuktikan bahwa prilaku tidak etis memberikan pengaruh yang
signifikan positif terhadap kecendrungan kecurangan akuntansi pada
perusahaan. Semakin rendah prilaku tidak etis dari manajemen pada
perusahaan terbuka dan BUMN di Indonesia maka semakin rendah
kecenderungan kecurangan akuntansi. Sehingga budaya organisasi
berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu di atas menyatakan
bahwa budaya organisasi yang baik sangat penting dalam mencegah
tindakan kecurangan. Tindakan pencegahan dapat diterapkan melalui
budaya kerja yang dikembangkan dengan baik akan menghasilkan nilai-
nilai fundamental organisasi yang baik seperti menjunjung tinggi kejujuran
dan integritas penghargaan dan kualitas kerja serta pelayanan yang prima
dan penghormatan atas keterbukaan dan transparansi. Sehingga dapat
diambil kesimpulan semakin baik budaya organisasi maka semakin
meningkatkan pencegahan kecurangan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis alternatifnya yaitu:
58
H3: Budaya organisasi berpengaruh terhadap pencegahan
fraud.
4. Pengaruh religiusitas, pengendalian internal, dan budaya organisasi
terhadap pencegahan fraud dengan dimoderasi dengan work family
conflict pegawai.
Manusia diciptakan dengan dua konsep yaitu untuk menjadi
makhluk individu dan makhluk sosial, untuk makhluk sosial suatu
individu memiliki konflik yang berbeda salah satu nya konflik antara
keluarga dengan organisasinya. Salah satu alasan manusia menjadi
makhluk individu untuk berhubungan dengan penciptanya sebagai
bentuk syukur atas karunia hidup atau sebagai pengendali moral yang
biasa disebut religiusitas. Religiusitas memiliki peran penting bagi
individu untuk menjaga atau mengontrol moral dan perilaku, salah satu
tujuannya adalah untuk mencegah perilaku yang menyimpang. Begitu
juga dengan pengendalian internal yang memiliki peran untuk
mengontrol atau mengarahkan agar tidak terjadinya kecurangan,
pengendalian internal yang berjalan dengan baik akan menciptakan
budaya di lingkungan kerja/ organisasi yang baik pula.
Menurut I Putu aditya dan Made Yenni (2018) yang menjelaskan
bahwa Pengendalian Internal, Budaya Organisasi, dan Moralitas
berpengaruh negatif pada Kecenderungan Kecurangan (fraud) di LPD
se-Kabupaten Gianyar. Hal ini berarti semakin baik Pengendalian
Internal, Budaya Organisasi dan Moralitas maka semakin kecil
59
Kecenderungan Kecurangan ( fraud ) di LPD se-Kabupaten Gianyar.
Dalam hal ini peneliti menganggap bahwa moralitas merupakan salah
satu dimensi dari religiusitas, hal ini diperkuat dengan argument dari A.
H Hasanuddin menyatakan bahwa agama merupakan sumber dari moral.
Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis alternatifnya yaitu:
H4: Religiusitas, pengendalian internal, dan budaya organisasi
berpengaruh terhadap pencegahan fraud dengan
dimoderasi oleh work family conflict.
5. Pengaruh work family conflict dalam memoderasi religiusitas,
pengendalian internal, dan budaya organisasi terhadap pencegahan
fraud.
Setiap individu pastilah memiliki sebuah masalah bahkan dalam
lingkungan keluarga atau pekerjaan, hal tersebut memungkinkan
terjadinya perubahan kinerja. Cressey (1950) pada penelitian ini
mengasumsikan bahwa tekanan melakukan fraud muncul saat individu
tidak mampu berbagi masalah dengan orang lain karena alasan malu,
atau ada konsekuensi hukum,sanksi, atau tanggung jawab kepada orang
lain/keluarga. Individu yang menduduki peran yang memiliki tekanan
situasional yaitu kondisi saat kesulitan keuangan.
Menurut penelitian Jamaliah Said dkk. (2018) menyatakan bahwa
hubungan antara fraud dengan religiusitas memiliki pengaruh negatif,
sedangkan menurut dari Imang Dapit Pamungkas (2014) menyatakan
adanya hubungan negatif antara religiusitas dengan pencegahan fraud,
60
tapi jika dengan di intervening oleh rasionalisasi memiliki pengaruh
yang positif. Menurut penelitian rabi’ah menunjukan adanya
hubungan positif antara variabel work-family conflict dengan tindakan
kecurangan dengan objek penelitian pada perusahaan keluarga.
Menurut Djoko Dewantoro (2011) menunjukan adanya hubungan
yang signifikan terhadap pengendalian internal dengan konflik
keluarga. Hipotesis ini diperkuat dengan dengan argumen dari Mery
dan Julius (2015) bahwa pada saat seseorang yaitu karyawan
perusahaan sedang mengalami frustasi kerja, terlilit utang, beban
ekonomi yang menumpuk, bahkan kondisi lingkungan keluarga yang
tidak harmonis membawa dampak yang tidak baik bagi kinerja
karyawan tersebut. Pekerjaan jadi kacau balau, dan bisa berakibat
melakukan pencurian kas untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginannya serta adanya kesempatan yang terbuka lebar untuknya
melakukan tindakan kecurangan tersebut.
Menurut Raymond Hermanto (2014) menunjukkan hubungan
positif antara budaya organisasi dengan konflik keluarga yang diuji
pada perusahaan keluarga. Serta menurut I Made (2017) pada
penelitian pengaruh budaya organisasi, pro active fraud audit, dan
whistleblowing pada pencegahan kecurangan, menunjukan adanya
hubungan positif antara variabel budaya organisasi dengan
pencegahan fraud. Ketika budaya yang buruk melekat pada suatu
organisasi seperti pemalsuan dokumen yang dianggap biasa saja. Hal
61
tersebut sangat memprihatinkan ditambah ketika suatu individu
memiliki rasa ketidakpuasan di tempat kerja atau masalah keluarga
yang membuat individu itu sendiri merasa tertekan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis alternatifnya yaitu:
H5:Work-family conflict berpengaruh dalam memoderasi
religiusitas.
H6:Work-family conflict berpengaruh dalam memoderasi
pengendalian internal.
H7:Work-family conflict berpengaruh dalam memoderasi
budaya organisasi.
62
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan kausalitas
yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel independen yaitu
religiusitas, pengendalian internal, dan budaya organisasi terhadap
variabel dependen, yaitu pencegahan fraud dan dimoderasi oleh work
family conflict.
Responden pada penelitian ini adalah pegawai yang bekerja di
PTN yang berlokasi di Jakarta. Pegawai PTN yang diteliti hanya pada
bagian keuangan karena menurut peneliti pegawai pada bagian keuangan
akan lebih paham akan butir pertanyaan pada setiap variabel.
B. Metode Penentuan Sampel
1. Populasi dan Sampel
Setelah menentukan ruang lingkup penelitian, pihak peneliti
selanjutnya menentukan populasi yang akan diuji. Menurut Sekaran
(2011) yang dimaksud dengan populasi adalah keseluruhan kelompok
orang, kejadian, atau hal dan minat yang ingin peneliti investigasi.
Sedangkan sampel adalah sub-kelompok atau sebagian dari populasi.
Dengan mempelajari sampel, peneliti akan mampu menarik
kesimpulan yang dapat digeneralisasikan terhadap populasi penelitan
63
(Sekaran, 2011). Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah
pegawai pada perguruan tinggi negeri (PTN) di Indonesia.
2. Metode Pengambilan Sampel
Metode pemilihan sampel pada penelitian ini menggunakan
convenience sampling. Convenience sampling merupakan jenis sampel
non probabilitas yang menurut Dörnyei (2007) adalah suatu pemilihan
metode sampel yang dipilih sesuai dengan keadaan yang ada saat itu,
seperti kedekatan geografis, ketersediaan di waktu tertentu, aksesibilitas
yang mudah serta kesediaan secara sukarela saat diperlukan untuk
penelitian. Selain itu, metode ini juga sangat fleksibel karena responden
tersebut berada di sekitar kita dan mudah untuk dijangkau untuk
kebutuhan data penelitian kita. Tetapi, dengan adanya kemudahan
menggunakan metode ini, convenience sampling memiliki kelemahan
yaitu data dari sampling ini cenderung bias karena kemudahan yang
didapatkan tadi sehingga keamanan data masih perlu diperhatikan
(Mackey and Gass , 2005).
Metode pengambilan sampel yang dilakukan ini bertujuan untuk
memudahkan peneliti dalam memperoleh data serta untuk
mengantisipasi jika tidak diperolehnya data dari para responden yaitu
pegawai yang bekerja di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) khususnya
pada bagian keuangan, dimana PTN yang dijadikan objek penelitian
sudah ditentukan sebelumnya. Sehingga digunakan metode ini juga
64
untuk mempermudah kriteria untuk pengolahan data yang akan
dilakukan.
65
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dalam
bentuk kuesioner. Peneliti juga menggunakan dua cara yaitu penelitian
pustaka dan penelitian lapangan.
a. Penelitian Pustaka (Library Research)
Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang
sedang diteliti melalui buku, jurnal, skripsi, tesis, internet, dan
perangkat lain yang berkaitan dengan judul penelitian.
b. Penelitian Lapangan (Field Research)
Data utama penelitian ini diperoleh melalui penelitian lapangan,
peneliti memperoleh data langsung dari pihak pertama (data
primer). Pada penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah
pegawai yang bekerja di Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Peneliti
memperoleh data dengan mengirimkan kuesioner kepada pegawai
secara langsung ataupun melalui perantara. Data primer diperoleh
dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah terstruktur
dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi dari pegawai di
Perguruan Tinggi Negeri (PTN) sebagai responden dalam
penelitian.
Sumber data dalam penelitian ini adalah skor masing-masing
indikator variabel yang diperoleh dari pengisian kuesioner yang
66
telah dibagikan kepada pegawai di Perguruan Tinggi Negeri (PTN)
di Indonesia.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data ini menggunakan metode analisis statistik
deskriptif, uji kualitas, dan uji hipotesis.
1. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi
suatu data yang dapat dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi,
varians, minimum, maksimum, sum, range, kurtosis, dan skewness
(kemencengan distribusi) (Ghozali, 2018). Penelitian ini hanya
menggambarkan rata-rata (mean), standar deviasi, minimum,
maksimum, dan sum untuk analisis statistik deskriptif ini.
2. Uji Kualitas Data
a. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengukur sah atau valid
tidaknya suatu kuisioner penelitian. Suatu kuisioner penelitian
dapat dikatakan valid jika pertanyaan dalam kuisioner tersebut
mampu menggambarkan dan mengungkapkan sesuatu yang
diukur oleh kuisioner tersebut. Jadi, dapat disimpulkan uji
validitas tersebut yaitu pengujian untuk mengukur apakah
pertanyaan-pertanyaan dalam kuisioner kita sudah benar
menunjukkan yang akan kita ukur (Ghozali, 2018). Uji validitas
pada penelitian ini menggunakan Pearson Correlation yaitu
67
dengan menghitung nilai korelasi yang diperoleh dari nilai dari
pertanyaan-pertanyaan yang dibuat. Apabila hasil Pearson
Correlation memiliki nilai dibawah 0,05 maka data yang
dihasilkan valid (Ghozali, 2018).
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur
kuisioner yang indikator dari variabelnya tersebut bersifat
konstruk. Kuisioner dapat dikatakan reliabel dan andal jika
jawaban dari individu tersebut bersifat konsisten dan stabil dari
waktu ke waktu (Ghozali, 2018). Pengukuran reliabilitas dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1) Repeated Measure (pengukuran ulang): Pada kondisi ini
seseorang akan diberikan pertanyaan yang sama dengan
kondisi yang berbeda, apakah orang tersebut akan
konsisten dengan jawaban tersebut.
2) One Shot (pengukuran sekali saja): pengukuran hanya
dilakukan sekali saja dan kemudian hasilnya akan
dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur
korelasi antar jawaban pertanyaan. SPSS memberikan
fasilitas untuk mengukur reliabilitas tersebut dengan
menggunakan uji Cronbach Alpha (α). Suatu variabel yang
bersifat konstruk dapat dikatakan reliabel jika memberikan
nilai Cronbach Alpha >0.70 (Nunnaly,1994).
68
3. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik ini bertujuan untuk menguji kelayakan model
penelitian dan melihat apakah adanya pelanggaran uji asumsi klasik
terhadap model penelitian regresi berganda. Karena model
penelitian yang baik adalah model yang lulus pengujian asumsi
klasik. Dalam uji asumsi klasik ada tiga asumsi dasar yang menjadi
dasar pengukuran agar tidak dianggap bias, di antaranya:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah model
regresi tersebut memiliki distribusi dan penyebaran data yang
normal atau tidak.. Uji normalitas tersebut diukur dengan
menggunakan One Sample Kolmogorof Smirnof dengan taraf
signifikansi yaitu 0,05 (Santoso,2010). Berdasarkan taraf
tersebut dapat disimpulkan bahwa :
a. Jika nilai Sig >0,05, maka distribusi bersifat normal
b. Jika nilai Sig <0,05, maka distribusi bersifat tidak normal
b. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah
model regresi tersebut ditemukan adanya hubungan korelasi
atau keterkaitan antara variabel independen. Model regresi yang
baik seharusnya menunjukkan tidak adanya hubungan korelasi
antara variabel independen.
69
Pengujian ini salah satunya dapat dilihat dari (1) nilai
tolerance dan lawannya (2) variance inflation factor (VIF).
Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independent
manakah yang dijelaskan oleh variabel lainnya. Jadi nilai
tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi
(karena VIF=1/Tolerance).
Jika nilai tolerance value di bawah 0,10 atau nilai VIF di
atas 10, maka terjadi multikolinearitas. Karena tolerance value
tersebut memiliki limit atau batasan nilai >0,10 dan nilai VIF
<10.
c. Uji Heterokedastisitas
Uji heteokedastisitas merupakan pengujian untuk menguji
apakah dalam model regresi tersebut adanya ketidaksamaan
antara nilai residual dari satu pengamatan ke pengamatan
lainnya (nilai eror). Jika adanya kesamaan antara pengamatan
satu ke pengamatan lainnya maka disebut homokedastisitas,
sedangkan jika adanya perbedaan dinamakan heterokedastisitas.
Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya
hetereokedastisitas yaitu:
• Melihat grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel
dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Cara
melihat ada tidaknya heterokedastisitas yaitu dengan melihat
ada tidaknya pola pada grafik scatterplot antara SRESID dan
70
ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan
sumbu X adalah residual yang telah di studentized.
Jika ada pola tertentu seperti titik- titik yang membentuk
pola teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit),
maka terindikasi adanya heterokedastisitas. Sedangkan, jika
tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heterokedastisitas.
d. Uji Hipotesis
1) Analisis Regresi Berganda
Uji analisis berganda yaitu untuk menguji adanya pengaruh
beberapa variabel independen terhadap variabel dependen.
Persamaan regresi untuk menguji hipotesis tersebut sebagai
berikut :
PF = α 0 + ß1 R + ß2 PI + ß3 BO + ß4 WFC + ε
Keterangan :
PF = Pencegahan Fraud
α 0 = Konstanta
ß1 - ß4 = Koefisien Regresi yang menyatakan perubahan nilai Y apabila
terjadi perubahan nilai X
R = Religiusitas
PI = Pengendalian Internal
BO = Budaya Organisasi
WFC = Work Family Conflict
Ε = Error
71
2) Uji Koefisien Determinasi (R2)
Pengujian ini yaitu untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
independennya. Nilai koefesien determinasi itu antara nol
dan satu. Nilai R2 yang kecil menjelaskan bahwa
kemampuan variabel bebas (independen) dalam menjelaskan
variabel terikatnya (dependen) cukup terbatas. Nilai yang
mendekati satu berarti variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel independen.
Dalam kenyataan nilai adjusted R2 dapat bernilai negatif,
walaupun yang dikehendaki harus bernilai positif. Menurut
Gujarati (2003) jika dalam uji empiris didapat nilai adjusted
R2 negatif, maka nilai adjusted R2 dianggap bernilai nol.
Secara matematis jika nilai R2=1, maka adjusted R2=R2 =1
sedangkan jika nilai R2 = 0, maka adjusted R2 = (1-k)/(n-k).
Jika k > 1 maka adjusted R2 akan bernilai negative, sehingga
jika ditemukan hasil negatif berarti model penelitian yang
dilakukan kurang baik sehingga R square nya kecil, memiliki
variabel yang terlalu banyak tetapi data yang digunakan
untuk observasi terlalu sedikit sehingga konsekuensi yang
akan diterima yaitu hasil yang tidak baik dan disarankan
untuk menambah data responden pada penelitian tersebut.
72
3) Uji F
Uji F dilakukan untuk menguji hipotesis bahwa b1, b2,
dan b3 secara bersama-sama sama dengan nol. Uji hipotesis
ini dinamakan uji
signifikansi secara keseluruhan terhadap garis regresi
yang diobservasi maupun estimasi, apakah Y
berhubungan linier terhadap X1,X2, dan X3.
Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F
dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut
(Ghozali,2018:98):
a) Quick look: bila nilai F lebih besar daripada 4 maka
Ho dapat ditolak pada derajat kepercayaan 5%.
Dengan kata lain menerima hipotesis alternative,
yang menyatakan bahwa semua variabel independent
secara serentak dan signifikan mempengaruhi
variabel terikatnya (dependen)
b) Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan
nilai F menurut tabel. Bila nilai F hitung lebih besar
daripada nilai F table, maka Ho ditolak dan
menerima HA.
4) Uji t
Uji T digunakan untuk menguji seberapa besar pengaruh
satu variabel penjelas/independent secara individual dalam
73
menjelaskan variabel dependen. Hipotesis nol (Ho) yang
akan diuji adalah apakah suatu parameter (bi) sama dengan
nol, atau:
Ho : bi = 0
Artinya apakah suatu variabel independen bukan
merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel
dependennya. Hipotesis alternative (HA) parameter suatu
variabel tidak sama dengan nol, atau:
HA : bi ≠ 0
Artinya variabel tersebut merupakan penjelas yang
signifikan terhadap variabel dependen.
5) Pengujian dengan Analisis Regresi Moderate (Moderate
Regression Analysis-MRA)
Untuk mengidentifikasi ada tidaknya variabel moderasi,
terdapat dua metode yang dapat digunakan, yaitu analisis sub-
groups (sub kelompok) dan moderated regression analysis
(MRA). Pengujian Moderate Regression Analysis (MRA) dapat
dilihat dengan persamaan berikut :
PF = α 0 + ß1 R * WFC + ß2 PI * WFC + ß3 BO * WFC + ε
Keterangan :
PF = Pencegahan Fraud
α 0 = Konstanta
ß1 - ß4 = Koefisien Regresi yang menyatakan perubahan nilai Y
apabila terjadi perubahan nilai X
74
R = Religiusitas
PI = Pengendalian Internal
BO = Budaya Organisasi
WFC = Work Family Conflict
Ε = Error
R*WFC = variabel interaksi antara religiusitas dan work-family
conflict yang menggambarkan pengaruh variabel
moderasi, work-family conlict terhadap hubungan
religiusitas dengan pencegahan fraud
PI*WFC = variabel interaksi antara pengendalian internal dan work-
family conflict yang menggambarkan pengaruh variabel
moderasi, work-family conlict terhadap hubungan
pengendalian internal dengan pencegahan fraud
BO*WFC = variabel interaksi antara budaya organisasi dan work-
family conflict yang menggambarkan pengaruh variabel
moderasi, work-family conlict terhadap hubungan
budaya organisasi dengan pencegahan fraud
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing masing variabel
yang digunakan berikut dengan operasional dan cara pengukurannya.
a. Religiusitas (X1)
Religiusitas adalah sesuatu yang menitikberatkan pada masalah
perilaku, sosial dan merupakan sebuah doktrin dari setiap agama atau
golongan. Karenanya doktrin yang dimiliki oleh setiap agama wajib
diikuti oleh setiap pengikutnya (Glock dan Stark ,1968).
Dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan kuesioner
dikembangkan dan disesuaikan dengan topik penelitian dimana
75
semua pertanyaan diukur dengan menggunakan skala Ordinal
(Likert), 1 sampai 5. Jawaban yang didapatakan dibuat skor yaitu:
nilai (1)sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) netral, (4)setuju, dan
(5) sangat setuju.
Tabel 3.1
Operasional Variabel Religiusitas
Konsep
variabel
Dimensi Indikator Skala No.
pertanyaan
Religiusitas
(X1)
Religiusitas
Terdiri dari
ideologi,
ritualistik,
kosekuensial,
intelektual,
dan
eksperensial.
Sumber:
Glock dan
Stark (1968)
keyakinan
(Ideologis)
Yakin
terhadap
kebenaran
ajaran agama,
dan yakin
adanya
Tuhan.
Ordinal 1
Praktik agama
(Ritualistik)
Melaksanakan
kewajiban
agama secara
konsisten.
Ordinal 2
Pengalaman
(Konsekuensial)
Memperoleh
pengalaman
spiritual
selama
menjalankan
ajaran agama
Ordinal 3
Pengetahuan
agama
(Intelektual)
Mengetahui
dan
memahami
ajaran agama
Ordinal 4
Penghayatan
(Eksperensial)
Menghayati
ajaran
agamanya
Ordinal 5
Jumlah butir pertanyaan 5
Sumber: Glock dan Stark (1968)
b. Pengendalian internal (X2)
76
Pengendalian internal mempunyai ciri dan fungsi paling dasar
yaitu melaksanakan kegiatan menyangkut pembahasan masalah
intern organisasi, dengan memberikan kepastian kepada dewan
direksi dan manajemen, mengenai hasil evaluasi dan pengujian suatu
aktivitas organisasi yang disesuaikan dengan kriteria yang tepat dan
memberikan rekomendasi mengenai serangkaian tindakan kepada
pihak manajemen (Tanjung, 2012).
Dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan kuesioner
dikembangkan dan disesuaikan dengan topik penelitian
dimanasemua pertanyaan diukur dengan menggunakan skala
Ordinal(Likert), 1 sampai 5. Jawaban yang didapatakan dibuat skor
yaitu: nilai (1)sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) netral,
(4)setuju, dan (5) sangat setuju.
Tabel 3.2
Operasional Variabel Pengendalian Internal
Konsep variabel Dimensi Indikator Skala No.
pertanyaan
Pengendalian
Internal (X2)
Pengendalian internal
adalah proses yang
dilakukan oleh dewan
direksi, manajemen,
dan personel lainnya
dari entitas, yang
dirancang untuk
memberikan jaminan
yang wajar mengenai
pencapaian tujuan yang
berkaitan dengan
Lingkungan
Pengendalian
(Control
Environment )
Menunjukkan komitmen
terhadap nilai etika dan
integritas.
Independensi dari
manajemen dan
menjalankan fungsi
pengawasan.
Menetapkan struktur,
jalur pelaporan, dan
kewenangan dan
tanggung jawab yang
tepat.
Komitmen untuk
menarik,
mengembangkan dan
Ordinal 1
77
operasi, pelaporan, dan
kepatuhan.
Pengendalian internal
terdiri dari lima unsur
utama yaitu:
1) Lingkungan
pengendalian,
2) Penilaian
resiko,
3) Kegiatan
pengendalian,
4) Informasi dan
komunikasi
5) Pengawasan
Sumber : COSO
(2013)
mempertahankan
individuindividu yang
kompeten sesuai tujuan.
Memahami peran dan
tanggung jawab
pengendalian internal.
Penilaian
Risiko
(Risk
Assesment)
Menentukan tujuan agar
identifikasi dan
penilaian risiko dapat
dilakukan.
Mengidentifikasi risiko
terhadap pencapaian
tujuan dan analisis
risiko untuk menentukan
bagaimana risiko harus
dikelola.
Mempertimbangkan
potensi penipuan dalam
penilaian risiko.
Mengindetifikasi dan
menilai perubahan yang
dapat mempengaruhi
pengendalian internal.
Ordinal 2
Kegiatan
Pengendalian
(Control
Activities)
Memilih dan
mengembangkan
aktivitas pengendalian
yang berkontribusi
terhadap mitigasi risiko
pencapaian tujuan.
Memilih dan
mengembangkan
Ordinal 3
78
kegiatan pengendalian
atas teknologi untuk
pencapaian tujuan.
Menyebarkan kegiatan
pengendalian melalui
kebijakan dan prosedur
yang menerapkan
kebijakan menjadi
tindakan.
Informasi dan
Komunikasi
(Information
and
Communication)
Menghasilkan atau
mendapatkan informasi
yang relevan serta
berkualitas tinggi.
Mengkomunikasikan
informasi, untuk
mendukung
komponenkomponen
pengendalian internal.
Komunikasi dengan
pihak eksternal.
Ordinal 4
Kegiatan
Pengawasan
(Monitoring
Activities)
Memilih,
mengembangkan, dan
melakukan evaluasi
berkelanjutan.
Mengevaluasi dan
mengkomunikasikan
kekurangan
pengendalian internal.
Ordinal 5
Jumlah butir pertanyaan 5
Sumber: COSO (2013)
c. Budaya organisasi (X3)
Menurut Agwu (2014) budaya organisasi adalah kekuatan yang
mempengaruhi kehidupan kerja karyawan. Budaya organisasi
merupakan kebiasaan-kebiasan yang dilakukan pada sebuah
organisasi yang mewakili norma-norma, perilaku yang kemudian
diikuti oleh anggotanya (Agwu, 2014).
Dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan kuesioner
dikembangkan dan disesuaikan dengan topik penelitian
79
dimanasemua pertanyaan diukur dengan menggunakan skala
Ordinal(Likert), 1 sampai 5. Jawaban yang didapatakan dibuat skor
yaitu: nilai (1)sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) netral,
(4)setuju, dan (5) sangat setuju.
Tabel 3.3
Operasional Variabel Budaya Organisasi
Konsep variabel Dimensi Indikator Skala No.
pertanyaan
Budaya Organisasi
(X3)
Budaya organisasi
memiliki empat
karakteristik yaitu:
1) Inisiatif
individual
2) Toleransi
terhadap
tindakan
beresiko
3) Dukungan
manajemen
4) Kontrol
Sumber : Robert
(2008)
Inisiatif
individual
keberanian
karyawan
mengemukakan
gagasan.
Motivasi
karyawan
dalam
menciptakan
inovasi
pekerjaan.
Peluang
karyawan
dalam
berkreativitas
dan berinovasi.
Ordinal 1
Toleransi
terhadap
tindakan
beresiko
Sikap pro aktif
karyawan
dalam
menghadapi
situasi kerja.
Kecekatan
dalam
mengahadapi
pekerjaan.
Kompetisi
karyawan
dalam
Ordinal 2
80
melakukan
tugas.
Dukungan
manajemen
Manajemen
menyediakan
segala fasilitas
dan kegiatan
yang
diperlukan
karyawan.
Manajemen
memberikan
arah yang benar
kepada
karyawan.
Manajemen
cenderung
meningkatkan
kinerja
perusahaan.
Ordinal 3
kontrol
Pemahaman
karyawan
terhadap visi
dan misi
organisasi.
Keterikatan
karyawan
terhadap
peraturan yang
ditetapkan.
Pemahaman
dan kepatuhan
karyawan pada
peraturan.
Ordinal 4
Jumlah butir pertanyaan 4
Sumber: Robert (2008)
81
d. Pencegahan fraud (Y)
Pencegahan fraud adalah bagian dari fraud audit yang bersifat
preventif, masing-masing kecurangan memiliki karakteristiknya
sendiri yang bisanya diindikasikan oleh perubahan gaya hidup atau
perilaku seseorang, dokumentasi mencurigakan, dan keluhan dari
pelanggan ataupun kecurigaan dari rekan sekerja (Albrecht, 2002)
Dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan kuesioner
dikembangkan dan disesuaikan dengan topik penelitian
dimanasemua pertanyaan diukur dengan menggunakan skala
Ordinal(Likert), 1 sampai 5. Jawaban yang didapatakan dibuat skor
yaitu: nilai (1)sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) netral,
(4)setuju, dan (5) sangat setuju.
Tabel 3.4
Operasional Variabel Pencegahan Fraud
Konsep variabel Indikator Skala No.
pertanyaan
Pencegahan
fraud (Y)
Indikator dalam
melakukan
kecurangan dan
prilaku tidak etis
terdiri dari
penyalahgunaan
kekuasaan, posisi,
sumberdaya
perusahaan dan
ketidak pedulian
terhadap perilaku
yang
Kecenderungan untuk
melakukan manipulasi,
pemalsuan atau merubah
catatan akuntansi atau
dokumen pendukungnya.
Ordinal 1,2
Kecenderungan untuk
melakukan penyajian yang
salah atau penghilangan
peristiwa, transaksi, atau
informasi yang signifikan
dari laporan keuangan
Ordinal 3,4
Kecenderungan untuk
melakukan salah
menerapkan prinsip
akuntansi secara sengaja
Ordinal 5,6
82
menyebabkan
kerugian pada
perusahaan.
Sumber : Wilopo
(2008)
Kecenderungan untuk
melakukan penyajian
laporan keuangan yang
salah akibat pencurian
(penyalahgunaan/penggela
pan) terhadap aktiva yang
membuat entitas
membayar barang/jasa
yang tidak diterima.
Ordinal 7,8
Kecenderungan untuk
melakukan penyajian
laporan keuangan yang
salah akibat perlakuan
yang tidak semestinya
terhadap aktiva dan
disertai dengan catatan
atau dokumen palsu dan
dapat menyangkut satu
atau lebih individu di
antara manajemen,
karyawan, atau pihak
ketiga
Ordinal 9,10
Jumlah butir pertanyaan 10
Sumber: Wilopo (2008)
e. Work Family Conflict ( Z )
Howard (2008) mengemukakan work family conflict terjadi
ketika ada ketidak sesuaian antara peran yang satu dengan peran
lainnya (inter-role conflict) dimana terdapat tekanan yang berbeda
antara peran di keluarga dan di pekerjaan.
Dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan kuesioner
dikembangkan dan disesuaikan dengan topik penelitian
dimanasemua pertanyaan diukur dengan menggunakan skala
83
Ordinal(Likert), 1 sampai 5. Jawaban yang didapatakan dibuat skor
yaitu: nilai (1)sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) netral,
(4)setuju, dan (5) sangat setuju.
Tabel 3.5
Operasional Variabel Work-Family Conflict
Konsep variabel Dimensi Indikator Skala No.
pertanyaan
Work-Family
Conflict (Z)
Work-family
conflict terbagi
menjadi dua jenis
yaitu time-based
conflict, strain-
based conflict, dan
behavior – based
conflict.
Sumber:
Greenhaus dan
Beutell (1985)
Time –
based
conflict
Konflik
keluarga yang
disebabkan
oleh
pekerjaan dan
pembagian
waktu.
Konflik
pekerjaan
yang
disebabkan
oleh keluarga
dan
pembagian
waktu.
Ordinal 1,2,3,4
Strain –
based
conflict
Konflik
keluarga yang
disebabkan
oleh
pekerjaan dan
tuntutan
peran.
Konflik
pekerjaan
yang
disebabkan
oleh keluarga
dan tuntutan
peran.
Ordinal 5,6
Behavior –
based Konflik
keluarga yang
Ordinal 7,8,9,10,11
84
conflict
disebabkan
oleh
pekerjaan dan
perilaku .
Konflik
pekerjaan
yang
disebabkan
oleh keluarga
dan ketidak
profesionalan
Sumber: Greenhaus dan Beutell (1985)
F. Teknik skoring
Alat ukur penelitian ini menggunakan skala likert 1 sampai dengan
5 digunakan untuk mengukur religiusitas, pengendalian internal, budaya
organisasi dan work-family conflict pada tiap item. Setiap skala
menjelaskan intensitas dalam tiap pernyataan, yaitu dari skala “Sangat
Setuju (Ss)”, “Setuju (S)”, “Netral (N)”, “Tidak Setuju (TS)”, “Sangat
Tidak Setuju (Sts)”. Setiap item diberi skor yaitu dimulai dari skor 1
untuk pilihan “Sangat Tidak Setuju (Sts)” hingga skor 5 untuk pilihan
“Sangat Setuju (Ss)”. Namun, untuk pengukuran pencegahan fraud
menggunakan intensitas dalam tiap pernyataan, yaitu dari skala “Selalu
(SL)”, “Sering (SR)”, “Kadang-kadang (KK)”, “Jarang (JR)”, “Tidak
pernah (TP)”. Setiap item diberi skor yaitu dimulai dari skor 1 untuk
pilihan “Tidak pernah (TP)” hingga skor 5 untuk pilihan “Selalu (SL)”.
85
86
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap pegawai yang bekerja di PTN yang
berlokasi di Jakarta yang sudah ditentukan seperti UIN,UNJ,UPN, dan UI.
Profesi pegawai yang ingin dijadikan objek penelitian hanya pada pegawai
yang bekerja di bidang keuangan. Pengumpulan data dalam penelitian ini
dilakukan dengan beberapa cara, di antaranya dengan penyebaran
kuesioner secara langsung ke beberapa PTN, mengirimkan kuesioner
dengan melalui e-mail, dan yang terakhir pengiriman kuesioner dilakukan
melalui google form. Gambaran mengenai data sampel penelitian disajikan
dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.1
Data Sampel Berdasarkan Kuesioner Yang Tersebar
No Keterangan Sebar Tidak
Kembali Kembali
Tidak
Dapat
Diolah
Diolah
1 UIN Jakarta 50 11 39 15 24
2 UPN Jakarta 50 18 32 15 17
3 UNJ 50 16 34 16 17
4 UI 50 19 31 17 15
Jumlah 200 64 136 63 73
Presentase 100% 32% 68% 31,5% 36,5%
Sumber: Data primer yang diolah, 2020
87
Kuesioner yang disebar oleh peneliti sebanyak 200 buah dan
jumlah kuesioner yang kembali sebanyak 136 buah atau sekitar 68% dari
total kuesioner. Sedangkan kuesioner yang tidak kembali sebanyak 64
kuesioner atau sekitar 32%, sedangkan kuesioner yang dapat diolah
sebanyak 73 buah atau sekitar 36,5% dengan proporsi 70 kuesioner
disebar manual, dan 3 kuesioner melalui googleform. Sedangkan
kuesioner yang tidak dapat diolah sebanyak 63 buah atau 31,5% yang
dikarenakan adanya responden yang tidak sesuai bidang pekerjaan yang
menjadi objek penelitian serta responden yang tidak objektif dalam
menjawab pertanyaan yang telah diberikan.
2. Deskripsi Profil Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini diukur dengan
menggunakan skala nominal yang menunjukkan besarnya frekuensi
absolut dari presentase jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, lama masa
kerja, bidang pekerjaan, status pernikahan, penghasilan perbulan dan
jumlah tanggungan. Kuesioner ini disebar dengan harapan responden
dapat memberikan jawaban yang objektif atas pertanyaan yang telah
dibuat peneliti dan dapat menghasilkan penelitian yang baik.
Data mengenai karakteristik responden disajikan dalam tabel berikut:
88
a) Deskripsi responden berdasarkan agama
Pada tabel akan menggambarkan deskripsi responden berdasarkan
jenis kelamin.
Tabel 4.2
Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Agama
Agama
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Islam 41 56.2 56.2 56.2
Protestan 20 27.4 27.4 83.6
Katolik 9 12.3 12.3 95.9
Hindu 1 1.4 1.4 97.3
Budha 1 1.4 1.4 98.6
Kong Hu Cu 1 1.4 1.4 100.0
Total 73 100.0 100.0
Sumber: Data primer yang diolah, 2020
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa responden didominasi oleh
yang beragama islam sebesar 94 orang atau sekitar 71,2%, untuk
selanjutnya ada sekitar 13 orang atau 9,8% responden yang beragama
kristen protestan. Agama Kristen katolik dianut oleh 8 responden atau
setara dengan 6,1% serta ada pula yang beragama hindu yaitu 11 orang
atau setara dengan 8,3%. Adapun agama budha sebanyak 4 orang yang
setara dengan 3,0% dan sisanya sebanyak 2 orang atau 1,5%
responden yang beragama kong hu cu.
Penanganan dengan agama adalah prediktor yang signifikan
terhadap suatu masalah, termasuk konflik pekerjaankeluarga. Konflik
akan rendah bagi mereka yang memiliki tingkat religiusitas yang
tinggi, sehingga kepuasan kerja akan tinggi. Kebanyakan studi tentang
89
penangan dengan agama dilakukan pada negara-negara yang dominan
pemeluk agama kristen, dan masih terbatas riset semacam ini yang
dilakukan di negara yang dominan beragama islam. Makna agama
mungkin berbeda antara kedua agama. Kristen membuat perbedaan
antara gereja dan negara, sementara islam menekankan agama sebagai
jalan hidup.
Menurut Rahman (1995), islam merupakan dua unsur dasar,
yaitu keyakinan dan praktik, dimana keduanya harus diintegrasikan
untuk mencapai kesuksesan, sekaligus menanggulangi suatu masalah.
Agama akan dipakai untuk meminta pertolongan ketika menghadapi
masalah dalam hidup mereka. Oleh karena itu, ketika menghadapi
konflik dalam kehidupan, salah satu mengatasinya dengan mencari
bantuan pada Tuhannya. Tingkat strategi religios coping yang tinggi
akan menciptakan kepuasan kerja yang tinggi
b) Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin
Pada tabel akan menggambarkan deskripsi responden berdasarkan
jenis kelamin.
Tabel 4.3
Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Pria 40 54.8 54.8 54.8
Wanita 33 45.2 45.2 100.0
Total 73 100.0 100.0
Sumber: Data primer yang diolah, 2020
90
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa sebanyak 40 orang atau
sekitar 54,8% responden pria dan untuk responden wanita berjumlah 33
orang atau sekitar 45,2%. Penelitian ini didominasi oleh responden
yang berjenis kelamin pria.
c) Deskripsi responden berdasarkan usia
Pada tabel ini akan menjelaskan deskripsi responden berdasarkan
usia.
Tabel 4.4
Deskripsi Responden Berdasarkan Usia
Usia
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 20 – 25 12 16.4 16.4 16.4
26 – 30 15 20.5 20.5 37.0
31 – 35 25 34.2 34.2 71.2
36 – 40 3 4.1 4.1 75.3
> 40 18 24.7 24.7 100.0
Total 73 100.0 100.0
Sumber: Data primer yang diolah, 2020.
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa sekitar 12 orang atau sekitar
15,4 % responden berusia 20 sampai dengan 25 tahun, untuk usia 26
sampai dengan 30 tahun terdapat 15 orang atau 20,5%, usia 31 sampai
35 tahun ada sekitar 25 orang atau setara dengan 34,2% serta untuk usia
36 sampai 40 tahun berjumlah 3 orang, dan untuk responden yang
berusia >40 tahun ada sekitar 18 orang atau 24,7%. Penelitian ini
didominasi oleh responden yang berusia 31 sampai dengan 35 tahun.
91
d) Deskripsi responden berdasarkan pendidikan terakhir
Pada tabel ini akan menjelaskan deskripsi responden berdasarkan
pendidikan terakhir.
Tabel 4.5
Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pendidikan Terakhir
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulativ
e Percent
Valid SMA dan Setaranya 3 4.1 4.1 4.1
Diploma 19 26.0 26.0 30.1
S1 14 19.2 19.2 49.3
Sedang S1 7 9.6 9.6 58.9
S2 12 16.4 16.4 75.3
Sedang S2 6 8.2 8.2 83.6
S3 12 16.4 16.4 100.0
Total 73 100.0 100.0
Sumber: Data primer yang diolah, 2020
Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa ada 3 responden atau
sekitar 4,1% yang berasal dari SMA dan setaranya, untuk responden
yang memiliki pendidikan diploma berjumlah 19 orang atau sekitar
26,0%, dan untuk responden yang S1 berjumlah 14 orang atau sekitar
19,2%. Pada pendidikan terakhir yang sedang S1 terdapat 7 orang
dengan presentase 9,6% dan untuk yang S2 berjumlah 12 orang atau
sekitar 16,4%. Sedangkan untuk pendidikan terakhir yang sedang S2
berjumlah 6 orang dengan presentase 8,2% dan untuk S3 berjumlah 12
orang dengan presentase 16,4%. Penelitian ini didominasi oleh
responden yang memiliki pendidikan terakhir diploma dikarenakan
92
responden banyaknya responden pada penelitian kami yang akan
melanjutkan studi untuk jenjang selanjutnya.
e) Deskripsi responden berdasarkan lama masa kerja
Pada tabel ini akan menjelaskan deskripsi responden berdasarkan
lama masa kerja.
Table 4.6
Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Masa Kerja
Lama Bekerja
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid < 5 Tahun 13 17.8 17.8 17.8
6 – 10 Tahun 32 43.8 43.8 61.6
11 – 20 Tahun 14 19.2 19.2 80.8
>20 Tahun 14 19.2 19.2 100.0
Total 73 100.0 100.0
Sumber: Data primer yang diolah, 2020
Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa lama masa kerja responden
mayoritas baru sekitar 6 – 10 tahun kerja, karena ada 32 orang atau
sekitar 43,8%. Untuk responden yang sudah bekerja sekitar < 5 tahun
ada 13 orang atau 17,8%, dan untuk responden yang sudah bekerja 11
sampai 20 tahun terdapat 14 orang atau 19,2 %. Adapun jumlah dari
>20 tahun berjumlah 14 orang atau 19,2%.
93
f) Deskripsi responden berdasarkan status pernikahan
Pada tabel ini akan menjelaskan deskripsi responden berdasarkan
status pernikahan.
Tabel 4.7
Deskripsi Responden Berdasarkan Status Pernikahan
Status Pernikahan
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Menikah 40 54.8 54.8 54.8
Lajang 27 37.0 37.0 91.8
Cerai 3 4.1 4.1 95.9
Duda / Janda 3 4.1 4.1 100.0
Total 73 100.0 100.0
Sumber: Data primer yang diolah, 2020
Berdasarkan table 4.7 diketahui bahwa status pernikahan oleh
responden yang sudah menikah berjumlah 40 orang atau sekitar 54,8%,
untuk selanjutnya ada sekitar 27 orang atau 37,0% responden yang
masih lajang dan untuk responden yang cerai sebanyak 3 orang atau 4,1
%. Adapun responden yang menduda atau menjanda sebanyak 3 orang
atau 4,1%. Penelitian ini didominasi oleh responden yang telah menikah
dikarenakan, ketika sudah menikah peran dalam kehidupan pun
bertambah seperti menjadi seorang suami/istri, dan ayah/ibu.
94
g) Deskripsi responden berdasarkan penghasilan
Pada tabel ini akan menjelaskan deskripsi responden berdasarkan
penghasilan.
Tabel 4.8
Deskripsi Responden Berdasarkan Status Penghasilan
Penghasilan
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid < 5 Juta 34 46.6 46.6 46.6
6 – 10 Juta 12 16.4 16.4 63.0
11 – 20 Juta 20 27.4 27.4 90.4
>20 Juta 7 9.6 9.6 100.0
Total 73 100.0 100.0
Sumber: Data primer yang diolah, 2020
Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa penghasilan responden
didominasi oleh responden yang berpenghasilan <5 juta /bulan
berjumlah 34 orang atau sekitar 46,6%, untuk selanjutnya ada sekitar
12 orang atau 16,4% responden yang berpenghasilan 6 – 10 juta
/bulan. Adapun responden yang berpenghasilan 11 – 20 juta /bulan
berjumlah 20 atau sekitar 27,4% dan untuk sisanya sebanyak 7 orang
atau 9,6% merupakan responden dengan penghasilan lebih dari 20 juta.
95
h) Deskripsi responden berdasarkan jumlah tanggungan.
Pada tabel ini akan menjelaskan deskripsi responden berdasarkan
jumlah tanggungan.
Tabel 4.9
Deskripsi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan
Jumlah Tanggungan
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulativ
e Percent
Valid 1 Orang 29 39.7 39.7 39.7
2 Orang 9 12.3 12.3 52.1
3 Orang 15 20.5 20.5 72.6
4 Orang 13 17.8 17.8 90.4
5 Orang 4 5.5 5.5 95.9
6 Orang 3 4.1 4.1 100.0
Total 73 100.0 100.0
Sumber: Data primer yang diolah, 2020
Berdasarkan tabel 4.9 diketahui bahwa responden yang memiliki
jumlah tanggungan sebesar 1 orang berjumlah 29 orang atau sekitar
39,7%, untuk selanjutnya ada sekitar 9 orang atau 12,3% responden
yang memiliki tanggungan 2 orang. Jumlah tanggungan sebesar 3
orang dimiliki oleh 15 responden atau setara dengan 20,5% serta ada
pula jumlah tanggungan 4 orang sebanyak 13 responden atau setara
dengan 17,8%. Adapun jumlah tanggungan sebanyak 5 orang sebanyak
4 orang dan sisanya sebanyak 3 orang atau 4,1% responden yang
memiliki tanggungan 1 orang.
96
B. Hasil Dan Pembahasan
1. Hasil Statistik Deskriptif Variabel
Dalam penelitian ini yang menguji tentang pengaruh religiusitas,
pengendalian internal, dan budaya organisasi terhadap pencegahan fraud
dengan dimoderasi oleh work-family conflict yang diuji dengan
menggunakan statistik deskriptif, dan mendapatkan hasil seperti pada tabel
sebagai berikut:
Tabel 4.10
Hasil Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
TR 73 15 25 21.29 2.695
TPI 73 18 25 21.99 1.947
TBO 73 10 20 16.34 2.317
TWFC 73 15 20 17.52 1.454
TPF 73 32 50 42.32 4.702
Valid N (listwise) 73
Sumber: Data primer yang diolah, 2020
Pada tabel 4.10 menjelaskan bahwa variabel religiusitas jawaban
terkecil (minimum) responden sebesar 15, jawaban terbesar (maximum)
responden sebesar 25 dengan rata-rata keseluruhan jawaban responden
yaitu 20,29 dan untuk standar deviasi sebesar 2,695. Variabel
pengendalian internal memiliki jawaban terkecil (minimum) sebesar 18,
dan untuk jawaban terbesarnya (maximum) sebesar 25 dari rata-rata
jawaban 21,99 serta untuk standar deviasi dari pengendalian internal ini
sebesar 1,947. Variabel budaya organisasi dijelaskan pada tabel tersebut
memiliki jawaban terkecil sebesar 10, dan untuk jawaban terbesar
97
(maximum) 20 dari rata-rata jawaban sebesar 16,34 serta 2,317 untuk
standar deviasinya. Pada variabel work-family conflict nilai minimum
sebesar 15 dan maksimum sebesar 20 dari total rata-rata jawaban sebesar
17,52 dan 1,454 untuk standar deviasi. Selanjutnya, untuk variabel
pencegahan fraud memiliki nilai terkecil sebesar 32 dan terbesar sebesar
50 dengan rata-rata 42,32 serta standar deviasi 4,702.
Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif yang telah dijelaskan bahwa
semakin besar nilai standar deviasi suatu data maka semakin besar jarak
setiap titik data dengan nilai rata-rata (Ghozali, 2018). Maka dapat
disimpulkan bahwa semakin kecil standar deviasi, maka data yang
dihasilkan semakin bagus karena berarti data tersebut mendekati nilai rata-
rata hitungnya. Apabila nilai standar deviasi lebih besar daripada nilai
rata-rata (mean) maka nilai rata-rata tersebut akan menjelaskan keberadaan
data yang buruk. Sedangkan jika nilai standar deviasi jauh lebih kecil
dibandingkan nilai mean, maka nilai rata-rata (mean) tersebut dapat
digunakan untuk merepresentasikan keseluruhan data dari penelitian ini.
2. Hasil Uji Kualitas Data
a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya
suatu indikator pertanyaan pada kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan
valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk menjelaskan sesuatu
yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Dalam menentukan valid atau
tidaknya suatu kuesioner dapat dilakukan dengan menggunakan
98
Pearson Correlation, dan hasil dari uji signifikansi koefisien korelasi
tersebut memiliki nilai taraf signifikansi 0,05 yang berarti item tersebut
dianggap valid (Ghozali, 2018). Pada tabel berikut akan
menggambarkan nilai validitas dari semua butir pertanyaan yang ada
pada variabel religiusitas, pengendalian internal, budaya organisasi,
work-family conflict dan pencegahan fraud dengan 124 responden pada
penelitian ini.
Tabel 4.11
Hasil Uji Validitas Religiusitas
Nomor Butir
Pertanyaan
Pearson
Correlation
Sig. 2
(Tailed)
Keterangan
R1 0,850** 0,000 VALID
R2 0,820** 0,000 VALID
R3 0,753** 0,000 VALID
R4 0,765** 0,000 VALID
R5 0,673** 0,000 VALID
Sumber: Data primer yang diolah, 2020
Pada tabel 4.11 menunjukkan bahwa indikator pertanyaan pada
variabel religiusitas dinyatakan valid untuk semua pertanyaan, karena
memiliki kriteria nilai sig > 0,05.
Tabel 4.12
Hasil Uji Validitas Pengendalian Internal
Nomor Butir
Pertanyaan
Pearson
Correlation
Sig. 2
(Tailed)
Keterangan
PI1 0,633** 0,000 VALID
PI2 0,732** 0,000 VALID
99
PI3 0,760** 0,000 VALID
PI4 0,756** 0,000 VALID
PI5 0,686** 0,000 VALID
Sumber: Data primer yang diolah, 2020
Pada tabel 4.12 menunjukkan bahwa indikator pertanyaan pada
variabel pengendalian internal dinyatakan valid untuk semua
pertanyaan, karena memiliki kriteria nilai sig > 0,05.
Tabel 4.13
Hasil Uji Validitas Budaya Organisasi
Nomor Butir
Pertanyaan
Pearson
Correlation
Sig. 2
(Tailed)
Keterangan
BO1 0,725** 0,000 VALID
BO2 0,804** 0,000 VALID
BO3 0,753** 0,000 VALID
BO4 0,712** 0,000 VALID
Sumber: Data primer yang diolah, 2020
Pada tabel 4.13 menunjukkan bahwa indikator pertanyaan pada
variabel budaya organisasi dinyatakan valid untuk semua pertanyaan,
karena memiliki kriteria nilai sig > 0,05.
Tabel 4.14
Hasil Uji Validitas Work-Family Conflict
Nomor Butir
Pertanyaan
Pearson
Correlation
Sig. 2
(Tailed)
Keterangan
WFC1 0,698** 0,000 VALID
WFC2 0,717** 0,000 VALID
WFC3 0,780** 0,000 VALID
WFC4 0,555** 0,000 VALID
Sumber: Data primer yang diolah, 2020
100
Pada tabel 4.14 menunjukkan bahwa indikator pertanyaan pada
variabel work-family conflict dinyatakan valid untuk semua pertanyaan,
karena memiliki kriteria nilai sig > 0,05.
Tabel 4.15
Hasil Uji Validitas Pencegahan Fraud
Nomor Butir
Pertanyaan
Pearson
Correlation
Sig. 2
(Tailed)
Keterangan
PF1 0,616** 0,000 VALID
PF2 0,739** 0,000 VALID
PF3 0,698** 0,000 VALID
PF4 0,812** 0,000 VALID
PF5 0,787** 0,000 VALID
PF6 0,751** 0,000 VALID
PF7 0,616** 0,000 VALID
PF8 0,739** 0,000 VALID
PF9 0,698** 0,000 VALID
PF10 0,812** 0,000 VALID
Sumber: Data primer yang diolah, 2020
Pada tabel 4.15 menunjukkan bahwa indikator pertanyaan pada
variabel pencegahan fraud dinyatakan valid untuk semua pertanyaan,
karena memiliki kriteria nilai sig > 0,05.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas ada uji yang dilakukan untuk mengukur suatu
kuesioner apakah kuesioner tersebut reliable atau tidak. Reliabilitas itu
sendiri merupakan kekonsistenan atas jawaban responden terhadap
pertanyaan yang diberikan. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau
tidak jika hasil dari uji reliabilitas dengan menggunakan Cronbach
101
Alpha (α) bernilai >0,70 (Ghozali, 2018). Pada tabel di bawah ini
merupakan hasil dari uji reliabilitas terhadap 5 variabel yang digunakan
pada penelitian ini, di antaranya religiusitas, pengendalian internal,
budaya organisasi, work-family conflict, dan pencegahan fraud.
Tabel 4.16
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach Alpha Keterangan
Religiusitas 0,802 Reliabel
Pengendalian Internal 0,782 Reliabel
Budaya Organisasi 0,797 Reliabel
Work-Family Conflict 0,772 Reliabel
Pencegahan Fraud 0,773 Reliabel
Sumber: Data primer yang diolah, 2020
Tabel 4.16 di atas menjelaskan bahwa hasil dari uji reliabilitas dilihat
dari nilai Cronbach’s Alpha atas variabel religiusitas bernilai 0,802,
variabel pengendalian internal 0,782, variabel budaya organisasi
sebesar 0,797, variabel work-family conflict 0,772, dan variabel
pencegahan fraud sebesar 0,773. Berdasarkan hasil uji reliabilitas
terhadap 5 variabel tersebut menunjukkan bahwa pertanyaan dalam
kuesioner penelitian ini reliabel karena memiliki nilai Cronbach’s
Alpha > 0,70. Hasil ini menunjukkan bahwa setiap pertanyaan dari
masing-masing variabel yang diberikan kepada responden memiliki
hasil yang konsisten, yang berarti jika responden diberikan pertanyaan
yang sama akan memperolah jawaban yang sama pula.
102
3. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas adalah pengujian yang dilakukan untuk
menentukan apakah model dari regresi tersebut memiliki adanya
korelasi antar variabel independent. Model regresi yang baik yaitu tidak
terjadinya korelasi antara variabel independennya.
Untuk mengetahui ada atau tidaknya multikolonieritas dalam suatu
model regresi biasanya dengan melihat nilai tolerance dan lawannya,
yaitu variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini dapat
menunjukkan setiap variabel manakah yang dijelaskan oleh variabel
independent lainnya. Nilai tolerance itu sendiri untuk mengukur
variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskn oleh
variabel independen lainnya. Jadi, nilai tolerance yang rendah sama
dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF=1/Tolerance). Nilai umum
yang biasa digunakan untuk menunjukkan adanya multikolonieritas
yaitu jika nilai Tolerance 10 (Ghozali, 2018).
Tabel 4.17
Hasil Uji Multikolonieritas
Constant
Collinearity Statistcs
Tolerance VIF
TR 0,729 1,371
TPI 0,597 1,675
TBO 0,845 1,184
103
TWF 0,622 1,607
a. Dependent Variable : TPF
Sumber: Data primer yang diolah, 2020
Berdasarkan tabel 4.17 di atas menunjukkan bahwa nilai tolerance
dari masing-masing variabel bernilai lebih dari 0,10 dan begitupun
dengan nilai VIF yang kurang dari 10. Tabel tersebut menjelaskan
bahwa nilai tolerance atas variabel religiusitas sebesar 0,729,
pengendalian internal 0,597, budaya organisasi 0,845, dan work-family
conflict 0,622 serta nilai VIF atas masing-masing variabel berturut-turut
menunjukkan nilai sebesar 1.371, 1.675, 1.184, dan 1.607. Berdasarkan
penjelasan hasil pengujian multikolonieritas di atas dapat disimpulkan
bahwa data dalam penelitian ini tidak memiliki masalah dalam
multikolonieritas yang berarti bahwa data dalam penelitian ini tidak
terjadi adanya korelasi di antara variabel independen nya yang berarti
data dalam penelitian ini merupakan data yang baik dan layak untuk
digunakan.
b. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi yang
normal. Secara sederhana uji normalitas ini digunakan untuk menguji
apakah data yang digunakan dalam penelitian ini terdistribusi secara
normal (Ghozali, 2018).
104
Tabel 4.18
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 73
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 3.47987461
Most Extreme Differences Absolute .071
Positive .044
Negative -.071
Test Statistic .071
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Sumber: Data primer yang diolah, 2020
Berdasarkan tabel 4.18, diketahui bahwa nilai uji signifikansi data
sebesar 0,200 yang menunjukkan bahwa angka tersebut lebih besar dari
0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data pada penelitian ini
terdistribusi secara normal.
105
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas Dengan Grafik P-Plot
Sumber: Data primer yang diolah, 2020
Pada gambar 4.1 di atas telah menggambarkan bahwa data dalam
penelitian ini sudah terdistribusi secara normal, karena dilihat dari
gambar pertama kurva lonceng tersebut tersebar secara normal
mengikuti arah garis diagonal nya, dan gambar kedua tersebut juga
memperlihatkan penyebaran data yang normal karena titik-titik
tersebut mendekati garis sumbu nya.
c. Hasil Uji Heterokedastisitas
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah ada ketidaksamaan
varian residual dalam suatu pengamatan.
Gambar 4.2
Hasil Uji Heterokedastisitas Dengan Scatterplot
106
Sumber: Data primer yang diolah, 2020
Berdasarkan gambar di atas, terlihat bahwa titik-titik menyebar
secara acak dan merata, yaitu terdapat di atas ataupun di bawah angka
0 pada sumbu Y. kesimpulannya pada model regresi dalam penelitian
ini tidak terjadi heterokedastisitas sehingga model regresi ini layak
digunakan.
Analisis dengan grafik memiliki kelemahan yang cukup signifikan
karena jumlah pengamatan mempengaruhi hasil ploting. Oleh karena
itu diperlukan uji statistik yang lebih menjamin keakuratan hasil. Salah
satu uji statistic yaitu uji glejser. Berikut ini disajikan hasil uji glejser
pada tabel 4.19.
Tabel 4.19
Hasil Uji Glejser
Sumber: Data primer yang diolah, 2020
Berdasarkan tabel 4.19 terlihat bahwa religiusitas memiliki
nilai signifikansi 0,52. Pengendalian internal memiliki nilai
signifikansi sebesar 0,254 dan budaya organisasi memiliki nilai
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 4.748 3.150 1.507 .136
TR -.326 .097 -.413 -3.352 .052
TPI .171 .149 .156 1.149 .254
TBO -.193 .105 -.211 -1.839 .070
TWFC .247 .195 .169 1.266 .210
a. Dependent Variable: abs_RES
107
signifikansi sebesar 0,070, serta pada work-family conflict memiliki
nilai signifikansi sebesar 0,210.
Beradasarkan nilai tersebut terlihat bahwa semua variabel
memiliki nilai signifikansi lebih dari 0,05 yang artinya tidak ada
satupun variabel yang signifikan secara statistik mempengaruhi
variabel dependen nilai absolut residual. Jadi dapat disimpulkan bahwa
penelitian ini tidak mengandung adanya heteroskedastitas.
4. Hasil Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk menguji kebenaran hipotesis
yang menyatakan bahwa religiusitas, pengendalian internal, dan budaya
organisasi memiliki pengaruh terhadap pencegahan fraud dengan
dimoderasi oleh work-family conflict. Hasil uji hipotesis pada penelitian
ini dilakukan dengan dua tahap, pertama dengan analisis regresi berganda
yang berguna mengetahui pengaruh variabel independent dan variabel
dependen secara parsial, kedua dilanjutkan dengan analisis hasil uji
(MRA) untuk mengetahui apakah variabel moderasi dalam penelitian ini
dapat memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel
independen dan dependen.
a. Hasil Uji Regresi Berganda
1) Uji Koefisien Determinasi (Adjusted- R Square)
Pengujian ini dilakukan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan variabel independent dalam menjelaskan variabel
108
dependen. Pada tabel akan disajikan hasil uji koefisien determinasi
(Adjusted- R Square) pada penelitian ini.
Tabel 4.20
Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted- R Square)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .672a .452 .420 3.58076
a. Predictors: (Constant), TWFC, TBO, TR, TPI
b. Dependent Variable: TPF
Sumber: Data primer yang diolah, 2020
Tabel 4.20 di atas menjelaskan bahwa variabel pencegahan fraud
dapat dijelaskan oleh variabel lainnya, seperti religiusitas,
pengendalian internal, budaya organisasi, dan work-family conflict
sebesar 0,420 atau sekitar 42,0%. Sedangkan sisanya sebesar 58,0%
dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dijelaskan dalam
penelitian ini, seperti sikap dan perilaku, serta norma subjektif, dan
kontrol perilaku.
2) Uji Statistik F
Uji statistik F dilakukan untuk menguji apakah model yang
digunakan pada penelitian ini sudah signifikan. Apabila nilai
signifikansi <0,05, maka model ini dapat dinyatakan signifikan.
Tabel ini menyajikan hasil uji statistik F pada penelitian ini.
109
Tabel 4.21
Hasil Uji Statistik F
ANOVAa
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 719.867 4 179.967 14.036 .000b
Residual 871.886 68 12.822
Total 1591.753 72
a. Dependent Variable: TPF
b. Predictors: (Constant), TWFC, TBO, TR, TPI
Sumber: Data primer yang diolah, 2020
Berdasarkan tabel 4.21 di atas menunjukkan bahwa nilai F hitung
sebesar 15,746 dengan probabilitas 0,000. Karena nilai probabilitas
lebih kecil dari 0,05, maka model regresi ini dapat digunakan untuk
memprediksi pencegahan fraud atau dapat dikatakan bahwa
religiusitas, pengendalian internal, budaya organisasi dan work-
family conflict berpengaruh terhadap pencegahan fraud.
3) Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t pada dasarnya untuk menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen/penjelas yang secara individu
dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Apabila nilai
signifikansi variabel dependen nya (Ghozali, 2019). Berikut hasil uji
statistik t yang disajikan pada tabel 4.22.
110
Tabel 4.22
Hasil Uji Signifikan Parameter Individual
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardize
d
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.025 5.934 .173 .863
TR .338 .183 .194 1.843 .032
TPI .578 .280 .239 2.060 .043
TBO .697 .198 .343 3.515 .001
TWFC .571 .368 .177 1.552 .125
a. Dependent Variable: TPF
Sumber: Data primer yang diolah, 2020
Berdasarkan tabel 4.22 di atas dapat diperoleh persamaan regresi
sebagai berikut:
Y= 25,005-0,874 R - 0,271 PI +0,228 BO+1,935 WFC
Keterangan:
Y = Pencegahan Fraud
R = Religiusitas
PI = Pengendalian Internal
BO = Budaya Organisasi
WFC = Work-Family Conflict
b. Hasil Uji Moderated Regression Analysis (MRA)
Moderated Regression Analysis berbeda dengan analisis
subkelompok, karena menggunakan pendekatan analitik yang
mempertahankan integritas sampel dan memberikan dasar untuk
mengontrol pengaruh variabel moderasi.
111
Tabel 4.23
Hasil Uji Moderated Regression Analysis (MRA)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B
Std.
Error Beta
1 (Constant) -15.383 62.891 -.245 .808
TR -4.679 2.380 -2.682 -1.967 .044
TPI 6.150 2.874 2.547 2.140 .036
TBO .896 2.328 .441 .385 .702
TWFC 1.321 3.544 .408 .373 .711
TRxTWFC .288 .137 3.996 2.100 .040
TPIxTWFC -.312 .161 -3.973 -1.936 .057
TBOxTWFC -.011 .133 -.115 -.081 .936
a. Dependent Variable: TPF
Sumber: Data primer yang diolah, 2020
Pada tabel 4.23 telah digambarkan hasil uji MRA terhadap variabel
work-family conflict yang menunjukkan tingkat signifikansi sebesar
0,040, 0,057, dan 0,936. Hal ini menunjukkan bahwa variabel moderasi
work-family conflict pada penelitian ini tidak mendukung hipotesis
keenam, dan ketujuh (H6 dan H7) karena tingkat signifikansi yang
dihasilkan > 0,05, tetapi mendukung hipotesis ke 5 karena nilainya
tidak > 0,05.
112
5. Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis
a. Pengaruh religiusitas terhadap pencegahan fraud
Hasil uji hipotesis berdasarkan tabel menunjukkan bahwa
variabel religiusitas memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,003. Hal
ini berarti bahwa penelitian ini mendukung hipotesis pertama
(H1), karena tingkat signifikansi yang dihasilkan <0,05.
Hasil uji hipotesis pertama menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
religiusitas terhadap pencegahan fraud. Uji regresi menunjukkan bahwa
religiusitas memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,032 yang berarti
lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian ini
mendukung hipotesis pertama (H1).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Imang
(2014) dan juga penelitian Etis dan Siti (2018) yang menyatakan bahwa
religiusitas merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
pencegahan fraud. Menurut mereka bahwa jika Religiusitas tersebut
meningkat maka Kecenderungan Kecurangan Akuntansi menurun, hal
ini sesuai dengan pendapat jalaluddin (2010) yang menjelaskan bahwa
seseorang yang diyakini taat dan memiliki pemahaman agama yang
benar akan senantiasa mengimplementasikan perilaku yang benar pula
dalam kehidupan sehari-hari. Jadi bahwa setiap agama memiliki aturan
dan memberikan pengajaran untuk berperilaku etis. Maka dari itu
semakin tingginya tingkat religiusitas seorang pegawai semakin
rendahnya tindak kecurangan. Ketika seseorang sudah memiliki
113
religiusitas yang tinggi, sehingga untuk berbuat suatu tindakan tercela
mereka takut diawasi oleh tuhannya.
Selanjutnya penelitian Pupung Purnamasari dan Ima Amaliah
(2015) menunjukkan bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan
antara religiusitas pada pencegahan penipuan (fraud). Hal ini terbukti
memberikan efek positif dan signifikan sebagai variabel yang
memperkuat hubungan antara religiusitas dan pencegahan kecurangan.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Umi (2019) yang
menyatakan bahwa tidak terbukti hubungan antara tingkat religiusitas
terhadap pencegahan fraud, tetapi pada penelitian ini religiusitas
merupakan variabel moderasi bukan sebagai variabel independen.
Perbedaan hasil penelitian – penelitian sebelumnya kemungkinan
besar karena adanya perbedaan responden penelitian serta model dari
penelitian. Pada penelitian ini menggunakan responden pegawai
keuangan pada suatu Perguruan Tinggi Negeri di Jakarta.
b. Pengaruh pengendalian internal terhadap pencegahan fraud
Hasil uji hipotesis berdasarkan menunjukkan bahwa variabel
pengendalian internal memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,286.
Hal ini berarti bahwa penelitian ini mendukung hipotesis kedua
(H2), karena tingkat signifikansi yang dihasilkan <0,05.
Hasil uji hipotesis kedua menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
antara pengendalian internal terhadap pencegahan fraud. Uji regresi
menunjukkan bahwa variabel penegndalian internal memiliki tingkat
114
signifikansi sebesar 0,286 yang berarti bahwa nilai tersebut lebih besar
dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian ini tidak
mendukung hipotesis kedua (H2).
Penelitian sejalan dengan penelitian Wulandari, dan Nuryatno
(2018) hasil dari analisis dan pembahasan, yang menyatakan bahwa
pengendalian internal, integritas, independensi, dan profesionalisme
berpengaruh positif terhadap pencegahan kecurangan. Serta menurut
Priyanto dan Aryati (2016) menunjukan adanya hubungan positif antara
variabel pengendalian internal dengan pencegahan fraud. Hal yang
sejalan juga menurut penelitian Khairunnisa dkk (2015) yang
menunjukan bahwa terdapat pengaruh positif pengendalian internal
terhadap pencegahan fraud.
Tetapi penelitian ini tidak sejalan dengan yang dilakukan oleh
Firsta et al (2017) bahwa beberapa indikator dalam pengendalian
internal tidak berpengaruh signifikan terhadap pencegahan kecurangan.
Indikator yang tidak berpengaruh seperti lingkungan pengendalian,
aktivitas pengendalian, serta informasi dan komunikasi tetapi tidak
untuk indikator penaksiran risiko dan pemantauan yang memiliki
hubungan signifikan terhadap pencegahan fraud. Hal ini dijelaskan
bahwa terdapat banyak responden yang kurang memahami pertanyaan
seputar pengendalian internal, karena kurangnya pelatihan untuk
edukasi fraud. Adanya perbedaan penelitian dikarenakan oleh
perbedaan pada responden dan model dari penelitian.
115
c. Pengaruh budaya organisasi terhadap pencegahan fraud
Hasil uji hipotesis berdasarkan tabel menunjukkan bahwa
variabel budaya organisasi memiliki tingkat signifikansi sebesar
0,001. Hal ini berarti bahwa penelitian ini mendukung hipotesis
ketiga (H3), karena tingkat signifikansi yang dihasilkan <0,05.
Hasil uji hipotesis ketiga menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
antara budaya organisasi terhadap pencegahan fraud. Uji regresi
menunjukkan bahwa variabel budaya organisasi memiliki tingkat
signifikansi sebesar 0,459 yang berarti bahwa nilai tersebut lebih besar
dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian ini tidak
mendukung hipotesis ketiga (H3).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Agung dan Titik (2016)
yang menyatakan bahwa budaya organisasi dengan pencegahan fraud
tidak terdapat pengaruh yang signifikan, hal ini dikarenakan ada nya
perputaran pegawai yang kurang efektif dan sebagian pegawai
menjawab ragu-ragu bahwa instansi memberikan rasa indentitas bagi
anggota-anggotanya. Kebiasaan-kebiasaan yang ada diperusahaan
sangat mempengaruhi sikap atau prilaku anggota organisasi, setiap
anggota akan berperilaku sesuai dengan kebiasaan atau budaya yang
diterapkan di organisasi tersebut. Iklim budaya yang baik akan
mencipatakan perilaku yang baik pula kepada setiap orang yang berada
dalam lingkungan organisasi tersebut. Jika dalam suatu perusahaan
menganggap bahwa fraud merupakan hal yang wajar atau biasa
116
terjadi, maka setiap orang dalam perusahaan tersebut akan melakukan
tindakan fraud karena pagawai tersebut merasionalisasi tindakan
tersebut sebagai tindakan yang biasa atau wajar terjadi. Maka dengan
demikian dapat dikatakan semakin baik budaya yang ada di perusahaan
semakin baik pula tingkat pencegahan fraud.
Hal tersebut sejalan dengan Penelitian ini sejalan dengan
penelitian Agung dan Titik (2016) yang menyatakan bahwa budaya
organisasi dengan pencegahan fraud tidak terdapat pengaruh yang
signifikan. Hal ini dikarenakan ada nya perputaran pegawai yang
kurang efektif dan sebagian pegawai menjawab ragu-ragu bahwa
instansi memberikan rasa indentitas bagi anggota-anggotanya.
Kebiasaan-kebiasaan yang ada diperusahaan sangat mempengaruhi
sikap atau prilaku anggota organisasi, setiap anggota akan berperilaku
sesuai dengan kebiasaan atau budaya yang diterapkan di organisasi
tersebut. Iklim budaya yang baik akan mencipatakan perilaku yang baik
pula kepada setiap orang yang berada dalam lingkungan organisasi
tersebut.
Hal ini sejalan dengan penelitian Urumsah dkk (2018) yang
menyatakan adanya hubungan yang positif antara variabel budaya
organisasi terhadap pencegahan fraud. Serta menurut Putu dan Yenni
(2018) yang menyatakan bahwa adanya pengaruh negatif antara
variabel budaya organisasi terhadap pencegahan fraud. Hal tersebut
juga sejalan dengan Brown (2018) yang menyatakan bahwa terdapat
117
hubungan positif budaya organisasi terhadap pencegahan fraud.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Zelmiyanti dan Anita (2015)
menyatakan bahwa kecurangan dapat dicegah dengan meningkatkan
budaya organisasi yang dapat dilakukan dengan mengimplementasikan
prinsip-prinsip Good Corparate Governance. Perusahaan bertanggung
jawab untuk menerapkan budaya yang baik dalam perusahaan agar
tindakan kecurangan bisa diminimalkan.
Hasil yang sama juga pada penelitian Dhany dkk (2016),
Suastawan dkk (2017) yang menyebutkan bahwa budaya organisasi
memiliki pengaruh signifikan terhadap pencegahan fraud. Berdasarkan
hasil pengujian hipotesisdalam penelitian ini memberikan bukti bahwa
variabel budaya organisasi berpengaruh signifikan positif. Jika dalam
suatu perusahaan menganggap bahwa fraud merupakan hal yang wajar
atau biasa terjadi, maka setiap orang dalam perusahaan tersebut akan
melakukan tindakan fraud karena pagawai tersebut merasionalisasi
tindakan tersebut sebagai tindakan yang biasa atau wajar terjadi. Maka
dengan demikian dapat dikatakan semakin baik budaya yang ada di
perusahaan semakin baik pula tingkat pencegahan fraud.
d. Pengaruh religiusitas, pengendalian internal, dan budaya
organisasi secara simultan terhadap pencegahan fraud
Hasil uji hipotesis berdasarkan tabel uji F menunjukkan bahwa
variabel religiusitas, pengendalian internal,dan budaya organisasi
secara simultan memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,000. Hal ini
118
berarti bahwa penelitian ini mendukung hipotesis keempat (H4),
karena tingkat signifikansi yang dihasilkan <0,05.
Hasil uji hipotesis keempat menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh secara simultan antara religiusitas, pengendalian internal,
dan budaya organisasi terhadap pencegahan fraud. Uji regresi
menunjukkan bahwa variabel religiusitas, pengendalian internal, dan
budaya organisasi secara simultan memiliki tingkat signifikansi
sebesar 0,000 yang berarti bahwa nilai tersebut lebih kecil dari 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian ini mendukung
hipotesis keempat (H4).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh I
Putu Aditya dan Made Yenni (2018) yang menjelaskan bahwa
Pengendalian Internal, Budaya Organisasi, dan Moralitas
berpengaruh negatif pada Kecenderungan Kecurangan (fraud) di
LPD se-Kabupaten Gianyar. Hal ini berarti semakin baik
Pengendalian Internal, Budaya Organisasi dan Moralitas maka
semakin kecil Kecenderungan Kecurangan ( fraud ) di LPD se-
Kabupaten Gianyar. Dalam hal ini peneliti menganggap bahwa
moralitas merupakan salah satu dimensi dari religiusitas, A. H
Hasanuddin menyatakan bahwa agama merupakan sumber dari
moral.
119
e. Pengaruh work-family conflict dalam memoderasi religiusitas,
pengendalian internal, dan budaya organisasi terhadap
pencegahan fraud
Hasil uji hipotesis keenam, dan ketujuh menunjukkan bahwa work-
family conflict tidak memiliki pengaruh dalam memoderasi
pengendalian internal dan budaya organisasi terhadap pencegahan
fraud. Uji regresi menunjukkan bahwa variabel work-family conflict
memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,000, 0,668, dan 0,832. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel moderasi work-family conflict pada
penelitian ini tidak mendukung hipotesis keenam, dan ketujuh (H6
dan H7) karena tingkat signifikansi yang dihasilkan >0,05, tetapi
mendukung hipotesis kelima karena nilainya tidak >0,05.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Cressey (1950) pada penelitian ini mengasumsikan bahwa tekanan
melakukan fraud muncul saat individu tidak mampu berbagi masalah
dengan orang lain karena alasan malu, atau ada konsekuensi
hukum,sanksi, atau tanggung jawab kepada orang lain/keluarga.
Individu yang menduduki peran yang memiliki tekanan situasional
yaitu kondisi saat kesulitan keuangan.
Penelitian ini sejalan dengan Pamungkas (2014) menyatakan
adanya hubungan negatif antara religiusitas dengan pencegahan fraud,
tapi jika dengan di intervening oleh rasionalisasi memiliki pengaruh
yang positif. Menurut penelitian Rabi’ah (2014) menunjukan adanya
120
hubungan positif antara variabel work-family conflict dengan tindakan
kecurangan dengan objek penelitian pada perusahaan keluarga. Berbeda
dengan adanya sikap keagamaan atau religiusitas yang tinggi pada
seseorang, yang dimana hukum di agama sendiri bersifat mengikat
sehingga agama dijadikan pengendali moral suatu umat. Tanpa adanya
suatu sistem pengawasan pun suatu individu yang memiliki tingkat
religiusitas yang tinggi tidak akan berbuat kecurangan, karena merasa
tuhan nya akan mengawasi segala perbuatannya. Pada Saat mengalami
konflik, umumnya manusia mengedepankan sisi emosi ketimbang
logika, sedangkan iman seseorang seringkali mengalami kenaikan dan
penurunan. Bila konflik didapatkan pada saat seseorang sedang futur
atau dalam keadaan lemah iman, maka nilai-nilai religiusitas yang
dimiliki belum bisa membantu seseorang tersebut untuk terhindar dari
stres.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Nurul (2019) yang menyatakan bahwa tidak berpengaruh antara
hubungan work-family conflict dengan religiusitas dikarena masih
banyak indikator dalam religiusitas yang belum terpenuhi oleh
seseorang. Dengan kata lain, seseorang bisa mengatakan dirinya adalah
orang yang memiliki religiusitas yang baik, namun pada kenyataannya
nilai-nilai religiusitas belum terinternalisasi dalam dirinya yaitu belum
sepenuhnya menjadi dasar seseorang dalam bertingkah laku dan
bertindak. Hasil penelitian ini didukung dengan Jamaliah Said dkk.
121
(2018) menyatakan bahwa hubungan antara fraud dengan religiusitas
memiliki pengaruh negatif.
Penelitian ini juga tidak sejalan dengan Dewantoro (2011)
menunjukan adanya hubungan yang signifikan terhadap pengendalian
internal dengan konflik keluarga. Hipotesis ini diperkuat dengan
dengan argumen dari Mery dan Julius (2015) bahwa pada saat
seseorang yaitu karyawan perusahaan sedang mengalami frustasi
kerja, terlilit utang, beban ekonomi yang menumpuk, bahkan kondisi
lingkungan keluarga yang tidak harmonis membawa dampak yang
tidak baik bagi kinerja karyawan tersebut. Pekerjaan jadi kacau balau,
dan bisa berakibat melakukan pencurian kas untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginannya serta adanya kesempatan yang terbuka
lebar untuknya melakukan tindakan kecurangan tersebut. Hal tersebut
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Yeni dan Yunita (2016)
yang menyatakan bahwa antara pengendalian internal dengan konflik
peran tidak berpengaruh. Hal tersebut dikarenakan adanya permintaan
peran yang terlalu banyak, seperti konflik/pertentangan akibat
perbedaan permintaan dari organisasi dengan aturan standar (Ahmad
dan Taylor, 2009).
Penelitian ini juga sejalan dengan Raymond Hermanto (2014)
menunjukkan hubungan positif antara budaya organisasi dengan konflik
keluarga yang diuji pada perusahaan keluarga. Serta menurut I Made
(2017) pada penelitian pengaruh budaya organisasi, pro active fraud
122
audit, dan whistleblowing pada pencegahan kecurangan, menunjukan
adanya hubungan positif antara variabel budaya organisasi dengan
pencegahan fraud. Ketika budaya yang buruk melekat pada suatu
organisasi seperti pemalsuan dokumen yang dianggap biasa saja. Hal
tersebut sangat memprihatinkan ditambah ketika suatu individu
memiliki rasa ketidakpuasan di tempat kerja atau masalah keluarga
yang membuat individu itu sendiri merasa tertekan. Hal tersebut
didukung dengan penelitian Lilik (2016) yang menyatakan bahwa
instansi yang telah menerapkan fungsi pengawasan dengan sangat
efektif sehingga dari kebiasaan akan pengawasan itu menjadikan para
pegawai terbiasa dan pada akhirnya membudaya.
Berdasarkan theory of reasoned action dan theory of planned
behavior juga telah dijelaskan beberapa faktor mengapa individu
melakukan tindakan tidak terpuji tersebut dikarenakan masih rendahnya
nilai-nilai etika yang yang ada pada individu tersebut seperti nilai
kejujuran yang perlu ditanamkan, dan masih rendahnya pemahaman
akan hukum yang berada di Indonesia, yang mengakibatkan semakin
banyak orang memiliki sikap rasionalisasi atas apa yang dilakukannya.
Pengaruh positif dari agama secara substansial ditemukan dapat
mengatasi kesulitan/masalah. Kegiatan keagamaan terutama do’a
biasanya dianggap sebagai cara mengatasi masalah dan pertumbuhan
pribadi (Folkman, et al, 1986). Idler (1987) menemukan bahwa depresi
akan berkurang ketika seseorang berdo’a, baik secara individu maupun
123
berdo’a bersama. Do’a memungkinkan seseorang dalam menghadapi
masa depan dengan optimis, memiliki kontrol yang lebih baik, lebih
percaya diri, harga diri, dan merasa memiliki tujuan (Dull & Skolan,
1995).
Penanganan dengan agama adalah prediktor yang signifikan
terhadap suatu masalah, termasuk konflik pekerjaankeluarga. Konflik
akan rendah bagi mereka yang memiliki tingkat religiositas yang tinggi,
sehingga kepuasan kerja akan tinggi. Kebanyakan studi tentang
penangan dengan agama dilakukan pada negara-negara yang dominan
pemeluk agama kristen, dan masih terbatas riset semacam ini yang
dilakukan di Negara yang dominan beragama islam. Makna agama
mungkin berbeda antara kedua agama. Kristen membuat perbedaan
antara gereja dan negara, sementara islam menekankan agama sebagai
jalan hidup.
Beberapa hipotesis yang tidak berpengaruh seperti H6 dan H7
dikarenakan pada H5 yaitu hubungan antara religiusitas terhadap
pencegahan fraud yang dimoderasi oleh work-family conflict
berpengaruh signifikan. Dapat diartikan ketika tiap individu yang
memiliki tingkat religusitas yang tinggi akan membentuk budaya di
lingkungan pekerjaan dengan baik. Dalam hal ini religiusitas
merupakan prilaku atau sifat invidu yang akan mempengaruhi individu
lainnya pada suatu organisasi, hal ini dapat disebut juga sebagai
interaksi sosial. Menurut Maryam (2015) bahwa interaksi sosial adalah
124
sebuah hubungan antara individu dengan individu, kelompok, maupun
lingkungan yang dapat mempengaruhi satu dengan yang lainnya
sehingga menimbulkan respon atau menciptakan hubungan sosial yang
dinamis.
Hal ini didukung dengan pernyataan dari Bukhari dan Muslim yang
memaknai hubungan dalam bersosial pada sebuah hadis:
الح والسوء كحامل ا ا أن يحذيك ، مثل الجليس الص لمسك ونافخ الكير ، فحامل المسك إم
ا أن يحرق ثيا ا أن تجد منه ريحا طيبة ، ونافخ الكير إم ا أن تبتاع منه ، وإم ا وإم بك ، وإم
أن تجد ريحا خبيثة
“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang
penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi
mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli
minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan
bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya)
mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan
bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628).
Dimana menurut hadis ini kita dianjurkan untuk menyeleksi
seseorang sebelum berteman khususnya pada perilaku dan akhlaknya
sehingga secara tidak langsung atau tanpa disadari kita akan mengikuti
juga perbuatannya. Hal ini berlaku juga untuk sebuah organisasi atau
lembaga ketika atasan atau rekan kerja yang memiliki akhlak dan
perilaku yang baik akan membuat lingkupnya menjadi baik juga. Hal
ini seperti konsep agent of changes yang menyebar kebaikan kepada
125
setiap orang sehingga orang yang telah menjadi agent akan berbuat
kesekitarnya juga.
126
BAB V
KESIMPULAN DAN PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti – bukti yang
kuat mengenai pengaruh religiusitas, pengendalian internal dan budaya
organisasi terhadap pencegahan fraud dimoderasi dengan work-family
conflict. Responden pada penelitian ini berjumlah 132 profesi pegawai
PTN yang tersebar di Indonesia. Berdasarkan pola data yang telah
dikumpulkan dan hasil pengujian yang telah dilakukan menggunakan
SPSS 24, maka dapat dihasilkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Religiusitas yang dimiliki oleh seseorang, khususnya profesi pegawai
dapat mempengaruhi pencegahan fraud. Hasil ini mendukung
penelitian yang dilakukan oleh (Khairunissa dkk, 2015) dan juga
penelitian Purnamasari dan Amaliah (2015) serta pamungkas (2014).
Tetapi, hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan
oleh umi (2019).
2. Pengendalian internal yang diterapkan pada lingkungan kerja profesi
pegawai tidak berpengaruh terhadap pencegahan fraud. Hasil ini
mendukung penelitian yang dilakukan oleh (Firsta dkk, 2017). Tetapi,
hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Wulandari dan Nuryatno (2017).
127
3. Budaya organisasi yang terdapat dalam diri seseorang dan khususnya
pada pegawai dapat mempengaruhi pencegahan fraud. Hasil ini
mendukung artikel yang ditulis oleh Zelmiyanti dan Anita (2017) dan
Urumsah (2018). Tetapi, hasil penelitian ini tidak mendukung
penelitian yang dilakukan oleh (Priyanti dan Aryati, 2017) dan (Agung
dan Titik, 2016).
4. Religiusitas, pengendalian internal, dan budaya organisasi Secara
Simultan mendukung pencegahan fraud. Hasil penelitian ini
mendukung penelitian yang dilakukan oleh I Putu Aditya dan Made
Yenni (2018).
5. Work-family conflict yang ada saat ini tidak dapat memoderasi
pengaruh pengendalian internal dan budaya organisasi seseorang
terhadap pencegahan fraud. Tetapi Work-family conflict dapat
memoderasi pengaruh religiusitas terhadap pencegahan fraud. Hasil
penelitian ini sejalan dengan Cressey (1950) dan Lilik (2016), tetapi
tidak sejalan dengan Nurul (2019) dan Yeni dan Yunita (2016).
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan di atas, implikasi dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Religiusitas yang dimiliki seorang pegawai dapat mempengaruhi
penceghan fraud. Religiusitas memiliki peranan penting bagi umat
beragama serta menjadi acuan hidup pada segala kegiatan termasuk
pekerjaan. Religiusitas merupakan sumber moral untuk membimbing
128
manusia agar berahlak dengan baik. Pada konteks ini seseorang yang
memiliki tingkat religiusitas tinggi enggan untuk mencuri atau berbuat
kecurangan karena dia percaya tuhan selalu mengawasinya dan tahu
akan akibat yang dilakukannya berpengaruh negatif kepada orang lain.
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi di lingkungan
PTN untuk dapat lebih mengetahui permasalahan dan kondisi yang
terjadi pada pegawai sehingga dapat meningkatkan pencegahan fraud.
2. Pengendalian internal yang berada dalam lingkungan instansi dapat
mempengaruhi pencegahan fraud. Hal tersebut dikarenakan
pengendalian internal di lingkungan instansi sudah efektif, sehingga
peluang untuk pegawai melakukan fraud itu sangat kecil. Hasil
penelitian ini dapat menjadi bahan untuk terus meningkatkan aktifitas
pengendalian internal di lingkungan instansi agar kasus fraud di
lingkungan PTN semakin berkurang.
3. Budaya organisasi yang terdapat dalam lingkungan kerja, khususnya
pada pegawai di PTN dapat mempengaruhi pencegahan fraud. Hal ini
dikarenakan budaya organisasi yang terdapat dalam PTN telah
menanamkan nilai-nilai kejujuran atas tugas dan wewenang yang telah
diberikan serta memberikan sense of identity dan sense of belonging
kepada para pegawainya.
4. Religiusitas, pengendalian internal, dan budaya organisasi secara
simultan dapat mempengaruhi pencegehan fraud. Hal ini sesuai dengan
teori lingkungan kerja non fisik yang menyatakan bahwa lingkungan
129
psikis dalam pekerjaan sangat mempengaruhi perilaku pekerja. Hal
tersebut terbukti pada variabel religiusitas, budaya organisasi, dan
work-family conflict terhadap pencegahan fraud serta secara tidak
langsung mempengaruhi pengendalian internal menjadi lebih efektif.
5. Work-family conflict yang berlaku di Indonesia saat ini masih belum
dapat memberikan pengaruh yang signifikan antara pengaruh
pengendalian internal, dan budaya organisasi terhadap pencegahan
fraud. lebih menanamkan sikap kejujuran, tanggung jawab, dan
profesionalisme yang tinggi sehingga mendukung kegiatan dalam
pencegahan fraud di lingkungan instansi tersebut.
C. Keterbatasan
Dalam melaksanakan penelitian ini terdapat beberapa
keterbatasan yang dialami oleh peneliti, di antaranya:
1. Variabel dan teori yang digunakan masih terbatas dan belum
diperbaharui dengan perkembangan masa kini.
2. Kurangnya pengetahuan pada beberapa responden untuk variabel
yang digunakan, sehingga peneliti mengurangi beberapa responden
yang berpendidikan terakhir dibawah S1.
3. Data primer yang dilakukan terbatas karena hanya melalui
pertanyaan dalam kuisioner yang dijawab oleh responden tanpa
adanya wawancara langsung untuk mendapatkan tambahan
informasi yang diinginkan.
130
4. Sulitnya menemukan variabel work-family conflict yang
berhubungan dengan variabel lainnya yang akan diteliti, karena
masih jarang penelitian yang telah dilakukan menggunakan variabel
work-family conflict.
5. Variabel yang digunakan masih sangat terbatas, belum dijelaskan
secara jelas faktor-faktor lain yang juga memiliki pengaruh terhadap
pencegahan fraud seperti attitude, norm subjective, dan behavior.
D. Saran
Penulis menyadari bahwa pengetahuan dan pengalaman penulis
baik secara teoritis maupun praktisi masih terbatas. Penulis berharap
untuk penelitian di masa mendatang agar dapat menyajikan hasil
penelitian yang lebih berkualitas lagi dengan adanya beberapa masukan,
di antaranya:
1. Penelitian selanjutnya diharapkan agar mengembangkan variabel
pencegahan fraud dan work-family conflict.
2. Penelitian selanjutnya diharapkan lebih memperluas wilayah
penelitian, tidak hanya dominan pada PTN di Jakarta agar
mendapatkan hasil penelitian yang lebih luas dan general.
3. Peneliti selanjutnya diharapkan untuk menambahkan data berupa
hasil wawancara dengan responden agar mendapatkan hasil yang
lebih relevan.
4. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengganti variabel work-
family conflict atau menambahkan variabel tentang hukum lainnya
131
sehingga lebih mendukung penelitian ini seperti triple role conflict
dan work life balance.
5. Peneliti selanjutnya diharapkan untuk menambahkan faktor-faktor
atas variabel tersebut agar menghasilkan penelitian yang lebih baik
dan terperinci.
132
DAFTAR PUSTAKA
Agung Priyanto dan Titik Aryati. 2016. Analisis pengaruh budaya organisasi dan
system pengendalian internal terhadap pencegahan dan pencegahan
fraud. Jurnal Informasi, Perpajakan, Akuntansi dan Keuangan Publik.
Vol.11 No.2 Hal: 89-104.
Ajzen, Icek., 1991. “The Theory of Planned Behavior”. Organizational Behavior
and Human Decision Processes, Vol. 50, Hal: 179 – 211.
Albrecht, W. 2002. Fraud Examination. Mason, OH: Thomson-South Western.
Allport, G. W. dan Ross, J. M. 1967. “Personal Religious Orientation and
Prejudice”. Journal of Personality and Social Psychology, Vol.05, Hal:
432-443.
Alison. 2006. “Fraud Auditing.” http://www.reindo.co.id.
Arens, Alvin A,Elder R.J.A, Beasley M.S dan Jusuf A.A . 2003. Jasa Audit dan
Assurance Pendekatan Terpadu (Adaptasi Indonesia).Jakarta:Salemba
Empat.
Associaton of Certified Fraud Examiners (ACFE). 2014. Report to the Nations on
Occupational Fraud and Abuse, 2014 Global Fraud Study, (Online).
Anonim. “Sejarah Institut Pegawai Publik Indonesia (IAPI)”. Diakses melalui
Http://Iapi.Or.Id/Detail/49-Sejarah-Institut-Pegawai-Publik-
Indonesia- Iapi.
Anonim. “jenis-jenis coping stress dan pengertiannya”.diakses melalui
https://lianurbaiti.wordpress.com/2014/04/26/tugas-kedua-pengertian-
dan-jenis-jenis-coping-stress-dan-teori-kepribadian-sehat/ .
Askar Yunianto dan Sih Darmi Astuti, 2013.”Strategi Coping Untuk
Menghadapi Konflik Pekerjaan-Keluarga, Kepuasan Kerja, Dan
Burnout”. Jurnal Manajemen dan Akuntansi.
133
Beasley, M.S. 2003. An Empirical Analysis of the Relation between the Board of
Director Composition and Financial Statement Fraud. The Accounting
Review71 (October): 443–465.
Benisa Berry. 2004. Organizational Culture: A Framework and Strategies for
Facilitating Employee Whistleblowing. Employee Responsibilities and
Rights Journal. Vol.16 No.1.
Brigham, Eguene . F dan Joel F. Houston. 2003. Dasar-Dasar Manajemen
Keuangan. Jakarta : Salemba Empat.
Brown, D.M., and Annis, L. 1978. “Moral Development Level And Religious
Behavior” .Psychological Reports. 43. Hal. 1230.
Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission. 2004.
Guidance on Monitoring Internal Control Systems: AICPA.
Cressey, D. (1953). Other people’s money, dalam: “The Internal Auditor as Fraud
buster, Hillison, William. Et. Al. 1999. Managerial Auditing Journal,
MCB University Press, 14/7:351 362.
Dekar Urumsah, Aditya Pandu Wicaksono, dan Wirawan Hardinto. 2018.
“Pentingkah nilai religiusitas dan budaya organisasi untuk mengurangi
kecurangan”. Jurnal akuntansi multiparadigma, vol. 9, no.1. Hal. 156 -
172.
Deyanira Safitri. 2017. “Pengaruh religiusitas dan komitmen professional
terhadap upaya pencegahan fraud di pemerintahan”.Journal public
finance, vol 9 no 99.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Glock, C. Y., dan Stark, R. 1965. Religion and society in tension. Chicago: Rand
McNally.
Haidy Brown, Ji Sung Kim, dan Sue R. Faerman.2018. The influence of societal
and organizational culture on the use of work-life balance programs: A
comparative analysis of the United States and the Republic of Korea.
The Social Science Journal.
134
Hasnan, 2006. Management Predisposition, Motive, Opportunity, and Earnings
Management for Fraudulent Financial Reporting in Malaysia. Journal
of Financial Economics.
Hermiyetti .2015. Pengaruh penerapan pengendalian internal terhadap pencegahan
fraud pengadaan barang. Jurnal Ekonomi dan Bisnis.
Hood, R. W., Jr., Spilka, B., Hunsberger, B., dan Gorsuch, R. (1996). The
psychology of religion: An empirical approach (2nd ed.). New York:
Guilford Press.
Houghton, K,A dan Hronsky,J.F (1993). The Sharing of meaning between
accounting student and member of the accounting profession.
Accounting and finance 33: 137-147.
Ikatan Pegawai Indonesia. 2009. Standar Profesional Pegawai Publik. Jakarta:
Salemba Empat.
Imang Dapit Pamungkas,2014. Pengaruh religiusitas dan rasionalisasi dalam
mencegah dan mendeteksi kecenderungan kecurangan akuntansi. Jurnal
Ekonomi dan Bisnis.
Khairunnisa P. A, Pupung P. dan Hendra G. 2015. “Pengaruh Pengendalian
Internal dan Religiusitas Terhadap Pencegahan Fraud”. Prosiding
akuntansi, vol. 2, no. 2.
Leah Njeri Kabue.2015. The Effect Of Internal Controls On Fraud Detection And
Prevention Among Commercial Banks In Kenya. International Journal
of Business and Management Invention.
Muniya Alteza dan Lina Nur Hidayati. 2017. “Work-family conflict pada wanita
bekerja: studi tentang penyebab, dampak dan strategi coping”.jurnal
ekonomia vol.1, no.1.
Mohammad Jizi, Rabih Nehme,dan Rofayda ELHout. 2017. Fraud: auditors’
responsibility or organisational culture. Employee Responsibilities and
Rights Journal.
135
Oguda Ndege Joseph, Odhiambo Albert, dan Prof John Byaruhanga. 2015. Effect
of Internal Control on Fraud Detection and Prevention in District
Treasuries of Kakamega County. International Journal of Business and
Management Invention. Vol: 4 No.1 Hal: 47-57.
Riri Zelmiyanti dan Lili Anita. 2015. Pengaruh budaya organisasi dan peran
auditor internal terhadap pencegahan kecurangan dengan pelaksanaan
sistem pengendalian internal sebagai variabel intervening. Jurnal
Akuntansi Keuangan Dan Bisnis.
Said, J., Asri, S., Rafidi, M., Obaid, R,R. and Alam, M.M. .2018. “Integrating
religiousity into fraud triangle theory : empirical findings from
enforcement officers”. Global Journal al Thaqafah, Special issue: 131 –
143.
Sukadwilinda dan R. Aryanti Ratnawati.2013. Pengendalian Internal Terhadap
Kecurangan. Jurnal Aset (Akuntansi Riset), Vol.5 No.1 Hal: 11-21.
Wilopo. 2008. “Pengaruh Pengendalian Internal Birokrasi Pemerintah dan
Perilaku Tidak Etis Birokrasi terhadap Kecurangan Akuntansi di
Pemerintahan :Persepsi Auditor Badan Pemeriksa Keuangan.”Ventura
vol. 11 no. 1.
Wilopo. 2006. “Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap
Kecenderungan Kecurangan Akuntansi : Studi pada Perusahaan Publik
dan BUMD di Indonesia”. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang.
136
LAMPIRAN I
KUISIONER
137
Lampiran Kuesioner
Kuesioner penelitian analisis pengaruh religiusitas, pengendalian
internal, dan budaya organisasi terhadap pencegahan fraud pegawai yang di
moderasi dengan work family conflict.
Kpd Bapak/Ibu/Saudara responden yang terhormat
Saya Mahasiswa Jurusan Pegawaisi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang melaksanakan
penelitian dalam rangka menyelesaikan tugas akhir mata kuliah metodelogi
penelitian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang pengaruh religiusitas,
pengendalian internal, dan budaya organisasi terhadap pencegahan fraud pegawai
yang di moderasi dengan work family conflict. Pada kesempatan ini saya sangat
mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara berkenan menjadi responden dalam
penelitian ini. Data yang diperoleh dalam penelitian ini hanya untuk kepentingan
akademis.
Atas kebaikan hati dan partisipasi yang telah Bapak/Ibu/ Saudara berikan,
saya sampaikan terimakasih.
Tangerang Selatan, 18 Desember 2019
Hormat Saya,
Abi Jaelani
138
1. PETUNJUK PENGISIAN
Pada pilihan berganda, beri tnda silang (x) pada jawaban yang paling
sesuai
Pada kolom titik-titik mohon berkenan untuk mengisi dengan jawaban
yang paling sesuai
2. Karakteristik Responden
A. Nama Universitas : ________________________
B. Agama :
Islam
Protestan
Katolik
Hindu
Budha
Kong Hu Cu
C. Jenis Kelamin :
Pria
Wanita
D. Usia :
20 – 25 tahun
26 – 30 tahun
31 – 35 tahun
36 – 40 tahun
> 40 tahun
E. Pendidikan Terakhir :
139
SMA dan setaranya
Diploma
S1
Sedang S1
S2
Sedang S2
S3
F. Lama Bekerja di Instansi ini:
< 5 tahun
6 – 10 tahun
11 – 20 tahun
20 tahun
G. Status Perkawinan:
Menikah
Lajang
Cerai
Janda / Duda
H. Bidang Pekerjaan
Keuangan
Administrasi
Akademik
I. Penghasilan sebulan :
< 5 juta
140
6 – 10 juta
11 – 20 juta
21 – 30 juta
30 juta
J. Jumlah Tanggungan :
1 Orang
2 Orang
3 Orang
4 Orang
5 Orang
6 Orang
3. Petunjuk Pengisian Kuesioner
Mohon Bapak/Ibu/Saudara berkenan memilih salah satu opsi
(STS/TS/KS/S/SS) yang paling sesuai dengan kondisi / pendapat
Bapak/Ibu/Saudara dengan memberi tanda pada salah satu kotak yang sesuai
dengan pilihan Anda.
Keterangan:
Ss: Sangat Setuju SL : Selalu
S: Setuju SR : Sering
N: Netral KK : Kadang-kadang
Ts: Tidak Setuju JR : Jarang
Sts: Sangat Tidak Setuju TP : Tidak pernah
141
4. Skala pengukuran
1) Skala religiusitas
No. Pernyataan Ss S N Ts Sts
1. Saya merasa bahwa setiap orang yang
beragama menghindari perbuatan yang
menyimpang dan setiap perbuatan
diminta pertanggung jawabanya.
2. Saya selalu menyempatkan diri untuk
beribadah dan berdoa dalam memulai
segala kegiatan serta instansi saya
member keluasaan untuk beribadah.
3. Saya merasa tuhan mengawasi dalam
setiap kegiatan saya.
4. Saya memahami segala hal yang
dibolehkan dan dilarang oleh agama
serta apa yang diwajibkan dan
sunnahkan.
5. Saya selalu mengingat dosa ata tindakan
buruk saya dan menolak jika ada yang
mengajak berbuat menyimpang.
2) Skala internal control
No. Pernyataan Ss S N Ts Sts
1. Di Instansi tempat saya bekerja,
sudah ada pembagian wewenang
dan tanggungjawab yang jelas.
2. Di Instansi tempat saya bekerja,
bila laporan keuangan perlu
segera diterbitkan, maka
otorisasi transaksi harus
dilaksanakan dan bukti
142
pendukung harus disertakan.
3. Di Instansi tempat saya bekerja,
telah diterapkan peraturan untuk
pemeriksaan fisik atas kekayaan
Instansi (kas, persediaan,dll).
4. Di Instansi tempat , seluruh
informasi kegiatan operasi
Instansi harus dicatat dalam
sistem pegawaisi.
5. Di Instansi tempat saya bekerja,
diterapkan peraturan untuk
dilakukannya pemantauan dan
evaluasi atas aktivitas operasi
untuk pelaksanaan pengendalian
internal (misalnya : derajat
keamanan kas, persediaan,dsb).
3) Skala budaya organisasi
No. Pernyataan Ss S N Ts Sts
1. Saya diberikan kesempatan
berinisiatif sendiri untuk
menyelesaikan pekerjaan
perusahaan bahkan tanpa
menunggu perintah atasan.
2. Saya mampu memberikan ide
kreatif dan inovatif untuk
kemajuan instansi walaupun
pekerjaan tersebut berisiko..
3. Atasan selalu memberikan
motivasi agar kreatifitas saya
meningkat serta membantu
dalam meyelesaikan pekerjaan
yang sulit.
4. Saya selalu mengerjakan
143
pekerjaan sesuai dengan standar/
peraturan yang belaku dan
sejalan dengan visi dan misi
instansi serta atasan selalu
mengevaluasi hasil kerja.
4) Skala work family conflict
No. Pernyataan Ss S N Ts Sts
1. Saya tidak mempunyai cukup
waktu untuk berkumpul bersama
keluarga karena pekerjaan.
2. Saya sering bertengkar dengan
rekan kerja atau atasan karena
tertekan dengan masalah di
keluarga.
3. Ketika pulang kerja saya merasa
kesal dengan keluarga karena
tuntutan keluarga perihal gaji
yang kurang dan tidak adanya
jaminan yang lebih.
4. Kinerja saya berkurang karena
tuntutan peran di keluarga
sehingga saya mendapatkan
teguran dari atasan.
5) Skala pencegahan fraud
No. Pernyataan SL SR KK JR TP
1. Instansi pernah melakukan
pemalsuan dokumen-dokumen
dalam membuat laporan
keuangan.
2. Instansi pernah melakukan
pemanipulasian bukti-bukti
transaksi dengan mengubah
144
besarnya nominal.
3. Instansi melakukan penghapusan
atau menyembunyikan
kewajiban atas instansi.
4. Instansi pernah melakukan
penghapusan atau penghilangan
suatu transaksi.
5. Instansi pernah mencatat tanggal
transaksi yang tidak sesuai
dengan waktu transaksi yang
sebenarnya
6. Instansi sengaja mengubah
asumsi dalam pencatatan dan
klasifikasi transaksi keuangan
7. Untuk menutupi adanya
pencurian aktiva , instansi
menaikkan pendapatan dalam
laporan keuangannya
8. Bukan masalah bagi instansi
saya, apabila perlengkapan dan
peralatan kantor yang dibeli
tidak sesuai dengan spesifikasi
yang seharusnya dibeli serta
tidak adanya penilaian kembali.
9. Instansi menyajikan laporan
keuangan yang di rekayasa untuk
menutupi adanya penggelapan
aktiva.
10. Instansi melaporkan
pengungkapan atas laporan
keuangan yang kurang memadai
dan ada yang ditutup-tutupi
145
LAMPIRAN II
IDENTITAS DAN JAWABAN
RESPONDEN
146
147
IDENTITAS RESPONDEN
No. A U PT LB SP BP P JT
1. 1 5 7 4 1 1 3 4
2. 1 3 5 2 2 1 2 1
3. 1 3 4 2 2 1 2 1
4. 1 5 7 4 1 2 3 3
5. 1 2 3 2 1 1 1 1
6. 1 3 5 1 1 1 2 4
7. 1 5 7 2 1 2 4 1
8. 1 3 5 3 1 2 3 3
9. 1 2 3 1 1 1 1 5
10. 1 3 2 1 2 2 1 1
11. 1 1 1 1 2 1 1 1
12. 1 2 3 1 2 1 1 1
13. 1 1 2 3 2 1 1 1
14. 1 5 5 2 1 1 3 3
15. 1 3 6 3 3 2 3 4
16. 1 1 2 2 2 1 1 1
17. 1 3 4 2 2 2 2 1
18. 1 3 2 2 4 1 1 1
19. 1 5 7 4 1 1 4 3
20. 1 2 3 1 1 2 1 4
21. 1 1 1 1 2 1 1 1
22. 1 1 2 2 2 2 1 1
23. 2 3 5 2 1 1 3 2
24. 1 3 4 2 1 1 3 2
25. 1 4 3 3 1 1 1 3
26. 1 1 2 2 2 2 1 1
27. 1 5 7 2 1 2 4 1
28. 1 3 3 2 2 1 1 3
29. 1 3 6 2 2 1 3 2
30. 1 2 3 3 1 1 1 3
31. 1 3 5 3 1 2 3 4
32. 1 1 2 3 2 1 1 1
33. 1 2 3 2 1 1 1 2
34. 1 2 2 3 1 1 1 3
35. 2 5 7 2 1 2 4 2
36. 1 2 3 2 1 1 1 4
37. 1 1 2 2 2 2 1 1
38. 1 3 5 2 1 2 3 5
39. 1 5 7 4 1 2 3 3
40. 1 1 2 1 2 2 1 1
41. 1 3 5 2 1 2 3 1
148
42. 1 5 7 3 2 2 4 1
43. 1 3 4 2 1 2 2 6
44. 2 3 6 4 1 1 3 3
45. 1 1 2 1 2 1 1 1
46. 1 5 6 3 1 2 3 3
47. 3 1 2 1 2 2 1 1
48. 1 2 3 3 2 1 1 1
49. 1 2 1 2 1 2 1 6
50. 1 3 5 3 2 3 2 1
51. 1 2 4 2 2 3 2 1
52. 1 2 2 2 1 1 2 6
53. 1 2 3 1 3 1 1 2
54. 1 3 6 4 1 1 4 3
55. 1 3 6 4 1 3 3 3
56. 1 1 2 1 2 3 1 4
57. 1 3 5 3 1 1 3 5
58. 1 5 7 4 1 3 3 4
59. 1 4 4 2 4 3 2 3
60. 1 5 7 4 1 2 3 4
61. 1 3 3 2 4 2 1 4
62. 1 3 2 2 2 3 1 2
63. 1 3 5 4 1 2 3 2
64. 1 5 2 2 1 1 1 5
65. 1 5 5 3 2 3 2 1
66. 1 5 7 4 1 1 3 4
67. 1 2 4 2 3 2 2 3
68. 1 3 2 2 2 1 1 2
69. 1 5 3 4 1 1 1 4
70. 1 5 7 4 1 2 4 4
71. 1 5 3 2 2 1 1 1
72. 1 4 2 4 1 2 1 1
73. 1 5 3 2 2 1 1 2
74. 1 4 5 2 1 2 2 3
75. 1 5 7 4 2 2 3 1
76. 1 3 2 2 1 3 1 2
77. 1 5 5 3 2 2 2 1
78. 1 3 2 2 1 1 1 4
79. 1 5 5 3 2 1 2 5
80. 1 3 4 2 1 1 2 6
81. 1 3 4 2 3 1 2 3
82. 1 5 5 4 1 1 2 2
83. 1 5 3 4 2 2 1 1
84. 1 5 7 3 1 1 4 3
85. 1 3 5 2 2 2 3 2
149
86. 1 4 4 4 1 1 2 4
87. 1 2 4 2 2 1 2 1
88. 1 4 2 2 1 1 1 4
89. 1 3 4 2 2 1 2 1
90. 1 5 3 4 1 2 1 5
91. 1 3 1 3 2 1 1 4
92. 1 2 1 2 1 2 1 2
93. 1 4 4 2 2 1 2 6
94. 2 2 2 2 1 2 1 2
95. 1 1 1 2 2 3 1 1
96. 1 2 4 2 1 2 2 5
97. 2 3 2 2 2 1 1 1
98. 3 3 4 2 1 2 2 4
99. 3 3 3 2 1 1 1 2
100. 4 5 7 2 3 1 4 4
101. 5 2 5 3 1 1 2 5
102. 4 4 5 3 2 3 2 1
103. 3 3 1 3 1 2 1 2
104. 4 5 4 2 2 1 2 1
105. 4 4 2 1 1 1 1 5
106. 2 4 3 2 2 1 1 1
107. 2 4 5 3 2 3 2 1
108. 5 4 3 3 1 3 1 4
109. 6 5 4 3 3 2 2 2
110. 4 4 6 3 1 1 3 5
111. 3 4 3 2 3 1 2 2
112. 2 3 5 2 1 3 2 4
113. 4 4 3 2 1 1 1 4
114. 4 4 2 2 2 2 1 5
115. 1 4 1 3 2 1 1 4
116. 1 4 3 2 1 1 1 3
117. 2 5 4 2 1 3 2 4
118. 3 5 7 4 3 1 3 5
119. 4 3 3 3 3 2 1 3
120. 2 5 1 3 2 1 1 1
121. 1 2 3 2 2 1 1 2
122. 4 3 6 4 2 1 3 2
123. 5 3 4 1 1 2 2 5
124. 6 3 5 2 1 3 3 4
125. 3 3 3 2 1 1 1 4
126. 2 3 3 2 1 1 1 5
127. 5 3 4 3 1 1 2 2
128. 3 4 3 2 3 1 1 3
129. 2 4 5 4 1 1 2 2
150
130. 4 4 5 4 4 1 2 5
131. 4 4 5 4 4 1 2 5
132. 2 4 4 5 1 2 3 4
Keterangan:
Agama = 1. Islam 2. Protestan 3. Katolik
4. Hindu 3. Budha 6. Kong Hu cu
Jenis Kelamin = 1. Pria 2. Wanita
Usia = 1. 20 – 25
Tahun
2. 26 – 30
Tahun
3. 31 – 35
Tahun
4. 36 – 40
Tahun
5. > 40
Tahun
Pendidikan
terakhir
= 1. SMA dan
setaranya
2. Diploma 3. S1
4. Sedang S1 5. S2 6. Sedang S2
7. S3
Lama Bekerja = 1. < 5 Tahun 2. 5 – 10
Tahun
3. 10 – 20
Tahun
4. > 20 Tahun
Status
Perkawinan
= 1. Menikah 2. Lajang 3. Cerai
4. Duda / Janda
Penghasilan = 1. < 5 Juta 2.
6 – 10 Juta 3. 11 – 20 Juta
4. 21 – 30 Juta 5. > 30 Juta
Jumlah
Tanggungan
= 1. 1 Orang 2. 2 Orang 3. 3 Orang
4. 4 Orang 5. 5 Orang 6. 6 Orang
151
JAWABAN RESPONDEN
No R1 R2 R3 R4 R5
1. 5 5 5 5 5
2. 5 5 5 4 5
3. 5 4 5 5 5
4. 4 5 5 5 5
5. 5 5 5 5 5
6. 3 4 5 4 3
7. 5 5 5 5 5
8. 5 5 5 4 5
9. 5 5 5 5 5
10. 5 5 5 5 5
11. 4 3 5 5 4
12. 5 5 5 3 4
13. 5 5 5 5 4
14. 5 5 5 5 5
15. 5 5 5 4 5
16. 2 4 5 4 3
17. 4 4 5 5 4
18. 5 4 4 4 3
19. 3 4 5 4 3
20. 3 5 5 5 5
21. 3 4 3 4 3
22. 3 4 5 4 4
23. 4 4 4 4 4
152
24. 4 4 4 5 3
25. 3 3 4 3 3
26. 4 3 5 4 5
27. 4 4 5 4 4
28. 3 5 5 5 4
29. 3 5 5 5 4
30. 3 4 4 3 3
31. 4 4 4 3 4
32. 5 4 4 4 5
33. 4 4 4 4 4
34. 1 4 4 4 4
35. 4 4 4 4 4
36. 5 5 4 4 4
37. 3 4 4 3 3
38. 5 4 4 3 4
39. 3 4 3 2 2
40. 5 5 5 5 5
41. 5 5 5 5 5
42. 4 5 3 2 3
43. 4 4 4 4 4
44. 4 4 4 4 4
45. 4 4 4 4 4
46. 4 4 4 4 4
47. 2 4 4 4 4
48. 4 4 4 4 4
49. 2 4 4 2 4
50. 3 5 4 3 3
51. 4 4 4 3 4
52. 3 3 3 4 3
53. 4 4 4 4 5
54. 4 4 4 4 4
55. 4 3 2 3 3
56. 4 4 4 4 4
57. 2 3 3 3 4
58. 3 3 3 3 4
59. 3 4 3 4 3
60. 3 3 3 3 4
61. 4 4 4 4 4
62. 5 4 5 5 4
63. 3 4 4 4 4
64. 4 4 4 4 4
65. 4 4 4 4 4
66. 3 4 3 3 4
67. 3 4 3 3 4
68. 2 2 2 2 4
153
69. 4 3 3 3 4
70. 4 4 4 4 4
71. 3 4 5 4 4
72. 4 3 3 3 4
73. 4 5 3 4 4
74. 4 4 4 3 4
75. 4 5 5 1 5
76. 5 4 4 4 4
77. 3 4 5 4 2
78. 2 4 4 4 4
79. 3 4 3 4 4
80. 4 5 3 4 4
81. 4 4 4 3 4
82. 4 5 5 1 5
83. 5 4 4 4 4
84. 3 4 5 4 2
85. 4 5 3 4 4
86. 3 4 4 3 4
87. 3 4 5 4 2
88. 3 4 5 4 2
89. 4 4 4 4 4
90. 4 4 4 4 5
91. 4 4 4 4 5
92. 4 4 5 5 4
93. 4 4 4 3 4
94. 2 2 2 2 4
95. 2 3 2 3 4
96. 4 4 4 4 4
97. 4 4 4 4 5
98. 4 4 4 4 5
99. 4 4 5 5 4
100. 4 4 4 3 4
101. 4 4 4 4 4
102. 3 3 3 4 4
103. 4 4 4 3 4
104. 4 3 4 3 4
105. 5 4 5 5 4
106. 4 4 4 4 4
107. 5 5 5 5 5
108. 5 4 4 4 4
109. 5 5 5 5 5
110. 3 5 5 5 4
111. 5 5 4 4 4
112. 4 4 4 5 5
113. 4 4 4 4 4
154
No PI 1 PI 2 PI 3 PI 4 PI 5
1. 4 5 4 4 5
2. 4 4 5 4 5
3. 5 5 5 5 5
4. 4 5 4 5 4
5. 5 4 5 5 5
6. 4 5 5 5 4
7. 5 5 5 5 5
8. 4 5 5 5 5
9. 5 5 5 5 4
10. 5 5 5 5 5
11. 5 4 4 5 4
12. 4 5 5 5 4
13. 5 5 5 5 5
14. 5 5 5 5 3
15. 4 5 4 5 4
16. 4 4 5 4 5
17. 4 5 4 5 4
18. 2 3 3 1 2
19. 4 5 4 4 4
20. 5 5 5 5 5
21. 2 3 2 2 2
22. 5 5 5 4 4
23. 4 4 4 4 4
114. 5 4 4 4 4
115. 5 4 3 3 3
116. 4 4 4 4 4
117. 4 5 4 5 5
118. 4 5 4 4 4
119. 4 4 4 4 3
120. 5 5 5 5 5
121. 5 4 4 5 4
122. 5 5 5 5 5
123. 5 5 5 5 5
124. 5 5 5 5 5
125. 3 4 4 5 4
126. 4 4 4 4 4
127. 4 4 4 3 4
128. 4 4 4 3 3
129. 5 5 5 5 3
130. 5 5 5 5 5
131. 4 4 4 4 4
132. 4 5 5 5 5
155
24. 2 2 3 2 3
25. 4 4 3 4 3
26. 4 4 4 3 4
27. 5 4 4 5 4
28. 4 4 4 4 3
29. 4 4 4 4 4
30. 4 4 4 4 3
31. 5 5 5 2 2
32. 4 5 5 4 3
33. 4 5 5 4 5
34. 4 5 5 4 3
35. 3 5 5 4 4
36. 4 5 4 3 2
37. 4 4 4 3 4
38. 4 4 4 3 4
39. 4 4 4 3 4
40. 4 5 4 4 4
41. 5 5 2 1 5
42. 5 5 5 1 5
43. 4 5 5 4 5
44. 4 4 4 4 5
45. 5 5 4 2 4
46. 5 5 5 4 5
47. 4 5 5 4 4
48. 5 5 5 3 2
49. 5 5 4 2 1
50. 5 5 5 1 3
51. 5 5 5 5 5
52. 5 5 5 5 5
53. 5 4 4 4 4
54. 5 5 4 4 4
55. 5 5 5 5 5
56. 5 5 5 4 4
57. 4 4 4 4 4
58. 3 3 3 3 3
59. 4 4 4 4 4
60. 5 5 5 5 5
61. 3 5 4 4 3
62. 5 5 5 5 5
63. 5 5 5 5 4
64. 4 3 3 4 4
65. 5 5 5 5 5
156
66. 5 5 5 5 5
67. 5 5 5 5 5
68. 5 5 5 5 5
69. 5 5 5 5 5
70. 5 5 5 5 5
71. 4 4 4 4 4
72. 4 4 4 4 4
73. 4 4 4 4 4
74. 3 4 4 4 4
75. 3 4 4 4 4
76. 3 4 4 4 4
77. 4 5 4 4 4
78. 5 5 5 4 4
79. 5 5 5 4 4
80. 5 5 4 4 3
81. 4 4 4 5 4
82. 3 3 3 4 4
83. 4 4 2 4 3
84. 5 5 5 5 5
85. 3 3 3 5 1
86. 5 5 5 4 4
87. 4 4 4 2 2
88. 3 4 3 4 4
89. 5 5 5 4 4
90. 5 5 5 3 5
91. 5 5 5 3 4
92. 5 5 5 4 5
93. 5 4 4 4 4
94. 5 4 4 4 4
95. 4 1 3 5 5
96. 4 4 4 4 4
97. 4 5 5 2 2
98. 4 5 3 3 4
99. 4 5 3 3 2
100. 3 3 5 2 2
101. 4 5 5 2 2
102. 4 5 5 4 4
103. 5 5 5 5 5
104. 5 5 5 5 5
105. 5 5 5 5 5
106. 5 5 5 5 5
107. 5 5 5 5 5
157
108. 5 5 5 5 5
109. 5 5 5 5 5
110. 5 5 5 4 4
111. 5 5 5 5 5
112. 5 5 5 4 5
113. 5 5 5 5 5
114. 5 5 5 5 4
115. 5 5 5 5 5
116. 5 5 5 5 5
117. 5 4 4 4 4
118. 3 2 5 5 5
119. 3 5 4 4 4
120. 5 5 4 4 5
121. 5 5 5 5 5
122. 4 5 5 3 4
123. 4 4 4 4 4
124. 4 4 4 4 4
125. 3 4 3 3 2
126. 4 4 4 4 4
127. 4 3 4 4 4
128. 3 5 3 4 4
129. 3 5 3 5 5
130. 5 5 5 5 5
131. 4 4 4 4 5
132. 4 5 5 5 4
No BO 1 BO 2 BO 3 BO 4
1. 3 4 4 4
2. 5 3 5 4
3. 4 2 4 4
4. 5 5 5 5
5. 5 3 4 5
6. 5 5 5 5
7. 4 2 5 4
8. 4 4 5 4
9. 4 3 4 4
10. 4 4 4 4
11. 4 3 4 4
12. 4 2 4 3
13. 4 4 4 4
14. 4 4 4 4
15. 4 4 4 4
158
16. 4 3 4 3
17. 4 4 5 5
18. 4 2 2 5
19. 4 4 4 4
20. 3 4 3 4
21. 5 4 5 4
22. 2 2 3 3
23. 4 4 4 4
24. 4 4 5 5
25. 5 5 5 5
26. 3 4 4 4
27. 4 4 5 3
28. 4 4 5 5
29. 4 4 4 4
30. 5 3 5 4
31. 4 2 4 4
32. 4 5 5 4
33. 4 3 4 4
34. 4 4 5 3
35. 3 3 5 4
36. 5 5 3 5
37. 2 4 5 4
38. 5 5 4 5
39. 4 4 4 4
40. 5 4 5 4
41. 5 5 5 5
42. 4 4 4 4
43. 4 2 5 5
44. 5 4 4 5
45. 4 5 5 5
46. 4 4 4 5
47. 5 5 4 5
48. 4 5 4 4
49. 3 5 5 5
50. 4 4 4 3
51. 4 2 5 4
52. 4 4 4 5
53. 3 3 3 3
54. 4 4 4 4
55. 5 5 5 5
56. 3 3 5 4
159
57. 3 5 4 4
58. 4 5 5 4
59. 4 4 4 3
60. 5 3 5 4
61. 5 5 5 5
62. 3 5 5 5
63. 5 5 5 5
64. 5 5 5 5
65. 5 5 5 5
66. 4 4 4 5
67. 4 4 4 4
68. 4 4 4 4
69. 3 4 4 3
70. 3 4 4 3
71. 4 3 4 4
72. 4 4 5 5
73. 4 4 5 5
74. 4 4 5 5
75. 5 4 5 5
76. 5 4 5 5
77. 5 4 5 5
78. 5 4 5 5
79. 5 5 5 5
80. 5 3 5 5
81. 3 4 4 4
82. 3 3 4 4
83. 4 3 4 3
84. 4 4 4 4
85. 5 3 5 3
86. 5 4 4 4
87. 4 4 4 3
88. 3 4 3 3
89. 2 4 4 4
90. 3 2 5 5
91. 3 4 4 4
92. 4 4 4 4
93. 3 4 4 4
94. 4 4 4 4
95. 3 3 2 3
96. 3 3 2 3
97. 4 4 3 4
160
98. 3 3 3 3
99. 3 3 2 3
100. 3 3 3 3
101. 3 3 3 3
102. 3 3 3 3
103. 4 4 4 4
104. 3 3 4 4
105. 3 4 4 4
106. 3 3 4 3
107. 3 3 3 3
108. 3 3 3 3
109. 3 4 4 4
110. 3 4 4 4
111. 3 3 4 3
112. 4 4 4 4
113. 3 3 3 4
114. 3 3 4 3
115. 3 3 4 4
116. 3 3 3 3
117. 3 3 3 4
118. 3 2 3 3
119. 3 4 4 4
120. 3 4 3 4
121. 4 4 4 4
122. 3 2 3 3
123. 3 3 2 3
124. 3 3 2 3
125. 3 4 3 3
126. 4 4 4 4
127. 3 4 4 4
128. 3 3 3 4
129. 5 3 3 5
130. 5 5 5 5
131. 3 5 5 5
132. 4 4 4 4
No. WFC 1 WFC 2 WFC 3 WFC 4
1. 3 3 2 3
2. 3 3 2 3
3. 4 4 3 4
4. 3 3 3 3
5. 3 3 2 3
161
6. 3 3 3 3
7. 3 3 3 3
8. 3 3 3 3
9. 4 4 4 4
10. 3 3 4 4
11. 3 4 4 4
12. 3 3 4 3
13. 3 3 3 3
14. 3 3 3 3
15. 3 4 4 4
16. 3 4 4 4
17. 3 3 4 3
18. 4 4 4 4
19. 3 3 3 4
20. 3 3 4 3
21. 3 3 4 4
22. 3 3 3 3
23. 3 3 3 4
24. 3 2 3 3
25. 3 4 4 4
26. 3 4 3 4
27. 4 4 4 4
28. 3 2 3 3
29. 3 3 2 3
30. 3 4 4 4
31. 5 3 5 4
32. 4 2 4 4
33. 5 5 5 5
34. 5 3 4 5
35. 5 5 5 5
36. 4 2 5 4
37. 4 4 5 4
38. 4 3 4 4
39. 4 4 4 4
40. 4 3 4 4
41. 4 2 4 3
42. 4 4 4 4
43. 4 4 4 4
44. 4 4 4 4
45. 4 3 4 3
46. 4 4 5 5
47. 4 2 2 5
48. 4 4 4 4
49. 3 4 3 4
162
50. 5 4 5 4
51. 2 2 3 3
52. 4 4 4 4
53. 4 4 5 5
54. 5 5 5 5
55. 3 4 4 4
56. 4 4 5 3
57. 4 4 5 5
58. 4 4 4 4
59. 5 3 5 4
60. 4 2 4 4
61. 4 5 5 4
62. 4 3 4 4
63. 4 4 5 3
64. 3 3 5 4
65. 5 5 3 5
66. 2 4 5 4
67. 5 5 4 5
68. 4 4 4 4
69. 5 4 5 4
70. 5 5 5 5
71. 4 4 4 4
72. 4 2 5 5
73. 5 4 4 5
74. 4 5 5 5
75. 4 4 4 5
76. 5 5 4 5
77. 4 5 4 4
78. 3 5 5 5
79. 4 4 4 3
80. 4 2 5 4
81. 4 4 4 5
82. 3 3 3 3
83. 4 4 4 4
84. 5 5 5 5
85. 3 3 5 4
86. 3 5 4 4
87. 4 5 5 4
88. 4 4 4 3
89. 5 3 5 4
90. 5 5 5 5
91. 3 5 5 5
92. 5 5 5 5
93. 5 5 5 5
163
94. 5 5 5 5
95. 4 4 4 5
96. 4 4 4 4
97. 4 4 4 4
98. 3 4 4 3
99. 3 4 4 3
100. 4 3 4 4
101. 4 4 5 5
102. 4 4 5 5
103. 4 4 5 5
104. 5 4 5 5
105. 5 4 5 5
106. 5 4 5 5
107. 5 4 5 5
108. 5 5 5 5
109. 5 3 5 5
110. 3 4 4 4
111. 3 3 4 4
112. 4 3 4 3
113. 4 4 4 4
114. 5 3 5 3
115. 5 4 4 4
116. 4 4 4 3
117. 3 4 3 3
118. 2 4 4 4
119. 3 2 5 5
120. 3 4 4 4
121. 4 4 4 4
122. 3 4 4 4
123. 4 4 4 4
124. 4 4 4 4
125. 3 3 3 3
126. 4 4 4 4
127. 4 4 5 5
128. 4 4 3 4
129. 5 5 4 4
130. 4 4 4 4
131. 3 3 5 4
132. 4 4 4 5
No. PF 1 PF 2 PF 3 PF 4 PF 5 PF 6 PF 7 PF 8 PF 9 PF 10
1. 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1
2. 2 2 1 2 2 2 2 1 1 1
3. 1 2 1 1 3 1 1 2 1 1
164
4. 2 2 2 1 1 2 1 2 1 1
5. 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1
6. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
7. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
8. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
9. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
10. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
11. 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3
12. 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1
13. 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1
14. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
15. 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1
16. 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3
17. 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
18. 3 2 3 3 3 3 1 1 1 1
19. 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
20. 5 5 3 3 4 5 3 5 4 5
21. 3 4 5 4 5 3 2 3 2 2
22. 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1
23. 4 4 4 3 2 3 3 3 2 3
24. 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
25. 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3
26. 1 1 1 2 1 2 1 3 1 4
27. 2 1 1 2 1 2 2 1 2 2
28. 4 4 4 5 3 3 4 4 4 4
29. 4 4 4 5 3 3 4 4 4 4
30. 3 3 3 2 1 1 4 5 2 2
31. 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5
32. 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4
33. 3 3 2 3 3 4 4 5 5 5
34. 4 4 5 3 4 4 4 4 4 5
35. 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4
36. 4 5 5 5 3 5 4 5 4 5
37. 4 4 4 4 3 3 5 4 4 4
38. 2 4 5 4 4 5 5 5 5 5
39. 4 3 5 4 3 4 4 4 4 5
40. 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4
41. 4 5 4 4 4 5 4 5 4 5
42. 4 3 5 4 3 4 4 4 4 4
43. 4 4 5 3 4 3 4 4 4 4
44. 3 2 4 3 2 5 5 5 5 3
45. 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4
46. 3 3 4 3 3 4 4 4 5 4
47. 4 3 4 3 3 4 4 5 4 4
48. 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5
165
49. 2 5 5 4 5 1 5 3 3 3
50. 3 4 5 4 4 5 5 5 5 5
51. 4 4 5 4 5 5 4 4 5 4
52. 4 4 5 4 4 5 5 5 5 5
53. 4 2 5 4 5 4 4 5 4 4
54. 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5
55. 4 4 5 4 3 4 4 4 4 4
56. 3 4 4 5 1 5 5 5 5 5
57. 1 4 4 4 3 4 4 4 4 4
58. 1 4 4 4 4 5 5 5 5 5
59. 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4
60. 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
61. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
62. 4 4 5 4 2 4 4 4 4 4
63. 3 4 3 4 3 5 5 5 5 5
64. 1 3 5 3 3 4 5 4 4 4
65. 4 4 2 4 2 4 4 4 4 4
66. 4 4 3 5 4 4 5 5 5 5
67. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
68. 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
69. 3 4 5 5 3 4 4 5 5 5
70. 3 2 4 3 2 4 4 4 4 5
71. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
72. 4 4 4 4 3 4 3 4 4 5
73. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
74. 1 4 5 3 2 5 5 5 5 5
75. 3 1 5 3 2 5 5 5 5 5
76. 1 4 5 4 4 5 5 5 5 5
77. 2 3 4 3 4 4 4 4 5 5
78. 3 4 4 3 4 4 4 5 5 5
79. 5 4 4 4 3 3 5 5 5 5
80. 2 4 4 4 2 4 4 4 4 4
81. 2 2 4 3 3 5 5 5 5 5
82. 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4
83. 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4
84. 2 3 2 3 2 3 3 3 2 2
85. 2 2 5 3 2 3 4 2 5 5
86. 4 2 1 5 1 4 4 5 5 5
87. 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4
88. 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4
89. 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4
90. 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5
91. 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5
92. 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
93. 5 5 5 4 3 5 5 5 5 5
166
94. 4 4 4 4 4 4 4 3 4 5
95. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
96. 4 4 4 4 4 2 4 4 4 5
97. 3 3 4 3 2 2 4 3 4 5
98. 5 1 5 1 1 4 5 1 5 5
99. 5 5 3 4 3 3 3 1 4 5
100. 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5
101. 4 4 4 4 2 3 3 4 4 4
102. 4 4 4 3 3 4 4 2 4 4
103. 4 4 4 4 5 4 1 4 5 5
104. 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4
105. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
106. 4 5 5 5 4 4 4 3 5 5
107. 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4
108. 3 4 4 3 3 3 2 4 4 4
109. 4 5 5 5 5 5 4 4 4 5
110. 4 3 3 3 3 4 2 3 3 4
111. 3 3 3 3 3 3 5 3 3 5
112. 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4
113. 4 4 5 5 2 4 1 4 3 5
114. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5
115. 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4
116. 3 3 3 3 3 3 3 4 3 5
117. 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3
118. 3 3 3 4 2 3 4 3 3 4
119. 5 3 4 2 4 5 5 4 5 5
120. 3 4 4 4 4 4 3 2 3 5
121. 5 5 4 5 3 5 5 4 3 5
122. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5
123. 5 4 4 4 4 4 4 2 4 4
124. 5 4 4 4 4 4 4 2 4 4 125. 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4
126. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
127. 3 4 4 5 5 4 5 5 5 3
128. 4 3 2 2 4 2 3 4 3 4
129. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
130. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
131. 5 4 4 4 4 5 5 4 5 5
132. 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5
167
LAMPIRAN III
HASIL UJI
168
Deskripsi Responden
A. Agama
Statistics
Agama
N Valid 132
Missing 0
Agama
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1.00 94 71.2 71.2 71.2
2.00 13 9.8 9.8 81.1
3.00 8 6.1 6.1 87.1
4.00 11 8.3 8.3 95.5
5.00 4 3.0 3.0 98.5
6.00 2 1.5 1.5 100.0
Total 132 100.0 100.0
B. Jenis Kelamin
Statistics
Jenis Kelamin
N Valid 132
Missing 0
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 61 46.2 46.2 46.2
2 71 53.8 53.8 100.0
Total 132 100.0 100.0
C. Usia
Statistics
Usia
N Valid 132
Missing 0
169
Usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 13 9.8 9.8 9.8
2 21 15.9 15.9 25.8
3 45 34.1 34.1 59.8
4 21 15.9 15.9 75.8
5 32 24.2 24.2 100.0
Total 132 100.0 100.0
D. Pendidikan Terakhir
Statistics
Pendidikan Terakhir
N Valid 132
Missing 0
Pendidikan Terakhir
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 9 6.8 6.8 6.8
2 26 19.7 19.7 26.5
3 29 22.0 22.0 48.5
4 20 15.2 15.2 63.6
5 24 18.2 18.2 81.8
6 8 6.1 6.1 87.9
7 16 12.1 12.1 100.0
Total 132 100.0 100.0
E. Lama Bekerja
Statistics
Lama Bekerja
N Valid 132
Missing 0
Lama Bekerja
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 14 10.6 10.6 10.6
2 64 48.5 48.5 59.1
3 31 23.5 23.5 82.6
170
4 23 17.4 17.4 100.0
Total 132 100.0 100.0
F. Status Pernikahan
Statistics
Status Pernikahan
N Valid 132
Missing 0
Status Pernikahan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 68 51.5 51.5 51.5
2 50 37.9 37.9 89.4
3 10 7.6 7.6 97.0
4 4 3.0 3.0 100.0
Total 132 100.0 100.0
G. Penghasilan
Statistics
Penghasilan
N Valid 132
Missing 0
Penghasilan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 60 45.5 45.5 45.5
2 37 28.0 28.0 73.5
3 26 19.7 19.7 93.2
4 9 6.8 6.8 100.0
Total 132 100.0 100.0
H. Jumlah Tanggungan
Statistics
Jumlah Tanggungan
N Valid 132
Missing 0
171
Jumlah Tanggungan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 40 30.3 30.3 30.3
2 23 17.4 17.4 47.7
3 23 17.4 17.4 65.2
4 26 19.7 19.7 84.8
5 15 11.4 11.4 96.2
6 5 3.8 3.8 100.0
Total 132 100.0 100.0
Deskriptif Statistik Dan Uji Kualitas Data
A. Deskriptif Statistik
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
TR 132 12 25 20.20 2.881
TPI 132 11 25 21.34 3.108
TBO 132 10 20 15.69 2.487
TWFC 132 10 20 15.71 2.417
TPF 132 10 50 35.55 10.365
Valid N (listwise) 132
B. Uji Validitas
1. Religiusitas
Correlations
R1 R2 R3 R4 R5 TR
R1 Pearson Correlation 1 .488** .391** .386** .454** .755**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 132 132 132 132 132 132
R2 Pearson Correlation .488** 1 .588** .420** .370** .755**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 132 132 132 132 132 132
R3 Pearson Correlation .391** .588** 1 .549** .300** .763**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 132 132 132 132 132 132
R4 Pearson Correlation .386** .420** .549** 1 .328** .747**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
172
N 132 132 132 132 132 132
R5 Pearson Correlation .454** .370** .300** .328** 1 .656**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 132 132 132 132 132 132
TR Pearson Correlation .755** .755** .763** .747** .656** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 132 132 132 132 132 132
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
2. Pengendalian Internal
Correlations
PI 1 PI 2 PI 3 PI 4 PI 5 TPI
PI 1 Pearson Correlation 1 .589** .583** .320** .439** .767**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 132 132 132 132 132 132
PI 2 Pearson Correlation .589** 1 .566** .191* .247** .660**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .028 .004 .000
N 132 132 132 132 132 132
PI 3 Pearson Correlation .583** .566** 1 .357** .403** .762**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 132 132 132 132 132 132
PI 4 Pearson Correlation .320** .191* .357** 1 .575** .715**
Sig. (2-tailed) .000 .028 .000 .000 .000
N 132 132 132 132 132 132
PI 5 Pearson Correlation .439** .247** .403** .575** 1 .762**
Sig. (2-tailed) .000 .004 .000 .000 .000
N 132 132 132 132 132 132
TPI Pearson Correlation .767** .660** .762** .715** .762** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 132 132 132 132 132 132
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
3. Budaya Organisasi
Correlations
BO 1 BO 2 BO 3 BO 4 TBO
173
BO 1 Pearson Correlation 1 .374** .531** .566** .786**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 132 132 132 132 132
BO 2 Pearson Correlation .374** 1 .394** .482** .727**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 132 132 132 132 132
BO 3 Pearson Correlation .531** .394** 1 .571** .798**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 132 132 132 132 132
BO 4 Pearson Correlation .566** .482** .571** 1 .824**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 132 132 132 132 132
TBO Pearson Correlation .786** .727** .798** .824** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 132 132 132 132 132
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
4. Work-Family Conflict
Correlations
WFC 1 WFC 2 WFC 3 WFC 4 TWFC
WFC 1 Pearson Correlation 1 .376** .495** .542** .777**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 132 132 132 132 132
WFC 2 Pearson Correlation .376** 1 .369** .469** .726**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 132 132 132 132 132
WFC 3 Pearson Correlation .495** .369** 1 .553** .780**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 132 132 132 132 132
WFC 4 Pearson Correlation .542** .469** .553** 1 .816**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 132 132 132 132 132
TWFC Pearson Correlation .777** .726** .780** .816** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 132 132 132 132 132
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
5. Pencegahan Fraud
Correlations
PF 1 PF 2 PF 3 PF 4 PF 5 PF 6 PF 7 PF 8 PF 9 PF 10 TPF
174
PF 1 Pearson
Correlation
1 .686** .589** .656** .549** .608** .521** .451** .582** .603** .744**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 132 132 132 132 132 132 132 132 132 132 132
PF 2 Pearson
Correlation
.686** 1 .723** .822** .700** .675** .611** .614** .631** .660** .846**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 132 132 132 132 132 132 132 132 132 132 132
PF 3 Pearson
Correlation
.589** .723** 1 .712** .615** .749** .735** .642** .764** .729** .867**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 132 132 132 132 132 132 132 132 132 132 132
PF 4 Pearson
Correlation
.656** .822** .712** 1 .615** .726** .663** .682** .719** .735** .871**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 132 132 132 132 132 132 132 132 132 132 132
PF 5 Pearson
Correlation
.549** .700** .615** .615** 1 .565** .484** .477** .536** .500** .714**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 132 132 132 132 132 132 132 132 132 132 132
PF 6 Pearson
Correlation
.608** .675** .749** .726** .565** 1 .749** .736** .829** .798** .888**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 132 132 132 132 132 132 132 132 132 132 132
PF 7 Pearson
Correlation
.521** .611** .735** .663** .484** .749** 1 .724** .834** .758** .848**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 132 132 132 132 132 132 132 132 132 132 132
PF 8 Pearson
Correlation
.451** .614** .642** .682** .477** .736** .724** 1 .770** .730** .816**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 132 132 132 132 132 132 132 132 132 132 132
PF 9 Pearson
Correlation
.582** .631** .764** .719** .536** .829** .834** .770** 1 .882** .904**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 132 132 132 132 132 132 132 132 132 132 132
PF
10
Pearson
Correlation
.603** .660** .729** .735** .500** .798** .758** .730** .882** 1 .885**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 132 132 132 132 132 132 132 132 132 132 132
TPF Pearson
Correlation
.744** .846** .867** .871** .714** .888** .848** .816** .904** .885** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 132 132 132 132 132 132 132 132 132 132 132
175
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
C. Uji Reliabilitas
1. Religuisitas
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 132 100.0
Excludeda 0 .0
Total 132 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.788 6
2. Pengendalian Internal
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 132 100.0
Excludeda 0 .0
Total 132 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.786 6
3. Budaya Organisasi
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 132 100.0
Excludeda 0 .0
Total 132 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
176
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.810 5
4. Work-Family Conflict
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 132 100.0
Excludeda 0 .0
Total 132 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.806 5
5. Pencegahan Fraud
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 132 100.0
Excludeda 0 .0
Total 132 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.786 11
177
Uji Asumsi Klasik
1. Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardi
zed
Coefficient
s
T Sig.
95.0% Confidence
Interval for B Correlations
Collinearity
Statistics
B
Std.
Error Beta
Lower
Bound
Upper
Bound
Zero-
order Partial Part
Toleran
ce VIF
1 (Consta
nt)
25.005 10.972
2.279 .024 3.294 46.716
TR -.874 .285 -.243 -3.070 .003 -1.438 -.311 -.396 -.263 -.223 .840 1.191
TPI -.271 .252 -.081 -1.072 .286 -.770 .229 -.066 -.095 -.078 .919 1.089
TBO .228 .307 .055 .742 .459 -.380 .836 .040 .066 .054 .968 1.033
TWFC 1.935 .336 .451 5.763 .000 1.271 2.600 .505 .455 .418 .859 1.164
a. Dependent Variable: TPF
178
2. Uji Normalitas
3. Uji Heterokedastitas
Uji Hipotesis
1. Uji Regresi Berganda
Variables Entered/Removeda
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 TWFC, TBO,
TPI, TRb
. Enter
a. Dependent Variable: TPF
b. All requested variables entered.
179
Model Summaryb
Mod
el R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Chang
e df1 df2
Sig. F
Change
1 .576a .332 .310 8.607 .332 15.746 4 127 .000
a. Predictors: (Constant), TWFC, TBO, TPI, TR
b. Dependent Variable: TPF
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 4666.136 4 1166.534 15.746 .000b
Residual 9408.493 127 74.083
Total 14074.629 131
a. Dependent Variable: TPF
b. Predictors: (Constant), TWFC, TBO, TPI, TR
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standar
dized
Coeffici
ents
T Sig.
95.0% Confidence
Interval for B Correlations
Collinearity
Statistics
B
Std.
Error Beta
Lower
Bound
Upper
Bound
Zero-
order
Parti
al Part
Toler
ance VIF
1 (Const
ant)
25.005 10.972
2.27
9
.024 3.294 46.716
TR -.874 .285 -.243 -
3.07
0
.003 -1.438 -.311 -.396 -.263 -.223 .840 1.19
1
TPI -.271 .252 -.081 -
1.07
2
.286 -.770 .229 -.066 -.095 -.078 .919 1.08
9
TBO .228 .307 .055 .742 .459 -.380 .836 .040 .066 .054 .968 1.03
3
TWFC 1.935 .336 .451 5.76
3
.000 1.271 2.600 .505 .455 .418 .859 1.16
4
a. Dependent Variable: TPF
180
2. Uji MRA (Moderate Regression Analysis)
Model Summaryb
Mode
l R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .639a .409 .376 8.191 .409 12.256 7 124 .000
a. Predictors: (Constant), TBO x TWFC, TPI, TR, TWFC, TBO, TR x TWFC, TPI x TWFC
b. Dependent Variable: TPF
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 5755.775 7 822.254 12.256 .000b
Residual 8318.853 124 67.088
Total 14074.629 131
a. Dependent Variable: TPF
b. Predictors: (Constant), TBO x TWFC, TPI, TR, TWFC, TBO, TR x TWFC, TPI x TWFC
Variables Entered/Removeda
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 TBO x TWFC,
TPI, TR, TWFC,
TBO, TR x
TWFC, TPI x
TWFCb
. Enter
a. Dependent Variable: TPF
b. All requested variables entered.
181
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standar
dized
Coeffici
ents
t Sig.
95.0%
Confidence
Interval for B Correlations
Collinearity
Statistics
B
Std.
Error Beta
Lower
Bound
Upper
Bound
Zero-
order
Parti
al Part
Toler
ance VIF
1 (Const
ant)
189.73
2
60.342
3.14
4
.002 70.298 309.166
TR -7.785 1.827 -2.164 -
4.26
1
.000 -11.402 -4.169 -.396 -.357 -.294 .018 54.1
16
TPI -.839 1.588 -.252 -.528 .598 -3.983 2.304 -.066 -.047 -.036 .021 47.5
94
TBO -.236 2.193 -.057 -.108 .915 -4.576 4.104 .040 -.010 -.007 .017 58.0
78
TWFC -8.641 3.885 -2.015 -
2.22
4
.028 -16.330 -.951 .505 -.196 -.154 .006 172.
119
TR x
TWFC
.438 .115 2.425 3.82
1
.000 .211 .665 .161 .325 .264 .012 84.5
19
TPI x
TWFC
.044 .103 .326 .430 .668 -.160 .249 .318 .039 .030 .008 120.
890
TBO x
TWFC
.030 .141 .149 .213 .832 -.249 .309 .403 .019 .015 .010 102.
989
a. Dependent Variable: TPF